Ceritasilat Novel Online

Memburu Iblis 3

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 3


kurang sabar juga....." Selesai acara makan dan minum ini kita
akan segera pergi menemui orang tua itu. Marilah kita m inum
secangkir lagi!" pemuda itu berkata seraya mengisi cangkir T ui
Lan dengan anggur merah itu sampai penuh.
Dengan kesal Tui Lan menatap mata lawannya. Hampir
saja gadis itu tak kuasa mengekang perasaannya lagi. Namun
bayangan wajah gurunya sekali lagi menyadarkan hatinya,
sehingga dengan amat berat gadis itu terpaksa menuruti
permintaan pemuda tersebut. Sekali tuang gadis itu
menghabiskan anggur itu. "Nah, saudara Tiauw.....cangkirku telah kosong. Mau
tunggu apa lagi?" Tampaknya Tiauw Kiat Su maklum juga kalau Tui Lan
sudah kehilangan kesabarannya. Maka, dengan sedikit enggan
pemuda itu terpaksa bangkit pula dari kursinya. "Baiklah,
nona........ marilah!" ucapnya perlahan, lalu mengajak
tamunya itu keluar restoran. A Cang yang sedari tadi menjadi
tidak banyak omong, cepat mengikuti tuannya. Ketika
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
melewati tempat duduk si pemuda kurus tadi, bocah itu masih
dapat mengancam juga. "Huhl Awas pembalasanku!"
Pemuda kurus itu menoleh sambil tersenyum. Katanya
kepada pelayan yang sedang berada di dekat mejanya,"Siapakah tamu Tiauw Kiat Su tadi" Apakah dia
penduduk kota ini juga?"
"Ah yang tuan maksudkan anak muda yang sangat tampan
itu" Wah, entahlah, saya tidak tahu. Kami semua juga baru
melihatnya hari ini." pelayan itu menjawab polos. "Dan saya
kira dia bukanlah sahabat atau teman dari pemuda congkak
itu, sebab tampaknya hatinya sangat baik."
"Ya! Namun kebaikannya itu kelihatannya hendak dibalas
dengan air tuba oleh Tiauw Kiat Su tadi."
"Dibalas dengan air tuba" Apakah maksud tuan?" pelayan
itu bertanya tak mengerti.
Pemuda kurus itu tersenyum. "Sudahlah! Cepat bereskan
semua rekeningku! Aku akan melihat kemana mereka tadi."
"Sudah, tuan. Uang tuan kemarin masih lebih dari cukup
untuk membayar makanan tuan hari ini." pelayan itu menolak
dengan halus. Pemuda kurus itu bangkit dari kursinya. Sambil meletakkan
uang logam diatas mejanya, ia berkata. "Jangan sebut-sebut
hal yang kemarin. Aku sudah memberikannya dengan ikhlas
kepadamu. Nih, berikan uang ini kepada majikanmu,
kelebihannya boleh kauambil."
"Terima kasih, tuan! Terima kasih"!" Pelayan itu
mengangguk-angguk. Lalu sambungnya lagi dengan bersemangat,"Tuan...." Bolehkah saya mengetahui nama
tuan"'' Di luar halaman pemuda kurus itu menoleh. "Sebut saja
aku......Yang Kun! Liu Yang Kun!" katanya perlahan namun
sudah cukup terdengar juga oleh pelayan itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu di rumah Kang Lam Koai-hiap yang kini
kosong itu, tampak beberapa orang sedang berunding. Mereka
adalah Kong-tong Cin-jin yang masih sakit, Ui Bun Ting yang
terluka parah, dan kedua orang tamu mereka, yaitu Hong-gihiap Souw Thian Hai dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Selain
membicarakan duka cita yang menimpa diri para pendekar
persilatan, mereka juga berbicara tentang tokoh-tokoh sakti
yang secara tiba-tiba bermunculan di kota Soh-ciu.
"Bagaimana mula terjadinya sehingga musibah besar itu
dapat menimpa para pendekar persilatan yang berkumpul di
kota ini?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai bertanya kepada
Kong-tong Cin-jin, yang juga belum bisa bangkit dari kursinya.
Ketua Kong-tong-pai itu menarik napas panjang. Lalu
dengan suara berat dia menjawab,"Mula-mula salah seorang
dari para pendekar itu melaporkan bahwa dia melihat seorang
yang sangat mencurigakan di dasar jurang itu. Kang Lam
Koai-hiap lalu memberi perintah kepadaku untuk menyelidikinya. Karena aku sendiri juga belum yakin terhadap
laporan tersebut, maka aku mewakilkan tugas itu kepada
anak-anakku, Kong-tong Ngo-hiap. Ternyata laporan itu
memang benar. Anak-anakku juga bisa melihatnya. Tapi anakanakku tidak berani menghadapi orang yang sangat
mencurigakan yang mereka pastikan sebagai Si Iblis Penyebar
Maut itu, sebab orang tersebut memiliki gin-kang yang luar
biasa tingginya." Kong-tong Cin-jin mendongakkan kepalanya, seakan-akan
sedang berusaha mengumpulkan kembali ingatannya tentang
peristiwa yang terjadi kemarin.
"Maka, aku dan saudara Ui Bun Ting lalu menyusul ke
jurang itu. Benarlah, di tempat tersebut kami menjumpai
orang yang kami curigai itu, yaitu seorang kakek tampan yang
usianya jauh lebih tua dari umurku. Karena ciri-cirinya sesuai
dengan apa yang telah diceritakan oleh Kang Lam Koai-hiap,
maka kami berdua lantas mengeroyoknya. Sungguh tak
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terduga kakek itu benar-benar lihai tak terkira. Hanya dengan
dua jurus, kami yang telah berani menjadi ketua sebuah partai
persilatan ini, ternyata sudah kalah dan terluka. Untunglah,
ketika iblis itu hendak membunuh kami, tiba-tiba datang
seorang tua bertubuh kerdil mencegahnya..."
"Ooo, orang kerdil yang bertempur melawan aku itu?"
Hong-gi-hiap Souw T hian Hai menyela.
"Benar, tai-hiap. Selagi mereka itu ribut dan bertengkar
sendiri tentang sebuah buku, yang mereka sebut sebagai Buku
Rahasia aku dan Saudara Ui lalu me loloskan diri dengan
dibantu oleh anak-anakku."
"Buku Rahasia.....?" Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee
berdesah hampir berbareng.
"Sampai di rumah, kami lalu me laporkan kejadian tersebut
kepada Kang Lam Koai-hiap, yang menjabat sebagai pimpinan
dalam perburuan ini. Dan setelah berunding beberapa waktu
lamanya, Kang Lam Koai-hiap lalu memerintahkan kami semua
untuk mengepung Lembah Dalam itu. Demikianlah, ratusan
pendekar yang tergabung dalam lima kelompok itu lalu
berduyun-duyun menuju Lembah Dalam itu. Dan kemudian ..
terjadilah peristiwa atau bencana yang mengerikan itu!
Semuanya habis tumpas, tiada yang tersisa lagi, selain
saudara Ui Bun Ting! Oh, sungguh menyesal sekali aku!
Mengapa aku tak bisa ikut menjadi mayat bersama mereka,
bersama-sama dengan anak-anakku..........! Ooooh...!" Ketua
Kong-tong-pai itu mengakhiri ceritanya dengan suara serak.
"Memang sungguh mengherankan sekali. Belum pernah
selama hidupku menyaksikan orang sesakti mereka. Sudah
kukerahkan seluruh kemampuanku, namun tetap saja aku
kewalahan menghadapi orang tua kerdil itu." Souw Thian Hai
berkata pula sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Akupun demikian juga, saudara Souw. Meskipun lima
orang anggota Sha-cap-mi-wi itu telah membantuku, ternyata
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
aku tetap hampir mati juga melawan kakek tampan itu." Yap
Kiong Lee ikut mengiakan perkataan Souw T hian Hai.
"Meskipun demikian, kedua orang sakti itu ternyata masih
bertengkar juga tentang sebuah 'Buku Rahasia'! Lalu buku
macam apa pula lagi itu?" Ui Bun Ting yang sejak tadi hanya
diam saja, tiba-tiba ikut berbicara.
Namun semua orang yang berada di dalam ruangan itu
hanya saling-pandang saja satu sama lain, suatu tanda bahwa
tak seorangpun di antara mereka itu yang tahu tentang hal
itu. Selagi mereka itu sibuk dengan pikiran masing-masing,
tiba-tiba seorang pembantu Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
tampak memasuki ruangan dengan tergesa gesa.
"Yap tai-hiap.......! saya telah melihat seorang pemuda
yang wajahnya mirip sekali dengan Pangeran Yang Kun! Dan
kebetulan pula saya mendengar pemuda itu menyebutkan
namanya, yaitu Liu Yang Kun!" anggota Sha-cap-mi-wi yang
diperbantukan kepada Yan Kiong Lee itu melapor.
"Liu Yang Kun......." Hei, dimana kau melihat pemuda itu"
Hong-siang memang she Liu, maka sudah sewajarnya kalau
pangeran itu bernama Liu Yang Kun!" Y ap Kiong Lee berteriak
kegirangan. Meskipun belum terbukti kebenarannya, namun berita itu
benar-benar meledakkan kegembiraan di hati Hong-lui-kun
Yap Kiong Lee. Sudah terbayang oleh pendekar itu, wajah
kaisar junjungannya yang selama ini selalu murung dan tak
pernah tersenyum berubah menjadi berseri-seri melihat
kedatangan puteranya. "Hei! Dimana kau melihat pangeran itu?" Yap Kiong Lee
membentak pembantunya yang malahan menjadi gugup pula
melihat kegembiraan atasannya itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Beliau.....beliau tadi berada di restoran dekat pasar itu!
Tapi sekarang pergi ke palung jurang di Lembah Dalam itu lagi
....!" "Bagus! Panggil kawan-kawanmu! Marilah kita mengejarnya
ke sana!" Hong-lui-kun Yap Kiong Lee memberi perintah. Lalu
katanya pula kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. "Saudara
Souw, aku permisi dulu".!"
Souw Thian Hai cepat melangkah pula ke depan,"saudara
Yap, bolehkah aku ikut ?" serunya perlahan. "Kalau orang itu
benar-benar Pangeran Yang Kun aku juga ingin berbicara
sebentar dengannya."
"Hei, tentu saja! Marilah!" Yap Kiong Lee menjawab
gembira. Kedua pendekar sakti itu lalu meminta diri kepada Kongtong Cin-jin dan Ui Bun Ting. Sekejap saja bayangan mereka
telah lenyap dari depan ketua partai persilatan itu.
"Hmm, hanya kepada pendekar-pendekar seperti mereka
itulah nasib kita ini bergantung. Hanya merekalah yang bisa
membebaskan kita dari cengkeraman kuku Si Iblis Penyebar
Maut itu." Kong tong Cin-jin bergumam kepada Hek-bin-hok Ui
Bun Ting. "Benar, Cin-jin. Orang-orang tua seperti kita ini yang di
kalangan kang-ouw sudah berada di tingkat atas, karena kita
telah menjabat sebagal ketua dari sebuah partai persilatan,
ternyata sama sekali tidak dapat disejajarkan dengan
pendekar-pendekar muda seperti mereka itu."
Selagi kedua orang tua itu menyesali kelemahan mereka,
Hong-lui-kun Y ap Kiong Lee dan Hong-gi-hiap Souw T hian Hai
telah memacu kuda mereka menuju ke pintu gerbang kota
sebelah timur. T api sebelum mereka mencapai pintu kota itu,
serombongan perajurit yang dipimpin oleh seorang perwira
berpangkat Cianbu, mencegat perjalanan mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Setelah saling menghentikan kuda tunggangan mereka,
perwira itu turun dari kudanya. Dengan amat hormat perwira
itu bertanya kepada Hong-lui-kun Yap Kiong Lee.
"Apakah saya sekarang sedang berhadapan dengan Honglui-kun Yap Kiong Lee?"
Yap Kiong Lee mengangguk. "Benar. Apakah Cian-bu diutus
oleh Gui Cong-tok (Kepala Daerah Gui) untuk menyambutku?"
pendekar dari kota raja itu bertanya.
"Ya, Maaf kami telah terlambat menyambut tai-hiap?"
"Hmm". akupun juga meminta maaf pula karena tidak
langsung mengunjungi tempat kediaman Gui Cong-tok. Tapi
aku memang belum mempunyai kesempatan itu. Kedatanganku ke sini tepat pada saat peristiwa berdarah di
Lembah Dalam itu terjadi." Yap Kiong Lee juga memberi
keterangan. Lalu sambungnya lagi,"Dan sekarangpun....
ternyata aku juga belum bisa memenuhi undangan Gui Congtok pula. Kalian lihat, aku dan Hong-gi-hiap Souw T hian Hai ini
hendak pergi dulu ke luar kota untuk menyelidiki sesuatu yang
maha penting. Dan urusan ini tidak bisa kami tinggalkan,
karena menyangkut kepentingan Hong siang sendiri."
"Oh! Kalau begitu, apa yang harus kita kerjakan?" perwira
itu tiba-tiba bertanya dengan kaget.
"Silahkan Cian-bu kembali dulu untuk memberi laporan
kepada Gui Cong-tok. Katakan bahwa aku sedang menyelidiki
atau mengurus hal yang sangat penting dan tak bisa ditunda
lagi. Baru setelah selesai dengan urusan ini, aku akan datang
mengunjungi Gui Cong-tok di rumah."
"Baik! Baik, tai-hiap....!" Kedua rombongan itu lantas
berpisah. Pasukan yang dipimpin oleh perwira itu kembali ke
gedung Kepala Daerah, sedangkan rombongan Hong-lui-kun
Yap Kiong Lee meneruskan perjalanan ke luar kota.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu jauh di depan mereka, sepasang muda-mudi,
Tiauw Kiat Su dan Tui Lan bersama A Cang yang selalu
mengikuti di belakang mereka, berjalan tergesa-gesa ke
jurang yang dalam itu. Semakin dekat dengan tempat yang
dituju, Tui Lan juga semakin berdebar-debar pula hatinya.
Meskipun Tiauw Kiat Su telah menjanjikan bahwa gurunya
tidak kurang suatu apa, namun hatinya tetap merasa khawatir
juga. Sebab pedang yang tergantung di pinggang A Cang itu
tak pernah terpisah dari s isi gurunya.
"Kata pelayan penginapan itu, guruku sudah kembali
pulang ke penginapan. Tapi kenapa sekarang beliau pergi ke


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat itu lagi?" sambil berjalan Tui Lan bertanya kepada
Tiauw Kiat Su. "Wah, entahlah. Aku sendiri juga tidak
mengetahuinya, Nona Han. Kudengar dl Lembah Dalam tadi
malam terjadi bencana maha dahsyat yang membinasakan
hampir seluruh pendekar yang berkumpul di kota Soh-ciu ini.
Mungkin guru nona hendak melihat tempat yang mengerikan
itu." "Tapi aku dan guruku juga berada di tempat itu pula malam
tadi." Tui Lan cepat menyanggahnya. Kemudian sambil
menoleh ke belakang, yaitu ke arah A Cang yang berjalan
mengikuti mereka, Tui Lan berkata,"Hmmh, saudara Tiauw.
Mengapa saudara tidak segera berterus terang saja kepadaku"
Kalian apakan sebenarnya, guruku itu" Coba lihat pedang
yang dikenakan oleh kacungmu itu! Pedang itu adalah pedang
guruku!" Tiauw Kiat Su kelihatan terkejut sekali. Matanya menatap
tajam ke arah kacungnya. Sebaliknya kacung kecil itu menjadi
ketakutan melihat tuannya.
Tapi sesaat kemudian air muka Tiauw Kiat Su itu cepat
menjadi biasa kembali. Dengan pintar pemuda itu menerangkan,"Ah, jadi..... itukah yang membuat nona
mencurigai kami" Hahahaha....! Justru guru nonalah yang
memberikan pedang itu kepadaku, agar nona benar-benar
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
percaya kepada kami, bahwa diantara kita telah terjalin suatu
persahabatan yang sangat mendalam."
"Benar! Benar! Dan sayalah yang membawakan pedang itu,
karena Tiauw siauw-ya tidak mau membawanya sendiri...." A
Cang dengan cepat menambahkan dengan wajah berseri-seri,
seakan-akan terbebas dari belenggu ketakutan.
Tapi semua sandiwara itu tak lepas dari pandang Tui Lan.
Namun sekali lagi gadis itu menyabarkan hatinya. Pokoknya
dia ingin tahu lebih dulu keadaan gurunya. Setelah itu baru ia
akan memikirkan cara untuk menghadapi pemuda itu. Dan
misalnya pemuda itu membohonginya, sehingga kedatangannya ke jurang itu hanya merupakan jebakan saja,
dia juga tidak takut. Pada saatnya yang tepat nanti ia akan
melawan pemuda itu sampai titik darah yang penghabisan.
Mereka mendaki bukit itu sehingga bibir jurang yang
menjadi jalan turun ke Lembah Dalam itu berada di depan
mereka. Dan sementara itu matahari telah mulai meredup dan
siap untuk memasuki peraduannya, sehingga suasana di atas
bukit itu juga sudah mulai remang-remang pula. Senja telah
tiba. Entah mengapa, meremang juga bulu kuduk Tui Lan ketika
mengikuti Tiauw Kiat Su dan A Cang menuruni tebing itu.
Bayangan Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong yang telah
membunuh ratusan pendekar persilatan di Lembah Dalam itu,
kembali terbayang di depan matanya.
"Ah! Mengapa kita berhenti di sini. Mana guruku?" Tui Lan
tiba-tiba berseru ketika Tiauw Kiat Su berhenti di dekat
makam Ang-leng Kok-jin yang dibongkar oleh Giok-bin Tokong itu. Tiauw Kiat Su tidak menjawab. Sebaliknya pemuda itu
segera memandang berkeliling malah. Tampaknya ada
sesuatu yang dicarinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Lo-cianpwe.....! Adakah engkau sudah datang?" serunya
sedikit keras. Tui Lan terperanjat. "Saudara Tiauw....! Kau mencari
siapa?" tanyanya. Terdengar desir angin di dekat mereka dan tiba-tiba saja di
depan Tiauw Kiat Su telah berdiri seorang kakek tua yang
rambutnya masih hitam legam meskipun kumis dan
jenggotnya telah memutih. Dan Tui Lan benar-benar menjadi
terkejut melihatnya, karena kakek tersebut tidak lain adalah
Giok-bin Tok-ong, pembunuh berdarah dingin itu!
"Eh! Mengapa dia.....dia masih berada di sini" Bukankah dia
telah mengatakan bahwa dia hendak pergi ke puncak Hoasan?" Tui Lan bertanya-tanya di dalam hatinya.
"Huh! Kenapa kau sudah kembali kemari" Mana gadis itu,
hah?" Giok-bin T ok-ong menghardik Tiauw K iat Su.
"Itu.... itulah dia!" Tiauw Kiat Su menjawab dengan suara
gugup. Matanya melirik ke arah Tui Lan. Kelihatannya benar
kalau pemuda itu sangat takut menghadapi kakek tampan
tersebut. "Hei... " Apakah matamu sudah buta" Bocah yang
kumaksudkan itu seorang gadis, bukannya seorang pemuda,
tahu?" Giok-bin T ok-ong berteriak gusar.
"Lo-cianpwe, dia,.. dia seorang gadis, bukan pemuda! Dia ..
dia memang menyamar sebagai ........sebagai seorang
pemuda." dengan cepat Tiauw Kiat Su memotong perkataan
iblis tua itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jilid 5 "Hah" Apa katamu?" Giok-bin Tok-ong menegaskan dengan
suara tinggi. Lalu tiba-tiba saja tubuhnya berkelebat ke arah
Tui Lan dan di lain saat topi yang dikenakan oleh gadis itu
telah terlepas, sehingga rambut yang panjang itu menjadi
terurai lepas kembali. Kakek itu terbelalak, kemudian lalu tertawa terbahakbahak. "Bangsat .....! Pandai benar kau melakukan
penyamaran! Hahaha........!"
Kakek yang gemar membunuh orang itu lalu melangkah
mendekati Tui Lan. Matanya yang tajam mengerikan itu
bergetaran seperti mata seekor serigala yang haus darah.
"Gadis kecil, kau tidak lupa kepadaku, bukan" Aku adalah
guru Ang-leng Kok jin yang kau kuburkan disana itu." kakek
itu berkata sambil menunjuk ke dalam lobang yang telah
terbuka itu. Lalu sambungnya lagi, "Sekarang katakan dengan
terus terang kepadaku. Apakah muridku itu memberikan
sesuatu benda kepadamu" Maksudku..... sebuah buku dan
sebutir mutiara pusaka sebesar jagung, sebelum dia mati?"
Yakinlah Tui Lan sekarang bahwa Tiauw Kiat Su memang
sengaja menjebaknya ke tempat ini atas suruhan Giok-bin
Tok-ong. Hanya gadis itu tidak tahu, ada hubungan apa antara
pemuda itu dengan Giok-bin Tok-ong sehingga pemuda itu
rela melaksanakan perintah iblis tua tersebut"
"Saudara Tiauw! Di manakah guruku?" gadis itu tidak
menjawab pertanyaan Giok-bin Tok-ong, sebaliknya malah
bertanya kepada Tiauw Kiat Su.
"Hei ! Kau jangan menakut-nakuti aku dengan nama
gurumu, ya" Gurumu tidak berada di sini, hahaha. Ayoh,
sekarang jawab saja pertanyaanku tadi ! Apakah muridku itu
menitipkan sebuah buku dan mutiara pusaka kepadamu?"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Jawab dulu pertanyaanku! Dimanakah guruku?" Tui Lan
tetap tidak mengacuhkan pertanyaan Giok-bin Tok-ong, dan
tetap terus mendesak Tiauw Kiat Su. Entah mengapa, tiba-tiba
timbul keberanian gadis itu. Hilang semua ketakutan dan
kengeriannya terhadap Giok-bin Tok ong. Dan seperti yang
telah dikatakannya tadi, pada saat-saat terakhir ternyata ia
benar-benar hendak melawan semua lawannya sampai titik
darah yang penghabisan. Melihat ketenangan gadis itu, ternyata Tiauw Kiat Su
menjadi terpengaruh juga. Kegugupannya menjadi hilang.
"Maaf, nona Han. Kau jangan terburu-buru marah dulu
kepadaku. Aku memang belum membawamu ke tempat
gurumu, karena gurumu itu telah berada jauh dari daerah ini
bersama dengan pamanku. Maksudku,
sebelum kita menempuh perjalanan yang amat jauh itu, lebih dulu aku
mengajakmu kesini untuk menemui lo-cianpwe ini. Lo-cianpwe
ini ingin sekali bertemu denganmu."
"Guruku pergi bersama pamanmu yang bernama Tung-hai
Nung-jin itu" Kemana mereka pergi?"
"Pulang ke teluk Po-hai!"
"Kau bohong lagi?"
Tiauw Kiat Su tersenyum, sehingga menambah ketampanannya. "Tidak, nona cantik. Aku berkata sebenarnya......." katanya dengan suara manis.
"Hei! Hei! Berhenti! Jangan pacaran di depanku, tahu" Kau
bisa tidak kebagian nanti!" Giok-bin Tok-ong berteriak
menengahi pembicaraan mereka. Lalu kakek itu membentak
Tui Lan lagi. "Hei, gadis kecil! Lekaslah kaujawab pertanyaanku tadi!
Apakah kau dititipkan sebuah buku dan sebutir mutiara oleh
muridku itu?" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan terdiam tak bisa menjawab. Timbul perang batin di
dalam hati gadis itu. Ada keinginan untuk mengembalikan saja
buku dan mutiara itu kepada yang empunya. Bukankah
benda-benda pusaka itu memang milik Giok-bin T ok-ong" Tapi
di lain pihak, bila teringat akan kejahatan dan kebengisan
kakek tampan itu terhadap sesama manusia, hati Tui Lan
menjadi tidak rela. Ingin rasanya memusnahkan saja buku itu,
biar berkurang "pegangan" jago tua yang maha sakti itu.
"Hei! Kenapa kau diam saja" Apakah kau ingin digeledah
dan ditelanjangi di tempat ini, heh?" kakek tampan itu
berteriak lagi. Lalu ketika dilihatnya gadis itu tetap diam saja
tak menjawab, ia membentak kearah T iauw Kiat Su. "Kiat Su!
Telanjangi dia!" "Lo-cianpwe, ja-jangan".. kasihan dia"." Pemuda yang
biasanya juga senang bertindak brutal itu menolak.
"Goblok! Kalau begitu, biarlah aku sendiri yang
menelanjanginya!" "Lo-cianpwe, jangannnn".!" Tiauw Kiat Su mencoba
menghalangi maksud orang tua itu.
Plaaak! Bluuung! Hanya dengan satu gerakan kecil saja pemuda yang amat
lihai itu ternyata sudah terpental jatuh oleh gebrakan Giok-bin
Tok-ong. Selanjutnya, sekali saja tubuh kakek tampan itu
berkelebat, maka di lain saat baju luar dan sedikit baju dalam
dibagian punggung Tui Lan telah terlepas dengan paksa.
Sehingga sebagian dari punggung Tui Lan yang putih bersih
itu menjadi terbuka. "Aaaiiih!" gadis itu menjerit, karena bagaimanapun juga ia
berusaha mengelak, tangan iblis tua itu tetap juga dapat
mengenainya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kurang ajar! Iblis tua yang tidak tahu malu!" tiba-tiba
terdengar suara makian disertai berkelebatnya seorang lelaki
muda mendatangi. Semuanya menoleh.
"Kau". ?" Tui Lan dan Tiauw Kiat Su berdesah hampir
berbareng, begitu melihat pemuda kurus yang ada di restoran
tadi telah berada di depan mereka.
"Orang tua! Lepaskan gadis itu !" Pemuda kurus itu
menggeram ke arah Giok-bin T ok-ong.
Semula kakek tampan itu memang kaget melihat
kedatangan lawannya yang amat mendadak itu. Tapi begitu
menyaksikan bahwa yang datang cuma seorang pemuda
kurus, yang tampaknya belum tahu siapa dirinya, maka kakek
itu lantas tertawa menghina.
"Bocah tak tahu diri! Tampaknya kau tadi malam bisa
meloloskan diri dari tanganku di Lembah Dalam itu. hehe
.......! Dan sekarang kau kemari seorang diri hendak menuntut
balas atas kematian teman-temanmu itu, hah?"
"Iblis tua! Jadi kaukah yang membunuh ratusan pendekar
di palung jurang itu" Hmmh, lega benar hatiku sekarang.. ..."
tiba-tiba pemuda kurus itu menarik napas lega.
Tentu saja Giok-bin Tok-ong menjadi heran melihat sikap
pemuda itu. "Hei, kenapa kau" Mengapa kau menjadi lega
malah?" teriaknya tak mengerti.
"Aku menjadi lega karena ternyata bukan akulah
pembunuhnya.......!"
pemuda itu berkata sambil menengadahkan kepalanya ke atas. Wajahnya berseri-seri.
Giok bin Tok-ong mengerutkan keningnya, lalu menoleh ke
arah Tui Lan dan Tiauw Kiat Su berganti-ganti. Kakek itu
tampaknya menjadi bingung dan tak mengerti akan sikap
pemuda itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah, kau bisa meloloskan diri dari tanganku, tapi....... kini
kau tampaknya telah menjadi gila malah!" Giok bin Tok-ong
mencemooh. Sementara itu Tui Lan juga menjadi bingung pula hatinya.
Dilihatnya kedua orang itu, si pemuda kurus dan Giok bin Tokong. "Benar-benar belum saling mengenal sebelumnya. Kalau
begitu, siapakah yang memborgol pemuda kurus itu kemarin?"
"Wah, celaka! Malam-malam begini sudah ketemu orang
gila pula!" Giok bin Tok-ong menggerutu, lalu memutar
tubuhnya kembali ke arah Tui Lan dan tidak mengacuhkan lagi
kepada si pemuda kurus. "Ayoh . ! Mana benda-benda itu?"
hardiknya lagi kepada T ui Lan.
"Jangan hiraukan orang tua itu, nona ! Kau pergilah saja
dari tempat ini! Lekas! Biarlah kuhadapi sendiri iblis tua ini!"
Pemuda kurus itu tiba-tiba menyela kembali.
"Bocah gila! Pergilah kau dari sini! Aku paling pantang
membunuh orang gila!" Giok-bin Tok-ong berbalik lagi dan
berseru dengan gusarnya. "Dia memang sudah gila, lo-cianpwe! Ka lau tidak, masakan
dia berani berlaku sombong di depanku dan di depan lo

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cianpwe. Hmmh, lo-cianpwe tak perlu turun tangan sendiri!
Biarlah siauw-te saja yang mengenyahkannya"." tiba-tiba
Tiauw Kiat Su berdiri dan melangkah ke depan pemuda kurus
itu. "Bagus ! Bagus! Bolehkah aku ikut menghajarnya, tuan
muda?" A Cang yang sedari tadi diam saja mendadak juga ikut
berbicara pula. Matanya kelihatan geram memandang
lawannya itu. "Nanti saja kalau dia sudah kulumpuhkan. Kau boleh
berbuat sesukamu terhadap dia." Tiauw Kiat Su menjawab
dengan suara yang amat memandang rendah kepada
lawannya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebaliknya pemuda kurus itu kelihatan mendongkol juga
menyaksikan kecongkakan Tiauw Kiat Su dan kacungnya.
"Hmmm, Tiauw Kiat Su ".. Meskipun kau belum pernah
mengenal aku, tapi aku sudah mengenal semua keluargamu.
Kau jangan coba-coba melawan aku, karena pamanmu si
Tung-hai Nung-jin itu saja tak menang menghadapi aku.
Pergilah !" katanya menahan geram.
Tiauw K iat Su mengerutkan dahinya. "Kau jangan membual
dan mencoba menakut-nakuti aku. Huh, siapakah kau?"
bentaknya marah. Tangannya terkepal.
"Namaku Liu Yang Kun! Ayah dan pamanmu sudah tahu
siapa aku." Pemuda kurus yang tidak lain memang Liu Yang
Kun itu menjawab tenang. Pengakuan Liu Yang Kun itu ternyata benar-benar
mengejutkan Tiauw Kiat Su dan Giok-bin Tok-ong! Tiauw Kiat
Su kaget karena ia pernah diberitahu oleh ayah dan
pamannya, bahwa adiknya pernah berhubungan dengan
seorang pemuda yang bernama Yang Kun (baca: Pendekar
Penyebar Maut). Sedangkan Giok-bin Tok ong terperanjat
karena teringat akan cerita Bu-tek Sin-tong tentang seorang
pemuda bernama Chin Yang Kun, yang di dalam 'Buku
Rahasia' tercatat pada urutan yang ketujuh.
"Kurang ajar! Jadi engkaukah pemuda yang telah berani
menggoda dan memikat Tiauw Li Ing itu?" Tiauw Kiat Su
menggeram marah. "Hei" Namamu Liu Yang Kun atau Chin Yang Kun?" Giokbin Tok-ong menegaskan dengan suara tinggi.
Liu Yang Kun tidak mempedulikan kemarahan Tiauw Kiat
Su. Sebaliknya pemuda kurus itu lalu berdiri menghadapi Giokbin Tok-ong. "Kau pernah mendengar namaku pula?" katanya
kepada kakek tampan itu. Lalu sambungnya lagi," Tentang
namaku, kau boleh menyebut yang mana saja. Bagiku she
Chin atau she Liu adalah sama saja. Sebab ayahku adalah she
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Liu, tapi sejak kecil, aku telah menjadi anak angkat keluarga
Chin......." "Oh, jadi engkaulah yang ditulis pada urutan ketujuh di
dalam Buku rahasia itu?"
Sekejap Liu Yang Kun tampak bingung. Tapi sesaat
kemudian pemuda itu lalu tersenyum dan menganggukanggukkan kepalanya. "Ah, kelihatannya orang tua kerdil itu
telah mempengaruhimu pula dengan ceritanya yang anehaneh"." "Jadi kau juga sudah ditemui pula oleh Bu-tek Sin-tong
itu?" "Bu-tek Sin-tong" Siapakah dia?" Liu Yang Kun atau Chin
Yang Kun bertanya bingung.
"Orang tua kerdil itu ! Dia kunamakan Bu-tek Sin-tong,
karena bentuknya yang seperti anak-anak, namun kesaktian
dan kepandaiannya benar-benar tidak terlawan oleh anakanak kecil yang manapun juga."
"Oh, kalau orang tua itu yang kau maksudkan, aku
memang pernah bertemu dengannya. Tapi kejadian itu sudah
berlangsung tiga tahun yang lalu"."
"Ketika kau membunuh Hek-eng-cu?"
Tiba-tiba Liu Yang Kun menjadi tegang. Matanya seolaholah menyala di dalam kegelapan malam yang telah
melingkupi jurang itu. T ampaknya pemuda tersebut tidak suka
peristiwa tentang Hek-eng-cu itu diungkat-ungkat kembali.
"Jangan sebut-sebut hal itu lagi!" pemuda itu membentak.
"Hei" Mengapa"." Mengapa aku tak boleh menyebutkannya" Apakah karena Hek-eng-cu itu pamanmu
atau bekas gurumu sendiri" Kau tidak ingin disebut sebagai
anak durhaka, begitu!" Giok-bin Tok-ong berteriak pula
dengan tidak kalah garangnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat! Tampaknya selain kejam, jahat dan suka
menghina wanita, kau memang layak untuk dibungkam
mulutmu sepanjang masa!" Liu Yang Kun menggeram marah,
lalu meloncat menerjang orang tua itu.
Tapi Tiauw Kiat Su yang sudah bersiap-siap itu segera
mencegatnya. Terdengar suara mendesing ketika kipas
besarnya secara mendadak menyambar ke arah perut Liu
Yang Kun! "Kurang ajar! Sudah kuperingatkan tapi kau tetap juga
membandel! Kau memang patut diberi pelajaran supaya jera!"
Liu Yang Kun berseru, lalu tangan kanannya menyambar ke
depan, menyongsong kedatangan kipas itu.
Whuuusl Bress! Jari-jari tangan pemuda itu menghantam
kipas Kiat Su ! "Auugh.........!"!" Tiauw Kiat Su menjerit kesakitan ketika
tiba-tiba kipasnya "pecah' dan lempengan-lempengan baja tipis
itu membalik mengenai lengan dan pahanya.
Kontan pemuda congkak itu 'mendekam' di atas tanah dan
dari kedua buah pahanya mengalir darah segar dengan
derasnya! Untunglah lempengan-lempengan kipas itu tidak
mengenai perut dan dadanya, sehingga jiwanya masih dapat
ditolong. "Siauw-ya ....... !" A Cang cepat menghambur untuk
menolongnya. Tui Lan terbelalak. Demikian pula dengan Giok-bin Tokong. Mereka sungguh tidak mengira kalau tenaga dalam Liu
Yang Kun ternyata sedemikian dahsyatnya. Tanpa mengenakan alas apapun ternyata pemuda itu berani
membentur kipas baja yang amat tajam itu. Dan hasilnya,
justru kipas itulah yang hancur berantakan ketika bentrok
dengan jari-jarinya! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hei! Kau memang pantas menduduki urutan ke tujuh. Tapi
kau jangan lekas lekas bergembira dahulu, sebab yang akan
kauhadapi sekarang adalah aku, yang berada tiga tingkat di
atasmu, hehehe"." Giok-bin Tok-ong membuka mulutnya
sambil tertawa. Seperti halnya para ahli silat tinggi, kakek itu
menjadi amat gembira bila berjumpa dengan lawan yang
"berat". "Persetan dengan Buku Rahasia itu! Aku tidak akan percaya
pada urut-urutan nama itu sebelum aku membuktikannya
sendiri! Dan aku juga tidak peduli apakah namaku tercantum
atau tidak di dalam buku itu. Yang penting adalah orangnya.
Meskipun namaku tidak tercantum di dalam buku itu, tapi
kalau aku bisa mengalahkanmu, apa mau dikata?" Liu Yang
Kun menyahut dengan suara tinggi.
"Bagus! Pendapat itu benar-benar cocok dengan hatiku.
Nah, kalau begitu kita tak perlu banyak omong lagi. Ayoh kita
tentukan, siapa yang lebih tinggi diantara kita ini!"
Selesa i bicara iblis tua itu lalu menerjang Liu Yang Kun.
Dengan jari-jari terbuka seperti cakar garuda, orang tua itu
mencengkeram ke arah pundak dan serangkum udara berbau
amis ikut berhembus ke arah hidung Liu Yang Kun.
Dengar tangkas pemuda itu menghindar ke kiri. Kemudian
berbareng dengan itu tubuhnya berputar ke kanan, seraya
menjulurkan kaki kanannya ke depan dalam jurus Liong-ongsao-tee (Raja Naga Menyapu Tanah). Kaki itu menyerang
kedua lutut lawannya! Jurus itu sebetulnya tidak istimewa, namun kecepatan dan
kekuatannyalah yang sangat mendebarkan hati Giok-bin Tokong. Kaki pemuda itu rasa-rasanya lalu berubah menjadi
puluhan banyaknya dan angin yang amat dingin tiba-tiba saja
terasa menebar, menyentuh kulit Giok-bin Tok-ong, sehingga
kakek itu hampir menggigil karenanya. Hembusan hawa amis
yang keluar dari tangan Giok bin Tok-ong tadi segera punah
dihantam gelombang udara dingin itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bagus!" kakek tampan itu memuji, lalu menggeliat
menghindari kaki lawannya.
Tapi betapa kagetnya kakek itu ketika kaki lawannya itu menjadi bertambah panjang dan tetap
mengejarnya! Tak ada jalan
lain lagi bagi kakek itu selain
menangkis serangan kaki tersebut dengan siku tangannya! Bresssssssssss! Liu Yang Kun terjengkang dan kemudian jatuh terduduk. Sedangkan Giokbin Tok-ong yang mempunyai
posisi yang tidak atau kurang
menguntungkan itu terlempar
ke belakang, sehingga membentur dinding jurang! Keduanya
sama-sama terluka bagian dalam tubuhnya. Hanya saja
tampaknya kakek tampan itu lebih parah bila dibandingkan
dengan Liu Yang Kun. "Bangsat kecil ".. ! Aku benar-benar telah berlaku
sembrono menghadapi engkau! Seharusnya sejak semula aku
menyadari bahwa kau adalah orang yang juga ikut terdaftar
dalam Buku Rahasia !" Giok-bin Tok-ong menggeram seraya
mengusap darah yang menetes dari mulutnya.
"Hmmh! Akupun tak menyangka orang setua kau masih
juga mampu menahan tendanganku, huk....." Liu Yang Kun
berkata pula sambil berludah. Ludah yang telah bercampur
dengan sedikit darah pula.
Sementara itu Tui Lan dan Tiauw Kiat Su benar-benar
bergetar hatinya menyaksikan gebrakan pertama yang sangat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mendebarkan itu. Mereka sungguh merasa sangat kecil bila
diperbandingkan dengan kedua jago sakti itu. Dan bagi T iauw
Kiat Su, apa yang telah dilihatnya itu benar-benar menggugah
kesadarannya. Ternyata semua yang dipelajarinya dan
dimilikinya selama ini belumlah apa apa bila dibandingkan
dengan kepandaian pemuda kurus itu.
Beberapa saat kemudian pertempuran antara Giok-bin Tokong dan Liu Yang Kun itupun berlangsung pula dengan
sengitnya. Mula-mula mereka masih mengandalkan ketangkasan dan ketrampilan kaki-tangan mereka, yang
dilandasi gin-kang serta lweekang mereka. Namun setelah
beberapa jurus lamanya mereka belum juga dapat mengatasi
lawannya, keduanya lalu meningkatkan kemampuan masingmasing dengan ilmu andalannya.
Sambil memukul dan menyerang, berulang kali Giok-bin
Tok-ong membuka dan menutup telapak tangannya. Dan
didalam arena pertempuran itupun segera tersebar bau wangi,
busuk, kecut, amis dan lain sebagainya. Dan setiap bau
tersebut ternyata mempunyai pengaruh sendiri-sendiri. Ada
yang begitu terhisap membuat kepala menjadi pening. Ada
yang membikin mata menjadi mengantuk. Ada pula yang
mengakibatkan seluruh urat-urat di dalam tubuh menjadi
lemas. Malahan ada pula yang begitu terhisap membuat orang
menjadi hilang kesadarannya.
Sebaliknya dari bibir Liu Yang Kun yang terkatup rapat itu
tiba-tiba terdengar suara desis yang amat tajam, menyerupai
desis ular kobra yang sedang marah! Dan selanjutnya hawa
dingin yang tadi telah membuat Giok-bin Tok-ong kedinginan,
menjadi berlipat ganda lagi dinginnya! Begitu dinginnya arena
itu sehingga rasa-rasanya telah terjadi badai salju di dalam
jurang itu! Tapi yang sangat menderita adalah Tui Lan, Tiauw Kiat Su
dan A Cang. Ketiga orang yang sebenarnya juga bukan orang
sembarangan itu ternyata tidak tahan menerima hantaman
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
gelombang udara dingin, yang bercampur dengan bau-bauan
berbahaya itu. Dengan tubuh dan perasaan yang tidak keruan,
mereka beringsut menjauhi arena pertempuran itu.
"Gila! Orang itu betul-betul gila! A Cang, ayolah gendong
aku keluar dari tempat ini!" Tiauw Kiat Su yang terluka
pahanya itu mengeluh. "Nanti kita kembali lagi sete lah
pemuda itu dapat dijinakkan oleh Giok-bin T ok-ong."
Demikianlah ketiga orang itu melihat pertempuran tersebut


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari kejauhan. Tui Lan agak lebih baik keadaannya dari pada
Tiauw Kiat Su dan A Cang. Dengan Po-tok-cu yang tersimpan
di dalam sakunya gadis itu terbebas dari pengaruh racun yang
disebar oleh Giok-bin T ok-ong. Namun demikian gadis itu tidak
terbebas dari pengaruh udara dingin yang menghembus dari
tubuh Liu Yang Kun. Sementara itu pertempuran antara dua jago silat kelas
tinggi itu benar-benar semakin dahsyat dan mengerikan. Liu
Yang Kun yang masih muda itu telah mengeluarkan ilmu
andalannya, Kim-coa ih-hoat yaitu sebuah ilmu silat aneh dan
mengerikan. Dengan Liong-cu-i-kangnya yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan, pemuda itu mempermainkan
sendi-sendi tulangnya, sehingga pemuda itu dapat bergerak
lemas seperti sebuah boneka dari karet tangan dan kakinya
bisa memanjang dan memendek sesuka hatinya sementara
sambungan siku dan lututnya dapat ditekuk ke muka dan ke
belakang pula tanpa kesukaran.
Dapat dibayangkan betapa repotnnya Giok-bin Tok-ong
menghadapi ilmu lawannya yang masih sangat muda itu.
Tubuhnya terpaksa jatuh bangun menghindari gerakan lawan
yang luar biasa aneh dan tak lumrah manusia itu. Padahal
serangan udara dingin itu benar-benar amat melelahkan
tubuhnya, sehingga hampir saja kakek Iblis itu menjadi putus
asa karenanya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Untunglah ketika mendapatkan waktu untuk bernapas,
kakek itu memperoleh kesempatan untuk mengeluarkan
senjata andalannya. Dhuaaaaaaaar .. .! Sebuah ledakan yang maha dahsyat membuat Liu Yang
Kun terlempar jauh tinggi ke udara, untuk kemudian seperti
layang-layang putus pemuda itu jatuh kembali ke atas tanah.
Brrrug! Pemuda itu jatuh berdebam di atas tanah.
Tapi dengan tangkas pemuda itu bangkit kembali. Dari
sudut bibirnya menetes darah segar. Tubuhnya sedikit
terhuyung-huyung dan pakaiannya sekarang menjadi compang-camping akibat ledakan itu. Namun demikian kulit
tubuhnya tetap utuh tak kurang suatu apa sehingga diamdiam Giok-bin Tok-ong merasa heran dan takjub juga. Selama
ini tak seorangpun bisa hidup, apalagi masih utuh badannya,
terkena senjata pek lek-tan (peluru-petir) kepunyaannya itu.
"lblis tua.... ! Kau benar-benar keji dan licik luar biasa. Tak
heran ratusan pendekar persilatan itu telah mati di tanganmu.
Hmm.. untunglah aku yang terkena senjata peledakmu itu.
Kukira kalau orang lain akan hancur berserakan dihantam
pelurumu itu," Liu Yang Kun menggeram dengan suara
terengah-engah. Bagaimana pun hebat dan kuat tenaga
dalamnya, namun ledakan peluru lawannya tadi benar benar
menggoncangkan tubuhnya dan melukai bagian dalam
badannya. "Anak iblis! Anak setan! Tampaknya kau mempunyai ilmu
kebal Tiat-poh-san sehingga kulitmu menjadi liat dan
tulangmu menjadi keras seperti besi. Tapi pertempuran ini
belumlah se lesai. Peluruku masih banyak dan aku tak percaya
ilmu kebalmu dapat bertahan terus terusan." Giok-bin Tok-ong
menantang dengan suara penasaran.
Sementara itu, melihat keadaan Liu Yang Kun itu, Tui Lan
menjadi terharu dan tak sampai hatinya. Bagaimana pun juga
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pemuda itu datang untuk menolong dia. Maka tanpa
memikirkan keselamatan dirinya lagi, Tui Lan lalu berlari
menghampiri Liu Yang Kun.
"Tai-hiap ! Kau jangan mempertaruhkan jiwamu hanya
untuk menolong aku. Tinggalkan saja aku di sini! Biarlah
kakek itu membunuh aku?" gadis itu memohon dengan suara
sungguh-sungguh. Liu Yang Kun terkejut melihat gadis yang hendak
diselamatkannya itu ternyata belum juga pergi meninggalkan
jurang itu. Kini dengan keadaan dirinya yang sudah terluka
dalam itu si gadis malah datang mendekati dia. Bagaimana
pula dia harus menyelamatkan gadis itu"
"Nona.. . ! Kenapa kau belum juga meninggalkan tempat
ini" Pergilah cepat selagi aku masih bisa menghalanginya!" Liu
Yang Kun membentak. "Tidak! Aku tidak akan pergi kalau Liu Tai-hiap tidak mau
pergi." "Hahaha......! Jangan bermimpi kalian bisa meninggalkan
aku! Kalian berdua harus mati di tempat ini. Nah,
bersiaplah......!" Giok-bin Tok-ong cepat menghentikan
perdebatan mereka, sementara tangannya telah mempersiapkan sebutir peluru pek-lek-tan lagi.
"Nona! Cepatlah kau lari dari tempat ini! Cepat.......!" di
dalam kegelisahan dan kekhawatirannya Liu Yang Kun
berteriak ke arah T ui Lan.
"Tidaaaak! Aku tidak mau meninggalkan Liu Tai-hiap!"
sebaliknya Tui Lan juga menjerit dan kemudian ma lah
menghambur datang, serta memeluk badan pemuda yang
sedang mati-matian menolongnya itu. Dan gadis itu sama
sekali juga tidak peduli lagi kalau tubuh atasnya yang nyaris
terbuka itu akan terlihat oleh orang lain. Mendadak badan Liu
Yang Kun bergetar dengan hebatnya! T enaga sakti Li-ong-cui-kang yang berada di dalam tubuh pemuda itu tiba-tiba
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bergolak dengan dahsyatnya, sehingga pemuda itu sendiri
menjadi kewalahan mengendalikannya. Otomatis hawa dingin
yang melancar dari tubuh pemuda itupun semakin menjadi
berlipat-ganda pula dahsyatnya. Namun anehnya, darah yang
mengalir di dalam tubuh pemuda itu sebaliknya justru menjadi
panas malah! Begitu panasnya sehingga pemuda itu menjadi
kegerahan dibuatnya. "Nona, kau ... kau pergilah! Ja-jangan peluk a-aku! Sangat
ber-ber-bahaya....... ! Kau ...... kau ooh!" seperti orang yang
sedang mabuk Liu Yang Kun mencoba menasehati Tui Lan
agar menjauhi dirinya. Matanya semakin lama semakin merah
dan hampir tak mau lekang dari leher yang jenjang serta
punggung yang mulus kepunyaan Tui Lan itu.
Tapi gadis itu sama sekali tak menyadari akan datangnya
bahaya yang lain' itu karena semakin tidak tahan menghadapi
hawa dingin yang melanda udara di sekitarnya, gadis itu justru
semakin me lekatkan tubuhnya ke badan Liu Yang Kun yang
panas. Gadis itu baru menjadi kaget ketika Liu Yang Kun yang
dipeluknya itu tiba-tiba menggeram hebat, lalu".. balas
memeluk dirinya, dan ?"menciumi leher serta punggungnya
yang terbuka itu dengan penuh nafsu!
"Ini".ini".. oh, Tai-hiap?"kau?". Kau kenapa?" Tui Lan
menjerit dan meronta-ronta. Kulitnya merinding.
Namun seperti seekor binatang buas yang kelaparan, Liu
Yang Kun terus saja menerkam dan tak mau melepaskan
mangsanya, Tui Lan. Sifatnya yang halus dan suka menolong
tadi seketika menjadi hilang, dan tiba-tiba saja berubah
menjadi buas tak terkendalikan lagi.
Untunglah sebelum semuanya menjadi terlanjur, serangan
dari Giok-bin Tok-ong datang menyelamatkannya.
Siuuuutt". Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Serangkum angin beracun mendahului jari-jari Giok-bin
Tok-ong yang menotok kearah ubun-ubun Liu Yang Kun dan
bau busukpun segera menyebar menusuk hidung.
Meskipun sedang "lupa diri", ternyata Liu Yang Kun tidak
lupa akan keselamatan dirinya. Melihat dirinya dalam ancaman
bahaya, otomatis tangannya melepaskan tubuh Tui Lan,
kemudian menyongsong serangan lawannya dengan kekuatan
penuh. Phlaaaaaakh! Phlaananakh!
Kedua telapak tangan mereka yang penuh sin-kang itu
bertemu di udara! Suaranya nyaring menggetarkan udara
malam di dalam jurang itu! Dan akibatnya sungguh hebat
sekali! Masing-masing terpental balik dengan kuatnya,
bagaikan dua buah bola karet yang saling berbenturan di
udara, untuk kemudian jatuh bergulingan di atas tanah!
Meskipun tidak berada langsung pada garis pukulan kedua
orang sakti itu, namun karena Tui Lan tadi juga berada di
dalam arena pertempuran tersebut, maka dia juga ikut
terkena sambar angin pukulan mereka pula. Bahkan seperti
dihempaskan oleh hembusan badai yang amat kuat, tubuh
gadis itu ikut terlempar pula ke arah yang berbeda.
Walaupun demikian, ketika bangun kembali, dan melihat
tubuh Liu Yang Kun tergeletak tidak jauh dari tempatnya gadis
itu segera berlari menubruknya. Lupa sudah gadis itu akan
perangai Liu Yang Kun yang menakutkan dan mendirikan
bulu-roma tadi. Kali ini keadaan Liu Yang Kun tampaknya benar-benar amat
parah. Dari mulut dan hidung itu tampak keluar darah. Tapi
dengan demikian 'kebuasan' yang tadi tampak dengan tibatiba 'menguasai" jiwa pemuda itu justru menjadi lenyap malah!
Kini pemuda itu kelihatan normal kembali. Malah ketika
melihat Tui Lan datang menubruknya, pemuda itu segera
bangkit pula dengan tertatih-tatih. Kemudian ketika dilihatnya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Giok-bin Tok-ong juga terkapar di atas dan sedang berusaha
untuk bangun pemuda itu bergegas menarik lengan Tui Lan
untuk dibawa pergi meninggalkan tempat itu. Pemuda itu
masih melihat bahaya yang mengancam jiwa mereka, karena
di telapak tangan iblis tua itu masih tergenggam peluru peklek-tan itu. Dan secara tidak sengaja pemuda itu berjalan
menuju palung jurang yang dinamakan orang Lembah Dalam
itu. Namun sungguh tidak beruntung bagi mereka, karena
malam itu langit amat cerah, bintang bertaburan, dan
bulanpun bersinar dengan terangnya, sehingga jurang itu
menjadi terang-benderang pula sampai ke sudut-sudutnya.
Apalagi saat itu tidak ada kabut yang melintas di dalam jurang
itu. Oleh karena itu, meskipun mereka berdua telah jauh
meninggalkan arena tersebut, tetap saja dapat dilihat oleh
Giok-bin Tok-ong yang juga sudah "siuman" dari getaran
pukulan Liu Yang Kun. Dengan menahan geram iblis tua itu
mengumpat dan terhuyung-huyung mengejar mereka. Tangan
kanannya teracung keatas, siap untuk melontarkan Pek-lektan yang tergenggam di dalam tangannya.
"Cepat, nona! Kita turun ke dalam palung jurang itu! Kita
bersembunyi di sana"." Liu Yang Kun berbisik dengan suara
tegang. Biarpun dengan amat sukar, karena dua-duanya memang
telah menderita luka dalam, namun ternyata mereka dapat
juga menuruni tebing terjal itu. Tapi ketika mereka sudah
hampir mencapai dasar palung, tiba-tiba Tui Lan yang
keadaan tubuhnya agak lebih baik daripada Liu Yang Kun
melihat Giok-bin Tok-ong sudah mencapai puncak tebing itu
pula. Malah dari atas iblis tua itu melemparkan peluru Pek-lektan yang ada ditangannya ke bawah, kearah mereka.
"Liu Tai-hiap, awaaasss"..!" gadis itu memekik kuat-kuat.
Liu Yang Kun juga melihat bahaya itu! Dengan sigap
lengannya menyambar pinggang Tui Lan,
kemudian Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menghentakkan kakinya untuk meloncat sejauh-jauhnya ke
samping agar terhindar dari letusan peluru Pek-lek-tan
lawannya itu. Wuuuttt! Bhhaaaaarr?""..!
Peluru itu lewat di samping mereka kemudian jatuh ke
tanah di dasar palung itu dengan kerasnya! Terdengar suara
ledakan menggelegar yang mengguncangkan seluruh isi
palung jurang tersebut, sehingga batu-batu kecil tampak
berguguran ke bawah, seperti sebuah bukit yang mau runtuh
saja layaknya. Dan berbareng dengan itu tercium pula bau
busuk yang amat keras dari lobang bekas ledakan tersebut.
Dan bau tersebut benar-benar mengganggu pernapasan
mereka. Biarpun telah meloncat menghindar namun hembusan
angina yang diakibatkan oleh ledakan itu tetap saja
melemparkan mereka sampai tiga tombak jauhnya dari tempat
mereka semula. Untunglah dasar palung jurang tersebut
sudah mereka capai tadi, sehingga mereka tidak terhempas
dari tempat yang tinggi ketika ledakan itu terjadi. Namun bau
busuk itu masih tetap saja membuat pening kepala mereka
berdua. "Bangsat! Jangan lari kalian ". ! Ayoh, terimalah sebutir
Pek-lek-tan lagi!" melihat korbannya masih bisa lolos, Giok-bin
Tok-ong berteriak penasaran. Kemudian sambil mengeluarkan
sebutir Pek-lek-tan lagi, kakek itu bergegas menuruni tebing
mengejar kedua muda-mudi itu. Tapi karena kakek itu pun
juga sudah terluka pula, maka gerakannya juga tidak lebih
cepat daripada Liu Yang Kun maupun Tui Lan.
Liu Yang Kun dan Tui Lan berjalan tersaruk-saruk
melangkahi gundukan makam yang berpuluh-puluh banyaknya
itu sementara agak jauh di belakang mereka Giok-bin T ok-ong
dengan jalannya yang juga terhuyung-huyung itu, tampak
berusaha mengejar mereka. Namun karena Liu Yang Kun
harus melawan rasa peningnya, apalagi ia harus "setengah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menyeret" bebannya, yaitu Tui Lan, maka jarak diantara
merekapun juga semakin dekat pula. Sehingga ketika pemuda
itu telah berada di mulut gua yang dimasuki oleh Tui Lan
kemarin, jarak diantara mereka sudah cukup bagi Giok-bin
Tok-ong untuk melemparkan peluru mautnya.
"Liu"..Liu tai-hiap, dia?"..dia telah berada di belakang
kita!" Tui Lan berdesah dengan suara serak karena gelisah
dan takutnya.

Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gila! Iblis tua itu benar-benar sulit dilawan, terutama
senjata peledaknya.......!" Liu Yang Kun berdesah khawatir
pula. Khawatir terhadap keselamatan Tui Lan.
"Hahaheheh......! Mau lari kemana lagi kalian sekarang"
Nih, terima lah sebutir Pek-lek-tan lagi untuk meledakkan
tubuh kalian berdua, hehehe...." kakek itu mengejek seraya
mengayunkan tangannya yang mencengkeram
peluru mautnya. Ssssiiiiiinngg......! Tapi pada saat yang bersamaan, tiba-tiba di depan Liu
Yang Kun dan Tui Lan berkelebat dua sosok bayangan, yang
dengan cepat berusaha melindungi mereka dari keganasan
peluru Pek-lek-tan itu. Dan dua sosok bayangan tersebut
adalah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan Hong-liu-kun Yap
Kiong Lee. Masing-masing mengerahkan pukulan udara
kosongnya untuk mengembalikan senjata maut itu.
"Pangeran"..!" Y ap Kiong Lee masih sempat menyapa Liu
Yang Kun, sementara Souw Thian Hai hanya melemparkan
senyumnya saja kepada pemuda itu.
"Aaah!" Liu Yang Kun memekik kecil begitu mengenali
kedua orang itu. Tapi di lain saat otaknya segera teringat
kembali akan bahaya yang mengancam mereka semua. Oleh
karena itu teriaknya kuat-kuat, "Awaaas! Benda itu akan
meledak! Hindarilah dia jauh-jauh! Cepaaaattt?"!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Peluru maut itu terpental balik terkena dorongan angin
pukulan Souw T hian Hai dan Yap Kiong Lee. Tapi hal itu justru
mempercepat ledakan peluru maut tersebut!
Dhuaaaar?".! Sekali lagi tempat itu digetarkan oleh suara ledakan yang
maha dahsyat. Dan empat orang yang berada di dekat
ledakan itupun segera terlempar ke udara, untuk selanjutnya
jatuh kembali ke atas tanah dengan luka dalam yang cukup
parah. Untunglah dalam kesempatan yang amat mendesak
tadi Liu Y ang Kun cepat mendorong tubuh T ui Lan sekuatnya,
sehingga waktu ledakan itu terjadi, Tui Lan telah terlempar
menjauhi arena. Meskipun demikian tubuh gadis itu masih
terguncang juga dengan hebatnya.
Souw Thian Hai yang terhempas oleh daya ledakan peluru
Pek-lek-tan itu jatuh ke tanah dalam posisi tetap berdiri!
Namun demikian seluruh pakaian yang ia kenakan telah
hancur compang-camping. Tidak ada luka yang menggores
kulit dan daging pendekar sakti itu, tapi dari sudut bibirnya
tampak menetes darah segar.
Sungguh amat berbeda dengan keadaan Yap Kiong Lee.
Jagoan nomer satu dari kota raja itu ternyata lebih parah
keadaannya daripada Souw Thian Hai. Selain terbanting ke
tanah dengan pakaian yang compang-camping, pendekar itu
ternyata terus tergeletak dan tak bisa bangun kembali. Dari
mulut dan hidungnya mengalir darah yang cukup banyak pula.
Tapi yang paling parah adalah Liu Yang Kun! Tiga kali
terhempas oleh ledakan Pek-lek-tan itu benar-benar membuatnya tak berdaya. Pemuda sakti itu lalu pingsan
begitu tubuhnya terbanting di atas tanah.
Sebaliknya yang paling ringan adalah Tui Lan. Selain rasa
pening dan getaran yang mengguncangkan isi dadanya itu,
gadis itu hamper tidak mengalami luka dalam yang berarti.
Hanya saja hembusan angin ledakan itu ternyata juga masih
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mampu menyobek-nyobek pakaian yang masih tersisa di
badannya, meskipun juga tidak separah yang lain.
Tui Lan terhempas di dekat mulut gua itu bersama dengan
tubuh Liu Yang Kun. Dan ketika gadis itu bangkit berdiri,
terasa buku pemberian Ang-leng Kok-jin itu terjatuh dari
sakunya yang telah bolong. Gadis itu bergegas memungutnya.
Namun gadis itu menjadi heran melihat ada empat buah buku
di bawah kakinya! Dalam keadaan bingung dan tergesa-gesa,
gadis itu segera mengambil saja semuanya. Lalu dengan
maksud untuk segera menyelamatkan diri dari kejaran Giokbin Tok-ong, gadis itu lalu buru-buru menyeret tubuh Liu Yang
Kun masuk ke dalam lobang gua itu.
"Bangsat! Jangan lari.....!" Giok-bin Tok-ong berseru dan
mempersiapkan sebutir Pek-lek-tan lagi.
Tapi dengan gagah perkasa Souw Thian Hai berdiri
menghalanginya. Sambil mengerahkan Ang-pek-sin-kang
(tenaga sakti Merah dan Putih) ke ujung jari-tangannya,
pendekar sakti itu mengayunkan tangannya menyilang ke
depan. Dan sekejap kemudian selarik sinar berwarna
kemerahan melesat dari ujung jari tangan tersebut, menuju
kearah perut Giok-bin T ok-ong!
Bukan main terkejutnya iblis tua itu! Meskipun tubuhnya
telah menderita luka dalam yang cukup parah, namun sebagai
orang yang memiliki kesaktian tinggi, orang tua itu dengan
cepat bisa melihat ilmu Souw Thian Hai yang berbahaya itu!
Orang tua itu berusaha mengelak sebisanya! Tapi karena dia
juga tidak ingin kehilangan Tui Lan dan Liu Yang Kun, maka
sedapat-dapatnya pula ia membidik lobang gua tersebut
dengan peluru Pek-lek-tan yang digenggamnya!
Maka dalam waktu yang hampir bersamaan, beberapa hal
telah berlangsung dengan cepatnya!
"Siiiiiinnng!" peluru maut itu meluncur kearah sasarannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ssrrrrt!" sinar merah yang keluar dari ujung jari tangan
Souw Thian Hai itu 'memotong' ujung lengan baju Giok-bin
Tok-ong, kemudian 'mengiris' pula lembaran baju yang
menutup perut orang tua itu beserta sedikit kulit dagingnya
juga, sehingga yang terakhir ini tampak meringis kesakitan.
"Dhuuuuuaaaaaarr"..!" pek-lek-tan yang meluncur masuk
ke dalam lobang gua itu meledak dengan hebatnya.
Begitu dahsyatnya ledakan peluru Pek-lek-tan yang masuk
ke dalam lobang kecil itu, sehingga dinding tebing di mana
lobang gua itu berada tampak bergetar dengan hebatnya! Dan
sejenak kemudian terdengar suara gemuruh, ketika tembok
tebing yang tinggi itu longsor ke bawah !
Suasana di tempat itupun lantas seperti neraka! Debu
mengepul tinggi! Dan suara hiruk-pikuk yang memekakkan
telinga! Sementara batu-batuan sebesar gajah tampak
melayang berjatuhan ke bawah, bersama dengan ratusan ton
batu kerikil dan tanah! Souw Thian Hai cepat menyambar tubuh Hong-liu-kun Yap
Kiong Lee dan membawanya lari dari tempat itu. Dengan
tangkas pendekar sakti itu berlari ke tebing yang lain,
kemudian merayap keluar dari Lembah Dalam yang amat
mengerikan itu. Giok-bin Tok-ong yang tidak menyangka bahwa senjata
peledaknya bisa meruntuhkan dinding tebing tinggi itu,
menjadi ketakutan akhirnya. Dengan sekuat tenaga yang
masih tersisa pada dirinya, orang itu terpincang-pincang pula
melarikan diri. Sambil terbatuk-batuk akibat debu yang tebal
itu Giok-bin Tok-ong mati-matian merayapi tebing terjal
tersebut. Beberapa kali kakinya tergelincir, sehingga tubuhnya
kembali melorot turun. Namun demikian, orang tua itu tidak
menjadi putus-asa. Ketakutan akan terkubur hidup-hidup di
dasar palung itu membuatnya mampu menaiki tebing terjal
tersebut. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu neraka di dalam palung jurang itupun
berlangsung terus hingga selesai. Debu yang tersebar tampak
membubung tinggi mencapai awan. Dan akhirnya, hampir
separuh dari palung yang disebut orang dengan Lembah
Dalam, dimana ratusan pendekar persilatan menemui ajalnya
dan dikuburkan pula itu, kini tampak hampir rata dengan
dasar jurang itu. Souw Thian Hai me letakkan tubuh Yap Kiong Lee di atas
sebuah batu besar, lalu menonton tebing longsor tersebut dari
kejauhan. Lima orang pengawal Yap Kiong Lee yang
menunggu di tempat itu cepat menyongsongnya. Semuanya
terperanjat melihat keadaan pemimpin mereka yang tergolek
diam diatas batu itu. "Souw T ai-hiap! Ada apa dengan Yap Tai-hiap ini?" mereka
berseru dengan suara khawatir. Dan semuanya menatap
wajah Souw Thian Hai yang lusuh, kotor dan penuh debu itu
dengan pandang mata heran. Apalagi menyaksikan pakaian
Souw T hian Hai yang hancur itu.
"Saudara Yap menderita luka dalam karena terkena ledakan
senjata seseorang. Cepatlah kalian bantu memulihkan
tenaganya dengan saluran sin-kang saudara"." Souw Thian
Hai berkata datar serta agak sendu. Ada sepercik penyesalan
di dalam dada pendekar ini karena tak mampu menolong
Pangeran Liu Yang Kun tadi.
"Uuuhh"..! Saudara Souw, dimanakah Pangeran Yang Kun
tadi" Apakah beliau selamat?" tiba-tiba Yap Kiong Lee
menggeliat dan bertanya dengan suara serak.
Souw Thian Hai berpaling. Dipandangnya sahabatnya itu
dengan wajah penuh penyesalan. "Maaf, saudara Yap. Aku
gagal menyelamatkannya. Iblis tua itu benar-benar lihai sekali.
Aku tak mampu menjinakkan senjata peledaknya, sehingga
Pangeran Yang Kun.... terkubur di dasar palung itu bersama
teman gadisnya." Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Aaah!" Yap Kiong Lee berseru kecewa sekali. Hilang sudah
bayangan kegembiraan Kaisar Han di hatinya. Sebaliknya
pendekar istana itu tak berani membayangkan, apa jadinya
bila berita itu nanti didengar oleh Baginda Kaisar Han.
"Pangeran Yang Kun terkubur di bawah reruntuhan tanah
longsor itu?" anggota Sha-cap-mi-wi yang siang tadi memberi
laporan tentang pangeran itu berseru kaget pula.
"Sudahlah.....! saudara Yap, kau tak perlu bersedih hati!
Semuanya memang diluar kemampuan kita. Lihat saja, kau
terluka parah dan akupun menjadi sedemikian rupa! Hancur
seluruh pakaianku"..eh"!" tiba-tiba Souw Thian Hai tersentak
kaget. Kedua tangannya sibuk mencari kesana-kemari antara
pakaiannya yang telah compang-camping.
"Kau kehilangan sesuatu, saudara Souw?" Yap Kiong Lee
bertanya dengan kening berkerut.
"Celaka"..! buku-buku itu telah hilang!" Souw Thian Hai
berseru tertahan. "Buku-buku"." Buku apakah itu?"
Pendekar sakti itu menghela napas panjang. Matanya
memandang palung jurang yang kini telah hampir rata dengan
tanah itu. "Buku-buku pusaka peninggalan Bit-bo-ong (Si Raja
Kelelawar) almarhum, tampaknya telah terjatuh dari sakuku
dan ikut terkubur di dalam palung itu....." katanya pasrah.
"Bit-bo-ong yang sangat terkenal pada ratusan tahun yang
lalu?" salah seorang dari anggota Sha-cap-mi-wi itu
menegaskan dengan kaget. "Kau pernah mendengar nama itu?" Souw Thian Hai
menoleh dan bertanya. "Tentu saja, Souw Tai-hiap. Siapakah yang tak pernah
mendengar nama tokoh hitam yang sangat terkenal itu"
Demikian termashurnya tokoh itu sehingga namanya telah
beberapa kali dipakai oleh anak muridnya untuk Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menghidupkan kembali masa kejayaannya." Orang itu
menjawab. "Hanya saja yang sangat membingungkan hati
kami adalah mengapa buku peninggalan iblis terkenal itu
berada pada Souw T ai-hiap?"
Souw Thian Hai menunduk lesu. Raut wajahnya tak
menunjukkan kegembiraan ketika menjawab pertanyaan itu.
"Iblis itu masih terhitung sebagai keluargaku, keluarga Souw.
Beliau adalah adik dari kakek buyutku sendiri. Itulah sebabnya
semua pusaka warisannya berada ditanganku. Tapi ". Bukubuku itu telah hilang sekarang, sehingga tinggal pisau dan
mantel pusakanya saja yang tersisa." Pendekar sakti itu
menerangkan seraya mengeluarkan lipatan mantel pusaka dan
pisau berdarah itu dari lipatan ikat pinggangnya, untuk
kemudian mengenakannya sekalian di tubuhnya agar tidak
hilang. Semuanya melongo menyaksikan Souw Thian Hai yang
bertubuh tinggi besar itu. Pendekar sakti itu menjadi
sedemikian gagah dan kerennya setelah mengenakan mantel
lebar yang menutupi pundak dan seluruh tubuhnya itu.
Pakaiannya yang compang-camping itu kini telah tertutup oleh
warna hitam mengkilat dari mantel pusaka yang sangat
bersejarah tersebut. Dan ketika mantel itu sedikit tersingkap
oleh angin yang bertiup, tampaklah gagang pisau pusaka yang
dihias permata berlian itu berkeredep seperti belasan kunangkunang di malam hari. Sekejap mereka tertegun. Entah
mengapa, tiba-tiba saja timbul rasa segan dan ngeri di hati
mereka melihat dandanan pendekar sakti itu. Dan entah apa
sebabnya pula tiba-tiba kegelapan malam di dalam jurang itu
menimbulkan perasaan takut di hati mereka.
"Agaknya memang sudah benar-benar saatnya aku
mengenakan ciri-ciri kebesaran keluargaku, untuk menghadapi
iblis yang mengganggu dunia persilatan seperti orang tua
yang membawa senjata peledak itu sekarang." pendekar itu
berkata perlahan. Lalu sambungnya lagi, "Dan juga". Sekalian
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
untuk mengembalikan nama baik benda-benda pusaka ini,
yang semula memang dikenakan oleh pendekar besar
pembela keadilan!" "Ini?" inikah mantel pusaka yang tidak mempan oleh
senjata tajam itu?" anggota Sha-cap-mi-wi tadi bertanya lagi
dengan suara gemetar. Souw Thian Hai mengangguk. Namun yang kemudian
menjawab pertanyaan itu adalah Yap Kiong Lee sendiri, bukan
Souw T hian Hai. "Tentu saja. Akupun pernah melihat benda itu sebelumnya.
Hmmh, apakah kau tidak percaya" Apakah kau ingin
mencobanya?" pendekar istana itu menegaskan sambil


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersenyum. "Ah, mana kami berani" Misalkan kami berani mencobanya
juga, toh kami juga takkan bisa membuktikan kekebalan
mantel pusaka itu," orang itu merendahkan dirinya.
"Hei, kenapa begitu?" Yap Kiong Lee bertanya tak
mengerti. Sambil tersenyum orang itu menjawab,"Habis bagaimana
kami bisa membuktikannya kalau untuk mengenainya saja
kami tak mampu?" "Ah, saudara ini bisa saja memuji orang dan merendahkan
diri sendiri. Siapakah yang tidak tahu kehebatan para anggota
Sha-cap-mi-wi" Kukira perbedaan kita hanya pada soal nama
saja. Tapi dalam hal kepandaian, kukira kita tidak berselisih
banyak. Aku berani bertaruh kepandaian saudara masih lebih
atas bila dibandingkan dengan jago-jago s ilat semacam Kongtong Cin-jin dan Ui Bun Ting itu. Padahal mereka adalah
ketua-ketua partai persilatan yang terkenal." Souw Thian Hai
menolak pujian itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Wahh, kalau sekarang...... jelas Souw Thian Hai yang
terlalu menaikkan kedudukan kami." orang itu cepat-cepat
menyanggahnya. Demikianlah, setelah cukup beristirahat dan yakin kalau
mereka sudah tidak mungkin lagi menolong Pangeran Yang
Kun, mereka lalu kembali pulang ke kota Soh-ciu. Yap Kiong
Lee yang terluka parah itu terpaksa mereka gotong bersamasama secara bergantian. Dan kedatangan mereka di malam
buta itu ternyata sudah dinanti-nanti oleh para penduduk.
Ledakan dahsyat yang disertai oleh kepulan debu itu ternyata
dapat didengar dan dilihat juga oleh para penduduk kota.
Namun karena tempat kejadian tersebut berlangsung lagi di
Lembah Dalam itu, maka tak seorangpun dari mereka yang
berani menjenguknya. Karena malam sudah terlalu larut maka rombongan itu
terpaksa menginap di rumah mendiang Kang Lam Koai-hiap.
Dan di dalam rumah itu ternyata sudah bertambah lagi
dengan para pendekar baru yang belum lama tiba di kota itu.
Meskipun terlambat mereka tetap akan membantu mencari
dan memburu Si iblis Penyebar Maut itu.
Kong-tong Cin-jin dan Ui Bun Ting sangat kaget melihat
Hong-liu-kun Yap Kiong Lee digotong dan terluka parah
seperti mereka. "Apakah cu-wi telah berjumpa lagi dengan orang tua yang
kita curigai bagai Si Iblis Penyebar Maut itu?"Kong tong Cin-jin
segera menanyakan. "Ah, mengapa Cin-jin masih segan-segan juga untuk
mengatakan bahwa iblis tua yang telah membunuh ratusan
saudara-saudara kita itu adalah Si Iblis Penyebar Maut"
Apakah Cin-jin masih sangsi?" Ui Bun Ting memotong
perkataan sahabatnya itu.
"Entahlah, saudara Ui. Hatiku menjadi agak ragu, sebab
mendiang Kang Lam Koai-hiap pernah menyebutkan, bahwa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Iblis Penyebar Maut itu bertubuh jangkung. Padahal seperti
telah kita lihat semua, orang tua yang ada di dalam lembah itu
bertubuh biasa saja dan tidak jangkung."
"Ah, Kang Lam Koai-hiap bisa saja salah lihat. Orang yang
bergerak dengan kecepatan tinggi di dalam kegelapan malam,
bentuknya tentulah menjadi berbeda atau cenderung menjadi
agak lebih panjang.'' "Sudahlah, saudara Ui. Kita semua memang kurang
mendapatkan data-data mengenai ciri Si Iblis Penyebar Maut
itu. Sampai sekarang kita memang hanya bisa mencurigai saja
kepada seseorang, sebelum orang itu sendiri mengaku bahwa
memang dialah Si Iblis Penyebar Maut itu." Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai menengahi. Lalu katanya lagi,"Namun yang terang
kami tadi memang telah jumpa lagi dengan orang tua itu.
Malah kami sempat bertempur pula, meski hanya sejurus."
Kemudian serba sedikit Souw Thian Hai menceritakan
peristiwa yang terjadi di dalam jurang itu bersama Hong-luikun Yap Kiong Lee. Tapi atas isyarat pendekar dari istana itu,
Souw Thian Hai tidak menceritakan tentang pertemuan
mereka dengan Pangeran Liu Yang Kun.
"Senjata peledak" Ah, ketika melawan ratusan pendekar
persilatan kemarin dia belum mengeluarkan benda mautnya
itu! Itupun dia sudah bisa membinasakan kita semua. Apalagi
kalau dia". wah! Wah!" Kong-tong Cin-jin berdesah ngeri
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ya! Benda itu hanya sebesar kepalan tangan, namun daya
ledaknya hebat bukan main! Rasa-rasanya bukitpun bisa
runtuh dihantamnya!" Yap Kiong menambahkan. "Meskipun
demikian orang itu dapat juga dilukai oleh Souw Tai-hiap
dengan Tai-lek Pek-khong-ciangnya yang maha dahsyat itu!"
"Ah, saudara Yap sungguh pandai sekali bergurau. Lukanya
itu bukan karena hebatnya pukulanku, tapi karena orang tua
itu kurang berhati-hati melawanku. Mungkin dia merasa sudah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
terlalu sakti sehingga dia menjadi lengah sendiri, atau dia
memang sangat meremehkan pukulanku sehingga dia menjadi
lemah pertahanannya. Apalagi tampaknya orang itu sedang
terluka dan terpecah perhatiannya." Souw Thian Hai cepat
menyangkal ucapan Yap Kiong Lee.
"Souw Tai-hiaplah yang pandai merendahkan diri....." Ui
Bun Ting menyokong pendapat Yap Kiong Lee. "Siapakah di
dunia ini yang tak kenal Tai-lek-pek-khong-ciang, Tai-kek Sinciang dan Ang-pek Sin-kang dari keluarga Souw yang
termashur itu?" Ilmu silat keluarga Souw memang sudah amat tersohor di
dunia persilatan. Tenaga sakti Ang-pek Sin-kang yang hanya
bisa dipelajari oleh keturunan keluarga Souw sendiri itu
hampir tak ada lawannya di dunia kang-ouw. Sementara Tailek Pek-khong-ciang yang dapat melukai lawan dari jarak jauh,
seperti tajamnya mata golok atau ujung pedang itu, juga
sangat ditakuti dan disegani orang. Belum lagi ilmu silat Taikhek Sin-ciang yang aneh dan mengerikan itu, yang bila
dima inkan, bagian tubuh yang sebelah kiri dan sebelah kanan
akan bermain silat sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain,
benar-benar belum ada duanya di dunia ini.
"Sudahlah! Sudahlah! Kita semua memang amat bersukur
sekali bahwa Souw T ai-hiap mau turun tangan dalam peristiwa
ini....." akhirnya Kong-tong Cin-jin menghentikan perdebatan
mereka. "Marilah kita sekarang merundingkan saja cara yang
baik untuk menghadapi iblis sakti itu ..!"
Demikianlah, malam itu juga mereka merundingkan jalan
yang terbaik untuk menghadapi orang yang mereka curigai
sebagai Si Iblis Penyebar Maut tersebut. Biarpun telah
menelan korban yang tidak sedikit, tapi dengan adanya Honggi-hiap Souw Thian Hai dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
diantara mereka, para pendekar menjadi besar hatinya.
(Oo-dwkz-hen-oO) Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Selagi para pendekar itu ramai berunding di rumah
mendiang Kang Lam Koai-hiap, maka di dasar palung jurang
itu Tui Lan dan Liu Yang Kun sedang berjuang melawan
kegelapan dan kepengapan yang menutupi lobang gua itu.
Dengan tertutupnya pintu masuk gua tersebut oleh timbunan
tanah yang longsor dari atas bukit itu, menyebabkan seluruh
lorong-lorong gua yang sempit itu menjadi gelap dan sangat
pengap. Untunglah Tui Lan sudah pernah masuk sebelumnya,
sehingga sedikit banyak dia dapat mengenali jalan menuju
sungai di bawah tanah itu. Meskipun harus menyeret tubuh
Liu Yang Kun dan melawan kepulan debu yang menyesakkan
napasnya Tui Lan berjalan terus menerobos kepekatan di
sekelilingnya. "Huk-huk-huk .....!" terdengar suara batuk Liu Yang Kun
yang telah siuman dari pingsannya. Pemuda itu tersedak dan
terbatuk-batuk karena terlalu banyak mengisap debu yang
memenuhi lorong-lorong gelap tersebut.
"Liu Tai-hiap ...." Kau sudah siuman?" Tui Lan berdesah
gembira, lalu berhenti melangkah untuk membiarkan pemuda
itu mendapatkan kejernihan pikirannya kembali. Sayang di
dalam kegelapan yang mencocok hidung itu dia tak bisa
melihat wajah pemuda yang telah berusaha menolong dirinya
secara mati-matian itu. "Uuuh....uh, huk-huk-hukk! Aaaah, dimana aku ini" Oh,
kau.....nona! Dimanakah kita sekarang" Dimanakah iblis tua
itu" Dan ". dimanakah orang-orang yang menolong kita itu"
Apa.... ugh!" begitu siuman pemuda itu lalu melontarkan
pertanyaan-pertanyaan kepada Tui Lan, seakan-akan kehitaman yang menyelimuti tempat itu tidak menghalangi
pandang matanya. Tapi ketika pemuda itu hendak bangkit dari
atas tanah, tubuhnya segera jatuh kembali. Bibirnya berdesis
menahan sakit di dalam dadanya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebaliknya Tui Lan yang sama sekali tidak dapat melihat
keadaan pemuda itu menjadi bingung dan khawatir sekali.
Tangannya berusaha menggapai dan memegang Liu Yang Kun
yang berbaring di bawah kakinya, namun mendadak
tangannya segera ditariknya kembali karena jari-jarinya
menyentuh wajah pemuda itu.
''Liu Tai-hiap, kau.....kau kenapa" Apamukah yang terasa
sakit?" serunya penuh perhatian.
"Dadaku ".dadaku sakit sekali. Tampaknya lukaku benarbenar parah sekali. Eh, nona.... kenapa kita sampai berada di
lorong gelap seperti ini" Dimanakah kita sekarang?"
"Kita berada di dalam gua di bawah tanah. Aku tadi telah
menyeretmu masuk ke dalam gua ini ketika Giok-bin Tok-ong
mengejar kita. Lalu iblis tua itu meledakkan mulut gua
sehingga tanah longsor menutupi pintu masuk gua ini dan
memisahkan kita dari orang-orang yang mau menolong kita
itu." "Jadi....... jadi kita sekarang tertimbun di dalam rongga di
bawah tanah, begitukah" Oooh... !" Liu Yang Kun berkata
lemas. "Marilah, Liu Tai-hiap. Kita tak perlu gelisah. Siapa tahu kita
bisa menemukan jalan keluar nanti" Yang penting kita bisa
menyelamatkan diri dahulu. Yang lain dapat kita pikirkan lagi
nanti." Tui Lan membesarkan hatinya.
Dengan tertatih-tatih pemuda itu lalu dituntun Tui Lan
menuju sungai bawah tanah itu. Benarlah, meskipun harus
dituntun dan sebentar-sebentar berhenti melangkah, namun
pemuda itu ternyata sungguh-sungguh dapat melihat dalam
gelap. Tentu saja Tui Lan menjadi sangat kagum akan
kehebatan pemuda itu. "Apakah Liu Tai-hiap benar-benar bisa melihat di dalam
kegelapan seperti ini" Jangan-jangan Tai-hiap sudah pernah
masuk ke tempat ini, sehingga Tai-hiap sudah hapal semua
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lorong-lorong gua ini." namun demikian gadis itu pura-pura
tidak mempercayainya untuk memancing atau mengorek
keterangan tentang terborgolnya pemuda tersebut di dalam
gua itu kemarin. Terdengar pemuda itu menarik napas panjang. "Nona.....
eh, maaf. Sudah sekian lamanya kita bersama, tapi aku belum
juga tahu nama nona. Nona sudah tahu namaku. Bolehkah
aku mengetahui nama nona?"
"Namaku Han Tui Lan."
"Nona Han, sebenarnya mataku juga sama saja dengan
matamu. Kita sama-sama tidak mempergunakannya di dalam
kegelapan yang amat pekat ini."
"Tapi mengapa Liu Tai-hiap dapat mengetahui segalanya
sedangkan aku tidak"'' Tui Lan cepat memotong.
"Karena aku mengerahkan ..... atau sebut saja aku
menggunakan perasaan dan mata batinku sebaik-baiknya!"
Tiba-tiba Tui Lan terdiam. Gadis itu menjadi bingung dan
tak mengerti kata-kata Liu Yang Kun tersebut. "Menggunakan
perasaan dan mata batin" Apakah maksud Liu Tai-hiap?"
akhirnya gadis itu bertanya ragu.
Sekali lagi terdengar suara tarikan napas Liu Yang Kun
yang berat. "Begini, nona Han. Di dunia ini ada ilmu yang disebut orang
dengan nama Lin-cui-sui-hoat (Ilmu Tidur Di Atas Permukaan
Air) yaitu semacam ilmu kebatinan yang mendasarkan ilmunya
pada ketajaman rasa dan batin manusia. Seorang yang telah
berhasil mempelajarinya dengan sempurna, ia akan bisa
mengetahui atau paling tidak bisa merasakan hal-hal yang
belum terjadi pada dirinya. Malahan kalau orang itu dapat
mempelajarinya sampai pada tingkat yang tertinggi, akan bisa
meramal dan mengetahui keadaan dunia di sekelilingnya pada
waktu yang akan datang."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Dan".. Liu Tai-hiap mahir juga dengan ilmu Lin-cui-suihoat itu?" T ui Lan bertanya dengan suara kagum.
"Aku pernah mempelajarinya secara tak sengaja. Oleh
karena itu, apa yang kudapatkan juga tidak seberapa banyak.
Namun apa yang telah kudapatkan itu juga sudah cukup
bagiku untuk sekedar merasakan apa yang ada di sekitarku,
tanpa harus menggunakan penglihatanku." Liu Yang Kun
merendahkan dirinya. "Meskipun demikian ilmu itu juga tidak mutlak menjamin
kebenarannya. Kadang-kadang atau sekali waktu, ilmu itu juga
membuat kesalahan pula, sehingga apa yang terasa di dalam
batin kadangkala juga tidak sesuai dengan kenyataannya."
"Namun bagaimanapun juga ilmu itu telah membuat Liu
Tai-hiap menjadi lebih tinggi dan lebih hebat daripada orang
lain." Tui Lan memuji.
"Ah! Kalau berbicara soal kehebatan dalam ilmu Lin-cui-suihoat itu, tiada yang lebih hebat daripada tokoh-tokoh aliran
Im-Yang-kauw di dunia ini...."
"Tokoh Aliran Im-Yang-kauw" Eh, Liu Tai-hiap, akupun
adalah anggota Aliran Im-Yang-kauw pula, meskipun hanya
anggota biasa." Tui Lan menyahut dengan cepat, lalu
menceritakan siapa dirinya sebenarnya.
"Maaf, aku memang belum mengenal guru nona. Yang
sudah kukenal dan kuketahui dalam aliran itu cuma Toat-beng
jin dan Kauw-cu-si Tok Ciak saja. Di dalam hal ini tokoh yang


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama Toat beng-jin itulah yang kumaksudkan. Beliau
benar-benar mahir ilmu Lin-cui-sui hoat tersebut."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Jilid 6 "Wah, beliau itu memang tokoh puncak di dalam aliran
kami." Akhirnya kedua orang itu sampai juga di sungai di bawah
tanah itu. Sementara itu luka di dalam dada Liu Yang Kun
sudah agak membaik, biarpun untuk menjadi sembuh masih
memerlukan waktu dan pengobatan yang lama pula.
Di dalam lorong yang sempit itu suara air mengalir menjadi
luar biasa kerasnya. Suaranya terdengar gemuruh, sehingga di
dalam kegelapan tersebut suara itu terdengar sangat
menakutkan, seperti suara nyanyian setan dan hantu yang
sedang berpesta-pora. "Nona Han... ! Kau tunggulah aku sebentar di sini! Aku
akan mencoba mencari obor untuk menerangi tempat ini. Tapi
kuharap kau jangan pergi kemana-mana, sebab air sungai itu
sangat dalam dan amat deras arusnya. Kalau kau nanti
tergelincir dan tak bisa berenang, tubuhmu akan segera
tersedot oleh pusaran air yang ganas," tiba-tiba Liu Yang Kun
berbisik di telinga T ui Lan, sehingga napas pemuda itu seperti
menggelitik pipi T ui Lan.
"Liu Tai-hiap, aku ".. aku takut!" Tui Lan cepat
mencengkeram lengan Liu Yang Kun erat-erat dan berbisik
pula dengan suara gemetar.
Tak sadar lengan Liu Yang Kun yang lain lalu memeluk
badan T ui Lan. Sekejap mereka saling berpelukan, karena Tui
Lan juga merasa aman dalam pelukan pemuda itu. T api di lain
saat Liu Yang Kun segera melepaskan pelukannya, ketika
secara tak sengaja tersentuh pundak dan punggung Tui Lan
yang telanjang. Pemuda itu lalu mundur menjauhkan diri.
"Di sini aman, nona Han. Kau tidak perlu takut! Nah, aku
pergi dulu," pemuda itu berkata sambil melangkah pergi
dengan terburu-buru seakan-akan takut dikejar setan.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Liu Tai-hiap......!" T ui Lan menjerit dan mau mengejarnya,
tapi tak berani. Gadis itu takut tersesat atau tergelincir ke
dalam sungai. Entah mengapa hati T ui Lan merasa ngeri dan takut sekali.
Padahal biasanya dia tak pernah mengenal takut. Kemarinpun
dia sudah masuk ke gua ini, sendirian ma lah. Tapi waktu itu
tak sepercikpun perasaan takut mewarnai hatinya. Tapi kini
sungguh lain, sehingga gadis itu menjadi heran pula
memikirkannya. Selagi gadis itu berjuang melawan perasaan takut, tiba-tiba
dari sebuah lorong yang lain memancar secercah sinar,
menerangi tepian sungai itu, sehingga kepekatan yang
melingkupi tempat tersebut menjadi larut sedikit demi sedikit.
Dan beberapa saat kemudian muncullah Liu Yang Kun
membawa sebuah obor besar di tangannya.
Selain obor pemuda itu juga membawa seperangkat
pakaian untuk T ui Lan. Sedangkan pemuda itu sendiri ternyata juga telah
mengganti pakaiannya pula.
"Wah, kita sungguh sangat beruntung sekali kali ini, nona
Han. Selain obor ini aku juga telah menemukan sejumlah
pakaian yang masih bersih di dalam lorong itu. Hanya sayang,
pakaian ini adalah pakaian pria. T api kukira ini juga lebih baik
daripada tidak ada pakaian sama sekali."
Tui Lan tidak segera menyongsongnya. Gadis itu justru
termangu-mangu di tempatnya. Gadis itu merasa aneh,
karena pemuda yang menolongnya itu tampaknya selalu
berusaha menyembunyikan keadaannya.
Tui Lan berani bertaruh bahwa pemuda itu tentu telah
pergi ke lobang gua dimana dia diborgol kemarin. Dan gadis
itu juga berani bertaruh bahwa pakaian yang dijinjing itu
tentulah pakaian pemuda itu sendiri, mengapa sekarang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
pemuda itu berbuat seolah-olah belum pernah menginjakkan
kakinya di tempat itu"
Tentu ada apa-apanya di balik semua sandiwara pemuda
itu. Tapi untuk sementara waktu Tui Lan tidak berani
menanyakannya. Gadis itu takut Liu Yang Kun akan menjadi
marah kepadanya. Siapa tahu rahasia itu menyangkut urusan
yang sangat pribadi, sehingga orang lain memang tidak boleh
mengetahuinya" "Baiklah! Aku tidak perlu mengurusinya. Biarlah dia
menyimpan sendiri semua rahasianya. Toh dia bukan apaapaku," akhirnya Tui Lan memutuskan sendiri semua
pikirannya tentang pemuda itu. "bukan apa-apaku....?" tibatiba gadis itu berpikir kembali dengan muka bersemu merah.
Lalu terbayang di benak gadis itu ketika Liu Yang Kun
menciumi pundak dan punggungnya dengan penuh nafsu
beberapa saat yang lalu. Kemudian terbayang pula ketika
mereka pelukan tadi. Mengapa semua yang dilakukan oleh
pemuda itu tidak membuatnya marah atau tersinggung"
"Aah.. .. !" mendadak Tui Lan berdesah dengan keras untuk
menghapus semua bayangan yang menggodanya itu.
"Nona Han....! kau kenapa" Mengapa kau tidak bergembira
dengan penemuanku ini" Apakah kau sakit?" Liu Yang Kun
tiba-tiba bertanya. Pemuda itu ternyata telah berada di
depannya. Tui Lan terkejut. "A-a-aku tidak apa-apa! Aku masih merasa
ketakutan disini sendirian tadi. Eh, Liu Tai-hiap memperoleh
pakaian" Bagus! Biarlah aku mencobanya......" gadis itu cepat
menyahut untuk menghilangkan kesan yang tidak enak itu.
Karena yang sobek hanya bajunya saja, maka Tui Lan juga
hanya mencoba baju yang dibawa oleh Liu Y ang Kun tersebut.
Dan ternyata baju itu terlalu besar untuk badannya. Namun
seperti apa yang diucapkan oleh Liu Yang Kun tadi, baju itu
sudah cukup baik untuk dipakai daripada tidak berpakaian
sama sekali. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Eh, dimanakah Liu Tai-hiap menemukan obor dan pakaian
ini tadi" Sungguh aneh sekali! Tempat yang begini sunyi dan
terpencil seperti ini, ternyata pernah didatangi orang pula."
Tui Lan bertanya sambil lalu, tanpa memandang kepada Liu
Yang Kun. Pemuda itu kelihatan gugup. "Ini.... ini ... semua
kudapatkan secara kebetulan saja. Aku ". aku melihatnya
tergeletak di atas tanah."
Tui Lan tahu kalau pemuda itu berbohong kepadanya.
Namun ia tak peduli pula. Sambil lalu ia malah bertanya,"Liu
Tai-hiap.....! Bagaimana kalau minyak obor itu habis" Dari
mana kita akan memperoleh minyaknya?"
"Ah, jangan khawatir, nona Han. Obor ini masih penuh.
Minyak ini masih bisa bertahan sampai dua hari lagi. Dan
dalam dua hari itu kita harus membuat persediaannya."
"Membuat" Apa yang hendak kita buat menjadi minyak
obor?" Tui Lan berseru heran.
Liu Yang Kun tersenyum. "Di dalam sungai itu hidup seekor
belut panjang yang dapat menghasilkan minyak bila kita
rebus." Ujarnya kalem. "Jadi selain dagingnya dapat kita
makan, minyaknya pun dapat kita pergunakan untuk
menyalakan obor." "Oh, begitukah.....?" Tui Lan berdesah lega.
"Sebenarnya hampir semua ikan yang hidup di dalam
sungai di bawah tanah ini mengandung banyak lemak di
badannya, tapi hanya belut panjang itulah yang paling banyak
mengeluarkan minyak."
Sambil omong-omong mereka berjalan kesana-kemari
meneliti lorong-lorong gua itu. Mereka berharap dapat
menemukan jalan keluar ke alam bebas kembali. Tapi sampai
lelah mereka menerobos dan menyusuri setiap lorong yang
mereka jumpai, mereka selalu menemui jalan buntu. Dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
ketika mereka berdua mencoba mengikuti aliran sungai
tersebut, baik kearah hulu maupun ke hilir, mereka juga
menemui jalan buntu pula. Di kedua ujung sungai tersebut
ternyata airnya menyusup ke dalam tanah, sehingga
permukaannya tertutup oleh atap gua.
"Oohhh, celaka! Tampaknya seumur hidup kita akan
terkurung di dalam gua yang gelap ini..." Tui Lan mengeluh
putus asa. Gadis itu lalu membanting tubuhnya di tepian sungai
dengan wajah cemas. Saat itu mereka berada di hulu sungai
di bawah tanah itu. Keduanya memandang ke arah
permukaan air sungai yang bersatu dengan langit-langit gua
itu. "Satu-satunya jalan keluar bagi kita cuma mengikuti aliran
sungai ini ....." Liu Yang Kun berkata lirih.
"Mana mungkin?" Tui Lan cepat menyela. "Kita bukanlah
ikan yang dapat bernapas di dalam air! Bagaimana mungkin
kita bisa terbenam terus-menerus di dalam air?"
"Tenanglah, nona Han! Kita belum tentu harus menyelam
terus-menerus. Siapa tahu di balik gua ini air sungai akan
tersembul kembali ke dalam lorong gua yang lain yang
mungkin memiliki jalan keluar ke atas permukaan tanah?"
"Tapi bagaimana kalau sungai ini tak melewati gua lagi
sampai di lautan timur sana" Apakah kita akan berenang terus
di bawah air berhari-hari lamanya tanpa mengambil napas"
Bisa meletus paru-paru kita!" Tui Lan berkata lagi dengan
nada yang semakin putus asa.
"Ya, tapi kita perlu berusaha, nona."
"Tapi usaha seperti itu sangatlah berbahaya. Lebih baik kita
mencoba kembali melalui jalan kita semula. Kita singkirkan
tanah yang menutupi mulut gua ini."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Baiklah, kalau memang jalan itu yang nona inginkan. Aku
menurut saja. Tapi perasaanku mengatakan, bahwa jalan itu
sudah tidak dapat kita bersihkan lagi. Namun demikian kitapun
juga perlu mencobanya pula....." Liu Yang Kun berkata dengan
suara riang dan semangat, sehingga suasana kaku dan cemas
di hati T ui Lan menjadi agak reda.
Tui Lan lalu bangkit berdiri, tapi kakinya hampir saja
terpeleset oleh lembaran benda licin berlumut yang
menggeletak di depannya. "Huh, benda apakah ini" Licin
benar.....!" katanya seraya memungut benda itu dan
merentangkannya di depan Liu Yang Kun.
"Ah ! Itu potongan dari usus atau kantong perut!" Liu Y ang
Kun berseru tertahan. ''Lihatlah! Lembaran ini adalah kulit
yang telah dimasak sehingga awet dan tidak berbau. Dan
lembaran ini merupakan gelembung atau kantong besar yang
telah kempes. Coba, mari kita tiupkan udara ke dalamnya!"
"Kotor......... ah!" Tui Lan menolak dan mengeryitkan
alisnya tanda jijik. Liu Yang Kun tersenyum, lalu berlari ke sungai untuk
mencucinya. Setelah bersih pemuda itu lalu meniupnya
sendiri. Tangannya menutup lobang yang satu, sementara
mulutnya meniup lobang yang lain. Dan di lain saat benda
tersebut telah menggelembung seperti buah labu sebesar
perut kambing. "Hei...... besar amat" Potongan usus binatang apa ini!
Kerbau" Gajah?" Tui Lan berseru kaget. "Ah, masakan ada
kerbau atau gajah di tempat seperti ini?"
"namanya saja sudah diawetkan, nona. Tentu saja barang
ini adalah milik seseorang yang dia bawa kemari. Mana ada
binatang memotong ususnya sendiri untuk diawetkan sendiri
pula" Haha?"!" Liu Yang Kun tertawa melucu.
"Ah, kau!" Tui Lan mulai tersenyum juga oleh ketenangan
kawannya itu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Mereka lalu menyusuri lorong-lorong gua itu kembali ke
pintu atau lobang dimana mereka masuk tadi. Sambil
melangkah Liu Yang Kun mempermainkan gelembung usus
tersebut. "Ah, kenapa masih kaubawa-bawa juga benda itu" Untuk
apa" Buang saja." Tui Lan yang tanpa sadar sudah mulai
akrab dengan Liu Yang Kun itu berkata gemas melihat
kawannya selalu mempermainkan gelembung usus tersebut
sehingga menimbulkan suara dat-dut".dat-dut yang merisihkan. "Eeee". Ada gunanya juga, nona. Benda ini bisa untuk
mengambil air atau menyimpan air kalau mau memasak,
haha".." "Huh! Siapa mau memasak" Apakah kau mau tinggal di
sini?" Tui Lan yang kini sudah tidak merasa sungkan-sungkan
lagi kepada Liu Yang Kun itu pura-pura membentak gusar.
"Ah, siapa tahu.....?" enak saja Liu Yang Kun menjawab.
Pemuda yang semula juga hanya mau menghibur dengan
kata-katanya yang santai itu ternyata juga menjadi latah
malah. Ternyata mereka cepat menjadi akrab satu sama lain.
Tiba di lorong yang menghubungkan pinggir sungai itu
dengan lorong yang menuju ke lobang masuk gua, mereka
berdua terkejut setengah mati! Lorong sepanjang tigapuluh
atau empatpuluh tombak itu telah penuh dijejali longsoran
kerikil dan tanah! Jadi selama mereka tinggalkan menyusuri
lorong-lorong gua yang lain tadi, di tempat itu telah terjadi
tanah longsor kembali, sehingga tempat tersebut menjadi
tertutup sama sekali sekarang.
"Oooh.... !" Tui Lan berdesah seraya menutupi wajahnya.
Hilang sudah sekarang semua harapannya untuk kembali ke
dunia ramai. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sudahlah, nona. Bukankah beberapa saat yang lalu kau
menasehati aku agar bersikap tenang dan tidak gelisah" Siapa
tahu Thian akan memberi petunjuk atau jalan kepada kita"
Marilah kita mencari tempat yang baik untuk beristirahat ! dan
kita pikirkan cara bagaimana kita nanti melewatkan waktuwaktu yang panjang tanpa matahari, tanpa penerangan, tanpa
siang dan malam sebelum Thian membebaskan kita dari
tempat ini." Dengan tubuh lemas Tui Lan terpaksa menuruti nasehat Liu
Yang Kun. Mereka berdua lalu mencari tempat yang sekiranya


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dapat dipakai sebagai "kamar pribadi" untuk Han Tui Lan.
Semula Tui Lan hampir saja menyebutkan ruangan tempat
pemuda itu diborgol, tapi ketika dirasakannya kawannya itu
selalu menolak atau menghalangi bila ia bermaksud pergi ke
sana, maka gadis itu lalu menjadi ingat kembali bahwa
temannya masih mempunyai rahasia pribadi.
Akhirnya mereka mendapatkan juga "kamar pribadi' itu.
Sebuah cekungan atau gua kecil, bertanah kering, dengan
panjang dua tombak dan lebar satu setengah tombak. Langitlangitnyapun keras dan kering, tidak meneteskan air ke
bawah. "Nah, kau bisa tidur disini untuk sementara waktu." Liu
Yang Kun berkata setelah membersihkan ruangan itu.
'Dan...... kau tidur dimana?" Tui Lan bertanya. Dan tiba tiba
saja pipi gadis itu menjadi merah.
"Mudah. Aku bisa tidur dimana saja. Di pinggir sungai itu,
di lorong-lorong itu atau.... di dalam air!"
Liu Yang Kun menjawab dengan bergurau.
"Ah..... kau!" Tui Lan melirik sambil cemberut.
"Nah. sekarang kau beristirahatlah barang sejenak. Aku tak
tahu, saat ini di luar malam atau siang hari. Tapi aku juga
akan beristirahat pula untuk memulihkan tenaga dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengobati luka dalamku. Selamat tidur, nona!" Liu Yang Kun
tersenyum seraya membalikkan tubuhnya meninggalkan
ruangan itu. Tapi di depan pintu ruangan pemuda itu menoleh. Dengan
senyum nakal pemuda itu menggoda. "Tapi, awaaas..... kau
tidak boleh menyusulku! Kalau kau berani menyusulku,
hmm.... kupeluk lagi kau!" godanya seraya berlalu. Obor yang
dipegangnya itu ditaruhnya di depan pintu ruangan.
"Ahh......... kau!"
Demikianlah, sepeninggal Liu Yang Kun gadis itu mencoba
untuk beristirahat. Mula-mula dicopotnya pedang pendek yang
selalu tergantung di pinggangnya. Kemudian dikeluarkannya
semua isi sakunya yang bermacam-macam itu. Saputangan,
alat-alat berhias, obat-obatan dan buku-buku yang diterimanya dari Ang-leng Kok-jin itu.
"Hei! Dimanakah Po-tok-cu itu?" tiba-tiba gadis itu
tersentak kaget. Lalu gadis itu merogoh kesana-kemari
diantara saku-sakunya yang banyak itu. Dan ketika teraba
olehnya saku yang robek itu, hatinya menjadi lega kembali.
Mutiara itu melekat di pinggir sakunya yang telah bolong
tersebut. Darah Ang-leng Kok-jin yang kemarin masih melekat
ketika mengeluarkan mutiara itu dari telapak tangannya,
benar-benar menyelamatkan pusaka itu dari kehilangannya.
Karena darah yang menjadi kering di dalam saku itulah yang
membuat pusaka tersebut melekat di pojok saku yang bolong
itu. "Mutiara ini memang terlalu kecil untuk disimpan, sehingga
sangat mudah sekali hilang. Memang paling baik disimpan
atau dimasukkan ke dalam daging seperti Ang-leng Kok-jin
itu....." Tui Lan berpikir di dalam hatinya.
Gadis itu lalu mencabut pedangnya. Hati-hati diirisnya
sedikit daging dibawah ibu jarinya yang sebelah kiri dengan
ujung pedang itu. Setelah kira-kira cukup untuk memasukkan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mutiara tersebut, Tui Lan lalu membubuhinya dengan obat.
Kemudian pelan-pelan gadis itu memasukkan mutiara
tersebut, lalu menutup irisan dagingnya dan selanjutnya
membalut telapak tangan itu dengan saputangannya.
"Nah, sepekan lagi luka ini tentu sudah akan menutup pula
kembali. Dan sapu tangan ini sudah dapat kulepas," Tui Lan
berkata di dalam hatinya.
Kemudian Tui Lan bermaksud untuk membaca buku
pemberian Ang-leng Kok-jin itu. Tapi yang kemudian
terpegang oleh tangannya adalah buku yang lain, bukan ImYang Tok-keng tapi .......... Bu-eng Hwe-teng (Loncat Terbang
Tanpa Bayangan) ! Dan penyusun buku itu tidak tertulis nama
Giok-bin Tok-ong seperti yang pernah dilihatnya, tetapi........
Bit bo-ong (Si Raja Kelelawar).
Tui Lan terkejut. Benar-benar terkejut ! Bagi orang
persilatan seperti gadis itu, nama Bit-bo-ong bukanlah nama
yang asing lagi. Nama itu demikian tersohornya sejak seratus
tahun lalu sehingga sudah berkali-kali nama tersebut dicatut
dan dipergunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab untuk membuat kerusuhan dan mengacau dunia kangouw! Dan Bu-eng Hwe teng itu adalah salah sebuah ilmu
kebanggaan tokoh termashur itu, disamping ilmunya yang
lain, seperti Kim-liong Sin-kun dan Pat-hong Sin-ciang!
Sekali lagi Tui Lan membolak-balik buku itu seakan-akan
tak percaya bahwa buku tersebut adalah buku pelajaran ginkang milik Bit-bo-ong yang terkenal itu. Dirabanya dengan
ujung jarinya kain kasar yang dipakai untuk membuat buku
itu. Diperhatikannya dengan teliti semua tulisan dan gambargambar yang menghiasi buku tersebut, dan yang terakhir
dicium atau dibauinya buku itu dengan hidungnya, seolah-olah
ingin meyakinkan bahwa buku tersebut memang sudah tua
dan kuno. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kemudian gadis itu bergegas mengambil buku-buku yang
lain, karena ia merasa mendapatkan tiga buah buku lagi selain
buku milik Ang-leng Kok-jin itu.
"Aaah !" sekali lagi gadis itu menjerit kecil.
Tui Lan melihat dua buah buku yang lain itu bertuliskan
huruf Sin-liong sin-kun dan Pat-hong Sin ciang! Dan kedua
buah buku itu juga tampak sama kunonya dengan buku yang
pertama tadi. Malahan di dalam lembaran-lembaran kedua buah buku itu
kelihatan bekas percikan-percikan darah kering, yang
membuktikan bahwa buku tersebut mempunyai sejarah yang
amat mengerikan! "Ah, tampaknya... tampaknya buku-buku ini memang
sungguh-sungguh milik iblis yang sangat terkenal itu.
Tapi...tapi bagaimana buku-buku ini sampai berada di bawah
kakiku dan bercampur dengan buku Ang-leng Kok-jin yang
terjatuh dari sakuku itu?" gadis itu berpikir dengan hati
bingung. Sambil lalu Tui Lan lalu mencoba membaca tulisan yang
tertera pada lembar pertama dari buku Pat-hong Sin ciang
(Tangan Sakti Delapan Penjuru Angin) itu. Di s itu tertulis caracara bersemadi untuk menghimpun Pat-hong sin-kang atau
Tenaga Sakti dari Delapan-penjuru-angin, beserta dengan
gambar-gambarnya pula. Tui Lan lalu membuka halaman-halaman selanjutnya. Dan
gadis itu semakin banyak menjumpai gambar-gambar orang
bersemadi dengan cara-cara yang semakin aneh pula, ada
yang jungkir balik dengan kaki di atas dan kepala dibawah.
Ada yang bergantung dengan tubuh terbalik pula di atas
sebuah dahan pohon, seperti layaknya seekor kelelawar
bergantung. Malahan ada pula yang sikap tubuhnya benarbenar seperti sikap seekor kelelawar yang baru terbang di
angkasa, yaitu dengan cara mengaitkan kedua ujung kakinya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
di sebuah dahan sementara kedua tangannya menggapai
dahan lain yang berseberangan dengan dahan itu, sehingga
tubuhnya terpentang di udara, laksana burung atau kelelawar
terbang di angkasa. "Hmmh, mengapa untuk mempelajari sin-kang saja harus
melakukan gerakan yang sulit-sulit begini?" Tui Lan membatin.
Lalu seperti petunjuk yang diberikan pada buku itu T ui Lan
mencoba melakukan gerakan yang pertama. Kakinya bersila,
sedangkan kedua telapak tangannya ia tumpuk di belakang
tengkuknya. Matanya menatap lepas ke depan, sementara
bibirnya terkatup rapat. Kemudian perlahan-lahan gadis itu
menyedot napas sebanyak-banyaknya, sehingga dadanya
terasa penuh sesak oleh udara.
Dan seperti yang ditulis di daIam buku itu, Tui Lan tetap
menahan udara yang tersimpan di dalam paru-parunya itu
untuk beberapa waktu lamanya sehingga udara yang
menggelembung penuh itu seakan-akan menjadi berdesakan
untuk mencari jalan keluar. Dan sesuai dengan petunjuk di
dalam buku itu pula Tui Lan lalu mempersatukan seluruh
tenaga yang dihasilkan oleh udara yang berdesakan tersebut,
untuk kemudian disalurkan ke bawah, menuju tan-tian
(pusat). Setelah itu udara yang memenuhi dadanya itu ia
keluarkan lagi perlahan-lahan.
Gadis itu lalu mengulangi sekali lagi gerakan tersebut dari
awal. Mendadak sedikit demi sedikit hawa yang agak panas
dan pengap di dalam goa itu terasa berubah menjadi sejuk
dan nyaman. Merasakan perubahan yang menyenangkan
tersebut, Tui Lan menjadi gembira, sehingga gadis itu selalu
mengulanginya setiap gerakan tersebut selesai.
Entah sudah berapa kali Tui Lan mengulangi gerakan
tersebut. Namun yang terang ia tak menyadari bahwa obor
yang berada di depan pintu itu, semakin lama semakin surut
apinya, sehingga beberapa saat kemudian api tersebut
menjadi padam. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Barulah Tui Lan menjadi terkejut. Bergegas ia bangkit
untuk menyalakannya kembali. Tapi sekali lagi gadis itu
terkejut. Batu api yang ia taruh di dekatnya itu terasa dingin
bukan main, sehingga ujung jari gadis itu serasa menyentuh
batu es saja layaknya. Oleh karena itu Tui Lan menjadi
kesukaran ketika ingin meletikkan apinya. Batu api tersebut
melempem. Tui Lan lalu mendekati obor yang hanya tiga langkah dari
tempatnya itu untuk sekedar memanaskan batu api tersebut.
Namun untuk ketiga kalinya gadis itu menjadi kaget. Batang
obor itu juga ikut dingin seperti es. Malahan gadis itu
merasakan batang obor tersebut sangat licin seperti
terbungkus embun. Dalam kebingungannya gadis itu berusaha keras menyalakan obor itu dengan batu apinya. Akhirnya usahanya
tersebut berhasil juga. Obor itu kembali menyala.
Tui Lan bernapas lega. Sambil menjungkirkan obor itu
supaya apinya menjadi lebih besar, Tui Lan melangkah keluar
dari 'ruangan pribadinya" itu.
"Hei?" tiba-tiba gadis itu menjerit kecil.
Terasa hawa panas menerpa tubuhnya, sehingga dalam
kagetnya gadis itu kembali me loncat ke dalam ruangannya
lagi. Dan di dalam ruangan tersebut tubuhnya merasa sejuk
kembali. Karena penasaran gadis itu lalu melangkah keluar
lagi. Dan udara panas dan pengap kembali menyergapnya
pula. "Eh! Mengapa tiba-tiba saja kamarku ini menjadi lebih
dingin daripada diluar itu?" gadis itu berdesah lirih ketika
sudah berada di dalam ruangannya lagi.
Tui Lan lalu teringat pula kembali tatkala tubuhnya terasa
sejuk dan nyaman ketika ia mula-mula menirukan gerakan di
dalam buku itu tadi. Dan semakin banyak ia mengulang
gerakan tersebut, rasa sejuk itu juga semakin terasa menusuk
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tulang-tulangnya, sehingga lambat-laun hawa panas dan
pengap dari ruangan yang sempit itu menjadi hilang musnah.
"Eh........! Apakah Pat-hong-sin-kang itu bisa menimbulkan
gelombang udara dingin" Anu.......anu, tampaknya memang
demikian......." gadis itu berpikir keras. "Ah, kalau begitu"..
kalau begitu ilmu itu benar-benar hebat sekali! Baru sebuah
gerakan saja sudah demikian dahsyat pengaruhnya, apalagi
kalau dipelajari semuanya! Hmmmmmh!"
Tui Lan lalu duduk kembali di tempatnya. Direnunginya
buku-buku itu untuk beberapa waktu lamanya. Namun rasa
kantuk membuat gadis itu segera menyimpan kembali bukubuku tersebut di sakunya dan mencoba untuk berbaring. Dan
sebentar saja gadis itu telah tertidur pulas.
Entah sudah berapa lama Tui Lan tertidur, namun yang
terang gadis itu merasa amat nyenyak dan pulas sekali,
sehingga badannya justru terasa kaku dan pegal sekali malah.
Gadis itu lalu bangkit berdiri. Ruangan itu bukan main pengap
dan panasnya sehingga keringat terasa mengalir dengan
derasnya dari kening, leher dan punggungnya.
Tui Lan cepat keluar dari ruangan tersebut. Didengarnya
Liu Yang Kun juga sudah bangun pula, dan tampaknya kini
sedang mandi di pinggir sungai, karena terdengar pemuda itu
menyanyi sambil berma in-ma in dengan air. Tui Lan menjadi
ragu-ragu untuk menghampiri pemuda itu.
"Nona Han...! Kau sudah bangun" Kemarilah! Kita bisa
makan kenyang hari ini...... " tiba-tiba terdengar suara
pemuda itu memanggilnya. Tui Lan terpaksa keluar dari 'sarangnya' dan menemui
pemuda itu. Ternyata pemuda itu hanya mengenakan celana
saja, dan merendam diri di dalam sungai itu. Di atas batu di
pinggir sungai bertumpuk belasan ekor belut panjang
berwarna kehitaman, bercampur dengan beberapa ekor ikan
kecil-kecil berwarna kebiruan. Tampaknya ikan-ikan itu adalah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
hasil buruan Liu Y ang Kun. Dan di dekat batu tersebut tampak
sebuah obor yang lain, menyala menerangi tempat itu.
"Aku memperoleh sebuah obor lagi di lorong sana,"
pemuda itu menyambut kedatangan Tui Lan seraya keluar dari
dalam air. "Wah, panasnya bukan main di dalam gua ini
sekarang. Kelihatannya di luar sana matahari sedang
membakar bumi dengan hebatnya......!"
Tui Lan mengangguk. Ingin benar rasanya gadis itu
berendam seperti pemuda itu, namun tentu saja ia merasa
malu kalau ada pemuda itu.
"Nona ingin mandi juga" Silakanlah! Aku akan memasak
ikan-ikan itu !" pemuda itu seperti mengerti apa yang
dipikirkan T ui Lan, sehingga gadis itu merasa sangat berterima


Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kasih karenanya. Namun apa yang sebenarnya disebut memasak oleh
pemuda itu tak lain hanyalah membakar ikan-ikan tersebut
dengan obor saja. Lain tidak. Apalagi dengan bumbu-bumbu
masak seperti garam, cabe, bawang dan sebagainya. Tapi
ketika Tui Lan selesai mandi dan mencicipinya bersama
dengan Liu Yang Kun, ikan tersebut terasa gurih dan enak
juga rasanya. Ternyata ikan sebanyak itu mereka lahap tanpa
sisa. "Hari ini aku dapat mengumpulkan secangkir minyak ikan."
Liu Yang Kun berkata riang setelah selesai makan.
"Ya" Dimana minyak itu kausimpan?" Tui Lan menyahut
dengan suara gembira pula.
"Di dalam kantong itu..........!" Liu Yang Kun menjawab
seraya menunjuk 'potongan usus raksasa' yang mereka
ketemukan itu. Usus itu kini telah diberi sumbat di kedua
ujung lobangnya. "Benar juga katamu. Benda itu berguna juga akhirnya."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tui Lan berdiri, lalu melangkah perlahan-lahan menyusuri
lorong-lorong gua itu lagi. Liu Yang Kun melangkah pula
mengikuti. Gadis itu berharap memperoleh keajaiban,
sehingga tercipta jalan keluar untuk mereka.
"Hei!" Kenapa telapak tangan kirimu, nona" Mengapa
kaubalut?" tiba-tiba Liu Yang Kun bertanya ketika melihat
balutan di tangan kiri T ui Lan itu.
"Ah, cuma luka kecil karena tergores batu karang tadi......."
gadis itu berbohong. ''Lalu ....... bagaimana dengan lukamu
sendiri?" "Sudah lebih baik. Aku telah mengerahkan seluruh
kemampuanku untuk mengobatinya,'' Liu Yang Kun menjawab
pula. "Sepekan lagi kukira sudah pulih kembali seperti sedia
kala." "Demikian lamanya?" Tui Lan tersentak kaget.
"Tentu saja, nona. Tiga kali aku terhempas oleh ledakan
peluru pek-lek-tan itu. Untunglah peluru itu tidak langsung
mengenai badanku. Kalau demikian halnya, sebutir saja sudah
cukup untuk mengantarkan nyawaku ke alam baka."
Mereka telah beberapa kali berputar-putar di seluruh sudut
gua itu, namun jalan untuk keluar dari tempat itu tetap tak
dapat mereka ketemukan. Tempat itu benar-benar buntu dan
tertutup rapat sama sekali.
"Satu-satunya jalan kukira memang hanya aliran sungai ini
..." Liu Yang Kun bergumam pelan seperti berbicara dengan
dirinya sendiri. "Ah, lupakan saja itu!" T ui Lan yang menjadi cemas kembali
itu berkata kaku. "Lalu.. .. . Jalan mana lagi yang akan kita tempuh" Nona
punya pendapat yang lain?" Liu Yang Kun berkata hati-hati.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Entahlah! Aku belum dapat memikirkannya. Tapi tentu ada
jalan yang lainnya. Biarlah aku kembali dulu ke kamarku untuk
memikirkannya." Tui Lan lalu meninggalkan Liu Y ang Kun sendirian. Gadis itu
lalu berbaring dan melamun di kamarnya. Ditatapnya nyala api
obor yang bergoyang-goyang di depan pintunya itu. Udara di
dalam gua itu sudah tidak begitu gerah dan pengap lagi.
Mungkin matahari sudah lama terbenam, dan kini hari telah
berganti malam. Gadis itu lalu mencoba untuk memicingkan mata lagi.
Namun baru saja mau terlelap, tiba-tiba luka di telapak
tangannya itu terasa berdenyut-denyut. Dan semakin lama
denyut itu semakin kuat rasanya, sehingga gadis itu merasa
kesakitan dibuatnya. Mungkin telah terjadi reaksi yang keras di dalam tubuh T ui
Lan berkenaan dengan dipasangnya 'Po-tok-cu' itu di dalam
telapak tangannya. Dan denyut yang semakin menyakitkan
tersebut segera diikuti pula dengan panas badan yang
semakin meninggi. Tui Lan lalu menjadi bingung dan gelisah
sekali, karena lambat-laun badannya serasa berada di atas
tungku api yang sedang menyala.
Hampir saja gadis itu berteriak memanggil Liu Yang Kun.
Namun setelah ia sadar bahwa karena kepanasan atau
kegerahan tadi dia telah mencopoti pakaian luarnya, gadis itu
tidak jadi melaksanakan niatnya tersebut. Gadis itu mencoba
bertahan sekuat tenaganya, melawan rasa sakit dan rasa
panas yang menyerang dirinya itu. Peluh membanjir keluar
membasahi seluruh tubuhnya.
Dan akhirnya ketika gadis itu merasa bahwa dia sudah
tidak dapat bertahan lagi, tiba-tiba berkelebat bayangan ilmu
Pat-hong-sin-kang yang tertulis di dalam buku peninggalan
Bit-bo-ong itu. Bukankah gerakan-gerakan yang ditirunya itu
membuat dirinya merasa sejuk, dingin dan nyaman" Siapa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tahu rasa sakit dan panas atau gerah ini bisa ditanggulangi
dengan ilmu itu" Demikianlah dalam keadaan terpepet dan tak tahu apa
yang harus ia kerjakan lagi, Tui Lan lalu mencoba melawan
rasa sakit dan rasa gerah tersebut dengan ilmu yang tertera di
dalam buku Pat-hong Sin-ciang itu. Dan tidak cuma sekali
gadis itu melakukannya, tapi berulang kali! Meskipun demikian
rasa sakit dan rasa gerah tersebut ternyata tidak kunjung
lenyap juga! Padahal nyala obor di depan pintu itu sudah
mulai tersendat-sendat mau padam.
Memang, setelah melakukan gerakan itu pernapasannya
menjadi lebih lancar. Tapi rasa sakit dan gerah itu tetap saja
bercokol di dalam tubuh Tui Lan. Saking kesalnya gadis itu lalu
membuka halaman berikutnya. Gadis itu bermaksud mencoba
gerakan yang selanjutnya.
Tui Lan lantas tidur telentang seperti gambar yang terlukis
di halaman yang kedua itu. Sambil menyedot napas sebanyakbanyaknya gadis itu mengangkat kedua kaki dan tangannya ke
atas tegak lurus dengan tanah. Kemudian setelah
menyalurkan himpunan tenaga sakti yang tercipta itu ke
dalam tan-tian, maka udara di dalam paru-paru tersebut lalu
dikeluarkannya lagi secara perlahan-lahan. Demikianlah,
gerakan tersebut lalu diulanginya terus sehingga berkali-kali.
Begitulah. Entah karena pengaruh ilmu itu atau karena rasa
sakit itu sendiri yang telah hilang, namun yang terang tiba-tiba
tubuh Tui Lan telah pulih kembali seperti semula. Rasa gerah
dan rasa sakit yang hampir tak tertahankan lagi oleh gadis itu
mendadak hilang lenyap seketika, dan diganti dengan
perasaan enak dan nyaman luar biasa.
Namun ketika gadis itu membuka matanya, didapatinya
obor itu telah mati, dan ruangan sempit tersebut dalam
keadaan gelap gulita. Lebih dari pada itu, Tui Lan
mendapatkan ruangan yang dingin luar biasa, sehingga lantai
dan dinding-dinding gua itu rasanya menjadi lembab dan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
basah semuanya. Tidak cuma itu saja. Bahkan pakaian yang
dipakainya terasa disaput oleh salju tipis yang segera mencair
begitu tersentuh tangannya. Malahan ketika gadis itu mencoba
menyalakan obornya kembali, ia mendapatkan minyak dalam
tangkai obor tersebut juga telah membeku seperti cairan
bubur kental. Setelah obor itu menyala kembali, Tui Lan segera
membawanya keluar untuk mencari Liu Yang Kun. Sambil
Kisah Bangsa Petualang 5 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Kisah Pendekar Bongkok 2

Cari Blog Ini