Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono Bagian 7
"Bertaruh" Apa yang akan dipertaruhkan?" Put-pai-siu
Hong-jin yang kocak itu melayani olok-olok su-tenya.
"Rambutmu!" Put-ming-mo menjawab seraya menggerakkan golok kecilnya, menyerang pinggang Tiauw Li
Ing. Gerakannya sembarangan saja seperti layaknya seorang
tukang kayu menebang pohon.
Tentu saja Tiauw Li Ing semakin merasa dipandang rendah
dengan ulah lawannya itu. Kemarahannya tak bisa dibendung
lagi. Timbul niatnya untuk membunuh saja musuhnya itu.
Maka secepat kilat kedua tangannya dirangkapkan di depan
dadanya. Telapak tangan kiri terbuka, sedang telapak tangan
kanan terkepal sambil menggenggam kipas besinya.
Lalu bersamaan dengan datangnya golok Put-ming-mo,
gadis itu menggeliatkan badannya seraya meloncat mengikuti
arah ayunan golok tersebut. Sementara itu kipas besi yang
berada di dalam tangannya tampak berkelebatan menyambar
lengan lawannya yang memegang golok itu.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu di luar arena, Put-pai-siu Hong-jin masih
tampak penasaran mendengar tantangan su-tenya tadi.
Sambil mendekati su-tenya ia berteriak teriak.
"Rambutku.........." Kenapa dengan rambutku" Apanya
yang mesti dipertaruhkan?" teriaknya seolah tak memperdulikan pertarungan su-tenya itu.
"Hi-ha-ha....... hi-ha-ha!" Put-ming-mo tertawa gelak-gelak.
Namun suaranya itu segera terhenti manakala kipas besi
lawannya hampir saja memutuskan pergelangan tangannya.
Dan suara ketawa itupun lantas berubah menjadi sumpah
serapah yang sangat jorok dan kasar. "Pedagang keliling bau
kambing! Pedagang pasaran yang tak pernah laku!
Kutelanjangi kau .......!"
Put-ming-mo cepat-cepat menarik goloknya untuk menangkis sambaran kipas lawannya. Traaaaaaang! Kedua
buah senjata itu saling berbenturan di udara! Dan Put-mingmo segera memanfaatkan keunggulan senjatanya dalam
benturan itu untuk mendahului menyerang lagi, sebelum
lawannya berdiri tegak. Tapi sebelum niatnya itu ia laksanakan, tiba-tiba matanya
terbelalak! Kipas yang baru saja dibenturnya itu mendadak
pecah, sehingga lempengan-lempengannya yang tajam itu
bertebaran menyambar ke arah dirinya. Cepatnya bukan alang
kepalang! Dan jaraknyapun juga sangat dekatnya, sehingga
tak mungkin ia bisa menghindar lagi!
"Put-ming-mo!" Put-ceng-li Lo-jin menjerit khawatir, namun
tak kuasa berbuat apa-apa.
"Sute!" ternyata Put-pai-siu Hong jin pun tak bisa
menyembunyikan kecemasannya pula. Mulutnya berteriak.
Lalu seperti orang yang tak memperdulikan keselamatannya lagi Put-pai-siu Hong-jin menghambur ke
tengah-tengah arena. Tubuhnya yang kurus kering dibalik
bajunya yang kedodoran itu seolah-olah memang sengaja
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
diumpankan ke arah tebaran lempengan-lempengan kipas
Tiauw Li Ing. Beberapa kali tubuhnya menggeliat di udara
ketika baja-baja tipis itu menerjang dirinya.
"Brug!" tubuh Put-pai-siu Hong-jin jatuh berdebuk di atas
geladak. "Su-heng!" Put-ming-mo yang lolos dari maut karena
pertolongan Put-pai-siu Hong-jin itu menjerit pula.
Tiauw Li Ing me lompat mundur dengan senyum puas,
meskipun korban keganasan kipasnya itu bukan lawannya
bertempur. Baginya kedua orang itu sama saja. Mereka adalah
orang-orang yang telah menghina dan memperolok-oloknya.
Dan berbareng dengan itu pula tiga sosok bayangan
berkelebat menghampiri tubuh Put-pai-siu Hong-jin. Mereka
adalah Hong-gi-hiap, Keh-sim Siau-hiap dan Put-ceng-li Lo-jin.
Karena cemas dan khawatir maka mereka benar-benar
mengerahkan seluruh kemampuan mereka masing-masing,
sehingga tanpa sadar ketiganya seperti berlomba untuk lebih
dulu sampai di tujuan. Dan ternyata dalam hal gin-kang, memang Keh-sim Siauhiaplah yang paling hebat. Baru kemudian Hong-gi-hiap dan
Put-ceng-li Lo-jin yang paling akhir. Ketiganya segera
berjongkok mengelilingi tubuh Put-pai-siu Hong-jin. Masingmasing bergegas memeriksa tubuh manusia sinting tersebut.
Namun sekejap kemudian ketiganya lalu saling pandang
dengan kening berkerut. Mereka menjadi heran karena tak
ada luka sedikitpun di badan Put-pai-siu Hong-jin itu. Baju itu
memang bolong-bolong dan kulit badan manusia sinting
tersebut memang juga tampak bergaris-garis merah pula
bekas goresan senjata tajam. Tapi kulit itu sama sekali tak
terluka, apalagi mengeluarkan darah. Dan mereka bertiga
menjadi semakin heran ketika menemukan lembaranlembaran daun kipas itu bergantungan di baju Put-pai-siu
Hong-jin yang bolong-bolong tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin bangkit berdiri. Mukanya
berubah menjadi kemerahan. Dan sebelum Hong-gi-hiap dan
Keh-sim Siau-hiap menyadari apa yang terjadi, ketua Aliran
Bing-kauw itu mendadak telah menyepak pinggul Put pai-siu
Hong-jin sambil mengumpat. ''Monyet gila! Pandai benar kau
main sandiwara. Bangsaaaaat! Ayoh, bangun !"
"Bing Kauw-cu, kenapa kau. . .?"
Keh-sim Siau-hiap cepat bangkit pula untuk mencegah
perbuatan Put-ceng-li Lo-jin, tapi maksudnya itu segera
terhenti di tengah jalan begitu menyaksikan tubuh Put-pai-siu
Hong-jin yang menggeletak itu tiba-tiba melenting berdiri
menghindari sepakan su-sioknya.
Manusia Sinting itu berdiri dengan mulut meringis
memandang Put-ceng li Lo jin. Kedua tangannya sibuk
melolosi lempengan-lempengan baja tipis yang bergantungan
di bajunya. Dan sebelum yang lain bertanya kepadanya, ia
telah lebih dulu membuka mulutnya.
"Su-siok......! Bagaimana dengan gerakan 'Menerobos
Lobang Pintu Jala' tadi" Hebat dan sempurna sekali, bukan"
Hehehe. he-heh! Su-siok sendiri belum bisa melakukannya,
ho-ho ho......" serunya keras sambil tertawa gembira.
"Monyet Gila! Kau memang sangat berbakat ! Su-heng
memang tidak keliru memilih murid!" Put-ceng-li Lo-jin
menyahut pula dengan suara bersemangat. Sama sekali tidak
merasa tersinggung atau berkecil hati mendengar kata-kata
keponakan muridnya itu. Ternyata gerakan-gerakan di dalam ilmu Chuo-mo-ciang itu
demikian aneh dan sulitnya, sehingga ada beberapa gerakan
atau jurus yang sulit dipelajari oleh anak murid Aliran Bingkauw sendiri. Salah satu diantaranya adalah jurus 'Menerobos
Lobang Pintu Jala' itu tadi. Dan seperti yang telah dikatakan
oleh manusia sinting tadi, Put-ceng-li Lo-jin sendiri ternyata
juga belum bisa melakukannya pula.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu orang yang sangat kaget melihat
kemampuan Put-pai-siu Hong-jin ternyata tidak hanya mereka
saja. Tiauw Li Ing yang semula telah yakin bisa membunuh
lawannya itu ternyata juga tidak kalah kagetnya dari pada
mereka. Saking kagetnya gadis itu sampai tertegun diam
seperti patung untuk beberapa saat lamanya. Rasa-rasanya
gadis itu tidak yakin dan tidak percaya bahwa lawannya itu
bisa lolos dari jurus mautnya itu.
Namun Tiauw Li Ing segera menjadi sadar pula bahwa
orang sinting itu memang telah dapat menyelamatkan diri dari
taburan daun kipasnya. Karena itu kemarahannyapun lantas
menggelegak kembali. Tiba-tiba tangannya telah mengambil
sebuah kipas lagi dari balik bajunya. Dan kipas itu jauh lebih
besar ukurannya dari pada kipasnya tadi.
"Hei! T ernyata kalian memiliki kepandaian yang hebat juga,
ya" Hmmh... jadi itukah sebabnya kalian berdua berani
melawanku?" serunya melengking. Lalu tambahnya lagi seraya
melangkah ke depan. "Tapi jangan buru-buru bersuka ria
dahulu! Kita belum selesai. Majulah kalian berdua bersamasama! Kita lanjutkan lagi pertempuran kita......"
Semuanya terkejut mendengar tantangan itu.
"Nona....." Hong-gi-hiap Souw Thian Hai mencoba
mencegahnya. Tapi Tiauw Li Ing cepat menggoyang-goyangkan telapak
tangannya. "Maaf, Tai-hiap. Pertempuran ini tak bisa
dihentikan sebelum salah seorang di antara kami menggeletak
mati di s ini!" katanya mantap dan tegas.
"Hi-ha-ha-ha........hi-he-ha-ha! Su-te, lihat..... pacarmu itu
benar-benar nekat sekali! Kau dan aku disuruh maju
berbareng katanya, heh-he.......! Tampaknya dia telah biasa
bertarung dengan banyak lelaki, heh-heh-heh......!" Tiba-tiba
Put-pai-siu Hong-jin tertawa dan berseru kepada Put-mingmo. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah...... kau sajalah yang maju, su-heng. Lebih baik aku
mengurungkan niatku tadi. Aku tak ingin isteri yang galak,"
enak saja Put-ming-mo menjawab. Setelah bergebrak
beberapa jurus dengan Tiauw Li Ing, murid ketua Bing-kauw
ini merasa takkan menang melawan gadis itu. Dari pada
mendapat malu, lebih baik ia menyerahkannya kepada
suhengnya. Mumpung belum terlanjur.
"Ah!" Hong-gi-hiap dan Keh-sim Siau-hiap saling pandang
dan berdesah berbareng. Keduanya tak kuasa lagi mencegah
pertempuran itu. Orang-orang B ing-kauw itu rasanya memang
sedikit keterlaluan juga kalau bergurau. Dan celakanya Putceng-li Lo-jin sendiri seperti membiarkan saja tingkah laku
anak muridnya itu. Sementara itu di sekeliling perahu Hong-gi-hiap tersebut
telah penuh dengan perahu dan sampan dari orang-orang
kang-ouw yang malam itu berniat memperebutkan Ceng-liongong. Karena binatang yang mereka cari itu tidak kunjung
keluar juga, mereka lalu mengalihkan perhatian mereka ke
perahu Hong gi-hiap tersebut. Mereka tak peduli lagi bahwa
fajar telah mulai menyingsing. Mereka ingin menyaksikan
keributan yang terjadi di atas perahu pendekar yang sangat
tersohor itu. "Hei, kemanakah wanita muda tadi?" tiba-tiba Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai berseru kepada Keh-sim Siau-hiap.
"Heh benar......! Dan..... eh, dimana pula Pek Lian tadi?"
Keh-sim Siau-hiap berdesah pula dengan kagetnya, melihat
isterinya juga tidak ada di dekatnya.
"Hong-moi, dimanakah Kwee Hu-jin (Nyonya Kwee) dan
wanita muda itu tadi?" Souw Thian Hai bertanya kepada
isterinya. "Aku...... aku tak tahu........"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Chu Bwee Hong menjawab terbata-bata, kemudian
melongok ke dalam bilik perahu. "Eeeh.....!" tiba-tiba ia
menjerit kecil. Bagai terbang cepatnya Souw T hian Hai dan Keh-sim Siauhiap menghampiri wanita ayu itu. "Ada apa......?" keduanya
bertanya berbareng. "Lihat .......! Ada...... ada coretan pedang di atas meja!"
Chu Bwee Hong berkata gugup.
Souw Thian Hai melompat ke dalam, kemudian diikuti oleh
yang lain. Pendekar itu lalu membaca huruf-huruf yang
tercoret di atas meja tersebut. Sebuah coretan yang sangat
dalam, menandakan kalau tenaga dalam yang dipergunakan
amat tinggi. Terima kasih atas kebaikan hati keluarga Souw, kelak
Siauw-te akan datang kembali untuk membayarnya.
Dan di bawah kedua kalimat itu masih ada pula sebuah
kalimat lagi. Tapi coretan hurufnya berbeda. Bekasnya-pun
tidak sedalam kalimat yang ada di atasnya. Kalimat tersebut
berbunyi : Aku mengejar dia ! "Hei! Yang ini tulisan Pek Lian........!" Keh-sim Siau-hiap
tiba-tiba berseru. Jarinya menunjuk ke kalimat yang terakhir
itu. "Hmmm........!" Souw Thian Hai menarik napas panjang.
"Wanita muda itu telah pergi. Dan tampaknya........Kwee Hujin mengetahui, lalu berusaha mengejarnya."
"Sungguh berbahaya! Wanita muda itu sangat lihai. Isteriku
bukan tandingannya." Keh-sim Siau-hiap mencemaskan
keselamatan Ho Pek Lian. Diam-diam matanya melirik ke
sekeliling perahu itu melalui pintu belakang. "Kemana mereka
pergi?" desahnya lirih.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Saudara Kwee tak perlu khawatir serta cemas. Wanita
muda itu bukan orang jahat. Tak mungkin dia mencelakakan
Kwee Hu-jin." Souw T hian Hai menghibur.
"Traaaaang!" terdengar denting suara senjata di luar bilik
perahu. Bergegas mereka kembali ke depan. Dan di sana tampak
Put-pai-siu Hong-jin telah bertanding dengan Tiauw Li Ing.
Gadis itu menyerang dengan ganasnya. Kipasnya yang besar
itu menyambar nyambar dengan galak sekali. Semuanya
mengarah ke tempat-tempat yang mematikan. Gerakannya
tampak amat kejam dan bengis, seakan-akan tidak
mengindahkan tata-krama dan peri-kemanusiaan.
Souw Thian Hai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sungguh sayang sekali. Gadis secantik itu menjadi anak
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tung-hai-tiauw." "Benar, saudara Souw. Tak tega rasanya melihat ilmu silat
yang kasar dan brutal seperti itu dima inkan oleh gadis
secantik dia......" Keh-sim Siau hiap berdesah dengan suara
kesal. Tiauw Li Ing memang semakin tampak buas dan keji.
Jurus-jurusnya yang licik, kasar dan tanpa mengindahkan
aturan-aturan umum itu ternyata telah membingungkan Putpai-siu Hong-jin juga akhirnya. Meskipun telah memegang
golok kecil kepunyaan su-tenya tadi, manusia sinting itu masih
tampak kewalahan juga. Malah akhirnya sebuah goresan kecil
melintang di atas bahunya ketika kipas Tiauw Li Ing tak bisa
dielakkan lagi. ''Hwaduh......! Keparat ! Sundal busuk.........!" pekiknya
dengan suara kotor. Mendadak manusia sinting itu membuang goloknya
sehingga menancap di lantai perahu kemudian menubruk ke
depan seperti orang gila yang tak memperdulikan lagi
keselamatannya. Malahan dadanya seakan-akan sengaja
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
diumpankan ke arah kipas lawan. Sambil menubruk mulutnya
masih meracau pula. "Perempuan busuk perempuan murahan. Meski cantik tiada
harganya. Bak bunga tumbuh di jalanan. Setiap tangan bisa
memetiknya......Huah-ha-ha-ha-ha......! Bangsat kurang ajar!
Mati kau!" serunya seperti orang membacakan sebuah pantun.
Tingkahnya yang seolah-olah mau bunuh diri itu sesaat
justru membingungkan hati Tiauw Li Ing. Kipas yang hampir
mengenai dada lawan itu tiba-tiba terhenti. Sekejap timbul
kecurigaan dan keraguan di dalam hati Li Ing. Jangan-jangan
ada sesuatu di balik gerakan lawannya yang aneh itu. Oleh
karena itu Tiauw Li Ing cepat menarik kipasnya, kemudian
mengelak ke samping malah.
Dan kecurigaan gadis itu ternyata benar-benar terjadi.
Bersamaan dengan ditariknya kipas itu ke belakang, Put-paisiu Hong-jin pun tiba-tiba mengubah gerakannya pula. Kedua
lengan bajunya yang lebar itu tampak menampar ke depan,
kemudian membanting tubuh ke lantai perahu. Persis di
tempat manusia sinting tersebut menancapkan goloknya!
Sekali lagi Tiauw Li Ing terperanjat! Begitu pula halnya
dengan orang-orang yang ada di atas perahu itu.
Mungkinkah Put-pai-siu Hong-jin benar-benar telah
berputus asa" Apakah karena merasa gagal menubruk kipas
lawan, manusia sinting itu ingin mengakhiri hidupnya dengan
goloknya sendiri" Tapi semua itu berlangsung dengan cepatnya. Tahu-tahu
terdengar suara jeritan. Namun anehnya bukan Put-pai-siu
Hong-jin yang menjerit, tapi......Tiauw Li Ing! Tentu saja
semuanya terkejut. Apalagi ketika terlihat oleh mereka T iauw
Li Ing terhuyung ke belakang seraya mencengkeram lengan
kirinya, yang tergores ujung golok Put-pai-siu Hong-jin.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun ketika semuanya masih tertegun melihat keanehan
itu, tiba-tiba Put-ming-mo telah bertepuk tangan dengan
kerasnya. "Bagus....... bagus! IImu Chuo-mo-ciang su-heng memang
sangat sempurna! Hah-ha-hah-hah ..........!" soraknya
gembira. "Tapi......... kurang cepat sedikit! Seharusnya lengan gadis
itu sudah terpotong oleh mata golok itu! Tidak cuma tergores
oleh ujungnya.........." Put-ceng-li Lo-jin menyambung.
Tampaknya Put-pai-siu Hong-jin sendiri juga menyadari
kalau serangannya sedikit mengalam i kegagalan. Namun
karena sabetan goloknya yang tak terduga itu dapat juga
melukai lengan lawannya, maka ia tidak terlalu merasa
menyesal karenanya. Sebaliknya mulutnya yang lebar itu
malah tertawa gembira karena keadaan mereka menjadi
berimbang sekarang. Yaitu sama-sama tergores pada bagian
lengan mereka. "Hah-heh-hah..........! Kuntilanak busuk! Tampaknya kau
lihai juga, karena bisa mencium bahaya yang diakibatkan oleh
jurusku tadi. Coba kau tadi tidak lekas-lekas menarik
kipasmu.. he-he-he akan ada kuntilanak buntung di s ini."
Hampir saja Tiauw Li Ing tak bisa mengendalikan lagi
kemarahannya. Tapi gadis itu segera teringat bahwa lawan
yang ia hadapi kali ini benar-benar di luar dugaannya, dan
hampir saja ia tadi terjerumus ke dalam kesukaran. Oleh
karena itu dengan sangat hati-hati ia mempersiapkan dirinya.
Demikianlah, pertempuran selanjutnya sungguh-sungguh
merupakan pertarungan yang sangat seru, aneh, namun juga
sangat menggelikan! Masing-masing memiliki ilmu silat yang
amat aneh dan menggiriskan hati. Meskipun demikian dengan
kekonyolan dan kekocakannya Put pai-siu Hong-jin sering kali
membuat gerakan dan tingkah laku yang mengundang
senyum dan tawa para penontonnya. Apalagi mulutnya yang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
lebar dan berbibir tebal itu tak henti-hentinya 'berkicau'
dengan segala macam pantun dan syair yang tak keruan
artinya. "Hei! Hei, tahannn.......! Berhenti dulu!" mendadak Manusia
Sinting itu menjerit-jerit sambil memegangi perutnya.
"Ada apa.........?" Lawannya berhenti menyerang dan
berteriak. "Aku ....... aku.....perutku tiba-tiba terasa sakit. Sudah tiba
saatnya bagiku untuk....... untuk berak di pagi hari. Lihat......!
Matahari telah terbit! Ouuhh........perut bangsat..perut celaka!
Beginilah kalau sudah terbiasa berak di pagi hari." Put-pai-siu
Hong-jin meratap sambil memilin-milin perutnya.
Lalu tanpa mempedulikan orang-orang yang melihatnya,
Put-pai-siu Hong-jin 'menarik" celananya ke bawah dan berlari
ke pinggir perahu. Namun belum sampai ia berjongkok, Tiauw
Li Ing sudah keburu menyerangnya dengan jarum-jarum
beracunnya. Tampaknya karena merasa jijik, malu dan amat
terhina dengan tingkah laku Put-pai-siu Hong-jin tersebut
Tiauw Li Ing lalu bermaksud membunuh saja lawannya
dengan taburan jarum beracunnya itu.
"Hei-hei! jangan serang dulu! Wah..... wah, bagaimana
ini?" Put-pai-siu Hong-jin berjingkrakan sambil memegangi
pantatnya. Otomatis celananya melorot ke bawah.
Tempat itu seketika menjadi riuh dengan gelak dan tawa.
"Benar-benar gila! Orang itu sungguh tidak punya rasa
malu sama sekali, ah-ah-ah.........!" Keh-sim Siau-hiap yang
jarang sekali tertawa itu ternyata tak kuasa menahan
senyumnya pula. "Itulah sebabnya dia disebut Put-pai-siu Hong-jin (Si Gila
Yang Tak Punya Malu). Bukankah demikian, Lo-jin?" Hong-gihiap menyahut pula sambil tertawa. Matanya melirik ke arah
Put-ceng li Lo-jin, Ketua Aliran Bing-kauw.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Put-ceng-li Lo-jin mendengus, namun tak menjawab.
Seluruh perhatian Ketua Aliran Bing-kauw itu sedang tertuju
kepada keponakan muridnya.
Tapi sementara itu di pihak lain, Tiauw Li Ing menjadi
semakin marah dan jijik menghadapi lawannya. T anpa berani
melihat langsung ke arah lawannya dia tiba-tiba menyerang
lagi dengan senjata rahasianya. Namun kali ini caranya lain.
Dan senjata rahasia yang dipakainyapun juga lain pula.
Am-gi atau senjata rahasia yang dilontarkan oleh Tiauw Li
Ing sekarang berwujud pisau kecil-kecil sebesar jari tangan.
Jumlahnya tujuh batang. Dilemparkan secara berurutan, susulmenyusul dalam kecepatan tinggi. Hanya saja tenaga yang
dipergunakan tidak sama, sehingga kecepatannyapun tidak
sama pula. Semuanya menebar seolah-olah mengurung tubuh
Put-pai-siu Hong-jin. Put-ceng-li Lo-jin terloncat saking kagetnya. Ilmu melempar
pisau itu sungguh hebat bukan ma in, dan rasa-rasanya ia
pernah melihat cara-cara melempar pisau seperti itu. Tapi
untuk sesaat ia lupa di mana ia melihatnya. Ternyata tidak
cuma Put-ceng-li Lo-jin yang terkejut menyaksikan cara gadis
itu melemparkan pisaunya. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan
Keh-sim Siau-hiap pun ternyata tidak kalah pula kagetnya.
Sebagai seorang datuk-datuk persilatan merekapun segera
mengenali pula kehebatan ilmu melempar pisau tersebut. Dan
ternyata keduanya cepat mengenali pula asal-usul ilmu
melempar pisau yang dahsyat tersebut.
Sudah sejak beratus-ratus tahun yang lalu hidup semacam
legenda atau dongeng di kalangan rakyat, yaitu tentang
kehidupan orang-orang sakti yang pernah hidup di negeri
mereka. Begitu populernya nama-nama orang sakti itu
sehingga meskipun mereka hidup di zaman yang berbedabeda, nama mereka diungkapkan di dalam sebuah sanjak atau
nyanyian rakyat yang sangat terkenal.
Menjadi pendekar gagah perkasa.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Ada tiga jalan untuk mencapainya.
Pertama di atas Gunung Hoa-san
Kedua di tengah Gurun Go-bi
Dan terakhir di Lembah Tak Berwarna.
Walaupun di dalam nyanyian tersebut tak disebutkan
nama-nama orang sakti yang bertempat tinggal di tiga tempat
itu, namun setiap orang sudah tahu bahwa yang dimaksudkan
adalah Keluarga Souw beserta anak-keturunannya di Gunung
Hoa-san, Keluarga Bok turun-temurun yang bertempat tinggal
di tengah-tengah Gurun Go-bi dan terakhir adalah keturunan
Keluarga Tok yang berdiam di Lembah Tak Berwarna.
Ketiga buah keluarga atau marga itu menjadi tenar pada
waktu atau zaman yang berlainan. Namun demikian
kemashuran mereka benar-benar membekas dan dicatat di
dalam hati setiap orang turun-temurun hingga sekarang.
Keluarga Souw menjadi tersohor dan terkenal di manamana pada lebih kurang seratus limapuluhan tahun yang lalu,
yaitu ketika salah seorang di antara keluarga mereka sekaligus
mengalahkan empat orang Datuk Persilatan yang termashur
pada waktu itu. Padahal keempat orang itu sudah dianggap
sebagai tokoh besar yang tak terkalahkan di sepanjang
zaman, (Baca: Darah Pendekar). Itulah pula sebabnya sampai
sekarang Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang juga keturunan
Keluarga Souw sangat dihormati orang karena kesaktiannya.
Sedangkan Keluarga Bok yang tinggal di tengah-tengah
Gurun Go-bi menjadi buah bibir di seluruh negeri pada zaman
yang lebih tua lagi, yaitu pada zaman Chan Kuo atau Zaman
Peperangan Antar Negara di masa Kerajaan Chuo Timur. Pada
zaman itu muncullah seorang pendekar besar yang mahir
segala macam kepandaian, baik ilmu silat, ilmu perang, ilmu
perbintangan, ilmu melempar senjata rahasia, ilmu sastra dan
segala macam ilmu kepandaian lainnya. Pendekar itu
bermarga Bok dan digelari orang Pendekar Serba Bisa. Di
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dalam kemelut peperangan yang melibatkan beberapa negara
itu nama Pendekar Serba Bisa sangat tersohor dan ditakuti
orang. Kepandaiannya yang aneh-aneh di luar jangkauan otak
manusia yang hidup pada zaman itu sungguh membuat lawanlawannya merasa segan dan ngeri menghadapinya. Dan
biarpun selama beratus-ratus tahun kemudian tiada
seorangpun diantara keturunan keluarga itu yang menonjol,
namun nama keluarga tersebut telah terlanjur terpateri di
dalam hati sanubari rakyat sampai sekarang.
Dan yang terakhir adalah Keluarga Tok. Keluarga Tok hidup
di lembah T ak Berwarna, yaitu sebuah lembah terpencil di kaki
Pegunungan Kun lun-san yang maha luas itu. Di dalam
Lembah yang luas dan penuh rawa-rawa ganas tersebut hidup
sebuah keluarga besar bermarga Tok. Begitu besar jumlah
mereka sehingga tempat tinggal mereka tak ubahnya dengan
sebuah perkampungan penduduk yang luas. Selain berkepandaian sangat tinggi rata-rata mereka mahir membuat
racun dan membikin alat-alat pembunuh yang lain, sehingga
anak-keturunan mereka selalu ditakuti orang dimana mana.
Begitu mahirnya keluarga itu membuat alat-alat pembunuh,
hingga orang yang memiliki kesaktian dan kekuatan yang
maha besarpun harus berpikir seribu kali untuk berhadapan
dengan mereka. Untunglah para anggota keluarga itu sangat
suka menyendiri serta tidak suka berkelana atau keluar dari
dalam lembah mereka. Demikianlah, ketika Hong-gi-hiap Souw T hian Hai dan Kehsim Siau-hiap me lihat cara-cara Tiauw Li Ing melemparkan
pisaunya, mereka segera teringat akan dongeng Keluarga Bok
yang serba pandai itu. Cara-cara melemparkan pisau tersebut
tentulah ilmu melempar pisau dari keluarga Bok itu.
Tapi yang menjadi pertanyaan di dalam hati mereka
adalah, dari mana gadis itu memperoleh pelajaran tersebut"
Apakah gadis itu telah menjadi anak-murid Keluarga Bok yang
sudah beratus-ratus tahun tidak terdengar beritanya itu"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sementara itu ketujuh batang pisau yang dilemparkan oleh
Tiauw Li Ing tadi telah mendekati sasarannya. Lima jengkal
dari tubuh Put-pai-siu Hong-jin tiba-tiba terjadi letupan kecil di
masing-masing ekor pisau tersebut. Dan selanjutnya pisaupisau itu seperti berloncatan berganti arah, sementara
kecepatannya juga bertambah menjadi berlipat-ganda.
Put-pai-siu Hong-jin yang sedang berjingkrakan karena
celananya melorot turun itu menjadi kaget setengah mati.
Sekejap ia menjadi bingung melihat gemerlapannya sinar
pisau yang menyambar ke arah tubuhnya itu. Dengan cepat ia
membanting tubuhnya ke belakang. Brroooooott...........!
Disertai dengan suara kentut yang keras, segumpal kotoran
terjatuh dari pantatnya! Plok! Baunya jangan ditanya lagi.
Dan pantat yang tipis itu persis jatuh, menimpa kotoran itu
pula. Ceprot! "Bangsat......keparaaaaaat!"
Manusia sinting itu mengumpat dengan hidung cengar-cengir.
Namun betapa kagetnya dia tatkala pisau-pisau yang
dihindarinya itu masih mengejarnya juga! Di dalam
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebingungannya Put-pai-siu Hong-jin berguling ke kiri,
sehingga tubuhnya tercebur ke dalam air telaga. Tapi dengan
demikian ia bisa terhindar dari keganasan pisau-pisau terbang
itu. "Aaaah.......!" tanpa terasa Hong gi-hiap, Keh-sim Siau-hiap
dan Put-ceng-li Lo-jin berdesah lega bersama-sama.
Selanjutnya mereka bertiga mengawasi Tiauw Li Ing yang
masih sangat muda itu dengan kening berkerut. Mulut mereka
berdecak menyaksikan kedahsyatan ilmu si gadis yang sangat
berbahaya itu. "Hei....... dimanakah perempuan berkulit ular tadi?" tibatiba si gadis yang merasa telah memperoleh kemenangan itu
berseru. Tangannya bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah, benar! Dimanakah dia?" Tung-hai Nung-jin yang
sekarang seperti terbuka matanya melihat kelihaian Tiauw Li
Ing, tiba-tiba tersentak kaget pula.
"Dia sudah pergi........" dengan halus Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai memberi keterangan.
Tapi keterangan tersebut tak dipercaya oleh Tiauw Li Ing.
"Apa" Dia sudah pergi" Huh..... bohong! Tentu kalian
sembunyikan di dalam perahu!" bentaknya keras tanpa
merasa takut atau hormat sama sekali kepada Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai. Merah juga muka pendekar besar itu dibuatnya. Namun
dengan kebesaran jiwanya pendekar yang telah kenyang
makan asam-garam kehidupan itu menahan hatinya. Sekali
lagi dengan tenang ia menjawab, "Buat apa kami
menyembunyikannya?" "Buat apa" Huh...... jangan berlagak bodoh! Tentu saja
untuk memiliki keterangan tentang Ceng-liong-ong itu! Apa
lagi?" sergap gadis itu dengan suara tetap tinggi.
Ternyata Chu Bwee Hong lah yang tak tahan melihat
suaminya dibentak-bentak sedemikian rupa. Sambil menggendong anaknya wanita ayu itu me langkah ke depan.
Wajahnya yang cantik itu tampak kemerah-merahan.
"Gadis tak tahu diri! Kau jangan sembarangan menuduh
dan membentak-bentak orang! Kaukira siapa suamiku itu"
Hmmh...... bocah yang tak tahu tingginya langit!" geramnya
marah. Tapi ternyata gadis itu tak menjadi gentar karenanya.
Sambil bertolak-pinggang ia menyongsong kedatangan Chu
Bwee Hong. "Memangnya kenapa kalau aku membentakbentak Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Kaukira aku ketakutan
mendengar namanya" Huh..... cuma sebuah nama kosong
belaka!" Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa marahnya Chu Bwee Hong
mendengar perkataan itu. Sambil melemparkan anak yang
digendongnya itu kepada suaminya ia membentak pula.
"Anak yang tak tahu adat! Kau memang layak untuk diberi
pelajaran agar tahu sopan sedikit!"
"Hah..... jangan terlalu besar kepala! Lebih baik Hong-gihiap saja yang maju! Kau bukan lawanku!" Tiauw Li Ing
menjawab dengan suara di hidung.
"Tutup mulutmu.......!" Chu Bwee Hong berteriak lalu
menyerang. "Hong-moi!" Souw Thian Hai berusaha mencegah isterinya,
tapi tak berhasil. Kedua wanita itu sudah terlanjur berkelahi dengan
sengitnya. Chu Bwee Hong yang masih cucu-murid Bu-eng
Sin-yok-ong, datuk persilatan yang tersohor itu, menyerang
lawannya dengan Kim hong-kun-hoat yang dilandasi dengan
tenaga sakti Pai-hud sin kang. Dan ilmu warisan Bu-eng Sinyok-ong itu menjadi semakin dahsyat di tangannya karena ia
mengerahkan pula Pek-in Gin-kangnya.
Tiauw Li Ing masih tetap memainkan ilmu silatnya yang
kasar dan buas. Ia tidak perduli lawannya bertangan kosong.
Kipasnya yang besar itu menyambar-nyambar dengan
ganasnya. Sesekali terdengar teriakannya yang keras dan
nyaring. Meskipun ilmu silat Chu Bwee Hong lebih halus dan kurang
garang, namun lambat laun ternyata dapat mengatasi ilmu
silat Tiauw Li Ing yang garang dan bengis itu. Tapi hal itu
justru sangat menggelisahkan hati Souw Thian Hai. Pendekar
sakti itu malah mengkhawatirkan nasib isterinya bila pada
suatu saat nanti Tiauw Li Ing menjadi marah dan
mengeluarkan pula senjata-senjata rahasianya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tapi apa yang dilakukan oleh Tiauw Li Ing selanjutnya
ternyata sangat mengejutkan pendekar sakti tersebut. Ketika
menyadari bahwa dirinya terdesak, gadis itu ternyata tidak
mengeluarkan senjata-senjata rahasianya. Sebaliknya gadis itu
hanya mengubah cara bersilatnya saja. Namun bentuk ilmu
silat si gadis itulah yang justru mengejutkan Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai! IImu silat tersebut jauh berbeda dengan ilmu
silat yang buas dan kasar tadi.
Ilmu silat yang dikeluarkan oleh gadis itu sekarang amat
indah, gagah dan tangkas. Gerakan-gerakannya sangat kuat
dan mempesonakan. Sepintas lalu saja Hong-gi-hiap Souw Thian Hai segera
mengenalnya. Meskipun tak paham tapi pendekar itu sudah
sering me lihatnya, karena ilmu silat tersebut adalah ilmu silat
andalan Aliran Im-Yang-kauw. Hanya yang sangat mengherankan hatinya, mengapa gadis itu juga bisa
memainkan ilmu silat Aliran Im-Yang-kauw pula"
Diam-diam Souw Thian Hai menjadi curiga kepada gadis
itu. Ilmu silat andalan Im-Yang-kauw itu tak sembarang
diberikan kepada orang lain selain kepada para anggauta
aliran itu sendiri itupun dibatasi, yaitu hanya diberikan kepada
para anggota yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa sekarang gadis itu bisa memainkannya juga"
Apalagi dilihatnya gadis itu mampu mengerahkan Im-Yang
Sin-kang (tenaga sakti Im dan Yang) dalam takaran yang
mendekati kesempurnaan pula. Bukankah hal itu sangat
mengherankan sekali"
Seperti yang telah diduga oleh Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai sebelumnya, isterinya segera ganti terdesak oleh ilmu silat
Tiauw Li Ing tersebut. Ilmu silat warisan Bu-eng Sin-yok-ong
yang hebat itu ternyata tak mampu membendung ilmu silat
andalan Im-Yang-kauw tersebut. Namun seperti yang telah
diduganya pula, isterinya segera mengubah juga cara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
bersilatnya. Kali ini isterinya memainkan ilmu silat andalannya
pula, yaitu Ilmu Silat Bidadari Bersedih.
Seperti telah diketahui bahwa semua ilmu warisan keluarga
Souw itu hanya bisa diberikan dan dipelajari oleh anak
keturunan keluarga itu sendiri. Maka dari itu meskipun telah
menjadi isteri Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, Chu Bwee Hong
tidak dapat memainkan ilmu silat keluarga Souw yang terkenal
itu. Namun demikian wanita ayu tersebut juga memiliki
sebuah ilmu silat yang tak kalah hebatnya pula, yaitu Ilmu
silat Bidadari Bersedih. Sebuah ilmu silat yang diciptakan oleh
Put-ceng-li Lo-jin ketika wanita ayu itu sedang dirundung duka
nestapa serta putus asa di tempat kediamannya dahulu.
Sebenarnya Ilmu Silat Bidadara Bersedih tersebut
diciptakan berdasarkan tingkah laku, gerak gaya dan
pengamatan yang dilakukan oleh Put-ceng-li Lo-jin terhadap
kesedihan Chu Bwee Hong ketika berputus asa dahulu. Oleh
karena itu gerakannya atau jurus-jurusnya tampak sangat
sederhana dan lamban. Namun dibalik kesederhanaan dan
kelambanannya itu ternyata berisi kepekaan yang dalam serta
tanggapan yang tinggi terhadap ilmu silat lawan. Bagaimanapun hebat dan dahsyatnya serangan T iauw Li Ing,
Chu Bwee Hong seperti telah merasa dan mengetahui terlebih
dahulu arah serangan itu. Sehingga akibatnya semua
serangan Tiauw Li Ing selalu gagal serta dapat dipunahkan
oleh Chu Bwee Hong. T api karena Ilmu Silat B idadari Bersedih
itu sifatnya juga hanya bertahan, maka pertempuran itupun
tidak kunjung selesa i pula.
Dan hal itu benar-benar sangat mengesalkan hati Tiauw Li
Ing yang garang itu! Gadis yang merasa telah mengerahkan
segala kemampuannya itu ternyata belum juga bisa
mengalahkan lawannya. Di dalam kemarahannya gadis itu lalu
mengeluarkan lagi pisau terbangnya. Pisau terbang yang tadi
mampu membuat Put-pai-siu Hong-jin tercebur ke dalam air.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Otomatis hati Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menjadi
tegang. Tanpa terasa kakinya melangkah mendekati
pertempuran. Seluruh urat-uratnya menegang. Dengan tangan
kiri tetap menggendong anaknya pendekar sakti itu
mengerahkan tenaga dalamnya. Sekilas tampak uap tipis
mengepul di atas ubun-ubunnya. Uap tipis yang berwarna
putih dan merah! "Seperti halnya Put-pai-siu Hong-jin tadi, Hong-moi juga
tidak akan dapat bertahan bila menghadapi lemparanlemparan pisau gadis itu. Aku harus.." pendekar sakti itu
berkata di dalam hatinya.
Namun belum juga ia menyelesaikan kata-katanya, gadis
itu sudah menggerakkan tangannya. Tiga batang pisau kecil
tampak melesat menyerang Chu Bwee Hong. Tiga-tiganya
berjajar membentuk segi-tiga dan semuanya menuju ke arah
perut Chu Bwee Hong. Pisau-pisau itu meluncur seperti biasa, seolah-olah tidak menunjukkan keanehan- keanehan. Tapi Hong-gi- hiap Souw Thian Hai yang sangat mengkhawatirkan keselamatan isterinya itu
tidak mempercayainya. Tentu ada apa-apa dibalik lemparan yang sangat sederhana itu. Oleh karena itu Hong-gi- hiap Souw Thian Hai cepat melompat pula ke depan, siap menolong isterinya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dan apa yang ditakutkan oleh pendekar sakti itu ternyata
benar-benar terjadi. Tiba-tiba terjadi letupan kecil di masingmasing pisau tersebut, dan selanjutnya pisau tersebut terbelah
menjadi dua bagian. Masing-masing meluncur ke arah yang
berbeda, sehingga gerakannya menyerupai bunga teratai yang
sedang mekar. Indah dan mentakjubkan gerakannya namun
juga sangat berbahaya serta mematikan!
Jarak antara Tiauw Li Ing dan Chu Bwee Hong hanya
empat atau lima langkah saja, maka tidaklah mengherankan
kalau wanita ayu itu sangat terkejut me lihat serangan pisau
yang amat mendadak tersebut. Apalagi ketika pisau tersebut
terbelah dan memencar menjadi enam bagian, sehingga
pisau-pisau itu seperti mengurungnya dari segala jurusan.
"Celaka........!" Chu Bwee Hong menjerit di dalam hati, lalu
mengibaskan kedua buah lengan bajunya yang lebar ke depan
untuk menangkis pisau-pisau tersebut.
Ting ! T ing ! T ing ! Lima buah pisau berhasil ditangkisnya. Tapi sebuah di
antaranya ternyata mampu menerobos di sela-sela lengan
bajunya dan meluncur ke arah dadanya. Tak ada kesempatan
untuk mengelak lagi. Namun di dalam keadaan yang gawat tersebut tiba-tiba
Chu Bwee Hong merasa tubuhnya didorong orang ke samping,
sehingga pisau yang sedianya akan merenggut nyawanya itu
luput mengenai dirinya. Dan ketika ia kembali berdiri tegak,
dilihatnya suaminya telah berada di sisinya.
"Kau tidak apa-apa, bukan?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bertanya penuh perhatian. Anak yang berada di dalam
pelukannya tersenyum gembira melihat ibunya.
"Ti.... tidak, ko-ko. Terima kasih." Chu Bwee Hong menjadi
gagap, karena belum hilang rasa terkejutnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Sudahlah. Tidak usah kita layani perempuan muda itu."
Souw T hian Hai berkata lagi.
"Tapi......... dia........?"
"Sudahlah! Tak ada salahnya kita mengalah kepadanya,
bukan" Lihatlah anakmu ini! Dia minta digendong lagi oleh
ibunya." "Ba...... baiklah, Hai-ko." Chu Bwee Hong menghela napas
seraya menerima kembali anaknya.
"Hi-hi-hi..... ternyata Souw Tai-hiap yang tersohor itu tak
sampai hati juga melihat kematian isterinya. Dan sekarang
tampaknya ingin menggantikan kedudukan isterinya untuk
melawanku." tiba-tiba Tiauw Li Ing berseru dengan
pongahnya. "Hai-ko, dia....... menghinamu !" Chu Bwee Hong yang
sudah melangkah mundur itu tiba-tiba berhenti dan siap untuk
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melabrak Tiauw Li Ing kembali.
"Hong-moi, tenanglah! Biarlah aku saja yang menghadapinya. Kau jangan terpancing oleh mulutnya yang
tajam itu! Nah, bawalah anak kita ini ke pinggir!"
Dengan hati berat terpaksa Chu Bwee Hong menuruti
perintah suaminya. Matanya tampak berkilat-kilat menahan
marah. Sebaliknya Tiauw Li Ing yang selalu merasa memperoleh
kemenangan itu semakin menjadi sombong dan pongah.
Dengan sangat berani ia berdiri menghadapi Hong-gi-hiap
Souw T hian Hai. ''Bagaimana, Souw Tai-hiap" Apakah sekarang Souw Taihiap sudah mau menyerahkan perempuan berbaju kulit ular
itu?" tanyanya sambil menimang-nimang sebuah benda bulat
sebesar telur penyu di tangannya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sekejap Souw Thian Hai merasa terkejut melihat benda
tersebut. Benda bulat itu mengingatkannya kepada peluru
Giok-bin Tok-ong yang bisa meledakkan bukit itu. T api setelah
ia meneliti pula beberapa saat lamanya, hatinya menjadi
tenang kembali. Benda bulat tersebut berbeda dengan peluru
Giok-bin T ok ong. Benda yang dipegang Tiauw Li Ing itu agak
kecil dan bentuknya sedikit lonjong (oval). Namun karena ia
tak bisa menduga apa kegunaannya, maka ia juga tidak berani
meremehkannya. Siapa tahu benda itu juga tidak kalah
berbahayanya dari pada peluru Giok-Bin Tok-ong itu"
"Nona, kau jangan menuduh orang secara sembarangan.
Perempuan muda itu benar-benar telah pergi. Kami tidak
menyembunyikannya......." Souw Thian Hai masih berusaha
menahan hatinya. Tetapi Tiauw Li Ing mencibirkan bibirnya. "Huh!"
dengusnya. Tangannya berhenti menimang benda bulat itu.
Urat-uratnya menegang, jari-jarinya menggenggam erat
benda tersebut. "Kalau begitu aku yang rendah ingin meminta
pelajaran kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang
tersohor!" sambungnya dengan nada menantang.
"Eh, nona....... nanti dulu!"
"Hmmmh! Lihat serangan......!"
Gadis itu tidak memberi kesempatan lagi kepada Hong-gihiap untuk memberi keterangan. Benda bulat itu ia pindahkan
ke tangan kiri, kemudian dengan tangan kanannya ia
menghantam dada lawannya. Seperti pemain sulap saja
tangan itu telah menggenggam sebuah kipas baja, senjata
khususnya. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai masih berusaha menghindari
pertempuran, tapi mendadak kipas yang terarah ke dadanya
itu terbuka, dan dari dalamnya melesat jarum-jarum kecil ke
arah wajahnya. Maka tiada pilihan lagi selain menangkis dan
meruntuhkannya dengan ujung lengan bajunya yang lebar.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Setelah itu jari-jari tangan pendekar sakti itu menyambar ke
depan untuk merampas kipas lawannya.
Tapi T iauw Li Ing telah lebih dulu menariknya ke belakang,
kemudian menutup lembaran kipas tersebut dan menotokkan
ujungnya ke depan, ke arah pergelangan tangan Souw Thian
Hai yang datang. Berbareng dengan itu dari dalam kipas itu
melesat lagi belasan batang jarum halus.
Diam-diam Hong-gi-hiap terkejut juga. Usia gadis itu masih
sangat muda, namun ternyata kepandaiannya benar benar
hebat. Sama sekali ia tidak diberi kesempatan untuk mundur
atau menghindari pertempuran. Serangannya datang beruntun
bagaikan ombak yang bergulung-gulung memecah karang.
"Tak heran kalau sikapnya sedemikian berani dan
pongahnya. Kepandaiannya memang luar biasa. Apalagi bila
dibandingkan dengan usianya yang masih sangat muda."
Souw T hian Hai membatin.
"Mungkin....... lebih lihai dari pada Souw Lian Cu.
Hmmmmmm........" Pendekar sakti itu menarik napas panjang.
Diam-diam dia membandingkan gadis tersebut dengan
puterinya sendiri, yang dalam beberapa tahun ini telah
menghilang entah kemana. Sebelum kawin dengan Chu Bwee Hong, Souw Thian Hai
memang seorang duda muda yang telah beranak satu. Dan
sekarang anaknya itu telah tumbuh menjadi seorang gadis
remaja yang amat cantik seperti mendiang Ibunya. Hanya
sayang sekali ketika masih kecil puterinya tersebut mendapat
musibah sehingga tangan kirinya putus sebatas siku.
Karena angan-angannya melayang ke mana-mana, maka
perlawanan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menjadi agak
kendor. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila Tiauw Li
Ing semakin banyak memperoleh kesempatan untuk
menyerang dan mendesaknya. Dan hal itu menimbulkan
kesalah-sangkaan di dalam hati gadis tersebut. Tiauw Li Ing
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
mengira kalau kepandaian Souw Thian Hai ternyata tidaklah
sehebat yang dibicarakan orang.
Dan gadis tersebut menjadi semakin pongah karenanya.
"Nah, Souw Tai-hiap........ bagaimana" Apakah Souw Taihiap masih juga tidak mau mengatakan dimana perempuan itu
berada" Atau tetap kita teruskan pertempuran
ini sampai........seorang pendekar besar seperti Souw Tai-hiap
kehilangan muka karena dikalahkan oleh seorang gadis muda
tak dikenal seperti saya ini" Heh?"
"Ah?" Souw Thian Hai tergagap kaget seperti orang yang
dibangunkan dari tidurnya. Ejekan gadis itu telah menyadarkan dirinya bahwa ia sedang bertempur dengan
seseorang. Sambil mengelak kesana-kemari pendekar sakti itu
mengurut dadanya. Ia benar-benar menyayangkan sikap gadis
muda yang amat lihai itu. Sikap yang sangat berbahaya bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Timbullah niatnya
untuk memberi pelajaran kepada gadis congkak itu.
Sementara itu para penonton menjadi heran menyaksikan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang tersohor itu mundur dan
mengelak terus dari serangan gadis muda tersebut. Keh-sim
Siau-hiap dan Put ceng-li Lo-jin yang tahu bagaimana
dahsyatnya ilmu kepandaian Hong-gi-hiap Souw Thian Hal
menjadi heran dibuatnya. Namun rasa heran mereka tersebut segera lenyap begitu
melihat Souw Thian Hai tiba-tiba mulai membuka serangan.
Bagaikan seekor banteng jinak yang tiba-tiba diganggu orang,
pendekar itu menerjang Tiauw Li Ing dengan hebatnya.
Mantel hitam yang semula menutup hampir seluruh tubuhnya
itu tampak menyabet ke depan, seolah-olah hendak
menggulung atau menjaring badan lawannya. Terdengar
suara angin bersiutan seperti hembusan badai yang mendadak
bertiup dengan kencangnya!
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Tiauw Li Ing terkejut bukan buatan. Belum juga mantel
Souw Thian Hai itu tiba, tubuhnya seakan-akan sudah
digulung oleh pusaran angin yang dahsyat. Seketika dadanya
menjadi sesak dan sulit untuk bernapas. Namun di lain saat ia
segera menjadi sadar bahwa dirinya berada di dalam bahaya.
Maka dengan amat tergesa-gesa dia mengerahkan seluruh sin
kangnya untuk bertahan kemudian meliukkan pinggangnya ke
belakang, sehingga sambaran mantel Souw T hian Hai itu lewat
di depan hidungnya. Setelah itu dengan tidak kalah garangnya
ia melompat ke atas untuk balas menyerang musuhnya
dengan kipas bajanya. Tapi Souw Thian Hai segera berputar dengan cepat pula.
Sekilas terlihat kepulan asap tipis berwarna merah di atas
kepalanya, dan lagi-lagi mantel pusakanya menyambar ke
atas, menyongsong kedatangan kipas Tiauw Li Ing.
Sekali lagi Tiauw Li Ing terkesiap. Sama sekali gadis itu tak
menyangka kalau lawannya bisa bergerak sedemikian
cepatnya. Apalagi dengan tenaga yang luar biasa dahsyatnya
seperti itu. Tiada jalan lain baginya selain membentur mantel
pusaka tersebut dengan seluruh kekuatannya pula. Namun
demikian sambil membenturkan kekuatannya ia melemparkan
benda bulat yang dipegangnya itu ke arah lawan!
Dhieeeeeeees! Taaaaas ! Tubuh Tiauw Li Ing yang berada di udara itu tiba-tiba
terlempar ke samping dengan kuatnya. Tapi berbareng
dengan itu pula benda bulat yang dilontarkannya tadi meletus
nyaring, dan jaraknya hanya beberapa jengkal dari muka
Souw T hian Hai. Puluhan jarum kecil-kecil berhamburan keluar disertai asap
hitam yang tebal! Dan semuanya itu seakan-akan mengurung
Hong-gi-hiap Souw T hian Hai!
Sejak semula pendekar sakti itu telah berhati-hati dan
bersiap-siaga menghadapi benda bulat yang belum pernah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dilihatnya itu. Namun demikian ketika benda itu dilemparkan
Tiauw Li Ing dan meletus di depan hidungnya, sekejap ia
menjadi kaget juga. Untunglah ia cepat menyadari bahaya itu
dan berputar lagi dengan cepatnya sehingga mantelnya yang
lebar itu segera melilit dan membungkus seluruh badannya!
Cus! Cus! Cus! Plok! Plok!
Puluhan jarum kecil-kecil itu berjatuhan ketika mengenai
mantel pusaka tersebut, sementara yang meluncur ke arah
kepala segera bersarang dan bergantungan di dalam
gumpalan rambut Souw Thian Hai yang gemuk. Tak
sebuahpun di antara jarum-jarum tersebut yang berhasil
mengenai kulit dan daging Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Hanya kepulan asap hitam sajalah yang sempat tersedot oleh
pendekar itu. Itupun juga cuma sedikit pula.
Namun asap yang cuma sedikit itu ternyata telah membuat
pening kepala Souw Thian Hai. Sekejap pendekar Sakti itu
berdiri bergoyang-goyang di atas kakinya. Tapi tak
seorangpun mengetahuinya, karena pada saat itu perahu
besar tersebut juga bergoyang pula dengan kerasnya. Dan
bersamaan waktunya dengan goncangan tersebut, tiba-tiba
sesosok bayangan berkelebat naik ke atas perahu itu untuk
menangkap tubuh Tiauw Li Ing yang hampir jatuh terbanting
ke geladak perahu itu. Bayangan tersebut melesat ke samping Tung-hai Nung-jin
dan menurunkan tubuh Tiauw Li Ing di sana.
"Ing Ing, berdiri sajalah kau di dekat paman Tung-hai
Nung-jin! Biarlah aku saja yang menghadapi orang itu," ucap
bayangan yang tidak lain ternyata seorang pemuda tampan itu
kepada Tiauw Li Ing. "Kiat Su.......!" Tung-hai Nung-jin berdesah.
Pemuda tampan yang usianya tidak terpaut banyak dengan
Tiauw Li Ing itu tersenyum. Sikapnya ternyata juga tidak jauh
berbeda dengan Tiauw Li Ing. Angkuh dan congkak. Malah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
dari sorot matanya dapat ditebak bahwa pemuda itu lebih
bengis dan ganas dari pada adiknya.
Tiauw Li Ing cepat menahan lengan kakaknya. Wajahnya
kelihatan pucat sekali, karena terluka dalam akibat benturan
tadi. "Ko-ko, hati-hati! Dia adalah Hong gi-hiap Souw T hian Hai!"
katanya memperingatkan kakaknya. Suaranya gemetar seperti
sedang menahan perasaan sakit.
Tiauw Kiat Su tersentak kaget, lalu menoleh dengan cepat
ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Pendekar Sakti itu
tampak berdiri tegak menghadapi mereka. Namun pemuda itu
menjadi heran ketika melihat pendekar yang tersohor itu
beberapa kali memejamkan matanya serta mengibasngibaskan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Ko-ko, Ceng-liong-ong itu ada padanya. Mintalah,
mumpung dia belum bisa membebaskan diri dari pengaruh
asap Hok-liong-hio yang kutaburkan tadi!" Tiauw Li Ing
berkata lagi. Lalu diceritakannya juga tentang keadaan Tui Lan
tadi. "Asap Hok-liong-hio (Asap Penakluk Naga)?" T iauw Kiat Su
berdesah gembira. "Ya. Tapi hati-hati! Ternyata kesaktiannya benar-benar
hebat sekali!" Tetapi T iauw Kiat Su mendengus, seolah-olah meremehkan
peringatan adiknya. "Aku tak percaya. Kau belum melihat, macam apa kakakmu
itu sekarang. Lihatlah baik-baik! Akan kutaklukkan pendekar
yang diagung-agungkan orang itu!" katanya mantap seraya
mengeluarkan kipas bajanya.
Pemuda itu lalu maju ke depan. "Souw Tai-hiap......! Kau
telah melukai adikku, maka akupun akan meminta pelajaran
darimu pula!" tantangnya dengan suara keras.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Souw Thian Hai tampak memejamkan matanya kembali,
kemudian memandang Tiauw Kiat Su dengan tajamnya.
"Hmm, nanti dulu.......! Kau siapa" Apakah kau juga putera
Tung-hai-tiauw dari Lautan T imur?"
"Benar !" "Nanti dulu! Aku tidak bermaksud melukai adikmu itu.
Dialah yang mendesak aku. Aku telah berusaha mencegahnya
tadi. Tapi dia tak mau mendengar perkataanku. Kau jangan
ikut-ikutan melawan aku. Lebih baik kaupikirkan lukanya itu."
"Hmm......apakah dengan demikian Souw Tai-hiap hendak
menyerahkan perempuan berbaju kulit ular itu kepada kami?"
Tiauw Kiat Su mendesak. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menjadi merah mukanya.
Sambil menggeram pendekar itu menatap wajah Tiauw Kiat
Su. "Kalian berdua memang terlalu sombong dan keras kepala.
Sama sekali tidak mau menghargai orang lain. Sudah
kukatakan bahwa wanita muda itu telah pergi, kalian tidak
mau percaya juga. Tampaknya kalian ini memang ingin
mencari gara-gara......."
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiauw Kiat Su tertawa panjang. Nadanya sangat
menyakitkan hati. "Haha ......... kaulah yang sombong dan keras kepala!
Kenapa tidak kaukatakan juga dimana perempuan itu berada"
Kaukira cuma engkau saja yang berhak memiliki Ceng-liongong itu?" "Hmmh!" Hong-gi-hiap Souw T hian Hai mendengus.
Ternyata habis juga kesabaran pendekar sakti itu.
Wajahnya menjadi merah. Tapi dengan demikian pengaruh
asap hitam yang diisapnya tadi justru semakin menjadi-jadi
malah. Matanya terasa berkunang-kunang, sehingga tubuhnya
yang tinggi besar itu tampak bergoyang-goyang mau jatuh.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun pendekar sakti itu bertahan sekuat tenaga. "Kurang
ajar! Asap hitam itu mengandung racun......." umpatnya di
dalam hati. Keadaan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai tersebut tak luput
dari pengamatan Keh-sim Siau-hiap. Pendekar dari Pulau
Meng-to itu memandang dengan curiga.
"Saudara Souw. ada apa......?" tanyanya perlahan.
Jilid 13 Souw Thian Hai mengibas-ngibaskan kepalanya lagi,
seolah-olah ingin membuang rasa pening itu dari kepalanya.
"Ah, tidak apa-apa.....!" jawabnya tegas untuk menjaga
perasaan isterinya. Tapi kesempatan itu tak disia-siakan oleh Tiauw Kiat Su.
Kipas bajanya yang tajam bagai pisau cukur itu terbuka dan
menyambar ke depan dengan dahsyatnya. Yang dituju adalah
perut dan dada Hong-gi-hiap Souw T hian Hai.
Meskipun belum hilang rasa peningnya, tapi Souw Thian
Hai masih bisa mengelak dan menghindar dengan tangkasnya.
Malahan untuk mempersingkat waktu pendekar sakti itu
segera membalas pula dengan tak kalah sengitnya. Langsung
dengan salah sebuah ilmu warisan Keluarga Souw yang
terkenal, yaitu Tai kek Sin-ciang!
Kedua buah tangan pendekar sakti itu bergantian
menyerang. Dan masing-masing tangan bergerak dan bersilat
dengan cara yang berbeda, seakan-akan satu sama lainnya
tidak ada hubungannya sama sekali. Malahan tenaga sakti
yang keluarpun juga tidak sama pula. Tangan sebelah kiri
mengeluarkan hembusan hawa dingin, sementara tangan
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
yang sebelah kanan memancarkan udara panas. Keduanya
bergantian berhembus di dalam arena, sehingga Tiauw K iat Su
menjadi repot melayaninya.
"Bangsat benar Souw Thian Hai itu! Masakan dua buah ilmu
yang berlainan dima inkannya secara berbareng! Hemm ......!"
Put-ceng-li Lo-jin mengumpat-umpat saking kagumnya.
"Ya! Ilmu Keluarga Souw memang sangat hebat.........!"
Keh sim Siauw-hiap mengiyakan.
"Hebat" Oho......! Ilmu seperti itu saja dibilang hebat" Huh!
Picik benar!" tiba-tiba sebuah suara menyela pembicaraan
mereka dengan ilmu Coan-im-jib-bit (Mengirim suara dari
Jarak jauh). Keh-sim Siau-hiap dan Put-ceng-li Lo-jin berputar dengan
cepat. Tapi tak seorangpun berada di dekat mereka. Begitu
pula ketika keduanya melemparkan pandang mata mereka ke
sekeliling perahu besar itu. Tak seorangpun dari para
penonton itu yang patut mereka curigai.
"Tampaknya ada lagi orang yang hendak ikut meramaikan
keramaian ini, Bing Kauw-cu," Keh-sim Siau-hiap berbisik
kepada Put-ceng-li Lo jin.
"Kau benar, Kwee Tai-hlap. Tapi..bangsat busuk, heh-hehheh ...... hal itu justru sangat kebetulan bagi kita. Tak enak
rasanya kalau hanya menonton pertempuran orang. Rasanya
gatal juga tanganku untuk ikut meramaikannya. Syukurlah
kalau ada yang datang. Kalau tidak..... he-he-he. tak tahulah
aku....dimana aku harus mencari musuh!" ketua Aliran Bingkauw yang suka berkelahi itu tertawa gembira malah.
"Apa" Kau cacing tua dari Bing-kauw ini hendak melawan
aku" Hahaha......sungguh menggelikan sekali! Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai yang tercantum namanya di dalam Buku
Rahasia saja tak mampu melawan aku, apalagi......kau, cacing
kecil yang tak punya nama! Hahahaha!" tiba-tiba suara itu
berkumandang lagi di telinga mereka.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Put-ceng-li Lojin. Tapi seperti biasanya orang tua itu selalu menyembunyikan perasaannya di balik suara ketawa dan
sumpah serapahnya! "Monyet! Setan! Pengecut keparat! Hahahaha..... kaulah
yang seperti cacing kecil! Bisanya cuma bersembunyi dan
ketakutan di dalam tanah! Mengapa kau tidak lantas keluar ke
sini dan.. bertanding dengan aku" Hehe-hehe...... monyet.......eh cacing keparat!"
Tentu saja teriakan dan makian Put-ceng-li Lo-jin itu sangat
mengejutkan dan mengagetkan orang-orang yang sedang
asyik menonton pertempuran. Namun orang-orang itu segera
tenggelam kembali ke dalam pertempuran Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. Beberapa orang diantaranya terdengar menggerutu
begitu melihat Put-ceng-li Lo-jin.
Tapi sekali lagi orang-orang itu dikejutkan oleh sesosok
bayangan yang melesat ke atas perahu besar tersebut.
Bayangan itu mendarat dengan tergopoh-gopoh di depan Putceng-li Lo-jin. Dan di depan ketua Bing Kauw tersebut
bayangan itu masih sibuk menaikkan celananya yang belum
terpakai secara benar. "Su-siok, kau memanggil aku?" bayangan yang tidak lain
adalah Put-pai-siu Hong-jin itu bertanya kepada Put-ceng-li
Lo-jin. "Heh" Kurang ajar"..! siapakah yang memanggilmu" Aku
tak menyebut namamu?" Put-ceng-li Lo-jin yang sudah bersiap
siaga menghadapi lawannya itu berteriak kecewa begitu
melihat siapa yang datang.
"bukankah su-siok tadi bilang tentang".monyet?" manusia
sinting itu bertanya ketolol-tololan.
Ketua Bing-kauw itu tak bisa menahan senyumnya. Begitu
pula dengan Put ming-mo dan Keh-sim Siauw-hiap yang
berada di dekatnya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Whah....... bukan kau yang kumaksudkan! Aku memang
menyebut tentang monyet, tapi bukan Monyet Tua Tak
Berbulu macam kau ini, heh-heh-heh!"
"Hei" Bukan aku" Huh, bangsat! Monyet tua bau terasi!
Hmm..... tahu begini ...... huh! Orang baru enak-enaknya
memberi santapan pagi kepada ikan ikan di telaga.........
eeeee, tahu tahu diganggu orang!" Put-pai-siu Hong jin
memaki paman-gurunya. Tapi ketua aliran Bing-kauw itu tidak menjadi marah
karenanya. Sebaliknya mulutnya justru tertawa semakin lebar
malah. "Hehehe......, apa maksudmu dengan memberi makan
kepada ikan-ikan itu?"
"Ah, su-hu ini seperti tidak tahu saja! Bukankah su-heng
tadi hendak.. hendak berak! Maka begitu tercebur dalam air,
maksud itu segera dilanjutkannya! Bukanlah hal itu sama saja
dengan memberi sarapan pagi kepada ikan-ikan itu?" Putming-mo menyahut pertanyaan gurunya.
"Oh-hi.....ho-ha-ha! Bangsat keparat! Monyet tua tak
berbulu! Ha-ha-ha!" Put-ceng-li Lo-jin tak bisa menahan
ketawanya. Ternyata Put-pai-siu Hong-jin sendiri juga tak bisa
menahan ketawanya pula. Bibirnya yang lebar dan tebal itu
terbuka lebar-lebar. Namun suara ketawanya tiba-tiba
berhenti lagi, seakan-akan ada sesuatu hal yang mendadak
melintas di dalam otaknya.
"Tapi.......eh..... di antara ikan-ikan itu ada seekor yang
bentuknya sangat aneh! Ikan itu bentuknya lebih besar dari
pada yang lain. Mempunyai tangan dan kaki...... rambutnya
panjang......!" katanya kemudian dengan tersendat-sendat.
Matanya yang kocak itu memandang Put-ceng-li Lo-jin dan
Keh-sim Siau-hiap bergantian.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Berambut panjang" Eh, masakan di dalam danau ini ada
ikan Duyung?" Put-ming-mo memotong dengan mulut
meringis. Sama sekali tak mempercayai perkataan suhengnya.
"Kau tak percaya?" Put-pai-siu Hong-jin berseru penasaran.
"Alaaa..... su-heng tentu membual lagi! Danau ini tak ada
Ikan Duyungnya. Misalnya ada juga takkan mau menyantap
sarapan pagimu itu. Mungkin justru engkau sendirilah yang
malah diseretnya ke dasar danau ini."
"Siapa bilang Ikan Duyung" Ikan Duyung "kan perempuan"
Ikan yang kulihat itu pakai kumis dan jenggot, Tolol! Dan ikan
itu memang berusaha menyeret aku ke dasar danau ini!
Untung aku cepat berontak dan..... dan mengencinginya!
Kalau tidak, aku mungkin sudah betul-betul diseretnya!" Putpai-siu Hong-jin yang sangat penasaran itu mendamprat sutenya. Kalau Put-ming-mo tetap tidak percaya akan kata-kata suhengnya, ternyata tidak demikian halnya dengan gurunya.
Put-ceng-li Lo-jin yang baru saja diganggu orang dengan ilmu
Coan-im-jib bit itu mempunyai tanggapan lain atas cerita
keponakan muridnya tersebut.
"Hong-jin......! Dimanakah kau melihat ikan aneh itu?"
tanyanya. "Su-hu, kau percaya akan cerita su-heng itu?" Put-ming-mo
menyela dengan dahi berkerut.
Ketua Aliran Bing-kauw itu tersenyum. "Biarlah su-hengmu
berceritera!" katanya.
"Nah........ apa kataku! Su-siok lebih pintar darimu, Babi
Tolol! Kau memang tidak pernah percaya kepadaku ! Itulah
sebabnya kau tak pernah maju dalam ilmu silat kita..... !"
"Hong-jin, dimana kau melihat ikan aneh itu?" ketua Bing
Kauw itu membentak. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Uh! Di belakang perahu ini....."
Put-pai siu Hong-jin menjawab sambil bersungut-sungut.
"Monyet! Kalau begitu mari kita lihat ke sana!"
Keh-sim Siau-hiap mendekati Put-ceng-li Lo-jin. "Bing
Kauw-cu, apakah kau mencurigai sesuatu?" bisiknya.
"Ya! Mungkin benda yang disebut ikan aneh oleh Bocah
Sinting itu adalah orang yang berbicara dengan ilmu Coan-imjib-bit itu. Marilah.....!"
Keh-sim Siau-hiap berpaling ke arah pertempuran.
"Bagaimana dengan pertempuran mereka?"
"Ah.......kita tak perlu mencemaskannya. Jangankan hanya
pemuda congkak itu, biarpun mereka bertiga maju semuanya,
Souw Tai-hiap takkan kalah! Percayalah!" Put-ceng-li Lo-jin
mendengus. Pendekar dari Pulau Meng-to itu menghela napas. "Baiklah,
mari......!" Bing-kauw-cu meloncat ke belakang perahu, diikuti oleh
Keh sim Siau-hiap, Put-pai-siu Hong-jin dan Put-ming-mo.
"Hong-jin! Dimana tempatnya?" Put ceng-li Lo-jin berseru
ketika telah berada di buritan.
"Di sana....! Di belakang sampan kecil itu!"
Put-pai-siu Hong-jin mengerahkan gin-kangnya, lalu
mendahului me lompat ke sampan tersebut. Yang lainpun
mengikutinya. Mereka berkelebat berurutan seperti empat
ekor burung yang terbang keluar dari sarangnya.
Tapi ketika Put-pai-siu Hong-jin yang berada di depan
sendiri hendak mendaratkan kakinya di sampan tersebut,
mendadak sampan itu.....meluncur pergi! Sebaliknya di tempat
sampan tadi berada, tiba-tiba muncul........kepala manusia dari
dalam air! Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Hei....." Ini..... ini" Wah......bangsat keparat! Su-siok.......!
itu., itu dia ikannya!" tiba-tiba Put-pai-siu Hong-jin yang
kebingungan itu menunjuk ke bawah, ke arah kepala orang
yang mendadak muncul dari dalam air itu.
Demikianlah, di satu pihak mereka menjadi lega dan
bergembira karena secara tak diduga ikan aneh itu telah
muncul dengan sendirinya, namun di lain pihak mereka juga
menjadi kelabakan karena beberapa saat lagi mereka akan
tercebur ke dalam air! Tapi di dalam keadaan yang kritis dan
mencemaskan tersebut tiba-tiba datang sebuah pertolongan
yang tak disangka-sangka pula.
lsteri Keh-sim Siau hiap yang pergi tanpa pamit malam tadi,
mendadak muncul membawa sebuah sampan. Sampan kecil
itu meluncur dengan cepat untuk menggantikan sampan yang
pergi tadi. "Li ko-ko, aku yang datang...!" Ho Pek Lian berseru dari
dalam sampan tersebut. "Bagus!" Keh-sim Siau-hiap berteriak gembira pula.
Lalu seperti telah saling berjanji terlebih dahulu, mereka
berempat berbareng menyerang orang yang muncul di atas
permukaan air tersebut. Mereka bermaksud mengalihkan
perhatian orang itu dari sampan Ho Pek Lian. Berurutan
mereka melancarkan pukulan jarak jauh (Pek-khong-ciang)
mereka masing-masing. Whuuus! Whuusssss! Wuuuuuuush!
Bagaikan gelombang air laut angin pukulan mereka datang
menderu-deru, susul-menyusul, menyibakkan permukaan air
danau dimana orang itu berada. Begitu dahsyatnya tenaga
gabungan mereka, sehingga orang yang muncul di atas
permukaan air tersebut tidak berani menyambutnya. Bergegas
orang itu menyelam kembali.
Byuur! Air yang menyibak tadi berdebur kembali dengan
kuatnya, sehingga gelombangnya hampir menumpahkan
sampan Ho Pek Lian yang datang. Untunglah keempat orang
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
itu segera mendaratkan kaki mereka di sana, sehingga
sampan itu dapat mereka kuasai.
"Kwee Hu-jin, kedatanganmu sungguh tepat sekali. Hampir
saja kami berempat jatuh ke dalam air, heh-heh-he. ?" Putceng-li Lo-jin menyatakan terima kasihnya.
"Ya, hampir saja kami bersama suamimu menjadi ikan di
danau ini, hahe-he! Kurang ajar sekali orang itu!
Memindahkan sampan orang seenaknya! Bangsat busuk!" Putpai-siu Hong-jin menyambung perkataan su-sioknya.
"Huh, kemana orang itu tadi?" Put ming-mo mendengus
marah. "Aku ada di sini!" terdengar suara orang menyahut, dan
tiba-tiba sampan kecil itu oleng dengan hebatnya.
"Setan keparat! Dia ada di bawah perahu! Ayoh, kita
tinggalkan perahu ini!" Put-ceng-li Lo-jin berteriak.
Kelima orang itu lalu berloncatan pergi meninggalkan
sampan tersebut. Bersama dengan Put-ming-mo, Keh-sim
Siau-hiap melesat kembali ke perahu Souw Thian Hai sambil
menggandeng lengan isterinya. Sedangkan Put-ceng-li Lo-jin
dan Put-pai-siu Hong-jin melompat ke sebuah perahu kecil
yang kebetulan meluncur lewat di dekat mereka.
Sementara itu sampan yang mereka tinggalkan berguncang
semakin hebat, sehingga akhirnya terbalik dengan menimbulkan suara yang bergemuruh. Seorang kakek pendek
kecil, berambut putih panjang, tiba-tiba muncul dari dalam air.
Sambil terkekeh-kekeh kakek tersebut me lompat ke atas
perahu yang terbalik itu dan duduk dengan riangnya.
Kakek cebol itu hanya mengenakan cawat saja. Apalagi
dengan bentuknya yang kecil itu, tak heran kalau di dalam air
seperti ikan yang sedang berenang saja. Namun demikian
ternyata kepandaiannya sangat tinggi, terbukti dapat
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
membalikkan perahu yang panjangnya hampir sepuluh kali
panjang tubuhnya itu. Keh-sim Siau-hiap terkesiap kaget. Pendekar dari Pulau
Meng-to itu teringat akan penuturan Souw T hian Hai beberapa
bulan yang lalu. Menurut cerita sahabatnya itu, didunia kangouw telah bermunculan tokoh-tokoh sakti yang kepandaiannya
sangat menakjubkan. Dan salah seorang diantaranya adalah
seorang kakek cebol berambut panjang seperti yang dilihatnya
sekarang ini. "Bing Kauw-cu , awas.......!" pendekar itu memperingatkan
ketika dilihatnya Put-ceng-li Lo-jin yang masih tampak
penasaran itu meloncat kembali untuk menyerang kakek cebol
tersebut. "Heeeit!" kakek cebol itu berseru nyaring seraya bergeser
ke belakang sehingga pukulan Put-ceng-li Lo-jin tidak
mengenai sasarannya. Sebaliknya kaki kakek cebol tersebut dengan cepat
melayang ke atas untuk mencegah lawannya mendaratkan
kakinya di perahu itu. Siiiiing! Kaki yang pendek kecil itu
berdesing bagaikan suara pedang membelah angin!
Put-ceng-li Lo-jin terkejut! Bagaimana mungkin ayunan kaki
bisa berdesing seperti itu" Demikian sempurnakah tenagadalam kakek cebol itu, sehingga dia bisa membuat kakinya itu
sekeras besi baja" Ketua Aliran Bing-kauw itu cepat menekuk kedua buah
kakinya untuk menghindari terjangan kaki lawan. Setelah itu
ujung sepatunya menotol papan perahu, sehingga tubuhnya
melenting ke atas kembali, untuk kemudian menyerang
lawannya lagi. Kali ini ia menghantam kepala kakek cebol itu!
Namun kakek cebol itu mengelak pula dengan manisnya,
lalu ganti menerjang dengan kedua kepalan tangannya.
Mereka bertarung dengan cepat sekali, seolah-olah keduanya
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
tak ingin memberi kesempatan kepada lawannya untuk
mengambil napas. Sementara itu Put-pai-siu Hong-jin telah memaksa perahu
yang ditumpanginya untuk mendekati tempat itu, Manusia
sinting yang lihai itu bersiap-siap untuk membantu pamangurunya. Keh-sim Siau-hiap tak ingin berpangku tangan pula. Setelah
berpesan agar isterinya menantinya di tempat itu, dia
berpindah pula ke perahu Put-pai-siu Hong-jin.
"Hati-hatilah, Hong-jin! Kalau tak salah kakek cebol ini
adalah Butek Sin-tong. Salah seorang dari tokoh tokoh sakti
yang kini khabarnya telah bermunculan di dunia persilatan."
bisiknya kepada Put-pai-siu Hong-jin.
"Benarkah.......?" manusia sinting itu tersentak kaget.
"Mungkin. Aku sendiri juga belum pernah bertemu
sebelumnya. Namun ciri ciri orang itu persis seperti yang telah
kudengar selama ini."
"Bangsat! Kalau begitu aku ingin mencobanya. Kudengar
orang yang seperti kura-kura itu disebut-sebut sebagai jago
nomer tiga di dunia persilatan, hehehe"
"Tapi kau jangan terlalu sembrono, Hong-jin. Kalau Hong-gi
hiap Souw T hian Hai saja berada di urutan kelima, apalagi dia
yang berada di urutan ketiga. Hmm.....maaf, bukannya aku..
meremehkan kepandaianmu. Tapi.... kita juga harus
menyadari bahwa dibandingkan dengan Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai saja kita belum menang." Keh-sim Siauw-hiap
berusaha mengekang kesembronoan manusia sinting itu.
Put-pai-siu me lirik sekejap ke arah Keh-sim Siau-hiap.
Matanya yang liar itu tampak meredup, suatu tanda kalau
kata-kata pendekar dari Pulau Meng to itu berhasil memasuki
hatinya. Namun demikian mulutnya tetap berkata dengan
suaranya yang serak dan kasar. "Jangan khawatir, Saudara
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Kwee! Aku akan selalu menjaga diri. Tapi kesempatan ini
benar-benar sulit diketemukan, hehehe.....bertarung dengan
kura-kura Nomer Tiga di dunia persilatan!"
Selesa i berbicara Put-pai-siu Hong jin lalu mengerahkan
sinkangnya, kemudian menyalurkannya ke seluruh tubuhnya.
Keh-sim Siau-hiap menghela napas serta menggelenggelengkan kepalanya. Terpaksa dia ikut bersiap-siaga pula
untuk menjaga segala kemungkinan.
Dan pertarungan antara Put-ceng-li Lo-jin me lawan Kakek
cebol itupun semakin bertambah seru pula. Di atas perut
sampan yang sempit itu mereka mengadu ilmu dengan
dahsyatnya. Masing-masing telah mengeluarkan ilmu andalan
mereka. Dan tampaknya Put-ceng-li Lo-jin juga telah sampai
ke puncak kemampuannya. Gerakannya cepat sekali, hingga
sulit diikuti oleh mata biasa. Peluh telah membasahi seluruh
pakaiannya. "Anak Setan.....Demit..... Gendruwo! Sulit benar mengalahkan Bocah Tua ini! Bangsat! Keparat ! Kau ini
manusia atau..... Hantu! Heh! Heh! Heh!" seperti biasanya bila
Ketua Bing-kauw itu memainkan Chuo-ming-ciang mulutnya
mengoceh tak putus-putusnya. Namun kali ini suaranya
tampak serak dan kelelahan.
Sebaliknya Kakek Cebol yang tidak lain memang Bu-tek Sintong itu masih kelihatan segar dan cerah. Meskipun
keringatnya juga mengalir di tubuhnya, tapi mukanya masih
tetap segar, dan napasnyapun juga tetap teratur. Tak ada
tanda-tanda sedikitpun bahwa ia telah lelah.
"Ayoh! Keluarkan seluruh kepandaianmu! Ilmu Silatmu
sungguh hebat, aneh dan mengasyikkan, ho-ho-ho...........!
Sayang mulutmu sangat ceriwis dan tak mau berhenti
mengoceh!" Bu-tek Sin-tong tertawa nyaring. Tubuhnya yang
pendek kecil itu bergerak cepat sekali, tanpa banyak
menggerakkan kaki dan tangannya seolah-olah dia bisa
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menghilang dan berpindah tempat begitu saja. Otomatis
Chuo-ming-ciang yang ampuh itu tak berdaya menangkapnya.
Sekali lagi Keh-sim Siau hiap menarik napas panjang.
"Bukan main! Gin-kangnya telah mencapai kesempurnaannya.
Tubuhnya benar-benar telah menjadi seringan kapas,
sehingga hembusan angin yang amat kecilpun sudah bisa
menerbangkan tubuhnya. Hmmm..... semakin kuat Put-ceng-li
Lo-Jin mengerahkan lwee-kangnya, orang itu menjadi semakin
sulit ditangkapnya."
Demikianlah, semakin lama pertempuran itu menjadi
semakin kelihatan hasilnya. Put-ceng-li Lo-jin semakin tampak
kelelahan. Semakin kuat ia mengerahkan tenaganya, semakin
sulit ia menyentuh lawannya.
"Anak Setan! Babi! Anjing......!"
Ketua Bing-kauw itu mengumpat tiada habisnya.
"Su-siok, jangan putus-asa! Biarlah kita keroyok bersama
Kura-kura Kerdil ini....... !" akhirnya Put-pai-siu Hong-jin
berseru dan terjun ke dalam pertempuran. Manusia Sinting
inipun lantas mengeluarkan Chuo-mo-ciangnya pula. "Bulat
panjang bentuknya! Tak berbulu kulitnya! Binatang apa itu! He
heh-heh.......!" mulutnya mulai berceloteh.
Bu-tek Sin-tong tidak menjadi marah dikeroyok dua,
sebaliknya kakek cebol itu menjadi senang malah. Meskipun
dengan demikian ia menjadi bertambah repot menghadapi
lawannya, namun dengan gin-kangnya yang hebat itu
tubuhnya tetap sukar disentuh oleh tangan-tangan lawannya.
Sedangkan Put-ceng-li Lo-jin sendiri ternyata juga tidak
merasa berkeberatan dibantu oleh keponakan muridnya.
Malahan mereka berdua segera dapat bekerja sama dengan
baik. Walaupun kerja-sama mereka itu ternyata masih juga
belum dapat membendung gin-kang Bu-tek Sin-tong yang
sangat hebat tersebut. Meskipun demikian, kerja-sama itu
paling tidak bisa menahan desakan Kakek Cebol itu terhadap
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Put ceng li Lo-jin. Alhasil pertempuran mereka itu benar-benar
dahsyat tiada terkira. Di satu pihak, dengan gin-kangnya yang
amat tinggi Bu-tek Sin-tong tak bisa disentuh oleh Put-ceng-Ii
Lo-jin dan Put-pai-siu Hong-jin. Tapi di lain pihak, Bu-tek Sintong juga tak kuasa menembus benteng pertahanan dan
kerjasama yang rapi dari kedua lawannya.
Justru Keh-sim Siau-hiap lah yang akhirnya menjadi tidak
sabar melihat pertempuran tersebut. Pendekar itu sungguh
tidak mengerti, mengapa Ketua Bing-kauw itu belum bisa
melihat juga letak rahasia kehebatan gin-kang lawannya"
Haruskah dia ikut terjun juga ke dalam arena pertempuran
itu" "Kalau diteruskan, lambat-laun Bing Kauw-cu akan
kehabisan napas juga. Mereka berdua mati-matian mengerahkan seluruh kemampuan mereka, sementara Bu-tek
Sin-tong cuma menghindar kesana-kemari membonceng angin
pukulan mereka. Ahh.......!"
Agaknya sambil bertempur Bu-tek Sin-tong masih sempat
melihat-lihat keadaan di sekelilingnya. Terbukti ia sempat
melihat juga wajah Keh-sim Siau-hiap yang sedang geram dan
penasaran itu. Dan agaknya ia sangat percaya dan yakin pula
bahwa dia tentu akan bisa menundukkan lawan-lawannya itu,
buktinya dengan suara lantang ia masih berani menantang
kepada Keh-sim Siau-hiap.
"Hei, kenapa temanmu itu tidak mau sekalian saja
mengeroyok aku" Tampaknya dia juga berminat pula untuk
berkelahi melawan aku......! Hei......kau! Majulah sekalian kau
ke sini!" "Lo-cian-pwe menantang saya?" Keh sim Siau-hiap purapura bertanya, padahal hatinya bersorak gembira menerima
tantangan tersebut. "Ya! Ayolah! Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk
melayani kalian satu-persatu! Majulah.......!"
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Wah.....lo-cian-pwe ini suka benar bergurau. Melawan Bing
Kauw-cu saja belum tentu menang, kini masih menantang
yang lain lagi." Keh-sim Siau hiap yang merasa sungkan
kepada Ketua Aliran Bing-kauw itu pura-pura menolak.
Namun di luar dugaan, Put-ceng-li Lo-jin justru berteriak ke
arah Pendekar dari Pulau Meng-to tersebut. "Saudara Kwee,
majulah! Marilah kita lumatkan Bocah Tua yang sombong ini!"
Ternyata biarpun dia seorang tua sebuah aliran yang sangat
ternama, namun sesuai dengan gelarnya, Put-ceng li Lo-jin
benar-benar tidak peduli akan nama dan kedudukannya
sebagai tokoh yang dihormati orang. Sama sekali dia tak
merasa malu mengajak orang untuk mengeroyok lawannya.
Tentu saja ajakan tersebut sangat menggembirakan hati
Keh-sim Siau-hiap. Apalagi pendekar itu merasa bisa
mengatasi kedahsyatan gin-kang lawannya. Maka tanpa
diminta sekali lagi pendekar itu me loncat ke dalam arena
pertempuran. Dan loncatannya yang cepat dan gesit tanpa mengeluarkan
suara itu, ternyata sangat mengejutkan lawannya. "Hei, ginkangmu hebat sekali! Siapa.... siapa sebenarnya kalian ini"
Tadi kudengar kau menyebut orang-tua itu dengan Bing kaucu. Sekarang kulihat kau....... eh, tahan dulu!" dalam
kekagetannya Bu-tek Sin-tong berteriak. Keh-sim Siau-hiap
menurut dan menghentikan serangannya. Sambil tersenyum
dia menjawab,"Lo-cian-pwe, ketahuilah?"! Orang tua yang
berhadapan dengan lo-cian-pwe itu adalah Put-ceng-li Lo-jin,
ketua aliran Bing-kauw yang besar. Sementara yang berada
disampingnya itu adalah Put-pai-siu Hong jin, keponakan
muridnya. Sedangkan aku sendiri cuma seorang pemalas yang
tinggal di Pulau Meng-to."
"Heh......?" Bu-tek Sin-tong terpekik dan membelalakan
matanya. "Jadi.... kalian ini tokoh-tokoh yang dikagumi orang
itu" Wah......celaka! Tak kusangka kalian bisa berkumpul
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menjadi satu di sini! Kalau begini....... rasa rasanya aku bisa
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kalah nanti........."
"Hmm, jadi lo-cian-pwe bersedia menghentikan perkelahian
kita ini" Bagus!" Keh-sim Siau-hiap tersenyum semakin lebar.
Tapi Bu-tek Sin-tong cepat menggoyang-goyangkan
tangannya. "Eeit, nanti dulu! Jangan tergesa-gesa mengambil
kesimpulan! Pertempuran kita tetap harus dilanjutkan. Tidak
boleh berhenti sebelum salah satu mengakui kalah. Aku tadi
cuma agak merasa kaget karena tidak menyangka kalau akan
berkelahi dengan tokoh-tokoh ternama di tempat seperti ini.
Namun demikian tidak berarti aku lantas takut kepada kalian.
Tidak ! aku justru sangat gembira sekali, karena hal itu berarti
bahwa aku akan mendapatkan lawan-lawan yang bermutu,
hehehe.....! Ketahuilah, selama ini aku belum pernah
menjumpai orang yang bisa mengalahkanku. Maka jika kalian
nanti bisa menundukkan, aku akan memberikan sebuah
hadiah kepada kalian masing-masing......"
"Apa....." Kura-kura Kerdil tak tahu diri! Lihat serangan!"
Put-pai-siu Hong-jin berteriak marah, kemudian menyerang
lawannya. Bing Kau-cu pun segera ikut menyerang pula.
"Heh-hehe-he, bangsat cebol! Kau sungguh congkak
sekali!" umpatnya. Tapi dengan tangkas Bu-tek Sin-tong me layang ke perahu
besar Souw Thian Hai, dan mendarat di depan Ho Pek Lian.
Dengan tenangnya Kakek Cebol itu menuding kearah Ho Pek
Lian dan Put-ming mo. "Nah, engkau berdua pun majulah
pula!" tantangnya. "Hmmmh. Kakek Cebol ini memang terlalu sombong!" Kehsim Siau-hiap yang merasa khawatir lawannya itu akan
mengganggu isterinya cepat mengejarnya. Tangannya
memukul punggung kakek itu. "Biar kulayani dia. Akan kulihat,
macam apa gin-kangnya itu." gumamnya di dalam hati.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Put-ceng-li Lo-jin dan Put-pai-siu Hong-jin juga tidak mau
ketinggalan pula. Kedua orang itu segera melesat mengejar
lawannya. Masing-masing segera mengirimkan pukulannya
juga. Maka sekejap kemudian Bu-tek Sin-tong itupun telah
dikepung oleh lima orang tokoh berkepandaian tinggi. Meski
pun buritan perahu Souw Thian Hai tersebut sangat sempit,
namun karena gin-kang mereka amat tinggi maka hal itu
tidaklah mengganggu gerakan atau sepak terjang mereka.
Mereka bergulat dan bertempur dalam tempo yang sangat
cepat serta dalam jarak yang amat dekat, sehingga tubuh
mereka berkelebatan seperti rombongan lebah yang sedang
berebut mangsa di udara. Mula-mula Kakek Cebol itu memang selalu berhasil
meloloskan diri dengan caranya tadi. Tapi dengan adanya Keh
sim Siau-hiap diantara pengeroyoknya, maka akhirnya dia tak
bisa terus-menerus menghindari serangan mereka. Ternyata
gin-kang Keh-sim Siau-hiap juga sama baiknya dengan dirinya,
sehingga kemanapun dia pergi, pendekar muda dari Pulau
Meng-to itu selalu dapat menempelnya. Malahan ketika
lawannya itu mulai mempergunakan siasat dan kecerdikannya
dalam menyerang, dia menjadi kalang kabut dan terdesak di
bawah angin. Selain menempel terus, Keh-sim Siau-hiap juga menyerang
dengan kaki dan tangannya. Namun untuk menjaga agar
lawannya tidak mengambil keuntungan dengan cara
membonceng hembusan angin pukulannya, maka Keh-sim
Siau-hiap sengaja tidak mengisinya dengan tenaga dalam.
Baru setelah serangannya menyentuh pakaian atau kulit
lawannya, pendekar muda itu melepaskan tenaga-dalamnya.
Dan hasilnya memang sangat menggembirakan. Serangan
tersebut dengan tepat mengenai sasarannya.
Untunglah ilmu kepandaian Bu-tek Sin-tong benar-benar
telah mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga semua
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
serangan Keh-sim Siau-hiap yang mengenai tubuhnya itu
masih bisa ditahannya. Apalagi dengan caranya tersebut Kehsim Siau-hiap tidak bisa mengerahkan seluruh lwee-kangnya.
Meskipun demikian cara itu ternyata telah menyadarkan pula
kepada para pengeroyoknya yang lain. Sehingga ketika
mereka itu ikut menyerang seperti Keh-sim Siau-hiap, dia
menjadi semakin kelabakan dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Wah........licik! Kurang ajar! Kenapa kalian menyerang aku
seperti ini" Ayoh, kalian pergunakan lweekang kalian secara
baik!" Kakek Cebol berteriak penasaran.
"Jangan cerewet kau, Kura-kura kecil! Menghindarlah lagi
kalau bisa,heh-he-heh......!" Put-pai-siu Hong-jin yang
beberapa kali dapat mengenai tubuh lawannya itu menjadi
gembira sekali. "Licik! Busuk! Awas kalian......" Bu-tek Sin-tong menjeritjerit, kemudian secara tiba-tiba tubuhnya terjun ke dalam
danau dan?"..menghilang.
"Hei! Hei! Pengecut?".! Kenapa kau melarikan diri"
Bagaimana dengan hadiah yang hendak kauberikan kepada
kami itu?" Put-pai-siu Hong-jin mengejar sampai di tepi
perahu dan berseru. "Tidak ada hadiah! Kalian licik ! Huh!" tiba-tiba terdengar
jawaban tanpa terlihat orangnya.
Put-ceng-li Lo-jin tertawa. Demikian juga dengan Keh-sim
Siau-hiap dan Put-ceng-li Lo-jin. Mereka sangat puas
meskipun di dalam hati memuji kesaktian Kakek kerdil yang
luar biasa itu. Dhuuuuuuaaaaar! Tiba-tiba terdengar suara ledakan dahsyat dan perahu
tersebut bergoncang dengan hebatnya. Bilik perahu yang
memisahkan bagian depan dan bagian belakang perahu itu
sampai terguncang roboh, sementara atapnya terbang
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
berhamburan diterjang angina yang dihembuskan oleh
ledakan tersebut. Permukaan air danau itupun bergelombang
pula dengan kuatnya, sehingga beberapa buah sampan yang
berada di dekat perahu itu bagaikan dilemparkan oleh sebuah
tenaga raksasa, untuk kemudian saling menjadi satu sama lain
dan tenggelam karenanya. "Hai-ko"..!" tiba-tiba terdengar pula suara teriakan Chu
Bwee Hong. Orang-orang yang baru saja bertempur dengan Bu-tek Sintong itu terkejut. Bergegas mereka menepiskan serpihanserpihan kayu yang beterbangan ke arah mereka, kemudian
meloncat ke geladak depan.
Namun hamper saja mereka tercebur ke dalam danau,
karena bagian depan dari perahu tersebut ternyata telah
hancur, sehingga kaki mereka telah mendarat di bagian yang
kosong. Untunglah mereka memiliki gin-kang yang tinggi,
sehingga dengan segala kemahiran mereka, mereka bisa
menyelamatkan diri mereka masing-masing. Mereka berloncatan ke atas pecahan-pecahan kayu yang mengambang di atas permukaan air untuk kemudian
melompat ke atas sampan atau perahu yang terdekat dengan
mereka. Dan mereka segera tertegun ketika menyaksikan Hong-gihiap Souw Thian Hai duduk di atas pecahan perahu sambil
mendekap dadanya. Sedangkan Chu Bwee Hong sambil
menggendong anaknya, merangkulnya dari belakang. Wanita
ayu itu tampak cemas sekali.
Keh-sim Siau-hiap dan yang lain-lain bergegas menghampiri
mereka. Mereka berloncatan kembali di atas pecahan pecahan
kayu, sementara Ho Pek Lian yang telah mengambil
perahunya segera mengayuhnya pula ke arah mereka.
"Saudara Souw, ada apa........?" Keh-sim Siau-hiap berseru
cemas. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Bangsat! Apakah engkau terluka....?" Put-ceng-li Lo-jin
bertanya pula. Souw Thian Hai menatap sahabat-sahabatnya. Wajahnya
tampak pucat sekali meskipun demikian mulutnya tampak
tersenyum. "Hei?".dimanakah kedua anak muda itu" Dan .....apakah
sebenarnya yang telah terjadi?" Put-pai-siu Hong-jin berteriak
seraya menoleh kesana kemari.
"Me....... mereka telah pergi. Seorang kakek bernama Giokbin Tok-ong tiba-tiba datang menolong putera Tung hai-tiauw
itu. Kakek itu bertempur dengan Hai-ko. Kemudian ketika ia
hampir kalah, kakek itu melemparkan senjata peledaknya. Dan
Hai-ko.......hai ko ohh!" Chu Bwee Hong tidak bisa
meneruskan kata-katanya. Tapi dengan penuh kasih Souw Thian Hai menepuk-nepuk
pundak isterinya. "Jangan menangis! Aku tidak apa-apa. aku
hanya sedikit terluka dalam. Nanti juga akan sembuh. Hmm".
Kau dan anak kita tidak apa-apa, bukan?"
Chu Bwee Hong menatap suaminya. Ia meragukan katakata itu. Suaminya tentu hanya ingin menghibur hatinya saja.
Oleh karena itu air matanya tetap saja mengalir membasahi
pipinya. "Hmm..... Giok-bin Tok-ong! Dia pun telah datang pula ke
tempat ini," Keh-sim Siau-hiap bergumam perlahan.
"Saudara Kwee, kudengar kalian tadi juga bertempur
dengan seseorang, siapakah dia?" Souw Thian Hai bertanya
seraya bangkit berdiri di atas pecahan perahu itu. Chu Bwee
Hong segera membantunya. Pendekar dari Pulau Meng-to itu menarik napas panjang.
"Tampaknya tokoh-tokoh sakti yang tercantum di dalam Buku
Rahasia itu memang benar-benar ada. Dan kalau semula aku
agak meragukan kesaktiannya, kini aku benar-benar mulai
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
percaya. Kami berlima tadi baru saja bertempur dengan salah
seorang dari mereka. Orang itu adalah Bu-tek Sin-tong, tokoh
yang pernah kauceritakan dulu itu. Dan......kami berlima
hampir saja tak kuasa menahan amukannya!"
"Ah.....dia juga datang?" Souw Thian Hai tersentak kaget.
"Benar......" "Manusia sesakti dia masih juga menginginkan Ceng-liongong?" "Mengapa tidak" Saudara Souw pun juga berada di sini.
Tiga orang dari tokoh tokoh yang tertulis di dalam Buku
Rahasia itu ternyata telah muncul di Tai Ouw ini........" Kehsim Siauhiap menjawab dengan tersenyum.
"Ah....... Saudara Kwee masih juga mengolok-olok aku. Apa
sebenarnya kebiasaanku" Saudara Kwee bisa melihat sendiri
sekarang. Aku telah dilukai orang dengan mudah." Souw
Thian Hai bersungut-sungut.
"Tentu saja, karena yang melukai adalah Giok-bin T ok-ong,
tokoh nomer empat di dalam Buku Rahasia itu......"
"Ah, ko-ko.... kenapa kalian masih sempat berdebat pula"
Lihatlah, wajah Saudara Souw sangat pucat! Marilah dia kita
bawa dahulu ke perahu kita untuk diobati!" tiba-tiba Ho Pek
Lian menengahi percakapan mereka.
Demikianlah, mereka lalu beramai-ramai membawa Honggi-hiap Souw T hian Hai ke atas perahu Keh-sim Siau-hiap. Dan
ketika perahu tersebut dikayuh pergi, para penonton pun lalu
bubar pula. Masing-masing mengayuh sampan atau perahu
mereka meninggalkan tempat itu. Sehingga sebentar
kemudian danau yang amat luas itu menjadi sepi kembali
seperti biasanya. Hanya di beberapa tempat terlihat perahuperahu nelayan yang sedang mencari ikan. Dan mereka tak
pernah berpikir tentang Ceng-liong yang diributkan orang itu.
(Oo-dwkz-hen-oO) Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Sebenarnya Tui Lan belum juga meninggalkan Danau Tai
Ouw itu. Begitu lolos dari perhatian orang-orang di atas
perahu besar itu, dia segera mengerahkan gin-kangnya, dan
diam-diam pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun
karena ia masih selalu memikirkan nasib suaminya, maka ia
tak berhasrat meninggalkan danau itu. Sampai matahari
benar-benar keluar dari peraduannya ia tetap berputar-putar
saja di sekitar danau itu. Dan Ho Pek Lian yang mencoba
membuntutinya telah kehilangan jalan.
Namun karena dia terlampau lelah setelah bertempur
semalaman, apalagi selama di dalam gua itu ia kurang makan,
ditambah pula dengan gangguan kesehatannya, maka tidaklah
mengherankan bila daya tahan tubuh Tui Lan semakin lama
semakin menurun. Biarpun berkepandaian tinggi, tapi dia
tetap seorang manusia juga. Setelah berputar-putar hampir
seharian penuh, akhirnya Tui Lan jatuh pingsan. Rasa sakit di
dalam kandungannya itu kambuh kembali dengan hebatnya.
Untung dia pingsan. Sementara itu matahari telah jauh condong ke barat.
Sinarnya yang panas sudah mulai memudar, sehingga hutan
cemara itu sudah mulai redup pula. Sebaliknya angin sore
justru mulai berhembus semakin kencang. Bertiup di antara
rimbunnya daun-daun cemara yaug berwarna kecoklatcoklatan, dan merontokkan sebagian yang telah mengering ke
atas tanah. Seorang kakek tua renta tampak berjalan perlahan-lahan
melewati tempat itu. Di atas pundaknya yang bungkuk terletak
seikat besar ranting-ranting kayu cemara yang telah kering.
Meskipun kelihatan sangat berat, namun mulut kakek itu
masih sempat bersenandung. Suaranya bening dan tak
kelihatan terengah-engah ketika mengambil napas. Langkahnya tampak mantap, walaupun harus berjalan atau
melompat di tempat yang tidak rata.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Namun senandungnya segera
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terhenti tatkala pandangannya terbentur pada tubuh Tui Lan yang tergolek
pingsan di bawah pohon cemara itu. Bergegas kakek itu
membuang kayunya dan cepat-cepat menghampiri Tui Lan.
Dengan tangkas, seperti layaknya seorang tabib pandai,
tangannya memeriksa tubuh wanita muda tersebut. Dan
hatinya segera menjadi kaget begitu mengetahui keadaan Tui
Lan. "Dia sedang hamil tua. Dan.......kini ia pingsan karena
terlampau lelah. Agaknya dia telah berbuat sesuatu yang
melampaui batas-batas kemampuannya. Ooh.. lehernya ada
bekas luka. Tampaknya dia baru saja berkelahi dengan
musuh-musuhnya. Hmm.....mungkinkah dia ikut dalam
pertempuran seru di atas Tai Ouw tadi malam?"
Kakek tua itu lalu mengangkat tubuh Tui Lan dan
membawanya pulang. Kayu yang dibawanya tadi dibiarkannya
saja di tempat itu. Dan tubuh Tui Lan yang hamil besar itu
ternyata tidak menyulitkan langkahnya. Malah beberapa saat
kemudian kakinya berlari cepat sekali.
Kakek itu menerobos hutan perdu yang menutupi tepian
Danau Tai Ouw bagian timur. Tempat tersebut hampir tak
pernah diinjak orang karena tanahnya yang terjal dan sulit
dilalui manusia. Kemudian di tengah-tengah hutan tersebut, di
tanah yang agak lapang namun terlindung dari pandangan
orang karena dikelilingi oleh tebing-tebing curam kakek itu
berhenti. Matanya memandang rumah kecil yang dibangun di
sana dengan ragu-ragu. Tapi sekejap kemudian kakek itu
melangkah kembali menuju ke rumah tersebut.
Kakek itu lalu mengetuk pintu. "Masuklah, Kakek Hoat!
Pintu tidak terkunci......" terdengar suara lelaki mempersilakannya. Suara yang sangat tenang dan sabar.
Kakek tua itu lalu mendorong pintu dan melangkah masuk.
Namun langkahnya segera terhenti tatkala dilihatnya si Pemilik
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Rumah sedang menerima tamu, seorang gadis ayu berlengan
satu. Sebaliknya si Pemilik Rumah yang berusia sekitar tigapuluh
lima tahunan itu cepat bangkit pula dari kursinya begitu
menyaksikan kakek Hoat masuk membawa tubuh Tui Lan
yang pingsan tersebut. Isteri si Pemilik Rumah, yang cantik
dan jauh lebih muda dari pada suaminya, kelihatan kaget pula.
Hanya gadis berlengan satu itu saja yang tampak acuh tak
acuh dan masih tetap duduk di tempatnya.
"Hei, Lo Hoat (Kakek Hoat)! Siapakah yang kaubawa itu?"
si Pemilik Rumah itu bertanya.
"Kenapa dia" Apakah dia sakit?" isterinya menyambung.
Kakek Hoat itu menarik napas panjang. Dipandangnya
suami isteri yang masih muda itu beberapa saat lamanya. Dia
sangat mengenal mereka, karena ia sering membantu
membawakan keperluan mereka sehari-hari. Termasuk kayu
bakar yang dibuangnya tadi. Dan dia juga sering membantu
menjualkan ramuan obat obatan yang dibuat oleh suami isteri
itu ke kota. Dan sebenarnya dia amat segan mengganggu
ketenangan mereka, karena ia tahu bahwa tinggalnya mereka
di tempat yang sepi dan terasing ini karena mereka sengaja
menyepi dan mengasingkan diri dari dunia ramai. Mereka tak
ingin dikenal dan bertempat tinggal di kota atau di dusun yang
banyak orangnya. "Lo Hoat, kenapa kau diam saja" Apakah kau merasa segan
terhadap tamuku ini" Ah, jangan begitu. Dia masih
keponakanku sendiri. Dia adalah puteri sahabat dekatku....kau
tentu mengenal nama besar ayahnya, karena ayahnya adalah
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang tersohor itu." Si Pemilik
Rumah itu mendesak lagi. "Ah......siok-hu (paman)! Mengapa nama ayah harus
dibawa-bawa kemari?" gadis ayu berlengan satu itu
bersungut-sungut tidak senang.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
Si Pemilik Rumah itu tersenyum. "Hmm.... aku hanya ingin
memperkenalkan dirimu kepadanya, agar dia mempercayaimu.
Bukankah begitu, Eng-moi" katanya seraya menoleh ke arah
isterinya. Wanita cantik itu mengangguk sambil tersenyum pula,
sehingga kakek Hoat itu menjadi hilang juga rasa kikuknya.
Dengan hati lega kakek tua itu lalu meletakkan tubuh Tui Lan
yang lemas tersebut di atas bangku. Kemudian katanya
kepada si pemilik rumah itu, "Tuan Chu, saya menemukan
wanita muda ini di hutan cemara itu. Kulihat dia dalam
keadaan pingsan di atas tanah. Lehernya ada bekas luka yang
telah diobati. Tapi aku sangat mengkhawatirkannya, karena
dia........ dia....."
Kakek itu tak bisa melanjutkan ceritanya. Dia hanya
menunjuk ke arah perut Tui Lan yang besar dan kemudian
mengawasi darah yang merembes keluar dari bagian bawah
perut wanita yang ditolongnya itu.
Si pem ilik rumah yang dipanggil dengan sebutan Tuan Chu
itu cepat menghampiri bangku itu. Dia juga menjadi kaget
begitu menyaksikan keadaan Tui Lan.
"Baik! Lian Cu, tolonglah aku...!" isterinya menjawab seraya
menarik lengan gadis bertangan tunggal itu.
Setelah isterinya itu masuk ke ruang dalam, maka si Pemilik
Rumah tersebut lalu berkata kepada Kakek Hoat,"Lo Hoat,
marilah kita angkat wanita muda ini ke dalam! Hati-hatilah!
Tampaknya ia hendak melahirkan. Keadaannya sangat
mencemaskan." Kakek Hoat mengangguk-anggukkan kepalanya, sehingga
rambutnya yang putih mengkilap itu melambai-lambai ke
kanan dan ke kiri. Untuk pertama kalinya mulutnya yang
sudah ompong tak bergigi lagi itu tersenyum.
"Kalau begitu sungguh beruntung dia, karena te lah kubawa
ke dalam perawatan seorang tabib nomer satu di dunia."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
desahnya dengan nada bersyukur. Lalu "......Biarpun mulamula aku merasa ragu-ragu juga untuk membawanya ke sini."
"Nah, kau telah melupakan pesanku lagi!" hardik si Pemilik
Rumah perlahan. "Habis, apa yang mesti kukatakan" Siapa lagi di dunia ini
yang memiliki ilmu pengobatan nomer satu selain anak murid
keturunan Bu-eng Sin-yok-ong" Padahal satu-satunya pewaris
beliau hanyalah Tuan Chu Seng Kun seorang, Siapa lagi?"
kakek Hoat membantah. "Ya. Tapi.....bukankah kau sudah kupesan untuk tidak
mengungkit-ungkit lagi hal itu" Aku diam di tempat ini untuk
menyepi dan mengasingkan diri. Aku sudah bosan berurusan
dengan orang orang persilatan seperti halnya kakek-guruku
itu." "Maaf, Tuan Chu. Bukankah di sini tidak ada orang lain
yang mendengarkan kata-kataku tadi?"
"Ah....... sudahlah ! Kau memang sulit diajak bicara." Chu
Seng Kun si Pemilik Rumah itu memotong gemas. "Nah
marilah kita angkat dia !"
Kakek Hoat tertawa kecil. "Terima kasih. Tuan Chu.''
ujarnya. Di dalam kamar pengobatan telah dipersiapkan oleh isteri
Chu Seng Kun. Setelah membaringkan tubuh Tui Lan diatas
tempat tidur, tabib muda itu lalu menyuruh Souw Lian Cu dan
kakek Hoat keluar. "Biarlah aku dan Siok Eng saja yang memeriksanya. Hanya
tolong kau s iapkan air hangat di tempayan, Lo Hoat! Maaf Lian
Cu, kami terpaksa menelantarkan kau." katanya sambil
menyeka keringat yang mulai mengalir di dahinya.
Setelah Souw Lian Cu dan kakek Hoat keluar, Kwa Siok Eng
mendekati suaminya. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Kau kelihatan tegang sekali, Kun-ko. Apakah ada yang tak
beres dengan wanita muda ini?"
Sambil bergegas mempersiapkan peralatannya Chu Seng
Kun mengangguk. "Tadi sudah kuperiksa barang sedikit
keadaan tubuhnya. Tampaknya belum saatnya dia melahirkan.
Namun darahnya sudah mulai keluar. Aku ?".aku takut"..ah,
marilah kita periksa dia. Tanggalkan semua pakaiannya!"
jawabnya cemas. "Baik! Eh.....! Di bawah pakaiannya ia mengenakan baju
kulit ular !'' tiba-tiba Kwa Siok Eng menjerit kecil.
Sekejap Chu Seng Kun juga kaget. Namun dengan cepat ia
menjadi sadar kembali. "Sudahlah! Jangan hiraukan itu! Kita
harus cepat-cepat mengurusnya!"
Demikianlah, sementara Chu Seng Kun dan isterinya sibuk
mengurusi T ui Lan, Souw Lian Cu dan Lo Hoat juga sibuk pula
menjerang air di dapur. Dan kesempatan itu ternyata juga
mereka pergunakan untuk saling mengenal lebih lanjut.
"Apakah nona ini benar-benar keponakan Tuan Chu"
Mengapa selama ini aku tidak pernah melihat nona" Sudah
lebih dari tiga tahun aku membantu Tuan Chu disini."
Souw Lian Cu menggerakkan kepalanya, sehingga
segumpal rambut yang menutupi dahinya tersibak ke samping.
Matanya yang bulat lebar itu menatap wajah kakek Hoat. Bibir
mungil yang tak pernah terbuka itu tiba-tiba tersenyum. Manis
sekali, sehingga kakek Hoat yang telah tua renta itupun masih
tetap menggeleng-gelengkan kepalanya. Belum pernah
rasanya selama ini ia menyaksikan seorang gadis sedemikian
cantiknya. "Aku memang keponakannya, Kek. Adik perempuan dari
paman Chu itu adalah ibu tiriku." Gadis ayu itu menjawab.
"Hei" Tuan Chu itu masih mempunyai seorang saudara
perempuan" Dan saudara perempuannya itu sekarang telah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
menjadi ibu tiri nona" Lalu dimanakah ibu nona sendiri"
Apakah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu mempunyai dua
isteri?" Lagi-lagi Souw Lian Cu tersenyum. "Tidak. Ayahku hanya
mempunyai seorang isteri saja. Ibuku telah meninggal
puluhan tahun yang lalu, ketika aku masih berusia dua tahun."
"Ooooh?"!" kakek Hoat berdesah, kemudian terdiam.
"Lalu". Siapakah kau ini sebenarnya, Kek" Kulihat engkau
memiliki keanehan tersendiri. Tak mungkin kau cuma seorang
pembantu seperti yang dikatakan oleh Cici Siok Eng tadi."
"Hei" Apakah anehnya orang seperti aku ini" Aku memang
pembantu dari Tuan chu......" Kakek Hoat menjawab cepat.
"Kek, kau jangan berbohong kepadaku. Bukankah aku juga
sudah menjawab semua pertanyaanmu dengan baik?"
Kakek tua itu menjadi merah wajahnya. "Ah, kau benar,
nona..... Apakah perlunya orang tua seperti aku ini masih juga
bersembunyi dari kenyataan ?" katanya seraya menarik napas
panjang. "Dengarlah! Dahulu aku adalah seorang pengawal
rahasia Kaisar Chin Si. Karena kaisar Chin jatuh, maka aku
menjadi pelarian. Untuk me lampiaskan dendamku kepada
Kaisar Han, maka aku menjadi perampok dan membuat
kerusuhan dimana-mana. Tapi akhirnya aku tertangkap juga
oleh pasukan Kaisar Han. Aku dikepung beramai-ramai
sehingga tubuhku penuh luka. Waktu itu aku sudah tidak
mempunyai harapan lagi untuk hidup. Tapi ternyata Thian
menentukan lain. Tuan Chu tiba-tiba menolongku. Seperti
memiliki mujijat saja aku yang sudah tiga-perempat mati itu
dihidupkannya kembali. Aku menjadi sadar akan kekeliruanku.
Aku lantas bertekad untuk menebusnya. Aku membantu T uan
Chu mengamalkan kepandaiannya mengobati orang-orang
yang membutuhkan pertolongannya. Kadang-kadang aku juga
ikut menjuaIkan atau membagi-bagikan obat-obatan hasil
ramuannya ke tempat-tempat yang membutuhkan."
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ah, kalau begitu kepandaian silat kakek tentu hebat sekali.
Kudengar para pengawal mendiang Kaisar Chin memiliki
kesaktian yang tinggi, seperti misalnya..... mendiang Hekmou-sai Wan It dan Siang-houw Nio-nio."
Tiba-tiba Lo Hoat tertawa terkekeh-kekeh. "Ah! Nona
sungguh membuatku malu saja. Kalau dibandingkan dengan
keroco-keroco jalanan, ilmuku memang boleh dibilang tinggi.
Tapi kalau dibandingkan dengan ilmu keluarga Souw,
wah......rasanya tubuhku yang tua ini harus membantingtulang seribu tahun lagi untuk belajar silat, eh~eh-eh-eh"."
"Ah, Kakek ini bisa saja.. .. "
"Tapi eh, .. .. . omong-omong, kenapa nona sendiri saja
kemari" Di manakah ayahmu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
itu" Apakah beliau tidak ikut datang ke s ini?" tiba-tiba Lo Hoat
menghentikan tawanya dan bertanya serius.
Tak terduga pertanyaan Lo Hoat itu justru membuat pudar
kegembiraan Souw Lian Cu. Wajah yang ayu itu tiba-tiba
menjadi gelap. Suasana mendadak menjadi kaku. Gadis itu tak
menjawab untuk beberapa saat lamanya.
Tentu saja keadaan itu membuat heran hati Lo Hoat.
Dengan pandang mata bingung orang tua itu mengawasi
Souw Lian Cu. "Nona Souw, kenapa tiba-tiba kau terdiam" Apakah ada
sesuatu yang salah?" desaknya cemas.
Souw Lian Cu tersentak kaget, lalu menghela napas
panjang sekali. "Ah, maaf aku tidak apa-apa. Aku memang
datang sendirian ke s ini, karena aku mengunjungi Paman Chu
bukan sebagai wakil dari keluarga Souw, tapi sebagai utusan
Ban-hoat Sian-seng (Pelajar Selaksa Ilmu atau Pelajar Serba
Bisa) yang berdiam di Puncak Hoa-san."
Sebaliknya kini ganti Lo Hoat yang menjadi kaget
mendengar ucapan Souw Lian Cu tersebut.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Ban-hoat Sian-seng dari Puncak Hoa-san" Nona Souw, aku
pernah mendengar tentang adanya seorang tokoh sakti di
Puncak Gunung Hoa-san, yang memiliki sebuah buku yang
disebut Buku Rahasia. Khabarnya tokoh sakti itu juga disebutsebut sebagai Tokoh Nomer Satu di dunia persilatan dewasa
ini. Hmm"..apakah beliau itu yang kausebutkan sebagai Banhoat Sian-seng tadi?" Souw Lian Cu menatap Lo Hoat lekat
lekat, kemudian mengangguk. "Benar. Memang beliaulah
pemilik dari buku Rahasia itu. Dan...... kedatanganku kemari
ini juga berkenaan dengan buku tersebut. Sebab buku itu
Memburu Iblis Lanjutan Pendekar Penyebar Maut Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah hilang beberapa tahun yang lalu."
"Oh, jadi buku itu telah dicuri orang" Wah, hebat benar
orang yang mencurinya. Tapi......... mengapa engkau yang
diutus untuk melacak buku itu" Ada hubungan apa antara
keluarga Souw dengan Ban-hoat Sian-seng?"
Wajah Souw Lian Cu yang semula menjadi gelap itu tibatiba menjadi terang kembali. "Ban-hoat Sian-seng adalah
guruku. Dan kedatanganku kemari bukan untuk melacak Buku
Rahasia itu. Hmm, kakek ini main tebak sekenanya saja ....."
katanya sambil tersenyum.
"Oooooooh.....I" Lo Hoat tersipu-sipu.
Lo Hoat melirik sekejap ke arah Souw Lian Cu. Hatinya
terasa belum puas. Masih banyak pertanyaan yang tersimpan
di dalamnya, namun ia merasa segan untuk mengeluarkannya.
Ia takut dikira terlalu mencampuri urusan orang. "Ooo-eeeek!
Ooo-eek! Ooo-eek...!" Tiba-tiba mereka berdua dikejutkan
oleh suara tangis bayi dari kamar pengobatan. Dan bersama
itu pula a ir yang mereka jerang juga telah mendidih, keduanya
saling berpandangan dengan hati was-was.
''Lo Hoat! Mana air hangat itu" Cepat bawa kemari!"
terdengar suara Kwa Siok Eng dari dalam.
Lo Hoat bergegas membawa air mendidih itu ke dalam,
sementara Souw Lian Cu cepat menyambar tempayan berisi
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
air dingin dan mengikutinya dari belakang. Di ruang tengah
mereka berpapasan dengan Kwa Siok Eng atau Nyonya Chu
yang menggendong orok yang masih baru dan berlepotan
darah segar. Orok yang masih saja menangis keras itu diletakkannya di
atas meja kecil. "Lo Hoat" Tolong kau taruh tempayan air mendidih itu di
bawah meja, lalu buatkan campuran air hangat sedikit saja
untuk memandikan bayi ini! Dan., Lian Cu! Tolong kau ambil
lilin di almari itu dan nyalakanlah sebanyak-banyaknya,
kemudian taruhkanlah di sekitar meja ini!" Kwa Siok Eng
membagi-bagi pekerjaan dengan tergesa-gesa, sementara dia
sendiri sibuk mempersiapkan pakaian dan selimut untuk si
bayi. Sambil menyerahkan nampan kecil berisi air hangat Lo Hoat
bertanya,"Bagaimana dengan ibunya"''
"Dalam keadaan berbahaya. Kun Ko-ko sedang berusaha
sekuat tenaga untuk menyelamatkan jiwanya. Dia telah
kehilangan banyak darah, karena kandungannya ternyata
belum cukup umur. Mungkin baru tujuh bulan......."
"Lalu.........?" Lo Hoat mendesak lagi.
"Ah! Jangan banyak bicara dulu! Nanti saja! Anak ini juga
memerlukan perawatan khusus. Jiwanya tak kalah gentingnya
dengan ibunya, sebab belum saatnya dia lahir di
dunia.......Ayoh! Dekatkanlah sedikit lilin-lilin itu, agar
udaranya menjadi hangat!"
Tapi baru saja mereka bergerak, tiba-tiba dari dalam
terdengar suara Chu Seng Kun memanggil Kwa Siok Eng.
"Eng-moi, bagaimana dengan anak itu" Kalau sudah baik,
biarlah ditangani oleh Lian Cu! Kau cepat-cepatlah ke sini!
Wanita ini sudah sulit diselamatkan! Dia terlalu banyak
kehilangan darahnya! Harus diusahakan penambahan darah
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
buat dia! Cepatlah kau periksa, siapa di antara kita yang cocok
untuk menambah darahnya!"
"Oh, begitu payahkah keadaannya?" Kwa Siok Eng
berdesah cemas pula. Lalu katanya kepada Souw Lian Cu,
"Lian Cu, Tolong kaujaga anak ini baik-baik! Aku hendak
membantu Kun Ko-ko sebentar. Awas! Jangan sampai lengah!
Lilin-lilin ini tidak boleh mati. Tidak boleh terlalu dekat, tapi
juga jangan terlalu jauh. Setelah sepeminuman teh nanti
tempayan air mendidih di bawah meja itu boleh disingkirkan !"
Kwa Siok Eng lalu berlari ke ruang pengobatan. Namun
baru tiga langkah ia berjalan, tiba-tiba sudah berbalik kembali.
"Oh, ya.....bolehkah aku mengambil sedikit saja darahmu"
Dan......kau juga, kakek Hoat! Siapa tahu di antara kalian ada
yang cocok untuk menambah darahnya?"
"Silakan!" Kakek Hoat dan Souw Lian Cu menjawab hampir
berbareng. Kwa Siok Eng lalu bergegas mengambil cawan kecil yang
sering ia pakai untuk meramu obat. Kemudian dengan torehan
kecil di ujung jari Souw Lian Cu dan Lo Hoat, ia mengambil
beberapa tetes darah mereka. Setelah itu ia berlari ke dalam
kamar pengobatan. Di dalam kamar ia menyaksikan suaminya
sedang mati-matian bertarung dengan maut yang hendak
merenggut jiwa Tui Lan. Dengan peluh yang bercucuran di
seluruh tubuhnya, suaminya tampak sedang mengerahkan
segala kemampuannya untuk menyelamatkan jiwa wanita
yang baru melahirkan tersebut. Dengan mengatur serta
mengendalikan tenaga saktinya, suaminya menusukkan
beberapa buah jarum emas dan perak di atas perut dan dada
wanita itu. Kwa Siok Eng lalu membuka almari obat-obatan.
Diambilnya beberapa buah botol berisi cairan-cairan bening
yang sering dipergunakan oleh suaminya kalau sedang
memeriksa jenis darah orang yang ditolongnya.
Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Inikah cairan yang harus kupergunakan untuk memeriksa
darah mereka, ko-ko?"
"Ya! Cepatlah .........!" Chu Seng Kun menjawab singkat.
Kwa Siok Eng lalu meletakkan botol-botol dan cawan-cawan
yang dipegangnya diatas meja. Kemudian sambil membawa
sebuah cawan kecil lagi ia mengambil darah Tui Lan. Wanita
muda itu masih belum sadarkan diri. Itulah sebabnya kelahiran
bayinya mengalami kesulitan dan harus dibantu oleh Chu Seng
Kun. "Ko-ko, kau dan aku juga harus diperiksa darahnya. Siapa
tahu justru darahmu atau darahku yang cocok untuk
menambah darahnya?" Siok Eng berkata kepada suaminya.
"Baik! Ambillah !"
sementara itu selagi semua penghuni rumah tersebut
sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa Tui Lan dan
anaknya, diluar rumah tampak tiga orang lelaki dan
perempuan sedang mengendap-endap mendekati rumah itu.
Mereka adalah Tung-hai Nung-jin dan dua orang keponakannya, Tiauw Li Ing dan Tiauw Kiat Su.
'"Benarkah kakek tua yang kita lihat itu masuk ke rumah
ini?" Tiauw Li Ing berbisik kepada kakaknya.
"Tentu. Akan kemana lagi" Inilah satu-satunya rumah yang
ada di tempat ini." Tiauw Kiat Su menjawab mantap.
"Hati-hatilah ! Rumah ini sangat mencurigakan. Penghuninya tentu bukan orang sembarangan. Hatiku merasa
berdebar-debar." Tung-hai Nung-Jin memperingatkan keponakannya. "Ah, paman....... Apa yang mesti kita takutkan?" Tiauw Li
Ing menggerutu. Tiraikasih Website http ://ka ngzusi.com/
"Benar, Paman. Paman tidak usah cemas. Kalau ada apaapa, serahkan saja kepada kami berdua. Tanggung beres!"
Tiauw Kiat Su menyambung perkataan adiknya.
Tung-hai Nung-jin menghela napas. "Beres" Hmmh! Kalian
ini masih tetap saja seperti dulu. Meremehkan orang lain,
sombong dan kurang perhitungan. Bagaimana kalau orang
Sepasang Garuda Putih 4 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Pedang Berkarat Pena Beraksara 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama