Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 2
mematikan lawan, sehingga rasa-rasanya ilmu itu sangat
brutal dan tak berperikemanusiaan ! Memang ilmu itu sungguh
amat cocok untuk para perompak atau bajak-laut yang
mengandalkan hidupnya di dunia kekerasan dan kekejaman.
Duapuluh jurus telah berlalu. A Cang telah mulai mendesak
lawannya, begitu pula dengan Tiauw Kiat Su, tuannya.
Meskipun dikeroyok tiga, putera Tung-hai-tiauw itu dengan
mudah dapat menguasai lawan-lawannya. Ilmu silatnya yang
kasar dan ganas, apalagi dengan lwee-kang dan gin-kangnya
yang jauh lebih tinggi dari pada lawan-lawannya itu, membuat
dia seperti algojo yang sedang mengejar-ngejar binatang
buruannya. Srrrrt! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba seperti diberi komando saja, keempat pendekar
Tai-khek-pai itu mencabut senjata mereka secara berbareng!
Senjata yang dapat dilipat dan disembunyikan di bawah baju
itu, ternyata adalah sebuah tombak pendek, sepanjang lengan
pemiliknya, dengan mata tombak bercagak di kedua ujungnya!
Dan mereka memegang tombak itu tepat di tengahtengahnya, dimana terdapat lobang sebesar ibu jari tempat
untuk memutar-mutarkan senjata itu bila diperlukan.
Melihat lawan mereka telah mengeluarkan senjata Tiauw
Kiat Su dan kacungnya juga tidak mau ketinggalan pula.
Pemuda itu cepat-cepat mengeluarkan kipasnya. Namun yang
ia keluarkan bukanlah kipas suteranya tadi, tapi yang dia
keluarkan adalah kipas khusus yang terbuat dari lembaranlembaran baja tipis. Sedangkan A Cang dengan tangkas juga
mencabut pedang pendeknya pula, yang tadi ia selipkan di
dalam kain celananya. Maka merekapun lalu bertempur pula lagi dengan
sengitnya. Dengan pedang di tangannya, A Cang yang masih
sangat muda itu bertempur semakin keras dan liar. Sebaliknya
dengan tombak kebanggaannya, lawannya yang berwatak
berangasan itu juga melayaninya dengan brutal pula. Alhasil
mereka berdua berkelahi bagaikan binatang buas yang
kesetanan. Sehingga mereka itu rasa-rasanya bukan bermain
silat, tetapi sedang mengadu otot melalui ayunan senjata
mereka. Terdengar gemuruh dentang senjata mereka, bila
kedua senjata mereka saling bertemu di udara.
Akibatnya para pengunjung restoran itu terpaksa tidak bisa
menikmati makanan mereka. Pertempuran sengit tersebut
memaksa mereka untuk pergi meninggalkan meja mereka.
Mereka berkumpul berdesakan di pinggir arena, menyaksikan
pertempuran itu. Termasuk pula diantara mereka itu adalah
Tui Lan dan gurunya. Namun berbeda dengan gurunya yang
amat asyik menonton pertandingan itu, T ui Lan yang tak suka
kekerasan itu justru menoleh kesana-kemari, mencari pemuda
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kurus yang tadi duduk di belakang dirinya. Namun sampai
lelah matanya mencari, si pemuda kurus itu tetap tak
diketemukannya juga. Tampaknya pemuda itu telah pergi
meninggalkan halaman restoran tersebut.
Sementara itu pertempuran antara T iauw Kiat Su melawan
tiga orang pengeroyoknya ternyata juga tidak kalah pula
dahsyatnya dari pada pertempuran kacungnya itu. Hanya saja
cara perkelahian mereka sungguh amat jauh berbeda dengan
cara kacungnya itu. Meskipun jurus-jurus yang dikeluarkan
oleh pemuda itu juga amat kasar dan keji, namun cara
membawakannya ternyata amat berlainan. Pemuda itu lebih
menitik-beratkan lwee-kang dan gin-kangnya dari pada beradu
tenaga menonjolkan gwa-kangnya.
Bagaikan seekor lebah beracun T iauw K iat Su berterbangan
kesana-kemari mengelilingi lawan-lawannya, untuk kemudian
sesekali tampak menyengat lawan apabila mereka lengah.
Ternyata dengan modal lwee-kang dan gin-kangnya yang
lebih tinggi dari pada lawan-lawannya, pemuda itu tetap bisa
menguasai pertempuran. Malah beberapa waktu kemudian
kipas besinya mampu mengoyak kulit para pengeroyoknya
pula. "Heh he he, monyet-monyet malang! Sekarang kalau kalian
hendak meminta ampun kepadaku, jangan harap aku akan
mengabulkannya. Apapun yang akan terjadi, kalian tetap akan
kubunuh, hehehe! Tapi kalau kalian mau memilih cara
kematian yang kalian ingini, aku masih mempertimbangkannya. Hmm, apakah kalian ingin mati ...
dengan kepala terpisah dari tubuh kalian" Atau"., kalian ingin
dipotong dulu tangan dan kaki kalian, sebelum isi perut kalian
nanti kukorek keluar seluruhnya" Coba, mana yang kalian
pilih?" pemuda itu mengejek dengan kata-katanya yang
sangat menyakitkan. "Kurang ajari Bajak laut keji adooouh!!" pendekar yang ke
tujuh dari Tai-khek-pai itu tiba-tiba memekik, lalu roboh
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terguling-guling di atas lantai. Darah segar tampak
menyembur bagai pancuran dari lengan kirinya yang putus
tersabet kipas lawan. "Jit-suheng...........!" ketiga orang su-tenya menjerit pilu.
Untuk sesaat ketiga orang itu menjadi lengah. Dan
kesempatan ini tentu saja tak disia-siakan oleh Tiauw Kiat Su
dan kacungnya yang kejam itu. Dengan amat licik mereka
menyerang dari belakang. Srrrrt! Srrirrrrrtl "Auwgh?"!" lawan A Cang dan pendekar ke delapan dari
Tai-khek-pai yang berada di depan Tiauw Kiat Su menjerit
berbareng. Keduanya lantas jatuh berkelojotan di atas lantai.
Pinggang mereka benar-benar terbuka lebar sehingga isi
perutnya juga benar-benar tertumpah keluar seperti kata-kata
Tiauw Kiat Su tadi. "Oooooooooh !" semua penonton berdesah ngeri.
Sebaliknya Tiauw Kiat Su dan kacungnya tertawa tergelak
gelak! "Wah....... ternyata kalian berdua memilih kematian yang
nomor dua! Hahaha".!" pemuda itu mencemooh lawannya
itu. "Su-bo.. . !" T ui Lan menjerit lirih seraya memeluk gurunya.
Tak tahan melihat pemandangan yang mengerikan itu.
"Tidak apa-apa, anakku. Itulah akibatnya kalau mempunyai
ilmu silat terlalu rendah. Dengan gampang ia akan dihina dan
dipermainkan oleh yang kuat," dengan tenang gurunya
berkata. "Su-bo! Marilah kita pergi dari tempat ini!" Tui Lan
memohon kepada gurunya. "Sebentar! Lihatlah! Ada dua orang wanita memasuki arena
?"!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tahaaaaaan.". !" dua orang gadis manis tiba-tiba
meloncat ke dalam arena seraya berseru nyaring.
Kedua gadis yang baru datang itu masih amat muda pula.
Usia mereka sekitar delapan belas atau sembilan belas tahun.
Masing-masing membawa selendang berwarna kuning dan
putih di pundaknya. Gadis yang berselendang kuning cepat menghampiri
pendekar Tai-khek-pai yang putus tangan kirinya tadi. dengan
cekatan ia mengobati dan membalut lengan yang putus
tersebut. Sedangkan gadis yang berselendang putih segera
menghadapi Tiauw Kiat Su dan kacungnya. Sementara
pendekar Tai-khek-pai yang masih sehat, yaitu pendekar yang
ke sembilan, tampak menangisi kematian su-heng dan sutenya. 'Ah ! Ini dia datang lagi dua gadis manis. Hemm, ternyata
banyak juga gadis yang masih tertinggal di kota ini. Tapi
kenapa sejak kemarin aku tak melihatnya?" dengan sikap
congkak Tiauw Kiat Su menyambut kedatangan dua orang
gadis manis itu. Sambil berkata pemuda itu menoleh kesanakemari mencari T ui Lan. "Pemuda kejam, siapakah kau?" gadis berselendang putih
itu membentak. "Hati-hati, ci-ci! Dia putera kesayangan Tung-hai-tiauw dari
Lautan Timur . !" pendekar ke sembilan dari Tai-khek-pai itu
cepat memberitahu. "Lebih baik ci-ci pergi saja meninggalkan
tempat ini dan memberitahukan keadaan di sini kepada
gurumu, Ang-kin Sian-li! atau ci-ci menolong aku untuk
memberitahukan keadaan kami ini kepada guruku !"
"Kukira kita tak perlu repot-repot, twa-ko. Biar kucoba saja
dahulu kepandaian pemuda ini......!" gadis berselendang putih,
yang ternyata adalah murid Ang-kin Sian-li Siauw Hong Li itu
menjawab tenang. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Gadis itu tersenyum membesarkan hati pendekar T ai-Khekpai tersebut. Perlahan-lahan gadis itu me lolos gelang emas
yang melingkar di kedua pergelangan tangannya, lalu
mengikatnya di ujung selendangnya. Dan sementara itu
saudara seperguruannya yang tadi mengobati pendekar ke
tujuh dari Tai-khek pai, juga telah selesai membalut lengan
pendekar itu. 'Twa-suci (kakak seperguruan tertua), berhati-hatilah !
Senjata mereka mengandung racun," katanya seraya
mendekati gadis berselendang putih itu.
Dan seperti kakak seperguruannya yang berselendang putih
itu gadis yang memakai selendang kuning tersebut juga
mengikatkan gelang emasnya di ujung selendangnya.
'Wah! Wah! Nanti dulu, nona manis. Aku tidak bermusuhan
dengan kalian berdua, aku dan kacungku ini tak pernah
bermusuhan dengan wanita. Sungguh! Marilah kita berbicara
baik-baik!" T iauw Kiat Su yang tak dapat menemukan Tui Lan
itu cepat-cepat menyambut dengan suara manis kepada
murid-murid Ngo-bi-pai itu.
Jilid 3 "Tak perlu bermanis muka di depan kami. Kalian telah
membunuh dua orang kawan kami. Dan hal itu sudah berarti
tidak ada perdamaian diantara kita. Sekarang kalian tinggal
memilih ikut bersama-sama kami menghadap Kang Lam Koai
hiap atau bertanding mengadu jiwa di s ini!"
"Oho........sombongnya! Lihat, A Cang! Kita berdua disuruh
menakluk kepada mereka. Maukah kau?" Tiauw Kiat Su
tertawa menyeringai. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siauw-ya disuruh menyerah kepada mereka" Uh " ..
enaknya! Dari pada begitu, lebih baik kita membunuh saja
mereka! Habis perkara!" pemuda tanggung itu menjawab
seenaknya. "Bagus! Kalau begitu bersiaplah!"
"Tampaknya kedua gadis ini agak berbeda dengan orangorang Hutan itu!" Kedua orang gadis Ngo-bi-pai itu segera menyiapkan
senjata selendangnya. Mula-mula ujung selendang itu di
putar-putarkannya seperti baling-baling. Semakin lama
semakin besar, sehingga akhirnya putaran selendang itu
menyerupai sebuah payung yang dapat digerakkan di
sekeliling tubuh mereka. "A Cang! Awas .. Mereka bukan pemain akrobat keliling
yang sedang memamerkan kemahirannya! Jangan terlena oleh
keindahan 'payung-payung' itu. Siapkan pedangmu!" tiba-tiba
Tiauw Kiat Su memperingatkan kacungnya yang kelihatan
tertegun melihat permainan selendang lawannya itu.
"'Wah, bukan main indahnya! Tapi tentu akan lebih indah
lagi bila warnanya tidak cuma kuning dan putih saja........." A
Cang menyahut perkataan tuannya.
"Tentu saja, goblog! Tapi kalau mereka nanti memainkan
Ngo-yen-si-tin (Barisan Lima Warna) dari Ngo-bi-pai yang
terkenal itu, kau tentu akan lari terbirit-birit!"
Kacung itu menatap tuannya seolah tak percaya.
Sebaliknya dua orang gadis Ngo-bi-pai itu kelihatan kaget
mendengar ucapan Tiauw K iat Su. Diam-diam keduanya saling
pandang dan memberi tanda agar masing-masing lebih berhati
hati menghadapi lawan mereka. Tampaknya pemuda sombong
itu sudah amat mengenal perguruan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lihat serangan!" gadis berselendang putih itu berseru,
kemudian menyerang Tiauw Kiat Su. Dan gadis yang lain
segera menyusul pula, menyerang Si A Cang.
Payung yang ada di tangan kedua gadis itu tiba-tiba
"terbang" melayang ke arah Tiauw Kiat Su dan kacungnya.
Karena ujung yang lain tetap di dalam pegangan gadis
tersebut, maka semakin jauh atau semakin mendekati lawan
mereka payung itu semakin menyusut menjadi kecil pula.
Tiauw K iat Su segera meloncat menghindar. Sebaliknya si A
Cang yang sembrono itu mencoba menangkisnya dengan
pedang. Traaaaaang! Kacung itu terhuyung-huyung hampir
jatuh! Ma lah tidak hanya itu saja. Payung yang dibenturnya
tadi mendadak terurai, jatuh melibat ke arah pedangnya!
Hup"! Mendadak saja pedangnya telah terlepas dari
tangannya dan......... berpindah ke tangan lawannya!
"Siauw-ya " .!" pemuda tanggung itu berteriak kaget,
seraya berlindung di belakang tuannya.
"Nah! Apa kataku tadi" Jangan disamakan gadis-gadis ini
dengan orang orang Tai-khek-pai itu! Huh, kau menepi sajalah
ke sana! Biar kulayani sendiri murid-murid dari Ang-kin Sian-li
ini ..." Tiauw K iat Su membentak kacungnya.
Pemuda itu lalu menyimpan kembali kipasnya dan
mengambil kipas yang lebih besar lagi dari bawah baju
luarnya. Kipas itu demikian besarnya sehingga luasnya hampir
menyamai sebuah payung hujan. Dan kipas tersebut juga
terbuat dari lembaran-lembaran baja tipis pula, sehingga
bobotnya luar biasa beratnya. Namun demikian, di tangan
pemuda itu kipas tersebut tampak ringan sekali.
"Apakah Siauw-ya hendak mempergunakan golok juga?"
tiba-tiba A Cang berseru dari tepi arena.
Tiauw Kiat Su tersenyum. "Tidak usah!" jawabnya lantang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Lalu secara mendadak dan tanpa memberi peringatan
terlebih dahulu, pemuda itu menyerang lawannya! Whusss..!
Kipas besar itu menyodok ke depan, lalu menyambar ke
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
samping mengarah ke pinggang lawan-lawannya! Sekali
serang pemuda itu ingin melukai kedua orang musuhnya.
"Ah!" kedua gadis manis itu memekik perlahan dan
bergegas mengelakkan dirinya. Mereka benar-benar tidak
menduga kalau lawannya mau berbuat licik seperti itu.
Dan begitu terbebas dari bokongan Tiauw Kiat Su, kedua
gadis itu lantas membalas pula. Secara berbareng mereka
menyabetkan selendang mereka ke bagian atas dan ke bagian
bawah pemuda sekaligus. Dan gelang yang terikat di ujung
selendang itu melesat dengan kecepatan kilat ke arah jalanjalan darah yang mematikan.
Siiiing! T rang! Pemuda itu melenting ke atas sambil menangkis ujung
selendang yang menuju ke arah matanya! Kipasnya tergetar,
sementara gelang emas itu juga terpental balik ke arah
pemiliknya. Namun demikian pemuda itu tidak mengurangi
kewaspadaannya. Dan sikapnya itu ternyata sangat menguntungkan. Sebab tanpa terduga sama sekali, tiba-tiba
gelang lawan yang membalik tadi lalu melingkar kembali
dengan kecepatan yang susah diukur! Padahal bersamaan
dengan itu, selendang dari gadis yang satunya juga meluncur
ke arah perutnya pula! "Bukan main ilmu silat Selendang dari Ngo-bi-pai memang
hebat sekali!" Tiauw Kiat Su memuji sambil berjumpalitan
kesana-kemari menghindari serangan selendang yang
berseliweran di sekitar tubuhnya itu.
Kemudian sambil menghentakkan tenaganya pemuda itu
sekali lagi membenturkan kipasnya ke gelang lawannya! Tapi
kali ini pemuda itu membarenginya dengan memencet tombol
kecil di pangkal kipasnya!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Trrrrrang! Seeer! Seeeer!
Belasan, bahkan puluhan Jarum kecil berbisa melesat
keluar dari lobang lobang rahasia yang terdapat di ujungujung kipas itu! Jarum jarum itu me lesat dengan deras bagai
hujan gerimis ke arah gadis-gadis itu!
Kedua orang pendekar wanita dari Ngo-bi-pai itu cepat
menghentakkan selendang mereka. Dan selendang itu secara
otomatis segera berputar seperti baling-baling tertiup angin.
Akibatnya jarum-jarum kecil itu segera menyibak atau
terpental jatuh sebelum mengenai sasarannya.
"Bagus! sekarang kalian terima lah jurusku ini! Tapi hatihatilah, di sini ada tipuannya yang amat berbahaya!
Awaaass......!" Tiauw Kiat Su dengan suara amat sombong
seakan-akan sangat yakin dengan kemampuannya, memberi
peringatan kepada lawan-lawannya.
Tapi kedua gadis itu memang tak pernah melepaskan
kewaspadaan mereka. Mereka sangat menyadari dengan siapa
mereka sekarang berhadapan. Oleh karena itu begitu melihat
pemuda itu menyabetkan kipas besarnya dari atas ke bawah,
mereka berdua segera menyingkir ke kanan dan ke kiri. Sama
sekali mereka tak berniat untuk menangkis kipas itu, Mereka
takut senjata itu akan mengeluarkan jarum-jarum beracun
atau benda-benda gelap yang lain lagi.
Tapi dengan demikian kedua gadis itu justru benar-benar
terjebak dalam perangkap yang dikatakan oleh Tiauw Kiat Su
tadi. Pemuda Itu memang bermaksud memisahkan mereka.
Sebab dengan terpisahnya mereka, kekuatan mereka menjadi
berkurang. Dan keduanya juga akan mengalami kesulitan
untuk saling membantu. Tiauw Kiat Su cepat mengejar gadis berselendang kuning
yang berada di sebelah kirinya, kipasnya yang besar itu
terayun ke samping dengan derasnya seakan-akan hendak
membelah kepala gadis itu dalam sekali tebasan. Dan kali ini
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiauw Kiat Su benar-benar mengerahkan seluruh gin-kang dan
lwee-kangnya, sehingga tidak mengherankan bila gadis itu
menjadi kaget dan tak punya kesempatan untuk menghindar
lagi! Dan satu-satunya jalan cuma menangkisnya!
Sementara itu gadis yang lain tidak kalah pula kagetnya.
Sekejap gadis itu menyadari juga jebakan lawannya. Namun
apa daya, ia tak dapat segera menolong kawannya, karena ia
terhalang oleh lawan yang memisahkan mereka itu. Meskipun
demikian, untuk mengurangi tekanan pemuda itu terhadap
kawannya, gadis berselendang putih itu mencoba menyerang
lawannya. Selendangnya ia putar di atas kepala untuk
membentuk sebuah payung kecil, dan kemudian melemparkan
payung itu ke arah lawannya.
Tapi gadis itu menjadi gelagapan setengah mati ketika
lawannya yang lihai itu membarenginya dengan taburan
jarum-jarum kecil ke arahnya. Dalam kegugupannya gadis itu
cepat-cepat menghentakkan selendangnya untuk menangkis
sergapan jarum-jarum beracun tersebut.
Begitulah, kedua murid Ang-kin Sian-li Siauw Hong Li itu
secara berbareng menggerakkan senjata mereka untuk
menahan serangan lawan. Gadis berselendang kuning itu
menyongsong serangan kipas dengan sabetan gelang di ujung
selendangnya, sementara gadis yang berselendang putih itu
menghentakkan selendangnya untuk menangkis derasnya
hujan jarum yang menyerbu ke arahnya!
Traaaaaang! Busss! Cep! Jep Cep!
"Aughhhhhh.....!"
"Aaaaaahhhhh.......!'"
Semuanya berlangsung dengan cepat dan tak terduga!
Kipas Tiauw Kiat Su yang ditangkis dengan sabetan gelang di
ujung selendang itu hancur berantakan. Dan pecahannya
seluruhnya 'menyerbu' kearah si gadis, sehingga dengan
jeritan memilukan gadis berselendang kuning itu roboh mandi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
darah. Tubuhnya penuh dengan hunjaman baja tipis yang
terlepas dari kipas itu! Sebaliknya, nasib Si Gadis Berselendang Putihpun ternyata
tidak jauh berbeda dengan temannya itu. Entah apa yang
telah terjadi, namun tiba-tiba saja pergelangan tangan
kanannya telah terbabat putus oleh senjata lawannya. Dan
ketika gadis itu memandang terbelalak ke depan, hampirhampir ia tak percaya melihat pemuda itu telah menggenggam
sebilah golok tipis yang berlepotan darah. Gadis itu lalu
menjerit sambil menubruk potongan lengannya yang tergolek
di atas tanah! "Oooooh".!" sekali lagi para penonton berdesah ngeri.
Tapi sebaliknya Tiauw Kiat Su terdengar tertawa lagi
dengan pongahnya, Dan pemuda itu semakin tampak puas
dan gembira ketika melihat korbannya. Si gadis Berselendang
Kuning itu berkelojotan menanti maut.
"Hahaha! Selamat jalan, gadis manis!" salamnya penuh
kekejaman. "Ah, Su-bo! Hentikan kekejaman itu! Tee-cu tak tahan
melihatnya".." Tui Lan merintih di dada gurunya.
"Hmm! Menghentikan mereka" Apa perlunya" Aku tak
berurusan dengan mereka! Apa gunanya aku mencari garagara sendiri! Heh....... kau tahu apa akibatnya bila aku
bermusuhan dengan anak itu" Tung-hai-tiauw akan marah
kepadaku! Dan apa akibatnya bila raja bajak laut itu marah
kepada kita " Seluruh penduduk dan nelayan di Teluk Po-hai
akan terancam jiwanya! Mereka akan menyerang dan
mengobrak-abrik teluk itu!"
"Tapi........" '"Sudahlah! Kita tak perlu ikut campur dengah urusan
mereka! Marilah kita sekarang pergi dari sini! Kita mencari
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
makan di tempat lain saja,'' Si Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai
itu berkata perlahan. "Nah! Siapa mau coba kemampuanku lagi" Silahkan maju!
Tapi kalau sudah tidak ada lagi.......marilah kalian lanjutkan
makan dan minum kalian semua!" terdengar Tiauw Kiat Su
berteriak lagi dengan sombongnya.
Semuanya terdiam. Tak seorangpun dari sekian banyak
pengunjung itu yang berani menjawab atau mengeluarkan
suara. Kepandaian dan kekejaman pemuda itu benar-benar
mencekam hati dan perasaan mereka. Namun ketika pemuda
itu mencari kursi dan hendak duduk kembali mendadak dari
luar melayang masuk sesosok bayangan dengan cepat sekali.
Seorang lelaki kurus kecil berpakaian sangat mewah berdiri
di depan Tiauw Kiat Su. Usianya sudah lebih dari setengah
abad, sehingga rambut dan kumisnya sudah bercampur
dengan putih! Wajahnya tampak merah kehitaman seperti
terbakar oleh sinar matahari.
"Paman.......!" tiba-tiba Tiauw Kiat Su berseru dan
menyongsong kedatangan orang itu.
"Kiat Su! Aku sudah menduga kau tentu ada di sini. Kapan
kau tiba di kota ini" Apakah kau telah memperoleh khabar
tentang adikmu Tiauw Li Ing?"!" dengan suara kecil nyaring
orang yang baru tiba itu bertanya kepada Kiat Su. Wajah
pemuda itu berubah gelap.
Dengan suara kesal dan tak senang pemuda itu
menjawab,"Sejak kecil gadis itu memang selalu sukar diurus.
Sudah berapa kali ia minggat dari Hai-ong-hu (Istana Raja
Laut) dan membikin repot kita?"
"Ah, jangan mengumpati adikmu! Kaupun tidak lebih baik
dari pada dia. Hmm, jadi kau juga belum bisa
menemukannya?" orang tua itu berkata sambil memandang
korban-korban keganasan keponakannya tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pemuda itu menggeleng. "Kalau begitu, mari kita lekas
lekas meninggalkan tempat ini sebelum para pendekar yang
berkumpul di kota ini mencincangmu!"
"Aku tidak takut!" Tiauw Kiat Su menjawab dengan mata
menyala. Orang tua itu menyeringai,"Jangan takabur! Sendirian kau
takkan dapat melawan mereka semua. Apalagi kota ini
semakin menjadi gawat sekarang," tegurnya keras.
"Gawat" Maksud paman?" Tiauw Kiat Su bertanya tak
mengerti. "Hmm....... kau harus sangat berhati-hati mulai sekarang.
Selain para pendekar dari partai-partai persilatan itu, sekarang
terlihat pula jago-jago kerajaan dari kota raja. Kau masih ingat
akan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan jago-jago pengawalrahasia kaisar yang tergabung dalam Sha cap-mi-wi (T iga
puluh Pengawal Rahasia Kaisar) itu?"
'"Hong-lui-kun (Si Tinju Petir dan Badai)........?" terdengar
suara Tiauw Kiat Su mulai merendah.
Orang tua itu menyambar lengan Kiat Su dan
menggandengnya ke luar halaman.
''Betul. Itu saja belum. Tadi pagi aku malahan mendengar
berita yang lebih gawat lagi!" paman Tiauw Kiat Su itu berbisik
seraya mempercepat langkahnya, sehingga sebentar saja
bayangan mereka dan si A Cang itu lenyap dari pandangan
para pengunjung restoran tersebut.
Setelah berada di tempat sepi di luar kota, paman Tiauw
Kiat Su itu berkata, "Ketahuilah, Kiat Su. Selain urusan Si Iblis
Penyebar Maut itu, dunia persilatan sekarang telah
dihebohkan pula oleh berita tentang munculnya sebuah 'Buku
Rahasia' yang dicari dan diperebutkan oleh tokoh-tokoh sakti
yang selama ini tak pernah keluar dari pertapaannya. T okohtokoh sakti itu dikatakan orang mempunyai kesaktian yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tidak lumrah manusia, sehingga orang-orang yang pernah
melihatnya malah menjadi ragu, apakah yang mereka lihat itu
manusia sungguh-sungguh atau bukan?"
Tiauw Kiat Su tersenyum melihat kekhawatiran pamannya
itu. "Ah, paman ini terlalu memuji orang. Bagaimana sih
paman ini" paman sendiri juga memiliki kesaktian yang tidak
lumrah manusia pula. Sedangkan aku meskipun tidak setinggi
paman, tapi kepandaianku juga jarang menemui tanding. Lalu,
apa anehnya itu " Bukankah kita juga bisa menakut-nakuti
orang dusun dengan kepandaian kita, sehingga mereka juga
menyangka bahwa kita ini bukan manusia biasa?"
"Wah. Kau ini bandel amat. Apakah yang pernah melihat itu
seorang ketua partai persilatan semacan Hek-pian hok Ui Bun
Ting dan Kong--tong Cin-jin itu dapat kita sebut sebagai orang
dusun" Heh?" Senyum di wajah Kiat Su itu tiba tiba menghilang. "Hekpian-hok Ui Bun-Ting dan Kong-tong Cin-jin" Apakah paman
tidak berkelakar?" "Kapan aku pernah berkelakar denganmu" Nah, sekarang
kaurenungkan lagi! Kalau orang macam Ui Bun Ting dan
Kong-tong Cin-jin saja dapat mereka taklukkan dalam satu
jurus, lalu macam bagaimana kesaktian mereka itu?"
"Hanya dalam satu jurus?" Tiauw Kiat Su berseru tak
percaya. "Siapa". siapakah yang bercerita kepada paman"
Apakah Ketua Kong-tong-pai dan Tiam-Jong-pai itu sendiri?"
"Wah! Cuma dalam satu jurus saja?" A Cang yang sejak
tadi hanya diam saja dan tidak berani berlaku sembrono di
depan orang tua itu, tiba-tiba berseru pula saking kagetnya.
Orang tua itu melirik sekejap kepada A Cang. Kemudian
ucapnya perlahan yang ditujukan kepada keponakannya,
Tiauw Kiat Su. "Kiat Su ...! Aku memang mendengarnya
sendiri dari ketua Kong-tong-pai dan Tiam-jong-pai itu.
Ketahuilah...! Sebelum aku pergi ke restauran itu tadi, aku
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lebih dulu telah menyusup ke dalam rumah Kang Lam Koaihiap untuk mencari Tiauw Li Ing di sana. Aku menyamar
sebagai pendekar yang hendak ikut memburu Si Iblis
Penyebar Maut pula, sehingga aku bisa turut mendengarkan
pembicaraan mereka. Dan secara kebetulan pula mereka
sedang ribut menolong ketua Kong-tong-pai dan Tiam-Jongpai yang baru saja dilukai oleh manusia sakti itu...."
"Buku Rahasia ...?" Tiauw Kiat Su bergumam perlahan.
Dahinya berkerut. "Buku apakah itu" Mengapa sampai
diperebutkan oleh para pertapa sakti yang sebelumnya tak
pernah mau keluar dari tempat pertapaannya?"
"Nah! Itulah sebabnya aku tadi lekas-lekas menyeretmu
pergi dari restoran itu. Kota ini sekarang baru penuh dengan
manusia-manusia sakti serta tokoh-tokoh persilatan klas
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggi. Cobalah kaupikirkan ".! Kalau kebetulan di restoran
tadi ada hadir salah seorang dari mereka itu, apa jadinya
dengan engkau" Apakah engkau mampu melawan orang yang
dapat mengalahkan Kong-tong Cin-jin dalam sekali pukul itu?"
"Baiklah, paman ... aku mohon maaf," akhirnya Tiauw Kiat
Su mengakui kesembronoannya. "Tapi, paman .... buku apa
sebenarnya yang diperebutkan oleh manusia-manusia sakti
itu" Mengapa ia sampai bisa mengusik hati para pertapa sakti
yang sebelumnya tak ada keinginan untuk keluar dari
pertapaannya itu" Demikian hebatkah buku itu?"
Orang tua itu menengadahkan kepalanya. "Entahlah! Tak
seorangpun yang mengetahuinya". Ah, sudahlah! Lebih baik
kita memikirkan urusan kita sendiri saja!"
Tiauw Kiat Su menghela nafas panjang. "Lalu" apa yang
hendak kita lakukan sekarang, paman?" pemuda itu minta
pendapat pamannya. "Tentu saja kita meneruskan tugas yang diberikan oleh
ayahmu! Kita mencari adikmu sampai dapat. Hmm". Di kota
Liang-yang aku mendengar adikmu pergi bersama-sama kakek
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
buta. Tapi ketika kutanyakan tak seorangpun tahu siapakah
orang buta itu?" "Ahh, gadis itu sungguh menyebalkan!" Tiauw Kiat Su
menggerutu. Sementara itu sepeninggal mereka, restoran itu lalu
menjadi sibuk luar biasa. Korban keganasan Tiauw Kiat Su tadi
segera diberi pertolongan oleh para pengunjung restoran itu.
Malah beberapa orang diantara mereka segera berlari pergi ke
rumah Kang Lam Koai-hiap untuk mengabarkan kejadian
tersebut. "Tui Lan! Untunglah aku tadi tidak memenuhi permintaanmu untuk menolong murid-murid Tai-khek-pai itu.
Tahukah kau, siapa paman pemuda itu tadi " Dia adalah orang
kedua setelah Tung-hai-tiauw, namanya Tung-hai Nung jin
(Petani Dari Lautan Timur)....! Orang tua itu jauh lebih lihai
dan lebih licik dari pada keponakannya itu!"
"Tung-hai Nung-jin...." Su-bo, rasa-rasanya tee-cu pernah
mendengar nama itu sebelumnya."
"Aku memang pernah bercerita kepadamu tentang orang
itu. Dahulu Tung-hai Nung-jin itu pernah berhadapan dengan
Kauw-cu-si(Pengurus pusat Keagamaan) kita, Tong Ciak, di
Kuil Delapan Dewa. Mereka mempunyai kesaktian yang hampir
berimbang. Baru Setelah Tong Ciak Lo-cian-pwe itu
mengeluarkan ilmu Silat Kulit Domba, tokoh bajak laut
tersebut dapat dikalahkan."
"Ya, su-bo pernah menceritakan hal itu.... Eh! Su-bo lihat!
Ada yang datang lagi.....!" tiba tiba Tui Lan berbisik kepada
gurunya. Dari luar halaman masuk seorang laki-laki tinggi tegap
bersama seorang wanita separuh baya berpakaian anggun.
Mereka berusia sekitar lima puluhan tahun namun demikian
wanita itu masih kelihatan gesit dan menarik. Apalagi dengan
selendang merah yang melilit pinggangnya itu!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Dia adalah ketua Tai-khek-pai!" Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai berbisik pula kepada T ui Lan. "Namanya.....Ouwyang Su!" "Wanita cantik itu ?" Tui Lan bertanya seraya menunjuk ke
arah perempuan separuh baya itu.
Mendadak Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu
menggeram. "Huh! Kuntilanak itu " Dia adalah ketua Ngo-bipai. Namanya Siauw Hong Li. Dan kesukaannya adalah
merebut kekasih dan suami orang....!"
Tui Lan cepat berpaling ke arah gurunya. Pipinya bersemu
merah, namun matanya menatap gurunya penuh tanda tanya.
"Ah, subo ....!" desahnya,"Kenapa su-bo tampaknya tidak
menyukai wanita itu ?"
"Ssssst, diamlah! Lihat apa yang hendak mereka kerjakan!"
Selesa i memeriksa mayat-mayat murid mereka, kedua
tokoh persilatan itu menggeram dan mengepalkan tinjunya.
Mereka menatap berkeliling ke arah pengunjung yang berada
di dalam restoran itu. "Kemana para bajak laut itu sekarang ?" Siauw Hong Li
yang telah kehilangan seorang muridnya itu bertanya. Lalu
ketika tiba-tiba terpandang olehnya wajah Si Pendeta Palsu
Dari T eluk Po-hai diantara penonton itu, seketika air mukanya
menjadi gelap! "Huh! Ternyata kaki tangan para pengecut itu
masih berada di sini!"
"Siapa.....?" Ouw-yang Su menegaskan.
"Itu dia!" Siauw Hong Li berseru seraya menuding Si
Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai.
"Perempuan kotor!" Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai
mengumpat kasar saking marahnya, lalu tubuhnya melesat ke
depan menyerang Siauw Hong Li.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hai!" Ouw-yang Su berseru kaget dan menghindar ke
samping. Sebaliknya, seperti seekor kucing yang berjumpa dengan
musuh lamanya, Siauw Hong Li segera menyongsong
serangan Si Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai itu! T iba-tiba saja
ujung selendangnya telah meletus di udara!
Taaaar.....! Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai berjumpalitan di udara,
lalu melesat ke kiri dengan tangkasnya, sehingga letusan itu
tidak mengenai dirinya. Dan begitu kakinya menginjak lantai,
tangannya tahu-tahu sudah menggenggam sebilah pedang
panjang. Dan sedetik kemudian, dengan kemarahan yang
meluap-luap perempuan tua itu telah melesat kembali
menyerang lawannya! Pedangnya menusuk ke bawah,
kemudian melengkung ke atas dalam jurus Memegang Pena
melukis Bulan! Tapi Siauw Hong Li juga tidak mau berdiam diri saja
menantikan serangan itu. Dengan cepat selendangnya
berputar di atas kepalanya. Lalu dengan mengerahkan seluruh
tenaganya, ujung selendang yang melingkar-lingkar itu ia
dorong ke atas menyongsong kedatangan senjata lawan.
Taaar! Ujung pedang yang melingkar ke arah kepala itu
membentur ujung selendang yang digantungi gelang! Dan
sekejap kemudian selendang itu membelit mata pedang
dengan eratnya! Untuk sesaat kedua orang lawan itu saling
mempertahankan senjata mereka masing-masing. Tapi ketika
Siau Hong Li menghentakkan seluruh tenaga saktinya, maka Si
Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai tidak bisa bertahan lagi.
Namun demikian perempuan tua itu tetap tak mau
melepaskan pedangnya. Akibatnya ia ikut terlempar tinggi ke
udara! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Siauw Hong Li tersenyum. Tapi senyum itu segera hilang
ketika lawannya yang terlempar tinggi ke udara itu tiba-tiba
melemparkan belasan pisau kecil ke arahnya!
Siiiiiing! Siiiiiiing! Siiiing! Siauw Hong Li cepat melepaskan
lilitan selendangnya, kemudian mati-matian menghindarkan
diri dari sergapan pisau kecil yang menyerang dengan cepat
sekali itu. "Gila......!" umpatnya seraya membenahi kembali
bajunya yang kedodoran. "Tahan.....!" Ouw-yang Su cepat melompat menengahi
perkelahian mereka. "Mengapa kalian lantas bertempur tanpa
sebab" Bukankah Lo-ni adalah Si Pendeta Palsu Dari T eluk Pohai itu?" Si Pendata Palsu Dari Teluk Po-hai mendengus marah.
"Dialah yang memulainya. Sejak semula aku toh hanya diam
saja! Dialah yang mulai dengan kata kata kotor dan
menyakitkan hati! Siapakah yang mau dihina oleh kuntilanak
macam dia?" "Kurang ajar! Jaga mulutmu! Kaulah yang hina dan kotor!
Mana ada seorang pendeta pernah bunting selain kau! Huh!"
Siauw Hong Li yang dikatakan 'kuntilanak' itu menjerit marah.
"Bangsat! Kubunuh kau!" Si Pendeta Palsu Dari Teluk Pohai berteriak marah pula.
Tapi Ouw-yang Su cepat melerai mereka. "Jangan berkelahi
sendiri!" teriaknya keras. "Kuasailah hati dan pikiran kalian!
Jangan nodai persatuan kita dengan pertumpahan darah
diantara kita sendiri! Simpanlah tenaga kalian untuk melawan
Si Iblis Penyebar Maut nanti!"
Meskipun dengan menahan geram, kedua wanita tua itu
terpaksa menuruti permintaan Ouw-yang Su. Dengan mata
masih melotot keduanya segera menyimpan senjata masingmasing. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Nah! Terima kasih....!" Ouw-yang Su berdesah lega. Lalu
katanya lebih lanjut kepada si Pendeta Palsu dari teluk Po-hai.
"Lo-ni".! Apakah sebenarnya yang terjadi disini tadi"
Benarkah orang-orang Tung-hai-tiauw yang melukai dan
membunuh murid-murid kami itu?"
Dengan sikap yang masih tegang dan kaku si Pendeta Palsu
dari teluk Po-hai terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Benar"! Tapi mereka bertanding secara jantan dan
berhadapan muka sehingga aku tak berani mencampurinya."
"Bilang saja"..kau takut! Tak perlu mengajukan alasan
yang bukan-bukan"..!" Siauw Hong Li mengejek.
"Kuntilanak bermulut kotor! Majulah! Mari kita berkelahi
sampai mati! Jangan hanya berani membuka mulut saja!" si
Pendeta Palsu dari teluk Po-hai berteriak sengit.
"Sudah"..! sudah, ji-wi jangan berkelahi lagi! Siauw Hong
Li, mari kita bawa murid-murid kita ini ke rumah Kang Lam
Koai-hiap! Setelah itu kita rundingkan cara-cara menghadapi
Tung-hai-tiauw itu ...." Ouw-yang Su menengahi perselisihan
perempuan-perempuan tua itu lagi.
Demikianlah, kedua orang ketua partai persilatan itu lalu
membawa murid-muridnya pulang. Dan Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai yang semula mau pergi menemui Kang Lam Koaihiap itu, mendadak mengurungkan niatnya. Perselisihannya
dengan Ketua Ngo-bi-pai membuatnya enggan dan malas
untuk pergi ke sana lagi. Paling-paling dia akan berjumpa pula
dengan musuh bebuyutannya itu.
"Kemana kita sekarang, subo?" Tui Lan bertanya kepada
gurunya setelah mereka berada di jalan kembali.
"Kita tak usah bergabung dengan mereka. Kita cari sendiri
iblis itu." Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai menjawab.
"Sekarang marilah kita mencari penginapan dahulu, kemudian
meneruskan acara makan kita yang tertunda tadi." Tui Lan tak
berani bertanya lagi. Gadis itu tahu kalau gurunya amat benci
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kepada Ang-kin Sian-li Siauw Hong Li tadi. Hanya saja gadis
itu tak tahu apa yang menyebabkan kedua orang itu yang
tampaknya sudah saling mengenal sebelumnya itu demikian
membenci satu sama lain. Begitulah, kedua orang guru dan murid itu akhirnya
memperoleh penginapan juga. Karena belum beristirahat sejak
kemarin, maka keduanya segera memasuki kamar masingmasing. "Beristirahatlah yang banyak, karena nanti malam kita akan
berburu si Iblis Penyebar Maut!'' pesan perempuan tua itu
kepada Tui Lan. "Ah, su-bo .... Kalau boleh".kalau boleh, tee-cu tak usah
ikut saja. Bi-biarlah tee-cu menunggu su-bo di penginapan
ini." dengan suara takut takut Tui Lan berkata kepada
gurunya. "Nah, kau sudah hendak mulai lagi dengan
kecengenganmu! Lalu apa gunanya kalau hanya aku yang
berangkat! Bukankah semua ini urusanmu" Kau ini
bagaimana, sih?" perempuan tua itu membentak marah.
"Tapi....... baik.......baiklah, su-bo. Tee-cu akan ikut."
"Nah begitu lebih baik! Sekarang beristirahatlah! Nanti akan
kupesan agar pelayan mengantar makanan ke kamarmu saja.
Dan kita tak perlu keluar pula lagi."
Mereka lalu memasuki kamar masing masing. Setelah
membersihkan badan, berganti baju, dan makan makanan
yang diantar oleh pelayan, mereka lalu beristirahat hingga
sore hari. Malamnya, Tui Lan dan gurunya baru keluar dari kamar
mereka. Keduanya telah berganti lagi dengan pakaian serba
gelap, agar lebih leluasa berjalan di malam hari. Dan demi
keselamatan atau keamanannya, Tui Lan sengaja berpakaian
secara laki-laki. Rambutnya yang panjang itu ia gelung ke
atas, kemudian ia tutup dengan sebuah topi sasterawan biru
tua. Bajunyapun ia memilih yang agak besar dan sedikit
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kedodoran untuk menyembunyikan bentuk tubuhnya yang
ramping. Itupun dia masih mengenakan baju luar yang lebar
pula, sehingga orang yang bertemu dengan dia takkan
menyangka sedikitpun kalau dia seorang gadis. Apalagi gadis
itu telah mendandani wajahnya sedemikian rupa sehingga
kecantikannya yang alamiah itu tidak begitu merangsang
pandangan lagi. Namun demikian dengan dandanannya itu
tetap saja dia menjadi seorang pemuda yang tampan sekali.
Penginapan itu juga membuka sebuah restoran di ruang
depan. Tapi tempat itu kelihatan sepi ketika Tui Lan dan
gurunya masuk. Yang tampak disana hanya seorang pelayan
saja, yang duduk kelelahan di pojok ruangan. Namun pelayan
itu segera berdiri tergopoh-gopoh ketika mereka masuk.
'Mari silahkan duduk. Nyonya! Mari tuan muda "." dengan
sangat ramah pelayan itu menyambut kedatangan Tui Lan.
"Kenapa sepi sekali" Dimanakah para penghuni kamar yang
lain?" Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai bertanya kepada
pelayan itu. "Semuanya telah pergi sejak sore tadi. Kami dengar ada
keributan di Lembah Dalam sana," pelayan itu menjawab
bersemangat. "Oh, ya....... nyonya dan tuan ingin pesan
makanan apa?" "Keributan" Di Lembah Dalam" Eh ..... kau tahu" Keributan
apa itu" Dan ..... dimana lembah itu?" dengan suara kaget Si
Pendeta Dari Teluk Po-hai bertanya.
Mendadak wajah pelayan itu menampilkan rasa ngeri dan
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ketakutan. "Entahlah.....! Saya...... saya tak mengetahuinya.
Orang-orang itu hanya mengatakan bahwa di lembah yang
angker itu telah terjadi pertempuran antara jin, setan, iblis
dan hantu! Makhluk-makhluk tersebut tidak satupun yang
kelihatan ujudnya. Para penonton hanya bisa melihat akibat
dari pertempuran mereka saja, yaitu debu yang mengepul
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tinggi, batu-batu karang yang pecah berantakan, suara-suara
bentakan yang mendirikan bulu-roma dan lain sebagainya."
Ketika Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai hendak bertanya
lagi, tiba-tiba dari sebuah kamar muncul seorang lelaki gagah,
berpakaian ringkas diiringkan lima orang lelaki berpakaian
ringkas pula. Mereka berjalan lewat di tempat tersebut dengan
amat tergesa-gesa. Dan lelaki gagah berusia sekitar tiga puluh
enam tahun itu hanya menoIeh sekejap kepada pelayan itu.
"Kami akan keluar dulu! T olong kaubersihkan kamar kami!"
katanya pendek. Si Pendeta Palsu dari teluk Po-hai cepat menarik lengan T ui
Lan dan dibawanya pergi mengejar rombongan lelaki gagah
itu. Tentu saja pelayan restoran itu menjadi bingung melihat
ulah mereka. Sambil memandang kepergian Tui Lan dan
gurunya, dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Ah, akhir-akhir ini banyak sekali iblis dan hantu yang
berkeliaran mengganggu manusia, sehingga banyak orang
yang menjadi linglung dan ketakutan dalam hidupnya."
Tui Lan berlari-lari kecil di belakang gurunya. Namun
langkahnya semakin lama menjadi semakin ketinggalan ketika
gurunya itu menjadi semakin cepat pula dalam mengejar
rombongan lelaki gagah itu. Apalagi ketika mereka telah
keluar dari pintu gerbang kota sebelah timur. Rombongan
lelaki gagah itu tampaknya benar-benar amat tergesa
sehingga begitu keluar dari pintu gerbang kota, mereka lantas
mengerahkan seluruh gin-kang mereka. Sebentar saja
bayangan mereka telah hilang ditelan kegelapan malam.
Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai menahan langkahnya,
lalu berjalan perlahan sambil menunggu kedatangan
muridnya. "Uh-uh-uh.....! Su-bo, kemanakah mereka?" Tui Lan
dengan terengah-engah bertanya kepada gurunya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hmmmmh!" Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai menghela
napas. "Mereka berlari cepat sekali! Sungguh amat suIit sekali
mengejar mereka di dalam kegelapan begini.......! Ah,
bagaimanapun juga jagoan-jagoan istana itu memang hebat
sekali!" "Jagoan-jagoan istana" Su-bo maksudkan orang-orang
yang kita kejar tadi" Siapakah mereka itu, su-bo" Dan
mengapa tiba-tiba su-bo mengejar mereka?"
"Lelaki gagah itu adalah Jago silat nomer satu di istana. Dia
adalah kakak kandung Panglima Bala Tentara Kerajaan.
Namanya.........Hong-lui-kun yap Kiong Lee! Dan kelima orang
yang mengawalnya tadi tentulah jagoan-jagoan Sha-cap mi-wi
yang terkenal itu." "Oh .. ?" Tui Lan berdesah kagum. "Tapi........ mengapa subo mengejarnya" Apakah su-bo telah mengenal mereka?"
"Bodoh! Mana mereka kenal pada pendeta dusun seperti
aku" Aku mengejar mereka, karena aku yakin mereka akan
pergi ke Lembah Dalam itu. Nah, maksudku dari pada aku
sulit-sulit mencari tempat itu, bukankah lebih baik bila aku
mengikutinya?" "Jadi...... jadi su-bo hendak melihat pertempuran para jin
dan setan itu?" "Hush! Omong kosong "..! Mana ada jin dan setan di dunia
ini" Mereka tentu manusia-manusia juga seperti kita. Cuma
begitu tinggi kesaktian mereka, sehingga semua yang
dilakukan oleh mereka sangat menakjubkan orang-orang
bodoh seperti kita."
"Ahh..... Su-bo juga memiliki kesaktian yang amat hebat
pula!" "Ah....... kau ini benar-benar seperti katak di dalam
tempurung. Hanya gurumu saja yang kauketahui selama ini....
Sudahlah, mari kita mencari lembah itu sendiri!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan tersenyum kemalu-maluan. Namun wajahnya tibatiba menjadi berseri-seri kembali ketika melihat sepetak sawah
yang baru selesai dibajak pemiliknya.
"Eh, Su-bo .....bukankah jalan ini adalah jalan yang kita
lalui pagi tadi?" katanya gembira.
"Benar! Dan........ itulah puncak bukit yang kita daki pagi
tadi!" "Hei! Bila demikian?".bila demikian..... apakah Lembah
Dalam itu tempat tee-cu menguburkan Ang-leng Kok-jin itu?"
Tui Lan mengatakan dugaannya.
"Ah........ mungkin kau benar T ui Lan. Kalau begitu, marilah
kita kesana!" Keduanya lalu berlari cepat mempergunakan gin-kang
mereka. Sebenarnya ilmu kepandaian Tui Lan tidak kalah
dengan murid-murid ketua partai persilatan yang kini ada di
kota Soh-ciu itu. Tapi karena jiwa Tui Lan yang cinta damai
dan tidak suka kekerasan itu, membuat dia kelihatan lemah
dan seperti orang bodoh. Mereka menuruni jurang itu dari tempat yang sama pula.
Tapi ketika mereka sampai di tempat kuburan Ang-leng Kokjin itu, mereka tidak melihat atau menemukan apa-apa.
Tempat itu sunyi dan sepi.
"Mungkin bukan ini yang mereka namakan Lembah Dalam."
Si Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai berbisik kepada Tui Lan.
Tiba-tiba sayup-sayup terdengar suara bentakan dan
dencing senjata ke telinga mereka!
"Eh, Tui Lan! Kau mendengar sesuatu?"
"Ya, su-bo. Seperti suara pertempuran."
Mereka lalu bergegas mencari arah suara itu. Lembah atau
dasar jurang itu bentuknya memanjang seperti dasar sungai
yang kering, berkelok-kelok mengitari bukit itu, sehingga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
suara itu kadang-kadang terdengar jelas, kadang-kadang
hilang. "Su-bo..".,.! Jurang ini makin lama makin dalam. Lihatlah
tembok tebing yang berlapis-lapis itu!"
"Hei! Benar katamu. Tui Lan! Lihat di depan ini! Dasar
jurang ini terputus di sini! Dan ........hai! Di depan masih ada
lagi palung yang dalam!'' Tui Lan berlari mendekati gurunya.
Dilihatnya gurunya duduk termangu-mangu di atas batu,
menatap ke depan, ke jurang yang lebih dalam lagi. Dan
ketika angin bertiup agak lebih kencang, tiba-tiba terdengar
sayup-sayup suara hiruk pikuk dari dalam palung yang dalam
itu. "Eh, Su-bo.......! Di bawah sana terdengar suara
pertempuran! Mungkin palung inilah yang disebut Lembah
Dalam itu..." Tui Lan berseru.
"Mungkin, Marilah kita merayap ke sana!"
Dengan sangat hati-hati sekali guru dan murid itu kembali
merayapi tebing terjal yang licin dan berlumut. Dan makin ke
bawah, suara pertempuran itu semakin jelas terdengar. Tapi
bersamaan dengan itu pula, bau amis darah pun juga semakin
keras menusuk hidung pula, sehingga guru dan murid itu diam
diam menjadi berdebar-debar dan menduga-duga di dalam
hati, ada apa sebenarnya di dasar palung jurang itu.
"Su-bo....! Apakah kita tidak lebih baik kembali ke atas
saja" Lama-lama tee-cu merasa ngeri juga........"
Tui Lan yang berhati kecil itu berkata gemetar sambil
mengawasi kegelapan yang melingkupi dirinya. "Rasanya.....rasanya kita ini hendak masuk ke dalam perut
bumi yang gelap dan penuh berisi kolam darah!"
"Tidak, Tui Lan! Lihat di bawah itu! Kaulihat obor-obor itu?"
mendadak perempuan tua itu memotong perkataan muridnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan memandang ke bawah. Dasar palung itu tinggal
sepuluh atau lima-belas tombak saja lagi. Dan dari tempat
mereka berada, pertempuran itu sudah kelihatan samarsamar, dimana puluhan obor berseliweran, serta puluhan atau
bahkan malah ratusan orang bertempur mengeroyok
seseorang. "Hei! T ampaknya Si Iblis Penyebar Maut telah dapat dijebak
di tempat ini." Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai berseru
gembira. Keduanya lalu bergegas turun. Tapi setelah berada di
bawah, mereka malah tertegun di tempat masing-masing! Apa
yang mereka saksikan di dasar palung itu sungguh amat
mengerikan sekali! Tui Lan yang berhati lemah itu segera
membalikkan tubuh dan menutupi wajahnya!
Di depan mereka, diantara obor yang berceceran di segala
tempat, tampak mayat-mayat bergelimpangan tumpang tindih
tak beraturan! Ada yang masih mengerang kesakitan, ada pula
yang bergerak-gerak menghadapi sekaratul-maut! Darah
segar masih mengalir dan berceceran di mana-mana,
menandakan bahwa kematian mereka belumlah lama. Dan
tampaknya tempat tersebut bekas dipakai sebagai arena
pertempuran, yang kini telah bergeser menjauh dari tempat
itu. "Tui Lan, jangan takut. Besarkanlah hatimu! Marilah kita
menuju ke tempat pertempuran itu!" Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai menepuk bahu muridnya.
"Su-bo, tee-cu ....... tee-cu tidak tahan melihatnya."
"Sudahlah! Marilah kauikuti aku! Tutup sajalah matamu.........!" Tapi mana bisa Tui Lan menutup matanya terus-menerus"
Gadis itu justru ma lah menjadi takut kalau kakinya nanti
menginjak kepala mayat-mayat itu. Oleh karena itu dengan
memberanikan hatinya, Tui Lan lalu membuka matanya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan paksa. Ditatapnya mayat-mayat yang dilangkahinya
itu dengan hati tak keruan rasa.
"liih.......!" gadis itu menjerit lirih ketika melihat mayat salah
seorang anggota Kong-tong Ngo-hiap.
"Ahhh!" gadis itu memekik lagi ketika kakinya hampir
menginjak perut pendekar Tai-khek-pai yang tadi siang
bertempur dengan Tiauw Kiat Su itu.
"Jangan kauhiraukan semuanya itu! Tampaknya mereka
semua telah menjadi korban Si Iblis Penyebar Maut! Marilah
kita cepat ke sana! Kita jangan sampai ketinggalan." Si
Pendeta Palsu Dan Teluk Po-hai berteriak ke arah muridnya.
Palung yang berada di dasar jurang yang amat dalam itu
benar-benar seperti lobang kuburan saja layaknya. Setiap
empat atau lima langkah, kedua orang guru dan murid itu
tentu menemukan mayat para pendekar yang tergabung
dalam pimpinan Kang Lam Koai-hiap itu.
"Aih. Su-bo...... lihat! Bukankah mayat ini mayat ketua Taikhek-pai itu ........!" tiba-tiba Tui Lan berteriak sambil
menuding sebuah mayat yang terkapar berpelukan dengan
sesosok mayat yang lain. Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai berhenti pula dan
memeriksa mayat itu. Dibukanya pelukan mayat itu.
"Heh! Kurang ajar....! Ouw-yang Su dan Siauw Hong Li!
Hmmmm..... tampaknya kuntilanak yang haus lelaki ini telah
menjerat hati Ouw-yang Su pula. Huh, dasar......I" perempuan
tua itu mengumpat-umpat. Lalu bentaknya kepada Tui
Lan,"Biarkan saja! Mereka telah mendapatkan hukuman yang
setimpal. Marilah kita berjalan terus!"
Tapi baru sepuluh langkah mereka berjalan, tiba-tiba
perempuan tua itu membungkuk lagi ke sebuah mayat yang
lain. "Hei! Kang Lam Koai-hiap yang belum sembuh dari
lukanya itu juga ikut menjadi korban pula!" serunya keras.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Wah, kalau begitu pimpinan dari para pendekar itu tinggal
Kong-Tong Cin-jin dan Hek-pian-hok U i Bun Ting saja, su-bo?"
Tui Lan yang ikut berjongkok di samping gurunya itu bertanya
gemetar. "Ya......!" gurunya berbisik perlahan. Tampaknya kematian
Kang Lam Koai-hiap itu benar-benar telah mempengaruhi
hatinya yang keras. "Iblis itu kelihatannya memang tidak
terkalahkan oleh siapapun juga! Sekian banyaknya pendekar
yang datang, tapi ternyata tak satupun yang mampu
menangkapnya." Desahnya kemudian.
"Su-bo, pertempuran itu telah kelihatan dari sini," ucap Tui
Lan menyadarkan gurunya. "Benar, marilah kita lihat macam apa Iblis Penyebar Maut
itu...........!" Tapi perempuan tua itu menjadi bingung ketika dari
kejauhan ia melihat ada dua arena di dalam pertempuran itu.
"Eh, Tui Lan....! Mengapa ada dua buah arena di sana"
Apakah iblis itu mempunyai kawan?"
"Su-bo, marilah kita kesana melihatnya!" Tui Lan yang
sudah bisa menguasai kengeriannya itu berkata, lalu
mendahului berjalan. "Tui Lan, tunggu"." Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai
memanggil muridnya, kemudian berlari mengejarnya.
Tapi lagi-lagi belum ada lima belas langkah perempuan tua
itu berjalan mendadak telinganya mendengar rintihan yang
amat mengejutkan hatinya!
"Sui Nio........! Kaukah itu?"
Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu menghentikan
langkahnya dengan tiba-tiba pula! Ada seseorang yang telah
memanggil nama kecilnya! Dan orang itu tampak menggeletak
mandi darah di atas sebongkah batu besar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Siapakah kau" Kenapa kau tahu....nama kecilku" Apakah
kita pernah......hei, Bun Ting! Kaukah itu?"
Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu lantas menubruk
orang yang terluka parah itu. Sambil memangku kepala orang
itu, Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai membersihkan
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gumpalan-gumpalan darah membeku yang melekat di
wajahnya. "Bun Ting, apamu yang terluka" Katakanlah! Biarlah aku
mengobatimu!" perempuan tua itu berbisik di telinga ketua
Tiam-jong-pai itu seperti orang merintih.
"Sui Nio.......! Bertahun-tahun kita tak pernah berjumpa,
tapi aku tetap ingat pada suaramu. Kulit kita sudah samasama berkeriput, tapi selama itu pula aku tak pernah dapat
melupakanmu.....!" Ui Bun Ting berdesah perlahan.
"Apakah kau tidak jadi kawin dengan Siauw Hong Li itu?"
perempuan tua itu berbisik pula dengan suara sedih.
"Ah, engkau telah salah paham. Aku tak pernah tertarik
kepadanya. Dialah yang mengejar-ngejarku. Engkau telah
terjebak dalam tipu muslihatnya, sehingga engkau menjadi
salah sangka terhadapku. Engkau lantas pergi jauh
meninggalkanku, membuat aku kelabakan mencarimu
kemana-mana dan aku tak pernah bisa menemukan engkau,
Sui Nio, kini aku telah menjumpaimu......sayang, Thian tak
merestui kita....." "Bun T ing, kau tidak boleh mati......!" Si Pendeta Palsu Dari
teluk Po-hai itu berdesah serak seraya memeluk kepala orang
itu. "Jangan bersedih, Sui Nio! Aku takkan mati. Tapi
.....meskipun demikian, untuk selanjutnya aku akan menjadi
lelaki yang tak berguna lagi. Seluruh kepandaianku telah
musnah. Jangankan untuk berkelahi seperti dulu, untuk
membunuh ayampun sekarang rasanya sudah tak mampu
lagi." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Oh, Bun Ting..... siapakah orangnya yang berani melukai
sedemikian parahnya" Apakah si Iblis Penyebar Maut itu?"
"Entahlah! Orang itu menyangkal ketika kami menuduhnya
sebagal Si Iblis Penyebar Maut. Tapi kepandaiannya, ciricirinya, kata Kang Lam Koai-hiap memang mirip iblis itu, maka
kami semua yakin kalau dia tentu si Iblis Penyebar Maut itu!"
"Dimanakah dia sekarang?" Si Pendeta Palsu Dari T eluk pohai menggeram marah. "Akan kubalaskan sakit hatimu ini!"
"Sui Nio, jangan......! Kepandaiannya benar-benar seperti
iblis. Kita semua bukanlah lawannya. Apalagi dia mempunyai
kawan yang kesaktiannya juga tidak kalah dari pada dia.
Jangan....Lihatlah di belakangmu! Lihat puluhan, bahkan
ratusan korban itu! Mereka semua bukanlah pendekarpendekar sembarangan. Namun demikian mereka semua telah
dibabat habis oleh iblis-iblis itu hanya dalam empat atau lima
jurus saja".." "Tapi kulihat mereka sekarang tidak mampu lagi untuk
lekas-lekas membereskan para pengeroyoknya. Kemampuan
mereka tampaknya telah jauh menyusut"."
"Kau salah menduga lagi, Sui Nio. Mereka takkan pernah
susut tenaganya. Tapi mereka sekarang memang sedang
menghadapi keroyokan jago-jago silat kelas satu dari dunia
persilatan kita. Lihatlah ke arena yang di sebelah barat itu!
Kau tahu, siapakah yang berhadapan satu lawan satu dengan
teman si iblis itu" Dia adalah pendekar ternama Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai! Dan siapakah yang menghadapi si iblis di
arena sebelah timur itu" Mereka tidak lain adalah jagoanjagoan kerajaan, Hong lui-kun Yap Kiong Lee dan para
pengawalnya. Mereka itu telah bertempur lebih dari dua-puluh
jurus." Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai memandang ke arah
pertempuran. Meskipun sangat samar-samar karena hanya
ada beberapa buah obor yang menerangi tempat itu, tetapi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dengan matanya yang sudah amat terlatih, perempuan tua itu
dapat melihat betapa dahsyatnya pertempuran tersebut.
Gerakan mereka luar biasa cepatnya, sehingga kaki-kaki
mereka seperti tidak pernah menyentuh tanah sama sekali.
Sementara angin pukulan mereka terdengar berciutan
memekakkan telinga, dan sesekali malah terdengar menggelegar bila menghantam bebatuan atau tebing palung
itu! Diam-diam perempuan tua itu menggeleng-gelengkan
kepalanya, sadar bahwa kepandaiannya memang belum dapat
disejajarkan dengan mereka itu. Kalau toh dia memaksa juga
untuk terjun ke dalam arena itu, paling-paling dia juga hanya
bisa bertahan sejurus dua jurus pula seperti yang lain.
"Nah, bagaimana pendapatmu, Sui Nio" Kau takkan
menyia-nyiakan hidupmu, bukan" Biarlah Hong-gi-hiap dan
Hong-lui-kun itu saja yang membereskan mereka. Sekarang
kaukerahkan saja tenaga saktimu untuk mengobati luka
dalamku!" "Tapi?"" Perempuan tua itu tampak ragu-ragu. Matanya memandang lepas ke depan, seolah-olah ada yang
membebani hatinya. Tapi beberapa saat kemudian mata itu
kembali meredup pula lagi, dan selanjutnya kembali menatap
wajah Ui Bun Ting yang pucat seperti mayat.
"Baiklah, Bun T ing. Aku akan mengobati lukamu lebih dulu.
Marilah....!" akhirnya perempuan tua itu berkata sambil
menghela napas panjang. "Terima kasih, Sui Nio......."
Sementara itu tanpa disadari oleh gurunya, Tui Lan telah
berjalan semakin mendekati arena pertempuran. Biarpun
angin pukulan mereka itu menyambar-nyambar di sekelilingnya, malah kadang-kadang meletus dan mengelepar
di dekatnya, Tui Lan tetap berjalan terus mendekati
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pertempuran dahsyat itu. Sesekali gadis itu tampak
terhuyung-huyung bila angin pukulan mereka menghembus
atau menyerempet tubuhnya.
Tapi semakin dekat dengan pertempuran itu, mata Tui Lan
justru semakin kabur me lihatnya. Mereka bertempur cepat
bagai kilat, sehingga hanya bayang-bayang mereka saja yang
dapat dilihat oleh matanya. Namun demikian, setelah
beberapa waktu lamanya, gadis itu dapat juga mengenali
salah seorang diantara mereka.
"Kakek Giok-bin T ok-ong......!" gumamnya sedikit keras.
Kakek tampan yang kelihatannya sudah mulai dapat
menguasai Hong-lui-kun dan para pengawalnya itu, ternyata
mendengar juga gumam Tui Lan itu.
"Hei, gadis ayu! Kau masih berada di jurang ini juga"
Dimanakah gurumu itu?" teriaknya seraya melompat keluar
dari kepungan musuh-musuhnya, sehingga Hong-lui-kun dan
kawan-kawannya dapat bernafas lega kembali.
Namun Tui Lan tidak segera menjawab pertanyaan kakek
sakti itu, sebaliknya gadis itu malah mengajukan pertanyaan
pula,"Lo-cianpwe, benarkah Lo-cianpwe itu si Iblis Penyebar
Maut seperti dugaan semua orang ini?"
"Hussh, jangan banyak omong! Lekaslah menjawab
pertanyaanku tadi! Dimanakah si Pendeta Palsu gurumu itu,
heh?" kakek itu membentak marah.
Tui Lan menjadi ketakutan. "itulah dia ada di belakang!''
jawabnya cepat. Sungguh mengherankan sekali! Begitu tahu Si Pendeta
Palsu Dari Teluk Po-hai juga berada di tempat itu, tiba-tiba
kakek sakti itu menjadi pucat wajahnya! Seperti kemarin
malam juga, tiba-tiba kakek itu lalu me lesat pergi
meninggalkan tempat itu pula. Hanya saja sebelum lenyap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dari pandangan,. kakek sakti itu sempat berteriak ke arah
temannya. "Bu-tek Sin-tong (Anak Ajaib Tanpa Tanding), aku pergi
dulu! Kita bertemu lagi besok malam di Perut Naga untuk
melanjutkan urusan "Buku Rahasia" itu"..!"
"Lo-cianpwe, tunggu".!'' Tui Lan berseru, lalu berusaha
mengejarnya. Tempat dimana Giok-bin Tok-ong tadi lenyap adalah
tembok tebing palung itu. Dan ketika Tui Lan datang
mendekati, ternyata disitu ada sebuah lubang kecil sebesar
perut kerbau. Dengan agak ragu-ragu Tui Lan memandang
lobang hitam yang menganga di hadapannya itu, tapi di lain
saat hatinya menjadi bulat untuk memasukinya.
Sementara itu di arena pertempuran yang lain, lawan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang bernama Bu-tek Sin-tong
itu terdengar mengumpat-umpat karena telah ditinggal pergi
oleh Giok-bin Tok-ong. "Huh! Apa enaknya tetap tinggal disini kalau tidak ada kau,
monyet! Kau sudah mengakali aku untuk menghadapi bocah
lihai ini, huh! Dan kau Cuma melayani ayam-ayam kampung
itu! Kurang ajar"..! Sekarang kau malah minggat duluan!" Butek Sin-tong yang tubuhnya kerdil seperti anak kecil itu
memaki-maki, kemudian ikut melompat keluar dari arena
meninggalkan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Rambutnya yang
putih dan panjang sampai di kakinya itu berkibaran ditiup
angin. Sementara badannya yang hampir telanjang sama
sekali itu tampak mengkilat karena keringat.
Setelah Bu-tek Sin-tong pergi, Hong-liu-kun Yap Kiong Lee
bergegas mendekati Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang telah
lama dikenalnya. (Baca pendekar Penyebar Maut).
"Selamat berjumpa lagi, saudara Souw! Apa khabar?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Pendekar yang namanya dikenal oleh setiap orang, bahkan
oleh Kaisar Han pula itu tersenyum menyambut kedatangan
Hong-lui-kun. "Wah, untung saudara Yap lekas-lekas datang.
Kalau tidak, hmm". Jiwaku mungkin sudah melayang ke alam
baka. Kedua orang itu benar benar lihai bukan main! Sudah
kukuras seluruh kemampuanku, tapi tetap tak kuasa pula
menanggulangi kedahsyatan ilmu mereka," katanya penuh
takjub dan heran. Kemudian lanjutnya pula," Padahal lawanku
tadi cuma seorang kakek kerdil yang agaknya juga kurang
waras pula"." "Ah, kalau saudara Souw saja merasa kewalahan, apalagi
aku yang bodoh ini." Yap Kiong Lee menyesali pula
kekalahannya. "Begitu hebatnya kesaktian iblis tua itu,
sehingga aku yang telah dibantu oleh lima orang anggota Shacap-mi-wi ini masih juga dibuat tak berdaya olehnya."
Setelah saling menyapa, mereka lalu berusaha mencari
orang-orang yang perlu ditolong diantara ratusan korban yang
berceceran itu. "Ah, ini benar-benar suatu bencana di dunia persilatan!
Dalam semalam saja ratusan pendekar persilatan telah
menemui ajalnya di tempat yang seram ini. Belum pernah
kudengar peristiwa seburuk ini selama hidupku. Dan
semuanya itu hanya karena seorang manusia iblis. Hm...
sungguh terkutuk sekali si Iblis Penyebar Maut itu!" Hong-luikun Yap Kiong Lee menggeram sedih ketika tak seorangpun
diantara para korban itu yang masih hidup.
"Saudara Y ap, lihat... disini masih ada yang bisa ditolong!"
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berseru ketika mendapatkan si
Pendeta Palsu dari Teluk Po-hai sedang sibuk mengobati Ui
Bun Ting. "Eh! Kalau tak salah yang terluka ini adalah Hek-pian-hok
Ui Bun Ting ketua Tiam-jong-pai!" Yap Kiong Lee yang
mempunyai hubungan erat dengan para ketua partai
persilatan itu berseru kaget.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar, Yap Tai-hiap. Orang ini memang Ui Bun Ting." Si
Pendeta Palsu Dari T eluk Po-hai menjawab perlahan.
Dan beberapa saat kemudian, lima anggota Sha-cap-mi-wi
itu berturut-turut menemukan mayat ketua Tai-khek-pai, Ngobi-pai dan Kong-tong Ngo-hiap. Lima orang bersaudara dari
Kong-tong-pai itu mayatnya berserakan dan berjauhan satu
sama lain, suatu tanda bahwa mereka berlima benar-benar
berjuang sampai titik darah yang penghabisan.
"Oh..... lengkap sudah bencana besar ini! Seluruh partai
persilatan di daratan Tiongkok hancur lebur hidupnya dalam
satu malam!" Yap Kiong Lee lagi-lagi berdesah sedih melihat
kenyataan itu. "Benar, Yap Tai-hiap. Semua telah hancur. Semuanya telah
musnah. Murid-muridkupun tak ada yang hidup lagi"..!" Ketua
Tiam-jong-pai yang terluka parah itu merintih perlahan.
"Ah! Dimana Tui Lan......?" tiba-tiba Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai tersentak kaget.
"Tui Lan" Siapakah Tui Lan itu ?" Ui Bun Ting bertanya.
''Muridku! Dia Muridku...........!" perempuan tua itu
berteriak, lalu berlari kesana-kemari mencari Tui Lan seperti
orang gila. "Tui Laaaaaaaan! T ui Laaan.....! Dimanakah kau?"
Tapi biarpun semua orang ikut mencarinya, gadis itu tetap
tidak bisa diketemukan. Gadis itu seakan-akan ikut lenyap
bersama dengan iblis-iblis tadi. Sampai-sampai semua mayat
dibolak-balik oleh perempuan tua itu, namun gadis itu tetap
tidak diketemukannya. "Oh celaka! Dimanakah anak perempuan itu berada"''
perempuan tua itu menjerit lirih seakan mau menangis.
"Sudahlah, Sui Nio. Kita tunggu saja anak itu sampai terang
tanah nanti. Sekarang kau lebih baik membantu Souw Tai-hiap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dan Y ap Tai-hiap, mengurus mayat mayat para pendekar itu."
Ui Bun Ting menasehati bekas kekasihnya itu.
Demikianlah, sampai matahari muncul dan kemudian naik
terus ke punggung bukit, mereka menggali lobang dan
menguburkan semua mayat itu. Meskipun matahari tidak
langsung membakar punggung mereka, karena terhalang oleh
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tebing jurang yang tinggi, namun tubuh mereka benar-benar
basah dengan keringat. "Saudara Yap.....! jauh-jauh kau datang ke tempat terpencil
ini, meninggalkan kenikmatan istana, apakah hanya untuk
bekerja-bakti menguburkan mayat-mayat para pendekar ini"
Ataukah mungkin saudara Yap mempunyai tugas yang lain
dari Hong-siang?" sambil bekerja Souw T hian Hai menanyakan
maksud kedatangan Yap Kiong Lee di tempat itu.
Yap Kiong Lee tersenyum. "Kami memang mendapat tugas
khusus yang sifatnya agak rahasia dari Hong-siang. Kami
diperintahkan untuk mencari......"
"Jangan, saudara Yap! Kau tak usah menyebutkannya bila
tugas itu memang bersifat rahasia! B iarlah ?"."
"Ah, tidak! Bukan begitu maksudku. Kami justru ingin
bertanya tentang hal itu kepada saudara Souw ma lah. Begini
saudara Souw.... Sebenarnya sudah hamper dua tahun ini
Hong-siang mencari putera tunggalnya. Dahulu Pangeran
Mahkota itu telah minta ijin kepada Hong-siang untuk
membereskan sesuatu urusan di dunia persilatan. Tapi sampai
tiga tahun lebih pangeran itu tidak juga ada khabar beritanya.
Tentu saja Hong-siang menjadi khawatir. Biarpun pangeran
muda itu memiliki ilmu yang dahsyat, namun bagaimanapun
juga waktu tiga tahun itu bukanlah waktu yang pendek. Hongsiang mengkhawatirkan keselamatan beliau. Nah, setelah
berkali-kali utusan yang disebar oleh Hong-siang selalu pulang
kembali tanpa membawa hasil, maka Hong-siang lalu
mempercayakan tugas itu kepadaku...."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ya, aku memang sudah mendengar pula tentang hal itu.
Berita itu telah tersebar dan menjadi rahasia umum di
kalangan masyarakat. Kebetulan aku sendiri juga mengenal
baik Pangeran Yan Kun itu sehingga diam-diam aku juga
memasang mata dan telinga untuknya. Tapi selama ini pula
aku tak pernah mendengar beritanya. Padahal sudah setahun
ini pula aku selalu keluar dari rumah untuk berkeliling di dunia
kang ouw untuk mencari Souw Lian Cu, puteriku..." Souw
Thian Hai berkata pula. Jilid 4 Yap Kiong Lee mengerutkan keningnya. Jagoan nomor satu
dari kota raja itu sudah mengenal pula gadis ayu yang lengan
kirinya buntung itu. Malah menurut cerita burung yang dibawa
angin, Pangeran Mahkota Yang Kun telah jatuh cinta pula
kepada gadis cantik itu. T etapi entah apa sebabnya, keduanya
tak pernah bisa bersatu. (Baca Pendekar Penyebar Maut).
"Jadi..... nona Souw juga tidak ada di rumah" Wah .....!
Jangan-jangan..... jangan-jangan........" Yap Kiong Lee tidak
berani meneruskan dugaannya.
Souw Thian Hai tersenyum kecut. Ayah yang masih muda
ini juga mengetahui pula hubungan pangeran mahkota itu
dengan puterinya. Tapi menurut pengetahuannya, hubungan
tersebut selalu tampak tersendat-sendat, karena keduanya
mempunyai watak yang amat keras. Terlalu tinggi hati, suka
menutup diri, tidak mau saling terbuka dalam mengemukakan
cinta mereka. Terutama puteri sendiri, Souw Lian Cu!
Begitu ingat pada puterinya Souw Thian Hai menghela
napas panjang. Pendekar itu memang tidak bisa menyalahkan
puterinya. Gadis itu memang terlalu banyak menderita sejak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kecilnya, sehingga ia tak menjadi heran kalau watak dan
sifatnya menjadi sedemikian keras dan kakunya.
Usia enam tahun Souw Lian Cu telah ditinggal mati ibunya.
Gadis kecil itu lalu dibawa pergi oleh pengasuhnya karena
ayahnya, satu-satunya keluarga yang harus merawatnya telah
menjadi gila karena kematian ibunya itu. Dan gadis itu baru
diketemukan oleh Souw Thian Hai, ayahnya yang telah
sembuh kembali, ketika sudah berumur duabelas tahun.
Hamper saja gadis kecil itu tidak mengenal Souw Thian Hai
kembali. Gadis itu lalu hidup bersama ayahnya lagi.
Tapi empat tahun kemudian, Souw Lian Cu yang telah
menjadi gadis remaja itu kembali melarikan diri meninggalkan
ayahnya, karena ia tidak ingin ayahnya itu kawin lagi dengan
wanita lain. Dan gadis itu terlunta-lunta sendirian di dunia
yang ganas, sehingga akhirnya diketemukan oleh Keh-sim
Siauw hiap (Pendekar Patah Hati) yang sebenarnya juga masih
sahabat ayahnya sendiri. Oleh sahabat ayahnya itu, Souw Lian
Cu dibawa ke Pulau Meng-to. Dan diatas pulau itu Souw Lian
Cu dinasehati, dihibur dan diberi pelajaran bermacam-macam.
Namun hal itu telah diterima lain oleh gadis yang baru
menjelang dewasa tersebut. Souw Lian Cu jatuh cinta kepada
pendekar yang sudah patut menjadi pamannya itu. T entu saja
Keh-sim Siauw-hiap tak mau melayani maksud gadis tersebut.
Akibatnya gadis muda itu menjadi malu dan minggat dari
pulau Meng-to. Dalam pengembaraannya yang kedua inilah Souw Lian Cu
bertemu dengan pangeran Yang Kun. Dan pangeran yang
amat terkesan kepada gadis ayu berlengan sebelah itu
akhirnya jatuh cinta dan mengejar-ngejarnya. Tapi jiwa Souw
Lian Cu sudah terlanjur dingin dan kaku. Meskipun gadis itu
juga amat menyukai Pangeran Yang Kun, tapi ia sudah takut
berdekatan dengan laki-laki kembali. Begitulah akhirnya sang
pangeran itu juga menjadi putus asa pula. Keduanya lalu
berpisah tanpa bisa menemukan titik perpaduan yang dapat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mempersatukan kedua hati mereka. Namun keduanya samasama menderita karenanya.
Demikianlah, sampai menjelang lohor kedua pendekar itu
dengan dibantu lima orang anggota Sha-cap-mi-wi yang
mengiringkan Hong-lui-kun dari kota-raja, telah selesai
menguburkan ratusan mayat yang berserakan di dasar palung
jurang itu. Palung jurang yang dikenal orang dengan nama
Lembah Dalam. Semula Si Pendeta Palsu Dari teluk Po-hai tidak mau
meninggalkan tempat itu. Perempuan tua itu ingin mencari T ui
Lan lagi sampai dapat. Tapi Souw T hian Hai dan Hong-lui-kun
Yap Kiang Lee segera menasehati agar gadis itu dicari saja di
tempat lain. Sebab kalau gadis itu memang benar-benar masih
berada di tempat itu, tentu sudah kembali kepada mereka. Ui
Bun Ting juga membujuk bekas kekasihnya itu, sehingga
akhirnya perempuan tua itu mau pula menuruti perkataan
mereka. Lalu, kemanakah sebenarnya Tui Lan itu"
Begitu memasuki lobang kecil itu, Tui Lan yang berpakaian
laki-laki itu segera berada di dalam lorong yang gelap dan
pekat. Hampir saja gadis itu mengurungkan niatnya untuk
mencari Giok-bin Tok-ong. Tapi keinginannya untuk bertemu
dengan tokoh yang mampu membunuh para ketua partai
persilatan, namun ternyata sangat takut kepada gurunya itu,
membuat gadis itu menjadi bersemangat kembali. Gadis itu
benar-benar ingin mengetahui mengapa manusia sakti itu
sedemikian takutnya kepada gurunya. Mungkinkah orang tua
itu sungguh-sungguh telah membunuh ayah-ibunya" Benarkah
orang tua itu si Iblis Penyebar Maut yang ditakuti orang itu"
Gadis itu lalu mengeluarkan lilin dan menyalakannya.
Lobang sempit yang dari luar kelihatan buntu itu ternyata
melebar di dalamnya. Tui Lan tidak usah merangkak lagi. Dia
berjalan hati-hati me lalui celah-celah batu padas yang
merekah membentuk lorong-lorong sempit di dalamnya. Tapi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lorong-lorong itu kemudian terpecah-pecah menjadi beberapa
jurusan sehingga gadis itu menjadi bingung untuk melangkah
maju lagi. Angin meniup perlahan di dalam lorong itu, sehingga
menggoyangkan nyala api lilin yang dipegang oleh Tui Lan.
Untuk sesaat udara segar terasa menghembus ke dalam paruparu Tui Lan. "Tentu ada lobang yang besar di dekat tempat ini. Dan aku
juga seperti membaui air pula...." gadis itu berkata di dalam
hati. Tui Lan lalu menerobos ke dalam salah satu lorong yang
mengeluarkan udara segar dan uap air itu. Benarlah beberapa
saat kemudian sayup-sayup terdengar suara gemericiknya air
mengalir di dalam lorong yang dipilihnya itu dan sete lah
membelok kesana-kemari me lalui lorong yang semakin
menurun itu, maka Tui Lan lalu tiba di sebuah sungai di bawah
tanah. Sungai itu ada lima atau enam tombak lebarnya. Tidak
begitu dalam, namun airnya mengalir dengan sangat
derasnya, sehingga suaranya terdengar gemuruh memenuhi
lorong-lorong yang sempit itu.
Krincing?"".! Krincing?"?"".!
Hampir saja Tui Lan membentur batu padas diatasnya!
Suara gemerincing besi yang beradu satu sama lain, yang
datang dari arah kiri gadis itu menggema memenuhi lorong
tersebut, mengatasi gemuruhnya suara air sungai, hingga
mengagetkan hati Tui Lan! Kemudian dengan wajah dan
perasaan yang amat tegang gadis itu mencari sumber suara
tersebut. Tui Lan merayap hati-hati di pinggir sungai bawah tanah.
Tiba-tiba ia mencium bau asap obor di balik sebongkah batu
besar. Gadis itu menjadi curiga! Lilin itu ditaruhnya di atas
batu kemudian dikerahkannya lwee-kangnya untuk menggeser
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
batu besar tersebut. Hup! Batu itu bergeser, dan secercah
sinar obor tampak menyeruak keluar. Ternyata sebuah lobang
kecil, sebesar tubuh manusia, menganga di belakang batu
besar tersebut. Tui Lan menjadi berdebar-debar hatinya! Terang ada yang
menyalakan api obor di dalam lobang itu! Tapi, siapa dia"
Mungkinkah orang itu Giok-bin Tok-ong" Ataukah ada orang
yang lain lagi" Tui Lan memaksa dirinya untuk melongok ke dalam. Ia
memang melihat obor-obor itu dipasang di dalam lobang itu,
lobang yang semakin ke dalam semakin besar, yang
membentuk sebuah ruangan atau rongga lebar di dalamnya.
Tapi gadis itu tak melihat seorangpun di sana. Di dalam gua
itu hanya tampak bongkah-bongkah batu karang besar yang
berdiri tegar menyentuh langit-langit gua. Tui Lan
memberanikan dirinya masuk lebih ke dalam lagi, sehingga
akhirnya dia berada di tengah-tengah ruangan gua tersebut.
Sebenarnya ada juga perasaan ngeri di dalam hati gadis itu
melihat bongkah-bongkah batu karang yang berdiri tegar di
sekelilingnya itu. Gadis itu takut, Jangan-jangan orang yang
menyalakan obor tersebut bersembunyi di balik batu-batu
karang itu. Krinciiliing.........! Suara besi itu kembali terdengar lagi dengan nyaringnya!
Dan tiba-tiba saja sebuah lengan yang diborgol dengan jalinan
rantai besi sebesar lengan itu sendiri, menyelonong keluar dari
balik sebongkah batu karang besar di depan gadis itu!Lengan
itu kemudian jatuh berdencing di atas tanah dan diam tak
bergerak. Selanjutnya Tui Lan mendengar suara napas yang
berat diselingi suara dengkur kecil orang tertidur.
Tui Lan yang semula hampir menjerit itu kemudian
menghela napas lega. Ternyata di balik batu karang besar itu
ada seorang lelaki yang diborgol lengannya, dan sedang
tertidur pulas. Dan ketika gadis itu memperhatikan dengan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lebih teliti lagi, maka ia melihat jalinan rantai besi yang
melingkar-lingkar pada batu karang tersebut.
"Ah! Rantai yang dipergunakan untuk memborgol orang itu
ternyata dililitkan pada batu karang, agar ia tidak bisa pergi
meninggalkan tempat ini. Hmm, tampaknya orang ini
sangatlah berbahaya sehingga ia diikat di gua ini. Tapi,
siapakah orangnya yang mampu mengikatnya itu" Apakah
Giok-bin Tok-ong juga" Baiklah aku akan melihatnya. Dengan
rantai yang mengikat lengannya itu kukira ia sudah tidak
berbahaya lagi ......" gadis itu berkata di dalam hati.
Krinciiing! Sekali lagi orang itu bergerak dan kini yang muncul keluar
adalah kaki kirinya! Tui Lan menghentikan langkahnya.
Dilihatnya kaki orang itu juga diborgol pula!
"Oh, tampaknya orang ini telah diborgol semua tangan dan
kakinya....." gadis itu membatin dengan perasaan yang
semakin lega, lalu kakinya melangkah lagi untuk mendekati.
Sesosok tubuh tinggi kurus sedikit demi sedikit dapat dilihat
oleh Tui Lan. Dan benar juga dugaan gadis itu, orang tersebut
diborgol semua kaki-tangannya. Malah tidak cuma itu saja!
Leher orang itupun ternyata juga dililiti borgol pula! Ma lahan
borgol itu tampaknya lebih tebal dan lebih kuat pula! Dan
borgol tersebut tampak sangat kokoh mencengkeram batang
leher itu sehingga rasa-rasanya orang itu sulit untuk
menggerakkan kepalanya. Tapi ketika Tui Lan mencoba untuk menjenguk wajah orang
itu, tiba-tiba mulutnya ternganga. Tui Lan merasa kaget tapi
juga heran! Karena wajah itu adalah wajah si pemuda kurus
yang ia temui di restoran kemarin!
Pemuda itu tidur terlentang dengan pulasnya. Air mukanya
tampak polos dan damai, tidak pucat dan kaku seperti
kemarin, sehingga wajahnya yang amat tampan itu kelihatan
makin menarik dan bercahaya, diam-diam Tui Lan kagum
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
juga. Baginya, pemuda itu kelihatan sangat lembut dan tidak
terlalu kasar. Hanya yang sangat mengherankan adalah mengapa
pemuda itu diborgol kaki-tangannya" Apakah pemuda itu
berada dalam tawanan musuhnya" Apakah Giok-bin Tok-ong
yang menyanderanya" Tui Lan lalu melangkah semakin dekat lagi. Dengan sangat
hati-hati dilihatnya rantai borgol yang dipakai untuk mengikat
pemuda itu."Borgol-borgol ini dikunci dengan kuat sekali,"
katanya di dalam hati. Krinciiiing! Tiba-tiba pemuda itu membalikkan badannya, sehingga
rantai pengikat ikut bergerak dan berbunyi dengan ramainya.
Dalam kagetnya Tui Lan cepat-cepat bertiarap di lantai gua
dan tidak berani bergerak atau bersuara sedikitpun. Sambil
menempelkan kepalanya di atas lantai, gadis itu menunggu
beberapa saat lamanya. Dalam suasana yang hening dan menegangkan tersebut,
mendadak gadis itu mendengar suara orang bercakap-cakap!
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan suara itu terasa dekat sekali!
Tui Lan bangkit dengan cepat. Matanya nyalang mencari
sumber suara itu. Tapi suara itu mendadak juga lenyap begitu
ia bangun, dan di dalam gua tersebut tiada orang lain selain
dia dan pemuda itu. Gadis itu menjadi penasaran sekali. Sekali lagi ia bertiarap
dan memasang telinganya baik-baik. Benar juga. Suara itu
kembali menggema di dalam telinganya. Namun suara
tersebut segera hilang bila ia bangkit berdiri.
Tui Lan menjadi curiga terhadap lantai gua itu. Dan ketika
ia memeriksanya, ia melihat lantai itu retak atau merekah
panjang, sehingga menimbulkan celah sempit selebar tiga jari
dan dari dalam celah sempit itulah suara tersebut terdengar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kelihatannya dibawah lantai gua ini ada ruangannya
pula?" gadis itu menduga-duga di dalam hatinya.
Lalu timbul keinginan Tui Lan untuk mendengarkan
percakapan orang yang berada di ruangan bawah itu.
Dipasangnya telinganya di tempat yang retak itu.
"Giok-bin Tok-ong".! Jadi lelaki muda yang dapat menahan
ilmuku tadi bernama Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Pantas
aku agak mengalami kesulitan untuk menundukkannya! Bocah
itu memang sangat lihai, sehingga dia ikut tercatat pula di
dalam "Buku Rahasia" itu"." Terdengar suara serak namun
sangat nyaring dari dalam celah itu.
"Buku Rahasia! Buku Rahasia...! Kau selalu saja menyebutnyebutkannya. Bosan aku mendengarnya! Ayo, tunjukkan
kepadaku! Mana buku itu" Kenapa tidak lekas-lekas
kautunjukkan kepadaku, kalau buku itu memang ada"
Mengapa sedari tadi kau cuma membuka mulut saja tanpa
menunjukkan buktinya" Apakah kau ingin mempermainkan
aku, hah?" terdengar suara Giok-bin Tok-ong menyahut
perkataan orang yang pertama itu.
"Kau memang bebal dan berotak udang! Sudah berkali-kali
kukatakan bahwa aku tak membawanya, kau masih saja tak
percaya! Aku hanya pernah membacanya. Itupun cuma
sepintas lalu, yaitu ketika orang yang mengaku bernama Bok
Siang Ki itu memperlihatkannya kepadaku! Coba sekarang
kaupikirkan lagi dengan baik! Bagaimana aku dapat
mengenalmu dan mencarimu di tempat ini, padahal kita belum
pernah saling berkenalan sebelumnya, kalau bukan karena
buku itu" Bagaimana aku tahu tokoh-tokoh kang-ouw itu,
padahal aku tak pernah keluar dari lobang pertapaanku
selama seratus tahun, kalau bukan karena buku itu?" lawan
bicara Giok-bin T ok-ong itu menjawab gusar.
Hening sejenak. Kakek berwajah tampan itu tidak terdengar
lagi suaranya, sehingga Tui Lan menjadi tegang dan berdebarTiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
debar. Sekilas gadis itu memandang ke arah si pemuda kurus
yang telah tertidur pulas itu.
''Baiklah!" akhirnya terdengar suara Giok-bin Tok-ong
kembali. "Tetapi aku tetap belum mempercayai kata-kata itu
sepenuhnya, sebelum aku melihat sendiri buku itu. Namun
demikian, aku ingin mendengar juga terlebih dahulu darimu.
Siapakah Bok Siang Ki itu" Bagaimana dia sampai
mendapatkan buku itu" Lalu apa saja isi buku celaka itu?"
"Bangsat! Bolak-balik kau tetap tak percaya juga
kepadaku.. !" "Sudahlah! Jawab saja pertanyaanku itu!" Giok-bin Tok-ong
terdengar mendesak kembali.
"Bagaimana aku tahu orang yang bernama Bok Siang ki itu,
kalau aku juga belum pernah melihat sebelumnya. Dia
mendatangi gua pertapaanku yang sudah tertutup oleh semak
belukar di T elaga ouw (Telaga Besar) itu, dan membangunkan
aku, agar aku keluar menghentikan tapaku. Semula aku tak
mengacuhkan. Tapi ketika dia hendak meledakkan guaku, aku
menjadi marah. Aku menjebol dinding gua dan menghadapinya. Kami lalu berkeIahi........"
"Dan .....kau kalah, bukan?" terdengar suara Giok-bin Tokong mengejek. "Kurang ajar! Siapa bilang aku kalah" Orang itu sangat licik,
sehingga aku ketinggalan satu jurus!'' lawan bicara Giok-bin
Tok-ong itu berteriak semakin gusar.
"Hei, Sin-tong! Jangan marah-marah begitu! Ka lau memang
kalah akui saja kekalahan itu. Di dalam perkelahian, setiap
orang bebas untuk berbuat apa saja demi mendapatkan
kemenangan. Jadi, salahmu sendiri bila kau sampai terkecoh
oleh muslihat lawan itu."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jangan panggil aku Sin-tong (Anak Ajaib)! Bisa
kuremukkan kepalamu nanti!" suara lawan berbicara Giok-bin
Tok-ong itu semakin keras dan berang.
"Habis tubuhmu demikian kecil, namun kesaktianmu begitu
dahsyat, sih"..!" Giok-bin Tok-ong terdengar menyahut
perkataan lawannya itu dengan tertawa. "Lalu........ kalau aku
tak boleh menyebutmu demikian, bagaimana aku harus
memanggilmu" Coba katakan kepadaku siapakah namamu
sebenarnya?" "Ini?"ini?"Wah, aku sendiri sudah lupa pula pada
namaku sendiri." "Nah! Itulah sebabnya kau kupanggil Bu-tek s in-tong. yang
berarti... Seorang Anak Kecil Ajaib Yang Sukar dicari
Tandingannya, hehehe?"!"
"Kurang ajar.........!"
"Sudahlah! Kau jangan mengumpat-umpat saja! Lebih baik
kauceritakan saja kepadaku, bagaimana kau bisa membaca
'Buku Rahasia' itu?" akhirnya terdengar suara Giok-bin Tokong membujuk dan tidak mengolok-ngolok lagi.
"Huh! Setelah dia berbuat liehai sehingga dapat
memenangkan perkelahian itu, dia mengeluarkan sebuah buku
kumal dari dalam saku bajunya. Dia bilang bahwa
kedatangannya ke guaku itu atas petunjuk "Buku Rahasia"
tersebut. Di dalam buku itu, katanya tercantum "DAFTAR
TOKOH-TOKOH PERSILATAN TERKEMUKA" pada waktu ini,
beserta tempat tinggalnya juga. Itulah sebabnya aku juga
mengetahui pula tempat tinggalmu, karena kau juga
tercantum dalam buku tersebut." Bu-tek Sin-tong terdengar
memberi keterangan. "Dan kaukatakan bahwa namamu tertulis pada urutan
ketiga dalam "DAFTAR TOKOH-TOKOH PERSILATAN TERKEMUKA" itu, sementara aku hanya pada urutan keempat.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Begitukah" Jadi kau berada satu tingkat diatasku, begitu"
Huh, enaknya!" "Hei! Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Di dalam
buku yang diperlihatkan kepadaku itu, aku memang ditulis
pada nomer tiga, sedangkan kau nomer empat. Sementara
nomer yang kelima adalah Hong-gi-hiap Souw T hian Hai ....."
"Hehehe.....! lalu siapakah yang berada di nomer satu dan
dua?" "Nomer dua adalah Bok Siang Ki sendiri. Sedangkan yang
nomer satu adalah seorang sasterawan yang juga tidak
terkenal namanya, bertempat tinggal di puncak gunung Hoasan. Dan menurut Bok Siang Ki, buku itu diambilnya dari
rumah sasterawan itu....."
"Hmm..... lalu apa saja isi buku itu selain 'DAFTAR TOKOH
TOKOH PERSILATAN TERKEMUKA' itu?"
"Entahlah! Aku bukan seorang terpelajar, sehingga aku tak
bisa memahami segala macam pantun dan syair yang tertulis
di dalam buku itu. Aku bisa meraba-raba sedikit saja.
Tampaknya buku itu berisikan ramalan-ramalan tentang
segala macam hal di dunia persilatan dan keadaan negeri
Tiongkok di masa yang akan datang."
"Ramalan". ?" terdengar suara Giok-bin Tok-ong
mencemooh sambil tertawa seolah tak mempercayai
kebenaran ramalan yang baginya cuma omong-kosong itu.
"Ooh, kau tak percaya?"
"Ah, omong kosong dengan semua macam ramalan itu!"
"Tapi beberapa buah diantara ramalan itu telah terbukti
kebenarannya. Misalnya tentang jatuhnya Kaisar Chin Si Hongte oleh Liu Peng itu. Dan bagaimana keadaan anak keturunan
bekas kaisar Chin itu sepeninggal Kaisar Chin Si Hong-te.
Semua itu telah dikisahkan dalam buku itu. Bunyinya kalau tak
salah begini : Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Si Naga Emas menjadi lengah
Sehingga dapat dibunuh oleh anak seorang petani lemah
Naga-naga kecil saling berebut diri
Namun mereka mati oleh api yang mereka buat sendiri.
Seekor Naga Kecil bersayap hitam
Mencoba terbang mencapai awan
Tapi gagal karena seekor ular.
Naga Emas itu diibaratkan sebagai Kaisar Chin Si Hong-te,
yang mati karena dibunuh oleh Liu Pang, anak seorang petani
yang kini menjadi Ka isar Han, sementara Naga-naga Kecil atau
anak-anak keturunan Kaisar Chin Si Hong-te justeru malah
saling berbunuhan sendiri karena saling berebut kekuasaan.
Kemudian ada seorang anak keturunan Kaisar Chin Si Hong-te
pula, yang diibaratkan sebagai 'Seekor Naga Kecil Bersayap
Hitam', yang ingin mengembalikan kekuasaan keluarganya,
tapi ternyata mengalami kegagalan karena ulah seekor ular
atau anak-buahnya sendiri"."
Hening lagi sejenak. Tampaknya Giok-bin Tok-ong
terpengaruh pula oleh keterangan Bu-tek Sin-tong yang
panjang lebar itu. Dan begitu pula halnya dengan Tui Lan
yang ikut mendengarkan percakapan tersebut melalui celah
sempit itu. Gadis itu semakin lama semakin tertarik pula
mendengar pembicaraan mereka itu.
''Lalu, siapakah yang dimaksudkan dengan "Naga Kecil
Bersayap Hitam" itu?" tiba-tiba terdengar lagi suara Giok-bin
Tok-ong melalui celah itu.
"Hmm, apakah kau tidak pernah mendengar nama Hekeng-cu, yang sangat terkenal di dunia persilatan pada tiga
tahun yang lalu" Tokoh sakti itu adalah keturunan Ka isar Chin
Si Hong-te pula. Dia bermaksud menegakkan kembali dinasti
keluarganya, tapi gagal. Dia terbunuh oleh keponakannya atau
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
muridnya sendiri yang bernama Chin Yang Kun yang memiliki
Ilmu Kim-coa-ih-hoat (Baju Ular Emas)."
'Ohh! Lalu, kemanakah Chin Yang Kun itu sekarang?"
"Hei.... mana aku tahu" Kepandaiannya sangat tinggi, dan
usianya masih amat muda pula, apalagi ia juga tercantum
pada urutan ke tujuh dalam "DAFTAR TOKOH-TOKOH
PERSILATAN TERKEMUKA' itu.........."
"Eh, Sin-tong! Aku menjadi tertarik juga jadinya mendengar
ceritamu itu. Aku juga ingin melihat dan membaca "Buku
Rahasia' itu pula. Lalu, dimanakah orang yang bernama Bok
Siang Ki itu sekarang?"
"Sulit untuk mencarinya, karena dia bertempat tinggal di
tengah-tengah Gurun Go-bi yang maha luas itu. Dan meskipun
dapat ketemu juga, kau takkan bisa mengenalnya pula. Dia
sangat licik dan pandai sekali pian-hoa (beralih rupa)."
"Kaumaksudkan bahwa dia itu pandai menyamar?"
"Benar!" "Hmm, kalau begitu aku akan menemui sasterawan yang
tinggal di puncak gunung Hoa-san itu saja. Selain lebih dekat,
kukira ia juga lebih mudah dicari pula."
"Hei, aku juga ikut! Aku juga ingin bertemu dengan Jago
Silat Paling Terkemuka itu!" Bu-tek Sin-tong terdengar
berteriak. Terdengar langkah kaki mereka meninggalkan ruangan
bawah itu. Tui Lan menarik napas panjang, namun demikian hatinya
masih terasa tegang juga. Giok-bin Tok-ong yang sebenarnya
ingin ia jumpai itu kini telah pergi. Sebuah kesempatan yang
baik untuk menolong pemuda kurus itu dari borgolnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi kuncinya" Mana kuncinya" Tanpa kunci itu tak
mungkin borgol yang kokoh kuat itu dapat dibuka .. " gadis itu
berkata di dalam hatinya.
Gadis Itu lalu mencari kunci borgol itu. Namun sampai lelah
ia melongok dan mencari kesana-kemari, kunci tersebut tak
diketemukannya juga. Akhirnya gadis
itu mengambil keputusan untuk keluar dari tempat itu, dan melapor kepada
gurunya. Siapa tahu gurunya dapat membebaskan pemuda
itu" Mumpung Giok-bin Tok-ong pergi ke puncak gunung Hoasan! Tui Lan lalu keluar melalui lorong-lorong gua itu kembali.
Sampai di luar ternyata hari sudah siang, malah matahari
sudah lewat di atas kepala. Dan di luar lobang itu telah
menjadi sepi. Gurunya sudah tiada lagi di tempat itu. Yang
tampak di Lembah Dalam itu sekarang hanyalah gundukan
tanah yang luar biasa banyaknya, yang hampir memenuhi
seluruh lembah itu sendiri.
Diam-diam bergidik juga hati T ui Lan menyaksikan kuburan
baru sekian banyaknya itu. Oleh karena itu Tui Lan cepatcepat merayap menaiki tebing lembah yang sangat
mengerikan itu. Dan sampai di dasar jurang tersebut, Tui Lan
segera merayap pula lagi mendaki tebing jurang. Untunglah
siang itu kabut telah menghilang disapu panas mentari,
sehingga Tui Lan tidak mengalami kesulitan untuk mencapai
bibir jurang yang berada di puncak bukit itu.
Kedatangan Tui Lan di kota Soh-ciu disambut dengan
suasana duka cita para warga kota dan penduduk Kang Lam
berkenaan dengan terbunuhnya ratusan pendekar persilatan
yang bermaksud membela mereka dari keganasan Si Iblis
Penyebar Maut itu. Hampir tak seorangpun yang keluar di
jalan raya. Toko-toko dan warung-warung yang berada di
pinggir jalan juga menutup pintunya, sementara rumah-rumah
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penduduk juga tampak lengang pula, sehingga kota itu rasarasanya seperti sebuah kota mati saja layaknya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan langsung menuju ke penginapannya. Tapi
dilihatnya gurunya juga belum kembali. Kamarnya kosong dan
ketika ia memasuki kamarnya sendiri, pelayan penginapan itu
menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.
"Siauw-ya......! Nyonya tua yang tinggal di kamar sebelah
tadi datang mencari s iauw-ya. Tapi setelah mengetahui siauwya belum datang, beliau lalu pergi lagi." Lapornya kepada T ui
Lan yang masih mengenakan pakaian pria itu.
"Kau tahu kemanakah beliau pergi?" tanya Tui Lan seraya
memberi persen uang logam kepada pelayan itu.
"Saya tidak tahu, siauw-ya. Nyonya itu tidak meninggalkan
pesan apa-apa kepada saya...." jawab pelayan itu sambil
menerima uang pemberian gadis itu. Wajahnya menjadi
berseri-seri. "Baiklah! B iarlah aku menunggunya saja di sini."
"Apakah saudara mencari nyonya tua itu" Aku tahu kemana
dia pergi," tiba-tiba Tui Lan mendengar sebuah suara di
belakangnya. Gadis itu terkejut dan membalikkan tubuhnya. Ternyata di
belakangnya telah berdiri s i A Cang, kacung dari T iauw K iat Su
itu. Tui Lan menjadi curiga dan meningkatkan kewaspadaannya, karena ia merasakan sesuatu yang tidak
wajar melihat kedatangan bocah tanggung itu di tempat
penginapannya. ''Kau siapa?" Tui Lan pura-pura bertanya.
Tak terduga kacung itu tersenyum. "Siauw-ya belum tahu
namaku" Hehe. baiklah! Namaku...... si A Cang! Sederhana
sekali, bukan" Aku adalah pelayan dari Kim-mou-eng Tiauw
Kiat Su yang tersohor itu," katanya menyombongkan dirinya
sambil tertawa pringas-pringis.
Tapi T ui Lan tak melayani kekurang ajaran bocah tanggung
itu. Sambil menengadahkan dadanya ia berkata kaku, "Kalau
tak salah saudara tadi berkata bahwa saudara mengetahui
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
kemana nyonya tua itu pergi. Hmm, bolehkah aku tahu juga
ke mana beliau itu pergi?"
"Ah, mengapa terburu-buru" Tidak enak berbicara dengan
berdiri begini.. Eh, bolehkah aku masuk dan bercakap-cakap di
dalam kamar siauw-ya?" kacung itu semakin berani kurang
ajar. Sekejap Tui Lan menjadi merah padam. "Apakah bocah ini
mengenali penyamaranku?" pikirnya keras. "Tetapi ..mustahil!
Aku telah berdandan dengan rapi sekali. Dan rasanya bocah
ini juga terlalu muda untuk dapat berbuat kurang ajar
terhadap wanita." Namun demikian, tentu saja Tui Lan takkan mengijinkan
pemuda tanggung itu untuk memasuki kamarnya. Maka
dengan sabar ia berkata, 'Saudara dapat mengatakannya di
sini, atau..... biarlah aku menantinya saja kalau saudara
memang tak mau mengatakannya."
"Begitukah" Baiklah, karena siauw-ya ternyata berlaku
kurang ramah dan tampaknya juga tidak terlalu peduli pada
berita yang hendak kusampaikan itu, maka sebaiknya aku juga
tidak usah mengatakannya saja. Nah. permisi ...." kacung itu
berkata seraya pergi meninggalkan tempat itu. Secara sambil
lalu tangannya menepuk-nepuk pedang panjang yang
tergantung di pinggangnya.
Tiba-tiba Tui Lan membelalakkan matanya! Pedang yeng
tergantung di pinggang A Cang itu adalah pedang gurunya!
Kecurigaan Tui Lan semakin menjadi-jadi! Tampaknya telah
terjadi sesuatu terhadap gurunya! Dan bocah ini tampaknya
mengetahui segalanya. Tui Lan mengerahkan gin-kangnya. Tubuhnya melesat ke
depan dan dengan sigapnya berdiri di muka pemuda tanggung
itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Berhenti! Kulihat kau mengenakan pedang guruku! Nah,
sekarang berkatalah yang sebenarnya! Dimanakah guruku itu
sekarang" Jangan berbelit-belit!" bentaknya keras.
Ternyata kacung itu masih juga menggoda. Dengan
berpura-pura kaget ia bertanya,"Guru siauw-ya" Siapakah
guru siauw-ya itu" Kulihat nyonya tua itu hanya mempunyai
seorang murid perempuan."
Yakinlah Tui Lan sekarang bahwa pemuda itu telah
mengetahui penyamarannya.
"Sudahlah, jangan berbelit-belit! Kalau kau memang sudah
mengetahui semuanya, kenapa kau masih berpura-pura juga?"
Tui Lan membentak marah. Kacung itu tertawa panjang. "Baiklah! Baiklah! Kalau
begitu, marilah nona mengikuti aku ke tempat guru nona itu
sekarang!" katanya penuh kemenangan.
Sesungguhnya Tui Lan amat kesal melihat kecongkakan
kacung itu. Namun apa daya, kekhawatirannya terhadap nasib
gurunya membuatnya harus menahan sabar untuk sementara
waktu. Oleh karena itu dibiarkannya saja kacung itu berbuat
sesuka hatinya, asal tidak berbuat kurang ajar saja
terhadapnya. Kacung itu membawa T ui Lan ke restoran, tempat tuannya
membuat keributan kemarin. Di sepanjang jalan kacung itu tak
henti-hentinya membual dan menyombongkan kekayaan dan
kesaktian keluarga Tiauw di Lautan Timur. Meskipun Tui Lan
tidak menanggapi omongannya, kacung itu tetap saja
mengobral ceritanya. Tiauw Kiat Su ternyata telah duduk di depan meja
menantikan kedatangan mereka. Dan di atas meja itu telah
tersedia segala macam masakan yang enak-enak dan mahalmahal. Sementara di pinggir meja juga telah tersedia pula dua
guci anggur merah beserta cangkirnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Semula kaget juga pemuda itu melihat kedatangan A Cang,
yang tidak membawa gadis yang ia maksudkan, tapi
sebaliknya malah datang bersama seorang pemuda tampan
berpakaian sasterawan. Tetapi setelah A Cang menerangkan
siapa sebenarnya pemuda berpakaian sasterawan itu, Tiauw
Kiat Su lantas tertawa terbahak-bahak.
"Wah! Pandai juga nona menyamar menjadi seorang
pemuda, sehingga kami kehilangan jejak dan repot mencarimu
kemana-mana. Nah, sekarang silakan duduk, nona.......!"
pemuda itu menyambut kedatangan Tui Lan dengan
ramahnya. Sesungguhnya Tui Lan ingin lekas lekas menanyakan
perihal gurunya. Namun melihat persiapan pemuda itu dalam
menyambut kedatangannya, maka gadis itu segera mengurungkan niatnya. Tampaknya pemuda itu benar-benar
tertarik dan ingin sekali berkenalan dengan dirinya, sehingga
bagaimanapun juga ia mendesaknya, pemuda itu tentu tidak
akan segera memberitahukan keadaan gurunya. Pemuda itu
tentu akan mengulur-ulur waktu selama mungkin. Menghadapi
orang demikian, ia harus sabar dan pandai melihat keadaan.
Namun demikian, begitu duduk diatas kursinya Tui Lan
terpaksa berkata juga,"Maaf, saudara Tiauw, saya tidak
mempunyai banyak waktu. Oleh karena itu saya mohon
sudilah kiranya saudara Tiauw lekas-lekas memberitahukan
keadaan guruku itu kepadaku......."
"Eee, nanti dulu! Jangan tergesa-gesa! Guru nona tidak
apa-apa. Jangan khawatir! Marilah kita menikmati pertemuan
kita ini dahulu dengan makan dan minum sekedarnya! Pelayan
restoran ini sudah menyajikan sebuah masakan istimewa buat
kita berdua, hahaha........oh,ya....... kita belum berkenalan.
Namaku T iauw Kiat Su. Ehm, bolehkah aku mengetahui nama
nona?" dengan lagak dan suara yang dibuat-buat Tiauw Kiat
Su mencoba menarik perhatian Tui Lan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sesungguhnya sebal juga rasanya hati Tui Lan melihat
lagak-lagu pemuda itu. Namun karena masih membutuhkan
keterangan tentang gurunya, maka sekali lagi ia menyabarkan
hatinya. Apalagi gadis itu telah menyadari pula betapa lihainya
pemuda di depannya itu. Pemuda itu harus dihadapi dengan
akal, bukan dengan kekerasan.
"Namaku .. ,. Han Tui Lan," gadis itu menjawab pendek.
"Han Tui Lan" Wah, betapa bagusnya nama itu. Sungguh
sesuai sekali untuk nona." pemuda itu memuji. Lalu
sambungnya cepat, "Mari....! Marilah nona Han! Silahkan
minum anggur merah dari Soh-ciu yang terkenal!"
Tanpa menunggu lagi reaksi tamunya, pemuda itu
langsung saja menyiapkan cangkir di depan Tui Lan dan
mengisinya dengan anggur merah yang telah tersedia di
dalam guci. Setelah itu ia berdiri mengisi pula cangkirnya
sampai penuh. Tapi ketika dilihatnya T ui Lan belum juga mau
mengangkat cangkirnya, pemuda itu lantas tertawa maklum.
"Hahaha......! Marilah! Nona Han tak perlu curiga. Anggur
ini tidak beracun. Lihatlah, saya hendak meminumnya lebih
dulu!" katanya sambil memuntahkan isi cangkirnya itu ke
dalam mulutnya. Setelah itu dia mendahului pula mengambil
makanan yang tersedia di atas meja. "Ayo, silakan!"
sambungnya pula seraya mengunyah makanan yang ada di
dalam mulutnya. Tak enak juga rasanya hati Tui Lan kalau harus menolak
terus hidangan yang disajikan oleh lawannya. Apalagi pemuda
itu telah lebih dahulu mencicipi makanan dan minuman yang
disajikannya. Oleh karena itu dengan sedikit enggan gadis itu
terpaksa mengangkat juga cangkir yang berada di
hadapannya, Namun ketika gadis itu hendak meraih makanan
yang tersedia di atas meja, tiba-tiba matanya terbelalak
menatap pintu restoran. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Otomatis Tiauw Kiat Su menoleh pula ke arah pintu. Dan
pemuda itu segera mengerutkan dahinya dengan wajah
masam. Seorang pemuda tampan bertubuh tinggi kurus
tampak memasuki restoran itu dengan kepala tertunduk. Dan
Tiauw Kiat Su segera mengenalinya sebagai pemuda yang
kemarin telah menghinanya dengan cara menyaingi dia dalam
memberi hadiah uang kepada pelayan.
"Anak miskin yang berlagak banyak uang itu ternyata telah
berani datang lagi ke tempat ini." Tiauw Kiat Su menggeram
dengan suara dongkol. Sebaliknya, kedatangan pemuda kurus itu benar-benar
amat mengejutkan hati Tui Lan! Sebab baru beberapa saat
yang lalu pemuda itu masih terborgol semua kaki-tangannya
di dalam lorong gua di Lembah Dalam itu. Kini pemuda itu
sudah bebas. Malahan sekarang berada di dalam kota pula
kembali. Lalu siapakah yang telah membebaskan pemuda itu
dari borgolnya" Seorang pelayan segera menyongsong kedatangan pemuda
kurus itu. Dengan suara takut dan menyesal, pelayan itu yang
kebetulan juga pelayan yang kemarin diberi hadiah oleh
pemuda kurus itu, memberitahukan kepada pemuda itu bahwa
seluruh meja di restoran tersebut telah diborong oleh Tiauw
Kiat Su semua. "Kulihat siang ini amat sepi. Dan tuan itu tampaknya juga
hanya menggunakan satu meja saja. Kenapa aku tak bisa
memakai sebuah meja saja yang pinggir itu?"' pemuda kurus
itu menggerutu. "Tapi...... tapi tuan muda itu memang telah memborong
semuanya, tuan. Katanya"... katanya tuan muda itu hendak
menjamu seorang kenalan baiknya."
"Hmmh! Coba katakan kepada tuan muda itu, kalau boleh
aku akan meminjam sebuah saja diantara meja-mejanya.
Kalau perlu akupun bisa menggantinya dengan uang ... "
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Tapi.............." pelayan itu melirik ke arah Tiauw K iat Su.
"Sudahlah! T ak usah takut! Katakan saja permintaanku tadi
kepada tuan muda itu......!" pemuda kurus itu mendesak.
Dengan agak takut-takut pelayan itu terpaksa menuruti
permintaan tamunya. T api baru beberapa langkah ia berjalan,
ternyata A Cang sudah menghadangnya.
"Goblog! Mau kemana kau, huh" Ayo pergi! Jangan ganggu
tuan mudaku! Suruh pergi saja orang itu dari sini! Sekali
sudah diborong, ya diborong! Tak ada kecualinya lagi!" hardik
kacung sombong itu dengan suara menggeledek.
Namun baru saja mulut kacung itu terkatup kembali, tibatiba tubuhnya terangkat ke atas. Kemudian terbanting ke
lantai tanpa menyadari apa yang telah terjadi! Tahu-tahu
kacung itu melihat si pemuda kurus tadi telah berdiri bertolakpinggang di depannya! Semua orang ternganga kaget dan heran! Tidak terkecuali
pula Tui Lan dan Tiauw Kiat Su! Sama sekali mereka tidak
melihat cara bagaimana pemuda kurus tersebut bergerak.
Padahal jarak antara A Cang dan pemuda itu tadi lebih dari
dua tombak jauhnya. Lagipula si A Cang juga bukan anak
bodoh yang tidak bisa apa-apa. Kemarin pemuda tanggung itu
justru dapat membunuh seorang pendekar dari Tai-khek-pai
pula. Tapi semua itu memang telah terjadi. Pemuda kurus itu
telah mengangkat dan membanting A Cang dengan cara yang
tidak dapat diketahui oleh siapapun juga. Dan kini kacung itu
tergeletak kesakitan di atas lantai.
Tiauw Kiat Su tak dapat menahan kemarahannya. Tapi
sebelum pemuda itu bangkit dari kursinya, Tui Lan cepat
mencegahnya. Selain gadis itu amat tertarik dengan
penampilan si pemuda kurus tersebut, gadis itu juga tak ingin
urusan tentang gurunya itu menjadi tertunda pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Saudara Tiauw! Bukankah saudara ini menjamu aku"
Mengapa kini saudara justru hendak meninggalkan meja ini"
Biarkan saudara itu mengambil sebuah meja untuk makanminumnya. Dia toh takkan mengganggu pembicaraan kita."
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tui Lan berkata dengan tegas.
Tiauw Kiat Su menjadi bimbang. Beberapa kali pemuda itu
menoleh ke arah kacungnya. Tampak benar bahwa pemuda
itu berusaha mengendalikan kemarahannya.
"Hmm! Baiklah! A Cang, mundurlah! Biarlah orang itu
memakai meja kita.......!" akhirnya pemuda itu berteriak ke
arah kacungnya yang masih kesakitan itu.
"Terima kasih, saudara ....!" pemuda kurus itu tersenyum
dan mengangguk ke arah T ui Lan, kemudian menarik sebuah
kursi dan duduk menghadapi sebuah meja.
Tui Lan tersenyum pula. Dan diam-diam gadis cantik itu
kembali mengagumi ketampanan pemuda tersebut. "Ah,
ternyata dia dapat juga tersenyum.........." desahnya di dalam
hati. Sementara itu pemuda kurus itu telah memesan makanan
dan minuman kepada pelayan, dan kemudian sibuk dengan
urusannya sendiri. Sedikitpun tidak mengacuhkan lagi kepada
Tui Lan maupun Tiauw Kiat Su. Cuma ketika pelayan restoran
itu mengantarkan pesanannya, pemuda itu berkata," Kulihat
kota ini tidak ramai dan sibuk seperti kemarin. Apa yang telah
terjadi?" "Ah! Mengapa tuan tidak tahu juga" Kemana saja tuan tadi
malam" Wah, tuan benar-benar ketinggalan jaman. Masakan
peristiwa besar yang sangat menggemparkan seperti itu tuan
tidak mendengarnya juga?" pelayan itu balik bertanya kepada
tamunya seolah-olah tak percaya.
Pemuda kurus itu mengerutkan alis matanya. "Peristiwa
besar" Peristiwa apa itu" Apakah tentang Si Iblis Penyebar
Maut lagi?" tanyanya dengan suara kaget dan tegang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Seluruh pendekar persilatan yang berkumpul di kota ini,
yang jumlahnya lebih dari limaratus orang itu, habis ludes,
dibasmi oleh Iblis itu tadi malam. Di antara empat orang ketua
partai persilatan yang ikut datang, hanya dua orang yang
selamat. Itupun karena salah seorang diantaranya, Kong Tong
Cin-jin, tidak ikut bersama-sama para pendekar itu karena
masih sakit. Hek-pian-hok Ui Bun Ting, ketua Tiam-jong-pai
yang terkenal itu digotong pulang dalam keadaan terluka
parah......." pelayan itu memberi keterangan dengan wajah
tegang pula. "Ohh".! Jadi jadi begitukah?" pemuda itu mengeluh
dengan suara tersendat-sendat, seolah amat terpukul atau
sangat menyesal hatinya mendengar khabar itu. "Makanya
tadi kulihat banyak sekali kuburan di Lembah Dalam itu.
Apakah". Apakah"."ohh!"
sambungnya lagi seraya memegang kepala dan menundukkannya dalam-dalam.
Pelayan itu juga menghela napas, menyangka kalau
tamunya tersebut sangat menyesal karena tak bisa ikut
berjuang bersama-sama temannya melawan Si Iblis Penyebar
Maut yang amat sakti itu.
"Bukankah kemarin tuan juga ada di tempat ini"
Kemanakah tuan tadi malam, sehingga tuan tertinggal oleh
para pendekar itu?" pelayan itu bertanya sambil menyelesaikan hidangan yang ia sajikan.
Tui Lan yang ikut mendengarkan pula percakapan itu,
diam-diam menjadi tegang juga hatinya menantikan jawaban
pemuda itu. "Aku........tertidur malam tadi." akhirnya pemuda kurus itu
menjawab pendek, sehingga Tui Lan menjadi kecewa
mendengar jawaban itu. "Kelihatannya pemuda itu menyimpan rahasia. Terang dia
diborgol kaki-tangannya oleh kakek tampan itu, kenapa dia
bilang kalau tertidur tadi malam" Kenapa ia tak berterus
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terang saja kalau dirinya sedang ditawan oleh iblis itu" Apakah
pemuda itu ingin melindungi iblis itu karena iblis itu tidak
membunuhnya" Ataukah mungkin pemuda itu mempunyai
hubungan khusus dengan iblis itu malah?" Bermacam-macam
pertanyaan mengganggu pikiran Tui Lan sehingga gadis itu
menjadi tersendat-sendat makannya.
"Ah, mengapa nona makan sedikit sekali" Ayolah, minum
lagi .......!" Tiauw Kiat Su yang sedari tadi selalu memperhatikan gadis
itu tiba-tiba berkata. "Terima kasih. Saya tidak begitu berselera hari ini.
Pikiranku selalu terbayang pada guruku." Tui Lan berkilah,
sambil mencoba untuk membuka percakapan tentang
gurunya. Tiauw Kiat Su tertawa perlahan. "Ah, kenapa nona tetap
Pendekar Lembah Naga 14 Pendekar Tongkat Dari Liongsan Liong-san Tung-hiap Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pengejar Nyawa 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama