Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Bagian 13
"Nona Nyoo adalah tamu agung yang datang dari jauh, nah
saudara Oh, lebih baik kita kesampingkan dulu masalah
didepan mata, bagaimana kalau kita teguk beberapa cawan
arak sebagai perjamuan tanda perpisahan kita?"
"Im toako, kau sangat baik," seru Nyoo Siau-sian sambil
tersenyum manis. Oh Put Kui berkata pula sambil tertawa:
"Keramah tamahan saudara Im sungguh membuat siaute
merasa berterima kasih sekali..."
-oo0dw0oo- Im-tiong-hok telah menyiapkan dua ekor kuda jempolan
untuk Oh Put Kui dan Nyoo Siau-sian.
Bahkan diapun bersama Lim Yu kong berdua mengantar
tamunya sampai sejauh tiga puluh li lebih sebelum berpisah
dengan Oh Put Kui berdua.
Oh Put Kui yang cukup mengetahui asal usul dari Im Tiong
hok masih tidak merasakan apa-apa, sebaliknya Nyoo Siausian merasa bergembira sekali karena Oh Put Kui mempunyai
teman yang begitu akrab. Menyaksikan wajah berseri yang menghiasi wajah gadis itu,
kendatipun dalam hati kecilnya Oh Put Kui merasa amat berat,
namun akhirnya ia toh ketularan juga untuk turut gembira.
Dengan mengambil jalan yang terdekat mereka berangkat
menuju ke propinsi Soat-say.
Selama hidup baru pertama kali ini Oh Put Kui menempuh
perjalanan dengan didampingi seorang gadis, dia merasakan
suatu kegembiraan yang luar biasa disamping pula suatu
perasaan murung yang aneh dan tidak dimengerti.
Ia selalu beranggapan bahwa tidak sepantasnya ia
berhubungan dengan perempuan manapun didunia ini.
Tapi diapun merasa bahwa senyuman dari Nyoo Siau sian
dapat membuat hatinya gembira dan selalu cerah.
Padahal begitu juga keadaannya dengan Nyoo Siau-sian
sendiri. Lain halnya dengan si nona ia tidak berusaha keras untuk
mengendalikan gejolak dalam hatinya, apa yang dipikirkan
segera dilakukan olehnya tanpa canggung-canggung.
Seperti misalnya dia amat menaruh perhatian terhadap
pemuda itu, maka sebelum tidur setiap malam, dia selalu
menunggu sampai Oh Put Kui benar-benar sudah
membaringkan diri sebelum bersedia kembali ke kamar
sendiri. Sikap lemah lembut dan penuh perhatian dari nona ini,
membuat keindahan dan kelebihannya sebagai seorang nona,
tertera lebih jelas lagi didepan mata.
Kelebihan-kelebihan tersebut tentu saja semakin menggetarkan perasaan Oh Put Kui sehingga tanpa dia
sadari, ia semakin terjerumus ke dalam jaring cinta nona itu.
Pergaulan setiap hari yang begitu akrab, membuat
perbedaan dan hubungan yang semula canggung menjadi
lebih akrab dan intim. Perasaan cinta yang membarapun tumbuh dengan
hebatnya... sepanjang jalan, Nyoo Siau sian menceritakan pula kisah
permusuhannya dengan Yu-kok-cian-li Kiau Hui-hui, hal ini
membuat Oh Put Kui semakin merasa bahwa Nyoo Siau-sian
betul-betul seorang nona polos yang lincah dan amat
menawan hati. Rupanya dia hanya dikarenakan sepatah kata dari
kakaknya si pedang kilat naga perkasa Nyoo Ban-bu.
Dan nona itu ternyata bersungguh hati hendak mencari
Kiau Hui-hui dan memaksanya untuk kawin dengan kakaknya.
Benar-benar suatu peristiwa yang lucu.
Ketika Oh Put Kui selesai mendengarkan penuturan
tersebut, hampir saja ia tak sanggup berdiri karena tertawa
terpingkal pingkal. -oo0dw0oo- Hari ketujuh setelah meninggalkan Lam-cong, tibalah
mereka di kota Tin-an. Mulai dari sini, merekapun meneruskan perjalanannya
dengan menelusuri jalan gunung.
Kalau menurut kehendak Oh Put Kui, maka pada malam itu
juga dia hendak naik gunung.
Tapi Nyoo Siau-sian menolak berbuat demikian.
Atas kejadian ini, Oh Put Kui menjadi kehabisan akal, tentu
saja dia tak dapat memaksa gadis itu untuk meneruskan
perjalanan dengan menembusi bukit yang terjal dengan badan
letih. Maka merekapun mencari sebuah rumah penginapan untuk
melepaskan lelahnya. Malam itu, tiba-tiba saja Oh Put Kui merasakan sesuatu
yang kurang beres. Karena dia melihat Nyoo Siau-sian sangat gelisah serta
tidak tenang hatinya. Selain itu, diapun selalu merasa lelah, dan mendesak Oh
Put Kui untuk beristirahat secepatnya.
Oh Put Kui yang menyaksikan kesemuanya itu, segera
memendam apa yang diduga ke dalam hatinya.
Selesai bersantap malam, diapun menuruti keinginan gadis
itu dengan menutup diri di dalam kamar.
Padahal pemuda itu hanya pura-pura saja berbaring diatas
pembaringan. Dengan mengerahkan ilmu Thian-si-too-ting-sian-kang
yang dimilikinya, secara diam-diam pemuda itu memperhatikan setiap gerak gerik yang terjadi didalam rumah
penginapan itu. Kentongan pertama lewat, kentongan kedua pun berlalu,
suasana dilalui dalam keadaan yang tenag.
Sementara Oh Put Kui merasa geli akan kecurigaan sendiri
yang berlebihan dan bermaksud untuk pergi tidur, saat itulah
dari kamar sebelah mulai terdengar sesuatu gerakan.
Tampaknya Nyoo Siau-sian telah bangun dari tidurnya.
Oh Put Kui segera berpikir sambil tertawa geli:
"Aaah, rupanya kau pandai sekali menahan di..."
Ia mendengar nona itu berjalan menuju kearah kamar
tidurnya. "Tokk... took... toOdwOokk..."
Gadis itu mulai mengetuk pintu kamarnya pelan-pelan.
Oh Put Kui berlagak tidak mendengar, ia tidak
memperdulikan suara ketukan tersebut.
"Oh toako, toako... apakah kau sudah tidur?" Nyoo Siausian memanggil lirih. Oh Put Kui tetap membungkam dalam seribu bahasa dan
berlagak tidak mendengar.
Nyoo Siau-sian memanggil lagi beberapa kali, agaknya
kemudian dia merasa yakin kalau Oh Put Kui benar-benar
sudah tidur, diam-diam iapun berjalan menuju kehalaman luar.
Oh Put Kui tak berani bertindak ayal lagi serentak diapun
melompat bangun dan membuka jendela.
Dari situ dia saksikan Nyoo Siau-sian sedang berdiri
ditengah halaman sambil mendongakkan kepalanya memandang keangkasa. Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba ia mendepakdepakkan kakinya berulang kali, agaknya sudah mengambil
suatu keputusan dalam hatinya, dengan cepat dia melompat
naik keatap rumah dan bergerak menuju kearah timur.
Oh Put Kui tidak berayal lagi, diapun membuka jendela dan
turut melompat keluar Kemudian sambil mengempit pedang karatnya, bagaikan
segulung asap ringan dia mengikuti jejak Nyoo Siau-sian
dengan menggunakan kecepatan gerak yang susah dibayangkan dengan kata-kata.
Dari kejauhan sana dia jumpai Nyoo Siau-sian sedang
bergerak pada jarak dua puluh kaki dihadapannya.
Oh Put Kui tak berani bergerak terlalu dekat, sebab
sepanjang jalan dia sudah tahu kalau ilmu silat yang dimiliki
Hian-leng-giok-li Nyoo Siau-sian memang hebat sekali
sehingga hampir sejajar dengan kemampuan sendiri.
Setelah melewati lima buah jalan raya, akhirnya gadis itu
berhenti di ujung dinding sebuah gedung besar.
Mula-mula Nyoo Siau-sian celingukan sekejap memperhatikan sekeliling tempat itu, kemudian baru melompat
masuk ke dalam bangunan gedung itu.
Tatkala Nyoo S iau-sian celingukan tadi, Oh Put Kui segera
menyembunyikan diri di belakang bangunan rumah, barulah
setelah Nyoo Siau-sian melompat masuk ke dalam gedung itu,
dia menyusul pula dengan sangat cepat.
Ternyata dalam gedung besar itu terdapat lima buah
bangunan samping. Saat itu dari ruangan kamar pada bangunan ketiga, tampak
sinar lampu yang menerangi ruangan.
Dengan berhati-hati sekali Oh Put Kui bergerak mendekati
daun jendela ruangan itu.
Ia tak berani merobek kertas jendela untuk mengintip
kedalam, karenanya hanya berjongkok dibawah jendela
sambil memasang telinga baik-baik...
Sementara itu dari dalam kamar terdengar suara Nyoo Siau
sian sedang bertanya: "Empek hweesio, apakah kau bertemu dengan Kit toasiok?"
Oh Put Kui yang menyadap pembicaraan itu segera
berpikir: "Heran, mengapa ada hwesio yang berdiam dalam gedung
seperti ini...?" Dalam pada itu terdengar suara seseorang yang tua dan
parau menyahut: "Pagi ini Kit sicu sudah pergi dari sini, anak Sian.
kemungkinan besar dia sudah berangkat lebih dulu kelembah
Yu-kok dibukit Tiong-lam-san untuk membuatkan persiapan
bagimu, agar kau tak sampai terkena serangan gelap dari
Kian Hui hui tersebut. "Empek hwesio, bukankah pernah kukatakan bahwa
mereka tak usah ke situ?" omel si nona sambil tertawa.
"Anak Sian, lolap sekalian tak bisa membiarkan kau pergi
menyerempet bahaya seorang diri?"
"Tidak!" Nyoo Siau-sian seperti merasa marah, "empek
hwesio, kau harus mencarikan akal untuk menyuruh mereka
balik kemari semuanya..."
"Hal ini mana boleh?" suara tua itu kedengaran sangat
ragu, "anak Sian kau mesti tahu, kepandaian silat dari Kiau
Hui-hui sangat tangguh luar biasa."
"Hmmm, aku sudah tahu!" tiba-tiba Nyoo SIau-sian tertawa
dingin tiada hentinya. Lalu untuk sesaat lamanya Oh Put Kui tidak berhasil
mendengar suara apa-apa, agaknya Nyoo Siau sian sedang
mengambek dan tak mau berbicara lagi.
Setelah hening beberapa saat, akhirnya dengan perasaan
apa boleh buat suara tua itu berkata lagi:
"Anak Sian, kau ini cuma tahu apa?"
"Sudah pasti delapan puluh persen, hal ini merupakan ide
jahat dari engkohku."
"Belakangan ini kongcu tak pernah berkunjung kemari."
Sambil tertawa dingin Nyoo Siau-sian berkata lebih jauh:
"Apakah dia tak bisa menyuruh orang datang kemari" Aku
tahu, ilmu silat engkohku tak memadahi aku, maka dia
sengaja memanasi hatiku agar bertarung melawan Kiau hUihui, andaikata aku menang maka Kian Hui-hui pasti akan
menuruti sumpah sendiri dengan kawin dengan engkohku,
sebaliknya kalau aku kalah, aku yakin engkohku pasti
menyuruh Kit toasiok sekalian agar menculiknya dengan
kekerasan, empek hwesio, benar bukan perkataanku ini?"
Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu segera
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Dia tak menyangka kalau Nyoo Ban-bu adalah seorang
telur busuk terbesar dari dunia:
Sementara itu suara tua tadi kembali telah berkata:
"Tidak mungkin, anak Sian, kongcu bujkan seorang
manusia rendah seperti ini!"
Nyoo Siau-sian kembali tertawa dingin:
"Empek hwesio aku lebih tahu tentang wataknya
daripadamu, dulu aku mungkin tak tahu, tapi kali ini aku dapat
memahaminya dengan jelas sekali..."
Diam-diam Oh Put Kui menggelengkan kepalanya sambil
menghela napas panjang. Dia merasa penasaran untuk Nyoo Siau-sian.
Sebab dia tahu apa yang diduga gadis itu memang sangat
cocok dan masuk akal. Sementara itu suara yang tua itu telah berkata lagi.
"Anak Sian, bukankah kau datang kemari bersama-sama
seorang anak muda?" "Benar, dia adalah Oh Put Kui!" sahutan nona ini
kedengaran amat lirih. "Ooh, dia adalah pendekar aneh pengembara Oh Put Kui
yang baru-baru ini namanya termashur dalam dunia
persilatan?" seru suara tua itu dengan perasaan kaget.
"Yaa betul, memang dia!"
"Anak Sian, tampaknya kau sudah dimabuk asmara,
bukankah demikian?" Tiba-tiba Nyoo Siau-sian tertawa cekikikan dengan suara
yang amat rendah. Sebaliknya Oh Put Kui yang mendengar perkataan itu
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
segera merasakan mukanya merah dan jantungnya berdebar
keras, dia merasa amat tak tenang...
Perasaan saling bertentangan yang selalu mengkilik
hatinya ini belum juga dapat dihilangkan sama sekali...
Dia selalu beranggapan sebelum dendam kesumat ibunya
terbalas, dan sebelum ayahnya meninggalkan pulau neraka, ia
tidak pantas melibatkan diri dalam soal asmara dengan
perempuan mana pun... sementara dia masih termenung dengan perasaan tidak
tenang, terdengar suara tua tadi bergema lagi:
"Anak Sian, bagaimanakah watak orang ini?"
"Dia adalah seorang lelaki sejati, tapi tata kramanya
membuat orang bosan."
Suara tua itu segera tertawa.
"Nona, penilaianmu tersebut dapat membuat lolap merasa
tak lega sekali..." "Empek hwesio, apa sih yang membuat kau kuatir?"
"Aku kuatir kau si budak kecil ditipu orang sehingga
menderita kerugian..."
Tiba-tiba Nyoo Siau-sian berseru keras:
"Empek hwesio, mana mungkin aku akan tertipu" Oh toako
adalah muridnya Tay-gi supek, masa dia akan mempermainkan aku" Tak usah kuatirkan soal aku lagi!"
Suara yang tua itu segera tertawa tergelak:
"Haaah... haaah.. haaahh... kalau memang muridnya Tay-gi
sangjin, tentu saja lolap tak perlu kuatir lagi. Anak Sian,
dengan ditemani orang seperti itu, lolap setuju untuk mengirim
orang dan memanggil pulang Kit Bun-sin sekalian!"
"Nah, begitu baru empek hwesio yang baik..." seru Nyoo
Siau-sian sambil tertawa.
"Sekarang pulanglah, hati-hati kalau sampai Oh Put Kui
bangun dari tidurnya dan menjadi gelisah karena tidak
menemukan kau!" "Tak mungkin, Oh toako sudah tertidur nyenyak."
Tiba-tiba kakek itu tertawa tergelak:
"Haaahh... haaahh.. haaahh... nona bodoh pulanglah dan
coba kau tengok..." Saat itu Oh Put Kui betul-betul merasa amat terkejut sekali.
Dia mengetahui bahwa hwesio yang berada dalam ruangan
itu seakan akan sudah mengetahui tempat persembunyian
sendiri... jika hal ini benar, berarti ilmu silat yang dimiliki
hwesio itu pasti selisih tak seberapa dengan kepandaian yang
dimilikinya. Sementara itu Nyoo Siau sian telah menyahut:
"Baik, aku akan pulang, empek hwesio, kau jangan lupa
memanggil Kit toasiok sekalian untuk pulang kemari... kalau
tidak, aku bisa marah."
"Pulang saja, lolap pasti akan melaksanakan dengan
sebaik-baiknya." Setelah ada janji dari hwesio itu, Nyoo Siau-sian baru
tertawa cekikikan: "Empek hwesio, aku pergi dulu!"
Mendengar itu, cepat-cepat Oh Put Kui membalikkan badan
siap berlalu lebih dulu. Mendadak, disisi telinganya kedengaran seseorang berbisik
dengan suara ilmu penyampaian suara.
"Siau-sicu, harap kau jangan pergi dulu, lolap Bong-ho ada
persoalan hendak dibicarakan denganmu..."
Mendengar ucapan mana, Oh Put Kui segera menghentikan langkahnya dan balik kembali ke bawah
jendela. Saat itu dia benar-benar merasa terkejut sekali.
Sebab nama Bong-ho siansu jauh berada diatas nama
besar Tiga dewa hong-gwa-sam sian.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau hwesio yang saleh
dan berilmu tinggi ini bisa menjadi tamu terhormat dari istana
Sian-hong-hu... Dalam pada itu Nyoo Siau-sian sudah keluar dari gedung
itu. Ia tidak menduga kalau Oh Put Kui bakal mengikutinya
sampai disitu maka tanpa menengok sekejap pun kesekeliling
sana, dia langsung melejit ke udara dan kembali ke rumah
penginapan. Sepeninggal gadis itu, Oh Put Kui baru bangun berdiri
seraya ujarnya: "Boanpwee Oh Put Kui menanti petunjuk dari taysu..."
"Silahkan siau-sicu masuk kedalam ruangan!" kata suara
tua itu sambil tertawa. "Saat ini Nyoo sumoay sudah pulang, bila ia tidak
menemukan boanpwee sudah pasti hatinya akan terkejut dan
panik, boanpwee kuatir akan terjadi hal-hal diluar dugaan..."
"Siau sicu tak usah kuatir, silahkan saja masuk untuk
berbincang bincang sejenak."
Setelah mendengar perkataan itu, tentu saja Oh Put Kui tak
bisa berkata apa-apa lagi, terpaksa dia masuk kedalam
gedung dan menuju kearah kamar tersebut.
Didalam ruangan yang lebar terdapat sebuah kasur duduk
yang besar, diatas kasur duduk itu nampak seorang hwesio
kurus kecil yang berjenggot putih.
Oh Put Kui segera menjura sambil katanya:
"Boanpwee Oh Put Kui menjumpai taysu"
"Silahkan duduk siau sicu," kata Bong-ho siansu sambil
tertawa. Setelah mengambil tempat duduk, Oh Put Kui baru
bertanya lagi sambil tertawa:
"Entah ada urusan apakah taysu mengundang kedatanganku?" "Siau sicu, baik-baikkah Tay-gi sangjin?"
"Suhu berada dalam keadaan sehat wal afiat."
Bong-ho siansu manggut-manggut, lalu tanyanya lagi
secara tiba-tiba: "Siau-sicu, kehadiran lolap dalam istana Sian-hong-hu ini
apakah membuat siau-sicu merasa terkejut bercampur
keheranan?" Boanpwee memang merasa agak terkejut, dengan nama
dan kedudukan taysu dalam dunia persilatan, rasanya tidak
seharusnya berbuat demikian."
"Omintohud!" Bong-ho siansu segera merangkap tangannya sambil tertawa, "kalau bukan aku yang masuk
neraka, siapa lagi yang bersedia masuk neraka?"
Mendengar perkataan itu, Oh Put Kui merasa terkejut
sekali, segera serunya: "Apakah taysu sudah mendapatkan suatu informasi yang
luar biasa?" Siau-sicu, lolap sudah hampir dua puluh tahunan berdiam
di istana Sian-hong-hu ini sedikit banyak aku toh berhasil juga
menemukan gejala-gejala yang tidak beres."
"Taysu bersedia mengorbankan diri demi kepentingan
umum pengorbanan ini sungguh mulia dan mengagumkan."
seru Oh Put Kui dengan sikap yang amat menghormat.
Bong-ho siansu segera menghela napas panjang:
"Apabila benar-benar bisa berkorban demi kepentingan
umum, lolap pasti akan berusaha tanpa menyesal, cuma
saja..." Tiba-tiba hwesio itu menghela napas panjang, kemurungan
menghiasi wajahnya yang saleh, setelah menggelengkan
kepalanya berulang kali dia berkata lagi:
"Siau-sicu, sampai akhirnya mungkin usaha lolap ini hanya
sia-sia belaka..." Mendadak saja Oh Put Kui mengerutkan dahinya rapat
rapat. Dari balik ucapan Bong-ho taysu tersebut dia telah berhasil
menemukan banyak sekali titik-titik kelemahan yang
mencurigakan. Dari sini pula dia bisa mengambil kesimpulan bahwa istana
Sian-hong-hu memang sebuah sarang naga gua harimau
yang amat mencurigakan sekali...
Akan tetapi bagaimana dengan Kakek suci berhati mulia
Nyoo Thian wi" Apakah orang ini...
Berpikir sampai disitu, dengan wajah serius dia segera
berkata: "Taysu, bagaimana dengan watak si Kakek suci, apakah
sesuai dengan apa yang tersiar selama ini" Boanpwee
menyesal dilahirkan terlalu lambat sehingga tak bisa terjun
kedalam dunia persilatan secepatnya serta menyaksikan
kegagahan orang ini..."
Pertanyaan yang sangat tepat ini ternyata menghasilkan
pula jawaban yang sangat mengejutkan hati.
Tiba-tiba saja mencorong sinar tajam dari balik mata Bong
ho siansu sesudah mendengar pertanyaan itu, dia tertawa
dingin kemudian katanya: "Siau-sicu, apakah perkataan orang bisa dipercaya dengan
begitu saja...?" Oh Put Kui jadi amat terkesiap.
"Jadi maksud taysu, Nyoo Thian-wi ada maksud untuk
menghilangkan jejaknya?"
"Apakah siau-sicu mengetahui manusia yang bernama raja
setan penggetar langit?"
Oh Put Kui mengangguk. "Boanpwee sudah dua kali berjumpa dengan orang ini."
Bong-ho segera tertawa hambar.
"Siau-sicu, ada satu hal bila lolap ucapkan keluar maka
siau-sicu pasti akan merasa keheranan."
"Silahkan taysu utarakan keluar."
"Empat puluh tahun berselang, didalam dunia persilatan
sama sekali tidak terdapat manusia yang bernama Kakek suci
berhati mulia Nyoo Thian wi, jadi kemunculan Nyoo Thian-wi
boleh dibilang sangat tiba-tiba dan aneh sekali..."
"Betul," kata Oh Put Kui sambil tertawa, "menurut apa yang
boanpwee dengar, Nyoo Thian wi mulanya menjadi termashur
dalam suatu pertarungan, dengan kepandaian silatnya yang
amat dahsyat dia berhasil membinasakan raja setan
penggetar langit di puncak Koan jit-hong bukit Tay san..."
"Jadi siau-sicu percaya akan hal ini?"
"Cerita orang persilatan ini diketahui hampir oleh setiap
orang, sudah barang tentu boanpwee percaya."
"Tapi mengapa pula raja setan penggetar langit Wi Thianyang tidak terbunuh hingga sekarang?" tanya Bong-ho siansu
lagi lirih. "Nasib ternyata tidak membiarkan bajingan itu mampus,
sudah barang tentu Nyoo Thian-wi tidak pernah menyangka
sebelumnya." "Dalam peristiwa ini tiada sangkut pautnya dengan nasib
ataupun takdir," kata BOng ho siansu sambil menggeleng,
"siau-sicu, menurut pendapat lolap, hal ini justru merupakan
hasil perbuatan dari manusia sendiri."
Oh Put Kui segera mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Dia merasa tidak habis mengerti dengan arti kata yang
terkandung dibalik ucapan Bong-ho siansu tersebut.
"Hasil perbuatan manusia" Jadi menurut pendapat taysu,
Nyoo Thian-wi sengaja melepaskan Wi Thian-yang dalam
keadaan hidup?" Bong-ho siansu segera menghela napas panjang:
"Siau-sicu, lolap rasa bukan cuma begitu..."
Oh Put Kui yang mendengar sampai disitu segera
menundukkan kepalanya dan termenung sampai lama sekali.
Tiba-tiba ia tertawa tergelak sambil berseru:
"Boanpwee mengerti sekarang..."
"Tidak mungkin, siau-sicu tak akan memahami dengan
begitu saja..." kata Bong-ho siansu sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Menurut pendapat boanpwe, Nyoo Thian-wi pasti
berkomplotan dengan siraja setan penggetar langit Wi Thianyang, sedangkan cerita tentang dibunuhnya Wi Thian-yang tak
lebih hanya cerita isapan jempol untuk membohongi semua
orang dikolong langit..."
"Aah, tak nyana kalau siau-sicu memang amat pandai."
mencorong sinar tajam dari balik mata Bong-ho siansu
sesudah mendengar perkataan itu, "sekalipun belum mengena
secara tepat, tapi tidak selisih terlalu jauh!"
Sekali lagi Oh Put Kui dibuat tertegun oleh ucapan mana,
padahal dia mengira apa yang diduganya pasti tidak meleset.
Siapa sangka Bong-ho siansu mengatakan meski tidak
persis toh tidak selisih jauh, hal ini menunjukkan bahwa apa
yang diduganya tidak betul secara seratus persen.
Maka dengan kening berkerut katanya kemudian:
"Taysu, apakah Wi Thian-yang dengan Nyoo Thian-wi
bukan berasal dari satu komplotan?"
"Buddha mengatakan tiada aku tiada manusia, mengapa
siau-sicu tidak mencoba berpikir dengan perdoman perkataan
itu?" Teka teki ini dengan cepat mendatangkan banyak kesulitan
dan kemurungan bagi Oh Put Kui.
Semakin dipikir dia semakin merasa bahwa apa yang
diduganya semula merupakan dugaan paling tepat.
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali ia
berkata: "Boanpwee rasa sudah tiada kemungkinan yang lain lagi."
"Siau-sicu," kata Bong-ho siansu sambil tertawa, "tolong
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanya ketika Raja setan penggetar langit muncul dalam dunia
persilatan untuk kedua kalinya, apakah Nyoo Thian-wi telah
melakukan sesuatu gerakan atau tindakan penanggulangan?"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh.... sebulan sebelum Withian-yang munculkan diri lagi kedalam dunia persilatan, Nyoo
tayhiap telah berpulang ke alam baka..." kata Oh Put Kui
sambil tertawa tergelak. "Betul, tapi mengapa Oh sicu tidak berpikir lebih jauh,
pernahkah Nyoo thian-wi dan Wi Thian-yang munculkan diri
bersama-sama pada saat yang bersamaan pula?"
"Pernah!" "Kapan" Apakah siau-sicu menyaksikan dengan mata
kepala sendiri...?" dengan wajah berubah Bong-ho siansu
berseru dengan rasa kaget dan tercengang.
Sudah jelas jawaban dari Oh Put Kui ini mendatangkan
perasaan kaget dan keheranan yang luar biasa bagi Bong-ho
siansu. "Apa yang perlu disangsikan lagi?" Oh Put Kui tertawa, "Ku
Bun-wi sekalian adalah panglima-panglima andalan Raja
setan penggetar langit, berita yang mereka siarkan apakah tak
boleh dipercaya dengan begitu saja?"
"Apa yang telah disiarkan oleh Ku Bun-wi?"
"Dalam pertarungan di bukit Thay-san, Raja setan telah
menemui ajalnya." Paras muka Bong-ho siansu berubah menjadi hambar
kembali, dia menggelengkan kepalanya sambil tertawa, lalu
katanya: "Siau-sicu, peristiwa itu adalah kejadian lama yang terjadi
pada empat puluh tahun berselang."
"Sekalipun merupakan kejadian lama, tapi toh bisa dipakai
sebagai bukti bahwa Nyoo Thian-wi dan Wi Thian-yang
pernah muncul bersama sama."
BOng-ho siansu tertawa, hanya senyuman dari hwesio
tersebut tampak begitu murung sedih dan pedih.
-oo0dw0oo- Oh Put Kui merasa terkejut bercampur keheranan,
mengapa hwesio tua itu menunjukkan perasaan yang begitu
sedih" Mungkinkah hwesio tua ini merasa sedih karena Nyoo
Thian-wi yang saleh telah mati, sedangkan Wi Thian-yang
yang jahat justru tidak mati.
Dengan perasaan tak tenang Oh Put Kui segera berbisik:
"Taysu, kau orang tua tak usah terlalu risau dan murung,
sekalipun Wi Thian-yang telah muncul kembali didalam dunia
persilatan dengan membawa maksud dan tujuan yang jahat,
namun boanpwee masih sanggup untuk membinasakan
dirinya." "Siau-sicu, berbicara soal ilmu silat, lolap percaya kau
memang sanggup..." kata Bong-ho siansu tertawa.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah amat
sedih terusnya lebih jauh:
"Tapi ia terlalu licik dan berbahaya, disamping dapat
merubah diri menjadi seribu jenis manusia lain..."
"Sekalipun Wi Thian yang mampu berubah seribu kali,
boanpwee yakin masih dapat mencarinya sampai ketemu."
"Siau-sicu, dengan cara bagaimana kau bisa mengenali Wi
Thian-yang dalam begitu banyak manusia yang hidup didunia
ini?" tanya Bong-ho taysu tertegun.
"Walaupun wajah, suara dan perawakan tubuh seseorang
dapat berubah-ubah, tapi tahukah taysu bahwa didalam tubuh
seseorang manusia, ada semacam benda yang tak mungkin
bisa dirubah untuk selamanya?"
Bong-ho siansu termenung beberapa saat, lalu katanya:
"Apakah siau-sicu maksudkan sorot mata seseorang tidak
dapat berubah-ubah?"
"Betul!" Namun Bong-ho siansu kembali menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tapi sayang diapun dapat merubah sorot matanya
menurut kehendak hatinya!"
Oh Put Kui sungguh dibuat berdiri bodoh oleh pernyataan
itu, benarkah sorot mata seseorangpun dapat dirubah menurut
kehendak hati sendiri" Kalau benar, kejadian ini betul-betul
merupakan suatu berita yang luar biasa.
Maka setelah menghela napas rendah katanya:
"Kalau memang begitu manusia jahanam ini sungguh
menakutkan sekali..."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil tertawa tergelak
katanya lagi: "Taysu, persoalan tentang Wi Thian-yang lebih baik kita
bicarakan lagi dikemudian hari, andaikata boanpwee berjumpa
dengannya pasti tak akan melepaskan dengan begitu saja,
aku justru ingin tahu sebetulnya hubungan apakah yang
terjalin antara Sian-hong-hu dengan Wi Thian-yang tersebut?"
"Apakah secara tiba-tiba siau sicu telah memahami
sesuatu?" tanya Bong-ho siansu dengan kening berkerut.
"Tidak, aku belum berhasil memahami sesuatu," Oh Put Kui
menggelengkan kepalanya, "tapi boanpwee pernah melihat
Nyoo Ban-bu bersikap amat menaruh hormat terhadap Wi
Thian-yang!" "Dengan hubungan sebagai ayah dan anak, apakah dia
berani bersikap kurang ajar?" ujar Bong-ho siansu sambil
merangkap sepasang tangannya didepan dada.
"Apa yang taysu katakan?" seru Oh Put Kui dengan wajah
tertegun. "Lolap bilang Nyoo Ban-bu..."
"Taysu, bukankah Nyoo Ban-bu adalah putra kakek suci?"
tukas pemuda itu keheranan.
"Lolap tahu!" "Kalau memang tahu, mengapa pula taysu mengatakan
bahwa sikap hormat Nyoo Ban-bu terhadap raja setan
penggetar langit Wi Thian-yang adalah sikap hormat seorang
anak terhadap ayahnya?"
"Siau-sicu, coba kau membaca nama Nyoo Thian-wi itu
secara terbalik..." Nyoo (Yang) thian-wi dibaca secara terbalik"
Oh Put Kui berpikir dengan wajah tertegun, tapi begitu
selesai membaca nama itu secara terbalik, tiba-tiba saja dia
melompat bangun dengan wajah berubah hebat.
"Jadi Nyoo (Yang) Thian-wi adalah Wi Thian-yang?"
serunya kemudian agak tertahan.
Bong-ho siansu tertawa hambar.
"Lolap sendiripun baru belakangan ini berpikir sampai ke
situ." Tak terlukiskan rasa terkejut Oh Put Kui setelah
mengetahui keadaan tersebut.
Tidak heran kalau Bong-ho siansu selalu menyuruhnya
berpikir apakah pernah Wi Thian-yang dan Nyoo (Yang) Thian
wi munculkan diri bersama-sama, rupanya mereka adalah
sama. Kalau begitu berita tentang dilukainya Wi Thian yang oleh
Nyoo Thian-wi serta berita tentang Nyoo Thian-wi yang
dicelakai orang sampai tewas merupakan isapan jempol
belaka. Akan tetapi Oh Put Kui masih tetap tidak mengerti,
bukankah dahulu si Raja setan penggetar langit Wi Thianyang mempunyai empat orang pengawal pedang, apakah
merekapun dikelabui juga oleh majikannya ini"
Kemudian dia teringat pula dengan sikap si Pedang perak
berbaju biru Seebun Jin yang bertemu dengan Raja setan
penggetar langit Wi Thian-yang diperkampungan Sin-singceng tempo hari, sikap itupun tidak mirip sebagai sikap yang
berpura-pura. Ditinjau dari sini bisa dibayangkan bahwa kelicikan dan
kebuasan Wi Thian-yang benar-benar mengerikan sekali.
Berpikir sampai disitu, tiba-tiba Oh Put Kui bertanya lagi
dengan suara lirih: "Taysu, sebenarnya apa maksud dan tujuan Wi Thian-yang
dengan perbuatannya ini?"
Kembali Bong-ho siansu tertawa hambar
"Apa lagi, tentu saja berniat menguasai seluruh dunia
persialtan..." Oh Put Kui segera menggelengkan kepalanya berulang
kali: "Kalau dipikirkan kembali, boanpwee merasa semakin tidak
habis mengerti, dengan kedudukannya sebagai Kakek suci
berhati mulia Nyoo Thian-wi, boleh dibilang semua perbuatan
dan tindakan yang dilakukan olehnya merupakan perbuatan
mulia. apakah tindakan semacam ini dapat membantu
ambisinya untuk menguasai seluruh dunia persilatan?"
Bong-ho siansu menghela napas panjang:
"Siau-sicu, tahukah kau bahwa daya pengaruh Sian-honghu sudah tersebar luas sampai ke utara sampai selatan sungai
besar, bahkan telah menyusup pula kedalam tubuh lima partai
besar dunia persilatan?"
Sekali lagi Oh Put Kui dibuat tertegun oleh berita itu, dia tak
berani mempercayai berita tersebut dengan begitu saja.
"Taysu," katanya kemudian, "aku rasa hal ini tidak
mungkin..." "Justru mungkin sekali! Siau-sicu, kau jangan memandang
rendah kemampuan yang dimiliki Wi Thian-yang itu..."
Pikiran dan perasaan Oh Put Kui pada saat ini benar-benar
sangat kalut dan kacau balau tak karuan, dengan perasaan
agak bimbang katanya kemudian:
"Taysu, apakah kesemuanya itu diatur oleh Wi Thian yang
ketika dia munculkan diri dengan nama si Kakek suci berhati
mulia Nyoo Thian-wi?"
"Benar..." pendeta itu mengangguk.
Kemudian sesudah berhenti sejenak, katanya lebih jauh:
"Namun kesemuanya ini bisa berhasil berkat bantuan dari
istri mudanya yang paling disayangi..."
Untuk ketiga kalinya Oh Put Kui dibikin tertegun.
Dia tak menyangka kalau Wi Thian-yang masih mempunyai
seorang pembantu yang begitu setia.
@oodwoo@ Jilid 31 Mungkin perempuan yang dimaksud adalah ibu kandung
Nyoo Siau-sian..........."
Tiba-tiba saja dia merasakan hatinya bergetar keras.
Jikalau Nyoo Siau-sian adalah putri Wi thian-yang, buat apa
dia menemani gadis itu pergi ke lembah Yu-kok dibukit Tionglam-san" Bila hal ini dilakukan, bukankah hal tersebut akan
membuat dia menjadi manusia berdosa dalam dunia
persilatan" Untuk sesaat lamanya Oh Put Kui jadi termenung dan
membungkam dalam seribu bahasa.
"Siau-sicu, apa yang sedang kau pikirkan?" tiba-tiba Bongho siansu menegur. Oh Put Kui menghela napas panjang:
"Taysu, apakah nona Nyoo Siau-sian mengetahui bahwa
Wi Thian-yang adalah ayahnya yang menggunakan nama
Nyoo thian-wi?" Bong-ho siansu menggeleng:
"Bocah itu tidak tahu, siau-sicu, bila kulihat dari sikap siausicu yang termenung begitu lama, apakah kau sedang merasa
risau dan bingung karena persoalan gadis tersebut?"
"Wi thian-yang adalah manusia yang berambisi besar dan
berpikiran licik serta berbahaya, cepat atau lambat akhirnya
dia akan menjadi musuh seluruh umat persilatan, sedangkan
nona Nyoo adalah putrinya, maka boanpwee pikir bila aku
berhubungan dengannya, hal ini justru membuat gerak gerikku
menjadi kurang leluasa........"
Tiba-tiba Bong-ho siansu menggelengkan kepalanya dan
berkata: "Siau-sicu, sekalipun Wi-thian-yang seorang manusia yang
berdosa, tapi nona Nyoo bukan seorang yang turut
berdosa..........." Kemudian setelah menghela napas panjang, hwesio tua itu
berkata lebih jauh: "Siau-sicu, andaikata nona Nyoo turut terlibat dalam
kesalahan tersebut, tidak mungkin Wi-in sinni akan
menerimanya sebagai murid serta mewariskan ilmu silat
kepadanya" Sebagai seorang pemuda yang cerdas, sudah barang tentu
Oh Put Kui memahami teori tersebut.
Akan tetapi dia toh merasa resah juga, ujarnya kemudian:
"Taysu, boanpwee masih ingin memohon petunjuk tentang
satu persoalan." "Silahkan siau-sicu utarakan."
"Apakah ibu nona Nyoo masih hidup?"
"Masih!" "Apakah dia adalah gundik kesayangan Wi-thian-yang yang
taysu maksudkan tadi?" kata Oh Put Kui lagi sambil tertawa
dingin. Bong-ho siansu segera menggelengkan kepalanya sambil
tertawa: "Bukan, ibu kandung nona Nyoo sudah digunduli
rambutnya oleh Wi-in sinni............"
"Apakah Nyoo Thian-wi membiarkan istrinya mencukur
rambut menjadi pendeta?" Oh Put Kui berkerut kening.
"Hal ini justru yang sangat diharapkan olehnya........."
"Mengapa?" "Karena seorang perempuan yang lain................"
Setelah menghela napas rendah, Bong-ho siansu berkata
lebih jauh: "Perempuan itu tak lain adalah gundik kesayangan yang
banyak akal dan tipu muslihat itu, orang persilatan
menyebutnya sebagai Thian-ho-wan-hoa-li "Perempuan bunga
dari Thian-ho-wan" Lian Peng."
"Apakah nona Nyoo mengetahui akan hal ini?" tanpa terasa
Oh Put Kui menghela napas panjang.
"Sejak berusia satu tahun, anak Sian sudah pergi ke Kunlun sebelah barat, darimana dia bisa tahu akan persoalan ini?"
Untuk keempat kalinya Oh Put Kui dibuat tertegun.
Kembali Bong-ho siansu berkata:
"Wi-in siansu yang berhati saleh sudah sejak lama
membawa pergi anak Sian, dia berharap bocah perempuan itu
bisa menebuskan dosa yang pernah dibuat Wi Thian-yang tapi
menurut pendapat lolap, sulit rasanya keinginan ini dapat
terwujud..........."
Berkilat sepasang mata Oh Put Kui setelah mendengar
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ucapan ini, katanya kemudian.
"Jadi menurut taysu, sinni sengaja mewariskan ilmu
silatnya kepada nona Nyoo dengan harapan ia bisa
menebuskan dosa yang telah diperbuat Wi Thian-yang dan
paling tidak membawa ayahnya kembali ke jalan yang benar?"
"Begitulah maksudnya."
Lalu setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata:
"Siau-sicu, anak Sian adalah sebuah batu pualam yang
belum digosok, lolap sangat berharap agar siau-sicu mau
melindungi secara baik baik, kalau tidak, jikalau dia sampai
terpengaruh oleh sikap Wi Thian-yang sebagai ayahnya, lolap
kuatir hal ini akan menyebabkan posisi Wi Thian-yang ibarat
harimau yang tumbuh sayap, tak sedikit bantuan yang akan
diperoleh Wi Thian-yang di dalam mewujudkan cita citanya
itu." Dengan cepat Oh Put Kui memutar otaknya keras keras,
akhirnya dia menghela napas panjang:
"Sekarang boanpwee sudah tidak mempunyai pendirian
lagi, tapi apa yang taysu katakan pasti akan kulaksanakan
dengan sebaik baiknya."
Bong-ho siansu tertawa: "Bukan cuma harus dijalankan saja, menurut pendapat
lolap, hal ini pun masih tergantung bagaimana cara siau-sicu
menangani hal ini, aku cuma berharap agar siau-sicu berhatihati dan selalu waspada, jangan membiarkan anak Sian
terjerumus ke dalam perangkap ayahnya."
"Perangkap" Apakah terhadap anaknya sendiripun wi
Thian-yang menggunakan perangkap untuk menjebaknya?"
Bong-ho tertawa lirih: "Perjalanan ke lembah Yu-kok di bukit Tiong-lam-san
merupakan salah satu perangkap........"
"Ooh........." "siau-sicu, sebelum lolap mengetahui siapakah siau-sicu,
aku merasa kuatir sekali dengan perjalanan yang akan
dilakukan anak sian, oleh sebab itu lolap mengutus si kutu
buku pena emas Ku Bun-siu untuk melakukan persiapan
disana." Setelah berhenti sejenak, terusnya lebih jauh:
"Tapi sekarang lolap dapat berlega hati."
"Budi dan kasih sayang taysu terhadap Siau-sian sungguh
membuat boanpwee merasa tak tenang."
"Siau sicu, saat ini posisi lolap serta Ku Bun-wi terhadap
istana Sian hong-hu belum mencapai saat bermusuhan, oleh
sebab itu paling baik jika kami tidak ikut menampakkan diri."
"Boanpwee pasti akan berupaya dengan sepenuh tenaga
untuk membantu usaha ini..." Oh Put Kui memberikan janjinya
sambil tertawa hambar. Kemudian setelah berhenti sejenak, dia seperti hendak
menanyakan suatu persoalan lagi.
Mendadak....... Dari kejauhan terdengar suara Hian-leng-giok-li Nyoo Siau
sian sedang berteriak keras:
"Empek hwesio...... empek hwesio.........!"
Bong-ho siansu cepat-cepat berbisik:
"Siau-sicu boleh pulang secepatnya, paling baik kalau kau
tidak menyinggung soal pertemuan dengan lolap ini."
Oh Put Kui mengiakan dan cepat-cepat melompat keluar
dari tembok pekarangan. Pada saat itulah ia sempat mendengar suara gelak tertawa
dari Bong-ho siansu. Agaknya si hwesio tua ini sedang mentertawakan Nyoo
Siau-sian yang bersikap terlalu tegang.
Tapi Oh Put Kui tak sempat untuk mendengarkan lebih
jauh, dia harus secepat-cepatnya kembali ke kamarnya
sebelum jejaknya diketahui oleh gadis tersebut.
Sebab dia masih teringat dengan pesan Bong-ho siansu
yang minta kepadanya untuk merahasiakan pertemuan
tersebut. Seperminum teh setelah Oh Put Kui kembali ke kamarnya,
Nyoo Siau sian telah kembali pula ke rumah penginapan itu.
Dari kejauhan dia sudah melihat cahaya lentera yang
menyinari ruangan Oh Put Kui.
Karena itu dia segera memburu ke dalam kamarnya sambil
menegur : "Toako, kau telah pergi ke mana?"
Oh Put Kui mempersilahkan Nyoo Siau-sian masuk lebih
dahulu, melihat sikap si nona yang begitu menaruh perhatian
dan gelisah, tapi juga gembira dan manja, hatinya merasa
sangat bergetar keras. Sambil tersenyum diapun menyahut:
"Aku pergi mencarimu!"
Merah dadu selembar wajah Nyoo Siau-sian mendengar
ucapan ini, segera ujarnya:
"Toako...... tengah malam begini ada urusan apa kau
mencariku.......?" Agaknya si nona telah menyelewengkan pikirannya ke halhal yang lain. Atas pertanyaan tersebut, seketika itu juga Oh Put Kui
merasakan pipinya turut menjadi merah.
"Berhubung aku merasa tak tenang pikirannya, maka
akupun berjalan kekamar tidur sumoay, tapi panggilanku
berulang kali tidak peroleh jawaban, maka persoalanku pun
menjadi sangat tak tenang......."
"Aku telah keluar rumah!" kata Nyoo Siau-sian sambil
tertawa. "Benar, sumoay memang tidak berada di dalam kamar, tapi
aku menjadi gelisah sekali akibatnya."
"Toako, menurut dugaanmu aku telah pergi berbuat apa?"
tanya Nyoo Siau-sian sambil tersenyum.
"Jarak dari sini dengan lembah Yu-kok di bukit Tiong-lamsan sudah dekat sekali, aku kuatir Kiau Hui-hui telah
melakukan tindakan yang tidak menguntungkan bagimu, maka
setelah mengetahui bahwa sumoay tidak berada di kamar,
segera itu juga aku melakukan pencarian disekitar tempat
itu......." Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ia berkata:
"Sumoay, kemana sih kau pergi" Mengapa hingga
sekarang baru pulang?"
Nyoo Siau-sian tersenyum:
"Aku pergi menengok seorang cianpwee, berhubungan
toako sudah tidur maka aku tidak membangunkan kau,
lagipula kau toh tidak kenal dengan orang itu......"
Oh Put Kui tahu, Nyoo Siau-sian sengaja berkata demikian
karena kuatir dia marah, ia merasa berterima kasih sekali
dengan kebaikan hati nona tersebut, sebab hal ini
menunjukkan bahwa peranan dirinya dalam hati kecil nona itu
penting sekali. Padahal perasaannya waktu itu jauh lebih berat daripada
semula. Paling tidak sampai sekarang ia belum mempunyai
keyakinan, bagaimana dia harus bersikap terhadap nona yang
masih polos dan lincah ini dimasa mendatang, terutama sekali
hubungan perasaan diantara mereka berdua.
"Sumoay," katanya kemudian, "pergilah beristirahat, besok
kita harus mendaki bukit!"
"Toako, kau tidak marah kepadaku bukan?"
"Kenapa mesti marah" Ayohlah ce[at beristirahat, kalau
ingin berbicara kita lanjutkan besok pagi saja."
Sambil tertawa Nyoo Siau-sian segera beranjak pergi dari
ruangan tersebut. Tapi Oh Put Kui tidak mampu tertawa lagi.
Sekarang dia sudah tahu, bahwa Nyoo Thian-wi pada
hakekatnya tak pernah mati.
Itu berarti peristiwa terakhir dari empat peristiwa
pembunuhan terbesar dalam dunia persilatan hanya
merupakan perbuatan pura-pura saja, ditinjau dari sini dia
mulai menduga-duga, mungkinkah pembunuh dari ketiga kali
pembunuhan yang terdahulu adalah orang yang pura-pura
mati pada peristiwa yang terakhir ini"
Seandainya ditinjau dari bukti-bukti yang diperoleh,
kemungkinan semacam ini bukannya tak ada.
Tanpa terasa Oh Put Kui menghubungkan pula peristiwa ini
dengan kehadiran ketiga pendeta See-ih ke wilayah
Tionggoan. Lalu peranan Kakek penggetar langit Sian Hian yang
menyaru sebagai ketua Pay-kau untuk merebut Mu ni pian.
Ditambah pula keikut sertaan toya emas tangan sakti Sik
Keng-seng dalam perebutan ruyung serta persekongkolan Withian-yang dengan Pek Biau-peng di telaga Phoa-yang-oh......
Dari semua peristiwa itu diperoleh petunjuk bahwa semua
kekacauan ini menyangkut pula nama Wi Thian-yang.
Disamping itu Oh Put Kui teringat juga dengan ketua dari
lima partai besar yang mengikuti Nyoo Ban bu pergi ke istana
Sian-hong-hu dan selanjutnya tiada kabar beritanya lagi,
kejadian mana semakin memperlihatkan ambisi rakus dari Withian yang untuk menguasai seluruh dunia persilatan.
Tapi ada satu hal yang tidak dipahami olehnya, yakni para
korban dari ketiga peristiwa berdarah itu sesungguhnya tak
pernah terjalin perselisihan atau permusuhan apa pun dengan
si raja setan penggetar langit Wi-thian-yang.
Seharusnya tanpa dasar perselisihan atau permusuhan,
mustahil dia mempunyai alasan untuk melakukan pembunuhan. Itulah sebabnya Oh Put Kui tak sanggup memecahkan
teka-teki tersebut...... Akhirnya sambil mengehela napas panjang dia berpikir:
"Untuk menyelidiki latar belakang dari peristiwa ini,
terpaksa harus menunggu sampai saatnya tiba......"
Senja telah menjelang tiba.
Dua buah lentera yang memancarkan sinar terang tampak
tergantung pada mulut masuk menuju kelembah Yu-kok
dibukit Tiong-lam-san. Empat orang gadis berdandan model keraton, berdiri
dibawah lentera itu dengan lemah gemulai.
Sementara kedelapan buah mata mereka yang melotot
besar, ditujukan keluar lembah tanpa berkedip.
Angin barat berhembus kencang dan mengibarkan ujung
baju yang mereka kenakan.
Udara yang dingin dan membekukan badan membuat
paras muka mereka berubah menjadi merah padam.
Akan tetapi mereka sama sekali tidak nampak kesal atau
murung oleh keadaan yang dialaminya itu.
Sementara itu kegelapan malam sudah mulai menyelimuti
seluruh lembah tersebut. Mendadak salah seorang diantara keempat gadis itu
berbisik dengan lirih: "Itu dia, sudah datang!"
Siapa yang telah datang"
Delapan buah mata yang jeli bersama sama dialihkan ke
arah luar lembah yang remang-remang itu.
Mendadak salah seorang diantaranya mengerutkan
dahinya sambil berseru keheranan:
"Mengapa dua orang yang datang?"
Gadis yang berbicara tadi segera berkata lagi:
"Memang dua orang yang datang, mengapa sih mesti
merasa keheranan atau kaget?"
Sementara pembicaraan masih berlangsung sang tamu
agung sudah berada di hadapan.
Rupanya kedua orang itu adalah Nyoo Siau-sian dan Oh
Put Kui yang berjalan bersama-sama.
Keempat orang gadis berdandan keraton itu segera maju
ke muka menyongsong kedatangan mereka.
Terdengar salah seorang diantara mereka berseru dengan
suara yang merdu: "Empat orang dayang dari Kiau siancu lembah Giok-lan-kok
dibukit Tiong-lam-san mendapat perintah dari majikan untuk
menyambut kedatangan nona Nyoo serta sauhiap untuk
bersua didalam lembah."
"Silahkan membawa jalan!" kata Nyoo Siau-sian sambil
tertawa hambar. Oh Put Kui yang mendengar itu segera berkerut kening.
Pihak tuan rumah telah menunjukkan sikap yang begitu
sungkan, mengapa nona ini justru tidak sungkan-sungkan"
Namun si anak muda itupun tidak berbicara apa-apa,
dengan mulut membungkam mereka berjalan mengikuti
dibelakang keempat orang dayang tersebut dan dibawah
bimbingan dua sinar lentera, mereka berjalan menuju ke
lembah Giok-lan-kok. Setelah berjalan kurang lebih lima li, sampailah mereka
didepan sebuah bangunan loteng kecil yang berwarna putih,
loteng itu dibangun dengan menempel pada bukit.
Sinar lentera menyinari seluruh ruangan loteng itu sehingga
terang benderang. Sepanjang jalan, sekalipun Oh Put Kui bersikap amat hati
hati serta diam-diam menghimpun tenaga dalamnya untuk
bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, namun dia sama sekali tidak menemukan pertanda
yang mencurigakan ataupun jago-jago yang disembunyikan di
sekitar sana. Melihat keadaan mana, diam-diam pemuda itu mulai
merasa rada lega. Dalam pikirannya, paling tidak Kiau Hui hui bukanlah
termasuk manusia licik yang berbahaya.
Setelah berada didepan bangunan loteng berwarna putih
itu, Oh Put Kui baru melihat bahwa loteng itu mencapai luas
tiga kaki dan terdiri dari empat lantai.
Pintu gerbang pada lantai terbawah bangunan itu tampak
terbuka lebar lebar. Dibawah penerangan sinar lentera yang memancar keluar
dari balik pintu, nampak seorang nona berbaju hijau yang
berambut panjang berdiri di muka pintu.
Begitu bersua dengan nona itu, tiba-tiba saja Nyoo Siausian bersorak gembira: "Enci Kiau, aku telah datang!"
Dengan cepat tubuhnya melompat ke depan dan menubruk
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gadis tersebut. Gerakan dan tindakan yang diambil Nyoo Siau-sian ini
dengan cepat menimbulkan perasaan kaget dan tercengang
bagi Oh Put Kui. Bukankah mereka berjanji akan bertemu disini untuk
melangsungkan pertarungan"
Mengapa Nyoo Siau-sian justru menunjukkan sikap yang
begitu mesra dengan gadis itu, bahkan hubungan mereka
seperti lebih hangat daripada hubungan kakak beradik"
Dalam pada itu, Nyoo Siau-sian telah saling bergenggaman
tangan dengan nona berbaju hijau berambut panjang itu dan
tertawa cekikikan tiada hentinya, entah apa saja yang mereka
bicarakan saat itu. Otomatis Oh Put Kui jadi tertinggal seorang diri ditempat itu
sambil berdiri melongo. Akhirnya dia cuma bisa menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas panjang.
Perempuan memang makhluk yang sangat aneh dan susah
diraba maksud dan tujuan mereka.
Entah berapa saat sudah lewat, rupanya mereka sudah
cukup puas berbicara sambil tertawa.
Terdengar gadis berbaju hijau itu berkata lirih:
"Adik Sian, coba kau lihat temanmu itu......."
Baru sekarang Nyoo Siau-sian teringat kalau Oh toakonya
masih berdiri tertegun disitu.
Maka dengan wajah merah jengah serunya:
"Toako, cepat kemari, mari kuperkenalkan kepadamu......"
Oh Put Kui mendehem pelan dan segera maju
menghampiri kedua orang gadis itu.
Sambil tertawa merdu Nyoo Siau sian berkata lagi:
"Dialah Yu-kok-cian-li (gadis suci dari lembah Yu kok) Kiau
Hui-hui yang amat termashur namanya dalam dunia
persilatan, toako, coba kau lihat betapa cantiknya enci
Kiau......" Sebagai gadis yang polos, apa saja yang terpikirkan
olehnya segera diutarakan pula secara blak-blakan, dia tak
ambil perduli apakah orang yang dipuji dan diperkenalkan itu
bakal rikuh atau tersipu-sipu dibuatnya.
Dengan wajah bersemu merah karena jengah, gadis suci
dari lembah Yu-kok segera menundukkan kepalanya rendahrendah. Sebaliknya Oh Put Kui dengan peraaan tidak tenang
segera menjura dan berkata sambil tertawa:
"Aku adalah Oh Put Kui, sudah lama kukagumi nama besar
siancu, sungguh gembira hatiku dapat bersua dengan siancu
hari ini........" "Toako, tak nyana kau malahan memperkenalkan diri lebih
dulu......." goda Nyoo Siau-sian sambil tertawa.
Merah padam selembar wajah Oh Put Kui oleh ucapan
tersebut. Sebaliknya gadis suci dari lembah Yu-kok, Kian Hui-hui
yang mendengar nama Oh Put Kui tersebut menjadi amat
terperanjat, diam-diam dia mendongakkan kepalanya lagi
sambil memperhatikan jago paling lihay dari angakatan muda
dunia persilatan dewasa ini.
Begitu dipandang wajahnya, gejolak perasaan hatinya
menjadi semakin menjadi-jadi.
"Ooh...... betapa tampannya dia......" dalam hati kecilnya dia
berpekik lirih. Kepalanya ditundukkan semakin rendah setelah memberi
hormat katanya pula lirih.
"Nama besar Oh kongcupun sudah lama kudengar......."
Ketika Nyoo Siau-sian menyaksikan sikap kedua orang itu
sama-sama amat sungkan, tanpa terasa katanya sambil
tertawa: "Aaah, sungguh menjemukan, semenjak kapan sih enci
Kiau mempelajari tingkah laku yang membosankan seperti
itu......" Dengan wajah memerah gadis suci dari lembah Yu-kok ini
mengomel: "Adik Sian, mengapa sih kau selalu memaki enci mu
dihadapan tamu.......?"
"Apakah dia dianggap tamu asing?" goda nona itu sambil
tertawa. Kemudian setelah membalikkan badan dia berkata lagi:
"Enci Kiau, apakah kau tidak mengundang kami untuk
masuk kedalam ruangan?"
Mendengar perkataan ini, paras muka Kiau Hui hui kembali
berubah menjadi merah padam, serunya kemudian sambil
tertawa: "Aaah betul, gara gara kau suka menggoda, hampir saja
aku melupakan sopan santun........"
Setelah membetulkan letak rambutnya, diapun berkata
kepada Oh Put Kui sambil tertawa:
"Silahkan masuk Oh kongcu........."
Sementara itu pelan-pelang Oh Put Kui sudah berhasil
menenangkan kembali perasaan yang bergolak, sambil
tersenyum dia menyahut: "Terima kasih........"
Dengan cepat tubuhnya melangkah masuk kedalam
ruangan itu. Dibalik pintu adalah sebuah ruangan tamu yang kecil.
Tidak sampai Oh Put Kui memalingkan kepalanya, si gadis
suci dari lembah Yu-kok Kiau Hui-hui telah berkata lagi sambil
tertawa: "Silahkan naik ke atas loteng!"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Oh Put Kui langsung
menuju kelantai kedua. Rupanya pada lantai kedua terdapat sebuah ruang tamu
yang jauh lebih lebar. Bukan saja semua perabotnya teratur sangat rapi, lagipula
lantainya bersih dan bebas dari debu.
Dengan cepat Kiau Hui-hui mendahului tamunya masuk
kedalam ruangan dan berseru:
"Kongcu, silahkan duduk!"
Oh Put Kui mengucapkan terima kasih dan duduk disebuah
kursi disebelah kanan. Sedangkan Nyoo Siau-sian dan Kiau Hui-hui duduk tepat
dihadapan mukanya. Dua orang dayang berbaju hijau segera muncul
menghidangkan air teh.......
"Adik Sian," ujar Kiau Hui-hui kemudian sambil tertawa,
"silahkan kau dan Oh kongcu minum secawan air teh lebih
dulu......." "Tidak, aku justru merasa lapar........" sela Nyoo Siau-sian
sambil tertawa. Waktu itu Oh Put Kui sedang mengangkat cawan sembari
menghirup air teh. Ketika perkataan dari Nyoo Siau-sian itu diutarakan keluar,
hampir saja air teh yang memenuhi mulutnya itu tersembur
keluar. Kiau Hui-hui segera tertawa tergelak:
"Adik Sian, aku sudah tahu kalau kau merasa lapar,
sekarang mereka sedang mempersiapkan hidangan didapur,
siapa suruh kau malas sehingga datang terlambat" Ayoh kita
segera pergi bersantap dulu......"
"Enci Kiau, mengapa kau tidak suruh mereka cepatan
sedikit.............?" kembali Nyoo Siau-sian tertawa, "aaai, tahu
kalau bakal kelaparan disini, aku pasti membawa rangsum
dari rumah." Sementara pembicaraan masih berlangsung, para dayang
telah muncul sambil menghidangkan sayur dan arak.
Nyoo Siau sian segera melompat kedepan lebih dulu dan
menyambar sumpit yang telah tersedia.
Oh PUt Kui yang menyaksikan kejadian ini hanya bisa
tertawa geli saja. Dengan wajah bersemu merah, Kiau Hui-hui segera
menghormati mereka dengan secawan arak.
Selama berada dihadapan anak perempuan, Oh Put Kui
sendiripun tak ingin minum arak terlalu banyak, setelah
menghirupnya sedikit, dia bertanya kepada Nyoo Siau-sian
sambil tertawa: "Sumoay, bukankah kau berjanji dengan Kiau siancu untuk
datang bertarung?" Nyoo Siau-sian memandang sekejap kearah Kiau Hui-hui,
lalu sahutnya sambil tertawa:
"Sebetulnya memang itu maksud kedatanganku."
Oh Put Kui segera berkerut kening, lalu katanya sambil
tertawa: "Sumoay, sekarang aku sudah merasa tidak percaya
lagi........." Nyoo Siau-sian tertawa cekikikan:
"Toako, mengapa sih kau tak percaya"
Apakah dikarenakan aku dan enci Kiau tidak saling memaki sehingga
memerah mukanya?" "Aku rasa hubungan diantara kalian berdua justru
merupakan kebalikannya........." kata pemuda itu sambil
tertawa hambar: "Aaah, belum tentu demikian........"
Kiau Hui-hui ikut berkata pula sambil tertawa:
"Oh kongcu, persoalan dari kaum perempuan memang
mudah sekali berubah, bahkan berubahnya juga amat cepat."
Oh Put Kui tertawa tergelak.
"Kiau siancu, kebetulan sekali aku hanya mengetahui
sedikit sekali tentang urusan kaum wanita........."
"Kalau memang begitu tak usah ditanyakan lagi, yang
penting makan dulu sampai kenyang, kemudian baru
menonton keramaian."
Oh Put Kui memang tidak mengetahui permainan setan
apakah yang sebetulnya sedang dilakukan oleh Nyoo SIausian, karenanya diapun tertawa hambar, lalu sambil
meneruskan santapannya dia berkata:
"Tampaknya aku hanya memperoleh bagian makan banyak
saja........." "Hidangan gunung yang kasar mungkin tidak cocok dengan
selera kongcu," sambung Kiau Hui-hui tertawa.
Cepat-cepat Oh Put Kui merendah:
"Siancu terlalu merendah, aku hanya seorang manusia tak
berarti, lebih baik siancu jangan terlalu sungkan."
"Bila kongcu berkata begitu, aku menjadi malu sendiri."
Kebetulan sekali sorot matanya saling bertemu dengan
sorot mata dari Oh Put Kui, dengan tersipu-sipu dia
menundukkan muka dan sampai lama sekali dia tak mampu
berkata-kata. Nyoo Siau-sian yang menyaksikan hal ini segera bertepuk
tangan sambil menggoda: "Aneh betul enci Kiau hari ini, mengapa sih pipimu menjadi
merah melulu........."
Godaan ini benar-benar membuat gadis suci dari Yu-kok ini
menjadi malu sekali, seandainya dilantai ada lubang, dia pasti
akan menyembunyikan diri disana.
Sementara Oh Put Kui justru bersikap acuh tak acuh,
sekalipun dia merasa tertarik oleh kelincahan, kelembutan
serta kecantikan Kiau Hui-hui, itupun hanya terbatas
mengagumi saja. Oh Put Kui menunjukkan sikap jengah hanya disaat
permulaan berjumpa saja, tapi bagaimana pun juga dia
memang seorang perantauan yang berhati tawar, sekalipun
dia pernah dibuat tergetar hatinya oleh kecantikan serta
kelembutan Kiau Hui hui, namun bukan berarti hatinya
menjadi tertarik dan tergoda.
Ia sadar, Nyoo siau-sian seorangpun sudah lebih dari
cukup mendatangkan kesulitan baginya.
Nyoo siau sian masih tertawa saja tiada hentinya,
sebetulnya dia ingin menggoda Kiau Hui-hui lagi, akan tetapi
ketika sinar matanya membentur dengan wajah hambar dari
Oh Put Kui, hatinya menjadi tertegun, tanpa terasa pikirnya.
"Kenapa sih dengan Oh toako ini" Mengapa sikapnya
berubah menjadi begitu dingin dan hambar?"
Secara tiba-tiba saja dia berhenti tertawa kejadian yang
berlangsung sangat mendadak ini kontan saja mengejutkan
hati Kiau Hui-hui. Dengan cepat gadis itu mendongakkan kepalanya lalu
bertanya: "Adik Sian, mengapa sih kau ini?"
Dengan mata melotot Nyoo Siau-sian segera berseru:
"Enci Kiau, aku hendak beradu jiwa denganmu!"
Begitu ucapan "adu jiwa" diutarakan oleh Nyoo Siau-sian,
Oh Put Kui turut menjadi terkejut sehingga tanpa terasa
mendongakkan kepalanya secara tiba-tiba dan mengawasi
gadis itu dengan pandangan termangu-mangu.
Kiau Hui-hui sendiri pun nampak tertegun dibuatnya.
"Adik Sian, kau ingin bertarung denganku?" serunya tanpa
sadar. "Tentu saja." "Apakah tidak menunggu sampai makan kenyang nanti?"
"Aku sudah kenyang sedari tadi!" sahut Nyoo Siau-sian
sambil tertawa cekikikan.
Sambil berkata dia lantas bangkit berdiri dari tempat
duduknya. Oh Put Kui mengerutkan dahinya rapat-rapat, dengan
perasaan tidak mengerti diawasinya dua orang gadis yang
sama sama cantik dan menarik ini dengan termangu, untuk
beberapa saat lamanya dia tak tah apa yang mesti dikatakan.
Terdengar gadis suci dari lembah Yu-kok. Kiau Hui-hui
tertawa cekikikan, sambil meletakkan kembali sumpitnya dia
berkata: "Adik Sian, bagaimana kalau kita bertarung ditempat ini
saja?" Pertanyaan ini sekali lagi membuat perasaan Oh Put Kui
sangat terkesiap. Tampaknya kedua orang ini benar-benar hendak bertarung.
Hanya saja ada satu hal yang tidak dipahami oleh Oh Put
Kui, sekalipun pemuda ini termasuk seorang pemuda yang
pintar, dia tidak mengerti kenapa dua orang gadis yang saling
membahasai sebagai kakak beradik dan selalu berhubungan
secara mesra dan hangat disertai gelak tertawa riang ini,
dalam sekejap mata dapat berubah menjadi saling
bermusuhan bahkan akan menyelesaikan pertarungan itu
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
secara mati-matian........
Dan didalam kenyataannya, Kiau Hui-hui betul-betul sudah
meloloskan sebilah pedang Giok-pek-kiam dari atas dinding,
Sedangkan Nyoo Siau-sian telah meloloskan pula ruyung
Mu-ni-piannya sambil berkata:
"Enci Kiau, bagaimana kalau kita bertarung diluar saja?"
Dengan kening berkerut Kiau Hui-hui menyahut sambil
tertawa: "Terserah kepadamu, bagaimana pun juga sang enci
memang harus mematuhi keinginan sang adik......."
Maka dia pun segera melompat turun dari atas loteng.
Sambil tertawa Nyoo SIau-sian segera menggapai pula
kearah Oh Put Kui seraya serunya:
"Toako, mari bantu aku nanti........"
"Aku memang ingin sekali menyaksikan kemampuan ilmu
silat yang kalian miliki........" sahut Oh Put Kui sambil
tersenyum. Dengan langkah lebar mereka berdua segera menyusul
pula kebawah loteng. Disisi sebelah kiri bangunan loteng berwarna putih itu
merupakan sebuah kebun bunga dan sayur yang luasnya
mencapai tiga hektar........
Diantara pepohongan bunga dan sayur terdapat sebuah
tanah lapang beralas batu putih yang luasnya mencapai
sepuluh kaki persegi, disekeliling lapangan telah dipasang dua
puluhan buah lentera. Pada waktu itu, gadis suci dari lembah Yu-kok Kiau Hui-hui
dengan pedang terhunus berdiri ditengah lapangan itu.
Pelan-pelang Nyoo Siau-sian berjalan menuju kedalam
tanah lapang tersebut. Sedangkan Oh Put Kui dengan langkah cepat segera
berdiri berapa kaki disamping kedua orang gadis itu.
Kiau Hui-hui memandang sekejap ke arah Nyoo Siau-sian
yang baru muncul, lalu katanya sambil tertawa:
"Adik Sian, bagaimana kita harus bertarung" Apakah tak
akan berhenti sebelum ada yang mampus?"
"Terserah......." sahut Nyoo Siau-sian sambil tertawa
cekikikan. Oh Put Kui yang mendengar perkataan tersebut, paras
mukanya segera berubah hebat.
Bagaimanapun juga dia merasa dua orang gadis ini telah
bergurau keterlaluan.......
"Sumoay, benarkah kau hendak bertarung mati-matian
melawan Kiau siancu?" tanyanya kemudian tanpa terasa.
Pertanyaan itu diajukan dengan perasaan setengah tegang
dan setengah bimbang. "Tentu saja!" sahut Nyoo Siau-sian sambil tertawa,
"bukankah golok dan pedang tak bermata?"
Sambil tersenyum Kiau Hui-hui berkata pula:
"Oh kongcu, urusan diantara aku dengan adik Sian ini lebih
baik jangan ikut campur!"
Oh Put Kui menggelengkan kepalanya sambil tertawa
hambar: "Boleh saja aku tidak mencampuri, cuma...... aku mendapat
titipan orang......."
Bagaimanapun juga dia mencoba memagang rahasia,
akhirnya bocor juga tanpa sengaja, menanti pemua itu akan
menutup mulut, keadaan sudah terlambat.
Terdengar Kiau Hui-hui berseru sambil tertawa cekikikan:
"Adik Sian, kau sungguh amat lihay......"
Sekalipun kata selanjutnya tidak dilanjutkan, namun siapa
saja dapat mendengar arti dari perkataan itu. Sudah jelas dia
menuduh Nyoo Siau sian telah mempersiapkan bala bantuan
yang tangguh sebelum dilangsungkannya pertarungan itu.
Paras muka Nyoo Siau-sian segera berubah hebat,
kemudian tegurnya cepat: "Toako, siapa yang memberi titipan kepadamu" Kau......."
Mimpipun dia tak menyangka kalau Oh toakonya datang
karena mendapat titipan dari seseorang.
Sebab menurut apa yang diketahui, justru dialah yang
mengajak pemuda itu datang ke sana.
Tak heran kalau gadis itu amat terperanjat setelah
mengetahui bahwa Oh Put Kui datang kesitu karena disuruh
orang. Sambil tertawa hambar Oh Put Kui berkata:
"Sumoay, tak usah kau ketahui siapa yang menitipkan kau
kepadaku, yang penting aku ingin bertanya kepadamu,
apakah persoalanmu dengan Kiau siancu pada hari ini tak
bisa diakhiri sebelum salah seorang diantaranya mampus?"
"Kau tak usah mencampuri!" seru Nyoo Siau-sian tiba-tiba
dengan wajah penuh amarah.
Oh Put Kui menjadi tertegun, lalu pikirnya
"Aku benar-benar mencari banyak urusan........"
Sekalipun demikian, diluaran dia berkata lagi:
"Sumoay, sebetulnya dikarenakan persoalan apa sih kalian
sampai bertarung disini" Kalau dilihat dari sikap kalian,
tampaknya kalian berdua begitu akrab dan hangat, mengapa
pula harus melakukan pertarungan mati-matian?"
"Apakah kau tak bisa tidak bertanya?" seru Nyoo Siau-sian.
Sambil tertawa Kiau Hui-hui berkata pula:
"Oh kongcu, persoalan ini adalah urusanku dengan adik
Siau-sian, paling baik apabila kau jangan mencampurinya,
silahkan saja menonton pertarungan kami dari tepi arena, tapi
bilamana Oh koncu kuatir akan kemampuan Nyoo Siau-sian,
akupun bersedia bertarung satu melawan dua, silahkan saja
Oh Kongcu mempersiapkan senjatanya untuk ikut bertarung......." Baru saja Oh Put Kui tertawa terbahak-bahak, Nyoo Siausian telah berteriak keras:
"Enci Kiau, kau terlalu mempermainkan orang....... aku mah
tak mau dibantu olehnya!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali serunya
kepada Oh Put Kui: "Oh toako, tahukah kau bahwa persoalan ini menyangkut
nama baik perguruanku, apabila kau mencampuri urusan ini,
maka sulit bagiku untuk meninggalkan tempat ini dalam
keadaan hidup......."
Ooh, rupanya persoalan ini sudah menyangkut soal nama
baik perguruan......." pikir Oh Put Kui dengan perasaan
terkesiap. Maka diapun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Disamping itu diapun tak percaya-percaya kalau kedua
orang ini benar-benar akan saling beradu jiwa, oleh sebab itu
setelah Nyoo Siau-sian mengungkapkan bahwa persoalan ini
menyangkut masalah perguruan, diapun berkata sambil
tertawa: "Sumoay, tampaknya aku hanya bisa berpeluk tangan saja
sambil menonton kalian bertarung!"
"Yaa, itu memang lebih baik lagi." Nyoo Siau-sian tertawa
manis. Oh Put Kui yang menghadapi kejadian ini cuma bisa
menggelengkan kepalanya berulang kali, diapun tidak
menyangka kalau sebelum pertarungan mati-matian dimulai,
sikap Nyoo Siau-sian masih begitu santai dan seenaknya
sendiri. Dalam pada itu Kiau Hui-hui telah menggetarkan
pedangnya dan berkata sambil tertawa:
"Adik Sian, ruyung penakluk iblis akan berhadapan dengan
pedang penakluk iblis, pertarungan hari ini merupakan
pertarungan yang kedua puluh satu kalinya, kita tak boleh
seperti guru kita, selalu bertarung seimbang dan sama kuat."
"Tidak mungkin," sahut Nyoo Siau-sian sambil tertawa,
"siapa tahu aku bisa mengunggulimu........"
Kiau Hui-hui segera tertawa cekikkan sambil membungkukkan badannya, rambut yang panjang pun hampir
saja menyentuh permukaan tanah.
"Adik Sian, apakah Wi-in supek telah mewariskan berapa
jurus tangguh lagi kepadamu?" dia bertanya kemudian.
"Kemungkinan sekali demikian, tapi setelah kau coba nanti
kan bakal diketahui dengan sendirinya"
Kiau Hui-hui menarik napas panjang, kemudian katanya
pula sambil tertawa: "Tentu saja harus kucoba kemampuanmu, nah, adik Sian,
kau mesti berhati-hati!"
Sambil menegakkan badannya, dia segera memutar
pedang sambil melancarkan sebuah tusukan ke depan.
Serangan tersebut dilancarkan begitu cepat, membuat Oh
Put Kui yang menyaksikan pertarungan itupun menjadi
terkesiap. Nyoo Siau-sian tertawa cekikikan, ruyung Mu-ni-pian itu
diputar kencang sehingga menimbulkan sinar berwarna
kehitam-hitaman, lalu secepat sambaran kilat menyambar
pedang Pek giok-kiam milik Kiau Hui-hui tersebut.
Oh Put Kui yang mengikuti jalannya pertarungan itu diamdiam mangangguk, berbocara soal tenaga dalam yang dimiliki
kedua gadis itu, Nyoo Siau-sian tidak lebih cetek daripada si
Gadis suci dari lembah Yu-kok.
Akan tetapi perasaannya sekarang menjadi goncang dan
tidak tenang. Sebab dari pembicaraan kedua orang gadis itu, dia dapat
mendengar bahwa pertarungan yang dijanjikan hari ini, pada
hakekatnya bukan kejadian seperti apa yang pernah
diterangkan Nyoo Siau-sian kepada dirinya.
Pertarungan ini dilangsungkan karena perselisihan dari
kedua perguruan mereka. Wi-in sinni dengan ilmu ruyung penakluk iblisnya
diwariskan kepada Nyoo Siau-sian sebaliknya Giok-bong
sinni, satu diantara tiga dewa Hong-gwa-sam-sian telah
mewariskan ilmu pedang penakluk iblisnya kepada Kiau Huihui. Ketika Oh Put Kui mendapat tahu kalau Kiau Hui-hui anak
murid dari Giok-hong sinni It-ing taysu, dia segera mengethui
bahwa pertarungan yang berlangsung saat ini tak akan
berkembang menjadi pertarungan berdarah.
Sudah lama orang persilatan tahu mengenai perselisihan
antara Wi-in sinni dengan It ing taysu.
Dan dari pembicaraan Kiau Hui-hui tadi, Oh Put Kui pun
mendapat tahu bahwa kedua orang nikou tersebut sudah dua
puluh satu kali bertarung untuk menentukan mana yang lebih
unggul antara senjata ruyung penakluk iblis dengan pedang
penakluk iblis, Dan didalam pertarungan kali ini, mereka telah menitahkan
ahli waris masing-masing untuk melanjutkan pertarungan ini.
Sekalipun pertarungan telah berlangsung berulang kali,
namun kejadian itu bukan berarti merusak hubungan baik
kedua orang sinni itu, sudah barang tentu murid-murid
merekapun tak nanti akan saling beradu jiwa karena urusan
tersebut. Menyadari akan hal ini, Oh Put Kui baru bisa tertawa,
pikiran dan perasaannya pun tidak lagi merasa tegang seperti
apa yang dialaminya semula.
Sambil berpeluk tangan diapun menonton jalannya
pertarungan dari kedua orang gadis itu........
Dalam pada itu pertarungan ditengah arena sudah
berkobar dengan serunya, tampak bayangan kuning dan hijau
saling menyambar dengan serunya.
Keempat orang dayang dari Kiau Hui-hui cuma berdiri
dikejauhan sana sambil menonton jalannya pertarungan itu,
namun wajah mereka sama-sama mencerminkan kegelisahan
serta perasaan tak tenang.
Mungkin mereka mengira Kiau Hui-hui sudah terdesak
sehingga berada diposisi bawah angin.
Waktu itu, dari ketiga puluh enam jurus ilmu ruyung
penakluk iblis dari Nyoo Siau-sian, ia telah menggunakan
sampai ke jurus yang kesembilan belas yang bernama
"pekikan naga auman singa".
Bayangan ruyung yang berlapis-lapis segera muncul dari
empat arah delapan penjuru dan mengurung sekeliling tempat
itu rapat-rapat. Kiau Hui-hui berkerut kening namun tidak menjadi gentar
oleh keadaan tersebut, dengan cepat tangan kirinya
melepaskan sebuah pukulan, sementara pedang ditangan
kanannya memainkan pula jurus Hui-sim-li-mo (dengan hati
suci menangkap iblis) satu diantara jurus jurus ilmu pedang
penakluk iblis. Tampak cahaya hijau berkelebat lewat dan menjebolkan
pertahanan bayangan ruyung yang berlapis-lapis itu dan
langsung menyerang iga kiri Nyoo Siau-sian.
Menghadapi ancaman ini, bukan saja Nyoo Siau-sian tidak
menunjukkan sikap gugup atau panik, malahan dia tertawa
cekikikan sambil berseru:
"Enci Kiau, kau sudah tertipu!"
Tiba-tiba saja ruyungnya diayunkan ke atas dan berputar
kekanan dengan kecepatan bagaikan kilat, dengan suatu
gerakan cepat dia menghindarikan diri dari ujung pedang
lawan. Kiau Hui-hui sangat terkejut, tapi ia sampat juga berseru
sambil tertawa: "Adik Sian, kau benar-benar sangat hebat"
Sementara itu ruyung panjang itu sudah menyerang lagi
dengan gaya bukit Thay-san menindih kepala, dengan tenang
dan kalem dia segera membuang pedang sambil miringkan
badan, lalu dengan rambutnya yang panjang dia sambar Nyoo
Siau-sian. Sebagaimana diketahui panjang ruyung mu-ni-pian itu
mencapai satu kaki tiga depa, jauh lebih menguntungkan bila
digunakan untuk pertarungan jarak jauh, sebaliknya sangat
merepotkan bila digunakan untuk pertarungan jarak dekat.
Dengan sorot mata berkilat dia segera menjejakkan kakinya
ke atas tanah dan tiba tiba saja melompat dua kaki ke udara.
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan demikian, sambaran pedang yang dilancarkan Kiau
Hui-hui pun kembali mengenai sasaran yang kosong.
Menyaksikan pertarungan itu, Oh Put Kui tidak dapat
menahan diri lagi, dia segera bertepuk tangan sambil memuji:
"Ilmu ruyung dan ilmu pedang yang sangat bagus!"
Sementara Nyoo Siau-sian sudah melayang turun ke atas
tanah, dengan cepat dia mengayunkan ruyungnya sambil
melancarkan serangan lagi, katanya sambil tertawa:
"Enci Kiau, kau tak bisa bersantai-santai lagi, ayoh gunakan
seluruh tenagamu!" Sembari berkata dia perketat serangan yang dilancarkan,
dalam waktu singkat dia telah melepaskan lima buah
serangan berantai yang sangat hebat.
"Kau ingin bertarung sungguhan?" seru Kiau Hui-hui
terperanjat, "adik Sian, bila orang lain yang menghadapi jurus
serangan itu, mungkin tiada orang yang mampu menghadapinya." "Tapi justru dengan cara ini saja, kau baru bisa didesak
mundur," jawab Nyoo Siau-sian sambil tertawa.
Dalam pembicaraan yang berlangsung Kiau Hui-hui telah
berhasil menghindari ancaman itu.
Sekali lagi Oh Put Kui bersorak memuji.
Ternyata gerakan tubuh yang digunakan gadis suci dari
lembah Yu-kok untuk menghindari serangan tersebut ada
tujuh bagian mirip sekali dengan ilmu tay-siu-huan im-poh
yang pernah dipelajari dari Pulau neraka tempo hari.
Hanya saja dalam perubahan, gerakan itu tidak setangguh
ilmu langkah Tay-siu-huan-im poh tersebut.
Sambil tertawa cekikikan kembali Nyoo Siau-sian berseru:
"Enci Kiau, coba kau lihat serangan ruyungku ini........"
Mendadak ruyung yang berada ditangan kanannya itu
melayang datang dari sisi tubuhnya.
Gerakan ruyung itu lambat sekali, tapi justru mendatangkan
suatu ancaman yang sukar diduga.
Kiau Hui-hui seketika terlihat agak kaget bercampur
keheranan, dengan pandangan tak berkedip diawasinya
ruyung panjang ditangan Nyoo Siau-sian itu tanpa berkedip,
sementara pedang Pek-giok kiam nya disilangkan di depan
dada tanpa bergerak. Tiba-tiba saja Oh Put Kui berkerut kening.
Secara diam-diam dia telah menghimpun tenaga dalamnya
sebesar sepuluh bagian untuk berjaga-jaga atas segala
peristiwa yang tidak diinginkan.
Rupanya dia telah menyaksikan bahwa dibalik serangan
ruyung yang dilancarkan Nyoo Siau-sian saat ini, terkandung
suatu kekuatan yang tak terlukiskan dengan kata.
Sebaliknya sikap Kiau Hui-hui yang berdiri tenang dengan
pedang terhunuspun kelihatan sangat serius, oleh sebab itu
dia sadar bahwa serangan itu bila dilancarkan keluar, niscaya
akan menimbulkan suatu bentrokan kekerasan yang maha
dahsyat. Yang dikuatirkan olehnya saat ini adalah keteledoran dari
mereka berdua, sebab salah-salah bisa mengakibatkan suatu
bencana yang amat dahsyat.
Oh Put Kui tak ingin bencana yang berada didepan mata ini
timbul dan terjadi........
Maka secara diam-diam ia telah mengambil keputusan
didalam hati, apabila keadaan memerlukan, maka dia akan
turun tangan memberi bantuan.
Pada saat itulah ruyung Mu-ni-pian dari Nyoo Siau-sian
telah menyambar datang dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat. Disaat ruyung panjang itu tinggal berapa depa saja dari
tubuh Kiau Hui-hui itulah, mendadak ujung ruyung tersebut
menggulung dan menyambar keatas dengan kecepatan luar
biasa. Berkilat sepasang mata Kiau Hui-hui menghadapi kejadian
ini, secepat kilat pedangnya dilontarkan pula kedepan.
Dalam waktu singkat ruyung dan pedang itu sudah saling
membentur satu sama lainnya.
"Plaaaakkk......."
Akibat dari bentrokan ini, ruyung Mu-ni-pian segera
membelenggu pedang ciang mo kiam.
Dan kedua belah pihakpun saling membetot dengan
sepenuh tenaga, namun tak berhasil untuk melepaskan diri
satu dengan lainnya. Dalam sekejap mata, kedua orang gadis itu sama-sama
mengerahkan tenaga dalamnya hingga mencapai dua belas
bagian. Diantara rambut yang berkibar terhembus angin dan wajah
yang memerah seperti kepiting rebus, kedua orang gadis itu
saling mempertahankan diri dengan sepenuh tenaga, namun
nampak sekali kalau mereka berdua sama-sama merasa
ngotot dan berat. Namun siapapun enggan mengendorkan diri sehingga
memberi peluang baik untuk lawannya.
Pertarungan adu tenaga dalam semacam ini memang
merupakan pertarungan yang sangat berbahaya, siapa saja
yang berani berayal sedikit saja, niscaya bencana besar akan
tiba didepan mata. Untuk sesaat lamanya suasana dalam arena dicekam
dalam keheningan yang luar biasa, sedemikian heningnya
sampai dengus napas setiap orang dapat kedengaran secara
jelas. Seperminum teh sudah lewat tanpa terasa.
Peluh sudah mulai bercucuran keluar membasahi jidat
Nyoo Siau-sian........ Begitu juga dengan ujung hidung Kiau Hui-hui, basah dan
berkilat oleh peluh yang bercucuran.
Rupanya pertarungan yang sangat berat ini menyebabkan
mereka saling ngotot mempertahankan diri dengan sepenuh
tenaga dan siapapun tak mau mengundurkan diri lebih dulu...
@oodwoo@ Jilid 32 Oh Put Kui berkerut kening, pelbagai ingatan segera
berkecamuk didalam benaknya..........
Haruskah dia turun tangan" Atau jangan" Pemuda itu tak
dapat mengambil keputusan secara pasti.
Sebab bagaimanapun juga pertarungan itu menyangkut
nama baik serta pamor dari suatu perguruan.
Sementara dia masih termenung mencari akal, tiba-tiba
terdengar keempat orang dayang dari Kiau Hui-hui sudah
berteriak keras: "Oh kongcu, siancu dan nona Nyoo sudah tak mungkin bisa
memisahkan diri lagi, bila tidak segera dilerai, akibatnya kedua
orang itu akan terluka parah atau bahkan tewas....... Oh
kongcu, kau harus mencari akal dengan cepat untuk
memisahkan mereka berdua!"
Tiba-tiba saja Oh Put Kui merasakan hatinya bergetar
keras, teriakan dari keempat orang dayang itu telah
menyadarkan dirinya. Paling tidak, dia tak boleh membiarkan dua orang gadis
yang cantik rupawan itu tewas dalam keadaan mengenaskan.
Dalam waktu singkat dia mengambil keputusan didalam
hatinya. Mendadak pemuda itu mendongakkan kepalanya dan
berpekik nyaring, begitu pekikannya selesai diutarakan,
tubuhnya menerjang kedalam arena dengan kecepatan luar
biasa. Tampak sepasang tangannya direntangkan kekiri dan
kanan secara bersama-sama......
Pada saat yang bersamaan dia telah mencengkeram
ruyung Mu-ni-pian dan menyentil lepas pedang penakluk
iblis...... Ditengah gelak tertawanya yang sangat nyaring inilah,
kedua orang gadis itu sama-sama mundur sejauh delapan
langkah sebelum berhasil berdiri tegak.
Tapi mereka berdua segera menghembuskan napas
panjang dan memandang kearah Oh Put Kui dengan
termangu. Tampaknya kelihayan ilmu silat yang dimiliki anak muda itu
membuat mereka tercengang dan hampir saja tidak percaya.
Setelah berhasil memisahkan kedua orang gadis itu, Oh
Put Kui baru menegur dengan suara dalam!
"Siapa suruh kalian berdua saling beradu tenaga dalam"
benar-benar suatu tindakan yang tidak seharusnya dilakukan!"
Teguran itu diutarakan sangat berat dan pedas, bahkan
sama sekali tidak sungkan-sungkan.
Akan tetapi dua orang gadis itu tidak menjadi marah atau
tersinggung, justru perasaan menyesal dan malu muncul
didalam hati masing masing, tanpa disadari mereka berpikir
dihati: "Aaah, betul juga. mengapa kami harus saling beradu
jiwa?" Akan tetapi kedua orang itupun paham, ibarat anak panah
diatas gendewa, bagaimanapun juga harus dilepaskan juga.
Maka setelah Oh Put-kui menyelesaikan perkataannya,
kedua orang gadis itu hanya menundukkan kepalanya rendarendah tak berani membantah.
Dengan sorot mata yang tajam Oh Put-kui mengawasi
kembali wajah kedua orang gadis itu, lalu sesudah tertawa
terbahak-bahak dia berkata:
"Sudahlah, pertarungan kali inipun harus diakhiri dengan
serie alias sama kuat, menurut pendapatku, biarpun ilmu
ruyung penakluk iblis dan ilmu pedang penakluk iblis diadu
seratus kali lagipun percuma saja, selamanya tak akan bisa
diketahui siapa yang lebih unggul."
Kedua orang gadis itu mendongakkan kepalanya sambil
memandang pemuda itu sekejap, kemudian masing-masing
tersenyum. Dan pada saat itulah, dari atas bukit di belakang bangunan
loteng berwarna putih itu kedengaran dua kali suara gelak
tertawa yang sangat keras.
Menyusul gelak tertawa itu, terdengar seseorang berseru
lantang: "Perkataan itu memang benar nak, dia berkata sangat
tepat......." Mendengar ucapan tersebut, dengan perasaan terperanjat
Oh Put-kui segera mendongakkan kepalanya.
Tapi Nyoo Siau-sian segera berteriak dengan gembira:
"Suhu, rupanya kau sudah datang lebih duluan........"
Saat itulah kedengaran pula suara yang lain berseru
dengan nada berat dan rendah
"Wi in suci, tampaknya perselisihan kita betul betul suatu
perselisihan yang tak ada artinya........!"
Mendengar suara ini, Kiau Hui-hui yang segera menjerit
keras: "Suhu, rupanya kau orang tua juga datang"
Paras muka Oh Put Kui yang semula diliputi perasaan
kaget dan terkesiap itu, kini berubah menjadi penuh
senyuman. Dia tak menyangka suhu dari kedua orang gadis itu sudah
datang semua. Kini dia baru menyesal mengapa harus turun tangan.
Tapi dia pun merasa gembira atas keterlibatannya didalam
pertarungan tadi. Kalau tidak, entah sampai kapan pertarungan antara
ruyung dan pedang tersebut baru bisa diakhiri"
Atau bahkan bisa jadi akan berubah menjadi perselisihan
yang turun temurun. Tapi bila didengar dari nada pembicaraan Giok-hong sinni
It-ing Taysu barusan, agaknya dia sudah tidak berniat lagi
untuk meneruskan pertarungan tersebut.
Tapi bagaimana dengan Wi-in sinni" Ia percaya, nikou tua
itupun tak akan menampik.
Disaat Oh Put Kui mendongakkan kepalanya sambil
tersenyum, dua sosok bayangan manusia telah meluncur
turun dari puncak tebing itu dengan gerakan yang amat
ringan. Dalam waktu singkat ditengah arena telah bertambah
dengan dua orang nikou tua.
Seorang diantaranya sudah pernah dijumpai Oh Put Kui,
dia adalah Wi-in sinni. Ini berarti nikou yang satunya lagi adalah It-ing taysu.
Tapi hampir saja Oh Put Kui tidak percaya kalau kedua
orang nikou tersebut adalah tokoh silat yang sudah lama
termashur dalam dunia persilatan.
Sebab Giok-hong sinni It-ing taysu yang merupakan satu
diantara tiga dewa ini nampaknya baru berusia tiga puluh
tahunan. Wajahnya yang lembut dan saleh serta bajunya yang putih
bersih dengan senyum manis membuat nikou itu kelihatan
lebih anggun dan simpatik.
Nyoo Siau sian segera lari menghampiri nikou tua itu,
sedangkan Kiau Hui-hui menghampiri nikou setengah umur
itu. "Suhu......." hampir bersamaan waktunya mereka berseru.
Tapi kedua orang nikou itu segera menukas:
"Cepat kau jumpai dulu paman gurumu!"
Maka kedua orang gadis itupun bertukar patner untuk
saling memberi hormat. Dengan senyum dikulum It-ing taysu berkata kepada Nyoo
Siau-sian: "Anak Sian, tampaknya seluruh ilmu ruyung dari gurumu
telah kau pelajari dengan sempurna."
"Susiok, enci Kiau lebih ganas daripada aku," kata Nyoo
siau-sian sambil tertawa, "bukan saja dia sudah menguasai
penuh seluruh ilmu pedang penakluk iblis dari susiok, bahkan
permainannya sudah mendekati kesempurnaan."
Sementara itu Kiau Hui-hui yang baru saja memberi hormat
kepada Wi-in sinni segera membantah:
"Adik Sian, kau tak usah memuji diriku, bagaimanakah
keadaan yang sesungguhnya tentu kau pahami, andaikata Oh
kongcu tidak segera turun tangan, aku si enci akan
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengenaskan sekali."
"Enci Kiau, kau jangan menyindir orang" Nyoo Siau-sian
kembali berteriak. "sudah jelas aku yang tak mampu menahan
diri........" "Sudah, sudahlah, kalian tak usah saling memuji........"
tukas It-ing taysu kemudian sambil tertawa ramah.
Kemudian sambil mengalihkan sorot matanya kearah Oh
Put Kui, sembari ujarnya sambil tertawa:
"Oh sicu, kalau dilihat dari jurus serangan yang kau
gunakan tadi, tampaknya mirip sekali dengan Thian-liong
siankang, apakah siau-sicu adalah ahli waris dari Thian-liong
sangjin?" "Suhu boanpwee adalah Tay-gi!" jawab Oh Put Kui dengan
sikap amat menghormat. It-ing taysu yang mendengar itu segera berseru dengan
gembira: "OOdwOoooh....... rupanya kau adalah muridnya Tay-gi
sangjin, kalau begitu tak aneh lagi......."
Mendadak ia menghela napas panjang, lalu kepada Wi-in
sinni katanya pula: "Suci. Kita benar-benar mencari penyakit buat diri sendiri.
aku lihat pertarungan yang diselenggarakan satu kali setiap
dua tahun ini tak usah dibicarakan lagi mulai sekarang......."
"Adikku, sejak lama kita sudah seharusnya menghentikan
pertarungan itu......." Wi-in sinni tersenyum.
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya:
"Kalau dilihat dari kemampuan yang dimiliki kedua orang
bocah itu, semestinya merekapun bisa terhitung jago kelas
satu didalam dunia persilatan, aku rasa kita berdua pun tak
usah merisaukan keadaan mereka lagi......."
Oh Put Kui yang turut mendengarkan pembicaraan itu dari
samping, diam-diam merasa amat terkesiap.
Dia sama sekali tidak mengira kalau nikou yang saleh ini
bisa bertarung hampir empat puluh tahun lamanya gara-gara
ingin mengetahui ilmu silat siapakah yang lebih unggul
diantara mereka. Tiba-tiba saja dia merasa, ada kalanya orang persilatan
memang bisa berbuat bodoh sekali tanpa mereka sadari.
Setelah tertawa hambar It-ing suthay berkata pula:
"Yaa betul, pertandingan yang tak berarti telah menyianyiakan waktu kita selama empat puluh tahun, aaaaaiiii......."
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Nyoo SIau-sian
berseru sambil tertawa cekikikan:
"Susiok, selanjutnya aku tidak perlu bertarung melawan
enci Kiau lagi bukan?"
It-ing suthay segera manggut-manggut.
Sedang Wi-in sinni berkata pula sambil tertawa:
"Anak Sian, ilmu pedang penakluk iblis dari susiok mu tiada
taranya didunia ini, berbicara soal ilmu pedang, mungkin
selain ilmu pedang thian-lui-kiam-hoat dari si iblis diantara
pedang yang disebut orang sebagai pedang iblis pencabut
nyawa Oh Ceng-thian, didunia ini tiada ilmu pedang kedua
yang mampu menandinginya."
Oh Put-kui yang mendengar ucapan tersebut tiba tiba saja
merasakan hatinya bergetar.
Ia tahu ilmu Thian-lui-kiam merupakan ilmu pedang
andalannya, sebab dia adalah putera Oh Ceng-thian.
Sekalipun demikian, pujian dari Wi-in sinni ini mendatangkan rasa gembira juga bagi Oh Put-kui yang
mendengarkan. Tanpa terasa sebelum senyman menghias ujung bibirnya.
"Suhu," terdengar Nyoo Siau-sian berkata sambil tertawa.
"benarkah ilmu pedang "Thian-lui-kiam itu lihay sekali?"
Wi-in sinni manggut manggut seraya tertawa:
"Ya, tentu saja. kalau tidak mengapa Oh tayhiap disebut
orang sebagai iblis diantara pedang?"
Sambil tertawa It-ing suthay berkata pula:
"Nak sian, suatu ketika bila kau dapat menyaksikan
kehebatan dari ilmu pedang thian-lui-kiam, maka kau akan
tahu bahwa suhumu tidak membohongi kau, lagi pula akupun
tahu........" Setelah menunduk agak sedih, ia meneruskan:
"Sepanjang hidup, mungkin tiada ilmu pedang lain yang
bisa menandingi kehebatan Oh tayhiap!"
"Suhu, apakah kau suruh aku mencari si iblis diantara
pedang untuk mencoba kepandaiannya?" tanya Kiau Hui-hui
tiba-tiba sambil mengerdipkan matanya.
Dengan cepat It-ing suthay menggeleng:
"Anak bodoh, bahkan suhumu sendiripun sadar bukan
tandingannya. apalagi kau" Berani amat kau berbicara latah"
Betul-betul anak harimau yang tak tahu diri........"
"Tecu tidak percaya kalau ilmu pedang Thian-lui-kiam bisa
lebih hebat daripada ilmu pedang ciang-mo-kiam!" seru Kiau
Hui-hui lagi sambil tertawa.
Mendadak Oh Put Kui berkata sambil tersenyum:
"Kiau siancu, ilmu pedang Thian-lui kiam-hoat tersebut
memang betul-betul memang sangat hebat."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya Nyoo siau-sian sambil
tertawa. "Tentu saja aku tahu......."
"Dimana sih kau pernah menyaksikan ilmu pedang Thianlui-kiam itu?" tanya Kiau Hui-hui pula, "Oh kongcu, bila kau
mengetahui, bersediakah kau memberitahukan kepadaku,
dimanakah si iblis diantara pedang itu berada?"
"Apakah kau ingin menjumpai dia orang tua?" tanya Oh Put
Kui sambil tertawa hambar.
Kiau Hui-hui sama sekali tidak memperhatikan nada
pembicaraan dari Oh Put Kui saat itu.
Setelah membereskan rambutnya, dia menjawab:
"Benar, aku ingin menggunakan ilmu pedang ciang-mokiam untuk mengungguli ilmu pedang Thian-lui-kiam."
"Kau tak akan bisa mengunggulinya......." Oh Put ui
menggelengkan kepalanya. "Aku tidak percaya, dari namanya saja iblis diantara
pedang, sudah kedengaran membawa tiga bagian hawa
sesat, sejak dulu sampai sekarang kaum lurus pasti dapat
mengungguli kaum sesat, maka ilmu pedang penakluk iblis
justru akan merupakan ilmu tandingannya."
"Kiau siancu, dari mana kau menyimpulkan kalau Oh
tayhiap mengandung tiga bagian hawa sesat?" tanya Oh Put
Kui sambil mengerutkan dahinya rapat-rapat.
"Kalau bukan mengandung hawa sesat, mengapa ia
disebut sebagai iblis......"
Mendengar itu Oh Put Kui segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa tergelak.
"Haaaaahhhh..... haaaaahhhhh..... haaaaahhhh..... Kiau
siancu, kau keliru besar.......!"
Kiau Hui-hui yang ditertawakan segera menjadi tertegun
dibuatnya, bahkan dua orang sinni itupun turut tertarik
dibuatnya. "Dimanakah kesalahanku?" dengan nada suara agak
berubah Kiau Hui-hui mendesak.
"Siapa yang bertarung dengan mengandalkan ilmu silat dia
adalah kaum iblis, bila ingin menjadi nabi, mengapa pula
harus menggunakan kekerasan" Oleh sebab itu julukan iblis
diantara pedang hanya bisa diartikan sebagai melukiskan
keadaan ilmu pedangnya yang kelewat tangguh dan hebat,
bila Kiau siancu mengartikan kata iblis tersebut sebagai hawa
sesat, maka jelas kau sudah mengartikan yang salah."
Nyoo Siau-sian yang menyakskan keseriusan dan
kesungguhan Oh Put Kui dalam pembicaraan tersebut, diamdiam merasa amat terkejut, pikirnya kemudian:
"Heran, mengapa Oh toako seperti menaruh perhatian yang
amat serius terhadap persoalan itu?"
Dalam pada itu Kiau Hui-hui telah berkata lagi sambil
tertawa lebar: "Sekalipun apa yang diucapkan Oh Kongcu benar, aku
ingin sekali menyaksikan kehebatan dari ilmu pedang Thianlui-kiam tersebut......"
"Tekad siancu sungguh mengagumkan......." puji Oh Put
Kui. Kiau Hui-hui kembali tertawa, tanyanya kemudian:
"Oh kongcu, tahukah kau Oh tayhiap berada dimana
sekarang?" "Aku tidak tahu......" pemuda itu menggeleng.
Lalu dengan kening berkerut, katanya lagi sambil tertawa:
"Jadi Kiau siancu benar-benar ingin menyaksikan ilmu
pedang Thian-lui-kiam itu?"
"Tentu saja......."
Mendadak Nyoo siau-sian ikut menimbrung:
"Oh toako, mengapa sih kau harus membelai ilmu pedang
Thian-lui-kiam" Atau jangan jangan...... kau dapat menggunakan ilmu pedang tersebut?"
Begitu pertanyaan itu diajukan, kedua orang nikou sakti
itupun ikut tertegun dibuatnya.
Benar juga perkataan itu, mengapa Oh Put-kui begitu
bersikeras membelai ilmu pedang Thian-lui-kiam"
Mungkin pemuda itu ada hubungannya dengan Oh Cengthian" Sementara itu Oh-put-kui telah menjawab sambil tertawa:
"Adik Sian, kau memang seorang yang pandai......."
Jawaban tersebut sekali lagi membuat semua yang hadir
merasa amat terkejut. Setelah mengalihkan sorot matanya memandang seluruh
hadirin, sambil tertawa Oh Put-kui berkata lebih jauh:
"Kiau siancu, kau tidak usah mengharapkan yang jauh
dengan menampik yang berada didepan mata, aku pernah
belajar ilmu pedang Thian-lui-kiam-hoat selama lima hari,
apabila siancu tidak keberatan, aku bersedia menemani
siancu untuk mencoba kehebatan ilmu pedang tersebut......."
Tiba-tiba saja paras muka Kiau siancu berubah berulang
kali, berbicara yang sebetulnya, dia merasa enggan untuk
bertarung melawan si anak muda itu.
Seandainya ditanya apakah dalam hatinya terdapat
bayangan seorang lelaki, maka bayangan lelaki yang
menempel di hatinya tak lain adalah Oh Put-kui yang berada
dihadapannya. Hanya saja Oh Put-kui sendiri justru tak pernah berpikir
sampai kesitu. Maka diapun mendesak lebih jauh:
"Kiau siancu, apakah kau sudah merubah keinginanmu?"
Kiau Hui-hui mengerdipkan matanya berulang kali, tapi
akhirnya dia tertawa: "Oh kongcu, aku tak pernah berubah pikiran......."
Setelah menundukkan kepalanya sejenak, kembali dia
melanjutkan: "Cuma saja, Oh kongcu baru belajar ilmu pedang Thian-luikiam selama lima hari......."
Sudah jelas dia maksudkan perkataan dari Oh Put-kui tadi
kelewat tekebur. Sambil tertawa Nyoo Siau-sian berkata pula:
"Toako, kau jangan begitu memandang rendah orang
lain......" "Aku tak akan berbuat sebodoh ini," sahut Oh Put Kui
sambil tertawa hambar. Kemudian setelah memandang sekejap It-ing taysu,
kembali dia berkata: "Sebagai murid kesayangan It-ing cianpwee aku percaya
kemampuannya pasti sangat hebat!"
Sudah jelas dibalik perkataan itu sesungguhnya masih
mengandung maksud lain. Paras muka It-ing suthay sama sekali tidak berubah,
katanya kemudian sambil tertawa:
"Oh sicu amat gagah dan bertenaga dalam amat sempurna,
meskipun hanya lima hari mempelajari ilmu pedang Thian-luikiam-hoat, tapi pinni percaya siau-sicu pasti sudah
memperoleh seluruh warisan dari Oh tayhiap."
Wi in sinni berkata pula sambil tertawa
"Aku rasa pelajaran yang diperoleh secra tergesa-gesa,
belum tentu bisa menggunakan seluruh intisari dari
kepandaian tersebut."
"Tidak mungkin," It-ing suthay menggeleng, "bila ditinjau
dari kemampuan Oh sicu dalam ilmu Thian-liong siaukang,
pinni percaya untuk mempelajari ilmu silat apapun, asalkan
berhasil mempelajari inti sarinya, maka semua rahasia ilmu
tersebut dapat dipahami."
Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba-tiba dia berkata
lagi kepada Oh Put Kui: "Siau-sicu, pinni ingin sekali menanyakan satu persoalan
kepadamu, bersediakah kau untuk menjawabnya?"
Oh Put Kui segera menjura seraya menyahut dengan
hormat: "Silahkan cianpwee utarakan!"
"Siau-sicu berasal dari marga Oh, apakah kau berasal satu
marga dengan Oh Ceng-thian?"
Oh Put Kui tersenyum. "Boanpwee adalah putra tunggal dari si iblis diantara
pedang Oh Ceng-thian!"
Jawaban yang amat santai ini, degnan cepat mengejutkan
semua orang yang berada disitu.
"Jadi kau adalah putra Oh Ceng-thian?" tanya Wi-in sinni
kemudian. "Benar!" Dengan cepat It-ing suthay menggelengkan kepalanya
sambil tertawa, serunya: "Kejadian ini benar-benar merupakan suatu peristiwa yang
sama sekali tak terduga......."
"Nak, apakah Tay-gi adalah empekmu?" kembali Wi in sinni
bertanya.
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baru belakangan ini boanpwee mengetahui persoalan
tersebut." Wi-in sinni teratawa hambar:
"Kalau memang begitu, mengapa kau hanya belajar ilmu
pedang thian-lui-kiam selama lima hari saja" Seharusnya Oh
Ceng-thian mewariskan seluruh kemampuannya kepadamu!"
Oh Put Kui menghela napas panjang:
"Berhubung ayahku terkurung di pulau neraka dan tak bisa
kembali ke daratan Tionggoan, maka boanpwee dengan
menyerempet bahaya telah mengunjungi pulau tersebut dan
atas kemurahan hati ketujuh orang jago lihay itu, masingmasing telah mewariskan kepandaian silatnya kepadaku.
"Waktu itu boanpwee sama sekali tidak tahu kalau orang
tua yang mewariskan ilmu pedang kepada boanpwee adalah
ayahku... oleh sebab itulah boanpwee hanya belajar ilmu
pedang selama lima hari saja......."
Mendengar sampai disini, It-ing suthay ikut menghela
napas panjang...... "Nak, kalau begitu aku telah salah mendugamu......." kata
Wi-in sinni sambil tertawa.
Dengan sedih Oh Put Kui menjawab:
"Terima kasih banyak atas perhatian kau orang tua......."
Pada saat itulah tiba-tiba It-ing suthay berkata dengan
suara lirih: "Siau-sicu, kalau begitu berilah petunjuk kepada anak Hui!"
Sekalipun Kiau Hui-hui merasa terkejut oleh asal usul dari
Oh Put Kui, tapi tekadnya untuk mencoba ilmu pedang Thianlui-kiam tidak menjadi luntur sama sekali.
Begitu It-ing suthay menyelesaikan perkataannya, dia
segera berkata sambil tertawa hambar.
"Oh kongcu, sekalipun aku tak becus, ingin sekali kucoba
kelihayan dari ilmu pedang Thian-lui-kiam!"
"Akupun ingin sekali menyaksikan keampuhan yang
sebetulnya dari ilmu pedang Ciang-mo-kiam......."
Sementara pembicaraan berlangsung, pedang Ciang-pengsiu-kiam telah diloloskan dari sarungnya.
Begitu pedang karat yang sama sekali tak bersinar itu
dicabut keluar, kedua orang nikou itu sama-sama dibuat
tertegun. -oo0dw0oo- "Nah, pedang apakah itu?" tanya Wi-in sinni kemudian
dengan wajah lembut. Pada saat yang hampir bersamaan, It-ing suthay berkata
pula: "Oh sicu, aku lihat pedangmu itu mempunyai asal usul yang
luar biasa!" Oh Put Kui tersenyum. "Pedang karat milik boanpwee ini tak lain adalah pedang
karat Cing-peng-siu-kiam dari tujuh manusia aneh dunia
persilatan." "Sejak kapan Tay-gi mendapatkan pedang ini?" seru Wi-in
suthay dengan terkejut, "nak, pernahkah kau gunakan pedang
itu?" Oh Put Kui menggeleng. "Semenjak boanpwee mengikuti suhu, pedang ini sudah
berada didalam goa Cing-peng-gay, sejak kapan suhu
mendapatkan pedang tersebut, boanpwee sendiripun tidak
tahu......." Kemudian setelah berhenti sejenak, sambil tertawa katanya
lagi: "Semenjak pedang ini berada ditangan boanpwee, belum
pernah boanpwee mempergunakannya"
"Nak, kau benar-benar sangat hebat," puji Wi-in sinni
sambil tertawa. "Boanpwee hanya merasa belum saatnya mempergunakan
pedang tersebut." Berkilat sepasang mata It ing suthay setelah mendengar
perkataan itu, segera serunya
"Apakah Oh sicu bersedia memberi muka kepada
pinni........" "Suthay adalah cianpwee kami, sudah sepantasnya bila
boanpwee menghormatimu." kata Oh Put Kui dengan hormat.
Belum selesai dia berkata, Nyoo Siau-sian telah berkata
sambil tertawa: "Toako, mengapa kau tidak segera turun tangan" Sebentar
lagi fajar pun akan segera menyingsing!"
Tentu saja aku tak ingin membuang waktu lagi, nah Kiau
siancu, bersiap-siaplah........" kata Oh Put Kui kemudian
sambil tertawa dengan memeluk pedangnya ia memberi hormat kepada
kedua orang nikou itu, kemudian membalikkan badan dan
berdiri saling berhadapan dengan Kiau Hui-hui.
Gadis suci dari lembah Yu-kok, Kiau Hui-hui segera
menggetarkan pedang Pek giok kiam yang berada ditangan
kanannya, setelah tersenyum dia memandang sekejap kearah
It-ing suthay, lalu serunya:
"Silahkan Oh kongcu!"
"Silahkan siancu melancarkan serangan lebih dulu!"
"Baiklah, kalau toh koncu tak ingin melancarkan serangan
lebih dulu, terpaksa aku akan mendahului......."
Ditengah tertawanya yang merdu, pedang ditangan
kanannya segera berkelebat kedepan melancarkan sebuah
tusukan kilat. Serangan yang dilancarkan ini nampaknya sederhana
sekali. Tapi Oh Put-kui tahu, justru gerakan serangan yang makin
sederhana itulah akan menimbulkan perubahan yang lebih
banyak sehingga sukar diduga lawan sehingga didahului.
Oh Put-kui dengan pedang terhunus tetap berdiri tenang
pada posisinya semula. Dengan pandangan mata yang tajam dia awasi bayangan
pedang lawan, sampai ujung pedang Kiau Hui-hui hampir
mencapai dadanya itulah dia baru menggetarkan pedangnya.
"Traaaangggg.......!"
Suatu benturan yang amat nayringpun bergema memecahkan keheningan, akibatnya kedua belah pihak saling
berpisah. Sambil tertawa hambar Oh Put-kui berkata:
"Sungguh amat sempurna tenaga dalam yang dimiliki
siancu......" Rupanya pedang Kiau Hui-hui tidak berhasil dipentalkan
oleh bentrokan itu. Ketika mendengar ucapan mana, paras muka Kiau Hui-hui
berubah menjadi merah. Tapi dia sadar, sianak muda itu belum menggunakan
seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Maka dengan cepat dia melancarkan serangan pedangnya
untuk kedua kalinya. Stelah itu gadis itu baru berseru:
"Kongcu, aku toh berniat minta petunjukmu, mengapa kau
tidak mempergunakan segenap kekuatan yang kau miliki?"
kata Kiau Hui-hui kemudian sambil tertawa.
Belum habis perkataan itu, serangan pedangnya telah tiba.
Oh Put Kui segera tertawa hambar:
"Siancu terlalu sungkan, masa aku akan menyembunyikan
kemampuan sendiri.."
Kembali suatu bentrokan kekerasan terjadi.
Tiba-tiba Kiau Hui-hui melancarkan serangannya yang
ketiga dengan jurus "Jari Buddha menghilangkan duka".
"Waaah, rupanya benar-benar sebuah ilmu pedang yang
hebat dan tiada taranya......" seru Oh Put Kui sambil tertawa
tergelak, mencorong sinar tajam dari balik matanya.
Pedang karat cing-peng-kiamnya segera diputar mengeluarkan jurus "api guntur melelehkan emas" dari ilmu
pedang guntur langit yang secara langsung menembusi
lapisan bayangan pedang dari gadis tersebut.......
Dalam waktu singkat, bayangan tubuh kedua orang itu
sudah saling bergumul satu sama lainnya.
Nyoo Siau sian yang menonton jalannya pertarungan itu
segera bertanya kepada It-ing taysu dengan perasaan heran
dan kaget: "Susiok, mengapa gerak serangan pedang dari enci Kiau
barusan tidak setajam semula?"
It-ing thaysu segera tertawa tawa:
"Siau-sian, keistimewaan dari ilmu pedang penakluk iblis ini
adalah bila bertemu musuh tangguh akan menjadi tangguh,
bila bertemu musuh lemah akan lemah, lagipula ilmu
ruyungmu justru memiliki bagian-bagian yang merupakan
tandingan dari ilmu pedang tersebut, sehingga didalam
pandanganmu kekuatan dan pengaruh dari ilmu pedang
tesebut kurang hebat."
"Susiok, benarkah ilmu pedang tersebut memiliki kehebatan
yang luar biasa?" "Anak Sian, nampaknya kaupun tidak percaya?" seru It-ing
taysu sambil tertawa. "Kalau begitu enci Kiau sengaja menyembunyikan ilmu
simpanannya?" seru Nyoo Siau sian lagi.
Kembali It-ing taysu tertawa:
"Mana ia berani berbuat begitu" Kalau kurang percaya,
tanyakan saja kepada suhumu!"
Nyoo siau sian segera berpaling kearah Wi-in sinni yang
berada disisinya lalu berseru:
"Suhu, benarkah apa yang diucapkan susiok?"
Sambil tertawa Wi-in sinni mengangguk:
"Yaa betul, apa yang dikatakan susiokmu memang betul!"
Nyoo Siau-sian menjadi sangat terkejut, kembali ujarnya
"Susiok, kalau begitu bisa jadi ilmu pedang guntur langit tak
mampu menandingi ilmu pedang penakluk iblis."
It-ing taysu segera tertawa:
"Hey budak, setelah berbicara setengah harian lamanya,
baru perkataan ini muncul dari sanubarimu!"
"Tidak.......," merah jengah selembar wajah Nyoo Siau-sian.
Sambil tertawa kembali It ing taysu berkata:
"Terlepas kau percaya atau tidak, yang pasti ilmu pedang
guntur langit dari Oh Put Kui tak bakal kalah dari ilmu pedang
penakluk iblis, nah tentunya kau dapat berlega hati bukan."
"Aku tetap tak percaya." sekali lagi Nyoo Siau-sian
menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba Wi-in sinni berkata sambil tertawa:
"Anak Sian, apa yang dikatakan It-ing susiok memang
benar sekali. Nyoo Siau-sian berpaling dan memandang sekejap kearah
dua orang yang sedang bertarung ditengah arena, lalu
katanya kembali. "Anak Sian lebih tak percaya lagi, coba suhu lihat,
bukankah seluruh badan Oh toako telah terkurung ditengah
bayangan pedang dari enci Kiau?"
"Nak, kau dapat berkata begitu berhubung pengalamanmu
masih amat cetek." kata It-ing taysu sambil tertawa.
Wi-in sinni berkata pula sambil tertawa:
"Anak Sian, bila kau tak percaya, lihat saja sebentar lagi,
dalam sepuluh gebrakan kemudian menang kalah akan
segera ketahuan." "Tentu saja anak Sian tidak......"
Mendadak ucapan sinona itu terhenti sampai ditengah
jalan. Rupanya dua orang yang sedang bertarung ditengah arena
itu sudah mencapai titik klimaknya, perubahan drastis telah
terjadi... Kalau semula Oh Put-kui terkurung rapat dibalik kabut
cahaya pedang lawan, maka saat ini dia sudah lolos sama
sekali dari kurungan. Sebaliknya Kiau Hui-hui yang semula berada dalam posisi
menyerang, ini sudah berubah menjadi posisi mempertahankan diri. Bukan cuma begitu, malahan cahaya berkilauan yang
memancar keluar dari pedang Pek-giok-kiam pun jauh lebih
lemah dan redup. Sekulum senyuman manis segera tersungging diujung bibir
Nyoo Siau-sian, ia nampak berseri.
Lain halnya dengan It-ing taysu, perasaan kaget dan
terkesiap menghiasi seluruh wajahnya.
Sambil menghela napas pelan, Wi in sinni berkata pula:
"Sungguh tak disangka ilmu pedang guntur langit memiliki
daya kemampuan yang begitu dahsyat dan mengerikan
hati......." Mendadak....... Terdengar suara pekikan nyaring berkumandang dari mulut
Oh Put-kui, kemudian bersamaan dengan berhentinya suara
pekikan tersebut, semua orang merasakan munculnya cahaya
merah yang memancar keluar kemana.......
Oh Put-kui bersama pedangnya telah berubah menjadi
sekilas cahaya bianglala merah yang membumbung tinggi
keangkasa. Dari ujung pedang karat cing-ping-kiam tersebut, tampak
pancaran sinar pedang yang memancar sampai sejauh tiga
depa dari senjata tersebut.
wi-in sinni yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi
sangat terkejut, segera bentaknya:
"Nak, jangan kau lancarkan serangan yang mematikan.......
Paras muka It-ing taysu berubah lebih hebat lagi, dia
berteriak pula keras keras:
"Anak Hui, cepat mundur......."
Tapi bagi Kiau Hui-hui sulit rasanya bagi nona ini untuk
mundur dengan begitu saja.
Ternyata hawa pedang yang kuat dan dahsyat itu bagaikan
Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
besi sembrani yang menghisap kuat-kuat sebatang jarum,
betapapun ia berusaha untuk melepaskan diri, namun
usahanya selalu sia-sia belaka.
Atau dengan perkataan lain, Kiau Hui-hui sudah tak mampu
menggeserkan badannya barang setengah langkahpun.
Oh Put-kui yang masih berada ditengah udara segera
berputar satu lingkaran, dari gerakan yang begitu leluasa bisa
diketahui pula bahwa pemuda tersebut telah berhasil melatih
tenaga murninya hingga mencapai tingkatan mengeluarkan
dan menarik tenaga menurut kemauan sendiri, kejadian ini
sama sekali diluar dugaan kedua nikou tersebut.......
Wi in sinni yang melihat kejadian mana serta merta
menghimpun seluruh tenaga dalam yang dimilikinya untuk
bersiap sedia. Ia telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, andaikata Kiau
Hui-hui terancam bahaya maut, maka dia akan berusaha
untuk menyelamatkan jiwanya.
Begitu pula dengan It-ing taysu, dia telah membuat
persiapan yang matang. Tapi kenyataan Oh Put Kui sama sekali tidak berbuat
begitu, setelah mengitari udara tiga kali, dia melayang turun
kembali ke atas tanah. Lalu sambil memeluk pedangnya, ia berkata sambil tertawa
hambar: "Siancu, maaf, maaf......."
Pucat kehijau-hijauan paras muka Kiau Hui-hui waktu itu,
hal ini membuktikan kalau ia telah mengeluarkan seluruh
tenaga yang dimilikinya untuk melawan daya tekanan hawa
pedang lawan. Namun ada satu hal yang tidak dipahami, bukankah dia
belum sampai menderita kalah, kenapa lawannya justru
mengucapkan "maaf" kepadanya"
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengat It-ingtaysu berkata
sambil menghela napas panjang:
"Oh sicu, ilmu pedang guntur langit ayahmu sungguh hebat
dan luar biasa...... anak Hui, coba kau periksa sisa bunga
disamping sanggulmu, bukankah sudah terlepas dari
tempatnya?" Kiau Hui-hui merasa amat terkejut setelah mendengar
perkataan itu, tanpa terasa ia melepaskan ketiga kuntum
bunga Soh-sim-lau yang diselipkan pada sanggulnya.
Tapi dengan cepat dia dibuat tertegun, ternyata pada setiap
kuntum bunga itu telah bertambah dengan sebelas lubang
kecil. Nyoo Siau-sian turut tertegun dibuatnya setelah menyaksikan kejadian ini.
Seandainya serangan hawa pedang itu bukan ditujukan
pada bunga yang berada di sanggulnya mulainya pada bagian
tubuh yang lain, bukankah saat ini Kiau Hui-hui sudah
tergeletak diatas tanah dengan bermandikan darah"
Tiba tiba terdengar Wi-in sinni berkata sambil tertawa:
"Nak, kepandaian silat yang kau miliki itu sungguh
membuat pinni merasa kagum sama sekali tak kuduga kalau
ayahmu memiliki kepandaian ilmu pedang yang telah
mencapai tingkatan sedemikian sempurnyanya, sungguh
membuat aku merasa malu sendiri......"
Sementara itu Oh Put Kui telah menyarungkan kembali
pedang karat cing-peng-kiamnya, dia segera tertawa seelah
mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian:
"Locianpwee terlalu memuji, padahal ilmu pedang yang
boanpwee miliki sekarang masih ketinggalan jauh sekali
ketimbang kemampuan ayahku.
Ketiak boanpwee berkunjung ke Pulau Neraka tempo hari,
dengan mata kepalaku sendiri kusaksikan hawa pedang yang
terpancar keluar dari ujung senjata ayahku dapat mencapai
sejauh dua kaki lebih dari hadapannya."
"Siau sicu, kalau begitu ayahmu telah berhasil melatih ilmu
pedang!" seru It-ing taysu dengan perasaan terkejut.
"Yaa, ayahku memang berkemampuan demikian." Oh Put
Kui tertawa hambar. Bagaimanapun juga ia menaruh perasaan tak senang
terhadap It-ing taysu. Sebab dia selalu beranggapan Thian-tok-siang-hoat dan
Hong-gwa-sam-sian lah sebagai penyebab ayahnya sampai
hidup mengasingkan diri di Pulau Neraka tempo hari.
Namun It-ing taysu tidak merasa sampai disitu, karena
dalam peristiwa tersebut dahulu, dia hanya mendapat
undangan dari Thian-tok-siang-coat, dan lagi hawa pembunuhan yang diciptakan ayahnya beserta keenam orang
rekan lainnya dimasa itu memang kelewat menakutkan.
Sementara itu, baru selesai Oh Put Kui berkata, Wi-in sinni
telah berkata lagi sambil tertawa:
"Nak, kalau toh kau sudah bersua dengan ayahmu,
tentunya kau juga tahu tentang sumpah dari penahanan
mereka itu." "Boanpwee sudah tahu." sahut Oh Put Kui tertawa.
"Kalau memang sudah tahu, mengapa kau tidak pergi ke
Pulau Neraka untuk menjemput ketujuh orang tua itu?"
Oh Put Kui segera menggeleng.
"Boanpwee telah menyanggupi permintaan dari seorang
locianpwee bahwa sebelum lewat hari pehcun, boanpwee tak
akan berkunjung ke pulau neraka untuk menyambut ayahku!"
"Siau sicu, sebenarnya kau telah menyanggupi permintaan
siapa untuk mengundurkan rencanamu menjemput mereka
dari pulau neraka?" tiba-tiba It-ing taysu menyela.
"Thian-hiang Hui-cu!"
"Ooh, rupanya Huicu, kalau begitu dia memang mempunyai
maksud tertentu." kata Wi-in sinni sambil manggut-manggut.
It ing taysu berkata pula sambil tertawa:
"Tatkala pinni mendapat undangan dari Thian-tok-siangcoat untuk menghadapi tujuh manusia aneh dimasa lalu,
waktu itu aku masih belum memahami apa gerangan yang
terjadi, sepuluh tahun kemudian setelah berjumpa dengan
Thian-hian Huicu, baru aku memahami maksud tujuan Huicu
yang sejati. Apalagi setelah menjumpai keberhasilan Oh sicu
didalam ilmu pedangnya hari ini, pinni merasa semakin kagum
dengan ketajaman pandangan Huicu ketika itu......."
"Sudah lama pinni memahami akan tujuannya." kata Wi-in
sinni sambil tersenyum. Kemudian setelah berhenti sejenak, tiba tiba ia berpaling ke
arah Oh Put Kui sambil berseru:
"Nak, kau hendak pergi kemana sekarang?"
"Mencari Wi Thian-yang!" sahut Oh Put Kui sambil tertawa.
"Mencari Raja setan penggetar langit?" Wi-in sinni
mengulangi dengan wajah tertegun.
"Ya, memang dia yang sedang kucari."
"Apakah siau sicu mempunyai perselisihan paham
dengannya?" timbrung It-ing taysu pula dengan nada tak
mengerti. Sekali lagi Oh Put Kui mengangguk:
"Soal ada perselisihan atau tidak, hal ini tergantung setelah
bertemu muka nanti, sekarang belum dapat kupastikan."
"Siau sicu!" It-ing taysu segera berseru sambil tertawa,
"orang ini amat licik dan berbahaya, kau mesti berhati-hati
Pecut Sakti Bajrakirana 6 Bara Dendam Menuntut Balas Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Panji Wulung 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama