Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 4

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 4


datang dari Hok-kian tersebut.
"Kun-te, bagaimana menurut penilaianmu tentang ilmu silat
kedua orang ini ?" baginda bertanya kepada Yang Kun. Kaisar Han ingin menjajaki ilmu kepandaian sahabat mudanya yang
ia dengar hanya seorang murid dari guru silat desa saja itu.
Baginya juga ingin mengetahui keadaan yang sesungguhnya,
benarkah seorang pemuda yang mampu mengalahkan dirinya
dalam hal ketajaman panca-indera itu, benar-benar hanya
seorang murid dari guru silat desa saja "
"Ah, Liu-toako".., bukankah engkau sendiri yang
mengatakan kepadaku bahwa akibat dari kedua buah racun
yang menyerang diriku itu, aku kini sudah tidak berguna lagi "
Lwee-kangku sudah lenyap sama sekali, mana ada muka lagi
bagiku untuk berbicara tentang ilmu silat ?"
"Benar, " tetapi bukankah hanya lweekangmu saja yang
hilang " Bukankah ilmu silatmu masih engkau kuasai dengan
baik " Engkau masih dapat bersilat dengan tangkas seperti
semula, biarpun hanya berdasarkan pada tenaga gwa-kang
saja. Jadi asal tidak menghadapi seorang ahli lweekeh saja engkau masih bisa mendapatkan kemenangan !" Kaisar Han
menerangkan. Yang Kun termenung mengawasi pertempuran kedua orang
prajurit pengawal itu. Memang, meskipun ia tidak punya
lweekang lagi, tapi ia masih dapat melihat dengan jelas mutu ilmu silat kedua orang tersebut. Dan iapun tahu setelah sekian lama ia melihatnya bahwa meskipun orang Hok-kian itu
kelihatan lebih gesit dan tangkas dari pada lawannya tetapi pertahannya ternyata tidak begitu kuat. Berbeda dengan Se-hek tersebut, biarpun kelihatan lamban dan pasif tapi ilmunya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar-benar ulet dan tangguh. Sehingga di dalam
pertempuran yang bersungguh-sungguh orang Hok-kian itu
tentu akan kalah. Ketika Yang Kun dengan perlahan-lahan mengutarakan
pendapatnya tentang kedua macam ilmu silat mereka itu,
Kaisar Han cepat menepuk-nepuk pundak si pemuda dengan
gembira sekali. "Bagus ! Bagus ! Kau ternyata bermata awas sekali. Akupun
berpendapat begitu. Kun-te ternyata kau benar-benar lihai
sekali !" kata baginda keras-keras. Lalu tangannya cepat
menghentikan pertempuran mereka." Pengawal ! Mumpung
Yang hian-te sahabatku, ada di tempat ini, ayoh". kalian
mintalah pelajaran kepadanya !"
Yang Kun menjadi kaget setengah mati. Tapi sebelum ia
mampu berkata-kata para prajurit pengawal tersebut telah
menjura kepadanya. "Yang siauw-ya, perkenankanlah kami belajar satu-dua
jurus gerakan dari tuan."
Yang Kun memandang sahabatnya dengan bengong, tapi
baginda sendiri seakan-akan tidak mengetahui. Baginda justru melangkah ke tepi untuk memberi tempat kepada mereka.
"Kun-te, kasihanilah mereka ! Berilah sedikit pelajaran agar mereka mereka puas di dalam hatinya !"
Terpaksa pemuda itu menghadapi kedua orang pengawal
itu. Hatinya menjadi ragu-ragu, bagaimana ia harus melayani mereka itu " Dapatkah ia hanya mengandalkan jurus-jurus
ilmu silatnya saja, tanpa dilandasi dengan lweekang sama
sekali " Masakan ia mampu mengelak saja terus-terusan tanpa sekali-sekali mengadu kepalan atau lengan, yang berarti ia harus mengadu tenaga "
Tetapi Yang Kun tidak mempunyai waktu lagi untuk
melamun. Kedua orang itu telah meletakkan senjata mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini telah bersiap-siap di hadapannya. Maka agar jangan mengecewakan mereka, Yang Kun cepat memasang kuda-kuda.
Dengan berteriak keras kedua orang itu menyerang dari
kanan dan kiri. Semuanya mengarah ke pinggang Yang Kun.
Dalam keadaan masih mempunyai lweekang, Yang Kun tentu
memilih untuk menangkis serangan itu, sehingga ia akan lebih mudah untuk menyerang mereka kembali. Tapi karena ia tak
berani beradu tenaga, terpaksa pemuda itu meloncat
kebelakang. Dan dari tempat itu baru dia menyerang balik
kedua lawannya dengan tendangan berantainya.
Sekarang ganti kedua orang pengawal itulah yang meloncat
mundur. Tetapi mereka meloncat ke belakang sambil
memisahkan diri ke kiri dan ke kanan, sehingga akhirnya Yang Kun menjadi terkepung di antara mereka berdua. Untuk
sesaat mereka bertiga hanya berdiri diam saling mengukur
kekuatan lawan. Tetapi beberapa saat kemudian mereka telah terlihat lagi di dalam tertempuran yang seru.
Yang Kun yang telah kehilangan seluruh kekuatan lweekangnya ternyata masih mampu juga bergerak dengan
tangkas melayani kedua orang lawannya, biarpun setiap kali ia harus menghindari adu tenaga dengan mereka. Yang kun
dengan gesit menyerang pada bagian-bagian yang berbahaya
dari kedua orang lawannya, karena hanya dengan berbuat
begitu ia akan mampu merobohkan lawannya. Maka dengan
sangat hati-hati Yang Kun memainkan Hok-te Ciang-hoat
(Ilmu Pukulan Menaklukkan Bumi), yaitu ilmu silat tangan
kosong andalan keluarga Chin di samping Hok-te To-Hoat
(Ilmu Golok Menaklukkan Bumi).
Hok-te Ciang-hoat diciptakan oleh cikal bakal raja-raja Chin dan terdiri dari 36 jurus. Setiap jurusnya terdiri pula dari beberapa gerakan rahasia yang sukar diduga oleh lawan.
Seperti juga pada Ilmu Golok Hok-te To-Hoat, llmu Pukulan
Hok-Te Ciang-Hoat ini berdasarkan pada kegesitan kaki dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan lengan. Semua jurus serangan yang ada di dalam
Hok-te Ciang-hoat ini selalu mengarah ke bagian-bagian tubuh lawan yang berbahaya.
Pengawal yang berasal dari Hok-kian itu bergerak semakin
gesit tetapi ternyata gerakan kaki Yang Kun masih tetap lebih cepat dari padanya, sehingga setiap usahanya untuk mencecar dan merangsak Yang Kun selalu gagal karena pemuda itu
tentu melejit dengan cepat menghindarkan diri. Akhirnya
justru dia sendirilah yang mengalami kesukaran ketika Yang Kun ganti membalas serangannya. Yang Kun yang mengetahui
titik kelemahan lawan dalam pertahanannya, selalu
mempergunakan setiap kesempatan yang diperolehnya.
Untunglah prajurit pengawal yang ke dua, yang berasal dari Se-hek, selalu menolong temannya yang kerepotan itu. Tetapi dengan berbuat demikian lambat-laun kedua orang itu
akhirnya jatuh di bawah angin.
Kaisar Han yang memperhatikan cara bersilat Yang Kun
sejak permulaan tetap belum dapat menebak dari aliran mana sahabatnya itu berasal. Melihat gerakan kakinya yang cepat dan gesit seperti orang menari mengingatkan baginda pada
gerakan seorang ahli silat pedang, tetapi bila melihat gerakan tangannya yang selalu bertumpu pada gerakan pinggang,
mengingatkan baginda pada gerakan seorang ahli silat tombak yang biarpun agak lamban tetapi terlihat kokoh dan kuat itu, Tetapi apabila dilihat dari gaya pukulan tangan dan jari-jarinya, baginda menjadi teringat kepada seorang ahli kin-na-jiu (ilmu menangkap dan membanting). Sehingga akhirnya
baginda menjadi pusing dan bingung sendiri.
Sementara itu pertempuran di antara ketiga orang itu telah hampir berakhir. Pemuda itu berhasil mengurung kedua orang lawannya. Beberapa kali serangannya berhasil menembus
pertahanan lawan. Hanya karena serangan tersebut tidak
disertai Lwee-kang yang kuat maka kedua lawannya masih
bisa bertahan. Coba Yang Kun masih memiliki tenaga dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti semula, mungkin kedua pengawal itu hanya dapat
bertahan dalam beberapa jurus saja.
"Tahan !" tiba-tiba Kaisar Han berseru.
Yang Kun yang pada saat itu berhasil memasukkan sebuah
serangan lagi ke dalam benteng pertahanan lawan, sehingga
kedua ujung jari kanannya dapat menjepit tenggorokan salah seorang di antaranya, terpaksa melepaskan tangannya. Kedua orang lawannya itu juga segera meloncat mundur, lalu
menjura kepada Yang Kun dan mengaku kalah.
"Bagus ! Bagus ! Kun-te, engkau sungguh hebat sekali !
Sekalipun tanpa lweekang ternyata engkau masih mampu
mengalahkan kedua orang kepala pengawal Tu-shu-koan
(Gedung Perpustakaan). Agaknya suhumu itu memang bukan
orang sembarangan, sayang ketika bertemu dengan suhumu
di ruang penjara bawah tanah itu aku tidak sekalian
mengundangnya kemari." Kaisar Han berkata.
Tiba-tiba seorang pengawal yang sedari tadi berada di
pinggir arena tampak melangkah maju. Setelah berlutut di
depan Kaisar Han, pengawal itu berdiri menjura ke arah Yang Kun.
"Apabila diperkenankan siauw-te juga ingin sekali meminta
satu dua jurus pelajaran ilmu silat guna menambah
pengetahuan siauw-te di bidang permainan senjata."
Yang Kun sekali lagi menjadi termangu-mangu. Kakinya
baru saja sembuh dan dia tak ingin berkelahi sebenarnya. Tapi ketika ia menoleh ke arah sahabatnya, lagi-lagi sahabatnya itu seperti tak ambil peduli pada keadaan itu. Sahabatnya
tersebut justru memberi peluang kepada mereka untuk
melaksanakan niatnya itu.
"Hahaha". Tio shao-ping rupanya (Pengawal Tio)!
Bagus".. engkau agaknya juga ingin mencoba kepandaian
Yang Siauw-ya dalam hal bermain senjata. Tapi Tio shao-ping harus berhati-hati ! Sahabatku ini bukan tandinganmu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata" ehh Kun-te, apakah senjata yang biasa kau pakai ?"
Kaisar Han bertanya kepada Yang Kun.
"Liu toako, aku".. aku sebenarnya ......."
"Ah, Kun-te?" kau tidak usah terlalu merendahkan dirimu.
Kasihanilah mereka itu. Mereka ingin minta petunjuk dari
sahabat pemimpinnya. Nah, apakah senjata yang biasa kau
pakai ?" "Aku?"Aku ".. yah, baiklah ! Tapi hanya satu kali ini saja lagi. Sebenarnya aku tidak ada nafsu untuk berkelahi pada
saat ini. Liu toako, aku dapat mempergunakan segala macam
senjata, tapi senjata yang biasa aku bawa adalah sebuah
golok." "haha". Kun-te, begitulah seharusnya engkau bersikap.
Nah, pengawal " berilah Yang siauw-ya ini sebuah golok !"
Kaisar Han berteriak ke arah para pengawal. "Nah, Kun-te".
kau pun harus mengetahui, siapakah sebenarnya Tio shaoping ini. Dia adalah kepala regu pengawal Wu-chi-koan
(Gudang Senjata)! Kedudukannya lebih tinggi dari pada kedua pengawal tadi. Kepandaiannya bermain tombakpun juga lebih
membahayakan pula." Salah seorang pengawal menyerahkan sebuah golok besar
kepada Yang Kun, sementar Tio shao-ping telah bersiap-siap pula dengan tombak pendeknya. Kedua orang itu kemudian
saling berhadapan. Tio shao-ping sekali lagi memberi hormat kepada Yang Kun sebagai tanda bahwa ia sudah akan
memulai serangannya ! Lalu dengan sigap kepala pengawal
Wu-chi-koan itu mendongakkan ujung tombaknya ke arah
dada Yang Kun. "Hiyaaaat ?".!!"
Bagaikan seekor ular berbisa, ujung tombak orang she Tio
itu meluncur ke depan dengan cepat ke arah tenggorakan
Yang Kun dalam jurus Sin-coa-chao-cu (Ular Sakti Mencari
Mustika). Yang Kun terkejut juga ! Ujung tombak orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampak bergetar dengan dashyat, sebagai tanda bahwa
serangan itu dibantu dengan dorongan lweekang yang kuat
pula. Maka Yang Kun tidak berani main-main. Dalam keadaan
biasa mungkin ia tidak perlu takut akan tenaga dalam lawan itu, tapi dalam keadaannya seperti sekarang ia memang harus selalu berhati-hati.
Satu-satunya jalan untuk menghindari serangan itu tanpa
resiko mengadu tenaga hanyalah dengan cara meloncat
mundur, sebab untuk menghindari ujung tombak yang
bergetar seperti itu sama berbahayanya dengan menghindari
patukan seekor ular berbisa. Dengan cepat ujung tombak itu dapat berubah arah, ke kiri atau ke kanan ! Oleh karena itu meskipun telah melangkah ke belakang, Yang Kun tetap
mengibaskan goloknya ke depan dadanya dalam jurus
Mengayun Tangkai Bendera Menghalau Lo Biauw.
Begitu serangannya gagal, orang she Tio itu menyusuli lagi dengan Shao-in-kan-goat (menyapu Awan Melihat Bulan) ke
arah muka lawan. Dan belum lagi serangan itu tiba, Yang Kun telah merasakan kibasan angin yang menyertainya seperti
sebuah angin taufan yang menampar-nampar wajahnya. Tapi
pemuda itu tidak ingin melangkah mundur lagi. Dengan tubuh membungkuk Yang Kun melangkah ke depan malah, lalu
diangkatnya goloknya tinggi ke arah tangan lawan yang
memegang tangkai tombak, dalam jurus Mengangkat Obor
Menerangi Langit. Tentu saja pegawal itu tidak mau lengannya tergores ujung
golok lawan, sehingga dengan tergesa-gesa pengawal
tersebut menarik pula tombaknya ke belakang ! Malah kini
tampak olehnya Yang Kun mengayunkan goloknya secara
mendatar ke arah lehernya dalam jurus Panglima Yi Po
Mengatur Barisan. Orang she Tio itu terkejut juga melihat kegesitan lawan.
Dengan perasaan berat terpaksa ia meloncat ke belakang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghindarkan diri sehingga keadaan telah menjadi
seimbang kembali. Sama-sama telah mundur selangkah !
Yang Kun juga tidak berusaha untuk mengejar lawannya.
Ia berdiri tegak kembali dengan golok di depan dadanya. Baru setelah lawan berdiri dengan tegak ia ganti menyerang
dengan sabetan goloknya. Maka terjadilah suatu pertarungan seru di antara mereka. Tapi seperti pertempuran pertama, kali ini Yang Kun juga harus selalu menghindari pertemuan di
antara kedua senjata mereka, karena dengan bertemunya
kedua senjata mereka berarti harus mengadu tenaga pula.
Padahal lweekang lawannya kali ini justru lebih tinggi dari pada kedua lawannya yang pertama. Dan kelemahan ini tidak
disia-siakan oleh orang she Tio itu. Orang itu dengan nekat dan berani menyerbu ke arah Yang Kun sambil mengobat-abitkan tangkai tombaknya dengan maksud agar sekali tempo
dapat beradu dengan tenaga lawannya.
Baginda tersenyum melihat cara bertempur pengawalnya
itu. Biarpun cara bertempur seperti itu dapat dikatakan licik tapi hal itu juga dapat menjadi tanda bahwa pengawal
tersebut bertempur dengan memakai otak pula. Agaknya Yang
Kun menyadari pula akan hal ini.
Beberapa kali pemuda itu terpaksa harus meloncat ke sana
ke mari untuk menghindari serbuan lawannya dan beberapa
kali pula ia harus menangkis tombak lawannya. Hal itu
terpaksa ia lakukan karena tiada jalan lagi selain menangkis, padahal setiap senjata mereka beradu setiap kali pula ia
meringis kesakitan karena tenaga gwakangnya ternyata tidak mampu menahan tenaga dalam lawannya, sehingga lambat
laun telapak tangannya terasa perih bagai terkelupas kulitnya.
Baginda mengerutkan keningnya. Ilmu golok sahabatnya
itu hebat bukan main. Entah dari perguruan mana baginda
juga tidak tahu, tetapi agaknya ilmu itu sedikit dipengaruhi ilmu toya dan ilmu pedang. Beberapa kali baginda melihat
sahabatnya itu menusukkan ujung pedang. Kadang-kadang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginda melihat golok itu diayun oleh sahabatnya seperti
orang mengayun toya, keras sekali, dan tidak memakai tenaga bahu tetapi dengan tenaga pinggangnya ! Baginda percaya,
bila sahabatnya tidak kehilangan lweekangnya, paling-paling Tio shao-ping itu hanya dapat bertahan selama 20 jurus saja.
Tapi karena keadaannya itu pula yang mengakibatkan
sahabatnya itu kini menjadi terdesak malah.
Yang Kun semakin repot menahan serbuan lawannya.
Kedua buah telapak tangannya telah mulai mengalirkan darah, sehingga rasa-rasanya sudah tak dapat lagi untuk memegang
tangkai golok. Tetapi untuk mundur dan mengaku kalah
hatinya sungguh berat dan penasaran. Ia tahu dengan pasti
bahwa ilmu tombak lawannya benar-benar bukan tandingan
Hok-te To-hoatnya yang hebat, maka jika harus mengaku
kalah terhadap ilmu tombak seperti itu ia sungguh merasa
sangat penasaran sekali. Tetapi keadaan Yang Kun memang sangat runyam.
Melawan senjata lawan yang lebih panjang serta berkelahi
seperti kerbau gila itu benar-benar membuat dia tidak bisa berkutik, sehingga ketika sekali lagi dia terpaksa harus
menangkis pukulan gagang tombak lawannya, goloknya sudah
tak bisa dipertahankan lagi. Dengan suara nyaring golok itu terpental lepas dari tangannya ! Padahal ujung tombak lawan masih tetap meluncur ke arah pusarnya. Sedangkan Yang Kun
sudah tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menghindar !
Sementara itu saking bernafsunya, orang she Tio itupun sudah tidak keburu lagi untuk menahan daya luncur senjatanya.
Semua mata terbelalak kaget ! Kaisar Han juga terkejut
setengah mati melihat perubahan suasana yang begitu
cepatnya. Baginda juga tidak dapat berbuat apa-apa !
Yang Kun juga sudah tidak mempunyai harapan lagi.
Dengan berteriak keras dia menampar ke arah muka lawan
dengan jurus andalannya, Raja Chin Miu Mematahkan Kim-pai
! Dengan harapan meskipun ia mati tertembus tombak, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pihak lawan juga tidak dapat menikmati kemenangan itu
dengan tubuh segar bugar, paling tidak tentu rontok semua
gigi-giginya. "Dessss !" "Krakkkang !" Kedua-duanya terlempar ke belakang dengan keras. Semua
orang yang berada di tempat itu serentak meloncat ke depan untuk menolong. Para pengawal itu merubung dan menolong
Tio shao-ping sementara Kaisar Han cepat memeluk Yang Kun
yang terkapar di atas lantai. Tampak kain baju yang menutup perut pemuda itu basah oleh darah !
"Kun-te?" Kun-te ! Kau"."!?"
Baginda berdiri kembali, matanya menatap tubuh
sahabatnya yang terkapar di samping kakinya. Terpancar
suatu perasaan menyesal yang dalam pada pandang mata


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baginda, sehingga wajah yang tertutup kumis dan jenggot
tebal itu tampak memucat. Dan lambat laun dari pucat wajah itu berubah menjadi merah membara, sejalan dengan
terbakarnya hati baginda mengingat akan kecerobohan hamba
pengawalnya yang kurang hati-hati sehingga membunuh
sahabatnya. Tetapi sebelum baginda meledak dengan
kemarahannya?" "Aduhhh?" wadouhhh".. gatal sekali ! wadouhhh"..
mukaku gatal sekali ! Oh".. Oh?". ooooohhh?" panasnya !"
Tiba-tiba terdengar suara Tio shao-ping yang berteriakteriak kesakitan. Dan ketika baginda menoleh, tampak tubuh pengawal itu meronta-ronta di dalam pegangan kawan-kawannya. Kulit mukanya yang semula berwarna kuning itu
kini tampak membengkak kehitam-hitaman, sementara pada
pipinya sebelah kanan ada bekas telapak tangan Yang Kun
yang berwarna kemerah-merahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi baginda terkejut setengah mati. Terang kalau
hambanya itu mengalami keracunan hebat. Segera terngiangngiang di dalam telinga baginda akan kata-kata Chu Seng Kun sebulan yang lalu, ketika tabib muda itu selesai mengobati tubuh Yang Kun, "Hong-siang, di dalam darah anak muda ini
telah mengalir sebuah campuran racun yang kekuatannya
telah berlipat ganda. Racun itu telah bersenyawa menjadi satu dengan cairan darah sehingga tidak mungkin terpisahkan
lagi?" Tanpa kepandaian apa-apapun anak muda ini sudah
menjadi orang yang sangat berbahaya"."
Untuk beberapa saat baginda masih melihat hambanya itu
berteriak-teriak dan meronta-ronta, tetapi ketika baginda
melangkah untuk mendekati tiba-tiba kepala orang itu telah terkulai, napasnya berhenti, nyawanya telah meninggalkan
tubuhnya. Baginda berdiri termangu-mangu, begitu juga para
pengawal yang lain, mereka hampir tak mempercayai segala
kejadian yang baru saja berlalu itu. Baginda menghela napas berat. Akhirnya terbukti pula semua perkataan Chu Seng Kun itu.
"Liu-toako?"?"
Semuanya dengan serentak menoleh. Mereka hampir tidak
percaya ketika tubuh pemuda yang tadi tertembus tombak itu kini tampak duduk memandang ke arah mereka. Baginda
cepat berlari menghampiri, lalu dengan perasaan tak percaya baginda mengawasi muka sahabatnya.
"Kun-te ?" kau masih hidup " Engkau tidak apa-apa "
Bagaimana dengan luka di perutmu ?" baginda bertanya
sambil mengawasi perut sahabatnya itu. Tangannya yang
terulur ditariknya kembali begitu teringat kata-kata Chu Seng Kun.
"Aku?" aku hanya tergores pada kulit perutku. Agaknya
timang perak yang toako berikan kepadaku untuk hiasan ikat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggang itu telah menyelamatkan jiwaku." Yang Kun
menjawab sambil menoleh ke arah pecahan perak yang
berkeping-keping di dekatnya." ?".. dan bagimana dengan
Tio shao-ping itu " Kenapa dia juga terbaring di sana " Apakah tamparanku terlalu menyakitkan dia ?"
Baginda terdiam untuk beberapa saat, kemudian memberi
isyarat kepada para pengawal untuk menyingkirkan tubuh Tio shao-ping dari tempat itu.
"Awas ! Jangan sampai racun itu menular ke pada tubuh
kalian !" baginda memperingatkan.
Tentu saja Yang Kun heran sekali mendengar kata
peringatan sahabatnya itu. Apalagi ketika dilihatnya semua orang berwajah pucat. Tanpa bersuara mereka menggotong
tubuh Tio shao-ping keluar dari ruangan itu.
"Liu-toako ! Apa yang terjadi " Kenapa Tio shao-ping itu ?"
pemuda itu berteriak. "Kun-te?" sudahlah ! Lihat dahulu lukamu, baru kita
pikirkan yang lain !"
"lihat ! Perutku benar-benar hanya tergores sedikit saja !
Aku sungguh tidak apa-apa. Aku hanya merasa sedikit mual
dan pusing akibat hentakan tombak Tio shao-ping yang
menghantam perutku tadi." Yang Kun berkata sambil
memperlihatkan perutnya yang terluka.
"Sukurlah !" baginda merasa lega. "Ketahuilah, Kun-te, Tio shao-ping telah meninggal dunia terkena tamparan tanganmu
tadi ?"!" "Hah " Mati " Bagaimana mungkin " Bukankah tamparan
itu hanya sebuah tamparan biasa saja tanpa dilandasi
lweekang ?" "Benar, tapi ketahuilah bahwa telapak tanganmu telah
lecet-lecet berdarah sebelum menampar Tio shao-ping tadi.
Padahal seperti yang telah kuceritakan kepadamu dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa darahmu telah mengandung racun dahsyat, yang dapat
membunuh orang?"."
"Oooohh?"!"
"sudahlah, Kun-te, engkau tidak usah menyesalinya. Hal ini memang tidak kau sengaja. Hanya mulai saat ini kau harus
hati-hati dengan darah yang keluar dari tubuhmu, sebab darah itu mengandung racun yang dapat membunuh orang selain
dirimu sendiri. Marilah kita keluar?".!"
"Baik, Liu toako?""."
Hari semakin malam, udara juga semakin terasa dingin.
Bulan purnama juga telah mendaki semakin tinggi pula. Kaisar Han mengajak Yang Kun ke halaman istana bagian tengah di
mana bangunan-bangunan indah didirikan, yaitu beberapa
bangunan besar yang dikelilingi tembok tinggi tempat kaisar dan seluruh anggota keluarganya bertempat tinggal. Di sana penjagaan lebih ketat dan keras dari pada bagian istana yang lain.
"Kita tidak usah masuk ke dalam. Soalnya harus ada ijin
khusus selain keluarga kaisar yang ingin masuk ke tempat itu."
Kaisar Han berkata. "Kita lewat melalui jalan di luar
temboknya saja." "Liu toako, apakah pengaruhmu tidak sampai di dalam
tembok itu ?" "Haha" tentu saja kakakmu ini mempunyai juga pengaruh
di sana. Tetapi punya pengaruh atau tidak punya pengaruh
tetap sama saja kalau akan memasuki daerah terlarang itu.
Tetap harus mempunyai ijin khusus dari kaisar !"
Akhirnya mereka sampai di halaman istana bagian tengah
di mana terdapat sebuah bangunan yang besar dan megah. Di
depan pintu masuknya yang besar dan indah tampak
berderet-deret belasan buah patung manusia setinggi dua
meter, terbuat dari batu pualam putih. Halamannya sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luas dan ditanami pohon-pohon cemara sehingga terasa sejuk dan agung. Di sebelah belakang dari bangunan itu berdiri
sebuah pagoda besar yang bertingkat tujuh menjulang ke
angkasa. Beberapa orang pendeta tampak hilir mudik di
dalamnya. "Inilah kuil agung tempat para bangsawan istana
bersembahyang." baginda memberi keterangan kepada Yang
Kun. "Kepala kuilnya adalah ayah saudara Chu yang
mengobati engkau dahulu itu. Bangunan ini telah berdiri kira-kira 200 tahun yang lalu".. dan satu-satunya bangunan di
dalam istana ini yang lolos dari gempa."
"Bolehkah aku melihat ke dalam ?"
"Tentu saja?"."
Yang Kun kagum sekali pada gaya bangunan yang sangat
megah itu. Semua kayu-kayunya diukir dengan indah sekali.
Lantainya juga terbuat dari batu pualam putih. Ruangan
depan yang luas itu dihiasi dengan beberapa patung dewadewi di bagian tepinya, sementara altar tempat
bersembahyang yang terletak di tengah-tengah ruangan itu
terbuat dari batu pualam bening seperti kaca setebal satu
jengkal lengan manusia. Persis di atas altar tersebut, yaitu pada atap di gentingnya dibuat sebuah lubang seluas altar itu pula, sehingga sinar matahari maupun bulan dengan bebas
dapat masuk menerangi altar kaca itu.
Beberapa orang pendeta menyambut kedatangan mereka,
tetapi Kaisar Han cepat memberi keterangan bahwa mereka
hanya ingin melihat-lihat saja keindahan dari kuil itu, sehingga pendeta-pendeta tersebut kembali lagi ke dalam setelah
mempersilahkan mereka untuk melihat-lihat sepuas-puasnya.
"Liu toako, lihatlah ! Altar itu sungguh menggetarkan hati !
Altar bening yang tertimpa sinar bulan purnama itu seakanakan mempunyai perbawa yang hebat pada diri orang yang
melihatnya." Yang Kun berbisik kepada sahabatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Aku juga merasakan sesuatu pengaruh yang
membuat diriku merasa segan dan takut untuk berbuat
sesuatu yang jelek di tempat ini?"."
"Toako?" aku tiba-tiba jadi kepingin sembahyang di
tempat ini"." Yang Kun berbisik lagi. Kaisar Han tercengang !
Tapi serentak dilihatnya pemuda itu tampak bersungguhsungguh dan tidak hanya sekedar bergurau dengan dia,
baginda segera mempersilahkannya.
"Silahkan, Kun-te ! Aku akan menunggu di luar saja."
Sebenarnyalah, memang secara tiba-tiba hati pemuda itu
ingin sekali berdoa dan bersyukur di atas altar yang
menyilaukan itu. Ia ingin bersyukur atas keselamatan dirinya dari kematian ataupun dari luka-lukanya yag berbahaya itu, Ia ingin mengucapkan terima kasihnya kepada Thian atas semua
itu dan ia juga secara tiba-tiba ingin menyembahyangkan
semua arwah keluarganya yang sampai saat ini belum pernah
ia lakukan. Mumpung sekarang berada di tempat yang begini
agung dan mengesankan hatinya, siapa tahu ia takkan sempat lagi melakukan di tempat lain "
Yang Kun mencopot sepatunya kemudian membersihkan
kedua belah kakinya sebelum naik ke atas altar. Pertama-tama ia menyembahyangkan arwah ibu yang sangat dicintainya,
baru setelah itu ia menyembahyangkan arwah ayah dan
paman-paman yang lain. Sinar bulan purnama yang menyorot
cemerlang tepat di atas kepalanya itu semakin menambah
perbawa yang menakjubkan pada altar bening yang kini
berada di bawah kakinya. Bayangan langit, mega, bulan dan
bintang seakan terpantul di sana, sehingga pemuda itu
merasa berada di atas mega yang tinggi bersama-sama
dengan mereka ! Yang Kun merasa seakan bayangan bulan yang terpantul di
bawah kakinya itu sedang tersenyum kepadanya. Tersenyum
bangga, karena dialah yang menjadi ratu pada malam ini.
Tanpa kehadirannya, semuanya akan menjadi gelap dan tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berarti lagi. Tetapi tiba-tiba Yang Kun terkejut ! Rasa-rasanya ia melihat dua buah bulan sedang tersenyum kepadanya di
dalam altar itu. Yang ke dua justru lebih cemerlang dari pada bulan yang pertama, sehingga rasa-rasanya altar tersebut
semakin terasa menyilaukan pandangannya.
Ketika pemuda itu memandang lebih teliti lagi, ternyata ia melihat lubang kecil sebesar kepalan tangannya di bawah altar itu. Dan jauh di dasar lubang tersebut Yang Kun melihat
benda berwarna kuning mengkilat cemerlang terkena sinar
bulan yang memasuki lubang kecil itu. Dari tempat itulah sinar bulan yang kedua datang.
Yang Kun cepat-cepat turun dari atas altar tersebut dengan maksud memberi tahu tentang penemuannya itu kepada
sahabatnya. Tapi di luar kuil Yang Kun tidak melihat
sahabatnya. Halaman depan kosong, begitu pula halaman
samping. Pemuda itu berlari masuk kembali ke dalam kuil, tapi ia tetap tidak menemukan sahabatnya itu.
Seperti orang sinting Yang Kun berlari kembali ke atas
altar. Tapi betapa kagetnya ketika lubang yang berisi benda kuning itu telah lenyap dan tiada lagi di sana, seakan hilang bersama gerakan bulan yang telah sedikit mendoyong ke arah barat.
"Liu toako?" Liu toako ! Dimanakah engkau ?" pemuda itu
berseru. Beberapa orang pendeta tampak keluar dari dalam kuil dan
dengan tergesa-gesa menghampiri Yang Kun.
"Siauw-sicu, kau mencari siapakah ?" salah seorang
pendeta yang berusia paling tua di antara mereka bertanya.
"Oh, siauw-te sedang mencari kawan siauw-te yang tadi
datang ke sini bersama siauw-te"." pemuda itu menjawab.
"Apakah si-cu adalah teman?"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kun-te?"!" tiba-tiba terdengar suara orang memanggil
dari jauh. Yang kun bergegas meloncat keluar pintu, diikuti oleh para pendeta itu. Tampak oleh mereka di atas pagoda dua orang
sedang bertempur dengan seru. Salah seorang di antara
mereka dikenal oleh Yang Kun sebagai Liu toako, sahabat
yang sedang dicarinya itu. Mereka berlari-lari menghampiri tempat itu. Dari bawah terlihat dengan nyata, kedua orang
yang sedang berkelahi di tingkat ke tiga itu adalah seorang laki-laki dan seorang wanita. Yang Kun mengenal bahwa yang laki-laki adalah Liu toako , sahabatnya, tapi yang lain pemuda itu tidak mengenalnya. Kedua orang tersebut bertempur
dengan seru. Masing-masing ternyata mempunyai kepandaian
yang sangat tinggi, apalagi wanita itu. Pukulan mereka yang dilandasi oleh tenaga dalam tingkat tinggi terdengar bersiutan dari bawah, sehingga pagoda itu seperti bergetar dilanda
angin pukulan mereka. Kaisar Han yang sebelum menjadi kaisar adalah seorang
pendekar besar yang sangat terkenal di dunia persilatan tentu saja mempunyai kesaktian yang bukan main hebatnya, sebab
tanpa mempunyai kesaktian yang hebat tidak mungkin dia
bisa memimpin barisan para pendekar yang rata-rata juga
merupakan seorang pendekar yang sudah punya nama pula di
dunia persilatan. Meskipun demikian dalam pertempuran
seorang lawan seorang dengan wanita itu ternyata baginda
berada di bawah angin. Wanita yang sekarang sedang bertempur dengan baginda
adalah seorang wanita yang telah berumur sekitar 60-an, tapi meskipun begitu ternyata gerakannya masih tetap gesit dan
tangkas. Dengan langkah-langkah kaki yang cepat serta
lweekang yang tinggi, ia mengurung Kaisar Han yang selalu
terdesak mundur. Beberapa kali wanita itu memaksa baginda
untuk saling beradu kepalan atau lengan dan setiap kali pula baginda harus mengakui kehebatan tenaga dalam lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun hanya seorang wanita apalagi sudah tua ternyata
kekuatannya masih berada di atas kekuatan baginda.
Baginda semakin terpepet di pagar kayu yang berada di
tingkat tiga tersebut. Anehnya sampai saat itu tak seorang pengawalpun yang datang ke tempat itu untuk menolong
baginda. Agaknya para pengawal istana yang berada di sekitar tempat itu telah dilumpuhkan oleh wanita tersebut. Sedangkan para pendeta yang berada di dalam kuil itu tak seorang pun yang mengerti ilmu silat selain kepala kuilnya yang bernama Chu Sin, ayah Chu Seng Kun ! Tapi sampai saat itu Chu Sin
pun belum kelihatan di tempat tersebut.
Akhirnya Yang Kun tidak tega melihat keadaan sahabatnya.
Tapi sebelum ia berlari menyusul ke atas, tiba-tiba terdengar suara berdentam yang keras disertai ambrolnya pagar kayu
yang melingkari teras di tingkat ke tiga. Tampak oleh Yang Kun sahabatnya terlempar ke bawah akibat beradu tenaga
dengan lawannya. Yang Kun berusaha menyanggah tubuh sahabatnya. Tetapi
oleh karena lweekangnya telah tiada, apalagi Kaisar Han
ternyata juga telah terluka dalam akibat pukulan lawan, maka keduanya justru jatuh terguling-guling di atas rumput. Tapi hal itu juga sudah merupakan sebuah keuntungan pula bagi
Kaisar Han. Tanpa disanggah oleh Yang Kun, meskipun
baginda juga telah mengerahkan ginkangnya, jatuh dari
tempat yang begitu tinggi niscaya akan berbahaya pula bagi tulang-tulang kakinya.
Yang Kun menolong sahabatnya untuk bangkit dari rumput.
Tampak oleh pemuda itu darah segar mengalir dari mulut
sahabatnya, menandakan bahwa sahabatnya itu mendapat
luka dalam yang tidak ringan. Tapi sebelum mereka berdiri
tegak, mereka dikejutkan oleh hembusan tenaga dalam yang
dilontarkan dari atas kepala mereka. Ketika mereka
mendongakkan kepala mereka, tampak bayangan wanita itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meluncur turun ke arah mereka, dengan kedua belah
lengannya menghantam ke depan.
Kedua orang sahabat itu merasa seperti dihimpit oleh
tenaga yang amat berat, sehingga untuk mengambil napas
saja sukar sekali rasanya. Apalagi untuk dapat menghindar
dari tempat itu. Terpaksa secara bahu-membahu kedua
sahabat itu bersama-sama memapaki pukulan lawan yang saat
itu sedang meluncur tiba.
"Buuummm?".!"
Debu tampak mengepul tinggi. Rumput-rumput bagai
tercabut dari akar-akarnya. Kerikil dan pasir berhamburan ke mana-mana. Kedua sahabat itu seakan lenyap tertutup oleh
semuanya itu. Sedangkan wanita yang terjun dari tingkat ke tiga itu kelihatan mendarat dengan ringan tak jauh dari sana.
Daya perlawanan kedua orang itu justru sangat
menguntungkan bagi wanita tersebut, sebab dengan
mendapatkan perlawanan itu membuat laju tubuhnya menjadi
tertahan untuk sesaat. Bersama dengan makin menipisnya debu yang menutupi
tempat itu terdengar pula suara-suara tanda bahaya yang
dipukul memenuhi angkasa. Wanita itu tampak kaget, sekilas dilihatnya kedua orang korban pukulannya itu masih
tergeletak pingsan di tempatnya. Tapi sebelum ia beranjak
pergi untuk meninggalkan tempat itu, telinganya yang sangat tajam mendengar derap kaki orang dari segala penjuru. Dan
sebelum ia memutuskan apa yang mesti diperbuatnya untuk
dapat meninggalkan tempat tersebut tampak puluhan bahkan
ratusan prajurit pengawal tampak memenuhi halaman kuil itu
!

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wanita itu terdengar menggeram dengan marah. Agaknya
kedatangannya kali ini telah diperhitungkan oleh lawannya, buktinya ia melihat beberapa orang prajurit serta perwira
pasukan kerajaan di antara para pengawal istana itu. Tetapi meskipun demikian kedatangannya kali ini untuk membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar Han ternyata justru memperoleh keberhasilan. Secara tak terduga wanita itu dapat bertemu dengan kaisar di tempat tersebut, padahal kemarin malam ia telah berputar-putar
hampir di segala sudut istana tanpa membawa hasil. Sekali
lagi wanita itu menoleh ke arah Kaisar Han dan Chin Yang Kun yang masih pingsan dan tiba-tiba saja ia memperoleh jalan
keluar untuk meloloskan diri dari kepungan para prajurit itu.
Wanita itu meloncat dengan cepat dan di lain saat kedua
tubuh Kaisar Han dan Yang Kun telah berada dalam
genggaman tangannya. Dengan kedua sosok tubuh di
tangannya wanita itu berusaha membobol kepungan tersebut.
Tubuh Yang Kun dan tubuh Kaisar Han diayun ke sana ke mari untuk menghantam ke arah mereka. Tentu saja para perwira
yang memimpin pengepungan itu menjadi kalang kabut
mengatur anak buahnya agar tidak salah tangan membunuh
raja mereka sendiri. Pasukan anak panah yang datang juga ke tempat itu tidak dapat berkutik pula di menghadapi keadaan seperti itu. Sehingga akhirnya pasukan pengepung yang
beratus-ratus jumlahnya itu hanya bisa mengikuti saja ke
mana wanita itu membawa korbannya. Mereka berteriak-teriak dan memaki-maki wanita tersebut dari kejauhan.
Kaisar Han dan Yang Kun dibawa lari ke arah halaman
istana bagian belakang. Di tengah-tengah taman istana wanita itu telah dihadang pula oleh sejumlah perwira yang
berkepandaian tinggi. Mereka inilah yang akhirnya dapat
sedikit menghambat langkah kaki orang yang akan menculik
dan membawa pergi junjungannya. Dengan kepandaian
mereka yang tinggi mereka dapat memilih sasaran-sasaran
yang mereka kehendaki, biarpun untuk berbuat begitu juga
tidak mudah, karena orang yang mereka hadapi kali ini juga bukan orang sembarangan. Alhasil para perwira itu tetap tidak dapat menangkap musuh yang menawan kaisarnya, tetapi
penculik yang berusaha membunuh kaisar itupun juga
mengalami kesukaran untuk meloloskan diri dari istana itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertempuran itu makin lama makin bergeser ke arah
belakang sehingga akhirnya mencapai celah lebar bekas
gempa yang pernah diceritakan oleh Kaisar Han itu. Tempat
itu kini malah menjadi tempat bercengkrama yang indah bagi keluarga kaisar, karena celah yang panjang dan lebar itu
entah dari mana datangnya telah dipenuhi dengan air yang
sangat bening, sehingga dasar celah yang terdiri dari lapisan batu kapur yang sangat keras dan terdiri dari bermacam-macam warna itu memantul ke atas bagaikan warna pelangi
yang berkilau-kilau di atas permukaan air.
Lambat laun wanita itu mendekati daerah tepi tebing celah
tersebut yang penuh ditumbuhi pohon-pohon cemara yang
rimbun. Sambil berlari berputar-putar di antara pohon-pohon tersebut, wanita itu sesekali melongok ke bawah tebing, ke arah permukaan air telaga yang bening yang berada sejauh
tiga empat meter dari permukaan tanah itu. Atau kadangkadang matanya melirik ke arah permukaan air telaga yang
bermandikan cahaya bulan itu. Agaknya wanita tersebut
sedang berpikir keras untuk mencari jalan yang lebih aman
baginya, yaitu menyeberangi telaga kecil itu ataukah
menyusuri saja celah tersebut. Dan agaknya maksud hatinya
itu dapat dibaca juga oleh para pengepungnya, buktinya salah seorang dari para perwira itu cepat memerintahkan para
prajuritnya untuk menyingkirkan perahu-perahu kecil yang
berada di sana. Selain itu juga diperintahkan untuk
memperketat pengepungan di kedua belah tepian telaga itu,
sehingga akhirnya ruang gerak dari wanita itu menjadi sangat terbatas.
Tentu saja hal itu membuat wanita itu menjadi marah
sekali. Tampak wanita itu mengerahkan seluruh kekuatannya
dan menyerang para pengepungnya dengan lebih ganas. Ia
tidak lagi memperdulikan apakah kedua korbannya yang saat
itu berada di dalam cengkramannya akan mati atau tidak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika salah seorang perwira mendapat kesempatan untuk
menyerang punggung wanita itu justru menjadi terkejut
setengah mati ketika wanita itu memapaki serangannya
dengan tubuh sri baginda sendiri. Dengan kalang kabut
perwira itu berusaha menarik dan menghindarkan arah
serangannya, tapi dengan berbuat begitu ia menjadi lengah
akan pertahanan tubuh sendiri. Dan kesempatan ini memang
tidak disia-siakan oleh wanita yang sakti itu. Dengan sedikit merendahkan tubuh, wanita itu menghantamkan ujung
tumitnya ke arah tubuh lawan yang sudah kehilangan
keseimbangan tersebut. "Heeekkk?"!!"
Bagai sebuah layang-layang putus badan perwira itu
terlempar tinggi ke udara dengan nyawa sudah meloncat pula dari tubuhnya. Tubuh tersebut jatuh ke atas tanah dalam
keadaan hancur semua tulang dadanya. Darah segar mengalir
dengan deras dari mulutnya yang ternganga !
Ketegangan telah menyelimuti udara di pinggir telaga itu.
Darah telah mulai mengalir ! Semua perwira dan prajurit yang saat itu berada di tempat tersebut seakan terpukau oleh
kejadian yang baru saja terjadi. Dan lagi-lagi kesempatan itu tidak disia-siakan pula oleh wanita perkasa itu. Dengan
berteriak nyaring wanita tua itu menggerakkan lehernya kuat-kuat, dan melesatlah tiga buah tusuk kundai kemala yang
berada di atas sanggulnya, meluncur ke arah para perwira
yang berdiri di sekitarnya.
Terdengar suara mengaduh yang hebat dan kembali tiga
orang perwira telah jatuh terkapar dengan nyawa melayang.
Darah merah mengucur dari dahi setiap perwira itu yang
berlubang karena tertambus oleh tusuk kundai wanita itu.
"Adikku ?"". tahan ! Kau jangan membunuh orang".!"
tiba-tiba terdengar sebuah seruan nyaring dari puncak menara pemandangan yang berdiri di pinggir telaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersama dengan hilangnya suara teriakan itu, tampak oleh
semua orang yang berada di tempat itu seorang pendeta tua
melayang turun dari puncak menara bagaikan burung terbang
saja. Kain lebar yang menutupi pundaknya yang telanjang
tersebut berkibar-kibar tertiup angin, sepintas lalu seperti sepasang sayap yang menggelepar pada tubuh tua yang
sedang terbang ke bawah itu.
Sebelum sampai tanah orang tua itu tampak berjumpalitan
beberapa kali di udara, baru setelah itu mendarat dengan
empuk di atas tanah. Benar-benar suatu pertunjukan ginkang yang telah mencapai tingkatan tinggi.
"Bu Hong Seng-jin !" Wanita itu berseru kaget. "adikmu ini telah beberapa hari mencarimu ke mana-mana tanpa
membawa hasil, eh". ternyata Sin-ko (nama kecil pendeta tua itu adalah Chu Sin) berada di tempat ini."
"Benar Siang-moi ".! Aku sebenarnya juga tahu bahwa
engkau sedang mencari aku dalam beberapa hari ini. Tapi".
aku juga mengetahui bahwa engkau ingin mengajak aku
untuk berbuat yang tidak baik di dalam istana ini. Maka oleh karena itulah aku menyembunyikan diriku di tampat ini".."
pendeta tua yang dipanggil dengan nama Bu Hong Seng-jin
itu menjawab teguran wanita tersebut.
"Berbuat yang tidak baik " Eh".. Sin-ko, apakah
perbuatanku dalam membela nama keluarga kita ini adalah
jelek " Aku ingin membalaskan dendam keluarga Chin yang
dihancurkan oleh Kaisar Han ini, apakah hal itu juga tidak baik
?" Hening sesaat. Pertempuran berhenti dengan mendadak.
Semua orang mengawasi kedua orang itu dengan tegang.
Para perwira dan prajurit yang kini mengepung tempat itu
tahu belaka siapakah pendeta tua tersebut, karena selain
menjabat sebagai kepala kuil di istana, orang tua itu juga merupakan salah seorang dari penasehat baginda kaisar yang sangat dihormati. Tetapi beberapa orang dari para prajurit itu, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dahulu pernah pula mengabdi kepada kaisar lama, juga
tahu siapakah sebenarnya wanita tua yang sangat sakti itu.
Karena pada zaman pemerintahan Kaisar Chin Si, wanita tua
itu merupakan seorang pengawal pribadi kaisar yang sangat
ditakuti lawannya. Sebab selain sangat sakti wanita itu masih terhitung sebagai seorang bibi dari kaisar sendiri.
Wanita tua itu tidak lain adalah Siang-houw Nio-nio, adik
sepupu dari Bu Hong Seng-jin sendiri, yang kawin dengan
salah seorang keturunan langsung dari Sin-kun Bu-tek si
Datuk Besar dari utara itu. Pada waktu Kaisar Chin Si jatuh dan diganti oleh kaisar baru, wanita itu lari bersama suaminya dari istana untuk mencari putera mahkota yang pada saat itu sedang berperang di daerah perbatasan. Wanita itu bersama
suaminya berharap agar Sang Putera Mahkota lekas-lekas
mengambil kembali singgasana yang telah diduduki oleh
seorang yang tidak berhak. Tetapi ternyata mereka telah
terlambat ! Sebelum Putera Mahkota itu sempat membawa
bala tentaranya ke kota raja, barisan para pendekar yang
dipimpin oleh Liu Pang telah lebih dahulu menduduki istana dan mengangkat Liu Pang tersebut menjadi Kaisar Han seperti sekarang ini. Hingga kini segala usaha dari Putera Mahkota itu untuk kembali ke istana selalu gagal, maka tidak heran jikalau wanita tua itu sebagai pendampingnya merasa sangat masgul
dan sakit hati. Apalagi ketika wanita tua itu mendengar kabar tentang kedua orang puteranya yang kata orang justru telah terbujuk oleh Kaisar Han untuk menjadi pembantunya.
Pendeta tua yang dipanggil dengan nama Bu Hong Seng-jin
itu melangkah beberapa tindak ke depan, lalu dengan sabar
dan tenang ia menjawab ucapan adik sepupunya itu.
"Adikku".., kau lihatlah baik-baik ! Kulit kita telah
berkeriput".., rambut kitapun telah memutih seperti perak"!
Itu tandanya bahwa kita ini sungguh telah lama sekali berada di dunia ini. Sungguh jauh sekali perjalanan yang telah kita lalui dan sungguh banyak benar pemandangan yang telah kita nikmati selama ini. Betapa banyak pula segala macam berita Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah kita dengar".! Oleh karena itu seharusnyalah kalau kita ini sudah mengetahui dan memahami apakah sebenarnya
arti dan makna dari pada kehidupan kita di dunia ini"."
"Huh ! Sin-ko, hentikan khotbahmu itu ! Engkau salah
tempat mengucapkannya. Seharusnya hal itu kau ucapkan di
depan para muridmu, bukan di depanku, apalagi di depan
prajurit yang siap bertempur seperti sekarang ini."
"Siang-moi, kau benar-benar tidak berubah. Tabiatmu di
kala engkau masih muda masih kau bawa hingga sekarang.
Tapi aku tetap ingin menasehatimu" Hentikanlah
pertumpahan darah ini ! Kau kembalikanlah Kaisar Han itu
kepada mereka !" "Mengembalikan orang yang telah menghancurkan
keluarga Chin ini kepada mereka " Huhh" enaknya ! Sin-ko,
tak kusangka engkau telah menyeberang pula kepada musuh.
Agaknya engkau pulalah yang membujuk kedua orang
keponakanmu untuk mengabdi kepada perampok ini."
"Engkau salah, adikku. Justru kedua orang puteramu itu
yang lebih dahulu bersahabat dengan Kaisar Han itu dari pada aku. Nah, Siang-moi, lekaslah kau serahkan baginda itu
kepada mereka, agar kau tidak menyukarkan puteramu sendiri
!" "Orang ini tidak akan aku serahkan kepada siapapun, ia
akan kubawa menghadap Putera Mahkota untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya !" wanita itu
berteriak. Kemudian mengerahkan ginkangnya, ia meloncat
tinggi ke udara melewati kepala para pengepungnya. Kedua
tubuh tawanannya sekali lagi ia putar-putar di sekeliling
badannya, sehingga otomatis para pengepung buyar dengan
sendirinya. Dengan mudah wanita itu berlari menyusuri tebing telaga yang menuju ke arah tembok samping istana.
"Tunggu !" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terasa ada hembusan angin yang sangat kuat di
sampingnya dan?" pendeta tua itu telah berada di depannya
kembali, sehingga terpaksa wanita itu menghentikan
langkahnya. Meskipun begitu, sambil berhenti kaki kanannya dengan gesit meluncur ke arah pusar penghadangnya dalam
jurus Ular Sakti Memperlihatkan Ekornya. Ujung sepatu dari wanita itu mematuk dengan cepat menuju ke arah pusar, tapi dengan gerakan tenang pendeta tua itu menarik pinggangnya
ke kiri dalam jurus Busur Kemala Tong Pin (Tong Pin adalah ksatria ahli panah dalam cerita rakyat), sehingga serangan wanita itu menemui tempat kosong. Dan sebelum wanita itu
menarik kembali kakinya, tiba-tiba pendeta tersebut
mengulurkan tangannya ke arah lutut lawannya. Karena tidak ingin mendapat malu apabila kakinya sampai terpegang oleh
lawan, wanita tua itu cepat menyusuli dengan tendangan
kakinya yang lain, kali ini ke arah lengan lawan yang terjulur ke depan itu. Tapi dengan berani pendeta tua itu
memapakinya dengan lengannya.
"Dessss?"."
Keduanya terdorong tiga langkah ke belakang. Meskipun
demikian apabila diperbandingkan, agaknya tenaga dalam dari wanita itu sedikit lebih tinggi dari pada tenaga dalam pendeta tua tersebut. Hal itu dapat dilihat dari bekas tanah yang
terinjak oleh kaki mereka tadi. Biarpun harus membawa dua
buah beban ternyata tak sedikitpun kaki wanita itu
meninggalkan jejak, lain halnya dengan kaki pendeta itu,
selain meninggalkan jejak yang dalam, bekas dari jejak kaki itupun tidak dalam posisi yang teratur. Jejak itu mencang
menceng ke kanan dan ke kiri tanda bahwa pendeta itu
melangkah mundur dengan kuda-kuda yang goyah.
Tetapi dalam pertempuran selanjutnya selisih yang sedikit
tersebut menjadi tidak begitu berarti lagi, justru kedua buah beban yang dibawa oleh wanita itulah yang akhirnya sangat
menganggu sepak terjang wanita tua itu. Bagi seorang sakti Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti pendeta tua itu tidaklah sukar untuk menghindarkan serangannya dari tubuh Kaisar Han yang berada di dalam
cengkeraman lawan. Dengan mudah pendeta itu mencari
lowongan-lowongan di antara ayunan tubuh Kaisar Han yang
diputar-putar oleh wanita itu, sehingga tidak lama kemudian wanita itu telah mulai terdesak.
Beberapa orang perwira yang ingin lekas-lekas
membebaskan kaisar mereka tampak mulai bersiap-siap pula
untuk terjun ke dalam pertempuran. Salah seorang di
antaranya malah sudah mempersiapkan sebuah jaring besar
dengan anak buahnya. Jaring itu mereka bentangkan di atas
tanah dekat menara pemandangan tanpa setahu wanita tua
itu. "Siang-moi, lekas kau serahkan Kaisar Han itu kepada
mereka sebelum terlambat ! Lihat, mereka sudah tidak sabar lagi !" pendeta tua itu memperingatkan adik sepupunya.
"Hmm?" lihat serangan !" wanita itu berseru dengan
keras. Tak ada sedikitpun niatnya untuk membebaskan Kaisar Han itu, apalagi sampai menyerahkan diri. Tubuh Yang Kun
yang dia jinjing dengan tangan kiri ia hantamkan ke depan, ke arah kepala Bun Hong Seng-jin.
Pendeta tua itu cepat membungkukkan badannya, sehingga
serangan tersebut lewat di atas kepalanya. Kemudian dengan tangkas ia melangkahkan kakinya ke depan malah dan dari
samping itulah ia melepaskan totokan jarinya yang ampuh ke arah pinggang lawan.
Akibatnya Siang-houw Nio-nio menjadi terkejut sekali !
Terpaksa wanita tua itu mengangkat lutut kirinya ke atas
untuk menahan ujung jari lawannya.
"Tukk !" Siang-houw Nio-nio tampak meringis menahan sakit. Untuk
beberapa saat lamanya lutut kirinya terasa bebal terkena
totokan lawan, tetapi setelah beberapa saat kemudian telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pulih kembali seperti sediakala. Sementara itu Bu Hong Sengjin terpaksa tidak dapat melanjutkan pula serangannya yang hampir membawa hasil tersebut karena ujung jari yang
mengenai lutut lawan itu juga terasa sakit bukan main !
Tetapi beberapa orang perwira yang sedari tadi telah
bersiap-siap di sekitar mereka, ternyata tidak menyia-nyiakan kesempatan baik itu. Selagi wanita itu terhuyung-huyung
menahan rasa sakit pada lututnya, mereka langsung terjun ke arena untuk mengeroyoknya. Akibatnya memang terasa
sangat berat bagi Siang-houw Nio-nio, setiap kali ia
terhuyung-huyung ke belakang menahan serangan mereka,
sehingga akhirnya tanpa terasa ia mundur ke arah bentangan jaring yang telah dipasang oleh para prajurit tadi.
Awal mendung yang tebal tampak menutup bulan di atas
langit dan untuk beberapa saat udara pun menjadi gelap
gulita. Suasana di dalam arena pertempuran itupun tampak
gelap, hanya sinar-sinar kecil dari lampu-lampu tamanlah yang menerangi tempat tersebut. Keadaan itu tentu saja membuat
pertempuran tersebut menjadi kacau balau.
Siang-houw Nio-nio juga tidak merasa sama sekali bahwa ia
semakin mendekati bentangan jaring yang akan menjerat
tubuhnya. Ketika pada suatu saat ia meloncat mundur untuk
menghindari serangan Bu Hong Seng-jin, salah satu dari
kakinya telah menginjak pinggiran jaring. Para perwira yang mengeroyoknya semakin meningkatkan desakan mereka,
dengan maksud agar wanita itu segera memasuki jaring yang
mereka pasang tersebut. Dengan dilindungi oleh kawan-kawannya, salah seorang
perwira tampak menyerang dengan nekad ke arah Siang-houw
Nio-nio, sehingga akhirnya wanita itu terpaksa mundur juga.
Kemudian terdengar suara aba-aba dan jaring itu digulung
dengan cepat. Tapi terbuktilah di sini bahwa wanita tua
tersebut memang bukan seorang tokoh sembarangan.
Perasaannya yang tajam segera mencium suatu yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beres pada tanah tempat ia berpijak, sehingga dengan
kesaktiannya yang menakjubkan dia lekas-lekas melenting
tinggi ke udara bersama dengan aba-aba ditariknya jaring itu dari atas tanah.
Wanita tua itu meluncur tinggi ke arah puncak menara
pemandangan dengan menjinjing ke dua orang tawanannya,
sehingga maksud lawan untuk menjaring tubuhnya mengalami
kegagalan, Dan jika mereka beberapa saat yang lalu mereka
telah dibuat kagum oleh cara Bu Hong Seng-jin ketika turun dari atas menara, kini mereka justru lebih dikejutkan lagi oleh kehebatan wanita itu dalam menghindari tangkapan jaring
mereka. Beberapa meter dari atas puncak menara, daya luncur dari


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wanita itu telah habis. Tapi sebelum tubuh itu melayang
kembali ke bawah, tampak tubuh Yang Kun ia lepaskan. Lalu
dengan menjejakkan kakinya pada tubuh pemuda itu ia
meluncur kembali ke arah puncak dengan manisnya.
Sebaliknya, tubuh Yang Kun yang dipakai sebagai batu
loncatan tersebut melesat dua kali lebih cepat ke arah
permukaan air telaga. Disertai dengan muncratnya air telaga, tubuh pemuda itu tenggelam ke dasar telaga dengan cepat
sekali. Sementara itu para perwira memerintahkan anak buahnya
untuk mengepung kaki menara. Mereka tidak mungkin untuk
naik ke atas menara dengan melalui tangga yang tersedia. Hal itu sangat berbahaya bagi keselamatan mereka, karena
dengan melalui jalan tersebut adalah sangat mudah bagi
wanita itu untuk membunuh mereka.
"Siang-moi, engkau tidak mungkin lagi untuk meloloskan
diri dari tempat ini. Kenapa engkau tidak lekas-lekas
menyerahkan saja tawananmu itu " Biarpun engkau telah
membunuh salah seorang diantaranya, tetapi kukira apabila
engkau menyerahkan Kaisar Han itu dengan tak kurang suatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa, engkau akan diberi kelonggaran juga nanti." Bu Hong
Seng-jin berteriak dari bawah.
"Hmm, jangan bermimpi ! Sampai matipun aku tidak akan
menyerahkannya. Sekarang aku akan beristirahat sebentar,
nanti aku akan berusaha untuk menerobos kembali kepungan
kalian. Kalau toh aku tidak dapat melakukannya, kaisar ini akan aku bunuh lebih dahulu baru aku mengadu jiwa dengan
kalian semua." Semua terdiam. Mereka menanti dengan tegang. Melihat
gelagatnya wanita itu benar-benar akan membuktikan segala
ucapannya tersebut. Para perwira dan Bu Hong Seng-jin
hanya saling pandang dengan bengong. Mereka tidak tahu
harus berbuat bagaimana untuk membebaskan junjungan
mereka itu. Tiba-tiba".
"Yap Tai-ciangkun telah datang".! Harap semua prajurit
minggir !" terdengar para prajurit yang berada di daerah
belakang berteriak-teriak bersahut-sahutan.
Kepungan itu otomatis menyibak ke samping dengan
sendirinya. Mereka dengan tegap memberi penghormatan
kepada panglima mereka yang baru tiba. Yap Tai-ciangkun
dengan pakaian kebesarannya yang gemerlapan tampak
berjalan dengan gagah diiringi oleh para pengawal khususnya.
Di depan Bu Hong Seng-jin panglima itu tampak mengangguk
dengan hormat sekali, lalu berhenti. Kepalanya mendongak ke atas ke arah puncak menara itu.
"Bu Hong supek, apakah penculik itu masih berada di atas
sana " Bagaimana dengan keadaan baginda kaisar ?"
"Kim-ji". kau". ah". kau".." Bu Hong Seng-jin tak bisa
bicara. "Supek, ada apakah " Kenapa supek kelihatan "..?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmm?".. Kim-ji, akhirnya kau datang juga ke tempat
ini. Apakah engkau akan menangkap aku pula ?" tiba-tiba
wanita yang berada di atas menara itu berseru ke bawah.
Kalau ada halilintar menyambar di dekat telinga Yap Taiciangkun pada saat itu mungkin tidak akan mengagetkannya
seperti ketika ia mendengar suara wanita yang datang dari
atas menara itu. Sedikitpun panglima itu tidak membayangkan bahwa ia akan bertemu dengan ibunya di tempat ini dan
dalam suasana seperti ini pula. Sejenak Yap Tai-ciangkun
hanya terlongong-longong diam tak bisa berkata-kata.
Berbagai macam perasaan sedang bergulat di dalam hatinya !
Antara perasaan senang, sedih, kaget, gembira, menyesal,
takut dan lain sebagainya.
Ibuuu"." Panglima itu menyapa ibunya lirih. Bayangan
seorang panglima besar yang setiap kali membuat ketakutan
barisan musuh kini seperti hilang lenyap dari tubuhnya. Yang terpancar dari wajahnya kini hanya sebuah bayangan dari
seorang anak yang ketakutan di hadapan ibunya.
Tentu saja semua gerak-gerik serta keadaan Yap Taiciangkun yang seperti itu membuat para perwira dan prajurit yang berada di tempat itu menjadi terheran-heran tak
mengerti. Mereka tidak mengerti, kenapa panglima mereka
yang gagah perkasa itu memanggil ibu kepada musuh yang
menculik kaisar mereka " Kenapa agaknya panglima mereka
itu menjadi ketakutan di hadapan wanita tua itu "
"Kim-ji ! Kenapa engkau diam saja " Benarkah engkau akan
menangkap ibu sendiri " Apa kata ayahmu nanti kalau
mendengar sepak terjangmu ini ?" Kembali suara wanita itu
terdengar dari puncak menara. Dan suara ini semakin
membuat panglima yang sudah biasa menghancurkan lawan
di medan laga ini makin bertambah bungkam seribu bahasa.
"Siang-moi, kenapa engkau tidak juga berasa kasihan
kepada puteramu sendiri " Apakah engkau ingin agar
puteramu ini kehilangan muka di hadapan semua anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya " Apakah engkau ingin agar puteramu ini
mengorbankan jiwa untuk menebus semua ini ?" Tiba-tiba Bu
Hong Seng-jin berseru sambil maju ke depan. Pendeta itu
merasa kasihan melihat keponakannya kehilangan akal di
hadapan ibunya. Bagai tersentak pula Yap Tai-ciangkun dari keadaannya
mendengar seruan supeknya itu. Keadaan yang tak terduga ini memang sangat mengejutkan hatinya. Tetapi seruan
pamannya itu benar-benar membuat dirinya sadar kembali
akan kedudukannya. Ia adalah seorang panglima kerajaan.
Dan kaisarnya kini dalam cengkeraman seorang musuh. Ia
harus berusaha untuk membebaskannya biarpun musuh itu
adalah ibunya sendiri. Dan ia bersedia untuk berkorban jiwa seperti ucapan supeknya itu, demi untuk tanggung jawabnya
ini. Maka dengan langkah yang tegap dan penuh kepercayaan
diri Yap Tai-ciangkun maju ke samping Bu Hong Seng-jin.
"Supek, silahkan supek mundur ! Biarlah keponakanmu saja
yang menyelesaikannya !"
Dengan dada tengadah panglima muda itu menghadap ke
puncak menara. Suaranya terasa getir di dalam hati, meskipun diucapkan dengan tegas dan lancar.
"Ibu, agaknya ibu memang tidak menyukai aku. Agaknya
ibu memang sudah tidak perduli akan kebahagiaan puteramu
ini. Dahulu ketika aku masih kecil, di mana aku benar-benar sangat membutuhkan kasih sayang ibu, ibu justru pergi
meninggalkan rumah untuk menjadi pengawal pribadi Kaisar
Chin. Aku hanya tinggal bersama ayah yang lebih banyak di
ruang samadinya dari pada membimbing diriku. Untunglah di
rumah itu ada Yap suheng yang memanjakan aku. Sekarang
setelah anakmu ini memperoleh kebahagiaan di sini ibu
datang lagi untuk menghancurkannya".."
"Kim-ji, anakku"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebentar, ibu, jangan potong dahulu kata-kataku ! Ibu,
meskipun begitu sebagai seorang anak yang berbakti, aku
tidak akan melawan kepada ibu. Tetapi aku hanya memohon
kepada ibu untuk melepaskan Hong-siang demi tanggung
jawab dan nama baik anakmu yang tidak kau sukai ini".."
"Kim-ji"."
"Sepatah kata lagi, ibu. Dan untuk kebebasan dari Hongsiang itu aku bersedia menghabisi nyawaku sendiri di hadapan ibu, agar ibu merasa puas di dalam hati. Nah, ibu". aku akan menghitung sampai tiga. Bersama dengan hilangnya nyawaku
nanti kuharap ibu menepati janji untuk melepaskan Hongsiang ! Nah". satu"..!" Yap Tai-ciangkun mulai menghitung
sambil menempelkan ujung pedangnya di dadanya.
"Anakku".. kau?"!" wanita itu berdesah dengan wajah
pucat. "Yap Tai-ciangkun?"!" para perwira berseru.
?"..dua?"!"
"Kim-ji?"!" Bu Hong Seng-jin melangkah maju.
"Tiga !" Yap Tai-ciangkun menghabiskan hitungannya.
Dengan tenang ujung pedang yang ia bawa itu ia tusukkan ke arah dadanya.
"Kim-ji ! Tahan ! Aku menyerah !" wanita itu berteriak
tinggi. Tubuh Kaisar Han ia buang begitu saja ke arah para prajurit yang berada di bawah menara, sementara ia sendiri terjun ke arah putera satu-satunya.
"Trakk?"!"
Bu Hong Seng-jin yang saat itu telah berada di samping
Tai-ciangkun cepat menghantam ke arah ujung pedang itu,
sehingga dua buah jari tangannya putus. Tetapi ujung pedang itu dapat terpental ke samping, meskipun ujungnya yang telah menembus daging tersebut sempat mematahkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulang iga Yap Tai-ciangkun ! Darah menyembur keluar, tapi jiwa panglima itu tertolong.
Wanita tua yang sangat sakti itu langsung menubruk
puteranya dengan air mata bercucuran. Sementara itu tubuh
Kaisar Han yang melayang dari atas itu telah ditangkap
beramai-ramai oleh para prajurit dan dibawa ke tempat yang aman. Beberapa orang perwira tampak maju bersama para
anak buahnya untuk meringkus wanita sakti yang sedang
lengah karena menangisi Yap Tai-ciangkun itu. Senjata
mereka meluncur dengan cepat ke arah punggung wanita
yang sedang membungkuk tersebut.
"Tahan !" Bu Hong Seng-jin berteriak menggeledek.
"Kraaaaaak"..! Dessss?".!"
Bersama-sama dengan Bu Hong Seng-jin, Yap Tai-ciangkun
yang mengetahui bahaya tersebut, sehingga tubuh ibunya ikut terjengkang ke belakang. Wanita Sakti itu lolos dari kematian, tetapi sepasang lengan Yap-Tai-ciangkun dan Bu Hong Seng-jin juga mengalami luka-luka pula terkena senjata mereka.
"Berhenti !" Yap Tai-ciangkun menggertak anak buahnya.
"Siapapun tidak boleh melukai ibuku. Beliau telah
menyerahkan tubuh Hong-siang kepada kita dengan tidak
kurang suatu apa. Kini beliau aku bebaskan untuk pergi dari tempat ini. Untuk itu aku akan mempertanggungjawabkan
sendiri kepada Hong-siang nanti. Tan-ciangkun"..!"
"Ya?"!" "Beri ibuku ini sebuah perahu dan biarkan beliau
menyeberangi telaga ini !"
"Baik, Tai-ciangkun !"
"Ingat, tak seorangpun boleh mengganggu dia !"
"Anakku". Bagaimana luka-lukamu " mengapa engkau
berlaku bodoh seperti itu " Bagaimana semuanya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini " Ohh?" ibumu memang telah berlaku kejam
terhadapmu selama ini?"." wanita itu merintih.
"Perahu untuk ibu telah tersedia, Ibu?" lekaslah ibu keluar dari tempat ini ! Jangan menunggu sampai Hong-siang siuman dari pingsannya !" Yap Tai-ciangkun memotong kata-kata
ibunya. "Tidak ! Aku tidak akan pergi lagi dari sisimu ! Biarlah
mereka membunuhku, aku tidak takut ! Aku tidak akan pergi
jika tidak dengan engkau, anakku !"
"Ibu, kenapa ibu masih saja tidak mengerti hati anakmu ini
" Apakah ibu ingin melihat kehancuranku " Kenapa ibu tidak membiarkan aku hidup tenteram dan bahagia dengan jalan
hidupku sendiri " Jalan hidup yang kurintis sendiri sejak ibu meninggalkan diriku dahulu ?"
"Kim-ji?" aku sangat menyayangimu, nak !"
"Aku tahu, ibu?" Tapi silahkanlah sekarang ibu naik
perahu untuk meninggalkan tempat ini. Pada suatu saat nanti apabila aku masih hidup, aku akan mengunjungi ibu."
"Kim-ji". anakku !"
"Lekaslah, ibu ! Atau ibu benar-benar ingin melihat aku
bunuh diri sekarang ?"
"Siang-moi, ayolah".. Kau masih menyayangi anakmu
seperti katamu tadi, bukan " Biarlah kau turuti katakatanya"." Bu Hong Seng-jin cepat menengahi. Ditariknya
lengan wanita itu ke arah perahu yang telah disiapkan oleh Tai Ciangkun.
"Baiklah". baiklah, aku menurut. Tapi". kuharap engkau
benar-benar mencari ibumu kelak." Wanita itu melangkah ke
perahu sambil mencucurkan air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Tai-ciangkun mengangguk. Dia juga tidak kuasa lagi
untuk berkata-kata. Dipandanginya ibunya itu sehingga
mendarat di pinggir seberang.
*** Dasar Telaga itu sungguh sangat dalam. Tubuh Yang Kun
yang bagaikan dilempar dari atas itu tenggelam ke bawah
dengan cepat hingga hampir mencapai dasar telaga. Dan
ketika daya lontar dari atas itu telah habis sehingga tubuh pemuda tersebut mulai terangkat kembali ke atas permukaan
air, tiba-tiba datang sebuah arus air yang menyeret tubuh itu berputar menyusuri dasar telaga.
Arus tersebut menyeret tubuh Yang Kun ke arah sebuah
lubang besar yang berada di dekat dasar telaga. Seperti mulut seorang raksasa lubang itu menyedot tubuh Yang Kun ke
dalamnya serta menggulungnya di dalam aliran sungai di
bawah tanah. Entah berapa saat lamanya pemuda itu terseret oleh aliran
sungai tersebut. Tahu-tahu ketika pemuda itu siuman kembali dari pingsannya, ia telah mendapatkan dirinya di sebuah gua yang aneh. Sebuah gua yang langit-langit dan dindingnya
terdiri dari batu bening yang beraneka macam warnanya,
sehingga rasanya seperti di dalam mimpi saja. Tubuhnyapun
terbaring di atas pasir lembut yang berkilau berwarna-warni.
Yang Kun meringis menahan sakit ketika mencoba untuk
bangkit, sehingga niatnya untuk duduk diurungkannya.
Rasanya tulang-tulang rusuk dan lengannya pada berpatahan
semua. Maka pemuda itu membiarkan dirinya terbaring diam
di tempat tersebut. Hanya kedua buah matanya saja yang
sedang melirik ke sana ke mari, memperhatikan segala
sesuatu yang berada di sekitarnya.
Di manakah dirinya sekarang " Apakah dia telah ditawan
oleh wanita sakti itu dan kini telah dibawa ke sarangnya " Lalu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke mana sahabatnya itu " Apakah Liu-toakonya itu dapat
menyelamatkan diri dari keganasan musuh "
Yang Kun sibuk mengingat-ingat segala kejadian yang telah
menimpa dirinya beberapa saat yang lalu. Sejak ia menolong sahabatnya yang terpukul jatuh dari atas pagoda sampai ia
tidak sadarkan diri akibat ikut menangkis pukulan wanita sakti itu. Peristiwa selanjutnya ia sudah tidak tahu menahu lagi.
"Biarlah aku tetap berbaring saja di sini sembil menanti
kedatangan orang yang telah membawa diriku kemari".."
pemuda itu berkata di dalam hati. Lalu dipejamkannya
matanya sehingga akhirnya ia tertidur.
Yang Kun tidak mengetahui berapa lama ia telah tertidur
ketika mendadak ia terbangun. Telinganya yang sudah terlatih untuk mendengarkan suara-suara lembut itu tiba-tiba
dikejutkan oleh suara hantu bernyanyi yang telah sangat
dikenalnya itu. Hanya bedanya suara seruling itu sekarang
terdengar begitu kerasnya sehingga hantu tersebut seperti
meniupnya di ruangan itu juga. Malah ketika hantu tersebut mengucapkan pantunnya, pemuda itu merasa seakan-akan
hantu tersebut mengucapkannya di depannya.
Sinar bulan di antara bintang,
Membasahi padan di antara ilalang.
Tak terasa mulut Yang Kun ikut bergumam menyanyikan
lagu itu. Tapi ia menjadi kaget dan heran ketika mendadak
suara nyanyian itu berhenti. Dan tidak tahu dari mana
datangnya tiba-tiba di depannya telah berdiri seorang nenek tua renta.
Bukan main kagetnya pemuda itu. Nenek tua tersebut tak
ubahnya seperti hantu. Begitu tuanya nenek itu sehingga
hampir-hampir tiada lagi rambut yang tumbuh di kepalanya.
Beberapa lembar rambutnya yang putih yang masih tinggal itu juga lebih tepat disebut tengkorak dari pada dikatakan sebagai Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala dari seorang manusia yang masih hidup. Mulutnyapun
kelihatan kosong tak bergigi sama sekali.
Nenek itu hampir tak memakai penutup badan sama sekali,
hanya sebuah sobekan kain kecil yang menutupi bagian
bawahnya, sehingga tubuhnya yang seperti kerangka
berselaput kulit tipis itu kelihatan nyata sekali. Satu-satunya tanda yang bisa dipakai untuk membedakan apakah orang itu
laki-laki atau wanita hanyalah kedua buah dadanya yang
tergantung tipis bagai lidah yang terulur keluar itu.
"Siapakah yang mengajarkan bunyi pantun itu kepadamu ?"
Yang Kun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan bingung,
lalu sekali lagi ia berusaha untuk bangkit tetapi tetap tidak bisa. Pertanyaan itu seperti diucapkan oleh nenek tersebut, tapi herannya bibirnya yang telah keriput itu sedikipun tidak kelihatan bergerak.
"Ayo, jawab ! Kenapa malah menoleh ke sana kemari "
Siapa yang kau cari " Tidak ada orang lain di gua ini selain aku dan kau !"


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku". ah,,,,, aku?"" Yang Kun masih bingung. Sekali lagi
matanya mengawasi nenek tua tersebut, tapi bibir itu tetap diam tak bergerak seperti tadi.
"Hmmm, agaknya engkau heran melihat aku bisa berkatakata tanpa menggerakkan bibirku. Uh, apa sukarnya berbuat
seperti itu?". hei, kenapa diam saja " Ayo jawab
pertanyaanku tadi !"
"Aku?" aku telah sering mendengar lagu itu."
"Heh, kurang ajar ! Apakah engkau telah siuman beberapa
hari yang lalu " Lalu kenapa berpura-pura masih pingsan,
begitu ?" "Siuman beberapa hari yang lalu " apakah maksud locianpwe " Aku sungguh tidak mengerti. Aku pingsan baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa saat yang lalu, kenapa lo-cianpwe katakan telah
beberapa hari yang lalu?"
"Hihihihi?".. sungguh menyebalkan ! Beberapa saat yang
lalu " Hihihihi?".. ketahuilah, anak muda?" eh, siapakah
namamu ?" "Chin Yang Kun !"
"Heh, ketahuilah?" kau telah pingsan selama satu bulan di
sini." ?"". satu bulan ?" Yang Kun tersentak kaget.
Satu bulan. Benarkah itu" Lalu apa yang terjadi setelah dia pingsan itu " Bagaimana kelanjutan dari peristiwa yang terjadi pada saat itu " Dan di manakah dia sekarang " Siapa pula
nenek tua itu" "Hei?" siapa namamu tadi ?" Tiba-tiba pemuda itu
dikejutkan oleh pertanyaan nenek tersebut.
Yang Kun menatap wajah berkeriput itu dengan termangumangu. Ia melihat mata yang cekung itu menatap dirinya
dengan tegang. "Siapa namamu " Kenapa diam saja ?" nenek tua itu
berteriak. Lagi-lagi meremang bulu kuduk pemuda itu
mendengar suara tanpa gerakan mulut atau bibir tersebut.
"Chin Yang Kun?" Chin Yang Kun nama siauw-te !"
jawabnya terbata-bata. Jilid 6 Tiba-tiba lengan kiri nenek itu terjulur ke arah leher Yang Kun. Jarak diantara mereka berdua kira-kira setombak, tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa terkejutnya hati pemuda itu ketika lengan tersebut
dapat mencapai leher bajunya ! Gila, ilmu apa pula ini,
pemuda itu membatin. "Engkau she Chin juga " Huh, tidak banyak orang yang
memakai she Chin di dunia ini selain keluarga kerajaan.
Agaknya engkau hanya mengaku-aku saja sebagai keluarga
Chin agar dikira sebagai salah seorang keluarga kerajaan pula
!" wanita tua renta itu berteriak sambil mencengkram leher baju Yang Kun.
Marah juga hati pemuda itu disangka sebagai orang yang
hanya mengaku-aku sebagai keturunan keluarga Chin.
"Maaf, lo-cianpwe jangan sembarangan menuduh orang!
Memang aku masih keturunan dari keluarga raja. Kakekku
adalah Kaisar Chin Si yang agung ! Karena ayahku adalah
putera beliau dari selir yang ke empat. Puteri Hiang Su !"
pemuda itu menyanggah perkataan nenek tua tersebut
dengan berapi-api. "Raja Chin Si " Siapakah dia " Apakah dia adalah pengganti Raja Chin Bun yang mangkat karena gempa besar itu ?" nenek tersebut bertanya keheranan.
"Bukan ! Pengganti Raja Chin Bun adalah Raja Chin Lu,
ayah dari Kaisar Chin Si. Nah setelah berada di bawah
pemerintahan kakekku itulah semua negara-negara kecil dapat dipersatukan. Itulah sebabnya kakekku tidak bergelar Raja
Chin Si lagi tetapi Kaisar Chin Si !" dengan lancar pemuda itu menerangkan silsilah keluarganya.
"Ohhh". keturunan dari Pangeran Chin Lu !" nenek tua itu
berkata dengan tandas, seakan-akan sudah mengenal dengan
baik Raja Chin Lu. Tentu saja Yang Kun menjadi terheran-heran. Nenek tua itu
agaknya sudah mengenal para nenek moyangnya yang telah
tiada. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nenek tua itu melepaskan leher baju Yang Kun, lalu
perlahan-lahan dia duduk pula di atas tanah. Diliriknya wajah Yang Kun yang terheran-heran tersebut.
"Aku percaya pada kata-katamu ! Agaknya engkau memang
benar-benar keturunan keluarga Chin?""
"Bukan agaknya?", aku memang cucu Kaisar Chin Si !
terserah lo-cianpwe percaya atau tidak." Yang Kun memotong penasaran.
"Baiklah".. baiklah ! Aku percaya kepadamu ! Sekarang
aku ingin bertanya kepadamu, apa sebabnya engkau sampai
terbawa oleh arus sungai yang berada di bawah tanah ini, hah
" Beruntunglah engkau karena saat itu aku sedang
memancing ikan. Coba tidak, tubuhmu akan terus terseret
sampai di air terjun itu dan dihempaskan ke bawah jurang
yang dalam." "Arus Sungai di bawah tanah " Apa " Jadi aku kini berada di dalam tanah " Ohh, Tuhan".. benarkah itu " Lalu bagaimana
aku bisa keluar nanti ?" Yang Kun terbelalak kaget.
"Hihihihi".. anak muda, engkau takkan pernah lagi dapat
keluar dari tempat ini ! Kau lihat aku ini" Aku terjebak di dalam lorong-lorong gua di bawah tanah ini semenjak aku
berumur 17 tahun. Yaitu ketika aku masih merupakan seorang gadis remaja."
"Ohhhh". tidak !" pemuda itu lemas seketika.
"Sudahlah". menyesalpun sudah tidak berguna. Aku
dahulu juga kecewa bukan main. Tapi lambat laun aku juga
menyerah kepada keadaan ini."
"Tapi aku tidak akan menyerahhh".!" Yang Kun berteriak
keras untuk melampiaskan keputusasaannya.
Nenek tua itu tersenyum, sehingga mulutnya yang
berkeriput semakin terhisap ke dalam mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hihihi". Engkau juga sama dengan aku dahulu. Akupun
dulu berteriak-teriak juga seperti engkau ini sambil berlari ke sana ke mari untuk mencari jalan keluar. Setiap lubang aku masuki, setiap celah aku selidiki, tapi apa hasilnya " Sampai tua begini aku tetap tidak dapat keluar juga".."
"Ooooohhh?"!" pemuda itu merintih dan semakin terasa
hilang harapannya. Nenek itu bangkit dari duduknya, lalu
begitu kakinya yang reyot itu meloncat lenyaplah ia dari
tempat tersebut, sehingga Yang Kun yang sedianya masih
ingin berkata sesuatu menjadi terlongong-longong keheranan.
Dan tak beberapa lama kemudian terdengar lagi suara
seruling yang menggetarkan hati di kejauhan.
sinar bulan di antara bintang,
Membasahi padang di antara ilalang ?"".
Yang Kun mendengarkannya dengan hati sedih dan
nelangsa. Dia tidak tahu bagaimana halnya dengan dirinya
sampai di tempat ini, sehingga ia harus menghabiskan seluruh sisa hidupnya seperti nenek tua itu di lorong-lorong gua ini.
Betapa sunyinya. Yang Kun memiringkan badannya, sekedar untuk
mengobati kepenatan punggungnya. Tapi dia melihat sebuah
mangkuk dari batu yang berisi bubur berwarna putih di
sampingnya. Ketika Yang Kun melihatnya terlebih dekat, ia
melihat beberapa huruf tergores di atas lantai gua di bawah mangkuk batu itu.
Karena kini engkau bisa makan minum sendiri,
sekarang aku tidak perlu menyuapi kau lagi !
Tanpa merasa curiga lagi Yang Kun memakan bubur itu
dengan lahap. Yang Kun sudah tidak memikirkan mati
hidupnya lagi. Matipun ia tidak akan berkeberatan lagi, toh lebih baik dari pada seumur hidup berada di dalam liang-liang tikus seperti itu. Selesai makan ia tertidur lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu terjadi setiap hari. Bangun pagi-pagi telah tersedia di sampingnya semangkuk bubur hangat, lalu tertidur. Sore
hari baru terbangun. Dan di sampingnya juga telah tersedia lagi bubur tersebut. Makan lagi, dan ?". tertidur lagi !
Kadang-kadang sebelum tertidur, telinganya sempat
mendengar suara nyanyian dan suara seruling yang ditiup oleh wanita tua renta itu. Dan sejak pertemuan mereka yang
pertama itu Yang Kun tidak pernah lagi melihat nenek tersebut datang ke tempat itu. Tahu-tahu segala keperluannya telah
ada berada di sampingnya.
Sebulan telah berlalu lagi tanpa terasa. Selama itu pula
nenek tua itu tak pernah memperlihatkan batang hidungnya.
Tapi selama itu kesehatan Yang Kun semakin bertambah baik.
Dari bisa bangkit, duduk, merangkak sampai akhirnya sudah
dapat berjalan kembali seperti biasa. Badannya juga terasa bertambah segar dan sehat. Hanya pemuda itu merasa heran
pada kulit tubuhnya. Ia tak pernah mendapatkan sentuhan sinar matahari, tapi
kulit tubuhnya tampak kemerah-merahan seperti kulit
perawan yang terbakar oleh sinar matahari.
Sejak mulai dapat berjalan Yang Kun terus meneliti segala
sudut dan lubang yang berada di dalam gua tersebut.
Ternyata gua itu cukup luas dan terdiri dari dua buah ruangan besar. Salah satu ruangannya ternyata dipakai untuk lewat
oleh sungai di bawah tanah itu. Sebuah sungai yang tidak
begitu besar maupun dalam, tetapi karena berada di tempat
yang aneh dan gelap maka kesannya sungguh sangat
menyeramkan. Yang membuat pemuda itu merasa heran adalah nenek tua
tersebut. Betapapun ia mencari kemana-mana, sehingga boleh dikatakan sampai setiap jengkal tanah dia amat-amati dengan teliti, toh nenek tua itu tidak dapat ia temukan. Sehingga pemuda itu hampir-hampir mulai percaya bahwa nenek
tersebut memang bukan manusia tetapi hantu. Soalnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana mungkin seorang manusia biasa dapat lenyap
begitu saja dari gua tersebut " Padahal tak sebuah lubangpun yang dapat dipakai untuk keluar dari dua buah ruangan yang berada di dalam gua itu. Memang pemuda itu melihat adanya
beberapa lubang dan celah-celah sempit di sana, tetapi hanya seekor anjing atau kucing yang mampu masuk ke dalamnya.
Satu bulan lagi telah terlewatkan pula. Yang Kun sudah
benar-benar sehat dan kuat seperti sedia kala, tapi perasaan bosan telah mulai mencengkram hatinya. Sering kali dia
memang ingin bertemu muka dengan nenek penolongnya itu,
tetapi setiap kali pula dia tertidur sehabis makan bubur itu.
Pernah ia dua hari dua malam tidak memakan bubur yang
disediakan tersebut agar tidak jatuh tertidur. Anehnya nenek itu tidak muncul ke tempat itu selama 2 hari 2 malam pula.
Agaknya orang tua itu tahu juga bahwa buburnya masih utuh
dan belum perlu diganti. Akhirnya dari pada kelaparan Yang Kun tidak peduli apakah ia tertidur atau tidak. Dan untuk
perintang waktu, pemuda itu mulai berlatih silat kembali. Ilmu Silat Hok-te Ciang-hoat warisan keluarganya. Sayang
Lweekangnya telah hilang lenyap. Tapi Yang Kun berketetapan untuk memupuknya kembali dari sedia kala.
Pada suatu hari selagi enak-enaknya atau asyik-asyiknya ia berlatih silat. Yang Kun dikejutkan oleh kedatangan nenek
hantu itu secara tiba-tiba. Biarpun Yang Kun di dalam
konsentrasi penuh ternyata dia tidak mampu mengetahui dari mana datangnya nenek itu sebenarnya. Dengan mulut
ternganga ia memandang perempuan tua itu.
"Huh, bocah gila ! Siapa yang memberi pelajaran jurus
Panglima Yi Po Mengatur Barisan seperti itu " Siapa yang
menyuruh kaki kananmu terbekuk begitu " Dalam Hok-te
Ciang-hoat keluarga Chin tidak ada bentuk kuda-kuda seperti itu !" nenek tua itu menghardik dengan keras.
"Lo-cianpwe"...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam ! Apakah kau tidak diberi tahu bagaimana sejarah
asal mulanya jurus tersebut diciptakan ?"
"Tidak"..!" Yang Kun menjawab lirih. Dipandanginya wajah
perempuan tua itu dengan penuh pertanyaan di dalam
hatinya. Apa maksud sebenarnya dari nenek tua renta itu "
Kenapa orang itu seperti tahu akan segala hal yang
berhubungan dengan keluarganya "
"Goblog ! Goblog benar gurumu itu ! Kenapa memberi
pelajaran tanpa menerangkan secara jelas seluruh isi dasarnya
" Goblog ! Bagaimana mungkin muridnya bisa menyelami
serta menghayati jurus-jurus yang diberikan itu " Hah"..!"
Tersinggung juga hati Yang Kun mendengar makian-makian
nenek tua yang ditujukan kepada para gurunya yang juga
merupakan paman-pamannya sendiri itu. Apalagi khusus
untuk Hok-te Ciang-hoat ini yang memberi pelajaran dan
melatih setiap hari adalah paman bungsunya, orang yang
paling dihormati dan dibanggakannya. Ternyata di tempat ini mendiang paman bungsunya itu telah dicaci maki oleh
seorang nenek tua yang sudah hampir masuk ke liang kubur.
"Maksud locianpwe, latihanku ini tidak benar serta tidak
berguna sama sekali ?" pemuda itu berkata dengan
penasaran. "Huh, engkau ingin mencobanya " Boleh engkau
menyerang aku dengan jurus tiruanmu itu, nanti akan
kutunjukkan betapa jeleknya dia !" nenek itu menantang.
Melihat tubuhnya yang sudah reyot itu tak tega juga rasa
hati Yang Kun. Tapi tingkahnya yang sombong dan
memandang rendah kepada dirinya itu membuat Yang Kun
penasaran juga. "Baik ! Aku ingin melihat di mana kejelekan dari jurus yang kupelajari itu," ucapnya tegas. Lalu dengan tangkas pemuda itu memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan jurus
Panglima Yi Po Mengatur Barisan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan tua itu terkekeh-kekeh melihat kuda-kuda Yang
Kun. "Awas, serangan?".!" dengan perasaan mendongkol Yang
Kun menyerang. Tapi sebelum serangannya sampai di tujuan, ia melihat
perempuan tua itu bergeser ke samping sambil menyapukan
kakinya ke arah Yang Kun. Gerakannya demikian sederhana
dan mudah diikuti, tapi ternyata Yang Kun tidak mampu untuk mengelak. Sehingga bukannya nenek tua itu yang terkena
serangannya, tapi justru dia sendirilah yang roboh terlentang disapu kaki lawan.
Dengan terheran-heran Yang Kun bangkit kembali.
Dilihatnya perempuan itu masih tertawa terkekeh-kekeh
memandang dirinya. "Bagaimana " Jelek sekali bukan " Hihihihi?"" kau tahu,
jurus apa yang aku pakai untuk merobohkan kamu tadi "
Liong-ong-sao-te (Raja Naga Menyapu Tanah)! Jurus ke 8 dari Hok-te Ciang-hoat !"
"Liong-ong-sao-te ?" Yang Kun terkejut.
Hmm, benar juga ! Tetapi ada sedikit perbedaan dalam
gerakan mengayunkan kaki, yaitu kaki tersebut dilipat terlebih dahulu sebelum terayun ke arah sasaran ! Pemuda itu berpikir dan mengingat-ingat gerakan lawan tadi.
Agaknya perempuan tua itu dapat membaca pikiran Yang
Kun. "Apakah jurus Liong-ong-sao-te tiruanmu tidak sama
dengan jurusku tadi ?"
"Locianpwe, siapakah locianpwe ini sebenarnya " Mengapa
locianpwe dapat memainkan Hok-te Ciang-hoat juga ?"
"Hihihihi?". tidak hanya Hok-te Ciang-hoat saja, tapi aku
juga dapat memainkan Hok-te To-hoat (Ilmu Golok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menaklukkan Bumi) secara lebih baik dari pada Hok-te To-hoat tiruanmu, hihihihi?"!"
"Locianpwe?""
"Locianpwe?". locianpwe".. huh ! Sungguh menyebalkan
sekali ! Kenapa tidak lekas-lekas memanggil aku nenek buyut
?" perempuan tua itu menghentakkan kakinya kanannya
dengan kesal. "Nenek buyut ?" Yang Kun menegaskan dengan perasaan
bingung. "Benar ! aku ini adalah adik kandung Pangeran Chin Lu?"
eh?". Raja Chin Lu ! Jadi Raja eh?" Kaisar Chin Si itu
adalah keponakanku sendiri. Nah kalau engkau sungguhsungguh cucu dari Kaisar Chin Si bukankah aku ini masih
terhitung nenek buyutmu juga ?"
"Adik kandung Raja Chin Lu ?" Yang Kun bergumam. Tibatiba Yang Kun teringat akan cerita yang pernah didongengkan oleh paman bungsunya. Yaitu tentang seorang anak
keturunan keluarga Chin yang mempunyai kesaktian hebat
pada usia belasan tahun. Namanya adalah Chin Hoa. Sayang
anak itu meninggal dunia tertimbun reruntuhan istana ketika terjadi gempa bumi besar pada seratus tahun yang lalu. Anak itu tertimbun di ruang semadinya yang berada di bawah
tanah. "Locianpwe?". apakah locianpwe bernama Chin Hoa ?"
Yang Kun bertanya dengan harap-harap cemas.
Nenek tua itu mengerutkan alis matanya.
"Chin Hoa " Ah, entahlah ! aku sudah melupakan namaku
sendiri". hei, sebentar ! Coba kau baca huruf yang ditatah pada pangkal lenganku ini ! Setiap putera Raja Chin namanya tentu ditatahkan pada bahunya."
Yang Kun mencari huruf itu di lengan perempuan tua itu.
Benar ! Meskipun telah hampir tidak kelihatan akibat kulitnya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang berkeriput, tapi masih tampak bekas-bekas huruf HOA di sana.
"Nenek buyut?"." Yang Kun segera berlutut.
"Hihihihi?" bagus".. bagus". Aku punya ahli waris
sekarang. Terkabul juga permohonanku selama ini. Tuhan
benar-benar mengirimkan seorang keturunan Chin kepadaku
sebelum aku mati. Nah, berdirilah cucuku ! Aku akan
menurunkan seluruh kesaktianku kepadamu. Karena engkau
dari keluarga Chin juga, maka aku tidak melanggar sumpah
keluarga kita bila aku menerimamu menjadi muridku".
hohoho". betapa senangnya hatiku !"
Yang Kun berlutut kembali untuk menyatakan rasa terima
kasihnya, juga sebagai tanda bahwa dia bersedia untuk
menjadi murid perempuan tua itu.
"Marilah cucuku ! Akan kubenahi dan kubetulkan Hok-te
Ciang-hoatmu yang tidak keruan itu. Dan akan kuajarkan
kepadamu sebuah ilmu silat dahsyat yang telah kuciptakan
selama aku terkurung di tempat ini."
"Terima kasih, nenek buyut !"
"Sekarang aku mau beristirahat dahulu. Kau juga boleh
beristirahat pula atau". . sekarang engkau boleh melihat
bagaimana caranya aku meninggalkan tempat ini." perempuan
tua itu tersenyum penuh arti. Agaknya perempuan tua itu
selalu mengintip segala gerak-geriknya selama dua bulan ini.
Juga ketika dirinya sibuk mencari nenek itu kesana kemari.
Perempuan tua itu berjalan mendekati dinding gua, dimana
terdapat sebuah lubang kecil yang semula dikira oleh Yang
Kun hanya cukup untuk lewat seekor anjing atau kucing saja.
Perempuan tua itu berdiri sebentar di depan lubang itu.
Beberapa saat kemudian terdengar tulang-tulangnya
berkerotokan lalu kepalanya menyuruk ke dalam lubang
tersebut dan?" perlahan-lahan tubuhnya tampak meluncur
masuk bagaikan seekor ular yang memasuki liangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cucuku, sekarang engkau mengetahui, bukan " Mengapa
aku tidak dapat kaucari di mana-mana " Hihihi".. selain
ruangan yang kau tempati itu, di sini masih banyak gua-gua lain. Tetapi engkau hanya bisa datang ke sini apabila kelak sudah kuberikan kepadamu sebuah ilmu yang dinamakan Kim-coa-i-hoat (Baju Ular Emas)." Tiba-tiba terdengar suara nenek itu bergema dari dalam lubang.
Demikianlah, esok harinya Yang Kun mulai berlatih di
bawah bimbingan nenek buyutnya sendiri. Satu persatu dari
jurus Hok-te Ciang-hoat yang pernah dipelajari oleh pemuda itu diperbaiki dan dibetulkan oleh nenek buyutnya. Ternyata tak ada satu juruspun dari Hok-te Ciang-hoat pemuda itu yang dianggap betul oleh perempuan tua tersebut. Semuanya salah dan sudah menyimpang dari aslinya, sehingga perempuan tua
itu kembali mencaci maki orang yang mengajarkan ilmu
tersebut kepada Yang Kun. Apalagi ketika terasa olehnya
seluruh jurus yang dikeluarkan oleh pemuda itu hanya
digerakkan dengan tenaga gwakang saja. Sekejappun tidak
pernah mempergunakan lweekang.
"Anak gila ! Apakah gurumu tak pernah mengajarkan
lweekang kepadamu ?"
Yang Kun terperangah. Baru teringat dia sekarang bahwa
dia belum menceritakan tentang sudah punahnya
lweekangnya akibat kematiannya yang sekejap tempo hari.
Maka dengan nada sedih Yang Kun meriwayatkan seluruh
pengalaman dan peristiwa yang menimpa dirinya serta
keluarganya sejak terjatuhnya dinasti Chin lima tahun yang lalu sampai dirinya terluka dan kehilangan lweekangnya
tersebut. Bukan alang-kepalang kagetnya nenek Hoa itu.
"Apa katamu " Keturunan Wangsa Chin yang telah
berlangsung selama ratusan tahun itu kini telah lenyap direbut orang " Jadi kejayaan keluarga kita itu kini sudah musnah "
Kurang ajar".. siapakah yang berani berbuat begitu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan tua itu menyambar leher baju Yang Kun dengan
kasar. Matanya yang kecil dan terletak di dalam lubang mata yang dalam itu mendelik mengerikan.
"Para petani dan pendekar silat !" Yang Kun menjawab
cepat, "Mereka bersatu padu dalam Barisan Para Pendekar,
memberontak dan menghancurkan kekuasaan Kaisar Chin
si".." "Kurang ajar ! Bangsat ! Hmm?"" manusia-manusia gila
dan tidak tahu diri ! Anjing".. ! Sayang aku sudah tidak bisa apa-apa lagi ! Hun, sungguh penasaran sekali hatiku ! Yang Kun ! Katakan kepadaku, siapakah yang memimpin barisan
pemberontak itu " Apakah dia pula yang sekarang duduk di
atas singgasana ?" perempuan tua itu mengumpat-umpat
dengan kasar. "Pemimpin pemberontak itu sekarang memang telah
mengangkat dirinya menjadi raja dengan nama Kaisar Han?"
Sebelum menjadi kaisar dia hanya seorang petani biasa yang datang dari dusun." Yang Kun menjawab seperti yang pernah
dia dengar pula dari orang lain.
Nenek Hoa itu semakin marah hatinya. Giginya gemertak
menahan geram. "Yang Kun, cucuku ! agaknya Thian memang sengaja
mengirimkan dirimu ke hadapanku dengan maksud agar aku
menurunkan seluruh kesaktianku kepadamu. Dengan demikian
engkau sebagai keturunan Chin akan dapat merebut kembali
singgasana kita yang telah direbut orang itu. Thian juga telah mempersiapkan segalanya sebelum mengirimkan dirimu ke
tempat ini?"." "Mempersiapkan " Maksud nenek ?"
"Kau datang di hadapanku dengan lweekang yang telah
punah, sehingga kini engkau dalam keadaan kosong
melompong tanpa isi sama sekali. Bukankah hal itu
merupakan sebuah hal yang sangat kebetulan sekali " Ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-coa-ih-hoat yang hendak kuberikan kepadamu itu harus
dipelajari dan dilatih dengan sebuah lweekang yang khusus, Yaitu Liong-cu-i-kang (Tenaga Inti Mustika Naga). Sebuah
pelajaran ilmu lweekang yang hanya boleh dipelajari oleh
orang yang masih kosong dan tidak punya himpunan tenaga
dalam dari golongan lain !" Nenek buyutnya menerangkan.
Yang Kun mendengarkan ucapan itu dengan kepala
tertunduk. Hatinya terasa kosong. Sebenarnyalah, terbersit di dalam hatinya pula suatu perasaan gembira mengingat akan
hal keberuntungannya itu. Suatu hal yang dahulu dianggapnya sebagai suatu hal yang menyedihkan dan menyengsarakan
hatinya. Kebanyakan dari manusia memang selalu dipengaruhi dan
diombang-ambingkan oleh penilaian dan perasaannya sendiri.
Suatu peristiwa atau keadaan yang menimpa diri seseorang
kadang-kadang tidak dinilai secara jujur oleh orang itu. Suatu peristiwa yang sama sering dinilai secara berlainan oleh orang yang sama pada suatu saat, tergantung pada situasi dan
keadaan orang itu pada saat itu. Contohnya kini telah terjadi pada Yang Kun sendiri. Dahulu ketika dia mengetahui tentang lenyapnya seluruh himpunan lweekang yang dilatihnya sejak
kecil dari dalam tubuhnya, dia menganggap hal itu sebagai
suatu hal yang sangat menyedihkan dan sangat
menyengsarakan hatinya. Tetapi sebaliknya ketika kini ia
mendapat keterangan bahwa ilmu Kim-coa-i-hoat hanya dapat
dipelajari oleh orang yang masih kosong tenaga dalamnya, dia menjadi begitu gembira dan bersyukur atas musibah yang
membuat dirinya kehilangan seluruh tenaga dalamnya
tersebut. Bukankah dengan demikian penilaian seseorang,
dalam hal ini adalah Yang Kun, sudah tidak jujur lagi "
Maka sungguh tidak bijaksana bagi seseorang di dalam
hidupnya di dunia ini apabila dalam menghadapi setiap
peristiwa yang dihadapinya hanya selalu melihat dan
memandang dari segi kepentingannya sendiri saja. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan hidup yang demikian itu pada suatu waktu bisa
memukul atau menjebak dirinya sendiri. Beruntunglah Chin
Yang Kun dalam hal ini, bahwa perubahan pandangannya itu
hanya menyangkut soal perasaannya sendiri, tidak berkaitan dengan seseorang yang lain. Coba, bila perubahan itu terjadi dalam hubungannya dengan orang lain, apalagi jika hubungan itu menyangkut tentang sesuatu hal yang penting dan besar, apakah hal seperti itu tidak menimbulkan suatu keruwetan
atau malapetaka yang hebat "
"Hal yang kedua?". mengapa kukatakan bahwa Thian
telah mempersiapkan dirimu sebagai lantaran (sarana) untuk balas dendam kepada musuh keluarga Chin serta merebut
kembali kekuasaan yang terjatuh ke tangan musuh, ialah
dijadikannya darah yang mengalir di dalam tubuhmu sebagai
alat pembunuh yang maha hebat bagi lawan-lawanmu.
Dengan kekuatan Liong-cu-i-kang di dalam tubuhmu, maka
tak sebuah makhlukpun di dunia ini yang mampu bertahan
dari sentuhan tanganmu yang beracun !" nenek tua itu
melanjutkan keterangannya kepada Yang Kun.
"Tapi apa gunanya itu semua, nek. Kita selama hidup akan
tetap terkurung di sini".."
"Yah, kau memang benar. Tetapi meskipun begitu, di
dalam hati sebenarnya aku masih mempunyai harapan
juga?" biarpun hanya sedikit ! Siapa tahu engkau
mempunyai nasib atau peruntungan yang berbeda dengan
nasibku. Kita tidak bisa meramalkan apa yang terjadi di muka kita nanti".."
"Baik, nek".!"
Yang Kun berlatih dengan giat siang maupun malam.
Berhari-hari pemuda itu seperti melupakan waktu dan
tenaganya. Nenek tua itu melatihnya dengan tekun dan keras pula. Caranya melatih sungguh berlainan sekali dengan cara para pamannya ketika memberi pelajaran silat kepadanya
dahulu. Pamannya selalu menekankan pada ketrampilan gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta ketangkasan berpikir di dalam menilai gerakan lawan.
Jadi menurut para pamannya untuk menjadi seorang jago silat yang tangguh orang harus giat berlatih sehingga menjadi
tangkas, trampil, kuat gesit dan pandai mempergunakan
otaknya dalam setiap pertempuran.
Tapi bagi nenek Hoa semuanya itu ternyata masih belum
lengkap. Tanpa memahami serta menjiwai ilmu silat yang
dipelajari itu sehingga menjadi darah daging seperasaan
dengan jiwanya, tak mungkin seseorang akan dapat
mempergunakannya dengan sempurna. Ilmu silat harus
dipahami seluruhnya, baik isi maupun kulitnya. Dan untuk
memahami isi itu seseorang yang sedang berlatih silat harus mengetahui sejarah, riwayat ataupun makna dari setiap
gerakan atau jurus yang sedang dipelajari itu.
Itulah sebabnya setiap membetulkan gerakan yang salah
atau kurang benar, nenek Hoa selalu menerangkan dan
meriwayatkan asal mula terciptanya gerakan itu, sehingga
akhirnya pemuda itu menjadi paham akan makna yang
terkandung di dalam setiap gerakan tersebut.
"Jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan ini diciptakan oleh seorang raja Chin ketika menyaksikan salah seorang
panglimanya mengatur bala tentara dalam suatu kancah
pertempuran yang hebat ! Saat itu Sang Raja yang ikut terjun dalam medan pertempuran, melihat para prajuritnya yang
dipimpin oleh Panglima Yi Po telah didesak dan dikepung oleh lawan mereka. Pasukan di sayap kiri panglima itu telah
bergerak terlalu maju ke depan, sehingga mereka kocar-kacir dipukul lawan. Sementara pasukan yang berada di sayap
kanan agak ketinggalan dalam gerak maju mereka, sehingga
mereka menjadi terlambat untuk memecah perhatian lawan.
Padahal dalam saat yang kritis demikian, Panglima Yi Po
sebagai pemegang komando dari tentaranya sedang terlibat
pertempuran sendiri dengan beberapa orang perwira lawan.
Tetapi sebagai panglima yang telah mempunyai nama harum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di setiap medan laga, ternyata Panglima Yi Po tidak pernah sekejappun kehilangan pengamatan atas seluruh bala
tentaranya?"" perempuan tua menghentikan penjelasannya
sebentar. Kemudian, ?"?". Saat itu salah seorang lawan dari Panglima Yi Po sedang menusukkan tombak panjangnya ke
arah leher kiri panglima itu. Sementara di samping kanan
panglima itu, juga sedang menusukkan pedangnya. Maka"..
sekalian menghadapi kedua serangan tersebut, Panglima Yi Po juga sekalian memberi aba-aba perintah kepada ke dua sayap pasukannya itu. Pertama-tama Panglima Yi Po mengibaskan
lengan kirinya ke atas untuk memberi perintah agar pasukan sayap kiri mundur ke tengah, sekalian menjepit tombak lawan yang menusuk ke arah lehernya. Lalu lengan kanan dengan
jari menunding, diayun ke depan dengan keras sambil
memberi aba-aba agar pasukan sayap kanan cepat menyerbu
ke depan, dan dengan gerakan itu Panglima Yi Po sekalian
bermaksud menghantam badan pedang lawan yang menusuk
ke arah pundaknya. Setelah itu Panglima Yi Po memutar
tubuhnya ke kiri, sehingga tombak lawan yang terjepit di
lengan kirinya dapat tersentak lepas, disusul dengan
tendangan kaki kanan ke arah lawan yang memegang pedang.
Dalam tiga gerakan kedua lawan tersebut dapat dilumpuhkan
oleh Panglima Yi Po ! Pemandangan itu ternyata sangat
menarik perhatian Raja Chin, sehingga tercipta jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan sebagai pelengkap dari Hok-te Chiang-hoat."
Nenek Hoa memandang cucunya dengan tajam. Agaknya
dia ingin mengetahui apakah penjelasannya tadi dapat
ditangkap oleh Yang Kun atau tidak.
"Nah, cucuku?".. Dengan mengetahui sejarah dari
terciptanya jurus yang sedang kau lakukan itu otomatis
engkau juga mengetahui pula bagaimana seharusnya gerakan
tersebut kau kerjakan dengan betul. Jadi bukan sekedar
gerakan Panglima Yi Po Mengatur Barisan mengawur seperti
kepunyaanmu itu. Kini engkau tentu telah lebih memahami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa salahnya gerakanmu dulu. Lengan kiri yang kau tekuk ke atas itu bukan hanya sekedar sebuah tangkisan tetapi lebih tepat dikatakan sebagai tangkapan dan capitan. Sedang jari telunjuk kanan yang menyerang ke depan itu juga bukan
melulu sebagai totokan, tetapi lebih berfungsi sebagai
tangkisan pula.. Oleh karena itu, bila gerakan tersebut engkau lakukan dengan tenaga bahu dan lengan, terang hal itu adalah salah besar. Gerakan itu harus kau lakukan dengan tenaga
pinggang !" Begitulah, selesai belajar Hok-te Ciang-hoat mereka ganti
mempelajari Hok-te To-hoat, Yang Kun membuat golok tiruan
dari batu, karena mereka tidak mempunyai sebuah golokpun
di tempat itu. Seperti pada saat berlatih Hok-te Ciang-hoat maka pada latihan inipun Yang Kun berusaha mempelajarinya
dengan tanpa mengenal lelah pula.
Pada suatu malam selagi enak-enaknya tidur, Yang Kun
dibangunkan oleh nenek Hoa.
"Cucuku ! Saat ini adalah saat yang baik untuk memulai
pelajaran Liong-Cu-i-kang, karena pada saat suhu udara di
dalam tanah seperti inilah saat yang paling baik untuk
memperoleh tenaga Liong-Cu-i-kang sebanyak-banyaknya."
"Nenek, ?".. tapi aku belum selesai memperbaiki Hok-te
To-hoat !" "Biarlah, tidak jadi apa ! Kita lebih baik lekas-lekas memulai pelajaran Liong-cu-i-kang ini agar tidak terlambat. Aku
mendapat firasat yang tidak baik beberapa saat yang lalu. Aku merasa bahwa kita akan segera berpisah ! Maka ilmu
ciptaanku yang kuberi nama Kim-coa-ih-hoat itu harus lekas-lekas kuturunkan kepadamu. Nah, ikutlah aku"..!"
Nenek tua itu membawa Yang Kun ke ruangan yang lain, di
mana mengalir sungai di bawah tanah itu. Dengan diikuti oleh Yang Kun nenek itu berjalan menyusuri tepian sungai, Lalu di mulut celah di mana air itu terhisap masuk ke dalam dinding Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gua, nenek itu berhenti. Lalu nenek itu membaringkan
tubuhnya pada celah tersebut, sehingga celah yang sempit itu seperti tertutup oleh tubuhnya. Air tampak mengalir disela-sela badannya, seakan-akan mau mengisap tulang-tulang
kurus itu bersamanya. "Yang Kun, cucuku"..! Untuk mendapatkan tenaga Liongcu-i-kang kamu harus mengambil dan memanfaatkan
kekuatan hisap dari lubang ini. Sebentar lagi hawa di sini akan berubah dan celah ini akan mempunyai kekuatan menghisap
yang berlipat ganda besarnya. Kau kumpulkan semangatmu di
sini lalu sedotlah daya hisap dari celah ini ke dalam tubuhmu.
Putarlah tenaga hisap yang telah kau sedot itu ke seluruh
jalan darah di dalam tubuhmu, agar berubah menjadi hawa
murni yang dapat kau pergunakan setiap saat ! Marilah".
sekarang akan kuberi contoh lebih dahulu cara kita bersamadi
!" Kemudian sambil menjelaskan semua urutan-urutannya
nenek tua itu mulai bersamadi. Urat-uratnya tampak
menegang. Kulitnya yang semula pucat itu perlahan-lahan
kelihatan kemerah-merahan. Sedikit demi sedikit ia menyedot kekuatan hisap dari celah tersebut dan memasukkannya ke
jalan darahnya melalui tan-tian (pusar). Kemudian dengan
melalui wa-pi-hiat tenaga murni yang disedotnya itu ia
salurkan ke seluruh tubuh. Tetapi berbeda dengan umumnya
orang yang berlatih lweekang, nenek itu tidak menyalurkannya secara berputar seperti layaknya arah jarum jam ! Nenek itu mendorong hawa murni yang didapatnya itu secara terbalik !
Dari bagian kanan dahulu baru setelah itu menerobos ke
bagian atas ! Tapi pengaruhnya sungguh sangat hebat.
Tampak wajah orang tua itu berubah segar kemerah-merahan
seperti wajah seorang perempuan muda !
"Yang Kun, cucuku ! Sekarang cobalah kau berlatih Liongcu-i-kang dengan cara seperti yang kuperlihatkan kepadamu
tadi ! Dengan bakat serta bertulang baik seperti yang kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punyai itu, kukira dalam beberapa hari saja engkau tentu


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah dapat menembus semua jalan darah yang ada di dalam
badanmu." nenek itu mengakhiri latihannya. ?"" dan kau
sekarang tentu tahu, apa sebabnya orang yang telah
mempunyai lweekang dari golongan lain tidak boleh berlatih Liong-cu-i-kang ini. Penyaluran hawa murni secara terbalik itu sungguh sangat membahayakan para pemilik lweekang yang
telah terbiasa menyalurkan lweekangnya secara biasa"..
Sama halnya mereka melukai dan membunuh dirinya sendiri !"
Yang Kun mengangguk, lalu melangkah ke arah celah
sempit tersebut. Ia berbaring seperti yang dilakukan oleh
nenek buyutnya tadi. "Nenek?"., bolehkan aku bertanya sebentar ?" pemuda itu
mengawasi neneknya beberapa saat sebelum ia memulai
dengan semadinya. "Yaaa "!" "Anu".. bukankah sebelum menciptakan Liong-cu-i-kang ini
nenek juga telah mempunyai lweekang yang hebat dari
keluarga Chin kita " kenapa"..?"
Nenek tua itu tersenyum. "Cucuku?" kau jangan heran ! Nasib kita memang hampir
sama. Nenek dahulu juga mengalami kematian sesaat seperti
yang kau alami itu. Nenek mati karena tertimbun reruntuhan akibat gempa bumi besar itu ! Separuh tubuhku terjepit batu-batu besar di dalam gua ini tanpa mampu bergerak sedikitpun.
Entah kenapa aku menjadi siuman kembali. Tapi seperti yang kau alami juga. lweekang yang telah kuhimpun sejak aku
kanak-kanak telah hilang lenyap pula dari badanku. Rasarasanya aku ingin mati saja saat itu. Tubuh tak bisa bergerak karena terjepit, tenaga sudah hilang pula dari badan,
bagaimana pula bisa hidup " Tapi".. agaknya Thian masih
menghendaki lain. Tiba-tiba saja seperti ada sinar terang di dalam hatiku untuk tidak menyerah begitu saja kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keganasan alam yang mencelakai diriku. Aku teringat kepada seseorang yang mungkin lolos dari keganasan gempa itu dan
saat itu sedang sibuk mencari diriku?"" nenek tua itu
termangu-mangu memandang kosong ke depan.
"Nenek?".. kau"..?"
"Cucuku, keinginanku untuk dapat bertemu kembali atau
setidak-tidaknya bisa keluar dari tempat ini untuk mencari khabar tentang diri orang itu, membuat aku bersemangat
serta tidak ingin mati. Aku teringat ada suatu ilmu yang
disebut orang dengan nama Sia-Kut-hoat (Ilmu Mengkerut
Tulang). Dengan ilmu tersebut kukira aku akan sangat mudah untuk melepaskan diri dari jepitan batu-batu itu. Tetapi karena aku tidak tahu bagaimana melatihnya, maka aku lalu mencari sendiri dan menciptakannya. Dengan hanya minum air dan
memakan ikan yang kebetulan bisa ku tangkap setiap harinya aku menciptakan Liong-cu-i-kang ini. Akhirnya berhasil ! Aku bisa mengatur dan memerintah susunan persendian tulangku
menurut sekehendak hati sendiri?" Aku bisa lolos dari lubang yang menjepit tubuhku itu, tapi untuk beberapa bulan aku
seperti menderita kelumpuhan pada anggota badan yang
terjepit itu. Untunglah dengan Liong-cu-i-kang aku bisa
menyembuhkannya." sekali lagi nenek Hoa menghentikan
penuturannya, lalu dipandangnya Yang Kun yang berbaring di celah sempit itu dengan pandangan aneh. ?"" dan tahukah
kau di mana aku telah terjepit selama itu " Ketahuilah cucuku, aku terjepit pada lubang".. yang sekarang kautempati itu !"
"Hahh "!?"
"Nah, kau tentu tidak percaya bahwa aku telah mampu
meloloskan diri celah sesempit itu. Tapi kalau kau telah
menguasai Liong-cu-i-kang dengan baik, kau akan
mempercayainya." Dan tentu saja perkataan nenek buyutnya itu semakin
membuat Yang Kun bergairah untuk lekas-lekas menguasai
ilmu tersebut. Pemuda yang tidak pernah mengenal lagi hari Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang ataupun malam itu semakin tidak memperhitungkan
waktu pula. Setiap ada waktu atau kesempatan sehabis
berlatih silat dia tentu lekas-lekas merendam dirinya di celah sempit tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan jikalau sebulan kemudian nenek buyutnya sendiri sampai
menggeleng-gelengkan kepala saking kagum atas kemajuan
yang dicapainya. "Yang Kun, cucuku"..! Kau benar-benar bertulang baik dan
berbakat sekali dalam ilmu silat. Aku beranggapan bahwa
dalam waktu setengah tahun engkau baru akan dapat
menguasai Liong-cu-i-kang itu. Tak kusangka hanya dalam
waktu sebulan engkau telah menguasainya dengan lancar !
Baiklah"..! Karena kini kau telah mahir mengatur dan
menguasai seluruh jalan darahmu sesuai dengan pelajaran
Liong-cu-i-kang, maka sekarang akan kuberi tahu rahasia Ilmu Kim-coa-i-hoat yang telah kujanjikan itu kepadamu?"!"
Dengan perasaan gembira yang meluap-luap Yng Kun
mempersiapkan diri untuk menerima kunci-kunci rahasia dari Ilmu Kim-coa-i-hoat itu. Inilah memang saat-saat yang telah ia nanti-nantikan selama ini ! Kim-coa-ih-hoat !
"Rahasia utama dari Kim-coa-ih-hoat adalah penyaluran
arus tenaga murni yang dibolak-balik secara mendadak,
sehingga untuk sesaat orang akan kehilangan daya lengket
dari dalam tubuhnya. Yaitu daya lengket yang membuat
tulang-tulang di dalam badan selalu saling bertautan, di
samping otot-otot dan urat-urat daging tentunya !" nenek itu mulai dengan keterangannya. ?"".. Coba kaulihat siku
lenganku ini ! aku akan mempertunjukkan kehebatan Ilmu
Kim-coa-ih-hoat itu".. kepadamu !"
Nenek tua itu mengangkat lengan kanannya ke atas. Lalu ia
mengerahkan Liong-cu-i-kang ke arah lengannya itu.
Terdengar suara gemertak dari tulang-tulangnya yang saling beradu dan kemudian secara mendadak nenek itu
membalikkan seluruh Liong-cu-i-kang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hap ! Dan perempuan tua itu lalu memegang lengan kanan
tersebut dengan tangan kirinya. Sungguh aneh sekali ! Siku lengan kanan itu dapat ia tekuk sekehendak hatinya ! Ke
muka".. ke belakang,,,,, ke kiri?" ke kanan ! Juga dapat
ditarik memanjang memendek, bagai sebuah lengan boneka
dari karet saja. Yang Kun sampai melongo melihat keajaiban itu ! Gila, teriaknya di dalam hati. Sebuah ilmu yang
Pendekar Cacad 14 Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Hoo Kasih Diantara Remaja 4

Cari Blog Ini