Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo Bagian 3
"Hemmm, sungguh keparat jahanam Liu Bhok Ki itu! Dia tidak membunuhmu akan tetapi melakukan penghinaan dan melemparkan aib yang lebih hebat daripada maut! Hemmm, apa boleh buat, memang tidak ada jalan lain untuk membersihkan nama keluarga dari aib itu kecuali menikah dengan gadis ini. Pernikahan yang terpaksa! Hemmm, siapakah sebetulnya gadis ini dan mengapa pula ia bermusuhan dengan Liu Bhok Ki sehingga tertawan pula?"
"Namanya Sim lan Ci, Kong-kong, dan ia pun mencari Liu Bhok Ki untuk membalas dendam atas kematian bibinya, yaitu mendiang Phang Hui Cu."
"Ah, isteri Liu Bhok Ki yang menjadi gara-gara itu!" Coa Song mengerutkan alisnya dan memandang tajam penuh perhatian kepada Sim Lan Ci. Seorang gadis yang canti menarik, dengan pakaian serba hitam yang membuat kulit muka, leher dan tangannya nampak putih mulus.
"Benar, kong-kong. Lan Ci adalah keponakannya, ia adalah putrid tunggal dari enci mendiang Phang Hui Cu yang bernama Phang Bi Cu dan tinggal di Ceng-touw ?"."
"Apa" Kau maksudkan Phang Bi Cu dari Ceng-touw yang berjuluk Ban-tok Mo-li ".?"" Coa Song bertanya dengan suara kaget, setengah berteriak.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nona, benarkah engakau puteri Ban-tok Mo-li?" Kini Coa Song bertanya dengan sikap tenang kepada Lan Ci. Gadis itu dengan sikap tenang membalas pandang mata kakek itu dan mengangguk.
"Benar, saya adalah puteri tunggal dari ibu yang berjuluk Ban-to Mo-li."
Wajah Coa Song berubah agak pucat dan matanya terbelalak, kemudian dia berkata kepada cucunya, "Siang Lee apakah engkau tidak tahu siapa adanya ban-tok Mo-li" Ia adalah seorang datuk sesat yang amat jahat, kejam seperti iblis! Tidak mungkin keluarg kita menerima ia sebagai anggota keluarga!"
Siang Lee mengerutkan alisnya.
"Kong-kong, aku tidak menikah dengan Ban-to Mo-li, melainkan dengan puterinya!"
"Apa bedanya" Bagaimana mungkin kami harus berbesan dengan Ban-tok Mo-li" Apa akan kata orang di dunia persilatan kalau Hek-houw-pang yang selama ini menegakkan nama baiknya tiba-tiba berbesan dengan seorang datuk sesat seperti ban-to Mo-li?"
"Akan tetapi, Kong-kong. Lan Ci bukan seorang gadis jahat, dan kami sudah saling mencinta. Selain itu, kami berdua telah terkena aib, dan jalan satu-satunya adalah menjadi suami isteri."
"Siang Lee, engkau masih muda dan tidak mengerti urusan!
Ketahuilah bahwa kalau pernikahan itu kau lakukn berarti engkau menghindari Lumpur dengan masuk ke pencomberan!
Aib yang telah kau derita karena perbuatan si Jahanam Liu Bhok Ki, tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan aib
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang menimpa kalau kita berbesan dengan Ban-tok Mo-li!
Seluruh Hek-houw-pang akan terseret.
"Kong-kong, bagaimanapun juga aku akan menikah dengan Sim lan Ci!" pemuda itu berseru dengan penasaran. Ibunya mulai menangis dan membujuk agar mentaati kakeknya.
"Tidak bisa, Ibu! Ini menyangkut kehidupan dan kebahagiaan sendiri. Perjodohan adalah urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri oleh siapapun juga. Kong-kong, aku tetap akan menikah dengan Sim Lan Ci."
"Kalau begitu, kami tidak akan turut campur, aku dan ibumu tidak akan merestui dan pernikahan itu tidak kami anggap!"
bentak kakek Coa Song marah sekali.
Tiba-tiba Sim Lan Ci bangkit berdiri dan berkata kepada Siang Lee.
"Aku akan pergi! Aku pun tidak ingin sekali menjadi mantu Hek-houw-pang!" berkata demikian, gadis itu lalu melangkah keluar dengan alis berkerut.
"Lan Ci ?".! Moi-moi, tunggu ?""!" teriak Siang Lee.
"Siang lee, kalau engkau nekat, kami tidak mengakuimu lagi sebagai keturunan kami dan anggota Hek-houw-pang!"
teriak pula kekek Coa Song dengan marah sekali.
Perlahan-lahan Siang Lee bangkit berdiri.
"Apa boleh buat, kong-kong, ibu, aku harus menuruti suara hatiku. Bukan hanya karena aku sudah mencinta Lan Ci, juga karena kami bernasib sama, berduanya tertimpa aib. Aku harus membersihkan aib dari namanya, seperti hanya ia akan membersihkan namaku kalau-kalau menjadi isteriku. Selamat tinggal Kong-kong dan ibu, dan maafkan aku!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, Siang lee meloncat keluar mengejar Sim Lan Ci. Ibunya berteriak memanggil dan menangis, namun pemuda itu tidak mau kembali, maklum bahwa kakeknya adalah seorang yang keras hati dan tidak akan mau mengubah keputusannya.
Tentu saja Lan Ci merasa girang sekali melihat Siang Lee menyusulnya, dan sambil bergandeng tangan kedua orang muda itu lalu pergi menuju ke Ceng-touw untuk menghadap ibu kandung gadis itu, ialah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu.
Mereka sudah saling mencinta dan sudah mengambil keputusan nekat untuk tetap bersatu, apa pun yang akan terjadi. Karena itu, dalam perjalanan yang cukup jauh ini pun mereka sudah hidup sebagai suami isteri saja sehingga cinta kasih mereka menjadi semakin kuat.
Ban-tok Mo-li menerima dua orang muda itu dengan mata berkilat dan alis berkerut. Ia memang selamanya bukan merupakan seorang ibu yang penuh kasih saying kepada puterinya, hasil perhubungan gelapa dengan pria lain ketika ia masih mempunyai seorang suami. Memang ia mengembleng Lan Ci dengan ilmu-ilmu silat yang tinggi, akan tetapi hal itu bukan terjadi karena ia ingin saying kepada Lan Ci, melinkan karena ia ingin mendapatkan seorang pembantu yang tangguh.
Bagi wanita ini, Lan Ci hanya seorang gadis saja, yang boleh diharapkan akan membantunya dengan setia. Bahkan kadang-kadang timbul rasa iri dalam hatinya melihat betapa Lan Ci makin besar menjadi semakin cantik. Ia kuatir kalau Lan Ci akan mengalahkannya dalam hal kecantikan sehingga sinar kecantikannya akan meredup! Kadang-kadang timbul rasa benci dan iri dalam hatinya terhadap Lan Ci, gadis yang dulu dikandung dan dilahirkannya sendiri!
Ban-tok Mo-li mendengarkan cerita Lan Tentang kegagalannya membalas Sakit hati kepada Liu Bhok Ki, tentang tertawannya gadis itu dan kemudian bahkan oleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perbuatan Liu Bhok Ki, gadis itu melakukan hubungan badan dengan Coa Siang Lee yang juga tertawan oleh Liu Bhok Ki. Ia mendengar pula bahwa Coa Siang Lee adalah putera mendiang Coa Kun Tian, putera ketua Hek-houw-pang yang menjadi kekasih gelap Phang Hui Cu sehingga mengakibatkan mereka terbunuh oleh Liu Bhok Ki. Marahlah Ban-tok Mo-li walaupun mulutnya masih tersenyum dingin.
"Bagus! Sungguh tidak tahu malu engkau Lan Ci! Engkau tidak ada bedanya dengan Phang Hui Cu, bibimu itu!" Tak tahu malu! Hui Cu berpacaran dengan Coa Kun Tian, seharusnya mereka berdualah yang dapat membunuh Liu Bhok Ki yang menjadi penghalang. Akan tetapi tidak, mereka malah terbunuh oleh Liu Bhok Ki.
Menyebalkan! Dan sekarang riwayatnya berulang. Engkau menyerahkan diri pada pemuda ini dan kalian tidak mampu membunuh Liu Bhok Ki malah dipermainkan dan dihina.
Huh, tak tahu malu! "Engkau boleh menjadi isteri pemuda ini kalau dia mampu ngalahkan aku!" berkata demikian, tiba-tiba tubuh Ban-to Mo-li sudah melayang kearah Siang Lee dan tapa banyak cakap lagi ia sudah menyerang pemuda yang tadinya duduk bersila diatas lantai disebelah Lan Ci itu.
Jari tangan wanita itu menotok kearah ubun-ubun kepalanya. Serangan maut yang amat keji! Dia pun cepat melempar tubuh ke belakang lalu berguling keluar dari ruangan itu, tiba di luar ruangan yang lebih luas.
Namun, Ban-to Mo-li agaknya bertekad untuk
membunuhnya karena wanita itu sudah meloncat mengejar dan menghujankan serangan kilat dari jurus-jurus ilmu silat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ban-to Hwa-kun yang ampuh, silat tangan kosong yang amat indah seperti tarian saja. Akan tetapi, sesuai dengan namanya, indah seperti bunga namun berbahaya mengandung racun, dibalik keindahan gerakan ilmu silat ini terkandung ancaman maut. Setiap totokan, tamparan, pukulan atau guratan kuku saja mengandung racun yang amat berbahaya.
Untung bagi Siang Lee bahwa ketika dia melakukan perjalanan dengan Lan Ci, di sepanjang perjalanan kekasihnya itu memberi keterangan dengan jelas tentang ilmu-ilmu ini, juga tentang bahayanya kuku jari tangan Ban-tok Mo-li. Maka, mendapat serangan bertubi-tubi yang amat hebat itu, Siang Lee tidak mau mengadu tangan, hanya mengelak saja ke sana-sini mengandalkan kelincahan gerakan tubuhnya.
Dan kalau terpaksa menangkis, dia selalu menangkis dari pergelangan tangan ke atas, melihat betapa beberapa serangannya yang bertubi tidak berhasil dan pemuda itu agaknya tahu akan rahasia tangannya yang berbahaya, Ban-tok Mo-li menjadi makin marah. Ia sama sekali bukan hendak menguji kepandaian Siang Lee, melainkan untuk membunuhnya! Maka, melihat betapa pemuda itu cukup gesit dan lincah sehingga dapat menghindarkan serangannya yang bertubi-tubi, hal ini dianggap menghinanya dan merendahkannya, maka ia pun mengeluarkan bentakan nyaring dan tahu-tahu ia sudah mencabut pedang dan kipasnya!
Dengan geram ia menerjang dan Siang lee terkejut bukan main. Serangan pedang itu memang hebat, lebih berbahaya lagi karena disusul serangan kipas yang melakukan tiga totokan maut bertubi-tubi. Terpaksa dia membuang tubuhnya ke belakang, berjungkir balik dan terhuyung karena didesak terus.
Selagi dia terhuyung, pedang Ban-to Mo-li menyambar kea rah lehernya, dan agaknya sukar bagi Siang Lee untuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meloloskan diri dari serangan yang dilakukan sepat sekali selagi tubuhnya terhuyung itu.
"Trangggg?".. !" sebatang pedang menangkis pedang di tangan Ban-to Mo-li dan nampak bunga api berpijar. Kiranya Lan Ci yang menangkis peang ibunya itu dengan pedangnya sendiri.
"Ibu, Coa Siang Lee telah menjadi suamiku dalam arti yang sebenarnya! Bahkan dalam perjalanan kami ke sini, kami telah menjadi suami isteri yang selalu tidur sekamar! Kalau ibu membunuh suamiku dan aku sebagai isterinya tentu saja tidak rela!"
Lan Ci berdiri tegak dengan pedang di tangan, agaknya ia siap untuk melawan ibunya sendiri demi membela orang yang dicintainya. Siang Lee juga melompat di samping Lan Cid an biarpun dia belum mengeluarkan senjata namun jelas bahwa sikapnya juga siap untuk membantu kekasihnya yang sudah dianggap isterinya.
"Kau ?".. kau ?"".." Ban-to Mo-li menjadi agak pucat mukanya. Ia menghadapi persoalan yang sulit. Haruskah ia membunuh anak sendiri" Andaikata hal ini ia lakukan, ia harus menghadapi mereka berdua dan agaknya, mereka itu amat tangguh. Bagaimna kalau sampai ia tidak mampu menangkan mereka"
"Kau ?" pergilah! Kalian pergi dari sini dan selamanya aku tidak mau melihat muka kalian lagi! Sekali melihat, pasti akan kubunuh kalian!" bentaknya marah sambil menudingkan pedangnya kea rah pintu pekarangan depan.
Sim Lan Ci mengenal betul watak ibunya, maka mendengar ucapan ibunya itu, hatinya girang bukan main. Baru saja ia dan kekasihnya terhindar dari ancaman maut yang mengerikan. Ia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pun lalu menarik pemuda itu untuk melarikan diri sambil berkata, "Terima kasih, ibu!"
"Aku bukan ibumu lagi!" bentak Ban-to Mo-li dan ketika dua orang muda itu pergi, diam-diam Ban-to Mo-li menghapus dua butir air mata yang membasahi pelupuk matanya. Ia mengeluarkan air mata bukankarena sedih ditinggal pergi puterinya, melainkan karena kecewa dan menyesal bahwa puterinya berani membangkang terhadap perintahnya. Ia kehilangan seorang murid dan pembantu yang boleh diandalkan.
Demikianlah keadaan Ban-to Mo-li dan seperti telah kita ketahui, iblis betina ini hadir pula di tepi sungai Huang-ho untuk ikut memperebutkan anak naga yang menurut perhitungan akan muncul di permukaan sungai kuning di daerah pusaran maut itu. kemudian, perebutan dua orang anak kecil yang menghisp darah anak naga itu. Ban-tok Mo-li berhasil membawa Giok Cu, seorang di antara dua orang anak yang diperebutkan itu dan membawanya pulang ke Ceng-touw.
"Bibi, aku ingin bertemu ayah dan ibuku!" kata Giok Cu ketika Ban-to Mo-li membawanya pergi dari tepi sungai itu.
mendengar ini, Ban-tok Mo-li yang tadinya menggendong anak itu, lalu memenurunkannya, memandang dengan alis berkerut dan mata berkilat marah.
"Jangan banyak lagak, Giok Cu! Engkau harus ikut dengan aku."
Akan tetapi Giok Cu menentang pandangan mata wanita iblis itu tanpa rasa takut sedikitpun lalu menjawab :
"Aku memang suka ikut denganmu, bibi, akan tetapi aku harus berpamitan dulu darih dan ibuku!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejenak kedua orang itu saling pandang, sama-sama keras hati, dan akhirnya Ban-to Mo-li tersenyum. Anak ini memiliki kekerasan hati yang tidak kalah olehnya, dan sudah pasti lebih keras hati dan lebih berani dibandingkan Sim Lan Ci, puter yang telah diusir dan tidak diakuinya lagi itu! timbul rasa saying dihatinya, peasaan saying yang belum pernah dirasakan sebelumnya, baik terhadap anak kandungnya sekalipun.
"Siapakah orang tuamu dan di mana mereka?" Tiba-tiba ia bertanya, senyumnya dingin dan akan mendirikan bulu roma orang-orang kang-ouw gagah mana pun kalau melihatnya karena senyum seperti itu mengandung kekejian yang luar biasa.
"Ayahku bernama Bu Hok Gi, seorang pejabat lurah di dusun Liong-cung dan kami sekeluarga, ayah, ibu, aku dan beberapa pembantu, sedang melarikan diri mengungsi karena ayah tidak mau melaksanakan kerja rodi kepada penduduk dusun. Kami seperahu, bersama keluarga Si Han Beng seperahu pula. Keluarga Si juga melarikan diri dari kerja paksa dan kami berkenalan di jalan. Kini ayah dan ibuku berada di perahu. Aku berpisah dari mereka ketika pancingku mendapatkan ular itu."
Ban-to Mo-li mengangguk-angguk.
"Mari kuajak engkau mencari ayah dan ibumu!" katanya dan ia pun memondong Giok Cu lalu berlari secepat terbang menuju ke tepi sungai dimana semalam menjadi ramai oleh para tokoh kang-ouw yang berebutan anak naga.
Mula-mula Giok Cu terkejut dan ngeri juga ketika melihat dirinya dibawa lari seperti terbang, akan tetapi lama-lama ia merasa gembira. Tubuhnya sudah tidak begitu panas lagi dan tidak lagi disiksa oleh mual di perutnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Memang tubuhnya kuat, dan darah ular itu biarpun amat kuat, tidak sampi membahayakan keselamatannya karena yang diminumnya tidaklah sebanyak yang dihisap han Beng.
Bagaimanapun juga, masih ada rasa pening di kepalanya namun tidak begitu dirasakannya karena kegembiraan hatinya hendak ?"". Bertemu kembali dengan ayah ibunya.
Ketika mereka tiba di pantai yang semalam, keadaan si situ sudah sunyi sekali. Hanya nampak beberapa buah perahu nelayan yang ditumpangi para nelayan yang masih nampak takut-takut karena semalam terjadi peristiwa hebat dimana terdapat banyak korban.
Para nelayan itu menemukan mayat-mayat terapung hampir sepuluh orang banyaknya, belum dihitung mayat-mayat yang lenyap ditelan pusaran. Ada pula mayat beberapa orang menggeletak di pantai, agaknya mayat mereka tadinya terluka dan terjatuh ke air lalu berhasil berenang ke tepi akan tetapi tewas di tepi karena luka-luka yang diderita.
Setelah tidak berhasil mendapatkan orang tuanya di tepi sungai, Giok Cu minta kepada Ban-tok Mo-li agar mereka mencari di antara perahu-perahu nelayan di tengah sungai.
Ban-to Mo-li menggunakan sebuah perahu dan mulai mencari.
Tak lama kemudian, biarpun masih jauh jaraknya, Giok Cu menunjuk ke tengah sungai dan berseru.
"Itu mereka! Itu perahu ayah dan perahu keluarga Si!"
Ban-to Mo-li yang berpenglihatan tajam itu melihat ada dua buah perahu yang digandeng dengan tali, akan tetapi yang berada di sebuah perahu hanya tiga orang. Seorang memegang dayung dan yang dua orang nampak rebah di perahu. Sedangkan perahu kedua kosong. Cepat ia mendayung perahunya mendekat sampai menempel pada dua buah perahu itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah ?""! Ibu ?"." Giok Cu berseru memanggil ketika mengenal dua orang yang rebah di perahu itu adalah ayah ibunya.
"Nona datang ?"" teriak pelayan yang mendayung dengan girang sekali. Agaknya dia telah kelelahan mendayung terus berputar-putar mencari Giok Cu yang semalam terjatuh ke dalam air dan dibelit ular.
Bu Hok Gi dan isterinya bangkit duduk dan wajah mereka itu pucat seperti orang sakit. Namun, begitu melihat Giok Cu mereka berdua segera merangkulnya dan bertangisan.
Diantara tangis mereka, Bu Hok Gi dan isterinya menceritakan kepada Giok Cu bahwa Si Kian dan isterinya menjadi korban, tewas oleh yang menyerang membabi buta.
"Kami sendiripun diserang, aku dan ibumu terluka, dan dua orang pembantu jatuh ke air. Hanya seorng pembantu selamat. Tadi pun muncul si Han Beng dan seorang kakek.
Kami sudah ceritakan tentang tewasnya ayah ibunya, dan kakek itu, dia mengobati kami yang terluka."
Tiba-tiba Ban-tok Mo-li berseri.
"Wah, celaka! Kalian telah terkena racun hebat. Tentu Liu Bhok Ki itu yang meracuni kalian, membunuh kalian dengan dalih mengobatinya!"
Tanpa diketahui mata orang lain saking cepatnya gerakan tangannya, Ban-to Mo-li telah menjentik dua batang jarum dengan jari tangannya dan dua batang jarum itu melesat dan masuk kedalam dada Bu Hok Gi dan isterinya.
"Lihat, muka mereka berubah menghitam ?".!"
Bu Hok Gi dan isterinya mengeluarkan keluhan lirih dan mereka terkulai, rebah lagi diatas perahu. Tentu saja Giok Cu terkejut bukan main dan hendak menubruk ayah ibunya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah! Ibu ".." Akan tetapi Ban-to Mo-li memegang lengannya.
"Jangan sentuh mereka! Kalau kau sentuh, engkau pun akan terkena racun hebat yang akan membunuhmu!"
Giok Cu terbelalak, hendak nekat menubruk, akan tetapi ditahan Ban-to Mo-li dan anak ini melihat betapa ayah dan ibunya berkelonjotan sebentar, muka dan tubuh mereka berubah menghitam dan akhirnya kejang-kejang tubuh mereka terhenti dan mereka tewas dalam keadaan mengerikan!
"Ayah "..! Ibuuuuu?".!" Dan Giok Cu terkulai pingsan dalam pelukan Ban-tok Mo-li. Pembantu itu tentu saja menjadi terkejut dan bingung, hanya mampu menangis.
"Sudahlah, mereka sudah mati dan kita bawa mereka ke tepi untuk dikuburkan," kata Ban-tok Mo-li
"Semalam di sini terjadi pertempuran antara orang-orang sakti. Racun-racun masih berkeliaran di tempat ini. Mungkin baru saja mereka merasakan pengaruh racun. Engkau pun, kalau tidak cepat pergi dari sini, bisa saja setiap saat terkena racun dan mati!"
Mendengar ini, orang itu cepat menggerakkan dayung dan dibantu oleh Ban-to Mo-li, mereka mendayung perahu itu ke tepi dan dengan wajah ketakutan pembantu keluarga Bu itu lalu menggali lubang besar dan mereka menguburan jenazah Bu Hok Gi dan isterinya. Giok Cu siuman dari pingsannya dan anak perempuan itu menangis sejadi-jadinya, berlutut di depan makam ayah dan ibunya.
Setelah selesai mengubur dua jenazah itu, Ban-tok Mo-li mengambil beberapa potong uang perak dan memberikan kepada pembantu keluarga Bu itu sambil berkata, "kulihat engkau pun terpengaruh hawa beracun. Cepat pergi dan cari
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tabib untuk mengobati dirimu. Nih, ambil uang ini dan pergilah!"
Tangan Ban-to Mo-li yang menyerahkan beberapa potong uang itu bergerak dan kuku jarinya menggores telapak tangan orang itu.
Orang itu tidak merasakan apa-apa, menerima uang lalu berpamit meninggalkan tempat itu. giok Cu yang menangisi makam ayah ibunya, tidak mempedulikan kepergian pembantu itu. ia tidak tahu bahwa dalam waktu dua hari, pembantu itu pun akan tewas tanpa dapat diobati lagi karena dia telah terkena goresan kuku beracun dari jari tangan Ban-to Mo-li.
Agaknya iblis betina ini ingin melenyapkan semua orang yang berhubungan dengan Giok Cu.
"Bibi, apakah yang telah terjadi dengan Ayah ibu" Siapa yang membunuh mereka?"
"Mulai sekarang, jangan sebut aku Bibi, melainkan Su-bo (ibu Guru). Bukankah engkau ingin menjadi muridku, mempelajari ilmu silat agar kelak dapat kau pergunakan untuk membalas kematian Ayah ibumu?"
Giok Cu seorang anak yang cerdik. Ayah ibunya telah tewas dan ia tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini.
Dan jelas bahwa ayah ibunya tewas tidak sewajarnya, melainkan ada yang membunuh mereka. Dan wanita di depannya ini, biarpun kejam, namun memiliki ilmu kepandaian tinggi, sehingga kalau ia akan mampu mencari pembunuh ayah ibunya dan membalaskan kematian mereka. Maka, mendengar ucapan wanita cantik itu, ia pun segera menjatuhkan diri berlutut.
"Subo, harap kasihani kepada teecu. Siapakah yang telah membunuh ayah ibu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan Liu Bhok Ki" Engkau mendengar sendiri keterangan pembantu ayahmu itu. Liu Bhok Kid an anak laki-laki itu datang, dan Liu Bhok Ki katanya mengobati ayah ibumu. Nah, kesempatan itulah dipergunakannya untuk membuat ayah ibumu terkena pukulan maut sehingga mereka tewas tadi."
"Tapi, mengapa, Subo" Mengapa dia membunuh Ayah Ibuku" Dan siapakah Liu Bhok Ki itu?"
"Hemmm, siapa dapat menyelami hati Liu Bhok Ki" Dia orang aneh, dan jahat sekali. Isterinya sendiri dibunuhnya dan kepala isterinya itu direndam arak dan setiap hari dia minum arak rendaman kepala isterinya itu! kau bayangkan saja betapa jahatnya dia! Mungkin dia tidak ingin orang tuamu melihat dia membawa pergi anak laki-laki yang menghisap darah naga itu."
"Si han Beng ?".." kata Giok Cu.
"Hemmmmm, bahkan bukan aneh kalau yang membunh ayah ibu Si Han Beng adalah dia juga."
Giok Cu mengerutkan alisnya.
"Ah, betapa jahatnya Liu Bhok Ki itu! Dia itu orang macam apa, Subo?" Lalu ia bangkit duduk.
"Subo, maukah subo Menolong teecu" Mari kita cari Liu Bhok Ki itu dan Subo bunuh dia untuk membalaskan sakit hati teecu."
"Hemmm, enak saja kau bicara, Giok Cu. Ketahuilah, Liu Bhok Ki itu berjuluk Sin-tiauw dan dia amat sakti. Aku sendiri belum tentu akan mampu mengalahkannya. Akan tetapi kelak, kalau engkau sudah dewasa dan engkau mempelajari ilmu silat dengan tekun, mungkin engkau akan mampu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengalahkannya. Eh, bukankah engkau juga menghisap darah anak naga?"
"Darah anak naga" Apa yang subo maksudkan?" Giok Cu bertanya heran, sama sekali tidak mengerti.
"Anak bodoh! Bukankah malam tadi engkau dibelit anak naga dan bersama Si Han Beng anak laki-laki itu kalian melawan anak naga dan menggigitnya, menghisap darahnya?"
Kini baru Giok Cu mengerti dan biarpun kepalanya masih pening, ia tertawa mendengar ini.
"Anak naga" Heh-heh, Subo ini aneh-aneh saja. Semalam ketika aku mengail ikan di perahu, umpanku disambar seekor ular dan aku terseret ke dalam air. Ular itu membelitku dan untung ada Han Beng menolongku. Dia anak baik sekali, subo.
Ular itu lalu menyerang Han Beng, bahkan aku melihat betapa ular itu menggigit pundak Han Beng. Juga kulihat Han Beng membalas dan menggigit leher ular. Karena aku ingin membantu han Beng, aku pun lalu menggigit ekor ular itu!"
"Dan kau hisap dan minum darah anak naga itu?"
"Subo, apakah ular itu benar-benar anak naga?"
"Ular atau anak naga, apakah engkau menghisap dan minum darahnya?"
Giok Cu tersenyum malu-malu.
"Ketika aku menggigit sekuat tenaga, aku merasakan darah itu, hangat, agak asin dan manis dan amis membuat aku ingin muntah. Akan tetapi karena ingin menolong han Beng, aku menggigit terus dan ya, aku menghisap dan menelan darahnya."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Banyak?" Ban-tok Mo-li bertanya penuh gairah.
"Entah, Subo. Mungkin beberapa teguk, dan kuliht han Beng menggigit leher ular itu."
"Hemmmm, tentu dia minum lebih banyak. Coba, kulihat tanganmu!" wanita itu memegang tangan Giok Cu, menggunakan kuku jari kelingking kiri, satu-satunya kuku yang putih bersih dan tidak mengandung racun, menorah kulit lengan bagian dalam.
Darah menetes keluar dan Ban-to Mo-li cepat membawa lengan anak itu ke mulut, dihisapnya darah yang keluar. Dan ia pun kecewa. Sebagai seorang ahli, ia pun dapat merasakan bahwa darah anak ini memang telah kemasukan hawa mukjijat darah anak naga, akan tetapi sedikit sekali. Tidak ada artinya dan tidak ada manfaatny bagi orang lain, paling-paling darah anak perempuan ini hanya dapat menjadi obat penguat tubuh yang dapat ia peroleh dari akar bahar atau rempah-rempah yang lain. Akan tetapi bagi gadis itu sendiri, mungkin mendatangkan kekuatan yang lain.
"Giok Cu, coba kerahkan tenagamu dan pukul telapak tanganku ini."
Giok Cu mentaati perintah gurunya. Dikepalnya tangan kanannya dan dipukulnya telapak tangan kiri wanita itu sekuat tenaga.
"Plakkkk"...!" Ban-tok Mo-li terkejut. Bukan main, pikirnya.
Anak perempuan ini, tanpa setahunya, karena khasiat darah anak naga, kini memiliki pukulan yang luar biasa, kuat dan panas!
Jago silat kebanyakan saja mungkin takkan kuat menahanpukulan tadi! Lengannya sendiri sampai tergetar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan ini dilakukan oleh Giok Cu tanpa disadarinya akan kekuatan yang tersembunyi di tubuhnya. Kalau anak itu sudah dapat mengendalikan tenaga mukjijat itu, tentu ia akan menjadi seorang yang amat tangguh! Dan anak ini akan menjadi muridnya! Biarpun ia tidak dapat mempergunakan darah di tubuh anak ini untuk kepentingannya sendiri, namun setidaknya ia akan mendapatkan seorang murid yang istimewa, pengganti puterinya dan ia pun mempunyai perasaan suka kepada Giok Cu.
Ban-tok Mo-li mengajal Giok Cu pulang ke Ceng-touw.
Anak perempuan ini merasa kagum dan gembira sekali mendapat kenyataan bahwa gurunya tinggal di rumah yang besar dan mewah, dilayani oleh belasan orang pelayan wanita. Tak disangkanya bahwa gurunya ini ternyata amat kaya raya! Dan gurunya demikian saying kepadanya.
Semenjak itu, mulailah Giok Cu dilatih dasar-dasar ilmu silat oleh Ban-to Mo-li. Anak itu cerdas sekali, rajin dan juga lincah jenaka sehingga makin menyenangkan hati Ban-to Mo-li. Akan tetapi diam-diam Ban-to Mo-li merasa kuatir setiap kali ia teringat kepada puterinya.
Giok Cu begini cantik jelita, manis sekali dan wataknya demikian lincah jenaka, gembira. Anak perempuan seperti ini amat romantis dan satu-satunya hal yang mungkin jadi kelemahannya adalah kalau ia tergoda pleh seorang pria yang menawan hatinya. Jangan-janganakan terulang kembali peristiwa seperti dialami oleh Lan Cid an ia pun merasa kuatir sekali.
Dipanggilnya Giok Cu. "Muridku yang baik, mulai sekarang engkau harus tekun, rajin dan mentaati semua perintahku."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu saja, Subo. Siapa lagi kalau bukan Subo yang kutaati. Aku tidak mempunyai orang lain kecuali Subo di dunia ini!" jawab Giok Cu gembira sambil memandang kepada gurunya dengan matanya yang indah, penuh kepercayaan. Ia samara-samar masih teringat betapa kejamnya guru yang cantik ini terhadap musuh-musuhnya, akan tetapi gurunya ini lihai sekali dan saying kepadanya.
"Nah, kini bersiaplah untuk menahan nyeri sedikit. Aku akan memberi suatu tanda kepadamu, demi kebaikanmu sendiri di kemudian hari. Luruskan lengankirimu!"
Tanpa rasa takut sedikit pun dan dengan pandang mata penuh kepercayaan kepada gurunya, Giok Cu meluruskan lengan kirinya. Ketika gurunya menyuruhnya, tanpa ragu ia pun menggulung lengan bajunya sehingga lengan kecil berkulit putih mulus itu nampak dari atas siku sampai ke tangan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 5 BAN-TOK MO-LI mengeluarkan sebuah kantong kuning yang sudah dipersiapkan, membuka kantong itu dan mengambil sebuah jarum emas yang dibungkus kain sutera putih. Jarum emas itu ujungnya kelihatan merah sekali dan memang jarum itu sudah diberi semacam racun merah di ujungnya.
"Sekarang siaplah menderita sedikit nyeri pada lenganmu, Giok Cu. Tidak takutkah engkau?"
Anak itu menggeleng kepala dan matanya bersinar-sinar.
"Apa yang harus kutakutkan, subo" Aku yakin bahwa subo akan melakukan segala hal yang baik bagiku."
Diam-diam wanita iblis itu merasa girang. Anak ini memang menyenangkan sekali. Terbuka, jujur, polos, keras hati, pemberani dan anak seperti ini tentu kesetiaan yang boleh dipercaya.
"aku akan menusuk lenganmu dengan jarum ini!" katanya.
Setelah meneliti lengan itu, ia pun menusukkan jarum emas itu pada bagian lengan Giok Cu sebelah dalam, sedikit di bawah siku.
Giok Cu merasa betapa lengan yang ditusuk itu nyeri sekali, perih dan panas, juga gatal. Namun, ia tidak mengeluarkan keluhan sedikit pun juga, bahkan menggigit bibirnya agar jangan sampai mengeluh. Ketika rasa nyeri itu menjalar sampai ke seluruh lengan, Giok Cu memejamkan mata dan memusatkan kekuatan hatinya untuk menahan. Tak lama kemudian, jarum itu dicabut kembali.
"Duduklah bersila, biarkan rasa nyeri itu menyebar ke seluruh tubuhmu, sampai akhirnya melemah dan lenyap." Kata
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ban-tok Mo-li, Giok Cu mentaati perintah ini. Ia duduk bersila dan masih memejamkan mata, dan ia merasa betapa rasa panas, perih dan gatal yang menimbulkan nyeri hebat itu benar saja menjalr ke seluruh tubuhnya. Dan masih juga belum pernah ia mengeluh. Akhirnya, rasa nyeri itu makin berkurang dan akhirnya lenyap. Barulah ia membuka matanya, memandang kepada gurunya dengan senang.
"Benar saja, subo tentu tidak akan mencelakai aku. Akan tetapi, bolehkah aku mengetahui apa artinya tusukan jarum dan rasa nyeri ini, subo?"
"Lihatlah lenganmu di bagian yang kutusuk tadi."
Giok Cu melihat lengannya. Disitu, di bawah siku di sebelah dalam lengannya, terdapat bintik merah seperti tahi lalat kecil.
Tidak buruk, bahkan menjadi pemanis seperti hiasan pada kulit lengannya yang putih mulus itu.
"Apa ini, Subo?" Ia menggosok-gosok dengan jari tangan kananya untuk mencoba apakah tahi lalat merah itu dapat dilenyapkan oleh gosokan.
"takkan dapat kau lenyapkan, biar dicuci dengan apa pun, Giok Cu. Tanda merah itu hanya akan lenyap kalau engkau kehilangan keperawanmu! Tanda merah itu tanda keperawananmu dan sekali engkau berhubungan dengan pr Sepasang mata kecil itu terbelalak memandang gurunya, mengandung keheranan dan ketidakpercayaan.
"Aih, Subo, haraap jangan main-main dan menakut-nakuti aku!"
"Anak bodoh! Siapa main-main denganmu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi?" tapi ?"". " Gadis itu bingung. Ia masih terlalu kecil, usianya baru sepuluh tahun, untuk mengerti tentang keperawanan segala macam, akan tetapi karena ia seorang anak yang cerdik, ia dapat menduga bahwa gurunya menanamkan semacam racun di tubuhnya yang merupakan semacam Hukuman atas dilanggarnya suatu larangan.
"Mengapa Subo melakukan ini kepadaku?"
"Ketahuilah, muridku. Bagi seorang wanita, betapun tinggi ilmu kepandaiannya, ada suatu bahaya yang amat berbahaya dan besar sekali, yaitu pria! Pria adalah makhluk yang jahat, pandai merayu dan berpalsu-palsu untuk menjatuhkan hati seorang wanita. Semua rayuan itu hanya dipergunakan sebagai alat menjebak, dan celakalah seorang gadis yang lemah dan terbius oleh rayuan itu, karena ia akan kehilangan keperawananya, kehilangan kehormatan dan masa depannya, satu-satunya pantangan adalah kehilangan keperawanan.
Oleh karena itu, terpaksa aku memberi tanda tahi lalat merah ini kepadamu, tanda keperawanan agar engkau selalu ingat bahwa engkau tidak boleh terbujuk rayuan pria. Kalau sekali waktu engkau tertarik, kemudian melihat tanda tahi lalat merah ini, engkau tentu akan sadar kembali. Ingat baik-baik. Kalau tanda ini lenyap, berarti engkau bukan perawan lagi, ilmu-ilmu yang kau pelajari dan belum sempurna akan rusak dan engkau akan mati dalam waktu satu bulan sesudah itu."
Diam-diam Giok Cu bergidik. Ia tidak kuatir karena sedikit pun belum terbayang olehnya akan rayuan pria dan akan bahayanya terbius rayuan lalu kehilangan keperawananya.
"Tapi, subo. Apakah tanda ini akan selamanya berada di lenganku" Mengapa subo sendiri tidak memiliki tanda seperti ini di lengan subo?" anak itu memang cerdik. Ia tidak memperlihatkan keraguan atau ketidakpercayaan melainkan keheranan karena tidak mengerti.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tentu saja tidak selamanya, Giok Cu. Kalau engkau menjadi murid yang baik, tidak melanggar pantangan sehingga tanda merah itu tetap ada padamu, tentu akan tiba saatnya aku melenyapkannya. Hanya aku seoranglah yang akan mampu menghilangkan tanda itu, tanpa harus menghilangkan keperawananmu."
Giok Cu mengangguk maklum dan tidak banyak bertanya lagi. Biarpun masih kecil, namun ia dapat menduga bahwa perbuatan subonya ini merupakan suatu tekanan baginya, merupakan suatu ancaman bahwa ia harus selalu mentaati guruya dan tidaka melanggar semua perintah dan larangannya. Ia tidak tahu bahwa wanita iblis itu melakukan hal ini kepadanya karena pernah dikecewakan puteri kandungnya sendiri yang meyerahkan keperawanannya kepada cucu ketua Hek-houw-pang itu.
Demikianlah, mulai hari itu, Giok Cu berlatih semakin tekun dan memang Bn-tok Mo-li tidak keliru memilih murid. Giok Cu merupakan seorang murid yang selain cerdas, juga amat rajin dan tahan uji. Apalagi dengan modal tenaga sakti dari darah ular di tubuhnya, anak ini segera dapat menghimpun sin-kang dan mengendalikannya secara baik sekali. Kelak kalau ia dewasa, ia tentu memiliki kekuatan sin-kang yang jauh melampaui tingkat gurunya sendiri!
oooOOooo Kita ikuti perjalanan Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki yang membawa lari Si Han Beng. Pendekar perkasa ini merasa berterima kasih sekali kepada Sin-Cing Kai-ong yanag telah menolongnya, karena tanpa pengemis ini, agaknya akan sukarlah baginya untuk dapat meloloskaan diri membawa Han Beng dari kepungan para pendekar dan tokoh kang-ouw, apalagi di situ terdapat Ban-to Mo-li yang lihai. Dia akan selalu ingat janjinya seperti yang diminta Sin-ciang Kai-ong, yaitu bahwa kelak, setelah Han Beng menjadi muridnya selama lima
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tahun, anak itu harus menjadi murid Raja Pengemis itu selama lima tahun pula.
Sambil memondong tubuh han Beng pergi menjauhi tempat berbahaya itu, Liu Bhok Ki teringat akan janji itu dan di pun berpikir apakah semua itu kelak akan dapat dipenuhi.
Keselamatan anak itu sendiri sampai sekarang masih menjadi pertanyaan besar baginya. Dia tahu bahwa anak itu keracunan hebat, terkena pukulan tangan Ban-tok Mo-li, ada goresan kuku di kulit leher Han Beng. Tadi, ketika dia memondong han Beng, dia sudah melihat betapa leher itu melepuh seperti terbakar, bengkak dan kehitaman amat mengerikan.
Setelah berlari cukup jauh dan memasuki sebuah hutan yang besar yang penuh pohon liar, Liu Bhok Ki berhenti sebentar, mencurahkan perhatian kea rah belakang untuk melihat apakah ada orang yang melakukan pengejaran.
Sepuluh menit kemudian, yakinlah dia bahwa tidak ada orang mengejarnya, maka dia pun menurunkan Han Beng dari pondongannya ke atas rumput. Anak laki-laki itu dalam keadaan pingsan dan ketika dia direbahkan diatas rumput, tidak seperti orang yang sudah tidak bernyawa lagi. Wajahnya pucat dan napasnya seperti gelombang air laut yang sedang pasang.
Dengan hati-hati Liu Bhok Ki memeriksa leher yang tadinya terkena pukulan dan goresan kuku beracun dari ban-tok Mo-li dan dia hampir mengeluarkan seruan kaget dan heran, juga girang melihat betapa leher itu sudah normal kembali! Tidak ada warna hitam, tidak ada bengkak! Bahkan luka bekas goresan kuku yang tadi mengeluarkan darah hitam, kini sudah kering.
Dirabanya leher itu dan tidak terasa panas! Juga bagaian tubuh lain dari anak ini yang tadinya amat panas, kini sudah tidak panas lagi, hangat biasa saja. Dipegangnya pergelangan tangan anak itu. darahnya pun berjalan dengan baiknya.
Hanya napas anak itu yang bergelora, seolah-olah ada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekuatan di dalam tubuhnya yang masih agak liar. Akan tetapi segala bagian tubuh anak itu sehat sama sekali, tidak ada gangguan, apalagi pengaruh racun!
Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar yang sudah lama berkecimpung di dunia kang-ouw. Biarpun dia bukan seorang ahli pengobatan yang pandai, namun pengalamannya amat banyak dan dia tahu akan cara pengobatan orang terkena racun, asalakan jangan racun sehebat racun tangan Ban-tok Mo-li. Dia memandang anak yang masih rebah seperti orang tidur itu dan mengerutkan alisnya. Dia memutar otaknya dan akhirnya dia mengangguk-angguk dengan senyum gembira.
"Thian Maha Adil?"" pujinya dengan hati penuh kelegaan.
Dia dapat menduga apa yang telah terjadi dalam diri anak itu. gigitan ular yang disebut anak naga di pusaran maut Sungai Huang-ho itu, juga darah binatang aneh itu yang dihisap oleh Han Beng, tentu membuat anak ini kecarunan hebat. Tanda keracunan itu mudah dilihat, yaitu membuat anak itu kepanasan dan memiliki kekuatan dasyat sehingga ketika anak itu mengamuk, banyak tokoh kang-ouw yang berkepandaian tinggi roboh oleh pukulan anak yang tidak tahu ilmu silat itu.
Racun anak naga itu hebat sekali, dan mungkin Han Beng takkan kuat bertahan, mungkin akan dapat tewas karena kehebatan darah anak naga itu akan menghapuskan semua jaringan otot dan syarafnya. Akan tetapi, sungguh suatu kemukjijatan terjadi. Ketika anak itu terkena pukulan beracun dan goresan kuku Ban-to Mo-li maka ada semacam racun lain yang memasuki tubuhnya dan justru racun dari tangan ban-tok Mo-li inilah yang merupakan penyembuhan ketika dua macam racun yang berlawanan itu bertemu dan saling melumpuhkan!
Inilah kiranya yang terjadi, demikian, piker Liu Bhok Ki.
Dengan hati-hati Liu Bhok Ki lalau mengurut tengkuk dan punggung Han Beng. Baru saja beberapa kali dia mengurut
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk membuka kesadaran anak itu, tiba-tiba Han Beng mengeluh, membuka matanya dan dia pun meloncat bangun.
Matanya terbelalak dan kaki tangannya tidak mau diam, bergerak-gerak seperti bukan atas kehendak sendiri, dan kaki tangan itu mengeluarkan bunyi berkerotokan. Ketika Liu Bhok Ki mendekat dan dan hendak memegang lengan anak itu, tangan kiri Han Beng menyambar dan ada hawa pukulan demikian kuatnya mendahului tangan itu sehingga Liu Bhok Ki terkejut dan menangkis.
"Dukkkk!" Tangkisan ini membuat tubuh Liu Bhok Ki terdorong dan hampir terhuyung.
"Ahhhhh?"?"!" Pendekar itu berseru penuh kagum. Dia melangkah mundur dan melihat betapa anak itu masih menggerak-gerakkan kaki tangannya, dan ada hawa pukulan menyambar-nyambar dari kaki tangan itu. akan tetapi sinar mata anak itu waras, hanya kini Han Beng menjadi bingung sendiri.
"Lo-cian-pwe ?". Tolong ?"?" tolonglah aku ?"". Kaki tanganku taak dapat kuhentikan bergerak sendiri, dan ada sesuatu dalam perutku bergerak-gerak ?"", seperti ?""..
seperti ada ularnya!"
Memang aneh. Bukan hanya kaki tangan anak itu yang bergerak-gerak, akan tetapi ada tonjolan yang aneh bergerak-gerak di tubuhnya, kadang-kadang nampak tonjolan sebesar tikus bergerak di kedua pundaknya, di dadanya, di leher, bahkan di kepalanya! Seolah-olah di dalam tubuhnya itu ada seekor tikus yang ingin keluar akan tetapi terhalang oleh kuli!
Liu Bhok Ki bersikap tenang.
"Abak baik, tenanglah. Pusatkan perhatianmu dan kerahkan seluruh kekuatan kemauanmu untuk menguasai dirimu sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Nah, kauc ontohlah aku, duduklah bersila di atas tanah, seperti ini!"
Han Beng sudah percaya sepenuhnya kepada kakek yang telah menyelamatkannya dari tangan orang-orang aneh yang jahat, yang memperebutkan dirinya. Maka, mendengar suara yang penuh wibawa itu, dia pun mengerahkan kemauannya untuk menguasai dirinya dan biarpun dengan susah payah akhirnya dia dapat pula memaksa tubuhnya untuk menjatuhkan diri duduk di atas tanah, lalu menekuk kedua kakinya, bersila.
"Tegakkan tubuhnmu, luruskan leher dan kepala, pusatkan perhatianmu ke tengah anatara kedua alismu, nah, begitu ?"".
Dan sekarang tarik napas panjang, hitung sampai delapan, tahan ?"" sekarang keluarkan dari hidung perlahan-lahan. Itu kedua lengan, letakkan diatas pangkuan, begini ?"".."
Liu Bhok Ki mulai mengajar anak itu untuk menenangkan diri, pelajaran permulaan Samadhi, dan dengan perlahan dia membimbing Han Beng untuk menguasai dirinya sendiri dan menguasai pula kekuatan dasyat yang terdapat dalam dirinya.
Setelah anak itu mulai tenang dan mulai dapat mengendalikan tenaga dasyat itu, Liu Bhok Ki mengajak melanjutkan Perjalanan.
Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki mengajak Han Beng yang menjadi muridnya itu ke sebuah bukit di lembah Huang-ho, bukit yang dikenal dengan nama Kim-hong-san (Bukit Burung Hong Emas). Bukit ini kecil saja dan mereka membuat sebuah pondok di puncaknya dan dari puncak ini mereka dapat melihat sungai Huang-ho mengalir di kaki bukit.
Pemandangan di bukit itu indah sekali, sebuah bukit yang dipenuhi hutan belukar dan dusun terdekat terletak di akai bukit, di pantai sungai Huang-ho. Bukit itu sendiri sunyi, tidak di tempatai manusia karena memang merupakan hutan belukar yang liar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu tiba di puncak Kim-hong-san, Liu Bhok Ki dibantu oleh Han Beng menebang pohon dan bamboo, membuat pondok darurat untuk mereka. Setelah selesai, Liu Bhok Ki memanggil han Beng yang berlutut dia ats lantai tanah kering, menghadap kakek yang duduk di atas bangku kayu buatan sendiri itu.
:Han Beng, engkau sudah menceritakan semua riwayatmu dan sekarang engkau adalah seorang anak yatim piatu yang tidak mempunyai orang tua dan keluarga lagi. Sudah bulatkah hatimu untuk berguru kepadaku?"
Han beng ad alah seorang anak yang tabah. Ketika dia bersama gurunya itu mencari perahu orang tuanya di sekitar pusaran maut, dia hanya menemukan ayah ibu Giok Cu yang terluka. Dari keluarga Bu ini dia mendengar bahwa ayah ibunya tewas dalam keributan ketika orang-orang kang-ouw memperebutkan anak naga kemudian memperebutkan dia dan Giok Cu. Hanya sebentar dia menangis, dan setelah itu, dia tidak pernah menangis lagi, maklum betapa sia-sia saja menangis dan berduka. Sekarang pun, diingatkan oleh gurunya bahwa dia anak yatim piatu yang tiada keluarga lagi, hatinya seperti di remas, akan tetapi dia tidak mau hanyut oleh kedukaan dan keharuan.
"Suhu, teecu sudah bertekad untuk menjadi murid suhu, dan teecu akan mentaati semua perintah dan petunjuk suhu."
"Benarkah itu" Engkau berjanji akan memenuhi semua permintaanku sebagai syarat berguru kepadaku?"
"Teecu bukan hanya berjanji, bahkan teecu bersumpah untuk mentaati semua perintah suhu dengan taruhan nyawa teecu. Suhu bukan hanya guru teecu, akan tetapi juga suhu penolong dan penyelamat nyawa teecu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Kalau begitu dengar baik-baik pesanku. Engkau akan belajar ilmu silat dariku selama lima tahun. Setelah lima tahun, engkau akan kuserahkan kepada Sin-ciang kai-ong.
Dialah gurumu yang yang kedua dan aku sudah berjanji kepadanya selama lima tahun engkau menjadi muridku. Dialah yang melindungi kita, menyelamatkan kita dan memberikan kita kesempatan untuk terbebas dari kepungan mereka yang hendak merampasmu. Sanggupkah engkau untuk menjadi murid Sin-ciang Kai-ong selama lima tahun setelah engkau menjadi muridku selama lima tahun pula?"
"Teecu sanggup!"
"Sekarang yang kedua, dan mungkin ini akan terasa berat olehmu. Ketahuilah bahwa aku juga kehilangan keluargaku secara menyedihkan sekali, dan sampai selamanya aku tidak akan dapat melupakan sakit hati karena kehilangan keluarga itu ".." Liu Bhok Ki melirik kea rah kepala yang berada di dalam botol besar terisi arak.
Ketika membawa pergi Han Beng, dia lebih dulu mengambil dua buah kepala ini yang disembunyikan di sebuah tempat dekat sungai, lalu membawa dua buah kepala itu ke puncak Kim-hong-san. Ketika han Beng melihat dua buah kepala itu untuk pertama kalinya, dia terkejut dan merasa ngeri, akan tetapi tidak berani bertanya, melihat betapa gurunya amat berhati-hati merawat dua buah kepala itu dan kelihatan tidak senang kalau dia mencoba mendekati dua buah benda mengerikan itu. kini melihat betapa gurunya bicara tentang dendam sakit hati dan melirik kea rah dua buah kepala, Han Beng tidak dapat menahan keinginan tahunya.
"Suhu, apakah sakait hati suhu itu ada hubungan dengan dua buah kepala itu?"
Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar yang berhati keras dan berwatak kasar, jujur namun juga angkuh. Kalau saja hatinya tidak sudah bulat menerima Han Beng sebagai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
muridnya dan dia sudah mengenal watak muridnya yang juga gagah perkasa dan tabah, tentu dia akan tersinggung dan marah karena ada orang berani menyinggung soal dua buah kepala itu.
Naga Sakti Sungai Kuning Huang Ho Sin-liong Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kini, sejenak matanya mengeluarkan sinar mencorong, akan tetapi dia lalu menarik napas panjang dan mengangguk.
Lalu dia mengambil botol anggur diatas meja dimana tersimpan sebuah kepala wanita yang cantik dan pucat, lalu dia menempelkan bibirnya di botol itu, seolah-olah hendak mencium bibir kepala wanita dalam botol itu yang menyeringai seperti menahan sakit.
"Ini ?". Ini kepala isteriku tercinta ?".."
Han Beng terbelalak dan dia melihat betapa kedua mata gurunya itu berlinang air mata! Diam-diam dia bergidik.
Kenapa isteri suhunya tewas dan kenapa pula kepalanya disimpan oleh suhunya di dalam botol arak itu " suhunya kelihatan demikian mencinta isterinya, akan tetapi mengapa kecintaan itu diperlihatkan dengan cara yang amat kejam dan di luar batas perikemanusiaan"
Agaknya Liu Bhok Ki dapat membaca pertanyaan yang tak terucapkan oleh muridnya itu, dan dia melanjutkan.
"Dan yang tergantung itu adalah kepala kekasih iateriku!"
Han Beng merasa semakin terkejut dan dia memandang kepada kepala yang tergantung itu. lebih mengerikan lagi kepala ini, kepala seorang pria muda yang tampan dan juga amat pucat. Kalau kepala wanita cantik di dalam botol itu hanya menyeringai dan tidak bergerak, kepala yang tergantung ini dapat bergerak dan berputar-putar di ujung tali kecil yang tergantung. Mata kepala ini melotot seperti orang marah dan mulutnya setengah terbuka.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kemudian Han Beng melihat hal yang baru pertama kali dilihatnya dan yang membuatnya menjadi semakin ngeri.
Gurunya menuangkan anggur dari botol berisi kepala itu ke dalam cawan, lalu mengangkat cawan diacungkan kepada kepala yang tergantung seolah-oalh menawarkan minuman kepada mereka, lalu dia minum arak itu dari cawan dan nampaknya nikmat sekali! Han Beng bergidik! Di dalam benaknya yang belum banyak pengalaman itu terjadi dugaandugaan yang mengerikan, yang dibantahnya sendiri dalam hatinya. Gurunya adalah seorang pendekar besar yang gagah perkasa yang untuk menolongnya sudah menempuh bahaya maut menghadapi para orang-orang kang-ouw yang lihai. Mungkikah suhunya melakukan hal yang begini kejam"
"Tapi ?". Tapi mengapa suhu melakukan itu ?"?"
"Mereka adalah isteriku dan sahabatku, mereka telah menghianatiku, menghancurkan kebahagiaan hidupku dengan berzina! Aku bunuh mereka dan menyimpan kepala mereka, agar mereka melihat betapa mereka telah menghancurkan kebahagiaan hidupku!"
"Ahhhhh?""..!" Han Beng menundukkan mukanya, hatinya memberontak, dia tidak setuju sekali dan ingin dia mencela gurunya, akan tetapi dia tidak berani karena diam-diam dia pun merasa kasihan kepada gurunya yang entah sudah berapa puluh tahun menderita kesengsaraan batin yang amat hebat. Dua buah kepala itu masih muda, maka tentu peristiwa itu terjadi ketika suhunya masih muda, tentu sudah puluhan tahun lamanyaa hal itu terjadi dan selama itu, suhunya tak pernah merasa bahagia hidupnya.
"Sekarang dengar, han Beng. Sakit hatiku tak pernah dapat tertebus sampai kini, dank arena aku tidak dapat lagi menghukum kekasih isteriku, maka aku ingin membalas sakit hati ini kepada puteranya yang masih hidup!" berkata demikian, pendekar itu mengepal tinju kanannya dan terdengar bunyi tulang-tulangnya berkerotokan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akan tetapi ?".., bukankah suhu sudah membalas sakit hati itu dengan membunuhnya?"
"Tidak! Aku keliru! Dia membuat aku menderita selama ahidupku, dan aku hanya membunuhnya begitu saja, membuat dia mati dan tidak lagi merasakan penderitaan hidup! Tidak, sekarang anaknya yang harus merasakan penderitaan hidup seperti yang telah kutanggung selama ini.
Terlalu enak dia. Biar kepalanya kugantung, tetap saja di tidak dapat melihat dan tidak dapat merasakan! Aku telah melakukan kesalahan dengan membunuh mereka dan sekarang aku harus membetulkan kesalahan itu dan menghukum puteranya!"
Han Beng bergidik. Suhunya yang demikian gagah perkasa, yang dihormatinya sebagai seorang pendekar sakti yang budiman, penentang segala kejahatan, kini diracun dendam dan menjadi iblis sendiri!
"Suhu, apa ?"" apa yang harus teecu lakukan?" tanyanya dengan suara lirih dan jantung berdebar tegang.
"Aku ingin anaknya merasakan penderitaan seperti yang kurasakan Selma berpuluh tahun ini! Dengar baik-baik, muidku. Laki-laki yang kepalanya tergantung disana itu bernama Coa Kun Tian, putera ketua Hek-houw-pang di dusun Tai-bun-cung dekat Po-yang, dan isteriku bernama Phang Bi Cu, adik kandung dari ban-to Mo-li Phang Bi Cu. Engkau masih ingat nenek cantik pesolek yang memperebutkanmu di sungai itu dan yang kemudian melarikan teman perempuanmu itu" nah, ia itulah ban-tok Mo-li atau dulu pernah menjadi enci dari isteriku. Coa Kun Tian dan Phang Bi Cu sudah mati kubunuh, akan tetapi ternyata Coa Kun Tian mempunyai seorang putera! Dan akulah yang mengawinkan puteranya itu!
puteranya bernama Coa Siang Lee, tampan dan mukanya mirip ayahnya. Lihat baik-baik muka kepala itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Coa Siang Lee telah kuperdaya sehingga dia menikah dengan seorang gadis yang menjadi puteri ban-to Mo-li, keponakan isteriku yang wajahnya mirip wajah isteriku yang kepalanya berada di dalam botol ini. Nama gadis itu Sim Lan Ci. Nah, kepada kedua orang itulah aku ingin engkau mebalaskan sakit hatiku, Han Beng. Sanggupkah engkau?"
"Suhu, pembalasan yang bagaimanakah harus teecu lakukan?" tanpa mejawab pertanyaan gurunya, Han Beng bertanya karena dia merasa bingung sekali, juga ngeri melihat gurunya yang gagah perkasa itu ternyata mabuk oleh dendam yang amat mendalam.
"Mereka telah menjadi suami isteri, han Beng. Mereka mirip benar denganisteriku dan kekasihnya, seolah-olah isteriku dan kekasihku hidup kembali berbahagia dan saling mencinta.
Nah, aku ingin engkau menghancurkan kebahagiaan mereka itu, Han Beng, seperti mereka dahulu menghancurkan kebahagiaanku!"
"Bagaimana ?""caranya, suhu" Sungguh teecu tidak mengerti ?".."
"Kelak engkau tentu menjadi seorng pria yang gagah perkasa dan tampan. Engkau harus merayu dan menjatuhkan hati SIm Lan Ci, seperti dulu isteriku dirayu dan dijatuhkan hatinya, engkau dapat menggunakan akal apa saja, dengan obat kalau perlu dan aku akan mengajarkan semua itu, sampa Si Lan Ci terjungkal dalam rayuanmu dan engkau harus menggaulinya, menodaianya agar suaminya, putera Coa Kun Tian, melihatnya dan kebahagiaan hidupnya akan lenyap karena isterinya telah menghianatinya seperti isteriku menghianatiku.
Nah, biarkan suami isteri itu merana dan saling membenci, dan noda penuh aib itu akan terus mengejar mereka samapai mati. Engkau tidak perlu membunuh kebahagiaan mereka seperti orang tua mereka pernah membunuh kebahagiaanku!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng tertegun, mukanya menjadi merah. Dia masih belum dewasa akan tetapi dia sudah dapat mengerti apa yang dimaksudkan gurunya dan dia merasa ngeri membayangkan tugasnya itu. akan tetapi, dia sudah berjanji, bahkan bersumpah untuk mentaati perintah gurunya!
"bagaimana, Han Beng. Sanggupkah engkau?" Liu Bhok Ki mendesak sambil menatap tajam wajah muridnya yang menunduk.
"Teecu ?"". Sanggup," kata Han Beng yang tidak mempunyai pilihan lain. Betapun juga, tadinya dia mengira bahwa dia ditugaskan membunuh orang dan hal ini sungguh amat tidak disukainya, akan tetapi ternyata perintah gurunya itu bukan untuk membunuh, melainkan untuk menjatuhkan hati seorang wanita, hal yang sama sekali asing baginya, bahkan membayangkan bagaimana saja dia pun tidak mampu.
Girang sekali Liu Bhok Ki mendengar ini. Amat girang sehingga dia merangkul anak itu dengan air mata basah.
"Han Beng, muridku yang baik, ketahuilah bahwa itu merupakan satu-satunya harapanku dalam hidup ini. Kalau aku melihat mereka menderita seperti yang pernah kurasakan, maka biar mati pun aku akan dapat memejamkan mata dengan hati tenang. Aku akan mewariskan seluruh ilmu kepandaianku kepadamu, muridku, sebagai balas jasa atas usahamu menghancurkan mereka kelak."
Demikianlah, mulai hari itu, Han Beng menerima gemblengan dari Liu Bhok Ki. Anak ini memang telah memiliki tenaga dasyat sebagai akibat minum darah ular itu, dan dengan bimbingan yang amat bijaksana dan ahli dari Liu Bhok Ki, dia akhirnya mampu menguasai tenaga dasyat itu dan mengendalikaannya sehingga kalau dia mengerahkan tenaga itu, ketika dia berusia lima belas tahun, gurunya sendiri tidak mampu menandingi kekuatan sin-kang (tenaga sakti) yang terkandung dalam tubuhnya!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Cemburu merupakan satu di antara nafsu-nafsu yang dapat menghancurkan manusia itu sendiri dan orang-orang lain.
Cemburu merupakan akibat daripada penonjolan si-aku merasa dirugikan, dihina, miliknya, yaitu orang yang dicintainya, diambil oran-orang yang dicintainya, berpaling kepada orang lain. Si-aku merasa diabaikan, merasa dikecilkan dan diremehkan maka timbullah cemburu yang disusul dengan kemarahan dan dendam kebencian!
Api cemburu bisa bernyala besar sekali dan membakar segalanya. Api cemburu dapat mendatangkan kebakaran dalam batin, dan kalu cemburu sudah beranakkan dendam kebencian, maka mata akan menjadi buta dan segala pertmbangan akan lumpuh. Yang ada hanya nafsu membalas, membikin sengsara orang yang dibencinya itu. kalau sudah begini, muncullah perbuatan-perbuatan yang kejam dan tidak berprikemanusian, perbuatan yang hanya merupakan pelampiasan nafsu amarah dan dendam kebencian.
Kepandaian, kekayaan besar, kedudukan tinggi, tidak akan melindungi manusia daripada nafsu-nafsu ini, bahkan seringkali kelebihan-kelebihan itu memperbesar nyala nafsu.
Satu-satunya pemadam nafsu apa pun hanyalah kesadaran, kewaspadaan yang akan memungkinkan datangnya sinar cinta kasih dan kebijaksanaan.
Sadar dan waspada akan segala hal yang terjadi di dalam dan di luar lahir batin, waspada akan semua gerak-gerik lahir batin, gerakan jasmani, gerakan panca indera, gerakan hati dan pikiran. Tidak lengah sebentar pun sehingga apabila pikiran berceloteh lalu menghidupkan si-aku yang semakin menjadi-jadi dan merajalela sehingga membangkitkan nafsu-nafsu, maka hal ini pun akan berada dalm pengamatan yang penuh kesadaran dan kewaspadaan.
oooOOooo KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pembuatan terusan besar yang menyambung dua sungai besar Huang-ho dan Yang-ce, makin lama semakin terasa berat bagi rakyat jelata.. Karena pekerja?an besar itu membutuhkan tenaga manusia yang sebanyak-banyaknya dan juga membutuhkan biaya besar yang keluar dari kantung pemerintah, maka timbulah hal-hal yang meresahkan rakyat, mana ada banyak uang yang dipermainkan, tentu timbul kecurangan-kecurangan.
Para pembesar yang mendapat tugas mencari tenaga baru dan membayar tenaga itu setelah melihat kesempatan lalu timbul kecurangan mereka dan banyak sekali uang yang sebetulnya diperuntukkan para tenaga pembuat terusan masuk ke kantung para pembesar. Rak yat yang takut terhadap pemerint mudah digertak. Hanya sebagian saja upah yang menjadi hak mereka itu di terima oleh para pekerja. Upah ya sudah dikebiri oleh para pejabat, dan yang kecil sampai yang besar.
Pembesar yang kecil mencatut sedikit, yang besar mencatut semakin banyak dan rakyat pekerja hanya menerima sisanya saja. Bahkan banyak pula yang tidak dibayar seperti kerja rodi. Namun, mereka it hanya dapat menangis dan mengelu tidak berani melawan. Mula-mula, yang menjadi pekerja paksa tanpa dibayar adalah orang-orang hukuman yang di?manfaatkan tenaganya. Akan tetapi, me?lihat lubang ini, para pembesar dan pengurus pekerjaan besar itu lalu mempergunakan akal mereka yang busuk, memperlakukan rakyat seperti orang hu?kuman, memaksa rakyat bekerja tanpa ijihayar, dan uangnya masuk ke dalam kantung mereka sendiri.
Ratapan rakyat ini tidak terdengar oleh pemerintah, akan tetapi terdengar oleh para pendekar. Dan pada waktu Itu, para pendekar adalah mereka yang memiliki ilmu silat tinggi dan watak yang bersih, jujur, adil dan pemberani. Dan pusat dari ilmu silat, sebagian besar terletak di dalam biara-biara dan tempat-tempat pertapaan. Terutama sekali di kuil Siauw-lim-si
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang menjadi pusat dari Siauw-Lim-pai, sumber para ahli silat tingkat tinggi. Seringkali pa?ra murid Siauw-lim-pai yang sudah menjadi pendekar di luar kuil, datang ber?kumpul untuk berunding dengan para tokoh Siauw-lim-pai, membicarakan tentang kesengsaraan rakyat yang timbul karena adanya pembuatan terusan yang mempergunakan tenaga ratusan ribu orang itu.
Pusat dari perkumpulan Siauw-li pai ini berada di kuil Siauw-lim-si yang besar, selain menjadi pusat perguruan silat tinggi, juga menjadi pusat penyebaran Agama Buddha. Kuil Siauw-li atau Siauw-lim-si ini berdiri di Sion san sebuah gunung yang tanahnya subur yang juga dikenal dengan nama Cong san. Siong- -san bukanlah gunung ya besar dan bukan pula pegunungan yang luas seperti Min-san, Cin-ling-san, Kun-lun-san dan masih banyak lagi. Akan tetapi biarpun tidak berapa besar, nama Siong-san menjadi amat terkenal karena adanya vihara atau kuil Siauw-lim yang besar itu. Terutama sekali di dunia per silatan, nama Siauw-lim-si amat terkenal,disegani dan ditakuti karena di situ menjadi sumber ahli-ahli silat yang me jadi pendekar-pendekar kenamaan.
Kuil yang megah itu dibangun ol seorang pendeta Buddha yang datang datang dari India untuk menyebar pelajaran Agama Buddha, dan pada mulanya hanya merupakan vihara di mana orang-orang belajar keagamaan. Para calon pendeta,
.calon penyebar pelajaran agama, dididik di dalam vihara ini.
Oleh karena pada zaman itu (sekitar tahun 500) merupakain jaman yang belum teratur, apalagi dengan adanya perang saudara yang tiada henti-hentinya sejak jaman Sam-Kok (T
iga Negara) (Tahun 221 - 265), maka perkembangan Agama Buddha pun menglami gangguan dalam suasana yang ser?ba kacau ini.
Kemudian, sekitar tahun 520, muncullah seorang pendeta dari India pula yang memiliki kesaktian tinggi. Berbeda dengan pendeta Pa To yang menjadi pendiri vihara Siauw-lim dan yang hanya seorang ahli tentang agama, Tat-mo Couw-su,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pendeta dari India yang baru ditang ini, memiliki kesaktian yang hebat.
Apalagi ketika dalam perantauan?nya dari See-thian (India) ke Tiongkok dia banyak mengembara di Himalaya, bertemu dengan para per tapa yang tinggi ilmunya dan dia senantiasa memperdalam ilmu-ilmunya, maka ketika tiba di vihara Siauw-lim, dia merupakan seorang pendeta Buddha yang amat tinggi ilmu kesaktiannya. Banyak sekali kisah yang aneh-aneh diceritakan orang turun temurun, terutama yang datang dari para hwesio (pendeta Buddha) di kuil Siau lim tentang tokoh Tat-mo Couw-su ini.
Ada yang mengatakan bahwa ketika berada di vihara Siauw-lim itu. Tat-Couw-su pernah menggali sumur dengan hanya menggunakan kedua tangannya sampai ada air muncrat keluar! Ada pula yang mengatakan bahwa dia membuat ukir-ukiran di atas dinding batu mengunakan jari tangannya melukiskan rakan orang bersilat dalam berbagai jurus. Bahkan ada cerita bahwa dia bertapa di kuil itu selama sembilan tahun untuk memperdalam ilmu-ilmunya. dan tubuhnya tercetak di atas batu tempat dia duduk, juga punggungnya tercetak di dinding batu yang menjadi sandarannya. Pendeknya, banyak sekali dongeng tentang Tat-mo Couw-su ini yang mencereritakan tentang kesaktiannya yang seperti dewa!
Bagaimanapun juga, harus diakui berdasarkan sejarah yang ada bahwa Tat-mo- Couw-su inilah yang menjadi pelopor adanya ilmu silat di dalam kuil Siauw-lim, yang kemudian menjadi terkenal sekali, bahkan menjadi sumber banyak macam ilmu silat yang ada di daratan Tiongkok.
Pada waktu sebelum Tat-mo Couw-su datang ke kuil Siauw-lim, tentu saja tidak ada murid atau pendeta kuil Itu yang mempelajari ilmu silat. Mereka belalah penganut-penganut agama yang Imtuh dan Agama Buddha mengajarkan cinta kasih, menjauhi pertentangan, per?musuhan, apalagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekerasaan. Sedangkan Ilmu silat adalah ilmu berkelahi! Tentu taja tidak ada hwesio yang mau mem?belajari ilmu untuk memukul orang itu!
Akan tetapi pada suatu hari, Tat-mo Couw-su melihat betapa para pendeta dan murid di kuil Siauw-lim itu bertubuh lemah dan karena kelemahan tubuh ini mereka menjadi malas dan tidak betah duduk bersamadhi, lebih suka bermalas-malasan dan tidur. Karena tubuh yang lemah ini banyak pula diantara mereka yang terkena penyakit, selain itu, juga pada jaman itu banyak terjadi kerusuhan dan para penjahat itu agaknya tidak memandang bulu ketika melakukan kejahatan yang mengandalkan kekerasan. Bahkan beberapa kali ki diserbu dan dirampok, para hwesio dianiaya, bahkan ada pula yang sampai dibunuh. Dua hal ini menggerakkan hati Tat-mo, yaitu nama pendeta ini yang kemudian ditambah sebutan Couw-(Guru Besar), untuk memberi latihan kepada para pendeta dan murid Siau lim agar tubuh mereka menjadi sehat dan kuat.
Mula-mula pendeta yang sakti menciptakan semacam ilmu olah raga yang kalau dilatih dapat menyehatkan tubuh, bahkan memperkuat batin. Ilmu ini yang kemudian terkenal dengan sebutan it-kin-keng, ilmu gerakan yang melenturkan otot-otot, membersikan darah dan memperkuat tulang-tulang. It-kin-keng dibagi menjadi delapan belas gerakan pokok. Manfaat ilmu ini setingkat atau bahkan lebih tinggi dari gerakan dalam Yoga. Selain ilmu It-kin-keng, Juga Tat-mo Couw-su menciptakan ilmu silat untuk para hwesio yang ber?tugas jaga untuk menjaga kuil dari gangguan orang-orang jahat. Ilmu silat ini diberi nama Cap-pwe Lo-han-kun, juga terdiri dari delapan belas jurus. Lo-han-kun atau Silat Arhad ini memang di?peruntukkan para hwesio, selain untuk memperkuat tubuh juga untuk dapat di pakai membela diri dan melindungi keamanan Kuil.
Itulah permulaan ilmu silat yang di?ajarkan kepada para hwesio di kuil Siauw-lim. Kemudian, melihat kegunaan dar
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ilmu-ilmu itu, maka para cerdik pandai tokoh-tokoh keagamaan Buddha memperkembangkan ilmu silat itu dan mulailah ilmu silat Siauw-lim memegang peran penting di dunia persilatan.
Latihan-latihan yang dilakukan para murid di kuil Siauw-lim terkenal amat berat, na?mun justeru latihan berat inilah yang membuat ilmu silat Siauw-lim terkenal sebagai ilmu yang kokoh kuat, dan murid yang lulus dari perguruan ini miliki ilmu silat yang sudah matang dengan tenaga yang boleh diandalkan. Banyak tokoh bermunculan dan ilmu silat siauw-lim terus berkembang, semakin banyak macamnya dan para cerdik pandai tiada hentinya mengerahkan segala bakat dan kepandaian mereka untuk menciptakan jurus-jurus baru.
Pada Pada jaman pemerintah Kaisar Li Wu Ti (502-549), seorang Kaisar dinasti Liang yang menjadi penganut Agama Buddha yang patuh, mempunyai hubungan dekat dengan Siauw-lim-si. lagi ketika terjadi banyak kerusuhan pemberontakan di sana-sini, kaisar ini minta bantuan para ahli silat dari Siau lim-pai. Pada waktu itu, sudah banyak pendekar lihai yang menjadi murid Siauw-lim-pai, dan para pendekar ini berhasil baik sekali dalam penumpasan para perusuh. Kaisar Liang Wu Ti merasa gembira dan berterima kasih, maka kaisar itu lalu memperluas bangunan vihaha Siauw-lim. Makin majulah vihara itu dan semakin banyak muridnya. Usaha menyebarkan Agama Buddha juga berkembng dengan baik dan memperoleh kemajuan pesat seperti juga pengembangan pelajaran ilmu silatnya. Semua ini karena dukungan Kaisar Liang Wu Ti yang juga beragama Buddha.
Akan tetapi, pemberontakan besar meletus ketika wangsa Sui, dipimpin oleh yang Cien, menyerbu dan utara dan menghancurkan kekuasaan dinasti Liang. dalam perang ini, pihak Siauw-lim-pai membantu Kaisar Liang Wu Ti. Oleh karena itu, ketika Dinasti Liang kalah, Dinasti Baru dari Wangsa Sui membasmi semua Vihara agama Buddha, juga Siauw-lim-Si ikut dimusnahkan Para murid dan pendekar Siauw-lim-pai yang berhasil meloloskan diri, lari cerai berai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dan para liwesio lari bersembunyi atau bertapa di puncak-puncak gunung dan di tempat-tempat sunyi.
Akan tetapi karena para pendekar siauw-lim-pai itu di mana-mana telah menyebar perbuatan yang gagah perkasa dan baik, akhirnya Kaisar Yang Cien mau mengampuni mereka dan bahkan memperkenankan kembali vihara Sia lim-si dibangun.
Sampai Kaisar Yang Cien diganti oleh puteranya, yaitu Kaisar Yang Ti, keadaan Siauw-lim-si tetap baik walaupun Kaisar Yang Ti lebih condong medekat para to-su (pendeta) dari Agama To (Taoism) daripada Agama Buddha.
Sudah sejak lama terjadi semacam permusuhan antara para tokoh Agama Buddha dan para tokoh Agama To. ini terjadi karena adanya semacam persaingan dan iri hati. Kalau kaisar pemerintahnya mendekati Agama Budda maka pihak para to-su merasa iri hati sebaliknya kalau kaisar mendekati pa to-su, maka para hwesio yang merasa iri hati dan tidak senang. Iri hati ada suatu penyakit batin yang timbul dan penonjolan dan pementingan si -aku pula. . Pikiran ini membentuk si-aku dibesar-besarkan, dipentingkan sedemikian rupa sehingga kalau diabaikan timbul perasaan iri hati dan kecewa. Ki ta sudah sedemikian egois, setiap saat selalu mementingkan diri pribadi se?hingga segala hal-hal yang menyenang?kan dan baik hendak kita monopoli, sedapat mungkin segalanya itu diperuntuk?kan diri sendiri. Bahkan Tuhan Yang Maha Adil pun, ingin kita monopoli agar keadilan-Nya hanya untuk kita, demi ke?pentingan dan kesenangan kita, demi?kian pula kasih sayang dari Yang Maha Kasih ingin kita monopoli. Karena se?tiap perorangan memiliki sikap memen?tingkan diri sendiri masing-masing, maka tidaklah mengherankan apabila dunia im penuh dengan permusuhan pribadi, permusuhan antara keluarga, antara go?longan, antar suku dan antar bangsa. Bertabrakanlah kepentingan masing-masing dan menimbulkan konflik.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Permusuhan selalu mendatangkan den?dam. Ketika Siauw-Lim-si dimusuhi kaisar dan pemerintah, bukan hanya jagoan-jagoan istana dan para panglima saja yang menyerbu Siauw-lim-si, akan tetapi di antara mereka terdapat pula tokoh-tokoh dari kalangan Agama To, yaitu para to-su yang membantu pemerintah.
Oleh karena itu, ketika pemerintah condong mendekati para hwesio, giliran to-su yang dimusuhi! Dendam mendendam yang tiada habisnya agaknya sudah menjadi pakaian manusia.
Hanya kita sendiri yang mampu menanggalkannya dari diri kita masing-masing.
Kini keadaan kembali berubah, lihat betapa pelaksanaan pembuatan terusan itu mengorbankan banyak rakyat jelata, membikin sengsara rakyat dengan adanya kerja-paksa yang dilakukan oleh pembesar-pembesar daerah, dengan penjilatan ke atas atau korupsi, banyak pendekar Siauw-lim-pai menjadi penasaran. Mulailah terjadi penentang penentangan dari pihak Siauw-lim-si. Para pendekar Siauw-lim-pai bentrok dengan pelaksana pengumpul tenaga rakyat. Di mana-mana terjadi perkelahian antara para pelaksana yang mempunyai jagoan-jagoan dengan para pendekar Siauw-lim-pai. Tentu saja hal ini terdengar oleh para pejabat dan mulai timbul perasaan tidak senang kepada Siauw-Lim-si.
Inilah kesempatan yang amat baik bagi saingan para hwesio, yaitu para tosu. Para tosu yang tadinya merasa tersisih melihat akrabnya hubungan antara pa?ra hwesio dan pemerintah, kini melihat kesempatan baik sekali untuk maju ke depan. Mereka berusaha untuk mem?perlebar jurang pemisah antara pemerintah dan pihak Siauw-lim-si, ada yang menghasut dan banyak yang membantu pemerintah dalam menghadapi para pen?dakar Siauw-lim-pai. Campur-tangan dari para tosu ini tentu saja memperhebat pertentangan para para hwesio dan pendekar Siauw-Lim -pai dengan pihak pemerintah sehingga seringkah terjadi perkelahian besar-besaran yang menjatuhkan korban cukup banyak, terutama di
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pihak pasukan pemerintah. Hal ini terdengar oleh pihak atasan, Kaisar yang mendengar oleh berita laporan bahwa orang-orang Siauw-lim-pai menentang kebijaksanaan pemerintah untuk membangun terusan besar, bahkan menyerang para pelaksana pekerjaan besar itu, tentu saja menjadi marah dan Kaisar Yang Ti memerintahkan untuk menghukum Siauw-lim-pai, membasmi mereka yang memberontak dan mcmusnahkan vihara besar Siauw-lim-si yang dulu dibangun dengan bantuan istana juga.
Pihak Siauw-lim-pai maklum akan keadaan yang amat gawat itu dan pada pagi hari itu, para pimpinan Siauw-lim-pai berkumpul di vihara. Pagi yang sunyi dan penuh ketegangan karena para pendekar murid-murid Siauw-lim-pai yang berdatangan membawa berita yang tidak menggembirakan, Vihara Siauw-lim itu memang luas sekali.Dikelilingi pagar tembok yang tebal dan tinggi seperti benteng. Pintu gerbang depan besar dan tebal, selalu dijaga oleh murid-murid vihara.
Di bagian dalamnya yang luas terdapat bermacam bangunan, dan cukup banyak Pada waktu itu, para pendekar murid Siauw-lim-pai yang sudah hidup di bagian kuil dan berdatangan ke situ, berduyun- duyun naik ke bukit kecil di dalam kompleks vihara. Bukit kecil itu tidak berapa tinggi, akan tetapi di puncaknya terdapat sebuah bangunan mungil.
Disinilah tinggalnya pimpinan tertinggi dari kuil Siauw-lim-si, bahkan menjadi tokoh tertinggi dari perguruan Siauw-lim-pai pada umumnya.
Pondok mungil itu ternyata tidak berkamar, merupakan ruangan yang luas dan terbuka. Dua orang hwesio tua nampak duduk di atas dipan bundar, bersila dan berhadapan. Mereka itu sudah tua. sedikitnya tentu sudah tujuh puluh tahun usia mereka. Yang seorang bertubuh tinggi kurus dengan jubah kuning, mukanya bersih seperti kepalanya, tanpa ada rambut sedikit pun. Wajahnya pun dan matanya banyak menunduk, akan tetapi terbayang- ketegasan dalam sinar mata dan dalam tarikan garis-garis di tepi mulut, di dagu dan di tepi kedua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
matanya. Dia adalah ketua Siauw-Im-pai pada waktu itu, seorang hwesio yang sudah pernah mempelajari keagamaan di India, dan di samping itu juga telah mewarisi ilmu-ilmu silai dari siauw-lim-pai. Julukannya adalah Thian?-cu Hwesio, dan dia terkenal sebagai seorang pemimpin yang jujur, adil, dan tegas maka disegani oleh semua murld Siauw-lim-pai. Karena sudah merasa tua dan lebih suka bersamadhi, maka selama hampir dua tahun ini Thian-cu Hweslo hampir tidak pernah mencampuri urusan di luar kuil. Dia hanya bersamadhi di dalam kamarnya dan baru keluar dari kamar kalau dia merasa perlu untuk member i penerangan tentang pelajar agama kepada para muridnya, atau adakalanya kalau hatinya sedang gembira dia mengamati para murid yang berlatih silat di lian-bu-thia (ruangan berlatih silat) dan memberi petunjuk kepada beberapa orang murid yang melakukan gerakan yang kurang sempurna.
Akan tetapi, selama beberapa hari ini, Thian-cu Hwesio kedatangan seorang tamu, yaitu seorang hwesio yang sebaya dengan dia. Hwesio ini adalah kakak seperguruannya, juga seorang pendeta Buddha yang banyak melakuka perantauan untuk kepentingan penyebaran Agama Buddha. Hwesio ini, karena terlalu banyak hidup di luar, kulitnya sampai berubah menghitam dan julukannya berubah Hek-bin Hwesio (Pendeta Muka Hitam) karena mukanya memang hitam sekali terbakar sinar matahari ketika merantau sampai bertahun-tahun di padang pasir di utara. Puluhan tahun lamanya dia memperdalam ilmu-ilmunya di India, Nepal dan di Himalaya, dan di tempat terakhir itulah dia bertemu dengan Thian-Cu Hwesio dan sama-sama belajar dan seorang pertapa yang sakti sehingga Hek-bin Hwesio terhitung su-heng (kakak seperguruan) dari ketua Siauw-lim-pai itu.
Bukan main gembira rasa hati Thian-Cu Hwesio menerima kunjungan suhengnya ini dan beberapa hari lamanya mereka bercakap-cakap, bukan saja tentang perkembangan Agama Buddha, melainkan juga tentang kekacauan di antara rakyat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sehubungan dengan adanya paksaan terhadap rakyat untuk bekerja menggali terusan.
"Bagaimana hati pin-ceng tidak akan merasa resah, Suheng. Biarpun sudah lama pinceng tidak pernah keluar dari kuil, akan tetapi banyak laporan para murid yang menceritakan tentang kesengsaraan rakyat jelata dengan adanya usaha pemerintah menggali terusan besar antara Sungai Huang-ho dan Ya-ce itu. Mau tidak mau, para murid Siauw-Lim-pai harus melindungi rakyat jelata dan karenanya seringkali terjadi bentrokan dengan para petugas pemerintah yang melaksanakan pengumpulan tenaga rakyat itu. Bukan bentrokan kecil-kecilan, bahkan sampai terjadi pertempuran yang menjatuhkan korban di kedua pihak. Sungguh hal ini memprihatinkan hati pin-ceng, Suheng," kata Thian Hwesio yang mengeluh karena ada pertentangan itu.
Hwesio tamu itu bertubuh gendut dengan perut besar bulat, kepalanya yang gundul itu pun bundar dan licin, mulutnya selalu tersenyum lebar seperti orang yang selalu gembira, sepasang matanya juga lembut dan ramah, akan tetapi sesuatu yang mencorong di dalam yang menunjukkan bahwa di balik muka yang kekanak-kanakan penuh senyum. Tubuh yang gendut seperti patung Ji-Lai-hud itu tersembunyi sesuatu yang dasyat dan amat kuat. Memang Hek-Bin Hwesio yang mukanya hitam seperti pantat kuali ini seorang yang selalu ra?mah dan penuh senyum tawa, memandang dunia dan kehidupan manusia dari segi yang menggembirakan saja.
Akan tetapi jangan dipandang rendah semua keramahan dan kelembutan itu karena hwesio tua ini sesungguhnya memiliki kesaktian yang lebih tinggi dan lebih hebat dibanding?kan dengan sutenya yang menjadi ketua Siauw-lim-pai.
Mendengar keluhan sute?nya, Hek-bin Hwesio tertawa, lalu membelalakkan matanya yang bundar itu, me?mandang sutenya.
"Sute, sebagai ketua Siauw-lim-pai, mengapa engkau membiarkan murid-muridmu menentang pemerintah"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan?lah pemerintah pula yang telah bersikap baik dan murah hati kepada Siauw-lim-Si, membangun vihara ini dan bahkan memberi tanah yang luas?"
"Omitohud ....... tentu saja pin-ceng tidak akan melupakan itu ..... justeru karena itulah maka pin-ceng merasa prihatin dan hati menjadi resah suheng.
Kami tidak menentang pemerintah, sama sekali tidak memusuhi pemerintah, kami cukup mengerti bahwa rencana pemerintah itu baik sekali. Menggali itu membangun terusan besar antara sungai Huang-ho dan Yang-ce memang amat besar manfaatnya, melancarkan lalu lintas perdagangan. Akan tetapi.... pelaksanaannya itulah, Suheng!
Pelaksanaannya menyimpang dari tujuannya yang baik.
Bayangkan saja. Rakyat diperas tenaganya, dipaksa bekerja tanpa dibayar, bahkan menerima ransum yang sedikit sekali, tidak ada pengobatan dan tidak ada pertolongan kalau ada yang sa?kit. Entah berapa banyaknya rakyat yang mati, belum lagi keluarganya yang menjadi terlantar karena terpaksa ditinggalkan. Kami menentang perlakuan tidak adil itu, yang kami tentang adalah para pelaksana itu, orang-orang yang korup dan yang mempergunakan kesem?patan itu untuk mengeruk keuntungan sebesarnya, menari di atas mayat rakyat jelata, beruntung di atas ratap tangis rakyat! Bagaimana menurut pendapat Suheng?"
Senyum di wajah hitam itu melebar
"Sute sendiri tentu sudah tahu sejelasnya bahwa segala macam bentuk kekerasanlah tidak benar. Pelaksanaan kekerasan, dalam bentuk apa pun, tidak akan mungkin mendatangkan hasil yang penuh kedamaian. Sute sendiri tahu bahwa betapapun baiknya tujuan, kalau pelaksanaannya tidak benar maka jadinya pun pasti tidak benar. Nah, kalau sekarang tujuan Sute yang baik itu mendatangkan sejahtera dan damai dari kehidupan rakyat, dilaksanakan dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekerasan, dengan perkelahian, bagaima mungkin hasilnya akan baik?"
"Omitohud......apa yang dikatakan Suheng memang benar dan pinceng dapat melihat kebenaran itu. Akan tetapi, apakah kita harus tinggal diam saja melihat rakyat ditindas, ditekan, diperas dan dibunuh?"
"Siancai Siancai Siancai..... Masih perlu berheran-herankah kita melihat semua peristiwa itu, Sute" Ti?dak ada yang perlu diherankan, tidak ada yang patut disesalkan, walaupun bukan berarti bahwa kita akan tinggal berpang?ku tangan dan bermasa bodoh saja. Ma?nusia wajib berikhtiar, Sute, namun segala pelaksanaan dan ikhtiar itu sen?diri harus berada di jalan benar, bukan dengan kekerasan dan permusuhan.
Ti?dakkah sebaiknya kalau misalnya Sute mengajukan pelaporan kepada Istana agar Kaisar sendiri mengetahui betapa para pelaksana pekerjaan besar itu melakukan penyelewengan"*'
Thian-cu Hwesio menggeleng kepala?nya dan menarik napas panjang.
"Belum kami coba, Suheng. akan tetapi kiranya akan percuma saja. Pertama, tidak mung?kin membuat laporan langsung kepada Kaisar tanpa melalui para pembesar dan Menteri, dan melalui mereka tentu akan sia-sia belaka dan tidak akan sampai ke telinga Kaisar. Ke dua, andaikata da?pat sampai kepada Kaisar sekalipun, apakah Kaisar tidak lebih percaya ke?pada laporan para pembesar daripada laporan kita" Sudahlah, Suheng. Kurasa sepak terjang para murid kami tidak keliru, yaitu secara langsung membela rakyat dari penindasan para petug yang korup itu. Sekarang, ada hal lain yang lebih memprihatinkan hati pin-ceng."
"Omitohud...... Sute, kenapa engkau mengisi hidupmu dengan keluh kesah dan keprihatinan belaka" Lihatlah baik-baik Sute, bukankah segala hal itu telah terjadi karena
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kehendak Yang Maha Kuasa. Kenapa harus dibuat penasaran" Kita mengetahui bahwa segala sesuatu di permukaan dunia ini tidak akan terlepas daripada lingkaran roda Karma. Kewajiban kita bukanlah mengubah kenyataan melainkan menyadarkan manusia agar masing-masing dapat memperbaiki jalan hidupnya, karena hanya diri sendiri yang akan mampu memperbaiki karma masing masing. Diri sendiri yang menanam diri sendiri yang memelihara, dan diri sendiri yang akan menuainya kelak.. Sudahlah, semuanya itu sudah Sute ketahui, tidak perlu kuulang lagi. Sekarang coba ceritakan apakah hal lain yang lebih memprihatinkan hatimu itu, Su?te?"
Kembali ketua Siauw-lim-pai itu me?narik napas panjang.
Tentu saja, sebagai seorang tokoh besar, baik dalam ilmu silat maupun dalam ilmu keagamaan se?mua yang diucapkan suhengnya itu sudah dimengertinya dengan baik. Namun, dia pun tahu bahwa bagaimanapun juga, dia tidak akan dapat membebaskan diri dari semua kerepotan batin seperti halnya suhengnya. Suhengnya hidup sebatangkara, bebas lepas di udara seperti seekor burung, tidak ada ikatan sama sekali, baik lahir maupun batin. Maka, lebih mudah bagi suhengnya untuk bebas dalam arti yang sebenarnya. Akan tetapi
dia" Dia menjadi ketua Siauw-lim-pai biarpun dia mengusahakan agar batinnya bebas, bagaimana' dia dapat terbebas dari kewajiban sebagai ketua"
Bagaimana mungkin dia diam saja mendengar laporan para muridnya" Tidak, dia adalah manusia biasa yang masih penuh ikatan! Dan dia tahu, selama ada ikatan, maka aku-nya masih merajalela karena aku itulah yang terikat dan suka mengikatkan diri, dan selama ada ikatan ini pasti hidupnya akan selalu penuh dengan konflik, dengan kekhawatiran, kekecewaan,kekerasan dan kedukaan. Kembali dia menghela napas panjang. Nasib Ini juga karmanya"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak lain adalah pertentangan ya makin menjadi dengan para penganut Agama To, Suheng."
"Omitohud......, itu penyakit Iama kambuh kembali namanya! Sungguh ini lebih aneh lagi. Jelas bahwa kita adalah orang-orang beragama yang selalu menjauhi kekerasan, permusuhan dan menghapus kebencian. Demikian pula para penganut Agama To, pin-ceng yakin bahwa mereka pun adalah manusia-manusia yang mencari jalan terang melalui agamanya, ingin memperbaiki diri sendiri dan orang lain agar menjadi manusia yang berbudi. Akan tetapi, bagaimana sekarang antara mereka dan kita dua kelompok beragama yang gandrung akan kedamaian dan kesejahteraan hidup manusia, kini bahkan bermusuhan dan mengobarkan pertentangan dan permusuhan antara mereka sendiri?"
"Sekali ini mereka keterlaluan sekali, Suheng. Melihat betapa pihak kita menentang para pelaksana penggalian terusan dan menentang kesewenang-wenangan para petugas korup itu, mereka sengaja membantu para petugas itu dan menentang kita, bahkan merekalah yang nengatakan bahwa kita memberontak terhadap pemerintah.
Mereka itu agaknya sengaja mempergunakan
pertentang?an antara pihak Siauw-lim-pai dan para tugas pemerintah, untuk mengadu Domba dan memburukkan nama Siauw-lun-pai kepada pemerintah. Bukankah hal itu berbahaya sekali bagi kita?"
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar Tiga orang berkelebat memasuki ruangan itu. Mereka adalah tiga orang laki-laki yang gagah perkasa, murid-murid Siauw-lim-pai dan begitu tiba di ruang?an pondok di mana dua orang hwesio tua itu bercakap-cakap, mereka segera menjatuhkan diri berlutut.
"Harap Suhu dan Supek (Uwa Guru) memaafkan teecu bertiga kalau teecu mengganggu Ji-wi Suhu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-cu Hwesio memandang kepada tiga orang muridnya itu dengan alis berkerut, lalu memandang ke luar.
"Kenapa kalian sudah datang menghadap" Bukankah pertemuan akan dimulai setelah tengah hari" Sekarang masih terlalu pagi dan kalau para murid sudah datang berkumpul semua, silakan mereka menununggu di ruang pertemuan.
Nanti tengah hari pinceng akan ke sana."
"Memang para Suheng sudah datang berkumpul, Suhu, dan mereka pun sudah menanti, akan tetapi mereka tahu bahwa Suhu baru datang membuka pertemuan setelah tengah hari. Akan tetapi teecu bertiga memberanikan diri menghadap bukan karena itu, melainkan untuk laporkan bahwa di bawah bukit terjadi bentrokan besar antara banyak Suheng yang dipimpin oleh Susiok, menghadapi sekelompok to-su. Mula-mula hanya merupakan perkelahian antara dua orang saja, akan tetapi kawan-kawan mereka berdatangan sehingga akhirnya Susiok sendiri bersama beberapa orang Suheng pergi ke sana. Karena khawatir, maka teecu, setelah berunding dengan para suheng yang masih berada di sini, segera menghadap Suhu untuk memberi laporan."
"Omitohud .........! Tosu-tosu itu sungguh tidak tahu diri!"
kata Thian-cu Hwesio dengan marah dan dia mengepal tinju, melihat sikap sutenya ini. Hek-bin Hwesio tersenyum.
"Sute, tenanglah dan sebaiknya kalau sute membuka saja persidangan dengan para murid Siauw-lim-pai itu dan biar pinceng yang akan turun dan melihat apa yang terjadi di sana."
Thian-cu Hwesio mengangguk dengan hati lega. Kalau suhengnya itu yang maju, dia tidak khawatir lagi. Suhengnya itu ir memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi darinya, dan dia tahu bahwa para to-su itu bukan orang-orang yang boleh dipandang ringan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah, Suheng. Harap Suheng dapat mengatasi keadaan di sana."
Hek-bin Hwesio lalu keluar dari pondok tempat tinggal ketua Siauw-lim itu dan setelah memperoleh keterangan di bagian mana para tosu itu bertempur melawan para murid Siauw-lim-pai, lalu berkelebat dan lenyap dari depan para murid Siauw-lim-pai yang memandang kagum.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 6 Dengan cepat sekali Hek-bin Hwesio berlari turun dari Siong-san (Gunung Siong) sebelah selatan. Bagaikan terbang saja dia menuruni bukit itu sehingga tidak lama kemudian dia sudah sampai di kaki bukit, di mana dia melihat terjadi pertempuran yang sengit antara belasan orang murid Siauw-lim-pai melawan belasan orang tosu. Para murid Siauw-Iim-pai itu dipimpin oleh seorang Hwesio tua tinggi besar yang dikenalnya sebagai Thian Gi Hwesio, yaitu sute dari Thian-cu Hwesio yang menjadi wakil ketua Siauw-lim-pai. Biarpun antara Hek-bin- Hwesio dan Thian-cu Hwesio, ada hubungan persaudaraan seperguruan, namun dengan Thian Gi Hwesio, hwesio bermuka hitam itu tidak ada hubungan perguruan karena kalau dia satu perguruan dengan Thian-cu Hwesio ketika menjadi murid pertapa sakti di Himalaya, sebaliknya Thian Ci Hwesio men jadi saudara seperguruan dari Thia Hwesio dalam perguruan Siauw-lim Karena itu, Thian Gi Hwesio adalah orang yang ahli dalam ilmu silat Si-lim-pai dan terutama sekali, dia ahli bermain toya dalam ilmu silat Lo-kun.
Pertempuran yang terjadi di bukit itu memang tadinya disebab oleh perkelahian perorangan antara seorang murid Siauw-Lim-pai melawan seorang tosu yang lewat di tempat itu.
Karena memang sudah ada permusuhan antara kedua pihak, maka terjadilah saling mengejek yang berakhir dengan perkelahian. Akan tetapi, teman-teman to-su itu berdatangan dan mengeroyok. Hal ini diketahui oleh murid-murid Siauw-lim-pai yang segera membantu saudara mereka, dan terjadilah pertempuran hebat yang melibatkan belasan orang Siauw- lim-pai melawan belasan orang to-su.
Karena para murid Siauw-lim-pai yang terlibat dalam pertempuran itu adalah murid-murid kelas satu dan dipimpin sendiri oleh Thian-Gi Hwesio, sedangkan para tosu itu pun orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi, maka per?tempuran itu seru bukan main dan sung?guhpun ketika Hek-bin Hwesio tiba disitu belum ada yang terluka parah,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
na?mun kakek ini maklum bahwa kalau di?lanjutkan tentu kedua pihak akan menderita hebat dan jatuhnya banyak korban di kedua pihak takkan dapat dihindarkan lagi. Dia juga melihat betapa Thian-Gi Hwesio yang amat lihai itu memperoleh seorang lawan yang juga amat lihai, yaitu seorang tosu berjenggot panjang yang memainkan sepasang pedang dengan amat baiknya. Tongkat atau toya di ta?ngan Thian Gi Hwesio yang digerakkan amat cepat berubah menjadi gulungan sinar yang lebar itu saling desak dengan gulungan sinar pedang di tangan kanannya.
Pertempuran itu sudah mem?pergunakan senjata dan sewaktu-waktu Musti jatuh korban kalau dia tidak se?gera turun tangan, pikir Hek-bin Hwesio. Dan satu-satunya usaha terbaik untuk melerai dan mendamaikan dua pihak yang bertentangan adalah mengundurkan pihaknya sendiri lebih dahulu.
"Saudara-saudaraku dari Siauw-lim-pai, kuminta kepada kalian, mundurlah dan hentikan perkelahian!" Berkata demikian, Hek-bin Hwesio melompat ke medan pertempuran dan menggunakan kedua tangannya untuk melakukan dorongan-dorongan ke arah Thian-Gi Hwcsio dan para murid Siauw-lim-pai. Dari kedua tangannya menyambar hawa yang lembut namun amat kuatnya, membuat para murid Siauw-lim-pai terkejut da terdorong mundur!
Pada saat itu, terdengar suara lembut.
"Siancai ........ , orang-orang penganut To tidak akan menggunakan kekerasan menentang kekuasaan Alam atas diri manusia, mundurlah kalian, Saudara-saudaraku!" Dan sesosok bayangan pakaian putih berkelebat, seperti yang dilakukan Hek-bin Hwesio, bayang putih ini pun mendorong ke arah para tosu sehingga mereka terpaksa mundur. Maka, berhentilah pertempuran mati-matian itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian Gi Hwesio dan para murid Siauw-lim-pai yang tadinya merasa pena?saran melihat ada orang menghalangi mereka, ketika melihat bahwa yang menghalangi adalah hwesio tua bermuka hitam, mereka terkejut. Biarpun baru dua kali mereka bertemu dengan Hek-bin Hwesio, mereka semua telah mengenalnya sebagai suheng dari ketua mereka dan memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi, lebih lihai daripada ketua mereka. Maka kemarahan Thian Gi Hwesio lenyap, berubah menjadi keheranan dan juga penasaran mengapa suheng dari ketua Siauw-lim-pai ini, yang biarpun bukan anggauta Siauw-lim, akan tetapi juga seorang pendeta Buddha, melerai perkelahian itu dan tidak membantu para murid Siauw-lim-pai!
Sementara itu, para tosu juga ter?kejut melihat bayangan putih yang me?larai dan mengundurkan mereka, akan tapi ketika mereka mengenal tosu ber?jenggot panjang dan berjubah putih itu, mereka pun terkejut dan segera memberi hormat. Tosu itu memang terkenal sekali di antara para penganut Agama To, terutama sekali di kalangan para tokoh besarnya karena tosu itu meru?pakan seorang datuk Agama To yang berilmu tinggi. Nama julukannya adalah Pek I Tojin (Penganut To Berbaju Putih). Dia amat sederhana, bahkan julukannya hanya memakai Tojin (Penganut To) dan jelas julukan itu hanya menunjuk pakai?annya yang putih sebagai identitasnya. Dia seorang pertapa di puncak Gunung Thai-san, dan kadang-kadang merantau mengunjungi kuil-kuil Agama To untuk bertemu dengan para ketuanya, memberi?kan pengarahan dalam Agama To, dan juga memberi petunjuk dalam ilmu silat. Baik ilmu silatnya maupun ilmu penge?tahuannya dalam Agama To, amat luas.
Setelah kedua pihak menghentikan pertempuran, bahkan mundur berkelompok di tempat masing-masing, dua orang kakek itu kini saling berhadapan dalam jarak hanya dua meter.
Mereka saling pandang, keduanya tersenyum dan Hek-bin Hwesio yang lebih dulu tertawa.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha......," sungguh menyenangkan telah bertemu dengan seorang bijaksana, apakah pin-ceng berhadapan dengan Pek-I-Tojin."
Pek-I Tojin mengelus jenggotnya dan perlebar senyumnya.
"Sian cai ........ sudah lama mendengar nama besar Hek-bin Hwesio dan sungguh bahagia rasa pin-to hari ini dapat berhadapan demgan dia."
Keduanya tertawa gembira dan dua jika yang tadi saling berkelahi dan kini berkelompok, hanya mendengarkan tanpa mengeluarkan kata-kata. Mereka masing-masing mengharapkan agar orang sakti-sakti itu membantu pihak masing-masing.
"Omitohud Pek I Tojin benar-benar mengenakan pakaian putih sesuai dengan ita julukannya!"
"Benar, dan Hek-bin Hwesio juga mempunyai muka hitam sesuai dengan jukannya!" Kembali keduanya tertawa.
"Ha-ha-ha, kalau engkau tidak mengenakan pakaian putih, mungkin julukanmu bukan lagi Pek I Tojin, akan tetapi, engkau akan tetap engkau!"
"Siancai, benar sekali! Kalau rnukamu tidak hitam, mungkin julukanmu bukan Hek-bin Hwesio, akan tetapi tentu pun engkau tetap engkau!"
Keduanya tertawa lagi, melangkah maju dan saling berpegang kedua tangan dengan sikap yang penuh damai!
Kata-kata yang keluar dari mulut dua orang sakti itu seperti kelakar saja, namun sesungguhnya mengandung pernyataan yang membuka kebenaran. Mereka itu hendak mengatakan bahwa segala bentuk lahir belaka dan sama sekali tidak hubungannya dengan dirinya. Boleh saja muka diubah-ubah,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pakaian diganti-ganti dan nama diganti-ganti pula, namun orangnya tetap itu-itu juga, manusia yang hidup di dunia tanpa dikehendakinya sendiri! Mereka kini saling berpegangan tangan sambil tertawa.
"Siancai, Hek-bin Hwesio, engkau aku tiada bedanya!"
"Memang, engkau dan aku sama juga Karena itu, sungguh menyedihkan melihat saudara-saudara kita saling hantam, saling benci dan berusaha untuk saling bunuh. Mari kita bicarakan baik-baik, Pek I Tojin!"
"Engkau benar sekali, Hek-bin Hwesio, mari kita duduk dan bicara."
Keduanya lalu duduk bersila di atas tanah, saling berhadapan dan melihat ini, kedua kelompok yang sejak tadi berdiri melihat dan mendengarkan, ikut pula duduk di atas tanah.
"Hek-bin Hwesio, sekarang selagi kita mempunyai keberuntungan untuk saling bertemu, pinto harap engkau tidak pelit dan suka memberi penerangan kepada kami para tosu yang bodoh. Mengapa antara para penganut Agama Buddha dan para pemeluk Agama To terdapat permusuhan?"
"Omitohud , semoga Sang Buddha mnuntun kita semua ke jalan terang, saudaraku yang baik, Pek I Tojin, kalau menurut apa yang pinceng lihat, segala bentuk permusuhan timbul karena "kebodohan! Kalau permusuhan timbul antara kedua kelompok yang beragama, .jika hal itu tentu dikarenakan kefanatikan dan kefanatikan adalah kebodohan!
Apakah maksud kita memasuki suatu agama" Bukan lain untuk meninggal segala macam kejahatan dan mengambil jalan bersih dalam hidup kita. Kita dapat memulai hidup baru,mengalami jalan kehidupan yang bersih kalau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meninggalkan semua kotoran dari perbuatan kita di masa lalu!
Perbuatan kotor itu termasuk perbuatan yang dasari nafsu, termasuk kebencian, sekarang, dua kelompok orang beragama saling bermusuhan dan saling membenci.
Bukankah ini berarti bahwa kita tidak meninggalkan jalan kotor, melainkan meninggalkan jalan baru yang bersih kembali ke jalan kotor" Mungkin tidak menyadari akan hal ini, mengingat bahwa apa yang kita lakukan ini benar dengan alasan-alasan dan pembelaan pun juga untuk membenarkan yang salah ini, untuk membersihkan yang kotor ini. Namun, jelas bahwa kebencian dan permusuhan adalah jalan kotor yang salah. Kita, dalam bakaran nafsu pementingan diri sendiri yang meluas menjadi kentingan kelompok, agama dan lain-lain, menjadi buta dan lupa bahwa inti ajaran agama kita masing-masing adalah mencari kedamaian dan meninggalkan segala bentuk pertentangan! Dan kita, dengan nafsu kita, bahkan menyeret aga?ma ke dalam kebencian dan permusuhan. Hal inilah yang perlu kita sadari, kita harus membuka mata melihat kenyataan dan berani melihat kesalahan dalam diri sendiri, bukan selalu membuka mata melihat kesalahan orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain. Bagaimana Pendapat mu, Pek 1 Tojin?"
"Siancai ! Saudara-saudaraku penganut Agama To, apakah kalian sudah mendengar semua kebenaran yang keluar dari mulut Hek-bin Hwesio tadi?"
Kalau sudah mendengar dan mengerti,kerjakanlah! Buang semua pertikaian dan permusuhan, lenyapkan kebencian dari daam batin, dan kalau ada persoalan dengan pihak lain, rundingkanlah dengan
damai, dengan musyawarah seperti yang sepatutnya dilakukan orang-orang beragama yang taat kepada ajaran agamanya!"
Setelah berkata demikian kepada para tosu di belakangnya, Pek I Tojin lalu menghadap hwesio muka hitam itu lagi dan berkata, "Hek-bin Hwesio, semua penjelasanmu tentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kefanatikan yang bodoh itu memang tepat sekali. Pinto juga melihat akan kebenaran ini Sayangnya bahwa kita mempunyai suatu penyakit lain, yaitu selain kefanatikan juga kemunafikan.
Kita adalah oran-orang munafik! Ini pun suatu kebodohan besar karena kita tidak sadar bahwa kita adalah orang-orang munafik, selalu berpura-pura, tidak ada kesatuan antara ucapan, pikiran, dan perbuatan! Kita menutupi kekotoran diri dengan bermacam cara. Kekotoran badan kita tertutup dengan pakaian bersih, perbuatan kalau kita ditutupi dengan alasan-alasan bersih, demi ini dan demi itu. Seorang bijaksana tidak akan membiarkan kepicikan pikiran menguasai dirinya, tidak membiarkan si-aku merajalela karena selagi si-aku merajalela, maka segala perbuatan pasti berpamrih demi kepentingan aku. Si-aku ini dapat membesar menjadi milikku, keluargaku, kelompokku, bangsaku, agamaku dan selanjutnya. Seorang bijaksana akan selalu waspada akan si-aku dalam dirinya karena pikiran dan nafsu yang mencipta si-aku itulah satu-satunya musuh berbahaya selama hidupnya. Bukankah demikian keadaannya, sahabatku Hek-bin Hwesio?"
"Omitohud......!" mendengar engkau bicara seperti mendengar hati nurani k.ita sendiri yang bicara, sahabatku Pek I tojin.'
Kakek bermuka hitam itu lalu menoleh kepada para murid Siauw-Iim-pai.
"Saudara-saudaraku dari Siauw-Iim-pai, indahkah kalian mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Pek I Tojin tadi"
Kita harus menyadari bahwa selama kita membiarkan si-aku merajalela, maka hidup kita akan penuh keinginan. Kalau Keinginan-keinginan si-aku dari diri kita masing-masing itu kita kejar dalam pelaksanaan, maka akan terjadi bentrokan antara keinginan-keinginan yang saling bertentangan. Dan bentrokan ini menimbulkan permusuhan, dendam dan kebenci?an.
Apakah kalian sebagai penganut Agama Buddha yang menuntun kita arah jalan terang dan kasih sayang, mau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
membiarkan diri kita bcrlepotan kotoran berupa benci, dendam dan permushhan?"
Thian Gi Hwesio dan para mu Siauw-lim-pai terkejut dan mereka pun menggeleng kepala. Percakapan antara kedua orang sakti itu menggugah kesadaran mereka yang selama ini dibutakan oleh nafsu kemarahan dan dendam.
"Lo-cian-pwe berdua menggugah kesadaran kami,"
demikian Thian Gi Hw sio berkata, suaranya lantang dan tegas, sesuai dengan tubuhnya yang tinggi besar.
"Kami menyadari kesalahan kami dan mulai detik ini akan berusaha kembali ke jalan benar yang terang. Akan tetapi, hendaknya ji-wi Lo-cian-pwe melihat kenyataan bahwa para murid Siauw-lim-pai menuruti bisikan jiwa untuk membela rakyat jelata yang tertindas oleh adanya kerja-paksa sehingga banyak jatuh korban. Apakah menurut Ji wi Lo-cian-pwe (Dua Orang Tua Gagah) kita harus tinggal diam saja melihat betapa rakyat jelata yang sudah serba kekurangan hidupnya itu kini diperas, ditekan dan dijadikan korban kekejaman para petugas" Melihat orang lain menderita dan kita diam berpangku tangan saja bukankah itu merupakan suatu dosa yang besar pula" Apalagi bagi seorang pendekar, pantaskah dia disebut pendekar kalau tidak turun tangan menolong?"
Mendengar ucapan wakil ketua Siauw-iim- pai itu, para murid Siauw-lim-pai mengangguk tanda setuju karena mereka pun menjadi bingung dan sangsi karena ada?nya kenyataan itu. Tiba-tiba tosu jenggot panjang yang pandai menggunakan pedang dan yang tadi menjadi lawan tangguh Thian Gi Hwesio, berseru dengan lantang pula.
"Siancai ,bukan maksud pin-to untuk membantah siapa pun. Pinto dan para murid juga mengerti akan kebenar-kebenaran yang tadi diucapkan oleh dua orang Lo-cian-pwe, akan tetapi, ada kenyataan lain yang membuat kami merasa bingung. Bagaimanapun juga, kita semua adalah orang-orang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berne?gara, dan negara mempunyai pemerintah yang patut dipatuhi dan dibela karena tanda adanya pemerintah, kehidupan rakyat jelata akan menjadi kacau balau rusak, tanpa ada ketertiban lagi. Dan kita melihat betapa usaha pemerintah menggali terusan yang menghubungi Huang-ho dan Yang-ce-kiang adalah suatu usaha yang amat baik, walaupun merupakan pekerjaan besar yang amat sukar dan berat. Kalau usaha itu sudah jadi, maka rakyat pulalah yang akan menikmati hasilnya. Kemudian, kita melihat betapa ada golongan yang menentang kebijaksanaan pemerintah itu.
Kami sebagai rakyat yang baik, tentu tidak mendiamkan hal ini terjadi kami bangkit untuk membantu pemeritah, menentang mereka yang hendak menghalangi pekerjaan besar itu.
Nah,demikianlah keadaannya sehingga timbul bentrokan-bentrokan, maka bagaimaa baiknya, harap Ji-wi Lo-cian-pwe sudi memberi petunjuk kepada kami."
Hek-bin Hwesio dan Pek I Tojin saling pandang, kemudian tiba-tiba keduanya tertawa bergelak.
"Pek I Tojin, apakah engkau melihat kelucuan ini?" tanya Hek-bin Hwesio.
Tosu tua itu mengangguk. "Ya, aku melihatnya. Sama, tapi tidak serupa, serupa, tapi tidak sama!"
"Ha-ha-ha, memang lucu. Beginilah jadinya kalau orang menjadi buta oleh berkilauannya tujuan. Semua tujuan itu baik, semua cita-cita itu baik, tentu saja. Mana ada cita-cita yang buruk" ikan tetapi orang terlalu memperhatikan dan mementingkan tujuannya sehingga tidak melihat lagi apakah pelaksanaan untuk mencapai tujuan itu benar atau tidak!
Para hwesio mempunyai tujuan untuk melindungi rakyat, sebaliknya para to-su juga ingin membela pemerintah demi
Harpa Iblis Jari Sakti 17 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Petualangan Manusia Harimau 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama