Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 2
atas melalui thia-wu-hiat di atas pusar, lalu berhenti sebentar di thinu su-hiat, terus meluncur ke atas melalui sam-le-hiat di atas dada. Tetapi ketika akan menerobos pang-wa-hiat yang
berada di bawah leher, hawa murni tersebut mengalami
kesukaran. Seperti ada sebuah tonjolan yang menekan jalan
darah tersebut dari luar. Betapapun Yang Kun mengerahkan
tenaganya, jalan darah itu tetap tak tertembus.
"Kurang ajar! Benda apa yang berada di balik baju mayat ini" Kenapa persis benar menekan pada jalan darah di
dadaku?" pemuda itu mengumpat.
Oleh karena tubuh atasnya masih belum dapat digerakkan,
Yang Kun berusaha untuk beringsut dari posisinya dengan
jalan menjejakkan kakinya. Dan usahanya berhasil, sehingga penyaluran tenaga murninya dapat ia lanjutkan lagi tanpa
hambatan. Begitu terbebas dari pengaruh totokan lawan, pemuda itu
tidak langsung berdiri, tetapi dengan penasaran ia merogoh saku mayat yang beris? barang menonjol tadi. Dengan heran
pemuda itu mengeluarkan sebuah potongan emas yang
berkilauan dari balik baju tersebut. Emas itu berbentuk bulat panjang, sebesar ibu jari kaki, dengan panjang kira-kira satu dim.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir saja Yang Kun mengembalikan benda itu ke
tempatnya semula, sebab ia tak ingin mencuri apalagi
mengambil kepunyaan orang yang telah mati. Tetapi ketika
matanya melihat goresan-goresan yang menyerupai sebuah
peta pada emas tersebut, cepat keinginan itu ia batalkan.
Siapa tahu benda tersebut akan berguna baginya kelak"
Perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang aneh dan
rahasia pada benda itu. Maka dengan hati-hati potongan emas tersebut ia masukkan ke dalam saku bajunya sendiri.
Pemuda itu bermaksud bangkit dari tempat itu ketika tibatiba lukanya terasa gatal dan sakit bukan main.
"Kurang ajar! Luka ini benar-benar sangat mengganggu.
Aku tidak boleh tergesa-gesa melawan mereka. Luka-luka ini harus kuobati dahulu sehingga sembuh, baru aku mencari
pembunuh ayah ibuku dan mengadakan perhitungan dengan
mereka." Sedikit demi sedikit Yang Kun beringsut ke arah pintu
halaman. Kedua belah pahanya yang terluka itu sungguh
sangat mengganggu jalannya. Sampai di luar pintu rasa sakit itu semakin menghebat sehingga kaki tersebut rasa-rasanya
sukar untuk dipakai berjalan lagi.
"Kurang ajar! Kemana aku harus menyembunyikan diri
untuk sementara waktu" Hah, bangsat benar senjata Iblis itu!
Awas, sekali waktu akan kubuat mereka menderita dengan
senjata mereka sendiri!"
Berdesir dada Yang Kun ketika tiba-tiba dilihatnya sebuah
bayangan berlari dengan cepat mendatangi tempat itu. Betapa ringan dan cepat langkah kakinya sehingga sekejap kemudian orang itu telah berada di depan mukanya.
"Ohh ....... tuan muda!" tiba-tiba orang itu berseru.
Matanya memancarkan sinar aneh, kaget dan seperti tidak
percaya pada apa yang telah dilihatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya pemuda itu juga tidak kalah pula rasa
terkejutnya. Tak terpikir sedikitpun di dalam benaknya bahwa ia akan menjumpai orang itu di tempat ini. Tersembul sedikit harapan di dalam hatinya untuk bisa lolos dari tempat
tersebut. "Paman Hek-mou-Sai.................!"
"Tuan muda kau" Kau masih ............. eh, kenapa tuan muda berada di sini" Di mana yang lainnya?"
"Paman, lukaku sangat parah. Bawalah dulu aku pergi dari sini secepatnya, nanti akan kuceritakan semuanya! Di di dalam ada Tung-hai-Sam-mo!" pemuda itu berbisik.
"Hah " Tung-hai Sam-mo berada di sini ?" Hek-mou sai terkejut pula.
"Benar, paman!"
"Baik, mari kita pergi! Ketiga Iblis itu memang sangat berbahaya, apalagi gurunya ! Teman-temannyapun sangat
banyak!" Maka ketika beberapa saat kemudian Tung-hai Sam mo
mencarinya, Yang Kun telah tiada lagi di tempat semula. Dia telah dibawa pergi oleh Hek-Mou-Sai, salah seorang pengawal kepercayaan mendiang ayahnya.
ooOOoo "Demikianlah paman, semuanya terjadi dengan cepat serta
di luar dugaan begitu paman meninggalkan kami di tengahtengah hutan itu. Hampir-hampir aku tidak mempercayainya
bahwa semua itu telah terjadi pada keluargaku." pemuda itu menutup kisahnya.
"Sudahlah, tuan muda. Betapapun kita masih harus
berterima kasih kepada Tuhan bahwasanya Dia masih
melindungi jiwa tuan muda, sehingga tuan muda dapat
meneruskan semua cita-cita tuan Chin yang belum terlaksana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tuan muda, tidakkah ayahmu memberi sesuatu wasiat atau
petanya kepadamu ?" Hek-mou-sai menghibur.
Hampir saja pemuda itu mengatakan semua pesan ayahnya
pada saat mau menghembuskan nafasnya yang terakhir itu,
tetapi tiba-tiba diurungkannya, biarlah rahasia keluarganya itu ia simpan sendiri di dalam hati, orang luar tak perlu
mengetahuinya. Semua urusan tersebut akan ia selesaikan
sendiri ! Hek-mou-sai merasakan keragu-raguan pemuda putera
majikannya itu, tetapi iapun tak enak pula untuk terlalu
mendesaknya, biarpun hatinya menjadi sangat kecewa
sebenarnya. "Maafkan aku, paman. Bukannya aku tak mempercayai
engkau yang telah banyak berjasa kepada keluarga kami itu, tetapi sebenarnyalah bahwa pesan ayahku itu hanya
diperuntukkan bagiku saja. Pesan seorang ayah kepada
anaknya." Yang Kun berusaha menerangkan.
?"Permisi, tuan ........!" tiba-tiba terdengar sebuah suara di luar pintu memutus pembicaraan mereka.
"Siapakah yang datang, paman?" Yang Kun mengerutkan
keningnya dengan curiga, Hatinya yang telah dipenuhi
perasaan dendam permusuhan itu kini ternyata tidak pernah
merasa tenang. Hek-mou-sai tersenyum. "Tenanglah tuan muda. Aku telah memanggil seorang tabib untuk mengobati luka-Iakamu itu,
terutama untuk menghilangkan perasaan gatal yang kadangkadang datang! Kurasa tabib yang kupanggil itulah yang
datang," katanya seraya membuka pintu.
"Maaf tuan, Aku terlambat datang. Jalan sudah penuh
dengan orang, sehingga saya harus berputar-putar melalui
jalan kecil." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tak apalah. Kami juga tak tergesa-gesa sekali. Marilah masuk, sinshe (tabib)!" Hek-mou-sai mempersilakan orang itu untuk memasuki kamar mereka.
"Terima kasih !"
Yang Kun memandang orang yang baru datang itu dengan
hati yang semakin tidak enak. Nalurinya mengatakan bahwa
tabib tua yang berperawakan kecil dengan bola mata
kemerah-merahan itu tentulah bukan orang baik-baik. Apalagi ketika orang itu memandang ke arah dirinya dengan senyum
yang aneh, ia merasa seperti menghadapi seorang iblis yang siap untuk mencekik lehernya. Tetapi ketika ia berusaha untuk beranjak dari tempat ia berbaring, Hek-mou-Sai menahannya.
"Sudahlah, tuan muda. Engkau jangan terlalu banyak
bergerak. Biarlah Ang-sinshe mengobatimu. Dia adalah
seorang tabib yang paling tersohor di daerah Shan-tung ini.
Percayalah !" Terpaksa dangan hati berat Yang Kun menuruti anjuran
Hek-mou-sai tersebut. Ia percayakan sepenuhnya nasib
dirinya kepada pengawal kepercayaan ayahnya itu. Oleh
karena itu ia tetap berdiam diri ketika tabib itu memeriksa luka-lukanya.
"Wah, berat..........! Racun yang masuk di dalam luka-luka itu sungguh sangat keji sekali. Sebenarnya racun itu sendiri memang bukan semacam racun yang mematikan, tetapi akibat
yang ditimbulkan akan justru lebih kejam malah......... ! Sebab apabila rasa gatal itu semakin sering datang dan semakin
terasa menghebat, alamat kelumpuhan akan segera tiba. Dan
penyakit seperti ini kurasa belum ada obatnya di dunia ini!"
Tabib itu memandang Hek-mou-sai sambil mengelenggelengkan kepalanya. "Tidaaaak ..........!! Mesti ada obatnya ! Oh, aku tidak boleh lumpuh! Aku tidak boleh lumpuuuuh!" Yang Kun berteriak seperti orang gila. "Aku harus sembuh kembali! Masih banyak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang harus akan kukerjakan ! Aku masih harus membalaskan
seluruh dendam kesumat keluargaku !"
"Tuan muda, tenanglah ! Jangan berteriak begitu, nanti
semua penghuni penginapan ini akan keluar dan menuju
kemari." Hek-mou-sai cepat memegang lengan Yang Kun dan
menenangkannya. Benarlah, tampak beberapa orang mendatangi kamar
mereka dengan curiga, tapi Hek-mou-sai cepat keluar
menemui mereka. "Maafkan kami! Mungkin suara anakku yang sedang sakit itu mengagetkan tuan semua. Dia baru saja terjatuh dari
punggung kuda dan sekarang sedang diobati oleh tabib.
Anakku memang seorang yang tak biasa menahan sakit."
Orang-orang itu kembali ke kamar mereka masing-masing
dengan menggerutu. Tapi dua orang wanita yang wajahnya
sangat mirip satu sama lain tampak tersenyum ketika melihat tabib tua itu.
"Aha........ tapi tuan tidak usah merasa khawatir! Di mana di situ ada Ang-sinshe, di situ pula semua penyakit akan
hilang! Di dunia ini tak ada seorangpun tabib yang mampu
melebihi dia," kata salah seorang di antaranya. Lalu setelah mengangguk ke arah Hek-mou-sai kedua orang itu berlalu
pula dari tempat itu. "Tapi........... aku tidak mau menjadi lumpuh, paman!" Yang Kun berkata lagi setelah suasana telah menjadi sepi kembali.
"Harap tuan muda jangan khawatir lebih dahulu. Angsinshe tentu tidak akan kekurangan akal, bukankah begitu,
Ang-sinshe?" "Entahlah, tuan. Akan kupelajari dahulu daya serang dari racun itu di rumah, setelah itu baru akan kuusahakan untuk mendapatkan obat pemunahnya. Sementara ini akan
kuberikan obat untuk menghentikan daya kerja dari racun itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawab orang tua itu sambil mengeluarkan bubuk putih dari
kantong obatnya. Rasa perih dan panas yang tak terkatakan hebatnya
menyerang tubuh pemuda itu ketika obat bubuk berwarna
putih tersebut ditaburkan di atas luka-lukanya. Begitu
hebatnya rasa sakit tersebut mencekam tubuhnya sehingga
Yang Kun tak kuat lagi menahannya. Pembaringan yang
semula tersusun rapi itu kini menjadi berantakan ke sana
kemari karena desakan kaki tangannya yang menggeliat-geliat menahan sakit.
Bayangan Hek-mou-sai dan tabib tua itu seperti saling
berkelebatan di depan matanya bercampur dengan bendabenda di dalam kamarnya yang melayang-layang pula ke sana
ke mari. Akhirnya sebelum ia jatuh pingsan, lapat-lapat ia seperti mendengar suara nyanyian dan gelak ketawa tabib
serta Hek-mou-sai yang keras.
Entah berapa lama ia dalam keadaan pingsan, hanya ketika
pemuda itu telah menjadi siuman kembali, ia mendapatkan
dirinya seperti berada di dalam ruangan sempit yang selalu bergoyang-goyang. Agaknya sebuah kereta atau gerobak yang
sedang berjalan di jalan umum. Terdengar suara orang berlalu lalang di sekitar ruangan sempit dan gelap tersebut.
Betapa terkejutnya pemuda itu ketika tangannya seperti
menyentuh tubuh seseorang yang berbaring di sampingnya.
Tubuh yang gemuk besar serta banyak ditumbuhi bulu yang
lebat. Tubuh Hek mou-sai!
"Ah ! Uh !" Gila, Yang Kun mengumpat di dalam hati. Urat gagunya
ternyata telah ditotok orang. Begitu juga kaki dan tangannya !
Sedikitpun tak bisa digerakkan, sehingga maksudnya untuk
menyapa atau membangunkan orang yang berbaring di
sebelahnya tersebut menjadi gagal. Yang Kun berusaha
memunahkan totokan itu, tetapi gagal pula! Arus tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam yang dikerahkannya selalu membalik begitu sampai di
urat darah yang tertotok, sehingga hal tersebut justru
mengakibatkan badannya sakit bukan main. Seluruh urat
darahnya seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum !
Sebuah tiam-hoat (ilmu totok jalan darah) dari golongan
sesat, pemuda itu berpikir di dalam hati. Ilmu ini tentu ada rahasianya tersendiri dan tidak mungkin lain orang dapat
memunahkannya. Maka dari itu tak ada gunanya membuangbuang tenaga secara percuma. Lebih baik berdiam diri dan
menghimpun kekuatan, biarlah semuanya ia pasrahkan
kepada nasib, pikir pemuda itu selanjutnya !
Yang Kun lama-kelamaan terbiasa oleh kegelapan yang
melingkupi ruangan sempit tersebut, sehingga akhirnya dia
bisa melihat tubuh Hek-mou-sai yang terbaring di sisinya
dengan jelas. Tampak olehnya tubuh itu terikat dengan tali yang sangat kuat. Tak mungkin pula untuk membebaskan diri.
Ternyata firasatnya tentang tabib itu adalah benar. Orang
itu memang benar bukan orang baik-baik. Dan mereka berdua
telah tertipu dan terjebak ! Mungkin orang tersebut justru ialah seorang dari kelompok para pembunuh keluarganya yang menyamar sebagai tabib.
Kurang ajar, Yang Kun menggeretakkan giginya. Dan orang
seperti itu telah ia biarkan dengan sesuka hati untuk menyakiti dirinya. Menaburkan bubuk putih yang dikatakan sebagai obat penawar racun untuk menyiksa dirinya sehingga pingsan. Dan selama ia pingsan orang itu telah merampok semua miliknya
pula ! ?"Binatang ! Tabib keparat !" tiba-tiba Hek-mou-sai yang telah siuman dari pingsannya mengumpat dengan keras. Lalu
nampak orang yang belum terbiasa dengan suasana gelap itu
berusaha dengan keras memutuskan ikatannya. Berguling ke
sana kemari sehingga akhirnya tubuhnya menimpa tubuh
Yang Kun. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh " Siapa kau ?"
Dengan cepat tubuhnya berguling menjauhi tubuh Yang
Kun. Kemudian matanya terbuka lebar-lebar berusaha
menembus kegelapan yang menyelubungi ruangan itu.
Akhirnya lapat-lapat ia mengenali wajah Yang Kun.
"Oh tuan muda ! Kau.......... ! Hah, bangsat benar tabib itu!
Aku kena ditipunya. Seseorang memperkenalkan dia
kepadaku. Dia mengaku bahwa dialah yang disebut orang
sebagai Ang-sinshe. Seorang tabib yang ............. eh, tuan muda ! Kau ?"
Hek-mou-sai berhenti bicara. Matanya yang kini telah
terbiasa di tempat gelap itu dengan heran mengawasi Yang
Kun. Agaknya baru maklum kalau pemuda di depannya
tersebut ternyata dalam keadaan lemas tertotok jalan
darahnya. Akhirnya iapun berbaring diam di tempatnya sambil menghela napas berkali-kali.
"Baiklah, kita memang tinggal menunggu nasib. Tuan muda
sedang terluka parah dan kini tertotok pula. Sedangkan aku biarpun bisa bergerak tetapi ternyata tidak mampu
melepaskan diri dari belenggu ini. Hemmm.......... agaknya kita memang ditakdirkan untuk musnah semuanya ........."
Terasa oleh mereka kereta itu berbelok ke arah kiri.
Jalannya halus dan nyaman, tidak berguncang seperti tadi.
Cuma jalannya kini agak sedikit lambat. Terdengar pula olah telinga mereka suara gema percakapan orang banyak yang
menyerupai kawanan lebah di sekitar kereta mereka. Sesekali diselingi suara ledakan petasan dan suara gembreng ditabuh.
Agaknya kini mereka sedang melalui sebuah jalan besar di
tengah-tengah kota, di antara keramaian orang yang baru
berpesta pora ! "huh ! Mereka tentu telah mulai dengan pesta perayaan itu," Hek-mou-sai bergumam lagi. "Sungguh menyebalkan !"
Dan ketika tampak olehnya wajah Yang Kun yang memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arahnya dengan penuh tanda tanya, Hek-mou-sai cepat
memberi keterangan. "Hari ini adalah hari peringatan bagi para perampok itu untuk merayakan keberhasilan mereka dalam menduduki
singgasana kerajaan. Mereka merampok singgasana itu dari
tangan nenek moyang tuan muda dan mendudukinya ! Setiap
tahun mereka memperingatinya secara besar-besaran di
seluruh negeri. Dan hari ini merupakan peringatan yang
kelima kalinya. Celakanya, perampok-perampok itu sangat
pandai mengelabui mata rakyat, sehingga mereka
memperoleh banyak dukungan dan pengikut!"
Yang Kun mendengarkan keterangan Hek-mou-sai yang
panjang lebar itu dengan dahi berkerut. Memang selama ini ia tak pernah mengikuti perkembangan negaranya. Sejak
jatuhnya Dinasti Chin lima tahun yang lalu dia beserta seluruh keluarganya buru-buru menyembunyikan diri mereka di suatu
tempat yang terpencil dan tak diketahui orang.
Kereta itu semakin lama semakin terasa lambat jalannya
dan suara ramai serta ribut di sekitarnya semakin terdengar dengan nyata pula. Agaknya kereta tersebut kini semakin
mendekati tempat yang menjadi pusat keramaian.
Beberapa saat kemudian terasa oleh Yang Kun kereta itu
berbelok lagi ke arah kanan, lalu berhenti. Sinar obor
menerobos masuk ke dalam kereta dan menyilaukan mata
mereka ketika pintu kereta tersebut dibuka orang. Beberapa saat lamanya mereka berdua justru tidak dapat melihat apa-apa.
"Bawa kedua orang ini ke ruang belakang! Tutup mereka di dalam sebuah kamar dan jagalah dengan ketat ! Jangan
sampai terlepas ! Aku akan menghadap Ong-ya (pangeran)
lebih dahulu," terdengar sebuah suara kecil nyaring. Suara dari orang yang menyamar sebagai tabib itu!
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka masing-masing digotong oleh dua orang yang
berpakaian ringkas, masuk ke dalam gedung besar yang
sangat megah dari pintu samping. Mereka langsung dibawa ke ruangan belakang dan ditutup di sebuah kamar yang kokoh
kuat. Beberapa orang yang rata rata mempunyai kepandaian
cukup menjaga di sekitar mereka. Hek-mou sai selalu
mengumpat-umpat dan menantang untuk berkelahi, tetapi tak
seorangpun meladeninya. Mereka semua diam seperti bonekaboneka penjaga yang sangat seram !
Satu jam kemudian datang seorang penjaga lagi yang
membawa perintah dari Ong-ya agar kedua tawanan itu
dibawa menghadap ke ruang tengah. Yang Kun digotong
kembali oleh orang-orang itu bersama-sama Hek-mou-sai
melalui sebuah petamanan yang luas. Naik turun jembatan
kayu berukir yang sangat indah, berkelok-kelok menyeberangi kolam luas yang penuh dengan bunga teratai dan menerobos
lorong-lorong yang penuh bergantungan lampu-lampu minyak
beraneka warna ! Kedua orang itu dibawa masuk ke sebuah ruangan yang
lebar dan luas. Di sana telah berdiri dua - tigapuluh orang, berkelompok-kelompok di pinggir mengelilingi bagian tengah yang telah dikosongkan. Yang Kun dan Hek-mou-sai mereka
diletakkan pada tempat yang kosong tersebut, di bawah
pengawasan puluhan pasang mata yang mengelilinginya.
Ternyata Hek-mou-sai tidak rewel dan mengumpat-umpat
lagi. Suasana serta pemandangan yang selalu besar dan
megah, apalagi kini berada di tengah-tengah puluhan pasang seram dan aneh membuat hatinya menjadi kuncup dan kecil.
Beberapa lampu minyak yang ditaruh di sana tidak cukup
untuk menerangi ruangan tersebut, sehingga suasana menjadi remang-remang. Remang dan sunyi! Tak sebuah suarapun
terdengar. Mereka bagaikan sekelompok hantu yang berada di sebuah gedung tua yang angker.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ong-ya datang!" Tiba-tiba suasana yang lengang itu
dikejutkan oleh suara penjaga yang nyaring. Orang-orang
yang berada di ruangan itu tampak bergerak sekarang.
Mereka menghadap ke arah pintu masuk dengan khidmat.
Menghormat kepada seorang laki laki jangkung yang baru saja memasuki ruangan bersama beberapa orang pengawalnya.
Laki-laki itu mengenakan baju longgar dari kain sutera yang putih bersih berenda-renda, sehingga di tempat gelap benar-benar terasa menyolok dan mengesankan. Dia mengangguk
sedikit untuk membalas penghormatan orang, lalu berjalan
menuju ke ujung ruangan di mana telah tersedia kursi
kehormatan. Tetapi ternyata ia tidak langsung duduk di
tempat yang telah disediakan itu. la hanya berdiri saja di bawahnya dan menyuruh semua orang untuk mengambil
tempat duduk mereka di kursi masing-masing.
"Maaf, saudara-saudara, karena harus menyelesaikan
sebuah urusan yang sangat penting maka kali ini Ong-ya akan terlambat datang menemui saudara! Tetapi beliau telah
berkuasa mengirim aku kemari untuk mewakili beliau selama
beliau belum datang."
Terdengar oleh Yang Kun orang-orang yang berada di
sekitarnya berdesah pelahan sambil mengambil tempat duduk
masing-masing. Sekelebatan terlihat olehnya orang yang
menyamar sebagai tabib itu berada di sebelah kanan bersamasama dengan dua orang wanita. Mereka duduk di tempat yang
agak tinggi di dekat kursi kehormatan. Agaknya mereka
termasuk orang-orang yang berkedudukan penting di dalam
pertemuan tersebut. Yang Kun mengedarkan pandangannya ke tempat yang
lain. Biarpun tidak begitu jelas, tetapi ia ingin mengingat sedapat-dapatnya wajah-wajah mereka satu persatu. Siapa
tahu dugaannya benar, bahwa mereka adalah komplotan yang
telah membantai seluruh keluarganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara-saudara semua, sebelum Ong-ya datang nanti,
beliau menugaskan aku yang rendah untuk mengurus sesuatu
hal di sini. Beliau baru saja memperoleh laporan bahwa Teetok-ci locianpwe (Tikus Tanah Beracun) telah berhasih
menangkap anak muda yang bernama Chin Yang Kun itu.
Benarkah begitu locianpwe ?"
Yang Kun terkejut mendengar kata-kata orang berbaju
putih tersebut. Terkejut tetapi juga terselip perasaan gembira di dalam hatinya. Betapa tidak" Kesengsaraan dan
penderitaan yang telah disandangnya sejak dia beserta
keluarganya meninggalkan tempat persembunyian mereka,
sekarang agaknya telah membawa hasil. Berhari-hari,
berbulan-bulan. ia dan seluruh keluarganya harus berlari-lari menyembunyikan diri dari teror dan kejaran musuh yang tak
mereka ketahui orangnya. Satu-persatu keluarganya terbunuh.
Mulai dari paman bungsunya, lalu para wanita dan anak-anak, dan paling akhir adalah ayahnya sendiri. Semuanya mati
dengan bermacam-macam cara tanpa mereka ketahui siapa
pembunuhnya ! Maka tidaklah mengherankan jikalau pemuda itu sangat
gembira begitu mendengar perkataan orang berbaju putih
tersebut. Menilik dari perkataan yang baru saja dikeluarkan tadi, dapat diduga bahwa Yang Kun memang telah lama dicari dan dibutuhkan oleh mereka, terutama oleh orang yang
mereka sebut sebagai Ong-ya itu. Padahal selama ini pemuda tersebut bersama keluarganya tidak pernah berhubungan
dengan orang luar, apa lagi orang orang dari kalangan
persilatan. Jadi apabila ada orang yang mencari dia atau
keluarganya, tidak boleh tidak tentu berhubungan dengan
"benda warisan keluarga" yang diperebutkan itu. Dan apabila memang benar begitu keadaannya, jelaslah sudah, merekalah
para pembunuh keluarganya itu ! Maka tidaklah heran kalau
Yang Kun sangat gembira di dalam hatinya, karena kegelapan yang selama ini menyelubungi dirinya agaknya telah mulai
terbuka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kwa-sicu, laporan yang telah ditampilkan kepada Ong-ya tersebut adalah benar. Lihatlah ! Pemuda itu telah saya
tangkap bersama seorang pengawalnya." Orang yang
menyamar sebagai tabib itu menjawab pertanyaan laki-laki
berbaju putih tadi. "Terima kasih ! Jasa locianpwe sungguh amat besar kali ini
! Ong-ya akan bergembira sekali Apakah lo-cianpwe telah
memeriksa dan menanyai pemuda itu ?"
"Belum. Silahkan Kwa-sicu memeriksanya sendiri ! Tetapi ketika lo-hu (aku orang tua) menggeledah badannya. lo-hu
mendapatkan potongan emas ini." orang yang bergelar Tee-tok-ci itu menyerahkan benda tersebut kepada laki-laki
berbaju putih itu. Laki-laki itu menimang-nimang potongan emas itu di dalam
tangannya. "Inikah benda yang dimaksudkan oleh Ong-ya itu" Kenapa seperti ini ?" gumamnya dengan ragu-ragu. "Baiklah, akan kuperiksa sendiri. Pengawal bawa kemari pemuda itu!"
Pengawal-pengawal itu dengan tangkas menyeret tubuh
Yang Kun dan Hek mou-sai ke hadapan laki-laki tersebut, lalu dengan gesit pula mereka kembali berdiri di belakang tuannya.
Orang berbaju putih itu maju selangkah mendekati Yang
Kun. Wajahnya yang putih pucat itu tersembunyi di balik
gumpalan rambut yang sengaja dibiarkan terurai lepas, hingga sukar bagi orang lain untuk melihat jelas wajahnya. Selelah meneliti sebentar kedua tawanannya orang itu lalu memberi
isyarat kepada Tee-tok Ci untuk memunahkan totokannya.
Dengan tertatih-tatih Yang Kun bangkit dari lantai tempat ia menggeletak. Luka-luka yang ia derita pada kedua buah
pahanya masih terasa sakit sekali, sehingga serasa masih
sukar untuk berdiri tegak. Meskipun demikian matanya dengan tajam menatap tak berkedip kepada laki-laki berbaju putih
yang berdiri tak jauh di hadapannya. Jelas terpancar di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalamnya sebuah perasaan dendam yang tiada taranya.
Tetapi laki-laki pucat berbaju putih itupun ternyata balas memandang dengan tidak kalah pula tajamnya. Justru
kelihatan lebih seram malah !
"Apakah engkau yang bernama Chin Yang Kun?"
Pemuda itu mengangguk. Matanya tetap menyala
memandang ke arah lawannya. Sukar untuk mengatakan apa
yang tersirat di dalam hati kecilnya pada saat itu. Mungkin suatu perasaan sedih, gembira, marah, penasaran, yang
semuanya bergolak menjadi satu di dalam dadanya. Bila
dilihat dari sorot matanya, bisa diduga betapa inginnya
pemuda itu mengamuk dan membunuh seluruh orang yang
berada di tempat tersebut. Tetapi bila dibaca dari sikapnya yang diam itu, bisa diduga pula bahwa pemuda tersebut telah dapat mempergunakan otaknya untuk mengekang perasaan
hatinya. Apakah faedahnya melawan mereka yang sekian
banyaknya itu dengan tubuh yang terluka parah seperti ini "
"Dimanakah benda itu disimpan oleh keluargamu?" laki laki berbaju putih itu bertanya lagi.
"Nah, apalah kataku." Yang Kun membatin. Mereka semua
inilah yang selama ini telah mengincar benda pusaka itu dan dia semakin yakin pula bahwa orang ini pulalah yang telah
membantai keluarganya. "Benda apakah yang kaumaksudkan " Sedikitpun aku tidak memahami pertanyaanmu. Kalau yang kaumaksudkan benda
tersebut adalah potongan emas itu, kurasa kini kau telah
memegangnya. ..........." Yang Kun berusaha mengekang perasaannya.
"Hah! jangan berpura-pura ! Tak ada gunanya berdusta di
tempat seperti ini. Kaulihat di sekelilingmu, semua ini adalah tokoh-tokoh kang-ouw yang biasa menyiksa orang! Tak
terasakan hal itu olehmu" Mereka ini semuanya mempunyai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seribu macam cara untuk dapat membuka mulutmu, tahu"
Perlukah semua itu dicoba terlebih dahulu kepadamu?"
"Tetapi apa yang mesti kukatakan kalau aku memang
benar-benar tak paham apa yang kau maksudkan" Kau siksa
sampai sejuta kalipun aku tetap tidak tahu apa yang kau
kehendaki itu. Paling hebat aku akan mati. Nah, coba katakan kepadaku ! Benda apakah yang kau maksudkan itu ?" dengan tenang Yang Kun menghadapi orang itu. Benar-benar dengan
hati yang sangat tenang! Yang Kun sendiri sampai heran
memikirkan sikapnya yang sangat tenang tersebut. Padahal
kondisi tubuhnya demikian jelek, berada di mulut singa pula !
Ah, inilah agaknya sikap jago silat sejati seperti yang selalu didengung-dengungkan serta selalu ditanamkan oleh paman
bungsu kepadanya ! "Sebuah CAP KERAJAAN! Nah, di mana benda itu
sekarang?" laki-laki itu berkata tandas. Tampak oleh semua orang betapa marah sebenarnya laki-laki tersebut.
"Cap kerajaan" Wah, apa pula itu " Baru kali ini aku
mendengarnya. Sebenarnyalah kalau kukatakan bahwa aku
benar-benar tidak mengetahuinya. Kurasa seluruh keluargaku juga belum pernah mendengar apalagi sampai memilikinya
............" Yang Kun mengerutkan dahinya.
Memang pemuda itu berkata yang sebenarnya.
Sesungguhnyalah, sampai saat meninggalnya, ayah dan
pamannya belum mengetahui, apa wujud dari benda pusaka
yang diwariskan kepada keluarganya itu. Malah baru saat
inilah ia mendengar tentang wujud dari benda pusaka
tersebut, justru dari mulut orang lain!
"Anak bodoh! Masih berbelit-belit juga! Kau memang perlu mendapat sedikit siksaan. Tee-tok-cianpwe, tolong siksa dia agar mengaku!"
"Jangan! Jangan kalian siksa dia ! Dia memang benar-benar tidak tahu-menahu tentang cap itu! Tak ada gunanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyiksa dia, kalau kalian ingin menyiksa orang.......... nah, siksalah saja aku!" tiba-tiba Hek mou-sai yang masih terikat erat itu berteriak.
Laki-laki itu mengibaskan ujung bajunya yang putih bersih
tersebut ke samping, lalu dengan lagak yang angkuh ia
mendongak ke arah langit langit rumah.
"Siapakah dia?" katanya dingin.
Terdengar suara tertawa yang nyaring dari tempat di mana
Tee-tok-ci duduk. Suara seorang wanita yang telah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu Iweekang.
"Dia adalah Wan It, bergelar Hek-mou-sai ! Dahulu
merupakan salah seorang dari pengawal rahasia Kaisar Chin.
Kepandaiannya memang tidak boleh dipandang rendah,
terutama sepuluh jari-jari tangannya. Dia mampu membunuh
lawan dari jarak sepuluh langkah !"
"Jeng bin Siang kwi (Sepasang Iblis Berwajah seribu)
terima kasih!"Laki-laki berbaju putih itu menoleh, lalu ia menatap kearah wajah Yang Kun dengan tajam.
"Kau sungguh tidak kecewa mempunyai pembantu seperti
dia," katanya "Tetapi aku tetap pada pendirianku. Nah, sekali lagi, katakan di mana cap itu disimpan oleh keluargamu?"
Yang Kun diam tak menjawab.
"Kalian semua ini benar-benar keterlaluan sekali. Memaksa seseorang anak mengatakan apa yang tidak diketahuinya
............ " Hek-mou-sai berteriak kembali.
"Diam! Tee tok-ci locianpwe, silakan kau mulai !"
Orang tua yang bergelar Tee-tok-ci itu melangkah ke
depan. Satu langkah saja! Tapi biarpun hanya melangkah saja, ternyata tubuhnya yang kecil itu telah berada di depan Yang Kun. Padahal jarak antara tempat duduknya dengan tempat di mana Yang Kun berdiri, lebih dari pada tujuh meter! Hal itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjukkan betapa hebat ilmu kepandaian orang bertubuh
kecil itu sebenarnya. "Heh-heh, .......... anak muda, kau sungguh sangat sial
pada hari ini. Dua kali engkau jatuh ke tangan Tee-tok-ci.
Pertemuan pertama engkau telah merasakan Ji hoan Tatbeng-soa (Bubuk Pasir Pencabut Nyawa Dalam Dua Langkah)
kepunyaanku. Khasiat dari bubuk beracun itu terbagi dalam
dua tingkat. Tingkat pertama telah kau rasakan tapi sayang engkau keburu pingsan. Tingkat yang ke dua akan terjadi
selang enam jam kemudian. Pada saat itu engkau akan
merasakan kesakitan yang maha hebat, sehingga engkau tidak akan kuat menanggungnya dan....... mati ! Tetapi agaknya hal seperti itu tidak keburu terlaksana, karena saat ini aku akan menyiksa engkau dengan cara yang lain lagi. Dan penyiksaan yang akan kupersembahkan kepadamu kali ini akan berakhir
dengan kematian! Hihihi ............. lihatlah!"
Hampir saja Yang Kun mengerahkan tenaga untuk
menghajar muka orang itu, apapun yang akan terjadi. Tetapi kembali otak sehatnya melarang, dia harus bersabar sampai
saat yang terakhir. Siapa tahu ada jalan yang terlebih baik nanti, dari pada harus berjibaku seperti itu"
Orang itu mengeluarkan sebuah alat kecil terbuat dari kulit bambu. Alat seperti itu sering dibuat oleh para penggembala di kala senggang untuk bermain tiup-tiupan, sebab alat itu akan mengeluarkan bunyi melengking apabila ditiup. Benarlah, tak lama kemudian terdengarlah suara tinggi melengking
seperti suara ribuan nyamuk yang terbang bersama-sama.
Makin lama makin tinggi, sehingga akhirnya membuat telinga merasa riuh dan sakit. Beberapa orang tampak mulai tidak
tahan dan menutup telinga mereka dengan tangannya.
Suara itu mengalun panjang pendek, bergetar-getar,
sehingga membentuk sebuah irama yang aneh. Seperti suara
sepasang nyamuk yang sedang bercanda di malam sunyi.
Seram dan ngeri. Apalagi suara itu didorong dengan IweeTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kang yang amat kuat, sehingga selain terasa aneh, seram,
ngeri, juga sangat berbahaya. Tampak beberapa orang
penjaga terpaksa keluar dari ruangan itu, sebab biarpun
telinga mereka telah ditutup dengan tangan, suara itu masih saja menyakitkan gendang telinga mereka.
Semula Yang Kun merasakan juga pengaruh suara ini di
telinganya, tapi begitu ia mengerahkan Iwee-kang, tubuhnya menjadi nyaman dan pengaruh dari suara itu menjadi lenyap
Malah sekarang ia bisa menikmati irama yang dihasilkan oleh alat tiup sederhana itu.
Tiba-tiba suara itu berhenti dengan mendadak ! "Nah,
permainan ini benar-benar akan saya mulai. Lihat !"
Semua orang menjadi lega kembali, karena suara yang
menyakitkan itu telah hilang. Tetapi mendengar suara Teetok-ci yang mengatakan bahwa permainan justru baru hendak
dimulai mereka menjadi berdebar-debar kembali. Sama sekali mereka tidak mengira bahwa irama melengking tadi ternyata
cuma dipakai sebagai pembukaan saja dari penyiksaan yang
sebenarnya. Mendadak............ ya ............. mendadak saja semua
orang mendengar suara mencicit sambung- menyambung dari
segala penjuru. Makin lama makin riuh dan akhirnya mereka
dikejutkan oleh datangnya berpuluh-puluh, bahkan beratusratus ekor tikus ke dalam ruangan itu. Beberapa orang
menjadi terkejut sehingga mereka terpaksa memukul atau
menginjaknya. Tetapi tikus-tikus itu tetap datang dengan
tertib dan berkumpul di sekeliling tubuh Teo-tok-ci. Mereka saling bertumpang tindih saking banyaknya yang datang dan
juga saking kepinginnya mereka berada terlebih dekat dengan orang tua itu. Sehingga otomatis orang-orang yang berada di dekatnya, seperti Chin Yang Kun, Hek-mou-sai dan laki-laki berbaju putih itu, semuanya menjadi ikut terkepung di tengah-tengah kawanan tikus tersebut. Tetapi binatang itu benarbenar sangat tertib. Biarpun saling berdesakan di sekitar kaki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, tetapi tak seekorpun yang mengganggu atau
berusaha untuk menyerang mereka. Dan tentu saja ketiga
orang itu juga tak mau dikatakan sebagai orang penakut,
sehingga biarpun merasa risih mereka tetap berdiri di
tempatnya masing-masing. "Aha, ternyata banyak juga tikus-tikus di sekitar tempat
ini." orang tua itu berkata dengan gembira. "Nah, anak muda !
Lihatlah ! Tikus-tikus ini dapat menjadi buas dan bisa
kuperintah untuk apa saja. Lihat contohnya !" katanya pula dengan bengis ke arah Yang Kun.
Orang tua itu kembali meniup alatnya tadi dan tiba-tiba
kawanan tikus itu berubah menjadi buas dan sekonyongkonyong".. menyerang Hek-mou sai! Terdengar suara jeritan
yang disertai tenaga khikang, sehingga gedung itu seakan
menjadi bergetar mau roboh, bahkan puluhan ekor tikus yang semula menempel di tubuh Hek-mou-sai tampak terpental
pergi dalam keadaan hangus.
Tapi agaknya binatang itu telah menjadi gila karena tiupan kulit bambu tersebut. Begitu mati sepuluh, datang lagi
duapuluh. Mati lagi seratus, datang lagi duaratus. Begitu
seterusnya, sehingga akhirnya pada jeritan yang ke enam dan ke tujuh, tak seekor tikuspun yang terpental mati ! Dan kini jeritan yang keluar dari mulut Hek-mou-sai bukanlah jeritan yang mengandung khikang tetapi benar-benar suatu jeritan
ketakutan. "Haha, Sai-Cu Ho-kangnya (Tenaga Sakti Singa Mengaum) sungguh hebat ! Sayang kaki tangannya terikat, sehingga tak leluasa dia mengeluarkannya !" Tee tok ci tertawa sadis.
Beberapa saat lamanya Yang Kun seperti terpesona oleh
kejadian tersebut, tapi begitu terdengar suara jeritan Hek-mou-sai berubah menjadi jeritan ketakutan, ia segera menjadi sadar kembali. Kemarahan yang sejak semula selalu ditahan-tahannya kini terlepas tak terkendalikan lagi. Tanpa
menghiraukan kedua belah pahanya yang sakit, ia meloncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerbu ke arah tubuh pengawalnya yang telah lenyap
dirubung oleh kawanan tikus gila itu.
Kerumunan tikus itu tersibak ke samping, bahkan beberapa
di antaranya terlempar hancur dilanggar oleh arus tenaga
yang tersalur dari kedua lengan pemuda itu. Dan sebelum
semuanya menyadari apa yang telah diperbuat oleh anak
muda itu, anak muda itu sendiri telah berhasil mencengkeram ikat pinggang temannya dan mengangkatnya di atas
kepalanya. Disertai dengan sebuah geraman yang dasyat
tubuh itu diputar-putar bagaikan sebuah baling-baling. Dan suasana di dalam ruangan itu menjadi kalang kabut, ketika
puluhan bahkan ratusan ekor tikus yang semula menempel
pada tubuh Hek-mou-sai itu terlempar menyebar bagai hujan
ke segala penjuru. Keadaan itu membuat Tee-tok-ci menjadi marah sekali.
Sekali tubuhnya berkelebat, ia telah berada di belakang tubuh Chin Yang Kun. Dan sebelum pemuda itu sempat mengelak,
jalan darah poh-ki-hiat yang berada di bawah pinggang telah kena ditotoknya hingga lumpuh. Kontan saja pemuda itu
roboh menimpa tikus-tikus yang berkerumun di bawah
kakinya. Sedang tubuh Hek-mou-sai yang semula
dipegangnya, terlempar jatuh mengenai meja dan kursi di
pinggir ruangan. Dan tubuh yang gemuk itu benar-benar
sangat mengerikan keadaannya. Biarpun belum terlanjur habis dimakan tikus tetapi tubuh itu telah penuh berselimutkan
cairan darah segar. Pakaian serta rambut yang semula
menempel di badannya kini sudah habis tandas tercabik-cabik taring kawanan tikus yang sangat tajam. Malah beberapa
buah jari kakinya tampak ikut lenyap pula dilahap binatang-binatang menjijikkan tersebut. Hanya yang sangat
mengherankan adalah keadaan tali pengikat dari tubuh Hek
Mou sai tersebut. Tali itu tetap utuh seperti semula, seakan tidak mempan oleh gigitan binatang yang bergigi tajam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat suasana demikian. Tee-tok-ci cepat meniup alatnya
yang aneh tadi. Dan sungguh menakjubkan. Kawanan tikus
yang semula telah menjadi gila itu mendadak berubah menjadi jinak kembali, dengan patuh mereka berkumpul kembali di
sekitar orang tua itu dan seakan-akan menanti perintah
selanjutnya. "Nah, anak muda! Sekali lagi kuberi waktu untuk berterus terang. Jawab sejujurnya pertanyaan yang telah kuajukan
kepadamu tadi! Lihatlah! Apakah engkau ingin dikeroyok tikus seperti temanmu itu" Apakah engkau ingin mati dengan cara
dicabik-cabik hingga tinggal tulang-tulang saja?" laki laki berbaju putih itu kembali menggertak Yang Kun.
"Pembunuh-pembunuh kejam! Lakukanlah ancamanancamanmu itu segera, kenapa mesti ditunda-tunda juga"
Sekali kukatakan tidak tahu tetap tidak tahu!" pemuda itu menjawab tegas.
"Anak tolol! Baiklah! Nah, silakan kaulanjutkan Tee-tok-ci locianpwe!"
"Hihihi .......... baiklah !" orang tua itu mengangguk kesenangan.
Ketika alat tiup yang aneh itu telah ditempelkan pada
mulutnya, itba-tiba dari atas genting meluncur sesosok
bayangan yang menerjang ke arah orang tua itu.
Gerakannya cepat bukan main, sehingga hampir tak
seorangpun yang mengetahuinya.
"Tahan!" Tee-tok-ci berusaha mengelak, tetapi karena sama sekali
tidak mengira, apalagi gerakan orang itu memang cepat
sekali, maka alat tiup yang telah berada di atas bibirnya itu dapat disambar oleh bayangan itu dengan mudah. Tentu saja
Tee-tok-ci menjadi marah sekali. Begitu juga semua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang saat itu berkumpul di tempat tersebut. Mereka bersiap siaga menghadapi pendatang baru itu.
Setelah berhasil menyambar alat tiup itu, bayangan yang
mempunyai gerakan seperti kilat tersebut melayang ke arah
kursi kehormatan. Tentu saja laki-laki berbaju putih itu tidak tinggal begitu saja. Entah dari mana ia mengambilnya, tahu-tahu tangannya telah memegang sebatang hio (dupa) yang
telah terbakar ujungnya. Tapi begitu ia bermaksud membidik bayangan yang datang ke arah kursi kehormatan itu tiba-tiba telinganya mendengar sebuah bisikan halus.
"Kwa-heng (saudara Kwa), akulah yang datang!"
"Ong-Ya!" teriak orang berbaju putih itu dengan kaget.
Semuanya tertegun di tempat masing-masing. Apalagi
ketika melihat bayangan itu duduk di kursi kehormatan.
Wajahnya teraling oleh kain sutera tipis yang dipasang pada topinya yang lebar, membuat dia tampak asing dan aneh.
Suasana menjadi sunyi. Barulah semua tersadar ketika orang berbaju putih itu berlutut.
"Ong ya !" semuanya ikut berlutut.
"Terima kasih ! Silahkan cuwi duduk kembali ! Tee-tok-Ci Lo heng, maafkan kekasaranku tadi. Soalnya aku tak
mempunyai jalan yang lain lagi untuk menahan agar benda itu tidak terlanjur Lo-heng bunyikan."
"Ah. Ong-ya jangan terlalu sungkan." Tee-tok-ci menjawab dengan tergesa-gesa. "Aku memang terlalu suka bermain-main."
"Sekali lagi terima kasih, Tee-tok-ci Lo-heng, inilah alat tiupan yang hebat itu, silahkan kau bubarkan saja tikus-tikus ini. Biarlah aku sendiri yang menyelesaikannya. Hai penjaga !
Bersihkan lagi tempat ini!"
Binatang-binatang itu serentak pergi meninggalkan tempat
itu, begitu Tee-tok-ci meniup alatnya sehingga dengan mudah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para penjaga membersihkan dan mengatur kembali ruangan
tersebut. Mereka menggotong tubuh Hek-mou-sai yang
terluka parah itu ke tengah ruangan kembali dan menutupi
tubuhnya yang berdarah dengan sebuah mantel lebar.
"Ong-ya, Tee-tok-ci lo-cianpwe telah menemukan sebuah barang aneh di saku baju Chin Yang Kun. Sebuah potongan
emas yang mempunyai guratan-guratan menyerupai sebuah
peta," orang berbaja putih itu melapor.
"Hah" Mana barang itu?"
"Inilah, Ong-ya."
Orang yang disebut Ong-ya itu menimang-nimang
potongan emas tersebut untuk beberapa lamanya, kemudian
tampak kepalanya yang tertutup topi berkain sutera tipis itu menggeleng-geleng.
"Apakah benda itu ada hubungannya dengan barang yang
sedang kita cari selama ini?" pembantunya yang berbaju putih itu menegaskan.
"Entahlah. Kwa-heng. Aku juga tidak mengerti. Aku belum pernah mendengar atau melihatnya pula. Tapi baiklah kita
simpan saja dia. Siapa tahu ada gunanya nanti ! Bagaimana
dengan pengakuan pemuda itu sendiri?"
"Itulah sebabnya saya menyuruh Tee-tok-ci locianpwe
untuk menyiksanya. Pemuda itu selalu mengatakan bahwa dia
tidak tahu menahu soal cap yang disimpan oleh
keluarganya........"
"Sudahlah, bawa dia bersama pengawalnya itu ke ruang
bawah tanah ! Biarlah mereka berdua mati di sana."
"Lalu bagaimana dengan keterangan yang kita butuhkan
itu, Ong-ya" Bukankah Ong-ya pernah mengatakan kepada
kita bahwa benda itu disimpan oleh keluarga Chin" Padahal
keluarga Chin tinggal dia saja di dunia ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kwa-heng, sudahlah! Serahkan semua itu kepadaku ! Aku sudah mendapatkan sebuah jalan yang lebih baik ! Marilah
kita merundingkan sesuatu yang lain, yang lebih penting dari pada urusan ini!"
Orang berbaju putih itu masih ragu-ragu, tapi akhirnya ia
mengangguk. "Terserah Ong-ya kalau demikian."
Chin Yang Kun dan Hek-mou-sai digotong keluar oleh para
penjaga. Kali ini langsung dibawa ke ruang bawah tanah, yaitu sebuah ruangan yang khusus dibuat untuk memenjarakan
para penjahat berbahaya. Keduanya diletakkan begitu saja di atas lantai yang kotor dan berlumut. Padahal mereka tidak
bisa bergerak sama sekali ! Yang Kun masih lumpuh akibat
totokan Tee-tok-ci tadi, sedangkan Hek-mou-sai kini lebih
parah lagi keadaannya. Sementara itu sepeninggal Yang Kun dan Hek-mou-sai,
mereka melanjutkan perundingan mereka. Ong ya itu
memanggil pembantunya, yaitu laki-laki berbaju putih, dan
yang lain-lain untuk datang lebih dekat ke tempat duduknya.
"Kwa-heng, di manakah Si-ciangkun sekarang?"
"Si-ciangkun berada di gedung kepala daerah saat ini. Dia mendapat undangan untuk menghadiri perayaan yang
diadakan di sana. Apakah Ong-ya memerlukan dia sekarang"
Biarlah Siauw-te pergi ke sana untuk memanggilnya."
"Tak usah ! Biarlah dia tetap di sana. Itu justru lebih baik buat dia kalau kita bergerak nanti. Tak seorangpun yang akan mencurigainya ! Sementara kita dapat mempergunakan
rumahnya sebagai tempat perlindungan yang aman."
"Bergerak " Apakah kita akan bergerak sekarang, Ong-ya "
Apakah kekuatan kita telah cukup?" salah seorang dari Jeng bin Siang-kwi ikut menyela pembicaraan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, tidak. Kita belum akan memulainya sekarang. Kita harus mempunyai beberapa ribu orang perajurit, jadi belum
saatnya kita memulai gerakan kita."
"Kalau begitu apa maksud Ong-ya dengan gerakan itu?"
beberapa orang bertanya. "Sabarlah ! Nanti akan kujelaskan juga. Tetapi Iebih dulu saya ?ngin mengetahui perihal beberapa buah urusan yang
pernah aku mintakan tolong kepada saudara-saudara untuk
menyelesaikannya ............ Eh. Kwa-heng! Kwa-heng tadi
berkata bahwa keluarga Chin kini hanya tinggal Chin Yang Kun seorang, benarkah itu?"
''Begini, Ong-ya. Sejak Ong-ya memberikan tugas itu
kepada siauw-te, siauw-te telah berusaha dengan sekuat
tenaga bersama beberapa orang teman untuk
mendapatkannya. Tetapi hingga saat ini benda itu tetap belum siauw-te peroleh. Padahal kami juga telah mengusahakannya
dengan berbagai macam cara, termasuk pula pesan Ong-ya
bahwa kami diperbolehkan menyiksa, membunuh,
memusnahkan semua keluarga itu asal benda itu kita
peroleh." "Lalu ........?" Ong-ya itu mendesak.
"Ketika kami mendatangi tempat persembunyian keluarga Ch?n, ternyata kedatangan kami sudah terlambat. Seluruh
keluarga itu telah pergi melarikan diri. Kami hanya
menemukan mayat Chin Bu, orang termuda dari Chin
bersaudara. Meskipun demikian kami tetap mengobrak-abrik
tempat itu guna mendapatkan benda tersebut." Tee-tok-ci ikut memberi keterangan.
"Tentu saja benda itu takkan ditinggalkan oleh
mereka........." Ong-ya itu menyela lagi.
"Benar. Kami tak dapat menemukannya. Oleh karena itu
kami berusaha mengejar mereka. Setelah itu agar supaya
kami dapat mengetahui dengan pasti di mana sebenarnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benda itu berada, siauw-te telah menangkap beberapa orang
pengawal mereka serta menyiksanya. Tetapi tak seorangpun
dari pengawal itu yang mengetahuinya. Cuma dari hasil
penyiksaan tersebut kami dapat menarik kesimpulan bahwa
benda itu tidak mereka bawa tetapi telah disimpan entah di mana," laki laki berbaju putih itu meneruskan keterangan temannya.
"Oleh sebab itu Kwa-heng bersama para saudara yang lain akhirnya berketetapan hati untuk berhadapan langsung
dengan Chin bersaudara. Hidup atau mati. Dan begitu kedua
bersaudara itu tetap tidak mau mengaku, Kwa-heng lalu
membunuhnya. Begitukah..........?" Ong-ya itu mengutarakan dugaannya.
"Ah, tidak demikian........." Tee-tok-ci cepat menyanggah dugaan itu.
Orang berbaju putih itu memberi isyarat kepada Tee-tok-ci
agar sedikit bersabar. Lalu dengan tenang ia meneruskan
keterangannya. "Maksud kami memang begitu. Kami akan membunuh
mereka semuanya apabila mereka tetap tidak mau mengaku.
Tetapi sebelum rencana itu kami jalankan, tiba-tiba muncul sebuah tembok penghalang di hadapan kami.........,.."
"Hei, tembok penghalang" Apakah itu ?"
"Benar. Ong-ya." Tee-tok-ci menyahut lagi. "Kemarin malam ketika kami mulai memasuki hutan di Bukit Ular. Tiba tiba kami berhadapan dengan beberapa orang yang berjalan
mengendap-endap pula seperti kami. Ternyata mereka juga
sedang memata-matai buronan kita. Agaknya orang-orang itu
juga menginginkan benda pusaka itu pula. Oleh karena saling berebut mangsa, akhirnya di dalam kegelapan bayang-bayang
pohon kita saling bertempur dengan seru........."
"Tapi agar kami tidak kehilangan jejak dari keluarga Chin, maka saudara Kwa telah meminta adik kami yang ke lima,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yaitu Ceng ya-kang (Si kelabang Hijau ) untuk berangkat lebih dahulu," salah seorang dari Jeng-bin Siang-kwi menambahkan.
"Ternyata lawan kami bertempur itu benar-benar sangat tangguh. Mereka adalah jago-jago silat kelas satu. Buktinya biar hampir setengah malaman kita bertempur secara kucing-kucingan, diantara lebatnya pohon dan rimbunnya daun di
hutan itu, kami tidak dapat mengalahkan mereka. Sayang
demi kerahasiaan tugas itu kami tidak diperbolehkan
mengeluarkan ilmu racun kita secara sembarangan. Coba
..........." yang lain juga turut menceriterakan pengalamannya.
Suasana di dalam ruangan itu menjadi sunyi. Masingmasing sibuk dengan angan-angan mereka sendiri. Ong-ya itu juga kelihatan termangu-mangu. Tak disangkanya suasana
telah berkembang begitu pesat. Kini ternyata mereka tidak
sendiri lagi dalam usaha mencari cap kerajaan itu. Beberapa orang telah tampak turut pula memperebutkannya.
"Apakah saudara bisa menduga, dari golongan manakah
orang-orang itu ?" tanya orang berkerudung itu.
"Sukar, Ong-ya. Selain hutan tersebut sangat gelap dan lebat, merekapun agaknya selalu menjaga kerahasiaan diri
mereka," laki-laki berbaju putih itu menerangkan.
"Kalau begitu .......... kini semakin sukar pula maksud kita untuk memiliki cap itu. Sekarang ternyata ada satu orang lagi yang juga menginginkannya.........." Ong-ya menghela napas panjang.
"Ah, tak hanya satu orang, Ong-ya!" Jeng-bin Siang-kwi cepat memotong perkataan itu. "Ngo-sute (adik kami yang ke lima) juga menjumpai kelompok yang lain ketika dia
mendahului kami .. ........."
"Kelompok yang lain lagi" Apakah bukan anggauta
kelompok yang pertama itu pula" Mungkin mereka memang
menyebar .......... ," Ong-ya itu semakin kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan, Ong-ya! Orang-orang yang terlihat oleh ngo-sute
itu terang bukan berasal dari satu golongan dengan orang
yang sedang bertempur melawan kami itu. Sebab kebetulan
ngo-sute sudah mengenal pimpinan mereka."
"Siapa........ ?"
"Yap Tai-ciangkun (Panglima Yap)! Seorang panglima besar kepercayaan Kaisar Han." Jeng-bin Siang-kwi menjawab
dengan mantap. "Kata ngo-sute panglima itu hanya dikawal oleh dua orang jagoan istana, seorang laki-laki dan seorang wanita."
Orang berkerudung yang selalu disebut Ong-ya oleh anak
buahnya itu berdiri dengan tegang. Mantel hitam yang lebar menutupi pundaknya itu ia sibakkan ke punggung, sehingga
pakaiannya yang berwarna kuning emas itu kelihatan
menyolok di dalam keremangan sinar lampu.
"Yap Tai-ciangkun" Gila! Jadi kaisar sendiri juga telah ikut memperebutkan benda keramat itu?" geramnya keras-keras.
Membuat semua pembantunya terdiam dan tak berani
bersuara "Jadi itukah sebabnya kenapa Kaisar Han berada di kota ini sekarang?"
Jilid 3 KINI ganti para pembantunya yang menjadi terkejut!
"Kaisar berada di sini?" mereka berseru hampir berbareng.
"Benar ! Inilah soal penting yang akan saya rundingkan dengan saudara-saudara pada saat ini. Bukankah tadi telah
saya katakan bahwa saya mempunyai sebuah persoalan yang
lebih penting untuk kita rundingkan" Tapi........ baiklah, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum persoalan ini kita rundingkan, saya ingin
mendengarkan laporan saudara-saudara terlebih dahulu
sehingga selesai. Nah, Kwa-heng, bagaimana akhir dan
pertempuran saudara dengan kelompok pertama tersebut?"
"Begini, Ong-ya. Setelah kami pikirkan lebih lanjut, akhirnya kami merasa bahwa pertempuran itu sungguh tidak
bermanfaat sebenarnya bagi kami. Oleh karena kekuatan kita seimbang, maka biar semalaman kita berkelahi keadaan tentu tidak akan berubah. Tidak akan ada yang menang ataupun
kalah. Salah-salah kita justru akan kehilangan jejak buruan kita malah. Maka akhirnya kami mengalah dan pergi dari
tempat itu. Kami berusaha mengejar Cong-ya-kang melalui
tanda-tanda yang telah ditinggalkannya. Tetap ketika kami
sampai di suatu tempat yang agak lapang, kami hanya
mendapatkan puing-puing bekas tandu mereka serta sebuah
kuburan besar. "........ dan bekas-bekas racun kelabang hijau milik ngosute!" Tee-tok-ci menambahkan. "Tetapi di sana tidak ada seorangpun yang tinggal. Maka dengan perasaan khawatir
kami membongkar kuburan itu. Jangan-jangan ngo-sute
menjadi tidak sabaran dan menyerang mereka seorang diri,
sehingga akhirnya kedua belah pihak sama-sama hancur.
Tetapi hati kami menjadi lega ketika kuburan tersebut hanya berisi wanita, anak-anak dan para pemikul tandu saja."
"Kemudian kami berputar-putar di hutan yang lebat dan
sukar ditempuh tersebut untuk mencari ngo-sute dan sisa-sisa keluarga Chin yang masih hidup!" Jong-bin Siang kwi ikut pula menambahkan. "Tetapi kami tidak dapat menemukan mereka,
sehingga kami terpaksa kembali menuju ke kota ini sesuai
dengan perintah Ong ya. .............. "
"Tetapi kami benar-benar tidak menyangka sama sekali
kalau di tengah perjalanan itu kami justru dapat menemukan buron kita yang hilang." Laki-laki berbaju putih itu
melanjutkan kisahnya. "Mula mula Tee-tok ci Lo-cianpwe Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat sebuah rumah bergenting merah di tengah-tengah
padang ilalang. Kami menjadi curiga melihatnya, sehingga
kami bersepakat untuk pergi menengoknya. Astaga! Begitu
kami memasuki pintu halaman kami menyaksikan tumpukan
mayat yang masih baru, bergelimpangan di mana mana. Dan
beberapa di antaranya adalah mayat dari keluarga Chin,
buronan kita yang hilang itu. Kami segera memeriksanya
dengan teliti tapi cap kerajaan itu tidak ada pada tubuhnya
........" "........ dan kami menjadi bingung sekali pada saat itu."
Tee-tok ci menyambung kisah itu. "Selain kami tidak bertemu dengan ngo-sute yang kami tugaskan memata-matai mereka,
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami juga tidak bisa menduga apa yang sebenarnya terjadi di tempat tersebut beberapa saat yang lalu."
"Dengan perasaan lesu kami meninggalkan tempat itu.
Tugas yang dibebankan di atas pundak kami ternyata telah
gagal sama sekali. Keluarga Chin telah musnah seluruhnya
dan kami belum bisa mendapatkan benda yang disimpannya
itu. Maka kami bermaksud menghadap Ong-ya untuk
menerima hukuman............" laki laki berbaju putih itu berkata lemah.
"Benar ! Kami bermaksud menghadap Ong-ya ketika tiba
tiba muncul ngo-sute di hadapan kami." Jeng bin Siang-kwi
mengiyakan kata-kata yang diucapkan temannya tersebut.
"Ngo-sute lancang menceritakan semua pengalamannya
setelah pergi meninggalkan kami. Dia berpendapat bahwa
untuk memperoleh cap kerajaan itu kita harus bertindak lebih cepat, sebab sekarang terbukti bahwa tidak hanya kita saja yang menginginkan benda tersebut. Maka tanpa menanti
persetujuan dari kami dia telah bertindak lebih lanjut dengan membuat surat ancaman kepada keluarga Chin. Dan untuk
lebih mengokohkan serta lebih menguatkan bahwa surat
ancaman itu tidak main-main ngo-sute telah membunuh
semua wanita dan anak-anak dengan racun kelabangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nah, pada saat dia menantikan hasil dari surat ancamannya
itulah dia melihat Yap Tai-Ciangkun bersama dua orang
rekannya melewati hutan tersebut ............"
"Haha ........ melihat bekas teman akrabnya lewat, ngo-sute kontan mengikutinya," Tee-tok ci meneruskan sambil tertawa.
"Benar teman akrabnya?" Ong-ya itu menegaskan.
"Benar, Ong-ya! Dahulu, ketika masih berpetualang di
dalam dunia persilatan Yap Tai-ciangkun memang pernah
bersahabat dan merantau bersama-sama dengan ngo-sute
kami. Tapi persahabatan itu akhirnya putus akibat ulah ngo-sute yang suka membunuh orang!"
"Ah ........ lalu apa yang terjadi setelah Ceng-ya kang Loheng mengikuti Yap Tai-ciangkun ............?" orang
berkerudung itu menjadi tidak sabar.
Laki-laki berbaju putih itu cepat-cepat menyelesaikan
laporannya. "Akhirnya Ceng-ya-kang Lo heng kehilangan jejak mereka.
Begitu pula ketika ia kembali ke tempat semula, keluarga Chin telah pergi dari tempat itu! Ceng-ya-kang Lo-heng bergegas pergi menuju ke tepi Sungai Huang-ho, sesuai dengan isi dan surat ancaman yang telah dibuatnya sendiri. Tapi sampai di tempat tujuan Ceng-ya-kang Lo-heng menjadi terkejut sekali.
Ternyata dugaannya salah. Ternyata Ceng-ya-kang Lo-heng
tidak menjumpai keluarga Chin yang datang ke tempat itu
untuk memenuhi surat ancamannya, tapi Ceng-ya-kang Loheng justru bertemu dengan Hong-gi hiap Souw Thian Hai
(Pendekar Gila) yang berada di sana !"
"Hong gi-Hiap Souw Thian Hai juga berkeliaran di daerah itu ?" Ong-ya itu bertanya dengan suara tinggi.
Orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan itu
semuanya memandang ke arah pimpinan mereka dengan
perasaan ragu-ragu. Ragu-ragu akan kemampuan pemimpin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka itu apabila akan berhadapan dengan Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai. Soalnya nama itu memang sangat terkenal, ia menjulang tinggi di dunia persilatan. Apalagi sejak pendekar itu dapat membunuh Bit-Bo-Ong (Raja Kelelawar) pada lima
tahun yang lalu. Padahal Bit-Bo-Ong tersebut adalah seorang raja di raja dari kaum sesat! Kesaktiannya tak terlawan oleh pendekar manapun, termasuk pula pendekar-pendekar
angkatan tua yang biasanya sangat disegani orang.
"Menurut penuturan Ceng-ya-kang Lo-heng memang benar
demikian.......... " laki-laki berbaju putih itu menjawab pertanyaan pemimpinnya.
"Lalu bagaimana kelanjutan dan perjumpaan mereka yang tak disangka sangka itu " Apakah mereka berdua lalu
bertempur?" "Ah, tidak Ong-ya !" Jeng-bin Siang-kwi cepat menyela,
"Ngo-sute adalah orang yang sangat cerdik. Biarpun ia tidak takut. Tapi ia juga merasa bahwa dirinya bukanlah tandingan pendekar besar tersebut. Oleh karena itu ngo-sute lalu segera menghindar dari tempat tersebut dan mencari buronannya di
tempat lain. Hampir seharian penuh ngo-sute berputar-putar di hutan yang lebat itu, tapi tak seorangpun dapat
dijumpainya. Akhirnya menjadi putus asa dan kembali ke kota ini seperti kami. Sehingga bertemu dengan kami di tengah
jalan." " .......... dan surat tadi ........... saudara-saudara sekalian, telah menerima surat pemberitahuan dari seseorang yang tak mau dikenal wajahnya, bukan " Isi surat tersebut mengatakan bahwa Chin Yang Kun, satu-satunya ahli waris dari keluarga Chin yang masih hidup, saat itu sedang menuju ke kota
bersama-sama dengan salah seorang pengawalnya yang
bernama Hek-mou-sai. Dalam surat itu juga dikatakan bahwa
Chin Yang Kun dalam keadaan terluka parah dan Saudarasaudara dipersilakan untuk mempersiapkan sebuah jebakan
guna menangkapnya. Bukankah begitu?" orang berkerudung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu melanjutkan sendiri kisah yang diceritakan oleh anak
buahnya tersebut. "Hei ?" semuanya saling berpandangan.
"Ong-ya sudah tahu" Oh, surat itu tentu Ong-ya sendiri yang mengirimkan," Tee-tok ci berseru gembira. "Jadi orang yang tak mau dikenal tersebut adalah Ong-ya sendiri !"
"Bukan ! Tee-tok ci Lo-heng salah menduga kali ini. Bukan
aku tapi dia adalah salah seorang anggauta kita yang baru.
Baru dalam arti jika dipertemukan dengan saudara semua
tetapi sebenarnya dia justru merupakan anggauta
perkumpulan kita yang paling lama ........... !"
"Eh! Siapakah dia, Ong-ya?" orang berbaju putih yang
merasa paling lama menjadi pembantu Ong-ya tersebut
mengerutkan dahinya. "Kwa-heng harap bersabar dulu! Pada saatnya nanti, yaitu
setelah tugas rahasia yang dilakukannya telah selesai, dia tentu akan datang dengan sendirinya di hadapan saudara-saudara untuk memperkenalkan dirinya. Nah, sekarang
marilah kita membicarakan persoalan kita yang lain..........."
"Ong-ya, maafkan kami. Ternyata, kami semua benarbenar orang yang tidak berguna, sehingga selalu membuat
kekecewaan di hati Ong-ya. Tugas yang demikian ringannya
ternyata tidak dapat kami selesaikan dengan baik," orang berbaju putih itu menyatakan penyesalannya.
"Benar, Ong-ya! Seperti niat kami semula, kami siap untuk
diberi hukuman," Jeng-bin Siang-kwi ikut pula menyatakan perasaan menyesalnya.
"Dan kami juga minta maaf atas kelakuan ngo-sute kami
yang teledor dan .......... " Tee-tok ci menundukkan kepalanya.
"Ong-ya, maafkan siauw-te terlambat datang!" Tiba-tiba terdengar suara Ceng-ya-kang dari balik pintu. "Tee-tok-ci suheng, biarlah aku sendiri yang menerima hukuman itu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu terbuka dan muncullah seorang laki-laki gemuk
gundul memasuki ruangan itu. la memakai pakaian berwarna
hijau tua, sehingga sangat sesuai dengan warna kulitnya yang putih pucat kehijau-hijauan itu. Dia mengangguk ke arah laki-laki berbaju putih sebentar lalu maju ke depan untuk
menghadap orang berkerudung tersebut.
"Ong-ya. siauwte datang terlambat sebab .........."
"Sudahlah. Ceng-ya-kang Lo-heng. Lo-heng tak perlu
meminta maaf kepadaku. Jika Lo heng sampai terlambat
datang, itu tentu disebabkan oleh sesuatu hal yang sangat
penting. Nah, silakan Lo-heng mengatakannya kepadaku !"
Ong-ya itu cepat memotong perkataan Ceng-ya-Kang.
"Terima kasih, Ong-ya. Sebenarnyalah bahwa
keterlambatan siauw-te ini memang disebabkan oleh sesuatu
hal yang amat penting bagi kita semua." Orang gundul itu
menerangkan. "Begini, Ong-ya, Ketika sore tadi siauw-te keluar dari penginapan dan bermaksud datang ke sini, secara kebetulan siauw-te melihat Yap Tai-ciangkun lagi di antara kerumunan orang yang sedang bergembira di jalan."
sambungnya sambil melihat ke arah Jeng-bin Siang-kwi.
"Kami telah melaporkan semua keterangan yang telah kau ceritakan kepada kami itu di hadapan Ong-ya." kedua wanita kembar itu memberi keterangan.
"Biarpun dia menyamar sebagai perajurit peronda siauw-te
tetap mengenalnya. Seperti juga ketika siauw-te melihat dia di hutan itu, kali ini siauw-te juga mengikutinya dari belakang. Di setiap tempat dia menemui orang-orangnya yang menyamar
di antara penduduk. Berkali-kali ia berbuat demikian sehingga akhirnya siauw-te merasa kuatir terhadap keselamatan
saudara-saudara kita. Orang-orangnya Yap Tai-ciangkun
sangat banyak dan dipasang di mana-mana, seakan-akan kota
ini sudah diawasinya dengan ketat. Ong-ya, ketika Yap Taiciangkun menyelinap melalui sebuah gang kecil dan masuk ke gedung kepala daerah dari pintu belakang, siauw-te tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani terlalu mendekatinya. Setelah beberapa saat kemudian, siauw-te baru berani mendekat dan rnengintip gedung itu.
Siauwte melihat di halaman belakang berkumpul kira-kira
tigapuluh orang perajurit berpakaian biasa seperti kita, tetapi dilihat sepintas lalu bisa diduga bahwa mereka rata-rata
adalah seorang jago silat kelas satu! Ong-ya, siauw-te menjadi sangat khawatir sekali ! Jangan-jangan Kaisar Han telah
mencium jejak kita dan kini kaisar mengirim Yap Tai-ciangkun bersama perajurit-perajurit pilihannya ke sini untuk
menangkap kita. Oleh karena itu siauw-te lekas-lekas kembali ke sini untuk melaporkan hal itu. " Ceng-Ya-kang menutup laporannya.
Suasana ruangan itu menjadi berisik. Semuanya
terpengaruh oleh kekhawatiran itu. Masing-masing
menyatakan pendapatnya. Orang berkerudung itu akhirnya
mengangkat lengannya ke atas dan menenangkan mereka.
"Saudara-saudara sekalian, harap jangan tergesa-gesa
mengambil keputusan dahulu! Kita bicarakan dan kita
rundingkan laporan Ceng-Ya-kang Lo-Heng itu secara matang
terlebih dahulu, baru kita menentukan apa yang sebaiknya
kita lakukan nanti. Kemungkinan apa yang dikhawatirkan oleh Ceng-ya-Kang Lo-Heng tersebut benar juga tetapi mungkin
juga tidak benar! Seperti yang saya katakan sejak tadi, bahwa Kaisar Han saat ini berada di kota ini tanpa diketahui siapapun juga. Artinya, kaisar itu telah datang ke kota Tie-Kwan ini secara rahasia. Dan apabila hal itu memang benar, maka kita tak usah heran kalau penjagaan di kota ini menjadi diperketat.
Tapi untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, marilah kita tunggu kembalinya Si Ciangkun dari rumah kepala daerah
..........!" Belum juga kata-kata yang diucapkan oleh Ong-ya itu
selesai, tiba-tiba terdengar ramai suara langkah kaki di luar.
"Ong-ya ! Ong-ya!" dari luar pintu menerobos seorang perwira muda dengan terburu-buru, sehingga semua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berada di dalam ruangan itu menjadi kaget sekali.
Apalagi ketika mereka tahu bahwa perwira muda tersebut
adalah pengawal kepercayaan dari Si-Ciangkun !
"Liok Cian-bu (kapten Liok), ada apa?" Orang berbaju putih itu cepat menahannya.
"Kwa-Sicu ........... ah Ong-Ya! Anu ........ anu .........
semuanya lekaslah pergi dari sini! Si ........ Si Ciangkun telah ditangkap oleh Yap Tai-Ciangkun atas perintah dari Kaisar!"
teriaknya. Suasana di dalam ruangan itu menjadi ribut seketika !
"Saudara-saudara sekalian, dengarlah ........!" orang
berkerudung itu membentak. Tidak begitu keras tetapi
semuanya menjadi terdiam pula seketika. Rasa-rasanya
seperti ada halilintar yang meletus di dalam gendang telinga mereka! Semuanya berdiri diam termangu-mangu, heran,
kagum, takut dan juga sedikit harapan melihat kemampuan
Ong-ya mereka yang hebat itu.
"Saudara semua harap tenang ! Jangan terburu nafsu
untuk lekas-lekas pergi dari tempat ini karena dengan terburu nafsu dan tanpa mampergunakan otak, lawan dengan mudah
akan membunuhi atau menangkap kita ! marilah kita atur dulu cara-cara kita untuk meloloskan diri !"
Benarlah, melihat ketenangan pemimpin mereka itu,
semuanya menjadi terpengaruh pula. Mereka lalu bersiap-siap membenahi pakaian serta senjata masing-masing.
"Pertama-tama, silakan saudara menutup wajah masingmasing dengan saputangan ! Setelah itu kita membagi diri kita menjadi empat kelompok. Tiap kelompok masing-masing akan
dipimpin oleh Kwa-heng Tee-tok ci, Jeng-bin Siang-kwi dan
Ceng-ya-kang. Masing-masing kelompok nanti harus berlari
menuju ke arah yang berlainan, yaitu utara, selatan, timur dan barat ! Jangan berpencar dari kelompok masing-masing dan
jangan bertempur sendiri-sendiri ! Usahakanlah mendobrak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap penghalang secara bersama-sama dalam kelompok !
Musuh tentu tidak akan mengira dan dengan mudah kepungan
akan bobol ! Kemudian berusahalah berlari ke arah
kerumunan penduduk yang sedang berpesta ria di jalanan,
lalu berbaurlah bersama mereka ! Berbuatlah agar penduduk
itu menjadi panik dan ketakutan, sehingga suasana akan
menjadi kacau-balau!" Ong-ya itu mengambil napas sejenak.
"Kulihat di muka dan dibelakang gedung ini adalah jalan
besar. Disana tentu banyak penduduk yang bersukaria,
sehingga dengan cepat kita akan dapat membaurkan diri
dengan mereka. Tetapi pintu depan dan pintu belakang tentu akan dijaga dengan lebih kuat pula sedangkan di kanan kiri gedung ini merupakan perumahan penduduk. Selain
medannya sukar, juga banyak waktu untuk mencapai jalan
raya. Maka kelompok yang berjalan ke arah ini harus
mempunyai ginkang dengan baik. Masing-masing pemimpin
kelompok harus bertanggungjawab terhadap anggauta
kelompoknya. Dia harus membantu sekuat tenaga agar semua
anggauta kelompoknya dapat meloloskan diri semuanya ! Nah, sekarang silakan memecah diri menjadi empat kelompok !
Cepat ! Ingat, yang merasa mempunyai ginkang lebih baik
silakan berkumpul di belakang Tee tok ci dan Jeng-Bin Siang-Kwi untuk berlari ke arah perumahan penduduk!" kembali
Ong-ya itu menghela sebentar. Lalu seperti layaknya seorang Jenderal perang yang berpengalaman ia kembali mengatur
anak buahnya. "Liok Cian-bu! Saudara masih sangat diperlukan bagi kita
semua, terutama setelah Si Ciangkun yang menjadi andalan
kita disini telah ditangkap kaisar. Oleh karena itu untuk
mengelabui mereka, biarlah saudara saya lukai sedikit dan
kami masukkan di ruang penjara belakang !"
Untuk beberapa saat orang-orang yang berada di dalam
ruangan itu menjadi kagum atas siasat yang telah diberikan oleh Ong-ya mereka. Semula mereka memang hanya
mengagumi ketokohan dan kepemimpinannya, sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang aneh seperti Tee-tok-ci dan adik-adik
seperguruannya dan Ban kwi-to itu menjadi tunduk serta mau diajak bekerjasama. Kini melihat pemimpin mereka itu juga
mahir ilmu Siasat perang pula, otomatis mereka semakin
menjadi kagum dan takluk lahir batin ! Maka dengan hati yang semakin santai mereka melaksanakan semua perintah
tersebut. Dan mulailah mereka satu-persatu keluar dari ruangan itu.
Mereka mengendap-endap melalui lorong-lorong kamar, yang
berbelit-belit menuju ke arah masing-masing. Sementara itu Ong-ya tersebut membawa Liok Cian-bu ke penjara belakang
setelah pundaknya ia tusuk dengan jari-jarinya yang ampuh !
Benarlah ! Seperti yang telah diduga oleh orang
berkerudung tadi, gedung itu telah dikepung oleh pasukan Yap Tai-ciangkun. Mereka telah berjejer-jejer dengan garangnya di sekeliling rumah tersebut.
Agaknya Yap-Tai ciangkun juga telah mempersiapkan
pasukannya agar pertempuran itu tidak merembet ke tempat
lain. Beberapa orang prajurit tampak memegang obor besar
untuk menerangkan halaman yang amat luas. Yap Taiciangkun berdiri tampak berada di halaman depan, duduk
dengan gagah diatas punggung kudanya. Di bawahnya berdiri
seorang prajurit yang berdiri tenang dengan pedang telanjang di tangannya.
Orang she Kwa yang kebetulan membawa kelompoknya ke
arah depan tampak mempersiapkan diri untuk menerjang ke
halaman. Kelompok mereka hanya memerlukan jarak lima
puluh meter untuk mencapai jalan raya. Sebuah jarak yang
tidak begitu jauh tetapi harus mereka lalui dengan taruhan nyawa.
Di bagian belakang, kelompok Ceng ya kang telah dicegat
lawan di taman bunga. Mereka harus melawan kira-kira
tigapuluh orang perajurit yang dipimpin oleh seorang perwira bergolok besar. Ceng-Ya-kang membawa teman-temannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertempur sembari berlari-lari mengelilingi taman. Mereka
menerobos rumpun bunga, berputar-putar di pinggir kolam
dan bersembunyi di dalam gardu-gardu yang banyak terdapat
di sana, sehingga perajurit-prajurit itu menjadi kalang kabut.
Apalagi lampu minyak yang ada di di tempat tersebut terasa kurang sekali daya sinarnya. Maka dalam waktu yang tidak
terlalu lama mereka segera dapat mencapai pintu belakang.
Tinggal selangkah lagi mereka akan dapat lolos dari tempat itu. Di Luar Tembok telah terdengar sorak-sorak penduduk
yang merayakan hari besar tersebut.
Tee tok ci yang memimpin teman-temannya menuju ke
arah barat tampak membuat ulah yang aneh-aneh untuk
menolong anggota kelompok. Sekali lagi ia mendorongkan
pasukan tikusnya sehingga di dalam keremangan cahaya obor
pihak lawan dibuat kalang kabut oleh teman-teman yang
merayap ke dalam baju-baju perang mereka. Tentu saja
kesempatan itu segera dipergunakan oleh teman-teman Teetok-ci untuk meloloskan diri. Mereka meloncati tembok
halaman yang tidak begitu tinggi dan menyusup di antara
perumahan penduduk yang padat.
Pertempuran di halaman sebelah Timur tampak lebih seru
dan sadis, lebih kurang tigapuluh orang perajurit yang berjaga di sana tampak memperlengkapi diri mereka dengan busur
dan anak panah. Begitu Jeng-bin Siang-kwi memimpin temantemannya turun ke halaman, mereka disambut dengan hujan
anak panah. Terpaksa kedua orang kembar itu memerintahkan
teman-temannya untuk berlindung kembali kedalam gedung.
"Gila! harus melayani anak-anak panah mereka kita bisa ketinggalan oleh teman-teman kita yang lain .......... " Jeng-Bin Sam-nio berkata pada adiknya Jeng-bin Su-nio." Lalu apa akal kita?"
"Cici, kita terpaksa mempergunakan bedak-bedak beracun
kita. Kalian tidak, kita akan terlalu banyak kehilangan waktu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, apa boleh buat. Nah, Saudara semua kumpulkan
anak panah yang berada di luar itu dan berikan kepada kami!"
Perintah Jeng-Bin-Sam-nio kepada yang lain.
"Cici akan mengikatkan sebuah kembang api pada setiap
kepala anak panah ini, bukan?" tanya Jeng Bin Su-nio setelah mereka dapat mengumpulkan puluhan anak panah.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar! Nah, kau bantulah aku untuk memegangnya!"
Sepasang saudara kembar itu kemudian sibuk
mengeluarkan seikat kembang api serta memasangnya
sekalian. "Kita pancing sekali lagi agar mereka melepaskan anak
panah. Dan sementara mereka belum sempat memasang anak
panah yang lain, kita harus cepat-cepat melemparkan anak
panah itu ke tempat mereka. Mengerti?" Jeng bin Su-nio
memberitahu teman-temannya. Lalu dengan cekatan ia
membagi anak panah tersebut dengan adil.
Mereka meloncat ke halaman bersama-sama begitu hujan
anak panah berhamburan di udara mereka segera berlindung
kembali. Tetapi begitu semua anak panah itu mengenai
tembok gedung, mereka serentak keluar untuk melemparkan
anak panah yang mereka bawa.
Biarpun tanpa memakai busur, tetapi oleh karena mereka
itu rata-rata adalah seorang ahli silat berkepandaian tinggi, maka daya luncur daripada anak panah tersebut justru lebih pesat daripada bidikan para prajurit itu. Suaranya berdesing memenuhi udara, sehingga mengagetkan para prajurit itu
sendiri. Di antara berkelipnya bintang di langit mereka melihat berpuluh puluh batang anak panah melesat ke arah mereka.
Para perajurit itu menjadi panik.
"Mundur! Cepat........!" komandan mereka berteriak.
Terlambat. Mereka tidak menyangka sejak semula bahwa
mereka akan dibalas dengan batang anak panah mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, sehingga keadaan malah membuat mereka tercenung
tak tahu apa yang harus mereka perbuat. Maka bersamaan
dengan jeritan beberapa orang perajurit yang tertembus
panah, Jeng-bin Siang Kwi meloncat ke depan bersama
teman-temannya untuk melewati penjagaan yang kacau balau
itu. Prajurit-prajurit yang lain yang terhindar dari ujung anak panah bergegas membidikkan panahnya ke arah lawan yang
berlari mendatangi. Tetapi belum juga busur itu terpentang lebar, mereka dikagetkan sekali lagi dengan suara letusan
beruntun di sekitar mereka berdiri, lalu tampak sinar
gemerlapan memancar ke sana kemari di sela-sela tubuh
mereka. Bau belerang bercampur dengan wangi yang sangat
lembut menyelimuti udara dimana mereka berdiri. Dan
belasan perajurit tampak roboh pula ke tanah, menimpa
teman-teman mereka yang terkena anak panah.
"Awas! Gas beracun ! Jangan bernapas dulu!" komandan
perajurit itu berteriak memperingatkan teman-temannya.
Tetapi sekali lagi mereka telah terlambat. Lebih dari
separuh perajurit itu sudah terlanjur menghisapnya, sehingga tak lama kemudian merekapun ikut roboh ke tanah. Suasana
benar-benar menjadi kacau balau ! Beberapa orang perajurit yang masih dapat bertahan terhadap gas beracun itupun
ternyata tidak dapat menyelamatkan diri pula. Lawan yang
telah sampai di tempat itu segera membantai mereka dengan
senjata yang dibawanya. Keributan yang terjadi di halaman timur tersebut terdengar pula oleh orang berbaju putih dan rombongannya. Teriakan
kemenangan dari kawan-kawan mereka itu ternyata
menggugah semangat mereka.
"Kwa-sicu, kenapa ragu-ragu " Marilah kita menerobos
kepungan itu, jangan sampai kita menjadi orang terakhir yang meninggalkan gedung ini," salah seorang kawannya berkata
dengan tak sabar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah! Tapi saudara-saudara harap berhati-hati !
Usahakan jangan sampai bentrok dengan prajurit yang berdiri di samping kuda Yap Tai-Ciangkun itu !" pesan orang she Kwa kepada teman-temannya. Dan ketika semuanya memandang
kepadanya dengan pandang mata bertanya- tanya, Orang
berbaju putih itu segera menerangkan. "Saya curiga kepada perajurit itu. Serasa pernah aku melihatnya, tapi sayang aku lupa mengingatnya. Tapi yang terang dia tentu bukan orang
sembarangan ! Dialah sebetulnya yang lebih berbahaya dari
pada Yap Tai-ciangkun sendiri. Hehh, marilah kita keluar
sekarang !" Mereka menghambur keluar pintu. Dengan senjata yang
teracung ke depan mereka berlari melintasi halaman, ke arah lawan yang berlari menyongsong mereka pula. Para perajurit tersebut langsung mengepung ketujuh orang yang bermaksud
melarikan diri itu. Denting suara senjata mereka yang beradu sama lain terdengar berkumandang memenuhi halaman yang
luas itu. Walaupun mereka itu adalah perajurit-prajurit yang sangat
terlatih serta pandai silat pula, tetapi menghadapi ketujuh orang kang-ouw yang rata-rata berkepandaian tinggi itu
akhirnya menjadi kocar-kacir juga. Kepungan itu makin lama semakin melebar.
"'Kepung dengan tombak !" tiba-tiba Yap Tai ciangkun
berteriak dari luar kepungan. "Desak mereka kembali !"
Duapuluh orang perajurit bertombak berlari ke depan,
menggantikan teman-teman mereka. Dengan mata tombak
yang teracung ke depan mereka mendesak ketujuh orang itu
kembali ke tempat semula. Orang berbaju putih dan temantemannya berusaha menggempur bersama-sama, tetapi
mereka menghadapi puluhan ujung tombak yang
menahannya. Sehingga akhirnya mereka sendirilah yang kini
terombang-ambing di ujung tombak lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang berbaju putih itu menggeram, dia bersama
rombongannya kini berada dalam bahaya. Beberapa kali ia
harus menyelamatkan teman-temannya yang tergencet oleh
kepungan lawan beberapa kali pula ia harus mengeluarkan
jurus simpanan dari perguruannya.
"Ilmu silat yang hebat !"' Lagi-lagi terdengar suara dari luar kepungan.
Ketika mendadak salah seorang kawannya jatuh tertusuk
tombak lawan, orang berbaju putih tak bisa mengendalikan
diri lagi. Apalagi kawan yang roboh itu justru kawan yang
bersemangat tadi. Maka dari itu, sambil berteriak keras orang itu meloncat tinggi-tinggi ke udara. Lalu entah dari mana ia mengambilnya tapi tahu-tahu pada dua belah telapak
tangannya telah tergenggam sebongkok hio (dupa) yang telah menyala di setiap ujungnya. Dan ketika kedua belah tangan
itu terayun ke bawah, maka seperti juga derasnya tetes hujan yang menimpa bumi, batang-batang hio itupun tampak
berhamburan ke bawah menimpa kepala para pengepungnya.
Terdengar jeritan-jeritan kesakitan ketika belasan orang
yang tertembus batang hio itu roboh berkelojotan di tanah.
Otomatis kepungan itu menjadi berantakan dengan sendirinya.
Dan kesempatan ini langsung di pergunakan oleh orang
berbaju putih bersama teman-temannya untuk meloloskan
diri. "Berhenti !" Terdengar suara geram di belakangnya ketika orang
berbaju putih itu menunggu temannya yang terakhir
melompati pagar tembok. Belum sempat pula orang berbaju
putih itu menoleh ke arah musuhnya, serangkum angin
pukulan yang sangat kuat telah menerjang punggungnya. Tak
ada kesempatan untuk mengelak lagi. Maka sambil
membalikkan badan, orang berbaju putih itu mengerahkan
tenaga dalamnya ke arah lengan untuk membentur kekuatan
lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dukkkk ! Dua buah tenaga dalam yang berlainan sifatnya telah saling membentur dengan hebatnya. Orang berbaju putih itu jatuh
terduduk di tanah, sementara penyerangnya yang ternyata
adalah Yap Tai-ciangkun sendiri itu terlempar jauh menimpa anak buahnya. Keduanya cepat berdiri kembali dan masing-masing mengusap darah yang menetes dan sudut bibirnya.
Ternyata dalam benturan keduanya sama-sama terluka,
biarpun agaknya luka yang di derita oleh Yap Tai-ciangkun
sedikit lebih parah daripada luka lawannya. Hal itu dapat
menjadi bukti bahwa Iwee-kang orang berbaju putih tersebut sedikit lebih kuat daripada tenaga dalam Yap Tai-ciangkun.
Sekilas orang berbaju putih itu menoleh ke arah pagar
tembok yang berada di dekatnya. Tempat itu telah kosong.
Orang terakhir dari anggauta kelompoknya telah berhasil
meloncat keluar pula kini hanya tinggal dirinya sendiri saja yang harus berusaha untuk meloloskan diri dan tempat itu.
Untuk sesaat tampak hatinya menjadi lega. Tetapi begitu
melihat Yap Tai-ciangkun dan para perajuritnya telah
mengepung dirinya kembali, ia menjadi marah dan
mengumpat-umpat di dalam hati.
Apa boleh buat, orang itu mengeluh di dalam hatinya.
Darah telah terlanjur tumpah membasahi tangan mereka, tak
mungkin mereka akan berdamai kembali. Satu satunya
kesempatan hanyalah bertempur mati-matian melawan
mereka. "Saudara, kami tahu bahwa saudara tak mungkin mau
menyerah begitu saja kepada kami. Saudara tentu akan
melawan sampai titik darah penghabisan sebagai seorang laki-laki sejati. Nah, marilah kita mulai !" Yap Tai ciangkun
menantang. Ternyata panglima yang bernama besar itu tidak sungkansungkan lagi. Pedangnya terjulur lurus kearah dada lawan
dalam jurus Wan-Ong Kai-ko (Raja Kera mempersembahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buah). Jurus ini sebenarnya adalah sebuah jurus yang
sederhana, tetapi dimainkan oleh Yap Tai-ciangkun ternyata menjadi sangat ampuh dan hebat! Ujung Pedang itu tampak
bergetar menjadi beberapa buah banyaknya, sehingga
sepintas lalu sangat sukar untuk menduga arah tujuannya.
Tapi orang berbaju putih itu juga bukan orang
sembarangan pula. Hanya dengan bergeser sedikit ke samping ternyata serangan itu telah hilang keampuhannya. Setelah itu tangannya melolos ikat pinggang yang dikenakannya dan
diayun ke depan dengan keras. Tapi ternyata panglima itu
sangat cerdik, bukannya mundur tapi justru melingkar maju
malah. Sehingga serangan orang berbaju putih itu menjadi
sia-sia. Mereka berdiri berhadapan kembali. Sebentar kemudian
kedua orang itu telah terlihat dalam pertempuran yang sangat seru. Mereka sama-sama muda, sama-sama berkepandaian
tinggi dan sama-sama bersemangat besar. Sepuluh jurus,
duapuluh jurus telah berlalu tapi mereka masih tetap
seimbang. Masing-masing masih menyimpan ilmu andalan
mereka. Meskipun begitu, para prajurit yang berada di sekitar mereka telah dibuat kagum oleh kegesitan mereka.
Akhirnya orang berbaju putih itu menjadi tidak sabar lagi.
Dia telah kehilangan banyak waktu dan hal ini tidak boleh
berlarut-larut. Mungkin kawan-kawannya dari kelompok lain
telah dapat meloloskan diri semuanya. Oleh karena itu dengan berseru keras ia mengubah cara bertempurnya.
Para prajurit yang mengepung tempat itu tiba-tiba
merasakan sesuatu yang asing dan aneh. Hawa malam itu
tiba-tiba saja seperti bertambah dingin dan semakin dingin, sehingga prajurit yang berdiri di deret paling depan tampak menggigil kedinginan. Langit yang semula tampak bersih
bertaburkan bintang itu lama kelamaan seperti berubah
menjadi kelam dan semakin kelam juga, sehingga akhirnya
udara di sekitar merekapun rasa-rasanya berubah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelap pula. Suara ribut dan ramai yang tadi terdengar oleh telinga mereka tiba-tiba saja juga lenyap, sehingga suasana di sekitar mereka kini seperti berubah pula menjadi sunyi sepi!
Tapi suasana itu belum begitu menggetarkan perasaan
mereka. Yang lebih menggetarkan hati mereka justru
perubahan yang terjadi di arena pertempuran di depan
mereka. Tampak oleh mereka semua, suatu pemandangan
yang aneh tapi juga terasa mengerikan! Orang berbaju putih itu tampak bersilat dengan cara yang sangat aneh dan
mengerikan. Belum pernah selama hidup mereka menyaksikan
sebuah ilmu silat sedemikian asing dan aneh seperti itu.
Biasanya gerakan kaki dan tangan merupakan unsur yang
terpenting serta amat dibutuhkan di dalam setiap ilmu silat.
Tak sebuah ilmu silatpun di dunia ini yang tak
mempergunakan tangan serta kaki sebagai gerakan pokoknya.
Tetapi sungguh lain halnya dengan ilmu silat yang kini sedang mereka saksikan!
Orang berbaju putih itu bersilat dengan cara yang amat
mustahil. Kaki dan tangannya hampir tak pernah
dipergunakan. Tubuh berdiri tegak dengan kaki dan tulang
punggung yang lurus kaku. Kedua belah lengannya selalu
tampak bersilang di depan dadanya. Sehingga sepintas lalu
sikapnya itu tak ubahnya dengan sikap sesosok mayat yang
telah siap untuk dikebumikan.
Tidak hanya bentuk dan sikapnya yang aneh tapi ternyata
gerakan yang dilakukannyapun sangat aneh pula. Badan yang
lurus kaku seperti mayat itu selalu berdiri bergoyang-goyang pada ujung jari kakinya. Bergoyang-goyang ke kanan dan ke
kiri, ke muka dan ke belakang, seperti sebatang tonggak yang mau roboh. Kadang-kadang berloncatan seperti sesosok
mayat yang berjalan. Anehnya tak sebuahpun serangan yang dilontarkan oleh
Yap Tai ciangkun dapat mengenai sasarannya, biarpun
panglima itu telah mengerahkan seluruh kekuatannya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malah beberapa saat kemudian ketika mayat itu sudah mulai
melakukan serangan balasan, tampak Yap Tai ciangkun mulai
mengalami kerepotan. Beberapa kali panglima itu harus
berloncatan kesana kemari untuk menghindari serangan
lawannya. "Ilmu hitam"..heh".ilmu apakah ini?" serunya.
"Inilah ilmu silat Mayat Mabuk yang baru saja selesai
kupelajari. Beruntunglah engkau dapat melihatnya," orang
berbaju putih itu menjawab.
"sengaja ilmu ini kukeluarkan di hadapanmu karena dengan
demikian tak seorangpun dapat mengenali diriku. Lain halnya jika aku harus mengeluarkan ilmu perguruanku yang lain".."
para prajurit yang telah dicekam kengerian itu hampir saja menjerit ketika sekali lagi tampak oleh mereka serangan
mayat itu hampir saja mengenai dada panglima mereka.
Terlihat oleh mereka serpihan baju perang dan kain baju
panglima mereka bertebaran tertiup angin. Ternyata kedua
tangan mayat itu berhasil menerobos pertahanan Yap Tai
ciangkun dan hampir saja melukainya.
Sedang panglima itu seperti terkejut melihat kehebatan
ilmu silat lawan. Begitu pula seluruh prajurit yang berada di sekitar mereka. Mereka seperti tertegun memandang ke arah
panglima mereka yang nyaris terkena serangan lawannya. Dan waktu yang hanya sesaat itu ternyata tidak dilewatkan begitu saja oleh mayat tersebut! Dengan teriakan yang mendirikan
bulu roma, mayat tersebut meluncur menerjang kepungan
para prajurit. Bagaikan sebuah bendungan yang dihantam oleh
gelundungan batru besar, kepungan itu menjadi jebol dan
roboh berantakan. Tapi sebelum mayat itu sempat mencapai
tembok, tampak seorang prajurit meluncur pula dengan
tangkas menghadangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan tergesa-gesa melarikan diri! Tunggu dulu,
pertempuran belum selesai ! Yap Tai-ciangkun juga belum
mengeluarkan ilmu simpanannya !" teriak perajurit itu sambil memukul ke depan. Terdengar suara gemuruh seperti badai
ketika pukulan itu melanda ke arah mayat di depannya.
Sejak semula orang berbaju putih itu memang selalu
berjaga-jaga terhadap perajurit yang dicurigainya itu. Dan kini ternyata dugaannya memang benar. Dari suaranya yang
bergemuruh itu diduga bahwa pukulan tersebut tentu
mengandung tenaga dalam yang telah sampai pada
puncaknya. Ia bermaksud meloncat mundur untuk
menghindari pukulan itu. Tetapi bila diingat bahwa dengan
berbuat begitu sama saja dengan menyerahkan dirinya
kembali untuk dikepung para perajurit itu, ia menjadi berubah pikiran! Apa boleh buat, akhirnya ia toh harus
mempergunakan salah satu dari ilmu simpanannya. Kalau
tidak ia akan mati oleh pukulan lawan secara sia-sia.
Hanya beberapa detik saja orang berbaju putih telah
mampu menghimpun tenaga sakti Hio-Yen Sin-kang (Tenaga
Sakti Asap Hio) dari perguruannya! Lalu dengan disertai
bentakan yang keras tangannya terulur ke depan untuk
memapaki pukulan lawan yang menderu-deru itu. Bau asap
hio tersebar dari tubuhnya.
Bhlaaaaar ! Bagaikan layang-layang putus tubuh orang berbaju putih
itu terpental balik dengan luka dalam yang cukup parah. Tapi sebelum tubuhnya menyentuh tanah, tiba-tiba terasa
tubuhnya telah disanggah oleh sepasang lengan yang sangat
kuat. "Kwa-heng, jangan terlalu sembrono! Belum saatnya
saudara menandingi pukulan Thian-Lui-gong-ciang (Pukulan
Tangan Kosong Halilintar) orang itu. Marilah kau pegang
tanganku, kita keluar dari tempat ini!" terdengar suara
pemimpinnya dengan jelas.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Ong-ya !"
Dan suatu pemandangan yang menakjubkan kembali
tampak di depan mata para prajurit itu. Orang yang datang
seperti setan saking cepat gerakannya, yang kemudian
menolong orang berbaju putih itu, kini melambung tinggi ke udara dengan tangan menggandeng temannya. Ginkang yang
diperlihatkannya benar-benar hebat dan sempurna sehingga
tubuh itu seperti melayang-layang tanpa menggerakkan kaki
dan tangan sedikitpun. "Bu-eng Hwe-teng (Loncat Terbang Tanpa bayangan) !"
prajurit yang mempunyai pukulan Thian "lui-gong-ciang tadi berteriak tak terasa. Tubuhnya yang tegap itu tampak
bersandar pada tembok. Ternyata iapun menderita luka dalam akibat mereka beradu pukulan tadi, biarpun tubuhnya tidak
begitu parah seperti lawannya. Tetapi untuk mengerahkan
tenaga lagi, rasa-rasanya harus membutuhkan waktu istirahat sejenak. Maka ketika dilihatnya iblis berkerudung itu terbang ke atas tembok membawa orang berbaju putih, ia tak mampu
berbuat apa-apa. Sebenarnya bisa saja ia nekad menyerang,
tetapi melihat kemampuan lawan yang begitu hebat ia merasa bahwa hal itu tidak akan ada gunanya. Salah-salah apabila
orang itu malah berbalik menyerang dirinya, mungkin ia yang masih belum bersiap diri itu justru akan mengalami kesukaran.
"Lempar dia dengan tombakkkkkk.........!" tiba-tiba
terdengar aba-aba dari Yap Tai-ciangkun mengatasi kepanikan itu.
Puluhan batang tombak meluncur dengan deras kearah
punggung kedua orang itu. Tapi orang berkerudung itu
sedikitpun tidak mengacuhkannya, ia malah merangkul
kawannya yang terluka sehingga mantel hitamnya yang lebar
itu menutup keduanya. Terdengar suara benda patah ketika
puluhan tombak itu mengenai tubuh yang tertutup mantel
tersebut. Orang yang melihatnya menjadi melongo tak habis
mengerti. Kedua orang itu lenyap dibalik tembok tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menderita luka sedikitpun ! para prajurit itu justru
mendapatkan senjata tombaknya dalam keadaan patah-patah.
"Lagi-lagi sebuah ilmu iblis!" mereka bergumam dalam hati.
"Bukan ilmu iblis !" perajurit yang mahir pukulan Thian lui-gong-ciang itu menjelaskan. "Itulah mantel pusaka yang tak mempan senjata, milik seorang iblis yang hidup pada kira-kira delapan puluh tahun yang lalu. Ahh, agaknya sejarah akan
berulang kembali........... "
"Suheng, apakah engkau terluka?" Yap Tai-Ciangkun menghampiri perajurit yang terluka itu.
"Jangan khawatir, aku hanya luka ringan saja. Perintahkan saja perajurit-perajuritmu untuk mengurus teman-temannya
yang terluka ! Kita pergi dulu untuk melihat bagian yang lain
......... !" jawab kakak seperguruan Yap Tai - ciangkun yang menyamar sebagai perajurit biasa itu.
Bukan main kagetnya mereka berdua ketika melihat
keadaan para perajurit yang berjaga di sebelah barat dan
timur gedung. Ternyata keadaan di situ lebih parah daripada di tempat mereka sendiri. Keduanya bergegas menuju ke
bagian belakang, dimana penjagaan lebih diperkuat seperti
mereka lakukan di bagian depan.
Perwira yang bertugas ditempat itu cepat menyongsong
mereka dengan ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Keadaan di
bagian belakang ternyata tidak lebih baik dari pada di bagian lain tampak belasan perajurit terkapar berserakan di tanah.
Seorang laki-laki brewok (berjanggut lebat) kelihatan sedang memeriksa seorang perajurit yang terluka dibantu oleh
seorang gadis yang berparas cantik sekali.
Yap Tai Ciangkun menjura kepada orang berjanggut itu tapi
orang tersebut cepat mencegahnya dengan menaruh jari
telunjuk di bibirnya! Maka panglima itu segera berpaling
kembali ke arah perwira yang ketakutan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang telah terjadi di sini " Katakan!"
"Tai-ciangkun, penjahat itu tidak lebih dari pada tujuh delapan orang sebenarnya. Tapi mereka benar-benar berilmu
tinggi dan berbahaya. Taman ini sungguh sangat gelap dan
mereka itu pandai bermain kucing-kucingan, sehingga tanpa
kami ketahui mereka telah berada di tembok belakang ini.
Untunglah datang nona Ho bersama gurunya menghadang
mereka. Kami semua bertempur serta membantu nona Ho
melawan penjahat itu. Dua orang di antara penjahat itu
akhirnya dapat dibunuh oleh Ho-siocia! Tapi agaknya hal itu membuat kepala penjahat tersebut menjadi sangat marah.
Ketika orang itu mula-mula meludah kesana kemari, kami
hanya beranggapan bahwa hal itu dilakukan oleh orang
tersebut saking tak kuat menahan kemarahannya. Tak kami
sangka akhirnya sungguh amat mengerikan ! Siapapun yang
telah terkena percikan ludah itu tidak berapa lama kemudian jatuh ke tanah dan tewas. Akhirnya Nona Ho menyuruh kami
mundur, sehingga nona Ho bersama gurunya menghadapi
mereka hanya berdua saja .........."
"Bodoh ! Kenapa kau biarkan ....... eh .......... nona Ho
melawan mereka sendirian" Apakah engkau tidak tahu kalau
nona Ho itu adalah murid kesayangan dari baginda kaisar"
Apa jawabmu jikalau dia sampai terluka" Apakah engkau
berani berhadapan dengan kaisar?"
"Hamba tidak berani........ .. hamba tidak berani!" sahut perwira itu gemetar.
"Yap Tai-ciangkun, maafkanlah kami. Kami harap paduka tidak memarahi perwira ini. Kalau dipikir kamilah sebenarnya yang bersalah. Coba kami tidak turut campur dengan
menghadang penjahat-penjahat itu, kami kira takkan ada
korban seperti ini. Padahal akhirnya kamipun terpaksa
melepaskan juga........," nona cantik itu berusaha menolong si perwira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi bagaimana kami harus bertanggung jawab kepada baginda nanti?" Yap Tai-ciangkun berkata seraya menoleh ke arah laki-laki brewok yaag masih sibuk memeriksa
perajuritnya. '"Yap Tai-ciangkun, kukira paduka tak usah merasa resah di dalam hati. Baginda tentu akan memaklumi pula keadaan ini.
Tapi agaknya paduka telah salah menilai lawan sebelumnya,
sehingga mengakibatkan banyak korban di antara perajuritprajurit paduka serta para penduduk......... " laki-laki brewok itu berkata hormat.
"Oh "! Ada korban di antara penduduk.... .....?" panglima
itu tersentak kaget. "Silakan paduka lihat di jalan itu ..... ! Penjahat-penjahat itu banyak membunuh penduduk yang sedang bersuka-ria untuk
mengacaukan suasana. Sehingga para penjaga yang secara
diam diam paduka taruh di segala tempat juga tidak mampu
menanggulanginya." "Lo-heng benar ! Agaknya aku memang tidak berbakat
untuk menjadi panglima perajurit. Aku kurang mahir dalam
ilmu siasat perang, aku hanya pandai berkelahi saja, Baiklah, aku lebih baik menghadap baginda kaisar untuk
mengembalikan kedudukanku ini." panglima itu tampak
menyesal bukan main. "Ah ! Kenapa Yap Tai-ciangkun berubah menjadi cengeng begini" Di manakah kegarangan paduka seperti yang selalu
paduka tunjukkan di tengah medan pertempuran dahulu"
Lupakan saja pengalaman pahit ini, lebih baik sekarang
paduka memeriksa keadaan di dalam gedung Si Ciangkun ini
!" guru nona Ho itu memberi saran.
"Kim Sute marilah.......!" kakak seperguruan dari panglima itu juga berkata. "Kau tak perlu terlalu menyesalinya!"
Dengan diiringi suheng dan kedua orang itu, Yap Taiciangkun memasuki gedung tersebut. Mereka manemukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukti-bukti bahwa Si Ciangkun memang telah berkhianat dan
bersekutu dengan seseorang untuk membentuk sebuah
pasukan pemberontak. Sayang mereka tidak menemukan
daftar dari siapa saja yang telah menjadi anggauta pasukan pemberontak itu.
ooOOoo Bagaimana dengan keadaan Chin Yang Kun dan Hek-mousai yang pada saat itu berada di ruang penjara di bawah
tanah" Apakah mereka dapat mengatasi kesulitan dan
penderitaan mereka " Agaknya mereka berdua memang
tinggal menunggu saja nasib yang akan mendatangi mereka !
Keadaan tubuh kedua orang itu memang sudah sangat
payah. Yang Kun selain telah terluka parah kedua kakinya, ia juga telah terkena racun yang cukup ganas. Dua macam racun telah memasuki tubuhnya, yaitu racun dan lendir ubur-ubur
laut dan racun tikus laut! Racun pertama masuk ke dalam
badannya melalui pedang Tung hai Sam-mo dan racun yang
ke dua masuk ke dalam badannya melalui bubuk putih yang
diberikan oleh tabib palsu itu.
Sedangkan keadaan Hek-mou-sai juga sangat
mengenaskan. Tubuhnya masih tetap terikat kencang,
sementara kulit badannya hampir semuanya terkelupas
bersama-sama dengan pakaian yang dikenakannya. Tetapi
biarpun kelihatan lebih mengerikan. sebenarnya keadaan
tubuh Hek-mou-sai tidak begitu membahayakan bagi jiwanya.
Dia cuma menderita luka-luka luar yang biasa saja !
Saat itu selagi di luar gedung sedang terjadi pertempuran
berdarah antara pasukan Yap Tai-ciangkun dengan para
pemberontak, di dalam tubuh Chin Yang Kun sendiri juga
sedang terjadi pergolakan antara mati dan hidup. Sebenarnya, seperti yang telah dikatakan oleh Tee-tok-ci bahwa racun
bubuk putih yang terbuat dan hati tikus laut itu, akan mulai bekerja dan merenggut nyawanya selang enam jam
kemudian. Tapi oleh karena keadaan tubuh pemuda itu sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat jelek, maka baru berselang tiga jam, racun dari bubuk putih tersebut ternyata sudah mulai bekerja.
Mula-mula bekas luka pada kedua belah pahanya itu terasa
amat gatal. Begitu gatalnya sehingga rasa-rasanya ia ingin memotong saja kaki itu. Sukurlah ia dalam keadaan tertotok lumpuh kaki tangannya. Coba tidak, mungkin ia sudah
mengorek luka itu dan menggaruknya hingga hancur.
Lama kelamaan rasa gatal itu disertai rasa panas yang
makin lama juga semakin menggila, sehingga rasa-rasanya
pada lubang luka yang menembus dari atas ke bawah itu telah dijejal dengan sebungkah arang menyala. Begitu panas
rasanya sehingga hampir-hampir tak kuasa lagi menahannya.
Apalagi ketika rasa panas itu menjalar ke seluruh badannya.
Rasa panas itu merembet sedikit-demi sedikit bersama-sama
dengan cairan darah yang terasa bagaikan telah mendidih ke seluruh tubuh dan seakan telah menghanguskan semua tulang
serta daging yang dilewatinya. Inilah agaknya saat yang
pernah dikatakan iblis itu, bahwa pada saat serangan kedua telah datang maka hidupnyapun tinggal sebentar lagi.
Samar-samar ia melihat Hek-mou-sai telah siuman. Lalu
dengan amat sukar orang yang telah banyak jasanya itu
berusaha mendekati dirinya. Tampak beberapa butir air
matanya meleleh ke pipi, ketika orang itu melihat
penderitaannya. "Tuan Muda ......... bagaimanakah keadaanmu?" sapanya
lirih. "Paman ......... mungkin aku sudah tak kuat lagi ....... heh-heh ....... seperti kata tabib palsu itu ....... aku tentu mati !
Paman ...... kalau aku mati nanti, tolong aku carikan benda pusaka itu ! Lalu letakkan benda tersebut di makam ayahku, biar arwah beliau dapat tentram ....... Mau ............ maukah kau, paman ........... ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu ! Tentu ! Aku tentu akan mentaati semua
permintaanmu, tuan muda !"
"Nah, menurut a .... ayah benda .... a i..... itu .........
terletak di ........ di Goa Harimau ! Dan mengambilnya harus te
...... tepat di tengah malam ......... s .... saat bulan sedang p
....... purnama !" Hek-mou-sai terbelalak matanya.
"Di manakah goa itu berada, Tuan muda ?"
"Entahlah, aku ....... aku juga tidak t.......tahu. Ayah hanya memberi p.......pesan ke....kepadaku ........." pemuda itu meregang sebentar. "Paman aku meminta tolong.......juga
ke......kepadamu.......... B-BUNUHLAH SEMUA MUSUHKU !"
Terasa berdiri seluruh bulu roma Hek mou-sai mendengar
perkataan yang paling akhir itu. Seakan seluruh dendam
kesumat pemuda itu telah tersirat di dalam kata-kata yang
mengerikan tersebut. "Ba-baik, tuan muda !"
"Terima ka..............." Dan mata itu telah tertutup !
Tiba-tiba terdengar, suara langkah kaki menuruni tangga.
Dan di depan sel tersebut telah berdiri empat orang laki-laki dan seorang gadis.
"Liok Cianbu, tawanan inikah yang kaumaksudkan ?" salah seorang yang berpakaian panglima bertanya kepada seorang
perwira bawahannya, sementara yang lain berusaha untuk
membuka pintu sel tersebut.
"Suhu, pemuda ini terkena racun yang ganas!" tiba-tiba gadis itu berteriak ke arah orang tua berjanggut lebat. "
Agaknya sudah tak tertolong lagi."
Orang tua itu cepat memeriksa urat nadi Yang Kun, lalu
mengerutkan keningnya rapat-rapat. Terasa ada sesuatu yang aneh pada tubuh anak muda itu, tapi karena ia bukan seorang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ahli pengobatan maka ia tak mengetahui dengan pasti, apakah yang telah terjadi di dalam tubuh anak muda itu. Yang terang pemuda itu menderita luka-luka di beberapa tempat dan
agaknya luka-luka tersebut mengandung racun terutama luka
yang terdapat di kedua pahanya!
Sementara itu Hek-mou-sai yang terbaring di dekatnya
tampak menatap kelima orang yang baru datang itu dengan
curiga. Meskipun badannya dalam keadaan terikat serta penuh luka tetapi pikirannya masih tetap jernih, sehingga dengan terang orang itu masih dapat berpikir dan mengurai semua
peristiwa yang terjadi di depan matanya.
Sedikitpun Hek-mou-sai tidak mengenal kelima orang yang
kini berada di depan hidungnya. Melihatpun juga belum
pernah. Tapi meskipun begitu perasaannya dapat menebak
dengan pasti bahwa kelima orang ini tentu tidak segolongan dengan orang-orang yang menawannya, biarpun orang-orang
yang menawan mereka itu beberapa orang di antaranya juga
mengenakan seragam perajurit ini. Sekilas Hek-mou-sai
menatap ke salah seorang di antara ketiga pendatang itu,
yaitu yang menggunakan seragam perwira, yang tadi telah
dipanggil dengan nama Liok Cianbu oleh kawannya. Tiba-tiba Hek-mou-sai seperti melihat orang tersebut berkedip matanya.
Sekali saja tapi bagi Hek-mou-sai hal itu sudah merupakan
sebuah isyarat. Biarpun baginya sementara itu masih sangat meragukan karena diapun juga tidak mengenal orang itu.
"Yap Tai-Ciangkun, bolehkah siauw-te mengatakan sesuatu
kepada paduka?" laki-laki brewok itu menghadap ke arah
orang yang mengenakan pakaian seragam panglima.
Tergopoh-gopoh panglima itu menunduk dan hal ini tentu
saja sangat mengherankan apalagi bagi Liok Cianbu dan Hekmou-sai ! Seorang laki-laki biasa kenapa begitu dihormati oleh seorang panglima besar kerajaan"
"Oh, Liu-suhu, Tentu saja boleh! Silakan ! Silahkan !"
panglima itu menyahut dengan cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini Tai-ciangkun, menurut pendapat lo-hu (aku orang
tua) dan mungkin juga pendapat orang umum yang tidak
begitu paham tentang ilmu pengobatan, pemuda ini terang
sudah meninggal dunia. Tak ada lagi detak jantungnya. Tak
ada denyut nadinya. Lenyap juga semua hawa murni. Tetapi
....... tetapi ada sesuatu yang membuat siauw-te merasa
ngeri........... ! Ada getaran-getaran aneh sebelah dalam dari tubuh pemuda ini! Maka dari itu siauw-te ingin memohon
kepada paduka satu hal saja, yaitu biarlah mayat pemuda ini aku bawa ke pondokku saja bersama nona Ho. Kebetulan
rumah nona Ho ada tamu kenalan lama yang sangat mahir
tentang pengobatan. Biarlah orang itu memeriksanya !"
"Ah, silakan Liu-Suhu! Silakan ! Hanya kau mohon kalau ada keterangan apa apa pemuda ini, kamipun ingin pula
mengetahui. Soalnya kami juga ingin mengetahui, kenapa
orang ini sampai ditangkap oleh gerombolan itu." Yap Taiciangkun meminta. Orang tua itu menyatakan rasa terima kasihnya. Dan ia
beringsut ke samping untuk memeriksa tubuh Hek-mou-sai.
Nona Ho memalingkan mukanya, karena tubuh tersebut
hampir tidak berpakaian sama sekali. Setelah melepaskan tali yang dipakai untuk mengikat tubuh itu, orang tua tersebut
mengambil bubuk obat dan mengobati luka-luka itu.
"Terima kasih, tuan !" Hek mou sai mengangguk. Lalu
mengambil baju yang ditinggalkan oleh para penawannya dan
dikenakan pada tubuhnya yang telah diobati.
"Kalau kami boleh bertanya siapakah sebenarnya cu-wi
(saudara) ini " Apakah yang menyebabkan sehingga cu-wi
ditangkap dan disiksa seperti ini?" orang yang disebut dengan nama Liu-suhu bertanya kepada Hek-mou-sai.
Hek-mou-sai terdiam, tak tahu harus menjawab
bagaimana. Dia tak ingin mengatakan kepada siapapun
tentang diri mereka, tetapi oleh karena pertanyaan itu
datangnya secara tiba-tiba maka dia belum mempersiapkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah jawaban yang baik untuk tidak menimbulkan
kecurigaan mereka. Tiba-tiba nampak olehnya perwira yang
bernama Liok Cianbu memberi isyarat sekali lagi dengan sudut matanya.
"In-kong (tuan penolong), jelek-jelek siauw-te juga seorang guru silat, biarpun cuma seorang guru silat dari desa. Sedang pemuda ini adalah murid siauw-te, putera kepala desa kami
sendiri. Kami berdua sedang merantau bersama-sama untuk
memperoleh pengalaman, sebab pemuda ini telah tamat
belajar dalam ilmu silat......." Hek mou-sai menjawab setelah beberapa saat memikirkan suatu jawaban yang bagus.
"Ah, kalau begitu tentu ada kesalahpahaman ........ "
perwira she Liok tersebut cepat menyela. "Yap Tai ciangkun jika diperbolehkan biarlah saudara ini Tai ciangkun serahkan saja kepada kami untuk kami periksa. Mungkin sejak mulai
berkhianat Si Ciangkun selalu tidak tenteram dan selalu
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencurigai orang, sehingga akhirnya terjadi suatu
kesalahpahaman seperti ini. Saya memang memperoleh
laporan bahwa Si Ciangkun kemarin telah menangkap dua
orang mata-mata yang dicurigai karena telah memasuki
halaman rumahnya." "Benar, tuan. Kami ditangkap ketika kami sedang
melepaskan lelah di gardu penjaga yang terletak di halaman depan itu. Padahal kami hanya ingin beristirahat sebentar
sebelum menonton perayaan besar ini. Kami berdua baru saja menempuh perjalanan jauh dan tak ada tempat lagi untuk
menginap di kota ini. Jalan-jalan juga telah penuh manusia, sehingga iseng-iseng kami diam di gardu penjaga tersebut.
Toh tidak ada salah apabila kami, salah seorang rakyat jelata, turut mengaso sebentar di halaman seorang pemimpin rakyat
seperti juga yang sering kami lakukan di desa kami apabila ada tamu yang kemalaman di jalan ........" Hek mou-sai kembali bersandiwara sebagai orang yang benar-benar tidak
Pendekar Pendekar Negeri Tayli 3 Pendekar Sakti Dari Lembah Liar Karya Liu Can Yang Naga Dari Selatan 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama