Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Lanjutan Naga Sak ti Sungai Kuning)
Karya : Kho Ping Hoo Scan djvu oleh Syaugy_ar Ebook by Dewi KZ, Sukanta & Budi S
http://k angzusi.com/ Jilid 1 Thian ho-tang (Kuil Pardamaian Langit) di lorong
Coa-san (Bukit Ular) merupakan sebuah kuil yang
dihuni belasan orang nikouw (pendeta Buddhis
wanita) dan kuil ini dikunjungi banyak tamu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdatangan dari dusun-dusun di sekitar daerah
pegunungan itu. Mereka datang untuk bersembahyang, mohon bermacam-macam berkah.
Ada yang minta kesembuhan bagi orang sakit,
minta ringan jodoh, minta bertambahnya rejeki ,
naik pangkat dan segala macam keinginan lagi.
Bahkan diam-diam banyak pula yang minta
kutukan bagi orang lain yang dibencinya.
Kuil Thian ho tang berada di luar dusun Mo-kim
cung, sebuah dusun yang makmur karena tanah di
pegununagn itu s ubur. Pe nduduknya semua petani
dan mungkin kuil Thian ho-tang merupakan satu
di antara sebab yang mendatangkan ketenteraman
pada penduduk dusun itu. Selain tiga belas orang nikouw yang bekerja di
kuil itu, melayani para pengunjung, terdapat pula
seorang nikouw tua yang pekerjaannya hanya
membaca kitab, berdoa dan bersamadhi saja. Para
nikouw di kuil itu menyebutnya Lo Nikouw (Nikouw
Tua) dan tidak pernah mengusiknya. Lo Nikouw
berada di situ sejak dua tahun yang lalu dan ia
tinggal di kuil itu sebagai tempat peristirahatan
atau pertapaan, dan kehadirannya ini dibiayai oleh
pute rinya yang tinggal di dusun Mo kim-cung.
Puterinya bernama Sim Lan Ci, berusia tigapuluh dua tahun yang tinggal di dusun itu
bersama suaminya bernama Coa Siang Lee, dan
anak tunggal mereka bernama Coa Thian Ki yang
berusia lima tahun. Mantu dan pute rinya itulah
yang membawanya ke kuil, dan minta kepada para
nikouw di situ untuk menerima nenek itu menjadi
seorang nikouw dan bertapa di kuil itu. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiayai keperluan hidup nenek itu dengan
sumbangan yang memadai sehingga biarpun Lo
Nikouw tidak bekerja, namun para nikouw yang
lain menghormatinya. Hal ini bukan saja karena Coa Siang Lee dan
isterinya membiayai kebutuhan hidup Lo Nikouw,
akan tetapi juga karena suami isteri itu terkenal di
dusunnya dan di daerah sekitarnya sebagai suami
isteri yang budiman. Mereka juga hidup sebagai
petani sederhana, namun suami isteri itu te rkenal
pandai ilmu pengobatan dan selalu meno long
penduduk dusun itu yang menderita sakit, bahkan
ada yang mengabarkan bahwa suami is teri itu
selain budiman dan pandai mengobati, juga
memiliki ilmu untuk menolak segala ancaman
bahaya. Pernah dusun itu diganggu beberapa ekor
harimau yang suka menerkam kambing milik para
penghuni dusun. Setelah pada suatu malam suami
isteri itu pergi menyelidik sedangkan para
penghuni lain bersembunyi di dalam rumah karena
takut, binatang-binatang buas itupun menghilang
dan tidak pernah datang lagi. Tidak ada seorangpun penghuni yang tahu bahwa suami
isteri itu sebetulnya memiliki ilmu kepandaian s ilat
tinggi yang amat kuat! Andaikata para nikouw mengetahui, siapa
sebetulnya Lo Nikouw yang tampak alim itu, tentu
mereka akan merasa ngeri. Ibu dari Nyonya Coa
Siang Lee yang mereka kenal sebagai Lo Nlkouw
yang nampaknya le mah ini, pada dua tahun yang
lalu masih merupakan seorang datuk sesat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditakuti orang dan berjuluk Ban tok Mo li (I blis
wanita Selaksa Racun). Dari nama julukannya
sudah dapat diketahui bahwa ia adalah Iblis Betina
yang amat kejam. Para pembaca kisah Naga Sakti
Sungai Kuning te ntu mengenal siapa Ban-tok Moli, siapa pula puterinya dan mantunya itu. Ban-tok
Mo li bernama Phang Bi Cu, seorang wanita yang
berwajah cantik jelita namun berhati kejam.
Bahkan setelah menjadi nlkouw di Thian ho-tong
masih nampak bekas kecantikannya walaupun
usianya sudah hampir enam puluh tahun. Dua
tahun yang lalu, ia masih meraja lela, bersekongkol
dengan orang-orang lihai lainnya di dunia sesat.
Putrinya, Sim Lan Ci, walaupun putri seorang
datuk sesat, namun tidak menjadi penjahat.
Apalagi setelah Sim Lan Ci bertemu dan jatuh cinta
dengan Coa Siang Lee. Ban tok Mo li menentang
perjodohan putrinya dengan Coa Siang lee. Mereka
nekat dan minggat meninggalkan Ban tok Mo li,
kemudian hidup sebagai suami istri petani di
dusun Mo kim cung, tidak lagi mencampuri urusan
dunia persilatan. Kini mereka telah mempunyai
seorang anak laki-laki yang diberi nama Coa Thian
Ki, sudah berusia lima tahun.
Karena suami isteri ini pernah menderita
sengsara akibat kekerasan yang selalu terjadi
dalam kehidupan para ahli silat, maka setelah
mereka mempunyai seorang anak, mereka berdua
bersepakat untuk tidak mengajarkan ilmu silat
kepada Thian Ki, pute ra mereka. Mereka menganggap bahwa kehidupan seorang ahli silat
penuh dengan perte ntangan, permusuhan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkelahian, balas membalas dan dendam mendendam. Mereka hendak menjauhkan anak mereka dari
semua kekerasan itu, maka sejak kecil Thian Ki
hanya belajar membaca menulis dan kebudayaan
lain, akan tetapi sama sekali tidak pernah
diperkenalkan dengan ilmu silat.
Dalam ilmu silat, Coa Siang lee cukup lihai
karena dia te lah mewarisi ilmu-ilmu dari He khouw-pang (Perkumpulan Harimau Hitam) dari
kakeknya sendiri, Cou Song yang menjadi ketua
Hok-houw-pang yang berada di dusun Ta-buncung dekat kota Po-yang sebelah utara sungai
Huang ho di Propinsi Ho-nan. Adapun is terinya,
Sim Lan Ci, bahkan lebih lihai lagi karena wanita
ini adalah puteri dan murid Ban tok Mo li Phang Bi
Cu, memiliki ilmu silat dari golongan sesat yang
penuh tipu daya, bahkan juga menguasai pukulanpukulan yang mengandung hawa beracun.
De mikianlah keadaan suami isteri ahli silat yang
hidup te nte ram sebagai petani di dusun Mo-kimcung itu. Tak seorangpun penduduk dusun tahu
bahwa suami isteri ini sesungguhnya merupakan
orang-orang yang amat lihai sehingga tidak
mengherankan kalau mereka dengan mudahnya
dapat mengusir harimau-harimau yang mengusik
dusun itu. Akan te tapi dua tahun yang lalu, ketika itu
Thian Ki berusia tiga tahun muncullah pada suatu
malam tanpa diketahui orang lain, Ban-tok Mo-li di
dalam rumah keluarga itu. Dapat dibayangkan
betapa kaget dan herannya suami isteri itu melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
munculnya orang yang tidak pernah mereka
sangka akan datang berkunjung itu.
Bagaimanapun juga, Ban tok Mo-li Phang Bi Cu
adalah ibu kandung Sim Lan Ci, maka nyonya ini
segera menghampiri ibunya dan mereka berangkulan. "I bu......!" dan Sim Lan Ci menangis dalam
rangkulan ibunya yang pernah
mengusirnya karena ia hendak berjodoh dengan Coa Siang Lee.
Sejak itu ia tidak pernah bertemu dengan
Ibunya. Dan ia merasa heran akan tetapi juga
te rharu ketika melihat bahwa ibunya juga
menangis! Hampir ia tidak percaya ibunya menangis! Bahkan sejak ia kecilpun belum pernah ia
melihat ibunya menangis. Akan tetapi kini ibunya
menangis seperti anak kecil.
Melihat ini Siang Lee yang berhati le mbut juga
menjadi terharu, I bu mertuanya itu adalah seorang
datuk sesat yang amat kejam seperti iblis. Kini
menangis seperti anak kecil dan hal ini membuktikan bahwa ibu mertuanya itu te rnyata
juga seorang wanita biasa yang berhati le mah dan
cengeng. "I bu, selamat datang di rumah kami." Diapun
memberi hormat, tidak mau mengingat lagi betapa
dahulu Ban-tok Mo-li ingin membunuhnya karena
dia meminang Lan Ci. Hanya karena Lan Ci
melindunginya maka dia tidak sampai terbunuh
oleh wanita iblis itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar suara Siang Lee, nenek itu menghentikan tangisnya, melepaskan rangkulannya dan memandang kepada mantunya.
"Coa Siang Lee, kau maafkanlah sikapku dahulu
kepadamu." Kembali Siang Lee dan isterinya merasa terkejut
dan heran. Sungguh te rjadi perubahan sikap yang
luar biasa pada wanita itu! Dahulu, jangan harap
Ban-tok Mo-li akan sudi minta maaf, apalagi
kepada seorang muda yang menjadi mantunya!
Siang Lee memberi hormat. "Ibu, harap jangan
ingat lagi urusan yang lalu. Mari silakan duduk,
ibu." "Duduklah, ibu, dan ceritakan apa yang ibu
kehe ndaki maka datang mengunjungi kami," kata
pula Lan Ci yang masih merasa heran, bahkan
diam-diam ia rasa curiga. I a sudah mengenal benar
bagaimana watak ibunya ini yang penuh kelicikan
dan kekejaman! Ban-tok Mo-li duduk dan menghela napas
panjang. Terbayanglah semua pengalaman yang pahit.
Semenjak ditinggal pute rinya, ia berulang kali
mengalami kegagalan. Bahkan yang te rakhir sekali
ia nyaris tewas di tangan para pendekar ketika
perkumpulan di mana ia menjadi ketuanya, yaitu
Thian-te-pang, dibasmi oleh para pendekar. Ia
menjadi putus asa, lalu melarikan diri ke rumah
pute rinya yang selama ini tidak di akuinya lagi.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Semua cita-citanya kandas dan ia hampir putus
asa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan Ci, aku datang minta tolong kepada engkau
dan suamimu." Suami isteri itu s aling pandang. Hampir mereka
tak dapat mempercayai pendengaran mereka. Bantok Mo-li minta tolong kepada mereka"
"Tentu saja, ibu. Kalau kami dapat membantumu, te ntu akan kami lakukan, ada
apakah, ibu?" "Aku sudah bosan dengan kehidupan lama. Hanya kegagalan, kehancuran
dan kekecewaan saja yang kurasakan. Aku sudah
muak, Lan Ci. Aku ingin beris tirahat, aku ingin
hidup te nteram. Aku ingin........menebus dosadosaku dan menjadi nlkouw. Aku minta tolong agar
kalian dapat mencarikan te mpat yang baik
untukku. Aku ingin bertapa, aku ingin menjadi
nikouw untuk mene bus dosa."
Nenek yang masih cantik itu menutupi mukanya
dengan kedua tangan. Ia tidak berpura-pura dan
jelas sekali bahwa ia memang sedang berduka dan
te rtekan perasaannya. Suami isteri itu kembali
saling pandang. "Di luar dusun ini, tak jauh dari sini terdapat
sebuah kuil yang dihuni beberapa orang nikouw,
ibu. Kalau ibu suka............"
"Bagus!" Ban-tok Mo-li berseru. "Usahakan agar
aku dapat dite rima menjadi nikouw di sana dan
dapat bertapa mengasingkan diri di sana."
De mikianlah, Siang Lee dan Lan Ci akhirnya
berhasil membujuk para nikou w di Kuil Thian hotang untuk menerima Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu
sebagai seorang nikouw dan bertapa di sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar belakang kuil itu. Mereka menerima dengan
senang hati ketika mendengar bahwa yang akan
menjadi nikouw adalah ibu dari Sim Lan Ci yang
mereka kenal sangat dermawan dan baik hati, apa
lagi karena suami isteri itu memberi biaya
secukupnya untuk keperluan nikouw tua yang kini
disebut Lo Nikouw (Pendeta Wanita Tua) itu. Lo
Nikouw digunduli kepalanya dan mengenakan
jubah pendeta. Kerjanya setiap hari hanyalah
mempelajari agama, berdoa dan bersamadhi.
Dan menurut pengamatan Siang Lee dan Lan Ci,
agaknya ibu mereka itu benar-benar sudah
bertobat, sehingga diam-diam mereka bersyukur
kepada Tuhan dan mengharapkan agar nenek itu
akan te rus menjadi orang beribadat sampai akhir
hayatnya. Mereka seringkali datang berkunjung ke
kuil bersama Coa Thian Ki sehingga Lo Nikouw
merasa te rhibur. Setelah lewat dua tahun, Thian Ki begitu akrab
dengan neneknya dan seringkali Lo Nikouw minta
agar cucuny itu diperbolehkan bermalam di kuil
bersamanya. Karena merasa kasihan kepada
ibunya yang hidup te rasing, Lan Ci dan suaminya
menyetujuinya, namun diam-diam mereka minta
ibu mereka berjanji agar tidak mengajarkan ilmu
silat kepada Thian Ki. "I bu sendiri sudah mengalami, juga kami
berdua, betapa ilmu silat hanya mendatangkan
malapetaka bagi kita. Setelah kami berdua meninggalkan dunia kangouw, tidak lagi berkecimpung dalam dunia persilatan, kami merasa tenteram dan damai. Karena itu, ibu, kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengambil keputusan untuk tidak memperkenalkan ilmu silat kepada Thian Ki, agar
dia kelak hidup dalam suasana yang tente ram dan
damai." "Omitohud.....!" Lo Nikouw merangkap kedua
tangan di depan dada. "Sungguh pikiran kalian, itu
baik sekali. Pin-ni (aku) setuju sekail dengan
pendapat kalian." Setelah Lo Nikouw berkata
seperti itu, le galah hati Siang Lee dan Lan Ci dan
mereka dapat meninggalkan pute ra mereka di kuil
itu dengan le ga. Ada kebaikan dapat diperoleh
kedua pihak. Bagi Lo Nikouw, kehadiran Thian Ki
merupakan penghibur yang akan membuatnya
tidak kesepian dan gembira. Sebaliknya, sering
bermain di kuil juga amat baik bagi Thian Ki,
karena anak ini mulai didekatkan kepada aranajaran yang baik. Dan agaknya, setelah dua tahun tinggal di kuil,
Lo Nikouw mulai nampak sehat dan segar,
wajahnya nampak le mbut dan alim dan tidak lagi
kelihatan ia berduka atau tenggelam dalam
kekecewaan. Juga Thian Ki amat akrab dengan
neneknya sehingga sedikitnya seminggu sekali
anak ini tidur di kamar neneknya, di bagian
belakang kuil. oo0000oo Suatu malam yang sunyi dan menyeramkan.
Hujan turun sejak sore. Udara te ramat dinginnya
dan menjelang te ngah malam, tidak ada suara
liam-keng (membaca doa) lagi di dalam Kuil Thianho-tang, tanda bahwa semua nikouw sudah tidur.
Semua daun pintu sudah tertutup sejak tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena udara yong dingin menyerang ke dalam.
Pula, di malam sedingin itu, tidak akan ada tamu
datang berkunjung yang perlu mereka layani.
Akan te tapi, di malam dingin dan sunyi itu,
ketika semua nikouw sudah tidur pulas , di dalam
kamar bagian belakang kuil itu, kamar yang
menyendiri terjadi kesibukan luar biasa tanpa
mengeluarkan suara. Kesibukan yang te rjadi di
kamar Lo N ikouw itu kalau te rlihat orang lain akan
menimbulkan perasaan ngeri dan seram.
Kamar itu memang besar. Di sudut terdapat
sebuah dipan kayu yang cukup besar untuk
ditiduri berdua. Di sudut yang lain te rdapat sebuah
almari pakaian dari kayu pula. Sebuah meja dan
dua buah kursi te rdapat di dekat pembaringan.
Selain itu, tidak terdapat perabot lain lagi sehingga
kamar itu nampak kosong dan luas.
Akan te tapi di atas perapian yang biasanya
dinyalakan untuk mendatangkan hawa hangat di
kamar itu, kini terdapat sebuah panci besar yang
te risi air setengahnya dan sedang digodok. Belum
mendidih. Agaknya udara yang dingin dan menembus ke dalam kamar itu membuat air yang
dimasak lebih lama mendidih dari pada biasanya.
Lo Nikouw duduk bersila, di atas pembaringan.
Wajahnya yang kini nampak lembut itu tersenyum.
Matanya tak pernah berkedip memandang kepada
anak yang rebah terlentang di atas pembaringan, di
depannya. Anak itu te lanjang bulat, pulas dan
tidak akan bangun sebelum dikehe ndaki nenek itu,
karena Thian Ki, anak itu, memang pulas secara
tidak wajar. Bahkan le bih tepat dikatakan pingsan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pada tidur. Tangan kanan nenek itu memegang sebuah mangkok yang te risi cairan
merah seperti darah. Kemudian, ia menggunakan
tangan kiri untuk membaluri seluruh tubuh anak
itu dengan cairan merah. Seluruh tubuh dibaluri,
sampai ke mukanya, kepalanya, ujung kakinya dan
telapak kakinya. Dibalikkan tubuh Thian Ki dan
bagian belakang juga dilumuri cairan merah itu
sampai habis dan seluruh permukaan tubuh anak
itu menjadi merah seperti dicat!
Ia membiarkan sampai cairan merah itu mengering di tubuh Thian Ki, kemudian ia
memeriksa air di panci yang di godok. Air itu mulai
mendidih dan ia menuangkan cairan hitam ke
dalam air itu. Nampak uap hitam mengepul tebal
dari dalam panci dan tercium bau yang harum tapi
aneh. Lo Nikouw lalu menghampiri pembaringan,
memondong tubuh Thian Ki yang telanjang bulat
dan berwarna merah itu, kemudian ia.........
memasukkan tubuh anak itu ke dalam panci air
mendidih! Mula-mula tubuh bagian atas, dari kepala ke
pinggang yang dimasukkan panci, tidak lama, lalu
dibalikkan dari pinggang ke kaki. Juga hanya
sebentar, kemudian tubuh itu direndam sampai ke
le her dan Lo Nikouw menggunakan tangan untuk
memercikkan air yang kehitaman dan panas itu ke
muka dan kepala Thian Ki!
Warna merah itu terhapus dan setelah seluruh
tubuh bersih dari warna merah, Lo Nikouw
menurunkan panci dan membawa tubuh yang kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepulkan uap panas itu ke pembaringan
kembali. Tubuh anak itu te lentang. Anehnya, kulitnya
tidak melepuh dan anak itu masih pingsan dan
pulas , dadanya turun naik dengan halus, dan kulit
tubuhnya yang te rkena air mendidih itu hanya
nampak kemerahan dan segar. Hanya di bagian
bawah pusar dan sekitarnya, nampak ada warna
hitam kemerahan yang membayang di bawah kulit!
Kini Lo Nikouw dengan penuh perhatian, dan
dengan mata tak pernah berkedip duduk bersila di
dekat anak itu, tangan kanannya memegang
sebatang jarum yang berwarna kehijauan. Jarum
yang mengandung racun berbahaya sekali.
Sekali tusuk saja dengan jarum itu, orang biasa
akan te was seketika! Akan tetapi kini ia menggunakan jarum beracun itu untuk menusuki
bagian-bagian tertentu dari tubuh cucunya!
Apa yang se dang dilakukan Lo Ni-kouw" Apakah
nenek ini hendak mencelakai cucunya sendiri"
Sama sekali tidak! Peristiwa seperti terjadi pada
malam ini sudah dilakukannya sejak ia pertama
kali mengajak Thian Ki tidur di situ. Diam-diam
nenek ini merasa penasaran sekali mendengar
bahwa pute rinya, Lan Ci dan mantunya Siang Lee,
mengambil keputusan untuk tidak mengajarkan
silat kepada Thian Ki Ia merasa penasaran.
Padahal ia sudah siap untuk mewariskan seluruh
ilmu kepandaiannya kepada cucunya. Untuk
berte rus membantah keputusan anak dan mantunya, la tidak berani. Ia sedang bersembunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mencari ketenangan di situ, tidak boleh ia
memulai dengan memusuhi anak dan mantunya.
Maka, diam-diam timbul gagasannya yang ia
anggap amat baik dan menguntungkan bagi
cucunya yang amat disayanginya itu. Ia ingin
membuat cucunya menjadi seorang Tok-tong (Anak
Beracun)! Biarpun oleh ayah ibunya tidak diberi
pelajaran ilmu silat, kalau cucunya itu memiliki
tubuh yang kebal kuat dan beracun,maka dia akan
menjad seorang yang mampu menjaga diri dari
serangan orang lain! De mikianlah, semenjak dua tahun yang lalu,
diajaknya cucunya
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kadang-kadang tidur bersamanya di kuil dan kesempatan ini ia
pergunakan untuk menggemble ng cucunya itu agar
menjadi Tok-tong! Mula-mula, ia membuat cucunya pingsan dengan totokan sehingga apapun
yang ia lakukan kepada cucunya, anak itu tidak
mengetahui atau menyadarinya. Ia mulai memasukkan racun, hawa beracun ke dalam
tubuh cucunya melalui obat, melalui penggodokan
dan juga penyaluran hawa sakti dari tubuhnya.
Dan pada malam hari ini merupakan proses
te rakhir bagi cucunya. Perut di bawah pusar sudah
memperlihatkan tanda merah kehitaman, hal itu
berarti bahwa kekuatan atau tenaga dalam di
pusar sudah bangkit, dan warna hitam itu
menunjukkan bahwa te naga itu sudah mengandung hawa beracun! Setelah selesai menusuki jalan darah te rte ntu di
tubuh cucunya dengan jarum beracun sehingga
racun itu mulai beredar di seluruh tubuhnya, Lo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw memandang dengan puas, lalu mengenakan kembali pakaian pada tubuh cucunya, membebaskan totokan sehingga kini
Thian Ki tidur pulas dengan wajar. Akan te tapi,
anak ini mulai mengigau dan mengeluh karena dia
merasa tubuhnya panas. Pada keesokan harinya, ketika pagi-pagi anak itu
te rbangun, kemudian disuruh mandi oleh Lo
Nikouw, dan rambutnya disis iri oleh neneknya,
banyak rambut kepalanya yang rontok te rlepas. Lo
Nikouw tidak merasa heran, bahkan gembira
karena maklum bahwa hal itu menandakan bahwa
hawa beracun sudah mengalir sampai ke kepala.
Iapun menyembunyikan rontokan rambut itu
sehingga Thian Ki tidak mengetahuinya. Anak ini
tidak menderita lagi, tubuhnya bias a saja tidak lagi
te rasa panas. Wajahnya nampak kemerahan dan
segar, matanya bersinar tajam. Sepintas lalu anak
ini nampak sehat dan takkan ada orang
menyangka bahwa sejak malam tadi, dia sudah
menjadi Tok-tong yang memiliki kelainan pada
tubuhnya! "Cucuku, engkau akan menjadi orang yang
kokoh kuat, seorang yang gagah perkasa kelak,"
katanya setelah selesai menyisiri rambut Thian Ki.
Anak itu memandang neneknya dengan sinar
mata yang je rnih akan te tapi juga mengandung
kehe ranan. "Untuk apa Nek" Bukankah dalam
kitab, agama disebutkan bahwa jalan utama
adalah tanpa kekerasan dan tidak melakukan
perlawanan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omitohud......engkau benar sekali, cucuku.
Akan te tapi lihatlah contoh di luar kamar. Mari,
mari kita melihat keluar." Nenek itu membimbing
cucunya dan mereka keluar dari kamar, melihat ke
kebun di mana te rdapat sis a akibat hujan
semalam. Air hujan membuat selokan kecil di situ
penuh air yang menghanyutkan daun-daun kering
dan lumpur. "Lihat itu, cucuku. Batu-batu itu, sepertl juga
daun-daun itu, tidak melakukan kekerasan, tidak
melawan. Akan tetapi, alangkah gagahnya batubatu itu, diterjang air masih tetap te guh dan kokoh
kuat, sebaliknya lumpur dan daun-daun itu
hanyut dan dipermainkan air. N ah, bukankah jauh
le bih baik menjadi seperti batu itu daripada seperti
tanah lumpur dan segala kotoran yang dihanyutkan air" Engkau tidak perlu melakukan
perlawanan, tidak perlu menggunakan kekerasan,
namun apabila dirimu kokoh kuat, engkau tidak
akan mudah dipermainkan orang lain."
Thian Ki mendengarkan dengan alis berkerut,
tidak mengerti mengapa neneknya bicara seperti
itu. Sejak kecil, ayah ibunya selalu menekankan
bahwa hidup haruslah lemah lembut dan menjauhi
kekerasan dan baginya, orang gagah perkasa yang
mempergunakan kekerasan adalah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dan karenanya
jahat. Kenapa kini neneknya mengatakan bahwa
dia akan menjadi seorang yang kokoh kuat dan
gagah perkasa" "Lihat pula pohon-pohon itu, cucuku." Lo
Nikouw menuding ke arah pohon-pohon yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tumbuh di kebun. Angin pagi itu masih bertiup
kuat membuat pohon-pohon itu bergoyang-goyang
dnn banyak daun rontok. "Nah, biarpun sama-sama tidak melakukan
perlawanan, namun daun-daun yang kokoh kuat
tidak gugur, sebaliknya daun yang ringkih akan
rontok te rtiup angin. Apakah engkau tidak le bih
suka menjadi batu karang yang kokoh daripada
menjadi lumpur, tidak lebih senang menjadi daun
yang kokoh daripada daun yang lemah" Hujan dan
angin badai itu tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan angin dan badai kehidupan
yang akan menerjangmu, cucuku."
Tentu saja anak berusia lima tahun itu belum
dapat membayangkan makna dari ucapan nenek
itu. "Aku akan mentaati nasehat ayah dan ibu,
nek, yaitu aku akan menentang setiap terjangan
angin dan badai, namun bukan dengan kekerasan." Percakapan terhenti karena terdengar suara Lan
Ci memanggil-manggil putranya. "Thian Ki......!
Sudah bangunkah engkau......?"
"I buuuu......!" Thian Ki berseru dan berlari
keluar. Kiranya ayah dan ibunya sudah datang
menjemputnya seperti biasa kalau dia bermalam di
kuil. Lo Nikouw juga menanggalkan sikap yang tadi
bersungguh-sungguh dan ia melangkah keluar
perlahan-lahan dengan wajah tersenyum lembut.
Siang Lee dan Lan Ci memberi hormat kepada Lo
Nikouw yang mempersilakan mereka duduk di
dalam. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"I bu." kata Lan Ci. "kami ingin pamit dari ibu
karena kami akan berkunjung ke Ta-bun-cung."
Lo Nikouw memandang kepada puterinya, lalu
kepada mantunya, dengan sinar mata tak mengerti. "Sudah bertahun-tahun saya tidak berkunjung
ke Hek-houw-pang di Ta-bun cung, ibu. Saya ingin
menengok keadaan kakek saya dan para paman."
Lo Nikouw mengangguk-angguk. Teringatlah ia
bahwa mantunya adalah cucu ketua He k-houwpang. "Hemmm, bukankah kalian pernah bercerita
bahwa ketua He k-houw-pang yang menjadi kakek
Siang Lee tidak merestui perjodohan kalian?"
"Benar, ibu itu dahulu. Sekarang setelah kami
mempunyai seorang pute ra saya yakin bahwa
kong-kong (kakek) akan menerima kami dengan
baik. Saya te lah rindu sekali kepada kampung
halaman, dan saya juga ingin bersembahyang di
makam ayah." kata Siang Lee.
Kembali nikouw itu termenung. Ia tahu benar
siapa mendiang ayah mantunya ini. Nama ayah
Coa Siang Lee adalah Coa Kun Tian, putera ketua
He k-hou-pang, seorang pria yang tampan dan
ganteng dan berwatak mata keranjang. Adik
kandungnya yang bernama Phang Hui Cu telah
menikah dengan Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu
Bhok Ki, akan te tapi adiknya itu te rgoda oleh Coa
Kun Tian sehingga terjadi hubungan gelap di
antara mereka. Ketika penyelewengan Phang Hui
Cu itu diketahui ole h Sin-tiauw Liu Bhok Ki, maka
pendekar itu menjadi marah dan membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isterinya sendiri dan Coa Kun Tian, kekasih
isterinya. Ia boleh merasa tidak suka kepada Coa Kun
Tian. Akan tetapi orang itu sudah meninggal dunia,
dan bagaimanapun juga, mantunya adalah pute ra
kandung Coa Kun Tian. Sudah sewajarnya kalau
sekarang mantunya ingin bersembahyang di makam ayahnya. "Apakah kalian hendak mengajak Thian Ki"
Lebih baik tinggalkan saja dia di sini bersamaku,
perjalanan itu jauh dan te ntu akan melelahkan
dia." "Akan te tapi, ibu. Justru kami pergi ke sana
untuk memperkenalkan Thian Ki kepada keluarga
nenek-moyangnya, keluarga Coa dan ju ga kepada
He k-houw-pang," kata Siang Lee. lsterinya mengangguk membenarkan. Melihat sikap pute ri dan mantunya itu, Lo
Nikouw hanya menghela napas panjang.
"Omitohud..........kalau begitu terserah kepada
kalian. Akan tetapi berhat-hatilah menjaga Thian
Ki. Cucuku itu kelak akan menjadi orang yang
hebat I" Suami isteri itu tidak dapat menangkap makna
yang te rsembunyi di balik kata-kata itu, akan
tetapi mereka girang mendengar pujian Lo N ikouw.
Mereka berpamit lalu mengajak Thian Ki pulang ke
dusun. Dan pada keesokan harinya, mereka bertiga
meninggalkan dusun Mo-kim-cung melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanan jauh menuju ke Ta bun-cung, yang
menjadi kampung halaman Siang Lee.
oo0dw0oo Tiga tahun yang lalu terjadi peristiwa hebat
dalam Kerajaan Sui. Kaisar dinasti Sui, yaitu
Kaisar Yang Ti, terlalu suka berperang dan
mendirikan is tana yang indah-indah. Semua ini
makan biaya yang amat besar dan tentu saja
sumber biaya itu didapat dari
penghis apan te rhadap rakyat jelata. Ditambah lagi dengan
pembangunan Terusan Besar yang menghubungkan Sungai Huang-ho dan Yang-ce,
maka kehidupan rakyat je lata semakin tertindas.
Hal ini menimbulkan ketidaksenangan, dan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
te rjadilah pemberontakan-pemberontakan
di mana-mana. Pemberontakan yang paling hebat dan yang
akhirnya menghancurkan dinasti Kerajaan Sui
adalah pemberontakan yang dilakukan ole h Li Si
Bin, pute ra Li Goan, kepala daerah Shan-s i.
Sebagal seorang perwira tinggi, Li Si Bin pernah
berjas a besar terhadap Kais ar Yang Ti. Yaitu ketika
dalam petualangannya memimpin pasukan untuk
memerangi semua negara te tangga dan menundukkan suku-suku bangsa, pernah Kaisar
Yang Ti te rjebak dalam perangkap musuh di
daerah Shan-si utara. Dalam keadaan te rancam
bahaya inilah muncul Li Si Bin bersama pasukannya yang menyelamatkan Kaisar Yang Ti.
Akan tetapi, di samping kegagahannya. L i Si Bin
juga te rkenal sebagai seorang yang keras dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani menentang kebijaksanaan kaisar dengan
menegur peraturan yang mencekik le her rakyat.
Sikap ini membuat Kaisar Yang Ti tidak suka
kepadanya, bahkan mencurigainya. Apa lagi kalau
diingat bahwa biarpun ayahnya seorang Han,
namun ibu dari Li Si Bin adalah keturunan Bangsa
Turki di utara. Pada tahun 617, Li Si Bin mengadakan
persekutuan dengan Bangsa Turki dan dia melakukan penyerbuan ke Tiang-an (Tiongkok).
Pemberontakan ini berhasil. Kaisar Yang Ti
melarikan diri ke selatan, ke Yang-couw akan
tetapi di te mpat ini, Kaisar Yang Ti disambut oleh
para pemberontak sehingga dia te rbunuh dalam
perte mpuran. Adapun kotaraja diduduki oleh Si
Bin. Untuk menarik dukungan para pembesar yang
masih setia kepada dinasti Sui, Li Si Bin
mengangkat seorang cucu dari Yang Ti untuk
dijadikan kaisar. Akan tetapi sesungguhnya, dialah
yang berkuasa dan kaisar itupun hanya menjadi
kaisar boneka. Dan kedudukan inipun hanya beberapa bulan
saja. Setelah suasana mereda dan semua kekuasaan mutlak berada di tangannya, semua
pejabat tinggi diganti dengan orang yang mendukungnya, Li Si Bin membujuk ayahnya
sendiri untuk menjadi kaisar dan menurunkan
kaisar boneka cucu Yang Ti itu.
Ayah Li Si Bin itu menjadi kaisar dan berjuluk
Tang Kao Cu sebagai kaisar pertama dari dinasti
Tang (Kais ar Tang Kao Cu 618-627). Akan te tapi
karena dia menjadi kaisar karena pengaruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pute ranya, maka biarpun dia menjadi kaisar
selama sembilan tahun, tetap saja yang berdiri di
belakang layar sebagai pengaturnya dan pemegang
kekuasaan adalah pute ranya sendiri yang menjadi
pute ra mahkota! Cerita ini dimulai dalam tahun 620 dan sudah
dua tahun Kaisar Tang Kao Cu menduduki tahta
Kerajaan Tang. Adapun Li Si Bin sendiri selain
menjadi pangeran atau putera mahkota, juga
masih melanjutkan kedudukannya yang semula,
yaitu mengepalai seluruh angkatan perang dinasti
Tang. Di bagian manapun di dunia ini, peperangan
menimbulkan kekacauan. Bukan saja kekacauan
karena pertempuran antara kedua pihak, dan
dilandanya kota-kota dan dusun-dusun oleh
perte mpuran, akan tetapi terutama sekali munculnya para penjahat dari dunia sesat yang
melihat kesempatan baik sekali untuk merajalela.
Dalam perang, pemerintah tidak dapat lagi
mengendalikan keamanan. Apalagi tempat-tempat
yang jauh dari pasukan pemerintah, menjadi
medan pesta pora bagi para penjahat, seolah-olah
semua tikus keluar karena tidak ada kucing.
Celakanya, dalam waktu perang, agaknya setan
dan iblis merajalela menguasai benak kebanyakan
manusia sehingga pasukan kedua pihak yang
berperangpun tiba-tiba saja berubah ganas dan
kejam, membunuhi penduduk tanpa alas an yang
kuat. Sedikit saja sebuah pasukan mencurigai
sebuah desa yang dianggap berpihak kepada
lawan, te ntu disikat habis. Banyak pula yang
mempergunakan kesempatan selagi keadaan kacau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu untuk bertindak sendiri-sendiri membalas dendam. Hanya mereka yang te guh imannya kepada
Tuhan sajalah yang masih selalu s adar untuk tetap
berdiri di jalan yang benar. Bahkan para pendekar
bermunculan seolah menjadi imbangan dari munculnya para tokoh sesat. Para pendekar ini
yang menentang kejahatan yang terjadi di manamana. Ada pula para pendekar yang membentuk
perkumpulan di te mpat masing-masing untuk
menjaga keamanan penduduk, menggantikan tugas pasukan keamanan pemerintah yang tidak
ada pada waktu perang itu.
Perkumpulan orang gagah He k-houw-pang (Perkumpulan Harimau Hitam) merupakan satu di
antara perkumpulan-perkumpulan orang gagah
yang mengerahkan anggotanya untuk menjaga
keamanan penduduk di dusun mereka, bahkan
siap pula membantu penduduk dusun-dusun di
sekitarnya. Kakek Coa Song yang selama puluhan tahun
menjadi ketua Hek-houw-pang, kini
berusia tujuhpuluh sembilan tahun, sudah te rlalu tua
untuk aktif dalam perkumpulan. Karena kakek ini
hanya mempunyai seorang pute ra yang sudah
lama tewas, yaitu Coa Kun Tian, dan tidak
mempunyai anak laki-laki lainnya kecuali tiga
orang anak perempuan, maka dia lalu menunjuk
Kam Seng Hin untuk menggantikannya, semenjak
kerajaan Sui jatuh dan diganti Kerajaan Tang tiga
tahun yang lalu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kam Seng Hin berusia empatpuluh tahun, tinggi
besar dan gagah. Dia juga murid He k-houw pang
yang menikah dengan seorang cucu perempuan
dari Coa Song, maka biarpun dia bukan keturunan
Coa, diapun bukan orang luar. Pertama masih
murid He k-houw-pang. Kedua masih cucu mantu
dari kakek Coa Song. Karena hanya pendekar
inilah yang dianggap mampu, diapun diangkat oleh
Coa Song untuk memimpin Hek-houw-pang.
Dan memang pilihan kakek Coa Song ini tidak
keliru. Kam Seng Hin yang dibantu isterinya, Poa
Liu Hwa, cucu-luar kakek Coa Song, te rnyata
mampu mengangkat nama He k-houw pang sebagai
sebuah perkumpulan orang gagah. Ketika terjadi
kekacauan akibat perang, Kam Seng Hin dan Poa
Liu Hwa memimpin semua anggota Hek houw pang
yang jumlahnya kurang le bih limapuluh orung itu
untuk menjadi pasukan keamanan yang mempertahankan keamanan penduduk dusun Tabun-cung dan dusun-dusun di sekitarnya. Mereka
menentang dan mengusir setiap penjahat atau
gerombolan perampok yang hendak mengacau di
daerah itu. Karena sepak terjang orang-orang Hek-houwpang ini, maka nama perkumpulan itu menjadi
harum, dipuji semua penghuni dusun-dusun di
sekitarnya, dan mengalirlah sumbangan- sumbangan dari para penduduk yang berte rima
kasih. Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa hanya
mempunyai seorang anak yang pada waktu itu
usianya sudah lima tahun. Seorang anak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungil, berwajah tampan dan berotak cerdas
sekali. Dan sejak kecil oleh orang tuanya, juga oleh
kakek Coa Song sendiri, anak yang diberi nama
Kam Cin ini digemble ng ilmu silat keluarga Coa
yang menjadi ilmu dari He k houw-pang. Baik
kakek Coa Song maupun ketua He k-houw-pang
dan isterinya, menanamkan jiwa kependekaran ke
dalam hati dan pikiran Kam Cin, sehingga sejak
kecil anak ini memiliki watak yang gagah,
pemberani, dan lincah. Semua anak buah atau
murid He k-houw-pang menyayangi Kam Cin yang
amat tampan dan gagah ini. Ketampanan dan
kemungilannya membuat dia disebut dengan nama
kesayangan Cin Cin. Biarpun dia disayang dan
dimanja oleh semua orang, namun Cin Cin atau
Kam Cin tidak menjadi manja, tidak pernah
merengek dan kemanjaannya hanya nampak pada
wataknya yang lincah gembira saja.
Segala kekacauan yang te rjadi
dunia ini sesungguhnya hanya merupakan akibat belaka
dari ulah manusia sendiri. Yang merasakan
kekacauan adalah manusia sendiri pula. Perang
te rjadi karena ulah manusia. Setiap perbuatan
manusia hampir selalu didorong ole h nafsu daya
rendah sehingga dengan sendirinya mendatangkan
akibat yang menyengsarakan manusia sendiri.
Perang merupakan konflik antara manusia
karena didorong nafsu daya rendah masingmasing, hingga timbul bentrokan kepentingan diri
sendiri dan te ntu saja terjadi perang untuk
mempertahankan kebenaran masing-masing. Kebenaran masing-masing adalah kebenaran yang
dilandasi kepentingan diri sendiri. Kesadaran akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelemahan dan kesalahan diri sendiri hanya
te rdapat kalau kita mau mawas diri tanpa
penilaian, melihat keadaan diri sendiri, mengamati
pikiran sendiri, karena pikiran yang menimbulkan
perbuatan dan ucapan. Kalau kita mau melakukan
pengamatan diri sendiri setiap saat, akan nampaklah betapa suara setan menguasai pikiran
dan hati kita, membujuk merayu dan menipu,
menyeret kita
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke dalam kesesatan melalui kesenangan-kesenangan panca-indra kita yang
le mah karena bergelimang nafsu. Demikian lemah
dan kotornya hati dan akal pikiran kita sehingga
biarpun kita sudah sadar akan kesalahan dan
kesesatan diri sendiri, namun kita tetap tidak
kuasa, tidak mampu untuk menghentikan penyelewengan kita yang sudah kita sadari itu!
Satu-satunya jalan hanyalah menyerah kepada
Tuhan Yang Maha Kasih, menyerah dengnn penuh
keikhlasan dan ketawakalan, memohon kemuruhan Tuhan karena hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu membersihkan
kita dan mampu membebaskan jiwa kita dari
cengkeraman nafsu daya rendah.
Setelah dinasti Sui jatuh dua tahun yang lalu,
dan atas desakan Li Si Bin yang usianya baru
tujuhbelas tahun itu, ayahnya mengangkat diri
menjadi kaisar baru, yaitu Kaisar Tang Kao Cu
sebagai kaisar pertama dari dinasti Tang, perang
tidak juga berhenti. Kerajaan Sui memang sudah
roboh, diganti Kerajaan Tang. Akan tetapi banyak
gubernur dan raja muda yang bangkit dan tidak
mau mengakui dinasti Tang yang baru itu. Maka
selama beberapa tahun, Si Bin memimpin pasukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadakan pembersihan di mana-mana, te rutama memadamkan pemberontakan para pembesar daerah Lok-yang.
De mikianlah, He k-houw-pang juga harus melakukan keamanan selama pemerintah yang
baru masih sibuk mengadakan operasi pembersihan di mana-mana sehingga roda pemerintahan belum dapat berjaIan lancar. Banyak
dusun, te rmasuk Ta bun cung yang tidak
mempunyai kepala dusun angkatan pemerintah.
Maka penduduk Ta bun-cung dan juga penduduk
dusun-dusun sekitarnya, sepakat untuk mengangkat pangcu dari He k-houw-pang untuk
sementara menjadi kepala dari semua dusun itu.
De mi menjaga ketertiban dusun-dusun itu, Kam
Song Hin, ketua He k-houw-pang, terpaksa menerima pengangkatan yang amat penting dan
juga berat itu sebagai kepala dari semua dusun,
te ntu saja kini tanggung-jawabnya menjadi mutlak!
Biarpun pada waktu itu Li Si Bin haru berusia
sekitar duapuluh tahun, namun ternyata dia
sudah menunjukkan bakat besar untuk menjadi
seorang pemimpin besar pula. Memang, baru dua
tahun dinasti Tang didirikan, dan pemerintah
belum dapat mengatur seluruh daerah kerajaan
yang amat luas itu, keamanan dan ketertiban
belum terlaksana dengan baik, apalagi karena dia
sendiri masih sibuk melakukan pembersihan
menumpas mereka yang tidak mau tunduk kepada
Kerajaan Tang yang baru. Namun dia mendengar
laporan para penyelidik yang disebarnya, dan
memperhatikan keadaan yang sekecil-kecilnya. Dia
mendengar pula akan sepak te rjang Hek-houwTiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang, dan dia amat menghargai usaha Hek-houwpang yang membantu pemerintah secara tidak
langsung dengan menjamin keamanan daerah
dekat kota Po-yang itu. Pada suatu hari, tampak kesibukan di dusun Tabun-cung, te rutama sekali di rumah perkumpulan
He k houw-pang yang cukup besar. Perumahan
He k-houw pang terdiri dari
beberapa buah bangunan yang bagian induknya dijadikan te mpat
tinggal keluarga pang-cu (ketua) Kam Seng Hin.
Keluarga ini terdiri dari Kam Seng Hin, isterinya
Poa Liu Hwa, pute ra mereka Kam Cin dan kakek
Coa Song. Dan di bangunan-bangunan samping
tinggal para murid atau anggota Hek-houw-pang
yang belum berkeluarga, tidak kurang dari
limabelas orang jumlahnya.
Mengapa nampak kesibukan di dusun itu"
Ternyata pada pagi hari itu seorang perwira
diiringkan dua losin prajurit yang merupakan
pasukan dari pemerintah, datang berkunjung.
Sikap perwira ini dan pasukannya baik, sehingga
menghilangkan kecurigaan dan kekhawatiran penduduk, apa lagi ketika perwira itu mengatakan
bahwa dia diutus oleh panglima di kota raja untuk
berte mu dengan Hek-houw-pang. Perwira itu lalu
dite rima oleh Kam Seng Hin dan istrinya, diajak
bicara di dalam sedangkan pasukannya menanti
dan beristirahat di luar, di pekarangan yang cukup
luas dan dilayani oleh para anak buah He k houwpang. "Sribaginda Kaisar sendiri yang mengutus
Panglima untuk menghubungi He k-houw pang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pangcu. Sribaginda Kaisar sangat berkenan mendengar akan perjuangan Hek-houw pang
mengamankan daerah ini. Jasa He k-houw-pang
sudah dicatat di kota raja."
Tentu saja pangcu Kam Seng Hin dan isterinya
merasa bergembira sekali mendengar pujian ini.
Hati siapa tak merasa gembira mendengar bahwa
Kaisar sendiri menaruh perhatian kepada mereka
yang berada di dusun"
"Aih, ciangkun. Sebetulnya yang kami lakukan
ini hanyalah untuk memenuhi tugas kami sebagal
perkumpulan orang gagah yang selalu menentang
kejahatan. Saya kira ini merupakan tugas setiap
warga negara." Perwira itu tersenyum. "Pangcu memang seorang
pendekar yang gagah, maka dapat memimpin
anak-buahnya menjadi orang-orang yang gagah
dan baik pula. Karena itu, kami dari pasukan
pemerintah, atas nama Kaisar, ingin minta
bantuan pangcu." Kam Seng Hin dan is terinya saling pandang, lalu
ketua itu memandang kepada perwira itu dengan
sikap heran. "Pemerintah hendak minta bantuan
kami" Ciangkun (perwira), bantuan apakah yang
dapat kami berikan" Kami hanya perkumpulan
kecil di dusun yang sepi."
"Justru itulah He k-houw-pang dapat membantu
pemerintah, pangcu. Ketahuilah bahwa pasukan
pemerintah yang baru saja menghancurkan kekuatan pemberontak yang dipimpin oleh seorang
raja muda dari Po-yang, keluarga kerajaan Sui
yang sudah jatuh. Akan tetapi, raja muda itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloloskan diri bersama para pengikutnya dan
selama dia belum tertangkap, akan selalu ada
bahaya pemberontakannya. Dia seorang yang
berbahaya, amat pandai, bahkan Panglima sendiri
memberi peringatan kepada para perwira agar
berhati-hati dan sedapat mungkin menangkapnya,
hidup atau mati." "Apa hubungannya semua itu dengan Hek-houwpang, ciangkun" Apa yang dapat kami lakukan
untuk membantu Sribaginda Kaisar?"
"Pangcu, seperti kukatakan tadi, raja muda itu
melarikan diri dari Po-yang dan menurut penyelidikan, dia dan para pengikutnya melarikan
diri ke sepanjang lembah Sungai Huang-ho dan
mungkin sekali berada di sekitar daerah ini, maka
pangcu dapat membantu pemerintah untuk ikut
mencari dan menangkap raja muda itu, hidup
ataupun mati." Barulah Kam Seng Hin mengerti. "Siapakah
nama raja muda itu, ciangkun. Biarpun kami
tinggal di dusun ini, tidak jauh dari Po-yang, akan
tetapi kami tidak mengenal para pembesar dan
bangsawan." "Namanya Pangeran Cian Bu Ong. Dia masih
saudara dari Kaisar Yang Ti dari dinasti Sui ynng
dijatuhkan. Usianya sekitar limapuluh tahun dan
te ntu jarang ada yang mengenalnya karena tadinya
dia berada di kota raja. Setela dinasti Sui jatuh,
dari kota raja dia melarikan diri ke Po-yang dan di
sana dia menyusun pemberontakan. Bukan hanya
dia yang lihai sekali, dia mengajak beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jagoan yang sedang menjalani hukuman selama
hidup di penjara Po-yang."
Lalu perwira itu menggambarkan bentuk muka
dan keadaan pangeran pelarian itu kepada Kam
Seng Hin. Setelah perwira itu bersama pasukannya meninggalkan dusun Ta-bun-cung, Kam pangcu
lalu mengajak istrinya untuk menghadap kakek
Coa Song di dalam kamarnya yang juga menjadi
te mpat pertapaannya. Mereka menceritakan semua
yang baru saja terjadi berkenaan dengan kunjungan pasukan pemerintah dan minta nasehat
dari kakek yang sudah lama le bih banyak bertapa
di dalam kamarnya itu. "Pangeran Cian Bu Ong" He mmm. Aku pernah
mendengar nama itu, belas an tahun yang lalu.
Memang kabarnya mendiang Kaisar Yang Ti
mempunyai banyak jagoan istana dan di antaranya
te rdapat pangeran yang memiliki tubuh kebal dan
ilmu silat yang lihai. Mungkin itulah orangnya.
Kalian harus berhati-hati dan mulai sekarang,
sebaiknya kalau kalian mengerahkan semua
te naga orang muda di dusun-dusun agar mereka
melakukan penjagaan di dusun masing-masing.
Ada baiknya memberi latihan ilmu silat kepada
mereka untuk menambah semangat mereka. Hek
houw-pang tidak pernah mencampuri urusan
pemerintah, akan tetapi kalau ada ancaman bagi
rakyat, kita harus bertindak untuk mengamankan
kehidupan rakyat " Mendengar nasihat kakek mereka itu, Kam Seng
Hin dan isterinya lalu mengumpulkan semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid atau anak buah Hek houw-pang, membagi
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagi tugas kepada mereka untuk mengumpulkan
para pemuda di dusun-dusun sekitarnya, membentuk pasukan penjaga keamanan dan
melatih silat kepada mereka. Dusun Ta-bun-cung
sendiri dijaga ketat siang malam.
Sebetulnya, apakah yang terjadi di Po-yang" Dan
kenapa Panglima Besar, juga Putera Mahkota
seperti Li Si Bin sampai memerintahkan panglimanya melakukan pengejaran bahkan minta
bantuan He k-houw-pang untuk melakukan pencarian dan penangkapan"
Seperti telah diceritakan ole h perwira yang
mengunjungi He k-houw-pang di Po-yang, seperti
juga di banyak daerah lain, te rdapat pemberontakan dari mereka yang masih setia
kepada Kerajaan Sui atau mereka yang tidak mau
mengakui kekuasaan kerajaan baru dan hendak
berdiri sendiri. Pemberontakan itu dipimpin oleh
Pangeran Cian Bu Ong yang melarikan diri dari
kota raja setelah kotaraja terjatuh ke tangan
pasukan Li Si Bin. Akan te tapi, pemberontakan
itupun dapat dilumpuhkan oleh pasukan kerajaan
Tang karena jumlahnya yang jauh kalah besar.
Pangeran Cian Bu Ong sendiri adalah seorang yang
sakti, akan tetapi apa artinya kesaktian seseorang
menghadapi pasukan yang puluhan ribu orang
jumlahnya" Dia melibat betapa pasukannya hancur dan
sebentar lagi pasukan musuh tentu akan menyerbu Po-yang, maka dia segera mengumpulkan para pengikutnya yang masih setia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya untu k lari mengungsi dari Po-yang
membawa semua harta yang dimilikinya, juga dia
cepat memasuki penjara besar di Po-yang. Pada
masa itu, penjara di Po-yang merupakan penjara
te rbesar di seluruh negeri. Para penjahat terbesar
dihukum dalam penjara ini, dan hampir semua
penjahat yang dihukum seumur hidup berada di
situ. Pangeran Cian Bu Ong memerintahkan kepala
penjara untuk menghadapkan lima orang penjahat
yang paling lihai dengan kaki tangan diborgol.
Setelah lima orang penjahat itu berdiri di
depannya, dia menyuruh semua penjaga keluar,
membiarkan dia sendiri berhadapan dengan mereka. De ngan teliti dia mengamati lima orang
laki-laki yang berdiri di depannya itu, lalu dia
melihat catatan nama-nama mereka di sehelai
kertas. Sebelum menyuruh mereka menghadap,
te ntu saja lebih dahulu dia telah mempelajari
te ntang mereka dengan teliti.
"Siapa yang bernama Gan Lui?" tanya bangsawan itu dengan sikap berwibawa dan suara
keren. Seorang di antara lima orang hukuman itu
melangkah maju. "Saya yang bernama Gan Lui,"
katanya. Cian Bu Ong mengamati orang itu dan
alisnya berkerut. Gan Lui seorang laki-laki yang
usianya sekitar tigapuluh lima tahun, bermuka
kuning dan matanya sipit, kumisnya jarang seperti
kumis tikus, dan mulutnya selalu cemberut.
Menurut catatan, Gan Lui dihukun seumur hidup
karena telah membunuh belasan orang prajurit
Kerajaan Sui ketika dia mencoba untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelundup ke istana. Gan Lui ini adalah putera
mendiang Kiu-bwe-houw Gan Lok (Harimau Ekor
Sembilan) yang te was oleh pasukan pemerintah.
Maka Gan Lui mendendam kepada kaisar Kerajaan
Sui, dan berusaha menyelundup ke is tana untuk
membunuh kaisar! Akan te tapi, dia dikeroyok dan
biarpun belasan orang prajurit pengawal te was di
tangannya, namun dia sendiri tertangkap dan
dihukum se umur hidup! "Kalau engkau suka membantuku, sekarang
juga aku akan dapat membebaskanmu," kata Cian
Bu Ong sambil mengamati wajah itu dengan sinar
mata penuh selidik. Gan Lui yang tadinya hanya
cemberut saja, ketika mendengar ucapan ini,
seketika sepasang mata yang sipit itu bersinarsinar dan wajahnya berseri penuh harapan.
"Benarkah itu" Dan siapakah paduka?" tanyanya
penuh gairah. "Belum tiba saatnya engkau mengetahui siapa
aku. Jawab dulu, apakah engkau suka membantuku kalau kubebaskan?"
"Tentu saja saya akan senang sekali!"
"Hemm, hendak kulihat dulu apakah engkau
cukup memiliki kemampuan untuk menjadi
pembantuku. Rantai bele nggu kaki dan tanganmu
itu tidak berapa kuat kulihat. Nah, engkau boleh
mematahkannya." Gan Lui membelalakkan matanya, demikian pula
empat orang hukuman yang lain. Andaikata
mereka mampu mematahkan belenggu sekalipun,
mereka tidak berani melakukan hal itu karena ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap pemberontakan dan mereka akan te rtangkap kembali dan mengalami siksaan hebat.
"Saya tidak berani melakukannya........ "
"Aku yang menyuruh, takut apa" Tak kan ada
yang berani melarangku!" kata Pangeran Cian Bu
Ong. Mendengar ini Gan Lui lalu mengumpulkan
napas dan mengerahkan sin-kangnya.
"Krekk.! Krekk!" Rantai belenggu pada kaki dan
tangannya itu patah! Biarpun pergelangan kaki
dan tangannya masih dibelenggu, namun kaki
tangan itu sudah dapat bergerak bebas karena
rantainya patah. "Nah, sekarang coba engkau menyerangku!
Keluarkan semua kepandaianmu, dan kerahkan
semua te nagamu!" kata pula pangeran itu sambil
bangkit dan menuju ke te ngah ruangan yang
cukup lebar itu. Kembali lima orang hukuman itu te rbelalak.
Akan te tapi Gan Lui sudah maklum betapa orang
tinggi besar dan gagah perkasa itu hendak
mengujinya. Maka diapun tldak meragukan lagi.
Dia harus memperlihatkan kepandaiannya kalau
ingin dibebaskan dan dapat membantu orang yang
tidak dikenalnya ini. "Baiklah, harap paduka berhati-hati! Lihat
serangan!" Gan Lui sudah melompat dan menyerang dengan kedua tangannya membentuk
cakar harimau. Ternyata dia sudah menggunakan
kepandaian simpanannya, yaitu Houw- jiauw kun
(Silat Cakar Harimau). Ketika memainkan ilmu
silat ini, kedua tangan membentuk cakar harimau
dan gerakan kedua le ngan itu mirip gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang kaki depan harimau, mencakar dan
memukul. Juga dia mengerahkan te naga sin
kangnya sehingga ketika dua tangan itu bergerak,
te rdengar suara angin berciutan.
Pangeran Cian Bu Ong mengikuti gerakan Gan
Lui ini dengan pandang mata penuh selidik. Tidak
buruk, pikirnya girang dan diapun menggerakkan
kedua le ngannya. Gan Lui te rkejut bukan main,
juga te rheran-heran ketika merasa betapa kedua
tangannya itu selalu membalik sebelum mengenai
tubuh lawan, seolah ada tenaga tidak nampak yang
menjadi perisai melindungi tubuh lawan yang
tinggi besar itu. Dan tubuh itupun bergerak
mengelak dengan sedikit gerakan saja, namun
membuat semua serangannya menyeleweng dan
tidak pernah dapat menyentuhnya. Pangeran Cian
Bu Ong te rus mengelak dan melindungi tubuhnya
dengan sin-kang yang amat kuat sampai belasan
jurus lamanya untuk menilai kepandaian Gan Lui.
Kemudian, tiba-tiba dia membalas serangan lawan
dengan tamparan-tamparan kedua tangannya.
Serangan balasan ini demikian cepat dan tidak
te rduga datangnya sehingga Gan Lui te rkejut dan
cepat diapun melindungi dirinya dengan kedua
le ngan yang menangkis ke sana-sini, juga kakinya
bergeser dengan gesit untuk menghindarkan diri
dari hujan serangan lawan. Barulah dia tahu
bahwa orang yang seperti bangsawan dan yang
mengujiny ini ternyata lihai bukan main!
"Terima ini!" Pangeran Cian Bu Ong berseru dan
tangannya menghantam dengan tamparan dari
atas. Gan Lui terkejut, karena datangnya tamparan
demikian cepatnya, maka dia lalu mengangkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua le ngannya untuk menangkis sambil mengerahkan sin-kang sekuatnya.
"Plakkk!" Kedua tangan Gan Lui bertemu dengan
tangan kanan Pangeran Cian Bu Ong dan
akibatnya tubuh Gan Lui te rjengkang dan
te rguling-guling seperti dilanda angin badai yang
amat kuat. Gan Lui terkejut bukan main. Untung lawannya
tidak ingin mencelakainya sehingga dia tidak
te rluka. Dia melompat bangun dan cepat memberi
hormat dengan hati tulus.
"Saya mengaku kalah!"
Pangeran Cian Bu Ong hanya te rsenyum dan
memberi isyarat kepada Gan Lui untuk duduk di
atas bangku. Kemudian ia kembali ke mejanya,
memeriksa kertas catatan. "Siapa yang bernama
Lie Koan Tek?" Orang ke dua maju dan memberi hormat dengan
merangkap kedua tangan depan dada.
"Saya yang bernama Lie Koan Tek, Pangeran."
kata orang ini dengan lantang.
Cian Bu Ong mengamati penuh perhatian. Dari
catatannya dia mengetahui bahwa laki-laki berusia
empatpuluh lima tahun yang tinggi besar dan
gagah perkasa ini adalah seorang pendekar gagah
murid Siauw-lim-pai. Dia dihukum
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena bersikap memberontak terhadap Kerajaan Sui, dan
hal ini mudah dimengerti kalau diingat betapa kuil
Siauw lim-pai pernah dibakar oleh pasukan
pemerintah dan banyak se kali murid Siauw lim-pai
yang tewas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lie Koan Tek, bagaimana engkau tahu bahwa
aku seorang pangeran?"
"Nama besar paduka sudah te rkenal di seluruh
penjuru," kata Lie Koan Tek yang berwatak keras
dan jujur itu. "Kalau engkau mau kubebaskan dan membantuku, perlihatkan kemampuanmu Lie
Koan Tek," kata Pangeran Cian Bu Ong.
Lie Koan Tek mengerahkan te naga dan rantai
pada belenggu kaki tangannya juga patah-patah
seperti yang terjaadi pada Gan Lui tadi.
"Bagus.! Sekarang, kau boleh menyerangku dan
keluarkan semua kepandaian dan tenagamu!"
Tanpa sungkan lagi Lie Koan Tek lalu menggerakkan kaki tangannya menyerang, mengeluarkan jurus-jurus Siauw lim-pai yang
paling tangguh yang dikuasainya.
Pangeran Cian Bu Ong gembira sekali. Pendekar
ini lebih unggul dibandingkan Gan Lui. Walau
selisihnya hanya sedikit. Diapun melayani sampai
belasan jurus, kemudian sapuan kakinya membuat
Lie Koan Tek te rpelanting.
Pendekar ini kagum bukan main. Jarang dia
berte mu dengan orang selihai pangeran ini, dan dia
mengakui kebesaran nama Pangeran Cian Bu Ong.
Dia menjura dan mengaku kalah. Pangeran Cian
Bu Ong persilakan dia duduk di samping Gan Lui.
Orang ke tiga adalah Thio Ki Lok, berusia
limapuluh tahun, dihukum karena dia perampok
tunggal yang sadis dan lihai., Tubuhnya pendek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan perut gendut, wajahnya kekanak-kanakan,
akan te tapi pandang matanya licik dan kejam.
Selain ilmu silat, dia pandai ilmu gulat Mongol, dan
senjata andalannya adalah golok gergaji. Karena
tingkat kepandaiannya masih sedikit di bawah Gan
Lui, maka dalam belasan jurus diapun dikalahkan
Pangeran Cian Bu Ong. Orang ke empat adalah seorang peranakan
Turki, bernama Gulana. Kulitnya hitam seperti
arang, tubuhnya tinggi besar dan rambutnya yang
hitam panjang digelung, ditutup sorban putih. Dia
menguasal ilmu silat yang aneh, lengannya yang
panjang itu berbahaya sekali, karena dia pandai
menangkap dan membanting lawan. Juga kakinya
yang panjang pandai mengirim tendangan kilat.
Senjata yang biasa dia mainkan adalah tongkat
baja. Diapun memiliki kepandaian yang setingkat
dengan Gan Lui, dan dirobohkan oleh Pangeran
Cian Bu Ong dalam belasan jurus. Sikapnya yang
angkuh berubah setelah dia merasakan sendiri
kehe batan pangeran itu dan diapun mengaku
kalah. Kini Pangeran Cian Bu Ong menghadapi orang
ke lima. Dari catatannya dia tahu bahwa orang ini
yang paling tangguh di antara mereka semua,
maka sengaja dia menghadapinya sebagai orang
te rakhir. Sebelum bicara, dia mengamati dengan
penuh perhatian dan memandang kagum. Orang
itu masih muda sekali, tidak akan le bih dari
duapuluh tujuh tahun usianya. Wajahnya tampan
sekali dan sikapnya juga lembut, sama sekali tidak
pantas menjadi orang hukuman. Matanya mencorong seperti mata naga. Hidungnya agak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar dan mancung, bibirnya merah penuh gairah.
Melihat tubuhnya yang sedang dan sikapnya yang
le mbut, orang takkan menyangka dia pandai ilmu
silat. Lebih pantas menjadi seorang siu-cay
(pelajar) yang pandai menulis sajak.
"Namamu Can Hong San?" tanya Pangeran Cian
Bu Ong. Pemuda itu mengangguk, sikapnya angkuh.
Pemuda ini memang bukan orang sembarangan.
Dia adalah putera tunggal mendiang Cui-beng Saikong, seorang datuk besar dunia sesat, pendiri dari
agama sesat Thian te-kauw. Pemuda yang tampan
dan nampak halus lembut ini adalah seorang yang
memiliki watak aneh, hampir tidak normal, bahkan
dia telah membunuh ayahnya sendiri. Kemudian,
dia pernah menjadi pemimpin besar perkumpulan
sesat dari agama Thian-te-kauw yang didirikan
ayahnya. Ketika perkumpulan sesat ini diserbu
oleh pasukan pemerintah yang dibantu para
pendekar, diapun te rtawan, perkumpulannya hancur dan dia dijatuhi hukuman seumur hidup.
"Bagaimana, Can Hong San. maukah engkau
membantu kami seperti empat orang gagah lainnya
ini?" tanya Pangeran Cian Bu Ong.
"Nanti dulu, Pangeran. Sebelum aku memberi
jawaban, aku harus mengetahui dulu, bantuan apa
yang harus kuberikan kepadamu?" Biarpun ucapannya le mbut dan sopan, namun katakatanya menunjukkan bahwa dia tidak mau
merendahkan diri kepada pangeran ini. Dia tahu
bahwa Kerajaan Sui sudah jatuh, sehingga
pangeran ini sekarang sudah bukan pangeran lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namanya! Dan bukan watak Coa Hong San untuk
merendahkan diri kepada siapapun juga.
Melihat sikap pemuda ini yang tidak menghormatinya, Pangeran Cian Bu Ong tidak
menjadi marah, bahkan te rsenyum. Lebih baik
menghadapi orang yang te rang-terangan tidak
menghormatinya dari pada orang yang bersikap
menjilat namun tidak diketahuinya benar bagaimana keadaan is i hatinya! Akan tetapi ia
masih memancing dan pura-pura kurang senang,
dan mengerutkan alisnya. "Can Hong San. tahukan engkau bahwa kalau
tidak kami tolong, engkau te ntu akan dihukum
mati, atau bahkan dibunuh oleh penguasa baru
yang tidak mau memelihara orang hukuman
seumur hidup?" "Pangeran tentu tahu bahwa orang seperti aku
tidak takut mati. Katakan dulu, bantuan apa yang
harus kuberikan padamu, baru aku akan memutuskan mau atau tidak!"
Makin kagumlah hati Pangeran Cian Bu Ong.
Seorang seperti pemuda inilah yang dapat diharapkan menjadi seorang pembantunya yang
setia dan baik! "Baiklah, Hong San. Ketahuilah bahwa Kerajaan
Sui telah jatuh oleh Li Si Bin yang memberontak
sehingga kini ayahnya yang menjadi kaisar dan
mendirikan dinasti Tang. Usahaku untuk memberontak di Po-yang juga gagal. Terpaksa aku
harus melarikan diri dan menjadi buruan pemerintah yang baru. Akan te tapi, aku tidak
putus asa dan akan berusaha untuk menghimpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan. Nah, kalau engkau suka, mari bekerja
sama denganku. Kalau kita berhasil kelak, kita
sama-sama menikmati hasilnya. Setidaknya engkau akan bebas dan mempunyai harapan, dari
pada sampai mati menjadi orang hukuman,
bukan?" "Hemm, baiklah kalau begitu, Pangeran. Aku
menerima uluran tanganmu," jawab Can Hong San
yang sebenarnya sejak tadi sudah merasa girang
sekali bahwa dia akan dibebaskan dan mendapatkan harapan baru.
-ooo0dw0ooo- Jilid 2 "Kalau begitu, mari kita main-main sebentar,
karena aku harus melihat dulu kemampuanmu,
apakah pantas menjadi pembantuku atau tidak,"
kata Pangeran Cian Bu Ong sambil bangkit dari
te mpat duduknya. Akan tetapi Hong San cepat berkata , "Pangeran,
sungguh tidak baik kalau aku yang akan menjadi
pembantu utamamu ini bertanding denganmu,
walaupun hanya untuk menguji kepandaian. Aku
akan merasa tidak enak kalau sampai kesalahan
tangan melukaimu. Sebaiknya, biarkan empat
orang calon pembantu yang lain ini maju bersama
mengeroyokku, sehingga selain pangeran dapat
menilai kepandaianku, juga mereka itu dapat
menerima bahwa aku lebih unggul dari mereka dan
kelak aku yang menjadi pembantu utama dan
mereka itu harus tunduk dan taat kepadaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum dan makin
kagum. Apakah ucapan itu hanya merupakan bual
kosong belaka" Atau benarkah pemuda itu ma mpu
menandingi pengeroyokan empat orang calon
pembantunya yang cukup lihai itu" Dia sendiripun
harus berhati-hati kalau dikeroyok empat orang
itu! Inilah kesempatan baik untuk benar-benar
menguji Can Hong San. "Baik. Nah, kalian berempat sudah mendengar
sendiri. Wakililah aku untuk bersama maju
menandingi dan menguji ke pandaian Can Hong
San!" Perintahnya kepada empat orang itu.
Gan Lui, Gulana, dan Thio Ki Lok segera
bangkit. Ini merupakan perintah pertama, maka
mereka segera bangkit dengan penuh semangat,
bukan saja untuk mentaati perintah pangeran Cian
Bu Ong, akan te tapi juga untuk menundukkan
pemuda yang mereka anggap te rlalu sombong itu.
Akan tetapi, Lie Koan Tek tidak bangkit berdiri.
"Lie Koan Tek, kenapa engkau tidak bangkit"
Majulah dan ikutlah mengeroyok untuk menguji
kepandaian Can Hong San," kata sang pangeran.
"Maaf, Pangeran. Saya bukanlah seorang pengecut. Kalau diperintahkan menguji pemuda
ini, biarlah saya lakukan sendiri saja. Kalah atau
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menang merupakan hal yang biasa dalam pertandingan silat. Akan tetapi untuk mengeroyok,
saya merasa malu dan enggan. Maaf !"
Pangeran Cian Bu Ong maklum akan sikap
seorang pendekar sejati seperti murid Siauw-limpai ini. "Kalau begitu biarlah nanti saja kalau perlu
engkau menguji sendiri. Kini yang tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuperintahkan untuk mengeroyok dan menguji
kepandaian Can Hong San!"
Tiga orang itu tidak memiliki pendapat yang
sama dengan Lie Koan Tek. Mereka tadi sudah
membuktikan sendiri betapa saktinya pangeran itu
dan mereka sudah merasa tunduk benar. Di dalam
hati mereka te lah menjadi pembantu yang setia,
karena mereka melihat harapan baik sekali bagi
keuntungan mereka sendiri kalau mereka mengabdi kepada pangeran itu. Maka, begitu
menerima peritah ini, mereka bertiga berloncatan
dan berhadapan dengan Can Hong San. Disamping
ketaatan mereka te rhadap pangera Cian Bu Ong,
mereka juga ingin menghajar pemuda yang amat
sombong itu, yang berani memandang rendah
kepada mereka dengan menantang agar mereka
mengeroyoknya! "Orang muda," kata Thio Ki Lok yang pendek
gendut. "Kami bertiga sebagai orang-orang yang
le bih tua darimu, sebetulnya juga merasa tidak
enak kalau harus mengeroyokmu. Akan te tapi
kami mentaati perintah Pangeran yang kami
hormati. Sekarang, apakah engkau masih tetap
menantang kami bertiga untuk maju bersama"
Hati-hati, orang muda, jangan sampai tulangtulangmu yang masih muda akan menjadi patahpatah menghadapi serangan kami."
"Lebih baik engkau menghadapi kami satu demi
satu, orang muda," kata pula Gan Lui.
"Akupun setuju satu lawan satu!" sambung
Gulana. Bagaimanapun juga, tiga orang ini sudah
menganggap diri sendiri terlalu pandai sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau mereka harus mengeroyok seorang lawan
muda, mereka merasa malu dan hal ini akan
menurunkan derajat mereka sebagai ahli-ahli silat
tingkat atas. "Sudahlah, tidak perlu banyak cakap lagi. Aku
menantang kalian semua maju berbareng untuk
mempersingkat waktu, juga untuk memudahkan
Pangeran dalam menilai kepandaianku. Kalau aku
kalah, anggap saja aku tidak pantas membantu
Pangeran!" Sungguh ucapan ini amat sombong te rdengarnya
oleh tiga orang jagoan itu. Akan te tapi sesungguhnya Can Hong San bukan seorang
pemuda yang sebodoh itu. Dia bukan sekedar
menyombongkan diri, melainkan ingin menimbulkan kesan dalam hati sang pangeran dan
kalau dia sudah berani bicara seperti itu adalah
karena dia s udah yakin akan mampu mengalahkan
tiga orang pengeroyok itu, atau bahkan empat
orang bersama Lie Koan Tek. Dia sudah dapat
mengukur sampai di mana tingkat kepandaian
mereka itu ketika tadi mereka satu demi satu diuji
oleh Pangeran Cian Bu Ong.
Tiga orang itu merasa penas aran mendengar
tantangan Hong San dan merekapun serentak
mengambil sikap menyerang, memasang kudakuda, mengurung Hong San dengan kedudukan
tiga sudut. "Mulailah!" kata Hong San, masih berdiri biasa
saja tanpa memasang kuda-kuda, a kan tetapi pada
saat itu, seluruh otot dan syaraf di tubuhnya
menggetar dan dalam keadaan siap siaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heiillittttt..........!" Thio Kie Lok menyerang lebih
dulu dengan pukulan tangan kirinya dengan
le ngan yang pendek. Kalau Hong San menangkis,
tangan yang memukul itu tentu akan berubah
menjadi mencengkeram. Pada saat yang hanya
sedetik selisihnya, Gan Lui juga sudah menyerang
dari samping kiri, menampar dengan telapak
tangan ke arah kepala pemuda itu.
"Hemmmn.....!" Tiba-tiba saja tubuh Hong San
bergerak, kedua kakinya bergeser dan dua
serangan itu dapat hindarkannya dengan amat
mudahnya, dengan meliuk dan miringkan tubuh.
"Haahhhh......!" Gulana
menyambut dengan te ndangan kakinya yang panjang.
"Wuuuut......!"
Tendangan itupun dapat dielakkan ole h Hong San sehingga melayang
dengan cepat mengeluarkan angin keras. Thio Ki
Lok dan Gan Lui sudah menerjang lagi, demikian
pula Gulana. Tiga orang yang merasa penasaran
karena serangan pertama mereka dapat dielakkan
dengan mudah oleh Hong San, kini menyerang
le bih dahsyat dari tiga jurusan. Dan kini Pangeran
Cian Bu Ong kagum. Tubuh pemuda itu demikian
lincahnya sehingga bagaikan seekor burung walet
saja, berkelebatan di antara sambaran pukulan
dan tendangan. Sampai belasan jurus tiga orang itu menghujamkan serangan mereka, namun selalu
dapat dielakkan oleh Hong San.
"Hyeeeehhh........!" Gan Lui yang merasa semakin
penas aran, menubruk dari samping kiri dan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan yang membentuk cakar harimau itu sudah
menerkam ke arah leher dan dada.
"Pergilah!" Hong San membentak dan kini le ngan
kirinya diputar menangkis , pergelangan tangannya
berputar dan tangan dengan jari-jari terbuka
mendorong ke arah Gan Lui. Orang tinggi kurus ini
berseru kaget karena lengannya terasa sakit bukan
main ketika ditangkis Hong San dan sebelum dia
dapat mencegahnya, tubuhnya terdorong keras dan
diapun terjengkang! Saat itu, sebatang kaki yang panjang dan besar
menyambar ke arah perut Hong San. Itulah
te ndangan kaki Gulana. Hong San hanya miringkan tubuh sedikit sehingga kaki itu menyerempet bajunya. Secepat kilat dia menangkap tumit dan mendorongnya ke atas dan Gulana terlempar
sampai beberapa meter. Thio Ki Lok hendak mempergunakan kesempatan selagi Hong San diserang Gulana tadi
untuk menerkam dari samping dan dia sudah
berhasil merangkul leher Hong San, menggunakan
ilmu gulatnya, kedua tangan memasuki bawah
ketiak dan mencengkeram di belakang te ngkuk
Hong San. Agaknya dia hendak membuat pemuda
itu tidak berdaya dengan kuncian gulat Mongol itu.
Akan te tapi, tiba-tiba dia berteriak kesakitan
ketika kaki Hong San menendang ke belakang,
mengenai kedua lututnya sehingga otomatis
kakinya kehilangan tenaga dan kembali dia
berte riak karena tangan Hong San sudah menangkap ibu jari kedua tangan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkram te ngkuk pemuda itu, sehingga tentu
saja cengkeramannya mengendur karena kekuatan
setiap tangan terletak pada ibu jarinya. Dalam
keadaan kaki kehilangan tenaga dan cengkeraman
mengendur itu, begitu Hong San membuat gerakan
membungkuk dan melempar dengan pundak,
tubuh pendek gendut itupun te rlempar melalui
atas punggung Hong San dan jatuh te rbanting ke
depan pemuda itu! Ketika tiga orang pengeroyok itu bangkit dengan
muka menyeringai kesakitan. Pangeran Cian Bu
Ong berte puk tangan memuji. "Bagus, bagus!
Engkau memang te lah membuktikan kemampuanmu, Hong San! Kami girang sekali
mendapat bantuanmu dan mulai saat ini, engkau
kami angkat menjadi pembantu utama! Akan tetapi
jangan mengira bahwa dengan ilmumu itu, engkau
akan dapat mengalahkan aku, ha ha ha!"
Can Hong San adalah seorang cerdik. Dari cara
pangeran itu tadi mengalahkan empat orang calon
pembantu itu, diapun tahu bahwa pangeran itu
lihai dan memiliki sin-kang yang kuat sekali,
sehingga dia sendiri tidak berani yakin akan
mampu mengalahkannya. Pula setelah dia diangkat menjadi pembantu utama, te ntu saja dia
harus bersikap tunduk. "Aku tahu bahwa engkau adalah seorang yang
berilmu tinggi, Pangeran. Kalau tidak begitu,
bagaimana mungkin kusuka untuk membantumu"
Akan te tap kuharap engkau suka berhati-hati
te rhadap murid Siauw-lim-pai ini." Hong San
menunjuk kepada Lie Koan Tek. Pendekar ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang pandang mata Hong San dengan penuh
keberanian. Walapun dia tahu bahwa dia tidak
akan menang kalau bertanding dengan pemuda
yang lihai luar biasa itu, akan tetapi bukan watak
pendekar Siauw-lim-pai ini untuk memperlihatkan
perasaan takut. "Hemm, aku adalah seorang laki-laki sejati yang
sekali berjanji akan menepatinya sampai mati.
Kurasa Pangeran harus berhati-hati te rhadapmu,Can Hong San."
"Keparat! Majulah kalau engkau berani melawan
aku dan kalau engkau sudah bosan hidup!" Hong
San menantang dengan muka merah.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hemm, biarpun engkau lihai sekali jangan
dikira aku akan takut menghadapi maut di
tanganmu!" Lie Koan Tek bangkit berdiri dan
membusungkan dadanya. Pangeran Cian Bu Ong cepat melangkah maju
menengahi. "Ah, apa yang kalian lakukan ini"
Kalian akan kubebaskan untuk membantuku,
bukan untuk berkelahi dan saling bermusuhan
sendiri! Apa gunanya aku membebaskan kalian,
kalau hanya untuk melihat kalian saling bunuh?"
"Maafkan saya, Pangeran," kata Lie Koan Tek
yang segera melihat betapa tidak baiknya sikapnya
tadi terhadap sang pangeran.
"Maaf," kata pula Hong San yang tentu saja tidak
ingin kalau Pangeran itu menjadi tidak suka
kepadanya. "Ketahuilah, aku sekeluarga dan para pengikut
sedang hendak menyelamatkan diri keluar dari PoTiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dan kalian kuminta membantu untuk
melindungi. Kemudian kelak kalian membantuku
menegakkan kembali kerajaan baru sebagai pengganti Kerajaan Sui yang telah jatuh. Dan
selama kalian membantuku, kalian tidak boleh
mementingkan perasaan dan urusan pribadi,
harus mentaati semua perintahku. Sekarang tiba
saatnya kalian berjanji. Kalau kalian mau taat, aku
akan membebaskan kalian, kalau tidak mau,
akupun akan meninggalkan kalian di s ini."
Lima orang itu serempak menyatakan janji
mereka untuk menaati Pangeran Cian Bu Ong.
Mereka maklum bahwa, jika mereka tidak dibebaskan oleh pangeran itu, tidak mungkin
mereka melarikan diri atas usaha sendiri, karena
mereka akan menghadapi ribuan orang prajurit
penjaga, dan kalau mereka ditinggalkan di situ,
mereka hanya akan menghadapi ancaman mati
konyol. Tidak ada pilihan kecuali membantu
pangeran ini. Lie Koan Tek sendiri menaruh harapan besar
pada diri pangeran itu. Pemerintahan kaisar
Kerajaan Sui yang lalu telah mendatangkan banyak
kesengsaraan terhadap rakyat, bahkan Siauw-limsi juga diserbu dan dibakar karena Siauw-lim-si
membela rakyat jelata. Dia mengharapkan kalau
Pangeran Cian Bu Ong berhasll merebut tahta
kerajaan, dia akan menjadi seorang kaisar yang
baik budi dan memakmurkan kehidupan rakyat
jelata. De mikianlah, lima orang hukuman yang lihai itu
dibebaskan dengan mudah oleh Pangeran Cian Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong dan mereka menjadi pengawal-pengawal
keluarga pangeran itu yang melarikan diri dari Po
yang. -ooo0dw0ooo- "Kongcu datang......!" Teriakan-teriakan gembira
te rdengar dari para anggota Hek-houw-pang di
gardu penjagaan pintu gerbang dusun Mo-kimcung. Biarpun sudah belasan tahun meninggalkan
He k-houw-pang, namun para anggota He k-houwpang masih ingat kepada Siang Lee dan begitu
Siang Lee muncul di depan pintu gerbang dusun,
mereka menyambut dengan gembira sekali. Pemuda cucu ketua lama Hek houw-pang itu yang
merupakan keturunan langsung dari keluarga Coa,
meninggalkan He k-houw-pang karena
urusan pribadi, karena kakeknya melarang dia menikah
dengan pute ri Ban-tok Mo-li. Terhadap He k-houw
pang Siang Lee tidak mempunyai kesalahan
apapun, maka para anggota He k houw-pang masih
memandangnya sebagal keluarga pimpinan mereka. Segera para murid He k-houw-pang merubung
Siang Lee yang datang bersama isterinya, Sim Lan
Ci dan pute ra mereka, Coa Thian Ki. Akan tetapi
mendengar bahwa kakeknya, Coa Song, yang
sudah tua sekali masih hidup, Siang Lee tidak mau
berlama-lama bicara dengan para suheng dan
sutenya, melainkan langsung saja mengajak anak
isterinya berkunjung ke rumah induk perkumpulan itu, yang menjadi tempat tinggal
ketua Hek-houw-pang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena pada waktu itu keadaan sedang tegang,
para murid He k-houw-pang yang melakukan
penjagaan ketat sehubngan dengan pesan dari
komandan pasukan yang datang berkunjung,
maka berita tentang kedatangan Coa Kongcu
segera tersiar dengan cepat.
Mendengar bahwa Coa Siang Lee pulang, ketua
He k-houw-pang, Kam Seng Hin dan isterinya, Poa
Liu Hwa segera keluar menyambut.
Ketika Coa Siang Lee dengan isteri dan anaknya
tiba di ruangan depan rumah keluarga Coa itu, dia
disambut oleh Kam Seng Hin dan isterinya, juga
anak mereka, Kam Cin. Beberapa orang murid
He k-houw-pang yang tadi mengikuti tamu itu
sudah membisikkan kepada Siang Lee bahwa
ketua He k-houw-pang sekarang adalah murid Hekhouw-pang yang bernama Kam Seng Hin dan yang
menikah dengan Poa Liu Hwa, cucu luar Coa Song
atau adik misannya. Tentu saja dia mengenal
keduanya dan dia merasa bergembira. Dia
mengenal Kam Seng Hin sebagai sutenya (adik
seperguruannya) yang gagah perkasa.
"Coa suheng (kakak seperguruan Coa)!" Kam
Seng Hin dan isterinya menyambut dengan
gembira sambil member hormat.
"Kam sute, engkau menjadi pangcu dari He khouw-pang sekarang" Dan engkau menjadi suami
dari adikku Liu Hwa ini" Ah, aku girang sekali,
sute. Perkenalkan, ini isteriku, dan ini anakku Coa
Thian Ki." Kam Seng Hin memberi hormat kepada Lan Ci
dan menyebut "toa-so" (kakak ipar). Liu Hwa juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambut Lan Ci dengan sikap ramah dan
manis, lalu ia memperkenalkan pute ranya, Kam
Cin. Ketika Kam Cin diperkenalkan dengan Thian
Ki, dengan sikap ramah dan lincah Cin Cin,
demikian panggilan akrabnya lalu memegang
tangan Thian Ki. Mereka sebaya, sama-sama lima tahun usianya.
"Thian Ki, mari kita bermain di taman belakang.
Kami mempunyai kolam ikan di sana dan kemarin
seorang paman memberi sepasang ikan emas yang
lucu bermata besar. Mari......!"
"Kam Cin...." panggil Siang Lee melihat betapa
keponakannya itu sudah menarik Thian Ki diajak
bermain-main. Cin-Cin berhenti dan memandang
kepada Siang Lee dengan sikap tidak malu-malu.
"Supek (uwa guru), semua orang memanggilku Cin
Cin, harap supek , pek-bo dan ju ga Thian Ki
menyebut aku Cin Cin saja."
Siang Lee dan isterinya te rtawa. Kam Cin atau
Cin Cin itu seorang anak yang mungil, tampan,
tabah dan kelihatan cerdik sekali. "Baiklah, Cin
Cin, kuminta engkau jangan mengajak Thian Ki
pergi bermain-main dulu. Dia harus lebih dulu
kuperkenalkan kepada kakek buyutnya."
"Ah, jangan khawatir, supek. Sekarang juga
akan kuajak Thian Ki menghadap kakek buyut!"
Setelah berkata demikian, Cin Cin sudah
menarik tangan Thian Ki, berlari keluar dari
ruangan itu. Melihat ini Siang Lee dan Lan Ci
te rtawa, demikian pula ayah dan ibu Cin Cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin memang bandel dan manja sekali," kata
Liu Hwa. "Baiknya dia tidak nakal," sambung suaminya.
"Kulihat anak kalian itu cerdik dan lincah. Mari
kita menghadap kongkon g (kakek) lebih dulu," kata
Siang Lee dan mereka berempat lalu pergi ke
kamar kakek Coa Song yang berada di bagian
belakang. Ketika mereka memasuki kamar yang besar itu,
te rnyata dua orang anak itu sudah berada di situ,
duduk di atas lantai dekat kedua kaki kakek Coa
Song yang nampak gembira bukan main.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci segera
menjatuhkan diri berlutut menghadap kakek itu,
diiringkan ole h Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa.
"Kong-kong......" kata Siang Lee dengan suara
penuh keharuan. Dia tadi sudah mendengar
sepintas dari Kam Sen Hin bahwa kakeknya
seringkali menanyakan dirinya, dan nampaknya
kakeknya sudah melupakan perte ntangan yang
telah lampau. Melihat betapa kakeknya menarik
Thian Ki dengan wajah gembira itu sudah
membuktikan kebenaran keterangan Kam Seng
Hin itu. "Kong-kong......" Lan Ci juga memanggil dengan
sikap hormat. Sejak tadi kakek Coa Song yang usianya sudah
mendekati delapanpuluh tahun itu telah menyambut kemunculan cucunya itu dengan
wajah cerah dan mata berseri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siang Lee, engkau baru datang" Dan itu
isterimu yang dulu" Aku sudah berkenalan dengan
pute ra kalian, Thian Ki. Aku girang sekali kalian
sehat-sehat saja dan masih ingat untuk pulang ke
sini.........." Mendengar suara kakeknya yang agaknya
menyesali sikapnya yang dahulu itu. Siang Lee
segera mengalihkan percakapan. "Kong-kong, saya
merasa girang sekali melihat kong-kong masih
sehat. Semoga Tuhan selalu memberkahi kongkong dengan panjang usia dan sehat selalu."
"Sudah lama sekali aku merindukanmu, Siang
Lee. Dan sekarang engkau datang bersama
isterimu dan puteramu yang tampan gagah ini. Ah,
betapa gembira hatiku. Seng Hin, suruh buatkan
masakan dan minuman, kita adakan pesta
keluarga untuk menyambut Siang Lee!"
Kakek itu kelihatan gembira bukan main. Tak
lama kemudian, Kam Seng Hin dan isterinya
meninggalkan Siang Lee dan Lan Ci bertiga saja
dengan kakek mereka, sedangkan Thian Ki sudah
diajak pergi ke taman oleh Cin Cin.
Kakek Coa Song menghujani Siang Lee dengan
pertanyaan dan suami isteri itu menceritakan
semua pengalaman mereka semenjak berpis ah dari
kakek itu. Ketika mendengar pengakuan Siang Lee
dan Lan Ci bahwa mereka tidak mengajarkan ilmu
silat sama sekali kepada Thian Ki, kakek Coa Song
mengerutkan alisnya tanda tidak setuju.
"Eh, kenapa begitu" Aku tahu bahwa ilmu
silatmu sudah maju pesat, tentu sekarang tingkat
kepandaianmu tidak ada yang dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandinginya di Hek-houw-pang ini. Juga isterimu memiliki kepandaian yang tinggi. Kenapa
kalian tidak mengajarkan ilmu silat kepada putra
kalian?" "Kong-kong, kami berdua sudah mengalami
cukup banyak kesengsaraan yang disebabkan oleh
kehidupan sebagai ahli Silat. Betapa di dunia ini
penuh degan permusuhan dendam mendendam
yang menjadi bunga kehidupan di dunia persilatan.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tidak, kong-kong, kami tidak ingin melihat pute ra
kami te rlibat dalam dunia yang penuh kekerasan
itu. Kami tidak sanggup membayangkan dia kelak
menjadi orang yang hidupnya selalu te rancam
bahaya, hidupnya dikelilingi oleh permusuhan,
kekerasan, darah dan maut!"
Kakek itu mengangguk-angguk. Sebagai seorang
yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia
kangouw, te ntu saja dia dapat merasakan kebenaran yang te rkandung dalam ucapan cucunya itu. "Akan te tapi, cucuku yang baik.
Justru karena dunia ini penuh kekerasan, penuh
orang-orang jahat yang menggunakan kekerasan
te rhadap orang lain untuk memaksakan kehendak
mereka, maka kita perlu membekali diri dengan
ilmu silat untuk membela diri sendiri dan untuk
membela orang-orang le mah tertindas, untuk
menentang kejahatan."
Kakek itu berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
"Apakah kalian ingin melihat putra kalian kelak
menjadi seorang yang le mah dan menjadi korban
penindasan orang-orang jahat?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, kong-kong. Justru karena tidak bis a silat
maka dia akan hidup aman dan te nteram. Kami
sudah mengalaminya sendiri. Semenjak kami
berdua hidup sebagai petani di dusun kecil, kami
tidak pernah mengalami kekerasan lagi. Orangorang yang hidup di dusun dan tidak mengenal
ilmu silat, tidak pernah berkelahi, tidak pernah
bermusuhan. Kami ingin anak kami kelak hidup
berbahagia, tenteram dan aman."
Kakek itu menghela napas panjang, "Dia adalah
anak kalian, tentu saja kalian yang paling berhak
untuk menentukan. Akan te tapi, Siang Lee,
ingatlah, Thian Ki satu-satunya pene rus keluarga
Coa. Bagaimana kelak jadinya dengan He k-houwpang kalau tidak ada seorang she Coa yang
melanjutkan" Bahkan engkau sendiri sepantasnya
sekarang menggantikan sutemu untuk menjadi
ketua Hek-houw-pang. Itu sudah menjadi hakmu,
dan dalam hal ilmu silat, engkau le bih unggul
darinya." "Aih, terima kasih, kong-kong. Akan tetapi, kami
sudah mengambil keputusan untuk tidak lagi
memasuki dunia persilatan. Kami hendak melupakan kehidupan yang lam pau, memulai
dengan kehidupan baru yang bebas dari kekerasan
dan ilmu silat." Diam-diam kakek Coa Song merasa kecewa,
akan tetapi dia tidak menyatakan hal ini.
Sementara itu, selagi orang tuanya bercakapcakap dengan kakek buyutnya, Thian Ki diajak Cin
Cin bermain-main di dalam taman yang cukup luas
itu. Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ikan dan Cin Cin dengan bangga memperlihatkan
ikan-ikannya yang beraneka warna di kolam itu.
Setelah bosan melihat ikan, Cin-Cin lalu
mengajak Thian Ki duduk di atas bangku yang
dilindungi payon seperti payung bentuknya. Mereka segera jadi akrab sekali karena Cin Cin
adalah seorang anak yang lincah je naka dan
pandai bicara, pandai bergaul, beda dengan Thian
Ki, yang biarpun juga cerdik sekali, namun Thian
Ki lebih pendiam dibandingkan Cin Cin yang kalau
bicara seperti air terjun yang tak kunjung putus.
"Thian Ki, mari kita latihan," tiba-tiba Cin Cin
berkata. Thian Ki memandang kawan barunya itu dengan
heran. "Latihan" Latihan apa?"
Cin Cin tertawa. "Aih, pakai tanya segala!
Latihan apa lagi kalau bukan latihan silat" Kita
adalah anak ahli silat, tentu saja aku mengajak
latihan silat. Tentu engkau jauh le bih pandai
daripadaku, karena aku dengar bahwa supek Coa
Siang Lee dan supek-bo memiliki ilmu silat yang
tinggi." Thian Ki tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Aku tidak pernah belajar silat, Cin Cin."
Cin Cin memandang dengan sepasang matanya
yang je rnih itu terbelalak le bar. "Aih, tidak
mungkin!" serunya heran.
Thian Ki te rtawa. "Apanya yang tidak mungkin"
Ayah dan ibu tidak pernah mengajarkan ilmu silat
kepadaku, dan akupun tidak suka mempelajarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, sedikitpun aku tidak bisa bermain silat Cin
Cin." "Tapi.....tapi.....mengapa?"
Cin Cin tertegun heran, memandang kepada Thian Ki dengan sikap
masih belum dapat percaya.
Thian Ki tersenyum. "Cin Cin, andaikata aku
bisa silat, tentu kita sekarang sudah saling serang
yang kaukatakan latihan tadi. Dalam latihan silat
te ntu ada yang kena pukul dan hal ini bisa
mendatangkan perasaan tidak senang dan dendam. Akan te tapi sebaliknya, karena aku tidak
bisa silat, tentu engkau tidak bisa memaksa aku
untuk berlatih. Kita tidak saling serang, tidak
saling pukul, tidak saling tendang dan kita tidak
mungkin merasa marah dan dendam, dan tetap
bergaul dengan akrab. Nah, itulah sebabnya
mengapa aku tidak diajar ilmu silat oleh ayah
ibuku." Cin Cin mengangguk-angguk, akan te tapi tetap
saja masih merasa penasaran sekali. Dia akan
menanyakan hal yang dianggapnya aneh ini
kepada ayah ibunya. Ketika mereka semua menghadapi meja dan
makan minum bersama, suasananya sungguh
menggembirakan. Sudah lama kakek Coa Song
tidak memperlihatkan diri dan kini dia nampak
gembira sekali, bukan hanya kakek Coa Song, Kam
Seng Hin dan anak is terinya yang menyambut
kedatangan Siang Lee dan anak isterinyapun hadir
dalam pesta keluarga itu. Juga para murid tingkat
tinggi sebanyak enam orang ikut pula hadir. Dalam
kesempatan ini Siang Lee memberi kete rangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rhadap segala macam pertanyaan yang ditujukan
kepadanya. Kemudian diapun bertanya akan
perubahan s uasana di dusun itu kepada Kam Seng
Hin. "Kam-sute, ketika aku memasuki dusun Ta-buncung, aku melihat betapa para anak buah Hekhouw-pang melakukan penjagaan dengan ketat.
Apakah yang telah terjadi" Seolah-olah ada bahaya
mengancam dusun kita ini."
Mendengar pertanyaan ini, Kam Seng Hin
memandang kepada kakeknya dan kakek Coa Song
yang menjawab. " Benar, memang ada bahaya
mengancam kita, Siang Lee.
Bukan hanya mengancam kita, akan tetapi mengancam seluruh
penduduk dusun ini dan dusun-dusun di sekitarnya. Ketahuilah bahwa beberapa hari yang lalu, kami
kedatangan pasukan Kerajaan Tang yang minta
bantuan kami untuk ikut mencari seorang buronan
pemerintah yang amat berbahaya. Buronan itu
adalah seorang pangeran, masih keluarga dengan
kaisar Kerajaan Sui yang sudah jatuh."
"Akan te tapi, kong-kong. Bukankah selama ini
He k-houw-pang tidak mencampuri urusan pemerintah?" "Me mang benar, akan tetapi sekali ini kita tidak
boleh tinggal diam saja, Engkau tahu betapa
buruknya pemerintah Kerajaan Sui dan kita
mendengar pula te ntang kegagahan Panglima Li Si
Bin yang te lah menjatuhkan kaisar yan lalim itu.
Kini, seluruh harapan rakyat digantungkan kepada
kebijaksanaan dinasti Tang. Karena itu, kalau ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sisa keluarga Kerajaan Sui yang membuat kekacauan, sudah sepatutnya kalau kita membantu pemerintah baru yang hendak membasminya." "Kalau buronan itu hanya seorang pangeran
saja, kenapa He k-houw-pang harus mengerahkan
semua tenaga untuk melakukan penjagaan ketat?"
"Aih, engkau tidak tahu siapa buronan itu, Siang
Lee. Bukan saja dia mempunyai anak buah dan
pengikut, juga dia adalah seorang yang amat lihai,
dulu merupakan seorang di antara jagoan istana
Kerajaan Sui yang sakti."
"Hemm, begitukah" Siapa dia, kongkong?"
"Dia adalah Pangeran Cian Bu Ong. Dia sendiri
seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan kita
belum tahu berapa banyak pengikutnya dan orang
macam apa adanya mereka. Kebetulan sekali
engkau dan is terimu datang, Siang Lee., maka
kuharap kalian akan dapat membantu sutemu
untuk menangkap buronan yang berbahaya itu."
Siang Lee dan isterinya saling pandang, merasa
aneh. Bertahun-tahun mereka hidup rukun dan
damai di dusun mereka, dan kini, dalam
perjalanan menengok kakek mereka, begitu tiba di
situ mereka dihadapkan dengan kekerasan lagi.
Diam-diam mereka merasa khawatir, bukan untuk
diri sendiri, melainkan untuk Thian Ki yang
te rpaksa akan dihadapkan dengan kekerasan.
"Tentu saja kami akan membantu semampu
kami, kong-kong. Hanya sudah bertahun-tahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami tidak pernah berkelahi, tidak pernah berlatih," kata Siang Lee.
Mereka mengharapkan bahwa selama mereka
berada di situ, yang mereka rencanakan beberapa
hari lamanya, tidak akan terjadi sesuatu, dan
mereka mengambil keputusan untuk tidak tinggal
te rlalu lama di dusun itu.
"Mari ke sini, Thian Ki. Di si banyak kataknya
dan besar-besar!" kata Cin Cin sambil menggerakgerakkan obor di tangannya. Thian Ki menghampiri, dengan obor di tangan kiri dan
sebatang kayu pemukul di tangan kanan. Malam
itu Cin Cin mengajaknya untuk menangkap katak
hijau. Dalam bulan itu memang banyak katak
hijau yang gemuk-gemuk dan Cin Cin suka sekali
makan daging katak hijau yang le zat. Setelah
mendapat perkenan ayah ibu mereka, dua orang
anak ini pergi menangkap katak hijau di tepi
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sungai. Cin Cin sudah hafal te mpat di mana
te rdapat katak gemuk dalam jumlah bes ar, yaitu di
te pi sungai yang merupakan rawa.
Sebuah kantung kain yang mereka bawa sudah
hampir penuh katak hijau. Ketika Cin Cin ingin
mengajak Thian Ki pulang, tiba-tiba dia mendengar
saudara misannya itu berteriak kesakitan. Dia
cepat meloncat ke dekat Thian Ki.
"Ada apa, Thian Ki?" tanyanya sambil mengangkat obornya tinggi-tinggi agar dapat
melihat lebih jelas. "Ah, kakiku.......agaknya digigit sesuatu..... "
kata Thian Ki yang tadi melepaskan obornya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia mengambil obornya yang masih menyala,
lalu mereka berdua melihat ke arah kaki Thian Ki.
"I hhhhh! Ular.......!"
teriak Cin Cin yang melihatnya lebih dulu. Thian Ki juga melihat seekor
ular melilit betisnya dan menggigit betis bagian
bawah. Dia menggerakkan tangan hendak menangkap ular itu. "Jangan sentuh!" Cin Cin berseru. "Itu ular
belang hitam, beracun sekali!"
De ngan mendekatkan obor, Cin Cin hendak
menggunakan kayu pemukul katak untuk melepaskan ular itu dari kaki Thian Ki . Akan
tetapi, dia merasa heran karena ular itu agaknya
sudah menempel di kaki Thian Ki dan sama sekali
tidak bergerak-gerak biarpun sudah ia congkelcongkel dengan kayu. "Ehhhhhh......" Ular ini sudah mati!" teriaknya
heran. "Tapi jangan pegang, Thian Ki. Lebih baik
mari le kas pulang, lapor kepada orang tua kita.
Engkau dapat berlari?"
"Dapat.......!"
Dan keduanya berlari-larian pulang, meninggalkan kantong te risi katak yang
sejak tadi mereka kumpulkan. Dan ular itupun
masih menempel di kaki kiri Thian Ki.
Tentu saja keluarga itu terkejut ketika dua orang
anak itu datang berlari-larian, apalagi ketika Cin
Cin berteriak "ular, ular!" setelah memasuki
perkampungan mereka. Dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka
ketika melihat ular yang membelit betis kiri Thian
Ki. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan sentuh! Itu ular belang hitam yang amat
berbahaya!" teriak kakek Coa Song ketika melihat
ular sebesar ibu jari kaki dan yang panjangnya
hanya satu setengah kaki itu. Wajah kakek ini
pucat ketika melihat betapa kepala ular itu masih
menempel di betis cucu buyutnya, masih menggigit! Dia tahu bahwa gigitan ular itu boleh
dibilang tidak ada obatnya!
Dia cepat mengambil kain, menggunakan kain
untuk melindungi tangan dan menangkap ular itu
pada le hernya lalu dia menarik. Ular itu terlepas
dan kakek itu terbelalak.
"Ular ini sudah mati!"
Lan Ci sudah merangkul pute ranya dan Siang
Lee juga memegang pergelangan tangan puteranya.
Dia juga pucat dan khawatir sekali karena sebagai
penduduk dusun itu diapun tahu bahwa gigitan
ular belang hitam ini berarti maut. Kakek Coa
Song, Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa juga merasa
gelisah sekali. Mereka cepat mengambilkan air
panas dan obat anti racun. Akan tetapi tiba-tiba
Lan Ci berseru. "Harap mundur dan biarkan aku
memeriksa anakku. Minta lampu yang te rang, air
panas dan pis au tajam!"
Siang Lee maklum bahwa iste rinya adalah puteri
Ban-tok Mo-li, karenanya isterinya te ntu ahli
te ntang racun. Kakek Coa Song ingat akan hal itu, demikian
pula Kam Seng Hin dan is te rinya yang sudah
mendengar tentang toa-so mereka. Cepat mereka
mundur dan memper siapkan semua yang diminta
Lan Ci. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
De ngan tenang namun sigap Lan Ci mengangkat
tubuh anaknya dan merebahkannya di atas meja.
Lampu-lampu di dekatnya sehingga semua orang
dapat melihat ular itu dengan jelas. Lan Ci cepat
membalurkan obat bubuk kuning pada tangannya,
lalu dengan berani ia memegang ular yang tadi
sudah ditarik lepas dari kaki pute ranya. Ia harus
memeriksa dulu racun macam apa yang ada pada
ular itu agar dapat menentukan obat penawarnya.
Akan tetapi ia terbelalak ketika memandang ular
mati di tangannya itu. Tubuh ular itu seperti
te rbakar hangus! Ia memandang kepada Cin Cin.
"Apakah engkau tadi membakar ular itu, Cin Cin"
Membakar dengan obormu?" tanyanya sambil
menoleh kepada Cin Cin. "Tidak, supek-bo!"
Siang Lee juga mendekat untuk memeriksa. Ular
itu benar sudah mati, mati te rbakar!
Karena sukar memeriksa racun dari ular yang
sudah gosong itu, Lan Ci lalu memeriksa luka di
betis Thian Ki. Dan kembali ia terbelalak! Tidak
nampak keracunan pada luka itu. Hanya luka kecil
yang mengeluarkan sedikit darah. Bekas gigitan itu
tidak ada tanda keracunan, seperti tertusuk duri
saja! Ia memandang kepada Thian Ki yang juga
memandangnya. Siang Lee kembali memeriksa
te kanan nadi anaknya. N ormal!
"Thian Ki..... " Lan Ci memanggil anaknya.
"Kenapa, ibu" Tidak apa-apa, bukan?"
Lan Ci menggeleng kepalanya, "Bagaimana
rasanya" Apakah panas" Atau ada perasaan nyeri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang luar biasa, apakah kepalamu pening dan
jantungmu berdenyut keras?"
Thian Ki tersenyum, menggelengkan kepala dan
bangkit duduk. "Sama sekali tidak, ibu. Aku tadi
hanya te rkejut dan rasa gigitan itu hanya perih
sedikit, akan tetapi sekarang sudah sembuh lagi.
Ular apakah itu, ibu?"
Tentu saja semua orang menjadi terheran-heran,
akan tetapi juga gembira bukan main. Kakek Coa
Song seperti tidak percaya dan dia bahkan kini
memeriksa sendiri. Akhirnya dia tersenyum le bar
penuh kelegaaan hati. Cucu buyutnya itu memang
sama sekali tidak keracunan, betapapun tidak
mungkinnya hal itu. "Apakah ular itu sudah kehilangan racunnya
ketika menggigit anakmu?" tanyanya kepada Lan
Ci. Nyonya muda itu mengambil ular itu, lalu
sebatang tusuk sanggul perak dicabutnya dari
sanggulnya. Di bawah pandang mata semua orang,
nyonya muda itu menggosok-gosok ujung tusuk
sanggul perak itu ke mulut ular, di antara taringtaringnya. Dan semua orang mengeluarkan seruan
ngeri karena segera tusuk sanggul yang tadinya
putih bersih itu tiba-tiba menjadi kehijauan lalu
menghitam! Lan Ci juga terbelalak menoleh kepada
pute ranya yang hanya ikut memandang tidak
mengerti. "Racun di mulut ular ini cukup kuat untuk
membunuh sepuluh orang dewasa!" kata Lan Ci.
"Aku akan memeriksa apa yang membuat binatang
ini mati terbakar." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lan Ci menggunakan pis au menyayat tubuh ular
itu, memeriksa di bawah sinar lampu yang te rang.
Dan iapun memandang kepada suaminya dengan
mata terbuka le bar, penuh keheranan dan kekagetan. "Ada apa?" Siang Lee bertanya khawatlr.
"Ular ini....... terserang racun yang amat hebat!"
Tentu saja ucapan ini membuat semua orang
te rkejut dan terheran-heran dan bertanya-tanya.
Lan Ci diam saja, hanya mengerling sejenak
kepada suaminya lalu kepada puteranya.
"Bangkai ular ini harus dikubur yang dalam.
Kalau ada anjing makan dagingnya, anjing itu akan
mati." Kam Seng Hin lalu menyuruh seorang anggota
He k-houw-pang untuk melakukan penguburan itu
di kebun belakang. Peristiwa ini membuat semua
orang bertanya-tanya. Akan tetapi mereka semua
memaklumi ketika Lan Ci mengajak pute ranya itu
memasuki kamar. Siang Lee yang masih berkhawatir mengikuti dari belakang. Kini Cin Cin
yang dirubung semua orang dan anak ini
menceritakan te rjadinya peristiwa yang mengejutkan dan menggelisahkan tadi.
Setelah semua orang memasuki kamar masingmasing, Kam Seng Hin memberi nasehat kepada
Cin Cin, "Anakku, engkau lihat tadi sikap Thian Ki.
Biarpun nyawanya te rancam maut, dia begitu
te nang, begitu tabah. Engkau harus mencontoh
sikapnya itu. Menjadi seorang gagah haruslah
te nang dan tabah, biar menghadapi maut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekalipun. Jangan cengeng seperti seorang perempuan lemah." "Benar kata ayahmu, Cin Cin. Engkau harus
menjadi orang yang gagah perkasa dan sikap Thian
Ki tadi memang mengagumkan sekali. Sungguh
heran kalau anak seperti itu tidak diajar ilmu
silat," kata Poa Liu Hwa.
Sementara itu, setelah Thian Ki tidur pulas , Lan
Ci memberi is yarat kepada suaminya. Mereka
turun dari pembaringan dan bercakap-cakap
dengan suara berbis ik di sudut kamar, menjauhi
pembaringan itu. Tadi mereka berdua melakukan
pemeriksaan lagi dengan teliti kepada tubuh putera
mereka, sampai mereka merasa yakin benar bahwa
Thian Ki tidak keracunan.
"Aku khawatir sekali," kata Sim Lan Ci dengan
suara berbisik. "Hemm, kenapa" Bukankah dia sama sekali
tidak keracunan" Kita sepantasnya bersyukur,
kenapa engkau malah khawatir?" tanya Siang Lee,
juga berbisik. Lan Ci mengerutkan alisnya. "Tadinya aku
sendiri merasa heran melihat gigitan ular yang
amat berbisa itu tidak membuat dia keracunan.
Akan tetapi setelah aku memeriksa keadaan ular
itu, mengertilah aku dan akupun merasa khawatir
bukan main." "Apa yang kaukhawatirkan?" Siang Lee yang
melihat wajah isterinya berubah
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pucat, merangkulnya dengan penuh sayang. "Jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membikin aku bingung, katakan apa yang mengkhawatirkan hatimu."
Dan begitu dirangkul suaminya, Lan Ci menangis di dada suaminya! Tentu saja Siang Lee
menjadi semakin kaget dan heran. Didekapnya
isterinya dan diusapnya air matanya. "Aih, e ngkau
membikin aku menjadi semakin bingung. Kenapakah, sayang?" Lan Ci mengeraskan hatinya dan membiarkan
suaminya mengusap air matanya. Kemudian ia
berhasil menenangkan hatinya dan beberapa kali
ia menghela napas panjang.
"Dahulu, sebelum aku ikut denganmu, ibuku
pernah bercerita bahwa ibu senang mempelajari
cara membuat seorang anak menjadi Tok-tong
(Anak Beracun). Aku tidak begitu memperhatikannya dan sudah melupakan hal itu
lagi ketika ibu menjadi nikouw. Akan tetapi melihat
keadaan Thian Ki, aku tahu bahwa anak kita telah
menjadi Tok-tong!" "Ahh.....!!!" Siang Lee te rbelalak memandang
kepada is terinya, lalu ke arah Thian Ki yang tidur
pulas di pembaringan. "Tok-tong....." Apa artinya
itu.....?" "Artinya, anak kita yang kita ingin didik menjadi
orang yang tidak mengenal ilmu silat itu kini telah
memiliki tubuh yang membuat dia menjadi orang
yang amat berbahaya! Engkau lihat saja tadi
buktinya. Seekor ular berbisa yang amat berbahaya, setelah menggigit dia, tidak membuat
Thian Ki keracunan, bahkan ular itu sendiri yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keracunan dan mati seperti terbakar. .Apalagi
kalau ada manusia yang menyerangnya!"
"Aduhh.......! Ba.....Bagaimana ini......?" Siang
Lee menjadi pucat dan dia memandang ke arah
pute ranya. "Dia harus disembuhkan. Racun itu
harus dibuang dari tubuhnya!"
De ngan sedih Lan Ci menggeleng kepalanya.
"Tidak mungkin. Aku te ringat sekarang semua
keterangan ibu. Anak yang akan dijadikan Toktong itu bukan saja diberi minum racun, juga
tubuh digodok dengan air beracun, kemudian
ditusuki jarum beracun dan dimasuki hawa
beracun yang hanya dapat dilakukan oleh ibu.
Otomatis badan anak itu menjadi beracun, seperti
binatang beracun lainnya dan tidak ada yang dapat
menghilangkan racun itu dari tubuhnya."
"Celaka! Ya Tuhan, kenapa ia melakukan itu
kepada anak kita?" Siang Lee mengepal tinju dan
mukanya berubah merah karena marah. "I bumu
jahat sekali! Sudah menjadi nikouw masih
mencelakai anak kita!"
Kini Lan Ci yang merangkul suaminya. "Tenanglah, koko. Dalam keadaan seperti ini kita
harus tetap tenang agar dapat mencari jalan keluar
yang tepat untuk anak kita."
Sejenak mereka berangkulan dan akhirnya Siang
Lee dapat menenangkan hatinya.
"Ceritakan semua, apa akibatnya setelah anak
kita menjadi Tok-tong," kata Siang Lee dan
suaranya mengandung kepahitan yang hebat. Anak
satu-satunya, yang disayangnya dan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diharapkan akan menjadi seorang anak yang jauh
dari kekerasan dan ilmu silat, kini bahkan telah
menjadi anak beracun yang berbahaya!
"Thian Ki telah menjadi Tok-tong dan tidak ada
obat yang dapat memulihkannya. Dia akan
tumbuh dewasa secara normal. Akan tetapi
tubuhnya te lah mengandung racun. Kalau dia
tidak diberi tahu, tanpa disengaja dia bisa
mengeluarkan hawa beracun, ludah beracun,
bahkan pukulan tangannya dapat mengandung
racun. Kita hanya dapat melatihnya agar dia dapat
mengendalikan diri, mengendalikan hawa beracun
di tubuhnya itu." "Apa tidak ada akibat lain" Benarkah tidak ada
cara untuk menghilangkan racun itu?"
"Akibat yang amat menakutkan, kalau dia tahu
akan kemampuan hebat dalam dirinya untuk
merobohkan orang lain, kalau dia berambisi untuk
menjadi jagoan, tentu dia akan mencelakai banyak
orang. Dan ada satu cara untuk menghilangkan
racun itu, akan tetapi.."
"Tidak ada tapi! Apa cara itu" Akan kute mpuh
lautan api sekalipun untuk mencarikan obatnya."
"Racun itu akan dapat berkurang sedikit demi
sedikit kalau dia.......berhubungan badan dengan
wanita. Akan tetapi, setiap orang wanita yang
berhubungan dengan dia akan mati keracunan.
Entah berapa banyak wanita yang akan mati
sebelum dia bersih dari racun itu."
"Ya Tuhan.......!!! Siang Lee seketika menjadi
le mas. Kalau obatnya macam itu, sampai matipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak akan mengijinkan pute ranya membunuh
banyak wanita. "Tidak ada lain jalan, suamiku. Kita harus
memberitahu anak kita sekarang juga, agar jangan
sampai te rlambat. Bayangkan saja kalau dia tidak
tahu dan besok pagi bermain-main dengan Cin
Cin, kesalahan tangan memukulnya, dapat saja
tanpa disengaja hawa beracun itu bekerja dan Cin
Cin tewas di tangannya!"
Siang Lee nampak te rkejut sekali. "Celaka,
engkau benar! Dia harus diberitahu agar menyadari keadaan dirinya dan tidak sembarangan
membunuh orang. Akan te tapi baru saja mereka mendekati tempat
tidur, di luar kamar mereka te rdengar suara
gaduh, disusul ketukan pintu kamar mereka dari
luar. "Suheng! Coa-suheng dan toa-so, harap buka
pintu, cepat! Ada hal yang penting sekali!"
te rdengar suara Seng Hin, ketua Hek-houw-pang.
Tentu saja Siang Lee dan Lan Ci te rkejut, mereka
menduga bahwa ini te ntu ada hubungannya
dengan keadaan anak mereka yang mengejutkan
itu. Siang Lee cepat membuka daun pintu dan
te rnyata Seng Hin sudah berdiri di situ bersama
Poa Liu Hwa yang memondong tubuh Cin Cin.
Mereka kelihatan panik. "Ada apakah, s ute?" tanya Siang Lee.
"Coa-suheng, mereka telah menyerbu dusun
kita!" kata Kam Seng Hin. "Mereka siapa?" tanya
Siang Lee. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin anak buah orang buruan itu. Mereka
lihai sekali dan beberapa orang anak buah kita
telah roboh. Karena suheng dan toaso tidak mau
berkelahi, maka kami hendak menitipkan Cin Cin
di sini. Mohon suheng suka menjaga dan
melindungi anak kami ini."
Poa Liu Hwa menurunkan Cin Cin dan mereka
berdua lalu berloncatan keluar dari dalam kamar
itu. "Ayah! Ibu! Aku ikut......!" Cin Cin berseru dan
lari mengejar. Akan tetapi Siang Lee telah
menangkap le ngannya, lalu mengangkat dan
memondong anak itu "Tidak boleh, Cin Cin. Ayah ibumu akan
berte mpur, berbahaya sekali kalau kau ikut
dengan mereka. " "Aku tidak takut, supek! Aku akan membantu
ayah dan ibu menyerang musuh!" Cin Cin meronta.
"Tidak boleh, Cin Cin. Ayah ibumu telah
menitipkan engkau kepada kami, kami harus
menjaga dan melindungimu. Mereka akan marah
kalau engkau menyusul ke sana. Di sinilah
bersama kami dan Thian Ki."
"Ayah, apakah yang terjadi" Apa ribut-ribut itu?"
Thian Ki yang te rbangun oleh suara gaduh di luar
itu sudah turun dari pembaringan dan menghampiri ayah ibunya. "Eh, Cin Cin disini?"
"Cin Cin, berjanjilah bahwa engkau akan berada
di sini bersama Thian Ki dan tidak akan mencari
ayah ibumu," kata Siang Lee sambil menurunkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin yang sudah tidak meronta lagi setelah
anak itu melihat Thian Ki.
"Baik, supek. Aku akan berada di sini bersama
Thian Ki." Dari situ te rdengar suara orang berte mpur di
luar. Siang Lee dan istrinya saling pandang.
"Kita harus menengok keadaan kong-kong, dan
melihat apa yang terjadi," kata Siang Lee kepada
isterinya. Lan Ci mengangguk dan Siang Lee kini
menghadapi dua orang anak yang sudah saling
berpegang tangan dengan wajah te gang itu. "Thian
Ki dan Cin Cin, kalian dengar baik-baik. Dusun ini
diserbu orang-orang jahat, kami orang-orang tua
harus melawan mereka, akan te tapi kalian berdua
tidak boleh keluar. Kalian harus bersembunyi di
sini sampai kami kembali dan jangan sekali-kali
keluar. Mengerti?" "Baik, ayah." "Baik, supek." Suami isteri itu hendak melangkah ke luar, akan
tetapi di ambang di ambang pintu, Lan Ci kembali
memasuki kamar itu dan memegang tangan Thian
Ki lalu menariknya dan berkata, "Thian Ki, engkau
ke sini sebentar, ibu mau bicara penting!"
Thian Ki menurut saja diajak ibunya ke sudut
kamar dan ibunya berbisik-bisik di telinganya.
"Thian Ki, di tubuhmu te rdapat hawa beracun.
Ingat ular tadi mati ketika menggigit kakimu. Kelak
engkau harus mencari obat penawarnya, dan
jangan sekali-kali engkau menikah sebelum sembuh. Setiap wanita akan mati kalau berdekatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
denganmu. Ingat baik-baik ini," kata Lan Ci dengan
suara berbisik dan sebelum Thian Ki yang menjadi
bengong itu sempat bertanya, ia sudah meninggalkannya dan bersama suaminya ia lalu
keluar dari dalam kamar itu setelah menutupkan
daun pintunya. Cin Cin menghampiri Thian Ki yang masih
te rtegun bingung. "Thian Ki, apa yang dipesankan
ibumu tadi?" tanya Cin Cin sambil memegang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangan Thian Ki. Thian Ki menggeleng kepala. "Tidak apa-apa Cin
Cin. Ibu hanya pesan agar kita tidak keluar dari
sini karena di luar amat berbahaya, dan bahwa
aku harus melindungimu."
"Thian Ki, engkau tidak pandai silat, bagaimana
akan dapat melindungiku" Akan te tapi jangan
khawatir, aku dapat melindungi diriku sendiri,
bahkan aku yang akan melindungimu, kalau ada
orang jahat berani masuk ke sini akan kuhajar!"
Cin Cin mengepal kedua tinjunya.
Akan tetapi Thian Ki tidak te rsenyum melihat
kelucuan Cin Cin itu. Dia sedang bingung. Ucapan
ibunya masih te rngiang di telinganya dan dia tidak
mengerti artinya. Dia keracunan. Ular itu tadi mati
sendiri begitu menggigit kakinya. Akan tetapi, apa
artinya setiap wanita akan mati kalau berdekatan
dengannya" Ibunya juga seorang wanita dan
selama ini dekat dengannya, akan tetapi ibunya
tidak mati!. Dia sungguh tidak mengerti. Akan tapi
dia berjanji kepada diri s endiri untuk mencari obat
kalau benar di tubuhnya terdapat hawa beracun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebetulnya, apakah yang te rjadi di dusun itu"
Benar seperti dugaan He k-houw-pang-cu yang
mendengar laporan para anggotanya, malam itu
rombongan Pangeran Cian Bu Ong tiba di dusun
itu!. Mula-mula, pada malam hari yang gelap itu,
menjelang tengah malam, lima orang menghampiri
gardu penjagaan di pintu gerbang dusun Ta buncung. Mereka itu bukan lain adalah lima orang
pembantu Utama Pangeran Cian Bu Ong, lima
orang bekas narapidana yang dia bebaskan, yaitu
Gan Lui, Lie Koan Tek, Thio Ki Lok, Gulana dan
Can Hong San. Mereka diutus Pangeran Cian Bu
Ong untuk melakukan penyelidikan sebagai pembuka Jalan di dusun itu. Dari mata-matanya,
pangeran itu sudah mendengar bahwa daerah itu
dilindungi oleh He k-houw-pang dan bahwa perkumpulan orang gagah ini sudah didatangi
pasukan Kerajaan Tang dan dimintai bantuan
untuk menghadang dan menangkapnya.
Maka dia bersikap hati-hati dan lebih dulu
mengirim orang-orang kepercayaan sebelum mengajak rombongannya masuk ke dusun itu.
Tentu saja para anggota He k-houw pang yang
melakukan penjagaan di pintu gerbang itu menjadi
te rkejut dan curiga ketika melihat munculnya lima
orang asing secara tiba-tiba di tengah malam itu.
"Heii, berhenti! Siapa kalian dan hendak ke
mana?" kepala jaga berseru dan bersama duabelas
orang anggota He k-houw-pang lainnya dia meloncat menghadang lima orang itu sambil
mengamati dengan penuh s elidik. Seorang penjaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyalakan sebuah lampu lain yang le bih besar
sehingga tempat itu tidak segelap tadi.
Biarpun dia yang paling muda, namun Can Hong
San secara resmi telah diangkat sebagai pembantu
utama oleh pangeran Cian Bu Ong, dan empat
orang yang lain diwajibkan untuk membantunya.
Karena ini merupakan perintah pangeran itu, maka
Lie Koan Tek mentaati perintah itu dan dia
menganggap orang muda itu sebagai atasannya.
Tiga orang jagoan yang lain te ntu saja tunduk
kepada Hong San karena mereka bertiga sudah
pernah dikalahkan oleh pemuda perkasa ini. Kini
Hong San melangkah maju dan dengan sikap
angkuh dia menghadapi kepala jaga yang berkepala botak itu. "Apakah kalian ini anak buah perkumpulan yang
dinamakan He k-houw-pang?" tanya Hong San,
suaranya dingin mengandung ejekan yang memandang rendah. Sudah lazim bagi orang-orang muda. DaI am
keadaan melakukan penjagaan keamanan itu,
timbul sikap gagah-gagahan karena bangga dan
merasa kuat. Demikian pula dengan orang-orang
He k-houw-pang itu. Mereka mengangkat dada dan
tangan mereka siap meraba gagang senjata yang
te rgantung di pinggang seperti pedang dan golok,
atau tombak yang berada di rak senjata di gardu
itu. "Benar sekali. Kami adalah murid-murid He khouw-pang yang melakukan penjagaan untuk
keamanan dusun kami!" jawab si botak. "Siapakah
kalian?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, bagus kalau kalian ini orang-orang Hekhouw-pang. Nah, sekarang cepat beritahukan
kepada ketua kalian bahwa kami ingin bertemu
karena urusan yang amat penting," kata Hong San,
sikapnya masih dingin. Para murid He k-houw-pang itu saling pandang
dan si botak bersikap hati-hati. Siapa tahu, lima
Badai Awan Angin 15 Pendekar Asmara Tangan Iblis Karya Lovely Dear Wanita Gagah Perkasa 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama