Ceritasilat Novel Online

Pangeran Perkasa 9

Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Bagian 9


Setibanya di luar gua, pemuda itu baru menarik napas sambil bisiknya pelan : "Ooh, sungguh berbahaya!"
Sementara itu Siu Cing ikut melejit pula ke tengah udara, lalu dengan gerakan 'elang sakti menangkap kelinci' dia sambar tengkuk nona Sin Cui dan segera dilontarkan ke arah Sik Tiong Giok keras-keras.
"Engkoh Sik, sambutlah tubuhnya!" bentaknya.
Sedang dia sendiri berjumpalitan pula di tengah udara dengan jurus naga sakti berjalan di angkasa, tubuhnya meluncur keluar dari gua dengan tak kalah gesitnya.
Baru saja tubuhnya melayang turun ke atas tanah, mendadak sebuah batu cadas meluncur datang lagi dengan membawa desingan angin tajam, untung Sik Tiong Giok bertindak cepat dan menarik Siu Cing sehingga menyingkir jauh beberapa depa dari posisi semula.
"Blaammm...!" Benturan keras menggelegar memecahkan keheningan, batuan cadas itu tahu-tahu sudah menumbuk di atas batuan cadas yang lain.
Seketika itu juga hancuran batu menyebar ke empat penjuru dengan membawa suara desingan tajam yang menggidikkan hati.
Begitu cepat peristiwa tersebut berlangsung sehingga tak sempat bagi beberapa orang itu untuk menghindarkan diri.
Dengan perasaan terkejut Siu Cing melejit ke udara, lalu bagaikan seekor burung walet meluncur keluar dari gua.
Sementara itu si tolol Wan Poo sedang menyepak batu-batu dengan santai, lagaknya macamorang sedang bermain-main, tapi seperti juga lagi berlatih ilmu, rupa-rupanya dia sudah melupakan ketiga orang yang masih berada di dalam gua.
Waktu itu, baru saja ia berhasil menendang sebuah batu cadas yang amat besar ke arah mulut gua, sambil tertawa terbahak-bahak serunya : "Haa haaahh haaaah... tendanganku benar-benar amat jit, coba lihat dengan tendangan ku yang ini!"
Tapi belum lagi tendangannya dilancarkan tahu-tahu tengkuknya telah ditabok oleh orang keras-keras, menyusul kemudian terdengar Siu Cing membentak keras : "Bocah tolol, apakah kau belum puas susiok cebol sudah kau celakai, sekarang ingin mencelakai pula kami dengan batu cadas?"
Wan Poo tertegun lalu memandang sekejap wajah Siu Cing, serunya agak mendongkol : "Kalajengking kecil, mengapa kau selalu memperolok-olok diriku?"
"Hmm, siapa suruh kau membandel terus" Kau anggap menolong orang pun seperti permainan kanak-kanak?" hardik Siu Cing dengan tak kalah gusarnya.
Sementara kedua orang itu masih cekcok sendiri, Sik Tiong Giok bersma Sim Ciu telah munculkan diri pula disitu, segera ujarnya kepada Siu Cing sambil tertawa : "Saudara Siu, tak usah cekcok lagi lebih tinggalkan tempat ini secepatnya."
"Susiok cebol terluka parah di dalam liang gua, apakah kita harus berpeluk tangan belaka?"
"Apa?" seru Sik Tiong Giok terkejut, "apakah susiok cebol pun telah datang" Dia berada dimana sekarang?"
"Berada dalam liang gua sana, ayoh berangkat, kita tengok keadaannya, siapa tahu engkoh Sik punya ide untuk
menolongnya." Mereka berempat segera berangkat menelusuri batuan kerikil menuju ke liang gua tersebut.
Ketika tiba di tempat tujuan dan memandang ke arah liang gua tersebut, seketika itu juga semua orang dibuat tertegun.
Ternyata si kakek cebol yang semula tergeletak melingkar di dalam liang gua tersebut, kini sudah hilang lenyap tak berbekas.
"AAAH..." Siu Cing segera berseru kaget, "tadi susiok cebol menderita luka dalam yang cukup parah, menapa ia bisa lenyap tak berbekas?"
"Luka dalam apa sih yang dideritanya?" anya Sik Tiong Giok.
"Ia terpengaruh oleh irama sesat dari siluman perempuan itu sehingga tidak sadarkan diri."
"Kalau dugaanku tak salah, siluman perempuan itu pasti muncul kembali setelah kabur tadi," sela Sim Cui tiba-tiba, "lalu menggunakan kesempatan di saat kita tak siap, dia telah menculik susio cebol."
Sik Tiong Giok termenung dan berpikir sejenak, tiba-tiba ia bertepuk tangan sambil berseru : "Betul, ayoh kita kejar secepatnya!"
Begitu selesai berseru dia segera kabur lebih dulu keluar dari gua itu disusul Siu Cing sekalian.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka berempat sudah keluar dari gua tersebut.
Belum keempat orang itu berhenti berlari, tiba-tiba dari kejauhan sana tampak serombongan kuda berlarian cepat menerobos hutan. Ketika pemimpin rombongan tersebut mengulapkan tangan kirinya, para penunggang kuda itu segera menyebarkan diri membentuk setengah lingkaran dan mengepung Sik Tiong Giok berempat di muka gua.
Waktu itu sudah menjelang senja, tujuh delapan buah lentera telah disulut lawan untuk menerangi sekeliling tempat itu, namun suasananya amat menyeramkan dan menggidikkan hati,
terutama sekali kawanan manusia tersebut mengenakan topeng kulit serigala, sehingga tampangnya lebih menyeramkan.
Biarpun Sim Cui adalah seorang nona yang bernyali besar, toh belum pernah selama hidupnya mengalami kejadian seperti ini, dia segera mendekati Sik Tiong Giok dan berbisik : "Hey, makhluk aneh apa sih mereka itu?"
"Jangan takut, mereka hanya manusia-manusia bengis dari Siuu le pang, bila bertarung nanti kaupun tak usah sungkan-sungkan lagi terhadap mereka."
Sim Cui mengangguk dan mundur ke belakang, lalu diawasinya kawanan makhluk aneh itu dengan menggenggam gagang
pedangnya erat-erat, setiap saat dia sudah bersiap sedia untuk melancarkan serangan.
Pemimpin dari rombongan manusia aneh berkepala serigala itu segera mencemplak kudanya sambil maju ke muka, lalu
teriaknya keras-keras : "Sik Tiong Giok, akan kulihat kau dapat kabur kemana lagi hari ini?"
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu lalu mendengus dingin setelah tertawa bergelak baru katanya :
"Orang she Cu, tak usah berlagak macam setan dedemit di hadapanku, sekalipun kau mengenakan kulit harimau, jangan harap bisa membuat kami ketakutan."
Ternyata pemimpin dari rombongan tersebut adalah Rasul serigala Cu Bu Ki.
Ia segera tertawa bergelak sesudah mendengar teguran itu, katanya dengan lantang : "Haaah... haaah... haaah... bocah keparat, tak nyana kau memiliki ketajaman mata yang
mengagumkan!" Sik Tiong Giok tersenyum.
"Itu mah belum terhitung seberapa, sekalipun sang kelinci liar berperawakan tinggi besar, masa aku menganggapnya sebagai unta?"
Cu Bu Ki mendengus dan melepaskan sarung tangan kulitnya, kemudian berkata dingin : "Mengingat kita terhitung masih sesama saudara perguruan, aku tidak ingin cekcok dengan saudara sendiri..."
"Huuh... tak nyana kau masih bertebal muka berani mengucapkan perkataan tersebut, siapa sih yang bersaudara seperguruan denganmu" Tak tahu malu!"
Tiba-tiba Cu Bu Ki merubah sikapnya seratus delapan puluh derajat, sambil tersenyum katanya : "Sekalipun kau tak mengakui aku sebagai suheng mu, tapi bagaimanapun juga kau toh masih terhitung adik seperguruanku."
Tiba-tiba Sik Tiong Giok membentak keras : "Tutup mulut, bila kau mengaku sebagai anggota perguruan Thian Long bun, ayoh segera menyerahkan diri dan ikut aku menjumpai suhu..."
"Coba kau terangkan dulu, berada dimana sih suhu, apa salahnya kalau aku turuti kemauanmu untuk menghadapnya?"
"Dia..." Mendadak Sik Tiong Giok merasa telah salah berbicara, cepat-cepat serunya : "Soal ini tak usah kau tanyakan, asal kau mengaku salah, aku dapat membawamu ke sana."
Cu Bu Ki segera berkerut kening sementara dalam hatinya merasa kagum atas kecerdasan otak Sik Tiong Giok, dia tahu pemuda tersebut tak bisa ditipu, maka sambil mengulapkan tangan kepada kawanan manusia serigala itu, serunya lantang :
"Kepung rapat-rapat beberapa orang bocah keparat ini, jangan lepaskan seorangpun dari mereka."
Baru selesai dia berkata, dari sisi kiri sudah terdengar pula seseorang berseru keras : "Pangcu ada perintah untuk mengepung rapat-rapat sekeliling tempat ini, jangan lepaskan seorangpun dari beberapa orang setan cilik itu, siapa yang melanggar perintah akan dibunuh!"
Suara derap kuda yang ramai kembali berkumandang
memecahkan keheningan, sementara lingkaran kepungan makin lama menyusut semakin kecil...
Sik Tiong Giok tertawa dingin, sambil berpaling ke arah Siu Cing sekalian katanya : "Hari ini kita akan beradu jiwa, semoga saja kita semua berhasil lolos dari kepungan, bila ada yang berhasil kabur, tak usah menunggu yang lain, segeralah berangkat ke Pay lau san, kita bersua lagi disana."
"Baik, biar aku yang bertarung pada babak pertama," seru Wan Poo sambil tertawa keras.
Baru selesaiia berkata, sepasang kakinya sudah mulai bergerak.
Hembusan angin puyuh yang sangat keras diiringi suara gemuruh yang memekikkan telinga segera berkumandang meenuhi
angkasa, angin kencang bercampur hancuran batu gunung bagaikan sapuan ombak samudera, langsung menyambar
kawanan manusia serigala itu.
Dalam waktu singkat suasana menjadi kacau dan barisan kepungan lawan menjadi kocar kacur tak keruan, jeritan manusia, pekikan kuda dan jeritan-jeritan kaget serta pekikan bergema susul menyusul.
Rasul serigala yang memegang komando menjadi terperanjat sekali, tanpa terasa teriaknya, "Kepandaian apakah yang dimiliki bocah keparat ini" Benar-benar sepasang kaki yang amat lihay."
Sementara Wan Poo masih saja menagayunkan tendangannya berulangkali, serunya sambil tertawa bergelak : "Haaa, haaa, haaa dugaanmu memang benar. Kepandaian silat yang
diandalkan aku si A poe adalah sepasang kaki."
Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali ada tiga orang musuh yang rontok dari atas kuda.
Berada dalam keadaan demikian, Rasul serigala Cu Bu Ki tak berdiam lebih lagi disitu, serta merta dia melompat ke udara dan melarikan diri ke dalam hutan.
Sedang kawanan manusia serigala lainnya sudah lari pontang panting dan berusaha menyelamatkan diri sedari tadi.
Menyaksikan keadaan ini Sik Tiong Giok berteriak keras :
"Saudara Cu, mari kita terjang keluar dari kepungan dengan mengikuti di belakang suheng."
Maka sambil meneruskan perjalannya, Wan Poo mengayunkan kakinya berulang kali menendang batuan cadas disitu, batu-batu cadas itu pun beterbangan di angkasa dan meluncur ke dalam hutan.
Makin menyepak Wan Poo semakin bersemangat, tiba-tiba teriaknya keras-keras : "Haaah, haaah, haaah, benar-benar puas aku menendang. Hay, Kalajengking kecil, bagaimana dirimu?"
Makin berjalan semakin dalam mereka memasuki hutan itu akhirna suasana semakin gelap, batuan pun habis disepak.
Lagi-lagi Wan Poo berteriak keras : "Kalajengking kecil, bagaimana sekrang" Sudah tak ada batu lagi yang ditendang."
"Kau memang sangat tolol, kalau batunya habis, apakah kau tidak bisa menendang pohon?" hardik Siu Cing.
Belum habis ucapan itu diutarkan tiba-tiba terdengar seseorang menyambung sambil tertawa : Di dalam hutan ini paling tidak terdapat selaksa batang pohon, akan ku lihat berapa besarkah kepandaian yang kalian miliki sehingga dapat menumbangkan semua pepohonan tersebut."
"Cu Bu Ki," Sik Tiong Giok segera membentak keras, "kalau punya nyali ayoh cepat menampilkan diri, mari kita bertarung mati-matian untuk menentukan siapa yang lebih unggul di antara kita."
Cu Bu Ki yang berada di tempat kegelapan, segera menyahut sambil tertawa nyaring : "Binatang cilik, kalian sudah terjebak ke dalam perangkapku, tidak perlu aku mesti turun tangan. Jangan harap seorangpun di antara kalian yang bisa meloloskan diri."
Tidak sampai Sik Tiong Giok menyahut, Sim Cui sudah tidak sanggup menahan diri lagi, sambil mempersiapkan sepasang pedangnya ia membentak keras : "Aaah, belum tentu begitu."
Bersamaan dengan bentakan tersebut, tubuhnya segera
meluncur ke depan diiringi dua gulung cahaya tajam yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
Menjumpai nona cilik menyerempet bahaya, timbul perasaan kuatir dalam hati kecil Siu Cing, ia segera membentak nyaring dan menyusul pula dari belakang.
Dengan terjadinya keadaan tersebut, tentu saja Sik Tiong Giok tak bisa berpeluk tangan belaka, dia segera berkelebat ke depan dan menyusup ke sebelah kiri.
Dalam waktu singkat, hutan tersebut sudah dipenuhi dengan suara bentakan keras, suara caci maki serta suara senjata yang saling beradu satu sama lainnya.
Dalam pada itu si Rasul serigala Cu Bu Ki sma sekali tidak turun tangan, secara diam-diam ia mengawasi terus setiap perubahan situasi disana sementara timbul rasa girang dalam hatinya, pikirnya : "Akan kulihat kalian beberapa orang manusia kecil, apakah mampu untuk menembus kepunganku ini."
Dalam waktu singkat suara pertarungan telah mereda, bahkan suara Wan Poo yang menendang pohon pun mereda.
Kejadian tersebut dengan segera menimbulkan perasaan heran dalam hati kecil Cu Bu Ki, pikirnya lagi : "Jangan-jangan beberapa orang manusia kecil itu sudah melarikan diri" Tapi...
mustahil seceapt ini mereka berhasil meloloskan diri... lalu...
kemana perginya orang-orang yang kubawa, mengapa tak seorang pun yang kelihatan?"
Semakin dipikir dia merasa tercengang, makin dipikir semakin merasa kalau keadaan tidak beres maka diapun menghimpun tenaga dalamnya dan melompat keluar dari balik sebatang pohon besar, lalu menjejakkan kakinya ke atas dahan pohon lain dan melayang turun ke atas tanah.
Baru saja tubuhnya melayang turun, mendadak terlihat sesosok bayangan manusia menerjang datang ke arahnya.
Cu Bu Ki tidak tahu siapa yang datang, diapun tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki orang itu, buru-buru ia mengeluarkan jurus 'serigala menelan setan sial'
menyodok tubuh manusia tersebut.
Jurus serangan itu merupakan salah satu dari dua belas ilmu cacad dari perguruan serigala langit yang paling keji dan buas.
Begitu serangan dilontarkan, tubuhnya segera berputar kencang dan menyelinap ke belakang bayangan hitam tersebut.
Tapi sungguh aneh, biarpun bayangan hitam itu sudah termakan oleh serangannya yang ganas, bukan saja tidak bersuara, bahkan gerakan tubuhnya sama sekali tak berhenti dan terus menerjang ke hadapannya.
Baru sekarang Cu Bu Ki merasa kalau keadaan kurang beres, dengan suatu gerakan cepat dia maju ke muka dan menyambar ikat pinggang orang tersebut.
Begitu jari tangannya menyentuh manusia itu, dia baru merasa terkejut sebab tubuh itu sudah menjadi kaku.
Apalagi setelah melihat jelas raut wajah orang tersebut, hawa amarahnya semakin memuncak.
Ternyata orang itu adalah seorang pembantu andalannya yang bernama Shantung ta sha (Tikus pencuri dari Shantung) Cu Goan hoa.
Sewaktu tubuhnya dilemparkan ke udara tadi, sesungguhnya ia sudah ditotok jalan darahnya, apalagi sekarang sudah termakan oleh pukulan Cap ji jiak jiu dari Cu Bu Ki tentu saja selembar jiwanya tidak dapat diselamatkan lagi.
Dalam kagetnya Cu Bu Ki sadar kalau ada orang sedang mengganggunya, ia semakin tak berani berayal lagi, sambil menekan hawa amarahnya, ia meluncur ke depan mengikuti arah datangnya tubuh Cu Goan hoa tersebut.
Baru saja tubuhnya melayang dan hinggap di atas tanah, dari balik kegelapan malam kembali terdengar suara orang sedang tertawa dingin.
Cu Bu Ki membalikkan tubuhnya dengan kecepatan tinggi, tampak sesosok bayangan manusia hitam menyelinap ke
belakang sebatang pohon besar.
Tanpa sangsi lagi Cu Bu Ki segeral mengeluarkan ilmu gerakan tubuh kelitan serigala untuk menyusul pula ke belakang pohon itu.
Biarpun gerakan tubuh dari bayangan hitam itu cepat namun tidak secepat ilmu kelitan serigala, begitu melihat musuh mendesak datang, dan agaknya dia tahu kalau tak sempat menghindar lagi, orang itu celingukan kian kemari berusaha untuk mencari peluang untuk meloloskan diri.
Waktu itu Cu Bu Ki telah mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan sambil jengeknya : "Hmmm, memangnya kau akan mampu untuk meloloskan diri dari tempat ini?"
"Tentu saja mampu!" jawaban nyaring kembali menggema.
Persamaan dengan bergemanya ucapan tersebut, tiba-tiba saja bayangan hitam itu memisahkan diri menjadi dua, bayang berada di belakang segera menyelinap ke tempat kegelapan, sebaliknya orang yang berada di muka justru maju ke depan serta menyongsong datangnya serangan bacokan dari Cu Bu Ki.
Melihat hal ini Cu Bu Ki mengerti bahwa dia akan tertipu lagi bila meneruskan serangannya, tak bisa disangkal lagi orang yang akan dihantamnya sekarang, sudah pasti salah seorang anak buahnya.
Tapi sayang keadaan sudah terlambat dan tak sempat lagi baginya untuk menarik kembali serangan itu sehingga tak ampun lagi pukulan itu bersarang telak di tubuh orang itu.
Apa yang diduga memang tak salah, dimana angin pukulan itu menyambar, robohlah bayangan manusia itu dengan perut pecah dan usus berserakan dimana-mana, ketika diamati lebih seksama, orang itu adalah salah seorang busu dari siu le bun nya.
Bisa dibayangkan betapa gusarnya Cu Bu Ki menghadapi kejadian semacam itu, dengan sepasang mata berapi-api dan mendengus penuh amarah, dia segera menjejakan kakinya dan mengejar ke arah mana bayangan hitam itu melarikan diri.
Dalam sepanjang perjalanan, secara beruntun dia saksikan pada belakang setiap pohon besar selalu muncul sesosok bayangan manusia yang berdiri kaku, semuanya sudah berubah menjadi mayat dan hal yang paling menggusarkan hatinya adalah orang-orang itu semuanya merupakan busu dari Siu le pang.
Lebih jauh Cu Bu Ki melakukan pengejaran, semakin banyak ditemukan mayat-mayat dari anak buahnya, tak heran kalau hatinya penuh diliputi perasaan gusar dan kaget.
Mendadak dari sisi tubuhnya berkumandang suara hembusan ujung baju yang terkena angin, tanpa berpikir panjang dia segera melepaskan sebuah pukulan sementara badannya menyingkir ke kanan.
Namun orang itupun melayang pula ke samping kanannya sehingga dengan demikian kedua belah pihak bediri saling berhadapan dan dapat saling melihat wajah lawan dengan jelas.
Tiba-tiba terdengar orang itu menjerit kaget : "Hey, rupanya kau!"
Dengan gusar Cu Bu Ki membentak pula : "Sik Tiong Giok, tindakanmu benar-benar kejam dan tidak berperikemanusiaan."
Di tengah bentakan itu tubuhnya bukan mundur malahan maju ke depan dengan jurus burung hitam menggubat pasir, dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat ke muka.
Orang itu tak lain adalah Pangeran Serigala Sik Tiong Giok, diapun sampai disitu karena mengejar sesosok bayangan hitam.
Sepanjang perjalanan banyak sudah ditemukan anggota Siu le pang yang telah berubah menjadi mayat, kejadian tersebut cukup mengejutkan hatinya tapi dia tak mengira kalau akhirnya orang yang dijumpai adalah si Rasul serigala Cu Bu Ki.
Bertemu dengan Sik Tiong Giok bagi Cu Bu Ki ibaratnya musuh besar bertemu muka, rasa marah dan bencinya segera
berkecamuk menjadi satu membuat orang itu segera
mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk melancarkan serangan yang mematikan.
Sik Tiong Giok sendiripun berniat membersihkan perguruan ayah angkatnya dari murid durhaka, tentu saja dia tak sudi melepaskan musuhnya dengan begitu saja. Setelah saling bertemu apalagi membunuh Cu Bu Ki sama halnya dengan melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan.
Begitu melihat datangnya serangan lawan, dia segera mendengus dingin, bukannya berkelit, telapak tangan kirinya melakukan gerakan mendayung di depan badan, sementara tangan
kanannya dengan mengepal tinju menjotos ke depan.
Di bawah gerakan Sik Tiong Giok ini, jurus serangan 'burung hitam mengerat tanah' dari Cu Bu Ki kehilangan daya gunanya.
Ia berteriak kaget lalu serunya : "Sebuah jurus hati Budha gigi serigala yang sangat hebat, tampaknya si tua bangka celaka itu benar-benar telah mewariskan segenap kepandaian simpanannya kepadamu."
"Dugaanmu tepat sekali," bentak Sik Tiong Giok, "hari ini jugg aku akan membersihkan perguruan serigala langit dari oknum tak bertanggungjawab macam kau!"
Sebuah serangan maut dengan jurus 'setan gantung pemetik hati' daridua belas ilmu cacad segera dilontarkan ke depan, dengan kelima jari tangan dipentangkan lebar-lebar dia sambar dada Cu Bu Ki.
Sebagai sesama murid perguruan serigala langit, tentu Cu Bu Ki mengetahui akan kelihayan jurus serangan tersebut, dia tak berani menerima ancaman itu dengan kekerasan, dengan gerakan cekatan tubuhnya menyelinap mundur sejauh enam tujuh langkah.
Tanpa merubah gerakan serangannya Sik Tiong Giok mendesak lebih jauh, ia masih tetap mengancam dada Cu Bu Ki dengan cengkeraman mautnya.
Sesudah didesak berulang kali, lama kelamaan meledak juga amarah Cu Bu Ki, sambil membentak keras ia segera
mengeluarkan jurus 'ulat beracun mengisap darah' ajaran dari Pat Huang Sin Mo untuk mematahkan serangan Sik Tiong Giok tersebut.
Begitu sepasang telapak tangan saling bertemu, tiba-tiba saja Sik Tiong Giok merasa kepalanya menjadi pusing, seketika itu juga dia merasa kalau luka lamanya telah kambuh kembali sehingga tenaga dalamnya tak dapat digunkan dengan lancar.
Kenyataan ini kontan saja membuat paras mukanya berubah hebat saking kaget dan terkesiapnya.
Pada mulanya Cu Bu Ki mengira tenaga dalam lawan jauh lebih tangguh daripada kemampuan sendiri sehingga dalam setiap tindakan dia selalu mengalah.
Siapa tahu setelah terjadi bentrokan barusan ditemukan bahwa kemampuan Sik Tiong Giok sangat lemah dan tak berkemampuan apa-apa, hal ini langsung saja melegakan hatinya.
Sambil tertawa menyeringai segera ujarnya : "Heee...heeeh...
heeeh... binatang cilik, dengan mengandalkan kemampuan semacam inipun kau berani membalaskan dendam bagi tua bangka tersebut?"
Baru mendengar gelak tertawa menyeramkan dari musuhnya, Sik Tiong Giok merasakan datangnya suatu kekuatan besar yang menekan tubuhnya, sadarlah pemuda itu bahwa tiada peluang lagi baginya untuk menghindarkan diri, terpaksa dia pejamkan matanya menunggu kematian.
Di saat yang amat kritis inilah mendadak muncul segulung kekuatan besar yang datangnya dari sisi arena dan langsung mengangkat tubuh Sik Tiong Giok serta melemparkannya sejauh beberapa kaki sehingga lolos dari ancaman kematian.
Betapa kagetnya Sik Tiong Giok menghadapi kejadian tersebut, cepat-cepat dia berusaha merangkak bangun dan melayangkan pandangan matanya ke sekeliling situ, tapi kecuali Cu Bu Ki seorang, ternyata tak nampak bayangan manusia lainnya.
"Siapa yang telah menyelamatkan aku..." demikian ia berpikir di dalam hati.
Sementara dia masih termenung, Cu Bu Ki sendiripun dibuat amat terkesiap oleh peristiwa ini.
Menurut Pat Huang Sin Mo yang mewariskan kepandaian tersebut kepadanya, konon ilmu iblis tersebut merupakan suatu kepandaian maut yang tak pernah bisa dipunahkan oleh siapa pun termasuk si kakek serigala langit sendiri, tapi kenyataannya sekarang, serangan tersebut menemui kegagalan total di tangan seorang pemuda ingusan.
Dalam kaget dan tertegunnya, tiba-tiba ia menemukan rahasia dari kejadian tersebut, tampak sesosok bayangan hitam yang tinggi besar muncul di sisi kirinya, cuma sja karena jaraknya terlampau jauh sehingga sulit baginya untuk menentukan apakah bayangan itu manusia ataukah pohon.
Dia mendengus marah, sepasang tangannya segera disiapkan bersamadgn mengerahkan tenaga iblisnya mencapai dua belas bagian, lalu sambil menerjang ke depan sebuah pukulan yang maha dahsyat dilontarkan pula ke arah bayangan tersebut.
Bayangan hitam itu masih tetap bergerak, sekalipun angin serangan yang dahsyat dan amat beracun itu sudah mengenai tubuhnya, namun bayangan hitam itu masih berdiri tidak bergerak di tempat semula.
Cu Bu Ki yang sudah beberapa kali tertipu, kali inipun mengira dirinya tertipu lagi oleh sisasat musuh terutama setelah menjumpai serangan beracunnya tak mendatangkan hasil, dia menganggap bayangan hitam itu sebagai salah seorang anak buahnya yang telah menjadi mayat.
Mendadak bayangan hitam itu mendengus dingin seraya
membentak : "Binatang laknat, kau berani melancarkan serangan terhadapku" Hmm, rasakan pula sebuah pukulanku ini!"
Cu Bu Ki amat terkesiap setelah mendengar suara itu, segera pikirnya dengan cepat : "Heran, kenal amat dengan suara ini, siapakah dia?"
Mendadak bayangan tubuh seseorang melintas di dalam
benaknya, munculnya bayangan itu membuat hatinya serasa mau copot saking ngeri dan takutnya, tanpa banyak membuang waktu lagi dia segera membalikkan badan dan melarikan diri terbirit-birit.
Bayangan hitam yang tinggi besar itu mendengus dingin, ujung bajunya segera dikebaskan ke depan, dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat langsung menyambar tubuh Cu Bu Ki dan melemparkannya sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
"Blaaaammm...!"
Akhirnya tubuh itu terbanting keras-keras di atas tanah, membuat Cu Bu Ki merasa pandangan matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing dan hampir saja tak sadarkan diri.
Tampaknya Cu Bu Ki merasa takut sekali dengan bayangan hitam itu, setelah berguling di atas tanah beberapa kali, dia melompat bangun dan segera melarikan diri terbirit-birit.
Walaupun saat itu Sik Tiong Giok merasakan luka dalamnya kambuh kembali sehingga tak dapat mengeluarkan tenaga lagi, namun dia tak sudi membiarkan Cu Bu Ki melarikan diri.
Sambil memaksakan diri untuk menghimpun tenaga dalamnya, dia hadang jalan pergi orang itu sambil melepaskan sebuah bacokan maut.
Dalam keadaan demikian nampaknya Cu Bu Ki merasa takut sekali dengan manusia berbaju hitam itu sehingga niatnya untuk melarikan diri besar sekali.
Itulah sebabnya tatkala Sik Tiong Giok mengayunkan telapak tangannya melancarkan sebuah pukulan, dia tidak menanggapi ancaman mana, sebaliknya membalikkan tubuh dan melarikan diri terbirit-birit ke arah sebelah kanan.
Gagal dengan serangannya, Sik Tiong Giok merasa tak rela melepaskan musuhnya begitu saja, belum lagi dia melakukan pengejaran mendadak terdengar manusia berbaju hitam yang berada di samping arena telah membentak keras : "Hey, apakah kau hendak menyusulnya untuk menghantarkan selembar
jiwamu?" Sembari berkata dia mengebaskan ujung bajunya ke depan dan menahan tubuh Sik Tiong Giok yang sedang meluncur ke muka itu dengan kekerasan.
Cu Bu Ki segera memanfaatkan kesempatan untuk meloloskan diri, dia tak berani berayal lagi, laksana anak p anah yang terlepas dari busurnya dia melesat ke dalam hutan untuk menyelamatkan diri.
Sik Tiong Giok sendiri dibuat tertegun setelah menangkap logat suara manusia berbaju hitam, dia merasa suara itu sangat dikenalnya sehingga tanpa terasa diawasinya orang itu dengan seksama.
Manusia aneh itu mempunyai perawakan tubuh yang tinggi besar, rambutnya yang panjang hampir menutupi mukanya, waktu itu dia berdiri di bawah sebatang pohon besar yang gelap.
Setelah saling berpandangan sekejap, terdengar manusia berbaju hitam itu berkata dengan suara dingin : "Ketiga orang sahabatmu telah kuselamatkan semua dari sini, mau apa lagi kau berdiri terus disitu?"
Ucapan mana sekali menggetarkan perasaan Sik Tiong Giok, kembali dia berpikir : Suara orang ini mirip sekali dengan suara ayah angkatku... tapi sepasang kaki dia orang tua telah putus, padahal orang ini berperawakan tinggi besar, lalu siapakah dia?"
"Sik Tiong Giok mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan dari locianpwee, bolehkah kiranya aku she Sik mengetahui nama locianpwee sehingga suatu ketika di masa mendatang bisa kubalas budi kebaikan ini."
Sembari berkata dia memberi hormat dengan membungkukkan badannya dalam-dalam, tapi sewaktu tidak mendengar suara jawaban dari lawannya dia mendongakkan kepalanya lagi, namun pemuda itu segera berseru tertahan dan berdiri tertegun.
Ternyata manusia berbaju hitam itu sudah lenyap tak berbekas dari tempat semula, pemuda itu mencoba untuk memperhatikan keadaan di sekitar sana, namun tak sesosok bayangan
manusiapun yang nampak, akhirnya sambil menghela napas dia berjalan keluar dari hutan itu.
Pepohonan yang tumbuh dalam hutan itu sangat lebat, dengan membawa perasaan tercengang dan penuh keraguan Sik Tiong Giok berjalan menelusuri hutan itu, sementara dalam hati kecilnya membayangkan kelihayan dari manusia berbaju hitam yang baru saja ditemuinya.
Entah berapa lama dia berjalan, menjelang fajar mulai menyingsing akhirnya dia keluar dari hutan lebat tersebut.
Tempat itu merupakan sebuah tebing berbatu yang sedikit tetumbuhannya namun ilalang sangat tinggi, jalan terputus dan suasananya amat menyeramkan.
Sik Tiong Giok memperhatikan sekejap keadaan di sekitar situ, lalu bergumam : "Kemanakah aku telah pergi...?"
Belum selesai dia bergumam, mendadak terdengar seseorang menjawab : "Tempat ini adalah tebing pembekuk serigala!"
"Siapa disitu?" dengan perasaan terperanjat Sik Tiong Giok membentak keras, "kalau ingin berbicara, ayoh cepat munculkan diri dari tempat persembunyian, jangan main kucing-kucingan semacam cucu kura-kura saja."
"Haah... haah... haaa..."
Di tengah gelak tertawa yang amat keras muncul tiga orang manusia dari balik semak belukar, ketiga orang itu mengenakan pakaian yang bersih dengan dandanan yang mirip satu dengan lainnya.
Mereka bertiga rata-rata sudah berusia lima puluh tahunan dengankedua lubang hidungnya menghadap ke atas, seorang lagi alis matanya lentik dan terakhir mulutnya lebar dengan gigi yang besar.
Sik Tiong Giok merasa asing terhadap ketiga orang ini, setelah mengawasi mereka sekejap segera tegurnya dingin : "Tiga orang ini bernama tiga orang manusia jelek dari Say juan, orang yang berhidung menghadap ke atas bernama Cho kun he (menantu jelek) Huan Sim, alis matanya yang keriting bernama Cho siang bun atau si kuda jelek Huan Ki dan orang yang bermulut lebar bergigi besar bernama Cho lai kang (si guntur jelek) Huan Siau.
Di antara ketiga orang ini, tabit si guntur jelek Huan Siau paling berangasan.
Ketika mendengar ucapan dari Sik Tiong Giok amat tak sedap didengar, amarahnya segera berkobar, sambil mementangkan mulutnya lebar-lebar dia mengayunkan telapak tangannya siap melancarkan serangan.
Tetapi si menantu jelek Huan Sim cepat-cepat menghalangi niatnya itu sambil berkata : "Lo sam kau tak boleh bersikap kurang ajar terhadap majikan kecil...!"
Dengan cepat si guntur jelek HuanSiau menarik kembali serangannya dan menyahut sambil tertawa : "Hey bocah, untung kau adalah majikan kecil kami, coba kalau orang lain yang bersikap kurang ajar kepada kami, hmmm! aku pasti akan mengajaknya berduel habis-habisan."
"Itu mah urusanmu sendiri," kata Sik Tiong Giok ketus, "sekarang aku hanya ingin bertanya kepada kalian, ada urusan apa kamu bertiga menghalangi jalan pergiku?"
"Ada suatu urusan penting sedang membabani pikiran kami, dan hanya majikan tua seseorang yang bisa membereskan persoalan kami itu," ucap si menantu jelek Huan Sim sambil tertawa.
"Lantas mengapa kalau tidak langsung mencari ayah angkatku?"
Kemali si menantu jelek Huan Sim menghela napas panjang :
"Aaai, majikan tua telah kembali ke alam baka, kemanakah kami harus mencarinya?"
"Hmm, kalian jangan sembarangan berbicara," seru Sik Tiong Giok menjadi marah, "ayah angkatku jelas masih hidup dengan segar bugar, mengapa kau katakan..."
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, dengan wajah berseri karena kegirangan ketiga orang manusia jelek itu berseru bersama : "Apa" Jadi majikan tua masih hidup?" Dia berada dimana sekarang?"
"Akupun tidak tahu!" Sik Tiong Giok menggeleng.
"Kaupun tidak tahu?" seru si guntur jelek HuanSiau dengan suara menggeledek, "lantas bagaimana mungkin kau bisa tahu jika majikan tua masih hidup segar bugar?"
"Tentu saja aku tahu! Segenap kepandaian silat yang kumiliki ini merupakan warisan langsung dari ayah angkat, seandainya dia orang tua sudah meninggal dunia, lantas siapa yang mengajarkan ilmu silat ini kepada ku?"
Sekali lagi berseri paras muka ketiga orang manusia jelek itu, setelah saling berpandangan sekejap si kuda bermuka jelek Huan Ki berkata lagi sambil tertawa : "Kalau begitu, kau tentu sudah mempelajari dua belas ilmu cacad secara lengkap?"
"Tentu saja, kalau tidak masa ayah angkat mengijinkan aku turun gunung?"
"Haaah, haaah, haaah, kalau begitu bagus sekali, kalau begitu bagus sekali!" seru si guntur jelek Huan Siau sambil tertawa terbahak-bahak.
Si menantu jelek HuanSim berkata pula sambil tertawa : "Kami tiga bersaudara berhasrat untuk mengundang majikan kecil berkunjung ke Sun juan dan berdiam beberapa hari di rumah kami, entah bagaimanakah pendapatmu?"
Sik Tiong Giok merasa terkejut bercampur keheranan setelah menerima undanganini, sebab tawaran tersebut diajukan sangat mendadak dan sama sekali di luar dugaan.
Sebetulnya dia berniat menampik, tapi diapun tahu bahwa tiga manusia jelek dari Sun juan ini sudah banyak tahun mengikuti ayah angkatnya serta dianggap sebagai orang kepercayaan, sudah barang tentu dia enggan menampik secara kasar.
Maka sembari menjura katanyasambil tertawa : "Sebenarnya aku harus memenuhi keinginan paman bertiga, sayang sekali aku masih ada urusanpenting di bukit Pay lau san, bagaimana kalau lain waktu saja baru aku berkunjung ke rumahkalian?"
"Apa?" si guntur jelek Huan Siau segera melotot besar, "kau enggan pergi" Kau menolak arak kehormatan ini?"
Berubah pula paras muka Sik Tiong Giok, sahutnya cepat :
"Boanpwee memang sudah terbiasa makan arak hukuman, apakah paman bertiga berniat hendak memaksa dengan
menggunakan kekerasan?"
Tidak menunggu sampai Sik Tiong Giok menyelesaikan
perkataannya, si menantu jelek Huan Sim telah mendesak maju ke depan dan secepat kilat melancarkan serangan dahsyat untuk menotok tiga buah jalan darah penting di tubuh anak muda tersebut.
Serunya kemudian sambil tertawa terbahak-bahak : "Haah, haah, haah, apa boleh buat jika kau menolak, terpaksa aku harus menggunakan kekerasan.. aduh!"
Belum selesai ucapan tersebut diucapkan tahu-tahu Sik Tiong Giok telah menggerakkan tangan kanannya ke bawah sehingga membuat menantu jelek HuanSim menjerit kesakitan, tubuhnya harus mundur sejauh tiga langkah sebelum dapat berdiri tenang.
Cepat-cepat si kuda bermuka jelek Huan Ki maju membimbing tubuhnya sambil bertanya : "Toako, bagaimana rasanya sekarang?"
Menantu jelek Huan Sim menarik napas : "Bocah ini benar-benar telah mendapat warisan dari majikan tua, jurus 'sapuan elang'
yang barusan digunakan memang tepat sekali, untung saja jalan darahnya sudah keburu kutotok sehingga tak sampai membuat isi perutku menderita luka parah."
Berbicara sampai disini, dia lantas membalikkan badan dan berkata lagi kepada Sik Tiong Giok yang tak berkutik karena tertotok jalan darahnya : "Berhubung kami bertiga mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan sehingga perlu berangkat ke Say juan, terpaksa kami akan menyiksa majikan kecil untuk beberapa saat."
Sik Tiong Giok tidak sanggup bergerak atau pun membuka suara, terpaksa dia hanya bisa mengawasi ketiga orang manusia jelek itu dengan pandangan gusar.
Si menantu jelek Huan sim pun tidak memberi banyak
penjelasan, ia segera memberi tanda kepada si duka bermuka jelek Huan Ki untuk membangunkan Sik Tiong Giok dari atas tanah, lalu beranjak pergi dari situ.
Menjelang pukul sembilan mereka telah sampai di Gay bun si, disitu mereka menyewa sebuah kereta dan memasukkan Sik Tiong Giok ke dalam ruang kereta untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Sau Juan.
Waktu itu, sekalipun Sik Tiong Giok tidak mengetahui apakah maksud tujuan yang sebenarnya dari ketiga mansia jelek itu, namun iapun dibuat tak berdaya, apalagi dengan membawa luka parah di tubuh, terpaksa pemuda itu hanya bisa pasarahkan nasib pada takdir.
Ketika sudah melewati Tok tian, si menantu jelek Huan Sim kuatir jalan darah Sik Tiong Giok yang terlalu lama ditotok bisa mengakibatkan isi perutnya terluka, maka dia pun segera turun tangan sendiri untuk menguruti semua jalan darah di tubuhnya.
Namun setelah melakukan pengurutan, tiba-tiba wajahnya berubah hebat, sepasang alis matanya berkernyit dan untuk sesaat lamanya terbungkam dalam seribu bahasa.
Si duka bermuka jelek Huan Ki yang menyaksikan kejadian tersebut, buru-buru bertanya : "Toako bagaimana keadaan dari majikan kecil?"
Dengan perasaan terkejut bercampur keheranan, sahut menantu jelek Huan Sim : "Aneh benar, mengapa bocah ini bisa menderita penyakit yang begini parah" Bila tidak disembuhkan secepatnya, meskipun jiwanya dapat diselamatkan namun kepandaian silatnya akan punah sama sekali."
"Penyakit apa yang dideritanya" Apakah masih bisa disembuhkan?" tanya si duka bermuka jelek Huan Ki agak gugup.
Menantu bermuka jelek Huan Sim menggelengkan kepalanya seraya menghela napas : "Untuk berapa saat sulit bagiku untuk menduga penyakit apa yang dideritanya, tapi untuk pengobatan jelas sulit sekali."
"Apa sulitnya?" sela si guntur bermuka jelek Huan Siau,
"bukankah toako mempunyai bubuk teratai salju dari gunung Thian san yang bisa memunahkan berbagai macam racun dan mengobati pelbagai penyakit" Asal setiap hari kita beri satu kali kepadanya, sekalipun dia terkena pukulan Kiu yu tok ciang dari Siu thian lo ong pun, tanggung dalam setengah bulan kemudian penyakitnya akan sembuh total."
Si menantu bermuka jelek Huan Sim melirik sekejap ke arah rekannya, kemudian berkata : "Lo sam, enak benar perkataanmu itu, tapi tahukah kau bahwa bubuk teratai salju dari bukit Thian san ini selain sukar dibuat, dicari pun bukan alang kepalang sulitnya."
"Tapi kita toh pernah menerima budi kebaikan dari majikan tua di masa lalu," kata guntur bermuka jelek Huan Siau segera, "kini majikan kecil ditemukan menderita penyakit aneh, biarpun kita gunakan obat mestika itu sampai habis pun, itu sudah sewajarnya."
Menantu bermuka jelek Huan Sim menghela napas panjang.
"Aai perkataan Losam memang betul, asal kalin rela, akupun tak akan merasa sayang untuk menggunakan obat mestika itu untuk membalas budi kebaikan dari majikan."
Sembari berkata dia mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya dan meneteskan beberapa tetes ke mulut Sik Tiong Giok.
Begitu cairan obat itu mengalir masuk ke dalam mulut, Sik Tiong Giok segera merasakan timbulnya hawa segar yang harum sekali mengalir ke dalam kerongkongan dan melalui ujung lidah menyambar ke seluruh jalan darah penting di dalam tubuhnya.
Sik Tiong Giok mengerti bahwa dia telah diberi obat mestika yang amat langka, diam-diam hawa murninya segera diatur untuk menggiring sari obat tersebut menyambar ke seluruh tubuhnya.
Begitulah selanjutnya saban hari si menantu bermuka jelek Huan Sim tentu memberi beberapa tetes obat mestika bubuk Sik Tiong Giok membuat luka beracun yang diderita pemuda itu lambat laun menjadi lenyap dengan sendirinya.
Setengah bulan kemudian mereka sudah sampai di Heo kang, waktu itu luka beracun yang diderita Sik Tiong Giok pun telah sembuh seluruhnya, hawa murnipun berhasil menebusi jalan darahnya, namun anak muda itu menggunakan kesempatan mana untuk beristirahat dan mengatur tenaga.
Heo kang terletak di kaki bukit An lek san yang berada di hilir sungai Tiang kang kota itu amat ramai dan makmur.
Malam itu mereka menginap di dalam kota tersebut, ketika baru saja melangkah masuk ke dalam rumah penginapan, mendadak terdengar seseorang berseru sambil tertawa tergelak : "Haah, haahh, haahh... mengapa sampai hari ini tiga manusia gagah dari Say juan baru ada disini" Kau tahu, aku si cebol sudah tiga hari menunggu di tempat ini."
Mendengar seruan itu Sik Tiong Giok segera melirik ke depan, namun hatinya segera dibuat terperanjat.


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata orang itu tak lain adalah si kakek cebol berjalan di bawah tanah Kongsun Swan yang pernah lenyap di liang gua tempo hari, tanpa terasa pikirnya : "Susiok cebol memang benar-benar berkemampuan tinggi, mengapa dia pun muncul di wilayah Say juan ini?"
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, terdengar si menantu bermuka jelek Huan Sim berkata sambil tertawa terbahak-bahak
: "Haaah... haah... haah tikus tanah, mengapa kau pun muncul di wilayah ini?"
Kakek cebol menghela napas panjang : "Aaai, sukar untuk diterangkan dengan sepatah dua patah kata, ayoh kita bicarakan pelan-pelan dalam kamar saja! Musibah yang ku alami kali ini benar-benar merupakan penitisan bagi kehidupanku di dunia ini."
Sementara berbicara mereka bersama semua memasuki ruangan.
Pertama-tama si menantu bermuka jelek Huan Sim
membaringkan tubuh Sik Tiong Giok ke atas pembaringan, kemudian baru keluar dari ruangan tersebut.
Selesai mencuci muka, si guntur bermuka jelek baru berseru dengan tak sabaran : "TDikus tanah, ayoh cepat bicara, apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi?"
"Aku telah dibuat pingsan oleh irama sesat dari si iblis perempuan Thi cu hingga tak sadarkan diri di liang gua di bawah bukit Bian pian san, dalam keadaan begitu seandainya ada orang menotok kepalaku ini, sudah pasti selembar jiwaku bakal melayang."
"Apa?" seru si duka bermuka jelek Huan Ki dengan rasa kaget bercampur keheranan, "bukankah si iblis perempuan Thi cu sudahbanyak tahun tak pernah munculkan diri dalam dunia persilatan?"
"Loji, masa kau tidak tahu, saat ini hawa besar telah menyelimuti dunia persilatan, lagi bahkanPhs pun munculkan diri untuk kedua kalinya."
"Soal itu sih sudah pernah kudengar," sela menantu bermuka jelek Huan Sim, " malah Mo Sia yu pernah tiga kali munculkan diri di wilayah Say juan ini. Aku tebak dunia persilatan akan dilanda badai besar lagi, tapi bagaimana ceritanya sampai siluman perempuan Thi cu melepaskan dirimu?"
"Siapa bilan dia melepaskan aku" Asal dia tidak mencincang tubuhku menjadi berkeping-keping pun sudah untung."
"Lalu bagaimana caramu meloloskandiri dari sana?"
"Aku telah bertemu dengan seorang manusia lihay yang menyelamatkan jiwaku, kalau bukan begitu, mungkin tulang dan jenasahku sekarang telah hancur menjadi pasir."
"Kau maksudkan manusia aneh berbaju hitam yang perawakan tubuhnya mencari satu kaki lima depa itu?" tanya menantu bermuka jelek Huan Sim secara tiba-tiba.
"Hey, jadi kalian pun telah bertemu dengannya?" seru kakek cebol dengan perasaan terkejut bercampur keheranan.
"Yaa, losam kami yang telah berjumpa dengannya, malah sempat bertarung dengannya!"
"Bagaimana hasilnya" Aku rasa biarpun kalian tiga manusia jelek dari Say juan bersama pun, belum tentu sanggup menghadapi sepuluh jurus serangannya."
Menantu bermuka jelek Huan Sim segera menghela napas panjang : "Aaai, ilmu silat yang dimiliki orang itu memang lihay sekali, tidak sempat dua gebrakan, losam telah dibuat terjerambab mencium tanah!"
"Apakah kalian dapat mengenali jurus serangan darimanakah yang digunakanorang itu?"
"Bila ditinjau dari gerakan tubuhnya, aku rasa mirip sekali dengan jurus tangguh dari perguruan serigala langit," sambung si guntur bermuka jelek Huan Siau.
Kakek cebol manggut-manggut berulang kali, katanya : "Yaa betul! Aku pun merasakan juga kalau gerakan tubuhnya banyak sekali yang mirip dengan si kakek serigala di masa lalu, tapi mungkinkah dia muncul kembali di dunia persilatan ?"
"Aku rasa tak mungkin, sebab sepasang kaki majikan kami telah putus, sekalipun beliau berhasil lolos dari musibah di bukit serigala tempo hari, mustahil kakinya bisa tumbuh sepanjang itu."
"Apakah dia tak bisa menggunakan sepasang kaki palsu...?" seru kakek cebol segera.
Sik Tiong Giok yang menyadap pembicaraan tersebut dari ruang samping diam-diam mengangguk setelah mendengar ucapan ini, pikirya : "Yaa, betul! Kemungkinan besar dia orang tua telah menggunakan kaki palsu."
Belum selesai dia berpikir, mendadak terdengar si guntur bermuka jelek Huan Siau telah berseru keras : "Pokoknya pada suatu hari, aku akan berduel lagi dengannya serta menyingkap teka-teki ini."
Tak heran kalau si guntur bermuka jelek Huan Siau merasa amat penasaran, sebab dia memang telah dikalahkan manusia berbaju hitam itu secara mengenaskan.
Kakek cebol segera tertawa, katanya : "Seandainya dia benar-benar adalah kakek serigala, apakah kalian bertiga pun berani bertarung melawannya?"
oooOooo "TENTU SAJA kami bertiga tak berani bertarung melawan majikan tua, tapi sebelum posisi kita menjadi jelas, paling tidak kamiakan tetap menguji kemampuannya," kata Huan Sim.
"Aku rasa orang itu tidak berniat jelek, lagi pula pasti mempunyai hubungan yang akrab dengan kalian bertiga."
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Ia memerintahkan aku menunggu kalian bertiga di Hap kang bahkan mengajarkan kepadaku cara untuk
menyembuhkanpenyakit aneh yang diderita putrimu, dari hal ini saja dapat diketahui kalau orang itu sangat mengenali kalian bertiga."
Si duka bermuka jelek Huan Ki segera mengerut kening hingga alis matanya kelihatan keren dan tak sedap dipandang, pelan-pelan katanya kemudian : "Peristiwa ini memang aneh sekali, tidak banyak orang yang tahu tentang penyakit yang diderita anak Li, mengapa dia... dia bisa tahu?"
"Bukan saja dia tahu kalau putrimu sedang sakit, bahkan tahu pula bahwa penyakit itu timbul karena melatih semacam ilmu silat, bukankah begitu?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, ketiga orang manusia aneh itu semakin terperanjat dibuatnya, untuk sesaat mereka hanya bisa saling berpandangan muka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Selang beberapa saat kemudian, si menantu bermuka jelek Huan Sim baru mengangkat kepalanya dan berkata : "Hey tikus tanah, kau tak usah jual mahal lagi cepat katakan siapakah orang itu."
"Aku sendiripun tidak tahu," sahut kakek cebol sambil menggeleng.
"Enak amat kalau bicara," seru si guntur bermuka jelek Huan Siau, "bukankah kau berjalan bersama dia selama setengah bulan lebih" Masa tidak kau ketahui siapakah orang itu" Hey tikus busuk, kau jangan jual mahal dengan teman sendiri!"
"Losam, kau jangan memfitnah yang bukan-bukan, sampai di tempat inipun aku si cebol belum mendusin dari tidurku, sampai aku bangun tidur, tahu-tahu tubuhku sudah berbaring disini dan pemilik rumah penginapan menyerahkan sepucuk surat
kepadaku, dari saat inilah aku baru tahu apa gerangan yang telah terjadi."
"Sudahkau tanyakan kepada pemilik rumah penginapan ini, siapa yang menghantar dirimu sampai disini?"
"Sudah, tapi jawabannya membuat kepalaku bertambah pusing, dia bilang orang itu adalah seorang pemuda biasa."
Menantu bermuka jelek Huan Sim segera berpikir lagi beberapa saat lamanya kemudian ia baru berkata : "Waaaah, itu tak benar, lantas darimana pula bisa kau ketahui jika orang itu adalah seorang manusia aneh berbaju hitam?"
"Semalam dia telah menampakkan diri di rumah penginapan ini dan memberitahukan kepadaku bahwa kalian akan tiba disini hari ini, kemudian dia p un memberi petunjuk kepadaku bagaimana caranya menyembuhkan penyakit aneh yang diderita putrimu itu, tatkala aku bertanya siapa namanya, bagaikan hembusan angin malam saja, tahu-tahu bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas."
Tiga manusia jelek dari Say juan sekali lagi saling berpandangan muka dengan perasaan kaget bercampur seram.
Lama setelah termenung, si guntur bermuka jelek Huan Siau baru berkata lagi : "Perduli amat siapakah dia, asal anak Li bisa disembuhkan, kamipun tak perlu kuatir lagi."
"Perkataan losam memang benar," kata si muka jelek Huan Ki sambil manggut-manggut, "tapi... bagaimana dengan majikan kecil kita?"
"Tentu saja harus dibebaskan."
"Tidak bisa," seru Huan Ki sambil menggeleng, "kita telah mengundangnya sampai disini, paling tidak kita harus menjadi seorang tuan rumah yang baik, dengan demikian kitapun tak sampai melupakan budi kebaikan majikan tua terhadap kita di masa lampau."
"Yaa, betul, apalagi penyakit yang dideritanya pun belum sembuh seratus persen..." sambung si menantu bermuka jelek Huan Sim.
Mendadak si kakek cebol berkerut kening lalu bertanya : "Apakah orang yang kalian maksud adalah si bocah yang bernama Pangeran Serigala?"
"Pangeran Serigala" Siapakah dia?" tanya si guntur bermuka jelek Huan Siau dengan terperanjat.
Kakek cebol tertawa. "Dia adalah anak angkat si kakek serigala, yaitu majikan kecil kalian Sik Tiong Giok atau si bocah yang ada dalam ruangan itu."
"Jadi kau kenal dengannya?" tanya Huan Sim tertegun.
"Sudah bebeapa bulan lamanya kami melakukan perjalanan bersama-sama, malahan ketika tertawan oleh si iblis perempuan Thi cu pun aku turut berusaha menolongnya, tentu saja kami kenal baik."
"Apakah kau sudah tahu kalau dia menderita suatu penyakit dalam yang amat parah."
"Penyakit dalam apalagi" Bukankah bocah itu kekar seperti seekor kerbau liar?"
Huan Sim bertiga saling berpandangan sekejap, lalu si duka bermuka jelek Huan Ki berkerut kening dan berkata : "Lotoa kami telah memeriksa denyutan nadinya dijumpai hawa murninya tak bisa mengumpul dan nadi pentingnya bergeser tempat, masa pemeriksaan kami ini keliru?"
Kakek cebol gantian jadi tertegun, lalu seperti memahami akan sesuatu, segera katanya : "Ehmm... rupanya cara kalian memeriksa denyutan nadi kurang tepat, masa sejenis luka beracun kalian anggap sebagai penyakit dalam?"
"Kekeliruan kalian terlampau jauh..."
"Hey tikus tanah, cepat katakan luka apa yang dideritanya" Aku kuatir slah memberi obat," seru menantu bermuka jelek Huan Sim terkejut.
Kakek cebol agak tertegun pula, tapi cepat-cepat dia berkata :
"Ia terluka oleh pukualn beracun Kiu yu tok ciang dariPhs, lantas obat apa yang telah kalian berikan padanya?"
"Ooooh..." Menantu bermuka jelek Huan Sim menghela napas panjang, "untung sekali bubuk teratai salju dari bukit Thian san pun merupakan obat mujarab untuk menyembuhkan luka
tersebut, hanya tidak kuketahui apa sebabnya luka itu belum juga sembuh sekalipun sudah diberi obat hampir setengah bulan lamanya?"
"Mungkin hal ini dikarenakan hawa murninya sempat membuyar setelah berulang kali menjumpai musuh tangguh..."
Begitulah kalau beberapa orang anggota persilatan saling bertemu, mereka mengobrol terus sampai kentongan kedua leewat sebelum kembali ke kamar masing-masing untuk
beristirahat. Sementara itu, Sik Tiong Giok yang mendapat pengobatan yang seksama bukansaja lukanya telah sembuh, malahan tekunnya selama setengah bulan terakhir ini membuat hawa murninya berhasil dilatih hingga mencapai tingkatan yang luar biasa.
Hanya saja di bawah pengawasan tiga manusia jelek yang amat ketat, dia kurang leluasa dalam bergerak.
Malam sudah kelam, tiga bersaudara dari Say juan pun telah tertidur nyenyak setelah menempuh perjalanan berat selama bebeapa hari.
Tinggal Sik Tiong Giok seorang yang belum tertidur, pikirannya amat gundah, berulang kali ia mencoba menduga mungkinkah manusia aneh berbaju hitam itu adalah hasil penyaruan dari ayah angkatnya.
Menyusul kemudian dia pun teringat dengan Siu Cing sekalian, apakah mereka akan gelisah dan panik karena tidak menjumpai kehadirannya?"
Mendadak... Dari sepuluh kaki di luar ruangan dia mendengar suara lirih yang amat pelan, dengan perasaan terkejut pemuda itu segera memasang teling baik-baik, segera terbukti kalau suara itu berasal dari orang yang berjalan malam.
Pikirannya yang semula kalu seketika menjadi terhenti, seluruh perhatiannya segera dipusatkan ke luar ruangan.
Belum lama pemuda itu membaringkan diri, tiba-tiba terdengar bunyi gemerutuk dari daun jendela kamar.
Si kakek cebol yang berada di sudut ruangan segera berkerut kening, pikirnya : "Berani amat manusia-manusia laknat ini, masa mereka berani menyatroni langsung ke kamar..."
Baru saja dia melangkah ke muka, tiba-tiba hatinya terkesiap dan segera teringat kembali dengan tugas sendiri, serta merta dia menyambar tubuh Sik Tiong Giok lalu menyelinap kembali ke belakang pintu ruangan.
Baru saja tubuh mereka berdua menyembunyikan diri, tiba-tiba terdengar bunyi gemericit dan muncul dua buah tabung dari balik jendela yang menyemburkan dua gumpal cairan ke arah
pembaringan, bau busuk yang menusuk penciuman segera menyebar ke seluruh ruangan tersebut.
Peluh dingin tanpa terasa bercucuran keluar membasahi seluruh tubuh Sik Tiong Giok setelah menyaksikan peristiwa ini, dia benar-benar meras amat terperanjat.
Sebab begitu mendengus bau busuk itu, Sik Tiong Giok segera dapat mengenali sebagai bau busuk bubuk beracun penghancur tulang dari si iblis perempuan Thi cu.
Kakek cebol pun terhitung jago kawan dalam dunia persilatan, tentu saja bau busuk ini tak dapat mengelabui dirinya, begitu tahu bila musuh telah menaburkan bubuk beracun penghancur tulang ke arah pembaringan, amarahnya kontan saja berkobar.
Sebagai seorang kakek yang bertabit keras dan berangasan, ia segera mendengus dingin, setelah membaringkan tubuh Sik Tiong Giok di atas lantai, dia membalikkan badan dan siap melompat keluar dari jendela.
Siapa tahu baru saja dia membalikkan badan, tiba-tiba terasa desingan angin jari menyergap tiba dari belakang.
Kembali terdengar suara yang lirih, kali ini suara tersebut berasal dari tempat yang lebi dekat lagi malah kedengaran lebih jelas daripada semula.
Sik Tiong Giok mencoba untuk memeriksa kamar sebelah, dari sana terdengar suara napas orang yang tertidur nyenyak, agaknya tiga manusia jelek dari Say juan masih pulas.
Dengan perasaan terkejut pemuda itu mulai bersiap siaga, sebetulnya ia bermaksud memberitahukan kehadiran manusia yang tak dikenal itu kepada mereka, tapi tiba-tiba saja ia menangkap desingan angin lirih berkelebat lewat dari depan pembaringan.
Sik Tiong Giok merasakan hatinya berdebar keras, hampir saja dia ikut melompat turun dari pembaringan.
Tahu-tahu di hadapannya telah berdiri empat sosok bayangan manusia, ternya mereka adalah si kakek cebol Kongsun Swan beserta tiga manusia aneh dari Say juan.
Keempat orang itu sama sekali tidak mengubris Sik Tiong Giok, mereka sedang memberi tanda dan ketiga manusia jelek menerobos keluar dari ruangan, sementara kakek cebol menyelinap ke sudut ruangan.
Baru sekarang Sik Tiong Giok tahu bahwa nama besar tiga manusia jelek dari Say juan bukan nama kosong belaka, suara desingan angin lirih yang terdengar olehnya tadi, sama sekali tidak lolos dari pendengaran mereka.
Rupanya mereka telah berunding secara matang dengan tiga manusia jelek yang munculkan diri menghadapi musuh
sementara si kakek cebol bertugas melindungi dirinya.
Berpikir begitu, dia pun segera membaringkan diri lagi ke atas pembaringan.
Waktu itu si kakek cebol sedang memusatkan sema perhatiannya untuk menghadapi musuh, dengan sendirinya dia tak sempat memperhatikan semua gerak gerik dari Sik Tiong Giok.
Sesungguhnya kakek cebol ini memiliki kepandaian silat yang lihay, namun dia tak pernah menyangka kalau ada orang bakal menyergapnya dari belakang, otomatis pula baginya untuk menghindarkan diri.
Untung saja dia sudah banyak tahun termashur di dunia persilatan, pengalamnnya pun amat luas, dalam keadaan demikian bukannya maju dia malah mundur, tiba-tiba saja sikut kirinya disodok ke belakang menyusul kaki kanannya melepaskan sebuah tendangan.
Dalam satu jurus terdapat dua gerakan yang menyerang bersama, dia menduga musuhnya pasti akan gelagapan atau paling tidak bisa mendesak mundur lawannya.
Siapa tahu apa yang terjadi sama sekali di luar dugaan, bukan saja sikutannya gagal, bahkan tendangannya pun mengenai sasaran kosong sementara hatinya merasa terkejut, jalan darah Cian keng hiatnya sudah tertotok dengan telak.
Mendadak ia mendengar seseorang berbisik lirih : "Ruangan ini sudah dipenuhi bubuk racun penghancur tulang, lebih baik jangan terlalu lama berdiam disini, ayoh cepat pindah ke kamar sebelah."
Dalam keadaan tertotok, si kakek cebol mati kutunya dan terpaksa menurut dengan pindah ke kamar sebelah, tapi di hati kecilnya segera timbul pula kecurigaan karena suara bisikan tadi terasa amat dikenal olehnya.
"SIAPAKAH ORANG ITU" Kedengarannya dia tak bermaksud memusuhi aku..." demikian ia berpikir.
Setibanya di kamar sebelah, tiba-tiba terdengar orang yang berada di belakangnya tertawa terkekeh-kekeh menyusul kemudian jalan darahnya yang tertotok pun dibebaskan.
Dengan penuh keraguan dan ingin tahu si kakek cebol segera membalikkan badan, tapi setelah mengetahui siapakah orangnya, dia sendiripun tak tahan ikut tertawa geli.
Ternyata orang itu tak lain adalah Pangeran Serigala langit Sik Tiong Giok.
Sambil menahan rasa gelinya kakek cebol segera mengomel :
"Aaah, rupana kau si bocah yang sedang main setan, masa dengan aku si orang tua pun berani bergurau."
"Bila aku tak berbuat begini, kau tentu tak akan pergi, dan seandainya sampai terluka bukankah urusan akan semakin berabe?"
"Kau tahu racun apakah yang ditebarkan disana?"
"Bubuk racun penghancur tulang dari si iblis perempuan Thi cu; bukankah begitu" Nah, kalau tubuh kita sampai terkena sedikit saja, siapa yang dapat menolong?"
"Bocah muda, tak nyana kau memang hebat, biar kecil orangnya hebat otaknya, kau tak malu menjadi putra angkat si kakek serigala. Tapi kau telah mengelabuhi tiga manusia jelek dari Say juan habis-habisan."
"Yaa, apa boleh buat," Sik Tiong Giok tertawa, "siapa suaruh dia menawan aku duluan?"
"Hey anak muda, kalau bicara harus mengetuk sanubari sendiri lebih dulu, tiga bersaudara jelek khusus mengundangmu untuk menyembuhkan penyakit yang diderita putrinya, untuk itu mereka telah membayar mahal, apakah kau ingin mencoba menghindarkan diri?"
"Aku toh bukan tabib mana mungkin bis amenyembuhkan penyakit, apalagi kau toh sudah mengetahui bagaimana cara menyembuhkan penyakit tersebut?"
"Sekalipun aku dapat menyembuhkan penyakit aneh itu, sayang sekali aku tidak mengerti soal dua belas jurus ilmu cacad."
Sik Tiong Giok menjadi keheranan : "Mengobati penyakit adalah mengobati penyakit, mengapa kau hubungkandgn dua belas jurus ilmu cacad?"
"Aku ingin bertanya kepadamu, ilmu Thian long eng dari dua belas ilmu cacad tersebut merupakan kepandaian macam apa?"
"Semua jurus serangan dari dua belas ilmu cacad merupakan serangan yang ganas dan buas, hanya jurus itu saja yang digunakan untuk menangkis dan memunahkan ancaman musuh, dari mana kau bisa tahu kalau ilmu tersebut terdapat dalam dua belas ilmu cacad?"
"Sebab di antara dua belas ilmu cacad ada sepuluh jurus merupakan jurus jahat dan cuma jurus Thian long eng yang bisa memunahkannya, mengerti?"
"Dulu ketiga orang manusia jelek pernah mengikuti ayah angkatku banyak tahun, apakah mereka tak pernah mempelajari kepandaian tersebut...?"
"Ayah angkatmu itu paling mencurigai orang lain, bahkan ke delapan orang muridnya saja hanya bisa tiga lima jurus, tentu saja tiada kesempatan bagi ketiga manusia jelek itu untuk mempelajari kepandaian tersebut."
"Tapi aku telah mempelajari seluruhnya..."
"Yaa, siapa suruh kau menjadi putranya, orang tua mana di dunia ini yang tidak menyayangi anaknya sendiri," kata kakek cebol tertawa.
Sik Tiong Giok ikut tersenyum.
"Kalau begitu hanya aku seorang dalam dunia persilatan saat ini yang bisa mempergunakan ilmu cacad."
"Apalagi yang mesti dikatakan, sekarang tinggal melihat bagaimana caramu menampilkan diri di dalam dunia persilatan, tapi kau harus tahu, meskipun bungan Botan itu indah dipandang namun ia tumbuh karena ditunjang daunnya, bila suatu saat kau berhasil nanti, janganlupa pula dengan orang-orang lain yang menunjangmu, mengerti?"
"Maksud paman guru cebol, aku harus bersekongkol dengan ketiga manusia jelek itu?" tanya Sik Tiong Giok sambil mengerdipkan matanya berulang kali.
"Benar!" kakek cebol mengangguk, "hanya tiga manusia jelek yang bisa menunjangmu, bila hal ini berhasil maka usahamu untuk memimpin dunia persilatan menjadi mudah sekali."
"Bila aku membohongi mereka terus, apakah hal ini tak akan menimbulkan kemarahannya?" tanya Sik Tiong Giok sambil berkerut kening.
Kakek cebol segera tersenyum.
"Aku punya akal untuk menghadapinya, sekarang kau boleh berlagak sakit dan tak bisa bangun, bila kita sudah sampai di ciong lay san nanti, aku baru mengusahakan cara lain."
"Tidak bisa," Sik Tiong Giok cepat-cepat mengeleng, "aku sudah bosan tidur terus, apalagi kalau sampai menjadi sakit sungguhan karena kebanyakan tidur, ini bisa berabe."
"Lantas apa rencanamu sekarang?"
Sik Tiong Giok tertawa. "Cukup kau akui bahwa kaulah yang membebaskan jalan darahku, nah ayoh berangkat kita bersama-sama menonton keramaian."
Begitu selesai berkata dia segera melompat keluar lebih dulu dari ruangan tersebut.
Kakek cebol membuka mulutnya seperti ingin mengucapkan sesuatu, namun karena orangnya sudah lenyap, terpaksa diapun menyusul di belakangnya.
Malam amat kelam, namun dari sisi pantai sungai terdengar suara orang sedang bertarung. Waktu itu tiga orang manusia jelek dari Say juan sedang bertarung melawan tujuh orang lelaki berpakaian ringkas, mereka semua mengenakan kain kerudung muka berwarna hitam sehingga tidak kelihatan wajah aslinya namun ditinjau dari potongan badannya, mereka semua adalah pemuda-pemuda kekar.
Saat itu terdengar si menantu bermuka jelek Huan Sim mendengus dingin dan berseru : "Sudah puluhan tahun lamanya kami berkelana di dalam dunia persilatan, kami percaya belum pernah membuat perselisihan dengan siapapun, tapi kali ini kalian telah melakukan penyergapan, sesungguhnya apa maksud dan tujuanmu?"
Ketujuh orang manusia berkerudung itu saling berpandangan sekejap, lalu seorang di antaranya berkata : "Kejadian ini timbul karena kesalahan paham, harap locianpwee bertiga sudi memaafkan."
Berada dalam keadaan demikian, maka bila pihak lawan sudah mengaku sebagai suatu kesalahan paham maka menurut
peraturan dunia persilatan hal ini berarti pula sebagai pengakuannya telah kalah sehingga seharus pihak lawan tak boleh menanyakan latar belakangnya lebih lanjut.
Oleh sebab itulah si menantu bermuka jelek Huan Sim segera mengerutkan dahinya.
Selang sesaat kemudian, si duka bermuka jelek Huan Ki berkata pula : "Kalau memang peristiwa ini timbul karena kesalahan paham, itu berarti tiada alasan bagi kita untuk bermusuhan lagi, namun paling tidak tentunya kau harus melaporkan dulu siapa nama kalian?"
Pemimpin dari ketujuh orang itu segera menjawab : "Sudah berulang kali kami katakan kalau kejadian ini timbul karena kesalahan paham, mengapa sih locianpwee bertiga harus mendesak kami terus menerus?"
"Si guntur bermuka jelek Huan Siau mendengus dingin : "Hmm, masa ada kejadian yang begitu kebetulan di dunia ini" Kalian kelewat memandang rendah kami bertiga dari Say juan.
Pokoknya sebelum kalian menyebutkan nama kamu semua, kamipun tak akan menyudahi persoalan ini, kalau tidak bagaimana mungkin kami bisa menancapkan kaki lagi di wilayah Say juan?"
"Lantas apa keinginanmu?" tanya orang itu dingin.
"Tidak ingin apa-apa, tapi kalianpun jangan harap pergi dari sini dengan aman."
Mendengar perkataan tersebut, ketujuh orang berkerudung muka itu segera saling memberi tanda, tiba-tiba mereka meloloskan pedang, di antara kilauan cahaya tajam tujuh bilah pedang menyapu bersama ke arah tiga manusia jelek dari Say juan.
Melihat serangan ini, Huan siau tertawa terbahak-bahak : "Haa...
haa.... akhirnya sang rase memperlihatkan juga ekornya, apakah cara kalianinipun termasuk suatu kesalahan paham?"
Sambil menghimpun tenaga dalamnya, dia melepaskan dua buah bacokan secara beruntun.
Perlu diketahui, si guntur bermuka jelek Huan Siau termashur di dalam dunia persilatan karena pukulan guntur apinya, ilmu pukulan tersebut merupakan salah ilmu silat yang ampuh, setiap serangannya selalu membawa suara gemuruh yang memekakkan telinga.
Begitulah, ketika dia mengayunkan sepasang tangannya tadi, tiba-tiba sja muncul segumpal bunga api disusul ledakan dahsyat yang memekakkan telinga, segulung kekuatan yang maha dahsyat langsung menyambar ke muka.
Kabut pedang yang diciptakan ketujuh orang manusia
berkerudung itu segera terhajar telak hingga bergetar dan bubar kemana-mana.
"Sambutlah lagi dua pukulanku ini!"
Tubuh berputar kencang, sepasang lengan mendayung
menciptakan satu gerakan melingkar kemudian dua buah pukulan dilepaskan lagi ke depan...
Di antara kilauan cahaya api, suara gemuruh yang bergema kedengaran lebih memekakkan telinga.
Waktu itu ketujuh orang manusia berkerudung muka itu sedang menghimpun kembali hawa pedang masing-masing, ketika serangan maut menyambar datang, serentak mereka
mengeluarkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi ancaman.
Dengan susah payah, angin serangan si guntur bermuka jelek berhasil juga dibendung mereka.
Menantu bermuka jelek Huan Sim yang melihat keadaan ini segera memberi tanda kepada saudaranya, mereka berdua segera mendengus dan maju bersama ke depan.
Dalam waktu singkat ketiga orang bersaudara itu sudah mengambil posisi segi tiga dan pelan-pelan mengayunkan telapak tangan kanan mereka bersama.
Apabila pukulan api guntur dari Huan Siau, cakar tanpa bayangan dari Huan Ki dan jari bintang langit dari Huan Sim dilontarkan bersama-sama dapat dipastikan ketujuh manusia berkerudung kepala itu tak akan lolos dari musibah.
Dalam keadaan yang amat kritis inilah tiba-tiba tampak sesosok bayangan hitam meluncur masuk ke tengah arena dengan kecepatan luar biasa, begitu munculkan diri orang itu segera berseru keras : "Ci lian jit kiam cepat mundur! Kemampuan kalian tak akan mampu menghadapi Hian bun saw coat dari mereka."
"Siapakah kau?" tegur si duka bermuka jelek sambil tertawa,
"apakah kau sanggup menghadapi Hian bun sam coat kami?"
Sembari berkata dia awasi pendatang itu dengan seksama, ternyata orang itu berdandan sangat aneh, pakaiannya setengah berbentuk jubah pendeta dengan bagian lehernya digantungi sebuah gelang besar, rambutnya sepanjang bahu dan mukanya bengis.
Menantu bermuka jelek Huan Sim yang menyaksikan raut wajah orang itu segera berseru keras : "Rupanya manusia yang lolos dari musibah di bukit serigala tempo hari, kini muncul kembali untuk membuat keonaran."
Ternyata manusia aneh itu tak lain adalah Pat Huang Sin Mo Shia yu, ketika mendengar perkataan mana dia tertawa seram :
"Tajam amat pandangan mata Cao lotoa, tak nyana masih kenali diriku."
Si duka bermuka jelek Huan Ki segera berkata pula :
"Tampangmu yang jelek dan aneh memberi kesan yang mendalam sekali bagi siapa pun yang melihatnya, tentu saja kami tidak akan melupakan dirimu dengan begitu saja."
Pat Huang Sin Mo segera tertawa.
"Biarpun muka ku ini kurang sedap dipandang, sayang sekali wajah kalian bertiga pun tidak termasuk tampan."
Menantu bermuka jelek Huan Sim mendengus : "Hmm, biarpun tampang kami jelek, namun hati kami tidak jelek."
"Haah... haa... haa haa... sering kudengar orang berkata : Tahu orangnya tahu wajahnya belum tentu tahu hatinya, siapa sih yang mengetahui hati kalian jelek atau bagus, kecuali kalian dapat mengereknya keluar serta diperlihatkan kepadaku."
Oleh karena kemunculan Pat Huang Sin Mo yang sangat
mendadak ini, Ci lian jit kiam telah manfaatkan peluang itu untuk mengundurkan diri dari sana.
Sementara si guntur bermuka jelek Huan Siau sedang merasa jengkel dan gusar ketika mendengar perkataan itu, membentak keras : "Asal kau memang punya kemampuan tentu saja akan kulihatkan kepadamu!"
"Baiklah," kata Pat Huang Sin Mo sambil tertawa, "kali ini merupakan saat kedua bagiku muncul di dunia persilatan, biarlah kugunakan kalian bertiga sebagai kelinci percobaan."
Kongsun Swan yang kebetulan baru muncul dari ruangan segera berteriak keras sesudah mendengar ucapan itu : "Tiga bersaudara jelek, kalian tak perlu tergesa-gesa, asal membekuk siluman jangan lupa dengan bagianku."
Sekali lagi Pat Huang Sin Mo mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak : "Haaaaahh... haaaaahh... rupanya ada satu lagi yang bosan hidup, bagus... bagus sekali, hari ini aku akan berbuat kebajikan dengan mengirim kalian semua menuju ke neraka."
"Tak usah ngebacor dulu yang muluk-muluk," jengek kakek cebol sambil tertawa, "untuk membereskan manusia macam kau sih tak perlu kami turun tangan bersama."
"Hmm, kepandaian yang kalian miliki masih belum cukup untuk menghadapi seranganku, siapa sih yang kau andalkan untuk menghadapiku" Cepat suruh dia tampilkan diri."
Tiba-tiba dari balik kegelapan terdengar suara Sik Tiong Giok berseru keras : "Dalam pertarungan di bawah tebing hwe be gia tempo hari, kita masih belum selesai menentukan siapa yang lebih unggul, mengapa tidak kita lanjutkan pertarungan tempo hari itu disini."
Selesai berkata pemuda itu melayang turun di hadapanPhs dengan dada dibusungkan dan sikap santai.
Kemunculan Sik Tiong Giok yang sangat tiba-tiba ini bukan saja mengejutkan Pat Huang Sin Mo, bahkan ketiga manusia jelek dari Say juan pun turut terkejut, segera pikirnya : "Aneh, bukankah jalan darah bocah ini tertotok dan tubuhnya masih menderita penyakit parah, mengapa dia bisa muncul disini."
Sementara mereka masih termenung, Pat Huang Sin Mo telah menjengek sambil tertawaw seram : "Heeeh heeeh heeeh, bocah cilik, apakah kau masih berkemampuan untuk bertempur?"
Sik Tiong Giok segera tersenyum : "Jika tidak percaya, mengapa tidak segera dicoba?"
Belum selesai dia berkata, Pat Huang Sin Mo telah mendengus dingin dan secepat kilat menerjang ke muka, tangan kirinya melepaskan pukulan kepalan sementara tangan kanannya melepaskan pukulan telapak tangan.
Dua gulung tenaga pukulan yang maha dahsyat pun segera meluncur ke depan dan menghantam Sik Tiong Giok.
Menghadapi ancaman tersebut, anak muda itu tertawa, dia berkelit ke samping dengan gerakan kelitan serigala lalu mendekati Pat Huang Sin Mo dan menyambar telapak tangan lawan dengan jurus cengkeraman serigala, menyusul kemudian sikutnya menyodok ke depan dan dari gerakan menyodok gendang serigala langit berubah menjadi ilmu ki na jiu.
Pertarungan yang berlangsung antara kedua orang ini boleh dibilang merupakan jurus-jurus adu jiwa, dalam waktu singkat sekeliling arena sudah diliputi debu dan pasir yang beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
"Blaaammm... blaaammm..."
Dua kali benturan keras yang memperdengarkan ledakan dahsyat membuat Pat Huang Sin Mo dan Sik Tiong Giok masing-masing mundur tiga langkah ke belakang.
Mendadak terdengar si kakek cebol berseru keras : "Mari kita maju bersama, jangan lepaskan gembong iblis ini dari tempat ini, kita harus melenyapkan pembawa bibit bencana ini."
Tiga manusia aneh dari Say juan menyahut dan menyebarkan diri serta mengurung Pat Huang Sin Mo di tengah arena.
Menghadapi kepungan tersebut, Pat Huang Sin Mo tertawa terbahak-bahak, telapak tangannya segera diputar satu lingkaran dan melepaskan sebuah pukulan yang persis menyambut
datangnya ancaman dari si guntur bermuka jelek Huan Siau.
"Blaaamm!" Hentakan keras yang memekakkan telingan diiringi percikan bunga api kemana-mana, angin puyuh dan hujan debu segera menyelimuti angkasa.
Berada dalam keadaan demikian, cepat-cepat iblis tua itu berkelit ke samping untuk menghindarkan diri, siapa tahu si duka bermuka jelek Huan Ki telah menyambar pinggangnya dengan ilmu cakar tanpa bayangan.
Iblis tua itu memang lihay, cepat-cepat dia mengeluarkan ilmu langkah ngo heng dan berkelit ke samping tetapi disitu telah menanti si menantu bermuka jelek Huan Sim dengan ilmu jari bintang langitnya.
Sebaliknya si kakek cebol dengan mengandalkan tubuhnya yang pendek kecil menyelinap kian kemari khusus mencari peluang yang baik untuk melancarkan sergapan.
Sebaliknya Sik Tiong Giok mengkhususkan diri dalam
pertarungan adu kekerasan, setiap serangan yang dilontarkan selalu penuhdgn tenaga murni yang menimbulkan deruan angin puyuh.
Di bawah kerubutan lima orang jago lihay tersebut dalam waktu singkat Pat Huang Sin Mo telah dibuat kalang kabut tak karuan, otot-otot hijau pada jidatnya pada menongol keluar semua karena mendongkol. Andaikata dia tidak mengandalkan jurus-jurus simpanannya yang tangguh, mungkin semenjak tadi dia sudah keok di tangan musuh.
Pat Huang Sin Mo mulai sadar bahwa keadaan sangat tidak menguntungkan posisinya hari ini, bila sekali roboh di tangan mereka, jangan harap jiwa bisa diselamatkan lagi.
Sebagai orang yang cerdik dan berpikiran panjang, tentu saja iblis tua itu tak mau mati konyol, maka timbul niatnya untuk mengambil langkah seribu.
Sayang sekali tiga manusia jelek, si cebol dan Sik Tiong Giok sudah mempunyai niat untuk membunuhnya, tentu saja orang-orang itu tidak akan melepaskan lawannya dengan begitu saja, tak heran kalau serangan demi serangan yang mereka lepaskan kian lama kian bertambah gencar.
Lama kelamaan Pat Huang Sin Mo mulai mandi keringat, napas dan hawa murninya mulai tersendat-sendat, posisinya makin lama semakin bertambah kritis.
Menantu bermuka jelek Huan Sim yang menjumpai keadaan tersebut segera berteriak keras : "Gembong iblis itu sudah tak mampu menahan diri lagi, ayoh kita perketat serangan, hari ini kita harus melenyapkan bibit bencana ini dari muka bumi."
Belum selesai dia membentak, mendadak dari kejauhan sana berema datang suara pekikan keras yang menggidikkan hati, lalu dari tengah udara meluncur datang sesosok bayangan hitam.
Gerakan orang itu sangat cepat, baru saja pekikannya bergema, orang itu sudah melayang turun di hadapan Pat Huang Sin Mo, ternyata dia adalah seorang manusia jangkung berbaju hitam.
Pat Huang Sin Mo yang sudah terlalu lelah dalam menghadapi pertarungan, saat itu mulai pusing dan panik, pada hakekatnya dia tak bisa membedakan lagi mana kawan mana lawan.
Begitu manusia aneh itu munculkan diri, dia segera menghimpun tenaga dalamnya ke dalam tangan kanan dan menggunakan lima pukulan Kiu yu tok ciang menghantam perut orang tadi.
Menghadapi ancaman tersebut, manusia berbaju hitam itu sama sekali tidak menghindar, dia mengebaskan ujung bajunya dan tahu-tahu sudah menyambar pergelangan iblis tersebut.
Kemudian sekali menggetar, dia sudah melemparkan tubuh iblis tua tersebut sejauh tiga lima kaki dari posisi semula bahkan bentaknya keras-keras : "Mengapa tidak segera kabur!"
Pat Huang Sin Mo tertegun, lalu tanpa banyak bicara melompat bangun dan melarikan diri terbirit-birit dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Ketika melihat munculnya manusia jangkung berbaju hitam tadi, diam-diam ketiga manusia jelek dari Say juan merasa gembira, mereka mengira Pat Huang Sin Mo bakal menemui naasnya disitu.
Di luar dugaan manusia berbaju hitam itu justru telah menyelamatkan jiwanya, menanti dia sadar kalau keadaan tak beres, Pat Huang Sin Mo sudah keburu kabur jauh tak mungkin bisa dikejar lagi.
Dengan terjadinya peristiwa ini otomatis semua amarah dari tiga manusia jelek, si cebol dan Sik Tiong Giok dilimpahkan ke atas tubuh manusia aneh berbaju hitam itu.
Sik Tiong Giok yang pertama-tama tak mampu menahan diri, dengan suara dalam segera bentaknya : "Mengapa kau menyelamatkan jiwa gembong iblis itu" Siapa namamu...?"
"Sewaktu berada di bukit Bian pian san kau pernah bertanya hal yang sama, sudah kukatakan aku tak punya nama," jawab manusia aneh berbaju hitam itu dingin.
"Mengapa kau harus menolong Pat Huang Sin Mo" Tahukah kau, dia adalah manusia jahat?"
"Orang baik atau orang jahat bukan urusanku, ingin menolong atau membunuh adalah urusan pribadiku, mau apa kau
mencampurinya?" Sik Tiong Giok mendengus : "Hmm, kau membantu kaum laknat melakukan kejahatan, itu berarti kau pun seorang jahat pula."
Di dalam gusarnya pemuda itu segera mencaci maki orang itu habis-habisan.
Tapi manusia aneh berbaju hitam itu tetap berdiri mematung disana tanpa bergerak, sampai Sik Tiong Giok selesai memaki dia baru berkata dengan dingin : "Makian yang bagus, nak kau bakal menyesal akhirnya."
Baru selesai dia berkata, tiba-tiba si kakek cebol menimbrung dari samping : "Kalau kudengar nada suaramu, jangan-jangan kau adalah sobat lama dari bukit serigala?"
Manusia aneh berbaju hitam itu segera tertawa tergelak :
"Haaaahh, haaahh, tikus tanah kau terlalu suka berlagak sok pintar, memangnya kau anggap siapakah aku ini?"
"Apakah kau adalah in jin kami bertiga di masa lalu?" sambung si menantu bermuka jelek pula.
Sekali lagi manusia berbaju hitam itu tertawa : "Kalian terlalu sensitif di dalam persoalan ini sehingga mengira aku sebagai kakek serigala, tahukah kau bahwa perbuatanku melepaskan Pat Huang Sin Mo tadi tak lain adalah ingin memaksa tua bangka itu munculkan diri pula di dalam dunia persilatan?"
"Lantas siapakah kau?" cepat-cepat Sik Tiong Giok bertanya.
"Aku..." Haaahh... haaahh... kalian akan mengetahui sendirinya di masa mendatang, tapi aku harus memberitahukan kalian lebih dulu aku bukan kakek serigala seperti apa yang kalian duga..."
Berbicara sampai disitu mendadak dia membalikkan badannya, tahu-tahu muncul segulung angin berpusing yang menerangkan pasir dan debu, menanti debut dan pasir itu mereda, bayangan tubuh manusia berbaju hitam itupun ikut lenyap dari pandangan.
Menyaksikan kepergian manusia berbaju hitam itu, tiga manusia jelek dari Say juan termenung beberapa saat lamanya, kemudian menghela napas panjang.
Kakek cebol Kongsun Swan memukul-mukul kepala sendiri sambil berseru pula : "Siapakah orang itu" Aaai benar-benar membuat aku sicebol menjadi pusing sekali."


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku rasa biarpun dia bukan inji kita di masa lalu, sudah pasti dia mempunyai hubungan dengannya," kata si duka bermuka jelek Huan Ki kemudian.
Sik Tiong Giok masih berdiri tertegun sambil memandang ke tempat kejauhan sana ketika mendengar perkataan tersebut ia segera manggut-manggut dan berkata : "Benar, dia bukan ayah angkatku, tapi banyak hal mirip dengan ayah angkatku itu."
Akhirnya dengan membawa pikira yang bermacam-macam dan perasaan yang gundah beberapa orang itu kembali ke rumah penginapan.
Tak lama kemudian haripun terang tanah, mereka segera membereskan rekening dan meneruskan perjalanan menuju lembah Lu hoa kok di bukit Ciong lay san.
Sepanjang jalan ke lima orang itu membungkam diri dalam seribu bahasa, setiap orang bagaikan dibebani dengan masalah yang besar sehingga suasana amat murung.
Terutama sekali si guntur bermuka jelek Huan Siau, tiada hentinya dia menghela napas sambil bergumam : "Sebenarnya siapakah dia" Kalau toh membantu kita, mengapa pula membela musuh, apa... apa yang hendak dia lakukan sesungguhnya?"
Mendadak si kakek cebol tertawa terbahak-bahak.
Mendengar tertawa itu si guntur bermuka jelek segera mendelik sambil tegurnya : "Hey tikus tanah apa yang kau tertawakan?"
"Oooh tidak apa-apa," jawab kakek cebol sambil tertawa, "aku cuma merasa bahwa orang aneh itu mesti mencurigakan, tetapi kaulah yang patut dikasihani."
"Apa yang perlu dikasihani dengan diriku" Kau tak usah berlagak sok belas kasihan," teriak Huan Siau marah.
"Kalau tak perlu dikasihani, mengapa pulakau harus menghela napas panjang pendek."
"Aku cuma merasa manusia aneh itu sangat mencurigakan, terutama sekali cara kerjanya, sampai sekarang kita belum dapat menentukan sebenarnya dia itu musuh atau teman."
Kakek cebol tertawa : "Padahal urusan ini tak perlu kita pikirkan secara serius, bila setiap persoalan dunia persilatan harus kita pikirkan secara mendalam, wah kita bisa mati menyedihkan, coba pikir apakah hal ini tidak patut dikasihani?"
Huan Siau tertawa dan tidak berbicara lagi.
Setelah menempuh perjalanan selama lima hari, akhirnya senja itu mereka telah tiba di lembah Lu hoa kok di bukit Ciong lay san.
Di mulut lembah Lu hoa kok terdaat sebuah dusun, dalam dusun itu hidup tiga puluhan keluarga penduduk yang hidup sebagai petani.
Di tempat itulah tiga manusia jelek dari Say juan mendirikan rumahnya, orang persilatan lebih sering menyebut tempat itu sebagai benteng Sam gi poo.
Biarpun penduduk yang berdiam di lembah Lu hoa kok bukan terdiri dari satu warga yang sama, tapi semuanya merupakan anak murid ke tiga manusia jelek tersebut.
Oleh sebab itu baik tua muda laki atau perempuan hampir rata-rata memiliki beberapa jurus ilmu silat pelindung badan, karena itu pula kawanan persilatan dan kaum pencoleng selalu menghindari tempat tersebut.
Tahun ini tiga bersaudara jelek telah mencapai usia enam puluh tahun, tapi berhubung tampang mereka selalu jelek, maka hingga sekarang tak pernah kawin.
Hanya sang lotoa, si menantu bermuka jelek Huan Sim pernah dengan seorang gadis suku Biau, di masa mudanya dulu jauh di wilayah Biau sana.
Biarpun perkawinan itu hanya berlangsung sebentar, tapi justeru pada lima belas tahun berselang tiba-tiba ada orang yang muncul
di rumah mereka dengan menghantar seorang bayi perempuan serta sepucuk surat berdarah.
Sebagai jago-jago persilatan yang hidup dalam gelimpangan darah dan golok, ketiga manusia jelek itu dibuat gelagapan dan kebingungan sendiri ketika di hadapan mereka disodori bayi kecil.
Tapi setelah membaca surat berdarah tersebut tanpa berpikir panjang lagi mereka menerima bayi tersebut dan memeliharanya dengan seksama. Apa yang sesungguhnya telah terjadi tak diketahui umum tapi menurut berita di luar konon bayi perempuan itu adalah anak kandung sang lotoa yang dikirim dari wilayah Biau, karena itu bocah tadi dinamakan Li ji. Ketika Li ji mencapai usia lima enam belas tahun wajahnya kelihatan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, dia benar-benar tumbuh menjadi seorang gadis yang menawan hati.
Akibatnya berita di luaran kembali diramaikan dengan persoalan tersebut, siapapun tidak percaya kalau Cho lotoa yang berwajah jelek bisa mempunyai seorang anak gadis yang berparas cantik jelita bak bidadari dari kahyangan.
Tentu saja tiga manusia jelek amat menyayangi putri tunggalnya ini, saking sayangnya maka mereka bertiga pun berangkat ke wilayah Biau untuk mencarikan sejenis obat yang bernama Seng Leng cu untuk memperkuat tubuh putrinya.
Siapa tahu di dalam perjalanan pulang dari wilayah Biau, tiba-tiba mereka bertemu dengan manusia berbaju hitam yang
memberitahukan kepada mereka bahwa putri mereka telah sakit bahkan memberi petunjuk bahwa penyakit itu hanya bisa disembuhkan oleh orang yang bisa kepandaian Thian long eng.
Dengan watak tiga manusia aneh tersebut, tentu saja mereka tak mau percaya dengan perkataan itu akibatnya terjadilah pertarungan antara si guntur bermuka jelek Huan Siau melawan manusia berbaju hitam itu.
Tapi belum sampai tiga jurus, Huan Siau telah dirobohkan dan manusia berbaju hitam itu pergi dari sana.
Dengan membawa perasaan duka dan juga khawatir, ketiga orang manusia bermuka jelek itu buru-buru berangkat pulang.
Sungguh kebetulan di bawah bukit Thi pian san mereka bertemu dengan Sik Tiong Giok, sebagai pengikut serigala langit tentu saja mereka cukup tahu tentang seluk beluk majikan mudanya dan tahu kalau pemuda ini pasti menguasai dua belas ilmu cacad, itulah sebabnya mereka segera membawa pemuda itu pulang ke Say juan.
Kini Sik Tiong Giok telah menjadi tamu agung di dalam lebah Lu hoa kok.
Ketika tiga manusia jelek pergi menjenguk keadaan putri mereka, ditemukan Huan Li ji dengan muka pucat masih duduk di dalam kamar semedinya, matanya terpejam rapat-rapat dan tubuhnya kaku seperti patung.
Barulah setelah ketiga manusia jelek itu memanggil beberapa kali, Huan Li ji baru membuka matanya sebentar sambil tersenyum lalu memejamkan matanya kembali.
Dalam keadaan begini terpaksa tiga orang itu mengundurkan diri dengan perasaan tak menentu.
Ketika tiba kembali di ruang depan, si kakek cebol segera bertanya dengan cemas : "Cho lotoa, bagaimana keadaan sakit dari putri kalian itu?"
Sambil menghela napas si menantu bermuka jelek Huan Sim menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya : "Aaai, gara-gara untuk melatih ilmu siat heng hian kang, bocah ini telah mengalami jalan api menuju neraka sehingga menderita amat gawat, hey si tikus tanah, apa sih resep pengobatanmu yang mujarab itu?"
"Caranya sih amat sederhana, hanya sayang aku bukan seorang tabib yang sakti hingga tak mungkin bisa melakukan
pengobatan..." sahut kakek cebol tertawa.
"Aaah, bukankah hal ini sama artinya dengan percuma?" sela si dewa guntur bertampang jelek Huan Siau setengah membentak.
Kembali kakek cebol tertawa.
"Biarpun aku tak mampu, tapi disinikan hadir seorang tabib ulung yang siap praktek, kecuali dia seorang rasanya memang tiada orang kedua yang bisa menyembuhkan penyakit putrimu itu, cuma dia sendiripun pasti akan rikuh untuk turun tangan."
Setengah tidak sabar si menantu bermuka jelek Huan Siau menukas : "Hey tikus bumi, kau tak usah jual mahal lagi, cepat katakan siapa yang sesungguhnya dapat mengobati penyakit itu?"
Dengan pandangan misterius kakek cebol melirik sekejap ke arah Sik Tiong Giok, kemudian katanya kepada ketiga manusia jelek itu sambil tertawa : "Mari kuperlihatkan sebuah benda kepada kalian, maka kalian akan segera tahu kalau cara pengobatan tersebut tak mudah."
Sik Tiong Giok segera bangkit berdiri dan menghampirinya, ia berkata sambil tertawa : "Paman guru cebol, mari perlihatkan kepadaku."
Sementara itu si kakek cebol baru saja mengeluarkan secarik kertas, ketika melihat Sik Tiong Giok menghampirinya, cepat-cepat ia sembunyikan kertas itu ke belakang punggungnya dan berseru sambil tertawa : "Maaf, pangeran kecilku, kau tak boleh melihat isi surat ini..."
"Yaah sudahlah, tak boleh pun tak apa," kata Sik Tiong Giok dengan nada apa boleh buat, "cuma sebentar kalian pun tak usah mencari aku lagi."
Dengan misterius kakek cebol melirik sekejap ke arahnya, kembali katanya sambil tertawa : "Bagaimana kalau berjanji dulu akan menyanggupi sebuah syaratku setelah ku perlihatkan kepadamu?"
"Kalau begitu lebih aku tidak melihat, akupun tak akan menyanggupi syarat apapun darimu," seru anak muda itu sambil menggoyangkan tangannya berulang kali.
Kontan saja kakek cebol mendelik : "Hey anak muda, apakah perkataanmu itu dapat dipercaya?"
"Jika tak percaya tunggu saja nanti!"
Sementara kedua orang itu masih ribut, ketiga manusia jelek itu sudah selesai membaca isi surat tersebut dan tiba-tiba memberi hormat bersama kepada Sik Tiong Giok.
Karuan saja Sik Tiong Giok dibuat amat terperanjat, cepat-cepat dia menghindar ke samping sambil serunya : "Paman bertiga, kenapa kalian harus bersikap demikian kepadaku?"
"Tentu saja orang lain ada permintaan yang hendak disampaikan kepadamu, akan kulihat kau si pangeran cilik akan menerima atau tidak," ejek kakek cebol sambil tertawa.
"Kalian toh belum menerangkan persoalan apakah itu, bagaimana mungkin aku bisa menyanggupinya?"
"Apalagi" Tentu saja mengobat penyakit yang diderita anak gadis mereka."
"Tapi, aku toh tidak memahami ilmu pertabiban bagaimana mungkin bisa mengobati penyakit itu?"
"Sesungguhnya tidak banyak yang mereka harapkan, cukup kau keluarkan ilmu Thian Li eng dari dua belas ilmu cacad tersebut, bukankah si kakek serigala telah mengajarkan ilmu tersebut kepadamu?"
"Diajarkan sih sudah tapi ilmu tersebut kelewat ganas dan keji, ayah angkatku berulang kali telah berpesan agar tidak menggunakannya apabila tidak menjumpai keadaan yang kritis dan gawat."
"Tapi kepandaian itu pun merupakan ilmu sakti dalam mengobati luka seseorang, bersediakah majikan kecil untuk berbuat kebajikan?" sela si Menantu bermuka jelek Huan Sim penuh pengharapan.
Untuk sesaat Sik Tiong Giok menjadi tertegun setelah mendengar perkataan itu, agak sangsi ujarnya : "Sekalipun begitu, namun aku merasa kurang leluasa untuk menggunakan ilmu tadi terhadap tubuh seorang gadis, disamping itu aku toh masih belum mengetahui penyakit apakah yang diderita putrimu itu?"
"Kalau memang demikian, mengapa tidak pergi menengok sendiri?" tukas si kakek cebol.
"Aku harus kesana" Rasanya kurang leluasa."
Ketiga manusia jelek dari Say juan pun segera menunjukkan keberatannya setelah mendengar usul tersebut, mereka saling berpandangan sekejap lalu terdengar si menantu bermuka jelek Huan Sim berkata : "Kalau tidak dipandang, diperiksa dan diteliti, bagaimana mungkin si sakit bisa diobati" Baiklah, silahkan masuk ke ruang belakang."
Selesai berkata, dia lantas membalikkantubuh dan berjalan lebih dulu menuju ke ruang belakang dimana Huan Li ji berada.
Ruangan tersebut tidak terlalu besar, tapi kebersihan sangat dijaga, waktu itu Huan Li ji masih tetap duduk bersila di atas kasur duduk.
Setelah memandang sekejap ke arah putri kesayangannya, si menantu bermuka jelek Huan Sim menghela napas dan mengeluh
: "Aaai, bocah yang patut dikasihani!"
Sebaliknya Sik Tiong Giok yang melihat wajah Huan Li ji segera merasakan hatinya bergetar keras, hampir saja ia berseru tertahan : "Aaai... Cu Siau hong!"
Sebab paras muka nona yang bernama Huan Li ji ini memang persis sekali dengan wajah Cu Siau hong, tak heran kalau Sik Tiong Giok menjadi terkejut dan berdiri tertahan untuk beberapa saat lamanya.
Si kakek cebol Kongsun Swan sendiripun merasa terkejut, dia tak mengira kalau tiga manusia jelek dari Say juan yang bertampang begitu menyeramkan ternyata mempunyai seorang anak gadis yang cantik bak bidadari dari kahyangan bahkan raut wajah nona ini begitu mirip dengan Lp yang binal.
Ketika tiga manusia jelek dari Say juan melihat sikap tertegun dari tua muda berdua itu, mereka segera salah mengartikan maksudnya, disangka penyakit putrinya sudah terlalu parah sehingga menguatirkan.
Dengan gugup dan panik cepat-cepat ia berseru : "Hey... tikus bumi, keee... kenapa kau" Apakah... apakah Huan Li ji sudah tidak ter... tertolong lagi?"
Kakek cebol baru merasa terperanjat sesudah mendengar pertanyaan ini, cepat dia pun menjawab : "Oooh... tidak... tidak apa-apa, tunggu saja bagaimana jawaban dari si serigala kecil ini!"
Lama sekali Sik Tiong Giok mengamati wajah nona itu, kemudian pelan-pelan ia baru berkata : "Kepandaian silat apa sih yang lagi dilatih nona Huan" Berada dalam kondisi yang bagaimana ia menderita luka jalan api menuju neraka...?"
"Ilmu yang sedang dilatih siauli adalah ilmu Siau kiu heng hian kang, orang yang berlatih kepandaian tersebut memang pantang kaget dan diganggu. Nampaknya ia mengalami musibah tersebut dalam keadaan terperanjat."
"Selagi berlatih, apakah tak ada orang yang melindunginya dari luar?"
"Waktu itu dia dilindungi oleh dua orang dayangnya, namun sekarang kedua orang dayang itupun ikut lenyap."
"Sik Tiong Giok termenung beberapa saat lamanya, lalu berkata lagi : "Aku rasa dibalik peristiwa tersebut tentu masih terdapat persoalan lain, mustahil dia cuma mengalami jalan api menuju neraka."
Mendadak si dewa guntur bermuka jelek Huan Siau menyela :
"Toako, mungkinkah dia telah datang?"
Dengan cepat si menantu bermuka jelek Huan Sim menggeleng :
"Aku pikir tidak mungkin... aah... mungkin juga si bajingan berhati keji itu?"
Si duka bermuka jelek Huan Ki turut pula menimbrung : "Aku percaya ia masih mempunyai perasaan kasih ayah terhadap anaknya, dulu ia membuangnya dengan begitu saja, mengapa pula sekarang timbul perasaan kasihnya?"
Pembicaraan ketiga manusia bermuka jelek itu kontan saja membuat si kakek cebol hanya melongo-longo saja dan tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, untuk sesaat dia hanya bisa mengawasi ketiga orang rekannya dengan mata terbelalak.
Sik Tiong Giok sendiripun dibuat kebingungan oleh pembicaraaan tersebut, akhirnya dia pun bertanya : "Hey, sebenarnya apa yang sedang kalian ributkan" Sebetulnya siapa yang telah datang"
Siapa pula bajinga berhati keji itu?"
Menantu bermuka jelek Huan Sim menghela napas panjang :
"Sesungguhnya peristiwa ini merupakan suatu tragedi dunia persilatan, biar kuceritakan nanti saja. Coba kau periksa apakah penyakit anak Li masih bisa disembuhkan?"
Sik Tiong Giok menjadi sangsi, lambat-lambat ia berkata :
"Biarpun lukanya parah dan cara pengobatannya ada hanya saja..."
Tiba-tiba ia berhenti berbicara setelah sampai disitu.
Cepat-cepat tiga manusia jelek itu bertanya : "Bagaimana"
Apakah menjumpai kesulitan?"
Sik Tiong Giok seperti menjumpai kesulitan yang tak bisa diutarakan sendiri olehnya, dia cuma mengawasi si kakek cebol dengan mulut membungkam.
Cepat-cpeat si dewa guntur bermuka jelek Huan Siau berteriak :
"Engkoh cilik, asal kau sanggup menolong, permintaan apapun yang kau ajukan akan kupenuhi, ayohlah cepat kau katakan."
Sik Tiong Giok tetap memandang ke arah kakek cebol, lalu pelan-pelan berkata : "Susiok, mari kita berbicara di luar."
Kakek cebol segera melayangkan pandangannya dan memandang sekejap ke wajah semua orang lalu mengangguk dan beranjak keluar.
Sik Tiong Giok segera mengikuti pula di belakangnya, mereka berbisik-bisik di sudut halaman sana.
Tampak si kakek cebol mengerutkan dahinya sambil menggeleng, menyusul kemudian menjulurkan lidahnya dengan perasaan kaget dan keheranan.
Si menantu jelek Huan Sim yang menyaksikan kesemuanya itu segera berseru lantang : "Engkoh cilik, apabila kau menjumpai kesulitan mengapa tidak kau utarakan saja secara blak-blakan?"
Kakek cebol segera : "Cho lotoa, jangan terburu-buru dulu, bagaimana kalau kemari dulu untuk dirundingkan bersama?"
Dengan langkah lebar ketiga orang manusia jelek itu segera mendekati mereka.
Pertama-tama si dewa guntur bermuka jelek Huan Siau yang berseru lebih dulu : "Apakah anak Li masih dapat ditolong?"
"Tentu saja," sahut kakek cebol tertawa, "ilmu Thian long eng memang khusus untuk untuk mengobati luka akibat jalan api menuju neraka."
"Kalau memang begitu, bagaimana kalau Sik siauko segera turun tangan."
"Tidak semudah itu," tukas kakek cebol menggeleng.
"Kenapa?" seru dewa guntur bermuka jelek Huan Siau dengan mata melotot, "apakah kami telah menyusahkan dia sehingga ia keberatan untuk memberi pertolongan" Baiklah engkoh cilik Sik, aku mohon maaf kepadamu."
Sambil berkata dia benar-benar akan berlutut untuk minta maaf, tentu saja tindakannya ini membuat Sik Tiong Giok menjadi kerepotan dan buru-buru mencegah perbuatannya itu.
"Hey Cho losam, bagaimana kalau kau jangan bertingkah lebih dulu...?" tegur kakek cebol sambil tertawa.
"Tikus bumi, kau toh tahu kami tiga bersaudara hanya mempunyai seorang anak gadis, dan sekarang sudah gawat sekali keadaannya , bila dia sampai mati, apa arti kehidupan kami di dunia ini?"
"Yaa, akupun mengerti, tapi paling tidak toh mesti mendengarkan dulu keterangan kai hingga selesai sebelum berulah bermacam-macam.
"Kalau begitu cepat katakan secara berterus terang."
Kakek cebol mendehem, lalu baru berkata : "Untuk menjalani pengobatan dengan cara Thian long eng, maka pertama-tama harus dilakukan pembalikan nadi terlebih dulu untuk menggiring hawa murni agar kembali ke poros sebenarnya, setelah itu baru melakukan pengurutan pada ketiga puluh enam buah jalan darah di tubuhnya, bahkan setiap dua belas jam satu kali harus dilakukan pengurutan ulang. Coba bayangkan sendiri, mereka adalah muda mudi yang baru meningkat dewasa, bagaimana mugkin perbuatan semacam ini bisa mereka lakukan secara sembarangan?"
Setelah persoalannya diterangkan, ketiga manusia bermuka jelek itu baru mengerti apa sebabnya Sik Tiong Giok merasa serba salah dibuatnya.
Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata si menantu bermuka jelek Huan Sim segera serunya : "Selain ketiga puluh enam buah jalan darah di sekujur badannya harus diurut, bahkan setiap dua belas jam diulangi sekali lagi... bagaimana nasib anakku ini selanjutnya."
"Itulah sebabnya orang lain jadi serba salah," tukas kakek cebol.
"Apakah masih ada cara lain yang lebih baiklagi?" cepat-cepat menantu bermuka jelek Huan Sim bertanya.
"Sudah tak ada lagi."
"Aku tahu sekarang apa sebabnya dia menyuruh kau yang tampilkan diri, aai," menantu bermuka jelek menghela napas.
Kakek cebol menghela napas pula, sambil menyambung : "Tapi masih ada seorang lagi yang justru selalu menghalangi aku, bahkan bermaksud akan mencelakai jiwa si bocah seriga kecil."
"Apa maksud siluman perempuan itu sudah munculkan diri lagi di dunia ini?"
"Yaa, ketika menginap di Hap kang tempo hari, dia telah berkomplot dengan Pat Huang Sin Mo, dia bermaksud untuk menyateroni kita, bahkan sempat menyemburkan cairan
penghancur tulang ke dalam kamar yang dihuni bocah ini, untung kita bertindak cepat, kalau tidak entah bagaimana jadinya."
Mendengar perkatan tersebut, menantu bermuka jelek Huan Sim memandang sekejap wajah kedua orang adiknya, lalu berkata dengan suara berat dan dalam : "Saudara Kongsun, segala sesuatunya terserah kepadamu, asalkan engkoh cilik Sik tidak menolak, apa lagi yang bisa kami katakan..."
"Toako, aku rasa lebih baik kita rundingkan dulu persoalan ini dengan anak Li!" cepat-cepat si duka bermuka jelek Huan Ki menyela.
Menantu bermuka jelek Huan Sim manggut-manggut, kembali ia memberi kerdipan mata ke arah kakek cebol, kemudian beranjak pergi dari situ.
Sepeninggal mereka, kakek cebol baru berpaling ke arah Sik Tiong Giok dan berkata sambil tertawa : "Nah, anak muda, ikutilah aku. Bagaimana kalau kita bicarakan persoalan ini baik-baik?"
"Apalagi yang hendak dibicarakan" Apa bedanya dengan berbicara disini?"
"Baik, asalkan kau si bocah mau berterus terang, apa pula yang harus kutakuti?"
"Sudahlah, cepat kau utarakan apa yang hendak dibicarakan,"
seru Sik Tiong Giok tertawa.
"Orang lain telah setuju, bagaimana dengan kau sendiri dalam pengobatan ini?"
"Tidak mudah, kalian harus melakukan perlindungan di luar ruangan, asal tidak sampai mengejutkan aku dalam satu jam saja aku sudah selesai mengurut."
"Enak benar perkataanmu!" seru kakek cebol sambil tertawa.
"Memangnya tidak sulit..."
"Hmm, bagaimanapun juga orang lain toh masih seorang gadis perawan, setelah kau permainkan dalam keadaan bugil tanpa sehelai busana pun..."
"Susiok cebok," tukas Sik Tiong Giok sebelum kakek cebol menyelesaikan perkataannya, "kau adalah seorang cianpwee, kuharap bicaramu agak lebih jelas, aku toh bermaksud mengobati lukanya, mengapa kau menuduhku
mempermainkannya?" "Sekalipun kau bermaksud cuma mengobati lukanya, tolong tanya, setelah sekujur badan nona itu kau raba dari atas sampai ke bawah, apakah besoknya dia masih laku untuk kawin?"
"Apa sangkut pautnya soal itu denganku?" jawab Sik Tiong Giok tertegun.
"Kau toh tahu bahwa seorang lelaki memandang tinggi soal harga diri dan seorang wanita memandang tinggi soal kesucian diri, biarpun kau berhati jujur tanpa prasangka jelek, tapi setelah kalian berada di dalam kamar berduaan apalagi si nona dalam keadaan bugil totl, bagaimana cerita orang yang mengetahui kejadian ini?"
Sik Tiong Giok menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, lama setelah tertegun ia baru berkata agak tersipu-sipu : "Lantas...
bagaimana baiknya" Akupun tak pernah berpikir sampai kesitu."
"Sekarang hanya ada satu cara untuk mengatasi persoalan ini, hanya masalahnya kau bersedia menerima cara itu atau tidak?"
"Susiok, aku tahu kau pasti punya cara, ayo cepata utarakan."
"Satu-satunya jalan adalah menyanggupi untuk memperistri nona itu di kemudian hari setelah lamaranmu diterima dan kalaupun secara resmi sudah mempunyai ikatan suami istri dengan sendirinya kau bisa melakukan pengobatan tersebut secara leluasa. Bagaimana" Setuju tidak?"
Sik Tiong Giok segera menggelengkan kepalanya berulang kali, setelah termenung beberapa saat sahutnya : "Aku tak bisa menerima syarat ini..."
"Kenapa?" tanya kakek cebol dengan mata melotot, "ketiga manusia jelek telah berhasil mengobati lukamu, masa kau tak tahu balas budi?"
Dengan cepat Sik Tiong Giok menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Siapa bilang aku tak tahu balas budi, masalahnya sekarang apakah si nona bersedia menerima tawaran ini?"
"Soal itu sih tak perlu kau urusi, pokokna serahkan saja kepadaku, tanggung beres, yang penting sekarang adalah anggukan kepalamu tanda setuju."
Dengan perasaan apa boleh buat Sik Tiong Giok menghela napas panjang katanya kemudian : "Baiklah, terserah kepada kemauan susiok."
Sementara pembicaraan mereka masih berlangsung, si menantu bermuka jelek telah berjalan menghampiri, katanya kepada kakek cebol sambil tertawa : "Segala sesuatunya telah selesai dibicarakan dan siauli pun telah menyatakan persetujuannya, entah bagaimana dengan jawaban engkoh cilik Sik?"
Kakek cebol tertawa. "Tentu saja dia pun telah memberikan persetujuannya, kalau tidak, hendak kemanakah dia mencari istri yang begitu cantik jelita?"
"Sungguh tak disangka kami tiga bersaudara harus merebut seorang menantu jauh dari ribuan li sana..." sela dewa guntur bermuka jelek Huan Siau sambil tertawa.
"Aaah, perkataan Cho losam terlalu tak enak didengar, kita kan mencarikan menantu untuk putrimu, masa dibilang merampas?"
Perkataan ini segera disambut gelak tertawa semua orang.
Tiba-tiba si menantu bermuka jelek Huan Sim berpaling ke arah Sik Tiong Giok sambil berkata : "Engkoh cilik, kapan kau akan mulai turun tangan?"
"Tengah malam nanti... cuma soal perlindungan..."
"Tidak usah kuatir, aku dapat mengaturkan semuanya untukmu, pokoknya kami tak akan membuat kau sampai terkejut."
"Masalah yang paling ku kuatirkan adalah bubuk racun penghancur tulang dari Hua Siu mo li, benda beracun itu tak bisa dibendung dengan mengandalkan ilmu silat."
"Apa yang mesti ditakuti?" tukas dewa guntur bermuka jelek Huan Siau segera, "paling banter selembar jiwaku harus melayang, pokoknya tak usah kuatir, biar harus berkorban pun kami tak akan membiarkan kalian menjadi kaget."
Malam itu, di saat suasana telah mulai hening, seorang diri Sik Tiong Giok memasuki ruang belakang.
Waktu itu nona Huan Li ji telah dibaringkan di atas pembaringan di sudut ruangan.
Tampaknya nona itu sedang gelisah dan tak tenang, meskipun orangnya sudah tertidur nyenyak namun selimut yang semula menutupi tubuhnya telah tertendang sampai tersingkap, begitu nampaklah pakaian tidurnya yang tipis berwarna hijau serta sepasang pahanya yang putih mulus.
Sik Tiong Giok yang menyaksikan kejadian ini menjadi sangat keheranan, pikirnya : "Sungguh aneh, andaikata ia menderita jalan api menuju neraka seharusnya sekujur tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak, mengapa ia bisa tidur begitu nyaman dan santai?"
Tapi ingatan lain segera melintas lewat, pikirnya lebih jauh :
"Tapi begitu pun ada baiknya, mengapa tidak kugunakan kesempatan ini untuk menotok jalan darahnya agar lebih mempermudah usaha pengobatan nanti?"
Setelah mengambil keputusan diapun berjalan mendekati pembaringan itu, tapi baru saja akan menotok jalan darah Hek tian hiat di tubuh Huan Li ji, mendadak sebuah tangan telah menepuk bahunya menyusul seseorang berkata dengan suara sedingin es : "Jangan kau sentuh dia, aku telah mengobati luka yang dideritanya..."
Peristiwa yang berlangsung sangat mendadak ini segera mengejutkan Sik Tiong Giok, serta merta ia membalikkan badannya.
Ternyata manusia aneh berbaju hitamitu telah berdiri di belakangnya, hanya saja perawakan tubuhnya tidak setinggi apa yang pernah dijumpai sebelumnya.
Dalam terkejut dan herannya, untuk sesaat Sik Tiong Giok menjadi tertegun dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Sambil tertawa ringan manusia aneh berbaju hitam itu berkata lagi : "Engkoh cilik, kau tak pernah menyangka bukan bahwa aku akan muncul di tempat ini."
Setelah berhasil menenangkan pikiran dan perasaannya yang bergolak, Sik Tiong Giok menjawab dengan dingin : "Sudah kuduga kau akan kemari."
"Cuma tidak menyangka kalau aku akan tiba pada hari ini bukan?" sambung manusia aneh berbaju hitam itu sambil tertawa.
"Cepat atau lambat toh sama saja, hanya tidak kupahami apa maksudmu datang kemari?"
"Aku datang kemari untuk melindungi putriku, apakah ini salah?"
"Putrimu...?" Sik Tiong Giok membelalakkan matanya lebar-lebar dan berseru keheranan, "apakah nona Huan adalah putrimu?"
"Betul, dia memang putri kandungku, apakah kau tidak percaya?"
"Yang membuat orang sukar percaya adalah setiap orang sudah tahu kalau dia adalah putrinya Huan lotoa, menga secara tiba-tiba bisa menjadi putrimu?"
Manusia aneh berbaju hitam itu menghela napas panjang : "Aaai, kalau kau tidak mau percaya yaa apa boleh buat, toh akupun tidak berharap orang lainakan mempercayainya, tapi yang pasti, demi darah dagingku sendiri au harus berupaya untuk
menyumbangkan segenap kemampuan yang kumiliki demi
kebahagiaannya, asaldia bisa hidup bahagia maka aku pun merasa puas."
"Kalau ku dengar nada suaramu it rasanya seperti amat kukenal, sebenarnya siapa sih kau?"
Tiba-tiba manusia aneh berbaju hitam itu tertawa : "Apakah kau menganggap aku sebagai kakek serigala langit" Bila begitu dugaanmu tersebut salah besar."
"Lantas apa sebabnya aliran ilmu silatmu bisa sejalan dengan ilmu silat yang berasal dari perguruan serigala langit?"
"Sekalipun aku bukan kakek serigala langit, namun aku mempunyai hubungan yang mendalam dengannya."
"Lantas siapakah kau?"
Manusia aneh berbaju hitam itu menarik napas panjang : "Aku adalah seorang manusia yang sudah melupakan nama asliku sendiri, bocah muda, jangan mendesak aku terus!"
Sik Tiong Giok termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya : "Baiklah, aku tak akan menanyakan persoalan ini kepadamu, lantas bagaimana dengan keadaan luka yang diderita nona Huan ini?"
"Aku telah membantunya menembusisemua urat nadinya yang tersumbat dengan tenaga dalamku, sekarang jiwanya sudah tidak berbahaya lagi, cuma kau harus membantunya untuk menguruti seluruh jalan darah di tubuhnya, agar dia cepat pulih kembali seperti sedia kala."
"Menolong orang harus menolong sampai berakhir, mengapa kau tidak membantunya untuk menguruti seluruh jalan darah di tubuhnya?"
Kembali manusia aneh berbaju hitam itu tertawa.
"Nak, orang lain tak bisa membantumu dalam persoalan ini, untung saja kalian sudah resmi menjadi suami istri, jadi sudah sepantasnya bila kau yang turun tangan menguruti seluruh badannya.
Elang Terbang Di Dataran Luas 1 Rumah Judi Pancing Perak Pendekar 4 Alis Karya Khu Lung Pendekar Sadis 19

Cari Blog Ini