Ceritasilat Novel Online

Pisau Terbang Li 8

Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Bagian 8


wajar, jadi sambil berbicara ia memaLingkan wajahnya.
Ia memandang ke sekelilingnya dan bertanya, "Di mana
pedangmu?" Jawab A Fei, "Aku sudah tidak menggunakan pedang."
Li Sun-Hoan sungguh terkejut dan bertanya, "Kenapa?"
Sahut A Fei, "Pedang adalah senjata, dan itu hanya akan
membangkitkan kenangan lama."
Tanya Li Sun-Hoan, "Apakah ia membujukmu untuk
melakukan ini?" Sahut A Fei, "Ia juga bersedia meninggalkan semua
masa lalunya, supaya kami bisa memulai hidup baru kami
dengan bersih." Li Sun-Hoan mengangguk-angguk. "Baik. Baik. Baik"."
Ia ingin bicara lagi, namun tiba-tiba suara Lim Sian-ji
terdengar berseru dari dalam rumah, "Makan siang
sudah siap. Mari masuk untuk makan."
Jenis masakannya tidak banyak, namun semuanya
masakan istimewa. Ia sungguh heran Lim Sian-ji dapat mempersiapkan
masakan seperti ini. Selain makanan, di meja pun ada botol arak. Namun
isinya adalah teh. 717 Kata Lim Sian-ji, "Di tempat terpencil seperti ini, kita
tidak punya arak. Kami hanya dapat menyiapkan teh
untukmu." Li Sun-Hoan tersenyum. "Untungnya, aku bawa arak
sendiri"." Ia mencari-cari ke sekelilingnya, dan akhirnya
ditemukannya botol arak yang dibawanya. Ia menuang
ke cawannya, lalu berkata pada A Fei, "Mari, kutuangkan
secawan untukmu." A Fei diam saja. Tiba-tiba ia berkata, "Aku sudah tidak minum arak lagi."
Li Sun-Hoan kembali terperanjat dan berkata, "Tidak
minum arak lagi" Kenapa?"
Wajah A Fei tampak kaku. Kata Lim Sian-ji, "Alkohol tidak baik untuk tubuh. Apakah
bukan begitu, Li-heng ?"
Li Sun-Hoan berpikir sejenak dan berkata, "Betul sekali.
Jika kau terus minum arak, mungkin kau akan jadi
seperti aku. Jika aku dapat kembali ke sepuluh atau dua
puluh tahun yang lalu, mungkin aku pun tidak akan
minum arak." A Fei hanya menunduk dan mulai makan.
718 Ia tidak berkonsentrasi pada makanannya. Ia menyumpit
sebuah bakso, tapi bakso itu terlepas dan jatuh ke meja.
Kata Lim Sian-ji, "Lihat, kau seperti anak kecil saja. Tidak
hati-hati." A Fei memungut bakso itu.
Kata Lim Sian-ji lagi, "Kau masih mau makan barang
yang sudah jatuh ke meja?"
Ia mengambil bakso yang lain dan menyuapkannya ke
mulut A Fei. Makan malam lebih lezat lagi daripada makan siang.
Li Sun-Hoan tidur di kamar A Fei dan A Fei tidur di ruang
duduk. Lim Sian-ji secara khusus menyiapkan seprai yang baru
dan bersih untuk A Fei dan menaruh baju tidur bersih di
atas tempat tidurnya. "Aku suka Fei sayangku ganti baju setiap hari."
Sebelum pergi tidur, ia mengambil air dan mengawasi A
Fei mencuci mukanya. Sesudah itu, ia mengambil handuk
dan menyeka wajah dan telinga A Fei.
Ketika A Fei berbaring untuk tidur, ia memastikan selimut
A Fei terpasang rapi menutupi tubuhnya.
"Hari ini agak dingin, jangan sampai kau masuk angin."
719 Ia melayani A Fei dalam segala hal. Mungkin seorang ibu
pun tidak melayani anaknya setelaten ini.
Seharusnya A Fei sangat berbahagia.
Namun Li Sun-Hoan tidak tahu apakah A Fei sebenarnya
sedih atau bahagia. Ia pun tidak tahu apakah keadaan ini lucu atau
menyedihkan. A Fei segera terlelap. Namun Li Sun-Hoan tidak bisa tidur. Ia tidak pernah
pergi tidur seawal ini sejak ia berusia tiga tahun. Ia tidak
bisa tidur seawal ini sekalipun jiwanya terancam.
Kamar Lim Sian-ji pun sudah sepi. Sepertinya ia pun
sudah tidur. Li Sun-Hoan mengenakan jubahnya dan keluar dari
kamarnya. Ia ingin berbincang-bincang dengan A Fei.
Namun tidur A Fei sangat pulas. Ia sudah mengguncangguncang
A Fei, namun pemuda itu terus tidur.
Bahkan seekor babi pun tidak mungkin tidur seperti ini,
apalagi A Fei yang selalu siaga.
Li Sun-Hoan berdiri memandangi A Fei. Tiba-tiba ia
teringat sesuatu. 720 "Ia selalu pergi tidur awal setiap malam". Ia tidak
pernah pergi keluar sesudah gelap."
"Tiap malam aku tidur tepat setelah hari mulai gelap, dan
tidak pernah terbangun sampai keesokan paginya."
Li Sun-Hoan ingat bahwa mereka makan sup iga babi
malam itu. Masakan itu sangat sedap dan A Fei makan
banyak. Lim Sian-ji juga membujuk Li Sun-Hoan makan
sup itu banyak-banyak. Tapi dalam sup itu ada rebung dan Li Sun-Hoan tidak
suka rebung. Namun ia bukan jenis orang yang suka
menampik kebaikan hati orang.
Jadi ia memberikan supnya pada A Fei sewaktu Lim Sianji
pergi ke dapur untuk memeriksa makanan.
Ia teringat bahwa waktu Lim Sian-ji kembali, ia
tersenyum melihat mangkuk Li Sun-Hoan yang telah
kosong. Obat tidur apa yang ada dalam sup itu"
Ternyata A Fei tidur nyenyak setiap malam karena obat
tidur. Tentunya ia tidak akan tahu apa yang dilakukan Lim
Sian-ji di malam hari. Tapi kenapa Lim Sian-ji tidak menaruh racun dalam
makanan itu" 721 Ah, tentu saja karena A Fei masih berguna untuknya.
Li Sun-Hoan menjadi amat berang. Ia memutar
badannya dan menggedor pintu kamar Lim Sian-ji kuatkuat.
Tidak ada jawaban. Li Sun-Hoan belum pernah menendang pintu kamar
orang sebelumnya. Namun hari ini ia membuat pengecualian.
Tidak ada seorang pun dalam kamar itu. Ke mana
perginya Lim Sian-ji"
Li Sun-Hoan merasa, pasti Lim Sian-ji berada di rumah
yang ia datangi semalam. Waktu ia tiba di sana, ia menimbang-nimbang apakah ia
sebaiknya menggerebek masuk atau tidak.
Waktu ia masih berpikir-pikir, tiba-tiba pintunya terbuka.
Seseorang keluar dari sana dan seperti Siangkoan Hui,
wajahnya berseri-seri bahagia walaupun nampak sedikit
lelah. Cahaya di rumah itu menyinari wajahnya.
Li Sun-Hoan sebenarnya jarang terkejut, namun kali ini
hatinya terguncang melihat wajah orang itu.
722 Orang itu adalah Kwe ko-yang!
Terlihat tangan dari dalam menggenggam tangan Kwe
ko-yang. Mereka sepertinya sedang saling membisikkan salam
selamat tinggal. Setelah beberapa saat, akhirnya Kwe ko-yang pun pergi.
Ia berjalan perlahan-lahan dan beberapa kali menoleh ke
belakang, seolah-olah belum ingin pergi dari situ.
Namun pintu sudah tertutup.
Apakah ini adalah pintu ke surga atau ke neraka"
Li Sun-Hoan merasa sedih bercampur marah. Ia sedih
karena memikirkan A Fei, dan merasa marah untuk A Fei.
Ia belum pernah merasa marah seperti ini seumur
hidupnya. Ia ingin segera muncul dan memberitakan semua
sandiwara ini, namun ia tidak melakukannya. Karena Kwe
ko-yang adalah sahabatnya, seorang pria sejati.
Ia melihat Kwe ko-yang menatap ke langit dan menghela
nafas panjang. Setelah berjalan beberapa langkah, ia berhenti dan
berseru nyaring, "Siapa yang bersembunyi" Tunjukkan
dirimu!" 723 Kwe ko-yang memang betul-betul pesilat kelas atas.
Kesigapan dan kewaspadaannya jauh di atas Siangkoan
Hui. Di mana pun ia berada, ia tetap berpikir jernih. Namun ia
pun tidak menyangka bahwa orang yang sedang
bersembunyi di situ adalah Li Sun-Hoan.
Warung arak di kaki gunung itu tidak jauh dari rumah itu.
Kedua orang ini tidak bicara banyak dalam perjalanan.
Mereka juga tidak membicarakan hal-hal yang tidak
perlu. Namun beberapa hal harus dibicarakan cepat atau
lambat. Mereka duduk di atas atap warung arak itu dan mulai
minum. Li Sun-Hoan sudah pernah minum arak di berbagai
macam tempat, tapi baru kali ini di atas atap. Ia merasa,
tempat ini sangat cocok untuk minum arak.
Kini isi guci arak tinggal setengah.
Kwe ko-yang tiba-tiba berkata, "Kau"Kau pasti tahu apa
yang kulakukan dalam rumah itu, bukan?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Aku tahu kau adalah seorang lakilaki
normal." Tanya Kwe ko-yang lagi, "Kau pun tahu siapa yang
berada dalam rumah itu, bukan?"
724 "Ya." Kata Kwe ko-yang, "Aku"..tidak sering datang ke sana."
"O ya?" "Aku hanya mengunjunginya di saat aku sedang jengkel."
Li Sun-Hoan hanya mengangguk.
Kata Kwe ko-yang lagi, "Aku mengenal banyak wanita,
namun ialah yang terbaik."
Tanya Li Sun-Hoan, "Tahukah kau orang macam apa
wanita itu?" Kwe ko-yang minum arak seteguk lalu menyahut, "Aku
sudah kenal dia cukup lama."
"Bagaimana ia memperlakukanmu?"
Sahut Kwe ko-yang, "Bagaimana ia memperlakukanku"
Wanita macam itu memperlakukan setiap pria sama saja.
Ia hanya melihat apakah pria itu berguna untuknya atau
tidak." "Jadi kau tahu dia hanya memanfaatkanmu?"
"Tentu saja. Tapi aku tidak keberatan, karena aku pun
memanfaatkannya. Tidak ada salahnya membayar sedikit
untuk kepuasan." 725 Kata Li Sun-Hoan, "Memang cukup adil. Tapi".apakah
kau menyadari bahwa ini dapat menyakiti orang lain?"
"Siapa?" Sahut Li Sun-Hoan, "Tentu saja laki-laki yang sungguh
mencintainya." Kwe ko-yang mengeluh dan berkata, "Kadang-kadang
aku sungguh tidak mengerti mengapa wanita selalu
menyakiti pria yang paling mencintainya."
Sahut Li Sun-Hoan, "Mungkin karena wanita hanya dapat
menyakiti pria yang mencintainya. Jika pria itu tidak
mencintainya, ia tidak akan peduli apa pun yang
diperbuat wanita itu."
Kwe ko-yang tersenyum dan berkata, "Sepertinya kau
sungguh mengerti tentang wanita."
Kata Li Sun-Hoan, "Tidak ada seorang pria pun yang
mengerti tentang wanita. Jika seorang pria menyangka ia
mengerti, ia akan mendapatkan penderitaan yang
berlipat ganda dalam hidupnya."
Kwe ko-yang terdiam beberapa saat sebelum bertanya,
"A Fei sungguh-sungguh mencintainya?"
"Ya." Kata Kwe ko-yang, "Aku tahu ia adalah sahabat A Fei dan
kau adalah sahabat A Fei."
726 Li Sun-Hoan diam saja. Lanjut Kwe ko-yang, "Namun aku bukan sahabat A Fei.
Aku bahkan belum pernah bertemu dengan dia."
Sahut Li Sun-Hoan, "Kau tidak perlu menjelaskan. Ini
bukan kesalahanmu." Kwe ko-yang terdiam lagi. Lalu bertanya, "Apakah A Fei
masih bersama dengan dia?"
"Ya." Li Sun-Hoan mendesah, lalu menambahkan, "Walaupun
A Fei mencintainya lebih daripada engkau, hubungan
mereka tidak seintim engkau dengan dia."
Kwe ko-yang terbelalak. "Maksudmu mereka tidak
pernah".." Li Sun-Hoan tersenyum pahit. "Ia mau melakukannya
dengan semua laki-laki, kecuali A Fei."
"Kenapa?" Sahut Li Sun-Hoan, "Karena A Fei menghormatinya dan
tidak pernah memaksa. Ia bagaikan seorang dewi bagi A
Fei. Lim Sian-ji ingin menjaga kesan ini."


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lanjutnya, "Namun wanita dilahirkan untuk dicintai,
bukan untuk dihormati. Jika seorang pria menghormati
wanita yang tidak pantas dihormati, ia hanya akan
mendapatkan sakit hati dan penderitaan."
727 Tanya Kwe ko-yang, "Jadi pria ini, A Fei, sungguh tidak
tahu apa yang dilakukan wanita ini?"
"Sama sekali tidak."
"Mengapa tidak kau beritahukan padanya?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Walaupun aku memberitahu, ia tidak
akan percaya. Ketika seorang pria jatuh cinta, telinganya
menjadi tuli, matanya menjadi buta. Bahkan seorang
pandai akan menjadi bodoh."
Kata Kwe ko-yang, "Kau ingin aku yang memberitahu
padanya?" Jawab Li Sun-Hoan, "Ia adalah seorang pemuda yang
hebat. Ia pun adalah sahabatku. Aku tidak ingin ia
menyia-nyiakan hidupnya demi wanita semacam itu."
Kwe ko-yang diam saja. Kata Li Sun-Hoan lagi, "Aku belum pernah minta tolong
sebelumnya, namun kini"."
Kwe ko-yang memotongnya cepat, "Tapi".apakah dia
akan percaya padaku?"
Kata Li Sun-Hoan, "Setidaknya Lim Sian-ji tidak bisa
menyangkal hubungannya denganmu."
Kwe ko-yang bangkit berdiri dan berkata, "Baik. Aku ikut
denganmu." 728 Li Sun-Hoan menjabat tangannya erat-erat dan berkata,
"Terima kasih. Aku yakin kau pun akan bersahabat karib
dengan A Fei." Kata Kwe ko-yang, "Aku cuma butuh satu sahabat. Aku
sudah begitu berterima kasih bisa mendapatkan sahabat
seperti engkau." *** Rumah kayu itu sudah kosong!
Tilam A Fei masih ada di ruang duduk. Sisa teh semalam
pun masih ada di atas meja. Namun sup dalam kuali
sudah habis ludes. Kamar Lim Sian-ji masih sama dengan semalam. Angin
berhembus membuat pintu yang dijebol Li Sun-Hoan
semalam melambai-lambai. Bab 41. Gadis Muda yang Licik
Kamar A Fei masih seperti semalam. Jubahnya pun masih
ada di sana. Namun orangnya sudah pergi, sepertinya terburu-buru.
Li Sun-Hoan tidak bisa percaya bahwa A Fei bisa pergi
tanpa berpamitan padanya. Ia terbatuk-batuk seraya
memeriksa keadaan di sekitar rumah.
Kedua tangan Kwe ko-yang berada di balik
punggungnya. Ia memandang Li Sun-Hoan tanpa suara.
729 Lalu berkata dengan kalem, "Katamu A Fei adalah
sahabatmu." Sahut Li Sun-Hoan pendek, "Ya."
"Namun kau bahkan tidak tahu kalau dia sudah pergi."
Li Sun-Hoan terdiam lalu memaksakan diri untuk
tersenyum. Katanya, "Mungkin ia menghadapi semacam
kesulitan. Mungkin".."
Kwe ko-yang menyelesaikan kalimatnya, "Mungkin ia
pandai sekali mengikuti perintah seorang wanita."
Ia tidak memberi kesempatan Li Sun-Hoan menjawab.
Tanyanya lagi, "Apakah A Fei tinggal di sini sudah lama?"
"Hampir dua tahun."
Kata Kwe ko-yang, "Namun aku sudah berkencan dengan
dia di rumah itu lebih dari dua tahun. Mungkin ini adalah
rumahnya sejak dulu."
Li Sun-Hoan tertawa getir. "Orang licik macam dia pasti
punya lebih dari satu tempat persembunyian."
Kwe ko-yang pun menghela nafas dan berkata,
"Sayangnya, aku tidak tahu tempat persembunyiannya
yang lain." Li Sun-Hoan diam saja. Ia berjalan ke arah kamar Lim
Sian-ji. 730 Di kamar itu ada ranjang, sebuah lemari, dan meja rias.
Dalam lemari tidak ada banyak pakaian. Pakaian yang
ada di situ adalah pakaian yang sederhana. Di atas meja
rias tidak ada satu pun kosmetik atau alat rias.
Sudah pasti, ia berhias di rumah yang satu lagi.
Kata Kwe ko-yang, "Waktu aku keluar, ia masih berada di
rumah itu. Namun ia pasti sudah datang ke sini untuk
mengajak A Fei pergi. Namun sama sekali tidak terlihat
jejak dari rumah itu kemari."
Kata Li Sun-Hoan dengan wajah berkerut, "Itu karena ia
tidak melewati jalan yang sama dengan kita."
Tiba-tiba Li Sun-Hoan mengangkat kasur di atas ranjang.
Terlihatlah jalan rahasia di bawah kasur itu.
Li Sun-Hoan sudah tahu ke mana jalan rahasia itu pergi.
Tanya Kwe ko-yang, "Tahukah kau ke mana jalan rahasia
ini pergi?" Jawab Li Sun-Hoan, "Ke bawah kasurnya di rumah yang
satu lagi." Sahut Kwe ko-yang, "Kupikir juga begitu."
Ia tersenyum sinis, "Dari satu ranjang ke ranjang yang
lain. Sungguh-sungguh tidak buang waktu."
731 Li Sun-Hoan berkata dengan datar, "Yah, dia kan banyak
janji. Sudah tentu waktunya sangat berharga."
Wajah Kwe ko-yang berubah". Walaupun ia tahu
memang demikian keadaannya, tetap saja hatinya
merasa terusik waktu mendengar hal itu diucapkan.
Pria memang selalu mengejek wanita karena wanita suka
meributkan hal-hal sepele. Namun ternyata, laki-laki pun
tidak jauh berbeda, dan juga yang jelas, lebih mau
menang sendiri. Walaupun seorang laki-laki memiliki seribu orang wanita,
ia tetap ingin setiap wanitanya adalah miliknya seorang.
Walaupun ia tidak mencintai lagi wanita itu, ia tetap ingin
wanita itu tergila-gila padanya.
*** Jalan rahasia itu tidak panjang.
Dan memang benar, ujung yang lain adalah ranjang di
rumah yang satu lagi. Ranjang itu jauh lebih bagus daripada ranjang tempat
mereka masuk. Sangat empuk, dan dihiasi dengan seprai
yang lembut dan bantal-bantal yang mewah.
Tentu saja Lim Sian-ji tidak ada lagi di situ. Hanya si
gadis berjubah merah saja yang ada.
732 Ia sedang duduk di sebelah meja rias sambil menyulam
sebuah bantal dengan gambar sepasang angsa di tengah
danau. Ia tidak terkejut melihat dua laki-laki keluar dari bawah
ranjang itu. Sepertinya dia sudah tahu bahwa mereka akan muncul.
Ia hanya melirik mereka dari sudut matanya dan berkata,
"Oh, ternyata kalian berdua sudah saling kenal."
Kwe ko-yang menatapnya dengan wajah tegang dan
membentak, "Apakah kau sendirian saja di sini?"
Sahut si gadis muda, "Mengapa kau galak sekali" Aku
selalu membereskan kamar dan ranjang ini setiap kali
kau datang. Apakah kau sudah lupa?"
Kwe ko-yang terdiam. Lalu si gadis muda menatap Li Sun-Hoan dan berkata,
"Jadi kau adalah Li Tamhoa?"
Li Sun-Hoan menjawab pendek, "Ya."
Kata si gadis muda, "Semua orang bilang bahwa Li
Tamhoa bukan saja mempunyai ilmu silat yang tinggi, ia
pun sangat pandai dan berpengetahuan luas. Aku kaget
juga bahwa kau pun dapat tertipu."
733 Lalu disambungnya dengan manis, "Aku mohon maaf
sudah berbohong padamu terakhir kali kau datang ke
sini." Sahut Li Sun-Hoan, "Tidak apa-apa. Enak juga kena
dibohongi anak kecil sekali waktu. Sejak kau menipuku
kemarin, aku merasa jadi lebih muda."
Si gadis muda hanya menatapnya lekat-lekat. Dari
pandangannya, ia seakan-akan menganggap bahwa Li
Sun-Hoan sangat menarik. Tentu saja, sangat jarang
orang bisa bertemu dengan orang semacam Li Sun-Hoan.
Gadis itu tersenyum dan berkata, "Kupikir kau memang
masih kelihatan muda, walaupun aku tidak menipumu.
Kalau kau tertipu beberapa kali lagi, mungkin kau akan
berubah menjadi bayi."
Sahut Li Sun-Hoan, "Jadi aku harus lebih berhati-hati lain
kali. Kalau tidak, bukankah sangat janggal ada bayi
berusia empat puluh tahun?"
Si gadis muda tertawa senang, katanya, "Jangan kuatir,
aku cuma berbohong karena kemarin kau adalah orang
asing. Nenekku bilang bahwa di depan orang asing
jangan berkata jujur, atau aku akan diculik oleh orang
itu." Tanya Li Sun-Hoan, "Kalau sekarang?"
"Sekarang aku sudah mengenal engkau, jadi aku tidak
akan berbohong lagi."
734 Kata Li Sun-Hoan, "Kalau begitu, aku mau tanya sesuatu.
Apakah kau melihat ada orang yang keluar dari ranjang
ini baru-baru saja?"
"Tidak." Gadis itu mengejapkan matanya dan menambahkan,
"Tapi aku melihat seseorang lewat di sebelahnya."
"Siapa?" Sahut si gadis, "Seorang laki-laki. Aku tidak kenal dia."
Ia tersenyum lebar dan melanjutkan, "Selain engkau, aku
tidak kenal banyak laki-laki."
Li Sun-Hoan pura-pura tidak mendengar. Ia bertanya
lagi, "Apa yang dia kerjakan?"
Sahut si gadis muda, "Orang itu kelihatan menyeramkan.
Jenggotnya besar, dan di wajahnya ada bekas luka. Ia
masuk ke sini dan bertanya, "Apakah kau kenal Li SunHoan" Apakah ia akan datang ke sini?""
Tanya Li Sun-Hoan, "Apa jawabmu?"
Kata si gadis muda, "Karena aku tidak mengenalnya, aku
bohong saja. Aku bilang aku tidak mengenalmu dan
bahwa kau akan segera datang."
"Lalu apa kata orang itu?"
735 "Lalu ia memberikan surat padaku, dan menyuruhku
untuk menyampaikannya padamu."
Tanya Li Sun-Hoan, "Jadi kau menerima suratnya?"
Jawab si gadis, "Tentu saja. Kalau tidak, aku kan
ketahuan sudah berbohong. Orang ini betul-betul
menyeramkan. Jika ia tahu aku bohong, ia pasti sudah
mencabut kepalaku." Ia tersenyum dan melanjutkan, "Seorang gadis kecil
dengan kepala putus akan merasa kesakitan, bukan?"
Li Sun-Hoan pun tersenyum dan berkata, "Seorang bocah
laki-laki dengan kepala putus juga akan merasa
kesakitan." Si gadis muda memang mempunyai satu kepandaian
istimewa. Ia dapat membuat semua kata-katanya
kedengaran sangat mayakinkan.
Orang lain mungkin akan bertanya, "Di manakah laki-laki
yang membawa surat ini" Mengapa ia meninggalkan
surat ini di sini?" Namun Li Sun-Hoan tidak menanyakannya.
Ia pun mempunyai satu kepandaian istimewa. Apapun
yang diucapkan seseorang, ia dapat terlihat seolah-olah
mempercayai perkataan itu bulat-bulat. Itulah sebabnya
banyak orang merasa mereka telah berhasil menipunya.
736 Gadis muda itu segera mengeluarkan surat itu. Di
amplopnya memang tertulis nama Li Sun-Hoan. Surat itu
disegel, jadi si gadis muda pasti tidak tahu apa isinya.
Dalam surat itu tertulis, "Aku selalu mengagumi Litayhiap
Sun-Hoan. Mari bertemu di dekat mata air
tanggal satu bulan sepuluh. Tolong jangan kecewakan
aku." Surat itu ditandatangani oleh Siangkoan Kim-hong!
Surat itu sangat sederhana dan sopan. Namun siapapun
penerima surat ini lebih baik cepat-cepat menulis surat
wasiatnya, atau paling tidak ketakutan setengah mati.
Jika Siangkoan Kim-hong menantang seseorang, berapa
lama lagikah orang itu dapat hidup"
Li Sun-Hoan memasukkan surat itu ke dalam amplopnya
lagi dan memasukkan amplop itu ke dalam bajunya.
Ia masih tetap tersenyum.
Si gadis muda telah mengawasinya selama ini. Ia tidak
tahan untuk tidak bertanya, "Apa isi surat itu?"
"Tidak ada yang penting."
"Dilihat dari senyumanmu, pasti seorang wanitalah yang
menulis surat itu." Jawab Li Sun-Hoan, "Tebakanmu sangat jitu."
737 Mata si gadis muda berputar dan katanya, "Apakah surat
itu mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganmu?"
Jawab Li Sun-Hoan, "Lagi-lagi tepat."
Si gadis muda cemberut, "Kalau tahu penulisnya adalah
seorang wanita, tak akan kuberikan kepadamu."
Kata Li Sun-Hoan, "Tapi jika kau tidak memberikan surat
itu padaku, ia akan patah hati."
Mata si gadis memandang Li Sun-Hoan dengan berapiapi,
tanyanya keras, "Orang macam apa sih wanita itu"
Cantik ya?" Sahut Li Sun-Hoan, "Sudah pasti. Kalau tidak, sudah
kubuang surat ini. Seorang wanita jelek lebih
menakutkan daripada seorang laki-laki bodoh."


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanya gadis muda itu, "Berapa usianya?"
"Ia belum tua."
Si gadis muda menghunjamkan jarum jahitnya pada kayu
bingkai sulamannya. Ia berseru dengan berang, "Kalau
sudah ditunggu oleh wanita yang sangat cantik,
mengapa tidak segera menggelinding menemuinya" Mau
apa masih bercokol di sini?"
Kata Li Sun-Hoan, "Tahukah engkau, tidaklah sopan
seorang tuan rumah mengusir tamunya."
738 Sahut si gadis muda masih kesal, "Tentu saja aku tahu.
Walaupun aku bukan orang yang murah hati, aku juga
tidak pelit. Jika kau mau tinggal sepuluh hari, aku akan
melayanimu sepuluh hari. Jika kau mau tinggal selamalamanya,
aku".aku akan".memperbolehkanmu tinggal
selamanya." Seraya berkata, wajahnya menjadi merah padam.
Jika wajah seorang gadis sudah bisa memerah, artinya ia
bukan gadis kecil lagi. Kata Li Sun-Hoan, "Baiklah. Maka aku akan tinggal"."
Sebelum selesai kalimatnya, si gadis muda sudah
melompat dan segera berkata, "Kau tidak bohong?"
Sahut Li Sun-Hoan sambil tersenyum, "Tentu saja aku
tidak bohong. Bagaimana mungkin aku pergi jika aku
sudah menemukan tuan rumah sebaik engkau?"
Si gadis muda tersenyum cerah dan berkata, "Aku tahu
kau suka minum arak. Aku akan membelikan arak
untukmu. Mungkin di daerah ini tidak ada macam-macam
barang, namun ada cukup arak untuk
menenggelamkanmu." Kata Li Sun-Hoan, "Selain arak, aku juga ingin kayu.
Makin keras makin baik."
Wajah si gadis muda penuh tanda tanya. Tanyanya,
"Kayu" Buat apa" Apakah kau makan kayu sambil minum
arak" Gigimu pasti luar biasa."
739 Di tengah-tengah kalimatnya ia sudah tertawa.
Lanjutnya, "Tapi karena kau minta kayu, akan
kusediakan kayu. Aku dapat memberimu apa saja yang
kau minta. Bahkan jika kau ingin bulan di langit, akan
kuambilkan tangga untukmu."
Selama itu Kwe ko-yang terus mengawasi wajah Li SunHoan. Katanya tiba-tiba, "Aku tidak makan kayu. Aku
suka makan telur. Telur apa saja, telur ayam, telur
bebek, telur burung, telur asin,"..pokoknya telur, sudah
cukup. Makin banyak makin bagus."
Si gadis muda mengerutkan keningnya dan bertanya,
"Kau juga mau tinggal?"
Sahut Kwe ko-yang, "Dengan tuan rumah sebaik engkau,
mana mungkin aku pergi?"
Si gadis muda menggerutu dan memutar badannya,
berjalan keluar. Ia menggumam, "Mengapa begitu
banyak orang yang tidak tahu diri" Apakah mereka tidak
punya pekerjaan lain selain ikut campur urusan orang?"
Bab 42. Dengki Kamar itu luas dan seprai di kasur itu baru saja diganti,
sangat bersih. Teko teh mulus tanpa cacad dan cawan
pun bersih mengkilap. Lim Sian-ji duduk di atas ranjang, menisik jubah seorang
pria. Ia tidak begitu mahir memainkan jarum seperti ia
memainkan pedang, sehingga beberapa kali jarinya
tertusuk. 740 A Fei berdiri dekat jendela, memandangi bulan sambil
berpikir-pikir. Lim Sian-ji memasang kancing di jubah itu dan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Katanya, "Aku
sungguh tidak bisa kerasan tinggal di penginapan. Kamar
yang terbaik pun terasa seperti sangkar burung. Setiap
aku masuk, aku merasa mual."
A Fei menyahut pendek, "Yah."
Kata Lim Sian-ji, "Katanya memang tidak ada tempat
seperti rumah sendiri. Kau setuju?"
"Yah." Mata Lim Sian-ji berputar, katanya lagi, "Kau tidak
senang aku memaksamu pergi dari rumah kita itu,
bukan?" "Tidak." Lim Sian-ji mengeluh dan berkata, "Aku tahu Li Sun-Hoan
memang sahabatmu. Aku pun gembira bahwa kau dapat
memiliki sahabat seperti dia. Tapi kita kan sudah sepakat
untuk mulai dari awal, jadi kita harus menjauhi dia.
Orang seperti dia hanya menyebarkan kesedihan dan
persoalan ke manapun ia pergi."
Lalu ia melanjutkan dengan lembut, "Kita juga sudah
bersepakat tak akan melibatkan diri dari persoalan lagi,
bukan?" 741 A Fei menjawab, "Ya."
Kata Lim Sian-ji, "Lagi pula, walaupun ia memang
sahabat yang bisa diandalkan, ia adalah seorang
pemabuk, dan dia punya penyakit yang menyebalkan,
yang mungkin dia sendiri tidak menyadarinya."
Ia mendesah dan sambungnya, "Oleh sebab itu dia
sampai menerjang pintu kamarku untuk mencoba
memaksaku"." A Fei segera menoleh dan memandanginya. Katanya,
"Jangan bicara soal ini lagi!"
Lim Sian-ji tersenyum penuh pengertian dan berkata,
"Aku sudah memaafkannya, karena ia adalah
sahabatmu." Wajah A Fei memucat dan kelihatan sangat muram.
Katanya, "Aku tidak punya sahabat".hanya kau
seorang." Lim Sian-ji segera bangkit dan menggenggam tangan A
Fei, lalu ditariknya perlahan sampai A Fei duduk di
dekatnya. Katanya dengan mesra, "Kau pun adalah satusatunya
pria dalam hidupku."
Pipinya menyentuh pipi A Fei dan ia melanjutkan, "Aku
hanya membutuhkanmu. Selain engkau, aku tidak butuh
apapun juga." A Fei merengkuhnya dan memeluknya erat-erat.
742 Kata Lim Sian-ji, "Mengapa kau tidak mau menikahi aku,
supaya semua orang tahu bahwa aku adalah istrimu"
Apa yang kau kuatirkan" Tidak maukah kau mengampuni
kesalahanku di masa lalu" Apakah kau tidak sungguhsungguh
mencintaiku?" Kepedihan yang dalam tergambar pada wajah A Fei. Ia
melepaskan pelukannya. Namun Lim Sian-ji masih memeluknya erat-erat.
Kini A Fei berbaring di ranjang, ia sudah berada di
ambang kehancuran. Hatinya penuh dengan kebencian, juga kesedihan.
Ia benci pada dirinya sendiri, karena tidak seharusnya ia
berbuat seperti ini. Namun ia tidak bisa melepaskan diri.
Kadang-kadang ia berpikir lebih baik mati, namun
sungguh ia tidak dapat meninggalkan wanita itu.
Lim Sian-ji menyisir rambutnya di depan cermin. Pipinya
merah, matanya yang besar dan bercahaya kelihatan
sangat menenangkan. Ia dapat melakukannya dengan siapapun, kecuali dengan
A Fei. Senyum kecil tersungging di sudut bibir Lim Sian-ji.
Senyum itu memang sangat cantik, namun juga sangat
kejam. Ia memang gemar menyiksa laki-laki. Tidak ada
sesuatupun yang dapat membuatnya lebih berbahagia.
743 Saat itu, terdengar gedoran dari luar pintu.
Terdengar suara berseru lantang, "Buka pintu. Aku tahu
kau di dalam. Aku sudah melihatmu."
A Fei segera bangkit dan berteriak, "Siapa itu?"
Belum habis kalimatnya, seseorang sudah menerjang
masuk. Ia menuding Lim Sian-ji dan tertawa seperti orang gila.
"Walaupun kau pura-pura tidak melihatku, aku
melihatmu. Kau pikir kau dapat meninggalkanku begitu
saja?" Wajah Lim Sian-ji terlihat tenang. Ia hanya menjawab,
"Siapakah engkau" Aku tidak mengenalimu."
Pemuda itu tertawa lagi. "Kau tidak mengenaliku" Kau
sungguh-sungguh tidak mengenaliku" Apa kau sudah
lupa malam itu" Bagus sekali, aku sudah menghabiskan
seluruh waktuku menulis surat untukmu, dan kini kau
bilang tidak mengenalku?"
Ia menyeruduk ke arah Lim Sian-ji, hendak
merengkuhnya dan berkata, "Tapi aku masih
mengenalmu. Aku tak akan pernah melupakanmu".."
Lim Sian-ji tentu saja tidak akan membiarkan dirinya
direngkuh oleh pemuda itu dan segera menghindar ke
samping. Ia berseru ketakutan, "Orang ini mabuk. Dia
sudah gila!" 744 Kembali pemuda itu berusaha menggapai Lim Sian-ji,
namun A Fei sudah menghalangi jalannya. Bentaknya,
"Keluar kau!" Kata pemuda itu, "Siapa kau" Apa hakmu menyuruh aku
pergi" Kau ingin membuatnya senang, bukan" Kuberi
tahu kau baik-baik, suatu hari nanti ia juga akan
melupakanmu, sama seperti ia melupakanku."
Tiba-tiba pemuda itu tertawa terbahak-bahak dan
berkata, "Siapapun yang menyangka wanita ini mencintai
dia adalah seorang tolol".tolol luar biasa". Wanita ini
sudah pernah dimiliki oleh ratusan laki-laki?"
Sebelum kalimatnya selesai, tinju A Fei sudah melayang!
"Bam", tubuh pemuda itu pun terpental ke luar jendela
dan terjerembab di halaman depan.
Lim Sian-ji menutupi wajahnya dan menangis tersedusedu.
Katanya di sela-sela tangisannya, "Apa
kesalahanku" Mengapa orang-orang ini memfitnahku
seperti ini" Mereka ingin menyakitiku sampai"."
A Fei mendesah dan memeluknya dengan hangat.
"Selama masih ada aku, kau tidak perlu takut."
Sampai cukup lama, akhirnya Lim Sian-ji berhenti
menangis. Ia berbisik, "Untungnya kau ada di sini.
Selama kau berada di sisiku, aku tidak peduli apa kata
orang lain." 745 Mata A Fei berapi-api dan giginya gemeletuk, "Lain kali,
aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu!"
Tanya Lim Sian-ji, "Siapapun?"
"Ya. Siapapun."
Lim Sian-ji tersenyum puas dan memeluknya makin erat.
Namun matanya tertuju pada seseorang yang lain. Tidak
ada kesedihan di matanya, hanya ada kepuasan dan
kebahagiaan. Orang itu pun menatapnya balik.
Ia berdiri tepat di samping si pemuda yang baru saja
jatuh terjengkang. Ia kurus jangkung, dan sebilah pedang terselip di
pinggangnya! Penerangan di halaman depan hanya remang-remang.
Yang terlihat hanya bekas luka di wajahnya.
Tentu saja, yang paling mengerikan adalah matanya.
Mata itu kelabu, tidak berperasaan, tidak tampak cahaya
kehidupan. Ia menatap Lim Sian-ji dingin dan menganggukkan
kepalanya perlahan. Ia memutar badannya dan berjalan
pergi ke arah kamar-kamar di sebelah selatan.
746 Setelah beberapa saat, beberapa orang datang dan
menggotong pemuda itu pergi.
Kini Lim Sian-ji sudah berhenti menangis sama sekali.
Malam pun bertambah larut.
A Fei sudah terlelap di ranjang. Ia tertidur segera setelah
ia minum teh yang diberikan oleh Lim Sian-ji.
Halaman depan sunyi senyap, hanya suara angin yang
terdengar. Lalu pintu pun terbuka. Ia keluar dari kamar tanpa suara dan terus
menyeberangi halaman, menuju ke arah kamar di bagian
selatan. Hanya ada satu kamar di sini yang masih terang.
Lim Sian-ji mengetuk pintu kamar itu.
Terdengar suara yang berat dan serak dari dalam,
"Pintunya tidak dikunci."
Lim Sian-ji mendorong pintu itu pelan dan pintu itu pun
terbuka. Orang itu adalah orang yang sama yang menatapnya
tadi. Ia duduk di situ, tidak bergerak seperti patung.
747 Lim Sian-ji mendekat dan kini mata orang itu terlihat
jelas. Pupil matanya sangat besar, sehingga walaupun ia
memandang seseorang, sepertinya ia sedang
memandang yang lain. Namun bila ia sedang melihat
yang lain, sepertinya ia sedang memandangmu.
Mata itu suram dan tidak tajam, namun sepertinya ada
daya tarik kuasa gelap di sana. Bahkan Lim Sian-ji
merinding sedikit waktu melihatnya.
Namun di wajahnya, senyum terlukis dengan manis.
Semakin menakutkan orang yang dilihatnya, semakin
polos senyumannya. Ini adalah senjata yang pertama
dan utama melawan laki-laki. Dan keahliannya ini sudah
mendekati kesempurnaan. Katanya sambil tersenyum, "Ah, jadi kau adalah Hingsiansing?"
Hing Bu-bing menatapnya lekat-lekat. Ia tidak menjawab,
tidak juga bergerak sedikitpun.
Senyum Lim Sian-ji makin memikat, katanya, "Aku sudah
mendengar ketenaran Hing-siansing sejak lama."


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hing Bu-bing hanya terus menatapnya dingin. Di
matanya, wanita tercantik sedunia tidak ada bedanya
dengan seonggok kayu bakar.
748 Hing Bu-bing tiba-tiba menyela, "Kau harus ingat aturan
berbicara denganku."
Sahut Lim Sian-ji, "Hing-siansing tinggal bilang, dan aku
akan patuh." Kata Hing Bu-bing, "Aku hanya bertanya, dan aku tidak
pernah menjawab. Mengerti?"
Sahut Lim Sian-ji, "Aku mengerti."
Kata Hing Bu-bing lagi, "Namun jika aku bertanya,
jawabannya harus segera tersedia. Jawaban yang jelas
dan sederhana. Aku tidak ingin dengar segala tetekbengek."
"Aku mengerti."
Tanya Hing Bu-bing, "Jadi kaulah Lim Sian-ji?"
"Ya." "Kau ingin menemuiku di sini?"
"Ya." "Kau sudah menemukan Li Sun-Hoan bagi kami?"
"Ya." "Mengapa kau melakukan ini?"
749 Sahut Lim Sian-ji, "Aku tahu bahwa Pangcu, Siangkoan
Kim-hong, ingin bertemu dengan Li Sun-Hoan, karena Li
Sun-Hoan suka sekali ikut campur urusan orang."
Tanya Hing Bu-bing, "Kau ingin membantu kami?"
"Ya." Mata Hing Bu-bing menyipit dan membentak, "Mengapa
kau ingin membantu kami?"
Lim Sian-ji menjawab tenang, "Karena aku benci Li SunHoan. Aku ingin dia mati!"
"Mengapa tak kau bunuh dia?"
Lim Sian-ji mendesah, sahutnya, "Karena aku tidak
sanggup. Aku tidak bisa berpikir waktu aku berdiri di
depannya, karena matanya dapat menembus pikiranku.
Dan satu pisaunya dapat merenggut banyak jiwa."
Tanya Hing Bu-bing, "Apa benar pisaunya begitu hebat?"
Lim Sian-ji mendesah lagi. Katanya, "Pisau itu lebih
mengerikan dari cerita orang. Siapapun yang bermaksud
membunuhnya, malah mati di tangannya. Selain Hingsiansing
dan Siangkoan-pangcu, tidak ada seorangpun di
muka bumi ini yang sanggup membunuhnya!"
Lim Sian-ji mengangkat wajahnya dan berkata dengan
lembut, "Walaupun aku belum pernah melihat ilmu
pedang Hing-siansing, aku sudah dapat membayangkan
kehebatannya." 750 Tanya Hing Bu-bing, "Bagaimana kau bisa
membayangkan hal seperti itu?"
Sahut Lim Sian-ji, "Dari pembawaan dan ketenanganmu.
Walaupun aku bukan ahli pedang, aku tahu bahwa ketika
pesilat tangguh bertempur, kecepatan dan perubahan
gerak bukanlah faktor yang terpenting. Faktor
penentunya adalah ketenangannya."
"Kenapa?" "Karena antara ilmu pedang yang satu dengan yang lain
variasinya tidak begitu banyak. Begitu pula dengan
kecepatan. Tidak banyak perbedaannya di antara para
pesilat tangguh. Jadi siapa yang bisa tetap tenang
selama pertempuran dan dapat melihat kelemahan
lawan, dialah pemenangnya."
Lim Sian-ji memang luar biasa.
Inilah senjatanya yang ketiga dalam menghadapi lakilaki.
Ia tahu setiap laki-laki suka disanjung, terutama oleh
wanita. Pujian dapat menjadi alat yang sangat berguna
untuk memenangkan hati laki-laki.
Wajah Hing Bu-bing masih tetap kosong. Tanyanya, "Kau
menentukan pertemuannya pada tanggal satu bulan
sepuluh?" 751 Sahut Lim Sian-ji, "Ya, karena aku tahu bahwa Hingsiansing
dan Siangkoan-pangcu bisa berada di sana saat
itu." Tanya Hing Bu-bing, "Bagaimana kau bisa pasti kalau Li
Sun-Hoan akan datang?"
Jawab Lim Sian-ji, "Karena aku tahu ia sudah menerima
suratnya. Jika ia sudah membacanya, ia pasti akan
berada di sana." "Kau sangat pasti?"
Kata Lim Sian-ji, "Ia tidak takut mati, karena ia memang
tidak dapat hidup lebih lama lagi."
Senyumnya langsung lenyap dan lanjutnya, "Namun
karena ia hampir mati, Li Sun-Hoan menjadi sangat
berbahaya. Walaupun ilmu silatmu ada di atasnya, kau
tetap harus berhati-hati. Ia bisa bertarung mati-matian."
Tatapannya sungguh menguatirkan Hing Bu-bing. Ini
adalah senjata keempat. Jika seorang wanita cantik dapat memanfaatkan keempat
senjata ini dengan baik, maka 99% laki-laki akan
merangkak di kakinya. Sayangnya, bukan laki-laki biasa. Karena ia bukan lakilaki,
bukan pula manusia! Tapi masih ada satu lagi senjata Lim Sian-ji.
752 Ini adalah senjata terakhir yang dimiliki setiap wanita
dari zaman purba. Kadang-kadang hanya senjata inilah
yang dapat mengendalikan laki-laki.
Apakah akan berhasil terhadap Hing Bu-bing"
Lim Sian-ji sedikit ragu.
Kalau ia tidak yakin, ia tidak akan menggunakan senjata
ini. Kata Hing Bu-bing, "Kau sudah selesai mengoceh?"
"Ya." Hing Bu-bing bangkit berdiri dan berjalan ke tepi meja.
Wajahnya memandang ke arah lain.
Lim Sian-ji tersenyum pahit dan berkata, "Jika Hingsiansing
tidak ada perintah lain, aku pamit sekarang
saja." Hing Bu-bing tidak menggubrisnya. Ia mengeluarkan
sebutir pil dan menelannya dengan teh.
Lim Sian-ji tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa
kembali ke kamarnya. Sebelum ia mencapai pintu, Hing Bu-bing tiba-tiba
berkata, "Kau suka merayu laki-laki, bukan?"
753 Lim Sian-ji terkesiap. Lanjut Hing Bu-bing, "Kau sudah
berusaha merayuku sejak pertama kali masuk ke kamar
ini, bukan?" Mata Lim Sian-ji berbinar. Ditundukkannya kepalanya dan
berkata, "Aku suka sekali dengan laki-laki yang dapat
mengendalikan diri."
Hing Bu-bing menoleh padanya dan bertanya, "Lalu
mengapa menyerah?" Pipinya memerah. Sahut Lim Sian-ji, "Hatimu seperti
terbuat dari baja. Aku".Aku tidak dapat?"
Kata Hing Bu-bing, "Namun tubuhku tidak terbuat dari
baja." Sambungnya, "Jika kau ingin merayuku, caranya hanya
satu. Secara langsung."
Wajah Lim Sian-ji merah jengah. Katanya, "Maukah kau
ajari aku cara itu?"
Hing Bu-bing menghampirinya dan berkata dengan
pedas, "Kau masih perlu diajari cara ini?"
Ia mengangkat tangannya dan menampar Lim Sian-ji.
Tubuh Lim Sian-ji terpental dan jatuh di atas ranjang.
Walaupun mukanya masih sakit karena tamparan itu,
matanya terlihat menyala penuh gairah.
Perlahan Hing Bu-bing menyusul ke depan ranjang.
754 Mendadak Sian-ji melompat bangun dan merangkulnya
erat-erat sambil meratap, "Jika mau pukul, silakan pukul
saja, pukul mati juga tidak menjadi soal bagiku, kurela
mati di tanganmu ...."
Tangan Hing Bu-bing kembali memukul lagi.
Berulang terdengar suara keluhan dan ratapan di dalam
rumah, namun kedengaran lebih banyak gembira
daripada derita. Memangnya si dia suka disiksa dan dipukuli orang"
******* Waktu Lim Sian-ji keluar dari kamar itu, fajar sudah
hampir merekah. Ia kelihatan lelah, kehabisan tenaga. Kakinya lemah dan
lututnya gemetar sampai begitu sulit berjalan. Namun ia
merasa puas, hatinya sangat tenang.
Setiap kali ia mengobarkan api di hati A Fei, api dalam
hatinya pun ikut berkobar. Ia perlu seseorang untuk
melampiaskan gairahnya, hanya untuk memadamkan api
itu. Ia memang suka disakiti, dan suka menyakiti.
Lim Sian-ji memandang ke langit dan menggumam, "Hari
ini sudah tanggal 25. Lima hari lagi". Tinggal lima hari
lagi"." 755 Ia tersenyum. Oh, Li Sun-Hoan. Kau hanya punya lima hari untuk
hidup! Bab 43. Hidup dan Mati Li Sun-Hoan mengukir kayu itu. Si gadis berjubah merah
memandanginya terus. Tiba-tiba ia bertanya, "Apa yang
kau ukir?" Sahut Li Sun-Hoan sambil tersenyum, "Masa kau tidak
bisa menebak?" Kata si gadis muda, "Seperti patung orang, tapi kenapa
setiap kali tidak selesai" Jika kau menyelesaikan satu
saja, aku jadi bisa tahu seberapa cantiknya dia."
Senyum Li Sun-Hoan lenyap dan ia mulai terbatuk-batuk.
Ia tidak ingin siapapun tahu siapa yang diukirnya, jadi
tidak pernah ukiran itu diselesaikannya. Walaupun ia bisa
saja mengukir yang lain, tangannya seperti tidak mau
tunduk. Walaupun ia mulai mengukir sesuatu yang lain,
pada akhirnya akan menjadi orang itu juga."
Karena ia tidak sanggup melupakan wanita itu.
Hari sudah mulai gelap. 756 Li Sun-Hoan mengangkat tangannya dan pisau di
tangannya berkilauan. Tapi kilau itu bergerak-gerak
terus. "Apakah tanganku gemetaran?"
Hati Li Sun-Hoan tercekat. Ia sangat takut akan
datangnya hari ini, hari saat tangannya menjadi gemetar
walaupun ia tidak minum arak. Bagaimana tangan seperti
ini dapat menyambitkan pisau"
Ia menggenggam pisau itu kuat-kuat sampai buku-buku
jarinya memutih. Lalu sedikit demi sedikit dikendorkan pegangannya dan
memandang ke luar jendela. Ia bertanya, "Hari ini
tanggal berapa?" Si gadis muda menjawab, "Tanggal tiga puluh bulan
sembilan. Besok tanggal satu."
Li Sun-Hoan memejamkan matanya, "Di mana Kwesiansing?"
Sahut si gadis, "Katanya ia ingin berjalan-jalan di luar."
Li Sun-Hoan memandangi ujung pisaunya, lalu tiba-tiba
ditusukkannya ke dalam ukiran kayunya."
Ia mengukir begitu cepat. Kayu itu hampir menjadi
bentuk manusia dengan mata yang besar, hidung yang
lurus, tampak begitu muda.
757 Namun bagaimana dengan orangnya" Orang itu sudah
menjadi tua. Jika seseorang hidup berkubang kesedihan, ia menjadi
tua lebih cepat. Li Sun-Hoan menatap patung itu dengan tatapan kosong.
Ia tidak ingin melepaskan pandangannya, karena ia tahu
ia tidak bisa bertemu dengan wanita itu lagi.
Tiba-tiba terdengar sebuah pertanyaan, "Patung ukiran
ini cantik sekali. Siapakah dia" Kekasihmu?"
Si gadis muda telah berada di dekatnya. Ia menjinjing
sebuah keranjang. Li Sun-Hoan memaksakan diri untuk tersenyum, katanya,
"Aku pun tidak tahu siapa dia. Mungkin ia seorang dewi
di kahyangan"."
Si gadis muda mengejapkan matanya dan
menggelengkan kepalanya. Katanya, "Kau bohong.
Semua dewa-dewi di kahyangan sangat berbahagia,
sedangkan dia kelihatan sangat sedih?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Jika ada orang di dunia ini yang
berbahagia, mengapa tidak mungkin ada dewi di
kahyangan yang bersedih?"
Wajah Li Sun-Hoan berubah, hatinya porak poranda.
758 Kata si gadis muda, "Kau boleh memberitahukan padaku
apa yang sebenarnya terjadi. Melihat sikapmu, aku sudah
tahu bahwa aku benar."
Sahut Li Sun-Hoan, "Itu kisah yang sudah lama, lama
sekali." Kata si gadis muda, "Jika sudah begitu lama terjadi,
mengapa kau masih juga belum bisa melupakannya?"
Li Sun-Hoan berpikir lama sebelum menjawab, "Jika kau
sudah seumurku nanti, kau baru akan tahu bahwa orang
yang ingin sekali kau lupakan, justru tidak pernah bisa
kau lupakan?" Si gadis muda pun mengangguk, mencoba mengerti apa
arti perkataan Li Sun-Hoan dan mulai hanyut dalam
pikirannya sendiri. Ia sampai lupa menaruh
keranjangnya. Setelah sekian lama, si gadis muda menghela nafas
panjang dan berkata, "Semua orang mengatakan bahwa
kau orang yang berhati dingin, kejam, namun menurutku
kau tidak seperti itu."


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanya Li Sun-Hoan, "Lalu menurutmu, orang macam
apakah aku?" Sahut si gadis muda, "Menurutku, kau terlalu banyak
kuatir, terlalu banyak mengasihani orang lain.
Pendeknya, kau adalah seorang yang romantis. Jika kau
benar-benar jatuh cinta pada seorang wanita, wanita itu
sangatlah beruntung."
759 Kata Li Sun-Hoan, "Mungkin karena aku belum minum
arak. Waktu aku mulai minum, aku akan jadi setengah
sadar." Si gadis muda tersenyum lalu berkata, "Kalau begitu aku
harus mulai minum arak, karena sepertinya setengah
sadar itu enak juga. Setidaknya, saat itu aku tidak akan
kuatir." Seraya berbicara, ia mengambil botol arak dari dalam
keranjangnya, dan mulai minum sampai habis setengah
botol." Anak muda memang biasanya minum cepat-cepat,
karena minum arak memang membutuhkan keberanian.
Wajah gadis muda itu langsung merah seperti buah
persik. Ia kini menatap Li Sun-Hoan dan tiba-tiba
bertanya, "Aku tahu namamu adalah Li Sun-Hoan, tapi
tahukah kau siapa aku?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Bagaimana aku bisa tahu jika kau
tidak pernah memberi tahu?"
Si gadis muda membalas, "Buat apa kuberi tahu kalau
kau tidak pernah tanya?"
Ia menggigit bibirnya dan melanjutkan, "Lagi pula kau
pun tidak pernah peduli siapakah aku sebenarnya, orang
macam apakah aku, mengapa aku tinggal di sini, di
manakah keluargaku yang lain. Kau tidak pernah
menanyakannya. Apakah ini karena kau tahu kau
760 sebentar lagi akan mati, jadi kau tidak peduli lagi pada
orang lain?" Sahut Li Sun-Hoan, "Kau sudah mabuk. Kalau gadis
muda sudah mabuk, ia sebaiknya pergi tidur."
Kata si gadis muda gusar, "Kau tidak ingin
mendengarnya" Baik, akan kupaksa kau untuk
mendengar. Aku tidak punya ayah ataupun ibu, jadi aku
pun tidak tahu siapa aku sebenarnya. Lima tahun yang
lalu, Nonaku membeli aku. Oleh sebab itu kini sheku Lim.
Dan karena Nona suka memanggil aku Ling Ling, maka
aku menjadi Lim Ling Ling?"
[Ling artinya lonceng] Ia tertawa kecut, lalu melanjutkan, "Bukankah itu nama
yang sangat hebat, Lim Ling Ling" Persis seperti lonceng
pintu, jika seseorang menggoyangkannya, ia akan
berkleneng-kleneng. Jika tidak ada yang
menggoyangkannya, ia diam saja, tidak bersuara, tidak
bergerak." Li Sun-Hoan mendesah, karena kini ia pun tahu bahwa
gadis ini pun mempunyai masa lalu yang pedih. Hatinya
tidak segembira wajahnya.
Mengapa tidak pernah aku bertemu dengan seseorang
yang sungguh-sungguh bahagia"
Kata Ling Ling lagi, "Kau tahu mengapa aku tinggal di
sini" Kalaupun kau tahu, itu tidak luar biasa. Nona
menyuruhku tinggal di sini untuk melayanimu,
761 memberimu arak, supaya tanganmu terus gemetar. Kata
Nona, jika tanganmu mulai gemetar, itu tandanya kau
sebentar lagi akan mati."
Ia menatap Li Sun-Hoan, seolah-olah menanti-nantikan Li
Sun-Hoan menjadi marah. Namun Li Sun-Hoan hanya tersenyum hambar dan
menyahut, "Sepuluh tahun yang lalu orang juga bilang
bahwa aku akan segera mati, namun nyatanya sampai
hari ini aku masih hidup. Aneh juga ya?"
Kata Ling Ling, "Aku baru saja bilang bahwa aku telah
menyakitimu, mengapa kau tidak marah padaku?"
Li Sun-Hoan menghela nafas panjang, jawabnya, "Setiap
orang di dunia ini pernah menjadi lonceng orang lain
pada suatu ketika. Kau pun adalah lonceng orang lain.
Mengapa aku tidak bisa jadi lonceng orang lain juga"
Orang yang menggerakkan lonceng itu mungkin juga
merupakan lonceng bagi orang yang lain lagi."
Kata Ling Ling, "Kini aku benar-benar yakin bahwa kau
adalah orang yang baik. Mengapa Nonaku ingin
membunuhmu?" Li Sun-Hoan tersenyum, sahutnya, "Orang yang
menginginkan kematian orang lain akan mati juga cepat
atau lambat." Ling Ling menyergah, "Tapi ada orang yang jika dia mati,
semua orang akan bergembira. Dan ada orang yang jika
ia mati semua orang akan berduka"."
762 Ia memandang ke lantai dan sambungnya, "Jika kau
mati, aku akan menangisimu."
Kata Li Sun-Hoan sambil tersenyum, "Karena sekarang
kita adalah sahabat".atau paling tidak kita sudah saling
kenal beberapa hari."
Ling Ling menggelengkan kepalanya. Katanya, "Itu tidak
berarti apa-apa. Aku sudah mengenal Kwe-siansing lama
sebelum aku mengenalmu. Tapi jika ia mati, aku tidak
akan menangis setitik pun."
Ia tersenyum dan menambahkan, "Karena jika aku mati,
ia pun tidak akan repot-repot menangis untukku."
Tanya Li Sun-Hoan, "Kau berpikir bahwa ia tidak
berperasaan?" Jawab Ling Ling, "Tentu saja tidak. Ada orang yang
kelihatan jahat di luar, tapi hati sangat lembut. Jika
seseorang lebih sering memendam perasaannya, maka
rasa kasih yang ditunjukkannya lebih murni daripada
orang lain." Li Sun-Hoan tenggelam dalam pikirannya. Begitu dalam
ia berpikir sampai ia tidak menyadari kehadiran Kwe koyang
yang berdiri dekat pintu". Ia memang hampir tidak
pernah menunjukkan perasaannya.
Ia hanya tegak berdiri di situ. Wajahnya pun terlihat
hampa. *** 763 Hari ini, matahari terbit lebih awal.
Li Sun-Hoan bangun lebih awal lagi. Ia tidak bisa tidur
nyenyak semalam. Sebelum fajar tiba, ia sudah mandi dan mengenakan
pakaian baru yang dibelinya di kota sebelumnya.
Ia tidak terlalu gemuk ataupun terlalu kurus. Jadi
walaupun jahitan jubah itu kurang rapi, jubah itu tetap
terlihat pas membungkus tubuhnya.
Kini, menatap langit yang cerah, ia pun merasa sangat
bertenaga. Hari ini adalah hari istimewa.
Ketika malam tiba nanti, ia mungkin saja sudah berubah
menjadi mayat. Namun karena ia sudah berupaya
memiliki hidup yang bersih, ia ingin juga kelihatan bersih
dalam kematiannya. Kesempatannya untuk menang hari ini sangat tipis,
sehingga bisa dikatakan bahwa kemungkinan besar ia
akan mati. Tapi selama masih ada kesempatan, ia tidak
akan pernah menyerah! Ia tidak takut mati, namun ia tidak ingin mati dalam
sepasang tangan yang kotor.
Ia mengikat rambutnya dengan kain hijau. Kini ia akan
bercukur. 764 Tiba-tiba terdengar suara, "Bagaimana engkau bisa pergi
ke suatu pertemuan penting dengan rambut acak-acakan
seperti itu" Mari kusisirkan."
Ia tidak tahu kapan Ling Ling masuk ke kamar itu.
Matanya terlihat merah, seperti kurang tidur semalam.
Atau mungkin karena ia diam-diam menangis.
Li Sun-Hoan tersenyum dan mengangguk.
Tiba-tiba kenangan masa lalu berkelebat dalam
kepalanya. Hari itu sudah lewat sepuluh tahun lebih. Cuaca hari itu
sama dengan hari ini. Terlihat bunga krisan bermekaran
di luar jendela. Ia duduk di kamarnya dan seseorang
menyisir rambutnya. Sampai kini, ia masih ingat jelas sepasang tangan yang
halus dan lembut itu. Hari itu, ia berencana pergi jauh. Oleh sebab itu, si "dia"
menyisiri rambutnya perlahan-lahan.
Dengan menyisir perlahan, si "dia" ingin menunda
kepergiannya, bahkan untuk sedetik saja lebih lama.
Waktu si "dia" selesai menyisir, setetes air mata bergulir
di pipinya. Dalam perjalanan itulah, ia bertemu dengan lawan yang
tangguh dan hampir kehilangan nyawanya. Untungnya
Liong Siau-hun menyelamatkannya. Ini adalah kejadian
lain yang tidak pernah dilupakannya juga.
765 Namun yang dilupakannya adalah walaupun Liong Siauhun
telah menyelamatkan nyawanya saat itu, ia pun
telah menghancurkan seluruh sisa hidup Li Sun-Hoan".
Mengapa ada orang yang hanya mengingat kebaikan hati
orang lain" Li Sun-Hoan memejamkan matanya dan tersenyum pahit.
"Setidaknya, aku masih bisa pulang setelah perjalanan
itu. Dapatkah aku pulang hidup-hidup hari ini" Tidakkah
lebih baik kalau pada hari itu aku tidak pulang sama
sekali?" Ia tidak ingin terus memikirkannya, dan dibukanya lagi
matanya. Tiba-tiba ia merasa bahwa tangan yang
menyisiri rambutnya saat ini pun halus dan lembut.
Ia menoleh dan melihat setetes air mata jatuh dari mata
Ling Ling ke rambutnya. Tangan lembut yang sama. Tetes air mata yang sama.
Li Sun-Hoan merasa seperti kembali pada hari itu. Ia
menggenggam tangan Ling Ling dan bertanya dengan
lembut, "Kau menangis?"
Wajah Ling Ling menjadi merah. Ia segera memaLingkan
wajahnya. Ia mengertakkan giginya dan berkata, "Aku
tahu, perjanjianmu adalah hari ini. Oleh sebab itulah kau
berpakaian rapi seperti ini, bukan?"
Li Sun-Hoan diam saja, karena ia menyadari bahwa
tangan ini bukanlah tangan yang menyentuhnya
766 bertahun-tahun yang lalu. Masa lalu tidak pernah akan
kembali. Ling Ling berkata lagi, "Kau akan menemui teman
wanitamu yang cantik. Tentu saja aku sedih."
Li Sun-Hoan melepaskan genggamannya dan terpaksa
tersenyum. Katanya, "Kau masih anak-anak. Kau belum
tahu apa artinya kesedihan."
Sahut Ling Ling, "Mungkin sebelumnya aku memang
tidak tahu, namun sekarang aku tahu. Mungkin kemarin
aku tidak tahu, namun hari ini aku tahu."
Li Sun-Hoan tersenyum dan berkata, "Kau pikir kau
sudah menjadi dewasa dalam satu hari?"
Jawab Ling Ling, "Tentu saja. Ada orang yang seluruh
rambutnya berubah menjadi putih dalam satu hari. Apa
kau belum pernah dengar?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Itu karena mereka terlalu kuatir
akan hidup dan mati. Bagaimana dengan engkau?"
Ling Ling menundukkan kepalanya dan berkata, "Karena
ini menyangkut engkau". Kalau kau pergi hari ini,
apakah kau akan kembali lagi?"
Li Sun-Hoan berpikir sejenak lalu menghela nafas.
"Apakah kau sudah tahu siapa yang akan kutemui hari
ini?" 767 Ling Ling mengangguk perlahan, lalu ia mengikat rambut
Li Sun-Hoan dengan kain hijau itu. Katanya, "Aku tahu
kau pasti akan pergi apa pun yang terjadi. Aku tahu aku
tidak bisa menahanmu."
Li Sun-Hoan berkata dengan lembut, "Kalau kau dewasa
nanti, kau akan tahu alasannya. Kadang-kadang kau
tidak punya pilihan dalam menghadapi suatu masalah."
Kemudian ia terdiam cukup lama. Duka yang mendalam
terbayang di wajahnya. Akhirnya ia berkata, "Aku tidak
tinggal demi si "dia?". Aku tidak pernah melakukan apaapa
bagi "dia", aku"."
Ia cepat-cepat bangkit dan berkata, "Aku sudah
terlambat. Aku harus pergi"."
Sebelum kalimatnya selesai, Kwe ko-yang sudah masuk
ke dalam kamar. Ia memotong dengan suara keras, "Aku
baru saja datang, mengapa kau sudah mau pergi?"
Ia menggenggam sebotol arak. Bau alkohol terpancar
dari tubuhnya dan sudah masuk ke dalam ruangan
sebelum orangnya. Kata Li Sun-Hoan, "Kelihatannya Kwe-heng terlalu pergi
minum-minum semalam. Kenapa tidak mengajak aku?"
Kwe ko-yang tertawa, katanya, "Kadang-kadang lebih
enak minum berdua saja. Tambah satu orang lagi akan
terlalu ramai." 768 Tiba-tiba ia merendahkan suaranya, dan meletakkan
tangannya di bahu Li Sun-Hoan. Katanya, "Kau tahu apa
yang suka kulakukan sewaktu jengkel, bukan?"
Li Sun-Hoan tersenyum paham dan menyahut, "Ah, jadi
kau ada di situ"."
Ia masih berbicara sewaktu Kwe ko-yang menutup
sebelas Hiat-to (jalan darah)nya dengan kecepatan yang
luar biasa. Li Sun-Hoan jatuh berdebum.
Ling Ling menjerit, dan segera mengangkat tubuh Li SunHoan. Tanyanya histeris, "Apa yang kau lakukan?"


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saat itu, Kwe ko-yang terlihat sadar sepenuhnya.
Wajahnya menjadi dingin dan tidak bersahabat. Katanya,
"Kalau dia bangun nanti, katakan padanya bahwa tidak
setiap hari seseorang dapat berduel dengan Siangkoan
Kim-hong. Aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini!"
Kata Ling Ling, "Jadi kau"kau akan pergi bersama
dengannya?" Sahut Kwe ko-yang, "Aku tahu ia tidak akan
membiarkanku pergi bersamanya. Tapi aku pun tidak
ingin dia pergi tanpa aku."
Air mata mengalir dari mata Ling Ling. Katanya, "Ia
benar. Kau adalah orang yang baik."
769 Kata Kwe ko-yang, "Baik dalam hidup atau mati, aku
tidak ingin ada orang yang menangis untukku. Sangat
menjijikkan bagiku untuk melihat air mata wanita.
Simpan air matamu untuk orang lain!"
Ia segera memutar badan dan pergi.
Walaupun Li Sun-Hoan tidak dapat bicara ataupun
bergerak, ia masih dapat mengetahui apa yang terjadi.
Waktu dilihatnya Kwe ko-yang melangkah pergi, air mata
pun membasahi wajahnya. Li Sun-Hoan memejamkan matanya, hatinya serasa
terkoyak-koyak. Ia baru tahu bahwa ada relasi antar
manusia yang begitu sulit diterangkan.
Ia telah begitu sering menolong begitu banyak orang.
Dari sekian banyak orang yang ditolongnya, beberapa
orang tidak peduli, yang lain sudah melupakannya,
bahkan ada yang tega mengkhianatinya.
Ia tidak pernah berbuat apapun untuk Kwe ko-yang.
Namun Kwe ko-yang rela mati baginya.
Inilah persahabatan sejati.
Persahabatan seperti ini tidak dapat dibeli, atau ditukar.
Mungkin karena persahabatan semacam inilah, manusia
masih ada di dunia ini. Cahaya yang masuk dari jendela semakin suram.
770 Ling Ling mengunci pintu dan menutup jendela. Lalu ia
duduk di samping Li Sun-Hoan. Ia memandang Li SunHoan tanpa suara. Jam berapakah sekarang"
Apakah Kwe ko-yang sudah mulai bertempur dengan
Hing Bu-bing dan Siangkoan Kim-hong"
Kwe ko-yang sedang menghadapi pertempuran yang
menentukan hidup matinya, dan aku hanya dapat
berbaring di sini, tidak berbuat apa-apa.
Kalau ia memikirkan hal ini, hatinya hancur berkepingkeping.
Tiba-tiba, terdengar langkah kaki di luar.
Lalu terdengar pintu depan diketuk, "Tok, Tok, Tok!"
Tubuh Ling Ling menegang.
Apakah Kwe ko-yang sudah mati dan mereka datang ke
sini mencari Li Sun-Hoan"
Tok, Tok, Tok! Kali ini ketukan bertambah keras.
Keringat dingin membasahi wajah Ling Ling. Ia segera
mengangkat Li Sun-Hoan dan mencari tempat untuk
menyembunyikannya. 771 Ketukan di pintu tidak berhenti dan makin lama makin
keras. Jika Ling Ling tidak segera membuka pintu, makan
gedoran itu mungkin akan menumbangkan pintu itu.
Ling Ling menggigit bibir dan berteriak, "Ya, tunggu
sebentar. Aku masih berpakaian."
Sambil berbicara ia menendang pintu lemari sampai
terbuka dan memasukkan Li Sun-Hoan ke dalamnya. Lalu
di tebarkannya beberapa potong baju di atas tubuh Li
Sun-Hoan. Walaupun Li Sun-Hoan tidak suka bersembunyi, ia tidak
punya pilihan lain. Dilihatnya Ling Ling merapikan rambutnya di depan
cermin dan menyeka peluhnya.
Lalu ia menutup pintu lemari dan menguncinya.
Ia menggumam, "Baru kali ini aku punya kesempatan
tidur siang, tapi kini ada orang mengetuk pintu. Betapa
beruntungnya aku!" Lalu Li Sun-Hoan mendengar suara pintu terbuka.
Setelah pintu terbuka, suasana sunyi senyap. Ling Ling
terlihat sangat terkejut karena ia tidak pernah melihat
dua orang yang berdiri di muka pintu.
Mereka bukan Siangkoan Kim-hong dan Hing Bu-bing!
772 Kedua tamu pun diam saja. Lalu terdengar suara Ling
Ling bertanya, "Siapa yang kalian cari" Atau kalian hanya
mencari tempat untuk tidur?"
Kedua tamu itu tidak menjawab.
Terdengar suara berderak, sepertinya Ling Ling didorong
membentur pintu. Lalu terdengar dua pasang langkah
kaki masuk ke dalam rumah.
Bab 44. Selamat dari Kematian
Lemari itu gelap dan pengap. Orang lain mungkin akan
jadi gila menghadapi situasi seperti ini. Orang-orang
yang datang kelihatannya mempunyai maksud buruk.
Kalau tidak, mereka tidak mungkin mendorong Ling Ling
seperti itu. Namun Li Sun-Hoan tetap tenang.
Ia tersenyum dalam hati. Ia teringat hari dia pertama kali datang ke sini, waktu
Ling Ling mengatainya sebagai seorang perampok. Gadis
muda ini mungkin tidak pernah belajar di sekolah, namun
kepandaiannya berbohong sepertinya sudah setaraf
dengan Lim Sian-ji. Namun kedua tamu itu tidak mempedulikan si gadis
sama sekali. Mereka berjalan menjelajahi dua kamar di
depan, sepertinya mereka sedang mencari sesuatu. Lalu
mereka masuk ke dalam kamar tempat Li Sun-Hoan
berada. 773 Ling Ling segera menghalangi langkah mereka dan
berteriak, "Ini adalah kamar pribadi Nonaku. Kalian tidak
boleh sembarangan masuk."
Sahut salah seorang tamu, "Tapi kamu datang untuk
menemui Nonamu." Suara ini sangat halus, sangat empuk, bahkan
mengandung seulas senyum.
Suara seorang wanita! Li Sun-Hoan terkesiap. Terdengar Ling Ling berkata, "Kalau memang demikian,
apakah kalian betul-betul mengenalnya?"
Sahut wanita itu, "Tentu saja".kami bersahabat akrab."
Kata Ling Ling, "Kalau begitu, mengapa kalian tidak
bilang dari tadi. Aku kira kalian adalah perampok."
Si wanita terkekeh, katanya, "Apakah kami kelihatan
seperti perampok?" Sahut Ling Ling, "Aku tidak tahu tentang kalian berdua.
Tapi perampok zaman sekarang berbeda dengan dulu.
Beberapa bahkan lebih sopan dan lebih mentereng
daripada kalian berdua. Sekarang ini, kita tidak bisa lagi
menilai seseorang dari penampilannya."
774 Sebelum si wanita menjawab, suara yang lain berkata,
"Di mana Nonamu" Bisakah kau memintanya untuk
keluar?" Suara ini rendah dan sedikit serak, namun cukup merdu
juga. Li Sun-Hoan merasa pernah mendengar suara ini,
namun ia tidak bisa mengingat siapa pemiliknya.
Jawab Ling Ling, "Aku sungguh mohon maaf, namun
Nona sudah pergi beberapa hari yang lalu. Aku
disuruhnya tinggal untuk menjaga rumah. Jika kalian
mau meninggalkan pesan, aku akan menyampaikannya
kepada Nona." Si wanita bertanya, "Kapan ia kembali?"
Sahut Ling Ling, "Mmmm, aku tidak tahu". Jika Nona
tidak memberi tahu, aku takut untuk bertanya."
Wanita yang lain mendengus dan berkata sinis, "Enak
betul. Ia ada di sini setiap hari, kecuali di hari kita
datang. Apakah dia bersembunyi dari kita?"
Kata-kata ini membuktikan bahwa mereka memang
datang untuk cari gara-gara.
Ling Ling tetap tersenyum, katanya, "Jika kalian berdua
adalah sahabat Nona, beliau pasti akan senang untuk
bertemu. Mengapa harus bersembunyi?"
Kata wanita itu dengan tersenyum, "Ada orang yang
bersedia menemui siapa saja kecuali sahabatnya.
Tidakkah itu aneh?" 775 Wanita yang lain berkata dengan dingin, "Mungkin
karena ia terlalu banyak berbuat salah terhadap sahabatsahabatnya."
Ling Ling masih tersenyum. "Kalian berdua bicara yang
aneh-aneh. Tempat ini sangat kecil. Tidak ada tempat
untuk bersembunyi." Kata si wanita, "O ya" Walaupun aku tidak mengenal
seluk-beluk rumah ini, aku bisa saja menemukan ruang
rahasia tempat bersembunyi di sini."
Kata Ling Ling, "Ya mungkin, jika kau dapat bersembunyi
di lemari sana." Lalu ia tertawa dan menambahkan, "Namun jika ada
yang bersembunyi di dalam lemari, kurasa ia akan mati
tidak bisa bernafas."
Si wanita juga tertawa dan berkata, "Benar juga.
Nonamu sangat mengutamakan kenyamanan. Ia tidak
mungkin tahan duduk dalam lemari itu"."
Kedua wanita itu tertawa licik.
Setelah cukup lama, si wanita bertanya, "Jika Nonamu
tidak ada dalam lemari itu, siapa yang ada di sana
sekarang?" Sahut Ling Ling terbelalak, "Apa" Ada orang dalam
lemari" Bagaimana aku bisa tidak tahu?"
776 Tanya si wanita lagi, "Jika tidak ada siapa-siapa dalam
lemari, mengapa engkau menghalanginya" Apakah kau
kuatir kami akan mengintip baju-baju Nonamu?"
Kata Ling Ling, "Apa yang kau bicarakan" Aku tidak
menghalangi apa pun?"
Si wanita berkata, "Adik kecil, kau memang pandai
bicara, tapi kau masih sangat muda. Kau belum cukup
umur untuk menipu dua rubah macam kami."
Bersembunyi di dalam lemari pakaian bukanlah hal yang
dapat dibanggakan. Li Sun-Hoan sungguh tidak tahu
bagaimana reaksi kedua wanita ini saat menemukannya.
Ia pun belum tahu siapa mereka.
Suara wanita yang pertama, halus dan lembut, namun
kata-katanya menusuk seperti jarum. Sudah pasti, sulit
untuk menghadapinya. Wanita yang satu lagi tidak bicara banyak, namun
dengan kata-katanya yang jarang ia ingin cari gara-gara.
Sepertinya ia punya kebencian terhadap Lim Sian-ji.
Ilmu silat keduanya setidaknya setanding dengan Lim
Sian-ji. Terdengar Ling Ling memekik dan pintu lemari pun
terbuka. Li Sun-Hoan memejamkan matanya, berharap kedua
wanita ini tidak mengenalnya.
777 Si wanita pun tidak dapat mempercayai penglihatannya.
Ia tidak menyangka bahwa yang di dalam lemari adalah
seorang laki-laki. Ia tertegun.
Lalu ia tersenyum dan berkata, "Adik kecil, siapa laki-laki
ini" Apakah dia sedang tidur?"
Kata Ling Ling tergagap, "Ia". Ia adalah saudara
sepupuku." Si wanita tergelak, katanya, "Oh, betapa lucunya! Kau
tahu, waktu aku masih muda, aku pun sering
menyembunyikan kekasihku di dalam lemari. Suatu hari,
aku kepergok, dan aku pun mengatakan bahwa ia adalah
saudara sepupuku!" Lalu ia pun menambahkan, "Gadis kecil ini luar biasa.
Lebih hebat daripada kita."
Wanita yang lain terdiam cukup lama. Akhirnya ia
berkata, "Lim Sian-ji tidak ada di sini. Mari kita pulang
saja." Si wanita menyahut, "Mengapa terburu-buru. Kita kan
sudah ada di sini. Kenapa kita tidak bersantai dulu
sejenak?" Waktu pintu lemari dibuka, Li Sun-Hoan mencium bau
harum semerbak. Kini keharuman itu makin kental, yang
artinya wanita itu semakin dekat dengan dia.
778 Si wanita kemudian berkata, "Adik kecil, kau mungkin
masih muda, namun pandanganmu terhadap pria
ternyata baik sekali."
Sahut Ling Ling, "Tidak ada banyak pria di sekitar sini,
dan Nona mengambil yang bagus-bagus. Aku harus puas
dengan dia." Tanya si wanita, "Maksudmu kau tidak puas dengan dia"
Lihat orang ini. Ia tidak terlalu gemuk, tidak terlalu kurus.
Wajahnya pun cukup ganteng, dan kelihatannya ia cukup
berpengalaman dengan wanita."
Kata Ling Ling, "Yah, lumayanlah. Tapi kelemahannya
adalah bahwa dia terlalu banyak tidur."
Sahut si wanita sambil tersenyum nakal, "Mungkin
karena ia terlalu lelah".Bagaimana mungkin dia tidak
lelah setelah berjumpa dengan setan kecil sepertimu?"
Kata Ling Ling lagi, "Ia juga sudah tua."
Kata si wanita, "Betul. Ia memang terlalu tua untukmu.
Tapi cocok sekali untukku."
Tambahnya, "Jika adik kecil tak suka padanya, kau boleh
memberikannya untukku. Aku berjanji akan memberimu
seorang pria yang lebih muda dalam satu dua hari ini."
Wanita itu sebelumnya tampak sopan, namun setelah
melihat Li Sun-Hoan kelakuannya berubah total. Sambil


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbicara, ia sudah mengangkat tubuh Li Sun-Hoan.
779 Saat itu Li Sun-Hoan harus membuka matanya.
Waktu ia melihat, ia sungguh terperanjat.
Wanita itu belum tua, mungkin 25 atau 26 tahun. Ia pun
tidak jelek. Sebenarnya jika ada orang yang
membelahnya menjadi tiga bagian, ia akan menjadi tiga
wanita cantik. Sayangnya ia juga berdagu tiga lapis. Berada dalam
pelukannya, Li Sun-Hoan serasa tidur di atas kasur
kapuk. Ia tidak dapat percaya bahwa seorang wanita dengan
tawa yang begitu menggiurkan dan suara yang begitu
merdu adalah seorang wanita yang sangat gendut.
Tapi yang lebih mengejutkan adalah wanita yang satu
lagi. Wanita itu pun sangat cantik. Pinggangnya amat
ramping, dan mengenakan pakaian ketat berwarna biru.
Lengan bajunya amat lebar. Ia hanya berdiri mematung,
namun karismanya bagai seorang dewi.
Ia bukan lain daripada orang yang dipatahkan
pergelangan tangannya oleh Li Sun-Hoan, Na Kiat-cu!
Anehnya, Na Kiat-cu seperti tidak mengenali Li SunHoan. Wajahnya tenang. Ia bahkan tidak sering-sering
memandang ke arah Li Sun-Hoan.
780 Si wanita gendut terus tertawa. Tiap kali, seakan-akan Li
Sun-Hoan merasa ada gempa bumi.
Ling Ling mulai kebingungan. Katanya, "Tapi orang ini
kotor. Berbulan-bulan ia tidak mandi. Kau seharusnya
tidak menyentuh dia, bisa kena kutu nanti."
Sahut si wanita gendut, "Kotor" Sudah pasti tidak. Lagi
pula, tidak ada masalah sekalipun ia berkutu. Malah
membuatnya makin jantan."
Kata Ling Ling, "Tapi".ia juga seorang pemabuk."
Kata si wanita gendut, "Lebih baik lagi. Seorang pria
bukan pria sejati kalau ia tidak bisa minum."
Ia mengedip genit ke arah Li Sun-Hoan dan berbisik,
"Sebentar lagi kau akan tahu kehebatanku."
Ling Ling mulai tertawa. Tawanya sungguh nyaring.
Mata si wanita gendut melebar, tanyanya, "Mengapa kau
tertawa?" Jawab Ling Ling, "Aku menertawakan kebodohanmu. Aku
tidak sangka kau mau menyentuhnya."
Kata si wanita gendut, "Apa istimewanya dia?"
Tanya Ling Ling, "Tahukah kau siapa dia?"
Si wanita gendut balas bertanya, "Tahukah kau siapa
aku?" 781 Sahut Ling Ling, "Sudah pasti kau bukan saudara
sepupunya." Si wanita gendut tidak menggubrisnya. "Pernahkah kau
dengan nama Budha Perempuan Mahagembira" Aku
adalah muridnya, Ci-cun-po. Kepandaianku yang
teristimewa adalah makan laki-laki."
Kata Ling Ling, "Jika kau memakannya, dia akan
nyangkut di tenggorokanmu dan kau tidak akan bisa
mengeluarkannya lagi."
Sahut Ci-cun-po, "Tulang pun tidak pernah kuludahkan
saat makan laki-laki."
Ling Ling mengejapkan matanya, katanya, "Kau tidak
ingin tahu siapa dia?"
Jawab Ci-cun-po, "Jika aku ingin tahu, aku akan bertanya
padanya. Kau tidak perlu kuatir. Lagi pula".selama dia
adalah laki-laki, aku pasti puas."
Lalu ia memandang ke arah Na Kiat-cu, katanya,
"Tolonglah aku menyingkirkan gadis kecil ini. Tempat ini
cukup bagus dan aku cuma ingin pinjam sebentar.
Jangan ngintip ya." Tubuh Li Sun-Hoan merinding. Ia ingin muntah, tapi
tidak bisa. Ia ingin mati, namun tidak dapat. Satusatunya
harapannya adalah supaya Na Kiat-cu menuntut
balas sekarang juga dan memberinya kematian yang
cepat. 782 Namun mengapa Na Kiat-cu berbuat seolah-olah tidak
mengenalnya" Ia hanya berdiri di sana, meliriknya pun
tidak. Tapi saat itu Na Kiat-cu berkata, "Aku juga
menginginkannya." Wajah Ci-cun-po tertertekuk dan berseru, "Apa" Apa kau
bilang?" Wajah Na Kiat-cu tetap tenang. Katanya, "Aku
menginginkan lelaki itu!"
Ci-cun-po memandangnya dengan tatapan ingin
membunuh. Bentaknya, "Berani kau mengambilnya
dariku?" Sahut Na Kiat-cu, "Ya."
Wajah Ci-cun-po berubah hijau, lalu memucat. Ia
tersenyum keji dan berkata, "Jika kau menginginkannya
juga, bisa kita bicarakan."
Kata Na Kiat-cu, "Aku tidak ingin tubuhnya, aku ingin
nyawanya!" Ci-cun-po tersenyum lega. "Ah, itu lebih mudah lagi
dibicarakan. Aku ambil badannya dulu, baru kau ambil
nyawanya." Sahut Na Kiat-cu, "Aku ambil nyawanya dulu, baru kau
ambil tubuhnya." 783 Meluap amarah Ci-cun-po, namun ia tetap berusaha
berdamai. "Aku memang sangat suka laki-laki, namun
aku tidak suka laki-laki mati."
Kata Na Kiat-cu, "Saat ini, ia tidak jauh berbeda daripada
orang mati." Kata Ci-cun-po, "Ia tidak bisa bergerak karena Hiat-to
(jalan darah)nya tertutup. Yang pasti, aku bisa
membuatnya bergerak lagi."
Kata Na Kiat-cu, "Kalau ia sudah bisa bergerak, aku tidak
bisa lagi mencabut nyawanya."
Ling Ling menyela sambil tersenyum, "Betul sekali. Kalau
ia sudah bisa bergerak, ia hanya perlu menggerakkan
tangannya dan kalian berdua akan mati."
Tanya Ci-cun-po, "Siapa sih orang ini?"
Jawab Ling Ling, "Si Pisau Kilat si Li."
Ci-cun-po terkesiap. Ia menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Aku tidak percaya. Kalau ia memang betul Li
Sun-Hoan, mana mungkin ia mencintaimu?"
Sahut Ling Ling, "Ia memang tidak mencintaiku. Akulah
yang mencintainya. Oleh sebab itu aku ingin kau
membunuhnya." Ci-cun-po tidak mengerti. "Kenapa?"
784 Jawab Ling Ling, "Nonaku bilang bahwa jika aku jatuh
cinta pada seseorang dan ia tidak balas mencintaiku,
lebih baik laki-laki itu mati daripada ia jatuh ke tangan
wanita lain." Ci-cun-po mendesah, "Aku tidak menyangka bahwa kau
lebih berbisa daripada aku."
Tanya Ling Ling, "Jadi kau masih menginginkan
tubuhnya" Kau berani?"
Ci-cun-po tidak bergeming, hatinya sudah mantap. "Jika
aku dapat melewatkan semalam saja dengan laki-laki
seperti Li Sun-Hoan, aku akan mati berbahagia."
Ia lalu menoleh ke arah Na Kiat-cu dan menambahkan,
"Jangan kuatir. Kujamin kau tetap bisa mengambil
nyawanya setelah kunikmati tubuhnya."
Na Kiat-cu diam saja. Kata Ci-cun-po, "Jangan lupa, aku awalnya datang ke sini
untuk membantumu. Berilah sedikit muka padaku."
Na Kiat-cu terdiam sesaat sebelum berkata, "Apakah kau
masih menginginkan laki-laki bertangan buntung?"
Kata Ci-cun-po senang, "Tangan buntung sih tidak apaapa,
asalkan bagian yang lain itu masih utuh."
"Kalau begitu aku ingin satu tangannya."
785 Ci-cun-po berpikir sejenak dan bertanya, "Tangan yang
mana?" Sahut Na Kiat-cu, "Ia menebas tangan kananku, jadi aku
juga menginginkan tangan kanannya."
Ci-cun-po mendesah dan berkata, "Baiklah. Cepat kau
kerjakan dan jangan buat kotor."
Sahut Na Kiat-cu, "Baik."
Ia berjalan perlahan-lahan ke arah mereka. Matanya
berbinar-binar. Ling Ling berseru, "Kau sungguh tidak takut padanya?"
Kata Ci-cun-po dengan lembut, "Adik kecil, kalau kau
tidak mau dia menderita...."
Ia tidak menyelesaikan perkataannya.
Sekelebat cahaya biru telah keluar dari lengan baju Na
Kiat-cu, terarah pada tangan kanan Li Sun-Hoan.
Terdengar jeritan yang segera berhenti.
Tubuh Li Sun-Hoan terhempas ke tanah.
Tidak disangka-sangka, jeritan itu keluar dari mulut Cicunpo. Di tengah-tengah jeritannya, ia melepaskan Li Sun-Hoan
dari pelukannya dan balas menyerang Na Kiat-cu.
786 Na Kiat-cu cepat meliukkan pinggangnya dan
menghindar. Walaupun pinggang Ci-cun-po lebih besar dari gentong
air, ternyata ia sangat lentur. Ia segera mengubah arah
serangannya dan merenggut tangan Na Kiat-cu.
Wajah Na Kiat-cu menjadi pucat pasi.
Wajah Ci-cun-po menjadi hijau karena marah, terlihat
sangat jelek. Ia mengertakkan giginya sambil berkata,
"Kau". Kau punya nyali menyerangku" Kubunuh kau!"
Dengan suara gemeretak ia menarik lepas tangan Na
Kiat-cu beserta dengan lengan bajunya.
Na Kiat-cu mundur beberapa langkah. Anehnya, ia sama
sekali tidak tampak kesakitan.
Ci-cun-po telah mengoyakkan tangan kanannya.
Na Kiat-cu malah tertawa. Katanya, "Lihatlah apa yang
kau pegang di tanganmu."
Ci-cun-po melihat ke dalam tangannya dan terlihatlah
ekor kalajengking di pergelangan tangan itu, tersembunyi
di balik lengan bajunya yang Longgar."
Kata Na Kiat-cu lagi, "Tidak ada seorang pun yang dapat
berjalan lebih dari tujuh langkah setelah terkena ekor
kalajengkingku. Kau lebih besar dari orang biasa, jadi
mungkin racunnya tidak akan menyebar begitu cepat.
Tapi aku ragu kalau kau berjalan lebih dari tiga langkah."
787 Ci-cun-po mengaum dan menyeruduk ingin menyerang
Na Kiat-cu. Tiga langkah ia berjalan dan ia pun rebah jatuh ke tanah.
Na Kiat-cu tidak meliriknya sedikitpun. Ia malah menoleh
ke arah Li Sun-Hoan. Ia menatap Li Sun-Hoan dengan
pandangan kosong sampai cukup lama. Lalu katanya, "In
Gok mati karena ia datang menemui Lim Sian-ji. Aku
datang untuk menyelesaikannya dengan Lim Sian-ji.
Tidak ada hubungannya denganmu sedikitpun."
Ling Ling memotong cepat, "Kalau kau ingin dia bicara,
mengapa tak kau buka Hiat-to (jalan darah)nya."
Na Kiat-cu tidak menggubris gadis itu dan melanjutkan,
"Walaupun kau membuat tangan kananku cacad,
setidaknya kau menyayangkan nyawaku. Aku selalu
membalas budi. Oleh sebab itu aku tidak tahan
melihatmu akan diganyang oleh babi gendut itu."
Li Sun-Hoan mengeluh dalam hati. Ia baru tahu bahwa
Na Kiat-cu adalah orang seperti ini.
Na Kiat-cu berkata dingin, "Sekarang aku telah membalas
budimu dan tiba saatnya menuntut hakku. Tidak
berlebihan jika sekarang aku menginginkan tangan
kananmu, bukan?" Li Sun-Hoan tersenyum, dan diangkatnya tangannya.
Na Kiat-cu tertegun, demikian pula Ling Ling.
788 Tangan Li Sun-Hoan sudah bisa bergerak! Namun pisau
terbangnya tidak ada di sana!
Melihat tangan itu teracung, apa yang bisa diucapkan Na
Kiat-cu" Li Sun-Hoan tersenyum pahit. Katanya, "Aku berusaha
membuka Hiat-to (jalan darah)ku dengan tenaga dalam.
Sayangnya, kemampuanku tidak cukup untuk membuka
halangan yang terakhir. Siapa sangka waktu aku
terjatuh, halangan itu malah terbuka, sehingga aku dapat
bergerak lagi." Kata Ling Ling kesal, "Mengapa kau begitu penurut"
Mengapa kau ulurkan tanganmu begitu saja waktu ia
memintanya" Mengapa tak sekalian saja kau berikan
pisau untuk memotongnya?"
Wajah Li Sun-Hoan muram. Ia tidak menghiraukan Ling
Ling dan berkata pada Na Kiat-cu, "Nona Biru,
permintaanmu sama sekali tidak berlebihan. Ini,
ambillah." Na Kiat-cu terdiam, lama berpikir, lalu mendesah.
Katanya, "Ada ya orang seperti ini dalam dunia".."
Dua kali diulangnya kalimat yang sama. Lalu ia memutar
badannya dan berjalan pergi.
Saat itu, tiba-tiba Li Sun-Hoan melompat dengan sigap
dan menghadangnya, katanya, "Tolong tunggu
sebentar." 789 Bab 45. Hampir Saja Na Kiat-cu tertawa dan berkata, "Buat apa" Kau sudah
membayar lunas hutangmu saat kau ulurkan tanganmu
begitu saja. Walaupun aku seorang wanita, aku juga
tahu moralitas." Ling Ling mengejapkan matanya dan menyela, "Namun
wanita tidak perlu bersikap moralis. Itu adalah hak kita.
Laki-laki secara alami lebih kuat daripada wanita, maka


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka pun harus lebih pengertian sedikit terhadap kita."
Sentak Na Kiat-cu, "Kata siapa itu?"
"Kata Nonaku." Tanya Na Kiat-cu, "Kau suka mendengar petunjuknya?"
Jawab Ling Ling, "Tentu saja. Ia selalu berbicara
membela kaum wanita."
Tiba-tiba Na Kiat-cu berjalan ke arahnya dan menampar
pipinya sepuluh kali. Ling Ling terhenyak. Lalu kata Na Kiat-cu dengan dingin, "Seperti kalian
berdua, aku pun bukan orang baik-baik. Tapi aku harus
memukulmu, untuk memberimu pelajaran. Kau tahu apa
itu?" Ling Ling mengertakkan giginya dan menyahut, "Karena
kau".kau"."
790 Sebelum selesai bicara, ia sudah menangis tersedu-sedu.
Kata Na Kiat-cu, "Karena wanita-wanita macam kalianlah,
kaum pria selalu memandang rendah kaum wanita.
Karena mereka memandang rendah padaku, aku selalu
ingin membalas mereka. Oleh sebab itulah kulakukan
semua yang pernah kulakukan."
Suaranya menjadi lembut. "Tapi saat itu aku tidak
menyadari bahwa dengan berbuat demikian, aku bukan
saja menghancurkan orang lain, namun menghancurkan
diriku sendiri. Karena itulah hidupku hancur berantakan."
Li Sun-Hoan berkata dengan penuh perhatian, "Biarkan
yang sudah lampau berlalu. Kau masih muda. Kau bisa
mulai lagi dari awal."
Na Kiat-cu mengeluh. "Mungkin kau bisa berpikir
demikian. Bagaimana dengan yang lain?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Selama hatimu merasa lega,
mengapa kau memikirkan apa pandangan orang
terhadap dirimu" Kau harus hidup untuk dirimu sendiri,
bukan untuk orang lain."
Na Kiat-cu menatap Li Sun-Hoan dan bertanya perlahan,
"Apakah kau hidup untuk dirimu sendiri?"
Li Sun-Hoan tergagap, "A".Aku?""
Na Kiat-cu masih terus menatapnya dan seulas senyum
muncul di sudut bibirnya. Katanya, "Tidak ada seorang
pun yang menyesal bertemu dengan orang seperti
791 engkau. Sayang sekali kita tidak bertemu sepuluh tahun
yang lalu." Lalu ia pun berlalu. Terdengar suaranya yang makin menjauh, "Tinggalkan
saja tubuh Ci-cun-po di situ. Aku akan bereskan nanti.
Jangan kuatirkan aku. Belum pernah ada yang
menguatirkan aku, apapun juga yang kuperbuat."
Saat kalimatnya selesai ia sudah jauh sekali.
Selama itu Ling Ling menangis terus, tapi kini ia
mengangkat wajahnya dan berkata, "Ia yang melakukan
kesalahan, namun ia malah menimpakan kekesalannya
pada diriku. Ia orang yang jahat, tapi ingin pura-pura
bertingkah sok berani dan sok pahlawan. Aku benci
orang-orang seperti dia."
Li Sun-Hoan mendesah dan berkata, "Ia sama sekali
tidak seperti itu." Kata Ling Ling, "Kau pikir aku tidak tahu apa yang dia
lakukan?" Sahut Li Sun-Hoan, "Apapun yang telah dilakukannya,
hatinya tetap baik. Selama seseorang memiliki hati yang
baik, ia bukan orang jahat."
Ling Ling menggigit bibirnya dan berkata, "Kau pasti
berpikir bahwa aku bukan main jahatnya, bukan?"
792 Li Sun-Hoan tersenyum dan berkata, "Kau masih anakanak.
Anak seusiamu belum bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang jahat. Selama ada yang mau
mengajarimu dengan baik mulai sekarang, kau akan
menjadi orang baik."
Ling Ling mengejapkan matanya lagi. "Maukah kau
mengajariku?" Sahut Li Sun-Hoan, "Nanti, kalau masih ada
kesempatan"." Kata Ling Ling, "Nanti" Mengapa tidak sekarang?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Kau tahu bahwa aku harus pergi
mencari Kwe ko-yang sekarang. Jika aku bisa kembali
dalam keadaan hidup"."
Ling Ling segera memotongnya, "Sesungguhnya, aku
tahu bahwa sekali kau pergi dari sini, kau tidak akan
pernah kembali. Aku cuma anak-anak. Mengapa orang
sepertimu harus peduli terhadap gadis kecil macam aku."
Ia menyeka matanya dan menlanjutkan, "Lagi pula,
sebenarnya kan kita tidak betul-betul kenal. Walaupun
aku jadi orang jahat, buat apa kau peduli. Walaupun aku
menjadi sepuluh kali lebih jahat daripada Na Kiat-cu,
bukan juga urusanmu. Walaupun aku mati telentang di
jalan, kau pun tak akan sudi menguburkan aku."
Suaranya makin lama makin sedih. Seolah-olah, jika ia
berubah menjadi orang jahat, yang salah adalah Li SunHoan. 793 Li Sun-Hoan hanya bisa tertawa pahit. Katanya, "Aku
berjanji aku akan kembali"."
Ling Ling menutup mata dengan tangannya dan berkata,
"Tapi kau begitu sibuk. Waktu kau akhirnya punya waktu
untuk datang, aku pasti sudah lama mati."
Kata Li Sun-Hoan menenangkannya, "Aku pasti kembali
tidak lama lagi"."
Sebelum kalimatnya selesai, Ling Ling berhenti menangis
dan berkata, "Janji" Kapan" Aku akan menunggumu."
Kata Li Sun-Hoan, "Jika aku masih hidup, aku akan
segera kembali setelah aku bertemu dengan Kwe koyang."
Ling Ling melompat bangun dan tersenyum. Katanya,
"Kau benar-benar orang baik. Demi engkau, aku akan
berusaha menjadi orang baik juga. Apapun keadaannya,
kau tidak boleh bohong padaku. Jika kau berbohong, aku
akan jadi jahat lagi."
Beban Li Sun-Hoan yang sudah berat, kini bertambah
berat lagi. Membuat Ling Ling menjadi orang baik ternyata adalah
kewajibannya juga. Sekarang ia tidak dapat menolaknya,
walaupun ia tidak pasti bagaimana masalah ini bisa tibatiba
jatuh di pundaknya. Ia hanya dapat tertawa getir.
794 Ia sudah menghadapi begitu banyak masalah dalam
hidup ini. Namun hanya ada satu hal dalam benaknya saat ini.
Ia hanya dapat berharap bahwa Kwe ko-yang belum
bertemu dengan Siangkoan Kim-hong dan Hing Bu-bing.
Ia hanya dapat berharap bahwa ia tidak terlambat.
Ia belum terlalu terlambat.
*** Matahari musim gugur belum lagi terbenam di balik
pegunungan. Air sungai berkilauan bagai emas di bawah
pancaran sinar matahari. Selembar daun maple mengapung di atas air keemasan
itu, bergerak ke hilir sungai, diikuti dengan daun yang
kedua, ketiga".sampai seluruh permukaan sungai
tertutup oleh dedaunan. Tapi ini masih musim gugur. Seharusnya daun maple
belum gugur. Mungkinkah ini akibat tenaga pedang Hing Bu-bing dan
Kwe ko-yang" Hati Li Sun-Hoan tercekat, karena ini berarti pertempuran
telah dimulai! 795 Pertempuran ini pastilah suatu pertempuran yang
dahsyat dan mencekam. Kwe ko-yang pasti bertarung mati-matian, sampai daun
berguguran terkena arus tenaga pedang yang begitu
kuat. Berapa lama lagi ia dapat bertahan"
Li Sun-Hoan tidak sabar lagi ingin cepat sampai di sana.
Dua per tiga dari dedaunan di hutan itu telah gugur.
Hawa pembunuhan begitu tebal, dan daun-daun maple
merah yang berhamburan di udara seolah-olah
memenuhi angkasa dengan darah.
Apakah pertempuran sudah selesai"
Siapa yang menang" Secuil bayangan pun tidak tampak dalam hutan itu.
Seandainya angin musim gugur bisa bicara, ia pun tidak
dapat memberi tahu apa yang Li Sun-Hoan sungguh
ingin tahu. Hanya air yang mengalir yang berseru-seru,
seolah-olah menangisi pihak yang kalah.
Jika Kwe ko-yang kalah, dimanakah mayatnya"
Daun-daun terus mengalir mengikuti arus sungai.
Kini sang surya telah bersembunyi di balik gunung. Tibatiba
terlihat olehnya selarik warna merah pada air sungai
itu. 796 Mungkinkah ini adalah darah pihak yang kalah.
Li Sun-Hoan mengangkat kepalanya, segera ia berlari ke
ujung sungai itu. Ia melihat sebuah mata air yang
menyemburkan air dari sisi sebuah gunung.
Dekat mata air itu, tampaklah seseorang.
Walaupun mata air itu menyemprotkan air ke arah orang
itu, orang itu tidak bergerak dari tempatnya.
Orang itu mengenakan jubah hitam. Ia berbaring tidak
bergerak. Li Sun-Hoan tercekat, "Kwe ko-yang".. Kwe-heng"."
Ia melesat terbang menghampiri orang itu. Air
menyembur ke arah matanya.
Ia segera melompat turun dan meraba meraih tangan
orang itu. Betul. Orang itu memang Kwe ko-yang.
Tubuhnya kini hampir beku karena semprotan air dingin
itu, namun tangannya tetap memegang pedangnya,
seolah-olah sampai mati pun tak akan dilepaskannya.
Pedang itu adalah pedang yang sangat terkenal, Koyangthi-kiam. Sarungnya telah jatuh ke dalam sungai
sedangkan pedangnya masih tertancap di batu gunung.
Mengapa ia melakukan ini"
797 Li Sun-Hoan memindahkan tubuh itu ke tanah yang
kering. Terdengar suara orang berteriak dari kejauhan,
"Mengapa ia melakukannya?"
Li Sun-Hoan tidak perlu menoleh, ia sudah tahu itu
adalah suara Ling Ling. Gadis ini, sungguh luar biasa,
telah berhasil membuntutinya.
Ling Ling bertanya, "Mengapa ia menggantung dirinya
seperti itu" Apakah ia takut kau tidak dapat menemukan
dia" Apakah dia kepingin mandi?"
Li Sun-Hoan mendesah, "Jika seseorang masuk ke dalam
dunia dalam keadaan bersih, mengapa ia tidak boleh
pergi dalam keadaan bersih juga?"
"Apa maksudmu?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Ia tidak ingin dikubur atau dibawa
pergi." Tanya Ling Ling, "Kenapa" Apakah ia menunggumu?"
"Tepat sekali."
Tanya Ling Ling lagi, "Mengapa harus menunggumu" Ia
kan sudah mati." Sahut Li Sun-Hoan, "Karena ia ingin memberitahukan
sesuatu padaku." Ling Ling terkesiap. Kemudian ia berkata, "Kau bilang"..
Kau bilang ia ingin mengatakan sesuatu padamu?"
798 "Betul." "Apakah kau tahu apa yang ingin ia katakan?"
"Ya." Ling Ling semaking bingung. "Ia sudah mengatakannya?"
"Ya." "Ta".Tapi waktu kau sampai, dia kan sudah mati."
Bab 46. Yang Gagah Berani dan Yang Penuh
Ambisi Li Sun-Hoan menatap tubuh Kwe ko-yang dan
mendesah. Katanya, "Kau betul. Aku sudah terlambat
selangkah." Kata Ling Ling, "Kalau ia sudah mati, apa yang dapat
dikatakannya padamu" Apa maksudmu orang mati bisa
bicara juga?" Sahut Li Sun-Hoan, "Walaupun tidak dalam bentuk
perkataan, aku masih dapat mendengarnya."
Ling Ling berkata dengan gemetar, "Ta"Tapi aku tidak
mendengar apa-apa." Gadis ini menjadi sangat bingung dan ketakutan.
Orang memang biasanya takut pada hal-hal yang tidak
mereka mengerti. 799 Li Sun-Hoan terdiam sejenak. Lalu katanya, "Kau ingin
tahu apa yang dikatakannya?"
Ling Ling hanya bisa mengangguk.
Kata Li Sun-Hoan, "Sebenarnya ia pun memberikan
pesannya padamu juga. Hanya saja kau tidak
mendengarkan. Sejujurnya, perkataan orang mati adalah
perkataan yang paling berharga, karena perkataan ini
dibayar dengan hidup mereka. Jika kau belajar
mendengar perkataan orang mati, kau akan belajar
begitu banyak perkara."
Tanya Ling Ling, "Bagaimana aku mendengarkan
perkataan orang mati?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Sudah pasti tidak mudah. Tapi jika
kau ingin hidup beberapa tahun lebih lama dan hidup
berbahagia, kau harus memperlajarinya."
Nadanya sangat serius, tidak ada kesan bercanda.
Kata Ling Ling tidak sabar, "Tapi bagaimana
mempelajarinya" Maukah kau mengajar aku?"


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Li Sun-Hoan, "Mengapa kau tidak mencoba
mendengarkan sekali lagi?"
Ling Ling memejamkan matanya.
Ia berusaha keras untuk mendengarkan, tapi tidak ada
suara apa pun yang terdengar.
800 Kata Li Sun-Hoan, "Jangan hanya gunakan telingamu,
gunakan juga matamu."
Ling Ling membuka matanya.
Terlihat tubuh Kwe ko-yang penuh dengan sayatan
pedang. Kini terlihat lebih jelas setelah tubuhnya bersih
tersiram air. Tubuhnya kini berwarna abu-abu, karena tidak ada lagi
darah di dalamnya. Setelah sekian lama, Li Sun-Hoan berkata, "Apa yang kau
lihat" Apa yang kau dengar?"
Sahut Ling Ling, "A"Aku melihat ada banyak luka di
tubuhnya. Semuanya ada 19."
"Apa lagi?" "Luka-luka ini sangat pendek dan dangkal. Sepertinya
yang melukai adalah ujung sebilah pedang yang sangat
tajam." Tanya Li Sun-Hoan, "Mengapa pedang?"
Sahut Ling Ling, "Karena golok atau tombak tidak akan
membuat luka sekecil itu."
"Bagus sekali. Kau sudah belajar begitu banyak."
Ling Ling tersenyum, katanya, "Oleh sebab itu, yang
membunuhnya pasti Hing Bu-bing, karena Siangkoan
801 Kim-hong menggunakan Cincin Naga dan Burung Hong,
bukan pedang. Mungkin Siangkoan Kim-hong bahkan
tidak datang." Kata Li Sun-Hoan, "Mungkin dia ada di sini namun tidak
menyerang sama sekali."
Ling Ling mengangguk. Tambahnya, "Luka-luka ini
semuanya dibuat diagonal, lebih dalam di bagian bawah
dan lebih dangkal di bagian atas."
"Betul sekali."
"Oleh sebab itu, pasti pedang digerakkan dari bawah ke
atas. Ini jurus pedang yang sangat aneh. Aku sering
mendengar bahwa ilmu pedang Hing Bu-bing sangat
cepat dan penuh tipu daya, suatu ilmu pedang yang
sangat jarang ditemukan dalam dunia persilatan. Tapi
baru hari ini aku benar-benar yakin."
Kata Li Sun-Hoan, "Kau benar. Ilmu pedangnya tidak saja
misterius, namun serangannya datang dari sudut-sudut
yang janggal, sehingga lawannya tidak bisa menebak
arah serangannya." Ia menunjuk pada salah satu luka di tubuh Kwe ko-yang.
Katanya, "Lihatlah luka ini. Luka ini adalah luka biasa jika
arah serangannya dari atas ke bawah. Tapi jika dilihat
lebih teliti, kau bisa melihat bahwa serangannya pasti
dari bawah ke atas. Ilmu pedangnya sepertinya kebalikan
dari jurus pedang pada umumnya."
Sahut Ling Ling, "Kau benar."
802 Kata Li Sun-Hoan lagi, "Oleh sebab itu, jurus pedang
Hing Bu-bing bermula dari bawah pinggang, dan
menggunakan kekuatan pergelangan tangan yang sangat
besar. Jika aku tidak melihat luka-luka ini, aku tidak akan
pernah menyangka ada orang yang bisa menyerang
seperti ini." Ling Ling hanya mengangguk.
Lanjut Li Sun-Hoan, "Kau hanya melihat tubuh bagian
depan saja. Ada tujuh luka lagi di punggungnya.
Mengingat kehebatan ilmu silat Kwe ko-yang, tidak
mungkin ia bisa dilukai dari belakang."
Sahut Ling Ling, "Betul juga. Jika aku sedang bertempur,
aku tidak mungkin membelakangi lawanku."
Kata Li Sun-Hoan, "Oleh sebab itu, luka-luka ini pasti
terjadi sewaktu mereka berpapasan. Hanya jika Hing Bubing
bisa menyerang dari samping tubuhnyalah, ia dapat
melukai lawannya seperti ini."
Ia mendesah dan menyambung, "Siapa pun yang dapat
menyerang dari samping tubuhnya, pasti berlatih ilmu
pedang yang tidak lazim. Yang lebih aneh lagi, serangan
ini juga berasal dari bawah ke atas. Artinya Hing Bu-bing
pasti mengubah caranya memegang pedang pada saat
tubuh mereka berpapasan. Kemampuan ini saja dapat
membuatnya menjadi seorang pesilat yang sangat
berbahaya!" Ling Ling hanya mendengarkan dengan pikiran kalut.
803 Setelah terdiam beberapa saat, akhirnya Ling Ling
mendesah dan berkata, "Jadi itulah yang ingin
disampaikannya padamu."
"Kalau bukan dengan karena itu, tidak mungkin ia
menderita begini banyak luka."
"Kenapa?" Sahut Li Sun-Hoan, "Karena ketika dua pesilat tangguh
bertempur, kalah atau menang hampair selalu
tergantung dari satu gerakan saja. Jika yang satu
melakukan sedikit saja kesalahan dari jurusnya,
lawannya akan segera mengambil kesempatan itu untuk
mengalahkannya." "Oh, begitu." Lanjut Li Sun-Hoan, "Coba bayangkan. Ko-yang-thi-kiam
telah malang-melintang di dunia persilatan lebih dari 20
tahun. Kwe ko-yang adalah salah satu yang terhebat dari
ahli pedang kelas wahid di dunia ini. Tidak mungkin ia
melakukan 26 kesalahan, bahkan bisa dilukai 26 kali."
Kata Ling Ling, "Jadi maksudmu, ia sengaja
melakukannya". Apakah ia tidak kuatir Hing Bu-bing
akan membunuhnya?" Sahut Li Sun-Hoan, "Karena ia sengaja memperlihatkan
lubang untuk diserang, ia pun pasti dapat menghindari
serangan yang mematikan. Itulah sebabnya, lukalukanya
pun amat dangkal." 804 Ling Ling sungguh tidak memahaminya. "Mengapa ia
melakukannya?" Li Sun-Hoan menghela nafas. "Untuk menunjukkan
padaku bagaimana ilmu pedang Hing Bu-bing!"
Tubuh Ling Ling menegang sekertika.
Lalu air mata pun mulai bergulir ke wajahnya. Katanya,
"Aku selalu berpikir bahwa tidak ada seorang pun yang
baik di dunia ini. Persahabatan berarti memanfaatkan
orang lain demi kepentingan diri sendiri. Oleh sebab itu,
jika seseorang ingin hidup enak, ia harus belajar untuk
memanfaatkan orang lain, untuk menipu. Jangan pernah
berusaha menjadi seseorang yang berbudi dan
menyayangi, karena ia akan menderita di kemudian
hari." Kata Li Sun-Hoan, "Apakah kau mempelajarinya dari Lim
Sian-ji?" Ling Ling mengangguk. "Namun kini aku tahu bahwa ada
orang yang baik di dunia ini. Ada orang yang sungguhsungguh
menjunjung tinggi kehormatan dan
persahabatan, bahkan lebih daripada nyawa mereka
sendiri." Tiba-tiba ia berlutut di depan tubuh Kwe ko-yang dan
berkata, "Kwe-siansing, walaupun kau sudah mati, kau
berhasil menolong sahabatmu, dan juga memberikan
padaku suatu pelajaran yang sangat berharga. Kuharap
kau dapat beristirahat dengan tenang sekarang."
805 *** Di jalan tanah di luar pegunungan itu, dua orang sedang
berjalan kaki. Cahaya matahari terbenam menyinari
jubah mereka, membuatnya berkilau keemasan yang
mengandung aura misterius.
Mereka tidak berjalan cepat, tidak juga lambat. Mereka
berjalan dengan tenang. Mereka tidak bercakap-cakap,
juga tidak membuat gerakan-gerakan aneh.
Namun tubuh mereka memancarkan hawa pembunuhan
yang tebal walaupun tidak kelihatan. Bahkan sebelum
mereka memasuki hutan, burung-burung telah terbang
berhamburan. Sepertinya ketakutan karena aura hitam
yang keluar dari tubuh kedua orang ini.
Bagi mereka hidup itu sangat penting.
Mereka tidak akan membiarkan kehidupan dalam bentuk
apapun hinggap di atas kepala mereka!
Dalam hutan cahayanya remang-remang.
Sesampainya mereka di sini, orang yang berjalan di
depan tiba-tiba berhenti. Hampir pada saat yang
bersamaan, orang yang di belakang pun berhenti.
Orang yang di depan adalah Siangkoan Kim-hong.
Tanyanya, "Bagaimana ilmu pedang Kwe ko-yang?"
Sahut Hing Bu-bing, "Bagus!"
806 Tanya Siangkoan Kim-hong lagi, "Sangat bagus?"
Sahut Hing Bu-bing, "Sangat bagus, lebih hebat daripada
para ketua dari tujuh partai pedang utama dalam dunia
persilatan." "Namun sewaktu ia bertempur denganmu, ia
memperlihatkan lebih dari 26 lubang kelemahan dalam
jurus-jurusnya." Kata Hing Bu-bing, "Dua puluh sembilan. Aku tidak
menyerang tiga di antaranya."
Siangkoan Kim-hong mengangguk. "Benar. Tiga kali kau
menyerangnya. Mengapa?"
"Karena jika tiga kali itu aku menyerangnya, dia akan
langsung mati." "Apakah kau menyadari bahwa ia dengan sengaja
memperlihatkan titik-titik kelemahannya itu?"
Sahut Hing Bu-bing, "Ya, aku tahu. Oleh sebab itu, aku
tidak mau ia mati terlalu cepat. Aku ingin
memanfaatkannya untuk melatih ilmu pedangku!"
Tanya Siangkoan Kim-hong, "Tapi tahukah kau, mengapa
ia memperlihatkan kelemahannya itu?"
Hing Bu-bing menjawab, "Tidak. Aku tidak pernah
memikirkannya." 807 Selain membunuh orang, Hing Bu-bing tidak suka
berpikir tentang hal-hal yang lain.
Kata Siangkoan Kim-hong, "Ia memperlihatkan
kelemahannya, supaya kau dapat melukainya."
"Hah?" Siangkoan Kim-hong menjelaskan, "Ia tahu bahwa ia
tidak mungkin dapat mengalahkan kita berdua, oleh
sebab itu cara inilah yang ditempuhnya. Supaya Li SunHoan dapat memahami ilmu pedangmu dari luka-luka
yang dideritanya." Ia mengangkat kepalanya, dan lanjutnya, "Oleh sebab
itu, Li Sun-Hoan pasti akan datang menyusul. Jika kita
kembali sekarang, kita pasti akan menemukan Li SunHoan!" *** Li Sun-Hoan kembali ke rumah A Fei untuk mencari
cangkul untuk menggali kuburan. Orang kalangan dunia
persilatan memang biasa dikuburkan di tempat mereka
meninggal. Selama itu Ling Ling hanya bisa mengawasi. Li Sun-Hoan
tidak membiarkan dia ikut campur. Menggali kuburan
untuk Kwe ko-yang adalah hak pribadinya. Tidak seorang
pun boleh mencampuri. Ling Ling bertanya, "Apakah kau benar-benar akan
menguburkannya di sini?"
808 Li Sun-Hoan mengangguk. Kata Ling Ling, "Jika seseorang mati dengan terhormat,
tidak ada masalah di mana ia dikuburkan, bukan?"
"Ya." "Kalau begitu, seharusnya kau tidak menguburkan dia di
sini." Tanya Li Sun-Hoan, "Kalau tidak di sini, di mana?"
Sahut Ling Ling, "Kau seharusnya menggantung dia di
sumber mata air di sana itu."
Li Sun-Hoan terdiam. Kata Ling Ling, "Siangkoan Kim-hong dan Hing Bu-bing
pasti akan menyadari apa maksud Kwe-siansing bukan?"
"Ya." "Hing Bu-bing pasti tidak ingin ilmu pedangnya
dimengerti oleh engkau. Jadi, setelah ia menyadarinya, ia
pasti akan datang kembali, bukan?"
"Ya." "Jika waktu mereka datang mereka menemukan tubuh
Kwe-siansing sudah dipindahkan, mereka pasti akan tahu
bahwa kau sudah datang ke sini, bukan?"
Li Sun-Hoan mengangguk. 809 Kata Ling Ling, "Kalau begitu, jika kau sampai bertempur
dengan Hing Bu-bing suatu hari nanti, ia pasti akan
mengubah jurus pedangnya bukan?"
"Betul." "Kalau begitu, tidakkah pesan Kwe-siansing menjadi siasia
belaka?" Sahut Li Sun-Hoan, "Aku sudah menyadarinya sejak
tadi." "Lalu mengapa kau masih berniat untuk
menguburkannya?" "Aku tidak bisa membiarkan dia tergantung di sana. Ia
sudah berjuang dan mati untukku selagi aku"."
Ling Ling memotong cepat, "Tepat sekali. Ia mati
untukmu. Kau harus mengembalikan tubuhnya ke tempat
semula. Kalau tidak, bukankah kematiannya akan siasia?"
Li Sun-Hoan berpikir beberapa saat, lalu berkata, "Aku
yakin Siangkoan Kim-hong dan Hing Bu-bing tidak akan
datang kembali." ***

Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Siangkoan Kim-hong, "Jika kau kembali ke sana
sekarang, kau pasti akan kalah!"
810 Tangan Hing Bu-bing menggenggam pedangnya kuatkuat.
Suaranya menjadi serak sewaktu bertanya,
"Mengapa aku pasti kalah?"
Sahut Siangkoan Kim-hong, "Kau sudah membunuh Kwe
ko-yang. Nafsu membunuhmu pasti sudah jauh
berkurang. Sebaliknya saat ini Li Sun-Hoan sedang
mempunya tenaga tambahan karena kesedihan hatinya.
Jika kau kembali sekarang, kau sudah rugi beberapa
langkah." "Tapi kau"."
Siangkoan Kim-hong memotongnya, "Memang kita
berdua pasti akan dapat membunuhnya.
Tapi".bagaimana kau bisa pasti bahwa Li Sun-Hoan
datang sendirian" Bagaimana jika Si Tua Sun datang
bersamanya?" "Bahkan berdua pun tidak pasti kita"."
Siangkoan Kim-hong segera berkata dengan tegas, "Aku
sudah bilang. Dalam kedatangan kita kali ini ke dalam
dunia persilatan, kita hanya akan menang. Kita tidak
boleh kalah. Kalau kita tidak yakin seratus dua puluh
persen bahwa kita akan menang, kita tidak akan
bertempur!" Hing Bu-bing terdiam. Siangkoan Kim-hong menambahkan, "Lagi pula,
perasaan sudah mulai merasuki pikiranmu."
811 Tanya Hing Bu-bing kaget, "Perasaan?"
Sahut Siangkoan Kim-hong, "Alasan mengapa kau bisa
menang adalah karena kau tidak berbelas kasihan.
Namun kini, perasaan telah merayap masuk ke dalam
hatimu, sehingga kekuatanmu menjadi berkurang."
Lanjutnya, "Sebelumnya kau tidak pernah seperti ini. Apa
yang terjadi" Siapa yang membuatmu begini?"
Hing Bu-bing memaLingkan wajahnya dan menjawab,
"Bukan siapa-siapa."
Kata Siangkoan Kim-hong, "Aku bukannya ingin tahu
siapa orangnya. Namun jika kau ingin menang, jika kau
ingin mengalahkan Li Sun-Hoan, maka kau harus kembali
ke sifatmu yang semula, yang tidak kenal belas kasihan.
Jika kau ingin kembali seperti dulu, maka kau harus
membunuh wanita yang menggerakkan hatimu itu!"
Sambil berbicara, ia memutar badan dan masuk ke dalam
hutan. *** Hari sudah tengah malam. Hati Li Sun-Hoan terasa berat, sama seperti langkahlangkahnya.
Akhirnya Kwe ko-yang telah dikubur. Nasib jago pedang
nomor satu itu pada akhirnya tidak berbeda dari yang
812 lain. Menghuni sepetak tanah sempit dalam pelukan
bumi. Tapi apakah kematiannya memiliki arti yang lebih penting
daripada sebagian besar orang yang pernah hidup"
Li Sun-Hoan tidak tahu jawabannya. Ia hanya tahu
bahwa Kwe ko-yang tidak perlu mati. Jika seseorang
yang tidak seharusnya mati malah mati".apakah
kematiannya tidak sedikit gila"
Mungkin setiap pahlawan dalam sejarah dunia ini
memang sedikit banyak gila.
Bahkan dirinya sendiripun cukup gila.
Ling Ling mengikutinya dari dekat. Tiba-tiba ia bertanya,
"Bagaimana kau mengetahui bahwa Siangkoan Kim-hong
dan Hing Bu-bing tidak akan kembali?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Karena Siangkoan Kim-hong sangat
ambisius. Orang yang berambisi begitu besar tidak
bertingkah seperti orang pada umumnya."
Tanya Ling Ling, "Apanya yang berbeda?"
"Setelah mereka menyerang, berhasil atau gagal, mereka
akan segera undur dan menunggu kesempatan
berikutnya. Orang yang berambisi tidak akan mengambil
resiko." 813 Ia mengeluh. Lanjutnya, "Orang yang ambisius tidak
pernah bertindak bodoh. Itulah perbedaan mereka dari
para pahlawan." Tanya Ling Ling, "Jadi pahlawan itu pasti luar biasa gila?"
Bab 47. Budha Perempuan Mahagembira
Sahut Li Sun-Hoan, "Gila itu bukan sesuatu yang lucu.
Hanya seseorang yang memiliki hasrat yang begitu besar
yang bisa belajar menjadi "gila"."
Ling Ling tertawa. "Untuk jadi gila saja harus belajar?"
"Tentu saja. Tidak semua orang bisa belajar bagaimana
menjadi gila. Gila tidak sama dengan bodoh. Hanya
orang yang gila pedang dapat mempelajari ilmu pedang
yang terbaik di dunia ini. Hanya orang yang gila cinta
dapat mengecap rasa cinta yang sesungguhnya. Orang
yang tidak gila tidak mungkin dapat mengerti hal-hal
seperti ini." Ling Ling menundukkan kepalanya, berusaha mengerti
perkataan ini. Setelah beberapa lama ia mendesah dan berkata, "Aku
belajar begitu banyak darimu. Sayang"sayang sekali,
kau akan segera pergi. Dan kau pasti tidak akan
membawaku pergi bersamamu."
Li Sun-Hoan terdiam sejenak, lalu berkata, "Paling tidak
akan kuantarkan kau pulang ke rumah."
814 Kata Ling Ling, "Mengapa kita tidak lewat jalan rahasia
saja" Lebih cepat lewat situ."
Li Sun-Hoan tertawa dan menjawab dengan lembut,
"Hanya orang-orang yang takut terang yang
menggunakan jalan rahasia. Jika tidak betul-betul
terpaksa, seseorang sebaiknya tidak menggunakannya."
Walaupun hatinya murung, Li Sun-Hoan tetap ingin
membuat orang lain bergembira.
Ling Ling terkekeh, katanya, "Baik, akan kuturuti
perkataanmu. Di kemudian hari, aku tidak akan bersikap
seperti seekor tikus."
Li Sun-Hoan memandang ke langit dan menghela nafas.
Katanya, "Lihatlah tempat ini. Angin yang sejuk, bulan
yang bersinar terang di langit, air sungai yang
mengalir".Bagaimana seseorang yang berjalan di bawah
tanah dapat menikmati pemandangan seperti ini?"
Kata Ling Ling, "Tapi aku lebih memilih kue bulan yang
manis dan arak yang mengalir"."
Ia mengeluh dan menambahkan, "Jujur saja, aku lapar
sekali. Setibanya kita di rumah, aku akan langsung
menyiapkan makanan"."
Tiba-tiba ia berhenti bicara karena ia mencium wangi
makanan dan arak dari kejauhan yang terbawa oleh
hembusan angin. Wangi seperti itu tentu saja dapat
tercium dari jauh dalam hutan seperti ini.
815 Kata Li Sun-Hoan, "Ayam goreng, sapo babi,
paprika".dan arak yang bermutu tinggi."
Kata Ling Ling, "Kau juga menciumnya?"
"Jika seseorang bertambah tua, telinganya mungkin
menjadi tuli, matanya mungkin menjadi lamur, namun
hidungnya akan tetap tajam."
Tanya Ling Ling, "Tahukah kau darimana datangnya bau
harum ini?" Li Sun-Hoan menggelengkan kepalanya. "Aku cuma tahu
bahwa warung kecil di sini tidak punya arak sebaik ini.
Makanan mereka pun tidak selezat ini."
Kata Ling Ling, "Lagi pula warung itu sudah tutup."
Kata Li Sun-Hoan, "Mungkin ada rumah yang sedang
memasak makanan tengah malam mereka."
Sahut Ling Ling, "Tidak mungkin. Aku tahu tiap keluarga
di kampung ini. Tidak seorang pun yang kaya.
Seandainya mereka makan tengah malam sekali pun,
pasti hanya berupa semangkuk bakmi."
Li Sun-Hoan menggumam, "Mungkin ada sanak famili
yang berkunjung. Jadi mereka masak masakan yang
istimewa"." Sanggah Ling Ling, "Tidak mungkin juga. Tidak satu pun
dari para istri dapat memasak masakan selezat ini."
816 Ia tersenyum dan menambahkan, "Hanya ada satu orang
yang dapat memasak masakan seperti ini."
Li Sun-Hoan tersenyum dan bertanya, "Siapa?"
Ling Ling tersenyum sambil menunjuk hidungnya sendiri.
"Aku." Ia terdiam beberapa saat lalu berkata, "Oleh sebab itu
aku heran sekali. Jika aku tidak memasak, dari mana
datangnya bau harum ini?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Bau harum itu datangnya dari
rumahmu." *** Jalanan di situ sudah sepi.
Semua orang di kampung itu sudah tidur. Cahaya lilin
pun sudah padam semuanya. Namun ketika mereka tiba
di hutan maple, cahaya terang terlihat dari rumah Ling
Ling. Bukan hanya bau harum arak dan makanan datang dari
arah rumah Ling Ling, tapi juga terdengar suara orang
bercakap-cakap. Tubuh Ling Ling mengejang.
Kata Li Sun-Hoan, "Mungkin Nonamu sudah kembali?"
817 Sahut Ling Ling, "Tidak. Nona bilang ia tidak akan
kembali paling tidak selama tiga bulan."
Kata Li Sun-Hoan, "Kau kan memang sering kedatangan
tamu. Mungkin kali ini para tamu ini tidak menemukan
tuan rumah dan memutuskan untuk memasak sendiri
saja." Kata Ling Ling, "Aku akan pergi melihat duluan. Kau"."
Li Sun-Hoan menyela, "Sebetulnya akulah yang harus
pergi ke sana duluan."
"Kenapa" Orang-orang itu makan, minum dan sangat
ribut. Pastilah mereka tidak berbahaya. Aku tidak akan
mendapat kesulitan."
Kata Li Sun-Hoan, "Soalnya aku juga jadi lapar."
Ia segera melangkah ke depan Ling Ling dengan
waspada. Ia merasa ada perangkap dalam rumah itu
yang sedang menunggunya untuk datang dan terjerat.
Pintu depan terbuka lebar.
Ketika Li Sun-Hoan melangkah masuk, ia tercekat.
Ia belum pernah melihat begini banyak wanita gemuk
sebelumnya. Ada dua kali lebih banyak wanita gemuk dalam rumah itu
daripada yang pernah dilihatnya seumur hidupnya.
818 Lebih dari sepuluh wanita duduk di situ. Mereka semua
duduk di lantai karena seorang pun tidak akan muat
duduk di kursi yang ada. Kalau ada yang mencoba duduk
di kursi, kursi itu pasti akan jebol.
Tidak seorang pun dari mereka yang bisa bilang bahwa
mereka segemuk babi, karena babi pun tidak ada yang
segemuk ini. Dan tidak ada babi yang makan sebanyak
para wanita ini. Waktu Li Sun-Hoan melangkah masuk, mereka sedang
mengedarkan sepiring besar ayam goreng. Wanitawanita
gemuk ini duduk di sekeliling meja sambil makan.
Di dekat meja ada selimut sutra yang amat besar. Wanita
yang paling gemuk duduk di situ. Enam lelaki
mengelilinginya. Tiap lelaki mengenakan jubah sutra yang berwarnawarni.
Mereka kelihatan masih muda dan berwajah
ganteng. Beberapa orang bahkan merias wajah mereka.
Para lelaki itu tidak ada yang kurus. Namun dibandingkan
dengan wanita itu, mereka kelihatan seperti monyetmonyet
kecil. Seorang lelaki memijat kakinya. Seorang lagi memijat
pundaknya. Seorang yang lain mengipasinya. Seorang
lagi memegangi cawan dan menyuapkan arak padanya.
Dua orang meringkuk di dekat kakinya. Wanita itu
memegang sepotong besar ayam goreng di tangannya.
819 Bila ia sedang gembira, ia akan memberikan sesuap dua
suap pada mereka. Untungnya Li Sun-Hoan sudah lama tidak makan. Kalau
tidak, ia pasti sudah muntah saat itu. Li Sun-Hoan belum
pernah melihat sesuatu yang lebih menjijikkan dalam
hidupnya. Namun ia tidak pergi. Ia malah melangkah masuk
dengan tenang. Semua suara langsung lenyap. Semua mata tertuju
padanya. Saat itu, orang lain pasti akan merasa tidak nyaman,
merasa kecut. Namun Li Sun-Hoan tidak. Walaupun hatinya gundah, wajahnya biasa saja.
Ia berjalan dengan tenang. Walaupun ia berjalan di
istana raja sekalipun, gayanya akan sama seperti ini. Li
Sun-Hoan memang orang semacam ini.
Wanita yang paling gemuk itu memicingkan matanya.
Matanya cukup besar, namun hanya tampak seperti satu
garis tipis, karena dikelilingi oleh daging yang begitu
tebal. Lehernya pun mungkin memang besar, namun
karena saking gemuknya, lehernya bahkan tidak
kelihatan lagi. 820 Duduk di situ, ia tampak seperti sebuah gunung, sebuah
gunung daging. Li Sun-Hoan berjalan ke depannya dan tersenyum sambil
berkata, "Budha Perempuan Mahagembira?"
Mata wanita itu langsung bercahaya. Katanya, "Kau tahu


Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa aku?" Sahut Li Sun-Hoan, "Aku sudah mendengar namamu
sejak lama." "Namun kau masih tidak melarikan diri."
"Mengapa aku harus melarikan diri?"
Budha Perempuan Mahagembira tertawa.
Awalnya tawa itu masih kedengaran normal. Namun tibatiba
seluruh tubuhnya mulai bergoyang.
Setiap orang dalam ruangan itu ikut bergoyang. Ada
seorang laki-laki di punggungnya. Namun goyangannya
membuat laki-laki itu terpental.
Piring-piring pun ikut bergetar, seperti sedang terjadi
gempa bumi. Untung saja tawanya segera berhenti. Ia menatap Li
Sun-Hoan dan berkata, "Walaupun aku tidak tahu siapa
engkau, aku tahu maksudmu."
"O ya?" 821 "Kau ke sini demi Na Kiat-cu, bukan?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Betul!"
Budha Perempuan Mahagembira berkata, "Ia telah
membunuh murid kesayanganku. Apakah itu karena
engkau?" "Ya." "Jadi sekarang kau ingin menolongnya?"
"Ya." Budha Perempuan Mahagembira tersenyum. Katanya,
"Kelihatannya kau cukup baik. Paling tidak cukup
berharga baginya untuk membunuh muridku."
Budha Perempuan Mahagembira mengangkat jempolnya
dan melanjutkan, "Na Kiat-cu adalah wanita yang luar
biasa. Ia cukup terhormat dan gagah berani. Setelah
membunuh muridku, ia bukannya lari, malahan datang
menemui aku. Aku belum pernah bertemu wanita seperti
dia sebelumnya. Kalian berdua memang pasangan
serasi." Kata Li Sun-Hoan, "Jika kau merestui perjodohan ini, aku
akan berterima kasih padamu selama-lamanya."
"Kau ingin membawanya pergi?"
"Ya." 822 "Bagaimana jika aku telah membunuhnya?"
Sahut Li Sun-Hoan, "Kalau begitu".mungkin aku harus
membalaskan kematiannya."
Budha Perempuan Mahagembira mulai tertawa lagi.
Katanya, "Kau bukan hanya laki-laki yang baik. Ternyata
kau pun gagah berani. Aku sungguh tidak ingin
membunuhmu." Ia menyelonjorkan kakinya. Lelaki yang tadi duduk di situ
segera bangkit berdiri. Katanya pada lelaki itu, "Ayo
bawakan arak untuk tamu kita."
Lelaki itu mengenakan jubah berwarna ungu cerah.
Tubuhnya cukup jangkung dan riasan wajahnya cukup
Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 12 Tujuh Pedang Tiga Ruyung Karya Gan K L Kisah Pedang Di Sungai Es 4

Cari Blog Ini