Ceritasilat Novel Online

Jejak Di Balik Kabut 44

Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja Bagian 44


mereka melawan Ki Pananggungan, justru pada saat mereka
akan membunuhnya. -oo0dw0oo- Jilid 40 - Tamat SEPENINGGAL orang-orang itu, Ki Repak Rembulung dan
Nyi Pupus Rembulung masuk ke ruang dalam. Namun mereka
tidak menemui Kemuning. "Kemuning" panggil Nyi Pupus Rembulung.
Nyi Permati yang kemudian berada di ruang dalam itu pula
ternyata juga tidak melihat Kemuning.
Namun Nyi Permati itupun segera pergi ke dalam bilik gadis
itu. Ditemukannya Kemuning berbaring sambil mengusap
matanya yang basah. "Kenapa kau menangis, Kemuning?"
"Aku tidak menangis, Bibi"
"Matamu basah" "Tidak. Aku tidak apa-apa"
Nyi Permati mengangguk-angguk kecil. Sementara Nyi
Pupus Rembulung juga memasuki bilik itu pula.
"Kau tentu menangis, Kemuning" berkata Nyi Pupus
Rembulung. "Tidak, Ibu. Aku tidak menangis" sahut Kemuning sambil
duduk. "Aku hanya merasa sedikit pening"
"Kau ingin ikut bersama anak-anak asuh Ki Gede
Lenglengan berlatih di tempat terbuka?" bertanya ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Ibu. Tidak"
Tetapi Kemuning tidak dapat membantah lagi ketika ibunya
menyingkap kain panjangnya. Kemuning telah mengenakan
pakaian khususnya. "Jadi kau benar-benar ingin ikut bersama mereka?"
Kemuning menundukkan kepalanya.
"Tetapi Ki Gede Lenglengan tidak mengijinkanmu"
Kemuning tidak menjawab. "Kemuning, kau harus menyadari, bahwa Ki Gede
Lenglengan mempunyai pertimbangan, bahwa aku akan dapat
menjadi penghambat anak-anak asuhnya yang diharapkannya
menjadi angkatan masa datang itu. Kau harus merasa malu,
bahwa kaulah yang ditolak. Bukan kau yang menolak"
"Ibu, aku hanya ingin ikut berlatih. Aku ingin menjadi
seorang yang berilmu tinggi, setidaknya menyamai anak-anak
muda itu" "Kau sudah mulai pandai berbohong, Kemuning" potong
Nyi Permati. "Bibi" Namun Nyi Pupus Rembulung itu menyambung, "Aku
sependapat dengan bibimu, Kemuning"
"Ibu" "Kau tentu ingin mengikuti anak muda yang disebut
sebagai anak tumenggung itu. Kau ingin bersamanya kemana
pun ia pergi. Ingat Kemuning, kau adalah seorang gadis. Jika
kau salah setapak saja, maka akibatnya akan tertimbun
kepadamu. Tidak kepada anak muda itu. Apalagi anak muda
yang menganggap bahwa unggah-ungguh itu tidak berarti
sama sekali sesuai dengan ajaran Ki Gede Lenglengan"
Kemuning tidak dapat menahan tangisnya lagi. Kedua
tangannya menutup wajahnya. Namun air matanya meleleh di
sela-sela jarinya, menitik ke pangkuannya.
"Sadari itu, Kemuning" berkata Nyi Permati. "Kami, aku,
ibumu dan ayahmu, juga tentu paman dan bibimu, tidak ingin
melihatmu kehilangan harga diri seorang gadis. Jika kau tidak
terkekang lagi, Kemuning, kau akan menjadi tidak berharga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. Nah, sekarang kau sudah mulai ditolak oleh Ki Gede
Lenglengan" Kemuning terisak. "Apa katamu, Kemuning" Kecuali jika kau ingin menjadi
budak Ki Gede Lenglengan dan anak-anak asuhnya. Kau akan
menjadi budak dalam segala bentuknya"
"Ibu" berkata Kemuning, "kenapa Ibu membenci anak
muda itu" Apakah ia pernah melakukan kesalahan" Ia
memang agak menjadi kasar akhir-akhir ini. Tetapi ia masih
menghargai aku. Ia masih mau mendengar kata-kataku. Aku
yakin, bahwa aku akan dapat meluruskannya"
"Kau tidak perlu berusaha meluruskannya, Kemuning"
berkata Nyi Permati. "Kau tidak akan mampu melakukannya.
Bukan anak muda itu yang akan dapat kau pengaruhi dengan
nilai-nilai yang baik. Tetapi kau akan terseret dan terjerumus ke dalam tatanan kehidupan mereka tanpa dapat menghargai
lagi tatanilai yang selama ini masih kita junjung tinggi"
"Bibi terlalu berprasangka. Ia anak yang baik. Ia mengerti
perasaanku. Ia membantuku meningkatkan ilmuku. Bahkan ia
selalu membantu aku"
"Kemuning" berkata Nyi Permati yang hampir kehabisan
kesabaran, "kau ingat orang yang bernama Bahu Langlang"
Kau ingat, betapa sikapnya yang lembut pada saat kita
bertemu dengan orang itu untuk yang pertama kali" Tetapi
lalu apa jadinya kemudian?"
"Bibi" potong Kemuning, "jangan sebut-sebut lagi nama itu"
"Kau tidak mau mengingatnya lagi?"
"Ya, Bibi. Aku tidak mau mengingatnya lagi"
"Kau berniat menghapus satu pengalaman yang berharga
dari perjalanan hidupmu agar kau tidak perlu menghindarinya
dari kemungkinan yang sama?"
"Bibi" "Kemuning, kenapa kau tidak mau mengingat apa yang
telah dilakukan oleh Bahu Langlang. Bersikap manis, kebapaan
yang lembut. Namun kemudian ia telah berubah menjadi
serigala yang paling liar dan buas. Kau tidak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingatnya, karena kemungkinan seperti itu dapat saja
terjadi atasmu sekarang ini. Anak-anak asuhan Ki Gede
Lenglengan dan bahkan mungkin Ki Gede Lenglengan sendiri.
Jika kau sadari kemungkinan itu, maka kau harus menjauhi
anak-anak muda itu. Sedangkan kau sendiri tidak ingin
melakukannya" "Sudah, Bibi. Sudah"
"Kemuning. Anak-anak muda itu tidak akan melakukan
perbuatan serupa sebagaimana dilakukan oleh anak muda
yang telah membebaskanmu dari Bahu Langlang itu"
"Cukup, Bibi. Cukup. Jangan sebut nama iblis itu dan
jangan pula sebut nama malaikat itu"
Tangis Kemuning semakin menjadi-jadi. Air matanya benarbenar telah tercurah dari pelupuk matanya.
Ternyata Nyi Pupus Rembulung yang memanjakannya,
menjadi iba juga kepada anak itu. Nyi Pupus Rembulung
itupun kemudian duduk di sisinya. Dipeluknya Kemuning
sambil berdesis, "Sudahlah, Kemuning. Jangan menangis. Aku
dan bibi berniat baik. Terus terang kami merasa cemas
melihat hubunganmu yang kian akrab dengan mereka,
terutama dengan anak tumenggung itu"
Kemuning tidak menjawab. Namun gadis itupun teringat,
betapa anak muda itu mendukungnya dan meletakkannya di
pembaringan. Kemudian anak muda itu memijit keningnya dan
kemudian berbisik di telinganya. Hembusan nafasnya terasa di
lehernya ketika anak muda itu berbaring di sisinya.
Kemuning memang hampir saja terlena jika ia tidak
mendengar suara ayahnya memanggil.
"Tetapi itu bukan salah anak muda itu" berkata Kemuning
di dalam hatinya. "Jika aku tidak datang kepadanya, ia tidak
akan melakukannya" Namun tangis Kemuning bagaikan meledak lagi ketika tibatiba saja hatinya tersentuh oleh kenangannya terhadap
seorang anak muda yang telah membebaskannya dari tangan
Bahu Langlang. Anak muda yang telah mempertaruhkan
nyawanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemuning, Kemuning" Nyi Pupus Rembulung
mengguncangnya. "Kau kenapa, he?"
"Ibu" suaranya hilang ditelan oleh isaknya.
Nyi Pupus Rembulung memeluknya semakin erat sambil
berkata, "Sudahlah. Jangan menangis lagi. Masih banyak
waktu untuk menilai sikapmu, Kemuning"
Kemuning masih menangis ketika Nyi Permati justru
bangkit berdiri dan melangkah ke pintu.
"Bibi, Bibi, jangan pergi" suara Kemuning menjadi parau.
"Aku takut, Bibi"
Nyi Pupus Rembulung yang masih mendekapnya itupun
bertanya, "Apa yang kau takutkan, Kemuning" Apa?"
Kemuning tidak menjawab. Tetapi isaknya masih saja
menyesakkan nafasnya. "Sudahlah, Kemuning" berkata Nyi Permati. "Jangan
menangis lagi. Sekarang tidurlah"
Tangis Kemuning memang mereda. Nyi Pupus Rembulung
pun kemudian melepaskannya dan membaringkannya di
pembaringannya. "Tidurlah. Apakah kau sudah makan malam?"
"Aku tidak lapar, Ibu"
Nyi Pupus Rembulung dan Nyi Permati pun kemudian
melangkah meninggalkan bilik Kemuning. Masih terdengar isak
Kemuning. Namun tidak lagi menghentak-hentak menyumbat
jalan pernafasannya. Dalam pada itu, di Kembang Arum, Ki Pananggungan
duduk di ruang dalam bersama Wijang dan Paksi. Dengan
singkat Ki Pananggungan menceriterakan apa yang dilihatnya
di rumah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung.
"Jadi bagaimana menurut pendapat Ki Pananggungan?"
"Besok kita pergi ke rumah Repak Rembulung, Ngger.
Jangan terlambat. Sebelum Ki Gede Lenglengan menyadari
apa yang telah terjadi"
Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Ya, Ki
Pananggungan. Kami sudah banyak kehilangan waktu. Mudahmudahan kami berhasil"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi Angger Paksi harus sangat berhati-hati terhadap
anak muda yang agaknya memang adik Angger Paksi itu.
Apakah ia dapat menerima kenyataan bahwa ia berhadapan
dengan kakaknya" "Ya, Ki Pananggungan"
"Tetapi bagaimana dengan Ki Repak Rembulung dan Nyi
Pupus Rembulung" Mereka tentu akan dapat mengenali kami
berdua" "Untunglah bahwa hubungan Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung dengan Ki Gede Lenglengan menjadi renggang.
Karena itu, setidak-tidaknya Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung tidak akan berpihak kepada Ki Gede Lenglengan"
"Ki Pananggungan yakin?"
"Menurut perhitunganku, Ngger"
"Baiklah, Paman. Besok kita pergi. Tetapi apakah Paman
sudah tidak letih?" Ki Pananggungan menarik nafas panjang. Katanya, "Tidak,
Ngger. Aku sudah terbiasa menempuh perjalanan jauh.
Bahkan seandainya aku letih sekalipun, kita akan tetap pergi
esok, agar kita tidak terlambat"
"Ya, Ki Pananggungan" desis Paksi.
"Jadi yang harus kita perhatikan di rumah itu adalah Ki
Gede Lenglengan. Dua orang pembantunya dan lima orang
anak muda yang diharapkannya dapat tampil sebagai
angkatan mendatang" Paksi mengangguk-angguk. Katanya, "Memang tugas yang
berat. Tetapi jika Ki Repak Rembulung dan Pupus Rembulung
tidak ikut campur, aku masih berharap untuk dapat berbicara
dengan adikku itu" "Ya, Ngger" sahut Ki Pananggungan. "Aku sudah menjajagi
kemampuan para pembantu Ki Gede Lenglengan itu. Aku
yakin, bahwa bagi Pangeran dan Angger Paksi, para
pembantunya itu tidak akan terlalu sulit untuk diatasi"
"Apapun yang terjadi, aku harus menemui adikku itu" desis
Paksi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Lenglengan itupun harus ditangkap hidup atau mati.
Jika ia masih dapat melarikan diri, maka ia masih akan
menimbulkan persoalan-persoalan di masa mendatang" sahut
Pangeran Benawa. Demikianlah, merekapun telah mendapatkan kesepakatan
untuk pergi ke rumah Repak Rembulung esok. Ketika niat itu
disampaikan oleh Ki Pananggungan kepada istrinya, maka
jantung Nyi Pananggunganpun menjadi berdebar-debar. Ia
sendiri bukan seorang perempuan seperti Pupus Rembulung.
Karenanya, maka Nyi Pananggungan itu hanya dapat minta
agar Ki Pananggungan berhati-hati.
"Aku akan segera pulang untuk menjemputmu, Nyi. Kau
akan dapat bertemu dengan Kemuning"
Nyi Pananggungan mengangguk. Kemudian iapun berkata
kepada Wijang dan Paksi, "Kalian akan memanggul beban
yang berat di pundak kalian, Ngger. Berdoalah agar kau dapat
menyelesaikan tugas kalian dengan baik"
"Ya, Bibi" jawab Wijang dan Paksi hampir berbareng.
Malam itu Wijang dan Paksi tidak dapat tidur nyenyak.
Meskipun demikian, mereka berusaha untuk dapat beristirahat
sebaik-baiknya Namun di dini hari mereka sudah bangun dan bersiap untuk
berangkat bersama Ki Pananggungan pergi rumah Repak
Rembulung. Nyi Pananggunganpun harus bangun pagi-pagi pula untuk
mempersiapkan minum dan makan pagi bagi mereka yang
akan pergi. Hari masih gelap ketika tiga ekor kuda berderap di atas
jalan bulak. Wijang dan Paksi telah meminjam kuda Ki
Pananggungan pula, meskipun seekor di antara keduanya
masih belum dibayar, karena Ki Pananggungan masih ingin
mencobanya lebih dahulu. Kuda itu semua akan ditukar
dengan salah satu dari kuda Ki Pananggungan yang sudah ada
di kandang. Dalam keremangan dini hari ketiga ekor kuda itu berlari
kencang melingkar di kaki Gunung Merapi. Tetapi Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pananggungan mengenal jalan yang harus dilaluinya dengan
baik. Karena itu, maka mereka memerlukan waktu yang lebih
pendek dari perjalanan Ki Pananggungan sebelumnya.


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika cahaya matahari mulai membayang di langit, mereka
sudah menempuh lebih dari separo perjalanan.
"Kita akan segera sampai" berkata Ki Pananggungan.
Di segarnya udara pagi, kuda-kuda itupun berpacu dengan
kencangnya. Jalan-jalan yang mereka tempuh tidak termasuk
jalan yang ramai. Karena itu, maka mereka dapat memacu
kuda mereka tanpa banyak hambatan.
Angin yang mulai berhembus, terasa dinginnya di wajah.
Dedaunan pun mulai berayun perlahan-lahan. Burung-burung
liar berkicau bersahutan di lebatnya hutan kaki pegunungan.
Ki Pananggungan tidak sempat menunjukkan kepada
Wijang dan Paksi sebatang pohon semacam pohon beringin
yang mempunyai beberapa macam jenis bunga.
Ketika matahari mulai memanjat langit, ketiganya sudah
berada di jalan yang langsung menuju ke pintu regol halaman
rumah Ki Repak Rembulung.
"Kita memang harus berhati-hati menghadapi Ki Gede
Lenglengan. Aku memperhitungkan bahwa Repak Rembulung
dan Pupus Rembulung tidak akan membantu mereka. Setidaktidaknya mereka tidak akan mencampuri persoalan kita
dengan Ki Gede Lenglengan. Kita akan mengalami kesulitan
jika saja Repak Rembulung dan Pupus Rembulung berpihak
kepada mereka" Wijang dan Paksi mengangguk-angguk. Sementara Ki
Pananggunganpun berkata, "Aku nanti akan berterus-terang
kepada Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, siapakah
kalian berdua" "Ki Pananggungan akan berterus terang bahwa aku berasal
dari istana Pajang?"
"Ya. Dengan demikian Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung akan mengambil sikap sebagaimana diyakininya.
Jika ia memang ingin memberontak, biarlah ia memberontak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sadar. Tetapi jika tidak, biarlah ia menunjukkan
kesetiaannya kepada Kangjeng Sultan Hadiwijaya"
Wijang menarik nafas dalam-dalam. Namun ia tidak
menolak niat Ki Pananggungan. Bahkan mungkin Ki Gede
Lenglengan akan dapat mengenalinya karena Wijang itu
berada di padepokan Ki Gede Lenglengan sebagai Pangeran
Benawa. Tetapi saat itu ia terikat dalam pertempuran dengan
orang lain. Sedangkan Ki Gede Lenglengan telah bertemu
dengan lawan bebuyutannya seorang yang pernah
dianggapnya mati, namun kemudian telah datang kembali
bersama pasukan Pajang di padepokannya.
Ketika mereka tiba di depan regol halaman rumah Ki Repak
Rembulung, merekapun menjadi berdebar-debar. Mereka tidak
dapat membayangkan apa yang bakal terjadi di lingkungan
halaman rumah Ki Repak Rembulung itu.
Ketika ketiga orang itu kemudian turun dari kudanya dan
menuntun masuk ke regol halaman, seseorang sempat
melihatnya. Dengan tergesa-gesa orang itupun telah mencari
Ki Repak Rembulung dan Ki Pupus Rembulung.
"Ada apa?" "Ada tamu, Ki" "Siapa?" "Tiga orang. Seorang di antaranya adalah orang yang
kemarin datang kemari. Kakak Ki Repak Rembulung"
"Kakang Pananggungan" Ia kembali lagi" Bahkan bertiga?"
Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulungpun segera
pergi ke pendapa untuk menyongsong ketiga orang tamunya.
Sebenarnyalah seorang di antara mereka adalah Ki
Pananggungan. Bahwa Ki Pananggungan itu datang kembali,
telah membuat Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus
Rembulung berdebar-debar. Apalagi ketika mereka melihat
kedua orang yang datang bersamanya.
"Apa sebenarnya yang dilakukan oleh Kakang
Pananggungan" desis Repak Rembulung.
Jantung Nyi Pupus Rembulungpun terasa berdegup
semakin cepat. Dengan dada yang terasa berdebaran, Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung turun ke
halaman. "Aku kembali lagi, Repak Rembulung"
"Kakang membuat jantungku berdentangan. Apalagi
Kakang telah datang bersama dengan kedua orang yang
pernah aku kenal" "Aku akan menjelaskannya"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung kemudian telah
mempersilahkan mereka bertiga naik ke pendapa setelah
mengikat kuda mereka pada patok-patok yang tersedia di
sebelah pendapa. "Kakang" berkata Repak Rembulung, "kami sudah pernah
bertemu dengan kedua orang anak muda ini. Kedatangan
Kakang bersama mereka agak mengejutkan kami"
"Bukan hanya agak mengejutkan, Kakang. Tetapi sangat
mengejutkan kami" Ki Pananggungan menarik nafas dalam-dalam.
"Kalian pernah bertemu dengan keduanya?"
"Ya, Kakang. Keduanya pernah menolong kami. Pada saat
kami bertempur menghadapi lawan yang terlalu banyak,
keduanya datang membantu. Ketika kami bertanya, apakah
alasan mereka membantu kami, mereka hanya menyatakan,
bahwa mereka menganggap pertempuran itu tidak adil"
Ki Pananggungan berpaling kepada Wijang dan Paksi.
Dengan nada dalam Ki Pananggungan bertanya, "Apakah
benar begitu?" Wijang menarik nafas panjang. Sambil mengangguk iapun
menjawab, "Ya, Ki Pananggungan"
Namun Ki Pananggungan itupun berkata selanjutnya,
"Tetapi tentu ada alasan yang lain. Bukankah kalian pernah
mendengar bahwa Kemuning pernah jatuh ke tangan orang
yang bernama Bahu Langlang?"
"Ya" "Yang rumahnya kau bakar?"
"Ya" "Bahwa Kemuning telah ditolong oleh seorang anak muda?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya" "Anak muda inilah yang menolongnya. Namanya Paksi"
"O. Jadi kaulah yang telah menolong Kemuning dan
kemudian menolong kami?" bertanya Nyi Pupus Rembulung
dengan serta-merta. "Aku hanya melakukan kewajibanku kepada sesama"
Nyi Pupus Rembulung menarik nafas panjang. Dengan
suaranya yang berat iapun bertanya, "Ketika kalian berdua
menolong kami, apakah kalian tahu, bahwa kami adalah orang
tua Kemuning yang juga pernah kalian tolong itu?"
"Aku tidak ikut menolong Kemuning" Wijangpun menyela.
Paksi termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun
mengangguk sambil berkata, "Ya. Kami sudah mengetahui"
"Tentu Kakang Pananggungan yang memberitahukan"
"Ya" "Kenapa kalian berdua tidak berterus-terang?"
"Mereka sedang mengemban tugas yang lain. Tugas yang
sampai sekarang masih tetap berada di pundak mereka" sahut
Ki Pananggungan. "Tugas apa, Kakang?" bertanya Ki Repak Rembulung.
Ki Pananggungan termangu-mangu sejenak. Namun
kemudian iapun bertanya, "Apakah Ki Gede Lenglengan ada?"
"Ada, Kakang. Mereka semuanya sedang berada di dalam
sanggar. Semalam mereka berlatih di udara terbuka. Pagi-pagi
tadi mereka pulang, langsung masuk ke dalam sanggar"
"Latihan yang berat"
"Ya. Ki Gede Lenglengan memang memberikan latihanlatihan yang berat sejak ia datang. Ia ingin anak-anak
muridnya itu cepat menjadi orang berilmu tinggi. Tetapi orang
yang memiliki ilmu setinggi Ki Gede Lenglengan seharusnya
mengetahui, bahwa kemampuan wadag seseorang itu sangat
terbatas. Jika takaran latihan itu melampaui kemampuan
kewadagannya maka akibatnya justru akan menjadi sangat
buruk" Ki Pananggungan mengangguk-angguk.
"Jadi sekarang mereka berada di dalam sanggar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Kakang. Kenapa" Nampaknya Kakang menjadi semakin
tertarik kepada orang itu"
"Repak Rembulung dan kau Pupus Rembulung" berkata Ki
Pananggungan, "kedatangan kami kemari, sebenarnyalah
bahwa kami membawa persoalan yang sangat penting"
"Menyangkut Ki Gede Lenglengan?"
"Ya. Kau tentu tahu, bahwa Lenglengan adalah seorang
buruan. Demikian pula dengan orang-orang yang
menyertainya" "Ya. Ki Gede Lenglengan sendiri pernah mengatakannya"
"Ya. Dan sekarang aku ingin memberitahukan kepada
kalian, bahwa kedua orang anak muda ini menjunjung tinggi
tugas dari Kanjeng Sultan untuk menangkap hidup atau mati
Ki Gede Lenglengan" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung terkejut.
Hampir di luar sadarnya, Ki Repak Rembulung itupun
bertanya, "Siapakah mereka berdua?"
"Namanya Wijang dan Paksi"
"O" Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung itupun
mengangguk-angguk. Dengan ragu-ragu Repak
Rembulungpun bertanya, "Apakah mereka prajurit sandi?"
Ki Pananggungan menggelengkan kepalanya. Katanya,
"Keduanya bukan prajurit sandi"
"Jadi?" "Repak Rembulung dan kau Pupus Rembulung, meskipun
jarang, tetapi sekali-sekali kau tentu pergi ke kota"
"Ya, Kakang" "Apakah kalian benar-benar belum pernah melihat wajah
dari anak muda yang menyebut dirinya bernama Wijang itu?"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung mengerutkan
dahinya. Mereka mencoba mengingat-ingat wajah itu. Namun
keduanyapun menggelengkan kepalanya. Repak Rembulung
itupun menjawab, "Kami belum pernah melihatnya, Kakang"
"Hanya seorang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi
dari anak muda itu" "Siapa?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kanjeng Sultan Hadiwijaya"
"Jika demikian, siapakah anak muda ini?"
"Kau pernah mendengar nama Putera Mahkota?"
"Pangeran Benawa?"
"Ya" "Jadi aku berhadapan dengan Putera Mahkota Pajang?"
"Ya" Betapapun liarnya Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung, namun merekapun menyembah sambil
menundukkan wajah mereka.
"Ampun, Pangeran" berkata Repak Rembulung, "hamba
berdua mohon ampun. Hamba berdua tidak dapat mengenali
Pangeran. Bahkan mungkin hamba berdua pernah bersikap
kasar kepada Pangeran"
"Sudahlah. Lupakan saja. Lupakan pula bahwa aku seorang
pangeran" "Sejak pertemuan kita yang pertama, kami sudah menaruh
curiga. Bahwa Pangeran bukan seorang petualang
sebagaimana pengakuan Pangeran pada waktu itu" desis Nyi
Pupus Rembulung. "Yang seorang lagi tentu juga bukan orang kebanyakan"
berkata Repak Rembulung. "Paksi adalah putera Ki Tumenggung Sarpa Biwada"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung terkejut pula.
Hampir berbareng mereka berdua mengulang, "Tumenggung
Sarpa Biwada?" "Ya. Kalian terkejut mendengar nama itu?"
"Bukankah Ki Tumenggung Sarpa Biwada itu salah seorang
pengikut setia Harya Wisaka?"
"Ya. Dan salah seorang puteranya juga berada di sini
bersama Ki Gede Lenglengan"
"Ya. Sekarang putera Ki Tumenggung yang lain datang
bersama dengan Putera Mahkota"
"Kau tidak perlu heran, Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung. Paksi dan adiknya memang berbeda sikap. Paksi
sempat menentukan sikapnya sendiri. Sedangkan adiknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak. Ayahnya telah menyerahkannya kepada orang-orang
yang kemudian membantunya menjadi pengikut setia Harya
Wisaka. Meskipun Harya Wisaka sendiri sudah tertangkap dan
tidak mampu berbuat apa-apa lagi karena ia berada di dalam
bilik tahanan, namun cita-citanya telah dilimpahkan kepada
anak-anak muda yang disebutnya angkatan mendatang, yang
jumlahnya tentu tidak hanya lima orang. Tetapi mereka
tersebar di beberapa tempat. Sementara kau mendapat bagian
lima orang" Ki Repak Rembulung menarik nafas panjang, sementara Nyi
Pupus Rembulungpun berkata, "Semula kami memang
bermusuhan dengan Harya Wisaka. Namun kemudian, kami
tidak dapat menolak tawaran Ki Gede Lenglengan yang sudah
aku kenal sebelumnya"
"Pangeran Benawa tidak akan mempersoalkan kenapa
mereka semua berada di sini. Pangeran Benawa pun tidak
akan mempertanyakan, apakah kau berdua mempunyai
hubungan dengan Harya Wisaka atau tidak. Yang penting
sekarang, bagaimana kita dapat menangkap Ki Gede
Lenglengan" Repak Rembulung dan Pupus Rembulung menarik nafas
dalam-dalam. "Jika demikian, kami mengucapkan terima kasih Pangeran"
"Paman Pananggungan benar" berkata Pangeran Benawa.
"Kami tidak akan mengusut, kenapa kelima orang anak itu
berada di sini. Kenapa Ki Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung telah menyembunyikan seorang buron"
"Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" berkata Ki
Pananggungan kemudian, "pertanyaan yang kemudian tertuju
kepada kalian berdua, apa yang akan kalian lakukan, jika kami
terpaksa bertempur dengan Ki Gede Lenglengan, para
pembantunya dan kelima orang anak muda yang berada di


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah asuhanmu itu?"
"Kami berdua mohon perintah, apakah yang harus hamba
lakukan, Pangeran. Hamba sudah merasa berhutang budi
kepada Pangeran dan Angger Paksi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Soalnya bukan berhutang budi atau tidak. Kami ingin tahu
sikap kalian. Sebentar lagi kami akan bertempur. Kepada siapa
kalian berpihak menurut gejolak jantung kalian sendiri, lepas
dari hubungan yang pernah ada di antara kita"
"Ampun, Pangeran. Sebenarnyalah hubungan hamba
berdua dengan Ki Gede Lenglengan menjadi kian memburuk.
Dalam banyak hal kami tidak mendapatkan kesepakatan"
"Apakah Paman Repak Rembulung dan Bibi Pupus
Rembulung akan tetap berpegang kepada perjuangan Harya
Wisaka?" "Tidak, Pangeran. Sejak semula hamba berdua memang
tidak sejalan dengan arah perjuangan Harya Wisaka"
"Tetapi Paman dan Bibi menerima anak-anak muda itu di
sini" "Masalahnya sangat sederhana, Pangeran. Sudah hamba
katakan kepada Kakang Pananggungan. Alasan kami
menerima mereka sangat sederhana Mungkin kami memang
terlalu tamak. Uang"
Pangeran Benawa mengangguk-angguk. Katanya, "Baiklah.
Tetapi bukankah kalian berdua dapat dipercaya?"
"Tentu, Raden. Nyawa kami sebenarnya milik Pangeran dan
Raden" "Terima kasih. Sebaiknya kita selesaikan hari ini"
"Lawan kita adalah orang-orang yang tidak menghargai
unggah-ungguh sama sekali. Karena itu, kita harus berhatihati" "Apakah seisi rumah perlu mengetahui agar mereka tidak
terkejut mengalami peristiwa yang sangat mendebarkan?"
"Biarlah nanti aku sisihkan mereka"
Pangeran Benawa mengangguk-angguk. Namun kemudian
iapun bertanya kepada Paksi, "Apa rencanamu dengan adikmu
jika ia menolak uluran tanganmu?"
"Anak itu harus ditangkap, Pangeran. Ditangkap hiduphidup. Agaknya anak itu akan sangat sulit untuk diajak
berbicara" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku serahkan anak itu kepadamu, Paksi, sedangkan yang
lain, serahkan kepada kami. Aku sendiri akan menangkap Ki
Gede Lenglengan hidup atau mati"
"Ilmu orang itu sangat tinggi, Pangeran" desis Repak
Rembulung. "Ia memang berilmu tinggi. Tetapi bukan berarti bahwa ia
tidak dapat dikalahkan. Meskipun demikian aku minta yang
lain membantuku agar orang itu tidak sempat melarikan diri.
Ki Gede Lenglengan mampu bermain kabut sebagaimana
dilakukan di padepokannya, sehingga ia terlepas dari tangan
Ki Ajar Permati" Ki Pananggungan mengangguk-angguk. Katanya, "Baik,
Pangeran. Kami akan berusaha mengatasi yang lain
secepatnya agar kami dapat ikut menjaga supaya Ki Gede
Lenglengan itu tidak terlepas lagi"
"Terima kasih. Tugas ini adalah tugas yang berat. Kita
belum tahu pasti tataran ilmu pengikut Ki Gede itu, meskipun
Ki Pananggungan pernah menjajaginya dan bahkan
membunuh dua di antara mereka. Mudah-mudahan kedua
orang yang tersisa itu tidak memiliki ilmu lebih baik dari
kawan-kawannya" "Kakang telah membunuh dua di antara mereka?" bertanya
Pupus Rembulung. "Ketika aku pulang kemarin, tiga orang mengikuti aku dan
mereka berusaha membunuhku"
"Jadi Lenglengan sudah mencoba membunuh Kakang?"
"Ya. Ia telah mengirimkan tiga orang pengikutnya. Dua
orang terbunuh. Seorang aku biarkan hidup untuk mengurusi
mayat kawan-kawannya"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung
menganggukangguk. Dengan suara yang berat Repak
Rembulung itu berdesis, "Jadi Lenglengan itu benar-benar
gila" "Nah, kita akan menyelesaikannya sekarang" desis
Pangeran Benawa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Benawa, Paksi, Ki Pananggungan serta suami-istri
Rembulung itupun segera mempersiapkan diri. Di sanggar itu
terdapat Ki Gede Lenglengan, dua orang pembantunya serta
lima orang anak muda yang telah ditempa untuk menerima
tugas bagi masa depan. Bagaimanapun juga, Mereka harus
diperhitungkan, karena selain ilmu yang sudah mereka kuasai,
hati merekapun telah diracuni oleh ajaran yang sesat tentang
pemerintahan Pajang di masa mendatang.
"Hati mereka telah ditempa sehingga mengeras seperti
batu" berkata Repak Rembulung. "Mereka diajar untuk
berpegangan pada keyakinan mereka meskipun maut akan
menerkam. Bagi mereka, keyakinan mereka lebih penting dari
kematian" "Sedangkan keyakinan itu adalah keyakinan yang sesat"
desis Paksi. "Ya. Ternyata keyakinan mereka adalah keyakinan yang
sesat" ulang Ki Repak Rembulung.
Dalam pada itu, Pangeran Benawapun kemudian berkata,
"Marilah. Kita awasi sanggar itu. Kita tidak boleh kehilangan
mereka lagi" Demikianlah, maka mereka berlimapun segera
mempersiapkan diri di sekitar sanggar. Namun Pupus
Rembulung sempat menemui Nyi Permati dan menceriterakan
apa yang akan terjadi. "Jadi Angger Paksi itu ada di sini?"
"Ya, Nyi. Anak muda itu datang bersama Kakang
Pananggungan. Kami sepakat untuk menangkap Ki Gede
Lenglengan" "Selain Angger Paksi, apakah ada orang lain yang datang
bersamanya?" "Anak muda yang bernama Wijang"
"Angger Wijang juga berada di sini?"
"Ya. Ternyata Wijang adalah Pangeran Benawa, Putera
Mahkota dari Pajang"
Nyi Permati terkejut. Iapun kemudian menarik nafas
panjang. Katanya, "Mudah-mudahan kalian berhasil"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mudah-mudahan"
Sejenak kemudian, kelima orang itu sudah berada di depan
pintu sanggar. Tetapi mereka tidak mengetuk pintu. Mereka
membiarkan orang-orang yang berada di dalam sanggar itu
berlatih sampai mereka menjadi letih. Tanpa memberikan
kesempatan beristirahat, mereka berlima harus segera
berusaha menangkap mereka hidup atau mati. Kecuali adik
Paksi. Paksi sendiri akan menghadapinya dan berusaha
menangkapnya hidup-hidup.
Beberapa saat mereka menunggu. Agaknya latihan yang
berat masih berlangsung di dalam sanggar. Mereka masih
mendengar aba-aba Ki Gede Lenglengan serta derap kaki dan
teriakan-teriakan yang menghentak.
Namun beberapa saat kemudian, aba-aba yang terdengar
menjadi semakin lamban, sehingga akhirnya Ki Gede
Lenglengan memerintahkan untuk menghentikan latihan yang
berat setelah mereka mengadakan latihan-latihan di tempat
terbuka sambil mengubur kedua orang pembantu Ki Gede
Lenglengan. Sejenak kemudian sanggar itu menjadi hening.
Tidak terdengar suara apapun juga.
Repak Rembulungpun kemudian telah memberikan isyarat
bahwa latihan-latihan itu sudah selesai. Sebentar lagi mereka
akan segera keluar dari sanggar.
Ki Pananggungan, Pangeran Benawa dan Paksipun segera
bersiap. Tetapi mereka tidak berada tepat di depan pintu.
Hanya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung sajalah yang
berdiri menunggu pintu sanggar terbuka.
Sebenarnyalah, sejenak kemudian pintu sanggar itu benarbenar terbuka. Yang lebih dahulu keluar dari sanggar adalah
Ki Gede Lenglengan. Kemudian seorang pembantunya yang
bertubuh pendek, namun nampak kokoh dan cekatan. Di
belakangnya lagi seorang pembantunya yang lain, yang ikut
memburu Ki Pananggungan, namun tidak berhasil
membunuhnya. "Apa kerjamu di situ, Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung?" bertanya Ki Gede Lenglengan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menunggu kalian selesai latihan"
"Apakah kalian sengaja mengintip kami yang sedang
berlatih untuk mencuri ilmu kami" Kalian tentu telah membuat
lubang-lubang rahasia pada dinding sanggar yang kalian buat
itu" "Buat apa aku mencuri ilmumu, Ki Gede Lenglengan,
sementara ilmumu tidak lebih baik dari ilmuku"
"Kau memang sombong, Repak Rembulung. Tetapi biarlah
kali ini aku memaafkanmu. Tetapi jangan kau ulangi lagi
tingkah lakumu yang mencurigakan itu"
"Aku tidak akan mengulanginya, Ki Gede Lenglengan.
Karena kau tidak akan pernah berlatih lagi di sanggar itu"
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau memerintahkan orang-orangmu menyusul
Kakang Pananggungan dan berusaha membunuhnya?"
Wajah Ki Gede Lenglengan menjadi tegang. Namun iapun
bertanya, "Siapakah yang mengatakan kepadamu?"
"Tetapi usahamu itu tidak berhasil. Dua orangmu terbunuh.
Seorang dibiarkannya hidup untuk mengurusi kawankawannya yang mati serta memberitahukan kepadamu, apa
yang sudah terjadi" "Persetan dengan fitnah itu" geram Ki Gede Lenglengan.
"Tetapi jika hal itu benar terjadi, kau mau apa" Kau kira
kau akan dapat menuntut orang-orangku?"
"Serahkan orangmu yang berusaha membunuh Kakang
Pananggungan. Meskipun tidak berhasil, tetapi niatnya untuk
membunuh itu sudah merupakan satu kejahatan yang pantas
untuk dihukum" "Repak Rembulung, apakah kau sedang membuat satu
perkara sebagai alasan untuk menantangku?"
"Bukan menantangmu. Tetapi aku tidak dapat membiarkan
seseorang berbuat jahat terhadap keluargaku. Aku sudah
bersedia bekerja sama denganmu, meskipun aku akan dapat
menanggung akibat buruk, karena Harya Wisaka adalah
seorang pemberontak. Aku sudah memberikan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadamu di rumah ini. Tetapi kenapa orangmu itu berniat
membunuh kakak kandungku?"
"Jadi kau merasa berkeberatan jika kakak kandungmu itu
dibunuh?" "Pertanyaan yang gila. Apa jawabmu jika pertanyaan itu
ditujukan kepadamu?"
"Jika kakak kandungku itu terlalu banyak mengetahui
rahasiaku, maka aku tidak akan berkeberatan jika ia dibunuh"
"Itukah jawabmu?"
"Ya" "Jika demikian, kau telah benar-benar kehilangan nafas
kemanusiaanmu. Kau tidak pantas berada di rumahku. Karena
itu, aku akan mengusirmu"
"Kau akan mengusirku?"
"Ya. Aku tidak akan dapat hidup bersama dengan orang
yang kehilangan kemanusiaannya"
"Repak Rembulung dan Pupus Rembulung, apakah kau
berniat untuk membunuh diri" Apa yang akan kau andalkan,
bahwa kau akan mengusirku dari rumahku sendiri. Kau
membeli rumah ini dengan uangku, sehingga karena itu, maka
sebenarnya rumah ini adalah rumahku"
"Kau boleh mengigau apa saja. Tetapi rencana
pembunuhan terhadap kakakku itu tidak dapat dimaafkan"
"Jika sekali lagi kau ulangi, aku akan membunuhmu"
Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Kakakku ada di sini
sekarang" Dahi Ki Gede Lenglengan berkerut. Namun kemudian iapun
berkata, "Kau tidak dapat menakut-nakuti aku"
"Aku tidak sekedar menakut-nakutimu. Ia memang berada
di sini" "Seandainya ia ada di sini, aku juga tidak takut. Kau,
istrimu dan kakakmu akan segera mati. Kakakmu yang malang
itu ternyata telah menyongsong kematiannya sendiri dengan
kembali lagi kemari"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakakku seorang yang berilmu tinggi. Sebenarnya ia
bukan pembunuh. Tetapi jika ia menjadi marah, maka
kematian akan dapat terjadi"
"Jangan membual. Di mana kakakmu itu sekarang?"
Repak Rembulung itupun kemudian memanggil, "Kakang.
Kakang Pananggungan"
Dari samping sanggar seseorang muncul dan langsung
melangkah mendekati Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung. Dengan serta-merta Ki Pananggungan itupun
berkata, "Ya. Orang inilah yang telah mencegat aku dan
berusaha membunuhku bersama dua orang kawannya.
Sebenarnya aku tidak sengaja telah membunuh kedua orang
kawannya. Tetapi mereka terlalu lemah, sehingga merekapun
mati. Seorang ini aku biarkan hidup untuk mengubur mayat
kawan-kawannya serta memberitahukan kepada Ki Gede
Lenglengan, bahwa aku tidak mati. Seharusnya Ki Gede
Lenglengan sudah memperhitungkan kedatanganku, sehingga
seharusnya ia sudah melarikan diri untuk keselamatannya"
"Setan kau, Pananggungan. Kau kira kau ini siapa sehingga
aku harus melarikan diri" Nah, aku memang menunggu kau
kembali. Jika orang-orangku tidak dapat membunuhmu, maka
sekarang akulah yang akan membunuhmu"
"Ki Gede Lenglengan, ternyata kau adalah orang yang
sangat picik, sehingga kau sama sekali tidak mengetahui
perkembangan olah kanuragan di sekelilingmu. Kau masih saja
merasa dirimu orang yang tidak terkalahkan. Sebenarnyalah
bahwa ilmumu sekarang sudah tidak berarti lagi bagi orangorang berilmu tinggi"


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Setan" geram Ki Gede Lenglengan, "bersiaplah untuk mati.
Aku tahu bahwa Repak Rembulung dan Pupus Rembulung
akan membantumu. Namun anak-anakku akan membantai
kalian tanpa ampun" Ketika Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung bersiap, maka kelima anak muda yang berada di
pintu sanggar itupun segera berloncatan keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak-anak" berkata Pupus Rembulung, "aku dan
pamanmu Repak Rembulung pernah membimbingmu dalam
olah kanuragan. Karena itu, maka kami tahu, seberapa tinggi
tataran kemampuanmu. Jika sekarang kalian ingin melawan
kami, apakah itu tidak berarti satu kedunguan yang tidak ada
taranya. Meskipun kalian berlima, tetapi kalian akan menjadi
bagaikan serangga menjelang api"
"Persetan dengan kalian berdua" justru anak tumenggung
itulah yang menyahut. "Kalian akan mati. Tetapi jangan takut
akan nasib Kemuning. Aku akan memeliharanya dengan baik"
"Kau masih terlalu kanak-kanak untuk memahami apa yang
terjadi sebenarnya" jawab Pupus Rembulung. "Nanti kau akan
menyadari, apakah sebenarnya yang telah terjadi"
"Repak Rembulung dan Pupus Rembulung" Ki Gede
Lenglenganlah yang menyahut, "kalian tidak usah menyesali
apa yang telah terjadi. Agaknya saatnya memang telah tiba.
Sejak semula aku sudah merencanakan untuk membunuh
kalian berdua, agar rahasia keberadaan kami di sini tidak
diketahui oleh orang lain. Karena itu, maka kalian tidak akan
dapat berharap untuk lepas dari tanganku sekarang ini. Anakanak ini, meskipun pernah menjadi muridmu, jangan kau
rendahkan tataran kemampuan mereka. Sejak aku datang,
maka kemampuan mereka telah menjadi semakin pesat
majunya, sehingga kalian berdua akan terkejut karenanya"
Repak Rembulung tertawa. Katanya, "Kau masih juga
membuat lelucon, Ki Gede Lenglengan. Aku tahu bahwa ilmu
dan kemampuan itu tidak dapat dihembuskan lewat ubunubun. Seberapa lama kau berada di sini, sehingga kau
menganggap bahwa ilmu anak-anak itu dapat membuat aku
terkejut" Ki Gede Lenglengan, kami berdua adalah petualang
yang sudah menjelajahi sudut-sudut gelap dari kehidupan ini.
Pengalamanku dan pengalamanmu tidak akan terpaut banyak.
Karena itu, kau tidak usah membual"
"Guru" berkata anak muda yang disebut anak tumenggung
itu, "beri aku kesempatan. Aku akan menunjukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemampuanku. Aku akan membunuh salah seorang dari
mereka" "Kau benar-benar tidak berjantung, anak muda. Kau akan
membunuh kami, sementara itu, kau ingin mendapatkan anak
kami" "Ya. Aku memang ingin mendapatkan Kemuning. Kemuning
pun sudah menyatakan kesediaannya untuk mengabdi
kepadaku" "Mengabdi?" bertanya Pupus Rembulung.
"Ya. Ia akan melakukan apa saja yang aku kehendaki.
Bukankah itu merupakan pengabdian. Jika kalian berdua mati,
memang harus ada tempat bergantung bagi Kemuning"
"Sudahlah" berkata Pupus Rembulung, "jangan mengigau
seperti itu, anak muda. Nanti semuanya akan menjadi jelas"
"Nanti?" bertanya anak muda itu.
"Ya. Nanti" Anak muda itu termangu-mangu sejenak. Sementara itu Ki
Gede Lenglenganpun berkata, "Kau telah mempercepat harihari kematianmu sendiri, Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung. Nah, sekarang kalian sudah terlambat untuk
mengelak dari kematian. Bersama kakak kandungmu, kau
akan dikubur di belakang rumahmu ini"
Ki Gede Lenglengan, kedua orang pembantunya, seorang di
antara mereka adalah orang yang tubuhnya terhitung pendek,
serta kelima orang anak muda yang telah ditempa di rumah
itupun mulai bergerak. Namun dalam pada itu, tiba-tiba saja dari pintu butulan,
Kemuning berlari-lari sambil berteriak, "Apa yang telah
terjadi?" Di belakangnya, Nyi Permati menyusulnya sambil
memanggil-manggil, "Kemuning, kemarilah"
Tetapi Kemuning itu sudah berdiri di sebelah ibunya sambil
mengulangi pertanyaannya, "Apa yang terjadi, Ibu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pupus Rembulung menarik nafas dalam-dalam. Sebenarnya
ia tidak ingin Kemuning terlibat dalam persoalan yang rumit
dan gawat itu. Tetapi Kemuning telah berdiri di dekatnya.
Karena itu, maka Pupus Rembulung itupun menjawab,
"Kemuning, Ki Gede Lenglengan ingin membunuh aku dan
ayahmu" "Membunuh?" "Ya" "Kenapa, Ibu?" "Bertanyalah kepada Ki Gede Lenglengan"
Kemuning memandang Ki Gede Lenglengan, pembantupembantunya, serta anak-anak muda yang diasuhnya itu.
Dengan nada berat iapun bertanya, "Ki Gede, apakah Ki Gede
benar-benar akan membunuh ayah dan ibu?"
"Ya" jawab Ki Gede Lenglengan pendek.
"Kenapa?" "Ayah dan ibumu telah berkhianat. Mereka berniat
menjebak kami dan menyerahkan kami kepada para prajurit
Pajang" "Benar begitu, Ibu?"
"Kau percaya kepada Ki Gede Lenglengan?"
"Jika tidak, kenapa Ki Gede akan membunuh ayah dan
ibu?" "Aku tidak tahu, Kemuning. Mungkin Ki Gede Lenglengan,
yang sudah bersedia membantu Harya Wisaka yang telah
memberontak itu menjadi semakin ketakutan karena
kesalahan yang dilakukan. Karena itu maka ia telah
mencurigai semua orang. Kemarin, Ki Gede Lenglengan telah
memerintahkan tiga orang pengikutnya untuk menyusul dan
membunuh uwakmu, Ki Pananggungan. Tetapi uwakmu
adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, sehingga dua di
antara orang yang akan membunuhnya justru terbunuh. Yang
seorang, karena kemurahan hati uwakmu Ki Pananggungan,
dibiarkan hidup. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nah, orang itulah yang telah dibiarkan hidup oleh uwakmu.
Namun sekarang, ia telah siap untuk mencoba membunuh aku
dan ayahmu serta uwakmu"
"Apakah benar begitu?"
Yang menjawab adalah anak muda yang disebut putera
seorang tumenggung itu, "Kemuning, kemarilah. Jangan
pikirkan apa yang akan terjadi. Kita mempunyai dunia kita
sendiri" "Maksud Kakang?"
"Dunia kita tidak tergantung kepada Ki Repak Rembulung
dan Nyi Pupus Rembulung, sehingga jika mereka terbunuh
dalam pertempuran, masa depan kita tidak akan terganggu"
"Aku tidak mengerti maksudmu, Kakang?"
"Biarkan saja apa yang akan terjadi atas kedua orang
tuamu yang telah mengkhianati sahabatnya itu, Kemuning.
Kau dan aku akan tetap beranjak ke masa depan dengan
penuh pengharapan" "Tetapi?" "Kau tidak boleh cengeng. Ada yang lebih berharga dari
dua orang tua yang tidak dapat mengerti arus kehidupan"
Tiba-tiba saja Kemuning terdiam. Dipandanginya ayah dan
ibunya. Kemudian orang yang dikenalnya sebagai bibi Permati
itu. Sambil tersenyum Nyi Pupus Rembulung berkata, "Nah,
Kemuning, kau dapat memilih, siapakah yang pantas hidup.
Ayah, ibu dan uwakmu Ki Pananggungan, atau Ki Gede
Lenglengan dan orang-orangnya?"
Wajah Kemuning menjadi tegang. Dengan suara yang
bergetar iapun bertanya, "Kenapa" Kenapa perselisihan ini
terjadi" Kenapa Ayah dan Ibu berkhianat sehingga akhirnya
Ayah dan Ibu terancam kematian"
"Kami tidak berkhianat, Kemuning. Ki Gede Lenglenganlah
yang telah bermimpi. Tetapi sudah tentu bahwa aku dan
ibumu tidak akan begitu saja menyerahkan lehernya"
"Kenapa Ayah dan Ibu tidak minta maaf saja, agar
kesalahan Ayah dan Ibu diampuni?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi kau tetap percaya bahwa kami bersalah?"
Kemuning termangu-mangu. "Kemuning" panggil anak muda yang disebut sebagai
putera seorang tumenggung itu, "kemarilah. Aku akan
melindungimu sampai selama-lamanya"
Kemuning termangu-mangu. Anak muda itu sangat menarik
hatinya. Sikapnya yang terbuka, gembira dan penuh gairah
hidup menentang masa depan.
Ketika ia memandang mata anak muda itu, rasa-rasanya
sebuah tarikan yang kuat telah menghisapnya, sehingga di
luar sadarnya Kemuning itu mulai bergeser.
"Kau tetap berdiri di tempatmu, Kemuning. Kau boleh
datang kepadanya, setelah kau langkahi mayat ayah dan
ibumu" berkata Ki Repak Rembulung yang mulai marah.
Kemuning tertegun. Ia berdiri seperti orang yang
kebingungan sehingga tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. "Kemuning" panggil anak muda itu.
Tetapi Kemuning menjadi bagaikan membeku di
tempatnya. Dalam pada itu, Ki Gede Lenglenganpun berkata, "Gadis itu
jangan menjadi hambatan. Bersiaplah. Kita bunuh Repak
Rembulung, Pupus Rembulung dan Pananggungan"
"Baik, Guru" sahut anak-anak muda itu hampir berbareng.
Namun anak tumenggung itupun berkata, "Beri aku
kesempatan menyingkirkan Kemuning"
"Ambil gadis itu sepeninggal Repak Rembulung, Pupus
Rembulung dan Pananggungan"
Namun tiba-tiba saja terdengar suara, "Ia tidak akan
dibawa ke mana-mana"
Semua orang berpaling ke arah suara itu. Dua orang anak
muda muncul dari samping sanggar pula.
Jantung Kemuning rasa-rasanya bagaikan disengat petir.
Anak-anak muda ini adalah Wijang dan Paksi. Tiba-tiba tubuh
Kemuning bergetar. Gadis itu merasa tidak sanggup bertemu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi dengan anak muda yang telah membebaskannya dari
tangan Bahu Langlang itu.
Kemuning yang gemetar itu merasa didekap seseorang dari
belakang. Ternyata adalah bibinya. Nyi Permati. "Mereka
memang berada di sini, Kemuning. Kau tidak usah terkejut"
Jantung Kemuning berdentang semakin keras. Ia semakin
tidak tahu, apa yang harus dikerjakan.
"Ki Gede Lenglengan" berkata Pangeran Benawa, "kau
harus mengakhiri petualanganmu. Paman Harya Wisaka sudah
tertangkap. Seharusnya kau menyerah agar persoalan yang
timbul karena pemberontakan Paman Harya Wisaka dapat
diselesaikan dengan tuntas"
"Kau siapa?" geram Ki Gede Lenglengan.
"Aku mengemban tugas yang dibebankan oleh Ayahanda
Kangjeng Sultan di Pajang"
"Kau anak Hadiwijaya?"
"Ya. Aku adalah Pangeran Benawa. Karena itu,
menyerahlah" "Setan kau, Benawa. Agaknya kau bagaikan seekor kutuk
yang mendatangi sunduk. Dendamku kepada Karebet agaknya
akan dapat terpuaskan hari ini. Meskipun aku tidak dapat
membunuh Karebet, tetapi aku akan dapat membunuh
anaknya" "Ayahanda pada waktu mudanya hampir membunuhmu.
Tetapi kau masih mendapat belas kasihannya, sehingga kau
tetap hidup. Tetapi aku bukan Ayahanda Sultan Hadiwijaya.
Jika kau melawan, maka aku akan membunuhmu"
Ki Gede Lenglengan justru tertawa. Katanya, "Jika benar
kau anak Hadiwijaya, maka kaupun sombong seperti ayahmu.
Bagaimana mungkin kau dapat mengalahkan aku. Jika
ayahmu mengatakan bahwa ia berbelas kasihan kepadaku, itu
hanyalah omong kosong. Ayahmu memang seorang pembual
yang besar" "Kau tidak mempunyai pilihan"
Wajah Ki Gede Lenglengan menjadi merah padam.
Sementara itu, anak muda yang disebut anak tumenggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itupun terkejut bukan buatan ketika ia melihat Paksi berdiri di belakang orang yang menyebut dirinya Pangeran Benawa itu.
"Kakang Paksi" anak muda itu berdesis.
"Ya, Lajer Laksita. Aku adalah Paksi. Aku datang untuk
menjemputmu" Lajer Laksita itu termangu-mangu sejenak. Namun
wajahnya menjadi pucat. Keringatnya segera membasahi
keningnya. "Siapa anak itu?" bertanya Ki Gede Lenglengan.
"Aku adalah kakaknya. Namaku Paksi"
Namun adiknya itupun segera berteriak, "Bukan. Ia bukan
kakakku" "Lajer Laksita. Aku membawa pesan Ibu, agar kau segera
kembali pulang. Ibu dan adikmu perempuan itu sangat rindu
kepadamu" "Kau bukan kakakku. Kau bukan anak Ki Tumenggung
Sarpa Biwada" "Setidak-tidaknya kita mempunyai ibu yang sama"
"Kau tidak pantas mengaku sebagai kakakku. Kau adalah
anak haram yang dikandung oleh ibu tanpa seorang suami
yang sah" "Katakan apa yang ingin kau katakan, Lajer Laksita. Tetapi
dengarlah. Ibu dan adik perempuan kita itu merasa sangat
rindu kepadamu" "Jangan katakan lagi. Telingaku sakit mendengarnya"
"Kau tidak ingat lagi kepada Ibu dan adik perempuanmu
itu?"

Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cukup. Tutup mulutmu, anak haram. Jika kau masih
berbicara lagi, aku akan menyumbat mulutmu"
"Lajer Laksita" berkata Paksi yang masih mencoba
menahan diri, "kau sekarang sudah berubah sama sekali. Aku
tidak melihat kau sebagai Lajer Laksita yang dahulu. Mungkin
namamu masih sama. Tetapi sikap dan tingkah lakumu sudah
berubah sama sekali. Nampaknya kau telah menjadi budak
yang baik bagi Harya Wisaka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemarahan Lajer Laksita tidak dapat menahan diri lagi.
Tiba-tiba saja iapun berteriak, "Guru, beri aku kesempatan
untuk membunuh orang yang sangat menyakitkan hati ini. Ia
telah mengotori keluargaku karena ia adalah anak yang tidak
berayah" "Itu bukan kesalahan Paksi, Lajer Laksita. Ia tidak minta
dilahirkan dalam keadaannya itu" berkata Pangeran Benawa.
"Kau tidak usah ikut campur. Ini persoalanku dengan anak
haram itu" "Baik" jawab Paksi, "ini persoalanku dengan kau yang telah
menjadi budak Harya Wisaka"
Keadaan menjadi bertambah tegang ketika kelima anak
muda yang diasuh oleh Ki Gede Lenglengan untuk menjadi
angkatan mendatang itu mulai menebar.
Namun adik laki-laki Paksi, anak Ki Tumenggung Sarpa
Biwada itu berkata, "Jangan ganggu aku. Aku akan bermainmain dengan laki-laki yang mengaku kakakku itu. Yang
menumpang hidup pada ayahku. Yang mendapat makan,
minum, pakaian dan tempat tinggal yang baik, namun
ternyata kemudian tidak tahu diri. Ia berusaha mencelakakan
ayahku yang telah banyak memberinya apa saja yang
diperlukannya. Orang seperti laki-laki yang tidak tahu diri itu, tidak pantas untuk tetap hidup"
"Aku tidak akan membantah, Lajer Laksita. Apa yang kau
katakan itu semuanya benar. Aku telah mendapat makan,
minum, pakaian dan tempat tinggal yang lebih dari layak. Aku
berterima kasih. Untuk menyatakan terima kasihku itu, maka
aku seakan-akan telah menjelajahi desa menghitung pintu
untuk menemukanmu. Aku sadar, bahwa kau akan bersikap
seperti ini. Tetapi aku sudah bertekad untuk membawa
pulang. Membawamu kepada ibu dan adik perempuanmu.
Apapun sikapmu" "Setan kau. Kau mencoba untuk mengungkit perasaanku
agar aku bersikap lebih lunak kepadamu. Tidak, Ki Sanak. Aku
akan membunuhmu. Ayah juga sudah berpesan kepadaku,
agar aku membunuhmu. Dahulu aku kagum akan ilmumu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sekarang, setelah aku menyadap ilmu dari guruku, Ki
Gede Lenglengan, maka ilmumu itu tidak akan berarti apa-apa
bagiku" "Baik, Lajer Laksita. Jika kau berkeras untuk membuat
perbandingan ilmu, aku tidak berkeberatan"
"Bagus. Bersiaplah"
"Jika kau benar akan bertempur seorang melawan seorang,
marilah. Kita mengambil tempat terpisah dari mereka yang
akan bertempur dalam kelompok. Bukankah gurumu,
pembantu-pembantunya dan saudara-saudara seperguruanmu
akan bertempur bersama-sama melawan Ki Pananggungan
serta Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung di
samping Pangeran Benawa?"
"Sombongnya kamu, anak haram. Baik. Kita akan
memisahkan diri. Tetapi kau jangan menganggap guruku dan
saudara-saudaraku licik karena mereka bertempur di dalam
kelompok. Jika itu terjadi, hanyalah karena nasib mereka yang
harus berhadapan dengan guru itulah yang buruk, sedangkan
merekapun sudah sepantasnya mati karena mereka terlalu
banyak tahu" Paksi tidak menjawab lagi. Tetapi ia memberi isyarat
kepada Pangeran Benawa, Ki Pananggungan, Ki Repak
Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung, bahwa ia ingin
bertempur di arena yang terpisah.
Pangeran Benawa mengangguk sambil berkata, "Terserah
kepadamu, Paksi. Tetapi satu hal yang harus kau lakukan,
menangkap anak itu hidup atau mati. Ia adalah anak
Tumenggung Sarpa Biwada yang jelas telah berpihak kepada
Paman Harya Wisaka yang memberontak. Anak itu sendiri
menunjukkan sikap perlawanannya, meskipun ia tahu, aku,
Pangeran Benawa berada di sini"
"Diam kau" Lajer Laksita itu membentak.
Sementara itu Pangeran Benawapun berkata, "Kau dengar,
ia telah membentak aku, Pangeran Benawa, Putera Mahkota di
Pajang?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung Lajer Laksita berdenyut semakin cepat. Karena itu,
maka iapun berteriak, "Diam kau, Benawa. Kau kira sebutan
dan kedudukanmu itu dapat menggoyahkan tekadku?"
"Aku tahu, bahwa tekadmu tidak akan goyah, karena
perasaanmu sudah mati. Selama kau berada di bawah asuhan
Ki Gede Lenglengan, maka perasaan dan nalarmu telah
dibunuh. Dan kau dengan bangga menyatakan kepada bumi
Pajang, bahwa nalar budimu sudah mati"
"Cukup. Cukup. Aku juga akan membunuhmu nanti, setelah
aku membunuh anak haram ini"
Tetapi Pangeran Benawa itu tertawa. Katanya, "Lihat,
betapa bodohnya kau, anak Sarpa Biwada. Duniapun tidak
lebih dari luasnya padepokanmu di belakang sekat yang
terpisah dari kehidupan itu. Kemudian ketika kau mulai
melihat dunia yang sebenarnya di rumah Ki Repak Rembulung
dan Nyi Pupus Rembulung, gurumu yang gila itu telah datang
menyusulmu untuk menjeratmu kembali dalam duniamu yang
sempit" Lajer Laksita tidak tahan lagi. Tiba-tiba ia bergerak ke arah
Pangeran Benawa. Namun Paksipun berkata, "Aku yang akan
melawanmu, bukan Pangeran Benawa. Karena kau tidak akan
sempat berbuat apa-apa di hadapannya. Bahkan menyebut
nama ayah dan ibu pun kau tidak akan dapat
mengucapkannya" "Gila, gila" Lajer Laksita itupun berteriak-teriak untuk
melepaskan tekanan di dadanya.
Namun dalam pada itu, Ki Gede Lenglenganpun berkata,
"Jangan cemas. Aku akan menangkap pangeran yang gila ini.
Rasa-rasanya memang sudah waktunya untuk memberikan
mainan yang terbaik bagimu dan saudara-saudaramu"
Paksi ternyata sudah melangkah memisahkan diri sambil
berkata, "Di sini, kita leluasa untuk bermain gamparan"
Lajer Laksita sudah tidak sabar lagi. Anak muda itupun
segera meloncat menyerang Paksi. Yang terdengar adalah jerit
Kemuning. Di luar sadarnya gadis itu melangkah mendekati
Paksi dan Lajer Laksita yang mulai bertempur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan. Jangan"
Kedua orang anak muda itu berloncatan surut. Sementara
itu, Lajer Laksitapun berkata, "Jangan cemas, Kemuning. Ia
tidak akan dapat berbuat apa-apa atasku. Aku akan
membunuhnya dalam waktu yang singkat"
"Jangan" suara Kemuning menjadi parau.
"Kenapa?" Kemuning tidak menjawab. Tetapi matanya menjadi basah.
Bagi Kemuning kedua orang anak muda itu mempunyai
kedudukan tersendiri di dalam hatinya.
Namun ketika keduanya yang ternyata kakak beradik itu
hadir bersama-sama, maka baru terasa pada Kemuning,
betapa wibawa Paksi terasa sangat mencengkamnya, sehingga
untuk menyebut namanya saja Kemuning merasa tidak
mampu mengucapkannya. "Jangan cemas, Kemuning. Aku tidak akan apa-apa. Aku
akan menyelesaikan anak haram ini segera"
Namun Paksipun menyahut, "Jika ia berhasil, maka iapun
akan segera membantu kawan-kawanmu membunuh ayah
dan ibumu, Kemuning. Jika itu juga berhasil, maka kau akan
dibawanya untuk menjadi budaknya"
"Diam kau, anak yang tidak tahu diri. Betapa kebaikan
ayahku kau balas dengan kecurangan dan pengkhianatan
sehingga ayahku tertangkap karenanya"
"Tidak hanya ayahmu, sekarang kau dan Lenglengan akan
ditangkap hidup atau mati"
Lajer Laksita tidak menunggu lagi. Dengan cepat iapun
meloncat menyerang Paksi. Ia tidak lagi bertempur dengan
tangan telanjang, karena Paksi menggenggam tongkatnya.
Ketika sebilah pedang ditarik dari sarungnya, maka
pantulan cahaya matahari nampak berkilat-kilat menyilaukan
mata. Keduanyapun segera terlibat ke dalam pertempuran
yang sengit. Dendam dan kebencian Lajer Laksita telah
membakar ubun-ubunnya. Karena itu, maka pedangnyapun
segera menggelepar, menyerang dari segala arah. Sekalisekali pedang di tangan Lajer Laksita itu terayun mendatar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian menebas ke arah dada. Bahkan terjulur lurus
menikam ke arah jantung. Namun Paksi masih tetap mampu mengelakkannya.
"Kemajuannya memang luar biasa" berkata Paksi di dalam
hatinya. "Tetapi kekasaran yang liar nampak pada ilmunya.
Mungkin bersumber dari Ki Repak Rembulung atau Nyi Pupus
Rembulung, tetapi mungkin bersumber dari Lenglengan itu
sendiri" Dengan demikian, maka pertempuran di antara kedua
orang kakak beradik itupun menjadi semakin sengit. Pedang di
tangan Lajer Laksita terayun-ayun mengerikan, sementara itu
tongkat Paksipun berputar seperti baling-baling.
Sementara itu, Pangeran Benawa, Ki Pananggungan, Repak
Rembulung dan Pupus Rembulung telah bersiap pula untuk
menghadapi Ki Gede Lenglengan, dua orang pembantunya
dan empat orang anak muda yang diasuh oleh Ki Gede
Lenglengan itu. "Kalian tidak akan sempat menolong dan menyelamatkan
anak haram itu dari tangan muridku. Sekarang bersiaplah
untuk menerima nasib atas kalian sendiri. Aku akan
membunuh Repak Rembulung. Dua orang kawanku akan
membunuh Pupus Rembulung. Yang lain akan menghadapi
Pangeran Benawa dan Pananggungan yang kemarin luput dari
kematian karena kelicikannya itu"
"Kau kira kau akan dapat luput dari tanganku, Lenglengan"
Kau tidak akan dapat memilih lawan, karena aku sendiri, atas
nama Ayahanda Kangjeng Sultan Hadiwijaya, akan
menangkapmu hidup atau mati"
Ki Gede Lenglengan itu menggeram. Katanya, "Pangeran
Benawa, jadi kau datang kemari untuk membunuh diri"
Apakah hakmu sebagai putera mahkota dicabut sehingga kau
merasa lebih baik mati, sehingga kau datang kepadaku untuk
minta agar aku membantumu mengantar kau ke jalan
kematian?" "Kau tidak usah berceloteh lagi, Lenglengan. Menyerah,
atau kau akan mengalami nasib sangat buruk"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan kau, Benawa. Jika benar kau ingin menjajagi
ilmuku, marilah. Bersiaplah"
Pangeran Benawapun kemudian telah bersiap untuk
menghadapi Ki Gede Lenglengan, sementara yang lainpun
segera mempersiapkan diri pula.
"Pangeran Benawa" berkata Ki Gede Lenglengan, "setiap
orang dapat saja menyebut dirinya Pangeran Benawa. Tetapi
sebelum kau mati, aku ingin meyakinkan apakah kau benar
Pangeran Benawa" Pangeran Benawa itu tidak menjawab. Tetapi Pangeran
Benawa itupun segera mengeluarkan cincin kerajaan yang
pernah diperbincangkan oleh banyak orang, terutama mereka
dari dunia yang gelap. Sambil mengenakan cincin itu, Pangeran Benawapun
berkata, "Nah, kau kenal cincin ini" Atau setidak-tidaknya kau pernah mendengar orang menyebut cincin kerajaan ini?"
Bukan hanya jantung Ki Gede Lenglengan yang
berdebaran. Tetapi jantung Repak Rembulung dan Pupus
Rembulungpun bergetar pula. Mereka termasuk di antara
orang-orang yang memburu cincin itu, dan yang ternyata
memang ada di tangan Pangeran Benawa.
Tetapi segala-galanya telah berubah pada Ki Repak
Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung. Cincin itu bagi mereka
tidak lagi menjadi benda yang harus diburu. Tetapi rasarasanya cincin itu memang pantas dikenakan di jari-jari
Pangeran Benawa. Ki Gede Lenglengan yang melihat Pangeran Benawa
mengenakan cincin itu menggeram. Katanya, "Kau tidak akan
mengenakan cincin itu terlalu lama. Kau akan mati dan akulah
yang akan mengenakan cincin itu"
Pangeran Benawa seolah-olah tidak mendengarnya. Tetapi
Pangeran Benawa itupun berkata, "Nah, Lenglengan.
Sekarang kau yakin, bahwa kau berhadapan dengan Pangeran
Pati Pajang yang mengemban perintah Kangjeng Sultan. Apa
katamu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan membunuhmu, siapa pun kau. Apalagi kau telah
membawa cincin itu. Maka keinginanku untuk membunuhmu
menjadi semakin besar"
"Aku sudah bersiap, Ki Gede. Apakah masih ada yang akan
kau katakan?" "Persetan kau" Ki Gede Lenglengan itupun dengan tiba-tiba
telah menyerang Pangeran Benawa. Tetapi Pangeran Benawa
sudah bersiap menghadapinya, sehingga dengan tangkasnya
Pangeran Benawapun telah menghindar.
Serangan Ki Gede Lenglengan itu merupakan aba-aba bagi
kedua orang pengikutnya dan keempat anak muda yang
diasuhnya. Dengan cepat pula mereka segera menyerang Ki
Pananggungan, Ki Repak Rembulung dan Pupus Rembulung.
Namun mereka telah bersiap sepenuhnya, sehingga karena
itu, maka serangan-serangan mereka tidak menyentuh
sasaran. Ki Repak Rembulungpun kemudian berkata kepada Ki
Pananggungan, "Kakang, biarlah aku selesaikan anak-anak itu
bersama Pupus Rembulung. Kau hadapi kedua orang pengikut
Lenglengan itu. Bukankah kau sudah mengetahui tataran
ilmunya?" "Setan kau" geram orang yang bertubuh pendek. "Jangan
terlalu sombong. Jika kawanku tidak sempat membunuhmu
kemarin, bukan ukuran bahwa aku juga tidak akan mampu


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membunuhmu" "Kau akan membunuhku, orang cebol?"
"Aku tidak menyesali tubuhku yang barangkali lebih pendek
dari kebanyakan orang. Karena itu orang menyebutku Ajak
Bungkik. Tetapi itu tidak akan menghalangi rencanaku untuk
membunuhmu" Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Baiklah. Kita akan
bermain-main. Marilah. Tetapi ingat, aku tidak akan berbaik
hati lagi. Sekarang tidak akan ada yang aku kasih hidup
seperti kemarin" "Cukup" teriak Ajak Bungkik. Iapun dengan cepat
melenting. Kakinya menyambar ke arah dada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Ki Pananggungan cepat mengelak, meskipun
jantungnya terasa berdebar.
Ternyata Bungkik itu mampu bergerak sangat cepat.
Dengan demikian, maka Ki Pananggungan itu harus berhatihati menghadapi orang yang menyebut dirinya Ajak Bungkik
itu. Bersama seorang kawannya, orang itu menyerang Ki
Pananggungan seperti arus gelombang yang datang beruntun
menghantam tebing. Ki Pananggunganpun kemudian berloncatan mengambil
jarak dari Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Ki
Pananggunganpun telah menjauhi pula arena pertempuran
antara Pangeran Benawa melawan Ki Gede Lenglengan.
"Jangan lari" teriak Ajak Bungkik.
Ki Pananggungan tertawa. Katanya, "Kau kira aku akan
lari?" "Kau sedang mencari kesempatan. Jika kami lengah, maka
kau akan segera melarikan diri"
"Jika aku hanya ingin melarikan diri, maka aku tidak akan
memasuki halaman rumah Repak Rembulung"
"Persetan dengan celotehmu. Sebentar lagi kau akan mati"
Sebenarnyalah bahwa orang yang disebut Ajak Bungkik itu
mempunyai kelebihan dari kawan-kawannya yang telah
mencegat dan berusaha membunuh Ki Pananggungan. Ia
mampu bergerak sangat cepat. Tubuhnya seakan-akan tidak
berbobot. Berloncatan berputaran. Kedua kakinya seakan-akan
tidak menyentuh tanah. Namun Ki Pananggungan adalah seorang yang memiliki
ilmu yang mapan. Karena itu, maka pertahanannya tidak
mudah dikoyak oleh serangan-serangan Ajak Bungkik dan
kawannya. Yang kemudian dikepung oleh empat orang anak muda
adalah Repak Rembulung dan Pupus Rembulung. Anak-anak
muda yang pernah menjadi muridnya beberapa saat lamanya
sebelum Ki Gede Lenglengan itu datang.
"Kalian benar-benar akan melawan kami berdua?" bertanya
Repak Rembulung. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan menyesali nasibmu" sahut seorang di antara
mereka. "Bagaimana mungkin hal ini kalian lakukan. Bukankah
kalian tahu tataran ilmu dan kemampuanku?"
"Kami tahu. Tetapi kalian berdualah yang tidak mampu
membimbing kami di sini. Ilmu kami memang tidak meningkat
sama sekali, karena kalian tidak mampu berbuat apa-apa.
Tetapi demikian guru datang, maka kami telah menjadi orang
yang memiliki ilmu lebih tinggi dari kalian berdua"
Pupus Rembulung tertawa sambil berkata, "Kami kagumi
cara Ki Gede Lenglengan menusukkan racun ke dalam
jantungmu. Kalian telah menjadi orang yang kehilangan
pribadi kalian sepenuhnya. Lihat, betapa Lajer Laksita harus
bertempur melawan kakaknya sendiri. Sekarang kalian telah
berani menentang kami. Bukankah itu merupakan satu
keganjilan yang terjadi pada nalar budi kalian?"
"Jangan mencoba membujuk dan menyesatkan penalaran
kami. Tidak akan ada gunanya, karena kami tahu pasti apa
yang kami lakukan" Repak Rembulungpun menyahut, "Tidak ada gunanya
berbicara dengan mereka, Nyi. Mereka benar-benar sudah
kehilangan diri mereka sendiri. Mereka sekarang menjadi tidak
lebih dari seekor kerbau yang telah dicocok hidungnya.
Mereka akan pergi ke mana mereka harus pergi sesuai dengan
kemauan orang yang memegang kendali"
"Kami beri kesempatan kalian berbicara sepuas-puas hati
sebelum tubuh kalian terbujur di dalam kubur"
Repak Rembulung menggelengkan kepalanya. Katanya,
"Baiklah, kami akan berusaha membangunkan kalian dari
sebuah mimpi yang buruk"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak sempat
berbicara untuk membujuk mereka lagi. Nampaknya hati
mereka telah benar-benar membeku. Ketika keempat orang
anak muda itu mulai bergerak, maka Repak Rembulung dan
Pupus Rembulungpun harus bergeser pula. Namun keduanya
sengaja tidak mengambil jarak. Mereka akan bertempur
bersama menghadapi keempat orang anak muda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah sejenak kemudian keempat orang anak
muda itu telah menyerang Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung seperti arus prahara. Kemudian mereka telah
membuat mereka menjadi sangat garang. Sementara itu,
ajaran yang diberikan oleh Ki Gede Lenglengan adalah ilmu
yang keras dan kasar. Pada saat-saat terakhir, Ki Gede
Lenglengan ingin anak-anak asuhannya itu lebih cepat maju
sehingga justru karena itu, maka anak-anak muda itu telah
berlatih dengan keras dan kasar.
Sebenarnyalah bahwa rencana Ki Gede Lenglengan pada
suatu saat adalah menyingkirkan Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung. Namun bagaimanapun juga Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung harus mengakui, bahwa anak-anak itu mendapat
kemajuan yang pesat setelah Ki Gede Lenglengan datang.
Namun unsur gerak yang nampak adalah unsur-unsur gerak
yang kadang-kadang tidak pantas dilakukan, dan bahkan
kasar dan kotor. Meskipun mereka bergerak dalam kesatuan
irama, namun iramanya adalah irama yang liar dan bahkan
buas. "Ki Gede Lenglengan ingin mereka secepatnya dapat
dipergunakan, sehingga apapun yang dilakukan, tidak pernah
mendapat penilaian sama sekali" berkata Repak Rembulung.
"Ya. Rasa-rasanya aku tidak dapat mengenali mereka lagi"
sahut Pupus Rembulung. "Jangan menyesali nasibmu yang buruk" berkata salah
seorang dari anak muda itu. "Jika beberapa saat yang lalu
kami masih berguru kepadamu, maka sekarang kami telah
mampu membunuhmu" "Apakah kau berbicara dari lubuk hatimu, atau sekedar
mengigau tanpa kau mengerti artinya?"
Pertanyaan itu memang agak mengejutkan. Anak muda itu
diam sesaat. Namun kawannyalah yang menyahut, "Kalian
berdua memang tidak mempunyai arti apa-apa bagi kami.
Karena itu, kalian berdua harus disingkirkan agar kalian tidak mengganggu kami yang akan tinggal di sini untuk seterusnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pupus Rembulung yang berloncatan menghindari serangan
lawannya itu masih sempat berkata, "Mereka benar-benar
tidak dapat mengenali diri mereka sendiri, Kakang. Jiwa
mereka telah berada di bawah pengaruh Ki Gede Lenglengan.
Jika Ki Gede Lenglengan itu nanti mati, baru mereka akan
dapat disadarkan dari mimpi mereka yang gila itu"
"Tidak akan dapat secepat itu, Nyi. Tentu memerlukan
waktu" "Ya. Tentu memerlukan waktu"
Dalam pada itu, keempat orang anak muda itu menyerang
Ki Repak Rembulung dan Nyi Pupus Rembulung dengan
kasarnya. Serangan mereka datang beruntun susul-menyusul, namun
kadang-kadang serangan merekapun datang serentak
bersama dari segala arah. Namun Repak Rembulung dan
Pupus Rembulung yang sudah bertahun bertulang, sama
sekali tidak menjadi bingung menghadapi lawan yang kasar.
Bahkan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung mampu pula
bertempur dengan kasar dan bahkan liar. Jika ia berada di
antara serigala yang liar dan buas, maka mereka akan menjadi
seekor macan kumbang yang tidak kalah liar dan buasnya.
Tetapi melawan anak-anak muda yang liar itu, Repak
Rembulung dan Pupus Rembulung masih mencoba
mengendalikan diri agar mereka tetap menunjukkan
kebesaran seorang guru dalam olah kanuragan.
Dalam pada itu, Ki Gede Lenglengan yang bertempur
melawan Pangeran Benawa mulai menyadari, bahwa anak
Karebet itu mewarisi ketinggian ilmu ayahnya. Jika pada masa
mudanya Lenglengan tidak mampu mengimbangi kemampuan
Karebet, maka setelah sekian puluh tahun ia menempa diri,
ternyata anak Karebet itu pun tidak segera dapat ditundukkan.
"Bagaimana caranya Karebet menuangkan ilmunya ke
dalam diri anaknya itu" berkata Ki Gede Lenglengan di dalam
hatinya. "Anak ini mempunyai kemampuan jauh lebih tinggi
dari saat Karebet seumur dengan Benawa ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka Ki Gede Lenglengan itupun harus
meningkatkan ilmunya selapis demi selapis. Namun Pangeran
Benawapun telah melakukannya juga. Ilmunya meningkat
selapis demi selapis. Sehingga dengan demikian, maka
Pangeran Benawa itu selalu dapat mengimbangi ilmu Ki Gede
Lenglengan. Bahkan semakin tinggi ilmu Ki Gede Lenglengan,
Pangeran Benawa masih tetap mampu mengimbanginya.
Agak terpisah, Paksi Pamekas masih bertempur melawan
adik laki-lakinya. Adik laki-laki yang sangat dikasihinya
sebagaimana adik perempuan dan ibunya. Namun yang
kemudian telah tersesat ke sebuah padepokan yang dipimpin
oleh Ki Gede Lenglengan itu.
Di luar lingkaran pertempuran, Kemuning berdiri dengan
tegangnya. Ketika Nyi Permati mendekatinya dan menarik
lengannya, Kemuning tetap tidak beranjak dari tempatnya.
"Kemuning" desis Nyi Permati.
Tetapi Kemuning masih tetap berdiri dengan tegangnya. Di
hadapannya dua orang anak muda, kakak beradik, bertempur
di antara hidup dan mati. Dua orang yang mempunyai
sentuhan khusus di hatinya.
Bagi Kemuning pertempuran di antara keduanya itu
bagaikan terjadi dalam dirinya. Meskipun agaknya Paksi tidak
menghiraukannya lagi setelah sekian lama berpisah, tetapi
bekasnya masih tetap terpahat di hati Kemuning.
Sedangkan adiknya, Lajer Laksita, adalah anak muda yang
telah memberi isi dalam hidupnya yang sepi di tempat
terpencil itu. Namun Kemuning yang serba sedikit juga memiliki bekal
olah kanuragan itu melihat, betapa jauh berbeda watak dan
sifat ilmu yang dimiliki oleh Paksi Pamekas dan adiknya, Lajer Laksita. Perlahan-lahan Kemuning melihat unsur-unsur gerak
Lajer Laksita menjadi semakin keras dan kasar. Sementara itu,
Paksi Pamekas tetap pada dasar ilmunya yang meskipun
keras, tetapi tidak menunjukkan kekasarannya.
Pedang Lajer Laksitapun terayun-ayun mengerikan. Sekalisekali pantulan cahaya matahari menyambar mata Paksi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga Paksi harus bergeser untuk menghindari kilatan
pantulan yang menyilaukan itu.
Namun putaran tongkat Paksi sekali-sekali membingungkan
Lajer Laksita. Setiap kali terjadi benturan, bukan tongkat Paksi yang patah, tetapi tangan Lajer Laksitalah yang bergetar.
Tetapi Lajer Laksita tidak tanggap akan kekuatan dan tenaga
yang tersimpan pada diri kakaknya itu. Karena itu, maka
serangan-serangannyapun datang semakin cepat, semakin
keras dan kasar. "Inikah yang kau warisi dari Ki Gede Lenglengan itu, Lajer
Laksita?" bertanya Paksi.
Lajer Laksita menggeram. Dengan kasar iapun membentak,
"Aku bunuh kau, pengkhianat"
"Siapa yang berkhianat" Berkhianat terhadap siapa?"
"Kau telah berkhianat terhadap ayahku yang
memeliharamu, memberimu makan, minum, pakaian, dan
tempat tinggal" "Jika ayahmu itu tidak berkhianat terhadap Pajang, maka
aku pun tidak bermimpi untuk mengkhianatinya. Bagiku, lebih
baik berkhianat terhadap seorang pengkhianat daripada
berkhianat terhadap negara"
"Tutup mulut, anak haram"
"Meskipun kau sebut aku anak haram, tetapi aku masih
mempunyai harga diri serta kesetiaan kepada Pajang. Nah,
apa yang dilakukan oleh ayahmu" Membiarkan dirinya
diperbudak oleh Harya Wisaka, seorang pemberontak" Lebih
dari itu, ia telah menyeret anaknya dan menyerahkannya
kepada seseorang seperti Ki Gede Lenglengan itu. Seorang
yang keras, kasar, liar dan bodoh. Yang diketahuinya tidak
lebih dari merampok, membunuh orang yang tidak berdaya,
bahkan kemudian telah bekerja bersama dengan para
pengkhianat termasuk ayahmu"
"Diam. Diam. Aku koyakkan mulutmu"
Tetapi demikian mulut Lajer Laksita itu terkatup, tongkat
Paksi telah menembus pertahanannya. Menyusup lewat celahcelah ayunan pedang Lajer Laksita, mengenai lambungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lajer Laksita menyeringai menahan sakit. Anak muda itu
terdorong beberapa langkah surut. Kemarahannyapun
semakin menyala di dadanya.
"Aku bunuh kau" teriak Lajer Laksita.
Namun tongkat Paksi itu telah terayun mengenai
lengannya, sehingga Lajer Laksita itu terhuyung-huyung ke
samping. Tulang lengannya serasa telah menjadi retak,
sehingga Lajer Laksita itu berdesah tertahan.
"Marilah. Bangkit, anak muda" berkata Paksi. "Meskipun
kau tidak mempunyai harapan apa pun, tetapi matilah sebagai
laki-laki" Kemarahan benar-benar telah meledak di dadanya. Karena
itu, maka Lajer Laksita itupun berteriak keras sekali, "Diam.
Diam kau, anak haram"
Namun mulut Lajer Laksitalah yang terbungkam. Tangan
kiri Paksi terjulur lurus mengenai mulut Lajer Laksita yang
berteriak itu. Ketika pedangnya terayun menebas ke arah
tangan kiri Paksi Pamekas, pedang itu telah membentur
tongkat Paksi. Bahkan tongkat itupun berputar dengan


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepatnya, seakan-akan telah menghisap pedang di tangan
adik laki-lakinya. Lajer Laksita ternyata tidak mampu menahan hisapan
tongkat Paksi Pamekas, sehingga karena itu, maka
pedangnyapun telah terloncat dari tangannya. Sementara itu
tangannya terasa menjadi pedih sekali.
Ketika Lajer Laksita berusaha menggapai pedangnya, maka
ujung tongkat Paksi tiba-tiba saja telah melekat di ubunubunnya. "Tongkatku dapat melubangi ubun-ubunmu" geram Paksi.
Lajer Laksita termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berkata lantang, "Lakukan. Bunuh aku. Aku sama sekali
tidak takut mati. Adalah sudah aku sadari sejak semula,
bahwa akibat seperti ini akan dapat terjadi atas seseorang
yang berjuang untuk menegakkan kebenaran"
"Kebenaran macam apa yang kau perjuangkan" Kebenaran
atas landasan berpikir Harya Wisaka yang tamak itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan dengan kau, anak haram. Bunuh aku. Jangan
banyak bicara" "Kau kira aku akan membunuhmu" Bagiku, tongkatku akan
lebih berharga untuk membunuh seekor tikus daripada
membunuh seorang pemberontak dan pengkhianat"
"Diam. Diam kau" teriak Lajer Laksita.
Namun tiba-tiba saja kaki Paksi telah menyambar dagunya,
sehingga gigi adik laki-lakinya itu gemeretak. Di luar sadarnya, Lajer Laksita itu mengaduh. Ketika tangannya meraba
mulutnya, terasa cairan yang pekat dan hangat membasah di
tangannya. Agaknya bibirnya telah pecah sehingga darah
mulai meleleh dari bibirnya itu.
"Ayo, kau mau apa" Merengek minta aku membunuhmu"
Sudah aku katakan bahwa kau tidak cukup berharga untuk
dibunuh" Lajer Laksita itu hampir saja mengumpat. Tetapi ujung
tongkat Paksi sudah melekat di pipinya.
"Katakan yang ingin kau katakan. Kau memang seorang
anak yang telah dibentuk untuk menjadi kasar, liar, buas dan
tidak mengerti tatanan serta unggah-ungguh"
Lajer Laksita mengurungkan niatnya. Tetapi matanya
menjadi merah seperti bara.
"Kenapa matamu menjadi merah, he" Jika matamu
membuat hatiku semakin geram, aku akan mencungkil biji
matamu. Tetapi dengar, aku tidak akan membunuhmu"
"Licik, pengecut. Kenapa kau tidak mau membunuh?"
Paksi tidak menjawab. Tetapi tangannya terayun deras
sekali, menampar mulut anak muda itu.
Yang menjerit adalah Kemuning. Dengan nada berat di
sela-sela isak tangisnya ia berkata, "Jangan, Kakang. Jangan"
"Diam" Paksipun membentak keras sekali. "Jangan ikut
campur" "Aku mohon" "Persoalanku dengan pengkhianat ini tidak ada
hubungannya dengan kau. Menyingkirlah jika kau tidak sampai
hati melihat aku menghancurkan anak pengkhianat ini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kaulah yang tidak tahu diri" teriak Lajer Laksita.
"Dengar, anak manja, pada umurku yang belum genap
tujuh belas tahun, aku sudah mendapat perintah untuk
mencari cincin kerajaan di dalam belukar, kehidupan yang
penuh dengan duri. Untunglah, ada orang yang menolongku.
Untunglah bahwa Ki Pananggungan baik kepadaku. Untunglah
bahwa Ki Repak Rembulung dan Nyi Repak Rembulung tidak
membantaiku. Di semak belukar olah kanuragan itu, terdapat
kelompok-kelompok dari beberapa perguruan yang ganasnya
melampaui orang yang kau sembah dan bernama Lenglengan
itu" "Cukup" teriak Lajer Laksita. Tetapi sekali lagi Paksi
menampar mulut itu keras sekali, sehingga Lajer Laksita
terhuyung-huyung. "Kau tidak dapat memerintah aku untuk diam. Jika kau
tidak mau mendengar, aku potong telingamu dengan
pedangmu sendiri" "Kakang, Kakang Paksi, jangan" tangis Kemuning.
"Jangan turut campur"
"Aku mohon, Kakang"
"Jika aku tahu kau akan menghambat tugasku kali ini, aku
tidak akan melepaskanmu dari tangan Bahu Langlang. Biarlah
kau menjadi mangsanya dan untuk selamanya kau tidak akan
dapat menikmati cerahnya sinar matahari"
"Kakang" tiba-tiba saja Kemuning berlari mendekap Nyi
Permati sambil menangis. Ia tidak mengerti, kenapa Paksi
tiba-tiba telah berubah. Paksi yang dilihatnya itu rasa-rasanya bukan Paksi yang pernah dikenalnya.
Bibinya seakan-akan dapat membaca perasaan gadis itu.
Karena itu sambil memeluk Kemuning yang menangis, Nyi
Permatipun berkata, "Angger Paksi mencoba untuk bersabar.
Tetapi adiknya telah merendahkannya, menghinanya dan
menghempaskan martabatnya di bawah telapak kakinya,
sehingga batas kesabaran Angger Paksipun telah
dilanggarnya. Ledakan itu menjadi sulit untuk dikendalikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapapun Angger Paksi adalah seorang yang terbiasa
mengekang diri" Ketika Paksi sedang berpaling kepada Kemuning, maka
Lajer Laksita berusaha untuk memanfaatkan kelemahan itu.
Dengan cepat Lajer Laksita meloncat menyerang Paksi dengan
tangan terjulur, jari-jarinya mengembang untuk mencengkam
leher. Namun ternyata Paksi menyadari akan serangan itu.
Dengan tangkasnya ia mengelak. Demikian tangan Lajer
Laksita terjulur, maka Paksipun segera merendahkan dirinya.
Tongkatnya dengan derasnya menyapu kaki Lajer Laksita,
sehingga anak muda itupun jatuh tertelungkup. Ketika Lajer
Laksita berusaha dengan cepat bangkit, maka tongkat Paksi
telah memukul lambungnya.
Lajer Laksita yang kesakitan itu menggeliat. Namun Paksi
telah meloncat sambil memutar tubuhnya. Kakinya terayun
deras, menghantam kening adik laki-lakinya, sehingga Lajer
Laksita itu terpelanting jatuh.
"Bibi, Bibi" terdengar tangis Kemuning.
Paksi tidak memburunya. Dibiarkannya Lajer Laksita
bangkit berdiri. Wajahnya menjadi pengap dengan nada
kebiru-biruan. "Mari, anak manja, anak Tumenggung Sarpa Biwada. Jika
kau laki-laki, ambil pedangmu. Kita akan bertempur sampai
tuntas" Lajer Laksita termangu-mangu sejenak. Namun Paksi itu
melangkah menjauh sambil berkata, "Ambil pedangmu atau
aku patahkan tanganmu"
Lajer Laksita tidak dapat berbuat lain. Dipungutnya
pedangnya yang terjatuh. Iapun kemudian bersiap untuk
bertempur melawan Paksi. "Tunjukkan bahwa kau anak Tumenggung Sarpa Biwada
yang telah berkhianat itu, dan telah menempatkan dirinya
sebagai budak Harya Wisaka. Bangkit. Lawan aku yang kau
sebut anak haram" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Lajer Laksita memang menyala. Tetapi ia tidak dapat
mengingkari kenyataan, bahwa ilmu Paksi masih jauh berada
di atas kemampuannya. Namun Lajer Laksita itupun kemudian
telah terpancing lagi untuk bertempur melawan Paksi. Namun
semakin lama ia bertempur, maka tubuhnya menjadi semakin
kesakitan. Paksi memukulinya di mana saja. Lengannya,
bahunya, lambungnya, pahanya, dadanya dan di mana-mana.
Dalam pada itu, ternyata Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung telah berusaha membuat keempat anak muda
yang pernah berguru kepadanya itu menjadi jera. Repak
Rembulung dan Pupus Rembulung tidak segera menundukkan
keempat orang anak muda itu. Tetapi perlahan-lahan keempat
anak muda itu dipaksa untuk mengakui betapa lemahnya
mereka di hadapan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung.
Berbeda dengan Repak Rembulung dan Pupus Rembulung,
Ki Pananggungan pun bertempur dengan garangnya. Ajak
Bungkik memang mempunyai kelebihan dari kawan-kawannya.
Karena itu, berdua dengan seorang kawannya, ia mampu
bertahan beberapa lama menghadapi serangan-serangan Ki
Pananggungan yang datang membadai.
Namun beberapa saat kemudian, ia harus menghadapi
kenyataan, bahwa Ki Pananggungan memang seorang yang
berilmu sangat tinggi. Karena itu, betapapun Ajak Bungkik dan kawannya
mengerahkan kemampuannya, namun mereka berduapun
semakin lama menjadi semakin terdesak.
Di sisi lain, Pangeran Benawa bertempur dengan sengitnya
melawan Ki Gede Lenglengan. Ki Gede Lenglengan yang
marah itupun telah meningkatkan ilmunya semakin tinggi. Ia
ingin segera menghancurkan lawannya. Apalagi ketika ia
melihat lawannya itu mengenakan cincin yang telah diburu
oleh banyak orang. Tetapi ternyata Pangeran Benawa masih saja tetap mampu
mengimbangi ilmunya. Sekali-sekali Ki Gede Lenglengan
memang mampu mendesak Pangeran Benawa. Namun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi kemudian adalah sebaliknya. Ki Gede Lenglengan harus
berloncatan surut mengambil jarak.
Namun Pangeran Benawa yang menyadari betapa tingginya
ilmu Ki Gede Lenglengan, harus bertempur dengan hati-hati.
Ia tidak boleh mengerahkan tenaganya dengan sia-sia. Ia
harus menghemat tenaganya itu, karena Pangeran Benawa
sadar, bahwa ia akan memerlukan waktu yang lama
menghadapi Ki Gede Lenglengan.
Berbeda dengan lawannya, Ki Gede Lenglengan agaknya
terlalu bernafsu untuk segera mengalahkan lawannya yang
jauh lebih muda daripadanya itu. Ki Gede tidak mau dianggap
tidak memiliki ilmu yang cukup tinggi untuk mengalahkan
Pangeran Benawa dengan segera.
Karena itu, maka Ki Gede Lenglengan yang kurang
perhitungan karena dorongan nafsunya itu, telah
mengerahkan tenaganya agar segera dapat mengakhiri
pertempuran. Dengan demikian, maka tenaga Ki Gede Lenglengan
menjadi lebih cepat menyusut daripada tenaga Pangeran
Benawa yang masih jauh lebih muda itu. Ketika Ki Gede
Lenglengan dengan garangnya menyerang Pangeran Benawa
seperti arus prahara, maka mereka mendengar Ajak Bungkik
bagaikan melolong panjang. Ki Gede Lenglengan yang
meloncat mengambil jarak, berusaha untuk melihat apa yang
telah terjadi. Sementara itu, Pangeran Benawa pun tidak
memburunya, karena Pangeran Benawa juga ingin tahu, apa
yang terjadi itu. Ternyata Ajak Bungkik itu terlempar beberapa langkah
surut. Tubuhnyapun kemudian terbanting jatuh di tanah.
Beberapa kali ia berguling. Namun ketika ia mencoba untuk
meloncat bangkit, ternyata Ki Pananggungan yang
memburunya itu telah bersiap pula. Tanpa menghiraukan
lawannya yang seorang lagi, maka ketika Ajak Bungkik itu
bangkit berdiri, Ki Pananggunganpun telah meloncat
menyerang. Kakinya terjulur menyamping langsung mengenai
dada Ajak Bungkik. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Ajak Bungkik itu terpelanting jatuh sambil
mengaduh kesakitan. Pada saat yang bersamaan, kawan Ajak Bungkik itu telah
menyerang Ki Pananggungan. Namun Ki Pananggungan
ternyata masih sempat menggeliat, sehingga serangan orang
itu tidak sempat mengenainya. Bahkan kemudian orang itupun
terlempar pula dan jatuh tertelungkup oleh dorongan tenaga
yang sangat kuat pada punggungnya.
Wajah orang itu yang tersuruk ke dalam debu bukan saja
menjadi kotor, tetapi juga terluka. Pada hidung dan dahinya
telah mengembun darah. Ketika orang itu bangkit, Ajak
Bungkik pun masih sempat bangkit pula meskipun terasa
dadanya menjadi sesak. "Menyerahlah" geram Ki Pananggungan. "Ini adalah
peringatanku yang terakhir"
Tetapi Ajak Bungkik sama sekali tidak menghiraukannya.
Bahkan dengan garangnya ia meloncat menerkam Ki
Pananggungan seperti seekor serigala menyerang mangsanya.
Ki Pananggungan tidak ingin memberinya kesempatan lagi.
Demikian Ajak Bungkik itu menerkamnya, maka dengan ujung
jari-jarinya yang merapat, Ki Pananggungan telah menghentak
ke arah ulu hati Ajak Bungkik itu.
Yang terdengar adalah teriakan yang mirip dengan lolong
serigala itu. Ajak Bungkik itu membungkuk kesakitan. Namun
pada saat yang itu pula, Ki Pananggungan telah menghantam
tengkuk Ajak Bungkik itu dengan telapak tangannya. Sekali
lagi Ajak Bungkik itu terjerembab. Sekali ia menggeliat, namun Ajak Bungkik itupun tidak bergerak lagi.
Kawannya melihat kesempatan yang terbuka. Iapun
dengan cepat meloncat sambil menyerang dengan kakinya.
Tetapi serangan itu tidak mengenai sasaran. Bahkan Ki
Pananggungan telah meloncat menyerang pula. Tangannya
terjulur menghantam ke arah dada orang itu.
Daya tahan orang itu tidak sekuat daya tahan Ajak Bungkik.
Serangan Ki Pananggungan itu telah merobohkannya. Dari
mulutnya mengalir darah merah membasahi bumi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Gede Lenglengan seperti terbangun dari mimpi
buruknya. Ketika ia berpaling, dilihatnya Pangeran Benawa
seakan-akan sengaja menunggunya. Dengan nada berat
Pangeran Benawa itupun berkata, "Kau lihat akhir dari orangorang kebanggaanmu itu, Ki Gede Lenglengan?"
"Persetan dengan orang-orang yang rapuh itu. Tetapi aku
bukan mereka. Aku adalah Ki Gede Lenglengan"
"Kau pun tidak ada bedanya dengan mereka itu. Kau pun
sudah menjadi rapuh. Wadagmu tidak lagi mampu
mendukung gejolak darahmu. Itulah sebabnya dengan
tergesa-gesa kau ajari anak-anak muda itu dengan keinginan
Paman Harya Wisaka untuk menyusun kekuatan bagi masa
mendatang yang ternyata tidak lebih dari sebuah mimpi"
"Tutup mulutmu, Pangeran Benawa. Saatmu untuk mati
telah tiba" "Bukan saatku untuk mati. Tetapi saatku untuk membunuh"


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ki Gede Lenglenganpun kemudian berteriak nyaring.
Hentakan ilmunya memang mengejutkan. Tiba-tiba saja Ki
Gede Lenglengan itu bergerak dengan cepat sekali menyerang
Pangeran Benawa. Pangeran Benawa terkejut. Ia sadar, bahwa Ki Gede
Lenglengan akan sampai ke puncak ilmunya. Pada saat Ki
Gede Lenglengan bertempur dan menghadapi kesulitan di
padepokan melawan Ki Ajar Permati, Ki Gede Lenglengan itu
telah menebarkan tirai kabut di seputar dirinya, sehingga
dengan demikian, ia akan mampu menyerang lawannya dari
arah yang tidak segera dapat diketahui karena kabut yang
gelap atau Ki Gede Lenglengan yang bersembunyi di balik
kabut itu berusaha untuk melarikan diri.
Kabut itu memang telah membuat orang yang
menyaksikannya menjadi tegang. Ki Repak Rembulung, Nyi
Pupus Rembulung, bahkan Ki Pananggungan dan Paksi yang
telah mengenal ujud yang menyelimuti Ki Gede Lenglengan,
bahkan Pangeran Benawapun seakan-akan telah hilang di
dalam kabut itu pula. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun kegelisahan Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung itu akibatnya justru buruk bagi keempat orang
anak muda yang melawan mereka. Dalam kegelisahan itu,
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung ingin segera
menghentikan perlawanan mereka, karena perhatian mereka
tertarik kepada kabut yang semakin tebal itu.
Karena itu, dengan hentakan-hentakan yang agak keras,
maka baik Repak Rembulung maupun Pupus Rembulung telah
membuat keempat orang anak muda itu tidak berdaya. Jarijari Repak Rembulung dan Pupus Rembulung telah
menghentikan kerja beberapa simpul syaraf di tubuh anakanak muda itu, sehingga mereka seakan-akan telah menjadi
lumpuh. "Tunggulah. Aku ingin melihat apa yang terjadi dengan
Pangeran Benawa" Seorang anak muda masih juga berteriak, "Ia akan mati"
"Jika Pangeran Benawa mati, maka nasibmu akan menjadi
sangat buruk. Mungkin kau tidak akan dibunuh, tetapi kau
akan merasa lebih sengsara daripada mati"
"Kau orang-orang biadab"
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung tidak menjawab.
Merekapun bergegas mendekati kepulan asap yang
nampaknya menjadi semakin tebal.
Bukan hanya Repak Rembulung dan Pupus Rembulung,
tetapi Ki Pananggungan pun telah melangkah mendekat pula.
Paksi sempat melihat kepulan asap itu. Tetapi ia tidak mau
meninggalkan Lajer Laksita. Ia masih saja bertempur melawan
adik laki-lakinya itu. Meskipun Lajer Laksita sudah
menggenggam pedangnya lagi, namun pedang itu seakanakan tidak berarti sama sekali. Pedang itu tidak pernah
sempat menyentuh tubuh Paksi Pamekas. Tetapi sebaliknya,
tongkat Paksi Pamekas tidak pernah dapat ditangkis atau
dihindarinya. Namun Lajer Laksita yang licik itu berusaha untuk
memanfaatkan kemampuan Ki Gede Lenglengan yang mampu
menyelimuti dirinya dengan asap yang tebal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan lantang Lajer Laksita itupun berkata, "Anak haram,
lihat, betapa kawanmu yang mengaku sebagai Pangeran
Benawa itu telah dilibat dan tenggelam dalam kekuatan ilmu
Ki Gede Lenglengan. Di dalam kabut itu, tidak seorang pun
akan dapat melawan Ki Gede Lenglengan. Mata kawanmu itu
seakan-akan menjadi buta. Karena itu, maka Ki Gede
Lenglengan akan dapat memperlakukannya menurut
kehendaknya" Namun jawab Paksi, "Tanpa kabut pun aku dapat
memperlakukan kau sekehendakku. Kau tidak akan sempat
berbuat apa-apa. Kau tidak dapat mengelak. Kau tidak dapat
menangkis. Aku dapat memukulimu di mana saja aku mau"
Tongkat Paksipun tiba-tiba terayun-ayun mengerikan.
Setiap kali terdengar Lajer Laksita mengaduh, berdesah dan
menyeringai menahan sakit. Tongkat Paksi telah mengenai
tubuhnya di mana-mana. Bahkan keningnya, dadanya,
punggungnya. Lajer Laksita itupun jatuh bangun sambil
mengaduh tertahan. Kemuning setiap kali memanggil Paksi yang menjadi seperti
orang yang kehilangan kendali. Sikapnya menjadi sangat keras
dan kasar. "Kakang, Kakang Paksi" tangis Kemuning.
Namun setiap kali Paksi selalu membentaknya, dan bahkan
setiap kali Kemuning berusaha menghentikannya, Paksi justru
menjadi semakin sering memukul adik laki-lakinya.
Dalam pada itu, Pangeran Benawa telah benar-benar
tenggelam ke dalam kabut yang kelabu. Tidak seorang pun
yang dapat melihat, apa yang telah terjadi di dalam pusaran
kabut yang semakin lama menjadi semakin cepat.
Repak Rembulung, Pupus Rembulung dan Ki
Pananggungan memang menjadi cemas. Jika Ki
Pananggungan menghantam pusaran kabut itu dengan
ilmunya, Ki Pananggungan justru mencemaskan keadaan
Pangeran Benawa. Jangan-jangan ilmunya justru malah
membuat kedudukan Pangeran Benawa semakin lemah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Repak Rembulung dan Pupus Rembulung pun menjadi
ragu-ragu, apa yang sebaiknya mereka lakukan menghadapi
ilmu Ki Gede Lenglengan itu.
"Jika saja aku berada di dalam, mungkin meskipun samarsamar aku akan dapat melihat Ki Gede Lenglengan" berkata
Repak Rembulung. "Tetapi kau dapat keliru" sahut Pupus Rembulung. "Dalam
kabut seperti itu, sulit bagi Kakang untuk membedakan yang
manakah Pangeran Benawa dan yang manakah Ki Gede
Lenglengan" "Jika saja Pangeran Benawa bersedia keluar dari kabut, aku
akan bersedia untuk menggantikannya"
"Kita akan memanggilnya"
Ki Pananggungan menggeleng. Katanya, "Pangeran
Benawa tidak akan menyingkir dari arena apapun yang terjadi"
Sebenarnyalah semula Pangeran Benawa memang
mengalami kesulitan. Hampir saja Pangeran Benawa
mempergunakan ilmunya, Aji Lebur Seketi untuk menghalau
kabut yang semakin pekat itu. Meskipun ia tidak yakin, namun
getaran ilmu itu akan mampu memberikan peluang kepadanya
untuk menilai keadaan. Seandainya kabut itu menjadi semakin tebal lagi, namun ia
sudah melihat keadaan dengan jelas.
Dalam pada itu, meskipun Pangeran Benawa telah
mengetrapkan Aji Sapta Pangrungu serta Sapta Pandulu,
namun semuanya masih tidak jelas. Ia memang melihat
bayangan yang bergerak dengan cepat. Tetapi kadang-kadang
Pangeran Benawa kehilangan bayangan itu. Namun
pendengarannya yang menjadi sangat tajam telah
membantunya, menunjukkan serba sedikit tentang lawannya.
"Para pendekar yang buta tidak akan terpengaruh oleh ilmu
kabut itu" berkata Pangeran Benawa di dalam hatinya. Namun
untuk menjaga diri, maka Pangeran Benawa telah
menggenggam sepasang pisau belati panjangnya. Jika saja
bayangan itu bagaikan terbang, lewat di sebelahnya, maka
Pangeran Benawapun dengan cepat telah menyerangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi setiap kali Pangeran Benawa selalu gagal. Bayangan
itu ternyata tidak terjangkau oleh pisaunya. Namun pada
kesempatan lain, tiba-tiba saja sebuah serangan yang
menggetarkan isi dadanya telah menghantam punggungnya.
Untuk beberapa saat lamanya, Pangeran Benawa masih
berada dalam kesulitan. Ditingkatkannya daya tahan tubuhnya
untuk mengatasi serangan-serangan Ki Gede Lenglengan yang
datang dengan tiba-tiba. Namun gerakan Pangeran Benawa yang cepat dan tangkas,
masih menahan Ki Gede Lenglengan untuk berbuat sesuka
hatinya atas lawannya yang seakan-akan telah kehilangan
penglihatannya itu. "Jangan menyesali nasibmu yang buruk, Benawa"
terdengar suara Ki Gede Lenglengan. "Sebentar lagi kau akan
mati. Kawan-kawanmu juga akan mati dengan cara yang
sama. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung yang tamak.
Pananggungan yang sombong, yang telah membunuh orangorang dan anak muda yang disebut oleh muridku anak haram
itu" Pangeran Benawa tidak menjawab. Tetapi dengan cepat ia
menyerang ke arah suara itu.
Namun agaknya Ki Gede Lenglengan telah meloncat untuk
berpindah tempat. Karena serangan Pangeran Benawa yang
luput itu, Ki Gede Lenglenganpun tertawa berkepanjangan.
Katanya kemudian, "Nah, bersiaplah. Kerahkan semua ilmu
yang kau miliki. Kau akan segera mati. Cincin itu akan segera
menjadi milikku" Pangeran Benawa menggeram. Ia harus benar-benar
mengerahkan kemampuannya. Ia sudah mengetrapkan Aji
Sapta Pandulu dan Aji Sapta Pangrungu. Tetapi ia masih tetap
berada dalam kesulitan. Penglihatannya masih tetap kabur.
Meskipun pendengarannya menjadi semakin jelas, tetapi
geraknya berdasarkan atas pendengarannya masih belum
mampu mengimbangi kecepatan gerak Ki Gede Lenglengan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun pada saat-saat terakhir, Pangeran Benawa tidak
hanya mengetrapkan Aji Sapta Pandulu dan Aji Sapta
Pangrungu. Pangeran Benawa itupun telah mengetrapkan Aji
Sapta Panggraita. Tiba-tiba saja Pangeran Benawa itu tersenyum.
Panggraitanya yang menjadi lebih tajam itu ternyata sangat
membantunya. Penglihatannya, pendengarannya dan
panggraitanya ternyata mampu membimbing Pangeran
Benawa menghadapi lawannya yang memiliki ilmu yang sulit
diatasi itu. Namun untuk sementara Pangeran Benawa sama sekali
tidak merubah sikapnya. Ia berdiri sedikit merendah. Di kedua
tangannya tergenggam pisau belatinya.
Samar-samar ia melihat bayangan Ki Gede Lenglengan itu
bergerak. Ketajaman pendengarannya pun membantunya
menunjukkan keberadaan lawannya. Namun panggraitanyalah
yang meyakinkan Pangeran Benawa, di mana lawannya itu
berdiri dan bahkan arah geraknya.
Namun bagi Ki Gede Lenglengan, Pangeran Benawa
dianggap masih belum dapat mengatasi kesulitan karena
kabutnya yang pekat. Anggapannya yang keliru itulah
kelemahan terbesar dari Ki Gede Lenglengan.
Justru pada saat Ki Gede Lenglengan tertawa
berkepanjangan karena ia melihat saat-saat terakhir
perlawanan Pangeran Benawa, maka Pangeran Benawa telah
mempersiapkan aji pamungkasnya.
Ki Gede Lenglengan masih juga sempat berkata, "Sekarang,
Pangeran Benawa, kau akan mati dalam kegelapan. Kau tidak
sempat melihat kawan-kawanmu sementara kawan-kawanmu
pun tidak sempat melihat, bagaimana kau mati di tengahtengah kepekatan kabutku ini"
Demikian mulut Ki Gede Lenglengan terkatup, maka orang
itupun segera mempersiapkan serangan mautnya atas
Pangeran Benawa yang masih berdiri mematung.
Namun pada saat yang bersamaan, Pangeran Benawa telah
mempersiapkan ilmunya yang jarang sekali dipergunakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hanya pada saat-saat di mana tidak ada jalan lain, ia terpaksa mengetrapkan Aji Lebur Seketi. Ki Gede Lenglengan yang
sudah bersiap untuk menyerang itu memang sempat terkejut
melihat Pangeran Benawa melepaskan kedua pisau belatinya.
Kemudian mengangkat tangannya dan menghentakkannya
dengan. telapak terbuka ke arahnya.
Ki Gede terlambat oleh kelengahannya. Ia mempunyai
penilaian yang salah terhadap Pangeran Benawa. Karena itu,
maka ia justru telah terlambat sekejap.
Ternyata kabut yang pekat itu tidak menahan arus getar Aji
Lebur Seketi. Dengan dahsyatnya kekuatan Aji Lebur Seketi itu
telah menghantam tubuh Ki Gede Lenglengan yang telah siap
membunuh Pangeran Benawa.
Ki Gede Lenglengan yang terkejut itu sempat berteriak oleh
kemarahan yang menghentak. Namun suaranyapun segera
terputus dan patah di tengah.
Orang-orang yang berada di luar kepulan kabut yang mulai
berputar itu memang terkejut. Mereka tidak begitu jelas, suara siapakah yang terdengar berteriak tinggi.
Namun kemudian mereka melihat Ki Gede Lenglengan itu
terlempar keluar kepulan kabut yang mulai berputar itu.
Sementara itu, demikian Ki Gede Lenglengan dilumpuhkan,
maka kabut yang pekat itupun seperti tertiup angin. Pecah
berserakan dan sejenak kemudian semuanya menjadi jelas.
Ki Pananggungan, Repak Rembulung dan Pupus
Rembulung berdiri termangu-mangu melihat Pangeran
Benawa melangkah mendekati tubuh Ki Gede Lenglengan
yang terbaring diam. "Pangeran telah menyelesaikannya" desis Ki
Pananggungan. "Yang Maha Agung masih melindungi jiwaku, Ki
Pananggungan" "Kita semuanya bersukur karenaNya, Pangeran"
"Ya. Kita semuanya bersukur"
Dalam pada itu, Paksi Pamekas masih saja sibuk dengan
adiknya. Tanpa belas kasihan, Paksi memukul tubuh adiknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di mana-mana, sehingga tubuh Lajer Laksita itu menjadi
memar dan kebiru-biruan di mana-mana pula.
"Bunuh aku, pengecut" teriak Lajer Laksita.
Tetapi Paksi tidak membunuhnya. Ia masih saja memukul
adiknya yang pedangnya sudah lepas dari tangannya pula.
"Lihat, orang yang kau sembah sudah mati" geram Paksi
ketika ia melihat gumpalan kabut yang tebal itu seperti disapu angin. Paksi melihat Ki Gede Lenglengan terlempar dan jatuh
terpelanting. "Kenapa kau tidak segera membunuhku, pengecut?" teriak
Lajer Laksita. "Apakah kau tuli, he" Bukankah aku sudah menjawab?"
"Jika kau tidak membunuhku sekarang, kelak akulah yang


Jejak Di Balik Kabut Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan membunuhmu" "Kau tidak akan pernah sempat membunuhku lagi, anak
pengkhianat. Kau akan berada di dalam penjara seumur
hidupmu. Kau akan menjalani kerja paksa tanpa batas waktu.
Siang dan malam dengan tangan dan kaki terikat. Martabatmu
akan menjadi lebih rendah dari seekor lembu yang kadangkadang dimandikan setelah dipekerjakan di sawah. Tetapi kau
tidak" "Iblis kau, anak haram. Kau pantas hidup di lingkungan
orang-orang yang tidak beradab"
"Apakah kau termasuk orang yang beradab?"
Lajer Laksita tidak sempat menjawab karena tangan Paksi
telah menampar mulutnya. Adiknya yang sudah menjadi sangat lemah itu terhuyunghuyung. Ia tidak lagi mampu untuk berdiri tegak. Karena itu,
maka Lajer Laksita itupun terjatuh di tanah. Kemuning yang
melihat anak muda itu terjatuh, di luar sadarnya bergeser
mendekat. Tetapi Paksi membentaknya dengan kasar, "Jangan
dekati pengkhianat itu. Minggir, atau kau pun akan
mengalami" Kemuning bergeser surut. Ia benar-benar tidak dapat
mengenali sifat Paksi lagi. Paksi yang dikenalinya dahulu, kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal wadagnya saja. Tetapi sifat dan wataknya sudah
sangat berubah. Dalam pada itu, Ki Repak Rembulung dan Ki Pupus
Rembulung sudah membebaskan keempat orang anak muda
yang mereka buat tidak berdaya dengan ketukan pada simpulsimpul syaraf mereka. Repak Rembulung, Pupus Rembulung
dan Ki Pananggungan menggiring mereka mendekati arena
pertempuran yang tidak seimbang antara Paksi Pamekas dan
adiknya, Lajer Laksita. Namun ketika mereka mendekat, mereka melihat Lajer
Laksita sudah pingsan. "Bawa anak ini ke biliknya" perintah Paksi kepada keempat
anak muda itu. Keempat orang itu tidak dapat menolak. Di belakang
mereka berdiri orang-orang yang memiliki ilmu yang tidak
akan terjangkau oleh kemampuan ilmu mereka.
Ketika Lajer Laksita itu dibawa ke biliknya, Paksi Pamekas
dan Pangeran Benawa yang telah meninggalkan Ki Gede
Lenglengan yang terbaring diam, ikut masuk ke dalam bilik itu
pula. Sementara itu, tentang keempat orang anak muda itu,
Pangeran Benawapun berkata kepada Ki Repak Rembulung
dan Nyi Pupus Rembulung, "Biarlah anak-anak itu
menyelenggarakan penguburan gurunya"
"Baik, Pangeran. Kami akan mengawasinya"
"Biarlah mereka melakukannya sebaik-baiknya"
"Ya, Pangeran" Ki Pananggunganpun kemudian ikut pula bersama Repak
Rembulung dan Pupus Rembulung membawa keempat anak
muda itu untuk menyelenggarakan penguburan gurunya serta
para pembantunya. Sementara itu, Kemuning yang berpegangan lengan Nyi
Permati berdiri di serambi gandok. Mereka tahu, bahwa Lajer
Laksita ada di dalam gandok itu. Namun mereka tidak berani
masuk. Mereka tahu, bahwa Paksi telah menjadi seorang anak
muda yang sangat garang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sebenarnyalah di dalam bilik itu Paksi mengusap
dahi adiknya yang pingsan. Terdengar suaranya parau
perlahan sekali, "Maafkan aku, Lajer Laksita. Sebenarnya aku
sama sekali tidak ingin menyakitimu. Tetapi aku tidak tahu,
cara yang manakah yang harus aku tempuh"
"Paksi" desis Pangeran Benawa, "aku juga tidak tahu jalan
yang terbaik. Tetapi menurut pendapatku, kau telah memilih
jalan yang benar. Kau harus membangunkan adikmu dari
sebuah mimpi buruk yang selama ini ditiupkan oleh Ki Gede
Lenglengan" Paksi mengangguk. Namun terasa matanya menjadi panas.
Setiap kali disentuhnya bercak-bercak biru di tubuh adiknya.
Pukulan-pukulan tongkatnya, meskipun sebenarnya Paksi tidak
mempergunakan tenaganya dan kekuatannya yang
sebenarnya, tetapi pukulan-pukulan itu telah membuat seluruh
tubuh Lajer Laksita menjadi memar.
"Ternyata daya tahannya tidak sebaik yang aku duga,
Pangeran. Sentuhan-sentuhan tongkatku yang tidak terlalu
keras, telah melumpuhkannya"
"Tetapi anak ini tidak apa-apa. Ia akan segera sembuh.
Apalagi jika dia mendapat penanganan dari orang-orang yang
benar-benar memiliki ilmu pengobatan yang tinggi"
Paksi mengangguk-angguk. Namun kemudian suaranya
merendah, "Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan anak
ini, Pangeran" Anak ini, bersama keempat kawan-kawannya
tentu akan diadili. Anak ini tidak akan dapat mengingkari
kesalahannya. Bahkan mungkin mereka akan mengakuinya
dengan penuh kebanggaan, bahwa mereka adalah pejuangpejuang yang dipersiapkan bagi masa mendatang. Bahkan
mereka akan menengadahkan dada mereka sambil
mengatakan, bahwa mereka adalah penerus perjuangan Harya
Wisaka" "Kita akan membawa mereka justru kepada Harya Wisaka"
"Kepada Harya Wisaka?"
"Ya. Bukankah pada saat-saat terakhir, Harya Wisaka sudah
mulai menjadi lunak" Ia sudah bersedia menunjukkan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meskipun tidak jelas, anak-anak yang dipersiapkannya bagi
angkatan mendatang itu"
"Jadi kalau anak ini menghadap Harya Wisaka?"
"Biarlah Harya Wisaka yang mematahkan kebanggaan
mereka terhadap perjuangan di masa mendatang itu. Bahkan
Harya Wisaka, sebagai sumber ketahanan jiwa mereka, sudah
patah pula" Paksi mengangguk-angguk kecil. Katanya, "Kita akan
mencoba, Pangeran" "Namun kita pun harus berusaha membebaskan Repak
Rembulung dan Pupus Rembulung dari segala tuntutan.
Bahkan sudah selayaknya kepada mereka kita berikan sedikit
kenang-kenangan. Repak Rembulung dan Pupus Rembulung
pada dasarnya bukan orang jahat. Ingat, keduanya pernah
menasehati kita, agar kita mencari jalan terbaik selagi kita
masih muda" "Ya, aku ingat. Mereka mengatakan peringatan itu pada
saat kita mencampuri persoalannya, yang mereka anggap
sebagai sebuah pertolongan yang menentukan"
Dalam pada itu, mereka melihat Lajer Laksita mulai
bergerak. Nampaknya ia hampir menjadi sadar.
"Bekukan sebagian dari kekuatannya, Paksi. Agar setelah ia
sadar, ia tidak dapat meninggalkan pembaringannya"
Paksi mengangguk. Dimiringkannya tubuh adiknya yang
hampir sadar itu. Ditekannya simpul syaraf di bawah lehernya
di sebelah-menyebelah tulang punggungnya, sehingga
tenaganya menjadi lemah meskipun jika kemudian ia telah
sadar sepenuhnya. Demikianlah, maka sejenak kemudian, Lajer Laksita itu
membuka matanya. Semula semuanya nampak kabur di
matanya. Namun kemudian menjadi semakin jelas, sehingga
akhirnya ia melihat Paksi Pamekas dan Pangeran Benawa
duduk di sebelah tempat pembaringannya.
"Kau, anak haram" geram Lajer Laksita, "kenapa kau tidak
juga membunuhku?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Lajer Laksita itu menjadi heran. Sikap Paksi tidak
lagi garang serta memukul mulutnya dengan tongkat. Tetapi
Paksi itu berkata lembut, "Tenanglah, Lajer Laksita. Kau harus banyak beristirahat"
Lajer Laksita memandang Paksi dan Pangeran Benawa
berganti-ganti. Namun kemudian iapun menggeram,
"Permainan apa lagi yang kau lakukan sekarang?"
"Tenanglah. Semuanya sudah berakhir. Permainan kita pun
sudah berakhir" Lajer Laksita itu tiba-tiba akan bangkit. Namun tubuhnya
terlalu lemah, sehingga rasa-rasanya bergerak pun ia tidak
mampu lagi. "Kita akan pulang, Lajer Laksita. Ibu dan adik
perempuanmu itu menunggumu. Jika kau tidak menginginkan
aku berada di dalam keluargamu, aku akan menyingkir. Tetapi
ibumu dan adikmu sangat merindukanmu"
"Kau bujuk aku seperti iblis membujukmu. Kau kira aku
mempercayaimu, pengkhianat yang lidahnya bercabang?"
Paksi menarik nafas dalam-dalam. Namun iapun kemudian
berkata, "Kita akan pulang ke Pajang"
"Bawa mayatku ke Pajang"
Namun Pangeran Benawapun berkata, "Aku akan minta
bantuan seseorang pergi ke Pajang untuk menyampaikan
berita tentang meninggalnya Ki Gede Lenglengan serta para
pembantunya" "Persetan dengan rencana kalian"
Pangeran Benawa menarik nafas panjang. Tetapi ia tidak
berbicara lagi. Bahkan kemudian Pangeran Benawa itu telah
mengajak Paksi untuk keluar dari bilik itu.
"Lajer Laksita tidak akan dapat bergerak ke mana-mana"
berkata Paksi hampir berbisik.
Ketika mereka berada di luar bilik, mereka melihat Nyi
Permati dan Kemuning yang berdiri termangu-mangu. Namun
Paksi itupun kemudian menggeram, "Tidak seorang pun boleh
masuk, atau aku akan benar-benar membunuhnya"
Peristiwa Merah Salju 12 Si Dungu Karya Chung Sin Rajawali Emas 2

Cari Blog Ini