Si Kumbang Merah Ang Hong Cu Karya Kho Ping Hoo Bagian 14
"Bagus! Kalian bertiga sama-sama lihai, asal dapat menguji seorang di antara kalian, hatiku sudah puas. Orang muda mulailah!" tantangnya. Tang Cun Sek juga seorang yang memiliki watak tinggi hati. Dia merasa bahwa tingkat ilmu silatnya sudah amat tinggi dan jarang ada orang mampu menandinginya, maka tentu saja dia memandang rendah kepada pria setengah tua itu. Juga sudah lama dia menjadi murid utama di Cin-ling-pai, maka diapun dapat menirukan sikap para pendekar. Kinipun dia mencoba bersikap gagah.
"Orang tua, engkaulah yang menantang dan mengundang kami, maka engkau pula yang harus mulai menyerang. Silakan!" katanya dengan sikap waspada karena bagaimanapun juga, dia belum tahu benar sampai di mana kelihaian calon lawan ini, walaupun dia memandang rendah.
"Bagus, sambut seranganku!" bentak Tang Bun An. Bentakannya mengandung tenaga khi-kang sehingga menggetarkan jantung, namun Cun Sek sudah melindungi dirinya dengan pengerahan tenaga sakti dan begitu tangan kanan terbuka dari lawan menyambar ke arah dadanya, diapun cepat mengelak mundur sambil memutar lengan kiri menangkis, sedangkan lengan kanan meluncur ke depan dengan tangan terkepal, menghantam dari samping ke arah pelipis lawan sebagai balasan.
"Hemmm!" Tang Bun An berseru dan sengaja mengerahkan tenaga pada lengan kirinya untuk menangkis hantaman tangan lawan ke arah pelipisnya itu untuk mengadu tenaga dan menguji kekuatan tenaga lawan.
"Dukkk!!" Dua lengan bertemu dan akibatnya, keduanya terdorong mundur dua langkah! Kini Cun Sek tidak lagi berani memandang rendah. Kiranya lawannya memiliki tenaga yang amat kuat, yang dapat mengimbangi tenaganya sendiri! Diapun merasa penasaran dan cepat dia menerjang ke depan dan mainkan Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun yang ampuh. Ilmu ini merupakan satu di antara ilmu-ilmu silat andalan Cin-ling-pai, selain gerakannya mantap dan mengandung tenaga dahsyat, juga kadang amat cepat seperti kilat menyambar .
"Uhhh?".. !" Tang Bun An berseru kaget bukan main. Dia mengenal ilmu yang pernah dia lihat dimainkan pula oleh Cia Kui Hong, ketua Cin-ling-pai itu! Celaka, pikirnya. Pemuda ini jelas ada hubungannya dengan Cia Kui Hong. Tentu dia ini seorang jagoan dari Cin-ling-pai yang sengaja diundang oleh Kui Hong untuk memusuhinya. Gadis itu telah melanggar janji, atau kalau tidak melanggar janji dan tidak membuka rahasianya, agaknya telah mengirim orang-orang Cin-ling-pai yang lihai untuk memusuhinya! Diapun cepat menggerakkan tubuhnya dan mengeluarkan ilmu-ilmu silatnya yang banyak ragamnya, menangkis mengelak dan membalas dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Diam-diam dia merasa gentar juga. Biarpun dia mungkin mampu menandingi bahkan mengatasi pemuda tinggi besar itu, namun disitu masih ada dua orang temannya yang juga amat lihai. Bahkan mudah diduga bahwa pemuda yang disebut pangcu ini tentu lebih lihai, dan wanita itupun tak boleh dipandang ringan. Kalau mereka maju bertiga, sukar baginya untuk dapaty lolos!
Mereka saling serang dengan serunya dan pada suatu saat, ketika Cun Sek mengubah pula ilmu silatnya dan kini memainkan Im-yang Sin-kun, pada saat kedua tangannya mendorong dengan penge rahan tenaga, Tang Bun An juga mendorongkan kedua tangannya menyambut sambil mengerahkan tenaga pula.
"Desss?" !!" Kali ini pertemuan kedua pasang tangan itu lebih hebat dari pada tadi dan akibatnya, mereka berdua terdorong ke belakang sampai terhuyung!
"Tahan!" kata Tang Bun An sebelum pemuda tinggi besar itu menyerangnya lagi. "Apakah hubunganmu dengan Cin-ling-pai, orang muda?"
Mendengar pertanyaan itu, Cun Sek juga terkejut. Kiranya orang tua yang gagah dan lihai itu mengenal ilmu silatnya yang dia dapatkan dari Cin-ling-pai! Jangan-jangan orang ini tokoh yang berdekatan dengan Cin-ling-pai! Kalau demikian halnya, berbahaya sekali.
Tiba-tiba Sim Ki Liong sudah mendahuluinya. Pemuda ini meloncat ke depan, menghadapi orang tua yang lihai itu.
"Paman, mengingat bahwa engkau yang mengundang kami dan mengirim surat, maka sudah sepantasnya kalau engkau pula yang menceritakan siapa dirimu dan apa pula maksudmu mengundang kami, kemudian disini menguji kepandaian kami."
Tang Bun An meraba-raba dagunya yang dicukur bersih. "Aku sengaja mengundang kalian ketika mendengar dari anak buahku bahwa kalian bertanya-tanya tentang Perwira Tang. Apakah yang kaumaksudkan adalah Perwira Tang Gun yang telah dihukum buang oleh kaisar?" Melihat sikap tiga orang muda itu berkeras menuntut dia yang lebih dulu memperkenalkan diri dan membuat pengakuan, dia menyambung cepat. "Kalau yang kalian maksudkan Tang Gun, maka aku dapat memberi keterangan sejelasnya tentang dia."
Kini Tang Cun Sek yang menjawabnya. "Sebenarnya, akulah yang berkepentingan dengan perwira Tang itu. Kami tidak tahu siapa namanya, yang kami cari adalah Perwira Tang yang mengaku bahwa dia adalah putera Ang-hong-cu!"
Tang Bun An kini memandang wajah Cun Sek penuh perhataan, sinar matanya yang mencorong itu seperti hendak menyelidiki isi hati pemuda itu melalui pengamatan wajahnya. "Hemmm, orang muda.Yang kaucari itu Tang Gun ataukah Ang-hong-cu?" Bagaimanapun juga, pemuda ini pandai ilmu silat Cin-ling-pai dan kalau dia mencari Ang-hong-cu, jelas bahwa dia datang diutus oleh Cia Kui Hong!
"Kami mencari Ang-hong-cu!" Cun Sek berseru. "Dapatkah engkau menceritakan di mana adanya Ang-hong-cu?"
Biarpun jantungnya berdebar tegang, Tang Bun An masih dapat tersenyum dan mengangguk-angguk. "Tergantung dari sikap kalian. Kalian bertiga yang membutuhkan keterangan, maka sepatutnya kalau kalian memperkenalkan diri lebih dulu kepadaku, dan menjelaskan apa maksud kalian mencari Ang-hong-cu. Barulah akan kupertimbangkan apakah aku boleh memberitahu kepada kalian di mana adanya Ang-hong-cu ataukah tidak."
"Nanti dulu, jangan sembarangan membuat pengakuan!" kata Ji Sun Bi cepat, lalu wanita ini memandang kepada Tang Bun An dengan sinar mata tajam.
"Hemm, engkau ini orang tua yang licik bukan main. Kami bertiga tidak mempunyai urusan denganmu, lalu engkau mengirim surat kepada kami, memancing kami datang ke sini. Kemudian engkau mengerahkan anak buahmu untuk mengeroyok kami, bahkan engkau sendiri menguji kepandaian seorang di antara kami. Apa artinya semua ini" Dan sekarang, engkau hendak memancing keterangan kami tanpa memberitahu kepada kami siapa engkau dan apa artinya semua perbuatanmu ini. Pada hal, pengeroyokan anak buahmu telah gagal, dan betapapun lihaimu, kiranya engkau tidak akan mampu mengalahkan kami bertiga. Bahkan kalau kami mau, kami akan dapat mengeroyok dan merobohkanmu. Nah, dalam keadaan seperti ini, sepatutnya engkaulah yang lebih dulu memperkenalkan diri dan menjelaskan mengapa engkau mengundang kami."
Tang Bun An tertawa dan dia memandang kepada wanita itu dengan kagum. Seorang wanita yang bukan saja cantik, namun berkepandaian silat tinggi dan cerdik sekali, dan tentu saja dia mengenal baik siapa Ji Sun Bi. Dalam pertemuan pertama tadi, dia lupa. Akan tetapi sekarang dia teringat bahwa dia pernah bertemu dengan wanita ini. Ketika itu, dia menyamar sebagai Han Lojin yang berkumis dan berjenggot."
"Ha-ha-ha-ha! Tok-sim Mo-li, kaukira aku tidak mengenal kalian" Dan engkau adalah Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid Pendekar Sadis itu, bukan" Ha-ha-ha, siapa bilang kalau keadaanku kalah" Lihat di belakang kalian!"
Tentu saja Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main mendengar betapa orang tua itu telah mengenal mereka, dan ketika mereka memutar tubuh, kiranya di situ sudah terdapat puluhan orang berpakaian seragam perajurit pengawal yang sudah siap dengan busur dan anak panah!
"Siapa?" siapakah engkau?"..?" Sim Ki Liong bertanya, kaget bukan main.
"Ha-ha-ha, kalau aku menghendaki, aku dapat mendatangkan ratusan orang perajurit pengawal. Aku adalah seorang perwira pengawal yang mengepalai ribuan orang perajurit. Nah, kalian masih berkepala besar dan tidak mau mengaku apa maksud kalian mencari perwira Tang Gun dan Ang-hong-cu?"
Tiga orang muda itu saling pandang dan mereka sungguh terkejut bukan main. Mereka tidak menduga siapa adanya perwira yang lihai ini, yang ternyata sudah mengenal Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong! Melihat bahwa agaknya perwira itu belum mengenal dirinya, Cun Sek lalu berkata dengan sikap hormat. "Ciangkun, maafkan sikap kami tadi karena tidak mengenalmu. Baiklah kujelaskan bahwa sebenarnya yang berkepentingan dengan An-hong-cu adalah aku pribadi. Aku mempunyai urusan pribadi yang amat penting dengan Ang-hong-cu, karena itulah maka aku mencari dia dan kalau ciangkun tahu di mana dia, tolong memberitahu kepadaku."
Tadinya Tang Bun An masih menaruh curiga terutama kepada pemuda tinggi besar yang pandai ilmu silat Cin-ling-pai itu, akan tetapi setelah dia teringat kepada Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong sebagai dua orang muda yang berpihak kepada golongan sesat, bahkan pernah pula membantu pemberontakan golongan hitam yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo, maka hatinya lega. Jelas bahwa dua orang seperti Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong itu dapat ditariknya menjadi pembantu atau sekutu yang boleh diandalkan! Dan pemuda tinggi besar yang mencari Ang-hong-cu ini, walaupun dia belum mengenalnya, namun, agaknya diapun sahabat dua orang muda sesat itu.
"Hemm, kalau begitu, marilah kita bicara di dalam. Urusan pribadi tidak sepantasnya dibicarakan di luar ."
Karena maklum bahwa kini keadaan mereka bertiga yang berada di bawah ancaman bahaya kalau sampai mereka menentang, maka tiga orang muda itu lalu mengikuti Tang Bun An memasuki pondok itu. Dia mempersilakan tiga orang tamu itu duduk di ruangan tamu, dan dia sendiri memasuki kamarnya. Tak lama kemudian, dia keluar agi dan kini sudah berpakaian sebagai seorang perwira sehingga tiga orang muda itu semakin percaya kepadanya.
"Nah, orang muda. Sekarang kita bicara disini dan tidak ada orang luar yang mendengarkan kita. Katakanlah mengapa engkau mencari Ang-hong-cu, dan urusan pribadi penting apa yang kaumiliki terhadap dia. Ceritakan saja terus terang, baru nanti aku akan kuberitahukan dimana dimana adanya Ang-hong-cu yang kaucari-cari itu."
Cun Sek kini merasa bahwa tidak ada gunanya lagi dia merahasiakan dirinya. Agaknya perwira itu boleh dipercaya, dan tentu dia benar-benar tahu dimana adanya Ang-hong-cu, karena sikapnya terhadap mereka bertiga tidak memusuhi. Kalau memang dia bermaksud buruk, tentu sudah sejak tadi dia mengerahkan anak buahnya lebih banyak lagi untuk menangkap mereka bertiga.
"Baiklah aku mengaku terus terang saja, ciangkun. Aku mencari Ang-hong-cu karena dia adalah ayah kandungku. Sejak kecil aku mencarinya, maka ketika mendengar ada seorang perwira she Tang mengaku putera Ang-hong-cu di sini, aku segera mencari ke sini, ditemani oleh mereka ini."
Biarpun dia terkejut mendengar pengakuan pemuda tinggi besar itu, Tang Bun An tetap bersikap tenang. Dia memang tahu bahwa perbuatannya selama ini telah membuahkan keturunan di mana-mana, dan tentu saja dia tidak tahu siapa di antara para wanita yang menjadi korbannya, melahirkan seorang keturunan darinya. Mula-mula muncul Tang Hay atau Hay Hay yang amat lihai itu, yang mengaku sebagai puteranya, akan tetapi yang kemudian menjadi musuh besarnya yang paling ditakuti, karena harus diakuinya bahwa selama ini belum pernah dia bertemu tanding sekuat dan selihai Hay Hay. Kemudian muncul Tang Gun yang juga mengaku sebagai puteranya. Putera ini terpaksa dia korbankan demi mencari kedudukan tinggi bagi dirinya sendiri. Akan tetapi diam-diam dia telah membebaskan puteranya itu dari hukuman buang, dan memberinya bekal. Dibandingkan Hay Hay, Tang Gun bukan apa-apa, tidak memiliki ilmu silat yang tinggi. Akan tetapi kini muncul pemuda ini yang mengaku puteranya pula, dan pemuda inipun amat lihai, bahkan agaknya menjadi murid Cin-ling-pai, walaupun belum sehebat Hay Hay tingkat kepandaiannya.
"Orang muda, jangan engkau sembarangan saja mengaku sebagai putera Ang-hong-cu,"
katanya dengan suara yang tegas dan kaku. "Kalau engkau benar putera Ang-hong-cu, lalu apa buktinya dan apa tandanya?"
Cun Sek cepat menanggalkan kalungnya, kalung dengan mainan seekor kumbang merah dan memperlihatkannya kepada T ang Bun An. "Inilah bukti dan tanda itu, juga nama keturunanku Tang, Tang Cun Sek. Ibuku she Phoa, berasal dari dusun Liok-ciu di Propinsi Shantung. Setelah ibuku mengandung, ia ditinggalkan begitu saja oleh Ang-hong-cu. Ibuku yang mengatakan kepadaku bahwa ayah kandungku adalah Ang-hong-cu, she Tang, dan benda ini pemberian ayah kandungku. Nah, ciangkun. Setelah aku dapat memperlihatkan bukti, maka kuharap ciangkun suka memberitahu di mana adanya Ang-hong-cu."
Tang Bun An menarik napas panjang dan memandang kepada tiga orang muda itu. "Semenjak nama besar Ang-hong-cu dikenal di dunia kang-ouw, tak seorangpun pernah dapat melihat wajahnya. Bahkan anaknya sendiripun tidak akan dapat mengenalnya. Hanya aku yang mengetahui rahasianya. Akan tetapi dia telah memberi tahu kepadaku bahwa dia merencanakan untuk muncul di dunia kang-ouw dengan terang-terangan setelah dia mendapatkan sekutu dan kawan-kawan yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Melihat kalian bertiga adalah orang-orang yang memiliki kepandaian, kukira dia akan suka menerima kalian. Tentu saja aku harus lebih dahulu mendapat kepastian dari kalian apakah kalian akan suka bekerja sama dengan Ang-hong-cu."
"Bekerja sama dalam hal apa?" Sim Ki Liong bertanya.
"Dia ingin membangun suatu kekuatan besar dan menguasai dunia kang-ouw, menundukkan dan menaklukkan perkumpulan-perkumpulan besar di dunia kangouw dan mengangkat diri menjadi beng-cu (pemimpin rakyat). Bagaimana pendapat kalian bertiga?"
"Aih, kebetulan sekali!" seru Ji Sun Bi girang. "Kami bertiga memang sedang mencari sekutu pula, setelah perkumpulan kami dihancurkan oleh musuh! Tentu saja aku setuju sekali!"
"Hemm, akupun setuju untuk bekerja sama asalkan dia dapat menghargai kemampuanku!" kata Sim Ki Liong.
"Aku sendiri dengan senang hati akan membantu Ang-hong-cu, karena sudah sejak keci1 aku merindukan ayah kandungku dan aku akan berbahagia sekali kalau dapat membantu ayah!" kata Tang Cun Sek.
"Bagus! Kalau begitu, nanti malam akan kuberitahukan dia dan akan kubujuk dia untuk datang menemui kalian. Sekarang, harap kalian beristirahat dulu. Kalian dapat mandi dan beristirahat, dan malam nanti kita akan makan malam dan dalam kesempatan itu, mungkin sekali Ang-hong-cu akan hadir di tengah-tengah kita."
"Nanti dulu, ciangkun. Ada satu hal yang membuat kami penasaran. Bagaimana engkau dapat mengenal aku dan Tok-sim Mo-li" Pernahkah kita saling jumpa, dan siapakah nama ciangkun?" tanya Sim Ki Liong yang merasa penasaran.
Tang Bun An bangkit dan tersenyum. "Nanti saja akan kuceritakan semua." Dia bertepuk tangan dan masuklah lima orang perajurit pengawal.
"Antarkan tiga orang tamu ini ke kamar masing-masing, dan layani mereka baik-baik. Nah, sampai jumpa malam nanti di ruangan makan!" katanya kepada tiga orang tamunya dan diapun meninggalkan ruangan itu. Terpaksa tiga orang muda itu, dengan hati penuh pertanyaan, mengikuti para perajurit pengawal yang mengantar mereka ke tiga buah kamar yang terletak di bagian belakang pondok yang ternyata cukup luas itu. Ji Sun Bi yang masih merasa penasaran, ketika para perajurit itu hendak mengundurkan diri, memegang lengan seorang di antara mereka dan tersenyum manis kepadanya.
"Sobat yang tampan, tolong beritahu, siapa sih namanya komandanmu tadi?"
Sejenak perajurit itu memandang wajah yang cantik itu dengan penuh kagum dan bibir
tersenyum, akan tetapi sikapnya berubah tegas dan diapun berkata, "Bagi kami, beliau adalah Ciangkun, dan kami tidak mengetahui nama lain." Setelah berkata demikian, dia membalikkan tubuh dan pergi dari situ.
Memang kepada semua anak buahnya, Tang Bun An memesan agar mereka itu tidak
pernah menyebut namanya dan merahasiakan dirinya. Perintah ini disertai ancaman hukuman berat.
"Sialan!" gerutu Ji Sun Bi kepada dua orang kawannya. "Kalau tidak ingat urusan Cun Sek, tentu sudah kubekuk perajurit tadi dan kupaksa dia mengakui siapa nama komandannya! Aku merasa seperti anak kecil dipermainkan saja."
"Sabarlah, Mo-li. Bukankah kita memang berniat untuk mencari sekutu yang kuat agar dapat bangkit kembali" Kalau memang Ang-hong-cu menghendaki semua rahasia ini, apa salahnya" Dan aku melihat bahwa memang dia telah memiliki kedudukan yang kuat." kata Sim Ki Liong.
"Bagaimana engkau bisa tahu?" kata Tang Cun Sek.
"Lihat saja. Dia sudah dapat mempengaruhi ciangkun itu untuk bekerja sama dengan dia! Dan nampaknya perwira itu amat taat kepadanya! Memiliki perwira kerajaan yang
mengepalai ribuan orang perajurit pengawal. Itu sudah hebat namanya! Agaknya aku akan suka sekali bekerja sama dengan Ang-hong-cu."
Karena hari sudah sore, merekapun tidak akan menanti terlalu lama. Dan mereka dilayani dengan amat baik. Para perajurit pelayan itu menyediakan air cukup banyak untuk mandi, dan air teh dan arak.
Setelah hari menjadi gelap, tibalah saat yang amat dinanti-nanti oleh mereka bertiga, terutama sekali Cun Sek. Pemuda ini sudah ingin sekali dapat bertemu dengan ayah kandungnya yang namanya amat tersohor di dunia kang-ouw itu. Seorang perajurit memberitahu bahwa mereka diundang ke ruangan makan untuk makan malam. Tanpa banyak bertanya lagi karena maklum bahwa perajurit di situ memang diharuskan menutup mulut, mereka bertiga mengikuti perajurit itu memasuki sebuah ruangan makan yang cukup besar. Sebuah meja makan bundar yang besar berada di situ, dikelilingi delapan buah bangku. Tidak nampak ada orang di situ dan perajurit itu mempersilakan mereka bertiga duduk menghadapi meja makan itu.
Tak lama kemudian, setelah perajurit itu pergi, perwira tua yang menjadi tuan rumah itu memasuki ruangan makan dengan wajah berseri. "Selamat malam!" katanya gembira. "Apakah kalian mendapatkan pelayanan yang cukup baik?"
"Terima kasih, ciangkun." kata Cun Sek. "Akan tetapi, mana dia yang bernama ng- ong-cu?""
"Ha-ha-ha, engkau nampaknya tidak sabar benar untuk dapat bertemu dengan ayahmu, orang muda. Aku sudah menyampaikan keinginan kalian untuk bertemu dengan dia, juga sudah kusampaikan bahwa kalian bertiga suka untuk membantu dia sebagai seorang calon beng-cu. Akan tetapi, dia minta agar kalian suka bersumpah setia lebih dulu sebelum dia muncul. Oleh karena itu, kuharap kalian suka mengucapkan sumpah itu di depanku sebagai wakilnya. Bagaimana pendapat kalian?"
Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi adalah seorang wanita iblis, seorang tokoh sesat yang tidak pantang melakukan kejahatan macam apapun. Juga tidak pantang untuk mengucapkan sumpah palsu! Maka iapun sama sekali tidak merasa keberatan karena baginya, sumpah dapat saja setiap saat dilanggar, seperti juga janji. Melihat Ji Sun Bi mengangguk setuju, Sim Ki Liong yang tidak begitu banyak pengalamannya, juga mengangguk. Bagi Tang Cun Sek, tentu saja sama sekali tidak berkeberatan untuk bersumpah setia kepada ayah kandungnya sendiri.
Dengan petunjuk Tang Bun An, mereka lalu bersumpah, seorang demi seorang.
"Aku bersumpah bahwa aku akan taat dan setia kepada Ang-hong-cu, membantu dia sebagai bengcu. Kalau aku melanggar sumpahku ini, biarlah aku mati di ujung pedang."
Setelah mereka bersumpah seorang demi seorang, Tang Bun An tertawa, lalu dia mempersilakan mereka bertiga duduk.
"Sekarang, kalian duduklah dengan tenang. Aku akan mengundang Ang-hong-cu datang ke sini!"
Tiga orang itu tentu saja merasa tegang sekali dan mereka mengikuti tuan rumah dengan pandang mata mereka. Tang Bun An menghilang ke ruangan lain sebelah dalam dan ada sepuluh menit lamanya tiga orang tamu itu menanti dengan jantung berdebar-debar. Seperti apakah gerangan orang yang berjuluk Ang-hong-cu itu" Ji Sun Bi sendiri yang sudah memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw, yang hampir mengenal seluruh tokoh kang-ouw, harus mengakui bahwa ia sendiripun baru mengenal nama Ang-hong-cu saja, belum pernah melihat orangnya. Seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang amat lihai dan juga licik bukan main, sehingga para pendekarpun tak pernah mampu memegang ekornya, tak seorang pun pernah dapat melihat mukanya. Dan kini, tokoh besar itu akan muncul dan memperkenalkan diri kepada mereka!
Akhirnya, muncullah seorang laki-laki dari ruangan sebelah dalam itu. Dia melangkah keluar dengan sikap tenang sekali, dan setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari pandang mata tiga orang muda itu. Dia seorang pria yang usianya lima puluh tahun lebih, tubuhnya sedang dan tegak, agak besar di bagian dada sehingga nampak gagah, wajahnya yang dihias kumis dan jenggot yang terpelihara rapi itu tampan, sepasang matanya mencorong dan berseri-seri, mulutnyaterhias senyum mengejek. Pakaiannya rapi, dengan rompi sutera. Pendeknya laki-laki setengah tua ini amat menarik dan sama sekali tidak kelihatan sebagai penjahat yang menakutkan, bahkan sebaliknya, dia pantas menjadi seorang pria terpelajar dan hartawan yang penampilannya pasti akan menarik hati banyak kaum wanita! Kalau Tang Cun Sek memandangnya dengan mata terbelalak dan ragu apakah benar pria ini Ang-hong-cu, ayah kandung yang sejak kecil dirindukannya, sebaliknya Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main dan mereka sudah bangkit berdiri dari tempat duduk mereka.
"Aku?". aku pernah melihatnya?".. kita pernah saling bertemu?"." kata Sim Ki Liong, lupa-lupa ingat sambil mengamati wajah itu.
"Tentu saja!" kata Ji Sun Bi. "Bukankah engkau ini Han Lojin?"
"Benar! Han Lojin?"..!" Kini Sim Ki Liong teringatlah dia akan semua peristiwa yang terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu. Ketika itu dia membantu Lam-hai Giam-lo yang menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan muncullah orang ini, yang pada waktu itu mengenakan pakaian orang Hui, memperlihatkan kepandaian untuk membantu gerakan Lam-hai Giam-lo. Orang itu memang lihai sekali dan dia mengaku bernama Han Lojin. Akan tetapi kemudian ternyata dia malah mengkhianati Lam-hai Giam-lo karena dia memihak pemerintah.
"Han Lojin! Jadi engkau inikah ang-hong-cu?"?" Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi berseru, masih terheran-heran.
"Tok-sim Mo-li, sungguh matamu tajam dan ingatanmu kuat sekali. Aku memang Han Lojin yang pernah kalian lihat dahulu itu. Dan untuk pertama kali selama hidupku, di depan kalian aku mengaku bahwa akulah Ang-hong-cu!" Suara orang itu tenang sekali, agak dalam dengan logat barat dan agak asing seperti cara bicara orang Hui.
"Tapi". tapi".. benarkah engkau ini Ang-hong-cu" Benarkah engkau ini ayah kandungku?". ?" Tang Cun Sek bertanya, tentu saja penuh keraguan karena bagaimana dia dapat yakin bahwa pria ini benar ayah kandungnya"
Han Lojin tersenyum lebar dan matanya terpincing ketika dia tersenyum lebar. "Engkau yang bernama Tang Cun Sek" Engkau masih meragukan bahwa aku Ang-hong-cu" Nah, kaulihat ini!" Dan dia mengeluarkan seuntai kalung dari untaian benda-benda perhiasan yang presis seperti sebuah yang dimiliki pemuda itu. Lebih dari tiga puluh buah perhiasan tawon terikat pada tali itu. Melihat ini, lenyaplah keraguan dari hati Cun Sek dan diapun segera menjatuhkan diri berlutut menghadap ayahnya.
"Ayah?". !" katanya sambil memberi hormat.
Han Lojin masih tersenyum, walaupun senyumnya mengandung keharuan. Baru sekali ini dia merasakan diberi hormat oleh seorang anak, diakui sebagai ayah! Anak yang pertama kali ditemui adalah Tang Hay dan anak itu malah memusuhinya, dan nyaris membunuhnya!
"Duduklah, Cun Sek. Dan sekarang, setelah aku menerima kalian bertiga sebagai sekutu dan pembantuku seperti yang telah kalian sumpahkan di depan perwira tadi, aku ingin tahu bagaimana engkau dapat memainkan ilmu-ilmu silat Cin-ling-pai, Cun Sek. Apa hubunganmu dengan Cin-ling-pai?"
"Ayah, selama bertahun-tahun aku menjadi murid Cin-ling-pai. Karena gagal untuk menguasai kedudukan ketua Cin-ling-pai, dikalahkan oleh Cia Kui Hong, maka aku lalu meninggalkan Cin-ling-pai. Aku bertemu dengan Tok-sim Mo-Ji Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong yang menjadi pangcu (ketua) dari Kim-lian-pang, dan aku membantunya. Akan tetapi, perkumpulan kami dIkeroyok oleh banyak perkumplJlan lain sehingga kami terpaksa melarikan diri?"?"
"Apa" Kalian bertiga bergabung dan masih dapat dikalahkan perkumpulan lain?" tanya Han Lojin dengan heran.
"Pasti kami tidak kalah kalau tidak muncul dua orang jahanam itu!" kata Sim Ki Liong marah. "Pek Han Siong dan Hay Hay itu!"
"Ahhh"..!" Han Lojin berseru kaget. "Kiranya mereka" Jangan khawatir, setelah kalian bergabung dengan kami, maka kita bersama akan mampu melawan siapapun juga dan menghancurkan musuh-musuh yang berani mengganggu kita!"
"Akan tetapi, Han Lojin".." Sim Ki Liong berkata akan tetapi ucapannya dipotong dengan cepat dan galak oleh Han Lojin.
"Jangan sebut aku dengan nama samaran itu! Mulai sekarang, kalian harus menybut beng-cu kepadaku. Engkau juga, Cun Sek!" ucapannya itu berwibawa sekali sehingga Cun Sek sendiri, biarpun terssinggung hatinya karena sebagai putera dia tidak diperbolehkan menyebut ayah, terpaksa menunduk.
"Baiklah, bengcu. Aku ingin bertanya, di mana adanya perwira tadi" Dia adalah seorang pembantumu yang utama, bukan" Kenapa tidak disuruh hadir di sini?"
"Nanti dulu. Nanti kupanggil dia ke sini. Akan tetapi sebagai bengcu kalian, aku ingin mendengar riwayat kalian masing-masing. Aku sudah mendengar bahwa Cun Sek adalah seorang murid Cin-ling-pai yang pandai dan dia dapat kuandalkan. Bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li dan engkau pula, Sim Ki Liong" Ketika aku berada di antara para pembantu Lam-hai Giam-lo dahulu itu, aku hanya mendengar bahwa Ki Liong adalah seorang murid dari Pendekar Sadis. Benarkah itu, dan mengapa pula engkau meninggalkan Pulau Teratai Merah?"
Ki Liong segera menjawab sejujurnya. "Memang benar bahwa aku adalah murid Pendekar Sadis di Pulau Teratai Merah. Akan tetapi, gara-gara Cia Kui Hong, cucu dari suhu dan suboku, terpaksa aku melarikan diri dari Pulau Teratai Merah tanpa pamit." Lalu dia melanjutkan setelah menarik napas panjang. "Aku minggat dari sana, selain untuk meluaskan pengalaman, mencari kedudukan yang baik, juga untuk mencari musuh besar yang telah membunuh ayahku. Musuh besarku itu adalah Siangkoan Ci Kang."
Tang Bun An atau Han Lojin atau Ang-hong-cu memang seorang tokoh sesat yang hanya
dikenal namanya namun tidak ada yang mengenal wajahnya, akan tetapi, sebagai seorang tokoh kang-ouw yang sudah puluhan tahun malang melintang di dunia kang-ouw, dia mengenal hampir semua tokoh persilatan yang terkenal. Maka, mendengar nama Siangkoan Ci Kang, diapun terkejut.
"Bukankah Siangkoan Ci Kang itu seorang tokoh Siauw-lim-pai yang dulu ketika muda terkenal sebagai putera Si Iblis Buta Siangkoan Lojin" Dan yang kini menjadi seorang tokoh rahasia yang lengan kirinya buntung?"
?"Benar sekali?". bengcu. Apakah tahu dimana dia?" tanya Sim Ki Liong penuh gairah.
Han Lojin tersenyum. "Tenanglah, orang muda. Setelah kita bekerja sama dan mempunyai pengaruh yang luas, apa sukarnya mencari seorang Siangkoan Ci Kang" Sabarlah, musuh besarmu itu pasti akan dapat kutemukan dan dapat kaubunuh dengan bantuan kami. Senang hatiku bisa mendapatkan bantuan seorang murid Pendekar Sadis! Engkau sama pentingnya dengan Cun Sek. Dan bagaimana dengan engkau, Tok-sim Mo-li" Aku sudah tahu akan kelihaianmu, akan tetapi aku belum tahu latar belakangmu. Engkau datang dari perguruan mana dan siapa pula gurumu?"
"Mendiang guruku adalah Min-san Mo-ko, dan selain dari dia, akupun mempelajari banyak macam ilmu silat. Walaupun belum tentu dapat menandingi Sim Ki Liong atau Tang Cun Sek, akan tetapi sepasang pedangku juga jarang menemui tanding, dan selain itu, aku mempunyai kenalan dan hubungan dengan hampir seluruh tokoh kang-ouw."
"Murid Min-san Mo-ko" Bukankah
Min-san Mo-ko itu murid mendiang See Kwi Ong" Bagus, engkau juga dapat menjadi pembantuku yang boleh diandalkan. Senang sekali aku menerima kalian bertiga menjadi pembantu-pembantu utamaku!" Han Lojin tertawa senang sekali. Tentu saja hatinya senang, karena tiga orang muda yang tadinya dicurigai sebagai musuh, kiranya bahkan menjadi para pembantunya yang tangguh, apa lagi seorang di antaranya adalah putera kandungnya sendiri!
"Bengcu, kuulangi pertanyaanku tadi. Di mana adanya ciangkun tadi" Kamipun ingin mengenalnya dan mengetahui kedudukannya di istana.. Bukankah dia seorang perwira tinggi pasukan pengawal" Kedudukan itu penting sekali dan kami ingin berkenalan dengan dia." kata Sim Ki Liong.
"Ha-ha-ha, kalian ingin bertemu dengan dia" Baiklah, kupanggil dia ke sini!" Han Lojin bangkit berdiri dan dengan cepat sekali kedua tangannya bergerak ke arah mukanya sendiri. Ketika kedua tangannya turun kembali, maka lenyaplah wajah Han Lojin yang terhias kumis dan jenggot tadi. Wajah itu berobah menjadi wajah yang gagah dan tampan, licin bersih tanpa kumis dan jenggot. Wajah Perwira Tang Bun An! Dan kembali kedua tangan itu bergerak ke arah tubuhnya. Terbukalah pakaian sutera itu dan kini yang membungkus tubuh itu adalah pakaian seragam perwira yang mentereng! Pantas saja tubuh itu tadi nampak besar dan lebih gemuk, kiranya berpakaian rangkap! Melihat betapa tiga orang muda itu menjadi bengong, Tang Bun An tertawa bergelak.
"Kiranya Ang-hong-cu adalah Han Lojin dan juga Perwira Tang Bun An!" seru Sim Ki Liong penuh kagum.
"Ayah".. eh, bengcu, engkau sungguh hebat bukan main!" Cun Sek, bangga akan ayah kandungnya yang bukan saja amat lihai, akan tetapi juga ternyata seorang perwira tinggi pasukan pengawal dan seorang yang amat pandai menyamar sehingga dia sendiri dapat dikelabui!
"Bukan main! Kiranya wajah Han Lojin hanyalah wajah penyamaran. Hebat, mataku seperti menjadi buta, sama sekali tidak tahu akan penyamaran itu. Aku tidak akan kaget kalau wajah Perwira Tang Bun An yang sekarangpun hanya merupakan kedok penyamaran yang lain!" kata Ji Sun Bi penuh kagum. "Sekarang aku mengerti mengapa Ang-hong-cu tak pernah dapat dikenal wajahnya. Kiranya seorang ahli menyamar yang mempunyai seribu muka!"
Senang dan bangga hati Tang Bun An mendengar semua pujian yang dia tahu bukan sekedar pujian menjilat belaka. Tiga orang muda itu adalah orang-orang muda yang memiliki ilmu silat tinggi, dan kalau mereka memuji, maka pujian itu keluar dari hati yang kagum. Dia tertawa lagi, sekarang suara ketawanya keras bergelak, seperti suara ketawa yang biasa dilakukan Tang-ciangkun, suara ketawanya yang wajar dan tidak dibuat-buat karena sebagai Perwira Tang, dia tidak lagi menyamar melainkan memperlihatkan kepribadiannya yang aseli.
"Ha-ha-ha, sukurlah kalian dapat menghargai ilmu penyamaranku ini. Ilmu ini kadang-kadang amat berguna. Ketahuilah, setelah aku menjadi setua sekarang, aku tidak jngin lagi bertualang seperti dahulu. Aku ingin kembali menjadi diriku sendiri, dan karena itu aku mulai memikirkan kedudukan yang tinggi dan kekuasaan yang besar. Cita-cita itu kurintis dengan menjadi seorang perwira pasukan pengawal dan berjasa kepada kaisar sehingga aku dipercaya. Baru sekarang inilah, aku, Ang-hong-cu Tang Bun An, memperlihatkan wajahku yang aseli dan memperkenalkan diriku kepada kalian. Akan tetapi, kedudukan sebagai perwira ini hanya sementara saja. Aku merasa jemu, dan juga kedudukan ini tidak memberi kekuasaan sepertj yang kuharapkan. Dan gara-gara seorang gadis, kedudukanku yang sekarang inipun goyah dan keadaanku bahkan dalam bahaya. Kedudukan ini sewaktu-waktu dapat kutinggalkan. Karena itulah, maka aku ingin menyusun kekuatan, dan dengan bantuan kalian, kita akan membangun suatu kekuatan di dunia kang-ouw, menundukkan semua kekuatan lain."
"Memberontak"..?" tanya Sim Ki Liong sambil mengerutkan alisnya. Pemuda ini tidak setuiu kalau dibawa ke pemberontakan karena dia pernah melihat kegagalan para pemberontak.
Ang-hong-cu menggeleng kepalanya. "Aku bukan orang bodoh macam Lam-hai Giam-lo dan tokoh kang-ouw yang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Tidak, aku bukan seorang pemberontak, bahkan aku membenci para pemberontak! Aku ingin menjadi raja di antara para tokoh kang-ouw! Aku tidak ingin menyaingi kaisar. Bodoh sekali kalau melawan kerajaan yang memiliki ratusan ribu perajurit! Aku ingin menundukkan semua perkumlpulan persilatan, ingin menundukkan semua tokoh kang-ouw sehingga aku menjadi Beng-cu yang menguasai dunia kang-ouw. Dan terhadap para pejabat tinggi, aku ingin bersahabat dengan mereka. Bagaimana pendapat kalian?"
"Bagus sekali. Aku setuju, Beng-cu! Dan aku?" siap melaksanakan apa-saja yang kauperintahkan kepadaku!" kata Ji Sun Bi sambil memainkan matanya, memandang genit disertai senyum memikat kepada perwira tinggi itu. Melihat ini, Tang Bun An tersenyum, menyembunyikan kemuakan hatinya. Dia pembenci wanita, apalagi yang genit. Kalau dia memperkosa banyak wanita, hal itu dilakukan bukan hanya untuk melampiaskan nafsu berahinya, akan tetapi juga untuk membalas dendam kepada para wanita!
"Awas engkau, Tok-sim Mo-Ii. Aku bukan laki-Iaki biasa yang mudah saja kaurayu! Kalau engkau hendak taat kepadaku, haruslah merupakan ketaatan seorang pembantu terhadap pemimpinnya. Karena aku tidak akan tunduk oleh rayuan dan kecantikan wanita. Kalau engkau banyak tingkah dan tidak setia, nyawamu tidak akan tertolong lagi!"
Ji Sun Bi mati kutu. Ia menundukkan mukanya. "Akan kuperhatikan dan kutaati pesanmu, Beng-cu."
"Bagus! Nah mulai sekarang, kalian bertiga tinggallah di sini dulu. Ki Liong dan Cun Sek bersiap-siap di sini, menanti perintahku selanjutnya. Dan engkau, Ji Sun Bi, lakukanlah tugas pertamamu, yaitu, kauhubungi tokoh-tokoh kang-ouw di sekitar kota raja ini, beritahukan kepada mereka bahwa Ang-hong-cu minta agar mereka suka menghadiri undangannya untuk berkumpul di bukit ini pada malam terang bulan, bulan depan, kurang satu setengah bulan lagi. Katakan bahwa kalau undangan atau katakanlah perintahku tidak ditaati, mereka yang membangkang akan dihajar! Bahkan engkau kuberi kekuasaan untuk menghajar mereka yang sudah lebih dulu menolak undanganku itu. Mengerti?" .
"Baik, bengcu, akan kulaksanakan perintahmu," kata Ji Sun Bi. Ang-hong-cu mengeluarkan sebuah kantung kecil dan melemparkannya kepada wanita itu yang cepat menyambarkannya. "Nih unluk keperluan perjalanan. Kalau membutuhkan lagi, sampaikan saja pesanmu lewat para penjaga di pondok ini."
Demikianlah, mulai hari itu, tiga orang muda ini sudap menjadi pembantu utama dari Ang-hong-cu. Semua pihak merasa senang. Ang-hong-cu Tang Bun An tentu saja gembira bukan main mendapatkan tiga orang pembantu yang boleh diandalkan, sedangkan tiga orang muda itupun merasa gembira karena mereka yakin bahwa dengan pimpinan Ang-hong-cu, mereka akan dapat menguasai dunia kang-ouw dan mendapatkan kedudukan yang terhormat dan mulia. Bahkan mereka mengharapkan, dengan bantuan Ang-hong-cu, akan dapat membalas dendam terhadap para pendekar yang pernah merugikan mereka.
Pada wakti itu, kerajaan Beng-tiuaw dalam keadaan makmur berkat kebijaksanaan dua orang menteri yang menjadi kepercayaan kaisar. Dua orang menteri itu adalah Menteru Yang Ting Hoo yang berusia lima puluh tahun, seorang menteri yang setia dan bijaksana, ramah, sabar dan pandai mengatur siasat pemerintahan, dan orang ke dua adalah Menteri Cang Ku Ceng, yang suka bertindak tegas dan tidak segan-segan memberantas pejabat yang korup dan melakukan penyelewengan. Menteri Cang Ku Ceng berusia lima puluh tiga tahun dan dia adalah seorang menteri yang tegas, sedangkan Menteri Yang Ting Hoo pandai sekali menghadapi negara-negara lain, pandai berdiplomasi. Kedua orang menteri inilah yang membantu berputarnya roda pemerintahan yang pada waktu itu dipimpin oleh Kaisar Cia Ceng ( 1520-1566).
Pada waktu itu, sekitar tahun 1545, atas nasihat kedua orang menteri yang setia dan bijaksana itu, Kaisar Cia Ceng tidak mengirim pasukan untuk memerangi negara lain, melainkan memusatkan kekuatan untuk menenteramkan keadaan di dalam negeri. Kedua orang menteri setia yang bersahabat baik itu, seringkali menukar tugas mereka. Kalau Menteri Yang Ting Hoo bertugas mengatur ketentraman di dalam kota raja, maka Menteri Cang Ku Ceng yang bertugas mengatur ketentraman di luar daerah kota raja, dan demikian sebaliknya. Pada waktu itu, yang bertugas mengatur ketentraman di kota raja adalah Menteri Cang Ku Ceng, sedangkan Menteri Yang Ting Hoo bertugas melakukan perondaan di seluruh daerah selatan di mana masih terjadi pergolakan di perbatasan dengan Anam, Siam, dan Birma, walaupun perang terbuka sudah dihentikan.
Kedua orang menteri setia dan bijaksana itu maklum bahwa kini banyak orang asing berdatangan ke Cina. Biarpun mereka datang dengan dalih ingin berdagang, namun mereka harus dihadapi dengan hati-hati. Sudah banyak mereka mendengar dari utusan kaisar yang pernah merantau ke selatan tentang sikap orang-orang kulit putih itu yang tamak dan dengan dalih berdagang mereka ingin mencengkeram negara orang lain menjadi jajahan mereka. Oleh karena itu, munculnya orang-orang berkulit putih yang berdatangan dari segala penjuru, baik melalui darat maupun melalui lautan, mereka amati dengan penuh kewaspadaan. Karena khawatir akan pengaruh mereka, maka atas nasihat para menterinya, Kaisar Cia Ceng menghentikan semua gerakan balatentara ke perbatasan, dan mulai menggerakkan pasukan untuk membuat aman keadaan di dalam negeri. Kalau negara dalam keadaan aman, maka negara akan kuat menghadapi ancaman dari luar .
Sejak rombongan orang Portugis yang pertama kali mendaratkan kakinya di tanah Tiongkok, mereka itu disambut dengan sikap bermusuhan oleh kaisar. Hal ini terjadi karena selain sikap orang-orang Portugis memang congkak, sombong, kasar dan juga mereka itu suka mempergunakan kekerasan dam bahkan suka merampok. Pula, sebelum orang-orang Portugis muncul di daratan Cina, terlebih dahulu datang Sultan Malaka menghadap Kaisar Tiongkok. Sultan Malaka ini dalam tahun 1511 telah diserang oleh Bangsa Portugis sehingga terusir dari negerinya. Bersama para pengikutnya, Sultan Malaka berkuliling ke utara, menghadadap kaisar untuk mengadu. Kaisar memandang Sultan Malaka sebagai raja sahabat, maka mendengar akan ulah orang-orang Portugis itu, kaisar menjadi marah sekali. Maka, ketika, rombongan pertama orang Portugis datang, mereka diserang. Banyak di antara mereka yang tewas, dan yang hidup ditawan dan dimasukkan penjara di mana mereka akhirnya juga tewas.
Pada abad ke dua puluh itu, orang-orang barat memang mulai bertualang ke Asia. Namun, tidak mudah untuk memasuki Tiongkok karena Kaisar Cia Ceng sudah terlanjur menaruh curiga kepada semua orang berkulit putih. Apa lagi sejak kedatangan orang-orang Portugis yang rata-rata merupakan pedagang yang juga merampok, pemerintah dan rakyatnya tidak menaruh kepercayaan lagi kepada orang-orang berkulit putih bermata biru itu.
Demikianlah, menghadapi usaha orang-orang kulit putih untuk memasuki Tiongkok, baik dengan dalih berdagang atau merampok, kedua orang Menteri Yang Ting Hoo dan Cang Ku Ceng lalu lebih dahulu menentramkan kehidupan rakyatnya agar dapat digalang persatuan yang kokoh untuk menghadapi pengaruh dan ancaman dari bangsa asing itu.
Kecurigaan Menteri Cang terhadap perwira pengawal Tang Bun An, belum juga terbukti. Dia hanya mendengar desaa-desus bahwa para wanita dalam istana kaisar bermain gila dengan seorang pria, namun tak pernah ada orang yang melihat sendiri siapa pria yang menggegerkan para wanita itu. Dia memang menaruh kecurigaan kepada Tang Bun An, namun kalau tidak ada bukti, biarpun dia seorang yang menliliki kekuasaan tinggi, tentu saja dia tidak dapat bertindak apa-apa. Memang, kalau dia menggunakan kekuasaan, setiap saat dia mampu menangkap Tang-ciangkun. Akan tetapi, Menteri Cang bukanlah seorang pejabat macam itu, yang mempergunakan kekuasaannya secara sewenang-wenang. Kalau tidak ada bukti, dia tidak mau bertindak. Apa lagi mengingat bahwa Tang Bun An sudah berjasa, dan memang sejak dia menjadi kepala pasukan pengawal, keadaan di istana menjadi aman. Desas-desus tentang adanya permainan gila dari para wanita di harem kaisar dengan seorang laki-laki misterius itu, hanya merupakan desas-desus yang memalukan, tidak membahayakan! Dan agaknya kaisar sendiri seperti tidak mengambil perhatian, tidak perduli.
Menteri Cang Ku Ceng juga merasa putus asa ketika Cia Kui Hong tidak berhasil menemukan suatu bukti bahwa Perwira Tang Bun An benar telah mengganggu para wanita di istana bagian puteri, diam-diam merasa heran sekali. Andaikata pengganggu keamanan di istana bagian puteri itu bukan Tang Bun An, tentu ada orang lain dan Kui Hong yang lihai tentu akan mampu menangkapnya, setidaknya menjumpai atau memergoki orangnya! Akan tetapi, dia tidak mencurigai Kul Hong, hanya mengira bahwa agaknya pengacau itu takut ketika melihat Kui Hong melakukan penyelidlkan, walaupun penyelidikan itu dilakukan dengan rahasia. Agaknya orang itupun lihai sekali dan sudah tahu bahwa ada gadis perkasa yang melakukan pnnyelidikan untuk menangkapnya. Tentu penjahat cabul Itu telah mengetahui lebih dahulu bahwa ada gadis sakti yang melakukan pengintaian, maka dia tidak berani muncul! Dan ketika dia diam-diam menyelundupkan seorang mata-mata pribadinya ke dalam istana bagian puteri itu, seorang thai-kam (orang kebiri) kepercayaannya untuk melakukan penyelidikan, maka hatinya semakin yakin bahwa kehadiran Kui Hong benar-benar telah membikin kuncup hati petualang asmara yang menodai istana bagian puteri itu karena dia tidak pernah muncul kembali!
Kecurigaannya terhadap Tang Bun An berkurang. Bagaimanapun juga, harus diakuinya bahwa semenjak Tang Bun An diangkat menjadi perwira tinggi pengawal istana, keadaan di sekeliling istana, menjadi aman.
Dan apa yang terjadi sehari setelah Kui Hong keluar dari istana, makin menebalkan kepercayaannya kepada Tang Bun An. Malam itu, baru saja sehari Kui Hong meninggalkan istana. Malam yang gelap gulita. Seperti biasa, Tang Bun An melakukan pemeriksaan di sekeliling istana, untuk memeriksa apakah para perajurit yang menjadi anak buahnya melakukan penjagaan yang tertib sebagaimana biasanya.Dalam hal ini harus diakui bahwa Tang Bun An melakukan tugas yang amat baik. Dia bahkan amat keras dan disiplin terhadap anak buahnya, maka tidak mengherankan apabila setelah dia menjadi kepala pengawal, di istana dan sekitarnya menjadi aman sekali.
Tang Bun An menciptakan kata-kata sandi yang amat dirahasiakan, dan setiap malam kata-kata sandi di antara para pengawal yang bertugas jaga, diganti sehingga akan sukar sekali bagi orang luar untuk mengetahuinya. Juga bunyi tanda bahaya yang sejak dahulu merupakan bunyi canang dipukul gencar, kini dia robah dengan bunyi sempritan. Tidak gaduh, namun terdengar sampai jauh dengan tanda bunyi tertentu.
Tang Bun An adalah seorang yang berpengalaman dan hati-hati sekali. Biarpun dia telah mendapatkan janji dari Cia Kui Hong bahwa pendekar wanita yang juga menjadi ketua Cin-ling-pai itu tidak akan membocorkan rahasianya sebagai Ang-hong-cu dan sebagai pengacau istana bagian puteri, namun dia tidaklah begitu bodoh untuk nekat melanjutkan petualangannya di istana. Pula, dia sudah mulai bosan dengan para selir kaisar itu. Biasanya, dia mempermainkan wanita untuk membalas dendam, untuk melampiaskan kebenciannya terhadap wanita dengan cara lain. Dia biasa memperkosa mereka yang tidak suka menuruti kehendaknya sehingga dengan demikian dia merusak masa depan gadis yang diperkosanya. Kalau seorang wanita dengan suka hati menyambutnya dengan hati yang mencinta, dia sengaja merayu dan menjatuhkan hatinya dan kalau wanita itu sudah tergila-gila, bahkan kalau sudah mengandung, lalu ditinggalkannya begitu saja, dipatahkan hatinya, dihancurkan perasaannya! Itulah caranya melampiaskan kebenciannya terhadap wanita. Akan tetapi, di istana, dia merasa diperalat oleh wanita-wanita yang cantik itu. Dia dijadikan alat pemuas nafsu berahi mereka! Maka, kini dia merasa muak. Karena inilah, dan karena hati-hatinya, maka diapun meng ambil keputusan untuk tidak lagi mendekati para wanita di istana. Apa lagi kini i dia bercita-cita untuk menjadi raja di luar istana, raja orang kang-ouw, raja dunia persilatan!
Ketika pada malam hari itu dia melakukan pemeriksaan di sekeliling istana, seperti yang dilakukannya hampir setiap malam, tiba-tiba terdengar suara sempritan dari arah barat. Di barat adalah istana bagian puteri! Mendengar suara sempritan ini, yang disusul oleh suara sempritan lain sebagai balasan sehingga dalam waktu singkat saja seluruh pasukan keamanan yang bertugas jaga di semua penjuru tahu bahwa ada bahaya di istana bagian puteri, Tang Bun An cepat mempergunakan kepandaiannya, berlari cepat menuju ke barat.
Ketika tiba di bagian itu, di luar tembok yang memisahkan bagian puteri dengan bagian istana lainnya yang boleh didatangi para pengawal, dia melihat betapa belasan orang anak buahnya sedang mengepung dan mengeroyok dua orang yang berpakaian hitam-hitam. Mereka adalah dua orang laki-laki yang usianya sekitar empat puluh tahun dan mereka itu lihai bukan main. Dengan permainan pedang mereka yang cepat dan mantap, mereka berdua sama sekali tidak terdesak walaupun dikeroyok empat belas orang perajurit pengawal, bahkan Tang Bun An melihat betapa sudah ada empat orang anak buahnya menggeletak mandi darah.
"Jahanam, berani kalian mengacau di istana?" bentak Tang Bun An yang sudah mencabut pedangnya dan diapun mengeluarkan teriakan sandi yang ditujukan kepada semua anak buahnya untuk mengepung kedua orang itu dan menjaga agar mereka jangan sampai lolos. Segera para perajurit pengawal sudah mengepung dan tidak kurang dari enam puluh orang yang bertugas jaga malam itu, kini semua berada di situ, mengepung ketat.
Begitu Tang Bun An terjun ke dalam pertempuran, dua orang itu mengeluarkan seruan kaget. Seorang diantara mereka, yang berkumis tebal, menggerakkan pedangnya tnenyambut perwira yang melihat gerakannya meloncat saja jelas memiliki kepandaian tinggi.
"Tranggg !!" kedua pedang bertemu dan si kumis tebal itu terhuyung ke belakang. Dia terbelalak, akan tetapi Tang Bun An tidak memberi banyak kesempatan kepadanya. Dia sudah menyerang lagi sehingga si kumis tebal terpaksa melindungi dirinya dengan memutar pedang dan membalas. Segera mereka berkelahi mati-matian, namun si kumis itu segera mengetahui bahwa dja berhadapan dengan seorang perwira yang memiliki kepandaian tinggi.
Sementara itut orang ke dua yang mukanya kuning dikeroyok oleh belasan orang perajurjt pengawal. Karena temannya didesak oleh Perwira Tang dan dia harus seorang diri saja menghadapi pengeroyokan demikian banyaknya perajurit pengawal diapun mulai terdesak.
"Tangkap dia! Gunakan jaring!" Terdengar Tang Bun An berseru. "Tangkap hidup-hidup!"
Mendengar ini, di antara perajurit pengawal segera mengeluarkan sebuah jala yang memiliki delapan ujung. Setiap ujung dipegang oleh seorang perajurit. Dengan menarik ujung-ujung itu, jala berkembang dan biarpun dia tahu akan bahayanya jala itu, si muka kuning tetap saja tidak dapat menjauhkan diri karena dia sedang didesak oleh pengeroyokan belasan orang yang mengepungnya dari jarak jauh dan mereka itu kini menggunakan senjata tombak panjang. Karena tidak mampu mengelak, jala yang menyambar turun seperti payung itu menimpa dirinya. Dia meronta dan berusaha membauat jala dengan pedangnya, namun sia-sia belaka. Jala itu dibuat secara istimewa, di bawah pengawasan Tang Bun An sendiri sehingga biar dibacokpun tidak putus dan tak lama kemudian, si muka kuning itu sudah seperti seekor ikan besar dalam jala yang dilipar-lipat dan dia tidak mampu bergerak lagi.
Melihat temannya tertawan, si kumis tebal menjadi semakin panik. Tak disangkanya sama sekali bahwa di istana dia akan berhadapan dengan seorang yang demikian lihainya seperti perwira itu.
"Haiiiitttt?". !" Dia berseru nyaring dan pedangnya meluncur ke arah dada Tang Bun An dengan gerakan nekat yang amat berbahaya, baik bagi lawan maupun bagi dirinya sendiri karena serangan mati-matian itu membuka pula dirinya. Seluruh tenaga dan gerakannya ditujukan untuk menyerang, sama sekali tidak memperdulikan pertahanan diri lagi. Melihat kenekatan ini, Tang Bun An terkejut. Tingkat kepandaiannya masih lebih tinggi dari lawan, akan tetapi kalau lawan nekat seperti ini, berani mengadu nyawa, sungguh berbahaya baginya. Maka terpaksa dia meloncat ke belakang untuk menghindarkan serangan nekat itu. Saat itu dipergunakan oleh si kumis tebal untuk meloncat ke belakang pula dengan maksud melarikan diri. Akan tetapi, puluhan ujung tombak menghadangnya! Si kumis tebal itu maklum bahwa dia telah terjebak, seperti seekor tikus berada dalam kandang kucing.
"Ha-ha-ha, menyerah sajalah! Engkau tidak dapat melarikan diri lagi!" kata Tang Bun An sambil tertawa mengejek.
Si kumis tebal maklum bahwa kalau tertawan seperti temannya, diapun tak mungkin dapat hidup, bahkan akan mati tersiksa. Lebih baik mati dari pada tertawan. Juga temannya itu lebih baik mati dari pada membuka rahasia. Tiba-tiba saja dia menubruk ke arah temannya yang terbungkus jala, menyerang dengan pedangnya untuk membunuh kawan itu lebih dulu sebelum dia membunuh diri.
"Tranggg?". !" Pedangnya tertangkis dari samping dan kembali perwira lihai itu yang menangkisnya. Si kumis tebal menjadi marah dan putus asa, dengan tenaga sepenuhnya dia menubruk dan menyerang ke arah perwira itu. Akan tetapi sekali ini Tang Bun An tidak meloncat mundur, melainkan mengelak ke samping dan sekali tangannya bergerak, pedangnya telah memasuki lambung si kumis tebal yang segera roboh dan tewas seketika karena jantungnya tertembus pedang!
Dengan kaki tangan diborgol dan sama sekali tidak mampu bergerak, si muka kuning dihadapkan Tang Bun An di dalam kamar tahanan. Semula dia sama sekali tidak mau bicara, bahkan membuang muka ketika ditanyai oleh perwira itu. Akan tetapi, setelah Tang Bun An menyiksanya dengan totokan-totokan yang membuat dia merasa nyeri di seluruh tubuh, pingsan tidak namun seluruh tubuh rasanya seperti digigit semut api atau ditusuki ribuan jarum beracun, akhirnya si muka kuning yang kini mukanya berubah pucat pasi itu membuat pengakuan. Dia dan suhengnya yang tadi tewas oleh pedang Tang Bun An adalah dua orang saudara seperguruan yang merupakan tokoh-tokoh bajak di sepanjang pantai selatan. Mereka itu diperalat oleh orang-orang Portugis, diberi hadiah dalam jumlah besar sekali dengan tugas membunuh kaisar! Orang-orang Portugis itu agaknya mendendam atas kematian rekan-rekan mereka yang dibunuh kaisar.
Menteri Cang Ku Ceng tentu saja girang sekali menerima laporan Tang Bun An tentang tertangkapnya dua orang yang mencoba membunuh kaisar. Dia sendiri memeriksa si muka kuning dan setelah mendengar pengakuan bajak laut itu bahwa dia dan suhengnya menjadi pembunuh bayaran, disuruh oleh orang-orang Portugis yang berani membayar mahal untuk membunuh kaisar, Menteri Cang lalu memerintahkan pengadilan untuk menghukum mati orang itu. Dan diam-diam Tang Bun An menyuruh anak buahnya menyebar berita bahwa dia dan anak buahnya kembali telah menyelamatkan kaisar dengan menangkap dua orang yang mencoba untuk menyelundup ke dalam istana dan membunuh kaisar!
Dengan adanya peristiwa itu, Tang Bun An berhasil membersihkan namanya dari kecurigaan Menteri Cang. Apa lagi setelah menteri ini mendengar dari para mata-matanya yang kini disebar di dalam istana bahwa sekarang tidak pernah ada lagi bayangan pria yang berani berkeliaran di istana bagian puteri.
Bagaimanapun juga, Menteri Cang masih belum merasa puas dan pada suatu pagi, dia memanggil Perwira Tang Bun An untuk menghadap dia di rumahnya. Tentu saja Tang Bun An yang menerima panggilan ini menjadi gelisah sekali. Jantungnya berdebar tegang dan sejenak dia bingung, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah yang tersembunyi di balik panggilan itu" Bagaimana kalau dia melarikan diri saja" Bukankah gadis lihai ketua Cin-ling-pai itu pernah menyelidikinya karena menjadi utusan Menteri Cang" Jangan-jangan dia dipanggil untuk ditangkap! Ah, tidak mungkin, dia membantah sendiri. Kalau Menteri Cang mempunyai niat buruk, tentu sudah datang pasukan menangkapnya, bukannya dia dipanggil dulu baru ditangkap. Justeru dia harus memberanikan diri, memperlihatkan diri dengan berani sebagai orang yang tidak mempunyai kesalahan apapun, bahkan baru saja berjasa besar menangkap calon pembunuh kaisar!
Dengan pakaian perwira yang amat rapi, Tang Bun An berkunjung ke rumah gedung besar tempat tinggal Menteri Cang. Hatinya merasa lega ketika menteri itu menerimanya di kamar tamu, seorang diri saja. Ini berarti bahwa menteri itu tidak ingin menangkapnya dan percaya kepadanya. Kalau tidak demikian, tentu menteri itu tidak akan berani menerimanya seorang diri saja, mengajaknya bicara empat mata. Hal inipun menunjukkan bahwa pejabat tinggi itu akan membicarakan hal yang teramat penting, maka mengajaknya bicara berdua saja.
Setelah dia memberi hormat dan dipersilakan duduk, Menteri Cang Ku Ceng yang berwibawa dan berwajah keren namun ramah itu sejenak memandang kepadanya dengan sinar mata tajam penuh selidik. Namun, Tang Bun An adalah seorang yang berpengalaman dan dia pandai menyembunyikan perasaannya. Wajahnya nampak tenang dan polos saja, menyambut sinar mata pejabat tinggi itu dengan sikap wajar .
"Taijin hendak memerintahkan apakan kepada saya" Tentu ada kepentingan besar sekali maka tai-jin memanggil saya menghadap." kata Tang Bun An langsung saja, dengan sikapnya yang hormat.
Cang Ku Ceng tersenyum. "Tang-ciangkun, maafkan kalau aku membikin engkau kaget. Sebetulnya, engkau mempunyai atasan dan semestinya aku menghubungi panglima, atasanmu. Akan tetapi karena keamanan di kota raja menjadi tanggung jawabku sebagai orang pertama di atas panglima yang menjadi bawahanku, maka aku sengaja langsung saja mengundangmu ke sini untuk membicarakan dua hal yang amat penting. Aku ingin minta bantuanmu untuk mengatasi dua hal itu, ciangkun."
Biarpun hatinya merasa lega karena arah percakapan itu tidak menunjukkan bahwa menteri itu mencurigainya, namun Tang Bun An tidak memperlihatkan perasaan itu melalui wajahnya yang tampan dan gagah. Dia telah membuat persiapan sebelumnya, telah mengatur segalanya sehingga segala bekas yang mungkin ada akan semua perbuatannya yang lalu di dalam istana bagian puteri, telah terhapus sebersihnya.
"Tentu saja saya akan merasa senang sekali kalau dapat membantu paduka, tai-jin. Katakanlah, perintah apa yang harus saya lakukan?"
"Ada dua hal penting, ciangkun. Pertama mengenai keamanan di istana bagian puteri. Tentu engkau sudah mendengar sendiri akan desas-desus yang tersiar bahwa ada pria dari luar yang sering nampak berkeliaran di dalam istana bagian puteri. Hal ini harus cepat dapat dibersihkan, karena kalau tidak, tentu akan mencemarkan kehormatan istana dan merupakan urusan yang amat penting. Tentu engkau pernah mendengarnya, ciangkun?" sepasang mata menteri itu bersinar tajam penuh selidik. Tang Bun An mengangguk ragu. "Memang saya sudah mendengar akan hal itu, tai-jin. Akan tetapi karena saya bertugas sebagai kepala pasukan pengawal di luar bagian puteri, maka hanya para pengawal thaikam yang berhak dan?"" Dia nampak ragu.
"Tang-ciangkun, kenapa engkau meragu" Hayo cepat katakan, apa yang kauketahui tentang berita itu?" Sang menteri mendesak.
"Maaf beribu maaf, tai-jin. Memang saya telah melakukan sesuatu berkenaan dengan berita itu, akan tetapi?".. maaf, saya tidak berani bercerita karena saya sudah berjanji tidak akan menceritakan hal ini kepada siapapun?".. "
Menteri Cang mengerutkan alisnya yang tebal. "Tang-ciangkun, lihat kepadaku dan ingat dengan siapa engkau berhadapan! Kalau mengenai keselamatan istana, akulah yang bertanggung jawab dan kedudukanku hanya di bawah kaisar! Kecuali kalau engkau berjanji dengan Sribaginda Kaisar, maka tidak boleh ada rahasia mengenai istana yang pantas kausembunyikan dariku!" Menteri itu bangkit berdiri dan mencabut sebatang pedang yang tergantung di pinggangnya. "Lihat ini! Pedang kekuasaan yang kuterima dari Sribaginda Kaisar sendiri, yang memberi kekuasaan kepadaku untuk memeriksa dan menuntut siapapun juga di negeri ini, bahkan termasuk seluruh penghuni istana kecuali Sribaginda sendiri!"
Tentu saja Tang Bun An terkejut bukan main dan cepat dia menjatuhkan diri berlutut, tentu saja untuk menghormati pedang kekuasaan yang diberikan kaisar kepada menteri setia itu.
"Mohor paduka sudi mengampuni saya."
Menteri Cang memasukkan kembali pedang kekuasaan itu di dalam sarung pedangnya. "Duduklah kembali, ciangkun. Nah, sekarang kauceritakan semua, jangan rahasiakan sesuatu dariku."
"Maaf, tai-jin." kata Tang Bun An setelah dia duduk kembali."Tadinya tentu saja saya takut untuk melanggar janji. Saya telah berjanji kepada Hong-houw (Permaisuri) sendiri untuk tidak membocorkan rahasia ini."
"Hemm, tenanglah. Hong-houw sendiri tidak akan marah kalau engkau menceritakan semua kepadaku. Apa yang telah terjadi, dan apa yang kauketahui tentang desas-desus mengenai laki-laki yang merusak dan menodai nama baik dan kehormatan istana bagian puteri itu?"
Tang Bun An sengaja menarik napas panjang, seolah-olah dia merasa terpaksa harus menceritakan semua itu. diam-diam dia bersukur bahwa dia telah mempersiapkan segalanya, bahkan sejak pertemuamnya dengan Cia Kui Hong, dia sudah cepat-cepat mengatur segala siasat untuk membersihkan diri.
"Baiklah, tai-jin, akan saya ceritakan semuanya dengan terus terang karena saya percaya sepenuhnya bahwa paduka cukup bijaksana dan terhormat untuk tidak menceritakan semua ini kepada orang lain. Kalau paduka lakukan itu dan hal ini diketahui orang lain, berarti saya telah berdosa terhadap Sang Permaisuri kepada siapa saya telah berjanji tidak akan menceritakan apa yang terjadi kepada siapapun juga."
"Hemm, kaukira aku ini orang apa" Ceritakanlah, dan tak seorangpun selain aku sendiri yang akan mendengar akan apa yang terjadi di istana bagian puteri itu."
"Tai-jin, terus terang saja, ketika saya mendengar akan desas-desus adanya bayangan pria berkeliaran di istana bagian puteri, hati saya merasa penasaran. Peristiwa itu merupakan tamparan pada muka saya, dan merupakan tantangan. Walaupun saya tidak mungkin dapat masuk istana bagian puteri tanpa ijin, akan tetapi karena penjahat itu beroperasi di sana, bagaimana saya dapat menangkapnya tanpa memasuki daerah terlarang itu" Untunglah kesempatan itu tiba ketika Hong-houw memanggil saya menghadap dan beliau memberi perintah rahasia kepada saya untuk menangkap penjahat itu, taijin. Perintah itu diberikan kepada saya baru-baru saja ini dan saya lalu melakukan penyelidikan di waktu malam dan akhirnya saya berhasil menangkap orang itu."
"Ahh! Engkau berhasil menangkapnya" Siapakah dia dan sekarang bagaimana?" tentu saja Cang Ku Ceng terkejut dan juga girang mendengar keterangan yang sama sekali tak pernah disangkanya itu. Tadinya dia curiga bahwa perwira ini yang menjadi pria rahasia itu, ternyata kini malah yang menangkap penjahatnya!
"Dia seorang perajurit pengawal thai-kam, tai-jin."
"Ahhh" Bagaimana mungkin" Desas-desus itu mengatakan bahwa laki-laki rahasia itu telah mengganggu para wanita penghuni istana bagian puteri! Kalau dia seorang thai-kiam (kebiri) "
"Saya juga tadinya merasa heran, tai-jin. Akan tetapi setelah saya melakukan pemeriksaan dengan seksama, ternyata dia bukanlah seorang kebiri sepenuhnya. Agaknya pengebirian terhadap dirinya telah gagal dan tidak sempurna, sehingga dia masih dapat menjadi seorang laki-laki normal. Dan bukan menggoda para puteri saja yang dilakukan di sana, melainkan terutama sekali untuk mencuri barang-barang berharga, perhiasan-perhiasan para puteri."
"Keparat! Di mana dia sekarang?"
"Atas perintah Hong-houw, saya telah membunuh penjahat itu, tai-jin. Hong-houw memerintahkan kepada saya untuk membunuhnya dan merahasiakan semua ini, demi menjaga nama baik dan kehormatan istana bagian puteri. Kalau paduka ingin membuktikan, saya dapat menunjukkan kuburannya dan".."
"Tidak perlu. Aku dapat menemui Hong-houw dan minta keterangan dari beliau tentang kebenaan laporanmu ini." Berkata demikian, Cang Ku Ceng menatap tajam wajah perwira itu. Namun, Tang Bun An bersikap tenang, bahkan berkata dengan tegas.
"Itu lebih baik lagi, tai-jin. Asal tai-jin tidak lupa mintakan ampun bahwa saya telah membuka rahasia ini kepada tai-jin."
"Baik, akan kusampaikan kepada beliau. Bagaimanapun juga, aku percaya akan laporanmu ini, Tang-ciangkun dan hatiku lega bukan main mendengar bahwa penjahat itu telah dihukum. Sekarang, ada soal ke dua dan kuminta engkau suka membantuku dalam hal ini."
"Apakah urusan itu, tai-jin" Tentu saja saya selalu siap membantu paduka."
"Kami sedang mencari dua orang tokoh kang-ouw. Mereka adalah dua orang muda yang berkepandaian tinggi dan berbahaya sekali, bahkan seorang di antara mereka pernah
membantu pemberontakan di masa lalu. Seorang kebetulan mempunyai nama keturunan yang sama denganmu, ciangkun. Namanya Tang Cun Sek dan orang ke dua bernama Sim Ki Liong. Nah, kami ingin agar engkau suka membantu kam1 mencari di mana adanya dua orang itu. Mereka itu baru-baru ini memimpin perkumpulan Kim-lian-pang di Kim-lian-san, akan tetapi karena bermusuhan dengan perkumpulan-perkumpulan lain, mereka dikeroyok dan perkumpulan mereka hancur, mereka lalu melarikan diri. Nah, kuharap engkau akan dapat menemukan mereka untuk kami, ciangkun."
Kalau saja Tang Bun An bukan seorang manusia gemblengan, tentu ucapan itu sudah membuat dia terlonjak dari tempat duduknya. Dua orang muda yang dicari oleh Cang Taijin adalah dua orang pembantunya yang baru saja diterimanya, bahkan seorang di antara mereka adalah putera kandungnya sendiri!
Otaknya yang cerdik bekerja cepat. Dia tahu bahwa menteri yang seorang ini cerdik bukan main. Jangan-jangan Cang Taijin sudah "mencium" bahwa dia telah menerima dua orang muda itu sebagai pembantunya!
"Taijin memiliki banyak sekali pembantu, apakah para penyelidik taijin tidak dapat mengetahui di mana mereka kini berada" Di manakah mereka berdua itu untuk terakhir kalinya diketahui oleh para pembantu taijin?"
"Para penyelidikku kehilangan jejak mereka setelah terjadi pertempuran antara perkumpulan itu. Karena engkau tentu banyak pengalaman di dunia kang-ouw, maka kurasa engkau akan lebih mudah untuk dapat menemukan tempat mereka bersembunyi."
"Sayang sekali bahwa akhir-akhir ini saya telah terputus sama sekali dari dunia persilatan, taijin. Kalau saya masih bergerak di dunia persilatan, tentu akan mudah saja mencari dua orang tokoh kang-ouw itu. Dan kalau paduka menyetujui, saya akan berhenti dari pekerjaan saya sebagai perwira pasukan pengawal, karena saya kira dengan cara lain saya akan dapat mengabdi untuk Sribaginda Kaisar dan negara."
Cang Taijin membelalakan matanya. Dia benar amat terkejut mendengar ini. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa perwira yang banyak jasanya ini tiba-tiba saja hendak mengundurkan diri.
"Eh" Apa maksudmu, Tang-ciangkun" Bagaimana engkau dapat mengabdi kepada negara kalau engkau mengundurkan diri dari kedudukanmu yang sekarang?"
"Taijin, saya tahu bahwa negara kini sedang mengusahakan ketentraman di antara rakyat. Banyak ancaman bermunculan dari orang-orang kulit putih. Bahkan baru saja orang kulit putih rnengirim pembunuh bayaran yang mencoba untuk membunuh Sribaginda Kaisar. Saya kira, selain rakyat jelata, juga amat penting untuk mempersatukan dunia kang-ouw. Mereka adalah orang-orang yang berkepandaian silat tinggi dan merupakan suatu kekuatan yang hebat. Kalau saja dunia kang-ouw dapat dipersatukan, lalu kesatuan itu dapat dlmanfaatkan untuk membantu pemerintah, bukankah hal itu baik sekali dan kita mempunyai ketahanan yang amat kuat" Bagaimana pendapat paduka, Taijin?"
Menteri itu mengangguk-angguk. Dia dapat melihat kebenaran yang dikemukakan perwira itu. Dia tahu bahwa di luar istana memang terdapat kekuatan yang dahsyat, yaitu dunia persilatan, para tokoh kang-ouw dan para pendekar persilatan. Jangankan para tokoh kang-ouw yang terdiri dari mereka yang menjadi penghuni dunia hitam dan bergelimang kejahatan, dan mereka yang tidak perduli akan semua itu, hidup bebas menurut kehendak sendiri tanpa mengindahkan hukum walaupun golongan ke dua ini bukan pula orang-orang jahat, bahkan para pendekarpun kadang tidak dapat bersatu dan bahkan saling bermusuhan. Ada pula golongan pendekar yang bahkan acuh dan tidak perduli terhadap pemerintah, tidak suka membantu, walaupun ada pula segolongan pendekar yang suka membantu pemerintah, misalnya dalam menumpas gerombolan pemberontak. Inipun mereka lakukan kalau gerombolan pemberontak itu termasuk orang-orang jahat. Maka, alangkah akan kuatnya keadaan negara kalau dunia persilatan, baik golongan kang-ouw maupun para pendekar, dapat dipersatukan dan semua kesatuan itu membantu pemerintah!
"Hemmm, aku dapat melihat kebenaran dalam ucapanmu. Lalu, apa kehendakmu dan apa yang akan kaulakukan setelah engkau mengundurkan diri?"
"Saya ingin berjuang memperkuat negara melalui dunia kang-ouw, Taijin. Saya ingin
mencoba untuk menghimpun seluruh kekuatan di dunia persilatan, mempersatukan
perkumpulan-perkumpulan, partai-partai dan semua aliran persilatan, mengurangi atau membatasi tindakan-tindakan kekerasan dan kejahatan, kemudian mengarahkan semua kekuatan itu untuk menjaga keamanan negara dalam menghadapi ancaman orang-orang asing kulit putih. Juga dengan kekuatan itu, saya dapat mempersatukah semua bajak sungai dan laut, untuk membersihkan lautan dari bajak-bajak asing."
Menteri Cang mengerutkan alisnya dan meraba-raba dagunya yang ditumbuhi jenggot tipis halus. "Hemmm, lalu apa kaitannya dengan aku sebagai menteri" Mengapa engkau menceritakannya kepadaku?"
"Taijin adalah seorang menteri yang bijaksana dan terkenal, dan dapat saya anggap sebagai wakil kaisar, wakil pemerintah. Kalau sebelumnya saya sudah memberitahukan rencana saya, mendapatcan restu dari paduka, tentu kelak tidak akan timbul salah duga dari pihak pemerintah kalau saya mulai bertindak mempersatukan semua kekuatan di dunia kang-ouw. Kalau tidak saya beritahu lebih dulu, mungkin saja timbul salah paham dan disangka bahwa saya menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan."
Kembali Cang Ku Ceng mengangguk-angguk walaupun alisnya berkerut.
"Niatmu memang baik sekali, Tang-ciangkun. Akan tetapi tentu saja kami tidak dapat memberi restu secara resmi tentang bagaimana sikap pemerintah kelak terhadap usahamu itu, tentu saja tergantung dari sikap dan sepak terjangmu sendiri. Kalau memang membantu pemerintah dan tidak membahayakan pemerintah, tentu pemerintah juga tidak akan merasa keberatan."
"Terima kasih, taijin. Kalau begitu, saya akan mengajukan permohonan kepada atasan untuk mengundurkan diri. Mohon bantuan paduka untuk menjelaskan kepada panglima dan juga kepada yang mulia Sribaginda Kaisar mengapa saya mengundurkan diri, agar tidak menimbulkan kecurigaan dan salah sangka."
Cang Ku Ceng hanya mengangguk-angguk, dan di dalam hatinya dia masih meragukan kemurnian niat hati orang di depannya yang dianggapnya penuh rahasia itu.
Setelah perwira itu mengundurkan diri dia ingin menyelidiki kebenaran laporan Tang-ciangkun, maka diapun mohon menghadap permaisuri di istana. Dan dari mulut permaisuri sendiri dia mendengar bahwa semua yang diceritakan oleh Tang-ciangkun tentang thai-kam yang mengacau di istana itu memang benar!
Tentu saja Cang Ku Ceng tidak tahu bahwa semua ini sudah diatur oleh Tang Bun An. Dengan "senjata" perhiasan yang diambilnya dari permaisuri, Tang Bun An dapat memaksa permaisuri itu untuk membuat pengakuan seperti itu, untuk melindunginya. Dengan ancaman bahwa kalau permaisuri tidak membantunya, dia akan membuat pengakuan bahwa sang permaisuri juga menjadi kekasih gelapnya, dengan bukti perhiasan yang akan dikatakannya sebagai hadiah dan uang jasa dari permaisuri, maka wanita bangsawan itu tidak mempunyai pilihan lain kecuali memenuhi permintaannya. Bagaimanapun juga, sang permaisuri sudah merasa lega dan puas ketika Tang Bun An berjanji bahwa istana putri tidak akan mengalami gangguan lagi.
Demikianlah, dengan lancarnya permohonan berhenti Tang-ciangkun diijinkan dan diapun berhenti sebagai perwira. Dan apa yang dilakukan selanjutnya sehubungan dengan berhentinya sebagai perwira itu sungguh mengejutkan semua orang. Demikian banyak dia mengumpulkan selir, muda-muda dan cantik-cantik pula, tidak kalah dibandingkan sekumpulan selir para pangeran atau raja muda. Dan begitu dia berhenti, dia bubarkan semua selirnya itu! Dia menyuruh mereka pulang ke orang tuanya masing-masing dengan membekali pesangon yang cukup banyak, tidak memperdulikan hujan air mata para wanita yang benar-benar jatuh cinta kepada suami mereka itu! Bahkan melihat para wanita itu menangisi nasib mereka, terdapat perasaan puas di hati Tang Bun An, sepuas kalau dia meninggalkan seorang gadis yang baru saja diperkosanya, atau meninggalkan seorang wanita yang dulu pernah menjadi kekasihnya lalu ditinggal pergi begitu saja kalau wanita itu mengandung atau kalau dia sudah bosan kepadanya. Kesadisan dan kekejamannya terhadap wanita yang timbul karena sakit hatinya itu ternyata masih tinggal di dalam dadanya dan tidak pernah lenyap!
Setelah menjual semua miliknya, menjadikannya sekantung uang emas, Tang Bun An merasa bebas seperti burung di udara dan diapun segera membangun pondoknya di puncak bukit di antara hutan lebat itu, dibangunnya menjadi sarang perkumpulannya yang baru. Perkumpulan ini dia beri nama Ho-han-pang (Perkumpulan Orang Gagah)! Sungguh sebuah nama yang muluk bukan main, dan seolah mencerminkan iktikad baiknya, yaitu dia hendak menghimpun orang-orang gagah, bukan penjahat-penjahat! Tentu saja ini disesuaikan dengan siasatnya, seperti yang dibicarakannya dengan Menteri Cang. Dia bukan orang bodoh, dia bukan pemberontak. Tidak, dia memang ingin menjadi Beng-cu, ingin menjadi raja tanpa mahkota, merajai dunia kang-ouw, akan tetapi dia hendak merangkul para pejabat tinggi, hendak merangkul pemerintah demi keuntungan perkumpulannya.
Dia merasa beruntung mendengar bahwa Cang Taijin mencari Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek, dua orang pembantu-pembantu utamanya. Maka, sebagai seorang ahli dalam ilmu penyamaran, dia lalu membuatkan topeng tipis, setipis kulit kepada dua orang pemuda itu sehingga kini Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek telah berubah bentuk wajah mereka. Masih nampak muda dan tampan, akan tetapi sungguh sudah berbeda jauh karena topeng tipis itu mengubah bentuk mata, hidung dan mulut mereka! Setelah dia mengajak mereka bercakap-cakap, diapun dapat menduga bahwa yang mencari dua orang muda itu tentulah Cia Kui Hong yang pernah menjadi utusan menteri itu. Dan menurut dua orang pemuda itu, memang beralasan sekali kalau gadis yang kini menjadi ketua Cin-ling-pai itu mencari mereka. Sim Ki Liong dicari karena minggat dari Pulau Teratai Merah sambil membawa lari pusaka Gin-hwa-kiam, sedangkan Tang Cun Sek melarikan pusaka Hong-cu-kiam dari Cin-ling-pai. Walaupun kedua pedang pusaka itu kini telah djrampas oleh Hay Hay, tentu ketua Cin-ling-pai itu belum mengetahuinya dan masih terus mencari mereka.
Berkat nama besar Tok-sim Mo-li dan hubungannya yang luas, maka sebentar saja nama Ho-han-pang dikenal oleh dunia kang-ouw oleh para tokoh kang-ouw dan baru melihat hadirnya Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi sebagai seorang pembant Beng-cu saja di perkumpulan itu, sudah banyak perkumpulan kang-ouw lainnya yang menyatakan takluk dan mengakui Ho-han-pang sebagai pimpinan. Dan sebagai Beng-cu, Tang Bun An kini kembali menyamar sebagai Han Lojin, berkumis dan berjenggot! Sebentar saja, terkenallah nama Ho-han-pang dengan beng-cu-nya, yaitu Han Lojin. Padahal, Han Lojin sendiri jarang sekali turun tangan sendiri. Cukup dengan tiga orang pembantunya itu saja, dan semua urusan bereslah! Kalau ada ketua perkumpulan yang membangkang dan tidak mau mengakui Ho-han-pang, maka seorang di antara para pembantu itu turun tangan dan ketua itu pasti dapat ditundukkan dengan amat mudahnya.
Apa lagi melihat betapa Ho-han-pang, tidak seperti perkumpulan kang-ouw lainnya, memiliki hubungan yang baik dengan para pejabat, maka hal ini membuat para tokoh kang-ouw semakin percaya. Dalam waktu beberapa bulan saja, Ho-han-pang telah tumbuh menjadi sebuah perkumpulan besar, berpusat di Bukit Bangau, di mana sebuah bangunan besar berdiri di bawah lindungan hutan yang lebat. Dan untuk memberi kesan baik, Han Lojin dan tiga orang pembantunya yang mengumpulkan anak buah yang terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu silat yang lumayan, segera memberi tugas kepada anak buah itu untuk melakukan "pembersihan" terhadap penjahat-penjahat yang suka mengacau kehidupan rakyat di kota raja dan daerah sekitarnya. Mulai terkenallah nama Ho-han-pang sebagai sebuah perkumpulan yang baik, yang menentang kejahatan, membantu pemerintah dan melindungi rakyat. Perkumpulan itu segera dikenal sebagai perkumpulan para ho-han (pahlawan)!
*** Menteri Cang Ku Ceng bukanlah seorang pembesar yang bodoh. Biarpun dia percaya akan semua alasan dan pendapat dari bekas Perwira Tang Bun An yang mengundurkan diri dan bermaksud untuk mempersatukan para tokoh di dunia kang-ouw. Diam-diam pejabat tinggi ini menyebar para penyelidik untuk mengamati gerak-gerik bekas perwira itu. Maka, diapun tahu akan segala perkembangan mengenai Ho-han-pang. Bahkan dia mendengar pula bahwa Perwira Tang Bun An itu kini tidak nampak lagi dan yang menjadi ketua Ho-han-pang adalah seorang yang setengah tua yang disebut Han Lojin. Mendengar laporan penyelidiknya tentang orang bernama Han Lojin itu Menteri Cang teringat akan Han Lojin yang pernah membantu pasukan pemerintah membasmi Lam-hai Giam-lo. Diam-diam diapun merasa kagum dan semakin percaya. Bagaimanapun penuh rahasia, orang yang pernah menjadi Perwira Tang Bun An dan yang juga pernah muncul sebagai Han Lojin itu jelas memperlihatkan sepak terjang yang membantu pemerintah. Apa lagi mendengar laporan tentang sepak terjang orang-orang Ho-han-pang yang melakukan pembersihan dan menundukkan para penjahat sehingga kota raja dan sekitarnya menjadi aman, hati pejabat tinggi itu merasa kagum dan senang. Diapun memesan kepada para pejabat pemerintah agar tidak mengganggu Ho-han-pang dan hanya mengamati saja bagaimana sepak terjang mereka. Selama mereka itu tidak melakukan kejahatan, tidak mengganggu keamanan dan ketentraman, mereka dianggap perkumpulan orang-orang baik dan patut dibiarkan hidup, bahkan dibantu.
Sementara itu, Kui Hong yang tinggal menumpang di rumah Menteri Cang Ku Ceng, merasa rikuh sendiri setelah lebih dari satu bulan ia tinggal di situ, belum juga anak buah menteri itu berhasil menemukan dua orang musuh besarnya yang dicarinya. Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek seolah-olah lenyap ditelan bumi dan tak seorangpun di antara para penyelidik yang disebar Menteri Cang dapat menemukan mereka. Ia merasa rikuh karena keluarga pejabat tinggi itu amat ramah dan baik kepadanya, apa lagi melihat sikap Cang Sun yang semakin terang-terangan menyatakan tergila-gila dan mencintanya!
Pada sore hari itu, ketika ia duduk melamun seorang diri di dalam taman di belakang rumah keluarga Cang yang luas, ia mengambil keputusan di dalam hatinya untuk menghadap keluarga itu dan berpamit. Ia akan melanjutkan perjalanan, terutama mencari sendiri dua orang yang telah melarikan pedang pusaka dari Cin-ling-pai dan dari Pulau Teratai Merah itu. Matahari telah mulai condong ke barat, namun belum terlalu larut walaupun sinarnya sudah mulai lemah. Sinar matahari sore itu masih mampu menerobos di antara celah-celah daun pohon sehingga taman bunga itu seakan bermandikan cahaya yang lemah akan tetapi masih hangat itu. Indah bukan main di taman itu. Burung-burung mulai beterbangan pulang ke sarang mereka di pohon-pohon, untuk berlindung di sarang yang aman dan hangat kalau malam gelap nanti tiba. Dua ekor kelinci berkejaran dan menyusup ke dalam semak-semak. Seekor ular sebesar ibu jari kaki, hitam dan mengkilap, berlenggak-lenggok menuju ke rumpun semak belukar pula, dengan lidah kadang terjulur keluar dengan cepatnya. Kepala ular itu berbentuk bulat telur, tidak segitiga. Bukan ular beracun, dan kulitnya yang hitam mengkilap itu indah sekali, indah dan bersih seperti baru habis digosok dengan minyak.
Semua mahluk pulang ke sarang masing-masing, pulang ke rumah masing-masing, pikiran ini menyelinap ke dalam benak Kui Hong dan iapun mengerutkan alisnya. Hanya ia seorang yang tidak dapat merasakan kenikmatan itu. Pulang! Ke mana" Ayah ibunya, Cia Hui Song dan Ceng Sui Cin, bersama adik tirinya, Cia Kui Bu, telah meninggalkan Cin-ling-san karena mereka ingin mencari hawa baru dan sementara tinggal di Pulau Teratai Merah. Ke sana menyusul ayah ibunya" Ah, ia bukan anak kecil lagi. Ia harus berani hidup sendiri, bukan anak-anak yang selalu mohon perlindungan ayah dan minta dimanjakan ibu. Kembali ke Cin-ling-san" Tentu sekali waktu ia harus kembali ke sana. Bukankah ia adalah pang-cu (ketua) Cin-ling-pai" Walaupun sesungguhnya ia tidak suka menjadi ketua, banyak urusan dan idak bebas. Kalau dahulu ia memperebutkan kedudukan pangcu, hal itu dilakukan secara terpaksa karena ia tidak ingin melihat Tang Cun Sek menjadi ketua Cin-ling-pai.
Kui Hong menarik napas panjang. Bagaimana seorang gadis seperti ia, seorang wanita, dapat benar-benar merasakan "pulang rumah" kalau tidak memiliki rumah tangga sendiri" Dan memillki rumah tangga berarti menikah! Akan tetapi, dengan siapa" Banyak sudah ia menemui pria di dalam hidupnya. Pria-pria yang sungguh merupakan pemuda yang gagah perkasa dan tampan, dan yang memperlihatkan sikap jatuh cinta kepadanya, atau setidaknya suka kepadanya. Dalam setiap perjalanannya, selalu saja ia bertemu pria muda yang memandang kepadanya dengan perasaan hati yang seperti sebuah kitab terbuka. Demikian jelas pandang mata itu membayangkan keadaan hati yang tertarik! Puluhan orang pemuda sudah, bahkan mungkin ratusan. Bahkan banyak pula yang ingin mendapatkan dirinya, secara halus maupun kasar. Terbayanglah wajah-wajah para muda itu berderet-deret. Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, Hay Hay dan kini Cang Sun. Ya, putera Menteri Cang itu cinta kepadanya! Bahkan seluruh anggauta keluarga Cang suka kepadanya dan mengharapkan ia meniadi isteri Cang Sun. Iapun dapat membayangkan betapa kalau ia menjadi isteri Cang Sun, ia akan hidup mulia, terhormat, kaya raya, menjadi seorang wanita bangsawan yang hidup di dalam gedung istana, ke manapun dikawal pasukan, ingin apapun tinggal perintah saja karena puluhan orang pelayan setiap saat siap melayaninya.
"Ah, seperti burung dalam sangkar emas?". " ia berbisik dan menarik napas panjang. Bukan, bukan kehidupan macam itu untuknya! Ia lebih senang hidup bebas kalaupun berumah tangga, menghadapi banyak tantangan hidup, tidak enak-enak seperti itu, bermalas-malasan!
Tiba-tiba gadis itu sadar dari lamunannya. Ia mendengar langkah kaki orang Ketika ia menengok, kiranya yang datang menghampirinya adalah Cang Sun! Pemuda itu melangkah dengan tenang menghampirinya, seperti biasa dengan sikap yang lembut, sopan, ramah dan mulutnya tersenyum. Seorang pemuda yang tampan, berpakaian rapi, pembawaannya tenang berwibawa, halus dan lembut, seorang pemuda yang sudah dewasa dan tentu akan menarik hati setiap orang wanita, apa lagi kalau diketahui bahwa dia adalah putera tunggal seorang menteri yang amat terkenal, Menteri Cang Ku Ceng yang terkenal bijaksana dan memiliki kekuasaan besar!
"Selamat sore, Hong-moi. Asyik melamunkan apa sore-sore begini seorang diri di dalam taman?"
Kui Hong bangkit dan tersenyum. Ia adalah seorang gadis yang sejak kecil hidup bebas dan sudah berkecimpung di dunia kang-ouw, banyak pengalaman dan sudah terbiasa dengan sikap terbuka, bahkan mengarah kepada sikap lincah jenaka dan berandalan. Akan tetapi, sejak ia berdiam di rumah keluarga Cang, keluarga bangsawan tinggi yang bergelimang kehormatan, mau tidak mau iapun membatasi diri dan sikapnya juga sopan, biarpun masih ramah dan lincah jenaka.
"Aih, kiranya toako yang datang. Selamat sore, Cang-toako." Biarpun pemuda itu seringkali mendesaknya agar bersikap kekeluargaan dan ramah, namun tetap saja Kui Hong merasa rikuh untuk bersikap terlalu akrab. Canggung rasanya kalau ia menyebut nama kecil pemuda itu, terlalu akrab menyebutnya Sun-koko misalnya. Maka, biarpun ia sudah menghentikan sebutan kongcu (tuan muda) dan menyebut toako (kakak), namun ia menyebut nama keluarga pemuda itu, bukan kakak Sun, melainkan kakak Cang!
"Apa yang kaulamunkan, Hong-moi?" Pemuda itu duduk di atas bangku, di ujung, dan
Kui Homg juga duduk kembali, di ujung yang lain.
"Aku melihat burung beterbangan menuju ke sarang, dan tiba-tiba aku merasa rindu untuk pulang, toako."
"Pulang kemana, Hong-moi?"
Gadis itu mengangkat muka memandang dan karena saat itu Cang Sun juga sedang menatap wajahnya, dua pasang mata itu bertemu dan melihat betapa sepasang mata pemuda itu dengan lembut membayangkan kasih sayang besar. Pemuda bangsawan ini tidak lagi menyembunyikan perasaannya, dan kasih sayang dan kagumnya terbayang jelas dalam pandang matanya.
"Ah, toako. Kemana lagi kalau bukan di tempat tinggal keluargaku" Di Cin-ling-san atau di Pulau Teratai Merah karena saat ini mungkin ayah ibuku masih berada di sana."
"Aih, kukira tadi".."
"Apa yang kaukira, Cang-toako?"
"Kukira ?". ah, betapa akan senangnya kalau rasa rindumu itu kautujukan kepada ?".. eh, diriku dan arti pulang itu ke sini, bukan ke mana-mana. Betapa akan bahagia rasa hatiku kalau engkaupun rindu kepadaku seperti aku selalu merindukan dirimu siang malam, Hong-moi?""
"Hemmm, toako, apa yang kaukatakan ini?" Kui Hong berkata dengan suara mengandung teguran karena baru sekarang pemuda itu begini terang-terangan menyatakan perasaan hatinya.
"Hong-moi, perlukah aku menjelaskan lagi kepadamu" Aku rindu padamu, karena aku cinta padamu, Hong-moi. Betapa aku selalu membayangkan engkau bersanding denganku selamanya, sebagai isteriku tercinta, sebagai ibu anak-anakku "
"Cukup, Cang-toako. Mari kita bicara serius. Katakan, mengapa engkau jatuh cinta kepadaku" Engkau putera seorang bangsawan tinggi, kedudukanmu terhormat, engkau terpelajar tinggi dan kaya raya, dan kalau engkau menghendaki bahkan puteri kaisarpun mungkin dapat menjadi isterimu. Kenapa engkau mendekati aku, seorang gadis ahli silat, gadis kang-ouw yang bergelimang kekerasan" Mengapa" Ingin sekali aku mengetahuinya, dan aku percaya bahwa engkau akan membuat pengakuan sejujurnya, toako."
Cang Sun menarik napas panjang. Alangkah manisnya gadis ini kalau bersikap wajar seperti itu, mengeluarkan semua perasaan hatinya tanpa disembunyikan lagi, tidak seperti wanita pada umumnya, terutama wanita bangsawan yang menyembunyikan kepribadiannya di balik kesopanan dan kehormatan pura-pura yang palsu.
"Pertanyaan yang kauajukan itu saja sudah mengandung keterbukaan dan kejujuran, Hong-moi. Oleh karena itu, akupun mencoba untuk keluar dari sangkar kesopanan pura-pura yang selama ini sejak aku kecil telah mengurung diriku dalam lingkungan kami. Memang benar ucapanmu tadi, kalau aku menghendaki, mudah bagiku untuk mendapatkan jodoh seorang gadis bangsawan, bahkan mungkin puteri kaisar. Akan tetapi, terus terang saja aku tidak tertarik kepada para gadis yang lemah itu. Melihat engkau aku seperti melihat setangkai bunga yang segar dan sehat. Kalau aku hidup di sampingmu selamanya, aku akan merasa aman. Engkau tentu tahu, kehidupan ayahku sebagai seorang menteri selalu terancam bahaya. Kalau ada seorang seperti engkau ini yang teramat lihai, maka kami sekeluarga akan setalu merasa aman dan terjamin keselamatan kami. Nah, itulah hal-hal pada dirimu yang membuat aku jatuh cinta padamu."
Kui Hong termenung. Ucapan itu memang jujur, dan jelas membayangkan apa yang tersembunyi di balik cinta kasih pemuda bangsawan itu terhadap dirinya. Justeru karena ia gadis kang-ouw, karena ia memiliki ilmu silat tinggi dan boleh diandalkan sebagai jaminan keselamatan, maka Cang Sun jatuh cinta padanya. Bagaimana andaikata aku seorang gadis lemah seperti para puteri itu" Pertanyaan ini hanya ia ajukan kepada diri sendiri, di dalam batin pula. Tidak tega ia untuk mengajukan pertanyaan itu kepada Cang Sun yang sudah bersikap jujur. Jawaban pemuda itu tentu tidak enak. Kalau tidak jujur ia akan kecewa, kalau jujur hanya akan menyakitkan hati mereka berdua. Cang Sun jatuh cinta kepadanya bukan karena pribadinya, melainkan karena kelihaiannya! Dan hal ini mendatangkan rasa lega di hatinya. Ia sendiri tidak mencinta Cang Sun, dan kenyataan bahwa sesungguhnya pemuda itupun tidak mencintanya, hanya tertarik oleh kepandaiannya, membuat hatinya lega. Cang Sun takkan menderita nyeri hati kalau cintanya ditolak.
"Terima kasih atas kejujuran pengakuanmu dan atas perhatianmu, Cang-toako. Dan akupun tidak ragu-ragu lagi untuk menjawab sejujurnya. Ketahuilah, toako, bahwa aku bukan sekedar basa-basi ketika kukatakan kepada Paman dan Bibi Cang bahwa aku sama sekali belum berminat akan perjodohan. Di samping itu, walaupun aku kagum dan suka bersahabat denganmu, namun terus terang saja, rasanya tidak ada perasaan cinta dalam hatiku terhadap dirimu. Kita dapat saja bersahabat atau bersaudara, akan tetapi tidak berjodoh. Nah, lega hatiku telah dapat berterus terang, toako."
Tepat seperti yang diduganya, pengakuannya yang terus terang bahwa ia tidak mencinta pemuda itu, tidak membuat wajah pemuda tampan itu pucat pasi atau menimbulkan sinar duka pada pandang matanya, melainkan membuat wajah itu berubah kemerahan dan pada matanya terbayang perasaan kecewa dan keheranan.
"Hong-moi".. betapapun tidak enaknya kuterima kejujuranmu ini. Katakanlah, apakah di sana sudah ada seorang pria yang memenuhi hatimu?"
Ditanya demikian, wajah Kui Hong juga menjadi kemerahan. Terbayanglah beberapa wajah pria yang pernah menyatakan jatuh cinta kepadanya. Wajah Sim Ki Liong, wajah Tang Cun Sek, dan akhirnya yang tinggal hanyalah wajah Hay Hay! Dan timbullah perasaan rindu yang amat sangat terhadap pemuda ugal-ugalan yang mata keranjang itu! Hay Hay! Ah, betapa rindu hatinya kepada pemuda itu, dan baru sekarang, setelah ditanya demikian oleh Cang Sun, ia melihat kenyataan bahwa sesungguhnya selama ini hanya Hay Hay yang memenuhi hatinya, hanya pemuda ugal-ugalan itulah yang dicintanya, walaupun hal ini dicobanya untuk disangkal dan ditentangnya sendir i.
"Benar, toako, dan?". maafkan aku?"?"
Satu di antara kenyataan yang terasa amat pahit dan menyakitkan hati adalah mendengar pengakuan seorang gadis yang dicinta bahwa ia mencinta orang lain. Namun, berkat lingkungan hidup yang selalu bertopeng kesopanan, Cang Sun dapat menutupi nyeri hatinya dengan senyum, dan dia mengangguk-angguk, "Aku dapat mengerti, Hong-moi."
Apa yang kita namakan "cinta" antara pria dan wanita, itu selalu mendatangkan dua hal yang bertentangan, puas atau kecewa, senang atau susah. Ini membuktikan bahwa yang kita agung-agungkan jtu sesungguhnya hanyalah nafsu belaka. Nafsu adalah gairah, adalah " si-aku yang ingin senang." Nafsu selalu berpamrih, karena bersumber kepada pikiran yang menciptakan si aku lewat pengalaman dan pengetahuan. Pamrihnya hanya satu, walaupun kadang terselubung dan mengenakan beribu macam kedok, yaitu ingin mencapai sesuatu, ingin mendapatkan sesuatu, dan "sesuatu" ini pasti yang menyenangkan dirinya. Tidaklah mengherankan kalau kemudian muncul kecewa dan duka kalau keinginan itu tidak tercapai. Kalau terlaksana keinginan itu, terdapatlah kepuasan. Kepuasan sementara, selewatan saja. Karena nafsu selalu menghendaki lebih. Bukti bahwa yang kita anggap sebagai "cinta suci" antara pria dan wanita itu pada hakekatnya hanyalah nafsu, dapat dilihat dari akibat yang ditimbulkan oleh cinta itu. Cinta antara pria dan wanita dimulai dari pandang mata, saling melihat. Dari sini timbul perasaan tertarik, karena apa yang dilihatnya itu menyenangkan hatinya, cocok dengan seleranya. Setelah saling tertarik, timbul keinginan untuk saling memiliki. Kemudian bermunculan akibat nafsu ini. Cemburu, patah hati, duka, benci, pertentangan dan sebagainya. Betapa banyaknya dua orang yang tadinya bersumpah saling mencinta sampai mati, setelah menjadi suami isteri bertengkar setiap hari, bahkan berakhir dengan perceraian dan saling benci! Sungguh aneh kalau cinta kasih murni berakhir menjadi kebencian. Kalau nafsu, sama sekali tidak mengherankan kalau kemudian mendatangkan akibat duka dan kebencian.
Banyak orang melihat kenyataan ini! Mereka melihat bahayanya nafsu yang berselubung sebagai "cinta suci" ini, dan untuk menghindarkan diri dari duka, untuk membikin putus ikatan ini, ada orang yang dengan sengaja menjauhkan diri dari asmara ini. Mereka tidak mau melakukan hubungan antara pria dan wanita, menjadi perjaka atau perawan selama hidup, tidak mau atau pantang melakukan hubungan sex. Apakah dengan cara demikian berarti mereka telah terbebas dari nafsu" Apakah nafsu itu hanya muncul melalui gairah berahi saja" Apakah kalau sudah begitu kita akan dapat bebas dari duka" Bagaimana dengan nafsu dalam bentuk lain, keinginan si aku dalam bentuk lain" Masih ada seribu satu macam cara bagi si aku untuk mengejar keinginannya. Bahkan satu di antaranya adalah "keinginan bebas dari nafsu sex" itulah! Keinginan memuaskan nafsu dan keinginan menjauhi nafsu datang dari sumber yang sama! Sumbernya adalah si-aku yang ingin! Pamrihnya adalah kesenangan bagi si aku. Karena menyadari bahwa menuruti nafsu menimbulkan duka, maka si aku lalu berkeinginan untuk menjauhi nafsu, tentu saja pamrihnya agar jangan mengalami duka, dan hal ini tentu akan menyenangkan!
Demikian pandainya nafsu daya rendah mempermainkan kita! Demikian pandainya bersalin rupa, sehingga kita sering kali terkecoh. Hati dan akal pikiran kita sudah bergelimang daya rendah, maka apapun yang dihasilkan hati dan akal pikiran, sudah terpengaruh nafsu. Mengapa seluruh badan ini luar dalam bergelimang nafsu" Karena sudah kodratnya demikian! Selama jiwa bersemeyam di dalam badan, agar dapat hidup, badan harus disertai nafsu-nafsu daya rendah. Tanpa adanya nafsu daya rendah, badan akan binasa. Badan kita ini dapat hidup karena ketergantungan kepada banyak benda. Kita butuh makanan, kita butuh benda-benda, kita butuh orang lain. Kita tidak mungkin dapat terbebas dari ikatani-ikatan dengan daya-daya rendah yang sesungguhnya merupakan alat hidup, merupakan sarana hidup, bahkan kebutuhan mutlak bagi kehidupan. Ini sudah kodratnya, sudah kehendak Tuhan begitu. Kita tidak mungkin mengingkari ini. Nafsu yang kita namakan nafsu sex merupakan kodrat pula. Kita tidak mungkin melenyapkannya, kalau kita menghendaki manusia masih berkelanjutan hidup di dunia ini. Nafsu sex hanya merupakan alat, merupakah sarana perkembang-biakan mahluk manusia. Kalau terdapat kenikmatan di situ, hal itu merupakan anugerah Tuhan yang patut kita syukuri.
Karena seluruh badan kita luar dalam sudah bergelimang nafsu, hati dan akal pikiran kita sudah bergelimang nafsu rendah, maka badan dan batin kita di kuasai nafsu, menjadi hamba nafsu. Padahal, nafsu daya rendah itu seharusnya yang mehjadi alat kita, menjadi hamba kita, menjadi pelayan kita. Lalu bagaimana kita dapat membebaskan diri dari cengkeraman nafsu, kalau "kita" ini adalah hati dan akal pikiran yang bergeli mang nafsu"
Hanya satu kekuasaan saja yang akan mampu mengatur, yang akan mampu merobah, yang akan mampu mengembalikan nafsu daya rendah ke dalam tempatnya semula, mengembalikan nafsu daya rendah kepada tempat dan tugasnya yang benar, yaitu sebagai pelayan dalam kehidupan. Kekuasaan itu adalah kekuasaan Tuhan, kekuasaan yang menciptakan nafsu daya rendah, yang menciptakan segala sesuatu di alam mayapada ini! Dan kita" Hanya menyerah! Menyerah dengan sepenuhnya, menyerah dengan ikhlas, dengan tawakal, dengan pasrah. Menyerah sebulatnya dengan mutlak, tanpa adanya hati akal pikiran yang mencampuri.
Yang ada hanya penyerahan. Yang ada hanya kepasrahan. Yang ada hanya pengamatan, penerimaan tanpa disertai keinginan hati akal pikiran. Menyerah dan menerima, merasakan dan waspada, bukan "aku" yang waspada.
Kui Hong dapat melihat perubahan pada muka pemuda itu. Dara ini melihat kekecewaan dan juga penyesalan membayang pada wajah tampan itu, maka iapun cepat mengalihkan perhatian pada persoalan lain.
"Toako, di mana adanya Paman Cang" Aku ingin menghadap dan bicara padanya. Kenapa dia jarang nampak" Apakah ada kesibukan?"
Usahanya itu berhasil. Perhatian Cang Sun teralihkan dan wajahnya tidak lagi dicekam kekecewaan dan kedukaan. "Ayah memang sedang sibuk bukan main. Banyak sekali urusan yang harus ditanganinya."
"Ah, sayang aku tidak dapat membantu ayahmu, toako. Tugas yang diberikan kepadaku untuk menyelidik ke istanapun telah gagal. Tidak ada gunanya lagi aku tinggal lebih lama di sini."
"Hong-moi, tidak perlu engkau merasa menyesal. Tentu saja engkau tidak berhasil menangkap penjahat yang mencemarkan istana bagian puteri itu, karena penjahat itu memang sudah tewas."
Kui Hong terkejut bukan main. Ia menatap wajah pemuda itu dan matanya terbelalak. "Sudah tewas" Siapa yang menewaskannya dan siapa pula penjahat itu, toako" Kenapa aku tidak pernah mendengar akan hal itu?"
"Memang hal itu dirahasiakan, orang luar tidak boleh tahu. Akan tetapi engkau tidak kuanggap orang luar, apa lagi engkau pernah melakukan penyelidikan untuk menangkap penjahat cabul. Penjahat cabul itu ternyata adalah seorang perajurit pengawal thai-kam yang bertugas di dalam istana."
"Ahhh?". !" Kui Hong menjadi semakin heran. "Dan siapa yang telah membunuhnya, toako?"
Pemuda itu tersenyum. "Pembunuhnya yang amat berjasa itu bahkan orang yang pernah dicurigai ayah, yaitu bekas perwira Tang Bun An."
Kini Kui Hong terbelalak dan mulutnya terbuka. Demikian besar rasa heran dan kagetnya mendengar keterangan yang sama sekali tidak disangka-sangkanya itu sehingga sampai beberapa lama ia tidak mampu bersuara! Akhirnya ia mampu mengendalikan perasaannya dan ia berkata dengan suara yang tenang saja, sama sekali tidak membayangkan ketegangan yang mencekam hatinya.
"Hemm, dia?". " Jadi perwira Tang ?" eh, kaukatakan tadi bekas perwira, toako?"
"Benar, karena dia kini telah mengundurkan diri"
"Cang toako, aku merasa tertarik sekali! Maukah engkau menceritakannya kepadaku semua yang terjadi" Bagaimana Paman Cang dapat tahu bahwa penjahat itu telah terbunuh oleh Tang-ciangkun, dan mengapa pula Tang-ciangkun mengundurkan diri. Aku ingin tahu sekali?"."
Cang Sun tersenyum. Dia merasa girang bahwa percakapan telah beralih sehingga dia tidak lagi merasakan akibat dari penolakan cinta gadis itu.
"Begini, Hong-moi. Tadinya ayah memanggil Tang-ciangkun untuk minta perwira itu ikut mencari penjahat cabul di dalam istana. Akan tetapi, Tang-ciangkun yang tadinya harus merahasiakan peristiwa itu seperti diperintahkan Permaisuri, lalu memberitahukan bahwa penjahat itu telah ditangkap dan dibunuhnya atas perintah Hong-houw (Permaisuri)."
"Ahhh?".. !" Diam-diam Kui Hong mengepal tinju dengan hati panas sekali. Sudah jeJas yang menjadi penjahat cabul adalah Tang Bun An sendiri alias Ang-hong-cu, dan keparat itu malah berlagak menjadi penangkap dan pembunuh penjahat cabul! Ingin dia berteriak mengatakan bahwa Tang Bun An itulah penjahat cabulnya, akan tetapi ia menahan gelora hatinya. Ia sudah berjanji kepada Ang-hong-cu dan janjinya lebih berharga dari pada nyawa. Sampai matipun ia tidak akan mau memusuhi Ang-hong-cu, tidak mau pula membuka rahasianya betapa hatinya seperti akan menjerit-jerit menentang janjinya sendiri itu.
Si Kumbang Merah Ang Hong Cu Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jadi, diakah yang telah menangkap dan membunuh penjahat cabul itu" Dan mengapa pula setelah membuat jasa yang amat besar itu dia lalu mengundurkan diri" Bukankah kedudukannya sudah kuat dan baik sekali?" Pertanyaan ini bukan iseng atau pura-pura, memang hatinya penuh dengan pertanyaan ini.
"Hal itupun pernah kutanyakan kepada ayah. Ternyata Tang-ciangkun adalah seorang patriot, seorang yang mencinta tanah air dan bangsa, yang setia kepada kerajaan. Melihat betapa ada usaha pembunuhan terhadap kaisar yang dilakukan pembunuh bayaran yang diperintah oleh orang-orang kulit putih dan juga dibunuh olehnya, maka dia mengajukan permohonan untuk berhenti sebagai perwira pengawal. Dan setelah berhenti, dia hendak menghimpun semua kekuatan kang-ouw, mempersatukan kekuatan kang-ouw untuk membela negara. Dan ayah menyetujui niatnya yang mulia itu, yaitu membantu pemerintah melalui dunia kang-ouw, dunia persilatan yang menjadi dunianya."
Kui Hong mengerutkan alisnya. Ia sendiri merasa bingung. Ia tahu bahwa biarpun Ang-hong-cu seorang tokoh sesat yang amat jahat terhadap wanita, namun harus diakui dia bukan pemberontak, dan setia terhadap kerajaan. Pernah hal ini dibuktikannya ketika Ang-hong-cu menyamar sebagai Han Lojin dan membantu pemerintah untuk membasmi gerombolan pemberontak yang dipimpin Lam-hai Giam-lo. Apakah benar bahwa Ang-hong-cu meninggalkan kedudukan dan kemuliaan hanya untuk dapat berbakti kepada negara melalui dunia kang-ouw" Sehebat itukah semangat kepahlawanan seorang penjahat cabul macam Ang-hong-cu" Tidak, ia tidak percaya! Tentu ada pamrih lain di balik kepatriotannya itu! Dan ia akan menyelidikinya, walaupun ia tentu saja tidak mungkin dan memusuhinya, telah terbelenggu oleh janjinya sendiri.
Karena hari sudah menjelang senja. Kui Hong rninta diri dan meninggalkan taman itu, memasuki kamarnya. Setelah tiba di dalam kamarnya, ia membanting diri di atas pembaringan, telentang dan melamun. Pengakuan cinta dari Cang Sun membangkitkan semua kenangan lama, pengalaman-pengalaman yang sudah lalu. Dengan hati perih harus diakuinya bahwa ia merindukan Hay Hay! Dan ia pernah menuduh pemuda itu sebagai Ang-hong-cu pemerkosa wanita! Akan tetapi, bagaimana ia dapat memikirkan tentang cinta pada saat seperti itu" Cinta" Menikah" Ia sudah bersumpah untuk tidak menikah sebelum Ang-hong-cu tewas! Dan jelas penjahat itu tidak mungkin dapat tewas di tangannya.
Kui Hong menarik napas panjang. Dua tugasnya, yaitu mencari Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek, merampas dua pedang pusaka Cin-ling-pai dan Pulau Teratai Merah belum terlaksana dan ia sudah gagal pula menangkap Ang-hong-cu, bahkan terikat janji yang membuat ia sama sekali tidak berdaya terhadap penjahat itu. Kalau membayangkan hal ini, ingin rasanya ia menjerit-jerit dan menangis. Engkau sungguh tolol, berjanji seperti itu. Ratusan kali ia memaki dan menyalahkan diri sendiri. Akan tetapi kalau ia membayangkan keadaannya ketika tertawan Ang-hong-cu, ia bergidik. Kalau saja ia dibunuh, hal itu tidak mengapa. Akan tetapi, Ang-hong-cu adalah penjahat cabul yang keji. Ia akan mengalami siksaan dan penghinaan yang jauh lebih hebat dari kematian. Itulah yang memaksanya untuk berjanji!
Tapi, itu berarti bahwa ia masih dicengkeram perasaan takut! Demikian ia menyalahkan dirinya sendiri. Biarpun tidak takut menghadapi maut, akan tetapi takut menghadapi penyiksaan, penghinaan dan pemerkosaan! Itu berarti bahwa tetap saja ia seorang penakut, seoang pengecut! Karena pengecutnya, kini ia harus membiarkan jai-hwa-cat itu bebas dan bertindak semaunya tanpa ia mampu turun tangan. Ia pengecut!
Iblis Sungai Telaga 17 Pedang Ular Merah Karya Kho Ping Hoo Ilmu Ulat Sutera 20
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama