Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 22
Wanita yang tergolek di atas pembaringan itu menjerit-jerit semakin keras. "Jangan ! Oh! Jangan . .....!" Suaranya tinggi melengking menyayat hati.
"Kurang ajar! Iblis itu mau memperkosa orang
rupanya........!" Chin Yang Kun menggerutu. Hampir saja pemuda itu menerjang pintu tersebut, tapi serentak ingat akan keadaannya sendiri yang sudah kehabisan tenaga, maksudnya
itu segera diurungkannya. "Kalau aku masuk menolong wanita itu....... itu sama saja aku sengaja membunuh diri! Dalam
keadaan seperti ini aku tak mungkin bisa melawan iblis itu, apa lagi kalau kawan-kawannya nanti datang
mengeroyokku...... Eh, di mana gerangan paman Wan It dan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Kenapa aku tidak melihat
mereka ?" Chin Yang Kun membalikkan badannya membelakangi
pintu. Kepalanya tertunduk. Ada sedikit perasaan sesal dan berdosa karena tak bisa menolong gadis yang hendak tertimpa bencana tersebut. Tanpa terasa kedua belah telapak
tangannya berusaha menutupi lobang telinganya, tapi...
jeritan wanita itu tetap saja menggedor hati nuraninya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat!" pemuda itu akhirnya mengumpat, lalu dengan tergesa-gesa matanya mengintip kembali ke dalam lobang
kunci. Dilihatnya iblis itu telah naik ke tempat tidur dan mulai menindih tubuh wanita malang tersebut. Terdengar suara
tertawanya yang memuakkan.
Tapi sebelum Chin Yang Kun mendobrak pintu tersebut,
tiba-tiba pintu kamar itu diketuk orang dari luar.
"Huh! Siapa........?" dengan marah Song-bun-kwi
membentak. "Kwa Tai-hiap, maaf kami mengganggu. Kami telah
berputar-putar mencari Kwa Tai-hiap dan Wan Tai-hiap ke
mana-mana tanpa membawa hasil. Untung ada seorang
pengawal yang memberitahukan tempat ini......" terdengar suara dari luar pintu.
"Lekas katakan apa keperluanmu" Awas kalau kau
membuat aku marah, kubunuh kau!" Kwa Sun Tek
menggeram sambil meloncat dari tempat tidur, urung
memperkosa wanita korbannya.
Hening sejenak. Agaknya orang yang berada di luar pintu
itu merasa ketakutan juga mendengar suara Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek yang keras. "Maaf, Tai-hiap ... pun..... puncak bukit ini telah ke.....
kedatangan musuh! Mereka menyusup di antara orang-orang
kita sendiri. Kini telah terjadi perang besar di luar sana !"
dengan suara gemetar orang itu melaporkan.
"Braaakk!'' Daun pintu itu jebol diterjang Song-bun-kwi Kwa Sun Tek.
Sambil menutupi tubuh sekenanya dengan kain yang berhasil
disambarnya, iblis Tai-bong-pai itu mencengkeram leher baju orang yang melapor tadi. "Apa katamu " Katakan sekali lagi!"
bentaknya kuat-kuat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu semakin pucat ketakutan. "Bukit i-ini... telah diserang musuh! Mereka.....mereka menyusup di antara
orang-orang kita sendiri sehingga kami tidak segera bisa
mengetahuinya. Mula-mula kami dapat menyergap seorang
penyelundup yang mencoba hendak memasuki gedung ini.
Tapi orang itu ternyata lihai bukan main. Kami lalu
mengepungnya".."
"Nah ! Cuma seorang penyelundup, bukan" Mengapa
kaukatakan bahwa di luar telah terjadi perang besar?" Song-bun-kwi cepat memotong dengan amat berangnya.
Orang itu, yang tidak lain adalah salah seorang dari empat penjaga yang tadi lolos dari keganasan Chin Yang Kun,
menjadi semakin ketakutan. "Be-benar! Mulanya....
memang". memang hanya seorang, tapi .... tapi beberapa
saat kemudian....... sebagian dari orang-orang kita tiba-tiba berontak dan menyerang teman-temannya sendiri," katanya terengah-engah.
"Gila!" Song-bun-kwi mengumpat kasar, lalu melepaskan penjaga tersebut dan berkelebat pergi keluar. Setelah
menenangkan hatinya kembali penjaga itu cepat-cepat
mengikutinya, sehingga tempat itu menjadi sepi.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan itu, Chin Yang Kun
segera masuk menolong wanita yang hampir saja menjadi
korban kebiadaban Song-bun-kwi tersebut. Bergegas pemuda
itu mengambil pakaian yang tertumpah di atas tanah lalu
memberikannya kepada wanita itu. "Nih, pakailah bajumu!
Mari......"!?""
Chin Yang Kun tidak bisa meneruskan kata-katanya.
Matanya terbelalak lebar mengawasi gadis cantik molek yang terlentang telanjang di atas pembaringan itu. "Kau.......!"
desahnya seraya memalingkan mukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata bukan hanya Chin Yang Kun yang terkejut atas
pertemuan itu! Gadis itu ternyata tidak kalah kagetnya dari pada dia!
Bibir indah yang semula hendak menjerit dan memaki
karena mengira Chin Yang Kun adalah teman Song-bun-kwi
pula itu tiba-tiba ternganga gemetar ! Wajahnya yang pucat ketakutan itu mendadak berubah menjadi kemerah-merahan !
"Toat ....... Toat-beng jin.......!" bisiknya hampir tak kedengaran.
Gadis itu ternyata adalah Tiau Li Ing, puteri Tung-hai-tiau Si Raja Perompak dari Laut Timur. Pada awal pertemuan
mereka dahulu secara tidak sengaja Chin Yang Kun memang
telah berbohong kepada gadis itu. Chin Yang Kun mengaku
sebagai Toat-beng-jin, tokoh lm-yang-kauw yang terkenal itu.
Dan kelihatannya sampai sekarang gadis itu tetap
menganggapnya sebagai Toat-beng-jin juga.
Mendengar gadis itu membisikkan nama Toat-beng-jin,
tiba-tiba pikiran Chin Yang Kun seperti terbuka. "Hei........"!
Jadi kaukah yang menyaru sebagai pemuda bengal itu?"
teriaknya gemas. "Makanya kau seperti sudah mengenal aku.
Kurang ajar.....! Ayoh, pakailah baju ini! Kita harus lekas-lekas meninggalkan tempat ini selagi mereka sibuk bertempur satu sama lain......."
"A....... aku terto....... tertotok lumpuh."
Tiau Li Ing menjawab dengan suara seret dan serak hampir
menangis. "Ah, bodoh benar aku ini........!"Chin Yang Kun menepuk-nepuk dahinya sendiri, kemudian bergegas membebaskan
totokan Tiau Li Ing. Tangannya sedikit gemetar ketika harus meraba dan mengurut pinggang dan paha yang mulus itu.
Begitu terbebaskan gadis itu segera menyambar
pakaiannya dan cepat mengenakannya. Setelah itu badannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membalik dan tiba-tiba secara tak terduga tangannya
menampar pipi Chin Yang Kun!
"Plak ! Plak ! Plak !"
Tamparan pertama tidak sempat dielakkan oleh Chin Yang
Kun, tapi tamparan selanjutnya dengan mudah dapat
dihindarinya. "Hai! Hai ! Hentikan........! Apakah kau sudah gila?" pemuda itu berseru kaget.
"Kau yang gila! Pemuda tak tahu aturan! Tak tahu malu!
Menggerayangi tubuh orang seenaknya........!" Tiau Li Ing menjerit-jerit dengan muka merah menahan malu.
"Hahh"!" Chin Yang Kun berdiri terlongong-longong seperti orang bodoh. "Ini......ini........mana aku berani " A.......aku kan hanya bermaksud menolongmu ?"
"Bohong! Kalau mau menolong...... mengapa yang
mengurut dan meraba-raba lama benar?" gadis itu berteriak penasaran, lalu dengan gemas mencoba menampar lagi.
Tapi dengan mudah Chin Yang Kun menelikungnya.
"Lepaskan ! Lepaskan ! Oh, kau jangan memperkosaku !"
gadis itu meronta-ronta. "Gila !" Chin Yang Kun cepat melepaskan pegangannya
dengan muka merah padam, "Siapa mau memperkosamu?"
Tiau Li Ing cepat membalikkan tubuhnya dan melesat
keluar meninggalkan kamar itu.
"Hei! Tunggu". !" Chin Yang Kun berteriak dan
mengejarnya. Mereka berkejaran melalui lorong-lorong dan kamar-kamar.
Ternyata mereka masih berada di dalam bangunan di bawah
tanah. Tak seorangpun penjaga yang mereka temui. Agaknya
semua orang telah pergi ke luar untuk bertempur melawan
musuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heran, semakin lama Chin Yang Kun merasakan tubuhnya
semakin segar dan pulih kembali! Luka-luka di kulitnya seperti mengatup dan merapat dengan sendirinya, sehingga rasa-rasanya kekuatan dan tenaganya mulai pulih pula. Rasa lelah dan lemah akibat pengerahan tenaga yang berlebihan tadi
sekarang rasa-rasanya sudah hilang dari tubuhnya. Kini
badannya mulai terasa ringan seperti sedia kala.
Pemuda itu sama sekali tidak menyadari bahwa semuanya
itu disebabkan oleh keampuhan tenaga sakti Liong-cu-ikangnya sendiri. Tanpa disengaja pemuda itu masuk ke dalam sumur gelap di dalam tanah, kemudian merangkak dan
berputar-putar di dalam lorong-lorong sempit di dalam gua.
Semuanya itu persis dengan apa yang dilakukannya ketika
berlatih Liong-cu-I-kang dan Kim coa-ih-hoat di tempat nenek buyutnya dahulu. Maka tanpa setahu Chin Yang Kun sendiri
tenaga saktinya itu bergolak sesuai dengan gerakan-gerakan tubuh pemuda itu ketika merangkak dan menyelusuri
terowongan-terowongan sempit tersebut. Secara otomatis
tenaga sakti itu bergerak dan berputar ke seluruh tubuh
dengan hebatnya apalagi keadaan dan suasana tempatnya
benar-benar sangat cocok dan sesuai dengan kondisi yang
dibutuhkan oleh Liong-cu-i-kang! Bagaikan seekor ular naga yang baru saja selesai berganti kulit pemuda ini tampak kuat dan segar kembali. Semakin lama langkah kakinya dalam
mengejar Tiau Li Ing semakin tampak gesit dan lincah !
"Nonaaa . . tunggu ! Jangan tergesa-gesa ke luar ! Di luar sudah penuh dengan anak buah Song-bun-kwi ! Kau akan
tertangkap kembali di tangan mereka nanti .......!" pemuda itu berteriak di belakang Tiau Li Ing.
Tapi terlambat sudah! Tiau Li Ing sudah terlanjur mendaki
tangga dan keluar dari ruang bawah tanah tersebut. Terpaksa Chin Yang Kun meloncat mengejarnya. Bagaimanapun juga
pemuda itu tidak tega untuk membiarkannya begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu seperti sudah terikat kontrak untuk melindunginya sejak ia bersedia membawa pedati kecil itu.
Tempat mereka ke luar ternyata di sebuah pendapa yang
amat Iuas. Di sana sudah hiruk-pikuk dengan orang-orang
yang bertempur di segala tempat. Mayat tampak
bergelimpangan di mana-mana. Darah tampak berceceran
membasahi lantai pendapa yang bersih mengkilap itu.
"Ko-ko.......!" tiba-tiba Tiau Li Ing menjerit dan menghambur ke arah pemuda tampan yang sedang melawan
tiga orang penjaga. "Kau sudah bebas ...... ?"
"Hei, Ing-moi". kau datang juga " Hahaha".. lengkap
sudah kita sekarang ! Lihatlah ......ayah dan Phang su-siok ada di luar pendapa memimpin orang-orang kita untuk
menumpas gerombolan yang menculikku ini .. !" pemuda yang tidak lain adalah Tiau Kiat Su itu berseru gembira.
"Benarkah ?" Tiau Li Ing bertanya dengan wajah yang gembira pula. Lalu sambil sesekali membantu anak buah
ayahnya yang bertempur dengan lawannya gadis itu berlari
keluar pendapa untuk menemui ayahnya.
Chin Yang Kun tidak mengejarnya lagi. Kini pemuda itu
benar-benar merasa lega karena gadis itu telah berada
kembali diantara keluarganya. Apalagi tampaknya keluarga
gadis itu datang dengan segala kekuatannya.
Perlahan-lahan Chin Yang Kun menyelinap diantara orangorang yang sedang bertarung menyabung nyawa tersebut.
Kakinya melangkah ke luar pendapa dan mencari jalan ke luar dari tempat itu.
Di luar pendapa Chin Yang Kun melihat pertempuran masih
berlangsung dengan sengit. Kelihatannya kekuatan kedua
belah pihak masih sama kuatnya. Di halaman samping
pemuda itu melihat sebuah pertempuran menegangkan antara
Song-bun-kwi Kwa Sun Tek dengan seorang lelaki tua
berpakaian indah gemerlapan. Di tempat itu terlihat banyak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali mayat-mayat bergelimpangan, korban keganasan
tangan kedua orang itu. Tidak jauh dari pertempuran itu tampak pula seorang lelaki tua bertubuh kecil kurus mengamuk dengan pacul di
tangannya. Tak seorangpun lawannya yang mampu
mendekatinya. Beberapa orang tokoh seperti Keng Si Yu dan
kawan-kawannya kelihatannya tak mampu pula menahan
orang tua kurus itu. "Hai-ong (Raja Lautan), iblis itu pulalah yang dahulu telah merampas potongan emas yang berisi peta harta karun itu !
Bersama dengan seorang temannya dia mencegat aku di
lereng Bukit Delapan Dewa......." orang tua kurus yang tidak lain adalah Tung-hai Nungjin itu berseru ke arah orang tua berpakaian gemerlapan.
"Begitukah". ?" lawan Song-bun-kwi yang ternyata adalah Tung-hai-tiau sendiri itu menegaskan. Lalu sambil
memperkuat desakannya kepada Song-bun-kwi, raja
perompak dari Lautan Timur itu membentak, "Kalau
begitu....... lekas serahkan potongan emas itu kepadaku !"
Tapi jago muda dari Tai bong-pai itu segera tertawa,
"Hahaha". kau jangan salahkan aku kalau benda tersebut sampai jatuh ke tanganku! Anak buahmu itulah yang
seharusnya kauhukum karena keteledorannya.......!"
"Jangan cerewet! Lekas kembalikan benda itu kepadaku !"
Tung-hai-tiau menggeram. "Hahaha....... kau sendirilah yang banyak omong ! Mengapa kau tidak lekas-lekas merampasnya dari tanganku kalau kau
memang menginginkannya ?"
"Kurang ajar! Lihat pukulan?"!"
Tung-hai-tiau menghantam dan disambut pula oleh Songbun-kwi sehingga kedua buah kepalan mereka bertemu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
udara. Dhiess".! Keduanya sama-sama tergetar mundur!
Agaknya tenaga dalam mereka tidak berselisih banyak.
"Ayaahh.....! Bunuhlah iblis menjijikkan itu ! Dia telah menyekap aku di ruang bawah tanah dan hampir saja
memperkosaku?"!" tiba-tiba Tiau Li Ing yang telah tiba di
tempat itu berteriak. "Li Inggg.......!" raja perompak itu berdesah gembira. Lalu sambil mengerahkan kembali kekuatannya orang tua itu
melompat saja. "Awas, serangan...... !"
Kali ini Song-bun kwi mengelak ke samping, kemudian
balas menyerang dengan kedua kakinya. Secara bergantian
sepasang kakinya menendang ke arah pinggang dan dada
Tung-hai-tiau! Demikianlah, mereka bertempur kembali dengan serunya.
Masing-masing mengeluarkan kesaktiannya yang hebat,
sehingga arena pertempuran mereka menjadi dahsyat bukan
main. Debu dan pasir berhamburan ke udara, sementara
pertemuan antara kaki dan tangan mereka bagaikan suara
letupan cambuk yang memekakkan telinga ! Dan orang-orang
yang berada di tepi arenapun terpaksa melangkah mundur
ketika angin pukulan kedua orang itu menyambar-nyambar
menyakiti kulit mereka. "Plak! Plak ! Plak !"
Kedua orang itu tergetar mundur lagi. Tampaknya
pertemuan kedua tangan mereka kali ini agak menggetarkan
tubuh mereka, karena masing-masing benar-benar telah
mengerahkan seluruh Iwee-kang mereka.
Tung-hai-tiau memeriksa tangannya, dan hatinya segera
berdebar-debar serentak melihat beberapa tetes darah tampak merembes keluar dari dalam pori-pori kulit lengannya! Tapi sebaliknya Song-bun-kwi juga tidak kalah kagetnya dari pada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia ! Dalam beberapa kali beradu tangan jago dari Tai-bong-pai itu merasakan tangannya semakin terasa kesemutan,
sehingga lengan itu semakin sukar digerakkan !
"Gila ! Lwee-kang Si Raja Lautan ini semakin lama semakin menggencet dada dan jalan pernapasanku, sehingga sangat
mengganggu kelancaran jalan darahku!" jago Tai-bong-pai itu berkata di dalam hati.
Demikianlah, setelah masing-masing menyadari betapa
berbahayanya ilmu lawan yang mereka hadapi, mereka segera
mempersiapkan ilmu andalan masing-masing. Song-bun-kwi
mengerahkan Hio-yan Sin-kang serta Ilmu Silat Mayat
Mabuknya, sementara Tung-hai-tiau mengeluarkan golok di
tangan kanan dan mempersiapkan Tiau-jiau-kang (Ilmu
Cengkeraman Elang) di tangan kiri.
Sesaat kemudian tempat itu segera disesakkan oleh bau
dupa hio tanpa seorangpun di antara orang-orang di tempat
tersebut yang tahu mana asalnya. Bau dupa itu tiba-tiba
muncul begitu saja di antara mereka. Seolah-olah bau
tersebut keluar dari dalam tubuh mereka sendiri. Dan bau
yang amat tajam dan menyengat hidung itu benar-benar
mengejutkan semua orang dan membuat hati mereka menjadi
kecut seperti dicengkam oleh kengerian yang tak mereka
ketahui sebabnya. Tung-hai-tiau yang langsung berhadapan dengan Songbun-kwi, merasakan pula hal yang sangat aneh itu. Tapi
sebagai seorang datuk persilatan yang telah kenyang dengan pengalaman ia segera tahu apa yang sedang terjadi. Oleh
karena itu hatinya semakin mantap untuk cepat-cepat
mengeluarkan ilmu simpanannya. Dia tak ingin terlambat,
sehingga merasa menyesal nantinya.
Demikianlah, beberapa saat kemudian keduanya terlibat
dalam pertempuran sengit lagi. Dan kali ini sungguh-sungguh sebuah pertempuran yang sangat memukau dan mencekam
hati. Keduanya merupakan tokoh-tokoh ternama di dunia
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan. Apalagi mereka sekarang mengeluarkan ilmu
simpanan masing-masing! Kedua-duanya bergerak dalam kecepatan yang sukar diikuti
oleh mata, dan jurus-jurus yang mereka keluarkanpun sangat aneh-aneh dan jarang terlihat di dunia kang-ouw. Apalagi Ilmu Silat Mayat Mabuk yang kini sedang dikeluarkan oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek! Selain gerakan-gerakannya amat aneh,
perbawa yang dikeluarkanpun ternyata sangat mengerikan.
Orang yang melihat lambat-laun seperti terbius dan ikut
terhanyut dalam suasana magis yang menyeramkan.
Tapi permainan golok Tung-hai-tiau juga bukan main
hebatnya. Selain cepat dan kuat, jurus-jurusnyapun amat
kasar dan ganas luar biasa. Apa lagi permainan golok itu
ditunjang pula dengan Ilmu Cengkeraman Elang yang
dahsyat. Kedua buah ilmu ini menjadikan Tung-hai-tiau
tersohor dan tak terkalahkan selama ini! Maka dari itu tidaklah heran kalau Song-bun-kwi kali ini benar-benar menemui
kesulitan. Pertempuran antara dua tokoh berkepandaian tinggi itu
berlangsung dengan ketat dan dalam tempo yang amat cepat,
sehingga sebentar saja seratus jurus telah berlalu tanpa
terasa. Golok dan jari-jari Tung-hai-tiau itu ternyata mampu membendung dan mengimbangi kesaktian Song-bun-kwi yang
mengerikan itu. Malahan beberapa waktu kemudian ayunan
goloknya mampu membatasi gerak Iangkah iblis Tai-bong-pai
tersebut, sehingga lambat laun Ilmu Silat Mayat Mabuk yang terkenal menggiriskan hati itu menjadi mati Iangkah dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Bangsat!" Song-bun-kwi mengumpat-umpat.
"Hahahaha...! Jangan menangis ! Ayoh,,. keluarkanlah
seluruh kepandaianmu yang aneh-aneh itu! Aku Tung-hai-tiau takkan mundur sejengkalpun, hahahaha !" Tung-hai-tiau
tertawa puas. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat! Kau jangan buru-buru bergembira dulu!
Sebenarnya ilmu golokmu itu tidak seberapa. Begitu pula
dengan cengkeraman jari-jarimu.......... yang seperti cakar ayam itu ! Engkau menang angin hanya karena........ golok
pusakamu! Coba kaulepaskan golok itu... hmm, kutanggung
nyawamu takkan kuat bertahan dalam sepuluh jurus!" Songbun-kwi yang terdesak itu mencoba memanasi pada lawannya.
Tapi Tung-hai-tiau yang telah terbiasa memimpin orangorang kasar, yang tidak pernah menghiraukan perasaan orang itu hanya tertawa saja. "jangan merengek-rengek seperti anak kecil, heheh....... Dan...... kenapa aku harus melepaskan golokku " Bagi seorang ahli silat, senjata dapat diibaratkan sebagai pakaian. Mengapa mesti harus dilupakan ?"
Sebenarnyalah apa yang dikatakan oleh Song-bun-kwi itu.
Yaitu bukan karena Ilmu Silat Mayat Mabuk lebih rendah dari pada ilmu golok dan ilmu cengkeraman Tung-hai-tiau. Golok
pusaka yang tajam luar biasa itulah yang menyebabkan Songbun-kwi jatuh di bawah angin. Sebab bagaimanapun hebat
dan dahsyatnya ilmu iblis muda dari Tai-bong pai itu, dia tetap belum berani mengambil resiko melawan tajamnya golok
pusaka tersebut. Sehingga setiap ayunan dan tabasan golok
tersebut Song-bun-kwi dengan mati-matian terpaksa harus
menghindarinya. Sedikitpun iblis itu tak berani menepiskan atau menyentuhnya, meski hanya pada punggung goloknya!
Dan hal ini tentu saja sangat merepotkannya!
Akibatnya Song-bun-kwi terdesak dan makin tak bisa
mengembangkan ilmunya yang hebat! Ketakutan iblis itu
terhadap keampuhan golok lawannya membuat dia tak dapat
bergerak dengan leluasa, sehingga otomatis kedahsyatan Ilmu Silat Mayat Mabuknya menjadi berkurang pula karenanya.
Selain dari pada itu ilmu golok dan ilmu cengkeraman elang Tung-hai-tiau sendiri memang bukan main hebatnya!
Kedahsyatan ilmu tersebut kiranya juga tidak kalah dengan
ilmu yang dimiliki Song-bun-kwi. Tanpa golok pusaka itupun Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai-tiau tak mungkin kalah dengan Song-bun-kwi. Maka
dengan adanya golok pusaka yang ampuh itu di tangannya,
sudah sewajarnyalah raja perompak tersebut menang di atas
angin. Sementara itu di dalam arena yang lain Tung-hai Nung-jin
semakin merajalela dengan paculnya. Korban semakin
bertumpuk di dalam arena tersebut sehingga akhirnya mereka terpaksa harus bertempur di atas tumpukan mayat yang
berserakan. Keng Si Yu dan beberapa pemimpin kelompok
yang lain yang merupakan orang-orang penting setelah Songbun-kwi ternyata juga tak mampu menjinakkan petani dari
laut timur tersebut. Sebagian dari mereka malah telah ikut menjadi kurban pula seperti yang lain.
Karena tidak ada yang bisa menahannya, maka Tung-hai
Nung-jin dengan mudah dapat mendekati arena pertempuran
Tung-hai-tiau dan Song-bun-kwi. Begitu datang orang itu
segera mengayunkan paculnya ke punggung Song-bun-kwi
yang sedang mengalami kesulitan.
"Hai-ong, marilah kita habisi dia.......!" teriaknya.
"Ayoh !" Tung-hai-tiau menjawab bersemangat.
Bajak laut seperti mereka memang tidak pernah
mempedulikan atau menghiraukan tata tertib maupun adat
kesopanan umum. Mereka melakukan apa saja yang mereka
inginkan tanpa mempedulikan kepentingan atau perasaan
orang lain. Begitu pula yang mereka lakukan kali ini. Enak saja mereka mengeroyok Song-bun-kwi yang sudah terdesak hebat itu.
Padahal mereka tokoh-tokoh besar yang sudah sangat
ternama di dunia persilatan.
Tentu saja jago muda dari Tai-bong-pai itu semakin tidak
berkutik. Melawan seorang Tung-hai-tiau saja tidak mampu,
apalagi harus ditambah dengan Tung-hai Nung-jin yang tidak kalah saktinya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka ayunan cangkul itu dengan telak mengenai punggung
Song-bun-kwi ! Bressss ! Iblis itu terlempar ke samping
dengan kuatnya, kemudian jatuh terguling-guling di atas
tanah. "Mampus kau ! Hahahaha.......!" Tung-hai Nung-jin dan Tung-hai-tiau tertawa terbahak-bahak. Keduanya bertolak
pinggang sambil memandang ke arah Song-bun-kwi yang
terkapar di depan mereka.
Tapi suara tertawa itu berhenti dengan tiba-tiba. Dengan
mata melotot kedua orang tokoh bajak laut itu memandang
tubuh Song-bun-kwi. Korban cangkul Tung-hai Nung-jin itu
tiba-tiba menggeliat, lalu meloncat bangun kembali dengan
tangkas ! Dan di lain saat iblis itu telah berdiri kembali di depan mereka seperti tak pernah terjadi apa-apa !
"Gila ! Setan mana yang telah masuk ke dalam tubuhnya ?"
Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin saling memandang
dengan mulut mengumpat-umpat.
Sementara itu Song-bun-kwi melepaskan bajunya yang
robek lebar di bahagian punggungnya. Dan sekali lagi Tunghai-tiau terbelalak mengawasinya. Di bawah baju yang robek terkena cangkul itu tampak selapis lagi baju pendek berwarna kuning keemasan. Itulah Kim pouw-san (Baju Mustika Emas),
baju yang tidak mempan senjata !
"Kim-pouw-san........?" bibir Tung-hai-tiau berdesah gemetar begitu mengenali benda pusaka miliknya sendiri itu.
Dengan mata beringas Tung-hai-tiau menoleh mencari
puterinya, Tiau Li Ing, yang telah membawa baju tersebut.
"Ayah, dia mengambil baju itu ketika aku
ditangkapnya..........." Tiau Li Ing yang berada di tepi arena lekas-lekas berteriak dengan suara ketakutan. Bagaimanapun manjanya gadis itu ternyata sangat takut kepada ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat ! Kau sungguh berani sekali merampas barang
milik keluarga Tung-hai-tiau!" raja perompak itu kembali menggeram ke arah lawannya. Lalu, "Nung-jin........! Kita bunuh saja orang ini!" serunya kepada Tung-hai Nung-jin.
"Marilah, Hai-ong !" petani dari lautan timur itu menjawab seraya mengayunkan cangkulnya ke muka Song-bun-kwi.
"Bagus!" Tung-hai-tiau berteriak ke arah pembantunya tersebut. "Hantam saja kepala atau kaki tangannya! Jangan
sekali-kali menghantam badannya! Marilah kita lihat, apakah ia mampu melindungi kepala dan kaki tangannya terus-menerus
?" Sementara itu yang kaget karena Baju Mustika Emas itu
ternyata bukan hanya Tung-hai-tiau dan pembantunya saja !
Song-bun-kwi sendiri ternyata juga merasa terkejut bukan
main! Iblis itu sejak semula sudah lupa dan tak ingat lagi kalau ia mengenakan Kim-pouw-san yang dirampasnya dari Tiau Li
Ing. Coba kalau sejak tadi ia mengingatnya, tak mungkin ia ketakutan menghadapi golok pusaka Tung-hai-tiau itu. Dan
ayunan cangkul yang nyaris merenggut nyawanya itu kini
justru telah menyadarkannya kembali. Maka dari kaget iblis itu menjadi gembira bukan kepalang. Wajahnya tampak berseri-seri dan hatinya besar kembali !
"Baju pusaka begini setiap orang boleh memakainya,
hehehe......! Siapa yang kuat dan lihai, dialah yang berhak mengenakannya. Mengapa mesti engkau sendiri yang harus
memilikinya " Memangnya nenek moyangmu yang membuat
dia" Huh!" Song-bun-kwi meludah sambil mengelakkan
serangan Tung-hai Nung-jin.
"Bangsaatt!" Tung-hai-tiau naik pitam.
Golok pusaka raja perampok itu menyambar kaki, lalu
berputar ke atas menuju leher. Semua gerakan itu dilakukan sambil melompat ke depan dalam jurus Melepas Kail Menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelampung! Dan serangan itu dibarengi oleh Tung-hai Nungjin dengan sodokan gagang paculnya ke arah selangkangan.
Song-bun-kwi buru-buru mengangkat kakinya ke atas
sambil menggeliatkan tubuh atasnya ke belakang, sehingga
serangan Tung-hai-tiau tidak mengenai sasarannya.
Sementara itu sodokan gagang pacul Tung-hai Nung-jin cepat dijepitnya dengan kedua belah pahanya, sehingga tubuh
petani lautan itu ikut tertarik ke depan. Dan sebelum bajak laut ini mampu melepaskan ujung gagang paculnya, kaki
Song-bun-kwi telah menjejak ke arah dadanya.
Tentu saja Tung-hai Nung-jin itu tak ingin kehilangan
cangkulnya. Cepat dia melepaskan salah sebuah tangannya
yang memegang cangkul dan memapaki tumit itu dengan
tenaga penuh. "Bressssss!'' Tung-hai Nung-jin terjengkang ke belakang, tapi Song-bunkwi terpaksa melepaskan jepitannya pula. Dengan demikian
masing-masing dapat melepaskan diri dari kesukarannya.
Cuma kalau hendak diperbandingkan, terang kalau kekuatan
lwee-kang Song-bun-kwi masih sedikit lebih kuat dari pada
Tung-hai Nung-jin. Demikianlah, Song-bun-kwi yang menjadi berbesar hati
kembali karena merasa terlindung oleh Baju Mustika Emas,
kini dikeroyok oleh Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin.
Sungguh berat memang bagi Song-bun-kwi, tapi dengan
mengenakan Kim-pouw-san di badannya iblis itu menjadi lebih sulit lagi untuk dikalahkan. Setidak-tidaknya Tung-hai-tiau dan pembantunya harus membutuhkan waktu untuk dapat
membunuhnya. Sementara itu pertempuran antara sisa-sisa pasukan Songbun-kwi melawan para bajak laut anak buah Tung-hai-tiau
sudah sampai pada saat-saat akhir pula. Pasukan Song-bunkwi yang sudah tidak begitu banyak lagi itu memang bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan yang seimbang bagi bajak-bajak laut yang setiap
harinya selalu bergelut dengan kekerasan. Apalagi serangan mendadak dari para bajak laut yang semula mereka kira
merupakan teman sendiri itu benar-benar sangat
mengagetkan mereka, sehingga mereka yang tidak
menyangka dan menduga sebelumnya itu menjadi bingung
dan mudah dicerai-beraikan. Matahari telah jauh condong ke barat. Sinar matahari yang semula tajam menyengat itu mulai meredup, dan angin selatanpun mulai bertiup pula dengan
sedikit kencang. Daun-daun kering yang semula masih
menempel pada gagangnya, kini tampak bertanggalan dan
meIayang-layang tertiup angin. Mereka bertebaran ke bawah
bagaikan taburan bunga di atas sosok-sosok mayat yang
terbaring di bawahnya. "Ah ! Aku telah banyak kehilangan waktu karena mengurusi pemuda tam....... eh, gadis bengal itu, sehingga urusanku
sendiri menjadi terbengkalai karenanya........." tiba-tiba Chin Yang Kun yang menonton di pinggir arena itu berdesah
perlahan. Pemuda itu membalikkan tubuhnya, Ialu melangkah pergi
meninggaIkan tempat itu. Sambil menghindar dari tempattempat pertempuran yang masih berlangsung dia menuruni
puncak bukit yang kini berubah menjadi neraka pembantaian
tersebut. "Toat-beng-jin ....!" Tiau Li Ing yang mendadak melihat bayangan Chin Yang Kun itu berteriak memanggil, dan
kemudian tubuhnya yang mungil itu cepat berkelebat
mengejar. "Hei ! Li Ing.......! Mau pergi kemana lagi kau " Ayoh, kembali............!" Tung-hai-tiau yang sibuk bertempur itu ternyata tak pernah melepaskan perhatiannya kepada puteri
kesayangannya. "Ayah ! Aku ingin menangkap seorang pemuda yang telah berani kurang ajar kepadaku !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?" Kurang ajar"..!" Tung-hai-tiau berteriak.
Tiba-tiba tubuh Tung-hai-tiau melesat pergi meninggalkan
pertempuran. Badannya yang tegap kekar itu melayang turun
cepat sekali melewati Tiau Li Ing, dan di lain saat dia telah berada di hadapan Chin Yang Kun.
"Pemuda inilah yang berani kurang ajar kepada ....... eh, kau rupanya !" Tung-hai-tiau yang siap untuk marah itu tiba-tiba tertegun begitu melihat wajah Chin Yang Kun.
Sebaliknya Chin Yang Kun yang telah bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan itu untuk sesaat juga
bingung melihat sikap Tung-hai-tiau yang baru kali ini
dilihatnya. Raja bajak laut yang amat ternama itu kelihatannya sudah mengenalnya, padahal dia sendiri merasa belum pernah bertemu dan berkenalan.
"Oh, rupanya kau pemuda yang tadi mengendap-endap di
lereng bukit ini ........" raja perampok itu menghela napas.
"Ohhh ..... jadi kau rupanya yang menulis pada secarik kertas itu," Chin Yang Kun tiba-tiba juga teringat pada orang misterius yang meninggalkan surat di atas gerumbul perdu itu.
"Ayah, mengapa kau tidak lekas-lekas meringkusnya " Dia telah berani kurang ajar kepadaku........." Tiau Li Ing yang sudah sampai di tempat itu cepat memegang lengan ayahnya.
"Kurang ujar......." Apa maksudmu" Apa yang telah
dilakukannya terhadapmu?" Tung-hai-tiau menatap puterinya dengan kening berkerut.
"Ahh, ayah .....!" tiba-tiba Tiau Li lng merengek manja sambil bergantung di lengan ayahnya. Wajahnya yang cantik
itu berubah menjadi merah sekali.
"Apa yang dia lakukan terhadapmu" Lekas katakan !" Tung-hai-tiau menjadi tegang. Tiau Li Ing tersentak kaget dan
ketakutan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anu...... anu, yah........ dia....... dia telah melihat, eh.......
meraba-raba badanku. Padahal.... padahal....... padahal
aku...... ahh, ayah ini!" Tiau Li Ing meremas dan
mengguncang-guncang lengan ayahnya dengan mulut
bergetar hampir menangis.
"Apaaa........?" Katakan yang jelas! Jangan berbelit-belit begitu !" Tung-hai-tiau membentak.
Dibentak-bentak begitu Tiau Li lng semakin menjadi gugup
dan tak bisa bicara. SeIain takut gadis itu juga malu untuk mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Dan oleh karena tak tahan selalu didesak terus, akhirnya Tiau Li Ing berlari pergi sambil menutupi mukanya. "Tidak ! Tidak mau.......! Aku tidak akan mengatakannya ! Ayah........ sih!" jeritnya dengan suara gemas.
"Hei! Berhenti! Mau ke mana kau .......?" Tung-hai-tiau yang merasa bingung melihat tingkah laku anaknya itu
membentak lagi. Kakinya melangkah mau mengejar Tiau Li
Ing. Tapi Chin Yang Kun cepat menahannya. "Biarkanlah saja dia, Lo-cianpwe.......... Aku yang akan memberi keterangan."
Tung-hai-tiau cepat membalik, dipandangnya Chin Yang
Kun lekat-lekat. "Lekas katakan!" katanya geram. "Ada apa ini sebenarnya?"
Sementara itu sepeninggal Tung-hai-tiau keadaan Tung-hai
Nung-jin menjadi kalang kabut. Kalau semula Petani Lautan itu bersama ketuanya mampu mendesak Song-bun-kwi, kini
setelah dia sendirian keadaan berubah menjadi sebaliknya.
Cangkulnya yang ia bangga-banggakan itu kini seperti menjadi tidak berguna lagi, karena setiap kali mengenakan sasaran, lawannya seperti tidak pernah merasakannya. Song-bun-kwi
yang mengenakan Baju Mustika Emas itu bagaikan manusia
besi yang tak mempan segala macam senjata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Licik! Pencuri ! Maling.....!" Tung-hai Nung-jin bertempur sambil mengumpat tiada habisnya.
"Hehehe........kau jangan meratap tidak keruan begitu!
Sendirian kau takkan mampu melawanku. Kau bukan
tandinganku," dalam kegembiraannya Song-bun-kwi
mengejek. "Bangsat! Anjing busuk kau!"
"Hihihi..... ayoh ! Merataplah sepuas-puasnya sebelum putus nyawamu !"
Ternyata Tung-hai-tiau mendengar pula umpat dan cacian
pembantunya tersebut. Raja bajak Laut itu segera menyadari bahwa pembantunya dalam bahaya, maka bentaknya dengan
tegang kepada Chin Yang Kun, "Ayoh, katakan cepat! Apa yang kaulakukan terhadap puteriku?"
Chin Yang Kun menghela napas. "Lo-cianpwe......! Seperti kauketahui, aku menyelundup ke puncak bukit ini memang
untuk menolong puterimu itu. Kami telah berkenalan
sebelumnya......." pemuda itu memberi keterangan. "Sayang aku terlihat oleh para penjaga, sehingga aku dikepung dan
dikeroyok beramai-ramai. Ketika aku terdesak aku terjeblos ke dalam sumur tua. Tak tahunya sumur itu mempunyai jalan
tembus ke ruang bawah tanah tempat iblis Song-bun-kwi itu
menyekap puterimu. Di sana aku melihat Song-bun-kwi akan
memperkosa puterimu. Untunglah sebelum itu terjadi seorang penjaga datang memberitahukan tentang pertempuran besar
ini kepada Song-bun-kwi, sehingga iblis itu cepat-cepat pergi meninggaIkan tempat itu. Nah, pada saat itulah aku masuk ke ruangan itu untuk menolong nona Li Ing. Tapi tampaknya dia merasa malu mengingat keadaannya pada saat itu. Dan dari
malu ia menjadi marah, apalagi ketika aku berani menotok
dan menyentuh tubuhnya yang lumpuh. Aku dianggapnya
kurang ajar karena berani menyentuh tubuhnya yang.......
yang telanjang. Padahal aku hanya bermaksud membebaskan
dia dari pengaruh totokan Song-bun-kwi......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hmm, begitu kiranya......" bajak Iaut itu bernapas lega.
Tapi ketika sekali lagi terdengar jerit umpatan Tung-hai Nungjin, raja perompak itu menjadi tegang kembali. Dipandangnya wajah Chin Yang Kun dengan tegang pula. "Anak muda.....
Aku minta tolong sekali lagi kepadamu. Tolong kaubawa
kembali puteriku yang nakal itu kemari! Aku tak punya waktu untuk mengejarnya sendiri, karena aku harus menolong anak
buahku." Selesai berkata demikian Tung-hai-tiau segera melesat
kembali ke arena pertempuran. Dan kedatangannya di sana
sungguh tepat pada waktunya. Hampir saja pembantunya
yang sakti itu mati dicekik Song-bun-kwi.
"Gila !" Raja perompak itu memaki sambil mengayunkan
goloknya ke arah lengan Song-bun-kwi. Golok pusakanya
berkelebat ke depan setengah lingkaran, lalu berubah arah ke samping untuk menebas Ieher. Semuanya menuju ke bagian-bagian yang tidak terlindung oleh Baju Mustika Emas.
Jari-jari Song-bun-kwi yang sudah berhasiI mencengkeram
leher Tung-hai Nung-jin itu terpaksa dilepaskan. Iblis itu dengan lincah berjumpalitan ke belakang menghindarkan diri.
Setelah menyelamatkan Tung-hai Nung-jin, Tung-hai-tiau
cepat maju menghadapi Song-bun-kwi kembali. Keduanya
lantas bertempur dengan dahsyatnya seperti tadi. Hanya
bedanya setelah kini Song-bun-kwi menyadari kegunaan baju
Kim pouw san, mereka bertempur dengan seimbang. Memang
ilmu golok Tung-hai-tiau yang hebat itu mampu mendesak
Song-bun-kwi, apalagi permainan golok itu diselingi dengan Tiau jiau kang yang maha ganas pula. Tapi dengan selalu
berlindung pada kesaktian baju Mustika Emas itu Song-bunkwi juga selaIu bisa menyelamatkan dirinya pula. Apa pula
Tung-hai-tiau tampaknya tidak sampai hati membenturkan
golok pusakanya pada baju Kim-pouw-san. Bajak laut itu
kelihatannya masih merasa sangsi, jangan-jangan baju pusaka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya itu akan rusak dibentur golok pusaka yang sangat tajam luar biasa itu.
Tung-hai-tiau menjadi penasaran sekali. Dan rasa
penasaran itu semakin memuncak ketika goIok pusakanya
yang ampuh itu ternyata juga tidak mampu merusakkan Baju
Mustika Emas! "Gila ! Tak kusangka baju itu mampu menahan sabetan
golok pusaka yang bisa mematahkan besi baja ini ! Sungguh
gila !" bajak laut itu marah-marah.
"Hihihi...... ayoh, kuraslah semua ilmu kepandaianmu !"
Song-bun-kwi tertawa mengejek.
"Keparat! Jangan buru-buru tertawa dulu!" Tung-hai-tiau membentak. Lalu teriaknya ke arah Tung-hai Nung-jin. "Nungjin! Ambil cangkulmu, mari kita cincang orang ini!"
"Baik, Hai-ong........!"
Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya Petani
Lautan itu cepat menyerbu ke dalam arena lagi. Paculnya yang mengerikan itu diayun berputar-putar di atas kepala, lalu
menukik menuju ke kepala Song-bun-kwi. Suaranya
mengaung menyakitkan telinga saking cepatnya.
Bagaimanapun juga kepandaian Tung-hai Nung-Jin itu
sebenarnya tidak berselisih banyak dengan lawannya. Hanya
karena Kim pouw san itulah yang menyebabkan jago cangkul
itu cepat berada di bawah angin.
Demikianlah ketiga orang itu kembali bertempur dengan
sengitnya. Meskipun dikeroyok dua, Iblis dari Tai-bong-pai itu ternyata masih dapat bergerak leluasa. Dibiarkannya saja
semua serangan lawan yang tertuju ke arah badannya, iblis itu baru bergerak menghindar bila cangkul dan golok itu
menyerang ke arah tubuhnya yang lain.
Sementara itu Chin Yang Kun meneruskan langkahnya
menuruni puncak bukit tersebut. Pemuda itu sama sekali tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ambil pusing terhadap permintaan Tung-hai-tiau tadi. "Peduli amat gadis bengal itu! Urusanku sendiri menjadi terlantar
karena mengurus dia. Kalau hal ini masih juga kulanjutkan, hmm ....... lama-lama aku akan menjadi pelayan gadis manja itu nanti," gumam pemuda itu penasaran.
Maka tanpa menoleh lagi pemuda ini lantas berlari turun
dengan cepatnya. Dengan lompatan-lompatan panjang dia
meluncur turun seperti seekor kijang sedang berpacu.
Sebentar saja telah tiba di kaki bukit.
Pemuda itu berhenti sejenak di sini. Sambil menghela
napas pemuda itu melayangkan pandangannya kembali ke
atas bukit. Kepulan debu yang diakibatkan oleh pertempuran itu kelihatan semakin menipis, suatu tanda bahwa
pertempuran besar itu sudah hampir berakhir.
"Sebentar lagi pasukan Song-bun-kwi itu tentu menyerah kalah. Demikian pula dengan iblis itu sendiri. Tak mungkin dia bisa menyelamatkan diri dari keganasan Tung-hai-tiau dan
pembantunya .... " Chin Yang Kun lalu berjalan lagi meninggalkan tempat itu.
Dia berjalan menuju ke arah kota Poh-yang kembali. Sambil
melangkah pikirannya masih terbayang pada pertempuran
besar di puncak bukit tersebut.
"Huh, tampaknya iblis Tai-bong-pai itu memang bermaksud melawan kekuasaan pemerintah Kaisar Han. Tapi sayang
pasukan itu sudah terlanjur musnah sebelum dipergunakan."
Matahari semakin jauh condong ke barat. Sinarnya yang
tidak begitu panas lagi itu mulai berwarna kemerah-merahan.
Udarapun terasa semakin sejuk, apalagi langit tampak bersih dan cerah, seolah-oIah gumpalan-gumpalan awan yang siang
tadi bergulung berdesakan, kini telah kembali pulang ke
tempat masing-masing. Chin Yang Kun melangkah di jalan besar yang
menghubungkan kota Poh-yang dan Ko-tien. Sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah pemuda itu menimang-nimang pundi-pundi uang
pemberian Liu twa-konya. Dengan uang tersebut Chin Yang
Kun bermaksud membeli kuda dan pakaian yang bersih.
Setelah itu dia akan berpacu ke kota Sin-yang.
Orang-orang yang lewat di jalan itu selalu memandang
keadaan Chin Yang Kun dengan kening berkerut. Tampaknya
mereka menganggap pemuda yang bercelana compangcamping dan tidak berbaju itu sebagai orang gila. Apalagi
tangan dan kaki pemuda itu kotor oleh bercak-bercak darah
yang mengering. "Teretet........tet ! Tet ! Teretet-tet......!"
Sore hari yang cerah itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara
terompet panjang berkali-kali. Dan tak lama kemudian dari
dusun sekitar jalan itu tampak berlarian anak-anak disertai kakak dan orang tua mereka. Mereka berlarian melalui
pematang-pematang sawah dan tegalan sambil bersorak-sorak
dan berteriak-teriak gembira menuju ke jalan raya.
Sambil mengacungkan kedua tangannya yang memegang
apa saja, anak-anak itu berloncatan dan bersorak-sorak di
jalan raya. Sementara di belakang mereka para kakak dan
orang tua mereka melihat dengan bibir tersenyum.
"Hidup pasukan Kaisar......!"
"Hidup pasukan pelindung rakyat !"
"Hidup pasukan kaisar........!"
"Horeee....... !"
Chin Yang Kun berhenti, lalu dengan wajah bingung
ditatapnya anak-anak kecil yang bergembira ria itu. Semuanya memandang ke arah timur, seolah-olah mereka menantikan
sesuatu dari balik bukit.
"Tet-tet tet-tet! Teretet-tet ........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tampaknya orang ini mau menyongsong kedatangan
para perajurit....." Chin Yang Kun berkata di dalam hati.
"Tapi".. dari manakah prajurit-prajurit itu" Mengapa mereka dielu-elukan rakyat sedemikian rupa?"
Suara terompet itu semakin dekat dan beberapa waktu
kemudian dari kelokan jalan muncul pasukan perajurit berkuda berbaris rapi memasuki jalan. LaIu di belakang mereka
tampak pula pasukan perajurit berjalan kaki, lengkap dengan segala macam senjata mereka. Barisan mereka luar biasa
panjangnya sehingga dari jauh seperti ular yang berkelokkelok di atas jalan raya.
Chin Yang Kun ikut terseret pula diantara para penonton.
Dan karena tak ingin menjadi perhatian orang, pemuda itu
mengikuti saja ke mana didesak orang.
Beberapa orang perajurit berkuda tampak mendahului
barisan untuk menertibkan penduduk yang berdesak-desakan
di pinggir jalan itu. Dengan senyum ramah para perajurit itu mempersilakan para penonton agar berdiri tertib di tepi jalan.
Mereka melarang anak-anak berlarian di tengah jalan.
"Eh, Lo-pek....... mau ke manakah para perajurit ini"
Kelihatannya mereka baru saja berjalan jauh." Chin Yang Kun bertanya kepada seorang petani tua yang ada di sampingnya.
Sejenak petani tua itu mengawasi Chin Yang Kun, lalu
jawabnya perlahan. "Mereka memang datang dari kota raja.
Mereka didatangkan kemari oleh Kaisar Han untuk menumpas
pasukan pemberontak yang diperkirakan berada di sekitar
daerah ini. Khabarnya baginda telah mendengar adanya
pemusatan-pemusatan pasukan perusuh di beberapa daerah,
sehingga baginda cepat-cepat mengirimkan pasukannya untuk
menumpas perusuh-perusuh itu."
"Oh, begitu......" Chin Yang Kun mengangguk-angguk dan pikirannya segera melayang ke puncak bukit yang baru saja
ditinggalkannya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, beberapa saat kemudian barisan itu telah
lewat di depan mereka. Meskipun tampak lelah para perajurit itu tetap berjalan tetap dan teratur. Wajah merekapun
kelihatan gembira dan bersemangat, sedikitpun tidak tersimpul dalam sikap mereka bahwa kedatangan mereka untuk
berperang mengadu nyawa. Beberapa lamanya Chin Yang Kun ikut menonton diantara
penduduk itu. Tapi setelah sekian lamanya pemuda itu
menonton tidak seorangpun dari para prajurit itu yang
dikenalnya, maka perlahan-lahan ia keluar dari kerumunan
para penonton dan berjalan kembali ke arah yang berlawanan.
Pemuda itu tidak meneruskan langkahnya ke kota Poh-yang
seperti maksudnya semula, tetapi langsung pergi ke kota Ko-tien yang masih seratus lie jauhnya dari tempat tersebut.
"Percuma aku pergi ke kota itu. Poh-yang akan menjadi luar biasa ributnya dengan kedatangan pasukan dari kota raja itu. Lebih baik aku langsung pergi ke Ko-tien saja. Meskipun lebih jauh aku akan lebih mudah mendapatkan apa yang
kuperlukan di sana."
Begitulah, dengan langkah pasti pemuda itu berjalan cepat
ke arah Ko-tien. Mula-mula pemuda itu terpaksa harus
berjalan di atas pematang sawah dan tegalan karena jalan
masih dipenuhi oleh jejalan penduduk yang menonton barisan itu. Tapi setelah barisan itu habis jalan menjadi lapang
kembali, sehingga ia bisa melangkah kembali dengan leluasa di sana.
Hari semakin kelam dan lambat laun menjadi gelap juga.
Chin Yang Kun terpaksa harus mengendurkan langkahnya
karena suasana jalan itu tidak bisa dilihatnya dengan jelas lagi. Baru setelah bintang-bintang mulai muncul di atas langit keadaan menjadi bertambah terang.
Sambil berjalan Chin Yang Kun mencoba untuk mengingat
kembali apa yang telah terjadi kepadanya sejak pagi tadi.
Mula-mula pertemuannya dengan Tiau Li Ing yang menyamar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai pemuda tampan itu, lalu perjumpaannya kembali
dengan Song-bun-kwi yang pernah memenjarakannya di
gedung Si Ciang-kun itu. Kemudian pertemuannya yang tak
tersangka-sangka dengan pendekar Souw Thian Hai dan
.......... bekas pengawal ayahnya, Hek-mou-sai Wan It, Ialu pertempuran dahsyat antara pasukan Song-bun-kwi dan Tung
hai tiau. "Hmmm, heran benar aku. Mengapa tiba-tiba paman Wan
It menjadi begitu baik dengan bangsat Song-bun-kwi itu " Apa sebenarnya yang telah terjadi" Dan....... ke mana paman Wan It sekarang pergi " Mengapa tiba-tiba saja ia lenyap bersama dengan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai" Apakah mereka tidak
bersama-sama dengan Song-bun kwi di ruang bawah tanah itu
" Tapi di mana" Mengapa mereka tidak keluar?" Chin Yang Kun melangkah sambil merenungkan kejadian-kejadian yang
baru saja dialaminya. Sementara itu di atas langit tampak semakin banyak
bintang-bintang yang bermunculan. Mereka berkelap-kelip di kejauhan, seakan-akan ribuan lampu minyak yang
bergantungan di angkasa raya. Sesekali ada yang melesat
dengan cepat untuk berpindah tempat. Begitu cepat
gerakannya sehingga bintang itu seperti meninggalkan ekor
yang amat panjang. Dan bila sekali waktu ada beberapa buah yang beralih tempat secara bersamaan, maka pemandangan
menjadi bukan main indahnya !
Chin Yang Kun menghela napas berulang-ulang. Sambil
merenungi pengalamannya, dan sambil menikmati juga
keindahan alam yang tergelar di sekitarnya, pemuda itu terus menjejakkan kakinya di atas jalan yang berkelok-kelok
panjang itu. Selain melingkar-lingkar jalan itu juga naik-turun di antara tebing dan lereng-lereng gunung yang membatasi
kota Poh-yang dan Ko-tien.
Di kanan kiri jalan hanya hutan saja yang tampak. Yaitu
hutan yang tidak begitu rapat, tetapi pohonnya tinggi-tinggi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan besar-besar, sehingga tanah di bawahnya selalu tampak
kering dan tidak basah. Meskipun begitu tiupan angin malam yang menerobos di tempat itu ternyata amat dingin sehingga Chin Yang Kun yang tak berbaju itu terpaksa harus melipat
lengannya di atas dada. "Wah, dingin-dingin begini seharusnya duduk-duduk di
dekat perapian sambil minum minuman penghangat
badan........" pemuda itu menyesali dirinya yang tak jadi pergi ke kota Poh-yang. Dan begitu mengingat makanan, pemuda
itu lantas ingat juga bahwa perutnya belum terisi sejak pagi tadi.
Tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang dan tiba-tiba pula hidung Chin Yang Kun mencium bau daging bakar yang bukan
main sedapnya. Kontan saja perutnya yang lapar itu segera
berkeruyuk bagai ayam jago memperoleh tantangan lawan.
"Kurang ajar ! Siapa malam-malam begini membakar
daging di dalam hutan ?" pemuda itu menggerutu di dalam hati.
Tapi seperti tersedot magnit Chin Yang Kun melangkah
memasuki hutan mencari tempat di mana asal mula bau sedap
itu berkembang. Dan tempat itu cepat sekali ia temukan
karena tempat itu ternyata tidak terlalu jauh dari jalan raya.
Seorang laki-laki bertubuh besar tampak duduk santai
menghadapi api unggun. Chin Yang Kun melangkah mendekati orang itu, kemudian
berdiri beberapa langkah di belakangnya. Sambil
membungkukkan badan Chin Yang Kun bermaksud
menyapanya, tapi..... "Duduklah, saudara........! Aku mempunyai banyak daging di sini. Marilah kita menikmatinya bersama-sama!" tiba-tiba orang yang sedang membakar daging itu menegur terlebih
dahulu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Ba"baik ....! Terima kasih!" Chin Yang Kun tergagap kaget karena tidak menyangka orang itu akan menegur
terlebih dulu. Terpaksa dengan agak sedikit curiga Chin Yang Kun
mendekat dan duduk di dekat orang itu. Sambil meletakkan
pantatnya di atas sebuah batu Chin Yang Kun berusaha
melihat wajah orang itu. Tapi yang dilihat justru menoleh dengan tiba-tiba sehingga Chin Yang Kun tersipu karenanya. "Hmm, ada apa........?"
orang itu bertanya dengan mulut tersenyum.
"Oh, kau".!" Chin Yang Kun berdesah lega.
"Ya! Bagaimana khabarnya " Tampaknya kau ikut terseret
juga dalam kancah pertempuran itu," orang yang tidak lain adalah Hong-gi hiap Souw Thian Hai itu tersenyum geli
melihat keadaan Chin Yang Kun yang seperti gelandangan itu.
"Benar!" akhirnya pemuda itu ikut tersenyum pula
membayangkan keadaannya yang konyoI itu. "Aku tidak
hanya ikut terseret, tapi malah terjun menjadi pemeran
utamanya"." "Hahaha......, dan akibatnya kau terserang penyakit
kelaparan sekarang!"
"Be-betul!" Chin Yang Kun menunduk dengan wajah yang semakin memerah.
"Nah....... kalau begitu kau jangan malu-malu lagi! Marilah kita makan bersama-sama ! Aku toh takkan bisa
menghabiskan semua daging ini sendirian......." Souw Thian Hai mempersilahkan sekali lagi.
"Baik !" Chin Yang Kun mengiyakan karena tak enak menolak maksud baik orang.
Chin Yang Kun lalu mengambil segumpal daging dan ikut
membakarnya di dalam api unggun itu. Sambil membakar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesekali pemuda itu melirik ke arah Souw Thian Hai. Di dalam hati pemuda itu mulai tidak tentram lagi bila teringat akan persamaan she (marga) pendekar sakti itu dengan gadis yang selalu dikenangnya. Sebenarnya ada maksud di hati pemuda
itu untuk menanyakannya, tapi setiap saat mulutnya selalu
batal mengatakannya. "Bagaimana dengan kawanmu" Apakah kau sudah
menemukannya ?" justru Souw Thian Hailah yang tiba-tiba memecahkan kebisuan tersebut.
"Sudah...... sudah........!" dalam kekagetannya Chin Yang Kun menjawab. Dan mendadak saja keringat dingin
bermunculan di keningnya.
Tentu saja perubahan sikap Chin Yang Kun itu sangat
mengherankan hati Souw Thian Hai. Tapi melihat pemuda itu
bersikap seperti seorang gadis yang tak ingin diketahui
rahasianya, maka Souw Thian Hai juga diam saja dan tak ingin menanyakannya.
"Lalu ...... di mana dia sekarang?"
"Entahlah ! Setelah dapat kubebaskan kami berdua lalu berpisah kembali. Mungkin dia pergi ke Poh yang......"
"Ooh !" pendekar sakti itu mengangguk-anggukkan
kepalanya.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hening lagi sejenak. "Dan .. kau" Kemana saja kau mengejar bayangan Songbun-kwi dan Hek-mou-sai Wan It itu" Kenapa aku tak bisa
mengejar kalian?" Chin Yang Kun ganti melontarkan
pertanyaannya. "Wah! Akupun telah kehilangan jejak mereka pula.
Entahlah ! Mula-mula bayangan Song-bun kwi hilang di dekat sebuah sumur tua. Lalu sebentar kemudian ganti
bayangan........ eh, siapa tadi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek-mou-sai Wan lt !"
"Ya...... sebentar kemudian ganti bayangan Hek...... Hek-mou-sai Wan It yang hilang di antara kerumunan orang di
lereng bukit itu. Aku telah berusaha mencarinya kemana-mana tapi tak berhasil. Aku lalu kembali ke tempat kita semula
bersembunyi, tapi kau tak kuketemukan lagi di sana.
Sebaliknya aku malah melihat sebuah pertempuran yang tak
kumengerti sebab- sebabnya......... Oleh karena engkau tetap tak kujumpai maka aku lantas meninggalkan puncak tersebut."
"Oooo..."!"
"Dan bagaimana dengan engkau sendiri " Apa yang telah
terjadi padamu?" Chin Yang Kun tersenyum getir, Ialu diceritakannya semua
yang telah terjadi sepeninggal Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Bagaimana ia dikeroyok ribuan orang, dan bagaimana ia
terjeblos ke dalam sumur tua itu. Lalu pertemuannya dengan Song-bun-kwi dan kawan yang dicurinya itu di dalam ruangan di bawah tanah. Dan akhirnya diceritakannya juga tentang
pertempuran hebat di luar gedung itu.
"Kalau begitu Song-bun-kwi itu memang kembali lagi ke gedung melalui sumur tua itu...... Makanya kucari kemana-mana tidak ada." Souw Thian Hai berkata perlahan.
Sambil bercakap-cakap mereka menikmati daging bakar
yang amat lezat itu. Chin Yang Kun yang seharian penuh tidak makan itu tampak lahap sekali. Beberapa kali pemuda itu
mengambil irisan daging yang telah tersedia dan
membakarnya di dalam api. Begitu getolnya sehingga diamdiam Souw Thian Hai tersenyum melihatnya.
"Ah....... aku sampai lupa ! Kenapa aku sampai hati benar membiarkanmu telanjang dada begitu," tiba-tiba Souw Thian Hai berhenti mengunyah dan menepuk-nepuk dahinya sendiri
dengan wajah menyesal. Lalu dengan tergesa-gesa pendekar
sakti mengambil buntannya dan mengeluarkan sepotong baju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersih yang tampaknya masih baru. "Nih! Kau pakailah untuk sementara, agar kau tidak dikira orang sebagai
gelandangan.......!"
"Wah, tidak usahlah......! aku.... aku ..." Chin Yang Kun menolak.
"Sudahlah! Pakailah saja ! Kau tak usah berasa sungkan kepadaku. Baju itu belum pernah kupakai, sebab ukurannya
terlalu sempit buatku..."
Chin Yang Kun ingin membantah lagi. Tapi keinginan itu
batal ia utarakan ketika terpandang oleh pemuda itu wajah
Souw Thian Hai yang ikhlas dan berwibawa.
"Ini........ ini....... eh, mengapa kau membawa juga baju
yang sudah terlalu sempit buat dirimu?" akhirnya diterima juga baju itu oleh Chin Yang Kun, meski dengan hati berat.
Souw Thian Hai bangkit seraya menghela napas panjang
sekali. Sisa daging yang berada di tangannya dibuangnya ke dalam api. Kemudian sambil menyilangkan lengannya di depan dada pendekar sakti itu berjalan menjauhi api unggun. Di
tempat yang agak Iapang pendekar itu menengadahkan
mukanya ke langit yang biru.
"Baju itu dibuat sendiri oleh puteriku ketika dia berumur limabelas tahun. Katanya dia sudah dewasa, maka ia ingin
membuat sendiri baju-baju ayahnya dan pakaian-pakaiannya
sendiri. Tapi karena baru mulai belajar maka baju yang
pertama kali dibuatnya itu terlalu kecil buatku. Tapi agar supaya puteriku itu tidak kecewa, maka aku tetap
menyimpannya juga." "Ah !" Chin Yang Kun tersentak kaget. "Kalau begitu baju ini mempunyai arti tersendiri buatmu. Mengapa sekarang
malah kauberikan kepadaku ?"
Souw Thian Hai membalikkan tubuhnya, lalu berjalan
kembali ke tempatnya semula. "Tidak apa. Biarlah kuberikan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja baju itu kepada kau yang membutuhkan dari pada aku
selalu bersedih bila melihatnya. Dan..... sejak semula aku memang sudah bermaksud untuk membuangnya atau
memberikannya kepada orang lain. Hampir empat tahun aku
berkelana mencari puteriku itu tanpa hasil. Kini aku sudah mulai putus asa......"
Chin Yang Kun mendengarkan penuturan pendekar sakti itu
dengan kepala tunduk. Hatinya seperti ikut merasakan
kesedihan pendekar tersebut.
''Hei?"" tiba-tiba mata Chin Yang Kun terbelalak. Ditatapnya dua buah huruf yang terlukis di pojok baju itu. Huruf "Lian"
dan "Cu" ! "Ada apa?" Souw Thian Hai mengerutkan keningnya.
"Ini......! ini ....! Hei........ apakah puterimu itu bernama Souw Lian Cu ?" Chin Yang Kun berseru tegang.
"Betul! Ada apa......?"
"Apakah puterimu itu....... lengannya.....lengannya....."
"Yaaa ! Lengannya memang cacat sebelah ! Ada apa"
Apakah kau pernah berjumpa dengan dia?" Souw Thian Hai berseru pula dengan tidak kalah tegangnya. Tanpa terasa
tubuhnya yang tinggi besar itu telah melesat ke depan Chin Yang Kun.
Sementara itu Chin Yang Kun sungguh-sungguh menjadi
kelabakan sekarang. Setelah kini dia benar-benar yakin bahwa Souw Lian Cu itu memang sungguh-sungguh puteri Souw
Thian Hai, tiba-tiba hatinya menjadi tegang dan bingung.
Dengan gelisah pemuda itu menundukkan kepalanya,
sementara bibirnya yang pucat itu tampak bergetar dan tak
bisa berkata-kata malah !
Tentu saja melihat sikap pemuda itu Souw Thian Hai ikut
menjadi kelabakan pula. Segala macam pikiran buruk segera
menghantui hati pendekar sakti itu. jangan-jangan sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang jelek telah menimpa diri anaknya. Maka saking
tegangnya pendekar sakti itu mencengkeram pundak Chin
Yang Kun tanpa terasa. Dan tanpa terasa pula tenaga sakti
Ang-pek Sin-kang meluncur ke luar dan....... menerjang tubuh Chin Yang Kun! Sekejap tampak asap tipis mengumpul di atas ubun-ubun pendekar sakti tersebut.
Ternyata dalam ketegangannya segala macam ilmu yang
melekat di dalam tubuh Souw Thian Hai telah keluar dengan
sendirinya. Dan kini yang menjadi korbannya adalah Chin
Yang Kun. Tanpa disadari oleh Souw Thian Hai sendiri ilmunya telah
menyerang Chin Yang Kun ! Ilmu yang amat dahsyat, yang
jarang ada tandingannya di muka bumi ini!
Tapi satu keajaiban benar-benar telah terjadi !
Chin Yang Kun yang berdiri diam seperti orang yang
sedang kehilangan akal itu, yang secara tak sengaja kini
dihantam tenaga Ang-pek Sin-kang itu sama sekali tak
bergeser dari tempatnya ! Jangankan bergeser, kalau dilihat dari tampangnya yang masih terlongong-longong itu
tampaknya merasapun dia tidak ! PadahaI akibat dan
pengaruh dari ilmu itu sendiri bukan main hebatnya !
Dalam sekejap pundak yang dicengkeram oleh jari-jari
Souw Thian Hai itu tampak bergetar hebat seperti sedang
menahan beban yang sangat berat. Dan bersama dengan itu
semacam kabut tipis berwarna putih tampak menyelubungi
lengan Souw Thian Hai dan pundak Chin Yang Kun yang saling bersentuhan itu. Kabut tipis yang luar biasa dinginnya, yang pengaruhnya dapat dirasakan sampai beberapa tombak
jauhnya. Begitu luar biasa hawa dingin itu sehingga dalam
sekejap rambut dan pundak Chin Yang Kun seperti dilapisi
dengan salju. Meskipun demikian Chin Yang Kun sendiri kelihatannya
tidak terpengaruh sama sekali oleh keadaan itu. Pemuda itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap saja berdiri termangu-mangu di tempatnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Malahan Souw Thian Hai itulah yang kemudian tersentak
kaget dan tersadar dari keadaan mereka yang aneh tersebut.
"Hai " Apa yang telah kulakukan ?" pendekar sakti itu memekik seraya meloncat mundur dengan wajah pucat. Lalu
dengan tergesa-gesa melompat maju lagi untuk memeriksa
keadaan Chin Yang Kun, sehingga pemuda itu malah menjadi
kaget karenanya. Tapi pendekar sakti itu segera mengernyitkan alisnya
dengan wajah keheranan. Jangankan pemuda itu merasa
sakit, merasa diserangpun ternyata tidak! Pemuda itu justru kaget dan bingung ketika tubuhnya diperiksa oleh Souw Thian Hai.
"Eh........ada apa ini?" Chin Yang Kun berseru dengan wajah bingung, apalagi ketika dilihatnya pundak dan
rambutnya diselimuti salju tipis berwarna putih.
Souw Thian Hai menatap Chin Yang Kun seolah tak
percaya, lalu sambil menghela napas berat ia duduk kembali di tempatnya. "Kau dudukIah"..!" katanya kepada Chin Yang Kun perlahan.
Chin Yang Kun duduk pula kembali. Matanya tetap menatap
Souw Thian Hai dengan tajamnya, seolah-olah mau menuntut
kepada pendekar itu agar mengatakan apa yang telah terjadi.
"Anak muda, tenaga dalammu sungguh hebat sekali.......!
Benar-benar tak kusangka ! Meskipun sejak semula telah
kuketahui bahwa lwee-kangmu sangat tinggi, tapi aku benarbenar tidak menyangka bahwa engkau akan mampu
mengimbangi Ang-pek sin-kangku. Padahal Ang-pek sinkangku selama ini belum pernah ada yang bisa
menahannya........" Souw Thian Hai memberi keterangan.
"Ang-pek sin-kang".." Lwee-kangku ....." Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketahuilah ! Saking tegangnya aku tadi telah
mencengkeram pundakmu tanpa terasa. Dan celakanya.....
tanpa kusadari pula tenaga saktiku membanjir keluar,
menghantam tubuhmu melalui jari-jariku itu. Tapi tak
kusangka sin-kangmu secara otomatis juga keluar untuk
melindungi pundakmu...."
"Ah........ mana aku berbuat demikian" Ini....... ini ........"
"Sudahlah ! Marilah kita duduk kembali yang baik ! Kita berbicara dengan tenang !"
Keduanya lalu duduk kembali di tempat masing-masing.
Souw Thian Hai mengambil kayu-kayu kering agar api unggun
itu dapat menyala lebih besar lagi, sementara Chin Yang Kun yang masih juga memegang baju pemberian Souw Thian Hai
itu belum juga bisa menenangkan perasaannya yang
tergoncang. Jilid 31 SAUDARA Yang ..... eh, kalau tak salah namamu Yang Kun,
bukan" Saudara Yang, coba ceritakan yang jelas..... benarkah engkau pernah melihat puteriku?"
Untuk sesaat Chin Yang Kun masih belum juga dapat
menenangkan hatinya. Baru beberapa waktu kemudian
dengan kekerasan hatinya pemuda itu dapat mengatasi
ketegangannya. "Aku memang pernah bertemu dengan nona Souw Lian Cu
beberapa hari yang lalu. Bersama-sama dengan Toat beng-jin dan Pang Cu-si Tong Ciak dari Im-yang-kauw, kami berjalan
dari Kuil Delapan Dewa........ke desa Ho-ma-cun?" akhirnya Chin Yang Kun dapat juga bercerita. Bercerita dari awal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan mereka di Kuil Delapan Dewa sampai dengan saat
perpisahan mereka di rumah kediaman Kakek Kam. Hanya
dalam ceritanya itu Chin Yang Kun tidak menyinggung sama
sekali tentang perselisihannya dengan gadis tersebut.
Souw Thian Hai mendengarkan ceritera itu sambil
mengangguk-angguk. "Begitukah........" Lalu ke mana kira-kira anak itu
sekarang?" tanya pendekar itu.
"Katanya dia mau pulang ke Pulau Mimpi, yaitu tempat
tinggal Keh-sim Siauw-hiap."
"Pulau Mimpi........?" pendekar sakti itu menegaskan.
Wajahnya tampak gembira dan penuh harapan.
"Ya........ benar!"
"Wah, terima kasih! Kalau begitu aku akan pergi ke sana sekarang." Souw Thian Hai berkata dan cepat-cepat bangkit dari tempatnya. Lalu seraya menyambar buntalannya
pendekar sakti itu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Maaf... aku sudah tidak sabar lagi untuk mencari puteriku, maka biarlah aku pergi lebih dahulu. Terima kasih atas
petunjukmu." Kemudian dengan hanya sekali berkelebat pendekar itu
telah lenyap dari pandangan Chin Yang Kun. Dan kini
tinggallah pemuda itu sendirian di sana, merenungi nyala api yang semakin tinggi menjilat udara.
Angin malam terasa berhembus kembali dengan tajamnya,
sehingga nyala api unggun itu tampak bergoyang-goyang.
Chin Yang Kun cepat-cepat mengenakan baju pemberian
Souw Thian Hai tadi untuk mengurangi resapan hawa dingin
yang menggigit tubuhnya. Lalu dengan tenang pemuda itu
melangkah pula meninggalkan tempat tersebut.
Sambil berjalan pikiran Chin Yang Kun masih dipenuhi
dengan bayangan Souw Lian Cu yang cantik itu. Kecantikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menurut pandangan Chin Yang Kun amat agung dan
menumbuhkan perasaan hormat, tapi sekaligus juga perasaan
kasihan yang sangat mendalam. Dan diam-diam.... entah
mengapa pemuda itu merasa amat berbahagia bisa
mengenakan baju buatan gadis itu.
Demikianlah, Chin Yang Kun keluar lagi dari dalam hutan
itu dan melangkah pula kembali di jalan raya. Wajahnya
kelihatan gembira dan berseri-seri. Pertanyaannya dengan
Souw Thian Hai, ayah dari gadis yang dikaguminya, sungguh
saat membahagiakan hatinya. Apalagi di dalam pertemuan
yang amat sangat singkat itu ayah Souw Lian Cu kelihatan
sangat bergembira sekali dan amat menyukai dirinya, sampaisampai baju yang mengandung sejarah itu diberikan pula
kepadanya. "Berhenti !" Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari dalam hutan,
sehingga buyarlah semua lamunan dan khayalan Chin Yang
Kun ! Kemudian dari balik pohon-pohon berloncatan keluar
belasan orang perajurit yang seragamnya sama dengan
seragam para perajurit yang berbaris di jalan itu sore tadi.
Perajurit-perajurit itu segera mengepung Chin Yang Kun
dengan tombak-tombak mereka yang panjang.
"Maaf...... kami adalah perajurit-perajurit kerajaan yang ditugaskan oleh baginda kaisar di daerah ini," salah seorang perajurit yang tampaknya adalah pimpinan mereka melangkah
maju ke depan Chin Yang Kun. Lalu, "Saudara siapa........"
Apakah keperluan saudara sehingga malam-malam begini
masih bepergian juga?"
Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati. Tapi mengingat
yang dihadapinya sekarang adalah para perajurit kerajaan
yang sedang dalam tugas, apabila kalau diingat mungkin
mereka adalah anak buah Liu twakonya sendiri, maka pemuda
itu segera menekan kedongkolan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat akan Liu twakonya Chin Yang Kun lantas teringat
pundi-pundi uangnya pula.
"Hmm....... baiklah! Aku seorang pengembara, namaku.......
Yang Kun. Aku memang tidak mempunyai tujuan yang pasti,
dan aku sudah biasa berjalan........ di malam hari! Tapi selama ini aku tak pernah mendapat kesukaran dengan kebiasaanku
itu. Mengapa sekarang tuan-tuan malah menghentikan aku?"
Pemimpin perajurit itu mengangguk-angguk. "Saudara,
ketahuilah"..! Keadaan dalam negeri akhir-akhir ini sedang gawat. Benar-benar gawat ! Kelompok-kelompok perusuh kini
sedang dipersiapkan oleh orang-orang yang ingin
menumbangkan kekuasaan baginda di seluruh negeri.
Untunglah baginda segera dapat mencium gerakan mereka,
sehingga baginda cepat-cepat mengirimkan kami untuk
menumpasnya." "Oh....... itulah sebabnya tuan-tuan sekarang berada di daerah ini?" Chin Yang Kun menegaskan.
"Benar! Dan........ oleh sebab itu pulalah kami semua mencurigai saudara pula. Saudara berjalan sendirian....... di tempat sunyi .....malam-malam begini". dan di daerah yang
rawan pula! Maka kami terpaksa harus memeriksa saudara.
Sekarang marilah kita menghadap kepada Kim Cian-bu
(Kapten Kim) ! Biarlah komandan kami itu yang memeriksa
saudara kami......." perajurit itu memberi keterangan dengan suara halus namun sangat tegas.
Untuk sesaat perasaan Chin Yang Kun bergolak. Ada
terselip perasaan tersinggung dan terhina mendapatkan
perintah seperti itu. Dia yang cucu Kaisar Chin Si, yang
sesungguhnya berhak atas negeri ini, sekarang justru malah dicurigai sebagai perusuh dan ditangkap oleh anak buah
musuhnya, yaitu Kaisar Han ! Sungguh penasaran !
Chin Yang Kun perlahan-lahan mengangkat tangannya.
Terdengar suara berkerotok di dalam tubuhnya, seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua tulang-tulangnya saling beradu satu sama lain. Kulitnya yang putih itu tiba-tiba berubah mengkilat kekuning-kuningan, sementara hawa yang luar biasa dingin terasa menghembus
keluar dalam tubuhnya. Tentu saja para perajurit itu menjadi kaget sekali. Mereka segera menyadari bahaya yang sedang mengancam jiwa
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka. Tapi pancaran udara dingin itu telah mencengkeram
seluruh urat-urat tubuh mereka sehingga darah mereka seolah membeku dan tak bisa bergerak sama sekali. Jangankan untuk bergerak menyelamatkan diri, untuk berteriakpun lidah
mereka rasanya sudah menjadi kaku sehingga tak mungkin
bisa mengeluarkan suara Iagi ! Maka dengan air muka
ketakutan mereka terpaksa hanya menanti maut yang akan
mencabut nyawa mereka ! Tetapi....... Chin Yang Kun tiba-tiba menghela napas dalam sekali.
Otot-ototnya yang telah menegang itu mengendur kembali.
Dalam saat-saat terakhir ternyata pemuda itu seperti
diingatkan kembali pada keadaan dan kedudukannya
sekarang. Betapa selama ini dengan kesadarannya sendiri ia telah merelakan haknya tersebut, dan ia lebih suka menjadi orang biasa seperti halnya penduduk yang tinggal di dusun
atau di pegunungan. Dan ia telah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia takkan ikut campur lagi dalam urusan pemerintahan.
"Hmmmh! Marilah.......! Jikalau tuan memang ingin
memeriksa saya, sayapun juga tidak berkeberatan," katanya perlahan.
Dan pengaruh hawa dingin itu tiba-tiba juga lenyap seperti tertiup angin lalu, sehingga patung-patung hidup itu dapat bergerak pula seperti semula.
"Ah......eh anu ....... ya ...... ya, marilah !" perajurit yang baru saja terbebas dari serangan udara dingin itu tergagap-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagap kaget. Suaranya terdengar sumbang dan gemetar,
suatu tanda bahwa hatinya masih tercekam oleh kengerian.
Perajurit itu lalu berjalan mendahului, kemudian diikuti Chin Yang Kun dan para perajurit yang lain. Chin Yang Kun
melangkah dengan tenang, sementara para penangkapnya
malah tampak tegang, gelisah dan takut-takut, seolah-olah
mereka sedang mengiringkan seekor singa yang setiap saat
bisa menerkam mereka. Chin Yang Kun dibawa ke sebuah tanah lapang di pinggang
bukit, di mana di tempat tersebut didirikan kemah-kemah
darurat ratusan jumlahnya. Meskipun malam hari dan udara
sangat dingin pula, banyak sekali perajurit-perajurit yang berada di luar kemahnya. Ada yang main kartu dengan
kawan-kawannya, ada pula yang hanya duduk-duduk
mengelilingi perapian sambil mengobrol. Sementara yang
sedang bertugas jaga tampak hilir mudik dengan senjata
selalu siap di tangan. Sikap mereka tampak garang-garang
dan angker-angker seperti layaknya para perajurit yang biasa mengadu jiwa di medan laga.
Sekejap tergetar juga hati Chin Yang Kun melihat bala
tentara sedemikian banyaknya ! Sungguh kekuatan yang sukar dihadapi bilamana terjadi perselisihan nanti. Maka untuk
sesaat pemuda itu menjadi ragu-ragu, jangan-jangan ia nanti justru terjebak seperti ikan di dalam jaring. Tapi sungguh janggal dan tidak enak hatinya bila secara tiba-tiba dia lalu membatalkan niatnya untuk pergi memasuki kemah tersebut.
Apa kata para perajurit yang membawanya itu nanti kalau ia sungguh-sungguh berbuat demikian" Mereka tentu akan
mencap dirinya sebagai pengecut! Dan ini benar-benar tidak diingininya.
"Ah, peduli amat! Kalau toh mereka ingin membunuhku
juga..... hmm, kurasa juga bukan hal yang mudah bagi
mereka. Paling tidak mereka juga akan kehilangan sepertiga atau separuh dari kekuatan mereka !" geramnya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan keputusan ini membuatnya tenang kembali. Dengan
langkah tegap ia mengikuti orang-orang yang membawanya.
Sebaliknya para perajurit itu menghela napas lega. Setelah berada kembali di antara kawan-kawannya yang banyak, para
perajurit itu seperti terbebas dari bencana yang selalu
mengincarnya. Di depan pintu gerbang perkemahan mereka dihentikan
oleh empat orang penjaga.
"A Kuang! Apa yang terjadi" Siapakah pemuda yang kau
bawa ini ?" salah seorang penjaga yang berjanggut lebat
segera maju ke depan menyongsong iring-iringan itu.
"Kami........ kami akan menghadap Kim Cian-bu. Kami
menangkap....... eh, anu........kami membawa seorang yang
sangat mencuriga........eh, maksudku seseorang yang patut
kita curigai." perajurit yang membawa Chin Yang Kun yang dipanggil dengan nama A Kuang itu melapor. Suaranya
gemetar sambil beberapa kali matanya memberi isyarat
kepada penjaga itu. Isyarat yang maksudnya memberitahukan
bahwa orang yang dibawanya itu mempunyai kepandaian
yang menggiriskan hati. Tapi penjaga itu sedikitpun tidak bisa menangkap isyarat
tersebut. Penjaga itu justru merasa terheran-heran melihat sikap kawannya yang amat aneh tersebut.
"Hei " Kau ini ada apa" Sakit gigi " Kalau begitu lekas kaubawa tangkapanmu itu ke hadapan Kim Cian-bu. Kebetulan
beliau juga belum tidur. Baru saja seorang gadis cantik
membuat onar di tepi jalan sana. Gadis itu sempat melukai
beberapa orang kita. Untunglah beberapa orang anggota Shacap-mi-wi kebetulan berada di sini malam ini, sehingga gadis itu dapat kita tangkap pula. Kim Cian-bu sedang memeriksa
gadis itu sekarang."
Berdebar hati Chin Yang Kun mendengar kata-kata penjaga
itu. Entah mengapa bayangan Li Ing tiba-tiba berkelebat di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan matanya. Jangan-jangan gadis itu yang ditangkap oleh para perajurit ini.
"Tuan, marilah kita lekas-Iekas menghadap Kim Cian-bu itu!" desaknya kepada perajurit yang menangkapnya. "Malam telah larut. Padahal aku harus berada di Ko-tien besok pagi...."
"Baik....... baiklah ! Kami memang akan pergi ke sana." A Kuang itu menjawab gagap.
Mereka berjalan diantara kemah-kemah itu. Melewati para
perajurit yang sedang santai menurut kegemaran mereka
sendiri-sendiri, atau melewati pos-pos penjagaan yang penuh dengan perajurit-perajurit yang sedang bertugas. Semuanya
tentu menegur atau menanyakan apa yang telah terjadi
kepada perajurit yang membawa Chin Yang Kun itu.
Setelah melewati beberapa penjagaan barulah kemah Kim
Cian-bu yang besar dan megah itu kelihatan di depan mereka.
Belasan orang perajurit bertombak tampak berdiri berjagajaga mengelilingi tenda tersebut.
"Kami ingin menghadap Kim Cian-bu," A Kuang melapor kepada penjaga yang berdiri di depan pintu. "Kami membawa
seseorang untuk diperiksa."
Penjaga itu mengawasi Chin Yang Kun dengan seksama,
lalu, "Baiklah! Aku akan melapor dulu kedalam. Kalian nantikan saja dulu di sini !"
"Terima kasih !" A Kuang mengangguk lalu mengajak kawan-kawannya duduk di atas tanah di depan pintu tenda
tersebut. Chin Yang Kun tetap saja berdiri sambil melihat kesana
kemari, sikapnya tenang luar biasa, membuat orang-orang
yang menangkapnya semakin kagum dan segan.
"Nah, kalian masuklah.......!" tiba-tiba penjaga pintu tadi telah keluar lagi menemui mereka. "Kebetulan Kim Cian-bu sedang memeriksa seorang pesakitan pula."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang menangkap Chin Yang Kun itu bergegas
bangkit berdiri dan menyatakan terima kasihnya, kemudian
salah seorang diantaranya, yaitu A Kuang mengajak Chin Yang Kun masuk.
Chin Yang Kun melihat seorang lelaki gagah berusia sekitar empat puluhan tahun, duduk dengan garang diatas kursi kayu.
Pakaian perangnya yang indah itu tampak gemerlapan kena
sorot lampu minyak. Di sekitarnya berdiri delapan orang
pengawalnya yang bertubuh tegap-tegap. Sedangkan di depan
lelaki gagah yang tidak lain adalah Kim Cian-bu sendiri itu tampak berdiri seorang gadis cantik yang diikat kaki
tangannya. "Li Ing"..!" teriak Chin Yang Kun begitu mengenal siapa
sebenarnya gadis cantik tersebut.
"Toat-beng jin !" Si gadis menjerit pula. Wajah yang cantik itu mendadak berubah menjadi merah jengah, lalu tertunduk
dengan tiba-tiba. Tanpa mempedulikan para perajurit yang berada di
sekitarnya Chin Yang Kun tiba-tiba melompat ke samping Tiau Li Ing. "Nona, apakah engkau sudah menemui ayahmu?"
tanyanya kepada gadis itu.
Tiau Li Ing menggeleng lemah. Kepalanya tetap tertunduk
dan mukanya semakin bertambah merah. Sedikitpun ia tidak
berani menoleh, apa lagi menatap wajah Chin Yang Kun.
Bagaimanapun juga bebas dan bengalnya watak gadis itu
ternyata ia masih tetap seorang perempuan juga. Perempuan
muda yang sedang tertarik kepada lawan jenisnya. Apa pula
lawan jenisnya itu pernah melihat pula seluruh miliknya yang terahasia, yang tidak sembarang orang boleh melihatnya.
"Hei, nona....... bagaimana kau ini sebenarnya " Ayahmu dengan susah payah telah mencarimu. Jauh-jauh dia datang
ke bukit itu hanya untuk membebaskan puteri kesayangannya.
Tapi kini kau malah lari meninggalkannya. Bagaimanakah kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini" Apakah kau tidak merasa kasihan kepada ayahmu itu?"
Chin Yang Kun mendesak lagi. Tapi yang didesak lagi, semakin merapatkan mulutnya.
Dan sementara itu delapan orang pengawal Kim Cian-bu
telah berloncatan ke depan untuk mengepung Chin Yang Kun
dan Tiau Li Ing. Dengan garang mereka mengacungkan
senjata mereka. "Diam ! Ayoh, beri hormat kepada Kim Cian-bu! Kalian
sekarang ini sedang berada di depan pemimpin dari seluruh
perajurit di perkemahan ini ! Tahu ". " Jangan bersikap
seenakmu sendiri!" salah seorang dari para pengawal itu membentak.
Chin Yang Kun cepat memalingkan mukanya dan menatap
pengawal itu Iekat-lekat. Untuk sesaat mata pemuda itu
tampak berkilat-kilat menyeramkan seperti mata harimau
marah. Tetapi beberapa waktu kemudian mata itu kembali
meredup seperti sedia kala, dan lalu untuk selanjutnya
terdengarlah suara tarikan napasnya yang dalam dan panjang.
Ternyata dalam waktu yang sekejap itu telah terjadi pula
pergolakan di dalam dada Chin Yang Kun, yaitu perasaan
tersinggung dan marah karena dibentak oleh pengawal
tersebut. Tapi seperti yang telah terjadi di tengah jalan tadi, kinipun pemuda itu dapat pula mendinginkan hatinya Iagi.
"Ohh........ maafkanlah aku ! Karena melihat kawanku di tempat ini aku lantas lupa bahwa aku sekarang sedang berada di tempat orang." pemuda itu meminta maaf.
"Hmmmh! Berada di tempat orang katamu" Kurang ajar!
Kau kini memang ditangkap dan dijadikan pesakitan,
tahu.......?" pengawal yang tidak tahu diri itu masih tetap juga mengumbar kemarahannya, sehingga A Kuang yang masih
tetap berdiri di dalam ruangan itu menjadi gemetaran
badannya, takut kalau tawanan yang dibawanya itu menjadi
marah seperti tadi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang. Mendengar bentakan yang menyakitkan hati itu
Chin Yang Kun hampir saja tidak dapat mengendalikan
kemarahannya. Tapi dengan mati-matian pemuda itu dapat
juga menahannya. "Aku tadi telah mengalah, dan ternyata
sikapku itu benar-benar membuahkan keuntungan buatku.
Aku dapat berjumpa dengan Tiau Li Ing. Coba aku tadi terus saja menyikat para perajurit yang menghadang itu, aku tentu tidak akan bisa bertemu dengan gadis itu disini?"nah! Apa
salahnya aku mengalah sekali lagi sekarang?" Chin Yang Kun menimang-nimang di dalam hati.
Demikianlah, pemuda itu tidak melayani bentakan-bentakan
lawannya. Dengan tenang dia menghadap ke arah kursi Kim
Cian-bu dan menjura dengan hormat. "Siauw-te mohon maaf
sebesar-besarnya kepada Kim Cian-bu. Karena tidak
menyangka bertemu teman di tempat ini, maka siauw-te
menjadi lupa diri tadi. Maaf......" katanya halus.
Sebagai seorang perwira tinggi kepandaian Kim Cian-bu
juga tidak rendah. Maka sejak melihat Chin Yang Kun masuk
tadi perwira itu telah menduga bahwa pemuda itu bukan
orang sembarangan. Hal itu dapat ia lihat dari sinar mata Chin Yang Kun yang mencorong dingin menyeramkan itu.
Maka berbeda dengan para pengawalnya yang kasar itu,
Kim Cian-bu dengan cepat dapat menilai suasana dan
keadaan. Dengan bermodalkan pengalaman dan kematangan
berpikirnya sebagai seorang pemimpin, perwira itu segera
dapat mencium sesuatu yang aneh pada diri pemuda yang
baru datang itu. Begitu melihat Chin Yang Kun, Kim Cian-bu segera dapat
menerka dan memastikan bahwa pemuda itu tentulah seorang
pendekar muda yang berilmu tinggi. Dan menurut
pendapatnya kepandaian pemuda itu paling tidak tentu lebih tinggi dari pada kepandaiannya sendiri. Hal itu dapat dilihat dari sorot matanya yang mencorong tajam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cuma yang sangat mengherankan ialah....mengapa
pemuda itu tidak melawan ketika ditangkap oleh perajuritperajurit peronda itu" Apa sebabnya pemuda itu menurut saja ketika dibawa ke tempat itu" Padahal kalau pemuda itu mau
melawan, jangankan cuma perajurit-perajurit peronda itu,
seluruh perajurit yang ada di perkemahan inipun belum tentu bisa menangkapnya.
Kukira hanya ada dua macam alasan mengapa pemuda itu
sengaja membiarkan dirinya ditangkap dan dibawa oleh
perajurit peronda itu ke sini......" Kim Cian-bu berpikir di dalam hati. ".......yaitu dia ingin berhadapan langsung dengan aku.
Suatu hal yang tak mungkin bisa ia peroleh bila ia
melakukannya dengan membuka jalan darah! Dan alasan yang
kedua.....yang sebetulnya bukan alasan, yaitu pemuda ini
memang sungguh-sungguh seorang pengembara biasa yang
secara kebetulan lewat di tempat rawan ini."
Tetapi untuk menjaga segala kemungkinan Kim Cian-bu
yang selalu berhati-hati itu segera memerintahkan seorang
pengawalnya, agar menghubungi wakilnya untuk mensiapsiagakan seluruh perajurit di dalam perkemahan tersebut.
Setelah itu barulah Kim Cian-bu bangkit dari kursinya dan
menghadapi Chin Yang Kun.
"Siapakah engkau sebenarnya" Apakah kedatanganmu ke
tempat ini memang sengaja ingin menjumpai aku" Jawablah!"
perwira itu berkata lantang dan berwibawa. Pertanyaannya
langsung saja ke tujuannya, tanpa harus berputar-putar lebih dahulu. Agaknya perwira itu ingin menyelesaikan urusan
tersebut dengan cepat dan tegas. Kalau memang ingin
berjumpa, apa tujuannya"..tapi kalau tidak"..akan terus
dilepaskan! "Menjumpai Kim Cian-bu?"" Mengapa siauw-te harus
menjumpai Kim Cian-bu" Untuk keperluan apa.....?" Chin Yang Kun bertanya keheranan. "Para perajurit itulah yang mengajak siauw-te kemari....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Cian-bu mengerutkan keningnya. Sikap dan suara Chin
Yang Kun itu tampak wajar dan tak dibuat-buat. Kim Cian-bu dapat merasakan napas kejujuran pada jawaban pemuda itu.
Dan hal itu berarti bahwa pemuda yang dihadapkan
kepadanya itu memang benar-benar seorang pengembara
biasa, yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kelompokkelompok perusuh itu. "Jadi kau memang bukan anggota kelompok perusuh itu ?"
sekali lagi Kim Cian-bu menegaskan.
Wajah Chin Yang Kun tampak sedikit memerah. "Maaf!
Meskipun selama ini siauw-te selalu bersikap kurang baik
terhadap negara, tetapi bayangan untuk menjadi perusuh
sama sekali belum pernah terlintas di dalam otak saya !" Chin Yang Kun menjawab dengan nada yang agak keras.
Kim Cian-bu mengangguk-angguk puas. Dengan wajah
berseri-seri ia kembali duduk di kursinya. Sambil melambaikan tangannya perwira itu berkata, "Aku percaya kata-katamu
......! Kau pergilah!"
"Kim Cian-bu.......!" para pengawal yang sudah gatal
tangan itu memandang wajah komandannya dengan bingung.
"Sudahlah, biarkanlah dia pergi ! Kalian telah salah tangkap kali ini."
Para pengawal itu terpaksa mundur untuk memberi jalan
kepada Chin Yang Kun. Tapi pemuda itu sendiri ternyata tidak beranjak dari tempatnya. Pemuda itu masih tetap berdiri
mengawasi Tiau Li Ing yang berada di dekatnya.
"Nona...........! Marilah kita meninggalkan tempat ini!" ajak pemuda itu kepada Tiau Li Ing.
"Tapi?"" akhirnya bibir yang mungil itu merekah juga.
"Sudahlah! Kim Cian-bu sudah memberikan ijinnya. Ayoh!"
Chin Yang Kun memotong seraya menarik lengan gadis itu.
Untuk sekejap pipi itu semakin tampak memerah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai ! Berhenti........!" para pengawal yang tadi mundur itu tiba-tiba maju kembali.
"Oh, kenapa ....." Bukankah kami telah diijinkan pergi oleh Kim Cian-bu ?" Chin Yang Kun pura- pura bertanya.
"Kau saja yang diijinkan pergi oleh Kim Cian-bu! Gadis ini tidak!"
Chin Yang Kun mengerutkan alisnya, hatinya mulai panas.
Dipandangnya sekali lagi gadis cantik yang diikat kaki
tangannya itu, lalu pandangannya beralih kembali ke tempat di mana Kim Cian-bu duduk.
"Anak muda, silakan kau meninggalkan tempat ini! Tapi gadis itu biarlah tinggal di sini dahulu. Dia adalah tawanan kami, karena dia telah berani membunuh dan melukai
beberapa orang perajuritku," Kim Cian-bu berkata tegas.
"Kalianlah yang muIai lebih dahulu! Perajurit-perajuritmu
yang menghadang perjalananku! Lalu perajurit-perajuritmu
hendak kurang ajar kepadaku! Nah, mengapa aku tak boleh
menghajar mereka" Masakan aku sebagai wanita harus diam
saja diperlakukan begitu?" tiba-tiba wajah Tiau Li ing yang tertunduk itu terangkat ke atas dengan berangnya. Rasa
dongkol dan penasaran akibat perlakuan para perajurit di
dalam perkelahian itu membuat gadis tersebut untuk sesaat
melupakan kecanggungannya.
Kim Cian-bu meremas tangkai kursi yang didudukinya.
"Tapi kau pun juga terlalu kasar dan kejam terhadap mereka
!" geramnya. "Mereka itu hanya perajurit-perajurit yang sedang menjalankan tugasnya. Kau seharusnya tahu itu!"
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya....... tapi sebagai seorang perajurit merekapun juga harus tahu tata cara dan kesopanan, bukan " Mereka adalah
perajurit-perajurit negara, bukannya anggauta perampok yang sedang membekuk korbannya!" Tiau Li Ing berteriak
menjawab, sedikitpun tidak mau mengalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diaaam !" pengawal Kim Cian-bu yang berangasan tadi
membentak seraya meloncat ke depan, lalu diikuti oleh
kawan-kawannya pula. "Perempuan tak tahu diri ! Kau berani bersikap kasar di depan Kim Cian-bu?"
"Mengapa aku tidak berani " Mau menantang berkelahi"
Ayoh, lepaskan ikatan ini.....kemudian kita bertempur sepuas-puasnya!" tantang gadis itu dengan lantangnya.
"Nona....... " Chin Yang Kun menyentuh lengan Tiau Li Ing.
Tapi gadis pemberang itu sudah tidak bisa dilunakkan lagi
hatinya. Dengan mata melotot gadis itu meludah ke arah
pengawal tersebut. "Pengecut! Ayoh! Berani tidak " Aha". tidak berani, bukan"
Kalian tentu takut, karena kalian tahu bahwa aku mampu
membunuh kalian semua dalam waktu singkat !"
"Bangsat kuntilanak......!" kedelapan orang pengawal Kim
Cian-bu itu berteriak marah. Tanpa meminta ijin lagi kepada Kim Cian-bu mereka menyerang Tiau Li Ing.
''Kurang ajar........!" Chin Yang Kun terpaksa tidak bisa berdiam diri. Dengan tangkas tangan kanannya menyambar
pinggang gadis itu, lalu meloncat menghindar. Tangan kirinya yang bebas tampak menyapu ke arah lawan-lawannya,
sehingga dua di antara pengawal itu terbanting tungganglanggang di atas tanah. "Nona kita harus lekas-lekas keluar dari tempat ini!"
bisiknya kepada Tiau Li Ing.
"Tapi........ lepaskan dulu ikatanku ini !"
"Tak ada kesempatan lagi ! Maaf, aku terpaksa
menggendongmu"."
Sambil berkata Chin Yang Kun melejit ke pintu, lalu
menerobos keluar. Kim Cian-bu dan para pengawalnya segera
berbondong-bondong mengejar di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awaaaas........! Tawanan lolos ! Tangkaaap!" beramai-ramai mereka berteriak.
Chin Yang Kun mengumpat tiada habisnya. Di luar kemah
telah berbaris rapi para perajurit dalam kesiap-siagaan penuh.
Mereka berdiri berbaris bersap-sap mengepung tempat
tersebut. "Kurang ajar......! Nona Tiau, kita terpaksa harus membuka jalan darah untuk dapat keluar dari tempat ini," Chin Yang Kun berkata seraya meletakkan tubuh Tiau Li Ing di atas
pundaknya agar ia dapat lebih leluasa bergerak nanti.
"Bersiap-siaplah! Bertahanlah sebisamu.....!"
"Kau menyerahlah! Tidak ada gunanya kau melawan ribuan
orang perajurit pilihan seperti ini," Kim Cian-bu berseru dari depan pintu kemahnya. Belasan perajurit berperisai kelihatan menjaga ketat di sekelilingnya.
"Maaf, Kim Cian-bu...... lebih baik Iepaskanlah saja kami berdua! Gadis ini memang telah bersalah terhadap Kim Cianbu, tapi dia bukanlah anggota kaum perusuh itu ! Hanya saja untuk membuktikannya dia tak bisa........." Chin Yang Kun
masih juga berusaha mengelakkan pertumpahan darah.
Tapi Kim Cian-bu yang sudah terlanjur tersinggung dan
marah karena merasa dipermainkan oleh Yang Kun itu
membentak marah. "Diam! Aku telah berbaik hati
melepaskanmu! Tapi apa yang kaulakukan sekarang"
Melarikan tawanan penting di depan hidungku! Apa yang lebih gila dari perbuatanmu itu" Kurang ajar! Aku takkan
melepasmu untuk yang kedua kalinya?"hmm, perajurit!
Tangkap dia!!!" Tanpa menanti perintah yang kedua kalinya pasukan
perajurit yang mengepung tempat itu segera menerjang ke
depan dengan gegap gempita. "Serbuuu?".!" Teriak mereka.
Kilatan sinar pedang, golok dan ujung tombak tampak
berkelebatan di udara. Untuk beberapa saat warna mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang putih mengkilat itu kelihatan gemerlapan ditimpa sinar obor yang menyala. Tapi beberapa waktu kemudian kilatan-kilatan senjata tersebut lalu pudar dan lenyap tertutup
kepulan debu yang bergulung-gulung memenuhi arena
pertempuran itu. Dan untuk selanjutnya hanya terdengar
suara dentangnya yang hiruk-pikuk bercampur dengan suara
umpatan dan teriakan pemegangnya yang hingar bingar.
Demikianlah untuk yang kedua kalinya dalam sehari itu
Chin Yang Kun dikeroyok dan dikepung oleh ribuan orang
bersenjata. Kesemuanya hanya karena gara-gara gadis bengal yang kini berada di atas pundaknya itu. Hanya bedanya pagi tadi ia bertempur sendirian, melawan para perusuh yang
memang wajib dimusnahkan. Sementara sekarang ia harus
menggendong Tiau Li Ing, melawan tentara pemerintah yang
seharusnya ia hindari. Sesungguhnyalah, pertempuran kali ini memang sungguh
berat bagi Chin Yang Kun. Selain harus menanggung beban
Tiau Li Ing yang berat, ia diharuskan juga berkelahi melawan pasukan pemerintah yang sebenarnya tidak ia inginkan. Oleh karena itu perlawanannya kali ini menjadi canggung dan ragu-ragu! Seringkali serangannya yang dahsyat dan berbahaya itu ia tarik kembali.
Padahal para perajurit itu menyerangnya dengan sungguhsungguh. Oleh karena itu tidaklah heran kalau beberapa saat kemudian pemuda itu menjadi repot dan terdesak hebat.
Otomatis Tiau Li Ing menjadi ketakutan dan menjerit-jerit.
Apalagi ketika gadis itu melihat dua-tiga senjata lawan mulai menggores kulit dan daging Chin Yang Kun !
"Toat-beng-jin........! Lepaskanlah saja aku! Biarlah aku yang dicincang oleh mereka!" gadis itu berteriak-teriak di atas pundaknya.
"Manusia Penyabut Nyawa(Toat-beng-jin)" Mentereng
benar sebutanmu, hehehe........" Pengawal Kim Cian-bu yang berangasan itu mendengus hina begitu mendengar nama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebutan Chin Yang Kun tersebut. "Nyawa binatang apa saja yang pernah menjadi korban cabutanmu......." Hohoho.......?"
Chin Yang Kun memang bukanlah Toat-beng-jin, karena
sebutan tersebut tercipta akibat kesalah-sangkaan belaka.
Meskipun demikian mendengar olok-olok tersebut tak urung
Chin Yang Kun menjadi marah juga. Dan kemarahan itu
semakin cepat menggelegak akibat jeritan-jeritan Tiau Li Ing dan goresan-goresan luka yang dideritanya!
"Bangsat! Kau ingin melihat aku mencabut nyawa seekor
monyet" Nah, kaubukalah matamu lebar-lebar! Aku akan
melakukannya sekarang?"" pemuda itu berteriak lantang
mengagetkan para pengepungnya.
Dan tiba-tiba saja tubuh pemuda itu melesat tinggi-tinggi
ke atas melewati kepala para perajurit yang mengepungnya
seraya meninggalkan hembusan udara dingin yang luar biasa
hebatnya. Udara dingin yang dihembuskan oleh pengaruh
tenaga sakti Liong-cu-I-kang. Begitu dahsyatnya hembusan
hawa dingin tersebut sehingga untuk sekejap darah mereka
bagaikan membeku, sehingga untuk sekejap pula gerakan
mereka menjadi terhenti dengan mendadak. Akibatnya seluruh gerakan mereka menjadi kacau dan tidak tentu arahnya,
terayun kesana kemari mengenai kawan sendiri.
Di dalam suasana yang demikian itulah tiba-tiba Chin Yang
Kun menunjukkan giginya! Sambil mengeluarkan suara desis mengerikan dari
mulutnya pemuda itu menukik dengan dahsyatnya ke arah
pengawal yang lancang mulut itu. Jarak diantara mereka ada tiga atau empat tombak jauhnya, meskipun begitu tidak ada
setengah detik tubuh Chin Yang Kun telah berada di depan
pengawal tersebut. Dan sebelum kaki pemuda itu mendarat di atas tanah, lengannya lebih dulu memanjang beberapa jengkal panjangnya, sehingga bersamaan dengan jatuhnya kaki di
atas tanah pemuda itu telah berhasil mencekik leher si
pengawal! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kejadian yang diceritakan dengan panjang lebar itu
berlangsung hanya sekejap atau sedetik saja! Oleh karena itu tidaklah heran jikalau setiap perajurit hampir tidak mengerti apa yang telah terjadi dengan lawan mereka itu! Tahu-tahu
mereka melihat pengawal Kim Cian-bu itu telah dicekik
lehernya dan kini sedang menjerit-jerit ketakutan!
"Tolong?"! Tolong! Jangan bunuh aku! Ampunilah aku!"
pengawal itu melengking-lengking seperti babi mau
disembelih. Chin Yang Kun berdiri gagah dengan kaki terpentang lebar.
Tangan kanannya tetap tidak mau melepaskan leher
lawannya, sementara dengan buas matanya menatap para
perajurit yang telah mengepungnya kembali.
"Kim-coa-ih-hoat!" Tiau Li Ing berbisik kagum di atas
pundaknya. "Bagaimana" Apakah engkau masih ingin melihat aku
mencabut nyawa seekor monyet?" Chin Yang Kun menggeram
dengan suara berat. Matanya mencorong mengawasi
korbannya. "Tidak! Tidak! Jangan bunuh aku?"! Jangan bunuh aku!"
pengawal itu meratap-ratap.
Chin Yang Kun tersenyum menghina sambil mendenguskan
angin melalui lobang hidungnya.
"Nah, sekarang kau tentu baru percaya kalau aku bisa
mencabut nyawamu, bukan" Lihatlah! Padahal kau berada di
tengah-tengah ribuan kawanmu?"" Chin Yang Kun berkata
sambil menunjuk ke sekelilingnya.
"Ya..... ya, aku percaya......" pengawal itu menganggukangguk dengan wajah pucat.
"Jangankan cuma engkau, kalau aku mau .... Kim Cian-bu itupun dapat aku bunuh dengan mudah!" Chin Yang Kun
mengancam lagi. Matanya berkilat ke arah Kim Cian-bu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dalam penjagaan yang ketat tidak jauh dari tempat
tersebut. Sungguh mengherankan sekali ! Ribuan orang perajurit
yang sudah terbiasa melihat keanehan- keanehan dan kadangkala malah kengerian-kengerian di medan laga itu, kini seperti terhenyak semuanya melihat apa yang telah dilakukan Chin
Yang Kun. Untuk beberapa waktu lamanya mereka cuma diam
saja di tempatnya, mengawasi seorang pemuda yang menurut
pandangan mereka mempunyai kesaktian seperti malaikat itu.
Sampai-sampai seorang perwira berpengalaman seperti Kim
Cian-bu itupun dibuat tergetar hatinya dan ikut-ikutan ngeri menyaksikan kemampuan Chin Yang Kun! Padahal sebagai
seorang perwira yang sudah puluhan tahun bergelut dengan
maut di medan perang, Kim Cian-bu telah sering pula melihat kesaktian-kesaktian yang dahsyat seperti itu.
Tetapi entah mengapa, apa yang dilakukan oleh Chin Yang
Kun itu memang mempunyai perbawa dan pengaruh yang
amat hebat! Meskipun akhirnya perbawa tersebut juga tidak
dapat bertahan lama pula.
Setelah kekaguman mereka mereda, mereka pun lantas
menyadari pula keadaan diri mereka yang aneh itu. Bagaikan orang yang baru saja bangun dari tidurnya mereka gelagapan sambil memaki-maki !
"Keparat! Mengapa kita diam saja menyaksikan kawan kita dalam bahaya ?"
"Ayoh......! Tangkap orang berbahaya itu !"
"Masakan dia bisa melawan kita semua" Serbuuuuu.....!"
Bagaikan luapan air bah perajurit-perajurit itu menyerang
Chin Yang Kun! Derap suara langkah mereka berdebam
bergemuruh mengepulkan debu tinggi ke udara, membuat hati
Tiau Li Ing yang biasanya garang dan ganas itu menjadi ciut ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toat-beng-jin....... apa ...... eh, bagaimana ini " A-apa yang harus kita lakukan?"
"Hmh, tenang sajalah .....! Paling juga kita mati. Apa yang mesti ditakutkan lagi" Bukankah kau juga tidak takut mati?"
Chin Yang Kun menjawab sambil mengerahkan seluruh
kekuatan sin-kangnya. siap untuk mengadu jiwa.
"Yaa...... ya ! Tapi.... aku sekarang tidak ingin mati !
Bersamamu aku jadi takut mati ! Aku kepingin hidup terus
kalau ada engkau..."
Dalam keadaan bingung, tegang dan ketakutan, dimana
kemungkinan untuk hidup sudah tidak ada lagi, tanpa terasa gadis itu telah mengeluarkan isi hatinya yang paling dalam.
"Apa" Kau....... bilang apa tadi?" Chin Yang Kun kaget.
"Toat beng jin", oh, aku cinta kepadamu"."
"Hah "!?"!"
Chin Yang Kun terlonjak kaget. Hampir saja Tiau Li Ing
terlempar dari atas pundaknya. Dan bersamaan dengan itu
para perajurit telah datang menyerang mereka. Belasan
batang senjata tajam melayang, menyabet dan menghunjam
ke arah tubuh mereka, terutama tertuju kepada Chin Yang
Kun ! Pemuda itu cepat melemparkan tubuh pengawal yang
hampir mati ia cekik itu ke arah para penyerangnya. lalu
dengan nekad maju menerjang kepungan tersebut.
"Nih, terimalah kawanmu...,,,.!" serunya lantang.
Kemudian selagi para penyerangnya ribut menghindari
tubuh pengawal Kim Cian-bu tersebut, Chin Yang Kun
menerjangnya dengan kekuatan penuh! Badai atau arus angin
dingin yang luar biasa kuatnya terasa menyertai gerakan
pemuda tersebut, menggempur lawan-lawannya bagaikan
angin puting-beliung yang menyapu semua penghalangnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Whuuuuss ! Dhiess! Traaang!"
Beberapa buah senjata tampak terlempar berpatahan
ketika membentur lengan Chin Yang Kun, sementara para
pemegangnya juga tampak terlempar menimpa kawankawannya yang lain. Suasana pertempuran menjadi kacau
balau. Dan kesempatan itu dipergunakan oleh Chin Yang Kun
untuk membobol kepungan yang mendesak dirinya itu. Sambil
berloncatan di udara, kadang-kadang di atas pundak atau
kepala lawannya. Pemuda itu berusaha keluar dari kepungan.
Berkali-kali kakinya menjejak, menendang, menangkis dan
menyapu senjata lawan yang bercuatan ke arah dirinya. Dan
apabila ia tidak mempunyai kesempatan lagi karena gencarnya serangan lawan, maka pemuda itu segera menggempur
mereka dengan kekuatan Liong-cu-I-kangnya yang maha
dahsyat! Korban mulai berjatuhan. Sejak semula Chin Yang Kun
memang tidak ingin bentrok, apalagi sampai membunuh
perajurit-perajurit itu, tapi karena ia sendiri mulai terdesak sehingga jiwanya sendiri dalam keadaan bahaya maka tidak
boleh tidak pemuda itu terpaksa juga membunuh lawanlawannya. Meskipun begitu pemuda itu juga tidak asal bunuh seperti ketika melawan kelompok perusuh di puncak bukit pagi tadi. Pemuda itu baru membunuh bila sudah tidak ada jalan
lain lagi buat memecahkan kepungan lawannya. Bagaimana
pun juga pemuda itu masih ingat kepada Liu twa-konya.
Tapi yang dihadapi Chin Yang Kun kali ini bukanlah
gerombolan perusuh yang hanya mengandalkan kekuatan
jasmani dan lahiriah saja. Yang dihadapi pemuda itu sekarang adalah sepasukan perajurit yang berpengalaman dan terlatih baik dalam setiap pertempuran. Oleh sebab itu ketika
beberapa orang perwiranya mulai memberi aba-aba dan
mengatur kelompok masing-masing, maka gerakan Chin Yang
Kun mulai terasa sulit untuk membobol kepungan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap kali pemuda itu selalu membentur tembok pertahanan
yang terdiri dari sekelompok pasukan yang luar biasa kuatnya.
Memang, korban dari pihak perajurit itu juga semakin
bertambah banyak pula, tapi kekuatan manusia toh ada
batasnya juga. "Ah, tampaknya aku akan kehabisan napas lagi di tempat
ini! Kurang ajar?"!" pemuda itu menggeram dengan
penasaran. "Toat-beng-jin?"bagaimana ini" Apakah lebih baik kita
menyerah saja?" Tiau Li Ing patah semangat.
"Tidak! Kita tidak boleh putus asa! Kita harus berusaha sekuat tenaga! Biarlah nasib yang menentukannya nanti........
Kau berpeganglah yang lebih kuat, aku akan menerjang
mereka sekali lagi !"
Chin Yang Kun lalu mengumpulkan seluruh kekuatan Liongcu-i-kangnya, kemudian menyalurkannya ke lengannya. Lantas dengan kedahsyatan seekor gajah ia menerjang ke arah
kepungan! Breeesss........! Kepungan tersebut jebol ! Sepuluh atau limabelas orang perajurit yang menahannya terlempar
jatuh tunggang langgang! Mati!
Tapi dengan cepat pasukan yang berada di belakangnya
maju ke depan menggantikannya. Dan kepungan tersebut
telah terkatup kembali! Dengan marah Chin Yang Kun mengerahkan tenaga
saktinya lagi. Tapi sebelum dia menerjang ke depan, tiba-tiba terdengar suara terompet mengalun panjang. Dan?"sungguh
aneh! Pasukan yang mengepungnya itu segera mundur
dengan tertib. Mereka mundur sambil membawa kawankawan mereka yang mati atau terluka. Tampak para perajurit itu mundur dengan wajah kecewa dan penasaran!
Kemudian pasukan pengepung itu menyibak, dan dari
belakang kepungan muncul enam orang lelaki gagah diiringi
Kim Cian-bu. Mereka melangkah perlahan-lahan mendekati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Chin Yang Kun. Wajah mereka tidak kelihatan karena tertutup bayangan topi mereka yang lebar.
"Saudara Yang......" tiba-tiba enam lelaki itu menyapa Chin Yang Kun.
"Heh " Saudara siapa?" Chin Yang Kun terkejut.
"Kelihatannya saudara Yang telah lupa kepada kami. Hmm, kami adalah para pengawal rahasia yang tergabung dalam
Sha-cap-mi wi. Dan kami pernah bertemu dengan saudara di
kota Tie-kwan?""
"Oh, kalian......." Chin Yang Kun tersenyum. "Maaf, aku benar-benar sudah pikun sehingga lupa kepada tuan-tuan
semua. Akh, bagaimana khabarnya Liu twa-ko" Apakah tuan
semua ikut menyertai dia pula" Kulihat Liu twa-ko di dekat kota Poh-yang tadi pagi".."
"Ah?"eh, tidak?"! Tidak?"! Kami tidak
menyertai?"menyertai"..menyertai tuan Liu," anggota Shacap-mi-wi itu menjawab dengan gugup.
Seperti telah diceritakan di bagian muka, pertemuan antara Chin Yang Kun dan Kaisar Han yang menyamar sebagai
seorang perwira she Liu, membuat keduanya saling cocok satu sama lain. Chin Yang Kun sama sekali tidak tahu bahwa Liu
twakonya yang baik hati itu adalah Kaisar Han sendiri, musuh dari keluarganya. Dan Kaisar Han yang amat menyukai Chin
Yang Kun juga tidak ingin dikenal oleh pemuda itu. Kepada
semua orang yang pada waktu itu juga mengetahui
persoalannya, Kaisar Han berpesan agar ikut pula membantu
merahasiakannya. Dan di antara orang-orang yang menerima pesan baginda
itu termasuk pula enam orang anggota Sha-cap-mi-wi ini.
Maka tidaklah heran kalau mereka menjadi gugup ketika Chin Yang Kun bertanya tentang Kaisar Han tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Tiau Li Ing, yang berada di atas pundak Chin Yang Kun, tampak menggeretakkan giginya ketika melihat
kedatangan enam orang anggota Sha-cap-mi-wi itu. Tetapi
melihat orang-orang yang pernah meringkusnya itu sudah
kenal dengan Chin Yang Kun maka ia tidak jadi memaki
mereka. Disimpannya saja kemarahannya itu di dalam hati.
"Saudara Yang, maafkanlah kami datang terlambat
menemuimu, sehingga perajurit-perajurit Kim Cian-bu ini
terlanjur mengeroyokmu"..bukankah begitu, Kim Cian-bu?"
"Benar ! Benar"..! maafkanlah anak buahku tadi, saudara
Yang. Aku benar-benar tidak tahu kalau kau adalah saudara
angkat"..eh, saudara angkat Liu Ciang-kun!" Kim Cian-bu
menjura pula dihadapan Chin Yang Kun dengan hormatnya.
"Jadi"..jadi kalian ini benar-benar anak
buah?"eh"..kawan dari Liu-twako" Ahh, kalau begitu aku
sungguh berdosa sekali telah berani melukai dan membunuh
para perajurit tadi," Chin Yang Kun berkata dengan penuh
penyesalan. "Ah, saudara Yang tidak perlu menyesali diri. Kamilah yang kurang teliti dan hati-hati sehingga keadaan menjadi begini.
Biarlah musibah ini menjadi contoh dan peringatan bagi kami,"
Kim Cian-bu cepat-cepat menukas kata-kata Chin Yang Kun.
Tapi Chin Yang Kun tetap merasa tidak enak hati.
Perubahan sikap yang mendadak ini tentu disebabkan oleh
karena pengaruh nama Liu twakonya itu. Para anggota Shacap-mi-wi yang mengenali wajahnya itu tentu memberi tahu
Kim Cian-bu siapa sebenarnya dirinya.
"Bukan! Bukan! Kim Cian-bu tidak bersalah?"apa yang
telah dilakukan oleh Kim Cian-bu tadi sudah benar. Semua
orang tentu akan bertindak begitu pula bila menjadi Kim Cianbu tadi"..akulah yang bersalah! Dan aku akan
mempertanggungjawabkannya nanti di hadapan Liu Twako.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terima kasih atas kelonggaran dan kemurahan hati Kim Cianbu dan saudara-saudara sekalian malam ini".."
"Eh, saudara Yang mau kemana" Apakah tidak bermalam
saja disini malam ini?" salah seorang dari anggota Sha-cap-mi-wi itu cepat-cepat menahan Chin Yang Kun yang akan segera
meninggalkan tempat itu. "Terima kasih! Lain kali saja. Saya masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Besok aku sudah harus berada di Ko-tien, dan selanjutnya pergi lagi ke Sin-yang?""
"Ah?"!" anggota Sha-cap-mi-wi itu berdesah lalu menoleh
ke arah Kim Cian-bu. Matanya berkedip memberi isyarat agar Kim Cian-bu dapat menyediakan kuda tunggangan buat adik
angkat Kaisar Han itu. "Eh".ah, kalau begitu biarlah perajuritku menyediakan
kuda untuk saudara Yang," Kim Cian-bu cepat mengangguk.
"Ah, tak usahlah".."
Tapi Kim Cian-bu tetap bertepuk tangan memanggil
petugasnya dan sekejap saja seorang perajurit telah datang menuntun kuda. Seekor kuda yang tegar dan gagah, lengkap
dengan pelana dan perhiasannya. Bulunya yang hitam legam
itu tampak mengkilat kebiru-biruan dalam cahaya obor.
"Kuda ini adalah kuda pilihan. Namanya Cahaya Biru. Aku
memperolehnya lima tahun yang lalu, ketika aku ditugaskan
baginda memadamkan kerusuhan di daerah selatan. Kumohon
agar engkau merawatnya baik-baik, sebab dia adalah kuda
yang hebat dan tahu membalas budi kepada tuannya.
Nah.....silahkanlah, saudara Yang," Kim Cian-bu lekas-lekas memberikan kuda itu kepada Chin Yang Kun tanpa memberi
kesempatan sedikitpun pada pemuda itu untuk berbicara atau menyatakan pendapatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah itu Kim Cian-bu segera berdiri di pinggir dan
memerintahkan seluruh perajuritnya agar menyibak dan
memberi jalan kepada Chin Yang Kun.
"Selamat jalan, saudara Yang.....! berhati-hatilah di jalan!
Daerah ini menjadi sangat berbahaya dengan adanya para
perusuh itu......" enam orang anggota Sha-cap-mi-wi itu
menjura. Chin Yang Kun tidak bisa menolak lagi. Ia telah dipojokkan sedemikian rupa sehingga tiada jalan lain selain menerima
pemberian tersebut. "Baiklah! Terima kasih atas pemberian yang amat berharga
Medali Wasiat 1 Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D Hati Budha Tangan Berbisa 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama