Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 18

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 18


Bukan main suka-citanya Chu Seng Kun! Teori ilmu
pengobatan yang ia dapatkan dari buku peninggalan Bu-eng
Sin-yok-ong dan baru kali ini ia mencobanya, ternyata berhasil dengan sukses. Adiknya yang oleh semua orang telah
dianggap mati itu kini ternyata telah berhasil ia hidupkan kembali !
"Ya, Tuhan...... terima kasih atas karuniaMu !" pemuda itu berbisik, dan saking tidak kuat menahan luapan
gembiranya..... tubuhnya justru menjadi lemas, kemudian
tergeletak pingsan! Pingsan di samping tubuh adiknya yang
justru semakin menjadi sadar.........
Sementara itu Souw Lian Cu yang tidak lagi mengendalikan
ketegangan hatinya, mulai bermaksud mendatangi tempat di
mana Chu Seng Kun mengobati adiknya. Ho Pek Lian dan Kwa
Siok Eng cepat-cepat mencegahnya.
"Lian Cu". kau jangan mengganggunya. Itu sangat
berbahaya bagi mereka. Goyahnya konsentrasi Chu twa-ko
akan bisa menggagalkan semua usahanya. Biarlah Chu twako
mengerahkan kemampuannya dengan tenang....." Ho Pek Lian
membujuk. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Lian Cu menghentikan langkahnya. Matanya menatap
wajah Ho Pek Lian yang cantik itu dengan bimbang.
"Kau......kau siapa ?" cetusnya dengan dahi berkerut.
Ho Pek Lian saling pandang dengan Kwa Siok Eng, lalu
keduanya mencoba untuk tersenyum meskipun tidak berhasil.
Kegelisahan dan ketegangan hati mereka tentang nasib Chu
Bwee Hong membuat mereka tak bisa tersenyum dengan baik
biar sekilaspun ! "Lian Cu, apakah kau sudah lupa kepada kami ?" akhirnya Ho Pek Lian berkata, "Memang, kalau kau tadi tidak
memperkenalkan dirimu di hadapan Hek-eng-cu, kamipun
tidak mengenalmu lagi...... Kau sudah begitu besar dan cantik sekarang."
Souw Lian Cu semakin menjadi bingung. Rasa-rasanya dia
memang pernah bertemu dengan kedua orang gadis cantik di
depannya itu, tapi ia sudah lupa di mana ia pernah
melihatnya. Agaknya Ho Pek Lian merasakan pula
kebingungan Souw Lian Cu tersebut, buktinya dia segera
menerangkan siapa adanya mereka.
"Agaknya ketegangan dan kegelisahanmu itu telah
membuat kau sukar mengingat-ingat siapa kami ini....... Lian Cu, kalau kau masih ingat kepada Chu Bwee Hong tentunya
kau juga masih ingat kepada cici Siok Eng ini, karena gadis ini adalah tunangan Chu Seng Kun, kakak dari Chu Bwee Hong
itu. Dan aku adalah Ho Pek Lian, sahabatnya....." Ho Pek Lian menghentikan kata-katanya sebentar untuk melihat kesan di
wajah Souw Lian Cu lalu dengan perlahan tapi jelas gadis itu melanjutkan keterangannya. "Dan kami semua ini adalah......
sahabat-sahabat erat ayahmu !"
"Ooooh......!" Souw Lian Cu menjerit, kini dia telah
mengingat kembali gadis-gadis yang dulu pernah melepas
budi kepadanya itu. Dengan cepat gadis remaja itu menubruk dan menangis di dada Ho Pek Lian !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciciiii........ aku telah berdosa ! Aku telah berdosa !"
ratapnya menyedihkan. "Berdosa " Berdosa kepada siapa " Ah, kau jangan berpikir yang bukan-bukan........! Lian Cu, marilah........tenangkanlah hatimu !"
"Tidak ! Tidak! Oooh....... aku benar-benar orang yang berdosa !" Souw Lian Cu tetap menjerit- jerit di dada Ho Pek Lian.
"Lihatlah, cici....... tangan kiriku ini ! Dahulu cici Bwee Hong yang mengobati ketika putus akibat senjata San-hek-houw.
Mungkin aku sudah mati kehabisan darah kalau ci-ci Bwee
Hong tidak ada! Dia sungguh baik sekali kepadaku. Sebaliknya akulah orang yang rendah budi dan tak tahu kebaikan orang.
Aku pernah menjadi marah dan tak mau menemui cici Bwee
Hong ketika dia datang mengunjungi ayahku. Aku malah
minggat dari rumahku, karena tak ingin melihat dia bertemu dengan ayahku. Uhh-huu"..betapa jahatnya aku."
"Sudahlah, Lian Cu".kau tak perlu menyesalinya !
semuanya telah berlalu, kau tak usah memikirkannya lagi !"
Ho Pek Lian membujuk. "Aku tak usah memikirkannya lagi" Uhh-huuu".tidak
mungkin! Cici Bwee Hong begitu baiknya, tak mungkin aku
dapat melupakannya"..! Cici Pek Lian dapat melihat sendiri tadi, dalam keadaan terluka parah dia tetap mengorbankan
dirinya untukku, uhh-huuu"..!"
Ho Pek Lian tak kuasa lagi membujuk gadis itu, begitu pula dengan Kwa Siok Eng, sehingga kedua gadis itu terpaksa
membiarkannya menangis terus. Menghadapi keadaan seperti
itu Pek-i Liong-ong juga tidak bisa berbuat apa-apa. Orang tua itu hanya dapat bersedakap memeluk dada sambil mengelus-elus jenggotnya. Sedangkan Put-sia Nio-cu dan kedua orang
suhengnya, yang sejak semula memang belum mengenal
Souw Lian Cu juga diam saja menyaksikannya. SebentarTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar mereka malah menoleh ke tempat di mana su-bo
mereka tadi hilang dibawa Chu Seng Kun.
Sementara itu di tempatnya berbaring Chu Bwee Hong
lambat laun mulai menemukan kesadarannya kembali.
Perlahan-lahan matanya terbuka dan beberapa saat lamanya
mata itu dikejap-kejapkan karena tak tahan menatap sinar
matahari yang mulai menerangi langit. Lengan yang putih
mulus itupun mulai bergerak pula, demikian juga kakinya, dan tidak lama kemudian tubuh yang molek tanpa penutup badan
barang sesobekpun itu, mulai bergerak untuk duduk.
Angin laut yang dingin menggigilkan itu membuat Chu
Bwee Hong menjadi terkejut dan sadar bahwa tubuhnya
dalam keadaan telanjang sama sekali. Sekejap matanya
terbelalak, bayangan Hek-eng-cu yang pernah
memperkosanya berkelebat dalam benaknya !
Apalagi ketika ia menoleh, dilihatnya seorang pemuda
menggeletak di sampingnya !
Mata yang semula redup itu mendadak menjadi beringas !
Dengan tangkas gadis itu bangkit berdiri, tapi tiba-tiba
tubuhnya terjatuh kembali, dari mulutnya mengalir darah
segar. Ternyata luka dalamnya yang amat parah tadi
menghalangi gerakannya. Otomatis Chu Bwee Hong
mendekap dadanya dan untuk kedua kalinya gadis itu........
terperanjat bukan kepalang ! Cuma rasa kagetnya kali ini
diikuti oleh perasaan gembira.
Begitu mendekap dadanya gadis itu segera menyentuh
belasan jarum emas yang tadi dibenamkan di sekujur
badannya oleh Chu Seng Kun. Jarum-jarum tersebut mencuat
di berbagai tempat diatas dada, perut dan lehernya, bagaikan anak-anak panah kecil yang menancap ke dalam dagingnya.
Dan begitu melihat jarum-jarum emas itu Chu Bwee Hong
segera mengenal jarum-jarum yang sering dipergunakan oleh
keluarganya dalam pengobatan. Maka gadis itu segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menoleh serta memperhatikan pemuda yang terlentang di
sampingnya itu. "Ko-ko.........."!?" Chu Bwee Hong segera mengenali wajah kakaknya.
Ditubruknya tubuh Chu Seng Kun dan dibenamkannya
kepalanya ke dada kakaknya yang telah dua tahun Iebih
ditinggalkannya itu. Meskipun tubuh itu diam saja tak
bereaksi, Chu Bwee Hong tetap saja memeluknya dengan
perasaan rindu. Terdengar sedu-sedan dari dalam dada gadis yang cantik bagai bidadari tersebut.
Perlahan-lahan Chu Seng Kun siuman pula dari pingsannya,
dan begitu sadar pemuda itu segera terkejut melihat ada
orang yang memeluknya. Dia segera bangkit sehingga tubuh
Chu Bwee Hong yang menindihnya ikut terbawa pula.
Tapi serentak tahu siapa yang sedang memeluk dirinya,
Chu Seng Kun segera membalas memeluk pula. Air matanya
tak dapat ia bendung pula, sehingga mengalir turun
membasahi rambut adiknya.
"Ko-ko........ kau kurus sekali ......." Chu Bwee Hong melepaskan diri dari pelukan kakaknya, kemudian mengawasi
mata kakaknya yang cekung seperti tengkorak itu.
Chu Seng Kun tersenyum dan di dalam senyuman itu
tampak benar perasaan bahagianya.
"Tentu saja badanku kurus sekali, karena dua tahun
lamanya aku berjalan tanpa mengenal lelah mencarimu........"
"Aku sungguh berdosa kepadamu, ko-ko....."
"Sudahlah, jangan pikirkan itu! Kita telah dipertemukan kembali oleh Tuhan, sungguh betapa bahagianya hatiku. Nanti kita bercerita yang banyak. Sekarang marilah kita menemui
teman-teman lama kita.......! Eh, pakaianmu !"
"Ohh !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, tadi dalam keadaan panik tergesa-gesa semua pakaianmu telah kurobek-robek. Tidak sabar rasanya
menunggu untuk melepaskannya. Nih, kaupakai sajalah
pakaianku ! Biarlah aku memakai bekas-bekas kain
sobekanmu. Nanti aku meminjam kepunyaan orang."
Kedua orang kakak beradik itu lalu keluar dari tempat
tersebut dan berjalan ke arah dimana Pek-i Liong-ong dan
yang lain-lain telah menunggu.
"Hei, Lian Cu".lihatlah! Ci-ci Bwee Hong telah hidup
kembali"..!!" Ho Pek Lian dan Kwa Siok Eng berteriak sekali begitu melihat Chu Bwee Hong dan Chu Seng Kun muncul di
hadapan mereka. "Hah" Mana".." Oh, ci-ciii".!" Souw Lian Cu menjerit
sekuat-kuatnya serentak melihat Chu Bwee Hong benar-benar
datang menghampiri mereka.
Gadis itu bergegas melepaskan diri dari pelukan Ho Pek
Lian, lalu bagaikan seekor anak kijang yang menyongsong
kedatangan induknya dia meloncat ke arah Chu Bwee Hong.
Tapi belum juga sampai, tiba-tiba tubuhnya terjerembab ke
depan dan tersungkur di atas pasir.
"Lian Cu.....!" Ho Pek Lian dan Chu Bwee Hong berteriak
berbareng, dan keduanya segera melesat ke depan untuk
menolong. Tapi Chu Seng Kun cepat-cepat menahan adiknya.
"Sabar........! Kau jangan terlalu banyak mengeluarkan tenaga, tubuhmu masih lemah dan luka dalammu belum sempat
kuobati. Biarlah aku saja yang menengok gadis itu,
kelihatannya diapun sedang menderita luka dalam pula seperti engkau."
Chu Seng Kun melangkah dengan cepat menghampiri Souw
Lian Cu yang sudah dipeluk oleh Ho Pek Lian. Sementara itu Put-sia Nio-cu dan kedua orang suhengnya bergegas
menyongsong Chu Bwee Hong. Dengan perasaan gembira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang meluap-luap Put-sia Nio-cu merangkul pinggang Chu
Bwee Hong. Sedangkan Pek-I Liong-ong dan Yap Tai-ciangkun
hanya saling pandang saja dengan takjub.
"Bukan main"..bukan main! Anak itu benar-benar berhasil
menandingi kehebatan Bu-eng Sin-yok-ong!" Pek-I Liong-ong
berdesah kagum. "Ya"..yaa, sungguh tidak masuk diakal".orang mati dapat
dihidupkan kembali." Yap Tai-ciangkun menggeleng-gelengkan kepalanya pula.
Keduanya, Pek-i Liong-ong dan Yap Tai-ciangkun, lalu
melangkah pula mendekati Souw Lian Cu. Mereka melihat
gadis itu pucat-pasi wajahnya. Chu Seng Kun dengan cekatan mengurut dan menotok di beberapa bagian tubuhnya,
kemudian sambil menekan di bagian perut Souw Lian Cu, Chu
Seng Kun memasukkan hawa hangat dari dalam tubuhnya.
Dan perlahan-lahan kulit muka Souw Lian Cu berubah
menjadi kemerah-merahan kembali.
"Nah, selesailah sudah......" Chu Seng Kun berkata sambil tersenyum. "Ini ada lima butir pil, harap nona minum satu persatu setiap hari, niscaya luka itu akan sembuh dengan
segera !" "Terima kasih, twa-ko......." Souw Lian Cu mengangguk.
Gadis itu lalu bangkit berdiri, matanya menatap kesana
kemari mencari Chu Bwee Hong. Dan begitu melihat orang
yang dicarinya berdiri tak jauh darinya, ia segera melesat menghampiri.
"Ci-ciiiii......!" serunya lantang.
"Lian Cu !" Chu Bwee Hong meninggalkan murid-murid suaminya,
kemudian menyongsong kedatangan Souw Lian Cu. Mereka
saling berpelukan seperti halnya seorang ibu dan anak yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah lama tidak berjumpa. Rasa-rasanya semua kerinduan
mereka telah mereka curahkan pada saat itu juga.
"Ci-ci.... kaumaafkanlah aku, aku telah berdosa besar terhadapmu. Aku sekarang benar-benar sudah menyadari,
betapa rendahnya budiku..... Kau memang seorang yang
sangat baik dan berbudi luhur....."
"Hei, anak manis....... kau ini omong apa" Siapa yang berdosa dan siapakah yang rendah budi itu" Kau jangan
berkata yang bukan-bukan.... !"
"Sudahlah, ci-ci....... kau jangan menggoda aku ! Aku telah benar-benar bertobat dan takkan mau mengulanginya lagi.
Sekarang marilah kita bersama-sama pulang menemui
ayah".! Kita hidup bersama menjadi satu..... dan akan
menjadi satu keluarga yang berbahagia. Ohhh, alangkah
senangnya......! Eh, ci-ci.....tahukah kau" Setiap saat ayah selalu memikirkanmu. Setiap hari dia selalu melamun, tapi
oleh karena takut ketahuan aku, maka ayah selalu
menyembunyikannya..."
"Oh, Tuhan.......!" Chu Bwee Hong berdesah dengan hati tak keruan rasa.
Untuk beberapa saat lamanya wanita ayu itu tak bisa
berkata-kata, apalagi untuk menjawab ajakan Souw Lian Cu
tadi. Wajahnya mendongak ke arah awan yang berarak
melintasi udara di atas pantai itu. Tampak benar betapa
sedihnya sinar mata tersebut.
Memang tak bisa disalahkan. Sejak dahulu, sejak dia masih
gadis Chu Bwee Hong hanya mempunyai satu keinginan, satu
cita-cita, seperti juga gadis-gadis yang lain, yaitu menikah dan hidup bersama dengan orang yang amat dicintainya. Dan
orang itu tidak lain adalah....... Souw Thian Hai, ayah Souw Lian Cu ! Tapi itu........ dahulu !
Ternyata Tuhan telah menentukan lain. Seseorang telah
menjebak dirinya dengan sebuah akal yang licik dan kotor,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga ia terjatuh dalam jebakan dan menjadi korban
kebiadaban orang itu. Chu Bwee Hong menderita aib dan
malu, sehingga akhirnya menjadi putus asa ! Dan dalam
keadaan tak ingin hidup itulah Put-ceng-li Lo-jin datang
menolongnya. Meskipun dengan tingkah dan gaya yang
sangat urakan, tapi ketua Aliran Bing-kauw itu ternyata dapat menyadarkan hatinya.
Akhirnya Chu Bwee Hong dibawa oleh orang tua itu ke
gedung pusat Aliran Bing-kauw. Dan ketika ia melahirkan anak haram itu, sekali lagi Put-ceng-li Lo-jin menolong aib yang telah mencoreng mukanya. Orang tua itu dengan
mengorbankan nama baiknya sebagai ketua sebuah Aliran
ternama, segera menikahinya dan mengakui bahwa anak yang
dilahirkan itu adalah anaknya. Dan selanjutnya orang tua yang sangat baik hati ini merawat mereka seperti layaknya seorang ayah yang merawat keluarga yang amat dicintainya.
Demikianlah, maka tak heran kalau wanita ayu itu menjadi
serba salah dan tak tahu apa yang mesti ia lakukan
menghadapi peristiwa seperti itu. Saking bingung dan
pepatnya, Chu Bwee Hong malah hanya berdiri saja
terlongong-longong di tempatnya. Hanya air matanya saja
yang keluar tak henti-hentinya, sebagai tanda bahwa hati dan perasaannya benar-benar hancur berserakan!
"Ci-ci, kenapa kau diam saja" Apa yang masih kauragukan Iagi " Bukankah...........?"
"Kurang ajar......!" tiba-tiba Put-sia Nio-cu berseru.
Murid bungsu Put-ceng-li Lo-jin itu melesat mendekati Chu
Bwee Hong dan Souw Lian Cu. Dengan perasaan tidak senang
gadis itu menuding ke arah Souw Lian Cu, suaranya keras
ketika berkata,"Hmm, bukankah kau gadis buntung yang
menghadang aku di KuiI Delapan Dewa beberapa hari yang
lalu" Kau sungguh gadis yang kurang ajar dan tak tahu
kesopanan....! Mengapa kau memaksa-maksa suboku untuk
pergi menemui ayahmu" Kau anggap suboku itu wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
macam apa " Huh, kau sungguh kurang ajar sekali terhadap
istri suhuku !" Telinga Souw Lian Cu menjadi merah seketika! Dengan
cepat gadis itu melepaskan diri dari pelukan Chu Bwee Hong.
Dengan tidak kalah garangnya Souw Lian Cu berteriak
lantang. "Apa katamu"." Aku gadis yang tidak tahu
kesopanan" Huh, jaga mulutmu ! Kau tahu siapa ci-ci Bwee
Hong ini" Dia adalah........"
?". isteri suhuku !" Put-sia Nio-cu memotong dengan cepat.
"Perempuan gila........! Kuhajar mulutmu!" Souw Lian Cu tak dapat mengekang lagi kemarahannya. Tangannya
bergetar, tenaga saktinya berpencar dari tantian (pusar)
menyebar ke seluruh tubuh. Tapi ketika melewati tempat di


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mana Souw Lian Cu tadi menerima pukulan Hek-eng-cu, gadis
itu menjerit keras dan tersungkur ke depan.
"Aduuuuh.................!"!"
"Lian Cuuuu......!" Chu Bwee Hong tiba-tiba tersadar dari lamunannya. Dengan cekatan wanita ayu itu menubruk Souw
Lian Cu dan memeluknya kembali.
Meskipun dadanya masih terasa sakit bukan main, Souw
Lian Cu meronta di dalam pelukan Chu Bwee Hong. Gadis itu
menatap Put-sia Nio-cu dengan beringas dan kalau Chu Bwee
Hong tidak memegangnya dengan kuat, mungkin dia sudah
menerjang murid bungsu Put-ceng-Ii Lo-jin tersebut.
"Lepaskan aku, ci-ci.....! Akan kugampar mulut kuntilanak yang menghina engkau itu! Masa cici dikatakan sebagai isteri tua bangka yang tak tahu aturan itu ....!" serunya marah.
Sungguh dapat dibayangkan bagaimana perasaan Chu
Bwee Hong pada saat itu. Begitu hebat pukulan tersebut
sehingga rasa-rasanya hatinya tidak kuat lagi
menanggungnya. Maju salah, mundur salah, tapi"..diampun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa-rasanya juga salah ! Meski demikian wanita ayu itu tak hendak melepaskan lengan Souw Lian Cu, jari jarinya dengan kuat mencengkeram lengan gadis remaja itu.
"Dia memang isteri su-huku! Mengapa engkau menjadi
marah " Apakah aku tidak boleh mengatakan yang
sebenarnya" Kurang ajar"..! Seharusnya engkaulah yang
harus kugampar mulutmu !" Put-sia Nio-cu berteriak pula tak mau kalah.
"Perempuan gilaaaa.... !" Souw Lian Cu tak kuat lagi menahan kemarahannya. Tapi Chu Bwee Hong semakin
bertambah kuat memegangnya, sehingga gadis yang mau
meluapkan kemarahannya itu menjadi heran dan tak tahu
maksud wanita ayu tersebut.
"Cici, mengapa kau......kau.... cegah aku?"
Chu Bwee Hong tak bisa menjawab. Kaku benar rasanya
lidahnya, sehingga tak sepatah katapun yang keluar dari
mulutnya. Sebaliknya air matanya tampak membanjir keluar
seolah sebagai pengganti dari jawaban yang seharusnya ia
berikan. Tentu saja keadaan itu semakin membingungkan hati Souw
Lian Cu. Gadis yang memang tidak mengetahui masalahnya
itu segera mengguncang-guncangkan lengan Chu Bwee Hong
yang memegangnya. Dengan hati penasaran gadis remaja itu
mendesak terus, sehingga akhirnya keluar juga jawaban dari mulut Chu Bwee Hong, meskipun seret dan hampir tak
terdengar sama sekali ! "Lian Cu, tolonglah".kalian".kalian jangan berkelahi satu
sama lain ! kalian".kalian berdua adalah orang-orang yang
ku"..kusayangi."
"Hah"!" Jadi"..jadi benar apa yang tadi dikatakan
oleh"..oleh perempuan gila itu" Cici"..memang sungguhsungguh isteri dari".dari Tua Bangka Tak Tahu Aturan
itu"..?" Souw Lian Cu cepat memotongnya, suaranya bergetar Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seakan-akan gadis itu telah menjadi ketakutan akan
kebenaran dari pertanyaannya itu.
Chu Bwee Hong melepaskan pegangannya, kemudian
menutup wajahnya dengan kedua belah telapak tangannya.
Suaranya sendat ketika menjawab,"Be"..benar, Lian
Cu"..ohhh!" Dan wanita ayu itu tersedu-sedu menyesali
nasibnya ! "Oh !" Souw Lian Cu terpekik, lalu jatuh terduduk di atas
pasir dengan tubuh lemas. Hilang sudah semua anganangannya tentang keluarga yang berbahagia itu !
Chu Seng Kun yang sejak tadi memang sengaja
membiarkan adiknya menyelesaikan urusannya sendiri itu, tak kalah pula kagetnya mendengar pernyataan tersebut. Adiknya menjadi isteri Put-ceng-li Lo-jin yang urakan itu" Benar-benar tidak masuk akal" Tapi".adiknya telah mengakuinya, sehingga hal itu memang benar-benar terjadi dan bukan sandiwara!
Perlahan-lahan pemuda yang amat ahli dalam pengobatan
itu mendekati adiknya, lalu memegang pundak yang
bergoyang-goyang karena menahan sedu-sedan tersebut.
Dengan rasa penuh kepahitan pemuda itu membujuk Chu
Bwee Hong. "Bwee Hong......! Sudahlah, jangan terlalu kaupikirkan
semua itu ! Kita dua bersaudara ini agaknya memang bernasib jelek. Tapi biarlah...... kita tak perlu terkecil hati, apalagi menyesalinya. Siapa tahu semuanya itu hanyalah merupakan
jalan untuk menuju ke arah kebahagiaan yang lebih
sempurna?" "Ko-ko........ oh, ko-ko !" Chu Bwee Hong menubruk dada Chu Seng Kun dan menangis seperti anak kecil.
Chu Seng Kun menghela napas panjang sekali. "Sudahlah, Bwee Hong........! Marilah kita pergi dahulu dari tempat ini !
Lihatlah, kita sudah dinantikan oleh banyak orang.......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong mengusap air matanya dengan ujung
lengan bajunya, kemudian dengan perasaan perih wanita ayu
itu melirik ke arah Souw Lian Cu dan Put-sia Nio-cu, yang
sedang menatap pula kepadanya dengan wajah pucat.
"Lian Cu...... Siau Put-sia, ikutilah aku! Kita selesaikan semuanya ini nanti dengan baik-baik. Marilah........" ajak Chu Bwee Hong tersendat-sendat.
Sernuanya lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Yap Tai-ciangkun bersama-sama dengan Pek-I Liong-ong
berjalan lebih dahulu, menaiki lereng tebing yang luas
tersebut. Di belakang mereka, Chu Seng Kun menggandeng
lengan adiknya. Dan paling belakang adalah rombongan Putsia Nio-cu ditambah dengan Souw Lian Cu, Ho Pek Lian dan
Kwa Siok Eng. Semuanya berjalan dengan mulut terkatup, tak seorangpun
yang membuka suara. Mereka berjalan melintasi rumpunrumpun perdu yang rusak berpatahan akibat pertempuran
malam tadi. Yap Tai-ciangkun dan Pek-i Liong-ong yang
berada di depan cepat mencapai ujung tebing. Di sana Yap Tai ciangkun telah dinantikan oleh empat orang pengawalnya dan seorang pemuda tegap gagah, yang tidak lain adalah.......
Hong lui kun Yap Kiong Lee, kakak Yap Tai-ciangkun sendiri!
"Twa-ko.....!" panglima muda itu menyapa kaget.
"Kim-sute ......! Pek-i Liong-ong Lo-cianpwe......!" Yap Kiong Lee menyambut kedatangan adiknya, lalu menjura kepada
ketua Aliran Mo-kauw tersebut.
"Ah, tak kukira putera Yap Lo-te (adik Yap) sudah demikian besar-besar dan hebat-hebat sekarang........" Pek-i Liong-ong menyambut penghormatan Yap Kiong Lee itu dengan
tersenyum. "Bagaimana dengan ayah dan ibumu " Baik-baik saja, bukan" Sudah, lama sekali lo-hu tidak berjumpa dengan mereka"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee saling pandang dengan adiknya, lalu dengan
gagap dan kikuk pemuda itu mengangguk-angguk.
"Yaa".yaa"..!" sahutnya terbata-bata.
Tentu saja orang tua itu menjadi heran tapi melihat kedua
orang kakak beradik itu tampaknya memang sedang berusaha
menyembunyikan sesuatu, maka orang tua itu tidak
mendesaknya lebih lanjut.
"Twa-ko, kenapa kedatanganmu terlambat benar"
Pertempuran telah selesai....." Yap Tai-ciangkun segera mengalihkan pembicaraan mereka.
Yap Kiong Lee mengambil napas lega. "Panjang
ceritanya........ Di tengah jalan aku berjumpa dengan Song-bun kwi Kwa Sun Tek. Dia ternyata telah mencium gerakan
pasukan sehingga dia bergegas mau pergi ke tempat ini untuk memberi peringatan kepada kawan-kawannya. Oleh karena itu
dengan segala daya-upaya aku mencoba menghalanghalanginya. Kami bertempur sambil berkejar-kejaran. Dia
selalu berusaha meloloskan diri dari hambatanku, tapi aku
juga tak mau melepaskannya. Hampir semalaman aku
bertempur dengannya. Akhirnya karena tak kuasa melepaskan
diri dari aku, orang itu nekad terjun ke dalam jurang, sehingga aku tak bisa mengejarnya lagi"."
''Oh, makanya Hek-eng-cu tadi cuma didampingi oleh orang
yang twa-ko katakan tinggi besar itu saja....."
Sementara itu Chu Seng Kun dan Chu Bwee Hong tiba pula
di atas tebing. Oleh Yap Tai-ciangkun kedua kakak beradik itu dibawa ke hadapan kakaknya. Mereka adalah sahabat-sahabat
lama. Dahulu, sekitar tujuh atau delapan tahun yang lalu,
mereka pernah berjuang bersama-sama membantu pasukan
Kaisar Han. Maka pertemuan antara Chu Seng Kun dan Yap
Kiong Lee itu benar-benar sangat menggembirakan kedua
belah pihak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari mulai muncul di ufuk timur dan pantai karang
yang indah itupun mulai bermandikan cahaya terang kemerahmerahan. Semua benda yang tersentuh oleh sinar itu rasarasanya menjadi semakin bertambah cantik dan
mempesonakan. Burung-burung camar mulai tampak keluar
pula dari sarangnya. Mereka berkicau dan beterbangan di atas pantai, berputar-putar melawan angin, seolah-olah sedang
bermain-main dengan sinar pagi yang hangat. Sementara itu
di daratan, batu-batu karang, tumbuh-tumbuhan perdu dan
rumput-rumput yang mulai dijilat oleh hangatnya sinar mentari pagi, tampak seperti mengepulkan asap tipis berwarna-warni, semakin lama semakin tebal, sehingga dari kejauhan pantai
tersebut lalu bagaikan dibungkus oleh kabut yang
mentakjubkan ! Setelah saling menyapa dengan Chu Seng Kun, Yap Kiong
Lee lalu mengangguk ke arah Chu Bwee Hong yang sejak naik
ke atas tebing itu selalu menunduk saja dengan sedih. Mula-mula Yap Kiong Lee menjadi kaget begitu tahu siapa wanita
ayu itu, tapi karena sudah terlanjur mengangguk ia terpaksa menyapanya juga. Hanya kali ini suara Yap Kiong Lee agak
bergetar karena teringat peristiwa di tepi sungai dua hari yang lalu.
Dan agaknya kekhawatiran Yap Kiong Lee itu menjadi
kenyataan juga. Begitu mendengar suara Yap Kiong Lee, Chu
Bwee Hong segera mendongak menatap pemuda tersebut.
Tiba-tiba wajahnya menjadi beringas. Bayangan orang
berkerudung yang memperkosa dirinya dan Put-sia Nio-cu
kembali membakar hatinya.
"Bangsat keji ! meskipun engkau telah melucuti kedok dan
pakaianmu aku tetap takkan lupa kepadamu"..!" wanita ayu
itu menjerit seraya meloncat menerkam Yap Kiong Lee.
Pemuda itu segera melejit ke samping menghindarkan diri.
Dengan suara parau dia mencoba menjelaskan tentang
kesalahpahaman mereka pada malam yang naas itu. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana mau Chu Bwee Hong menerima keterangan pemuda itu"
Wanita itu dengan ganas tetap menyerang Yap Kiong Lee,
begitu bernafsunya sehingga dia tak mengingat lagi pada luka dalamnya yang parah! Maka tidaklah heran jika beberapa saat kemudian dia sendirilah yang menjadi korban dari
kemarahannya itu. Belum ada tiga jurus Chu Bwee Hong telah terhuyung-huyung mau roboh ! Meskipun begitu wanita itu
dengan semangat tinggi tetap nekad menyerang Yap Kiong
Lee. Tentu saja Chu Seng Kun sangat bingung menyaksikan
perbuatan adiknya itu. Pemuda yang benar-benar tidak
mengetahui persoalannya itu segera melesat ke depan
memegangi lengan adiknya. "Bwee Hong, sabarlah .....!
Mengapa kau menyerang Yap twa-ko " Apa kesalahannya "
Dia teman baik kita sendiri, bukan dari rombongan musuh..."
katanya memberi keterangan.
"Apa " Teman baik " Huh ! Ko-ko, kau telah dikelabuhinya
.....! Ketahuilah, dialah"..iblis itu ! Dialah yang sering mengenakan kerudung hitam dan mantel hitam itu !" Chu Bwee Hong berteriak dalam pegangan kakaknya. Dengan
wajah tetap beringas wanita ayu itu menuding ke arah Yap
Kiong Lce. "Orang berkerudung hitam..... " Maksudmu Yap Twa-ko ini adalah penyamaran dari Hek-eng-cu " Eh, maksudku.......
Hek-eng-cu itu adalah penyamaran dari.... Yap Twa-ko?" Chu Seng Kun mengerutkan keningnya tak percaya.
"Betul!" jawab Chu Bwee Hong mantap.
"Aaah, nona........ sabarlah dahulu.........!" Yap Tai-ciangkun cepat menengahi.
Tapi belum juga panglima muda itu bertindak lebih lanjut,
tiba-tiba dari bawah tebing seorang gadis cantik melompat ke atas, kemudian menerjang Yap Kiong Lee dengan membabi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buta. Sesaat kemudian dua orang laki-laki tampak meloncat
pula dari bawah tebing dan turut mengeroyok Yap Kiong Lee.
"Iblis biadab....... rasakan pembalasanku !" gadis cantik yang tidak lain adalah Put-sia Nio-cu menjerit bagaikan orang gila. Tangannya terayun ke depan dan puluhan jarum berbisa tampak melesat ke arah Yap Kiong Lee seperti hujan gerimis.
Yap Kiong Lee terkejut bukan main ! Otomatis tenaga
saktinya bergolak, sehingga ketika kedua telapak tangannya menyongsong kedatangan jarum jarum berbisa tersebut,
otomatis pula lwee-kangnya membanjir keluar! Maka tidaklah heran jika dari telapak tangan itu mendadak menghembus
angin kencang yang mampu membuyarkan jarum-jarum
berbisa tersebut. Malah tidak hanya itu saja pengaruhnya!
Hembusan angin itu ternyata juga mengguncangkan tubuh
Put-sia Nio-cu serta mendorongnya selangkah ke belakang !
"Thian-lui-gong-ciang!" Kwa Siok Eng dan Ho Pek Lian yang baru saja tiba di atas tebing itu berdesah berbareng begitu menyaksikan pengaruh pukulan Yap Kiong Lee itu.
"Thian lui-gong-ciang........!" Pek-i Liong-ong berbisik pula.
Sementara itu Put-sia Nio-cu dan kedua orang su-hengnya
tidak pula kalah kagetnya. Sejak semula mereka memang
telah mengetahui bahwa kepandaian pemuda itu memang
tidak boleh dipandang ringan. Pertempuran mereka di pinggir sungai dua hari yang lalu telah menjadikan pengalaman bagi mereka. Tapi dalam keadaan mendadak pemuda tersebut
mampu mengerahkan tenaga sakti demikian hebatnya,
sungguh di luar dugaan mereka. Apalagi mampu mendorong
Put-sia Nio-cu yang kepandaiannya juga tidak rendah ! Oleh karena itu mereka bertiga juga tidak mau bertele-tele pula, mereka langsung saja mengerahkan ilmu puncak masing-masing! Maka sekejap kemudian terjadilah pertempuran
dahsyat, satu lawan tiga, antara jago jago silat kelas satu di atas tebing itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Tai-ciangkun yang sedianya mau menengahi
perselisihan antara Chu Bwee Hong dan kakaknya, menjadi
bingung juga melihat perkembangan itu. Panglima muda itu
sungguh tidak mengerti, mengapa semua orang agaknya
sangat membenci kakaknya" Kedua orang wanita itu menuduh
dan memaki kakaknya sebagai iblis keji dan iblis biadab. Apa sebenarnya yang telah dilakukan oleh kakaknya terhadap
mereka" Tadi ia mendengar Chu Bwee Hong menuduh
kakaknya sebagai Hek-eng-cu. Apakah sebabnya" Benarkah
kakaknya itu menyamar sebagai pemimpin pemberontak itu"
Rasanya tidak mungkin! Yap Kiong Lee sendirilah yang
memberitahukan kepadanya dan kepada Kaisar Han juga
tentang rencana pemberontakan Hek-eng-cu tersebut. Dan
kakaknya sendiri juga yang merencanakan penggerebegan di
Pantai Karang itu. Tetapi mengapa kedua wanita itu kelihatannya sangat yakin
atas tuduhannya " Dan mengapa secara kebetulan kakaknya
juga baru muncul setelah Hek-eng-cu pergi " Dan ketika dia mengejar Hek-eng-cu tadi malam, mengapa pula iblis itu
segera meninggalkan pertempurannya dengan Pek-i Liongong, begitu ia datang menghampiri mereka "
Apakah.........apakah.......ahh !
Yap Tai-ciangkun tak berani melanjutkan pikirannya.
Bagaimanapun juga panglima muda itu tak ingin mencurigai
kakaknya. Baginya, kakaknya itu adalah orang yang sangat
dihormatinya. Jalan pikiran Pek-i Liong-ong ternyata juga tidak berbeda
dengan jalan pikiran Yap Tai-ciangkun tersebut. Ketua Aliran Mo-kauw itu juga menjadi bingung dan ragu-ragu. Jangan-jangan tuduhan Chu Bwee Hong terhadap Yap Kiong Lee itu
memang benar. Orang tua itu lantas teringat juga ketika dia mengikuti secara diam-diam di belakang Yap Kiong Lee
sewaktu pemuda itu membuntuti Wan It dan Kwa Sun Tek
dari Kuil Delapan Dewa tempo hari. Waktu itu ketika sampai di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggir sungai Yap Kiong Lee juga lantas menghilang, dan
sebagai gantinya ia melihat Hek-eng-cu datang dengan
perahunya. "Ah !" Pek-i Liong-ong tidak berani melanjutkan angan-angannya pula. ".......Tapi masakan bocah itu demikian lihainya, sehingga aku-pun dikalahkannya" Rasa-rasanya juga mustahil. Tapi siapa tahu bocah itu sudah dapat mempelajari ilmu-ilmu Bit-bo-ong almarhum" Nyatanya orang yang
bertempur denganku malam tadi memang telah mahir dengan
Pat-hong-sin-ciang, Kim-hong-kun serta Bu-eng-hwe-teng
........." Di antara semua orang itu hanya Souw Lian Cu saja yang
bersikap netral. Begitu naik ke atas tebing dan melihat
pertempuran itu, Souw Lian Cu lantas berlari mendekati Chu Bwee Hong yang berada di dalam pegangan kakaknya. Gadis
remaja itu menyentuh lengan Chu Bwee Hong dan menatap
dengan sinar mata yang mengandung pertanyaan.
"Cici, mengapa mereka berkelahi dengan Hong-lui kun Yap Kiong Lee ?"
Dengan tatapan mata yang masih beringas, Chu Bwee
Hong menuding ke arah Yap Kiong Lee,"Mereka tidak
berkelahi dengan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, tapi mereka
hendak menangkap orang yang sering mengenakan kedok
kerudung hitam itu."
"Hek-eng-cu........?" Souw Lian Cu menegaskan.
"Ya !" "Ahhh! Tidak mungkin.......! Mereka keliru!" Souw Lian Cu berteriak.
"Apanya yang keliru"'' Chu Bwee Hong membentak dengan dahi berkerut, sehingga Souw Lian Cu tersentak kaget
mendengarnya. Baru sekali ini gadis itu melihat Chu Bwee
Hong bersikap demikian garangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudku Yap Siauw-hiap itu tidak mungkin orang yang sering mengenakan kerudung hitam itu. Yap Siauw-hiap


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah bercerita ".."
"Omong kosong! Pemuda itu telah membohongimu, sebab
kami mempunyai bukti tentang penyamarannya tersebut." Chu Bwee Hong memotong dengan cepat, suaranya masih tetap
kaku. "Bukti.......?"
"Sudahlah, Lian Cu......, kau tak perlu ikut campur ! Biarlah kami yang menyelesaikannya ....." nada suara Chu Bwee Hong mulai menurun begitu melihat bayang-bayang kecemasan di
wajah Souw Lian Cu. "Tapi........?" gadis itu menoleh kepada Chu Seng Kun yang masih tetap memegangi pundak adiknya.
Pemuda itu menundukkan matanya, tak berani beradu
pandang dengan sinar mata Souw Lian Cu. Pemuda itu sendiri juga ikut terpengaruh oleh pandangan adiknya yang menuduh
Yap Kiong Lee sebagai Hek-eng-cu ! Hanya hatinya masih
ragu-ragu dan belum mantap.
"Oooh .......!" Souw Lian Cu menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan tak berani berkata-kata lagi. Dengan muka pucat dia menatap lagi ke arah pertempuran.
Pertempuran satu lawan tiga itu tampak semakin seru dan
ramai. Tiga orang murid Put-ceng-li Lo-jin itu benar-benar telah mewarisi sebagian besar dari ilmu kepandaian gurunya.
Ketika Souw Lian Cu memandang ke arah mereka, Put-swi-kui
dan Put-ming-mo baru saja melancarkan ilmu Chuo-mo-ciang
mereka yang gila-gilaan itu. Dan seperti juga yang dulu
pernah disaksikan oleh gadis itu, mereka memainkan jurusjurus tersebut dengan berceloteh tidak keruan pula.
Tapi tingkat kepandaian Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
memang sudah boleh dikatakan mendekati kesempurnaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam hal ilmu silat mungkin kepandaiannya telah menyamai
ayahnya, dan apabila diperbandingkan dengan tingkat ilmu
Pek-i Liong-ong, mungkin selisihnya pun hanya tipis sekali.
Hanya dalam hal Iwee-kang pemuda itu memang masih harus
mengakui kehebatan jago-jago dari angkatan tua tersebut.
Maka pertempuran itu sungguh ramai sekali. Jika hendak
diperbandingkan kekuatan mereka, mungkin gabungan
kekuatan ketiga orang murid Bing-kauw tersebut masih
terlampau kuat bagi Yap Kiong Lee. Tetapi karena kekuatan
itu setiap saat dapat dipecah-belah persatuannya, apalagi jika diingat kemampuan perorangannya semuanya tak ada yang
menang dengan Yap Kiong Lee, ditambah lagi pemuda itu
selain cerdas juga menang pengalaman, maka pertempuran
itu benar-benar menjadi sebuah pertempuran yang dahsyat
bukan main. Kalau toh akhirnya Yap Kiong Lee lalu kelihatan terdesak, hal itu bukan disebabkan oleh karena kepandaian
pemuda itu yang kalah tetapi karena masih adanya keraguraguan di dalam hati pemuda tersebut untuk meneruskan
pertempuran itu. Sebab dasar dari pada berlangsungnya
pertempuran itu oleh masing-masing pihak sungguh amat
berbeda sekali. Ketiga orang murid Bing-kauw itu bertempur untuk
membunuh Yap Kiong Lee, sebab Yap Kiong Lee adalah
musuh besar su-bo mereka. Sementara bagi Yap Kiong Lee
pertempuran tersebut lebih bersifat terpaksa karena hanya
untuk membela diri. Apalagi pemuda itu tahu bahwa
sebenarnya lawan-lawannya tersebut hanya salah paham dan
keliru menduga saja. Tetapi perkembangan itu benar-benar sangat
mencemaskan hati YapTai-ciangkun. Betapapun hatinya telah
menjadi ragu-ragu, tapi ia tetap tidak rela kalau kakaknya mendapatkan kesukaran. Maka sekejap kemudian panglima itu
telah melesat ke tengah-tengah pertempuran dan
menghentikannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semuanya berhenti ! Siapa yang tidak mau mengindahkan akan berhadapan dengan pasukan kerajaan!" teriaknya
lantang sambil berdiri dengan kaki terpentang lebar. Keempat orang anggota Sha-cap-mi-wi yang selalu mengawalnya
segera mengambil posisi mengurung tempat tersebut.
"Gila........!" Put-swi-kui mengumpat dan terpaksa menghentikan serangannya, demikian juga dengan dua orang
adik seperguruannya. Bagaimanapun juga dia tak ingin
berselisih dengan pasukan kerajaan yang amat kuat itu.
Dengan napas lega Yap Kiong Lee meloncat pula surut ke
belakang. Wajahnya tampak kemerah-merahan karena baru
saja mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaganya.
"Dengarlah Kim-sute........! Demi Tuhan ".aku bukanlah
orang berkerudung seperti yang mereka tuduhkan itu. Mereka telah salah menduga ......." pemuda itu membela diri.
"Bohong! Aku telah melihatnya sendiri dia mengenakan
kedok itu. Malah aku juga pernah merebut dan membuka
kerudungnya... Lihat, inilah benda itu!" Put-sia Nio-cu menjerit sambil mengeluarkan selembar kain hitam dan
membantingnya di depan Yap Kiong Lee.
Semua orang terperangah! Kain itu memang mereka kenal
sebagai kain tipis yang sering dipakai oleh Hek-eng-cu !
Wajah Yap Tai-ciangkun menjadi pucat. Hatinya semakin
menjadi cemas. Dengan air muka tegang panglima muda itu
memandang kakaknya, seolah-olah menuntut agar kakaknya
yang sangat ia hormati itu segera membantah kenyataan
tersebut. Pek-i Liong-ong yang biasanya bersikap sangat tenang itu
kini juga tampak gelisah dan tegang. Begitu pula halnya
dengan Chu Seng Kun. Pemuda itu dengan mata terbelalak
lebar mengawasi Yap Kiong Lee dan kain hitam itu bergantiganti. Keraguan di hati kedua orang itu semakin bertambah
besar sekarang. Sementara Souw Lian Cu yang tadi masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memihak Yap Kiong Lee, kini juga tampak mulai ragu-ragu
pula. Yap Kiong Lee sendiri juga kelihatan tertegun melihat semua orang memandang tajam kepadanya. Meskipun tidak
takut tetapi perasaannya menjadi tergetar pula karenanya.
Sebab ada kesalahan sedikit saja dalam ia memberi
keterangan, mungkin jiwanya takkan tertolong lagi. Oleh
karena itu pemuda tersebut tidak tergesa-gesa dalam
menjawab tuduhan Siau Put-sia tadi.
Pertama-tama Yap Kiong Lee balas menatap satu persatu
orang-orang yang mengawasinya untuk menunjukkan kepada
mereka bahwa apa yang dia katakan itu tidaklah bohong. Lalu setelah mengambil napas pemuda itu perlahan-lahan, namun
jelas, memberi keterangan.
"Nona, kukira aku tak perlu bercerita tentang kejadian di tepi sungai pada malam itu..............."
"Manusia kejam......!" lagi-lagi Put-sia Nio-cu menjerit keras sekali dan bersiap mau menerjang Yap Kiong Lee, tapi dengan cekatan Put ming-mo menahannya, sebab begitu gadis itu tadi menjerit dua orang pengawal Yap Tai-ciangkun segera
bergerak hendak turun tangan.
Yap Kiong Lee mengedarkan pandangannya sekali lagi.
Melihat semua orang tetap berdiam diri menunggu
keterangannya, ia segera melanjutkannya lagi. "...... karena apa yang kuketahui juga tidak banyak. Pada saat perahu itu pecah bertabrakan........ dan kita semua tercebur ke dalam sungai, sebenarnya tubuhku telah terluka dalam. Dan.......
apabila nona mau mengingat-ingat kembali dengan lebih baik, nona tentu akan teringat bahwa lukaku itu adalah akibat
pukulan Hek-eng-cu!"
"Bohong!" Put-sia Nio-cu berteriak setinggi langit. "Kau sendirilah Hek-eng-cu itu !"
Yap Kiong Lee tersenyum kecut. "Nona, cobalah kauingatingat kembali saat-saat menjelang tabrakan itu terjadi.......!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ingatkah nona ketika dari luar perahu mendadak ada seorang pemuda yang meloncat ke samping nona untuk melepaskan
ikatan nona, tapi keburu diketahui oleh orang yang mengikat nona" Mungkin nona tidak sempat melihat wajah pemuda itu,
tapi....... nona tentu masih ingat pula ketika pemuda tersebut saling mengadu pukulan dengan orang berkerudung itu,
bukan........" Mungkin nona juga tidak begitu memperhatikan, betapa keras dan hebatnya pukulan tersebut, sebab.......
beradunya pukulan mereka bersamaan waktunya dengan
pecahnya kapal yang nona tumpangi !"
"Oogh"...!"!" tiba-tiba tubuh Put-sia Nio-cu menjadi lemas, sehingga gadis itu jatuh terduduk di atas tanah. Mukanya ia tutup dengan kedua belah telapak tangannya dan tangisnya
mulai meledak. Chu Bwee Hong segera berlari menubruknya. "Put-sia........!
Put-sia.....! Ada apa" Mengapa kau tiba-tiba menangis"
Apakah". apakah..........ceritanya itu benar?"
Tanpa membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya
Put-sia Nio-cu mengangguk-angguk. "Be....... benar, ci-ci.......!
Ooooh........!" gadis itu menangis semakin keras, seakan-akan kenyataan itu justru semakin menambah rasa penyesalannya.
Rasa-rasanya lebih senang diperkosa oleh pemuda gagah itu
dari pada oleh orang yang tidak dia ketahui macam apa
rupanya ! "Oh, jadi.......?" Chu Bwee Hong mendesak.
"Ci-ciii".. uh-huuu.......!" Put-sia Nio-cu menyembunyikan mukanya di dada Chu Bwee Hong.
"Bagaimana Put-sia........" Jadi dia itu......dia itu.......
bukan......" wanita ayu itu mengguncang pundak Put-sia Nio-cu.
Sekali lagi gadis itu mengangguk-angguk di dada Chu Bwee
Hong. "Tampaknya,....,,dia...... dia memang bukan Hek-eng-cu ! Uh-huuuu........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Plong ! Hilang rasanya semua ganjalan yang menindih hati
dan perasaan Yap Tai-ciangkun ! Dengan perasaan lega
panglima muda itu mendekati kakaknya, lalu mengajaknya
menemui Pek-i Liong-ong dan Chu Seng Kun, dan disambut
oleh kedua orang tersebut dengan ramah.
"Ah, hampir saja aku juga menyangka Yap Siauw-hiap
adalah........ Hek-eng-cu." Pek-I Liong-ong tertawa.
"Lo-cianpwe ini ada-ada saja. Mana dapat kepandaianku
disejajarkan dengan orang itu?" Yap Kiong Lee menunduk lalu melirik ke arah Put-sia Nio-cu yang masih terisak-isak di dada Chu Bwee Hong. Tampak benar bahwa pemuda itu sangat
menaruh kasihan terhadap penderitaan gadis cantik tersebut.
Akhirnya Put-sia Nio-cu dapat juga dibujuk. Perlahan-lahan Chu Bwee Hong mengajaknya meninggalkan tempat tersebut.
Chu Seng Kun begitu melihat adiknya melangkah pergi, segera mengikuti pula bersama-sama dengan Kwa Siok Eng dan Ho
Pek Lian. Yang Iain-lain bergegas pula berjalan di belakang mereka.
"Heran aku ! Kenapa sih siau-sumoi itu " Asal berjumpa dengan pemuda itu tentu menangis keras seperti anak kecil
yang kehilangan mainannya......." Put-ming-mo yang berjalan di baris yang paling belakang bersama su-hengnya,
bersungut-sungut dengan kesal.
"Kau diam sajalah !" Put swi-kui membentak. "Akupun juga bingung......"
Matahari telah melewati garis cakrawala, sehingga sinarnya yang cerah kemerah-merahan itu memantul menyilaukan mata
di atas permukaan air laut. Rombongan yang terdiri dari
limabelas orang itu berjalan beriringan ke arah selatan,
menuju ke muara Sungai Huang-ho kembali. Mereka
melangkah naik turun tebing dan batu karang di sepanjang
Teluk Po-hai. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pagi itu desa di tepian muara Sungai Huang-ho tersebut
benar-benar menjadi sibuk dan ramai bukan kepalang.
Pasukan Yap Tai-ciangkun yang terdiri dari duaratus orang
lebih itu tampak tersebar di tempat tersebut setelah semalam suntuk mereka berjaga dan bertempur. Mereka berusaha
mengendorkan otot-otot mereka dan melepaskan lelah di
mana saja, di emper-emper rumah penduduk, di bawah
pohon-pohon yang rindang, ataupun yang kebetulan ada
sedikit uang tampak duduk-duduk di dalam warung sambil
minum-minum bersama kawan-kawannya. Belasan orang
anggota Sha-cap-mi-wi yang dibawa oleh Yap Tai-ciangkun
untuk membantu pasukan tersebut tampak hilir-mudik dan
bersenda-gurau dengan para perajurit yang rata-rata bersikap sangat hormat dan segan terhadap mereka. Apalagi semuanya
menyadari bahwa tanpa bantuan mereka yang rata-rata
sangat lihai, lebih lihai dari pada perwira-perwira atasan mereka sendiri, pertempuran tadi malam tak mungkin dapat
mereka selesaikan dengan begitu memuaskan.
Yap Tai ciangkun, Gui-goan-swe, Yap Kiong Lee dan Pek-i
Liong-ong tampak duduk-duduk beristirahat di rumah kepala
kampung, sementara di kamar belakang Chu Seng Kun
dengan ditunggui oleh tunangannya dan Ho Pek Lian,
mengobati luka-luka Souw Lian Cu dan Chu Bwee Hong.
Sedangkan Put-sia Nio-cu dan dua orang su-hengnya
melepaskan lelah di kamar yang lain.
Dengan keahliannya yang amat hebat itu Chu Seng Kun
sebentar saja telah dapat menyembuhkan luka dalam yang
diderita oleh Chu Bwee Hong dan Souw Lian Cu. Mereka
tinggal beristirahat saja selama beberapa hari untuk
memulihkan kembali tenaga mereka.
"Kalian berdua jangan terlalu banyak mengerahkan tenaga untuk dua atau tiga hari ini agar kemampuan kalian bisa cepat pulih kembali seperti sedia kala! Dan khusus untuk Bwee
Hong........" Chu Seng Kun menghentikan kata-katanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar sambil mengawasi wajah adiknya yang masih pucat
itu. ".....kau terpaksa harus berlatih Iwee-kang dari permulaan kembali. Sebagian besar dari himpunan sin-kangmu telah
merembes keluar sewaktu kau mati tadi."
"Jadi aku tak bisa bersilat lagi ?" Chu Bwee Hong bertanya sambil mengerutkan keningnya.
"Ooo........ masih....... masih ! Jangan khawatir, kau masih tetap bisa memainkan Kim-hong-kun-hoat dan Pek-in Ginkang. Cuma sekarang semua gerakan dari ilmu tersebut hanya mengandalkan tenaga luar (gwa-kang) dari tubuhmu saja.
Lwee-kangmu sudah tak bisa kauandalkan lagi......." Chu Seng Kun tertawa untuk membesarkan hati adiknya.
"Oooh".!" Chu Bwee Hong tertunduk lemas di tempatnya, ada juga perasaan menyesal di hatinya. Bagaimanapun juga ia telah menghimpun sin-kangnya selama belasan tahun dengan
susah-payah. Tapi sekali lagi kakaknya menghibur. "Sudahlah, kau tak
usah menyesalinya....! yang penting engkau telah selamat dan sehat kembali. Perkara kepandaian seperti itu engkau bisa
mempelajarinya kembali. Siapa tahu dengan adanya peristiwa seperti itu kau justeru dapat mempelajari lwee-kang kita
dengan lebih baik dan hebat?"
"Ah, koko..... kau ini pandai benar menghibur hati orang !
Ibarat sebuah tabungan, tenaga sakti itu kita peroleh dengan menambahnya sedikit demi sedikit setiap hari, sehingga dalam waktu yang lama himpunan sin-kang tersebut menjadi besar
dan kuat! Nah, kalau sekarang tabungan kita itu
hilang......bukankah kita harus memulainya lagi dari awal"
Dan........ bukankah itu berarti kita telah kehilangan waktu yang tidak sedikit" Bukankah dengan demikian kita akan
ketinggalan dari yang lain, meskipun kita dapat
mempelajarinya kembali?" Chu Bwee Hong menatap wajah
kakaknya dengan menyeringai kecut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Seng Kun mendekati adiknya dan menepuk-nepuk
pundaknya. "Bwee Hong, engkau jangan cepat berputus asa!
Engkau jangan mempunyai pikiran seperti itu, karena
pikiranmu itu belum tentu betul....... Kau tahu, dunia ini penuh kemungkinan-kemungkinan yang kadang-kadang tidak dapat
kita ramalkan ataupun kita perhitungkan dengan akal
manusia! Banyak sekali hal-hal yang sangat asing dan gelap di luar jangkauan akal budi kita semua.....! oleh karena itu kita jangan lekas menjadi putus asa," katanya halus.
Chu Bwee Hong menghela napas panjang sekali seraya
menatap wajah kakaknya dengan pandang mata mengerti.
"Ko-ko, maafkan aku .......... Aku tak bersungguh-sungguh di dalam ucapanku tadi. Sebenarnya aku sama sekali juga tidak menyesali kehilangan sin-kangku itu, apalagi sampai berputus asa karenanya," katanya dengan perlahan pula. "....Aku bahkan sudah tidak peduli lagi seandai tadi aku benar-benar mati karena pukulan Hek-eng-cu !" lanjutnya seperti orang yang tidak punya pengharapan atau semangat untuk hidup.
"Oh "! Jadi....... eh, lalu mengapa engkau tampaknya
menjadi demikian sedihnya?" Chu Seng Kun tersentak dan termangu-mangu memandang wajah adiknya.
Chu Bwee Hong mengatupkan bibirnya rapat-rapat, lalu
perlahan-lahan berdiri dan melangkah ke jendela.
Dipandangnya awan putih yang berarak di atas langit yang
cerah biru itu. Matanya berkaca-kaca dan raut mukanya yang cantik ayu tersebut kelihatan berduka.
"Aku hanya sedih bila teringat pada nasibku....! mengapa hidupku ini selalu dirundung malang dan penderitaan"
Mengapa kebahagiaan itu selalu dijauhkan dari aku sejak aku dilahirkan di dunia ini...." mengapa.....?"
"Bwee Hong......" Chu Seng Kun bangkit pula dari tempat
duduknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dosa apakah sebenarnya yang telah kuperbuat sehingga
aku mengalami nasib seperti ini........" Ohh........!" Chu Bwee Hong menutup mukanya dan menangis tersedu-sedu.
"Hong-moi......." Kwa Siok Eng bergegas menghampiri
calon adik iparnya dan merangkulnya.
"Ci-ci Bwee Hong......!" Ho Pek Lian berdesah pula dengan
sedihnya. Chu Seng Kun jatuh terduduk kembali di kursinya. Mukanya
tertunduk dalam-dalam demikian mengawasi lantai, sehingga
beberapa saat lamanya ruangan itu menjadi sunyi. Yang
terdengar sekarang hanyalah isak tertahan dari Chu Bwee
Hong saja. Souw Lian Cu dan Ho Pek Lian yang biasanya
banyak omong itupun tampak termangu-mangu pula seperti
Chu Seng Kun. Akhirnya Chu Seng Kun bergerak menggeser tempat
duduknya dan otomatis semuanya bagaikan terjaga dari
kesunyiannya. Perlahan-lahan pemuda itu mendekati adiknya
dan menyentuh punggungnya.
"Bwee Hong, janganlah kau bersedih.....anggap saja
semuanya itu sebagai cobaan Tuhan yang sedang diberikan
kepadamu. Siapa tahu semuanya itu memang korban yang
harus kauberikan sebelum engkau memperoleh kebahagiaan
yang lebih sempurna " Marilah, adikku......! Kau duduklah lagi yang baik, buanglah kesedihanmu itu jauh-jauh,
lalu........marilah kita berbicara tentang pengalamanmu selama ini dengan baik-baik ! Lihatlah, cicimu Siok Eng dan nona Pek Lian telah berada disini semua .......! Mereka berdua juga tidak mengenal lelah selama berbulan-bulan untuk mencarimu."
"Benar, Hong-moi...... marilah, kita duduk dan berbicara baik-baik !" Kwa Siok Eng merangkul dan menuntunnya


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali ke kursi. Semuanya duduk kembali di kursinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bwee Hong, ketahuilah........." Chu Seng Kun membuka percakapan. ".......Dua tahun lamanya kami bertiga, aku.......
ci-cimu dan nona Pek Lian, berkelana tanpa mengenal lelah
menjelajah ke seluruh pelosok negeri untuk mencarimu. Kami bertiga bagaikan orang buta yang bersusah payah mencari
sebatang jarum dalam tumpukan jerami ! bagaimana tidak"
Engkau hilang lenyap tanpa meninggalkan jejak sama sekali.
Bagaimana kami harus mencarimu" Satu-satunya petunjuk
hanyalah sebuah topi yang dibalut oleh kerudung tipis
berwarna hitam".."
"Benar, ci-ci".kemanakah sebenarnya engkau selama ini"
Apakah sebenarnya yang telah terjadi sehingga engkau
menghilang sedemikian lamanya?" Ho Pek Lian menyambung
kata-kata Chu Seng Kun. Sementara itu Kwa Siok Eng dengan lembut merangkul
pundak Chu Bwee Hong dan mengusap air mata yang
mengalir di pipi adik iparnya tersebut dengan saputangannya.
"Hong-moi, lekaslah kau bercerita....! aku juga sudah tak
sabar lagi untuk mendengarnya," gadis itu membujuk pula.
Kepala yang tertunduk itu perlahan-lahan diangkat,
kemudian sisa-sisa air mata yang masih menempel pada
pipinya ia keringkan dengan saputangan. Setelah itu mata
yang berbulu lentik tersebut mengawasi orang-orang yang
berada di sekitarnya. Melihat semuanya menatap kepadanya
dengan sinar mata mengharap, Chu Bwee Hong menjadi tidak
tega pula untuk berdiam diri terus-menerus.
"Baiklah, akan kuceritakan semua kemalangan dan
.....semua penderitaan yang kualami itu kepada kalian.....tapi sebelumnya aku minta maaf karena telah membuat kalian ikut menderita pula karenanya, dan aku sungguh sangat
berterimakasih sekali atas perhatian kalian kepadaku." Wanita cantik itu akhirnya berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ci-ci......" tiba-tiba Souw Lian Cu berseru lirih dan beranjak dari tempatnya untuk keluar dari ruangan tersebut. Gadis
remaja itu merasa tidak enak hati untuk ikut mendengarkan
cerita Chu Bwee Hong tersebut.
Tapi Chu Bwee Hong segera menahannya.
"Lian Cu, mau pergi kemanakah kau........" Jangan pergi dulu, kaudengarlah dulu ceritaku...... !"
"Ah, ci-ci........ aku........" Souw Lian Cu tetap merasa kikuk.
Chu Bwee Hong menghela napas. "Lian Cu, kau tak usah
pergi ! Engkau harus mendengarkannya malah, karena justru
engkaulah yang paling berhak untuk mengetahuinya."
"Aku.......?" Souw Lian Cu ternganga.
"Benar ! Kemarilah........!"
Dengan ragu-ragu gadis itu melangkah mendekati Chu
Bwee Hong, lalu duduk di samping wanita ayu tersebut. Chu
Seng Kun, Kwa Siok Eng dan Ho Pek Lian saling pandang
dengan sinar mata bingung. Mereka bertiga benar-benar tidak tahu apa maksud Chu Bwee Hong dengan mengatakan bahwa
justru Souw Lian Cu itulah orang yang paling berhak
mendengarkan ceritanya tersebut.
-o0dwkz-hendra0o- Dua tahun yang lalu.... Chu Bwee Hong tinggal bersama dengan kakaknya, Chu
Seng Kun, di rumah bekas tempat tinggal ayah angkat
mereka. Rumah itu memang jauh dari perkampungan
penduduk, karena rumah itu dibangun oleh ayah angkat
mereka di tengah-tengah hutan. Tetapi biarpun rumah
tersebut berada jauh terpencil di tengah-tengah hutan,
ternyata setiap harinya banyak orang yang datang untuk
meminta obat kepada mereka. Ternyata kepandaian Chu Seng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun dalam hal pengobatan telah tersebar ke mana-mana,
bahkan telah sampai di luar daerah mereka sendiri.
Meskipun tidak kaya tapi mereka hidup berkecukupan
dengan cara menjual obat-obatan serta menolong orangorang yang membutuhkan pertolongan mereka. Kadangkadang begitu banyaknya orang yang datang untuk meminta
pertolongan Chu Seng Kun, sehingga pemuda itu hampirhampir tidak pernah mempunyai waktu untuk beristirahat.
Untunglah selain mahir dalam ilmu pengobatan Chu Seng Kun
juga seorang jago silat yang berkepandaian sangat tinggi,
sehingga kerja keras seperti itu tidak pernah mempengaruhi kesehatannya.
Sementara itu selain membantu kakaknya bila sedang
memberi pengobatan kepada orang yang datang
membutuhkan pertolongan mereka, Chu Bwee Hong juga
mengerjakan semua pekerjaan di dalam rumah mereka. Dua
atau tiga hari sekali gadis itu pergi ke kota untuk membeli segala keperluan mereka sehari-hari. Oleh karena gadis itu juga bukan gadis sembarangan, apalagi sejak kecil telah
belajar ilmu silat tinggi, Chu Seng Kun juga tidak
mengkhawatirkan keselamatan adiknya tersebut bila pergi ke kota sendirian.
Demikianlah, pada suatu hari Chu Bwee Hong juga
berangkat ke kota untuk berbelanja seperti biasanya. Hanya kali ini keberangkatan gadis itu sungguh sangat berbeda
dengan hari-hari sebelumnya. Kali ini gadis itu kelihatan amat lesu dan tak bergairah sama sekali. Wajahnya selalu tertunduk sedih dan sekali-kali tampak berhenti untuk menghela napas berat. Langkahnya gontai, kadang-kadang seperti tak melihat jalan yang sedang dilaluinya, sehingga gadis yang
berkepandaian silat tinggi itu kadang-kadang hampir
terjerembab ke depan karena kakinya terantuk batu.
Di dalam kotapun gadis itu banyak membuat orang-orang
yang telah mengenalnya menjadi terheran-heran ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berpapasan. Gadis itu berjalan bagaikan sebuah
boneka yang tidak bernyawa dan seringkali tidak menjawab
tegur sapa yang mereka berikan. Padahal biasanya gadis itu sangat ramah dan baik sekali kepada siapapun juga, apalagi kepada orang-orang yang telah dikenalnya.
Sebenarnya keadaan Chu Bwee Hong yang aneh tersebut
sudah lama dicium oleh kakaknya. Jadi keanehan tersebut
telah berlangsung lama. Cuma karena Chu Seng Kun belum
tega untuk menanyakannya, apalagi Chu Bwee Hong sendiri
tampaknya juga selalu mengelak apabila diajak bicara, maka selama itu pula keanehan tersebut masih belum terungkapkan juga.
Dan keanehan yang terjadi pada diri Chu Bwee Hong hari
itu adalah puncak dari keanehan sikapnya selama ini. Kalau pada hari-hari sebelumnya gadis itu masih mampu
mengendalikan perasaan dan sikapnya, kali ini agaknya sudah tidak bisa lagi. Mungkin beban batin yang selama ini masih dapat ia tahan dengan sekuat tenaga, kini sudah tidak dapat mempertahankan pula lagi. Itulah sebabnya gadis tersebut
berjalan bagaikan sebuah boneka yang tidak bernyawa.
Apakah sebenarnya latar belakang dari sikap Chu Bwee
Hong yang sangat aneh itu"
Sebenarnya orang tidak akan menganggap aneh lagi
apabila sudah mengetahui latar belakang dari sikap gadis yang telah menjadi dewasa tersebut. Malahan orang akan
menganggapnya wajar dan biasa bila hal seperti itu menimpa pada gadis secantik Chu Bwee Hong ! Sebab hal-hal yang
aneh seperti itu tentu akan dialami pula oleh remaja-remaja yang lain.
Memang tak ada sesuatu kekuatan pun yang bisa merubah
sikap atau watak seseorang selain....... cinta kasih! Cinta kasih yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada ummatNya,
termasuk juga semua manusia yang hidup di dunia ini !
Seorang pendiam mendadak bisa pandai bicara, atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya seorang yang sangat cerewet tiba-tiba berubah
menjadi pendiam bagaikan seorang bisu ! Seorang kasar
kadang-kadang berubah menjadi lembut dan suka berkhayal
seperti seorang penyair, tapi sebaliknya seorang pujangga
tersohor kadang-kadang malah lalu berubah menjadi dungu
dan tolol..............! Jilid 25 MEMANG, semuanya bisa terjadi apabila cinta kasih mulai
menyentuh di relung hati manusia ! Dan......... demikian pula halnya dengan Chu Bwee Hong pada saat itu. Perasaan cinta
terhadap pria yang selama ini selalu dipendam dan disimpan di dalam hatinya, kini tak kuasa ia kekang lagi. Sejalan dengan usianya yang semakin bertambah banyak, gadis ayu itu seperti semakin diburu oleh kebutuhan dirinya akan kasih sayang
seorang pria yang amat dicintainya.
Dan pria itu sebenarnya sudah ada! Malah pada pertemuan
mereka yang terakhir, pria itu telah berjanji untuk lekas-lekas mengunjungi tempat tinggal Chu Bwee Hong dan
membicarakan hubungan mereka.
Tapi ...... Setahun telah berlalu. Dua tahun juga telah lewat, dan tiga tahunpun telah terlampaui pula.
Tapi,,. pria itu tak kunjung datang juga. Bermacam-macam
bayangan dan dugaan yang tidak-tidak berkecamuk di dalam
pikiran Chu Bwee Hong, sehingga gadis itu mulai kelihatan
sedih dan murung. Dan perubahan inilah yang sebenarnya
telah dicium oleh Chu Seng Kun ! Tapi oleh karena tidak lekas-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lekas diurus dan dipecahkan masalahnya, maka hal tersebut
lalu menjadi berlarut-larut.
Dan beberapa bulan kemudian keadaan Chu Bwee Hong
tampak semakin parah. Tampaknya saja gadis itu selalu
bersikap biasa dan sehari-harinya juga bekerja seperti biasa, tapi sebenarnya jiwa dan perasaannya telah mulai berpatahan.
Gadis yang cantik bagai bidadari itu mulai kehilangan
semangat dan gairahnya. Wajah itu mulai sering merenung
dan bersedih, apalagi jika melihat kerukunan dan kebahagiaan kakaknya dengan Kwa Siok Eng, calon iparnya yang sering
berkunjung dan tinggal beberapa hari di tempat mereka.
Maka tidaklah heran apabila gadis itu menjadi gembira
bukan main dan hilang seluruh kewaspadaannya ketika
seorang laki-laki berkerudung hitam datang menemuinya di
kota itu" dan bercerita tentang pria idamannya! Rasa gembira dan bahagianya yang meluap-luap itu ternyata membuat Chu
Bwee Hong lupa akan keselamatannya sendiri. Gadis itu tidak segera merasakan keanehan dari orang yang datang
menjumpainya tersebut, padahal seharusnya dia mesti curiga dengan kedatangan orang yang mendadak dan berpakaian
sangat aneh itu ! Tapi berita tentang Souw Thian Hai, pria idamannya itu
telah membuat Chu Bwee Hong seakan-akan
mengesampingkan semua kecurigaannya. Apalagi berita yang
dia terima dari orang itu adalah berita duka dari pria yang selalu memenuhi benaknya tersebut. Chu Bwee Hong semakin
tidak perduli akan dirinya sendiri. Seluruh perhatiannya hanya tercurah kepada kekasihnya saja !
"Selamat pagi, nona........!" tiba-tiba Chu Bwee Hong dikagetkan oleh suara seorang laki-laki ketika dia baru saja keluar dari sebuah toko langganannya.
Chu Bwee Hong menengadahkan kepalanya yang selalu
tertunduk itu dan dilihatnya seorang lelaki jangkung
berpakaian serba hitam berdiri di depannya. Beberapa orang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berjalan di dekat mereka tampak memandang dengan
kening berkerut ke arah lelaki tersebut. Chu Bwee Hong
sendiri juga tampak menatap dengan perasaan curiga kepada
lelaki itu. Selain gadis itu merasa belum pernah bertemu
dengan orang tersebut, dia juga tampak curiga melihat ke
arah kepala orang yang tertutup oleh kain tipis berwarna
hitam itu. ''Selamat pagi.......!" lelaki itu mengulangi tegurannya yang belum mendapatkan jawaban tersebut. Suaranya halus dan
ramah, sehingga Chu Bwee Hong menjadi tidak enak hati
untuk berdiam diri terus.
"Selamat pagi.....!" dengan ragu-ragu Chu Bwee Hong membalas teguran itu.
"Maafkanlah saya.... mengganggu nona. Tapi,.. benarkah saya berhadapan dengan nona Chu Bwee Hong sekarang?"
Lelaki itu kembali menundukkan kepalanya dengan sangat
hormat di hadapan Chu Bwee Hong.
"Be.,.......benar ! Siapakah tuan........" Mengapa tuan sudah mengetahui namaku?"
"Ah, mudah saja untuk mengenal nona di kota yang kecil begini. Apalagi aku telah mendapat petunjuk dan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai........"
"Hah?"?" Chu Bwee Hong hampir menjerit saking kaget dan gembiranya mendengar nama yang disebutkan oleh orang itu.
Tak terasa tangannya menyambar lengan lelaki tersebut.
"Di . . dimanakah dia sekarang" Mengapa.......mengapa
....... oh !" tiba-tiba Chu Bwee Hong sadar akan dirinya dan buru-buru melepaskan pegangannya. "Ooh, maafkan
kekasaranku....." katanya tersipu-sipu.
"Ah, nona tak perlu merasa sungkan. Kita semua adalah sahabat-sahabat sendiri.....'' lelaki berkerudung itu berkata halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong menatap wajah yang tertutup kain tipis
tersebut dengan ragu, "Jadi .....jadi tuan adalah sahabatnya"
Lalu........apa maksud tuan menjumpai aku " Adakah tuan
membawa khabar dari........ dari dia?"
Perlahan-lahan lelaki itu mengangguk dan Chu Bwee Hong
sama sekali tidak dapat melihat, betapa wajah di balik
kerudung itu tersenyum puas karena tipu daya dan perangkap yang hendak ia lakukan tampaknya berjalan dengan lancar
dan mudah. "Saya memang disuruh oleh Souw Tai-hiap kemari untuk
menemui nona Chu. Tapi...." Lelaki berkerudung itu
menghentikan kata-katanya dengan menghela napas berat,
seolah-olah apa yang hendak ia katakan itu adalah suatu
khabar buruk yang tidak menggembirakan.
Tentu saja perasaan Chu Bwee Hong menjadi gelisah pula
dengan tiba-tiba. Perubahan sikap lelaki itu benar-benar
mengagetkannya dan menghapus seluruh seri di wajahnya.
"Tapi........ apa" Mengapa tuan tidak melanjutkannya ?"
dengan tegang Chu Bwee Hong menatap wajah di balik
kerudung tersebut. Dengan gelisah lelaki itu menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu katanya perlahan, "Maaf, tidak enak rasanya kita berbicara di pinggir jalan begini. Maukah nona ke tempat yang sepi di luar kota sebentar saja " Kita dapat berbicara panjang lebar tanpa dicurigai orang. Dan...... aku akan mengatakan semua pesan Souw Tai-hiap kepada nona."
Lalu tanpa menantikan reaksi dari Chu Bwee Hong, lelaki
berkerudung ini membalikkan badannya dan pergi
meninggalkan tempat tersebut. Terpaksa dengan gelisah dan
tegang Chu Bwee Hong mengikutinya. Kekhawatiran gadis itu
terhadap nasib kekasihnya membuat dia tidak mempeduikan
lagi bahaya-bahaya yang mungkin akan menimpa dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berjalan menuju ke luar kota lewat jalan besar yang menuju ke arah pintu kota sebelah timur. Mereka tidak
mempedulikan orang-orang yang lalu-lalang dan berpapasan
dengan mereka. Saking gugup dan tegangnya, Chu Bwee
Hong juga tidak menoleh ke kiri ataupun ke kanan, sehingga banyak orang-orang yang telah mengenalnya menjadi heran.
Dan keadaan inilah yang dilihat oleh pemilik warung minum
she Ciu itu dan kemudian diceritakan kepada Chu Seng Kun
ketika mencari Chu Bwee Hong.
Lelaki berkerudung itu berhenti di tepi hutan yang
melingkari kota kecil tersebut. Suasana di tempat itu benar benar amat sunyi dan sepi. Orang itu segera mencari tempat duduk di atas sebongkah batu besar yang tersembul dari
permukaan tanah dan mempersilahkan kepada Chu Bwee
Hong untuk mencari tempat duduk sendiri.
Ada perasaan sedikit tidak enak di dalam hati Chu Bwee
Hong melihat sikap lelaki yang mengaku sahabat dari Souw
Thian Hai tersebut. Tampaknya orang itu biasa dihormati dan dilayani oleh orang-orang sekelilingnya. Meskipun tingkahnya halus, tapi gaya dan sikapnya kelihatan benar keangkuhannya.
"Nah, lekaslah tuan mengatakan pesan dari Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu ......!" untuk menutupi kecanggungannya Chu Bwee Hong segera mendesak kepada lelaki itu agar
segera mengatakan pesan Souw Thian Hai. Gadis itu tetap
berdiri saja di tempatnya dan tidak mau mencari tempat
duduk seperti yang diperintahkan oleh lelaki tersebut.
Ternyata lelaki itu juga tidak mengacuhkannya. Dengan
suara yang dalam ia mulai mengatakan maksud
kedatangannya. "Maaf, nona........ Misalnya ada sesuatu hal yang nanti membuat engkau kurang berkenan di hati, aku
harap nona mau memaafkanku. Kedatanganku kemari
memang membawa khabar buruk tentang keadaan Hong-gihiap Souw Thian Hai........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohhh!" belum juga lelaki itu menyelesaikan kata-katanya,
Chu Bwee Hong telah menjerit. "Lekas katakan!" teriaknya
gelisah. Wajah di balik kerudung itu menyeringai gembira. Namun
kegembiraan itu selalu ditahannya agar supaya Chu Bwee
Hong tidak mengetahui dan menjadi curiga karenanya. Bahkan untuk memberi kesan bahwa ia juga ikut bersedih atas khabar buruk yang dibawanya, orang tersebut menarik napas panjang berulang-ulang sebelum melanjutkan ceritanya.
"Nona, sebenarnya Souw Tai-hiap telah menderita sakit
beberapa bulan lamanya. Sakitnya cukup parah sehingga ia
tidak dapat bangun dari tempat tidurnya...."
"Oh, Tuhan..........!" Chu Bwee Hong berdesah dengan
wajah pucat. "Meskipun demikian, Souw Tai-hiap tak ingin sakitnya itu
diketahui oleh orang lain, terutama sahabat-sahabatnya
dan........ nona Chu, orang yang amat dicintainya !"
"Oouhh.......!"l" Chu Bwee Hong menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya dan merintih, seolah-olah ia ikut
merasakan pula rasa sakit yang diderita oleh kekasihnya.
Lelaki itu menghentikan ceritanya sebentar, seakan-akan
juga ikut merasakan kesedihan itu. Padahal di balik kain tipis yang menutupi mukanya itu ia tersenyum lebar karena
rencana yang telah disusunnya berjalan dengan lancar.
"Lalu...... bagaimana keadaannya sekarang" Apakah
kesehatannya..... menjadi bertambah......... bertambah buruk lagi" Itu....... itukah yang hendak........ hendak tuan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

khabarkan kepadaku....?" beberapa saat kemudian barulah Chu Bwee Hong bisa mengendalikan perasaannya, tapi ucapan
yang keluar dari mulutnya ternyata telah bercampur dengan
isak tertahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki yang mengaku sahabat dari Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai itu berbuat seolah-olah tidak tega untuk
menjawabnya, sehingga Chu Bwee Hong menjadi semakin
gelisah dan tidak karuan pikirannya.
"Le....... lekas katakan, tuan........! Benarkah dugaanku
itu?" gadis itu mendesak Iagi dengan suara tinggi.
Lelaki itu sungguh pandai sekali bersandiwara. Melihat
korbannya sudah tak bisa lagi mengekang dirinya, dia mulai membuka perangkap dan tipu daya yang telah
dipersiapkannya. Seolah masih enggan dan berat untuk
mengatakannya dia menghela napas sambil berkata,
"Tetapi........ kuharap nona tidak mengatakannya kepada siapapun juga......., sebab Souw Tai-hiap sudah memesan
dengan sangat kepadaku agar tidak mengatakannya kepada
siapapun juga selain nona. Souw Tai-hiap tidak ingin
kematiannya membikin repot sahabat-sahabatnya.....!"
"Apa"!" Mati........" Siapakah yang akan mati ?" Chu Bwee Hong terlonjak saking kagetnya. Jari-jarinya yang lentik itu menyambar baju Ielaki itu dan mencengkeramnya dengan erat
! Wajahnya yang ayu dan cantik bagaikan dewi asmara itu
berubah menjadi pucat seperti mayat !
"Maaf, nona.... seharusnya aku tidak mengatakannya ".."
lelaki itu tidak berani menatap mata Chu Bwee Hong, seolah-olah menyesal telah terlanjur mengatakan khabar yang buruk tersebut. Tapi diam-diam orang itu bersorak di dalam hatinya.
"Oooh !" Chu Bwee Hong terhenyak, lalu dengan agak menghiba gadis itu memohon kepada lelaki yang mengaku
sahabat dari kekasihnya tersebut. "....... Tuan, sakit apakah sebenarnya dia" Apakah sakit lamanya itu kambuh kembali"
Tuan, tolonglah, antarkan aku kepadanya.......!"
"Nona Chu, aku takut......." lelaki itu pura-pura menolak dengan cepat, padahal hatinya bersorak setinggi langit.
Seluruh rencananya berjalan dengan lancar sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan, kuminta dengan sangat....... kasihanilah diriku.
Bawalah aku untuk menemuinya......" gadis itu tetap
mendesak. "Maaf, aku benar-benar tidak berani........Nah, aku akan meminta diri sekarang." lelaki itu melepaskan bajunya dari pegangan Chu Bwee Hong dan melompat pergi.
Tentu saja Chu Bwee Hong tidak mau melepaskan begitu
saja. "Tunggu....!" gadis itu berteriak, kemudian berlari mengejarnya.
Mereka berkejaran menyusup hutan dan melintasi padang
ilalang. Ilmu meringankan tubuh lelaki berkerudung tersebut ternyata cukup tinggi sehingga Chu Bwee Hong yang mahir
ginkang itu tidak dapat segera mengejarnya. Baru setelah
mereka tiba di tanah perbukitan yang sulit dan terjal lelaki itu harus mengakui kehebatan Pek-in gin-kang Chu Bwee Hong.
Lelaki itu terpaksa berhenti menghadapi Chu Bwee Hong
kembali. "Nona, mengapa engkau terus mengejar aku ?" katanya terengah-engah.
Chu Bwee Hong mengusap dahinya yang berkeringat
dengan punggung tangannya. Matanya yang kemerahan dan
masih berkaca-kaca itu menatap dengan tajam, tapi sedikitpun suaranya tidak terengah-engah ketika berkata, "Sekali lagi kumohon........ antarkanlah aku menemui dia........"
Lelaki itu menundukkan kepalanya yang terbungkus
kerudung hitam, kemudian.........seolah-olah karena terpaksa dan tiada jalan lain lagi, orang itu menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, nona. Kemanapun juga aku berlari, engkau tentu dapat mengejar aku. Aku tak mungkin dapat melarikan diri
dari seorang ahli waris Bu-eng Sin-yok-ong. Cuma kuminta
dengan sangat kepadamu........ berhati-hatilah kalau menemui Souw Tai-hiap nanti. Kau jangan sampai mengagetkannya,
karena amat berbahaya buat kesehatannya".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong mengangguk.
Demikianlah, karena sangat mengkhawatirkan nasib Souw
Thian Hai yang amat dicintainya, Chu Bwee Hong sampai lupa untuk memberitahukan kepergiannya tersebut kepada
kakaknya. Juga tidak terbayangkan oleh gadis itu bahwa
sepeninggalnya kakaknya menjadi kalang-kabut mencarinya.
Tiga hari lamanya Chu Bwee Hong berjalan bersama lelaki
berkerudung itu. Mereka berjalan tidak mengenal lelah,
menerobos hutan, mendaki bukit, menuruni jurang. Mereka
hanya beristirahat apabila merasa lelah, di mana saja, kadang-kadang di atas pohonpun jadilah. Hanya apabila mereka
memasuki sebuah kota mereka dapat beristirahat di tempat
penginapan dengan sedikit leluasa. Itupun tidak lama, karena Chu Bwee Hong yang selalu merasa gelisah itu tentu segera
mengajak untuk meneruskan perjalanan mereka.
Mereka berdua jarang sekali berbicara satu sama lain.
Kalau dalam tiga hari perjalanan tersebut mereka kadang kala berbicara, ucapan mereka hanyalah berkisar tentang arah dan tujuan perjalanan mereka saja, pikiran Chu Bwee Hong hanya dipenuhi dengan bayangan Souw Thian Hai seorang dan tak
ada minatnya sama sekali untuk memikirkan yang lain.
Sampai-sampai dirinya sendiri tak terpikirkan pula
keadaannya. Tak ada minatnya sama sekali untuk berdandan
atau merawat badannya, meskipun pakaian yang dia kenakan
itu telah kotor dan berdebu.
Lain halnya dengan lelaki berkerudung hitam itu. Semakin
lama berjalan bersama-sama dengan Chu Bwee Hong yang
cantik jelita itu, semakin besar pula perasaan tertariknya kepada gadis tersebut. Tapi tentu saja orang itu tidak berani berterus terang, apalagi sampai memperlihatkannya kepada
gadis tersebut. Orang itu menyadari, betapa tinggi ilmu silat anak keturunan mendiang Bu-eng Sin-yok-ong. Salah langkah
sedikit saja akan bisa menghancurkan seluruh rencananya
malah ! Oleh karena itu, meskipun hatinya mulai terbakar oleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecantikan Chu Bwee Hong yang amat mempesonakan itu,
orang tersebut masih tetap berusaha menahan dirinya.
Demikianlah pada hari ke empat mereka telah sampai di
Sungai Ular, yaitu sebuah dari puluhan sungai kecil yang
menjadi anak dari Sungai Huang-ho yang besar. Sungai itu
adalah sungai yang tidak begitu lebar dan dalam tetapi
berbeda dengan anak-anak Sungai Huang-ho yang lain yang
sering mengalami kekeringan di musim kemarau, air Sungai
Ular benar-benar tidak pernah berhenti mengalir di sepanjang tahun. Hal itu disebabkan oleh karena Sungai Ular mempunyai sumber yang tak pernah habis di Pegunungan Kun-lun, yaitu
barisan pegunungan luas di daerah propinsi bagian barat dari Tiong-Kok. Pegunungan tersebut mempunyai banyak puncak-puncak yang tinggi dan jurang-jurang yang sangat dalam,
sementara di atas lereng-lerengnya yang curam dan terjal itu hampir seluruhnya diselimuti oleh hutan belantara yang amat lebat.
Untuk memintas jalan, Chu Bwee Hong dan lelaki
berkerudung itu menyusuri sungai tersebut ke arah hulu.
Tetapi dengan jalan demikian terkadang mereka berdua
terpaksa harus mendaki tebing dan merayapi jurang yang
amat terjal. Untunglah mereka berdua mempunyai ilmu yang
tinggi, sehingga medan yang sangat sukar itu tidak
menyulitkan mereka. "Sebentar lagi kita akan sampai di tempat tujuan. Rumah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai sudah tidak begitu jauh lagi......
Hanya aku khawatir kedatangan kita ini sudah terlambat "."
lelaki berkerudung itu mulai memanaskan suasana kembali.
"Ah!" Chu Bwee Hong berdesah, matanya tampak mulai berkaca-kaca lagi. "....... Begitu burukkah keadaannya?"
"Dia cuma ditunggui oleh puterinya, dan ketika
kutinggalkan beberapa hari yang lalu .... dia sudah tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu....... penyakit apakah sebenarnya yang ia derita ?"
"Entahlah, nona....... Yang terang penyakit tersebut datang menyerang dengan tiba-tiba ........! Sore hari Souw Tai-hiap belum merasakan apa-apa, tapi bangun tidur keesokan
harinya dia sudah tidak bisa turun dari pembaringannya !"
"Oh" mungkinkah ini disebabkan oleh penyakit lamanya itu
?" Chu Bwee Hong berkata serak dan hampir menangis.
"Sebenarnya setiap tahun sekali dia harus datang untuk kami obati, tapi" sudah tiga tahun ini dia tak datang !"
"Kukira memang betul dugaan nona. Apalagi yang mampu
menjatuhkan Souw Tai-hiap yang maha sakti itu selain
penyakit Iupa ingatannya dulu ?"
"Ohhhh !" Sungai itu mulai melewati daerah yang datar dan berhutan
jarang. Malahan beberapa saat kemudian kedua orang itu
telah sampai di sebuah ngarai yang luas, di mana pohonpohonnya sangat rindang dan mulai berbunga. Bunganya
berwarna-warni, sehingga dari jauh ngarai itu tampak
bagaikan lautan bunga yang mengalun dihembus angin.
"Nona, kita telah sampai di tempat Souw Tai-hiap, sungai ini mulai dangkal dan kelihatan batu-batunya".! Di tempat
inilah biasanya Souw Tai-hiap dan puterinya mandi serta
membersihkan badan mereka."
"Di manakah rumahnya?"
"Kita masih harus berjalan satu lie lagi. Di sana ada sebuah air terjun yang amat indah dan menawan, di mana
sekelilingnya hanya tumbuh pohon-pohon bunga yang
beraneka warna." "Oh?" tiba-tiba Chu Bwee Hong terpekik. "Ada orang datang ......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mana........" Oh, benar ! Jangan khawatir mungkin dia adalah salah seorang pelayan dari Souw Tai-hiap........'' lelaki berkerudung itu tersenyum aneh.
Seorang laki-laki tinggi besar dengan kumis dan jenggot
lebat tampak berlari melintas di depan mereka. Tapi begitu mengetahui kedatangan mereka, laki-laki tersebut segera
menghentikan langkahnya. Dengan pandang mata curiga lakilaki brewok yang saking kelewat subur rambutnya sampaisampai lengannya juga penuh ditutupi rambut itu
menghampiri mereka! "Berhenti!" hardiknya.
Lelaki berkerudung itu melangkah ke depan Chu Bwee
Hong untuk menghadapi laki-laki brewok tersebut. Tapi
sebelum dia sempat berkata laki-laki brewok tersebut telah merubah suaranya, yaitu tidak lagi sekaku atau segarang tadi.
"Oh..... apakah ji-wi (tuan berdua) juga sahabat-sahabat dari mendiang Souw Tai-hiap pula" Dan kedatangan ji-wi
ini........ apakah juga bermaksud untuk menengok
jenazahnya?" "Apa " Ohh, jadi....... jadi Souw Tai-hiap sudah meninggal?"
lelaki berkerudung itu berseru seolah-olah kaget sekali. Kaki kanannya menghentak tanah dan di lain saat tubuhnya
melayang ke depan orang itu. Tapi dengan gesit orang brewok itu juga melangkah mundur.
"Hmm, jadi tuan berdua ini bukan sahabat dari Souw Taihiap?" Laki-laki brewok tersebut mengerutkan keningnya seakan-akan curiga. "Kalau begitu apa maksud kedatangan ji-wi ini........?"
Sementara itu mendengar bahwa kekasihnya telah
meninggal dunia Bwee Hong tak kuasa lagi menahan
tangisnya. Dengan lemas tubuhnya bersandar pada pohon dan
menangis tersedu-sedu. Semakin lama tangisnya semakin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memilukan, apalagi kalau teringat akan kebaikan budi Souw
Thian Hai di masa lalu. Orang brewok dan lelaki berkerudung itu saling pandang
untuk beberapa saat lamanya lalu keduanya bersama-sama
menoleh ke arah Chu Bwee Hong yang tertunduk dan terisakisak. Kemudian sambil seolah-olah menyesali kecurigaannya
yang tidak beralasan, orang brewok itu menjura berkali-kali.
"Ah, maaf ..... maaf. Aku ternyata telah terlalu mencurigai ji-wi. Hmm, marilah kuantar ke rumah Souw Tai-hiap kalau
begitu ...!" desahnya penuh rasa sesal.
Lelaki berkerudung itu mengangguk, lalu menghampiri Chu
Bwee Hong. Mendengar langkah kaki seseorang datang mendekatinya
Chu Bwee Hong segera menengadahkan kepala. Otomatis dia
bersiap-siaga. Bagaimanapun juga kedua orang itu belum
begitu dikenalnya. Lelaki berkerudung itu segera menghentikan langkahnya
melihat kesiapsiagaan Chu Bwee Hong. Sambil menunjuk ke
arah laki-laki brewok tadi ia berkata, "Nona, marilah kita menengok jenazah Souw Tai-hiap......!"
Chu Bwee Hong mengangguk, lalu berjalan mengikuti
orang-orang itu. Sementara itu tanpa sepengetahuan mereka bertiga, Souw
Lian Cu yang sejak pagi mencuci pakaian di sungai itu, selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Sayang, karena berada agak
jauh dari tempat mereka, gadis remaja itu tidak bisa
mendengarkan percakapan mereka. Gadis itu hanya bisa
mengawasi saja tingkah laku mereka bertiga.
Tapi gadis remaja itu segera menjadi kaget, ketika
mengenali wajah Chu Bwee Hong yang cantik itu. Wajahnya
segera berubah menjadi kelam dan beberapa saat kemudian
lalu berubah lagi menjadi kemerah-merahan. Ternyata hatinya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dalam beberapa hari ini sedang pepat dan marah
terhadap ayahnya, semakin menjadi berang dan kusut! Dan
saking tidak kuat hatinya menahan semuanya itu, Souw Lian
Cu lalu membanting tempat cuciannya dan kabur dari tempat
tersebut. Gadis itu pergi entah ke mana.
Laki-laki brewok itu membawa Chu Bwee Hong berdua ke
sebuah pondok kecil yang dibangun di tepi sungai. Dari jauh telah tercium bau dupa wangi yang menandakan bahwa di
dalam pondok tersebut sedang ada upacara berkabung. Hanya
yang agak mengherankan adalah keadaan di sekitar rumah
itu. Tempat itu sangat sepi. Tak terlihat seorang manusia pun di sana, seolah-olah pondok itu bukanlah tempat tinggal,
tetapi kuburan ! Tapi Chu Bwee Hong yang sedang bersedih itu tidak
merasakan itu semua. Dengan langkah gontai gadis ayu itu
berjalan memasuki pondok dan segera bersimpuh di depan
peti mayat yang terbujur di sana. Air matanya turun tiada
henti-hentinya. Lelaki berkerudung itu mendekati Chu Bwee Hong dan
sekali ini gadis itu tidak bersiap-siaga seperti biasanya.
Dibiarkannya saja lelaki berkerudung itu berdiri di sampingnya.
Sekilas tampak lelaki berkerudung tersebut mengangguk ke
arah laki-laki brewok dan laki-laki tinggi besar itu segera membuka peti mati di hadapan mereka.
Chu Bwee Hong terbelalak .Terlihat olehnya di dalam peti
itu tubuh Souw Thian Hai telah terbujur kaku ! Wajahnya yang tampan itu tampak putih dan pucat kebiru-biruan !
"Hai-ko......!" Chu Bwee Hong menjerit kemudian ....
pingsan. Cepat bagaikan kilat lelaki berkerudung itu menotok uraturat penting di badan Chu Bwee Hong, sehingga yang
belakangan ini takkan mungkin bisa bergerak meskipun sudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siuman nanti. Dan sekejap kemudian dua orang laki-laki itu saling memandang dan tertawa gembira bersama-sama.
"Huaha-ha-ha-ha ......!"
"Heheh-hehe-he........! Wan-heng, kau sungguh cerdik
sekali........!" lelaki berkerudung itu mengangkat ibu jarinya ke arah laki-laki brewok tersebut. "Kalau tidak dengan tipu daya begini,....... sungguh sulit untuk menundukkannya.
Kepandaianku saja tak mungkin bisa mengatasinya. Ginkangnya hebat bukan main........!"
"Lalu apa yang mesti kita kerjakan selanjutnya, ong-ya ......
?" laki-laki brewok itu bertanya sambil mengangkat peti mati itu dan kemudian membuangnya ke Iuar pondok.
Peti tersebut pecah berantakan ketika membentur batu,
dan....... sebuah orang-orangan yang terbuat dari jerami
terpental keluar. Sementara kepalanya yang terbuat dari Lilin itu pecah bertaburan di atas tanah.
"Wan-heng, tugasmu telah selesai. Sekarang kau
kembalilah ke lembah.....! Jangan sampai keluarga Chin
mencari-cari engkau. Mereka akan menjadi curiga kepadamu
bila engkau terlalu lama meninggalkan mereka......."
"Lalu........... bagaimanakah dengan Souw Thian Hai "
Orang itu sungguh sangat berbahaya sekali, ong-ya ......" laki-laki brewok yang tidak lain adalah Hek-mou-sai Wan It itu
bertanya ragu-ragu. Lelaki berkerudung itu menyentuh lengan Hek-mou-sai.
"Kau jangan khawatir, Wan-heng. Dengan adanya gadis cantik ini di tanganku, keparat Souw Thian Hai itu takkan berani
menyentuh aku........, Sudahlah, kau pulang sajalah ! Biarkan aku menyelesaikan rencana yang tinggal sedikit ini. Besok bila semuanya berjalan lancar, aku tentu akan segera datang
menemuimu." "Baik! Baiklah kalau begitu ...... hamba mohon diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berangkatlah........!"
Hek-mou-sai Wan lt yang tinggi besar itu menjura,
kemudian bergegas keluar dan pergi dari tempat itu. Lelaki berkerudung itu memandangnya sampai pembantunya yang
setia tersebut hilang dari pandangannya, kemudian dengan
menyeringai iblis dia mendekati tubuh Chu Bwee Hong yang
pingsan itu. "Ohh, betapa cantiknya........! Belum pernah rasanya aku
melihat seorang gadis demikian moleknya !" gumam orang itu seraya membawa tubuh Chu Bwee Hong ke dalam kamar.
Matahari yang telah sampai di atas kepala itu seolah
mematahkan seluruh kekuatannya, sehingga lembab yang
semula terasa sejuk menyenangkan itu seakan-akan lalu
berubah menjadi sebuah tungku yang menggelegak
kepanasan. Angin yang semula bertiup perlahan itu kini
rasanya juga menjadi bertambah kencang, sehingga debudebu panas tampak berhamburan ke angkasa. Untuk sesaat
lembah itu seperti berubah menjadi tempat di mana para iblis sedang berpesta-pora.
Akhirnya Chu Bwee Hong siuman juga dari pingsannya.
Perlahan-lahan matanya terbuka, lalu mulutnya menyeringai
kesakitan. Terasa oleh gadis itu tulang-tulangnya menjadi linu semuanya. Gadis itu berusaha duduk, tetapi betapa


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terperanjatnya ketika kaki dan tangannya tidak bisa
digerakkan sama sekali. Dan gadis itu menjadi semakin kaget ketika menyadari bahwa tubuhnya terbaring tanpa kain
penutup sama sekali ! Perasaan takut tiba-tiba mencekam benak Chu Bwee Hong
! Ketakutan akan sesuatu yang sangat mengerikan ! Otomatis gadis itu mencari-cari kelainan yang mungkin ada pada
tubuhnya, dan....... hatinya mendadak menjadi pedih bukan
main ! Pangkal pahanya terasa sakit dan perih sekali!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, Tuhan.......!" Chu Bwee Hong merintih dan otomatis air matanya mengalir dengan derasnya. Gadis itu lalu
menangis dengan sedihnya. Kini hancur sudah semuanya....!
Terasa gelap dunianya dan....... sudah tidak ada gunanya lagi ia hidup di dunia. Musnah sudah seluruh harapannya selama
ini! "Geriiiiit!" Terdengar pintu dibuka, kemudian muncullah lelaki
berkerudung itu di muka pintu kamar. Seraya tertawa
perlahan lelaki itu menghampiri pembaringan Chu Bwee Hong.
Nada suaranya kurang ajar sekali, lain benar dengan suaranya kemarin.
"Ha haha,..... engkau sudah siuman, bidadariku yang cantik
?" "Keparat! Iblis biadab! Apa yang telah... telah kauperbuat terhadap diriku?" Chu Bwee Hong memaki dan menjerit
seperti orang gila. "Hei, mengapa berteriak-teriak begitu, anak manis......"
Kau belum puas, yaa...?" lelaki itu berusaha membujuk dengan lagaknya yang menjijikkan. "Ayuh, kita ulangi lagi kalau begitu....... hahaha !"
Chu Bwee Hong terbelalak dengan air muka pucat pasi.
Bibirnya yang putih pucat ketakutan itu gemetar dan tak bisa mengeluarkan suara sekarang. Dilihatnya iblis yang tak
kelihatan wajahnya karena tertutup oleh kerudung hitam itu datang mendekati pembaringannya. Dan gadis itu hampir
pingsan tatkala laki-laki yang akhirnya berdiri di tepi
pembaringannya tersebut membuka baju dan celana di
hadapannya. Kemudian dunia ini seakan-akan diguncang
gempa hebat ketika tubuh lelaki yang telah bertelanjang bulat itu meloncat ke atas pembaringan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O-oh.....k-kau mau a-apa......?" Chu Bwee Hong menjerit, tapi yang keluar dari dalam mulutnya hanya suara yang serak dan tak jelas. Tenggorokannya terasa tercekik !
"Tenanglah, manis....! Semuanya akan berjalan dengan
menyenangkan. Akan kuajak engkau ke sorga yang luar biasa
indahnya..." lelaki itu tertawa perlahan, lalu dengan ganas menerkam Chu Bwee Hong dan menotok urat gagunya, agar
gadis tersebut tidak bisa berteriak-teriak lagi!
Rasa-rasanya dunia mendadak menjadi gelap dan..... Chu
Bwee Hong lalu pingsan ! Lelaki berkerudung hitam itu tidak peduli meskipun
korbannya menjadi pingsan. Bagi seorang iblis kejam seperti dia, apalagi pengaruh setan telah menguasai hatinya, keadaan seperti itu bukanlah merupakan suatu penghalang baginya !
Dengan sangat kasar ia menerkam tubuh Chu Bwee Hong dan
memperkosanya untuk yang kedua kalinya.....!
Memang sungguh malang nasib gadis ayu tersebut.
Sepintas lalu dunia ini rasanya memang tidak adil. Seorang gadis cantik yang baik budi seperti Chu Bwee Hong yang sejak kecil selalu menderita dan hampir tidak pernah mengenyam
kebahagiaan seperti halnya gadis-gadis lain, harus pula
menerima kekejaman dan kebiadaban seperti itu.
Tapi semuanya telah terjadi ! Nasib memang telah
menentukan demikian, dan tak seorangpun yang bisa
mengelakkannya. Semua itu adalah rahasia alam, yang tak
mungkin seorang manusia dapat menjenguk dan
menguraikannya ! Hari telah menjadi sore dan tempat itu telah mulai terasa
gelap. Lelaki berkerudung tersebut turun dari atas
pembaringan dan mengenakan pakaiannya kembali. Kemudian
dengan perasaan lega karena nafsu binatangnya telah
terpuaskan, lelaki berkerudung tersebut berjalan ke arah pintu dan melongok ke luar pondok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba lelaki itu menutup pintu pondoknya kembali.
Lapat-lapat terdengar suara langkah kaki seseorang
mendatangi tempat tersebut.
"Lian-ji (anak Lian)........! Lian-ji........!" orang yang sedang menuju ke tempat itu memanggil anaknya.
Lelaki berkerudung itu cepat kembali ke kamar dan
bergegas mengenakan kembali pakaian Chu Bwee Hong yang
berceceran di atas lantai. Gadis itu masih belum siuman dari pingsannya, maka dengan mudah lelaki berkerudung tersebut
mengenakan dan memasangkan kembali pakaiannya. Lalu
dengan tergesa-gesa gadis itu diseretnya ke depan pintu.
"Hmm, anak ini kemana sih......." Semua cuciannya
ditinggalkannya begitu saja........... dan sudah petang begini belum juga pulang. Tidur di pondok ini barangkali. Hmm, Lian Cu........! Lian Cu.....!" suara dari orang yang baru saja datang itu telah berada di luar pondok.
Tiba-tiba orang yang baru datang yang tidak lain adalah
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu mengernyitkan hidungnya.
"Huh, aneh benar.... !" gerutunya perlahan. ".......Kenapa ada bau dupa wangi disini " Apakah bocah itu sedang bermain-main di sini " Sungguh anak bengal, sudah kukatakan jangan bermain-main di pondok mendiang kakek Souw ini.......eh,
masih juga nekad ! Hei, Lian Cu, ".hayo keluar!"
Tapi tak seorangpun menjawab teriakannya sehingga Souw
Thian Hai menjadi tidak sabar.
"Hah, kau mau mempermainkan ayah, ya....." awas,
kugebuk kalau kuketemukan nanti".!" Souw Thian Hai yang
sudah biasa bergurau dengan anaknya itu pura-pura marah,
lalu dicarinya sebatang ranting untuk alat penggebuknya.
Mendadak mata pendekar itu terbelalak! Di bawah pohon
besar yang tumbang di samping pondok itu tergolek sebuah
peti mati yang telah pecah dan terbuka tutupnya. Dan di
dekatnya tergeletak sebuah orang-orangan dari jerami yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diberi pakaian seperti halnya manusia hidup. Hanya kepalanya yang terbuat dari lilin itu telah hancur berkeping-keping, sehingga Souw Thian Hai tidak dapat melihat wajahnya.
"Hmmh, kelihatannya tempat ini telah dikunjungi orang Iuar.....," Souw Thian Hai bergumam perlahan. "........Tapi, siapakah orang itu " Mungkinkah bangsat itu kembali lagi ke sini untuk meneruskan niatnya........ meminta peti pusaka
mendiang Bit-bo-ong itu" Hmh.....tapi apa maksudnya
membuat peti mati tiruan seperti itu ?"
Hati Souw Thian Hai menjadi tegang. Dugaannya tentang
seorang musuh besarnya yang datang kembali untuk meminta
peti pusaka mendiang Bit-bo-ong, membuat perasaannya
menjadi gelisah! Jangan-jangan setelah orang itu selalu gagal untuk mendapatkan benda tersebut lalu mempergunakan akal
liciknya, yaitu mencelakai Souw Lian Cu, puterinya !
Maka Souw Thian Hai segera bersiap-siap, dia tak ingin
terjebak oleh perangkap lawan apabila dugaannya tersebut
benar. Sambil mengerahkan tenaga dalamnya yang dahsyat
dia berseru ke dalam pondok. Suaranya berat dan berwibawa.
"Siapa pun yang berada di dalam pondok ini....... keluarlah!
Kalau tidak.......hmh, jangan harap bisa menyelamatkan diri dari reruntuhan rumah ini........"
Hening sejenak. Tak seorangpun menjawab seruannya.
Souw Thian Hai mulai ragu-ragu, jangan-jangan dugaannya
keliru. Mungkinkah orang itu telah pergi dari tempat ini "
Hampir saja Souw Thian Hai meloncat ke depan untuk
menerjang pintu yang tertutup itu. tapi, . . tidak jadi ! Terlalu berbahaya baginya. Siapa tahu dugaannya benar dan orang
itu belum beranjak dari pondok tersebut" Siapa tahu orang itu menanti di dalam pondok dengan perangkapnya "
"Kau tetap tidak mau keluar juga " Baik ! Kaulihatlah baik-baik, akan kurobohkan pondok kecil ini hanya dengan tiga kali Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulan....... !" Souw Thian Hai mencoba mengancam lagi untuk yang terakhir kalinya.
Sebenarnya pendekar sakti itu sudah menjadi ragu pula
akan dugaannya, tapi sebelum dia benar-benar memasuki
pondok tersebut ia ingin meyakinkan diri terlebih dahulu
bahwa di dalam rumah itu memang tidak ada siapapun juga.
Oleh karena itu sambil memberikan ancaman pendekar sakti
itu segera melangkah ke depan pintu pondok.
Tetapi hal itu ternyata telah diartikan lain oleh lelaki
berkerudung yang menantinya di belakang pintu. Lelaki
tersebut mengira bahwa Souw Thian Hai memang benarbenar telah melihat dirinya, dan sekarang pendekar sakti itu sungguh-sungguh akan meledakkan rumah kecil tersebut
dengan pukulan Tai-lek Pek-khong-ciangnya yang amat
terkenal di dunia persilatan itu. Maka sebelum Souw Thian Hai melangkah lebih dekat lagi, lelaki berkerudung itu cepat
membuka pintu pondok dan berteriak keras sekali.
"Berhenti ... !!!"
Sekarang justru Souw Thian Hai sendirilah yang menjadi
kaget ! Sejak semula pendekar itu memang hanya mendugaduga saja kalau di pondok tersebut ada orangnya. Kalau dia tadi berteriak-teriak mengancam, hal itu hanya untuk
meyakinkan dirinya saja bahwa tempat tersebut memang
kosong ! Tapi tidak dia sangka dugaannya ternyata benar,
pondok itu....... betul-betul ada orangnya ! Dan orang itu juga benar-benar orang yang selalu mengganggu dirinya, yaitu
orang yang menginginkan peti pusaka mendiang Bit-bo-ong
itu ! "Souw Thian Hai........! Kebetulan engkau telah datang sendiri ke sini, sehingga aku tak perlu mencari engkau ke
rumahmu. Lihatlah siapa yang kubawa ini.........!" lelaki berkerudung itu berteriak lagi seraya menyeret tubuh Chu
Bwee Hong ke depan pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Souw Thian Hai terkejut! Malahan kali ini rasa kagetnya itu demikian hebatnya, sehingga kalau pada saat itu ada petir menyambar mungkin ia takkan bisa mendengarnya
lagi! Mata pendekar sakti yang biasanya bersinar tajam dan
dalam itu kini tampak terbelalak lebar ke arah Chu Bwee Hong yang lemas tak bertenaga itu. Hampir-hampir pendekar itu tak mempercayai pandangannya sendiri. Beberapa kali matanya
dikejap-kejapkannya dengan harapan barangkali semuanya itu hanyalah bayangan atau impiannya saja.
Tapi wajah gadis itu tetap tidak hilang dari pandangan
matanya, begitu pula dengan lelaki yang menyanderanya itu.
Kenyataan itu membuat Souw Thian Hai menjadi sadar bahwa
semua yang ia hadapi sekarang bukanlah sebuah impian atau
bayangannya saja, tetapi benar-benar suatu kenyataan! Suatu kenyataan bahwa lelaki yang telah beberapa kali gagal
memperoleh peti pusaka dari dia itu kini datang lagi dengan membawa Chu Bwee Hong sebagai sanderanya. Dan lelaki itu
tentu hendak menukarkan keselamatan gadis yang amat
dicintainya itu dengan peti pusaka kepunyaan mendiang Bitbo-ong tersebut ! Sementara itu Chu Bwee Hong sendiri, yang kini telah
siuman dari pingsannya, tampak menatap Souw Thian Hai
dengan tidak kalah kagetnya. Gadis ayu itu memandang
kekasihnya dengan air mata bercucuran dan apabila urat
gagunya tidak ditotok mungkin dia sudah berteriak dan
menangis menjerit-jerit !
"Hong....Hong-moi.....!" Souw Thian Hai akhirnya bisa
bersuara, meskipun suaranya juga tidak jelas. "Kau....kau...."
Pendekar sakti yang sangat disegani dan ditakuti orang itu kini tertatih-tatih dengan hati tak keruan rasa. Hatinya yang selama hampir empat tahun ini selalu ia tekan dan ia paksa untuk melupakan gadis itu kini tak kuasa ia kendalikan lagi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi begitu bertemu dengan Chu Bwee Hong, kekasihnya
itu dalam cengkeraman iblis yang selalu memusuhinya!
"Berhenti ! Jangan dekat-dekat ... !" lelaki berkerudung itu membentak lagi. Tangan kanannya yang semula
mencengkeram pundak Chu Bwee Hong itu tiba-tiba telah
memegang golok kecil dan menempelkannya di atas leher
gadis tersebut. Souw Thian Hai cepat menghentikan langkahnya. Dengan
air muka tegang dan gelisah matanya menatap ke arah
lawannya. "A-apa maumu......?" geramnya.
"Hahah". kau tidak perlu berpura-pura tak mengetahui
maksudku......" lelaki berkerudung itu tertawa menyeringai.
"Nah, lekaslah kauberikan peti itu kepadaku ! Ataukah engkau ingin melihat dulu aku menggorok leher yang indah ini ?"
Lelaki berkerudung itu menekan sedikit mata goloknya,
sehingga Chu Bwee Hong meringis kesakitan ! Mata golok
yang putih mengkilap itu mulai bersemu merah oleh tetesan
darah Chu Bwee Hong, suatu tanda bahwa lelaki tersebut
tidak main-main dengan ancamannya !
"Jangan !" Souw Thian Hai berteriak.
"Hmm, bagaimana....." Kau menyetujui permintaanku?"
lelaki berkerudung itu mengangkat alisnya dan mengendurkan tekanan goloknya.
Sejenak Souw Thian Hai menjadi bimbang kembali. Peti
pusaka itu berisi benda-benda peninggalan mendiang Bit boong yang sakti, termasuk pula buku-buku ilmu silatnya yang dahulu pernah menggegerkan dunia persilatan. Peti pusaka
tersebut ia dapatkan setelah dia bisa membunuh duplikat Bit-bo-ong yang mengaku masih keturunan Bit-bo-ong asli
beberapa tahun yang lalu. Dan peti pusaka itu memang
sengaja ia simpan karena ia tak ingin benda tersebut dikuasai oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata sekarang ada orang yang ingin memiliki benda
pusaka itu kembali. Sudah beberapa kali orang yang
menyembunyikan wajahnya di balik kerudung itu mencoba
memintanya dengan berbagai macam cara, baik dengan cara
halus maupun kasar, tapi semuanya tidak berhasil. Dan kini orang berkerudung itu datang kembali dengan caranya yang
licik dan pengecut. Entah bagaimana caranya hingga orang
licik itu mengetahui hubungannya dengan Chu Bwee Hong,
sehingga dengan cara yang kotor gadis tersebut dipakai untuk memerasnya.
"Bagaimana ?" lelaki berkerudung itu membentak lagi.
"Baiklah. Tapi kau harus melepaskan gadis itu dahulu...... !"
akhirnya Souw Thian Hai terpaksa mengabulkan permintaan
lawannya. Bagaimanapun juga jiwa kekasihnya lebih berharga dari pada yang lain-lainnya.
Lelaki berkerudung itu mendengus. "Kau jangan mencoba mengelabuhi aku. Kalau aku melepaskan gadis ini kau tentu
akan menerjang aku. Huh, tidak.......! Gadis ini tidak akan kulepaskan sebelum engkau memberikan peti pusaka itu
kepadaku dan berjanji tidak akan mengganggu langkahku
ketika keluar dari lembah ini. Bagaimana"..?"
"Pengecut !" Souw Thian Hai menggeram lagi.
"Apa katamu?" lelaki itu berteriak sambil menekankan kembali golok itu ke leher Chu Bwee Hong sehingga yang
terakhir ini meringis menahan sakit.
"Bangsat ! Baik.......baiklah, aku berjanji !" Souw Thian Hai menjerit saking tegangnya.
"Nah, begitu...... Sekarang bawa kemari benda itu! Lekas!
Sebelum aku mengubah keputusanku .......," Lelaki
berkerudung itu bernapas lega. Otomatis goloknya mengendor kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohhh.....!" Souw Thian Hai menghela napas panjang, lalu perlahan-lahan melangkah mendekati pondok.
"Kurang ajar ! Apakah kau ingin membunuh kekasihmu ini
?" lelaki itu naik pitam. "Berhenti....... atau kubunuh gadis ini
!" "Kau sendirilah yang kurang ajar !" Souw Thian Hai membentak pula dengan marahnya. "Katamu aku kausuruh
mengambil peti pusaka itu ! Mengapa kini kau malah
menghalanginya?" "Ambil peti itu ! Mengapa kau malah hendak memasuki
pondok ini ?" lelaki itu menjawab dengan berang pula.
"Bagaimana aku tak hendak memasuki pondok ini kalau
benda yang kaucari itu memang kusimpan di dalam pondok
ini?" Souw Thian Hai masih berteriak dalam nada tinggi.
"Kalau engkau memang tidak mempercayai janjiku dan masih ketakutan bila berdekatan denganku, kau menyingkirlah
dahulu dari pintu itu ... karena peti pusaka itu kebetulan juga kutanam di bawah pintu tersebut !!!"
"Apa...... " Di bawah pintu pondok ini" Gila! Padahal telah berpuluh-puluh kali aku tidur di dalam pondok celaka ini !"
"Kau tak menyangkanya, bukan " Hal itu memang
kusengaja agar semua orang tidak menyangkanya. Selain itu
aku memang bermaksud untuk menempatkan semua bendabenda pusaka keluargaku sesuai pada tempatnya yang benar.
Hmm, kau tahu siapa sebenarnya Bit-bo-ong asli yang hidup
pada zaman keemasan Empat Datuk Besar Persilatan itu?"
Lelaki berkerudung itu menggeleng lemah.
Souw Thian Hai mendengus melalui hidungnya. "Hmmhh!
Katamu dulu kau masih mempunyai hubungan keluarga
dengan mendiang Bit-bo-ong, mengapa engkau tak tahu siapa
sebenarnya dia.....?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan banyak bicara! Lekas kauambil peti itu!" lelaki
berkerudung itu menjadi marah. Lalu dengan tergesa-gesa ia menyeret Chu Bwee Hong keluar dari pintu pondok untuk
memberi jalan kepada Souw Thian Hai.
Sebaliknya dengan tenang pendekar sakti itu tersenyum
dan melangkah ke dalam pondok. "Awas.......! Hati-hati kau memperlakukan gadis itu. Sedikit saja kau
mengganggunya...... kau akan merasakan kehebatan
tanganku!" ancamnya.
Souw Thian Hai berdiri diam di belakang pintu. Matanya
tampak terpejam sebentar, lalu di atas ubun-ubun kepalanya terlihat asap tipis mengepul ke atas, suatu tanda bahwa ia sedang mengerahkan Ang-pek Sin-kangnya (Tenaga Sakti
Merah dan Putih). Dengan perasaan tegang lelaki berkerudung itu mengawasi
Souw Thian Hai dan diam-diam ia juga mengerahkan tenaga
dalamnya, untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan.
Siapa tahu lawannya tiba-tiba berubah pikiran lagi " Apalagi ketika dilihatnya Souw Thian Hai mengerahkan Ang-pek Sinkang, sebuah tenaga sakti yang tiada duanya di dunia
persilatan !

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak Souw Thian Hai yang berada di belakang pintu
pondok tersebut menghantamkan kepalan tangannya ke atas
lantai ! Dhuuuuughrr.....! debu tipis tampak berhamburan kemanamana, dan tangan Souw Thian Hai tampak terbenam ke dalam
lantai hampir sampai ke sikunya! Lalu bagaikan sebuah
cangkul lengan itu mencongkel ke atas, sehingga lantai yang amat keras itu seperti dibongkar oleh sebuah tenaga raksasa.
Broool......! Lantai itu tampak menganga dan terlihatlah sebuah lobang
kecil di mana di dalamnya tergolek sebuah peti kayu kecil
berwarna hitam mengkilat ! Souw Thian Hai bergegas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambil peti kayu tersebut dan membawanya keluar
pondok. "Nih, kauterimalah peti pusaka itu !" pendekar itu berkata pendek kepada lawannya.
"Sekarang kaulepaskan gadis itu.........!"
Lelaki berkerudung itu tampak termangu-mangu sebentar,
agaknya belum percaya seratus persen bahwa benda itu
adalah peti pusaka yang selama ini ia idam-idamkan.
"Nanti dulu......! Kau menyingkirlah dahulu, aku akan memeriksanya! Siapa tahu kau hanya mau menipuku?"
teriaknya lantang. "Bangsat ! Jangan kausamakan aku dengan dirimu.......!"
Souw Thian Hai berseru dengan perasaan mendongkol.
"Menyingkirlah........!" lelaki berkerudung itu tetap bersitegang.
"Baik ! Tapi..... awasss !! Jangan coba-coba berbuat curang terhadapku. Begitu engkau mencobanya ...... hmm, akan
kucerai-beraikan tubuhmu yang kotor itu !" pendekar sakti itu mengancam sambil menyingkir dari peti pusaka itu.
Sambil tetap membawa Chu Bwee Hong lelaki berkerudung
itu melangkah mendekati peti pusaka. Dengan goloknya ia
mencongkel tutup peti tersebut dan menjenguk isinya. Dua
bilah pisau panjang dengan hiasan permata pada pangkalnya
tampak berkilauan di dalam peti itu. Kemudian di sebelahnya tampak sebuah buku tua yang sangat tebal bertuliskan tiga
baris kalimat yang berbunyi Bu-eng Hwe-teng, Kim-liong Sin-kun dan Pat-hong Sin-ciang !
Wajah di balik kerudung itu tersenyum puas. Dibukanya
lembar demi lembar halaman buku itu dengan ujung goloknya.
Lalu dengan ujung goloknya pula lelaki tersebut mengeluarkan sebuah mantel hitam dari dalam peti itu, kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membeberkannya di atas tanah. Tiba-tiba goloknya berkelebat ke bawah, menabas kain mantel tersebut !
"Dhuuug !" Debu dan tanah memercik kemana-mana, tetapi mantel itu
sedikitpun tidak terkoyakkan ! lelaki berkerudung itu tertawa puas dan memasukkan kembali mantel itu ke dalam peti.
"Bagaimana"..?" Souw Thian Hai bertanya gelisah, hatinya
sudah tidak tahan lagi melihat wajah kekasihnya.
"Baiklah ! Nih, kauterimalah kekasihmu".!" lelaki
berkerudung itu berseru gembira. Kakinya mencongkel tubuh
Chu Bwee Hong, sehingga tubuh gadis itu melayang ke arah
Souw Thian Hai. Sementara itu kedua lengannya bergegas
menyambar peti pusaka tersebut dan membawanya pergi dari
tempat itu. Tubuhnya berkelebat dan sekejap saja telah hilang dari pandang mata Souw Thian Hai.
Souw Thian Hai segera menyambut tubuh Chu bwee Hong
dan membawanya ke dalam pondok dengan terburu-buru.
Setelah meletakkannya di atas pembaringan kayu, yaitu satu-satunya tempat tidur yang ada di dalam pondok tersebut.
Souw Thian Hai lalu bergegas membebaskan totokan-totokan
yang melumpuhkan gadis itu.
Begitu terbebas dari totokan, Chu Bwee Hong langsung
Penelitian Rahasia 1 Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Kasih Diantara Remaja 6

Cari Blog Ini