Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 6

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


Oleh karena itu, kami selalu mencari para pendekar yang berjasa bukan sekedar untuk memberi penghargaan, akan tetapi juga mengajak mereka untuk bekerja sama demi kepentingan bangsa. Perjuangan masih jauh dari pada selesai, locianpwe. Oleh karena itu, kami ingin sekali mengajak locianpwe bekerja sama!"
"Hamba mengerti, Yang Mulia. Memang, sebelum mati, setiap orang takkan pernah terbebas dari pada perjuangan.
Hidup ini perjuangan, yaitu menghadapi semua tantangan dan mengatasinya, bukan saja untuk diri sendiri, keluarga, bangsa bahkan manusia. Akan tetapi hamba sudah tua, Yang Mulia.
Apakah yang dapat hamba lakukan untuk membantu paduka"
Tentu saja hamba selalu siap membantu asal sesuai dengan kemampuan hamba yang sudah tua ini."
"Locianpwe, kami selalu merindukan melihat persatuan terjalin erat di antara seluruh tokoh dalam dunia persilatan.
Dengan adanya, locianpwe sebagai Thai-pangcu, maka berarti bahwa seluruh kai-pang dapat dipersatukan. Ada gejala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timbulnya perpecahan ketika locianpwe menghilang, dan
dengan munculnya kembali locianpwe, kami harap agar
seluruh kai-pang dapat dipersatukan kembali."
"Hamba memang bermaksud untuk mengunjungi rapat
besar kai-pang yang akan diadakan di Lok-yang bulan depan,
Yang mulia." "Bagus sekali kalau begitu. Akan tetapi bukan hanya sekian,
bukan hanya para kai-pang yang harus dipersatukan,
melainkan seluruh dunia persilatan, seluruh tokoh kangouw.
Oleh karena itu, Sribaginda Kaisar sendiri sudah menyetujui
agar diadakan pertemuan besar di mana akan dilakukan
pemilihan seorang Beng-cu yang akan memimpin seluruh
dunia persilatan dan mewakili dunia persilatan untuk bekerja
sama dengan pemerintah. Dan kami percaya bahwa locianpwe
akan mampu menjadi calon Beng-cu, atau setidaknya,
locianpwe dapat menjaga agar yang dipilih menjadi Beng-cu
seorang yang benar-benar berjiwa pendekar dan pahlawan,
bukan tokoh sesat yang akan menyelewengkan dunia kangouw. Mengertikah locianpwe akan maksud kami?"
"Hamba mengerti, dan tanpa perintah padukapun, hamba
tentu akan melakukan pengawasan itu agar jangan sampai
dunia persilatan diselewengkan ke arah kesesatan."
"Bagus, terima kasih, locianpwe. Kami percaya sepenuhnya
kepada locianpwe. Kami akan memberi laporan kepada
ayahanda Sribaginda Kaisar, dan akan memberi perintah
kepada para pejabat tinggi di Lok-yang dan lain-lain agar
mereka mempersiapkan bantuan kepada locianpwe. Kami dari
pemerintah tidak akan mencampuri pemilihan itu, secara
langsung, hanya akan menjaga dan mendukung pihak yang
kami anggap benar. Dan locianpwe merupakan satu di antara
golongan yang kami pilih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Yang Mulia."
"Kami tidak mau menjanjikan hadiah kepada locianpwe karena hal itu akan meru pakan penghinaan bagi seorang yang berjiwa pahlawan, akan tetapi percayalah bahwa kami tidak akan melupakan jasa locianpwe yang besar bagi negara dan bangsa. Nah, sekarang kami ingin bicara dengan pemuda ini. Namamu Sin Wan, orang muda?"
Suara raja muda itu membuat Kui Siang merasa geli dalam hatinya karena seolah-olah raja muda itu sudah tua. Pada hal, dibandingkan dengan Sin Wan, raja muda itu pantas menjadi seorang kakaknya saja.
Sin Wan memberi hormat, "Benar, Yang Mulia."
"Dan engkau murid keponakan locianpwe Pek-sim Lo-kai?"
Sin Wan menoleh ke arah kakek itu. Dia tidak ingin berbohong, akan tetapi di pusat Ang-kin Kai-pang, kakek itu telah mengakuinya sebagai murid keponakan. Melihat pemuda itu menoleh kepadanya, kakek itu tersenyum.
"Maaf, Yang Mulia. Sesungguhnya, Sin Wan dan Kui Siang adalah murid-murid Sam-sian dan hamba akui sebagai murid keponakan karena hamba dengan Sam-sian akrab seperti saudara saja."
Raja Muda Yung Lo memandang terbelalak kepada Sin Wan, lalu kepada Kui Siang dan mulutnya tersenyum, wajahnya berseri. "Aihhh .....! Murid-murid Sam-sian, Tiga Dewa yang telah berjasa menemukan kembali pusaka-pusaka istana yang hilang dicuri orang itu" Bukan main! Sam-sian adalah tiga tokoh besar yang telah berjasa. Jadi engkau ini murid mereka, Sin Wan! Akan tetapi, kami lihat bahwa engkau bukan seorang pribumi, bukan orang Han. Benarkah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan kagum kepada raja muda itu yang berpenglihatan
tajam. Pada hal, baik cara dia bicara maupun pakaian dan
sikapnya, tiada bedanya antara dia dan orang Han. Sin Wan
sendiri tidak menyadari bahwa terdapat perbedaan walaupun
kecil pada matanya dan kulit wajahnya, dan dia memiliki
ketampanan yang berbeda dengan orang Han.
"Benar sekali dugaan paduka, Yang Mulia. Sesungguhnya,
mendiang ayah dan ibu hamba adalah orang-orang Uighur."
"Hemm, pantas kalau begitu. Jadi engkau telah yatim
piatu?" "Benar, Yang Mulia. Sejak berusia sepuluh tahun, hamba
kehilangan ibu hamba, sedangkan ayah hamba telah
meninggal sewaktu hamba masih dalam kandungan, dan sejak
berusia sepuluh tahun hamba menjadi murid ketiga orang
guru hamba." "Kalau begitu, engkau seorang keturunan Bangsa Uighur,
Sin Wan, dapatkah kami mengharapkan seorang Uighur untuk
setia terhadap kerajaan dan Dinasti Beng" Setia terhadap
negara dan Bangsa Han. Kepada tanah air?" Sepasang mata
itu mencorong dan mengamati wajah Sin Wan penuh selidik.
Ucapan yang menusuk hati itu diterima oleh Sin Wan
dengan sikap tenang saja. Batinnya sudah digembleng secara
hebat oleh tiga orang gurunya, maka tidak mudah
keseimbangannya terguncang. Diapun menyambut pandang
mata raja muda itu dengan sinar mata yang terang dan
tenang. "Yang Mulia, bagi hamba, di mana hamba hidup, di situlah
tanah air hamba karena airnya hamba minum dan hasil
tanahnya hamba makan. Bangsa hamba adalah bangsa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam mana hamba hidup dan bergaul, mengalami suka duka
bersama. Sejak kecil hamba hidup di antara Bangsa Han,
bergaul dengan Bangsa Han, sehingga hamba akan merasa
asing kalau berada di antara orang-orang Uighur sendiri,
bahkan hambapun hampir lupa akan Bahasa Uighur karena
sejak kecil ibu bicara dalam Bahasa Han kepada hamba. Sejak
kecil ketiga orang guru hamba mengajarkan kepada hamba
untuk selalu menentang kejahatan dan membela kebenaran
dan keadilan. Bagaimana mungkin hamba akan mengkhianati
tanah air di mana hamba makan minum dan bangsa dengan
siapa hamba bergaul dan mengalami suka duka bersama"
Hamba tidak akan menyangkal bahwa hamba adalah
keturunan orang Uighur, akan tetapi hamba akan
menyeleweng dari pada kebenaran kalau hamba mengkhianati
negara dan bangsa di mana hamba hidup!"
Ucapan itu penuh semangat dan sewajarnya karena keluar
dari lubuk hati pemuda itu. Dia sendiri akan merasa asing,
aneh dan kehilangan tempat berpijak kalau dia harus bersikap
lain dari pada apa yang telah dia katakan itu.
Diam-diam Kui Siang memandang kepada suhengnya
dengan hati merasa heran bukan main. Tiga orang suhu
mereka tidak pernah bercerita tentang asal usul Sin Wan, dan
suhengnya itu sendiripun hanya menceritakan bahwa dia
yatim piatu. Sama sekali ia tidak pernah mengira bahwa
suhengnya adalah seorang Uighur! Baginya, tidak ada
sedikitpun sisa-sisa orang Uighur pada suhengnya, pada hal
menurut pengakuannya tadi, ayah bunda suhengnya adalah
Bangsa Uighur. Suhengnya orang Uighur tulen! Sungguh tak
disangkanya sama sekali. Mendengar ucapan itu. Melihat sikap dan sinar mata
pemuda itu, Raja Muda Yung Lo tersenyum girang. Wajahnya
berseri dan diapun berkata, "Hemm, kami hanya ingin tahu isi
hatimu, Sin Wan. Kalau kita semua mau mengakui secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jujur, kami sendiri tidak tahu siapakah yang asli dan siapa pula
yang tidak asli di antara kita semua!"
Pangeran atau raja muda itu tertawa. "Kita hanya mampu
mengenal nenek moyang kita sampai kepada kakek buyut
atau kakek canggah. Sebelum itu, siapa dapat yakin bahwa
nenek moyang kita bukan keturunan suku lain" Siapa tahu di
dalam tubuhku ini mengalir darah Uighur, atau darah Miauw,
bahkan darah Mancu atau malah darah Mongol" Yang penting
memang bukan keturunannya, melainkan sepak terjangnya
dalam hidup. Bagaimanapun, darah manusia tetap darah
manusia, apa bedanya" Keturunan apapun, kalau memang dia
pengkhianat, tetap penghkianat, kalau dia pendekar atau
pahlawan, tetap pahlawan. Nah, mengingat bahwa engkau
murid Sam-sian, apa lagi kini datang bersama locianpwe Peksim Lo-kai, kami percaya sepenuhnya kepadamu. Kepadamu
kami juga menawarkan kerja, sama demi kepentingan rakyat
seperti yang kami tawarkan kepada locianpwe Pek-sim Lo-kai.
Bagaimana kesanggupanmu, Sin Wan?"
"Hamba siap untuk bekerja sama, Yang Mulia."
"Bagus Kami sudah mendengar akan kemampuanmu, maka
kami ingin engkau membantu kami sebagai seorang panglima
pasukan keamanan yang khusus bergerak dalam usaha
pemerintah mempersatukan dunia persilatan dan menjalin
hubungan antara mereka dengan pemerintah. Maukah engkau
menerimanya?" Sin Wan terkejut. Dia diangkat menjadi seorang panglima!
Sungguh merupakan hal yang mengejutkan dan tak pernah
dia bermimpi untuk menjadi seorang perwira tinggi begitu
saja! Akan tetapi dia teringat akan kesanggupannya kepada
kakek Bu Lee Ki untuk membantunya mempersatukan kaipang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba berterima kasih sekali dan tentu saja hamba mentaati perintah paduka. Akan tetapi kalau boleh hamba memohon agar pengangkatan itu, ditangguhkan dahulu karena hamba ingin membantu Bu-locianpwe untuk menghadiri pertemuan besar antara para pimpinan kai-pang di Lok-yang."
Tentu saja alasan ini mempunyai maksud yang lain, yaitu bahwa dia ingin lebih dahulu mengantar sumoinya pulang ke Nan-king!
Raja Muda Yung Lo tersenyum dan mengangguk-angguk.
"Bagus, kami setuju. Memang urusan itupun merupakan kepentingan kami dan masih dalam rangka tugasmu sebagai seorang panglima keamanan. Baik, engkau pergilah bersama Bu-locianpwe, sekalian melaporkan kelak kepada kami bagaimana hasil pertemuan itu. Sekarang kami ingin bicara dengan nona Lim Kui Siang."
Gadis itu mengangkat muka memandang kepada Raja Muda Yung Lo, akan tetapi melihat sinar mata yang amat tajam itu, iapun menunduk kembali dan menanti dengan jantung berdebar. Apa yang dikehendaki raja muda itu darinya"
"Nona Lim Kui Siang, kami sudah mendengar pula laporan tentang kelihaian nona ketika bertanding melawan tokoh-tokoh Ang-kin Kai-pang dan kami merasa kagum sekali. Nona masih begini muda sudah memiliki kepandaian hebat, walaupun keheranan kami kini terjawab ketika mendengar bahwa nona adalah murid Sam-sian."
Dengan sikap tenang dan sopan, Kui Siang memberi hormat dan menjawab, "Paduka terlalu memuji, Yang Mulia.
Berkat bimbingan tiga orang suhu, maka hamba memiliki sedikit kemampuan untuk menjaga diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senang hati raja muda itu mendengar ucapan ini. Gadis ini
selain lihai, juga berwatak pendekar, tidak suka
menyombongkan diri bahkan jawaban itu menunjukkan sikap
yang rendah hati. "Nona, kebetulan sekali kami membutuhkan seorang wanita
selihai nona untuk menjadi pengawal keluarga kami. Kami
sendiri sering kali memimpin pasukan mengusir pengacaupengacau dari luar Tembok Besar dan meninggalkan keluarga.
Hati kami akan merasa tenang dan tenteram kalau nona suka
membantu kami dengan menjadi pengawal pribadi keluarga
kami, yang mengepalai semua pasukan pengawal istana.
Maukah nona menerimanya?"
Wajah gadis itu menjadi kemerahan dan jantungnya
berdebar, seperti juga Sin Wan, ia terkejut bukan main. Begitu
saja, secara mendadak dan amat mudah, ia diangkat menjadi
kepala pengawal keluarga di dalam istana raja muda. Ini
kedudukan yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari pada
kedudukan mendiang ayahnya dahulu! Kepala pengawal
dalam istana adalah orang yang dipercaya sepenuhnya oleh
raja muda untuk menjaga keselamatan keluarga!
Sejenak ia termangu. Ia melirik ke arah suhengnya, akan
tetapi suhengnya hanya menundukkan mukanya dan ketika ia
mengerling ke arah Bu Lee Ki, kakek itu memandang
kepadanya dengan senyum dan pandang matanya jelas tidak
mau mencampuri dan menyerahkan keputusannya kepadanya
sendiri. "Bagaimana jawabanmu, nona Lim?" raja muda itu
bertanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba ...... hamba ingin pergi ke Nanking dan menyembahyangi makam ayah bunda hamba ......!" akhirnya Kui Siang menjawab.
"Aihhh .... jadi seperti juga Sin Wan, engkau sudah yatim piatu, nona" Dan engkau berasal dari kota raja?"
Sin Wan maklum bahwa sumoinya merasa sungkan untuk memperkenalkan keluarganya. Mengingat bahwa ayah gadis itu seorang pembesar yang setia, diapun tidak ragu-ragu membantu sumoinya.
"Maafkan hamba, Yang Mulia. Sumoi Lim Kui Siang adalah puteri tunggal dari mendiang Lim-taijin (pembesar Lim) yang menjabat pengurus gudang pusaka istana."
Mendengar ini, Raja Muda Yung Lo terbelalak dan memandang tajam kepada gadis itu yang kini menundukkan mukanya.
"Ahhh! Jadi ayahmu adalah mendiang paman Lim Cun, nona!"
Kui Siang hanya dapat mengangguk.
"A-ha! Kalau begitu engkau puteri seorang pejabat tinggi yang setia sampai mati! Bukankah mendiang ayahmu tewas karena dibunuh penjahat yang mencuri pusaka istana?"
"Benar, Yang Mulia."
"Lim Kui Siang, ternyata engkau masih orang sendiri!
Ayahmu dahulu adalah seorang pejabat yang setia dan kami mengenalnya walaupun kami belum pernah berkenalan dengan keluarganya. Kami menjadi semakin yakin dan percaya
sepenuhnya kepadamu. Baiklah, engkau boleh pergi dulu ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nan-king menyembahyangi makam orang tuamu, setelah itu
engkau kembali ke sini dan mulai dengan tugasmu di istana.
Bagaimana?" Kui Siang tidak mempunyai pilihan lain kecuali menyetujui
tentu saja. Ia memang tidak tahu bagaimana harus memulai
hidupnya yang sebatang kara itu. Biarpun ada dua orang
pamannya dan seorang bibi dari ayah, juga seorang paman
dari ibunya, akan tetapi ia tidak suka kepada mereka karena ia
tahu benar bahwa dahulu mereka itu amat menginginkan
peninggalan atau warisan harta dari orang tuanya. Ia akan ke
Nanking selain bersembahyang, juga akan mengurus harta
peninggalan itu yang dahulu oleh Ciu-sian dititipkan kepada
Ciang-Ciangkun, seorang perwira yang setia dan jujur, juga
bahkan sahabat baik ayahnya,
"Baiklah, Yang Mulia Hamba akan mentaati perintah
paduka." Bukan main senang rasa hati Pangeran yang menjadi Raja
Muda di Peking itu. Dia lalu memerintahkan pelayan untuk
mengeluarkan hidangan makan malam, kemudian dia
mengajak empat orang tamunya untuk makan malam
bersamanya, suatu kehormatan yang luar biasa, terutama bagi
Thio Sam Ki. Dia seorang ketua pengemis makan malam bersama yang
mulia Raja Muda Yung Lo! Peristiwa ini menjadi dongeng
baginya yang tiada hentinya dia ceritakan dan banggakan
kepada anak cucunya kelak!
Mendengar bahwa mereka akan segera berangkat ke
selatan, Raja Muda Yung Lo memberi hadiah lima ekor kuda
pilihan untuk mereka, karena wakil ketua Ang-kin Kai-pang,
yaitu Ciok An, akan mengawani ketuanya menghadiri rapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar pemilihan pemimpin besar kai-pang yang akan diadakan
di Lok-yang. Mereka lalu melakukan perjalanan cepat ke selatan.
Sementara itu, Raja Muda Yung Lo juga membuat surat
laporan panjang kepada ayahnya, tentang rapat besar kaipang, tentang Bu Lee Ki, Sin Wan dan Lim Kui Siang.
0oo0 "Kalian tidak perlu banyak bertanya!" kata gadis itu sambil bertolak pinggang di depan pintu gapura pusat perkampungan
Hwa I Kai-pang yang megah. "Panggil saja ketua kalian keluar,
katakan bahwa aku Tang Bwe Li ingin bertemu dan bicara
dengan dia!" Gadis yang galak itu sejak kemunculannya telah menarik
perhatian banyak anggauta Hwa I Kai-pang. Tadinya ia
melangkah hendak memasuki gapura tanpa memperdulikan
para penjaga, dan setelah para penjaga menghadang, ia
marah-marah! Tadinya para anggauta Hwa I Kai-pang hendak
marah, akan tetapi ketika melihat bahwa gadis itu seorang
dara jelita berusia duapuluh tahunan yang wajahnya manis
sekali, timbul kegembiraan mereka untuk menggoda.
"Aduhai nona manis, kenapa sukar-sukar, mencari pangcu
kami" Marilah bertemu dan bicara saja dengan aku di gardu
sini, kan lebih asyik! Aku adalah kepala jaga, dan dapat


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kusuruh semua anak buahku ini menyingkir agar kita berdua
dapat bicara tanpa gangguan."
Tentu saja ucapan ini disambut suara tawa para temannya.
Gadis itu memang Tang Bwe Li atau Lili. Ia mendapat tugas
dari Bi-coa Sian-li Cu Sui In, yaitu gurunya yang kemudian
menjadi kakak seperguruannya untuk pergi melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penyelidikan kepada Hwa I Kai"pang yang menjadi saingan
Hek I Kai-pang yang telah mereka kuasai. Akan tetapi, Lili
adalah seorang dara yang keras hati dan juga memandang
rendah semua orang. Perlu apa bersusah-susah mengadakan
penyelidikan seperti seorang pencuri, pikirnya. Lebih baik
temui saja ketua Hwa I Kai-pang, taklukkan dia dan paksa
dengan kekerasan agar dia mau mencalonkan sucinya sebagai
pemimpin besar kai-pang, habis perkara. Lebih mudah dan
cepat, juga tidak harus menyelinap masuk seperti pencuri!
Tingkat kepandaian Souw-pangcu dari Hek I Kai-pang juga
hanya sebegitu saja. Tentu tingkat kepandaian ketua Hwa I
Kai-pang juga tidak jauh selisihnya dan akan mudah dia
kalahkan. Mendengar ucapan yang kurang ajar itu, Lili menoleh dan
melihat bahwa yang bicara adalah seorang laki-laki berusia
tigapuluh tahun yang bertubuh tinggi kurus berjenggot pendek
jarang dan berkumis tipis. Demikian kurusnya orang itu
sehingga nampak seperti kerangka dibungkus kulit. Matanya
yang dalam. menunjukkan bahwa dia seorang mata keranjang
dan hidung belang. Lili menggapai ke arah orang itu yang berada di depan
gardu. Tentu saja laki-laki anggauta Hwa I Kai-pang yang
pada hari itu menjadi kepala jaga itu menjadi gembira bukan
main dan diiringi tawa iri kawan-kawannya, diapun melangkah
lebar menghampiri Lili. Setelah berhadapan, dia semakin
kagum. Dara ini memang cantik sekali dan secara kurang ajar
dia mengembang-kempiskan hidungnya, lalu memuji, "Aduh,
alangkah harum baunya! Mawar merah yang cantik jelita dan
berbau harum! Adik manis, siapa namamu?"
Lili tak pernah meninggalkan seyumnya sejak muncul,
senyum yang rnengandung ejekan, senyum sinis ketinggian
hati. "Sebaliknya aku, mencium bau busuk keluar dari
mulutmu!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu terbelalak dan kawan-kawannya yang tadi merasa iri, kini tertawa geli, mentertawakan rekan yang ceriwis itu. "Apa kau bilang" " Baru saja si tinggi kurus itu mengeluarkan pertanyaan ini, secepat kilat kaki Lili sudah menendang sebongkah batu sebesar kepalan tangan dan batu itu melayang dengan kuatnya ke atas, tepat menghantam mulut yang sedang terbuka karena bicara itu.
"Auppp .......!" Batu itu menghantam keras sekali sehingga merobek bibir dan meruntuhkan gigi, memasuki mulut dengan paksa sehingga mulut itu terkuak lebar, lebih lebar dari pada kemampuannya karena tepi mulut itu terobek!
"Uhhh ...... ahhhh .......ahhhhh ......!" Si tinggi kurus itu menekuk tubuhnya, mencoba dengan kedua tangan untuk mengeluarkan batu dari mulut dan merintih-rintih kesakitan.
Mulut yang robek itu berdarah dan teman-temannya yang tadinya tertawa-tawa, kini menjadi terkejut dan cepat menolong. Batu itu akhirnya dapat dikeluarkan, dan akibatnya sungguh mengerikan karena mulut itu robek pada kedua pipinya, bibirnya pecah-pecah dan semua gigi depan, baik yang atas maupun yang bawah, patah-patah! Si tinggi kurus itu tidak akan mati karena lukanya, akan tetapi dia akan menderita cacat pada mukanya.
"Nah, siapa lagi yang berani bermulut busuk" Majulah!"
Seorang anggauta Hwa I Kai-pang yang lebih tua segera melangkah maju, sedangkan kini banyak kawannya, tidak kurang dari duapuluh orang, sudah berada di pintu gapura itu
"Nona siapakah dan ada keperluan apa hendak mencari pangcu kami?" Orang ini lebih berhati-hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak perlu kalian tahu siapa dan mengapa aku ingin bertemu dengan pangcu dari Hwa I Kai-pang. Katakan saja aku Tang Bwe Li ingin bertemu dengan dia, sekarang juga!
Dia yang keluar menemuiku atau aku yang akan masuk mencarinya!"
Biarpun para anggauta Hwa I Kai-pang itu dapat menduga bahwa gadis ini bukan orang sembarangan, terbukti ketika dengan sebuah batu yang ditendangnya ia mampu merobek mulut si tinggi kurus, namun mereka merasa penasaran juga.
Ia hanya seorang gadis muda dan mereka adalah para anggauta Hwa I Kai-pang yang rata-rata memiliki kepandaian silat. Gadis itu memaksa hendak menemui ketua mereka yang sedang keluar, dan telah melukai si tinggi kurus rekan mereka.
Bagaimana mereka dapat membiarkannya saja tanpa membalas" Akan rusak nama besar Hwa I Kai-pang dan akan menjadi buah tertawaan umum karena peristiwa itu dilihat pula oleh umum yang menonton dari jarak jauh di seberang jalan depan perkampungan Hwa I Kai-pang.
"Nona, engkau sungguh lancang. Pangcu sedang tidak berada di sini, dan engkau telah melukai seorang rekan kami tanpa sebab. Oleh karena itu, terpaksa kami harus menahanmu di sini dan menanti sampai pulangnya pangcu kami agar memberi keputusan kepadamu atas perbuatanmu ini."
Biarpun ucapan itu sopan dan tidak kasar, namun cukup membuat wajah Lili menjadi merah dan matanya terbelalak karena marah. "Apa" Kalian hendak menahanku, hendak menangkap aku" Apakah kalian ini orang-orang Hwa I Kaipang sudah gila" Suruh saja ketua kalian keluar. Kalian bukan lawanku!"
Ucapan ini tentu saja membuat banyak anggauta Hwa I Kai-pang menjadi marah sekali. "Bocah sombong, kau berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan kami yang banyak ini?" tegur anggauta yang sudah
berpengalaman itu. "Tidak berani" Huh, suruh keluar seluruh anggauta Hwa I
Kai-pang! Biar ada seratus orang, akan kuhajar semua kalau
berani melawanku!" Tentu saja para anggauta Hwa I Kai-pang menjadi marah
sekali. Mereka segera bergerak maju mengepung Lili dan
terdengar teriakan-teriakan marah.
"Tangkap bocah sombong ini!"
"Ia harus dihajar, berani menghina Hwa I Kai-pang!"
Beberapa orang serentak menubruk untuk menangkap
gadis jelita itu, bukan hanya karena marah, akan tetapi juga
karena ingin meringkus tubuh yang menggairahkan itu. Akan
tetapi, begitu tubuh Lili bergerak dan berkelebatan, ia sudah
sibuk dengan kaki tangannya membagi-bagi tamparan dan
tendangan, dan akibatnya, dalam segebrakan saja empat
orang pongoroyok telah terpelanting ke kanan kiri, ada yang
mukanya membengkak, ada yang tulang pundaknya patah,
ada yang perutnya mulas dan sambungan lutut terkilir!
Yang lain menjadi semakin marah dan kini belasan orang
sudah mengepung dan mengeroyok gadis itu. Agaknya para
anggauta Hwa I Kai-pang masih belum percaya bahwa mereka
yang berjumlah banyak tidak akan mampu meringkus gadis
itu, maka merekapun hanya mempergunakan tangan kosong,
seperti segerombolan srigala mengeroyok seekor domba,
berlomba untuk membekuk batang leher gadis jelita.
Akan tetapi, Lili mengamuk. Sepak terjangnya
menggiriskan, tubuhnya tidak dapat disentuh, apalagi
ditangkap. Bagaikan seekor burung walet menyambarTiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyambar, ia menyelinap di antara tangan-tangan yang
meraihnya, berloncatan ke sana sini dan kadang-kadang tinggi
di atas kepala para pengeroyoknya dan setiap ada
kesempatan, tangan atau kakinya merobohkan seorang
pengeroyok. Tubuhnya berlenggang-lenggok secara aneh,
seperti gerakan ular saja, namun semua serangan lawan tak
pernah menyentuh tubuhnya, dan setiap kali ia menggerakkan
kaki atau tangan, pasti seorang lawan terpelanting.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kurang lebih dua
puluh orang anggauta Hwa I Kai-pang telah terpelanting
roboh! Sekali meloncat, Lili sudah mendekati seorang di antara
mereka dan kaki kirinya menginjak dada. Orang itu terengahengah, merasa dadanya seperti dihimpit benda yang ratusan
kati beratnya, membuat dia sukar bernapas dan matanya
terbelalak, mukanya merah seperti udang direbus.
"Hayo cepat katakan, di mana ketua Hwa I Kai-pang?" Lili
bertanya. "Kalau engkau tidak mengaku, dadamu akan kuinjak
sampai pecah!" "Saya ..... uh-uhhh ..... saya tidak berani bohong ..... uhhh,
pangcu pergi ke luar kota, entah ke mana.... saya hanya
anggauta biasa....!"
Lili melepaskan injakannya dan orang itu megap-megap
seperti ikan dilempar ke darat, meneguk udara dengan
lahapnya seperti orang kehausan. Lili memandang kepada
mereka yang bergelimpangan di tanah. "Salah kalian sendiri
yang mencarl penyakit! Katakan kepada ketua kalian bahwa
besok pagi-pagi aku akan kembali untuk bicara dengan dia!"
Setelah berkata demikian, gadis itu membalikkan tubuhnya,
mengebut-ngebutkan ujung pakaian dan melangkah pergi dari
situ dengan santai. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua orang yang tadi melihat perkelahian itu,
mengikutinya dengan pandang mata penuh kagum dan
khawatir. Akan tetapi tak seorangpun berani menegur Lili yang
melenggang pergi seenaknya, menuju ke pintu gerbang barat.
Baru saja bayangan Lili lenyap di sebuah tikungan,
serombongan orang datang ke tempat itu dari timur. Mereka
terdiri dari delapan orang dan begitu melihat keadaan para
anak buah Hwa I Kai-pang, seorang di antara mereka cepat
berlari menghampiri. "Apa yang terjadi di sini?" tanya orang itu kepada mereka.
Para anak buah Hwa I Kai-pang yang masih kesakitan, girang
melihat munculnya orang itu yang bukan lain adalah ketua
mereka. Orang itu berusia kurang lebih empatpuluh tahun,
bertubuh pendek gendut dan namanya adalah Siok Cu.
Pakaiannya juga berkembang-kembang dengan tambalan dari
kain yang baru. Ketika dia mendengar keterangan para anak
buahnya bahwa baru saja ada seorang gadis muda yang
berkeras hendak bertemu dengan ketua Hwa I Kai-pang dan
yang bersikap sombong lalu menghajar mereka semua, Siokpangcu menjadi marah bukan main.
"Keparat!" serunya marah. "Di mana gadis sombong itu
sekarang?" "Ia tadi pergi ke sana, pangcu," kata anak buahnya sambil
menunjuk ke barat. "Aku harus mengejarnya!"
Akan tetapi sebelum Siok-pangcu lari mengejar, tujuh
orang yang tadi datang bersamanya sudah berada di dekatnya
dan seorang pemuda berusia duapuluh enam tahun yang
bertubuh pendek, berlengan panjang, pakaiannya mewah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesolek, tampan dan tersenyum-senyum, segera menyentuh
lengannya. "Pangcu, ada aku di sini, kenapa pangcu hendak bersusah
payah sendiri" Tinggal ah saja di sini bersama suhu, aku yang
akan menangkapkan gadis itu untukmu."
Kakek yang datang bersama mereka, yang tubuhnya besar
perutnya gendut sekali dan kepalanya botak, terkekeh. "Hehheh, pangcu, apa yang dikatakan Maniyoko benar. Biarlah dia
memperlihatkan jasanya yang pertama!"
Kakek ini adalah seorang datuk yang amat terkenal di
sepanjang pantai timur, bahkan di Lautan Pohai, karena dia
adalah Tung-hai-liong (Naga Laut Timur) Ouwyang Cin. Kakek
ini menjadi datuk para bajak laut dan semua golongan hitam
di daerah pantai timur, bahkan terkenal sekali di kepulauan
Jepang karena dia adalah seorang peranakan Jepang.
Adapun pemuda tampan itu adalah Maniyoko, seorang
pemuda Jepang yang menjadi muridnya. Senang hati Siok Cu
mendengar kesanggupan tamunya itu. Setelah Maniyoko
mendengar keterangan para anggauta Hwa I Kai-pang
tentang ciri-ciri gadis pengacau itu, dia lalu mengajak lima
orang anak buah ayahnya untuk melakukan pengejaran
dengan cepat menuju ke barat.
Lili sudah keluar dari pintu gerbang kota Lok-yang sebelah
barat. Ia merasa puas. Besok pagi-pagi ia akan kembali ke
Hwa I Kai-pang dan akan memaksa ketuanya agar menakluk
kepada sucinya dan kelak memberi suara kepada sucinya
untuk menjadi pemimpin besar para kai-pang! Akan jauh lebih
mudah begitu, pikirnya bangga. Ia kini tiba di jalan raya dekat
hutan yang sunyi, menuju ke perkumpulan Hek I Kai-pang
yang berada di luar kota.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba ia mendengar seruan dari sebelah kiri, dari hutan di tepi jalan raya itu. Mula-mula ia tidak perduli, akan tetapi setelah ia dapat menangkap kata-kata yang diteriakkan suara itu, alisnya berkerut dan iapun menahan langkahnya.
"Hei , perempuan sombong! Kalau memang engkau berani, masuklah ke sini agar kita dapat bertanding sampai seribu jurus tanpa ada orang lain yang mengganggunya! Kalau engkau takut, cepat berlutut dan menyerah untuk kubawa sebagai tawanan ke Hwa I Kai-pang!"
"Jahanam busuk!" Lili sudah menjadi marah sekali, dan tanpa memperdulikan peraturan kehidupan dunia kang-ouw bahwa tantangan dari dalam hutan seperti itu dapat merupakan jebakan dan amat berbahaya dan tidak sepatutnya dilayani, ia sudah melompat ke kiri dan memasuki hutan itu.
"Siapa takut kepadamu" Keparat, jangan lari kau!" teriaknya lagi.
Ketika ia tiba di tempat terbuka, di situ telah menanti enam orang laki-laki, dipimpin oleh seorang pemuda yang tubuhnya pendek tegap dan wajah yang tampan itu tersenyum-senyum secara kurang ajar. Bentuk muka pemuda ini bundar seperti bulan, putih dan halus tanpa kumis jenggot, akan tetapi cambangnya tebal dan panjang, dari dekat telinga sampai ke dagu, kepala bagian depan sengaja dicukur botak sehingga nampak aneh, seperti seekor kepala burung yang ajaib.
"Engkaukah yang bernama Tang Bwe Li, nona?" tanya pemuda itu, sedangkan lima orang lainnya yang bertubuh tegap berdiri diam saja di samping, namun sikap merekapum dalam keadaan siap siaga dan menanti perintah.
"Kalau benar mengapa" Engkaukah yang berteriak-terlak menantangku tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tertawa. "Aku memang sengaja memancingmu
masuk ke sini, nona. Kalau engkau takut, engkau boleh keluar
lagi." Maniyoko memang seorang pemuda Jepang yang sudah
banyak pengalamannya dan amat cerdik. Dia segera tahu apa
kelemahan gadis jelita yang berdiri dengan gagahnya di
depannya itu. Gadis ini memiliki kelemahan, yaitu tinggi hati
sehingga kalau gadis ini ditantang dan dikatakan takut, biar
dipancing dengan ancaman bahaya bagaimana besarpun tentu
akan nekat! Sepasang mata Lili berapi-api. "Tutup mulut busukmu.
Siapa takut!" "Heh..heh, memang aku tahu bahwa engkau tidak
mengenal takut, nona. Karena itu, aku ingin sekali berkenalan.
Namaku Maniyoko dan aku........"
"Persetan dengan namamu! Kalau engkau yang
menantangku tadi, bersiaplah untuk mampus. Aku tidak sudi
berkenalan denganmu!" kata Lili dan iapun sudah mencabut
pedangnya karena sekali ini ia marah sekali dan ia harus
membunuh orang yang tadi menghina, dan menantangnya.
Begitu mencabut pedangnya, Lili berseru, "Cepat keluarkan
senjatamu dan bersiaplah untuk mati!"
Pemuda Jepang itu terkejut melihat pedang yang
mengeluarkan sinar putih, berwarna putih seperti perak, akan
tetapi begitu tercabut mengeluarkan bau harum yang amat
aneh itu. Sebagai orang yang sudah banyak pengalaman dan
lama berkecimpung dalam dunia persilatan, pemuda Jepang
ini dapat menduga bahwa pedang itu tentu ampuh sekali dan
mengandung racun. Maka, diapun memberi isyarat kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lima orang anak buah ayahnya dan dia sendiri lalu mencabut
pedang yang tergantung di pinggangnya. Sebatang pedang
panjang melengkung, pedang samurai yang amat tajam dan
yang bergagang panjang sehingga gagang itu dapat dipegang
dengan kedua tangannya. Sebetulnya, dengan kepandaiannya yang tinggi, Maniyoko
memandang rendah kepada gadis itu. Akan tetapi melihat
pedang di tangan Lili, dia terpaksa mencabut pedangnya
karena maklum bahwa pedang beracun itu cukup berbahaya.
"Nona manis, aku sudah siap. Mari kita bertaruh dalam
pertandingan ini. Kalau engkau kalah, engkau akan menjadi
ml ikku dan harus menurut segala kehendakku, harus
melayani aku dengan manis, heh-heh!"
"Jahanam kau! Kalau engkau yang kalah, lehermu akan
kupenggal!" teriak Lili dan iapun sudah menyerang dengan
dahsyatnya. Pedangnya menjadi sinar putih menyambar dan
mengeluarkan suara berdesing.
Maniyoko terkejut den cepat menangkis dengan
samurainya, "Traaggg ....!" Bunga api berpijar dan keduanya merasa betapa tangan mereka tergetar hebat. Keduanya cepat
meloncat ke belakang dan memeriksa senjata masing-masing.
Akan tetapi baik pedang maupun samurai itu tidak rusak dan
keduanya saling pandang. Maniyoko baru tahu bahwa gadis
itu benar-benar amat lihai, memiliki tenaga yang mampu
menandinginya! Pada hal tadi dia menangkis dengan
pengerahan tenaga untuk membuat pedang lawan patah atau
terlepas. Siapa kira, tangannya sendiri tergetar hebat.
Sebaliknya, Lili juga maklum bahwa lawannya tidak boleh
disamakan dengan orang-orang Hwa I Kai-pang tadi. Ia
menjadi semakin marah dan penasaran, lalu memutar
pedangnya dan menyerang dengan ganasnya. Berbeda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan sucinya yang mempunyai Hek-coa-kiam (Pedang Ular
Hitam), ia diberi Pek-coa-kiam (Pedang Ular Putih) oleh
gurunya dan juga ilmu pedang yang amat dahsyat dan ganas.
Seperti juga pedang sucinya, pedang di tangannya itu
walaupun nampaknya putih bersih seperti perak, namun
pedang itu telah direndam racun ular yang amat berbahaya.
Sedikit saja tergores pedang itu, orang yang terluka sukar
ditolong lagi nyawanya. Akan tetapi lawannya, Maniyoko adalah murid tersayang
dari Tung-hai-liong Ouwyang Cin, seorang datuk yang
kedudukannya setingkat dengan kedudukan datuk See-thian
Coa-ong Cu Kiat. Tentu saja tingkat kepandaian pemuda
Jepang itu juga sudah tinggi dan dia mampu mengimbangi
permainan pedang Lili, bahkan membalas dengan tak kalah
ganasnya dengan permainan samurainya yang aneh.
Permainan samurai yang kadang-kadang dipegang kedua
tangan itu bagaikan gelombang samudera, susul menyusul
dan selalu menyambar lagi kalau serangan pertama gagal dan
dielakkan lawan. Akan tetapi, Lili merasa girang bahwa pemuda Jepang itu
dapat ia desak mundur sampai ke bawah pohon. Ia sama
sekali tidak mengira bahwa pemuda itu memang sengaja
memancingnya ke bawah pohon besar itu, dan pada saat Lili
menyerang dengan dahsyat, tiba-tiba pemuda Jepang itu
melempar tubuh ke belakang dan bergulingan.
Pada saat itu, dari atas pohon meluncur sehelai jala yang
lebar dan sebelum Lili maklum apa yang terjadi, tubuhnya
telah ditimpa jala itu. Ia terkejut dan menggunakan
pedangnya untuk membabat tali-temali jala yang melibat
dirinya. Akan tetapi pada saat itu, Maniyoko telah melompat ke
belakangnya dan sekali pemuda itu menggerakkan tubuh, Lili
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mampu bertahan lagi dan roboh terkulai lemas. Hal ini
dapat terjadi karena ia tadi sibuk meronta untuk melepaskan
diri dari jala dengan sia-sia, karena ke empat ujung jala
dipegang oleh anak buah Maniyoko. Mereka adalah bajakbajak laut yang lihai dan ahli mempergunakan senjata jala itu.
"Ha-ha-ha, nona manis. Engkau kalah dan engkau akan
menjadi milikku!" kata pemuda Jepang itu dengan girang
sambil menyolek dagu gadis itu dari luar jala. Lili hanya
mampu memandang dengan mata penuh kebencian karena ia
tidak mampu bergerak. Sambil tertawa gembira pemuda
Jepang itu berkata kepada kawan-kawannya. "Biarkan ikan
jelita ini di dalam jala dan kita bawa ke Hwa I Kai-pang. Siokpangcu tentu akan girang sekali dan kalian akan menerima
hadiah besar." Karena tadi ia meronta, pangkal lengan kiri dan
punggungnya terkena besi kaitan yang dipasang di dalam jala
sehingga kini terasa nyeri. Akan tetapi Lili menahan diri dan
sama sekali tidak mau memperlihatkan penderitaan itu.
Lima orang anak buah itu lain melibatkan jala di sekitar
tubuhnya, membuat Lili sama sekali tidak mampu bergerak
lagi. Andaikata totokan pada tubuhnya sudah lenyap
pengaruhnyapun, sukar baginya untuk membebaskan diri dari
jala yang melibat dirinya dengan kuatnya itu.
Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat. "Enam orang
laki-laki menghina seorang wanita, sungguh jahat sekali!"
Lima orang anak buah Maniyoko segera menyerang
bayangan itu yang ternyata seorang pemuda yang bertubuh
tinggi tegap. Akan tetapi begitu pemuda itu menggerakkan
kaki tangannya, lima orang itu terlempar ke belakang seperti
disambar angin badai! Pemuda itu cepat membuka libatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jala, akan tetapi sebelum sempat membebaskan Lili dari
totokan, Maniyoko telah menyerangnya dengan samurainya.
"Singgg.......!!" Samurai itu meluncur dan mendesing
nyaring ketika dielakkan oleh pemuda itu. Samurai yang luput
dari sasaran itu membuat gerakan melengkung dan membalik,
kini menyambar lagi sebagai serangan susulan yang lebih
dahsyat dari pada yang pertama tadi.
Kembali pemuda itu mengelak dengan gerakan cepat, lalu
dari samping dia mendorong dengan kedua tangannya. Dari
kedua telapak tangan itu mengepul uap putih dan angin yang
dahsyat membuat Maniyoko hampir terjengkang! Pemuda
Jepang ini mengeluarkan seruan kaget, meloncat ke belakang
dan kesempatan itu dipergunakan oleh si pemuda jangkung
untuk menyambar tubuh Lili yang masih berada dalam jala
berikut pedangnya, memanggul tubuh itu dan melarikan diri
ke dalam hutan! Lima orang anak buahnya hendak mengejar akan tetapi
Maniyoko segera menahan mereka. "Jangan kejar! Mari kita
lapor kepada suhu!" katanya dengan hati gentar. Dari
serangan kedua tangan yang mengeluarkan uap putlh itu saja
dia tahu bahwa dia berhadapan dengan lawan yang amat
tangguh dan mengejar lawan selihai itu di dalam hutan
sungguh amat berbahaya. Setelah berlari cepat bagaikan burung terbang saja sampai
ke tengah hutan dan melihat bahwa tidak ada yang
mengejarnya, pemuda itu berhenti berlari dan menurunkan
tubuh yang dipanggulnya itu dengan hati-hati ke atas tanah
berumput tebal. Dia lalu mengulurkan tangan menekan
punggung dan pundak gadis itu dan seketika Lili merasa
dirinya terbebas dari totokan. Ia marah sekali dan karena jala
itu tidak ada yang memeganginya lagi, juga libatannya telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melonggar, ia menggerakkan pedang mengamuk dan jala
itupun dicabik-cabiknya. "Auhhh ......!" ketika ia merenggut jala itu, besi kaitan
mengait punggungnya dan menimbulkan rasa nyeri,
menambah kenyerian luka di punggung dan pundaknya.
"Engkau terluka, nona.......?" Pemuda itu bertanya dan
menghampiri gadis yang kini jatuh terduduk itu.
"Kaitan sialan ini mengait di punggung ..... aduhh .....!" Lili mengomel.
"Diamlah dan jangan bergerak, nona. Biar kucabut kaitan
itu Pemuda itu berlutut di belakang Lili. Akan tetapi setelah dia
memeriksanya, ternyata besi kaitan itu menancap menembus
pakaian dan kulit dan sukar mencabutnya karena tidak
nampak. Dia lalu merobek baju di punggung itu agar dapat
melihat besi kaitannya. "Breettt .......!"
"Ihh! Apa yang kaulakukan itu, jahanam!" Lili membentak,
hendak meloncat, akan tetapi terduduk kembali karena kaitan
itu tidak memungkinkan ia untuk banyak bergerak.
"Tenanglah, nona. Aku hanya ingin mengeluarkan besi
kaitan itu dan tanpa merobek baju, sukar melakukannya
karena kaitan itu tidak kelihatan." Pemuda itu mengerutkan
alisnya. Betapa galaknya gadis ini, pikirnya.
Dengan hati-hati dia lalu mengeluarkan besi kaitan itu dari
daging dan kulit yang ditembusinya. Darah mengucur keluar
dan pemuda itu melihat bahwa punggung itu menderita dua
luka, sedangkan dipundak kiripun terluka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam dulu, nona. Pundak dan punggungmu terluka. Tiga buah luka yang cukup dalam dan kalau tidak segera diobati, bisa berbahaya. Siapa tahu besi kaitan itu mengandung racun." Pemuda itu mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku bajunya, membukanya dan menaburkan bubuk putih pada tiga luka itu.
Lili merasa betapa jari-jari tangan pemuda itu menyentuh kulitnya di punggung dan pundak dengan lembut dan mengingat betapa selama hidupnya belum pernah ada tangan pria yang menyentuh kulitnya, bulu tengkuknya meremang.
Akan tetapi luka-luka yang tadi menimbulkan perasaan panas dan perih, kini terasa dingin dan nyerinya menghilang.
Setelah pemuda itu selesai mengobati lukanya, Lili meloncat berdiri dan pemuda itupun bangkit berdiri. Pemuda itu kecelik kalau dia mengharapkan ucapan manis dan terima kasih dari Lili. Sebaliknya malah, gadis itu memandang kepadanya dengan alis berkerut, muka marah dan mata melotot, bahkan tangan yang memegang pedang itu gemetar, siap untuk membacok atau menusuk!
"Kenapa engkau menyentuh pundak dan punggungku"
Kenapa" Hayo katakan, kenapa engkau menyentuh pundak dan punggungku, keparat?"
Pemuda itu tertegun, bengong dan sampai lama tidak mampu menjawab. "Hayo jawab, kenapa malah bengong seperti patung!" bentak Lili bertambah marah.
"Ehh" Aku .....eh, aku .... hanya ingin menolongmu, nona
......." akhirnya dia berkata gagap dan bingung karena selama hidupnya baru sekarang dia berhadapan dengan seorang gadis yang begini galak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menolongku" Kenapa" Hayo jawab!" kembali Lili membentak marah.
Kini pemuda itu sudah dapat mengatasi kekagetan dan keheranannya. Entah siapa orang tua dan guru gadis ini, pikirnya. Kenapa tidak mampu mendidik anak ini sehingga menjadi seperti itu, manis, galak, sesat, seenak perutnya sendiri, dan tidak tahu sopan santun ditambah tidak mengenal budi" Baru saja diselamatkan nyawanya, eh, bukannya berterima kasih bahkan memaki-maki dan membentak-bentak penolongnya!
"Nona, engkau ..... engkau ini seorang manusiakah?"
Lili terbelalak. Pertanyaan itu datangnya begitu mengejutkan, seperti serangan tusukan pedang yang tiba-tiba dan tidak disangka-sangkanya, membuat ia sejenak kehilangan keseimbangan dan salah tingkah. Kalau tadi ia memegang pedang dengan sikap mengancam, kini ia terlupa dan pedangnya ia pergunakan untuk bersandar seperti tongkat dengan ujungnya menekan tanah!
"Apa ....." Apa maksudmu .....?" Ia berbalik tanya, bingung.
"Kalau nona ini seorang manusia, kenapa begini aneh, baru saja diselamatkan orang, malah berbalik memaki-maki penolongnya" Kalau nona bukan manusia, tidak anehlah, hanya sungguh sayang. Nona begini muda dan cantik dan gagah, kelihatan baik budi, sayang kalau bukan manusia
........" Tiba-tiba wajah yang tadinya bengis itu berubah sama sekali. Kini nampak cerah, bahkan nampak gembira dan kalau tadi mulutnya mengandung senyum sinis mengejek, kini berubah menjadi senyum yang amat manis, membuat wajah itu seperti wajah kanak-kanak yang berhati bersih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah ucapanmu itu" Benarkah aku cantik dan gagah"
Benarkah.....?" Dalam ucapan ini terkandung harapan bahkan permohonan
seperti seorang anak kecil yang mengharapkan sesuatu yang
amat diinginkannya. Hal ini tidaklah mengherankan kalau
diingat bahwa sejak kecil Lili telah hidup bersama orang-orang
yang wataknya aneh, bahkan keras dan dapat dikata sesat
seperti Bi-coa Sian-li Cu Sui In, kemudian ia menjadi murid
pula dari seorang datuk aneh dan sesat seperti See-thian Coaong Cu Kiat. Dari kedua orang ini, tidak pernah ia merasakan
cinta kasih yang sewajarnya, yang keluar dari hati dan
perasaan yang murni. Bahkan lebih sering ia mendengar caci
maki dan celaan yang menyakitkan hati.
Kemudian, setelah ia remaja dan dewasa, kalau ada orang
memuji kecantikannya, maka pujian itu selalu mengandung
rayuan dan penjilatan, pujian penuh nafsu yang dapat ia
rasakan dan yang membuat ia merasa jijik dan benci. Kini,
untuk pertama kalinya selama hidupnya, ia bertemu seorang
pemuda yang memuji atau mengatakan bahwa ia cantik dan
gagah dengan cara yang lain sama sekali, bukan rayuan,
bahkan bukan pujian sehingga terasa olehnya bahwa ucapan
itu mengandung ketulusan hati. lnilah yang selama ini ia idamidamkan, yaitu perhatian yang tulus dari seseorang!
Pemuda itu kembali tertegun. Akan tetapi dia seorang yang
jujur dan diapun mengangguk.
"Tentu saja! Semua orangpun dapat melihat bahwa engkau
seorang gadis yang masih muda, cantik dan gagah, memiliki
ilmu kepandaian tinggi. Akan tepat dan serasi sekali kalau
semua keindahan itu dilengkapi dengan watak yang baik.
Nona, aku tadi melihat engkau ditangkap secara curang oleh
enam orang laki-laki itu yang tidak kukenal. Karena aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menganggap perbuatan mereka itu jahat, maka aku
membantumu. Akan tetapi mereka itu ternyata lihai, apa lagi
pemuda pendek itu. Maka, aku mengambil keputusan untuk
membawamu lari agar kita dapat menyelamatkan diri dari
pengeroyokan mereka. Akan tetapi, siapa, sangka, di sini
engkau membalas perbuatanku untuk menolongmu itu dengan
caci maki!" Sejenak Lili tidak menjawab, akan tetapi sinar matanya
mencorong dan mengamati wajah pemuda itu penuh selidik.
Sinar matanya yang tajam seolah-olah hendak menembus ke
dalam dan menjenguk isi hati pemuda itu!
Akan tetapi pemuda itu menentang pandang matanya
dengan tenang. "Aku masih belum tahu apakah engkau memang seorang
yang benar-benar jujur dan pantas menjadi sahabatku,
apakah engkau tadi benar-benar menolongku tanpa pamrih,
ataukah engkau hanya ingin pamer kepandaian untuk menarlk
perhatianku agar aku suka kepadamu?"
Ia berhenti sebentar, kemudian mengangkat pedangnya
dan memegang pedang itu melintang di depan dada. "Kalau
engkau palsu, keluarkan senjatamu karena aku ingin
mengujimu sampai berapa tinggi kepandaianmu maka engkau
memamerkan kepandaianmu kepadaku! Akan tetapi kalau
engkau memang jujur, kau ...... kau maafkan sajalah sikapku
tadi. Aku bukan tidak mengenal budi, hanya ..... ah belum
pernah aku bertemu dengan orang yang tidak palsu hatinya,
maka sukar bagiku untuk percaya kepada siapapun juga di
dunia ini." Pemuda itu menarik napas panjang dan nampak terharu
karena ucapan dan sikap gadis itu agaknya amat mengena
pada perasaannya. "Engkau memang benar, nona. Dunia ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh kepalsuan sehingga aku sendiri hampir tidak pernah
melihat kebenaran yang sejati. Mungkin aku sendiripun sama
palsunya dengan yang lain. Kita sudah terseret kedalam
pusaran kepalsuan dalam kehidupan manusia di dunia.
Sudahlah, nona. Lebih baik aku pergi saja. Aku tidak
mempunyai pamrih lain ketika membantumu, akan tetapi
akupun tidak berani mengaku bahwa aku bukan orang yang
palsu seperti orang-orang lain. Selamat tinggal!!"
Pemuda itu membalikkan tubuh melangkah pergi. Akan
tetapi tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu gadis
itu telah meloncat dan melewatinya, menghadang di depannya
dan tanpa banyak cakap lagi Lili sudah menyerangnya dengan
pukulan ke arah dada. Cepat dan kuat sekali serangan itu!
Pemuda itu mengelak dengan gesit, lalu meloncat ke
belakang. "Hei i ...! Kenapa pula engkau menyerangku?"
Lili tertawa. "Hi..hik, aku hanya ingin mengajak engkau
berlatih silat, sobat. Sambutlah ....!" Tanpa memberi waktu
lagi kepada si pemuda untuk menjawab Lili sudah menyerang
kalang kabut dengan kedua kaki tangannya, cepat dan aneh
gerakannya karena ia yang ingin menguji kepandaian pemuda
yang menarik hatinya itu telah mengeluarkan jurus-jurus
simpanannya! Pemuda itu terheran-heran, akan tetapi juga timbul
kegembiraannya. Dia seorang yang berilmu tinggi dan tentu
saja merasa senang kalau mendapatkan kesempatan untuk
berlatih dengan lawan yang pandai seperti gadis aneh itu.
Maka, sambil mengelak atau menangkis, diapun membalas
dengan serangan-serangan yang tidak kalah dahsyatnya!
Lili telah terluka. Biarpun luka-luka di punggung dan
pundak itu telah diobati, akan tetapi begitu dipakai bergerak,
terasa nyeri lagi, bahkan ia tidak mampu mengerahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh tenaganya, terhalang oleh perasaan nyeri. Akan tetapi
Lili adalah seorang gadis yang keras hati dan yang tidak
pernah mau memperlihatkan kelemahannya. Biarpun rasa
nyeri menusuk-nusuk, ia tidak mau mengaku dan masih tetap
mengerahkan seluruh tenaganya sambil menahan nyeri
sampai seluruh tubuhnya berkeringat dan napasnya mulai
memburu! Pemuda itu maklum akan hal ini dan tiba-tiba saja dia
bergerak terlalu lambat ketika tangan kiri Lili mencengkeram
ke arah dadanya. Akan tetapi begitu jari tangan gadis itu
menyentuh dadanya, tangan itu tidak jadi mencengkeram,
bahkan dibuka dan hanya telapak tangannya yang membentur


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dada pemuda itu. "Plakk .......!" Pemuda itu terhuyung kebelakang.
"Nona lihai sekali, aku mengaku kalah," katanya.
Tentu saja Lili bukan seorang gadis bodoh. Dalam hal ilmu
silat, kepandaiannya sudah mencapai tingkat tinggi sehingga
ia dapat membedakan gerakan kalah atau mengalah. Dan ia
tahu benar bahwa pemuda jangkung ini sengaja mengalah
kepadanya, pada hal ia sudah hampir kehabisan napas!
Ia tersenyum girang dan lega. Kalau pemuda itu tidak
mengalah, tentu ia akan kalah dan hal ini akan menyakitkan
perasaannya. Kekalahan merupakan hal yang ia anggap amat
menyakitkan dan bahkan merendahkan! Dengan napas
terengah Lili mengusap keringat dari leher dan dahinya,
menggunakan sehelai saputangan merah muda, dan ia
menatap wajah pemuda itu dengan senyum. Diam-diam ia
merasa kagum. "Engkau lihai, aku suka padamu. Siapakah namamu?"
tanyanya dengan terus terang dan sikap ini kembali membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu tertegun, akan tetapi juga kagum. Gadis ini amat
terbuka dan jujur, tidak banyak dipengaruhi tata cara sopan
santun yang biasanya hanya sebagai bedak penutup isi hati
yang sebenarnya saja. Gadis seperti ini tidak akan menyimpan
perasaannya sebagai rahasia, apa yang tercermin dalam sikap
dan pada wajahnya menunjukkan keadaan perasaan hati yang
sebenarnya. Tidak seperti orang awam yang demi sopan
santun palsu, suka memperlihatkan sikap yang menjadi
kebalikan dari keadaan hatinya.
"Namaku Sin Wan, nona. Dan siapakah engkau?"
Pemuda itu memang Sin Wan. Seperti kita ketahui,
bersama Kui Siang dan kakek Bu Lee Ki, juga ketua dan wakil
ketua Ang-kin Kai-pang, dia pergi ke Lok-yang untuk
menemani Bu Lee Ki dalam usaha kakek itu untuk
mempersatukan dan memimpin kembali para kai-pang.
Setelah tiba di luar kota Lok-yang mereka berpencar seperti
sudah direncanakan semula oleh kakek Bu Lee Ki. Dua orang
pimpinan Ang-kin Kai-pang berpisah karena mereka akan
langsung berkunjung kepada Hwa I Kai-pang dan menjadi
tamu perkumpulan pengemis itu. Kakek Bu Lee Ki sendiri
bersama Kui Siang memasuki kota Lok-yang sebagai tamu
pesiar. Sin Wan sendiri diberi tugas oleh Bu Lee Ki untuk
memasuki Lok-yang melalui pintu gerbang barat untuk
melakukan penyelidikan terhadap Hek I Kai-pang.
Demikianlah, ketika dia tiba di jalan raya dekat hutan yang
sunyi, dia mendengar suara orang bertempur di dalam hutan.
Perkelahian itu, tidak nampak dari jalan raya, akan tetapi
karena dia memiliki pendengaran yang tajam terlatih, dia
dapat menangkap suara mereka dan karena tertarik, dia lalu
memasuki hutan itu dan melihat betapa seorang gadis sedang
dalam bahaya, ditawan oleh enam orang menggunakan jala
dan dia segera turun tangan menolongnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nama Sin Wan tidak dikenal oleh Lili walau sebelas tahun
yang lalu mereka sebagai anak-anak berusia sepuluh dan
sembilan tahun, pernah berkelahi. Juga wajah dan keadaan
mereka sudah berubah sama sekali, dari kanak-kanak menjadi
dewasa, maka tentu lain tidak saling mengenal. Maka, dengan
wajah masih dihias senyum manis Lili menjawab.
"Namaku Tang Hwe Li, akan tetapi engkau boleh
memanggil aku Lili saja, seperti semua orang yang akrab
denganku." "Lili" Nama yang bagus."
"Hemm, dan namamu amat jelek."
"Hemm ...." Sin Wan tersenyum walaupun dia merasa
heran akan kekasaran gadis ini.
"Akan tetapi biar namamu jelek, engkau seorang yang amat
baik dan aku suka padamu, Sin Wan. Aku belum pernah
mempunyai seorang kawan yang baik, dan aku senang sekali
mendapatkan seorang kawan seperti engkau. Aku ...... ahhh
........." Melihat gadis itu terkulai dan jatuh berduduk di atas rumput
sambil menekan kepalanya dengan tangan kiri, Sin Wan
terkejut dan diapun cepat berlutut di dekatnya.
"Lili, kau kenapakah .......?" tanyanya khawatir.
"Tidak apa-apa ........" Lili yang tidak pernah mau kelihatan lemah itu mengerahkan tenaganya dan ia mencoba untuk
bangkit berdiri. Akan tetapi begitu ia berdiri, tubuhnya terkulai
dan ia tentu sudah roboh kalau saja tidak cepat dirangkul Sin
Wan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lili, engkau kenapa" Tubuhmu panas sekali ....!" Sin Wan yang merangkulnya terkejut karena gadis itu nampak pucat dan menderita nyeri, dan tubuhnya panas seperti terbakar.
Dan Sin Wan merasa betapa tangan dan lengannya yang merangkul menjadi basah oleh keringat gadis itu.
"Sin Wan, aku ...... aku ..... ahhhh....... " Gadis itu terkulai dan pingsan dalam rangkulan Sin Wan!
"Lili, ah, kenapa kau" "
Sin Wan cepat memondong tubuh itu dan membawanya ke tempat yang kering, di mana tanahnya tertutup daun-daun yang kering dan dengan hati-hati dia lalu merebahkan gadis itu di atas tanah. Setelah itu, dia melepaskan kancing dekat leher untuk melonggarkan dada gadis itu karena dia melihat napasnya terengah.
Setelah itu, mulailah dia memeriksa denyut jantung melalui nadi dan pernapasannya. Pemuda ini telah mewarisi ilmu pengobatan mendiang Pek-mau-sian Thio Ki, seorang di antara Sam-sian. Setelah melakukan pemeriksaan sejenak, dia terkejut karena mendapat kenyataan bahwa gadis itu telah keracunan! Tahulah dia bahwa racun itu tentu masuk melalui tiga buah luka di punggung dan pundaknya tadi, Ternyata obatnya tidak cukup kuat untuk melawan racun itu dan kini ada hawa beracun menguasai gadis itu.
Terpaksa dia mendorong tubuh gadis itu miring, merobek baju di punggung untuk memeriksa luka-lukanya. Dan benar saja, luka-luka itu nampak membiru, baik yang di pundak kiri maupun yang di punggung. Nampak betapa dua buah luka kecil di punggung itu nampak buruk sekali di permukaan punggung yang berkulit halus dan putih mulus. Dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa tanpa mengeluarkan racun itu dari luka-lukanya akan
sukar mengobati Lili. Dia mendorong tubuh itu menelungkup dengan muka
miring, merobek baju di punggung itu semakin lebar sehingga
nampak semua permukaan punggung dan pundak, kemudian
tanpa ragu-ragu lagi diapun membungkuk dan menempelkan
mulutnya pada luka pertama! Dia mengerahkan sin-kang dan
mulai mengisap, perlahan-lahan dan mengatur tenaga
isapannya sampai mulutnya merasakan darah. Dia
meludahkan darah yang diisapnya, dan seperti dugaannya,
darah itu berwarna kehitaman!
Setelah tiga kali mengisap, barulah yang terisap ke
mulutnya darah merah dan dia menghentikannya, lalu
menaburkan bubuk putih lagi kepada luka yang sudah bersih
dari racun. Dilakukan isapan pada luka ke dua seperti tadi,
kemudian pada luka di pundak sampai ke tiga luka itu bebas
dari racun. Pernapasan gadis itu tidak seperti tadi walaupun tubuhnya
masih terasa panas. Baru saja dia selesai mengisap luka
dipundak, tiba-tiba gadis itu merintih dan bergerak. Sin Wan
melepaskan mulutnya dan pada saat itu, Lili sudah bangkit
duduk. Mata gadis itu mencorong dan kedua tangannya
meraba punggung dan pundak yang terbuka karena baju di
bagian punggung terbuka lebar.
"Jahanam kau, Sin Wan! Kau ...... kau ...... berani ......."
Tangan kiri Lili menyambar ke arah kepala Sin Wan dengan
cengkeraman maut. Akan tetapi Sin Wan menangkap
pergelangan tangan itu, lalu meludahkan darah terakhir tadi
baru berkata. "Tenanglah, Lili. Aku mengobatimu, aku menyedot racun
dari luka-luka, dan untuk itu, terpaksa aku membuka bajumu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di punggung. Maaf, tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan
nyawamu. Lihat itu ......." Sin Wan menunjuk ke tanah di
mana nampak darah hitam yang diludahkannya tadi.
Lili terbelalak dan kebingungan.
"Jadi aku ...... keracunan .........?"
Sin Wan mengangguk. "Benar. Racun itu jahat sekali
sehingga pengobatanku pertama tadi gagal. Akan tetapi aku
telah mengisap keluar semua racun dari tiga luka itu, dan kini
hanya hawa beracun di tubuhmu yang harus kita bersihkan.
Percayalah kepadaku, Lili. Aku hanya ingin menolongmu,
bukan berniat kotor dan tidak sopan. Nah, duduklah bersila,
aku akan membantumu mengusir hawa beracun dari
tubuhmu." Lili mengangguk, tidak bicara lagi dan iapun duduk bersila,
bahkan membiarkan saja punggung dan pundaknya yang
terbuka. Sin Wan dengan hati-hati menaburkan obat bubuk
putih di luka terakhir, yaitu di pundak, kemudian dia menutup
kembali punggung dan pundak yang terbuka dengan
mengikatkan ujung kedua baju yang tadi dia robek. Setelah
itu, diapun duduk bersila di belakang gadis itu dan
menempelkan kedua telapak tangannya di punggung yang kini
sudah tertutup kembali, perlahan-lahan dia mengerahkan
tenaganya, disalurkan dari pusar melalui kedua lengannya,
membuat telapak tangan yang menampung tenaga itu
tergetar. Lili duduk bersila dengan hati yang tidak karuan rasanya.
Ada marah, ada malu, ada pula rasa girang, ada terharu
sehingga kedua matanya menjadi basah! Sejak menjadi murid
Bi-coa Sian-li sampai sekarang, ia tidak pernah menangis.
Tangis merupakan pantangan baginya. Akan tetapi saat ini
ingin ia menjerit-jerit menangis. Ketika perasaan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditahannya, matanya menjadi panas dan basah dan perlahanlahan, beberapa tetes air mata jatuh ke atas kedua pipinya. Ia
merasa betapa dari kedua telapak tangan pemuda yang
menempel di punggungnya itu, keluar hawa yang hangat
bergelombang memasuki dirinya.
Ia tidak melawan dan pasrah saja, akan tetapi perlahanlahan, ia merasa betapa hawa panas yang membakar di dalam
dadanya, berangsur mengurang. Uap mengepul dari
kepalanya dan tidak sampai sejam lamanya, kesehatannya
telah pulih kembali, hawa panas itu menghilang dan ia merasa
tubuhnya demikian nyaman, akan tetapi juga amat lemah.
"Nah, engkau sudah sembuh sekarang, Lili," kata Sin Wan
lirih sambil melepaskan kedua tangan yang menempel di
punggung gadis itu. Akan tetapi karena lemah, dengan lemas
Lili terkulai dan jatuh bersandar pada dada Sin Wan yang
cepat merangkulnya "Eh, kenapa, Lili?"
"Lemas sekali ..... Sin Wan, biarkan aku bersandar begini
...... biarkan ......." kata Lili dengan suara yang lemah dan lirih.
Tentu saja Sin Wan membiarkan gadis itu duduk bersandar
pada dadanya dan diapun merangkul dengan kedua lengan
agar gadis itu tidak sampai terguling ke samping. Dia tahu
bahwa akibat racun tadi, Lili yang sudah sembuh itu tinggal
merasa lemas saja. Dan sekarang, setelah bahaya yang mengancam gadis itu
lewat, baru dia merasa betapa lembut dan hangat tubuh yang
bersandar di dadanya itu. Betapa halus dan harum rambut
kepala itu, dan betapa cantik raut wajah yang kini bersandar
miring di dadanya. Betapa indah dan lembut lengan yang
dipeluknya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan adalah seorang pemuda dewasa yang normal, maka wajarlah kalau dia merasa jantungnya berdebar penuh gairah. Namun, dengan kekuatan batinnya yang kokoh dia menekan perasaan yang timbul ini, perasaan alami seorang pria dengan keyakinan bahwa menuruti dorongan perasaan mesra itu amatlah berbahaya dan tidak baik, dan dapat membuatnya lupa dan melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dia lakukan. Diapun memejamkan kedua matanya.
Dia baru sadar dengan kaget ketika merasa betapa tubuh yang bersandar di dadanya itu terguncang perlahan dan ketika dia membuka mata dan menundukkan muka memandang, dia melihat betapa gadis itu menangis lirih! Tangis tanpa bunyi, akan tetapi jelas bahwa gadis itu menangis karena kedua pipinya basah dan pundaknya terguncang perlahan.
"Lili, kau .... kau ...... menangis, ........?" tanyanya lirih, khawatir, dengan berbisik saja di dekat telinga gadis itu.
"Siapa menangis?" jawaban itu mengandung bantahan dan cepat, akan tetapi segera disusul ucapan lirih dan lemas,
"Biarkan aku .... Sin Wan, biarkan aku begini sebentar ......"
Sin Wan diam saja dan gadis itu bersandar miring. Makin lama, pernapasan gadis itu makin halus dan panjang, dan akhirnya tahulah Sin Wan bahwa Lili telah tertidur di atas dadanya! Diapun merasa kasihan dan tidak ingin
mengganggu, hanya merangkul agar gadis itu tidak terguling jatuh. Diam-diam dia merasa iba sekali. Gadis ini pasti mengalami kepahitan hidup, agaknya haus akan kelembutan, haus akan kasih sayang. Kasihan sekali gadis secantik ini, pikirnya dan diapun duduk bersila dengan kokoh seperti dalam samadhi, membiarkan dirinya kokoh kuat sebagai sandaran gadis yang pulas itu, sambil mendengarkan pernapasan yang panjang dan lembut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, matahari telah mulai condong ke barat,
senja menjelang tiba. Sesosok bayangan yang gerakannya
amat ringan memasuki hutan itu dan menyelinap di antara
pohon dan semak. Akhirnya, bayangan itu berhenti di
belakang pohon, mengintai ke arah Sin Wan yang duduk diam
disandari gadis yang tidur pulas di dadanya. Ikatan rambut Lili
terlepas dan rambutnya yang hitam panjang itu menyelimuti
dada dan perut Sin Wan. Bayangan itu adalah Lim Kui Siang! Karena sampai lama Sin
Wan tidak muncul di kota Lok-yang, ia menyatakan
kekhawatirannya dan memberi tahu kakek Bu Lee Ki bahwa ia
hendak mencari dan menjemput suhengnya itu melalui pintu
gerbang barat. Bu Lee Ki yang maklum akan perasaan gadis
itu terhadap Sin Wan, menyetujui dan memesan agar gadis itu
pulang sebelum malam tiba.
Kui Siang keluar dari pintu gerbang barat, akan tetapi tidak
bertemu dengan Sin Wan. Hatinya merasa khawatir, apa lagi
matahari mulai condong ke barat dan jalan raya itu sunyi.
Ketika ia melihat sebuah hutan di kiri jalan, ia mengerutkan
alisnya. Apakah yang telah terjadi dengan suhengnya" Ia
merasa khawatir dan iapun melangkah memasuki hutan. Siapa
tahu, suhengnya sedang menyelidiki sesuatu dan berada di
dalam hutan ini. Akhirnya, setelah tiba di tengah hutan, ia melihat Sin Wan
duduk bersila di atas tanah yang ditilami daun-daun kering,
dan di depan pemuda itu nampak seorang gadis cantik sedang
tidur pulas di atas pangkuan Sin Wan, dengan kepala miring
bersandar di dada suhengnya. Mesra bukan main!
Seketika Kui Siang merasa betapa seluruh tubuhnya
gemetar, kedua kakinya menggigil dan dadanya seperti akan
meledak! Benarkah itu suhengnya" Akan tetapi kenapa" Siapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu" Bagaimana mungkin suhengnya melakukan hal
seperti itu, bermesraan dan berpacaran dengan seorang gadis
asing di tengah hutan"
Setahunya, suhengnya bukankah pria macam itu! Bahkan
terhadap dirinya sendiri sebagai su-moipun, suhengnya tak
pernah bersikap terlalu mesra, tak pernah menyentuh
sedikitpun, selalu menjaga jarak dan kesopanan. Akan tetapi
sekarang, di tempat sepi ini, tahu-tahu suhengnya merangkul
seorang gadis yang tidur pulas di atas pangkuannya, dengan
kepala bersandar mesra di dadanya! Entah mengapa, Kui
Siang ingin menjerit, ingin mengamuk, ingin membunuh gadis
itu dan memaki suhengnya, ingin menangis! Sebelum ia tidak
kuat lagi menahan semua dorongan amarah itu Ia cepat pergi
dari situ, setelah sekali lagi memperhatikan dan yakin bahwa
pemuda itu adalah Sin Wan, suhengnya!
Kui Siang berlari cepat meninggalkan tengah hutan itu,
akan tetapi setelah tiba di tepi hutan, tak jauh dari jalan raya
akan tetapi tidak nampak dari sana, ia tidak dapat menahan
lagi guncangan hatinya dan iapun menjatuhkan diri di bawah
sebatang pohon dan menangis sejadi-jadinya! Setelah banyak
air mata mengalir keluar, baru agak ringan rasa hatinya,
seolah semua beban yang menyesak dada tadi mendapatkan
jalan keluar. Dengan mata masih merah dan muka basah, Kui
Siang termenung. Kesadarannya menimbulkan pertanyaan
yang membuat ia sendiri merasa sungkan dan heran. Kenapa
ia menangis" Kenapa ia harus marah-marah dan merasa bersedih seperti
itu" Sin Wan bermesraan dengan seorang gadis, walaupun hal


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu baru baginya dan aneh, akan tetapi wajar sekali. Sin Wan
seorang pemuda dewasa dan gadis itu cantik! Kenapa ia harus
marah-marah dan bersedih"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Siang termangu-mangu. Biar pikirannya merasa heran dan penasaran mengapa ulah dirinya seperti ini, namun hatinya berbisik lirih, jelas sekali, "Aku cinta padanya ..... aku mencinta suheng, aku tidak ingin dia dimiliki wanita lain!"
Menyadari kenyataan yang dibisikkan hatinya ini, Kui Siang bangkit dan mukanya menjadi kemerahan. Nampak jelas kini, ia sejak dahulu jatuh cinta kepada suhengnya. Bukan cinta seorang sumoi terhadap suhengnya, bukan cinta kanak-kanak karena sejak berusia sembilan tahun ia bergaul dengan Sin Wan, bukan pula cinta saudara, melainkan cinta seorang gadis dewasa terhadap seorang pemuda. Cinta seorang wanita terhadap seorang pria. Dan ia dilanda cemburu!
"Ihhh ......!" Ia mencela diri sendiri. Cemburu" Sin Wan hanya suhengnya, bukan apa-apanya, bukan pula kekasihnya.
Inilah salahnya! Kalau saja mereka saling mengaku bahwa mereka saling mencinta, kalau Sin Wan tahu bahwa ia mencintainya, kiranya belum tentu Sin Wan mau bermesraan dengan gadis lain.
Ada pendapat dan perbantahan dalam hati dan kepalanya ini membuat Kui Siang merasa pening dan iapun perlahan-lahan melangkah keluar menuju ke jalan raya. Kemudian seperti orang yang kehilangan semangat, iapun kembali ke rumah penginapan di mana ia dan Bu Lee Ki menyewa dua buah kamar. Dengan hati-hati agar tidak terdengar oleh Bu Lee Ki, ia memasuki kamarnya dan melempar tubuh ke atas pembaringan, menelungkup dan membenamkan mukanya pada bantal agar isaknya tidak sampai terdengar orang!
0oo0 Cuaca sudah mulai remang-remang. Sin Wan, mulai khawatir. Tidak mungkin dia mendiamkan saja Lili pulas di atas dadanya sampai cuaca menjadi gelap. Dia harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaanjutkan perjalanan memasuki kota Lok-yang, mencari
kakek Bu Lee Ki dan Kui Siang. Sudah cukup lama Lili tertidur,
lebih dari satu jam. Perlahan dan lembut ia memegang pundak
kanan gadis itu, pundak yang tidak terluka, mengguncangnya
dan berbisik lirih. "Lili .....! Lili ..........., bangunlah ........."
Jilid 9 PERNAPASAN yang lembut itu berubah dan tubuh yang
lembut hangat itu menggeliat perlahan. Lili membuka matanya
dan agaknya ia terheran melihat dirinya duduk tertidur di
dalam hutan yang cuacanya mulai remang. Ia melihat ke atas.
Ketika ia melihat wajah Sin Wan yang menunduk dan
memandang kepadanya, iapun teringat akan semua yang
telah terjadi dan ia tersenyum! Ia tidak bangkit, bahkan
membalikkan mukanya, dibenamkan ke dada yang bidang itu
dan belum pernah selama hldupnya ia merasa begitu tenang
tenteram penuh damai seperti seekor anak ayam berilndung di
bawah selimutan sayap induknya!
"Aihh ...., Sin Wan ...... aku ..... sudah lamakah aku
tertidur?" bisiknya.
"Ada sejam lebih. Malam hampir tiba dan kita harus segera
keluar dari hutan ini, aku harus melanjutkan perjalanan ....."
kata Sin Wan tanpa nada mengusir.
"Sin Wan, aku tidak mau pergi ......" Lili malah merangkul
leher. "Sin Wan, aku tidak sudi berpisah darimu, aku ingin kita
terus berdampingan, tak terpisah lagi, ....... seperti ini ....."
Sin Wan mengerutkan alisnya. Ini sudah keterlaluan
namanya. Dia merasa kasihan sekali kepada Lili, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemanjaan yang berlebihan ini juga amat mengganggunya.
Rasa iba membuat dia mengelus rambut kepala yang hitam
panjang itu, seperti seorang kakak menghibur adiknya. "Lili,
tidak mungkin begitu. Kenapa engkau seaneh ini?" Suaranya
lembut tidak bernada teguran.
Lili bangkit duduk, membalik dan kini mereka duduk
berhadapan. Gadis itu memandang dengan sinar mata tajam
dan nampak penasaran. "Kenapa aneh" Aku cinta padamu, Sin
Wan! Ya, aku jatuh cinta padamu dan aku tidak ingin berpisah
darimu!" Sin Wan terkejut bukan main, matanya membelalak. Bukan
main gadis ini! Begitu saja menyatakan cinta, begitu terbuka,
begitu jujur, begitu berani! Dia sendiri menjadi salah tingkah,
mukanya menjadi merah sekali dan jantungnya berdebar.
Lili menjulurkan kedua tangannya dan menangkap tangan
pemuda itu. Jari-jarl tangan mereka saling genggam. "Sin
Wan, aku cinta padamu dan engkaupun cinta padaku, bukan"
Engkau telah menyelamatkan aku, engkau telah begitu baik
kepadaku, engkau telah melihat punggung dan pundakku
yang telanjang. Bahkan engkau telah mengalahkan aku dalam
latihan tadi ........"
"Aku yang kalah, Lili ........" kata Sin Wan karena tidak tahu harus berkata apa.
"Tidak, engkau mengalah, kaukira aku tidak tahu" Engkau
amat baik kepadaku, itu tandanya engkaupun cinta padaku!"
Kedua tangan Lili menggenggam kuat-kuat.
Sin Wan menghela napas panjang, tidak berusaha
melepaskan kedua tangannya walaupun hatinya merasa tidak
enak sekali. Dia memang amat kagum kepada gadis ini, juga
merasa kasihan, akan tetapi dua macam perasaan itu belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi tanda bahwa dia jatuh cinta! Bagaimana mungkin
cinta dapat ditentukan sedemikian cepatnya"
"Lili, kita tidak boleh begini. Kita baru saja bertemu dan
berkenalan, bagaimana mungkin kita bicara tentang cinta"
Pula, aku harus menyelesaikan tugasku lebih dulu, dan aku
melakukan perjalanan bersama locianpwe Pek-sim Lo-kai. Dia
menantiku di dalam kota, aku harus cepat pergi ke sana."
Sepasang mata yang indah itu melebar, penuh kagum. "Ah,
Jadi engkau murid Pek-sim Lo-kai yang kabarnya amat lihai
itu, Sin Wan" Pantas saja kepandaianmu hebat. Aku makin
cinta padamu!" "Bukan, Lili. Locianpwe itu bukan guruku!" jawab Sin Wan
cepat, semakin bingung karena gadis itu tiada hentinya
mengaku cinta. "Bukan muridnya" Lalu, siapa gurumu Sin Wan?"
Kalau saja Sin Wan tidak menjadi panik dan bingung,
merasa disudutkan oleh pengakuan cinta yang bertubi dari
gadis itu, tentu dia akan berhati-hati dan tidak sembarangan
saja memperkenalkan nama guru-gurunya. Akan tetapi, dia
sedang panik, apalagi kedua tangan gadis itu, terasa demikian
hangat dan, penuh getaran aneh, membuat jantungnya
semakin berdebar. "Guruku adalah Sam Sian ....." jawaban ini keluar begitu
saja. Dia merasa betapa jari-jari tangan itu makin kuat
menggenggam kedua tangannya, dan karena salah tingkah dia
tidak berani menatap wajah Lili sehingga tidak melihat
perubahan yang terjadi pada wajah gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga Dewa" Engkau murid Tiga Dewa ....?" Dan kini teringatlah Lili akan anak laki-laki yang pernah menghinanya sebelas tahun yang lalu! Bahkan setahun yang lalu, ketika ia dan sucinya menyerbu Pek-In-kok dan sucinya berhasil menewaskan dua di antara Tiga Dewa walaupun sucinya sendiri terluka, ia tidak berhasil mencari anak laki-laki yang dulu menghinanya itu. Dan kini teringatlah ia bahwa Dewa Arak pernah menyebutkan nama muridnya, Sin Wan"
Mungkin, ia sudah lupa lagi.
"Kau ..... kau ..... murid Sam Sian ..... ?" Bibirnya komat-kamit dan suaranya tidak jelas. Perasaannya terguncang, penuh kebimbangan, penuh penasaran dan kemarahan.
"Lili, kau kenapa . .....?" Sin Wan dengan khawatir memegang kedua pundak gadis itu karena tubuh itu menggigil. Akan tetapi pada saat itu, kedua tangan Lili bergerak dan sebelum Sin Wan tahu apa yang terjadi, dia sudah tertotok dan roboh terkulai, tak mampu bergerak lagi karena tubuhnya menjadi lemas!
"Lili, kau .....?" Sin Wan berkata lemah, lebih heran dari pada penasaran. Gadis yang tadi mati-matian mengaku cinta, yang begitu lembut dan hangat membenamkan muka di dadanya, tiba-tiba menyerang dan merobohkannya dengan totokan!
"Sin Wan, katakan, sejak kapan engkau menjadi murid Sam-sian?" Lili bertanya dan kini suaranya terdengar galak, lenyap semua kemanisan dan kemesraan dalam suaranya itu.
"Kenapa" Sejak kecil ........"
"Sebelas tahun yang lalu?"
"Ya begitulah, kurang lebih."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika Sam-sian mengantarkan pusaka-pusaka istana yang
hilang, menggunakan sebuah kereta, engkau juga berada di
kereta itu?" "Ya ...... ya ....." Sin Wan semakin heran. Bagaimana gadis ini mengetahui soal itu"
"Bagus! Engkau kiranya kuda-sapi-kerbau-anjing itu?"
Sin Wan terbelalak. Kata-kata dan sikap yang galak ini
menggugah ingatannya. Seorang anak perempuan yang galak
sekali, seperti setan! Anak perempuan yang mengambil
pakaian dan merobek-robek pakaiannya ketika dia sedang
mandi. Kemudian anak perempuan yang bersama gurunya
hendak merampas pusaka istana dan berkelahi dengan dia,
kemudian dia berhasil menangkapnya dan memukuli
pinggulnya seperti seorang ayah menghajar anaknya yang
nakal. "Lili, kau ....... kau ......."
"Engkau seorang manusia yang kejam, jahat dan, kurang
ajar!" Kini Lili memaki-maki dengan marah sekali. "Engkau
pernah menghinaku habis-habisan, tahukah engkau" Dahulu
pernah aku bersumpah untuk membalas penghinaan itu,
ingatkah" Engkau memukuli pinggulku! Sampai sekarangpun
masih terasa olehku! Hemm, engkau harus membayar berikut
bunganya!" Sin Wan tidak bicara lagi. Dia tahu bahwa dia terjatuh ke
tangan seorang gadis yang seperti iblis. Murid Bi-coa Sian-li
yang telah menewaskan dua di antara tiga orang gurunya. Dia
sudah tidak berdaya. Kematian di depan mata tanpa dia
mampu melakukan perlawanan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dia tidak mau membuka mulut karena dia tidak ingin mendengar suaranya sendiri minta dikasihani dan diampuni.
Tidak, dia bukan seorang pengecut. Kalau memang Tuhan menghendaki dia mati di tangan gadis ini, tiada kekuatan atau kekuasaan di dunia ini mampu menyelamatkannya.
Sebaliknya, kalau memang Tuhan tidak menghendaki dia mati sekarang, biarpun dia sudah berada di ambang maut, pasti akan terdapat jalan baginya untuk terhindar dari maut.
Kalaupun dia harus mati, dia harus mati sebagai seekor harimau yang tidak pernah memperlihatkan kelemahan sedikitpun juga sampai mati, bukan seperti matinya seekor babi yang akan disembelih dan merengek-rengek minta hidup.
Tuhan Maha Besar, Tuhan Maha Kuasa, dia hanya menyerahkan jiwa raganya kepada kekuasaan Tuhan.
Kaki gadis itu mendorong dan tubuh Sin Wan terguling menelungkup. Kemudian terdengar gadis itu menghardik,
"Engkau pernah memukuli pinggulku sampai sepuluh kali!
Sekarang rasakan pembalasanku dengan pukulan seratus kali!" Setelah berkata demikian, tangan kiri Lili terayun dan sambil berjongkok ia menamparkan tangan kirinya ke arah pinggul Sin Wan bertubi-tubi.
"Plak..plak..plak..plak....!!" Ia menampari sambil menghitung dengan tangan kirinya. Akan tetapi karena ia tidak bermaksud membunuh, hanya untuk menghajar dan membalas penghinaan melalui pemukulan pada pinggul, ia mengatur tenaga, tidak mempergunakan tenaga sakti, melainkan tenaga otot biasa. Karena itu, Sin Wan tidak menderita luka dalam, tulangnya tidak patah bahkan kulitnya tidak pecah. Namun karena dia sendiri tertotok dan tidak mampu mengerahkan tenaga, maka tamparan-tamparan itu terasa nyeri, panas dan perih.
"Plak..plak..plak.... !!" Belum sampai limapuluh kali, tangan kiri Lili sudah terasa panas dan lelah sekali sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulannya makin lama semakin lemah, ia menggantikannya
dengan tangan kanan dan kembali tamparannya menjadi kuat.
Tentu saja Sin Wan menderita nyeri. Panas dan pedih rasa
kedua pinggulnya, akan tetapi, dia menerimanya dengan bibir
terkatup kuat, tidak pernah dia mengeluh atau merintih.
Hal inilah yang membuat Lili merasa penasaran. Kalau
pemuda itu mengeluh, tentu hatinya akan terasa puas sekali.
Akan tetapi, pemuda itu sama sekali tidak merintih seolah-olah
semua pukulannya itu tidak terasa sama sekali. Pada hal
kedua tangannya sudah panas dan lelah karena ia hanya
mempergunakan tenaga otot. Belum sampai seratus kali,
paling banyak baru tujuhpuluh kali, ia sudah menghentikan
tamparannya! "Hemm, engkau bandel, ya" Engkau tidak minta ampun,
tidak mengeluh, engkau merasa gagah, ya" Pembalasanku
belum lunas, pukulanku belum ada seratus kali, sisanya akan
ku lakukan dengan cara lain!" Ia melolos sabuknya yang
panjang, membikin putus sebagian, kemudian ia menyeret
tubuh Sin Wan ke sebatang pohon, memaksanya bangkit
berdiri dengan menariknya, lalu ia mengikat Sin Wan pada
batang pohon itu. Di katnya kaki dan tangan pemuda itu ke
belakang, bersandar pohon. Setelah selesai, ia memandang
kepada Sin Wan dengan senyumnya yang khas, senyum sinis
mengejek. Kemarahannya memuncak ketika ia melihat wajah
pemuda itu tenang-tenang saja, bahkan pemuda itupun
tersenyum, seperti seorang dewasa merasa geli melihat ulah
yang nakal seorang kanak-kanak!
"Aku akan meninggalkanmu di sini, biar engkau dimakan
binatang buas di hutan ini! Nah, apa yang akan kaukatakan?"
Sin Wan merasa nyeri sekali di pinggulnya piut-miut
rasanya berdenyut-denyut seperti mau pecah, panas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedih menusuk jantung, dan tubuhnya masih lemas tak
mampu bergerak karena totokan. Akan tetapi wajahnya tidak
membayangkan semua penderitaan itu, dan dia bahkan
tersenyum, senyum yang oleh Lili dianggap menantang dan
menyakitkan hati. Kemudian, Sin Wan berkata dengan suara
lirih dan lembut tanpa kemarahan.
"Aku hanya ingin berkata bahwa sayang sekali engkau yang
begini cantik dan gagah, yang berkepandaian tinggi, telah
dibikin gila oleh dendam sehingga menjadi kejam seperti
setan." Sepasang mata itu terbelalak dan tangan kanannya
melayang. "Plakk !!" keras sekali telapak tangan itu
menghantam pipi kiri Sin Wan sehingga kepala pemuda itu
terdorong ke kanan dan seketika pipi itu menjadi merah
membiru dan membengkak. "Kau maki aku seperti setan" Engkaulah yang setan, iblis,
siluman! Kau .... kau ....., huh, aku benci padamu. Benci i ...!"
Dan gadis itu mengeluarkan suara aneh, seperti tawa akan
tetapi juga mirip tangis, atau suara antara keduanya itu. "Biar
kau dimakan binatang buas!" Dan sekali melompat, gadis itu
menghilang di antara pohon-pohon dalam cuaca yang mulai
gelap itu. Sin Wan termenung, pipinya berdenyut deyut keras,
nyerinya bisa mengalahkan rasa nyeri di pinggul. Betapa
galaknya gadis itu dan dia membayangkan Lili. Aneh, yang
terbayang olehnya bukan prilaku yang menyiksanya tadi.
Terbayang olehnya ketika gadis itu tertidur pulas di dadanya!
Yang terngiang di telinganya bukan caci makinya, melainkan
ucapan gadis itu yang mengaku cinta padanya.
Malam tiba. Sinar bulan yang menggantikan matahari tidak
cukup kuat mengusir kegelapan malam, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setidaknya mendatangkan cahaya menembus daun-daun
pohon sehingga cuacanya tidak gelap benar, melainkan
remang-remang. Dia belum mampu menggerakkan tubuhnya.
Totokan Lili ternyata lihai sekali. Agaknya dia harus menanti
satu dua jam lagi agar pengaruh totokan itu membuyar dan
baru dia akan dapat mengerahkan tenaga untuk membikin
putus tali sabuk yang mengikat kaki dan tangannya pada
pohon. Sebelum dia mampu mengerahkan tenaga, dia tidak
berdaya. Terdengar suara gerengan di sana-sini. "Harimau," pikir Sin
Wan, atau sebangsa itu, binatang hutan yang liar! Kalau dia
belum mampu menggunakan tenaga dan ada binatang buas
datang, dia akan mati konyol! Dia akan menjadi mangsa
binatang buas, kulit dagingnya akan digerogoti, dia akan
dimakan hidup-hidup! Bukan main ngeri rasa hatinya
membayangkan semua itu, akan tetapi perasaan ngeri dan
takut itu segera lenyap seketika setelah dia teringat akan
keyakinan hatinya terhadap kekuasaan Tuhan!
Dia sebagai manusia hanya sekedar alat. Hidup dan
matinya milik Tuhan! Kenapa harus takut" Dia menyerah
penuh kesabaran, penuh ketawakalan, penuh keikhlasan!
Kalau Tuhan menghendaki dia mati, setiap saatpun dia siap
dengan hati yang rela dan ikhlas. Bukan berarti-putus asa!
Penyerahan dengan ikhlas tidak berarti putus asa. Saat itu dia
hidup dan selama dia masih hidup, dia akan menggunakan
segala daya kemampuannya untuk bertahan hidup, untuk
menjaga dan mempertahankan kehidupannya. Akan tetapi
kalau Tuhan menghendaki dia mati, dia tidak akan menyesal
karena penyerahan seikhlasnya berarti ikhlas untuk hidup dan
ikhlas untuk mati, menyerah kepada kekuasaan Tuhan!
Keyakinan dan penyerahannya ini mengusir semua rasa
takut, bahwa Sin Wan dapat menghadapi keadaannya saat itu
dengam senyum di bibir. Betapa amat menarik kehidupan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan segala liku-likunya ini, dan dia sudah siap untuk
menjadi saksi, mengikuti setiap pengalaman hidup sampai
akhlr.

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba terdengar gerengan keras dan Sin Wan menengok
ke kiri. Lehernya sudah dapat dia gerakkan, akan tetapi ketika
dia berusaha menggerakkan tangan dan kaki, kedua pasang
anggauta tubuh itu masih lemas dan tidak dapat dia gerakkan!
Dan dia melihat sepasang mata mencorong di dalam cuaca
yang remang-remang itu. Nampaknya bayangan itu seperti
seekor anjing yang berindap-indap menghampirinya. Akan
tetapi jelas gerengan ini bukan gonggong atau salak anjing,
melainkan auman harimau! Sin Wan merasa betapa bulu tengkuknya meremang.
Bagaimanapun juga, nalurinya untuk mempertahankan hidup
mendatangkan kecemasan ketika dia sadar bahwa di
depannya hadir seekor harimau yang mengancamnya dia yang
sedang tak berdaya itu. Dia benar-benar akan mati konyol!
Akan tetapi, kembali kepasrahan yang mutlak menenangkan
hatinya dan dia memandang ke arah harimau itu dengan
tajam. Dia pernah mendengar bahwa harimau takut bertemu
pandang mata dengan manusia, dan kalah wibawa. Bahkan
ada kemungkinan binatang itu setelah bertemu pandang, akan
merasa takut dan pergi tanpa mengganggunya. Akan tetapi
dia lupa bahwa cuaca remang-remang dan mata manusia
berbeda dengan mata harimau. Kekuasaan Tuhan adalah
bijaksana dan adil, maka semua makhluk dan benda ciptaan
Tuhan selalu dibekali sesuatu yang amat dibutuhkan oleh
masing-masing. Harimau tidak berakal, tidak pandai membuat alat
penerangan, hidup di dalam hutan gelap, maka memiliki mata
yang penglihatannya dapat menembus gelap sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
matanya mencorong! Manusia mampu membuat alat
penerangan untuk mengatasi kegelapan malam. Maka,
betapapun tajam dia memandang, binatang itu tidak menjadi
undur, bahkan menggereng semakin keras dan menghampiri
semakin dekat. Perlahan-lahan, dengan hati-hati, binatang itu
mendekati Sin Wan dan pemuda ini merasa betapa hidung
binatang itu mengendus dan menyentuh kakinya. Dia
memejamkan mata, menyerah kepada Tuhan, maklum bahwa,
kalau harimau itu menyerang, dia tidak akan mampu
melindungi dirinya. Harimau itu mengaum keras, kaki depan kiri bergerak cepat
ke arah paha Sin Wan. "Brettt ........!!" Celana Sin Wan terobek dengan mudah dan kulit pahanya terkena cakaran sehingga terobek dan berdarah!
Dia berusaha mengerahkan tenaga, namun tidak berhasil,
Harimau itu kini undur, bukan untuk pergi, melainkan untuk
mengambil ancang-ancang. Darah yang mengalir dari paha Sin
Wan yang tergores kuku itu membuat dia semakin liar. Kini
binatang itu merendahkan tubuh, mengambil ancang-ancang
untuk meloncat. Mati aku sekarang, pikir Sin Wan. Binatang
itu meloncat ke atas, menubruk ke arah Sin Wan.
"Cratttt ......!! Bukkk!" Tubuh binatang itu terhenti di udara ketika sebatang pedang menyambutnya dengan tusukan
memasuki perutnya, kemudian sebuah tendangan kilat
membuat tubuh binatang itu terlempar. Biarpun telah terluka
parah dan dari perutnya bercucuran darah, harimau itu tidak
roboh atau takut, bahkan menjadi semakin nekat. Kini dia
menubruk ke arah orang yang menyakitinya, yang berdiri di
depan Sin Wan. "Sratttt .......!" Tubuh harimau terpelanting dan matilah dia dengan leher hampir putus terbabat pedang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lili membersihkan pedangnya dengan menggosoknya pada kulit bangkai harimau. Dalam cuaca yang remang-remang, Sin Wan terbelalak ketika mengenal bahwa yang membunuh harimau itu dan yang menyelamatkan dirinya adalah Lili.
Hatinya merasa senang bukan main, bukan saja senang karena dia tidak mati konyol menjadi mangsa harimau, akan tetapi karena ternyata gadis itu tidaklah sejahat yang ingin diperlihatkannya. Ternyata gadis itu tidak meninggalkannya seperti ancamannya tadi, melainkan bersembunyi dan menjaganya, bahkan menyelamatkannya.
"Terima kasih, Lili ......" katanya lirih.
Lili menyisipan pedangnya, lalu membalik dan menghadap pemuda itu. Alisnya berkerut karena ucapan Sin Wan yang lembut itu, wajah pemuda itu yang tersenyum penuh syukur kepadanya, seolah menusuk jantungnya.
"Aku telah memukulimu, menghinamu, memakimu dan menyiksamu, dan engkau tidak mendendam kepadaku?"
tanyanya penasaran. Sin Wan sudah dapat menggoyang kepalanya. "Kenapa aku harus mendendam" Sebelas tahun yang lalu aku juga pernah memukuli pinggulmu, dan sekarang aku hanya membayar hutangku. Aku dahulu terlampau keras kepadamu Lili dan sudah sepatutnya engkau membalas."
Sepasang mata itu tertegun, senyum sadis itu perlahan-lahan berubah seperti orang hendak menangis. Semua ini dapat dilihat Sin Wan karena kebetulan sinar bulan dapat menerobos celah-celah daun dan menerangi mereka. Lili memandang wajah pemuda itu, menatap ke arah pipi kiri Sin Wan yang membengkak. Ia menghampiri lebih dekat, tangan kanannya diangkat ke atas. Sin Wan tidak siap menerima tamparan lagi, akan tetapi sekali ini, tangan itu tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menampar, melainkan mengusap dan membelai pipi yang
membengkak itu. "Sin Wan .... " suara itu seperti rintihan tangis dan mulut gadis itu mendekati pipi yang bengkak, menyentuh telinga dan
terdengar ia berbisik, "Sin Wan aku cinta padamu...... ah, aku
benci padamu ......!" dan iapun menggerakkan tangan
menotok, membebaskan Sin Wan dari pengaruh totokannya,
tadi dan sekali berkelebat iapun lenyap dari situ.
Sin Wan dapat menggerakkan kembali kaki tangannya.
Sejenak dia diam saja, membiarkan jalan darahnya pulih
kembali dan sikap Lili tadi masih membuat dia tertegun. Gadis
itu cinta padanya dan juga benci padanya! Bagaimana ini"
Bagaimana mungkin ada orang mencinta sekaligus membenci"
Dia menggeleng kepalanya, lalu mengerahkan tenaga Sinkang dan dengan mudah saja dia melepaskan tali pengikat
kaki dan tangannya. Dia memegangi potongan kain sabuk
sutera itu, mengamatinya dan menggeleng-geleng kepala lagi.
"Lili ...., Lili ....., sungguh aku tidak mengerti." Dia lalu meninggalkan tempat itu, keluar dari hutan dan memasuki
kota Lok-yang. Kakek Bu Lee Ki sudah memberitahu
kepadanya bahwa kakek itu dan Kui Siang akan menyewa
kamar di losmen Ho-peng yang berada di ujung barat kota itu.
Tidak sukar untuk menemukan losmen di sebelah barat
dalam kota itu dan ketika Sin Wan minta keterangan dari
pelayan losmen tentang kakek Bu Lee Ki dan Kui Siang,
pelayan itu ternyata telah mendapat pesan dari Bu Lee Ki dan
segera mengantar pemuda itu ke kamarnya.
"ltulah dua kamar kakek dan nona itu," kata pelayan.
Sin Wan mengetuk pintu kamar Bu Lee Ki dan kakek itu
membukakan pintu. Dia agak terkejut melihat celana Sin Wan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang robek, pahanya yang terluka goresan memanjang,
langkahnya yang agak pincang dan pipi kirinya yang merah
membengkak. "Ehh " Apa yang terjadi?" tanyanya ketika mereka masuk
kamar dan pintunya ditutupkan kembali oleh Bu Lee Ki.
Sin Wan merasa serba salah. Kalau dia bercerita tentang
Lili, tentu dia harus menceritakan segalanya dan dia merasa
malu, tidak ingin peristiwa di hutan tadi diketahui siapapun.
Akan tetapi kalau tidak diceritakan, bagaimana pula karena
keadaannya seperti itu. Dia teringat akan harimau itu lalu
berkata, "Locianpwe, saya tersesat ke dalam hutan dan
diserang seekor harimau yang besar dan ganas. Saya berhasil
membunuhnya, akan tetapi saya juga terluka, dicakar paha
saya dan........ begitulah." Dia tidak banyak bicara lagi, lalu
membersihkan diri di kamar mandi dan bergantl pakaian.
"Di mana sumoi?" tanyanya setelah berganti pakaian.
Kakek itu nampak termenung setelah mendengar ceritanya.
Jelas bahwa kakek itu tidak puas, dan agaknya tahu bahwa
dia menyembunyikan sesuatu dan tidak mau berterus terang.
Akan tetapi kakek itu tidak mendesak dan mendengar
pertanyaan itu, diapun tersenyum.
"Kalian ini orang-orang muda memang petualang-petualang
yang aneh. Tadi Kui Siang pulang dan tidak bicara apa-apa
kepadaku. Ia langsung memasuki kamarnya dan aku
mendengar betapa ia gelisah di kamarnya, bahkan aku seperti
mendengar ia terisak menangis. Ahhh, sungguh lucu dan
aneh. Dan engkau datang-datang seperti ini, baru saja
berkelahi dengan harimau! Kalian orang-orang muda yang
aneh?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu tidak mendesak dan Sin Wan lalu merebahkan diri di pembaringan kecil di sudut kamar yang mempunyai dua buah pembaringan itu. Dan tak lama kemudian dia sudah tidur pulas karena dia memang merasa lelah, lemas dan terutama sekali pinggulnya masih berdenyut-denyut, berlumba dengan denyut jantungnya.
Pada keesokan harinya, setelah mandi pagi dan merasa tubuhnya lebih segar walaupun rasa nyeri di pinggulnya masih terasa, Sin Wan yang tidak melihat Kui Siang bertanya kepada Bu Lee Ki di mana adanya gadis itu.
Kakek itu mengerutkan alisnya, lalu menggeleng kepala.
"Entah apa yang telah terjadi dengan Kui Siang. Semalam ia pulang langsung ke kamarnya, dan setelah semalam gelisah, pagi ini ia juga tidak keluar dari dalam kamar. Aku tadi sudah mengetuk daun pintu kamarnya dan bertanya. Ia membuka pintu dan mengeluh tidak enak badan, lalu rebah kembali.
Pergilah engkau melihatnya. Sin Wan, aku khawatir ada apa-apa terjadi dengan sumoimu. Biasanya ia tidak seperti itu."
Sin Wan merasa khawatir. Dia lalu menghampiri kamar sumoinya dan mengetuk daun pintu kamarnya. Beberapa kali dia mengetuk. Tidak ada jawaban.
"Sumoi, harap buka pintu. Ini aku, Sin Wan ingin menjengukmu," katanya.
Juga tidak ada jawaban, akan tetapi pendengarannya yang tajam dapat menangkap isak tangis tertahan. Tentu saja dia menjadi semakin khawatir dan didorongnya daun pintu itu perlahan. Ternyata tidak dikunci dari dalam dan diapun memasuki kamar itu. Dilihatnya sumoinya duduk di pembaringan sambil menutupi mukanya dan menangis menyembunyikan tangisnya di balik bantal yang ditutupkan pada mukanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi ......! Engkau kenapakah?" tanya Sin Wan dengan
kaget dan dia cepat menghampiri gadis itu, berdiri di
depannya dan dengan lembut tangannya menyentuh pundak
gadis itu. Mendengar ucapan itu dan merasa pundaknya disentuh
tangan Sin Wan, tangis Kui Siang semakin mengguguk dan
pundaknya sampai bergoyang-goyang. Tentu saja Sin Wan
menjadi semakin khawatir.
"Sumoi, katakanlah. Apa yang telah terjadi denganmu?"
Perlahan-lahan Sin Wan menurunkan bantal itu dari muka
sumoinya dan dia terkejut melihat muka yang pucat dan basah
air mata, sepasang mata yang menjadi merah dan agak
bengkak karena terlalu banyak menangis itu.
"Sumoi, engkau kenapakah, sumoi" Kenapa engkau
berduka seperti ini?" tanya pula pemuda itu dengan suara
yang penuh kegelisahan, tangan kiri masih memegang
pundak, jari tangan kanan menyingkap rambut yang menutupi
sebagian muka yang basah itu.
"Suheng .......!" Kui Siang mengeluh dan iapun
menjatuhkan diri ke depan, merangkui pinggang suhengnya
dan menjatuhkan kepalanya di dada pemuda itu.
Sin Wan semakin kaget. Dia merangkul sumoinya yang kini
menangis di dadanya, dan sejenak dia membiarkan sumoinya
menumpahkan kedukaannya, membiarkannya menangis di
dadanya. Perlahan-lahan, terasa olehnya air mata yang hangat
membasahi kulit dadanya, menembus bajunya.
"Tenangkan hatimu, sumoi dan katakanlah, apa yang telah
terjadi, yang membuatmu sesedih ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tangisnya terhenti, hanya tinggal sesenggukan jarang, sisa isak yang melepas sisa ganjalan di hatinya, akhirnya dengan muka masih disembunyikan di dada Sin Wan, Kui Siang berkata lirih, "Suheng, betapa tega hatimu menghancurkan kebahagiaanku, memusnahkan semua harapanku .........."
"Ehh " Apa maksudmu, sumoi" Aku tidak mengerti ......!"
"Tidak kusangka bahwa engkau mempunyal seorang kekasih, suheng, mempunyai seorang pacar ......" Suara itu bercampur isak.
Sin Wan membelalakkan matanya. "Hei i ! Apa pula ini, sumoi" Aku tidak mempunyai pacar!"
Kui Siang mengangkat mukanya dari dada Sin Wan, sepasang matanya yang merah membendul itu mengamati wajah Sin Wan dan mulutnya cemberut.
"Tidak ada gunanya menyangkal lagi, suheng. Semalam engkau berpacaran dengan seorang gadis cantik! Siapa gadis yang tertidur di pangkuanmu itu?"
Sin Wan terkejut bukan main. "Kau ...... . kau tahu itu"
Bagaimana engkau bisa tahu, sumoi?" Akan tetapi dia segera menyadari bahwa pertanyaannya ini sama saja dengan pengakuan bahwa dia benar-benar berpacaran dengan seorang gadis, maka cepat disambungnya, "Aku tidak berpacaran, sumoi. Ia bukan kekasihku, bukan pacarku."
Mata yang kemerahan itu mengeluarkan sinar marah.
"Suheng, selama ini aku mengenalmu sebagai seorang laki-laki sejati, seorang jantan yang tidak berwatak pengecut dan berani mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Akan tetapi sekarang kenapa engkau menyangkal" Suheng, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mataku sendiri aku melihat gadis cantik itu tertidur di
pangkuanmu, bersandar pada dadamu dan engkau
memeluknya, dan engkau masih berani menyangkal ........?"
Mengertilah Sin Wan bahwa sumoinya semalam telah
menyaksikan peristiwa yang terjadi antara dia dan Lili, dan
sayangnya, sumoinya hanya melihat ketika Lili tertidur di
pangkuannya, tidak melihat yang lain, tidak melihat ketika Lili
menyiksanya, hampir membunuhnya.
"Sumoi, aku tidak menyangkal semua itu, yang kusangkal
adalah bahwa ia itu pacarku. Sama sekali tidak, sumoi.
Dengarlah ceritaku ini. Sebelas tahun yang lalu, ketika tiga
orang suhu kita mengantarkan pusaka-pusaka istana bersama
aku dengan kereta menuju ke kota raja, di tengah perjalanan
kami bertemu Bi-coa Sian-li dan seorang muridnya. Bi-coa
Sian-li hendak merampas pusaka, akan tetapi gagal dan ia
dikalahkan tiga orang guru kita. Dan anak perempuan itu,
yang berusia sembilan tahun, murid Bi-coa Sian-li, berkelahi
denganku dan aku menghajarnya, kuhukum seperti anak kecil
dengan tamparan pada pinggulnya sampai sepuluh kali."
Kui Siang mengerutkan alisnya. "Apa hubungannya cerita
itu dengan kemesraan di hutan itu?" suaranya jelas
mengandung kemarahan. Diam-diam Sin Wan merasa heran. Kenapa sumoinya
kelihatan marah sekali melihat Lili tertidur di pangkuannya dan
kelihatan seolah dia dan Lili bermesraan dan berpacaran"
Hubungannya erat sekali, sumoi.
"Dengarlah ceritaku selanjutnya. Sore tadi aku melihat
seorang gadis dikeroyok oleh orang-orang lihai sebanyak
enam orang. Gadis itu juga lihai, akan tetapi enam orang
lawannya itu selain lihai juga amat licik dan gadis itu akhirnya
tertawan dalam sehelai jala yang ada kaitannya beracun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat gadis itu dalam ancaman bahaya, aku lalu
menolongnya dan enam orang penjahat itu melarikan diri.
Gadis itu keracunan, maka aku lalu mengobatinya dan
mengusir racun dari tubuhnya. Mungkin karena kepayahan,
gadis itu bersandar dan tertidur dan agaknya saat itulah
engkau melihat kami dan menyangka bahwa kami bermesraan
dan berpacaran. Pada hal tidaklah demikian. Bahkan
kelanjutannya sayang sekali engkau tidak melihatnya, karena
kalau engkau melihatnya, tentu akan lain sekali sikapmu."
Sinar mata itu mulai terang dan tertarik, karena
bagaimanapun juga, Kui Siang amat menghormati dan
percaya kepada suhengnya itu. "Lanjutannya bagaimana?"
tanyanya, suaranya masih parau karena tangis semalam
suntuk, akan tetapi matanya tidak sesayu tadi.
"Setelah gadis itu sembuh dan terbangun, kami bicara dan
setelah aku mengaku sebagai murid Sam-sian, gadis itu
terkejut dan tiba-tiba saja ia menotokku sehingga aku tidak
mampu bergerak lagi. Kiranya ia adalah anak perempuan yang
sebelas tahun lalu pernah kuhajar itu!"
"Murid Bi-coa Sian-li, pembunuh kedua orang guru kita?"
Sin Wan mengangguk. "Benar, ia bernama Lili dan ia lihai
sekali. Aku ditotoknya dan aku menjadi lumpuh."
"Lili ........?"
Sin Wan teringat. "Eh, nama lengkapnya Tang Bwe Li."
"Engkau sudah memanggilnya demikian akrab, suheng"
Teruskanlah, bagaimana selanjutnya." Kata pula Kui Siang dan
suaranya terdengar kaku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia membalas dendamnya sebelas tahun yang lalu. Ia membalas memukuli pinggulku sampai puluhan kali. Kemudian ia mengikatku pada pohon dan meninggalkan aku agar dimakan binatang buas."
Gadis itu membelalakkan matanya. "Betapa kejamnya!
Gadis keparat!" "Setelah ia pergi dan aku belum mampu menggerakkan kaki tanganku, muncul ah seekor harimau besar, sumoi.
Binatang itu menghampiri aku, mengendus dan sempat mencakar robek celanaku dan melukai paha. Kemudian ia menerkam dan aku sudah pasrah karena tidak mampu bergerak melawan .... ..."
"Lalu bagaimana, suheng" Lalu bagaimana?" Kini Kui Siang bangkit berdiri dan memegang kedua lengan suhengnya, nampak khawatir bukan main.
"Pada saat harimau menerkam aku, ketika tubuhnya meloncat di udara, ia disambut tusukan pedang dan tewas seketika, sumoi. Aku telah ditolong dan diselamatkan ........"
"Siapa yang menolongmu, suheng?" tanya Kui Siang, ingin sekali tahu siapa penolong yang telah merenggut nyawa suhengnya dari ancaman maut.
"Gadis itu, sumoi. Lili yang menyelamatkan aku."
"Ahhhhh .......!" Kedua tangan yang tadi memegang lengan Sin Wan dengan kuat, tiba-tiba menjadi lemas dan terlepas.
Jelas bahwa Kui Siang nampak terpukul dan kecewa bukan main mendengar bahwa yang menyelamatkan suhengnya adalah gadis itu pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sendiri terheran-heran, sumoi. Tadinya ia demikian kejam dan ganas, menyiksaku, hampir membunuhku, sengaja mengikatku agar dimakan binatang buas, akan tetapi ketika aku nyaris dimakan harimau, ia pula yang menolongku."
"Itu hanya berarti ..... ah, suheng. Apakah engkau cinta padanya?" tiba-tiba gadis itu kembali menatap tajam wajah suhengnya.


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Wan menggeleng kepala. "Tidak, sumoi. Kami baru bertemu beberapa jam saja, bagaimana aku dapat mencintanya" Apa lagi ia hampir saja membunuhku, dan ia menyiksaku, sampai sekarangpun rasa nyeri di pinggulku masih berdenyut-denyut. Tidak, aku tidak dapat cinta kepadanya, sumoi."
Aneh sekali. Sumoinya, yang masih marah matanya, kini memandang kepadanya dengan senyum tipis!
"Benarkah, suheng?" sumoinya bertanya.
Sin Wan memegang kedua pundak sumoinya, "Aku tidak pernah bohong, sumoi. Sekarang aku ingin bertanya dan harap engkau tidak berbohong pula. Aku bersumpah bahwa aku tadi tidak berpacaran dengan Lili, akan tetapi andaikata benar demikian, lalu kenapa engkau menjadi begitu bersedih"
Kenapa?" Wajah itu berubah merah dan sampai sejenak lamanya Kui Siang tidak mampu menjawab. Kemudian, dengan muka ditundukkan, iapun berkata lirih, "Suheng, aku tahu bahwa aku tidak berhak mencampuri urusan pribadimu, aku tahu bahwa tidak sepantasnya aku menjadi marah dan bersedih melihat engkau dan gadis itu di hutan ...... ." suaranya menjadi gemetar dan ia menangis lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, kenapa" Katakan, kenapa?" Sin Wan mengguncang kedua pundak sumoinya itu.
"Karena ..... karena hatiku dibakar dan ditusuk-tusuk oleh rasa cemburu yang hebat, Suheng, maafkan aku ........"
"Sumoi .....!" Sin Wan terkejut dan Kui Siang menangis sambil merangkul pinggang pemuda itu, menangis di dadanya seperti tadi.
"Maafkan aku, suheng ........ karena aku tidak ingin kehilangan engkau, aku takut kehilangan engkau, aku tidak ingin berpisah darimu selama hidupku, suheng ..... aku cinta padamu ....," dan iapun menangis tersedu-sedu.
Sin Wan tertegun dan diapun merangkul. Sejenak dia bengong. Dalam waktu semalam saja, dua orang gadis mengaku cinta padanya. Lili mengaku benci akan tetapi cinta.
Kui Siang mengaku cemburu akan tetapi cinta!
Haruskah cinta seorang wanita itu disertai cemburu dan dapat berubah menjadi benci" Apakah cinta itu mengandung cemburu dan benci" Dia merasa bingung. Akan tetapi tidak bingung kalau harus memilih di antara keduanya. Kui Siang telah bergaul dengan dia selama sepuluh tahun lebih dan ia sudah mengenal benar watak yang baik dari sumoinya ini. Kui Siang cantik, gagah perkasa, berbudi dan lembut, pasti akan menjadi seorang isteri dan seorang ibu yang baik. Lili juga sama cantiknya, sama gagah perkasanya, akan tetapi gadis itu liar dan ganas, berhati keras bahkan dapat menjadi kejam.
Mudah saja memilih di antara keduanya. Tentu saja dia memilih Kui Siang! Memang jauh sebelum dia bertemu dengan Lili, dia sudah merasa amat sayang kepada sumoinya, rasa sayang merupakan tunas cinta. Kini sumoinya berterus terang menyatakan cinta kepadanya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi, akupun cinta padamu," bisiknya sambil merangkul dan sejenak mereka saling peluk dengan ketatnya seolah tidak ingin melepaskan lagi.
Suara batuk-batuk di luar kamar itu membuat mereka berdua terkejut dan cepat saling melepaskan rangkulan.
Muncul ah kakek itu setelah membuka daun pintu dan dia tersenyum lebar.
"Wah, engkau sudah tersenyum lagi, Kui Siang" Ha..ha..ha, peristiwa ini patut dirayakan dengan makan enak. Mari keluarlah kalian, kita rnakan pagi yang istimewa, heh
..Heh..heh!" Wajah Kui Siang menjadi merah sekali. Hatinya penuh bahagia karena bukankah di telinganya tadi suara Sin Wan berbisik menyatakan cinta" la sudah menyatakan perasaan cintanya dan ternyata dibalas oleh suhengnya! Peristiwa semalam dengan Lili sudah seketika lenyap dari ingatannya.
"Nanti dulu, locianpwe, saya ingin mandi dan bertukar pakaian lebih dulu."
"Heh..heh, baiklah. Kita tunggu di luar, Sin Wan."
Dua orang pria itu keluar dan Kui Siang segera mandi dan bertukar pakaian. Sekali ini, ia berdandan dan menyisir rambutnya agak lebih teliti dari pada biasanya. Ia harus selalu nampak rapi dan cantik di depan kekasihnya!
Sementara itu, ketika mereka duduk menanti Kui Siang, kakek Bu Lee Ki berkata kepada pemuda itu. "Sin Wan, engkau dan Kui Siang memang cocok sekali menjadi suami isteri. Kalian berjodoh, kenapa setelah saling mencinta tidak segera menikah saja. Kulihat usia kalian sudah cukup dewasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Sin Wan berubah kemerahan dan dia tersenyum.
"Aih, locianpwe, bagaimana mungkin kami menikah! Saya seorang yatim piatu yang miskin dan tidak ada yang mewakili saya, sedangkan Kui Siang, biarpun yatim piatu pula, ia bangsawan dan kaya raya, dan masih mempunyai banyak keluarga di kota raja."
"Hemm, apa salahnya itu" Yang penting, kalian saling mencinta. Tentang wakilmu, biar aku yang mewakilimu, mengajukan pinangan kepada keluarga Kui Siang di kota raja kelak setelah urusan pemilihan pemimpin kai-pang di sini selesai. Bagaimana pendapatmu?"
Kisah Sepasang Rajawali 17 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Perguruan Sejati 12

Cari Blog Ini