Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 11
sama sekali tidak membuatnya marah, bahkan
membuat berahinya semakin berkobar seperti api
disiram minyak. Wanita muda itu tetap bersikap manis, bersikap
amat menyayang dan hormat sehingga sang
pangeran merasa dimanja. De ngan sikapnya, Bu
Couw Hwa jelas menyatakan perasaan hatinya
yang jatuh cinta kepada junjungan itu. Kerling
matanya, senyumnya, gerakan tubuhnya, suaranya, semua jelas membayangkan bahwa ia
mencinta sang pangeran. Akan tetapi kalau
pangeran itu hendak menyentuhnya, ia dengan
halus dan sopan menjauhkan diri dan pandang
matanya nampak sayu dan sedih.! Ia seperti jinakjinak merpati yang membuat pangeran menjadi
semakin terpikat. Akhirnya setelah jelas bahwa wanita itu tidak
bersedia melayaninya bercinta, sang pangeran
meninggalkan te mpat itu, diantar senyum dan
kerling penuh kasih ole h Bu Couw Hwa. Dalam
perjalanan kembali ke tempat tinggalnya sendiri
itulah sang pangeran menyatakan keheranannya.
"I a begitu dekat, akan te tapi begitu jauh," ratap
pangeran itu kepada dua orang kepercayaannya.
"I a seperti menantang, akan tetapi selalu menghindar. Ia jelas mencintaku, akan te tapi tak
ingin kujamah. Mengapa begitu, seolah ia menyiksaku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang thai-kam itu saling lirik dan
te rsenyum, diam-diam kagum sekali kepada gadis
itu. Seorang wanita muda yang luar biasa, seperti
minuman arak yang amat baik, le mbut memabokkan, akan te tapi tidak te rasa oleh yang
mabok. Tepat seperti yang telah diatur oleh Bu
Couw Hwa yang te lah menyogok mereka dengan
banyak benda berharga, mereka lalu berkata
bahwa dayang itu pernah menjadi dayang kesayangan Kaisar, bahkan telah beberapa kali
mendapat kehormatan melayani kaisar.
"Mungkin karena ia tidak ingin membuat paduka
melakukan kesalahan, maka ia sengaja menahan
diri dan menghindar, yany mulia," kata mereka.
"Ahh......begitukah" Sungguh ia seorang wanita
yang baik dan le mbut hati, setia dan juga tidak
ingin melihat aku melakukan kesalahan. Akan
tetapi ia hanya seorang dayang, belum diangkat
menjadi selir ayahanda kaisar, bukan?"
"Demikianlah, yang mulia. Ia masih belum
menjadi selir yang sah."
"Kalau begitu, ia masih seorang dayang, dan
bukan suatu pelanggaran dosa kalau terjadi
hubungan antara kami," pangeran yang sudah
te rgila-gila itu membela diri.
"Me mang sesungguhnya demikian, pangeran.
Apa lagi yang mulia Sribaginda te rlalu sibuk
sehingga hampir melupakannya, karena itulah
maka ia tadi menyanyikan lagu kerinduan. Paduka
dapat menduga, siapa yang disebut sebagai burung
Hong yang dirindukannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan Sribaginda?"
Dua orang thai-kam itu tersenyum. "Yang mulia
Pangeran, ia menjadi kekasih Sribaginda hanya
selama beberapa kali saja dan menurut keterangannya hal itupun te rjadi selagi Sribaginda
dalam keadaan te rlalu banyak minum anggur,
sehingga pertama kalinya terjadi di kamar mandi di
mana Bu Couw Hwa bertugas membersihkan
kamar mandi. Tidak, bukan Yang Mulia Sribaginda Kaisar yang
dimaksudkan sebagai burung Hong yang dirindukannya dalam nyanyian tadi, melainkan
paduka." "Ehh" Bagaimana engkau bisa tahu?" pangeran
itu bertanya, curiga. "Yang Mulia, pernah ketika bertemu dengan
hamba, ia mengatakan bahwa betapa bahagianya
hamba menjadi pelayan paduka, selalu dekat
dengan paduka. Nah, bukankah itu suatu bukti
bahwa diam-diam ia memuja paduka" Pula,
bukankah nama burung itu sama dengan nama
paduka?" Bukan main girangnya hati Pangeran Li Hong
mendengar ini. Dan selanjutnya, atas bantuan dua
orang thai-kam itu yang mengharapkan banyak
hadiah, diaturlah pertemuan-pertemuan selanjutnya antara Pangeran Li Hong dan Bu Couw
Hwa. Bu Cou w Hwa cerdik luar biasa. Ia bersikap
jatuh cinta dan te rgila-gila kepada sang pangeran.
Akan te tapi, ia mohon agar hubungan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirahasiakan, katanya untuk menjaga agar jangan
sampai kaisar mendengar dan akan menyalahkan
mereka. Juga dari kedua thai-kam itu ia menerima
ramuan obat untuk mencegah agar dalam hubungannya dengan sang pangeran, ia tidak
sampai hamil. Ia memikat dan mengikat cinta
kasih sang pangeran, dan untuk itu ia bersikap
cerdik sekali. Ia sengaja menjual mahal, sengaja tidak selalu
memenuhi permintaan sang pangeran untuk
mengadakan perte muan, dengan berbagai alasan
yang masuk akal. Hal ini ia lakukan untuk
membuat sang pangeran tetap rindu kepadanya.
Setelah semalam melayani dengan seluruh kemampuannya untuk membuat sang pangeran
mabok kepayang, ia s elalu menjauhkan diri sampai
berminggu-minggu. Hal ini membuat Pangeran Li
Hong yang masih muda itu benar-benar menjadi
te rgila-gila. Bu Couw Hwa mulai membuat ikatan-ikatan,
seperti seekor laba-laba menjaring seekor belalang,
dengan benang-benang halus lembut namun kokoh
kuat sehingga sang belalang tidak merasa bahwa ia
masuk ke dalam perangkap!
-ooo0dw0ooo- "Sudahlah, Thian Ki. Engkau tidak salah. Gadis
itu yang mencari gara-gara sendiri. Kalau ia tidak
berniat membunuhmu dan mencengkeram pundakmu, te ntu ia tidak akan keracunan dan
kalau engkau membuntungi pergelangan tangannya, hal itu kaulakukan justru untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan nyawanya dari kematian. Kenapa
engkau menyesali diri seperti ini, berhari-hari tidak
mau makan minum sampai tubuhmu menjadi
kurus kering, wajahmu pucat dan engkau seperti
seorang yang kehilangan semangatnya?" tegur
ibunya, Sim Lan Ci yang te lah mendengar semua
te ntang pertandingan antara suaminya dan Kam
Cin, kemudian tentang Kam Cin menyerang
pute ranya sehingga gadis itu keracunan dan
pergelangan tangannya dibuntungi pute ranya untuk menyelamatkan nyawa gadis itu.
Thian Ki tidak menjawab, hanya menundukkan
mukanya. Sejak peristiwa itu, dia tidak pernah
dapat melupakan bayangan Cin Cin dengan tangan
kirinya yang buntung, tak dapat melupakan betapa
dia yang membuntungi tangan gadis itu, dan selalu
wajah Cin Cin ketika memandang kepadanya
untuk yang te rakhir kali membayanginya sampai
ke dalam mimpi. Hal ini membuat dia merasa
menyesal bukan main. Apalagi kalau dia teringat
ketika pernah bersama ayah bundanya menjadi
tamu di rumah Cin Cin. Kedukaan ini membuat dia
lupa makan lupa tidur. "Selain engkau tidak bersalah, Cin Cin itu jahat
bukan main, koko! Kenapa orang seperti itu koko
ingat terus" Ia telah menghina kita, ia telah berniat
membunuh ayah, bahkan membunuhmu. Apakan
engkau takut kalau ia mendendam kepadamu
karena engkau membuntungi tangannya" Jangan
takut, aku akan membantumu membasminya
kalau ia berani mencoba untuk membalas
dendam!" kata Kui Eng dengan hati panas. Entah
bagaimana ia sendiri tidak tahu, setelah ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Sim
Lan Ci, tidak mempunyai hubungan keluarga atau
darah dengan Thian Ki, pandangannya te rhadap
pemuda itu berubah sama sekali. Sejak kecil ia
memang amat sayang kepada kakaknya ini, akan
tetapi sekarang, setelah mengetahui bahwa Thian
Ki bukan apa-apa melainkan orang lain, kesayangannya sebagai adik te rhadap kakak
kandung berubah menjadi cinta kasih seorang
wanita terhadap pria! Maka, melihat Thian Ki
begitu murung dan berduka karena seorang gadis
lain, apa lagi gadis itu musuh besar ayah
kandungnya, ia merasa cemburu dan marah.
Thian Ki memandang adiknya sejenak, lalu
menunduk lagi dan menghela napas panjang, dia
tidak menjawab. Dia menyadari bahwa dia tidak
bersalah tentang buntungnya tangan Cin Cin,
namun betapapun juga, buntungnya tangan itu
adalah karena dia. Gadis itu keracunan karena
tubuhnya beracun dan biarpun dia menyelamatkan
nyawa gadis itu dengan membuntungi tangannya,
tetap saja dialah yang membuntungi tangan itu!
Dan dia tidak mungkin dapat melupakan sinar
mata dan tarikan wajah Cin Cin ketika gadis itu
memandang kepada le ngannya yang buntung
dengan mata terbelalak dan mulut ternganga!
"Thian Ki, aku merasa kecewa dan malu melihat
sikapmu ini!" tiba-tiba terdengar suara Cian Bu
Ong yang menggele gar dan penuh kewibawaan.
"Sikapmu ini hanya pantas dimiliki seorang lakilaki yang lemah dan cengeng! Segalanya sudah
te rjadi dan sebagai laki-laki yang gagah engkau
harus berani menghadapi kenyataan, harus berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanggung-jawab atas semua
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang te lah kaulakukan! Engkau tidak pantas disebut orang
gagah kalau bersikap seperti ini, memalukan saja.
Pada hal, sekarang engkau te lah selesai belajar dan
sudah tiba saatnya engkau te rjun ke dunia
persilatan sebagai seorang pendekar, sebagai
seorang gagah agar tidak sia-sia semua pelajaran
yang telah kaupelajari selama ini. Agar tidak sia-sia
engkau hidup sebagai seorang manusia di dunia
ini." Ucapan Cian Bu Ong itu seperti sengat lebah,
seperti siraman air dingin, membuat Thian Ki
te rsadar. Dia mengangkat mukanya yang pucat
dan memandang kepada ayah tirinya, juga
gurunya, dan diapun menjatuhkan diri berlutut di
depan ayah tirinya dan ibunya, kedua matanya
basah, akan tetapi dia tidak menangis.
"Ayah, ibu, maafkan aku yang le mah ini. Semua
kata-kata ayah, ibu dan adik Kui Eng benar.
Sekarang aku menyadari bahwa sikapku ini
sungguh sikap seorang pengecut yang hendak
melarikan diri dari kenyataan hidup. Maafkan
aku." Ibunya, Sim Lan Ci, memaklumi apa yang
te rdapat di hati puteranya, maka iapun merangkul
pute ranya dengan hati terharu. Sejak kecil, ia
sendiri dan mendiang suaminya, Coa Siang Lee,
yang mendidik anak ini agar menjauhkan diri dari
segala kekerasan, sengaja tidak mengajarkan ilmu
silat bahkan menanamkan dalam hatinya agar
menjauhi kekerasan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ia dijadikan seorang tok tong (anak
beracun) oleh mendiang neneknya yang bermaksud
agar sang cucu kelak menjadi seorang jagoan tanpa
tanding! Karena sudah terlanjur memiliki tubuh
beracun, sehingga di luar kehendaknya beberapa
orang tokoh dunia persilatan te was ketika mencoba
untuk membunuh dan menyerangnya, maka
kemudian setelah menjadi putera tiri Cian Bu Ong,
Thian Ki belajar ilmu silat tinggi. Namun, ia tahu
bahwa di dasar hati Thian Ki masih te rdapat
kelembutan itu. Dia tidak ingin melukai orang, apa
lagi membunuhnya. Dan kini, secara terpaksa dia
membuntungi tangan Cin Cin, seorang gadis yang
pernah akrab dengannya ketika masih sama-sama
kecil. "Sudahlah, anakku. Bangkitlah dan jangan lagi
membiarkan dirimu te nggelam dalam penyesalan
dan kedukaan. Ayahmu benar. Engkau seorang
laki-laki yang seharusnya bersikap gagah dan
jantan," kata ibu ini.
Thian Ki bangkit dan duduk kembali. Ketika dia
mengangkat muka memandang ayah tirinya,
ibunya dan Kui Eng, matanya sudah mengeluarkan
sinar, tidak lagi muram dan layu seperti sebelumnya. "Yang terpenting adalah pengamatan diri, Thian
Ki. Carilah dalam dirimu sendiri dan lihat
kenyataan apa yang te lah terjadi. Kalau dalam
peristiwa itu engkau merasa bahwa engkau telah
melakukan kesalahan, maka engkau harus berte kad untuk mengubah kesalahan itu dan tidak
mengulanginya kelak. Sebaliknya, kalau engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak merasa melakukan suatu kesalahan, jangan
engkau takut menghadapi segala akibatnya. Dalam
peristiwa yang telah terjadi itu, aku tidak melihat
kesalahan dalam tindakanmu Akan te tapi andaikata akibatnya tidak menguntungkan, andaikata gadis itu mendendam kepadamu,
engkau harus berani menghadapi kenyataan itu
dengan modal utama, yaitu keyakinan bahwa
engkau tidak melakukan kesalahan. Itu saja!"
Thian Ki mengangguk-angguk. Terbayang semua
peristiwa itu. Mula-mula dia turun tangan untuk
mencegah Cin Cin membunuh ayah tirinya, yang
tadinya sudah mengalah terhadap gadis itu. Tentu
saja perbuatannya ini tidak salah karena tidak
mengandung niat buruk di hatinya ketika dia
menyelamatkan ayahnya. Akan tetapi Cin Cin
bahkan menyerangnya. Diapun hanya membela
diri, sama sekali tidak bermaksud untuk melukai
gadis itu. Akan tetapi kenyataannya menjadi lain
dari yang dia kehe ndaki. Gadis itu mencengkeram
pundaknya, dan di luar kesadarannya, tanpa
disengaja karena otomatis hawa beracun di
tubuhnya bergerak tak te rkendali untuk melindungi pundak yang dicengkeram, tangan Cin
Cin keracunan. Racun itu akan menjalar dan
menewaskan Cin Cin, tanpa ada obat yang akan
mampu menolongnya. Oleh karena itu, dia cepat
membuntungi tangan beracun itu demi keselamatan nyawa Cin Cin. Memang tidak ada
kebencian mendorong semua perbuatannya itu.
Hanya nasib yang menentukan demikian. Sudah
digariskan. Sudah menjadi kehendak Tuhan. Dia
harus berani menghadapi segala akibatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia teringat akan sikap ayah tirinya. Ayah
tirinya menghadapi pula akibat dari perbuatannya
ketika muda, yaitu mengenai urusan pribadinya
dengan Tung-hai Mo-li Bhok Sui lan. Dan kini ayah
tirinya menanggung akibatnya. Akan te tapi dengan
sikap yang gagah, tidak ingin melibatkan keluarganya. Semua akibat ditanggungnya sendiri,
tanpa memperlihatkan penyesalan atau kecengengan. Sesal dan duka hanya mendatangkan kekeruhan pikiran dan hati, sama
sekali tidak ada manfaatnya, sama sekali tidak
akan dapat mengubah keadaan. Dia bahkan harus
bertindak te gas untuk meluruskan yang bengkok,
menjernihkan yang keruh. Dia harus dapat
menemukan Cin Cin dan memberi penjelasan.
Sukur kalau gadis itu dapat melihat kenyataan,
kalau tidakpun dia harus berani menghadapi apa
saja yang akan menjadi akibat dari peris tiwa itu.
Memang segala sesuatu Tuhan yang menentukan
akan tetapi dia harus berikhtiar, harus berusaha
ke arah kebaikan dan melalui jalan kebenaran.
"Terima kasih, ayah. Kini aku mengerti benar
dan harap ayah suka memberi tahu apa yang
harus kulakukan selanjutnya."
Wajah bekas pangeran itu berseri. Thian Ki
memang bukan keturunannya, bukan darah
dagingnya, namun dia merasa sayang kepada anak
ini, menaruh harapan besar dalam diri anak ini.
"Engkau sudah selesai belajar, Thian Ki. Pada saat
ini, semua ilmuku sudah kuberikan kepadamu.
Dalam hal ilmu silat, engkau sudah setingkat
denganku, hanya mungkin kalah pengalaman s aja.
Akan te tapi kekalahan itu dapat kau tutup dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan dirimu yang mengandung hawa beracun.
Kalau kita berkelahi benar-benar, aku sendiri tidak
akan mampu mengalahkanmu. Nah, sekarang
untuk apa engkau yang sudah dewasa ini
menghabis kan waktu sia-sia saja di tempat ini"
Terjunlah ke dunia kang-ouw, perlihatkan dirimu
sebagai seorang manusia yang berguna, bagi diri
sendiri, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi
rakyat." "Jadilah seorang pendekar yang berbudi baik,
anakku. Kau bela yang le mah te rtindas, kau
te ntang yang kuat dan jahat, akan tetapi ingat,
jangan sekali-kali engkau te rlibat dalam urusan
pemerintah, jangan te rlibat dalam urusan pemberontakan," kata ibunya yang mengerling ke
arah suaminya. Cian Bu Ong tidak merasa tersinggung, bahkan
te rsenyum le bar dan menghela napas dalamdalam. "I bumu benar, Thian Ki. Dahulu aku
dikuasai nafsu yang membuat aku bercita-cita
te rlalu muluk, tidak mau melihat kenyataan bahwa
Kerajaan Sui telah runtuh dan Kerajaan Tang telah
bangkit dan lahir menjadi penggantinya. Tidak ada
yang kekal di dunia ini. Kerajaan demi Kerajaan
bangkit dan jatuh, seperti juga manusia, satu demi
satu lahir dan mati. Tidak mungkin menentang
garis yang sudah ditentukan oleh Thian (Tuhan).
Usahaku melakukan pemberontakan terhadap
Kerajaan baru Tang hanya mendatangkan malapetaka bagi keluargaku, bagi aku sendiri dan
banyak orang lain. Biarlah keadaanku itu menjadi
contoh bagimu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, engkau te ntu masih ingat akan pesan
nenekmu, bukan" Nah, jangan lupa, dalam
perantauanmu mencari pengalaman, pergilah engkau ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Kuning,
te mui kakak-angkat mendiang ayah kandungmu,
yaitu Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning) Si Han Beng dan isterinya yang bernama
Bu Giok Cu. Dari merekalah engkau akan dapat
memperoleh keterangan di mana adanya Pek I
Tojin dan He k Bin Hwesio, dua orang yang akan
mampu membebaskanmu dari hawa beracun di
tubuhmu. Atau mungkin juga suami isteri itu akan
mau dan mampu menolongmu."
"Baik, ibu, akan kuperhatikan pesan ibu."
"Nah, sebaiknya engkau berkemas dan siap
untuk segera berangkat meluaskan pengalamanmu, Thian Ki," kata pula ayah tirinya.
"Aku akan ikut pergi merantau bersama kakak
Thian Ki!" tiba-tiba Kui Eng berkata.
Suami is teri itu saling pandang dan Sim Lan Ci
cepat berkata. "Aih, tidak mungkin engkau
melakukan perjalanan bersama Thian Ki, Kui Eng!"
Kui Eng mengangkat muka memandang wajah
ibu tirinya, lalu wajah ayahnya dan melihat betapa
ayahnya menggele ng kepala. Kui Eng mengerutkan
alisnya, cemberut dan berkata, "Hemm, aku
mengerti apa yang dipikirkan ayah dan ibu! Aku
sudah berusia duapuluh tahun dan aku mengerti
bahwa tidak pantas bagi seorang gadis melakukan
perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda,
apalagi kalau mereka itu bukan saudara
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekandung. Akan te tapi, ayah dan ibu. Bukankah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak kecil aku sudah menganggap koko sebagai
kakak kandungku sendiri" Semua orangpun.menganggap kami berdua kakak beradik,
maka apa salahnya melakukan perjalanan berdua?" Sim Lan Ci yang merasa bahwa gadis itu bukan
pute ri kandungnya, merasa tidak berdaya dan
iapun hanya memandang kepada suaminya,
menyerahkan keputusannya kepada suaminya.
Cian Bu On menggele ng kepalanya dan suaranya
te gas ketika akhirnya dia berkata, "Kui Eng,
engkau tidak boleh pergi mengikuti kakakmu. Dia
hendak meluaskan pengalamannya dan te rutama
sekali, hendak mencari penawar hawa beracun di
tubuhnya. Apalagi, dengan adanya rencana kami,
ayah ibumu, maka makin tidak boleh kalian'melakukan perjalanan berdua."
Kui Eng masih mengerutkan alisnya. "Aih, ayah
sungguh aneh. Rencana apa yang menyebabkan
aku tidak boleh pergi bersama koko?"
Suami isteri itu kembali saling pandang. Mereka
berdua sudah sepakat untuk menjodohkan kedua
orang anak mereka itu. Hanya ada hal yang
membuat mereka sangsi dan sampai sekarang,
setelah Thian Ki berusia duapuluh s atu tahun dan
Kui Eng berusia duapuluh tahun, mereka belum
dapat memberi tahu mereka, karena keadaan
Thian Ki. Dalam keadaan bertubuh seperti itu,
penuh dengan hawa beracun, mereka tahu bahwa
Thian Ki tidak boleh mendekati wanita. Siapapun
yang berhubungan sebagai suami isteri dengan dia,
pasti akan tewas! Kini, Kui Eng sudah dewasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar, bagaimanapun juga, gadis itu dan juga
Thian Ki harus diberitahu. Bagi Kui Eng, agar gadis
itu tahu bahwa ia sudah mempunyai calon suami,
dan bagi Thian Ki, hal itu tentu akan menjadi
pendorong agar dia cepat mencari orang yang
dapat membersihkan hawa beracun dari tubuhnya.
Setelah saling pandang dengan is terinya dan
mendapat isyarat persetujuannya, Cian Bu Ong
dengan suara mantap berkata, "Rencana kami
adalah untuk menjodohkan kalian menjadi suami
isteri." He ning sejenak, kehe ningan yang mencekam
karena kedua orang muda itu terkejut bukan main
mendengar keputusan yang keluar dari mulut Cian
Bu Ong itu. Terlalu tiba-tiba datangnya, merupakan kejutan yang tak pernah mereka duga.
Bagi Kui Eng, merupakan kejutan yang menyusup
ke jantung dan tulang sumsumnya, karena diamdiam ia memang sudah jatuh cinta sebagai seorang
wanita terhadap seorang pria kepada pemuda yang
selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya
itu. Akan tetapi, karena iapun sama sekali tidak
menyangka bahwa ayah dan ibunya merencanakan
perjodohan itu, iapun terkejut dan sejenak ia
te rtegun, lalu wajahnya yang manis itu berubah
menjadi merah sekali. Tanpa dapat ditahan lagi, ia
menoleh memandang kepada Thian
Ki dan kebetulan pemuda itupun menoleh kepadanya.
Sejenak dua pasang mata berte mu pandang dan
segalanya nampak berobah dalam pandang mata
mereka setelah mendengar keputusan itu. Kui Eng
tidak dapat menahan lagi dan menunduk dengan
wajah makin memerah sampai ke lehernya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan Thian Ki juga menundukkan mukanya
yang menjadi merah. "Aiih, ayah..........!" Kui Eng yang menjadi salah
tingkah itu merasa tidak kuat untuk berada disitu
le bih lama saking malunya. Sambil mengeluarkan
suara yang te rdengar seperti setengah tawa dan
setengah isak, iapun melompat pergi meninggalkan
ruangan itu, memasuki kamarnya sendiri.
Tinggal Thian Ki yang masih duduk menundukkan mukanya di depan ayah dan
ibunya, seperti orang bingung dan tidak tahu
harus berkata apa. "Thian Ki, bagaimana pendapatmu dengan
keputusan ayahmu?" tiba-tiba ibunya bertanya
untuk menuntun kembali pemuda itu ke dalam
ketenangan! Thian Ki mengangkat muka memandang ibunya,
lalu ayahnya, kemudian dia menghela napas
panjang. Selama ini, belum pernah masuk dalam
gagasannya te ntang diri Kui Eng, apalagi sebagai
calon isteri. Bahkan belum pernah dia memikirkan
wanita, tahu bahwa dia sama sekali tidak boleh
berdekatan dengan wanita. Mendengar bahwa dia
ditunangkan dengan Kui Eng membuat dia te rkejut
dan heran, juga bingung mengapa ayah ibunya
mengambil keputusan seperti itu. Dia memang
sayang kepada Kui Eng, amat sayang kepadanya.
Namun, kasih sayangnya itu adalah kasih sayang
seorang kakak kepada adiknya. Dia sudah tahu
bahwa Kui Eng bukan adik tiri, bukan pula adik
sendiri, melainkan orang lain, tidak ada hubungan
darah sama sekali, akan tetapi karena mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua bergaul sejak kecil, maka dia sudah
te rlanjur mencinta Kui Eng sebagai adiknya.
"I bu, bagaimana mungkin ini" Tubuhku...... "
"Tubuhmu dapat dibersihkan dari racun asal
engkau dapat memperole h pertolongan pamanmu
Naga Sakti Sungai Kuning, Thian Ki," ibunya
memotong. "Tentu saja pernikahanmu dengan Kui
Eng baru akan kami rayakan dan res mikan setelah
engkau te rbebas dari hawa beracun itu."
"Aku sendiri akan ikut berusaha mencarikan
obat bagimu, Thian Ki. Aku mendengar bahwa di
daerah perbatasan sebelah barat, di pegunungan
Himalaya terdapat semacam rumput merah yang
dinamakan Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah) dan yang dapat membersihkan
tubuh dari segala macam pengaruh racun. Aku
akan mencarinya di sana, sedangkan engkau
mencari dan mengunjungi Naga Sakti Sungai
Kuning." "Akan tetapi, ayah dan ibu. Bukan hanya itu
yang yang menjadi pikiranku. Semua orang te lah
menganggap bahwa aku dan Eng-moi adalah
kakak beradik, bagaimana mungkin kami berjodoh" Apa nanti pendapat dan anggapan
orang-orang kalau mendengar hal itu!"
Cian Bu Ong te rtawa bergelak dan memandang
kepada is terinya. "Ha-ha-ha, betapa sama benar
bantahanmu itu dengan bantahan ibumu. Lama
kami memperbincangkan hal ini dan pendapat
ibumu sama pula dengan apa yang kau katakan
tadi. Akan tetapi akhirnya ibumu menyadari.
Kuharap engkau akan dapat menyadari pula,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki. Kehidupan kita adalah milik kita pribadi,
tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain.
Hidup kita tidak dapat kita gantungkan kepada
pendapat orang lain, Thian Ki."
"Maaf, ayah. Memang benar demikian, akan
tetapi mungkinkah kita hidup tanpa memperdulikan anggapan umum" Kita hidup di
masyarakat, ayah, bagaimana mungkin kita mengabaikan pendapat dan peraturan umum.
Kalau umum menganggap aku dan Eng-moi kakak
beradik, lalu mereka mendengar bahwa kami
menjadi suami isteri, bukankah hal itu akan aib
yang menodai nama baik keluarga kita semua?"
"Ha-ha-ha, terlampau picik pandangan itu,
Thian Ki. Pendapat dan hukum yang berlaku pada
masyarakat tentu saja berdasarkan kenyataan, jadi
kenyataan inilah yang harus kita pegang. Bagaimana kenyataannya antara engkau dan
adikmu" Kalian bukan saudara, tidak ada
hubungan darah sama sekali. Itulah kenyataannya!
Kalau umum berpendapat lain,
itu adalah kesalahan mereka sendiri. Apakah kalau umum
berpendapat keliru, kitapun harus ikut-ikutan dan
menganggap benar saja kekeliruan mereka itu"
Tidak, Thian Ki. Yang te rpenting bagi kita adalah
bahwa kita harus memiliki pendirian. Kalau kita
memang benar, dan hal ini tidak dapat kita
berbohong kepada diri sendiri, maka kita tidak
perlu takut akan pendapat umum. Andaikata
seluruh dunia menudingmu sebagai pencuri, hal
itu adalah masalah mereka asalkan engkau tidak
pernah mencuri. Sebaliknya, andaikata tak seorangpun mengetahui bahwa engkau mencuri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun itu menjadi masalahmu kalau engkau
benar-benar melakukan pencurian. Mengertikah
engkau, Thian Ki?" "Aku mengerti, ayah. Akan tetapi, pendapat
umum te ntang kami ini bukan fitnah, melainkan
timbul karena selama ini aku dan Eng-moi bergaul
sebagai kakak beradik. Jadi kalau mereka
menganggap kami kakak beradik, itu bukan
kesalahan mereka." Kembali Cian Bu Ong te rtawa. "Hal itu mudah
saja diubah. Mulai sekarang, engkau jangan
menyebut ayah kepadaku, melainkan suhu (guru).
Dan sebaliknya, Kui Eng menyebut ibumu bukan
lagi ibu, melainkan subo (Ibu guru). Kenyataannya
memang demikian, bukan" Engkau adalah muridku, dan Kui Eng juga banyak menerima
pelajaran dari subonya. Dan mulai sekarang,
umum akan kami beritahu bahwa kalian bukan
kakak beradik. Nah, beres, bukan?"
Thian Ki tidak dapat membantah lagi. Memang
ayahnya atau suhunya itu benar. Yang penting
adalah kenyataannya, bukan dugaan atau sangkaan orang, Betapapun juga, dia masih nanar.
Kui Eng menjadi tunangannya dan kelak menjadi
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
isterinya" Sukar sekali membayangkan hal ini
te rjadi dan mulai detik itu, te rjadi perubahan besar
dalam pandangannya terhadap Kui Eng.
"Sekarang berkemaslah, Thian Ki. Engkau harus
pergi mengunjungi pamanmu Si Han Beng di Hongcun. Makin cepat engkau te rbebas dari racun itu
semakin baik," kata ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kapan engkau akan berangkat?" tanya ayahnya
atau yang mulai sekarang harus dia sebut sebagai
gurunya. "Teecu akan berangkat secepatnya, besok pagipagi, suhu." kata Thian Ki tanpa ragu menyebut
guru kepada orang yang selama ini disebutnya
sebagai ayah. Cian Bu Ong te rtawa girang. Sebutan ini
menunjukkan betapa taatnya pemuda ini, juga
menandakan bahwa pemuda ini menerima usul dia
dan isterinya. "Bagus, aku girang sekali, Thian Ki. Engkaulah
muridku yang amat membesarkan hatiku."
"Terima kasih, suhu."
"Mari aku membantumu berkemas, Thian Ki,"
kata ibunya. Ibu dan ana k itu lalu memasuki
kamar Thian Ki, mempersiapkan keberangkatan
pemuda itu untuk merantau. Selain mempersiapkan buntalan pakaian dan uang
secukupnya, juga ibu itu membekali banyak
nasihat kepada pute ranya, menceritakan tentang
para tokoh dunia kangouw, te ntang peraturan
orang-orang kangouw dan memesan agar dia
berhati-hati. "Engkau harus berhati-hati dan
waspada te rhadap tiga macam orang, ana kku.
Mereka kelihatan sebagai orang-orang yang le mah,
namun kalau mereka sudah berkepandaian,
mereka merupakan lawan-lawan yang amat berbahaya. Mereka adalah para pengemis, para
pendeta dan para sastrawan, baik pria maupun
wanita. Jangan sekali-kali memandang rendah
kepada orang-orang yang nampaknya le mah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang bertubuh kokoh kuat biasanya
mengandalkan kekuatan mereka dan lawan macam
ini mudah ditanggulangi. Akan te tapi orang-orang
yang kelihatan le mah tadi dapat mengalahkan
kekuatan otot dan tulang." De mikian antara lain
ibu itu berpesan kepada puteranya.
"Saya masih ingat akan semua pesan ibu dan
suhu, ibu. Harap ibu jangan khawatir karena
ibupun tahu bahwa aku tidak suka bermusuhan."
"Kalau engkau berhasil bertemu dengan pamanmu Si Han Beng dan bibimu Bu Giok Cu,
sampaikan salam ibumu dan engkau boleh
menceritakan semua keadaan ibumu semenjak
ditinggal mati ayahmu. Mereka adalah pendekarpendekar yang gagah perkasa dan budiman dan
dari mereka engkau akan dapat menerima banyak
petunjuk." Sejak memasuki kamarnya, Kui Eng tidak
pernah kelihatan lagi oleh Thian Ki, seolah gadis
itu sengaja menghindar darinya. Hal ini meresahkan hati Thian Ki. Dia merasa seolah
dialah yang menjadi sebab gadis itu merasa
canggung dan malu. Bagaimanapun juga, tidak
mungkin dia dapat pergi sebelum berpamit kepada
gadis yang disayangnya sejak mereka masih
kanak-kanak itu. Kalau dia membayangkan kembali semua itu, ketika mereka masih kanakkanak, ketika mereka bermain bersama, berlatih
silat bersama, bahkan ketika Kui Eng suka marah
dan manja, dan dia selalu mengalah sebagai
seorang kakak yang menyayang, menjaga dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melindunginya, memang sukar sekali membayangkan kelak mereka menjadi suami iste ri!
Bahkan ketika keluarga itu makan malam, Kui
Eng tidak muncul dan menurut ibunya, Kui Eng
merasa lelah dan makan di dalam kamarnya
dilayani pembantu dan tidak meninggalkan kamarnya. Cian Bu Ong hanya te rtawa senang
mendengar ini karena sikap Kui Eng itu dianggapnya bahwa gadis itu malu-malu kepada
Thian Ki dan sikap malu-malu seorang gadis
kepada calon suaminya diartikan bahwa Kui Eng
tidak menolak dan suka menjadi calon isteri Thian
Ki. Akan te tapi Thian Ki sendiri merasa khawatir
walaupun hal ini tidak diucapkannya.
Sim Lan Ci tahu akan isi hati puteranya
walaupun pemuda itu tidak mengucapkan sesuatu.
Maka, pada malam hari itu, ia mengetuk pintu
kamar pute ranya. Ketika Thian Ki membuka daun
pintu dan melihat ibunya yang datang berkunjung,
dia hendak bicara, akan tetapi Sim Lan Ci memberi
is yarat agar pute ranya tidak mengeluarkan suara,
lalu la berbisik, "Kalau engkau ingin menemui Kui
Eng dan berpamit, cepat pergilah ke kebun
belakang." Setelah berbisik demikian, ibu ini
kembali ke kamarnya. Kebun belakang itu sunyi, namun cuaca amat
indahnya karena bulan sudah berada di atas
kepala dan langit bersih. Sinar bulan yang le mbut
menyapu permukaan bumi dan bermain-main
pada daun-daun pohon, mendatangkan perpaduan
yang manis antara cahaya lembut dan bayangbayang kelabu. Kui Eng duduk di atas bangku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panjang, melamun dan menengadah memandangi
bulan yang dite mani beberapa buah bintang yang
suram di sana-sini. "Eng-moi......." Thian Ki yang menghampiri dari
belakang itu kini berdiri sekitar empat mete r dari
te mpat gadis itu duduk, memanggil lirih agar
degup jantungnya yang menggetarkan suaranya
tidak kentara. Kui Eng tidak merasa kaget dan ia menoleh,
berkata lirih, "Koko........?" lalu menundukkan
mukanya. Thian Ki merasa aneh. Biasanya, Kui Eng adalah
seorang gadis yang lincah, je naka, berani dan
galak. Akan te tapi sekarang menjadi begitu jinak
dan malu-malu" Diapun membayangkan gadis itu
seperti biasanya, seperti adiknya dan dengan hati
ringan dia mendekati, lalu duduk di ujung bangku
seperti biasa kalau mereka duduk di situ bersamasama. "Eng-moi, engkau kenapakah'" Thian Ki bertanya. "Engkau tidak enak badan dan lelah?"
Kui Eng mengerling dari bawah karena mukanya
masih menunduk, jari-jari tangannya utak-atik
memilin ujung bajunya. "Siapa bilang?"
"I bu," kata Thian Ki.
"Dan engkau besok akan pergi pagi-pagi, koko?"
"Benar, siapa bilang?"
"I bu.....eh, maksudku subo, ibumu........" kata
gadis itu maka tahulah Thian Ki bahwa ibunya
telah memberitahukan segalanya, juga bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai saat itu Kui Eng harus menyebut subo
kepada ibunya. "Dan ia pula yang memberitahu
bahwa engkau nampak gelis ah dan ingin sekali
berte mu denganku. Benarkah?" Kini Kui Eng
mengangkat muka memandang. Dua pasang mata
berte mu dan keduanya merasa aneh sekali, seperti
saling berhadapan dengan seorang yang asing dan
baru pertama kali dijumpai dan dikenal.
"Benar, Eng-moi."
"Kenapa" Mau apa engkau ingin berte mu
denganku?" "Kui Eng, bagaimana aku dapat pergi sebelum
pamit darimu Eng-moi, kenapa sejak ayah........ eh,
suhu mengumumkan perjodohan kita, engkau lalu
bersembunyi dan tidak mau berte mu denganku"
Eng-moi, aku akan merasa susah sekali kalau
persoalan itu membuat engkau marah dan tidak
suka kepadaku." "Aku tidak marah, juga bukan tidak suka
kepadamu." "Lalu kenapa engkau seperti menjauhkan diri
sejak tadi, Eng-moi. Dan kalau ibu tidak memberi
tahu, agaknya engkau tidak akan keluar. Ibu pula
yang memberi tahu bahwa engkau berada di sini
maka aku datang menemuimu."
Kui Eng kembali menunduk dan di bawah sinar
bulan yang le mbut kuning kehijauan, nampak
perubahan pada warna muka gadis itu.
"Kenapa, Eng-moi?" Thian Ki mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan ini dijawab dengan pertanyaan pula
oleh Kui Eng." Koko, katakanlah apakah engkau
sayang kepadaku?" Kalau saja pertanyaan ini diajukan Kui Eng
kemarin, tentu Thian Ki akan menyambutnya
dengan tawa dan menggoda. Sekarang, te rdengarnya demikian aneh pertanyaan itu.! Akan
tetapi, Thian Ki menenangkan hatinya yang
te rguncang dan berdebar, lalu tersenyum. "Tentu
saja, Eng-moi. Aku sangat sayang kepadamu."
"Engkau sayang kepadaku setelah apa yang
dikatakan oleh ayah tadi?" Kini gadis itu kembali
mengangkat muka dan sinar matanya seperti
hendak menembus keremangan cuaca dan menembus dada Thian Ki menjenguk isi hatinya.
"Tentu saja, Eng-moi. Bagiku, menjadi calon
jodohmu atau bukan, aku tetap sayang kepadamu.
Di dunia ini hanya ada tiga orang yang kusayang,
yaitu ibuku, suhu, dan engkaulah."
"Dan Cin Cin?" tiba-tiba gadis itu bertanya.
Thian Ki terkeiut dan juga heran. "Cin Cin" Ah,
kau maksudkan Kam Cin itu" Aku hanya kasihan
kepadanya, Eng-moi. Kenapa engkau sebut dia?"
"Aku hanya bertanya."
"Tidak, aku tidak menyayang orang lain seperti
sayangku kepada kalian bertiga."
"Sayangmu kepadaku masih seperti yang sudah
sudah?" "Tentu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti sayangnya seorang kakak kepada
adiknya." "Eh, ya, tentu......."
"Dan engkau tidak cinta padaku?"
Kalau saja Thian Ki bercermin pada saat itu dan
melihat wajahnya sendiri, te ntu dia akan melihat
betapa wajahnya nampak bodoh dan tolol saat itu.
Matanya te rbuka le bar dan kosong, mulutnya
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
te rnganga dan wajahnya seperti wajah seorang
anak kecil yang ditanya tentang soal hitungan yang
sulit. "Ehh........ohh......apa sih bedanya antara sayang
dan cinta" Aku jadi bingung, Eng-moi."
Kui Eng mengerutkan alisnya dan wajahnya
nampak kecewa sekali. Mulutnya cemberut. Ia
sendiri tidak mengerti, karena iapun tidak
mempunyai pengalaman. Hanya terasa benar oleh
kewanitaannya bahwa besar sekali bedanya antara
kedua perasaan dalam hatinya terhadap Thian Ki
sebelum dan sesudah ia mendengar bahwa
pemuda itu bukanlah kakak kandungnya, bahkan
bukan pula kakak tirinya, melainkan orang lain
yang tidak ada hubungan darah sama sekali.
Sejak itulah ia memandang Thian Ki dengan
mata dan hati yang berubah, dan kesayangannya
sebagai adikpun berubah pula. Kalau tadinya ia
membayangkan Thian Ki sebagai seorang kakak
yang baik dan dapat diandalkan, sesudah itu ia
selalu membayangkan Thian Ki dengan jantung
berdebar, mulai ia memperhatikan dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan ketampanan dan kejantanan dalam
diri pemuda itu.! Cinta kasih asmara memang aneh. Jelas jauh
bedanya antara cinta antara kakak beradik dengan
cinta antara seorang wanita dan seorang pria.
Cinta antara pria dan wanita adalah cinta asmara,
cinta yang mengandung berahi satu kepada yang
lain, berbeda dengan cinta seorang adik wanita
te rhadap kakak prianya yang jauh dari perasaan
berahi. Hal ini memang sudah merupakan pembawaan, merupakan anugerah dari Tuhan
yang disertakan kepada setiap orang manusia, pria
maupun wanita. N afsu atau gairah berahi memang
ada pada setiap orang, bahkan pada setiap
mahluk, karena nafsu berahi itu mutlak penting
bagi kelangsungan hidup setiap mahluk itu sendiri.
Nafsu berahi yang mendorong dua mahluk
berlainan jenis untuk saling te rtarik, saling
mendekati, kemudian,saling mencinta. Nafsu berahi mendorong seorang pria dan seorang wanita
untuk bersatu sehingga dari persatuan ini te rlahir
keturunan dan perkembangan-biakan pun tidak
akan terputus. Tidak demikian dengan cinta antara pria dari
wanita yang menjadi saudara kandung. Kalaupun
timbul gairah berahi di antara keduanya, maka
jelas bahwa hal itu tidaklah wajar bagi manusia,
tidak semestinya dan kalau dilanggar te ntu akan
menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik. N afsu,
dalam bentuk apapun juga, kalau sudah menguasai manusia, tentu akan menyeret manusia
ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak wajar
dan tidak benar. Di samping semua daya rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menimbulkan nafsu, pada manusia disertakan pula akal budi. Akal budi inilah yang
membuat kita dapat mengerti mana yang benar
mana yang salah, mana yang baik mana yang
buruk. Akal budi ini yang membuat manusia
menjadi mahluk yang paling tinggi derajatnya di
antara segala mahluk di dunia ini, juga menjadi
mahluk yang paling kuat dan paling kuasa. Tanpa
akal budi, manusia akan menjadi mahluk yang
paling le mah, kita tidak akan menang melawan
seekor kucing sekalipun, karena kucing masih
memiliki taring dan kuku tajam. Apalagi melawan
binatang yang le bih kuat dan le bih besar. Kitapun
tanpa akal budi akan mudah sakit dan mati karena
kita tidak akan mempunyai te mpat dan pakaian
untuk berlindung. Akal budi bekerja sama dengan
nafsu daya rendah yang menjadi pendorongnya,
memungkinkan kita membuat s egala macam benda
keperluan hidup kita di dunia ini, memungkinkan
kita menikmati hidup ini. Akal budi pula yang
membuat kita dapat membedakan segala sesuatu,
mempertimbangkan segala sesuatu, dan akal budi
yang melahirkan Ilmu-Ilmu, peradaban, kebudayaan dan lain sebagainya yang menjadi isi
kehidupan manusia. "Kalau engkau cinta padaku, koko, engkau tentu
tidak akan meninggalkan aku, engkau tentu tidak
akan suka berpisah dariku," kata Kui Eng dengan
suara lirih. "Itukah sebabnya mengapa engkau murung dan
ingin ikut pergi denganku?" tanya Thian Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengangguk. "Sejak aku mendengar
bahwa di antara kita tidak ada hubungan darah
sama sekali, aku.....aku tidak ingin berpisah
darimu, koko. Dan itu pula yang membuat aku.......
merasa benci kepada Cin Cin. Aku tidak ingin
engkau mengasihi gadis lain, memikirkan gadis
lain, melindungi gadis lain. Aku hanya ingin
engkau untukku seorang.............. "
Thian Ki tertegun. Itukah cinta" Dia tidak
mengerti. Dia belum merasakan hal yang seperti
dirasakan oleh Kui Eng te rhadap dirinya. Belum
te rasa olehnya keinginan agar Kui Eng tak pernah
berpisah darinya, atau agar Kui Eng menjadi
miliknya, hanya untuk dia seorang. Barangkali
belum bersemi apa yang dinamakan cinta itu di
hatinya terhadap Kui Eng. Atau barangkali dia
yang bodoh. Bagaimanapun juga, dia harus dapat
menjawab dan memberi alasan, karena pandang
mata Kui Eng te tap menuntut agar dia menjawab,
apakah dia juga mencinta Kui Eng seperti yang
dirasakan gadis itu kepadanya.
"Eng-moi, engkau te ntu tahu bahwa aku pergi
untuk meluaskan pengetahuan dan menambah
pengalaman. Juga aku perlu sekali mencari adik
angkat mendiang ayahku, yaitu Naga Sakti Sungai
Kuning, paman Si Han Beng, untuk minta tolong
agar hawa beracun di tubuhku dapat dipunahkan.
Engkau te ntu sudah tahu pula bahwa selama hawa
beracun ini tidak lenyap dari tubuhku, aku tidak
bolen menikah. Oleh karena itu, sebelum keadaanku ini te rtolong, aku sama sekali tidak
dapat memikirkan tentang perjodohan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengangguk, lalu menundukkan
mukanya, menyembunyikan kekecewaan dan kesedihan yang membayang di mukanya. "Aku
mengerti, koko. Jadi, engkau akan pergi" Kapan
engkau akan pergi?" "Aku sudah berkemas, siap berangkat, besok
pagi-pagi." "Besok pagi-pagi" Ahh......!" Kui Eng te rkejut.
"Aku akan merasa kesepian sekali, koko. Ketika
engkau kami tinggalkan di rumah nenekmu dahulu
itu dan kita saling berpisah hampir dua tahun, aku
merasa tersiksa setengah mati. Dan sekarang,
engkau yang akan meninggalkan aku, dan aku
tidak boleh ikut denganmu......" Suara gadis itu
menjadi gemetar seperti akan menangis.
"Eng moi, aku tidak akan lama pergi. Setelah
berhasil, aku pasti akan segera kembali."
"Engkau tidak akan melupakan aku, bukan"
Engkau berjanji tidak akan melupakan aku?"
Thian Ki tersenyum dan memegang pundak
gadis itu, seperti yang sudah-sudah kalau dia
menghibur gadis ini. "Jangan khawatir, aku tidak
akan pernah melupakanmu."
Kui Eng te risak, bangkit lalu berlari meninggalkan Thian Ki yang masih sempat
mendengar ia te risak. Sampai lama pemuda ini
duduk di atas bangku, berulang kali menghela
napas panjang. Kini dia yakin bahwa Kui Eng
mencintanya, dan mengharapkan kelak menjadi
isterinya! Dia merasa bangga dan senang, akan
tetapi juga bingung dan ragu. Dia merasa senang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bangga dicinta seorang gadis hebat seperti Kui
Eng, akan tetapi adakah perasaan cinta yang sama
dalam hatinya terhadap Kui Eng" Dia sudah
te rlanjur menyayangnya seperti seorang adik!
-ooo0dw0ooo- Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki
sudah berpamit kepada ibunya dan suhunya.
Kedua orang tua itupun pagi-pagi sekali sudah
bangun, karena mereka hendak melihat Thian Ki
pergi. Thian KI menggendong sebuah buntalan yang
cukup besar, terisi pakaian dan uang, di punggungnya. Pemuda ini tidak pernah membawa
senjata walaupun dia telah mempelajari cara
menggunakan delapanbelas macam senjata dengan
mahir. Suhu dan ibunya duduk di beranda ketika
pemuda itu berpamit. Dia menjatuhkan diri
berlutut di depan kaki kedua orang tua itu, mohon
diri dan mohon doa restu.
De ngan kedua mata basah, Sim Lan Ci mengelus
kepala pute ranya. Kini baru ia menyadari bahwa
pute ranya telah menjadi seorang pemuda dewasa,
telah menjadi seorang pria yang gagah dan yang
siap untuk terjun ke dalam dunia ramai seorang
diri, siap untuk mandiri dan sudah dibekali
kepandaian yang hebat. Dia tidak merasa khawatir.
Puteranya kini menjadi seorang yang amat lihai,
jauh le bih lihai dibandingkan ia sendiri, atau
mendiang ayah pemuda itu. Mungkin kini telah
memillki kepandaian setingkat dengan gurunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, doa restuku selalu menyertaimu.
Engkau berhati-hatilah, nak. Jangan sekali-kali
engkau takabur. Walaupun engkau kini te lah
menguasai banyak ilmu silat yang cukup untuk
membela diri, namun ingatlah selalu bahwa di
dunia ini terdapat banyak sekali orang jahat yang
selain amat lihai, juga suka mempergunakan sias at
yang curang dan licik. Jangan menonjolkan diri
dan mencari permusuhan. Aku doakan semoga
engkau dapat berte mu dengan pamanmu Si Han
Beng. Syukurlah kalau dia dapat mengobatimu
sampai engkau te rbebas dari racun, karena kalau
engkau te rpaksa harus mencari Pek I Tojin atau
He k Bin Hwesio pekerjaan itu sungguh amar
sukar. Ke dua orang sakti itu bagaikan dewa, sukar
dicari bayangannya. Dan jangan lupa singgah di
dusun Ta-bun-cung mengunjungi keluarga Coa
yang memimpin He k-houw-pang, menengok keadaan keluarga mendiang ayah kandungmu."
"Baik, ibu. Semua nasihat dan pesan ibu akan
kulaksanakan," jawab Thian Ki.
"Semua pesan ibumu memang harus kautaati,
Thian Ki. Engkau te ntu masih ingat akan nama
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nama dan keadaan para tokoh di dunia persilatan
seperti yang pernah kuceritakan kepadamu," kata
Cian Bu Ong. "Engkau boleh merantau untuk
meluaskan pengalaman dan menambah pengetahuan, akan tetapi ada satu hal yang aku
ingin engkau lakukan untukku."
Selama menjadi putera tiri dan murid bekas
pangeran itu, belum pernah Cian Bu Ong
menyuruh Thian Ki melaksanakan suatu tugas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
te rtentu, maka kini mendengar ini, Thian Ki
merasa girang sekali. "Katakanlah, suhu. Apakah
yang harus kulakukan untuk suhu?" biarpun
masih agak merasa janggal dan kaku, Thian Ki
mulai memanggil bekas pangeran itu dengan
sebutan suhu, tidak lagi ayah seperti yang sudah,
memenuhi permintaan Cian Bu Ong yang menjodohkannya dengan Cian Kui Eng.
"Hanya ada satu pekerjaan yang ingin kulihat
engkau melakukannya untukku, akan te tapi
pekerjaan ini cukup berbahaya, Thian Ki. Ketahuilah, dahulu ketika aku masih menjadi
seorang pangeran, aku mempunyai banyak pusaka. Akan te tapi di antara semua pusaka itu,
yang paling kusayangi adalah sebatang pedang
yang disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mustika
Naga). Ketika terjadi perang dan kota raja diserbu,
semua benda pusaka milikku itu terampas musuh.
Aku te lah mendengar bahwa pedangku Liong-cukiam itu kini berada di gudang pusaka is tana
kaisar, menjadi satu di antara benda-benda pusaka
rampasan. Nah, aku minta agar engkau singgah di
kota raja, mencoba untuk mengambil kembali
pedangku Liong-cu-kiam itu dari gudang pusaka di
kota raja." "Aih, akan tetapi itu berbahaya sekali!" kata Sim
Lan Ci cemas. Suaminya tersenyum. Kalau saja bukan isterinya
te rcinta yang mengatakan demikian, mungkin
bekas pangeran ini akan marah. Seruan itu sama
saja dengan memandang rendah muridnya, anak
tirinya bahkan calon mantunya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki bukan kanak-kana k lagi dan aku yakin
dia akan mampu melakukannya. Kalau saja aku
sendiri tidak dikenal ole h banyak orang di kota
raja, agaknya te ntu aku sendiri yang akan
mengambil benda pusakaku itu."
"Suhu, aku akan melaksanakan pesan suhu itu.
Ibu, harap jangan khawatir. Aku akan berhati hati
sekali karena aku tahu bahwa di kota raja, apalagi
di gudang pusaka, te ntu penjagaannya kuat
sekali." Setelah menerima pesan dan nasehat kedua
orang tua itu, Thian ki berangkat. Kedua orang tua
itupun berpesan wanti-wanti agar perantauannya
ini paling lama dua tahun, dia harus pulang.
Sebetulnya, hati Thian Ki agak berat untuk
berangkat karena dia belum melihat Kui Eng
keluar menemuinya. Kenapa gadis itu tidak keluar
dan melihat dia berangkat" Apakah Kui Eng marah
kepadanya karena dia hendak pergi meninggalkannya" Untuk bertanya kepada ibunya
atau gurunya te ntu saja dia merasa malu, karena
kini Kui Eng bukan lagi sebagai adiknya, melainkan tunangannya, calon iste rinya.
Ketika dengan hati agak berat dia meninggalkan
dusun dan keluar dari pintu gerbang dusun itu,
hari masih pagi sekali dan cuaca masih agak
remang, hawanya dingin dan suasana masih amat
sunyi karena para penduduk dusun belum
berangkat ke sawah ladang mereka. Tiba-tiba
wajahnya berseri ketika ia
melihat sesosok bayangan berdiri menghadang perjalanannya, di
luar dusun itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eng-moi.........!!" dia berseru sambil melangkah
cepat menghampiri gadis itu yang berdiri di tengah
jalan. "Eng-moi, pantas saja sejak tadi aku tidak
melihat engkau muncul dari kamarmu. Kiranya
engkau malah s udah berada di sini!"
Gadis itu te rsenyum. Memang manis sekali Kui
Eng. Sepagi itu, biarpun belum mandi, belum
bersolek, rambutnya masih kusut, demikian pula
pakaiannya belum diganti yang baru, namun
kecantikannya nampak le bih asli, tanpa bedak
tanpa gincu. "Koko, apakah engkau mengharapkan aku
keluar menemuimu?" "Tentu saja. Bukankah aku akan pergi" Hatiku
merasa tidak enak sekali tadi, terpaksa meninggalkan rumah sebelum sempat berpamit
denganmu yang kukira masih tidur."
Hati Kui Eng merasa gembira bukan main. "Koko
Thian Ki, tahukah engkau bahwa malam tadi aku
tidak pernah tidur barang sekejappun" Dan tadi,
le wat tengah malam, aku sudah turun dari
pembaringan dan diam-diam aku sibuk di dapur."
"Lewat tengah malam sibuk di dapur" Untuk
apa?" tanya Thian Ki heran.
"Untuk membuat ini!" katanya dan gadis itu
memperlihatkan bungkusan-bungkusan kepada
Thian Ki, wajahnya tersipu namun berse ri gembira.
"Aku menyembelih ayam dan menggorengnya,
memasaknya seperti kesukaanmu, dan memanggang roti......untuk bekalmu di jalan, koko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Turunkanlah buntalanmu itu agar kumasukkan
bungkusan ini ke dalam buntalanmu."
De ngan hati terharu Thian Ki menurunkan
buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada
Kui Eng. Gadis itu membuka buntalan, menaruh
bungkusan makanan ke dalam buntalan dan tibatiba ia berkata dengan suara yang sedih. "Koko,
engkau akan pergi merantau seorang diri. Bagaimana kalau pakaianmu kotor dan robekrobek" Siapa yang akan mencuci pakaianmu dan
menjahit yang robek" Aih, kalau aku boleh pergi
bersamamu, te ntu aku yang akan mencuci
pakaianmu, memasakkan makanan untukmu, dan
menjahit pakaianmu yang robek."
Thian Ki menerima kembali buntalan pakaiannya dan menalikan di punggungnya seperti
tadi. Tercium olehnya bau masakan daging ayam
yang sedap, dan te rasa betapa bungkusan
makanan yang kini berada dalam buntalan di
punggungnya itu masih hangat.
"Eng-moi, engkau baik sekali. Terima kasih atas
kebaikanmu ini, Eng-moi. Aku pergi takkan lama.
Ibu dan suhu memesan agar paling lama a ku pergi
dua tahun, harus sudah pulang."
"Dua tahun" Aih, lama amat, koko! Aku.....lalu
aku bagaimana............?"
Mendengar suara gadis itu tergetar seperti
hendak menangis, Thian Ki yang tidak ingin
diantar tangis segera berkata sambil tersenyum.
"Aih adik yang manis, mana kelincahanmu yang
biasa" Engkau biasanya lincah jenaka dan tidak
cengeng............"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akupun tidak cengeng!" Kui Eng berkata dan
membalikkan tubuh, berdiri membelakangi Thian
Ki. "Koko, engkau berangkatlah, pergilah!"
"Eng-moi, jagalah ibu dan suhu baik-baik
selama aku tidak berada di rumah. Nah, Eng-moi,
aku pergi sekarang. Selamat tinggal."
Kui Eng tidak menjawab, bahkan tidak lagi
menengok. Karena mengira bahwa gadis itu tidak
mau melihat dia pergi, Thian Ki melangkah
meninggalkannya. Akan te tapi baru lima langkah,
dia berhenti dan membalikkan tubuhnya. Dia
mendengar tangis tertahan dan ketika dia menengok, dia melihat gadis itu menangis,
mencoba untuk tidak bersuara, akan te tapi kedua
pundaknya bergoyang-goyang, kepalanya menunduk dan kedua tangannya menutupi mukanya. -ooo0dw0ooo- Jilid 20 "Eng-moi..........!" Thian Ki sekali loncat telah
berada di dekat gadis itu dan menyentuh
pundaknya, "Kenapa engkau menangis......?" Suara
Thian Ki terdengar lembut penuh getaran kasih
sayang. "Koko . ... !" Kui Eng membalik dan merangkul.
Bagaikan tanggul pecah, tangisnya mengguguk dan
ia menempelkan mukanya di dada Thian Ki, kedua
le ngannya melingkari pinggang. Ia tidak mampu
mengeluarkan kata-kata, hanya menangis seperti
anak kecil. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki membiarkan saja gadis itu menangis
sepuasnya, karena dia tahu bahwa tangis merupakan obat paling ampuh untuk melarutkan
segala macam rasa penasaran, kecewa ataupun
duka. Dia merasa betapa dia amat iba dan
menyayang gadis ini. Rasa ibanya le bih banyak
disebabkan karena dia melihat betapa gadis ini
amat mencintanya, namun dia sendiri belum yakin
apakah ada cinta seperti itu di hatinya terhadap
Kui Eng. Dia tidak merasakan desakan nafsu
berahi terhadap Kui Eng. Tidak ada hasrat untuk
mendekat, dan mencumbunya. Yang ada hanyalah
perasaan iba dan ingin menghiburnya agar tidak
berduka. "Tenanglah, Eng-moi. Kuatkan hatimu dan
hentikan tangismu." setelah tangis gadis itu agak
mereda, Thian Ki berbisik, membujuknya dan
tangannya mengelus rambut kepala yang
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersandar di dadanya itu. Bajunya di bagian dada
te rasa basah oleh air mata gadis itu.
"Koko.....aku......aku ingin ikut......" akhirnya
gadis itu dapat berbisik.
Hampir Thian Ki tertawa. Sungguh Kui Eng
masih separti kanak-kanak saja. Kanak kanak
yang manja, pikirnya. "Aih, Eng-moi. Hal itu tidak
mungkin kita lakukan. Suhu dan ibu te ntu akan
marah kepada kita." "Aku takut kehilangan engkau, koko.........aku
tidak akan dapat hidup tanpa engkau di sisiku..."
Thian Ki memejamkan matanya. Hatinya terharu
sekali. Demikian besarkah cinta hati Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya" Dia merasa seperti berdosa kalau tidak
membalas cinta kasih yang demikian besarnya.
"Eng-moi, aku pergi bukan untuk selamanya.
Aku pergi untuk melaksanakan tugas yang
diberikan suhu kepadaku. Aku pergi mencari obat,
untuk menyembuhkan diriku. Engkau tinggallah di
rumah. Kalau aku pulang kelak, aku sudah
berhasil mendapatkan Liong-cu-kiam dan sudah
sembuh dari cengkeraman hawa beracun."
Teringat akan keadaan tubuh Thian Ki, Kui Eng
dapat menenangkan hatinya. Ia masih mendekap
tubuh pemuda itu, menengadah dan dengan air
mata masih membasahi pipi dan mata yang
kemerahan oleh tangis, ia menatap wajah pemuda
yang dicintainya itu. "Koko......aku akan menunggumu di rumah...
semoga engkau berhasil......" Kedua lengannya
melepaskan rangkulan di pinggang, dan iapun
melangkah mundur sampai tiga langkah. Thian Ki
memandang dengan perasaan iba dan sayang.
"Aku pergi, Eng-moi. Jagalah s ubu dan ibu baikbaik." Thian Ki lalu membalik dan melangkah
dengan cepatnya meninggalkan Kui Eng yang
masih berdiri seperti patung. Baru setelah bayangan Thian Ki le nyap di sebuah tikungan jauh
di depan, Kui Eng menghela napas panjang,
menghapus sisa air mata di pipinya, lalu pulang
dengan langkah gontai. Sepekan kemudian, setelah Thian Ki pergi, Cian
Bu Ong dan Sim Lan Ci berkemas untuk
melakukan perjalanan jauh. Melihat ayah ibunya
berkemas, Kui Eng tentu saja ingin ikut, namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu dilarang oleh ayahnya. Bahkan ketika ia
merengek kepada Sim Lan Ci yang kini dipanggil
subo olehnya, wanita itu menghiburnya dengan
le mbut. "Kui Eng, kami pergi untuk mencarikan obat
bagi Thian Ki. Obat itu hanya te rdapat di
pegunungan Himalaya, yaitu Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah Pencuci Darah). Perjalanan ini
jauh sekali dan sulit, namun aku yakin ayahmu
dan aku akan mampu mendapatkan rumput merah
itu. Engkau jagalah di rumah, Kui Eng. Siapa tahu,
sebelum kami kembali, Thian Ki yang lebih dulu
pulang. Kalau engkau ikut pula dengan kami,
bagaimana kalau Thian Ki pulang?"
Akhirnya, karena bujukan ayahnya dan subonya, Kui Eng mau ditinggalkan walaupun ia
selalu cemberut. Suami isteri itupun berangkat
meninggalkan dusun, menuju
ke barat, ke pegunungan Himalaya untuk mencarikan obat
pemunah racun yang amat langka itu.
Akan te tapi, orang yang memiliki watak lincah
je naka dan penuh semangat seperti Kui Eng,
bagaimana mungkin tahan untuk hidup seorang
diri saja di rumah mereka" Apalagi seluruh
penghuni dusun itu kini menganggap ia sebagai
pengganti ayahnya dan selalu melapor kepadanya
kalau te rjadi hal-hal yang menyulitkan. Seolah ia
yang menggantikan ayahnya menjadi
kepala dusun! Hanya satu bulan saja ia dapat bertahan.
Setelah hatinya tidak dapat menahannya lagi, ia
mengumpulkan para pemuka dan sesepuh dusun
itu, meninggalkan pesan bahwa ia akan pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyusul Thian Ki dan menyerahkan kepengurusan dusun itu kepada mereka. Juga ia
menyerahkan perawatan rumah keluarganya kepada para pelayan. Setelah itu, Kui Eng
meninggalkan dusun, menggendong sebuah buntalan pakaian dan bekal uang yang cukup. Ia
ingin mencari Thian Ki.! -ooo0dw0ooo- "Suhu dan bibi, te cu (murid) te lah menerima
budi yang berlimpah dari ji-wi (anda berdua).
Sampai matipun teecu tidak akan melupakan budi
itu dan kalau teecu tidak sempat membalasnya,
teecu hanya berdoa semoga Tuhan yang akan
membalas budi kebaikan ji-wi kepada teecu."
Pemuda berusia duapuluh dua tahun itu
bertubuh tinggi te gap, wajahnya tampan dan dari
pakaian dan bentuk rambutnya, juga kuku jari
tangannya, dapat diketahui bahwa dia seorang
pemuda yang pandai menjaga diri, nampak rapi
dan anggun, walaupun pakaiannya te rbuat dari
kain yang sederhana. Terutama sepasang mata
pemuda itu yang membayangkan bahwa dia bukan
pemuda biasa. Sepasang matanya bersinar tajam
dan kadang mencorong seperti mata seekor naga
dalam dongeng, dan pembawaannya le mbut dan
sopan. Hanya ada satu hal yang membuat orang
berhati-hati menghadapinya, yaitu senyumnya.
Mulut yang bentuknya bagus itu selalu dibayangi
senyum yang sinis, seperti orang yang selalu
mengejek orang lain, selalu memandang rendah
orang lain. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu memang bukan pemuda biasa. Dia
adalah murid pendekar sakti Si Han Beng yang
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning). Dia bernama The Siong Ki, murid tunggal
pendekar besar itu. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, The Siong Ki adalah putera
mendiang The Ci Kok, seorang anggota Hek houw
pang yang ikut te was ketika perkumpulan itu
diserbu oleh kaki tangan Pangeran Cian Bu Ong,
yang menganggap He k-houw-pang sebagai musuh,
karena perkumpulan itu membantu kerajaan baru
Tang. The Siong Ki kemudian pergi mencari Huangho Sin-liong Si Han Beng yang tinggal di dusun
Hong-cun tepi sungai Huang-ho dan menjadi murid
pendekar bes ar ini. Seperti kita ketahui, Si Han Beng dan is terinya,
Bu Giok Cu yang dalam hal ilmu kepandaiannya
sedikit di bawah tingkat suaminya, memiliki
seorang anak saja, yaitu Si Hong Lan. Akan te tapi
dalam usia dua tahun, anak mereka itu diculik dan
dilarikan oleh Kwa Bi Lan, janda mendiang Sintiauw Liu Bhok Ki dengan ancaman bahwa kalau
suami isteri itu mencari anak mereka, anak itu
akan dibunuhnya. Semenjak kehilangan anak mereka itulah, Si
Han Beng dan is terinya mencurahkan perhatian
mereka kepada The Siong Ki. Anak laki-laki yang
menjadi murid mereka ini memang seorang yang
pandai membawa diri, rajin dan taat sehingga
mereka menyayanginya. Bahkan kalau tadinya Bu
Giok Cu tidak mau mengajar silat kepadanya,
hanya Si Han Beng yang mengajarnya, karena
suami isteri itu tidak ingin murid ini kelak lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai daripada anak mereka, s etelah Si Hong Lan
diculik orang, maka Bu Giok Cu akhirnya juga
menurunkan beberapa ilmu pukulan yang khas
kepada murid suaminya itu. Hanya saja, mentaati
perintah gurunya pada saat dia diangkat murid,
Siong Ki sampai sekarang tidak berani menyebut
subo (ibu guru) kepada Bu Giok Cu, melainkan
menyebutnya bibi. Sebutan kepada suami iste ri itu
bukan suhu dan subo melainkan suhu dan bibi.
Siong Ki memang pandai membawa diri. Selalu
sopan, halus dan bukan saja dalam ilmu silat,
bahkan ketika diajar ilmu kesusasteraan, diapun
rajin dan berbakat sekali. Karena sikapnya yang
selalu baik itulah maka dua orang gurunya
semakin sayang kepadanya, dan diam-diam menaruh harapan agar kelak murid mereka itu
yang akan mampu mempertemukan mereka dengan anak mereka kembali.
Pagi hari itu, suami isteri pendekar itu
memanggil murid mereka menghadap dan mereka
menyatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Siong
Ki untuk te rjun ke dalam dunia ramai dan
memanfaatkan semua ilmu yang pernah dipelajarinya dari kedua orang suami isteri itu.
Setelah mendengar pernyataan
kedua orang gurunya itu, Siong Ki sambil berlutut menyatakan
te rima kasihnya dengan kata-kata seperti tadi.
Mendengar ucapan murid mereka, suami isteri itu
saling pandang dan wajah mereka berseri. Pemuda
itu memang pandai menyenangkan hati mereka,
selalu bersikap sopan penurut dan juga halus
tutur sapanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki, antara guru dan murid tidak a da yang
dinamakan hutang budi. Sudah menjadi kewajibanku sebagai gurumu untu k mendidikmu
sebaik mungkin, dan sudah menjadi kewajibanmu
sebagai muridku untuk mentaati semua petunjuk
dan pesanku. Ingat, kami mengajarkan ilmu silat
kepadamu bukan dengan maksud agar engkau
menjadi kuat untuk membalas dendam. Apa yang
te rjadi menimpa keluarga He k-houw-pang adalah
akibat dari adanya perang saudara, te rgantinya
dinasti Kerajaan Sui menjadi Kerajaan Tang."
"Teecu mengerti, suhu. Sudah sering suhu dan
bibi menasihatkan teecu agar tidak memikirkan
lagi tentang akibat perang saudara yang mendatangkan malapetaka kepada keluarga He k
houw pang. Teecu tidak mendendam kepada
siapapun, akan tetapi bagaimana teecu dapat
mendiamkan saja kalau mendengar seorang tokoh
Siauw-lim-pai yang merupakan aliran persilatan
paling besar dan te rkenal mempunyai tokoh-tokoh
pendekar perkasa dan budiman, melakukan perbuatan jahat, membantu pemberontak menyerbu Hek-houw-pang dan menyebar maut
kepada orang-orang yang tidak berdosa?"
Suami isteri itu saling pandang. Mereka teringat
akan cerita murid mereka ketika pertama kali
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang kepada mereka. Anak itu menceritakan
te ntang malapetaka yang menimpa keluarga He khouw-pang, dan menceritakan pula pendengarannya bahwa yang melakukan penyerbuan dan pembunuhan di dusun Ta-buncung itu, antara lain adalah pendekar Siauw-limpai yang bernama Lie Koan Tek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki, ketahuilah bahwa engkau harus dapat
membedakan antara orang yang sengaja berbuat
jahat dan melakukan pembunuhan karena demi
kepentingan pribadinya, seperti para perampok,
penindas dan sebagainya yang memang merupakan orang-orang jahat, dan orang yang
te rpaksa melakukah perte mpuran dan mungkin
pembunuhan yang te rjadi dalam perang. Kami
mengenal siapa pendekar Lie Koan Tek itu. Dia
seorang pendekar besar, dan kami tidak pernah
mendengar dia melakukan kejahatan, bahkan
selalu menentang kejahatan. Kalau dia sampai ikut
menyerbu dan mungkin saja membunuh ayahmu
yang melakukan perlawanan, hal itu terjadi dalam
perte mpuran yang te rkendali oleh pemberontakan,
oleh perang, bukan karena urusan pribadi. Kalau
dendam berlarut-larut dibiarkan merajalela dan
menguasai hati manusia, mungkin sekarang ini
tidak ada orang yang tidak mendendam kepada
orang atau bangsa lain. Dalam perang, sejak
dahulu, entah berapa juta orang yang tewas. Kalau
semua keturunan mereka mendendam, betapa
dunia ini akan penuh dengan dendam."
"Suhu, apakah kalau begitu membunuh banyak
orang dalam perang tidak merupakan dosa" Teecu
seringkali merasa heran mengapa kalau di waktu
perang, seseorang membunuhi banyak sekali orang
yang tidak dikenalnya sama sekali, yang tidak
mempunyai urusan pribadi dengan dia, orang itu
bahkan dipuji sebagai pahlawan yang gagah
perkasa. Sebaliknya di luar perang, kalau ada
orang membunuh orang lain, biar dengan alasan
yang kuat sekalipun, karena urusan pribadi, orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dikutuk, ditangkap dan dijatuhi hukuman"
Berbedakah membunuh dalam perang dengan
membunuh di luar perang?"
Si Han Beng te rsenyum dan menganggukangguk, ia sendiri dahulu sudah sering memikirkan hal ini dan berbincang dengan banyak
orang cerdik pandai dan bijaksana mengenai
perang. "Pembunuhan adalah tetap pembunuhan, dalam
bentuk apapun dan dalam keadaan apapun, Siong
Ki. Perang antar golongan, antar bangsa hanya
merupakan pembesaran, perluasan dan perkembangan daripada perang dalam diri pribadi
dan antar manusia. Urusan pribadi berkembang
menjadi urusan golongan, urusan antar bangsa
dan selanjutnya. Manusia dikuasai nafsu dan
nafsu dengan liciknya, dengan berbagai tipu
muslihat, membuat manusia mengejar tujuan
dengan menghalalkan segala cara. Perang merupakan suatu cara untuk mencapai sesuatu.
Ada yang berperang untuk meluaskan daerah
kekuasaan, perang untuk memaksakan kehe ndak
demi keuntungan negaranya, perang untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri,
perang untuk membela diri dari serangan musuh,
dan masih banyak lagi. Namun, semua alasan itu
mengakibatkan malapetaka yang amat menyedihkan, yaitu membuat manusia menjadi
buas, saling bunuh. Dalam perang, seorang
perajurit hanya mengenal dua hal, dibunuh atau
membunuh. Tentu saja setiap orang tidak ingin
dibunuh, walaupun untuk itu harus membunuh!
Dan itu sudah menjadi tugas seorang perajurit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau seorang yang berpihak pada suatu golongan
atau pemerintahan. Nah, jelas sekali perbedaan
sifatnya dari pembunuhan karena urusan pribadi,
bukan" Pembunuhan dalam perang melibatkan
seluruh pemerintahan dan negara, maka tidak ada
hukumannya. Kalau si pembunuh dihukum, te ntu
pemerintahnya yang dihukum, karena pemerintah
yang menyuruh dia berperang dan membunuh,
padahal yang membuat dan melaksanakan hukum
adalah pemerintah sendiri. Sedangkan membunuh
di luar perang, berarti karena urusan pribadi dan
melanggar hukum pemerintah."
Siong Ki mengangguk-angguk mengerti. "Harap
suhu dan bibi jangan khawatir. Teecu tidak
mendendam kepada Lie Koan Tek, melainkan
hanya penas aran mengapa seorang pendekar
diperalat oleh pemberontak. Teecu akan melakukan penyelidikan. Kalau memang benar dia
bukan orang jahat, dan seorang pendekar, tentu
teecu tidak akan mengganggunya. Akan te tapi
kalau dia penjahat, sudah menjadi kewajiban teecu
untuk membasminya." Si Han Beng tersenyum. "Bukan hanya Lie Koan
Tek seorang yang harus kaute ntang, melainkan
semua bentuk kejahatan. Akan tetapi jangan
mencari musuh, jangan te rlalu usil. Tidak mungkin
engkau seorang diri hendak membasmi semua
kejahatan, karena di dunia ini, jauh lebih banyak
te rdapat orang jahat dari pada yang baik.
Kejahatan memang sudah menjadi sebagian dari
keadaan manusia. Engkau sudah banyak mendengar tentang itu dari kami, Siong Ki. Mudahmudahan saja engkau akan menjadi seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar yang tidak akan memalukan kami
sebagai gurumu." "Teecu akan selalu mengingat semua petunjuk
dan nasehat suhu dan bibi," kata Siong Ki.
"Siong Ki, ada satu hal yang kami ingin engkau
melakukannya untuk kami," kata Bu Giok Cu tibatiba. Siong Ki mengangkat muka memandang wajah
isteri suhunya itu. Wajahnya berseri dan pandang
matanya penuh s emangat. Dia akan merasa girang
sekali kalau dapat melakukan sesuatu untuk guru
dan bibinya. "Teecu akan melakukan segalanya untuk suhu
dan bibi, biarpun untu k itu te ecu harus
mempertaruhkan nyawa teecu!"
"Kami ingin engkau mencari dan menemukan
kembali adikmu Lan Lan!" kata wanita itu dan
pandang matanya berubah menjadi sayu.
"Bibi, hal itu tidak pernah te ecu lupakan! Sejak
sumoi (adik seperguruan) Hong Lan diculik, teecu
selalu ingat kepadanya dan sebetulnya, sejak dulu
teecu sudah mempunyai te kad untuk mencarinya
sampai dapat dan mengajaknya kembali kepada
suhu dan bibi!" suara pemuda itu penuh semangat,
sehingga menggembirakan hati suami isteri itu.
"Teecu tidak akan pernah melupakan wanita
penculik bernama Kwa Bi Lan itu!"
"Siong Ki, engkau hanya kami tugaskan mencari
Lan Lan, bukan untuk memusuhi Kwa Bi Lan.
Ingat, engkau tidak boleh memusuhinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, suhu. Akan tetapi sikap suhu dan bibi
sungguh amat aneh. Sudah je las bahwa Kwa Bi
Lan mendatangkan kedukaan dalam kehidupan
suhu berdua. Ia sudah menculik adik Lan Lan
sejak ia berusia dua tahun sampai sekarang. Akan
tetapi, suhu dan bibi yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi tidak pernah melakukan pengejaran dan pencarian, dan sekarang, setelah
teecu hendak mencarinya, suhu memesan agar
teecu tidak memusuhi penculik itu. Bukankah ia
sudah melakukan hal yang amat jahat, suhu?"
"Hemm, engkau tidak tahu, Siong Ki. Kwa Bi Lan
itu adalah murid Siaw-lim-pai pula, dan ia adalah
isteri guruku yang pertama. Ia masih keponakan
dari pendekar Siauw-lim-pai Lie Koan Tek yang kau
sebut-sebut tadi. Ia seorang pendekar wanita yang
gagah perkasa, sama sekali bukan penjahat. Kalau
ia membawa pergi Lan Lan, hal itu ia lakukan
bukan karena ia jahat, melainkan persoalan
pribadi antara ia dan aku yang tidak perlu
diketahui orang lain. Nah, sekarang berjanjilah
bahwa engkau akan mencari Lan Lan sampai dapat
kaute mukan, kemudian mengusahakan agar ia
dapat kauajak pulang, tanpa mengganggu dan
memusuhi Kwa Bi Lan."
Siong Ki menundukkan mukanya. "Baiklah,
suhu dan bibi, teecu berjanji akan menemukan
sumoi Hong Lan dan mengajaknya pulang tanpa
memusuhi Kwa Bi Lan. Sebelum itu, teecu hendak
berkunjung dulu ke Ta-bun-cung. mengunjungi
keluarga He k-houw-pang dan bersembahyang di
makam ibu dan ayah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me mang seharusnya begitu," kata Si Han Beng.
"Engkaupun harus tahu bahwa He k-houw-pang
adalah perkumpulan orang gagah. Ole h karena itu,
mengingat bahwa mendiang ayahmu adalah murid
dan tokoh He k-houw-pang pula, maka sudah
sepantasnya kalau e ngkaupun ikut membantu dan
mendorong kemajuan He k-houw-pang agar nama
keluarga Hek-houw-pang terangkat."
"Siong Ki, kau bawalah pedangku Seng-kangkiam (Pedang Baja Bintang) ini. Pedangku ini
sudah membuat banyak jas a ketika aku masih
merantau di dunia kang-ouw. Bawalah pedangku
ini untuk membantumu mencari Lan Lan sampai
dapat dan kelak kembalikan pedang ini kepadaku
bersama Lan Lan," kata Bu Giok Cu sambil
menyerahkan sebatang pedang dengan sarung dan
gagang yang terukir indah.
Siong Ki terkejut dan girang. Tentu saja dia
mengenal pedang isteri gurunya itu. Sebatang
pedang pusaka yang amat ampuh walaupun
pedang itu tidak tajam. Pedang itu tumpul karena
sukar untuk menajamkan baja yang berasal dari
bintang itu. Namun, segala macam senjata dari
logam apapun tidak ada yang mampu menandingi
baja bintang itu dalam hal kekuatannya. Dia
menerima pedang itu dengan sikap menghormat.
Kemudian, setelah menerima banyak nasehat
dari Si Han Beng dan Bu Giok Cu, membawa pula
bekal uang dan pakaian dalam buntalan kain
kuning, berangkatlah Siong Ki meninggalkan
dusun Hong-cun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki yang enambelas tahun yang lalu datang
sebagai anak berusia enam tahun yang berpakaian
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
compang-camping, kini meninggalkan dusun itu
sebagai seorang pemuda tinggi te gap dan tampan
gagah, berpakaian sederhana namun rapi, melangkah dengan te gap meninggalkan te mpat di
mana selama belas an tahun dia dibesarkan. Di
sepanjang jalan, setiap orang yang dijumpainya
menyapanya dengan hormat dan dibalas dengan
ramah oleh pemuda itu. Semua penghuni dusun
itu sudah mendengar belaka bahwa pemuda yang
mereka kagumi itu kini meninggalkan dusun
untuk pergi merantau. -ooo0dw0ooo- Dusun Ta-bun-cung kini menjadi dusun yang
besar dan ramai seperti sebuah kota saja. Hal ini
berkat kemajuan yang dicapai He k-houw-pang di
bawah pimpinan Lai Kun. Hek houw-pang telah
mempunyai perusahaan pengawal barang yang
bergerak dari kota-kota yang berdekatan ke
seluruh kota, baik yang berjarak dekat maupun
jauh. Dan berkat adanya surat penghargaan dari
Kaisar, maka boleh dibilang pengawalan mereka
tidak pernah ada yang berani mengganggu. Kini
dusun itu menjadi ramai karena didatangi banyak
pedagang yang hendak mengirim barang melalui
pengawalan He k-houw-pang. Sebagai pangkalan
pengiriman barang, maka dusun itu kini membangun, banyak sudah didirikan rumah
penginapan dan rumah makan, disamping tokoTiraikasih Website http://kangzusi.com/
toko sehingga dusun yang tadinya sunyi itu kini
menjadi sebuah kota. Lai Kun adalah seorang murid He k-houw-pang
yang beruntung. Ketika te rjadi malapetaka menimpa Hek-houw-pang, dia sendiri belum
berkeluarga dan diapun dapat meloloskan diri
tidak menjadi korban serbuan anak buah Pangeran
Cian Bu Ong. Kini, setelah dia diangkat menjadi
ketua He k-houw-pang dan berhasil membuat
perkumpulan itu maju pesat, diapun tidak melupakan keluarga pimpinan He k-houw-pang
yang telah terbasmi pemberontak. Dia membangun
tanah kuburan menjadi indah dan bersih, dan
diapun te rkenal dermawan, siap menolong warga
dusun yang sedang ditimpa kesulitan hidup,
sehingga bukan saja Hek-houw-pang yang te rkenal
maju, juga nama Lai Kun sebagai ketuanya
menjadi harum dan dihormati orang.
Pada suatu sore, di tanah kuburan yang sunyi
itu nampak seorang gadis bersimpuh di depan
sebuah makam. Gadis itu tidak menangis, hanya
duduk bersimpuh seperti dalam samadhi, sampai
le bih dari sejam lamanya. Ia seorang gadis yang
amat cantik, dan tubuhnya diselimuti jubah luar
yang lebar dan panjang, menutupi leher dan kedua
pundaknya, sehingga kedua tangannya tidak
nampak. Hanya wajahnya saja yang nampak, kulit
mukanya putih mulus kemerahan dilatar belakangi
rambut hitam dan jubah yang kebiruan. Sebuah
buntalan dengan kain hijau terletak di dekatnya.
Dari buntalan ini saja mudah diduga bahwa ia
te ntulah bukan penduduk Ta-bun-cung, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendatang dari yang membawa bekal pakaian
dalam buntalan itu. Setelah senja tiba dan matahari sudah condong
jauh ke barat, gadis itu bergerak bangkit dan
berbisik di depan makam itu. "Ayah, te nangkan
dirimu, ayah, aku akan mencari ibu sampai
dapat......" Lalu ia meninggalkan makam, menjinjing buntalan kain hijau dan memasuki
jalan raya yang ramai di dusun Ta-bun-cung itu.
Tak lama kemudian, nampak gadis itu sudah
duduk di dalam sebuah rumah makan besar yang
berada di te pi jalan raya. Lampu-lampu gantung
sudah dinyalakan dan ruangan rumah makan itu
cukup te rang. Juga ruangan itu luas, te rdapat
belasan meja dikelilingi bangku. Namun, hari
masih terlalu sore untuk makan malam dan sudah
te rlalu sore untuk makan siang sehingga tidak
banyak dikunjungi tamu. Hanya ada tiga meja yang
dihadapi tamu, meja pertama adalah meja gadis itu
yang berada di paling ujung sebelah dalam, lalu
meja ke dua dihadapi dua orang laki-laki setengah
tua yang nampaknya adalah pedagang-pedagang
pendatang dari luar kota, sedangkan meja ke tiga
dihadapi empat orang laki-laki muda berusia
antara duapuluh lima sampai tigapuluh tahun.
Mereka berempat itu sudah berada di sana ketika
gadis bermantel biru itu masuk, dan sejak gadis itu
masuk, tingkah empat orang muda itu menjadi
berbeda. Agaknya sudah menjadi sifat atau watak semua
kaum pria di seluruh dunia ini. Setiap kali ada
serombongan pria berkumpul, lalu muncul wanita,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi kalau wanita itu cantik, maka terjadilah
perubahan yang aneh pada rombongan pria itu.
Kalau kita mengamati tanpa melibatkan diri
sebagai orang luar, maka kita akan melihat
perubahan yang aneh dan lucu. Pandang mata,
gerak-gerik, bahkan suara serombongan pria itu
akan berbeda sama sekali dengan ketika tadi
mereka bercakap-cakap se belum ada wanita cantik
yang muncul. Begitu ada wanita muncul, maka
gerak-gerik, pandang mata dan suara mereka itu
menjadi tidak wajar lagi, dibuat-buat atau setidaktidaknya ada suatu lagak te rte ntu yang mungkin
tidak mereka sadari sendiri. Tanpa mereka sengaja,
pandang mata mereka selalu melirik ke arah si
wanita seperti tertarik ole h sembrani, senyum
mereka semakin sering dan suara mereka meninggi
menuntut perhatian. Kalau kita meneliti keadaan
setiap mahkluk jantan, melihat lagak setiap jantan
kalau melihat betina, maka rasa aneh itu akan
le nyap. Agaknya memang begitulah pembawaan
sifat jantan kalau melihat betina. Sebaliknya,
walaupun le bih halus dan tidak kentara, ada
perasaan timbal balik bagi si betina kalau
diperhatikan pria. Sang jantan terdorong untuk
menggoda dan memuji, sang betina condong untuk
ingin digoda dan dipuji, asalkan sifatnya sopan dan
tidak kurang ajar. Bahkan pria yang wataknya alim
sekalipun, tak dapat te rbebas sama sekali dan
biarpun dengan sikap yang alim, dia menentang
gejolak perasaannya sendiri, tetap saja sang mata
ingin melirik dan sang mulut ingin te rsenyum
segagah-gagahnya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empat orang pemuda itu agaknya memiliki
keberanian yang lebih, atau juga memang mereka
itu te rbiasa mengganggu wanita dengan cara yang
tidak sopan. Dan lingkunganpun mempengaruhi
pembawaan setiap pria. Kalau seorang di antara
empat pemuda itu berada di situ s eorang diri saja,
kiranya belum te ntu dia akan berani menganggu,
atau andaikata dia tertarikpun tentu akan
membatasi diri dengan kerling dan senyun
memikat saja. Akan te tapi, sekali seorang pemuda
berkumpul dengan kawan-kawannya, keberaniannya akan meningkat berlipat ganda.
Semakin banyak jumlah kawan, s emakin beranilah
dan agaknya keberanian mereka digabungkan dan
dipergunakan oleh mereka!
"Aduh, bukan main cantiknya!"
"Hemmn, kulit mukanya begitu putih, halus
mulus, apalagi bagian badan yang lain!"
"Kalau aku, yang paling hebat adalah matanya.
Seperti sepasang bintang kejora!"
"Tidak, hidungnya le bih hebat. Lihat, kecil
mancung dan lucu!" "Salah semua. Lihat bibirnya! Merah segar tanpa
gincu. Betapa nikmatnya kalau diciumi."
Bermacam-macam ucapan empat orang pemuda
itu. Jelas ditujukan kepada gadis itu karena secara
te rang-terangan dan menantang mereka memandang ke arah gadis itu. Sikap dan tingkah
laku mereka, ucapan mereka, sempat membuat
dua orang tamu setengah tua yang duduk di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu geleng-geleng kepala, akan tetapi
mereka tidak berani mencampuri.
Tentu saja gadis itu tahu akan itu semua. Akan
tetapi sikapnya dingin saja, acuh dan seola'h-olah
tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu.
Bahkan pandang matanya biasa saja, tetap tenang
ketika pelayan menghampirinya untuk menerima
pesanan makanan. Iapun hanya memesan nasi dan
dua macam sayuran, tidak memesan
arak melainkan minuman ringan dari buah. Setelah
pelayan menerima pesanan dan pergi, iapun duduk
diam seperti melamun, kedua tangan te tap
bersembunyi di dalam jubah luar dan buntalan
kain hijau itu kini terletak di atas meja.
Kalau hanya ada seorang saja di antara para
pemuda itu yang berakal sehat, tentu sikap diam
dari gadis itu membuat mereka mundur. Seorang
laki-laki yang sendirian, kalaupun berani mengganggu wanita, kalau didiamkan saja dan
tidak ditanggapi, diapun akan mundur. Akan
tetapi, empat orang pemuda itu agaknya malah
semakin penasaran. Mereka adalah pemudapemuda yang ganteng dan kaya, biasanya hampir
tidak pernah ada wanita yang tidak merasa bangga
kalau mereka puji dan dekati. Akan tetapi gadis
yang satu ini demikian dingin dan menganggap
mereka seperti empat ekor lalat saja!
Sikap ini sungguh membuat mereka penas aran
sekali. Kalau gadis itu memperlihatkan sikap
marah atau malu, atau memaki mereka dengan
kata-kata, dengan pandang mata melotot, dengan
cemberut, hal itu sudah akan memuaskan hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, merupakan hasil kenakalan mereka. Akan
tetapi didiamkan saja seperti itu, dilirikpun tidak,
membuat mereka merasa diri kecil tak berarti.
"Hai, jangan-jangan si cantik ini tuli!"
"Atau mungkin juga gagu."
"Aduh sayang sekali kalau begitu. Cantik-cantik
gagu dan tuli." "Aih, gagu dan tuli juga tidak apa-apa, malah
asyik tidak usah banyak bicara."
Mereka mengganggu te rus dan sama sekali tidak
diperdulikan gadis itu sampai makanan yang
dipesan gadis itu tiba. Pelayan menaruh semua
pesanan ke atas meja dan mempersilakan gadis itu
makan dengan sikap sopan seperti biasa, karena
semua pelayan di situ diharuskan bersikap sopan
kepada semua langganan dengan ancaman dipecat
kalau berlaku tidak patut.
Gadis itu mengangguk, dan tanpa memperdulikan empat orang pemuda yang te rus
menggodanya dengan pandang mata dan katakata, ia mengeluarkan kedua le ngannya dari balik
jubah untuk mulai makan. Empat orang pemuda itu te rbelalak ketika
melihat betapa lengan kiri gadis cantik itu buntung
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebatas pergelangan. Lengan kiri itu tidak
mempunyai tangan dan ujung le ngan itu dibalut
kain putih yang bersih, nampak tersembul sedikit
dari le ngan baju! "Wah, tangannya buntung!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh sayang........begitu cantik manis tangan
kirinya buntung!" "Wah, kalau ia tuli, gagu dan buntung, cacatnya
te rlalu banyak!" "Aihhh, ia tetap cantik manis, dan dengan satu
tanganpun ia akan dapat membelaiku!"
Gadis itu memang buntung tangan kirinya, ia
adalah Kam Cin atau Cin Cin, gadis murid Tunghai Mo-li Bhok Sui Lan. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, gadis ini mendapat tugas dari
gurunya untuk mencari dan membunuh Cian Bu
Ong. Ia memang telah dapat menemukan musuh
besar gurunya itu, namun ia gagal membunuh
Cian Bu Ong, bahkan ia dikalahkan. Ketika Thian
Ki mencampuri, ia menyerang Thian Ki dan
mencengkeram pundak Thian Ki dengan tangan
kirinya. Ternyata cengkeraraman ini bahkan membuat tangan kirinya keracunan hebat dan
Thian Ki lalu membabat putus tangannya itu. Rasa
nyeri di le ngannya tidaklah sehebat rasa nyeri di
hatinya. Ia dikalahkan Cian Bu Ong, dikalahkan
Thian Ki bahkan kehilangan tangan kiri yang
menjadi buntung. Sakit sekali rasa hatinya dan ia
merasa malu untuk pulang menemui gurunya,
malu untuk menceritakan kekalahannya. Tidak, ia
tidak akan merengek kepada gurunya.
Dia harus membuat persiapan sendiri, untuk
menuntut balas, sekali ini bukan hanya untuk
menuntut dendam gurunya, melainkan dirinya
sendiri pula. Ia akan menantang Cian Bu Ong
sebagai wakil gurunya, dan akan menantang Thian
Ki untuk diri sendiri. Demikianlah, dengan le ngan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntung dan hati terluka, gadis itu pergi ke dusun
Ta-bun-cung, bukan hanya untuk bersembahyang
di depan kuburan ayahnya, a kan tetapi juga untuk
mendengar tentang ibunya, untuk berkunjung
kepada semua warga Hek-houw-pang dan terutama
sekali untuk pergi mencari keterangan tentang
paman gurunya, Lai Kun. Ia masih.mempunyai
perhitungan besar dengan paman gurunya yang
pernah menipunya dan menjualnya kepada rumah
pelacuran di kota Ji-goan itu! Inilah sebabnya
mengapa pada sore hari ini Cin Cin muncul di
tanah kuburan dusun Ta-bun-cung, kemudian
makan di rumah makan itu sebelum berkunjung
ke Hek-houw-pang. Ia merasa kagum dan te rheran-heran melihat dusunnya yang dulu sepi
itu kini menjadi sebuah kota yang ramai.
Tadi ketika menghadapi empat orang pemuda
yang menggodanya, ia tidak perduli dan diam saja.
Akan te tapi, kini mereka menyinggung te ntang
buntungnya tangan kirinya! Mereka telah menyentuh kehormatan dirinya! Cin Cin meletakkan sumpitnya dan menoleh ke arah kiri,
ke arah meja dimana empat orang pemuda itu
masih tertawa-tawa memandang dan menggodanya. Melihat gadis cantik itu menoleh dan memandang kepada mereka, empat orang itu
semakin gembira dan memberi tanda dengan
kedipan mata ke arah Cin Cin, lagak mereka
kurang ajar sekali. "Kalian jahanam-jahanam kecil! Pergilah dan
jangan menggangguku atau te rpaksa aku akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghajar kalian!" kata Cin Cin dengan suara
dingin dan sikap tenang, namun sepasang matanya
mencorong. Dimaki dengan suara keras oleh gadis buntung
itu, tentu saja empat orang pemuda itu menjadi
marah. Dua orang tamu dan juga para pelayan
mendengar betapa mereka dimaki, dan hal ini
sungguh merendahkan nama mereka.
Si hidung bengkok yang agaknya menjadi
pimpinan mereka, segera bangkit berdiri dan
menyeringai. "Heh-heh, nona buntung tapi manis.
Jangan bicara sembarangan. Kami adalah para
anggota He k-houw-pang yang te rkenal di seluruh
penjuru dunia. Kami bahkan musuh para jahanam
yang jahat!" Pemuda ke dua yang berkumis tipis menyeringai
pula. "Nona manis, kami hanya ingin bersahabat
denganmu. Mari kita bersenang-senang, nona.
Kami akan menyuguhkan makanan enak dan
engkau akan minta apa saja, tentu kami penuhi
asal engkau bersikap manis kepada kami, ha-haha! Tiga orang te mannya juga te rtawa karena
mereka semua sudah setengah mabok.
Mendengar bahwa mereka anak buah Hek-houwpang, Cin Cin menjadi semakin marah. "Empat
orang bajingan kecil macam kalian ini mengaku
anggota He k-houw-pang" Kalian tidak pantas
menjadi murid Hek-houw-pang, pantasnya menjadi
anggota gerombolan penjahat kecil! Pergilah sebelum habis kesabaranku!"
Empat orang itupun menjadi marah karena
malu. Mendengar makian yang dilontarkan gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu kepada mereka. Mereka segera bangkit dan
menghampiri meja Cin Cin, mengurung meja itu
dengan mulut menyeringai dan bau arak. Si hidung
bengkok berkata sambil mendekatkan mukanya
pada wajah gadis itu. "Engkau berani menghina kami murid-murid
He k-houw-pang! Kalau engkau tidak minta maaf
dan memberi ciuman kepada kami masing-masing
satu kali, engkau tidak bole h pergi dari tempat ini!"
"Jahanam, sudah kuperingatkan kalian!" Cin Cin
membentak dan tanpa bangkit berdiri, tangannya
yang kanan bergerak dan tu buhnya dicondongkan
ke arah mereka. Cepat sekali tangan itu bergerak
empat kali dan terdengar suara tamparan keras
yang membuat empat orang itu te rpelanting
dengan pipi membengkak merah!
Tentu saja mereka menjadi semakin marah dan
penas aran. Mereka adalah jagoan-jagoan Hekhouw- pang, dan begitu mudahnya mereka kena
ditampar sampai te rpelanting. Mereka berempat
adalah anggota-anggota baru dari He k-houw-pang,
maka tidak saling mengenal dengan Cin Cin,
apalagi karena Cin Cin baru berusia lima tahun
ketika meninggalkan dusun itu. Dengan marah
sekali mereka mencabut sebatang pis au belati yang
selalu te rselip di pinggang mereka. Melihat ini,
pengurus rumah makan segera menghampiri dan
memberi hormat. "Harap saudara sekalian jangan membikin ribut
di rumah makan kami dan suka memaafkan nona
ini. Atau kalau hendak berkelahi, harap keluar dari
sini......" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau bilang" Engkau hendak mencampuri
dan membela perempuan jahat ini" Ia tentu
seorang penjahat yang sengaja hendak mengacau
di sini. Kami harus menangkapnya dan menyeretnya ke Hek-houw-pang untuk diperiksa
oleh pimpinan kami!" bentak si hidung bengkok.
Kemudian dia memandang kepada Cin Cin dan
membentak marah. "Bocah sombong, cepat engkau
menyerah untuk kami tangkap sebelum kami
te rpaksa mempergunakan senjata dan melukaimu!"
"Kita buntungi saja tangan kanannya agar ia
tidak suka menampari orang lagi!" kata orang ke
dua, disambut geraman setuju oleh yang lain.
Mereka mendesak maju dengan sikap mengancam
dan muka beringas. Pengurus rumah makan
menjadi ketakutan dan diapun mundur, berkelompok dengan pelayan yang memandang
dengan hati tegang dan takut kalau-kalau gadis
tamu itu akan kehilang tangan yang tinggal satu
itu. Cin Cin bangkit berdiri. Nampak tubuh yang
langsing dan kini baru pertama kalinya mulutnya
te rsenyum, senyum sinis sekali. Bangkit semangatnya yang tadinya hampir padam karena
kegagalannya membalas dendam, bahkan ia
kehilangan kirinya dan kini bangkit kegembiraannya hendak memberi hajaran kepada
empat orang tak tahu diri ini.
"Bagus, kalau kalian ingin merasakan bagaimana kalau kehilangan sebelah tangan,
majulah!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditantang demikian, empat orang itu marah dan
merekapun menyerang dengan pisau mereka.
Nampak empat sinar berkilauan ketika empat
orang pemuda itu menggerakkan pisau. Mereka
seperti hendak berebut dulu untuk membuntungi
tangan kanan gadis yang telah menghina mereka di
te mpat umum. Bayangan Cin Cin berkelebatan di antara
sambaran empat batang pisau dan tiba-tiba saja ia
berhasil merampas sebatang pisau, kemudian
dengan gerakan yang luar biasa cepatnya, pisaunya menyambar-nyambar tanpa dapat ditangkis atau dielakkan empat orang pemuda itu.
Mereka berteriak keras satu demi satu dan
te rhuyung ke belakang, tangan kanan memegangi
le ngan kiri yang telah buntung pada pergelangan
tangan itu! Darah bercucuran dan empat buah
tangan menggeletak di atas lantai! Empat orang itu
mengaduh-aduh dan mereka yang melihat peristiwa itu merasa ngeri. Ternyata dalam waktu
yang amat singkat, gadis itu telah membuntungi
tangan kiri empat orang pemuda itu.
"Nah, tidak cepat pergi" Apakah kalian minta
dibuntungi le her kalian?" bentak Cin Cin sambil
melempar pisau rampasannya ke atas meja dan
menancap sampai ke gagangnya di meja bekas
meja mereka itu.
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Empat orang pemuda itu kini menjadi ketakutan
dan kesakitan. Baru sekarang mereka menyadari
bahwa mereka berhadapan dengan gadis buntung
yang memiliki ilmu kepandaian he bat bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka telah kehilangan tangan kiri dan tentu
saja mereka menjadi berduka dan marah sekali.
Mereka lalu lari keluar untuk melapor kepada
pimpinan mereka agar membalaskan dendam
mereka kepada gadis itu. Cin Cin berseru."Heei,
jangan lupa bawa tangan kalian yang kotor ini!" Ia
menendang empat kali dan empat buah tangan itu
melayang keluar ke arah empat orang pemuda
yang berlari keluar. Bahkan dua tangan di
antaranya te pat mengenai kepala dua orang
pemuda. Mereka cepat memungut empat buah
tangan itu, tidak tahu tangan siapa yang mereka
pungut, lalu melarikan diri tanpa berani menoleh
lagi. "Heei, pelayan! Bersihkan lantai itu!" kata Cin
Cin kepada para pelayan dan ketika para pelayan
membersihkan lantai dari darah, gadis itupun
melanjutkan makan minum dengan sikap te nang,
seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di tempat
itu. Ia bahkan mengeluarkan sebuah benda kering
menghitam dari saku jubahnya, memandang benda
itu dan te rsenyum mengangguk-angguk. "Jangan
khawatir, akan banyak te manmu. Setiap orang
yang berani kurang ajar kepadaku, akan kubuntungi tangan kirinya agar engkau tidak
merasa kesepian lagi." Setelah berkata demikian,
Cin Cin mengantungi kembali benda itu, yang
te rnyata adalah tangan yang sudah kering
menghitam. Tangan kirinya! Kini ia makan minum
dengan wajah berseri sehingga nampak semakin
cantik. Agaknya peris tiwa tadi membuat Cin Cin
lupa akan keadaan tangan kirinya yang buntung,
seperti seorang yang tadinya merasa sengsara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena kehilangan suatu benda yang amat disayangnya, kini menjadi terhibur melihat banyak
orang kehilangan seperti dirinya.
Dua orang setengah tua yang tadi juga makan di
situ, masih duduk te rtegun menghadapi meja
mereka. Mereka telah menyaksikan peristiwa
hebat.! Karena tegang sekali, mereka tadi seperti
te rpukau tak mampu meninggalkan meja mereka,
seperti dipaksa untuk menjadi penonton. Juga
pengurus rumah makan dan tujuh orang pelayannya. Mereka tadi juga berkelompok dan
menyaksikan dengan je las apa yang te lah terjadi.
Ada pula beberapa orang yang berada di depan
rumah makan menjadi penonton, yaitu beberapa
orang yang tadinya hendak makan dan tidak jadi
masuk melihat keributan di dalam, dan beberapa
orang lagi yang kebetulan le wat dan te rtarik oleh
keributan itu. Setelah empat orang pemuda itu pergi membawa
tangan buntung mereka, para penonton itu
berbisik-bisik membicarakan peristiwa hebat itu.
Mereka semua merasa heran, kagum dan juga
khawatir. Tentu ada ekornya peris tiwa hebat itu
dan mereka semua enggan meninggalkan te mpat
itu, ingin sekali melihat apa yang akan te rjadi
selanjutnya sebagai akibat dari perkelahian tadi.
Cin Cin yang tidak perduli dan te nang seperti
tak pernah te rjadi sesuatu, telah selesai makan
dan ia menengok, lalu memberi isyarat memanggil
pelayan. Segera pengurus rumah makan sendiri
yang datang dite mani seorang pelayan. Pengurus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah makan itu te rbongkok-bongkok dengan
sikap hormat dan takut-takut.
"Berapa yang harus kubayar?" tanya Cin Cin
sambil lalu, tidak memperdulikan sikap kedua
orang itu yang terlalu menghormat.
Pengurus rumah makan itu tersenyum dan
membungkuk-bungkuk, menggerakkan tangan menolak. "Tidak usah, nona. Tidak perlu nona
membayar.." Cin Cin mengerutkan alisnya. "Aku sudah
makan dan minum, dan harus kubayar. Apa kau
kira aku tidak mempunyai uang dan tidak mampu
membayar?" Pengurus rumah makan itu te rkejut dan
wajahnya yang tadinya merah itu berubah pucat
dan ia cepat menggerakkan tangan menyangkal.
"Tidak...tidak sama sekali, nona. Saya yakin bahwa
nona mampu membayar, akan te tapi......Kami
senang sekali nona sudi makan minum di sini.
Kami merasa terhormat dan tidak usah nona
membayar harga makanan yang tidak berapa
banyak itu." Sepasang mata itu berkilat. "Aku tidak pernah
mengemis makanan. Hayo katakan berapa aku
harus membayar, atau aku dapat menjadi marah!"
Ge metar kedua lutut pengurus rumah makan itu
dan cepat-cepat dia menyebutkan jumlah yang
menjadi harga makanan. Sambil te rsenyum Cin
Cin mengeluarkan uang sejumlah itu dan membayarnya. Ketika ia he ndak keluar dari tempat
itu, menyambar buntalan hijaunya dan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjinjingnya dengan memasukkan le ngan kiri
yang buntung ke dalam ikatan buntalan yang
longgar. Akan te tapi, baru saja ia melangkah dua
tindak, tiba-tiba ia berhenti karena dari luar
muncul seorang laki-laki berusia limapuluhan
tahun diikuti empat orang pemuda yang ia
buntungi tangan kirinya tadi. Lengan buntung para
pemuda itu kini te lah dibalut dan biarpun wajah
mereka masih pucat, namun agaknya mereka telah
diobati dan tidak terlalu menderita lagi.
Cin Cin mengangkat muka memandang laki-laki
itu. Ia segera mengenalnya. Pria itu adalah seorang
sute (adik seperguruan) dari mendiang ayahnya.
Ayahnya, mendiang Kam Seng Hin, dahulu adalah
ketua He k-houw-pang, dibantu banyak saudara
seperguruan. Ketika terjadi penyerbuan musuh
yang menewaskan banyak murid He k-houw-pang
agaknya Thio Pa ini tidak ikut te was. Biar usianya
sudah kurang le bih limapuluh tahun, namun Cin
Cin masih mengenal wajahnya. Ketika ia pergi
enambelas tahun yang lalu, wajah Thio Pa ini
sudah seperti itu, hanya yang agak berubah warna
rambutnya saja. Dahulu hitam dan kini bercampur
uban. Akan tetapi melihat Thio Pa memandang
kepadanya dengan alis berkerut dan wajah bengis,
mata bersinar-sinar dan sedikitpun tidak nampak
mengenalnya, Cin Cin juga tidak memperlihatkan
tanda bahwa ia mengenal orang itu. Ingin ia
melihat bagaimana sikap Thio Pa, seorang yang
dahulu ia kenal sebagai seorang yang gagah dan
jujur. "I nikah gadis kejam itu?" te rdengar dia bertanya
kepada empat orang pemuda tadi, tanpa menoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pandang matanya mengamati Cin Cin
penuh perhatian, seolah merasa heran sekali
bagaimana seorang gadis seperti ini mampu
membuntungi tangan empat orang pemuda anggota Hek-houw-pang tadi.
"Benar, suhu.! Inilah iblis betina itu!" serempak
empat orang pemuda itu berseru.
Thio Pa melangkah maju menghampiri Cin Cin
yang berdiri dengan sikap te nang. Mereka kini
berhadapan dalam jarak dua meter. "Nona, engkau
masih begini muda, akan te tapi mengapa begitu
kejam" Engkau membuntungi tangan kiri empat
orang muri dku, membuat mereka cacat seumur
hidup. Kenapa engkau melakukan kekejaman itu,
nona?" Cin Cin tersenyum mengejek, kiranya empat
orang pemuda itu murid paman Thio Pa, pikirnya.
Tentu mereka telah memutar balikkan kenyataan
dalam laporan mereka kepada guru mereka.
"Me ngapa" He mm, mengapa tidak kau tanya
sendiri saja kepada empat orang muridmu yang
baik ini" Tidak kubuntungi le her mereka saja
sudah te rlalu untung bagi mereka. Empat orang
muridmu ini agaknya tidak pernah kau ajar,
mereka amat kurang ajar dan menggangguku!"
Thio Pa menoleh kepada empat orang muridnya
dengan alis berkerut dan suaranya terdengar galak
ketika dia bertanya, "Benarkah itu" Kalian telah
mengganggunya?" "Tidak benar, suhu!" kata si hidung bengkok.
"Teecu berempat hanya ingin belajar kenal, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah-marah dan menyerang kami!" Tiga orang
saudaranya membenarkan ucapan si hidung
bengkok itu. "I a malah menghina Hek-houw-pang, suhu!"
kata murid ke dua. "Suhu, ia tentu tokoh sesat yang ingin membalas
kepada He k-houw-pang dan sengaja mengacau di
sini!" kata yang lain.
"Sudahlah." kata Cin Cin. "Kukatakan bahwa
mereka patut dihajar. Aku sudah membuntungi
tangan mereka sebagai hajaran, habis engkau mau
apa?" ia sengaja menantang untuk melihat apa
yang akan dilakukan Thio Pa.
"Nona, kami dari Hek-houw-pang selamanya
tidak pernah melakukan kejahatan. Kami bahkan
selalu menentang kejahatan! Kalau empat orang
murid kami ini ingin berkenalan dengan nona, hal
ini sudahlah wajar karena mereka adalah orangorang muda dan nona adalah seorang wajah baru
di sini. Andaikata nona tidak senang diajak
berkenalan, nona bole h menolak, akan tetapi
kenapa begitu kejam membuntungi tangan mereka?" "Hem, guru kencing berdiri, murid kencing
berlari! Engkau te ntu saja membela muridmuridmu yang jahat dan tidak sopan. Sudahlah,
kalau engkau hendak membela murid-muridmu
dan ingin dibuntungi tangan kirimu, majulah!"
Namun Thio Pa masih menahan diri. "Nona,
waktu ini ketua kami sedang mengadakan pesta
ulang tahun dan mengundang banyak sahabat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia persilatan. Kami tidak ingin membuat
keributan. Kami hanya ingin mengetahui apa yang
te rjadi dan kalau memang kami bersalah, kami
siap untuk mengakui kesalahan. Karena itu kami
mengharap nona juga bersikap jujur dan bertanggung jawab. Nona mengatakan bahwa
murid-murid kami yang bersalah, akan tetapi
mana bukti dan saksinya" Yang ada, nona telah
membuntungi tangan mereka, itu merupakan bukti
kekejaman nona." "Kami yang menjadi
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saksinya!" tiba-tiba te rdengar seruan dua orang tamu restoran yang
sejak tadi duduk di meja mereka. Kini mereka
bangkit berdiri. Mendengar ini, Thio Pa cepat
menghampiri mereka. "Siapakah ji-wi (anda berdua) dan bagaimana jiwi berani menjadi saksi?"
"Kami adalah pedagang yang kebetulan makan di
sini dan kami tadi melihat semua apa yang te lah
te rjadi. Sebelum nona ini masuk, di sana sudah
duduk empat orang pemuda itu yang minumminum arak sampai setengah mabok. Lalu nona
itu masuk, memesan makanan. Akan tetapi, empat
orang pemuda itu mulai menggoda dan mengganggunya dengan kata-kata yang tidak
sopan dan kurang ajar. Ketika gadis itu menegur,
empat orang pemuda itu lalu menghampiri
mejanya dan semakin kurang ajar. Kami melihat
betapa empat orang pemuda itu ditampar oleh
nona itu. Mereka menjadi semakin marah, masingmasing mencabut pisau dan mengepung nona itu,
lalu menyerang. Nona itu membela diri dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akibatnya, empat orang pemuda itu buntung
tangannya." Mendengar ini, Thio Pa mengerutkan alisnya dan
memutar tubuh memandang kepada empat orang
muridnya. "Benarkah apa yang dikatakan tamu
ini?" "Bohong, suhu! Mereka itu bohong! Mungkin
mereka adalah sekutu iblis betina itu." Empat
orang pemuda itu dengan tegas menyangkal.
Thio Pa kini menengok ke arah sekelompok
pengurus dan pelayan rumah
makan, lalu menggapai ke arah mereka. Biarpun takut-takut,
seorang pengurus dan tujuh orang pelayan itu
menghampiri. "Apakah kalian semua tadi melihat
apa yang telah terjadi di sini?" tanya Thio Pa.
Delapan orang itu mengangguk dan si pengutus
rumah makan mewakili anak buahnya menjawab.
"Kami semua melihat dengan jelas, Thio-enghiong
orang gagah Thio." "Bagus! Nah, kalau begitu ceritakan, benarkah
apa yang dikatakan dua orang pedagang tamu
tadi" Jangan takut kepada siapapun, akan te tapi
bersikaplah jujur dan tidak berpihak."
De ngan suara yang te gas pengurus rumah
makan yang juga merasa tidak senang dengan
sikap empat orang pemuda tadi, menjawab.
"Semua yang diceritakan tadi benar, Thio enghiong.
Kami sendiripun tadi merasa heran mengapa ada
murid He k-houw-pang yang bersikap seperti itu.
Mereka mengganggu dan mereka yang menyerang
nona ini, nona ini hanya membela diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata Thio Pa terbalalak dan mukanya
berubah merah sekali. Dia memutar tubuh
menghadapi empat orang muridnya, merasa malu
dan marah bukan main. "Keparat kalian! Apa yang dapat kalian katakan
sekarang?" bentaknya, suaranya menggelegar saking marahnya. Empat orang pemuda itu yang
kini merasa tidak mungkin dapat menyangkal lagi
menjatuhkan diri berlutut dan si hidung bengkok
mewakili saudara-saudaranya, merengek minta
ampun. "Suhu. ampunkan te ecu berempat.......teecu
berempat.......dalam keadaan mabok dan.."
"Cukup! Mulai saat ini, kalian bukan muridku
lagi. Mulai detik ini kalian bukan anggota He khouw-pang lagi. Kalian dipecat dan harus pergi
meninggalkan Ta-bun-cung! Awas, kalau kalian
memperlihatkan diri di dusun ini, aku sendiri yang
akan membunuh kalian!" Setelah berkata demikian, tubuhnya bergerak, kakinya menendang
empat kali dan tubuh empat orang pemuda itu
te rlempar keluar dari rumah makan itu. Mereka
tidak berani membantah, cepat merangkak pergi
dan selanjutnya membawa barang-barang mereka
keluar dari dusun Ta-bun-cung pada hari itu juga,
tidak berani lagi muncul di sana.
Melihat sepak terjang Thio Pa, diam-diam Cin
Cin merasa girang bukan main. Akan te tapi dengan
te nang ia hanya berdiri memandang tanpa
memperlihatkan perasaan girangnya ketika Thio Pa
menghadapinya dan tokoh Hek-houw-pang itu
memberi hormat kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, semua sudah jelas sekarang. Pihak kami
yang bersalah dan aku mewakili He k-houw-pang
mohon maaf kepada nona atas sikap yang tidak
benar dari bekas murid-murid kami tadi."
Cin Cin menggerakkan tangan kanannya keluar
dari balik jubah. "Sudahlah, aku merasa girang
bahwa He k-houw-pang mempunyai seorang tokoh
sepertimu." Ia lalu melangkah keluar dari te mpat
tu, tanpa memperdulikan lagi kepada Thio Pa yang
juga tidak berani berkata apa-apa lagi karena
orang inipun merasa malu atas sikapnya yang tadi
bengis membela empat orang muridnya yang te lah
menodai nama baik Hek-houw-pang.
Cin Cin lalu pergi mencari kamar di rumah
penginapan. Mendengar bahwa besok Hek-houwpang a kan mengadakan pesta, ia menunda niatnya
untuk berkunjung malam ini. Sebaiknya datang
besok pada saat diadakan pesta agar ia dapat
berte mu dengan seluruh keluarga Hek-houw-pang
dan yang te rpenting, ia akan mencari Lai Kun,
paman gurunya juga yang pernah mengantarnya
ke Hong-cun akan tetapi di tengah perjalanan telah
menjualnya kepada sebuah rumah pelacuran!
He k-houw-pang memang sedang mengadakan
pesta pada keesokan harinya. Rumah perkumpulan yang mempunyai gedung besar dan
megah sebagai hadiah dari pemerintah, dihias dan
sejak pagi para anggota Hek-houw-pang sudah
ramai menyambut datangnya para tamu yang
berbondong-bondong datang dari luar dusun. Para
anggota He k-houw-pang berpakaian gagah, dengan
gambar harimau hitam kecil di dada, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan pakaian seragam resmi dan diharuskan pemakaiannya dalam kesempatan itu.
Namun, di dalam hati, mereka itu mengalami
ketegangan karena berita te ntang empat orang
murid He k-houw-pang yang dalam keadaan mabok
mengganggu seorang gadis pendekar yang berkunjung ke dusun itu sehingga mereka
berempat kehilangan tangan kiri, kemudian betapa
mereka yang kebetulan menjadi murid-murid Thio
Pa, ketika melapor kepada guru mereka, tidak
dibela bahkan dite ndang dan diusir dari Hekhouw-pang. tidak diakui sebagai murid dan
anggota He k-houw-pang, bahkan dilarang untuk
muncul di dusun mereka! Sungguh merupakan
peristiwa yang amat mengejutkan hati mereka,
menyadarkan mereka kembali bahwa bagaimanapun juga, para tokoh He k-houw-pang
masih memegang tata tertib dengan ketat dan
keras. Banyak macam orang berdatangan sebagai
tamu, sebagian besar te ntu saja para tokoh
persilatan, wakil-wakil dari partai persilatan,
perguruan silat, para perusahaan pengiriman
barang yang memiliki jagoan-jagoan. Juga hadir
pula para pejabat dari kota-kota yang berdekatan,
karena para pejabat tahu belaka bahwa Hek-houwpang merupakan perkumpulan yang sudah berjas a
te rhadap pemerintah, sehingga Kaisar sendiri
berkenan memberi hadiah. Juga para pedagang
besar yang menjadi langganan Hek-houw-pang
datang pula untuk mengucapkan selamat hari
ulang tahun dan tentu saja mereka membawa
bingkis an-bingkis an yang berharga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun yang menjadi ketua He k-houw-pang
menyambut para tamu dengan sikap gembira. Dia
yang dulu bertubuh kurus kini le bih tegap,
nampak gagah dengan pakaian rapi dan sikap yang
anggun berwibawa, sikap seorang ketua perkumpulan besar yang disegani kawan ditakuti
lawan. Di atas kursinya yang dihias indah, dia
duduk diapit para saudara seperguruannya te rmasuk Thio Pa, dan keluarga mereka duduk di
belakang mereka. Dibantu para sutenya, Lai Kun
menyambut setiap orang tamu yang datang
memberi hormat dan mengucapkan selamat atas
ulang tahun He k-houw-pang, dan beberapa orang
murid sibuk menerima bingkis an dan ada yang
menuliskannya di atas daftar yang dipersiapkan.
Ketika seorang pemuda berusia duapuluh dua
tahun yang bertubuh tinggi te gap, berwajah
tampan gagah dengan pakaian sederhana, sikap
halus dan sopan, datang memberi hormat kepada
Lai Kun, ketua ini dan para sutenya menyambut
dengan pandang mata penuh perhatian karena
mereka tidak mengenal pemuda ini.
"Lai-susiok...!" Ketika pemuda itu menyebut
ketua He k-houw-pang seperti itu, semua orang
memandang heran. "Sobat muda, siapakah engkau dan mengapa
menyebutku susiok (paman guru)" Ras anya kami
tidak mengenalmu." Lai Kun menoleh kepada.para
sutenya dan merekapun menggeleng kepala,
sebagai tanda bahwa mereka tidak mengenal
pemuda gagah itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tersenyum dan wajahnya nampak
le mbut walaupun senyumnya seperti mengejek.
"Lai-susiok dan para paman lain tidak mengenalku. Tidak aneh karena memang kita telah
saling berpisah selama enambelas tahun. Para
paman yang terhormat, aku adalah The Siong Ki!"
Nama inipun belum membongkar ingatan
mereka dan Siong Ki cepat menambahkan.
"Me ndiang ayah adalah The Ci Kok."
"Ahhh..........!"
Kini semua orang teringat, bahkan beberapa orang pemuda sebaya Siong Ki
berlompatan ke depan dan merangkul Siong Ki
karena mereka kini mengenal pemuda itu sebagai
sahabat bermain sebelum terjadi malapetaka
menimpa keluarga Hek-houw-pang.
Lai Kun sendiri juga te rsenyum girang dan
Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merangkul Siong Ki. "Aih, kiranya engkau pute ra
suheng (kakak seperguruan) The Ci Kok! Tentu
saja kami semua lupa. Engkau yang dahulu masih
kecil kini telah menjadi seorang pemuda dewasa
yang gagah dan tampan!"
Tentu saja hujan pertanyaan menimpa Siong Ki
dari seluruh keluarga pimpinan He k-houw-pang,
akan te tapi karena para tamu masih berdatangan,
mereka tidak leluasa bicara dan akhirnya Lai Kun
mengatakan bahwa Siong Ki dipersilakan duduk
dulu dan nanti saja kalau pesta sudah selesai,
mereka akan bicara saling menceritakan pengalaman. Sebagai anggota keluarga pimpinan He k-houwpang, Siong Ki mendapat kehormatan duduk di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang deretan para pimpinan, yaitu te mpat
duduk keluarga para tokoh He k-houw-pang.
Ketika mengalirnya para tamu sudah mulai
berkurang, tiba-tiba muncul seorang gadis yang
bukan lain adalah Cin Cin! Melihat gadis yang
kedua le ngannya te rtutup jubah le bar itu, Thio Pa
te rkejut dan dia menyentuh lengan Lai Kun sambil
berbisik. "Itulah gadis yang kuceritakan semalam." Lai
Kun dan para tokoh He k-houw-pang yang lain
mendengar bisikan ini dan te ntu saja mereka
memandang penuh perhatian. Gadis yang masih
muda dan cantik ini kemarin sore telah menyebabkan empat orang murid He k-houw-pang
menjadi buntung le ngan kirinya, bahkan dipecat
dari keanggotaan Hek-houw-pang! Kiranya gadis
Pendekar Bunga Merah 5 Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Pendekar Jembel 13
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama