Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 21

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 21


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kukembalikan......." akhirnya pemuda itu berkata di dalam hati.
Chin Yang Kun berjalan kembali ke kota Poh-yang. la tetap
berniat untuk mencari kawannya yang hilang itu. Di tengah
jalan banyak orang yang memperhatikan dirinya, sehingga
lama-lama hatinya menjadi risih juga. Maka dari itu ia
mempercepat langkahnya, dengan harapan dapat lekas-lekas
mencapai kota Poh-yang kembali. Dan di sana ia akan segera membeli pakaian yang bagus.
Ketika sampai di sebuah tikungan Chin Yang Kun melihat
beberapa orang petani yang tadi menyangka dia sebagai
gelandangan yang sinting. Mereka berjalan perlahan-lahan
beberapa puluh langkah di depannya. Tiba-tiba Chin Yang Kun ingin menggoda mereka. Tapi niat tersebut segera
diurungkannya ketika dilihatnya salah seorang diantaranya
tidak berjalan seperti biasanya. Orang itu berjalan terpincang-pincang dan dibantu oleh dua orang temannya. Tampaknya
orang itu baru saja mendapatkan kecelakaan.
Tapi oleh karena langkah pemuda itu sudah terlanjur
mendekati mereka, maka pemuda itu terpaksa melanjutkan
langkahnya yang cepat, sehingga beberapa saat kemudian
petani itu telah dilaluinya.
Petani-petani itu menoleh, dan mengawasi Chin Yang Kun.
Dan begitu mereka tahu siapa yang lewat, mereka
menggerundel, "Ah, lagi-lagi si Sinting yang datang. Sungguh menyebalkan dan membuat sial orang saja.....!" salah seorang diantaranya berkata sedikit keras sehingga didengar oleh Chin Yang Kun.
GataI juga telinga Chin Yang Kun mendengarnya. Pemuda
itu berhenti dengan tiba-tiba, kemudian membalikkan
tubuhnya. Matanya yang mencorong bagaikan mata harimau
itu menatap para petani itu.
"Siapakah yang berbicara tadi" Majulah.......!" gertaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata petani yang pincang itulah yang maju. Sambil
menepiskan lengan kedua orang kawan yang membantunya
petani itu bertolak pinggang di depan Chin Yang Kun. Kawan-kawannya berusaha untuk menyabarkannya, tapi si Pincang
itu tetap tak mau mendengarkan nasehat mereka.
"A Yung, sudahlah........ tak perlu dilayani ! Tidak ada gunanya ! Dengarlah, apa kata orang nanti terhadapmu ?"
"Persetan ! Karena berjumpa dengan bocah sinting ini nasib kita menjadi sial. Karena nasib sial yang menempel pada kita itu kita lalu memperoleh nasib yang jelek. Coba kalau kita tidak ketularan nasib siaInya, masakan kita sampai dihajar oleh para penunggang kuda itu ?" Si Pincang itu tetap ngotot mau melayani Chin Yang Kun.
"Tapi......... apa hubungannya bocab ini dengan mereka "
Bukankah kita sendiri yang bersikap kurang sopan terhadap
mereka tadi" Jadi....." salah seorang kawan si Pincang masih tetap berusaha menyadarkannya.
"Diam! Menyingkirlah kalau kau takut ! Ingatlah ! Kesialan itu akan selalu membuntuti kita kalau kita tidak berusaha
menyingkirkan sumbernya.......!" Si Pincang berteriak.
Tetapi teriakan itu tiba-tiba terputus dan berubah menjadi jeritan ketakutan ketika mendadak tubuh yang pincang
tersebut diangkat oleh Chin Yang Kun dan diputar-putar di
atas kepala. Gerakan Chin Yang Kun demikian cepatnya
sehingga tak seorangpun dari para petani itu yang mampu
melihat bagaimana hal itu bisa terjadi. Tahu-tahu pemuda
sinting itu telah berada di depan mereka dan....... Si Pincang telah berputar cepat seperti baling-baling!
Kawau-kawan dari Si Pincang itu mundur ketakutan. Tubuh
mereka gemetar dan tak tahu apa yang harus mereka
kerjakan untuk menolong Si Pincang.
"Lekas katakan! Apakah penunggang kuda yang bertemu
dengan kalian itu membawa seorang pemuda tampan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemanakah mereka sekarang pergi?" Chin Yang Kun
membentak keras sekali, sehingga para petani itu semakin
ketakutan. Saking kaget dan takut, tak seorangpun yang bisa
menjawab malah ! "Lekas katakan ! Atau ........ kalian ingin melihat kawanmu ini kubanting hancur?"
"Ja........ jangan ! Kasihanilah dia!"
"Kalau begitu cepat jawab pertanyaanku tadi !"
''Ba....... baik! Ka...... kami memang bertemu dengan para penunggang kuda itu. Mereka........ mereka kami lihat
memang membawa se........seorang pemuda tampan. Pemuda
itu diikat kedua tangannya......."
"Cepat ! Kemana mereka itu sekarang?" Chin Yang Kun membentak tak sabar.
"Anu....... anu.....mereka pergi ke arah bukit itu !" petani itu berkata seraya menunjuk ke arah bukit di sebelah kiri
mereka, yaitu sebuah bukit kecil yang diselimuti oleh hutan lebat, jauhnya sekitar lima lie dari tempat itu.
"Ah ! Makanya aku tak bisa menemukan mereka, tak
tahunya mereka benar-benar membelok ke arah bukit itu,"
Chin Yang Kun berdesah sambil menurunkan korbannya. Lalu
bergegas meloncat pergi meninggalkan para petani itu.
Sebentar saja bayangannya telah hilang ditelan hutan yang
masih banyak terdapat di sekitar tempat tersebut.
Sepeninggal Chin Yang Kun para petani itu segera tersadar
dari keterkejutan mereka. Bergegas mereka menghampiri Si
Pincang dan menolongnya berdiri.
"Nah, apa kataku......" Sudah kukatakan agar kau tidak terburu nafsu tadi....." petani yang tadi berusaha
menyabarkan hati Si Pincang menegur kawannya yang sial itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yaaa, sungguh tidak kusangka kepandaiannya hebat
bukan main. Agaknya justeru lebih hebat dari pada para
penunggang kuda tadi," yang lain berkata pula.
"Untunglah A Yung tidak dibunuhnya ...." yang lain lagi ikut menyahut. Sementara itu Chin Yang Kun dengan cepat telah
menerobos hutan tipis yang tumbuh di sekitar tempat itu. Dan sebentar kemudian pemuda itu telah tiba di kaki bukit yang tadi dikatakan oleh kawan Si Pincang.
Chin Yang Kun berdiri sejenak di bawah sebuah pohon
besar. Matanya memandang ke puncak bukit yang tertutup
oleh hutan lebat. Puncak itu sebenarnya tidak begitu tinggi, tapi oleh karena dari atas sampai ke bawah bukit tersebut
dipenuhi dengan pohon-pohon besar, maka bukit itu tampak
angker dan menakutkan. Tiba-tiba pemuda itu tersentak dari lamunannya. Lapatlapat telinganya mendengar denting suara senjata beradu.
Menilik suaranya Chin Yang Kun bisa memastikan bahwa suara itu tentu berasal dari sebuah pertempuran yang berlangsung tidak jauh dari tempat itu. Oleh karena itu Chin Yang Kun
cepat-cepat berlari mendekati. Pemuda itu sudah tidak tahan lagi untuk segera mengetahui nasib kawannya yang dibawa
oleh para penunggang kuda itu.
Di sebuah tempat yang lapang di lereng bukit itu Chin Yang Kun melihat belasan orang lelaki bersenjata bertempur dengan seru. Tidak jauh dari arena pertempuran tampak empat buah
kereta sorong yang biasa digunakan untuk mengangkat
barang. Dan diatas salah satu kereta itu tertancap sebuah
bendera besar, lambang dari sebuah perusahaan
pengangkutan barang atau piauw-kiok, yaitu seekor naga
berwarna kuning keemas-emasan di atas dasar kain merah
menyala. "Kim-liong Piauw-kiok........'' Chin Yang Kun berdesah di dalam hati. "Agaknya perusahaan angkutan barang itu sedang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan perampok. Biarlah aku tak usah mencampuri
urusan mereka........ Eh" Siapa itu ?"
Chin Yang Kun mengerutkan dahinya. Setelah mendekati
pertempuran pemuda itu segera mengenal siapa yang sedang
berkelahi. Di antara belasan orang anggota Kim-Iiong Piauw kiok itu Chin Yang Kun segera mengenal empat orang di
antaranya. Mereka adalah murid-murid ketua Kim-liong Piauwkiok sendiri yang dahulu pernah ditolongnya ketika mereka
berselisih dengan anak buah Keh-sim Siauw-hiap.
Sedangkan lima orang lelaki yang bertempur dengan
mereka itu segera dikenal pula oleh Chin Yang Kun. Orang-orang itu tidak lain adalah Siauw Ong-ya dan anak buahnya, yang dahulu juga pernah bertempur dengan Chin Yang Kun di
desa Hok-cung, yaitu ketika Siauw Ong-ya itu bersama ribuan anak buahnya menyerang dan menduduki desa Hok-cung !
"Huh, pangeran palsu itu sekarang berada di sini pula. Apa hubungannya dengan para penunggang kuda itu " Kenapa dia
bertempur dengan rombongan Kim-liong Piauw kiok " Di
manakah pengikutnya yang ribuan jumlahnya itu " Dan........
di mana pula Si Pendekar Gila Souw Thian Hai?" Chin Yang Kun yang segera mengenali orang itu cepat-cepat
menyembunyikan dirinya. Siapa tahu rombongan Siauw Ongya itu berada di sekitar tempat ini juga sekarang.
Dari tempat persembunyiannya pemuda itu dapat
menyaksikan dengan jelas pertempuran mereka. Orang yang
disebut Siauw Ong-ya itu dikeroyok oleh empat orang murid
ketua Kim-liong Piauw-kiok, sementara empat orang anak
buah Siauw Ong-ya tersebut bertempur beramai-ramai
melawan sepuluh atau sebelas orang anggota Kim-liong Piauw kiok. Semuanya bertempur mati-matian dengan
mempergunakan senjata andalan mereka masing-masing,
kecuali orang yang disebut Siauw Ong-ya oleh anak buahnya
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun dikeroyok empat orang, Siauw Ong-ya itu tidak
memegang senjata gendewa andalannya. Gendewa atau
busur panah itu masih tergantung di pinggangnya, lengkap
dengan anak panahnya. Biarpun demikian kedua belah
lengannya yang telanjang ini ternyata tidak kalah
berbahayanya dengan cambuk-cambuk empat orang
pengeroyoknya. Sabetan sisi tangannya ternyata juga sama
tajamnya dengan sabetan cambuk lawannya. Dan yang
semakin membuat lawan-lawannya gemetar ketakutan adalah
kemampuan Siauw Ong-ya itu membakar udara sekeliling
mereka. Kadang-kadang begitu panasnya udara yang keluar
dari tubuh Siauw Ong-ya itu sehingga para pengeroyoknya
merasa seperti sedang berada di dalam tungku yang
mendidih! Dari tempat persembunyiannya Chin Yung Kun segera
dapat menebak apa yang telah terjadi karena pemuda itu juga sudah pernah bertempur dengan Siauw Ong-ya tersebut.
"Tampaknya keempat orang jago muda Kim-liong Piauwkiok itu takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Kepandaian
mereka memang belum bisa disejajarkan dengan kepandaian
Siauw Ong-ya itu........"
Sebaliknya belasan anak buah Kim-liong Piauw-kiok yang
jauh lebih banyak jumlahnya itu ternyata dengan mudah dapat menindih dan menguasai empat orang lawan mereka.
Keempat orang pengikut Siauw ong-ya itu benar-benar tak
berdaya melawan keroyokan orang-orang Kim-liong Piauwkiok, sehingga beberapa saat kemudian mereka telah
sungguh-sungguh berada dalam kesulitan yang hebat.
Keempat orang itu sudah tidak dapat lagi berdiri berdekatan satu sama lain, sehingga otomatis mereka sudah tidak bisa
lagi saling tolong menolong atau membentuk pertahanan
bersama. Kini mereka berempat telah tercerai-berai,
berjauhan dan harus bertempur sendiri-sendiri melawan
beberapa orang musuh mereka. Tentu saja akibatnya sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berat bagi mereka. Satu lawan satu saja belum tentu menang, apalagi harus menghadapi banyak orang.
Ketika salah seorang dari pengikut Siauw Ong-ya itu
terjengkang ke belakang karena kakinya terperosok ke dalam lobang, maka tiga orang pengeroyoknya segera
memanfaatkannya. Tiga bilah pedang secara bersamaan
segera menghunjam ke dalam tubuh pengikut Siauw Ong-ya
yang sial itu. Darah memercik berbareng dengan hilangnya
nyawa orang itu ! Dan kematian orang itu ternyata bagaikan sebuah sumbu
kematian yang telah disulut untuk mengawali kematiankematian lainnya. Secara berurutan ketiga orang kawannya
menyusul pula dengan kematian yang tidak kalah ngerinya.
Mendengar jerit-jerit kematian para pengikutnya siauw
Ong-ya itu segera menyadari kecerobohannya. Tak
seharusnya ia membiarkan pengikutnya yang hanya berjumlah
empat orang itu menghadapi sekian banyak musuh. la lupa
bahwa pengawal setianya, Hong-gi-hiap Souw Thian Hai,
sedang ia suruh pergi ke kota Poh-yang.
Tapi rasa penyesalannya itu telah terlambat, sehingga sisa-sisa pengikutnya yang tinggal empat orang saja itu kini juga telah meninggalkan dirinya. Dan dengan tidak beradanya
Hong-gi hiap Souw Thian Hai di sisinya, berarti ia sekarang menjadi sebatang kara.
"Kurang ajar ! Kalian memang sudah bosan hidup! Lihat senjata........!" Siauw Ong-ya itu berteriak marah.
Ternyata rasa sesal itu mengakibatkan atau menimbulkan
kemarahan yang meluap-luap di hati pangeran tersebut.
Sambil menjerit marah orang itu mencabut busur dan panah
yang terselip di atas pinggangnya. Kemudian dengan
menghentakkan seluruh kekuatannya pangeran yang kini
sudah tak mempunyai pengikut lagi itu menyerbu ke arah
musuh-musuhnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mula-mula empat orang pengeroyoknya itu yang menjadi
korban amukannya. Begitu busur panahnya menyapu ke
depan dengan jurus Melihat Sasaran di Balik Lautan, anakanak panah yang tergenggam di dalam tangan kanannya tibatiba melesat cepat ke arah para pengeroyoknya. Semua itu
dilakukannya dengan sangat cepat dan dengan kekuatan yang
amat dahsyat. Empat orang murid Ketua Kim-liong Piauw-kiok itu masih
berusaha untuk mengelakkan sapuan busur lawannya. Tapi
hawa panas yang bertiup dari tubuh Siauw Ong-ya itu
sungguh amat menyesakkan napas mereka, sehingga sangat
mengganggu juga gerakan mereka. Akibatnya salah seorang
diantaranya terpaksa terlambat menggerakkan badannya,
sehingga busur panah tersebut sempat menghantam remuk
kepalanya. Tapi nasib ketiga orang lainnyapun ternyata juga tidak jauh bedanya dengan kawan mereka itu. Mereka bertiga dengan
susah payah bisa meloloskan diri dari serangan tersebut,
tetapi melesatnya anak-anak panah itu benar-benar di luar
perhitungan mereka. Apalagi kematian saudara seperguruan
mereka masih sangat mencekam kesadaran mereka.
"Crep ! Crep ! Crep !"
"Aduh.......!" "Aaaarrgh !" "Ouwghh.....!" Ketiga orang itu menggeliat kemudian jatuh terkapar di
tanah dengan anak-anak panah yang hampir menembus
tubuh mereka. Beberapa saat mereka masih tampak bergerakgerak meregang nyawa. Tapi sebentar kemudian lalu diam.
Mati. Tapi mata Chin Yang Kun yang amat tajam segera
melihat bahwa salah seorang di antaranya, yang tertancap
anak panah di perutnya, sebenarnya belum mati. Orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpura-pura mati agar tidak dibunuh oleh musuh mereka
yang lihai itu. Siauw Ong-ya itu tertawa dengan sombongnya. Tangannya
bertolak pinggang, matanya melotot, sehingga belasan orang Kim-liong Piauw-kiok yang kini telah kehilangan para pimpinan mereka itu menjadi gemetar ketakutan. Orang-orang yang
sebenarnya telah terbiasa hidup dalam dunia kekerasan itu
kini terpaksa harus menyaksikan kematian para pimpinan Kim-liong Piauw kiok. Hati belasan orang itu menjadi kecut dan takut, karena selama ini mereka selalu mengandalkan kega-gahan dan kehebatan para pimpinan mereka itu. Selama ini
mereka selalu melihat para pimpinan mereka itu tak pernah
dikalahkan orang, sehingga kenyataan yang mereka hadapi
sekarang ini benar-benar sangat meruntuhkan keberanian dan semangat mereka. Delapan orang itu benar-benar telah
menjadi ketakutan sebelum mereka maju bertempur.
Keadaan orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu bukannya
menyentuh hati atau perasaan kasihan dari Siauw Ong ya, tapi sebaliknya justeru semakin membakar kemarahannya. Dengan
ganas dan kejam pangeran yang telah kehilangan seluruh
pengikutnya itu menyerang dan membunuh kesebelas anggota
Kim liong Piauw-kiok yang masih tertinggal itu. Busur dan
anak-anak panahnya berkelebatan kesana kemari mencari
mangsa. Sebentar saja semua musuhnya tidak ada yang
tersiksa. Semuanya mati dengan tubuh yang mengerikan.
Chin Yang Kun meloncat dari tempat persembunyiannya
tanpa terasa. Kekejaman pangeran itu sungguh amat
mengejutkannya. Maksud hatinya untuk tidak mencampuri
urusan mereka menjadi buyar seketika. Kekejaman pangeran
itu ternyata telah membakar hati mudanya.
Munculnya Chin Yang Kun dari dalam hutan itu ternyata
juga membakar hati Siauw Ong-ya pula. Siauw Ong ya itu
mengira bahwa Chin Yang Kun adalah orang Kim liong Piauwkiok pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai! Berhenti......! Jangan lari!" pangeran itu berteriak mengguntur.
Dengan gin-kangnya yang tinggi pangeran itu melesat
mengejar Chin Yang Kun. Tangan kanannya yang


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggenggam anak panah itu tampak terayun keras ke
depan, dan sekejap kemudian tiga batang anak panah
kelihatan melesat dengan derasnya ke tubuh Chin Yang Kun!
Dalam kemarahannya Chin Yang Kun tidak mau
mengelakkan serangan itu. Dengan mengerahkan Liong-cu-ikangnya yang tinggi pemuda itu menangkis dan menghantam
runtuh ketiga anak panah tersebut. Begitu kuatnya pemuda itu mengerahkan tenaga saktinya sehingga anak-anak panah itu
menjadi hancur berpatahan ketika tersentuh jarinya. Dan yang benar-benar amat mengejutkan adalah potongan-potongan
anak panah itu masih mampu menghancurkan batu dan
amblas ke dalam tanah! Tentu saja pangeran itu menjadi kaget sekali! Langkahnya
berhenti dengan tiba-tiba. Wajahnya yang tampan itu menjadi pucat seketika. Apalagi begitu mengenal siapa yang ada di
hadapannya ! "Kau........?" pangeran itu berseru. Suaranya terdengar sedikit gemetar. Sinar kekejaman yang tadi tampak pada air mukanya kini mendadak hilang.
"Ya! Tak kusangka kita bisa bertemu lagi di sini. Hmm, di mana pengawalmu yang lihai itu" Seharusnya kau jangan
terlalu jauh darinya, sebab tanpa dia jiwamu akan lekas
melayang ke akherat........" Chin Yang Kun menyahut dengan kata-kata yang mengandung ancaman.
Pangeran yang garang itu semakin tampak ketakutan.
Berkali-kali matanya melirik kalau-kalau pengawalnya yang
sakti itu telah datang. Tapi ternyata Souw Thian Hai belum juga kelihatan, sehingga pangeran itu tampak semakin
gelisah. Hilang seluruh keberanian dan kegarangannya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kedahsyatan ilmu Chin Yang Kun, yang di waktu yang lalu hampir saja merenggut nyawanya, masih amat membekas
dalam ingatannya. Sementara itu Chin Yang Kun tampaknya dapat membaca
pula semua kegelisahan lawannya itu. Dengan suara dingin
pemuda itu mendengus, "Bersiaplah ! Aku akan mulai".!"
Pangeran itu melangkah mundur. Wajahnya semakin pucat.
"Tahan dulu.......!" serunya gemetar.
"Aha, ada apa lagi?" Chin Yang Kun tetap bersiap-siap untuk mengejar lawannya. "Kau mau mengulur-ulur waktu"
Kau ingin menantikan kedatangan pengawalmu itu " Hmm,
jangan harap ! Aku akan membunuhmu terlebih dahulu. Aku
tidak perduIi kepadanya. Kalau dia datang........ akupun akan membunuhnya juga!"
"Aku........" pangeran itu masih mencoba untuk mengulur waktu.
"Tutup mulutmu ! Lihat serangan........."
Chin Yang Kun bergeser dengan cepat ke depan. Kedua
belah telapak tangannya terayun secara menyilang ke arah
kepala lawan, sementara lutut kanannya menghantam ke arah
dagu ! Ternyata dalam kemarahannya pemuda itu telah
langsung mengeluarkan ilmu silat andalan keluarganya, yaitu Hok-te Ciang-hoat ! Dan gerakannya itu adalah gerakan dari jurus Raja Chin Miu Mematahkan Kim-pai.
Dahulu, sebelum ilmu pemuda itu disempurnakan oleh
nenek buyutnya saja telah mampu menggoyahkan pertahanan
ilmu silat Souw Thian Hai, apalagi sekarang! Jurus Raja Chin Miu Mematahkan Kim-pai itu perbawanya benar-benar hebat
bukan kepalang ! Angin pukulan menyilang yang keluar dari
kedua belah telapak tangan pemuda itu bagaikan tiupan badai berpusing, yang dapat meremukkan segala benda yang
digilasnya! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak bisa tidak pangeran itu terpaksa harus melawan juga.
Bagaimanapun juga dia tak ingin kepalanya dipuntir hancur
oleh serangan lawannya. Oleh karena itu dengan gin-kangnya yang tinggi ia melejit lagi ke belakang, lalu bergeser ke
samping tiga langkah. Busur panahnya yang terbuat dari baja lentur itu tampak berputar di atas kepalanya, lalu dengan tiba-tiba mencokel ke bawah ke arah selangkangan Chin Yang Kun.
Jurus ini disebut Menyibak Air Mendayung Perahu, salah
sebuah jurus kebanggaan Beng Tian yang diturunkan kepada
pangeran itu. Sebenarnya jurus ini harus digunakan dengan senjata
tombak. Tapi karena pangeran itu telah terbiasa dengan
senjata busur, maka Beng Tian sengaja mengubahnya sedikit
agar bisa dipelajari oleh pangeran tersebut. Meskipun begitu oleh karena ilmu silat itu memang bukan ilmu sembarangan,
maka perbawanyapun tetap sama saja dengan aslinya.
"Gila......!" Chin Yang Kun mengumpat ketika serangkum hawa panas menjilat ke arah tubuhnya. Meskipun segera
menghindar pemuda itu merasakan tubuhnya seperti disengat
oleh panasnya api. Melihat kehebatan ilmu silat lawan, Chin Yang Kun tak mau
mengulur-ulur waktu lagi. Pemuda itu tak mau kehilangan
banyak waktu, sehingga pengawal dari pangeran itu keburu
datang mengeroyok dirinya. Maka pemuda itu segera
mengerahkan ilmu pamungkasnya, Kim coa-ih-hoat dan Liongcu-i-kang ! Begitu jurus Menyibak Air Mendayung Perahunya dapat
dielakkan lawannya, pangeran itu cepat menyusulnya dengan
jurus Meraih Bintang Menyodok Bulan. Kali ini adalah jurus yang diwarisinya dari Siang-houw Nio-nio. Tangan kiri
mencengkeram ke arah ubun-ubun, sementara busur panah
yang berada di tangan kanan menusuk ke arah dada !
Chin Yang Kun berputar ke kiri, lalu menjatuhkan kedua
telapak tangannya ke tanah dalam posisi jurus Menatap Lantai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menyembah Raja, jurus ke sebelas dari Hok-te Ciang-hoat.
Kemudian masih dengan posisi berlutut pemuda itu cepat
mengulurkan sepasang lengannya ke muka, ke arah kedua
kaki lawannya. Kini pemuda itu menyerang dengan iImu Kimcoa-ih hoatnya yang dahsyat, sehingga tubuhnya yang
jangkung itu tiba-tiba bagaikan seekor ular sanca menggeliat semakin panjang melebihi ukuran biasa!
Melihat sodokannya ke arah dada dapat dielakkan oleh Chin
Yang Kun, sebenarnya pangeran itu bermaksud memburu
lawannya dengan jurus-jurus berikutnya. Tapi gerakan Chin
Yang Kun ternyata lebih cepat dari yang ia duga. Belum juga ia menyelesaikan jurus Meraih Bintang Menyodok Bulannya,
lawannya sudah lebih dulu memasukkan serangan ke arah dua
kakinya. Terpaksa pangeran muda itu melangkah surut ke belakang
untuk menghindari serangan tersebut. Tapi untuk kesekian
kalinya pangeran itu menjadi pucat wajahnya. Meskipun telah melangkah mundur ternyata serangan itu masih tetap saja
mengejarnya. Tubuh dan lengan lawannya bagaikan seekor
ular berbisa yang terus memanjang tak henti-hentinya !
"Ilmu setan........!" pangeran muda itu menjerit.
Karena bingungnya pangeran muda itu meloncat tinggi ke
atas, kemudian dengan gugup melemparkan semua anak
panah yang dipegangnya ke bawah, ke arah lawan yang
mempunyai ilmu silat mengerikan itu. Karena gugup dan takut maka kekuatan yang ia gunakan untuk melemparkan anak
panah itu menjadi berlipat ganda besarnya.
Terdengar suara mengaung bagaikan ribuan lebah terbang
ketika belasan anak panah itu meluncur ke bawah,
menghujam badan Chin Yang Kun !
Kaget juga Chin Yang Kun melihat kegesitan dan kehebatan
ilmu lawannya. Untuk menangkis atau menepiskan anak-anak
panah itu seperti yang ia lakukan tadi rasanya tidak mungkin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain anak panah itu sangat banyak serta diIemparkan dari atas, kedudukan tubuhnya saat itu tak memungkinkan bagi
dirinya untuk mengerahkan seluruh kekuatan tenaga saktinya
! Apabila ia tetap memaksakannya juga, maka kemungkinan
untuk terluka sungguh sangat banyak.
Oleh karena itu Chin Yang Kun bergegas mengkerutkan
kembali tubuhnya, kemudian cepat-cepat berguling ke arah
kanan. Gerakan ini dilakukan oleh Chin Yang Kun dengan
cepat sekali, lebih cepat dari pada laju anak panah yang
menyerangnya, sehingga tubuhnya lolos dari rejaman anak
panah tersebut. Jilid 29 KEDUANYA lalu berdiri berhadapan kembali. Masing-masing
saling mengagumi kegesitan dan kehebatan ilmu silat
lawannya. Chin Yang Kun benar-benar sangat kagum dan
tidak menduga lawannya yang masih muda itu mempunyai
demikian banyak macam ilmu silat pilihan. Sementara
lawannya, si pangeran itu juga tidak menduga bahwa dirinya ternyata mampu melayani ilmu Chin Yang Kun yang
mengerikan itu. Demikianlah, setelah mendapatkan kembali kepercayaan
dirinya, pangeran muda itu bertempur semakin mantap dan
garang. Dan keadaan ini tentu saja membuat lawannya, Chin
Yang Kun, semakin sukar untuk segera menghentikan
perlawanannya. Tiba-tiba terdengar suara siulan nyaring dari atas puncak
bukit tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Siauw Ong-ya berubah menjadi gembira sekali,
sementara Chin Yang Kun menjadi berdebar-debar hatinya.
"Kaudengar suara itu" Hahaha, pengawalku itu telah
datang.........! Kini kau jangan mengharapkan bisa lolos dari tempat ini !" Siauw Ong-ya itu tertawa senang.
"Persetan! Aku tidak peduli siapapun juga..... Panggillah dia! Ajaklah ia mengeroyokku! Aku tidak takut! Aku akan
membunuh kalian berdua.....!" Chin Yang Kun berteriak marah sekali.
Mendadak Chin Yang Kun melenting tinggi ke atas
melampaui kepala lawannya. Mulutnya yang terkatup rapat itu mengeluarkan suara mendesis bagai ular marah. Kemudian
sebelum kedua buah kakinya meluncur turun, kesepuluh jarijari tangannya mencengkeram ke bawah ke arah punggung
lawan yang tepat berada di bawahnya. Jurus ini adalah jurus ke lima dari Kim coa-lh-hoat yang disebut Membelit Udara
Membentuk Huruf Goat. Sebuah jurus atau gerakan yang amat
indah untuk dilihat, yaitu badan membungkuk di udara dan
kedua tangan dengan jari-jari terbuka menerobos di antara
paha sendiri untuk mencengkeram punggung lawan yang
berada di bawahnya! Siauw Ong-ya yang tak pernah mengendurkan kesiapsiagaannya ini cepat bereaksi. Sambil berputar tubuhnya
membungkuk, lalu kedua telapak tangannya secara berbareng
menyabet ke samping untuk memotong cengkeraman
lawannya. Tangkisan ini ia lakukan karena ia sudah jera untuk mengelakkan lagi serangan-serangan tangan Chin Yang Kun
yang selalu bertambah panjang dan berubah-ubah arah setiap kali dielakkan itu.
Langkah yang diambil oleh Siauw Ong-ya itu sesungguhnya
sudah betul. Dengan seIaIu menahan dan memapaki setiap
pukulan atau serangan Chin Yang Kun itu sudah berarti
mengurangi kedahsyatan Ilmu Kim-coa-ih-hoat yang
mengerikan tersebut. Dan cara yang diambil untuk membentur Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serangan itupun juga sudah benar pula, yaitu tidak langsung beradu dada untuk menentukan kalah menangnya, tapi
dengan cara mematahkan kekuatan lawan dari samping! Hal
ini dilakukan oleh pangeran itu karena menyadari bahwa
Iwee-kangnya masih jauh di bawah Chin Yang Kun.
Tetapi ternyata masih ada beberapa hal yang dilupakan
oleh Siauw Ong-ya itu. Meskipun apa yang dia lakukan itu
sudah betul, tapi dia lupa bahwa selain bisa memanjang dan memendek Kim-coa-ih-hoat itu masih mempunyai satu
keanehan lagi, yaitu sendi-sendi tulang yang bisa bergerak bebas ke mana saja.
Selain itu masih ada satu lagi yang dilupakan atau tidak
diperhitungkan oleh pangeran itu, yaitu hawa beracun yang
keluar dari tubuh Chin Yang Kun.
Maka benturan selanjutnya benar-benar hebat bukan
kepalang! "Plakk! Plukk! Thaas........!"
"Croooot !" "Aauuugh........!"
Tampak tubuh Chin Yang Kun yang jangkung itu
terpelanting ke kanan. Tapi bersamaan dengan itu tubuh
Siauw Ong-ya juga tampak terhempas ke tanah dengan
kerasnya. Untuk beberapa saat tubuh pangeran itu bergulingguling kesana kemari, kedua tangannya menggaruk-garuk
perut seolah-olah perut itu menjadi gatal bukan main. Tapi sekejap kemudian tubuh itu lalu meregang dan .. mati ! Baju di bagian perutnya tampak terbuka dan penuh darah !
Chin Yang Kun berdiri tenang mengawasi mayat lawannya.
Kedua belah tangannya masih berlepotan darah. Darah
pangeran yang malang itu !
Apa sebenarnya yang terjadi " Bagaimana Siauw Ong-ya
yang sakti itu sampai dapat menemui ajalnya seperti itu "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semuanya memang berjalan dengan amat cepat, sehingga
seluruh gerakan mereka hampir-hampir tidak dapat diikuti
oleh mata. Keduanya tadi mengerahkan seluruh tenaga sakti
mereka. Oleh karena itu benturan yang tadipun sungguh
hebat bukan kepalang. Ketika dengan kekuatan penuh kedua lengan Chin Yang
Kun dibentur oleh Siauw Ong ya, tepat pada siku tangan, tiba-tiba tangan pemuda itu menekuk keluar. Suatu hal yang tak
mungkin bisa dilakukan oleh orang lain. Dan lengan yang
tertekuk secara mustahil itu mendadak bertambah panjang
sejengkal jauhnya sehingga dengan mudah dapat mencapai
perut Siauw Ong-ya. Tentu saja hal itu benar-benar tidak diduga oleh pangeran
muda tersebut. Dengan air muka yang tiba-tiba menjadi pucat pangeran itu berusaha menghindar. Tapi karena serangan
tersebut sungguh-sungguh amat sangat mendadak serta
dalam jarak yang begitu pendek, maka usaha pangeran itu
sia-sia saja. Sehingga tanpa ampun lagi jari-jari tangan Chin Yang Kun itu mencengkeram dengan telak ulu hati pangeran
yang malang tersebut. Begitu dahsyatnya kekuatan Liong-cu-ikang yang tersalur pada jari-jari itu sehingga jari-jari tersebut mampu menembus kulit dan menghancurkan isi perut !
Demikianlah, Siauw Ong-ya itu terhempas ke tanah, dan
kematiannya semakin dipercepat oleh hawa beracun yang
keluar menyertai cengkeraman Chin Yang Kun tadi........
Chin Yang Kun itu membersihkan kedua tangannya yang
terkena darah lawannya. Setelah itu dengan tergesa-gesa dia menghampiri jago Kim liong Piauw-kiok yang dilihatnya masih hidup tadi.
Dengan hati-hati Chin Yang Kun memeriksa jago Kim-Liong
Piauw-kiok itu. Dan dugaan pemuda itu memang benar juga,
orang itu memang belum mati. Sambil mengerang orang itu
membuka matanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima....... terima kasih ! Saudara telah....... telah menolong kami......" orang itu berbisik menyatakan rasa terima kasihnya. "Saudara, boleh....... bolehkah aku
mengetahui nama...nama besarmu?"
Sambil memeriksa anak panah yang terhunjam pada perut
orang itu, Chin Yang Kun menjawab, "Tampaknya saudara telah lupa kepadaku.... Tapi tak mengapa. Yang perlu
sekarang adalah mengobati luka ini. Cobalah saudara
bertahan sedikit, aku akan mencabutnya!"
"Saudara....... kau" Kau....... oh, benar....aku ingat sekarang. Saudara benar-benar merupakan malaikat penolong
bagi Kim-liong Piauw-kiok kami. Sudah dua kali ini saudara menyelamatkan kami...... Ohh, bagaimana dengan saudara-saudaraku yang lain?" orang itu berdesah dengan gembira begitu mengenali wajah Chin Yang Kun kembali.
"Maaf, kedatanganku tadi telah terlambat sehingga tak bisa menolong yang lain-lainnya. Tapi...... sudahlah, kau jangan memikirkan yang lain dulu! Sekarang bersiaplah ! Aku akan
mencabut anak panah ini........"
"Ahhh.....!" Dengan mudah Chin Yang Kun mencabut anak panah itu,
lalu membalutnya. "Untuk sementara darah yang keluar telah dapat kita hentikan. Tapi untuk selanjutnya saudara harus
lekas-lekas pergi ke kota untuk berobat. Apakah saudara
sudah kuat untuk berjalan?"
Orang itu mencoba bangkit, tapi rasa sakit membuat dia
mengurungkan niatnya tersebut. "Ah, perutku masih terasa sakit. BiarIah aku berbaring saja dahulu di sini. Sebentar juga dua orang temanku akan kembali ke sini. Mereka sekarang
sedang pergi ke Poh-yang." orang itu berkata. "Eh, apakah saudara hendak cepat-cepat meninggalkan tempat ini?"
"Ya! Temanku diculik orang dan dibawa ke puncak bukit itu." Chin Yang Kun mengiyakan. "Syukurlah kalau saudara Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih mempunyai kawan yang dapat membawa saudara ke
kota". tak enak hatiku sebenarnya untuk meninggalkan
saudara. Tapi urusanku itu juga tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Ehm, masih lama benarkah kedatangan teman saudara itu?"
"Tidak ! Sebentar lagi kukira mereka akan datang. Mereka hanya kusuruh mencari berita di kuil dekat pintu kota
itu........." "Kuil dekat pintu kota " Maksud saudara kuil yang berada di dekat pintu gerbang kota sebelah timur itu?" Chin Yang Kun terkejut. Orang Kim-liong Piauw-kiok itu mengkerutkan
keningnya. "Benar! Mengapa saudara kelihatan sangat kaget mendengar aku menyebutkan tempat itu ?" tanyanya dengan heran pula.
Chin Yang Kun menjadi tegang. "Maaf, bolehkah aku
bertanya..... apakah kepentingan saudara di sana....... eh, maksudku .... kepentingan saudara di kuil itu ?"
Orang itu semakin menjadi bingung atas pertanyaan Chin
Yang Kun tersebut. "Kami mendapatkan pekerjaan dari
seseorang untuk mengirimkan barang ke kuil itu pada hari ini.
Tapi sebelum barang itu kami serah-terimakan kami harus
menghubungi seseorang lebih dahulu di kuil tersebut. Itulah sebabnya kedua kawan kami itu kami kirimkan ke Poh-yang."
katanya memberi keterangan. Lalu lanjutnya. "Mengapa"
Apakah saudara melihat sesuatu yang tidak beres dalam hal
ini?" Chin Yang Kun tidak mempedulikan pertanyaan itu. Dengan


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

air muka tetap tegang pemuda itu mencengkeram tangan
orang yang terluka itu. "Apakah orang yang harus kalian hubungi itu, adalah penunggang-penunggang kuda yang
datang dari jauh ?" "Penunggang-penunggang kuda" Ah, entahlah"..! Tapi
kukira bukan. Sebab yang harus kami hubungi itu cuma
seorang saja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cuma seorang......." Eh, apakah orang itu mengenakan
pakaian serba putih dan rambutnya yang panjang dibiarkan
terjurai di atas punggungnya?" Chin Yang Kun dengan suara keras menyebutkan ciri-ciri Song-bun-kwi Kwa Sun Tek.
"Hei! Ya........ ya....... benar! Apakah saudara
mengenalnya?" orang yang terluka itu bertanya dengan hati yang berdebar-debar.
Tapi jawaban yang dia peroleh sungguh di luar dugaan !
"Ya! Orang itu hamper saja membunuhku dengan ilmunya
yang mengerikan!" "Ahhh!" orang Kim-liong Piauw-kiok itu berdesah. "Sejak
semula kami memang telah bercuriga. Tapi karena orangorang yang memberikan titipan itu berani membayar banyak
maka kami terpaksa menyanggupi juga......"
Keduanya lalu diam. Masing-masing berjalan dengan
pikirannya sendiri-sendiri. Beberapa saat kemudian barulah Chin Yang Kun membuka suara kembali.
"Apakah sebenarnya isi kiriman itu?" Tanya Chin Yang Kun
sambil menoleh ke arah gerobag-gerobag pengangkut barang
itu. "Itulah?"! Selain memperoleh imbalan banyak, kami
mendapat pesan"..tidak boleh membuka kotak-kotak kiriman
tersebut. Maka sungguh menyesal aku juga tidak mengetahui
isinya," orang yang terluka itu menghela napas sedih.
Chin Yang Kun terdiam kembali. Dahinya tampak berkerutmerut. Kemudian perlahan-lahan dia berdiri. "Saudara, bolehkah aku melihatnya?"
Orang itu tampaknya sangat berat untuk menjawab.
Kelihatannya dia masih berpegang teguh pada tugas dan
tanggung jawabnya. Tapi serentak melihat keadaan dirinya
yang payah orang itu menjadi lemas kembali. "Terserah !
biarpun masih hidup, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang. Dimisalkan ada seorang anak kecil yang ingin
membukanya, akupun sudah tidak bisa mencegahnya
juga?"" Chin Yang Kun mengangguk, laIu melangkah mendekati
gerobag-gerobag tersebut. Dengan tenaga saktinya yang
ampuh pemuda itu mencengkeram hancur pinggiran kotak
yang terbuat dari kayu pilihan tersebut, lalu membukanya
dengan paksa. Dan isinya membuat pemuda itu menjadi
tercengang. "Tumpukan senjata !" gumamnya heran.
Pemuda itu cepat membuka kotak kotak yang lain. Tapi
seperti pada kotak yang pertama, isinya juga tumpukantumpukan senjata tajam pula. Ada yang berisi tumpukan
senjata golok, ada pula yang berisi tumpukan senjata pedang.
Semuanya berjumlah lebih dari dua ribu batang.
"Gila! Orang itu benar-benar mau mempersenjatai orang
untuk memberontak......" Chin Yang Kun menggeram di dalam
hati dan tiba-tiba pikirannya melayang ke kotak yang dibawa oleh si Pemuda Tampan itu. "Apakah kotak itu berisi senjata pula?"
"Saudara........" jago Kim liong Piauw-kiok yang terluka itu tiba-tiba memanggil.
Chin Yang Kun tersentak kaget. "Yaa...?" pemuda itu
dengan tergesa-gesa menjawab, "Saudara memanggil
sa....."!" Tapi pemuda itu menghentikan ucapannya dengan cepat.
Mukanya menjadi pucat dan matanya tertegun ketika
mendadak ia melihat seorang laki-laki duduk berjongkok di
samping mayat Siauw Ong-ya. Mayat itu terletak tidak jauh
dari tempat di mana orang Kim-liong Piauw-kiok itu berbaring, dan tempat tersebut hanya sepuluh langkah saja dari tempat ia berdiri. Meskipun demikian ternyata ia tak mendengar sama sekali suara langkah orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa kau?" Chin Yang Kun menggeram.
Orang itu menghela napas panjang, lalu perlahan-lahan
berdiri. Tubuhnya yang tegap dan tinggi perlahan-lahan
berbalik menghadap ke arah Chin Yang Kun. Meskipun
demikian kepalanya tetap tertunduk ketika menjawab Chin
Yang Kun. "Aku terlambat datang.....tapi ini bukan salahku. Dia sendiri yang menyuruh aku pergi ke kota Poh-yang."
"Kau......?" Tiba-tiba Chin Yang Kun berseru kaget. Otomatis kakinya
melangkah mundur setindak ke belakang sehingga
punggungnya menempel pada gerobag, ketika orang itu
mengangkat wajahnya! Chin Yang Kun tidak akan lupa pada
wajah yang amat sangat diingatnya itu ! wajah seorang lelaki yang pada saat-saat pertama telah mendapatkan
kecurigaannya sebagai pembunuh keluarganya !
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai !" pemuda itu menggeram
lagi. Seluruh otot-ototnya menegang, siap untuk bertempur
mati-matian dengan jago pengawal Siauw Ong-ya itu.
Tapi Souw Thian Hai ternyata tidak meladeni sikap Chin
Yang Kun tersebut. Dengan tenang pendekar sakti itu
mengangkat tubuh Siauw Ong-ya, kemudian membawanya ke
pinggir hutan. Dibuatnya sebuah lobang dan dikuburkannya
mayat orang yang selama ini harus dilindunginya itu disana.
Sementara itu dari dalam hutan tampak dua orang lelaki
berlari keluar dengan tergesa-gesa. Dengan wajah kaget dan pucat mereka bergegas menghampiri mayat-mayat anggauta
perkumpulan Kim-liong Piauw-kiok. Melihat semuanya mati
mereka menjadi bingung dan tak tahu apa yang harus mereka
kerjakan. Tiba-tiba mereka memandang kea rah Chin Yang
Kun dengan mata melotot. Mereka mengira bahwa pemuda
itulah yang bertanggung jawab atas kematian mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi anggota Kim-liong Piauw-kiok yang terluka itu segera
memanggil kedua orang itu. "Kiu Pok".! Kiu Jiang"..!
Kemarilah !" "Ohh?" Kedua orang itu terkejut melihat temannya masih
ada yang hidup. Mereka bergegas menghampiri teman mereka
yang terluka itu. "Tuan Hua, kau masih hidup" Apa yang telah terjadi dengan kawan-kawan kita di sini" Siapakah yang
membunuh mereka?" Orang yang terluka, yang dipanggil dengan nama Tuan Hua
itu bangkit dan kemudian duduk dibantu oleh dua orang yang baru datang itu. "Kita dirampok orang"." Ia menjelaskan.
"Sepeninggal kalian rombongan kita telah didatangi lima orang lelaki yang ingin merampas barang bawaan kita. Kita dapat
membunuh empat orang diantara mereka, tapi yang seorang
ternyata lihai bukan main. Satu persatu kawan kita
dibunuhnya, termasuk pula aku. Untunglah malaikat penolong kita datang".."
"Malaikat penolong?" kedua orang itu menegaskan.
"Ya! Kalian ingat kepada malaikat penolong kita yang
dahulu pernah menolong rombongan kita ketika bentrok
dengan para pengemis Tiat-tung Kai-pang itu?" Tuan Hua itu bertanya kepada dua orang temannya tersebut.
"Oh, ya"..ya! tentu saja kami ingat! Jadi pemuda ini?""
kedua orang itu menoleh ke arah Chin Yang Kun dengan
takut-takut. Mereka sekarang teringat kepada cerita temanteman mereka tentang seorang pemuda sakti yang pernah
menolong mereka. "Ya! Tuan penolong kita itu sekarang telah menolong kita
kembali. Perampok yang sangat lihai itu dapat dibunuhnya,"
Tuan Hua mengangguk. "Oh, syukurlah....." kedua orang itu berdesah lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kita belum benar-benar terlepas dari kesulitan ini.
Kalian jangan terburu-buru bergembira dahulu!"
"Hah" Maksudmu......?"
"Lihatlah di pinggir hutan itu!" Tuan Hua berbisik sambil
mengacungkan jari telunjuknya ke arah Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. "Kalian tahu siapa dia.....?"
"Orang yang sedang mengubur mayat itu" Siapakah dia?"
dua orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu memandang ke
arah Souw Thian Hai, kemudian menggeleng-gelengkan
kepalanya. Tuan Hua menghela napas panjang. "Orang itu adalah
teman para perampok itu pula. Dan kalau tak salah tuan
penolong kita tadi menyebut dia sebagai Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai.....!" "Hong-gi-hiap Souw Thian Hai?" dua orang Kim-liong Piauw-kiok ini terpekik kaget. "Benarkah..... benarkah i-itu....."
Tapi"..tapi". tapi.... bukankah pendekar sakti itu terkenal akan kebaikan budinya" Me-mengapa"..?""
"Entalah! Aku sendiri juga belum pernah melihat wajah pendekar yang sangat terkenal itu. Tapi yang terang".. tuan penolong kita itu tentu tidak salah omong. Apa yang dia
katakan tentulah benar." Tuan Hua itu berbisik lagi sambil melirik ke arah Chin Yang Kun yang masih berdiri tegang di dekat gerobag.
Melihat Souw Thian Hai telah selesai menguburkan
mayatnya, Chin Yang Kun perlahan-lahan melangkah maju.
Dihampirinya orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu sebelum ia melayani Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
"Pergilah kalian dari tempat ini ! Bawalah teman kalian yang terluka ini ke kota agar lekas-lekas mendapatkan
pengobatan. Biarlah aku melayani yang seorang ini......."
pemuda itu berkata kepada mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, mana bisa begitu" Apa kata orang nanti kepada Kim-liong Piauw-kiok kami" Masakan kami malah meninggalkan
orang yang sedang berusaha menolong kami" Di mana kami
akan menyembunyikan muka kami nanti" Tidak....! Kami tidak akan meninggalkan saudara!" Tuan Hua menolak anjuran Chin Yang Kun tersebut dengan bersemangat. "...... Selain itu, apakah gunanya kami selamat kalau barang yang dititipkan
kepada kami itu lolos dari tangan kami " Bagaimana
pertanggungan jawab kami terhadap guru kami nanti?"
"Kalian jangan khawatir tentang barang kalian yang berada di dalam gerobag itu. Tak akan ada seorangpun yang mau
mencurinya. Kalian sudah tahu...... apa isinya ?"
Dengan cepat ketiga orang Kim-liong Piauw-kiok itu
menggeleng. "Belum....." jawab mereka serentak.
"Ketahuilah ! Kotak-kotak kalian itu hanya berisi senjatasenjata saja, bukan benda-benda berharga seperti yang kalian bayangkan."
"Benarkah"..?" dua orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu tak percaya. Bergegas mereka berlari ke gerobag untuk
membuktikannya. Tapi yang mereka lihat di dalam setiap kotak itu memang
hanya senjata saja. Biarpun mereka membolak-balik isi kotak itu, isinya tetap senjata. Tak ada yang lain! Oleh karena itu dengan wajah penasaran mereka menatap Tuan Hua.
"Apa maksud pengirim itu mengirimkan benda-benda
seperti ini" Mengapa dia membungkus barang-barang ini
demikian rapinya, seolah-olah benda ini sedemikian
berharganya?" mereka berteriak.
"Hah" Entahlah?"! Aku juga tidak tahu. Yang terang orang
itu telah membayar banyak kepada kita untuk ongkos
pengiriman".." Tuan Hua itu juga terkejut begitu tahu apa isi barang bawaan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, kalian cepat-cepatlah pergi ke kota! Setelah
kalian berobat, kalian dapat mencari orang untuk mengambil gerobag-gerobag ini. Lekaslah, sebelum kalian terlambat"..!
soalnya, terus terang saja?"aku masih sangsi! Apakah aku
bisa menang melawan orang itu," Chin Yang Kun mendesak
lagi. "Tapi"..saudara bagaimana?" dengan terbata-bata Tuan
Hua mencoba untuk mengelak pula.
"Jangan pikirkan aku! Kalau aku tidak bisa mengatasi dia,
aku masih dapat melarikan diri. Lain halnya dengan kalian.
Bagaimana kalian akan lari kalau salah seorang dari kalian ada yang terluka" Bukankah keadaan kalian justru akan lebih
buruk" Nah, jangan membuang-buang waktu! Pergilah"..!"
"Ba-baiklah kalau begitu ! Terima kasih atas pengorbanan tuan"..!" dua orang Kim-liong Piauw-kiok yang tidak terluka itu buru-buru menyahut, kemudian menyambar Tuan Hua dan
membawanya pergi meninggalkan tempat itu.
Tapi sebelum mereka pergi jauh, Tuan Hua berteriak ke
arah Chin Yang Kun. "Saudara, bolehkah aku mengetahui
namamu yang mulia" Katakanlah"..agar kami dapat
mencatatnya di dalam hati!"
Chin Yang Kun menoleh. Melihat langkah mereka yang
sedikit tertegun dan tidak segera pergi meninggalkan tempat itu, Chin Yang Kun menjadi serba salah juga. "Baiklah! Sebut saja aku Yang Kun! Nah, sekarang pergilah! Eh, nanti dulu?"!
Aku lupa mengatakan?".ehm, apakah Saudara Thio Lung ada
di rumah sekarang?" Kedua orang Kim-liong Piauw-kiok itu berhenti dengan tibatiba. Sambil tetap menggendong Tuan Hua mereka
menghadap ke arah Chin Yang Kun. "Thio Lung su-heng" Ada,
dia ada di rumah sekarang. Dia sedang menunggui guru kami
yang baru menderita sakit. Apakah"..apakah saudara Yang
sudah mengenal Thio su-heng?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Katakan kalau aku ingin berjumpa dengan dia!"
"Baik! Kami akan memberitahukan hal itu
kepadanya"..Nah, kami akan berangkat sekarang."
Kedua orang itu segera meloncat pergi menerobos hutan,
meninggalkan Chin Yang Kun dan Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai sendirian. Matahari telah mendaki hampir ke puncaknya, sehingga
udara menjadi bukan main panasnya. Meskipun demikian
karena angin berhembus sedikit kencang, maka udara di
sekitar hutan itu masih terasa segar dan nyaman.
Sementara itu Souw Thian Hai tampak berdoa sebentar di
depan makam yang baru saja ditimbunya. Setelah itu
perlahan-lahan tubuhnya berbalik dan menghadap ke arah
Chin Yang Kun. "Aku sangat berterima kasih sekali kepadamu, karena kau telah melepaskan belenggu yang mengikat
kebebasan dan kemerdekaanku"." Katanya perlahan.
"Melepaskan belenggu" Huh! Apa maksudmu?" Chin Yang
Kun mendengus sambil melangkah maju.
Kini keduanya saling berhadapan dalam jarak dua setengah
tombak. Mereka saling bertatap mata bagaikan dua ekor ayam jago yang hendak berlaga. Hanya bedanya, Chin Yang Kun
kelihatan seperti jago yang gelisah dan tegang, sementara
Souw Thian Hai tampak tenang serta acuh tak acuh saja.
"Karena kelalaianku sendiri aku telah terkena pisau Hekeng-cu yang beracun. Tak ada yang mempunyai obat
pemunah racun tersebut selain pangeran itu tadi. Dan secara kebetulan tubuhku yang keracunan itu diketemukan oleh
pangeran tersebut bersama ayahnya, yaitu bekas Pangeran
Mahkota Wangsa Chin. Kedua orang pangeran ayah dan anak
itu bersedia menyembuhkan lukaku asal aku mau berjanji
untuk mengabdi kepada mereka selamanya?"" pendekar
sakti itu menghentikan sejenak keterangannya, kemudian
setelah menghela napas panjang berulang-ulang ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meneruskan kata-katanya. ?"..sebenarnya berat sekali bagiku untuk meluluskan permintaan atau syarat mereka itu,
tapi?"akhirnya terpaksa kusetujui juga syarat tersebut. Aku masih mempunyai banyak urusan yang harus kuselesaikan.
Aku akan mati dengan penasaran kalau aku belum dapat
menyelesaikan semua urusan tersebut. Oleh sebab itulah aku terpaksa menerima juga syarat mereka. Meskipun demikian
syarat itu tidak kuterima semuanya begitu saja". Aku juga
mengajukan syarat kepada mereka bahwa aku mau mengabdi
seperti yang mereka kehendaki, tetapi"..hanya kepada salah seorang dari mereka! Sungguh tidak adil kalau selembar
jiwaku ini harus ditukar dengan melindungi dua lembar jiwa mereka. Aku menghendaki satu jiwa ditukar dengan satu jiwa pula?"! Dan ternyata mereka setuju. Aku diharuskan
mengabdi kepada pangeran muda yang usianya jauh lebih
muda dari umurku. Dengan demikian mereka berharap dapat
mengikat aku sepanjang hidupku. Tapi nasib manusia ternyata tidak dapat diduga, pangeran muda itu ternyata justru telah pergi mendahului aku?"."
Pendekar sakti itu mengakhiri keterangannya yang panjang
lebar dengan menundukkan mukanya. Meskipun telah
terbebas dari belenggu yang mengikat dirinya, pendekar itu tampaknya tidak merasa bergembira pula. Wajahnya yang
tampan dan ganteng itu tetap kelihatan pucat dan lesu.
Dahinya yang lebar selalu berkerut-merut, sementara matanya kadang-kadang menatap jauh ke depan, seolah-olah banyak
sekali beban pikiran yang masih ditanggungnya.
Tetapi keadaan Souw Thian Hai tersebut tidak diacuhkan
sama sekali oleh Chin Yang Kun, bagaimanapun juga pemuda
itu masih menganggap bahwa Souw Thian Hai tentu
mempunyai hubungan dengan para pembunuh keluarganya.
Munculnya Souw Thian Hai di gubug kosong di tepi sungai
Huang-ho setahun yang lalu takkan pernah dilupakan oleh


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chin Yang Kun. Meskipun dalam penyelidikan selanjutnya
pemuda itu tidak pernah menemukan atau mencium
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterlibatan tokoh sakti tersebut, tapi sampai sekarang
kecurigaannya tetap belum hilang juga.
"Huh! Tidak usah bercerita yang bukan-bukan di
hadapanku! Engkau tidak mungkin lagi bisa melunakkan
sikapku terhadapmu. Aku akan tetap menuntut balas
kepadamu".." pemuda itu menggeram dengan keras.
Souw Thian Hai seperti dihentakkan dari lamunannya.
Keningnya semakin tampak berkerut, sementara matanya
dengan terbelalak menatap ke arah Chin Yang Kun. Sekejap
pendekar sakti itu seperti akan menjadi marah, tapi di Iain saat ternyata sikapnya kembali mengendur. Dengan menghela
napas dalam pendekar itu berdesah. "Ahhhh....... ternyata engkau masih mendendam juga kepadaku, padahal aku
sungguh-sungguh tak bermaksud melukaimu di desa Hokcung dulu itu. Aku cuma bermaksud menyelamatkan jiwa
Siauw Ong-ya yang terancam pukulan mautmu".."
"Bukan hal itu yang akan kupersoalkan sekarang!" Chin Yang Kun berteriak marah karena merasa tersinggung telah
diingatkan luka-lukanya yang parah akibat pukulan pendekar sakti itu. ".......Dan kau jangan terlalu berbangga karena dapat melukaiku! Engkau pun telah menderita luka pula pada saat
itu!" "Ah!" kaget juga Souw Thian Hai mendengar kata-kata Chin Yang
Kun tersebut. Lalu persoalan apa sebenarnya yang membuat
pemuda itu mendendam kepadanya"
"Lalu persoalan apa lagi" Kukira kita tak pernah
berhubungan sebelumnya...." akhirnya Souw Thian Hai
bertanya dengan wajah bingung.
"Belum pernah berhubungan sebelumnya katamu" Kurang
ajar......! kau sudah tidak ingat lagi pada pertemuan kita yang pertama kali itu" Pertemuan di gubug kosong di tepi sungai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Huang-ho itu" Engkau tidak ingat lagi.......?" Chin Yang Kun berteriak semakin keras.
"Ohhh.......itu! Jadi engkau masih menuduh aku yang
membunuh keluargamu?"
"Tentu saja ! Siapa lagi kalau tidak kau......." Kau telah membunuh ibu, adik-adik, dan para pengawal, kemudian
menyelipkan secarik kertas di tangan ibuku. Di atas kertas kecil itu engkau menulis agar ayah dan pamanku pergi ke
gubug kosong di pinggir Sungai Huang-ho untuk menemuimu.
Engkau menginginkan agar ayah menyerahkan Cap Kerajaan
yang dibawanya kepadamu di sana....nah, bagaimana" masih
mau mungkir juga?" Souw Thian Hai mendengarkan semua tuduhan itu dengan
air muka bingung. Sebentar-sebentar ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Jadi......, jadi itukah sebabnya kau dahulu lantas menyerang aku dengan membabi-buta di gubug kosong
itu?" tanyanya dengan suara gemetar.
"Nah, sudah teringat lagi kau sekarang?" Chin Yang Kun
mengejek. "Wah, kalau begitu engkau benar-benar salah sangka
dalam persoalan ini!" Souw Thian Hai cepat-cepat menukas.
?"".aku sama sekali tidak membunuh ibu dan adikmu,
apalagi meninggalkan surat seperti yang kaukatakan itu.
Aku?"." "Bohong! Pengecut! Engkau mau mengingkari perbuatanmu
sendiri?"..?" "Kurang ajar ! Anak muda, kau jangan menuduh orang
sembarangan saja ! Dengar dulu keteranganku, setelah itu
baru kau boleh marah sesuka hatimu! Jangan main tuduh dan
main bunuh tanpa alasan atau bukti yang kuat. Bagaimana
kalau engkau sendiri yang dituduh orang seperti itu padahal engkau sendiri merasa tidak melakukannya?" lambat laun pendekar sakti itu marah juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun merasa pula bahwa perkataan lawannya itu
benar juga. "Kalau begitu........ lekaslah kau berbicara !"
bentaknya. Souw Thian Hai berusaha menyabarkan hatinya, lalu
dengan hati-hati ia memberi keterangan. "Terus terang.,..,.
kedatanganku di gubug kosong itu memang bukan secara
kebetulan. Seperti telah kuceriterakan........ aku terpaksa menjadi pengawal pribadi dari Siauw Ong-ya semenjak dia
bisa menyembuhkan lukaku. Dan pada waktu itu
kedatanganku disana memang dalam rangka mengawal
pangeran muda tersebut. Aku tidak tahu apa yang hendak
dikerjakan oleh pangeran itu bersama-sama anak buahnya di
daerah itu, tapi dari pembicaraan mereka aku dapat
mengetahui bahwa mereka sedang memburu buronan yang
membawa sebuah pusaka kerajaan. Karena aku tidak mau
campur tangan dengan urusan mereka selain menjaga
keselamatan pangeran itu, maka orang-orang itu juga tidak
pernah mempedulikan aku. Mereka membiarkan saja aku
berbuat semauku?""
Pendekar sakti itu berdiam diri sebentar untuk mengambil
napas. Matanya yang tajam itu mengerling sekejap untuk
mencari kesan di wajah Chin Yang Kun. Begitu melihat
pemuda tersebut mendengarkan ceritanya dengan serius
hatinya menjadi gembira. "Karena bosan semalaman hanya melihat orang-orang yang saling mengintai saja, aku lalu pergi ke tepi Sungai Huang-ho. Tapi tak kusangka di tepi sungai itu aku bertemu dengan musuh besarku, Hek-eng-cu ! Dan
tampaknya orang itu juga ikut mengincar benda pusaka
tersebut. Dan kelihatannya orang itu juga telah lebih dahulu datang di daerah tersebut, serta telah melihat pula
rombonganku. Buktinya iblis itu bersama-sama dengan
seorang kawannya telah mempersiapkan sebuah perangkap
untukku, agar aku tidak bisa menolong rombonganku apabila
sewaktu-waktu terjadi benturan di antara mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar itu menghentikan lagi ceritanya. Wajahnya
tampak sangat menyesal karena ternyata dia tak bisa
menghindari perangkap yang dipasang oleh Hek-eng-cu.
"Ketika sedang enak-enaknya aku berjalan di tepi sungai
Huang-ho itu, tiba-tiba mataku melihat sebuah perahu kecil melintas di atas sungai tersebut. Perahu itu hanya dinaiki oleh seorang nenek yang telah lanjut usianya, dan entah
bagaimana asal mulanya mendadak perahu tersebut terbalik
sehingga nenek tua itu tercebur ke dalam air yang ganas.
Sekejap aku mendengar nenek itu berteriak minta tolong
kepadaku. Maka tanpa pikir panjang lagi aku meloncat ke
dalam air dan berenang melawan arus sungai yang besar
untuk menolongnya. Untunglah aku belum terlambat sehingga
nenek itu dapat kuselamatkan. Dengan menggendong
tubuhnya yang berat aku kembali bergulat melawan arus
untuk mencapai tepian sungai".."
Pendekar itu kembali menundukkan kepalanya, lalu sambil
menghembuskan napas panjang dia meneruskan ceritanya.
"Tapi aku benar-benar tidak menyangka sama sekali... selagi aku lengah karena sedang bergulat dengan arus air itu, tiba-tiba nenek yang berada di atas punggungku menyerang leher
dan ubun-ubunku secara ganas ! Tangan kirinya
mencengkeram leherku, sementara tangan kanannya yang
secara tiba-tiba telah memegang pisau itu menusuk ke arah
ubun-ubunku ! Sekilas aku mendengar suara ketawanya yang
seperti iblis, dan aku segera mengenalnya sebagai suara
ketawa Hek-eng-cu !"
Pendekar itu mengambil napas lagi, matanya menerawang
ke depan seolah-olah ingin mengumpulkan kembali
ingatannya tentang peristiwa yang sangat mendebarkan itu.
"Dalam keadaan yang sangat berbahaya itu tubuhku secara otomatis bergerak untuk menyelamatkan diri. Cepat bagai kilat aku menyelam sehingga ayunan tangan yang memegang
pisau itu tertahan dengan kuat oleh permukaan air. Dan waktu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya sekejap itu kupergunakan untuk melepaskan
leherku dari cengkeraman tangan kiri Hek-eng-cu. Tapi
cengkeraman itu ternyata amat kuat dan sukar sekali
kulepaskan. Memang selain mengerahkan seluruh tenaga
saktinya, Hek-eng-cu ternyata telah menggunakan Ilmu Samci thiam-hwe-touw untuk mencengkeram urat-urat penting di
leherku. Tanpa kusadari jari-jarinya yang kuat itu telah
menekan urat gagu dan urat kelumpuhan yang
menghubungkan tan-tian dengan otak sehingga tak ampun
lagi tubuhku menjadi lemas dan tak bisa berbicara. Tapi
sebelum kelumpuhan itu benar-benar menyerang seluruh uraturat di dalam tubuhku, aku secara mati-matian mengerahkan
Khong-sin-kang untuk menjaga diri........"
"Khong-sin-kang" Apakah itu?" untuk pertama kalinya Chin Yang Kun menukas cerita lawannya.
"Ah, cuma ilmu kosong yang tiada artinya sesuai dengan namanya....... Khong sin-kang berarti Ilmu Sakti Tenaga
Kosong !" Souw Thian Hai menjelaskan dengan sedikit jengah takut dikatakan menyombongkan dirinya.
"Hmmh! Lalu bagaimana seterusnya"..?"
"Begitulah".. dalam saat-saat terakhir ilmu yang
kukerahkan itu ternyata dapat menyelamatkanku. Badanku
yang lumpuh akhirnya hanyut terbawa gelombang sungai dan
tersangkut di dekat gubug kecil itu. Beberapa saat lamanya aku tergolek saja di tepian sungai. Baru beberapa waktu
kemudian, setelah kelumpuhan itu berangsur-angsur hilang
dari tubuhku, aku bangkit dan pergi menghampiri gubug kecil itu. Aku harus segera mencari tempat berlindung untuk
memulihkan kembali tenagaku. Sebab meskipun aku sudah
tidak lumpuh lagi tapi aku ternyata belum bisa mengerahkan lwee-kang seperti sedia kala. Beberapa buah jalan darahku
masih terpengaruh oleh Sam-ci Tiam-hwe-louw Hek-eng-cu.
Malah urat gaguku juga belum lepas pula dari pengaruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cengkeramannya. Nah, pada saat demikian itulah kau
datang........!" Chin Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tahulah ia sekarang kenapa ilmu silat Souw Thian Hai yang
dahsyat itu dahulu seperti tidak punya tenaga sama sekali
ketika bertempur dengannya. Itulah juga sebabnya kenapa
pendekar sakti itu tidak mengeluarkan suara sama sekali
ketika mereka bertempur! Hati Chin Yang Kun mulai ragu-ragu. Pemuda ini mulai
percaya pada kebenaran penuturan lawannya. Agaknya
pendekar sakti yang mempunyai nama harum di dunia kangouw itu memang sungguh-sungguh tidak terlibat sama sekali
dalam peristiwa pembunuhan keluarganya itu. Kelihatannya
memang tak ada alasan yang kuat bagi pendekar sakti itu
untuk memusuhi apa lagi sampai berbuat begitu keji kepada
keluarganya. Lalu, siapa sebenarnya yang menulis surat itu" Mengapa
orang itu tidak muncul di gubug kosong itu" Apakah orang itu menjadi ketakutan dan tidak berani mendekati gubug tersebut karena di sana ada Souw Thian Hai "
"Eh, mengapa peristiwa kecil di gubug kosong itu
kelihatannya amat mengganggu pikiran saudara" Apakah aku
telah berbuat suatu kesalahan besar di tempat itu sehingga engkau demikian mendendam kepadaku?" tiba-tiba Souw
Thian Hai mengajukan pertanyaan, sehingga Chin Yang Kun
yang sedang melamun itu menjadi kaget.
"Hmmh!" pemuda itu mendengus. "Kau tahu...... siapa yang kaukatakan sebagai buronan itu" Mereka adalah
keluargaku! Seluruh keluargaku! Mereka diburu, dikejar-kejar, disiksa"..kemudian dibunuh!"
"Haah?" Souw Thian Hai tersentak kaget. Lalu, "Sungguh
tak kusangka bila demikian halnya. Sekarang aku
tahu"..kenapa sikapmu demikian kerasnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi?"percayalah engkau kepadaku, aku sungguh-sungguh
tidak tahu menahu tentang keluargamu!"
"Kalau begitu?".siapakah menurut pendapatmu?"
Souw Thian Hai bernapas dengan lega melihat gelagatnya
pemuda itu sudah tidak mencurigainya lagi. Tampaknya
pemuda itu dapat menerima seluruh keterangannya tadi.
"Kalau memang keluargamu itulah yang dicari dan dikejarkejar oleh orang-orang itu aku hampir berani memastikan
bahwa mereka jugalah yang telah membunuhnya! Siapa lagi
kalau tidak orang-orang itu" Bukankah masalahnya hanya
pada Cap Kerajaan itu?"
"Kaumaksudkan Siauw Ong-ya dan anak buahnya?"
"Ah?".bukan! Bukan! Bukan mereka. Aku tahu dengan
pasti bahwa bukan mereka pelaku pembunuhan itu, karena
kalau mereka yang melakukan aku pasti mengetahuinya pula."
"Lalu siapa kalau bukan mereka" Apakah rombongan Hekeng-cu yang kaujumpai di sungai Huang-ho itu?"
"Entahlah?"!" Souw Thian Hai menggeleng dengan raguragu. "Kemungkinan juga memang merekalah
pelakunya"..tetapi kemungkinan juga bukan. Sebab selain
rombongan Siauw Ong-ya dan Hek-eng-cu, aku mencium pula
jejak-jejak yang lain, yang kalau tak salah adalah jejak para iblis Ban-kwi-to dan jejak para petugas kerajaan."
"Hek-eng-cu dan para iblis Ban-kwi-to itu adalah satu
rombongan?"." Chin Yang Kun cepat menukas karena ia
teringat waktu ditawan oleh rombongan itu di gedung Si
Ciang-kun setahun yang lalu.
"Begitukah" Jikalau demikian tinggal dua rombongan saja
yang pantas dicurigai, yaitu rombongan Hek-eng-cu dan para petugas kerajaan!" Souw Thian Hai berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rombongan petugas kerajaan?"?" Chin Yang Kun
menegaskan. "Ya, para petugas kerajaan! Mereka dipimpin sendiri oleh
Yap Tai-ciangkun dan kakaknya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee."
"Ahhhh!" Chin Yang Kun berseru kaget. ?"".tapi?"tapi
tak mungkin rasanya kalau mereka itu yang berbuat keji.
Kedua orang kakak beradik itu selain mempunyai kedudukan
tinggi di kota raja, mereka juga merupakan pendekarpendekar persilatan yang bernama harum dan berjiwa
kesatria. Tak mungkin rasanya mereka berbuat sekeji itu!"
"Engkau benar!" Souw Thian Hai mengiyakan perkataan
Chin Yang Kun tersebut. "Akupun telah mengenal dengan baik kedua orang kakak beradik itu. Mereka tak mungkin
membunuh orang dengan cara yang begitu pengecut!
Kepandaian mereka sangat tinggi dan kekuasaannya sangat
besar?"" "Kalau begitu satu-satunya kecurigaan hanya tinggal
kepada rombongan Hek-eng-cu," Chin Yang Kun menggeram.
"Ya! Akupun lebih mencurigai mereka dari pada yang
lainnya. Mereka terdiri dari penjahat-penjahat yang sudah
terbiasa berbuat kejam, curang dan licik!" Souw Thian Hai
mengangguk-anggukkan kepalanya. "Meskipun demikian kita
juga tidak boleh menuduhnya begitu saja tanpa bukti-bukti
yang jelas. Kau harus menyelidikinya terlebih dahulu?"."
"Tapi aku hampir yakin bahwa memang kelompok itulah
yang membunuh ibu, adik-adik dan para pengawalku. Hanya
para iblis Ban-kwi-to itu saja yang selalu membunuh orang
dengan racun".."
"Agaknya memang benar demikian?"." Sekali lagi Souw
Thian Hai mengiyakan perkataan Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun menghela napas lega, hatinya terasa
lapang, seakan-akan tirai kegelapan yang menutupi peristiwa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengerikan itu kini telah terbuka, sehingga ia bisa
melihat dengan jelas siapa yang bertanggung jawab atas
pembunuhan ibu dan adik-adiknya itu. Dia tinggal mencari
saja, siapakah diantara iblis-iblis Ban-kwi-to itu yang sering mempergunakan racun hijau. Racun yang mengakibatkan
korbannya mati dengan perasaan nikmat dan tenang, tapi
dengan warna kulit yang berubah menjadi kehijau-hijauan.
"Semuanya telah menjadi terang. Pembunuh-pembunuh itu
sebentar lagi akan dapat kubekuk. Aku tinggal pergi saja ke Ban-kwi-to untuk mencari pembunuh ibu, sementara
pembunuh ayah dan paman juga tinggal menanyakan saja
kepada Thio Lung!" pemuda itu berkata di dalam hatinya.
"Maaf, kalau tidak salah ketika berada di desa Hok-cung itu saudara bersama-sama dengan Chu Seng Kun?"dimanakah
pemuda itu sekarang?" tiba-tiba Souw Thian Hai bertanya
kepada Chin Yang Kun. "Eh, anu?"entahlah! Kami telah bersimpang jalan ketika
secara mendadak desa itu diserang oleh tentara kerajaan,"
Chin Yang Kun yang sedang melamun itu menjawab dengan
suara gagap. "Ohhh.......!" pendekar sakti itu berdesah dengan kecewa.
"Ada apa" Mengapa engkau bertanya tentang Chu Seng


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kun" Apakah engkau sudah mengenalnya ?" Chin Yang Kun yang merasa heran atas sikap Souw Thian Hai itu segera
mendesak dengan pertanyaannya.
"Aku dan dia tidak hanya saling mengenal tetapi lebih dari pada itu. Kami saling bersahabat. Malahan aku.........''
Tiba-tiba pendekar sakti itu menutup mulutnya. Hampir
saja ia berkata tentang hubungannya dengan Chu Bwee Hong,
adik Chu Seng Kun. Sekejap pendekar yang kesaktiannya
sangat dikagumi orang itu menjadi kikuk, tapi di lain saat sikapnya segera berubah lesu dan sedih begitu mengingat
hubungannya yang kandas di tengah jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhhh, sudahlah.......!" akhirnya pendekar itu berdesah getir. "Sebaiknya aku sekarang pergi saja. Mumpung aku sudah bebas akan kuselesaikan semua urusan yang
terbengkalai itu. Terima kasih atas pengertianmu......."
Pendekar itu mengangguk ke arah Chin Yang Kun, lalu
melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut. Jalannya
perlahan dan gontai seolah sedang menyangga beban yang
berat sekali di pundaknya.
Chin Yang Kun termangu-mangu di tempatnya. Bagaikan
seorang yang tiba-tiba kehilangan sahabat atau kawan
seperjalanannya, pemuda itu memandang punggung Souw
Thian Hai yang bidang. Entah bagaimana sikap dan
kepribadian pendekar sakti tersebut benar-benar amat
menarik perhatiannya. Tiba tiba saja hatinya terasa dekat dan menyukainya.
"Kau........ kau mau pergi ke mana?" tak terasa mulut pemuda itu berteriak.
Pendekar sakti itu menoleh dan bibirnya tampak tersenyum
pedih. "Entahlah, aku tak tahu....... Tapi yang terang aku hendak mencari dulu puteriku yang hilang," jawabnya.
"Puterimu yang hilang ?" Chin Yang Kun yang tidak menyangka bahwa pendekar sakti itu telah mempunyai anak,
bertanya seolah tak percaya. "Di mana dia hilang " Bagaimana itu bisa terjadi" Siapa yang telah mencurinya?"
Souw Thian Hai menghentikan Iangkahnya. Wajahnya yang
pucat itu mendadak tersenyum, meskipun senyumnya tampak
kaku dan tak bergairah. "Yang mencurinya........" Ahh, kau sangka umur berapa puteriku itu?" tanyanya sedikit geli. ".......
Puteriku itu bukan lagi seorang bayi atau anak-anak yang
mudah dibawa orang. Usianya mungkin hampir sebanyak
umurmu......." Chin Yang Kun tersentak kaget tak percaya. Tapi sebelum
pemuda itu bertanya lebih lanjut, Souw Thian Hai telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah pergi meninggalkannya. Pendekar sakti itu telah
lenyap menerobos hutan. Sambil berdesah Chin Yang Kun juga pergi meninggalkan
tempat itu. Sesekali pemuda itu menoleh, mengawasi mayatmayat yang berserakan di tempat tersebut. Tetapi karena
telah yakin bahwa orang-orang Kim liong Piauw kiok itu pasti akan datang kembali untuk mengurus mayat mayat tersebut,
maka ia tetap meneruskan langkahnya. "Ah, tak kusangka pendekar Souw Thian Hai yang ternama itu telah mempunyai
anak sebesar aku, padahal umurnya tidak lebih tua dari pada Chu Seng Kun ataupun Hong-Iui kun Yap Kiong Lee".. Kalau
begitu usia puteri Souw Thian Hai tersebut tentu sama dengan Tiau Li Ing atau Souw Lian Cu ..... eh !"
Tiba-tiba pemuda itu berhenti melangkah, wajahnya
menjadi pucat seketika. "Souw Thian Hai" Souw Lian Cu !
Souw Lian Cu....Souw Thian Hai ! Hah! Apakah ...... apakah me-mereka.......?"
Bagai kilat cepatnya Chin Yang Kun melesat memburu
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Saking tegangnya pemuda itu
mengerahkan seluruh kekuatan gin-kangnya! Oleh karena itu
dapat dibayangkan bagaimana cepatnya pemuda itu berlari.
Tapi pemuda itu segera menjadi heran sekali. Sampai ia keluar dari hutan itu kembali pendekar tersebut tidak dapat ia
ketemukan! Pendekar sakti itu seperti dapat menghilang saja saking cepatnya.
"Bukan main! Pendekar ternama itu memang tidak
bernama kosong! Rasa-rasanya memang cocok bila menjadi
ayah dari Souw Lian Cu...." Chin Yang Kun bergumam tiada habisnya.
Pemuda itu melangkah kembali ke tempat semula. Tiba-tiba
terdengar Iagi suara siulan dari atas bukit, membuat pemuda itu ingat pada maksud kedatangannya semula, yaitu mencari
kawannya yang diculik oleh orang-orang berkuda. "Ah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan-jangan anak bengal itu mendapatkan kesulitan di
sana," geramnya. Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya kembali untuk
mendaki bukit tersebut. Pemuda itu sengaja mengambil jalan lintas agar tidak terlihat oleh para penjaga, yang mungkin sudah dipasang untuk menjebaknya. Meskipun medannya
menjadi lebih sukar, tetapi dengan kepandaiannya yang tinggi semuanya dapat ia lalui dengan mudah dan cepat. Beberapa
menit saja puncak itu telah kelihatan di depan mukanya.
Mula-mula Chin Yang Kun menjadi kaget sekali ketika
matanya melihat banyak sekali orang-orang yang dudukduduk menggerombol di bawah pohon-pohon rindang.
"Heran! Ada apa sebenarnya di tempat ini" Orang-orang ini
berjumlah ribuan, tetapi mengapa mereka tidak menjadi ramai dan hingar-bingar suaranya" Apakah mereka ini merupakan
pengikut sebuah aliran kepercayaan yang sedang mengadakan
upacara keagamaan?" pemuda itu termangu-mangu di tempatnya. Sebenarnya
bisa saja dia menerobos kumpulan orang-orang yang duduk
bergerombol di segala tempat itu. Tapi orang-orang itu tentu akan melihatnya kemudian menahannya. Dan selanjutnya
tentu akan terjadi pertempuran yang sangat berat bagi
dirinya. Dia harus melawan ribuan orang bersenjata!
"Ahhh?"!" Chin Yang Kun berdesah.
Selagi pemuda itu kebingungan untuk mencari jalan yang
aman ke atas puncak, mendadak dari kaki bukit terdengar
suara roda gerobag yang berdentangan melindas bebatuan.
Suara itu makin lama makin dekat, sehingga akhirnya gerobag itu tampak oleh Chin Yang Kun muncul dari balik pohon-pohon lebat di bawahnya. Gerobag itu didorong dengan susah payah oleh enam tujuh orang ke atas bukit.
Sekejap mata Chin Yang Kun terbelalak mengawasi
gerobag itu, tapi kemudian cepat-cepat bersembunyi ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba di belakang gerobag tersebut muncul beberapa orang lelaki yang tidak lain adalah para penunggang kuda yang
dicarinya itu. Orang-orang itu berjalan tanpa mengeluarkan suara seolah-olah mereka itu adalah sekelompok iring-iringan orang yang sedang mengantar jenazah ke liang kubur.
Chin Yang Kun membiarkan iring-iringan itu melintas di
depan persembunyiannya. Matanya nyalang mencari-cari
kalau-kalau temannya yang bengal itu berada diantara
mereka, tapi pemuda tampan itu ternyata tidak ada diantara mereka.
Sambil menghela napas Chin Yang Kun beranjak dari
tempat persembunyiannya. Pemuda itu bertekad untuk
menerobos tempat itu dengan nekad. Tapi belum juga ia
melaksanakan maksudnya tiba-tiba dari bawah terdengar
suara gerobag lagi. Kali ini malah lebih keras dan lebih gaduh daripada tadi.
Chin Yang Kun kembali mendekam di tempat
persembunyiannya dan beberapa saat kemudian dia melihat
iring-iringan gerobag dan pedati kecil muncul dari balik
pepohonan. Puluhan orang lelaki tampak mendorong gerobaggerobag itu bersama-sama. Tubuh mereka yang kekar-kekar
itu tampak basah oleh keringat.
"Hah" Pedati kecil itu adalah pedati yang pagi tadi kubawa ke kuil?"! Dan gerobag tersebut juga gerobag-gerobag
orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu!" Chin Yang Kun berseru di dalam hati.
Hampir saja Chin Yang Kun melompat keluar untuk
menghentikan iring-iringan itu. Tapi niat tersebut segera
diurungkannya ketika di belakang iring-iringan itu tiba-tiba muncul?" Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, hantu yang mahir
menghidupkan orang-orang yang sudah mati!
"Gila! Orang-orang berkuda itu ternyata adalah teman
Song-bun-kwi! Nah, tahulah aku sekarang, kenapa pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampan itu membawaku ke kuil setan itu. Agaknya anak
bengal itu telah bermusuhan dengan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek. Oleh karena kepandaian iblis itu amat tinggi, maka
pemuda itu lalu menjebakku untuk menghadapinya. Hmm,
kurang ajar"..!" Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati.
Beberapa saat kemudian tempat itu telah menjadi sepi
kembali. Chin Yang Kun lalu bangkit berdiri. Rambutnya
menyentuh dahan perdu tempat dimana dia bersembunyi,
sehingga semak-semak itu bergoyang-goyang.
Tiba-tiba pemuda itu terbelalak! Dilihatnya secarik kertas melayang jatuh dari atas pohon. Pemuda itu cepat-cepat
menangkapnya, kemudian merentangkannya di depan
matanya. Matanya dengan cepat membaca beberapa huruf
yang tertulis di atas kertas itu.
Sebentar lagi seorang penjaga akan lewat disini.
Tangkaplah dia! Lucuti pakaiannya, lalu pergunakanlah untuk menyusup ke atas bukit!
"Hah" Siapakah yang menulis surat ini" Mengapa dia tahu
aku bersembunyi disini?" Chin Yang Kun berdesah kaget.
Tak heran jikalau pemuda itu merasa terkejut. Dia hampir
tak pernah mengendorkan kewaspadaannya, meskipun
demikian ternyata ia tak tahu sama sekali kapan kertas itu diletakkan orang di depan hidungnya. Melihat kenyataan itu, terang kalau kedatangannya di tempat tersebut telah diketahui orang lain. Untung baginya orang itu kelihatannya bukan dari pihak lawan.
"Sungguh lihai sekali! Siapakah orang itu"." Aku harus
lebih berhati-hati lagi," Chin Yang Kun berkata di dalam hati.
Benar juga apa yang ditulis orang itu! Dari jauh Chin Yang Kun telah mendengar langkah seseorang. Mungkin karena
mengira bahwa tidak mungkin ada orang yang berani datang
ke tempat itu, maka orang itu berjalan seenaknya. Sedikitpun tidak mempergunakan ginkangnya! Suara sepatunya sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berisik sekali ketika menginjak daun-daun kering yang
berserakan di atas tanah.
Chin Yang Kun bersiap-siaga. Pemuda itu telah melihat
seorang lelaki tinggi besar mendekati tempat
persembunyiannya. Orang itu berjalan sambil menoleh ke
kanan dan ke kiri, sikapnya amat tenang dan penuh
kewaspadaan, bagaikan seorang peronda malam yang sedang
melakukan tugasnya. Topinya yang lebar itu tampak berkilat-kilat ditimpa sinar matahari.
Chin Yang Kun mengerahkan Liong-cu-I-kangnya! Pemuda
itu tidak ingin gagal dalam sekali terkam! Tapi?"tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang lain! Suara itu datang dari arah sebelah kirinya!
Tentu saja keadaan itu sangat membingungkan Chin Yang
Kun! Ternyata secara berbareng ada dua orang penjaga yang
datang, dan mereka mendekati tempat itu dari arah yang
berlawanan. Kalau dia meringkus salah seorang dari mereka, yang lain tentu akan segera mengetahuinya. Dan hal itu
sungguh berbahaya sekali! Sekali mereka berteriak, ribuan
orang di atas puncak itu tentu akan segera turun
mengeroyoknya. Dengan urat-urat yang tegang Chin Yang Kun menatap ke
arah penjaga yang pertama, tapi wajahnya tiba-tiba menjadi pucat! Penjaga itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Orang itu lenyap tanpa dia ketahui kemana perginya, padahal dia
tadi cuma menoleh sekejap saja!
Otomatis Chin Yang Kun menoleh lagi ke sebelah kirinya
yaitu ke tempat dimana suara orang yang kedua tadi
terdengar. Dan"..pemuda itu terperanjat! Mendadak saja di
tempat itu telah muncul seorang penjaga lain yang dengan
sinar mata dingin menatap ke arah dirinya.
"Wuuuuuut!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu menyerang dengan pedangnya membuat Chin
Yang Kun meloncat keluar dari persembunyiannya. Pedang itu bergetar dengan hebat sehingga ujungnya bagaikan terpecah
menjadi tiga bagian. Bagian pertama menusuk ke arah kepala, sementara bagian kedua dan ketiga menyambar ke arah leher
dan ulu hati! Sungguh sulit untuk ditebak, serangan mana
yang akan lebih dahulu tiba pada sasarannya.
Serangan tersebut memang benar-benar hebat sekali! Tapi
apa yang dilakukan oleh Chin Yang Kun untuk menghadapi
serangan tersebut ternyata lebih dahsyat lagi!
Ternyata pemuda itu tidak mau berpayah-payah atau
berpusing-pusing menantikan datangnya serangan tersebut.
Begitu melihat lawannya menyerang dengan pedangnya,
diapun segera menyongsong dengan kebutan lengan bajunya.
Lengan bajunya yang lebar itu menyabet ke depan dengan
suara bergemuruh! Orang itu terkejut sekali! Dengan susah payah dia menarik
pedangnya, tapi terlambat. Lengan baju yang penuh lweekang itu menghantam ujung pedang, kemudian membelitnya
dengan kuat. Pletaaak"..! pedang tersebut patah menjadi tiga bagian!
Dan sebelum penjaga itu menyadari dengan sepenuhnya
apa yang telah terjadi, tiba-tiba lengan Chin Yang Kun
bertambah panjang dua jengkal jauhnya, sehingga lengan
tersebut menerobos lobang lengan baju dan menyambar ke
arah pinggangnya. Serangan ini sungguh-sungguh dahsyat
dan diluar dugaan penjaga itu! Maka tiada ampun lagi
serangan itu mengenai dengan telak pinggang penjaga
tersebut. "Dhiessss!!!" Penjaga itu terlempar ke belakang dengan hebatnya, lalu
terhempas ke tanah dengan mata mendelik. Mati. Sambaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan Chin Yang Kun tadi telah mematahkan tulang pinggang dan meremukkan isi perutnya!
Bergegas Chin Yang Kun melucuti pakaian orang itu dan
mengenakannya pada tubuhnya. Sarung pedang beserta
pedangnya yang telah patah itu dipungut pula oleh Chin Yang Kun. Lalu dengan tergesa-gesa mayat penjaga itu diseretnya ke dalam semak-semak. Demikianlah hanya dalam waktu
singkat pemuda itu telah berubah menjadi seorang penjaga,
lengkap dengan topi bambunya yang lebar.
"Hmmm, tanganmu sungguh cepat dan"..ganas sekali!"
tiba-tiba Chin Yang Kun mendengar desah napas di
belakangnya. Bagai kilat cepatnya pemuda itu membalikkan tubuhnya,
dan wajahnya berubah dengan hebat! Di depannya telah
berdiri?".penjaga yang tadi menghilang!
Chin Yang Kun mengerahkan seluruh kekuatannya kembali.
Tapi sebelum pemuda itu bertindak lebih lanjut, penjaga itu segera melepas topi lebarnya?"
"Hei" Kau?"!" Chin Yang Kun berseru.
"Ya!" penjaga yang tidak lain adalah Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai itu mengangguk. "Maaf, aku telah
mengagetkanmu?"."
Chin Yang Kun bernapas lega. "Ah, kau sungguh amat
mengejutkan aku. Kenapa kau mengenakan seragam penjaga
juga" Apakah kau telah menjadi anggauta dari orang-orang
yang berada di atas puncak itu?"
Souw Thian Hai menggeleng. "Tidak! Seperti engkau pula,
aku menyamar menjadi penjaga agar aku dapat naik ke
puncak dengan mudah," katanya menjelaskan.
Keduanya berdiam diri kembali. Souw Thian Hai
memandang ke atas bukit, ke arah orang-orang yang sedang
ramai berebutan mengambil senjata dari dalam gerobag.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedang Chin Yang Kun dengan perasaan sedih dan gelisah
mengawasi Souw Thian Hai. Dugaan pemuda itu tentang
hubungan Souw Thian Hai dengan Souw Lian Cu membuat
pemuda itu merasa gelisah dan kikuk.
"Ada apa sebenarnya diatas puncak itu" Tadi ketika aku
akan pergi dari bukit ini, aku melihat beberapa orang
penunggang kuda datang mengiringkan Song-bun-kwi Kwa
Sun Tek ke bukit ini. Karena aku merasa curiga maka aku
lantas mengikuti saja langkah mereka. Dan di kaki bukit tadi aku menangkap seorang penjaga agar supaya aku dapat lebih
leluasa mengikuti mereka," Souw Thian Hai berkata perlahan, kemudian kepalanya berpaling mengawasi Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun cepat-cepat memalingkan mukanya pula.
"Entahlah! Aku".aku juga tidak tahu. Kedatanganku kemari
hanya untuk mencari dan membebaskan kawan yang diculik
oleh gerombolan ini?"." Katanya memberi penjelasan. Dan
ketika terpandang oleh pemuda itu kertas surat yang
dibacanya tadi, ia segera bertanya, "Eh, apakah engkau yang meletakkan secarik kertas disini tadi?"
Pendekar sakti itu tiba-tiba mengerutkan keningnya.
"Secarik kertas" Kertas apa itu?" tanyanya tak mengerti.
"Hei, jadi?".bukan kau yang mengirimnya"
Lalu?"..siapakah kalau begitu?"
"Hmmmm!" Souw Thian Hai tersenyum. ?"".lekas
kaukatakan kepadaku! Kau jangan membingungkan aku?"!"
"Lihatlah!" Chin Yang Kun mengambil kertas itu dan
memberikannya kepada Souw Thian Hai. Tak lupa pemuda itu
menceritakan juga bagaimana surat itu sampai ke tangannya.
Selesai membaca Souw Thian Hai tidak lekas-lekas


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberikan komentarnya. Pendekar itu justru memalingkan
mukanya ke atas, menghadap ke arah kelompok orang-orang
yang sedang berkumpul di atas puncak tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Agaknya tidak hanya kita sendiri yang ingin pergi ke
puncak itu. Hmmmm, aku menjadi semakin ingin sekali
kesana?"" akhirnya pendekar itu berkata seperti kepada
dirinya sendiri. "Jadi kau juga tidak tahu siapa yang menulis pesan itu?"
Chin Yang Kun menegaskan.
Souw Thian Hai menggelengkan kepalanya. "Tidak"..! tapi
engkau tak usah memusingkannya! Kita berangkat saja
sekarang kesana untuk mencari orang itu!"
"Baik! Marilah"..!"
kedua orang yang menyamar sebagai penjaga itu lalu
melangkah ke atas. Sambil berjalan mereka meneliti setiap
tempat, seolah-olah mereka memang dua orang penjaga yang
sedang bertugas. Dengan sangat hati-hati mereka melangkah
diantara orang-orang yang sedang bergerombol di segala
tempat itu. Untunglah perhatian orang-orang tersebut sedang disibukkan oleh pembagian senjata dari gerobag tadi,
sehingga mereka dengan aman bisa melewati orang-orang itu.
Sampai di atas kedua orang itu menghentikan langkah
mereka. Gedung itu telah berada di depan mereka, tapi untuk mencapainya mereka masih harus menyebrangi halaman yang
luas dan terbuka. Dan di tempat itu tidak ada lagi orang-orang yang berkumpul-kumpul seperti tadi. Di tempat tersebut
penjagaan sangat ketat, dan penjaganyapun mempunyai
seragam yang lain dari pada seragam yang mereka kenakan.
Souw Thian Hai memandang Chin Yang Kun seraya
mengangkat pundaknya. "Wah, bagaimana ini" Apakah kita
harus melumpuhkan dua orang penjaga lagi?"
"Tapi?".bagaimana kita dapat meringkus dua orang
penjaga tanpa diketahui oleh penjaga yang lain di tempat
yang terbuka seperti ini" Eh, awas?".! Ada dua,
eh?"..empat orang penjaga datang kemari!" Chin Yang Kun
memperingatkan temannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka bermaksud menghindar, tetapi ke empat orang
penjaga itu terlanjur melihat mereka. "Hai, berhenti dulu!
Penjaga dari mana kalian ini" Mengapa sampai ke tempat ini"
Siapakah pemimpin kalian?" salah seorang diantaranya
menghardik. Souw Thian Hai mengerahkan tenaganya dan bersiap-siap
untuk turun tangan. Tetapi dalam keadaan terdesak, tiba-tiba Chin Yang Kun memperoleh akal.
"Kami datang dari kota Lok-yang?"kami berdua adalah
tangan kanan Keng Si Yu. Kami datang kemari untuk mencari
pemimpin kami tersebut, sebab ada sesuatu hal penting yang harus kami laporkan," pemuda itu menjawab lancar, seakan-akan telah dipersiapkan sebelumnya.
"Oh?"anak buah Keng Beng-cu (pemimpin Keng) rupanya!
Silahkanlah kalau begitu! Kebetulan Keng Beng-cu baru saja datang dari menjemput Song-bun-kwi di kota Poh-yang. Ia
berada di halaman belakang sekarang?""
"Ah, terima kasih. Kalau begitu"..kami akan segera kesana
untuk menemuinya." Chin Yang Kun menjura dengan hormat,
kemudian menarik lengan Souw Thian Hai pergi.
Souw Thian Hai menurut saja ditarik Chin Yang Kun.
Pendekar sakti itu tak habis pikir, dari mana pemuda aneh itu tahu nama-nama tersebut" Siapa sebenarnya anak muda yang
amat lihai ini" Mereka menyeberangi halaman luas itu dengan tergesagesa. Beberapa orang penjaga diam saja melihat mereka,
karena penjaga-penjaga tersebut menyangka bahwa mereka
itu telah diijinkan masuk oleh empat orang penjaga di depan tadi. Tapi ketika mereka akan masuk ke dalam gedung,
beberapa orang yang berdiri di depan pintu segera menahan
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami"..kami datang dari kota Lok-yang. Kami ingin
bertemu dengan Keng Si Yu, pemimpin kami!" sekali lagi Chin Yang Kun berusaha membohongi para penjaga pintu tersebut.
"Keng Beng-cu tidak berada di ruang depan ini. Beliau ada
di halaman belakang bersama-sama dengan para pemimpin
yang lain. Pergilah lewat pintu samping itu?"!" seseorang
dari penjaga itu berkata sambil menunjuk ke pintu samping.
"Baik! Terimakasih?""
Chin Yang Kun lalu mengajak Souw Thian Hai ke halaman
samping. Mereka berjalan diantara pohon-pohon cemara yang
menaungi kolam ikan. Di setiap tempat mereka dipaksa untuk berbohong lagi di depan para penjaga yang lain. Dan
untungnya orang-orang itu masih tetap percaya dan belum
mencurigai dandanan mereka.
Tapi mana mungkin mereka terus-terusan membohongi
orang-orang itu" Suatu saat mereka tentu akan benar-benar
bertemu dengan anak buah Keng Si Yu. Dan apabila hal itu
benar-benar terjadi maka penyamaran mereka akan
berakhirlah sudah. Oleh karena itu sebelum semuanya
sungguh-sungguh terjadi, Souw Thian Hai segera mengatakan
hal itu kepada Chin Yang Kun.
"Kita tidak mungkin membohongi mereka terus menerus.
Kita harus mencari akal lain untuk dapat memasuki gedung
ini?"." Pendekar sakti itu berkata.
"Benar! Aku juga telah berpikir demikian. Tapi jalan mana
yang harus kita tempuh" Apakah engkau telah menemukan
akal yang lain?" Dengan tersenyum kecut Souw Thian Hai menggeleng.
"Tidak?".! Aku?".eh!"
Pendekar sakti itu tiba-tiba menarik lengan Chin Yang Kun
dan membawanya meloncat ke atas dahan pohon cemara di
dekat mereka. Kemudian dari atas pohon pendekar sakti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menudingkan jari telunjuknya ke bawah, kearah dua orang
lelaki yang baru saja keluar dari pintu samping.
"Ssst, lihatlah! Itu dia Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!"
pendekar sakti itu berbisik.
Chin Yang Kun terbelalak, pandangannya tertuju ke arah
dua orang lelaki yang ditunjuk oleh Souw Thian Hai itu. Tapi bukan Song-bun-kwi Kwa Sun Tek yang membuatnya terkejut
sehingga terbelalak matanya, tapi teman Song-bun-kwi yang
bertubuh tinggi besar itulah yang teramat sangat mengejutkan hatinya.
"Paman Hek-mou-sai Wan It"..!" pemuda itu berdesah tak
percaya. Memang benar. Dua orang lelaki yang baru saja keluar dari
pintu samping itu memang benar Song-bun-kwi Kwa Sun Tek
dan Hek-mou-sai Wan It! Sesaat Chin Yang Kun merasa girang sekali melihat bekas pembantu ayahnya itu. Tapi di lain saat tiba-tiba hatinya menjadi kecut melihat keakraban antara
pembantu ayahnya itu dengan Song-bun-kwi Kwa Sun Tek!
"Paman Wan It"..! apakah yang telah terjadi dengan dia"
Mengapa sekarang ia malah menjadi akrab dengan orang
yang telah pernah menyiksanya" Apakah dia telah melupakan
dendamnya?" Chin Yang Kun bertanya-tanya di dalam hatinya.
Sekejap pemuda itu menjadi bimbang dan bingung,
sehingga ia diam saja ketika dua orang itu pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Ayoh kita ikuti kedua orang itu!" mendadak Souw Thian
Hai berbisik, lalu meloncat turun dari atas pohon dan berlari mengejar bayangan kedua orang itu.
"Hei, tunggu?"!" Chin Yang Kun tersentak, kemudian
meloncat turun pula ke atas tanah.
Tapi Chin Yang Kun telah kehilangan jejak mereka. Souw
Thian Hai maupun Song-bun-kwi seakan-akan telah lenyap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditelan oleh gerumbul-gerumbul perdu yang tumbuh lebat di
samping gedung itu. "Huh! Kemana dia" Cepat benar?"!"
pemuda itu menggerutu. Sekali lagi Chin Yang Kun mencari kesana kemari, kadangkadang menyibak dan menyeruak diantara semak belukar
tersebut, tetapi bayangan Souw Thian Hai dan orang-orang itu tetap tidak diketemukannya. "Bangsat?"!" akhirnya pemuda
itu merutuk di dalam hati.
Chin Yang Kun membalikkan badannya, lalu melesat
kembali keluar dari hutan perdu tersebut. Pemuda itu bertekad untuk masuk ke sarang harimau itu seorang diri. Sejak semula ia memang telah bermaksud membebaskan kawannya itu
seorang diri saja. Tiba-tiba pemuda itu tertegun. Di luar hutan ia telah
dihadang oleh empat orang penjaga yang tadi telah
dibohonginya. Wajah empat orang penjaga itu tampak merah
padam, suatu tanda bahwa mereka telah mengetahui
penyamaran Chin Yang Kun dan kini mereka sangat marah
sekali. "Hmmh! Mau kemana lagi kau"..penyelundup?" salah
seorang diantaranya membentak dengan suara menggeledek.
Chin Yang Kun sadar bahwa penyamarannya telah
diketahui oleh lawan, maka ia tak mau sungkan-sungkan lagi.
Dikerahkannya tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya, lalu bersiap-siap untuk menghajar mereka.
Tapi empat orang penjaga itu juga telah bersiap-siaga
sejak tadi. Mereka tak mau didahului oleh Chin Yang Kun.
Begitu melihat lawannya yang masih muda tersebut
mengerahkan tenaganya, mereka segera mendahului
menerjang bersama-sama. Dengan senjata masing-masing
empat orang itu menyerang Chin Yang Kun dari segala
jurusan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun berlaku hati-hati. Dia belum mengenal ilmu
lawan-lawannya, apakah mereka mempergunakan senjata
yang berbeda-beda. Ada yang memegang golok, ada yang
membawa tombak, dan ada pula yang memakai senjata
cambuk dan pedang! Tampaknya mereka juga bukan orangorang sembarangan di dunia kang-ouw, terbukti dalam
serangan itu permainan senjata mereka benar-benar dahsyat
dan berbahaya. Chin Yang Kun tidak ingin keras lawan keras. Ia tahu
bahwa selama ini Liong-cu-I-kangnya jarang yang mampu
melawan. Tapi sebuah pertempuran tidak hanya tergantung
pada kekuatan lwee-kang saja. Kecerdikan, tipu muslihat dan macam senjatapun dapat mempengaruhi jalannya
pertempuran. Seseorang yang kalah dalam tenaga dan ilmu
silat, mungkin masih bisa memperoleh kemenangan dengan
tipu muslihat! Maka Chin Yang Kun segera menghindar, dengan gesit
kakinya?".meloncat ke dalam hutan perdu kembali. Senjata
lawan yang tidak sempat ia elakkan ia tepiskan dengan
kebutan ujung lengan bajunya. Kemudian sambil main petakpetakan di gerumbul-gerumbul perdu ia melayani empat orang lawannya. Sesekali ia menyerang, kemudian menyelinap ke
dalam semak, untuk selanjutnya menerjang lagi lawan yang
lainnya! Dengan begitu ia dapat memperoleh kesempatan
menilai kemampuan musuh-musuhnya. Baru setelah ia dapat
menjajagi ilmu mereka, ia mulai menyusun serangan-serangan yang mematikan.
Mula-mula pemuda itu mencegat salah seorang
diantaranya, kemudian dengan gencar mendesak orang itu
dengan pukulan-pukulan dahsyat. Dan sebelum yang lain-lain datang menolong, Chin Yang Kun segera membereskan orang
itu dengan pukulannya yang mematikan! Lalu siasat tersebut diulang kembali terhadap lawan-lawannya yang lain, sehingga akhirnya tinggal seorang saja yang masih hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sebelum yang seorang itu dapat diselesaikan pula oleh Chin Yang Kun, tiba-tiba dari luar hutan tampak berlarian
beberapa orang penjaga lain ke tempat itu. Begitu tahu apa yang telah terjadi di tempat tersebut, para penjaga itu segera maju mengepung Chin Yang Kun. Seorang diantaranya malah
cepat-cepat meniup tanda bahaya yang dipegangnya,
sehingga sebentar kemudian orang-orang yang berkumpul di
atas bukit itu berlarian pula ke tempat tersebut.
Chin Yang Kun menjadi tegang. Bagaikan air bah ribuan
orang yang berada di atas bukit itu tampak menyerbu ke arah dirinya. Maka tidak ada pilihan lagi bagi pemuda itu selain bertempur dengan sekuat tenaga. Dan hal itu benar-benar
dikeluarkan sampai tuntas.
Maka dapat dibayangkan betapa dahsyatnya sepak terjang
Chin Yang Kun! Setiap pukulan dan terjangan kakinya tentu
membawa korban di antara para pengeroyoknya. Kim-coa-ihhoat dan Liong-cu-I-kangnya yang ampuh itu sungguh amat
mengerikan dan menggiriskan lawan-lawannya. Sekali terjang tentu ada tiga-empat orang yang terbanting mampus di
hadapannya. Dilihat dari jauh pemuda itu bagaikan malaikat elmaut yang sengaja turun ke bumi untuk menyebar kematian
di atas puncak bukit tersebut.
Darah berceceran, memercik membasahi semak-semak
belukar yang juga telah porak-poranda diterjang oleh kaki-kaki mereka. Tempat yang semula sepi dan lengang itu tiba-tiba
saja berubah menjadi neraka yang mengerikan.
Jilid 30 MESKlPUN demikian karena jumlah para pengepungnya
selalu saja bertambah seperti tiada habis-habisnya, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya Chin Yang Kun menjadi kewalahan juga.
bagaimanapun juga tinggi ilmunya, kalau harus melawan
musuh sedemikian banyaknya, lambat laun akan kerepotan
pula. Kemampuan dan kekuatan manusia tetap ada batasnya.
Demikianlah, beberapa ratus jurus kemudian, sejalan
dengan semakin susutnya tenaga dan kekuatan tubuh Chin
Yang Kun, maka tenaga sakti yang melindungi tubuh pemuda
itupun semakin menjadi lemah pula, sehingga senjata lawan
yang semula tak bisa melukai badannya kini mulai tampak
menggores kulit dagingnya ! Darah mulai mengalir membasahi tubuh dan pakaian Chin Yang Kun!
Untunglah medan pertempuran yang terdiri dari semaksemak belukar itu masih dapat membantu perlawanan Chin
Yang Kun. Dengan modal kegesitan, kelincahan dan kekuatan
lwee-kangnya pemuda itu masih dapat bermain petak-petakan
di hutan perdu yang lebat tersebut.
Tapi keadaan yang menguntungkan tersebut tampaknya
juga tidak dapat berlangsung lama pula. Dengan hancurnya
semak-semak perdu yang melindunginya, terpaksa Chin Yang
Kun harus bertempur lagi beradu dada. Kini tinggal suasana hiruk-pikuk dan gumpalan debu yang mengepul tinggi saja
yang sedikit agak membantu perlawanannya. Sambil
berlindung di antara gelapnya debu yang berhamburan Chin
Yang Kun menyerang para pengepungnya.
Korban sudah tidak bisa dihitung lagi. Mayat-mayat korban
amukan Chin Yang Kun bertumpuk dan berserakan di sanasana. Meskipun demikian keadaan pemuda itu sendiri juga
semakin mengkhawatirkan. Beberapa gores luka telah tampak
di tubuhnya, kekuatannya pun sudah jauh berkurang,
sehingga kadang-kadang pemuda itu tampak sempoyongan
sehabis mengerahkan tenaganya.
Padahal kepungan semakin rapat, lawan yang datang
seperti tiada habis-habisnya. Maka tak heran kalau beberapa saat kemudian pemuda itu benar-benar jatuh dalam kesulitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ribuan orang yang sudah kalap itu mendesaknya ke sumur
tua yang berada di lereng puncak sebelah barat.
Khabarnya sumur itu digali oleh orang yang mendirikan
gedung tua tersebut berpuluh-puluh tahun yang lalu untuk
mendapatkan air. Tetapi oleh karena air yang dicari-cari itu tidak kunjung keluar pula meskipun telah digali sampai
puluhan meter dalamnya, maka sumur tersebut lalu tidak jadi digunakan lagi. Dibiarkannya saja sumur yang bergaris tengah empat atau lima meter itu ditumbuhi semak dan alang-alang, sementara dasarnya yang gelap dan pengap khabarnya
menjadi sarang ular-ular berbisa.
Demikianlah, Chin Yang Kun didesak sampai tidak bisa
berkutik lagi di sumur tua tersebut. Tumit sepatunya telah menginjak bibir sumur, sementara lawan-lawannya tetap maju terus bagaikan kawanan semut yang mengerumuni
mangsanya. "Hmmmm....... agaknya aku benar-benar akan mati di
tempat ini." pemuda itu berdesah dengan perasaan getir.
"Tapi kematianku nanti rasa-rasanya juga tidak sia-sia pula.
Aku telah membunuh ratusan".. bahkan mungkin malah lebih
dari seribu nyawa mereka!"
Chin Yang Kun menoleh sekejap ke belakang. Dilihatnya
sumur itu benar-benar terlalu lebar untuk tenaganya yang
telah terkuras habis. Tak mungkin ia dapat meloncatinya lagi. Jangan lagi untuk


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meloncatinya, sedangkan untuk berdiri saja kakinya telah
mulai gemetaran. Dengan pandang matanya yang telah mulai mengabur Chin
Yang Kun melihat para pengepungnya melepaskan anak
panah. Terpaksa pemuda itu mengerahkan pula lagi seluruh
sisa-sisa tenaganya. Kemudian dengan kaki yang telah goyah pemuda itu berusaha mengelak, menangkis dan meruntuhkan
anak-anak panah tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meski telah kehabisan tenaga, ternyata perbawa tenaga
sakti Liong-cu-I-kang pemuda itu masih tetap menunjukkan
keampuhannya. Beberapa batang anak panah tampak
berpatahan ketika melanggar lengan Chin Yang Kun,
sementara beberapa buah yang lain malah membalik,
meluncur kembali menghantam para pelepasnya. Tetapi
beberapa buah diantaranya ternyata juga tidak bisa dihindari oleh pemuda itu. Anak-anak panah tersebut lepas dari
pertahanan Chin Yang Kun, sehingga menancap dan melukai
badannya. Tampak tubuh pemuda itu bergoyang-goyang mau
jatuh. Darah semakin tampak membanjir dari luka-lukanya.
Biarpun beberapa orang kawannya kembali menjadi korban
dari perlawanan Chin Yang Kun, orang-orang itu berteriakteriak dan bersorak-sorak melihat Chin Yang Kun yang telah parah. Mereka tampak amat bergembira sekali melihat lawan
mereka yang berilmu sangat dahsyat itu bergoyang-goyang
karena lukanya. "Hantam lagi dengan luncuran tombak"..!" seseorang
terdengar berseru. Berpuluh-puluh batang tombak meloncat ke arah Chin Yang
Kun disertai sorak-sorai para pelemparnya. Kali ini orangorang itu amat yakin bahwa serangan mereka tentu akan
berhasil membunuh pemuda itu. Tak mungkin rasanya
pemuda yang telah sempoyongan itu mampu menangkis hujan
tombak yang meluncur ke arah tubuhnya!
Pemuda itu merasa bahwa ajalnya telah tiba. Tak mungkin
dia bisa menghindari hujan tombak tersebut.
"Gila!" pemuda itu mengumpat sambil mengerahkan sisasisa tenaganya, lalu meloncat ke belakang.
Dalam keadaan terpepet dan terpojok, dimana ia tak
mungkin lagi menghindari hujan tombak tersebut, ternyata
pemuda itu memilih atau mencoba untuk meloncati lobang
sumur itu. Tapi karena tenaga saktinya memang sudah benarTiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar habis, maka loncatannya gagal. Belum ada separuh
jalan tubuhnya telah meluncur turun bagaikan disedot ke
dalam lobang yang gelap penuh alang-alang itu.
Tubuh Chin Yang Kun meluncur turun dengan cepatnya.
Hawa panas dan pengap menerpa hidung dan menyesakkan
napasnya, sehingga untuk beberapa saat lamanya pemuda itu
seperti orang yang kehilangan akal dan tak tahu apa yang
mesti dikerjakannya. Tapi sekejap kemudian pemuda itu segera menyadari
keadaan serta bahaya yang sedang dihadapinya. Apalagi
ketika ribuan orang pengepungnya yang berada di atas sumur itu beramai-ramai melemparkan batu dan segala macam
benda lainnya ke dalam sumur. Bukan main gemuruh
suaranya! Laksana bukit runtuh yang hendak menimpa
dirinya! Sekali lagi Chin Yang Kun berusaha mengumpulkan kembali
sisa-sisa tenaganya, lalu dengan membelalakkan matanya
pemuda itu berusaha mencari "sesuatu" yang sekiranya dapat ia gunakan untuk menahan laju tubuhnya. Dan?".tiba-tiba
mata yang semakin mengabur itu tampak berkilat gembira!
Sebatang balok panjang tampak melintang di bawahnya!
Chin Yang Kun mengerahkan gin-kangnya lalu mendaratkan
kakinya diatas balok kayu tersebut. Tapi karena kekuatannya telah jauh berkurang, maka pekerjaan yang dalam keadaan
biasa tentu akan dapat ia kerjakan dengan mudah itu kini
hampir saja gagal ia lakukan. Kedua buah lututnya seperti tak kuat menahan berat tubuhnya, sehingga telapak kakinya gagal bertahan di atas balok kayu tersebut dan terpeleset ke bawah.
Otomatis tubuh pemuda itu terpelanting. Untunglah dengan
gerak refleksnya pemuda itu cepat-cepat menyambar balok
kayu tersebut dengan sepasang lengannya, kemudian
bergegas meluncur ke dinding sumur untuk menghindari hujan batu dari atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terdengar balok kayu itu berderak dengan keras ketika
beberapa buah batu besar menimpanya. Chin Yang Kun
melekatkan punggungnya ke dinding sumur sambil mencari
jalan untuk keluar dari lobang maut tersebut. Tetapi ketika balok kayu tempat ia berpijak itu semakin sering digoncang batu, akhirnya Chin Yang Kun menjadi khawatir, jangan-jangan balok kayu tersebut akan patah juga nantinya.
"Aku harus mencari tempat berpijak yang lain".." pemuda
itu berpikir sambil menepiskan reruntuhan dan debu-debu
yang bertaburan ke arahnya. Untunglah dinding sumur dimana ia berada itu sedikit terlindung oleh tonjolan batu diatasnya sehingga tak sebuahpun batu yang langsung menimpa
kepalanya. Dalam kegelapan Chin Yang Kun meraba-raba dinding
sumur untuk mencari tempat yang sekiranya dapat ia pakai
untuk mengamankan dirinya. Sementara itu para
pengeroyoknya yang berada di atas sumur semakin gencar
menimbuni sumur tua tersebut dengan batu dan tanah.
Mereka bermaksud mengubur lawan mereka yang lihai luar
biasa itu hidup-hidup. Tiba-tiba Chin Yang Kun terperanjat. Tangannya yang
meraba-raba dinding sumur itu mendadak menyentuh tempat
kosong. Dan ketika ia berusaha meyakinkannya sekali lagi,
maka wajah pemuda itu segera berubah menjadi gembira
sekali, seolah-olah ada setitik sinar terang yang mampu
menerangi kegelapan di dalam hatinya yang hampir putus asa.
"Dinding sumur ini berlubang......." desahnya penuh harapan.
Pemuda itu melompat ke dalam lubang tersebut,
bersamaan waktunya dengan datangnya sebongkah batu
besar yang menghantam balok kayu yang dipijaknya.
Brrraaaak ! Balok kayu itu patah menjadi beberapa bagian dan runtuh pula ke dalam sumur bersama dengan batu-batu
tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar! Hampir saja....... !" pemuda itu meleletkan lidahnya, sambil masuk ke dalam lubang lebih ke dalam lagi.
"Eh"!".Lubang ini dalam benar.......!"
Chin Yang Kun merogoh sakunya, lalu mengeluarkan batu
api untuk membuat obor. Bajunya yang kotor dan compangcamping itu dibuatnya sebuah obor besar guna menerangi
tempat yang gelap tersebut.
Dan pemuda itu semakin terkejut ketika sudah bisa melihat
tempat yang dikiranya hanya sebuah lubang kecil itu. Lubang itu ternyata merupakan sebuah lorong panjang yang dibuat
dengan rapih dan teratur. Nyata sekali kalau lubang itu
memang sengaja dibuat untuk sesuatu keperluan.
"Lorong ini menuju ke atas. Kelihatannya menuju ke
permukaan tanah kembali! Baiklah aku akan mencoba
melewatinya......" Dengan obor di tangan Chin Yang Kun merangkak
menyelusuri terowongan sempit tersebut. Beberapa kali
pemuda itu harus menghindari tikus-tikus tanah yang
berseliweran di dekatnya. Dalam tempat yang becek, pengap
dan lembab seperti itu rasanya jijik juga kalau harus
bersinggungan dengan binatang yang kotor tersebut.
Terowongan sempit itu ternyata amat panjang sekali.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun merangkak, kadangkadang mendaki, kadang-kadang mendatar dan berbelakbelok, sehingga lambat-laun was-was juga hatinya, janganjangan dia tak bisa kembali dan terkubur hidup-hidup di
tempat itu. Tetapi bertepatan dengan perasaan ragu-ragu itu tiba-tiba
Chin Yang Kun meligat secercah sinar terang di kejauhan.
Semangat pemuda itu timbul kembali. "Ah, tampaknya
terowongan ini telah mencapai permukaan tanah"." desah
pemuda itu gembira. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini terowongan itu semakin membesar, sehingga Chin
Yang Kun tak perlu harus merangkak lagi. Sinar terang itu
tinggal belasan langkah saja dari tempatnya, dan lantai
terowongan itu tidak lagi basah dan becek. Di atas lantai
tersebut telah dipasang lempengan-lempengan bata kapur
yang telah digosok mengkilat.
Sinar terang itu ternyata keluar dan sela-sela daun pintu
yang tertutup rapat. Dengan wajah yang sangat girang Chin
Yang Kun berjalan mendekati pintu tersebut.
"Tolonggg......! Tolonggg....... ! Oh, jangan.......!
Jangan....... ! Jangan ! Jangan lakukan itu ! Bunuh saja
aku........ manusia keji !" tiba-tiba terdengar suara wanita melengking tinggi di balik pintu tersebut.
Chin Yang Kun tergagap kaget. Rasa-rasanya pemuda itu
mengenal suara wanita itu, tapi tidak segera bisa menduga, suara siapakah itu!
"Hehe". gadis malang ! Salahmu sendiri, kenapa tidak
pamanmu atau ayahmu sendiri yang datang untuk menebus
kakakmu !" terdengar suara lelaki di balik pintu itu pula.
"Ahh!" Chin Yang Kun cepat-cepat membungkam mulutnya sendiri yang hampir saja berteriak. Kemudian dengan hati
tegang pemuda itu bergegas mengintip melalui lubang kunci.
"Ah, makanya aku tidak bisa menemukannya, kiranya ia telah berada di sini !" gumamnya begitu mengenali suara Song-bun-kwi Kwa Sun Tek, lelaki yang baru saja berbicara itu.
Chin Yang Kun melihat sebuah kamar besar yang disusun
dengan rapi. Di tengah-tengah ruangan terlihat sebuah tempat tidur besar pula, di mana di atasnya tampak tergolek tubuh seorang wanita dalam keadaan telanjang. Chin Yang Kun tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang sedang
menangis itu. "Lepaskan aku! Di mana kakakku" Bukankah aku telah
memberikan uang tebusan itu" Mengapa engkau mengingkari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
janjimu?" wanita yang berada di atas tempat tidur itu menjerit-jerit lagi.
Chin Yang Kun yang sedari tadi belum melihat wajah Songbun-kwi tiba-tiba dikejutkan oleh suara iblis itu di balik pintu yang diintipnya.
"Kakakmu ada di ruangan sebelah ! Sebentar kalau engkau sudah selesai melayani aku tentu akan kulepaskan juga dia, heheheh ...." iblis dari Tai bong-pai itu tertawa. Dan sesaat kemudian Chin Yang Kun melihat iblis itu melintas di depan lobang kunci, menuju ke arah si wanita. Hampir saja Chin
Yang Kun mengumpat ketika melihat iblis yang mengerikan itu tanpa mengenakan pakaian selembar-pun di tubuhnya.
Bukit Pemakan Manusia 12 Tugas Rahasia Karya Gan K H Pendekar Pedang Sakti 22

Cari Blog Ini