Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim Bagian 1
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Junaidi Halim Sumber : http://warbots.multiply.com
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
The Last Guardian (Side Story of The Flarion)
Bab 1. Bayi yang Terpilih
Tahun 115 GD (Guardian End) saat bulan purnama bersinar terang di langit hitam. Bintang?bintang bersinar pucat dan malam berhenti bersuara. Yang terdengar hanyalah tangis seorang bayi berusia 7 bulan. Seorang penyihir tua, keriput dengan wajah menyeramkan dengan kasar membawa sang bayi sambil melangkah lebar dan tergesa?gesa. Sesekali mata hijau sang penyihir memandang wajah manis sang bayi dan hatinya menjadi sangat kesal. ?Mengapa anak ini yang terpilih" Mengapa bukan aku atau saudara?saudaraku"? tanya Zork, The Wizard di dalam hatinya dengan kesal. Zork naik ke atas menara Zerithen, menara terkutuk di mana sihir hitam menjadi jauh lebih berkuasa. Di sana sudah menunggu 4 wizard lainnya dalam sebuah formasi melingkar. The Five Wizard bersaudara telah terkumpul semua.
?Apa yang menahanmu sehingga kami harus menunggu begitu lama, adikku"? Tanya Zoron, Wizard yang tertua dan paling tangguh. Zork tidak menjawab. Zamon, Zenot dan Zargon memandang Zork dengan mata menyelidik. ?Hatimu tidak bahagia karena kekuatan dashyat kegelapan akan dilimpahkan kepada anak ini, bukan"? tanya Zoron lagi,? Ingat, Zork! The Lord of Darkness sendiri yang telah memilih anak ini! Apa kau masih bisa keberatan dengan keputusan Sang Master"? Zork gemetar karena takut mendengar peringatan dari sang kakak.
Tak ada pilihan lain bagi Zork. Maka ia pun menyerahkan bayi itu kepada Zoron dan ikut membentuk lingkaran bersama saudara?saudaranya yang lain. Mereka mengucapkan beberapa mantera untuk memanggil seluruh unsur yang ada. Ke-15 unsur harus hadir di tengah?tengah ritual atau semuanya akan gagal. Ini adalah ritual sihir yang sangat rumit dan beresiko sangat besar. Namun hasilnya akan setimpal yaitu mereka akan memiliki seorang pemimpin baru. Seseorang yang menguasai sihir hitam dengan sempurna, bahkan hampir sama kuatnya dengan Sang Master, Lord of Darkness sendiri. (The fifteen element / Kelimabelas unsur : Api, Air, Es, Angin, Cahaya, Gelap, Tumbuhan, Hewan (anima), Kilat, Asap, Batu, Tanah, Pasir, Logam dan Roh). Setiap Wizard / Mage paling banyak dapat menguasai 5 unsur.
Bab 2. Penyerbuan Pasukan Bangsa Peri menunggu dengan perasaan cemas di dalam Hutan Ger-Alztad, hutan yang terletak tepat di sebelah timur Menara Zerithen. Seorang informan manusia dari Kerajaan Allastar mengatakan kepada Raja Peri, Ric-Agmon untuk melakukan serangan ke Menara Zerithen karena di sana sedang berlangsung ritual untuk mewariskan kekuatan kegelapan terbesar kepada seorang bayi, kekuatan sihir hitam Lord of Darkness sendiri. Ric-Agmon segera mengirimkan pasukan terhebatnya di bawah pimpinan Albrick, Ksatria terhebat Bangsa Peri dengan pedang rembulannya yang terkenal. Albrick yang telah tua dan berumur 348 tahun merupakan salah satu Ksatria Guardian angkatan yang terakhir, karena pada awal tahun zaman GD dimulai, persatuan Guardian dibubarkan. Pada umumnya usia Peri mencapai 400 tahun.
Zaman GD (Guardian End) dimulai semenjak runtuhnya persatuan Guardian ini. Sejak itu setiap Bangsa (manusia, peri, mermaid, mage, kurcaci) berdiri dan berjalan sendiri?sendiri bahkan mulai terpecah?pecah. Sungguh masa yang penuh kekelaman. Namun Albrick sebagai mantan Ksatria Guardian tetap berusaha menjaga perdamaian di antara semua bangsa?bangsa ini. Apalagi setelah kekuatan gelap mulai bangkit kembali di tangan ke-5 Warlock bersaudara. Semua bangsa harus dipersatukan kembali atau musnah disapu Pasukan Kegelapan yang mulai menunjukkan tanda?tanda kebangkitannya. Oleh karena itu, Albrick sangat bahagia ketika mengetahui Bangsa manusia masih bersedia menyatukan kekuatan dengan Bangsa Peri untuk meruntuhkan Menara Zerithen, markas besar Warlock yang terkutuk. Namun hingga kini, Bangsa Manusia belum juga menunjukkan tanda?tanda kehadirannya. Dimanakah mereka"
Cahaya! Cahaya Api berkobar di atas menara. Apakah serangan sudah dimulai" Tetapi Albrick merasakan perasaan bahaya yang semakin mendesak. ?Oh, Tidak!? Desis Albrick terkejut,? The element!? Yah, dugaan Albrick memang tepat. Ritual kegelapan untuk mewariskan kembali kekuatan The Lord of Darkness ke dalam dunia telah dimulai. Hati Albrick menjadi ragu untuk mengambil keputusan. Kekuatan Bangsa Peri tdak cukup kuat untuk memulai suatu penyerangan tanpa bantuan Bangsa manusia. Namun di sisi yang lain, jika Bangsa Peri tidak mulai menyerang maka ada kemungkinan mereka akan terlambat. Ritual dapat selesai kapan saja dan jika kekuatan Sang Master Kegelapan telah berhasil diwariskan maka kehancuran dunia sudah dekat. Keputusan harus tetap diambil. Albrick menghunus pedangnya dan diacungkannya tinggi ?tinggi. ?Maju!? Seru Albrick dan Penyerangan terhadap Menara Zerithen pun dimulai.
Bab 3. Jebakan Menghadang
?Bertahan!? Seru Faith kepada pasukannya,? Gunakan perisaimu dan jangan membalas memanah. Kita harus terus bergerak maju secepat mungkin dan melakukan serangan jarak pendek!? Pasukan Bangsa manusia yang dipimpin Faith mematuhi perintah atasannya dan mereka bergerak maju. Pasukan Tengkorak terus menghujani mereka dengan anak panah yang melesat dengan rapat. Faith berlari maju sendirian menerobos ke depan dengan gagah berani dan jubah tempurnya bersinar seterang matahari, sangat menyilaukan. Pasukan Tengkorak tidak lagi dapat membidik dengan jelas. Jubah Faith terlalu terang dan mereka terpaksa mengambil langkah mundur untuk mencari posisi menyerang yang lebih baik. Namun Sebuah Tinju cahaya menghentikan Para Tengkorak itu.
Faith meluncurkan tinju?tinjunya yang secepat kilat. Tak satu tengkorak pun yang mampu bertahan menghadapi tinju legendaris dari Faith, mantan Guardian dari angkatan terakhir sebelum Persatuan Guardian dibubarkan. Pasukan Tengkorak berusaha membalas dengan pedang. Jika tidak bisa melancarkan serangan jarak jauh, setidaknya mereka masih bisa bertempur jarak dekat tetapi menghadapi Faith semuanya menjadi sia?sia. The Faith Armor! Jubah tempur Faith bahkan sanggup menahan halilintar sekalipun. Serangan fisik Para Tengkorak tidak berarti sama sekali melawan ketangguhan Ksatria ini. Faith yang mempunyai darah campuran Peri?Manusia yang umurnya kini telah mencapai 148 tahun. Karena darah Peri yang mengalir di tubuhnya membuat hidupnya lebih panjang dibanding manusia lainnya yang umumnya hanya mencapai usia 100 tahun.
Faith terus melakukan serangan hingga pasukannya sendiri tiba dan mulai ikutan dalam pertempuran. Maka perlawanan Bangsa Tengkorak dapat dipatahkan tak lama kemudian. Penghadangan! Serangan yang dilakukan Pasukan tengkorak hanya untuk memperlambat mereka. Faith menyadari bahwa mereka sudah terlambat dari perjanjian yang dibuat. Muncul ketakutan dalam hatinya. Apakah Bangsa Peri masih tetap setia menunggu atau jangan?jangan mereka memilih untuk mundur dan kembali ke Kerajaannya. Jika itu yang terjadi maka hilang sudah harapan Bangsa Manusia dan Peri untuk bersatu dan mencegah Kekuatan Kegelapan untuk bangkit. Faith tahu ia harus segera tiba di tujuan.
Bab 4. Pertempuran di Menara Zerithen
Pasukan Manusia Kelalawar (Vampir) menyerang dari udara. Mereka adalah Pasukan yang haus akan darah dan tidak pernah menyerah. Belum lagi pasukan Tengkorak yang muncul dari dalam Menara Zerithen. Kedua Pasukan ini menjaga ketat Menara Zerithen dan tidak membiarkan satu peri pun lolos untuk menghentikan ritual yang dilakukan ke-5 Warlock.
?Maju terus! Kita harus segera mencapai puncak menara atau semua Bangsa kita akan musnah di tangan Pasukan Kegelapan!? Seru Albrick sambil mengayunkan pedang Rembulannya. Tiap tebasan memancarkan aura dingin yang luar biasa dan membuat lawan yang berada di dekatnya nyaris tidak bisa bergerak, membeku. Pasukan Peri menyerang dengan gencar sambil membawa pendobrak. Mereka berencana mendobrak pintu gerbang menara namun tentu saja Pasukan Tengkorak maupun Vampir tidak membiarkannya begitu saja.
Albrick dan Pasukan Peri berhasil menghabisi seluruh Pasukan Tengkorak dan Vampir yang berada di luar menara namun ia belum juga berhasil menerobos masuk. Pasukan Tengkorak dan Vampir memilih bertahan di dalam menara sambil terus meluncurkan anak panah ke arah Pasukan Peri. Sudah banyak Peri yang gugur dalam pertempuran dan sepertinya kesempatan untuk mendobrak masuk menjadi semakin kecil. Gerbang Manara Zerithen begitu kokoh.
?Manusia! Pasukan Manusia telah tiba!? Seru seorang prajurit peri.
?Akhirnya! Akhirnya mereka tiba,? Albrick berkata lega.
Faith dan pasukannya maju tanpa membuang waktu lagi. Jubah tempur Faith bersinar kembali dan menyilaukan pasukan pemanah dari atas gerbang. Semangat tempur Pasukan Peri kembali lagi. ?Semuanya menjauh dari pintu gerbang!? seru Faith tiba?tiba sambil mengumpulkan kekuatan dashyatnya dan ?Iron Fist!? Seru Faith. Sebuah cahaya besar melesat dari tinju Faith dan menghancurkan pintu gerbang hingga berkeping?keping. Pasukan Peri dan Manusia segera melesat masuk. Faith jatuh berlutut sambil memegang tinjunya yang gemetar, kelelahan setelah mengeluarkan energi yang sedemikian besar.
Albrick menghampiri Faith sambil mengulurkan tangannya. ?Hai, sobat. Kau tahu, aku beruntung menemuimu di sini sebagai sekutu dan bukan lawan,? Kata Albrick sambil tersenyum. Faith membalas tersenyum dan menyambut uluran tangan Albrick. Maka keduanya segera bertempur berdampingan. Makhluk mana yang begitu berani menghadapi keduanya" Kedua mantan Ksatria Guardian bertarung bersama di Menara Zerithen.
Bab 5. Dua melawan Lima Singkat cerita. Faith dan Albrick segera menerobos naik hingga ke puncak menara. Pasukan Tengkorak maupun Vampir tidak dapat menghentikan Pedang Rembulan Albrick maupun menahan Jubah Tempur Faith. Mereka berhasil naik terus, terus dan akhirnya berhadapan dengan ke-5 warlock yang masih sibuk melakukan ritual. ?Ice Crasher!? Seru Albrick seketika dan dari pedangnya aura dingin menyerang dengan dashyat. Zoron, warlock yang tertua dan paling sakti dari kelimanya segera membentuk perisai emas untuk menghalangi aura dingin membekukan para warlock dan sang bayi. Zamon segera membantu saudaranya dan menyemburkan api kepada Albrick. Kini giliran Faith yang maju dan memblokir api tersebut dengan cahaya dari jubah tempurnya. Zork melontarkan kilat kepada Faith yang diiringi dengan Zenot yang melontarkan cahaya kutukan dan Zargon yang melontarkan asap beracun. Namun Jubah Faith menunjukkan kekuatannya yang legendaris. Semua magic yang dilontarkan para warlock tidak dapat menembus perisai cahaya yang terpancar oleh jubah tempur Faith, jubah yang dibuat dari besi suci para dewa.
Kini giliran Faith yang maju menyerang. Ia mengepalkan tinjunya dan berlari mendekat ke arah para warlock. Faith tahu tinju cahaya jarak jauhnya dapat ditangkal oleh ilmu sihir para warlock tetapi tidak dengan serangan fisik jarak dekat sementara sihir warlock tidak dapat melukai dirinya sedikit pun selama ia memakai jubah tempurnya. Faith jauh lebih unggul dibanding warlock manapun dalam pertarungan fisik.
Para Warlock berhamburan melarikan diri meninggalkan formasi agar terhindar dari pukulan Faith. Ritual pun berhasil dibatalkan. Zoron segera melarikan diri sambil membawa sang bayi yang terus menangis dalam gendongannya. Tetapi sebuah tinju menghentikannya untuk melangkah lebih jauh lagi. Faith dengan telak memukul dadanya dan darah hitam berbau busuk tersembur dari mulut Zoron. Keempat warlock yang lainpun tidak luput dari pukulan Faith dan terkapar tak berdaya. Hanya Zoron yang masih sanggup untuk berdiri sambil bersandar pada dinding tepi menara.
?Serahkan anak itu kepadaku, penyihir busuk atau kudorong kau hingga jatuh dari menara!? Ancam Faith dengan tegas.
Zoron hanya tersenyum sinis. ?Bayi ini adalah milik kegelapan, Faith! Sang Master sendiri yang telah memilihnya. Kau tahu itu, Lord of Darkness sendiri yang memilihnya!? Zoron menggendong bayi itu semakin erat.
?Kubilang serahkan anakku, Zoron! Kuperingatkan kau!? Teriak Faith marah.
Zoron tertawa dengan lantang. Dia mengangkat bayi itu tinggi?tinggi dan melemparkannya ke bawah dari atas menara Zerithen.
?Tidakkk!!!!? Seru Faith marah dan segera lompat menyusul bayi tersebut. Faith berhasil menggapainya. Ia memeluknya. Ia jatuh ke tanah. Suara benturan keras terdengar hingga ke atas menara Zerithen.
Bab 6. Rahasia Ayah dan Anak
Faith berusaha menggerakkan jarinya dengan susah payah. Tangis bayi di dalam pelukannya terdengar semakin keras. Tubuhnya! Tubuhnya terasa begitu kaku dan sulit digerakkan. Ia masih hidup. Ia masih hidup karena jubah tempurnya meredam sebagian besar benturan saat ia jatuh menghantam tanah, namun Faith tetap terluka parah. Ia berusaha untuk bangkit. Pertarungan masih terus berlanjut di atas menara. Ia dapat mendengar suara kutukan dan mantera terucap juga dentingan senjata yang beradu dengan gaduh. Sepertinya pasukan peri dan manusia telah mencapai atap menara. Faith berjalan menuju ke dalam hutan dengan tertatih?tatih, menjauhi medan pertempuran sambil menggendong sang bayi. Pandangan Faith semakin buram dan ia pun terjatuh tak sadarkan diri.
Suara langkah kaki terdengar. Faith tersadar dan segera menyiapkan diri untuk bertarung kembali. ?Faith, kau tidak apa?apa" Tanya Albrick. Ternyata Albrick yang datang menghampirinya. Tubuh Albrick penuh dengan luka. Tampaknya pertarungan dengan para warlock tidak begitu mudah.
?Apa kau berhasil menghabisi mereka semua" Apakah para Warlock itu berhasil dimusnahkan"? Tanya Faith.
Albrick menundukkan kepalanya,? Maaf, saudaraku. Mereka berhasil meloloskan diri. Kelimanya berhasil meloloskan diri. Ada kekuatan lain yang membantu mereka untuk melarikan diri dari padaku. Kekuatan sihir yang dashyat.?
?Sayang sekali,? desah Faith sambil menggelengkan kepalanya,? Padahal tinggal sedikit lagi.?
Albrick menelan ludahnya dengan berat dan dengan lirih berkata,? Faith, bahaya masih belum berlalu, sahabat. Kekuatan gelap masih dapat diwariskan kepada ?Sang Terpilih?. Para Warlock masih hidup semuanya dan jika mereka kembali mendapatkan bayi itu maka siapa yang dapat menjamin kekuatan kegelapan tidak kembali muncul di dunia ini" Faith, kumohon bayi itu harus harus dibunuh.?
Keringat Faith menetes dan tubuhnya bergetar panik,? Albrick, bayi ini kau tahu bayi ini adalah anakku sendiri. Bagaimana mungkin aku dapat membunuhnya atau membiarkannya terbunuh" Tidak. Albrick, pasti ada cara lain!?
?Faith, kumohon. Hanya ini satu?satunya jalan. Berkorbanlah demi kita semua, Faith. Demi Bangsamu juga!? Albrick terus memohon.
?Diam! Mudah bagimu berbicara seperti itu! Ini adalah anakku. Darah dagingku sendiri! Kukira kita adalah sahabat. Betapa teganya kau berkata seperti itu!? Seru Faith dengan marah.
?Kau adalah temanku, Faith dan akan selalu seperti itu. Tetapi aku tetap seorang Ksatria Peri dan aku harus menjamin keselamatan bangsaku sendiri, walau jika itu berarti aku harus bertempur dengan teman baikku dan mengambil bayi itu secara paksa!? Seru Albrick tegas.
?Maaf, sobat. Maaf, jika akhirnya harus menjadi seperti ini,? Kata Faith dengan pelan.
Bab 7. Pertarungan 2 Sahabat
Albrick segera menghantamkan Pedang Rembulan ke tanah dan seketika itu aura dingin menyerang Faith dari dalam tanah. Tetapi Faith bukan Ksatria yang tidak berpengalaman. Ia dengan mudah melompat ke atas dan menghindari serangan Albrick sementara tangan kanannya melancarkan serangan tinju cahaya nya dan tangan kirinya tetap menggendong anaknya. Pohon?pohon di belakang Albrick tumbang dihantam tinju cahaya yang dashyat namun Albrick tetap berdiri tegap. Tinju cahaya seakan?akan menembus tubuh Albrick tanpa melukainya sedikit pun. Bayangan! Jurus Bayangan! Tinju Faith hanya mengenai bayangan Albrick sementara Albrick yang sesungguhnya dapat berada di mana saja.
Aura dingin menyerang dari belakang Faith dengan kecepatan luar biasa. Faith tidak dapat menghindar lagi. Ia segera berlutut sambil mendekap anaknya yang masih bayi. Tangis bayi itu semakin lemah dan tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Aura dingin Pedang Rembulan Albrick telah membuat arena pertarungan dipenuhi dengan es. Hanya Faith yang mengenakan Jubah Tempur beserta anaknya yang terus berada dalam dekapan ayahnya yang tidak membeku. Namun walau begitu sang bayi tetap kedinginan terkena aura Pedang Legendaris Peri tersebut. Jubah Tempur Faith tidak dapat melindunginya secara langsung. Faith memandang wajah sang anak yang kedinginan dengan penuh kasih dan mulai membelainya dengan lembut. Tiba?tiba Jubah Tempur Faith berubah menjadi cahaya yang luar biasa terang dan berpindah menyelimuti tubuh sang bayi. Faith, The Holy Iron menanggalkan jubah tempurnya dan mewariskannya kepada Sang Anak.
?Kau Gila, Faith! Kau mewariskan Sang Bayi Kegelapan Jubah Tempurmu" Kau akan membuat kekuatan gelap menjadi semakin kuat!? Albrick protes tidak percaya kepada penglihatannya sendiri,? Sekarang lihatlah dirimu! Tanpa Jubah pelindung" Kau menjadi sama lemahnya dengan orang yang sudah sekarat.?
?Kau tahu apa yang membedakan kita berdua, Albrick"? Tanya Faith dengan lirih,? Bedanya adalah kau tidak tahu betapa pentingnya kasih seorang ayah kepada anaknya. Bedanya adalah kau tidak tahu betapa dashyatnya sebuah harapan. Semua orang menyebut dan lebih mengenal aku sebagai Faith bukan The Holy Iron karena kekuatanku bukan berasal dari Jubah Tempur tetapi dari keyakinanku!? Faith meletakkan anaknya di tanah dan berdiri dengan tegap menantang Albrick kembali.
?Kita lihat seberapa dashyatnya kau tanpa jubah tempurmu!? Seru Albrick sambil menyerang dengan jurus bayangan. Ia berpindah dengan cepat dari satu tempat ke tempat lain dan meninggalakan bayangan di mana?mana. Tempat itu menjadi dipenuhi dengan bayangan. Di sekeliling Faith ada belasan bayangan Albrick yang mengepungnya rapat dan Faith tidak tahu mana di antaranya yang bukan bayangan. Namun Faith diam tidak bergerak seperti patung batu yang kokoh.
Albrick menyerang dengan kecepatan kilat dari arah kanan. Pedangnya terangkat tinggi. Namun di luar dugaan Faith segera membalikkan tubuhnya ke kanan dan menahan Ujung Pedang rembulan dengan tangan kiri sementara tangan kanannya meluncurkan pukulan yang sangat keras ke jantung Albrick. Albrick melepaskan pedangnya dan terbang melayang jauh ke udara sambil menyemburkan darah dari mulutnya sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras. Albrick berusaha bangkit kembali tetapi tubuhnya terasa lemah dan lututnya gemetar. Ia melihat Faith mendekati dirinya sambil menggenggam pangkal Pedang Rembulan dengan tangan kanannya. Tangan kiri Faith banyak mengeluarkan darah dan membeku. Albrick tahu dirinya telah kalah.
Bab 8. Tewasnya Ksatria Guardian Terakhir
Faith melemparkan pedang itu ke hadapan Albrick. Albrick mengambil pedangnya kembali dengan ragu. Ia menatap Faith dan menemukan matanya yang menyimpan kesedihan yang luar biasa.
Albrick juga dapat merasakan kesedihan yang sama. Dua Ksatria Guardian yang pada awalnya bersahabat, kini harus saling berhadapan sebagai musuh. Sungguh sangat menyakitkan harus menerima kenyataan ini. Tiba?tiba mata Faith terbelalak dan ia pun maju dengan kecepatan kilat sambil mengacungkan tinjunya. Albrick yang terkejut secara spontan segera mengarahkan pedangnya ke arah Faith.
Darah segar pun menyembur dari perut Faith. Albrick menancapkan pedangnya di sana dan sebuah raungan keras terdengar di belakang Albrick. Albrick membalikkan tubuhnya dan melihat sebuah Tengkorak besar membawa pedang besar sedang mengaduh kesakitan. Tengkoraknya retak akibat pukulan tinju Faith. Albrick segera menghampiri sahabatnya, Faith yang terbaring sekarat dan mengeluarkan banyak darah. Faith menarik Pedang Rembulan dari perutnya sendiri dan kembali memberikannya kepada Albrick sembari berkata,? Anak itu, kumohon selamatkan nyawa anakku, kawan.?
Albrick meneteskan air mata menyaksikan sahabatnya yang sekarat. Sekarat karena disebabkan olehnya sendiri. Tiba?tiba Faith mendorong Albrick dan menerjang ke depan dengan sisa?sisa kekuatan hidupnya sambil berteriak,? Lari! Larilah, Albrick!? Faith menerjang Tengkorak besar yang bermaksud menyerang Albrick dari belakang untuk kedua kalinya. Faith terus memeluk Tengkorak itu dan tidak mau melepaskannya, walau tengkorak itu mulai mengeluarkan asap dari tubuhnya dan tak lama kemudian api pun menyembur dari dalam tubuh Sang Tengkorak. Faith ikut terbakar bersamanya.
Albrick segera mengambil sang bayi dan berlari menjauh. Albrick mengenali Tengkorak besar itu. Namanya adalah Kullnor, The Hellstar. Makhluk yang terkutuk oleh api neraka di sekujur tubuhnya. Albrick tidak takut terhadap Kullnor seorang tetapi Albrick tahu bahwa Kullnor pasti bersama dengan ratusan Pasukan Tengkorak lainnya, karena dia adalah satu dari 5 Kapten dari Bangsa Tengkorak yang kejam. ?Bayi ini tidak boleh jatuh ke tangan Pasukan Kegelapan!? Seru batin Albrick.
?Master Albrick!? seru seorang Kepala Regu Prajurit Peri,? Kami mencarimu kemana?mana. Apa yang..?
?Dengar!? Potong Albrick terengah?engah,? Pasukan Tengkorak menuju kemari. Aku tidak tahu berapa jumlahnya tetapi pemimpinnya adalah Kullnor. Aku tidak mungkin menang dalam keadaan seperti ini. Maka kau harus segera mengatur pasukan untuk kembali ke Kerajaan Peri! ?Tapi Master Albrick, mengapa tidak kau sendiri yang memerintahkan hal ini secara langsung" Mengapa harus melalui perantaraanku" Bagaimana jika mereka semua tidak percaya kepadaku yang hanya kepala regu pemimpin dari 25 prajurit"? Tanya si Kepala Regu dengan bertubi?tubi.
?Aku masih ada tugas lain. Ada pesan terakhir seorang sahabat yang belum dapat kupenuhi,? Jawab Albrick sembari menyodorkan Pedang Rembulannya,? Ambil pedangku! Dengan pedang ini kau dapat memerintah seluruh Pasukan Peri. Mereka pasti akan percaya. Siapa namamu"?
?Elrica, namaku Elrica,? Jawab si Peri muda itu.
?Elrica, mulai saat ini kau adalah pewaris dari Pedang Rembulan! Selalu carilah kebenaran dan belajarlah yang tekun untuk menjadi lebih bijaksana. Aku yakin suatu saat kau akan menjadi pemimpin yang luar biasa. Aku hanya punya satu permintaan kepadamu. Jika aku tidak berhasil kembali ke kerajaan peri, aku mau kau berjanji untuk merawat anakku yang bernama Flivia. Rawatlah di seperti adikmu sendiri. Apa kau berjanji, anak muda"?
?Ya, aku berjanji, Master Albrick,? Jawab Elrica.
Albrick pun pergi meninggalkan Elrica sambil membawa anak Faith dalam gendongannya. Ia terus berlari dan berlari, sejauh mungkin dari kejaran Pasukan Tengkorak. Berhari?hari Albrick terus berlari tanpa istirahat dan lukanya terus memburuk dari hari ke hari. Namun perasaan Ksatrianya mengatakan bahwa musuh masih terus mengejar dan jika ia berhenti maka nyawa sang bayi akan terancam.
Albrick melihat seorang pengemis di pintu gerbang sebuah kota. Dengan terengah?engah kehabisan nafas dan pandangan yang berkungan?kunang ia mendekati pengemis itu. Albrick menyodorkan anak Faith ke pangkuan si pengemis. Manusia tua yang sedang mengemis itu terkejut dengan kelakuan Albrick namun hatinya tersentuh ketika melihat wajah tampan sang bayi yang sedang terlelap menggigil kedinginan. Sang pengemis menyangka bahwa Albrick adalah pelarian yang tidak sanggup merawat anaknya sendiri dan bermaksud memberikannya kepada orang lain.
?Siapa nama bayi ini"? Tanya si pengemis.
Albrick tidak tahu namanya namun ia berusaha menjelaskan bahwa ayah dari anak ini adalah Ksatria Bangsa Manusia terkenal yang bernama Faith, The Holy Iron. Kondisi Albrick yang sekarat dan lelah menyebabkan ia menjadi sulit berbicara. Lidahnya terasa kelu dan berat sehingga kata?kata yang keluar dari mulutnya hanya 2 kata lirih yang tidak jelas,? Faith... Iron...? Albrick mendengar bunyi langkah kaki di kejauhan. Pasukan musuh telah mendekat maka Albrick memutuskan segera melarikan diri menjauhi si pengemis yang berteriak memanggilnya. Albrick hanya berharap pasukan musuh terus mengejarnya tanpa menyangka bahwa sang bayi terpilih telah diserahkan ke tangan orang lain.
Sang pengemis memandang sang bayi yang kedinginan dengan terheran?heran. Ia berusaha mencerna perkataan Albrick yang tidak jelas mengenai nama bayi tersebut. ?fey".. Ion" Apa maksudnya"? gumam sang pengemis hingga dia melihat seseorang sedang menempa pedang di atas bara api, tidak jauh dari tempatnya mengemis dan pikirannya pun terbuka. ?Flare (api) ... Iron (besi), yah, namamu adalah Flarion!? Seru si pengemis kegirangan.
Keesokan harinya Bangsa Peri berduka karena Albrick, Sang Ksatria pemberani Bangsa Peri telah tewas dibunuh oleh Kullnor dan pasukannya di sebuah hutan di dekat sebuah kota.. kota yang bernama Venetta.
The End Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Prologue Flinch terbangun. Astaga! Suara jeritan terdengar jelas oleh telinga tuanya. ?Negeri Bangsa Mage telah diserang, pikir Flinch, tapi siapa yang begitu berani menantang kekuatan para penyihir" Sungguh tak masuk di akal. Flinch segera bangkit, meraih tongkatnya dan bergegas keluar dari rumahnya.
?TIDAK! raung Flinch tua, melihat negerinya telah terbakar habis. Malam tanpa bulan menjadi terang benderang oleh api yang membara. Hanya ada seorang wanita buruk rupa memegang tongkat hijau yang menyala. Flinch menyiagakan tongkat sihirnya. Tapi ia ragu untuk menyerang. Rasanya ia mengenali wanita itu.
?Garanox, muridku, kaukah itu" Syukurlah kau tidak apa apa, Flinch menurunkan tongkat sihirnya, ?Ada apa dengan wajahmu" Kutukan apa yang merusak wajah cantikmu" Siapa yang melakukan semua ini, Garanox" Flinch menatap heran murid kesayangannya. Garanox tersenyum lalu mulai tertawa, tawa yang kejam dan kasar, tawa seorang pria. Mata Flinch membesar saat memandang tongkat di genggaman muridnya. ?Darkness Scepter, desis Flinch Tidak! Jangan Kau, Garanox! Tidak mungkin kau!!! Flinch mengarahkan tongkatnya ke jantung Garanox dan mengucapkan mantera. Tapi sinar hijau itu terlebih dahulu menghantam tubuhnya, Flinch terjatuh dan semuanya menjadi gelap. ?Kenapa, Garanox" Kau kau murid pengkhianat, rintih Flinch di saat ? saat terakhirnya.
Garanox berbisik di telinga gurunya, sesuai harapanmu, Guru, kini aku adalah Mage terkuat di dunia terkutuk ini. Setelah Sang Master dibebaskan, maka aku akan menjadi tangan kanannya, lalu siapa lagi yang bisa mengalahkan aku" Garanox tertawa di tangah kematian bangsanya sendiri, ?Aku butuh lebih banyak kekuatan Magic untuk membebaskan Sang Master! Garanox terus tertawa.
Tahun 127 GD, Flinch pemimpin Bangsa Mage yang kuat meninggal dalam pengkhianatan muridnya sendiri dan Bangsa Mage pun telah jatuh. Kegelapan kembali muncul di dunia dan mencoba untuk bangkit sekali lagi.
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Bab 1. Tim Pencuri Roti ?Hentikan mereka! seru seorang koki gendut sambil berlari mengejar beberapa remaja berumur 14-17 tahun dengan sebuah sendok besar di tangan. Sendok itu diayun-ayunkan seperti sebilah pedang. Tapi sang koki tidak mungkin bisa mengejar remaja-remaja tersebut, bahkan di kota kecil Venetta tidak ada seorang pun yang pernah berhasil menangkap mereka. Pada akhirnya sang koki pun berhenti berlari karena kelelahan dan terduduk di tepi jalan. Suatu kemenangan lagi untuk ?Tim Pencuri Roti, demikianlah kumpulan remaja tersebut menyebut diri mereka.
Tim pencuri roti dibentuk oleh Flarion yang kini menjadi sang pemimpin dari tim kecil ini. Flarion adalah salah satu anak gelandangan yang pada awalnya tinggal di taman kota. Namun karena dianggap merusak pemandangan kota Venetta maka penduduk mengusir Flarion beserta para gelandangan kecil lainnya, memaksa Flarion dan yang lainnya untuk tinggal di tepi Hutan. Siapa yang peduli pada para gelandangan" Siapa yang peduli jika mereka dimangsa binatang buas atau mati kedinginan" Flarion pun tidak dapat lagi mengemis di tepi jalan Venetta pada musim dingin, ketika hutan tidak lagi memberikan makanan. Maka tak ada pilihan lain, mencuri adalah satu-satunya jalan. Maka terbentuklah Tim Pencuri Roti yang selalu mencuri roti di Venetta setiap musim dingin.
Mengapa roti" Mengapa bukan buah, kue, manisan atau permen" Makanan yang sangat disukai oleh remaja seumur mereka. Tentu saja karena roti ringan dan mudah dibawa dalam jumlah besar. Roti juga mudah dibagi dan membuat kenyang walaupun rasanya tawar karena mereka tidak punya gula atau selai sebagai pelengkap. Tapi untuk kenyang, hanya itulah alasan mereka mencuri, bukan" Hanya untuk itu.... hanya untuk itu mereka berlatih berlari cepat, bergerak gesit dan terorganisir saat memasuki gudang roti agar mereka bisa tetap mencuri dan tidak tertangkap. Tim pencuri roti harus tetap mencuri agar seluruh gelandangan kecil di tepi hutan dapat tetap hidup melewati musim dingin.
Bab 2. Kegagalan Adalah Tanggung Jawab Pemimpin
Kejar mereka! Jangan biarkan mereka lolos! Mereka ke arah sana! Teriakan-teriakan itu terdengar lagi di kota Venetta. Tim Pencuri Roti sedang beraksi, tak terkejar, tak terkalahkan. Para penjaga kota pun tidak dapat mengejar mereka apalagi sampai menangkapnya. Tapi malam ini berbeda, hal yang sungguh tidak pernah diduga oleh tim kecil ini. Tommy, anggota tim paling muda dengan ceroboh menjatuhkan roti curiannya. Roti itu berceceran di jalan dan ia pun berhenti sesaat sambil menatap roti - roti yang dijatuhkannya. ?Lari! Tetap berlari! Perintah Flarion. Tapi Tommy tidak bergeming bahkan mulai mengumpulkan kembali roti ? roti yang tercecer itu sementara para pengejar semakin dekat.
?Celaka! Flarion tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Ia tak mungkin meninggalkan Tommy di sana, tapi ia juga tahu mereka berdua pasti akan tertangkap jika ia tidak terus berlari. Di antara kebimbangan, Flarion tiba ? tiba berhenti dan berbalik. ?Ini tanggung jawabku! Batin Flarion berteriak. Flarion segera menarik tangan Tommy dan berlari bersamanya. ?Lari! Lari sekarang! Ini perintah, dasar bodoh! teriak Flarion kepada Tommy. Tommy tidak sempat membantah karena tepat di belakang Flarion para pengejar sudah berhasil menyusul mereka.
?Tetap berlari, Tommy! seru Flarion yang tiba ? tiba melepaskan tangan nya dari Tommy dan berbalik ke belakang. Flarion segera menerjang para pengejar dan menghalangi mereka agar Tommy sempat berlari menjauh. Suara terakhir yang terdengar oleh Flarion adalah derap langkah kaki Tommy yang semakin menjauh sebelum sebuah tongkat kayu menghantam kepalanya dengan keras dan ia pun pingsan.
Gelap sekali ruangan ini. Begitu Gelap dan dingin di penjara Venetta. Jika tidak salah sudah 2 hari Flarion di sana. Kepalanya yang luka belum juga diobati sementara tubuhnya kini juga penuh cambukan dari para penjaga karena ia tidak mau mengatakan di mana teman ? temannya bersembunyi. ?Tim pencuri roti tidak boleh tertangkap,batin Flarion. Bagaimana nasib gelandangan kecil lain jika tidak ada lagi roti untuk dimakan. Flarion berusaha memejamkan matanya akibat pusing yang tak tertahankan dan darah terus menetes.. tetes demi tetes... Flarion kembali pingsan.
Bab 3. Indahnya Pengampunan Dan Kasih Sayang
?Bau harum apakah ini" Apakah aku sudah berada di surga" pikir Flarion, Rasanya aku kenal bau ini... yah, ini bau roti bakar!Flarion segera membuka matanya dan terkejut luar biasa. Sungguh tak dapat dipercaya, ia berada di atas ranjang yang empuk, dalam kamar yang bersih dan disinari matahari pagi... kamar yang bahkan tidak pernah berani diimpikan untuk dimiliki oleh gelandangan manapun seperti dirinya. Flarion lebih tidak percaya lagi, di sebelahnya telah disediakan roti bakar dalam jumlah besar dilapisi selai coklat, keju dan irisan daging juga ada segelas besar susu. ?Jadi aku benar berada di surga! Seru Flarion.
Flarion berusaha untuk bangkit tetapi tubuhnya masih terasa sakit. Ia baru menyadari bahwa pakaian nya telah diganti dan tubuhnya penuh balutan. Flarion sadar bahwa ternyata Ia tidak berada di surga, tapi seseorang telah mengeluarkannya dari penjara dan merawat lukanya. Tapi siapa" Tidak mungkin teman ? temannya, Tim Pencuri Roti. Mereka tidak mungkin punya kamar seperti ini. Lalu Ia berada di mana" Tiba ? tiba pintu terbuka dan masuklah seorang wanita setengah baya dan seorang koki. Koki"!! Yah, dia itu koki yang selalu memburu Flarion dan teman ? teman nya karena mencuri roti di tokonya. Flarion segera menyadari Ia berada di rumah musuh.
?Kau, Koki Busuk! Apa yang mau kalian lakukan padaku" Teriak Flarion.
?Dasar Anak Kurang Ajar! Teriak si koki, Jika bukan karena Nyonya kami, kau masih ada di penjara dan membusuk di sana, pencuri laknat!
Nyonya itu segera memberi tanda kepada kokinya agar diam lalu ia mendekati Flarion dan bertanya dengan lembut,Apakah luka mu sudah sembuh" Maaf, aku terlambat mengeluarkanmu dari penjara sehingga kau harus disiksa seperti ini. Jika kau butuh sesuatu, katakanlah padaku, aku akan berusaha membantumu. Nyonya itu terus berbicara dan menghibur Flarion sementara tangannya sibuk mengganti balutan di tubuh Flarion dan mengobati luka ? lukanya. Flarion terus diam dan tidak bisa lagi berpikir. Apa yang telah terjadi" Apakah nyonya ini tidak tahu bahwa dialah yang selama ini telah mencuri roti di tokonya" Lalu kenapa pencuri seperti dirinya malah dibebaskan bahkan dirawat seperti anak sendiri" Apakah ini mimpi" Ini semua tidak masuk akal! Sungguh tidak masuk akal!
?Kau tidak apa ? apa, nak" tanya nyonya itu lagi,Apa kau lapar" Nyonya itu segera menyodorkan roti dan susu itu ke hadapan Flarion dan membantunya untuk makan. Flarion tidak bisa berkata kata lagi selain meneteskan air mata. Inikah kasih sayang dan pengampunan" Rasanya lebih indah daripada surga. Sungguh lebih indah...
Bab 4. Tim Toko Roti Sekarang Flarion dan teman-teman nya tidak lagi menjadi pencuri roti. Ia memutuskan untuk bekerja pada Nyonya pemilik toko roti. Sebagai imbalannya, mereka mendapat tempat tinggal dan roti untuk makanan mereka juga sedikit uang saku. Flarion bekerja lebih giat daripada yang lain sehingga toko roti itu pun berkembang luar biasa. Roti menjadi sangat digemari di venetta dan setiap hari pesanan roti selalu menumpuk dan tidak jarang mereka harus buka hingga malam hari, terus melayani pelanggan tanpa henti. Sebuah sukses besar bagi Tim Toko Roti.
Namun sukses itu kadang merepotkan juga. Pesanan semakin hari semakin banyak tetapi persediaan bahan baku mereka terbatas. Gandum, bahan dasar roti pun dengan cepat menipis dan tidak bisa memenuhi permintaan semua pelanggan. Tidak sedikit pelanggan yang kecewa dan menjadi kesal karena tidak dapat menikmati roti yang terkenal enak di seluruh Venetta. Sementara Ladang gandum pun tidak bisa lagi menyediakan kebutuhan untuk roti dalam jumlah besar seperti yang diinginkan para pelanggan. Satu ? satunya cara adalah membeli gandum dari kota lain.
Leordas, adalah kota perdagangan yang besar, kota dagang terdekat dari Venetta. Di sanalah gandum bisa dibeli dengan harga pasar yang murah. Jarak ke kota Leordas diperkirakan 3 hari 3 malam dengan menunggang kereta kuda. Dan tentu saja yang harus pergi ke sana adalah Flarion, yang kini telah menjadi seorang pemuda kesayangan nyonya. Si Koki dan yang lainnya tetap harus tetap tinggal melayani pelanggan. Flarion adalah pemuda paling kuat untuk mengangkut gandum dibanding yang lain dan paling pandai mengendalikan kereta kuda, sehingga jelas Flarion adalah utusan paling tepat menuju ke Leordas. Maka pagi ? pagi benar berangkatlah Flarion ke kota Leordas untuk membeli gandum.
Bab 5. Hancurnya Sebuah Harapan
Ini adalah hari ke-6 semenjak Flarion meninggalkan Venetta. Seharusnya siang ini ia telah sampai kembali ke rumahnya di Venetta. Tetapi Puluhan karung Gandum telah membuat gerak kereta kuda menjadi lebih lambat. Sepertinya baru esok pagi ia dapat tiba di Venetta. Flarion sudah rindu dengan rumah, roti yang lezat, teman-temannya dan tentu saja Nyonya toko roti yang sudah dianggap ibu kandungnya sendiri. ?Aku akan segera pulang, Gumam Flarion.
Flarion semakin mendekat ke kota. Ternyata ia tiba lebih lambat dari dugaannya semula. Hari mulai menjelang siang dan ia baru tiba di tepi hutan di dekat Venetta. Tepi hutan tempat di mana ia mendirikan markas Tim Pencuri Roti. Kenangan suram yang tidak ingin diingat lagi olehnya. Sekarang ia punya harapan dan masa depan yang indah bersama nyonya dan toko rotinya. Tapi lamunan Flarion segera buyar sama cepat dengan kedatangannya. Asap tebal mengepul di atas kota Venetta. Pasti telah terjadi kebakaran hebat di sana. Flarion segera teringat Nyonya dan teman temannya, rasa kuatir semakin menekan hati kecilnya. Tanpa buang waktu, Flarion memacu kereta kudanya secepat yang ia bisa. Firasatnya mengatakan sesuatu yang sangat buruk telah terjadi di Venetta.
Pintu Gerbang telah hancur dan mayat penjaga kota berserakan. Kota Venetta tidak terbakar tetapi telah dibakar. Siapa yang melakukan ini" Para perampok, monster atau naga" Flarion segera meninggalkan kereta kudanya dan berlari menuju toko roti. Ia berteriak sepanjang jalan dan rasa kuatirnya seperti akan meledak dalam dadanya yang mulai sesak. Seluruh Venetta telah habis dibakar, mayat manusia bergeletakan di mana-mana. Flarion tiba di toko roti. Ia tidak bisa lagi berteriak. Air matanya mengalir deras dan jantung nya terasa berhenti. Di depan toko roti, teman-teman nya digantung di atas balok kayu. Darah mereka yang mulai mengering membanjiri halaman toko roti. Toko Roti hanya tinggal puing-puing bangunan sisa kebakaran. Tidak ada yang tersisa dari sebuah harapan...harapan Flarion.
Flarion seperti orang gila mencari nyonya... Flarion tidak dapat menemukan nyonya... Flarion berlari ke tengah ladang gandum... Flarion melihat sesosok wanita di sana... Flarion jatuh berlutut dan membisu. Air matanya pun tidak bisa lagi mengalir. Dunianya telah berhenti berputar dan runtuh. Tubuh Sang Nyonya dengan pakaian setengah telanjang dan terkoyak-koyak tergeletak di tengah ladang gandum, terpisah dengan kepalanya yang tergantung di atas sebuah tombak. Flarion segera mengoyakkan pakaiannya sendiri untuk menutupi tubuh nyonya nya dan menurunkan kepalanya. Dengan jari tangannya, ia menggali tanah di ladang gandum dan menguburkan sang nyonya. Ia terus menggali sambil berteriak marah, geram dan sedih becampur menjadi satu.
2 hari lamanya Flarion menggali ladang gandum untuk menguburkan teman teman nya. 2 hari tanpa tidur dan makan. Bahkan beberapa dari antara mayatmayat itu telah mengeluarkan bau yang tidak sedap. Kota Venetta juga telah berbau busuk. Tapi Flarion tidak lagi peduli. Masa depannya telah lenyap begitu saja. Ia terus bertanya, Siapa yang telah melakukan ini" Namun tanpa jawaban. Flarion kini sendirian. Sendirian dalam penyesalan dan dendam. Seandainya Ia pulang lebih awal, setidaknya ia masih bisa berusaha menyelamatkan nyonya atau setidak nya mati dalam membela nyonya. Flarion malang tidak berhenti menggali... menggali kubur untuk nyonya dan teman-temannya... untuk keluarga satu-satunya yang pernah ia kenal dan miliki.
Bab 6. The Forest Watcher
Flarion pingsan karena kelelahan dan kesedihan yang mendalam. Tubuhnya terasa kaku ketika ia tersadar dari pingsannya. Samar-samar ia merasakan ada sesuatu yang jahat mendekati, terdengar geraman mengancam. Flarion merasakan tubuhnya menjadi dingin dan ketakutan yang besar menghantui memenuhi dadanya. ?Makhluk apa ini, nafasnya seakan menyebarkan teror yang begitu mengerikan,? pikir Flarion. Dengan pelan, Flarion berusaha menggerakan jari-jarinya, meraba pisau kecil di pinggang nya dan siap beradu nyawa dengan makhluk apapun itu. Ketika dirasa hembusan nafas itu sudah dekat dan berada dalam jangkauan pisau nya maka dengan satu gerakan cepat, Flarion bangkit dan mengayunkan pisaunya tepat menusuk leher makhluk itu. Raungan panjang dan darah yang menyembur keluar membuat Flarion menahan nafasnya, terkejut melihat makhluk yang baru saja dihabisi nyawanya.
Manusia serigala, The Werewolf. Jumlahnya tidak satu, tapi puluhan, karena memang pada dasarnya makhluk ini hidup berkelompok dan membentuk bangsa sendiri, bangsa yang terkutuk di dunia. Serangan kilat Flarion berhasil menjatuhkan satu, namun memancing perhatian puluhan lainnya yang sebelumnya sedang sibuk memangsa mayat-mayat manusia yang tidak terkubur. Mereka segera mengepung Flarion rapat, tanpa celah, menggeram dalam kemarahan. Flarion segera menggenggam erat-erat pisaunya tanpa harapan untuk menang. ?Satu lagi! Jika memang harus mati dimangsa makhluk jahanam ini, setidak aku akan membunuh satu lagi!? desis Flarion di antara rasa takut dan semangat juangnya.
Manusia Serigala pertama menyerang dari arah kanan, Flarion segera menusuknya tepat pada lehernya, yang merupakan kelemahan dari Werewolf. Makhluk itu pun langsung tewas, namun serangan itu kuat sekali sehingga Flarion jatuh ke belakang. Dan dalam persekian detik, Werewolf kedua melompat ke atasnya. Flarion belum sempat mencabut pisaunya apalagi untuk kembali berdiri. Flarion melihat kuku itu berkilat dalam terang cahaya bulan menuju wajahnya. Flarion memejamkan matanya. Terdengar suara mendesing. Serangan itu meleset. Werewolf itu jatuh ke samping, mati terpanah. Flarion membuka matanya kembali dalam keadaan hidup.
Kelompok Werewolf teralih perhatiannya oleh si pemanah gelap. 2-3 anak panah kembali melesat, menghujam ke tubuh Wereeolf lainnya, mereka meraung dan berlari dalam kelompok yang kacau balau, berusaha menemukan asal panah-panah itu. Flarion segera mengambil kesempatan untuk menghindar dan berlari. Werewolf yang sadar mangsanya berusaha melarikan diri, mengejar dari belakang. Flarion tahu kecepatan larinya kalah jauh dibanding Werewolf maka ia pun berbalik, siap untuk bertarung kembali. Namun belum sempat pertarungan tidak seimbang itu terjadi kembali, Suara pekikan keras terdengar dari belakang Flarion, dan sesosok makhluk lain sudah mencengkeram erat kedua bahunya dan mengangkatnya ke atas... terbang ke langit. Ia dibawa terbang oleh seekor rajawali raksasa. Bahu Flarion terasa nyeri dicengkeram begitu keras oleh cakar rajawali tetapi ia juga tidak bisa berteriak karena angin keras yang menerpa wajahnya. Terbang bukanlah perjalanan favoritnya.
Flarion dibawa ke sebuah rumah pohon di tepi danau. Rajawali itu menukik dengan kecepatan tinggi ke bawah. Flarion segera bersiap untuk mendarat tetapi sungguh di luar dugaan, rajawali melepaskan cengkeramannya tiba-tiba, dan Flarion pun jatuh di atas danau. Dengan basah kuyup, Flarion tiba di tepi danau, terengah-engah setelah berenang. ?Apa maksud semua ini"? Flarion bertanya dengan geram.
?Untuk menghilangkan bau badanmu!? Seorang wanita muda muncul di belakangnya dengan busur dan anak panah di bahunya,? Penciuman manusia serigala sangat tajam, oleh karena itu, kami harus menghilangkan baumu terlebih dahulu agar mereka tidak melacak hingga ke sini... Selamat datang di markas The Forest Watcher.?
Bab 7. Dua Saudari di Tengah Hutan
?Namaku Merry, keturunan terakhir dari Bangsa Manusia Klan The Forest Watcher, lalu siapa namamu"? tanya wanita itu.
?Flarion, namaku Flarion, aku Bangsa Manusia tapi bukan dari klan manapun. Aku hanya seorang manusia pekerja di toko roti Venetta, tidak punya kelebihan apapun,? Flarion menjawab dengan perasaan rendah diri sambil terus menatap mata Merry. Mata yang indah dan membius penuh kehangatan. Kulitnya yang putih kemerahan, penuh kelembutan tetapi juga penuh kekuatan. Senyumnya ramah dan sangat mempesona. ?Begitu cantik,? desis Flarion pelan.
?Hentikan itu, dasar pemuda tidak tahu diri!? terdengar suara yang kasar dari wanita lain, berasal dari belakang Flarion. Flarion berbalik dan melihat seorang wanita turun dari punggung rajawali yang telah menerbangkan dirinya beberapa waktu lalu. Wanita itu terkesan galak dan sama sekali tidak anggun seperti wanita pertama. ?Tidak sopan menatap wanita seperti itu! Kau kira adikku itu wanita jalang yang bisa kau permainkan dan kau bawa tidur seenakmu" Sekali lagi kau menatapnya dengan tidak sopan akan kucungkil kedua matamu!? Maki wanita itu dengan kasar.
?Sudahlah, kakak,? seru Merry kepada kakak wanitanya, sambil tersipu malu. Lalu ia pun menggandeng tangan kakaknya untuk masuk ke dalam sebuah rumah pohon sambil mengerling pada Flarion sambil berbisik,? Jangan dimasukkan ke hati, ayo masuklah.? Flarion pun beranjak masuk ke dalam rumah pohon di tengah hutan, rumah milik para penjaga hutan ?The Forest Watcher?.
Kakak perempuan Merry bernama Hawkins, the Hawk Rider. Rajawali yang menyelamatkan Flarion adalah peliharaannya sejak kecil. Watak dari Hawkins sangat berbeda dengan adiknya, Merry yang penuh senyum dan lembut. Hawkins seorang yang tegas, galak dan gagah perkasa, namun di balik semuanya itu ada hati yang baik dan mulia. Sikapnya yang tegas dan gagah terbentuk dari kehidupan masa kecilnya yang keras sebagai calon pewaris pemimpin Klan Penjaga Hutan dan semenjak kedua orang tuanya meninggal ia juga harus menjaga adik wanitanya. Orang tua Hawkins dan Merry adalah Kepala Klan Penjaga Hutan. Mereka sangat mengharapkan anak laki-laki untuk meneruskan kepemimpinan sebagai Kepala Klan. Tetapi kedua anak mereka adalah perempuan. Oleh karena itu Hawkins dilatih begitu rupa oleh sang ayah untuk menjadi kuat menyamai pria agar dapat menggantikan kedudukannya suatu saat nanti. Namun 5 tahun yang lalu seluruh Klan Penjaga Hutan kalah dalam pertempuran melawan Pasukan Kegelapan di bawah pimpinan The Dark Mage, Garanox pada tahun 130GD. Hawkins dan Merry melarikan diri dan tetap hidup bersembunyi di dalam hutan.
Setahun berlalu, tahun 136GD, Flarion terus tinggal bersama kedua Saudari Penjaga Hutan ini. Bahkan Flarion dan Merry semakin akrab. Hawkins juga mengajarkan Flarion bagaimana caranya bertarung, berburu dan berkomunikasi dengan binatang-binatang tertentu. Dan sungguh di luar dugaan, ternyata Flarion adalah seseorang yang sangat berbakat dalam semuanya itu. Flarion sangat ahli dalam melacak jejak dan mengejar mangsa. Dalam pertarungan seperti apapun, Flarion dapat menyerang dengan cepat dan gesit. Hal ini mungkin tidak lepas dari hasil latihan masa kecilnya sebagai seorang pencuri. Flarion kini sudah memiliki keluarga baru dan hidup bahagia.
Bab 8. Armada Sang Pedang Barat
?Sonic Blast!? dan Pedang sang ksatria pun bersinar dan bergerak dengan sangat cepat. 18 goresan pedang dan 5 tusukan telak berhasil membunuh Manusia Serigala terbesar dari antara kelompok terkutuk itu. Pemimpin kelompok Werewolf telah binasa maka selanjutnya tidak sulit untuk menghabisi sisa pasukan serigala ini. Tak lama kemudian pertempuran pun berakhir sudah.
?Sir Jeff, kita kehilangan 27 prajurit dalam pertempuran ini. Pasukan yang tersisa hanya tinggal 43 prajurit. Apakah kita harus melanjutkan terus melanjutkan perjalanan"? Seorang prajurit bertanya kepada Sang Ksatria yang ketika itu sedang membersihkan pedangnya dari darah Werewolf yang dibunuhnya. Ksatria yang bernama Jeff The Westsword itu tidak langsung menjawab, ia terus menatap pedangnya yang mengkilap tajam.
?Pedang ini pemberian dari Raja Allastar dan disebut Pedang dari Barat. Dengan pedang ini aku bersumpah untuk menghabisi seluruh Serigala terkutuk yang telah mencemari dunia manusia. Maka bagiku tidak ada lagi jalan untuk mundur?, Jeff menatap prajuritnya dan berkata kembali,? Jika kau takut, pergi dan kembalilah ke Allastar. Aku akan terus bertarung hingga semua ini benar-benar berakhir.? Prajurit itu segera menundukkan kepala karena malu dan menyesal karena telah mengajukan pertanyaan seorang pengecut.
?Kami akan ikut kemana pun tuan pergi!? Seru prajurit itu,?Kami akan bertempur demi kejayaan...? Prajurit itu tidak lagi melanjutkan kata-katanya. Jeff memberi kode kepadanya dan kepada seluruh pasukan untuk segera diam. Mereka sedang diawasi...
?Seseorang sedang mengawasi kita, kemungkinan besar mata-mata Pasukan Kegelapan,? bisik Jeff The Westsword dengan hati?hati. Jeff segera menajamkan indera pendengarannya, memegang pedangnya lebih erat dengan tangan kanannya, ototnya menegang dan dengan secepat kilat ?Sonic Blast!? Jeff Berseru sambil menyabetkan pedangnya ke arah sebuah pohon besar. Pohon itu tumbang terbelah dua namun makhluk yang bersembunyi di baliknya berhasil meloloskan diri. Jeff segera mengejarnya. ?Makhluk yang dapat lolos dari tebasan pedangku pasti bukan makhluk sembarangan. Ia pasti salah satu dari anak buah Garanox, sangat berbahaya jika ia sampai memberitahukan posisi armadaku kepadanya,? Jeff berkata dalam hati. Jeff tahu ia bukan tandingan dari Garanox dan pasukan kegelapannya, maka ia harus segera membunuh mata-mata itu.
Pengejaran ini sama sekali tidak mudah. Makhluk apapun itu, ia mampu berlari sama cepatnya dengan seekor kuda dan melompat begitu lincah seperti seekor kijang jantan. Jeff yang memiliki kekuatan ?Sonic?, di mana Ia mampu menambah kecepatan gerak dan indera?indera tubuhnya tetap saja kesulitan untuk mengejar makhluk ini. Jeff pun hampir tidak percaya akan hal ini.
Jeff berhasil memperkecil jarak dan tanpa membuang kesempatan ?Sonic Blast!? seru Jeff dan cahaya pedangnya mengarah langsung ke tubuh makhluk yang diburunya itu. Makhluk itu menyadari datangnya bahaya segera menghindar dengan gesit. Jeff yang masih terkejut karena serangannya berhasil dipatahkan menjadi tidak waspada terhadap serangan balik. Sosok makhluk itu melompat ke atasnya. Jeff mengayunkan pedang ke atas dan menebasnya. Tipuan! Jeff hanya menebas jubah berbulu yang dikenakan makhluk itu dan tanpa disadarinya sebuah pisau kecil sudah menempel di tenggorokannya.
?Jangan bergerak atau lehermu akan kusembelih seperti hewan ternak!? Bisik makhluk itu yang ternyata adalah seorang manusia yang masih sangat muda.? Siapa kau" Mengapa menyerangku"? Tanya pemuda itu lagi kepada Jeff.
?Jeff Westsword, aku adalah ksatria Kerajaan Allastar di daerah barat. Kami dalam perjalanan menghancurkan Pasukan Manusia Serigala, The werewolf yang telah banyak menghancurkan kota manusia di daerah ini,? Jawab Jeff.
?Setahun... sudah setahun lebih sejak Bangsa terkutuk itu, The werewolf membunuh dan menyerang. Sudah hampir 10 kota telah jatuh dan ratusan manusia jadi korban. Kalian baru datang sekarang" Kalian sudah terlambat, ?pahlawan? Jeff,? Kata pemuda itu dengan nada menyindir.
?Hei! Pada zaman seperti ini, apa kau pikir hanya daerah ini yang diserang makhluk kegelapan" Seluruh wilayah manusia sedang dalam pertempuran dan kami harus melindungi semuanya. Maka hanya ini yang bisa kami lakukan. Maaf jika kami terlambat datang tetapi membunuhku sama sekali tidak ada gunanya, kan"
Pemuda itu mulai mengendurkan pisau kecilnya dari leher Jeff. Dan melihat peluang yang baik, Jeff segera menggunakan kekuatan ?Sonic?nya dan berbalik menyerang. Ia segera memukul wajah pemuda itu hingga terjatuh dan mengarahkan pedangnya ke dada sang pemuda. ?Sekarang katakan siapa namamu, anak muda!? Seru Jeff.
?Namanya adalah Flarion!? Dan itu akan jadi nama terakhir yang kau dengar jika kau tidak segera menjatuhkan pedangmu!? Seorang wanita tiba-tiba muncul dari balik pohon dan telah siap meluncurkan anak panah dari busurnya yang mengarah pada Jeff.
?The Forest watcher...,? Desis Jeff.
Bab 9. Pengintaian Flarion berulang kali meringis kesakitan ketika Merry mengobati luka memar di wajahnya. Jeff yang terduduk di pojok rumah pohon tempat kediaman The Forest watcher, tersenyum melihat keduanya. Flarion memandang Jeff dengan sebal atas semua kesalahpahaman ini. Hawkins, kakak wanita Merry sedang pergi mengembara bersama rajawali.
?Sudah puluhan tahun kami, Klan Forest Watcher menjaga hutan ini. Bahkan ketika Garanox bangkit dengan Pasukan Kegelapannya, kami bertempur melawan mereka dan akhirnya klan kami kalah dan musnah. Kemudian Manusia Serigala menguasai daerah ini dan menyerang kota-kota manusia. Setelah semua kejadian ini, tidak pernah ada kabar sedikit pun bahwa pihak kerajaan peduli atas nasib kami dan penduduk di daerah ini. Lalu angin apa yang membawa Armada sang Pedang Barat tiba di sini dan mau membantu memusnahkan Manusia Serigala"? sindir Merry sambil terus mengobati Flarion, tanpa memandang Jeff sedikit pun.
Jeff terdiam lama dan berkata perlahan ?Raja peduli, hanya saja, semua ini berlalu begitu cepat. Sejak Garanox muncul sebagai pengkhianat bangsanya sendiri, Bangsa Mage yang dimusnahkan oleh tangan terkutuknya dan Pasukan Kegelapan dibangkitkan, dunia ini sudah tidak sama lagi seperti dulu. Di mana-mana perang dan kematian terjadi. Para Ksatria harus berusaha mengamankan Kerajaan dan daerah sekitarnya terlebih dahulu. Walau kami menyesal atas apa yang terjadi dengan kalian tetapi sungguh pihak kerajaan sudah melakukan yang terbaik dan....?
?Tidak cukup baik, kan" Potong Flarion,? Tidak cukup baik untuk membuat teman-temanku tetap hidup dan nyonya juga... Flarion terdiam, tidak dapat melanjutkan kata-katanya dan mulai meneteskan air mata. ?Sudahlah, semua yang sudah terjadi tidak dapat diubah. Tidak perlu dibicarakan lagi,? lanjut Flarion,? Sekarang apa yang bisa kami bantu untuk memusnahkan Bangsa terkutuk itu"?
?Maaf, aku sungguh ikut berduka atas Klan kalian yang musnah, juga turut berduka cita atas kematian nyonyamu,? Jeff menjawab dengan lirih,? Nyonyamu seorang yang baik dan beliau ..?
?Jangan bicara seperti kau mengenal Nyonyaku!? Bentak Flarion, ?Kau sama sekali tidak mengenalnya! Sudahlah, sekarang katakan saja apa yang harus kami lakukan!?
Jeff tersenyum kecil. ?Kenalilah musuhmu jika kau ingin mengalahkannya,? Jeff berkata,? Kita akan mulai dengan pengintaian ke markas musuh. Kalian mau ikut"?
Bulan muncul di langit. Dari balik semak 2 manusia mengendap?endap tanpa suara. Hutan yang sunyi senyap pun tidak mengetahui kehadiran 2 manusia ini, Jeff dan Flarion berjalan dengan langkah ringan beriringan menuju tempat kediaman sekelompok Bangsa Manusia Serigala. Mereka berjalan menentang angin agar bau mereka tidak tercium oleh makhluk terkutuk itu karena penciuman mereka terkenal sangat tajam menyamai kebuasan dan kecepatan nya dalam menyerang. Kesalahan kecil adalah hal yang fatal bagi mereka berdua. Raungan serigala terdengar semakin jelas dari dalam gua?gua yang berada dalam sebuah bukit batu, sarang Bangsa Manusia Serigala. Flarion hanya melihat beberapa Manusia Serigala yang berjaga di luar sarangnya. Itu berarti mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti jumlah musuh yang harus dihadapi dalam peperangan. Namun sepertinya Jeff punya rencana lain.
?Siapkan busurmu, Flarion dan panahlah salah satu Manusia Serigala itu!? Bisik Jeff sepelan mungkin.
?Apa kau gila" Mereka akan segera mengetahui jika kita berada di sini!? Balas Flarion juga dalam bisikan namun penuh nada kekesalan.
?Lakukan saja!? Balas Jeff,? Cepatlah, waktu kita tidak banyak, selagi bulan masih terhalang oleh awan gelap!?
Flarion menyiapkan busur dan anak panahnya, membidik dan sebuah anak panah pun melesat. Sesosok Manusia Serigala meraung hebat dan jatuh tersungkur. Raungan itu menjadi semacam alarm bagi seluruh kelompok untuk segera keluar dalam keadaan mengamuk. Flarion pun tercengang, antara tak percaya dan rasa takut yang dashyat atas penglihatannya sendiri. Ratusan hingga ribuan Manusia Serigala keluar dari sarang, meraung dan berusaha melacak jejak si penyerang. Namun sebuah tangan segera menarik jubah Flarion dan membawanya pergi. Jeff terus menarik Flarion menghindar dari penciuman Bangsa Manusia Serigala itu.
Flarion memandang Jeff yang tersenyum dan berkata,? kini kita tahu jumlah musuh yang harus kita hadapi.? Mereka terus berlari dan bulan pucat kembali muncul dari balik awan kelabu.
Bab 10. Doa Ksatria untuk Sang Nyonya
Pagi?pagi benar Flarion terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya dan dengan masih dalam keadaan gemetar ia bangkit lalu duduk di pembaringannya. Mimpi buruk! Siapa yang tidak akan bermimpi buruk jika ia dan Merry yang hanya dengan 50 prajurit dan seorang Ksatria harus bertempur melawan ribuan Manusia Serigala. Ini pertempuran gila dan tidak masuk akal. Ini Bodoh! Tapi Jeff setelah mengadakan ritual aneh semalaman berkeras untuk tetap pergi bertempur. Flarion sudah berusaha mengatakan bahwa mustahil mereka bisa tetap hidup melawan Pasukan Serigala yang begitu banyak, namun Jeff berkata ia akan tetap pergi walaupun tanpa aku dan Merry. Flarion sangat kesal memikirkan kegilaan Ksatria itu namun Flarion dan Merry telah memutuskan untuk tetap bertempur karena dendam Klan dan sang Nyonya harus dibalaskan.
Flarion membawa beberapa tangkai bunga segar. Ia ingin mengunjungi makam nyonya, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Namun Flarion terkejut mendapati Jeff sedang melakukan ritual anehnya di depan makam nyonya, ritual yang dulu Nyonya pun sering melakukan nya ketika sedang sendirian di kamarnya menjelang malam. Jeff sedang berlutut, mata terpejam dan mengatupkan kedua tangan nya sementara mulutnya berkomat?kamit tidak jelas. Flarion tidak berani mendekat dan hanya memandang dari jauh seperti hal nya dulu ia juga tidak berani mengganggu nyonya ketika sedang melakukan ritual ini. Tak lama kemudia Jeff pun selesai dan berdiri.
?Apa yang kau lakukan di sini dan bagaimana kau tahu makam nyonyaku"? Tanya Flarion penuh keheranan.
?Florence... di batu nisan tertulis nama nyonyamu dan makam yang lain pasti adalah makam teman?teman mu. Aku tahu karena hanya kau yang berasal dari Venetta dan masih hidup sehingga bisa mendirikan makam bagi mereka yang kau sayangi,? Jawab Jeff.
?Lalu apa yang sedang kau lakukan di makam Nyonya!? Seru Flarion.
?Berdoa! Aku sedang berdoa untuk Nyonyamu,? balas Jeff.
?Berdoa...,? Bisik Flarion lirih. Jadi ritual yang dilakukan nyonya disebut berdoa. Jeff terdiam sejenak dan bertanya dengan perlahan,? Apakah dengan berdoa nyonya bisa mendengarku"?
?Aku tidak tahu,? Jeff menoleh pada Flarion dan tersenyum,? Tapi yang aku tahu pasti Sang Maha Kuasa yang aku sembah dapat mendengarku dan aku meminta-Nya untuk menjaga Florence dengan baik.?
Flarion terkejut mendengar Jeff menyebut nama kecil Nyonya dengan akrabnya, tanpa panggilan Nyonya atau sejenisnya, seakan?akan Jeff sudah mengenal nyonya begitu dekat. Flarion pun berlutut dan mulai berdoa seperti yang Jeff lakukan untuk Nyonya,? Yang Maha Kuasa, siapa pun Engkau, kumohon jaga Nyonya dengan baik...Terima kasih.? Dan kedamaian pun meliputi hati Flarion, kedamaian yang begitu indah, sama seperti yang dirasakannya ketika mendapat kasih dan pengampunan dari Sang Nyonya, lebih indah daripada surga. Ketika Flarion membuka mata dan melihat Jeff sedang mengusap air matanya.
Kisah Flarion : Putera Sang Naga Langit
Bab 11. Pertempuran di Padang Celestar
Flarion menghunus pisaunya, Jeff menyarungkan The West Sword dan mengenakan perisai baja sementara Merry menyandang busurnya dengan gagah. Hawkins belum juga kembali namun mereka tidak bisa menunggu lagi karena esok malam adalah bulan purnama. Pada saat itu kekuatan Manusia Serigala akan bertambah 2 kali lipat sehingga akan semakin sulit melawannya. Oleh karena itu mereka memutuskan untuk menyerang pada siang hari di Padang Celestar, padang rumput luas dan terbuka, tempat yang paling baik untuk melawan makhluk buas dalam jumlah besar. Tak ada jalan untuk mundur.
Inilah mereka, 43 Prajurit, seorang ksatria, seorang Forest Watcher dan mantan seorang pencuri roti bersiap menghadapi ribuan manusia serigala. Mereka sengaja memanggang daging ternak yang besar agar bau harumnya tercium oleh Manusia Serigala. Tak lama kemudian muncullah 4 Manusia Serigala yang terpancing umpan tersebut. Namun Jeff membunuh 3 di antaranya dalam sekejap mata dan membiarkan 1 lolos untuk memanggil yang lainnya. Mereka tahu pertempuran dashyat sudah ada di depan mata.
Derap ribuan langkah binatang buas telah terdengar. Jeff memegang erat pedangnya, Flarion meraba pisaunya dan Merry telah membentangkan busurnya. Para Prajurit siap dalam posisi masing?masing. Debu padang Celestar telah mengepul di hadapan mereka, tanda yang nyata Perang segera berlangsung.
?Kenapa kalian berdua ingin bertempur"? Tanya Jeff kepada Flarion dan Merry.
Flarion dan Merry saling berpandangan heran. ?Tentu saja untuk membalas kematian Nyonya dan Klan!? Seru Flarion sebal dengan pertanyaan aneh Jeff di saat menegangkan seperti ini.
?Jangan pernah bertempur untuk dendam, sahabat?sahabatku! Dendam hanya akan melahirkan dendam yang lain. Bertempurlah untuk kebenaran! Bertempurlah untuk membela dan mengasihi orang lain yang tertindas kejahatan dan kegelapan...bertempur untuk orang yang kau cintai. Bukankah itu yang selalu diajarkan Florence padamu semenjak kau diangkat jadi anaknya"? Seru Jeff.
Flarion terkejut,?Bagaimana kau tahu semua itu!?
Jeff melirik Flarion dan tersenyum,? Karena Florence adalah istriku. Kami selalu berkiriman surat dan aku senang ketika ia mengatakan telah mengangkat beberapa anak dan yang paling dikasihinya adalah kau, anakku Flarion. Aku tahu Florence dalam bahaya ketika Pasukan Kegelapan akan menyerang Venetta. Aku ingin segera berada di sana sambil melindunginya bahkan dengan taruhan nyawaku sendiri. Tapi jika aku pergi dari bentengku maka jutaan nyawa akan melayang dan kerajaan akan jatuh. Lebih banyak korban yang akan menderita. Itulah sebabnya aku tidak bisa datang untuk Florence-ku dan menyelamatkan kalian juga Venetta, kota kelahiranku. Tapi kini saatnya tiba bagiku untuk bertempur melindungi Bangsa manusia bukan untuk dendam... bertempur untuk mewujudkan cita?cita Florence, dunia yang damai.?
Flarion meneteskan air mata. Ia tidak tahu apakah ia harus terkejut atau marah, namun yang pasti Flarion kagum akan kebijakan hatinya. ?Pantas saja jika Nyonya menikahi pria ini,? pikir Flarion,? Seseorang yang berani mengorbankan orang yang paling dikasihi untuk menyelamatkan lebih banyak orang lain, tidak egois. Berjuang untuk memenuhi cita?cita orang yang dikasihi bukan untuk dendam. Ksatria Jeff, The West Sword, sungguh pantas kau menyandang gelar Ksatria.?
?Serang!? Seru Jeff yang diiringi luncuran puluhan anak panah. Belasan Manusia Serigala tumbang seketika. Merry melepaskan anak panah dengan cepat dan berhasil menumbangkan 3 di antaranya sebelum 5 manusia serigala melompat ke arahnya. ?Sonic Blast!? Jeff berseru sambil mengayunkan pedangnya. Kelima Manusia Serigala tumbang dan Merry sudah mengganti senjatanya dengan pedang. Sekarang saatnya pertarungan jarak dekat.
Flarion telah melemparkan pisau?pisaunya dan merobohkan banyak Manusia Serigala. Merry sudah bersimbah darah dan tampak kelelahan. Jeff terus menyerang tanpa henti sementara perisainya terus berusaha melindungi Flarion dan Merry. Prajurit Armada Pedang Barat berguguran dan kini tak tersisa satu pun. Inilah jalan hidup Pasukan Armada Pedang Barat, gugur dalam pertempuran sebagai prajurit yang setia dan gagah berani. Puisi dan lagu kepahlawanan akan mengharumkan nama mereka dalam pertempuran gagah berani di Padang Celestar.
Kini mereka hanya bertiga, Flarion, Merry dan Jeff berdiri saling memunggungi sambil terus bertempur melawan ribuan Manusia Serigala yang masih tersisa dan telah mengepung mereka dari segala penjuru. Hari menjelang sore dan malam ini bulan purnama. Merry jatuh ke tanah, kelelahan dengan pedangnya yang patah menjadi dua. Flarion berusaha terus bertempur sambil memapah Merry namun luka di sekujur tubuhnya terasa begitu nyeri. Jeff yang kehabisan tenaga, tidak dapat lagi mengeluarkan energi ?Sonic? hanya dapat terus bertempur sementara perisainya digunakan untuk melindungi Flarion dan Merry. Tubuh Jeff tercabik?cabik tanpa perlindungan. Pertempuran nampaknya akan segera berakhir.
Bab 12. Pesan Sang Ayah ?Kita kalah, kita sudah kalah!? Flarion merintih dan jatuh berlutut. Merry pun jatuh tak sadarkan diri. Jeff memeluk keduanya dan menggunakan tubuhnya sebagai perisai bagi Flarion dan Merry. Manusia Serigala semakin buas dan terus mencabik?cabik tubuh Jeff.
?Faith (keyakinan)..gunakan itu sebagai senjatamu, anakku!? rintih Jeff,? Kuasa ?Nya nyata.? Jeff pun menundukkan kepala dan mulai berdoa. Flarion mulai merasakan dekapan Jeff melemah dan cakar tajam serigala mulai ikut mencabik tubuhnya.
Namun tiba?tiba malam menjadi hening. Manusia Serigala menghentikan serangan mereka. Bumi menahan nafasnya. Segala makhluk terdiam, pucat pasi dan merasakan ada kekuatan dashyat sedang bekerja.
Gemuruh dashyat terdengar. Ribuan manusia serigala gemetar bahkan beberapa di antaranya meraung ketakutan, berjatuhan sambil menutup telinga. Dalam sekejap bangsa yang sebelumnya begitu buas kini merintih?rintih seperti anak anjing yang akan dibantai. Flarion tidak dapat mengerti apa yang terjadi... sampai dari kejauhan ia melihatnya... Sang Topan Api. Ia berputar dan bergerak dengan cepat ke arah Padang Celestar, menghisap apa dan siapa saja ke dalam putaran nya yang berapi dan menghanguskan. Manusia Serigala menjerit?jerit namun mereka tidak bisa lari, terhisap ke dalam putaran yang maha dashyat. Langit menjadi gelap gulita dan Bumi menangis.
Flarion memeluk tubuh Merry erat?erat dengan tangan kanan sementara tangan kirinya dipegang erat oleh Jeff. Jeff dengan sisa?sisa kekuatannya menancapkan The West Sword ke dalam tanah dan memegangnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya memegang erat tangan kiri Flarion. Dengan begitu mereka bertahan agar tidak terbang dan ikut terhisap dalam putaran Sang Topan Api. Namun sampai berapa lama mereka dapat bertahan" Tangan Jeff mati rasa dan pegangannya mulai lepas sedikit demi sedikit.
Pekik rajawali. Flarion memalingkan muka ke atas dan melihat Hawkins sedang menunggang rajawali, menukik turun menuju mereka. Jeff tidak bisa bertahan lagi, pegangannya terlepas begitu saja dan mereka bertiga pun terhisap masuk ke dalam Topan api. Namun pada saat yang tepat, Rajawali berhasil menangkap tubuh Merry. Flarion yang memegang tangan Merry tertahan untuk tidak terhisap lebih jauh demikian juga Jeff yang memegang tangan Flarion. Rajawali dan Hawkins berusaha menarik mereka semua keluar dari hisapan Topan Api tetapi sungguh malang mereka bertiga terlalu berat. Akibatnya Rajawali dan Hawkins pun perlahan?lahan mulai ikut terhisap ke dalam Topan Api.
?Flarion, anakku, ingatlah selalu, di saat paling kelam di dalam hidupmu di mana harapan manusia sudah sirna, berdoa dan percayalah kepada Yang Maha Kuasa. Ia akan memberi pertolongan. Keep Your Faith!? Kata Jeff kepada Flarion,? Merry gadis yang baik... aku ingin sekali melihat kalian berdua menikah. Tapi jalan hidupku berkata lain. Ada pertemuan tentu ada perpisahan, namun aku sungguh bersyukur dapat melihatmu. Selamat tinggal, anakku tersayang, Flarion.? Tanpa pernah diduga oleh Flarion, Jeff pun melepaskan pegangan tangannya. Flarion berusaha menangkap tangan Jeff tetapi terlambat sudah. Tubuh Jeff terbang menjauh dan terhisap dalam putaran Topan Api yang dashyat dan lenyap di dalamnya. Pesan Jeff, sang ayah, terngiang?ngiang di telinga Flarion untuk beberapa waktu. Kesadaran Flarion baru pulih ketika melihat tubuhnya ayahnya lenyap begitu saja.
?Ayah!? Teriak Flarion sekeras?kerasnya. Namun pada saat yang sama Hawkins dan Rajawali menariknya keluar dan menjauh dari Topan Api. Ia pun diterbangkan jauh ke atas langit. Flarion merasakan sakit dan kesesakan yang luar biasa pada dadanya. Kesakitan karena kehilangan... sama seperti dahulu ia kehilangan teman?temannya dan juga Nyonya.
Bab 13. Jatuh ke Tangan Musuh
Rajawali berhasil terbang menjauhi Topan Api. Angin lembut pun berhembus menyegarkan tubuh Flarion yang masih bergantungan pada lengan Merry, namun tidak bisa menghapuskan kesedihan yang mendalam di hati Flarion akibat kehilangan seorang ayah angkat yang baru saja diketahui olehnya. Tapi Flarion masih bersyukur, Ia masih memiliki Merry dan Hawkins. Mereka adalah keluarga Flarion sekarang. Flarion masih menyimpan harapan di hatinya untuk dapat bertemu lagi dengan Jeff.
?Kabut! Kabut beracun!? Seru Hawkins secara tiba?tiba. Rajawali segera berbalik arah menghindari kabut beracun yang entah darimana muncul menghadang di hadapan mereka. Flarion merasakan bahaya besar dan sepertinya Hawkins juga merasakan hal yang sama. Hawkins menyiapkan tombak bajanya. Tak lama kemudian, suara raungan ganas terdengar dari dalam kabut dan seekor Naga buruk rupa keluar, terbang dengan kecepatan tinggi menerjang ke arah mereka. Rajawali menghindar tepat pada waktunya.
Mistyx, itulah nama sang naga. Dilahirkan cacat dan dibuang oleh ayahnya, Sang Naga langit, Agair yang legendaris pada zaman dunia baru dibentuk. Mistyx adalah pembela setia Lord of Darkness sejak dari awal dan saat Pasukan Kegelapan berhasil dikalahkan dengan terperangkapnya Sang Master Lord of Darkness dalam Dimensi Waktu maka Mistyx ikut terperangkap dalam Lingkaran Waktu (tepi dari Dimensi Waktu). Mistyx dibebaskan oleh Garanox, The Dark Mage dan kini ia telah kembali menjadi penyebar teror dari Pasukan Kegelapan.
Rajawali yang membawa 3 orang, di mana 2 di antaranya sedang dalam keadaaan terluka, sama sekali bukan tandingan dari Mistyx, Sang Naga yang mampu menyemburkan kabut beracun. Apalagi Rajawali juga tidak dapat menggunakan cakarnya yang digunakan untuk mencengkram Merry yang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Oleh karena itu, Rajawali memutuskan untuk terbang menghindari pertempuran dengan Sang Naga. Tapi Mistyx bukanlah makhluk yang suka melepaskan mangsa apalagi musuhnya. Ia mengejar dengan kecepatan penuh dan siap menerjang Rajawali. Hawkins yang sigap segera melemparkan tombaknya dan melukai sayap Sang Naga. Mistyx meraung hebat karena ujung tombak Hawkins dibuat dari Batu Mestika Penjaga Hutan dan dilumuri Bubuk Api sehingga mampu menembus Kulit Binatang apapun, termasuk Kulit Naga. Mistyx yang akan jatuh akibat luka pada sayapnya segera menyemburkan Kabut Beracun ke arah Rajawali. Kali ini Rajawali tidak bisa menghindar. Racun itu membuat Rajawali kehilangan kesadaran dan melepaskan cengkramannya. Merry dan Flarion pun jatuh ke bawah. Flarion masih sempat melihat Hawkins sedang berusaha mengendalikan Rajawali sebelum pandangan nya sendiri menjadi semakin kabur dan gelap akibat reaksi dari kabut beracun.
Flarion terbangun mendengar jeritan dan tangisan Merry. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seekor Harimau Hitam sedang menjilati Merry dengan penuh nafsu seakan?akan sedang menikmati santapan yang lezat. Flarion berusaha menolong Merry tetapi ia baru menyadari bahwa tubuhnya dan juga tubuh Merry sedang terikat kuat oleh tali berduri. Flarion berteriak dan berontak sekuat tenaga untuk memancing perhatian harimau itu agar menjauhi Merry. Harimau itu menghentikan aktivitasnya menjilati Merry tetapi bukan karena tertarik oleh tindakan Flarion melainkan karena kemunculan seorang wanita setengah baya ke dalam tenda dimana mereka sedang disekap.
?Hentikan itu, Harimau sayangku!? wanita itu berkata,? Mereka bukan makananmu. Mistyx yang melumpuhkan mereka dan kepada dia pula nyawa mereka akan diserahkan.? Wanita itu berwajah dingin dan kejam, namun juga sangat cantik dan menarik walaupun tidak muda lagi. Tapi yang paling mengejutkan adalah pakaian nya yang unik, minimalis dan terbuat dari emas. Ia tidak nampak begitu peduli meskipun mata Merry dan Flarion memandangnya dengan tertegun, tanpa berkedip.
?Namaku Maxira, biasanya aku lebih dikenal dengan The The Wild Beast,? seru wanita itu memperkenalkan dirinya dengan congkak kepada Flarion dan Merry,? Bagaimana dengan kalian" Siapa namamu, hai, para tawanan Pasukan Kegelapan"?
Bab 14. Rahasia Kelam Maxira dan Nyonya
Flarion dan Merry digiring dalam perjalanan jauh selama berhari?hari, menembus hutan belukar bersama dengan puluhan tawanan lainnya. Tawanan itu merupakan penduduk dari berbagai desa yang dihancurkan atau prajurit yang telah dikalahkan dan dibiarkan hidup oleh Pasukan Kegelapan. Tujuan mereka membawa tawanan adalah karena Mistyx, sang Naga Kabut Beracun membutuhkan makanan yang sangat banyak dan tidak ada yang lebih disukai Mistyx daripada daging manusia. Pasukan Kegelapan yang menangkap Flarion dan Merry sebagian besar merupakan Bangsa Goblin dan beberapa Troll Gunung yang besar, dipimpin oleh Mistyx dan Maxira. Flarion tidak tahu jumlah pastinya, tetapi menurut perkiraan nya ada sekitar 3000 Goblin dan 100 Troll yang dipimpin Mistyx dan Maxira. Flarion terus bertanya dalam hatinya,? Kita akan dibawa pergi kemana"?
?Tidak! Jangan makan aku!? Raung para tawanan dengan penuh ketakutan ketika Mistyx datang dan mulai melahap beberapa tawanan sebagai santapan malamnya. Jerit kesakitan dan kematian terdengar lagi seperti hari?hari sebelumnya. Namun kali ini Mistyx melihat Merry dan tertarik kepadanya. Maka dengan satu gerakan cepat ia membuka mulutnya dan mendekati Merry. Merry yang dalam keadaan panik dan terikat tidak bergerak dan hanya memejamkan mata. Flarion pun maju dan menerjang Mistyx dengan bahunya. Mistyx yang tidak siap untuk serangan mendadak, terkejut dan jatuh ke samping. Namun ia segera bangkit dengan kemarahan yang luar biasa, meraung dashyat dan menghembuskan Kabut Beracun ke arah Flarion. Flarion tidak dapat menghindar karena jika ia menghindar maka Kabut Beracun itu akan melukai Merry dan tawanan lain di belakangnya. Racun itu telak mengenai Flarion, membuatnya jatuh berlutut dengan nafas sesak dan tubuh yang luar biasa sakit. Flarion berusaha tidak berteriak dan perlahan?lahan mulai bangkit kembali. Mistyx kembali meraung, lebih dashyat dari sebelumnya, marah karena baru kali ini ia melihat ada manusia yang mampu bangkit setelah terkena racunnya. Mistyx pun kembali menyerang Flarion dan siap melahapnya. Flarion menahan nafasnya.
?Hentikan!? Jerit Maxira dan cambuk api pun menggelegar mengikat moncong Mistyx yang siap melahap Flarion.
?Kurang ajar! Berani benar kau ikut campur, Maxira!? Raung Mistyx penuh kekesalan. Ini pertama kalinya Flarion mendengar suara sang Naga. ?Mundur atau rasakan racun mautku!?
?Jangan marah, Mistyx ku sayang,? rayu Maxira,? aku tahu mereka adalah santapan makan malammu. Tapi kumohon, maukah kau memberiku sedikit saja kesenangan untuk malam ini. Aku mau pria itu!? Maxira menunjuk pada Flarion.?Biar aku saja yang akan menghukumnya!?
Flarion dibawa pergi oleh Maxira ke dalam tendanya dalam keadaan terikat. Harimau hitam, peliharaan Maxira menggeram ketika mereka berdua masuk. ?Tenang, kucingku, sayang. Pria ini akan jadi mainan kita untuk malam ini,? Maxira tersenyum jahat dan kejam.
Flarion tidak tahu apa yang terjadi. Sekilas ia ingat dipaksa untuk memandang mata Maxira dan kejadian berikutnya adalah ia merasa begitu hangat, ringan dan melayang?layang setengah sadar. Ia masih bisa merasakan bagaimana tubuhnya dipeluk dan perlahan?lahan sebuah wajah mendekat untuk mencium bibirnya. Namun tiba?tiba saja wajah Merry terlintas dalam ingatan flarion dan pada saat itu juga Flarion sadar akan jerat musuhnya. Ia segera berontak dan berbalik ke samping. Maxira terkejut akan perlawanan dari Flarion. Ia segera mengambil cambuk apinya dan mulai mengayunkannya ke tubuh Flarion. Flarion meringis kesakitan tetapi Maxira terus mengayunkan cambuknya sambil tertawa?tawa, menikmati setiap penderitaan yang dialami Flarion.
?Bagaimana rasanya, hai pria tidak tahu diri" Kusediakan kenikmatan untuk menghabiskan malam berdua dengan ku tetapi kau malah memilih cambuk. Terima ini!? seru Maxira sambil terus mencambuki tubuh Flarion. ?Apa yang kaupikirkan pria kurang ajar! Apa kau pikir aku kurang cantik" Apa kau pikir aku tidak secantik Florence, orang yang kau panggil nyonya itu, Flarion!? Teriak Maxira.
Flarion terkejut dan segera menengadahkan wajahnya. ?Kau! Kau juga mengenal Nyonya"? Tanya Flarion dengna keheranan.
?Huh! Kau bertanya apa aku mengenal adikku sendiri, Florence. Bahkan aku juga mengenal suami busuknya, Jeff!? Teriak Maxira kembali. ?Baiklah, Flarion, biar kuceritakan sedikit kisah tentang kami bertiga!?
Maxira dan Florence adalah kakak?adik pendatang di Venetta. Ayah mereka menjadi salah satu pekerja ladang gandum di Venetta. Maxira dan Florence kerap kali membantu ayah mereka di ladang. Maxira, sang kakak membantu menanam sementara Florence menyiapkan bekal makan mereka. Hingga datanglah Jeff, putra dari pemilik toko roti yang selalu membeli gandum sebagai bahan dasar pembuat roti di tokonya. Maxira pun jatuh cinta pada Jeff, namun ia begitu malu untuk menyatakan cintanya. Oleh karena itu, ia meminta bantuan kepada Florence untuk mencari tahu tentang Jeff lebih jauh. Namun keadaan jauh berbalik menjadi begitu menyakitkan ketika pada akhirnya Jeff melamar Florence bukan dirinya. Maxira sedih dan lari dari rumah. Tapi sungguh malang, ia bertemu dengan para perampok di tepi hutan dan diculik.
Maxira kehilangan semuanya ketika tiap malam ia harus menemani para perampok secara bergantian dan pada akhirnya dijual sebagai seorang budak kepada tuan tanah negeri padang pasir yang tandus. Tuan Maxira seorang pria hidung belang, memiliki 3 orang istri dan banyak budak. Tetapi ia selalu memilih Maxira untuk menemaninya setiap malam dan menyiksa dengan cambuk untuk menyenangkan hatinya. Hingga akhirnya Maxira menjadi begitu putus asa dan membunuh tuannya sendiri. Tindakan itu diketahui oleh para pengawal tuannya dan Maxira pun ditangkap untuk diadili. Pengadilan memutuskan Maxira harus dibakar hidup ?hidup.. Ketika hukuman akan dilaksanakan, seekor harimau hitam datang menyelamatkan Maxira. Roh Kebencian dalam diri Maxira telah memanggil Harimau Hitam entah darimana asalnya untuk datang. Maxira kemudian menyalahkan Florence yang telah merebut cintanya dan Jeff yang tega mengabaikan cintanya atas semua penderitaan yang harus dialaminya. Setiap kebencian, kesakitan dan dendam membuat Maxira dan Harimaunya menjadi semakin kuat hingga mereka pun bergabung dengan Pasukan Kegelapan agar dunia ikut merasakan apa yang ia rasakan.
?Aku tidak rela jika harus menderita sendirian! Dunia ini harus merasakan apa yang telah aku rasakan, terutama Florence dan Jeff, mereka yang telah mengabaikan cintaku,? Maxira terus berceloteh tanpa henti.
Flarion menatapnya tajam. ?Apa kau yang telah membunuh Nyonya"? tanya Flarion lirih.
?Membunuh" Kematian bagi Florence tidak cukup untuk memuaskan balas dendamku! Kau tahu apa yang aku lakukan pada Nyonyamu" Aku membantai seisi rumahnya di depan matanya, aku bahagia saat melihat Florence meraung?raung melihat ia kehilangan semuanya, namun itu juga belum cukup... aku memerintahkan para Goblin untuk bersenang?senang menikmati nyonyamu yang cantik itu secara bergantian sebelum akhirnya mereka bosan dan memenggal kepalanya... ha..ha..ha..? Maxira tertawa senang.
Flarion meneteskan air matanya. ?Kasihan...sungguh kasihan!? Flarion menggeleng?gelengkan kepalanya.
?Yah, kau memang harus mengasihani nyonyamu yang malang! Seru Maxira.
?Aku tidak sedang mengasihani Nyonya... aku mengasihanimu, Maxira,? Kata Flarion lembut,? Nyonya sangat menderita saat kematiannya tetapi ia telah menghabiskan seluruh hidupnya dengan penuh cinta dan bahagia. Cepat atau lambat semua manusia pasti akan mati juga. Tapi kau" Kau memenuhi hatimu sendiri dengan dendam dan kebencian seumur hidupmu. Tidak sedetik pun ada kebahagiaan dalam hatimu, bahkan setelah dendam itu terbalas pun, kau tidak juga bahagia, kan" Jeff benar, ayah benar... tidak ada gunanya bertempur untuk dendam karena dendam tidak pernah memberi kebahagiaan.?
?Diam! Tawanan kotor dan hina sepertimu berani menghakimi aku, Maxira yang luar biasa"? Jangan sebut nama Jeff di depanku atau kupotong lidahmu!? Teriak Maxira dengan geram.
?Aku tidak menghakimimu, Maxira... hanya mengatakan kebenaran. Hatimu sakit" Yah, pasti! Hatimu sakit karena setiap kata?kataku benar. Kau tidak bahagia dan sejujurnya kau masih mencintai Jeff walaupun kau bersikap seakan?akan begitu membencinya. Kau membencinya karena kau tidak bisa memiliki orang yang begitu kau cintai, kan"? Flarion berkata dengan tenang.
?Kupotong lidahmu, anak ingusan!? Geram Maxira sambil maju ke depan.
Harimau hitam segera bangkit dan menggeram. Maxira menghentikan langkahnya dan mimik wajahnya berubah menjadi pucat. ?Penyergapan! Kita diserang!? Seru Maxira.
Bab 15. Penyergapan ?Serangan! Bunyikan alarm!? Maxira keluar tenda sambil berseru memberi peringatan. Tapi semua sudah terlambat. Hujan panah api telah terjadi dan membakar tenda?tenda. Para Goblin dan Troll berlarian tanpa arah yang jelas, saling bertabrakan dan menginjak. Panah?panah dilontarkan dengan cepat dari berbagai arah. ?Bangsa Peri,? desis Maxira. Ribuan Bangsa Peri menyerbu masuk ke perkemahan Pasukan Kegelapan dengan senjata pedang dan tombak sementara pasukan pemanah tetap siaga dalam posisi pengepungan, mengelilingi perkemahan.
Flarion tidak menyia?nyiakan kesempatan ini. Ia segera mencari benda tajam yang dapat digunakan untuk membuka ikatannya. Pisau! Ia melihat pisau di lantai. Pisau yang tadi dikeluarkan oleh Maxira untuk memotong lidahnya kini menjadi senjata untuk membantunya melarikan diri. Flarion berguling?guling untuk meraih pisau itu. Ia harus bertindak cepat, tendanya mulai habis terbakar dan panasnya mulai menyengat kulitnya. Flarion berhasil membebaskan diri tepat sebelum atap tenda yang terbakar menimpa tubuhnya. Ia segera lari keluar dan melihat kekacauan yang terjadi. Ini adalah kesempatan yang tepat untuk lari tetapi Flarion tidak bisa pergi begitu saja. ?Merry, aku haru menyelamatkannya juga!? tekad Flarion yang segera berlari menuju tempat Merry dan tahanan lain berada.
Flarion menyelinap di tengah kekacauan ke tempat para tahanan, membunuh beberapa Goblin yang menghalangi dan dapat dengan segera menemukan Merry beserta yang lainnya sedang berkumpul di pojok tenda, menghindar dari amukan api. Flarion membebaskan mereka dan tanpa menunggu perintah lagi semua para tahanan berhamburan keluar tenda. Flarion berlari sambil menarik tangan Merry, berusaha keluar dari perkemahan Pasukan Kegelapan. Mereka hampir berhasil tetapi Mistyx terbang ke hadapan mereka dan memblokir jalan mereka untuk lari.
?Jangan berhenti, Merry! Biar aku yang menghadapi makhluk busuk ini!? Seru Flarion kepada Merry. Tanpa keraguan sedikit pun Flarion maju dan melompat ke arah Mistyx. Ia melemparkan pisau itu ke mata sang Naga karena Flarion tahu itu adalah bagian terlemah Mistyx. Tapi Mistyx yang cukup waspada segera menghalangi matanya dengan sayapnya. Pisau itu pun terpental, tak mampu menembus tebalnya kulit Sang Naga. Flarion melihat Merry telah berhasil lari menjauh dan menghilang dalam kegelapan malam. Kini adalah pertarungan satu lawan satu antara manusia dan Naga. Tapi Flarion tidak memiliki senjata apapun. Kesempatan apa yang mungkin dimiliki seorang manusia melawan Naga dengan tangan kosong"
Mistyx melecutkan ekornya ke tanah, Flarion menghindar ke kiri dengan bergulingan namun sebelum Flarion kembali berdiri dengan benar, Mistyx telah kembali menyerang dengan pukulan sayapnya. Flarion terpental beberpa meter ke belakang. Mistyx segera mengarahkan cakarnya ke tubuh Flarion, siap mencabik?cabiknya hingga tak bersisa. Namun tiba?tiba sebuah jaring baja telah menjerat sang Naga dan puluhan panah api dilontarkan kepadanya. Para Peri! Karena sibuk bertarung dengan Flarion, Mistyx sama sekali lupa akan kehadiran Bangsa Peri yang tengah menyerang Perkemahan Pasukan Kegelapan.
Mistyx terperangkap dalam jaring baja. ?Incar matanya!? Perintah Seorang peri tinggi tegap, berpakaian jubah perang yang indah dan berkilat. Para pasukan peri pun mematuhi perintahnya. Namun di saat berbahaya itu, Mistyx menghembuskan kabut beracun. Bangsa Peri pun menghindar. Tempat di sekeliling Mistyx berubah menjadi gelap gulita, tak satu mata pun termasuk mata Peri yang mampu menembus Kabut tebal dan beracun itu. Flarion hanya mendengar sekilas kepak sayap Naga dan ketika kabut itu hilang, sang Naga telah berhasil melepaskan diri dan terbang ke langit. Mistyx berhasil meloloskan diri. Demikian juga dengan Maxira. Flarion tidak lagi melihat batang hidung wanita itu lagi
Bab 16. Kembali Menjadi Tawanan
Flarion kembali diikat dan dibawa sebagai tawanan. Kondisinya tidak jauh berbeda saat ia jatuh ke tangan Pasukan Kegelapan karena Bangsa Peri sangat tidak menyukai manusia. Kebencian yang bermula dari persaingan terjadi antara Kedua Bangsa ini ketika berlangsungnya rapat dewan Guardian untuk memutuskan Bangsa mana yang paling pantas menjadi pemimpin Dunia.
Sudah ribuan tahun semenjak Lord of Darkness dikalahkan, seluruh Bangsa hidup berdampingan dalam kedamaian, saling mengakui persamaan derajat dan menghormati satu sama lainnya. Namun entah apa yang terjadi dan bagaimana awalnya hal ini bisa terjadi, Para Bangsa sepakat mengadakan Rapat Dewan Guardian untuk menghitung?hitung kembali jasa masing?masing Bangsa untuk dijadikan Pemimpin. saat itulah muncul perselisihan untuk pertama kalinya di antara Bangsa Dunia ini. Bangsa Naga dianggap tidak layak karena hampir punah. Bangsa Mermaid yang hanya senang hidup di laut dipandang sebelah mata, sehingga mereka pun mengundurkan diri dari Rapat dan mengasingkan diri. Bangsa Manusia dan Peri saling bertengkar memperebutkan kekuasaan. Bangsa Mage yang tidak setuju dengan Rapat ini sama sekali tidak hadir. Sementara Bangsa Kurcaci hanya mau menemukan emas dan kekayaan, bahkan tidak peduli dengan Rapat Dewan apapun. Pada akhirnya Rapat berkahir dengan bubarnya persekutuan Bangsa Guardian dan dimulainya masa Zaman baru ?The Guardian enD? (GD).
Kisah ini didengar Flarion ketika ia sedang berada di toko roti yang hangat bersama Nyonya dan teman?temannya. Kenangan yang indah membuat air mata Flarion menetes. Ia rindu Nyonya dan teman?temannya, rindu Merry dan Hawkins, entah bagaimana nasib mereka sekarang, dan juga rindu Jeff.
?Kita telah tiba!? seru para prajurit. Flarion melihat ke depan dan menyaksikan Benteng Para Peri. Benteng itu begitu menyatu dengan alam sehingga sulit untuk ditemukan. Belum lagi kekuatan ?magic? Peri yang dipasang untuk melindungi dan menyembunyikan benteng ini. Flarion dibawa ke dalam sebuah bangunan yang besar namun berbentuk seperti Pohon besar dan di dalamnya sesosok Peri duduk dengan angkuh di atas singgasana. Dialah Elrica, Sang Raja Bangsa Peri Hutan.
Elrica yang masih sangat muda menjadi Raja Bangsa Peri karena ayahnya meninggal dalam pertarungan dengan Bangsa Kegelapan. Namun sebenarnya jauh di dalam hatinya, Elrica sama sekali tidak siap menjadi seorang raja. Usia yang muda dan kurang pengalaman menjadikan Ia seorang raja yang angkuh dan selalu bertindak dengan emosinya saja. Bahkan sebenarnya Elrica sendiri tidak suka menjadi seorang raja. Ia lebih suka berkelana dan mencari pengalaman dari Sang Alam.
?Manusia! Terkutuklah manusia yang berani menginjakkan kakinya di istanaku yang megah! Kau tidak pantas berada di sini!? maki Elrica begitu melihat Flarion berlutut di hadapannya.
?Kau bahkan belum mengetahui siapa aku, Wahai Raja Peri dan kau sudah mengatakan aku tidak layak berada di sini"? Tanya Flarion heran.
?Aku tidak peduli siapa kau! Bahkan jika kau raja sekali pun, kau tidak layak untuk menginjakan kaki kotormu di istanaku!? Teriak Elrica geram.
Flarion tersenyum. Kebencian terpancar dari kedua mata sang Raja sehingga ia kemungkinan besar akan dihukum mati tetapi Flarion mendapat satu ide cemerlang. ?Sang Raja, katakan padaku selain tahta yang diwariskan ayahmu, apa yang membuatmu layak sebagai raja"? Pancing Flarion.
Pertanyaan itu membuat hati Elrica semakin panas dan geram. ?Diam kau, Manusia! Apa kau tidak tahu aku Peri terkuat di tempat ini! Itu pun sudah cukup untuk membuatku jadi raja. Aku menjadi raja bukan karena warisan ayahku!? Teriak Elrica dengan begitu marahnya.
?Kalau begitu mari kita buktikan siapa yang terkuat, Kau, Raja para Peri atau aku, Flarion yang bukan siapa?siapa,? tantang Flarion.
Ruangan itu begitu hening. Baru pertama kali dalam sejarah manusia maupun peri ada seorang manusia yang berani mengajukan tantangan pada Raja Peri. Semua yang hadir memandang Elrica untuk mendengar jawaban Sang Raja.
?Baik, kita bertarung!? Jawab Elrica dengan angkuh,? Barang siapa yang kalah, maka ia akan menjadi budak dari pemenang dan nyawanya akan menjadi kepunyaan dari Sang Pemenang!?
?Bagaimana aku bisa percaya kau akan menepati janji jika kau kalah"? Flarion bertanya.
Elrica tertawa. ?Aku tidak akan kalah!? Jawabnya,? Tapi untuk memuaskanmu, aku akan bersumpah di hadapan The Holy Light untuk mematuhi janjiku.
Bab 17. Taruhan dan Kehormatan
Raja dan tawanan bertarung satu lawan satu. Entah mungkin hanya Raja Elrica yang mau melakukan hal seperti itu. Sebagai seorang raja akan jauh lebih mudah baginya untuk memerintahkan para pengawalnya langsung memenggal kepala tawanan. Tapi demi ego dan harga dirinya, Sang Raja Elrica memilih kemenangan melalui pertarungan tanpa pernah berpikir resiko akan kekalahan. Ini mungkin menjadi suatu harapan baru bagi Flarion untuk memperoleh kebebasan dan segera menemukan Merry dan Hawkins. Flarion kuatir dengan keadaanmereka.
Elrica keluar dengan menyandang pedang yang indah, bersinar kebiruan dan memancarka aura yang begitu dingin. ?Lihat Pedang Rembulan, Pedang Mestika Albrick, Ksatria kuno Para Peri!? Seru Para Pengawal Peri. Teror dari pedang itu seakan membekukan hati Flarion.
?Pilih senjatamu, Tahanan!? Seru Elrica ketika Beberapa Pengawal datang dan meletakkan puluhan jenis senjata tajam Para Peri di lantai balairung istana.
Flarion kebingungan memilih senjata yang sebanding dengan Pedang Rembulan milik Sang Raja. ?Tidak ada yang sesuai,? Gumam Flarion. Ia pun mengalihkan pandangan nya ke saku salah seorang prajurit. ?Aku memilih pisau berburu prajurit itu,? kata Flarion tenang seraya jarinya menunjuk kepada pisau kecil yang tergantung pada ikat pinggang seorang Prajurit Peri.
Semua yang hadir saat itu terkejut, tak percaya akan pilihan bodoh Flarion. Menghadapi Pedang Rembulan hanya dengan menggunakan sebilah pisau adalah sebuah kebodohan besar. ?Jangan Bercanda denganku, manusia!? Teriak Elrica dengan muka merah padam,? Apa kau mau mati dengan mudah dan konyol"?
?Tenang saja, Wahai Raja Peri yang terhormat. Tidak semudah itu kau dapat mengalahkanku,? kata Flarion tersenyum percaya diri.
Prajurit itu pun menyerahkan pisau nya kepada Flarion. Flarion menimbang?nimbang pisau itu sebentar kemudian mengambil posisi untuk bertarung. Elrica pun segera menyiapkan pedangnya. Mereka berdiri saling berhadapan dengan senjatanya masing?masing. Para pengawal berdiri melingkari mereka untuk menonton sekaligus mengawasi jalannya pertarungan sebagai saksi.
?Shadow Moon Strike!? Seru Elrica memulai serangan pertama.
Flarion menghindar ke arah kiri dengan mudah. ?Serangan nya terlalu lambat,? batin Flarion tapi tiba?tiba, bahu Flarion tergores sesuatu dan rasa sakit yang membekukan pun langsung menyebar cepat ke seluruh tubuh Flarion, menyebabkan ia sulit bernafas dan bergerak. Flarion memandang bahunya yang terluka oleh Pedang Rembulan dan darahpun mulai menetes dari luka itu. ?Bagaimana mungkin" Serangan itu seharusnya meleset!? Seru Flarion. Mata Flarion terbelalak dan ia pun sadar akan kekuatan Pedang Mestika Para Peri yang sebenarnya. ?Serangan Ilusi bayangan,? desis Flarion. Serangan pertama hanya tipuan bayangan...hanya ilusi.
Elrica tertawa. ?Bagaimana" Masih ingin melanjutkan pertarungan sia?sia ini" Kau terlalu meremehkan senjata mestika ini. Pedang ini mampu menciptakan bayangan dan ilusi namun bukan hanya itu, Aura dingin yang terpancar dari Pedang juga akan membuat gerakan lawan menjadi lambat dan mudah terbaca olehku,? kata Elrica,? Oleh karena itu, matilah dengan tenang, hai, kau manusia!?
Elrica kembali menyerang. Flarion diam di tempat. Elrica menebas leher Flarion namun Flarion tidak apa?apa. Hanya Bayangan! Elrica menusuk Jantung Flarion! Flarion juga tidak menghindar. Lagi?lagi hanya bayangan. Elrica berada di belakang Flarion dan menikam dari belakang. Flarion berbalik dan menangkap pedang dengan tangan kiri sementara pisau di tangan kanan nya dihujamkan tepat ke pangkal paha Elrica. Sang Raja pun berteriak kesakitan dan terjatuh.
Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?Kau! Bagaimana mungkin kau bisa membedakan antara bayangan dan diriku yang asli"? Tanya Elrica sambil menahan sakit.
?Kau sendiri yang memberi tahu kelemahanmu, Sang Raja. Aura pedang itulah jawabannya. Aku bisa merasakan dirimu yang asli dengan merasakan aura pedangmu yang dingin. Bayangan sama sekali tidak memiliki aura,? Jawab Flarion dengan tenang,? Kini kakimu terluka. Jurus bayanganmu tidak dapat lagi digunakan. Apa lagi yang akan kau lakukan"?
?Kau pikir kau sudah menang, manusia" Kemampuanku bukan hanya sedangkal itu!? Seru Elrica,? Ice Crasher!? Elrica menghujamkan Pedang Rembulan ke lantai istana dan gelombang dingin pun keluar dengan dashyat dari pedang tersebut, membekukan apapun yang menempel di lantai dalam radius 10 meter. Lantai pun berubah menjadi lapisan es yang tebal.
Flarion melompat ke udara tepat pada waktunya sebelum ikut membeku menjadi es, namun saat ia mendarat kembali, kakinya tergelincir oleh lantai yang licin akibat berubah menjadi es. Flarion bangkit dengan susah payah agar tidak tergelincir lagi oleh licinnya lantai es. Ia memandang elrica dan terkejut. Elrica dan Peri?peri lainnya berdiri dengan kokoh di atas es tanpa tergelincir sedikit pun.
?Kuberitahu sesuatu, Hai Manusia. Kami Bangsa Peri dapat melangkah seringan angin maka kami tidak mudah tergelincir di atas es. Tapi bagaimana dengan kau" Apa kau masih bisa bertempur jika berdiri saja kau sudah tidak bisa"? Tanya Elrica dengan nada mengejek.
Flarion tersenyum,? Tentu Bisa!? Serunya sambil meluncur maju. Karena licinnya es, kecepatan Flarion yang meluncur menjadi 2-3 kali lebih cepat daripada ia berlari seperti biasanya. Elrica terkejut dengan serangan cepat itu dan Flarion tidak menyia?nyiakan kesempatan. Ia meninju elrica hingga jatuh berlutut dan menginjak bahunya. Dengan Menggunakan tubuh Elrica sebagai pijakan, Flarion melompat tinggi keluar dari lantai yang telah dijadikan es. Flarion berlari ke arah hutan yang lebat. Elrica yang melihat Flarion melarikan diri segera mengejar.
Aku harus memancingnya ke hutan,? pikir Flarion cepat,? Pertarungan dalam hutan adalah keahlianku, keahlian Para Penjaga Hutan, The Forest Watcher!?
Flarion menggunakan pisau untuk membantunya memanjat pohon dengan cepat dan mulai melompat dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Elrica mengejarnya terus dari bawah karena kakinya yang terluka tidak memungkinkan baginya untuk memanjat pohon. Flarion melompat ke sebuah pohon yang besar dan tiba?tiba ia merasakan adanya jebakan mematikan di bawahnya. Ia melihat ke bawah dan melihat di bawahnya telah terbentang kolam lumpur hisap yang sangat besar. Flarion aman terhadap jebakan itu karena melompat dari pohon ke pohon tetapi Elrica yang berjalan di bawah tidak.
?Celaka! Elrica, hati?hati! Ada Lumpur hisap di sini!? Seru Flarion memperingatkan,? Jangan maju ke sini!?. Tapi terlambat, Elrica yang penuh kemarahan lupa pada jebakan istananya sendiri dan tidak percaya kata?kata Flarion. Ia menerjang dengan sekuat tenaga dan masuk ke tngah?tengah lumpur. Lumpur itu pun mulai bekerja, menghisap Elrica dengan sangat cepat.
?Tolong! Tolong aku!? Jerit Elrica panik ketika tubuhnya terus terhisap masuk ke dalam lumpur itu. Flarion segera bergantungan terbalik dengan kepala di bawah. Menggunakan keduanya kakinya yang saling mengait di batang pohon tepat di atas Elrica, kedua tangan Flarion diulurkan ke bawah untuk menangkap tangan Elrica tapi jaraknya terlalu jauh.
?Pedangmu! Ulurkan pedangmu!? Seru Flarion. Elrica mengacungkan pedangnya ke arah Flarion. Dengan dua tangan Flarion memegang ujung pedang itu dan menarik Elrica ke atas. Kesakitan yang begitu membekukan saat memegang Pedang Rembulan membuat Flarion hampir kehilangan pegangan tapi Ia terus bertahan. Telapak tangan Flarion berdarah hebat karena tajamnya Pedang Rembulan namun pada akhirnya ia berhasil mengangkat sang raja ke atas pohon. Elrica memapah Flarion yang kesakitan dan hampir mati membeku turun dari pohon besar.
Para Prajurit Peri pun berdatangan. Melihat Elrica memapah Flarion yang terluka hebat, mereka pun mengelu?elukan Sang Raja Para Peri.
?Selamat atas kemenangan ini, Yang Mulia. Anda memang Raja hebat dan perkasa,? seru Para Pengawal. Wajah Elrica menjadi pucat karena ia tahu bahwa Flarion lah pemenang sebenarnya. Tapi jika ia mengatakan kebenaran itu maka sebagian besar Bangsa Peri akan marah karena Raja mereka dikalahkan manusia biasa. Elrica, Sang Raja menjadi aib bagi bangsanya sendiri dan akan timbul banyak pemberontakkan untuk menggulingkan dirinya. Tapi di pihak lain, hatinya tidak tahan menanggung kebohongan ini seumur hidupnya. Ia akan terkena kutukan karena melanggar sumpahnya sendiri, sumpah kepada The Holy Light. Elrica kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Flarion yang dalam keadaan setengah sadar akibat rasa sakitnya yang luar biasa mengerti kesulitan dan kebimbangan hati Sang Raja. Maka Ia pun berlutut di hadapan Elrica dengan susah payah dan berkata? Aku memilih jadi budakmu, sang Raja!? dan Flarion pun pingsan setelah itu.
Flarion membuka matanya. Ia berada di sebuah kamar Peri. Elrica sedang duduk di sampingnya seorang diri dengan wajah sedih.? Mengapa kau berbohong, manusia yang terhormat"? Tanyanya lirih,? kenapa harus berbohong untuk membelaku"?
?Aku tidak berbohong,? kata Flarion bingung.
?Tapi kau bilang aku yang memenangkan pertarungan dan kau bersedia menjadi budakku!? Balas Elrica.
?Kau salah. Aku tidak pernah bilang kau lah pemenangnya. Sudah jelas akulah yang menang, kau jatuh ke lumpur dan berhutang nyawa padaku,? jawab Flarion sembari tersenyum,? Aku bilang aku memilih menjadi budakmu. Anggaplah itu sebagai hadiah kemenanganku. Apakah seorang pemenang sepertiku tidak boleh memutuskan nasibnya sendiri dan memilih menjadi budak dari Raja Peri sepertimu"
Elrica pun terharu. ?Kenapa kau melakukan ini"?
?Demi kehormatan Bangsa Peri agar tidak merasa dipermalukan. Demi kehormatan mu sebagai Raja dari Bangsa ini. Demi menjaga kedamaian di bangsamu ini. Aku rasa semua itu pantas dibayar dengan statusku sebagai budak,? Jawab Flarion lagi. Elrica pun terdiam, memandang manusia dengan hormat untuk pertama kalinya. Manusia yang mau berkorban untuk Bangsa Peri... Flarion.
?Seandainya saja Para Leluhur kita yang hadir dalam Rapat Dewan Guardian sebijaksana kau, mungkin Bangsa Peri dan Manusia masih duduk berdampingan hingga kini. Di hadapan orang lain kau adalah budak tetapi di dalam hatiku kau adalah Tuan, Manusia Terhormat, Flarion. Terimalah hormatku!? Elrica membungkuk di hadapan Flarion.
Flarion segera bangun dan mengangkatnya.? Seorang Raja Peri tidak boleh membungkuk di hadapan manusia biasa sepertiku!? Seru Flarion. Mereka berpegangan tangan dan saling menatap....saling tersenyum.
Persahabatan pun dimulai.
Bab 18. Hutan Sang Penyihir
Merry terus berlari dalam gelap. Hutan ini menyesatkan bahkan bagi seorang Penjaga Hutan sepertinya. Sudah berhari?hari Merry melacak jejak untuk menemukan jalan keluar tetapi hasilnya nihil. Sama sekali tidak ada jalan keluar.
?Hutan apa ini"? Merry begitu heran,? Tidak ada tanda?tanda kehidupan hewan apalagi manusia yang ada di sini, hanya ada pohon?pohon yang besar.? Merry terperangkap, ia terus kembali ke tempat yang sama. Tubuhnya mulai lemas tanpa makanan dan minuman.
Gubuk! Sebuah Gubuk reyot terlihat tak jauh dari posisi berdirinya. Merry heran. Gubuk itu tidak ada sebelumnya. Merry sudah berputar?putar hutan ini selama 3 hari. Bagaimana mungkin gubuk itu baru terlihat sekarang" Merry berhati?hati mendekati gubuk itu, perlahan?lahan, langkah demi langkah. Ia melihat seseorang berdiri mematung di halaman bersama seekor rajawali.
?Hawkins"? seru Merry tidak percaya,? Kakak! Aku di sini!? Merry kegirangan berhasil menemukan kakaknya kembali. Dengan begitu ia bisa terbang dengan rajawali dan keluar dari hutan terkutuk ini.
Merry menghentikan langkahnya. Matanya terbelalak dan tubuhnya menegang. Kakaknya tidak bergerak atau tidak bisa bergerak lebih tepatnya. Kutukan! Seseorang atau sesuatu telah mengutuk Hawkins dan rajawali menjadi batu. Merry segera mengambil busur dan anak panahnya. Musuh siapapun dia, ada di dekatnya. Merry bisa merasakan kehadirannya.
?Stone Cast!? Seseorang merapal mantera. Itu adalah suara terakhir yang didengar Merry sebelum semuanya menjadi gelap dan hening. Merry berubah menjadi batu.
?Merry!? Teriak Flarion, terbangun dari tidurnya. Hatinya berdebar?debar. Merry berada dalam bahaya. Flarion dapat merasakan bahwa Merry dan Hawkins dalam bahaya. Ia harus menolong mereka.
Keesokan pagi, Flarion sudah menyiapkan diri untuk pergi. Elrica terkejut karena keputusan Flarion yang tiba?tiba. Elrica telah membebaskan Flarion sebagai budak. Hal ini diputuskan dalam Rapat Peri dengan penjelasan atas kemurahan sang Raja maka Raja tidak akan pernah mengambil budak lagi. Saat itu juga semua budak dibebaskan, termasuk Flarion. Keputusan itu dianggap sangat bijak oleh rakyat Peri dan mereka semakin menghormati Raja Elrica. Tetapi Elrica menahan Flarion karena keinginan untuk belajarnya yang kuat tentang kebijaksanaan. Setidaknya itulah yang dikatakan Elrica kepada flarion. Tapi sepertinya Flarion tidak bisa lagi ditahan kepergiannya.
?Ajaklah aku!? Elrica menahan Flarion yang tergesa?gesa.
?Apa!? Flarion menghentikan langkahnya. ?Apa kau gila" Kau seorang raja, Elrica. Kau mau meninggalkan semuanya itu untuk pergi denganku"?
?Aku tidak pantas jadi raja jika aku belum menjadi bijak melebihi dirimu! Aku dapat membentuk Dewan untuk menggantikan diriku selama aku pergi. Tapi yang jelas, aku tidak akan membiarkan dirimu pergi sendirian untuk mencari teman?temanmu,? Kata Elrica penuh tekad.
Flarion terpaksa mengangguk. Ia tidak punya waktu berdebat dengan Elrica yang keras kepala lagipula siapa tahu Elrica dapat membantunya menemukan Merry dan Hawkins karena dia jauh lebih mengenal hutan di sekitar Istana Peri. Elrica pun segera membentuk rapat singkat dan membentuk Dewan Para Peri yang bijaksana. Tak lama kemudian Flarion sudah berkuda berdampingan dengan Elrica menembus hutan.
?Hutan Sang Penyihir!? Seru Elrica, ?Jika mimpimu itu adalah firasat penglihatan dari yang Maha Kuasa maka teman?temanmu berada dalam Hutan Sang Penyihir. Mereka dalam bahaya!?
?Kau tahu dimana letak Hutan Penyihir"? Tanya Flarion Panik.
?Tidak ada yang pernah tahu persis. Hutan itu adalah hutan yang menyesatkan. Hanya Penyihir sakti yang bisa keluar?masuk Hutan seperti itu dan mematahkan sihirnya atau Sang Penyihir sendiri yang sengaja menjebakmu untuk masuk ke dalam hutan. Setelah itu Sang Penyihir akan menyesatkanmu dalam hutan hingga mati kelaparan,? Jawab Elrica,? aku pernah mendengar dongeng lama tentang Hutan itu. Hanya saja kebenarannya tidak terjamin.?
?Tak ada salahnya dicoba. Ayo kita pergi!? Flarion pun memacu kudanya. Elrica segera menyusul ke muka dan memimpin jalan.
Mereka tersesat. Tak disangka Elrica berasil menuntun mereka masuk ke dalam Hutan Sang Penyihir. Namun meski berhasil masuk pun Flarion masih tetap kesulitan menemukan Merry dan Hawkins.
?Gubuk!? Seru Flarion,? Ada sebuah gubuk aneh di sana namun di sekeliling gubuk ada semacam cahaya?cahaya aneh.?
?Gubuk" Gubuk yang mana"? Elrica heran,? Aku tidak melihatnya. Jangan?jangan... cahaya pelindung! Cahaya itu adalah Sihir Mage tingkat tinggi yang membuat sebuah benda atau bahkan makhluk menjadi tidak terlihat. Tapi bagaimana kau bisa melihatnya"?
?Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya musuh kita adalah Penyihir yang sangat kuat. Yang dapat membuat hutan sihir dan cahaya pelindung pasti bukan Penyihir biasa saja. Berhati?hatilah, kawan,? Flarion berbisik?bisik kepada Elrica.
Flarion pun melangkah maju dan menembus Cahaya pelindung. Saat itu juga Cahaya itu lenyap dan Elrica pun bisa melihat gubuk itu pada akhirnya.
?Merry! Hawkins! Apa yang terjadi"? Flarion berlari ke arah mereka dan Ia pun terkejut. Merry dan Hawkins tidak bergerak. Kutukan! Mereka dikutuk menjadi batu. Seseorang keluar dari dalam gubuk. Flarion dapat melihatnya, seorang wanita muda yang cantik, tetapi ia tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena cahaya Pelindung melindungi sekujur tubuhnya. Ia mengarahkan tangannya ke arah Elrica. Celaka! Elrica tidak dapat melihatnya!
?Awas, Elrica!? Seru Flarion. Flarion segera melompat menabrak Elrica namun terlambat sudah. ?Stone Cast!? Wanita itu berseru dan dalam seketika cahaya keluar dari jarinya dan menghantam Elrica. Elrica jatuh ke tanah namun telah berubah menjadi batu.
Flarion segera bangkit dan menarik pisau dari ikat pinggangnya. Ia berlari ke arah wanita itu dengan posisi menyerang. ?Stone Cast!? wanita itu kembali berseru. Flarion tidak sempat menghindar. Ia perlahan berubah juga menjadi batu. Semuanya menjadi gelap.
?Flarion, anakku, ingatlah selalu, di saat paling kelam di dalam hidupmu di mana harapan manusia sudah sirna, berdoa dan percayalah kepada Yang Maha Kuasa. Ia akan memberi pertolongan. Keep Your Faith!? ... Pesan Sang Ayah... Pesan Jeff. Jiwa Flarion berontak. Jiwa Flarion berdoa.... Cahaya! Flarion melihat cahaya!
Kutukan terpatahkan. Tiba?tiba saja Flarion mampu menggerakan tubuhnya kembali seperti semula. Flarion melihat Penyihir wanita itu terkejut setengah mati, tidak percaya pada penglihatan nya sendiri. ?Tentu saja! Ini pertama kali nya kutukan nya berhasil dipatahkan,? pikir Flarion.
Tetapi Flarion salah. Penyihir wanita itu tidak terkejut karena sihirnya yang dipatahkan melainkan karena tubuh Flarion bersinar terang. Flarion terkejut karena sesuatu sedang mendekapnya erat. Ia bercahaya seterang Sang Surya dan bentuknya seperti kumpulan Bintang yang dijadikan satu. Benar?benar tak bisa dilukiskan dengan kata?kata.
?Root Cast!? Wanita itu kembali melontarkan mantera. Akar?akar berduri muncul dari dalam bumi dan berusaha mengikat Flarion. Tetapi ketika akar itu mendekati Flarion yang bersinar, mereka semua terbakar dengan sendirinya.
?Thunder Cast!? Wanita itu kembali merapal mantera dan kali ini Kilat meluncur dari tangan kanannya dan menghantam Flarion. Namun Kilat itu memantul dan meledakkan Pohon Besar di samping Flarion.
Flarion segera maju mendekati wanita itu. Sang Penyihir wanita ketakutan dan mulai menghindar dengan Cahaya Pelindungnya. Tetapi Flarion tetap dapat melihat keberadaannya dan segera melemparkan pisau ke arahnya, tepat ke arah pangkal lengannya.
?Ahhh, aduh sakit sekali!? Seru penyihir itu sambil menjatuhkan diri dan menangis,? Ampun, jangan sakiti aku! Lakukan apa yang kau mau lakukan kepadaku tapi jangan bunuh aku!? Wanita Penyihir itu terus menangis. Flarion memandangnya terus dengan tetap waspada.
Pendekar Wanita Buta 1 Pedang Kayu Harum Karya Kho Ping Hoo Darah Dan Cinta Di Kota Medang 11
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama