Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 17

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 17


"Suuuiiiiiitt............!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba suasana lereng tebing yang semula amat sepi dan
sunyi itu kini seperti berubah menjadi hidup. Siulan-siulan kecil terdengar bersahut-sahutan di antara semak-semak belukar
yang tumbuh pada lereng yang landai itu meskipun suara itu terdengar amat perlahan sekali. Sementara suara-suara
binatang-binatang kecil, seperti cengkerik, belalang dan
serangga- serangga malam lainnya, mendadak juga terdengar
bersahut-sahutan pula. "Dengarlah, suara-suara itu sangat mencurigakan sekali, bukan" Lo-hu berani bertaruh suara-suara itu bukanlah suara-suara binatang yang sesungguhnya......." Pek-i Liong-ong berbisik kepada Chu Seng Kun.
"Maksud Io-cianpwe.......?"
"ini adalah suara-suara orang yang sejak tadi telah
menunggu di tempat ini. Mereka memberi isyarat kepada
teman-temannya...." Hek eng-cu meloncat tinggi ke atas untuk melepaskan diri
dari permukaan air yang mulai mengusap bibir pantai. Orang itu lalu berjumpalitan di udara untuk mematahkan daya lontar dari arus ombak, sekalian melepaskan potongan bambu yang
terikat di bawah sepatunya. Kemudian dengan ringan sekali
tubuhnya mendarat di atas sebongkah batu karang yang
tersembul dari dalam tanah. Gerakan-gerakannya ketika
meloncat, kemudian berjumpalitan sambil melepas potongan
bambu, lalu mendaratkan kaki di batu karang, benar-benar
sangat cepat, tangkas dan lincah ! Begitu hebatnya ilmu
meringankan tubuh orang itu sehingga jago-jago gin-kang
seperti Pek-i Liong-ong dan Chu Seng kun itupun masih tetap ternganga kagum melihatnya.
"Bu-eng Hwe-teng........ ilmu warisan mendiang Si Raja Kelelawar!" Pek-i Liong-ong menghela napas.
"Ya! Sungguh mengherankan sekali, dari mana orang itu memperoleh ilmu sakti tersebut " Mungkinkah orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang keturunan dari mendiang Bit-bo-ong ?" Chu Seng Kun termangu-mangu pula.
Sebenarnya, melihat musuhnya telah muncul, rasanya Chu
Seng Kun sudah tidak dapat menahan lagi kemarahannya.
Tetapi oleh karena pemuda itu tahu bahwa Hek-eng-cu
sebentar lagi akan dikelilingi oleh para pembantunya, maka kemarahannya itu terpaksa dipadamnya untuk sementara.
Apalagi pemuda itu menyadari bahwa kepandaiannya masih
belum bisa disejajarkan dengan lawannya itu. Kali ini ia hanya dapat mengandalkan pada bantuan Pek-i Liong-ong, yang
sebenarnya masih terhitung susiok-couwnya sendiri.
"Bagaimanakah Lo-cianpwe......." Apakah kita akan
menemui orang itu sekarang ?" Chu Seng Kun menatap ke
arah Pek-i Liong-ong. "Marilah......!" orang tua itu mengangguk.
Tapi sebelum mereka beranjak dari tempat persembunyian
itu, tiba-tiba dari arah selatan berkelebat sesosok bayangan yang berlari menuju ke tempat di mana Hek-eng-cu berada.
"Eit, sebentar........! Ada orang datang........" Pek-i Liong-ong menahan lengan Chu Seng Kun.
"Ah, bukankah dia pembantu Hek-eng-cu yang tadi kasakkusuk dengan Liok Cwan ?" Chu Seng Kun berbisik dengan
dahi berkerut. Bayangan bertubuh tinggi besar dan berbulu lebat itu
memang tidak lain adalah Wan lt, tangan kanan Hek-eng-cu
yang terpercaya. Orang yang berkepandaian sangat tinggi itu melesat datang di bawah batu karang tempat di mana Hek-eng-cu berpijak, dan memberi hormat kepada orang
berkerudung hitam tersebut dengan tergesa-gesa.
"Ong-ya......."
"Wan-heng, kenapa yang lain belum tiba " Apakah......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, hamba tidak tahu......Tapi kedatangan hamba kemari justru membawa"."
"Hah" Apa " Lekas katakan !" Hek-eng cu memotong perkataan Wan It, ketika orang yang menjadi pembantu
utamanya itu tampak gugup dan tergesa-gesa.
"Maaf, Ong-ya.....,. Hamba membawa berita yang mungkin akan mengejutkan hati Ong-ya nanti. Anu....... pertemuan kita ini ternyata telah tercium oleh Kaisar Han !" orang yang
bernama Wan It itu memberi laporan.
"Apa........" Kaisar Han telah mengetahuinya?" Hek-eng-cu tersentak.
"Benar, Ong-ya......., Baginda malah sudah mengutus Yap Tai ciangkun dan belasan anggota pasukan Sha-cap-mi-wi
kemari. Mungkin sekarang mereka sudah berada di sekitar
tempat ini pula............" Wan It mengangguk, lalu
menebarkan pandangannya ke segala penjuru.
"Lalu.........?" Hek eng-cu ikut pula mengedarkan pandangannya ke sekitarnya.
"Lebih baik kita menunda saja pertemuan kita hari ini. Kita harus cepat-cepat meloloskan diri dari sini, siapa tahu Yap Tai ciangkun mengerahkan pula pasukannya" Tadi Liok Ciangkun
datang menemui hamba dan memberi tahu kepada hamba
tentang keadaan di kota raja. Katanya Kaisar Han telah
mencium pula maksud kita untuk memberontak....."
"Hah ! Kurang ajar.......! Siapa yang berani membocorkan rahasia kita?" Hek-eng-cu menggeram, sambil menghentakkan kakinya, sehingga batu karang besar yang diinjakkan itu
bergetar seperti mau roboh. "Kalau begitu mari kita pergi !
Kita kesampingkan dulu harta karun ini. Sekarang yang lebih penting adalah urusan kita sendiri....."
"Bagaimana dengan kawan-kawan kita yang lain?" Wan It bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti kita urus belakangan pula! Marilah ...!" Hek-eng-cu meloncat turun dari atas batu besar tersebut dan mengambil potongan bambu yang tadi dilepaskannya.
Tapi tiba-tiba dari balik semak-semak yang berada di depan mereka muncul tiga sosok bayangan mencegat langkah
mereka. Seorang wanita yang cantik luar biasa dan dua orang lelaki bertubuh sedang !
"Berhenti !" wanita cantik yang tidak lain adalah Chu Bwee Hong itu berteriak.
Hek-eng-cu dan Hek-mou-sai Wan It tertegun, mereka
segera bersiap-siap. Tapi setelah mengetahui siapa yang
datang, mereka segera tersenyum dan mengendorkan uraturatnya. Hek-mou-sai Wan It malahan tertawa gembira sekali.
"Hahaha........... sungguh kebetulan sekali! Dulu kita mendapatkan kesukaran untuk menculiknya, sekarang tanpa
dicari malah sudah datang sendiri untuk menyerahkan diri
.....!" orang berbadan gemuk besar itu berkata sambil
menoleh ke arah Hek-eng-cu. "Ong-ya, gadis yang tuan
inginkan dahulu itu kini justru telah berada di depan kita.
Apakah kita perlu menangkapnya lagi ?"
Muka yang tertutup kain itu menatap kepada pembantunya,
lalu mengangguk. "Jangan banyak membuang waktu! Lekas kerjakanlah ......!" ia memberi perintah.
"Baik !" Hek-mou-sai menyahut lalu tubuhnya yang besar itu melesat maju.
Tapi dua orang lelaki yang datang bersama Chu Bwee Hong
itu segera menyongsongnya.
"Hihihaha...... selamat bertemu kembali, Tukang Culik yang gagal ! Di mana Si Kurus temanmu itu?" lelaki yang lebih tua, yang berwajah putih pucat, menyapa Hek mou sai Wan It
dengan mulut pringas-pringis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahaha". Put-swi-kui! Hantu Tak Berdosa! Marilah kita lanjutkan pertempuran kita dahulu! Kau jangan terlalu
berbesar hati karena bisa mengusir aku tempo hari. Sekarang kulihat suhengmu Put-sim-sian yang lihai itu tidak datang
bersamaan," Hek-mou-sai menjawab perkataan Put-swi-kui dengan tidak kalah ramahnya.
"Hei, kenapa mesti harus twa-suheng yang melawanmu"
Kami berdua kukira juga sudah cukup untuk mengusirmu......!"
lelaki di samping Put-swi-kui, yang tidak lain adalah Put-ming-mo, Si Setan Tak Bernyawa, berteriak sambil menepuk-nepuk
perutnya. "Begitulah pendapatmu" Mari kita buktikan saja .....!" Hek-mo-sai berkata seraya menerjang ke depan. Otomatis Put-swi-kui dan Put-ming-mo berpencar untuk menghadapinya.
Sementara itu di tempat persembunyian, Pek-i Liong-ong
terjadi sedikit ketegangan ketika Chu Seng Kun secara
mendadak melihat adiknya yang telah bertahun-tahun
menghilang itu kini tiba-tiba muncul di depannya! Hampir saja pemuda itu tak bisa mengendalikan hatinya dan melompat
keluar dari persembunyiannya. Untunglah Pek-i Liong-ong
cepat bertindak menahan lengannya.
"Seng kun, sabarkanlah hatimu...! Jangan gegabah!
Lihatlah di balik semak-semak di depan kita itu........!
Bukankah orang-orang itu adalah orang-orang dari Ban-kwito?" "Tapi". tapi........ wanita itu a?"adikku !" hampir saja Chu Seng Kun berteriak karena tidak bisa mengendalikan
perasaannya. "Ya....... ya, Lo-hu tahu. Tapi apa gunanya kau keluar dari tempat ini kalau di depan itu kau sudah dicegat oleh mereka"
Hmm, pakailah otakmu! Jangan terburu-buru ...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh.......!" Chu Seng Kun berdesah lemas, karena menyadari ketergesaannya. "Lo-cianpwe, lalu....... apa yang harus kita kerjakan ?"
"Nah, begitu ! Sekarang marilah kita berputar, mencari jalan yang lebih aman untuk bisa mencapai ke tempat adikmu
!" Begitulah, mereka bertiga lalu keluar dengan hati-hati dari lobang batu karang tersebut. Mereka berjalan mengendap-endap di antara semak-semak yang mengelilingi lereng yang
Iuas itu. Pek-i Liong-ong berjalan paling depan, sedangkan Chu Seng Kun berada di belakang sendiri. Adapun Souw Lian
Cu yang hatinya sebenarnya tidak begitu merasa gembira
karena harus menemui wanita yang telah merebut kasih
sayang ayahnya, tampak berjalan dengan lesu di tengahtengah kedua orang laki-laki tersebut.
Sementara itu hanya beberapa tombak saja jauhnya dari
tempat persembunyian mereka tadi, dua orang gadis cantik
kelihatan kaget dan tegang pula seperti mereka. Salah
seorang diantaranya yang berkulit sangat putih kepucatpucatan tampak menudingkan jarinya ke arah Chu Bwee
Hong. "Adik Lian, lihatlah...! Bukankah dia Chu Bwee Hong ..?"
serunya tertahan. "Ah, benar ! Wanita itu memang cici Bwee Hong ..." gadis yang lain yang bersanggul tinggi dan berwajah cerah,
menyahut dengan suara tegang pula.
"Marilah kita pergi ke sana"!"
"Ayoh, cici Siok Eng"."
Keduanya lalu meloncat keluar dan berlari menuruni lereng.
"Eeee, bukankah itu gadis yang bertengkar dengan kita di tepi sungai kemarin?" tiba-tiba terdengar suara serak dari semak-semak di sebelah kiri mereka, dan sekejap kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muncullah seorang laki-laki gemuk berkepala gundul
menghadang kedua orang gadis itu.
"Berhenti, kelinci kelinci manis! Mau ke mana kalian "
Heheh, agaknya dunia ini memang sempit benar, ke manapun
juga kita pergi ternyata selalu bertemu pula."
Kwa Siok Eng dan Ho Pek Lian menghentikan langkah
mereka dan berdiri berdampingan mengawasi tubuh Ceng yakang yang gemuk kehijau-hijauan itu.
"Awas, cici Siok Eng ! Iblis gundul ini tentu tidak
sendirian......." "Benar, anak manis, kita memang selalu pergi bersamasama. Aih, tampaknya kalian dapat melepaskan diri dari
pengaruh Bedak Seribu Wajahku. Huh, siapakah yang
mengobati kalian ?" mendadak dari balik batu karang di depan mereka muncul pula Jeng bin Siang-kwi sambil bertolak
pinggang. Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng saling memandang,
kemudian mereka tersenyum bersama-sama, sedikit pun tidak
kelihatan takut melihat lawan yang lebih banyak jumlahnya
itu. "Apakah hebatnya bedak murahan seperti kepunyaan kalian itu " Paling-paling hanya untuk permainan anak-anak di desa."
"kurang ajar!" Sepasang iblis kembar itu naik pitam.
Keduanya lalu menerjang Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng ! Dan kedua gadis cantik itupun segera melayani mereka dengan
hangat pula. "Adik Lian, berhati hatilah dengan tipu muslihat dan racun mereka ! Jangan sampai engkau terperdaya".!" Kwa Siok Eng
memberi peringatan kepada Ho Pek Lian sambil mengelak dari sambaran kuku-kuku Jeng-bin Sam-ni. Sebentar kemudian
mereka berempat telah terlibat dalam pertempuran yang seru dan ramai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kedua orang gadis itu telah bertempur dengan
sucinya, Ceng-ya-kang lalu meninggalkan tempat itu. Dengan cepat tubuh yang gemuk tersebut berlari menuruni lereng
menuju ke tempat Hek eng-cu berada. Tapi belum juga
sampai di sana, Hek-eng-cu telah menoleh ke atas dan
berteriak memperingatkan.
"Ceng ya-kang .......! Di manakah saudara-saudaramu yang lain " Lekas ajak mereka meninggalkan tempat ini ! Cepat !
Kita nanti bertemu di tempat biasanya! Tempat ini telah
dikepung oleh pasukan Yap Tai ciangkun"!"
"Ong-ya....." Bagaimana ?" Ceng ya-kang menjadi gugup.
Otomatis langkahnya berhenti.
"Jangan membantah ! Nanti kita bicarakan persoalannya setelah kita lolos dari pantai ini...... Pergilah ! Cepat !" Hek-eng-cu berteriak lagi.
Ceng-ya-kang terpaksa menurut. Dengan sigap tubuhnya
berbalik dan berteriak ke arah Jeng-bin Siang kwi. "Cici".
lekas pergi ! Tinggalkan saja kelinci-kelinci itu ! Tempat ini telah dikepung oleh......"
"Hahahaha........ kalian sudah terlambat ! Menyerahlah saja
!" tiba-tiba di atas tebing muncul sesosok bayangan yang berdiri dengan kaki terpentang lebar dan bertolak pinggang.
Pakaiannya yang lebar model pakaian sasterawan itu berkibar dihembus angin. Kemunculannya segera diikuti oleh berpuluh-puluh sosok bayangan lain yang tersebar di lereng itu, seolah-olah mereka memang telah dipersiapkan untuk mengepung
Pantai Karang tersebut. Dalam keremangan malam, senjata
mereka tampak gemerlapan ditimpa sinar rembulan dan
bintang. Sementara di sekeliling pemuda yang berpakaian
model sastrawan itu sendiri, juga terlihat beberapa sosok
bayangan yang berdiri kaku seolah-olah sekawanan anjing
yang sedang menjaga keselamatan tuannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yap Kim......?"" Ceng-ya-kang berbisik seakan tak percaya.
Tokoh berkepala gundul itu tampak tertegun melihat pemuda
tampan berpakaian model sastrawan tersebut, karena wajah
itu benar-benar sangat dikenalnya.
Sementara itu pertempuran antara Jeng bin Siang-kwi
melawan Ho Pek Lian yang dibantu oleh Kwa Siok Eng,
otomatis juga berhenti pula. Semuanya memandang ke atas
tebing dengan perasaan kaget. Mereka melihat belasan,
bahkan puluhan sosok bayangan hitam yang berdiri kaku
berjejer-jejer, seperti jajaran pagar bambu di halaman rumah.
"Cici Siok Eng, lihat...... ! Bukankah orang yang berpakaian seperti sastrawan itu adalah Yap Tai-ciangkun ?" Ho Pek Lian berseru sambil menunjuk ke atas tebing.
"Eh, benar........! Yap Tai-ciangkun........! Mengapa pula dia berada di sini " Apakah sebenarnya yang telah terjadi di
tempat ini ?" Kwa Siok Eng menatap Ho Pek Lian dengan dahi berkerut.
"Entahlah, aku juga tidak tahu,....... Kemarin Yap Toa-ko juga tidak mengatakan apa-apa kepada kita......." Ho Pek Lian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tapi........ sudahlah, kita tak usah berpusing-pusing memikirkannya! Yang perlu
sekarang adalah urusan kita sendiri Marilah kita menemui Cici Chu Bwee Hong dahulu ! Kelihatannya dia sedang menemui
kesulitan dengan orang berkerudung itu........"
"Menurut kata Chu Seng Kun, orang itu adalah
penculiknya....... "
"Kalau begitu, marilah kita lekas-lekas kesana.....!"
Kedua orang gadis itu lalu melesat turun menuruni lereng,
meninggalkan Ceng-ya-kang dan Jeng-bin Siang-kwi yang
masih terpaku melihat pasukan Yap Tai-ciangkun di atas
tebing. Rasa-rasanya Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng sudah
tidak tahan lagi untuk segera memeluk dan mencium pipi Chu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bwee Hong yang selama ini telah membuat mereka kelabakan
dan tak bisa makan enak dan tak enak tidur.
"Oh, alangkah gembiranya hati Chu Seng Kun nanti, bila melihat aku telah dapat membawa pulang kembali
adiknya........Kwa Siok Eng bersorak di dalam hati.
Perkembangan yang sangat mendadak yang terjadi di
Pantai Karang itu ternyata juga sangat mengejutkan hati Hek-eng-cu pula! Hampir-hampir orang itu tidak mempercayai
penglihatannya sendiri. Tempat yang semula tampak lengang
dan sepi itu tiba-tiba saja berubah menjadi ramai dan penuh orang! Keadaan ini benar-benar tak disangkanya dan sejak
semula memang tak pernah masuk dalam perhitungannya.
Keputusan untuk berkumpul di Pantai Karang itu baru
ditetapkan dua hari yang lalu ! Itupun hanya diketahui oleh orang-orang kepercayaannya saja! Bagaimana hal itu sampai
diketahui oleh Kaisar Han" Masakan khabar itu bisa bocor"
Mungkinkah ada yang membocorkannya"
Tapi rasa-rasanya tidak ada di antara para pembantunya
yang berani berkhianat ! Dia telah percaya penuh kepada para pembantu utamanya itu !
"Persetan! Yang penting sekarang adalah .......bagaimana meloloskan diri dari kepungan ini!" Hek-eng-cu menggeram.
Hek eng-cu menebarkan pandangannya. Dilihatnya Hekmo-sai Wan It masih tampak bertempur dengan seru melawan
pengeroyoknya. Sedangkan di atas lereng tampak Jeng-bin
Siang-kwi dan Ceng-ya kang telah bersiap-siap dengan racun-racunnya, sementara tidak jauh dari tempat itu Tee-tok ci juga tampak berdiri tenang di atas sebongkah batu karang.
Meskipun di sekitar mereka telah dikepung oleh pasukan Yap Tai-ciangkun, keempat saudara seperguruan dari Ban-kwi-to
itu kelihatan tenang sekali. Sedikitpun tidak ada perasaan takut yang membayang di wajah mereka. Tampaknya mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah amat percaya kepada kemampuan diri mereka masingmasing. Hek-eng cu kemudian mempertajam daya pendengarannya.
Ternyata telinganya juga mendengar suara ribut-ribut di atas tebing dan kalau tidak salah adalah suara suami isteri lm-kan Siang-mo !
Dugaan Hek-eng-cu itu memang benar. Suara ribut di atas
tebing itu memang suara lm-kan Siang-mo yang sedang
dikeroyok oleh pasukan Yap Tai-ciangkun. Sepasang iblis
termuda dari Ban-kwi-to itu begitu datang langsung dikepung dan dikeroyok oleh anak buah Yap Tai-ciangkun. Tentu saja
suami isteri sinting itu menjadi marah bukan main. Sambil
meneriakkan sumpah serapah yang kotor dan kasar mereka
mengamuk.

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hmmm, di manakah Song-bun-kwi kwa Sun Tek "."
Apakah dia belum datang" Kalau begitu justru sangat
kebetulan sekali malah ! Lebih mudah bagiku untuk
menyelamatkan para pembantuku ini".."
Sekali lagi Hek eng-cu mengedarkan pandangannya, kali ini
untuk menilai keadaan. Orang berkerudung yang sangat
misterius itu sedang berpikir keras, jalan apa yang mesti
mereka tempuh untuk dapat meloloskan diri dari tempat itu.
Mengerahkan para pembantunya untuk naik ke atas tebing
serta membobol kepungan Yap Tai ciangkun terang tidak
mungkin. Selain kekuatan mereka kalah kuat, posisi mereka
juga tidak menguntungkan. Dengan mudah mereka akan
dihantam dari atas dan dicerai-beraikan!
Meluncur di atas permukaan air seperti dirinya tadi, juga
tidak mungkin! Di antara para pembantunya itu tak
seorangpun yang mempunyai gin-kang sesempurna dirinya.
Jangankan harus berdiri di atas sepotong bambu, sedang
disuruh berada di atas selembar papan saja belum tentu
mereka bisa! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya jalan cuma menerobos kepungan lawan yang
berada di lereng, lalu berlari dan berloncatan menyusuri hutan karang berduri yang banyak terdapat di sepanjang pantai!
Jalan itu memang jalan yang sangat berbahaya dan tak
mudah dilalui orang. Mungkin hanya binatang-binatang yang
mempunyai sayap saja yang mampu melewatinya.
Tapi justru keadaan yang seperti itulah yang sangat
menguntungkan bagi mereka. Tak mungkin rasanya semua
anak buah Yap Tai ciangkun itu dapat melewati hutan Karang yang tajam berduri itu. Paling-paling hanya akan ada
beberapa orang lagi selain Yap Tai-ciangkun yang bisa
melewati tempat tersebut. Dan itu berarti bahwa orang yang akan mengejar mereka hanya terdiri dari beberapa orang saja.
Dengan demikian sangat mudah bagi mereka untuk
membereskannya. Jilid 23 SETELAH memperoleh keputusan demikian, Hek-eng-cu
segera berteriak memberi aba-aba.
"Semuanya menerjang ke arah utara. Teroboslah kepungan mereka, Ialu kerahkanlah seluruh kepandaian kalian untuk
berloncatan di atas batu-batu karang di sepanjang pantai!"
Teriakan Hek-eng cu itu berkumandang memenuhi lereng
yang luas tersebut, mengalahkan suara debur ombak dan
gemuruhnya angin laut. Untuk sesaat Yap Tai-ciangkun
menjadi kaget dan tertegun. Di dalam hati, panglima muda itu menjadi kagum menyaksikan kecerdikan lawannya.
Memang. Hutan batu karang yang sangat tajam dan
berbahaya yang berserakan memenuhi tepian pantai utara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong-kok itu tidak mungkin bisa dilewati oleh manusia biasa.
Tempat itu sangat terkenal seram dan mengerikan ! Hanya
kawanan burung laut saja yang dapat menginjakkan kakinya
di sana. Selesai memberi perintah, Hek-eng-cu lantas melenting ke
depan dengan cepat sekali.
"Wan Lo-heng, mari kita pergi ! Jangan membuang-buang waktu ! Tinggalkan saja orang-orang itu!" serunya keras ketika lewat di samping Hek-mou sai Wan It.
Tetapi mana Chu Bwee Hong mau melepaskan Hek-eng-cu"
Gadis itu benar-benar telah mengalami suatu penderitaan lahir batin karena ulah laki-laki berkerudung tersebut. Maka setelah kini mereka dapat bertemu muka, tak mungkin rasanya gadis
itu melepaskan musuh besarnya tersebut begitu saja. Dengan tangkas gadis itu menghadangnya.
"Iblis pengecut.......! Mau lari ke mana kau ?" teriaknya lantang. Kedua belah tangannya segera menghantam ke
depan, menyongsong gerakan Hek-eng-cu yang cepat bagai
kilat itu. Hek-eng cu tak mau kehilangan banyak waktu hanya
karena harus melayani Chu Bwee Hong dan kawan-kawannya.
Oleh karena itu sambil mengelak ke samping, tangannya
menyambar lengan Hek-mou sai Wan It serta menariknya
untuk diajak berlari bersama-sama.
Hampir saja mereka dapat meloloskan diri kalau dari balik
sebuah batu karang secara mendadak tidak meluncur belasan
jarum rahasia yang tertuju ke arah mereka. Jarum-jarum itu menebar dalam bentuk bunga bwee dan kecepatannya benar-benar sangat menggiriskan !
"Terimalah jarum rahasiaku........!" terdengar suara yang melengking tinggi dari belakang batu karang itu dan sekejap kemudian muncullah Put-sin Nio-cu di hadapan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, Siau Put-sia.......! Marilah kita bunuh laki laki berwatak iblis ini bersama-sama !" Chu Bwee Hong berseru lega begitu melihat taburan jarum rahasia tadi mampu
menahan langkah kaki Hek-eng cu dan Hek mou sai, sehingga
kedua orang itu gagal meloloskan diri.
Hek-eng-cu menjadi marah bukan main ! Sebenarnya
dengan mantel pusakanya yang kebal senjata itu dia tidak
takut menerjang hujan senjata yang bagaimana deras
sekalipun. Tapi berhubung dia sedang menggandeng Hek-mosai Wan It, maka ia terpaksa ikut mengelak pula seperti
pembantunya itu. Akibatnya, langkah mereka menjadi
tertunda, sehingga di lain saat lawan-lawan mereka telah
mengepung pula kembali. "Bangsat kurang ajar........! Kalian memang orang-orang yang telah bosan hidup !" Hek eng cu menggeram marah.
Tangannya yang menggandeng Hek mou-sai itu
dilepaskannya, lalu bersiap-siap untuk menggempur gadis
yang baru saja memberondong dirinya dengan jarum rahasia
tadi. Tapi wajah di balik kerudung itu kelihatan tertegun,
agaknya orang itu mengenali wajah Siau Put-sia yang bundar bagai bulan purnama itu. Wajah dari gadis yang pernah
digelutinya di pinggir sungai itu !
Hek-eng-cu menjadi tegang. Otomatis tenaga dalamnya
bangkit dan siap untuk dipergunakan. Tokoh sakti itu
mengawasi Chu Bwee Hong dan Put sia Nio-cu berganti-ganti.
"Seraaaang.......!" tiba-tiba Chu Bwee Hong berteriak memberi aba-aba.
Put-swi-kui, Put-ming mo dan Put-sia nio-cu serentak
menerjang Hek Eng-cu dan Hek mou-sai. Masing-masing
mengerahkan seluruh kekuatan dan kepandaiannya, karena
mereka semua tahu bahwa lawan yang mereka hadapi kali ini
bukanlah lawan yang sembarangan. Baru lawan mereka yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbulu lebat itu saja amat sukar dihadapi, apalagi orang
berkerudung itu. Hek-eng-cu dan Hek-mou-sai berpencar, masing-masing
menghadapi dua orang lawan. Sambil berpencar mereka
menangkis serangan lawan. Hek-eng-cu menangkis pukulan
Chu Bwee Hong dan Put-sia Nio-cu, sedangkan Hek-mou-sai
menangkis serangan Put-swi-kui dan Put-ming-mo ! "Deeessss
!" "Dhuuukh !" Chu Bwee Hong dan Put-sia Nio-cu yang secara bersamasama membentur tangkisan Hek-eng-cu tampak terpental dan
hampir jatuh. Tapi sebaliknya Hek-mou-sai Wan lt yang
menahan pukulan bersama dari Put-swi-kui dan Put-ming-mo,
tampak terdorong mundur dan hampir terjengkang ! Jadi
apabila diperhitungkan, kekuatan mereka secara keseluruhan adalah seimbang.
Tetapi keadaan seperti itu sungguh tidak dikehendaki oleh
Hek-eng-cu ! Sebab pertempuran seperti ini tentu akan
berlangsung lama dan membuang-buang waktu saja. Padahal
waktu mereka sangat mendesak sekali. Mereka harus lekaslekas meloloskan diri dari tempat itu, sebelum Yap Taiciangkun dan pasukan pilihannya turun dari atas tebing dan mengepung mereka!
Maka Hek-eng-cu segera mengerahkan seluruh
kesaktiannya untuk cepat-cepat membereskan Iawannya.
Tulang-tulang dan urat-urat di dalam tubuhnya terdengar
gemeratak berkerotokan, seolah-olah tulang dan urat itu
saling beradu dan berpatahan. Mantel pusaka yang sedari tadi selalu tersibak ke belakang, cepat ditariknya ke depan
sehingga menyelimuti seluruh badannya. Mata yang tertutup
oleh tirai tipis itu seakan-akan mencorong di dalam kegelapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan pada saat Hek-eng cu telah siap untuk melontarkan
seluruh kekuatannya itulah Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng tiba di tempat itu.
"Cici Bwee Hong, awaaaas........!!" Ho Pek Lian berteriak memberi peringatan kepada Chu Bwee Hong.
"Adik Lian..... eh, Cici Siok Eng........"!?"
Chu Bwee Hong yang tidak menyangka akan bertemu
dengan dua orang sahabat akrabnya itu menoleh dengan
kaget. Sejenak gadis itu lupa bahwa dia sedang berhadapan
dengan Hek-eng-cu yang lihai bagai iblis.
Dan........ kesempatan ini benar-benar tak disia-siakan oleh Hek eng-cu ! Melihat pihak lawan kelihatannya hendak
bertambah bala bantuan lagi, Hek-eng-cu menjadi semakin
beringas ! Tokoh hitam itu semakin tidak memikirkan apa-apa lagi ! Dalam ketegangan dan kekhawatirannya, Hek-eng-cu
sudah tidak mengingat lagi bahwa dia pernah menyukai Chu
Bwee Hong, dan pada suatu saat justru bermaksud
memilikinya. Sekarang yang memenuhi hati dan pikirannya
hanyalah nafsu untuk membunuh orang-orang yang
merintanginya. Itu saja ! Maka melihat ada kesempatan bagus untuk membokong lawannya, Hek-eng cu segera menghantam
dengan kekuatan penuh ! Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng menjerit ! Put swi kui, Putming-mo dan Put-sia Nio-cu terpekik pula saking kagetnya !
Dan dalam keadaan yang sangat mengejutkan serta sangat
tiba-tiba pula itu mereka serentak berusaha untuk menolong Chu Bwee Hong. Secara otomatis Put-sia Nio-cu menaburkan
kembali jarum-jarum rahasianya, sementara dua orang kakak
seperguruannya juga tampak melontarkan pisau-pisau
terbangnya. Sedangkan Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng yang
baru saja datang, secara serentak juga melemparkan senjata yang dipegangnya. Semuanya mengarah ke tubuh Hek-eng-cu, dengan harapan dapat menahan serangan orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi semuanya itu ternyata tidak diacuhkan oleh Hek-engcu ! Tokoh berkerudung hitam itu tetap meneruskan
serangannya kepada Chu Bwee Hong, sedikitpun tidak
memperdulikan hujan senjata yang bertaburan ke arah
badannya. Maka sejenak kemudian terjadilah suatu peristiwa yang benar-benar merontokkan hati orang-orang yang
berusaha menolong Chu Bwee Hong tadi !
Mendengar jeritan kawan-kawannya, Chu Bwee Hong
segera menyadari bahaya yang akan menimpanya. Di dalam
keterkejutannnya gadis itu berusaha melindungi dirinya
dengan Pai-hud Sin-kangnya yang hebat. Tapi tenaga dalam
warisan Bu-eng Sin-yok-ong tersebut ternyata tidak dapat
melindungi tubuhnya dari keganasan Pat-hong Sin-ciang
lawan! Tubuh yang tinggi semampai itu terpental tinggi ke udara,
lalu jatuh terbanting ke atas pasir. Sesaat tubuh yang molek itu meronta tapi sekejap kemudian lalu diam tak bergerak.
Kwa Siok Eng berdiri tertegun di tempatnya, hatinya serasa copot dan jantungnya seperti berhenti berdenyut. Begitu pula dengan Ho Pek lian dan yang lain ! Semuanya bagaikan
terpesona oleh suasana yang amat mengejutkan itu.
Sementara itu rombongan Pek-i Liong-ong telah tiba di
tempat ini pula ! "Bwee Hongggg.....!"!?" tiba-tiba Chu Seng Kun berteriak
memilukan. Pemuda itu langsung menubruk adiknya yang
terkapar tidak bergerak tersebut.
"Cici.....!!!" Souw Lian Cu menjerit pula. Begitu datang
gadis remaja ini langsung menyerang Hek-eng-cu ! sekejap
terlihat gumpalan asap tipis, yang terdiri dari dua warna di atas ubun-ubunnya. Merah dan putih. Yang berwarna merah
segera lenyap begitu tangan kanan Souw Lian Cu memukul ke
arah Hek-eng-cu. Sebagai gantinya, tiba-tiba Hek-eng-cu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa seperti ada badai angin panas yang secara mendadak
menerjang ke arah dirinya !
Tentu saja Hek-eng-cu terperanjat bukan kepalang ! tokoh
berkerudung itu segera teringat kepada seorang musuh
besarnya yang juga mahir mempergunakan Ang-pek Sin-kang
seperti itu. Tapi perasaan terkejut itu segera berubah menjadi kemarahan yang menyala-nyala.
"Bocah buntung ! apa hubunganmu dengan Souw Thian
Hai?" bentaknya seraya mengelakkan serangan Souw Lian Cu
yang sangat berbahaya itu.
"Aku adalah anaknya ! kau mau apa" Takut....." jangan
khawatir, ayahku tidak ada disini sekarang.....!" Souw Lian Cu menjawab tanpa takut sedikitpun. Kaki kirinya segera
melayang ke depan, begitu pukulannya dapat dielakkan oleh
lawan. Lagi-lagi Hek-eng-cu terkejut ! badai panas yang tadi
menerjang kearah tubuhnya kini tiba-tiba berubah menjadi
dingin. Begitu dinginnya sehingga rasa-rasanya malam yang
gelap itu mendadak bertiup badai salju yang menggigilkan !
Souw Lian Cu di dalam kemarahannya memang
mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya. Selama
empat tahun dia bersama ayahnya, membuat lweekangnya
semakin tinggi dan hebat tidak terkira ! Tapi kenyataan ini tentu saja membuat Hek-eng-cu semakin bertambah lagi
berangnya! Dengan nafsu membunuh orang berkerudung itu
segera mengerahkan Pat-hong Sin-ciang sepenuh-penuhnya,
lalu dengan siku tangan kanannya ia menyongsong tendangan
Souw Lian Cu tersebut. ''Buuuuum !" Benturan tidak bisa dielakkan lagi ! akibatnya Souw Lian Cu terlempar tinggi dan jatuh menimpa Chu Seng Kun yang
sedang meratapi adiknya. Mereka bertiga terbanting
tunggang-langgang di atas pasir yang basah ! Bagaimanapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingginya Ang-pek-Sin-kang Souw Lian Cu ternyata masih
belum bisa menandingi lweekang Hek-eng-cu yang maha
hebat. Sekali lagi gadis itu mengalami luka dalam yang amat parah.
Biarpun tulang-tulangnya serasa berpatahan semuanya,
tapi Souw Lian Cu berusaha untuk bangkit kembali. Tapi
lawannya ternyata tidak membiarkannya begitu saja ! Melihat gadis itu masih dapat bergerak, tangannya yang masih penuh dengan tenaga Pat-hong Sin-kang itu segera diayun kembali
ke arah korbannya! Kali ini Souw Lian Cu tak mungkin lagi untuk melawan
ataupun mengelak! Satu-satunya jalan cuma menanti
datangnya maut yang akan mencabut nyawanya saja, karena
semua peristiwa itu berlangsung dengan amat cepat dan
dalam tempo yang sangat singkat, sehingga tidak seorangpun di tempat itu yang mempunyai kesempatan untuk
menolongnya. Tapi apa yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan
atau anggapan tersebut ! Orang yang paling dekat tempatnya dengan Souw Lian Cu,
yang tadi telah dianggap mati oleh semua orang, yaitu Chu
Bwee Hong, mendadak bergerak dan membuka matanya!
Melihat Souw Lian Cu dalam bahaya, tiba-tiba tubuhnya yang sangat lemah itu bangkit berdiri dan menubruk ke arah Souw Lian Cu untuk melindunginya.
"Dhieeeees !" Sekali lagi Chu Bwee Hong bagaikan dilemparkan oleh
sebuah tenaga raksasa begitu terkena hantaman Hek-eng-cu !
Darah segar tampak menyembur dari mulutnya, membasahi
pasir yang basah, lalu tubuhnya terbanting di atas gundukan pasir yang agak lebih kering!
Chu Seng Kun yang tadi ikut tergeletak karena terlanggar
oleh tubuh Souw Lian Cu segera melenting bangun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghambur kembali ke arah adiknya ! "Bwee Hong ! Bwee Hong.......!" teriaknya.
Tubuh yang pucat bagai mayat itu diguncangnya dengan
keras, tapi tubuh tersebut tetap diam tak bergerak. Bibirnya yang berlepotan darah juga tertutup rapat, sementara pelupuk matanya yang berbulu panjang itu juga terkatup rapat,
seolah-olah gadis ayu itu memang telah tidak bernyawa lagi !
Sementara itu Souw Lian Cu yang baru saja lolos dari
lobang kematian itu telah dipeluk dan dipapah ke tempat yang aman oleh Ho Pek Lian serta Kwa Siok Eng. Dan perhatian dari orang-orang yang saat itu ada di sana seolah-olah tercurah semuanya kepada nasib Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu,
sehingga mereka seakan sudah melupakan Hek-eng-cu dan
Hek-mou-sai ! Tak heran kalau kesempatan yang bagus ini
lantas dipergunakan sebaik-baiknya oleh iblis berkerudung
tersebut. Sambil menyambar lengan pembantunya Hek-eng-cu
meloncat keluar arena, kemudian melesat ke arah utara,
menerjang orang-orang Yap Tai-ciangkun yang ada disana.
Put-swi-kui dan Put-ming-mo yang dilewatinya, hanya berdiri diam saja seolah-olah telah kehilangan akal.
Pasukan pengepung yang berada di bagian utara hanya


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdiri dari pasukan biasa saja, biarpun mereka juga orang-orang pilihan, yang dipilih oleh Yap Tai-ciangkun sendiri untuk ikut dalam tugas berbahaya ini. Tetapi kepandaian mereka
tentu saja tidak sehebat para anggota Sha-cap-mi-wi,
sehingga tidaklah heran bila mereka menjadi kocar-kacir
ketika diterjang oleh Hek-eng-cu ! Menghadapi kekuatan Hek eng-cu yang maha dahsyat, mereka bagaikan sekelompok
semut yang diterjang dan diinjak-injak oleh seekor gajah
besar, sehingga sekejap kemudian korbanpun berjatuhan
banyak sekali. Maka dalam waktu yang singkat Hek-eng-cu
dan Hek-mou-sai Wan It telah dapat membobol kepungan dan
lolos ke dalam hutan batu karang yang sukar ditembus oleh
manusia biasa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan kepandaian mereka yang tinggi Hek-eng-cu dan
Hek-mou-sai berloncatan di atas ujung-ujung dari batu karang yang tajam dan berbahaya. Sedikit saja kaki mereka
terpeleset, alamat tubuh mereka akan hancur tersayat oleh
tajamnya permukaan padas dan batu-batu karang yang tajam
bagai pisau. Dan sebentar saja mereka telah jauh
meninggalkan Pantai Karang.
Akhirnya mereka berhenti untuk melepaskan lelah setelah
mereka yakin bahwa pasukan Yap Tai-ciangkun tidak mungkin
dapat mengejar mereka lagi.
"Huah! Heran benar.......! Bagaimana bangsat-bangsat
kerajaan itu dapat mengetahui rencana kita yang amat rahasia itu ?" Hek-eng-cu menghembuskan napasnya kuat-kuat untuk memuntahkan perasaan kesalnya.
"Entahlah ! Hamba juga heran....... Untunglah Ong-ya
dapat melihat jalan keluar yang baik dari kepungan itu. Hmm, bagaimana dengan keadaan Tee-tok ci dan adik-adik
seperguruannya" Adakah mereka bisa meloloskan diri seperti kita ?" dengan terengah-engah Hek-mou-sai menyahut.
"Kita nantikan mereka di tempat ini ! Kalau mereka bisa lolos, mereka tentu akan datang sebentar lagi....... Eh, Wan Lo-heng.... kenapa dengan pakaianmu?"
Tergesa-gesa Hek-mou-sai Wan It melihat baju dan celana
yang dikenakannya. Tampak oleh matanya pakaian itu telah
compang-camping, seperti baru saja diiris-iris dengan pisau yang amat tajam. Bukan itu saja. Sepatu yang dipakainyapun ternyata terobek dan tampak bolong di sana-sini.
"Eh.... ini". ini tentu akibat tergores ujung-ujung batu karang yang sangat runcing itu !" serunya hampir tak percaya.
''Saking tajamnya sampai hamba tidak mengetahuinya ..... "
sambungnya dengan wajah pucat karena ngeri.
Hek-mou-sai Wan It mengawasi pakaian dan mantel yang
dikenakan oleh pemimpinnya. Tapi dilihatnya pakaian tersebut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tetap utuh dan tidak kurang suatu apa. Dengan sangat kagum Hek-mou-sai menatap ke arah Hek-eng-cu. Tapi
sebelum mulutnya mengucapkan kata-kata pujian, tiba-tiba
dari arah Pantai Karang tampak berkelebat sesosok bayangan yang mendatangi.
"Wan-loheng, awas"..ada orang datang ! mungkin dia
adalah Yap tai-ciangkun atau salah seorang anak buahnya,"
Hek-eng-cu berkata. Bayangan itu cepat sekali datangnya. Seperti juga yang
telah mereka lakukan tadi, bayangan tersebut berloncatan
pula diatas ujung-ujung batu karang yang runcing tajam bagai pisau itu. Hanya yang membuat sedikit bergetar di hati Hek-mou-sai Wan It adalah kenyataan bahwa pakaian dan jubah
putih yang dipakai orang itu sedikitpun tidak tergores oleh tajamnya batu karang! Padahal orang itu telah berumur lebih daripada delapan puluh tahun.
"Sahabat, kalian berhentilah dahulu barang sebentar....!"
begitu datang orang tua itu menjura dengan hormat. "Lo-hu
adalah ketua aliran Mo-kauw ingin berbicara sedikit dengan tuan......"
Hek-eng-cu menoleh ke arah pembantunya, seolah-olah
ingin mengatakan bahwa dia belum pernah mengenal ataupun
berhubungan dengan orang yang mengaku sebagai ketua
Aliran Mo-kauw tersebut. Dengan dahi berkerut Hek-mou-sai
Wan It juga mengangkat pundaknya, sebagai tanda bahwa
diapun juga belum pernah mengenalnya.
Orang tua yang tidak lain adalah Pek-i Liong-ong itu
agaknya mengetahui keheranan lawannya. Oleh karenanya
orang tua itu lekas-lekas memberi keterangan.
"Tuan berdua tentu sangat bingung dan heran melihat lohu mengejar tuan berdua di tempat ini. Mungkin di dalam hati tuan menyangka bahwa lo-hu adalah kawan atau pengikut
dari pasukan yang mengepung Pantai Karang itu tadi"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, kalau begitu siapa tuan sebenarnya?" Hek-eng-cu
bertanya dengan hati-hati. Ginkang orang tua itu tinggi sekali, mereka harus berhati-hati menghadapinya. "Mengapa tuan
juga berada di pantai itu, kalau bukan kawan atau anak buah Yap Tai-ciangkun?"
"Ah, mengapa harus orang-orang Yap Tai-ciangkun saja
yang mesti di tempat itu" Kukira rahasia tentang harta karun itu bukan rahasia lagi. Sekarang setiap orang telah tahu
belaka tentang hal itu. Coba lihat"..! Apakah gadis bertangan buntung itu tadi juga anak buah Yap-ciangkun" Apakah orang-orang Bing-kauw tadi juga anak buah Yap Tai-ciangkun?"
"Hah" Jadi kalian telah tahu pula tentang harta karun
mendiang Perdana Menteri Li itu" Bagaimana hal itu bisa
terjadi?" Hek-eng-cu berseru kaget.
Pek-I Liong-ong tersenyum dengan tenang. "Haha"..itu
disebabkan oleh karena kurang cermatnya anak buahmu itu
menjaga dirinya, sehingga dengan mudah diikuti oleh petugas kerajaan," katanya sambil menatap ke arah Hek-mou-sai Wan
It. "Pembantuku kurang cermat?" Hek-eng-cu berseru sambil
mengawasi Hek-mou-sai yang berada disampingnya.
"Benar! Coba dia kausuruh mengingat-ingat ketika pergi ke
Kuil Delapan Dewa bersama dengan pembantumu yang lain,
yang kurus berpakaian putih-putih itu".! Apakah ia merasa
kalau pada saat itu telah diikuti oleh Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, salah seorang kepercayaan dari Kaisar Han?"
"Ohhh".jadi Hong-lui-kun telah mengikuti aku sejak dari
Kuil Delapan Dewa itu?" Hek-mou-sai menegaskan dengan
suara gemetar. "Mengapa aku tidak mengetahuinya?"
"Hahaha....jangankan engkau, sedang pemimpinmu yang
lihai itupun tak tahu kalau perahunya telah kemasukan
pencuri." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa" Perahuku kemasukan pencuri?" Hek-eng-cu
berteriak. Pek-i Liong ong menghela napas panjang. "Eh, maksudku
". tuanpun tidak tahu puIa bahwa Hong-lui-kun juga telah
ikut masuk ke dalam perahu yang tuan pakai untuk
mengadakan perundingan itu."
"Ooooh, jadi itulah yang menyebabkan rahasia tentang
harta karun ini telah bocor. Lalu mengapa tuanpun ikut
mengetahuinya pula" Apakah Hong lui-kun telah
mengatakannya juga kepada tuan?" Hek-eng-cu menggeram.
"Ah, itu tidak perlu karena aku juga telah mendengarnya sendiri dari mulut tuan."
"Oh, jadi tuan juga telah ikut masuk pula ke dalam
perahuku ?" "Tidak ! Lo-hu cuma mengikuti perahu tuan dari tepian sungai saja. Tapi hal itu sudah cukup bagi lo-hu untuk ikut mendengarkan pembicaraan tuan."
"Kalau begitu kedatangan tuan ke Pantai Karang ini juga ingin memperebutkan harta karun itu" Tapi, mengapa tuan
mengejar kami " Tuan telah melihat sendiri bahwa kami belum sempat mengambilnya." Hek-eng-cu berkata dengan kaku.
Sekali lagi Pek-i Liong ong tersenyum. "Tuan telah salah terka ! Lo-hu tidak mempunyai minat sedikitpun untuk
memiliki harta karun tersebut."
"Lalu........ apa maksud tuan mengejar kami?" Hek-mou-sai yang sejak tadi hanya diam saja ikut berbicara saking
herannya. Pek-i Liong ong tidak lekas-lekas menjawab pertanyaan itu.
Dengan tenang orang tua itu menengadahkan kepalanya yang
berambut putih ke arah Iangit yang bertaburan bintang. "Hal inilah yang hendak kubicarakan dengan tuan tadi..........."
akhirnya orang tua itu membuka mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lekaslah tuan katakan ! Kami tidak mempunyai banyak
waktu lagi," Hek-mou-sai membentak.
Orang tua itu menunduk kembali, matanya yang
mencorong itu menyambar ke arah Hek mou-sai, sehingga
yang belakangan ini menjadi terkejut hatinya.
"Baiklah, akan lo-hu katakan....... Apakah sebabnya tuan mengadu-domba Aliran Mo-kauw, Bing-kauw dan lm yang
kauw" Tuan tidak usah mungkir, karena lo-hu telah
mengetahui semuanya ......." Pek-i Liong-ong langsung mengatakan maksudnya.
Hek-eng-cu saling memandang dengan Hek-mou-sai,
seolah-olah ingin saling mencari pertimbangan, apa yang
mesti mereka katakan kepada orang tua itu. Hek-mou-sai
tampak menganggukkan kepalanya, sebagai tanda bahwa dia
menyerahkan semuanya kepada Hek-eng-cu.
Orang berkerudung itu menghela napas panjang sekali,
seakan-akan mau mencari kekuatan agar dirinya dapat lebih
tenang menghadapi orang tua yang amat lihai tersebut.
"Baiklah. Karena tuan juga telah berterus terang kepada kami, maka kami pun juga akan berkata terus terang pula
kepada tuan," akhirnya Hek-eng-cu berkata tegas dan keras.
"Memang kamilah biang keladi pertumpahan darah antara ketiga aliran itu! Akulah yang memerintahkannya ! Aku
bermaksud membuat keadaan di negara ini menjadi kacau dan
ribut, sehingga aku dapat leluasa melaksanakan rencana dan cita-citaku. Nah, tuan mau apa sekarang" Mau menuntut
balas" Marilah kulayani sekarang juga...."
Pek-i Liong-ong menatap kedua orang lawannya dengan
tajam, tangannya mengelus jenggotnya yang melambai-lambai
di depan dadanya. Suaranya masih halus dan lembut ketika
menjawab tantangan Hek-eng-cu tersebut.
"Baiklah, agaknya maksudku untuk membawa tuan ke
tempat kami dengan baik-baik tidak akan tuan penuhi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya kami hanya ingin agar tuan mau menjernihkan
kemelut itu di hadapan kami semua..."
"Hmh !!" Hek eng-cu mendengus. ''Agaknya tulangku yang tua ini terpaksa harus bekerja keras malam ini...." Pek-i Liong-ong menyingsingkan lengan bajunya, lalu bersiap-siap untuk bertempur mati-matian dengan Hek-eng-cu.
Sementara itu pertempuran di Pantai Karang sendiri
sepeninggal mereka masih berlangsung dengan hebatnya.
Tee-tok-ci dan saudara-saudara seperguruannya berusaha
untuk membobol kepungan Yap Tai-ciangkun. Tapi
menghadapi demikian banyak pasukan, apalagi belasan di
antaranya adalah anggota pasukan Sha-cap mi-wi, benarbenar sangat berat bagi mereka. Racun racun yang mereka
pergunakan memang membuat banyak korban, tapi pasukan
yang datang mengeroyok merekapun seperti tiada habishabisnya pula. Mati satu datang empat, mati empat datang
pula yang sepuluh, sehingga akhirnya racun mereka telah
habis mereka pergunakan. Lalu mulailah Tee-tok-ci dan saudara-saudaranya
mengalami kesukaran dalam menghadapi para pengepungnya.
Dan yang pertama-tama mendapatkan kesulitan adalah
pasangan suami isteri Im-kan Siang mo yang bertempur di
atas tebing. Di dalam kesulitan mereka, sepasang iblis dari neraka itu masih saja meneruskan adat kebiasaannya, mereka selalu bertengkar dan saling memukul setiap ada kesempatan.
Tidak lupa mulut mereka selalu mengoceh tidak karuan.
"Nah, apa daya kita sekarang" Semua senjata dan racun
milik kita telah hilang bersama pedati kita itu. Sekarang kita tidak punya apa-apa lagi untuk melawan anjing-anjing
kerajaan ini," Hoan Mo-li si Iblis Wanita bersungut-sungut kesal, seolah-olah menyalahkan suaminya. Biarpun teramat
gemuk dan agak kurang waras, tapi sepak-terjangnya di
dalam pertempuran ternyata sangat menggiriskan lawanlawannya. Lengannya yang pendek-pendek itu ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sanggup meringkus dua atau tiga orang sekaligus, lalu
membantingnya atau melemparkannya ke bawah tebing. Tak
seorangpun yang masih hidup apabila telah kena ringkus
olehnya, mereka tentu putus napasnya atau berpatahan
tulang-tulangnya. Tapi yang mereka hadapi bukan cuma satu atau dua orang
saja, melainkan sepasukan besar tentara kerajaan. Maka
kehebatan yang mereka perlihatkan itu tidak berlangsung
lama. Begitu dua atau tiga orang anggota Sha-cap-mi-wi ikut mengeroyok mereka, mereka berdua tidak bisa berkutik lagi.
Merekalah yang kini harus mati-matian mempertahankan
hidup mereka. "Mengapa kau menyalahkan aku" Bukankah kau sendiri
yang memulai dengan perselisihan pada waktu itu" Mengapa
sekarang kau menjatuhkan kesalahan itu kepadaku?" Bouw
Mo-ko, suami perempuan itu berteriak menjawab keluh-kesah
isterinya. "Siapa menyalahkan engkau" Aku Cuma menyesali nasib
kita".aduhh!" Tiba-tiba sebuah tendangan dari salah seorang anggota
Sha-cap-mi-wi mengenai pantat wanita gemuk itu, sehingga
kata-katanya terputus di tengah jalan. Tubuh yang besar
seperti gajah itu terpental ke depan dan menabrak sebuah
pohon. Tentu saja wanita itu menjadi marah sekali. Kedua
belah telapak tangannya digosok-gosokkannya satu sama lain, lalu memukul ke arah para pengeroyoknya yang mau
memanfaatkan keadaannya yang runyam tadi.
"Bussss !" "Aduuuuh........!"
Dua orang pengeroyoknya jatuh terkapar di atas tanah.
Mereka berkelojotan seperti orang kepanasan, tapi sebentar kemudian mereka menggigil kedinginan, lalu selanjutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggal dunia seperti udang kering. Para pengeroyok yang lain mundur ketakutan.
Dua orang anggota Sha-cap-mi-wi maju dengan sigap dan
tangkas. Keduanya memegang pedang yang panjang. "Awas !
Serang saja dengan senjata kalian yang panjang! Jangan
terlalu dekat dan jangan sekali-kali menangkis pukulan
mereka! Mereka mempunyai pukulan Im-yang Tok-ciang yang
sangat beracun"." Salah seorang dari anggota Sha-cap-mi-wi itu berteriak memperingatkan kawan-kawannya. Sebagai
seorang jago silat kelas satu di dunia kang-ouw, para anggota Sha-cap-mi-wi tahu belaka segala ilmu yang aneh-aneh di
dunia persilatan. Biarpun mereka belum pernah melihat atau mengenal ilmu pukulan yang dilancarkan oleh wanita iblis
tersebut, tapi guru mereka telah menceritakan serba sedikit tentang segala macam pukulan beracun di dunia ini, termasuk pula ilmu pukulan Im-yang Tok-ciang dari Im-kan Siang-mo
tadi. Demikianlah, Im-yang Tok-ciang yang dikeluarkan oleh
sepasang iblis itu akhirnya tidak berarti pula lagi. Hujan senjata yang dilancarkan oleh para pengepung itu benar-benar sangat menyulitkan Im-kang Siang-mo. Berkali-kali ujung
senjata lawan menggores dan melukai badan suami-isteri itu, sehingga tubuh kedua iblis itu lambat laun seperti binatang buruan yang terluka mandi darah oleh senjata para
pemburunya. Kalau sekali-kali sepasang suami isteri itu mau membalas menyerang, dua orang anggota Sha-cap-mi-wi itu
segera mencegat dan memotongnya, sehingga otomatis
serangannya menjadi gagal.
"Gila! Sungguh gila! Moi-moi, tampaknya kita memang akan mati hari ini........" Bouw Mo-ko merintih seperti orang yang sudah berputus asa. Badannya yang kurus itu tampak seperti bukan manusia lagi saking banyaknya darah yang berlepotan
di sekujur tubuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koko ... aku juga takut! Orang-orang ini kelihatannya seperti roh-roh haus darah dari orang-orang yang pernah kita bunuh. Kini mereka datang semua menyusup ke dalam tubuh
para pengeroyok kita ini untuk membalas dendam kepada kita, hiiiii........" Hoan Mo-li merintih pula ketakutan. Iblis wanita ini keadaannya juga tidak lebih baik dari pada suaminya.
Badannya yang gemuk tambun itu telah tersayat-sayat
mengerikan. Beberapa buah Iobang luka yang mengucurkan
darah, tampak terbuka di beberapa tempat.
"Jangan mengulur-ulur waktu ! Cepat bunuh kedua iblis ini
!" tiba-tiba seorang berpakaian perwira muncul dan memberi perintah.
Dua orang anggota Sha-cap-mi-wi datang lagi memberi
bantuan. Maka sebentar kemudian sepasang Iblis yang telah
terdesak hebat itu makin tak bisa berbuat apa-apa. Sabetan golok dari salah seorang anggota Sha-cap-mi-wi yang baru
datang itu tidak dapat dielakkan lagi oleh Hoan Mo-li.
Akibatnya sebelah kaki iblis wanita itu putus dan melayang ke udara. Tak ayal lagi badan yang gemuk itu jatuh ke tanah dan selanjutnya iblis tersebut tak kuat lagi menangkis hujan
senjata yang mencacah-cacah tubuhnya! Tubuh itu hancur
bagaikan cacahan daging bakso!
"Tolong.......!" Dalam ketakutan dan kengeriannya Bouw Mo-ko meloncat pergi mau meloloskan diri. Tapi sebuah
tombak panjang menyongsong perutnya.
Bouw Mo-ko berusaha mengelak dengan menghantam
ujung tombak tersebut. Usahanya berhasil, tapi di lain saat beberapa buah senjata pedang dan golok telah membabat ke
arah kaki dan perutnya. Terpaksa dengan wajah pucat dan
napas memburu, Bouw Mo-ko meIenting lagi ke atas.......
Tapi sungguh celaka ! Sebatang tombak berkait dari salah
seorang pengeroyoknya berhasil menggantol celananya,
sehingga maksudnya untuk meloncat ke udara itu menjadi
kandas di tengah jalan. Maka tak ampun lagi beberapa buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata yang menyerang tubuhnya tadi dengan telak
mengenai sasarannya! "Ibliiiis laknat keparaaat"..aduuuh!!!"
Disertai teriakannya yang menyayat hati tubuh Iblis Bankwi-to itu rebah ke atas tanah. Beberapa saat lamanya tubuh tersebut meregang seperti ayam disembelih, dari mulutnya
masih terdengar sumpah-serapahnya, untuk kemudian
terkapar mati!

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejenak orang-orang yang mengeroyok Im-kan Siang-mo
tadi termangu-mangu di tempat masing-masing. Mereka
seolah-olah baru sadar bahwa mereka tadi telah membunuh
sepasang iblis dengan cara yang amat mengerikan. Di dalam
hati rasa-rasanya mereka baru saja membunuh binatang
buruan yang sangat berbahaya.
"Ayoh ! jangan terus berdiri mematung disitu! Lihat kawankawan kita masih bertempur di bawah sana.....!" perwira yang memberi perintah tadi berteriak kembali menyadarkan
mereka. Bagaikan dibangunkan dari tidur mereka orang-orang itu
lantas berlari menuruni Iereng membantu kawan-kawan
mereka yang sedang mengepung Tee-tok-ci, Ceng-ya-kang
dan Jeng bin Siang-kwi! Dan kedatangan mereka itu memang
sangat membantu para pengepung iblis-iblis dari Ban-kwi to tersebut.
Sebaliknya bagi Tee-tok-ci yang sudah terdesak hebat itu,
bala bantuan tersebut semakin menyulitkan kedudukannya.
Tubuhnya yang kecil itu mulai menerima tusukan dan sabetan senjata para pengepungnya, sehingga pakaiannya menjadi
compang-camping dan penuh noda darah.
"anjing-anjing busuk keparaaaat.....! ayo, jangan main
keroyokan kalau memang kalian berani! Marilah beradu dada
satu lawan satu!" di dalam kerepotannya Tee-tok-ci memaki
dan mengumpat saking marahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja umpatan dan tantangan itu tak dipedulikan oleh
lawan-lawannya. Mereka justru semakin gencar mendesak iblis itu agar pertempuran tersebut lekas selesai. Tiga orang
anggota Sha-cap mi-wi yang baru saja turun dari atas tebing tadi segera menyerang Tee-tok-ci dari tiga jurusan, sementara dua orang anggota Sha-cap-mi-wi lainnya, yang sejak semula telah mengepung iblis tersebut, mendesak dari depan dan
belakang. Mereka berlima menyerang berbareng dari segala
jurusan, sehingga rasa-rasanya Tee-tok-ci takkan mungkin
bisa menyelamatkan diri lagi. Apalagi jika diingat bahwa
kepandaian dari masing-masing anggota Sha-cap mi-wi
tersebut tidak berselisih banyak dengan Tee-tok-ci sendiri.
Ternyata apa yang terjadi selanjutnya adalah benar-benar
di luar dugaan para anggota Sha-cap-mi-wi tersebut. Dalam
keadaan terpojok itu, tiba-tiba Tee-tok-ci menarik sebuah
cambuk panjang dari pinggangnya. Lalu dengan cepat bagai
kilat cambuk itu diputar untuk menyongsong hujan senjata
yang tertuju ke arah dirinya. Cambuk itu mengeluarkan suara mengaung saking hebatnya tenaga dalam yang
mendorongnya. Terdengar suara berdencing berkali-kali ketika sabetan
cambuk itu mampu mementalkan laju senjata yang bertaburan
ke arah badannya. Otomatis lima orang anggota Sha-cap-miwi itu berloncatan mundur. Semuanya meneliti senjata
masing-masing, kalau-kalau senjata mereka mengalami
kerusakan terbentur cambuk lawan.
Kesempatan itu dipergunakan oleh Tee-tok-ci untuk
mengambil peluit pemanggil tikusnya, kemudian berbareng
dengan serangan para pengeroyoknya kembali, dia meniup
peluit tersebut dengan kerasnya. Suaranya melengking tinggi, mengalahkan suara ombak dan angin laut yang gemuruh tiada
henti-hentinya. Tapi sudah sekian lamanya menanti, Tee-tok ci belum juga
melihat binatang-binatang yang diharapkannya itu. Padahal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ledakan-ledakan cambuknya sudah tidak dapat melindungi
dirinya lagi dari sengatan-sengatan senjata lawannya.
Beberapa sobek luka telah menganga pula di beberapa bagian tubuhnya sehingga darah yang keluarpun semakin banyak
pula. Akibatnya kekuatan tubuhnyapun juga semakin
berkurang. "Demi demit setan dan iblisss.....apakah tempat ini tak ada tikus sama sekali?" tokoh pertama dari Ban-kwi-to itu
menyumpah-nyumpah. "He"! Mengapa kau berteriak-teriak mencari tikus"
Bukankah engkau sendiri seekor tikus....?" salah seorang
anggota Sha-cap-mi-wi mengejek. Sambil mengejek tak lupa
tombaknya yang panjang itu ditusukkan ke arah leher Teetok-ci dengan ganas. Tee-tok-ci yang sedang mengelak dari serangan pedang
dan golok lainnya, tak ada kesempatan lagi untuk
menangkisnya. Cambuknya yang baru saja digunakan untuk
menangkis serangan, masih terjulur di sebelah belakang
punggungnya. Harus membutuhkan waktu untuk menariknya
ke depan. Padahal hanya dalam waktu sedetik, ujung tombak
tersebut telah berada di depan tenggorokannya!
Dalam keadaan terpepet, Tee-tok-ci terpaksa menyambut
serangan itu dengan gerakan yang sangat berbahaya bagi
dirinya. Kepalanya menunduk dengan cepat dan giginya
menyongsong ujung tombak serta menggigitnya dengan kuat!
Lehernya memang selamat, sehingga nyawanya tidak jadi
melayang ke alam baka. Tapi sodokan tombak anggota Shacap-mi-wi itu juga bukan sodokan anak kecil yang tidak punya kekuatan sama sekali, sodokan tersebut dilakukan dengan
sandaran Iweekang yang amat kuat! Maka tidaklah heran,
meskipun selamat tubuh Tee-tok-ci sendiri akhirnya
terjengkang dan giginya rontok separuh !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Celakanya, para pengeroyoknya tidak lagi memberi
kesempatan kepada iblis itu untuk berdiri dan bersiap-sedia kembali. Begitu Tee-tok-ci terlentang di atas tanah, anggota anggota Sha-cap-mi-wi yang mengeroyoknyapun segera
menghujaninya dengan tusukan dan sabetan senjata mereka
secara bertubi-tubi! Tiga buah senjata dapat dielakkan oleh Tee-tok-ci, dan
sebuah lagi bisa dia tahan dengan cambuknya. Tetapi.......
sabetan golok yang melintang ke arah perutnya tak mampu
lagi dia hindari ! Maka sekejap kemudian perut itu telah
terbelah dari kanan ke kiri dan ususnya ... terburai keluar!
"Demit iblis tak berjantung..............adaoooouh"!"!" sambil mengumpat Tee-tok-ci melenting berdiri. MeIihat ususnya
berhamburan keluar, iblis yang sudah terbiasa membunuh dan menyiksa orang itu terbelalak, mulutnya menjerit dan
ternganga ! "Ouh, de ". demi setan... ke-kenapa pe.. perutku ini "
Keparaat........!" dengan tangan menggigil karena ngeri dan ketakutan, Tee-tok-ci meraup ususnya yang bergantungan itu, lalu bergegas menjejalkannya kembali ke dalam perutnya
yang menganga! Para pengepung Tee-tok-ci justru tertegun melihat
pemandangan yang mengerikan itu. Sekejap mereka seperti
sekelompok orang yang kehilangan akal malah !
"Lekaslah bunuh dia.......! Mengapa kalian malah
terbengong saja di situ ?" tiba-tiba perwira yang turun dari atas tebing tadi berteriak menyadarkan mereka.
Bagaikan mendapat komando, orang-orang itu segera
meloncat menyerang berbareng. Lima buah senjata dari para
anggota Sha-cap-mi-wi dengan ditambah beberapa pucuk
senjata lagi dari para perajurit yang lain tampak meluncur menuju ke arah tubuh Tee-tok-ci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Iblis itu masih berusaha untuk mengelakkannya, tetapi
mana mampu badan yang sudah sangat lemah itu melawan
sedemikian banyaknya senjata yang tertuju kepadanya" Maka
disertai dengan teriakannya yang menyayat hati, Tee-tok-ci rebah dengan tubuh yang sudah tidak karuan macamnya.
Belasan senjata yang menerjang ke arah dirinya tadi membuat tubuhnya tercerai-berai kemana-mana!
Para perajurit yang mengepung tempat tersebut lantas
bersorak-sorai menyambut kematian Tee-tok-ci yang telah
membawa banyak korban jiwa itu. Dan sorak-sorai ini benarbenar membuat Jeng-bin Siang-kwi yang bertempur tidak jauh dari tempat itu, menjadi semakin tergetar ketakutan hatinya.
Sepasang wanita kembar itu dikepung oleh enam orang
anggota Sha-cap-mi-wi yang mempergunakan berbagai
macam senjata, seperti juga saudara-saudara mereka yang
lain, sepasang wanita kembar tersebut juga mengalami
tekanan yang berat dari para pengepungnya. Banyak mayat
para perajurit yang berserakan di sekitar pertempuran
mereka, yaitu mayat para perajurit yang tadi termakan oleh racun-racun yang disebarkan oleh kedua iblis wanita itu. Tapi sekarang racun-racun yang dibawa oleh Jeng-bin Siang-kwi
telah habis, padahal musuh-musuh utama mereka justru
belum mati. Kini anggota-anggota Barisan Sha-cap-mi-wi yang lihai-lihai itu malah mendesak mereka tanpa ampun, dan
benar-benar tidak mudah untuk menghadapi jago-jago dari
Sha-cap-mi-wi tersebut. Kepandaian mereka rata-rata sangat tinggi, mungkin tidak berselisih banyak dengan kepandaian
kedua wanita itu sendiri.
Memang, untuk beberapa saat lamanya Jeng-bin Siang-kwi
dapat bertahan, tapi sejalan dengan berjalannya waktu,
kekuatan merekapun menjadi semakin susut juga. Dan apa
yang mereka takutkan sejak semula terjadilah".!
Sekali dua kali senjata para anggota Sha-cap-mi-wi itu
mulai menyentuh dan melukai kulit Jeng-bin Siang-kwi! Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin lama sentuhan-sentuhan tersebut semakin sering
terjadi, sehingga beberapa saat kemudian darah mulai
membasahi tubuh dan pakaian kedua orang wanita tersebut.
Dan sejalan dengan semakin seringnya senjata lawan
melukai kulit mereka, hati merekapun semakin dicekam oleh
rasa ketakutan yang hebat. Kedua iblis wanita itu telah sering kali mempermainkan orang sebelum mereka membunuhnya.
Kini mengalami sendiri bagaimana rasanya hendak mati
dibunuh orang, hati mereka menjadi ketakutan setengah mati.
"Cici"..apa".apakah yang mesti kita lakukan?" Jeng-bin
Su-nio dengan suara gemetar berseru ke arah kakaknya.
"apakah"kita me-menyerah saja kepada mereka?"
"Menyerah" Ti-tidak mungkin".! Lihatlah toa-suheng itu!
Mereka telah menyiksanya sampai mati. Mungkinkah
mere".mereka".akan".akan memberi ampun kepada kita?"
Jeng-bin Sam-ni menjawab gagap antara kerepotannya.
"La".lalu"..?" adiknya mendesak lagi.
"Kita melawan sampai mati !"
"Hahahah..... kalian tak perlu ketakutan begitu ! Sudah selayaknya kalian menerima pembalasan kami. Lihatlah,
berapa orang kawan kami yang telah mati karena racun tadi"
Berapa puluh manusia yang telah menjadi korban kebiadaban
kalian selama ini?" salah seorang anggota Barisan Sha-cap-mi-wi yang mengeroyoknya mengejek.
Demikianlah, sepasang iblis kembar menghadapi
pengepung mereka dengan beradu panggung. Tapi karena
tenaga mereka telah susut jauh maka daya perlawanan
merekapun sudah tidak berarti lagi buat lawan-lawannya.
Selagi mereka sibuk menangkis dan mengelakkan beberapa
buah serangan yang melanda mereka, sebatang tombak besar
telah menerobos pertahanan mereka dan merobek celana
serta melukai pantat Jeng-bin Sam-ni!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaitan yang terpasang pada tombak tersebut menggaet
dan membawa sebagian kain celana Jeng-bin Siang-kwi,
sehingga pantat yang masih mulus dan merangsang itu
tampak dengan nyata. Kontan yang melihatnya menjadi
tertegun! Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Jeng-bin Sam-ni.
Melihat orang bertombak tadi menjadi terlongong-longong
melihat pantatnya, ia segera menghadiahi dengan sebuah
tendangan, yang dengan telak mengenai dada orang itu.
"Bressss !" "Aduuuuh !?" Memperoleh hasil demikian, iblis wanita itu segera
memperoleh akal. "Su-moi....! Marilah kita tanggalkan semua pakaian kita!
Lekas ! Kita bertempur dengan tidak usah pakai baju
saja......!" "Cici....! Apakah kau sudah gila?"
"Jangan membantah! Lekaslah....!"
Jeng-bin Sam-ni sendiri segera merobek-robek pakaian
yang dikenakannya, sehingga sebentar kemudian iblis yang
cantik itu telah telanjang bulat. Tubuhnya yang putih itu dan selalu terawat baik itu memang benar-benar mempesonakan.
Apalagi dalam keremangan malam yang hanya bersinarkan
ribuan bintang tersebut, rasa-rasanya wanita itu bagaikan
seorang peri yang turun ke bumi.
Tipu daya itu ternyata memang benar-benar
menggoncangkan iman para pengeroyoknya. Kepungan
mereka menjadi kendor, dan serangan mereka yang semula
amat gencar itu menjadi kalang-kabut tak teratur lagi ! Maka tidaklah heran ketika Jeng-bin Sam-ni membalas menyerang
mereka, beberapa orang tidak sempat mengelak lagi. Dua dari enam orang pengeroyoknya terluka parah kena cakarannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat tipu muslihat cicinya membawa hasil, Jeng-bin Sunio lekas-lekas membuka pakaiannya pula. Bagi wanita-wanita cabul seperti mereka, soal buka-membuka baju bukan menjadi persoalan lagi. Enak saja baginya menyobeki pakaiannya
sampai bugil. Begitulah, kini dengan adanya dua tubuh mulus di hadapan
mereka, orang-orang itu menjadi semakin terpecah-belah
perhatiannya. Masing-masing menjadi salah tingkah dalam
gerakannya, sehingga beberapa orang lagi menjadi korban
pembalasan Jeng-bin Siang-kwi!
"Kurang ajar.....! Kalian ini benar-benar kerbau bodoh yang mudah terbujuk oleh keindahan-keindahan semu seperti itu !"
tiba-tiba perwira yang berwibawa tadi membentak dengan
suara menggeledek. "Maafkan kami, Gui Goan-swe (Jendral Gui)...." salah seorang dari anggota Sha-cap-mi-wi yang terluka itu
menunduk di depan perwira tersebut.
Gui Goan-swe adalah salah seorang panglima kerajaan
yang amat disegani oleh anak buahnya. Dia adalah pembantu
utama dari Yap Tai ciangkun, dan bertugas sebagai panglima pasukan bertombak dan pasukan berkuda. Usianya kira-kira
enampuluh tahun, dua kali lipat usia Yap Tai-ciangkun, tapi meskipun begitu gerakannya masih tetap tangkas dan gesit.
Dalam gerakan mereka ke Pantai Karang itu Gui Goan-swe
mendapat tugas untuk membawa pasukan bertombaknya
untuk mengepung pantai tersebut, sementara Yap Tai
ciangkun sendiri memimpin para anggota Sha-cap-mi-wi yang
dibawanya. Gui Goan-swe memberi tanda kepada para anggota Shacap-mi-wi yang tadi telah berhasil membunuh Im-kan Siangmo dan Tee-tok-ci agar terjun ke dalam arena, membantu
teman mereka yang terdesak itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuhlah dua orang wanita cabul itu! Awas, jangan
terpengaruh oleh kecantikan mereka seperti kawan-kawanmu
tadi. Berpikirlah yang jernih! Dalam pertempuran ini, siapa yang lengah akan mati.......! Maka kita memilih mati atau
memilih....... membunuh mereka !"
"Akan kami kerjakan Goan-swe".." lima orang itu
menjawab tegas. Lima orang berkepandaian tinggi itu segera terjun ke dalam pertempuran membantu kawan-kawan mereka, mengepung
Jeng-bin Siang-kwi! Sesaat mereka memang agak kikuk
melawan dua orang wanita cantik yang bertelanjang bulat
seperti itu. Mereka sering menjadi ragu-ragu bila harus
memukul ke arah dada yang ranum atau ke arah bagian
bawah yang menggairahkan itu. Tapi setelah beberapa kali
mereka justru hampir mati karena keragu-raguan mereka
sendiri itu, mereka lantas benar-benar menjadi sadar. Mereka sendirilah yang akan menjadi korban apabila mereka tidak
bersungguh-sungguh! Maka dalam pertempuran selanjutnya kelima orang
anggota Sha-cap-mi-wi tersebut lalu bertempur dengan
sungguh-sungguh. Mereka membuang jauh-jauh pikiran yang
mengganggu perasaan mereka itu dan melabrak dua orang
wanita cabul tersebut tanpa ampun!
Keadaan itu tentu saja membuat Jeng-bin Siang-kwi
menjadi mati kutu. Mereka kembali terdesak dengan hebat.
Beberapa kali mereka mencoba menggoda lawan-lawan
mereka dengan gerakan gerakan yang berani dan sangat
cabul, tapi kali ini siasat mereka sudah tidak mempan lagi.
Orang orang itu lebih takut kepada Gui Goan-swe dari pada
melayani cumbuan mereka. Begitulah, beberapa saat kemudian tubuh mereka yang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

halus mulus itu mulai dikoyak oleh senjata lawan lagi. Semakin lama semakin sering, sehingga keduanya menjadi ketakutan
dan menjerit-jerit lagi. Mereka mencoba bertahan matiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
matian, tapi para anggota Sha-cap-mi-wi tersebut sudah tidak mengenal ampun. Serangan orang-orang itu justru semakin
ganas dan kejam, sehingga beberapa jurus kemudian tubuh
kedua wanita cabul itu sudah kehilangan daya rangsangnya.
Tubuh itu kini telah berubah menjadi merah bersimbah darah !
Sebuah tombak menusuk dari belakang secara tak terduga,
sehingga Jeng-bin Su-nio tak kuasa lagi mengelakkannya.
Otomatis iblis itu mengayunkan lengannya menangkis, tapi
ujung tombak yang tajam tersebut sudah terlanjur menancap
di pahanya. Biarpun batang tombak itu akhirnya menjadi
patah terkena pukulannya, tapi ujung besinya yang tajam
tetap tertanam di dalam pahanya. Sakitnya bukan kepalang!
Jeng-bin Su-nio jatuh terduduk, tapi segera bangkit kembali dengan terpincang-pincang. Kakaknya bermaksud menolong,
tapi sebilah golok justru membuatnya terjungkal ke tanah.
Tanpa ia duga salah seorang lawan mereka telah membabat
ke arah kakinya, sehingga kaki kanannya terbacok hampir
putus. "Ciciiii"..! aku tak mau dibunuh oleh mereka"..!" Jeng-bin Su-nio menubruk kakaknya.
"Su-moi, akupun tak mau pula".!" Jeng-bin Sam-ni
berteriak pula menyayat hati.
Dua orang iblis kembar itu saling berangkulan. Dan seperti sudah berunding sebelumnya, sambil berpelukan mereka
saling mencengkeram pelipis saudaranya, sehingga di lain saat jiwa mereka telah melayang bersama-sama! Tubuh mereka
lalu jatuh berdebam di atas tanah.
Peristiwa itu sungguh amat mengejutkan para anggota
Sha-cap-mi-wi yang mengepungnya. Serangan bersama yang
telah mereka siapkan terpaksa mereka urungkan dengan
mendadak. Dengan senjata teracung dan siap menerjang,
mereka tercenung bagai patung di tempat masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka benar-benar tidak mengira kalau iblis cabul tersebut hendak bunuh diri.
"Nah, sekarang tinggal seorang saja lawan kita"." Gui Goan-swe berteriak lagi, tangannya menunjuk ke arah Ceng-ya-kang yang berlari-lari main kucing-kucingan dengan para pengeroyoknya.
Ceng-ya-kang memang sangat cerdik, mungkin lebih cerdik
dari pada saudara-sandaranya.Sebelum pertempuran dimulai,
dia telah menilai lebih dulu kekuatan lawan yang tampak di sekitarnya. Begitu tahu perajurit yang dikerahkan oleh Yap Tai-ciangkun sangat banyak sekali, maka dia telah mengambil keputusan untuk tidak melawannya. Bagaimanapun sakti dan
hebat senjata racun mereka, takkan mungkin dapat
membunuh sekian banyak orang. Maka sebelum kekuatannya
menurun dan racun yang dibawanya habis, dia sudah dapat
keluar dari kepungan itu. Dan cara yang dipilihnya
adalah"..berlari-lari di antara semak dan batu karang, sambil bermain kucing-kucingan dengan jago-jago mereka! Hal ini
memang telah dilakukannya"
Ceng-ya-kang selalu menghindar apabila bertemu dengan
lawan-lawan tangguh seperti para anggota Sha-cap-mi-wi, tapi segera membunuh apabila berhadapan dengan perajurit-prajurit biasa. Suasana yang gaduh dan medan yang sangat
lebat dengan semak-semak perdu itu memang amat enak dan
cocok untuk main kucing-kucingan. Sebentar keluar dan
bertempur untuk membunuh para perajurit kemudian begitu
ada jago kuat melayaninya, ia lantas menyusup lenyap ke
dalam semak-semak. Selanjutnya muncul lagi di tempat lain
untuk berbuat yang serupa pula!
Itulah sebabnya, meskipun pertempuran sudah sekian
lamanya berkecamuk, Ceng-ya-kang masih tetap segar bugar
dan genit. Ludahnya yang sangat beracun itu selalu saja
memperoleh korban perajurit-perajurit yang berani
menghadang langkahnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi oleh karena Yap Tai-ciangkun memang sengaja
menyebar para anggota Sha-cap-mi-wi di segala tempat, maka kemana pun Ceng-ya-kang berlari, dia akan selalu bertemu
dengan jagoan istana tersebut. Oleh karena itu beberapa saat kemudian, tanpa terasa Ceng-ya-kang tergiring ke arah pantai dengan sendirinya. Baru setelah kakinya menginjak hamparan pasir, iblis gundul itu sadar akan kesalahan langkahnya.
Tapi kesadaran tersebut sudah terlambat! Begitu tubuhnya
yang gemuk itu melenting ke atas batu karang besar di
depannya, matanya segera melihat gelombang air di
bawahnya. Dan ketika iblis itu membalikkan tubuhnya,
dibawah batu karang tersebut telah berderet-deret anggota
Sha-cap-mi-wi yang mengepungnya. Semuanya telah siap
mengejar ke atas batu karang!
Sekejap seperti hilang semangat Ceng-ya-kang! Wajahnya
yang kehijau-hijauan itu seakan kehilangan semua darahnya.
Tubuhnya yang berlemak itu sedikit gemetar. Rasa-rasanya
malaikat elmaut telah datang untuk menjemputnya.
"Celaka, agaknya hanya sampai sekian saja hidupku di
dunia ini........!" iblis itu membatin ketika beberapa orang perajurit tampak melemparkan tombak mereka ke arah
dirinya. Ceng-ya-kang menunduk dan lewatlah belasan batang
tombak tersebut di atas kepalanya. Tapi hatinya segera
berdebar-debar ketika beberapa orang anggota Sha-cap-mi-wi berloncatan ke atas batu karang yang diinjaknya. Dan
kekhawatirannya semakin menjadi-jadi begitu serangan yang
mereka lakukan kemudian, benar-benar sukar sekali dielakkan.
Satu atau dua serangan mereka masih dapat ditanggulangi,
tetapi serangan-serangan mereka yang lain sungguh-sungguh
tak bisa dihindarinya lagi! Maka tanpa ampun pula beberapa buah pukulan dan sayatan senjata lawan telah mulai melukai badannya. Sakitnya bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berdoalah, karena sebentar lagi nyawamu akan segera
melayang ke alam baka, mengikuti arwah saudarasaudaramu.......!" salah seorang dari para pengepungnya mencemooh.
"Cuh! Cuh! Cuh........!" Iblis gundul itu menjawab dengan ludahnya ke arah orang yang memperolokkannya tersebut.
Tetapi dengan mudah orang yang bukan lain adalah
anggota Sha-cap-mi-wi itu mengelakkannya. Dengan memutar
badannya setengah lingkaran ke sebelah kiri, orang itu justru membalas serangan Ceng-ya-kang tersebut dengan sabetan
goloknya. Suaranya mendesing ketika golok itu berkelebat ke arah leher Ceng-ya-kang!
Sebenarnya sabetan golok itupun takkan menyulitkan bagi
Ceng-ya-kang! Dengan mudah iblis berkepala gundul itu akan dapat menghindarinya. Tetapi yang amat menyulitkan iblis
tersebut adalah serangan-serangan lain yang membarengi
sabetan golok itu. Karena bersamaan dengan sabetan golok
yang tertuju ke lehernya tersebut, beberapa orang
pengeroyoknya yang lain juga telah menyerangnya dengan
senjata mereka masing-masing. Ada yang menyerang
pinggangnya, ada yang menyerang dadanya dan ada pula
yang membabat ke arah kakinya.
Tak mungkin rasanya Ceng-ya-kang melayani semua
serangan tersebut. Dan satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan diri dari semua serangan itu hanyalah
meloncat ke belakang! Tapi kalau dia melakukan hal
itu"..berarti dia harus terjun ke laut yang ganas bergelora di belakangnya!
Sedetik iblis itu menjadi ragu-ragu dan tak tahu apa yang
mesti diperbuatnya! Tapi dalam sedetik itu pula semua
serangan lawannya telah datang dan hampir menyentuh
kulitnya! Tak ada pilihan lain lagi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam kesempatan yang terakhir Ceng-ya-kang melompat
ke belakang ! Golok itu telah menyerempet lehernya dan
menyobek kulitnya sehingga darahnya segera keluar
membasahi bajunya. Untunglah ujung golok tersebut tidak
mengores tenggorokan ataupun urat nadinya. Iblis gundul itu terbebas dari serangan pengepungnya, tapi di lain saat
tubuhnya tidak bisa membebaskan diri dari cengkeraman laut di bawahnya ! Sebentar saja tubuhnya telah lenyap tergulung oleh gelombang air laut yang bergelora !
Para pengepungnya bergegas menjenguk ke bawah dengan
perasaan kesal dan marah, mereka sebenarnya ingin
mencincang tubuh Ceng-ya-kang sampai lumat ! Iblis gundul
itu banyak membunuh kawan-kawan mereka. Tapi apa daya,
ternyata iblis itu lebih suka mati ditelan air Iaut dari pada mati di tangan mereka.
Sementara itu di tempat lain, tidak jauh dari tempat itu,
Yap Tai-ciangkun kelihatan marah-marah karena buronannya
ternyata telah lolos dari kepungan anak buahnya. Orang
berkerudung itu sudah pergi dengan banyak meninggalkan
korban pada para perajurit.
"Kurang ajar ....'' Panglima muda itu menggeram marah lalu menggapai empat orang Sha-cap-mi-wi yang selalu
mengawalnya. "Ayoh, kalian ikut aku mengejar orang itu.....!"
perintahnya. Tanpa mempedulikan bahaya yang terhampar di depan
mereka, Yap Tai-ciangkun serta empat orang anak buahnya
melesat mengejar Hek-eng-cu. Mereka berlari dan berloncatan di atas ujung-ujung batu karang yang tajam dan amat licin.
Mereka tidak memikirkan lagi bahwa sedikit saja kaki mereka terpeleset, mungkin tubuh mereka sudah tidak akan tertolong lagi.
Mereka berlima memang dapat mengejar Hek-eng-cu,
sebab seperti telah diceritakan di bagian depan bahwa iblis berkerudung itu terpaksa melayani tantangan Pek-i Liong-ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan kedatangan mereka di tempat pertempuran antara Hekeng-cu dan Pek-i Liong-ong itu ternyata bagaikan malaikat
penolong yang menyelamatkan nyawa dan kehormatan ketua
aliran Mo-kauw tersebut. Hek-eng-cu maupun Pek-i Liong-ong merupakan tokohtokoh sakti yang kesaktiannya benar-benar tidak lumrah
manusia. Kepandaian silat mereka boleh dikatakan sudah
mencapai kesempurnaan, sehingga sepak terjang mereka
sangat menakjubkan, bagaikan dewa-dewa di dalam dongeng
saja ! Mereka berdua dapat bergerak secepat angin, karena
keduanya sama-sama jago ginkang yang tiada taranva. Ilmu
silat merekapun luar biasa tingginya, karena keduanya juga sama-sama keturunan datuk ilmu silat yang amat sangat
ternama pada zaman seratus tahun yang lalu. Maka kalau
sekarang kedua jago itu bertempur satu sama lain, dapat
dibayangkan betapa hebat dan dahsyatnya pertempuran
tersebut. Apalagi pertempuran mereka itu mengambil tempat
yang luar biasa berbahayanya, yang bagi jago-jago silat biasa tak mungkin bisa menginjaknya.
Meskipun begitu, setelah seratus jurus lebih mereka
bertempur, mulailah kelihatan kelebihan-kelebihan Hek-eng-cu atas Iawannya. Meskipun ilmu mereka setanding, tetapi
kekuatan tubuh Pek-i Liong-ong yang telah amat tua itu
ternyata lambat-laun tidak kuat mengimbangi kekuatan dan
daya tahan dari tubuh Hek-eng-cu yang masih muda. Apalagi
semuanya tadi masih ditambah lagi dengan mantel pusaka
yang dikenakan oleh Hek-eng-cu !
Mantel pusaka itu ternyata benar-benar sangat bermanfaat
dan sangat menolong pemakainya di dalam pertempuran
tersebut! Dalam hal ilmu mereka yang seimbang, mantel
pusaka tersebut ternyata sungguh-sungguh berguna sekali !
Maka tidaklah heran apabila seratus jurus kemudian Pek-i
Liong-ong mulai tampak mengalami kerepotan. Lambat-laun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi pasti, ketua Aliran Mo-kauw itu semakin terdesak dan
mulai tampak mengkhawatirkan !
Untunglah sebelum orang tua itu menjadi korban Hek-engcu, Yap Tai-ciangkun dan empat orang anak buahnya telah
tiba di tempat tersebut. Dan kedatangan panglima muda itu
ternyata sangat mengejutkan iblis berkerudung tersebut.
Tanpa diduga iblis itu cepat-cepat meloncat pergi
meninggalkan Pek-i Liong-ong ! Dengan potongan bambu
yang tadi ia pakai untuk meluncur di atas permukaan air, iblis tersebut terjun ke dalam air dan"..melesat pergi
meninggalkan tempat itu. "Kurang ajar......!" Yap Tai-ciangkun mengumpat. Dengan mata melotot panglima yang masih sangat muda itu menatap
bayangan Hek-eng-cu yang semakin lama menjadi semakin
kecil. "Ahh....... kedatangan Yap Tai-ciangkun ternyata telah menyelamatkan nyawaku dari keganasan orang itu," Pek-i Liong-ong menjura dan menyatakan rasa terima kasihnya.
YapTai-ciangkun membalikkan badannya ...dan menjadi
kaget begitu menyadari siapa yang telah menjadi lawan Hekeng-cu tadi. "Oh, Lo-cianpwe kiranya ......!" tegur panglima itu dengan terbata-bata. "Pikiranku hanya tertuju kepada Hek-eng-cu saja hingga tak tahu kalau lo-cianpwe-lah yang menjadi lawannya tadi........"
Pek-i Liong-ong tersenyum sambil menyeka keringat yang
mengalir di muka dan di lehernya. Pertempurannya tadi
ternyata telah banyak menguras tenaga dan kemampuannya.
"Benar, Tai-ciangkun". Io-hu-lah yang tadi hampir saja mati di tangan iblis lihai itu," orang tua itu mengangguk-angguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Tai-ciangkun memandang ke tengah laut kembali,
seolah mau mencari bayangan Hek-eng-cu diantara gulungan
ombak yang tinggi bergelora itu. Yang lain menjadi ikut-ikutan memandang ke arah laut, dan untuk beberapa saat lamanya
mereka berdiam diri bagaikan sekelompok patung yang
dipasang di atas batu karang.
"Eh! Mengapa tidak kulihat pembantu Hek-eng-cu yang tadi ikut melarikan diri itu?" tiba-tiba Yap Tai-ciangkun
mengerutkan keningnya. "Ohhh. . . orang itu telah disuruh pergi oleh Hek-eng-cu sebelum kami bertempur tadi "." Pek-i Liong-ong memberi keterangan.
"Hemm......." Yap Tai-ciangkun menghela napas panjang.
"Tapi....... hal ini sungguh amat kebetulan sekali bagi lo-hu.
Coba kalau orang itu belum disuruh pergi oleh Hek-eng-cu, lo-hu kira Yap Tai ciangkun hanya tinggal menemukan mayatku
saja di sini." "Ahhh ! Lo-cianpwe sungguh pandai merendahkan
diri........" panglima muda itu menundukkan kepalanya dengan lesu, hatinya terasa kecewa bukan main karena orang yang
hendak ditangkapnya itu telah meloloskan diri dengan cara
yang tak mungkin dikejar olehnya.
Beberapa saat lamanya mereka berdiam diri kembali.
"Kalau begitu kita kembali saja ke Pantai karang ! Kita...."
akhirnya panglima yang amat tersohor itu berkata. Tapi kata-katanya segera terputus, ketika tiba-tiba dilihatnya anak
buahnya tampak termangu-mangu dengan wajah pucat.
"Ka.......kalian kenapa.......?"
Serentak empat orang anggota Sha-cap-mi-wi itu
memandangi ujung pakaian masing-masing yang compangcamping tidak karuan, lalu mereka bersama-sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandangi pula pakaian panglima mereka yang tersayatsayat juga seperti kepunyaan mereka.
Tentu saja gerak-gerik anak buahnya itu sangat
membingungkan Yap Tai-ciangkun ! Otomatis panglima muda
itu menundukkan mukanya pula, mengamati pakaian yang
dikenakannya, dan ... tiba tiba matanya menjadi terbelalak!
"Oh"!" serunya tertahan, lalu memandang pakaian anak
buahnya yang keadaannya hampir sama dengan pakaian yang
dikenakannya! Setelah itu tanpa terasa ia memandang jubah
lebar yang dipakai oleh Pek-i Liong-ong ! Jubah itu tampak utuh sama sekali, meskipun tadi dipakai untuk bertempur
mati-matian dengan Hek-eng-cu !
Sekali lagi panglima muda kepercayaan Kaisar Han itu
menghela napas, diam-diam hatinya sedikit bergetar juga
melihat kenyataan tersebut. Rasanya dia menjadi kecil sekali bila diperbandingkan dengan orang tua itu. Tiba-tiba hatinya menjadi kecut. Pikirannya segera membayangkan, apa jadinya kalau dia mesti berhadapan sendiri dengan Hek-eng-cu yang
kesaktiannya ternyata justru lebih hebat dari orang tua itu "
"Ah, ternyata aku terlalu berani dan terlalu gegabah kali ini.
Untunglah iblis itu tidak bermaksud melayani aku dan anak
buahku. Lain kali aku harus lebih berhati-hati bila bertemu dengannya......." Yap Tai ciangkun berkata di dalam hatinya.
Lalu perlahan-Iahan kakinya melangkah kembali ke Pantai
Karang. "Lo-cianpwe, marilah kita ke Pantai Karang kembali....... !"
katanya dengan sopan. Demikianlah, Yap Tai ciangkun dengan Pek-i Liong-ong
berloncatan lagi di atas karang-karang tajam tersebut, diikuti oleh empat orang anggota Sha-cap-mi-wi, menuju ke Pantai
Karang kembali. Panglima muda itu bersama para
pengawalnya terpaksa lebih berhati-hati lagi dalam
menjejakkan kaki mereka di ujung-ujung karang yang tajam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Kini mereka menjadi takut.... jangan-jangan tidak hanya pakaian mereka saja yang tersayat koyak oleh batu-batu
karang tersebut, tapi termasuk juga kulit dan daging mereka!
Mereka tiba kembali di Pantai Karang tak lama kemudian.
Malam telah menjelang pagi. Embun pagi telah membasahi
rumput dan batu-batu yang mereka injak. Udara terasa dingin bukan main. Apalagi ketika angin laut tampak semakin
kencang meniupkan percikan-percikan air Iaut yang semakin


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gemuruh menggelora ! Rasa-rasanya percikan-percikan air
tersebut seperti gerimis yang tercurah dari langit saja
layaknya. Mereka menyaksikan pertempuran telah selesai. Tak
seorangpun iblis-iblis dari Ban-kwi-to tadi yang masih hidup.
Semuanya telah mati dan mayat-mayat mereka telah
dikumpulkan oleh perajurit, kecuali mayat dari Ceng-ya-kang.
Mayat Ceng-ya-kang tidak dapat mereka ketemukan, karena
mayat itu telah hilang digulung ombak.
Gui Goan-swe bergegas menyongsong Yap Tai-ciangkun,
serta melaporkan semua tugas yang telah dikerjakannya.
Pihak lawan telah dapat mereka tumpas semuanya, meski
korban dari para perajurit yang mereka bawa juga tidak sedikit jumlahnya. Sayang Hek-eng-cu dan seorang pembantunya
dapat meloloskan diri dari kepungan para perajurit.
"Aku sudah mengetahuinya, karena aku dan empat orang
anggota Sha-cap-mi-wi telah berusaha mengejar mereka,
tapi....... gagal." Yap Tai-ciangkun mengangguk-angguk dengan wajah tidak bergembira, karena maksud dan gerakan
mereka ke pantai itu tidak dapat berhasil seluruhnya. Biarpun pentolan-pentolan orang-orang yang bermaksud untuk
meletuskan pemberontakan itu telah mereka basmi semuanya,
tetapi pemimpin utamanya ternyata belum dapat mereka
musnahkan. Oleh karena itu bahaya timbulnya pemberontakan
masih belum hilang, sewaktu-waktu masih dapat timbul
kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panglima muda itu memandang mayat-mayat para
perajuritnya yang bergelimpangan di atas tanah. Mayat-mayat itu telah dikumpulkan bersama-sama dengan mayat-mayat
para Iblis dari Ban-kwi-to.
"'Mengapa belum kulihat Kiong Lee su-heng di sini" Apakah dia belum tiba ?" Yap Tai-ciangkun menanyakan kakaknya.
"Entahlah, hamba juga belum melihat kehadiran Yap Taihiap tadi ...." Gui Goan-swe menjawab perlahan. "Kalau kakak paduka sudah ada di sini, hamba kira korban kita tidak akan sebanyak ini"."
Sementara itu Pek-i Liong-ong begitu datang langsung
menghampiri pemuda pemudi yang sedang mengerumuni
tubuh Chu Bwee Hong. Dari jauh orang tua itu telah
mendengar ratap tangis Siok Eng, Pek Lian maupun Lian Cu.
Ketiga orang gadis itu seperti sedang bersaingan dalam
meratapi tubuh Chu Bwee Hong, sementara Seng Kun malah
hanya berjongkok diam di samping mereka, seperti orang
yang sedang kehilangan akal.
"Hei, kenapa dia"..?" Pek-I Liong-ong terkejut begitu
melihat tubuh Chu Bwee Hong yang tergolek diam di atas
pasir. Mulut dan dada gadis ayu itu masih tampak berlepotan darah.
Dengan tergesa-gesa ketua Aliran Mo-kauw itu
menyibakkan gadis-gadis yang sedang mengerumuni Chu
Bwee Hong, kemudian memeriksa nadi dan pernapasan gadis
ayu tersebut. Tapi betapa terperanjatnya orang tua itu begitu
dirasakannya detak jantung dan pernapasan gadis itu sudah
tidak ada lagi. Gadis ayu yang masih terhitung cucu muridnya sendiri itu ternyata telah mati!
Pek-i Liong-ong lalu berdiri perlahan-lahan diikuti oleh
beberapa pasang mata yang berurai air mata di dekatnya.
Orang tua itu menatap tubuh Chu Bwee Hong dengan tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah sedihnya. Sungguh malang benar gadis ini, dia
membatin. "Bagaimana"..lo".lo-cianpwe?" Souw Lian Cu menyentuh
lengan Pek-I Liong-ong dan bertanya dengan suara sendu.
Gadis remaja ini merasa sangat sedih dan pilu. Hatinya seperti ditimbuni oleh perasaan bersalah terhadap wanita itu, yang semula sangat membencinya tetapi ternyata sangat baik
kepadanya itu. Wanita itu ternyata mengorbankan nyawanya
demi dia! "Ooooh......!" Souw Lian Cu mengguncang lengan Pek-i
Liong-ong dengan keras ketika orang tua itu tidak segera
menjawab pertanyaannya. "Lo-cianpwe........ me.... mengapa diam saja" Lekas katakan....... bagaimana dengan Hong Ci-ci "
Apakah dia masih bisa diselamatkan " Lo-cianpwe....... locianpwe...." "Dia telah..... mati!" orang tua itu akhirnya menjawab singkat.
"Ci-ciiii........!" Souw Lian Cu menjerit keras sekali. Dengan mata bercucuran gadis itu mengedarkan pandangannya ke
arah Siok Eng, Pek Lian dan Seng Kun. Tapi gadis itu segera mendekap mukanya ketika dilihatnya orang-orang itu
memandang kaku kepadanya, seolah-olah semuanya
mempersalahkan dirinya. "Oh, tidak"..tidak! Ci-ci kau tidak boleh mati! Kau boleh
kawin dengan ayah sekarang. Aku tidak akan menghalanghalanginya lagi. Aku telah menyadari bahwa hatiku selama ini memang buta, tidak dapat melihat ketulusan dan kebaikan
budimu kepadaku".huhuhu".!" Souw Lian Cu menangis
sejadi-jadinya, tampak benar betapa menyesalnya dia!
Tentu saja pernyataan yang diucapkan oleh gadia itu
benar-benar sangat mengejutkan para pendengarnya,
terutama Siok Eng dan Pek Lian ! Tapi dengan demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka lantas bisa meraba-raba, apa yang sebenarnya telah
terjadi antara Chu Bwee Hong dan keluarga Souw.
Chu Seng Kun yang duduk berjongkok di samping mereka
masih kelihatan termangu-mangu bagaikan patung batu yang
tak bernyawa. Pemuda itu seperti tidak melihat dan
mendengar ribut-ribut yang terjadi di dekatnya, matanya
memandang kosong ke depan, mulut terkatup rapat, dan
tangannya yang terkulai di samping tubuhnya itu tampak
mencengkeram pasir di bawahnya !
Kelihatan benar bahwa pemuda itu bertahan untuk tidak
menangis, tetapi dari pelupuk matanya yang terbuka lebar itu tampak dengan jelas air matanya turun tak ada habisnya.
Sekali-sekali wajahnya menunduk sebentar, menatap wajah
adiknya yang terkulai diam di depannya. Walaupun wajah itu kotor dan berlepotan darah, tapi kecantikannya tetap tampak cemerlang.
Seng Kun semakin tidak bisa membendung deras air
matanya. Terbayang dalam pikirannya semua kenangan
tentang adik satu-satunya itu. Dari kecil mereka berdua selalu menderita bersama. Sejak ayahnya pergi meninggalkan
mereka dan ibunya, karena ayahnya ditangkap oleh tentara
mendiang Kaisar Chin sampai mereka berdua diambil anak
angkat oleh kakaknya sendiri karena ibunya juga meninggal, mereka berdua selalu bersama-sama. Mereka selalu
merasakan susah dan gembira bersama, sehingga pada suatu
hari mereka berdua juga terpaksa pergi dari rumah kakeknya karena kakek dan neneknya telah dibunuh orang pula.
Makin dipikirkan Seng Kun semakin merasa kasihan
terhadap adiknya. Adiknya hampir tak pernah merasakan
kebahagiaan. Semenjak kecil hingga dewasa dia selalu
menderita. Sampai ketika ia mulai jatuh cinta kepada seorang pria-pun ia mengalami kekecewaan. Pria tersebut ternyata
telah beristeri dan punya anak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bwee Hong......" Seng Kun mengeluh dengan bibir gemetar. ''Sungguh kasihan benar nasibmu, adikku".."
Hampir saja Seng Kun tak bisa menahan sedu-sedannya.
Untunglah dengan kekerasan hatinya ia mampu menindasnya.
Untuk yang kesekian kalinya pemuda itu menatap wajah
adiknya kembali. Wajah itu masih tetap tak berubah, masih
tampak ayu dan cantik bukan main, seolah-oIah kulit itu tidak menjadi beku dan pucat. Sayang wajah yang sangat ayu itu
ternyata tidak membawakan keberuntungan dan kebahagiaan
kepada pemiliknya, tetapi justru mengundang bahaya dan
malapetaka terhadap adiknya.
Seorang lelaki dengan akal busuknya telah menipu dan
menjebak adiknya, sehingga pada suatu hari Chu Bwee Hong
hilang lenyap tak tentu rimbanya. Dua tahun lamanya dia
mencari, naik gunung mendaki bukit, menyusup hutan dan
desa tanpa mengenal lelah. Dia tak memikirkan lagi keadaan dirinya, sampai-sampai tunangannya sendiripun telah
dilupakannya, sehingga banyak orang yang menganggap
dirinya telah menjadi gila.
Tiba-tiba Seng Kun mengeretakkan giginya. Setelah dua
tahun dia mengalami penderitaan yang tidak ringan, dan kini bisa bertemu dengan adiknya....... ternyata dia cuma bisa
memeluk mayatnya! Di depan matanya Chu Bwee Hong
dibunuh orang, dibunuh oleh.... lelaki buruk yang menipu
adiknya itu! "Bangsaaaaat...!" tiba-tiba pemuda itu berteriak keras sekali, sehingga mengagetkan yang lain-lain. "Demi
Tuhan....... aku tidak akan berhenti memburu engkau untuk
mencincang dan membunuhmu!" geramnya lagi. Hampir saja dia meloncat untuk memburu Hek-eng-cu, untunglah Pek-i
Liong-ong mendekapnya dari belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 24 "SENG KUN". mau kemana kau?" orang tua itu
menghardik. "Aku akan mengejar Hek-eng-cu !"
"Huh!" Pek-i Liong-ong mendengus, lalu melepaskan dekapannya. "Kemana engkau hendak mengejar dia ?"
Chu Seng Kun tergagap. "Entahlah.....!"
Pek-i Liong-ong tersenyum kecut. Tangannya menyentuh
pundak Chu Seng Kun dan menyuruhnya duduk. "Kalau begitu jangan gegabah"..! Pikirkanlah dahulu apa yang hendak
engkau kerjakan, baru bertindak lebih lanjut! Marilah kau
duduk dahulu, lo-hu hendak berbicara sedikit denganmu".!"
"Ko-ko, apa yang dikatakan oleh lo-cianpwe itu memang benar. Kautenangkanlah dahulu hatimu"!" tiba-tiba Kwa Siok Eng ikut membujuk dengan suara halus.
Chu Seng Kun terperanjat. Suara merdu yang hampir satu
tahun tak pernah didengarnya itu benar-benar bagaikan
tetesan embun yang menyejukkan hatinya.
"Eng-moi, kau........?" sapanya lirih hampir tak terdengar suaranya.
Segala macam perasaan, kaget, gembira, rindu, sedih
bergolak memenuhi rongga dadanya. Chu Seng Kun hampirhampir pemuda itu tak mempercayai pandang matanya
sendiri. Tapi karena hatinya baru menderita kesedihan akibat kematian adiknya, semua perasaan tersebut hanya tertahan
saja di hatinya. Pemuda itu hanya menatap tunangannya,
kekasihnya dari tempatnya berdiri seakan tak percaya. Tapi semua orang tahu belaka apa yang terkandung di dalam hati
pemuda itu terhadap tunangannya. Sinar mata pemuda itu
ketika menatap kekasihnya seakan telah mengungkapkan
semuanya ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah ?"!" akhirnya Chu Seng Kun menundukkan
kepalanya, lalu duduk di atas pasir seperti yang diperintahkan oleh Pek-i Liong-ong. "Lo-cianpwe, silahkan berbicara.....!"
angguknya kepada ketua Aliran Mo-kauw tersebut.
Pek-i Liong-ong memegang lengan Chu Seng Kun,
kemudian dengan pandang mata bersungguh-sungguh orang
tua itu berkata, "Seng Kun, di antara kita semua yang menyebut dirinya ahli waris dari ilmu-ilmu mendiang Bu-eng-sin Yok-ong, banyak yang telah mampu mempelajari ilmu silat ciptaan beliau dengan sempurna. Tapi yang amat
menyedihkan". hanya seorang saja selama ini yang mampu
mewarisi ilmu pengobatannya yaitu Bu Kek Siang, kakekmu
atau ayah angkatmu! Sayang karena kesalahpahaman yang
berlarut-larut dia telah terbunuh oleh muridku ... " orang tua itu menghentikan kata-katanya sejenak untuk mengambil
napas, lalu dengan nada sedih ia melanjutkannya lagi. "Coba kakekmu itu masih hidup..... kukira adikmu justru bisa
diselamatkan jiwanya."
"Hah".."!?" Chu Seng Kun melompat saking kagetnya.
"Adikku dapat diselamatkan" Me... mengapa lo-cianpwe
berkata begitu" Bu". bukankah Chu" Chu Bwe Hong
telah"telah ".telah tiada ?" dengan suara tinggi tapi seret sekali pemuda itu berseru.
Tentu saja gerakan Chu Seng Kun yang amat mendadak,
selagi semuanya telah kembali tenang itu juga mengagetkan
pula orang-orang di sekitarnya. Otomatis Pek-i Liong-ong, Kwa Siok Eng dan Ho Pek Lian serta yang lain-lainnya, bangkit pula dengan segera! Kwa Siok Eng dengan cepat memeluk lengan
pemuda itu, suaranya bergetar ketika berusaha membujuk
tunangannya. "Ko-ko, tenanglah".! Pek-i Liong-ong lo-cianpwe belum selesai berbicara........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, twa-ko". biarlah Pek-i Liong-ong Lo-cianpwe
menyelesaikan dahulu kata-katanya!" Ho Pek Lian ikut
menenangkannya. Yang paling runyam menghadapi semua kejadian itu adalah
orang-orang Bing-kauw yang tadi datang bersama dengan Chu
Bwee Hong ! Rasanya mereka menjadi salah tingkah untuk
berbuat sesuatu ! Sebenarnya, melihat keadaan isteri suhu mereka itu,
mereka sudah gatal tangan untuk berbuat sesuatu. Rasarasanya Put-sia Nio-cu dan kedua orang kakak
seperguruannya. Put swi-kui dan Put ming-mo. sudah tidak
tahan lagi untuk membiarkan tubuh Chu Bwee Hong
menggeletak di sana. Sebetulnya mereka ingin segera
mengangkat mayat itu pulang ke tempat mereka, dan mereka
ingin lekas-lekas mengantarkannya kepada guru atau ketua
mereka ! Tetapi melihat tubuh tersebut dipeluk dan diratapi oleh
beberapa orang muda yang tampaknya adalah keluarga atau
sahabat dari Chu Bwee Hong sendiri, malah agaknya salah
seorang diantaranya justru saudara kandung dari isteri suhu mereka itu, maka mereka menjadi ragu-ragu dan tak berani
mengganggu. Mereka bertiga hanya saling pandang dengan
bingung serta tak tahu apa yang seharusnya mereka lakukan.
Wajah mereka kelihatan tegang dan pucat.
Sementara itu Chu Seng Kun telah menjadi tenang kembali.
Perlahan-lahan Pek-i Liong-ong lalu mengajaknya duduk di
atas pasir seperti tadi. Ho Pek Lian dan yang lain-lain segera ikut duduk pula mengitari mereka, seolah-olah mereka takut tidak bisa mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh
ketua Aliran Mo-kauw tersebut.
Yap Tai-ciangkun yang telah selesai pula mengatur para
perajuritnya, perlahan-lahan juga datang menghampiri tempat itu. Tetapi melihat wajah-wajah mereka yang tegang,
panglima muda tersebut segera menghentikan langkahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Panglima itu tampaknya tak ingin mengganggu mereka,
apalagi di sana ada Ho Pek Lian, murid kesayangan kaisar
junjungannya. Maka wajahnya yang tampan itu segera
berpaling, kemudian mendongak ke atas. memandang ke arah
bintang-bintang yang mulai pudar karena langit telah mulai terang disentuh sinar matahari fajar. Beberapa saat kemudian kepalanya tertunduk kembali, mengawasi barisan para
perajuritnya yang berbaris pergi meninggalkan tempat itu.
Beramai-ramai mereka menggotong kawan-kawan mereka
yang terluka atau yang mati, naik ke atas tebing dipimpin oleh Gui goanswe.
"Lo-cianpwe, apakah ?" apakah maksud perkataan locianpwe tadi?" Chu Seng Kun yang telah menjadi tenang kembali itu menatap ke arah Pek-i Liong-ong dengan pandang mata penuh harap.
Sebaliknya orang tua itu tampak menghela napas dengan
hati-hati sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Baru
setelah beberapa saat kemudian ketua aliran Mo-kauw yang
amat terkenal itu membuka mulut untuk memberi keterangan.
Mula-mula dia berceritera tentang hal Bu-eng Sin-yok-ong dan Datuk-datuk Besar Persilatan yang hidup pada zamannya.
Kemudian dia juga bercerita tentang kehebatan dan
kedahsyatan ilmu orang-orang tua tersebut. Begitu
dahsyatnya ilmu mereka sehingga sepintas lalu mereka seperti dapat menciptakan sebuah mujijat !
"Seng Kun, engkau tentu pernah diberi tahu oleh Bu Kek Siang tentang tingkah maupun adat kebiasaan yang aneh-aneh dari mendiang Empat Datuk Besar Persilatan tersebut,
bukan" Misalnya, mereka berempat selalu saja berlombalomba meningkatkan kepandaian mereka masing-masing,
untuk kemudian setiap lima tahun sekali mereka mengadakan
suatu pertemuan guna memperlihatkan kehebatan ilmu
masing-masing !" "Ya..... yaa !" Chu Seng Kun mengangguk-angguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"........ Dan kau tentu telah mendengar pula bahwa pada
pertemuan mereka yang terakhir di Gunung Hoa-san yaitu
sebelum mereka taklukkan satu-persatu oleh kakek Souw,
masing-masing telah sempat mengeluarkan kehebatan dan
kedahsyatan ilmu mereka......"
"Ya ...... yaa, benar !"
"Nah, di dalam pertemuan itulah Bu-eng sin-yok-ong telah
membuat suatu mukjijat di depan lawan-lawannya, sehingga
mereka menjadi takluk dan menjunjungnya sebagai orang
yang terlihai diantara mereka berempat........"
"Ehmmm.....ya ?"
"Seng Kun, tahukah kau mukjijat apakah yang telah
dipertunjukkan oleh mendiang cikal bakal perguruan kita itu ?"
"Aku". aku.... " Seng Kun tidak bisa segera menjawab.
Pek-i Liong-ong tersenyum. "Mendiang suhu waktu itu".


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghidupkan kembali seekor kelinci yang sengaja telah
dibunuh lebih dahulu oleh mereka !" katanya penuh rasa kagum dan bangga. Di dalam mengucapkan kata-kata
"menghidupkan kembali" tadi Pek-i Liong-ong sengaja mengejanya dengan perlahan tapi nadanya jelas dan keras,
sehingga Chu Seng Kun bagai diketuk hati dan perasaannya.
"Ouhhh"..?"!" pemuda itu berdesah dengan termangumangu. Matanya menjadi kosong ke depan, sementara
bibirnya yang pucat itu bergetar dengan tegang.
"......Menghidupkan kembali...... ya, menghidupkan kembali seekor kelinci yang telah mati! Ahh"."
Tiba-tiba pemuda itu melesat ke depan melewati kepala
Souw Lian Cu yang duduk di mukanya! Dengan amat tangkas
lengannya menyambar mayat Chu Bwee Hong,.......dan
membawanya ke tempat yang bersih dan terlindung diantara
batu-batu karang yang berserakan di pantai itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja yang lain-lain menjadi terkejut sekali, kecuali Pek-i Liong-ong. Orang tua itu segera mencegah Kwa Siok Eng dan kawan-kawannya yang hendak mengejar pemuda
tersebut. "Jangan khawatir ! Biarlah dia mengerahkan segala
kemampuannya untuk menghidupkan kembali adiknya, mogamoga berhasil dan belum terlambat! Marilah kita ikut
berdoa..........!" "Menghidupkan kembali......" Bagaimana mungkin?" Put ming-mo dan Put-swi kui berdesah tak percaya. Begitu pula
dengan Souw Lian Cu dan Put sia Nio-cu. Sementara Yap Tai
ciangkun yang juga mendengar apa yang dikatakan oleh ketua Aliran Mo-kauw tadi ikut menjadi terheran-heran pula. Tapi panglima muda yang juga seorang keturunan dari salah
seorang Datuk Besar Persilatan itu, pernah pula mendengar
cerita tentang kelinci tersebut dari ayahnya.
"Sudahlah, kalian tak usah heran! Mendiang Bu-eng Sinyok-ong memang mempunyai ilmu pengobatan yang susah
diukur tingginya. Dan diantara seluruh anak cucu muridnya
mungkin hanya pemuda itulah yang dapat mewarisi ilmu
kepandaiannya tersebut........ " Pek-i Liong-ong memberi keterangan lagi.
Demikianlah, dengan perasaan tegang dan hati berdebar
mereka menantikan hasil pengobatan itu. Yap Tai-ciangkun
tampak menghampiri Pek-i Liong-ong dan berbicara satu sama lain dengan suara lirih. Sedangkan Souw Lian Cu paling
tampak gelisah dan tegang diantara semuanya, kelihatan
mondar-mandir dengan air mata tetap bercucuran. Sementara
Kwa Siok Eng, Ho Pek Lian dan tiga orang murid Bing-kauw itu juga tampak gelisah bukan main. Cuma mereka bisa sedikit
menahan diri sehingga tidak mondar-mandir seperti Souw Lian Cu. Mereka hanya berdiri diam dengan mata tak berkedip,
memandang ke arah mana Chu Seng Kun tadi membawa
adiknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Seng Kun sendiri setelah selesai membaringkan tubuh
Chu Bwee Hong di tempat yang bersih dan terlindung, segera membuka semua pakaian yang melekat di badan gadis itu.
Sejenak pemuda itu menatap wajah adiknya yang tetap
gilang-gemilang meskipun wajah itu dikotori oleh pasir dan bercak-bercak darah roti yang membeku. Sedikitpun kulit itu tidak menjadi pucat membiru ataupun menjadi kaku
membeku. Malah ketika tangannya meraba pipi dan dahi
adiknya, kulit tersebut juga tidak terasa dingin seperti
layaknya seorang yang sudah mati.
"Benar! Benar........ dia belum mati ! Dia belum mati! Aku harus mencobanya........ aku harus mencobanya! Ya, Tuhan"
aku harus mencoba menggunakan ilmu Mengikat Nyawa
Menyambung Jalan Darah itu, mulutnya berkemak-kemik
seperti orang yang sedang berdoa.
Beberapa saat lamanya Chu Seng Kun termenung,
mengingat-ingat catatan yang pernah dibacanya dalam buku
ilmu pengobatan peninggalan Bu-eng Sin-yok-ong. Di bagian
akhir dari buku tersebut ada tertulis sebuah catatan tentang batas "mati-hidup" manusia atau binatang di mata seorang tabib atau seorang ahli pengobatan !
Menurut Bu-eng Sin-yok-ong mati itu ada dua macam, yaitu
yang ia namakan mati sempurna dan mati belum sempurna !
Kadang-kadang di dalam masyarakat umum, seseorang telah
dianggap mati hanya karena detak nadinya sudah tidak ada
lagi atau pernapasannya telah berhenti berjalan. Padahal
anggapan seperti itu belum tentu benar. Mungkin orang itu
memang sudah tidak bernapas lagi dan urat nadinya juga
sudah tidak berdenyut pula, tetapi apabila alat-alat tubuh penting lainnya, seperti jantung atau yang lain, masih tetap tetap berfungsi, meskipun lemah sekali, bagi Bu-eng sin-yok-ong keadaan seperti itu belum dapat disebut mati. Bagi
seorang tabib seperti dia kematian yang demikian ini ia sebut sebagai kematian belum sempurna. Dan kematian seperti ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih dapat ditolong bila pertolongan lekas-lekas diberikan kepadanya. Biasanya kematian belum sempurna itu terjadi
pada kematian-kematian mendadak, seperti disambar petir,
jatuh, terkena benda keras atau terkena pukulan yang
mengandung tenaga dalam seperti halnya Chu Bwee Hong
tadi. Di dalam buku tersebut juga disebutkan oleh Bu-eng Sinyok ong, bahwa tindakan pertama yang harus dikerjakan
untuk menolong kematian yang belum sempurna itu adalah
lekas-lekas membantunya untuk mengaktifkan kembali denyut
jantung dan jalan pernafasannya. Adapun cara-caranya juga
diuraikan dengan jelas dan terperinci oleh Bu-eng sin-yok-ong.
Setelah yakin apa yang harus ia kerjakan menurut
petunjuk-petunjuk di dalam buku pengobatan itu, Seng Kun
segera mengeluarkan semua alat-alat pengobatan yang selalu dibawanya. Diambilnya beberapa buah jarum emas yang
mempunyai bentuk yang beraneka-warna lalu dengan lincah
jari-jarinya menari-nari mengurut dan menusukkan belasan
jarum tersebut ke dalam daging dan urat di seluruh badan
adiknya. Kemudian jari telunjuknya berkelebatan dengan gesit sekali menotok berbagai jalan darah di tubuh Chu Bwee Hong.
Lalu yang terakhir telapak tangan kanannya menekan dada
adiknya, persis pada jantungnya ! Bersamaan dengan
hentakan-hentakan tangannya pada dada itu, Chu Seng Kun
meniupkan udara bersih melalui mulut adiknya.
Berulang-ulang hal itu dilakukan oleh Chu Seng Kun
sehingga peluhnya mulai bercucuran membasahi pakaiannya.
Sebenarnya apa yang dia kerjakan itu bukanlah suatu
pekerjaan yang berat, bahkan pemuda itu tak pernah
meninggalkan tempatnya. Yang tampak sibuk bekerja keras
hanyalah sepasang lengannya saja.
Tapi yang amat melelahkan bagi Chu Seng Kun adalah
caranya berkonsentrasi untuk mengerahkan tenaga sakti,
kemudian mengaturnya sesuai dengan petunjuk di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buku, dan selanjutnya membagi tenaga sakti tersebut sesuai dengan aturannya dalam menotok, mengurut serta dalam
membenamkan ujung jarum emasnya ! Semuanya harus
tepat, tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, karena
semuanya telah mempunyai takarannya sendiri-sendiri !
Kesalahan sedikit saja akan bisa menggagalkan usahanya !
Perlahan-lahan wajah yang pucat itu berubah menjadi
kemerah-merahan dan sedikit demi sedikit jantung yang
bergetaran lemah itu mulai berdenyut kembali. Gelembung
paru-paru yang semula juga sudah berhenti bekerja itu kini tampak berfungsi kembali. Dan akhirnya api yang telah padam itu kini mulai tampak menyala kembali !
Kemelut Di Majapahit 4 Tokoh Besar Karya Khu Lung Lauw Pang Vs Hang Ie 2

Cari Blog Ini