Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Bagian 6
tangan menampar kepala wanita itu.
"Tak pantas kau diberi ampun. Mampuslah!"
Wi Hong berkelit. Dia terkejut ketika hawa panas
mendahului tamparan si kakek, mengelak namun kalah cepat.
Tapi ketika tamparan siap mendarat di kepala wanita itu, yang
berarti W i Hong akan tewas mendadak berkelebat bayangan
putih dan tamparan atau pukulan ini ditangkis seseorang.
"Kakek kejam, tak perlu membunuh wanita!" dan benturan
keras yang membuat si kakek terpelanting dan berteriak
kaget, terguling-guling, sudah membuat Wi Hong maupun
lawan terkejut karena di situ muncul seorang pemuda gagah
bercaping bambu. "Sin Hauw!" "Golok Maut...!"
Dua seruan itu hampir berbareng meluncur dari mulut si
kakek maupun Wi Hong. Sudra, kakek yang lain juga berteriak
dan kaget berseru tertahan. Itulah Han Han yang datang tepat
pada waktunya, melihat pertandingan dan marahnya kakek
berhidung mancung ini. Dan karena Mindra akan membunuh
lawannya sementara Han Han telah melihat dan menyaksikan
dari dekat, diam-diam tergetar dan kasihan kepada wanita
yang rambutnya riap-riapan ini, yang agaknya setengah gila
maka Han Han bergerak dan tak mau wanita yang harus
dikasihani, itu dibunuh. Han Han menangkis dan langsung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan Pek-lui-kangnya, bertemu dengan Hwi-sengciang dan meledaklah suara keras seperti petir itu. Tapi ketika
dua mulut berseru berlainan, satu menyebutnya sebagai Sin
Hauw dan yang satu sebagai Si Golok Maut, padahal tokoh itu
telah tiada maka Han Han tertegun dan tiba-tiba terkejut
ketika wanita setengah gila yang rambutnya riap-riapan ini
terkekeh dan menubruknya.
"Aih, kau kiranya, Hauw-ko (kanda Hauw). Kau datang
tepat pada waktunya dan telah menyelamatkan aku. Ah,
terima s kasih. Kau ternyata masih hidup!" dan Han Han yang
langsung dipeluk dan diciumi, terkejut, tiba-tiba melihat
wanita itu terisak dan menangis tersedu-sedu. Dan saat itu
kakek berhidung mancung yang ditangkis pukulannya tiba-tiba
mencabut nenggala dan membentak, disusul temannya yang
juga mencabut cambuk baja dan meledakkannya di udara.
"Golok Maut, rohmu kiranya masih berkeliaran di bumi.
Mampuslah.... dar!" dan cambuk yang menyambar serta
meledak menuju lehernya, menjirat, sekonyong-konyong
disusul gerakan nenggala yang menusuk lambung.
"Minggir!" Hari Hari terkejut dan berseru keras. Dia masih
tak mengerti omongan orang ketika tiba-tiba dua senjata itu
menyerangnya begitu hebat. Nenggala mengaum dan
suaranya mirip topan menderu, cambuk di atas kepala sudah
meledak dan siap menyambar lehernya. Kalau dia lengah
sedikit barangkali lehernya bisa terbabat putus. Dua senjata
itu sama-sama berbahaya. Dan karena wanita itu memeluknya
dan Han Han sejenak tertegun karena tangis dan pelukan
wanita itu membuat bulu romanya berdiri, meremang, ada
sesuatu yang tiba-tiba seakan menyentaknya dari alam halus
maka Han Han bergerak dan cepat mendorong wanita itu
serta melempar tubuh sambil melakukan tendangan dari
bawah. "Des-des-tarr!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bumi yang diinjak seketika hangus. Han Han meloncat
bangun dan terbelalak melihat itu. Dua kakek itu tiba-tiba saja
garang dan beringas. Mereka menyebutnya sebagai Si Golok
Maut dan dia disangka rohnya, Han Han tertegun. Tapi ketika
dua kakek itu juga terbelalak dan tertegun sejenak, kaget
melihat Han Han mampu menghindar dan menendang cambuk
maka dua-duanya sudah membentak dan menerjang lagi.
"Heii, kalian gila!" Han Han berteriak, melihat nenggala dan
cambuk kembali menjeletar menyerang berbahaya. Dia
sebenarnya hendak melerai saja dan menyelamatkan wanita
setengah gila itu. Entah kenapa Han Han iba dan kasihan
terhadap wanita ini. Tak tahu bahwa itulah ibunya, ibu
kandung! Maka ketika dua kakek itu menyerang ganas dan tak
perduli teriakannya, Mindra dan saudaranya pucat merangsek
semakin hebat maka apa boleh buat Han Han lalu
berlompatan dan mengelak ke sana-sini, didesak dan terus
dicecar dan akhirnya pemuda ini menggerakkan tangan
menangkis. Pek-lui-kang kembali menampar tapi bertemu
nenggala tiba-tiba lengan Han Han tergetar. Itulah tanda
bahwa lawan memiliki sinkang kuat dan dua kakek-kakek ini
bukan orang sembarangan. Han Han kagum tapi juga marah.
Dan ketika satu saat nenggala kembali menusuk dan cambuk
menjeletar di atas kepala, bagai guruh menggelegar maka
Han Han mencabut pedangnya dan secepat kilat dia bergerak
miring sambil membabatkan pedangnya itu, dari kanan ke kiri.
"Crat-tass!" Nenggala dan cambuk sama-sama buntung. Dua kakek itu
berteriak kaget dan melompat mundur, mereka terbelalak
memandang senjata masing-masing, tapi ketika tertegun
bahwa Han Han tak memegang golok, sebagai ciri-ciri Si Golok
Maut maka dua kakek itu tertegun dan bertanya, suaranya
jelas gentar karena gerakan pedang Han Han tadi
membuktikan anak muda itu memiliki s inkang yang amat kuat,
yang masih di atas mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau, siapa anak muda?" Dari mana dan kenapa
mengganggu kami" Kau mencari permusuhan!"
"Hi-hik, tak usah dijawab!" si wanita rambut riap-riapan
tiba-tiba melengking dan menusuk dua orang kakek ini,
mempergunakan kukunya. "Mereka ini orang-orang yang dulu
mengeroyokmu, Hauw-ko Hayo hajar dan bunuh. Bantu aku
dan jangan digubris!"
Namun dua kakek itu mengebutkan lengan. Wi Hong
terpental dan jatuh terguling-guling, wanita ini berteriak dan
minta agar Han Han tak berpangku tangan. Dan ketika dia
meloncat bangun dan menerjang lagi! berani karena
"suaminya" ada di situ maka Mindra dan Sudra gemas
menghantam wanita ini. "Kau tak tahu diri, enyahlah.... des-dess!"
Wi Hong terkena sapuan miring, terlempar dan jatuh
terguling-guling dan menjerit menangis di sana. Wanita itu ma
rah tapi juga gentar menghadapi lawannya. Han Han tak
segera menolongnya. Tapi ketika Han Han bergerak dan
menyambarnya, mengangkat bangun, maka Han Han
disemprot dan dimaki-maki.
"Kau tak setia kepada isteri. Kau membiarkan saja aku
jatuh bangun. Aih, bertahun-tahun aku menderita untukmu,
Hauw-ko. Ayo balas dan sekarang bunuh mereka ini. Atau aku
tak mau tidur lagi bersamamu dan biar kau mati kedinginan!"
Han Han merah padam. Wanita ini berkata soal hubungan
suami isteri cepat dia menotok dan membungkam mulut
wanita itu. Dan ketika wanita itu mengeluh dan roboh
terguling, Han Han sudah menghadapi dua kakek India itu
maka Mindra dan Sudra sadar bahwa mereka salah
menyangka, meskipun mereka terkejut dan tersirap karena
sikap dan gerak-gerik lawannya ini benar-benar mirip Si Golok
Maut, bahkan juga wajahnya, kecuali pedang itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak muda, kau siapa" Kenapa mengganggu dan
menyerang kami" Bukankah kita tak saling bermusuhan?"
"Dan maaf kalau aku menyangkamu sebagai Si Golok Maut.
Kedatanganmu yang amat tiba-tiba dan mengejutkan ini
membuat kami salah faham," Sudra, kakek di sebelah juga
berkata. Sekarang mereka saling mengedip dan diam-diam
mencekal erat senjata di tangan. Anak muda itu jelas lihai dan
senjata mereka buntung dibabat sekali saja, padahal mereka
bukanlah orang lemah! Tapi ketika Han Han menghadapi
mereka dan dingin memandang, sinar matanya tajam
menusuk maka dua kakek itu meremang karena sikap inipun
persis Si Golok Maut! "Aku Hari Hari, entah kalian siapa. Kalau aku datang ke
mari adalah sekedar menyelamatkan wanita ini. Kalian
menghadapi orang yang tidak waras, kenapa telengas dan
tidak kenal kasihan" Bukankah sebagai kakek-kakek kalian
harus tahu perasaan" Hm, aku tak bermaksud mengganggu
kalian, kakek-kakek kejam. Kalau kalian mau melepaskan
wanita ini tentu aku juga tak akan melanjutkan urusan.
Terserah kalian mau apa sekarang!"
Dua kakek itu bergidik. Mereka melihat dan mendengar
kata-kata ini begitu dingin dan beku. Anak muda itu bersikap
hormat tapi juga mengejek. Mereka seakan tak dipandang
sebelah mata. Dan ketika Mindra maupun Sudra saling melirik
pandang, masing-masing bertanya dengan bahasa isyarat
maka Mindra yang penasaran dan masih tak puas akan
pertandingan tadi berkata,
"Anak muda, kami adalah dua tua bangka dari Thian-tok.
Aku adalah Mindra dan itu saudaraku Sudra. Barangkali kau
pernah dengar nama-nama kami atau guru serta orang tuamu
memberi tahu. Apakah kau tahu?"
Han Han menggeleng. "Aku tak pernah dengar," katanya,
sungguh-sungguh. "Tapi biarpun dari Thian-tok atau Tee-tok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku tak pernah takut. Kalian sebaiknya pergi dan biarkan
wanita ini." "Keparat!" Mindra tiba-tiba mendelik, tak kuat menahan diri
lagi. "Kau sombong dan pongah, anak muda. Kalau begitu
coba rasakan ini dan buktikan kata-katamu!" nenggala
menyambar, dahsyat men deru dan Han Han berkelit ringan.
Mindra marah sekali karena si pemuda tak memandang
sebelah mata, padahal dia adalah orang yang dimalui dunia
kang-ow. Istana sendiri hormat terhadap mereka tapi pemuda
ini malah setengah menantang, mengejek. Maka begitu Han
Han mengelak dan nenggala dahsyat menghantam tanah,
yang berlubang dan berhambur an kerikilnya maka 'si kakek
sudah berkelebatan dan menyerang lagi. Han Han
mengerutkan kening tapi mulai menggerakkan tangan.
Nenggala ditolak dan ditang-kisnya. Dan ketika dia tergetar
namun lawan terhuyung, si kakek penasaran dan menyerang
semakin hebat lagi maka Han Han menyimpan pedangnya dan
dengan pukulan-pukulan perlahan dia mendorong atau
mementalkan senjata lawan, menambah tenaganya. Mindra
berteriak dan tangan kirinya tiba-tiba bergerak. Hwi-sengciang, Pukulan Bintang Api, meledak dan menyambar pemuda
itu. Dan ketika hawa panas membuat Han Han terdorong dan
terkejut, mengerutkan kening, maka kakek itu berteriak
bahwa pemuda itu akan roboh.
"Kau sombong dan bermulut besar. Nah, coba buktikan
kata-katamu dan ingin kulihat apakah kau tidak bertekuk lutut
menyatakan menyerah!"
"Hm!" Han Han berkilat matanya. "Aku menyerah tunggu
dulu, kakek kasar. Kalau kau mengira dapat mengalahkan a-ku
maka kau keliru. Lihat, aku akan merobohkanmu sebelum
tigapuluh jurus...... slap!" dan Han Han yang lenyap
mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya
tiba-tiba bergerak luar biasa cepat mengelilingi kakek itu, berputaran
dan membuat Mindra berseru keras karena kakek itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan lawannya. Han Han mengeluarkan segenap
kecepatannya hingga si kakek berkunang-kunang. Dan ketika
Han Han melakukan tamparan-tamparan dan sinkang yang
dipelajari dari sumur tua dikeluarkan di sini maka kakek itu
menjerit ketika pundaknya tertampar, jatuh terpelanting dan
selanjutnya kakek itu memutar nenggala dengan cepat. Dia
berusaha melindungi diri namun Han Han mengeluarkan tawa
mengejek. Dia sudah beterbangan mengelilingi kakek itu,
nenggala diputar di bagian atas untuk melindungi pinggang
dan muka. Dan ketika Han Han menggerakkan kaki untuk
menendang lutut, karena bagian bawah itu tak terjaga maka
kakek ini terjerembab dan roboh.
"Nah," Han Han berseru., "Duapuluh tiga jurus, kakek
sombong. Siapa yang roboh dan siapa yang menyerah!"
Kakek itu kaget bukan main. Dia tak dapat mempertahankan dirinya ketika lututnya ditendang. Lawan
bukan sembarang menendang melainkan menyentuh jalan
darah tu-hi-hiat, persis di tempurung lututnya. Tapi ketika
kakek ini terguling dan roboh mengeluh, mengusap lututnya,
maka Mindra sudah meloncat bangun dan bebas dari totokan,
terhuyung. "Anak muda!" Han Han tertegun. "Aku masih belum kalah.
Aku masih dapat berdiri. Nah, mari mulai lagi dan kita
bertanding seribu jurus!"
Han Han kagum. Mau tak mau dia memuji juga bahwa
lawannya ini hebat. Tendangan atau totokannya dengan ujung
kaki tadi sebenarnya tak gampang disembuhkan. Orang-orang
dengan tingkat kepandaian biasa saja pasti akan terguling dan
roboh dua jam lebih. Tapi ketika kakek ini dapat mengusap
lututnya dan menyembuhkan dari pengaruh totokan, tanda
bahwa kakek itu bukan orang sembarangan membuat Han
Han memuji namun berbareng juga merasa marah karena
kakek itu tak tahu diri. Han Han berkilat dan tiba-tiba ingin
bekerja cepat. Dia tak mau lagi kakek itu banyak tingkah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka begitu lawan menerjang dan nenggala menyambar
leher, beringas, tiba-tiba Han Han mencabut pedangnya dan
begitu sinar putih berkelebat tiba-tiba lawannya menjerit.
"Aduh... crang-dess?"
Mindra terlempar. Kakek itu berteriak karena nenggalanya
putus terbabat. Sebagian jarinya terpapas pula dan kulitnya
robek terkupas. Untung tidak putus! Dan ketika kakek itu
mengaduh karena Han Han menendang lebih keras, si kakek,
men celat dan roboh maka Mindra tak dapat bangun lagi
karena seluruh tubuhnya terasa nyeri.
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ah!" Sudra, kakek yang satu tiba-tiba bergerak dan
berkelebat. Cambuk menjeletar untuk mencegah Han Han
maju menyerang. Kakek itu berteriak dan menolong
temannya. Dan ketika Mindra dipapah bangun dan ngeri
memandang ke depan, gebrakan terakhir itu menyelesaikan
segalanya maka kakek itu gernetar dan menuding.
"Itu... itu tadi... bukankah itu gerakan dari jurus Bianglala
Memangkas Matahari" Bukankah anak muda ini mainkan Pekjit K iam-sut (Silat Pedang Matahari)?"
"Benar," temannya mengangguk. "Aku juga melihatnya
begitu, M indra. Kalau begitu anak muda ini adalah murid Pekjit-kiam Ju Beng Tan!" dan membalik serta menghadapi Han
Han, yang terkejut dan mengerutkan kening maka Sudra,
kakek i-tu, berseru sambil membelalakkan mata. "Anak muda,
kau ada hubungan apa dengan Pendekar Pedang Matahari Ju
Beng Tan" Apakah muridnya?"
"Hm, benar," Han Han tak ingin memperkenalkan diri
sebagai putera ayahnya. "Aku memang muridnya. Kalau kalian
mengenal guruku maka itu adalah bagus. Apakah kalian
pernah dihajar olehnya?"
"Ah!" dua orang itu pucat. "Kalau begitu pantas saja, kau
begitu sombong! Ba iklah, kami tak mau ribut dengan gurumu,
anak muda. Tapi beritahukan padanya bahwa peristiwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belasan tahun yang lalu tetap tak kami lupakan. Lain hari kami
akan meminta petunjuk gurumu itu dan biarlah wanita itu
kami bebaskan!" dan bergerak meninggalkan Han Han,
memutar tubuhnya tiba-tiba dua kakek itu berkelebat dan
pergi dengan cepat. Mindra si kakek yang terluka masih
kelihatan terhuyung. Langkahnya sempoyongan.
Tapi begitu temannya menarik dan menyendal maka kakek
itu dapat bergerak cepat dan terbang meninggalkan tempat
itu, lenyap di luar hutan. Han Han sendiri tersenyum mengejek
dan sudah membalik menghadapi W i Hong, membebaskan
dan mengangkat bangun wanita berambut riap-riapan itu.
Tapi begitu bergerak dan diangkat, tiba-tiba wanita ini
mengguguk dan menubruknya.
-ooo0dw0ooo- Jilid 10 "SIN HAUW! Ah, kau.... kau melepaskan kakek-kakek
jahanam itu" Kau tidak membunuhnya" Ah, benci aku
kepadamu, Sin Hauw. Benci aku. Kau tak tahu penderitaanku
selama ini.... plak-plak!" dan Han Han yang ditampar serta
mendapat marah-marah wanita itu tiba-tiba terhuyung tapi
ditubruk lagi, dipeluk dan dirangkul dan tiba-tiba wanita itu
menangis menciumi dirinya. Han Han meremang namun entah
kenapa dia tidak mengelak. Semua tamparan dan marahmarah itu dibiarkannya. Hatinya terharu dan teremas-remas
melihat keadaan wanita ini. Han Han tiba-tiba bercucuran air
mata pula, menangis! Tapi ketika wanita itu melihatnya dan
tertegun, membelalakkan mata, tiba-tiba wanita ini terkekeh
dan melepaskan pelukannya.
"Hauw-ko, kau menangis" Kau tiba-tiba berobah menjadi
begini cengeng dan tak ma lu menangis" Ah, hi-hik. Lucu,
Hauw-ko. Tak sepantasnya kau sebagai Si Golok Maut
menangis. Atau mungkin kau menangis karena bahagia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu denganku lagi, ouhh...!" dan wanita itu yang tertawa
dan menangis lagi, benar-benar gila, sudah menubruk dan
menciumi Han Han. Pemuda ini tersedak namun cepat
mengelak ketika wanita itu mencium bibirnya. Dia dianggap si
suami dan Han Han tentu saja jengah. Hampir ciuman itu
mendarat di bibir! Dan ketika, Han Han sadar bahwa salah
paham terjadi di sini, wanita itu menganggapnya Si Golok
Maut maka dia melepaskan diri dan berkata, suaranya penuh
haru, "Bibi, kau lihatlah aku baik-baik. Aku bukan Si Golok Maut,
suamimu. Aku adalah orang lain dan lihatlah aku bahwa aku
bukan suamimu itu!" Aneh, wanita itu tampak terkejut. Ia mengeluarkan suara
kecewa ketika ciumannya di bibir dielak. Tapi ketika Han Han
mendorongnya halus dan pemuda itu berhadap-hadapan
dengannya tiba-tiba dia membanting kaki dan berseru,
"Hauw-ko, apa-apaan kau ini" Kau masih juga mau
mempermainkan aku" Ah, bertahun-tahun aku merindukanmu,
Hauw-ko. Dan jangan permainkan aku seperti ini. Aku tak lupa
wajahmu. Aku tak lupa akan sorot dan sinar matamu itu. Kau
adalah Hauw-koku itu, kau suamiku. Jangan, berkata seperti
itu karena hatiku teriris luka!" dan Han Han yang ditubruk
serta dipeluk lagi, me lihat wanita itu tersedu dan mengguguk
akhirnya mendorong dan melepaskan diri lagi, berbisik lembut,
mulai terpengaruh oleh penderitaan dan tekanan jiwa wanita
ini. "Bibi, aku adalah Han Han. Aku bukan suamimu. Aku dari
Hek-yan-pang, putera ayahku Pek-jit-kiam Ju Beng Tan."
Luar biasa, wanita itu tiba-tiba mencelat. Han Han
tersentak karena tiba-tiba wanita itu melengking. Suaranya
menggetarkan bukit dan hampir Han Han menampar wanita
itu ketika mencengkeramnya di waktu me layang turun. Tapi
ketika sesuatu yang aneh terjadi karena bola mata wanita itu
yang tadi bergerak-gerak liar sekonyong-konyong kini tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sadar dan waras, hal yang membuat Han Han menahan
tamparannya maka pundaknya sudah dicengkeram kuat-kuat
dan bentakan atau suara yang penuh kaget bertanya
kepadanya, ditahan-tahan.
"Kau.... kau dari Hek-yan-pang" Kau putera Beng Tan
ketua Hek-yan-pang" Kau anak Swi Cu?"
"Benar," Han Han menggangguk, tiba-tiba perasaannya
terguncang kuat, tergetar oleh debaran yang menekan jiwa.
"Bibi kenal orang tuaku" Bibi tahu ayah ibuku?"
"Ahh!" lolong itu tiba-tiba berobah histeris, terganti tawa
panjang. "Kalau begitu kau anakku, Han Han. Kau Giam Liong
Bukan Han Han, oohhhh...!" dan Han Han yang mengkirik
dicengkeram dan ditubruk, mendengar tawa dan lengkirfg itu
tiba-tiba melihat wanita ini roboh dan pingsan. Han Han tak
tahu bahwa itulah ibunya, ibu kandungnya. Wi Hong
terguncang kuat dan perasaan yang luar biasa bahagianya tak
dapat diterima seketika itu juga oleh wanita ini. Getaran hebat
mengguncang syarafnya. Kegilaan wanita ini tiba-tiba sembuh,
seketika itu juga. Namun karena pukulan itu terlampau kuat
dan Wi Hong tak tahan akhirnya wanita ini roboh dan pingsan.
Han Han cepat menolong dan pemuda itu berdegupan
kencang. Dia sebenarnya sudah tertarik bahwa wanita ini
ternyata adalah isteri mendiang Si Golok Maut, padahal dia
amat ingin tahu tentang kisah Si Golok Maut itu, yang caping
dan kitab pusakanya ditemukan di sumur tua. Maka begitu dia
ber temu wanita ini dan kebetulan wanita i-tu adalah orang
yang paling dekat dengan Si Golok Maut, berarti dia dapat
menggali cerita dari wanita ini maka kegirangan Han Han
diiringi pula oleh penga kuan wanita itu bahwa dia adalah
anaknya! Han Han terguncang dan terpukul kuat. Sedetik
darahnya tersirap tapi Han Han akhirnya sadar bahwa wanita
yang sedang dihadapi ini adalah wanita yang tidak waras.
Han Han tak tahu bahwa seketika itu juga ibunya sudah
sembuh. Dan karena menganggap wanita itu masih gila, Han
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han tak tahu dan menolong wanita ini maka alangkah heran
dan tertegunnya Han Han ketika tiba-tiba wanita itu
mengguguk dan menciumi mukanya, ketika siuman, tak
menampakkan tanda-tanda gila atau tidak waras.
"Ah, Liong-ji..... Liong-ji... kau sudah begini besar dan mirip
ayahmu" Kau demikian gagah dan dapat mengusir orangorang macam Sudra dan Mindra itu" Oh, terkabul rencana
ibumu, nak. Terkabul sekarang apa yang dulu pernah
kuinginkan!" dan Han Han yang diciumi serta dibelai, tidak lagi
melihat wanita itu menganggapnya sebagai Si Golok Maut
melainkan sebagai putera sendiri, putera kandung maka Han
Han tersentuh dan menitikkan air mata merasa getarangetaran penuh kasih tersalur dari jari-jari wanita itu, getarangetaran kasih yang belum pernah dirasakannya dari Swi Cu,
ibunya! Tapi begitu teringat ibunya sedangkan wanita ini juga
menganggapnya sebagai anak, hal yang dirasanya tak
mungkin maka Han Han melepaskan diri dan berkata gemetar,
"Bibi, aku adalah anak Swi Cu. Aku putera Pek-jit-kiam Ju
Beng Tan. Kau sadarlah dan jangan menganggapku seperti
itu..." "Oh, tidak.... tidak. Justeru kaulah yang tidak tahu, Liong-ji.
Kau anakku!" "Aku adalah Han Han, bukan Liong..."
"Tidak!" wanita itu tiba-tiba mencengkeram Han Han. "Kau
bukan Han Han, anakku. Kau adalah Giam Liong. Tepatnya Sin
Giam Liong, putera Si Golok Maut Sin Hauw!" dan ketika Han
Han terkejut dan meremang melihat sinar mata wanita itu,
yang mengaku sebagai ibunya maka wanita ini menariknya
duduk. "Dengarlah, aku mau bercerita!" dan ketika Han Han
duduk dan mendengarkan, jantungnya semakin berdegup
kencang maka wanita itu, Wi Hong, menangis dan menahan
sedak dua kali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak bohong kalau mengatakan bahwa kau adalah
anakku. Dengar, kau bukan Han Han, anakku. Melainkan Giam
Liong. Aku dulu menukarmu dengan anak yang dilahirkan Swi
Cu. Kau adalah anak yang kulahirkan dulu. Kau adalah benih
dari ayahmu Si Golok Maut. Dan kalau kau ingin bukti tentang
ini maka perlihatkan pangkal pahamu karena di situ pasti ada
dua goresan merah dari bekas kukuku dulu. Nah, betul atau
tidak!" Han Han terbelalak. Tiba-tiba saja ia menjadi pucat karena
apa yang dikata wanita ini benar. Memang ada dua goresan
merah di pangkal pahanya. Goresan itu tak dapat hilang dan
diam-diam dia heran serta jengkel kenapa goresan itu berada
di situ. Han Han merasa risih dan terganggu. Tapi karena itu
adalah rahasia pribadinya dan tentu saja tak ada orang lain
tahu, karena goresan itu di pangkal pahanya maka Han Han
kaget sekali ketika melihat wanita ini tahu.
"Hayo!" Han Han pucat. "Tunjukkan kepada ibumu, nak.
Atau biar aku merobeknya dan lihat apakah kau bukan
anakku.... bret!" dan celana Han Han yang sudah dirobek dan
direnggut cepat tiba-tiba membuat Han Han mengeluh dan
hampir meloncat. Pemuda ini berseru tertahan tapi entah
kenapa tiba-tiba dia tak sanggup mencegah wanita itu. Han
Han seketika yakin bahwa inilah ibunya. Dan karena ibunya
yang merenggut maka dia mendiamkan saja ketika celananya
sudah disingkap dan benar saja tampaklah dua goresan merah
itu, bekas kuku yang dulu diguratkan Wi Hong sebagai tanda.
"Nah!" wanita itu berseru, menangis. "Apakah tanda ini tak
cukup bagimu, anakku" Apakah aku bukan ibumu" Kau adalah
puteraku. Kau adalah anak yang dulu kulahirkan itu!" dan
ketika tangis dan sedu-sedan meledak di situ, Han Han
terkesima, maka wanita ini sudah menubruknya dan
merapatkan kembali pipa celana itu.
"Liong-ji.... Liong-ji, kau anakku. Akulah ibumu. Ah,
bertahun-tahun aku memendam rindu, nak. Bertahun-tahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku menjadi gila karena ulah orang-orang jahat. Ah, kita
sudah bertemu lagi. Hayo sembahyang di makam ayahmu
sebagai rasa syukur!"
"Nanti dulu!" Han Han tiba-tiba meloncat dan berseru,
menggigil, seluruh mukanya merah padam. "Ceritakan dulu
secara lengkap bagaimana semuanya ini bisa terjadi, ibu. Dan
kalau begitu mana anak ibu Swi Cu!"
"Kau... kau sudah mempercayaiku sebagai ibumu?" Wi
Hong berseri-seri, tak menghiraukan pertanyaan anaknya itu.
"Ah. panggil sekali lagi seperti itu, Liong-ji. Panggil aku
sebagai ibu karena betapa rinduku disebut seperti itu!"
"Ibu...." "Ooohhhhh....!" dan Wi Hong yang mengeluarkan keluhan
panjang, mirip suara kucing yang bertemu anaknya tiba-tiba
menubruk dan merangkul puteranya ini lagi, tertawa dan
menangis dan Han Han berkali-kali diciumi. Wi Hong tak
memperdulikan gerakan anaknya yang meronta, terus dipeluk
dan dipeluk ketat. Dan ketika anaknya disuruh memanggilnya
lagi, memanggilnya sebagai ibu berkali-kali maka Han Han
roboh dan tersedu di pelukan ibunya itu.
"..... ibu, ohh.... ibu!"
Anak dan ibu bertangisan. Han Han merasakan
kebahagiaan yang luar biasa besarnya yang tak dapat ditahan
lagi. Dia lemas dan roboh di pelukan ibunya itu. Pelukan dan
ciuman ibunya begitu penuh kasih sayang,
begitu menggetarkan. Tapi ketika ibunya menangis dan tertawa,
khawatir bahwa ibunya akan kumat lagi, kambuh gilanya maka
Han Han menekan semua gejolak hatinya itu dan cepat
melepaskan diri, mendorong ibunya dengan lembut sementara
sebuah kecupan masih juga diterimanya di kening!
"Liong-ji, kau anakku. Kau benar-benar anakku. Ah, hi-hik.
Matipun seketika ini aku juga mau, nak. Ah, penderitaan
ibumu yang bertahun-tahun tiba-tiba saja seolah lenyap begitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dirimu. Kita harus sembahyang dan mengucap syukur
di makam ayahmu!" "Hm, kita harus mengucap syukur dan terima kasih kepada
Tuhan," Han Han membetulkan, menarik napas dalam. "Aku
harap kau tidak apa-apa lagi, ibu. Aku harap kau sehat lahir
batin!" "Eh!" sang ibu terkejut, seketika menghentikan tangis dan
tawanya. "Kau maksudkan ibumu tidak waras" Gila, kau telah
menyembuhkan aku, Liong-ji. Aku sudah tidak gila lagi. Lihat!"
dan sang ibu yang mengibaskan rambut dan menyanggulnya
kembali, cepat dan lincah akhirnya sudah berobah menjadi Wi
Hong yang cantik dan jelita, waras dan anggun. Han Han
terpesona memandang wajah ibunya ini. Bola mata itu
memang sudah tidak berputar-putar lagi dan ibunya betulbetul telah sembuh, tidak gila. Dan ketika Han Han tersenyum
dan mengangguk, lega, maka ibunya bertanya apakah dia
masih cantik. "Lihat, pandang ibumu baik-baik, nak. Apakah aku masih
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
cantik atau tidak. Kalau aku sudah begini kurasa tak ada orang
gila yang memperhatikan atau merawat tubuhnya lagi. Tapi
aku akan melakukan itu, semata menunjukkan kepadamu
bahwa aku masih ibumu yang waras!"
Han Han terharu. "Ibu sungguh cantik," pemuda itu meraih.
"Dan tak heran kalau ayah sampai jatuh cinta. Hm, aku tadi
hanya khawatir saja, ibu, maafkan. Tapi aku percaya bahwa
kau sudah tak apa-apa lagi. Bagaimana sekarang, dapatkah
ibu menceritakan secara lengkap cerita ini?"
"Tentu, mari, Liong-ji. Duduk dan dengarkanlah!" dan
ketika Han Han mulai terbiasa oleh sebutan itu, mula-mula
memang merasa aneh dan janggal bahwa dia berganti nama
dengan begitu cepat, hal yang tak disangkanya, maka Han
Han sudah duduk dan mendengarkan kata-kata ibunya,
dipegang dan diremas lembut oleh jari ibunya yang tak pernah
melepaskannya barang sedetik pun juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, aku akan bercerita pada peristiwa atau kisah
duapuluh tahun yang lalu. Barangkali kau tahu bahwa waktu
itu aku menyerbu Hek-yan-pang!"
"Hm, ayah dan ibu Swi Cu, eh... bibi Swi Cu hanya bercerita
secara samar-samar saja. Aku juga mendengarnya tapi kurang
jelas." "Baik, aku yang akan menjelaskannya, Liong-ji. Dan boleh
kau tanya ini kepada Beng Tan, ayah keduamu itu!" lalu ketika
Han Han mendengarkan dan sedikit berkerut kening, karena
hubungannya dengan ayah atau ibunya di Hek-yan-pang
terasa "mengganjal", karena dia sudah menemukan ibu
kandungnya ini maka sang ibu lalu menceritakan peristiwa itu.
Betapa Wi Hong menyerbu dan sengaja mencari gara-gara
untuk menukarkan anaknya itu, karena Swi Cu juga
mempunyai anak laki-laki dan dia berhasil. Dan ketika Hekyan-pang geger karena anak Swi Cu diculik, Wi Hong
melarikan diri ke hutan maka di situ wanita ini menukarkan
anaknya. "Nanti dulu," Han Han memotong. "Apakah maksud tujuan
ibu memang hendak menukar anak. Apakah ibu waktu itu
sudah mendengar bahwa bibi Swi Cu sudah mempunyai
anak!" "Hm, waktu itu belum," sang ibu mengangguk-angguk.
"Semula aku datang untuk menyemprot sumoiku itu, Liong-ji.
Karena Swi Cu adalah adik seperguruanku perempuan. Aku
datang untuk menegur di samping karena perasaan rinduku
kepadanya juga ada. Tapi ketika aku menyelinap. dan
memasuki kamarnya ternyata di situ aku melihat anaknya itu
maka tiba-tiba timbul keinginanku untuk menukar bayi!"
"Hm, begitukah" Kenapa?"
"Ah, aku ingin membalas dendam ayahmu, Liong-ji. Karena
itulah aku lakukan itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku belum mengerti," Han Han mengerutkan kening. "Apa
maksudmu ini, ibu. Kenapa aku harus kau tukar."
"Bodoh!" ibunya mendamprat. "Di dunia ini yang dapat
menandingi Pek-jit-kiam Ju Beng Tan belum ada, Liong-ji.
Kalau aku menaruhmu di sana dan Swi Cu serta suaminya
menganggap dirimu sebagai anak mereka maka otomatis
seluruh kepandaian laki-laki itu akan diturunkan kepadamu.
Aku sendiri merasa tak sanggup menggemblengmu,
kepandaianku masih rendah. Kau lihat sendiri betapa tadi aku
dibuat jatuh bangun oleh dua kakek jahanam itu!"
"Hm!" Han Han terkejut. "Jadi itukah maksud ibu" Jadi ibu
sengaja menaruhku di sana agar mewarisi kepandaian ayah
Beng Tan?" "Benar, karena hanya Beng Tan itulah yang dapat kuharap,
Liong-ji. Dan sekarang rencanaku berhasil. Kau dapat
mengalahkan dua kakek jahanam tadi dengan mudah!"
"Tapi di mana putera mereka sendiri" Dan kenapa ibu tak
pernah menengokku di Hek-yan-pang?"
"Ah," Wi Hong tiba-tiba menangis. "Aku tak akan datang
kalau kau belum dewasa, Liong-ji. Tapi sekali dua pernah juga
aku ke sana tapi Hek-yan-pang sudah dijaga ketat. Ibu tak
dapat masuk!" "Hm, dan anak yang kau tukar itu?"
"Dia... dia dibawa seorang kakek sakti. Sejak itu aku
menderita lagi dan terlunta-lunta sepanjang hidup!"
"Nasibmu menyedihkan," Han Han tiba-tiba memeluk
ibunya ini. "Dan ceritakan padaku tentang ayahku itu, ibu.
Bagaimana dia terbunuh dan siapa pembunuhnya!"
"Inilah yang kutunggu!" sang ibu melompat bangun, mata
berapi-api. "Kau harus membalas kematian ayahmu itu, Liongji. Karena dia mati dengan cara yang mengerikan sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembunuhnya adalah si Kedok Hitam. Tapi aku tak tahu siapa
orang ini kecuali kelihaiannya yang luar biasa!"
"Hm!" Han Han mulai terbakar. "Coba ibu ceritakan tentang
ayahku itu. Bagaimana kematiannya."
"Dia dipotong-potong. Tubuhnya dirajam!"
"Apa?" "Benar!" sang ibu tiba-tiba histeris. "Ayahmu dibunuh
dengan cara yang keji sekali, Liong-ji. Kedok Hitam itu
memotong-motong tubuhnya seperti anjing. Orang itu harus
dibunuh melebihi anjing. Aku akan menghirup darahnya kelak
kalau kau dapat membunuhnya!"
Han Han meremang. Dia melihat ibunya berteriak dan
melengking tinggi, suaranya mirip lolong srigala dan
berceritalah ibunya itu akan kebiadaban musuh. Dan ketika
sang ibu menceritakan betapa pembunuhnya amat keji, tak
kenal kasihan maka Han Han berdiri dan menghantam roboh
sebuah batu di sisi kirinya, batu sebesar bukit.
"Sumpah demi ayah akan kucari dan kubunuh jahanam
itu. Akan kubeset dan kukuliti tubuhnya. Ah, aku tak mau
hidup berdua dengannya di bumi ini, ibu. Sumpah demi para
dewa bahwa hari ini aku hanya akan makan nasi dan air putih
saja..... bress!" batu di samping Han Han itu mengeluarkan
suara gemuruh, meledak dan hancur dan Han Han
mengeluarkan sumpahnya untuk tidak menikmati daging atau
sayur, begitu juga minuman kecuali air putih saja. Dan ketika
langit mendadak gelap dan terdengar suara petir di sana,
tanda sumpah Han Han disaksikan iblis atau para dewa maka
Han Han terduduk dan ibunya menangis memeluk pu-teranya
ini. Han Han telah mendengar kekejaman musuh terhadap
ayahnya. Tubuh ayahnya itu katanya dipotong-potong dan
dicacah. Dan ketika ibunya menangis tersedu-sedu dan
mereka berdua terbakar oleh dendam mendadak Wi Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meledakkan rambutnya dan rambut yang sudah disanggul itu
tiba-tiba diurai lagi. "Dan aku juga bersumpah!" wanita itu memekik. "Aku tak
mau menyanggul rambutku sebelum dicuci dengan darah
jahanam itu, anakku. Biarlah sumpahku ini didengar para
dewa dan kita berdua sama-sama menuntut balas.... dar!" di
langit juga terdengar dua kali ledakan petir, Wi Hong
terhuyung dan jatuh terduduk. Awan mendung tiba-tiba
semakin tebal. Dan ketika ibu dan anak terkejut me lihat itu
sekonyong-konyong hujan turun dengan amat lebatnya.
"Ibu, kita harus berteduh. Sumpah kita telah didengar para
dewa!" "Tidak!" sang ibu meloncat bangun. "Aku ingin memberikan
sesuatu kepadamu, Liong-ji, peninggalan-peninggalan ayahmu. Mari ikut dan kita ke sana!" dan ketika W i Hong
menyambar anaknya dan diajak berkelebat, hujan segera
membasahi mereka maka Han Han tertegun tapi tak menolak.
Mereka terus berlari dan menuju ke selatan. Aneh, hujan itu
mengikuti mereka pula. Dan ketika ibunya mengajak masuk
keluar hutan dan Han Han terpaksa menahan pertanyaannya
tentang anak laki-laki yang ditukar ibunya, karena ibunya
belum memberi tahu siapa kakek sakti itu maka dua hari dua
malam mereka basah kuyup ditimpa air hujan. Baru setelah
pada hari ketiga ibunya memasuki sebuah lembah dan
mendaki tebing yang terjal maka hujan berhenti dan Han Han
tertegun melihat rambut ibunya merah seperti darah!
"Ibu, rambutmu itu...!" sang anak terkejut, membelalakkan
mata. "Kenapa merah seperti darah" Kau memakai getah
apa?" "Getah?" sang ibu juga tertegun, mengibaskan rambutnya
ke muka. "Ah, aku tak memakai getah apa-apa, Liong-ji. Dan
kau, he.... rambutmupun semerah darah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han terkejut berseru tertahan. Dia meraba rambutnya
itu dan tiba-tiba saja air hujan yang membasahi rambutnya
sudah merah seperti darah. Diplurut dan dikeringkan tetap
saja air itu berwarna merah. Dan ketika Han Han tertegun
karena rambutnya -juga semerah darah, persis rambut ibunya
maka sang ibu mengeluh dan terhuyung bersandar tebing.
"Liong-ji, agaknya dosa atau kutukan Giam-to menyertai
dirimu pula. Hati-hatilah, aku jadi takut!"
"Giam-to (Golok Maut)" Benda apakah itu, ibu" Senjata
apakah?" "Itulah senjata mendiang ayahmu. Aku ke sini karena
hendak memberikan golok itu kepadamu. Tahukah kau di
mana kita sekarang?"
"Tidak." "Inilah Lembah Iblis. Di s inilah dulu ayahmu terbunuh!" dan
ketika Han Han tertegun karena ibunya menangis lagi, lembah
atau tebing itu menyeramkan sekali maka seekor gagak hitam
tiba-tiba berkaok di udara.
"Gaok, gaok...!"
Han Han meremang. Tiba-tiba dia menoleh dan
memandang ke segala penjuru. Dia telah diajak ibunya
mendaki tebing ini dan tampaklah di bawah sana tanaman
perdu dan rumput-rumput ilalang. Mereka sudah berada di
tempat yang tinggi dan tiba-tiba Han Han terkejut melihat
belasan tengkorak di balik batu hitam. Tadi dari bawah benda
itu tak nampak tapi kini tiba-tiba kelihatan. Dan ketika Han
Han terkejut karena di sekitar lembah ternyata terdapat
ratusan atau ribuan tengkorak yang berserakan di sana-sini,,
seolah di tempat itu pernah terjadi pembantaian atau perang
besar-besaran maka Han Han terbelalak.
"Ibu, tengkorak-tengkorak itu..." Han Han menuding.
"Apakah penghuni Lembah Iblis?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah korban-korban ayahmu," sang ibu menerangkan,
tiba-tiba tersenyum dan tertawa dengan mata berseri. "Di sini
ayahmu dikeroyok ribuan pasukan, Liong-ji. Tapi separoh dari
mereka dibabat dan dibunuh. Tapi karena ayahmu
sebelumnya sudah terluka dan musuh amat licik, tak tahu
malu maka ayahmu akhirnya menjadi korban dan mereka
mengiring roh ayahmu ke alam baka!"
"Itu pasukan kerajaan" Ayah yang membunuh?"
"Benar, ayahmu dikejar-kejar, anakku. Tapi ayahmu amat
gagah dan luar biasa sekal. Kalau sebelumnya dia tidak terluka
jangan harap Kedok Hitam mampu membunuhnya!"
"Hm, ceritakan itu di sini," Han Han tiba-tiba berkerotok,
mengepal tinju. "Coba ceritakan kenapa ayah dikejar-kejar
pasukan kerajaan, ibu. Dan kenapa Kedok Hitam memusuhinya. Apa yang terjadi di balik semuanya ini!"
"Kedok Hitam adalah antek Coa-ong-ya!"
"Ah, Coa-ongya?" Han Han terkejut, tertegun, teringat
bahwa Ji-mo dan Twa-mo juga pernah menyebut-nyebut
nama itu! "Siapa Coa-ongya ini, ibu" Dan kenapa memusuhi
ayah?" "Dia penipu dan pendusta. Dia adalah manusia yang tak
dapat dipercaya di Seantero jagad!"
"Hm-hm, ceritakan ini. Ceritakanlah kepadaku dan kenapa
ayah bermusuhan dengannya!"
"Kau tak ingin menengok makam ayahmu dulu" K ita sudah
di sini, Liong-ji. Inilah tempat tinggal ayahmu dulu. Sebaiknya
kita ke sana dan bersujudlah di depan makam ayahmu!"
"Ayah ada di sini?"
"Ya, berikut peninggalan-peninggalannya. Aku menyimpan
kitab dan Golok Mautnya di sini. Sekarang untukmu!" dan
ketika Han Han tertegun dan mengangguk, berdebar, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya sudah menariknya untuk diajak berkelebat lebih ke
atas. Mereka memang belum tiba di puncak meskipun sudah
di tempat ketinggian. Han Han merah mukanya mendengar
cerita ibunya tadi, bahwa ayahnya dibunuh dan dirajam di sini.
Dan ketika mereka tiba di atas tebing dan di situlah ibunya
berhenti maka Han Han yang tergetar tiba di tempat ini segera
melihat tiga gundukan tanah kuburan, heran dan kaget
kenapa ada tiga! "Ibu, mana makam ayah" Kenapa ada tiga?"
Namun sang ibu sudah mengguguk. W i Hong menubruk
dan menjatuhkan diri berlutut di makam yang paling kanan.
Wanita itu naik sedu-sedannya dan menjeritlah W i Hong di
sini. Tiga makam itu sudah ditumbuhi rumput-rumput ilalang
namun sekali betot saja makan yang ditubruknya itu sudah
bersih. Dan ketika Han Han tertegun karena itulah rupanya
makam ayahnya, karena ibunya menangis dan menggerunggerung di sini maka ibunya berseru,
"Hauw-ko, inilah anak kita itu. Kubawa dia ke sini. Ah,
semoga dendam kita terlaksana, Hauw-ko. Doakan kami
berdua dapat membunuh orang yang membunuhmu!" lalu
menangis memanggil putera-nya Wi Hong menggapai, "Liongji, inilah makam ayahmu. Cepat berlutut dan beri hormat!"
Han Han menggigil. Tiba-tiba dia jatuh menekuk lutut dan
sudah berada di samping ibunya. Makam itu penuh lumut tapi
di batu nisannya ada bertuliskan huruf-huruf tebal yang
menyatakan bahwa itulah makam Si Golok Maut Sin Hauw.
Jadi dia adalah she (marga) Sin! Dan ketika Han Han
bercucuran air mata melihat makam ini cukup merana, begitu
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bersahaja dan agaknya dibuat terburu-buru maka ibunya
menuntut berbicara. "Liong-ji, berkatalah bahwa kau telah menengok makam
ayahmu. Katakan bahwa kau akan menuntut balas dan
mencari pembunuh ayahmu, mencincang dan memotongTiraikasih Website http://kangzusi.com/
motongnya melebihi anjing. Katakan bahwa kau tak akan
sudah sebelum menemukan si Kedok Hitam itu!"
Han Han tak dapat menahan dirinya lagi. Diingatkan dan
disadarkan akan kematian ayahnya tiba-tiba muka pemuda ini
menjadi merah dan Han Han pun berkeretuk. Dia lalu
bersumpah dan menangis di makam ayahnya itu bahwa dia
akan menuntut balas. Dendam dan kematian ayahnya tak
akan dibiarkan saja. Dan ketika ibu dan anak sama-sama
berlutut dan menyatakan sumpah, Han Han menggigil dengan
gigi berkerot-kerot maka Wi Hong melompat bangun dan
menyeringai. "Bagus, kita sama-sama mencari pembunuh ayahmu,
Liong-ji. Dan sekarang terimalah ini!" Wi Hong meloncat dan
menarik sesuatu dari balik makam. Sebuah benda berkilat
tiba-tiba mendesing dan menyilaukan mata. Han Han terkejut
karena tiba-tiba ibunya membabat ke kiri, ada sebatang pohon
di situ. Dan ketika pohon itu roboh padahal hanya terkena
angin sambaran senjata itu, yang kiranya adalah sebuah golok
maka berdebumlah pohon setelah lebih dahulu mengeluarkan
suara ledakan. "Hi-hik, inilah Golok Penghisap Darah, Liong-ji. Golok maut
yang dipunyai ayahmu!"
Han Han tertegun. Dia tergetar dan mengkirik sekilas
melihat sinar putih di golok itu. Sebagai putera seorang jago
pedang ternama tentu saja Han Han segera tahu bahwa golok
di tangan ibunya itu bukanlah golok sembarang golok. Melihat
tajamnya, agaknya tak kalah ampuh dengan Pek-jit-kiam
(Pedang Matahari) di tangan ayahnya, pedang yang
mengangkat tinggi nama ayahnya hingga dimalui di dunia
kang-ouw. Dan ketika Han Han kagum tapi belum mengerti
jelas sampai di mana keampuhan golok itu, yang dibolangbalingkan ibunya dengan mata berseri-seri tiba-tiba Wi Hong
meloncat ke belakang dan.... "ngik", seekor kelinci yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloncat keluar dari kerimbunan rumput alang-alang tiba-tiba
telah terpenggal tubuhnya dan putus menjadi dua.
"Hi-hik, lihat, anakku. Lihat betapa darah kelinci itu sama
sekali tak membasahi badan golok ini. Lihatlah!"
Han Han terkejut. Baru dia tahu bahwa darah kelinci yang
memuncrat keluar sama sekali tak mengotori golok di tangan
ibunya itu, karena begitu melekat tiba-tiba terhisap kering,
seolah disedot oleh roh di dalam golok, yang mengepul dan
setelah itu lenyap! Dan ketika Han Han merinding dan
terkejut, baru tahu kenapa mendiang ayahnya disebut sebagai
Si Golok Maut, karena memiliki golok yang demikian
menakutkan maka ibunya sudah membalik dan berkelebat ke
dekatnya, mengangkat tinggi-tinggi golok itu dengan gagang
di atas. "Liong-ji, bersumpahlah bahwa dengan golok ini kau akan
membunuh si Kedok Hitam. Jangan biarkan darahnya terhirup
kering sebelum ibumu mencuci rambutnya dengan darah si
jahanam!" Han Han tertekuk jatuh. Di langit terdengar suara keras
dan guntur atau petir meledak di atas kepala. Suaranya
menggelegar karena Han Han diminta bersumpah untuk
membunuh musuh dengan golok itu. Berarti, akan mengulangi
sejarah ayahnya, mungkin lebih hebat lagi! Dan ketika Han
Han menggigil dan berseru dengan suara lantang, menerima
dan bersumpah sesuai kehendak ibunya maka terlihat pijaran
api dua kali yang keluar dari Golok Maut itu. "Klap-cess!"
Han Han dan ibunya terkejut. Kilatan api itu me luncur dari
badan golok dan masuk ke tubuh Han Han. Pemuda ini seperti
disengat listrik tapi ternyata tidak apa-apa, kecuali kulit
tubuhnya tiba-tiba merah membara. Aneh! Dan ketika Wi
Hong tertegun tapi tertawa girang, itulah adalah tanda bahwa
Golok Maut menerima puteranya, bersatu dan telah
memasukkan "roh"-nya ke tubuh si anak maka wanita itu
berlutut dan menyembah ke atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mo-bin-lo, terima kasih. Kau telah menerima puteraku.
Bimbing dan tuntunlah dia agar dapat membunuh pembunuh
ayahnya!" "Ha-ha!" di langit tiba-tiba muncul bayangan hitam, tinggi
besar dan seperti raksasa. "Aku paling cocok dengan laki-laki,
hujin. Kalau puteramu menerima perintahmu maka golok itu
tentu akan menghirup darah lawan.... dar!" bayangan itu
lenyap, Wi Hong terpelanting dan Han Han terkejut berkelebat
menyambar ibunya. Tapi ketika ibunya tak apa-apa dan
tertawa berseri, menganggap kejadian tadi seperti berkah
maka Han Han tertegun. "Ibu, apa yang kaulakukan" Apa yang terjadi?"
"Hi-hik, Mo-bin-Io telah memberi restu, Liong-ji. Golok Maut
telah bersatu denganmu. Kau pasti akan mampu membunuh si
jahanam!" "Mo-bin-lo" Siapa dia?"
"Pencipta atau pemilik pertama golok di tanganmu itu.
Tokoh luar biasa yang kini hidup di alam lain!"
"Ah, banyak sekali ceritanya. Aku bingung, tapi semakin
tertarik. Coba ibu ceritakah semuanya ini!" dan ketika Wi Hong
terkekeh dan menyambar putera-nya, duduk lagi di depan
makam maka Han Han melihat dua gundukan tanah yang lain
itu. "Ibu," pemuda ini teringat. "Makam siapa lagi yang itu?"
"Ah, makam suhu dan subo mendiang ayahmu, suami isteri
sakti Sin-liong Hap Bu Kok dan Cheng-giok Sian-li (Dewi Giok
Hijau) yang gagah perkasa!"
"Mereka itu juga tewas di sini?"
"Ya, tewas bersama, Liong-ji. Sampyuh. Ah, aku harus
menceritakan ini!" dan ketika W i Hong bingung untuk mulai
yang mana, mana yang perlu didahulukan maka ia melipat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya dan menyuruh anaknya itu mendengar baik-baik. Han
Han terbelalak mendengar semuanya itu dan tampaknya
memang bingung. Terlalu banyak cerita yang disimpan ibunya
ini, mulai dari mendiang ayahnya sampai ke Golok Maut, atau
Golok Penghisap Darah itu. Dan ketika masih juga ada cerita
tentang suhu dan subo (ibu guru) mendiang ayahnya, Sinliong Hap Bu Kok atau si Naga Sakti dan Dewi Giok Hijau maka
Han Han terkejut mendengar tentang Mo-bin-Io segala, kisah
atau cerita-cerita yang belum sama sekali didengar di Hekyan-pang! "Baiklah, tolong ibu mulai. Sebaiknya urut saja dari ayah
dahulu, baru setelah itu yang lain-lain!"
"Baik, dengarlah, Liong-ji. Kau tampaknya tak pernah diberi
tahu oleh ayahmu Beng Tan atau ibumu Swi Cu!"
"Mereka memang tak pernah bercerita, semuanya hanya
sekilas, samar-samar."
"Hm, tak apa. Aku tahu bahwa mereka tak suka kepadaku,
juga kepada mendiang ayahmu!" dan ketika Wi Hong bersinar
dan berapi-api, mulai bercerita tentang segala sesuatu maka
diceritakanlah sebab-musabab kematian suaminya itu, den
dam atau permusuhan yang berekor panjang. Betapa
suaminya ditipu dan dijebak Coa-ongya. Betapa keluarga
suaminya be-rantakan dan terbunuh satu demi satu gara-gara
Coa-ongya. Dan ketika Han Han bertanya* kenapa semuanya
itu terjadi maka ibunya menerangkan.
"Kakekmu, ayah dari mendiang ayahmu adalah pembela
Chu Wen, tokoh yang dianggap pemberontak oleh Coa-ongya
dan kaisar sekarang. Tapi karena semua orang bebas
berpendapat dan mendukung pimpinannya masing-masing
maka saudara sepupu kakekmu, yang membantu Coa-ongya
dan akhirnya menjadi jenderal berulang ulang membujuk
namun gagal meraih kakekmu itu. Orang itu, Kwi-goanswe,
diperalat dan menjadi begundal pangeran she Coa ini.
Kakekmu tak mau. Keluarga Sin tahu bahwa Coa-ongya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah seorang pangeran yang pendusta dan pembohong.
Coa-ongya tak dapat dipercaya. Dan karena saudara sepupu
kakekmu itu marah dan gagal, tak dapat membujuk kakekmu
lagi maka dengan curang dia lalu membunuh saudaranya
sendiri itu. Hanya karena dengki dan dendam!"
"Hm, jadi mulainya dari dukung-mendukung pimpinan,"
Han Han mengangguk. "Lalu bagaimana, ibu?"
"Kwi-goanswe berusaha membujuk isteri dan anak-anak
keluarga Sin!" "Ah, apakah mereka itu tak tahu bahwa kepala keluarganya
dibunuh Kwi-goanswe?"
"Mula-mula tak tahu, karena isteri kakekmu itu tak memberi
tahu. Sin-hujin a-tau nenekmu itu memegang teguh rahasia,
karena hubungan kekeluargaan mereka sebenarnya dekat.
Tapi ketika anak laki-lakinya tahu dan mulai dendam, karena
Kwi-goanswe membunuh ayahnya maka Kwi-goanswe menjadi
khawatir dan a-khirnya mengejar-ngejar anak ini!"
"Dan anak itu pasti ayah!"
"Benar, cocok. Dan Kwi-goanswe semakin ketakutan
setelah seorang kakek lihai menolong dan menyelamatkan
ayahmu itu dari rencana pembunuhan Kwi-goan swe!"
"Dua orang suami isteri itu" Sin-liong Hap Bu Kok dan
Cheng-giok Sian-li?"
"Bukan... bukan. Mereka itu guru-guru nomor dua dari
ayahmu, Liong-ji. Guru pertama adalah Hwa-liong Lo-kai.
Kakek ini sahabat Sin-liong Hap Bu Kok dan kebetulan mereka
sama-sama pembela Chu Wen!"
"Hm, begitu. Lalu?"
"Lalu Kwi-goanswe gentar. Dia menghadapi orang-orang
lihai dari pihak Chu Wen!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi bagaimana ayah bisa menjadi murid suami isteri sakti
itu?" "Hwa-liong Lo-kai terbunuh, Liong-ji, dikeroyok dan
diserang Kwi-goanswe dan ratusan pasukannya. Jenderal itu
mengejar-ngejar ayahmu yang sudah menjadi murid kakek ini,
khawatir ayahmu menuntut balas. Dan ketika Hwa-liong Lo-kai
binasa tapi muncul suami isteri sakti itu, karena mereka
adalah sahabat pengemis tua ini maka selanjutnya ayahmu
diambil dan digembleng mereka, karena kakek itu akhirnya
tewas!" "Dibunuh Kwi-goanswe?"
"Ya, dan para pembantunya. Tapi suami isteri sakti ini tak
ada yang dapat me lawan dan mereka akhirnya membawa lari
ayahmu!" "Hm, dan ayah semakin lihai," Han Han bersinar-sinar.
"Dan Kwi-goanswe semakin ketakutan. Bukankah begitu, ibu?"
"Kembali benar," sang ibu mengangguk. "Ayahmu bagaikan
harimau tumbuh sayap, Liong-ji. Sin-liong Hap Bu Kok dan
isterinya adalah orang-orang pilih tanding yang tak ada
duanya di dunia kang-ouw. Sayang, karena mereka sering
cekcok dan meninggalkan Chu Wen maka laki-laki itu terbunuh
dan pengikutnya cerai berai!"
"Cekcok" Suami isteri cekcok?" Han Han heran, tak pernah
melihat ayah ibunya di Hek-yan-pang cekcok. "Kenapa mereka
itu, ibu" Kenapa harus cekcok?"
"Ibu tak tahu, tapi mungkin pengaruh Golok Maut itu!"
Han Han terkejut. Ibunya tiba-tiba ngeri dan seolah jerih
memandang golok yang diterimanya
itu. Han Han menyelipkannya di belakang punggung dan hanya gagang
golok yang tampak, gagang yang mengkilat dan terbuat dari
tulang harimau. Golok ini memang gagah dan indah
bentuknya. Orang tak akan merasa seram sebelum golok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dicabut, karena begitu dicabut akan keluarlah cahayanya yang
menyeramkan itu, juga hawa dingin yang tiba-tiba memenuhi
udara. Seolah golok itu setiap dicabut harus meminum darah!
Dan ketika Han Han merasa heran kenapa ibunya bergidik,
ngeri, maka ibunya sudah memberi tahu bahwa golok itu tak
cocok untuk suami isteri.
"Ada kutukan di golok ini, yakni pemegangnya, tak boleh
suami isteri. Maksudku ..... maksudku, golok ini ingin
berteman laki-laki lajang, jejaka murni. Wanita atau gadis tak
cocok dengan golok ini. Itulah sebabnya kenapa aku tak
pernah membawa-bawanya karena golok itu seakan menolak
jika dipakai atau dimiliki wanita!
"Hm!" Han Han terheran-heran, masih kurang jelas.
"Maksudmu golok ini tak suka berdekatan dengan wanita, ibu"
Dia menghendaki hanya berteman dengan laki-laki?"
"Ya, jejaka murni. Sebab sekali tidak murni maka tuah
golok itu akan bicara!"
"Tidak murni" Tidak murni bagaimana"
"Kau akan tahu kelak, Liong-ji. Karena itu hati-hatilah. Aku
tak dapat menerangkan banyak sebab kelak kau tahu sendiri!"
Wi Hong semburat, kemerah-merahan mukanya karena
bingung menerangkan itu. Dia hendak berkata bahwa golok
itu pantang dipakai laki-laki yang sudah bersanggama dengan
wanita. Itulah sebabnya dulu kenapa Sin Hauw terbunuh,
karena kutuk atau sumpah golok itu dilanggar. Dan karena
puteranya ini tampak jejaka sekali dan masih hijau, Wi Hong
tak sanggup memberi tahu lebih jauh maka dia hanya berkata
agar Han Han tak mendekati perempuan.
"Tapi ibupun wanita!" Han Han menyanggah. "Apakah aku
tak boleh berdekatan dengan ibu pula?"
"Hm, eh... tidak, bukan begitu maksudku. Yang
kumaksudkan adalah, ah... kelak kau mengerti sendiri, Liongji. Pokoknya jangan dekat-dekat wanita selain ibu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Han Han tertawa. "Ibu aneh," katanya "Kenapa begitu, ibu"
Bukankah sama saja" Tapi, hmm... aku juga belum pernah
berdekatan dengan wanita, setidak-tidaknya waktu aku di
Hek-yan-pang dulu. Aku tak suka kepada wanita, aku merasa
jijik. Kecuali, hmm...!" Han Han teringat Yu Yin, berhenti dan
tidak meneruskan kata-katanya dan sang ibu terbelalak. Tapi
ketika pemuda itu meneruskan bahwa kecuali dengan ibunya
maka Wi Hong tertawa dan lega, tak tahu bahwa puteranya
menyembunyikan rahasia hubungannya dengan Yu Yin!
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus, kau memang sebaiknya hanya dengan ibu saja.
Jangan dekati wanita lain, Liong-ji. Apalagi kalau kau sudah
membawa Golok Maut itu. Bisa terkena mala petaka!"
"Dan kemudian?" Han Han bertanya. "Bagaimana
selanjutnya, ibu" Bagaimana kisah ayah seterusnya itu"
Apakah Kwi-goanswe tak berhasil dibunuh?"
"Hm, akhirnya jenderal itu bersama anaknya berhasil
dibunuh. T api ayahmu mengalami malapetaka lain!"
"Maksud ibu?" "Kwi-goanswe sebenarnya hanya diperalat saja oleh Coaongya itu, atau sebenarnya juga dengan Ci-ongya karena Coaongya dan Ci-ongya kakak beradik. Mereka sama-sama
saudara kaisar yang sekarang dan karena mereka orang dekat
dengan kaisar maka pengaruh atau kekuasaan mereka juga
besar!" "Hm!" Han Han mengangguk-angguk. "Dan ternyata
pangeran ini yang kemudian menjadi dalang kematian ayah?"
"Pangeran itu memang biang penyakit, Liong-ji. Tapi
pembunuh ayahmu adalah si Kedok Hitam!"
"Baik, dan aku pasti mencari laki-laki ini. Kemudian?"
"Kemudian terjadilah hal yang menggemaskan ini. Coaongya ganti mengejar-ngejar dan ingin merangkul ayahmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, kenapa begitu?" Han Han terheran. "Bukankah mereka
musuh?" "Hm, pada dasarnya pangeran itu bekerja atas kepentingan
negara, Liong-ji. Tak dapat disangkal bahwa pangeran itu
sudah lama ingin merangkul dan membujuk bekas pengikutpengikut Chu Wen. Para pengikutnya sendiri bukan apa-apa
kalau dibandingkan dengan para pengikut Chu Wen itu, yang
lihai-lihai. Tapi karena para pengikut Chu Wen banyak
tercerai-berai setelah Chu Wen tiada maka pangeran itu ingin
memperkuat diri dengan merangkul dan membujuk bekas
pengikut-pengikut Chu Wen itu."
"Dan satu di antaranya adalah ayah, karena ayah murid
Sin-liong Hap Bu Kok yang hebat!"
"Benar, itulah. Memang begitu. Tapi masih ada maksud
lain, Liong-ji. Coa-ongya ingin memiliki Golok Maut ini!"
"Hah, apakah dia bisa silat?"
"Tidak, pangeran itu orang lemah. Tapi karena dia tahu dan
ingin memiliki senjata-senjata pusaka maka dia tertarik
dengan golok peninggalan Hap Bu Kok ini, Liong-ji. Dan
akhirnya merangkul atau membujuk ayahmu untuk bergabung, menjadi pembantunya!"
"Dan ayah mau...."
"Salah!" sang ibu menggeleng. "Waktu itu di sana ada Kwigoanswe, anakku. Ayahmu tentu saja tak mau karena Kwigoanswe itu telah membunuh ayahnya!"
"Hm, lalu?" "Lalu Coa-ongya mempergunakan segala akal, dan ayahmu
terjebak!" Wi Hong tiba-tiba berhenti, menangis tapi tiba-tiba
mengepal tinju dan segera wanita itu menceritakan kelicikan
Coa-ongya. Golok Maut ditipu dan ditangkap, senjatanya
dirampas. Tapi karena Coa-ongya rupanya sadar bahwa golok
itu tak boleh disimpan oleh orang yang sudah berkeluarga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena Coa-ongya bukan laki-laki lajang maka senjata itu
dikembalikan atau setengah dikembalikan ketika dirampas
suaminya. "Banyak penderitaan dan siksaan yang dialami ayahmu.
Kalau Bu-beng Sian-su tidak muncul dan menyelamatkan
ayahmu barangkali dari dulu-dulu ayahmu sudah binasa!"
"Bu-beng Sian-su?" Han Han tertegun, mengerutkan
kening. "Siapa orang ini, ibu" Kenapa aku belum dengar
namanya?" "Hm, kakek itu kakek dewa yang amat luar biasa, Liong-ji.
Kepandaian dan dirinya seperti dongeng. Aku sendiri belum
pernah melihatnya dan memang kakek ini dikenal hanya
sebagai tokoh dongeng!"
"Kalau begitu dia tidak ada?"
'Tidak, dia ada. Tapi sekarang barangkali sudah tidak ada.
Kakek itu adalah kakek dewa dan berkat pertolongannya-lah
maka ayahmu dapat hidup dan membalas dendam, meskipun
belum semua!" "Hm, dan aku baru kali ini mendengar nama Bu-beng Siansu. Apakah ayah Beng Tan tidak tahu, ibu?"
"Apa?" sang ibu tiba-tiba me lonjak. "Pek-jit Kiam-sut yang
dia punyai itu justeru dari kakek ini, Liong-ji. Kalau tidak tak
mungkin Beng Tan dapat menandingi ayahmu!"
Han Han terkejut. "Kalau begitu dia murid kakek dewa itu?"
"Benar, tapi Bu-beng Sian-su sendiri tak menganggapnya
sebagai murid. Artinya, Beng T an hanya mewarisi sebuah dua
ilmunya saja tapi itu sudah membuat dia tanpa tanding di
dunia kang-ouw, setingkat ayahmu!"
Han Han terkejut. Kalau ayahnya di Hek-yan-pang sudah
seperti itu maka dapat dibayangkan betapa hebat dan saktinya
kakek dewa Bu-beng Sian-su itu. Hanya dengan sebuah dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmunya saja ayahnya di Hek-yan-pang menjadi tanpa tanding.
Tapi teringat bahwa ayahnya Si Golok Maut dikatakan dapat
ditandingi Beng T an, ayahnya di Hek-yan-pang maka Han Han
ingin tahu siapakah sebenarnya di antara mereka yang lebih
unggul. "Tak ada yang unggul!" ibunya memberi tahu. "Dua-duanya
sama hebat dan dua-duanya sama sakti. Kalau ayahmu
menang dengan Golok Penghisap Darah ini maka ayahmu di
Hek-yan-pang itu juga memiliki Pedang Matahari yang
mampu menandingi Golok Maut. Keduanya pernah bertempur
tiga hari tiga malam dan tak ada yang menang ?tau kalah.
Seri!" "Hm," Han Han berkilat matanya. "Kalau begitu mendiang
ayah merupakan orang yang luar biasa, ibu. Dia jago tanpa
tanding yang berdiri seimbang dengan ayah Beng Tan!"
"Memang benar, dua-duanya sama hebat. Tapi karena
ayahmu luka-luka dikeroyok pengawal-pengawal istana
tangguh, ketika membunuh Ci-ongya dan keluarganya maka
dia melarikan diri dan dikejar-kejar di Lembah Iblis ini. Dan
saat itu datang tantangan Beng Tan. Mereka sebenarnya
hendak menentukan siapa jago yang sejati, karena duaduanya juga sama-sama masih penasaran. Tapi ketika Beng
Tan datang ke sini tiba-tiba saja meluruk barisan besar itu
mengepung ayahmu, ada lima ribu orang!"
Han Han mengkirik. "Lima ribu orang" Hanya untuk
menghadapi ayah seorang?"
"Benar, dan pihak istana amat licik, anakku. Mereka tahu
bahwa ayahmu lukaluka dan tak memberi kesempatan untuk
menyembuhkan diri. Dan yang penting, datang di saat
menghadapi tantangan dengan ayahmu Beng Tan!"
"Dan ayah Beng Tan bisa disangka berbuat curang,
mendatangkan pasukan kerajaan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang begitu, tapi kami semua akhirnya tahu. Beng Tan
sendiri akhirnya mengamuk dan marah-marah kepada orangorang itu, namun terlambat. Ayahmu yang sudah kepayahan
dan menderita luka-luka akhirnya terbunuh dan binasa di
tangan Kedok Hitam!"
"Hm!" Han Han mencorong matanya, menggeram bagai
seekor harimau terluka. "Aku akan membuat perhitungan
dengan orang ini, ibu. Dan sumpah tak mau sudah kalau
belum membunuhnya!" "Benar, dan kita juga telah bersumpah Aku tak akan
menyanggul rambutku kalau belum mencuci dengan
darahnya. Aku ingin keramas dengan darah si jahanam itu!"
"Dan di mana kita bisa mencari jejaknya" Dan siapa
sebenarnya si Kedok Hitam ini?"
"Dia misterius, Liong-ji, ibu juga tak tahu. Tapi ada dua
orang yang dapat dimintai keterangan!"
"Hm, siapa mereka?" "Bukan lain Coa-ongya sendiri. Tapi,
hmm, ibu ragu. T ak mungkin dia mau memberi tahu. Pergi ke
sana bagiku terlalu berbahaya. Para pelindung atau pembantu
pangeran itu terlalu kuat, jumlahnya juga banyak!"
"Aku tak takut!" Han Han berkilat, penuh keberanian. "Tapi
siapa orang kedua itu, ibu?"
"Bukan lain ayahnri Beng Tan. Dialah yang dapat dimintai
keterangan dan ini kupikir lebih mudah!"
"Ayah Beng Tan?" Han Han terbelalak, terkejut, tak
menyangka bahwa ayahnya itulah yang dimaksud. Berarti, dia
harus kembali ke Hek-yan-pang! Tapi ketika dia tertegun dan
terkejut, ibunya tertawa, tiba-tiba ibunya itu sudah melompat
bangun dan berseru, "Ya, ayahmu Beng Tan itulah yang dapat dimintai
jawabannya, Liong-ji. Dia tahu siapa si Kedok Hitam karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu mereka pernah bertempur. Hayo, kita ke sana dan tanya
dia!" "Tapi aku pergi meninggalkan mereka!" Han Han tiba-tiba
berseru, pucat, bangkit berdiri pula. "Aku telah dimusuhi
mereka, ibu. Mereka.... mereka tak suka kepadaku!"
"Apa?" Wi Hong terbelalak. "Kau dimusuhi" Berani mereka
berbuat kurang ajar seperti itu" Eh, justeru kuingin datang ke
sana, Liong-ji. Biar kudamprat dan kusemprot mereka
mentang-mentang kau bukan anak kandungnya! Apakah Swi
Cu tahu kau bukan puteranya?"
"Tidak, belum.... tapi..." Han Han susah menjawab,
masygul. "Aku tak ingin ke sana, ibu. Ayah dan ibu Swi Cu
telah menyakiti hatiku."
"Apa yang terjadi, ceritakan! Biar kupertaruhkan nyawaku
untukmu puteraku seorang!"
Han Han terharu. Tiba-tiba saja dia melihat ibunya ini
seperti seekor induk ayam yang siap bertarung. Atau,
barangkali seperti seekor harimau betina yang akan diganggu
anaknya. Siap menerkam dan mengadu jiwa! Dan ketika Han
Han terharu dan menitikkan air mata, sikap itu belum pernah
diperlihatkan ibunya di Hek-yan-pang seperti ibu kandungnya
ini maka Wi Hong memeluk dan sudah menyambar puteranya
itu. "Liong-ji, katakan kepada ibu. Apa yang mereka lakukan
dan kenapa kau pergi dari sana. Apakah Beng Tan memakimu
atau menghinamu di luar batas!"
"Tidak," Han Han tiba-tiba menangis, naik sedu-sedannya.
"Ayah.... ayah baik-baik saja kepadaku, ibu. Tapi ibu Swi Cu
.... dia.... dia benci kepadaku!"
"Apa yang menjadi sebabnya?"
"Karena aku memakai caping ini, juga karena kebetulan aku
menemukan sebuah kitab pelajaran sinkang yang jatuh di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sumur tua." Han Han lalu menceritakan persoalannya,
didengar ibunya dan Wi Hong terbelalak memandang sang
putera terkasih. Baru sekarang dia sadar akan caping yang
dipakai puteranya itu dan baru sekarang dia mendusin bahwa
caping ini memang mirip benar dengan caping suaminya.
Han Hari memang mirip mendiang Si Golok Maut, puteranya
itu bagai pinang dibelah dua. Maklumlah, mereka ayah dan
anak kandung! Dan ketika Han Han selesai bercerita
sementara sang ibu melotot dan merah padam maka Wi Hong
membanting kaki dan berseru gusar,
"Keparat si Swi Cu itu. Akan kuhajar dia. Baik, kita ke sana,
Liong-ji. Dan akan kulabrak dia sebagai wanita tak tahu diri.
Hayo, tak usah di sini lagi dan kita sikat mereka itu!"
"Nanti dulu," Han Han terkejut, menyambar dan mencekal
lengan ibunya itu, "jangan terburu-buru, ibu. Sekarang aku
tahu apa yang menjadi sebab. Agaknya, ibu Swi Cu telah tahu
bahwa aku bukan putera kandungnya. Itulah sebabnya menga
pa ia tak begitu kasih kepadaku. Ah, kita jangan gegabah
karena betapapun mereka menggembleng dan telah melepas
budi kepadaku!" "Tak ada budi!" sang ibu membentak. "Mereka dapat
tinggal di Hek-yan-pang atas kemalanganku, Liong-ji. Kalau
aku tidak begini dan dulu tidak terguncang jiwaku tak mungkin
mereka dapat menguasai Hek-yan-pang. Aku terpukul oleh
kematian ayahmu. Sekarang aku sudah sadar dan akan
merebut kekuasaan di sana. Hayo, kaulah yang berhak dan
duduk sebagai ketua!"
"Tidak!" Han Han terpekik, melihat ibunya menyambar dan
membawanya lari turun gunung. "Tunggu dulu, ibu.
Dengarkan kata-kataku. Aku tak mau menjadi ketua, aku ingin
bebas. Tunggu!" dan ketika Han Han melepaskan diri dan
memberontak dari pegangan ibunya maka Wi Hong terhuyung
dan melotot memandang puteranya itu, yang cepat-cepat
menangkap dan mengeluh kembali. "Maaf.... maaf, ibu. Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak bermaksud kasar kepadamu. Aku ingin bicara," dan ketika
Han Han duduk dan mengajak ibunya duduk pula, menahan
gejolak hati, maka Han Han sudah menjelaskan bahwa tak
usah sejauh itu mereka marah-marah kepada ayah ibunya di
sana. "Sekarang aku tahu kenapa ibu Swi Cu tak suka kepadaku.
Wajahku mirip ayah, dan memang pernah kudengar mereka
cekcok tentang aku. Ah, firasat ibu Swi Cu tajam dan benar.
Agaknya dia tahu bahwa aku bukan anaknya, tak memiliki
getaran tali kasih sebagaimana layaknya seorang putera
dengan ibu kandungnya. Hm, ini menyakitkan hatiku, ibu. Tapi
aku sekarang telah bertemu denganmu, ibu kandungku. Ayah
dan ibu Swi Cu telah mendidik dan membesarkan aku. Kalau
sekarang ibu marah-marah dan mau merebut kekuasaan di
sana terus terang aku tak setuju. Tapi kalau ibu mau datang
tentang pertanyaan si Kedok Hitam, musuh kita itu, aku
setuju. Apakah ibu berjanji bahwa tak akan membuat ribut
selain urusan ini?" "Kau tak ingin menduduki kursi ketua di sana?"
"Hm, meskipun ayah Beng Tan tahu aku bukan anak
kandungnya pasti kedudukan itu diberikannya kepadaku juga,
ibu. Kalau sudah waktunya. Tapi aku tak suka menerima
tampuk pimpinan. Ayah Beng T an sudah cukup bijaksana dan
Hek-yan-pang di bawah pimpinannya sudah cukup maju dan
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
disegani, aku tak ingin kedudukan. Kalau ibu mau bicara
tentang itu terus terang aku tak suka."
"Tapi aku ketua Hek-yan-pang, aku ketua aslinya. Aku
masih mempunyai hak, dapat kutuntut!"
"Itu dulu, ibu. Tapi setelah itu ibu tak pernah muncul lagi.
Ibu dalam keadaan terguncang, gila. Kalau ibu Swi Cu tidak
turun tangan dan cepat-cepat membenahi tentu Hek-yan-pang
sudah bubar atau hancur."
"Jadi kau tak mau menjadi ketua?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, aku tak suka itu, ibu. Hek-yan-pang di bawah
pimpinan ayah Beng Tan tetap berwibawa dan bahkan maju.
Aku tak suka menjadi ketua. Sudah cukup aku sebagai putera
seorang ketua!" "Tapi kau berhak akan kedudukan itu, sebagai puteraku!"
"Hm, sama saja, ibu. Sebagai puteramu atau putera ayah
Beng Tan yang telah mendidik dan membesarkan aku maka
kuanggap tak ada masalah. Sekarang aku hanya ingin bicara
tentang si Kedok Hitam itu, bukan urusan ketua perkumpulan!
"Baik, kalau begitu kita ke sana, Liongji. Sama saja bagiku!"
"Ibu berjanji?"
"Eh, kau mengikat ibumu dengan janji" Kalau mereka tak
macam-macam tentu aku juga tak akan macam-macam,
Liong-ji. Hayo berangkat dan kita temui mereka!"
"Nanti dulu!" Han Han menahan lengan ibunya. "Kita pamit
dulu kepada ayah dan aku juga ingin bersembahyang di
makam guru-guru ayahku itu!" dan ketika sang ibu tertegun
dan sadar, Wi Hong tersenyum maka wanita itu mengangguk
dan menahan langkah kakinya. Han Han sudah berlutut dan
bersoja di depan makam ayahnya itu. Mulut puteranya komatkamit dan W i Hong mendengar janji atau sumpah ulangan
puteranya. Dan ketika Han Han berdiri dan berlutut di makam
yang lain, makan dari suami isteri Sin-liong Hap Bu Kok maka
di s ini Han Han mohon doa restu.
"Aku mohon locianpwe memberikan restu di alam sana.
Semoga aku dapat mencari dan membunuh pembunuh
ayahku!" "Bagus!" Wi Hong terkekeh. "Dan aku juga pamit kepada
ayahmu, Liong-ji. Hayo berangkat dan sekarang kita bebas!"
Han Han disentak dan disambar. Sekarang dia membiarkan
dan ibunya sudah terbang menuruni bukit. Han Han menarik
napas dalam untuk menekan debaran hatinya ke Hek-yanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
pang. Ayah dan ibunya di sana tentu bakal terkejut. Rahasia
tentang dirinya sudah terbuka. Dia ternyata keturunan Si
Golok Maut, pantas wajahnya begitu mirip! Dan ketika Han
Han berdebar membayangkan bahwa ayah atau ibunya di
sana bakal terkejut, entah apa yang terjadi maka ibu
kandungnya ini terkekeh-kekeh dan justeru gembira. Wi Hong
mengalami kegembiraan luar biasa bertemu dengan anak
kandungnya ini. Kehebatan dan kesaktian Han Han telah
dilihatnya. Ah, siasatnya dulu berhasil. Anaknya ini telah
mewarisi seluruh kepandaian Beng Tan. Dan teringat bahwa
Han Han telah memegang Golok Maut, senjata warisan
ayahnya maka Wi Hong girang bukan main karena hal itu
membuat anaknya seolah harimau tumbuh sayap!
Han Han sendiri tak berpikiran sampai ke sini. Pemuda itu
berkerut kening dan sering diam kalau tidak ditegur. Ibunya
tak perduli dan tertawa-tawa, tak menghiraukan degup
kencang jantung puteranya setelah mereka kian dekat saja
dengan Hek-yan-pang. Maklumlah, mereka sudah meninggalkan Lembah Iblis dua hari dua ma lam, berarti
mereka semakin dekat saja dengan tempat tujuan itu. Dan
ketika tak lama kemudian mereka sampai juga ke sana, tepat
di saat matahari terbenam maka Han Han mengajak ibunya
beristirahat. "Kenapa?" ibunya tertegun. "Jauh-jauh kita datang, Liongji. Dan mereka sudah di ambang mata!"
"Hm, aku tak suka malam-malam begini. Aku ingin kita
datang secara gagah, bukan di ma lam gelap. Kalau ibu turut
kata-kataku maka kita istirahat di hutan ini saja dan besok
pagi-pagi baru ke sana."
"Ah, baiklah. Dan mari kutunjukkan guha di mana dulu aku
menukar dirimu dengan bayi Swi Cu, hi-hik!" W i Hong tak
membantah, tertawa dan menuruti kata-kata puteranya dan
Han Han mengerutkan kening. Ibunya berkelebat dan menuju
ke tengah hutan, membelok dan akhirnya menguak sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanaman perdu. Dan ketika di situ muncul sebuah lubang dan
itulah guha di mana dulu ibunya menukar anak, antara dirinya
dengan putera ayahnya Beng Tan maka Han Han atau yang
sebenarnya bernama Giam Liong ini menyatukan alisnya yang
tebal, tampak tak begitu gembira.
"Lihat, inilah guha itu, Liong-ji. Dan aku berhasil mengecoh
mereka semua hingga terkibul. Hi-hik, kau telah mewarisi
kepandaian si Pedang Matahari dan itu berarti kau lebih hebat
dari mendiang ayahmu sendiri!"
"Hm, inikah kiranya?" Han Han menoleh ke sana-sini.
"Tersembunyi dan rapat sekali, ibu. Meskipun aku sebenarnya
tak memuji perbuatanmu itu."
"Eh, kau menyalahkan ibumu?"
"Maaf, aku tidak menyalahkan, tapi sekedar kurang suka
saja. Aku jadi tak enak karena sudah mewarisi kepandaian
ayahku Beng Tan!" "Itu yang kuharap, aku tak dapat menggemblengmu
sendiri. Kau menyesal, Liong-ji?"
Han Han terkejut. Ibunya tiba-tiba terisak dan kiranya dia
telah melukai perasaan ibunya itu. Sang ibu akhirnya
menangis dan berkata bahwa tanpa begitu tak mungkin
mereka dapat membalas dendam. Si Kedok Hitam amatlah
lihai dan sete lah Golok Maut binasa maka Beng Tan itulah
satu-satunya orang yang dapat mengalahkan. Dan ketika
ibunya menggu-guk dan berkata bahwa kepandaiannya sendiri
amat rendah, hingga tak dapat dipakai mendidik sang putera
maka Han Han sadar dan cepat memeluk ibunya itu.
"Aku menyesal, tapi bukan karena itu melainkan karena
telah me lukai perasaan ibu. Baiklah, aku minta maaf, ibu. Apa
yang kaulakukan betapapun adalah untuk kepentingan diriku
juga, maksud ibu untuk membalas dendam kematian ayah.
Aku tak akan mengulangi kata-kata itu lagi dan harap ibu tidak
berduka." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Hong girang. Setelah Han Han tidak menyalahkannya
dan dapat menerima apa yang dia lakukan maka mereka
memasuki guna itu. Han Han menarik ibunya ketika sang ibu
hendak masuk begitu saja, maklumlah, dia mendengar desis
perlahan dari dua ekor ular yang sedang merayap hati-hati.
Dan ketika Han Han menjentikkan kuku jarinya dan dua ekor
ular itu jatuh, menggeliat dan roboh dengan kepala pecah
maka Wi Hong terkejut karena itulah dua ekor ular merah
yang amat beracun sekali.
"Ang-tok-coa (Ular Racun Merah)!" serunya.
"Benar, dan mungkin di dalam masih ada ular-ular yang
lain, ibu. Biar kusapu mereka kalau ada.... wut!" Han Han
mengibaskan ujung lengan bajunya, guha tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh karena seperti angin topan saja
mendadak kibasan atau kebutan ujung lengan baju pemuda
itu menyapu ke dalam. Dan ketika terdengar suaja "tepaktepok" dan puluhan ular jatuh, hancur dan binasa di dinding
maka Han Han menyalakan obor dan Wi Hong ngeri melihat
banyaknya ular-ular merah yang ada di situ!
"Luar biasa, untung ada kau!"
"Hm, aku mendengar gerak dan desis mereka, ibu. Kau tak
mendengar karena rupanya sedang bersedih tadi."
"Ah, tapi betapapun kau lihai. Hanya dengan menggerakkan lengan baju saja maka puluhan ular rontok
binasa!" "Sudahlah, kita masuk, ibu. Dan beristirahat di dalam," Han
Han masuk, obor di tangan sudah siap dan Wi Hong mengikuti
puteranya itu dari belakang. Wanita ini me leletkan lidah
karena kalau sampai dia dikeroyok puluhan ular-ular merah,
yang beracun dan amat berbisa tentu berbahaya juga. Dia tadi
tak mendengar karena betul sedang merasa sedih, kecewa
oleh kata-kata puteranya tadi. Tapi begitu ular-ular sudah
dibunuh dan Han Han mengibaskan lengannya lagi, bangkaiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangkai ular itu terbang keluar maka malam itu mereka
beristirahat dengan tenang dan diam-diam Wi Hong kagum
akan kepandaian puteranya ini.
Pagi itu dapat dibayangkan betapa kaget, heran serta
tercengangnya anggauta-anggauta Hek-yan-pang. Perkumpulan yang dikelilingi danau dan menjadi semacam
pusat pemerintahan kecil bagi markas Walet Hitam itu melihat
kedatangan Han Han dan ibunya. Han Han berjalan tenang
dan mula-mula mereka tentu saja
harus melewati perkampungan murid-murid lelaki yang berjaga di luar.
Perkampungan atau rumah-rumah di sekitar danau itu
memang sebagai benteng atau tameng sebelum tamu
memasuki pusat markasnya, yang berada di tengah pulau.
Han Han datang dengan sikapnya yang tenang dan wajahnya
yang dingin serta beku seperti biasa itu mula-mula disambut
gembira oleh anak murid Hek-yan-pang. Beberapa di
antaranya menjatuhkan diri berlutut, karena jelek-jelek Han
Han adalah putera ketua, jadi tentu saja pimpinan di s itu. T api
ketika mereka melihat kedatangan Wi Hong dan ibu serta anak
yang sama-sama berambut kemerahan, seperti beroles darah
maka semua tertegun dan ngeri. Apalagi Han Han tak
menunjukkan senyumnya, dingin di balik bayang-bayang
caping Si Golok Maut! "Han-kongcu datang.... Han-kongcu datang...! Beri tahu
kepada pangcu dan hu-jin (nyonya)!"
Semua tiba-tiba berlarian. Mereka menyambut tapi segera
menyibak ketika Wi Hong mengibas. Wanita itu masih benci
karena Hek-yan-pang sekarang sudah dipenuhi murid lelaki.
Dan ketika mereka berpelantingan dan tentu saja berteriak,
kaget, maka Han Han menahan lengan ibunya untuk tidak
berbuat kejam. "Kita tak perlu mengganggu mereka. Mari terus ke tengah
pulau dan menghadap ayah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak-anak murid ribut. Han Han sudah menuju danau dan
sebuah perahu tiba-tiba meluncur cepat, penumpangnya
menoleh dan menggigil memandangnya. Itulah anak murid
Hek-yan-pang yang akan memberi laporan. Mereka tentu
kecut melihat ibunya bersamanya, karena dulu ibunya pernah
menghajar murid-murid lelaki ini. Dan ketika Han Han
menyambar dan melepaskan sebuah perahu, yang banyak
tertambat di situ maka Han Han mengajak ibunya untuk
meloncat naik. "Mari, kita ke pulau. Dan ibu tak usah menunjukkan pedang
itu!" Han Han membenamkan Golok Mautnya, tak ingin
membuat geger tapi ibunya terkekeh dan malah memperlihatkan gagang pedang di belakang punggung.
Pamer. Sikapnya seperti orang yang bahkan menantang! Dan
ketika Han Han tak dapat berbuat apa-apa dan mengayuh
perahunya, cepat sekali, maka perahu tiba-tiba mencelat dan
terbang membelah permukaan air danau!
-ooo0dw0ooo- Jilid 11 "CLAP-CLAP!" perahu meluncur cepat "Jangan membuat
ribut, ibu. Ingat janjimu!"
"Hi-hik!" Wi Hong terkekeh, tak menjawab permintaan
puteranya. "Lihat mereka terbirit-birit, Liong-ji. Ah, ingin
kususul mereka dan menjungkir balikkan perahunya ke air.
Ayo, cepat susul. Ibu ingin menenggelamkan mereka!"
"Hm, tidak," Han Han tentu saja tak mau. "Kita bukan
berurusan dengan para murid, ibu, me lainkan ingin
menghadap ayah dan ibu Swi Cu. Pegang pinggiran perahu
erat-erat karena aku akan terbang!"
Wi Hong terpekik. Perahu mendadak melesat ke atas dan
tidak lagi menyentuh permukaan air. Han Han mengangkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahunya tinggi-tinggi hingga perahu itu tak lagi meluncur di
air. Setiap jatuh atau turun lagi maka Han Han memukulkan
dayungnya ke bawah, air danau muncrat tinggi dan angin
pukulan pemuda itulah yang membawa dan menerbangkan
perahu ini seperti siluman. Dan ketika perahu anak murid
tersusul dan perahu Han Han lewat di atasnya, anak-anak
murid terbelalak dan bengong, takjub, maka Han Han sudah
mendarat dan menjatuhkan perahunya dengan empuk di
pulau. "Han-kongcu datang..... ah, Han-kongcu datang...!"
Sama seperti di luar tadi maka disinipun Han Han disambut
dengan teriakan dan seruan-seruan keras.
Hanya kalau di luar tadi adalah teriakan atau seruan murid
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
murid lelaki maka disini semuanya perempuan. Mereka adalah
penjaga atau anak-anak murid yang bertugas disitu, tentu saja
melihat perahu Han Han yang terbang dan melewati perahu
anak-anak murid lelaki. Mereka terkejut dan membelalakkan
mata lebar-lebar. Tapi begitu tahu bahwa itulah Han Han,
yang rambutnya memerah darah maka murid-murid wanita
yang kagum dan sejenak takjub ini berseru kegirangan
menyambut. Namun mereka tertegun melihat Wi Hong, wanita di
samping Han Han itu. Mula-mula mereka tak mengenal karena
Wi Hong pun rambutnya memerah darah, ibu dan anak samasama mirip. Sedetik, mereka menyangka dua orang itu gila,
mengecat rambutnya. Tapi ketika tahu bahwa Han Han tak
suka main-ma in dan pemuda berwajah dingin itu datang
dengan seorang wanita yang akhirnya dikenal sebagai bekas
pangcu yang lama, Wi Hong tentu saja sudah dikenal bekas
murid-muridnya sendiri maka ada diantara mereka yang tibatiba berkelebat melarikan diri sementara yang sudah didekati
tak sempat untuk bersembunyi dan menjatuhkan diri berlutut,
gentar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangcu....!" seruan lirih itu menyembunyikan ketakutan.
"Selamat datang dan semoga sehat-sehat saja!"
"Siapa kau?" W i Hong tak ingat dan menendang.
"Menyebutku pangcu tapi hormat kepada orang lain. Minggir,
dan enyahlah!" Tiga orang terlempar. Mereka berdebuk dan mengaduh dan
Han Han cepat memegang lengan ibunya itu.
Di sini ibunya tiba-tiba tampak beringas dan tak kuasa
menahan diri. Mata Wi Hong bersinar dan berkilat-kilat bagai
mata harimau haus darah, Han Han mengingatkan ibunya
untuk tidak membuat ribut, atau dia kembali dan tak akan
menemui Beng Tan. Dan ketika Wi Hong terkejut dan sadar,
terkekeh bertemu pandang dengan mata puteranya maka
wanita ini menahan diri dan mengangguk.
"Baik, hi-hik. Aku hanya melempar mereka itu, Liong-ji, tak
membunuh. Lihat, mereka tak apa-apa dan bangun berdiri!"
Memang benar, tiga anak murid Hek-yan-pang itu bangun
berdiri, terhuyung, mau melarikan diri tapi menjatuhkan diri
berlutut karena W i Hong memandangnya penuh ancaman.
Namun karena Han Han mencengkeram lengan ibunya dan
dua orang itu lewat dengan cepat, melalui mereka maka tiga
anak murid ini girang dan lega dan cepat-cepat meloncat
bangun untuk.... melarikan diri.
"Celaka, kongcu datang bersama ketua yang lama. Pergi,
cepat menyingkir!" Di tengah pulau inipun terjadi kegemparan. Mereka sudah
melihat Wi Hong dan tak berani bertemu muka. Mereka
terkejut dan terheran-heran bagaimana bekas ketua lama itu
dapat datang bersama Han Han. Tak pelak tentu terjadi
keributan. Wi Hong selamanya begitu! Dan ketika Han Han
melihat anak murid berlarian, semua ke dalam atau ke tengah
pulau maka Beng Tan yang mendapat laporan segera
tertegun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pagi itu pendekar ini sedang asyik minum kopi pemberian
isterinya, menghirup perlahan-lahan dan kopi kental yang
pahit-pahit manis itu terasa lezat. Nikmat diminum panaspanas di pagi yang masih dingin. Tapi begitu belasan anak
murid muncul dan langsung menjatuhkan diri berlutut, berseru
bahwa Wi Hong dan puteranya datang tiba-tiba pendekar ini
tertegun dan bangkit berdiri.
"Apa" Wi Hong" Bersama Han Han?"
"Beb.... benar!" anak-anak murid menggigil, tak dapat
bicara lancar. "Han-kongcu datang bersama bekas ketua lama,
pangcu. Mohon pangcu menemui karena kami ditendang dan
dilempar-lempar!" Dan saat itu berkelebat bayangan Swi Cu. Nyonya cantik
yang mendengar ribut-ribut dan juga sedang hendak bertanya
ini tiba-tiba melihat belasan anak-anak murid itu. Kebetulan,
diapun datang. Dan ketika suaminya menengok dan wajahwajah disitu tampak pucat dan ketakutan maka nyonya ini
membentak bertanya apa yang terjadi.
"Ada apa ribut-ribut. Kenapa semua meluruk kesini seperti
kedatangan harimau siluman!"
"Sabar," sang suami bergerak dan mencekal lengan
isterinya itu. "Han Han datang, niocu. Tapi bersama
seseorang." "Han Han" Bocah tak tahu diri itu" Kenapa datang setelah
minggat beberapa minggu" Biarkan saja, aku ingin mencekik
batang lehernya!" "Eh!" sang suami terkejut, membentak isterinya. "Jangan
begitu, niocu. T ak baik berkata begitu di depan begini banyak
anak-anak murid. Han Han adalah anak kita, keturunan kita.
Betapapun dia harus kita sambut dan tak perlu marah-marah!"
"Hm, dan siapa seseorang itu. Apakah anak itu akan
membuat onar lagi!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sabar, Han Han tak akan membuat onar. Tapi orang yang
datang bersamanya, hmm..... ini kita harus hati-hati."
"Siapa dia?" "Wi Hong..." "Apa?" sang isteri mencelat, langsung melepaskan cekalan
suaminya. "Suci Wi Hong" Dia.... dia datang bersama Han
Han" Mau apa?" "Sabar," sang suami berkelebat, mencekal lengan isterinya
itu. "Dia datang, niocu. Lihat, itu mereka!" dan ketika benar
saja semua menoleh dan Swi Cu memandang ke depan, ke
arah yang ditunjuk suaminya maka tertegunlah dia melihat
Han Han mendatangi bersama sucinya itu, yang terkekehkekeh dan mendorong minggir semua anak-anak murid dan
Swi Cu maupun suaminya terbelalak melihat rambut Han Han
yang kemerah-merahan. Rambut puteranya itu seperti darah dan suami isteri ini
semakin terbelalak saja karena Wi Hong, wanita itu, juga
berambut kemerah-merahan seperti Han Han. Mata mereka
yang tajam segera mengetahui bahwa rambut itu tidaklah dicat. Rambut itu memang merah seperti bermandi atau
berminyak darah, bukan main heran tapi juga terkejutnya
mereka. Dan ketika Han Han sudah dekat dan membungkuk di
depan ayah ibunya, memberi hormat, maka pemuda itu
menyatakan maaf dan selamat bertemu.
"Aku datang bersama ibu, harap ayah baik-baik saja."
"Apa?" Beng Tan terkejut, mengerutkan kening. "Ibu" Kau
tahu siapa yang kau ajak ini, Han Han" Dan dari mana kau"
Kenapa meninggalkan kami tanpa ijin?"
"Maaf," Han Han semburat. "Aku pergi karena sikapmu
juga, ayah. Kau memusuhi dan tidak menyukaiku seperti ibu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swi Cu. Aku tak tahan, pergi tapi akhirnya kembali untuk
bertanya siapa pembunuh ayah kandungku!"
"Prat!" Beng Tan menggetarkan jari dan berkelebat
mencengkeram leher baju anaknya itu. "Apa kau bilang, Han
Han" Ayah kandung" Pembunuh ayah kandung?"
"Hi-hik!" W i Hong, yang terkekeh dan tertawa-tawa
membiarkan ayah dan anak saling bicara kini menyergap
maju, mengejutkan. "Tak usah heran tak usah bingung akan
ini, Beng Tan. Hari ini rahasia besar hendak kubuka. Han Han
bukanlah anakmu, dia puteraku, Giam Liong, Sin Giam Liong!"
"Wut!" Beng T an berkelebat dan kini menyambar Wi Hong,
melepaskan cengkeramannya kepada Han Han. "Apa kau
bilang, Wi Hong" Rahasia besar" Han Han ..... Han Han
puteramu" Kau gila?"
"Lepaskan!" Wi Hong membentak dan menendang lawan.
"Kita bicara baik-baik, Beng Tan. Dia adalah Giam Liong
bukannya Han Han. Anak ini adalah benar anakku, putera
yang kulahirkan dari kasih sayang Sin Hauw!" dan bergerak
mendampingi Han Han, berlindung sekaligus waspada akan
segala serangan Wi Hong berapi-api memandang ketua Hekyan-pang itu, tidak berkedip. "Ini adalah benar Giam Liong,
anakku. Lihat wajah dan gerak-geriknya, lihat sikap dan
pandang matanya. Apakah pantas sebagai puteramu" Dia
adalah anakku, Beng Tan. Bocah yang kulahirkan dulu itu. Ini
bukan Han Han melainkan Giam Liong!"
"Bohong, dusta!" Beng Tan merah padam membentak Wi
Hong, tak dapat mengendalikan marahnya. "Kau membuat
onar dan ribut, Wi Hong. Dari dulu sampai sekarang tak jera
juga mencari permusuhan. Ah, kau harus ditangkap, dibuang
jauh-jauh!" dan ketika Beng Tan berkelebat dan menyambar
wanita itu, jari-jari berkerotok penuh hawa marah maka Wi
Hong sudah diserang dan siap ditangkap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wi Hong terkejut dan mengelak namun jari-jari itu
membayangi dirinya. Wanita ini kaget dan melempar tubuh
namun kalah cepat. Jari-jari itu sudah menyambar baju
pundaknya dan siap menembus daging.
Han Han terkejut melihat kemarahan ayahnya itu. Itulah
Tiat-kang atau Tenaga Besi yang akan menghancurkan daging
pundak ibunya. Maka ketika ibunya berteriak dan ayahnya
tampak beringas, Han Han melompat maju tiba-tiba pemuda
itu menangkis dan berseru keras agar ayahnya mundur.
"Maaf, harap ayah mundur.... dukk!" dua lengan yang
beradu sama kuat akhirnya menggetarkan Beng Tan yang
terdorong selangkah, juga Han Han yang merasakan betapa
kuatnya tenaga ayahnya tadi. Tapi ketika Han Han berdiri
tegak dan menarik napas dalam-dalam maka pemuda ini
membungkuk. "Ayah tak perlu menyerang ibu kandungku. Apa yang
dikata adalah benar. Aku.... aku putera kandung ayahku Si
Golok Maut. Aku keturunan keluarga Sin!"
Beng Tan terbelalak dan merah padam.
Swi Cu melengking dan berkelebat maju, siap menggempur
dan membela suami. Tapi ketika Beng Tan mencekal
lengannya dan menyuruh mundur, wanita itu merah padam
maka Wi Hong terkekeh dan memandang sumoinya.
"Swi Cu, tak perlu naik pitam. Ini adalah benar anakku
sendiri, Giam Liong. Sedang maksud kedatangan kami ialah
hendak bertanya kepada suamimu siapa pembunuh suamiku
dulu!" "Keparat, bedebah terkutuk!" Swi Cu membentak dan tak
dapat menahan diri. "Kau tak tahu malu dan mencari
keributan, suci. Kedatanganmu tak membawa maksud baik
dan selamanya mencari permusuhan. Sekarang ceritakan
bagaimana itu semuanya terjadi dan dimana anakku Han
Han!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," Beng Tan menggeram dan menahan marah.
"Kedatanganmu aneh dan menusuk perasaan, Wi Hong. Kalau
kau datang untuk merebut kedudukan ketua barangkali tak
usah panjang lebar kuserahkan kepadamu, kalau murid-murid
setuju. Tapi kalau kau datang dengan berita tentang Han Han
menjadi Giam Liong dan itu bukanlah anak kami maka kau
sungguh keji!" "Hi-hik, tak perlu marah," Wi Hong terkekeh dan enak saja
bicara, tak takut kepada Beng Tan karena dia tahu kepandaian
puteranya sendiri, Han Han atau Giam Liong yang tadi telah
mampu menunjukkan kelihaian yang meyakinkan, menangkis
serangan Beng Tan hingga laki-laki itu terdorong. "Aku akan
bicara baik-baik, Beng Tan. Kalau kau terima syukur, tidak
diterimapun tak apa. Aku hendak bicara tentang kisah belasan
tahun yang lalu, ketika aku datang kesini..."
"Hm, penculikan anak itu?"
"Benar, kau cerdas."
"Dan kau menukar bayi-bayi itu?"
"Ah, hi-hik. Kau luar biasa, Beng Tan Belum diberi tahu
sudah tahu lebih dulu. Ah, kau mengagumkan!" dan ketika Wi
Hong terkekeh dan kagum akan pendekar ini, jago pedang
yang berotak cerdas maka Swi Cu melengking dan tiba-tiba
mencabut pedangnya untuk menusuk, langsung menyerang
Wi Hong. "Kalau begitu kau terkutuk, keji. Kau menukar anak
dan mempermainkan aku, suci. Dan untuk dosa begini aku tak
dapat memberi ampun..... singg!" dan pedang yang bergerak
bagai awan putih tiba-tiba menyambar dan sudah mendekati
tenggorokan Wi Hong. Wanita itu terkejut dan mengelak namun Swi Cu sekarang
bukanlah Swi Cu yang dulu, yang masih sumoinya dengan
kepandaian khusus dari warisan Hek-yan-pang. Karena begitu
mengelak dan mundur menjauh tiba-tiba Swi Cu menetakkan
ke bawah dan dengan jurus Pek-jit Kiam-hiap atau silat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang Matahari sekonyong-konyong senjatanya itu sudah
mendekati Wi Hong lagi dan kini menuju lambung.
"Aihhh.... tranggg!" Wi Hong mencabut pedang apa boleh
buat menangkis. Dikejar dan diberondong dua jurus beruntun yang begitu
cepatnya tiba-tiba Wi Hong tak dapat keluar. Muka dan
belakang sudah penuh dengan bayang-bayang pedang dan
mau tak mau dia harus mencabut pedangnya sendiri,
menangkis. Tapi ketika dia terpelanting dan kaget berteriak
keras maka Han Han sudah berkelebat dan menghadang di
depan ibu kandungnya. "Maaf, harap ibu Swi Cu tidak menyerang lagi."
"Terkutuk!" Swi Cu melengking dan bahkan menerjang Han
Han. "Kalau kau bukan anakku malah kebetulan sekali, bocah.
Gara-gara ibumu aku jadi menderita!" dan pedang yang
bergerak menusuk mata tiba-tiba dikelit dan ditampar Han
Han. Pemuda ini bukanlah W i Hong dan dia tahu jurus-jurus
berikutnya, mendahului dan menampar pedang dan karena
sinkangnya memang lebih kuat maka pedang di tangan Swi Cu
seketika mencelat, jatuh dan terlepas dari tangannya. Dan
ketika Swi Cu terpekik dan mundur terhuyung, marah sekali
maka Han Han sudah memungut dan mengembalikan kembali
pedang ibunya itu, ibu atau yang sebenarnya bibi karena Swi
Cu adalah sumoi dari ibu kandungnya.
"Maaf," Han Han atau sekarang yang bernama Giam Liong
ini menunjukkan muka sedih. "Aku tak ingin menimbulkan
keributan, ibu. Aku datang hanya untuk berurusan dengan
ayah, bertanya tentang siapa pembunuh ayah kandungku."
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Keparat, jangan panggil kami ayah ibumu!" Swi Cu
membentak, menyambar dan menusukkan pedangnya lagi.
"Kalau kau anak Sin Hauw maka pantas kau berdarah dingin,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giam Liong. Kiranya kau anak pembunuh itu dan bukan anak
suamiku!" Namun Giam Liong yang mengelak dan kembali menampar
akhirnya membuat pedang runtuh dua kali, terbelalak dan
mencorong matanya mendengar Swi Cu mengatakan ayahnya
pembunuh, hal yang membuatnya marah! Tapi ketika Beng
Tan bergerak dan menangkap isterinya, memungut dan
menyambar pedang maka laki-laki itu berdiri dengan muka
gelap, pandang matanyapun mulai mencorong menakutkan.
"Han Han, eh... Giam Liong! Jangan menghina isteriku
kalau betul ingin berurusan denganku. Nah, katakan, apalagi
maumu selain itu!" Han Han, atau marilah kita sebut pemuda ini sebagai Giam
Liong, karena dia memang keturunan Si Golok Maut Sin Hauw
berdiri tegak berhadapan dengan bekas ayahnya itu. Agak
sukar bagi Giam Liong untuk merobah sebutan, karena sudah
terbiasa bertahun-tahun dia memanggil ayah dan ibu kepada
laki-laki ini dan Swi Cu. Tapi karena Swi Cu memakinya
sebagai anak pembunuh dan Giam Liong bangkit kemarahannya mendengar ini, ibunya tak mau lagi dipanggil
sebagai ibu lalu berlutut sebelum menumpahkan kemarahannya, yang mulai berkobar.
"Maaf, ayah," pemuda itu masih tak bisa merobah sebutan.
"Kalau aku datang membuat ribut sukalah dimaafkan. Aku dan
ibu datang bukan untuk mengacau, melainkan bertanya siapa
pembunuh ayahku. Kalau aku sudah mendapat keterangan
tentu akan segera pergi."
"Begitu enak?" Swi Cu me lengking, akan menerjang tapi
dicekal suaminya lagi. "Ibumu menculik anakku, Giam Liong.
Dan dia harus mempertemukan aku dengan anakku itu. Kalau
tidak, kalian berdua harus binasa disini, setidak-tidaknya
ibumu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hik!" W i Hong tertawa, nyaring. "Jangan sombong dan
mentang-mentang, Swi Cu. Jelek-jelek aku adalah sucimu,
orang yang lebih tua darimu. Kalau kau mau menangkap atau
membunuh aku maka kutanya apa kesalahanku!"
"Kau sudah tidak gila?" Swi Cu melotot, sejak tadi
memperhatikan bahwa sucinya ini memang waras, dapat
bicara baik. Tapi Wi Hong yang mendelik dan bahkan gusar lalu
melompat dan berapi-api di depannya, berkacak pinggang.
"Apa" Gila" Kaulah yang edan, Swi Cu. Melihat saudara
bernasib ma lang malah galang-gulung dan kawin dengan lakilaki yang merampas kedudukanku sebagai ketua. Kaulah yang
tidak waras, kaulah yang tidak berotak! Kalau aku tidak
bertemu puteraku ini barangkali aku tetap gila dan tak tahu
kegilaanmu yang lebih dari aku karena membiarkan sucinya
menderita dan menangis sendirian!"
"Hm, aku tak perduli kepadamu!" Swi Cu membentak, sakit
hatinya karena sucinya ini ternyata telah mempermainkannya,
menukar bayi. "Kau menderita dan sengsara adalah atas
kesalahanmu sendiri, suci. Kalau kau tidak melanggar dan
menyalahi peraturan partai tentunya kau tak akan melahirkan
anak haram jadah ini! Siapa suruh kau menyerahkan
kehormatan kepada Golok Maut si pembunuh itu" Siapa suruh
kau bermain cinta hingga me lahirkan anak tak berbudi ini"
Kalau kau waras tak akan terjadi semuanya itu, suci. Tapi
karena kau gila dan sengaja melanggar peraturan partai maka
kau kena hukumannya. Itu salahmu, bukan salahku!"
"Apa?" Wi Hong terbelalak, hebat dan luar biasa sekali
kata-kata sumoinya itu. "Kau.... kau menghina dan
merendahkan aku sedemikian rupa" Kau.... kau memaki
puteraku sebagai anak haram?"
"Kenapa tidak?" Swi Cu juga sudah terlanjur dibakar
kemarahan hebat, atas hilang atau ditukarnya anaknya itu. "Di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping rendah dan memalukan ternyata kau culas, suci.
Menukar anak dan memberikan anak jadahmu kepada kami.
Sekarang, setelah besar tiba-tiba kau datang bersamanya
seperti seekor harimau yang hendak menerkam majikannya
yang memberinya minum atau makan bertahun-tahun!"
"Aiihhhhh....!" pekik atau lengking menggetarkan itu
membuat anak-anak murid Hek-yan-pang terpelanting.
Mereka terjerembab atau terjengkang oleh suara Wi Hong
yang luar biasa ini, suara yang dilandasi khikang sepenuh
tenaga. Wi Hong pucat dan merah berganti-ganti mendengar
makian sumoinya itu. Mereka telah saling tuduh-menuduh dan
Giam Liong yang mendengarkan itu sampai menggigil dan
berketrukan giginya. Kalau bukan wanita ini yang bicara
barangkali dia akan berkelebat dan segera melepas pukulan
maut. Di depan begitu banyak orang Swi Cu telah menghinanya
sebagai anak haram jadah. Ah, betapa menyakitkan itu! Dan
ketika ibunya bergerak dan menerjang ke depan, ibu dan
bibinya itu memang sudah sama-sama berhadapan maka
Giam Liong berputaran matanya bagai seekor harimau yang
penuh nafsu, marah namun mengendalikan kemarahannya
karena dilihatnya ayahnya bersiap-siap melindungi sang isteri,
berjaga-jaga dari perbuatannya karena Beng Tan juga melihat
perubahan hebat di wajah pemuda itu.
Giam Liong berkali-kali mengeluarkan geraman menggetarkan mendengar semua kata-kata isterinya tadi.
Beng Tan sudah meremas dan mengguncang lengan isterinya
dua kali untuk tidak mengeluarkan kata-kata tajam. Namun
karena isterinya terpukul dan marah oleh perbuatan Wi Hong,
yang menculik dan menukar anak maka Beng Tan yang diamdiam juga marah dan terpukul oleh kenyataan ini akhirnya
membiarkan saja isterinya itu bicara semaunya, tak tahunya
Wi Hong tiba-tiba memekik dahsyat membuat anak-anak
murid terpelanting. Dan ketika wanita itu bergerak dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambar isterinya, terbang bagai garuda atau elang yang
buas maka pedang di tangan Wi Hong menusuk dan bergerak
tujuh kali, padahal isterinya tak bersenjata, pedang isterinya
masih di tangannya. "Bret-bret-bret!" Swi Cu terpekik dan membanting tubuh
bergulingan. Kalau dia tidak bersenjata sementara sucinya menyerang
begitu garang, dengan pedang di tangan maka serangan
sucinya itu sungguh berbahaya sekali. Memang benar dia
mendapat tambahan kepandaian dari suaminya, di samping
ilmu-ilmunya sendiri dari Hek-yan-pang. Namun karena
sucinya begitu beringas dan semua kata-katanya tadi
membuat Wi Hong marah selangit, sudah tak dapat
mengendalikan dirinya lagi maka Wi Hong mengejar dan
mencaci-maki sumoinya itu, bergerak dan berkelebat dan
pedang di tangan menikam bertubi-tubi ke bawah.
Lima kali Swi Cu kalah cepat berkelit hingga baju dan
sebagian kulitnya tertusuk. Swi Cu pucat karena sucinya
mengejar dan ganas sekali menyerang. Tapi ketika nyonya itu
kewalahan dan W i Hong menggetar-getarkan ujung
pedangnya seperti orang hendak mencincang bakso maka
Beng Tan yang tak dapat melihat isterinya bergulingan tibatiba membentak dan melepaskan pukulan jarak jauh
menghantam Wi Hong. "Mundur!" Wi Hong terpelanting. Pukulan bukan sembarang pukulan
yang dilepas laki-laki itu memang tak dapat ditahan Wi Hong.
Wanita ini terpelanting dan menjerit. Dan ketika dia melempar
tubuh menjauh sementara Swi Cu sudah meloncat bangun dan
ditolong suaminya maka Swi Cu merebut atau mengambil
pedang ditangan suaminya itu.
"Kubunuh jahanam ini! B iar kubunuh dia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, tahan!" Beng Tan membentak, menahan isterinya
itu. Dan ketika Swi Cu meronta namun suaminya menotok dan
melumpuhkan dia maka pedang kembali direbut dan Beng Tan
menghadapi Wi Hong, berapi-api.
"Wi Hong, tak kusangka sedemikian keji dan culas hatimu.
Kau menculik anak, menukar bayi kami. Dan setelah kini kau
datang lagi maka keributan dan keonaran yang lagi-lagi kau
buat. Hm, aku tak dapat membiarkan ini dan tak akan
mengampunimu. Kau kutangkap dan harus dihukum. Kemana
anak kami itu dan kau apakan dia!"
"Hi-hik, aku tak tahu!" W i Hong berkelebat dan cepat
bersembunyi di balik punggung puteranya, diam-diam gentar
dan masih sangsi apakah Giam Liong mampu menghadapi
pendekar itu, karena kepandaian Beng Tan sungguh hebat
sekali. Tapi ketika Beng Tan bergerak dan hendak menyambar
lengannya, menangkap, maka Giam Liong bergerak dan
menangkis lengan ayahnya itu.
"Maaf, kau tak dapat mengganggu ibu disini, ayah. Kalau
ibu bersalah menukar bayi maka akulah yang bertanggung
jawab.... dukk!" Beng Tan tergetar mundur, untuk kedua kali merasa
tangkisan puteranya yang kuat.
Giam Liong memang hampir setingkat dengannya. Dan
karena anak itu mempelajari warisan sinkang di sumur tua,
pelajaran yang ternyata dari ayah kandungnya sendiri maka
Beng Tan pucat melihat kekuatan puteranya itu, s inkang Giam
Liong yang sudah semakin hebat dengan tambahan warisan
dari Si Golok Maut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, kau membela ibumu, Giam Liong" Apa maksud katakatamu dengan bertanggung jawab itu" Dan kau sekarang
berani melawan aku?"
"Maaf," pemuda ini merah padam, sama seperti sang ayah,
bingung di samping marah karena dia dan ibunya sudah dihina
Swi Cu habis-habisan. "Aku bertanggung jawab artinya akan
menebus kesalahan ibu, ayah. Yakni akan mencari dan
mendapatkan puteramu itu. Aku tahu siapa yang mengambil!"
"Mengambil?" Beng Tan terkejut. "Jadi..... jadi puteraku
jatuh ke tangan orang lain?"
"Benar." "Keparat! Siapa itu?"
"Jangan diberi tahu!" Wi Hong tiba-tiba berseru, melompat
dan berdiri di samping puteranya itu, terkekeh, mulai percaya
bahwa puteranya dapat menghadapi pendekar ini. "Kalau dia
tak mau menyebutkan siapa dan dimana pembunuh ayahmu
itu maka tak usah kita memberitahunya, Liong-ji. Hutang satu
bayar satu, hutang dua bayar dua!"
Giam Liong tertegun, sadar. Dan ketika dia mengangguk
dan merasa ucapan ibunya benar, Beng T an menggeram dan
semakin merah maka pendekar itu berkilat memandang Wi
Hong. "Hm, kalau begitu aku tak akan perduli lagi. Kau menukar
dan menculik anakku, mempermainkan dan kini mengajak
puteramu memusuhi aku. Baik, kau majulah, Giam Liong. Aku
akan menghadapimu sebelum membekuk ibumu. Keluarkan
semua kepandaian yang pernah kau dapatkan dariku!"
Pemuda itu terkejut. Bentakan dan kata-kata ayahnya ini
menyadarkan sekaligus membuatnya tertegun. Ayahnya
mengejek dan berkata bahwa kepandaian yang didapat akan
dikeluarkannya untuk menghadapi ayahnya itu, jadi seperti
murid melawan guru. Dan karena kata-kata itu menyiratkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ejekan bahwa dia tak berbudi, membalas air susu dengan tuba
maka Giam Liong tertegun dan sejenak tak mampu menjawab,
diam tak berbuat apa-apa. Tapi ibunya yang melengking dan
tertawa nyaring tiba-tiba berseru mengingatkan dia akan
musuh atau pembunuh ayah kandungnya.
"Tak perlu ragu. Kau membela dan melindungi ibumu,
Liong-ji. Beng Tan ini hanya ayah angkat dan bukan apa-apa.
Kalau dia pernah memberi budi maka itu adalah wajar karena
dia merampas dan merebut kedudukan ibumu sebagai ketua
disini. Nah, budinya itu sudah sepadan dengan apa yang ia
peroleh disini. Kau berhutang budi kepadanya tapi iapun
berhutang banyak kebaikan kepadaku. Impas!"
Giam Liong tertegun. Akhirnya dia sadar bahwa kata-kata
ibunya pun ada benarnya. Penderitaan ibunya seolah sebagai
"pembayaran budi" kepada ayah angkatnya ini. Sebab, kalau
ibunya ada dan tinggal disitu tak mungkin Beng Tan dapat
menjadi ketua. Laki-laki itu duduk karena ketidakmampuan ibunya pula,
karena waktu itu ibunya gila dan terganggu jiwanya. Dan
ketika dia menggigit bibir karena mau tak mau harus
menghadapi ayahnya ini, ayah sekaligus guru yang telah
menurunkan semua kepandaiannya maka Giam Liong berlutut
dan mencium tanah, sekali lagi memberi hormat.
"Ayah, tak ingin rasanya aku bertanding denganmu. Tapi
karena aku membela dan melindungi ibu kandungku maka
kalau kau mau menangkapnya terpaksa aku tak dapat
membiarkan. Aku telah berjanji untuk menebus dan
membayar kesalahan ibu dengan menculik anakmu itu. Dan
kalau kini kau tak mau memberi tahu siapa pembunuh ayahku
maka dapat kuanggap kau hendak melindungi dan
membelanya. Baik, silahkan maju, ayah. Dan boleh kau bunuh
aku kalau bisa. Aku telah bertekad untuk mencari pembunuh
Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ayahku, baik kau memberitahunya atau tidak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng Tan tergetar. Dua pasang mata mereka yang bentrok
dan saling beradu pandang membuat dia menyaksikan tekad
dan kebulatan hati pemuda itu.
Mata Giam Liong mencorong dan melihat mata ini seperti
melihat mata mendiang Si Golok Maut Sin Hauw. Sebenarnya
ada kekaguman di hati pendekar ini me lihat wajah dan sikap
Giam Liong. Pemuda itu memang gagah dan jantan, mata dan
gerak-geriknya telah menunjukkan hal itu, sama seperti
mendiang ayahnya yang juga gagah dan jantan, perwira
sebagai seorang laki-laki namun sayang kelewat ganas karena
dendamnya yang setinggi langit. Dan ngeri melihat sorot mata
Giam Liong ketika membicarakan pembunuh ayahnya, mata
yang berkilat dan mencorong berbahaya maka Beng Tan
teringat ketika duapuluh tahun yang lalu dia juga berhadapan
dengan ayah pemuda ini, Sin Hauw si Golok Maut!
Seperti itulah sikap dan sorot mata mendiang Sin Hauw.
Sekali mempunyai keputusan tak akan sudah sebelum
terlaksana, biarpun untuk itu darah dan nyawa sendiri
dikorbankan! Maka ketika pandang mata dan sikap atau katakata Giam Liong persis ayahnya, mata yang bersorot buas dan
penuh kebencian maka Beng Tan bergidik membayangkan apa
yang akan terjadi. Diam-diam pendekar ini menekan rasa ngerinya. Diakui
atau tidak, sebenarnya tak ada kemarahan atau kebencian
kepada bekas puteranya ini. Bahkan, dia merasa sayang dan
kasih kepada pemuda itu. Giam Liong adalah pemuda pendiam dan penurut, juga
amat rajin berlatih hingga dalam beberapa tahun saja sudah
hampir menyamainya, hal yang mengagumkan hatinya. Tapi
begitu diketahui bahwa pemuda ini bukan puteranya, putera
kandung, maka Beng Tan menjadi kecewa dan marah berat,
bukan kepada pemuda itu melainkan kepada Wi Hong. Ah, Wi
Hong sungguh biang penyakit. Kalau tidak ditangkap atau
dihukum tentu bakal membuat onar. Tapi karena menangkap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita itu harus berhadapan dengan puteranya ini, pemuda
yang telah dididik dan bahkan mendapat warisan dari
mendiang ayahnya sendiri maka Beng Tan diam-diam sangsi
apakah dapat dia mengalahkan pemuda itu.
Dari sorot mata dan sikap Giam Liong pendekar ini dapat
merasakan adanya semacam kekuatan dahsyat pada sinkang
bekas puteranya ini. Dua kali adu tenaga tadi telah
menunjukkan itu. Giam Liong sekarang sungguh berbeda dengan Giam Liong
beberapa waktu yang lalu, sebelum minggat atau
meninggalkan Hek-yan-pang Dan sadar bahwa selama itu
tentu pemuda itu terus tekun berlatih dan mempelajari
warisan kitab kecil, yang didapat dari sumur tua maka Beng
Tan tahu bahwa dia berhadapan dengan seorang lawan
tangguh. Hm, jangan-jangan dia akan berhadapan seperti ketika
dengan mendiang Si Golok Maut dahulu. Pertandingan yang
dahsyat dan tak ada yang kalah atau menang. Tapi karena dia
sekarang bertambah tua sementara pemuda ini adalah anak
muda yang sedang hebat-hebatnya, penuh vitalitas dan
Hina Kelana 5 Peristiwa Burung Kenari Pendekar Harum Seri Ke 3 Karya Gu Long Pedang Ular Merah 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama