Ceritasilat Novel Online

Pedang Keadilan 30

Pedang Keadilan Karya Tjan I D Bagian 30


Dalam saat itu Lim Han-kim dengan memikul
keranjang buah- buahannya telah menempuh perjalanan
sejauh enam-tujuh li sebelum memperlambat langkah
2537 kakinya. Dari hadapan mukanya kedengaran suara
ringkikan kuda yang amat ramai, disusul muncul belasan
ekor kuda yang berlarian secepat angin.
Menyaksikan adegan ini diam-diam anak muda itui
menghela napas panjang, pikirnya: "Aaaai... betul-betul
sebuah tragedi yang memedihkan hati. sebuah badai
pembunuhan yang mengerikan dalam dunia persilatan-"
Lambat laun langit pun mulai diselimuti warna hitam
karena malam semakin kelam, saat itu Lim Han-kim
sudah tiba di tengah sebuah dusun yang amat kecil.
Dusun tersebut hanya terdiri dari lima- enam buah
rumah, bangunan gubuknya amat sederhana tapi
suasana amat bersih dan rapi.
Lim Han-kim memperhatikan sekejap sekeliling tempat
itu, kemudian pikirnya: "Kalau dilihat begitu bersih dan
rapinya dusun ini, rasa-rasanya penghuni tempat ini
bukan keluarga sembarangan"
Berpikir sampai di sini, ia turunkan keranjang buahnya
ke tanah lalu pelan-pelan berjalan mendekati sebuah
bangunan rumah. Melihat pintu halaman tertutup rapat, pemuda itu
segera mendorongnya, Kedua belah pintu kayu itu
segera terpentang lebar, nampaknya memang tak
dikunci. Belum sempat anak muda itu melangkah masuk. tibatiba
dari balik pintu muncul sebuah lengan yang secepat
sambaran kilat langsung mencengkeram pergelangan
tangan kanan Lim Han-kim.
2538 Baru saja pemuda itu hendak melawan, mendadak
satu ingatan melintas lewat ia batalkan niatnya untuk
melawan dan membiarkan kelima jari tangan orang
tersebut menggenggam pergelangan tangan kanannya.
segulung tenaga kekuatan yang amat besar segera
membetotnya ke depan hingga tak bisa dicegah
badannya terbetot masuk ke dalam ruangan bangunan
itu Lim Han-kim tetap berlagak seolah-olah tak mengerti
ilmu silat, sambil membiarkan dirinya diatur orang
tersebut serunya: "Maafkan aku si tua bangka, aku tak
tahu kalau para hohan dan enghiong sedang berkumpul
di sini" Kedengaran seseorang dengan suara yang kasar dan
keras menegur: "Apa pekerjaanmu?"
"Aku penjaja buah-buahan."
"Mana ada penjual buah-buahan di tengah malam
buta begini" Hmmm, jelas kau adalah mata-mata bunga
bwee" "Aku bukan mata-mata, aku kemalaman karena di
tengah jalan menjumpai suatu peristiwa."
"Peristiwa apa?" hardik suara kasar itu lagi.
"Aku terjepit oleh dua golongan yang sedang terlibat
dalam pertempuran" "Buat apa kita urusi siapa orang ini, lebih baik dibunuh
saja" Mendadak terdengar seseorang berseru dengan
suara dingin. Mendengar ancaman tersebut Lim Han-kim jadi
terkejut, pikirnya: " Kalau mereka berniat mencabut
2539 nyawaku sekarang, tampaknya terpaksa aku harus
melakukan perlawanan"
Belum habis ingatan tersebut melintas, terdengar
seseorang telah menyela: "Lebih baik totok dulu jalan
darahnya" Lim Han-kim segera merasakan pinggangnya jadi
kaku, tahu-tahu jalan darahnya sudah tertotok.
Tampaknya orang itu sudah termakan oleh ucapan Lim
Han-kim dan mempercayainya sebagai penjaja buah
yang tak mengerti ilmu silat. oleh sebab itu, totokan yang
dilakukannya cukup ringan.
Memanfaatkan kesempatan itu Lim Han-kim pura-pura
tertotok jalan darahnya dan roboh terjengkang ke
samping, ia merasa badannya dibopong orang dan
diletakkan ke sudut ruangan.
Lim Han-kim segera mengerahkan tenaga dalamnya
untuk membebaskan diri dari pengaruh totokan,
kemudian mengalihkan pandangan matanya memandang
sekejap sekeliling tempat itu.
Ternyata ruang tamu gubuk itu sudah dipenuhi aneka
macam manusia bersenjata lengkap. ada yang tinggi ada
yang pendek dan jumlahnya mencapai belasan orang.
"sungguh aneh," dengan perasaan heran ia berpikir
"Kenapa ada begitu banyak jago persilatan yang
berkumpul dalam rumah gubuk ini" Rasanya dalam dua
gubuk yang lain pun penuh berisi jago-jago tangguh,
tapi... apa maksud mereka untuk berkumpul dalam
sebuah dusun sekecil ini" Apa yang menjadi tujuan
mereka?" 2540 Pada saat itu dari luar ruangan sudah kedengaran
seseorang berkata dengan suara rendah dan berat: "
Kereta kuda pihak perguruan bunga bwee telah tiba,
harap Anda sekalian bersiap sedia"
Lim Han-kim kembali berpikir "Hanya seebun Giokhiong
yang bepergian dengan menunggang kereta kuda,
apa mungkin ia sendiri yang muncul?"
sementara itu para jago yang berhimpun dalam
ruangan telah sama-sama meloloskan senjata dan
membagi diri menjadi dua bagian, Dua orang lelaki
bergolok yang membawa busur dan anak panah bergerak
mendekati daun jendela. "Dari belasan jago yang dipersiapkan ternyata
dilengkapi juga dua orang pemanah, persiapan semacam
ini bukan persiapan sembarangan, agaknya ada jago
pandai yang mempersiapkan segala sesuatunya di sini,"
batin Lim Han-kim. ia mencoba mengawasi wajah para
jago tersebut, namun tak seorang pun di antara mereka
yang dikenalnya. Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, di tengah
keheningan malam yang mencekam ternyata benarbenar
terdengar suara roda kereta yang berkumandang
mendekat. suara roda kereta itu makin lama semakin
mendekat, jelas sudah kereta itu sudah mulai memasuki
dusun- Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
pikirnya: Tampaknya kedua belah pihak sudah
terperosok dalam jurang permusuhan yang luar biasa
sehingga masing-masing pihak tak segan memasang
2541 perangkap dan jebakan untuk musnahkan pihak
lawannya." Mendadak terdengar suara bentakan keras bergema
memecahkan keheningan- "Anda sudah terjerumus ke
dalam kepungan kami, di empat penjuru telah siap
pemanah-pemanah ulung yang mengarahkan sasaran
bidikannya kepada Anda. Bila kuturunkan perintah,
segera akan muncul beribu-ribu batang anak panah yang
menghabisi kalian" Bersama dengan munculnya ancaman tersebut kereta
kuda itu benar-benar turut perintah dengan
menghentikan perjalanannya.
Dalam keadaan begini, Lim Han-kim merasakan
munculnya suatu dorongan besar dalam hati kecilnya
yang membuat dia hampir saja menerjang keluar dari
ruangan untuk menyaksikan adegan berikut dengan lebih
jelas. Tapi ia sadar, bila ia menunjukkan suatu gerakan yang
mencurigakan maka berpuluh orang lelaki bersenjata
lengkap yang ada di dalam ruangan itu bakal menyerbu
dan mengeroyoknya habis-habisanDalam posisi yang terjepit dan berbahaya, mau tak
mau dia harus menahan diri, Dengan menundukkan
kepalanya diam-diam dia atur hawa murninya sambil
bersiap sedia. setelah suasana dicekam keheningan yang cukup
singkat, kembali terdengar seeorang berseru dengan
lantang: "siapa yang tahu situasi dia adalah orang
bijaksana, Anda bersedia menuruti perkataan kami
dengan menghentikan kereta, ini menandakan bahwa
2542 Anda cukup bijaksana, sekarang harap kau buka tirai
keretamu" Lim Han-kim mencoba pasang telinga namun tak
kedengaran ada orang yang menjawab, dengan rasa
tercengang segera dikirnya: "Dengan keangkuhan dan
kesombongan seebun Giok-hiong, mustahil dia mau
tunduk di bawah perintah orang, atau mungkin bukan
seebun Giok-hiong yang datang?"
Kembali terdengar suara nyaring itu bergema: "Akan
kuhitung sampai angka lima, jika Anda tetap enggan
menyerahkan diri. Hmmm jangan salahkan kalau segera
kuturunkan perintah untuk melepaskan anak panah"
Tampaknya penghuni kereta itu memiliki ketenangan
yang luar biasa, bagaimana keras dan nyaringnya suara
bentakan tersebut, ia tetap tenang, tidak menjawab
maupun meng- gubris. Benar juga, suara nyaring tadi sudah mulai
menghitung: "Satu... dua... tiga... empat... lima"
Hingga angka lima disebutkan, orang dalam kereta itu
belum juga memberikan jawaban-"Sreeett"
Desingan angin tajam bergema membelah angkasa,
Entah siapa yang melepaskan panah lebih dulu,
menyusul anak panah pertama, terdengarlah suara
desingan tajam yang beruntun.
Lim Han-kim duduk tenang sambil pusatkan
perhatiannya keluar ruangan, namun kecuali suara
ringkikan kuda yang kesakitan dan sekarat, tak terdengar
suara yang lain. 2543 Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, suara
desingan anak panah baru mereda diikuti terbukanya
pintu gubuk, Belasan jago bersenjata lengkap serentak
menyerbu keluar dari balik ruangan.
Lim Han-kim mencoba memperhatikan situasi seputar
ruangan. Ternyata semua jago telah berlalu dari situ,
maka dia pun bangkit berdiri, pelan-pelan ia berjalan
menghampiri jendela dan melongok keluar. Ternyata
puluhan orang jago berbaju hitam dengan senjata
terhunus tadi sedang mengepung kereta kuda itu rapatrapat.
Di bawah sinar bintang yang redup, lamat-lamat dapat
terlihat ruang kereta yang penuh ditancapi anak panah
dengan kuda yang sudah tewas bagaikan seekor landak.
Tapi anehnya, suasana dalam kereta itu tetap hening,
sepi, tak kedengaran sedikit suara pun, seolah-olah
kereta tersebut memang sama sekali tak ada
penghuninya. Lim Han-kim segera berpikir: "Kalau kereta yang
diserang ternyata hanya sebuah kereta kosong, percuma
saja Li Tiong-hui kerahkan begitu banyak jagonya untuk
membuat jebakan di tempat ini. seebun Giok-hiong tentu
akan mentertawakan ketololan nya."
BAB 25. Mengirim suara Menolong sahabat
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam
benaknya, mendadak terdengar suara tertawa dingin
berkumandang keluar dari balik kereta kuda itu, disusul
2544 seseorang berseru: "Hanya sekian banyak jago yang
hadir?" Tirai direbak. pelan-pelan muncullah seorang gadis
berbaju hijau yang menyoren pedang di punggungnya.
Gerak-geriknya tenang, santai dan indah menawan,
seolah-olah kejadian di sekelilingnya bukan suatu
masalah yang serius baginya.
Melihat kemunculan nona berbaju hijau itu, kembali
Lim Han-kim berpikir: "Rasa-rasanya budak ini mirip
sekali dengan siau-cui, dayang kesayangan seebun Giokhiong."
Antara dia dengan siau-cui boleh dibilang hanya
bertemu sekilas wajah, sehingga dengan sendirinya ia
kurang begitu kenal dengan raut wajah gadis tersebut.
Dengan kelima jari tangannya yang lentik pelan-pelan
gadis itu menggenggam gagang pedangnya, Mendadak
pedang dihunus dari sarungnya dan dengan cepat ia
membuat satu gerakan melingkar di hadapan tubuhnya.
Di antara belasan cahaya berwarna keperak-perakan,
terdengar suara desingan angin tajam yang amat
memekikkan telinga. Bersama dengan sirnanya cahaya perak itu, tahu-tahu
dalam arena sudah bertambah dengan empat gadis
berbaju ringkas warna hitam yang masing-masing
menghunus sebilah pedang, saat itu mereka berdiri
berjajar di belakang nona berbaju hijau itu.
Perubahan yang terjadi begitu banyak ini nyatanya
hanya berlangsung dalam sekejap mata, Kedua belah
pihak sama-sama sudah meloloskan senjata mereka,
2545 tampaknya suatu pertempuran sengit segera akan
terjadi. Terdengar gadis berbaju hijau itu mengejek sambil
tertawa dingini "Kalian masih punya berapa orang lagi,
kenapa tidak suruh mereka maju bersama?"
Lelaki bergolok yang berdiri di sudut sebelah timur
segera menyahut: "Aku adalah si golok terbang Toan
Peng, boleh kutahu siapa nona?"
"Kau adalah pentolannya kawanan gerombolan ini?"
"Atas perintah Bengcu, terpaksa aku harus memangku
jabatan ini"

Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nona berbaju hijau itu tertawa dingin, "Hmmmm,
siapa yang kesudian banyak baCot denganmu?" setelah
berhenti sejenak, ia melanjutkan "Namaku adalah Cui
Toa-nio" "Cui Toa-nio... Cui Toa-nio... aaah, tidak betul, tidak
betul, Rupanya kau sedang mengumpat orang"
Dalam saat itu Lim Han- kim sedang berpikir:
"Ternyata dugaanku betul, dia memang nona siau-cui . .
. Hmmmm, nampaknya binal amat budak ini." Terdengar
siau-cui menjawab: "Terserahlah apa maumu"
Mendadak pergelangan tangannya digetarkan secepat
petir pedangnya menusuk ke sebelah kiri.
Terdengar jeritan ngeri yang memilukan hati bergema
memecahkan keheningan seorang lelaki berbaju hitam
yang berdiri diposisi kiri terlempar mundur sejauh dua
langkah dan roboh terjengkang ke atas tanah.
2546 Timbul perasaan bergidik dalam hati kecil Lim Han-kim
sesudah menyaksikan adegan ini, pikirnya: "Benar-benar
sebuah serangan yang keji dan buas. sedikit pun tidak
berada di bawah kemampuan seebun Giok-hiong.
Malahan dalam soal kekejaman, rasanya dia masih jauh
melampaui majikannya."
Kontan saja Toan Peng berkaok-kaok penuh amarah
setelah menjumpai seorang rekannya roboh sebagai
korban serangan lawan, umpatnya: "Budak busuk, budak
sialan. Kau betul-betul kejam, buas dan tidak
berperikemanusiaan- "Kalian sembunyikan banyak jago dalam dusun
terpencil ini, siapkan perangkap busuk untuk
menjebakku, apakah perbuatan semacam ini bisa
dihitung sebagai perbuatan orang gagah?"
Toan Peng tidak mau banyak berdebat, golok tipisnya
segera diangkat ke udara dan diputar satu kali sebagai
tanda, teriaknya keras-keras: "Atas perintah Bengcu,
dalam menghadapi orang-orang partai bunga bwee, kita
tak perlu berbicara lagi soal peraturan yang berlaku
dalam dunia persilatan- Dengan jurus Memenggal Awan Memotong Bukit,
golok tipisnya langsung membabat pinggang siau-cui
dengan ganas. Siau-cui putar pedangnya dengan jurus Naik Naga
Menunggang Angin, secara jitu dan manis dia giring
golok tipis Toan Peng itu ke samping, lalu meneruskan
gerakannya ini. permainan pedangnya tiba-tiba berubah
dan langsung menembus ke arah atas.
2547 Dari jurus Naik Naga Menunggang Angin- ia segera
mengubah diri jadi gerakan serat Emas Melilit Tangan,
Walau perubahan tersebut tidak terhitung sesuatu hal
yang aneh, namun kemampuannya untuk merangkai dua
jurus yang berbeda sifat menjadi satu rangkaian yang
bertautan betul-betul mengagumkan sulit bagi musuhnya
untuk menghindarkan diri Dalam posisi goloknya tergiring keluar dari arena
pertarungan, sulit rasanya buat Toan Peng untuk
menarik kembali senjata tersebut dalam waktu singkat,
Dalam keadaan tergopoh-gopoh dan kritis, secepat kilat
ia rendahkan pergelangan tangannya ke bawah lalu
berkelit ke belakang. Cepat nian gerakan pedang siau-cui, serasa cahaya
tajam terkelebat lewat, tahu-tahu pergelangan tangan
kanan Toan Peng sudah terbabat hingga robek besar.
Begitu berhasil melukai pergelangan tangan kanan
lawan, siau-cui tidak bermaksud mengejar lebih lanjut,
sambil mundur dua langkah bentaknya keras-keras:
"Tahan Lebih baik kalian saksikan dulu apa yang dialami
pentolan kalian ini sebelum melancarkan serangan"
Perkataan itu diucapkan dengan suara tinggi
melengking hingga amat menusuk pendengaran.
Kawanan lelaki berbaju hitam di empat penjuru yang
sebetulnya sudah mulai bergerak akan melancarkan
serangan, kini ter- henyak dan membatalkan niatnya
setelah mendengar jerit lengking dari siau-cui ini.
Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya ke
tengah arena, terlihat golok tipis milik Toan Peng sudah
terkulai lemas ke bawah, wajahnya diliputi rasa kaget
2548 dan ngeri yang luar biasa, malahan sekujur badannya
masih gemetar keras. Waktu itu awan hitam di udara telah buyar, di bawah
sorotan cahaya bintang suasana di seputar sana lamatlamat
masih dapat terlihat dengan jelas.
Lim Han-kim yang menyaksikan kejadian ini merasa
sangat keheranan, pikirnya: "Toan Peng adalah seorang
lelaki gagah yang berjiwa besar dan ksatria. Bacokan
pedang siau-cui barusan paling cuma melukai sedikit kulit
badannya, tak mungkin gara-gara urusan ini lantas
semangatnya jadi mengendor macam begitu."
Mendadak terdengar siau-cui berkata dengan suara
dingin "llmu pedang maha sakti daripartai bunga bwee
bukan kepandaian yang bisa ditandingi sembarangan
orang..." Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba-tiba
terdengar Toan Peng membentak keras, sembari
memutar golok tipisnya ia menerjang ke luar arena.
Mimpi pun para jago tidak menyangka kalau
pemimpinnya akan melakukan perbuatan seperti itu.
Termakan serangan goloknya itu, dua lelaki segera roboh
terluka. Dalam keadaan begini terpaksa kawanan jago lainnya
harus menyingkir ke samping untuk memberi-jalan lewat.
Begitu berhasil menerjang keluar dari kurungan para
jago, Toan Peng segera melarikan diri terbirit-birit.
sambil tertawa terkekeh-kekeh siau-cui berseru: "Nah,
kalian sudah menyaksikan sendiri bukan?"
2549 Dari tempat yang agak jauh berkumandang datang
suara jeritan lengking dari Toan Peng yang memilukan
hati, Dalam keheningan malam yang mencekam, jeritan
itu kedengaran amat menggidikkan hati.
"Bagaimana" sudah kalian dengar suara-nya?" kembali
siau-cui menjengek dingin.
Para jago yang hadir di sana hanya terbungkam dalam
seribu basa, tak seorang pun memberi tanggapansetelah
tertawa hambar kembali siau-cui berkata:
"sudah terlalu jauh dia melarikan diri sehingga sulit bagi
kalian untuk menyaksikan saat kematiannya yang amat
mengenaskan- semestinya saat itu merupakan saat
penderitaannya yang paling mengerikan-.."
setelah berhenti sejenak, lanjutnya lebih jauh: "Setiap
korban yang terluka oleh sambaran pedang orang-orang
perguruan bunga bwee akan mengalami nasib setragis
itu" Melihat semua kejadian itu, Lim Han-kim berpikir
"Sekalipun bacokan pedang tadi berhasil mengutungi
separuh bagian pergelangan tangan Toan Peng, belum
tentu-jalan darah pentingnya ikut terluka, Tapi heran...
kenapa ia menunjukkan sikap kalap macam orang tak
waras pikirannya?" sementara itu siau-cui telah persiapkan kembali
pedangnya sambil menantang: "Ayoh, siapa lagi yang tak
percaya dan ingin membuktikan sendiri?"
Jeritan ngeri dari Toan Peng yang menyayat hati
ditambah gertak sambal dari siau-cui benar-benar
menciutkan hati kawanan jago yang hadir di sekeliling
2550 tempat itu, untuk sesaat tak seorang pun di antara
mereka berani bicara. Lim Han-kim kembali berpikir "sayang sekali, meski Li
Tiong-hui sudah mempersiapkan cukup banyak jago di
tempat ini, namun tak seorang pun merupakan pentolan
yang bisa diandalkan selain Toan Peng tersebut. Kini ia
sudah terluka parah dan tiada orang kedua sanggup
menggantikan kedudukannya, betul-betul patut
disayangkan sekali..."
sementara dia masih termenung, dari kejauhan sana
berkumandang datang suara tertawa panjang seseorang
disusul seruan orangnya: "orang-orang Bwee-hoa-bun
memang nyata kekejamannya, Tak disangka kalian telah
membubuhkan racun keji pada ujung pedang"
Walaupun hanya beberapa patah kata yang singkat,
namun sudah membongkar semua kebohongan dan
kelicikan siau-cui. Lim Han- kim segera merasa amat kenal dengan suara
tersebut, Ketika berpaling, ia saksikan dua sosok
bayangan manusia sedang bergerak mendekat dengan
kecepatan tinggi, mereka tak lain adalah Li Bun-yang
serta Hansi-kong. "Hmmm..." siau-cui segera tertawa dingin, " Kukira
siapa yang datang, rupanya kau... Li Bun-yang, Li
siangkong" setelah menyapu sekejap kawanan jago yang berada
di seputar arena dengan sorot mata yang tajam, kembali
ia melanjutkan "Benar, aku memang sudah membubuhi
racun di ujung pedangku, karena itu barang siapa terluka
2551 oleh sabetan pedang ini, jangan harap ia bisa hidup di
dunia ini" sementara itu Li Bun-yang sudah melewati para jago
dan menghampiri ke hadapan siau-cui, katanya lagi
sambil tertawa dingin: "Aku ingin sekali mencoba ilmu
pedang nona yang beracun itu"
Dari balik bahunya pemuda itu meloloskan senjata
kipasnya yang lalu dipentang lebar,
sementara tangan kanannya merogoh keluar sebilah
pedang pendek dari sakunya, lalu kedua macam senjata
itu disilangkan di depan dada siap menantikan datangnya
serangan. Ternyata hasil pengamatannya secara diam-diam
memberitahu kepadanya bahwa kawanan jago di situ
sudah dibuat keder oleh keberhasilan siau-cui dalam
melukai lawannya, ini berarti bila ia tidak turun tangan
sendiri niscaya semangat tempur mereka akan runtuh.
Dengan suara dingin siau-cui menjawab: "sudah cukup
lama kudengar akan kehebatan ilmu silat keluarga Hongsan,
beruntung sekali aku dapat menjajalnya hari ini"
sembari bicara, secepat kilat ia lancarkan sebuah tusukan
pedang ke depan. Li Bun-yang memang sudah siap sedia sejak tadi,
Kipas di tangan kirinya segera dikebaskan membentuk
selapis bayang-bayang untuk melindungi seluruh
tubuhnya, sementara itu pedang pendek di tangan
kanannya dengan- jurus "selaksa bunga menyembur
benang sari" membentuk bertitik-titik cahaya tajam di
2552 balik bayangan kipas, langsung menyergap tubuh siaucui.
jurus serangan yang dipergunakan ini merupakan
jurus ciptaan keluarga Hong-san, selain hebatjuga sukar
untuk dibendung. Betul juga, Termakan oleh serangan balik tersebut
siau-cui dipaksa untuk mundur dua langkah dari posisi
semula. "inilah salah satu jurus dari ilmu pedang keluarga
Hong-san, bagaimana pendapatmu nona?" seru Li Bunyang
dengan suara keras. Melihat keberhasilan Li Bun-yang mendesak mundur
musuhnya dalam serangannya yang pertama, para jago
segera merasa semangatnya bangkit kembali. serentak
mereka menggerakkan senjata masing-masing dan siap
melakukan pengeroyokan. Dengan penuh amarah siau-cui berteriak: "Hmmm, tak
lebih cuma segitu.." sambil menggetarkan pedangnya, la
menerjang maju lebih ke depan. Kali ini ia tak berani
memandang enteng musuhnya lagi, pedangnya diputar
bagaikan roda. Di antara kilatan cahaya yang
menyambar-nyambar, ujung pedangnya langsung
mengancam bagian mematikan di tubuh Li Bun-yang.
sebaliknya, jago muda dari keluarga Hong-san ini
cukup sadar akan kehebatan ilmu pedang perguruan
bunga bwee itulah sebabnya ia keluarkan ilmu
simpanannya berupa serangan gabungan antara kipas
dan pedang. 2553 Pada saat itu keempat gadis berbaju hitam yang
berjajar di belakang siau-cui telah membentuk sebuah
barisan setengah lingkaran yang membentang di
belakang siau-cui untuk melindungi sayap kiri dan
kanannya. Empat puluh gebrakan sudah lewat, namun posisi Li
Bun-yang serta siau-cui tetap berimbang, tak ada yang
kalah tak ada yang menang, Kalau siau-cui mengambil
posisi menyerang dan mencecar habis-habisan, maka
selama ini Li Bun-yang justru mengambil posisi bertahan.
sebenarnya para jago lain yang berada di sekeliling
arena sudah siap untuk ikut terjun ke arena pertarungan,
tapi melihat kedua orang itu sedang terlibat dalam
pertarungan yang sengit, hingga sulit untuk turut
menimbrung, maka mereka pun hanya berpeluk tangan
belaka. Berbicara tentang jurus pedang dari perguruan bunga
bwee ini, sesungguhnya ilmu pedang mereka
mengutamakan serangan yang ganas, buas, dan keji
untuk mematikan lawannya, teramat sukar untuk
ditangkis apalagi dihindari.
Namun sayang, musuh yang dihadapinya kali ini
adalah keturunan dari keluarga Hong-san yang memiliki
kepandaian maha sakti, hingga dengan begitu semua
keganasan jurus pedang itu pun menjadi mentah dan
tak berfungsi sebagaimana mestinya.


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itu Lim Han-kim secara diam-diam sudah
menyusup keluar dari rumah gubuk itu, melompat naik
ke atas pohon dan mengikuti jalannya pertarungan itu
dari atas. 2554 sekilas pandang posisi siau-cui seakan-akan berada di
atas angin, jurus serangannya berhasil mengurung
musuhnya dan mencecarnya habis-habisan, tapi lama
kelamaan ciri khas kehebatan ilmu silat keluarga Hongsan
pun semakin kentara. Perlu diketahui setiap perguruan maupun partai
memiliki aliran ilmu silat yang tertentu dan pasti. Ada
yang menganut aliran keras ada pula yang menganut
aliran lunak, sekalicun tenaga dalam seseorang amat
sempurna sehingga bisa menggabungkan aliran keras
dan lunak. namun begitu ia bertarung, maka aliran yang
dianutnya semula akan lebih dominan dan kentara.
Namun aliran ilmu silat dari keluarga Hong-san ini
amat berbeda, Di antara aliran yang keras terkandung
unsur lembut. Kadang- kala Li Bun-yang tampak keteter
hebat oleh serangan siau-cui yang bertubi-tubi, tapi tiga
sampai lima jurus kemudian ia berhasil mengembalikan
posisinya dalam keadaan semula dan tetap berimbang.
Menyaksikan peristiwa ini, diam-diam Lim Han-kim
menghela napas panjang, pikirnya: "Nyata sekali nama
besar keluarga Hong-san bukan nama kosong belaka.
Kehebatan ilmu silatnya boleh dibilang luar biasa.
Kendatipun jurus pedang dari perguruan bunga bwee
cukup ganas dan buas, namun rasanya tidak gampang
untuk mengalahkan ilmu silat aliran keluarga Hong-san."
Kembali pertarungan berlangsung dua puluh
gebrakan, namun posisinya tetap seperti semula, siau-cui
nampak unggul namun kenyataannya tidak unggul,
sedangkan Li Bun-yang nampaknya kalah tapi
kenyataannya juga tidak kalah.
2555 setelah bertarung sekian lama belum berhasil juga
mengungguli lawannya, habis sudah kesabaran siau-cui,
mendadak ia membentak nyaring, permainan pedangnya
ikut berubah. Tampak serangan pedangnya saling berantai dengan
jurus berikutnya, kecepatan serangannya meningkat,
seakan-akan ada belasan bilah pedang yang menyerang
hampir pada saat yang bersamaan.
Menghadapi perubahan jurus serangan yang amat
cepat ini, Li Bun-yang terdesak hebat dan mundur
berulang kali, permainan senjatanya ikut menjadi kacau
pula. Lim Han-kim sangat cemas, pikirnya: "Kini kesabaran
siau-cui sudah habis, Bila Li Bun-yang terdesak hebat
pada akhirnya, niscaya dia akan tewas di ujung pedang
perempuan itu". sementara ia masih termenung, tiba-tiba dilihatnya Li
Bun-yang mengubah cara serangannya, Tiga sampai lima
gebrakan kemudian posisinya yang semula terdesak
berubah menjadi berimbang kembali.
Lagi-lagi siau-cui mengubah jurus serangannya,
serangkaian serangan berantai dilancarkan bertubi-tubi
jurus pedangnya kini seperti gerak bertahan, tapi
nyatanya suatu serangan. Cahaya pedang berkilauan menyelimuti seluruh
angkasa. sewaktu bertahan gerakannya seolah
membentuk benteng baja yang berdiri kokoh, maka
sewaktu menyerang ibarat air bah yang menggulung
datang menjebolkan tanggul, luar biasa hebatnya.
2556 jurus gedang ini sangat ganas dan jahat, baru
bertarung tiga gebrakan sekali lagi Li Bun-yang keteter
hebat dan dibuat kalang kabut.
Lim Han-kim yang mengikuti jalannya pertarungan
dari atas pohon dapat menyaksikan semua adegan itu
dengan jelas. Pada awalnya jurus pedang yang
digunakan siau-cui amat cepat, tapi kemudian
gerakannya berubah sama sekali.
Di balik satu serangan terselip serangan berikut, di
balik perubahan tersimpan perubahan lain, ibarat
bayangan yang menempel di badan, kemana pun Lim
Bun-yang menghindar, serangan tersebut menempel
terus dengan ketat. Dengan perasaan terkesiap anak muda itu segera
berpikir "llmu pedang apaan itu" Tak nyana begitu
ganas, buas dan jahat"
setelah diamati lebih seksama, dengan cepat ia
menyadari apa sebenarnya yang telah terjadi, Ternyata
jurus pedang yang digunakan siau-cui hanyalah jurusjurus
serangan umum, hanya saja perubahan gerakannya
dilakukan teramat cepat. Mengikuti perubahan gerak yang dilakukan lawannya,
ia menyerang dan mendesak terus tanpa putus, menusuk
ke atas menebas ke bawah membuat pihak lawan hampir
tak punya kesempatan untuk melakukan perubahan
jurus. saat itu permainan pedang dan kipas yang
dikembangkan Li Bun-yang sudah tak sanggup
menangkis serangan siau-cui yang amat cepat itu, ia
terdesak hebat dan mundur berulang kali.
2557 Melihat itu kembali Li Han- kim berpikir "Bila Li Bunyang
terluka dan kalah di tangan siau-cui malam ini, bisa
dipastikan budak itu akan melakukan pembunuhan
secara keji untuk membantai semua jago yang tersisa,
Ehmm, bagaimana pun juga, aku harus berusaha untuk
membantu Li Bun-yang secara diam-diam."
setelah berkumpul beberapa waktu dengan Pek sihiang,
banyak pengetahuan dan manfaat yang
diperolehnya. ia pernah mendengar gadis itu
membicarakan masalah ilmu silat dengan perubahan
yang banyak. Meski nampaknya hebat namun kebanyakan tak bisa
melebihi batas kemampuan yang dimiliki seseorang. Asal
kita mau mengawasi dengan teliti, maka tak sulit
sebenarnya untuk menemukan titik kelemahan di tubuh
lawan. Berbicara dari kemampuan yang dimiliki Li Bun-yang,
sebetulnya ia pun tahu akan teori tersebut Namun
karena saat itu ia sudah terlanjur terdesak hebat oleh
perubahan jurus pedang siau-cui, sulit bagi pemuda itu
untuk memecah perhatiannya memikirkan hal lain.
sementara Lim Han- kim masih berpikir, dalam arena
lagi-lagi terjadi perubahan situasi yang sangat besar.
selangkah demi selangkah siau-cui mendesak maju terus,
sementara Li Bun-yang selangkah demi selangkah
terdesak mundur. Han si-kong yang berdiam diri selama ini tak mampu
mengendalikan emosinya lagi, sepasang telapak
tangannya segera disiapkan untuk melancarkan
serangan. 2558 Buru-buru Lim Han- kim berbisik dengan ilmu
menyampaikan suaranya: "Saudara Li, kau tak boleh
bertahan terus menerus, cepat lancarkan serangan dan
berebut posisi dengan-nya"
Ketika itu Li Bun-yang sudah keteter hebat, posisinya
kritis dan setiap saat ada kemungkinan tewas di ujung
pedang lawan. semangatnya kontan bangkit kembali
begitu mendengar suara bisikan dari Lim Han- kim ini.
senjata kipas di tangan kirinya segera diputar berulang
kali membendung serangan pedang dari siau-cui,
sementara pedang di tangan kanannya memanfaatkan
peluang itu melancarkan terobosan nekat dengan jurus
"Angin Barat Menggulung Tirai, selapis bayangan pedang
segera berbalik mengancam tubuh musuh.
Kalau semula senjata kipas danpedangnya selalu
melancarkan serangan gabungan, maka sekarang arah
sasaran yang diancam senjata kipas serta pedangnya
sama sekali berbeda. Benar juga, titik kelemahan terbesar dari rangkaian
ilmu pedang siau-cui adalah kurangnya sistem
pertahanan. Begitu Li Bun-yang memecahkan serangan
kipas dan pedangnya menjadi rangkaian serangan yang
berbeda, siau-cui segera dipaksa untuk membuang
sistem serangannya dan lebih mengutamakan
pertahanan. Dengan terjadinya perubahan ini, posisi Li Bun-yang
yang kritis dan berbahaya pun segera berubah menjadi
aman kembali. Melihat kemenangan yang sudah di depan mata tibatiba
lenyap tak berbekas lantaran Li Bun-yang mengubah
2559 sistem pertarungannya, siau-cui menjadi amat jengkel
bercampur mendongkol. Paras mukanya berubah hebat,
pedangnya segera ditarik kembali dan dia mundur sejauh
delapan depa lebih. Sambil tertawa Li Bun-yang mengejek: "Bagaimana"
Nyatanya ilmu pedang perguruan bunga bwee cuma
begitu saja" "Li Bun-yang, hati-hati kalau bicara" bentak siau-cui
dingin "Hari ini, salah seorang di antara kita berdua bakal
tergeletak mati di sini"
Melihat siau-cui telah mengangkat pedangnya sambil
menghimpun seluruh perhatiannya ke ujung senjata, Li
Bun-yang tak berani main-main lagi, wajahnya ikut
berubah serius, ia sadar, dalam serangan kali ini siau-cui
pasti telah menghimpun segenap tenaga dalam yang
dimilikinya. Kehebatan serangannya tak usah diungkit lagi, Buruburu
dia himpun pula seluruh tenaga dalam yang
dimilikinya. Dengan kipas di tangan kiri, pedang di
tangan kanan dia siap menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan- "Li Bun-yang" kata siau-cui lagi dengan suara dingin
"Apakah kau ingin melihat jurus sesungguhnya dari ilmu
silat perguruan bunga bwee?"
saat ini, Li Bun-yang telah menghimpun sepuluh
bagian tenaga dalamnya untuk menghadapi serangan
lawan, mendengar tantangan tersebut, sambil tertawa
hambar sahutnya: "Dengan senang hati akan kujajal
kehebatan ilmu silat nona"
2560 "Kalau begitu, berhati-hatilah"
Mendadak pedangnya digetarkan keras, badan berikut
senjatanya meluncur ke depan bersamaan waktu dan
langsung menumbuk ke badan lawan.
sebagai pewaris ilmu silat keluarga Hong-san Li Bunyang
memiliki pengetahuan yang amat luas, Dari posisi
dan sistem serangan yang dilakukan siau-cui, ia mengerti
bahwa pihak lawan sedang menggunakan ilmu pedang
terbang untuk mengajaknya duel habis-habisansadar
akan kelihaian ilmu tersebut, ia tak berani
bertindak gegabah. Kipasnya segera diputar membentuk
selapis bayangan hitam untuk membendung datangnya
ancaman, sementara itu, pedang di tangan kanannya
didorong keluar secepat kilat menciptakan b erkuntumkuntum
bunga gedang untuk melindungi badanKetika serangan pedang dari siau-cui saling
membentur dengan bunga pedang Li Bun-yang yang
melindungi badan, terjadilah suara bentrokan nyaring
yang amat memekikkan telinga.
Cahaya tajam tiba-tiba sirna, bayangan manusia pun
tampak kembali. Tapi situasi yang terbentang dalam
arena telah berubah sama sekali, sebuah suasana yang
amat tragis. Tampak Li Bun-yang berdiri dengan napas tersengalsengal,
senjata kipasnya sudah rontok ke atas tanah,
sebaliknya siau-cui pun berdiri dengan napas ngosngosan
dan pedang terkulai lemas ke bawah, agaknya
dalam serangan tersebut ia telah menggunakan segenap
kekuatan yang dimiliki. 2561 Tampaknya dalam bentrokan kali ini, masing-masing
pihak sudah menggunakan seluruh tenaga simpanannya.
Han si-kong segera maju menghampiri Li Bun-yang
dan menegur dengan suara lirih: "Bagaimana keadaanmu
saudara Li, apa terluka?"
"Yaa, dengan susah payah aku masih sanggup
menerima serangannya," sahut Li Bun-yang sambil
tertawa getir. Han si-kong melirik siau-cui sekejap, kemudian
katanya lagi: "Aku rasa kehebatan budak itu tak lebih
hebat dari saudara Li, kalau dilihat dari keadaannya yang
amat letih, keadaannya tak berbeda jauh dengan
keadaan-mu." Baru habis perkataan itu diucapkan, mendadak terlihat
semangat siau-cui telah berkobar kembali, sambil
mempersiapkan pedangnya ia menantang dengan nada
dingin: "Li Bun-yang, yakinkah kau masih mampu
menerima sebuah serangan pedangku lagi?"
"Biar aku yang menjajal kepandaian silat nona" seru
Han si-kong sambil membusungkan dada.
"saudara Han, tak perlu merepotkan Anda" tampik Li
Bun-yang cepat, Kemudian sambil mengalihkan
pandangan matanya ke wajah siau-cui, ia meneruskan"Bila nona benar-benar masih punya kekuatan untuk
melancarkan serangan lagi, dengan senang hati akan
kuterima seranganmu itu"
"Bagus" Pelan-pelan dia mengangkat pedangnya dan
siap melancarkan serangan lagi.
2562 Dengan paksakan diri Li Bun-yang menghimpun sisa
kekuatan dan segera menyilangkan pedangnya di depan


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dada. Lim Han-kim yang bersembunyi di atas pohon dapat
melihat dengan jelas, kedua belah pihak sama-sama
telah mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya, siap
melakukan pertarungan habis-habisan.
Bila pertarungan semacam ini dibiarkan berlangsung,
niscaya salah seorang di antara mereka akan terluka oleh
musuhnya bahkan sampai tewas. Dilihat peluangnya,
kemungkinan Li Bun-yang terluka sampai tewas jauh
lebih besar daripada kemungkinan siau-cui.
Bila ingin mencegah terjadinya tragedi yang mungkin
tragis ini, satu-satunya jalan adalah menghentikan
sebelum masing-masing pihak terlanjur melancarkan
serangan. Lim Han-kim yang mengawasi situasi tersebut dapat
melihat bahwa posisi menyerang ada di pihak siau-cui,
berarti dia harus berusaha untuk mencegah siau-cui agar
dia tidak melancarkan serangannya.
setelah termenung sejenak. dengan ilmu
menyampaikan suara segera bisiknya: "siau-cui, bala
bantuan musuh yang amat tangguh segera akan
berdatangan. Bila kau lukai Li Bun-yang maka sulit
bagimu untuk lolos dari sini dengan selamat jangan
kacaukan urusan besar gara-gara menuruti emosi, lebih
baik kaupikirkan lagi matang-matang"
Benar juga, kata-kata tersebut segera menimbulkan
reaksi yang luar biasa, pedang yang sudah dipersiapkan
siau-cui pelan-pelan diturunkan kembali. Lalu sambil
2563 mendongakkan kepalanya memeriksa sekejap sekeliling
tempat itu, tegurnya: "siapa di situ?"
Masih dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara
jawab Lim Han-kim: "sekarang aku sedang bersembunyi
di tempat gelap hingga tak leluasa banyak bicara,
Berbicara kelewat banyak dapat menimbulkan kecurigaan
orang. sekali lagi kuanjurkan, jagalah posisi seperti ini
untuk sementara waktu,jangan sampai menimbulkan
banjir darah" Pengalaman Hansi-kong dalam dunia persilatan amat
luas dan matang, begitu melihat mimik muka siau-cui, ia
segera berbisik kepada Li Bun-yang: " Di seputar lima
kaki dari tempat ini bersembunyi jago lihai dari
perguruan bunga bwee."
Li Bun-yang mengerti siapa yang dimaksudkan, namun
untuk sesaat dia pun merasa kurang leluasa untuk
menyebut nama tersebut. Terpaksa sambil mendeham ia
berkata: "Sebentar lagi bala bantuan kita akan tiba,
sekalipun di sekitar sini ada jago lihai musuh, tak jadi
soal." Meskipun beberapa patah kata itu diucapkan tak
terlampau keras, tapi Siau-cui dapat mendengar dengan
sangat jelas, Sifat perempuan ini banyak curiga, Meski ia
sudah mendengar hal tersebut dari bisikan Lim Han-kim
dengan ilmu menyampaikan suaranya namun ia tetap
kurang yakin dan percaya. sementara hatinya masih
ragu, kebetulan ia menangkap pembicaraan antara Li
Bun-yang dengan Han Si-kong yang ternyata klop
dengan bisikan yang diperoleh, maka semua rasa
curiganya kontan tersapu lenyap hingga tak berbekas.
2564 Rupanya Li Bun-yang mengerti bahwa sulit baginya
untuk menerima sebuah serangan lagi dari Siau-cui,
cuma ibarat sudah menunggang di punggung harimau,
sulit baginya untuk menghindari lagi. Dalam keadaan
begitu terpaksa dia harus keraskan hati untuk menerima
lagi sebuah serangannya. Tatkala melihat Siau-cui menurunkan kembali
pedangnya, Li Bun-yang segera mengerti bahwa semua
itu berkat ulah Lim Han-kim yang telah menolongnya
secara diam-diam, maka dia pun manfaatkan
kesempatan tersebut dengan menarik kembali
pedangnya. Diam-diam Lim Han-kim merasa lega juga setelah akal
muslihatnya berhasil mencegah sebuah tragedi berdarah
berlangsung di sana, Namun meski ia berhasil
menyelamatkan nyawa Li Bun-yang, pemuda ini tak tahu
bagaimana caranya mencairkan situasi yang telah
membeku ini dengan membiarkan siau-cui beserta
keempat anak buahnya meninggaikan tempat itu dalam
keadaan selamat. setelah berpikir sejenak. dengan ilmu menyampaikan
suaranya dia berkata lagi: "saudara Li, baik si budak
maupun keempat anak buahnya memiliki ilmu pedang
yang sangat lihai dan luar biasa, Bila benar-benar terjadi
pertarungan, meski pihak Anda unggul dalam jumlah
manusia, bukan berarti kekuatanmu akan mampu
mengurung kelima orang tersebut. Pada akhirnya akan
terjadi adu jiwa yang sama-sama ruginya, Menurut
pendapatku, daripada banjir darah masih mendingan
biarkan mereka berlima pergi dari sini, Nah, saudara Li,
apabila kau setuju dengan usulku, berdirilah tetap pada
2565 posisi semula, bila tak setuju harap segera
menggerakkan pedangmu."
Beberapa saat berlalu dengan tenang, namun Li Bunyang
tetap berdiri tak bergerak, jelas ia sudah setuju
dengan usul dari Lim Han-kim. Pemuda itu pun berkata
lagi: "setelah saudara Li menyetujui usulku, aku harap
kalian jangan menghalangi kepergian kelima orang gadis
itu lagi." setelah berhenti sejenak. dengan ilmu menyampaikan
suara ia berkata lagi: "siau-cui, bala bantuan musuh
segera akan tiba, gunakan kesempatan ini untuk segera
meloloskan diri dari kepungan-.."
siau-cui angkat kepalanya memandang langit, namun
tubuhnya tetap tak bergerak.
Melihat hal ini Lim Han-kim segera berpikir: "Bila tidak
membohonginya habis-habisan, ia pasti tak mau
percaya..." Maka setelah berpikir sejenak. ia kembali
meneruskan "setelah meninggalkan tempat ini nanti, harap kalian
menungguku di sebuah tempat sepuluh li di sebelah
timur" siau-cui mengernyitkan alis matanya, ia tetap berdiri
tak bergerak dari posisi semula.
"Aaah benar juga..." kembali Lim Han-kim berpikir
"Daerah di sepuluh li dari tempat ini sangat luas,
sebelum kujelaskan tempat yang pasti, tentu saja dia tak
akan percaya..." Karena pikiran itu kembali Lim Han-kim berujar:
"sepuluh li dari sini ada sebuah kuil tempat memuja
2566 dewa tanah, tempat itu cukup untuk menampung kalian
berlima, Tunggulah aku di dalam kuil tersebut"
Padahal dia sendiri tidak tahu apakah benar-benar ada
sebuah kuil dewa tanah di tempat tersebut, karena
ucapan itu hanya diutarakan sekenanya. Tapi kali ini
nampaknya siau-cui sudah percaya penuh dengan
perkataannya. sambil menggerakkan pedangnya, ia segera
menerjang keluar dari kepungan, Li Bun-yang sudah
melakukan perjanjlan secara diam-diam dengan Lim Hankim,
maka dia pun tidak menghalangi kepergian kelima
orang gadis itu. Padahal kalau mau berbicara sejujurnya, kerja sama
kelima orang gadis itu sanggup membentuk selapis
dinding bianglala yang luar biasa dahsyatnya, Andaikata
Li Bun-yang sekalian betul-betul berniat menghalangi
kepergian mereka, meskipun sudah mengorbankan
banyak jago, belum tentu mereka mampu mencegah
kepergian gadis-gadis itu.
sungguh cepat gerakan tubuh siau-cui berlima, dalam
sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah lenyap dari
pandangan mata. Melihat siau-cui sekalian sudah pergi jauh, Li Bun-yang
baru berteriak dengan suara keras: "saudara Lim saudara
Lim" Ia berteriak beberapa kali memanggil nama rekannya
itu, namun Lim Han-kim tak pernah menjawab
panggilannya. 2567 Terdengar Han si-kong berseru: "Bila dugaan aku si
engkoh tua tak keliru, semestinya saudara Lim sedang
bersembunyi di atas pohon besar lebih kurang tiga kaki
di hadapan" "Aaai... sayang dia enggan bertemu dengan kita
berdua," keluh Li Bun-yang sedih. "semenjak wajahnya
rusak. semangatnya telah padam, Meski masih muda
belia, namun nampaknya ia berusaha menghindari
keramaian dunia." Han si-kong segera tertawa terbahak-bahak,
sambungnya: "saudara Lim Bila kau benar-benar berniat
melarikan diri dari dunia nyata, tidak seharusnya kau
bersembunyi di atas pohon dan secara diam-diam
membantu kami" "Aaaah..." mendadak Li Bun-yang menjerit dengan
wajah berubah, "Bila ia bersedia untuk bertemu dengan
kita berdua, seharusnya ia sudah tampilkan diri
sekarang" "Selama ini aku memperhatikan terus pohon besar itu,
bila ia benar-benar bersembunyi di atas pohon tersebut,
aku yakin ia belum pergi sekarang, Bagaimana jika kita
mencarinya?" Lim Han-kim yang bersembunyi di atas pohon dapat
mendengar tanya jawab kedua orang rekannya ini
dengan jelas, segera ia berpikir Jika mereka benar-benar
akan periksa pohon ini, jejakku niscaya akan ketahuan.
Tapi mereka sudah mengalihkan perhatiannya ke atas
pohon ini, "jelas sudah terlambat bagiku untuk melarikan
diri dari sini." 2568 setelah berpikir sejenak. Ia pun melepaskan pakaian
luarnya dan menggantungnya di ranting pohon di mana
ia berada sekarang, sambii mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya, dia pindah ke ranting pohon lain
yang berada lebih di atas puncak pohon itu.
Belum lama ia gantungkan baju luar tersebut, Li Bunyang
serta Han si-kong telah tiba di atas pohon.
Lim Han-kim menyembunyikan diri di balik dedaunan
yang rimbun sambil tutup pernapasannya, dalam
keadaan begini boleh dikata ia tidak mengeluarkan suara
apa pun. Terdengar Li Bun-yang berseru keras: "saudara
Han, ada di sini" Menyusui kemudian terdengar pemuda itu menghela
napas sambil menambahkan "Aaaai... dia telah pergi
dengan meninggalkan baju luarnya, entah apa
maksudnya?" "Ia cuma meninggalkan bajunya dan enggan bertemu
dengan kita berdua, apa mungkin hal ini berarti dia telah
putuskan hubungan dengan kita?" sela Han si-kong
sambil menghela napas pula,
"Aaai... perduli di mana maksud dan tujuannya, yang
pasti dia memang menolak untuk bersua muka dengan
kita. Yaa, bagaimana lagi" Tiap orang punya cita-cita dan
pandangan tersendiri, kita memang tak bisa
memaksakan kehendak kita. Mari kita simpan baju
luarnya ini, Bila bertemu lagi lain hari, baju ini kita
kembalikan kepadanya, sebaliknya jika tak ada jodoh
untuk bersua lagi, kita simpan saja baju ini sebagai
kenang-kenangan..." 2569 Lim Han-kim merasa terharu sekali setelah mendengar
ucapan tersebut, Hampir saja dia lompat keluar dari
tempat persembunyiannya untuk bersua dengan mereka,
tapi akhirnya niat itu dibatalkannya.
Terdengar ujung baju terhembus angin, rupanya dua
orang itu sudah pergi meninggalkan tempat itu. Lim Hankim
menunggu lagi beberapa saat sebelum menyingkap
dedaunan untuk menengok ke bawah. Ternyata kawanan
jago yang semula bergerombol di situ pun kini sudah
pergi semua. Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
setelah lompat turun dari pohon, ia lari menuju ke arah
timur sambil berpikir "Seandainya sepuluh li dari sini
benar-benar ada sebuah kuil dewa tanah, siau-cui
berlima tentu sedang menunggu di situ, lantas apa yang
mesti kukatakan kepada mereka?"
setelah termenung sebentar, kembali pikirnya:
"Seandainya tempat itu berupa sebuah tanah datar atau
sebuah dusun, siau-cui tentu sadar bila dirinya tertipu.
Mustahil dia akan menunggu kedatanganku di sana..."
sambil berpikir ia berjalan terus ke arah timur dengan
kecepatan tinggi. Ketika sudah berada sepuluh li dari
tempat yang dimaksud, ia menghentikan perjalanannya.
Untuk bisa melihat pemandangan di sekeliling tempat
itu dengan lebih jelas, dia melompat naik ke atas pohon
yang tinggi, Tapi apa yang kemudian terlihat membuat
jantungnya berdebar keras.
Ternyata delapan-sembilan kaki di sebelah timur dari
pohon itu benar-benar berdiri sebuah bangunan rumah,
Karena cahaya bintang yang redup, sulit baginya untuk
2570 melihat lebih jelas apakah bangunan rumah itu berupa
rumah petani atau kuil, tapi menurut analisanya mustahil
ada rumah penduduk di tengah hutan yang begini sepi
dan terpencil. Atau jangan-jangan bangunan itu memang
sebuah kuil" Perasaan ingin tahu yang kuat segera muncul dari
dasar hatinya, pikirnya: "Perduli amat bangunan apa
yang berada di situ, kenapa tidak kuperiksa lebih dulu?"


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melompat turun dari pohon, pelan-pelan ia berjalan
mendekati bangunan itu. setiap langkah dan gerakgeriknya
dilakukan amat berhati-hati. Hawa murni
dihimpun ke telapak tangan siap menghadapi segala
kemungkinan yang tak diinginkan
Walaupun jaraknya hanya sepuluh kaki, namun dia
menempuhnya hanya dalam waktu sepeminuman teh
saja, Dari kejauhan ia dapat membaca sebuah papan nama
yang tergantung di depan bangunan itu bertuliskan "Kuil
Thian-li-bio". sambil menghela napas diam-diam Lim
Han-kim berpikir "Tak disangka di kolong langit masih
ada kejadian yang begini kebetulan Padahal aku hanya
bicara sembarangan, ternyata apa yang kukatakan
benar-benar terwujud, Entah siau-cui berlima masih
menunggu kehadiranku atau tidak dalam kuil itu..."
sementara dia masih berpikir, tiba-tiba dari dalam kuil
kedengaran suara seorang wanita sedang berbicara:
"Nona Cui, aku rasa dia tak bakalan datang"
Dengan perasaan terkejut kembali Lim Han-kim
berpikir. "Ternyata mereka masih menunggu aku di sana"
2571 Buru-buru dia menyusup masuk ke balik semak
belukar di luar kuil, Ketika ia mencoba pasang telinga
untuk mendengar dengan lebih seksama, terdengar
suara Siau-cui sedang menjawab: "Mungkin saja di
tengah jalan ia telah bertemu dengan suatu kejadian
hingga kedatangannya terlambat, lebih baik kita
menunggu beberapa saat lagi..."
Suara seseorang lain yang terasa masih asing
bergema pula: "Perkataan nona cui memang amat
beralasan, seandainya orang itu membohongi kita, masa
dia bisa tahu kalau di tempat yang begini terpencil benarbenar
ada sebuah kuil Thian-li-bio" Dia pasti sudah
pernah kemari, karena itulah ia mengajak kita untuk
berjumpa di sini," "Tak disangka ada kejadian yang begini kebetulan di
dunia ini," pikir Lim Han-kim, "Kalau didengar dari
pembicaraan mereka, nampaknya orang-orang itu akan
menunggu lebih jauh. Yaaa, orang bilang semakin licik
siasat perang suatu negara, maka negara itu semakin
disegani. kini kami saling berhadapan sebagai musuh,
kenapa aku harus mempersoalkan kejujuran?"
Sesungguhnya kehadiran pemuda tersebut ke sana tak
lepas dari dorongan rasa ingin tahunya, ia tidak
menyangka kalau di tempat tersebut benar-benar
terdapat sebuah kuil. Baru saja dia akan beranjak pergi meninggalkan
tempat tersebut, mendadak terdengar suara seorang
wanita berkata: "Nona cui, ketika melewati pintu kuil
tadi, rasanya aku seperti melihat sebuah papan nama.
pada papan nama itu tercantum beberapa huruf","
2572 "Apa yang tertulis di sana?" tanya Siau-cui.
"Rasanya tulisan tersebut berbunyi begini: jangan
masuk tanpa diundang, pelanggar akan menghadapi
bencana." "Aaaah, pasti tulisan iseng seseorang yang mengajak
kita bergurau," sela perempuan lain sambil tertawa, "sumoay,
kau jangan kelewat hati-hati dan berpikiran yang
bukan-bukan, Apalagi di sini tak ada penghuninya,
sekalipun ada setan dedemit, apa yang perlu kita takuti,
toh di sini hadir nona Cui"
Terdengar siau-cui bertanya: " Lantas papan
peringatan itu kini berada di mana?"
"Terpantek di sebelah kanan pintu masuk."
"Mari kita keluar dan periksa sekali lagi"
Diiringi suara langkah kaki manusia, terlihat dua orang
perempuan muda munculkan diri dari balik pintu.
Lim Han-kim yang bersembunyi di tempat gelap dapat
menyaksikan semua peristiwa itu dengan jelas, orang
pertama dia kenali sebagai siau-cui, sedang di
belakangnya mengikuti seorang gadis berbaju ringkas
warna hitam pekat. setelah keluar dari pintu gerbang,
gadis berbaju hitam itu segera merapatkan pintu tadi.
Dengan ketajaman mata Lim Han-kim, ia dapat
melihat bahwa sebuah papan peringatan benar-benar
tergantung di pintu tadi, Cuma berhubung jaraknya
terlampau jauh lagipula dalam suasana gelap. sulit
baginya untuk melihat dengan jelas isi peringatan itu.
2573 BAB 26. Kuil Misterius siau-cui mendekati papan peringatan itu, menariknya
hingga lepas lalu membawanya menuju ke bawah cahaya
bintang dan memeriksanya beberapa saat, setelah itu
baru dia berkata: " Kelihatannya papan peringatan ini
sudah cukup lama tergantung di tempat ini."
"Yaa, rasanya bukan suatu kesengajaan untuk ajak
kita bergurau," sambung gadis berbaju hitam itu.
"Kalau diamati dari gaya tulisan yang tertera di papan
peringatan ini, aku duga tulisan ini dibuat seorang
wanita." "Kuil ini dinamakan kuil kaum wanita, otomatis kuil ini
khusus untuk kaum perempuan orang lagi tak akan
berani masuk ke sana secara sembarangan"
"Tapi dalam tulisan itu tidak dijelaskan bahwa hanya
kaum pria yang dilarang masuk, ini berarti termasuk kita
kaum wanita pun sesungguhnya tidak diperkenankan
masuk kemari." "Yaa, rasanya ucapan nona Cui memang benar"
" Kira- kira sudah berapa lama kita masuk ke dalam
kuil ini?" " Lebih kurang sepenanakan nasi lamanya."
"seandainya peringatan tersebut benar-benar berlaku,
semestinya saat ini sudah terjadi suatu reaksi di tempat
ini." Baru selesai perkataan tersebut diucapkan, mendadak
terdengar dua kali jeritan ngeri yang memilukan hati
bergema datang, secepat kilat siau-cui melolos
2574 pedangnya dari punggung dan siap melompat masuk ke
dalam, tapi sebelum ia bertindak tiba-tiba tampak
sesosok bayangan hitam menerjang keluar dengan
kecepatan tinggi. sungguh cepat gerakan tubuh bayangan hitam itu,
bahkan langsung menerkam ke tubuh Siau Cui. Dengan
cekatan siau-cui berkelit ke samping untuk
menghindarkan diri, Tampak bayangan hitam itu
meluncur sejauh beberapa kaki ke belakang dan...
Blaaaammmm siau-cui roboh terguling di tanah.
Lim Han-kim coba mengamati bayangan tersebut
dengan lebih seksama, Ternyata dia adalah seorang
gadis berbaju ringkas warna hitam, pedang
dipunggungnya sudah lenyap. kini yang tersisa hanyalah
sebuah sarung pedang yang kosong.
Tampaknya bantingan itu terjadi cukup keras, setelah
terlempar ke tanah tidak nampak lagi gadis itu
menggerakkan badannya, Menghadapi perubahan yang
berlangsung sangat mendadak dan di luar dugaan ini,
biarpun siau-cui cerdas dan bernyali pun tak urung
dibuat gugup dan gelagapan juga, untuk sesaat dia cuma
bisa berdiri termangu- mang u di tempat semula.
Blaaammmm Diiringi suara benturan keras, kedua belah pintu
gerbang itu menutup kembali dengan kerasnya, Lalu
terdengar seseorang berseru dengan suara sedingin es:
"Di depan pintu aku sudah meninggalkan papan
peringatan, kini kalian nekat melanggarnya, maka jangan
salahkan bila aku berlaku kejam kepada kalian semua".
2575 suara itu dingin menyeramkan ibarat angin dingin
yang berhembus keluar dari neraka, membuat bulu
kuduk semua orang berdiri
siau-cui segera memberi tanda kepada gadis berbaju
hitam itu agar tidak bergerak sembarangan. pelahan ia
berjalan menghampiri gadis berbaju hitam yang terkapar
di atas tanah itu, memeriksa denyut nadinya kemudian
secara beruntun menotok tiga buah jalan darah
pentingnya. Tampak gadis berbaju hitam itu menghembuskan
napas panjang kemudian bangun terduduk, gumamnya:
"sungguh hebat"
"Kau jangan takut, coba ceritakan kembali
pengalaman yang barusan kau alami," kata siau-cui.
Gadis berbaju hitam itu mengeryitkan alis matanya
sambil termenung, Tampaknya ia berusaha
mengumpulkan kembali ingatannya, tapi sampai lama
sekali ia tetap tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. "Kenapa kau diam saja?" tanya siau-cui cepat.
"Hamba tidak tahu harus bercerita dari bagian yang
mana, aaaai... perubahan itu berlangsung terlalu cepat."
"Lelaki atau perempuan orang itu" Bagaimana bentuk
wajahnya?" tanya siau-cui lebih jauh sambil
membetulkan rambutnya. Dengan cepat gadis berbaju hitam itu gelengkan
kepalanya berulang kali. "Entahlah, sebab sesungguhnya
hamba tidak melihat apa pun," sahutnya pelan
2576 "Lantas kenapa kau bisa dilempar orang sampai
kemari?" bentak siau-cui gusar.
"Sewaktu nona mengajak su-moay keluar tadi, aku
serta kedua cici masih mengatakan bahwa nyali su-moay
meski agak kecil, namun jadi orang amat teliti. Tak
nyana ia sempat membaca isi papan peringatan itu
dengan jelas." "Cukup," sela siau-cui tak sabar. "Aku hanya ingin
tahu kejadian yang kau alami, bukan masalah tetek
bengek macam itu" "Tatkala kami sedang berbincang-bincang dengan
asyik, tiba-tiba terdengar dua kali jeritan ngeri yang
menggidikkan hati bergema memecah keheningan..."
"Jeritan ngeri itu apakah berasal dari Toa-kiau dan Jikiau
yang mengalami musibah?"
"Betul, jeritan tersebut memang berasal dari Toa-kiau
serta Ji-kiau yang menjumpai musibah."
Waktu itu Lim Han-kim bersembunyi lebih kurang tiga
depa saja dari kedua orang itu, Dalam keadaan begini dia
tak berani bersuara apalagi bernapas keras-keras.
"Bagaimana selanjutnya?" tanya siau-cui lagi.
"setelah menjerit keras, toa-kiau dan ji-kiau segera
roboh tertelungkup di tanah..."
"Mati?" seru siau-cui terperanjat.
Dengan perasaan agak sangsi gadis berbaju hitam itu
bergidik dan bersin beberapa kali, kemudian
menggeleng. 2577 "Aku tak tahu, pada saat kedua cici menjerit kesakitan
dan roboh ke tanah, aku sendiri pun secara mendadak
disambar seseorang dan dilempar keluar dari ruangan"
"Ketika ditangkap orang, masa kau tak sempat
menoleh untuk periksa manusia macam apa yang
menangkap dirimu?" "Aku tak sempat menoleh..."
"Budak tolol, masa begitu saja tak mampu, hmmm..."
Gadis berbaju hitam kedua yang ada di belakang siaucui
segera turut menimbrung: "sam-ci, kau tak usah
takut, di sini kan ada nona Cui, coba dipikirkan kembali
pelan-pelan.." Rupanya keempat orang gadis berbaju hitam itu
masing-masing bernama Toa-kiau, ji-kiau, sam-kiau dan
su-kiau. Terdengar sam-kiau berkata lagi: "saat itu aku dibuat
tertegun oleh jeritan ngeri kedua orang cici yang terjadi
amat mendadak itu, Pada saat aku masih tertegun inilah
tubuhku ditangkap dan dilempar keluar oleh orang."
"Sekalipun tubuhmu sudah keburu ditangkap orang,
bukan berarti kau tak ada waktu sama sekali untuk
berpaling dan periksa wajah orang tersebut," tegur siaucui
lagi. "Dia cengkeram persis di atas jalan darahku, membuat
seluruh tenagaku lenyap. Dalam posisi begini aku tak
mampu sama sekali untuk bergerak apalagi berpaling."
siau-cui termenung dan berpikir beberapa saat
lamanya, setelah itu baru ujarnya lagi: "orang itu turun
2578 tangan secara mendadak menotok jalan darah Toa-kiau
serta ji-kau. ia memanfaatkan kesempatan ketika kau
masih kaget dan tertegun untuk mencengkeram pula
jalan darahmu hingga kau kehilangan sama sekali daya
kekuatanmu, kemudian baru melemparmu keluar... tapi
mungkinkah begini rentetan kejadiannya?"
Tiba-tiba su-kiau menyela: "Nona Cui, seandainya
orang itu hanya menotok jalan darah Toa-ci danji-ci,
mustahil mereka berdua mengeluarkan suara jeritan
yang begitu memilukan hati."
siau-cui tertegun, kemudian manggut-manggut.
"Yaa, benar juga perkataan ini. jelas mereka bukan
ditotok jalan darahnya tapi terluka oleh sejenis ilmu
pukulan yang amat ganas, jahat dan mematikan"
"Bila ditinjau dari kemampuan orang itu melukai Toa-ci
dan ji-ci bersamaan waktunya, kemudian melempar
keluar sam-ci dari dalam ruangan, bisa disimpulkan ilmu
silat yang dimiliki orang itu pasti luar biasa hebatnya."
"Apakah kau ketakutan?" ejek Siau-cui sambil tertawa
dingin. "Tidak, Kenapa mesti takut, toh di sini ada nona Cui,
apa yang mesti kutakuti?"
"Bagus, sekarang rawatlah ketiga orang cicimu itu,


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku akan masuk ke dalam untuk melakukan
pemeriksaan.." "Nona, kau punya status dan kedudukan yang
terhormat, tak boleh nyerempet bahaya, Lebih baik biar
budak saja yang melakukan pemeriksaan"
2579 "Bagaimana ilmu silatmu jika dibandingkan ketiga
orang cicimu?" "Tentu saja masih ketinggalan jauh."
"Nah, itulah dia, Sam-kiau, bagaimana keadaan
lukamu?" Sam-kiau coba mengatur napas, lalu jawabnya:
"Lukaku tidak terlalu parah."
"Bagus sekali setelah aku masuk ke dalam kuil nanti
bila sampai sepeminuman teh belum keluar juga, kamu
berdua harus segera pergi meninggalkan tempat ini dan
melaporkan apa yang terjadi kepada nona Seebun."
Sambil bangkit berdiri, menghunus pedang
beracunnya, dengan langkah lebar dia belaian masuk ke
dalam kuil, "Besar betul nyali budak ini," puji Lim Han-kim dalam
hati. Ketika tiba di depan pintu gerbang, Siau-cui
melayangkan kakinya melancarkan sebuah tendangan
keras. Braaaakkkk... Diiringi suara keras, pintu kayu itu
terpentang lebar. Dengan pedang siap melancarkan serangan, Siau-cui
berdiri sesaat di muka pintu sambil bersiap sedia.
seperempat jam lamanya ia berdiri tanpa bergerak. akan
tetapi tak kedengaran sedikit suara pun
Tampaknya kuil itu kosong, tak berpenghuni seorang
manusia pun, Kalau dibilang tak berpenghuni, suara
teguran dan pintu yang tertutup tadi berlangsung belum
2580 sampai sepenanakan nasi lamanya, mungkinkah orang
itu sudah ngeloyor pergi setelah berhasil melukai Toakiau
serta Ji-kiau dan melempar keluar sam-kiau"
Ketika ingatan tersebut melintas lewat dalam
benaknya, dengan prdang disilangkan di depan dada
pelan-pelan ia melanjutkan perjalanannya masuk ke
dalam ruangan sementara itu sam-kiu sudah melompat bangun dan
berdiri bersanding dengan su-kiau, sedangkan su-kiau
telah menghunus pedangnya bersiap siaga sambil
mengawasi bayangan punggung siau-cui. Pelahan-lahan
bayangan tubuh siau-cui lenyap di balik dinding ruangan
yang menghalang pandangan
Angin malam berhembus lewat menggoncangkan
rerumputan di luar pintu hingga menimbulkan suara yang
gemerisik, Pintu kuil yang terpentang lebar turut tertutup
pula oleh hembusan angin tersebut membuat suasana
dalam kuil Thian-li-bio bertambah misterius, dan semakin
menyeramkan sambil menghela napas sam-kiau berbisik, "su-moay,
aku rada takut." "Apa yang kau takuti?"
"Bila sudah kuketahui apa yang terjadi, tak mungkin
aku merasa takut." "sam cici, percayakah kau bahwa di dunia ini ada
setan?" tanya su-kiau tiba-tiba.
"Dulu aku tak percaya."
"sekarang?" 2581 "sekarang... entahlah, bila manusia yang melempar
aku keluar dari ruangan, aku yakin aku pasti dapat
melihat wajahnya, tapi... apa pun tidak kulihat..."
"Aaaah... setelah mendengar perkataanmu ini, aku
mulai mencemaskan keselamatan nona Cui, ayoh kita
ikut masuk dan melihat keadaannya."
"Aku... aku tak berani..." tampik sam-kiau sambil
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Baiklah, kalau begitu kau berjaga di luar kuil, biar aku
periksa sendiri ke dalam," kata su-kiau.
seusai berkata, dia mulai melangkah masuk ke dalam
ruang kuil, Baru saja kakinya melangkah kepintu
gerbang, mendadak terdengar jeritan melengking
bergema datang dari balik ruangan. Jerian itu bernada
tinggi, tajam dan tak sedap didengar. "Aaaah, itu suara
jeritan nona Cui" jerit sam-kiau kaget.
Dengan perasaan ketakutan su-kiau menyusut
mundur, lalu sambil menarik tangan sam-kiau, mereka
kabur meninggalkan tempat tersebut.
sangat cepat gerakan tubuh kedua orang gadis itu,
dalam sekejap mata bayangan tubuh mereka sudah
lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan semua peristiwa ini, Lim Han- kim mulai
berpikir: "Tempat di mana ketiga orang gadis itu
disergap adalah halaman tengah di balik pintu gerbang,
kenapa tidak kuperiksa keadaan di situ" selama aku tidak
melompat turun ke bawah, kecuali si penyergap berputar
ke belakang tubuhku, mustahil kami bisa saling bersua
muka..." 2582 Betapa pun besar dan kuatnya perasaan ingin tahu
pemuda ini, toh perasaan tersebut tak bisa menutupi
rasa ngeri dan seram yang mencekam perasaannya kini.
Peluh dingin mengucur keluar membasahi wajahnya,
pemuda ini benar-benar tak berani melayang turun ke
dalam halaman kuil. Lebih kurang sepenanakan nasi kemudian, mendadak
terdengar seseorang dengan suara yang kecil tapi dingin
menyeramkan berseru: "Kau anggap dengan
bersembunyi di atas atap rumah, maka aku tak melihat
kehadiranmu" Hmmm Coba lihat, siapa yang berada di
belakangmu?" Meskipun suaranya kecil, tapi amat menusuk
pendengaran Serta merta Lim Han-kim berpaling ke
belakang untuk memeriksa, namun suasana amat
hening, tak nampak sesosok bayangan manusia pun
Di saat dia berpaling inilah, tiba-tiba dari samping
tubuhnya muncul segulung angin serangan yang amat
kuat menggetarkan tubuhnya, Begitu kuat sergapan
tersebut membuat tubuh anak muda ini terguling ke
samping. Baru saja badannya berguling ke samping, terdengar
suara benturan yang amat keras bergema memecahkan
keheningan Tempat di mana ia bersembunyi barusan,
kini sudah hancur berantakan tak kelihatan wujudnya
lagi. Untung ia menghindar tepat pada waktunya, coba
sedikit terlambat saja, niscaya dia akan tewas atau paling
tidak menderita luka dalam yang sangat parah.
2583 Dengan cepat Lim Han-kim mengalihkan sorot
matanya ke arah datangnya sergapan itu. ia melihat
bayangan hitam berkelebat lewat, tampak sebuah benda
macam sebuah tangan yang aneh dengan cepat
meluncur masuk ke dalam ruang kuil.
Di kala ia sedang tertegun inilah kembali tampak
sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari sisi
badan Lim Han-kim, bahkan dengan cepat orang itu
mencengkeram tubuh pemuda ini, melewati atap rumah
dan melayang turun di luar pagar kuil tersebut.
Diikuti kemudian dengan dua kali lompatan, orang itu
sudah berada tujuh-delapan kaki dari tempat semula.
Gerakan tubuh orang itu cepatnya luar biasa, bahkan
tempat di mana ia cengkeram tubuh Lim Han-kim tak lain
adalah jalan darah pentingnya, Hal ini membuat pemuda
tersebut tak sanggup membalikkan badannya, otomatis
ia tak sempat pula melihat wajahnya.
Menanti orang itu sudah melepaskan
cengkeramannya, Lim Han-kim baru sempat angkat
kepala dan memandang orang itu sekejap. Dia adalah
seorang gadis berbaju ringkas warna hitam dengan kain
hitam membungkus rambutnya, sebilah pedang tersoren
di punggungnya. orang itu tak lain adalah pemilik bunga
bwee, seebun Giok-hong. sambil tersenyum seebun Giokhiong
menegur: "Baik- baikkah kau saudara Lim?"
"Masih agak lumayan"
"Maaf kalau aku terpaksa melepaskan sebuah pukulan
untuk mendorong tubuhmu, tentunya pukulan tadi tidak
sampai melukai saudara Lim bukan?"
2584 "Untung sekali aku tak sampai terluka, terima kasih
juga atas pertolonganmu yang telah menyelamatkan
nyawaku." "Tak perlu berterima kasih."
"Nona, masih ada tiga orang anak buahmu yang
terjebak dalam ruang kuil, perlu kita tolong mereka?"
"Tentu saja harus ditolong, cuma ada baiknya kita
menunggu sampai fajar nanti."
"Nona, sudah kau saksikan tangan aneh yang
menghajar atap rumah tadi?"
"Aaah, benda tersebut hanya sebuah senjata rahasia
yang bentuknya mirip tangan."
"Sejenis senjata rahasia?" Lim Han-kim merasa
keheranan "Benar, sejenis senjata rahasia pencakar terbang yang
di bagian belakangnya diberi tali tipis. Apabila seseorang
telah melatih penggunaan senjata tersebut secara
sempurna, maka ia dapat menyerang sekehendak
hatinya. Kebetulan ilmu yang dimiliki orang tersebut telah
mencapai tingkatan yang amat sempurna,"
"Nona sudah bertemu sam-kiau dan su-kiau?"
"sudah, Bila belum bertemu, mana mungkin aku bisa
sampai di tempat ini tepat pada waktunya?"
"Jadi kau pun sudah mendengar semua penuturannya
dengan jelas dan terperinci?"
"sudah" "Kalau begitu keliru besar"
2585 "Apanya yang keliru?"
"Ketika bersembunyi di atas rumah tadi, aku sempat
pula mendengarkan semua laporan sam-kiau kepada
siau-cui. Menurut dia, Toa-kiau dan Ji-kiau disergap
hampir bersamaan waktunya sedang sam-kiau dilempar
keluar dari ruangan. Bila senjata rahasia yang digunakan
orang itu sejenis senjata pencakar terbang, mana
mungkin ia bisa melakukan kesemuanya dengan
kecepatan begitu tinggi" sekalipun ia bisa menggunakan
dua senjata pada saat yang bersamaan, lalu siapa pula
yang melemparkan tubuh sam-kiau keluar dari ruangan?"
seebun Giok-hiong termenung berpikir sejenak.
kemudian sahutnya: "Bila dugaanku tak salah, penghuni
dalam kuil Than-li-bio itu bukan cuma seorang."
"Kalau dia benar manusia, apalagi memiliki ilmu silat
begitu lihai, kenapa ia sudi berdiam dalam kuil Thian-libio
yang begini terpencil dan jauh dari keramaian
manusia?" seebun Giok-hiong angkat wajahnya memandang
bintang yang bertaburan di angkasa, lalu menjawab: "Di
sinilah letak teka-teki yang belum terjawab, sekarang,
kita harus mencari akal dan jalan untuk membuka tekateki
tersebut" "Maksud nona, kau berniat menyerbu masuk ke dalam
kuil dan melakukan penyelidikan?"
"Benar, tapi hal ini baru bisa kuputuskan setelah
terang tanah nanti."
2586 "Menurut pendapatku, lebih baik nona mencari dulu
beberapa orang anak buahmu yang berilmu tinggi untuk
masuk bersama-sama."
seebun Giok-hiong segera tersenyum. "soal itu tak
perlu kau kuatirkan, sebab aku sudah mempunyai
rencana yang matang," katanya.
Lim Han-kim segera bangkit berdiri, memberi hormat
dan katanya: "sekali lagi kuucapkan banyak terima kasih
atas pertolongan nona yang telah menyelamatkan
jiwaku." "Kau tak perlu banyak adat."
"Baik- baiklah nona menjaga diri, aku mohon diri lebih
dulu." selesai berkata ia beranjak pergi dengan langkah
lebar. "Berhenti" bentak seebun Giok-hiong tiba-tiba.
Tanpa berpaling, tegur Lim Han-kim: "Nona masih ada
petunjuk apa lagi?" "Aku percaya di balik kuil ini tersimpan sebuah rahasia
dunia persilatan yang amat besar, apakah kau tidak
tertarik sama sekali untuk menyingkap rahasia besar
itu?" "seandainya nona tidak muncul di sini, biar harus
pertarungan nyawa pun aku akan menyerbu masuk ke
dalam ruang kuil dan melakukan penyelidikan hingga
tuntas." "Kenapa kau malah pergi setelah kemunculanku?"
"llmu silat maupun kecerdasan nona jauh melebihi
kemampuanku Setelah kau hadir di sini, tentu saja aku
2587 tak perlu mencampuri urusan ini lagi... toh
kemampuanku tidak banyak membantu."
seebun Giok-hiong segera tertawa. "Kau keliru besar,
saudara Lim. justru dalam saat dan keadaan seperti ini,
aku sangat membutuhkan bantuanmu"
"Baik ilmu silat maupun kecerdasan yang kumiliki
belum berarti apa-apa bila dibandingkan kemampuan
nona, apa lagi yang bisa kubantu?"
"Kau tak usah kelewat rendah diri," kata seebun Giokhiong
sambil tertawa. "llmu silat yang kau miliki saat ini
pantas menduduki urutan atas dalam jajaran jago-jago


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lihai dunia persilatan"
"Nona tak perlu mengenakan topi kebesaran di atas
kepalaku, Bila kau memerlukan bantuanku, katakan saja
terus terang, Asal mampu kulaksanakan pasti akan
kukerjakan"- "Bagaimana kalau kita berdua bersama-sama
menyerbu ke dalam kuil Thian-li-bio dan membongkar
rahasia besar dunia persilatan ini?"
"Hanya kita berdua?"
"Yaa, kau merasa tak cukup?"
"Baiklah Aku akan mengikuti nona dan melaksanakan
tugas sesuai dengan permintaanmu."
"Kau tak perlu sungkan-sungkan, aku tak berani
menerimanya." Lim Han-kim angkat kepalanya, dengan sepasang
mata yang tajam diawasinya wajah seebun Giok-hiong
tanpa berkedip. Tiba-tiba paras muka seebun Giok-hiong
2588 berubah jadi merah lantaran jengah, serunya manja:
"Kenapa sih kau amati terus wabahku" wajahku yang
jelek tak berharga untuk kau awasi terus"
"Aku merasa kau rada berubah," kata Lim Han-kim.
"Berubah" Bagian mana yang berubah?" senyum
seebun Giok-hiong. "Kau berubah jadi amat sungkan, lugu dan lebih jujur,
tidak sombong, dingin dan kaku seperti dulu."
seebun Giok-hiong gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya: "ltu tergantung kepada siapa aku sedang
berhadapan seebun Giok-hiong tetap seebun Giok-hiong,
keangkuhan dan keketusanku tetap seperti dulu, tapi
terhadap kau... Lim Han-kim, aku memang punya
pengecualian..." Mendengar sampai di situ, buru-buru Lim Han-kim
mengalihkan pokok pembicaraan ke masalah lain,
katanya: "Kini, ketiga orang anak buahmu sudah terjebak
dalam kuil Thian-li-bio, bila kita mesti menunggu sampai
terang tanah, aku takut..."
"Tak perlu kau takuti. seandainya mereka harus mati,
biarlah mereka mati. Bila cuma tertotok jalan darahnya,
sampai terang tanah pun tak ada bedanya."
"Aku benar-benar tak habis mengerti."
"Bagian mana yang tidak mengerti?"
"Kenapa kita harus menunggu sampai terang tanah
baru bertindak?" "Pertanyaan yang bagus" kata seebun Giok-hiong
sambil manggut-manggut pelan, "Berbicara dari
2589 ketajaman mata yang kita miliki sekarang, sekalipun
berada dalam suasana yang lebih gelap pun tetap bisa
melihat keadaan dengan lebih jelas, apalagi bila kita
pasang beberapa buah obor di dalam, keadaan pasti
lebih jelas. Cuma, menurut dugaanku, ada kemungkinan mereka
telah mempersiapkan alat jebakan di dalam kuil ini,
ditambah lagi kita masih asing dengan suasana di sini,
Bila kurang berhati-hati, bisa jadi kita malah dibokong
orang. Jadi aku rasa, lebih baik kita bersabar sebentar
menunggu sampai terang tanah nanti, selain daripada
itu, aku pun mempunyai suatu pemikiran yang aneh..."
"Pemikiran apa?"
"Aku percaya kedua orang penghuni kuil Thian-li-bio
itu lebih terlatih untuk menghadapi pertarungan malam
hari ketimbang bertempur di siang hari."
Lim Han-kim berpikir sejenak, lalu mengangguk
"Ehmmm, mungkin dugaan nona ada benarnya juga."
seebun Giok-hiong tertawa.
"Li Tiong-hui telah mempersiapkan jebakan yang
berlapis-lapis di sepanjang jalan ingin menghabisi
nyawaku. Mimpi pun dia tak mengira bahwa pada malam
ini aku, seebun Giok-hiong, justru menemani kekasih
hatinya bergadang di tengah hutan yang sepi dan
terpencil ini tanpa diganggu olehnya..."
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, lanjutnya: "Tapi aku
pun tak perlu kuatir Li Tiong-hui marah kepadaku bila
tahu kejadian ini di kemudian hari, sebab aku bergadang
2590 denganmu toh sedang merundingkan masalah yang
serius." "Aku hanya tahu melaksanakan perintahmu," tambah
Lim Han-kim. Kembali seebun Giok-hiong tersenyum.
"Jangan bicara kelewat mengenaskan bagaimana pun
kau mesti tunjukkan sifat kelaki-lakianmu. "
Setelah memeriksa sejenak keadaan cuaca, ia duduk
di atas tanah sambil berkata lagi: "saat ini masih kelewat
pagi untuk bertindak, Lebih baik kita berbincang-bincang
masalah pribadi lebih dulu sebelum beralih ke masalah
serius... bagaimana pendapatmu?"
"Bicara soal strategi, aku sama sekali tak mengerti,
sedang masalah pribadi pun tak ada yang perlu
diperbincangkan Aku rasa nona bakal kecewa dengan
kehadiranku ini." Kembali seebun Giok-hiong tersenyum, sambil
menepuk ke sisi tubuhnya dia berkata: "Hingga
datangnya fajar nanti masih ada waktu yang cukup lama,
masa kau akan berdiri terus sampai terang tanah" Mari,
duduklah di sini, bagaimana kalau kita berbincangbincang"
" Pelan-pelan Lim Han-kim duduk ke atas tanah,
matanya dipejamkan dan mulai mengatur pernapasan ia
mengerti bicara soal ilmu silat maupun kepintaran
kemampuannya masih belum bisa menandingi
kemampuan seebun Giok-hiong, jadi ia memilih lebih baik
tutup mulut 2591 Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "saudara
Lim, aku ingin mengajukan satu pertanyaan kepadamu,
bersediakah kau untuk menjawab?"
"soal apa?" tanya Lim Han-tem sambil membuka
kembali matanya. "soal Pek si-hiang"
Begitu mendengar nama Pek si-hiang di-sebut, tanpa
terasa semangat Lim Han kim berkobar kembali,
serunya: "Ada apa dengan Pek si-hiang?"
Dengan sepasang matanya yang bening dan jeli,
seebun Giok-hiong mengawasi wajah Lim Han-kim.
sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya, katanya:
"Malam masih panjang, paling tidak masih ada dua
kentongan sebelum fajar menyingsing, Berarti masih
banyak waktu buat kita untuk berbincang-bincang.
saudara Lim, kau tak perlu kelewat tegang."
Lim Han-kim segera merasakan pipinya jadi panas, ia
tertawa jengah dan tak tahu bagaimana harus
menanggapi perkataan tersebut.
Kembali seebun Giok-hiong berkata: "Aku sudah
terbiasa menyindir dan bicara tajam, harap saudara Lim
jangan tersinggung ataupun marah."
"Nona terlalu serius."
"Kini nona Pek sudah menjadi almarhumah, entah apa
rencana saudara Lim selanjutnya?"
Setelah termenung berpikir sebentar, juwab Lim Hankim:
"Kata rencana kurang tepat untuk masalah ini, aku
2592 hanya ingin berziarah di depan pusara nona Pek,
kemudian.." "Kemudian bagaimana?" sela seebun Giok-hiong.
"Kemudian pulang ke desa kelahiranku dan hidup
mengasingkan diri dari keramaian dunia,"
"saudara Lim, punya rencana kapan hendak berziarah
ke pusara nona Pek...?" desak seebun Giok-hiong lagi.
"Mungkin pada hari Tiong-yang."
"saudara Lim hendak pergi seorang diri?"
"Yaa" "Menempuh perjalanan jauh untuk berziarah di depan
pusara kekasih hatinya. Meski hal ini mencerminkan
betapa mendalamnya rasa cintamu kepada almarhumah,
namun rasanya kelewat tragis bagi yang memandang.
Terlebih lagi keadaan pesanggrahan pengubur bunga
saat ini sudah beda dengan suasana di masa lalu. Tidak
mudah bagi saudara Lim seorang diri untuk menemukan
pusara nona Pek. Apabila kau tak keberatan, bagaimana
jika kutemani perjalananmu itu?"
Mendadak Lim Han-kim mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak: "Ha ha ha... terlalu banyak yang
kita bicarakan dan terlalu jauh yang kita pikirkan"
"Apanya yang terlalu banyak?"
"seandainya kita terbunuh setelah masuk ke dalam
kuil Thian-Ii-bio esok pagi, pembicaraan yang bertele-tele
saat ini terasa akan mubazir bukan...?" seru pemuda itu.
"Kenapa sih kau tak pernah mau percaya kepadaku"
seandainya kedudukanku sekarang diganti oleh Pek siTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
2593 hiang, apakah kau tetap tak percaya kepada
kemampuannya?" "Pek si-hiang sudah menjadi almarhumah, tak usah
disebut-sebut lagi..." tukas Lim Han-kim cepat, setelah
berhenti sejenak, lanjutnya: "Kepandaian silatku masih
ketinggalan jauh bila dibandingkan kemampuan nona,
Aku butuh waktu untuk mengatur pernapasan lebih dulu
sebagai persiapan untuk menghadapi pertempuran esok,
Maaf, aku tak bisa melayanimu lebih lama."
"Kalau memang begitu, aku tak akan mengganggumu
lagi." Lim Han-kim tidak banyak bicara lagi, ia pejamkan
mata dan mulai mengatur pernapasan- selama berapa
hari belakangan ini ia terlalu lelah menempuh perjalanan
hingga tak punya waktu cukup untuk beristirahat dengan
baik, sekarang begitu selesai mengatur pernapasan dia
pun terlena hingga fajar menyingsing baru mendusin
kembali. Ketika membuka matanya kembali, ia menjumpai
Seebun Giok-hiong sedang berdiri mengawasi kuil Thianlibio itu dengan wajah termangu. Sambil mendeham
pelan Lim Han-kim mendekatinya seraya menyapa:
"Nona, kau sudah lama bangun?"
"Ehmm..." sahut Seebun Gok-hiong sambil tertawa
dan berpaling, "Aku lihat kuil ini memang rada aneh."
Lim Han- kim mencoba mengamati kuil tersebut
dengan seksama. Terlihat pintu gerbang masih
terbentang lebar hingga sekali pandang orang dapat
melihat hingga ke patung arca di depan altar, Saat itu
asap dupa mengepul memenuhi ruangan, jelas sudah
2594 ada orang yang bersembahyang di tempat itu. Kecuali
asap dupa, tak kelihatan ada sesuatu yang aneh.
Setelah mendeham pelan Lim Han- kim berkata:
"Apakah nona maksudkan asap hio yang memenuhi
ruang dalam?" "Asap dupa hanya salah satu keanehan yang terjadi di
sana, coba kau amati area tersebut, bukankah nampak
agak aneh?" "Sialan.." umpat Lim Han-kim dalam hati, " seharusnya
hal ini sudah kuamati sejak awal, kenapa sih aku melulu
kalah darinya?" Ketika diamati kembali, teriihat sebuah patung tinggi
besar terletak di depan altar. Patung itu berwarna emas
dan sangat megah, amat tak sesuai dengan suasana dan
kebobrokan kuil Thian-li-bio itu.
Patung emas itu merupakan patung seorang wanita
dengan pakaian yang amat mewah. sebuah tangan
memegang seikat bunga dengan tangan lain diletakkan
di depan dada, sekulum senyuman menghiasi patung
tersebut. sudah sekian lama Lim Han- kim mengamati patung
tersebut, kecuali ia merasa patung dewi itu agak baru, ia
tak berhasil menemukan kecurigaan lainnya. Terdengar
seebun Giok-hiong berbisik: "sudah kau temukan hal
yang mencurigakan?" "Pakaian yang dikenakan patung dewi itu sangat
mewah, berwarna kuning emas, sangat anggun dan
megah, sama sekali tak sesuai dengan bangunan kuil
yang bobrok ini." 2595 "selain itu?" "selain itu... aku tak melihatnya."
"Coba kau perhatikan tangan yang diletakkan di depan
dada itu..." "Ada apa dengan tangan itu?"
"Mirip sekali dengan tangan aneh yang menghajarmu
semalam." "Maksudmu patung dewi itu hidup?"
"Aku tak percaya kalau patung itu hidup. tapi tangan
tersebut jelas dapat digunakan sebagai senjata Jadi,
sewaktu kita masuk ke dalam kuil nanti, kau harus
waspada terhadap patung dewi itu."
"Terima kasih banyak atas petunjuk nona."
seebun Giok-hiong tersenyum, katanya lagi: "Kau
harus bersiap sedia, kita segera akan menyerbu masuk
ke dalam kuil itu." "Baik Aku akan berjalan di depan dan nona mengikuti
dari belakang, dengan begitu kau bisa menolongku setiap
saat." "Bagaimana kalau kita masuk bersama-sama?" kata
seebun Giok-hiong sambil tertawa.
"Kalau begitu baiklah, kuturuti kemauan nona"
"Nah, begitu baru benar" seru seebun Giok-hiong
sambil kembali tertawa, "Lebih baik kita masuk bersamasama,
satu tingkat satu derajat. Andai kata apa yang
kuucapkan kau anggap salah, silakan kau bantah atau


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kritik". 2596 BAB 27. Kakek jelek Nenek Cantik
"Nona tak usah sungkan-sungkan lagi," ucap Lim Hankim
sambil berjalan ke depan.
seebun Giok-hiong segera mempercepat langkahnya
mengikuti di sisi kanan pemuda itu, seraya berujar:
"Berjalanpun ada aturannya, pria mesti di sebelah kiri
dan perempuan di sebelah kanan."
Lim Han-kim hanya tersenyum tanpa menanggapi.
saat itu mereka berdua sudah tiba di depan pintu
gerbang. Mendadak seperti teringat akan suatu masalah yang
serius, seebun Giok-hiong segera menarik baju Lim Hankim
sambil berhenti, berkata: "saudara Lim, kalau tak
salah bukankah aku sudah memberimu obat pembersih
wajah" Kenapa tak kau gunakan?"
"Aku sudah terbiasa dengan wajahku yang jelek dan
menyeramkan ini, sehingga sayang rasanya untuk
melenyapkan bentuk muka itu." sementara dalam
hatinya ia berpikir dengan cemas:
"Kita sudah hampir melangkah masuk ke dalam kuil,
buat apa kau singgung masalah tetek bengek yang sama
sekali tak berarti . . ."
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, paras
muka Seebun Giok-hiong mendadak berubah amat
serius, setelah tarik napas panjang-panjang katanya: "
Hati- hati saudara Lim, aku segera akan membuka jalan
untukmu." 2597 sekali melejit ke udara, tahu-tahu badannya sudah
meluncur ke depan dan melayang turun persis di tengah
halaman. Teringat bagaimana bahaya dan mengerikannya
suasana semalam, Lim Han-kim tak berani bertindak
gegabah, sambil mengerahkan seluruh tenaga dalam
yang dimilikinya untuk bersiap siaga, pelan-pelan dia
berjalan masuk ke dalam. sesudah masuk ke dalam ruangan, sorot matanya
segera dialihkan ke arah mana siau-cui bertiga
dirobohkan semalam, Tapi sejauh mata memandang
hanya tanah kosong di situ, bayangan tubuh ketiga orang
itu sudah lenyap entah ke mana.
Tak kuasa lagi ia berseru tertahan: "Aaaah, semalam
dengan jelas kusaksikan mereka bertiga roboh di tempat
ini, kenapa bisa lenyap secara mendadak?"
seebun Giok-hiong tertawa dingin, "Hmmm, ke mana
lagi, pasti sudah mereka sembunyikan. . . "
Tiba-tiba ia memutar badannya, dengan sorot mata
yang tajam diawasinya patung dewi itu lalu katanya:
"Jika kalian berani melukai anak buahku, aku bersumpah
akan meratakan bangunan kuil Thian-li-bio ini hingga
rata dengan tanah" Melihat ulah rekannya ini, dalam hati Lim Han-kim
berpikir "Patung dewi itu paling banter terbuat dari tanah
liat, apa gunanya kau berbicara dengannya, toh ia tak
mungkin menjawab." 2598 Sementara masih berpikir, mendadak ia jumpai bunga
yang berada di tangan kanan patung dewi itu bergetar
meski tak ada hembusan angin.
Dengan sigap seebun Giok-hiong menarik tangan Lim
Han-kim sambil berbisik: " Hati- hati" Dengan gerakan
cepat dia mundur tiga langkah.
"Ada apa?" tanya Lim Han-kim bingung.
"Kemungkinan besar mereka gunakan goncangan
pada bunga itu untuk melepaskan racun secara diamdiam."
"seebun Giok-hiong benar-benar hebat dan penuh
kewaspadaan, aku harus merasa salut atas
kemampuannya ini" puji Lim Han-kim dalam hati.
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi dengan
suara lirih: "saudara Lim, kau membawa senjata
rahasia?" "Tidak. aku tak pernah menggunakan senjata rahasia
selama hidupku," pemuda itu menggeleng.
Tanpa banyak bicara seebun Giok-hiong menonjok
dinding kuil di sisinya dengan ujung jari tangan, Dinding
batu bata yang keras itu seketika sompal sebagian.
Meskipun tangannya bekerja keras menghancurkan
dinding, namun sorot matanya yang tajam mengawasi
terus patung dewi itu tanpa berkedip.
setelah berhasil meremukkan dinding ruangan, dengan
hancuran batu bata yang diperolehnya tiba-tiba ia sambit
patung dewi itu dengan kekuatan luar biasa.
Blaaammmmm . . . 2599 sambitan itu dengan telak menghajar tangan kanan
patung dewi yang memegang bunga itu, tapi bagaikan
menghantam di atas lapisan baja yang keras, kepingan
batu bata itu seketika hancur lebur dan tersebar ke
mana-mana. Dengan wajah tertegun Lim Han-kim bergumam:
"Kokoh amat patung dewi itu, tampaknya bukan terbuat
dari tanah liat biasa."
"Memang, patung itu terbuat dari baja murni" sahut
seebun Giok-hiong setengah berbisik, setelah berhenti
sejenak. kembali ujarnya: "saudara Lim, tolong kau
menempel ketat di belakangku. Hati-hati terhadap
sergapan senjata rahasia yang datang dari belakang."
sambil berkata, ia melanjutkan langkahnya mendekati
patung dewi tersebut Lim Han-kim cukup sadar akan
keterbatasan ilmu silat yang dimilikinya dan masih
ketinggalan jauh bila dibandingkan seebun Giok-hiong.
Melihat gadis lihai ini menunjukkan sikap yang begitu
berhati-hati, ia tak berani gegabah lagi, Dari balik
sakunya ia cabut keluar pedang jin-siang-kiam yang amat
tajam itu, lalu sambil digenggam kencang-kencang ia
berjalan mengikuti di belakang gadis itu.
siapa tahu apa yang kemudian berlangsung sama
sekali di luar dugaan mereka berdua. Ketika tiba di
hadapan patung dewi tersebut ternyata mereka tidak
menjumpai hadangan atau sergapan apa pun. Ketika
menengok ke arah altar, tampak dupa di depan patung
tersebut masih mengepulkan asap dupa yang tipis dan
harum. 2600 Dengan pandangan tajam seebun Giok-hiong periksa
sekeliling ruangan itu, tampak di kedua sisi ruang utama
masing-masing terdapat sebuah pintu kecil yang saat itu
berada dalam keadaan tertutup rapat.
Kecuali dua buah pintu kayu yang tertutup itu,
pemandangan dalam ruang akar itu amat gamblang dan
jelas, mustahil ada orang dapat bersembunyi di sana
tanpa ketahuan jejaknya. "Nona," bisik Lim Han-kim kemudian. "Apa perlu kita
dobrak kedua pintu di sisi ruangan ini dan periksa
isinya?" "Tak usah terburu napsu," sahut seebun Giok-hiong
lirih, "Yang penting kita hadapi dulu patung dewi
tersebut" Kemudian setelah menghimpun tenaga dalamnya, ia
berbisik lagi: "saudara Lim, hati-hati keracunan"
Tangan kanannya mendadak diayun ke depan
menghajar patung dewi itu kuat-kuat segulung tenaga
pukulan yang maha dahsyat langsung menyapu ke depan
menerjang patung tersebut. Dengan tenaga dalam yang
di-milikinya, gempuran tersebut boleh dibilang
mempunyai kekuatan hingga ribuan kati beratnya.
Blaaammmm. . . Diiringi suara yang keras, patung dewi itu segera
roboh terjungkal dan menggelinding ke atas tanah.
selesai melepaskan gempuran yang maha dahsyat
tadi, dengan cepat seebun Giok-hiong menarik tangan
Lim Han-kim dan mengajaknya mundur sejauh berapa
2601 depa sambil siap siaga menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan. Ketika patung dewi yang tinggi besar itu roboh ke
tanah, debu dan pasir segera beterbangan memenuhi
ruangan. Lebih kurang sepeminuman teh kemudian suasana
baru mereda dan pemandangan dalam ruangan kuil itu
baru tampak jelas kembali.
Ketika keadaan di sekitar situ diperiksa, selain patung
dewi yang sudah roboh ke atas tanah, ternyata keadaan
di sana tetap seperti sediakala tanpa perubahan apa pun.
"Aneh... sungguh aneh..." gumam seebun Giok-hiong
dengan alis mata berkernyit.
"Apanya yang aneh?"
"Rasanya patung dewi itu merupakan tombol utama
untuk menggerakkan semua alat rahasia yang terpasang
di sini, Kini patung itu sudah roboh, paling tidak mestinya
sudah terjadi suatu reaksi."
"siapa tahu patung ini sengaja dipasang hanya
bermaksud untuk mengelabui orang hingga perhatian
kita cuma tertuju kemari?"
Berkilat sepasang mata seebun Giok-hiong sesudah
mendengar perkataan ini, ditatapnya wajah Lim Han-kim
lekat-lekat lalu pujinya sambil tertawa: "Waaah, tak
kusangka kemajuan yang berhasil kau raih besar sekali
Nampaknya tidak susah bagimu untuk meraih kedudukan
Bu-lim Bengcu di kemudian hari."
2602 "Nona, apa sih yang kau maksudkan?" seru Lim Hankim
keheranan "Aku bilang kedudukan Bu-lim Bengcu di kemudian
hari bakal terjatuh ke tanganmu."
Lim Han-kim segera tertawa hambar, "Nona, buat apa
kau mengejekku lagi?"
"Aku tidak mengejek, aku bicara sungguh-sungguh
dan serius. Buat apa sih bergurau denganmu," kata
seebun Giok-hiong dengan paras muka amat serius.
Kalau selagi tertawa ia nampak manja, cantik dan
menawan hati, maka setelah bersikap serius, gadis ini
nampak gagah, berwibawa dan memberi kesan serius
bagi siapa pun yang melihat.
Lim Han-kim menghela napas panjang, "Aaaai...
sementara waktu lebih baik jangan kita bicarakan
masalah ini dulu, Mari kita bongkar rahasia yang
menyelubungi kuil ini dan menyelamatkan ketiga orang
anak buahmu yang tertawan."
Tiba-tiba seebun Giok-hiong turut menghela napas
panjang, katanya agak menyesal: "Aaai, nampaknya aku
mengumbar emosi lagi?"
"Tidak apa-apa" pemuda itu tertawa hambar.
"Aku sudah terbiasa bersikap harus terhadap anak
buahku hingga sikap tersebut sudah mendarah daging
dan menjadi kebiasaan. Aku tak sengaja bersikap
demikian kepadamu barusan, tolong kau jangan marah
apalagi tersinggung."
"Nona kelewat serius."
2603 Bicara sampai di sini, ia segera mengayunkan langkah
menghampiri pintu ruangan sebelah kiri yang masih
tertutup rapat itu. Terasa angin berhembus lewat, tahutahu
seebun Giok-hiong sudah berebut berjalan duluan di
depan pemuda itu, sambil menghalangi jalan pergi Lim
Han-kim, ia berkata dengan diiringi tawa: " Kau tak boleh
kelewat gegabah" Terpaksa Lim Han-kim berhenti, namun di hati
kecilnya dia berpikir kembali: "Kalau memang patung
dewi itu bukan tombol utama untuk menggerakkan alat
rahasia, masa kita harus berpeluk tangan saja sambil
menunggu pihak musuh yang menampilkan diri lebih
dulu?" Agaknya seebun Giok-hiong dapat membaca jalan
pikiran pemuda itu, tiba-tiba katanya sambil tertawa
hambar: "saudara Lim, pernahkah kau membayangkan
akan suatu hal?" "Aneh betul perempuan ini," batin Lim Han-kim.
"Dalam keadaan dan situasi seperti ini, di mana musuh
tangguh berada di depan mata dan nasib anak buahnya
masih menjadi pertanyaan besar, kenapa ia masih
sempat mengajukan pertanyaan yang tak ada artinya?"
Meski begitu, ia juga menyahut: "Membayangkan apa?"
"Membayangkan bahwa kita telah berjumpa dengan
seorang musuh yang licik, berilmu tinggi tapi pengecut"
"Nona maksudkan, orang yang menghuni dalam kuil
Thian-li-bio ini?" "Benar, Kemungkinan besar orang ini adalah satusatunya
musuh tertangguh yang pernah kujumpai sejak
kemunculanku dalam dunia persilatan"
2604 "Aaaah, masa iya?" Dengan perasaan tak puas Lim
Han-kim berseru: "Mana mungkin dia bisa melebihi
kemampuan Pek si-hang?" seebun Giok-hiong
tersenyum. "Kecerdasan otak Pek si-hiang memang sepuluh kali
lipat lebih hebat ketimbang kemampuanku tapi sayang ia
tak pandai ilmu silat, Bila kecerdasan dan ilmu silat
digabungkan maka musuh yang kita hadapi sekarang ini
boleh dibilang merupakan satu-satunya musuh
tertangguh yang pernah kuhadapi"
"Dari sistem yang diatur dalam ruang kuil ini, mungkin
saja nona bisa menilai tingkat kecerdasan yang
dimilikinya. Tapi dari mana pula kau bisa tahu kalau ilmu
silat yang dimilikinya amat tangguh?"
"Tentu saja berdasarkan kecepatan gerak yang
dilakukan orang itu ketika menyergapmu semalam, Aku
yakin orang awam tak akan mampu bergerak secepat


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu." "Aaaai... tampaknya apa yang nona katakan memang
benar." Lim Han-kim menghela napas panjang, "Heran,
hanya pengetahuan secetek ini pun aku tak bisa
memahami..." sambil tersenyum seebun Giok-hiong berkata:
"sesungguhnya selisih kecerdasan antara satu orang
dengan orang yang lain tak akan terlalu banyak. Asal kau
mau memperhatikan dengan lebih cermat saja, segala
sesuatunya dapat terlihat dengan jelas."
"Cukup menilai dari ungkapannya ini bisa disimpulkan
bahwa kemampuan yang dimiliki seebun Giok hong luar
2605 biasa hebatnya," pikir Lim Han-ki di hati. Maka ia pun
berkata: "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Lebih baik tunggu sejenak lagi, bila tak terjadi suatu,
perubahan barulah kita ambil langkah berikut."
Meskipu di luar Lim Han-kim tidak mengatakan apaapa,
namun dalam hati kecilnya ia berbisik: "Aku tak
setuju dengan pendapatmu itu"
Baru saja ingatan tersebut melintas lewat, mendadak
terdengar suara yang dingin menyeramkan bergema
memecahkan keheningan "selama puluhan tahun hidup
di sini, belum pernah ada orang berani bertindak sekasar
ini dalam kuil Thian-li-bio, apalagi berani merobohkan
patung dewi suci di hadapanku Hmmmm... ketahuilah,
pembalasan segera akan tiba"
Dengan sorot mata yang tajam seebun Giok-hiong
mengawasi keadaan di sekeliling ruangan itu, namun
mulutnya tetap membungkam.
Lim Han kim dapat menangkap suara itu berasal dari
belakang meja altar, maka bisiknya: "Nona, tolong
lindungi aku, biar kuperiksa keadaan di belakang akar
tersebut." sambil berkata, ia beranjak maju ke muka.
"jangan gegabah" cegah seebun Giok-hiong.
"Kalau tidak diperiksa, apakah kita harus saling
menunggu di tempat ini?" bantah Lim Han-kim sambil
berhenti. "Tampaknya ia sudah siapkan alat jebakan di belakang
altar tersebut dan sengaja memancing kita agar masuk
perangkap. Hmmm Hanya permainan kaum kurcaci pun
mau dipamerkan di hadapanku. ia tak khawatir
2606 kutertawakan sampai copot gigi depanku?" Dengan
kening berkerut terpaksa Lim Han-kim mundur kembali
ke tempat semula. Terdengar suara yang dingin menyeramkan itu
kembali berkumandang dalam ruangan-"Selama aku tak
munculkan diri, aku yakin kalian tak bakal bisa
menemukan jejakku" seebun Giok-hiong tertawa dingin.
"Huuuh, ngakunya seorang lelaki sejati, nyatanya
cuma berani kasak-kusuk dalam kuil wanita Lelaki jantan
macam apa kamu itu" Huuuuh, aku rasa kau tentu
seorang banci" suasana amat hening, sampai sepeminuman teh
lamanya pun tetap tak kedengaran suara tanggapanMelihat itu, dengan kening berkerut seebun Giok-hiong
mengejek lagi: "Kau anggap kami bakal melacak jejakmu
di dalam kuil ini" Hmmm, kecuali kau tampil sendiri dan
kita bertarung dengan andalkan kepandaian silat masingmasing
untuk tetapkan siapa yang lebih unggul, percuma
saja bila kau ingin memancing kami masuk perangkap
dan pingin ambil keuntungan dengan andalkan alat
rahasiamu. Dengarkan baik-baik, aku bisa perintahkan anak
buahku untuk kumpulkan beribu-ribu kati kayu kering
yang disusun di sekeliling kuil ini, lalu kubakar kalian
selama tiga hari tiga malam, ingin kulihat mampu tidak
kubakar kalian hingga hancur lebur"
Kali ini terdengar suara perempuan yang dingin
menyeramkan bergema datangi "Bila kau ingin menjajal
ilmu silatku, datang lagi tengah malam nanti, sampai
2607 waktunya aku pasti akan memberi pelajaran yang
setimpal kepadamu." "Kenapa harus menunggu sampai tengah malam"
Masa kalian tak berani melihat sinar matahari di siang
hari?" seru Lim Han-kim.
"Aku paling benci dengan siang hari" kata perempuan
tua itu dingin dan ketus.
"Sebaliknya aku justru paling muak dengan malam
hari..." "Huuuuh, melihat tampangmu yang jelek
menyeramkan, lebih baik muncul di malam hari saja."
seebun Giok-hiong tertawa terkekeh, tukasnya: "Untuk
bertarung melawan musuh, kecerdasan dan ilmu silat
merupakan modal utama, buat apa kau singgung soal
jelek atau tidak?" Dengan sorot mata yang tajam Lim Han-kim berusaha
mencari sumber suara itu di seputar ruangan, sedang di
hati kecilnya ia berpikir: "Dia bisa mengatakan wajahku
amat jelek dan aneh, hal ini membuktikan ia dapat
melihat raut wajahku secara jelas, Kalau dia bisa
melihatku, berarti bila aku mau memeriksa dengan lebih
cermat, pasti akan kutemukan juga jejaknya . . . "
Mendadak ia mendengar seebun Giok-hiong berbisik
dengan suara lirih: "saudara Lim, nampaknya keadaan
sedikit kurang menguntungkan. Ruang kuil ini sempit lagi
kecil, paling gampang untuk melepaskan racun. Kita tak
boleh kelewat lama berada disini. Ayoh mundur
secepatnya saudara Lim bisa mundur duluan, biar aku
menjagamu dari belakang."
2608 sudah semenjak awal Lim Han-kim mengagumi
kecerdasan maupun ilmu silat yang dimiliki wanita ini. ia
tahu gadis tersebut tentu punya alasan yang kuat untuk
bertindak demikian hingga ia diperingatkan dengan
memakai ilmu menyampaikan suara, pikirnya: "Tak
nyana seebun Giok-hiong bertindak begitu cermat dan
berhati-hati meski ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi
dan hebat Di balik keangkuhannya ternyata terselip
ketelitian, benar-benar mengagumkan-"
Berpikir begitu, ia segera mengundurkan diri dari
ruang kuil itu dengan cepat. Terdengar ujung baju
terhembus angin, ternyata seebun Giok-hiong mengikuti
pula dari belakangnya melompat keluar dari ruang kuil
tersebut. Walaupun gerak mundur dua orang itu berlainan
waktu, ternyata hampir pada saat yang bersamaan
mereka tiba di luar pintu kuil. Blaaammmm. . .
Terdengar bunyi getaran yang amat keras, tahu-tahu
pintu gerbang kuil itu sudah menutup kembali
"Cepat amat gerakan tubuhnya" puji Lim Han-kim.
sebaliknya seebun Giok-hiong tertawa dingin sambil
menjengek: "Hmmm, apanya yang cepat" Pintu kuil itu
sudah terpasang alat rahasia yang terkontrol dari tempat
persembunyian mereka, tentu saja gerakannya sangat
cepat" Lim Han-kim segera merasakan pipinya jadi panas
lantaran jengah, katanya cepat: "Betul juga pendapat
nona." 2609 Sementara dalam hatinya ia mengumpat diri sendiri:
"Tolol amat kamu, masa urusan ini pun tak terpikir
olehmu?" Sementara itu seebun Giok-hiong sudah
mendongakkan kepala memandang cuaca lalu sambil
menarik tangan Lim Han- kim ia bergerak menuju ke
bangunan kuil sebelah belakang.
Bagian belakang kuil tersebut merupakan punggung
dari ruang utama bangunan itu, segala sesuatunya
tampak lebih jelas. "Nona, apa yang kau lihat?" bisik Lim
Han- kim. "Ingin kulihat tempat persembunyian mereka."
"Aneh..." pikir Lim Han- kim. jelas mereka
bersembunyi di dalam ruang tengah dalam kuil tersebut,
mau apa kau tengok bagian belakangnya?"
Terdengar seebun Giok-hiong berkata lagi: "saudara
Lim, pernah kau dengar suara pembicaraan mereka?"
"Yaa, sudah kudengar"
"Apa perasaanmu?"
"Tampaknya lelaki dan wanita itu menempati ruangan
yang berbeda." "Kecuali itu?" "Aaaah maaf, aku tak menangkap apa-apa."
seebun Giok-hiong segera tertawa: "sudahkah kau
perhatikan bahwa suara pembicaraan mereka sering
bergerak kian kemari?"
2610 Lim Han- kim mencoba untuk membayangkan
sebentar, lalu serunya: "Yaa, memang begitu."
"Nah, itulah tujuanku datang ke bagian belakang kuil
ini. Aku ingin menyelidiki apakah ruang tengah benarbenar
dibangun dengan dua dinding yang terpisah."
Diam-diam Lim Han-kim menghela napas panjang,
batinnya: "Kenapa pikiranku tak pernah bisa mencapai ke
taraf itu?" Terdengar Seebun Giok-hiong berkata lebih jauh: "Bila
dugaanku tak salah, tampaknya bangunan kuil Thin-li-bio
ini sudah dirombak total oleh mereka. Hanya satu hal
yang tak habis kumengerti, kalau memang mereka
memiliki ilmu silat yang luar biasa hebatnya, kenapa
mereka justru memilih bangunan semacam Thian-li-bio
sebagai tempat tinggalnya?"
Tergerak hati Lim Han-kim setelah mendengar ucapan
itu, pikirnya: "Benar juga ucapan ini. Bila mereka
memiliki ilmu silat yang begitu hebat dan lihai, kenapa
justru memilih kuil Thian-li-bio yang bobrok dan terpencil
sebagai tempat tinggalnya, apalagi berdiam di balik
himpitan lapisan tembok yang sempit" Kejadian ini betulbetul
amat mencurigakan" Sementara itu Seebun Giok-hiong sedang
menengadah memandang lapisan awan di angkasa
dengan wajah termenung, Keningnya berkerut jelas ia
sedang memeras otak untuk memecahkan kecurigaan ini.
Mengapa seorang jagoan berilmu begitu hebat memiih
tempat terpencil macam Thian-li-bio sebagai tempat
tinggalnya" Lim Han-kim mencoba berpikir dan berusaha
memecahkan teka-teki itu.
2611 Keheningan yang mencekam berlangsung hampir
sepeminuman teh 1amanya. Tiba-tiba terdengar Seebun
Giok-hiong bergumam: "Aaaah, pasti begitu Pasti begitu"
Kemudian sambil berpaling ke arah Lim Han-kim, ia
bertanya: "Saudara Lim, berhasil menemukan sesuatu?"
"Menemukan apa?"
"Apa sebabnya mereka berdiam di sini?"
Dengan cepat Lim Han-kim menggeleng. "Aku belum
berhasil menemukan jawabannya".
"Ditinjau dari niat mereka berdiam dalam kuil Thian-libio
yang begini terpencil, membuktikan bahwa mereka
memang sengaja menghindari keramaian dunia, Namun
bila diingat begitu banyak tempat indah di seantero
daratan yang nyata jauh lebih menyenangkan dari
tempat ini, timbul lagi pertanyaan lain, kenapa mereka
justru memilih tempat tinggal semacam ini?"
"Ehmmm, betul juga"
seebun Giok-hiong segera melanjutkan "Ditilik dari
kedua fakta tersebut, bisa disimpulkan kalau mereka
memang punya niat atau tujuan tertentu sehingga secara
sukarela berdiam di tempat ini, Kemungkinan lain,
mereka memang disekap orang di tempat ini sehingga
mau tak mau harus menerima keadaan tersebut."
"Lantas menurut pendapat nona, lebih condong ke
arah mana tujuan mereka yang sebenarnya?"
"Aku lebih condong pada alasan yang pertama."
"Atas alasan apa kau memilih demikian?"
2612 "seandainya mereka dikurung orang di tempat ini, bisa
dibayangkan betapa tersiksa dan menderitanya
penghidupan mereka, setelah disiksa bertahun-tahun,
sifat kasar, berangasan dan gampang emosi mereka
tentu sudah terlalap habis oleh jalannya waktu, mustahil
sikap mereka begitu garang sehingga melarang siapa
saja mendekati kuil Thian-li-bio ini."
"Aaah, belum tentu begitu Menuruti pendapatku justru
lantaran mereka tersekap cukup lama di sini hingga sifat
mereka pun ikut berubah jadi dingin kejam dan tak
berperasaan sama sekali, selalu menaruh dendam
terhadap setiap orang yang dijumpainya."
"Waaah, tak nyana kau sudah memperoleh kemajuan
yang pesat" puji seebun Giok-hiong sambil tertawa. Lim
Han-kim tertawa jengah. "Aku hanya memberikan tilikan yang sesuai dengan
jalan pikiranku saja," katanya pelan,
"Terlepas apa pun alasannya, satu hal sudah pasti,
mereka punya kesulitan yang tak bisa diutarakan hingga
terpaksa harus tetap berdiam di tempat ini."
"Jadi nona berniat melepaskan mereka dengan begitu
saja?" Cepat-cepat seebun Giok-hiong menggeleng.
"jika mereka tidak mengusikku, tentu saja aku pun tak
akan mengganggu mereka. sekarang mereka sudah
membuat gara-gara dengan orangku, bila tidak diberi
sedikit pelajaran, orang lain tentu akan memandang
enteng kemampuanku, apalagi beberapa orang anak
buahku masih tersekap di situ, mana aku boleh berpeluk
tangan saja?" 2613 "Ehmmm, kini keadaan musuh sudah ada sedikit
gambarannya, lalu dengan cara apa nona hendak


Pedang Keadilan Karya Tjan I D di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertindak?" "Tentu saja memaksa mereka agar keluar dan
menerima tantanganku"
"Tapi sekarang musuh bersembunyi di balik lapisan
dinding ruangan, kemungkinan besar dalam ruangan
tersebut terdapat ruang rahasia lain. Bagaimana caramu
untuk mendesak mereka keluar?"
"Jika kita bakar dari depan dan mengguyur dengan air
dari belakang, aku tak percaya mereka masih dapat
mempertahankan diri"
"Yaa, tampaknya cara ini memang bagus sekali." Lim
Han-kim mengangguk sementara di hati kecilnya, ia
berpikir. "Di tempat ini tak ada sumber air, lagipula cuma
ada kami berdua, Memang gampang untuk mengatakan
menyerang dengan api dan air, padahal kenyataannya
sulit untuk dilaksanakan-.."
Sementara itu seebun Giok-hiong telah menghimpun
tenaga dalamnya dan meng- gempur dinding belakang
bangunan kuil itu, kemudian serunya dengan suara
keras: "Aaaah, benar juga Di balik dinding adalah ruang
kosong, asal kita membuat sebuah lubang lalu tuang air
ke dalamnya, mereka pasti terdesak hingga terpaksa
munculkan diri" "Nona seebun, pedangku ini tajamnya bukan
kepalang, untuk menjebol dinding akan lebih mudah
lagi." 2614 seebun Giok-hiong tidak menanggapi Tiba-tiba ia
menjawil tangan pemuda itu lalu melejit naik ke atas
atap rumah. Ketika itu Lim Han-kim sudah meloloskan pedang jinsiangkiam dan siap membuat galian lubang di atas
dinding, Melihat seebun Giok-hiong sudah melompat naik
ke atap rumah, ia baru sadar ternyata gadis itu cuma
menipu. Ia mencoba angkat kepalanya dan memperhatikan
atap bangunan tersebut. Menurut perkiraannya, paling
tidak ada tiga kaki tinggi tempat tersebut dari permukaan
tanah, ia sadar ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
masih belum mampu mencapai tempat tersebut, untuk
sesaat ia jadi ragu. Tampak seebun Giok-hiong sudah berjongkok di atap
rumah sambil menggapai ke arahnya, wajahnya kelihatan
amat gelisah. Dalam keadaan begini terpaksa Lim Hankim
menggeretak gigi dan melompat ke atas dengan
sepenuh tenaga. siapa tahu ketika hampir mencapai atap
rumah, mendadak tenaganya habis, tubuhnya kontan
meluncur kembali ke bawah.
Di saat yang kritis inilah mendadak seebun Giok-hiong
mengayunkan tangannya menyambar tangan kiri Lim
Han-kim kemudian menyeretnya naik ke atap rumah
tersebut, Dengan cepat gadis itu menempelkan jari
tangannya ke atas bibir melarang pemuda itu berbicara,
lalu dengan langkah yang amat lambat ia bergerak maju
ke muka. sambil menghimpun tenaga dalamnya, Lim Han-kim
mengikuti di belakang gadis itu, langkahnya dilakukan
2615 dengan berhati-hati sekali. ia kuatir ayunan langkahnya
yang kelewat berat bisa menimbulkan suara berisik
sehingga mengejutkan musuh tangguh yang berada
dalam ruang rahasia. Tatkala tiba di sisi wuwungan rumah, mendadak
seebun Giok-hiong menghentikan langkahnya sambil
menyembunyikan diri, lalu melongok ke bawah, Buruburu
Lim Han-kim mengikuti jejaknya dengan
menyembunyikan diri dan melongok ke bawah.
Lewat beberapa saat kemudian, mendadak terlihat
pintu gerbang bangunan kuil itu terpentang lebar
kembali, Tempat di mana Lim Han-kim menyembunyikan
diri persis dapat melihat pintu tersebut dengan jelas.
Betul juga, ia tidak melihat ada orang yang muncul di
sana untuk membuka pintu tadi.
Melihat ini, segera pikirnya di hati: "Lagi- lagi dugaan
seebun Giok-hiong bertindak sangat tepat, Ternyata
pintu ini memang dikendalikan dengan alat rahasia."
Ia coba berpaling ke arah seebun Giok-hiong.
Dilihatnya gadis itu sedang memusatkan semua
perhatiannya menengok ke bawah, seakan-akan ada
sesuatu yang menarik perhatiannya,
Dengan perasaan heran ia segera berpikir lagi: "Apa
yang dia lihat" Apakah ada sesuatu yang aneh atau
mencurigakan hatinya?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat,
mendadak terlihat sesosok bayangan manusia berkelebat
lewat seorang manusia berambut panjang sepinggang
yang mengenakan baju berwarna biru pelan-pelan
muncul dari balik ruangan menuju ke pintu gerbang.
2616 Perasaan Lim Han-kim tergerak Baru saja ia hendak
menegur Seebun Giok-hiong, gadis itu sudah berbisik
duluan "jangan panik"
setibanya di depan pintu gerbang, manusia berambut
panjang itu celingukan sekejap ke kiri kanan, kemudian
ia memutar badan dan merapatkan kembali pintunya.
saat itu, manusia berambut panjang tersebut persis
berada di hadapan Lim Han-kim berdua, Tapi apa yang
kemudian terlihat membuat pemuda itu tertegun, nyaris
Jago Kelana 1 Keris Pusaka Nogopasung Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bodoh 5

Cari Blog Ini