Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 15
gegabah, seluruh perhatiannya segera dipusatkan ke
ujung pedang anak muda itu. ia sedang menunggu
kesempatan yang baik untuk melancarkan gempuran
yang dapat merobohkan lawannya.
sebaliknya pedang Lim Han kim meski selalu
menempel di depan dada manusia berbaju merah itu,
1262 namun dia pun tak pernah berhasil menyodokkan
senjatanya ke depan, Hal ini dikarenakan dia pun gagal
menemukan kesempatan yang baik untuk mengirimkan
serangan mautnya. Butiran keringat sebesar kacang kedelai mulai jatuh
bercucuran membasahi wajah Lim Han kim. Kini kedua
belah pihak sudah terjebak dalam posisi saling
menunggu, pemuda itu merasa bahwa seluruh tubuhnya
saat ini sudah berada dalam kurungan bayangan telapak
tangan manusia berbaju merah, Hal ini berarti sedikit
saja dia lengah, maka dirinya akan terluka oleh
gempuran lawan, Manusia berbaju merah itu pun mempunyai pikiran
yang sama dengan Lim Han kim, Dia merasa pedang
anak muda itu selalu mengancam bagian mematikan di
dadanya, asalkan pergeseran tubuhnya terlambat
setengah langkah saja maka jiwanya akan berada di
ujung tanduk. Kendatipun orang lain tak bisa melihat mimik mukanya
karena terkerudung kain merah, tapi dari napasnya yang
kedengaran mulai memberat bisa disimpulkan bahwa
orang ini mulai kelelahanApabila situasi seperti ini dibiarkan berlangsung terus,
pada akhirnya kedua belah pihak akan sama-sama mati
kelelahan, Namun posisi sudah berubah jadi simpul mati,
siapa pun enggan menjadi orang pertama yang
1263 melepaskan posisi mati ini, lagipula siapa pun tidak
berani mencabangkan pikiran untuk memikirkan
persoalan tersebut. Tiba-tiba terdengar gadis berbaju putih itu berseru:
"Dia sudah tak mampu melancarkan serangan balasan,
cepat kau rubah jurus pedangmu"
Teriakan ini dapat juga didengar manusia berbaju
merah itu dengan jelas, tapi ia sudah tak mampu
memperbaiki posisinya untuk melancarkan serangan
balasan. Diam-diam Lim Han kim menghimpun hawa murninya.
Aliran hawa panas yang meluncur keluar dari Jin meh
serta tok meh nya terasa makin lama semakin deras dan
menghebat, semangatnya seketika berkobar kembali
jurus pedang pun segera diubah menjadi jurus "naga
terbang burung hong menari",
Dalam sekejap mata selapis cahaya hijau menyelimuti
seluruh angkasa dan memercikkan cahaya berkilauan
yang beribu-ribu banyaknya, Kontan saja manusia
berbaju merah itu dibuat kalang kabut tidak karuan,
Dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya, dia
lepaskan dua pukulan dahsyat, Maksudnya dia ingin
membendung serangan pedang anak muda tersebut
sementara tubuhnya bergerak mundur dari situ
1264 siapa tahu cahaya hijau yang menyebar di angkasa itu
tahu-tahu sudah mengurung sekujur badannya. Manusia
berbaju merah itu jadi amat terkesiap. cepat- cepat ia
melepaskan satu sodokan dengan jurus "melukis naga
menutul mata." Terasa hawa dingin yang menusuk tulang mendadak
menggulung tiba, tergopoh-gopoh dia menarik kembali
tangan kanannya yang dipakai untuk menotok itu.
Cahaya tajam yang menggulung datang itu mendadak
menyapu ke atas, seluruh badan manusia berbaju merah
itu segera terkurung di balik cahaya pedang ini. Tergesagesa
orang itu menarik hawa murninya sambil
menjatuhkan diri ke belakang, Dia ingin menggunakan
gerakan "ikan emas melentik" untuk meloloskan diri dari
gempuran itu. siapa tahu gerak serangan pedang dari Lim Han kim
jauh lebih cepat dari pada gerakan tubuhnya, Tahu-tahu
cahaya tajam telah menyapu datang dengan kecepatan
luar biasa. Manusia berbaju merah itu buru-buru menarik
tengkuknya ke bawah untuk menghindar, tiba-tiba saja
kepalanya terasa dingin sekali. Ternyata topi yang
dikenakan itu sudah terbabat robek oleh sapuanpedang
Lim Han kim, malahan sebagian besar rambutnya ikut
pula terpapas rontok. 1265 sambil menarik kembali pedangnya Lim Han kim
berseru dingin: "Maaf... maaf...."
Dengan sepasang mata terbelalak lebar karena
terkejut bercampur heran, manusia berbaju merah itu
mengamati Lim Han kim beberapa saat, kemudian dia
mengalihkan pula pandangannya ketubuh gadis berbaju
putih itu, sampai lama kemudian ia baru berkata:
"Tengah hari besok aku pasti akan minta petunjuk kalian
berdua lagi, sekarang silahkan kalian berdua masuk ke
dalam barisan." Habis berkata pelan-pelan dia membalikkan badan dan
berlalu meninggalkan tempat tersebut Berhubung kain
kerudung mukanya belum terlepas, maka susah untuk
melihat perubahan mimik wajahnya, tapi kalau didengar
dari nada suaranya, jelas ia merasa sedih dan putus asa.
"Tahan" seru gadis berbaju putih itu sambil tertawa,
"Nona masih ada petunjuk lain?" Manusia berbaju
merah itu berhenti dan menoIeh.
sambil tertawa gadis itu berkata: "sebelum bertarung
tadi kita kan sudah bertaruh, jikalau dia kalah maka aku
akan menyerahkan diri untuk menerima hukuman,
sebaliknya apabila kau yang kalah maka kau harus
mengajak kami pergi menjumpai pemilik bunga bwee,
masa kau hendak mungkir?"
1266 Manusia berbaju merah itu termenung sambil berpikir
sejenak, kemudian katanya: "Kau anggap setiap orang
bisa menjumpai pemilik bunga bwee" Turuti saja
nasehatku, kalian tak usah berjumpa dengannya."
"sebetulnya tusukan pedangnya tadi dapat mencabut
nyawamu atau paling tidak membuat kau cacad seumur
hidup, Kami sengaja membiarkan kau tetap hidup karena
aku berharap kau bisa membawa kami pergi menjumpai
pemilik bunga bwee."
"Tengah hari besok majikan kami akan menjamu
semua jago dari seluruh kolong langit ditempat ini, toh
sama saja kalian dapat menjumpainya besok siang?"
Habis berkata kembali dia meneruskan perjalanannya
meninggalkan tempat itu. "Hei, perkataanmu sebenarnya bisa dipercaya tidak?"
hardik nona berbaju putih itu gusar.
"Aku hanya bermaksud baik terhadap kalian, tapi jika
kamu berdua tetap bersi-keras, yaa apa boleh buat,
tentu saja aku akan menghantar kalian untuk pergi
menghadapnya" "Aku hendak membujuk dia, agar berubah piklran dan
tak usah menjamu para jago dari seluruh kolong langit."
"Selama hidup majikan kami tak pernah mau menuruti
nasehat orang" 1267 "Apabila dia enggan mendengarkan nasehatku, paling
tidak aku pun akan mengajak dia untuk bertaruh."
Sejak topi yang dikenakan manusia berbaju merah itu
terpapas robek oleh senjata Lim Han kim, sebagian
rambutnya terurai keluar hingga berterbangan karena
hembusan angin, Tapi berhubung raut wajahnya tak
nampak karena berkerudung maka orang ini kelihatan
jadi amat menyeramkan Sepasang matanya yang tajam
tiada hentinya berputar mengamati wajah gadis berbaju
putih itu, kemudian katanya:
"Baik ilmu silat maupun kecerdasan majikanku
berpuluh kali lipat lebih hebat daripada diriku, sekalipun
nona akan turun tangan sendiri pun, aku yakin kau masih
bukan tandingannya."
Tampaknya dia masih berusaha keras untuk
menghindar dan mencegah gadis berbaju putih itu untuk
pergi menghadap pemilik bunga bwee.
"Tak usah kau turun tangan sendiri pun kami tetap
bisa mengungguli dirinya, kalau tak percaya lihat saja
nanti" kata gadis itu ketus.
Tiba-tiba nada suara manusia berbaju merah itu
berubah jadi dingin sekali, tegurnya: "Jadi kau tetap
bersikeras hendak menjumpainya?"
"Tentu saja" 1268 "Baiklah" kata orang itu kemudian sambil menghela
napas panjang, "Sekali pun aku bakal dibunuh karena
perbuatan ini, kalian pun jangan harap bisa lolos dalam
keadaan hidup, mari ikut aku" Dengan langkah lebar dia
meneruskan perjalanannya.
Tiba-tiba gadis berbaju putih itu mempercepat
langkahnya menyusul di belakang manusia berbaju
merah itu, katanya: "Kau tak usah takut, Bila aku berhasil
membujuk pemilik bunga bwee, aku tentu tak akan
membiarkan kau dihukum mati."
"Menurut apa yang kuketahui, barang siapa yang
pernah berjumpa dengan majikan kami, tak seorang pun
di antara mereka yang bisa hidup segar bugar di dunia
ini." "Aku akan menjadi orang yang terkecuali dalam
kebiasaan itu." Manusia berbaju merah itu merasa gusar bercampur
mendongkol dia tidak menanggapi perkataan gadis itu,
langkahnya malah semakin dipercepat.
Gadis berbaju putih itu segera menggapai ke
belakang, Lim Han kim menyusul ke -depan dan berjalan
bersanding dengannya, bisiknya: "Ada perintah apa
nona?" 1269 "Kita akan segera berjumpa dengan pemilik bunga
bwee, takut tidak kau..?"
"Mati hidupku tak usah dipersoalkan, justru
keselamatan nona itulah yang penting sekali, Apabila
nasib kita kurang baik sehingga tewas di tangan pemilik
bunga-bwee, lantas siapa yang bisa memimpin
pertemuan besar yang akan berlangsung tengah hari
besok...." "Ucapan saudara ini tepat sekali" sela manusia berbaju
merah itu sambil tiba-tiba berhenti "Dari sekarang hingga
tengah hari esok tinggal selisih waktu sepuluh jam, cepat
atau terlambat bertemu dengan majikan kami toh sama
saja, nona Lebih baik kau tak usah bersikeras dengan
pendapatmu itu...." "Aku tahu, kau bukan bermaksud baik, dengan
bujukanmu itu kau hanya takut mengajak kami berjumpa
dengan majikanmu karena kuatir nyawamu bakal
melayang." "Perguruan bunga bwe mempunyai peraturan
pcrguruan yang sangat ketat sebelum mendapat
persetujuan dari majikan kami, maka siapa pun dilarang
mengajak orang lain untuk pergi menjumpainya, Apabila
sekarang aku membawa kalian pergi menjumpainya,
maka sesuai dengan aturan aku bakal dibunuh olehnya."
1270 Gadis berbaju putih itu termenung sambil berpikir
berapa saat lamanya, setelah itu katanya: "Jelek-jelek
begitu kau masih terhitung seorang jagoan gagah,
Meskipun terancam oleh kematian, namun kau tak mau
mengingkari janji dengan begitu saja, Baik-lah
Menjumpai majikanmu sih aku tetap akan
menjumpainya, hanya kau tak perlu menghantar kami..."
Kemudian setelah berhenti sejenak. terusnya:
"seandainya kami dapat mencarinya sendiri, hal ini
tentunya tak akan menyusahkan dirimu bukan?"
"Tentu saja." "Kalau begitu lepaskan saja kain kerudung mukamu,
Asal aku dapat melihat raut wajah aslimu, maka kau tak
perlu mengantar kami lagi untuk pergi menjumpai
pemilik bunga bwee,"
sebenarnya ini hanya permintaan sederhana dan bagi
manusia berbaju merah tersebut bisa dilakukan dengan
gampang sekali, siapa tahu orang itu justru seperti
menghadapi persoalan yang maha sulit, untuk sesaat ia
ragu dan tak tahu apa yang mesti dilakukan.
Tiba-tiba gadis berbaju putih itu tertawa
dingin,jengeknya: "Kalau dilihat perbuatanmu yang
pegang janji, jelas asalmu tentu dari perguruan aliran
lurus. 1271 seandainya dalam dunia persilatan benar-benar
terdapat perguruan bunga bwee, bagaimana pun rahasia
dan ketatnya cara kerja mereka, dalam dunia persilatan
pasti akan tersiar berita tentang keberadaannya, tapi
kenyataannya sekarang tak seorang pun pernah
mendengar tentang perguruan bunga bwee"
sekujur tubuh manusia berbaju merah itu mendadak
gemetar keras, jelas hatinya sedang bergolak dan
mengalami tekanan yang luar biasa.
"Betul juga perkataan ini," pikir Lim Han kim.
"Perkumpulan Hian hong kau begitu ketat dan rahasia,
tapi dalam dunia persilatan toh tersebar juga kabar
berita tentang perkumpulan ini, sedangkan perguruan
bunga bwee memiliki kekuatan yang begini luar biasa,
mana mungkin tak ada orang yang pernah
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membicarakan-nya?" sementara dia masih berpikir, gadis berbaju putih itu
sudah berkata lebih lanjut: "oleh karena itu aku berani
memastikan kau pasti bukan berasal dari perguruan
bunga bwee." Dengan sepasang mata yang tajam manusia berbaju
merah itu mengawasi wajah si nona berbaju putih itu
tiada hentinya, kemudian pelan-pelan dia melepaskan
kain kerudung merah yang menutupi wajahnya.
1272 Ternyata orang itu memiliki kulit muka yang putih dan
bersih, panca inderanya sempurna. sesungguhnya dia
terhitung seorang lelaki yang tampan tapi anehnya pada
sepasang pipinya masing-masing tertera sebuah lambang
bunga bwee yang jelas sekali Tampaknya lambang itu
dicap khusus dengan besi yang dipanaskan dalam api,
lebarnya mencapai satu inci persegi. Dengan adanya
lambang ini, maka wajahnya yang semula tampan pun
jadi rusak sama sekali. sembari mengenakan kembali kain kerudung merah
pada wajahnya, orang itu ber-kata:
"Aku telah memenuhi permintaan no-na" Kemudian
tanpa membuang waktu lagi dia putar badan dan berlalu
dari situ dengan langkah tergesa-gesa.
sambil memandang bayangan punggung manusia
berbaju merah itu, Lim Han kim berdiri termangu-mangu,
hingga bayangan tersebut lenyap daripandangan mata
dia baru menghela napas panjang seraya berkata:
"sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Gadis berbaju putih itu tidak menjawab. setelah
menengadah memandang cuaca baru ujarnya:
"Bimbinglah aku kembali ke dalam barisan, aku harus
beristirahat sebentar dengan tenang"
sesungguhnya banyak persoalan aneh yang ingin
ditanyakan pemuda ini, tapi ketika dilihatnya gadis itu
1273 sudah membungkam diri sambil termenung, dia pun
urungkan niatnya itu, ia tahu, gadis tersebut sedang
memikirkan sesuatu dengan serius.
Ketika mereka berdua kembali ke dalam barisan, Han
Si Kong sudah tak sabar lagi menunggu, Beberapa kali
hampir saja dia hendak menerjang keluar dari barisan
untuk mencari rekannya, untung saja siok bwee berhasil
menghalangi niatnya itu. Dayang itu baru merasa lega
setelah melihat majikannya kembali dengan selamat
didalam barisan. "Ke mana sih kalian telah pergi?" Han Si
Kong segera menegur "Panjang sekali untuk diceritakan Mes-kipun hanya
dalam waktu yang amat sing-kat, namun apa yang
kusaksikan dan kudengar cukup membuat pikiranku
bingung selama tiga hari tiga malam"
"sebetulnya apa yang telah terjadi" Cepat katakan"
Gadis berbaju putih itu mendekati Lim Han kim dan
mencabut lepas jarum-jarum emas yang menempel di
tubuhnya itu, kemudian katanya: "Barusan kau telah
melangsungkan pertarungan sengit melawan orang itu,
banyak tenaga murnimu yang terbuang, sekarang kau
harus beristirahat dengan tenang."
setelah jarum emas itu dicabut lepas, tiba-tiba saja
Lim Han kim merasakan tubuhnya lelah sekali, tanpa
sadar dia pejamkan matanya untuk beristirahat.
1274 Gadis berbaju putih itu sendiri segera merebahkan diri
ke atas tanah sambil mencabut lepas jarum emas dari
tubuhnya, siok bwee segera mengambil sebuah selimut
dan ditutupkan ke atas badan nona itu.
Menyaksikan semua adegan ini Han Si Kong hanya
bisa berdiri terbelalak dengan mulut melongo, bisiknya
kemudian kepada siok bwee. "sebenarnya apa sih yang
telai terjadi?" "Mereka sangat lelah, sekarang harus beristirahat dulu
secukupnya untuk mengembalikan kondisi badan, lebih
baik jangan kau ganggu dulu mereka berdua."
semenjak muda Han Si Kong sudah ber-kelana, dalam
dunia persilatan, pengetahuan serta pengalamannya luas
sekali, namun ia belum pernah menjumpai kejadian
seperti hari ini. Tak heran kalau orang tua tersebut jadi
gelagapan dan termangu-mangu tak tahu apa yang mesti
dilakukannya. sementara itu siok bwee sudah duduk berjaga disisi
gadis berbaju putih itu. Di antara kerutan alisnya terlihat
rasa murung dan kesalnya yang amat mendalam.
sebetulnya Han Si Kong ingin mengajukan berapa
pertanyaan untuk menghilangkan rasa herannya, tapi
setelah melihat sikap siok bwee yang begitu dingin dan
hambar, ia tak berani buka suara lagi, takut kalau
ketanggor batunya. 1275 Hiang lan yang biasanya lincah dan tak pernah diam,
kinipun berdiri kaku di belakang siok bwee dengan alis
mata berkernyit saat ini benar-benar suatu pemandangan
yang mengenaskan, setiap orang seakan-akan dibebani
masalah yang amat berat, Mereka harus menunggu
dengan wajah murung, padahal pikirannya kosong
melompong. siapa pun tak dapat menjawab apa
sebenarnya yang sedang mereka nantikan"
Akhirnya Han Si Kong tak sanggup menahan diri lagi,
sambil melompat bangun, katanya: "Kalian berdua
tunggulah di sini, aku hendak jalan-jalan sebentar di luar
barisan" "Barisan ini mempunyai perubahan yang tak
terhingga, mampukah Kau meninggalkan tempat ini?"
tegur siok bwee sambil mendongakkan kepalanya.
Han Si Kong mendengus dingin, di luar dia tetap
membungkam diri, sedang di hati kecilnya dia
mengumpat dengan marah: "Aku tak percaya hanya
mengandalkan beberapa batang bambu itu bisa
mengurung aku di sini,"
Ketika ia mengangkat kepalanya kembali tiba-tiba
terlihat olehnya berpuluh orang manusia berbaju hitam
sedang bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi,
Pada bahu orang-orang itu terlihat seonggok kayu bakar
yang segera ditumpahkan di luar barisan.
1276 Mereka bekerja sangat cepat dan tidak menimbulkan
suara, Dalam waktu singkat sekeliling barisan bambu itu
sudah penuh dengan kayu-kayu bakar. sebenarnya Han
Si Kong hendak melaporkan kejadian ini kepada siok
bwee dan Hiang lan, tapi ketika dilihatnya seluruh
perhatian mereka berdua sedang dicurahkan ketubuh
gadis berbaju putih itu, dan seakan-akan tidak
memperhatikan urusan lain, maka dia pun urungkan
niatnya itu. Meskipun usia Han Si Kong sudah mencapai lima enam
puluh tahunan, namun sifat kanak-kanaknya ternyata
belum hilang, sikap kedua orang dayang itu segera
membuat hatinya amat mendongkol pikirnya:
"Hmmmm... umurku sudah setengah abad lebih, masa
aku tak bisa mengendalikan perasaanku jauh melebihi
kalian dua orang budak ingusan.." Baik, kita tunggu saja
terus, paling banter mereka membakar kayu-kayu bakar
itu dan membinasakan kita semua di sini. Beruntung aku
lebih tua daripada kalian, paling tidak aku toh hidup lebih
lama daripada kalian-"
Terlihat tumpukan kayu bakar itu makin lama semakin
bertambah banyak. dalam waktu singkat bukan saja
sekeliling barisan itu sudah tertutup rapat, bahkan
pemandangan di luar barisan pun sudah tak terlihat lagi
karena gundukan kayu bakar itu.
1277 Hingga detik itu siok bwee serta Hiang lan masih
belum menyadari akan datangnya bahaya itu. seluruh
perhatian mereka masih tercurahkan ketubuh gadis
berbaju putih itu, agaknya mereka sedang bersiap-siap
menghadapi segala kemungkinanMelihat itu Han Si Kong berpikir lagi: Jangan-jangan
kedua orang dayang ini sedang memusatkan
perhatiannya pada kesehatan majikannya hingga tidak
memperhatikan situasi di luar barisan" Kalau memang
begitu, aku perlu memberitahukan kejadian ini kepada
mereka...." Berpikir sampai di sini, ia pun mendehem beberapa
kali sambil menegur: "Nona berdua...."
siok bwee berdua tidak berpaling, bahkan seperti tidak
mendengar sama sekali panggilan tersebut.
Han Si Kong amat mendongkol dengan memperkeras
suaranya ia berteriak lagi: "Hei, kalian sudah mendengar
belum panggilanku" "sstt... Bagaimana kalau Jangan bicara dulu?" tukas
siok bwee sambil gelengkai kepalanya, sedangkan Hian
lan segera menempelkan ujung jari telunjuknya di atas
bibir pertanda agar ia tidak berbisik.
1278 Han Si Kong bertambah jengkel, setelah mendengus
dingin ia tidak berbicara lagi Matahari mulai tenggelam di
langit barat, senja pun mulai menjelang tiba.
Pertama-tama Lim Han kim dulu yang bangun dari
tidurnya, ia membuka mata sambil memperhatikan
sekeliling tempat itu, tapi begitu melihat tumpukan kayu
bakar di luar arena barisan, dengan perasaan terkesiap
serunya: "saudara Han, siapa yang menumpuk kayu-kayu
bakar itu di luar arena barisan kita?"
"Tentu saja anak buah pemilik bunga bwee"
"Mereka sengaja menumpukkan kayu bakar itu di
sekeliling arena, berarti mereka punya rencana untuk
membakar mati kita semua di sini."
"Aku rasa pendapatmu itu sangat tepat" Lim Han kim
jadi keheranan sekali melihat rekannya itu sedang
mendongkol bercampur jengkel, tegurnya sambil
tertawa: "saudara Han, kau lagi jengkel dengan siapa?"
"siapa lagi kalau bukan dua orang dayang itu, saudara
Lim. Cepat kau mencari akal untuk keluar dari barisan ini,
aku ingin menjajal kemampuanku dengan budak-budak
itu, Lihat siapa yang lebih tahan uji"
Lim Han kim sudah cukup lama bergaul dengan orang
tua itu, ia cukup memahami sifat maupun tabiatnya,
maka sambil tersenyum bujuknya: "saudara Han, buat
1279 apa kau mesti ribut dengan perempuan macam
mereka...?" "Betul juga perkataan ini," pikir Han Si Kong, " orang
setua aku ini kenapa mesti jengkel dengan bocah
perempuan?" sambil tertawa geli katanya kemudian"Benar juga perkataan saudara Lim, cuma dua orang
budak itu menjengkelkan sekali, sudah tahu kalau musuh
sedang menumpuk kayu bakar di luar barisan untuk
membakar mati kita semua, ternyata berapa kali
peringatanku sama sekali tidak mereka gubris, coba
bayangkan siapa yang tidak mendongkol diperlakukan
begini, Hmmm itulah sebabnya aku ingin melihat, dia
atau aku yang tak takut mati"
Diam-diam Lim Han kim tertawa geli di dalam hati,
pikirnya: "Tak salah lagi kalau orang bilang, orang tua
yang sudah mencapai usia enam puluh tahunan, sifatnya
akan kembali seperti anak-anak kecil... buktinya saudara
Han juga begini...."
Perlu diketahui selama puluhan tahun Han Si Kong
berkelana dalam dunia persilatan justru lantaran sifat
kesetiaan kawan serta kehangatan hatinya inilah ia selalu
berhasil terlepas dari bahaya maut, Ketika ia mengangkat
kepalanya kembali, tampak dua orang dayang itu sedang
menggenggam tangan majikannya sambil duduk bersila,
telapak kanan masing-masing ditempelkan pada telapak
tangan gadis berbaju putih itu. Rupanya mereka sedang
1280 menggunakan tenaga dalam masing-masing untuk
membantu majikannya agar lebih cepat sadarkan diri.
sambil menghela napas panjang Lim Han kim berkata:
"Dia tak lebih hanya seorang gadis lemah yang
penyakitan, tapi sikapnya terhadap mati hidup begitu
hambar sebaliknya kita lelaki sejati yang masih gagah
danperkasa, kalau tak bisa bersikap sama seperti dia
sungguh merupakan kejadian yang memalukan."
"Kebanyakan orang yang diberi kecerdasan luar biasa,
keberaniannya pasti melebihi orang biasa...."
"Kini kita sudah terjebak dalam situasi yang berbahaya
sekali jikalau tumpukan kayu bakar di luar arena itu
sampai di-bakar, dapat dipastikan kobaran api yang
membara di sekitar tempat ini luar biasa hebatnya, Kita
harus memikirkan jalan keluarnya dengan cepat, biar
kubantu untuk menyadarkan nona Pek"
Ia bangkit berdiri dan berjalan menghampiri gadis
berbaju putih itu, telapak tangannya segera ditempelkan
ke atas jalan darah Mia bun hiat dipunggungnya,
segulung aliran hawa panas dengan cepat menyusup
masuk ke dalam tubuh gadis itu.
Kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya jauh
melebihi kemampuan dua orang dayang itu. Tak selang
berapa saat kemudian air muka si nona berbaju putih
yang semula pucat pias itu kini berubah menjadi semu
1281 merah, kemudian sepasang matanya yang terpejam pun
pelan-pelan terbuka kembali....
Melihat majikannya telah sadarkan diri, siok bwee
menghembuskan napas lega sambil berseru: "Nona,
hampir saja budak berdua mati ketakutan-.."
Gadis berbaju putih itu memperhatikan sekejap
sekeliling arena barisan, la lu sambil tertawa ia berpaling
kearah Lim Han kim sembari katanya: "Mereka ingin
menggunakan api untuk membakar kita."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, saat ini sekeliling barisan telah ditumpuk kayukayu
bakar yang cukup membakar tempat ini selama tiga
empat jam. Tak usahlah api tersebut sampai merambat
masuk ke dalam arena, hawa panas serta asap yang
ditimbulkan oleh kebakaran itu pun sudah cukup
menghanguskan kita semua di tempat ini...."
Mendadak Han Si Kong tertawa terbahak-bahak: "Ha
ha ha... selama puluhan tahun aku berkelana dalam
dunia persilatan, penjara air pernah kucicipi, luka
bacokan atau tusukan juga sering kualami, hanya satu
yang belum pernah kurasakan yaitu di panggang oleh
kobaran api. sungguh beruntung aku mendapat
kesempatan pada hari ini untuk mencicipinya. Bagaimana
pun aku toh sudah hidup enam puluh tahunan di dunia
ini, meskipun harus mati terbakar pun tidak termasuk
orang yang berumur pendek."
1282 Lim Han kim tahu orang tua ini masih jengkel dengan
kedua orang dayang tersebut sebenarnya dia hendak
membujuknya dengan beberapa patah kata, namun
untuk sesaat dia pun tak tahu apa yang mesti diucapkan,
akhirnya pemuda ini pun hanya membungkam diri.
Gadis berbaju putih itu termenung sebentar, kemudian
sambil melirik Hiang lan dan siok bwee sekejap.
tegurnya: "Tentu kalian berdua telah menyalahi Han
locianpwee, ayo cepat minta maaf kepada-nya."
Dua orang dayang itu tak berani membantah, setelah
bertukar pandang sekejap mereka maju ke muka dan
memberi hormat seraya berkata: "orang bijaksana tak
akan menyalahkan orang kecil, Kami masih muda dan tak
tahu diri, bila telah menyakiti hati Han locianpwee, harap
penghormatan ini dianggap sebagai permintaan maaf
kami." selesai berkata, mereka benar-benar
membungkukkan badan memberi hormat.
Dengan kejadian ini Han Si Kong malah dibuat rikuh
sendiri, buru-buru serunya: "Ha ha ha... mana, mana...
masa aku setua ini juga akan mendongkol lantaran kalian
bocah perempuan-..."
Dengan alis mata berkenyit Hiang lan berseru: "Han
locianpwee, kami berdua toh sudah minta maaf
kepadamu, dengan sendirinya rasa gusar Han locianpwee
juga ikut lenyap bukan" Tapi sampai sekarang kami
1283 berdua masih belum tahu, kapan sih kami telah
menyalahi diri cianpwee,.,"
"Yaa, harap locianpwee sudi memberi petunjuk.
sehingga di kemudian hari tidak melakukan kesalahan
lagi," sambung siok bwee sambil tertawa.
BAB 38. Mempermainkan Kaum Budak
Kontan saja Han Si Kong merasa pipinya jadi panas
lantaran jengah, dia tak mampu mengucapkan sepatah
kata pun, si nona berbaju putih yang melihat kejadian itu buruburu
menukas: "Tidak sopan sewaktu bicara dengan
kaum tua, bersikap acuh terhadap orang lain, semuanya
merupakan tindakan yang keliru, apa perlunya kalian
minta ditunjukkan kesalahanmu berdua, ayo cepat
mundur dari sini" Dua orang dayang itu mengiakan dan segera
mengundurkan diri ke belakang gadis berbaju putih itu.
Lim Han kim kuatir Han Si Kong kehilangan muka
lantaran kejadian ini, buru-buru dia mengalihkan bahan
pembicaraan ke masalah lain, ujarnya: "Nona, kita harus
berusaha melepaskan diri dari sini, Kalau tidak. masakita
harus menunggu dibakar oleh mereka di
1284 tempat ini?" "Tak mungkin kita bisa keluar dari sini," ujar gadis
berbaju putih itu setelah termenung sejenak. "Apabila
kita paksakan diri untuk menyerbu keluar dengan
kekerasan, maka korban yang berjatuhan tentu banyak
dan sangat parah." "Aku sudah hidup cukup tua, biar harus mati pun tak
perlu disayangkan" kata Han Si Kong bersemangat "Tapi
kalian semua masih muda belia, terlalu sayang kalau
harus mengorbankan jiwa di sini, Dari pada duduk
menunggu ajal kurasa lebih baik kita serbu keluar dari
barisan ini dan beradu jiwa dengan mereka, paling tidak
kita harus mencari balik modal disertai bunganya."
"Kita tak boleh bertindak gegabah, sekalipun tidak
berusaha keluar dari barisan ini, kita juga tak akan
duduk-duduk sambil menunggu datangnya ajal."
"Kalau kedua duanya tidak dicoba lalu apa yang harus
kita lakukan" Aku benar-benar tidak mengerti?"
"Kita berusaha meloloskan diri dengan selamat dari
sini." Han Si Kong mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu, kemudian sambil gelengkan kepalanya
berulang kali ujarnya: "Kecuali kita punya sayap dan bisa
terbang ke langit" 1285 Gadis berbaju putih itu tertawa, "Locianpwee hanya
bisa teringat terbang ke langit, kenapa lupa kalau di
bawah pun masih ada tanah?"
"Maksud nona kita menggali lorong bawah tanah
untuk meloloskan diri dari sini" Menurut pendapatku,
cara semacam ini tak mungkin bisa kita lakukan dengan
selamat..." "Kalau kita harus menggali lobang bawah tanah yang
tembus hingga di luar tumpukan kayu bakar itu, tentu
saja hal ini susah sekali."
Han Si Kong tertegun, dengan perasaan tak habis
mengerti katanya: "Kecerdasan nona jauh melebihi orang
biasa, sekarang situasi amat gawat aku harap nona sudi
menerangkan secara gamblang Kalau aku disuruh main
tebak... waaah... makin lama aku bisa semakin pikun-"
"Sebenarnya kalau sudah diterangkan sederhana
sekali, dan bila kita mau berpikir sebentar, siapa pun
dapat memikirkan cara itu, Ketika memilih tempat ini
sebagai tempat barisanku aku sudah memperhitungkan
apabila mereka menyerang kita dengan api.
oleh sebab itulah dalam barisan ini aku sengaja
mencari tempat yang ada gundukan tanahnya yang agak
tinggi, Kita tak perlu membuang tenaga untuk menggali
liang, lekukan tanah gundukan tersebut sudah cukup
bagi kita beberapa orang untuk menyembunyikan diri,
1286 kemudian di luar ling ka ran tempat persembunyian itu
kita sulut api untuk membakar rerumputan itu lebih dulu.
Kobaran api pasti akan menyebar ke tempat yang
lebih lebar. Nah, dengan cara begini kemungkinan besar
kita dapat selamatkan juga barisan ini."
"Urusan ini tak bisa ditunda-tunda lagi, mari kita
segera turun tangan- seru Han si Kong.
"Tidak perlu tergesa-gesa, apabila mereka berniat
membakar kita sampai mati maka hal ini sudah dilakukan
sedari tadi, kenapa mesti menunggu sampai sekarang?"
Di saat itu langit sudah mulai menjadi gelap. taburan
bintang mulai menghiasi seluruh angkasa, Lim Han kim,
Han Si Kong, siok bwee serta Hiang lan bekerja keras
membuat sebuah liang besar di bawah gundukan bukit
kecil itu yang cukup untuk memuat mereka berlima.
sementara itu kekuatan tubuh nona berbaju putih itu
bertambah lemah dan sukar untuk dipertahankan lagi,
mau tak mau terpaksa ia harus menggunakan tusukan
jarum pada jalan darahnya untuk membantu
menyegarkan kembali kekuatan tubuhnya.
Ketika dua batang jarum emas ditusukkan ke atas
jalan darahnya, cahaya segar segera menyelimuti wajah
nona itu, Waktu itu, rembulan sudah mulai muncul dari
langit Timur, Dari balik suasana yang hening itu
1287 beberapa kali terdengar suara pekikan burung malam
yang menambah seramnya suasana di tempat itu.
Gadis berbaju putih itu mendongakkan kepalanya
memandang langit, kemudian bisiknya: "Waktunya sudah
tiba, kita harus turun tangan lebih dulu...."
"Melepaskan api?" tanya Lim Han kim. Gadis itu
mengangguk. "Ayo berangkat, kita pergi berdua saja."
"Kesehatan nona kurang baik, lebih baik beristirahat di
tempat ini, biar aku bekerja seorang diri"
Gadis berbaju putih itu tersenyum, ujarnya:
"Melepaskan api adalah cara paling akhir yang bisa kita
lakukan, jadi kalau tidak terpaksa lebih baik tak usah
digunakan- siapa tahu kita akan menemukan cara lain
yang lebih baik" Ayo jalan, temani aku melihat keadaan"
setelah meloloskan pedang Jin siang kiamnya, Lim
Han kim berbisik "Hati-hati nona, setelah keluar dari
barisan harap kau mengintil ketat di belakangku siapa
tahu mereka telah persiapkan jebakan yang akan
menyerang secara tiba-tiba. Kalau terlalu jauh jaraknya,
aku kuatir tak sempat memberi pertolongan-"
"Benarkah kau amat menguatirkan keselamatanku?"
tanya gadis itu sambil tertawa.
1288 Lim Han kim tertegun, tapi segera jawabnya: "Aku
merasa kagum dan menaruh hormat atas keberanian
nona." "sebetulnya bukan karena nyaliku besar maka aku
berani berbuat begini," kata gadis berbaju putih itu
sambil tertawa hambar, "Aku tahu umurku tak bakal
panjang, mati sekarang atau mati besok tak ada
perbedaannya sama sekali...."
Lim Han kim menghela napas panjang, ia
membungkam dan tidak berkata apa-apa lagi.
Terdengar gadis itu berkata lagi: "sebenarnya aku
masih bisa hidup enam bulan lagi, tapi setelah
mengalami pertarungan adu kecerdasan kali ini, aku
kehilangan banyak tenaga, Aku rasa umurku paling lama
tinggal tiga bulan saja."
"Nona cerdik dan penguasa pelbagai ilmu sakti, masa
di dunia initiada obat mujarab yang dapat
menyembuhkan sakitmu itu?" Gadis berbaju putih itu
tertawa. "Gara-gara penyakit yang kuderita ini, ayah dan ibuku
telah menjelajahi seluruh kolong langit untuk mencari
obat mustika dan mengunjungi tabib kenamaan, tapi
setiap tabib yang memeriksaku mempunyai pandangan
yang berbeda sehingga obat yang digunakanpun berbeda
satu dengan lainnya. Dalam jengkelnya ia telah
1289 mengundang dua belas orang tabib kenamaan untuk
berkumpul dipondok Lian-im lu dengan Thian hok sangjin
locianpwee sebagai ketuanya.
Tiga hari tiga malam mereka bekerja keras untuk
menyelidiki penyakitku ini, tapi alhasil mereka tetap gagal
untuk menemukan sistim pengobatan yang tepat."
"Masa dengan kemampuan yang dimiliki Thian hok
locianpwee pun tidak berhasil mengobati penyakitmu?"
sela Lim Han kim dengan kening berkerut.
Tiba-tiba nona berbaju putih itu menghentikan
langkahnya dan duduk di atas tanah, sambil
membetulkan rambutnya yang kusut, katanya lagi seraya
tertawa: "setelah mereka berunding selama delapan hari
delapan malam, akhirnya ditemukan satu kesimpulan-"
Waktu itu mereka sudah tiba di tepi barisan bambu,
beberapa langkah lagi mereka sudah akan keluar dari
barisan tersebut, Melihat gadis itu duduk saja
ditempatnya, Lim Han kim tahu bahwa nona itu hendak
berbicara dulu dengannya sebelum melanjutkan
perjalanan, maka dia pun ikut duduk. "Bagaimana
kesimpulan akhir itu?" tanyanya.
"Bukankah sudah kuberitahukan kepadamu tadi?" kata
nona itu sambil tertawa, "setelah bersusah payah banyak
hari untuk memeriksa serta mengira-ngira penyakitku
akhirnya mereka berkesimpulan aku hanya bisa hidup
1290 setengah tahun, padahal tak usah mereka terangkan pun
aku sendiri sudah mengetahui hal tersebut dengan lebih
jelas lagi" "Apakah yang nona ketahui hampir sama dengan hasil
kesimpulan para tabib kenamaan itu?" sela Lim Han kim
cemas. "Garis besarnya sama, cuma mereka belum tahu kalau
aku tak boleh terlalu lelah dalam setengah tahun ini,
Apabila aku kelewat lelah dan banyak mengguna kan
tenaga, maka umurku yang setengah tahun itu bakal
terpotong separuhnya...."
Lim Han kim segera menghela napas panjang: "Aaai...
kalau sejak dulu tahu begini, aku tak akan merepotkan
nona dengan segala macam persoalan-"
senyuman nona berbaju putih itu semakin cerah, tibatiba
tanyanya: "Apakah kau amat menguatirkan
keselamatan jiwa ku" "
"soal ini... soal ini...." Untuk beberapa waktu la manya
ia tak sanggup melanjutkan perkataan itu.
"Kau tak usah terlalu bersedih hati," kata nona itu
lebih lanjut sambil tertawa, "Meskipun aku sudah hidup
belasan tahun, namun sejak tahu urusan hingga kini aku
harus selalu bergelut dengan penyakitku dan berjuang
melawan maut. orang bilang hidup seribu tahun pun
1291 akhirnya tetap mati, jadi aku tak pernah mempunyai
perasaan ngeri atau takut menghadapi kematian, kau tak
usah bersusah hati karena aku..."
"sekalipun begitu, tapi gara-gara urusanku, nona mesti
kehilangan umur selama tiga bulan, kenyataan tersebut
bagaimana pun juga merupakan ganjalan dalam hatiku."
Mendadak nona berbaju putih itu menarik kembali
senyumnya di wajahnya, Alis matanya mulai berkenyit,
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rupanya ia mulai memutar otak memikirkan sesuatu,
selama berbicara tentang mati hidupnya, gadis ini selalu
tertawa dan santai, seakan-akan masalah mati hidup
bukan masalah yang amat berat baginya, tapi kini
setelah keningnya mulai berkerut, sikap maupun mimik
mukanya berubah jadi amat serius.
Lim Han kim menghela napas panjang, katanya:
"Nona, dalam keadaan seperti ini waktu adalah sangat
berharga bagimu, tidak sepantasnya kau melibatkan diri
dalam kancah persoalan yang membelenggu dunia
persilatan sepantasnya kau nikmati sisa hidupmu itu
dengan senang dan gembira.
Aaai.. jarang sekali di dunia ini ada orang yang bisa
bersikap begini tenang seperti nona kendatipun kau
sudah mengetahui saat ajalmu, Aku percaya diriku tak
mampu berbuat seperti nona, kau benar-benar
mengagumkan" 1292 "Aaai...." Gadis itu menghela napas, "Aku sedang
memiklrkan satu persoalan, aku tak tahu bagaimana
baiknya...." "Gadis secerdas dia, mana mungkin ada masalah yang
tak dapat diselesaikan...?" pikir Lim Han kim dalam hati.
Tapi di luar, ia tak tahan untuk bertanya juga:
"Masalah pelik apa sih yang nona hadapi" Dapatkah kau
memberitahukan kepadaku sehingga mungkin aku bisa
memberikan sedikit saran atau pendapatku yang bodoh?"
Gadis berbaju putih itu mengalihkan pandangannya ke
wajah Lim Han kim, sesudah memandangnya lama
sekali, ia baru berkata: "Aku sedang berpikir, haruskah
kuwariskan segenap ilmu silat yang tercatat dalam
benakku ini kepadamu?"
Beg itu mendengar permasalahan tersebut
menyangkut kepentingan pribadinya, Lim Han kim jadi
terbungkam dalam seribu bahasa, untuk berapa saat dia
tak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan itu.
Terdengar gadis berbaju putih itu berkata lebih lanjut:
"Apabila ilmu silat yang kuketahui tidak kuwariskan
kepadamu, setelah kematianku semua ilmu maha sakti
itu mungkin tak akan punah dari dunia ini dan ikut
terkuburkan untuk selamanya bersamaku sebaliknya bila
harus mewariskan kepadamu, bukankah sisa hidupku
yang tinggal tiga bulan ini bakal habis digunakan untuk
1293 mewariskan ilmu silat untukmu, bukankah terlalu
sayang?" "Nona tak perlu merisaukan diri dengan persoalan itu.
Apabila benar-benar cuma tinggal tiga bulan masa
hidupmu, sudah sepantasnya bila kau gunakan waktu
yang amat singkat ini untuk bersenang-senang...."
"Tapi kitab rahasia yang mencatat ilmu-ilmu silat itu
sudah terbakar habis, Bila aku mati, maka semua rahasia
sim hoat dan teori dari ilmu langka itu akan turut
terkubur bersamaku, bukankah aku akan menjadi orang
yang paling berdosa di dunia ini?"
"Nona mempunyai kecerdasan yang melebihi siapa
pun, jangan lagi aku, di dunia ini susah rasanya untuk
menemukan berapa orang yang mampu menandingi
kepintaranmu itu, apalagi waktu yang tersisa tinggal tiga
bulan, sekali pun nona hendak mewariskan semua ilmu
itu kepadaku, belum tentu aku sanggup menghapal
semuanya secara sempurna, kalau sampai begitu,
bukankah aku hanya akan menyia-nyiakan harapan
nona?" "Sekalipun kau tak sanggup mempelajari seluruh
kepandaian itu sampai selesai, tapi paling tidak kau
mampu menghapal separuh di antaranya...."
Mendadak ia bangkit berdiri, lanjutnya: "Aaaai..
persoalan semacam ini benar-benar sukar untuk
1294 diambilkan keputusan, biar kupikirkan lagi pelan-pelan
sebelum mengambil keputusan,"
Bicara sampai di situ, dia melangkah keluar dari
barisan bambu. Buru-buru Lim Han kim menyusul keluar
dan berebut untuk berjalan di depan gadis itu, katanya:
"Nona tak boleh menempuh bahaya, biar aku
membukakan jalan untuk dirimu"
Dari balik tumpukan kayu bakar di luar barisan tibatiba
terlihat cahaya api berkilat seorang manusia berbaju
serba hitam munculkan diri bersamaan dengan
munculnya cahaya api itu.
Begitu menghadang jalan lewat kedua orang itu,
orang berbaju hitam tersebut membentak ketus:
"Majikan kami telah datang berkunjung ke kuburan ini,
ha rap kalian berdUa datang menghadapi dia"
Memandang obor api yang berada di tangan orang itu,
Lim Han kim berseru keras: "Hati-hati dengan obor di
tanganmu, bisa-bisa terbakar semua kayu bakar itu"
" orang ini goblok dan tak tahu sopan santun, setelah
berjumpa dengan pemilik bunga bwee nanti, aku pasti
akan minta dia untuk membunuh orang ini lebih dulu
sebagai syarat," sambung nona berbaju putih itu cepat.
Manusia berbaju hitam itu tampak agak tertegun,
kemudian sambil mengangkat obornya tinggi- tinggi,
1295 katanya: "Aku yang rendah mendapat perintah untuk
menyambut kalian berdua pergi menjumpai majikan."
Tanpa membuang waktu Lim Han kim menggerakkan
pedangnya menyingkirkan tumpukan kayu bakar yang
menghadang jalan lewatnya, setelah terbuka sebuah
jalan ia berkata dingin, "Ayo jalan di depan sebagai
petunjuk jalan" Agaknya manusia berbaju hitam itu tahu kalau ucapan
gadis berbaju putih itu hanya gertak sambal belaka,
meski begitu ia tak berani bersikap kurang sopan lagi
terhadap mereka berdua, dengan mengangkat obornya
tinggi-tinggi ia berjalan dulu di muka.
Lim Han kini mencoba memperhatikan sekeliling
tempat itu. Dengan bantuan cahaya rembulan yang
redup, Iamat-lamat ia temukan ada banyak manusia
berbaju hitam yang bersembunyi di balik rumput dan
pepohonan yang mengepung sekeliling tempat itu rapatrapat.
Gadis berbaju putih itu mempercepat langkahnya
menyusul di belakang Lim Han kim, sambil berjalan
bisiknya: "Setelah berjumpa dengan pemilik bunga bwee
nanti, kau tak perlu takut dengannya"
"soal ini nona tak perlu kuatir" Dari balik ucapan
tersebut terselip perasaan tak puas.
1296 "Kenapa" Marah karena ucapanku ini?" tegur nona itu
sambil tersenyUm. "Aaai... kenapa sih kau mesti
mengumbar hawa amarah...?"
Lim Han kim berpaling dan memandang gadis itu
sekejap. sementara dalam hatinya berpikir: "Dia tak
segan mengorbankan sisa hidupnya untuk membantu
para jago dunia bertarung melawan pemilik bunga
bwee.Aaai... sudah seharusnya aku pun bersikap lebih
luwes dan mengalah kepadanya...." Berpikir begitu
timbul rasa menyesal dihati kecilnya, namun dia pun tak
tahu bagaimana harus menerangkan masalah ini.
sementara dia masih gelagapan, gadis berbaju putih
itu telah berkata kembali: "Bila ditambah dengan usiaku
selama tiga bulan, masa perkenalan kita tak terhitung
pendek. kenapa kau tak pernah menanyakan namaku?"
sekali lagi Lim Han kim berpikir: "Rasanya kurang
sopan bila seorang pemuda tanggung macam aku
menanyakan nama seorang gadis, Aku, Lim Han kim
tentu saja tak akan bertindak sekurang ajar itu...."
sambil tersenyum dia pun berkata: "Kalau begitu boleh
kutahu siapa nona?" "Mungkin lantaran sejak dilahirkan aku sudah
penyakitan, maka oleh orang tuaku yang amat
menyayangi diriku, aku diberi nama sisi."
1297 Lim Han kim tak berani mengendorkan
kewaspadaannya, sepanjang jalan ia perhatikan terus
sekeliling tempat itu, Terasa olehnya ada banyak sekali
manusia berbaju hitam yang berlalu lalang di tengah
tempat itu, agaknya mereka sedang amat sibuk.
sementara itu si nona telah berkata lebih lanjut:
"Kemudian setelah aku tumbuh dewasa, aku merasa
nama si-si kurang enak didengar, karenanya aku pun
mengubah huruf yang terakhir...."
"Mengubahnya jadi apa?"
"Aku berpendapat bagi seorang anak dara, entah dia
cantik atau jelek pada akhirnya toh akan kawin dan
menjadi bini orang, Tapi bagiku yang bertubuh lemah
serta penyakitan siapa yang mau mengawini diriku"
orang itu sepanjang hidupnya akan melayani aku seperti
kerbau dan kuda, penderitaan yang dialaminya pasti
amat berat, itulah sebabnya huruf terakhir namaku kuubah
menjadi Hiang...." "Pek si hiang,.,."
"Benar, bukankah namaku ini lebih sedap didengar...."
"Seperti namanya nona memang centil dan harum...."
"sejak dahulu kala kebanyakan kaum pendekar
menyayangi wanita lemah. Aku berganti nama jadi si
1298 hiang dengan harapan orang yang akan mengawiniku
nanti menjadi waspada sebelum mengambil keputusan.
Dia mesti menaruh rasa sayang kepadaku dan siap
melayaniku sepanjang masa, sehingga kalau sudah kawin
nanti, calon suamiku tak akan menyesal karena salah
memilih jodoh." "Rupanya begitu...."
"Namaku ini selain hendak memperingatkan calon
suamiku agar selalu sayang kepadaku, aku pun masih
mempunyai maksud lain."
Walaupun berada dalam situasi yang amat berbahaya
karena terkepung musuh tangguh, gadis itu mampu
berbincang masalah pribadinya, seakan-akan di sekitar
situ tak ada orang lain kecuali mereka.
Ketenangannya dalam menghadapi kematian ini
kontan membangkitkan pula semangat Lim Han kim. sa
mbii tertawa nyaring serunya: "Waah... aku ingin tahu
masih ada kegunaan apa lagi namamu itu?"
"Coba kau sebut namaku itu beberapa kali...."
"Pek si hiang... Pek si hiang... si hiang...." Tiba-tiba
paras mukanya berubah hebat, ia segera terbungkam
dalam seribu basa. 1299 "sekarang kau sudah mengerti bukan?" kata Pek si
hiang sambil tertawa, "Barang siapa menyayangi aku,
kasihan kepadaku maka dia bakal sia-sia belaka,
berusaha mati-matian namun akhirnya cuma kosong
belaka, semua akan menjadi impian indah...."
"cinta tak mengenal semua itu. Apa bila orang itu
benar-benar mencintai nona, sekalipun hanya bisa
bersanding setengah atau satu haripun, kenangan
tersebut tak akan terlupakan untuk selamanya, sekalipun
nona sudah mati, namun senyummu, suaramu dan
wajahmu akan selamanya hidup abadi dalam hatinya."
"Tapi... benarkah di dunia ini terdapat lelaki yang
begitu tulus dengan cintanya?" tanya Pek si hiang
tersenyum. "Waaah... kalau soal itu mah aku kurang begitu jelas."
sahut Lim Han kim sambil mendehem berulang kali.
"sejak dulu hingga sekarang, yang ada adalah lelaki
yang menyia-nyiakan cinta kasih kaum wanita, mana ada
pria yang mau berkorban demi kekasihnya...."
Mendadak terlihat bayangan merah berkelebat lewat,
dua orang manusia aneh berbaju serba merah dan
mengenakan topi warna merah melompat keluar dari
balik kegelapan dan menghadang jalan lewat kedua
orang itu. 1300 Dandanan seaneh dan seseram ini cukup mengejutkan
perasaan orang yang melihatnya, apalagi mereka muncul
dari balik kegelapan malam. Kendatipun pada siang
harinya tadi Lim Han kim pernah bertemu dengan
manusia berdandan seperti ini, tak urung perasaan
hatinya bergetar juga, apalagi dipandang di tengah
kegelapan malam, dandanan mereka terasa jauh lebih
mengerikan Padahal dia tahu mereka berdua cuma orang yang
berdandan begitu, namun rasa bergidik segera
menyelimuti seluruh perasaan hatinya, Lim Han kim
segera menggetarkan pedangnya membentuk selapis
bianglala perak untuk menghadang kedua orang manusia
aneh itu, tegurnya: "Apa maksud kalian berdua
menghadang jalan lewatku?"
Manusia aneh berbaju merah yang berada di sebelah
kiri menyahut dengan dingini "Kami mendapat perintah
untuk menyambut kedatangan kalian berdua."
"Kalau memang begitu, terpaksa harus merepotkan
kalian...." Manusia aneh berbaju merah yang berada di sebelah
kanan segera menambahkan: "setiap orang yang hendak
berjumpa dengan majikan kami, senjata mereka harus
dilucuti." 1301 Lim Han kim termenung dan berpikir sebentar,
kemudian katanya: "Sebelum aku bertemu dengan
pemilik bunga bwee, maaf permintaan kalian berdua tak
dapat kupenuhi." Manusia aneh berbaju merah yang ada disebelah kiri
tertawa dingini "He he he,., saat ini kalian berdua sudah
terjebak dalam kepungan kami. jika kami turunkan
perintah maka kalian berdua segera akan tewas
bermandikan darah.,."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau hal ini benar-benar sampai terjadi mungkin
kalian berdua yang akan mampus lebih dulu sebelum
kematianku" Pada saat itulah terdengar bunyi genta sebanyak lima
kali berkumandang datang dari kejauhan, Dua orang
manusia aneh berbaju merah itu saling bertukar pandang
sekejap. lalu sambil membalikkan badan katanya: "Harap
kalian berdua mengikuti dibelakang kami"
Tanpa membuang waktu mereka berlalu dari situ
dengan langkah lebar Ketika Lim Han kim mencoba
berpaling, ia saksikan Pek si hiang mengintil di
belakangnya dengan senyuman yang cerah, seakan-akan
ia sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap
dua orang manusia berbaju merah itu.
sikap yang begitu tenang dari gadis tersebut makin
mempertebal rasa kagumnya terhadap nona itu, pikirnya:
1302 "Walaupun dia tak mengerti ilmu silat, namun kebesaran
nyalinya serta keberaniannya menghadapi kenyataan
betul-betul jauh di atas kemampuanku. . . . "
Bagaikan sukma yang bergentayangan di udara kedua
orang manusia berbaju merah itu berputar mengitari
kuburan Liat hu bong kemudian menelusuri sebuah jalan
setapak yang sempit. Waktu itu manusia berbaju hitam yang membawa obor
itu sudah pergi entah ke mana, suasana di sekitar sana
hanya kegelapan yang mencekam.
Mendadak Lim Han kim menghentikan langkahnya
seraya menegur: " Kalian berdua hendak mengajak kami
ke mana?" "Menjumpai majikan kami"
"Bukankah dia sudah tiba di kuburan Liat hu bong?"
"Pada saat yang terakhir majikan kami telah
mengubah alamat perjumpaan, beliau khusus mengutus
kami untuk menyambut kedatangan kalian berdua,"
sambung orang berbaju merah di sebelah kiri Lim Han
kim tertawa dingin. "Dandanan kalian berdua begitu aneh, majikan
kalianpun sok rahasia dan misterius. Hmmm.... hmmm...
kalau tingkah laku aneh semacam ini mungkin saja dapat
1303 me-nakut-nakuti orang awam, tapi untuk kami berdua....
Hmmm... hra mm.,.," "Siapa itu, berani amat bicara takabur" teguran dingin
yang menyeramkan tiba-tiba bergema dari kejauhan,
"Aku Lim Han kim, kenapa?" hardik pemuda itu gusar.
"Hmmm, besar amat nyalimu, kalau tidak diberi sedikit
pelajaran, tentu kau tak akan tahu betapa tingginya
langit dan tebalnya bumi."
Baru saja Lim Han kim hendak menanggapi seruan itu,
tiba-tiba terlihat sesosok bayangan hitam meluncur
datang dengan kecepatan luar biasa, dengan perasaan
terkesiap pikirnya: "Senjata rahasia apakah itu?"
" Kenapa membawa deruan suara yang aneh sekali."
Pedangnya segera diputar membentuk berkuntumkuntum
bunga pedang untuk melindungi dadanya, saat
itu dia hanya berpikir bagaimana membendung serangan
senjata rahasia yang datang dari depan, ia tidak mengira
kalau ada segumpal bayangan hitam lainnya yang
menyergap tiba dariarah samping, Lim Han kim
menyadari akan datangnya ancaman tersebut, namun
untuk menghindar sudah tak sempat lagi....
"Plaaaakkk.,." Pipi kirinya persis terkena gempuran itu secara telak.
sementara bayangan hitam itu segera meluncur balik
1304 dengan kecepatan luar biasa setelah gempurannya
mengenai sasaran. Gempuran itu berat dan cukup keras, seketika itu juga
Lim Han kini merasakan pandangan matanya berkunangkunang,
pipinya terasa pedas, panas dan perih sekali.
Kebetulan sekali saat itu cahaya rembulan sedang
tertutup oleh awan gelap sehingga suasana di tempat itu
amat gelap sekali, Meskipun sudah terkena gempuran
secara telak, ternyata Lim Han kim belum sempat melihat
dengan jelas makhluk apakah yang menyerang dirinya
tadi, hanya lamat-lamat ia merasa bahwa makhluk itu
menyerupai binatang sebangsa burung atau unggas.
Dua orang manusia berbaju merah pembawa jalan itu
sama sekali tidak berpaling, mereka tetap melangkah
majU dengan tindakan lebar Ketika ia mencoba
berpaling, Pek si hiang masih mengintil di belakangnya
dengan senyUman dikulum, seolah-olah ia sama sekali
tidak melihat kalau pipi kirinya terkena serangan.
Berada dalam situasi dan keadaan seperti ini, tentu
saja Lim Han kim merasa rikuh untuk buka suara, namun
secara diam-diam dia telah meningkatkan
kewaspadaannya. "Pemilik bunga bwee ini betul- betul seorang tokoh
yang sukar dipegang ekornya, aku tak boleh
1305 memandangnya terlalu enteng," demikian ia berpikir
dalam hati. sementara itu kedua orang manusia aneh berbaju
merah itu sudah berbelok menuju ke sebuah bangunan
gedung yang berdiri megah, Gedung itu berdiri sendirian
di tengah hutan belantara yang sepi, suasana gelap
gulita, tidak tampak setitik cahaya lampupun dari balik
bangunan itu. Dua orang manusia berbaju merah itu langsung
membuka lebar pintu halaman dan berdiri di kedua belah
sisinya, setibanya di bangunan itu, seru mereka serentak:
"silahkan kalian berdua masuk sendiri"
Di bawah sinar rembulan yang waktu itu sudah muncul
kembali dari balik awan, Lim Han kim dapat melihat
sebuah papan nama yang tergantung di atas pintu
gerbang bangunan itu. "Rumah abu keluarga Go."
Pintu gerbang yang besar dan berwarna merah itu
sudah terpentang lebar, namun suasana dalam ruang
tengah dan ruang samcing bangunan itu tetap gelap
gulita dan hening. Melihat situasi ini, sekali lagi Lim Han kim berpikir:
"seandainya mereka siapkan jago-jago tangguh di
sekeliling rumah abu ini, kami pasti akan mati konyol..."
1306 sementara dia berpikir di hati, kakinya sudah mulai
melangkah naik ke tangga batu ruang tengah.
Dari balik ruangan yang gelap itu tiba-tiba muncul
sepercik cahaya api yang segera padam kembali, disusul
kemudian terdengar seseorang berseru dengan suaranya
yang melengking: " Kenapa kalian berdua tidak masuk"
sudah takut rupanya" Kalau ingin mundur dari sini,
sekarang masih belum terlambat."
Dengan suara lirih Pek si hiang berbisik: "Ayo kita
masuk, tak usah takut...."
"Baik" Dengan pedang disilangkan di depan dada, pemuda
itu masuk ke dalam ruangan dengan langkah lebar.
"Jangan terlalu cepat, tunggu aku..." pinta Pek si
hiang sambil merangkul lengan pemuda itu.
Lim Han kim agak tertegun, tapi dengan cepat dia
telah balas merangkul lengan kanan Pek si hiang.
"Berjalanlah pelan-pelan, makin lambat makin baik,"
pesan Pek si hiang, kemudian pelan-pelan ia sandarkan
kepalanya di atas bahu anak muda tersebut.
Bau harum semerbak yang aneh segera menyusup ke
dalam hidungnya, sekalipun mereka berada dalam situasi
yang berbahaya dan penuh ancaman maut, namun sikap
1307 gadis tersebut mendatangkan juga perasaan hangat dan
mesra di hati kecil Lim Han kim.
Dengan nada yang amat serius Peksi-hiang berbisik:
"Jarak dari pintu gerbang sampai di rumah utama itu
kurang lebih tiga tombak. Kau harus mencapai tempat
tersebut dalam dua ratusan langkah, sementara berjalan
aku akan membisikkan sesuatu kepadamu...."
"Apa yang hendak kau sampaikan?" sela Lim Hankim.
"Ko-koat (teori) dari delapan jurus ilmu pedang naga
sakti beserta cara penggunaannya . "
Lim Han- kim merasa sangat tegang, pikirnya: "Mana
mungkin aku bisa menghapalkan jurus pedang yang
begitu rumit dalam waktu sesingkat ini?"
Tapi ia tak punya kesempatan lagi untuk berbicara
karena Pek si- hiang sudah mulai mewariskan ilmu
pedang tersebut kepadanya
Ketika si hakim sakti Ciu Huang mewariskan jurus
pedang naga sakti kepadanya di belakang kuil awan hijau
tempo hari, ia hanya diajarkan jurusnya tanpa
diterangkan cara penggUnaan serta bagaimana
perubahannya dalam menghadapi serangan musuh.
walaupun begitu ia sudah mempunyai landasan yang
cukup kuat dalam ilmu pedang tersebut, karenanya
1308 setelah diterangkan Pek si- hiang secara terperinci
sekarang, ia dapat menangkap serta memahaminya
dalam waktu singkat. saat-saat seperti ini membuat pemuda tersebut mau
tak mau harus pusatkan segenap perhatiannya pada
pelajaran itu la jadi lupa kalau dirinya sedang berada
dalam posisi bahaya dan musuh tangguh mengepung di
sekelilingnya. suara tertawa dingin bergema dari balik
kegelapan, sementara bayangan manusia berkelebat kian
ke mari, pelan-pelan Pek si-hiang pejamkan matanya, dia
seakan-akan sedang mabuk kepayang dalam pelukan Lim
Han-kim. sebaliknya anak muda itu seakan-akan
menaruh perasaan yang amat sayang kepada sang nona
sehingga tak punya minat memperhatikan tempat lain,
segenap perhatiannya tercurahkan pada kekasihnya.
siapa pula yang mengira di balik sikap mesra muda
mudi itu sesungguhnya ada sisi lain yang begitu serius,
yang lelaki mendengarkan pelajaran dengan seksama
sedang yang wanita mewariskan rahasia ilmu pedang
ting kat tinggi kepada rekannya.
Tiba-tiba terlihat canaya api berkelebat dua batang
lilin telah disulut dalam ruang pertemuan yang lebar itu
waktu itu Lim Han- kim hanya merasakan pandangan
matanya silau, namun ia tak sempat cabang-kan pikiran
untuk memperhatikan. 1309 suara bentakan yang amat keras bergema
memecahkan keheningan: "Benar-benar seorang laki
perempuan yang tak tahu malu, Di depan umum dan
pandangan banyak orang, kalian berani menunjukkan
sikap yang begitu memuakkan"
Bentakan itu sangat nyaring dan keras apalagi
diteriakkan di tengah keheningan malam, suaranya
bergema sampai jauh sekali, namun Lim Han- kim dan
Pek si- hiang yang berada di hadapannya ternyata tidak
menggubris, seolah-olah sama sekali tidak mendengar
hardikan tersebut Tampak cahaya api kembali berkelebatan secara
beruntun di dalam ruangan itu telah disulut dua belas
batang lilin besar, Dalam waktu singkat seluruh ruangan
pertemuan itu telah bermandikan cahaya, begitu terang
benderang sampai jarum di lantaipun dapat terlihat
dengan jelas. Ketika Pek si- hiang sudah selesai menerangkan jurus
yang terakhir, tiba-tiba ia melompat bangun dan
meninggalkan pelukan Lim Han- kim.
suara tertawa yang amat dingin dan menyeramkan
sekali lagi berkumandang membelah angkasa: "sudah
banyak pasangan kekasih yang kutemui dan kujumpai,
tapi belum pernah kusaksikan ada orang yang begitu
berani macam kalian berdua, menganggap manusia di
sekitarnya sebagai tonggak kayu.."
1310 "Paling tidak kau telah menyaksikan pada malam ini
bukan?" sambung Pek si-hiang
sambil tertawa dan membetulkan rambutnya yang
kusut. Diiringi suara tertawa yang merdu, dia melangkah
masuk ke dalam ruang pertemuan itu.
Dengan langkah lebar Lim Han- kim segera
menyerobot masuk lebih dulu ke dalam ruangan dan
menghadang di depan Pek si-hiang. Di hadapannya kini
telan berdiri seorang kakek berbaju kuning yang
mempunyai perawakan tinggi besar,jenggotnya yang
panjang berwarna putih terurai di depan dadanya.
Kakek itu berwajah dingin dan serius, pada lengannya
terdapat sebuah rak besi, di atas rak itu bertengger dua
ekor burung aneh berwarna abu-abu tua.
Dengan perasaan tertegun Lim Han-kim segera
berpikir. 'Jangan-jangan yang meng-gampar pipi kiriku
barusan adalah satu di antara dua ekor burung itu'
sementara dia masih termenung, kakek berbaju
kuning itu telah mengumpat dengan suara dingin:
"Benar-benar seorang budak yang tak tahu malu"
"Kalau belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya,
lebih baik hati-hati kalau berbicara" tegur Lim Han-kim
penuh kegusaran Kemudian sinar matanya mulai
memeriksa sekeliling tempat itu, pada dua sisi ruangan
1311 itu berdiri berjajar dua baris manusia berbaju hitam yang
semuanya berjumlah dua puluh empat orang.
Kawanan manusia itu rata- rata mengerudungi wajah
masing-masing dengan kain hitam sehingga yang terlihat
hanyalah sepasang mata mereka yang bersinar.
Kakek berbaju kuning itu merupakan satu-satunya
orang yang tidak mengenakan kain kerudung muka.
Kendatipun air muka itu dingin dan kaku namun rasanya
jauh lebih sedap dipandang ketimbang yang lain.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terdengar ia berkata lagi dengan suara dingin:
"Walaupun aku merasa kurang berkenan menyaksikan
urusan pribadi kalian berdua, tapi aku malas untuk
mencampurinya." "Hmmm, mampukah kau mencampurinya?" jengek
Pek si- hiang sambil tertawa mengejek.
"siapa bilang aku tak mampu mencampurinya?" teriak
kakek berbaju kuning itu gusar. "Berani lancang sekali
lagi, jangan salahkan kalau kucukil mata kalian untuk
makan burung- burungku. Hmmm Akan kulihat
mampukah kalian bermesraan lagi." Pek si- hiang
tertawa. "Wajahnya, suaranya serta perawakan tubuhnya
sudah tertera sangat mendalam di lubuk hatiku, tanpa
memandangnya secara langsung pun aku tetap bisa
1312 membayangkan dirinya, Kami masih punya mulut untuk
saling meluapkan perasaan hati, kami pun masih punya
tangan untuk berpelukan-"
"Akan kupotong sepasang lenganmu dan memotong
lidahmu" teriak kakek berbaju kuning itu semakin gusar.
"ltupun tak menjadi soal, perasaan kami telah saling
berhubungan satu dengan lain-nya, biar dipisahkan
sejauh selaksa lipun kami merasa seakan-akan tetap
bersatu." saking gusarnya kakek berjUbah kuning itu berkaokkaok
keras: "Aku akan mencincang tubuhmu sehingga
hancur menjadi bubur daging Akan kulihat apa yang bisa
kau perbuat?" "sekalipun kau berhasil mencincang tubuhku hingga
hancur berkeping-keping, tapi apa gunanya" cinta kami
tak akan putus lantaran kematian, tidak seperti kau,
sudah hidup setua ini tapi tetap hidup sebatang kara.
Aku yakin selama hidup tak akan ada seorang wanita pun
yang menyukaimu. Kalau hidup tanpa kegembiraan apa
bedanya dengan mati?"
Kakek berbaju kuning itu tertegun, tiba-tiba nada
pembicaraannya berubah jadi lembut sekali, katanya:
"Tak kusangka nyalimu begitu besar, berani amat
bermusuhan dengan diriku?"
1313 Pek si- hiang tertawa pula, sambil membenahi
rambutnya ia berkata: "Ehmmm... selama ini aku belum
mengumpatmu, hal ini sudah termasuk amat sungkan
kepadamu." "Yaa sudahlah, aku tak akan menyalahkan dirimu
lagi...." setelah berhenti sejenak. kembali kakek itu
menambahkan: "Kau kah yang mengatur barisan anti
Ngo-heng di seputar kuburan Liat hu-bong ini?"
"Kalau benar lantas kenapa?"
"Kau benar-benar hebat Tapi antara aku dengan
dirimu ibarat air sumur yang tidak melanggar air sungai,
kenapa kau mesti bermusuhan dengan kami?"
"Apa pula salahnya para jago dari kolong langit?" seru
Pek si-hiang. "Kenapa kalian tega membiarkan mereka
saling membunuh?" " Kalau didengar dari nada pembicaraan-mu, rupanya
kaulah Pemilik bunga bwee?" sambung Lim Han-kim.
"Dia bukan tokoh tersebut" tukas Pek si- hiang
tertawa, "cukup dilihat gaya berbicara serta gerak
geriknya, kita bisa menyimpulkan bahwa orang ini tak
lebih dari seorang budak"
1314 Dalam perkiraan Lim Han-kim, ucapan Pek si- hiang ini
pasti akan membangkitkan hawa amarah kakek berbaju
kuning itu Kalau dilihat dari sinar matanya yang tajam,
jelas tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna, itu
artinya serangan yang dilepaskan dalam keadaan gusar
pasti mempunyai daya perusak yang luar biasa hebatnya.
Padahal Pek si- hiang begitu lemah, bagaimana
mungkin ia sanggup membendung serangan yang
dilancarkan dalam keadaan gusar ini" Berpendapat
begitu, diam-diam tenaga dalamnya segera dihimpun dan
siap sedia melakukan perlawanan.
siapa sangka apa yang terjadi sama sekali di luar
dugaannya, Bukan saja kakek berbaju kuning itu tidak
gusar, dia malah tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha... kau si bocah perempuan benar-benar
cerdik sekali. siapa pun yang bisa menjadi budaknya
majikan kami, ia pasti akan merasa amat bangga sebab
kemampuannya berarti mampu menjagoi seluruh dunia
persilatan" Mendengar perkataan itu, diam-diam Lim Han-kim
mengumpat: "Dasar jiwa budak. bukan merasa jengah
malahan bangga dengan makian itu, benar-benar tak
punya harga diri,." sementara itu Pek si- hiang telah berkata lagi sambil
tertawa: "Bila dilihat dari gaya serta gerak gerikmu,
1315 meski jadi budak orang, paling tidak kau tentu menjadi
pentolannya kaum budak...."
"Aku adalah pelindung majikan kami" tukas kakek
berbaju kuning itu cepat. "Lebih baik nona bicara dengan
bahasa yang lebih enak didengar, budak... budak melulu,
sungguh taksedap didengar"
"Apabila Pemilik bunga bwee yang memanggilmu
sebagai budak. beranikah kau menegurnya sebagai katakata
yang tak sedap didengar?" ejek Pek si-hiang
tertawa. Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin:
"Hmmmm jika majikan kami yang memanggil, tentu saja
lain ceritanya." "Baiklah, kita tak usah membicarakan soal ini lagi,
Majikan kalian telah mengutus orang untuk mengundang
kami ke mari, sebenarnya apa kehendaknya" Gaya
sambutan semacam ini sudah lebih dari cukup bagiku,
jadi tak usah bergaya lebih lanjut...."
"seandainya majikan kami tidak bermaksud
menjumpai kalian berdua, dengan sikap jumawa dan
takabur kalian berdua sekarang, sudah lebih dari cukup
alasan bagi kalian berdua untuk mampus"
Pek si- hiang tertawa, "Majikanmu sengaja
mengundang kami datang ke mari, ini berarti kami
1316 terhitung tamu agungnya, siapa tahu ia bisa cocok
dengan kami dalam pembicaraan nanti, sebelum posisi
kami jelas sebagai musuh atau teman, lebih baik
bersikaplah lebih sopan dan sungkan terhadap kami,
daripada setelah kami menjadi sahabat karib majikan
kalian, kau akan menyesal sepanjang masa"
Kakek berbaju kuning itu tertegun, tiba-tiba ia
membungkukkan badan memberi hormat seraya berkata:
"silahkan duduk" Pek si- hiang menyapu sekejap
sekeliling tempat itu Ketika tidak melihat meja dan
bangku, segera serunya seraya tertawa: "Tampaknya kau
sudah pikun saking kaget-nya, kau suruh kami duduk di
mana...?" "Aku benar-benar bingung dibuatnya, seingatku belum
pernah majikan kami terima tamu."
Ia memandang sekejap dua baris manusia berbaju
hitam yang berdiri berjajar di kedua belah sisi ruangan
itu, lalu serunya: "Sediakan bangku"
Terdengar suara langkah kaki bergema tiba, dua
orang bocah berbaju serba merah muncul membawa
bangku, Kedua orang bocah itu tidak mengenakan
topeng sehingga wajahnya yang tampan kelihatan jelas,
usianya antara empat lima belas tahunan, hanya pada
jidat mereka tertera lambang bunga bwee yang amat jelas.
1317 Bergidik juga perasaan Lim Han-kim menyaksikan
kejadian tersebut, pikirnya: "Pemilik bunga bwee betulbetul
seorang tokoh yang kejam dan berhati buas.
Dengan menerakan cap bunga bwee pada jidat anak
buahnya, maka seandainya anak buah itu
menghianatinya dan melarikan diri, tak mungkin orang
itu berhasil menghapus lambang tadi dari wajahnya
kecuali kalau kulit wajahnya disayat sama sekali.... Bagi
orang awam, daging wajah yang disayat pasti
mendatangkan penderitaan yang luar biasa, belum lagi
cacad seumur hidup yang harus ditanggungnya...."
sementara ia masih termenung, kakek berbaju kuning
itu telah berkata lagi: "silahkan duduk. masih harus
menunggu sesaat lagi sebelum majikan kami bisa tampil
menyambut kalian." "Benar-benar besar gaya orang ini..." umpat Lim Hankim
dalam hati, Meskipun merasa tidak puas, namun ia
tetap menahan diri untuk tidak diutarakan keluar,
sedangkan Pek si- hiang telah menyahut sambil tertawa
hambar: " Lebih lambat ia berjumpa dengan kami, berarti
satu bagian kemungkinan bagi kami untuk meraih
kemenangan Tak jadi soal, kami bisa menunggunya
dengan sabar sekali."
Tergerak hati si kakek berbaju kuning itu setelah
mendengar perkataan gadis ini, serunya: "Bolehkah aku
menanyakan satu persoalan?"
1318 "Katakan" "Kau bilang makin lambat bertemu dengan majikan
kami, maka kalian semakin ada harapan meraih
kemenangan Aku tidak , mengerti dengan maksud
ucapanmu itu, Boleh aku tahu arti yang sesungguhnya?"
"oooh... rahasia di balik ucapan itu sebenarnya
sederhana sekali kalau sudah diungkapkan, lebih baik tak
usah kujelaskan" Berbeda dengan kakek berbaju kuning
itu, Lim Han-kim memahami dengan jelas maksud
ucapan Pek si- hiang itu, jelas gadis itu minta kepadanya
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk makin
memperdalam pengetahuan tentang delapan jurus ilmu
pedang naga sakti itu beserta cara penggunaannya
dalam menghadapi lawan. Maka ia pun pejamkan
matanya tanpa bergerak lagi.
sepintas lalu orang mengira dia sedang mengatur
napas, padahal yang benar otaknya sedang diperas
untuk mengingat-ingat semua perubahan jurus pedang
yang baru dipelajarinya itu.
Tiba-tiba terdengar bunyi musik bergema tiba, Dua
baris manusia berbaju hitam yang berdiri berbanjar itu
segera mundur dari ruangan tersebut secara teratur,
disusul kemudian kedua belas batang lilin yang
memancarkan sinar terang itu padam semuaseketika.
suasana di dalam ruangan pertemuan itu pun kembali
berubahjadi gelap gulita.
1319 Dengan suara rendah kakek berbaju kuning itu segera
berbisik: "sebentar lagi majikan kami akan muncul di sini,
lebih baik nona menyambut kedatangannya dengan sikap
hormat...." "Tak usah kau pikirkan, lebih baik cepatlah mundur
dari sini" "Hmmm Benar-benar budak yang tak tahu diri.."
umpat kakek berbaju kuning itu sambil mendengus
dingin- Mengikuti di belakang dua baris manusia berbaju
hitam itu, dia mengundurkan diri pula dari ruangan itu.
Menunggu kakek berbaju kuning itu sudah keluar dari
pintu ruangan, dua orang bocah berbaju merah itu
segera mengeluarkan selembar kain hitam dari sakunya
dan digantungkan di depan pintu, suasana dalam
ruanganpun berubah jadi makin gelap.
Pelan-pelan Lim Han-kim berjalan mendekati Pek sihiang,
lalu bisiknya: "Nona Pek, permainan setan apa
yang sedang mereka siapkan?"
"Entahlah, meskipun mereka termasuk anak buah
Pemilik bunga bwee, aku duga tak seorang pun di antara
mereka yang pernah berjumpa dengan majikan Pemilik
bunga bwee itu" BAB 39. jurus Aneh Menyelamatkan jiwa
1320 Baru selesai perkataan itu diutarakan terlihat cahaya
api berkilat, Dua orang lelaki bertubuh kekar dengan
menggotong sebuah tungku api telah berjalan masuk ke
dalam ruangan. Tinggi tungku api itu mencapai dua depa, api yang
berkobar kelihatan membara, empat buah cap besi
tergarang dalam bara api itu.
sambil tertawa Pek si- hiang segera ber-bisik:
"Rupanya pemilik bunga bwee ingin meninggalkan
lambang bunga bweenya di atas wajah kita berdua."
Dengan menggenggam pedang Jin-siang-kiam nya
lebih kencang Lim Han-kim berpesan: "Apa bila terjadi
pertarungan nanti, kau harus tetap mengintil di
belakangku, dengan begitu aku bisa melindungi
keselamatanmu...." Belum selesai perkataan itu dia utarakan, mendadak
dari belakang tubuhnya bergema suara seseorang yang
dingin menyeramkan "Mati hidupmu sendiripun susah
diramalkan masih ingin menolong orang lain- he- he..
benar tak tahu diri"
Dengan sigap Lim Han-kim membalikkan tubuhnya,
sedang pedang yang berada dalam genggamannya
segera menyiapkan gerak jurus "naga sakti
menyeberangi samudra" dari ilmu pedang naga sakti
1321 untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Lebih kurang lima enam depa di hadapannya berdiri
sesosok bayangan hitam yang tinggi besar. Kecuali
sepasang mata-nya, hampir sekujur tubuhnya
terbungkus di balik kain berwarna hitam.
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lidah api yang berkobar dalam tungku api itu tampak
semakin membara, lidah-tidah api tersebut telah berubah
menjadi warna hijau tua yang menyeramkan, apalagi
ketika memantul ke atas wajah Pek Si-hiang dan Lim
Han-kim, wajah muda mudi ini segera ikut berubah jadi
hijau mengerikan hati. Dua orang lelaki kekar itu telah melepaskan baju
bagian atasnya, Di bawah pantulan cahaya hijau,
keadaan mereka nampak menggidikkan hati.
Lim Han kim maju selangkah menghadang di hadapan
Pek Si-hiang, kemudian tegurnya: "Apakah kau adalah
Pemilik bunga bwee?"
Bayangan hitam yang tinggi langsing itu tidak
mengakui, tapi dia pun tidak membantah, malahan balik
tegurnya: "Siapa namamu" Siapa pula gadis itu" Apa
hubungan kalian berdua."
"Aku Lim Han-kim...."
1322 "Belum pernah kudengar nama ini, kau baru terjun ke
dalam dunia persilatan?" sela orang berbaju hitam itu.
Lim Han-kim tertawa dingin.
"He he he... aku hanya seorang prajurit tanpa nama,
lebih baik tak usah ditanya lagi...."
sinar mata si orang berbaju hitam yang dingin
menyeramkan itu segera beralih ke wajah Pek si- hiang,
lalu teg urny a: "Siapa kau" siapa namamu?"
"Aku tak ingin memberitahukan kepada-mu" sahut Pek
si- hiang sambil tertawa hambar.
Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin:
"Kebanyakan anak buah perguruan bunga bwee adalah
orang-orang yang tidak diketahui asal usulnya, kejadian
masa lalu memang tidak terlalu penting disini"
"Hei, kau lagi bergumam tentang apa?" tegur Lim
Han-kim. Manusia berbaju hitam yang tinggi langsing itu tidak
menggubris teguran anak muda tersebut, ia berkata lebih
lanjut: "Dalam bara api tungku itu tersedia empat buah
cap yang sudah membara, Lebih baik kalian ambil dan
cap sendiri wajah masing-masing dengan lambang bunga
bwee itu.." 1323 "Tidakkah kau merasa bahwa perkataan serta
pandanganmu tersebut hanya membuang-buang waktu
belaka?" Manusia berbaju hitam itu menunggu sampai Lim Hankim
menyelesaikan perkataannya, kemudian baru ia
melanjutkan "Di sisi tungku api itu tergantung sebuah
botol porselen, isi botol itu adalah obat cairan yang
diramu secara khusus untuk mengobati luka bakar, Asal
kalian menggosokkan pada bekas cap di wajah kalian,
meski sewaktu cap itu menempel di wajah kalian terasa
sakit, namun kemudian rasa sakit itu bakal lenyap tak
berbekas." Tanpa terasa Lim Han-kim berpaling dan memandang
tungku api itu sekejap. Betul juga, disisinya tergantung
sebuah botol porselin, Terdengar manusia berbaju hitam itu berkata lebih
lanjut: "Pekerjaan ini mudah dan amat sederhana, aku
rasa kalian tentu sudah paham bukan" Nah, cepatlah
turun tangan sendiri"
Kata-kata itu diutarakan tidak terlalu cepat juga tidak
terlalu lambat, nadanya tenang seakan-akan obrolan
seorang sahabat lama yang baru bertemu setelah lama
berpisah Kontan saja Lim Han-kim merasakan hawa
panas bergelora di dalam dadanya, dengan suara keras
bentaknya: "Kau sedang berbicara terhadap siapa...?"
1324 "Tentu saja terhadap kalian berdua, kenapa" Kalian
belum jelas dengan keteranganku tadi?"
Mendadak Lim Han-kim bergerak maju ke depan,
pedangnya ditudingkan ke depan dada manusia berbaju
hitam itu. Dengan langkah Pat kwa yang mengandung
unsur Kiu-kiong, jurus serangan ilmu pedang naga sakti
pun segera dipersiapkan Berkilat sepasang mata manusia berbaju hitam itu
setelah melihat posisi anak muda itu, ujarnya kemudian"Tak heran kalau kau begitu latah dan tekebur, rupanya
ingin mengandalkan delapan jurus ilmu pedang naga
sakti" Lim Han-kim tertegun, tanpa sadar dia
menghentikan langkahnya, " Cepat balik" bisik Pek si- hiang.
Lim Han-kim menarik kembali pedangnya dan
melompat mundur. Mendadak terlihat manusia berbaju hitam itu maju
selangkah, mantel hitamnya kelihatan berkibar
terhembus angin, tahu-tahu tubuhnya sudah tiba di tepi
tungku api itu sambil menyambar sebuah cap besi.
Gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran
kilat, Baru saja Lim Han-kim berdiri tegak. manusia
berbaju hitam itu sudah menyusul tiba, cap besi yang
1325 membara di tangannya itu langsung disodokkan ke atas
wajah Lim Han-kim. Dengan perasaan terkejut Lim Han-kim menggerakkan
pedangnya melakukan sapuan balasanTiba-tiba orang berbaju hitam itu menarik kembali besi
baranya menghindari sapuan pedang anak muda itu,
kemudian sekali lagi menyodok wajah lawannya.
sapuan pedang pendek Lim Han-kim seakan-akan
terbendung oleh gerak besi membara dari manusia
berbaju hitam itu, Ternyata ia tak sanggup menariknya
kembali, terpaksa pemuda itu harus mundur untuk
melepaskan diri Cap besi di tangan manusia berbaju hitam itu
bagaikan bayangan saja, Kemana pun Lim Han-kim
bergerak dan betapa pun cepatnya pemuda itu
menghindar, cap besi tersebut tak pernah bergeser dari
posisi tubuhnya sejauh lima inci ini berarti apa bila
kecepatan gerak mundurnya sedikit melamban saja,
niscaya wajahnya yang tampan akan bertambah dengan
sebuah lambang bunga bwee dari cap besi membara itu.
situasi yang begitu kritis dan berbahaya ini membuat
Lim Han-kim tak sanggup menggunakan otaknya untuk
memikirkan soal lain, terpaksa ia harus mundur
menghindar dengan sepenuh tenaga.
1326 Gerak gerik manusia berbaju hitam yang tinggi
langsing itu kelihatan saja amat lamban, tidak segesit
dan selincah Lim Han-kim, tapi baru saja anak muda itu
mundur dua tiga langkah, orang itu selangkah lebih
cepat telah mencapai hadapannya.
Dalam saat itu dengan sepasang matanya yang bulat
besar Pek Si-Hiang, memperhatikan gerak langkah
manusia berbaju hitam itu tanpa berkedip. Dengan cepat
dua orang itu sudah balik kembali ke sisi tungku api,
dengan gerak cepat manusia berbaju hitam itu
meletakkan kembali cap besi di tangannya itu ke dalam
kobaran api, kemudian ia menyambar cap lain yang
masih membara. Menggunakan kesempatan itulah Lim Han-kim menarik
kembali senjatanya sambil disilangkan ke depan dada.
Sinar matanya mengeluarkan amarah yang berapi-api,
jelas hawa amarahnya telah memuncak dan ia siap
melakukan pertarungan sekuat tenaga. Mendadak Pek SiHiang berteriak keras: "Tahan"
Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu masukkan
kembali cap besi itu ke dalam bara api, kemudian sambil
tertawa ujarnya: "Dari kemampuanmu menghindari
serangan cap besiku tadi, hal ini membuktikan bahwa
kau memang hebat. Sekarang, berundinglah kalian
berdua secara baik-baik, aku akan menunggu
sepeminuman teh lamanya."
1327 Lim Han-kim merasa sangat tak puas, baru saja dia
hendak membantah, dengan suara rendah Pek Si-Hiang
telah berbisik: "Kau tak akan berhasil menghindari serangan
keduanya, cepat mundur kemari, ada persoalan yang
hendak kubicarakan."
Sementara itu manusia berbaju hitam tadi telah
mundur pula ke posisinya semula sambil berkata: "ingat,
hanya sepeminunian teh. Aku tak dapat menunggu lebih
lama lagi" Lim Han-kim berjalan menghampiri Pek Si-Hiang,
setelah tiba di sisinya ia berkata: "Aku lihat kecuali kita
bertarung sampai titik darah penghabisan...."
"Kau tak akan berhasil mengalahkan dia" tukas Pek SiHiang. "Tadi aku kelewat gegabah sehingga kehilangan posisi
yang menguntungkan,., delapan jurus ilmu pedang naga
sakti belum sempat kuperagakan untuk melakukan
perlawanan...." "Dia juga menguasai ilmu pedang naga sakti, padahal
permainanmu belum hapal betul, susah bagimu untuk
menandingi dirinya."
"Hmmm, tampaknya nona ini jauh lebih mengerti
keadaan" jengek manusia berbaju hitam itu dingin.
1328 Lim Han-kim tetap mendongkol dan tak senang hati,
selanya: "Kalau kau memang pemilik bunga bwee,
kenapa tak berani bertemu orang dengan wajah aslimu?"
"Kau sangat ingin melihat wajahku?"
"Benar..." "Gampang sekali, cap dulu wajahmu dengan cap besi
bersimbol bunga bwee itu, kemudian kau dapat melihat
wajah asliku, Waktu itu meski kau telah menjadi anak
buahku namun kau tak bakal menyesalinya".
Dalam kesempatan itu Pek Si-Hiang telah berbisik lirih:
"sudah kau perhatikan kakinya.,.?"
"Yaa, kakinya tampak agak kaku, gerak geriknya tidak
leluasa." "Betul, kakinya memang tampak agak kaku, apabila
kedua kakinya itu tidak agak kaku gerak geriknya,
mungkin wajahmu kini telah bertambah dengan sebuah
lambang bunga bwee."
Lim Han-kim menghela napas panjang, katanya:
"Meskipun kita tak mampu mengungguli dia, bukan
berarti kita harus pasrahkan nasib menunggu kematian,
maka kita bersedia memberikan wajah kita untuk dicap
dengan simbol bunga bwee itu?"
"Biar aku sendiri yang mencoba kehebatannya"
1329 "Bukankah nona tak mengerti ilmu silat?" tanya Lim
Han-kim dengan wajah tertegun.
"Berikan pedangmu kepadaku, mungkin aku punya
kesempatan untuk mengungguli dia."
Lim Han-kim tak bisa menebak apa maksud gadis
tersebut dengan perkataannya, tapi dia pun tidak berniat
menghalangi sambil menyodorkan pedang jin-siang-kiam
itu ke tangan si nona, pesannya: "Kau mesti berhati-hati
nona." Pek Si-Hiang segera tertawa setelah menerima pedang
pendek itu, pesannya lirih: "Bantulah aku dengan
berjaga-jaga ditepi arena" Lalu perlahan-lahan dia
tampilkan diri ke tengah arena,
sudah berulang kali Lim Han-kim menyaksikan gadis
itu pingsan lantaran kecapaian ia tahu tubuh gadis itu
sangat lemah dan tak punya kekuatan buat membunuh
seekor ayam sekalipun, tapi kini, setelah tampilkan diri
dengan senjata hunus, ternyata gerak geriknya tak jauh
berbeda dengan tokoh silat berilmu tinggi yang siap
bertarung. Tentu saja kenyataan ini segera
membangkitkan rasa terkejut dan heran yang tak
terhingga bagi pemuda ini.
setibanya di sisi tungku api itu, Pek Si-Hiang
mengangkat pedangnya pelan-pelan dan berkata sambil
tertawa: "Kau berniat menerakan lambang bunga bwee
1330 pada wajah kami berdua, tampaknya kau memang tidak
berniat membunuh kami?"
"Apa yang telah kuucapkan selalu kulaksanakan tanpa
sesal," kata manusia berbaju hitam itu dingin. "setelah
aku berniat menerakan cap bunga bwee di wajah kalian,
aku pasti akan menerakan dulu simbol tersebut di wajah
kalian sebelum membunuh kamu berdua."
"Apabila kami tidak bersedia?"
"Kau pikir bisa membuat keputusan untuk diri sendiri?"
Pek Si-Hiang berpaling dan memandang tungku api itu
sekejap. lalu katanya: "Kalau kau gagal mengambil cap
besi dari tungku api itu, tentunya kau tak akan mampu
menerap-kan cap tersebut pada wajah kami bukan?"
"Mana mungkin bisa terjadi peristiwa ma cam begitu?"
seruorang berbaju hitam itu gusar.
"Andaikata tidak berhasil?"
Manusia berbaju hitam itu tertawa dingin, "Kalau aku
gagal, maka akan kuperlakukan kalian sebagai tamu
kehormatan-ku dan menghantar kalian pergi dari sini
dengan selamat" 1331 sekali lagi Pek Si-Hiang tertawa, kata-nya: "Aku masih
mempunyai satu permintaan lagi, entah bersediakah kau
untuk mengabulkannya?"
"Apabila kau betul- betul mampu menghalangi diriku
sehingga gagal mengambil cap besi tersebut dari dalam
tungku api, apa pun yang kau minta pasti akan
kukabulkan " " syaratku ini agak sulit, jadi lebih baik kuutarakan
lebih dulu, Bila kau anggap tidak pantas dikabulkan lebih
baik ditolak saja mentah-mentah...."
"Tak mungkin ada manusia di dunia ini yang bisa
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang kemari untuk membantu kalian meloloskan diri
dari bahaya, Lebih baik tak usah mengulur waktu lagi,
kalau ingin bicara, cepat utarakan"
"seandainya kau gagal mengambil cap besi dari
tungku tersebut, kalau kami hanya akan diantar keluar
dari sini dengan segala hormat saja rasanya posisi kami
terlampaU dirugikan-..."
"Lalu apa yang harus kuperbuat?" tukas orang berbaju
hitam itu dingin. "Kau harus melepaskan kain kerudung mukamu
sehingga kami dapat melihat wajah aslimu"
Manusia berbaju hitam itu berpikir berapa saat
lamanya, kemudian ia balik bertanya: "Bagaimana kalau
1332 aku berhasil mengambil cap besi tersebut dari tungku api
itu?" "Kami akan menerakan sendiri simbol bunga bwee
tersebut di wajah kami dan sepanjang masa berbakti
kepadamu" Tampaknya orang berbaju hitam itu kena digertak
oleh sesumbar Pek Si-Hiang itu, sepasang matanya yang
memancarkan sinar tajam mengawasi wajah gadis itu
lekat-lekat, sampai lama kemudian baru ia berkata:
"Baiklah, kita putuskan begitu saja"
"Kalau begitu bersiap-siaplah untuk turun tangan"
Pelan-pelan dia mengangkat pedang pendeknya yang
direntangkan di muka tungku api itu. Dua jari tangan
kirinya disodorkan lurus ke depan sementara tangan
kanannya menyilang sejajar perut, lengannya setengah
ditekuk sedang kakinya berdiri membuat garis setengah
melengkung, Dalam hati Lim Han-kim merasa amat murung
bercampur kesal, dia kuatir Pek Si-Hiang tak sanggup
menahan gempuran dari manusia berbaju hitam itu,
padahal gadis tersebut telah menyanggupi apabila dia
kalah maka ia akan menerapkan sendiri wajah nya
dengan simbol bunga bweeserta selama hidup menuruti
perintah manusia berbaju hitam itu, seandainya hal
1333 semacam ini benar-benar terjadi, sampai saatnya tentu
saja dia harus mengakui janji tersebut.
Berpikir begitu, tanpa terasa dia mengalihkan kembali
perhatiannya ke tengah arena. Terlihat oleh nya gaya
serangan yang diperlihatkan Pek Si-Hiang itu sepintas
lalu mirip sekali dengan jurus "bangau putih pentang
sayap." tapi setelah diperhatikan lebih teliti, ternyata
lebih mirip dengan jurus "ayam emas berdiri di satu
kaki." Namun baru saja ingatan mana melintas di dalam
benaknya, segera dia pun membantah kembali
pandangan tersebut. Gaya serangan yang diperlihatkan gadis itu ternyata
belum pernah dijumpai sebelumnya, sepintas lalu
kelihatan amat biasa dan sederhana, sama sekali tak ada
yang istimewa. Lim Han-kim merasa semakin cemas bercampur
masgul, pikirnya: "Mana mungkin jurus serangan macam
begini sanggup menahan gempuran dari manusia
berbaju hitam itu" Aaai... tampaknya aku harus
membantu dia untuk menghadapi mara bahaya ini..."
Tenaga dalamnya segera dihimpun menjadi satu,
dengan menyalurkan seluruh kekuatan yang dimilikinya
dia bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan Bila
keadaan Pek Si-Hiang mencemaskan nanti, maka dia
akan menggunakan segenap tenaga yang dimilikinya
1334 untuk melepaskan serangan yang paling dahsyat guna
selamatkan jiwa Pek Si-Hiang.
Padahal pemuda ini pun sadar, kendatipun dia
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga pun
mustahil dapat menandingi kehebatan manusia berbaju
hitam itu, akan tetapi ia tak tega membiarkan Pek SiHiang yang lemah dan penuh penyakit itu harus tewas di
tangan orang, oleh sebab itulah dia mengambil
keputusan untuk beradu jiwa bila mana perlu, sekalipun
ia tak mungkin bisa lolos dari musibah hari ini, paling
tidak ia mesti mati lebih dulu di depan Pek Si-Hiang.
Ketika ia berpaling kembali, tampak manusia berbaju
hitam itu masih berdiri tak berkutik sambil mengawasi
Pek Si-Hiang dengan wajah termangu-mangu.
Walaupun seluruh badan orang itu tersembunyi di
balik kain hitam sehingga hanya terlihat sepasang
matanya saja, namun dari pancaran sinar matanya itu
dapat ditangkap gejolak perasaan hatinya yang penuh
dicekam rasa tegang, ragu dan aneka ragam perasaan
lain- Tampaknya jurus serangan dari Pek Si-Hiang yang
amat sederhana itu telah menimbulkan kesulitan amat
besar bagi orang berbaju hitam itu.
Dengan perasaan amat keheranan tanpa terasa Lim
Han-kim memperhatikan gerak serangan gadis itu. Tapi
1335 begitu diperhatikan dengan seksama, Lim Han-kim
segera merasa terkejut sekali.
Ia merasa gerak serangan dari Pek Si-Hiang ini, entah
dicoba dari sudut mana pun ternyata mengandung daya
serangan balik yang luar biasa di samping pertahanan
yang begitu ketatnya, susah rasanya untuk menemukan
jurus serangan lain yang sama seperti jurus ini.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah terkandungnya
tenaga perlawanan yang luar biasa di balik jurus
serangan itu Asal Pek Si-Hiang melancarkan serangan
balasan maka dengan menggunakan ilmu silat macam
apa pun, sulit rasanya bagi pihak lawan untuk menangkis
serta membendung tenaga balasannya itu.
Dengan cepat Lim Han-kim membayangkan kembali
seluruh ilmu silat yang pernah dipelajarinya untuk coba
diterapkan dalam menyerang gadis tersebut, tapi ia
segera merasa bahwa jurus serangan mana pun yang
mencoba menembus pertahanan Pek Si-Hiang bakal
menerima serangan balasan yang jauh lebih mengerikan.
Kemudian terpikir juga olehnya untuk menggunakan
delapan jurus ilmu pedang naga sakti, ilmu pedang ini
merupakan ilmu kekerasan yang maha dahsyat serta
penuh mengandung daya perusak yang mengerikan tapi
apabila hendak dipakai untuk menghadapi gerak
serangan dari Pek Si-Hiang, ternyata tidak satu jurus pun
yang bisa digunakan. 1336 Pelan-pelan manusia berbaju hitam itu menggeserkan
posisi badannya dengan berputar kearah lain. Pek SiHiang ikut menggeserkan posisi badannya mengikuti
gerak berputarnya manusia berbaju hitam itu, ia selalu
mempertahankan posisinya saling berhadapan dengan
pihak lawan. Tampak manusia berbaju hitam itu semakin berputar
semakin cepat, dalam waktu singkat hanya terlihat
sesosok bayangan hitam yang berputar mengitari tungku
api dengan lidah api yang menjilat itu, Pek Si-Hiang
sendiri pun mengikuti gerak perputaran manusia berbaju
hitam itu berputar makin lama semakin cepat.
Timbul perasaan kuatir di hati kecil Lim Han-kim
setelah melihat peristiwa ini, pikirnya: "Tubuh Pek SiHiang sangat lemah, kalau dia mesti berputar tiada
hentinya, gadis itu pasti tak tahan...."
sebaliknya manusia berbaju hitam itu meski memiliki
ilmu silat yang amat hebat namun sepasang kakinya tak
sanggup bergerak dengan lincah, sewaktu melakukan
gerak perputaran pun gerak geriknya seperti kurang
lancar dan tidak cekatan.
Diam-diam Lim Han-kim membuat perkiraan sendiri,
seandainya sepasang kaki manusia berbaju hitam itu
dapat bergerak lincah sedikit saja, maka gerakan tubuh
nya yang berputar akan bergerak makin cepat satu kali
lipat Apabila terjadi seperti ini, dengan kondisi tubuh Pek
1337 Si-Hiang yang begitu lemah, tentu saja gadis itu tak
sanggup mengikuti gerakan tubuh nya itu.
Namun manusia berbaju hitam itu tetap menjaga
jaraknya sejauh empat lima depa, setiap perputaran ia
selalu menambah jaraknya hingga radius lingkarannya
menjadi dua tiga tombak jauhnya.
sebaliknya Pek Si-Hiang berputar dengan
membelakangi tungku api itu, radius perputarannya tak
lebih cuma berapa depa. sepeminuman teh kemudian tiba-tiba manusia berbaju
hitam itu menghentikan gerak tubuh nya danpelan-pelan
mundur kembali ke posisinya semula, ucapnya pelan:
"Kau telah menang"
Diam-diam Lim Han-kim menghembuskan napas lega,
ketika ia memandang Pek Si-Hiang, terlihat paras muka
gadis itu telah berubah jadi merah dadu, napas nya
terengah-engah dan peluh membasahi jidat-nya.
sekali lagi ia memekik di dalam hati: "Syukur
pertarungan segera berhenti, coba manusia berbaju
hitam itu bertahan terus, tak usah dia melancarkan
serangan pun asal waktu pertahanannya di perpanjang,
maka Pek Si-Hiang bakal roboh sendiri karena kelelahan..." 1338 pada saat itu Pek Si-Hiang telah berlagak santai,
sembari membetulkan rambutnya yang kusut, ia berkata
sambil tertawa: "Kemenanganku ini kuperoleh dengan
tak mudah, aku telah menggunakan segenap tenaga
yang kumiliki." "Entah kau telah menggunakan tenaga sepenuhnya
atau tidak, yang jelas kaulah yang berhasil meraih
kemenangan, mulai saat ini kalian sudah menjadi tamu
agungku." "Sungguh tak nyana orang ini pakai aturan.,." pekik
Lim Han-kim di hati. Tampak manusia berbaju hitam itu mengulapkan
tangannya seraya berseru lagi: "Singkirkun tungku api
ini" Dua orang lelaki kekar bertelanjang dada segera
muncul dan menggotong pergi tungku api itu, suasana
dalam ruangan itupun jadi gelap gulita susah untuk
melihat lima jari tangan sendiri Ternyata semua jendela
dan pintu di dalam ruangan itu telah ditutup dengan kain
hitam yang berlapis- lapis.
Pek Si-Hiang segera memegang pergelangan tangan
kanan Lim Han-kim dan pelan-pelan jatuhkan tubuh nya
ke dalam pelukan pemuda itu.
1339 Lim Han-kim merasakan jari tangan gadis itu dingin
kaku, bahkan seluruh badannya masih gemetar keras.
suatu perasaan iba dan kasihan yang amat mendalam
segera muncul dari lubuk hatinya, dengan lembut
bisiknya: "Akulah yang telah membuat kau sengsara,
seorang lelaki sejati ternyata harus mengandalkan
perlindungan dari seorang nona, kalau dipikirkan kembali
sungguh memalukan" Pek Si-Hiang menghembuskan napas panjang, ia tidak
menanggapi perkataan itu sebaliknya bergumam: "Aku
pikir cahaya rembulan di luar ruangan sana tentu amat
terang dan benderang...."
"Kreeeekkk.,." Tahu-tahu kain hitam yang tebal di sekitar jendela
terbuka lebar, cahaya rembulan pun segera memancar
masuk ke dalam ruangan membuat pemandangan di
tempat itu dapat terlihat secara samar-samar.
Dengan berpegangan pada lengan Lim Han-kim, PekSi-Hiang mencoba bangkit berdiri, lalu katanya: "Kau tak
memperdulikan tamumu, apa beginilah caramu
menyambut kedatangan seorang tamu agung?"
"Aku telah melepaskan kain kerudung hitam di
tubuhku, berarti aku telah menepati janji, Aku rasa sudah
waktunya kalian pergi dari sini," katamanusia berbaju
hitam itu tiba-tiba. 1340 Terdengar Pek Si-Hiang tertawa cekikikan: "oooh,
rupanya kau pun seorang gadis" Manusia berbaju hitam
itu membungkam diri, tidak mengakui pun tidak
membantah. "Apa?" Dengan rasa kaget Lim Han-kim berseru.
sebenarnya ia berniat memalingkan wajah nya untuk
melihat, tapi setelah mendengar dari pembicaraan Pek
Si-Hiang bahwa manusia berbaju hitam itu adalah
seorang gadis, anak muda ini jadi rikuh sendiri untuk
berpaling memandang gadis tersebut
Terdengar Pek Si-Hiang berkata lagi: "Bukansaja gerak
geriknya penuh dengan gaya lelaki bahkan nada
suaranya juga dapat dirubah sehingga aku sendiri pun
hampir saja tertipu olehnya."
"Perduli aku seorang lelaki atau perempuan, yang jelas
aku telah menepati janji sekarang, jadi kalian boleh pergi
dari sini" ucap orang berbaju hitam itu dingin.
"Sudah lama kami belum sempat makan, sebagai
tamu agungmu boleh kah kami bersantap lebih dulu
sebelum pergi dari sini?"
selama ini Lim Han-kim hanya menengok keluar
jendela, ia tak berani berpaling untuk memandang gadis
itu 1341 Terdengar orang berbaju hitam itu men-jawab: "Kalau
begitu kalian berdua harus menunggu berapa saat di sini,
aku akan segera perintahkan orang untuk menyiapkan
perjamuan." Menyusul kemudian Lim Han-kim mendengar suara
langkah manusia berjalan melalui sisi tubuh nya, namun
ia merasa kurang leluasa untuk berpaling, karena itu
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hawa murninya segera disiapkan untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tidak dlinginkan
Terdengar suara langkah itu makin lama semakin
menjauh dan akhirnya tak kedengaran lagi suaranya.
suasana dalam ruangan itupun berubah jadi sunyi
senyap. seakan-akan Pek Si-Hiang pun ikut pergi
bersama suara langkah kaki itu.
"Nona Pek" panggil Lim Han-kim kemudianDari sekeliling ruangan menggema suara pantulan
panggilannya itu, namun tidak terdengar suara jawaban
dari Pek Si-Hiang. Tak terlukiskan rasa kaget Lim Han-kim menghadapi
kejadian ini, tak tahan lagi ia segera berpaling, tapi
bayangan tubuh Pek Si-Hiang sudah lenyap tak berbekas,
dalam ruangan yang begitu luas kini tinggal dia seorang
diri. 1342 Perubahan ini sama sekali di luar dugaannya, tak
heran kalau Lim Han kim dibuat gelagapan dan gugup
setengah mati, Tapi ia berusaha keras mengendalikan
gejolak emosi dalam dadanya, dengan seksama ia
mencoba meneliti sekeliling tempat itu kemudian pelanpelan
berjalan menuju kearah belakang ruangan.
Di situ ia menemukan sebuah pintu kayu yang berada
dalam keadaan terbuka, jelas manusia berbaju hitam itu
telah berlalu melewati pintu ini dengan menawan Pek SiHiang. Di balik pintu adalah sebuah lapangan luas yang amat
sepi dan penuh ditumbuhi semak belukar, Lebih kurang
lima tombak di hadapannya terlihat seonggok bayangan
hitam, rupanya di situ terdapat lagi sebuah bangunan
rumah. Dengan cepat Lim Han-kim berpikir: "Lebih baik
kuperiksa dulu bangunan itu.."
Baru saja dia hendak melangkah pergi, tiba-tiba
tampak cahaya api berkilat, dalam bangunan rumah itu
sudah muncul cahaya lentera, sekarang ia dapat melihat
dengan lebih jelas lagi, ternyata di depan sana benarbenar
terdapat sebuah bangunan rumah, Dengan
mengerahkan ilmu meringankan tubuh nya, anak muda
itu segera bergerak mendekati bangunan tadi.
1343 Waktu itu pintu sudah terbuka lebar, sebuah lilin
terletak ditengah ruangan menerangi seluruh sudut
bangunan itu. Di atas sebuah meja kecil tersedia
seperangkat mangkuk dan sumpit serta sebuah cawan
arak. dua jenis hidangan telah tersedia namun suasana
amat sepi, tak tampak sesosok bayangan manusia punPemandangan semacam ini kembali berada di luar
dugaannya, Untuk sesaat Lim Han-kim berdiri tertegun,
ia tak tahu haruskah masuk ke dalam ruangan atau
mundur saja dari situ. setelah berpikir sesaat akhirnya dia melangkah masuk
dengan tindakan amat berhati-hati.
Baru saja Lim Han-kim mencapai tepi meja, mendadak
dari belakang tubuh nya berkumandang suara teguran
seseorang yang amat dingin: "silahkan anda menikmati
makanan kecil dulu, sebentar arak dan sayur akan
dihidangkan." Dengan cekatan Lim Han-kim berpaling, tampak
seorang bocah lelaki berbaju hijau berdiri tegak di depan
pintu, di atas jidat bocah itu tertera sebuah lambang
bunga bwee. sambil menghimpun hawa murninya ia segera
melompat maju ke muka dan mencengkeram
pergelangan tangan kanan bocah itu. si bocah lelaki
berbaju hijau itu bukan saja tidak menghindar malahan ia
1344 sodorkan lengannya ke depan membiarkan kelima jari
tangan Lim Han-kim menggenggam pergelangan
tangannya, Dalam waktu singkat tangan kiri Lim Han-kim telah
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan
bocah berbaju hijau itu, sementara pedang Jin-siangkiam
di tangan kanannya segera didorong ke muka
menempel di atas dada lawan, tegurnya dingin: "Ke
mana perginya nona Pek" Cepat katakan"
Bocah berbaju hijau itu amat tenang dan santai
kendati pun ada ancaman di depan dadanya, malahan ia
berkata pelan- "seandainya aku hendak menghindar tadi,
tak nanti kau mampu menangkap diriku."
Lim Han-kim segera menyeret tubuh bocah berbaju
hijau itu masuk ke dalam ruangan, kemudian ia baru
melepaskan cengkeramannya seraya berkata, "Benar,
barusan kau memang tidak berusaha untuk menghindar,
bagaimana kalau kita coba lagi sekarang?"
Bocah berbaju hijau itu tertawa dingin: "He he he...
kau adalah tamu agung majikan kami, aku tak boleh
bertarung melawanmu, tapi biar kau bunuh aku pun tak
ada guna-nya." "Kenapa?" tanya Lim Han-kim tertegunTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1345 "sebab sebelum mendapat persetujuan dari pemilik
bunga bwee, kami sebagai anak buahnya tak boleh
bicara sembarangan" "Kalau toh kau tak bisa mengambil keputusan, segera
bawa aku menghadap pemilik bunga bwee" seru Lim
Han-kim gusar. "Menurut pandanganku, lebih baik kau berdiam dulu
disini, Nikmati saja semua hidangan yang tersedia, Bila
majikan ingin bertemu denganmu, beliau pasti akan
mengirim orang untuk mengundang bila ia enggan
berjumpa denganmu, sekalipun kau merengek dan
memohon pun sama sekali tak ada gunanya."
" Kalau memang majikanmu menganggap kami
sebagai tamu agung nya, tidakkah kau merasa bahwa
cara pelayanannya semacam ini sangat tidak sopan?"
"Menurut dugaanku, malam ini majikan pasti akan
mengundangmu untuk bertemu, Bila ada persoalan, lebih
baik bicarakan setelah bertemu dengan beliau nanti, Bila
kau mencoba menggunakan kekerasan sekarang urusan
bisa jadi berabe...."
"Ehmmm... benar juga perkataan ini," pikir Lim Hankim.
"Kalau aku tak bisa menahan emosi, urusan besar
bisa berantakan jadinya, Nasib Pek Si-Hiang belum
kuketahul sekarang, bila aku sampai bentrok dengan
1346 mereka sekarang, bisa jadi mereka akan segera
membunuh Pek Si-Hiang...."
sementara ia masih berpikir, bocah berbaju hijau itu
kembali membujuk: "Lebih baik kau ikuti saja saranku,
sekarang bersantaplah dulu hingga kenyang, hingga
kalau sampai terjadi pertarungan nanti kau sudah punya
tenaga." Ia sambar dua macam makanan kecil di meja dan
ditelan ke mulut, setelah itu baru ujarnya lebih jauh:
"Majikan kami berpesan, hidangan apa pun yang hendak
disuguhkan maka kami harus mencicipinya lebih dulu,
dengan begitu kalian tak perlu bercuriga kalau hidangan
tersebut telah diracuni."
"Oooh, rupanya begitu"
Tanpa banyak bicara anak muda itu segera mengambil
hidangan yang ada dan dimakan sampai habis.
Bocah berbaju hijau itu berpaling memandang Lim
Han-kim sekejap. kemudian serunya: "Akan kusiapkan
hidangan sayur dan arak bagimu"
Dengan langkah lebar ia keluar dari ruangan itu
Memandang bayangan tubuh si bocah berbaju hijau
yang menjauh, tiba-tiba saja timbul perasaan gugup dan
gelagapan dalam hati kecil Lim Han-kim. ia duduk terTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
1347 mangu-mangu menguatirkan keselamatan Pek Si-Hiang,
makin dipikir rasa sedihnya makin meluap.
Entah berapa saat sudah lewat, tiba-tiba terendus bau
arak dan daging yang harum memenuhi ruangan itu.
Ketika dia mendongakkan kepalanya, terlihat bocah
berbaju hijau itu entah sejak kapan sudah masuk ke
dalam ruangan sambil membawa sebuah baki kayu. Di
atas baki itu terdapat empat macam sayur serta sepoci
arak wangi. sambil meletakkan baki itu ke meja, bocah
berbaju hijau itu berkata: "Mumpung sayur dan arak
masih hangat, cicipilah dulu"
Lim Han-kim memandang isi baki itu sekejap. lalu
disambarnya sumpit dan tanpa menunggu bocah berbaju
hijau itu mencicipi lebih dulu isi baki, ia menjepit
sepotong daging lalu dimasukkan ke dalam mulut.
sambil tersenyum bocah berbaju hijau itu berseru:
"Kau tidak kuatir hidangan tersebut telah diracum?"
"Kendati pun pemilik bunga bwee berhati keji dan
buas, aku rasa ia tak bakal berbuat sehina ini dengan
mencampuri racun dalam hidangan yang disuguhkan
pada tamunya." "Kalau kau memang tidak kuatir hidangan itu sudah
diracun, minumlah arak yang ada dalam cawan ini" kata
bocah berbaju hijau itu sambil mengangkat poci arak dan
memenuhi cawan di depan pemuda itu.
1348 Tanpa banyak bicara Lim Han-kim mengangkat cawan
arak itu dan meneguk habis isinya, Kemudian sambil
meletakkan kembali cawan itu ke meja serunya dengan
sinar mata berkilat: "Dalam arak itu ada...."
Dengan cepat ia mencoba mencengkeram tangan si
bocah itu. Dengan cekatan dan gesit sekali bocah berbaju hijau
itu berkelit ke samping menghindari serangan Lim Hankim,
katanya lagi: "Bila kau bersedia meneguk secawan
lagi, maka kau akan mabuk hebat dan bisa melewati
masa penantian ini dengan tenang dan damai..."
Ketika Lim Han-kim gagal mencengkeram tangan
bocah berbaju hijau itu, hampir saja ia tak mampu
mengendalikan gerak tubuh nya yang menerjang ke
depan, Dengan sempoyongan ia maju sampai sejauh
empat lima langkah sebelum dapat menghentikan
badannya. Kembali bocah berbaju hijau itu berkata: "seperti apa
yang kau katakan tadi, Pemilik bunga bwee tak nanti
akan berbuat sehina itu dengan mencampuri racun
dalam arak hidangannya, tapi kau mesti tahu arak dalam
poci tersebut amat keras dan kadar alkoholnya sangat
tinggi orang yang biasa minum arak sekalipun, tak akan
mampu meneguk habis tiga cawan arak sekaligus,
Takaran minummu sangat jelek, kenapa kau tidak
1349 meneguk arak itu pelan-pelan" itulah akibatnya kalau
punya sifat ingin menang yang berlebihan, arak tersebut
kau teguk sekaligus, otomatis kau jadi mabuk"
Meskipun Lim Han-kim sudah menyadari bahwa
kondisi tubuh nya makin lemah dan tak mungkin bisa
bertahan lebih lama, apalagi perutnya saat ini terasa
panas sekali seperti terbakar dan pandangan matanya
berkunang-kunang, namun kesadarannya masih cukup
jernih. semua ucapan bocah berbaju hijau itu dapat
didengarnya dengan jelas.
sambil bersandar pada meja untuk mempertahankan
diri, serunya: "Meskipun aku tidak terbiasa minum, aku
tak percaya hanya secawan arak saja dapat
memabukkan aku, aku tak mau percaya dengan segala
omongan setanmu itu"
"Bila dalam arak itu sudah dicampur racun, aku rasa
kau sudah keracunan hebat sekarang dan mati dengan
darah bercucuran dari ke tujuh lubang inderamu, mana
mungkin kau bisa bertahan hingga sekarang...."
Setelah berhenti sejenak. kembali sam-bungnya: "Tapi
sekarang kau sudah mabuk hebat meskipun
kesadaranmu masih amat jernih, Bila keadaan seperti ini
kau pertahankan terus, maka penderitaanmu pasti akan
sangat hebat. Daya kerja arak tersebut baru akan
memudar lebih kurang selama empat jam kemudian- Bila
kau harus melewati penderitaan semacam ini dalam
1350 empat jam, ooh... tentu suatu siksaan batin yang luar
biasa, Lebih baik minumlah secawan lagi agar mabuk tak
sadarkan diri, paling tidak kau bisa beristirahat selama
empat jam dengan tenang tanpa penderitaan-..."
Lim Han-kim gusar sekali, teriaknya: "Bawa aku pergi,
bawa aku menjumpai Pemilik bunga bwee, ingin ku tanya
kepadanya apakah janjinya masih berlaku atau tidak"
"Majikan telah menggunakan arak terbaik dan
hidangan terbaik untuk menjamu tamu agungnya, ia tak
bisa disalahkan Kalau mau mencari siapa yang salah,
maka kau harus menyalahkan dirimu sendiri yang tak
tahan minum arak." Diam-diam Lim Han-kim menghimpun tenaga
dalamnya siap menerjang ke hadapan bocah berbaju
hijau itu. siapa tahu baru berapa langkah dia ber-jalan, arak
yang mengeram dalam perutnya mulai bekerja.
Kepalanya kontan terasa berat dan kakinya jadi enteng,
tak ampun lagi tubuh nya roboh terjungkal ke atas tanah.
Bocah berbaju hijau itu segera berkelebat ke depan,
bagaikan sambaran kilat cepatnya ia sambar bahu kanan
Lim Han-kim dengan tangan kahannya, sedang tangan
kirinya menyambar poci arak dan memenuhi cawan
dengan arak tersebut, katanya:
1351 "Arak paling gampang menghilangkan segala pikiran
dan kemurungan Minumlah secawan lagi, maka kau akan
mabuk hebat dan lupa akan segala-galanya...."
Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Diambilnya cawan arak itu lalu dilolohkan ke mulut anak
muda tersebut. saat itu Lim Han-kim sudah tak sanggup
mengendalikan diri lagi, kendati pun ia bersikeras enggan
minum arak tersebut dan berkaok-kaok untuk menampik,
namun ia sudah tak mampu menolak lolohan bocah
berbaju hijau itu. secawan arak kembali mengalir masuk
ke dalam perutnya. Begitu arak cawan kedua masuk ke dalam perutnya,
kesadaran Lim Han-kim seketika lenyap tak berbekas,
sampai kesadarannya pulih kembali, pemandangan di
sekeliling tempat itu sudah berubah sama sekali.
Tujuh buah lentera dengan tujuh warna yang berbeda
membentuk selapis cahaya bianglala yang amat
menyilaukan mata, bau harum pupur dan gincu lamatlamat
menusuk penciuman- Mendadak terdengar suara seseorang yang merdu dan
halus seperti kicauan burung nuri bergema memecahkan
keheningan: "Lim siangkong, silahkan meneguk secawan
kaldu penyadar mabuk Bila kau harus melewatkan masa
indah ini dalam keadaan mabuk. kau akan menyesal
sepanjang masa." 1352 Waktu itu kesadaran Lim Han-kim memang masih
kabur sehingga tidak mendengar jelas apa yang
dikatakan orang itu, ketika terendus bau harum yang
segar disisi hidungnya, rasa lapar tiba-tiba saja
mencekam perasaannya sehingga tanpa sadar ia
membuka mulut. BAB 40. Lolos Dari siasat Wanita Cantik
Dalam keadaan antara sadar dan tidak itulah Lim Hankim
meneguk habis semangkuk kaldu penyadar mabuk
yang terbuat dari cincangan daging ikan leihi emas itu.
Tak lama kemudian rasa mabuk yang mengaburkan
pikiran serta kesadarannya itu hilang lenyap tak
berbekas. sekarang pemuda itu dapat melihat dengan jelas
pemandangan di hadapan matanya.
Tampak seorang gadis berbaju merah sedang
memandangnya dengan senyuman manis menghiasi
ujung bibirnya. Tangan kirinya masih memegang sebuah
mangkuk kosong, sedang di tangan kanannya memegang
sendok. Tiba-tiba saia muncul rasa malu dalam hati kecilnya,
lamat-lamat ia teringat bahwa ia telah disuapi gadis
tersehut menghabiskan semangkuk kaldu tadi.
1353 Mendadak cahaya bianglala yang terpancar keluar dari
ketujuh buah lentera itu mulai berputar dengan
kencangnya, Lalu terdengar suara seseorang yang merdu
dan halus bergema tiba: "Apakah Lim siangkong sudah
Bentrok Rimba Persilatan 8 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Kisah Si Bangau Putih 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama