Ceritasilat Novel Online

Naga Beracun 16

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo Bagian 16


menculiknya ketika ia berusia dua tahun! Dunia
seakan kiamat rasanya ketika ia mendengar
ucapan itu. "Lan Lan......kau........bukan
anak kandungku......tanyakan kepada....., Sribaginda.....selamat tinggal ...... "
"Bi Lan........!!"
"I buuuu........!" Hong Lan jatuh pingsan dan
segera ditolong oleh Bu Mei Ling yang memanggil
dayang. Seorang perwira menghadap kaisar dan mengabarkan bahwa is tana Pangeran Li Seng Cun
sudah disergap, pangeran itu beserta semua
anggota keluarganya te lah ditangkap. Akan te tapi
pembunuh yang menjadi kaki tangan Pangeran Li
Seng Cun tidak dapat ditemukan.
"Mas ukkan mereka semua ke dalam penjara,
dan jaga ketat! Kami sendiri yang akan mengadilinya!" kata kaisar dengan lesu karena dia
merasa berduka sekali karena kematian Kwa Bi
Lan. Setelah wanita itu tewas, barulah dia teringat
betapa setianya Kwa Bi Lan, sejak menjadi
pengawal pribadi sampai menjadi selirnya. Betapa
wanita itu tidak pernah menuntut sesuatu, tidak
berusaha menaikkan kedudukann ya, bahkan hidupnya te tap sederhana. Diapun teringat betapa
berbulan-bulan dia seperti melupakan selir ini,
tidak pernah mendekatinya. Dia merasa menyesal
sekali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo- Kaisar duduk seorang diri di dalam kamarnya.
Dia menyuruh pergi semua dayang dan dia te lah
menyuruh Bu Mei Ling datang menghadapnya di
kamarnya. Dia merasa lelah dan pusing. Terlalu
banyak urusan dihadapinya dan kesemuanya tidak
ada yang menyenangkan hatinya. Pertama-tama,
kematian Kwa Bi Lan yang tadi pasti telah
dimakamkan je nazahnya. Lalu dia harus mengadili
adiknya sendiri, Pangeran Li Seng Cun, dan hal ini
baru akan dilakukan besok. Kemudian melihat
keadaan Lan Lan yang selalu mengurung diri
dalam kamar dan menangis, dia tahu bukan hanya
menangis karena ketian Kwa Bi Lan, melainkan
juga menangis karena te rbukanya rahasia dirinya,
bahwa ia bukan pute ri kandung kais ar, juga bukan
anak kandung Kwa Bi Lan! Dan ada lagi urusannya
dengan Bu Mei Ling, dayang yang pernah
digaulinya, selir yang tidak res mi. Ucapan sahabat
yang dipercayanya, yaitu Im Yang Sengcu, tosu ahli
sihir dan peramal itu, tak pernah dilupakannya.
Tosu itu mengatakan bahwa menurut pernitungan
perbintangan. Kerajaan Tang akan te rle pas dari
tangan keturunan keluarga Li, dan jatuh ke tangan
seorang wanita dari keluarga Bu! Hal ini sama
sekali tidak masuk akal. Bagaimana mungkin tahta
kerajaan jatuh ke tangan seorang wanita" Kalau
te rampas oleh marga lain, marga Bu umpamanya,
hal itu masih ada kemungkinan, karena bukankah
sejak ribuan tahun yang lalu, dinasti demi dinasti
bermunculan dan tidak ada keluarga yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memegang tahta kerajaan turun te murun secara
abadi" Akan tetapi seorang wanita" Akan tetapi Im Yang
Seng-cu, tosu sakti itu, merasa yakin karena sudah
mengulanginya melakukan perhitungan bintang.
Bahkan Im Yang Sengcu mengatakan bahwa
wanita itu kini sudah berada di istana!
Tentu saja Kaisar terkejut dan cepat menyelidiki
dan te rnyata, satu-satunya wanita bermarga Bu di
istananya adalah Bu Mei Ling, dayang yang pernah
membuatnya te rgila-gila karena cantik jelita,
le mbut dan cerdik. Tentu saja kaisar tidak ingin
ramalan Im Yang Sengcu akan te rjadi, maka dia
sudah mengambil keputusan untuk membunuh Bu
Mei Ling! Daripada kelak menjadi malapetaka, atau
setidaknya akan membuat dia tidak nyenyak tidur
dan tidak enak makan, le bih baik wanita itu
dienyahkan, dibunuh. Memang kejam, karena
gadis itu tidak bersalah, akan tetapi demi menjaga
kelangsungan keluarga Li memegang tampuk
pemerintahan Kerajaan Tang, demi kelangsungan
kerajaan Tang yang dengan susah payah dia
bangun bersama mendiang ayahnya, tidak mengapalah mengorbankan nyawa seorang gadis
dayang! Sedianya, pelaksanaan hukuman mati terhadap
Bu Mei Ling akan dilaksanakan hari ini. Akan
tetapi, semalam te rjadi peristiwa yang hampir
merenggut nyawanya itu! Dia te rancam maut, dan
penyelamatnya justru Bu Mei Ling! Memang, Kwa
Bi Lan dan Hong Lan juga diam-diam melindunginya, akan te tapi dua orang pembunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu terlalu lihai dan seandainya tidak ada Bu Mei
Ling yang membujuknya pindah ke lain kamar,
seandainya Bu Mei Ling tidak memberitahu dan dia
sudah pulas di balik kelambu itu bersama selirnya
ke empat, sangat besar kemungkinan dia dan
selirnya sudah te was oleh pembunuh! Bu Mei Ling
semalam telah menyelamatkan nyawanya, bagaimana mungkin hari ini dia membunuh gadis
itu" Daun pintu terketuk perlahan. "Mas uk!" kata
kaisar. Daun pintu terbuka perlahan dan muncullah Bu Mei ling. Gadis ini belum dua puluh
tahun usianya, namun pembawaannya sudah
matang. Wajah cantik jelita dan segar, sepasang
matanya jeli dan lembut seperti mata burung Hong,
mulutnya yang kecil dengan bibir merah basah itu
selalu terhias senyum, wajahnya tak pernah
nampak keruh, selalu ceria berseri bagaikan
setangkai bunga seruni yang segar oleh embun
pagi. Pakaiannya sederhana, dari sute ra yang tipis
halus, rambutnya yang hitam panjang digelung
sederhana seperti para dayang dan hal ini saja
sudah membuktikan bahwa ia tidak berambis i,
biarpun ia sudah menjadi selir kaisar walau belum
res mi, namun tidak menonjolkan diri dan masih
bersikap seperti seorang dayang.
De ngan lembut Bu Mei Ling menutupkan
kembali daun pintu, kemudian melangkah masuk,
langkahnya halus gemulai, mukanya ditundukkan
dan setelah berada di depan Sribaginda Kaisar
yang duduk di atas pembaringan, iapun menjatuhkan diri berlutut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang Mulia..... " kata wanita itu sambil
menunduk hormat, suaranya merdu dan le mbut
sekali. Begitu gadis itu berlutut di depannya, kaisar
mencium keharuman yang menjadi kesukaannya.
Dia merasa segar mencium bau yang khas ini.
Dia tidak tahu bahwa diam-diam Bu Mei Ling te lah
menyelidiki dan mempelajari semua kesukaan
kaisar, makanannya, minumnya, keharuman bagaimana yang menjadi kes ukaannya. Pendeknya,
kini ia mengetahui sepenuhnya bagaimana untuk
menyenangkan hati kaisar, sampai hal yang
sekecil-kecilnya. Misalnya kaisar yang perkasa ini
tidak suka melihat wanita yang te rlalu berani,
tidak suka dibantah, dan kaisar ini lemah kalau
menghadapi orang yang mengalah dan menyerah.
"Mei Ling, bangkitlah," kata kaisar sambil diamdiam mengagumi wanita ini. Dari tubuhnya keluar
bau harum yang amat disukainya, dan pakaian
gadis inipun sederhana, dari sutera halus dan tipis
sehingga dia hampir dapat melihat garis -garis
tubuhnya yang bagaikan bunga sedang mekar
semerbak. Bedaknya tipis-tipis hampir tidak
kentara, bibirnya juga merah alami tanpa gincu,
alisnya yang hitam itu tidak dibantu penghitam,
rambutnya begitu hitam dan panjang, anak rambut
yang halus itu melingkar-lingkar di dahi dan
pelipis. "Terima kasih, Yang Mulia," kata Bu Mei Ling
sambil bangkit berdiri, dan gerakan bangkit dari
berlutut inipun sudah ia pelajari sampai matang.
Bukan sembarangan bergerak, melainkan gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang le mbut dan penuh kewanitaan sehingga
nampak seperti tarian dan amat menarik hati.
Kaisar Tang Tai Cung menghela napas panjang,
dan di dalam hatinya semakin tidak percaya akan
ramalan sahabatnya. Bagaimana mungkin seorang
wanita selembut ini kelak akan merampas kedudukan kaisar dan menjadi penguasa" Apanya
yang diandalkan" "Apa yang paduka kehe ndaki dari hamba, Yang
Mulia" Hamba sudah siap melaksanakan segala
perintah paduka." "Mei Ling, aku lupa lagi tentang asal-usulmu.
Apakah engkau puteri seorang bangsawan, seorang
te rpelajar atau seorang ahli silat yang tangguh?"
Senyum di bibir yang merah basah itu melebar,
muka itu menunduk malu-malu dan sepasang
matanya mengerling dari bawah, manis bukan
main. "Aihhh......, paduka membuat hamba merasa
malu sekali, Yang Mulia. Hamba hanyalah anak
dusun, dari keluarga petani biasa dan hanya
berkat budi kebaikan Yang Mulia saja maka hamba
dapat memperole h kehormatan dan kemuliaan
seperti sekarang ini, menjadi hamba paduka yang
setia. "Kaisar mengangguk-angguk dan te rsenyum.
Bagaimana mungkin dia membunuh seorang
dayang, bahkan selir seperti ini" "Me i Ling,
katakan, sampai di mana kesetiaanmu kepadaku"
Aku mengerti, peristiwa semalam, ketika engkau
menyelamatkan aku dari ancaman malapetaka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan buah dari kesetiaanmu, akan tetapi
sampai di mana batas kesetiaanmu kepadaku?"
Wanita yang tadinya menunduk itu kini
mengangkat mukanya. Kaisar tertegun. Seolah
baru sekali ini dia berkenalan dengan wajah itu,
padahal, pernah wajah itu membuatnya tergilagila. Mata itu demikian indahnya, penuh kejujuran
dan mulut itu, te rsenyum penuh ketulusan. "Yang
Mulia, tidak ada batasan kesetiaan hamba kepada
paduka. Jiwa raga hamba ini hamba serahkan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada paduka, Yang Mulia, mati hidup hamba
berada di tangan paduka."
Kaisar itu merasa terharu, akan te tapi dia ingin
meyakinkan. "Bagaimana kalau aku menghendaki
agar engkau mati untukku, sekarang juga?" Dia
memandang tajam wajah itu untuk menyelidiki isi
hatinya. Akan te tapi wajah itu tidak nampak te rkejut,
bahkan senyumnya semakin manis, mata itu
memandang demikian lembut seperti mata seorang
bayi. "Hamba siap melaksanakan perintah paduka,
dengan taruhan nyawa. Hamba akan mati dengan
mata terpejam dan mulut tersenyum kalau dengan
itu hamba dapat membahagiakan paduka."
Kaisar Tang Tai Cung semakin te rharu, tangannya meraih dan di lain saat dia sudah
menarik Mei Ling dan dipangkunya dayang itu,
dirangkulnya dan diciuminya dengan penuh rasa
sayang. Mei Ling hanya memejamkan mata dan
menyerah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mei Ling, apakah ada dalam lubuk hatimu
keinginan untuk kelak menjadi seorang kaisar
wanita?" Mei Ling membuka matanya dan te rbelalak!
Pandang matanya penuh kehe ranan dan penyangkalan. "Duhai, Yang Mulia......, apa artinya pertanyaan
paduka ini" Bagaimana hamba......mempunyai
keinginan gila seperti itu" Dapat melayani paduka
sajalah yang merupakan idaman hati hamba, dan
yang membahagiakan hati hamba.......tidak ada
keinginan lain." Sambil mendekap tubuh yang mungil itu, Kaisar
te rtawa bergelak. "Ha-ha-ha-ha, bagaimana mungkin aku pernah mempercayai omongan yang
mengatakan bahwa kelak kerajaan ini akan
te rjatuh ke tangan seorang seperti engkau" Ha-ha!"
"Yang Mulia, orang yang mengeluarkan omongan
seperti itu pasti adalah seorang yang berniat
buruk, mungkin pengkhianat yang hendak menjatuhkan Kerajaan Tang yang jaya."
"Ha-ha-ha, bukan, bukan pemberontak, bukan
penjahat. Im Yang Seng-cu yang mengatakan itu,
berdasarkan ramalan hitungan perbintangan."
Mendengar ini, Mei Ling turun dari atas
pangkuan kaisar, menjatuhkan diri ke atas lantai
dan berlutut, suaranya terdengar memelas ketika
ia berkata, "Yang Mulia, itu adalah fitnah yang
te ramat keji. Kalau paduka mempercayai omongan
keji itu, silakan paduka membunuh hamba untuk
menenangkan hati paduka ....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar menarik tubuh tubuh Mei Ling kembali
ke atas pangkuannya dan mengelus rambut
kepalanya. "Sudahlah, akupun tidak percaya
sepenuhnya. Buktinya sekarang aku ingin engkau
melayaniku bukan" Lupakan ucapan peramal itu."
Mei Ling tenggelam ke dalam dekapan Kaisar
Tang Tai Cung. -ooo0dw0ooo- Jilid 28 Hong Lan berlutut menghadap Kaisar Tang Tai
Cung. Gadis ini menangis dan berulang-ulang
kaisar menghela napas panjang. "Hong Lan,
engkau te ntu dapat merasakan bahwa sejak
dahulu aku selalu menyayangmu seperti pute riku
sendiri. Bahkan seluruh penghuni istana, seluruh
keluargaku menyayangimu, bukan?"
"Hamba tidak menyangkal, Yang Mulia, dan
hamba berterima kasih se kali."
Kaisar Tang Tai Cung mengelus je nggotnya,
menghela napas lagi mendengar ucapan gadis itu,
karena dia melihat perubahan pada sikap Hong
Lan yang biasanya menyebut dia ayah, kini
menyebut Yang Mulia. "Hong Lan, ibumu telah berjas a besar dan
banyak sekali kepadaku, dan biarpun ia sudah
meninggal dunia, kami telah menganugerahkan
sebutan pahlawan kepadanya. Engkaupun berjas a
ketika ada pembunuh menyerang, akan tetapi
kenapa engkau menolak pemberian pahala?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mohon seribu ampun, Yang Mulia. Sejak kecil,
hamba te lah menerima limpahan budi kebaikan
dan kasih sayang dari paduka, sudah sepantasnya
kalau hamba membela paduka dan tidak ada
pahala lebih besar daripada kasih sayang yang
selama ini hamba rasakan di sini. Hamba
menghadap paduka untuk mohon diri, dan ada
pula permohonan yang hamba amat harapkan
akan paduka kabulkan Yang Mulia."
"Katakanlah, apa yang kauminta, Hong Lan. Aku
pasti akan memenuhi semua permintaanmu."
"Hamba mohon agar paduka suka memberitahu
kepada hamba, siapakah orang tua hamba. Seperti
dipesankan mendiang ibu, paduka mengetahuinya
dan hamba disuruh bertanya kepada paduka. Dan
permohonan ke dua, hamba mohon paduka ijinkan
meninggalkan istana untuk pergi mencari orang
tua hamba." Kaisar mengangguk-angguk. "Permintaanmu itu
memang sudah sepantasnya. Selama belasan
tahun ibumu merahasiakan keadaan dirimu hanya
karena ia te ramat sayang padamu, juga aku amat
sayang padamu, Hong Lan. Sekarang, setelah
engkau mengetahui akan rahasia itu, baiklah akan
kuje laskan sesuai seperti yang pernah diceritakan
ibumu kepadaku. Ketika engkau berusia dua
tahun, kau diculik oleh Kwa Bi Lan dari orang
tuamu, dibawa merantau dan akhirnya ketika
ibumu menjadi pengawal pribadiku, engkau te rbawa pula masuk ke istana, dan ketika ibumu
menjadi selirku, dengan sendirinya engkau menjadi
anakku. Nah, dengarlah baik-baik, ayahmu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang sembarangan, Hong Lan. Dia adalah seorang
pendekar sakti yang te rkenal di dunia persilatan,
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning) bernama Si Han Beng dan dia bersama
isterinya tinggal di dusun Hong-cun yang te rletak
di Lembah Sungai Kuning."
Hong Lan merasa betapa jantungnya berdebardebar. Ayahnya adalah seorang pendekar sakti!
Akan tetapi mengapa ibunya......ibu angkatnya
itu, menculiknya dari orang tuanya" Dan kalau
ayahnya seorang pendekar sakti, kenapa tidak
mengejar penculik itu dan mencarinya sampai
dapat dite mukan" Melihat gadis itu mengerutkan
alisnya dan nampak meragu, kaisar berkata, "Hong
Lan, apakah ada yang hendak kau tanyakan
kepadaku?" "Ampun, Yang Mulia. Akan tetapi.....kenapa ibu
menculik hamba" Dan kenapa pula kalau orang
tua hamba itu sakti, tidak merebut kembali anak
mereka yang diculik?"
Kaisar Tang Tai Cung te rsenyum. "Itu merupakan rahasia Kwa Bi Lan dan akupun tidak
tahu. Sebaiknya engkau tanyakan saja kepada
orang tuamu itu, Hong Lan."
"Yang Mulia, hamba mohon diri untuk pergi
mencari orang tua hamba itu!"
Melihat gadis itu penuh semangat, Kaisar Tang
Tai Cung mengangguk-angguk.
Memang ada sesuatu pada diri gadis ini yang mengagumkan.
Biarpun sejak kecil ia hidup sebagai pute ri kaisar,
hidup di is tana yang serba mewah dan dimuliakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang, namun ia tidak menjadi seorang puteri yang
manja. Masih jelas nampak darah pendekar di
tubuhnya, dari sikapnya, dari pandang matanya.
Kaisar ini teringat akan anak-anaknya sendiri dan
diapun diam-diam mengeluh. Pute ra-putera kandungnya hanya pandai saling bersaing dan
memperebutkan kekuasaan, pute ri-puterinya hanya pandai bersolek dan bermanja. Justeru
Hong Lan, bukan darah dagingnya, menjadi
seorang gadis yang berjiwa pendekar. Dia sendiri,
andaikata tidak menjadi kaisar, tentu menjadi
seorang pendekar pula dan mungkin keturunannya
tidak seperti sekarang ini.
"Baiklah, anakku. Aku akan te tap menganggapmu sebagai anakku, Hong Lan. Engkau boleh pergi dan bawalah semua barangbarangmu yang berharga. Ketahuilah bahwa dalam
perjalanan jauh, engkau membutuhkan biaya, dan
berhati hatilah karena di luar istana te rdapat
banyak orang jahat yang mungkin akan mengganggumu." Di dalam hatinya, Hong Lan hendak membantah
dan mengatakan bahwa di dalam is tanapun
te rdapat banyak orang jahat, akan tetapi ia
menahan diri. Sekarang ia tidak boleh bersikap
seperti biasanya terhadap kaisar. "Terima kasih,
Yang Mulia. Hamba sudah bersiap-siap dan hamba
akan menyamar sebagai seorang pria agar perjalanan hamba lancar dan tidak mengalami
banyak gangguan." Kaisar tertawa bergelak dan mengelus je nggotnya, nampak gembira sekali. "Ha-ha-ha,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagus sekali! Engkau memang berjiwa petualang!
Ha-ha, membayangkan engkau menjadi pria dan
mengembara seorang diri. Alangkah senangnya dan
gembiranya kalau aku dapat menyertaimu, bertualang di dunia bebas! Akan te tapi, tidak
mungkin. Aku te lah terikat oleh singgasana
ini.........! Berangkatlah, anakku, berangkatlah dan
jagalah dirimu baik-baik."
"Harap Yang Mulia suka menjaga diri baik-baik
pula......." kata Hong Lan terharu. "Hamba mohon
diri ...... " Hong Lan bangkit dan hendak pergi, akan tetapi
baru beberapa langkah, Kaisar Tang Tai Cung
memanggilnya. "Hong Lan, berhenti duju!"
Gadis itu menahan langkahnya, lalu memutar
tubuh memandang kepada kais ar. "Kesinilah!"
Hong Lan melangkah ragu, mendekati. "Lan Lan,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku ingin sebelum engkau pergi, engkau sebutlah
aku seperti dahulu. Sebutlah aku ayah, karena
sesungguhnya, di dalam batinku aku mengakui
bahwa engkau anakku. Sebutlah, mungkin untuk
te rakhir kali, Hong Lan."
Sepasang mata gadis itu menjadi kemerahan dan
menahan-nahan diri agar tidak menangis, lalu
memaksa diri untuk berkata lirih, "Ayahanda......"
"Lan Lan.....!" Kaisar itu meraih dan Hong Lan
dan sudah dirangkulnya dan diciumnya dahi
pute rinya itu, seperti yang biasa dia lakukan. Dan
kini Hong Lan tidak dapat menahan tangisnya lagi,
iapun merasa amat sayang kepada kais ar dan tahu
betapa kais ar memiliki banyak sekali musuh dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selimut, banyak yang iri, banyak yang menginginkan kedudukannya, dan kini te rpaksa ia
meninggalkan kais ar, setelah ibunya meninggal.
Tiba-tiba Kaisar Tang Tai Cung melepaskan
rangkulannya dan mendorong le mbut
tubuh pute rinya, lalu tertawa bergelak. "Haii! Apa-apaan
ini" Kita bertangisan seperti dua orang yang lemah
dan cengeng! Memalukan! Engkau seorang pendekar wanita, Lan Lan, tidak boleh menangis.
Pula setelah e ngkau menyamar pria, engkau sama
sekali tidak boleh menangis, akan ketahuan
orang!" Biarpun kedua matanya basah, kaisar itu
te rtawa bergelak dan Hong Lan juga tertawa.
"Selamat tinggal.........ayah......."
"Selamat jalan, anakku. Sampaikan salam
kepada orang tuamu dan katakan bahwa a ku, Li Si
Bin, sangat mengagumi mereka dan telah mendengar akan nama besar mereka."
Pergilah Hong Lan dengan langkah tegap
meninggalkan ruangan itu, untuk berkemas dan
mulai melakukan perjalanannya mencari orang tua
kandungnya. Pangeran Li Seng Cun dihukum buang bersama
semua keluarganya, dan kaki tangannya dihukum
mati. Diam-diam hal ini tidak disetujui oleh Bu Mei
Ling, dayang yang berjas a itu, yang semenjak hari
itu diangkat menjadi selir resmi Kaisar. Tentu saja
ia tidak berani berkata sesuatu, hanya di dalam
hatinya ia khawatir bahwa orang-orang yang sudah
berkhianat itu, para pemberontak itu, kalau hanya
dihukum buang, te ntu masih mempunyai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan untuk menyusun kekuatan dan kelak
memberontak lagi! -ooo0dw0ooo- Tidak sukar bagi Thian Ki dan Cin Cin untuk
menemukan rumah orang yang mereka cari. Setiap
orang di dusun Hong-cun, bahkan di dusun-dusun
lain di wilayah itu, tahu belaka di mana te mpat
tinggal Huang-ho Sin-liong Si Han Beng dan
isterinya. Suami isteri pendekar sakti ini tinggal di
dusun yang sunyi, bahkan mereka hidup sebagai
petani dan tidak pernah mencampuri urusan
ramai, walaupun mereka berdua tidak pernah lalai
berlatih silat. Latihan ini amat penting bagi
mereka, bukan hanya untuk menjaga kondis i
tubuh agar tidak hilang te rbuang saja ilmu-ilmu
yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun.
Bahkan suami is teri ini, bersama-sama mulai
mengkombinasikan ilmu-ilmu mereka untuk merangkai ilmu silat baru yang khas milik keluarga
mereka! Diam-diam Thian Ki dan Cin Cin kagum sekali
melihat keadaan rumah pendekar itu. Tidak jauh
bedanya dengan rumah-rumah di dusun Hongcun, sederhana saja namun amat bersih dan sedap
dipandang karena terpelihara baik-baik. Rumah itu
memiliki pekarangan yang luas, yang ditanami
berbagai macam tanaman obat dengan hiasan
tanaman bunga di sana-sini. Burung-burung
berte rbangan dan berkicau di pohon-pohon sekeliling rumah mendatangkan suasana yang
te nang, tenteram dan damai, sedikitpun tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membayangkan kekerasan seperti yang biasa
menghiasai kehidupan seorang pendekar.
Sejam yang lalu sebelum Thian Ki dan Cin Cin
tiba di luar pekarangan rumah itu, Si Han Beng
dan is terinya, Bu Giok Cu, baru saja pulang dari
ladang dimana mereka bekerja sejak pagi sampai
siang dan kini mereka berdua baru saja selesai
makan siang. Ketika A-kiu, satu-satunya pelayan
mereka yang bekerja sebagai pembantu untuk
memelihara taman dan kebun, melapor bahwa di
luar ada dua orang muda yang ingin berte mu, Si
Han Beng dan istrinya saling pandang.
"Siapakah mereka" Apakah penduduk dusun ini
atau dusun tetangga?" tanya Bu Giok Cu kepada
pembantunya. "Bukan, li-hiap, mereka sama sekali bukan
penduduk dusun, bukan petani karena keduanya
membawa pedang di punggung. Mereka masih
muda, dan yang wanita buntung tangan kirinya."
Pembantu itu sudah biasa menyebut tai-hiap
kepada Si Han Beng dan menyebut li-hiap kepada
Bu Giok Cu. Kembali suami isteri itu saling pandang,
kemudian mereka berdua berjalan keluar untuk
menemui tamu mereka. Ketika mereka tiba di luar
pintu depan, mereka melihat seorang pemuda dan
seorang gadis yang buntung tangan kirinya.
Mereka memandang penuh perhatian, akan tetapi
tidak merasa kenal kepada dua orang muda itu.
Pemuda itu berpakaian sederhana dan ringkas,
sikapnya tenang sekali dan mukanya tidak te rlalu
tampan namun ganteng dan jantan, gerak-geriknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
le mbut dan tidak nampak seperti seorang ahli silat
tangguh. Adapun gadis yang berdiri di sebelahnya
itu lebih menarik perhatian, cantik dan pakaiannya
juga sederhana ringkas, namun setiap gerakgeriknya membayangkan kegagahan dan keberanian, matanya mencorong menatap suami
isteri pendekar itu tanpa sungkan-sungkan, dan
biarpun tangan kirinya buntung sebatas pergelangan, namun ia masih nampak gagah
berwibawa. Dilihat sepintas lalu saja dapat diduga
bahwa gadis ini telah menguasai ilmu silat secara
mendalam dan memiliki ketangguhan.
Sementara itu, Thian Ki memandang kepada
suami isteri itu dengan kagum. Biarpun ketika
berte mu dengan pendekar sakti itu, dia baru
berusia empat lima tahun, akan te tapi dia masih
mengenal pamannya itu. Pendekar Si Han Beng
adalah adik angkat mendiang ayahnya, Coa Siang
Lee. Bahkan dia masih ingat baik-baik kepada Bu
Giok Cu, isteri pendekar sakti itu. Dahulu, ayah
dan ibunya yang menjadi wali, menikahkan
pasangan suami isteri ini! Maka, kini berhadapan
dengan suami isteri yang dikaguminya itu, yang
berpakaian sebagai petani-petani biasa, Thian Ki
te rtegun penuh kagum dan seperti te rpukau dan
tidak dapat mengeluarkan suara. Adapun Cin Cin
yang melihat suami isteri yang oleh Thian Ki
dikabarkan sebagai suami isteri pendekar, bahkan
dahulu seluruh orang He k-houw-pang memujimujinya, bahkan ia sendiri oleh mendiang kakeknya dikirim kepada suami is teri ini untuk
menjadi murid, kini tertegun karena kecewa.
Kiranya suami isteri pendekar sakti itu s ama sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak meyakinkan penampilan mereka, hanya
petani biasa! Melihat sepasang orang muda itu tertegun. Bu
Giok Cu yang berwatak lincah te rsenyum ramah.
"Aih, aih......! Kalian ini datang hendak menemui
kami, mempunyai keperluan ataukah sekedar
hanya ingin menjadi penonton" Kami berdua
bukan tontonan aneh, kenapa kalian bengong
seperti itu?" Suara ini ramah dan nadanya
bergurau. Thian Ki segera memberi hormat. "Paman Si Han
Beng, bibi Bu Giok Cu, kuharap selama ini paman
dan bibi mendapat berkah Tuhan dan dalam
keadaan sehat dan selamat."
Melihat pemuda yang demikian sopan dan katakatanya demikian enak didengar, Si Han Beng
menoleh kepada is terinya sambil mengangkat alis,
seolah bertanya siapa pemuda yang ramah itu.
Akan tetapi isterinya menggeleng kepala, dan
mereka kembali memandang kepada pemuda dan
gadis itu. Kini Thian Ki yang te rsenyum. "Agaknya paman
dan bibi yang mulia te lah lupa kepadaku" Aku
adalah Coa Thian Ki ........ "
"Aihhh........!!" Si Han Beng berseru. "Putera
mendiang kakak Coa Siang Lee.......?"
"Ah, benar dia! Anak yang dulu tidak suka
belajar silat itu!" kata pula Bu Giok Cu yang kini
te ringat. "Akan tetapi lihat, dia sekarang membawa-bawa pedang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami is teri itu gembira sekali. Si Han Beng
memegang tangan kanan Thian Ki dan Bu Giok Cu
memegang tangan kirinya. Pemuda itu merasa
te rharu bukan main. Biarpun tanpa banyak cakap,
dan melalui pegangan tangan kedua orang suami
isteri itu, dia merasakan getaran kasih sayang yang
membuat dia ingin menangis . Pantas saja kalau
ayah ibunya pernah te rkagum-kagum dan amat
menghormati suami isteri pendekar ini. Kiranya
dari hati mereka terpancar kasih sayang yang
murni. "Thian Ki, engkau telah menjadi seorang pemuda
yang jantan!" kata Bu Giok Cu gembira. "Dan ini,
siapakah nona ini?" Kini suami isteri itu
melepaskan kedua tangan Thian Ki dan mereka
menghadapi gadis yang buntung tangan kirinya.
"Paman, bibi, adik ini bukan orang lain. Ia
adalah Kam Cin, puteri paman Kam Seng Hin
ketua Hek-houw-pang yang dahulu pernah dikirim
ke sini untuk menjadi murid paman dan bibi."
"Aihhhh......! Engkaukah anak itu?" Bu Giok Cu
mendekat dan memegang pundak gadis itu dengan
akrab. "Kami di sini sudah mendengar semua yang
te rjadi di Ta-bun-cung, apa yang menimpa keluarga He k-houw-pang. Kami mendengar pula
dari murid kami The Siong Ki te ntang dirimu, Cin
Cin. Katanya engkau

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diajak oleh seorang susiokmu, diantar ke sini, akan tetapi kenapa
engkau tidak sampai di sini?"
"Bibi, panjang ceritanya," kata Cin Cin.
"Ah, mari kita masuk, kita bicara di dalam!" kata
Si Han Beng. Isterinyapun baru ingat akan hal itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mereka semua memasuki rumah dan tak lama
kemudian mereka sudah bercakap-cakap di ruangan tamu yang berada di depan sebelah kiri
rumah. Dari jendela yang terbuka dapat nampak
taman bunga yang te rawat baik. Tanah di le mbah
Huang-ho itu memang subur.
Di ruangan itu, suami isteri pendekar sungai
Huang-ho mendengarkan cerita Cin Cin tentang
dirinya yang tidak jadi menjadi murid mereka
karena kecurangan Lai Kun yang kemudian
menjadi ketua Hek-houw-pang dan sekarang te lah
membunuh diri. Akan tetapi Cin Cin tidak menceritakan bahwa ia
telah menjadi murid Tung-hai Mo-li Bhok Sui Cin.
Mendengar cerita itu, Si Han Beng menghela
napas panjang. "Ahh, sungguh tidak kusangka
He k-houw-pang bernasib begitu buruk sehingga
ayah kalian berdua te was ketika Hek-houw-pang
diserbu musuh. Aku tidak merasa heran mendengar bahwa di antara para penyerbu itu
te rdapat Can Hong San, seorang yang memang
sejak dahulu berwatak jahat bukan main seperti
setan. Akan tetapi yang membuat aku merasa
bingung adalah ketika mendengar bahwa di antara
mereka terdapat pula Lie Koan Tek, padahal dia
adalah seorang pendekar Siauw-lim-pai yang gagah
perkasa. Bagaimana mungkin dia bekerja sama
dengan para tokoh sesat, melakukan penyerbuan
kepada Hek-houw-pang?"
"Paman, Can Hong San telah te was di tangan Cin
Cin ini," kata Thian Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suami isteri itu terbelalak. "Engkau" Engkau
mampu membunuh Can Hong San" Bukan
main...!" kata Bu Giok Cu, te rkejut, heran dan
hampir tidak dapat percaya. Tingkat kepandaian
Can Hong San sudah amat tinggi, bahkan ia
sendiripun hanya dapat mengimbangi dan sukar
untuk dapat mengalahkannya. Mungkin hanya
suaminya saja yang akan mampu mengalahkan
Can Hong San, dan gadis muda yang buntung
tangan kirinya ini dapat membunuhnya!
"Ah, kalau tidak dibantu oleh Thian Ki, belum
te ntu aku akan mampu menewaskannya. Dia
memang tangguh luar biasa," kata Cin Cin
merendah. "Dan Lie Koan Tek yang paman sebutsebut tadi kini telah menjadi ayah tiriku."
"Ehhh" Apa pula ini?" Bu Giok Cu berse ru kaget
dan heran. "Kau maksudkan, ibumu ..yang telah
menjadi janda itu kini menikah dengan Lie Koan
Tek, seorang di antara mereka yang menyerbu He khouw-pang?" "Dan ayahmu tewas dalam penyerbuan itu!" kata
pula Si Han Beng heran. Cin Cin menghela napas panjang. "Paman dan
bibi, tadinya akupun merasa penas aran sekali
kepada ibu, dan aku pernah amat marah dan
membencinya ketika mendengar ia
menikah dengan seorang di antara para penyerbu Hekhouw-pang, seorang di antara mereka yang
menyebabkan kematian ayahku. Akan te tapi
setelah aku bertemu dengan mereka, dengan ibuku
dan dengan Lie Koan Tek, baru aku tahu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduknya perkara dan aku tidak menyalahkan
ayah tiriku." De ngan singkat Cin Cin lalu menceritakan
te ntang Lie Koan Tek yang dibebaskan dari penjara
oleh Cian Bu Ong bersama Can Hong San dan yang
lain-lain dengan syarat mereka itu akan membantunya merebut kembali tahta Kerajaan Sui
yang dijatuhkan oleh Kerajaan Tang. Kemudian,
ketika Cian Bu Ong menyuruh para pembantunya
menyerbu He k-houw-pang yang dianggap membantu pemerintah baru, Lie Koan Tek terpaksa
ikut menyerbu. Akan te tapi, dia tidak ingin
melakukan pembunuhan, dan ketika melihat
ibunya te rancam, dia menolongnya dan membawanya pergi dari dusun yang sedang
diserbu itu. "Lie Koan Tek bukan penjahat, dia hanya
te rpaksa ikut dalam penyerbuan. Akan te tapi
semenjak itu, dia tidak kembali kepada Cian Bu
Ong dan melarikan diri bersama ibu. Akhirnya, ibu
juga menyadari keadaan pendekar Siauw-lim-pai
itu dan menerima pinangannya." Cin Cin menundukkan mukanya dan kedua pipinya agak
kemerahan. Melihat ini, Bu Giok Cu segera menghiburnya.
"Kalau begitu, ibumu tidak bersalah, dan memang
kamipun mengenal siapa Lie Koan Tek itu. Dia
seorang pendekar Siauw-lim-pai dan memang dia
pernah ditangkap pemerintah karena Siauw-limpai ketika itu dituduh memberontak. Yang menjadi
biang keladi penyerbuan dan penghancuran HekTiraikasih Website http://kangzusi.com/
houw-pang adalah bekas Pangeran Cian Bu Ong
itulah! Dialah yang jahat!"
Cin Cin mengerling kepada Thian Ki dan pemuda
itu segera berkata, "Bibi dan paman harap
mengetahui bahwa Pangeran Cian Bu Ong itu
sekarang telah menjadi ayah tiriku pula.. "
Kini suami isteri itu benar-benar melonjak
saking kaget dan herannya. Mereka menatap wajah
Thian Ki dan pandang mata mereka tajam
menembus penuh selidik. "Bagaimana mungkin
ini?" teriak Si Han Beng penasaran. "Kakak iparku
Sim Lan Ci setelah ditinggal mati kakakku Coa
Siang Lee malah menikah dengan bekas pangeran
yang te lah membasmi He k-houw-pang dan menyebabkan kematian suaminya" Tidak mungkin!
Aku mengenalnya sebagai seorang yang mencinta
suaminya dan....." Tiba-tiba dia terdiam ketika
berte mu pandang mata dengan isterinya.
Dalam pandang mata itu, is terinya seperti
mengingatkan dia. Memang benar, betapapun juga,
Sim Lan Ci adalah pute ri mendiang Ban-tok Mo-li
Phang Bi Cu yang pernah menjadi iblis betina yang
amat kejam dan jahat! Biarpun nampak baik, akan
tetapi siapa tahu ia menuruni watak ibunya"
Thian Ki menghela napas panjang dan melihat
pandang mata Si Han Beng kepadanya, diapun
berkata, "Aki tidak menyalahkan paman dan bibi
kalau menjadi heran dan menyalahkan ibu. Akan
tetapi, sungguhnya ibu tidaklah seperti yang dikira
orang. Ia tetap seorang ibu yang baik dan ia amat
mencinta mendiang ayah. Dan kalau ia kini
menjadi isteri ayah tiriku Cian Bu Ong, hal itupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mengherankan. Ayah tiriku itupun seorang
gagah perkasa yang amat baik, sama sekali bukan
orang jahat, dan agaknya ia memang patut
mendapat kekaguman dan kesayangan ibuku."
Lalu Thian Ki menceritakan te ntang diri Cian Bu
Ong. "Dia seorang pahlawan sejati, te ntu saja
pahlawan Kerajaan Sui yang dirobohkan Kerajaan
Tang. Dia te ntu saja menganggap Kerajaan Tang
sebagai pemberontak dan sebagai seorang pahlawan Sui, dia berusaha sekuat tenaga untuk
merebut kembali tahta Kerajaan Sui yang te lah
jatuh. Namun dia gagal. Peristiwa di Hek-houwpang itu terjadi bukan karena dia mempunyai
permusuhan pribadi dengan He k-houw-pang melainkan melihat Hek-houw-pang memihak Kerajaan baru dan membantu kerajaan baru untuk
menangkap dia yang dianggap pemberontak oleh
Kerajaan Tang, maka te rjadilah penyerbuan itu.
Saya kira paman dan bibi yang bijaksana akan
dapat mempertimbangkan dengan adil te ntang
kesediaan ibuku menjadi isteri bekas Pangeran
Cian Bu Ong." Si Han Beng saling pandang dengan Bu Giok Cu
dan pendekar ini mengangguk-angguk. "Yaaah,
begitulah perang! Perang merupakan peristiwa keji
yang menimbulkan banyak hal yang keji pula.
Kalau ada dua pihak berperang, maka te rjadilah
pandangan-pandangan yang saling berte ntangan.
Apa yang dianggap baik oleh satu pihak, tentu
dianggap buruk oleh pihak lain, te rgantung dari
penilaian, pihak mana yang diuntungkan dan
pihak mana yang dirugikan. Kiranya yang menghancurkan Hek-houw-pang adalah perang. Ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nasib namanya dan kalau kita ingin mencari biang
keladinya dan menyalahkannya,
maka yang bersalah adalah perang. Sek arang aku mengerti
dan tidak heran lagi mengapa ibumu menjadi isteri
bekas pangeran itu, Thian Ki."
"Perang memang kotor dan keji, Thian Ki," kata
Bu Giok Cu, "dan tidak mungkin kita bicara
te ntang dendam kalau ada yang jatuh te was
sebagai korban perang. Perang melibatkan sebuah
kerajaan, melibatkan rakyat. Tidak mungkin kita
mendendam kepada sebuah kerajaan berikut
semua rakyatnya, dan kalau te rjadi bunuh
membunuh, maka semua itu dilakukan karena
dorongan perang, bukan karena dendam pribadi."
"Maaf, paman dan bibi. Bukankah The Siong Ki
itu murid paman dan bibi?"
"Benar, te ntu kalian telah mengenalnya karena
orang tuanya juga menjadi korban ketika Hekhouw-pang diserbu," jawab Si Han Beng.
"Apakah dia tidak berada di sini?" tanya pula Cin
Cin dan wajahnya mulai menjadi merah, matanya
bersinar marah. Melihat ini, Bu Giok Cu segera
bertanya. "Engkau mencari dia" Kenapakah" Dia belum
kembali." "Aku mencarinya untuk menantangnya! Dia
telah berbuat jahat, menyerang dan melukai ibuku
dan ayah tiriku!" Kembali suami isteri pendekar itu te rkejut
Kedatangan dua orang muda ini merupakan
kejutan yang membawa banyak kejutan pula "Ehh!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa yang te lah dia perbuat"' tanya Si Han Beng.
"Kenapa dia menyerang ibumu dan ayah tirimu?"
"Dia menuduh ayah tiriku yang membunuh
ayahnya dalam penyerbuan di Hek-houw-pang dan
dia menghina karena ibu menjadi isteri Lie Koan
Tek, dan kalau aku tidak muncul, mungkin ibuku
dan ayah tiriku celaka di tangannya. Aku datang
dan melawannya, akan tetapi dia melarikan diri!"
"Ah, lancang sekali anak itu!" kata Bu Giok Cu
mengerutkan alis nya, "Hemmm, kalau dia pulang,
aku akan menegurnya dengan keras dan akan
menyuruh dia minta maaf kepada ibumu dan ayah
tirimu, Cin Cin," kata Si Han Beng, diam-diam
merasa heran mengapa muridnya
bertindak selancang itu, padahal dia sudah memesan agar
muridnya itu tidak mendendam kepada siapapun.
Pada saat itu, tiba-tiba nampak bayangan
berkelebat dan seorang wanita cantik muncul di
luar je ndela ruangan itu, pakaiannya dari sutera
serba putih sehingga ia nampak cantik dan an ggun
seperti seorang dewi. Namun sepasang matanya
mencorong dingin dan menyeramkan ketika ia
memandang ke arah Cin Cin.
"Subo.......!" Gadis itu berseru kaget bukan main
ketika melihat gurunya tiba-tiba berdiri di luar
je ndela ruangan itu. "Keluarlah, aku mau bicara!" kata wanita itu dan
sekali berkele bat ia sudah lenyap dari luar je ndela
itu. "Maaf, aku mau menemui subo dulu!" kata Cin
Cin dan iapun melangkah keluar meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu. Thian Ki juga bangkit dan mengikutinya keluar karena kebetulan sekali,
diapun ingin menemui guru Cin Cin untuk
membujuknya agar tidak melibatkan Cin Cin
dalam urusan pribadinya dengan Cian Bu Ong.
Suami isteri itu mengerutkan alis, saling pandang,
lalu keduanya bangkit dan perlahan-lahan mereka
melangkah keluar. Di pekarangan luar yang luas, Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan berdiri tegak dan Cin Cin berlutut di
depannya. Wanita cantik itu kelihatan mengerutkan alisnya dan pandangannya menyapu
keadaan muridnya, berhenti sebentar pada tangan
kiri yang buntung. Ia sama sekali tidak perduli
ketika melihat seorang pemuda keluar dari pintu
rumah itu, kemudian sepasang suami isteri
berpakaian petani keluar pula, seolah mereka
bertiga itu hanya bayangan baginya, tiga orang
yang tidak masuk hitungan.!
"Cin Cin, bagaimana dengan tugas-tugas yang
kuberikan kepadamu" Sudahkah engkau melaksanakannya?" terdengar ia berkata, s uaranya
dingin. Diam-diam Thian Ki memakinya dalam
hati. Sungguh wanita iblis, melihat keadaan
muridnya yang kehilangan tangan kiri, tidak
menanyakan te ntang tangan itu akan tetapi yang
ditanyakan adalah pelaksanaan tugas!
"Teecu sudah berhasil membunuh Can Hong San
dengan pedang ini, subo......"
"Berikan pedang itu kepadaku!"
Cin Cin mele paskan tali pedangnya dan menyerahkan pedang berikut sarungnya kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gurunya. Tung-hai Mo-li mencabut Koai-liong-kiam
dan nampak sinar kehijauan. Ia memeriksa pedang
dan melihat adanya bekas darah, maka ia
mengangguk-angguk sambil te rsenyum dan memandang langit. "Suheng, tenanglah engkau di
sana, anakmu yang durjana dan murtad itu telah
mampus!" katanya dan iapun menyimpan kembali
pedangnya, lalu mengikatkan di punggung.
"Dan bagaimana dengan Cian Bu Ong" Sudahkah engkau membunuhnya?"
Cin Cin menundukkan mukanya. "Teecu menemukannya dan menantangnya, akan tetapi
teecu telah gagal, subo."
"Gagal" Engkau te lah gagal dan berani melapor
kepadaku" Sudah kukatakan bahwa sebelum
engkau berhasil melaksanakan tugas-tugas itu,
engkau tidak boleh berte mu dan melaporkan
kepadaku." "Maaf, subo. Teecu.....akan mencarinya dan
mencoba lagi, dengan taruhan nyawa teecu....."
"Hemm, kau kehilangan tangan kirimu dalam
usaha membunuhnya itu?"
"Benar, s ubo."
"Huh! Kau tidak ada gunanya! Pergilah dan cari
dia, bunuh dia, kalau perlu dengan taruhan
tanganmu yang kanan atau nyawamu!"
"Nanti dulu........!" Bu Giok Cu tidak tahan lagi
mendengar dan ia sudah menghampiri Tung-hai
Mo-li. "Sikapmu ini sungguh keterlaluan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Mo-li menole h dan memandang kepada
Bu Giok Cu dengan alis berkerut. "Huh, engkau
perempuan tani tidak usah mencampuri urusan
pribadi antara aku dan muri dku, atau kubuntungi
le hermu." Selama ini Bu Giok Cu hidup tente ram dan ia
telah memupuk kesabaran, akan tetapi sikap dan
ucapan Tung-hai Mo-li itu seperti api yang amat
panas membakarnya. Mukanya menjadi kemerahan dan matanya mengeluarkan sinar
berapi. "Aku tidak mencampuri urusan siapa-siapa.
Akan tetapi Kam Cin ini adalah tamu kami, bahkan
masih ada hubungan keluarga dengan kami.
Engkau tidak pantas menekannya seperti itu.
Kalau benar engkau ini gurunya, kenapa sikapmu
seperti iblis betina terhadap musuhnya, bukan
seperti guru te rhadap murid" Ia te lah kehilangan
tangan kirinya karena hendak melaksanakan
perintahmu, dan engkau bukan bersukur, bahkan
menekan dan menghinanya. Engkau ini bukan
manusia." "Perempuan dusun busuk! Mampuslah!" Tangan
Tung-hai Mo-li bergerak menyambar. Tamparan itu
dahsyat sekali, dapat menghancurkan batu karang,
apalagi rahang seorang wanita dusun, tentu akan
hancur lebur terkena tamparan itu.
"Wuuuuttt!" Tung-hai Mo-li te rte gun karena
tamparan itu luput! Kemarahannya memuncak dan
kini tubuhnya berkelebat. N ampak bayangan putih
dan ia sudah menyerang dengan pukulan-pukulan
maut secara bertubi-tubi. Akan tetapi, ia kecele
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau mengira akan mampu merobohkan perempuan dusun itu dengan mudah! Tubuh Bu
Giok Cu berubah menjadi bayangan hitam karena
pakaiannya serba hitam dan semua pukulan Tunghai Mo-li luput! Ketika wanita iblis itu mengerahkan seluruh tenaga ke dalam kedua
tangannya dan mengirim pukulan
beruntun dengan dorongan telapak tangan, Bu Giok Cu
menyambut dengan gerakan serupa.
"Plak! Plakk!" Dua pasang tangan berte mu dan akibatnya,
kedua orang wanita itu terdorong ke belakang
sampai tiga langkah! Tung-hai Mo-li te rbelalak
memandang perempuan dusun itu dan Bu Giok Cu
juga memandang sambil te rsenyum mengejek. Ia
telah membuktikan bahwa wanita galak itu tidak
mampu mengalahkannya, jangankan membunuhnya! Berubah pandangan Tung-hai Mo-li terhadap
perempuan dusun itu. "Siapa engkau...........?"
bentaknya marah. "Jangan mati tanpa nama!" Ia
menghunus pedang yang tadi diterimanya dari Cin
Cin dan nampak sinar hijau.
"Mo-li, tenanglah dan harap sabar. Kami tidak
ingin bermusuhan denganmu atau siapapun juga."
kata Si Han Beng sambil melangkah maju melerai.
Mendengar laki-laki dusun itu menyebutnya Moli, Tung-hai Mo-li menghadapinya dan memandang
tajam. "Engkau mengenalku?"
Si Han Beng tersenyum. "Tadinya memang tidak,
akan tetapi setelah engkau tadi mencabut pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menyerang isteriku, aku dapat menduga
bahwa engkau te ntulah Tung-hai Mo-li Bhok Sui
Lan, datuk dari pantai timur, bukan?"
Tung-hai Mo-li makin kaget. Laki-laki dusun ini
mengenalnya, mengenal pedangnya dan mengenal
imu silatnya! "Siapakah engkau?"
"Tung-hai Mo-li, kami suami isteri hanyalah
orang-orang dusun seperti katamu tadi, bukan
tokoh terkenal seperti engkau. Namaku Si Han
Beng dan ini adalah is teriku dan seperti yang
dikatakan tadi, nona Kam Cin adalah tamu kami
dan te ntu saja kami melarang siapapun mengganggu te rmasuk engkau sebagai gurunya
yang tidak adil." "Kau......kau......Huang-ho Sing-liong!" Tung-hai
Mo-li berseru kaget. Si Han Beng te rsenyum. "Hanya orang-orang
bodoh saja yang memberi julukan semuluk itu.
Aku hanya petani dusun biasa."
Tentu saja Tung-hai Mo-li merasa malu bukan
main. Ia tadi telah menganggap suami isteri
pendekar besar ini sebagai petani dusun! Akan
tetapi ia seorang datuk besar, maka tentu saja ia
merasa malu kalau harus mengakui kesombongannya. Ia melintangkan pedangnya di
depan dada. "Huang-ho Sin-liong! Engkau sendiri
seorang tokoh dunia persilatan, tentu engkau dan
isterimu tahu akan peraturan dan kesopanan
dunia kang-ouw, yaitu bahwa seseorang tidak
dibenarkan mencampuri urusan antara guru dan
muridnya, karena hal itu merupakan urusan
pribadi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, Mo-li!" Bu Giok Cu berseru, tak
kalah pedasnya. "Engkau seperti kata peribahasa
dapat melihat kuman di rambut orang lain, akan
tetapi tidak dapat melihat kutu busuk di kepala
sendiri! Engkau tadi memasuki pekarangan orang,


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengintai dari jendela ruangan orang tanpa
permisi. Apakah itu juga sikap yang dibenarkan
antara orang gagah" Dan ketahuilah bahwa kami
memiliki hubungan dekat dengan keluarga He khouw-pang, maka Cin Cin, puteri ketua Hek-houwpang ini dapat kami anggap sebagai keponakan
sendiri. Tentu kami tidak mau sembarangan orang
menghinanya!" Tung-hai Mo-li merasa kalah bicara dengan
nyonya cantik yang lincah itu, maka untuk
menutupi kekalahannya, ia menantang, "Kalau
begitu, mari kita selesaikan dengan pedang! Kita
lihat siapa yang salah pasti kalah!"
"Engkau menantangku!" Bu Giok Cu tersenyum
mengejek. "Jangan mengira bahwa aku perempuan
dusun takut kepada pedangmu dan julukanmu itu,
julukan kosong melompong dan pedang itu hanya
untuk menakut-nakuti ular di sawah saja! Majulah!" Akan te tapi, Si Han Beng segera melangkah
maju menengahi, "Isteriku, mundurlah. Kalau dua
ekor singa betina berkelahi, pasti ada salah satu
yang akan te was, dan aku tidak ingin melihat
engkau melakukan pembunuhan! Biarlah aku yang
menyambut tantangannya."
Bu Giok Cu te rtawa. "Hi-hik, engkau tahu saja
bahwa aku yang akan keluar sebagai pemenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan ia yang akan te was. Akan tetapi, kalau kau
yang maju, te ntu ia tidak akan berani. Aku
mendengar bahwa yang julukannya Tung-hai Mo-li
orangnya penakut dan pengecut!"
Hampir Thian Ki tak dapat menahan tawanya.
Nyonya rumah ini sungguh hebat. Lidahnya lebih
tajam daripada pedang pusaka dan dengan
ucapannya itu, te ntu saja ia telah menyudutkan
Tung-hai Mo-li. Dan memang benar. Tung-hai Mo-li
menjadi pucat saking marahnya.
"Huang-ho Sin-liong, siapa takut padamu" Biar
kubunuh dulu engkau, baru is te rimu yang
bermulut busuk itu!" Setelah berkata demikian
wanita ini menggerakkan pedangnya. Ge rakan itu
amat cepatnya, pedang diputar menjadi sinar hijau
yang bergulung-gulung dan sinar ini menyambar
ke arah Si Han Beng! Pendekar ini mengenal serangan yang amat
ganas dan dahsyat, maka diapun menggerakkan
tubuhnya dan memainkan Hui-tiauw Sin-kun (Silat
Sakti Rajawali Terbang). Akan tetapi, kalau
dibandingkan dengan ilmu silat itu ketika dimainkan mendiang Rajawali Sakti Liu Bhok Ki,
gurunya yang pertama, jauh berbeda. Si Han Beng
telah memiliki te naga sin-kang yang amat kuat
sehingga dia jauh lebih cepat dan kuat dalam ilmu
itu dibandingkan gurunya dahulu. Tubuhnya
bagaikan seekor burung rajawali, mencelat ke
udara dan semua serangan pedang bersinar hijau
itu tidak mengenai sasaran, bahkan kini tubuhnya
dari atas meluncur ke bawah dengan gerakan yang
aneh dan cepat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Mo-li yang selama ini memandang
rendah semua lawannya, terkejut bukan main dan
cepat ia menggerakkan pedang menyambut bayangan yang meluncur dari atas itu. Akan tetapi,
sambaran angin dari atas membuat ia te rhuyung
dan te rpaksa ia mele mpar tubuhnya ke atas tanah
dan bergulingan. Ketika ia meloncat bangun, ia
mengebut-ngebutkan pakaiannya yang menjadi
kotor. Ia luput dari sambaran Si Naga Sungai
Kuning, akan tetapi pakaiannya menjadi kotor dan
ia tahu bahwa menghadapi suami isteri yang amat
lihai itu, ia dapat membahayakan dirinya sendiri.
Ia melihat pendekar itu sudah berdiri lagi dengan
sikap amat tenang, terlalu tenang sehingga ia tahu
bahwa orang ini memang benar-benar berbahaya
sekali. "Mo-li, kenapa berhenti?" Bu Giok Cu mengeje k.
"Belum lecet kulitmu, belum terluka dagingnya,
dan engkau sudah menghentikan pertandingan!"
Tung-hai Mo-li bole h jadi angkuh, akan tetapi ia
bukan seorang tolol. Ia tahu bahwa kalau ia
melayani, ia akan celaka di tangan suami isteri
yang kelihatan seperti sepasang petani dusun itu.
"Aku datang untuk berurusan dengan muridku,
bukan dengan kalian!" katanya ketus. "Lain kali
kalau aku ada urusan dengan kalian, aku akan
sengaja mendatangi kalian. Nah, Cin Cin, engkau
sudah gagal melaksanakan tugas. Engkau sudah
kehilangan tangan kiri, dibuntungi jahanam Cian
Bu Ong. Apakah engkau akan tinggal diam saja"
De ndam kita kepada Cian Bu Ong kini menjadi
semakin mendalam dengan buntungnya tanganmu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mari ikut aku pergi menemuinya dan membunuhnya!" "Nanti dulu, lo-cianpwe. Yang membuntungi
tangan kiri adik Kam Cin bukan Cian Bu Ong,
melainkan aku!" Si Han Beng dan Bu Giok Cu sendiri te rkejut
bukan main mendengar pengakuan itu, dan
mereka berdua hanya menonton dengan heran.
Tung-hai Mo-li yang mendengar pengakuan itu,
menjadi merah mukanya, dan semua kemarahan
kini ditujukan kepada pemuda itu.
"Siapa engkau?" bentaknya marah.
"Namaku Coa Thian Ki, masih saudara misan
adik Kam Cin." "Kenapa engkau membuntungi tangan muridku?" "Maaf, lo-cianpwe, hal itu kulakukan untuk
menyelamatkan nyawanya karena tangannya te lah
keracunan hebat." Tung-hai Mo-li menoleh kepada muridnya dan
menyerahkan pedang telanjang di tangannya
kepada Cin Cin. "Cin Cin, cepat kau balas
perbuatannya, kau buntungi kedua tangannya! Dia
harus membayar hutang berikut bunganya. Ce pat!"
Akan tetapi Cin Cin tidak mau mene rima pedang
Koai-liong-kiam itu dan ia berkata, "Subo apa yang
dikatakannya benar. Thian Ki membuntungi tangan kiri teecu untuk menyelamatkan teecu.
Kalau dia tidak melakukan itu, sekarang teecu
te ntu s udah mati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, apapun alas annya, dia te lah membuntungi tanganmu. Katakan, kenapa tanganmu sampai terkena racun?"
Cin Cin te rpaksa berte rus terang. "Ketika teecu
menyerang Cian Bu Ong untuk membunuhnya
seperti yang subo kehendaki, Thian Ki mencegahku, sehingga aku berbalik menyerangnya. Aku mencengkeram pundaknya
dan keracunan he bat."
"Keparat, engkau bukan saja membuntungi
tangan muridku, bahkan engkau membela jahanam Cian Bu Ong, ya?" bentak Tung-hai Mo-li
sambil menghadapi Thian Ki dengan marah sekali.
"Tentu saja, lo-cianpwe karena Cian Bu Ong
adalah ayahku, juga guruku. Kuharap lo-cianpwe
dapat bersikap adil. Kalau lo-cianpwe mendendam
kepada bekas pangeran itu, bukankah hal itu
merupakan urusan pribadi" Urusan percintaan
antara lo-cianpwe dan Pangeran Cian Bu Ong
merupakan urusan yang sangat pribadi dan
rahasia, dan kalau lo-cianpwe hendak membalas
dendam, sudah sepatutnya kalau lo-cianpwe
melakukannya sendiri. Kenapa lo-cianpwe menyuruh Cin Cin membunuhnya" Cin Cin bukan
lawannya, tidak akan berhasil. Apakah lo-cianpwe
sengaja membiarkan Cin Cin tewas di tangan
musuh yang le bih tangguh" Atau .......barangkali
lo-cianpwe sendiri takut menghadapi ayahku"
Harap lo-cianpwe tidak melibatkan Cin Cin dalam
urusan pribadi itu, agar lo-cianpwe tidak menjadi
bahan te rtawaan dunia kangouw!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah wanita itu menjadi pucat saking marahnya. "Kau.....kau......kau anak dan murid
Cian Bu Ong" Dan engkau membuntungi tangan
muridku" Bagus! Aku pasti akan membunuh Cian
Bu Ong, akan te tapi aku akan le bih dulu
membunuh muridnya!" Thian Ki te rsenyum. "Hemm, sekarang aku
mengerti kenapa ayahku dahulu tidak mau
menikah dengan lo-cianpwe, walaupun lo-cianpwe
seorang wanita yang cantik dan lihai. Watak locianpwe itulah!" "Jahanam busuk, anak setan! Aku tantang
engkau, hayo cabut pedangmu dan kuantar
engkau ke neraka!" "Lo-cianpwe menantangku" Aku tidak akan
mundur atau lari," kata Thian Ki sambil meraba
pedangnya. "Cin Cin, maafkan aku kalau aku
melawan gurumu." "Nanti dulu!" Bu Giok Cu berseru. Ia khawatir
sekali melihat Thian Ki hendak menyambut
tantangan datuk wanita itu. Ia tahu bahwa tingkat
kepandaian Tung-hai Mo-li tidak jauh selisihnya
dengan tingkatnya sendiri. Bagaimana mungkin
Thian Ki sanggup menandinginya" Pemuda itu
sama saja dengan membunuh diri.
"Tung-hai Mo-li, tidak malukah engkau" Lawanmu adalah aku atau suamiku, bukan
seorang bocah! Hayo kau tantang aku atau
suamiku, bukan menantang seorang yang pantasnya menjadi anakmu atau muridmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hem, kiranya pendekar besar Huang-ho Sinliong dan isterinya hanyalah dua orang dusun yang
usil, yang suka mencampuri urusan orang lain
secara tidak tahu malu! Aku menantang murid
Cian Bu Ong, musuh besarku, aku hendak
membunuhnya karena dia pute ra dan murid Cian


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bu Ong, dan dia sudah membuntung tangan
muridku. Apakah kalian begitu tidak tahu malu
untuk mencampuri urusanku ini?"
Si Han Beng melangkah maju. "lsteriku, mundurlah " Dia lalu memandang wajah Tung-hai
Mo-li, dengan sinar mata mencorong yang demikian tajam sehingga datuk wanita itu sendiri
menjadi gentar. Mata pendekar itu seperti sepasang mata seekor naga sakti, berapi!
"Tung-hai Mo-li, engkau berhak menantang
siapapun juga di dunia ini dan kalau yang kau
tantang sudah menyambut untuk bertanding
denganmu, kami te ntu saja tidak akan mencampuri. Akan te tapi kalau yang kau tantang
menolak lalu engkau memaksa dan hendak
membunuhnya, demi Tuhan, aku Si Han Beng
yang akan mencegahmu, mengerti" Thian Ki,
sebaiknya jangan kau sambut tantangannya. Ia
bukan lawanmu." "Paman dan bibi, harap tidak khawatir. Aku
akan menyambut tantangannya, demi ayah dan
guruku, juga demi Cin Cin karena ia sejak kecil
diperalat oleh wanita iblis ini, dibesarkan dan
dilatih ilmu silat hanya untuk disuruh membunuh
bekas kekasihnya, karena ia sendiri tidak berani
maju. Juga demi paman dan bibi yang dipandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rendah dan demi aku sendiri yang ditantangnya.
Akan percuma saja kalau selama ini belajar ilmu,
kini ditantang oleh seorang wanita jahat aku tidak
berani menandinginya. Tung-hai Mo-li, aku sudah
siap, majulah!" berkata demikian, Thian Ki
mencabut pedangnya, pedang yang berwarna
hitam. Nampak sinar hitam yang mengerikan
ketika pedang itu dicabut, dan suami is teri
pendekar itu mengenal Cui-mo Hek-kiam (Pedang
Hitam Pengejar Iblis] yang dahulu merupakan
pedang milik Sim Lan Ci, ibu pemuda itu. Sebatang
pedang yang ampuh dan mengandung racun hebat
karena pedang itu telah ditangani oleh mendiang
Ban-tok Mo-li, nenek dari Thian Ki!
Diam-diam Tung-hai Mo-li juga terkejut melihat
pedang hitam di tangan pemuda itu. Akan tetapi,
sesuai dengan wataknya, tentu saja ia memandang
rendah kepada seorang pemuda.
Betapapun lihainya, kalau hanya seorang pemuda seperti itu,
biar maju sepuluh orangpun ia tidak akan gentar!
"Bocah setan, sambut ini dan mampuslah!"
bentaknya dan wanita itu s udah menerjang dengan
dahsyatnya. Sinar pedang kehijauan bergulunggulung menyambar ke arah Thian Ki.
Pemuda ini dengan tenang menggerakkan
pedangnya dan nampak gulungan sinar hitam yang
mengeluarkan suara mengaung-ngaung, dan ketika
kedua pedang berte mu di udara, te rdengar suara
nyaring dan nampak bunga api berpijar. Tung-hai
Mo-li merasa telapak tangan yang memegang
pedang te rgetar hebat dan iapun te rkejut, tidak
berani memandang rendah lagi dan ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh te naganya, mengeluarkan
jurus-jurus terampuh untuk mendesak. Namun,
Thian Ki mampu mengimbanginya dengan baik.
Pemuda ini sudah menguasai semua ilmu yang
diajarkan Cian Bu Ong kepadanya, sehingga
melawan dia tidak ada bedanya dengan melawan
bekas pangeran itu sendiri. Bahkan pemuda ini
le bih hebat lagi karena tubuhnya beracun!
Si Han Beng dan Bu Giok Cu yang menonton
pertandingan itu, diam-diam merasa kagum bukan
main. Tak pernah mereka dapat membayangkan
betapa anak yang dahulu oleh orang tuanya
sengaja dijauhkan dari ilmu silat, kini telah
menjadi seorang pemuda yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi.! Jelas pemuda itu tidak akan
kalah menandingi Tung-hai Mo-li, bahkan perlahan-lahan, setelah lewat tigapuluh jurus yang
penuh dengan penyerangan silih berganti dengan
serunya, Thian Ki mulai dapat mendesak lawannya. Gulungan sinar hijau pedang Koai-liongkiam mulai menyempit, sedangkan gulungan sinar
hitam pedang Cui-mo He k-kiam menjadi semakin
melebar. Tung-hai Mo-li menjadi panik juga. Seujung
rambutpun ia tidak pernah mengira bahwa ia
menemukan lawan yang amat tangguh dalam diri
pemuda itu! Demikian tangguhnya sehingga kini ia
malah terdesak hebat. Ternyata, baik dalam hal
kecepatan dan keringanan tubuh, maupun dalam
te naga, pemuda itu lebih unggul darinya. Ia
semakin penasaran melihat Cin Cin diam saja,
tidak berusaha untuk membantunya. Akan tetapi,
hal itupun akan sia-sia karena di sana te rdapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami isteri pendekar yang tentu tidak akan tinggal
diam kalau Cin Cin bergerak membantunya.
Karena penasaran, tiba-tiba ia mengeluarkan
le ngkingan panjang, tubuhnya membuat gerakan
memutar dan pedangnya menyambar dari samping
dengan pengerahan seluruh tenaganya. Itulah
jurus Loai-liong-tiauw-wi (Naga Siluman Menyabetkan Ekornya) dari Koai-liong-kiam-sut
dan jurus ini menang berbahaya sekali. Putaran
tubuh itu menambah dahsyatnya te naga dari
tangan yang menggerakkan pedang. Melihat ini,
Thian Ki menyambut dengan tangkis an pedangnya,
bukan menangkis langsung dari depan, melainkan
le bih condong menghantam dari atas ke bawah
sambil mengerahkan tenaga sin-kangnya.
"Trakk......!" Pedang Koai-liong-kiam yang menjadi pedang pusaka andalan Tung-hai Mo-li itu
patah menjadi dua potong! Tentu saja wanita ini
te rkejut bukan main, mukanya pucat memandang
kepada pedang sepotong yang masih berada di
tangannya. Pedang itu tinggal sepertiga lagi, yang
duapertiga sudah jatuh dan menancap ke atas
tanah. "Setan.....!" Ia memaki dan ia membuang sisa
pedang itu ke atas tanah pula. Thian Ki juga
menyarungkan pedangnya. Dia merasa menyesal
telah merusak pedang lawan.
"Tung-hai Mo-li, maafkan aku telah mematahkan
pedangmu," katanya dengan suara yang jujur,
bukan untuk mengejek. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh!" Tung-hai Mo-li membuang muka dan
menoleh kepada muridnya yang masih berdiri di
pinggir. "Cin Cin, hayo ikut denganku. Kita pergi!"
Cin Cin memandang kepada Thian Ki, meragu
dan merasa serba salah. "Subo...." Ia berkata lirih,
bimbang. "Cin Cin, ingat! Kalau tidak ada subomu ini, apa
akan jadinya dengan dirimu belasan tahun yang
lalu" Aku menyelamatkanmu, merawatmu, mendidikmu! Aku gurumu, pengganti orang tuamu, dan sekarang aku perintahkan engkau
untuk ikut denganku!"
Cin Cin kembali menoleh kepada Thian Ki, akan
tetapi kakinya sudah melangkah ke arah subonya.
"Cin Cin, ingat, gurumu amat jahat, hanya ingin
mempergunakanmu demi kepentingannya sendiri,
tanpa memperdulikan keselamatanmu!" kata Thian
Ki garang. "Ia tidak perduli engkau akan mati atau
hidup. Ia seorang yang amat keji, dahulu merawat
dan mendidikmu hanya dengan tujuan keuntungan dirinya sendiri. Cin Cin, engkau sudah
menemukan kembali ibumu, tinggalkan iblis betina
itu dan kembali kepada ibumu!"
"Coa Thian Ki, engkau tidak berhak mencampuri
urusan kami!" Tung-hai Mo-li membentak marah,
akan tetapi tidak berani bersikap galak lagi.
"Aku le bih berhak atas dirinya daripada engkau,
Tung-hai Mo-li. Engkau tidak menyayangnya,
melainkan hanya mempergunakannya. Akan te tapi
di sini terdapat ibunya yang menyayangnya, ayah
tirinya yang juga mengasihinya, dan di sini ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku, saudara misannya, akan tetapi juga laki-laki
yang mencintanya. Aku tidak akan membiarkan
engkau membawanya pergi, kalau perlu akan
kupertahankan dengan nyawaku!"
Wajah Cin Cin berubah pucat, matanya te rbelalak, lalu wajah itu menjadi merah sekali.
Thian Ki telah mengaku mencintanya di depan
subonya, di depan Huang-ho Sin-liong dan
isterinya secara terbuka!
"Cin Cin! Hayo ikut bersamaku!" bentak Tunghai Mo-li, wajahnya merah sekali seperti udang
direbus saking marahnya. "Jangan pergi, Cin Cin. Aku yang bertanggung
jawab!" kata Thian Ki.
"Subo......, teecu akan pergi.....bersama Thian
Ki......" kata Cin Cin, suaranya lirih dan mukanya
kemerahan. Tung-hai Mo-li melangkah maju menghampiri
muridnya, akan te tapi bayangan Thian Ki berkelebat dan dia sudah menghadang di depan
gadis itu. "Tung-hai Mo-li, mulai sekarang, akulah yang
akan melindungi Cin Cin dari te kanan siapapun
juga!" katanya gagah.
"Kau.......kau .....!" Tiba-tiba Tung-hai Mo-li
menggerakkan tangannya menyerang, mencengkeram dengan tangan kiri ke arah muka
Thian Ki dan tangan kanannya menghantam dada.
Namun, dengan tangkasnya Thian Ki melompat ke
samping sambil menangkis sehingga serangan
kedua tangan itu gagal. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Subo, jangan........!!" Cin Cin berteriak. Sebetulnya teriakan itu keluar dari hatinya yang
mengkhawatirkan subonya yang berani menyerang
dengan tangan kosong. Thian Ki adalah seorang


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tok-tong (anak beracun) dan tubuhnya penuh
hawa beracun. Ia sendiri kehilangan tangan kirinya
karena berani mencengkeram pundak Thian Ki.
Tung-hai Mo-li menyerang lagi, kedua tangannya
mencengkeram dengan gerakan cepat sekali. Ilmu
Liong-jiau-kun (silat cakar naga) memang merupakan ilmu sillat tangan kosong yang khas
dari iblis betina itu, disamping ilmu pedang Koailiong-kiam. Ketika menyerang dan mencengkeram
pundak Thian Ki, Cin Cin juga menggunakan ilmu
cengkeraman ini. Ilmu cengkeram dari Tung-hai
Mo-li memang hebat, gerakannya aneh dan
cepatnya luar biasa, membuat lawan tidak sempat
lagi untuk mengikuti perkembangan gerakan itu
tanpa membalas . Kalau Thian Ki masih tidak mau membunuh
atau merobohkan Tung-hai Mo-li, hal itu karena
dia menjaga perasaan Cin Cin, yang dia tahu
merasa berhutang budi kepada gurunya itu. Tadi,
ketika bertanding pedang, diapun hanya mematahkan pedang lawan tanpa melukainya.
Kini, melihat serangan yang bertubi-tubi, diapun
hanya mengelak dan menangkis, dan inilah
kesalahannya. Dia tidak tahu betapa hebatnya
ilmu cengkeraman Liong-jiau-kun itu, maka tibatiba saja lengannya, di bawah siku, te lah kena
dicengkeram tangan kanan Tung-hai Mo-li.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brett........!" Lengan baju kiri Thian Ki robek dan
kuku tangan wanita itu sudah mencengkeram
le ngan Thian Ki. Akan tetapi, bukan Thian Ki yang
berte riak, melainkan wanita itu sendiri. I a menjerit
dan te rjengkang, lalu melompat bangun memegang
tangan kanannya yang te lah berubah menghitam
pada ke lima jari tangannya!
"Kau......kau......beracun .. .."
"Subo, dia memang seorang tok-tong! Subo,
cepat buntungi tangan subo, racun itu akan
menjalar naik!" teriak Cin Cin. Akan tetapi Tunghai Mo-li melotot kepadanya, lalu mendengus dan
sekali berkelebat iapun sudah meninggalkan
te mpat itu. "Subo......!!" Cin Cin berte riak memanggil dan
suaranya mengandung is ak karena duka dan
penyesalan. Thian Ki menghampirinya.
"Cin Cin, maafkan aku. Aku tidak bermaksud...."
"Bukan salahmu, Thian Ki. Subo menjadi korban
karena kesalahannya sendiri, seperti juga aku."
Si Han Beng dan Bu Giok Cu juga te rkejut
bukan main melihat betapa tangan Tung-hai Mo-li
menjadi keracunan hebat begitu mencengkeram
le ngan Thian Ki. Apalagi mendengar te riakan Cin
Cin bahwa Thian Ki seorang tok-tong!
"Thian Ki! Benarkah engkau seorang tok-tong
dan tubuhmu mengandung racun?" tanya Si Han
Beng dengan alis berkerut. Mendengar pertanyaan
itu tiba-tiba Thian Ki menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki Si Han Beng. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Me mang benar, paman, dan karena itulah maka
aku datang menghadap paman dan bibi."
"Tapi, bagaimana mungkin itu" Ayah ibumu
dahulu bahkan menjauhkan dirimu dari ilmu
silat!" kata pula pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning itu. "Mari kita bicara di dalam agar Thian Ki dapat
menceritakan te ntang dirinya. Engkau juga masuklah, Cin Cin. Kami sungguh gembira sekali
melihat engkau tidak mengikut gurumu."
"Bibi saya......saya seorang murid murtad......"
kata gadis itu dengan sedih dan menundukkan
mukanya. "Sama sekali tidak, Cin Cin!" kata Si Han Beng
dan suaranya te gas. "Justru karena engkau
menyadari keadaan gurumu yang jahat dan engkau
tidak mau mengikuti je jaknya, merupakan suatu
kebijaksanaan darimu. Jangankan seorang guru,
biar orang tua sendiri sekalipun, kalau melakukan
kejahatan, tidak pantas untuk dijadikan contoh.
Gurumu itu s eorang datuk sesat, tentu saja semua
tindakannya hanya didasari kepentingan diri
pribadi, dan kalau engkau secara membuta
mentaatinya, berarti engkau bodoh dan ikut
te rseret ke dalam kesesatan. Sungguh tidak sesuai
dengan watak ayah dan ibu kandungmu yang
menjadi pendekar!t" "Terima kasih, paman," kata Cin Cin, agak le ga
mendengar ucapan itu. Sebetulnya, kalau ia
berte rus terang, yang membuat ia nekat membelakangi gurunya adalah Thian Ki! Begitu
mendengar pengakuan cinta dari Thian Ki tadi, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengambil keputusan untuk menentang
siapa saja agar dapat hidup bersama Thian Ki
untuk selamanya! Mereka memasuki rumah kembali, ke dalam
ruangan yang tadi. "Jadi kalau begitu, buntungnya
tangan kiri Cin Cin juga karena tubuhmu yang
beracun?" tanya Bu Giok Cu.
"Benar, bibi," kata Cin Cin, mendahului Thian Ki
karena ia tidak ingin pemuda itu dipersalahkan.
"Akan te tapi dia tidak bersalah, aku sendiri yang
bersalah, bibi. Ketika memenuhi perintah subo aku
menyerang Pangeran Cian Bu Ong. Thian Ki
membela pangeran itu dan aku menjadi marah.
Kami bertanding dan aku te rdesak, lalu aku
mempergunakan cengkeraman tangan kiriku melukai pundaknya, dan akibatnya tanganku
keracunan. Melihat tanganku menghitam, Thian Ki
cepat menggunakan pedang membuntungi tangan
kiriku, untuk menyelamatkan nyawaku."
"Perbuatan itu membuat aku merasa menyesal
untuk selamanya, paman dan bibi. Sebetulnya,
Pangeran Cian Bu Ong tidak kalah melawan Cin
Cin, tetapi dia mengalah dan aku tidak ingin
melihat Cin Cin membunuh suhu yang tidak
bersalah dan yang mengalah. Ketika mudanya,
memang suhu dan Bhok Sui Lan itu saling
mencinta. Akan tetapi, ketika mendapat kenyataan
bahwa Bhok Sui Lan seorang tokoh sesat, suhu
yang ketika itu seorang pangeran, menjaga nama
baik keluarga kerajaan dan memutuskan hubungan. Ternyata perbuatan itu membuat Bhok
Sui Lan mendendam dan memperdalam ilmuTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmunya sampai menjadi Tung-hai Mo-li, kemudian
ia mendidik Cin Cin untuk disuruh membunuh
Pangeran Cian Bu Ong yang te lah menjadi suami
ibuku." Suami isterl itu saling pandang dan Si Han Beng
menghela napas panjang. "Hemm,
begitulah perputaran nasib kehidupan manusia. Sekarang,
ceritakan bagaimana engkau sampai menjadi
seorang tok-tong, Thian Ki. Keadaan yang sungguh
berlawanan dengan cita-cita ayah dan ibu
kandungmu yang akan menjauhkan dirimu dari
ilmu silat dan kekerasan."
"Me ndiang nenek yang membuat saya menjadi
tok-tong, paman dan bibi."
"Maksudmu, nenekmu Ban-tok Mo-li Phang Bi
Cu yang telah menjadi Lo-nikouw di kuil Thian-hotong itu?" "Benar, paman." Thian Ki lalu menceritakan
betapa dia dititipkan kepada neneknya dan
neneknyalah yang mengolah dirinya sehingga
menjadi tok tong. Tubuhnya menjadi beracunan,
sehingga ketika dia berusia lima tahunpun dia
sudah membuat orang-orang tangguh tewas karena
memukulnya. Kemudian diceritakannya semua
pengalamannya sebagai murid ayah tirinya dan
diapun akhirnya minta bantuan neneknya agar
diberi pelajaran ilmu yang dapat mengendalikan
hawa beracun dari tubuhnya.
"Akan tetapi mendiang nenek tidak mampu
membersihkan hawa beracun dari
tubuhku, paman. Menurut nenek, aku tidak boleh menikah
selama hidupku, karena kalau aku menikah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isteriku akan tewas keracunan, padahal aku....."
Dia menoleh dan saling pandang dengan Cin-Cin.
Suami isteri itupun saling pandang dan merasa
te rharu. Si Han Beng menghela napas panjang.
"Kami dapat menyelami perasaan nenekmu, Thian
Ki. Memang ia dahulu te rkenal dengan julukan
Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), seorang
ahli racun yang tiada duanya di dunia persilatan.
Dan dia menjadikan engkau seorang tok-tong itu
bukan bermaksud membuatmu te rsiksa, melainkan ia ingin agar engkau menjadi orang yang
paling lihai dan tak terkalahkan."
Thian Ki menghela napas panjang. "Akupun
tidak menyalahkan mendiang nenek, paman.
Bagaimanapun juga, nenek telah berusaha menebus semua dosanya dengan nyawanya."
Dia lalu menceritakan te ntang pengeroyokan
yang dilakukan orang-orang kang-ouw te rhadap
Lo-nikouw karena orang-orang kangouw itu mengetahui bahwa nikouw itu adalah Ban-tok Moli yang dianggap sebagai iblis betina.
"Nenek sama sekali tidak melakukan perlawanan
sehingga ia tewas dibawah hujan senjata orangorang kang-ouw." Kembali suami isteri itu saling pandang dan
menghela napas panjang. "Hemm, siapa bermain
air akan basah dan bermain api akan kepanasan,
sudah wajar sekali. Mendiang nenekmu sejak
mudanya berkecimpung di dunia kangouw dan
melakukan banyak sekali perbuatan yang menimbulkan permusuhan. Karena itulah, maka
kami berduapun lebih suka tinggal di tempat sunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini, sedapat mungkin menjauhkan diri dari
kekerasan dan permusuhan."
"Dan dahulu, ketika engkau masih kecil, kedua
orang tuamu yang sudah menyadari betapa
kehidupan orang-orang yang menguasai ilmu silat
adalah kehidupan penuh kekerasan dan permusuhan, mereka sengaja tidak mau mengajarkan ilmu silat kepadamu dan kamipun
sebenarnya menyetujui pendapat mereka. Akan


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi, siapa kira, engkau bukan menjadi seorang
yang le mah, bahkan kini menguasai ilmu silat
tinggi dan memiliki tubuh beracun yang amat
berbahaya bagi lawan." kata pula Bu Giok Cu.
Thian Ki menarik napas panjang dengan muka
muram. "Karena itulah, paman dan bibi, aku
menghadap paman berdua untuk mohon pertolongan, karena mendiang nenek pernah
berpesan kepadaku, bahwa di dunia ini, hanya ada
dua orang yang kira-kira akan mampu melenyapkan pengaruh hawa beracun dari tubuhku dan membebaskan aku dari keadaan
menjadi manusia beracun, dan mereka itu adalah
yang te rhormat lo-cianpwe Pek I Tojin guru paman
dan Lo-cianpwe Hek Bin Hwesio guru bibi. Dan
ibuku mengatakan bahwa kalau aku tidak dapat
menemukan kedua orang lo-cianpwe itu, mungkin
paman dan bibi akan dapat menolongku. Karena
itu, paman dan bibi yang budiman, tolonglah
karena seperti telah kukatakan kepada Tung-hai
Mo-li tadi, aku mencinta Cin Cin dan mengharapkan ia menjadi iste riku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kembali Cin Cin menundukkan mukanya yang
menjadi merah sekali. Jantungnya berdebar keras.
Sejak pertemuan yang pertama kali, walaupun
perte muan itu dalam suasana yang aneh dan
mereka tidak saling mengenal, namun ia sudah
amat te rtarik kepada Thian Ki dan dalam
perte muan selanjutnya, walaupun pertemuan yang
le bih tidak menyenangkan karena ternyata Thian
Ki murid Cian Bu Ong dan memihak gurunya, ia
sudah jatuh cinta. Kemudian, terjadi pembuntungan tangan kirinya itu oleh Thian Ki,
peristiwa yang amat menyedihkan hatinya. I a tidak
akan pernah melupakan pemuda itu, dan kini,
dalam waktu singkat, Thian Ki secara terbuka, di
depan orang-orang lain, bukan saja telah mengaku
cinta kepadanya, bahkan juga menyatakan harapannya untuk memperiste rinya! Walaupun
tidak langsung kepadanya, namun baginya sama
saja, berarti pemuda itu telah menyatakan
cintanya dan telah meminangnya sebagai isteri.!
Dan tanpa menjawabpun ia dapat mendengar
sendiri jawaban hatinya, yaitu bahwa iapun
mencinta Thian Ki dan menerima pinangan itu
dengan hati penuh kebahagiaan.
Sementara itu, Si Han Beng dan Bu Giok saling
pandang. Mereka maklum bahwa memang tidak
mudah menghalau pergi hawa beracun yang telah
membuat Thian Ki menjadi seorang manusia
beracun. Akan tetapi, mengingat hubungan mereka
dengan mendiang Coa Siang Lee, ayah pemuda itu,
mereka merasa berkewajiban untuk mencobanya,
dengan penuh kesungguhan hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, Thian Ki. Kami akan mencobanya,
akan tetapi jangan mengharapkan te rlalu banyak
karena benar seperti apa yang dikatakan mendiang
nenekmu, agaknya hanya orang-orang yang memiliki kesaktian seperti kedua orang guru kami
itu saja yang akan cukup kuat untuk mengusir
hawa beracun dari tubuhmu yang sudah ditanamkan ke dalam tubuhmu sejak engkau
masih kanak-kanak." Tiba-tiba Thian Ki bangkit dari tempat duduknya, lalu menjatuhkan diri berlutut menghadap suami is teri itu. "Paman dan bibi
te rnyata benar seperti dikatakan ibuku, paman
dan bibi adalah suami is teri pendekar yang
budiman, dan aku Coa Thian Ki merasa kagum
dan berterima kasih sekali."
"Hushh. bangkitlah, Thian Ki," kata Bu Giok Cu
sambil tersenyum. "Kita seperti orang lain saja!
Bukankah mendiang ayahmu adalah kakak angkat
pamanmu Si Han Beng" Di antara keluarga sendiri,
kenapa mesti banyak sungkan."
"Benar bibimu, Thian Ki. Bangkit dan duduklah,"
kata Si Han Beng. Thian Ki duduk kembali, hatinya merasa amat
gembira dan penuh harapan. Akan te tapi dia ingat
akan sesuatu dan cepat berkata, "Maaf, paman dan
bibi. Betapa aku te rlalu memikirkan diri sendiri
sehingga aku lupa akan sesuatu. Aku pernah
mendengar bahwa paman dan bibi mempunyai
seorang pute ri, dimanakah pute ri paman dan bibi
itu" Ingin sekali kami bertemu dan berkenalan."
-ooo0dw0ooo- Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 29 Mendengar pertanyaan itu, Si Han Beng dan Bu
Giok Cu saling pandang dan Si Han Beng memberi
is yarat dengan anggukan kepala kepada is terinya,
tanda bahwa dia setuju kalau isterinya menceritakan tentang keadaan pute ri mereka
kepada Thian Ki dan Cin Cin.
"Malapetaka telah menimpa keluarga kami,
Thian Ki dan Cin Cin. Sejak anak kami berusia dua
tahun, ia telah diculik orang dan sampai sekarang
kami belum pernah melihat anak kami itu."
Biarpun ia seorang wanita gagah perkasa, namun
menceritakan tentang pute rinya itu, mau tidak
mau Bu Giok Cu merasa berduka dan suaranya
te rdengar agak gemetar. Mendengar itu, Cin Cin menjadi penasaran
sekali. "Akan tetapi bagaimana mungkin hal itu
te rjadi, bibi" Paman dan bibi adalah suami isteri
yang berkepandaian tinggi! Siapa orangnya berani
main-main seperti itu, berani menculik pute ri
paman dan bibi" Katakan, siapa orangnya dan aku
akan membantu paman dan bibi mencari puteri
bibi itu sampai dapat!"
"Akupun siap untuk membantu paman dan bibi
mencari penculik itu!" kata Thian Ki.
"Penculiknya seorang wanita yang bernama Kwa
Bi Lan," kata Si Han Beng.
Cin Cin memandang heran. "Dan selama ini
paman dan bibi tidak pernah berhasil menemukan
kembali pute ri paman itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Giok Cu yang menjawab setelah menghela
napas panjang. "Kami berdua memang tidak
pernah mencarinya." "Tapi, kenapa, bibi" De ngan ilmu kepandaian
bibi yang tinggi, apalagi ada paman. Apa sukarnya
mencari penculik itu, membunuhnya dan merampas kembali pute ri bibi" Kenapa bibi dan
paman tidak pernah mencarinya?"
Thian Ki juga ikut menatap wajah suami is teri
itu bergantian dengan pandang mata penuh
kehe ranan dan pertanyaan.
Kembali suami isteri itu saling pandang,
kemudian Bu Giok Cu menghela napas panjang,
lalu berkata. "Baiklah, kalian berdua adalah
keluarga He k-houw-pang, bukan orang luar dan
biar akan kuceritakan apa yang te lah terjadi
belasan tahun yang lalu dan kenapa kami tidak
pernah mencari puteri kami."
Ia lalu menceritakan tentang Kwa Bi Lan yang
te rhitung su-moi dari suaminya. Kemudian Kwa Bi
Lan menjadi isteri gurunya sendiri, mendiang Sintiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki. Liu Bhok Ki
marah dan penas aran kepada Si Han Beng yang
mengecewakan hatinya, karena Si Han Beng yang
tadinya diharapkan menikah dengan Kwa Bi Lan
malah menikah dengan Bu Giok Cu tanpa memberi
tahu. Liu Bhok Ki berduka dan menjadi sakitsakitan sampai meninggalnya, dan Kwa Bi Lan
merasa sakit hati kepada Si Han Beng.
"Nah, untuk membalas sakit hatinya itulah, Kwa
Bi Lan datang dan menculik Hong Lan, anak kami.
Kami tidak berani mengejar, karena ia mengancam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa kalau kami mengejar, ia akan membunuh
anak kami." Sampai di sini, nyonya itu tidak kuasa
lagi mencegah menetesnya beberapa butir air mata.
"Akan te tapi, tentu ada cara untuk merampas
kembali pute ri bibi." kata Thian Ki. "Apalagi
sekarang tentu ia telah menjadi seorang gadis yang
dewasa." "Jangan khawatir, paman dan bibi. Kalau Thian
Ki sudah mendapatkan kebebasan dari hawa
beracun di tubuhnya, kami berdua akan mencari
pute ri bibi sampai dapat dan kami tidak akan
berhenti mencari sebelum kami berhasil!" kata Cin
Cin penuh semangat. Thian Ki membenarkan dan
diapun menyanggupi untuk mencari dan mengajak
kembali Si Hong Lan kepada orang tuanya.
"Aku khawatir ia tidak akan lagi mengenal
kami," kata Bu Giok Cu. "Mudah-mudahan saja
Kwa Bi Lan dapat menjadi pengganti ibu yang baik.
Ia bukan seorang jahat, bahkan ia seorang
pendekar wanita yang tangguh, murid Siauw-limpai. ..." "Murid Siauw-lim-pai" Seperti ayah tiriku....."
kata Cin Cin. Si Han Beng mengangguk. "Me mang Kwa Bi Lan
adalah keponakan dari ayah tirimu yang bernama
Lie Koan Tek itu, Cin Cin."
"Ahh.......!" Gadis itu berteriak kaget.
"Kalau begitu, le bih mudah lagi! Aku akan
bertanya kepada ayah tiriku, tentu dia mengetahui
dimana adanya Kwa Bi Lan dan aku akan
mengambil pute ri bibi darinya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Giok Cu te rsenyum. "Terima kasih, Cin Cin.
Biarpun sejak lama engkau menjadi murid Tunghai Mo-li, ternyata engkau tidak kehilangan watak
pendekar dari orang tuamu. Sukurlah, karena aku
sendiri dahulu juga menjadi murid seorang datuk
sesat, yaitu Ban-tok Mo-li mendiang nenek Thian
Ki. Akan tetapi, rasanya tidak begitu mudah bagi
kami untuk mendapatkan kembali anak kami,
karena sekarang tentu ia telah dewasa dan kalau ia
sudah menganggap Kwa Bi Lan sebagai ibunya, ia
tidak mengenal kami lagi."


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akan tetapi hal itu dapat dijelaskan kepadanya,
bibi!" bantah Cin Cin.
"Sudahlah," kata Si Han Beng. "Hal itu tidak
perlu diributkan lagi. Kami memang amat rindu
kepada anak kami, akan te tapi kami sudah tidak
mengharapkan ia mengenal kami sebagai orang
tuanya. Kalau kami dapat melihat ia dalam
keadaan sehat dan selamat, juga berbahagia, kami
sudah ikut merasa berbahagia. Sekarang sebaiknya kalian berdua beristirahat. Kami berdua
akan samadhi dan menghimpun te naga sin-kang.
Malam nanti baru kami akan mencoba untuk
membantu Thian Ki mengusir hawa beracun dari
tubuhnya. Thian Ki, engkau tinggal di kamar tamu
di depan, dan Cin Cin di kamar anak kami yang
sampai sekarang masih kami pelihara baik-baik
dan kami persiapkan kalau-kalau anak kami itu
pulang." Thian Ki dan Cin Cin merasa te rharu sekali
mendengar ucapan pendekar itu karena dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ucapan itu te rkandung harapan dan kedukaan
yang mendalam, namun sengaja ditekan.
Setelah suami isteri itu memasuki kamar mereka
untuk bersamadhi, Thian Ki tinggal berdua saja
dengan Cin Cin. "Mari kita keluar, di samping
rumah melihat taman yang indah dan hawanya
sejuk," kata Thian Ki.
Tanpa menjawab Cin Cin mengikutinya. Mereka
memasuki taman. Suasana sunyi dan taman itu
memang menyejukkan badan dan hati. Thian Ki
mengajak Cin Cin duduk di bangku dalam taman.
Keduanya duduk dan berdiam diri sampai lama.
Akhirnya Cin Cin yang bicara, suaranya lirih.
"Thian Ki, kenapa engkau lakukan itu?"
"Lakukan apa?" Thian Ki mengangkat muka
menengok dan karena gadis itu pun sedang
memandangnya , maka dua pasang mata berte mu
dan bertaut. "Yang kau katakan kepada subo dan kepada
paman dan bibi tadi......"
"Ya.........?" Thian Ki mendukung.
".......bahwa engkau.......cinta padaku dan mengharapkan akan menjadi ... isterimu...." gadis
itu tidak kuasa menahan debaran hatinya yang
te gang dan malu, dan ia menundukkan mukanya.
Padahal, Cin Cin adalah seorang gadis yang
biasanya lincah jenaka, periang dan gembira lagi
pandai bicara, walaupun semenjak tangan kirinya
buntung, ia menjadi lebih pendiam. N amun hal ini
bukan karena buntungnya tangan, melainkan
karena Thian Ki yang menyebabkan buntung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, apakah ucapanku itu menyinggung
perasaan hatimu" Maafkan kalau aku menyinggungmu............"
''Bukan begitu maksudku, akan tetapi kenapa
engkau lakukan itu" Kenapa engkau mengucapkan
k ta-kata itu?" sepasang matayang je li dan tajam
sinarnya itu menatap wajah Thian Ki penuh
selidik. Akan te tapi Thian Ki menyambut tatapan
mata itu dengan tenang dan jujur.
"Kenapa, Cin Cin" Aku tidak mengerti mengapa
engkau masih bertanya kenapa."
"Thian Ki, berterus teranglah. Apakah engkau
mengatakan kepada subo bahwa engkau mencinta
ku, hanya untuk membela daku dari kemarahan
Subo" Kemudian engkau mengatakan kepada
paman dan bibi bahwa engkau mengharapkan aku
menjadi isterimu hanya agar mereka mau membebaskanmu dari hawa beracun?"
Sepasang mata Thian Ki terbelalak lebar, ia
te rkejut bukan main karena tidak menyangka
sama sekali bahwa ke sana arah pertanyaan Cin
Cin tadi. "Cin Cin! Seperti itukah buruknya
penilaianmu te rhadap diriku" Engkau......tidak
percayakah engkau kepadaku?"
"Thian Ki, aku hanya menghendaki kepastian.
Jawablah pertanyaanku tadi."
"Demi Tuhan, Cin Cin. Aku memang cinta
padamu! Aku memang mengharapkan engkau
menjadi isteriku! Atau, engkau menghendaki aku
bersumpah?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, apakah perasaan cintamu itu te rdorong oleh perasaan iba dan menyesal karena
engkau telah nembuntungi tangan kiriku?" Kembali sepasang mata itu memandang penuh
selidik. Thian Ki merasa hatinya perih sekali.
"Cin Cin, kenapa engkau begitu te ga mengajukan pertanyaan seperti itu" Ingatan bahwa
tangan kirimu buntung karena aku selama
hidupku akan mendatangkan perasaan sesal di
hatiku. Akan tetapi bukan karena itu aku
mencintamu dan ingin berjodoh denganmu. Sebelum tangan kirimu buntungpun, ketika
pertama kali kita bertemu, aku sudah jatuh cinta
padamu. Justeru karena cintaku kepadamu maka
aku membuntungi tangan kirimu, untuk menyelamatkan nyawamu. Setelah tanganmu buntung perasaan duka dan sesal itu bahkan
memperdalam rasa cintaku. Cin
Cin, kalau e ngkau tidak menganggap aku te rlalu
hina dan rendah, aku......, sekali lagi kepadamu
kunyatakan bahwa aku cinta padamu dan bahwa
aku ingin sekali berjodoh denganmu, menjadi
suamimu dan kita hidup bersama selamanya, Cin
Cin." Sepasang mata yang je li itu kini menjadi basah,
dan ketika ia membuka mulut bicara, suaranya
te rdengar lirih dan gemetar. "Thian Ki, aku.....aku
yang hina dan rendah, aku tidak pantas menjadi
isterimu, aku......aku hanya seorang gadis
buntung......" "Hushhh........" Thian Ki meraih dan memegang
tangan kanan gadis itu, lalu menutupkan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya ke depan mulut Cin Cin, mencegah gadis
itu bicara lebih banyak. "Anak bodoh, engkau
adalah gadis paling hebat, paling cantik, dan paling
kucinta di dunia ini."
"Thian Ki.......!" Kini Cin Cin menangis sesenggukan di atas dada Thian Ki. Akan te tapi
hanya sebentar. Mereka berdua maklum bahwa di
taman itu, keadaan mereka akan mudah dilihat
orang lain. Juga Cin Cin menangis karena bahagia,
maka ia dapat menekan perasaannya dan kini
mereka duduk berdampingan. Tangan kiri Thian Ki
tak pernah melepaskan tangan kanan gadis itu
yang digenggamnya erat-e rat dan telapak tangan
mereka yang saling genggam itu menyalurkan
getaran kasih yang hangat dan mes ra, yang hanya
dapat dirasakan dan dimengerti ole h mereka
berdua. Mereka berdua hening sampai lama, hanya
saling pandang dan saling lirik. Biarpun matanya
masih basah, kini Cin Cin sudah tersenyum manis.
"Cin Cin, engkau masih hutang kepadaku dan
harus kau bayar sekarang juga, tidak boleh
ditunda-tunda lagi agar hatiku tidak menjadi
gelisah " Gadis itu membelalakkan matanya yang indah,
yang masih basah. "Hutang kepadamu" Aku
hutang" Hutang apa, Thian Ki?"
Thian Ki tersenyum. Betapa indahnya mata itu,
seperti telaga yang amat dalam penuh rahasia dan
bibir itu, betapa manisnya kalau sedang setengah
te rbuka karena keheranan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, aku sudah mengaku cinta dan ingin
memperisterimu, akan tetapi engkau sama sekali
belum menjawabku. Nah, itulah hutangmu kepadaku, bayarlah sekarang juga!"
Wajah itu menjadi merah sekali, merah sampai
ke lehernya, dan mata itu nampak gugup dan salah
tingkah, bibir itu gemetar seolah sukar mengeluarkan suara, dan Cin Cin yang biasanya
lincah jenaka, gembira dan tabah, kini nampak
seperti seorang gadis yang le mah, pemalu, dan
cengeng! "Aku......aku.... ah, Thian Ki, haruskah ..
.aku... ." Apakah......engkau tidak dapat
merasakan...........!?" Ia mencoba menghindari
jawaban yang dituntut Thian Ki itu.
"Ah, tidak bisa! Engkau harus menjawab, Cin
Cin. Akupun menghendaki kepastian. Bagaimana
kalau engkau sebenarnya tidak cinta padaku dan
tidak ingin menjadi isteriku, akan tetapi hanya
karena kasihan kepadaku dan sungkan untuk
menolak" Nah, kau tahu betapa pentingnya
jawabanmu bagiku" "Jangan.....jangan pandang aku seperti itu,
sukar bagiku untuk menjawab kalau engkau
memandangku........ "
Thian Ki tersenyum. "Aku harus memandangmu
agar dapat melihat apakah jawabanmu sejujurnya
atau hanya berbohong!"
"I hh! Engkau ... kejam sekali, engkau te ga
membuat aku menjadi salah tingkah begini...?"
Thian Ki menggenggam tangan gadis itu.
"Jawablah, Cin Cin. Aku bahkan berani mengaku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cinta di depan orang-orang lain. Sekarang, hanya
ada kita berdua, pengakuanmu han ya akan
kudengar sendiri." Cin Cin menyerah. Ia menundukkan mukanya
dan berkata lirih seperti hanya berbisik saja,
namun te rdengar amat merdunya dalam te linga
Thian Ki. "Thian Ki, sejak perte muan kita pertama,
akupun sudah jatuh cinta padamu. Aku cinta
padamu dan aku ingin menjadi isterimu......"
"Cin Cin....!" Kembali Thian Ki mendekapnya dan
sejenak mereka tenggelam ke dalam perasaan yang
menyatu. Tiba-tiba mereka saling melepaskan
rangkulan karena telinga mereka yang te rlatih
mendengar langkah orang. Cepat mereka

Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menengok dan mereka melihat seorang pemuda
berjalan menghampiri mereka. Kalau Thian Ki
memandang heran karena tidak mengenal pemuda
itu. Cin Cin bangkit dengan cepat dan matanya
menyinarkan kemarahan. Sebaliknya, pemuda
itupun nampak te rkejut bukan main ketika
mengenal Cin Cin. "Cin Cin......!" Pemuda itu berseru kaget.
"Bagus engkau datang, The Siong Ki. Aku
memang mencarimu untuk menantangmu! Engkau
telah berani melukai ibuku dan menyerang ayah
tiriku. Nah, mari kita selesaikan urusan kita di
sini!" Cin Cin menantang dan melangkah maju
menghampiri. Akan te tapi pemuda itu, Siong Ki memandang
bingung. Melihat di dalam taman ada seorang
pemuda dan seorang gadis duduk di bangku taman
dan berpelukan, dia yang baru saja datang menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran dan curiga, maka segera memasuki taman
untuk menegur. Tidak tahunya, gadis itu adalah
Cin Cin! Dia tidak ingin berkelahi dengan gadis
yang lihai itu, apalagi di situ terdapat suhu dan
subonya. Seperti kita ketahui, The Siong Ki yang
bekerja sama dengan Bi Tok Siocia Ouw Ling telah
gagal ketika membantu pemberontak dan pengkhianat, yaitu Pangeran Li Seng Cun. Mereka
bukan saja gagal membunuh kaisar, bahkan Ouw
Ling te was dalam usaha itu, dan Siong Ki berhasil
lolos dari istana dan melarikan diri, kembali ke
dusun Hong-cun, te mpat tinggal suhu dan
subonya. Sungguh tidak disangkanya sama sekali
akan berte mu dengan Cin Cin di taman gurunya
itu. "Cin Cin, maafkan aku. Memang tidak kusangkal
bahwa aku pernah menyerang ibumu dan ayah
tirimu. Akan tetapi semua itu terjadi karena aku
salah duga. Aku mengira bahwa Lie Koan Tek
itulah yang telah membunuh ayahku dalam
penyerbuan ke He k-houw-pang dahulu. Aku hanya
ingin membalas dendam atas kematian ayahku.
Aku sekarang menyadari bahwa bukan dia yang
membunuh ayahku, dan harap engkau suka
memaafkan aku." "Enak saja minta maaf! Engkau sudah melukai
ibuku dan minta maaf begitu saja" Kalau pada
waktu engkau menyerang mereka aku tidak
muncul dan mencegahmu, mungkin sekarang
engkau telah membunuh ibuku dan ayah tiriku!"
"Itu hanya merupakan salah sangka. Maafkan
aku, Cin Cin. Atau kalau engkau masih penasaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan hendak membalaskan luka ibumu, nah,
kauboleh lukai aku, aku tidak akan membalas.
Ingat, kita masih sama-sama keluarga He k-houwpang dan kita sama-sama menderita karena
penyerangan kepada Hek-houw-pang itu."
Melihat kekasihnya marah-marah dan sikap
pemuda itu yang kini dia kenal sebagai The Siong
Ki yang pernah dikenalnya belasan tahun yang lalu
ketika dia ikut ayah ibunya ke Hek-houw-pang
nampak mengalah dan minta maaf, Thian Ki segera
melerai. "Sudahlah, Cin Cin. Siong Ki benar, semua itu
te rjadi karena salah sangka, dan dia sudah minta
maaf." Melihat Thian Ki yang nampak a krab dengan Cin
Cin dan kini ikut pula bicara, bahkan menyebut
namanya begitu saja, timbul perasaan tidak senang
dalam hati Siong Ki. Timbul perasaan tinggi
hatinya dan dengan ketus dia bertanya. "Siapakah
engkau yang berani mencampuri urusan kami?"
Thian Ki merasa heran mendengar ucapan yang
bernada tinggi hati dan angkuh itu. Sungguh tidak
patut murid Naga Sakti Sungai Kuning bersikap
seperti itu, akan tetapi dia tersenyum dan
menghampiri Siong Ki. "Siong Ki, lupakah engkau
kepadaku" Aku senasib dengan engkau dan Cin
Cin, kehilangan ayah ketika Hek-houw-pang
diserbu. Aku Coa Thian Ki!"
Siong Ki mele barkan matanya. "Coa Thian Ki"
Kau pute ra Paman Coa Siang Lee itu?" Sekarang
Siong Ki bersikap ramah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki........!"
Pemuda itu terkejut dan wajahnya berubah
pucat mendengar suara suhunya. Dia menole h dan
cepat menjatuhkan diri di depan suhu dan
subonya yang te lah berada di situ. Suami isteri
pendekar itu telah mendengar suara mereka dan
keduanya memasuki taman. Melihat sikap Cin Cin
yang marah, Si Han Beng segera menegur
muridnya. "Siong Ki, apa yang telah kami dengar dari Cin
Cin itu" Engkau te lah menyerang pendekar Lie
Koan Tek dan juga ibu Cin Cin, bahkan telah
melukainya" Lupakah engkau akan pesan kami
ketika engkau pergi, tidak boleh memusuhi
pendekar itu sebelum melakukan penyelidikan
dengan seksama dan tidak boleh mendendam
kepada siapapun?" "Ampun, s uhu, dan subo, teecu telah melakukan
kesalahan karena terburu nafsu dan diamuk duka
dan dendam atas kematian ayah. Teecu telah
bersalah dan teecu siap menerima hukuman dari
suhu berdua." kata Siong Ki dengan nada sedih.
Tadi ketika Thian Ki melerai, hati Cin Cin sudah
mulai dingin dan ia dapat memaafkan Siong Ki.
Kini, melihat kedua orang guru pemuda ini
nampak marah, Cin Cin semakin merasa kasihan
kepada Siong Ki. Bagaimanapun juga, yang
diserang Siong Ki bukanlah ibunya, melainkan Lie
Koan Tek dan ibunya membela suami, maka
sampai te rluka. Dan penyerangan Siong Ki
te rhadap Lie Koan Tek tidak dapat te rlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disalahkan karena pemuda itu mengira bahwa
ayah tirinya yang membunuh ayah pemuda itu.
"Siong Ki, kembalikan pedangku!" terdengar Bu
Giok Cu berkata dan suaranya juga tidak ramah.
De ngan muka pucat Siong Ki mele paskan tali
sarung pedangnya dan menyerahkan pedang Sengkang-kiam (Pedang Baja Bintang) kepada subonya.
Bu Giok Cu tanpa berkata apa-apa, menerima
pedang itu dan mencabutnya dari
sarung, memeriksa pedang itu, kemudian memasukkannya
kembali dan memasangkan di punggungnya sendiri. "Hemm, pedangku kupinjamkan kepadamu sebagal bekal agar engkau dapat melaksanakan
tugasmu dengan baik. Lalu, apa hasilnya selama
engkau pergi ini" Hanya untuk menyerang dan
melukai ibu Cin Cin dan ayah tirinya" Itu saja?"
Tentu saja Siong Ki tidak berani menyinggung
te ntang pekerjaannya membantu pangeran yang
memberontak dan usahanya membunuh kaisar
namun gagal itu. Ia teringat akan tugas yang
diberikan gurunya kepadanya, yaitu mencari puteri
gurunya yang diculik orang belasan tahun yang
lalu. Bahkan ketika Si Hong Lan. puteri Suhunya
itu diculik oleh Kwa Bi Lan, dia yang semestinya
bertanggung jawab, karena ketika itu, dia yang
baru berusia enam tahun yang mengasuh Hong
Lan yang berusia dua tahun.
"Maaf. subo......"
"Lancang! Siapa memberi ijin engkau menyebut
subo kepadaku?" bentak Bu Giok Cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf...... maafkan saya. bibi....... saya sudah
berusaha semampu saya mencari jejak mereka,
akan tetapi belum berhasil."
"Sudahlah," kata Si
Han Beng. "Engkau beristirahatlah, atau boleh menemani Thian Ki dan
Cin Cin. Kami hendak melanjutkan bersamadhi di
kamar dan nanti kalian bertiga boleh makan
malam di ruangan makan, kami tidak ingin
diganggu sebelum hari menjadi gelap." Setelah
berkata demikian, Si Han Beng dan isterinya
meninggalkan taman dan masuk kembali ke dalam
rumah. Karena ia sendiri sedang merasa berbahagia dan
hatinya senang karena baru saja ia dan Thian Ki
sudah saling membuka rahasia hati masingmasing yang saling mencinta, maka hati Cin Cin
menjadi tak tega dan ia sudah dapat memaafkan
Siong Ki sepenuh hatinya. Apalagi melihat betapa
Siong Ki dimarahi oleh kedua orang gurunya,
iapun merasa kasihan. "Tentu engkau disuruh mencari pute ri paman Si
Han Beng yang diculik orang itu, bukan?" tanya
Cin Cin kepada Siong Ki. Pemuda itu menjatuhkan diri di atas bangku
taman dan menghela napas panjang berulangulang. Memang hatinya sedang kesal bukan main.
Usahanya di kota raja gagal, bahkan hampir saja
dia tidak dapat meloloskan diri dari is tana. Dan
diapun belum berhasil mendapatkan pute ri gurunya yang hilang itu. "Me mang nasibku yang buruk. Dahulu, adik
Hong Lan diculik oleh Kwa Bi Lan ketika sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuajak bermain-main di taman ini. Aku baru
berusia enam tahun dan tak berdaya, ditotok oleh
Kwa Bi Lan. Dan sekarang, suhu menugaskan aku
untuk mencari puterinya, akan tetapi aku sama
sekali tidak berhasil menemukan jejak Kwa Bi Lan.
Sudah kutanyakan ke seluruh penjuru, kepada
para tokoh kangouw, namun tidak ada yang dapat
memberitahu dimana adanya Kwa Bi Lan, seolah ia
le nyap ditelan bumi bersama anak yang diculiknya." "Aku yang akan dapat menemukannya, Siong Ki.
Aku dan Thian Ki akan membantu paman dan bibi
menemukan kembali anak mereka," kata Cin Cin.
"Cin Cin, engkau tahu di mana adanya Kwa Bi
Lan yang menculik pute ri suhu?" tanya Siong Ki
heran. "Aku juga belum tahu, akan te tapi dapat
kutanyakan kepada ayah tiriku. Kiranya dia
mengetahui atau dapat menduga di mana adanya
wanita itu kerena Kwa Bi Lan adalah keponakan
ayah tiriku." "Ah, begitukah?" kata Siong Ki gembira "Kalau
begitu, aku yakin bahwa akhirnya engkau dan
Thian Ki yang akan mampu mengembalikan adik Si
Hong Lan kepada suhu!" Kini Siong Ki kelihatan
gembira sekali. Memang hatinya bergembira karena
le ga. Biarpun kedua orang gurunya tidak puas
dengan kegagalannya menemukan Hong Lan, akan
tetapi mereka tidaklah terlalu marah kepadanya.
Dan kini ternyata Cin Cin telah memaafkannya.
Tidak ada sesuatu yang dapat dia khawatirkan lagi.
Peristiwa di istana kerajaan itu tentu tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diketahui gurunya, dan dia kini te lah aman berada
di rumah gurunya. Karena gembira, maka dia lalu
mengajak Thian Ki dan Cin Cin bercakap-cakap,
saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Akan te tapi tentu saja cerita mereka itu terbathas,
hanya yang seperlunya saja diceritakan. Siong Ki
te ntu saja menyimpan rahasia, sedangkan Cin Cin
yang bagaimanapun juga tidak sepenuhnya melupakan perbuatan Siong Ki, juga tidak mau
menceritakan semua keadaan dirinya. Demikian
pula dengan Thian Ki. Sikap Siong Ki yang tadi
te rdengar angkuh itu saja sudah membuat dia


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada
pemuda ini. Karena dia menghadapi pengobatan yang akan
dilakukan Si Han Beng dan Bu Giok Cu, Thian Ki
berpamit dari kedua orang itu untuk melakukan
samadhi di kamarnya, sebagai persiapan menerima
bantuan pengobatan dari suami isteri pendekar itu
dengan mengumpulkan hawa murni ke dalam
tubuhnya. Cin Cin yang memaklumi keadaan
kekasihnya dan mengharapkan Thian Ki sembuh
atau terbebas dari hawa beracun itu, menyetujui.
Iapun mengajak Siong Ki untuk bercakap-cakap di
dalam taman itu menanti lewatnya siang hari.
Siong Ki memang seorang yang pandai membawa
diri. Dia bersikap sopan dan ramah, bahkan akrab
sekali sehingga semakin menipis kesan buruk atas
diri pemuda itu dalam hati Cin Cin.
"Maafkan aku, Cin Cin, kalau pertanyaanku ini
menyinggung perasaanmu. Kalau engkau tidak
suka menjawab, anggap saja pertanyaanku ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak pernah ada." Dia menghentikan kata-katanya
sambil memandang wajah gadis itu untuk memberi
kesempatan kepada Cin Cin mengambil keputusan.
Cln Cin mengerutkan alis nya. Pemuda aneh,
akan te tapi juga ia merasa te rtarik untuk
mengetahui pertanyaan apa gerangan yang akan
diajukan pemuda itu. "Katakanlah, aku tidak akan te rsinggung, asal
engkau tidak sengaja hendak menyinggung atau
menghinaku." "Cin Cin, aku ingat benar sekarang ketika kita
masih sama-sama menjadi sahabat,
bahkan saudara seperguruan di He k-houw-pang. Ketika
itu, aku ingat bahwa kedua tanganmu masih utuh.
Maaf kan aku.....tangan kirimu....."
Cin Cin tersenyum. Ia merasa heran sendiri
karena semenjak tangan kirinya buntung, setiap
kali ada orang menyinggung te ntang tangan itu, ia
merasa jengkel dan marah, bahkan banyak orang
sudah ia buntungi tangannya hanya karena orang
itu menyinggung te ntang cacatnya itu. Akan tetapi
sekarang, ia sama sekali tidak merasa tersinggung.
Ia tidak tahu bahwa hal itu te rjadi karena
pengakuan cinta dari Thian Ki tadi. Kebencian dan
kemarahannya karena tangannya buntung adalah
kebencian yang timbul karena kekecewaan bahwa
pemuda yang dicintanya yang melakukannya. Kini,
tangannya yang buntung sama sekali tidak
membuat ia menyesal lagi!
"Tangan kiriku ini, Siong Ki?" tanyanya sambil
te rsenyun dan ia mengangkat lengan kirinya yang
buntung sebatas pergelangan tangan. Ujung le ngan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu terbungkus sutera putih. "Ah, tangan kiriku
dipenggal pedang se hingga buntung...... "
"Ahh! Siapa jahanam yang melakukannya. Cin
Cin" Aku akan membantumu membalas dendam
atas perbuatannya yang kejam itu!"
Senyum di bibir Cin Cin mengembang. "Tidak
perlu, Siong Ki, karena orang yang membuntungi
tangan kiriku adalah Thian Ki sendiri."
"Ehh" Bagaimana pula ini" Kenapa Thian Ki
membuntungi tangan kirimu, padahal kulihat..."
Dia menghentikan ucapannya karena merasa
te rlanjur bicara. "Kami memang saling mencinta dan telah
bersepakat untuk menjadi suami isteri, Siong Ki.
Pembuntungan tanganku ini telah terjadi beberapa
waktu yang lalu." "Tapi.....kenapa" Sungguh aneh kalau dia
mencintamu akan tetapi membuntungi tanganmu!"
"Justeru karena dia mencintaku maka dia
membuntungi tangan kiriku, Siong Ki. Karena
kalau dia tidak melakukan itu, te ntu sekarang aku
sudah tidak berada di dunia lagi, sudah mati."
"Ehh" Kenapa begitu" Apa yang te lah terjadi?"
Tentu saja Siong Ki menjadi semakin penasaran
dan heran. "Panjang ceritanya, Siong Ki," Kata Cin Cin.
"Ketika itu, aku memenuhi permintaan guruku
untuk membunuh guru dan ayah tiri Thian Ki ......
" "Maksudmu Cian Bu Ong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Cian Bu Ong yang dimusuhi oleh
guruku. Thian Ki hendak melindungi ayah tirinya,
dan aku mencengkeram pundaknya, tidak tahu
bahwa dia seorang tok-jin (manusia beracun)
sehingga tangan kiriku yang mencengkeram itu
bahkan keracunan. Melihat itu Thian Ki cepat
membuntungi tangan kiriku karena kalau tidak,
racun akan menjalar naik dan nyawaku tidak akan
dapat diselamatkan lagi."
"Luar biasa sekali! Kalau tidak mendengar
sendiri darimu, bagaimana aku dapat percaya"
Engkau sudah dibuntungi tangan kirimu oleh
Thian Ki dan sekarang engkau bahkan memilihnya
menjadi calon suamimu!"
"Akan tetapi, dia melakukannya untuk menyelamatkan nyawaku, dan akulah yang mencengkeram pundaknya."
Siong Ki mengangguk-angguk. "Hemm, jadi
Thian Ki adalah seorang manusia beracun"
Mengerikan." "Dia dijadikan tok-tong oleh mendiang neneknya,
ketika dia masih kecil. Hal itu bukan kehendaknya
dan kini justeru dia datang mencari paman Si Han
Beng dan isterinya untuk minta pertolongan
mereka agar suka membantunya membebaskan
dirinya dari pengaruh hawa beracun itu." Cin Cin
membela kekasihnya. Siong Ki mengangguk-angguk. "Dan suhu sudah
menyanggupinya?" "Sudah, paman dan bibi akan berusaha mengobatinya malam nanti, sekarang paman dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bibi sedang melakukan siu-lian (s amadhi) untuk
menghimpun kekuatan."
Siong Ki berdiam diri sampai lama, alisnya
berkerut. Betapa lihainya Coa Thian Ki. Tubuhnya
mengandung hawa beracun yang amat ampuh!
Bahkan Cin Cin yang demikian lihainya, setelah
mencengkeram Thian Ki, tangannya sendiri keracunan hebat dan kalau tidak dibuntungi, akan
te was! Kalau saja dia yang mempunyai tubuh
beracun seperti itu, alangkah senangnya! Tidak
akan ada yang mampu mengalahkannya, dan dia
akan dapat menjadi jagoan nomor satu di dunia
ini. Akan tetapi, Thian Ki berusaha keras hendak
melenyapkan pengaruh hawa beracun itu, agar
tubuhnya tidak beracun lagi! Sungguh gila!
Melihat pemuda itu te rmangu dan te rmenung,
Cin Cin tersenyum. "Siong Ki, apa yang kau
pikirkan?" tanyanya.
"Sungguh aku merasa heran bukan main, Cin
Cin. Thian Ki dapat menjadi tok-tong itu sungguh
luar biasa sekali! Belum te ntu seorang anak dari
sejuta orang dapat seberuntung dia. Akan tetapi,
memiliki tubuh yang demikian lihainya, yang dapat
membuat dia menjadi seorang lawan yang sukar
dikalahkan dan amat berbahaya, sepatutnya dia
bahagia dan bangga. Akan tetapi kenapa dia malah
hendak membebaskan dirinya dari hawa beracun
di tubuhnya itu?" Setelah bercakap-cakap dengan Siong Ki, Cin
Cin merasa akrab kembali dengan pemuda yang di
waktu kecilnya adalah teman bermainnya itu,
maka iapun tidak ragu lagi untuk berte rus terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki, Thian Ki bukan seorang yang haus akan
kemenangan, tidak ingin menjadi jagoan yang
paling kuat di dunia persilatan. Dia ingin menjadi
manusia biasa, jatuh cinta dan dicinta, kemudian
menikah dan membentuk keluarga. Sedangkan
kalau tubuhnya masih beracun seperti sekarang
ini, dia tidak mungkin dapat menikah."
"Eh, kenapa begitu" Apa salahnya kalau dia
menikah?" "Kalau dia menikah, isterinya akan te was
keracunan," kata Cin Cin singkat. Hampir saja
Siong Ki mengeluarkan suara hatinya dalam katakata bahwa dia tidak akan perduli apakah wanita
yang diperis terinya akan tewas, dia bahkan akan
dapat berganti-ganti isteri, dengan tubuhnya yang
demikian ampuh, apapun akan dapat diraihnya!
Biarpun Siong Ki dapat menahan diri dan tidak
mengucapkan suara hatinya, namun Cin Cin yang
hendak membela kekasihnya, seolah dapat mendengar isi hati Siong Ki dan iapun berkata,
bukan tidak ada kebanggaan te rkandung dalam
suaranya. "Sebetulnya, tanpa diobatipun, Thian Ki
akan dapat membebaskan dirinya dari pengaruh
racun itu kalau ia sudah memperisteri banyak
wanita dan menewaskan mereka. Akan te tapi
Thian Ki bukanlah seorang yang jahat seperti itu.
Dia tidak ingin menyebabkan kematian siapapun,
apalagi kematian seorang wanita yang menjadi
isterinya. Dia akan berupaya agar tubuhnya bebas
dari pengaruh hawa beracun, barulah dia mau
menikah. Kalau usahanya itu gagal, dia le bih
senang selama hidupnya tidak menikah dan tidak
menewaskan siapapun yang tidak berdosa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki hanya mengangguk-angguk, a kan tetapi
di dalam hatinya dia mencela Thian Ki sebagai
seorang yang bodoh sekali. Cin Cin lalu meninggalkan pemuda itu untuk pergi mandi
karena hari telah sore. Siong Ki ditinggalkan
seorang diri dalam lamunannya. Betapa jauh
perbedaannya sekarang setelah dia kembali ke
rumah gurunya. Dahulu, sebelum dia pergi, dia
merasa bahwa tempat itu seperti te mpat tinggalnya
sendiri. Dia merasa betah dan senang tinggal di
situ, senang membantu kedua orang gurunya
bekerja di sawah ladang sebagai petani atau naik
perahu mencari ikan di sungai. Akan tetapi
sekarang, setelah mengalami banyak peristiwa
dalam perantauannya, dia merasa betapa tidak
menyenangkan hidup di dusun yang sunyi itu.
Tidak ada keramaian, tidak ada kemewahan, tidak
ada kesenangan sama sekali!
Terutama sekali setelah dia mengalami kemesraan dengan mendiang Bi Tok Siocia Ouw
Ling, kini dia merasa kehilangan sesuatu dalam
hidupnya. Bagaikan seseorang yang mulai ketagihan candu, dia merasa tidak sanggup hidup
bersunyi diri jauh dari seorang teman wanita!
Setiap kali dia membayangkan kemesraan
dengan Ouw Ling, timbul desakan gairah yang
membuat dia menderita sekali, bagaikan seorang
kelaparan dan mulailah timbul pikiran bermacammacam untuk dapat melampias kan dorongan
gairahnya yang berkobar. Hati akal pikiran
merupakan te mpat yang amat penting bagi nafsu,
karenanya nafsu bersarang di sana. Hati akal
pikiran kita sudah bergelimang dengan nafsu, oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Beracun Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

karena itu apapun yang kita pikirkan, selalu
diboncengi nafsu yang selalu mendesak untuk
dipenuhi tujuannya, yaitu kesenangan. Segala
macam perasaan, senang susah, iri benci dengki
timbul melalui pikiran yang mengenang atau
membayangkan segala peristiwa yang lalu atau
yang akan datang. Batin tidak akan diguncang
gelombang perasaan itu kalau pikiran tidak
mengenang atau membayangkan. Segala macam
perasaan senang, susah, marah, benci dan
sebagainya itu tidak akan timbul ketika kita
sedang tidur atau pingsan, karena pikiran tidak
bekerja. Itulah sebabnya mengapa para arif
bijaksana sejak jaman dahulu mengatakan bahwa
musuh kita yang paling berbahaya adalah pikiran
sendiri, karena pikiran kita sendirilah sumber
segala kesengsaraan batin. Tak dapat disangkal.
Dari pikiran timbulnya se gala macam perasaan itu,
akan te tapi pikiran pula merupakan alat kita yang
te rpenting. Hati akal pikiran inilah yang membuat
kita menjadi manusia, berbeda dengan mahluk
lain. Kalau harimau mempertahankan hidupnya
dengan cakar dan taringnya, kita mempertahankan
hidup dengan hati akal pikiran kita.
Karena hati akal pikiran yang memegang
peranan utama dalam kehidupan kita. maka nafsu
menjadikan sebagai sarangnya. Kalau tadinya hati
akal pikiran disertakan kita untuk dipergunakan
memenuhi kebutuhan hidup kita, oleh nafsu
diubah menjadi alat untuk mengejar kesenangan.
Pengejaran kesenangan inilah yang menimbulkan
semua konflik, semua pertentangan, dimulai dari
perte ntangan dalam batin sendiri, lalu tercurah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluar menjadi pertentangan antara manusia,
antara golongan, antara bangsa.
"Sungguh tolol Thian Ki!" Siong Ki memaki dalam
hatinya. Kalau saja dia yang menjadi tok-tong! Dan
ada jalan yang lebih menyenangkan untuk membebaskan diri dari pengaruh hawa beracun,
walaupun keinginan inipun gila, kenapa memilih
cara yang le bih sukar dan tidak menyenangkan"
Kalau dia, tentu akan memilih cara yang
menyenangkan itu, membuang hawa beracun itu
melalui kesenangan menggauli wanita. Berapa
banyaknya wanita yang akan te was menjadi
korban keracunan, apa salahnya" Bukan sengaja
membunuh, melainkan suatu cara pengobatan.
Siong Ki lalu memasuki kamarnya di samping.
Dia merasa berte rima kasih juga bahwa suhunya
Buddha Pedang Dan Penyamun Terbang 6 Pedang Pusaka Buntung Karya T. Nilkas Memanah Burung Rajawali 6

Cari Blog Ini