Ceritasilat Novel Online

Setan Harpa 14

Setan Harpa Karya Khu Lung Bagian 14


"Ayah mertuamu yang terhormat!
Lui Thian ciu menjadi malu sekali, buru-buru serunya
dengan nada setengah memohon:
"Istriku yang baik, darimana kau bisa mengucapkan katakata
semacam itu?" Ketika menyaksikan kematiannya yang tragis, bukankah
hatimu merasa sedih sekali"
Ong Bun kim yang berada disisinya kembali tertawa
terbahak-bahak, serunya: "Haahh... haahhh.... haaahhh ibu mertua, kelihatannya
rasa cemburumu masih besar juga!".
Begitu Ong Bun kim selesai berkata, kontan saja semua
orang ikut tertawa tergelak.
"Haimmm! Cemburu?" serunya, "yaa. memang itu
kenyataan!" Liu Thian ciu segera tertawa getir.
"Istriku yang tercinta." katanya cepat-cepat, "buat apa sih
kau membicarakan tentang masalah itu" Toh orang itu
sudah mati sekarang."
"Sekalipun sudah mampus orangnya, aku rasa belum
tentu bisa mati dari dalam ingatanmu!"
Kwan Siok kim buru buru melerai, serunya:
"Ibu, sudahlah, jangan kau menyindir dan menyiksa
ayahku terus menerus..."
Kwan Siau ciu baru tertawa setelah mendengar
perkataan dari putrinya itu, katanya kemudian:
"Sekarang kita akan kemana?" Ong Bun kim segera
berpaling kearah Lui Thian ciu seraya berkata:
"Gak hu, aka mbempunyai suatu dmasalah yang inagin
sekali memobhon bantuan mu."
"Masalah apa" Katakan saja secara berterus terang
kepadaku" Ong Bun kim mengeluarkan keenam jilid kitab pusaka
dari enam partai besar itu dan diserahkan kepada Lui Thian
cu, kemudian katanya dengan pelan:
"Tolong sudilah kiranya kau mengembalikan ke enam
jilid kitab pusaka ini kepada ke enam partai besar tersebut,
kemudian tolong sampaikan pula kabar kepada mereka
bahwa perguruan kami akan diresmikan pembukaannya
pada tanggal lima bulan lima nanti digua Bu cing tong,
sekalian kabarkan pula berita ini ke seluruh dunia
persilatan, agar mereka semua mau mengutus wakilnya
untuk menghadiri pertemuan besar itu...!"
"Soal itu mah pasti akan kulakukan!"
"Kalau begitu, tolong laksanakanlah hal itu!"
Setelah menerima ke enam jilid kitab pusaka tersebut
dari tangan Ong Bun kim. Lui Thian ciu segera berpaling kearah Kwan Siau ciu
seraya bertanya: "Siau ciu, apakah kau ingin melakukan perjalanan
bersama dengan diriku...?"
"Aku sih enggan untuk berjalan bersama mu, lebih baik
kau sendiri saja!" Lui Thian ciu segera tertawa tersipu-sipu, akhirnya dia
menggerakkan tubuhnya dan berangkat meninggalkan
tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap diluar selat Thian mo sia.
Sepeninggal Lui Thian-ciu, Kwan Siau-ciu baru berkata
kepada Ong Bun kim: "Bun kim, selanjutnya kau hendak kemana?"
"Aku hendak menuju ke gua Bu cing tong!"
"Bun kim!" kembali Kwan Siau ciu bertanya, "aku ingin
menanyakan satu hal lagi kepadamu..."
Katakanlah!" "Konon, selain Siok kim kau masih mempunyai
beberapa orang kekasih lagi?"
Menghadapi pertanyaan semacam itu, Ong Bun kim
agak tertegun dibuatnya, setelah termangu sejenak, dia baru
mengangguk. "Benar..." "Siapa sajakah mereka?" Terpaksa Ong Bun kim harus
menyebutkan nama beberapa orang perempuan itu satu per
satu. untuk selanjutnya dia menambahkan.
"Dalam masalah ini aka harap kau sudi untuk
memakluminya!" Mendengar penjelasan tersabet bKwan Siao om
mednghela napas paanjang, lalu katbanya.
"Aku tidak keberatan bila ada. seorang lelaki memperistri
tiga orang perempuan dan memelihara empat orang istri
muda, anak Kim sendiripun tak pernah memikirkan
persoalan ini didalam hatinya, cuma ada satu kerepotan
dibalik kesemuanya ini."
"Kerepotan apakah itu?"
"Aku ingin bertanya kepadamu, diantara beberapa orang
gadis ini, bukankah perempuan yang paling kau cintai
adalah Tan Hong hong?"
"Betul!" "Cuma walaupun Tan Hong hong sangat mencintaimu,
bagaimana pun juga ia telah mengalami suatu tragedi yang
mengenaskan dan tak mungkin bisa terselesaikan..."
Tan Liok yang berada disampingnya segera
menimbrung. "Andaikata ia benar-benar adalah putriku, bukankah
kejadian inipun merupakan sesuatu yang tragis bagiku?"
"Tidak, sebab bagaimanapun juga aku tetap
mencintainya, aku tetap akan mencintai dirinya!" seru Ong
Bun kim dengan cepat. "Benar!" kata Kwan Siau-ciu sambil manggut-manggut,
"Kau memang seharusnya mempersunting dirinya, sudah
terlalu besar pengorbanan yang dilakukannya bagimu, kau
tak bisa tidak harus memberi imbalan yang setimpal
baginya, lagipula dia adalah seorang gadis yang baik sekali,
tidak sepantasnya jika kau menyia-nyiakan kehidupannya
didunia ini, benar bukan?"
"Benar!" Kembali Kwan Siau ciu menghela napas panjang, setelah
termenung sebentar kembali katanya.
"Terlepas dari masalah Tan Hong-hong, Lan Siok ling
adalah istrimu yang pertama, Ku Pek-hoa juga mempunyai
ikatan perkawinan denganmu, ditambah lagi dengan putri
ku Siok-kim, aku ingin tanya bagaimana caramu untuk
mengatur urutan nama mereka?"
"Bagaimana maksudmu" Aku tidak begitu mengerti."
"Menurut peraturan, Ku Pek hoa seharusnya menempati
urutan yang paling atas, cuma menurut kenyataan Lan Siok
ling yang berhak untuk menduduki posisi tersebut, akan
tetapi bila kita berbicara dari persoalan Pay kiam, maka
Siok kim lah baru merupakan isterimu yang paling sah."
Ong Bun kim berpikir sejenak, kemudian ia merasa
bahwa apa yang dikatakan ibu mertuanya itu memang
benar, tanpa terasa berkerutlah dahinyar.
"Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana baiknya?" dia
mengeluh. Kwan Siok-kim yang berada disamping ibunya segera
menimbrung dengan cepat. "Ibu, kami tak akan ribut karena soal urutan nama!"
"Hal ini mana boleh jadi" Setiap masalah tentu ada
pokoknya, cuma didalam masalah ini aku harap kau bisa
menyelesaikan secara bijaksana, sebab kalau tidak, bisa jadi
akan terjadi banyak sekali kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan." "Aku mengerti!"
"Kalau kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi,
hayolah kita berangkat sekarang!"
"Apakah Gak bo juga akan mengikuti kami menuju ke
gua Bu cing tong..?"
"Benar!" Maka berangkatlah ke lima orang itu menuju ke gua Bu
cin tong.. Sementara itu berita tentang akan didirikannya
perguruan Sin kiam bun serta panggilan Sin kiam untuk
mengundang para jago persilatan memasuki perguruannya
dengan cepat tersiar luas dalam dunia persilatan, akibatnya
terjadi satu goncangan yang keras didalam seluruh dunia
persilatan. Berbondong-bondong kawanan jago persilatan
berdatangan ke gua-Bu cing tong untuk menggabungkan
diri ke dalam perguruan Sin kiam bun.
Ong Bun kim, Kwan Siau ciu, Kwan Siok kim, Thia Eng
dan Tan Liok berlima terpaksa harus tinggal untuk
sementara waktu di dalam gua Bu cing tong untuk
menyusun rencana dalam menghadapi masalah tersebut.
Beberapa hari kemudian. Tay khek cinkun bersama
Tiang Seng lojin dan Hian ih lihiap juga berdatangan
kesana. Menyusul kemudian, Giok bin hiap beserta istrinya Leng
po siancu dan Yu-Cing juga berdatangan kesana.
Leng po siancu masih berusia empat puluh tahunan,
wajahnya cantik dan menarik hati.
Sesudah berbincang-bincang sebentar, Ong Bun kim
lantas bertanya kepada Giok bin hiap:
"Supek. Apa yang harus kita lakukan?"
"Untuk masuk menjadi anggota perguruan Sin kiam bun,
pertama tema mereka harus bersumpah dulu di depan
pedang mestika dan mengikrarkan sumpah setia mereka,
kemudian secara resmi mereka baru diterima menjadi
anggota perguruan, setelah itu, mereka harus saling beradu
kepandaian untuk menetapkan tingkat kedudukan serta
tugas yang bakal mereka pikul selama menjadi anggota
perguruan." "Cuma itu itu saja?"
"Benar, cuma saja sebelum Buncu menjadi ketua secara
resmi, terlebih dulu kau harus meresmikan ikatan
perkawinan kalian kalau tidak, maka hal tersebut belum
bisa dianggap telah resmi!"
Ong Bun kim lantas manggut-manggut.
"Kalau begitu kapan aku harus kawin?" tanyanya.
"Jika semua anggota perguruan telah berkumpul, kau
boleh meresmikan perkawinan kalian dihadapan para
anggota, kecuali nona Kwan, kaupun boleh melangsungkan
juga perkawinan dengan perempuan lainnya."
"Lantas sekarang, apa yang harus kita laksanakan lebih
dulu?" "Dalam suatu perguruan harus terdapat kekuatan inti
yang bisa diandalkan, yang di maksudkan dengan kekuatan
inti sudah barang tentu mengartikan sekawanan anggauta
perguruan yang paling setia dan bisa dipercaya."
"Maksudmu, kita harus mengundang orang-orang yang
boleh dipercaya untuk masuk menjadi anggota perguruan
lebih dulu agar kita memiliki kekuatan inti yang bisa
diandalkan?" "Benar, dan siapa bersedia masuk menjadi anggota
perguruan, dia boleh menyembah kepada pedang Sin kiam
sebagai pertanda pengangkatan tersebut!"
"Bagaimana pula upacara itu harus diselenggarakan?"
tanya Tiang seng lojin pula.
"Ong Bun kim adalah orang yang berhak atas pedang
mestika tersebut, tentu saja dia adalah Buncu atau ketua
dari perguruan Sin kiam bun, sedang aku sebagai pelindung
pedang tentu saja yang akan memimpin upacara ini."
Maka Giok bin hiap meletakkan pedang Sin kiam
tersebut keatas meja altar, kemudian mempersilahkan Ong
Bun kim berdiri disisi altar, dengan suara dalam Giok bin
hiap lantas berseru. "Siapakah diantara kalian yang bersedia masuk menjadi
anggota perguruan Sin kiam bun?"
Dengan hormat sekali Tiang seng lojin menampilkan
dirinya kedepan, lalu menjawab.
"Kok Saucing bersedia masuk menjadi anggota
perguruan!" "Menyembah kepada pedang!"
Dengan sikap yang sangat hormat Tiang seng lojin segera
menjatuhkan diri berlutut diatas tanah dan menyembah
kepada pedang mestika Sin kiam tersebut.
"Kok Sau cing!" dengan suara berat Giok bin-hiap
berseru kembali, "apakah kau masuk perguruan Sin-kiambun
dengan tulus hati serta niat yang jujur?"
"Benar!" "Kau bersedia mengangkat sumpah berat?"
Ketika Tiang seng lojin Kok Sau cing telah mengangkat
sumpah berat, dengan suara dalam Giok bin hiap berkata
lagi: "Mulai sekarang kau sudah menjadi anggota perguruan
Sin kiam bun, bersediakah kau untuk setia kepada pemilik
Sin kiam?" "Sampai mati pun rela!"
"Baik! Silahkan mengundurkan diri..."
Tiang-seng lojin segera mengundurkan diri dari sana.
Menyusul kemudian Tay khek Cinkun, Hian ih lihiap,
Kwan Siau-ciu, Tan Liok, Thia Eng, Leng po siaucu, Yu
Cing serta Kwan Siok kim juga mengangkat sumpah serta
masuk menjadi anggota perguruan.
Beberapa orang inilah yang menjadi inti kekuatan dari
perguruan Sin Kiam bun, mereka menjadi pemuka-pemuka
perguruan yang turut andil di dalam usaha membangun
perguruan Sin kiam bun didalam dunia persilatan.
Kemudian, beberapa orang itupun berkumpul menjadi
satu serta merundingkan masalah-masalah yang
menyangkut soal perguruan, misalnya bagaimana
menanggulangi tempat tinggal, soal makan dan lainlainnya.
oooOdwOooo BAB 84 BULAN lima tanggal lima. Hari ini adalah hari yang telah ditetapkan perguruan Sin
kiam bun untuk menerima anggota baru, tentu saja perlu
diutus orang untuk menyambut kedatangan mereka.
Ong Bun kim telah memanggil Thia Eng seraya berkata:
"Toako, bagaimana kalau kuserahkan tugas menyambut
kedatangan tamu ini kepadamu?"


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thia Eng segera tertawa. "Memangnya aku bakal
menampik permintaanmu itu?"
"Toako, masih ingatkah kau bahwa aku hendak
memperkenalkan seorang gadis kepadamu?"
"Aku tak akan melupakannya"
"Kalau memang begitu, bagus sekali" seru Ong Bun-kim,
ia lantas disisi telinganya sambil bertanya, "toako.
bagaimana pendapat-mu tentang nona Yu?"
Mendengar itu Thia Eng merasakan hatinya bergetar
keras, tanpa terasa ia berseru tertahan:
"Dia...?" "Benar!" "Aku... aku kuatir diriku tak pantas!"
"Mengapa?" "Nona Yu cantik jelita bak bidadari dari kahyangan, lagi
pula-tampaknya dia menaruh rasa cinta kepadamu."
"Seandalnya ia bersedia?" tukas Ong Bun kim dengan
cepat. "Tentu saja aku merasa terima kasih sekali!"
"Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata saja."
Waktu itu, semua orang yang berada dalam ruang tengah
meski dapat melihat Ong Bun kim sedang berbisik dengan
Thia Eng, tapi tak seorangpun yang mendengar apa yang
sedang dibicarakan oleh kedua orang itu
Dengan suara lantang Ong Bun kim berseru.
"Nona Yu, kemarilah sebentar!"
Buru-buru Yu Cing maju ke depan menghampiri mereka
sambil bertanya dengan keheranan.
"Tolong tanya Buncu. ada urusan apa?"
"Kau tahu bukan bahwa hari ini adalah saat kita
membuka pintu perguruan untuk menerima murid?"
"Tahu" "Aku hendak memberi tugas kepadamu...."
"Tecu siap menyambut perintah itu."
"Kau dan Thia toako bertugas menyambut kedatangan
tamu yang akan datang kemari."
"Terima perintah!"
Ong Bun kim segera tertawa, kembali ujarnya.
"Nona Yu, kemarilah, aku ada persoalan pribadi yang
hendak dirundingkan dengan dirimu."
Yu Cing agak tertegun, dia tidak bisa menduga persoalan
apakah yang hendak di-bicarakan pemuda itu dengannya.
Ketika sudah berada dihadapan Ong Bun kim, si anak
muda itu berbisik lirih: "Nona Yu, kau tahu apa yang
hendak kubicarakan denganmu?"
"Jika Buncu tidak berkata, darimana aku bisa tahu?"
"Aku hendak memperkenalkan seorang pemuda
kepadamu !" "Apa?" Saking kaget dan diluar dugaannya Yu Cing berteriak
keras, sebab ucapan dari Ong Bun kim itu tak pernah
disangka sebelumnya, ia tidak habis mengerti kenapa Ong
Bun kim bisa mengucapkan kata kata seperti itu..."
Dia sangat mencintai Ong Bun kim, apakah pemuda itu
sama sekali tidak tahu"
Dengan suara lirih kembali Ong Bun kim berbisik:
"Aku ingin memperkenalkan seorang teman pria
untukmu!" Tiba-tiba Yu Cing merasakan hatinya menjadi kecut dan
sedih sekali, sahutnya kemudian dengan lirih.
"Maksud baik Buncu biar kuterima di dalam hati saja!"
"Kau kau tidak bersedia?"
"Yaa tecu memang sudah tiada berminat lagi untuk
memikirkan soal-soal semacam itu."
Dari mimik wajah Yu Cing yang amat sedih Ong Bun
kim sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh
gadis tersebut dia lantas menghela napas panjang katanya:
"Nona Yu, tahukah kau yang hendak ku perkenalkan
kepadamu?" "Darimana aku bisa tahu?"
"Kalau begitu, mengapa kau tidak bersedia" Apakah kau
sudah mempunyai kekasih hati?"
"Aku?" ia tertawa sedih, "Buncu memang suka
menggoda saja, tapi... didalam hidupku ini ini, aku memang
pernah mencintai seseorang..."
"Aku tahu, tapi ia tidak pantas..." bisik Ong Bun kim
agak tergagap. Kembali Yu Cing tertawa sedih, "Aku yang tidak pantas
baginya, batas usia-ku terpaut jauh sekali dengan dirinya"
"Bila kau mendapat cinta kasih darinya, belum tentu kau
akan mengecapkan kebahagiaan" kata Ong Bun kim
kemudian, "karena cintanya sudah cacad, sudah tidak utuh
lagi, apalagi yang bisa kau peroleh dari dirinya?"
-oo0dw0oo-- Jilid 27 "YAA, aku memang tak akan mendapatkan apa-apa
lagi" "Kalau memang begitu, buat apa kau musti mencari
kesulitan dan kepedihan untuk diri sendiri?"
Yu Cing tertawa getir. "Tapi aaii !" dia menghela napas sedih. "siapakah orang
yang hendak kau perkenalkan kepadaku itu?"
"Kakak angkatku!"
"Apa" Thia sauhiap?"
Seketika merah pipi Yu Cing setelah mendengar ucapan
tersebut, tiba-tiba saja ia menemukan bahwa Ong Bun kim
bersikap terlalu baik kepada-nya!
Ong Bun-kim bukannya tidak tahu kalau ia
mencintainya, tapi dia selalu berpikir baginya, ia tak ingin
dirinya terjerumus ke dalam kancah kemalangan akibat
cinta, melainkan memperkenalkan seorang lelaki yang jujur,
seorang pemuda yang ganteng seperti Thia Eng kepadanya.
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa Yu Cing menghela
napas panjang, tiba-tiba ia menemukan bahwa Ong Bun
kim adalah seorang pemuda yang baik hati dan mulia.
Ia lantas menghela napas panjang, bisiknya.
"Mungkin Yu Cing tidak pantas baginya!"
"Kenapa?" "Sebab ia terlalu baik!".
Ong Bun kim segera tertawa lebar.
"Cukup, asal kau sudah mengatakan kalau dia baik, itu
berarti kesanmu terhadap dirinya adalah baik. menjadilah
kawan dulu. urusan selanjutnya kita bicarakan kemudian"
Yu Cing mengundurkan diri dari situ dan bersama Thia
Eng bertugas diluar gua Bu cing tong.
Sampai waktu itu orang-orang yang berada dalam ruang
tengah masih belum tahu apa yang sedang dibicarakan oleh
Ong Bun kim terhadap kedua orang itu.
Sementara persoalan telah selesai dibagikan, tengah hari
sudah menjelang tiba. oooOdwOooo BAB 85 MENDADAK... Terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang
datang, ternyata yang datang adalah Lui Thian ciu.
Ia memberi laporan lebih dulu kepada Ong Bun kim atas
segala hal yang telah dilakukan, kemudian secara resmi
masuk pula menjadi anggota perguruan Sin kiam bun.
Mendadak dari luar gua berkumandang suara teriakan
lancang: "Thian lam kiam kek (jago pedabng dari langit dselatan)
Lan taayhiap bersama pbutri nya Lan Siok ling tiba!"
Berbareng dengan seruan itu, dari luar ruangan segera
muncul seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
menyandang pedang bersama Lan Siok ling.
Tiang Seng lojin segera menyongsong kedatangannya
dan menegur sambil tersenyum: "Lan lote, apakah kau
datang untuk menggabungkan diri dengan perguruan Sin
kiam bun?" Ketika Thian lam kiam-kek menyaksikan Thian seng
lojin juga berada disiuu ia kelihatan agak tertegun,
kemudian sahutnya sambil menggeleng berulang kali.
"Bukan!" Jawaban mi sama sekati diluar dugaan, tak urung semua
orang dibuat tertegun juga oleh jawaban dari Thian lam
kiam kek itu. Tiang seng lojin tertegun beberapa saat lamanya,
kemudian bertanya: "Entah karena urusan apa kau datang ke mari?"
"Mencari Ong Bun kim!"
Ong Bun kim yang mendengar perkataan itu merasakan
hatinya bergetar keras, serunya:
"Ada arusan apa kau mencari aku?"
"Kaukah yang bernama Ong Bun-kim?"
"Benar!" "Ong Bun kim, bagaimana rencanamu selanjutnya" Apa
yang hendak kau lakukan terhadap putriku?"
Kalau didengar dari perkataan itu. tak sulit untuk
menduga kalau kedatangan Thian lam kiam-kek keempat
itu adalah disebabkan masalah putrinya.
Ong Bun kim menjadi tertegun, sahutnya tanpa sadar.
"Aku tidak tahu."
"Apa" Kau sudah mempermainkan putriku, sekarang
masih mengatakan tidak tahu apa yang akan di perbuat?"
Seluruh wajah Thian lam kiam kek menahan hawa
amarah, sinar matanya memancarkan hawa napsu
membunuh yang mengerikan, ditatapnya Ong Bun kim
tanpa berkedip. Tiba-tiba Giok bin hiap tertawa terbahak-bahak.
"Haah haaah haaahh.... saudara Lan masih kenal dengan
aku Yu Tiong?" serunya.
Sinar mata Thian lam kiam kek segera dialihkan keatas
wajah Giok bin hiap, paras mukanya tiba-tiba berubah
bersbinar, kemudian dserunya.
"Haah,a kau" Jadi kau bmasih hidup?"
"Benar saudara Lan apakah kedatanganmu adalah untuk
menegur serta minta pertanggungan jawab dirinya?"
"Boleh dibilang begitu!"
"Saudara Lan, mengapa kau harus datang dengan
marah-marah" Buncu kami amat mencintai putrimu, tentu
saja dia akan mengawininya secara resmi..."
"Ong Bun kim. sungguhkah perkataan itu?"
"Benar, dia telah menjadi istriku, tentu saja aku akan
mengawininya secara resmi" Giok bin hiap segera tertawa
pula. "Nah dia sudah berkata sendiri, tentunya kau tak bisa
berbicara apa-apa lagi bukan?"
"Ya, tentu saja aku tak bisa berkata apa-apa lagi!"
"Ong Bun kim mengapa kau tidak segera datang untuk
memberi hormat kepada mertuamu?"
Buru-buru Ong Bun kim maju menghampirinya dan
menjura dalam-dalam katanya.
"Ayah mertua diatas, harap terimalah hormat dari Ong
Bun kim!" Thian lam kiam kek segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.... haaah... haahhhh tak usah banyak adat"
serunya. Ong Bun kim segera berjalan kehadapan Lan-Siok ling,
lalu tanyanya. "Siok ling, sejak berpisah baik-baikkah kau?"
"Terima kasih atas perhatianmu."
Maka Ong Bun kim pun segara memperkenalkan mereka
berdua kepada jago-jago lain yang tidak dikenalnya, tentu
saja Thian lam kiam kek juga mengetahui tentang
hubungan Ong Bun kim serta Kwan Siok-kim.
Setelah berbincang-bincang sebentar, secara resmi kedua
orang itu baru masuk menjadi anggota perguruan Sin kiambun.
Tiba-tiba dari luar pintu sana berkumandang suara
teriakan yang amat nyaring:
"Ti-teng kek datang!"
Tampak Yu Cing menghantar Ti-teng-kek (jagoan
pembawa lampu) berjalan masuk ke dalam ruang tengah.
Dengan suara dalam Giok bin hiap segera menegur:
"Ti teng kek, apakah kau datang kemari untuk
menggabungkan diri dengan perguruan kami?"
"Benar!" "Harap maju menryembah pedang!"
Ti teng kek maqju menyembah perdang dan mengangkat
sumpah, kemudian pelan-pelan mengundurkan diri ke sisi
kanan. Sementara itu, seruan nyaring kembali berkumandang
datang dari luar ruangan:
"Kelelawar malam tiba..."
"Liong hau hiap (pendekar naga harimau) tiba..."
"Pat ci kay ong (raja pengemit berjari delapan) tiba..."
"Ci gan sin kun (Raja sakti bermata merah) tiba...."
"Hiat pian sinkun tiba.....,?"
"Ngo ou tiau kek tiba......"
Manusia-manusia beruntun berdatangan ke dalam
ruangan, dalam waktu singkat dalam ruangan yang sangat
luas itu telah berkumpul jago-jago nomor satu yang datang
dari seluruh dunia persilatan.
Mendadak terdengar seruan nyaring berkumandang dari
luar. "Hiat hoo kaucu beserta anggota perkumpulannya
tiba...." Ketika Ong Bun kim mendongakkan kepalanya,
terlihatlah seorang kakek berbaju merah dengan membawa
puluhan orang anggota perguruannya melangkah masuk
kedalam ruangan. "Hiat hoo kaucu ada urusan apa kau datang kemari?"
Giok bin hiap segera menegur dengan suara lantang.
"Ada sesuatu urusan yang hendak kutanyakan"
"Urusan apa?" Dengan wajah tanpa emosi Hiat hoo kaucu tertawa
dingin, lalu katanya dengan lantang.
"Tolong tanya apa tujuan Sin kiam bun ini didirikan
dalam dunia persilatan?"
"Membantu kaum Iemah dan membasmi kejahatan."
"Apakah kalian hendak melenyapkan kaum manusia
laknat dari dunia persilatan serta menegakkan keadilan


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

serta kebenaran bagi umatnya?"
"Betul!" "Kalau memang begitu, aku dengan memimpin seluruh
anggota perguruanku bersama-sama menggabungkan diri
dengan perguruan Sin kiam bun!"
Ucapan dari Hiat hoo kaucu ini-kontan saja membuat
semua orang menjadi tertegun.
"Apakah tidak boleh ?" Hiat hoo kaucu segera bertanya
lagi ketika melihat sikap heran semua orang.
"Siapa yang berkata demikian?" jawab Giok-bin hiap.
"harap kau suka menyebutkan dulu siapa namamu!"
"Ang Yu nian !"
"Silahkan menyembah pedang!"
Kaucu dari perkampulan Hiat hoo kau ini segera
memimpin anak buahnya yang berjumlah empat puluhan
orang itu untuk bersama-sama menyembah kepada pedang
Sin kiam. Dengan suara dalam Giok bin hiap kembali berkata.
"Ang Yu nian, apakah kau bersama anak buahmu benarbenar
ingin masuk menjadi anggota perguruan kami dengan
lulus ikhlas" "Benar!" "Kau bersumpah akan setia kepada perguruan?"
"Benar!" "Silahkan mengangkat sumpah !"
Setelah Ang Yu nian sekalian mengangkat sumpah berat,
merekapun mengundurkan diri ke sisi ruangan....
Dengan demikian, anggota Sin kiam bun telah
bertambah dengan empat puluh anggota baru.
Menyusul kemudian, tak sedikit kawanan-jago dari
dunia persilatan yang berbondong-bondong datang kesana.
Mendekati tengah hari, dalam ruang tengah telah
berkumpul ratusan orang jago lihay yang datang dari
seluruh penjuru dunia persilatan.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar seruan lantang lagi
berkumandang memecahkan keheningan.
"Pangcu dari perkumpulan Cian-ih pang beserta anak
buahnya tiba...." Tampak seorang kakek berusia enam puluh tahunan
dengan memimpin dua puluhan anggota perkumpulannya
melangkah masuk ke dalam ruang tengah.
Dengan suara mantap Giok bin hiap lantas menegur.
"Cing in pangcu, apakah kau dengan membawa anak
buahmu ingin menggabungkan diri dengan perguruan
kami?" "Benar, tapi sebelumnya aku ingin mengajukan satu
pertanyaan lebih dulu!"
"Soal apa?" Benarkah Perguruan Sin kiam bergerak untuk membasmi
yang jahat dan menolong kaum lemah" Benarkah tujuan
kalian adalah demi ditegakkan pengadilan serta kebesaran
bagi umat persilatan?"
"Benar!" "Benarkah perguruan Sin-kiam-bun akan membantai
kaum iblis dan sesat dengan pedang sin-kiam?"
"Benar!" "Kalau memang begitu, aku beserta semua anggota
perguruan bersedia untuk menggabungkan diri dengan
perguruan Sin kiam-bun!"
Setelah itu berdatangan pula Pek im ceng dan Sin liong
Pay yang datang sambil membawa puluhan orang bekas
anak buahnya, dengan begitu jumlah anggota Sin kiam bun
telah mencapai beratus-ratus orang banyaknya.
Selewatnya senja, sudah tiada orang yang-muncul
kembali didalam gua Bu-cing tong.
Ke enam orang ciangbunjin dari partai Siau lim, Bu-tong,
Kun lun, Go bi, Tiong lam Serta Khong tong pay dengan
membawa dua orang muridnya berdatangan juga untuk
memeriahkan upacara tersebut, selain mengucapkan terima
kasih kepada Ong Bun kim atas dikembalikannya keenam
jilid kitab pusaka mereka.
Sementara itu Ong Bun kim sedang memperhatikan akan
dua orang, mereka adalah Ko Pek ho serta si bunga iblis
dari neraka, mengapa sampai sekarang kedua orang itu
belum datang juga" Apakah mereka tak akan datang"
Mendadak... Dari luar gua berkumandang kembali suara teriakan
lantang. "Tay pangcu dari perkumpulan Hui mo pang Ku Pek hoa
tiba!" Begitu nama Ku Pek hoa disebutkan, semua orang segera
merasakan hatinya bergetar keras, dua pertiga dari mereka
yang hadir segera berubah hebat wajahnya.
Mereka termasuk juga Tiang seng lojin serta Giok bin
hiap berdua. Dalam pada itu, Ku Pek hoa dengan langkah yang lemah
gemulai berjalan masuk ke dalam ruangan.
Mendadak terdengar suara tertawa dingin berkumandang
memecahkan keheningan, sesosok bayangan manusia
berwarna merah berkelebat lewat, tahu-tahu jalan pergi
perempuan itu sudah terhadang.
"Ku pangcu!" seru orang itu, "masih kenal dengan aku
orang she Ang ?" Paras muka Ku Pek hoa juga berubah hebat. "Tentu saja
kenal" jawabnya, "tidak kusangka Ang pangcu sudah tiba
disini!" Dalam pada itu tak sedikit jumlah orang yang mendesak
kehadapan Ku Pek hoa, mereka termasuk juga Pangcu dari
Cing ih pang, Caycu dari Sin hong cay serta banyak lagi
lainnya. Terdengar seseorang, menegur dengan suara dingin.
"Ku pangcu kalau sudah bermusuhan rasanya jalan
didunia ini terlalu sempit, tidak disangka kita akan bersua
kembali disini, tolong tanya ada urusan apa kau datang
kemari?" "Aku datang untuk mencari Ong Bun kim."
"Ku pangcu, kejahatan yang kau lakukan sudah terlalu
banyak, lebih baik kita selesaikan dulu hutang-hutang lama
kita." Dalam waktu singkat sudah ada puluhan orang jago
yang mengurungnya di tengah arena.
Paras muka Ong Bun kim berubah hebat setelah
menyaksikan kejadian itu bentaknya tiba-tiba:
"Mundur semua !"
Bentakan dari anak muda tersebut sangat keras bagaikan
guntur yang membelah bumi di siang hari bolong, tanpa
sadar semua orang menghentikan langkah kakinya,
kemudian dengan sinar mata jeri mereka memandang
wajah Ong Bun kim, tak seorangpun yang berkata apa-apa.
Dengan paras muka berubah hebat Ong Bun-kim
membentak: "Dia adalah istriku, kalian berani berbuat apa terhadap
dirinya?" Ucapan tersebut bersifat menantang, kontan saja
membuat paras muka beberapa orang itu kembali berubah
hebat. Ku Pek hoa dengan wajah yang amat sedih dan perasaan
yang tersiksa berdiri mematung disana.
Kaucu dari perkumpulan Hiat ho kau segera maju ke
depan, kemudian serunya. "Lapor Buncu, apakah Ku pangcu adalah istrimu?"
"Benar !" "Apa Buncu tidak tahu kalau ia sudah menciptakan
pembunuhan berdarah yang mengerikan sekali dalam dunia
persilatan?" "Soal ini..." "Dia telah membunuh lima puluhan orang anggota
perguruan kami, hutang darah tak bisa ditunggak, harap
Buncu memberi keadilan serta kebenaran untuk kami!"
Pangcu dari Cing ih pang juga maju ke depan sambil
berseru pula: "Ku pangcu juga telah membunuh tiga puluhan orang
anggota perguruan kami."
"Dia membunuh puluhan orang anggota benteng kami."
seru Sin liong caycu pula sambil maju ke depan, "oleh
karena pun caycu tak sanggup menandingi kelihayannya
sehingga untuk bisa membalas dendam, maka kami baru
berkeputusan untuk masuk menjadi anggota perguruan Sinkiam
bun." Ciangbunjin dari Tiong lam pay yang berdiri disisi
ruangan juga segera maju kedepan seraya berseru:
"Ong Buncu, dia telah membunuh juga tujuh orang
anggota partai kami yang tidak berdaya..."
"Dia telah membunuh ayahku..."
"Dia membunuh kakakku..."
"Dia membunuh..."
Dalam waktu singkat, seluruh ruangan itu dipenuhi oleh
teriakan-teriakan penuh emosi, bisa dibayangkan betapa
kalutnya suasana ketika itu.
Giok bin hiap segera berkata pula.
"Buncu akupun pernah menyaksikan ia membunuh
sepasang suami istri tua yang sedang mencari obat diatas
tanah perbukitan, hanya dikarenakan sepasang suami istri
itu enggan masuk menjadi anggota perguruannya."
Keadaan Ong Bun kim benar-benar mengenaskan sekali,
paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
mulutnya terbungkam dalam seribu bahasa, dia tak tahu
apa yang musti dilakukan untuk menanggulangi keadaan
tersebut. Paras muka Ku Pek hoa sendiripun pucat pias seperti
mayat, peluh sebesar kacang jatuh bercucuran membasahi
seluruh tubuhnya. Teriakan-teriakan masih bergema diseluruh ruangan,
seakan-akan semua orang merasa tidak rela jika Ku Pek hoa
tidak dibunuh pada saat itu juga.
Hampir meledak benak Ong Bus kim oleh kejadian itu
segera bentaknya keras-keras: "Tutup mulut!"
Suara hiruk pikuk yang sangat ramai itu segera menjadi
tenang kembali, sorot mata semua orangpun bersama-sama
dialihkan ke atas wajah Ong Bun-kim.
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, setelah agak
tertegun serunya. "Apa... apa yang kalian inginkan?"
"Bunuh dia !" "Bunuh iblis perempuan itu sampai mati."
"Balaskan dendam bagi orang-orang yang mati
ditangannya..." "Bunuh !" Suasana dalam ruangan itu kembali dipenuhi dengan
bentakan-bentakan dan teriakan-teriakan emosi.
"Tutup mulut!" bentak Ong Bun kim teramat gusar.
Sekali lagi teriakan semua orang tertindih oleh bentakan
Ong Bun kim yang amat keras itu.
Dengan perasaan agak emosi Ong Bun kim berseru.
"Aku tak akan membunuhnya karena dia adalah
isteriku!" Mendengar ucapan tersebut, paras muka semua orang
telah berubah sangat nanar.
Ketua dari Hiat hoo kau, Cing ih Pang dan Sin liong cay
serentak bertanya. "Buncu apakah kau tidak bersedia untuk membalaskan
dendam bagi saudara-saudara kami yang telah terbunuh
ditangannya?" "Benar, karena dia adalah istriku !"
Kaucu dari Hiat hoo kau segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh.... haahhh... haaahhh... Ong Bun-kim, kau
tidak memiliki kebijaksanaan sebagai seorang buncu dari
perguruan Sin kiam bun... haaahhh... haaahhh... haaah..."
"Kau bilang apa?" bentak Ong Bun kim dengan suara
menggelegar, hawa napsu membunuh segera menyelimuti
seluruh wajahnya. Dengan dingin kaucu dari Hiat ho kau berseru:
"Apabila Buncu tidak bersedia memikirkan masalah yang
menimpa anggotanya, kami akan mengundurkan diri saja
dari perguruan Sin kiam bun!"
"Kami juga akan mengundurkan diri.."
"Kami juga...."
Suasana kembali terjadi kegaduhan, tiga perempat dari
jumlah anggota Sin kiam bun yang terdiri dari seratus limab
puluhan orang ditu serentak bearanjak dari tembpat masingmasing
dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Terbelalak lebar sepasang mata Ong Bun kim setelah
menyaksikan kenyataan itu, peluh sebesar kacang kedelai
bercucuran membasahi jidatnya.
Tindakan pemboikotan yang dilakukan orang-orang itu
sama sekali diluar dugaan Ong Bun kim, perkembangan
yang terjadi disitu menimbulkan perasaan kaget bercampur
ngeri dalam hatinya. "Berhenti !" Tiba-tiba Giok bin hiap membentak dengan
suara berat dan dalam. Bentakan dari Giok Bin hiap yang keras bagaikan guntur
yang membelah angkasa di tengah hari bolong itu segera
menghentikan langkah kawanan orang yang sedang
melangkah keluar dari ruangan itu, sorot mata mereka
serentak dialihkan ke atas wajah Giok bin hiap.
Dengan suara yang berat dan serius Giok-bin hiap segera
berseru lagi dengan lantang:
"Sebagai anggota perguruan, mana boleh kalian bersikap
demikian terhadap ketua sendiri?"
Terdengar ada yang berteriak: "Dia tidak pantas..."
"Dia tidak becus..."
"Dia tidak pantas menjadi ketua perguruan Sin kiam
bun..." Teriakan-teriakan keras mulai berkumandang kembali
dalam ruangan, orang berteriak dengan gusar, mendongkol
dan tidak puas, keadaan semacam ini benar-benar
mengerikan sekali. oooOdwOooo

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

BAB 86 SEKUJUR badan Ku Pek hoa gemetar keras, dia hanya
bisa berdiri kaku ditempat.
Paras muka Ong Bun kim juga berubah menjadi pucat
pias seperti kertas, seluruh badannya basah olah keringat,
keadaannya mengenaskan sekali, agaknya dia seperti lagi
mempertimbangkan satu hal...
"Buncu !" tiba-tiba Giok bin hiap berseru ke arah Ong
Bun kim dengan suara lantang.
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras, sorot
matanya segera dialihkan ke wajah Giok bin hiap.
"Ada apa?" tanyanya.
"Sekarang kau harus mengambil keputusan tegas!"
"Keputusan apa?"
"Bunuh Ku Pek hoa !"
"Apa?" teriak Ong Bun kim dengan mata meIotot besar,
"kau suruh aku membunuh dirinya ?"
"Benar, jika Ku Pek hoa tidak dibunuh, hati mereka
semua tak akan puas."
Ong Bun kim menjadi marah sekali serunya. "Apakah
kita tak dapat mengampuni dirinya."
"Tak ada orang yang mau mengampuni dirinya!"
Ong Bun kim segera tertawa seram, serunya. "Aku tak
akan membunuhnya..."
"Lantas apa yang hendak kau lakukan?"
"Apakah aku Ong Bun kim tak boleh melindungi
keselamatan isteriku sendiri?"
"Buncu, saat ini bukan saat yang tepat untuk
mempeributkan persoalan semacam itu!" seru Giok bin hiap
dengan suara dalam. "Beginilah sifat aku Ong Bun kim, apa yang hendak
kulakukan segera kulakukan, bila aku tak mau aku bisa
menghilangkannya, dia adalah isteriku, aku tak bisa tidak
harus melindungi keselamatannya?"
"Buncu apakah kau tak akan memikirkan
kepentinganmu?" tegur Giok bin hiap dingin.
Ong Bun kim merasakan hatinya bergetar keras dalam
upacara peresmian semacam ini, sudah barang tentu dia
harus memikirkan masalah besar daripada kepentingan
pribadi, kalau tidak, bukankah hal ini akan menjadi
tertawaan orang banyak"
Tapi, jika ia tak dapat melindungi keselamatan diri
istrinya, bukankah orang banyakpun akan mencemooh
ketidak becusan dirinya" Dari dua hal tersebut dia harus
memilih salah satu diantaranya.
Kembali Giok bin hiap berkata.
"Buncu kalau kau tidak mengambil keputusan yang
bijaksana, nama baik perguruan Sin kiam-bun akan hancur
dan musnah ditanganmu."
Ong Bun kim menggertak giginya kencang-kencang,
disapunya sekejap kawanan jago dihadapannya lalu
bentaknya keras-keras. "Harap kalian semua tenang !"
Ditengah bentakan keras dari Ong Bun kim itu, suasana
dalam ruang segera pulih kembali dalam keheningan, sinar
mata semua orang kembali dialihkan kewajah Ong Bun kim
untuk menantikan jawabannya.
Bagaikan seekor yang jago yang kalah bertarung, dengan
suara lemah dan berat Ong Bum kim berseru.
"Apakah kalian bersikeras hendak menyuruhku
membunuh dirinya..?"
"Betul dia harus dibunuh."
"Jagal iblis perrempuan keji itu. Kita harus membalaskan
dendam lagi saudara-saudara kita yang sudah tewas secara
mengenaskan ditangannya."
"Yaa, perempuan laknat yang tidak berperi kemanusiaan
itu harus dibunuh." Bentakan-bentakan marah bagaikan guntur yang
menghajar benak Ong Bun kim, selama hidupnya belum
pernah merasakan kesedihan seperti apa yang pernah
dialaminya sekarang. Teriakan-teriakan keras para jago kembali terhenti,
suasanapun pulih kembali dalam keheningan.
Dengan suara lantang, Ong Bun kim segera berseru.
"Ia sudah bertobat dan menyesali semua perbuatannya,
apakah kalian tak dapat memaafkan kesalahannya itu?"
Teriakan-teriakan emosi kembali berkumandang
memecahkan keheningan. "Tidak bisa diampuni, perempuan laknat itu tak boleh
diampuni." "Dia sudah membunuh banyak orang, jiwanya tak boleh
diampuni lagi." "Mengapa kalian bersikeras hendak menghukum mati
dirinya?"-seru Ong Bun kim lagi dengan sedih, "bukankah
pepatah bilang, orang sesat yang kembali, emaspun tak bisa
menggantinya, sekarang dia sudah bertobat dari
perbuatannya, mengapa kalian masih bersikap keji kepada
dirinya?" "Sudah terlalu banyak orang yang dibunuh olehnya,
manusia semacam itu tak boleh diampuni lagi!"
"Bunuh dia.... Bunuh, bunuh dia!"
Hampir saja Ong Bun kim melelehkan air mata saking
ngenasnya memikirkan soal ini, selama hidupnya baru
pertama kali ini dia tak melakukan apa yang ingin
dilakukannya, bagaimana mungkin hatinya tidak merasa
sedih" Kembali ada orang berteriak keras.
"Buncu, kalau kau tak mau membunuhnya, kami akan
segera angkat kaki dari sini."
"Ya, pergi saja dari sini..."
Maka kembali ada orang yang beranjak dan mulai
melangkah keluar dari ruangan itu.
"Berhenti!" Ong Bun kim segera membentak keras.
Oleh bentakan dari Ong Bun kim yang sangat keras itu,
orang-orang yang mulai beranjak itu kembali terhenti.
"Kalian benar-benar ingin mendesakku untuk
membunuh dirinya...?" mendadak Ong Bun kim
membentak keras. "Kami bukannya mendesakmu, tapi sudah menjadi
kewajiban Buncu untuk melakukan perbuatan itu."
"Tapi dia adalah istriku, aku tak bisa melakukannya."
"Kalau begitu kau tak pantas menjadi Buncu dari
perguruan Sin kiam bun."
Paras muka Ong Bun kim berubah sangat hebat,
mendadak dia melompat bangun dari kursinya, lalu berseru:
"Bagus sekali, aku Ong Bun kim memang tidak pantas
menjadi ketua Sin kiam bun, kalian boleh memilih ketua
yang baru, aku Ong Bun-kim segera akan meninggalkan
tempat ini." Seusai berkata, dengan langkah lebar dia lantas berjalan
keluar dari ruang itu. Tindakan yang diambil pemuda inipun jauh diluar
dugaan semua orang, dengan perasaan terkejut dan
tercengang mereka hanya mengawasi Ong Bun-kirn dengan
pandangan tertegun, suatu tindakan yang betul diluar
dugaan siapa pun. Dengan suatu gerakan cepat Giok-Bin-hiap menerjang
maju ke depan dan menghadang jalan pergi Ong Bun-kim,
bentaknya: "Kau sudah gila !"
"Haaahhh... haaahhh... haaahhh, sudah gila?" seru Ong
Bun-kim sambil tertawa seram, "bukankah aku Ong Bunkim
berada dalam keadan segar bugar?"
"Lantas, mengapa kau..."
"Aku tak akan menjadi ketua dari perguruan Sin-kiambun
lagi...." "Hal ini mana boleh jadi?"
"Mengapa tidak" Kalau aku Ong Bun-kim tak bisa
melindungi istriku yang telah bertobat dan mau kembali
kejalan yang benar, apa gunanya menjadi seorang Bun cu"
Supek, harap minggir !"
Dengan pandangan tertegun Giok bin hiap mengawasi
wajah Ong Bun kim, tanpa sadar dia menyingkir ke
samping memberi jalan lewat..
Ong Bun kim segera berjalan kehadapan. Ku Pek hoa,
kemudian serunya dengan nyaring:
"Mari kita pergi!"
"Ke mana?" tanya Ku Pek hoa tertegun.
"Asal pergi meninbggalkan tempat ini, kemanapun kita
boleh pergi!" Tapi Ku Pek hoa segera menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Tidak, aku tak akan pergi!"
"Apa?" "Aku tak akan pergi."
Diatas wajahnya segera tampil tekadnya yang besar, "kau
telah melakukan suatu kesalahan besar."
"Aku telah melakukan suatu kesalahan besar" Kenapa?"
Ku Pek hoa menghela napas panjang, katanya
kemudian: "Aku bisa memahami cintamu kepadaku, tapi tidakkah
kau mencintai anggota perguruan mu?"
"Aku mencintainya !"
"Kalau memang begitu, harap mundur kembali ke
tempatmu, akan kuatasi masalah ini."
Ong Bun kim tertegun dan berdiri termangu-mangu
seperti orang yang kehilangan ingatan, untuk sesaat
lamanya dia tak tahu apa yang musti dilakukannya.
"Aku memang benar-benar pantas untuk mati!" ucap Ku
Pek hoa dengan amat sedih.
"Aaaahh..." "Aku tahu, sebelum kuhabiskan nyawaku sendiri, setiap
orang tak akan merasa puas"
"Aku yakin dengan kemampuan serta kekuatan yang
kumiliki sekarang, aku masih sanggup untuk melindungi
keselamatanmu!" "Tidak!" Ku Pek hoa menggelengkan kepalanya berulang
kali, "didalam persoalan ini kau tak akan sanggup
melindungi diriku, apa yang sewajarnya kau dapatkan, aku
sudah sepantasnya untuk memberikan kepadamu, bila aku
terbunuh, semua orang akan takluk, kenapa pula tidak
kulakukan hal ini demi kepentinganmu?"
"Ku Pek hoa, kau..."
"Bunuhlah aku!" tukas Ku Pek hoa dengan wajah yang
tegas dan tekad yang mantap.
"Tidak!" teriak Ong Bun kini dengan penuh emosi, "aku
tak akan membunuhmu, sebab kau adalah isteriku!"
"Ong Bun kim, jika kau tak berani membunuhku maka
kau adalah seorang lelaki pengecut lelaki yang berjiwa
banci..." "Tidak, walau apapun yang akan kau ucapkan, aku tak
akan melakukannya, aku cinta padamu!"
"Ong Bun kim! Sekarang belum waktunya untuk
membicarakan soal cinta, sepanjang sejarah kehidupanku
terlalu banyak kejahatan yang telah kulakukan, bila
kematianku bisa membuat hati semua orang takluk
kepadamu, aku bersedia melakukannya dengan senang hati
dan kaupun seharusnya mengambil keputusan tersebut"
Ong Bun kim tidak berbicara apa-apa, dia merasa
semakin sedih, semakin pedih dan sangat tersiksa batinnya.
Betul setiap ucapan dari Ku Pek hoa itu keluar dari hati
sanubarinya yang paling murni, tapi tegakah Ong Bun kim
untuk membunuhnya" Membunuh seorang isteri-nya
sendiri" Kembali Ku Pek hoa berkata:
"Ong Bun kim, apakah kau tidak memiliki jiwa tegas
seorang lelaki kesatria yang mendahulukan kepentingan
orang banyak daripada kepentingan pribadi?"
Ong Bun kim berdiri tertegun dengan wajah yang
mengenaskan sekali, ia betul-betul lunglai bagaikan seekor
ayam jago yang sudah kalah bertarung.
"Tak usah ragu-ragu lagi" kembali Ku Pek hoa berkata,
"baliklah kembali ke tempatmu, berilah kesempatan
kepadaku untuk berbincang-bincang dengan mereka."
Perasaan Ong Bun kim ketika itu benar-benar amat sedih
yang tak terlukiskan, penderitaan dan siksaan batin yang
dialaminya sekarang belum pernah dialami sebelumnya. Ia
mencintai seorang perempuan tapi tak mampu untuk
melindungi keselamatan jiwanya, ke mana larinya
kemampuan seorang lelaki yang mampu melindungi kaum
lemah" Dengan tubuh yang lemas, badan yang lunglai pelanpelan
dia berjalan kembali ke dalam ruang tengah, lalu
menjatuhkan diri duduk dengan wajah memucat. Menanti
pemuda itu sudah masuk ke ruangan, Ku Pek hoa baru
tertawa getir, di tatapnya sekejap jago yang berada
dihadapannya, kemudian berseru.
"Sobat sobat sekalian..."
Sorot mata segenap jago yang berada daIam ruangan itu
segera dialihkan bersama kewajah Ku Pek hoa, tak
seorangpun diantara mereka yang bisa menduga perkataan
apakah yang hendak diucapkan oleh gadis itu.
Dengan tekad yang bulat dan wajah yang serius gadis itu
melanjutkan kembali kata-katanya.
"Aku mengerti semua tindakan serta perbuatan yang
kalian lakukan sekarang adalah suatu tindakan yang benar,
sepasang tangan Ku Pek hoa memang sudah bernodakan
darah manusia, aku memang sudah banyak membunuh
manusia, untuk itu aku pantas menerima kematianku
sebagai hukuman atas dosa-dosaku itu, mati di hadapan
mereka semua! Kalau hari ini sampai tidak dilaksanakan,
lantas dimanakah letak keadilan dan kebenaran?"
Ia berhenti sebentar untuk mengendalikan perasaan sedih
dan pedih yang tak terlukiskan dengan kata-kata itu,
kemudian melanjutkan. "Ong Bun kim pasti akan membunuhku, cuma ada
sepatah kata ingin kuucapkan lebih dulu sebelumnya, bila
aku telah mati nanti aku harap kalian semua bersedia untuk
berbakti dan setia kepada Ong Bun kim, kedamaian
memang diraih dengan pengorbanan. Pengorbanan tersebut


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membutuhkan pula darah dan keringat. Aku harap kalian
semua bersedia untuk meluluskan permintaanku itu!"
Perkataan tersebut cukup mengharukan siapapun yang
mendengarnya... Setelah berhenti sebentar Ku Pek hoa berkata lagi dengan
suara yang dalam dan berat:
"Sebelum aku mati, aku harus menjadi anggota Sin kiam
bun lebih dulu, kalau tidak Ong Bun kim mana akan
membiarkan kupinjam pedangnya untuk mati?"
Kali ini semua orang menjadi tertegun dan tercengang,
agaknya mereka tidak menyangka kalau gadis tersebut akan
mengambil tindakan sejauh itu.
Begitu selesai mengucapkan kata kata itu, agaknya Ku
Pek hoa merasakah perasaannya sudah jauh lebih kendor
dan nyaman, pelan-pelan dia beranjak dan masuk ke dalam
ruangan. Beratus-ratus orang jago yang hadir didalam ruangan itu
hanya termangu belaka, rupanya mereka sudah terpengaruh
oleh kata-katanya itu, malah banyak diantara yang merasa
kagum atas tekad dan keputusan yang diambil Ku Pek hoa
itu. Tak bisa disangkal lagi dia amat mencintai Ong Bunkim,
dan sekarang ia bersedia mengorbankan diri demi
memperoleh dukungan beratus-ratus orang anggota bagi
perjuangan Ong Bun kim. Dalam hal ini sudah jelas tak akan bisa dilakukan oleh
siapa saja didunia ini. Selangkah demi selangkah Ku Pek-hoa berjalan masuk
kedalam ruangan dan akhirnya berhenti didepan meja
sembahyang. Diam-diam Giok bin hiap merasa kagum sekali atas
tekad dan keberanian gadis itu dalam mengambil
keputusan, sehingga tanpa terasa muncul juga perasaan
sedih dan iba dalam hatinya.
Dengan suara yang sedih Giok-pin-hiap bertanya.
"Ku Pek-hoa, bersediakah kau masuk menjadi anggota
perguruan Sin-kiam bun?"
"Bersedia!" "Menyembah pedang!"
Dengan tuIus dan bersungguh-sungguh Ku Pek hoa
segera menjatuhkan diri berlutut serta menyembah dengan
penuh rasa hormat. "Ku Pek hoa!" kemudian Giok bin hiap berseru dengan
suara dalam, "bersediakah kau untuk setia kepada Buncu?"
"Bersedia!" "Angkat sumpah!"
Ketika Ku Pek hoa selesai mengangkat sumpah berat,
dengan suara dalam Giok bin hiap berkata:
"Ku Pek hoa, sekarang secara resmi kau telah menjadi
anak murid perguruan kami!"
Ku-Pek hoa segera mengiakan, pelan-pelan dia bangkit
berdiri dan berjalan ke hadapan Ong Bun kim, kemudian
setelah berlutut kembali, ujarnya:
"Lapor Buncu!" "Ada apa?" suara Ong Bun kim kedengaran agak
gemetar. "Sebelum tecu masuk menjadi anggota perguruan Sin
kiam bun telah banyak melakukan kejahatan dan
pembunuhan keji, setelah masuk menjadi anggota Sin Kiam
bun, mohon buncu bersedia memberi kematian kepada tecu
untuk menebus dosa-dosa dan kesalahanku ini!".
Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, ia sampai
menggigil tanpa sebab. "Ooh Thian, apakah akan ia serahkan pedang Suci itu
untuk membunuhnya" Membunuh istrinya sendiri?"
Paras mukanya berubah menjadi pucat pias seperti
mayat, mimik wajahnya tampak mengerikan sekali, dia
cuma bisa melototkan sepasang matanya lebar-lebar dan
mengawasi Ku Pek hoa yang berlutut di hadapannya-itu
tanpa berkedip... suasana di dalam ruangan segera berubah menjadi
tenang, sepi, tak kedengaran sedikit suarapun.
Dengan suara berat Giok bin hiap segera berseru.
"Kalau Ku Pek hoa bisa mati diujung pedang Sin kiam,
kejadian ini merupakan suatu kehormatan baginya. Buncu!
Sepantasnya kalau kau meluluskan permintaannya itu!"
Ong Bun kim masih tetap termangu-mangu dan duduk
tertegun tak tahu apa yang musti dilakukan.
"Buncu, apakah kau tidak meluluskan permintaan dari
tecu ini?" pinta Ku Pek hoa dengan pedih.
oooOdwOooo BAB 87 DALAM keadaan yang teramat sedih, Ong Bun kim
menghela napas panjang, perkembangan situasi yang
dihadapinya ini memaksa dia mau tak mau harus
mempersembahkan pedang sucinya itu.
Demi kepentingan perguruan Sin kiam bun, demi
perasaan setiap orang, ia harus melaksanakan perbuatan
yang sama sekali tidak dikehendakinya itu.
Sekalipun rasa sedih yang mencekam perasaannya
sekarang tak terlukiskan dengan kata-kata, akan tetapi
sekarang dia perlu untuk menahan diri dan mengendalikan
perasaan, maka secara tiba-tiba dia mengambil keputusan.
Dengan suara dalam dan berat dia pun bertanya. "Ku
Pek hoa, bersediakah kau untuk menerima kematian?"
"Bersedia!" "Kalau begitu matilah!"
Dia bangkit berdiri dan mengambil pedang Sin kiam itu
dari atas meja altar, kemudian diserahkan kepada Ku Pek
hoa. Tangannya yang memegang pedang itu tampak gemetar
sangat keras, bisa dibayangkan betapa besarnya gejolak
perasaan yang dialaminya waktu itu.
Dengan tenang Ku Pek hoa menerima pedang Sin kiam
tersebut, lalu berkata. "Terima kasih atas kesediaan Buncu menghadiahkan
kematian yang terhormat bagi tecu!"
Suatu tragedi yang memilukan hatipun akhirnya
berlangsung juga. Dalam waktu singkat suasana didalam ruangan tengah
itu berubah menjadi murung hening, suasana sedih dan
duka yang amat tebal secara tiba-tiba menyelimuti perasaan
setiap orang. Ong Bun kim tak sanggup mengendalikan luapan rasa
sedihnya lagi, titik air mata jatuh berlinang membasahi
pipinya. Ku Pek hoa berjalan langsung menuju ke tengah
ruangan, paras mukanya dingin dan kaku sama sekali tidak
terlintas luapan emosi apapun juga, sekalipun ada, itupun
cuma sinar kesedihan yang sangat mendalam.
Sorot mata semua orang telah tertuju pa da dirinya.
Pelan-pelan dia mengangkat pedang Sin kiam itu
ketengah udara,ujung pedang telah menempel diatas
perutnya, asal dia sedikit mempergunakan tenaganya, maka
gadis itu akan segera tewas diujung pedang Sin kiam
tersebut. Tak sedikit diantara mereka yang tak tega menyaksikan
tragedi itu berlangsung di depan matanya, pelan-pelan
mereka melengos ke arah lain atau menundukkan
kepalanya rendah-rendah. Sepasang mata Ku Pek hoa sudah mengembang air
mata, titik air mata meleleh keluar dan membasahi pipinya,
dia ingin menangis, akan tetapi tiada suara isak tangis yang
keluar dari mulutnya. Wajah Ong Bun kim juga basah oleh air mata yang jatuh
bercucuran dengan derasnya..
Dengan penuh air mata yang bercucuran, Ku Pek-hoa
menatap wajah Ong Bun kim lekat-lekat, lama... lama
sekali akhirnya dia baru berbisik dengan lirih.
"Ong Bun kim, kita segera akan berpisah... berpisah
untuk selamanya." Bisikan tersebut tidak diucapkan keluar, tapi air meta
yang bercucuran menggantikan suara hatinya.
Akhirnya dia pejamkan matanya rapat-rapat, tangan
kanan yang memegang pedang Sin kiam gemetar sangat
keras. Ong Bun kim segera melengos ke arah lain.
Ia tak tega menyaksikan tragedi tersebut berlangsung
didepan matanya. Oooh Thian Apa yang terjadi hari ini tak
akan pernah dilupakan selamanya.
Mendadak... Suara dengusan tertahan bergema dari mulut Ku Pek
hoa. Dengan cepat Ong Bun kim berpaling, ketika ia
menyaksikan Sin kiam telah menembusi perut Ku Pek hoa,
menyusul dicabutnya senjata mestika tersebut, darah segar
segera memuncrat keluar dengan amat derasnya...
Paras muka Ku Pek hoa berubah menjadi pucat pias
seperti mayat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa
langkah ke belakang. Dengan cepat tangannya digunakan untuk menekan
mulut lukanya yang melebar, "Trang..." pedang Sin kiam
segera terjatuh ke tanah, menyusul kemudian tubuhnya
sempoyongan juga lantas roboh ke atas tanah.
"Ku Pek hoa...!" Ong Bun kim segera menjerit sekeraskerasnya.
Dengan suatu lompatan kilat dia menubruk kearah Ku
Pek hoa, kemudian membopong tubuhnya yang sudah
roboh ke tanah itu. Suatu tragedi yang memilukan hati akhirnya telah
berlangsung. Mendadak... Segenap anggota Sin kiam bun yang hadir dalam
ruangan itu sama-sama menjatuhkan diri berlutut ke atas
tanah. "Harap Buncu suka mengampuni dosa kami semua!"
serunya hampir berbareng dengan suara keras.
Air mata turun dengan deras membasahi seluruh wajah
Ong Bun kim, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram: "Sudah mati.... sudah mati Haaahhh...haaahhh haaah
kalian telah memaksanya sampai mati.. ..."
Suara tertawa itu kedengaran mengerikan sekali,
membikin bergidiknya hati siapapun juga.
Giok bin hiap yang menyaksikan kejadian itu menjadi
terperanjat sekali. Pelan-pelan Ong Bun kim membopong tubuh Ku Pek
hoa, berjalan melalui hadapan lautan manusia yang berlutut
dihadapannya kemudian berjalan menuju keluar dari
ruangan tersebut. Dengan suatu gerakan cepat Giok bin hiap melompat ke
depan dan menghadang jalan perginya, dengan cepat dia
menegur: "Buncu, mau apa kau?"
"Minggir, kalian iblis-iblis keji pembunuh manusia,
kalian semua yang telah memaksanya sampai mati dia... dia
telah mati sekarang kalian sudah gembira bukan" Haaahhh
haaahhh haaah kalian sudah gembira bukan...."
Dengan langkah lebar dia melanjutkan perjalanannya
keluar dari ruangan tersebut.
Tak seorang manusiapun yang menghalangi
kepergiannya, siapapun dapat memahami bagaimana
menderita dan tersiksanya perasaan pemuda itu sekarang.
Ong Bun kim telah berjalan keluar dari gua Bu cing tong
sambil membopong Ku Pek hoa dia berjalan kedepan sana
tanpa arah tujuan....sementara titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipi Ku Pek hoa yang pucat pias itu
"Engkoh Ong...." tiba-tiba terdengar Ku Pek hoa berseru
dengan kepayahan. "Adik Hoa..." "Kau baliklah kembali.*
"Tidak, aku ingin berada bersamamu..."
Seperti orang kalap diciumnya gadis itu tiada hentinya...
mencium seorang istrinya yang sudah hampir tiada, ciuman
itu dilakukan secara lambat, khusus dipersembahkan
kepadanya, istrinya yang tersayang.
Air mata telah bercampur darah, tak terlukiskan betapa
pedih dan hancurnya perasaan pemuda itu waktu itu.
"Adik Hoa. akulah yang telah mencelakai dirimu." tibatiba
Ong Bun kim berteriak. "andai kata kau kembali ke
Lam hay... tak akan kau alami kejadian seperti hari ini, adik
Hoa... akulah yang telah mencelakai dirimu."
"Tidak, engkoh Ong. aku... aku memang penuh dosa,
aku.... memang harus menebus dosa-dosaku itu dengan
kematian...." Suaranya sangat pedih dan tak jelas, suaranya pun mulai
lemah dan sayup-sayup.....
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim merasakan
hatinya bagaikan remuk rendam, dia memeluk tubuhnya
erat-erat dan menangis tersedu-sedu, semua kesedihan yang
mencekam perasaannya dilampiaskan keluar semuanya.
Butiran air mata jatuh berlinang membasahi pipinya,
membasahi wajahnya,,..,, ketika air mata mengering nanti,
jiwanya akan turut berakhir.
"Adik Hoa...." teriak Ong Bun kim lagi dengan perasaan
amat pedih. "Engkoh Ong..... terima kasih banyak... terima kasih
banyak atas cinta kasihmu..."
Ong Bun kim merasakan hatinya seperti disayat sayat
dengan pedang yang amat tajam darah, serasa bercucuran
didalam hatinya... apa yang harus dia katakan" Apa pula
yang bisa dia katakan dalam keadaan ini"
Ku Pek hoa tertawa pedih, kembali bisiknya.
"Engkoh Ong..,. kita..... kita mee memang tidak
berjodoh..,., kita......kita memang tak berjodoh untuk
menjadi suami istri... ke.. kesalahan ini.,., aku... akulah
yang menciptakan.... aku telah berbuat salah kepadamu...
aku hanya me.... menyiksa dirimu...."
"Oooh... adik Hoa...!"
"Per... percayalah kau, aku amat... amat
mencintaimu.....?"

Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Per.... percayakah kau...?"
"Aku percaya!" "Aku.. aku... akau selalu mengenang dirimu.,... di dalam
hatiku.... aku akan mengingat dirimu selalu.... mengingat
cinta kasih yang.... yang telah kau berikan
kepadaku....engkoh Ong....dapatkah kau.. teringat pula
akan diriku?" "Aku pasti akan mengenang dirimu selalu selama hidup
mengenang terus dirimu."
"Aku . . aku telah memm.. mendapatkan cintamu....
engkoh Ong, semoga daa... dalam penitipan yang akan
datang, ki... kita bisa menjadi suami istri.... kau kau
bersedia bukan ?" "Aku bersedia!"
"See... seandainya bisa terjadi... keadaan see ...seperti
itu.... aku... aku pasti akan melayani dirimu see... secara
baik-baik." "Ooooh Adik Hoa !"
"Engkoh Ong !" Mereka saling berteriak, saling memanggil namanya ....
teriakan menjelang datangnya elmaut membuat suasana
bertambah terharu, menmbah kepedihan hati siapapun juga
yang melihatnya. Sekali lagi Ong Bun kim memeluknya dan menciumnya
secara kalap. ..mencium dengan penuh kasih sayang.
Ku Pek hoa merasa puas, merasa puas sekali...
Dalam sejarah kehidupannya di dunia ini, dia telah
melakukan perbuatan yang paling mulia.
Keinginan dan harapannya sebagai seorang gadis telah
dimusnahkan oleh dia sendiri, sesungguhnya ia memiliki
kecantikan wajah yang luar biasa, akan tetapi dia harus
menerima akibat yang mengenaskan seperti itu.
Yang ditinggalkan untuk umat manusia, sesungguhnya
kebajikankah" Atau kejahatan dan keburukan"
Ong Bun kim masih saja menciumnya dengan kalap,
ciuman menjelang kematian, suatu ciuman yang dilakukan
dengan perasaan yang pedih dan hati yang hancur.
Bibirnya yang kecil mungil sudah mulai menjadi dingin
dan kaku, dingin bagaikan selembar jiwanya juga sudah
melayang meninggalkan badan kasarnya.... meninggalkan
dunia yang fana ini untuk selamanya.....
Air mata telah mengering, darah pun ikut mengering.
"Adik Hoa... adik Hoat !" jerit Ong Bun kim dengan
perasaan yang sangat pedih.
Dia tak akan menjawab lagi, tabk mungkin akan
dmenjawab untuk aselama-lamanya.b
Kehidupan yang mengenaskan telah berakhir dengan
sekulum senyuman, lalu apa yang diperoleh didalam
kehidupannya ini" Yaa, apapun tidak diperolehnya.
Sekalipun ada, itupun tak lebih hanya mati di dalam
pelukan orang yang dicintainya.
"Adik Hoa..." jerit Ong Bun kim dengan perasaan yaag
sangat sedih. Bagaimanapun dia berteriak, sampai pecah
tenggorokannya dia menjerit, Ku Pek hoa yang telah tiada
tak akan bisa menjawab lagi, dia hanya bisa menyerahkan
selembar jiwanya direnggut oleh malaikat elmaut didalam
rangkulan Ong Bun kim. Dalam keadaan seperti ini Ong Bun kim tak dapat
mengendalikan perasaannya lagi, sambil memeluk tubuh
Ku Pek hoa erat-erat, dia menangis tersedu-sedu.
Dalam sepanjang hidupnya, belum pernah ia merasa
sedih dan berduka seperti apa yang dirasakannya hari ini,
sebab secara tidak langsung dia adalah pembunuh yang
telah mencelakai jiwa Ku Pek hoa, dialah yang menjadi
penyebab atas matinya gadis itu.
Suara isak tangis yang memilukan hati menggema dari
tempat yang amat jauh sekali.
Pada saat itulah.... sesosok bayangan manusia tiba-tiba
berjalan menghampirinya kemudian berseru:
"Engkoh..." Ong Bun kim seperti tidak mendengar suara panggilan
itu, dia masih menangis terus, melampiaskan keluar semua
kesedihan yang mencekam perasaannya selama ini,
membiarkan air matanya jatuh bercucuran membasahi
seluruh wajahnya. "Engkoh Ong...." sekali lagi suara teriakan itu
berkumandang memecahkan keheningan.
Akhirnya Ong Bun kim mendengar juga suara panggilan
tersebut, dengan mata basah oleh air mata pelan-pelan dia
berpaling, sesosok bayangan tubuh yang kabur muncul didepan
matanya. "Siii. .. siapakah kau?" akhirnya dia bergumam dengan
suara yang amat lirih. "Engkoh Ong, aku adalah Siok kim..."
"Siok kim.. " Siok kim..." Tiada hentinya dia bergumam,
seakan-akan nama "Siok kim" tersebut terlalu asing
baginya, seolah-olah dia telah melupakan semua persoalan
yang pernah dialaminya di masa lalu.
Kwan Siok kin menjadi tertegun, kemudian ujarnya:
"Engkoh Ong, apakah kau sudah lupa siapakah diriku
ini?" "Benar, sudah lupa.... semuanya sudah lupa..."
Ia bergumam denrgan suara yang lirih dan wajah yang
mengenaskan sekali... Ketika mendengar ucapan tersebut, air mata Kwan Siok
kim juga turut bercucuran membasahi matanya, ia merasa
sedih bagi musibah dan kepedihan yang menimpa Ong Bun
kim, dia ingin menghibur hatinya, akan tetapi melihat
keadaan yang menimpa si anak muda itu, belum lagi
berbicara ia sendiri sudah menangis terlebih dulu.
Dengan perasaan yang bimbang dan pandangan mata
yang kosong, Ong Bun kim berjalan tanpa tujuan, sambil
membopong jenasah Ku Pek hoa, dia berjalan terus
kedepan, seakan-akan kesadarannya sudah ikut punah tak
berbekas. "Engkoh Ong,...." sekali lagi Kwan Siok kim berseru.
Pelan-pelan dia menghentikan langkah kakinya,
kemudian bergumam: "Ada apa?" tanyanya.
"Kau tak usah terlampau bersedih hati."
"Bersedih hati..." Kenapa aku harus bersedih hati..?"
"Ooh engkoh Ong, kau... sebenarnya kenapa kau....,?"
keluh Kwan Siok kim dengan perasaan amat sedih.
"Aku " Bukankah aku baik-baik saja?"
"Aai ! Peristiwa yang sangat menakutkan ini tidak
seharusnya menimpa dirimu... dia terlalu mengenaskan,
mengapa orang lain tak bisa mengampuni dirinya?"
Mendengar perkataan itu, Ong Bun kim masih berdiri
termangu-mangu memandang wajah Kwan Siok kim
dengan pandangan kosong. "Engkoh Ong !" kembali Kwan Siok kim berkata, "kau
tak usah terlalu bersedih hati, bagaimanapun juga dia toh
sudah tiada lagi." "Siapa yang telah tiada lagi." Siapa yang-telah mati.."
Siapa...?" "Enci Ku!" Sekujur badan Ong Bun kim gemetar keras, ucapan
tersebut, segera menyadarkan kembali pemuda itu dari
lamunan, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak "Engkoh Ong, kenapa kau?" jerit Kwan siok-kim dengan
suara amat kaget. Ong Bun kim masih tertawa terbahak-bahak dengan
kalapnya. "Yaa, betul dia sudah mati, dia sudah mati... kalian yang
telah mencelakainya, kalian telah memaksa seorang gadis
yang telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar untuk
bunuh diri... dia telah mati tanpa menimbulkan suara apaapa"
"Engkoh Ong, bukan aku yang memaksa dirinya untuk
mati." Dia berteriak keras, suaranya kedengaran mengerikan
sekali. Ong Bun kim kembali tertawa terbahak-bahak.
"Haahhh... haaahhh... haaahh.... bukan kau...." Siapa.."
Aku teringat sekarang..."
Kembali dia tertawa terbahak-bahak dengan geramnya...
tertawa amat keras sekali... tapi sampai akhirnya gelak
tertawa itu telah berubah menjadi isak tangis yang
mengenaskan. Kwan Siok kim menjadi gugup dan kebingungan, dia
cuma bisa mengawasi Ong Bun kim dengan pandangan
tertegun dan tak tahu apa yang musti dilakukan.
Sambil menangis tersedu-sedu dan membopong jenasah
Ku Pek hoa, pelan-pelan dia berjalan maju kedepan, dia
masih berjalan tanpa arah tujuan, seperti seseorang yang
kehilangan sukma. "Engkoh Ong..." teriak Kwan Siok kim dengan suara
amat pedih. Tapi Ong Bun kim yang sedang diliputi
kesedihan sama sekali tidak mendengar teriakan sedih dari
Kwan Siok kim, apalagi mendalami arti daripada teriakan
tersebut. Sambil membopong jenasah Ku Pek hoa, ia berjalan
menuju ke dalam hutan, daun-daun kering berguguran,
yang tertinggal cuma bayangan manusia yang memanjang
ditanah.... Benar benar merunakan suatu pemandangan yang kelabu
dan mengenaskan hati,.. Pelan pelan langkah kakinya dilanjutkan terus ke depan,
suara isak tangisnya makin menghilang..
Entah berapa lama dia sudah berjalan..., ditelusurinya
hutan lebat tanpa arah tujuan sehingga lama sekali dia
berjalan, entah berapa jauh sudah dilampaui, akhirnya dia
berhenti dan berdiri termangu, berdiri tak berkutik...
Mendadak sesosok bayangan manusia berbaju hitam
berjalan ke belakang tubuhnya, kemudian berseru.
"Ong sauhiap, orang yang sudah mati tak bisa hidup
kembali, kau... .kau tak usah terlampau bersedih hati!"
Pelan-pelan Ong Bun kim membalikkan badannya,
sesosok bayangan hitam yang agak kabur berdiri
dihadapannya. "Ssiii... siapa kau?" gumamnya kemudian.
"Lupakah kau siapa aku ini?"
"Aku tak bisa melihat jelas, aku tidak tahu siapakah
dirimu itu...?" Orang itu menghela napas panjang.
"Aaai... Orang sauhiap, bukankah orang yang berada
didalam boponganmu itu adalah Ku Pek hoa?"
"Benar....!" "Ia sudah mati?"
"Tidak dia masih hidup dalam hatiku."
"Apa yang menyebabkan kematiannya?"
"Aku telah membunuhnya!"
"Kau " Aaah mana mungkin?"
"Benar akulah yang telah membunuhnya."
"Kalau memang kau membunuhnya, mengapa pula kau
bersedih hati?" "Sebab dia adalah istriku"
"Aku tahu.... dia adalah istrimu."
"Siapa kau?" "Aku adalah Tan Hong hong."
"Tan Hong hong ..." Tan Hong hong ?"
Ia bergumam berulang kali, seakan-akan untuk beberapa
taat lamanya ia tidak dapat mengingat siapa gerangan
manusia yang bernama Tan Hong hong itu..."
"Ong sauhiap" kembali bunga iblis dari neraka berkata,
"kalau dia telah mati, marilah kita kubur jenazahnya."
"Dikubur" Tidak !"
"Apakah kau akan memeluknya dalam rangkulanmu
terus?" "Benar aku tak akan menguburnya, akn ingin selalu
berada bersamanya, aku... aku tak akan meninggalkan dia
untuk selamanya." ooooOdwOoooo BAB 88 "TIDAK, kau tidak boleh berbuat begitu!" kata Bunga
iblis dari neraka dengan cepat, "bila tidak kau kebumikan
dia kedalam tanah sekarang, arwahnya tak akan
memperoleh ketenangan di alam baka!"
Ong Bun kim berdiri kaku dan memandang kearah Tan
Hong hong dengan wajah tertegun, dia bukan sedang
menbatapnya, melaindkan sedang meloangong dan
memikbirkan satu hal. "Kuburlah dirinya!" kembali Bunga iblis dari neraka
berkata. Dengan termangu-mangu dia mengangguk, yaa.
bila tidak dikubur dalam tanah arwahnya tak akan
mendapat ketenangan, sudah barang tentu dia tidak
menginginkan istrinya yang berada di alam baka tidak
memperoleh ketenangan. Setelah menghela napas panjang, katanya. "Benar, aku
memang harus mengubur jenasahnya..."
Pelan-pelan dia membaringkan badan dan mencium bibir
Ku Pek hoa yang telah menjadi dingin dan kaku itu,
kemudian ujarnya. "Bersediakah kau untuk membantuku mengubur
jenasahnya?" "Tentu saja!" Dengan menggunakan telapak tangannya, si Bunga iblis
dari neraka Tan Hong hong melancarkan sebuah pukulan
dahsyat keatas tanah untuk membuat liang, kemudian
diiringi air mata yang jatuh bercucuran, Ong Bun kim
menurunkan jenasah dari Ku Pek hoa ke dalam liang.
Ong Bun kim tidak tahu apakah dia masih mempunyai
perasaan atau tidak ketika itu, dia tidak merasa sedih, juga
tidak merasa menderita, sebab dalam benaknya cuma ada
kekosongan belaka, perasaan yang kosong dalam hatinya.
Dia seakan-akan merasa bahwa dirinya sudah tiada
didunia ini lagi, tiada kehadirannya dalam dunia yang
ramai. Detik ini detik dikala jenazah Ku Pek hoa tertutup oleh


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah liat, tak akan terlupakan untuk selamanya, sebab
gadis yang telah dicintainya dengan sepenuh hati ini akan
terkubur untuk selamanya di tempat itu...
Akhirnya jenasah Ku Pek hoa telah dikubur.
Diatas batu nisannya tertera beberapa huruf yang besar:
"Istri yang tersayang, Ku Pek hoa.
tertanda: Ong Bun kim"
Ong Bun kim berlutut didepan kuburan, dalam lamat
lamat cuaca, dia seperti melihat wajah Ku Pek hoa yang
cantik jelita dan senyumannya yang menarik hati muncul
didepan pusaranya... Segala sesuatunya seperti dalam impian, tapi gadis cantik
itu benar-benar telah tiada.
"Ong sauhiap, jangan berlarut bersedih hati!" hibur
bunga iblis dari neraka dengan lembut.
"Aku... aku tak dapat melupakan dirinya..." gumam Ong
Bun kim lirih. "Dia pasti tahu kalau rasa cintamu kepadanya adalah
cinta yang murni..."
Pelan-pelan Ong Bun-kim membalikkan wajahnya dan
mengalihkan sorot matanya ke atas wajah Tan Hong hong,
dalam waktu singkat ia seperti baru teringat akan sesuatu
hal. Dengan termangu-mangu dia memandang kearah orang
itu kemudian gumamnya lagi. "Kau.... kau adalah enci
Tan?" "Benar!" Mendadak Ong Bun-kim seperti baru berjumpa dengan
sanak keluarganya saja, dengan cepat memeluk tubuh Tan
Hong-hong sambil serunya" "Enci Tan, Ku Pek hoa telah
mati....." Ya, seperti telah bertemu dengan orang yang memahami
perasaannya, semua isi hati nya segera di lampiaskan
keluar. -oo0dw0oo-- Jilid 28 YAA Bunga iblis dari neraka memang dapat memahami
perasaan Ong Bun kim, diapun merupakan kekasih pertama
dari si anak muda itu... Ketika Bunga iblis dari neraka dipeluk oleh Ong Bnn
kim, dia merasa agak tertegun kemudian sahutnya: "Aku
tahu, dia memang sudah tiada..."
"Enci Tan. akulah yang telah mencelakainya.."
Ong Bun kim tak bisa menahan rasa sedih nya lagi, dia
menangis tersedu-sedu. "Sebenarnya apa yang telah terjadi" Bersediakah kau
untuk memberitahukan kepada ku?" tanya Bunga iblis dari
neraka. . . Secara ringkas Ong Bun kim segera menceritakan apa
yang telah dialami oleh Ku Pek hoa.
Mendengar kisah tersebut, Bunga iblis dari neraka tak
bisa menahan rasa sedihnya lagi, diapun turut mengucurkan
air mata. "Dia sebenarnya, adalah seorang gadis yang baik hati,
yang lebih mengesankan lagi adalah dia dapat memberikan
apa yang bisa dia berikan kepadamu sebelum ajalnya tiba,
keadaan semacam ini bukan setiap orang bisa
melakukannya." "Mengapa orang lain tidak bersedia untuk
memaafkannya?" "Yaa. sekalipun dia pantas mendapat pengampunan, tapi
juga tidak patut peroleh pengampunan semacam itu, sebab
dia membunuh orang terlalu banyak, jika ia tidak mati
maka keadilan dan kebenaran tak bisa ditegakkan di dunia
ini.. Ong sauhiap mengertikah kau?"
"Mengapa kau tidak memanggilku adik Ong." seru Ong
Bun kim dengan cepat !"
"Masalah kita sudah pudar, bila kupanggil dirimu
sebagai adik Ong, hal ini hanya akan menambah
kesedihanku belaka."
"Tidak enci Tan, aku hendak mengawini dirimu."
"Apa?" teriak si bunga iblis dari neraka dengan tertahan
"kau hendak mengawiniku?"
"Benar, aku hendak mengawinimu!"
"Tidak, aku tidak pantas!"
"Enci Tan, bagaimana juga kau harus kawin denganku,
kalau tidak aku akan menderita, enci Tan, kau harus kawin
denganku, aku amat mencintai dirimu..."
"Apakah kau sudah lupa kalau aku sudah tidak suci
lagi?" "Tidak enci Tan, kau masih suci bersih, kejadian itu
berlangsung bukan atas dasar kemauanmu sendiri, hatimu
tetap masih suci bersih dan sama sekali tak ternoda!"
Saking terharunya, titik air mata sampai jatuh
bercucuran membasahi wajah Bunga iblis dari neraka,
serunya lagi: "Tidak, aku tak dapat melupakan peristiwa itu, aku malu
terhadap dirimu...."
"Enci Tan, aku bisa lebih mencintai dirimu, harap kau
bersedia untuk mempercayaiku..."
Bunga iblis dari neraka segera menghela napas sedih,
katanya dengan hambar. "Ong sauhiap...."
"Panggil aku adik Ong!"
"Ooh. adik Ong, untuk sementara waktu lebih baik kita
jangan membicarakan persoalan ini lebih dulu "
Dengan amat sedih Ong Bun kim memeluknya erat-erat,
mendadak satu ingatan melintas didalam benaknya, dengan
cepat dia berkata: "Enci Tan, ada satu hal ingin kutanyakan kepadamu."
"Tanyalah!" "Apakah kau punya ayah ?"
"Tentu saja aku punya ayah !"
"Benarkah ayahmu bernama Tan Liok?"
Sekujur badan Bunga iblis dari neraka gemetar keras, tak
keruan lagi la berteriak keras.
"Darimana kau bisa tahu?"
Dari ucapan tersebut, tahulah Ong Bun kim bahwa Tan
Liok sudah pasti adalah ayah Bunga iblis dari neraka, maka
kembali dia berkata lirih.
"Bukankah ibumu menyeIeweng dengan Pak khek sin
mo, sehingga akhirnya dibunuh oleh ayahmu?"
"Betul, darimana kau bisa tahu?" teriak Bunga iblis dari
neraka semakin terperanjat.
"Kalau begitu, tak bakal salah lagi."
"Apa yang tak bakal salah?"
"Tan Liok adalah ayahmu."
"Ayahku memang bernama Tan Liok, apakah kau tahu
sekarang dia berada dimana?"
"Dia berada disini"
"Sungguh?" "Benar! Apakah kau ingin berjumpa dengannya?"
Bunga iblis dari neraka menghela napas panjang.
"Aaai..aku amat ingin sekali berjumpa dengannya, tapi
aku tidak mempunyai keberanian untuk berjumpa
dengannya." "Mengapa?" "Aku bukanlah putrinya yang baik."
Ketika selesai berkata, tanpa terasa Bunga iblis dari
neraka menghela napas sedih.
Mendadak terdengar suara langkah kaki muncul
berkumandang datang dan menghampiri ke-arah mereka.
Segera bunga iblis dari neraka mendorong tubuh Ong
Bun kim, lalu berpaling memandang, tampaklah. ada
sesosok bayangan manusia sedang berjalan menuju kesana,
dimana mereka berdua berada....
Ternyata yang datang adalah Tay khek cinkun, Tiang
seng lojin, Giok bin hiap, Tan Lio, Kwan siau ciu serta
Kwan Siok kim. Begitu Kwan Siok kim menjumpai kehadiran Bunga iblis
dari neraka, buru-buru teriaknya.
"Bukankah kau adalah enci Tan?"
"Benar ketika berada dalam kuil Siau lim si tempo hari,
kita sudah pernah saling bertemu."
Tan Liok dengan kecepatan luar biasa menerjang
kehadapan Bunga ibblis dari neraka Tan Hong hong
kemudian serunya dengan penuh perasaan.
"Kau.... bukankah kau adalah Hong-ji."
Tan Hong hong tertegun, kemudian sekujur badannya
gemetar keras, dengan pandangan bodoh ditatapnya Tan
Liok tanpa berkedip, untuk sesaat lamanya saking
terharunya dia sampai tak mampu mengucapkan sepatah
katapun.... "Benarkah kau adalah Hong ji?" sekali lagi Tan Liok
berkata. Akhirnya Bunga iblis dari neraka tak dapat menahan
rasa sedihnya lagi, serunya: "Ooh ayah, aku adalah Hong
ji!" Dia segera menjatuhkan diri kedalam pelukan ayahnya
dan menangis tersedu sedu, ayah dan anak yang telah
berpisah sembilan belas tahun akhirnya dapat saling
berjumpa kembali. Tan Liok segera memeluk badan Bunga iblis dari neraka
dalam rangkulannya, sementara titik air mata jatuh
berlinang membasahi pipinya, dengan pedih bisiknya:
"Oooh putriku yang malang.."
Pemandangan semacam ini sangat rnengharukan setiap
orang yang berada disana.
Kwan siau ciu juga sedang berbisik kepada Kwan Siok
kim dengan suara lirih: "Diakah yang bernama Bunga iblis dari neraka?"
"Benar!" "Aaai... seorang nona yang patut dikasihani!"
Dalam pada itu, Bunga lblis dari neraka yarg berbaring
dalam pelukan Tan Liok sambil menangis tersedu-sedu itu
meronta dan melompat bangun, katanya.
"Ayah, aku... aku sudah bukan seorang putrimu yang
baik lagi" "Aku tahu, Ong Buncu telah menceritakan segala
sesuatunya kepadaku... Hong ji, nasibmu terlalu jelek, tapi
kaupun terlalu agung, kau. .kaulah anak yaag paling baik!"
"Ayah, kau tak akan memandang rendah diriku?"
"Tentu saja tidak anak bodoh"
Sekali lagi bunga iblis dari neraka menjatuhkan diri
kedalam pelukan Tan liok, kemudian menangis tersedusedu,
seakan-akan semua penderitaan dan kesedihan yang
dialaminya selama ini ingin dilampiaskan semua melalui
isak tangis tersebut. Ong Bun kim berdiri kaku disitu, berdiri kaku tak
berkutik. Pelan-pelan Giok bin hiap berjalan ke hadapannya,
kemudian berseru dengan nyaring "Buncu, mari kirta
pulang!" "Pulang kemana?" gumam Ong Bun kim.
"Kembali ke gua Bu cing tong!"
"Tidak, aku ingin berada disini, aku tak kembali lagi ke
tempat itu..." "Buncu, apakah kau ingin pergi dengan begitu saja"
Beratus-ratus orang anggota perguruan kita masih berlutut
dalam ruangan." Ong Bun kim segera mendengus dingin.
"Hmm! Mereka tak membutuhkan diriku lagi." serunya,
"mereka telah membunuh istriku sekarang keinginannya
sudah terkabul mau apa lagi orang-orang itu berpura-pura
berlutut di sana" Kau boleh suruh mereka bangun, aku tak
akan kembali lagi ke sana."
Paras muka Giok bin hiap berubah hebat.
"Buncu, mengapa sempit amat jalan pemikiranmu?"
tegurnya, "apalagi Ku Pek-hoa memang pantas untuk mati."
"Omong kosong!"
"Bila ia tidak mati maka keadilan dan kebenaran tak bisa
ditegakkan lagi dalam dunia persilatan, perguruan Sinkiambun juga tak akan memperoleh kepercayaan orang,
bukankah Ku Pek-hoa telah berkata sendiri bahwa
kematiannya bukan suatu pengorbanan yang sia-sia" Jika
darah yang dialirkan Ku Pek-hoa bisa mendapat ganti
kedamaian dan ketenteraman dalam dunia persilatan,
bukankah kematian dari Ku Pek-hoa bukan suatu kematian
yang sia-sia?" Mendengar ucapan tersebut, Ong Bun-kim segera
menghela napas panjang, katanya kemudian:
"Tapi, dia telah meninggalkan aku untuk selamanya..."
"Dia masih hidup... hidup dalam hati setiap orang, dia
akan hidup untuk selamanya. Nah kembalilah, jangan
dikarenakankan urusan kecil mengakibatkan urusan besar
menjadi terbengkalai, ratusan orang anggota perguruan kita
sedang menantikan kedatanganmu."
Ong Bun kim memandang sekejap keatas pusara Ku Pek
hoa, akhirnya dia mengangguk, kepada iblis diri neraka Tan
Hong hong dia berseri dengan lembut.
"Enci Tan, ikutilah kami aku hendak mengawini
dirimu." "Tidak" sahut Bunga Iblis dari neraka dengan tubuh
gemetar keras, "aku tak mau mengikuti dirimu, aku tidak
pantas, aku tidak pantas untuk mendampingimu."
Mendadak Kwan Siok kim berjalan ke hadapan Bunga
iblis dari neraka, lalu ujarnya.
"Nona Tan, aku adalah istrinya Siok kim, bolehkah aku
mengucapkan beberapa patah kata?"
"Kau ingin berbicara soal apa?" tanya Bunga ibis dari
neraka dengan wajah tertegun.
"Diantara beberapa orang teman wanitanya, Ong Bun
kim paling mencintai dirimu, sedang kaupun telah
barkorban paling besar untuknya, sekalipun musibah yang
menimpa dirimu sangat berat, tapi kesemuanya itu bukan
terjadi atas kemauanmu sendiri, kau masih tetap suci bersih,
sudah sepantasnya menikah dengannya, lupakan peristiwa
yang mengenaskan itu, kalau tidak, dia pasti akan semakin
menderita lagi." "Tidak, aku...."
Akhirnya gadis itu menangis tersedu-sedu. Pelan-pelan


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwan Siok kim berkata lagi: "Asal kedua belah pihak samasama
mencintai, asal cinta yang menjadi dasar hubungan
itu kuat, soal perawan atau tidak bukanlah masalah yang
teramat penting, tak akan ada seorang manusiapun yang
memandang hina dirimu, juga tak akan ada orang yang
mencemooh dirimu, kawinlah dengannya..."
"Benar, kau sudah sepantasnya kalau kawin dengan
dirinya!" kata Tiang seng lojin pula.
"Hong-ji, Ong Buncu bukan manusia seperti itu. lebih
baik kau meluluskan permintaannya dan kawinlah dengan
dia!" kata Tan Liok pula dengan lembut.
Kwan Siok kim menggenggam tangan Tan Hong hong
kencang-kencang, kemudian katanya:
"Enci Tan, bila kau suka kepadaku, kawinlah
dengannya!" Dihibur oleh sekian banyak orang, kepercayaan pada diri
sendiri muncul kembali dalam hati Bunga iblis dari neraka,
akhirnya dia manggut-manggut juga.
"Baiklah!" 000OdwO000 BAB 89 ONG BUN KIM menjadi sangat gembira, serunya
dengan cepat: "Enci Tan, kau meluluskan?"
"Yaa, benar!" "Kalau begitu-mati kita pulang!" ajak Giok bin hiap.
Ong Bun kim manggut-manggut, setelah memandang
sekejap ke arah pusara Ku Pek hoa dengan perasaan berat,
diam-diam dia berbisik. "Adik Hoa, aku pasti akan datang lagi untuk menengok
dirimu.." Akhirnya mereka telah pergi, pergi meninggalkan
gundukan tanah yang baru, pusara dari seorang gadis yang
bernasib malang. Rombongan delapan orang dengan cepat telah tiba
kembali di dalam gua Bu cing tong.
Sementara itu, beratus-ratus orang anggota perguruan
Sin kiam bun masih berlutut terus dalam ruang tengah.
Dengan perasaan yang bimbang Ong Bun-kim berjalan
masuk ke dalam ruangan, mengambil kembali pedang Sin
kiam itu dari atas tanah, menengok sekejap anggota
perguruan yang masih berlutut ditanah dan berdiri
termangu-mangu. Buru-buru Giok bin hiap berseru:
"Suruhlah semua anggota perguruan bangun!"
Ong Bun kim masih tetap berdiri termangu ditempat
semula tanpa tahu apa yang mulai diucapkan.
Serentak para anggota perguruan Sin kiam bun yang
berlutut ditanah itu berderu:
"Harap Buncu suka mengampuni jiwa kami!"
Ong Bun-kim menghembuskan napas panjang, katanya
kemudian: "Kalian semua tidak berdosa, bangunlah"
"Terima kasih Buncu!"
Serentak semua anggota bangkit berdiri dan
mengundurkan diri ke sisi arena.
Dengan suara berat dan dalam Ong Bun kim berseru
kembali: "Kalian dengarlah baik-baik, Ku Pek-hoa adalah istriku,
betul ia telah mati, terhadap kematiannya aku Ong Bun-kim
merasa sedih sekali, kenyataan yang keji ternyata tak bisa
memaafkan seseorang yang telah bertobat dan kembali ke
jalan yang benar." Dengan sekuat tenaga ia berusaha untuk mengendalikan
perasaan hatinya yang bergolak, kemudian melanjutkan.
"Tapi aku tidak menyalahkan kalian semua betul,
kedamaian memang harus diperoleh dengan pengorbanan
keringat dan darah, Bersediakah kalian untuk
mengorbankan juga keringat dan darah kalian demi
kedamaian dalam dunia persilatan?"
"Bersedia..." "Kami bersedia untuk mengorbankan segala sesuatunya
demi mendapatkan keda maian, dalam dunia persilatan..."
Dengan perasaan yang berat Ong Bun-kim manggutmanggut,
katanya lebih jauh. "Aku berani memberi jaminan kepada kalian bahwa aku
Ong Bun-kim dengan maksud yang jujur dan mulia akan
melindungi partai-partai serta perguruan perguruan kecil,
dengan tekad yang membara akan membasmi kaum jahat
dan perguruan jahat dari muka bumi, bersediakah kalian
untuk bekerja sama denganku?"
"Kami siap mendengarkan perintah dari bun cu..." jawab
semua orang hampir berbareng.
Ong Bun kim berkata lebih jauh:
"Di sini sudah tersedia banyak kamar, kalian boleh
beristirahat disekitar sini, aaah benar, kalian masih belum
makan. Oleh karena baru hari ini perguruan kita
diresmikan, maka sekarang diutus lima puluh orang untuk
pergi ke hutan dan berburu..."
Lima puluh orang jago segera dipilih untuk berangkat ke
gunung memburu binatang kecil dan burung.
Sepeninggal ke lima puluh orang anggotanya itu, Ong
Bun kim baru mengumumkan kepada sisa anggotanya:
"Besok akan diselenggarakan pertandingan ilmu silat
guna memperebutkan kedudukan, aku pun akan menikah
juga dengan tiga orang nona, ketiga orang nona itu adalah
Tan Hong hong, Lan Siok ling serta Kwan Siok kim..."
Setelah mengumumkan perkawinannya, kembali Ong
Bun kim bertanya. "Tapi yang manakah yang harus menjadi istri resmiku?"
"Sementara nona Kwan yang merupakan istri sah mu
menurut petunjuk pedang sin kiam, cuma aku rasa ketiga
orang nona itu tak bisa memikirkan soal urutan, lebih baik
ketiga-tiganya dianggap punya kedudukan yang sama saja"
Begitulah, Ong Bun kim lantas menitahkan kepada
Tiang seng lojin untuk menyelenggarakan pertandingan
ilmu silat mulai besok pagi, sementara ketua dari enam
perguruan besar juga mohon diri kepada Ong Bun kim...
oooooOdwOoooo BAB 90 KEESOKAN harinya... Segala sesuatunya dapat berjalan menurut rencana,
setiap orang anggota perguruan secara resmi mencoba
kepandaian silatnya, ada juga diantara mereka yang merasa
ilmu silatnya terlampau rendah dan tidak ikut serta di
dalam pertandingan. Akhirnya setelah dilakukan seleksi, yang berhak untuk
mengikuti pertandingan itu ada enam tujuh puluh orang.
Sampai tengah hari kemudian, Tiong Seng lojin baru
serahkan hasil pertandingan itu kepada Ong Bun kim.
Setelah menerimra daftar itu Ontg Bun kim
memanqdang sekejap sergenap anggota perguruannya,
kemudian berkata. "Pertandingan ilmu silat telah selesai, sekarang perayaan
perkawinanku akan diselenggarakan, setelah itu baru
ditetapkan tingkat kedudukan dalam partai!"
Maka dimeriahkan oleh para anggota perguruannya,
Ong Bun kim melangsungkan perkawinannya dengan
ketiga orang nona... Upacara perkawinan itu sendiri sangat sederhana dan
singkat tapi suasana cukup meriah.
Seusai upacara perkawinan, Ong Bun kim baru berseru
dengan suara dalam "Sekarang, tibalah saatnya untuk mengumumkan tingkat
kedudukan didalam Perguruan!"
Suasana menjadi hening dan sepi, semua orang
mengalihkan sorot matanya kearah ketuanya.
Ketika Ong Bun-kim membuka daftar nama tersebut,
maka nama pertama yang tercantum di sana adalah:
"Tan Liok !" Ong Bun-kim sama sekali tidak merasa tercengang oleh
hal tersebut, karena dia tahu ilmu silat yang dimiliki Tan
Liok memang benar-benar luar biasa lihaynya
Maka sambil mengayunkan pedang Sin kiam dia berseru.
"Tan Liok!" "Tecu berada disini."
"Menurut hasil pertandingan, ternyata ilmu silat yang
kau miliki paling tinggi maka Ong Bun kim mewakili Sin
kiam mengangkat dirimu sebagai Hu buncu wakil ketua!"
"Soal ini tecu tak berani menerimanya."
"Kenapa?" "Tecu tak mampu menjalankan tugas sebagai seorang
wakil ketua..." "Tan Liok, kau berani mernbangkang perintah?" bentak
Ong Bun kim. "Tecu tidak berani"
"Terima kedudukan ini!"
Terpaksa Tan Liok menjatuhkan diri berlutut seraya
katanya: "Terima kasih atas pengangkatan ini."
Dengan suara dalam Ong Bun kim berseru kembali.
"Kedudukan sebagai Hu Buncu adalah suatu kedudukan
yang sangat terhormat, bersediakah kau untuk bersumpah
setia dengan buncu dan memimpin segenap anggota
perguruan?" "Tecu bersedia!"
Setelah mengangkat sumpah, Tan Liok segera bangkit
berdiri. Ong Bun kim melihat lagi ke daftar nama, kali ini dia
agak tertegun sejenak sebelum serunya:
"Thia Eng!" "Tecu ada disini." jawab Thia Eng sambil melompat
maju kedepan arena. "Ilmu silatmu berada sedikit dibawah Hu buncu, maju
untuk menerima pengangkatan!"
Thia Eng segera maju dan menjatuhkan diri berlutut
diatas tanah, katanya: "Tecu siap menantikan perintah!"
"Ong Bun kim mewakili Sin kiam mengangkat dirimu
menjadi congkoan dari perguruan kita, tugasmu adalah
mengurusi semua persoalan besar maupun kecil dalam
perguruan ini!" "Terima, kasih!"
"Kau bersedia untuk berbakti kepada ketua, wakil ketua
dan segenap anggota perguruan"
"Bersedia!" Setelah mengangkat sumpah, Thia Eng segera
mengundurkan diri dari situ.
Ong Bun kim memandang lagi daftar nama itu,
kemudian berseru lantang. "Giok bin hiap, Tiang seng
lojin." "Tecu ada di sini!"
Dari depan ruangan segera melompat keluar Giok bin
hiap serta Tiang seng lojin.
Dengan suara dalam Ong Bun kim berseru.
"Dalam suatu perguruan tak boleh ketinggalan ketua
pelaksanaan disiplin maka Ong Bun kim atas nama Sin
kiam mengangkat kalian berdua sebagai tianglo penegak
disiplin, barang siapa yang melanggar peraturan baik itu
Buncu sendiri atau anggota perguruan, pelaksanaan
hukuman diputuskan oleh kalian berdua!"
"Terima kasih !"
"Bersediakah kalian berdua bertindak adil dan jujur demi
ditegakkannya wibawa perguruan?"
"Bersedia!" Setelah kedua orang itu mengangkat sumpah dan
mengundurkan diri, Ong Bun kim baru memandang lagi ke
arah daftar sambil berseru.
"Kwan Siau ciu!"
Kwan Siau ciu mengiakan dan melompat ke depan.
Dengan suara lantang Ong Bun kim segera berseru.
Ong Bun kim mewakili Sin kiam mengangkat dirimu
menjadi Sin tong tongcu!"
"Terima kasih!"
"Hian ih lihiap, Ong Bun kim mewakili Sin kiam
mengangkat dirimu menjadi Lwe tong tongcu!"
"Terima kasih!"
"Tay-khek-cinkun. Ong Bun-kim mewakili Sin-kiam
mengangkat dirimu menjadi Kun tong tongcu!"
"Terima kasih!"
Ong Bun-kim memandang lagi daftar nama itu, terbaca
olehnya pada nomor ketujuh tercantum nama Hiat-mo jiu
(tangan sakti iblis darah) Can Lip pin. Maka dengan suara
lantang Ong Bun kim berseru: "Can Lip-pin!"
"Tecu siap!" Dari balik rombongan manusia dalam ruangan berjalan
keluar seorang kakek berusia lima puluh tahunan jang
berperawakan kurus kering, pelan-pelan dia berjalan ke
depan altar sembari berkata:
"Tecu siap menerima perintah!"
"Kuangkat dirimu menjadi Gwa-tong tongcu!"
"Terima kasih..!"
Kata-kata itu belum lagi selesai diucapkan, tubuh Hiatmo
jiu secara tiba-tiba sudah meluncur ke arah Ong Bun
kim, dalam sekali kelebatan saja dia sudah berada didepan
si anak muda itu sembari melepaskan sebuah totokan.
Hiat mo jiu bisa melancarkan serangan terhadap Ong
Bun kim secara tiba-tiba, kejadian ini sesungguhnya
merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak terduga
oleh siapapun. Dalam jarak sedekat ini apalagi dalam keadaan tidak
siap, bagaimana mungkin Ong Bun kim bisa meloloskan
diri dari serangan itu"
Bayangan manusia berkelebat lewat, dengusan tertahan
segera berkumandang memecahkan keheningan.
Ditengah dengusan yang tertahan, tubuh Ong Bun kim
segera roboh terjungkal kaatas tanah, sementara Hiat mo jiu
segera menggerakkan tangan kirinya memeluk Ong Bun
kim kedalam rangkulannya.
"Pingin mampus" bentak Tan Liok.
Selesai berkata dia sudah meluncur ke depan sembari
melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke-tubuh Hiat mo jiu.


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara Tan Liok melancarkan serangan, Thia Eng
juga turut melompat ke depan, sebuah pukulan dahsyat
segera dilancarkan kearah Hiat bo jin diiringi angin pukulan
dahsyat. Gerak serangan yang dilancarkan kedua orang ini benarbenar
luar biasa cepatnya. "Tahan!" bentak Hiat mo jiu sambil menggunakan
tangan kirinya untuk menangkis datangnya serangan itu.
Bentakan Hiat mo jiu yang sangat keras ini seketika itu
juga membuat Tan Liok Eng dan Thia Eng sama-sama
menarik kembali serangannya sambil mundur.
Tampak selapis hawa napsu membunuh yang amat tebal
menyelimuti seluruh wajah Hiat mo jiu.
Dengan suara keras Tan Liok membentak. "Lepaskan
dia" "Jangan mimpi !"
Tiang seng lojin tertawa dingin katanya pula.
"Sobat kau bisa menyelinap ke dalam perguruan kami
serta melaksanakan rencana sekeji ini, sungguh hal ini
merupakan suatu tindakan yang jauh diluar dugaan kami,
entah siapakah dirimu" Apakah berasal dari perguruan Yu
leng bun?" "Benar!" "Melaksanakan tugas ini atas perintah dari Yu leng
lojin?" .. "Benar!" "Hmm Tindakanmu memang betul-betul luar biasa,
sobat" lebih baik lepaskan tawananmu itu"
"Tidak bisa !" "Jadi kau anggap bisa kabur dari sini?"
Hiat mo jiu segera tertawa dingin.
"Heehh... heeeh.... heehh.... dengan Ong Bun kim
ditanganku kenapa aku takut tak bisa pergi dari sini?"
Seraya berkata dia lantas beranjak dan melangkah maju
kedepan. Beratus-ratus orang anggota Sin kiam bun segera
bergerak maju dengan hawa napsu menyelimuti seluruh
wajahnya, sorot mata yang tajam tertuju kewajah Hiat mo
jiu. Tan Liok kembali melompat kedepan sambil
menghadang jalan perginya, lalu membentak keras.
"Kau benar-benar tak mau lepaskan dirinya?"
Tanpa merasa takut barang sedikitpun juga, Hiat mo jiu
tertawa dingin. "Heeh... heehh... heehh Hu buncu, bila kau berani turun
tangan maka yang mampus lebih dulu adalah Ong Bun kim,
jika tidak percaya, silahkan untuk mencobanya!"
Tan Liok serta segenap jago lainnya merasa gusar sekali
sehingga tubuhnya gemetar keras, tetapi tak seorangpun
diantara mereka yang berani turun tangan, karena semua
orang tahu bahwa tindakan yang gegabah bisa berakibat
kematian konyol dari Ong Bun kim.
Sambil tertawa dingin kembali Hiat mo jiu berseru:
"Ayoh cepat minggir !"
Para anggota Sin kiam bun yang menghadang jalan
perginya itu pelan-pelan menyingkir ke samping dan
memberi sebuah jalan lewat.
Hiat mo jiu tertawa seram, selangkah demi selangkah dia
berjalan menuju ke luar ruangan.
Mendadak .... Sesosok bayangan diam-diam tanpa menimbulkan sedikit
suarapun menyelinap ke depan dan menyerang Hiat mo jiu,
sedemikian cepatnya gerakan tubuh orang itu sehingga
tampak bayangan manusia berkelebat lewat, sebuah
pukulan dahsyat telah dilontarkan.
Agaknya Hiat mo jiu sama sekali tidak menduga sampai
ke situ, buru-buru dia mengigos ke samping untuk
menghindarkan diri, tapi sesosok bayangan manusia lain
telah meluncur datang sambil melepaskan juga sebuah
pukulan dahsyat. Kedua sosok bayangan manusia yang meluncur datang
itu bukan lain adalah Kwan Siau ciu serta Tiang seng lojin.
Dengusan tertahan segera berkumandang memecahkan
keheningan, lalu kelihatan Hiat mo jiu mundur ke belakang
dengan sempoyongan, setelah itu muntahkan darah segar.
Dikala Hiat mo jiu muntah darah itulah tangannya yang
mencengkeram jalan darah Ong Bun km segera diayunkan
pula kebawah. "Huaaak...!" Ong Bun kim segera muntahkan juga
segumpal darah kental. Oleh peristiwa tersebut, Kwan Siau ciu dan Tiang seng
lojin menjadi amat terperanjat, buru buru mereka menarik
diri dan mundur kebelakang.
Dengan cepat Hiat mo jiu menyeka darah yang menodai
ujung bibirnya, selapis hawa napsu membunuh yang
mengerikan dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya.
"Jika kalian berani turun tangan lagi, jangan salahkan
kalau kubunuh dirinya." demikian ia mengancam.
Tampak darah kental masih saja muntah ke luar dari
mulut Ong Bun kim, keadaannya sungguh mengerikan
sekali, hal mana membuat segenap anggota perguruan Sin
kiam bun yang lain tak berani turun tangan lagi secara
gegabah. Hiat mo jiu tertawa dingin, selangkah demi selangkah
dia berjalan keluar dari sana.
Dalam keadaan demikian para jago yang terhimpun
dalam perguruan Sin kiam bun cuma bisa menggertak
giginya keras-keras, selain itu boleh dibilang mereka tak
mampu berbuat apa-apa lagi.
Dengan suatu gerakan yang cepat Hiat mo jiu
mengempit tubuh Ong Bun kim kemudian melompat keluar
dari gua Bu cing tong, dalam waktu singkat bayangan
tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Sampai lama sekali, para jago perguruan Sin-kiam bun
hanya bisa berdiri termangu-mangu di sana tanpa
melakukan sesuatu gerakan apapun.
Giok bin hiap segera memungut pedang Sin-kiam yang
tergeletak ditanah itu, kemudian serunya.
"Kejadian ini benar-benar diluar dugaan siapapun!"
Ucapan tersebut dengan cepat menyadarkan kembaIi
kawanan jago lainnya. Tiang seng lojin berkata pula.
"Yaa, sungguh tak disangka kalau Yu leng lo-jin bisa
mempunyai niat sebusuk ini!"
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?"
Ratusan orang jago dari perguruan Sin kiam bun itu
segera berteriak bersama.
"Kita cari Yu leng lojin dan menuntut balas!"
"Kita tolong Buncu..."
"Beradu jiwa dengan Yu leng Iojin !"
Darah manusia terasa mendidih, teriakan emosi
menggema di seluruh angkasa sehingga kedengarannya
benar-benar mengerikan sekali.
Tiang seng lojin segera mengulapkan tangannya,
kemudian bersaeru. "Harap saubdara sekalian tenang!"
Suasana yaag semula gaduh dan penuh emosi itu pelanpelan
menjadi tenang kembali setelah mendengar seruan
dari Tiang seng lojin itu, dalam waktu singkat suasana telah
menjadi hening kembali. Dengan suara dalam Tiang seng lojin lantas berseru:
"Kalian tak usah terlampau emosi, sekali pun Buncu
perguruan kita sudah terjatuh ke tangan Yu leng lojin, akan
tetapi kita belum dapat membalas dendam dengan secara
terang-terangan." "Kenapa?" tanya Giok bin hiap.
"Seandainya kita mencari balas secara terang-terangan
padahal Ong Bun kim masih berada ditangannya, maka
yang bakal mati duluan bukan Yuleng lojin melainkan
adalah Buncu perguruan kita!"
"Lantas bagaimana menurut maksudmu?"
"Asal kita bisa menghadapi persoalan ini secara jitu,
maka Buncu kita hanya akan menemui rasa kaget tanpa ada
ancaman jiwa." "Bagaimana caranya?"
"Kita cukup mengirim dua orang saja"
"Siapa dan siapa?"
"Hu buncu mempunyai dendam pribadi dengan Yu leng
lojin, ia boleh pergi memberi pertolongan sedangkan yang
lain adalah Thia Eng congkoan, kecuali dua orang ini yang
memiliki ilmu silat sangat lihay, tak seorang manusiapun
yang sanggup menghadapi Yu leng lojin."
ooooOdwOoooo BAB 90 "KALAU begitu. biar aku saja yang pergi." seru Tan
Liok. "Aku saja yang lebih baik" seru Thia Eng cepat,
"pertama, semasa buncu tak ada, hu buncu yang harus
menanggung semua persoa lan perguruan. kedua, aku pun
tidak takut untuk menghadapi serangan racun dari Yu leng
lojin!" "Betul, menang lebih cocok kalau Thia congkoan yang
pergi" sela Tiang seng lojin pula.
"Bagaimana kalau kita tetapkan begini saja?"
"Aku harap Thia congkoan bisa melaksanakan tugas
menurut keadaan yang sedang dihadapi!"
"Aku dapat melakukannya, jika bdalam sepuluh hdari
aku belum paulang, itu berabrti aku sudah tertimpa sesuatu
kejadian yang berada diluar dugaan...!"
Seusai berkata, buru-buru dia meluncur ke pintu depan.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat Thia Eng sudah
keluar dari gua Bu cing tong, sementara dia sedang
berlarian, mendadak terdengar seseorang memanggil dari
belakang. "Thia congkoan!"
Mendengar panggilan itu Thia Eng segera berhenti
seraya membalikkan tubuhnya, ternyata orang yang
memanggilnya itu bukan lain adalah Yu cing!
Thia Eng segera merasakan hatinya bergetar keras,
serunya. "Nona Yu, ada urusan apa?"
Selapis rasa sedih dengan cepat menyelimuti seluruh
wajah Yu Cing, bisiknya lirih.
"Kau..... baik-baiklah menjaga diri." Dia seperti ada
beribu-ribu patah kata yang hendak diutarakan keluar, akan
tetapi tak tahu dari manakah dia harus mulai dengan
pembicaraan itu, sehingga dengan wajah murung dan sedih
perempuan itu hanya diam berdiri termangu disitu.
Mendadak Thia Eng maju kedepan, dia menggenggam
tangannya erat-erat, lalu serunya agak emosi. "Nona Yu..."
Pelan-pelan Yu Cing menundukkan kepalanya, lalu
berbisik. "Aku....aku sangat menguatirkan keselamatanmu !"
"Nona Yu!" kata Thia Eng agak emosi, "aku pasti dapat
kembali lagi dengan selamat, aku meluluskan keinginanmu
dan pasti kembali lagi dengan segar bugar!"
Dibalik ucapan tersebut, terkandung nada cinta dan
kasih sayang yang suci bersih.
"Aku pasti akan menantikan kedatanganmu kembali!"
kata Yu cing kemudian dengan sedih.
"Baik-baiklah kau menjaga diri."
"Aku dapat menjaga diri baik-baik, pergilah!"
Pelan-pelan Thia Eng melepaskan genggaman tangannya
dan menatap wajah gadis itu lekat-lekat, perasaan berat
untuk berpisah muncul diparas muka kedua orang itu,
detik-detik terakhir sebelum perpisahan ini berlangsung,
tampaklah semua cinta kasih mereka berdua terlampiaskan
keluar lewat tatapan mata...
Akhirnya dia memutar badannya dan melompat pergi,
tinggal Yu Cing masih berdiri di depan gua Bu cing tong
sambil mengawasi bayangan punggungnya hingga lenyap
dari pandangan mata.r... Entah berapta lama sudah lewat, akhirnya Ong Bun kim
tersadar kembali dari pingsannya, dia merasakan sekujur
badannya sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau tajam, lalu
menjumpai tubuhnya sedang di kempit dibawah ketiak
orang dan dibawah lari kencang.
Pelan-pelan ia teringat kembali dengan peristiwa yang
telah terjadi, tiba-tiba teringat kembali bagaimana ia ditotok
jalan darahnya oleh Hiat mo jiu, kemudian ia muntah darah
dan tidak sadarkan diri. Ong Bun kim adalah seorang pemuda yang pintar dan
tahu diri, tentu saja diapun mengerti apa yang sedang
terjadi saat ini, mula-mula secara diam diam bawa
murninya segera dikerahkan untuk mengobati luka dalam
yang dideritanya itu. Akan tetapi tangan kanan Hiat mo jin masih
mencengkeram diatas jalan darahnya, hal ini menyebabkan
ia tak leluasa untuk memulihkan kembali segenap tenaga
dalam yang dimilikinya. Ia merasa paling banter cuma dapat menghimpun tenaga
dalamnya sebesar delapan bagian belaka.
Ketika Ong Bun kim merasakan tenaga dalamnya sudah
pulih kembali sebesar delapan bagian, iapun lantas bersiap
sedia melancarkan serangan dahsyat yang mematikan.
Dengan suara dingin dia lantas menegur.
"Sobat, sebenarnya siapakah kau?"
Ketika Hiat mo jiu menyaksikan Ong Bun kim telah
sadar kembali dari pingsannya, ia segera tertawa dingin
tiada hentinya. "Ong Buncu, kau tak pernah menyangka bukan?"
"Benar, kejadian ini boleh dibilang sama sekali di Iuar
dugaanku, sebenarnya siapakah kau?"
"Seorang anggota dari Yu leng bun dibawah pimpinan
Yu-leng lojin..." sahut orang itu sambil tertawa seram.
Mendengar jawaban tersebut, Ong Bun kim merasakan
hatinya bergetar keras, tanpa terasa dia berseru: "Oooh,
dia?" "Betul?" "Kejadian ini benar-benar berada diluar dugaan aku


Setan Harpa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang she Ong... tak kusangka Yu leng lojin berani berbuat
serendah dan selicik ini."
Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak Ong
Bun-kim mengayunkan telapak tangannya dan melancarkan
sebuah tenaga pukulan yang telah disertai segenap kekuatan
yang dimiliki anak muda itu, agaknya dia sudah bertekad
untuk beradu jiwa. Rupanya Hiat-mo-jiu sendiripun sama sekali tidak
menyangka kalau Ong Bun-kim bakal melakukan tindakan
seperti ini. Maka dikala dia menyadari kalau Ong Bun kim sedang
melancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah tubuhnya,
dengan perasaan terperanjat dia lantas membentak: "Kau
berani!" Tangannya yang mencengkeram jalan darah Ong Bun
kim itu segera diayunkan kebawah dan melancarkan sebuah
pukulan dahsyat. "Blaamm...." suatu benturan keras terjadi, tubuh Ong
Bun kim sendiripun terhajar telak pula oleh serangan yang
dilepaskan oleh Hiat mo-jiu tersebut.
Hiat mo jiu sendiri segera muntah darah segar tubuhnya
terjungkal roboh keatas tanah. Ong Bun kim yang berada
didalam cekalannya juga segera terlepas dari cekalannya.
Ong Bun kim sendiri mencelat kebelakang kemudian
muntah darah sampai tujuh delapan kali, tak ampun dia
roboh tak sadarkan diri. Akibat dari serang menyerang yang terjadi secepat kilat
itu, kedua belah pihak segera menderita luka parah dan
berbaring diatas tanah tak mampu berkutik lagi.
Cuma Ong Bun kim pada dasarnya memang sudah
terluka dan belum sembuh, apalagi jalan darah yang
dihantam oleh Hiat mo jiu dalam serangannya tadi adalah
jalan darah Mia bun hiat maka membuat luka yang diderita
pemuda itu jauh lebih parah daripada luka yang diderita
oleh Hiat mo jiu sendiri.
Lama, lama sekali, akhirnya Hiat mo jiu menggerakkan
badannya dan bangkit berdiri, lalu setelah membesut darah
yang menodai ujung bibirnya, dia mengangkat tubuh Ong
Bun kim sambil sumpahnya dengan menggertak gigi.
"Keparat sialan, coba kalau aku bukan mendapat
perintah dari Buncu, sudah kujagal dirimu sedari tadi!"
Dia mengerahkan tenaganya untuk menyembuhkan luka
yang dideritanya, setelah itu sambil membawa tubuh Ong
Bun kim melanjutkan perjalanannya ke depan.
Meskipun Ong Bun kim telah berusaha keras untuk
melakukan adu jiwa, tapi akhirnya toh dia gagal untuk
meloloskan diri dari cengkeraman iblis...
Sepanjang jalan, Hiat mo jiu pun tidak membangunkan
si anak muda itu lagi....
Dalam keadaan sekujur badan sakit bagaikan remuk,
Ong Bun kiam tersadar kembali dari pingsannya...
Ketika matanya terbuka ketika itu dia hanya menjumpai
suasana di sekeliling tempat itu gelap gulita, seluruh
badannya lemas tak bertenaga.
Dia ingin membebaskan jalan darahnya dengan
menyalurkan tenaga dalamnya, sayang beberapa buah jalan
darah penting di tubuhnya sudah tertotok, sehingga ia tak
dapat memenuhi keinginannya itu.
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu mencoba untuk
meraba sekeliling tempat itu, dia merasa bahwa tubuhnya
seakan-akan sedang disekap didalam sebuah rumah penjaga
yang kuat sekali, sekeliling ruangan terdapat terali besi yang
besar dan kuat. Ong Bun kim sadar bahwa dia pasti berada didalam
perguruan Yu leng bun. Mendadak... Suara permainan harpa yang amat melengking
berkumandang dari dalam penjara baja itu, itulah irama Si
sim ci ki yang membetot sukma, setelah itu terdengar pula
suara gelak tertawa yang menyeramkan berkumandang
memecahkan keheningan. Jelas tertawa yang menyeramkan itu tak lain muncul dari
mulut Iblis cantik pembawa maut.
Dalam hati Ong Bun kim menggigil keras, dia
menjumpai bahwa suara tersebut berasal dari sebelah kanan
tempat dirinya disekap sekarang.
Dia berjalan menuju ke arah kanan, dalam kegelapan
secara lamat-lamat ia menyaksikan ada sesosok bayangan
hitam sedang menari-nari dengan kalap. Bukankah orang
itu adalah Ibiis cantik pembawa maut.
Sekali lagi Ong Bun kim merasakan sekujur badannya
menggigil keras karena menahan emosi.
Suara harpa lambat laun semakin pudar dan akhirnya
lenyap dari pendengaran. Bayangan tubuh Iblis cantik pembawa maut yang sedang
menari dengan kalap pun turut berhenti.
Suasana didalam penjara baja Itu pelan-pelan pulih
kembali dalam keheningan yang mencekam.
Lama, lama sekali. Ong Bun kim baru berseru keras.
"Cici !" Ketika mendengar suara panggilan itu iblis cantik
pembawa maut kelihatan sangat terkejut, kemudian dengan
suara gemetar tegurnya; "Siapakah disitu?"
"Enci, aku adalah Ong Bun kim?"
"Apa" Kau?"
"Benar, Tempat ini dimana letaknya" Apakah masih
berada dalam ruang bawah tanah Bu lim hong itu?"
"Bukan, tempat ini adalah penjara bawah tanah dari Yu
leng bun. kau... kau... apakah kau kena ditawan oleh
mereka?" "Benar?" "Kenapa?" Ong Bun kim segera menceritakan pengalamannya
secara ringkas, kemudian diapun melanjutkan.
"Cici aku telah menemukan juga buah Hiat li untukmu!"
"Sungguh?" jerit si iblis cantik pembawa maut dengan
perasaan amat terkejut. "Betul!" "Dimana benda itu" Cepat berikan kepadaku."
Ong Bun kim mengeluarkan sebuah botol yang berisikan
buah Hiat li dan diserahkan kepadanya.
"Cici, kau harus berhati-hati, sebab benda ini sangat
beracun sekali..." Dari balik tirai besi dia angsurkan botol
tersebut kepadanya, setelah menerima botol itu Iblis cantik
pembawa maut segera tertawa terbahak-bahak dengan
girangnya. "Haahh... haaahha... haaahh... aku bisa tertolong, aku
bisa tertolong..." Rasa Kejut dan gembira berkecamuk menjadi satu
didalam hati perempuan ini, sehingga untuk sesaat lamanya
dia seperti lupa daratan.
Dengan perasaan terkesiap Ong Bun kim segera
bertanya: "Enci. benarkah buah Hiat li tersebut dapat
menyelamatkan jiwamu?"
"Benar, bukan saja aku bisa tertolong, Bu-khek lojin juga
ikut tertolong." Belum habis ucapan dari Iblis cantik Pembawa maut itu,
mendadak... Suara langkah manusia berkumandang memecahkan
keheningan yang mencekam ruangan penjara itu, menyusul
kemudian muncul serentetan cahaya tajam yang memancar
masuk kedalam ruangan itu.
Tampak ruangan di dalam penjara itu sudah dibuka
orang, menyusul kemudian muncul dua orang manusia.
"Bun kim, mereka hendak membawamu pergi..." bisik
iblis cantik pembawa maut.
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, dua sosok
bayangan manusia itu sudah tiba didepan penjara.
Terdengar bunyir gemerincing yatng sangat nyariqng
bergema memercahkan keheningan, pintu penjara yang
terbuat dari baja itu pelan pelan terbuka.
Dua orang manusia Yu leng jin itu masuk ke dalam
penjara, kemudian sambil tertawa dingin menggiring tubuh
Ong Bun kim dari kanan kiri dan menyeretnya keluar dari
kamar ruang penjara. Paras muka Ong Bun kim segera berobah hebat,
bentaknya. "Hai mau apa-kalian?"
"Buncu kami ada undangan untukmu!"
"Beginikah caranya untuk mengundang" Lepas tangan,
aku Ong Bun kim bisa berjalan sendiri, aku mengikuti
dibelakang kalian berdua!"
Kedua orang itu segera melepaskan cekalannya dan satu
didepan yang lain dibelakang menggiring Ong Bun kim
berjalan keluar dari dalam ruangan bawah tanah itu.
Setelah keluar dari ruangan, mereka berjalan lagi sekian
lama dilorong bawah tanah yang berliku-liku, tak lama
kemudian sampailah mereka didepan gua Yu leng bun
dimana Yu leng lojin bersemayan.
Yu leng jin yang berada di tempat itu segera berseru
dengan suara yang dalam. "Lapor Buncu, Ong Bun kim telah datang menghadap!"
Dari dalam ruangan segera terdengar suara gelak tertawa
nyaring bergema memecahkan keheningan, suara itu
berasal dari mulut Yu leng lojin dan kedengaran
mengerikan sekali. Diam-diam Ong Bun-kim bergidik, ia tahu nasibnya
lebih banyak berbahayanya dari pada beruntung.
"Masuk!" seru Yuleng lojin kemudian sambil
menghentikan kembali gelak tertawanya.
"Baik!" Yu leng jin yang berada didepan segera menyingkir
kesamping memberi jalan lewat, sementara Yu-leng jin
yang berada di belakang mendorong Ong Bun kim kedepan.
Dengan sempoyongan Ong Bun kim segera menerjang
masuk kedalam pintu ruangan itu.
Menanti dia dapat berdiri tegak kembali maka tampaklah
Yu leng lojin telah berada di hadapannya, sedangkan
Iblis Sungai Telaga 5 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Kisah Sepasang Rajawali 1

Cari Blog Ini