Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok Bagian 11
bersuara. Maklumlah karena "apel" pagi hari ini akan langsung dipimpin oleh junjungan besar mereka. Thay-siang-pangcu simbol
junjungan mereka yang termulia dan agung bagai dewata, hanya
dapat dipandang tak boleh disentuh. Bahwa Thay-siang sendiri
yang akan pimpin pertemuan besar ini, betapa besar arti dan
khidmat pertemuan ini, memangnya siapa pula yang berani ribut,
berkelakar atau bisik,"
Pandangan semua hadirin lurus kedepan, di atas undakan batu
yang tinggi di depan ruang pendopo sana ditaruh sebuah kursi
kebesaran yang berlapis kain sutera mengkilap. itulah tempat
duduk Thay-siang. Di kedua siai kursi kebesaran ini masing2
ditaruh pula dua kursi yang sama bentuknya, cuma lebih kecil dan dilapisi sutera warna lain, itulah tempat duduk untuk Pangcu dan Hu-pangcu. Tapi di sebelah kursi kiri itu ditaruh pula sebuah kursi yang sama. Perhatian hadirin justeru tertuju pada kursi ketiga di sebelah pinggir ini, timbul herbagai pertanyaan dalam benak
mereka, diperuntukan siapakahkursiyangsatu ini"
Selain Pangcu dan Hu-pangcu, jabatan congkoan memang
cukup tinggi didalam Pek-hoa-pang, tapi dihadapan Thay-siang, dia masih belum setimpal duduk berjajar di antara deretan kursi itu.
Malahan didalam rapat besar yang langsung dipimpin Pangcu
sendiri congkoanpun hanyabolehberdiridisamping kursinya.
Tak lama kemudian, dari kanan-kiri pintu beriring keluar
serombongan orang. Kedua rombongan ini dipimpin dua orang
laki2 tua berjubah biru. di belakangnya berbaris laki2 muda
berseragam hijau pupus, jumlahnya ada 32 orang, dengan derap
langkah rapi, teratur mereka berjajar dan berdiri di sebelah kiri undakan. Mereka inilah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang yang
berjumlah 36 orang itu, dua diangkat sebagai pimpinan mereka.
Seperti diketahui, dua orang Hou-hoat-su-cia telah dibunuh oleh So-yok dengan alasan lalai
menjalankantugassehinggajumlahnyasekarangtinggal34...
Waktu berlalu tanpa terasa, sementara itu sudah menjelang
tengahhari. Terdengartiga kali bunyi lonceng dari dalampendopo.
Semua hadirin seketika berdiri tegak dan khidmat, begini banyak hadirin di tengah iapangan ini, tapi suasana begitu sunyi, napas merekapun tertahan.
Dari serambi kiri di mana terdapat pintu bundar, dibawah
iringan Congkoan Giok-lan beranjak keluar seorang pemuda
berjubah panjang warna biru. Usia pemuda ini baru likuran tahun, kulit
mukanya putih cakap, bibirnya merah, matanya terang bercahaya,
di tengah pancaran sinar matahari pagi tampak gagah dan
berwibawa. Sudah tentu munculnya pemuda ini menarik perhatian seluruh
hadirin, terutama para anggota Pek-hoa-pang, semuanya masih
muda belia, tiada sepasang mata mereka yang terkesip mengawasi
pemuda ganteng ini. Tapi 34 Hou-boat-su-cia itupun tak kalah
tajam pandangannya mengawasi pemuda yang satu ini. cuma
sorot mata mereka memancarkan perasaan lain, disamping kaget
heran, merekapun merasairidancemburu.
Semua orang sudah dengar bahwa Pang mereka kedatangan
tamu agung, katanya seorang pemuda she Ling yang berwajah
tampan kabarnya pemuda inilah yang berhasil membuat obat
penawar getah beracun itu. Sebagai tamu terhormat adalah
selayaknya kalau dia mendapat tempat duduk di bawah kursi
Pangcu mereka. Tapi Hou-boat-su-cia itu tiada yang tahu siapakah pemuda
berjubah biru ini" Sebetulnya mereka terdiri dari orang2 yang
cukup luas pengalaman dan punya nama di kalangan Kangouw,
tunas2 muda dari berbagai aliran yang berkepandaian tinggi, tapi belum pernah mereka lihat atau dengar adanya pemuda seperti
yang ada dihadapan mereka, sudah tentu mereka merasa kaget
dan keheranan. Kaget dan heran karena Giok-lan atau si Cong-koan sendiri yang
mengiringi pemuda tampan ini malah sikapnya tampak ramah dan
hormat, orang dipersilakan duduk di kursi ketiga yang
disediakan-Hadirin juga tahu bahwa Thay-siang pendiri
Pek-hoa-pang yang mereka agungkan adalah tokoh kosen yang
punya kedudukan tinggi dan disanyung hormat di Bu-lim, padahal
kedua pemimpin Hou-hoat itu juga sudah beken di kalangan
Kangouw, termasuk orang kosen kelas satu dalam dunia persilatan, tapi mereka toh cukup berdiri di bawah undakan saja.
Memangnya siapa dan bagaimana asal-usul pemuda yang
mendapatkan kedudukan yang tinggi dan terhormat di dalam Pekhoa-pang. Tamu terhormat Ling Kun-gi telah berduduk, Cong koan
Giok-lan segera mengundurkan diri berdiri ke sebelah kanan.
Menyusul empat perempuan berpakaian dayang terbagi menjadi
dua pasangan berpakaian serba kuning beranjak keluar dari
pendopo, dua orang di depan masing2 memeluk sebatang mistar
dari batu jade warna hijau, dua orang di belakangnya, seorang
memegang kebutan bergagang batu jade warna putih, seorang lagi
membawa pedang kuno yang gagang dihiasi tujuh butir mutiara
warna-warni, sesampai di belakang kursi kebesaran ditengah itu, keempatdayang ini lantasberdiriberjajar.
Melihat keempat dayang ini, hadirin lantas tahu sebentar Thaysiang pasti akan keluar, maka para hadirin sama tahan napas
menatap ke depan, tapi sikap mereka tetap tegak dan hormat.
Demikian Ling Kun-gi yang duduk di kursi tamu juga pelan2 berdiri.
Sementara itu dari pintu pendopo yang besar itu muncul pula tiga orang.
Yang di tengah mengenakan gaun panjang warna hitam,
kepalanya berbalut kain sari, bagian depannya menjuntai turun
menjadi cadar muka, itulah nyonya tua dan bukan lain Thay-siang adanya. Pek-hoa-pangcu disebelah kiri, Hu-pangcu So-yok berada
disebelah kanan, mereka membimbing Thay-siang berjalan keluar
pelan2. Hari ini Pek-hoa-pangcu mengenakan pakaian warna kuning
seperti bulu angsa, di depan dadanya bersulam sekuntum
kembang Bok-tan sebesar mangkuk berwarna merah dadu bergaris
benang emas. Sedang So-yok juga mengenakan model pakaian yang sama
cuma warnanya merah delima, bagian depan dadanya juga disulam
sekuntum bunga warua kuning yang sedang mekar, pinggangnya
ramping gemulai. Mereka bimbing Thay-siang menuju ke kursi tengah, lalu
masing2 mundur menempati kursiyangtelah disediakanuntuk
mereka. Kedua laki2 tua jubah biru segera pimpin ke 32 Hou-hoat-su-cia
membungkuk seraya berseru: "Hamba co houhoat (pelindang kiri
agama) Leng Tio-cong. Yu houhoat (pelindang kanan agama)
coa-Liang bersama seluruh Hou-hoat-su-cia menyampaikan
sembah sujud kepada Thay-siang."
Disusul seratusan gadis yang berada di sebelah kanan serempak
berlutut dan menyembah, suaranya nyaring merdu berpadu: "Para Tecu menyampaikan sembah sujud kepada Thay-siang."
Thay-siang duduk tegak di kursinya, sorot matanya yang tajam
seolah2 menembus cadar laksana sinar matahari pagi, dingin
laksana kilat menyapu pandang ke seluruh hadirin, akhirnya sedikit mengangguk sebagai jawaban. Lalu tangan kiri sedikit diangkat
sambil menoleh kepada Hupang-cu yang duduk di sebelah kananHu-pangcu So-yok segera berdiri, matanya yang jeli berputar,
suaranya merdu: "Thay-siang suruh aku memperkenalkan seorang tamu agung kepada hadirin . . . . " nada suaranya sengaja
diperpanjang, sementara tangan menunjuk kearah Ling Kun-gi,
suaranya semakin lantang,
"Inilah Ling Kun-gi, Ling-kongcu, murid kesayangan Put-thong Taysu darisiau-lim."
Lekas Kun-gi berdiri dan menjura ke arah hadirin-Hadirin
menyambut dengan tepuk tangan yang riuh-rendah. Sudah tentu
suara tepuk tangan paling ramai datang dari sebelah kanan,
seakan2 para nona itu ingin berlomba keplok tangan, sementara
para Hou-hoat-su-cia hanya beberapa orang saja yang ikut2an
tepuk tangan-Malah kedua pemimpin Hou-boat yang berdiri di kirikanan, yaitu kedua laki2 tua jubah biru itu, hanya menatap tajam setengah mendelik kepada Ling Kun-gi, se-olah2 mereka tidak
percaya. Put-thong hwesio alias Hoan-jiu-ji-lay, sudah 10 tahun tak
terdengar kabar-beritanya lagi, mungkinkah bocah semuda ini
betul2 murid didik Hoan-jiu-ji-lay"
Setelah suara keplok tangan tak terdengar lagi baru So-yok
melanjutkan kata2nya: "Ling-kongcu masih muda tapi penuh bakat dan serba mahir, kepandaiannya tinggi pengetahuan luas, atas
undangan Pang kita, kali ini dia telah menyelesaikan suatu tugas yang teramat besar artinya bagi Pang kita semua. Yaitu berhasil membuat obat penawar getah beracun itu demi keselamatan Pang
kita. Maka getah beracun milik Hek-liong-hwe itu selanjutnya tidak perlu kita takuti lagi."
Baru sekarang seluruh hadirin tahu duduk persoalan, tak heran
pemuda she Ling ini bisa memperoleh tempat kedudukan yang
terhormat di hadapan Thay-siang, kembali tepuk tangan diiringi
suara tawa ramai lebih riuh daripada tadi.
So-yok berkata pula setelah tepuk tangan tak terdengar:
"Sekarang akan kami perlihatkan obat penawar dari getah beracun ini kepada seluruh hadirin." Lalu dia memberi tanda gerakan tangan kepada congkoan Giok-lan-Giok-lan mengangguk, dia
mengulap tangan kependopo, dua orang gadis segera keluar
masing2 membawa sebuah tempayan dan ditaruh di atas undakan
batu. Seorang disebelah kanan segera melolos pedang dan
dicelupkan ke dalam tempayan terus diangkatnya tinggi2
Hanya sebentar dicelup ke dalam getah beracun, semua hadirin
sudah melihat jelas batang pedang yang semula kemilau cerah itu kini bagian depannya telah berubah warna hitam legam tak
bercahaya, jelas ujung pedang itu sudah berlumur racun yang
amat jahat, keruanhadirinsama terbelalakdan ciutnyalinya.
Maklumlah, biasanya senjata tajam atau senjata rahasia apapun
sukar melumuri racun diatasnya, karena besi bukan benda yang
gampang menyerap sesuatu cairan, maka untuk melumuri senjata
dengan racun harus dilakukan berulang kali dan memakan waktu
yang cukup panjang. Untuk lebih meyakinkan, biasanya senjata
tajam itu dibakar sampai menganga berulang kali serta dicelup
beberapa kali pula ke dalam air yang mengandung racun itu.
Tapi kali ini gadis ini hanya sekali celup tanpa membakar senjata dan getah beracun itu sudah membuat ujung pedang bewarna
hitam legam, terang kadar racun yang menempel di atas pedang
betul2 amat jahat. Dapatlah dibayangkan betapa ganas dan keras
kadar racun getah hitam ini"
Dengan mengacungkan pedang tinggi2 di atas kepala, gadis itu
mondar-mandir ke kiri-kanan undakan supaya hadirin dapat
melihat lebih jelas. Sementara gadis yang lain sudah mengambil
sebuah papan kayu dan diletakkan di lantai, gadis pemegang
pedang segera tusukkan pedangnya ke papan kayu, hanya
ujungnya saja yang menempelsedikit, tapi ujung pedangyang
mengenai papanseketika menimbulkan suara "ces" dan
mengepulkan asap warna kuning. Seperti terbakar bagian papan
yang kena ujung pedang, malah meninggalkan bekas lubang
sebesar mata uang.-Menyaksikan semua ini, Kun-gi sendiri juga
merasa diluar dugaan, batinnya: "Entah racun jenis apakah getah beracun ini" begitu ganas dan lihay" "
Melihat ujung pedang yang berlumur getah ternyata begitu
ganas kadar racunnya, semua hadirin sama berubah pucat dan
terbelalak matanya. Gadis pemegang pedang tetap kalem, dia tarik pedangnya mundur lalu menghampiri tempayan lainnya disebelah
kiri, ujung pedang yang berlumur racun warna hitam itu segera dia celup pula ke dalam tempayan yang satu ini, hanya sebentar terus diangkat pula pedangnya.
Hadirin sudah menunggu sambil tahan napas, pandangan
semua orang. tanpa berkedip mengawasi pedang di tangan si
gadis. Ujung pedang yang berlumur racun warna hitam tadi,
setelah diangkat warna hitam hitam tadi kiri telah putih dan lambat laun warna itupun sirna sama sekali, maka tampaklah cahaya
cemerlang yang menyilaukan mata dari ujung pedang tadi maka
gemuruhlah tepuk tangan dan sorak sorai dari ratusan gadis ayu
dan puluhan Hou-hoat-su-cia itu. Sementara kedua pelayan tadi
menjura kearah Thaysiang lalu menjemput tempayan serta
menenteng pedang terus mengundurkan diri.
Wajah Thay-siang tampak mengunjuk rasa senang, meski
teraling cadar, tapi sorot matanya kelihatan mencorong, katanya dengan nada tinggi: "Kalian sudah saksikan betapa lihay dan ganas racun getah ini, kita sudah punya obat penawarnya, Hek-liong-hwe tidakhabis2 menggunakangetahberacunini, kelakpastimerupakan
petaka bagi insan persilatan khususnya, dan rakyat jelata pada
umumnya...." Diam2 tergerak Kun-gi, pikirnya: "Betulkah Hek-liong-hwe tidak akan pernah kehabisan getah beracun untuk selamanya.
Memangnya getah itu sudah tercipta oleh alam dan takkan pernah
kering dan habis dipakai" "
Sorot mata Thay-siang menjelajah ke muka seluruh hadirin,
semua orang berdiri tegak dan hormat, lalu diam meneruskan
kata2nya: "Azas tujuan Losin mendirikan Pek-hoa-pang adalah untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan menunjang yang
lemah melawan kelaliman, maka Losin berkeputusan dalam waktu
dekat ini akan pimpin kalian untuk bergerak menyerbu
Hek-liong-hwe, melenyapkan bibit bencana demi kesejahteraan
kaum Bulim ...." Pidato Thay-siang memperoleh sambutan yang gegap gempita
dariseluruh hadirin. Lebih lanjut Thay-siang berkata: "Jumlah kita boleh dikatakan terlalu banyak, tingkat kepandaian kalian juga tinggi rendah sukar dibedakan, apalagi gerakan besar2an ini adalah meluruk jauh ke
sarang Hek-liong hwe, kita harus beraksi secara mendadak di
waktu mereka tidak siaga, maka kekuatan kita harus bisa
diandalkan, semua harus bergerak cepat, tegas dan perwira, oleh karena ini Losin putuskan, mulaihari ini diadakan seleksiuntuk
memilih orang2 yang akan kubawa serta"
Sampai di sini, dia berpaling kepada So-yok dan berkata: "Soyok. umumkan peraturan seleksi ini."
So-yok membungkuk dan menerima perintah. Lalu dari dalam
lengan bajunya dia keluarkan selembar kertas, ia memandang
hadirin sejenak lalu terdengar suaranya lantang nyaring
berkumandang "Sejak sekarang Pang kita mengangkat seorang cong-hou-hoat-su-cia, kedudukannya sejajar dengan Hu-pangcu. Di bawah cong
hou-hoat dibantu dua orang pemimpin Houhoat, Houhoat ada
delapan orang, semetara Hou hoat-su-cia berjumlah dua puluh
empat, semua calon2 Houhoat ini akan dipilih dari para Hou-hoat-su-cia yang hadir sekarang."
Sudah tentu dihadapan Thay-siang para Hou-hoat-su-cia yang
berada di bawah undakan tak berani bicara atau berbisik, tapi
dalam hati semua orang menimang2 sampai dimana tarap
kepandaian sendiriserta jabatan apa nantiyang akan diraihnya"
Terdengar So-yok bersuara lebih lanjut: "Peraturan seleksi babak pertama, 32 Hou-hoat-su-cia akan dibagi dua barisan, setiap barisan 16 orang, jadi masing2 orang mendapat satu lawan, main
kepalan atau pakai senjata diperbolehkan, kepandaian siapa lebih tinggi dia akan maju ke babak selanjut-nya, diwaktu bertanding
hanya dibatasi saling tutul dan tidak boleh melukai lawan, 16 orang pemenangnya, akan mendapat kesempatan maju ke babak kedua
....." Sampai di sini dia merandek. menelan ludah lalu meneruskan:
"Babak kedua, 16 pemenang tadi dibagi dua kelompok. masing2
tetap memperoleh satu lawan, siapa lebih Unggul dialah yang
memasuki babak kedelapan besar, kedelapan orang ini akan
diangkat jadi Hou-hoat, para Hou-hoat yang ter-pilih ini boleh
berlomba pula untuk merebut co-yu-hou-hoat, yang berkepandaian
paling tinggi akan diangkat cong-hou-hoat."--Pandangannya tertuju ke bawah sebelah kanan
"Di antara para saudara dalam Pang kita, kecuali 12 Tay-cia (peladen), diserahkan kepada congkoan untuk memilih dua puluh
orang pula untuk ikut, jadi tidak usah diadakan pertandingan-"
Gioklanberdiridan menerimatugas.
So-yok berkata lebih lanjut: "Baiklah, pertandingan boleh segera di mulai, Babak pertama ini seluruh Hou-hoat-su-cia terbagi
menjadi dua baris." Memangnya 32 Hou-hoat-su-cia itu sudah terbagi menjadi dua
barisan, maka cepat sekali mereka beranjak ke tengah arena, tetap dengan formasi barisan yang sama.
"Sekarang antara barisan A dan barisan B menghadap ke utara dan selatan saling berhadapan, masing2 satu lawan satu dan siap."
Tanpa bersuara 32 Hou-hoat-su-cia berpencar mencari tempat
kosong, semua berdiri satu2 saling berhadapan-So-yok berkata
pula: "Kalian boleh saling tanya pendapat lawan masing2, mau main kepalan atau adu senjata, kalau kedua pihak tidak tiada
kecocokan, boleh saling tukar lawan-"
Pengumuman ini, memang menimbulkan sedikit perubahan,
bagi yang ingin main kepalan segera mencari lawan yang sama,
demikian pula yang ingin adu senjata mendapatkan lawan yang
setimpal, jadi satu sama lain bertukar lawan bertanding.
Setelah semua mendapatkan lawan dan kembali keposisi
semula, So-yok bersuara pula: "Ba-bak ini ada 16 pasang akan mulai bertanding, maka diperlukan enam belas wasit, setiap
pasang seorang wasit untuk menentukan siapa kalah dan menang,
supaya pertandingan ini berjalan secara adil, sekarang persilakan Lingkongcu, congkoan dan 12 Tay-cia bersama co yu-hou-hoat
menjadi wasit. silakan keluar. "
Terpaksa Kun-gi tampil ke bawah undakan, berdiri berendeng
bersama Giok-lan dan kedua Hou-hoat berjubah biru. sementara
kedua belas Tay-Cia yaitu Bwe-hoa, Lian-hoa, tho-hoa, Klok-hoa, Giok" ti, Bir kui, Ci-hwi, Hu-yong, Hong-sian, Giok-je, Hay-siang dan Loh-bi-jin beruntun keluar pula.
Dengan senyuman manis So-yok mengerling kearah Kun-gi lalu
angkat tangan berseru: "Pertandingan akan dimulai, silakan para wasit turun
gelanggang, setiap pasang satu wasit."
16wasitsegeraberanjakturun kegelanggang.
Terdengar So-yok bersuara pula: "Perlu ditegaskan sekali lagi, setiap peserta pertandingan dilarang menggunakan senjata
rahasia, cukup saling tutul dan raba saja, ketentuan kalah menang berada ditangan wasit, keputusannya tidak boleh di gugat, kecuali memang salah tangan melukai orang, dilarang saling dendam"-Lalu dia berpaling menghadap Thay-siang, serunya: "Mohon petunjuk Thaysiang, apakah pertandingan boleh dimulai" "
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thay-siang mengangguk katanya: "Ya, suruh mereka segera
mulai." So-yok mengiakan, dengan suaranya lantang ia lantas berteriak:
"Pertandingan boleh dimulai, sekarang semua siap. yang pakai senjata boleh keluarkan senjata masing2 dan dengarkan aba2ku."
Maka terdengar suara "srat-sret dan trang-treng" yang ramai, ternyata sebagian besar yang bertanding itu menggunakan
senjata. Terdengar So-yok berseru keras: "Satu, dua, tiga. .... ."
Pada hitungan ketiga, 16 pasang Hou-hoat-su-cia yang
bertanding serentak mengembangkan kemahiran masing2 dan
saling gebrak. 32 orang menjadi 16 pasang mulai serang
menyerang. Lapangan di bawah undakan ini memangamat luas,
kiranya, cukup buat berdiri seribu orang, untuk bertanding 16
pasang orang ternyata masih cukup luang, suasana amat ramai
dan menarik sekali. Ling Kun-gi menjadi wasit dari dua orang yang berusia 27-28 tahun, keduanya kebetulan bersenjata pedang.
Seorang bermuka bersih, berperawakan kurus tinggi,
kelihatannya ramah dan lembut. Lawannya bertubuh agakpendek.
tapi badannya kekar, otot-nya merongkol dan dagingnya kencang,
kelihatan amat garang. Begitu kedua orang saling gebrak. Kun-gi lantas mendapatkan ilmu pedang kedua orang cukup terlatih baik
dan cukup tinggi kepandaiannya.
Gerak-gerik dan gaya permainan pedang si tinggi, ternyata rada
aneh, semula melancarkan serangan dibarengi dengan tubrukan ke
depan, sekali tubruk terus melabrak dengan gaya seorang yang
hendak menunggang kuda, tapi bukan naik kuda, sementara kedua
matanya mencorong liar dan buas, sedang pedangnya menutul dan
menusuk juga memapas dan menabas tenggorokan lawan,
permaiman pedangnya yang ganas dan keji ini terang bukan dari
aliran yang baik. Ilmu pedang sipendek kekar ternyata bergaya mantap dan
kokoh seperti perawakannya, tenang dan kuat, yang dimainkan
adalah Llok-hap-kiam, setiap jurus pedangnya merupakan
rangsakan terbuka dan sekaligus membendung serangan lawan,
terang kemahirannya cukup meyakinkan-Dalam sekejap kedua
orang sudah saling gebrakbelasan jurus.
Setelah menyaksikan sekian gebrak, didapati oleh Kun-gi, setiap kali si kurus menubruk dan melompat, salah satu kakinya entah
kanan entah kiri pasti terseret ke belakang, sementara sorot
matanya melirik buas, hatinya berdetak dan ingat sesuatu, diam2
ia berteriakdalamhati: "Thian-long-kiam" "
Gurunya pernah bercerita, kira2 30 tahun yang lalu, di daerah
cepak beliau pernah bertemu dengan seorang Lo-long-sin yang
aneh, dengan meniru gerakan serigala dia berhasil menciptakan
Thianlong-kiam-hoat, dikiranya Ciptaan ilmu pedangnya ini amat
lihay dan tiada bandingan di kolong langit, wataknyapun angkuh.
Tapi sekali gebrak gurunya berhasil menyengkelitnya jatuh
ter-guling2 dengan gerakan tangan kidalnya.
Gurunya pernah bilang, bahwa Thian-long-kiam-hoat ciptaan Lolong-sin ini bukan saja gayanya amat ganas, gerak-geriknya juga mirip serigala yang liar dan buas itu, seperti serigala yang
kelaparan, berputar kian-kemari mencari kesempatan menyergap
lawan-Dirinya diperingatkan supaya hati2 bila kelak berkecimpung di Kangouw, kalau bertemu dengan orang yang main pedang mata
liar berjelilatan dan gayanya seperti serigala hendak menerkam
mangSanya. Kini dilihatnya orang ini menggunakan Thian-long-kiam,
mungkinkah dia murid Lo-long-sin" Pada saat itulah matanya yang jeli berputar, cepat dia angkat tangan kiri serta menjentik sekali hingga menerbitkan sejalur angin kencang, mulutpun berseru
tertahan-"Harap kalian berhenti." begitu dia membuka suara, maka terdengarlah suara "creng", pedang panjang si kurus tinggi menerbitkan suara getaran-.
Mendengar teriakan "berhenti" dari sang wasit, kedua orang yang bertanding segera melompat mundur sambil tarik pedang,
bahwa pedang panjang si kurus tergetar dan mengeluarkan suara,
hakikatnyaorang laintiadayang mengetahuiatau melihatjelas.
Sebaliknya rangsakan si pendek tampak amat bernafsu, ketika
mendadak mendengar wasit menghentikan pertandingan, hatinya
merasa heran maka matanya melirik kearah Ling Kun Kun-gi
tersenyum, katanya: "Saudara yang kalah"
Melengak heran si pendek. serunya: "Masa aku yang kalah?" Dia yakin gerak serangan terakhir barusan hampir mengenai sasaran,
sudahtentuiatakpercayabiladirinyayangkalah malah. . .
Diam2 Kun-gi berkata, dalam hati: "Thian-long-kiam-hoat
memang buas dan keji, kalau pedang orang tidak kujentik pergi
sehingga ujung pedangnya tergetar miring beberapa mili, mungkin sekarang kau sudah menggeletak di tanah." Tapi lahirnya dia tersenyumramah, sahutnya: "Betul, saudara yang kalah"
Sipendek naik pitam, serunya: "Dalam jurus mana cayhe kalah"
" Kun-gi menuding pinggang kanan sipendek. katanya: "Silakan saudara periksa pinggang sebelah kanan."
Cepat sipendek menunduk. memang dilihatnya pakaian di
bagian pinggang sebelah kanan telah tergores robek memanjang
beberapa dim oleh ujung pedang, seketika mukanya merah malu,
lekas dia menjura dan mengundurkan diri.
Sementara si kurus tinggi telah masukkan pedang ke dalam
sarungnya, dengan gaya yang lengang dia menjura kepada Kun-gi,
katanya: "cayhe Keng-sun Siang, selanjutnya harap Ling-kongcu suka memberi petunjuk,"
Lekas Kun-gi balas menjura, sahutnya: "Mana berani, silakan saudara." Kongsun Siang segera membalik badan dan
mengundurkan diri. Terdengar So-yok berteriak: "Silakan Lingkongcu duduk kembali." . Kun-gi menjura kearah sana dan kembali ke tempat duduknya.
Sementara itu, sepertiga dari 16 pasangan petanding sudah
berhenti, yang masih gebrak sudah mencapai babak yang
menentukan, sinar golok dan cahaya pedang saling samber,
gempur menggempur Silih berganti amat Seru. Maklumlah
pertandingan ini bukan saja untuk menaikkan gengsi, tapi juga
Sekaligus merebut kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi di
dalam Pek-hoa-pang Selanjutnya.
Sudah tentu Kun-gi bisa menilai bahwa kepandaian silat orang2
itu tiada yang lemah. So-yok memang tidak bohongi dia, para Houhoat-su-cia Pek-hoa-pang ini memang murid2 dari berbagai aliran besar. Dari gaya permainan silat mereka Ling Kun-gi dapat
membedakan mereka ini terdiri dari murid2 siau-lim, Bu-tong,
Hingsan, Hoa-san dan Go-bi, tapi juga ada murid2 dari aliran
Kong-tong, ji-lay, Soat-san, dan aliran lain pula yang dipandang sebagai golongan luar garis yang aneh2 permainannya. Pendek
kata ke 32 Hou-hoat-su-cia itu merupakan kumpulan tunas2 muda
dari berbagai golongan dan aliran baik dan sesat.
Hal ini sungguh membuat Kun-gi tak habis mengerti mereka itu
terang adalah perjaka yang belum lama lulus dari perguruan, cara bagaimana bisa sekaligus berkumpul dan mendarma-baktikan diri
pada Pek-hoa-pang" Memangnya dengan cara dan akal apa Pekhoa-pang berhasil menjaring tokoh2 muda yang kosen ini"
Mendadak pikirannya jadi jernih, segalanya jadi jelas dan
dimengerti olehnya. Terang tanpa disadari mereka juga kena
dikerjai Bi-sinhiang-wan yang dicampur di dalam makanan. Hanya
orang yang telah makan Bi-sin-hiang-wan, lahirnya tetap segar
bugar, gagah tak ubahnya seperti orang biasa, kepandaian silat
yang dimiliki-pun tidak berkurang tapi jiwa danpikiran mereka
seratus persen dapat diperbudakoleh Pek-hoa-pang. Beberapa
lama lagi baru orang2 yang bertanding pada babak pertama sudah
ada yang kalah dan menang, para wasitpun mengundurkan diri.
So-yok bediri di undakan, dia memberi petunjuk pada ke-16
Houhoat-su-cia yang kalah di medan laga untuk mengundurkan diri ke tempat semula. Sementara 16 peserta yang menang disuruh
berkumpul dan berdiri di tengah arena menghadap kearah Thaysiang. Tanpa diperintah sikap mereka tampak patuh dan tunduk.
serempak mereka memberihormat.
Thay-siang sedikit manggut, katanya "Bagus sekali, kalian boleh berjuang lebih keras."
So-yok segera mengumumkan: "Sekarang pertandingan babak
kedua dimulai, ke-16 pemenang babak pertama tadi dibagi menjadi dua baris saling berhadapan dan boleh mencari lawan masing2 dan tunggu aba2ku lebih lanjut."
cepat sekali ke-16 pemenang babak, pertama lantas berbaris
saling berhadapan ditengah lapangan.
So-yok berpaling kearah kanan, serunya: "sekarang diperlukan delapan wasit lagi, kita panggil saja Bwe-hoa, Lian-hoa, Tho-hoa, Giok-li, Bi-kui, Ci-hwi dan Hu-yong berdelapan-" orang2 yaug disebut namanya beranjak masuk arena.
"Baik, semua siap." teriak So-yok, "mulai kuhitung. satu, dua, tiga ......"
Delapan orang daripada enam belas petanding ini akhirnya akan
tersisih dan tiada hak maju lagi, mereka akan tetap sebagai Houhoat-su-cia, sementara delapan orang yang menang diangkat
menjadi Hou-hoat, kedudukan setingkat lebih tinggi. Maka
pertandingan babak kedua ini cukup besar artinya bagi mereka,
karena ini menyangkut masa depan mereka di Pek-hoa-pang,
sudah tentupertandinganbabak keduainijauh lebihsengit.
Begitu So-yok mengeluarkan aba2, enam belas orang itu segera
mulai saling labrak. Delapan wasit ikut berlompatan kian kemari, lari sana putar sini mencari posisi lebih baik untuk mengawasi
pertandingan. Duduk di atas undakan batu pualam, sudah tentu Kun-gi dapat
menyaksikan dengan jelas di-dapatinya antara kedelapan pasangan orang yang lagi berbaku bantam itu ada empat orang memiliki
kepandaian yang agak menonjol dari pada yang lain-Pertama
adalah Kongsun siang yang mainkan Thian-long-kiam-hoat di ujung kiri sana, gerak-geriknya mirip sekali dengan serigala liar, buas dan serakah. Lawannya adalah murid Bu-tong-pay, kepandaian
Liang-gikiam-hoat yang dimainkan menciptakan lingkaran2 bundar
yang bersusun dan berlapis2, dia hanya bertahan dan jarang balas menyerang.
Dua lainnya adalah murid Go-Bi yang mainkan Loan-poh-hongkiam-hoat ( ilmu pedang angin ribut), setiap putaran pedangnya
sekencang angin badai yang ribut, kelihatannya pedangnya
menuding ke timur dan menusuk ke barat, gerakannya seperti
kalang kabut dan tidak teratur, namun sesungguhnya merupakan
permainan ilmu pedang yang rapi dan mengandung banyak
perubahan, sukar ditebak ke mana sasaran pedangnya. Lawannya
adalah murid Pat-kwa-bun yang melancarkan ilmu Pat-kwa-kiamhoat, dia hanya bertahan dengan rapat, tapi lambat laun menjadi kewalahan membendung rangsakan pedang lawan dari berbagai
penjuru. orang ketiga adalah pemuda yang memainkan Hing-san-kiamhoat, kadang kala dia melejit tinggi menubruk maju, di tengah
udara jumpalitan sembari melancarkan serangan, se-akan2 pedang
dan tubuhnya terbaur menjadi satu, sinar pedang kemilau
memanjang, naga2nya pemuda ini sudah memperoleh ajaran ilmu
pedang Hing-san-pay murni, lawannya tampak kewalahan dan
terdesak dibawah angin-orang keempat adalah laki2 bersenjata
kipas lempit, geraknya lincah melayang kesana berkelebat ke sini, kipas lempit ditangannya bergerak dengan gaya yang gemulai.
Lawannya bersenjata Kiu-goan-to yang besar dan berat, sinar
golok berkemilau dan mengeluarkan suara nyaring dari sembilan
gelang padagoloknya. Dahsyatputarangolokbergelangembilan ini.
Sudah tentu Kun-gi dapat mengukur sampai di mana tarap
kepandaian orang ini, bukan saja gerak-geriknya lincah dan
enteng, Lwekangnyapun cukup tinggi. Apalagi setiap kali kipas
lempitnya yang berjeruji besi itu saling bentur dengan golok lawan yang bergelang dan berat itu hanya mengeluarkan suara lirih,
malah sekali sendal, lawan yang bertenaga raksasa lantas
sempoyongan dengan golok tersampuk pergi, maka dapatlah
dibayangkan betapa lihay kepandaian silatnya.
Sudah tentu empat partai yang sedang saling labrak juga
berkepandaian lumayan, kalau tidak masakah Pek-hoa-pang mau
menjaring mereka, cuma kalau kepandaian mereka betul2 diukur
dengan keempat orang ini, rasanya masih setingkat lebih rendah.
oleh karena itu perhatian Kun-gi hanya tertuju pada empat orang ini. Diam2 dia sudah berkesimpulan, empat orang ini nanti pasti akan lulus dengan angka terbaik.
Dugaan Kun-gi memang tidak meleset, kejap lain Kongsun Siang
yang melancarkan Thian-long-kiam-hoat tiba2 merangsak maju lalu menyelinap ke samping kanan murid Bu-tong lawannya, lawan
dipaksa menarik pedangnya, sedangkan pedang Kong-sun Siang
justru sudah menanti, pada saat lawan menarik pedang dan ganti
gerakan, ujung pedangnya menyelinap masuk menusuk iga
lawan-Sang wasit adalah Bwe-hoa, cepat dia berteriak: "Berhenti"
Tapi sudah terlambat, Thian-long-kiam-hoat yang dimainkan
Kongsun Siang memang ganas, sekali serangan dilancarkan, dia
sendiri tak kuasa mengendalikan diri sendiri. Terdengar murid Butong itu mengeluh tertahan, langkahnya sempoyongan, darah
mengucur membasahi badan.
Terunjuk rasa menyesal pada wajah Kongsun Siang, katanya
sambil menjura: "Ji-heng, harap maaf akan kesalahan tanganku ini."
Lekas Giok-lan memberi tanda pada dua pembantunya yang
berdiridibelakang, lekas mereka maju memayang murid Bu-tong itu serta membubuhiobat dilukanya.
Sementara itu, keenam pasangan yang lainpun sudah hampir
mencapai saat2 yang menentukan. Mungkin terburu nafsu ingin
menang dia terlalu yakin akan kekuatan sendiri yang sejauh ini tak berhasil merobohkan lawan, laki2 bersenjata golok gelang sembilan mendadak menghardik, berbareng gerakan goloknya berubah,
dengan gencar dia melabrak dengan seluruh kekuatannya.
Permainan ilmu goloknya yang berbobot berat benar2 sudah
matang, bukan saja gerakannya tangkas, cepat, tapi juga mantap
dan tenang, sinar golok berkembang laksana tabir kemilau,
membacok. membabat, semuanya mengincar tempat2 berbahaya
di tubuh lawan- Ilmu golok yang hebat ini memang luar biasa perbawanya, laki2
bersenjata kipas lempit tertawa dingin, berbareng dia imbangi
rangsakan golok lawan dengan kelincahan tubuhnya, kipasnya
berkembang atau melempit tak menentu, pakaian hijau yang
dipakainya melambai2, serangan lawan sederas itu, tapi dia tak
pernah mundur, malah balas menyerang tak kalah gencarnya,
sekali memberosot ke samping, tahu2 dia malah menerobos masuk
ke lingkaran sinar golok lawanBadannya berputar cepat sekali, selincah kumbang terbang
mencari madu berlomba dengan kupu2, badannya berkelebat di
antara samberan sinar golok yang terang itu, betapapun kencang
golok berputar, sejauh itu tak mampu menyentuh ujung
pakaiannya, sebaliknya kipas lempit itu kadang2 terkembang dan
tahu2 melempit pula tipU gerakannya juga aneh.
"Plak ", sekonyong2 terdengar suara keras, karena tak sempat menghindar dan menangkia, kipas lempit lawan tahu2 mengetuk
hiat-to dipundak laki2 bergolok, golok terjatuh dan mengeluarkan suara keras, sementara laki2 itu ter-huyung2 beberapa tindak.
Gerak serangan laki2 bersenjata kipas lempit yang memang
cepat luar biasa sehingga sang wasit, yaitu Bi-kui yang
menyaksikan dengan penuh perhatianpun terlambat dan tak
sempat menghentikan pertarungan ini.
Laki2 bersenjata kipas menyimpan kipas lempitnya serta
menjura dengan tertawa: "Terima kasih, saudara sudi
mengalah."-cepat iapun mengundurkan diri.
Diam2 Kun-gi membatin: "Entah siapa sebenarnya laki2
bersejata kipas lempit itu" "
Didengarnya wasit ketiga di tengah arena berseru: "Berhenti."
Itulah suara Tho-hoa. Waktu hadirin memandang ke sana, lawan laki2 yang
memainkan Hing-san-kiam-hoat tampak tergores dipelipianya,
secomot rambutnya tercukur rontok, dengan merah malu laki2 itu
segera mengundurkan diri. Sementara murid Hing-san itu lantas
menjura sertamenyarungkanpedangterus mengundurkandiripula.
Kejap lain Lian-hoa yang jadi wasit pada pasangan kedua juga
menyerukan berhenti. Pasangan yang saling labrak adalah murid
Gobi pay yang memainkan ilmu pedang angin ribut itu melawan
murid Pat-kwa-bun, kekuatan mereka boleh dikatakan sama kuat.
Pat-kwa-kiam-hoat merupakan ilmu silat bertahan yang kokoh dan
meyakinkan, gerakan pedangnya mencakup kedelapan penjuru
angin, setiap jurusan dijaga dan dibendung rapat, sayang sekali dia berhadapan dengan murid Gobi pay. seperti diketahui ilmu pedang Go-bi-pay yang bergerak laksana angin ribut ini ternyata biaa
setenang ikan berenang di dalam air, selincah burung melayang di udara, perubahannya memang membingungkan, gerakannya
seperti tidak menentu arah yang pasti.
Begitu sang wasit menyerukan "berhenti", ternyata pundak dan lengan baju serta tiga tempat lainnya di tubuhnya sudah tergores robek oleh ujung pedang lawan-Keduanya lantas menjura saling
hormat dan minta maaf, lalu mengundurkan diri.
Dalam pada itu pasangan ketiga dan kedelapan juga sudah
menentukan kalah dan menang, suara sang wasit lantang
menyerukan pertempuran berhenti. Maka dalam arena kini tinggal
dua pasangan yaitu pasangan kelima dan pasangan ketujuh, kedua
pasangan ini sama tingkat kepandaiannya, maka mereka masih
tetapbertahanuntuksekian lamanyalagi.
Pasangan kelima sama2 menggunakan senjata yang jarang
digunakan kaum persilatan. seorang memakai sepasang gelang
besar kecil, dinamakan cu-bo-siang goan (sepasang gelang ibuberanak), pada lingkaran luar gelang terpasang gigi runcing
mengkilap. begitu bergerak gelangnya, angin mendesir tajam, gigi runcing itu memancarkan cahaya kehijauan.
Sementara lawannya menggunakan sepasang ruyung pendek.
pada batang ruyungnya ini terdapat dua cabang pendek yang
melintang tegak. batang ruyung kelihatan mengkilap biru, terang di lumuri racun, anehnya cara dia pegang senjata berbeda dengan
lazimnya, ruyung dia pegang bagian tengahnya, sementara gagang
ruyungnya dia sembunyikan di belakang sikut, kadang2 dia
gunakan gagang ruyung sebagai tongkat penggebuk. tiba2 dia
membalik tangan dan dua tangan sekaligus mencecar musuh,
gerak dan tipu permainannya agak aneh.
Baru sekarang Ling Kun-gi sempat memperhatikan lebih
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seksama, ternyata permainan aneh ruyung pendek orang ini
hampir samaganasdan kejiseperti Thian-long-kiam.
Pasangan ketujuh tidak menggunakan senjata, mereka bersilat
tangan kosong, seorang melancarkan pukulan atau tutukan silih
berganti dengan berbagai gerak ragamnya. Tapi lawannya mahir
memainkan Pat-siang-ciang (pukulan delapan penjuru angin),
lunak dan keras saling berganti sehingga permainannya semakin
mantap dan kekuatannyapun bertambah. Angin kepalan dan
bayangan tangan menimbulkan deru angin, tidak kalah ramainya
dari pada pasangan lain yang adu senjata. Sedikit lena dan
keserempet angin pukulan lawan, jiwa biaa celaka.
Sang wasit Ci-hwipun terpaksa harus berdiri di luar lingkaran,
sikapnya tampak tegang dan penuh perhatian oleh pertempuran
yang sengit ini. Terdengar laki2 yang bersenjata gelang membentak keras, gigi
gelang kirinya tiba2 berhasil menggantol ruyung lawan, seCepat
kilatgelangditangan kanandengan jurus Thay-sanapting (gunung
Thay menindih kepala) mengepruk batok kepala lawan dengan
membawa suara gemuruh. Menghadapi rangsakan hebat ini, laki2 bersenjata ruyung
tertawa dingin, cepat badan mendak ke bawah sambil miring
menghindarkan serangan lawan tiba2 dia memberosot ke samping
sehingga ruyungnya yang tergantol lawan terlepas, di mana sinar biru berkelebat, tahu2 gagang ruyung sudah menyodok ke dada
lawan-Memangnya yang bersenjata elang sudah merasa jeri
terhadap ruyung lawan yang dilumuri racun, cepat dia menyingkir, sayang dia tidak menduga tatkala kedua ruyung lawan bekerja,
sebelah kaki orang juga ikut menyerampang, begitu dia menyadari bahaya, untuk berkelit sudah terlambat "Blang", kontan dia tersapu jatuh jauh, pantatnya beradu dengan lantai.
Untung dia memiliki kepandaian tinggi begitu punggung
menyentuh tanah, dengan tangkas dia melejit berdiri lagi, kedua gelang terangkat tinggi, dan sudah slap melabrak lawan pula.
"Berhenti" sangwasit Giok-lisegeraberseru.
Terpaksa orang yang bersenjata gelang menghentikan
gerakannya, tanyanya: "Belum ada yang kalah atau menang,
mengapa nona menghentikan pertandingan" "
"Kau tersapu jatuh, sudah terhitung kalah" ucap Giok-li.
Orang itu berkata: "Putusan nona tidak adil, yang kita
tandingkan adalah kepandaian menggunakan senjata, walau aku
terjatuh, tapi dalam permainan senjata toh belum kalah, kenapa
aku di-putus kalah" "
Laki2 bersenjata ruyung tertawa, selanya: "Kalau Ho-heng tidak terima, boleh kita lanjutkan pertandingan ini."
"Memangnya, sebelum ada yang menggeletak tak bernyawa di
antara kita belum bisa dikatakan kalah dan menang."
Berdiri alis Gok-li, bentaknya: "Ho Siang, waktu bertanding kau tersapu jatuh oleh lawanmu, kau tidak mau mengaku kalah" "
Merah mata laki2 bersenjata gelang, jengeknya: "Nona, kau
sebagai Tay-cia dan aku adalah Su-cia, kedudukan dan jabatan kita sembabat. belum setimpal kau gembar-gembor memanggil
namaku, tadi Hu-pangcu sudah mengumumkan cara dan tata tertib
pertandingan, bagi yang bertanding menggunakan senjata baru
terhitung kalah kalau senjata salah satu pihak menyentuh tubuh
lawan, maka aku ingin minta penjelasan dari nona, kapan ruyung
Yap Kay-sian pernah menyentuh tubuhku" " karena penasaran dia beranidebatdan melawanputusanwasit.
Lekas So-yok berdiri dan membentak: "Ho Siang-sing mundur
kau" HoSiang-sing, laki2 bersenjatagelang, sekali-ini takberanibicara lagi, dengan menggerutu terpaksa dia mengundurkan diri.
Kini ditengah arena tinggal pasangan yang adu kepalan-Melihat
tujuh pasang yang lain sudah berakhir dan ada yang kalah serta
menang, kini tinggal mereka berdua yang masih terus berhantam
tanpa kesudahan, tanpa terasa terbangkit dan berkobar nafsu
mereka, serempak keduanya kerahkan sekuat tenaga berusaha
merobohkan lawan Laki2 yang menyerang dengan kepalan diselingi tutukan itu
mendadak melancarkan jurus yang lihay, badan bagian atas
mendadak doyong menubruk ke depan. Tatkala tubuhnya bergerak
maju kini, kepalan kanan mendadak pura2 menghantam,
sementara tangan kiri dengan jari tengah yang terjulur berwarna merah darah, diiringi hardikan, sejalur angin tutukan menerjang ke tenggorokan lawan-Menyaksikan jari orang yang menjulur dan mendadak berubah
merah darah, tergerak hati Kun-gi, batinnya: "Ilmu yang
diyakinkan orang ini tidak mirip cu-sa-ci dari perguruan Gan, lebih mirip Hiating-ci dari aliran liar."
Kejadian berlangsung dalam sekejap seperti percikan api. Laki2
yang memainkan Pat-sian-ciang mendadak melihat sorot mata
lawan yang buas mengandung nafsu membunuh, diam2 ia sudah
siaga. Kini melihat jari lawan yang merah darah menyerang tiba
dan hidangnya telah mengendus bau amis yang memuakan,
keruan ia terkejut, batinnya: "sebetulnya aku tidak bermaksud membunuhmu, ternyata kau malah turun tangan keji lebih dulu
padaku." Pikiran ini berkelebat laksana kilat dalam benaknya, sementara sebat sekali dia sudah melompat mundur, menyusul
tangan kanan terayun, dengan berani dia balas menyerang.
Pukulannya inipun mengandang maksud jahat, ingin membunuh
lawan pula, apalagi dilancarkan dengan kekuatan yang sudah
disiapkan, maka angin pukulannya teramat dahsyat.
Begitu tutukan jarinya luput, laki2 yang menyerang dengan
Hiating ci (tutukan jari darah bayangan) tahu2 merasa tubuhnya
diterjang angin puyuh yang bersuhu dingin sekali, dia tak berani menangkis, cepat2 ia menggeser ke samping.
Memang terjangan angin yang telah dapat dia hindarkan. Tapi
dikala mengegos itulah mendadak badannya bergetar keras,
bergidik dan merinding tanpa kuasa langkahnya sempoyongan
mundur ke belakang. Dipihak lain, laki2 yang menyerang dengan pukulan dingin
inipun telah mengendus bau amis yang memualkan tadi, diam2
iapun kuatir akan keselamatan sendiri, maka ia tidak meneruskan serangan, lekas dia kerahkan hawa murni melindungi badan, diam2
ia atur jalan darah dan tenaga murninya.
Sebelum wasit yaitu Ci-hwi menyerukan berhenti, kedua orang
ini sudah sama berdiri tak bergerak. seluruh hadirin adalah ahli silat, tapi tiada yang melihat jelas apa sebabnya kedua orang ini mendadak sama berhenti.
Tadi orang melihat tutukan jari yang merah darah itu
dilancarkan, maka orang banyak mengira dia telah terluka oleh
tutukan itu. Ci-hwi sang wasitpun kira demikian, dia ragu2 dan
hendak mengumumkan kemenangan laki2 yang main tutukan tadi.
Untung dia melenggong sebentar, tahu2 laki2 yang menyerang
dengan tutukan itu roboh terjengkang. Keruan Ci-hwi kaget sekali, ia melongo tak mampu bersuara. Maklumlah, bukan saja dia,
sampaipun So-yok Hu pangCu yang berdiridiatasundakanbatujuga
mendelongbingung. Laki2 berkepandaian tutukan jari berdarah itu seperti jatuh
semaput, sekian lama tak nampak bergerak atau kelejetan. Malah
wajahnya yang semula kuning terang, cepat sekali telah berubah
ungu meng hitam. Dalam pada itu, setelah mengatur napas, laki2 yang main
pukulan tadi melihat lawan rebah tak bergerak. wajahnya
menampilkan rasa bangga dan puas. "Cin Te-khong" terdengar Thay-siang yang duduk di atas sana berteriak kereng. Ter-sipu2
orang itu maju beberapa langkah seraya munduk2: "Hamba disini."
Thay-siang berkata: "Losin suruh Hu-pangcu mengumumkan
bahwa dalam pertandingan ini hanya boleh saling jamah dan
dilarang melukai lawan, kenapa kau melancarkan serangan
mematikan, kini dia terluka parah?"
Cin Te-khong munduk2, serunya: "Harap Thay-siang maklum,
waktu bergebrak tadi hamba selalu ingat dan patuh akan larangan pertandingan, tak pernah melancarkan serangan jahat, dia lebih
dulu menyerang dengan Hiat-ing-ci, untuk membela diri terpaksa
hamba balas menyerangnya, Han-si-ciang (pukulan sutera dingin)
yang hamba yakinkan ini sekali dilancarkan, hamba sendiri tak
kuasa mengendalikan lagi,"
Han-si ciang, hakikatnya hadirin tiada yang pernah dangar nama
ilmu pukulan dingin ini. Diam2 Kun gi membatin: "Entah ilmu macam apa Han-si-ciang itu" Kenapa Suhu tidak pernah bilang
tentang ilmu ini" "
Thay-siang mendengus: "Pertandingan besar kuadakan ini
dilarang membunuh sesamanya, hayo lekas keluarkan obat
penawar dan cekokan padanya" "
Ternyata Han-si-ciang ada obat penawarnya, Cin Te-khong
mengiakan dia melangkah mundur kearah laki2 yang menyerang
dengan Hiat-ing-ci, dia keluarkan sebuah kotak kecil,
mengeluarkan sebutirpilwarna merah terusdijejalkan ke
mulutorang. Sesuainamanya,Han-si-ciang memangpukulandinginluarbiasa,
tak heran lawan yang terkena pukulannya seketika beku
kedinginan, sampaipun wajahnyapun berubah biru. Setelah
dicekoki obat, kira2 semasakan air mukanya yang biru menghitam
mulai pudar, tiba2 dia menariknapas panjangterus membuka mata.
Dilihatnya Cin Te-khong berdiri di depannya, seketika dia
menggerung murka, ia melejit berdiri, secepat kilat jarinya
menutuk keulu hati Cin Te-khong. Untung Cin Te-khong waspada,
hanya sedikit berkelit, dengan mudah dia luputkan diri.
Lekas Ci-hwi berteriak: "Berhenti, kalah menang sudah
ditentukan, kalian dilarang gebrak lagi."
So-yokjugalantasberteriak:"AuwKiu-ciu, mundurkau."
Laki2 itu tak berani bertingkah lagi, dari segera mengundurkan
diri. Sampai di sini pertandingan seleksi babak kedua telah berakhir, setelah dua kali bertandang secara beruntun, delapan orang telah tersisa dan delapan yang menang diangkat jadi Hou-hoat.
Berdiri di atas undakan batu, So-yok berseru mengumumkan:
"Pertandingan babak kedua telah berakhir delapan orang yang menang adalah Kong-sun Siang, memainkan Thian-long-kiam-hoat,
Ting Kiau menggunakan kipas lempit beruji besi, Thio Lam jiang
dengan Hing-san-kiam hoat, Song Tek-seng menggunakan
Loan-poh-hong-kiam-hoat, Lo-Kin-bun menggunakan pedang
berkait, Toh Kan-ling bersenjata Boan koan-pit, Yap Kay-sian pa kai sepasang ruyung, Cin Te-khong dengan ilmu pukulan Han-si-ciang, sejak kini mereka diangkat menjadi Hou-hoat dalam Pang kita."
Tepuktangannun menyambutpengumuman ini..
Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Ling Kun-gi juga ikut bertepuk
tangan menyampaikan selamat.
Terdengar So-yok berseru pula: "Sekarang silakan kedelapan Hou hoat yang baru berdiri ke depan terimalah anugerah medali
emas dari Thay siang."
Di bawah pimpinan Kongsun Siang, kedelapan Hou-hoat itu
segeratampilke mukadanberdirisejajarmenghadapkeatas.
Giok-lan, si congkoan segera memberi tanda dan seorang gadis
beranjak keluar membawa nampan langsung mendekati
Giok-lan-Nampan itu di-lapisi kain sutera, diatas nampan ini
tertaruh delapan medali emas tanda pangkat para Hou-hoat.
Menerima nampan itu Giok-lan lalu melangkah ke tengah.
Sementara Thay-siangpun berdiri dan beranjak turun-Secara
beruntun So-yok panggil kedelapan Hou-hoat menerima medali
dari Thay-siang. Hadirin keplok tangan serta berteriak2 hiruk-pikuk.
Sorot mata Thay siang menyapu kedelapan Hou-hoat, katanya:
"Losin telah langsung melihat pertandingan kalian, masing2 telah unjuk kemahiran dan kalian bukan menang secara kebetulan, tapi
berkat perjuangan yang gagah, jadi merupakan pilihan tulen di
antara ke 32 peserta. Jabatan Hou-hoat dalam Pang kita
merupakan kedudukan yang tinggi dan mulia, selanjutnya diharap
kalian bekerja dan berjuang demi kepentingan Pang kita, serta dan berbakti tanpa luntur, Ciptakanlah pahala yang lebih besar dan
rebutlah anugrah yang lebih tinggi."
Sampai di sini dia berpidato hadirin menyambut dengan tepuk
tangan lebih riuh rendah, sampai sekian lamanya keplok ramai ini tidak berhenti. Terdengar kedelapan Hou-hoat berseru lantang:
"Berkat anugrah Tay-siang yang berbudi luhur, kami bersumpah setiamembelakepentinganPang kitasampaititikdarah terakhir."
Thay-siang manggut2 pertanda telah menerima sumpah setia
para pengikutnya ini, lalu berkata: "Bagus sekali, kalian boleh memberihormat kepadaPangcu."
Delapan Hou-hoat yang baru serentak menjura kearah Pek-hoapangcu, serunya: "Hamba menyampaikan hormat kepada Pangcu."
Pek-hoa-pangcu yang sudah berdiri balas menghormat, katanya
dengan suara merdu. "Kuberi selamat kepada kalian yang telah naik pangkat jadi Hou-hoat Pang kita, kami ikut gembira dan
merasa beruntung bagi Pang kita."
Ditengah sorak-sorai yang riuh rendah itu, Thay-siang beranjak
balik ketempat duduknya. Lalu Pek-hoa-pangcu juga kembali ke
tempat duduknya. Pelan2 Thay-siang menggeser duduk miring kearah Ling Kun-gi,
sorot matanya se-olah2 menembus cadar hitam, suaranya kalem:
"Ling-siangkong"
Lekas Kun-gi membungkuk, tanyanya: "Thay-siang ada petunjuk apa" "
"Kemarin Losin telah bicara dengan kau, akan kuangkat sebagai Hou-hoat Pang kita, entah Ling-siangkong sudah memikirkan hal ini belum" "
Diam2 senang hati kedelapan Hou-hoat yang baru saja
mendudukijabatannya, semuaberpikir: "Tamuagung yangduduk di bawah Pangcu betapa sih lihaynya, ternyata juga setaraf Hou-hoat sajadidalamPang kita."
Baru saja Thay-siang selesai bicara, Kun-gi lantas dengan suara lirih seperti berbisik dipinggir telinganya: "Ling-kongcu lekas terima tawarannya"Itulah suara Pek-hoa-pangcu, Kun-gi dapat membedakan
suaranya. Kun-gi memang sudah berdiri, sikapnya amat tunduk dan patuh,
dia menjura kearah Thay-siang serta berkata: "Berkat junjungan Thay-siang yang maha pengasih, cayhe tak berani menolak tugas
mulia ini" " Itulah pertanda bahwa Bi-sin-hiang-wan telah bekerja di dalam tubuhnya.
Terunjuk senyuman yang terkulum diujung bibir Thay-siang,
katanya manggut2: "Bagus sekali, Losin tahu kalau Ling-siangkong hanya diangkat sebagai Hou-hoat dalam Pang kita, tentunya rada
merendahkan derajatmu ..... " sengaja dia menarik panjang
suaranya serta berhenti. Kun-gi baru saja akan duduk. mendengar kata2 Thay-siang ini,
seketika terunjuk rasa gugup dan gelisah, tersipu2 dia menjura, katanya: "Hamba sebagai tunas muda kaum persilatan, bahwa
Thay-siang sudi memupuk hamba, sungguh membuat hamba tidak
tenteram lahir batin, kesetiaanku selama hidup rasanya takkan
setimpal membalas kebaikan Thay-siang ini."
Kalau kemarin jelas dia takkan sudi mengeluarkan kata2nya ini,
tapi sekarang dia sudah makan Bi-sin-hiang-wan, maka selama
hidupnya dia hanya akan setia dan tunduk lahir batin terhadap
Pekhoa-pang, terutama terhadap Thay-siang.
Thay-siang manggut2, katanya lebih lanjut: "Jabatan Hou-hoat sebetulnya juga tidak terhitung rendah di dalam Pang kita,
terutama cong-hou-hoat dan coh-yu-huhoat, semuanya merupakan
pilihan dari para Hou-hoat, maka setiap Hou-hoat mempunyai hak
dan kesempatan untuk menjadi cong-hou-hoat, apalagi selamanya
Losin mengutamakan kepandaian sejati, bukan saja kepandaian
silatnya, juga kecerdikan dan tindak-tanduknya harus tegas, maka jabatan ini harus diperebutkan secara adil. Sampai di mana
tingkatan yang dapat kalian jabat" Itu tergantung sampai di mana pula tarap kepandaian kalian yang sejati."
Secara tidak langsung kata2nya ini memberi kisikan bagi Ling
Kun-gi bahwa sekarang aku hanya bisa mengangkatmu sebagai
Hou-hoat, kalau kau mampu dan punya kepandaian boleh kau
berusaha memperebutkan kedudukan cong-hou-hoat. Secara tidak
langsung pula dia memberi pernyataan kepada kedelapan
Hou-hoat yang lain bahwa merekapun boleh mencalonkan diri
merebut jabatan itu secara adil.
Habis Thay-siang bicara, Giok-lan segera mendekati sambil
membawa nampan. Thay-siang menjemput sebuah medali emas
dan berkata: "Ling-siang-kong, kemarilah terima medali emas sebagai tanda kebesaran Hou-hoat dari Pang kita."
Lekas Kun-gi berdiri dan maju menghampiri, sambil menjura dia
terima medali emas itu dengan kedua tangan. Lalu putar kembali, tapi dia cukup tahu diri dan tidak berani duduk dikursinya semula, karena kedelapan Houhoat yang lain juga hanya berdiri sejajar di bawah undakan.
Thay-siang sedikit angkat tangan, katanya: "Hari ini kau hadir dalam pertandingan seleksi ini sebagai tamu kehormatan, meski
kau sudah terima jabatan Pang kita sebagai Hou-hoat, tapi
sekarang kau masihterhitung seorangtamu, bolehsilakan
duduksaja." Kun-gi tak berani banyak bicara, lekas dia turut perintah dan
duduk di kursinya. Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Hu pangcu So-yok
dan cong-koau Giok-lan segera memberi ucapan selamat kepada
Ling Kun-gi. Tentu saja ke-8 Hou-hoat yang baru merasa sirik dan terbakar perasaannya .
So-yok segera berseru lantang kearah kedua laki2 tua ber jubah
biru: "Leng-co houhoat dan coa-yu houhoat, pertandingan hari ini langsung dipimpin oleh Thay-siang, tujuan yang utama adalah
memilih seorang cong-houhoat, oleh karena itu jabatan cong yuhouhoat harus sekaligus dipilih ulang kembali, maka sebelum
seleksi dimulai, kalian harus menyerahkan kembali mendali emas
tanda kebesaran itu."
Co houhoat Leng Tia-cong dan Yu-houhoat coa Liang segera
mengeluarkan medali emas dan diserahkan kembali.
Setelah terima medali emas itu So-yok berseru lebih lanjut:
"Tadi sudah kuumumkan, para Hou-hoat boleh mencalonkan diri untuk merebut cong-hou-hoat dan co-yu-hou-hoat, maka kalian
yang ingin ikut bertanding boleh mendaftarkan diri."
So-yok membetulkan sanggulnya, lalu berseru pula: "Setiap
orang yang didaftatkan atau mendaftar sendiri dianggap Calon
untuk jabalan cong-hou-hoat, maka Calon ini harus menghadapi
beberapa kali tantangan para Hou-hoat, setelah menang beberapa
babak dan nyata kepandaiannya memang nomor satu, maka dia
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diangkat menjadi cong-hou-hoat, nomor dua dan ketiga diangkat
sebagai Yu-co-hou-hoat. "Bila calon dikalahkan oleh penantangnya, maka dia dianggap gugur dan penantang yang menang, boleh menerima tantangan
para peserta yang lain sampai tiada yang melawannya lagi, cuma
bagi yang gugur tadi masih ada hak memperebutkan kedudukan
coyu-houhoat, Caranya seperti yang telah dilaksanakan dalam
memilih para Houhoat tadi."
Diam2 Kun gi membatin: "cara yang diumumkan ini terasa
cukup berat bagi calon cong-hou-hoat, karena dia harus
menghadani 10 kali tantangan malah setiap kali harus menang
baru boleh mendudukijabatantinggi ini."
Habis memberi pengumuman, sorot mata So-yok tertuju ke
bawah undakan, serunya pula: "Baiklah, aturan pertandingan sudah kuumumkan, kalau hadirin tiada pendapat, sekarang
kumulai terima pendaftaran, siapa yang ingin ikut serta boleh
mendaftar padaku" Lenyap suaranya, tampak co-houhoat Leng Tio-cong angkat
tangan sambil berseru: "Hamba Leng Tio cong mendaftarkan diri."
"Baik," seru So-yok mengangguk.
Yuhouhoat coa Liang juga ikut acung tangan dan berseru:
"Hamba coa Liang juga mendaftarkan diri."
So-yok tersenyum sambil mengangguk. "Masih adakah orang
lain yang mendaftarkan diri" " beberapa kali dia bertanya, tapi kedelapanHouhoatyangberjajardidepan itutiadayangbersuara.
Mereka cukup cerdik, maklumlah, setiap Hou-hoat walau tak
mendaftarkan diri menjadi calon cong-houhoat, tapi mereka punya hak untuk menantang calon itu, kalau menang, bukankah berarti
mereka sendiri yang akan menjadi calonnya" Apa-lagi dalam situasi sekarang mereka anggap lebih baik menonton saja sambil
menunggu perkembangan selanjutnya baru nanti menentukan
pilihan-Sekian lama So-yok menunggu, tetap tiada orang lain yang daftar lagi, apa boleh buat, akhirnya matanya mengerling tertuju kearah Ling Kun-gi, katanya dengan nada aleman: "Bagaimana Lingkongcu" "
Lekas Kun-gi menjura, katanya: "Hamba hanya memiliki
kepandaian beberapa jurus cakar kucing saja, mana berani
menampilkan diri" "
Pek-hoa-pangcu tersenyum, serunya: "Ling-kongcu terlalu
merendah diri, pertandingan diadakan secara adil dan terbuka,
siapapun boleh ikut, bahwa Ling-kongcu tidak mau mendaftarkan
diri, baiklah biar aku yang mencalonkan dia."
"Hamba tidak berani" lekas Kun-gi berdiri seraya membungkuk badan.
Mendengar Pangcu mereka mencalonkan Ling Kun-gi, para nona
yang hadir seketika menyambut dengan keplok tangan ramai,
sebaliknya cohouhoat yang bergetar Kin-cay-poan-koan Leng Tiocong dan Yuhouhoat yang bergetar Sam-gam-sin coa Liang
mendelu hatinya, tanpa terasa mereka saling pandang sekilas,
keduanya sama mengulumsenyumdongkol.
So-yok menyapu pandang hadirin, suaranya lantang: "Ada lagi yang mendaftarkan diri" "
Setelah ditunggu sekian lama tiada reaksi dari hadirin, akhirnya dia mengumumkan: "Baiklah, pendaftaran ditutup, peserta hanya tiga orang, yaitu Leng Tio-cong, coa-Liang dan Ling Kun-gi"
Sampai di sini dan berhenti sebentar, mendongak melihat
cuaCa, lalu menyambung: "sekarang sudah lewat lohor, pertandingan sementara ditunda, meja perjamuan sudah disiapkan dipendopo, seluruh hadirin boleh tangsel perut dulu."
Thay-siang berdiri lebih dulu dan beranjak ke dalam diiringi Pekhoa-pangcu dan Hu-pangcu. empat pelayan berpakaian serba
kuning mengikuti langkah mereka. congkoan Giok-lan
menghampiri, katanya: "Silakan Ling-kongcu."
"Silakan congkoan," ucap Kun-gi, "sekarang cayhe adalah peserta pertandingan, Layaknya beriring dengan Leng dan coa
berdua." Giok-lan mengangguk. tanpa bicara segera dia mendahului
masuk kedalam. Tajam dingin sorot mata Leng Tio-cong, dengan sinis katanya:
"Silakan Ling-kongcu." Lalu dia mendahului melangkah ke dalam.
Sudah tentu coa Liang juga tidak mau mengalah, dia mengintil di belakang Leng Tio-cong, Sudah tentu Kun-gi merasakan sikap
permusuhan kedua orang, tapi dia tidak peduli, dengan tertawa
lebar dia melangkah di belakang mereka.
Meja di tengah pendopo berduduk Thay-siang, Pek-hoa-pangcu
dan Hu-pangcu. Meja di sebelah kiri atas diduduki para calon
peserta, lebih bawah lagi diduduki para Houhoat dan ke-24 Houhoat-sucia. Meja teratas di sebelah kanan diduduki para gadis2 ayu anggota Pek-hoa-pang.
Arak tersedia dalam perjamuan ini, tapi jarang yang berani
minum banyak. maklumlah Thay-siang berada di antara mereka,
apalagi sebentar bakal ada pertandingan besar bermutu dari
tingkatan yang lebih tinggi, kalau diri sendiri minum sampai
mabuk, kapan mereka akan mendapat kesempatan menyaksikan
pertandingan ini. Maka hadirin hanya makan ala kadarnya secara
tergesa2. Habis makan Pek-hoa-pangcu dan Hu-pangcu mengiringi Thay
siang ke kamar sebelah untuk istirahat. Sementara hadirin yang
lain boleh istirahat dan bergerakbebas sesukanya.
Karena tidak akrab dengan hadirin yang lain, sendirian Kun-gi
keluar berjalan2 di pelataran luar. Tiba2 didengarnya seorang
menegur di belakangnya: "Ling-kongcu."
Tanpa menoleh Kun-gi kenal suara orang, itulah congkoan Gioklan yang memanggilnya, dengan tertawa dia menyahut: "congkoan tentu amat letih."
Congkoan Giok-lan tertawa, ujarnya: "Memang banyak kerja
untuk menyiapkan pertandingan besar ini, tapi tenaga pembantu
cukup banyak, cukup kubuka suara saja." Tiba2 dia melirihkan suara, katanya: "sebentar pertandingan bakal dimulai, sikap Leng Tio-cong dan coa Liang amat bermusuhan terhadapmu, kau harus
hati2." Kun-gi mengangguk, katanya: "Terima kasih akan perhatian
congkoan, akupun sudah maklum."
"Delapan Hou-hoat yang baru diangkat sudah kau selami
kepandaian mereka, tapi terhadap Leng dan coa ini kau belum
pernah menyaksikan permainan mereka. jiwa mereka Culas dan
keji, kalau dia sudah dengki padamu, maka kau harus selalu
waspada ..... ." sampai di sini tiba2 dia gunakan ilmu gelombang suara: "Leng Tio-cong bergelar Kiu-cay-poan-koan, disamping mahir menggunakan sepasang potlot baja, kepandaian tutukannya
amat lihay, terutama jurus Kwi-cian-siok-hou (panah setan
menyumbat tenggorokan) sembilan jari menutuk bersama,
kabarnya belum ada tokoh Kangouw yang pernah lolos dari jurus
ganas ini. Sementara coa Liang berasal dari Tiang-pek-san di luar perbatasan, kemahirannya Bu-ing-sin-kun (pukulan tanpa
bayangan), setiap gerak pukulannya tiada suara sehingga susah
dijaga ......." sampai di sini dia berhenti.
Kiranya Giok-je dan Giok-li tampak mendatangi. Sebagai kawan
seperjalanan sudah tentu Giok-je amat kenal Kun-gi, dengan
tertawa dia lamas menyapa: "Ling-kongcu, kuaturkan selamat padamu, obat penawar getah beracun berhasil kau buat, kini
sebagai calon cong-houhoat lagi, seluruh persaudaraan kita dalam Pang sama mendoakan supaya kau berhasil menduduki jabatan
tinggi itu." Kun-gi tertawa hambar, katanya: "Terima kasih akan pujian
nona, dengan kepandaianku yang tak becus ini, bagaimana biaa
terpilih nanti" "
Giok-je meliriknya, katanya: "Baru sekarang aku mengerti,
orang berkedok yang memukul Dian Tiong-pit dan Hou Thi-jiu di
atas perahu itu ternyata adalah Ling-kongcu, sungguh kagum dan
terima kasih kami terhadapmu."
Kun-gi hanya tersenyum saja tanpa menanggapi, Giok-li berdiri
di samping tanpa bersuara, tapi sepasang matanya menatap wajah
pemuda inidengan lekattanpaberkedip.
"Pat moay, cap sah-moay," kata Giok-lan, "temanilah Lingkongcu ngobrol sebentar, aku masih ada urusan." Lalu dia putar badan dan berlalu.
Melihat Giok-je dan Giok-li datang omong2 dengan Kun-gi, Bwehoa, Tho-hoa, Hay-siang dan nona2 lain segera berdatangan,
sebentar saja Kun-gi sudah dirubung nona2 cantik yang
bersendaugurau serta menggodanya.
"Ting, ting, ting," suara kelinting berkumandang
dipendopo. "Nahpertandingan dimulai lagiterdengarseorangberseru.
Bagai penganten yang disambut para pemujanya Kun-gi segera
masukkesana diiringinona2.
Sudah tentu bertambah iri dan dengki perasaan Leng Tio-cong
dan coa Liang terhadap Ling Kun-gi, diam2 mereka mengumpat
dalamhati. ParaHou-hoatdan Suciajuga mendelikgemas pula.
Kun-gi tidak kembali ke tempat duduknya, dia langsung berdiri
sejajar di samping coa Liang dan Leng Tio-cong di bawah undakan.
Sementara empat pelayan baju hitam sudah keluar dari pendopo
mengiringi Thay-siang dan Pek-hoa-pangcu, IHu-pangcu. Seluruh
hadirin diam mematung dan sama memberi hormat.
So yok langsung tampil ke depan, serunya lantang: "Sekarang pertandingan ketiga di mulai, babak pertandingan ketiga ini
memperebutkan jabatan cong-houhoat dan co-yu-houhoat. Atas
perintah Thay-siang, kami sendiri yang akan menjadi wasit
pertandingan ini, waktu pertandingan berlangsung, baik adu jotos atau main senjata, tetap hanya saling jamah dan sentuh saja,
dilarang keras melukai atau bermaksud membunuh lawan." Hadirin menyambut pengumuman ini dengan tepuk tangan.
Suara So-yok lebih keras lagi: "Baiklah, sekarang persilakan ketiga calon peserta satu persatu menerima tantangan"
Kiu-cay-poan-koan Leng Tio-cong segera mendengus: "Lingkongcu tunas muda yang serba pandai, didikan Put-thong TaysU
yang termashur lagi, bahwa dia rela mengabdi kepada Pang kita,
inilah kesempatan yang sUkar didapat, hamba yang tidak becus ini ingin mohon petunjuk beberapa jurus pada Ling kongcu."
Kun-gi bersoja, katanya: "cayhe masih muda dan Cetek
pengalaman, masakahberanimenandingico-hou-hoat?"
"Ling-kongcu jangan sungkan," dingin suara Leng Tio-cong,
"jabatanku semula sudah dicopot, sekarang hanya sebagai calon biasa, apalagi kita kan sama2 calon untuk memperebutkan jabatan cong-hou-hoat, setelah mencalonkan diri, adalah jamak kalau di
antara kita harus mentukan siapa unggul dan asor."
"Apa boleh buat, terpaksa cayhe turuti saja kemauan Lengheng," ujar Kun-gi, sikapnya tetap ramah dan wajar.
Keduanya lantas beranjak ke tengah gelanggang, So-yok
sebagai wasit segera turun dan berdiri disamping. Tanyanya:
"Kalian pakai senjata atau adu kepalan" "
"Selamanya hamba tak pernah pakai senjata," ucap Leng Tio-cong,
"kalau Ling-kongcu suka pakai senjata juga boleh."
Kun-gi tertawa tawar, katanya: "Kalau Leng-heng tidak pakai senjata, sudah tentu cayhe ingin adu jotos saja."
Agak berkerut alis So-yok, katanya menegas: "Thay-siang
berpesan wanti2, pertandingan ini mengutamakan kepandaian
sejati, kedua pihak hanya dibatasi saling sentuh saja, siapapun dilarang melancarkan serangan mematikan, untuk ini jangan kalian lupa diri."
Sebagai kawakan Kangouw sudah tentu Leng Tio-cong
merasakan peringatan ini menyudutkan dirinya, supaya tidak
melancarhan Siok-hou-bang kebanggaannya, kalau dalam hati
bertambah rasa dengkinya, tapi lahirnya dia bersikap patuh dan
mengiakan. "Baiklah, sekarang kalian boleh mulai," kata So-yok. lalu dia mundur beberapa langkah.
Kiu-cay-boan-koan tetap mengenakan jubah biru, itu berarti dia
menjaga gengsi dan meremehkan Ling Kun-gi. Tapi Kun-gi sendiri
juga mengenakan jubah panjang, dia tidak mencopotnya, jubahnya
yanglonggar melambaitertiupangin, sikapnyagagah.
Sementara hadirin merubung maju berkeliling setengah
lingkaran, banyak orang belum pernah tahu betapa tinggi pemuda
sekolahan yang lemah-lembut ini, hanya Giok-je yang yang pernah menyaksikan kepandaian Ling Kun-gi, maka dia tidak ikut merasa
kuatir sepertiteman2nya. Perawakan Leng Tio-cong kurus kecil, tapi sorot matanya
mencorong dingin dan kejam menatap Ling Kun-gi, kaki kiri maju
setengah langkah, telapak tangan mengatup di depan dada. Jelas
dia sedang mengerahkan tenaga pada kedua tangannya,
seumpama panah yang sudah terpasang dibusur dan siap
dibidikkan. Setelah menunggu sekian saat dan melihat Kun-gi tetap diam
saja, Leng Tio-cong hilang sabar, tanyanya: "Ling-kongcu sudah siap" "
"Silakan mulai Leng-heng," sahut Kun-gi tertawa. Ternyata tanpa memakaigayasegala, diatetapberdiritanpabergerak.
Agakya Leng Tio-cong naik pitam melihat sikap Kun-gi yang
tidak pandang sebelah mata padanya, dia tertawa katanya:
"Baiklah, aku berlaku kasar lebih dulu." Suaranya bagai pekik lutung ditengah hutan melengking menusuk kuping.
Lenyap suaranya tiba2 ia menubruk ke arah Kun-gi, gerakannya
lincah secepat kilat, Sekali berkelebat tahu2 sudah berada di samping kiri Kun-gi,
tangan kiri melintang kesamping dan telapak tangan tegak seperti golok membelah ke rusuk bawah. Selanjutnya dia memutar tubuh,
tahu2 sudah berkisar ke belakang Ling Kun-gi, lima jari tangan
kanan terpentang mencengkram tulang punggung. Gerakan
serempak ini boleh dikatakan dilaksanakan secepat angin, malah
satu sama lain sukar di-diraba mana yang serangan betul dan
mana yang gertakan belaka. Dia meyakinkan Eng-jiau-kang,
sejenis kungfu yang keji, setiap serangan selalu menyembunyikan gerakan licik, tampaknya dia menyerang dari depan, tahu2 sudah
berkisar ke belakang dan mengincar tempat lawan yang lemah,
kalau cengkeraman jari2 tangannya mengenai sasaran dengan
telak. punggung Kun-gi pasti berlubang. Sudah tentu So-yok
melihat betapa keji, serangannya ini diam2 dia mengerut kening.
Betapapun cepat dan tangkas serangan Leng Tio-cong, tapi
Kungi juga tidak lambat, pada kelima jari lawan hampir mengenai sasaran, tiba2 Kun-gi berputar, tubuhnya kini berhadapan dengan Leng Tio-cong, berbareng tangan kiri, terangkat dan sedikit
menyanggah, dengan tepat dia tahan ruas tulang pergelangan
tangan lawan, ia pegang tangan orang terus dibetot keluar,
berbareng tangan kanan menutuk ke dada lawan-Tak pernah
terpikir oleh Leng Tio-cong lawan bisa bergerak secepat ini,
terutama tangan kanannya dipegang lawan sehingga dadanya
terbuka, karuan kagetnya tidak kepalang, dalam seribu
kesibukannya lekas dia tarik telapak tangan kiri melindungi dada, sementarakaki menjejaktanahdan melompat kebelakang.
Waktu dia berdiri tegak dan angkat kepala, dilihat Kun-gi tetap berdiri di tempatnya sambil tersenyum Simpul. pakaiannya
melambai terttiup angin, Sikapnya acuh tak acuh seperti tak
pernah terjadi apa2. Betapa gusar Leng Tio-cong, Sekali mundur segera ia rnendesak
maju pula, tangan menepuk kemuka, tepukan tangan yang
kelihatan enteng ini seketika membawa deru angin kencang,
sungguh dahsyat perbawanya.
Wajah Kun-gi tetap mengulum senyum, namun diam2 iapun
kaget, batinnya: "Lwekang orang ini ternyata hebat sekali." Segera dia himpun tenaga dan melejit ke samping.
Perawakan Leng Tio-cong kurus kecil, gerak-geriknya tangkas
cepat, begitu tangan menepuk orangnyapun menubruk maju dan
mencengkeram miring ke samping. Kecepatan permainannya
ternyata sudah diperhitungkan, dia yakin Kun-gi takkan berani
menyambut pukulannya ini dan pasti akan berkelit ke samping,
oleh karena itu walau tepukan tangannya tadi membawa damparan
angin kencang, tapiyangdia utamakanadalahcengkermannyaini.
Baru saja Kun-gi berkelit, belum lagi kakinya berdiri tegak, lima jalur angin kencang tahu2 sudah menerjang pundak. cengkeraman
ini tidak kelihatan di mana letak keiatimewaannya, tapi pada saat kelima jarinya bergerak ini diam2 telah menyembunyikan tiga kali gerak perubahan susulan, cara bagaimana Kun-gi akan menangkis
atau berkelit tetap takkan luput dari ketiga gerak serangan susulan itu. Inilah salah satu jurus Kim-na-jiu-hoat yang lihay sekali dari aliran Eng-jiu-bun.
Penonton memang tiada yang melihat jelas adanya perubahan
susulan dalam cengkeraman ini, cuma terdapat orang dari
menepuk berubah mencengkeram dan tahu2 pundak Kun-gi
hampir saja dipegangnya, keruan semua orang berkuatir bagi Ling Kun-gi.
Kejadian berlangsung cepat bagai percikan api, kelima jari Kiucay-boan-koan bagai kaitan besi tajam, pada detik2 hampir
menyentuh pundak lawan, dalam hati dia bersorak girang,
wajahnyapun mengulum senyum sinis.
Tak terduga ketika ujung jarinya menyentuh baju dipundak Ling
Kun-gi, tiba2 Kun-gi mendak sambil berkisar dan tahu2 lenyap dari pandangan. Bukan saja Leng Tio-cong, penontonpun tiada yang
melihat jelas cara bagaimana Kun-gi berhasil menghindarkan diri.
Bukan saja meluputkan diri dari cengkeraman ganas, dia malah
sudah berkisar ke belakang lawan
Begitulah pertandingan itu terus berlangsung dan sudah dapat
diduga lebih dulu, akhirnya Ling Kun-gi keluar sebagai juara dan diangkat sebagai cong-hou-hoat, Sebagai co-yu-hou-hoat masing2
adalah Leng Tio-cong dan coa Liang.
Semua anggota Pek-hoa-pang bersorak gembira dan suara
ucapan selamat datang diri segenap penjuru. Para Hou-hoat yang
sudah terpilih juga tunduk kepada pengangkatan itu mengingat
Ling Kun-gi memang telah memperlihatkan kepandaiannya yang
sejati. Dalam ucapara pengangkatan jabatan baru itu, Thay-siang
menyerahkan pula sebilah pedang pusaka "Ih-thian-kiam" kepada Kun-gi dandiputuskan pula malamnantiakan diadakan pestabesar.
Petangnya setelah istirahat, datanglah pelayan memberitahukan
kepada Kun-gi bahwa perjamuan sudah siap dan Pangcu serta Hupangcu telah menunggu. . .
Kun-gi bergegas menuju kependopo disertai para
co-yu-hou-boat dan Hoa-hoat-su-cia.
Ling Kun-gi mengenakan jubah hijau dengan lh-thian-kiam
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergantung dipinggang, mendahului rombongannya masuk
kependopo, para dara kembang yang sudah hadir lama bertepuk
tangan menyambut kedatangannya.
Pada meja ujung kanan sana berduduk Pek-hoa pangcu dan Hupangcu, merekapun berdiri menyambut kedatangannya. Dalam
perjamuan besar malam ini, Pangcu dan Hu-pangcu adalah tuan
rumah. begitu berdiri Pek-hoa-pangcu segera buka suara: "Dengan bersyukur dan senang yang tak terhingga, kita seluruh
persaudaraan Pek-hoa-pang menyambut kehadiran cong-hou-hoat.
coh-yu-hou-hoat dan para Hou-hoat serta yang lain2, hidangan
arak kami suguhkan untuk merayakan hari bahagia yang takkan
terlupakan untuk selamanya ini, silakan-"
Kun-gi rnerangkap tangan, katanya: "Pangcu dan Hu-pangcu
mengadakan perjamuan ini, hamba beramai sungguh sangat
berterima kasih" Di tengah pendopo berjajar tiga meja besar yang ditata segi
tiga. Tamu hari ini adalah cong-hou-hoat, coh-yu-hou-hoat dan
kedelapan Hou-hoat, maka meja di tengah diduduki Ling Kun-gi.
Leng Tiong-ciong dan coa Liang bertiga. Meja pertama di sebelah kiri diperuntukan kedelapan Hou-hoat. Sebagai tuan rumah Pangcu dan Hu-pangcu duduk di meja paling atas sebelah kanan-Lalu berturut2 di sebelah kiri adalah ke 24 Hou-hoat-su-cia, Giok-lan
congkoan dan 12 Taycia duduk di sebelah kanan dikerubung para
dara2 kembang. Perjamuan iniuntuk merayakanpengangkatancong-hou-hoat-sucia yang baru, walau Pangcu mereka juga hadir, tapi Pangcu lain dengan Thay-siang yang menimbulkan rasa segan dan hormat,
oleh karena itu perasaan para hadirin tidak tertekan dan dibatasi, semua riang gembira. Apalagi pada Saat Pangcu dan Hu-pangcu
bergantian menyuguh arak, lalu disusul congkoan dan 12 Taycia,
sudah tentu dara2 kembang yang lain juga tidak mau ketinggalan, semuanya mencari kesempatan untuk menonjolkan diri. yang
susah adalah Ling Kun-gi, entah berapa banyak Cangkir arak telah masuk perutnya yang menjadi kembung. Demikian pula para
Houhoat yang lain semuapun setengah kelengar karena terlalu
banyak menenggak arak. Sebaliknya Pangcu, Hu-pangcu,
congkoan dan ke12 Taycia sendiri yang biasanya jarang minum
sebanyak ini kini juga sama lunglaidan mabuk.
Menjelang tengah malam. Kun-gi yang sudah mabuk dibimbing
dua pelayan yang disuruh Giok-lan kembali ke tempat
penginapannya semula. Sinar bulan purnama sedemikian bening
danlembut, menyorotmasukmenyinarijendelakamar.
Daun jendela di sebelah kanan kamar tidur Ling Kun-gi masih
terpentang lebar, sinar lampu sudah dipadamkan sehingga suasana gelap gulita tak terdapat apa2. Bau arak yang tebal terurar keluar terbawa angin lalu.
Kun-gi tengah duduk bersimpuh di atas ranjang, dengan
Lwekang yahg tinggi dia desak arak keluar dari badannya sehingga basah kuyup berbau arak. Sekarang dia sudah sadar. Untung juga
maka dia baru saja sadar dan duduk semadi. dalam keadaan
hening dan tajam indranya, tiba2 didengarnya suara lirih dari
pucuk pohon di luar pekarangan sana. Itulah suara pakaian yang
tergores ranting pohon, sudah tentu suaranya amat lirih. jelas
bahwa Ginkang pendatang ini teramat tinggi. Tergerak hati Kun-gi dia angkat kepala menoleh keluar.
Tampak di antara celah2 dedaunan yang di atas pohon sana
seperti berkelebat selarik sinar perak. lalu disusul suara jepretan keras, serumpun bintik2 perak kemilau secepat kilat menyamber
masuk dari jendela. Untung Kun-gi sudah waspada begitu
mendengar suara mencurigakan itu segera dia sudah siaga, kalau
dia tidak mendengar suara keresekan tadi, mungkin dia terlambat dan jiwanya akan melayang oleh serangan gelap yang keji ini.
Tatkala bintik2 perak itu menyamber datang, dia sudah
kerahkan tenaga pada kedua lengan bajunya, ia tetap bersimpuh,
tapi badannya mengelak mundur ke dalam ranjang. Begitu hujan
senjata tiba ia terus kebut kedua lengan bajunya, ilmu sakti ajaran Hoan-jiuji-lay yang dinamakan "Kian-kun-siu" (lengan baju sapu jagat) segera dikembaskan, bintik2 perak yang tak terhitung
banyaknya itu kini digulung seluruhnya. Bak batu jatuh ke dalam hutan tidak menimbulkan riak gelombang apapun.
Pembokong di atas pohon seketika sadar adanya gejala ganjil,
sesosok bayangan hitam segera melayang dari pucuk pohon
melompatitembok pagarterusngacirkeluarpekarangan
Kun-gi mendengus: "Kau mau lari" " Berbareng dia sendal lengan bajunya, jarum2 yang tak terhitung banyaknya itu dia
buang kepinggir dinding sana, segesit tupai ia melejit keluar
jendela terus mengudak ke arah bayangan hitam yang melarikan
diri tadi, hanya sekejap bayangannyapun lenyap di kejauhan-sana oooodwoooo
Cahaya bulan yang remang2 kebetulan tertutup oleh awan lalu,
sehingga keadaan dalam kamar semakin gelap lagi. pada waktu itu dari tembok sebelah timur sana tiba2 muncul sesosok bayangan
tinggi, tanpa mengeluarkan suara bayangan ini meluncur ke arah
jendela kamar Ling Kun-gi, sekali lompat dengan gesit dia
menyelinap masuk kamar. Segala kejadian di dunia ini se-akan2 sudah ditakdirkan, baru
saja bayangan hitam tadi menyelinap masuk kamar, dari arah
serambi sana tampak pula bayangan semampai yang gemulai
tengah mendatangi dengan langkah ringan-Inilah seorang nona
berperawakan ramping, montok berisi. Sinar bulan tertutup awan
tebal, dan sekelilingnya gelap gulita, umpama tidak melihat
wajahnya, tapi kebentur badan orang yang putih halus dan lembut serta lekuk badannya, yang jelas laki2 siapa yang takkan terpikat, memang dia inilah nonacantikyanggenit dansedang kasmaran.
Langkah yang enteng cepat, tidak mengeluarkan suara. Di
tengah malam gelap. sepasang matanya berkelap-kelip seperti
bintang dilangit, tiba2 biji matanya mengerling ke sana, kiranya dia melihat jendela kamar yang terpentang lebar itu, tanpa terasa
mulutnya bersuara kuatir dan penuh perihatin, cepat2 dia
menghampiri jendela. Orang di dalam kamar itu ternyata punya pendengaran yang
amat tajam pula, mendengar suara tadi, seketika jantungnya
seperti hampir copot, dalam suasana yang kejepit ini terang tak mungkin dia menyingkir lagi, maka cepat2 dia melompat ke
ranjang, ia menyingkap kelambu terus menerobos masuk dan
merebahkan diri. Sementara itu bayangan semampai sudah tiba di depan jendela,
terdengar omelnya: "Sin-ih itu memang budak pantas mampus, kenapa jendela tidakditutup,"
Lirih suara orang di luar jendela. tapi orang yang sembunyi di
atas ranjang seketika tahu dan dapat membedakan siapa gerangan
nona yang berada di luar itu, seketika darahnya tersirap.
Bayangan ramping itu membetulkan letak sanggulnya, lalu
dengan suara lirih aleman ia berseru ke dalam: "Ling-toako, kau sudah sadar belum" " Sudah tentu orang di dalam kamar tidak berani bersuara.
Cekikikan bayangan semampai di luar itu, sekali menggeliat
pinggang, seperti sengaja menghamburnya bau harum di
badannya, sigap sekali dia melompat masuk ke dekat ranjang. Bau arak masih memenuhi kamar, sudah tentu iapun merasakan ini,
maka alisnya berkerut, tapi suaranya lebih lembut dan prihatin:
"coba lihat, mabuk sampai begini" Sembari omong tangannya lantas menyingkap kelambu, jari2 yang runcing halus segera
meraba dan menepuk pundak, teriaknya tertahan: "Ling-toako, Ling-toako, bangunlah"
Sudah tentu jantung orang di ranjang seperti hendak melompat
keluar dari rongga dadanya, dia pejamkan mata dan tak berani
bersuara atau bergerak2 Tapi rasanya janggal kalau tidak
menyahut, maka dengan samar2 dan bersuara dalam
kerongkongan.. Bayangan semampai itu mengelupas kedok mukanya yang tipis,
pelan2 ia membungkuk badan, mulutnya meniup pelan ke kuping
orang, lalu berkata aleman: "Kenapa kau" "
Betapa besar daya tarik suaranya"
Manusia tetap manusia, apalagi di dalam kamar yang gelap
gulita, satu sama lain toh tak melihat wajah masing2 segera orang itu memegang tangan si ramping yang lembut halus dan berdesis
dengan suara gemetar: "Kau . . . . "
Si ramping biarkan saja tangannya dipegang, tidak menarik juga
tidak meronta, suaranya semakin riang dan lirih: "Aku kuatir akan keadaanmu, maka kutengok kemari."
Orang itu menekan suaranya menjadi serak. katanya: "Terima kasih"
"Memangnya siapa suruh kau menjadi Toako-ku . . . . " omel si ramping dengan suara genit menawan hati.
"Kau baik sekali," suara orang itu lebih gemetar.
Si ramping cekikikan, katanya lirih: "Kau, .... kenapa kau gemetar?"
Begitu dekat jarak mereka, bau badannya yang harum
semerbak bikin laki2 manapun akan mabuk kelengar.
Sudah tentu jantung orang yang rebah di atas ranjang itupun
berdebur keras, dia tidak bersuara, tapi kedua tangan mendadak
merangkul. Dengan menjerit kaget mendadak bayangan ramping
itu-pun menjatuhkan diri ke dalam pelukannya. Tanpa diberi
kesempatan orang bicara, bibirnya yang kasar dan hangat segera
melumat bibir si ramping yang merekah bagai delima. Ternyata si ramping tidak meronta dan biarkan saja dirinya ditindih dan
menurut saja apa kehendak lawan jenisnya, sejenak kemudian
hanya terkadang terdengar suara rintihan tertahan.
Malam sunyi, debar jantung dua insan sama bersahutan, kecuali
dengus napas mereka yang semakin memburu, tak terdengar
suara lain-Tapi jari tangan yang kasar mulai nakal, beraksi turun naik membuat olah kasar. caranya yang semakin berani ini semakin mantap dan tenang, sebaliknya si ramping jadi gemetar dan
menggeliat, menggelinjang, dalamseribu kegelian.
Sayang keadaan gelap gulita sehingga ia tak bisa melihat warna
merah delima nan mempesona lesung pipit dipipisi ramping, sorot matanya memancarkan kenikmatan yang luar biasa, tapi secara
langsung dia merasakan suhu badan si ramping semakin hangat
dan berkobar, menimbulkan daya tarik yang tak tertahankan. Kini yang gemetar, yang menggelinjang kenikmatan malah si ramping.
Maklumlah kejadian ini memang sebelumnya sudah di dalam
dugaannya, karena kasmaran yang tak tertekan, demi
mendapatkan pujaan hati, sehingga tak kuasa menahan buruan
kalbu lagi, betapapun dia tidak rela orang lain merebut laki2 yang mengukir di kalbunya ini.
Pola lawan jenisnya memang terlalu keras kalau tidak mau
dikatakan terlampau kasar dan bernafsu, tapi sedikitpun dia tidak dendam, malu atau kesakitanpun tidak terasakan lagi, karena
semua ini memang sudah dalam bayangannya, sudah direlakan
Yang jelas badannya gemetar, disamping merasa nikmat
hatinyapun kuatir dan cemas. Maklumlah biasanya betapa tinggi
harga dirinya" Betapa dirinya penuh wibawa dan diagungkan" Tapi kini segala keagungan, kesucianpun tiada bekas lagi, bak umpama burung kecil yang ketimpa musibah, pasrah nasib belaka.
Rembulan tidak pernah menongol keluar pula dari balik awan,
keadaan tetap gulita di dalam kamar, setelah mengalami gejolak
membara yang membawa tautan hati ke sorga loka, lambat laun
rangsangan yang membara itu mereda dan akhirnya padam
membuat seluruh tubuh lemas lunglai.
Bayangan ramping itu angkat kepala, suaranya lembut dan
aleman: "Toako, kau. ... .
Diciumnya sekali pipi si nona, lalu, berkata orang itu: "Moay-cu (adik), kau harus lekas pergi"
"Kau takut" " tanya bayangan ramping itu.
"Bukan," sahut laki2 itu dengan hangat dan rawan, "bukan takut, tapi aku kuatir bila kau dilihat orang, tentu amat merugikan pribadimu."
Bayangan ramping itu bersuara dalam mulut. Memangnya dia
berwatak angkuh, tinggi hati, sudah tentu perbuatannya ini
pantang kepergok orang, lekas2 dia berdiri serta mengenakan
pakaian lagi, lalu katanya berpesan: "Aku pergi, besok persoalan apapun yang dibicarakan Thay-siang, jangan kau .... "
"Adikku yang baik," sela orang itu, "jangan kuatir, aku sudah tahu maksudmu."
"Hm, memangnya kau berani," kata si ramping sambil angkat jari telunjuk menutul jidat orang, lalu seringan asap bayangannya melayang keluar jendela dan lenyap ditelan gelap.
Tiba2 timbul rasa penyesalan dalam benak si laki2, tak berani
ayal iapun kenakan pakaiannya, sesaat dia berdiri menjublek di
dalam kamar, akhirnya ia menarik napas panjang, ia menggumam
sendiri: "Ini bukan salahku." Setelah membanting kaki, iapun mengeluyur pergi melalui jendela .
Beruntun kedua orang ini berlalu, sebetulnya bak umpama awan
berlalu dan hujan sudah mereda, impian dalam sorgapun sudah tak berbekas lagi, tatkala itu kentongan ketigapun sudah lewat, siapapun takkan tahu akan kejadian di dalam kamar ini. Tapi segala
sesuatu di dunia ini justeru sering terjadi di luar dugaan, sesuatu yang dikira tidak di ketahui orang atau iblis justeru bisa bocor di luar dugaan-Waktu perbuatan mesum dua insan ini sedang berlangsung,
sekuntum bunga mawar telah menyaksikan di luar jendela. Dia
bukan lain adalah Un Hoan-kun yang menyaru si kembang mawar
alias Bi-kui. Ia berdiri di bawah jendela, mendengar dengus napas memburu dari sepasang manusia yang dibuai nafsu birahi, merah
jengah selebar mukanya, sungguh hatinya terasa hancur luluh.
Sungguh tak pernah terpikir olehnya laki2 tambatan hatinya
ternyata adalah hidung belang yang begini kotor dan tak kenal
malu. Dia marah, malu, penasaran dan benci, perasaannya hancur
berderai, denganberlinang air matadiam2diatinggalpergi.
Waktu Kun-gi memburu sampai di atas tembok tadi, bayangan
hitam yang menyerang dirinya dengan senjata rahasia itu sedang
meluncur pesat keluar pekarangan
Diam2 dia mengerut kening, pikirnya: "Ginkang orang ini amat tinggi, apalagi dia melangkah lebih dahulu, betapa luas markas
Pekhoa-pang ini, asal dia menyelinap ke tempat gelap. kemana
pula aku akan mengubernya" "
Hati berpikir, tapi kaki tetap mengudak dengan kencang.
Gerak-gerik bayangan hitam itu amat tangkas dan cekatan, baru
saja Kun-gi melampaui pagar tembok, didapati bayangan itu sudah berada 20 tombak lebih, tapi masih berlari kencang seperti dikejar setan. Mungkin takut membuat berisik sehingga jejaknya ketahuan orang Pek-hoa-bun, maka dia tidak berani menuju ke bangunan
gedung yang berlapis2 itu, pada hal disana banyak tempat gelap
untuk menyembunyikan diri.
Melihat orang belari2 lurus menuju keluar, sudah tentu
kebetulan bagi Kun-gi, dia mengudak terus sambil
mengembangkan ginkangnya. Bayangan didepan ternyata sangat
apal tentang liku2 Hoa-keh-ceng ini, jarak mereka memang cukup
jauh, kebetuan rembulan sembunyi di balik awan lagi sehingga
keadaan gelap. kadang2 dia menghilang lalu muncul lagi di antara bayang2 bangunan gedung. Betapapun cepat Kun-gi mengudak
tetap ketinggalan Hoa-keh-ceng merupakan markas pusat Pek-hoa-pang, banyak
terdapat pos penjagaan, bahwa orang ini dapat mengelabui mata
kuping para penjaga dan ronda malam, jelas menandakan bahwa
orang itu tentu bukan orang luar.
Dalam sekejap mata mereka sudah saling kejar keluar dari
pagar tembok Hoa-keh-ceng yang tinggi. Kini mereka berada di
lereng sebuah bukit yang penuh ditumbuhi rumput hijau, batu2
gunung terserakdisana-sini, semak belukarjarangterinjak manusia.
Melihat Kun-gi terus mengudak dengan kencang, bayangan
hitam di depan itu semakin gugup, maka dia menempuh jalan
belukar dan lari tanpa menentukan arah. Sudah tentu hal ini
menimbulkan rasa curiga Kun-gi, pikirnya: "Untuk apa dia
memancingku ke tempat ini, memangnya disiniada jebakan" "
Tapi dia berkepandaian tinggi dan bernyali besar, umpama betul
musuh ada bala bantuan di depan sana juga dia tidak gentar. Pula bila orang ini betul adalah anggota Pek-hoa-pang, tentulah salah seorang yang tadi siang telah dikalahkan dalam pertandingan,
karena merasa dengki dan penasaran, maka malam ini dia hendak
menuntut balas dengan membokong secara keji dengan senjata
rahasia beracun. Walau awak sendiri tidak ingin mencari musuh,
betapapun Kun-gi ingin membongkar kejahatannya. Kalau bisa
dibujukagar menempuhjalan benardan menjadiorang baik.
Sekarang mereka saling kejar di lereng bukit yang belukar, tapi tiada suatu tempat untuk menyembunyikan diri, kepandaian Kun-gi memang lebih tinggi, maka jarak kedua pihak telah ditarik pendek.
Jelas sebentar lagi dia akan berhasil menyandak musuh, sementara itu mereka sudah saling udak mendekati tepi danau, air danau
setenang kaca tertimpa sinar rembulan menimbulkan cahaya
kemilau yang mempesona, sementara kabut mengembang datang
menambah suasana menjadi redup,
Bayangan hitam di depan tiba2 berlompat meluncur ke atas
batu gunung yang tinggi, laksana elang yang berhasil menyamber
anak ayam, dengan tangkas dia meluncur turun ke balik batu
padas besar sana. Jarak kedua pihak kini tinggal sepuluhan tombak. beruntun dua
kali lompatan Kun-gi sudah mengejar tiba. Batu cadas itu setinggi tiga tombak, di bawah adalah air danau, jelas tiada jalan lain untuk melarikan diri, tapi selepas mata Kun-gi menjelajah, Sekelilingnya sunyi senyap tiada kelihatan ada tanda apa2, entah ke mana
gerangan bayangan hitam tadi" Memang tempat ini dikelilingi
belukar, tapi rumput tumbuh hanya setengah pinggang orang, tak
mungkin orang sembunyi di semak2 rumput, kecuali sudah kepepet
maka dia nekat terjun ke air" Inipun tidak mungkin, betapapun
lihaynya seseorang main dalam air, begitu dia terjun pasti
menimbulkan riak gelombang dan tak mungkin selekas ini tenang
kembali. Kenyataan air danau setenang kaca, cipratan airpun tak kelihatan.
Berdiri sejenak di atas batu cadas, dia menunggu dan menanti
reaksi, tapi tetap tak memperoleh jawaban, mendadak tergerak
hatinya: "Jelas dia tadi lari kemari kenapa jejaknya menghilang, kalau dia apal seluk-beluk dalam perkampungan ini tentu apal juga keadaan luar sini, sengaja aku dipancing kemari, lalu tiba2
menghilang, memangnya di bawah batu ini ada jalan lain yang
menembus entah kemana" " Segera dia melongok ke bawah
mengincar suatu tempat untuk tempat berpijak. lalu dengan
enteng dia melompat turun.
Kakinya berpijak pada sebuah batu di antara semak2, betul juga
didapatinya bagian bawah ini longgar dan lapang, seperti serambi panjang di rumah gedung layaknya, sebuah jalanan kecil berlumut menjurus masuk ke sela2 batu besar yang tiba cukup untuk
berjalan satu orang. Bagian luarnya tertutup rumput tinggi,
umpama siang hari juga sukar orang menemukan tempat ini,
apalagi dipandang dari atas takkan kelihatan.
Tempo hari Kun-gi mendengar dari Giok-lan yang mengatakan
bahwa perahu orang2 Hek-liong-hwe yang menyelundup kemari
disembunyikan di bawah tebing, "Mungkin di sinilah letak dari tebing itu?" otak berpikir, sementara kaki melangkah ke
depan-Kira-2 puluhan tombak kemudian, tiba2 di-lihatnya seperti ada sesosok bayangan orang rebah tengkurap di atas pasir di
depan sana. Sekali lompat Kun-gi memburu maju, ia dapat melihat di tempat
gelap. setelah dekat didapatnya orang ini mengenakan pakaian
ketat warna hijau, golok terselip dipinggangnya, dandanannya
mirip centing Pek-hoa-pang. Setelah diteliti didapatinya pula jiwa orang sudah melayang, sesaat lamanya karena terhantam dadanya
oleh pukulan berat.
Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terpancar cahaya gemerdep dari bola mata Ling Kun-gi.
batinnya: "orang ini jelas adalah centing yang ditugaskan berjaga di sini, golok yang tergantung dipinggangpun belum sempat
tercabut, tahu-jiwa sudah melayang, tentunya orang tadi kuatir
centhing ini membocorkan rahasianya maka dia di bunuh untuk
menutup mulutnya." Waktu dia berdiri tegak. dilihatnya disemak2
rumput di depan sana ada sesosok mayat pula. orang inipun
mengenakan seragam warna hijau berdandan sebagai centing.
Kemungkinan dia terpukul mencelat sehingga terlempar sejauh itu, jiwanya jelas sudah amblas.
Berkeriut gigi Kun-gi saking gemas, diam2 dia berjanji akan
mengusut perkara ini dan mencari tahu siapa gerangan bayangan
itu untuk menghukumnya secara setimpal. Kedua centing ini sudah mati beberapa saat, ini berarti pembokong itu tentu sudah pergi jauh dan tak mungkin dikejar lagi, ia putar balik dan akan
melompat ke atas tebing. Pada saat itulah mendadak didengarnya suara isak tangis sedih
memilukandiatas, isaktangisse-orangperempuan, begitu sedihnya
sampai tersendat2 dan banting2 kaki.
Heran Kun-gi, waktu ini sudah kentongan ketiga lewat tengah
malam, memangnya siapa yang datang kepinggir danau dan
bertangisan disini" suara tangis seorang perempuan, tentu dia
salah satu dara kembang dari Pek-hoa-pang. Mungkin dia
menemukan kematian kedua centing, salah seorang centing adalah
kekasihnya, maka dia menangis begini sedih"
Tengah Kun-gi menduga2, tiba2 didengarnya perempuan itu
berkata sambil sesenggukan: "Ling Kun-gi, oh, Ling Kun-gi, akulah yang buta, sungguh tak nyana kau . . . . . Ai, aku ....... aku juga tidak ingin hidup lagi ......" Suaranya terputus2 oleh sendat tangisnya, lemah dan lirih, tapi di malam sunyi ini Kun-gi dapat mendengarnya jelas sekali, terutama setelah akhir kata2nya,
langkah kakinyapun terdengar menuju ke pinggir danau. Jelas dia nekat hendakbunuh diri.
Sudah tentu Kun-gi berjingkat kaget, lekas dia berteriak:
"Jangan nona"Sebatsekalidia men-jejak kaki mengapung keatas.
Bahwa di bawah tebing ada orang sudah tentu tidak terpikir
oleh si nona, tanpa sadar dia menyurut mundur, bentaknya: "Siapa kau" "
Kini Kun-gi sudah melihat jelas siapa nona di hadapannya yang
menangis ini, ia kaget dan keheranan, katanya sambil mengawasi
tak berkedip: "Apakah yang terjadi" Bilakah aku pernah berbuat salah padamu ......"
Nona ini bukan lain adalah Un Hoan-kun yang menyamar jadi
Bikui, air mata masih berlinang2 di kelopak matanya, ia terbeliak mengawasi Kun-gi, iapun kaget dan heran, tanyanya: "Kau ......
bagaimana kau bisa berada disini" "
"coba kau dulu yang bicara, kenapa kau sembunyi di sini dan menangis" "
Nanar pandangan Un Hun-kun, katanya dingin: "Tidak. kau dulu yang bicara, bukankah kau menguntit aku kemari" " Dia
mengenakan kedok sehingga sukar terlihat mimiknya, cuma
biasanya dia bersifat lembut dan halus, bijaksana lagi, kata2nyapun ramah, kini dia bicara dingin ketus, jelas gelagatnya jelek.
Diam2 Kun-gi ber-tanya2 dalam hati, katanya kemudian "Cayhe memang menguntit seseorang ......." sampai di sini mendadak dia seperti ingat sesuatu, lalu tanyanya gugup: "Waktu kau kemari adakah kau bertemu dengan seseorang" "
Un Hoan-kun dapat merasakan nada ucapan Kun-gi itu memang
menguntit seseorang, maka dia bertanya siapa yang di maksud"
"Entahsiapadia,diakejamdanlicin,aku menguntitnyasampaidi sini, sayang dia berhasil lolos, malah dua centing di bawah sana juga dibunuhnya ....."
Betapapun Un Hoa-kun adalah nona yang cerdik, dia tahu dalam
soal ini mungkin ada latar belakangnya yang ber-belit2, segera dia balas bertanya: "Coba katakan, berapa lama kau keluar" "
"Cukup lama, sedikitnya sudah satu jam."
Un Hoa-kun mendesak lagi: "Bahwa kau tak tahu siapa dia,
kenapa kau menguntitnya kemari" "
Terpaksa Kun-gi tuturkan kejadian yang dialami, lalu
menyambung tertawa: "Sudah, kini giliranmu yang bicara, untuk apa seorang diri kau lari kemari" Tadi seperti kudengar kau tidak ingin hidup segala, memangnya kenapa" "
Mendengar cerita Kun-gi, Hoan-kun sudah tahu akan duduknya
persoalan, tapi sebagai seorang gadis perawan yang masih suci
bersih, sudah tentu tak mungkin dia menceritakan adegan mesum
yang disaksikannya tadi. Dengan muka merah terpaksa dia
menjawab: "Kau tak usah tanya, hatiku amat risau, perlu jalan2
keluar untuk menenangkan perasaanku, lekas kau kembali, lebih
cepat lebih baik." Sudah tentu Kun-gi juga bukan pemuda goblok. iapun
merasakan dibalik ucapan Un Hoan kun ini masih ada persoalan
tersembunyi, maka dia bertanya: "Dari omonganmu kurasakan
seperti terjadi sesuatu" "
"Lekas pergi, setelah kembali kau akan tahu sendiri," kata Un Hoan-kun.
Dirundung berbagai pertanyaan, Kun-gi masih menegas: "Kau
tidakpulangsajabersamaku" "
"Kalau jalan bersamamu, dilihat orang tentu kurang leluasa, kau boleh berangkat lebih dulu, tunggulah aku dipekarangan yang
gelap." "Kutinggal kau di sini, hatiku tidak tenteram, ayolah pulang bersama."
"Bikin jengkel orang saja," omel Un Hoan-kun, "kalau terlambat sudah tiada gunanya lagi."
Kun-gi tidak bergerak. tanyanya: "Kau pasti ada urusan, kenapa tidak kau beritahukan padaku" "
"Tiada waktu untuk kujelaskan, hayolah pulang bersama, nanti berpisah di luar tembok, soal ini amat besar artinya, jangan kau tunda2, pulanglah dulu ke kamarmu dan kau akan tahu, tapi
jangan kau masuk begitu saja, biar aku memberitahukan Congkoan
dulu, malam ini aku bertugas bersama Hong-sian, katakan saja
waktu kembali kau bersua dengan aku."
Mendengar orang berpesan secara serius, se-olah2 ditempat
tinggalnya telah terjadi sesuatu, maka Kun-gi mengangguk.
katanya: "Baiklah, hayolah pulang."
Mereka tidak bicara lagi, keduanya sama2 mengembangkan
Ginkang dengan cepat tiba di luar pagar tembok tinggi yang
mengelilingi Hoa-keh-ceng. Un Hoan-kun memberi tanda gerakan
tangan terus melambung ke atas tembok dan melesat ke belakang
sana. Sementara Kun-gi juga mengapung terus melejit lebih jauh ke
depan-mendadak didengarnya seorang membentak tertahan:
"Siapa" "-setitik sinar kemilau tahu2 meluncur kemuka Kun-gi.
Sekali raih dengan mudah Kun-gi tangkap senjata rahasia itu,
kiranya sebutir pelor perak. sementara mulutnya berseru: "Cayhe Ling Kun-gi"
Dari tempat gelap tampak melompat keluar seorang laki2
berseragam hitam, begitu melihat jelas akan Ling Kun-gi, lekas dia membungkuk dengan gugup, katanya: "Hamba Kho Ting-seng,
maaf, kesembronoanku patut dihukum mati ......"
Laki2 ini adalah salah satu Hou-hoat-su-cia yang dinas jaga,
maka dengan tertawa Kun-gi lantas berkata: "Kho-heng tak usah berkecil hati. Cayhe meluncur dari luar tembok. adalah jamak kalau menimbulkan rasa curiga. Cuma untuk selanjutnya Kho-heng harus
lihat jelas dulu baru boleh turun tangan-"-Sembari bicara dia angsurkan kembali pelor perak itu.
Orang she Kho mengiakan sambil menerima pelor peraknya,
Kungibertanyapula:"Apakah malaminigiliranKho-hengberjaga?"
"Ya," sahut Kho Ting-seng, "ada empat orang yang mendapat giliranjaga, hambaditugaskanjagadisebelahtenggarasini."
"Apakah Kho-heng tadi melihat ada orang masuk kemari" "
Kho Ting-seng melengak. katanya: "Maksud Cong-hou-hoat ada musuh yang menyelundup ke-mari" "
"o, tidak." ujar Kun-gi, "aku hanya tanya sambil lalu, kalau tiada melihat ya sudahlah."
"Sejak giliran hamba berjaga tadi terus mondar-mandir di
sekitar sini, kalau ada orang menyelundup masuk tentu hamba
dapat melihatnya." Kun-gi manggut2. "Bagus sekali, baiklah aku mohon diri,"
setelah balas hormat, sekali jejak kedua kaki ia lantas melejit tinggi meluncur kepekarangan belakang.
Karena pesan Un Hoan-kun tadi amat wanti2 dan serius,
se-olah2 telah terjadi suatu peristiwa di dalam kamarnya, maka
sepanjang jalan ini dia tingkatkan perhatian dan kewaspadaan,
sinar pelita sudah padam di daerah pekarangan tengah, keadaan
sunyi tenang tiada gerakan apa2 yang mencurigakanSecara diam2 dia meluncur turun di balik pagar tembok serta
memperhatikan kamar tidurnya, dua jendela disebelah selatan
tetap terpentang lebar, keadaan hening, lelap seperti dirinya keluar tadi, tiada tanda2 perubahan lainnya puia, keruan ia heran dan
bertanya2 kenapa Un Hoan-kun mendesak dirinya lekas kembali ke
kamar tidur" Mengingat nona Un biasanya hati2 dan cermat, setiap menghadapi persoalan tentu dikerjakan dengan baik dan rapi, tak mungkin kali ini dia menipu dirinya..
Entah kenapa pula nona itu tidak mau menjelaskan
persoalannya, seakan2 bila dirinya lekas kembali akan segera
mendapat jawaban, tapi kenapa pula dirinya diharuskan menunggu
dia menyusul datang setelah memberi laporan kepada
Congkoan-Memangnya ada kejadianapa"Semarindipikirsemakin
mengganjelperasaan. "Memangnya ada orang hendak mencelakai diri-ku secara
diam2?" demikian batinnya. Inipun tidak mungkin, umpama betul seorang ada maksud mencelakai jiwanya, tak mungkin dia
sembunyi di dalam kamarnya. Maka sekian lamanya dia berdiri
diam di tempat gelap. tapi setelah ditunggu beberapa kejap tetap tidak terlihat ada tanda apa2.
Untunglah dikala Kun-gi sudah hampir kehilangan kesabaran,
didengarnya desir angin malam yang lirih dari balik tembok sana, waku Kun-gi menoleh, dilihatnya dua bayangan orang muncuf di
atas tembok. Seorang mengenakan pakaian serba putih, pedang
tergantung dipinggang, gayanya lembut laksana dewi kahyangan.
Seorang lagi berpakaian kencang, tubuhnya semampai
menggiurkan-Mereka bukan lain adalah Congkoan Giok-lan dan Un
Hoan-kun yang menyaru Bi kui.
Lekas Kun-gi menyongsong ke sana, katanya menjura:
"Mengganggu Congkoan saja."
Lekas Giok-lan balas hormat, matanya yang bening mengawasi
Kun-gi, katanya: "Bi kui Ling-kongcu menunggu, entah apa yang telah terjadi di sini" "
Apa yang terjadi, Kun-gi sendiri juga tidak tahu, sudah tentu dia tidak bisa menjawab, terpaksa dia berkata sekenanya: "Congkoan sudahtiba, marilahbicaradidalamsaja."
Sekilas Giok-lan mengerling, katanya: "Kiu-moay barusan lapor padaku, katanya waktu dia lewat sini telah mendangar orang
bicara dalam kamar, semula dikira Ling-kongcu sendiri, ternyata waktu dia ronda sampai pekarangan tengah telah bertemu dengan
Ling kongcu yang sedang mengejar musuh, maka dia sadar adanya
gejala yang tidak sehat, cepat dia memberi laporpadaku, kini Lingkongcu sudah kembali, entah adakah sesuatu yang mencurigakan
di dalam kamar ini" "
Kun-gi membatin: "o, ada orang sembunyi di dalam kamarku,
hanyasoalbegini sajakenapatidakdijelaskan padaku" "
Dengan tersenyum dia lantas berkata: "Sejak Cayhe datang tadi sudah kuperhatikan, tiada gerakan apa2 di sini, biarlah aku masuk memeriksanya lebih dulu." Lalu dia hendak menerobos masuk
lewat jendela. "Hati2 Ling-kongcu"seru Un Hoan-kun gugup,
"Betul," sambung Giok-lan, "memang Ling-kongcu harus lebih hati2."
Kun-gi tertawa tawar, ujarnya: "Ya, tidak jadi soal."-Sekali lompat dia menerobos masuk ke kamar, matanya menjelajah
seluruh penjuru kamar, tapi tetap tiada kelihatan bayangan prang"
Kiranya sejak di luar dan waktu melompat masuk tadi diam2 dia
sudah pasang kuping danpentang mata, asal ada orang sembunyi
di dalam kamar pasti didengarnya. Kun-gi keluarkan geretan api, setelah menyulut lampu dia terus angkat palang dan membuka
pintu, katanya: "silakan kalian masuk"
Diam2 Un Hoan-kun membatin: "Agaknya sudah terlambat,
kedua orang itu sudah pergi."
Giok-lan melangkah masuk lebih dulu, mata-nya yang jeli tajam
menjelajah ke segala penjuru, lalu berkata: "Kiu-moay bilang bahwa Ling-kongcu mengejar musuh yang membokongmu,
laporannya tidak jelas, memangnya siapa yang bernyali besar
berani bertingkah ditempatkitaini" HarapLing-kongcusudi
menjelaskan" " Kecut tawa Kun-gi, katanya: "Cukup lama juga aku mengudak
dia, sayang tak berhasil kususul, malah dua Centing kita dibunuh oleh nya, sungguh harus diaesalkan" Lalu dia ceritakan kejadian yang dialaminya.
Berkilat mata Giok-lan, katanya setelah merenung sebentar:
"orang ini bisa bergerak bebas menghindari pos2 penjagaan, jelas ialah orang kita sen-diri, mungkin karena siang tadi dia kau
kalahkan dalam pertandingan, karena dendam maka malam ini
hendak menuntut balas secara menggelap."
"Cayhe juga pikir demikian, pikirku hendak mengejarnya untuk memberipenjelasan dan membujuknya. "
"Besar nyali orang ini, berani main gila di sini, tapi dia bisa lolos dari kuntitan Ling-kongcu, jelas Ginkang dan kecerdikannya
memang lebih tinggi daripada orang lain," ujar Giok-lan-"Lalu senjata rahasia yang Ling-kongcu gulung tadi entah ditaruh di
mana" " Kun-gi menuding kepojok dinding, katanya: "Karena buru2
hendak mengejar musuh, maka kulempar ke kakitembok itu."
Sinar lampu memang tidak sampai menyoroti kaki tembok sana,
Giok-lan tidak perhatikan kalau di kaki tembok ada jarum2
berserakan-Kini dengan cermat dia memperhatikan, seketika
berubah rona mukanya. Dingin sorot matanya, katanya: "Mungkinkah dia orang Hek-liong-hwe?"
"Sam-ci," Un Hoan-kun menyeletuk. "darimana kau tahu dia orang Hek-liong-hwe" "
Dari kantong bajunya Giok-lan keluarkan sekeping besi
sembrani, lalu menyedot sebatang jarum. Jarum ini lebih kasar dari jarum jahit umumnya, seluruh batangnya berwarna hitam legam,
jelas dilumuri racun jahat, Lalu sambil mengacungkan besi
sembrani, dia bertanya kepada Kun-gi: "Apakah Ling-kongcu tahu asal-usul jarum baja ini" "
"Cayhetidaktahu,"sahutLing Kun-gi. .
Giok-lan tertawa tawar, katanya: "Racun yang dilumurkan di jaruminiadalah getahberacun."
Sejak mula Kun-gi kira sipembokong adalah orang dalam Pekhoa-pang, mendangar Giok lan bilang dia orang Hek-liong-hwe,
tanpa terasa ia bersuara heran-Giok-lan berkata lebih lanjut, Jarum baja ini dilepaskan dari Som-lo-ling, namanya adalah Sha-cap-lok-khong-wi-hong-ciam (Jarum kumbang kuning 36 lubang)."
"Pengetahun Congkoan memang luas, melihat jarum lantas tahu namadan asal-usulnya,"demikianpuji Kun-gi.
Pedang Kiri Pedang Kanan 9 Hong Lui Bun Karya Khu Lung Harpa Iblis Jari Sakti 35
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama