Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 9
menghardik dirinya dengan keras.
"Berhenti!" Yang Kun segera mempersiapkan diri. Ia benar-benar
terkejut, sebab sebelumnya ia telah meningkatkan
kewaspadaannya, namun demikian ternyata ia tak mendengar
kehadiran orang itu sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika ia menoleh ke atas, tampak di dekat patung
perunggu itu berdiri seorang gadis cantik molek memegang
sebuah kipas besi di tangan kanannya. Sementara
disampingnya juga berdiri seorang lelaki kurus berusia kira-kira limapuluhan tahun, dengan dandanan yang tidak kalah
mewahnya dengan gadis tersebut. Orang itu memandang ke
langit dengan acuh tak acuh.
"Paman, inilah pemuda yang dimaksudkan oleh ketiga
suhengku itu. Aku sudah mengenalnya, karena aku pernah
bertempur dengannya. Paman....hati-hatilah, pemuda ini
mempunyai kepandaian yang sangat aneh!" gadis cantik itu
memperingatkan orang tua yang berada di sampingnya.
"Cuh!" laki-laki kurus itu berludah, sehingga serta merta
muka Yang Kun menjadi merah padam. Otomatis Liong-cu-ikang bekerja dengan sendirinya. Tapi tiba-tiba tubuhnya
terhuyung ke samping dan hampir saja pemuda itu terjungkal ke atas tanah. Dadanya bagai dihantam dengan palu yang
ribuan kali beratnya! "Aduhh......lukaku!" pemuda itu berdesis menahan sakit.
Gadis cantik dan lelaki kurus itu saling memandang dengan
perasaan heran. Mereka malah menjadi curiga, jangan-jangan pemuda dihadapan mereka itu memasang sebuah perangkap
buat mereka. Oleh karena itu mereka justru melangkah
mundur setindak dan bersiap-siap untuk menghadapi segala
kemungkinan. Kedua orang itu datang dari lingkungan orang-orang yang
telah terbiasa hidup di alam kekerasan dan kemunafikan.
Maka tak mengherankan kalau mereka selalu merasa takut
dan bercuriga terhadap siapa saja. Jangankan terhadap lawan atau orang yang belum mereka kenal, sedang terhadap kawan
atau saudara mereka sendiripun mereka selalu waspada dan
tidak percaya. Karena dalam kamus mereka, tiada seorang
makhlukpun di dunia ini yang dapat menolong atau menjaga
kelangsungan hidup mereka selain diri mereka sendiri. Kalau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
toh mereka itu saling berkawan atau hidup bersama dalam
satu kelompok, hal itu bukan didasarkan pada azas hidup yang suci bersih berdasarkan cinta kasih antar sesama, tetapi
langkah mereka itu lebih dititikberatkan pada pamrih pribadi yang telah mereka hitung segala untung ruginya bagi
kepentingan diri mereka masing masing.
Memang, betapa menyedihkan sebenarnya hidup dalam
dunia seperti itu. Mereka takkan pernah merasakan
ketenteraman hidup dan kedamaian hati dalam arti yang
sesungguhnya. Hidup mereka hanya dipenuhi oleh perasaan
takut, khawatir terhadap keselamatan diri mereka, sehingga mereka selalu curiga dan tidak percaya pada segala hal yang berada di sekeliling mereka. Kalau toh orang seperti mereka kadang kala tampak gembira dan senang, hal itu hanya
sebuah kegembiraan palsu belaka, sebab dalam lubuk hati
mereka yang paling dalam tentu masih terselip rasa takut atau khawatir, betapa kecil sekalipun.
Seperti juga halnya kedua orang yang mencegat Yang Kun
di dekat patung perunggu itu. Mereka cepat menjadi curiga
dan takut kalau kalau ulah Yang Kun itu hanya sebuah
jebakan yang akan membahayakan keselamatan mereka,
padahal ulah pemuda yang demikian itu benar benar karena
disebabkan oleh rasa sakit yang tiba-tiba mengentak dadanya akibat penyaluran Liong-cu-i kang itu.
Yang Kun bersandar pada dinding taman sambiI mendekap
dadanya. Beberapa saat lamanya ia berbuat demikian
sehingga kedua orang itu menjadi tidak sabaran lagi. Lelaki kurus itu segera melangkah ke depan, tangannya menuding
ke arah muka Yang Kun. "Engkau jangan berbuat yang aneh aneh untuk
mengelabuhi kami ! Lekas kauserahkan benda itu kepada kami
!" bentaknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benda apa ?" Yang Kun berdesah diantara rasa sakit yang
masih menyengat-nyengat dadanya. Pemuda itu benar-benar
tak mengerti dan menjadi bingung oleh pertanyaan tersebut.
"Hmm, kurang ajar! Lekas berikan ! Jangan paksa aku
Tung-hai Nung-jin (Petani dari Lautan Timur) berlaku keras kepadamu !" lelaki kurus itu membentak lagi.
"Kurang ajar!" Yang Kun mengutuk di dalam hati. Hampir saja pemuda itu tidak bisa mengendalikan diri. Untung ia
segera teringat akan lukanya. Meskipun demikian matanya
telah berubah menjadi merah dan beringas.
Orang yang bergelar Tung-hai Nung-jin agaknya tahu kalau
lawannya tersinggung. Tapi ia tidak perduli dari mula ia
memang telah menduga kalau pemuda tersebut tentu tidak
akan memberikan benda itu.
"Cepat keluarkan !" serunya keras. Telapak tangannya telah siap di depan dada dengan jari-jari terbuka.
"Bangsat ! Benda apa yang kau maksudkan?" Yang Kun
membentak pula saking marahnya.
"Huh ! Masih berpura-pura pula".." gadis cantik itu ikut membentak.
Ah! Yang Kun menjadi ingat sekarang. Benda yang
dimaksud itu tentu mutiara ya-beng-cu, yang dahulu oleh
gadis itu telah diberikan kepadanya. Wah, bila demikian, iapun telah berbuat suatu keteledoran pula. Seharusnya ia
menyerahkan benda berharga itu kepada pemiliknya,
mumpung tokoh-tokoh tingkat atas Im-yang-kauw seperti
Toat-beng jin dan Tong Ciak Cu-si berada di tempat ini.
Pemuda itu segera merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan benda bersinar biru cemerlang itu, kemudian
mengamat-amatinya di atas telapak tangannya.
"Hmm, kau ingin mengambil kembali mutiara ini?" tanyanya
kepada gadis cantik itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kedua orang lawannya terbelalak, lalu saling
memandang satu sama lain. Tampak mata Tung-hai Nung-jin
yang sipit itu berkelap-kelip seperti orang yang baru bangun dari tidur.
"Gila! Bukan benda itu yang kami maksudkan, biarpun
mutiara itu juga akan kami minta kembali sekarang! Keluarkan potongan emas itu!" gadis itu menghardik dengan kerasnya.
Kelihatannya mereka tidak perduli sama sekali kalau suara
mereka akan didengar oleh para penghuni kuil yang lain.
"Potongan emas... ?"
"Benar! Potongan emas yang kauperoleh di rumah
Pendekar Li itu"!"
"Potongan emas?" Yang Kun mengingat ingat di dalam hati.
"Ya, potongan emas seperti ini........!" Tung hai Nung-jin mengeluarkan sebuah potongan emas sebesar jari tangan.
"Ohh.....itu!" pemuda itu teringat kembali.
Tapi sesaat kemudian Yang Kun menjadi termangu-mangu.
Ternyata ia telah melupakan sama sekali benda tersebut,
sehingga iapun telah lupa dimana ia telah menyimpan benda
yang ia peroleh secara tak sengaja itu selama ini.
Yang Kun menyimpan benda itu asal menaruh saja di
dalam buntalannya, karena ia memang tidak mengetahui
kegunaannya selain sebagai emas saja. Padahal buntalan itu telah hilang sejak ia tertangkap oleh tabib palsu yang
menjebak dia dan Hek-mou sai di kota Tie-kwan setahun yang lalu.
"Benda itu telah kalian bawa sendiri, mengapa masih
menanyakan padaku?" pemuda itu menjadi curiga pula,
jangan jangan kedua orang ini termasuk kelompok orang yang telah menahan dia di ruang bawah tanah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak babi, engkau jangan berputar-putar seperti orang gendeng ! Benda ini adalah merupakan potongannya yang
lain, jadi bukan benda yang telah berada di tanganmu itu!
Nah, cepat?"babi kotor !"
Jilid 12 YANG KUN sudah tak bisa mengekang lagi kemarahannya,
orang itu benar benar bermulut kotor, memaki orang
seenaknya. Tanpa menghiraukan lagi rasa sakit pada lukanya, Yang Kun meloncat menerjang Tung hai Nung jin. Kedua
telapak tangannya yang terbuka itu menabas ke arah pundak
lawan dalam jurus Menatap Lantai Menyembah Raja, jurus ke
sebelas dari Hok te To hoat. Oleh karena tidak membawa
golok maka kedua belah sisi telapak tangan itu dia ayun
sebagai golok. Itulah salah satu keistimewaan Hok te To hoat! Ada
beberapa jurus yang dapat dimainkan dengan tangan kosong
pula seperti halnya Hok-te Ciang hoat, meskipun perbawanya tentu saja tidak sehebat aslinya.
Melihat pemuda itu telah menyerang dirinya, Tung-hai
Nung-jin segera mengelak. Tubuhnya yang kurus itu
menggeliat ke belakang seakan mau jatuh terlentang! Tapi
bersamaan dengan gerakannya itu kaki kanannya tidak tinggal diam begitu saja. Dengan secara mendadak kaki itu
diangkatnya ke atas, ke arah perut lawan yang berayun di
depannya. Sekejap Yang Kun tergagap oleh serangan lawannya.
Ternyata kemarahannya tadi membuat dia kurang berhatihati, sehingga dia kurang memperhitungkan gerakan lawan.
Terpaksa dengan mengerahkan sedikit tenaga pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjejakkan kakinya ke tanah, hingga tubuhnya melayang ke
samping dengan manis. Yang Kun terhindar dari kaki Tung hai Nung-jin, tapi
pengerahan tenaga itu membuat lukanya semakin terasa
pedih. Dengan sedikit terbatuk-batuk pemuda itu bersiap
kembali menghadapi lawannya.
Sementara itu tampaknya Tung hai Nung jin juga sudah
tidak sabar pula. Meskipun mereka tidak takut kepada para
penghuni kuil itu, tapi kalau mereka itu maju beramai ramai, bagaimanapun juga akan mengganggu urusannya. Maka
tanpa sungkan-sungkan lagi ujung bajunya yang longgar itu
meluncur menghantam ke arah Yang Kun. Terdengar suara
angin bersiutan menyertai gerakannya tersebut.
Terpaksa Yang Kun mengelak pula ke samping, karena
untuk mengerahkan tenaganya lagi ia tidak berani. Kemudian dari arah samping ia mencengkeram ujung baju lawan yang
berkibaran seperti kupu-kupu, maksudnya kalau dia dapat
meraihnya, lengan itu akan segera diputarnya ke belakang,
sehingga dengan mudah dia dapat menghantam tengkuk
lawan dengan sisi telapak tangannya.
Tapi lawannya ternyata juga bukan orang sembarangan.
Tung hai Nung-jin adalah tokoh kedua di antara kawanan
bajak laut di Lautan Timur setelah Tung-hai-tiauw (Rajawali Lautan Timur). Enam-tujuh tahun yang lalu, ketika mendiang Bit-bo ong palsu mengajak San hek houw dan Sin go Mo Kui
Ci menyerbu kedudukan Tung hai tiauw, Tung hai Nung jin
mampu membuat kedua pembantu Bit-bo ong tersebut
merasa kewalahan. Seperti sudah dapat membaca apa yang akan dimaksudkan
oleh Yang Kun, Tung-hai Nung-jin membiarkan ujung lengan
bajunya dicengkeram oleh lawan. Tapi bertepatan dengan
terpegangnya lengan baju tersebut, ia menekuk sikunya
secepat kilat ke arah dada Yang Kun. Sementara kakinyapun
tidak tinggal diam. Dengan gerakan memutar kaki kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyapu kaki lawan. Gerakan ini dilakukan sambil mendesak
maju. Tak ada jalan lain bagi Yang Kun selain menangkis siku
lawan. Serangan itu cepat sekali datangnya, dan untuk
mengelak sapuan kaki dengan meloncat mundur juga
percuma, sebab orang itu menyapu sambil mendesak maju.
Maka tiada jalan lain terpaksa harus mengerahkan tenaga
untuk menangkis serangan itu.
"Desssss!" "Huaakk ....!" Tenaga Yang Kun membalik dihantam oleh arus tenaga
sakti Tung-hai Nung jin! Bagaimanapun juga luka dalam itu
sangat mengganggu Yang Kun dalam mengerahkan tenaga
dalamnya, hingga tidak saja luka itu menjadi bertambah
parah, tetapi tenaga dalam yang hanya setengah setengah itu justru menambah kekuatan lawan yang menghantam
tubuhnya. Oleh karena itu bagai layangan putus, Yang Kun
terlempar ke belakang dengan memuntahkan darah segar dari
mulutnya. Tung hai Nung jin mengebutkan lengan bajunya untuk
menghalau semburan darah yang memercik ke tubuhnya,
meskipun begitu toh masih tetap ada juga setetes darah yang memercik mengenai lengannya.
"Kurang ajar!" umpatnya sambil mengambil sapu-tangan
untuk membersihkan noda darah tersebut.
Tapi laki laki itu menjadi terkejut sekali ketika bekas noda darah itu menjadi hitam dan terasa gatal bukan main. Dan
rasa kaget itu semakin menjadi jadi begitu melihat noda hitam tersebut berkembang semakin besar. Tanpa ayal lagi laki-laki itu segera mengambil pisau dan secepat kilat mengorek noda hitam yang mengerikan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat, iblis setan".!" umpatnya lagi tapi dengan nada lega begitu dagingnya yang bernoda hitam itu telah terkorek keluar semua, rasa gatal pun juga hilang seketika.
Dengan mata menyala tetapi juga ada sedikit rasa ngeri,
Tung-hai Nung-jin menatap korbannya yang terkapar pingsan
di atas tanah. Dipandangnya darah yang menetes keluar dari mulut pemuda itu. Darah itu berwarna kehitam-hitaman, sama sekali berbeda dengan warna darah biasa.
"Gila! Bocah ini benar benar penjelmaan iblis, setan dan demit.....!" katanya sambil membungkuk. Kemudian dengan hati hati agar tidak sampai menyentuh darah maut itu, Tung hai Nung jin memeriksa saku Yang Kun. Tapi biarpun telah
mencari kesana kemari, ia tetap tidak bisa mendapatkan
potongan emas yang dicarinya itu.
"Hmm, bocah ini berani benar mempermainkan aku....."
orang itu mengangkat tangannya ke atas, siap untuk
menghabisi nyawa Yang Kun.
"Tahaaan.. .!" Tiba-tiba dari arah kuil terdengar suara nyaring
menghentikan gerakan itu. Dan sekejap kemudian di depan
mereka telah berdiri dua orang laki laki. Yang seorang sudah tua dengan kumis dan jenggot panjang yang telah memutih,
sedangkan yang seorang lagi agak lebih muda dengan
perawakan pendek kekar. "Hmm, kalian siapa" Mengapa menghentikan gerakanku?"
Tung-hai Nung-jin menoleh dengan perasaan tak senang.
"Hei, lucu benar tuan ini.....! Kami adalah penghuni kuil ini, seharusnya kamilah yang bertanya pada tuan ..." lelaki pendek yang tidak lain adalah Tong Ciak Cu si itu mengerutkan
dahinya. "Benar, siapakah sebenarnya tuan ini.. .?" orang tua berjenggot putih yang tidak lain adalah Toat-beng-jin itu ikut Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanya. Matanya yang sipit dan hampir tertutup oleh alis mata itu melirik ke arah gadis cantik yang berdiri agak ke belakang.
"Persetan ! Aku tidak perduli kalian siapa, pokoknya cepat sebutkan nama kalian!" Tung hai Nung jin membentak lagi.
Toat-beng jin saling pandang dengan Tong Ciak Cu si, lalu
sambil tersenyum Tong Cu-si menjawab, "Lo hu adalah Tong Ciak! Lo-hu menjabat sebagai Kouw Cu-si dalam lm yang
kauw. Sedang orang tua yang berada di sebelahku ini adalah Toat-beng-jin, algojo dari aliran kami...."
"Bohoooong.....!" tiba-tiba gadis cantik itu berseru. "Paman, orang ini berbohong. Yang bernama Toat beng-Jin bukan dia, tapi pemuda yang pingsan itulah?"!"
"Biar saja!" Tung hai Nung jin mendengus. "Siapapun dia aku tidak peduli! Aku juga belum pernah mendengar nama itu dan aku juga tidak ingin mengenalnya lebih lanjut.. . !"
sambungnya dengan nada angkuh.
"Yaa, paman memang benar. Tidak ada gunanya paman
mengenal nama-nama seperti itu, terlalu merepotkan paman
saja ..." gadis cantik itu mengangguk-angguk.
Toat-beng-jin menatap Tong Cu-si dengan mulut meringis.
"Nah, Tong-hiante, tahu rasa kau sekarang. . ! Apa hiante kira nama kita ini sudah cukup berharga untuk diperkenalkan pada orang lain " Hihi .. . benar benar celaka !''
"Wah..... ini"... ini., ah, sesungguhnya bukan maksudku untuk menyombongkan nama." Tong Cu si menjadi tersipu sipu.
"Yaah, sudahlah....." Toat-beng-jin berdesah.
"Anggap saja kita ini memang orang yang tak tahu diri...
tapi .. kini perbolehkan kami bertanya kepada tuan," lanjutnya sambil menghadap ke arah Tung hai Nung-Jin kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"'Siapakah nama besar tuan, dan apakah maksud tuan ke tempat kami sehingga tuan melukai tamu kami itu?"
"Hmm, aku adalah Tung hai Nung-jin dan gadis ini adalah keponakanku. Kalian tidak perlu tahu maksud kedatanganku
kemari, karena aku hanya butuh bertemu dengan bocah ini!"
orang itu berkata kaku. "Tapi pemuda itu adalah tamu kami, dan karena dia masih berada di lingkungan kami maka kami wajib bertanggung
jawab terhadap keselamatannya." Tong Ciak segera menukas dengan keras pula.
Tung hai Nung jin maju melangkah dengan mata melotot.
"Telah berkali-kali kukatakan, aku tidak peduli siapapun juga !
Nah, pergilah! Jangan membuang nyawa di hadapanku......"
Tong Ciak menggeram dengan dahsyat. Kemarahannya
sudah tak bisa dibendung lagi.
"Tong hiante, kau bersabarlah.......!" Toat-beng jin menarik lengan kawannya. Tapi Tong Ciak sudah tidak bisa ditahan
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi, tangan Toat-beng-jin yang memegangnya segera
dilepaskannya. "Lo jin ong, sekali ini kuminta jangan halang-halangi aku. Sungguh ! Akan kulabrak mulutnya yang tak
sopan itu!" teriaknya keras.
"Cuhh !" Tung-hai Nung-jin meludah lagi, "Congkaknya".
huh, seperti biasa menaklukkan langit saja!"
"Bangsat ! Lihat serangan......"
Tong Ciak melangkah dengan cepat ke depan, sehingga
saking cepatnya kaki itu seperti mengambang saja di atas
permukaan tanah. Sedangkan lengannya yang pendek-pendek
itu berputar-putar tidak kalah cepatnya di atas kepala,
sehingga sepintas lalu lengan itu seperti berubah menjadi
berpuluh-puluh pula jumlahnya. Dan berhareng dengan
gerakannya itu tiba-tiba berhembuslah angin dingin yang
sangat kuat ke sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Membasahi Badan di Antara Ilalang !" Toat-beng-jin
bergumam dengan takjub begitu melihat jurus yang
dikeluarkan oleh temannya itu. "Jurus kedua dari lembar pertama kuIit domba, tapi gerakan kakinya telah diubah...
hmm, ini tentulah Soa hu-lian-ciang ciptaan Kim-mou Sai-ong itu!"
Jika Toat-beng-jin saja demikian takjubnya, apalagi orang
lain seperti Tung - hai Nung-jin!
Orang berperawakan kurus itu benar benar terperanjat
setengah mati ! Dia sungguh tak menyangka sama sekali bila di atas daratan ia akan menjumpai ilmu silat yang demikian hebatnya. Sejak muda ia memang jarang sekali menginjakkan
kakinya di daratan Tiongkok. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan kalau dia tidak mengenal Toat-beng-jin
maupun Tong Ciak Cu si. Meskipun, demikian dia juga bukan tokoh sembarangan
pula. Di antara ribuan bahkan mungkin laksaan anggota bajak laut, yang tersebar di Lautan Timur yang maha luas, antara daratan Tiongkok, pulau pulau es di utara dan Kepulauan
Jepang serta pulau-pulau kecil lainnya di daerah selatan, tidak seorangpun yang tidak mengenal nama Tung-hai Nung-jin
atau Si Petani Lautan Timur. Sebutan itu saja sudah
merupakan papan nama yang menakutkan dan menggiriskan
setiap penghuni lautan dan pantai-pantai di sekitarnya.
Oleh karena itu keterkejutannya tadi hanya berlangsung
sebentar saja, karena di lain saat ia telah melejit dengan tangkasnya ke arah samping, lalu secepat kilat berputar ke belakang lawan malah. Langkah kakinya benar-benar aneh
dan cepat bukan main, seperti main petak saja, sehingga
seorang tokoh sakti seperti Toat-beng-jin sampai melongo dan menggeleng-gelengkan kepala dibuatnya.
"Pantas orang ini demikian sombongnya, ilmunya memang sungguh hebat! Hehe..,. tapi sekarang dia mendapatkan lawan yang cocok," Tokoh sakti itu berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang benar ucapan yang dikeluarkan oleh Toat-beng jin
itu. Kedua orang yang kini sedang bertempur itu agaknya
sama-sama mengandalkan cepatnya gerakan sebagai inti dari
ilmu silat mereka. Dan hal itu memang tidak aneh!
Mereka berdua sama-sama berasal dari daerah yang
sejenis. Tung-hai Nung-jin berasal dari daerah yang setiap harinya selalu bergaul dengan air, sehingga ilmu yang ia
pelajari harus pula sesuai dengan tempat di mana ia selalu berada. Badan atau tubuhnya haruslah seenteng kapas agar
supaya ia tetap bisa bergerak lincah di atas permukaan air.
Oleh karena itu tidaklah heran kalau gerakannya cepat bukan main, karena lambat sedikit saja niscaya tubuhnya akan
kelelap dan tenggelam ke dalam air.
Begitu pula Tong Ciak Cu-si! Meskipun dalam bentuk yang
berbeda tetapi sifat dari tempat tinggal mereka adalah sama.
Sebelum terjun ke dunia persilatan, Tong Ciak Cu-si bertempat tinggal di sebuah danau atau rawa pasir yang ganas.
Dikatakan ganas, karena pasir lembut bercampur air itu sangat panas dan selalu bergerak tak menentu. Benda betapapun
kecilnya akan terhisap masuk dan tak mungkin dapat dicari
kembali, sebab selain amat luas, danau pasir itupun
mempunyai kedalaman yang tak mungkin dijajagi! Oleh
karena itu, seperti halnya Tung hai Nung-jin, Tong Ciak Cu-si juga mendapatkan ilmu yang sesuai dengan sifat tempat
tinggalnya. Gerak kaki Tong Ciak Cu-si haruslah sigap dan
cepat agar supaya kaki itu tidak terlanjur amblas dan terhisap oleh putaran pasir yang ganas. Sebab sekali kaki itu terbenam sampai di lutut jangan harap orang itu bisa mencabutnya dari daya hisap pasir panas tersebut.
Maka pertempuran yang terjadi kaIi ini sungguh suatu
pertempuran yang amat menarik untuk dilihat. Gerakangerakan mereka cepat seperti kilat, sehingga sukar sekali
diikuti oleh pandang mata biasa. Keduanya berkelebat
berputar-putar saling membelit dan berpencar dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecepatan tinggi, hingga orang tidak bisa melihat jelas yang mana Tung hai Nung-jin dan yang mana Tong Ciak Cu-si!
Keduanya berubah menjadi bayang-bayang hitam yang
bergulat dengan seru. Toat-beng jin dan gadis cantik itu terpaksa mundur
beberapa langkah ke belakang. Angin pukulan kedua orang itu begitu dahsyatnya sehingga dalam radius beberapa meter di
sekeliling mereka seperti sedang terjadi serangan angin
puting-beliung yang bergemuruh mengerikan.
Tigapuluh jurus telah berlalu dan belum juga salah seorang di antara mereka kelihatan kalah, sehingga badai angin yang mereka timbulkan juga semakin menjadi-jadi. Keadaan taman
bunga itu menjadi rusak dan porak poranda, sementara para
penghuni kuil yang sudah berkumpul di tempat itu hanya
dapat menggeleng-gelengkan kepala saja.
Tiba tiba terdengar suara benturan yang amat keras, dan
sesosok tubuh terlempar keluar dari arena pertempuran.
Otomatis pertempuran itu menjadi berhenti dan badai
anginpun segera lenyap pula.
Toat beng-jin melangkah ke depan dengan tergesa gesa,
diikuti oleh para penghuni kuil yang lain. Dengan hati tegang mereka bergegas untuk segera ingin tahu siapa yang
terlempar dari arena tersebut.
Orang yang terlempar itu tampak berjungkir balik di udara
sebelum menginjakkan kakinya di tanah. Meskipun begitu
ketika kaki itu mendarat di atas tanah, tubuhnya masih tetap terhuyung sedikit, suatu tanda bahwa benturan tadi benar-benar menggoncangkan tubuhnya. Dan begitu muka itu
menengadah kembali, semua orang menjadi lega, termasuk
pula Si Kakek Tua Pencabut Nyawa Toat-beng-jin! Karena
orang tersebut adalah Tung-hai Nung-jin!
"Penyu kotor bau busuk...!" umpat orang itu tak habis-habisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang tidaklah mengherankan kalau orang itu
mengumpat tak habis-habisnya. la sebagai tokoh sakti yang
selama ini hampir tak pernah terkalahkan, selain oleh Tung-hai-tiauw (Rajawali Lautan Timur), benar-benar merasa
terpukul oleh kenyataan yang ia hadapi sekarang. Dia
sungguh tidak mengira sama sekali bahwa dalam
penampilannya yang pertama di atas daratan Tiongkok, ia
telah menemukan seorang lawan yang amat tangguh. Lebih
tangguh dari yang ia duga sebelumnya sehingga ia harus
menelan pil pahit karenanya!
Ternyata dalam pertempurannya selama lebih dari
tigapuluh jurus tadi, ia sungguh-sungguh dapat diibaratkan sebagai anak burung yang sedang belajar terbang, tapi sudah berani mengarungi samudra bersama kawanan burung yang
lain. Memang, bagi para penonton yang tidak dapat melihat
dengan jelas jalannya pertempuran itu akan menganggap
bahwa pertempuran tersebut adalah pertempuran yang
seimbang. Tapi bagi dirinya sendiri yang langsung
menghadapi tokoh Im-yang-kauw itu benar-benar merasa
betapa ilmunya yang dibangga-banggakan itu tak mampu
mengimbangi kehebatan ilmu lawan.
Dari mula mereka bergerak sudah dapat ia rasakan bahwa
gerakan kaki tangannya yang selama ini ia bangga-banggakan sebagai gerak kilat yang tidak mungkin dapat dilampaui
kecepatannya oleh siapapun juga, ternyata menemukan lawan
yang jauh lebih cepat malah. Tenaga saktinya yang sejak
dahulu juga sangat dibangga-banggakan sebagai tenaga sakti yang jarang menemukan lawan seimbang, kini ternyata harus
mengakui pula keunggulan tenaga lawannya sehingga dalam
benturan yang melibatkan seluruh tenaga sakti mereka,
tubuhnya terlempar keluar arena tanpa dapat dicegah Iagi.
Oleh karena itu Tung-hai Nung jin tidak lekas-lekas
menerjang lawannya kembali. Lebih dahulu ia membenahi diri serta mempersiapkan segala kemampuannya. Setelah siap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
barulah ia melangkah maju mendekati Tong Ciak Cu-si
kembali. Sementara itu melihat ada kesempatan untuk menolong
Yang Kun, Toat-beng-jin segera beranjak mendekati tempat di mana pemuda itu tergeletak lalu menggotongnya ke pinggir.
Dengan pertolongan beberapa orang anak buahnya, Toatbeng-jin menotok dan mengurut tubuh Yang Kun di beberapa
tempat, sehingga luka tersebut tidak menjadi semakin parah atau membahayakan.
"Nah, gotonglah pemuda ini ke kamarnya... !" orang tua itu memberi perintah kepada anak buahnya, kemudian ia sendiri
kembali menonton ke arah pertempuran yang telah siap
meletus lagi. "Berhenti ! Jangan kalian bawa anak itu ke mana-mana! Dia adalah tawananku! Tak seorang pun boleh membawa pergi
dia." Tung-hai Nung-jin berteriak memperingatkan.
Orang-orang yang menggotong Yang Kun saling pandang
dengan bingung, tak tahu apa yang mesti mereka kerjakan.
Mereka memang benar-benar tidak tahu persoalan apa yang
sedang mereka hadapi sebenarnya.
"Jangan hiraukan orang itu ! Laksanakan perintah Lo jin ong! Biarkanlah aku yang akan menghadapinya !" tiba tiba
Tong Ciak berteriak pula tak kalah kerasnya. Dengan langkah tegap dan dada membusung tokoh sakti dari Im yang-kauw
itu melangkah di antara anak buahnya dan Tung-hai Nung-jin!
"Penyu busuk berkaki pendek!" Tung hai Nung-jin
menggeretakkan giginya. "Jangan buru buru berbesar hati dan besar kepala karena dapat melemparkan aku keluar arena.
Pertempuran yang sesungguhnya baru akan dimulai.
Bersiaplah !" Dengan muka merah karena menahan berang, tokoh bajak
laut berbadan kurus itu melepas jubah dan baju atasnya yang gemerlapan, sehingga dada yang ceking tapi terbalut oleh otot Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
otot kenyal itu menjadi terbuka dan dapat dilihat oleh semua orang. Gulungan bajunya ia lemparkan kepada keponakannya,
lalu tangannya mencabut senjata yang tadi tertutup oleh
jubahnya yang lebar. Senjata yang menyerupai mata pacul itu besarnya hanya
selebar telapak tangan, gagangnyapun tampak pendek sekali.
Tapi ketika Tung hai Nung-jin menarik gagang itu ke atas
maka terciptalah sebuah pacul kecil bergagang panjang,
karena gagang yang pendek tersebut ternyata dapat
diperpanjang dan diperpendek.
"Nah penyu berkaki pendek......keluarkanlah senjatamu!"
tantangnya sambil memasang kuda-kuda.
Sejak lawannya itu melepas jubah dan baju, Tong Ciak
beserta para penganut Im-yang-kauw yang lain telah
terbelalak keheranan. Mereka tercengang-cengang
memandang ulah Tung-hai Nung-jin yang aneh tersebut,
mereka seolah-olah melihat seekor banteng aduan yang
sedang bersiap untuk turun ke gelanggang, dimana segala
macam hiasan dan penutup badan ditanggalkan dulu sebelum
masuk gelanggang aduan. Tapi Tung hai Nung-jin tampak serius dan tidak terlihat
sama sekali kalau ia mau berolok olok. Oleh karena itu Tong Ciak Cu-si juga meningkatkan kewaspadaannya. Tokoh Im-yang kauw ini tak ingin terjebak karena kelalaiannya sendiri.
Maka perlahan lahan tangannya diangkat dan disilangkan di
depan dadanya, sementara kedua kakinya tertekuk ke depan,
sehingga tubuhnya yang pendek itu hampir-hampir seperti
sedang berjongkok. "Hmm! Seranglah aku, jangan sungkan-sungkan, karena
selama ini lohu tak pernah memegang senjata! Seperti yang
kaukatakan, seekor penyu hanya mengandalkan kekerasan
tubuhnya, ia tak pernah membawa senjata untuk melawan
musuhnya " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penyuuu ... ," bajak laut itu tidak meneruskan makiannya.
"Betul! Penyu itu sekarang sedang bersiap-siap untuk
menghajar seekor belut kurus yang tidak tahu diri," Tong Ciak melanjutkan.
Kini keadaan menjadi berbalik. Kalau tadi adalah si pendek Tong Ciak yang tidak bisa mengekang kemarahannya, kini
ganti Tung hai Nung-jin yang terbakar oleh sikap yang
ditunjukkan lawannya. Dengan suara menggeledek pimpinan
bajak itu mengayunkan paculnya ke arah kepala Tong Ciak!
"Lihat serangan!"
Pacul kecil itu terayun deras dengan disertai hembusan
angin tajam, membuat rambut dan ujung pakaian Tong Ciak
berkibar-kibar saking kuatnya. Tapi dengan cepat pula kuda-kuda separuh jongkok itu bergeser ke belakang tanpa
menggerakkan atau merubah posisi badan sama sekali. Baru
setelah mata pacul yang tajam itu menghantam tanah di
depannya, tangan yang semula bersilang itu dengan cepat
mematuk ke arah tangan lawan yang memegang tangkai
pacul ! Gerakan tangan itu bukan main cepatnya sehingga
dipandang sepintas lalu justru seperti tidak bergerak malah.
Cuma anginnya saja yang bersiut keras, menandakan kalau
gerakan itu ditopang oleh tenaga dalam yang tinggi.
Tentu saja Tung-hai Nung-jin tak ingin lengannya dipatuk
oleh jari-jari lawan, tapi untuk menarik tangannya yang
memegang pacul itu terang tidak mungkin. Sebab gerakan
yang demikian terang akan kalah cepat dengan gerakan
lawan, kecuali kalau tangannya melepaskan tangkai pacul itu terlebih dahulu. Tapi jika ia berbuat demikian, berarti ia akan kehilangan senjatanya. Dan hal itu sungguh sangat
memalukan, masa dalam satu jurus ia harus melepaskan
senjata itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, jalan satu-satunya hanyalah menangkis jari jari itu
dengan tangan kirinya yang bebas. Dan hal itu benar benar
dilakukan oleh Tung-hai Nung jin. Begitulah, dengan suara
keras tangan kirinya memotong ke depan, ke arah lengan
Tong Ciak yang terjulur ke ujung gagang paculnya.
"Tasssss!" Dua buah lengan yang sama-sama penuh berisi tenaga
sakti berbenturan dengan amat kuatnya dan keduanya samasama tergetar mundur beberapa tindak. Tapi sekali lagi
tampak kalau tenaga Tung hai Nung-jin masih belum dapat
mengimbangi Soa-hu-sin-kang Tong Ciak Cu-si.
"Setan ?"!" Tung-hai Nung-jin menggeram marah.
Kemudian pacul itu ia lintangkan di depan dada dan sambil
memasang kuda-kuda yang amat rendah ia mengerahkan
seluruh tenaga saktinya. "Hah!" Dan tiba tiba" brol! Dari seluruh pori-pori kulitnya menetes air keringat yang amat
banyak. Semakin lama semakin banyak sehingga akhirnya air
keringat itu mengucur menetes netes bagai air hujan yang
mengalir dari atas genting!
Dan begitu orang itu bergerak, maka air keringat yang
berbau kecut itu berhamburan memercik ke mana-mana.
Sungguh menjijikkan ! Tapi justru itulah salah satu dari
keistimewaan ilmu Silat Ban-seng-kun, andalan Tung-hai
Nung-jin! Jangan dikira butiran-butiran air keringat itu tidak ada
gunanya. Malah butiran-butiran air keringat itulah yang sering membuat pusing lawan. Selain baunya yang kecut menjijikkan, butiran air keringat itu terlepas dari badan karena terdorong oleh sinkang yang tinggi. Maka tidaklah mengherankan apabila tetesan air keringat itu mampu melobangi baju dan kulit
musuh. Tong Ciak Cu si yang baru sekali ini melihat keanehan
seperti itu segera melangkah ke samping untuk mengambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jarak, agar supaya ia punya kesempatan untuk menilai
gerakan lawan apabila lawan menyerang dengan mendadak.
"Hmm, jadi inilah sebabnya, mengapa ia melepas
bajunya.... Tapi kalau cuma soal keringat itu, aku tak perlu merasa khawatir. Toh aku punya Soa-hu-sin-kang yang
mempunyai sifat menolak. Asal aku mengerahkan sin-kang itu sekuat tenaga niscaya tetesan keringat itu takkan sampai
mengenai tubuhku. Yang harus aku perhatikan justru
senjatanya yang aneh itu, siapa tahu ada rahasia tersembunyi di dalamnya." Tong Ciak Cu-si berkata di dalam hati.
Demikianlah, kedua-duanya telah menyadari kehebatan
masing-masing. Oleh karena itu masing-masing tidak mau
bertindak ceroboh. Masing-masing terlalu hati hati sekali, sehingga pertempuran mereka kali ini tentulah merupakan
sebuah pertempuran yang alot dan lama.
Benarlah! Begitu mereka saling gebrak, maka cara mereka
menyerang maupun mengelak sedemikian hati-hatinya
sehingga meskipun beberapa jurus telah berlalu, mereka tetap belum dapat melepaskan serangan yang berarti.
Baru setelah pertempuran mereka menginjak pada jurus ke
sepuluh, masing-masing sudah sedikit mengenal gaya
pertempuran lawan, sehingga pada jurus-jurus selanjutnya
pertempuran itu menjadi semakin hidup dan berbahaya.
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luncuran luncuran mata pacul yang berkelebat kesana kemari mengejar nyawa itu tampak semakin cepat dan mengerikan.
Dilihat dari luar arena seperti bayangan bianglala yang saling berbelit di atas permukaan air laut. Sementara tetesan air keringat yang berhamburan dari badannya tampak
gemerlapan ditimpa sinar mentari pagi.
Tapi gerakan Tong Ciak juga tidak kalah hebatnya.
Meskipun tidak memakai senjata, tapi kedua pasang lengan
dan kakinya yang pendek-pendek itu bergerak seperti baling-baling cepatnya sehingga sambaran pacul Tung-hai Nung-jin
yang berkelebatan di kanan kirinya itu tak pernah bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuh ujung bajunya. Begitu pula dengan percikan air
keringat yang mengucur tak henti-hentinya itu, tak tetetespun yang dapat mengenai kulit maupun pakaiannya. Semuanya
tersapu buyar dihembus Soa-hu-sin-kang sebelum butiranbutiran air menjijikkan itu mampu mendekati tubuhnya.
Duapuluh juruspun telah berlalu lagi dan biarpun sudah
memegang senjata ternyata Tung-hai Nung-jin tetap tak bisa merebut kemenangan. Semakin lama justru semakin tampak
permainan paculnya banyak mengalami hambatan. Beberapa
kali gerakan paculnya terputus dan terhambat oleh cegatancegatan tangan Tong Ciak yang menerobos cepat bagai kilat.
Bagaimanapun juga Soa-hu-sin-kang yang diciptakan oleh
Kim-mou Sai-ong berdasarkan lembaran kulit domba itu masih jauh lebih tinggi mutunya dari pada Ban-seng-kun (Pukulan
Selaksa Bintang) Tung-hai Nung-jin.
Toat-beng-jin dan para pengikut Im-yang kauw yang lain
melihat pula keadaan yang menguntungkan bagi Kauw Cu-si
mereka itu. Dengan hati tegang tapi gembira mereka
menonton pertempuran tingkat tinggi yang jarang bisa mereka saksikan selama hidup. Diam-diam mereka juga semakin
mantap dan bangga terhadap Im-yang-kun yang mereka
pelajari, biarpun yang mereka ketahui dan mereka terima
sekarang baru bagian kulitnya saja.
Sedang Toat-beng-jin yang selama ini juga telah berusaha
mendalami ilmu itu menurut keyakinannya sendiri, sesekali
tampak mengangguk anggukkan kepalanya pula. Orang tua
itu mengagumi gerakan-gerakan Tong Ciak dalam memainkan
Soa-hu lian ciang. Biarpun belum pernah melihat gerakangerakan itu tetapi orang tua itu seakan-akan sudah sangat
mengenalnya, sebab bagaimana pun juga ilmu itu tercipta dari sumber yang sama dengan ilmunya, yaitu lagu yang tertulis
padu gulungan kulit domba itu !
Begitulah, beberapa saat kemudian pertempuran itu
semakin tampak berat sebelah. Meskipun bertangan kosong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata sepasang tangan Tong Ciak yang gesit itu secara
pasti dapat mengurung gerak pacul lawan yang ganas.
Sehingga tanpa dapat dicegah lagi gerakan gerakan pacul itu semakin lama semakin ngawur dan tidak terkontrol lagi.
Pada suatu saat, ketika Tong Ciak meloncat keatas untuk
menghindari serangan pacul yang menghantam ke arah
kakinya, Tung-hai Nung jin memburunya dengan sabetan
yang berbahaya ke arah perut. Sementara itu butiran-butiran keringat orang itu juga melesat bagai peluru-peluru kecil yang mengikuti lajunya mata pacul tersebut.
Para penonton menahan napas, begitu pula Toat-beng-jin!
Serangan itu benar-benar sangat berbahaya ! Sungguh tak
mereka sangka, dalam keadaan terdesak orang bertubuh
kurus itu mampu membalas dengan serangan yang begitu
bagus. Maka dengan hati berdebar dan mata melotot mereka
memandang ke arah Tong Cu si, mereka ingin menyaksikan
cara bagaimana jago mereka itu menghindarinya.
Tapi semuanya menjadi pucat ketika Tong Ciak sama sekali
tidak berusaha menghindar dari sambaran pacul yang tinggal sejengkal lagi dari perutnya itu. Seolah-olah tidak sadar akan bahaya yang mengancamnya, Tong Ciak justru mengayunkan
sisi telapak tangannya ke arah kepala lawan.
Sekejap orang menjadi bertanya-tanya, apa sebenarnya
maksud tokoh bertubuh pendek tersebut. Benarkah dia tidak
menyadari bahaya itu" Ataukah dia memang ingin mengadu
jiwa" Atau ada maksud lain yang tersembunyi"
Tapi sungguh janggal rasanya kalau tokoh sakti seperti dia sampai tidak tahu kalau ada bahaya yang mengancamnya.
Dan semakin janggal lagi rasanya kalau tokoh itu mempunyai kehendak untuk mengadu jiwa, toh dia sudah berada di atas
angin saat itu. Oleh karena itu satu satunya kemungkinan
terakhir, yaitu memang ada sesuatu maksud tersembunyi di
balik segala keanehan yang dia lakukan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya Tung-hai Nung jin juga berpikir demikian.
Nalurinya yang telah ditempa oleh berbagai macam
pengalaman merasakan pula adanya keanehan itu, sehingga
mata pacul yang telah menembus pakaian lawan itu cepatcepat ia lepaskan begitu saja. Lalu dengan tergesa ia
membuang tubuhnya ke belakang untuk menghindari pukulan
yang tertuju ke arah kepalanya. Kemudian dengan gerak tipu Trenggiling Turun Gunung ia menjauhi lawannya.
"Brett....." Mata pacul yang tajam itu benar-benar membabat perut
Tong Ciak dengan dahsyatnya. Apalagi ketika tangan Tung-hai Nung jin telah melepaskan pegangannya, daya luncur dari
senjata itu semakin tampak menggiriskan. Dengan disertai
suara kain robek senjata itu melayang jauh keluar halaman
kuil, meninggalkan serpihan-serpihan kain yang berhamburan di udara.
Sementara itu, Tong Ciak Cu-si yang ternyata tidak
mengalami luka sedikitpun tampak menggeliat di udara,
kemudian tubuhnya meluncur turun mengejar ke arah larinya
Tung hai Nung-jin. Semua gerakan yang ia perlihatkan itu ia lakukan selama berada di udara, sedikitpun tak menyentuh
tanah, sehingga Toat-beng jin yang sedari tadi selalu
mengikuti semua gerakannya menjadi melongo.
"Ohh .... sungguh-sungguh hebat! Ini". ini tentulah jurus yang tertera pada lembar kedua belas atau ketiga belas! Aku...
aku sama sekali tak mengenalnya!" kakek itu bergumam
dengan terbata bata. Sesungguhnyalah, karena ingin lekas-lekas mengakhiri
pertempuran itu, Tong Ciak telah mengeluarkan jurus Berasa Mabuk di Atas Awan yaitu jurus yang dipetik dari syair lagu pada lembar yang kedua belas. Itulah sebabnya Toat-beng jin yang baru sampai pada lembar kesebelas sama sekali tidak
mengenalnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Nung jin yang berguling-guling menjauh untuk
menghindari serangan lawan tampaknya semakin terpojok.
Tak ada kesempatan lagi baginya untuk memperbaiki
kedudukannya. Kedua tangan Tong Ciak seperti berubah
menjadi ribuan banyaknya dan semuanya tampak mengurung
dan memburu dia. Sehingga sekejap kemudian salah satu dari bayangan tangan itu dapat memasuki pertahanannya dan
menghajar dadanya. "Dukkkk !" "Huaaaak!" Tung hai Nung jin terpental dan roboh di samping
keponakannya. Dari mulutnya mengalir darah segar.
"Pamannn......" gadis cantik itu lekas-lekas berjongkok di sampingnya dengan wajah pucat.
"Jangan khawatir, lukaku tidak parah ! Berdirilah !" Tung hai Nung Jin membesarkan hati keponakannya, lalu dengan
tertatih tatih ia juga bangkit sambil menyeka darah yang
menempel di sudul bibirnya. Kemudian dengan berpegangan
pada lengan gadis itu, Tung-hai Nung jin menghadapi Tong
Ciak. "Baiklah, kali ini aku mengaku kalah. Biarlah, pada lain kesempatan aku akan menemui tuan kembali....." katanya dengan meringis karena menahan sakit. "Nona Li Ing, marilah kita pergi...!"
"Bagaimana dengan potongan emas itu, paman" Nanti
ayah marah....." "Biarlah! Lain kali saja kita kembali ..."
Tung-hai Nung jin membalikkan tubuhnya, lalu dengan
diikuti oleh keponakannya ia melangkah pergi meninggalkan
tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Toat-beng-jin segera meloncat menghampiri Tong Ciak Cusi. "Hebat! Tong-hiante, kau benar-benar hebat! Eh, apakah jurusmu yang terakhir tadi adalah jurus yang kauambil dari kulit domba itu juga?"
Tong Ciak tersenyum kemalu-maluan. "Ah, Lo-jin-ong
terlalu memuji. Jurus tadi memang berasal dari lembar yang ke duabelas, yaitu dari syair lagu bait pertama baris kedua yang berbunyi Berasa mabuk di atas awan.... Tapi aku
sebenarnya belum merasa puas pada gerakanku tadi.
Seharusnya aku benar benar mematikan perasaan tatkala
menggeliat di udara, sehingga bagaikan orang yang sedang
mabuk aku benar-benar tidak mengacuhkan segala sesuatu
yang berada di sekitarku. Tapi saat itu ternyata aku masih merasa takut pada ayunan cangkul Tung-hai Nung-jin,
menyebabkan gerakan selanjutnya menjadi tersendat.
Akibatnya, hampir saja orang itu lolos dari tanganku ...,"
Demikianlah, kedua tokoh Im-yang kauw itu segera
memerintahkan anak buahnya untuk membenahi tempat yang
rusak akibat pertempuran tadi. Kemudian sementara Toatbeng-jin ikut bekerja, Tong Ciak menaiki tangga yang menuju ke tempat patung perunggu. Dengan hormat sekali tokoh
bertubuh pendek itu berlutut di depan patung. "Kim mou Sai-ong su-couw, terimalah hormat dari cucu muridmu.....Mogamoga semua jurus Soa-hu lian-ciang yang kubawakan tadi
tidak mengecewakan su-couw....," katanya menunduk.
"Tong-hiante, marilah kita masuk kembali kedalam kuil!"
terdengar suara Toat-beng-jin dari bawah.
Matahari merangkak semakin tinggi, sehingga panas yang
dimuntahkan juga terasa semakin menyengat. Toat-beng-jin
bersama sama Tong Ciak Cu si memasuki kamar yang
dipergunakan untuk merawat Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-jin ong, luka dalam pemuda ini benar benar parah
sekarang..... Eh, kenapa dia tadi sampai berada di halaman samping itu" Apakah ia bermaksud melarikan diri dari kuil ini
?" Tong Ciak berbisik ketika telah berada di depan
pembaringan Yang Kun. Toat beng jin menghela napas dan mengangguk.
"Ya.,, dia merasa tersinggung oleh perbuatan aku, sehingga dia bermaksud meninggalkan kuil kita. Sebenarnya aku telah meminta maaf padanya, tapi ia telah berketetapan hati untuk pergi dari sini. Dan..... aku tak bisa lagi menahannya !
Akhirnya terjadilah peristiwa itu...."
Kedua orang tokoh Im-yang-kauw itu mengawasi Yang Kun
yang masih belum siuman dari pingsannya. Tampak oleh
mereka wajah pemuda itu amat pucat, pernapasannyapun
tidak teratur, malah terkadang kelihatan tersengal-sengal.
"Tong-hiante, pemuda ini mempunyai watak yang keras
hati. Jika kita menunggu dia siuman, kemungkinan besar kita justru tidak akan dapat mengobatinya. Dia tentu akan
menolak maksud kita untuk mengobatinya. Oleh karena itu
lebih baik kita berusaha mengobatinya sekarang juga. Dengan tenaga kita berdua kukira hasilnya akan lebih baik, tapi......"
Toat beng-jin menghentikan perkataannya sebentar, lalu, " . .
tapi kita harus berhati hati terhadap darahnya yang
mengandung racun mematikan!"
"Hah. ..!" Tong Cu-si terlonjak. Toat-beng-jin tersenyum.
"Tong-hiante.. ketahuilah........! Pemuda yang kita cari ini mempunyai banyak keanehan pada tubuhnya. Pertama,
pemuda ini mempunyai lwee kang yang sangat tinggi,
melebihi Iwee-kang seorang ahli silat yang telah belajar
selama seratus tahun. Kedua, tanpa ia sadari ia hapal akan isi gulungan kulit domba kita di luar kepala. Ketiga, darah yang mengalir dalam tubuhnya ternyata mengandung racun ganas.
Tapi anehnya, sedikitpun ia tak terpengaruh oleh keadaan itu.
Seakan-akan ia telah kebal terhadap racun, atau... agaknya ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang beracun sejak lahir seperti halnya binatang ular dan kelabang !"
"Bagaimana Lo jin ong mengetahui semua itu "..... Oh, maaf! Pikun benar aku ini......! Tentu saja dengan Lin cui Sui hoat (ilmu Tidur di Atas Permukaan Air), Lo-jin ong akan
mengetahui segalanya....."
"Tong hiante, engkau jangan beranggapan seperti itu,
karena anggapan seperti itu benar benar salah sama sekali !
Mahir Lin cui Sui-hoat itu bukan berarti mengetahui segalanya.
Di kemudian hari Tong hiante akan kecewa apabila masih
mempunyai anggapan demikian, apalagi jika Tong-hiante juga berniat mempelajarinya."
Tong Ciak berdiri diam tak bersuara, hanya kepalanya saja
yang mengangguk angguk mendengar keterangan Toat beng
jin itu. "Sudahlah, Tong hiante...... lo-hu mengetahui semuanya
tentang pemuda ini bukan karena lo-hu mahir Lin-cui Sui hoat, tapi karena lo-hu sudah mengikutinya sejak tiga hari yang lalu, yakni dari tempat pengungsian orang-orang Hi-san-cung. Di
dusun itu pemuda ini telah membunuh tiga orang pengikut
Tiat-tung Kai-pang dan melukai dua orang gadis pembantu
Keh sim Siauw hiap dari Pulau Meng to. Kemudian di dekat
mata air baru yang muncul di seberang dusun Hok-cung ia
melukai Hek-eng cu pula. Sehingga ketika pemuda ini
menyelinap ke tengah-tengah para perampok yang menduduki
dusun Hok-cung, Io-hu mendahului langkahnya, menotok
pingsan para penjaga yang akan dilaluinya, agar supaya tidak banyak kurban yang jatuh akibat pukulan beracunnya. Tapi
tak kusangka ketika berhadapan dengan pemimpin perampok,
pemuda ini justru mendapat luka yang parah malah !"
"Ohh.!" Tong Ciak terlongong-longong.
Tokoh Im-yang-kauw bertubuh pendek ini memang tidak
menyangka sama sekali kalau pemuda itu sedemikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hebatnya. Membunuh pengikut Tiat-tung Kai-pang, lalu
melukai pembantu Keh-sim Siauw-hiap terus melukai lagi Hekeng cu ! Sungguh menakjubkan, padahal semuanya adalah
orang-orang kuat dan telah punya nama di dunia persilatan.
Terutama Keh-sim Siauw hiap dan Hek-eng-cu!
Kedua buah nama yang terakhir itu adalah dua di antara
tiga nama yang sangat populer dan menjadi buah bibir kaum
persilatan selama lima tahun terakhir ini. Seperti telah
diketahui, sejak selesainya perang besar yang menumbangkan kekuasaan Kaisar Chin lima tahun yang lalu, di dunia
persilatan muncul tiga orang jago muda yang kepandaiannya
benar benar amat menakjubkan. Ketiganya malang melintang
di dunia kang-ouw seperti malaikat saja karena kesaktiannya yang hebat seperti dewa, sehingga selama ini belum pernah
terdengar mereka menemukan tanding. Mereka itu adalah
Hong gi hiap Souw Thian Hai, Keh-sim Siauw-hiap dan Hekeng cu. Ketiga buah nama ini selalu menjadi pembicaraan
orang dan sangat ditakuti dimanapun mereka. Ketenaran
nama mereka benar benar menghapus dan mengungguli
ketenaran jago-jago tua yang selama ini hanya terdengar
namanya saja, karena jago-jago tua itu tak pernah
menampakkan diri mereka di dunia kang-ouw. Mereka Iebih
suka menyepi di tempat pertapaannya atau mengurung diri di tempat tinggaInya yang terpencil.
"Pemuda ini telah melabrak para pembantu Keh-sim Siauwhiap dan melukai Hek eng cu, tapi kenapa pemimpin
perampok yang menduduki desa Hok cung bisa melukainya "
Apakah pemimpin perampok itu lebih lihai dari pada Hek eng-cu ?" Tong Ciak akhirnya bertanya kepada Toat beng jin.
"Sebab pemimpin perampok itu mempunyai seorang
pengawal yang hebat!"
"Heh" Siapakah dia.....?"
"Hong-gi hiap Souw Thian Hai!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah".."!?" Tong Ciak terperanjat.
"Entahlah, aku pun tak tahu, apakah sebabnya pendekar muda itu sampai menjadi anggota perampok." Toat beng-jin menerangkan.
"Apakah mungkin ingatannya terganggu kembali?"
"Terganggu" Eh, Tong-hiante .... apakah Tong-hiante
pernah bertemu atau mengenal dia sebelumnya?"
Tong Ciak bangkit dari kursinya. Sambil memeluk dada ia
melangkah berputar putar di dalam kamar. Matanya menatap
langit-langit sementara ingatannya tampak melayang layang
ke masa lalu. "Lo-jin-ong.... lo-jin-ong tentu belum lupa akan cerita masa laluku sebelum aku kembali diterima sebagai
warga Im-yang-kauw," katanya dengan menghela napas
panjang sekali. "Dahulu aku adalah seorang Kepala Pengawal Istana yang mendapat kepercayaan penuh dari Kaisar Chin Si Hong-te untuk menjaga keamanan seluruh kompleks istana
beserta semua isi dan keluarga kerajaan yang berada di
dalamnya. Bersama Beng Tian Goan-swe (Jendral Beng Tian)
sebagai panglima balatentara kerajaan, aku dikenal sebagai Sepasang Singa dan Harimau Kerajaan," tokoh bertubuh
pendek itu menghentikan lagi ceritanya, seakan-akan ingin
mengenang kembali masa kejayaannya dahulu. "Suatu saat aku mendapat perintah yang tak akan pernah aku lupakan
seumur hidupku, yaitu perintah untuk mengawal seorang
tawanan penting keluar kota raja. Sebelum berangkat Baginda Kaisar memesan dengan sangat agar aku melindungi tawanan
itu baik-baik, karena Baginda telah memperoleh khabar bahwa Barisan Para Pendekar yang dipimpin oleh Liu Pang (Kaisar
Han sekarang) akan berusaha membebaskan tawanan itu......"
"Bukankah tawanan itu adalah Menteri Ho Ki Liong"'' Toat
beng-jin menyela. Tong Ciak terbelalak sebentar lalu mengangguk. "Benar!
..... Nah, ternyata peringatan yang diberikan oleh Baginda itu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar benar terjadi di tengah perjalanan. Barisan kami dicegat oleh sekawanan pendekar yang dipimpin oleh murid wanita Liu Pang yang bernama Ho Pek Lian. Tapi dengan mudah para
perajuritku mengalahkan mereka. Hampir saja kawanan
pencegat itu tertangkap semua ketika secara tak terduga kusir kereta yang membawa tawanan kami itu memberontak dan
mengamuk. Bagai orang gila kusir itu menghajar siapa saja
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang berada di depannya, termasuk aku sendiri....." Tong Ciak tidak meneruskan ceritanya, lalu matanya yang lebar itu
memandang ke arah Toat-beng jin. "Lo jin-ong tahukah Lo jin-ong.... siapakah kusir yang mengamuk itu?"
"Tentu saja Hong-gi hiap Souw Thian Hai!" Toat-beng-jin menjawab cepat.
"Eh, mengapa Lo-jin-ong dapat menerka begitu tepat?"
"Haha.. . hal itu bukanlah suatu teka-teki yang sulit ! Dan yang terang tidak perlu menggunakan Lin cui Sui-hoat segala.
Haha..... bukankah Tong-hiante hendak bercerita tentang
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai tadi " Nah, mengapa aku harus
mencari jawaban yang lain.....?"
"Oh, iya! Lo jin ong benar juga."
Kemudian kedua tokoh tinggi Im-yang-kauw itu terdiam
dan tenggelam dalam arus pikiran masing masing.
"Sudahlah ! Kita tak usah bersusah-susah memikirkan
orang lain. Pendekar sakti seperti Souw Thian Hai, apalagi sudah terkenal dengan julukannya Hong-gi-hiap (Pendekar
Gila Yang Berbudi), tentulah seorang yang mempunyai watak
yang aneh-aneh." Toat beng jin akhirnya berkata. "Tentu ada maksudnya mengapa ia sampai bergabung dengan para
perampok seperti itu. Seperti juga yang hiante ceritakan tadi, setiap orang juga tidak tahu apa sebabnya ia menyamar
sebagai kusir kereta.....Tong hiante, sekarang marilah kita lekas-lekas mengobati pemuda ini saja, nanti keburu dia
siuman kembali!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, Lo jin ong benar....! Marilah !" Tong Ciak tergagap seperti orang yang baru saja diingatkan pada sesuatu yang
sangat penting. Demikianlah, dengan hati-hati agar mereka berdua tidak
terkena racun yang berada di dalam darah Yang Kun, kedua
tokoh Im-yang kauw itu berusaha mengobati luka si pemuda
dengan Im-yang kang mereka.
Sementara itu, tanpa mereka ketahui di luar kuil telah
terjadi pula suatu keributan yang mengakibatkan beberapa
orang mereka menjadi kurban lagi.
Telah diceritakan sebelumnya bahwa Tung hai Nung-jin
bersama keponakannya telah pergi meninggalkan kuil dengan
menanggung kekalahan yang memalukan. Tokoh bajak laut
yang semula amat yakin dengan kemenangannya karena
selama ini ilmunya hampir tak pernah mendapatkan lawan
yang berarti, ternyata dalam langkah pertamanya di daratan Tiongkok kali ini sudah membentur batu karang yang amat
keras. Tokoh dari Lautan Timur itu melangkah lemas, diikuti oleh keponakannya yang cantik tapi berwatak ganas itu.
"Kekalahan seperti itu saja mengapa mesti disesali !" tiba tiba terdengar suara orang menegur dari pinggir jalan.
Tung hai Nung-jin dan keponakannya cepat berbalik
dengan tangan telah berada di atas tangkai senjata masingmasing. Dengan tajam mereka memandang ke arah laki-laki
muda berpakaian putih-putih dan laki laki bertubuh besar
berjenggot lebat yang berdiri tenang di bawah pohon siong
tua di pinggir jalan. Mereka belum begitu jauh dari bangunan kuil.
"Saudara berbicara dengan kami ?" Tung-hai Nung jin menggeram menahan marah. Agaknya pengalamannya tadi
membuat tokoh ini bersikap lebih hati hati sekarang.
"Hmm, tidak keliru ! Merasa tersinggung?" laki-laki yang berbaju putih menjawab seenaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gila! Tokoh bajak laut yang garang itu kini benar-benar
mengumpat di dalam hati. Jantungnya seolah-olah terbakar
dengan mendadak! Biasanya dialah yang selalu bersikap
demikian terhadap orang lain. Sungguh tidak ia sangka
kekalahan yang dideritanya tadi seakan-akan menjadi titik
tolak dari keruntuhannya, sehingga semua orang seperti
meremehkan dirinya. "Kau memang bosan hidup!" teriaknya keras menyertai paculnya yang melayang ke depan ke arah muka lawan.
"Pamannn . .!" keponakannya berusaha mencegah, tapi
mana mau orang yang sedang marah itu berhenti"
"Hahaha .... gadis cantik, jangan khawatir ! Pamanmu yang sudah lemah ini tidak akan kubunuh, asalkan".." laki-laki berbaju putih yang tidak lain adalah Song-bun kwi Kwa Sun
Tek itu tidak meneruskan kata-katanya.
"Bangsat ! Laki laki ceriwis! Kau ingin berlaku kurang ajar kepadaku?" gadis cantik itu melotot. ''Jangan bermimpi! Kipas besiku ini akan mengirim nyawamu ke alam baka......"
"Hahaha. .. Wan - locianpwe, lihatlah gadis ini ! Sungguh cantik dan garang! Sayang kita sedang mengemban tugas dari Ong-ya, kalau tidak .... wah,, enak juga rasanya bermain main dengan nona yang begini cantik." Song-bun-kwi berseru sambil mengelak dari sambaran pacul.
"Ah, Kwa sicu ini sungguh suka sekali bergurau. Mana mau gadis demikian manisnya bergaul dengan orang tua seperti
aku" Kalau aku sih lebih suka meminta potongan emas yang
disimpan oleh pamannya itu, hehe".."
"Tentu saja, Wan-locianpwe! Kita ke sini kan juga untuk benda tersebut."
Pacul Tung hai Nung jin menyambar-nyambar bagai elang
mencuri mangsa, meski begitu Song-bun kwi tampak masih
enak-enakan. Laki-laki muda berbaju putih itu mengelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesana kemari sambil mengobrol, seakan serangan lawannya
yang bertubi-tubi itu tak berbahaya sama sekali baginya. Baru setelah mata pacul yang tajam itu menggores lengan bajunya hingga sobek, Song bun-kwi terkejut.
"Huh ! Tak kusangka engkau mempunyai kepandaian juga
barang sedikit. Tak heran tokoh Im-yang-kauw yang berbadan pendek tadi mengalami kesukaran untuk menundukkanmu."
Song bun kwi menggeram pelan sambil mengamat amati
lengan bajunya yang sobek. "Tetapi hati hatilah,, kini engkau berhadapan dengan orang Tai-bong-pai. Sekali saja engkau
salah langkah, maka nyawalah taruhannya .,...!"
"Cuh!" Tung hai Nung jin meludah, untuk menunjukkan
kepada lawan bahwa dia juga tidak merasa gemetar atau
takut sedikitpun. Baju luarnya yang longgar itu ia lepaskan perlahan-lahan.
"Paman, kau baru saja terluka." gadis cantik itu sekali lagi menahan tangannya. "Biarlah keponakanmu saja yang
menghadapinya..," "Li Ing, kau minggirlah ! Kaulihat saja pamanmu"..!"
Melihat lawannya telah melepaskan bajunya, Song bun kwi
tidak berani bermain-main pula. Tadi secara sembunyi
sembunyi telah ia saksikan kepandaian orang itu ketika
melawan tokoh Im yang-kauw yang bernama Tong Ciak. Maka
iapun segera melepaskan ikat pinggang yang melilit perutnya.
Sebuah ikat pinggang yang terbuat dari kulit ular yang ulet, di mana pada ujungnya dipajangi alat pengikat yang terbuat dari besi baja!
Dan sesaat kemudian pagi yang indah itu telah diributkan
pula dengan suara pertempuran mereka yang sangat seru.
Masing-masing menampilkan kepandaian mereka yang hebat
dan dahsyat. Seperti ketika melawan Tong Ciak Cu-si, Tung hai Nung-jin
mengayun paculnya dalam ilmu Ban-seng-kun yang luar biasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Senjata panjang itu berkelebat cepat di udara dan
bergerak gesit di segala tempat, sehingga dari jauh seperti bintang berekor yang beralih tempat dari sudut ke sudut
langit. Sedang Song bun-kwi Kwa Sun Tek juga bersilat dengan
tidak kalah garangnya. Ikat pinggang kecil yang lemas itu
dalam tangannya menjadi senjata pembunuh yang amat
mengerikan. Alat pengikat yang terbuat dari besi baja itu
tampak menyambar nyambar ganas disertai suara mengaung
yang menggiriskan. Jangankan hanya manusia yang terdiri
dari kulit dan daging, sedang batu karang yang keraspun
hancur tersabet oleh ikat pinggang itu.
Pertempuran itu berlangsung dengan dahsyatnya sehingga
debu di sekitar mereka menjadi berhamburan, mengepul
tinggi di udara, membuat kaget beberapa orang pengikut Imyang-kauw yang mau pergi ke sungai untuk mencari air.
Dengan tergesa-gesa empat orang Im yang-kauw berlari ke
tempat pertempuran. Masing-masing menyiapkan tongkat
pemikul airnya, kalau - kalau diperlukan nanti.
"Hei ! Hei ! Berhenti ! Jangan berkelahi di tempat suci ini.....!" teriak mereka beramai-ramai.
Tapi pertempuran itu mana mungkin dapat dihentikan lagi
sebelum salah seorang dari mereka terkalahkan. Masingmasing tentu tidak mau menarik diri dan menghentikan
serangannya, karena hal itu berarti memberi kesempatan
kepada lawan untuk menyerang dirinya secara mudah.
"Hahaha .... sudahlah! Biarkanlah mereka bertempur
sampai selesai !" orang yang dipanggil dengan nama Wan-locianpwe itu tertawa.
"Tapi tempat ini adalah tempat suci dan masih termasuk
wilayah kuil kami........" salah seorang penganut Im yang-kauw itu menerangkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalian lebih baik melihat saja di sini bersama aku.. .!
Jangan membuat jengkel kami !" Wan locianpwe mengerutkan
keningnya. "Kurang ajar! Kalian ini memang orang-orang liar yang tak tahu kesopanan !" kata pengikut Im-yang-kauw itu. Tongkat yang dipegangnya meluncur deras ke arah pertempuran,
maksudnya untuk memisahkan kedua jago yang sedang
berkelahi itu. "Hei ! Telah kukatakan tadi, jangan ganggu mereka !
Mengapa kalian tetap tidak mau mengindahkan perkataanku
itu?" orang she Wan yang datang bersama dengan Song-bun-kwi itu berseru marah. Lengannya yang besar dan berbulu
lebat itu memukul dengan tangan terbuka ke arah tongkat
yang meluncur. Terdengar suara hembusan angin yang kuat,
yang meluncur keluar dari telapak tangan yang terbuka itu.
Dan di Iain saat terdengar suara letupan kecil yang
mengakibatkan patahnya batang tongkat itu menjadi beberapa bagian.
"Krek! Krakk!" Pelempar tongkat itu dan teman temannya melongo
menyaksikan hebatnya pukulan lawan. Orang bertubuh besar
itu hampir tidak menggerakkan kakinya dan jarak antara dia dengan tongkat itu masih terpaut sekitar sepuluh langkah, tapi hawa pukulannya ternyata sudah mampu mematahkan
tongkat pemikul air. Maka dapat dibayangkan betapa tingginya ilmu silat orang itu.
Tetapi mengingat mereka masih berada di kandang sendiri,
apalagi terdiri dari banyak orang, maka keempat orang Imyang kauw itu segera menghapus rasa ketakutan di hati
mereka. Dengan garang salah seorang dari mereka melangkah
maju. "Kurang ajar! Bagaimanapun hebatnya kepandaianmu, tapi sekarang kau sedang berada di wilayah kami. Kau tidak dapat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertindak sesuka hatimu sendiri..... Nah, sekarang hentikan pertempuran mereka ! Kalau tidak kami akan bertindak sesuai dengan peraturan yang berlaku di sini."
"Hmmh!" orang she Wan itu menggeram semakin marah.
"Orang bermata buta ! Meski pun kini aku sedang berada di wilayah kalian, tetapi kalian juga harus tahu siapa pula aku ini
.. !" "Kami tidak peduli pada siapa pun ... !"
"Kalian sama sekali juga tidak peduli kalau aku dan
kawanku itu orang Bing-kauw?" orang bertubuh besar itu mulai memasang aksi.
Benar juga. Ucapan orang itu yang mengaku sebagai
anggota Aliran Bing-kauw, benar-benar mengejutkan empat
orang Im yang-kauw tersebut. Peristiwa menyedihkan yang
mengakibatkan matinya salah seorang dari kawan mereka
pada hari kemarin masih sangat membekas di dalam hati
mereka. Untung pada saat itu secara kebetulan Toat-beng jin segera tiba di kuil mereka, sehingga luapan kemarahan
mereka dapat segera dibendung oleh pemimpin mereka itu.
Coba kalau tidak, mungkin mereka telah pergi meluruk ke
pusat perkumpulan Aliran Bing kauw dan mengamuk di sana.
Kini secara tiba-tiba ada orang yang bersikap sombong
yang mengaku sebagai anggota Aliran Bing-kauw di depan
mereka, maka dari itu tidak heran kalau kemarahan mereka
tiba-tiba saja juga meledak tanpa dapat dikendalikan lagi.
Hampir berbareng keempat orang tersebut melesat menerkam
ke arah laki laki yang mengaku sebagai orang Bing-kauw
tersebut. "Bangsat! Kemarin kawanmu sudah berani membunuh
pimpinan kuil kami, sekarang kalian masih berani berkeliaran di sini.....Lihat serangan!"
"Hahahe..... kerucuk-kerucuk (orang dari tingkat rendahan) macam kalian ini masih juga berani berlagak di depanku... ."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh mengagumkan sekali gerakan orang yang
bertubuh besar itu. Demikian berat badannya tapi gerakannya ternyata gesit sekali. Sekali menjejakkan kaki tubuh yang
sebesar gajah itu melesat ke atas, melampaui kepala lawanlawannya, lalu dengan enteng serta tidak mengeluarkan suara kakinya mendarat di belakang para penyerangnya. Kemudian
dari tempat itu ia membalas serangan lawan dengan jari
jarinya yang terbuka seperti tadi. "Wuuuuuuus".."
Keempat orang Im-yang kauw terkejut setengah mati,
mereka tidak mengira kalau gerakan lawan begitu enteng dan gesit. Oleh karena itu mereka menjadi kelabakan begitu
musuh telah berada di-belakang mereka dan kini justru sudah mengirim pukulan jarinya yang menggiriskan itu.
Dan kelalaian mereka ini sungguh mencelakakan diri
mereka. Tak ada kesempatan lagi bagi mereka untuk
mengelakkannya. Orang itu hanya berjarak kurang lima
langkah dari tempat mereka berdiri, sedang batang tongkat
yang berjarak sepuluh langkahpun telah hancur dilanda
pukulan orang itu. Satu-satunya jalan hanya mengerahkan
tenaga sakti mereka masing-masing untuk bertahan.
"Hah! Sss," ouughhh.. !" Jari jari orang she Wan itu tidak sampai menyentuh punggung lawannya, tapi keempat orang
lm-yang-kauw itu merasa seperti disodok oleh benda tumpul
yang amat keras, sehingga pemusatan tenaga mereka menjadi
buyar dan tersungkur ke depan tak berdaya. Blukk!! Tak
ampun lagi mereka berempat terjerembab ke atas tanah dan
tak bisa bangun kembali. Dari mata, telinga, hidung dan mulut mereka mengeluarkan darah. Hanya seorang saja yang
agaknya masih diberi kesempatan untuk hidup oleh orang
yang mengaku datang dari Bing kauw tersebut.
"Ohh ..... kau,.,. kau be - berani membunuh ka-kami.....?"
orang yang masih bernapas itu merintih.
"Hahaha".. mengapa tidak berani" Tak seorangpun yang
kami takuti di dunia ini, apalagi seperti kalian.....! Bukankah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua orangku kemarin telah datang pula ke tempat ini untuk mengobrak-abrik kuilmu " Haha, kini kau pun masih kuberi
kesempatan untuk melaporkan kejadian ini. Nah, pergilah !"
"B baik-lah......! Kau...... kau jangan pergi dahulu!
Kebetulan Lo.... Lo-jin-ong..... a ada di...sini, ka-kalian akan t-tahu rasa,.. nanti! Ough .. ..!"!" dengan lemah orang itu merangkak pulang ke kuilnya.
"Hahahaha..... kaulaporkan kepada setan manapun aku
tidak peduli. Kepada Lo jin ong atau kepada Siauw jin ong.
terserah ... ha ha"!'' orang she Wan itu tertawa gelak gelak.
Sementara itu pertempuran antara Tung hai Nung-jin
dengan Song-bun-kwi sudah mencapai titik puncaknya. Kedua
tokoh silat berkepandaian tinggi itu telah mengeluarkan segala macam ilmu silat andalan mereka. Masing masing telah
mengeluarkan semua kemampuannya, karena masing-masing
juga tahu bahwa lawan yang mereka hadapi kali ini benar
benar bukan lawan sembarangan. Sayang karena Tung-hai
Nung jin sudah mengalami luka terlebih dahulu, maka lambat laun tenaganya mulai terganggu. Pada setiap benturan tenaga yang terjadi, rasanya luka yang dideritanya tampak semakin bertambah parah.
Keadaan itu dilihat pula oleh Tiauw Li Ing, keponakan Tung hai Nung jin yang berwajah molek tapi berwatak sadis itu.
Dengan cepat gadis itu menyembuyikan sepasang kipas
besinya di balik ujung lengan bajunya yang lebar, lalu
perlahan-lahan ia melangkah mendekati pertempuran.
"Dukkk!" Kedua buah lengan mereka kembali saling beradu di udara,
dan sekali ini Tung-hai Nung-jin tampak terhuyung-huyung
mau jatuh. Wajahnya kelihatan pucat sekali. Dan meskipun
keringat maut yang keluar dari tubuhnya masih saja mengalir dengan derasnya, tapi warna keringat itu telah berubah
menjadi kemerahan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Phang su-siok (paman Phang)..... !" Li lng berlari
mendekati. "Gila ! Setan ! Ilmu orang ini benar-benar tidak boleh dipandang enteng. Perguruan Tai bong pai memang hebat!
Sayang aku sudah terluka lebih dahulu, kalau tidak... huh
jangan harap Pukulan Pengisap Darahnya dapat melukai diriku
!" katanya sambil melepaskan tangan Tiauw Li Ing yang memegang lengannya. "Li Ing, kau minggirlah!"
"Paman, lukamu.,..."
"Ha-ha ha ha...., asal kalian berikan potongan emas itu kepada kami, kami akan mengampuni nyawamu," sekali lagi orang she Wan itu tertawa gelak-gelak.
"Bangsat busuk majulah kalian berbareng, Tung hai Nung jin tidak akan mundur selangkah-pun ! Dan...... dengarlah, aku tidak akan menyerahkan benda itu kepada kalian ! Cuh !!"
Tung hai Nung-jin tak mau kalah teriak. Kemudian tanpa
memberi peringatan lagi paculnya menyambar ke depan
dengan dahsyatnya. Tapi Song-bun kwi juga telah bersiap-siap sejak tadi. Maka begitu terlihat olehnya tangkai pacul itu bergerak ke arahnya, iapun segera melejit ke samping dengan gesitnya. Dan
sebelum lawannya menyusuli lagi serangannya, putera ketua
Tai-bong-pai itu telah mengubah cara bersilatnya.
Kalau semula tokoh Tai-bong pai itu bersilat dengan
gerakan-gerakan yang kuat dan mantap, kali ini gerakannya
berubah menjadi sebaliknya. Tubuhnya yang berdiri tegak itu bergerak kaku seperti boneka wayang di atas panggung,
kadang-kadang malah bergoyang-goyang seperti mau jatuh
terjerembab ke atas tanah.
Ilmu silat Tung - hai Nung - jin sendiri adalah ilmu silat yang aneh dan mengerikan, tapi melihat ilmu silat Song-bun kwi tokoh bajak laut itu tetap saja merasa seram di dalam
hatinya. Dengan dahi berkerut jago dari Lautan Timur itu
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengamat-amati ilmu silat Song-bun kwi tanpa berkedip "Hiiiiii
....." Tiba-tiba tubuh yang bergerak kaku itu meluncur ke arah
Tung hai Nung jin dengan kepala terlebih dahulu. Tentu saja gerakan yang mendadak ini benar-benar sangat mengejutkan
tokoh bajak laut tersebut. Apalagi serangan dengan kepala
seperti itu benar-benar amat aneh dan baru kali ini dilihatnya.
Selain terasa aneh rasanya juga membingungkan pula !
Tapi Jago silat dari Lautan Timur itu tak mempunyai banyak waktu untuk menduga-duga maksud gerakan lawan, karena
sekejap kemudian serangan itu telah berada di depan
matanya. Otomatis pacuI yang telah siap di atas kepala itu diayun ke depan untuk menghantam kepala yang meluncur
datang. "Wuut !" pacul itu membelah udara dengan derasnya.
"Duukk !" pacul tersebut menghantam dengan kuat sekali !
Tetapi bukan kepala lawan yang terkena mata pacul,
melainkan tanah yang berada di depan Tung hai Nung-jin
sendiri. "Gila!" Tung-hai Nung jin mengumpat. Matanya nyalang mencari kepala lawan yang lenyap secara mendadak.
"Hi-hi-hi..... jangan bingung! Aku ada di sini!" tiba tiba terdengar suara Song-bun-kwi di belakangnya.
Tanpa menoleh lagi Tung hai Nung jin menyabetkan
paculnya ke belakang. Tapi sekali lagi pacul itu menemui
tempat kosong, karena lawannya dengan sigap telah
menjatuhkan diri dengan terlentang di atas tanah seperti
sesosok mayat yang terkapar di pekuburan!
Sekali lagi Tung-hai Nung-jin terperanjat menyaksikan
keanehan dan kehebatan ilmu lawan. Kembali paculnya
menghantam ke arah tubuh yang tergeletak kaku tersebut.
"Dukk!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh itu menggelinding ke kanan dengan cepat sehingga
sekali lagi pacul itu menghantam tanah. Debu berhamburan
menggelapkan udara di sekitar tempat itu. Dan di lain saat, sebelum asap debu itu lenyap disapu angin, tiba-tiba
terdengar suara teriakan Tung hai Nung-jin yang menyayat
hati. "Aaaaaaaa....... !"
"Phang su-siok..... !" Tiauw Li Ing melesat ke depan
menyongsong tubuh pamannya.
"Li Ing..... lu-lukaku b-benar parah sekarang....Sayang benda itu terpaksa harus kita... kita be... berikan?" Tung-hai Nung jin menatap keponakannya dengan terengah-engah.
Tangannya merogoh dan mengeluarkan potongan emas dari
saku celananya. "Nih ! Kau". Kaube".berikan kepadanya...!"
"Tidak ! Biarlah aku yang menghadapinya sekarang!" gadis itu berkata tegas. Perlahan lahan kepala pamannya ia letakkan di atas rumput.
Tapi Tung-hai Nung jin lekas-lekas menyambar lengan
gadis itu. "Li Ing, kau jangan terlalu sembrono ! Dia bukan lawanmu, apalagi dia masih ada kawannya. biarlah kita mengalah saja hari ini. Lain kali kita datang lagi dengan ayahmu beserta seluruh kekuatan kita....heh heh ..."
"Tapi..." gadis itu masih penasaran.
"Sudahlah! Be-berikanlah saja benda ini ".!"
"Hahaha.... bagus, pamanmu itu memang benar. Mari,
berikan benda itu kepada kami ! Dan..., kami akan menepati janji, kalian boleh pergi dengan bebas!" Song-bun kwi yang hamper tidak pernah tertawa itu ikut membujuk.
Gadis itu berdiri termangu mangu sambil memegang
potongan emas itu erat-erat. Barulah sesaat kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya yang molek itu mengangguk. "Baiklah! Kuberikan benda ini kepadamu.... Tapi ingat! Sebulan lagi kami akan
mencari kalian untuk mengambilnya kembali!"
Dengan sebat gadis itu melemparkan potongan emas
tersebut ke batu karang yang berada di depannya. Kraash!
Potongan emas yang lunak itu menancap ke batu karang
dengan kuatnya. "Ambillah......!" geramnya.
"Wan Locianpwe, kita harus cepat cepat meninggalkan
tempat ini pula. Jangan sampai siasat yang kita lakukan ini keburu ketahuan orang-orang Im-yang-kauw." Song bun kwi
mengajak kawannya, setelah kedua korbannya tadi lenyap
dari pandangan mereka. Dengan tangkas tubuhnya yang
kurus itu melesat menghampiri batu karang. Lalu mencabut
potongan emas yang tertancap di sana dengan dua buah
jarinya saja. "Hahaha" Ong-ya kita benar-benar beruntung.
tanpa diduga telah memperoleh dua buah potongan emas
yang berisi peta tempat penyimpanan harta karun. Agaknya
perjuangan kita kali ini memang benar-benar akan berhasil !"
"Tentu saja, Kwe-hiante! Hahaha.... marilah kita segera pergi dari sini ! Sebentar lagi para penghuni kuil itu tentu akan berdatangan kemari, dan pemuda bekas majikanku itu bisa
menggagalkan rencana kita kalau dia melihat serta
mengenalku nanti." "Ah, dia tentu berbaring saja di tempat tidurnya. Bukankah ia telah terluka parah oleh pukulan Tung hai Nung jin tadi"
Nah, sudahlah... marilah ouugh, aduuhh...!" tiba-tiba Song-bun-kwi berteriak tinggi sambil membanting potongan emas
yang dipegangnya. "Kwa sicu, ada apakah...?" kawannya tersentak kaget.
"Setan busuk iblis kuntianak"..!" Song-bun-kwi
mengumpat-umpat dengan kasar sekali. Tangannya dengan
cekatan mengambil pisau, lalu memotong kedua buah jarinya
yang tadi memegang potongan emas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mata melotot orang she Wan itu melihat potongan
jari kawannya yang jatuh di atas tanah. Potongan jari tersebut warnanya sudah berubah menjadi kebiru-biruan, sedang
tulang yang berada di dalamnya sudah remuk bagai tepung.
"Gila! Racun apa pula itu?" katanya serak, "Wan Locianpwe.
lihat....! Hampir saja tulang-tulangku remuk menjadi tepung kalau aku tidak cepat cepat memotong jari tanganku !
Sungguh ganas sekali gadis itu !" Song-bun-kwi menggerutu sambil membalut lukanya. Beberapa kali ia mengamati-amati
jari tangan kanannya yang kini tinggal tiga buah jari saja.
"Sudahlah, Kwa-sicu". Kau tak usah terlalu menyesali jari tanganmu itu. Anggap saja sebagai pengorbanan terhadap
perjuangan kita. Lihat! Jari-jari tangankupun sudah tidak utuh pula lagi ! Semuanya kukorbankan demi suksesnya sandiwara
yang diperintahkan oleh ongya kita, yaitu untuk memancing
pengakuan dari mulut Chin Yang Kun tentang Cap Kerajaan
itu. Ah... Kwa-sicu, engkau tentu belum melupakan peristiwa yang terjadi di gedung Si Ciangkun setahun yang lalu, bukan "
Yaitu ketika pertemuan kita itu diketahui oleh pasukan
pemerintah, sehingga kita lalu dikepung oleh Yap Tai-ciangkun
?" "Wan Lo-cianpwe memang benar,., ! Marilah kita segera meninggalkan tempat ini !" Song-bun-kwi mengiyakan. Lalu dengan saputangan diambilnya potongan emas yang ia
banting tadi. Dan sekejap kemudian mereka telah lenyap
diantara rimbunnya pepohonan yang tumbuh di lereng bukit
tersebut. Sementara itu kedatangan orang Im-yang kauw yang
terluka parah itu sungguh-sungguh sangat mengagetkan
semua penghuni kuil lainnya. Orang-orang yang kebetulan
berada di pendapa segera berlarian menolong dan
mengangkatnya masuk. Beberapa orang diantara mereka
segera berlari ke dalam, melaporkan hal itu kepada Toatbeng-jin dan Tong Cu-si. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua tokoh Im yang-kauw yang baru saja selesai
mengobati Chin Yang Kun itu bergegas pula mengikuti anak
buahnya, setelah lebih dahulu menyuruh salah seorang untuk menunggu Yang Kun. Dengan berlari lari kecil mereka
melintasi halaman tengah lalu meloncat ke pendapa di mana
orang yang terluka parah itu dibaringkan.
Salah seorang yang berada di tempat itu segera memberi
laporan, bagaimana mereka melihat dan menolong kawan
mereka yang terluka itu serta membawanya ke pendapa.
Sayang karena lukanya amat parah, sampai kini orang itu
belum bisa memberi keterangan apa apa.
Sambil mengangguk-angguk Toat beng-jin dan Tong Ciak
Cu-si memeriksa luka yang diderita oleh anak buahnya
tersebut. Begitu selesai keduanya tampak saling memandang
dengan dahi berkerut. "Lagi lagi korban pukulan tenaga sakti yang ampuh.... "
Tong Ciak Cu si bergumam.
"Benar... semacam Pek-khong ciang (Pukulan Udara
Kosong)," Toat beng jin mengangguk. "Hanya entah..... tokoh sakti mana yang telah berbuat ini ?"
Maka begitu orang itu dapat membuka kembali matanya
dan dapat diajak berbicara kembali, Toat beng jin bergegas menanyakan seluruh persoalannya. Dan meskipun dengan
tersendat-sendat orang itu akhirnya bisa juga menceriterakan semua kejadian yang telah ia alami bersama ketiga kawannya.
"Kurang ajar! Biarlah aku yang pergi ke sana untuk
melabrak mereka !" tiba-tiba Tong Ciak melesat keluar pendapa dan berlari menuruni bukit.
"Tong hiante. tunggu.....!" Toat-beng-jin melesat keluar pula. " .., Kita berangkat ke tempat itu bersama - sama......!"
Bagaikan sepasang burung walet yang sedang mandi
cahaya matahari pagi, kedua jago Im-yang-kauw tingkat atas Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu berkejaran, menuruni lereng dan jurang yang curam
dengan ginkang mereka yang hebat. Mereka sengaja
mengambil jalan memintas sekalipun daerah yang mereka lalui sangat terjal dan berbahaya.
Tapi tempat itu telah sepi. Tak seorangpun yang tampak di
sana selain ketiga sosok mayat dari anak buah mereka yang
mati itu. Mereka memang melihat bekas-bekas dari
pertempuran tersebut, tapi orangnya sudah tidak tampak lagi di sana.
"Iblis pengecut!" Tong Ciak Cu-si memaki dengan hati kesal.
"Tong-hiante.. sudahlah ! Mari kita urus mayat mayat
kawan kita ini dahulu!"
"Sebentar, Lo jin-ong... ! Belum puas rasanya kalau belum menemukan orang itu!" Tong Ciak menyahut penasaran, lalu tubuhnya yang pendek itu melesat lagi ke depan dan
menghilang di balik rimbunnya daun.
Toat beng-jin hanya mengawasi saja kepergian kawannya
dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tong Cu-si ini memang bersemangat sekali ! Agaknya dia benar-benar
merasa penasaran dan marah., . "
Sambil menyeret dan mengumpulkan mayat-mayat itu,
Toat-beng-jin mengamat-amati bekas-bekas pertempuran di
sekitarnya. Tampak oleh orang tua itu bekas-bekas sepatu
yang melesak dalam ke dalam tanah, suatu tanda bahwa
lwee-kang dari orang orang yang bertempur tadi sangatlah
tingginya. Selain itu tampak beberapa bongkah batu karang
yang pecah atau terbelah akibat gempuran senjata. Begitu
pula semak-semak dan tanaman yang tumbuh di tempat itu,
semuanya rusak, seperti baru saja dilanda angin topan yang maha dahsyat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh, kurang ajar benar!" terdengar suara umpatan. Dan sesaat kemudian bayangan Tong Ciak Cu-si telah berkelebat
tiba. ''Ketemu?" Toat-beng-jin menyapa.
Tong Ciak mengepalkan tinjunya kuat kuat, sehingga bukubuku tangannya mengeluarkan suara gemeretak. "Tidak!
Pengecut-pengecut itu telah melarikan diri, ..!" ia menggeram dan menggeleng keras keras. "Lo jin-ong, menurut pendapat Lo-jin-ong..... apakah mereka sungguh-sungguh orang Bing
kauw?" Toat-beng jin berdiri tegak. Matanya yang hampir tertutup
oleh alis yang berjurai panjang keputihan itu, menatap ke
puncak bukit dengan pandang mata kosong. Lalu dengan
diikuti oleh tarikan napasnya yang berat orang tua itu
menjawab pelan. "Entahlah! Aku tidak bisa menerkanya ... Hanya dalam hati aku merasa bahwa kita harus berhati-hati dan tidak boleh
gegabah dalam mengurus persoalan ini."
"Lalu ... bagaimana kita akan menyelesaikan persoalan yang semakin meruncing ini" Belum juga orang kita yang
terbunuh kemarin dimakamkan, sekarang orang.....Bing kauw
telah membunuh lagi."
Toat-beng-jin kelihatan resah juga hatinya. Beberapa kali ia mengusap-usap jenggotnya yang panjang.
"Menurut penuturan orang kita yang terluka parah itu, lawan dari Tung-hai Nung-jin adalah seorang yang bertubuh
kurus dan berpakaian putih-putih. Sedangkan orang yang
melukai dia dan membunuh kawan-kawannya adalah seorang
laki-laki tinggi besar berbulu lebat pada lengan dan dadanya.
Hmmm..... Tong-hiante, pernahkah engkau mendengar atau
melihat tokoh Bing kauw yang berperawakan seperti itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tong Ciak mengerutkan dahinya untuk mengingat-ingat,
tapi rasa-rasanya ia memang belum pernah melihat tokoh
Bing-kauw yang mempunyai ciri badan seperti itu.
"Aku belum pernah berkenalan dengan tokoh tokoh Bing
kauw sampai sekarang," jawabnya pelan. ". . Meskipun begitu selama ini rasanya aku belum pernah mendengar seorang
tokoh Bing- kauw yang mempunyai ciri demikian. Tapi....?"
"Tapi..... apa, Tong-hiante?"
"Tapi siapa tahu orang itu baru saja masuk menjadi
anggota Aliran Bing kauw dan menjadi tokoh baru di sana?"
Toat-beng jin membanting pandangannya ke tanah.
Dengan lesu ia mengangguk-angguk.
"Mungkin juga ! Orang aneh seperti Put ceng li Lo jin memang sukar diduga maksud dan perbuatannya. Apalagi ia
seorang tokoh yang tidak pernah mengindahkan segala
peraturan umum"."
"Memang benar." Tong Ciak mengangguk pula
membenarkan. "Orang tua itu memang selalu melakukan
perbuatan yang berlawanan dengan adat-istiadat
umum.....Berita terakhir yang aku dengar, kakek yang sudah mau masuk ke liang kubur itu kini kawin lagi dengan seorang gadis remaja dan mempunyai seorang anak."
Toat-beng jin tersenyum geli, sehingga matanya yang sipit
itu semakin hilang tersembunyi dalam kerumunan bulu mata
dan alisnya yang lebat. "Kalau aku tak salah umur Put-ceng li Lo jin itu sembabat dengan umurku..... Tapi kemauan manusia memang tidak
sama satu sama lain dan umur bukanlah merupakan
ukurannya?"!" orang tua itu memberi komentar.
"Lo jin ong.....! Tong Cu-si......!" dari jauh tiba tiba terdengar suara anak buah mereka yang ikut pula mengejar
ke tempat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, mereka telah datang! Sungguh kebetulan, biarlah
mereka membawa mayat mayat ini ke kuil...." Toat beng jin berdesah lega.
Kemudian mereka berdua segera meninggalkan tempat itu,
setelah lebih dahulu menyongsong kedatangan orang-orang
tersebut. "Kami tidak mendapatkan lagi pembunuh-pembunuh itu di tempat ini. Mereka telah pergi melarikan diri. Kami hanya
menemukan mayat-mayat kawan kita...... Nah, bawalah
pulang mayat-mayat itu ! Kami akan berangkat lebih dahulu."
Demikianlah, Toat-beng-jin dan Tong Ciak merundingkan
persoalan yang menimpa perkumpulan agama mereka
bersama sama. Apa yang harus mereka lakukan dan mereka
tempuh sehubungan dengan musibah yang menimpa kuil
cabang mereka di Bukit Delapan Dewa tersebut!
"Tong hiante! Baiklah, semuanya ternyata masih sangat gelap bagi kita. Oleh karena itu kita lebih baik pulang ke Gedung Pusat terlebih dahulu dan mengadakan musyawarah
dengan Tai-si-ong dan para Penasehat Agama yang lain......"
Tokoh bertubuh pendek itu tampak kecewa bukan main.
Sebenarnya ia bermaksud untuk secara langsung menemui Put
ceng-li Lo-jin dan menanyakan tentang persoalan itu
kepadanya. Tapi karena Toat-beng jin telah memutuskan
demikian, ia sebagai orang yang mempunyai kedudukan lebih
rendah terpaksa harus menurut. Dalam Aliran Im-yang-kauw,
jabatan Lojin-ong (Ketua Agama Yang Sangat Dihormati) yang kini diduduki oleh Toat beng jin, adalah jabatan yang paling tinggi dan paling disegani oleh semua pengikutnya. Sebab
dengan kedudukan itu Toat beng jin berhak menghukum siapa
saja dari para anggota Im-yang kauw yang dirasakan
bersalah. Itulah sebabnya mengapa di dunia persilatan Toat-beng-jin dikenali sebagai Algojo dari Aliran im-yang-kauw!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimana dengan sepasang remaja yang sedang
kita rawat lukanya itu?" akhirnya tokoh yang bertubuh pendek itu bertanya kepada Toat-beng jin.
"Yaaahh.... oleh karena kita belum selesai secara
menyeluruh dalam mengobati mereka, kita terpaksa harus
membawanya pula... Bagaimana pendapat Tong hiante ?"
"Ah, saya sih hanya menurut perintah Lo jin ong saja.,."
"Baiklah kalau begitu. Hari ini dan malam nanti kita
beristirahat ! Besok pagi kita pulang kembali ke Gedung
Pusat!" Toat-beng-jin berkata tegas.
'"Dan...... mayat-mayat anggota kita itu?"
"Kita pasrahkan saja kepada mereka sendiri untuk
mengurusnya." Mereka berdua lalu pergi ke kamar masing-masing untuk
beristirahat. Mereka bersila dan bersemadi untuk memulihkan kekuatan mereka, agar tenaga mereka menjadi segar kembali.
Ketika matahari telah terbenam dan bulan yang penuh itu
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggantikannya di angkasa. Yang Kun merasa bahwa
lukanya telah menjadi ringan. Perlahan-lahan pemuda itu
turun dari pembaringannya. Dibukanya jendela kamarnya,
sehingga sinar bulan yang terang benderang itu menyegarkan isi kamarnya dan melapangkan seluruh urat urat di dadanya.
"Uuuuuhhh....... betapa segarnya! Agaknya lukaku sudah menjadi baik kembali!" desaknya lega.
Ketika pemuda itu membuka pintu dan bermaksud keluar,
seorang penjaga yang berdiri tak jauh dari kamarnya segera menghampiri.
"Saudara Yang. Tong Cu si berpesan bahwa kau belum
boleh pergi ke mana-mana, sebab luka itu masih harus diobati dua tiga kali lagi......" katanya halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah, sekarang kau tidak memanggilku dengan Lo-jin-ong lagi!" pemuda itu berkata di dalam hati. Oleh karena itu ia menjawab dengan tersenyum pula. "Jangan khawatir ! Aku tidak akan pergi terlalu jauh dari kamarku. Aku hanya ingin menikmati indahnya sinar bulan yang cemerlang ini... Emm,
boleh bukan ?" Penjaga itu ikut tersenyum pula, "Ah...... kelihatannya Yang-sicu ini suka benar pada bulan purnama. Kemarin
malam......" "Hmmm, tentu saja aku menyukai bulan, karena aku
dilahirkan persis pada saat bulan sedang bersinar dengan
cemerlang." Yang Kun memotong. Lalu, " .... Dan sejak zaman purba, sinar bulan yang gilang gemilang itu selalu membuat cerita-cerita indah, yang sukar dilupakan... eh, benar,...
mengapa ketika aku selesai meniup suling kemarin, semua
penghuni kuil ini berlutut kepadaku?" tiba-tiba pemuda itu membelokkan percakapan itu.
Orang itu tampak berdesah perlahan. Mukanya yang bersih
dan belum terlalu tua itu tengadah ke arah bulan, seakan ingin turut pula menikmati semua keindahan yang dikatakan oleh
pemuda yang berada di hadapannya.
"Yang-sicu, kata para leluhur kami, orang terakhir yang bisa menyanyikan lagu itu adalah Kim-mou Sai-ong Su-couw, yang
patungnya telah kau lihat kemarin itu. Maka tak heran kalau kami semua berlutut kepadamu ketika engkau dapat
menyanyikan lagu itu pula. Seakan-akan engkau memang
telah dikirim oleh Su-couw kepada kami untuk mengajarkan
nada lagu tersebut."
"Eh. ... bukankah Tong Cu-si kalian itu masih cucu murid dari Kim mou Sai-ong" Apakah beliau juga tidak bisa
menyanyikan lagu tersebut?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 13 "TIDAK!" penjaga itu menggeleng keras-keras. "Kim mou Sai-ong Su couw telah berbuat suatu kesalahan yang
menyebabkan beliau diusir oleh gurunya dari kuil Im-yang
kauw. Dan untuk seterusnya Kim mou Sai ong Su couw tidak
boleh mempergunakan atau menurunkan ilmu yang
didapatkan dari kuiI kami. Nah, karena Kim-mou Sai ong Su
couw baru menerima murid setelah keluar dari Im yang kauw
maka tak seorangpun muridnya yang mendapatkan iImu yang
beliau dapatkan dari kuil kami.''
"Oh, begitu !" "Benar! Maka betapa heran dan kagetnya kami ketika Yang sicu dapat,.. eh Yang si-cu, dari mana engkau bisa
menyanyikan lagu tersebut" Maksudku, siapakah yang
mengajarkannya kepadamu ?" tiba tiba orang itu menangkap
lengan Yang Kun serta mengguncangnya dengan keras. Baru
setelah pemuda itu meringis, orang itu menjadi sadar bahwa Yang Kun masih sakit dan telah mengguncangnya terlalu
keras. "Oh, maaf !" katanya meminta maaf.
"Apanya yang aneh sehingga semua orang menjadi kaget
ketika aku menyanyikan lagu tersebut" Bukankah itu hanya
lagu biasa, maksudku lagu yang biasa dinyanyikan oleh para gembala dan para penduduk kampung yang jauh dari kota"
Nenekku mengatakan demikian ketika mengajarkannya
kepadaku ..." akhirnya Yang Kun berkata.
"Nenekmu".... Ma-maaf, Yang sicu, si-siapakah nenekmu itu... ?" orang itu menjadi tegang hatinya, sehingga kini
berganti Yang Kun yang melongo keheranan melihat
kegugupan penjaga tersebut.
Beberapa saat lamanya pemuda itu justru berdiam diri saja.
Pikirannya kembali melayang kepada nenek buyutnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mati, Lambat laun perasaannya merasakan keanehan itu pula. Mengapa neneknya dapat pula menyanyikan lagu
tersebut" Adakah neneknya itu kenal pada Kim mou Sai-ong"
Tiba-tiba teringat oleh pemuda itu akan pesan yang diberikan oleh nenek buyutnya sebelum meninggal.
"Saudara ...., apakah bukit ini bernama Bukit Delapan Dewa ?" Yang Kun bertanya, tangannya mencengkeram
lengan penjaga itu. "Betul!" orang itu menjawab heran.
"Oh ! Lalu di manakah dusun Ho-ma-cun itu?"
"Eh, mengapa Yang sicu menanyakan dusun di dekat
sungai itu" Kau punya kenalan di sana?"
"Ohh!" Yang Kun semakin tegang hatinya. "Benar!
Kenalkah saudara kepada seorang gembala tampan yang
sangat terkenal pada sekitar seratus tahun yang lalu"
Namanya adalah Piao Liang !"
"Piao Liang".." Hei ! Itu adalah nama dari Kim-mou Sai-ong Su-couw!" penjaga itu mengerutkan dahinya.
"Hah" Jadi......?" Yang Kun tersentak kaget.
Penjaga itu turun ke halaman, lalu melangkah ke halaman
samping, sehingga pemandangan di bawah bukit yang indah
itu terlihat dengan nyata. Yang Kun melangkah pula
mengikutinya. "Yang sicu, lihat ! Dusun yang berada di paling ujung itulah yang dinamakan dusun Ho-ma-cun. Di sanalah Kim-mou Sai-ong su couw dilahirkan dan sekarang di sana pula beliau
dimakamkan. ltulah sebabnya patung perunggu itu tidak
ditaruh di Gedung Pusat Selain beliau adalah orang yang
pernah bersalah terhadap agama, memang patung itu lebih
cocok kalau didirikan di dekat tempat kelahirannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun berdiri diam tak bergerak di tempatnya. Matanya
memandang sayu ke arah dusun Ho ma-cun yang telah
ditunjukkan oleh penjaganya itu. Beberapa buah lampu
tampak berkelap-kelip dari rumah penduduk yang belum
menutup pintunya. "Hmm, aku telah mendapatkan tempat tinggal gembala
tampan yang dimaksudkan oleh nenek buyut. Selanjutnya aku
tinggal membawa abu nenek itu kemari untuk disemayamkan
di samping makam kakek Piao Liang........" pemuda itu bergumam di dalam hati.
"Yang sicu, apa yang sedang kaupikirkan " Eh, mengapa secara tiba-tiba kau bertanya tentang su-couw dan dusun
kelahirannya" Apa...... apakah engkau mempunyai hubungan
keluarga dengan su-couw?" penjaga itu bertanya lantang, sehingga mengejutkan Yang Kun dari lamunannya.
"Ah...... tidak !" pemuda itu menjawab sedikit gugup.
"Seorang kawan wanita dari mendiang Kim-mou Sai-Ong telah titip pesan kepadaku....."
"Seorang kawan wanita dari mendiang Kim mou Sai ong Su Couw......" Apa......?" penjaga itu terbelalak tak percaya.
Orang itu menatap Yang Kun dengan mata tak berkedip.
Berkali kali kepalanya menggeleng tak percaya. Bagaimana
mungkin seorang kawan wanita dari mendiang su-couwnya
yang hidup lebih dari seratus tahun yang Ialu bisa bertemu dengan pemuda itu" Masakan ada seorang manusia yang
berusia lebig dari satu setengah abad" Lalu macam apa pula wujud dari orang itu"
Yang Kun tidak memperdulikan keheranan penjaga itu.
Dengan tenang ia melanjutkan Iamunannya yang terputus
tadi. Matanya memandang ke bawah, ke arah lembah yang
bermandikan cahaya bulan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Si-siapakah .... kawan wanita dari mendiang su-couw itu"
A-apa..... pesannya?" penjaga itu akhirnya dapat membuka mulutnya.
Yang Kun menoleh sekilas. Setelah berdiam diri beberapa
saat lamanya, baru ia menjawab pertanyaan tersebut.
"Wanita itu adalah".. nenekku! Nah, sekarang saudara
tentu tidak akan heran lagi, bukan " Mengapa aku sampai
dapat menyanyikan lagu keramat itu?" pemuda itu tersenyum.
"Ohh!" penjaga itu melangkah mundur. "Nenek dari Yang sicu. ." Lalu .. siapakah nama beliau itu?"
"Beliau she Chin dan namanya adalah Hoa!" tiba-tiba terdengar suara Tong Ciak Cu-si di belakang mereka. "....
Yang hiante, benar bukan?"
'"Ohh.... Tong Cu si kiranya"..!" Yang Kun dan penjaga itu menyapa hampir berbareng. "Marilah ! Agaknya Tong Cu si juga ingin menikmati segarnya sinar bulan ini".."
"Ah..... tidak !" tokoh sakti bertubuh pendek itu tersenyum.
"Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik pada suasana
malam yang gemerlapan ini, karena pikiranku lagi sibuk
memikirkan persoalan-persoalan yang menimpa Im-yangkauw, tapi percakapan kalian yang telah menyangkut nama
kakek guruku itulah yang menarik langkahku kemari....," tokoh itu berhenti sejenak, lalu, "Eh, Yang hiante .... apakah pesan Chin Hoa Locianpwe itu kepadamu" Bolehkah aku
mengetahuinya juga?"
Yang Kun tampak berpikir sebentar. Sebenarnya ia agak
ragu-ragu untuk mengatakan hal itu kepada orang lain, tapi begitu teringat bahwa tokoh sakti di depannya itu adalah ahli waris langsung dari kakek Piao Liang dan tidak seharusnya dia menyembunyikan persoalan tersebut dari padanya, maka
Yang Kun akhirnya mengatakan pula apa isi pesan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, Tong Locianpwe... begitulah pesan nenek Chin Hoa itu kepadaku. Oleh karena itu perbolehkanlah pada suatu hari nanti aku menanam abunya di samping makam kakek Piao
Liang." "Ah, Yang-hiante.. untunglah dengan masuknya aku
kembali ke dalam Im-yang kauw, maka semua
kesalahpahaman dan semua kedukaan yang telah diperbuat
oleh mendiang kakek guruku itu telah dibersihkan kembali.
Sehingga apabila pada saat ini Yang hiante ingin
melaksanakan pesan tersebut, maka sudah tidak akan ada
rintangannya lagi." Yang Kun menatap Tong Ciak dengan bingung, ia tak
begitu bisa menangkap maksud dari perkataan itu. "Mengapa demikian ?" tanyanya.
Tong Ciak Cu si tampak berkerut-kerut dahinya. "Apakah Yang-hiante tidak diberi tahu oleh nenekmu?"
"Tidak !" Tokoh sakti itu justru terdiam begitu mendengar jawaban
pemuda tersebut. Matanya merenung ke arah wajah bulan
yang bulat besar itu, sedang jari-jari tangannya tampak
mengelus-elus jenggot pendeknya yang terawat rapi.
"Yang-hiante....., kukatakan tadi bahwa engkau sangat beruntung karena aku telah berada di Im-yang kauw kembali, karena apabila hal ini terjadi sebelumnya..... hm... jangan harap orang-orang Im-yang-kauw akan menyetujui maksudmu
itu. Mereka tentu akan merintangi keinginanmu itu habishabisan, sebab. . nenek Chin Hoa itulah yang menyebabkan
kakek guruku diusir oleh gurunya !"
''Hah"!"'' pemuda itu terlonjak saking kagetnya.
"Begitulah! Tapi semuanya telah berlalu, tak perlu kita mengungkat-ungkat peristiwa itu lagi! Nah, Yang-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hiante.....marilah kita masuk ke kamar! Udara tampak semakin dingin, dan hal itu tak baik bagi kesehatanmu. Marilah ....!"
Kemudian mereka bertiga masuk kembali ke dalam rumah.
Tak seorangpun di antara mereka bertiga yang tahu kalau
sebenarnya mereka sedang diintai oleh sesosok bayangan
yang kini masih bertengger di atas bubungan rumah. Dan
begitu semuanya telah hilang di balik pintu, bayangan yang berpakaian hitam hitam itu tampak meloncat turun tanpa
menimbulkan suara gemerisik sedikitpun.
"Kukira memang kuil inilah yang dimaksud oleh Put gi ho dan Put chih to. Baiklah, aku akan masuk dan menyelidikinya
!" bayangan hitam itu bergumam.
Tubuh yang kecil ramping itu segera melenting kembali ke
depan dengan cepatnya dan di lain saat ia telah berindap
indap di halaman samping. Beberapa kali bayangan itu
melongok ke dalam setiap melewati sebuah kamar, agaknya
ada sesuatu yang dicarinya. Tetapi beberapa kali pula kepala yang berbentuk kecil berambut hitam panjang itu selalu
menggeleng dan berdesah kecewa.
Ketika sampai di luar ruang tempat menyimpan mayat tiba
tiba bayangan ini bergegas menyelinap ke dalam semak lebat yang tumbuh di bawah jendela. Selain di dalam kamar banyak orang, dari arah belakangpun terdengar suara percakapan
orang yang sedang menuju ke tempat itu pula.
Bayangan itu menjadi berdebar-debar begitu melihat siapa
yang datang. Otomatis ia menahan napas dan mengerahkan
ginkangnya agar tidak mengeluarkan suara atau gerakan yang mencurigakan, karena yang datang ternyata adalah orang
bertubuh pendek yang tadi telah ia lihat ketika memasuki
halaman kuil ini. Di samping orang pendek itu tampak
melangkah dengan tenang seorang kakek tua berjenggot putih panjang sampai ke dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo jin ong, mengapa baru sekarang Lo-jin-ong,
mengatakan hal itu kepadaku" Mengapa tidak kemarin malam
begitu siauw te tiba dari Gedung Pusat" Bukankah siauw te
bisa menangkap gadis kejam itu untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya yang mencuri
mutiara ya beng-cu dan membunuh Mo tung Li Bin dan
kawan-kawan " Kini gadis itu telah lolos dari tangan kita, bagaimana kita harus mencarinya lagi?" orang bertubuh pendek itu terdengar berkata dengan penuh penasaran.
Orang tua yang tidak lain adalah Toat-beng-jin itu berhenti melangkah. Dengan wajah berseri seri ia memandang
temannya yang sedang marah dan penasaran. Jari-jarinya
mengelus jenggotnya. Mereka hanya beberapa langkah saja
dari tempat di mana bayangan hitam tadi bersembunyi.
"Tong hiante". sungguh beruntung sekali lm-yang kauw
mempunyai anggota yang sangat bersemangat seperti
engkau." kata orang tua itu pelan. "Tapi entah mengapa dalam hal yang menyangkut diri gadis itu, aku seperti
mempunyai suatu perasaan yang aneh, sehingga aku takut
menceritakan kepada Tong-hiante kemarin..... Aku takut Tong hiante akan mentertawakan diriku ! Seperti juga apa yang
kurasakan pada saat ini. Saat ini aku merasa seperti dimata-matai oleh seseorang, sehingga rasanya hatiku ini menjadi
khawatir dan was-was......"
"Ah, Lo jin ong ini terlalu mengada-ada saja, haha... Siapa orangnya yang berani memata-matai Toat-beng jin"
Hahaha...... perasaan Lo jin-ong yang telah dipengaruhi oleh Lin cui sui hoat sungguh tidak bisa membuat hati tenteram
saja !" "Nah, apa kataku ! Tong-hiante tentu tidak akan percaya dan akan mentertawakan kata-kataku!" orang tua itu
menghela napas sambil melangkah kembali. "Padahal
perasaanku benar-benar mengatakan demikian! Ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang yang sedang mengintai kita. Tapi aku tak tahu,
siapakah dia dan di mana ia berada....!"
Bayangan hitam yang bersembunyi di bawah jendela
menjadi gemetar begitu tahu siapa sebenarnya orang yang
baru saja lewat di depannya itu. Gila, orang tua itu benar benar berilmu iblis, umpatnya di dalam hati.
"Sudahlah, Lo-jin-ong ..... Kalau memang apa yang
dirasakan oleh Lo jin ong itu benar, kita juga tidak takut. Nah, kita telah sampai di ruangan samping. Silahkan Lo jin-ong
masuk!" Bayangan hitam di bawah jendela itu mengawasi terus
kedua orang yang masuk ke ruang mayat itu, lalu perlahan
lahan dan hati-hati sekali bayangan itu melongok pula ke
dalam melalui lobang kecil yang berada di jendela.
"Hei ! Mengapa ada empat mayat di sana ?" bayangan itu melongok lebih dekat lagi, sehingga sinar lampu dari dalam sempat menerangi wajahnya yang cantik bagai bulan
purnama. "Tetapi mengapa Put gi-ho dan Put chih-to mengatakan
hanya melukai seorang saja" Lalu mayat-mayat siapakah yang lain itu?" gumamnya dalam hati.
Belasan orang yang berada di dalam ruangan itu segera
berdiri dan menjura begitu kedua tokoh pimpinan Im-yangkauw pusat tersebut memasuki ruangan.
?"Lo-Jin-ong !"
"Tong Cu-si !" Kedua orang itu segera mengambil tempat duduk di antara
mereka, sementara Toat-beng jin cepat mengedarkan
pandangannya di antara orang orang yang sedang berada di
tempat tersebut. "Dimanakah saudara Ciong Hu Ki.......?"
orang tua itu bertanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang laki-laki setengah baya tampak melangkah maju
dan menjura kepada dua orang itu. "Lo jin-ong memerlukan saya?" sahutnya lantang.
"Begini, Ciong-sicu .... Ternyata perkembangan dari
peristiwa ini menjadi sedemikian cepatnya, sehingga urusan yang semula akan saya atasi sendiri dengan Tong Cu-si, kini tak berani lagi kami putuskan sendiri. Kami besok pagi akan pulang kembali ke Gedung Pusat untuk merundingkan
musibah ini dengan Para Penasehat dan Tai-si-ong." orang tua itu berhenti sejenak. "Kalau semula peristiwa ini hanya diawali karena kesalahpahaman, kecil yang mengakibatkan kematian
pimpinan kuil di sini, sekarang suasana agaknya telah berubah menjadi lain. Kelihatannya ada pihak lain yang memanfaatkan keadaan ini demi kepentingan golongan mereka. Tegasnya,
ada suatu pihak yang mengail di air keruh".!"
"Mengail di air keruh " Apa maksud Lo-jin-ong" Bukankah semuanya telah jelas bahwa orang-orang Bing kauw telah
mengumumkan perang dengan kaum kita" Kemarin mereka
telah membunuh pimpinan kuil di sini dan sekarang belum
juga urusan itu kita selesaikan mereka telah membunuh tiga orang kita lagi. Nah, bukankah itu sudah jelas" Apa yang
mesti kita rundingkan lagi" Hancurkan saja mereka! Tunggu
apa lagi?" wakil pimpinan kuil yang bernama Ciong Hu Ki itu memotong ucapan Toat-beng jin dengan berapi api.
Toat beng-jin mengangkat tangannya ke atas sambil
tersenyum kecut. "Ciong sicu, sabarlah .... ! Aku tahu perasaan kalian, tapi berilah kami waktu untuk mengurusnya lebih dahulu. Masih
banyak waktu bagi kita untuk menggilas mereka kalau dalam
penyelidikan kami nanti mereka memang benar-benar
bersalah." "Ada tiga orang lagi yang terbunuh?" gadis yang
bersembunyi di bawah jendela itu berdesah perlahan. "Ah apakah Put gi-ho dan Put-chih to telah bentrok lagi dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka, sehingga korban telah bertambah pula lagi" Ahh,
rasanya...... tak mungkin ! Aku baru saja berjumpa dengan
Put-gi-ho dan Put-chih to kemarin sore."
Dengan hati hati gadis cantik itu melangkah mundur dan
pergi meninggalkan tempat persembunyiannya. Melalui tempat tempat yang gelap ia bergeser ke depan, ke arah pendapa!
Dan di bagian pojok pendapa yang gelap yang tidak
terjangkau oleh Iampu dan yang terlindung dari sorot sinar rembulan, gadis ini menjejakkan kakinya ke tanah. Tubuhnya yang kecil ramping itu melambung tinggi ke udara dan di lain saat telah hinggap di atas genting pendapa yang terlindung oleh rimbunnya daun cemara.
Gadis itu membuka sebuah genting dan mengintai ke
dalam. Beberapa orang kelihatan sedang duduk-duduk santai
sambil berbincang bincang.
"Orang Bing kauw yang membunuh tiga orang teman kita
tentu seorang tokoh Bing-kauw yang berkedudukan tinggi.
Orang itu mampu mengalahkan Tung hai Nung-jin. Padahal
kita sudah menyaksikan sendiri kesaktian bajak laut dari
Lautan Timur itu ketika melawan Tong Cu-si. Kepandaiannya
hanya sedikit di bawah Tong Cu-si kita ! Maka paling tidak orang Bing kauw tersebut tentu pembantu pembantu utama
dari Put ceng-li Lo jin sendiri....." salah seorang dari orang yang duduk di pendapa itu membuka mulutnya.
"Katanya kedua orang itu mudah sekali dikenal. Yang satu berperawakan kurus tinggi berpakaian sutera putih, sedang
yang lain berperawakan tinggi besar dengan bulu-bulu yang
tumbuh lebat pada lengan dan mukanya. Nah, adakah salah
seorang dari kalian yang pernah melihat atau mengenalnya?"
temannya ikut pula mengambil suara.
Terdengar suara menggeremeng yang tak jelas di antara
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tinggi kurus dan gemuk besar...?" gadis yang berada di bawah jendela itu bergumam sendirian. "Kelihatannya
memang seperti Put-gi-ho dan Put-chih-to. Tapi ... Put gi-ho tak pernah mengenakan baju putih, apalagi yang dari kain
sutera mahal. Dan Put-chih-to itu biarpun gemuk tapi tidak dapat dikatakan tinggi besar. Kurang ajar! Agaknya memang
ada orang yang ingin mengail di air keruh. Tapi. . siapa"
Apakah orang orang dari Aliran Mo-kauw lagi?" gadis itu
berpikir dengan keras. Seperti telah diceriterakan di bagian depan bahwa antara
ketiga aliran kepercayaan yaitu lm-yang kauw, Bing kauw dan Mo-kauw sering terjadi perselisihan dan persengketaan yang kadang kadang juga disertai dengan perkelahian dan
pertempuran di antara para anggotanya. Terutama antara
penganut Bing kauw dan Mo-kauw !
"Hmm, aku harus lekas lekas pulang dan melaporkan hal ini kepada suhu. Suhu harus segera bersiap-siap apabila orang
orang Im-yang-kauw ini benar benar akan mendatangi Rumah
Suci (Pusat Aliran Bing kauw)." gadis cantik itu bergumam lalu perlahan sambil melangkah mundur dan melayang turun dari
atas genting. Gadis itu menyelinap di balik pohon cemara dan bersiapsiap untuk meninggalkan tempat itu ketika tiba-tiba pintu
halaman kuil tersebut diketuk orang dari luar. Lalu belasan orang yang tadi duduk-duduk di dalam pendapa tampak
bergegas keluar diikuti pula oleh orang-orang yang berada di luar pendapa, sehingga otomatis gadis cantik itu tidak berani keluar melalui halaman depan.
Oleh karena itu dengan mengendap-endap gadis itu
menyusup kembali ke belakang kuil melalui jalan yang
dilaluinya tadi. Di ruangan yang dipakai untuk menyimpan
mayat tadi masih kelihatan banyak orang, cuma dua orang
tokoh Im-yang-kauw pusat saja yang kini sudah tidak
kelihatan di antara mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa mengurangi kewaspadaan gadis itu melesat
menyeberangi tanaman rumput yang memisahkan ujung
bangunan samping dan bangunan belakang, lalu dengan gesit
tubuhnya melambung kembali ke atas genting yang gelap.
Tapi belum juga kakinya dapat berdiri tegak, dari bayangbayang daun yang menjorok di atas genting terdengar desah
suara wanita yang menyapa kedatangannya.
"Nona mencari siapa...?"
Gadis cantik berbaju hitam itu menoleh dengan cepat. Dan
Tusuk Kondai Pusaka 12 Kisah Si Pedang Kilat Karya Kho Ping Hoo Pendekar Panji Sakti 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama