Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 5

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 5


"Aih, kiranya locianpwe adalah pemimpin besar seluruh kaipang!" seru Sin Wan.
"Ketiga orang suhu kami. Sam-sian, pernah mencerltakan tentang locianpwe!" kata pula Kui Siang.
Tiba-tiba kakek itu meloncat berdiri sambil membalikkan tubuhnya, menghadapi dua orang muda itu, wajahnya berseri dan senyumnya melebar sehingga matanya menjadi sipit sekali, kemudian dia bahkan tertawa ha..ha..he..he seperti tadi lagi.
"Heh..heh..heh, kiranya kalian adalah murid-murid Sam-sian! Ha..ha..ha, kalau begitu kita bukan orang lain karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam-Sian sudah lama kuanggap sebagai sahabat-sahabat
yang paling baik! Bagaimana kabarnya dengan mereka
bertiga" Apakah Ciu-sian tetap mabok-mabokan dan ugalugalan, Kiam-sian masih suka berfilsafat dengan pelajaran To,
Pek-mau-sian masih suka bersajak?"
Mendengar ini, terbayanglah di depan mata Kui Siang
semua itu, wajah ketiga orang gurunya, terutama Kiam-sian
dan Pek-mau-sian, dan semua sikap dan gerak-gerik mereka,
dan tak tertahankan lagi, kedua matanya menjadi basah.
Biarpun tadi tersenyum dan matanya menyipit nyaris
tertutup, ternyata penglihatan kakek itu tajam sekali. Air mata
itu belum sempat jatuh, masih tergenang di pelupuk mata,
akan tetapi dia sudah cepat menegur.
"Hei i " Kenapa engkau menangis" Apa yang terjadi dengan
Sam-sian?" tanyanya kepada Kui Siang.
Dangan muka ditundukkan karena ia tidak ingin
memperlihatkan tangisnya, Kui Siang menjawab, "Suhu Kiamsian dan suhu Pek-mau-sian telah meninggal dunia lebih
setahun yang lalu." Mendengar ini, hanya sejenak saja kakek itu tertegun, lalu
dia terkekeh lagi. "Heh..heh..heh, enaknya kalian, Kiam-sian
dan Pek-mau-sian! Tidak seperti aku yang masih terseok-seok
mengikuti langkah kakiku yang sudah mulai lemah terhuyung
ini. Heh..heh. Dan di mana sekarang Dewa Arak?"
Cara kakek itu membicarakan Sam-sian menunjukkan
bahwa dia memang sahabat karib mereka, maka Sin Wan
yang memberi keterangan. "Suhu Ciu-sian menyuruh kami
meninggalkannya dan suhu hendak merantau, entah ke mana
karena tidak memberitahu kepada kami berdua."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aihh, masih enak dia dari pada aku. Dia bebas, dan aku"
Terikat oleh kaipang-kaipang yang brengsek itu! Dahulu, di jaman perjuangan, mereka itu demikian setia, demikian gagah perkasa dan bersatu! Sekarang" Muak aku melihatnya. Saling bermusuhan, saling berebutan, bahkan banyak yang kemasukan kaum sesat! Sangguh memalukan. Karena itu, lebih baik aku merantau dan menjauhi semua tetek-bengek itu!" Baru sekarang nampak wajah yang biasanya berseri itu digelapkan mendung kemurungan. "Mereka itu munafik semua munafik! Segala kebaikan, segala kehormatan, segala keramahtamahan, semuanya munafik! Sama dengan bedak gincu saja, untuk menyembunyikan kulit yang buruk."
Dia menarik napas panjang dan memandang wajah Kui Siang. "Tidak ada hubungannya dengan engkau, anak baik.
Engkau memiliki wajah yang cantik dan bersih, tidak membutuhkan bedak gincu lagi!"
Diam-diam Sin Wan terkejut. Menurut guru-gurunya, Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki adalah seorang sakti yang gagah perkasa dan ditakuti, juga disegani oleh kawan dan lawan. Dia lihai akan tetapi berhati lembut, adil dan pandai mengatur sehingga seluruh perkumpulan pengemis dari empat penjuru memilih dia sebagai pemimpin besar yang disebut Thai-pangcu (Ketua Besar) dan ditaati seluruh pimpinan semua perkumpulan pengemis. Akan tetapi, sekarang tokoh ini meninggalkan perkumpulan, melarikan diri dari semua hal yang membuatnya kecewa dan penasaran.
"Maaf, locianpwe. Sudah berapa lamakah locianpwe meninggalkan kai-pang?"
"Heh..heh, biar mereka tahu rasa. Biar mereka memilih sendiri pimpinan mereka, agar pimpinan yang baru itu mampus karena pusing kepala! Aku tidak sudi lagi, aku sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan kesemuanya itu sudah bertahun-tahun
sedikitnya ada tujuh tahun!"
"Tapi, locianpwe. Menurut para guruku, hanya locianpwe
seorang yang dipandang oleh seluruh pimpinan kai-pang di
empat penjuru, hanya locianpwe yang dapat mengatur dan
mengarahkan mereka agar mereka tetap berjalan di jalan
yang benar. Bukankah locianpwe pula yang dahulu memimpin
mereka semua membantu perjuangan menumbangkan
pemerintah Mongol" Kenapa locianpwe sekarang malah
meninggalkan mereka?"
"Biar! Heh..heh, siapa sudi mengurus orang-orang brengsek
itu" Setelah perjuangan selesai, mereka ikut-ikut dengan
orang-orang sesat untuk memperebutkan harta benda dan
kedudukan, menuntut imbalan jasa atas perjuangan
menumbangkan penjajah!"
"Maaf, locianpwe, bukankah itu wajar" Bukankah mereka
yang telah berjasa dalam perjuangan memang berhak
menerima imbalan?" Sin Wan mengejar, hanya untuk
memancing pendapat kakek itu karena dia sendiri sudah
melihat betapa sesatnya perbuatan itu.
Sepasang mata itu melotot. "Hehh" Kau hendak menguji
aku atau bersungguh-sungguh" Kalau sungguh-sungguh, tidak
pantas engkau menjadi murid Sam-sian, apakah guru-gurumu
hanya mengajarkan ilmu pukulan dan tendangan saja dan
tidak membuka matamu melihat kenyataan hidup?"
"Maaf, saya mengharapkan petunjuk dan pelajaran yang
amat berharga dari locianpwe." kata Sin Wan.
"Hemm, kalau berjuang mengharapkan imbalan jasa, maka
itu bukan perjuangan namanya! Makna perjuangan yang
luhur, pengabdian kepada nusa bangsa dengan taruhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyawa, menjadi pudar dan diisi dengan pamrih demi
keuntungan diri pribadi. Pejuang seperti itu dapat melakukan
penyelewengan dengan mudah karena yang dipentingkan
adalah pamrihnya. Berjuang hanya mempunyai satu tekad,
yaitu menghalau penjajah dan membebaskan bangsa dan
negara dari belenggu kekuasaan Mongol. Itu saja! Tentu saja
setelah berhasil, dilanjutkan dengan mengisi kemerdekaan
yang telah diperoleh dengan pengorbanan harta dan nyawa
itu. Dan pengisiannya juga merupakan perjuangan yang sama
luhurnya, yaitu demi negara dan bangsa, bukan demi
penuhnya kantung sendiri, demi keuntungan dan kesenangan
diri sendiri! Dan lihat, mereka mulai saling bermusuhan
berebutan seperti segerombolan anjing kelaparan
memperebutkan tulang-tulang yang berserakan. Memalukan!"
"Dan melihat hal seperti itu, locianpwe malah menjauhkan
diri" Sudah benarkah tindakan locianpwe itu?" Sin Wan
menegur sambil mengerutkan alisnya yang tebal.
"Eh" Apa maksudmu?"
"Locianpwe, perjuangan suci bukan hanya memerdekakan
negara dan bangsa lalu disusul dengan usaha memakmurkan
rakyatnya saja. Kalau melihat ada orang-orang yang tidak
benar dan berambisi menyenangkan diri sendiri, berarti
melihat tikus-tikus yang hendak menggerogoti sarana
kemakmuran bagi rakyat. Melihat begitu dan mendiamkannya
saja, bahkan menjauhkan diri, sudah benarkah itu" Bukankah
berusaha dengan tindakan mencegah terjadinya semua
penyelewengan itu, menghentikan semua permusuhan antara
bangsa sendiri, antara golongan sendiri, membersihkan
mereka yang menipu dan mencuri milik negara, menjamin
keamanan bagi rakyat jelata, bukankah itupun merupakan
perjuangan yang luhur pula?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu membelalakkan mata memandang kepada Sin Wan, akan tetapi tidak marah, melainkan tersenyum lucu.
"Ehh" Ehh, lanjutkan, lanjutkan!" katanya penuh gairah.
"Kehidupan di seluruh alam mayapada ini dikuasai oleh dua unsur, locianpwe, yaitu Im (negatif) dan Yang (positif).
Keduanya ini yang memutar seluruh alam dan isinya, seluruh kejadian dan seluruh sifat. Bagaimana ada Yang tanpa Im"
Bagaimana ada Terang tanpa Gelap, ada Kebaikan tanpa Keburukan dan sebagainya" Hidup ini merupakan tantangan, locianpwe, justeru di sini letaknya seni hidup. Kita harus hadapi setiap tantangan, menghadapinya dan mengatasinya!
Bukan melarikan diri! Inipun perjuangan namanya, perjuangan hidup, yaitu menghadapi dan mengatasi semua tantangan, dengan landasan benar! Tidakkah demikian, locianpwe"
Ataukah locianpwe hanya pura-pura saja tidak tahu karena saya yakin locianpwe lebih tahu dari pada kami orang-orang muda ini?"
"Siancai ........! Ini baru suara murid Sam-sian! Hei, orang muda yang baik, engkau menjatakan tadi tentang landasan benar! Nah, kata "benar" ini bagaimana" Setiap orang akan menganggap dirinya benar! Kalau aku sampai berkelahi denganmu, pasti aku akan merasa diriku benar dan engkaupun demikian. Lain, kalau kita berdua merasa benar, lalu siapa yang tidak benar?"
"Locianpwee kalau locianpwe merasa benar dan sayapun merasa benar sehingga kita saling bermusuhan, maka jelaslah bahwa kita berdua sama-sama tidak benar! Kebenaran tak dapat diperebutkan, tidak dapat dimonopoli seseorang.
Kebenaran yang dibela dengan kekerasan sehingga bermusuhan, jelas bukan kebenaran lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh..heh..heh, lalu apa maksudmu mengatakan dengan landasan benar tadi" Kebenaran yang mana yang kau maksudkan?"
"Maaf, locianpwe, kalau pengertian saya masih dangkal dan keliru, mohon petunjuk. Kebenaran mutlak, yang Maha Benar hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, yang lainnya, yaitu kebenaran yang diaku oleh manusia hanyalah kebenaran semu yang setiap waktu dapat dinyatakan tidak benar, tergantung waktu, keadaan dan lingkungan. Yang saya maksudkan dengan landasan benar tadi, locianpwe, adalah apabila tindak kita tidak didasari pamrih demi kepentingan dan keuntungan diri pribadi. Yang penting itu pamrihnya, bukan perbuatannya.
Betapapun baik dan indah nampaknya suatu perbuatan, kalau didasari pamrih yang mementingkan diri pribadi, maka perbuatan itu palsu adanya."
"Heh..heh..heh, engkau terlalu keras, orang muda ..... eh, siapa namamu tadi" Sin Wan" Aku mulai tertarik kepadamu.
Di dunia ini mana ada manusia yang bebas dari pamrih"
Setidaknya manusia membutuhkan sandang pangan dan papan, dan berhak menikmati hidupnya dan bersenang-senang!"
"Tentu saja, locianpwe. Tuhan tidak mungkin menciptakan manusia untuk bersengsara-sengsara. Akan tetapi sekali kebutuhan akan kesenangan itu menjadi majikan, kita akan diperhamba oleh nafsu dan kita akan dibawa ke jalan sesat."
"Ha..ha..ho..ho..ho, bagus sekali, Sin Wan. Dari Sam-sian kah engkau memperoleh semua pengetahuan akan kehidupan ini?"
"Kewaspadaan akan kehidupan bukanlah pelajaran yang harus dihafalkan dan diingat-ingat, locianpwe, melainkan
timbul dari kesadaran akan rasa diri, akan seluruh isi alam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama akan Penciptanya, yaitu Al ah Yang Maha Tunggal,
Maha Besar, dan Maha Kuasa."
Kakek itu tertawa bergelak, lalu menoleh kepada Kui Siang.
"Dan bagaimana dengan engkau, siapa namamu tadi, Lim Kui
Siang" Bagaimana dengan engkau" Bukankah engkau juga
murid Sam-sian dan digembleng dengan kebijaksanaan yang
sama?" Kui Siang tersenyum. "Locianpwe, aku hanyalah seorang
gadis bodoh, tidak dapat dibandingkan dengan suheng, baik
dalam hal ilmu silat maupun pengetahuan tentang hidup dan
filsafat. Dia memang pintar!"
Sin Wan tersenyum. "Jangan percaya ucapannya,
locianpwe. Sumoi hanya merendahkan diri. Ilmu silatnya
hebat, saya sendiri belum tentu akan mampu menandinginya.
Dan ia adalah puterl seorang bangsawan tinggi yang setia dan
baik." "Suheng ......!" Gadis itu berseru hendak mencegah
suhengnya bercerita tentang itu. Namun sudah terlanjur dan
Sin Wan yang merasa bersalah segera berkata, suaranya
menghibur. "Maaf sumoi. Kurasa tiada halangannya locianpwe ini
mengetahui tentang keadaanmu. Dia adalah sahabat baik dari
guru-guru kita." "Heh..heh..heh, nona Lim Kui Siang, tidak diberitahupun
orang mudah saja menduga bahwa engkau tentulah
mempunyai darah bangsawan! Hal itu dapat nampak pada
sikap dan gerak-gerikmu yang anggun dan lembut.
Bangsawan she Lim di kota raja yang setia" Hemm, aku
pernah mengenal bangsawan Lim yang menjadi Jaksa Agung
di kota raja. Itukah orang tuamu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Siang menggeleng. Sekarang sudah tidak perlu
merahasiakan keluarganya yang sudah tiada. "Bukan,
locianpwe, dan harap locianpwe tidak menyebut nona
kepadaku. Ayahku tidak menjadi jaksa, melainkan bertugas
sebagai pengurus gudang pusaka di kota raja."
"Pengurus gudang pusaka" Ah, kalau begitu tentu seorang
yang terpelajar tinggi! Ingin sekali-kali aku menemui orang
tuamu dan berkenalan."
"Locianpwe, ayah ibu sumoi sudah meninggal dunia," kata
Sin Wan. "Ahh!" Senyum itu menghilang dari bibir si pengemis tua.
"Kiranya engkau sudah yatim piatu?"
"Ayahku terbunuh orang ketika melaksanakan tugasnya,
locianpwe. Ketika pusaka-pusaka kerajaan dicuri orang, ayah
menjadi korban, dibunuh oleh pencuri pusaka."
Kakek itu mengangguk-angguk. "Aku pernah mendengar
berita tentang hilangnya pusaka-pusaka itu, akan tetapi
karena aku sudah tidak tertarik lagi akan urusan dunia ramai,
akupun tidak memperhatikan. Siapa sih orang yang begitu
berani mencuri pusaka dari kerajaan?"
"Pencurinya adalah Hui-ciang Se Jit Kong," kata Kui Siang.
"Aha, Si Tangan Api yang tersohor itu" Ingin sekali-kali aku
mencoba kelihaian tangan apinya. Kabarnya dia merajalela
dan mengalahkan banyak tokoh besar dunia persilatan."
"Dia sudah tewas, locianpwe," kata Sin Wan. "Ketiga guru kami mendapat tugas dari Kaisar untuk mencari pusaka-pusaka itu dan berhasil merampasnya kembali dari Se Jit Kong
yang tewas di tangan mereka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wahai ...... sayang sekali! Nah, Sin Wan, engkau tadi
menyalahkan tindakanku yang meninggalkan kai-pang. Nah,
katakan, kalau menurut pendapatmu, apa yang harus
kulakukan?" "Maaf, sama sekali saya tidak berani menyalahkan tindakan
locianpwe. Saya hanya mengingatkan dan mengajak
locianpwe bertukar pikiran. Sekarang ini penjajah telah terusir
pergi. Negara dan bangsa dipimpin oleh tangan bangsa sendiri
yang berarti merupakan tindak lanjut dari perjuangan merebut
kemerdekaan. Kalau dahulu, di waktu perjuangan merebut
kemerdekaan, locianpwe dengan gigih ikut membantu. Kenapa
sekarang tidak" Kiranya justeru sekarang ini, para kai-pang
perlu disatupadukan untuk membantu pemerintah mengisi
kemerdekaan." "Heh.. heh, sudah kukatakan, aku muak dengan semua itu!
Mereka itu palsu dan penyelewengan terjadi di mana-mana.
Kalau aku terjun kembali, bukankah aku akan membiarkan
diriku bergelimang dengan penyelewengan" Bermain dengan
lumpur tentu kotor!"
"Belum tentu, locianpwe! Sekali emas, biar terpendam
dilumpurpun akan tetap emas mengkilat. Sekali teratai, biar
hidup di atas lumpurpun akan tetap indah dan bersih. Bahkan
kalau locianpwe terjun kembali, locianpwe akan dapat
menangani semua penyelewengan itu, membelokkan ke jalan
benar. Kalau locianpwe melarikan diri dari kenyataan seperti
ini, bukankah hal itu berarti locianpwe memembantu makin
memburuknya keadaan" Locianpwe, selagi hidup, kalau tidak
membuat tindakan yang bermanfaat bagi dunia, lalu apa
artinya hidup?" Sepasang mata itu terbelalak. "Hei , orang muda! Enak saja
engkau bicara. Orang bicara harus berani mempertanggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jawabkan ucapannya. Pendapatmu itu jangan kaujejalkan dan
paksakan saja kepada orang lain untuk melaksanakannya,
akan tetapi juga untuk dirimu sendiri! Kalau orang hanya
memberi nasihat dan dorongan kepada orang lain akan tetapi
diri sendiri tidak berbuat, perbuatan itu seperti sikap para
pembesar korup yang menganjurkan ini itu kepada rakyat
namun dia sendiri tidak melaksanakannya! Beranikah engkau
membantuku kalau aku terjun kembali ke dunia ramai,
menertibkan para kai-pang dan membantu pemerintah
mengisi kemerdekaan?"
Sin Wan adalah seorang pemuda yang berwatak gagah dan
bertanggung jawab. Mendengar pertanyaan itu, tanpa raguragu lagi diapun menjawab, "Tentu saja saya berani dan
sanggup membantu locianpwe!"
"Bagus!" Kakek itu terkekeh girang sekali. Sekarang kalian
berdua bersiap-siaplah untuk melawan aku, heh..heh..heh!"
Tentu saja dua orang muda itu terkejut bukan main. "Apa
maksud locianpwe?" Kui Siang berseru. "Aku tidak ingin
berkelahi denganmu!"
"Anak bodoh, siapa yang mau berkelahi dengan siapa"
Setiap kali aku bertemu Sam-sian, tentu mereka akan kuajak
berlatih silat. Kini mereka tidak berada di sini, dan yang
kutemui adalah murid-murid mereka. Nah, sebagai murid,
kalian harus mewakili Sam-sian untuk berlatih dengan aku.
Bersiaplah, kita berlatih beberapa jurus!"
Sin Wan maklum akan isi hati kakek ini. Setelah menerima
kesanggupannya untuk membantu kakek itu terjun lagi ke
dunia persilatan, tentu kakek ini ingin menguji kepandaiannya.
Dia tidak ingin sumoinya terilbat, karena maklum, betapa
besar bahayanya berkecimpung di dunia persilatan di mana
terdapat banyak tokoh yang menyeleweng seperti yang


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disesalkan kakek itu, Maka, diapun berkata, "Locianpwe,
biarlah saya mewakili ketiga orang guru kami. Sumoi adalah
seorang wanita yang tidak semestinya terlibat dalam urusan
ini, maka biarlah saya sendiri yang menghadapi locianpwe."
"Heh..heh..heh, kalau menghadapi Sam-sian, tentu aku
minta mereka maju satu demi satu. Akan tetapi engkau hanya
muridnya, bagaimana mungkin dapat menandingi aku"
Majulah kalian berdua, baru akan seimbang, heh..heh!"
"Kita sama lihat saja, locianpwe. Kiranya tidak sia-sia ketiga
orang guruku selama ini menggembleng dan mengajarkan
ilmu-ilmu mereka kepada saya!" kata Sin Wan tenang.
"Ilmu kepandaian sumoi tidak banyak selisihnya dengan
saya, maka dengan mengukur tingkat saya, locianpwe sudah
akan dapat pula mengetahui kemampuan sumoi."
"Bagus! Melawan seorang di antara Sam-sian, sampai
ratusan jurus belum ada yang kalah atau menang. Yang
terakhir kalinya, ketika melawan Kiam-sian kami berdua
menghabiskan gerakan hampir seribu jurus dan belum ada
yang kalah atau menang. Kalau engkau ini muridnya mampu
bertahan sampai seratus jurus saja sudah kuanggap bagus
sekali. Nah, bersiaplah!"
Kakek itu menggerakkan sebatang tongkat dan caping
lebarnya tergantung di punggung. Tongkat itu bukanlah
tongkat luar biasa, melainkan sepotong ranting yang baru saja
dibersihkan daun-daunnya, masih basah dan besarnya hanya
selengan wanita, panjangnya satu meter lebih.
Sin Wan maklum bahwa dia menghadapi seorang lawan
yang amat lihai, yang mampu menandingi mendiang suhunya,
Dewa Pedang, sampai beribu jurus! Oleh karena itu, tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ragu-ragu lagi diapun mencabut pedangnya yang butut dari
balik jubahnya. Sinar hijau nampak berkelebat ketika pedang dicabut, akan
tetapi biarpun mengeluarkan sinar hijau yang aneh, ketika
pedang itu dipegang lurus menunjuk ke langit di depan
mukanya, pedang itu hanya merupakan sebatang pedang
yang jelek dan tumpul. "Pedang tumpul ....?"!!" kakek itu berseru kagum dengan
mata terbelalak. "Pedang pusaka yang pernah mengangkat
nama besar Jenghis Khan! Bukankah itu menjadi pusaka
kerajaan?" "Ketiga orang suhu saya menerima hadiah dari Kaisar
karena berhasil mengembalikan pusaka-pusaka yang hilang,
dan pedang ini merupakan satu di antara hadiah-hadiah itu,
locianpwe." "Pedang tumpul .......! Bagus, aku ingin melihat apakah
engkau patut menjadi majikannya. Nah, sambut seranganku
ini!" Tiba-tiba saja tongkat di tangan kakek itu lenyap,
berubah menjadi gulungan sinar yang seperti ombak
samudera menerjang ke arah Sin Wan.
"Ini Lam-hai-tung-hwat (Ilmu Tongkat Laut Selatan).
Ilmuku terbaru yang belum pernah dilihat Sam-sian!" kakek itu
berseru dari balik gulungan sinar kelabu yang menyelimuti
bayangannya itu. Maklum bahwa dia harus mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkan semua ilmunya yang paling tinggi, Sin Wan
juga tidak membuang waktu lagi. Langsung dia mainkan ilmu
yang baru saja dipelajarinya dengan tekun selama setahun
dari Dewa Arak, yaitu Sam-sian Sin-ciang! Ilmu ini dapat
dimainkan dengan tangan kosong sesuai namanya, yaitu SamTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sian Sin-ciang (Tangan Sakti Tiga Dewa), akan tetapi juga
dapat dimainkan dengan menggunakan pedang!
Maka, begitu gulungan sinar kelabu dari tongkat kakek itu
menyambar-nyambar dan tiba-tiba dari gulungan sinar itu
mencuat sinar kecil meluncur ke arah dadanya dengan totokan
yang cepat bagaikan kilat. Sin Wan sudah menggerakkan
pedangnya menangkis dan diapun langsung membalas dengan
memainkan ilmu silat Sam-sian Sin-ciang.
Melihat pedang tumpul yang tadinya menangkis tongkatnya
itu tiba-tiba saja berputar dan menyambarnya dengan gerakan
melengkung, kakek itu terkejut dan kagum. Anak ini telah
menguasai tenaga sakti sepenuhnya sehingga dapat
mengubah yang keras menjadi lemas seketika! Dia mengelak
dari sambaran sinar hijau pedang itu, lalu memainkan Lam-hai
Tung-twat dengan hati-hati dan cepat.
Sin Wan mengimbangi kecepatan gerakan kakek itu
sehingga Kui Siang yang menjadi penonton tunggal, tertegun
dan kagum. Dua orang yang sedang bertanding itu tidak
nampak lagi, yang nampak hanyalah dua gulungan sinar
kelabu dan hijau yang saling terjang, saling belit dan saling
desak. Dua orang itu mengandalkan ketangguhan ilmu silat
yang aneh itu disertai ginkang (ilmu meringankan tubuh) yang
sudah mencapai tingkat tinggi.
Selama sepuluh tahun menjauhkan diri dari dunia
persilatan, kakek itu sama sekali tidak pernah berkelahi, akan
tetapi juga tidak pernah meninggalkan latihan. Bahkan dia
telah menyempurnakan ilmu-ilmunya, menggabung jurusjurus terampuh menjadi satu dan menciptakan ilmu tongkat
Lam-hai Tung-hoat. Tadinya dia mengira bahwa tentu
sebelum seratus jurus, dia akan mampu mengalahkan pemuda
murid Sam-sian itu dengan l mu tongkatnya yang baru. Akan
tetapi ternyata, pemuda dengan Pedang Tumpul itu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja mampu bertahan, bahkan mengimbangi semua
kecepatannya dan membalas serangan tidak kalah gencarnya
sehingga keadaan mereka dapat dikatakan seimbang!
Dan sudah hampir seratus jurus lewat dan dia sama sekali
tidak mampu mendesak Diam-diam dia merasa girang sekali.
Mendapatkan seorang pembantu seperti ini sungguh
menyenangkan dan menguntungkan! Diapun tahu bahwa
kalau dilanjutkan mengandalkan kecepatan yang dapat
diimbangi pemuda itu, akhirnya dia yang malah kalah, yaitu
kalah dalam hal pernapasan. Napasnya akan habis sebelum
pemuda itu terengah-engah!
"Hyaaaattt .....!" Dia mengeluarkan bentakan nyaring dan
kini tongkatnya digerakkan mengandung tenaga yang dahsyat,
tenaga sakti dikerahkan dan dipusatkan pada gerakan
menusuk itu. Sin Wan dapat merasakan datangnya sambaran angin yang
dahsyat dan tahulah dia bahwa kakek itu mengerahkan tenaga
sakti yang amat kuat. Maka diapun cepat mengerahkan
tenaganya dan menangkis dengan kuat untuk mencoba
sampai di mana kekuatan kakek itu.
"Crakkk .........!!!"
Pertemuan antara ranting dan pedang itu membuat tanah
di sekel lingnya seperti tergetar hebat dan Sin Wan terdorong
ke belakang sampai dua langkah sedangkan kakek itu sama
sekali tidak, hanya merasakan tangannya tergetar saja. Hal ini
saja sudah menjadi bukti bahwa dalam hal tenaga sakti,
pemuda itu masih kalah. Namun, cukup membuat Pek-sim Lokai Bu Lee Ki kagum bukan main. Jarang ada tokoh kang-ouw,
biar datuk sekalipun, yang mampu bertahan terhadap
pengerahan tenaga sin-kangnya tadi, dan pemuda ini hanya
undur dua langkah saja! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus!" Serunya dan kini kakek jembel itu menyerang lagi.
Serangannya nampak lambat, lama sekali menjadi kebalikan
tadi. Kalau tadi dia mengandalkan kecepatan, kini dia
mengandalkan tenaga. Sin Wan maklum akan hal ini dan diapun mengerahkan
tenaga sakti dan menandingi kakek itu. Pertandingan
dilanjutkan dan beberapa kali kedua senjata itu bertemu
menggetarkan tanah yang diinjak Kui Siang yang menonton
dengan hati kagum. Tak disangkanya bahwa kakek tua itu
sedemikian lihainya, memang agaknya setingkat dengan
kepandaian Sam-sian. Kembali seratus jurus terlewat dalam pertandingan yang
didasari tenaga sin-kang ini. Tiba-tiba kakek itu mengeluarkan
seruan melengking dan tongkatnya menyambar dari atas ke
bawah, memukul ke arah kepala lawan! Sin Wan
menggerakkan pedangnya dan menangkis dari bawah ke atas.
"Trakkk!" kembali kedua senjata bertemu akan tetapi sekali
ini, Sin Wan tidak terdotong mundur. Agaknya kakek itu
mengurangi tenaganya, hanya kini pedang itu melekat pada
tongkat! Ketika Sin Wan hendak menarik pedangnya yang
tertempel tongkat itu, tiba-tiba dia merasa betapa tongkat itu
mengendur, kehilangan tenaga! Sin Wan terkejut.
Tentu kakek itu kehabisan tenaga, pikirnya dan dalam
keadaan seperti ini, ada dua jalan saja yang dapat dia
lakukan. Kalau dia menghendaki kemenangan, tentu dengan
mudah saja dia dapat mengerahkan tenaga dan dari tempelan
tongkat yang kini tanpa tenaga itu dia dapat langsung
menyerang dengan tusukan atau bacokan dan dengan mudah
memperoleh kemenangan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Sin Wan adalah seorang yang sejak kecil dijejali kelembutan oleh ibunya, kemudian digembleng lahir batin oleh Sam-sian. Dia tidak haus kemenangan, apa lagi terhadap kakek jembel yang dihormatinya ini. Tidak, dia tidak mau mempergunakan kesempatan itu untuk menang. Maka, diapun cepat mengendurkan tenaganya dan menarik kembali pedangnya yang menempel pada tongkat, untuk memberi kesempatan kepada lawan memulihkan.tenaganya.
Akan tetapi, pada saat dia mengendurkan tenaganya dan menarik pedangnya, tiba-tiba tongkat yang tadinya tidak bertenaga itu, secepat kilat telah meluncur dengan tenaga sepenuhnya dan tahu-tahu telah menempel di lehernya! Tentu saja Sin Wan terkejut bukan main. Ini berarti bahwa dia telah kalah mutlak! Kakek itu terkekeh senang.
"Kau kalah, Sin Wan."
"Tapi, locianpwe tadi seperti kehilangan tenaga ......."
"Itu namanya menggunakan tenaga Mengalah Untuk Menang!"
"Kalau saya tidak menarik pedang dan pada kesempatan itu justeru mencari keuntungan dan menyerang ......."
"Kau juga akan kalah. Coba saja kita ulangi!" kata kakek itu sambil tersenyum. Dia lalu memasang kuda-kuda seperti tadi, dengan tongkatnya di atas. Sin Wan yang merasa penasaran juga memasang kuda-kuda seperti tadi, menempelkan pedangnya pada tongkat.
Jilid 7 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"AKU mulai!" kata Pek-sim Lo-kai dan tiba-tiba saja tongkat itu mengendor seperti kehilangan tenaga. Sin Wan menggunakan kesempatan ini untuk menggerakkan pedangnya, menusuk ke depan, ke arah leher lawan, tentu saja dengan tenaga terkendali sehingga dapat dia hentikan kalau sudah menempel leher. Akan tetapi, tiba-tiba sekali tubuh kakek itu merendah, kedua lututnya ditekuk dan sebelum Sin Wan dapat menyangkanya, perutnya sudah ditodong ujung tongkat! Kembali dia kalah mutlak!
Kakek itu terkekeh. "Heh..heh, ilmu Te?naga Mengalah Untuk Menang ini memang ampuh, merupakan satu di antara ilmu yang kudapatkan selama ini. Menghadapi ilmuku ini, menggunakan kesempatan untuk menang berarti kalah, dan kalau mengalah dan menarik pedangmu, berarti kalah juga!"
Sin Wan tertegun kagum. "Wah, kalau be?gitu, apakah tidak ada cara untuk menghindar?kan diri dari ilmu itu, locianpwe?"
"Tentu saja ada, akan tetapi tidak pernah diduga dan dipergunakan orang tentunya! Inilah letak keistimewaan ilmu ini. Tenagaku yang tiba-tiba mengendur itulah yang menjadi pancingan, menjadi umpan. Kalau lawan merasa bahwa tenagaku mengendur dan hendak mencari kemenangan seperti yang kaulakukan dalam pengulangan tadi, maka dengan mudah aku akan dapat mengalahkan, karena tentu dia mengira aku kehabisan tenaga dan tidak menduga akan seranganku ke arah perut tadi. Kalau dia sebaliknya hendak mengalah, dan menarik senjatanya, aku dapat menggunakan kesempatan itu untuk menyerangnya dengan tiba-tiba dan memperoleh kemenangan. Bagaimana untuk menghindarkan diri dari kekalahan menghadapi ilmuku ini! Heh..heh, namanya juga orang memancing, kalau umpannya tidak disambar ikan, namanya gagal! Kalau engkau tetap dengan sikapmu, tidak mengurangi tenaga menarik kembali senjata, tidak pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan kesempatan untuk menyerang, berarti aku tidak
dapat berbuat apa-apa kecuali menggunakan lain taktik!"
Kakek itu tertawa-tawa dan Sin Wan ikut pula tertawa. Ilmu
yang aneh dan nakal, akan tetapi memang dapat berhasil
baik, menunjukkan betapa cerdiknya kakek ini.
"Ada lagi ilmu baru yang kudapatkan dan belum pernah
kucoba, satu di antara ilmu-ilmu yang kuanggap terbaik. Nah,
mari kita coba! Engkau berhati-hatilah karena aku akan
melancarkan serangkaian serangan yang dahsyat!"
Sin Wan sudah memasang kuda-kuda dengan hati-hati
sekali. Kedua kakinya terpentang dan tertekuk sedikit, kokoh
kuat dan tangan kanan dengan jari terbuka di pinggang kiri,
pedang melintang di depan dada. Dalam keadaan seperti itu,
diserang dari manapun dia akan mampu menjaga dirinya.
"Saya telah siap, locianpwe!" katanya gembira. Betapa
hatinya tidak gembira. Dia akan melihat ilmu-ilmu yang aneh
dan lihai. Sama saja dengan menerima pelajaran ilmu-ilmu
baru yang ampuh dari kakek itu.
"Awas seranganku ini!" teriak kakek itu dan tiba-tiba
tubuhnya berpusing seperti gasing! Saking cepatnya, sukar
diikuti dengan pandang mata, biar pandang mata terlatih
seperti mata Sin Wan sekalipun. Dan pusingan atau gasingan
hidup itu berputar dan menggelinding ke arah Sin Wan.
Pemuda ini tidak dapat melihat mana tongkat lawan dan
bagian tubuhnya yang mana yang diserang, maka untuk
melindungi tubuhnya, dia memutar pedang menjadi perisai.
Terdengar suara berdentang beberapa kali dan gasing
manusia itupun menggelinding pergi, lalu membalik dan
menyerang kembali dalam keadaan masih berpusing.
Sin Wan sama sekali tidak mampu membalas. Dia hanya
melindungi diri setiap kali gasing manusia itu mendekat, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika gasing itu menggelinding dekat untuk yang keempat
kalinya, dan dia memutar pedang menjadi perisai, tiba-tiba
gasing itu mencelat ke atas dan ketika dia memutar
pedangnya ke atas, dia merasa rambutnya seperti ditarik dan
gasing hidup itu telah melayang turun kembali dan nampak
kakek itu terkekeh. "Heh..heh..heh, kalau yang keempat kalinya itu aku gagal,
dua kali serangan lagi aku tentu akan roboh sendiri. Siapa
tahan sudah setua ini disuruh berpusing seperti gasing.
Sekarangpun bumi seperti dilanda gempa hebat, ha..ha!"
Sin Wan meraba rambutnya dan ternyata kain pengikat
rambutnya telah lenyap dan ketika dia memandang lagi, kain
itu sudah terkait di ujung tongkat Pek-sim Lo-kai! Tahulah dia
bahwa kembali dia harus mengaku kalah karena kalau yang
dihadapinya seorang musuh, tentu bukan kain pengikat
rambut yang dikait! "Hebat sekali gerakan aneh tadi, locianpwe. Ilmu apakah
itu tadi?" "Itu namanya Langkah Angin Puyuh! Bukan saja dapat
dipergunakan untuk menyerang, akan tetapi juga untuk
menghadapi pengeroyokan banyak orang. Akan tetapi, harus
kuat terhadap putaran itu, kalau tidak, kepala bisa pening dan
baru beberapa putaran sudah roboh sendiri. Membutuhkan
latihan!" "Sungguh hebat sekali, locianpwe. Masih ada lagikah ilmu
aneh yang boleh kami lihat?" kini Kui Siang berkata, merasa
kagum bukan main karena dengan dua macam ilmu itu saja,
demikian mudahnya suhengnya dikalahkan.
"Ha..ha..ha, masih banyak, nona ........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa locianpwe demikian sungkan menyebut nona kepadaku" Namaku Lim Kui Siang," kata gadis itu ramah.
"Heh..heh, Kui Siang. Aku sudah tua. Terlalu lama bertanding, napasku bisa putus dan tenagaku habis.
Sekarangpun aku sudah haus sekali dan lapar bukan main."
"Kalau begitu, mari kita lanjutkan perjalanan ke selatan, locianpwe. Bukankah kota Peking tidak jauh lagi?" kata Sin Wan. "Di sana kita dapat makan di rumah makan."
"Kalian yang bayar" Aku seorang pengemis tua, mana bisa makan di rumah makan?"
"Kami akan membayar, locianpwe. Pilihlah makanan yang paling enak, dan kami akan membayar," kata Kui Siang.
Kakek itu bersorak. "Ha..ha..ha! Hari ini engkau mujur, perut dan mulut. Mari kita berangkat!" Dan diapun sudah berlari dengan cepat seperti terbang saja.
Sin Wan dan Kui Siang saling pandang, tersenyum dan merekapun segera mempergunakan ilmu berlari cepat mengejar kakek itu, menuju ke selatan, ke kota Peking.
Peking merupakan kota raja ke dua dari kerajaan baru Beng-tiauw. Biarpun kota raja kini dipindahkan ke Nan-king di tepi Sungai Yang-ce, namun bekas kota raja Peking di utara itu masih dipertahankan sebagai pangkalan yang penting. Kota ini selain memiliki bangunan-bangunan besar dan indah, mempunyai banyak penduduk dan menjadi kota yang ramai, juga merupakan benteng utama di utara untuk menentang para penyerbu dari utara. Di Peking ini, Kaisar Thai-cu menempatkan seorang puteranya sebagai seorang raja muda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena itu, kekuasaan Raja Muda Chu Hoan Ong cukup besar karena selain sebagai raja muda, dia juga putera Kaisar Thai-cu.
Bahkan balatentara kerajaan Beng sebagian besar berada di daerah utara ini untuk membendung bahaya yang mungkin datang dari Bangsa Mongol yang tentunya saja tidak rela membiarkan kekuasaannya di selatan digulingkan dan mereka selalu berusaha untuk berjaya kembali.
Ketika mereka tiba di luar pintu gerbang Peking, Sin Wan teringat akan sesuatu dan berkata kepada Pek-sim Lo-kai.
"Locianpwe sudah bertahun-tahun meninggalkan dunia persilatan, akan tetapi tentu setiap orang pengemis akan mengenal locianpwe sebagai pemimpin besar mereka. Kalau sudah begitu, tentu kami tidak mungkin lagi dapat mendekati locianpwe yang tentu akan disambut dengan meriah. Kami bukan segolongan, maka kami tidak ingin membuat locianpwe merasa kikuk."
"Heh..heh, siapa yang akan mengenal seorang jembel tua seperti aku" Dahulu, yang berjuluk Pek-sim Lo-kai adalah seorang tua gagah yang selalu mengenakan pakaian putih bersih dan membawa pedang, rambutnyapun belum putih dan selalu terawat rapi. Sekarang, aku hanyalah seorang tua she Bu yang berpakaian butut, rambut dan kumis jenggot tidak terawat dan putih semua, juga tidak membawa pedang.
Takkan ada yang mengenalku, dan akupun tidak suka dikenal sebelum aku mengambil keputusan apa yang akan kulakukan terhadap para kai-pang itu, terdorong oleh percakapan kita tadi."
Merekapun memasuki pintu gerbang dan memang tidak ada yang memperhatikan Bu Lee Ki. Juga tidak ada yang memperhatikan Sin Wan, akan tetapi hampir setiap orang pria yang berpapasan dengan Kui Siang, selalu memandang,


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan menengok. Hal ini tidak aneh bagi Sin Wan yang
menyadari akan kecantikan sumoinya, dan diam-diam dia
selain merasa bangga bahwa sumoinya dikagumi hampir
setiap orang pria! Juga merasa beruntung karena dialah yang
dapat bergaul akrab dengan sumoinya.
___ Kota Peking memang besar dan megah, juga ramai. Selain
merupakan daerah pertahanan dan benteng utama terhadap
musuh dari utara, juga Peking menjadi tujuan para pedagang
yang datang dari utara untuk bertukar barang dagangan.
Semenjak jatuhnya pemerintah Mongol dan berdirinya
Kerajaan Beng-tiauw. Kaisar Thai-cu pendiri Beng-tiauw yang
berkedudukan di Nan-king, mengangkat seorang di antara
putera-puteranya untuk menjadi raja di Peking. Kaisar Thai-cu
memang cerdik dan bijaksana. Dia tahu bahwa di antara
semua puteranya, Yung Lo adalah seorang yang paling gagah
perkasa dan ahli perang. Maka, dia mengangkat Yung Lo
menjadi raja muda di Peking dan bertugas membendung
musuh yang berani menyerbu dari utara. Raja Muda Yung Lo
memang berbakat menjadi panglima. Dia memimpin pasukan
besar melakukan pembersihan di daerah utara, dan diapun
pandai mengajak rakyat untuk bersama pasukannya
mempertahankan kedaulatan pemerintahan bangsa sendiri
setelah seabad lamanya dicengkeram penjajah Mongol.
Karena sikapnya ini maka para pendekar di dunia persilatan
merasa suka dan hormat kepadanya dan mendukungnya.
Raja muda Yung Lo juga mengetahui bahwa golongan
pengemis yang bergabung dalam kai-pang (perkumpulan
pengemis) merupakan pejuang yang gigih ketika rakyat
memberontak terhadap kerajaan Mongol. Maka setelah dia
menjadi raja muda di Peking, diapun merangkul kai-pang dan
memberi banyak sumbangan untuk kemajuan perkumpulanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkumpulan pengemis. Dia pula, sejalan dengan politik
ayahnya yaitu Kaisar Thai-cu di Nan-king, yang menganjurkan
kepada para pimpinan kai-pang untuk mempersatukan seluruh
kai-pang agar jangan sampai timbul persaingan dan
bentrokan. Persatuan rakyat merupakan syarat mutlak untuk
kekuatan pemerintah, juga memungkinkan kehidupan rakyat
yang tenteram sehingga memudahkan tercapainya
kesejahteraan. Pada waktu itu, perkumpulan pengemis terbesar dan yang
paling kuat di daerah utara adalah Ang-kin Kai-pang
(Perkumpulan Pengemis Sabuk Merah). Pakaian para
anggauta pengemis ini bermacam-macam warnanya, tentu
saja dengan tambalan sebagai ciri khas pengemis. akan tetapi
setiap anggauta selalu memakai sabuk berwarna merah,
sesuai dengan namanya, yaitu Perkumpulan Pengemis Sabuk
Merah. Pada waktu sebelum penjajah Mongol dijatuhkan, Ang-kin
Kai-pang merupakan perkumpulan pejuang yang gagah, akan
tetapi ketika itu ketuanya tidak mau bekerja sama dengan
pihak kerajaan baru. Usaha Raja Muda Yung Lo untuk
merangkul perkumpulan ini selalu gagal. Akan tetapi, setelah
ketua yang keras hati ltu diganti oleh ketua baru pilihan Raja
Muda Yung Lo, kini perkumpulan itu benar-benar telah
menjadi bawahan raja muda ini dan setia kepada pemerintah.
Ketua yang sekarang, yang baru dua tahun menjadi ketua
Ang-kin Kai-pang, bernama Thio Sam Ki, berusia empatpuluh
tahun dan terkenal dengan ilmu silatnya yang tinggi.
Berkat bimbingan Thio Sam Ki dan pengarahan Raja Muda
Yung Lo, maka kini terjadi perubaban besar-besaran dalam
perkumpulan itu, Tidak pernah lagi ada anggauta Ang-kin Kaipang yang melakukan tindakan kekerasan. Mereka bahkan
tertib sekali, dan setiap orang anggauta kai-pang merupakan
orang yang berwatak gagah sehingga disukai oleh rakyat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena mereka itu selalu turun tangan membela rakyat
tertindas. Sejak Ang-kin Kai-pang dipimpin oleh ketuanya yang
baru, para anggauta kai-pang yang berkeliaran di kota Peking
dan sekitarnya, seolah-olah menjadi petugas-petugas
keamanan sehingga tidak ada penjahat yang berani
melakukan aksinya. Pasukan keamanan pemerintah
mendapatkan bantuan yang besar sekali dari para pengemis
itu. Bahkan mereka ini mengemis atau mohon sumbangan dari
rakyat sekedar untuk menyesuaikan keadaan mereka sebagai
anggauta perkumpulan pengemis belaka. Mereka mengemis
kepada orang-orang yang mampu, dan diberi berapapun akan
mereka terima dengan senang hati. Mereka memang tidak
perlu menggunakan kekerasan karena para hartawan dengan
rela memberi sumbangan karena para pengemis itu menjaga
ketenteraman. Selain itu, Ang-kin Kai-pang juga tidak takut
kekurangan biaya karena Raja Muda Yung Lo selalu
mengulurkan tangan membantu.
Siang hari itu, amat ramai di sebuah restoran besar yang
berada di pusat keramaian, yaitu di daerah pasar. Rumah
makan cat hijau itu memang terkenal dengan masakannya
sehingga setiap hari hampir selalu penuh pengunjung. Bahkan
para pendatang dari luar kota Peking selalu makan di tempat
ini. Bu Lee Ki, Sin Wan, dan Kui Siang mendapatkan tempat
duduk di luar, karena di sebelah dalam, juga di loteng, telah
penuh tamu. Maklum, waktu itu memang waktunya makan
siang dan hawa udara amat dinginnya, maka semua tamu
lebih senang mendapatkan meja di sebelah dalam. Yang
membuat hawa semakin dingin menusuk tulang walaupun
tengah hari adalah angin yang bertiup dari utara. Namun bagi
tiga orang ini yang terlatih dan memiliki sin-kang kuat, hawa
dingin itu tidak begitu mengganggu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa sungkan lagi, dengan gembira dan wajahnya penuh
senyum, Bu Lee Ki melihat menu makanan dan memesan
masakan-masakan yang paling istimewa, tidak memperdulikan
harganya. Sin Wan dan Kui Siang ikut gembira. Mereka
memang sudah menjanjikan untuk menjamu kakek ini
sepuasnya dan sekenyangnya.
Di luar rumah makan, di pinggir jalan dan di sekitar
pertokoan di daerah pasar itu, nampak beberapa orang
pengemis bersabuk merah berkeliaran. Mereka itu rata-rata
bersikap gagah, dengan tubuh yang kekar dan wajah lembut
penuh senyum, sama sekali tidak menimbulkan kesan angker.
Kalau Bu Lee Ki sendiri sama sekali tidak memperdulikan
mereka, sebaliknya diam-diam Sin Wan dan Kui Siang
memperhatikan gerak gerik para pengemis bersabuk merah
itu. Ketika Bu Lee Ki sibuk memilih masakan dan yang
diperhatikannya hanya susunan daftar harga masakan, Sin
Wan memperhatikan beberapa orang pengemis yang berada
di luar rumah makan. Betapa beda jauhnya sikap mereka itu dengan apa yang
didengarnya dari keterangan Bu Lee Ki. Menurut keterangan
kakek itu, kai-pang yang paling berpengaruh di Peking adalah
Ang-kin Kai-pang yang cabang-cabangnya terdapat di seluruh
daerah utara. Dan menurut kakek itu, Ang-kin Kai-pang
merupakan kai-pang yang paling keras, dipimpin oleh orangorang yang suka mempergunakan kekerasan. Biarpun bukan
tergolong penjahat, namun mereka itu suka sewenangwenang, memaksakan keinginan dan sama sekali tidak pernah
mau tunduk terhadap pemerintah, walaupun mereka ikut pula
berjuang melawan penjajah, Akan tetapi, melihat beberapa
orang pengemis sabuk merah yang berada di luar rumah
makan, sungguh berbeda dari gambaran kakek itu. Memang
beberapa orang, pengemis di luar itu masih muda dan
bertubuh tegap dan kokoh, jelas menunjukkan bahwa mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu orang-orang yang kuat, dan tidak pantas menjadi
pengemis, namun wajah mereka itu sama sekali tidak
membayangkan kekerasan. Bahkan mereka tersenyum-senyum dan juga orang yang
berlalu lalang di situ nampak tidak takut kepada mereka,
malah ada beberapa orang yang berhenti dan bercakap-cakap
dengan mereka seperti layaknya sahabat yang akrab. Ada pula
wanita yang agaknya baru pulang berbelanja, sengaja
memberikan bungkusan makanan kepada para pengemis itu
dengan sikap wajar dan ramah, diterima dengan sikap sopan
oleh para pengemis sabuk merah itu! Dilihat dari keadaan itu
dan sikap mereka, Sin Wan dan Kui Siang hampir yakin bahwa
para pengemis itu tidak dapat digolongkan jahat. Dan
merekapun melihat betapa dua orang di antara mereka kini
mendekati rumah makan dan seringkali mereka itu melirik ke
arah Bu Lee Ki dengan alis berkerut!
Kakek itu sama sekali tidak perduli, apa lagi setelah
hidangan yang mereka pesan datang. Sambil tersenyumsenyum, tanpa malu-malu lagi, Bu Lee Ki menyerbu masakanmasakan itu seperti seorang yang kelaparan bertemu
makanan enak. Sepasang sumpitnya bergerak cepat dari satu
ke lain masakan, dan mangkok demi mangkok nasi putih
dilahapnya. Mulut yang tidak bergigi lagi namun masih kuat
mengunyah segala macam daging dan sayur itu tidak pernah
berhenti bergerak sedetikpun. Bercawan-cawan arak
mendorong makanan ke dalam perutnya.
Melihat kakek itu demikian lahap dan nampak nikmat
sekali, Sin Wan dan Kui Siang juga ikut bergembira. Biarpun
baru saja mereka berkenalan dengan Bu Lee Ki, namun
mereka merasa suka dan sayang kepada kakek tua itu. Kakek
itu nampak demikian lembut, ramah dan selalu cerah
wajahnya, halus gerak-geriknya dan bicaranya biarpun tanpa
pura-pura namun selalu lembut dan tidak menyinggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan. Pada hal, mereka yakin bahwa di balik semua
kelembutan dan kemiskinan itu, kakek ini memiliki ilmu
kepandaian yang amat hebat!
Ketika Kui Siang menuangkan lagi arak dari guci ke dalam
cawan yang sudah kosong itu, Bu Lee Ki mengangkat kedua
tangan ke atas. "Wah, sudah, sudah cukup, Kui Siang. Apa
kalian ingin melihat aku mabok dan harus digotong keluar?"
"Akan tetapi engkau belum kelihatan mabok, locianpwe,"
kata Kui Siang. "Heh..heh..heh, segala hal ada batasnya! Cawan ini yang
terakhir dan kalau kalian sudah selesai makan, kita keluar dari
sini," katanya dan sekali tuang saja arak dari cawan itu sudah
memasuki perutnya. Pada saat itu, dua orang pengemis berpakaian kuning
bersih dengan sabuk merah di pinggang, menghampiri meja
mereka yang memang berada di bagian luar rumah makan.
Mereka berusia kurang lebih tigapuluh tahun, keduanya
bertubuh kekar dan biarpun pakaian mereka dihias tambalan,
namun dengan sabuk merah melilit pinggang, mereka bardua
lebih patut menjadi ahli silat dari pada menjadi pengemis.
Dengan sikap hormat mereka mengangkat kedua tangan
sebagai penghormatan kepada Sin Wan dan Kui Siang dan
seorang di antara mereka berkata, "Harap kongcu (tuan
muda) dan siocia (nona) suka memaafkan kami. Bukan
maksud kami menyinggung ji-wi (kalian), akan tetapi kami
ingin bicara dengan jembel tua ini."
Alis di atas mata Kui Siang sudah berkerut karena hatinya
tidak senang mendengar kakek yang duduk semeja
dengannya itu disebut jembel tua, akan tetapi ia didahului Sin
Wan yang berkata acuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Silakan." Dua orang anggauta Ang-kin Kai-pang itu lalu menghadapi
Bu Lee Ki yang acuh sambil mengelus perutnya yang baru saja
diisi penuh, matanya mengantuk karena kekenyangan.
"Orang tua," kata seorang di antara mereka yang
berjenggot pendek. "Apa artinya kemunculanmu ini" Apakah
engkau sengaja hendak menghina kami dari Ang-kin Kaipang?" Bu Lee Ki membuka mata, menggeliat seperti seekor kucing
dengan kaki tangan terentang sehingga kakinya yang panjang
dan telanjang itu hampir mengenai muka si jenggot pendek
yang melangkah mundur dengan jengkel. "Aaaahhh, apa ...."
Apa kaubilang dan kau bicara kepada siapa?"
"Aku bicara kepadamu! Kalau engkau benar seorang
pengemis, kenapa engkau bersikap royal, makan masakan
mahal dan bersikap seperti hartawan" Dari golongan kai-pang
manakah engkau" Dan kalau sebaliknya engkau seorang
hartawan, apa perlunya pura-pura menjadi pengemis dengan
pakaian butut dan kaki telanjang" Apakah engkau hendak
mengejek dan menghina kami?"
Bu Lee Ki terbelalak, seperti orang bingung. "Ehh ......"
Ohhhh ........?" Lalu dia menoleh kepada Sin Wan. "Heh..heh, Sin Wan, mereka ini ........ heh..heh, aku malas menjawab.
Engkau sajalah yang mewakili aku menjawab." Setelah
berkata demikian, kakek itu lalu menjulurkan kedua kakinya ke
bawah meja, bersandar kepada kursinya dan tidur pulas,
mulutnya yang terbuka mendengkur!
Kui Siang yang sejak tadi sudah marah mendahului Sin
Wan dan menjawab sambil memandang marah dan suaranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketus. "Kalian berdua ini manusia lancang dan usil. Perduli apa
kalian dengan orang tua ini" Apakah dia pengemis, ataukah
dia jenderal ataukah raja, apa hubungannya denganmu dan
ada urusan apa kalian ribut-ribut" Dia mau memakai pakaian
rombeng, atau memakai pakaian kaisar, tidak ada sangkut
pautnya pula dengan kalian. Yang penting, dia memakai
pakaiannya sendiri, tidak mencuri dan di sini dia makanpun
membayar! Hayo kalian pergi cepat dari sini!"
Si jenggot pendek dan temannya menoleh kepada Kui
Siang dengan muka merah. Mereka adalah orang-orang
gagah, anggauta Ang-kin Kai-pang, sudah biasa disegani dan
dihormati orang dan siang ini tiba-tiba saja dicaci maki
seorang gadis! Pada hal, semalam mereka tidak mimpi apaapa! Si jenggot pendek menjura kepada Kui Siang,
"Maafkan kami, nona. Kami tidak berurusan dengan nona,
dan kalau andainya orang tua ini tidak berpakaian pengemis,
kamipun tidak akan mencampuri urusannya, asal dia tidak
melakukan kejahatan. Akan tetapi, siapapun yang berpakaian
pengemis harus mentaati peraturan kai-pang! Kalau tidak,
tentu kami yang akan menjadi bulan-bulan!"


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin Wan khawatir kalau-kalau Kui Siang tidak mampu
menahan kemarahannya dan terjadi perkelahian. Dia cepat
bangkit berdiri dan melangkah maju menghampiri dua orang
pengemis itu lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada
sebagai tanda menghormat. Ini saja sudah luar biasa! Seorang
kongcu (tuan muda) memberi hormat kepada dua orang
pengemis! "Sobat, sudahlah maafkan kami. Kami adalah pendatang
dari jauh yang tidak tahu akan peraturan di sini. Orang tua ini
adalah menjadi tanggung jawab kami dan harap ji-wi (kalian
berdua) tidak mengganggunya lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau kalian menghendaki sedekah, katakan saja, tidak perlu mengganggu orang makan," kata pula Kui Siang yang juga ikut bangkit berdiri dan mengambil dua keping uang dari dalam saku di pinggangnya, Nah, ini kuberi sedekah untuk kalian!"
Gadis itu melemparkan dua keping uang itu kepada mereka. Karena ada benda menyambar ke arah mereka, dua orang anggauta Ang-kin Kai-pang cepat menyambut dengan tangan. Mereka melihat ke arah benda yang berada di tangan mereka dan mata mereka terbelalak. Sekeping uang tembaga yang berada di tangan mereka telah berubah bentuk, hampir tergulung bundar dan dapat dibayangkan betapa hebatnya tenaga jari-jari tangan yang dapat meremas kedua keping uang tembaga menjadi seperti itu. Otomatis mereka, menurunkan pandang mata menuju ke arah tangan gadis itu.
Jari-jari yang lembut kecil-kecil itukah yang memiliki tenaga sehebat itu" Mereka lalu menjura kepada Sin Wan dan Kui Siang.
"Maafkan kami, dengan ji-wi kami memang tidak mempunyai urusan. Dan biarlah sementara ini mengingat kehadiran ji-wi, kami tidak akan mendesak kepada pengemis tua itu dan hanya akan melapor kepada pimpinan kami."
Mereka lalu membalikkan tubuh dan pergi dari situ dengan langkah lebar.
Setelah mereka pergi, Sin Wan dan Kui Siang duduk kembali dan kakek Bu Lee Ki masih tidur mendengkur. Sin Wan tidak menyetujui perbuatan sumoinya tadi, akan tetapi dia tidak mau menegur, takut kalau menyinggung perasaan Kui Siang. Dia hanya berkata lirih agar tidak terdengar oleh para tamu lain yang tadi memperhatikan peristiwa itu dengan diam-diam saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kulihat mereka itu bukan orang jahat. Sikap mereka baik dan sopan."
"Akan tetapi mereka menghina Bu locianpwe. Mereka tinggi hati!" bantah Kui Siang.
Kakek Bu Lee Ki menggeliat dan menguap, lalu membuka kedua matanya. "Eh" Aku sampai tertidur. Wah, perut kenyang bikin orang mengantuk. Mari kita pergi. Sudah kalian bayar harga makanan?"
Sin Wan menggapai pelayan yang segera datang menghampiri. Para pelayan memang sudah memperhatikan mereka sejak terjadinya keributan kecil dengan dua orang anggauta Ang-kin Kai-pang tadi dan merasa girang bahwa tiga orang tamu itu membayar harga makanan dan segera pergi dari situ agar tidak mendatangkan keributan lebih lanjut.
Mereka berjalan-jalan dan melihat betapa seluruh kota Peking dikuasai oleh para pengemis Ang-kin Kai-pang. Tidak ada seorangpun pengemis yang tidak bersabuk merah. Tidak mengherankan kalau setiap orang pengemis tentu melirik ke arah Bu Lee Ki yang berpakaian pengemis akan tetapi tanpa sabuk merah.
Dan di manapun mereka berada dan melihat anggauta Ang-kin Kai-pang. selalu para pengemis itu bersikap baik dan sopan.
"Heh..heh, agaknya memang telah terjadi perubahan," bisik Bu Lee Ki kepada dua orang anak muda itu. "Sudah pasti terjadi perubahan pada Ang-kin Kai-pang. Mereka sopan dan tertib, hal yang sungguh menggembirakan hatiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi dua orang tadi menghinamu, locianpwe, Mereka menyebutmu jembel tua. Hati siapa tidak akan menjadi panas?" kata Kui Siang.
"Kakek Bu Lee Ki terkekeh-kekeh, "Heh..heh..heh, lucunya!
Aku memang pengemis sejak muda, aku memang jembel tua.
Sebutan jembel tua bahkan merupakan sebutan kehormatan bagiku, seperti seorang kaisar kalau disebut Sribaginda!
Kenapa engkau malah yang menjadi panas hati?"
Kui Siang mengerutkan alisnya akan tetapi tidak mampu menjawab karena baru sekarang ia menyadari betapa janggal sikapnya! Kakek ini memang seorang kakek pengemis, bahkan pemimpin besar seluruh kai-pang, berarti rajanya jembe!! Bagi kakek itu, disebut kakek jembel tentu bukan merupakan penghinaan sama sekali, dan ia memandang dan mendengar sebutan itu sebagai seorang awam yang bukan golongan pengemis!
"Locianpwe, agaknya hal ini merupakan pertanda baik bahwa locianpwe memang sudah sepatutnya kalau kembali memimpin mereka. Kalau mereka berdisiplin dan baik, bukankah akan lebih mudah untuk mempersatukan mereka dan membuat pembersihan sehingga tidak ada lagi kai-pang yang kotor?"
Kakek itu mengangguk-angguk. Melihat sikap para pengemis di Peking, dan mendengar ucapan Sin Wan, timbul semangat dan gairahnya. "Engkau benar, Sin Wan. Apa sih artinya hidup ini kalau tidak ada guna dan manfaatnya bagi manusia lain" Bukti yang paling nyata dari kebaktian kepada Tuhan adalah berbuat baik terhadap manusia. "Mari kalian ikut bersamaku mengunjungi pusat Ang-kin Kai-pang!"
Melihat semangat dari kakek itu yang kini wajahnya berseri,
Sin Wan dan Kui Siang ikut bergembira. Mereka berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa amat suka kepada kakek itu dan ingin melihat
perkembangan usaha kakek itu mempersatukan kembali
seluruh kai-pang, sebelum mereka melanjutkan perjalanan
menuju Nan-king. ___ Kakek Bu Lee Ki tertegun ketika dia berdiri di depan pintu
gerbang markas Ang-kin Kai-pang. Tentu saja dia tahu di
mana markas itu karena dahulu, di waktu dia masih
memegang kedudukan pemimpin besar kai-pang yang sampai
kini belum diganti, dia pernah datang ke markas semua
perkumpulan besar kai-pang. Yang membuat dia tertegun
adalah perubahan yang terjadi di situ. Baru pintu gerbangnya
saja sudah amat megah dan dari situ nampak bangunan yang
biarpun sederhana, namun besar dan kokoh, bukan bangunan
yang dahulu lagi. Bangunan ini besar dan pekarangannya luas,
bahkan tanaman di pekarangan itu nampak terawat dan
teratur baik sehingga tempat yang bersih itu sungguh tidak
pantas menjadi bangunan pusat perkumpulan pengemis! Di
atas pintu gerbang itu terdapat papan tulis yang gagah dan
indah seperti papan nama perusahaan besar saja, berbunyi
ANG-KIN KAI-PANG. Melihat tiga orang itu berdiri di depan pintu gerbang, dua
orang anggauta Ang-kin Kai-pang segera menghampiri mereka
dari dalam. "Siapakah kalian dan ada keperluan apa datang ke
sini?" tanya seorang di antara mereka singkat, namun
sikapnya cukup menghormat,
Dengan sikap acuh dan suara sambil lalu kakek itu berkata,
"Aku ingin bertemu dengan pimpinan Ang-kin Kai-pang."
Agaknya, para anggauta Ang-kin Kai-pang sudah
mendengar tentang tiga orang ini. Hal ini nampak pada sikap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka yang tidak merasa heran dengan ucapan kakek itu,
bahkan dengan tegas mereka lalu membungkuk dan seorang
di antaranya berkata, "Silakan masuk. Pimpinan kami sudah
menanti kunjungan sam-wi (anda bertiga)!"
Dengan wajah tersenyum Bu Lee Ki melangkah masuk ke
dalam pekarangan itu, diikuti Sin Wan dan Kui Siang yang
diam-diam merasa tegang karena mereka maklum bahwa
mereka memasuki "sarang harimau". Kini tampak dari kanan
kiri banyak anak buah Ang-kin Kai-pang berlarian, juga dari
dalam gedung besar itu bermunculan lebih banyak lagi.
Mereka itu membentuk pagar dan ketika Bu Lee Ki dan dua
orang muda tiba di beranda, mereka sudah dihadang oleh
pagar manusia yang mengepung mereka dengan setengah
lingkaran. Jumlah para anggauta Ang-kin Kai-pang tidak
kurang dari tigapuluh orang dan karena mereka semua
bersabuk merah walaupun pakaian mereka bermacam-macam.
maka mereka seperti sekelompok murid perguruan silat saja.
Melihat pagar manusia itu menghadang dan mengepung,
Bu Lee Ki terkekeh. "Heh..heh-heh, mana pimpinan kalian" Aku ingin bertemu!"
Daun pintu lebar yang menembus ke ruangan sebelah
dalam terbuka, dan kini nampaklah belasan orang di sebelah
dalam sedang duduk dan agaknya mereka sedang
mengadakan pesta! Mereka yang berada di dalam itu menoleh
ke luar, kemudian merekapun ?bangkit berdiri. Tujuh orang
yang berpakaian sutera dengan sabuk merah berjalan di
depan sedangkan di belakang mereka nampak lima orang
berpakaian perwira tinggi, para pimpinan Ang-kin Kai-pang
sedang menerima dan menyambut tamu-tamu mereka, yaitu
para perwira itu, dan mereka sedang makan minum ketika
kedatangan tiga orang itu meng?ganggu. Tentu mereka
semua sudah mende?ngar laporan dua orang anggauta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkumpulan mereka tentang peristiwa di rumah makan,
ma?ka kini tujuh orang pemimpin, bahkan lima orang tamu
mereka yang agaknya sudah men?dengar pula, merasa
tertarik dan semua keluar meninggalkan meja hidangan!
Diam-diam, biarpun mulutnya tersenyum-senyum dan
matanya menjadi sipit hampir terpejam, Bu Lee Ki
memperhatikan wajah ketujuh orang pemimpin Ang-kin Kaipang dan dia masih mengenal beberapa orang di antara
mereka. Sebaliknya, para pimpinan itu ada yang merasa kenal
dengan kakek pengemis itu, juga di antara para anggauta
Ang-kin Kai pang yang sudah tua, dia yang merasa tidak
asing, akan tetapi mereka tidak dapat mengingat siapa adanya
kakek pengemis itu. Tujuh orang pimpinan itu berusia antara empatpuluh
sampai limapuluh tahun dan sikap mereka berwibawa.
Seorang di antara mereka yang berjenggot panjang, berusia
limapuluhan tahun, segera melangkah maju dan mengangkat
kedua tangan memberi hormat kepada tiga orang tamu yang
tidak diundang itu. "Siapakah anda bertiga dan ada keperluan apa berkunjung
ke tempat kami ini?"
Karena Sin Wan dan Kui Siang datang ke tempat itu hanya
sebagai pengikut Bu Lee Ki, maka mereka diam saja,
menyerahkan jawabannya kepada kakek itu.
"Mana ketua Ang-kin Kai-pang" Suruh dia keluar
menemuiku! Aku hanya mau bicara dengan ketua kalian," kata
kakek itu, karena dia bicara sambil tersenyum dan suaranya
lembut, maka dalam ucapan itu tidak terkandung nada yang
angkuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun demikian, tujuh orang pimpinan perkumpulan pengemis itu saling pandang dan wajah mereka berubah tak senang karena Mereka merasa diremehkan sekali oleh kakek pengemis asing ini. Ketua mereka, Thio Sam Ki, memang tidak berada di situ pada saat itu, akan tetapi karena mendongkol, mereka tidak mau membiarkan kakek ini pergi begitu saja sebelum merasakan keangkeran Ang-kin Kai-pang agar nama dan kehormatan mereka tetap terjaga.
"Hemm, orang tua. Tidak begitu mudah untuk bertemu dengan ketua kami. Kalau engkau mampu melewati rintangan dan masuk sampai ke ruangan tamu di dalam, baru engkau berharga untuk bertemu dan menghadap ketua kami."
Setelah berkata demikian, tujuh orang pimpinan itu melangkah mundur dan si jenggot panjang memberi isyarat kepada anak buahnya. Begitu tujuh orang pimpinan dan lima orang perwira tinggi yang menjadi tamu itu masuk kembali, pintu besar dibiarkan terbuka, akan tetapi kini di depan pintu, di tempat para pimpinan tadi berdiri, telah berdiri enam orang tinggi besar dengan tongkat merah di tangan. Mereka menuruni anak tangga dan membuat gerakan menggeser kaki, membuat setengah lingkaran menghadapi tiga orang itu.
"Bolehkah aku yang menghadapi mereka?" tanya Kui Siang kepada Bu Lee Ki dan kakek ini mengangguk sambil tersenyum, dan diapun mundur agak jauh lalu duduk di bawah pohon nongkrong seenaknya dengan santai untuk menjadi penonton!
"Sumoi, kita tidak mempunyai permusuhan dengan siapapun, harap jangan sampai mencelakai orang!" kata Sin Wan yang khawatir kalau-kalau dalam kemarahannya, sumoinya akan membunuh atau melukai orang sampai parah.
Kui Siang mengangguk, "Jangan khawatir, suheng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lega rasa hati Sin Wan mendengar jawaban itu dan diapun
mengundurkan diri bergabung dengan Bu Lee Ki di bawah
pohon. Melihat betapa mereka akan dilawan oleh seorang gadis,
enam orang itu tetap dengan pengepungan mereka. Mereka
sudah mendengar akan kelihaian gadis ini maka tidak berani
memandang ringan. "Nona, keluarkan senjatamu. Kami akan menyerangmu
dengan tongkat kami," kata seorang di antara mereka yang
bertubuh gendut sehingga tidak patut menjadi pengemis,
patutnya menjadi seorang cukong.
Ucapan ini saja sudah menunjukkan bahwa mereka ini
bukan orang.orang yang berwatak curang. Sebagai jawaban,
Kui Siang meraba pinggangnya dan begitu tangannya
bergerak, nampak sinar yang menyilaukan mata berkelebat
dan tahu-tahu tangan kanannya sudah memegang sebatang
pedang yang tipis dan yang tadi ia lilitkan di pinggangnya.
Itulah Jit-kong-kiam (Pedang Sinar Matahari) yang ampuh!
Melihat ini, enam orang anggauta Ang-kin Kai-pang itu
terbelalak kagum. "Nona, sebetulnya nona tidak berhak mencampuri urusan di
antara pengemis, akan tetapi karena nona datang bersama
pengemis tua itu, terpaksa kami akan melayani nona. Harap
nona memperkenalkan diri lebih dulu, siapakah nona dan apa
hubungan nona dengan pengemis tua itu," kata pula si perut
gendut yang agaknya menjadi pemimpin dari barisan tongkat
enam orang itu. "Namaku Lim Kui Siang dan locianpwe itu adalah, paman
guruku!" jawab Kui Siang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Lee Ki adalah sababat baik guru-gurunya, maka sudah
sepatutnya kalau ia mengakuinya sebagai paman guru.
"Heh..heh..heh, engkau memang murid keponakan yang baik,
Kui Siang, hajar saja orang-orang yang tak tahu diri itu!" dari
tempat dia menonton, Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki berseru.
"Bersiaplah nona, akan kami mulai!" Si gendut berseru
nyaring dan ini merupakan aba-aba bagi para temannya untuk
mulai dengan serangan mereka. Enam batang tongkat merah
menyambar dari depan, kanan dan kiri. Ada yang menusuk ke
arah dada, ada yang menghantam ke arah kepala dari atas
dan ada pula yang membabat ke arah kedua kaki. Dan setiap
batang tongkat mengeluarkan angin berdesing, tanda bahwa
keenam orang itu memiliki tenaga yang cukup kuat!
Dengan tenang dan mudah saja Kui Siang melangkah
mundur dan semua serangan itu pun luput. Akan tetapi, enam
orang itu melanjutkan serangan sambil menambah tenaga dan
kecepatan sehingga enam batang tongkat berubah menjadi
gulungan sinar merah yang menyambar dari semua jurusan.
Serangan itu datangnya tidak berbareng, melainkan susul
menyusul dan bertubi-tubi sehingga tidak memberi
kesempatan sedikitpun kepada Kui Siang untuk membalas.
Gadis ini masih bersikap tenang saja. Dengan
menggunakan langkah-langkah cepat dan aneh Hui-niaupoan-soan (Langkah Ajaib Burung Terbang) ia mampu
mengelak dari semua serangan. Bagi yang menonton
pertandingan itu, nampak seolah-olah gadis cantik itu sedang
menari-nari, mempergunakan enam helai selendang merah!
Tiba-tiba, enam orang yang mengepung itu mengubah
gerakan tongkat mereka. Kini mereka menyerang dengan
berbareng. Enam batang tongkat menyambar dari enam
penjuru, dari sekeliling tubuh gadis itu. Kui Siang memutar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh dan menggerakkan pedangnya. Terdengar bunyi
nyaring berdenting ketika enam batang tongkat itu bertemu
pedang. Enam orang itu berseru kaget karena tongkat mereka
telah patah ketika bertemu pedang tipis dan pada saat mereka
mundur, Kui Siang sudah menggerakkan kedua kakinya
bertubi-tubi yang menyambar bagaikan kilat cepatnya,
membuat orang-orang yang mengeroyoknya itu
berpelantingan! Mengerti bahwa mereka telah kalah, enam orang itu
bangkit, memberi hormat kepada Kui Siang lalu
mengundurkan diri. Terdengar tepuk tangan dari dalam dan
ketika Kui Siang mengangkat muka memandang, yang
bertepuk tangan itu adalah lima orang perwira tinggi yang tadi
melanjutkan makan minum sebagai tamu sambil menonton
pertandingan silat. Akan tetapi, tujuh orang pimpinan Ang-kin
Kai-pang tidak bertepuk tangan, dan wajah mereka nampak
muram dan penasaran. Enam orang jagoan mereka telah
tumbang semudah itu ditangan seorang gadis muda!
"Hebat, kepandaian li-hiap sungguh hebat, membuat kami
merasa kagum!" kata seorang di antara lima perwira tinggi itu
yang usianya limapuluh tahun lebih sambil menganggukangguk terhadap Kui Siang. Akan tetapi gadis ini tidak
memperdulikan pujian itu, melainkan memperhatikan gerakan
dari sebelah dalam karena kini muncul sembilan orang laki-laki
anggauta Ang-kin Kai-pang yang lain. Mereka tidak memegang
tongkat merah seperti enam orang tadi melainkan membawa
sebatang pedang! Agaknya, sembilan orang ini adalah ahli-ahli
pedang dari Ang-kin Kai-pang!
Seorang di antara mereka yang tubuhnya tinggi kurus,
mengangkat kedua tangan memberi hormat kepada Kui Siang.
"Lim-lihiap telah memperlihatkan kepandaian dan memberi
petunjuk kepada enam orang sute (adik seperguruan) kami,
terima kasih. Akan tetapi, kami mohon sukalah lihiap mundur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan membiarkan pengemis tua yang tidak mau
memperkenalkan nama itu untuk maju menghadapi kami."
Melihat sikap dan kata-kata itu cukup sopan, Kui Sian
menjadi ragu. Pada saat itu, Sin Wan telah menghampirinya.
"Sumoi, mundurlah. Aku sudah mendapat perkenan dari susiok (paman guru) untuk mewakilinya menghadapi barisan
Sembilan Pedang Naga ini."
Kui Siang mengangguk dan pergi ke bawah pohon di mana
kakek itu menyambutnya dengan senyum gembira. Sembilan
orang jagoan Ang-kin Kai-pang itu saling pandang, kemudian
si tinggi kurus menghadapi Sin Wan dan memberi hormat.
"Orang muda, bagaimana engkau dapat mengetahui bahwa
kami adalah barisan Sembilan Pedang Naga?" tanyanya sambil
memandang, penuh perhatian. "Dan siapakah anda?"
"Namaku Sin Wan, suheng dari nona Lim Kui Siang tadi.


Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kalian adalah jagoan-jagoan terkenal, tentu saja aku
mengenal Kiu-liong Kiam-tin (Barisan Sembilan Padang
Naga)." "Bagus, kalau begitu, keluarkan senjatamu, Sin-sicu (orang
gagah Sin), kami sudah siap untuk menguji kelihaianmu."
Sin Wan dapat menduga bahwa sembilan orang lawannya
ini tentu lihai bukan main karena tadi, kakek Bu Lee Ki telah
memberi tahu bahwa mereka adalah pasukan pedang yang
amat tangguh dari Ang-kin Kai-pang. Bahkan kakek itu
membisikkan bahwa dia harus tidak membiarkan dirinya
terkepung dan berusaha untuk berada di luar kepungan.
Maka, tanpa ragu lagi dia kini mengeluarkan pedangnya dari
balik jubahnya, pedang yang biasanya tarsembunyi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu Sin Wan mencabut sebatang pedang yang butut, rupanya buruk dan pedang itu tidak tajam, juga tidak runcing, sembilan orang itu menahan kegelian hati mereka. Agaknya pedang pemuda itu adalah senjata yang belum jadi!
Bagaimana dengan pedang buruk macam itu akan menghadapi pedang naga mereka" Pedang mereka yang terhias ukiran naga itu terbuat dari baja yang amat kuat dan ampuh, juga amat tajam dan runcing! Diam-diam mereka sebagai tokoh-tokoh tingkat tinggi, hanya di bawah tingkat para pimpinan yang menjadi pembantu-pembantu ketua, merasa ragu dan agak sungkan untuk mengeroyok seorang pemuda yang bersenjata semacam itu. Akan tetapi, namanya saja kiam-tin (barisan pedang), maka kurang satu saja sudah menjadi tidak lengkap dan kacau. Maka, mereka merasa ragu dan bingung.
"Sin-sicu, engkau masih muda dan kami merasa sayang sekali kalau sampai sicu terluka dalam pertandingan ini, karena pedang tidak mempunyai mata. Apakah tidak sebaiknya kalau sicu mundur saja dan membiarkan paman guru sicu yang maju" " kata pula si tinggi kurus.
Dari tempat ia menonton, di bawah pohon, Kui Siang bangkit berdiri. Gadis ini tidak biasa memperlihatkan kemarahan dan ia bukan seorang gadis galak, akan tetapi sekarang ia tidak dapat menahan kemarahannya. "He, kalian ini sungguh tidak tahu malu! Kalau sudah berani maju mengeroyok, kenapa pakai segala macam alasan lagi" Kalau tidak berani, mundur saja tidak perlu banyak cakap!"
Sin Wan merasa tidak enak mendengar ucapan sumoinya yang cukup pedas itu. Dia menjura kepada sembilan orang itu.
"Paman sekalian, aku sudah siap, segera mulailah dan jangan khawatir, aku tidak akan menyesal dan. tidak akan menyalahkan kalian kalau aku terluka atau mati dalam pertandingan ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sembilan orang itu lalu membuat gerakan mengepung Sin Wan. Mereka melangkah secara teratur mengelilingi pemuda itu yang berdiri di tengah dengan sikap tenang namun penuh kewaspadaan. Dia selalu ingat akan pesan kakek Bu Lee Ki bahwa dia harus menghindarkan kepungan sembilan orang itu. Kini sembilan orang mempercepat langkah mereka setengah berlari mengitarinya dan Sin Wan sudah memperhitungkan, bagaimana caranya untuk membobol kepungan atau keluar dari kepungan itu. Dia tahu bahwa sekali dia bergerak menyerang ke satu arah, tentu dia akan disambut dengan serangan dari depan, kanan kiri dan belakang. Maka diapun diam saja menanti sampai para pengeroyok membuat gerakan terlebih dahulu sebelum dia mengambil keputusan apa yang akan dia lakukan.
Tiba-tiba si tinggi kurus yang menjadi pemimpin dari barisan pedang itu mengeluarkan teriakan sebagai aba-aba serangan dan sembilan orang itupun serentak menggerakkan senjata mereka dan menyerang ke tengah. Gerakan barisan pedang ini teratur sekali sehingga biarpun sembilan orang menyerang bersama dalam waktu yang berbareng, namun serangan itu tidak menjadi kacau. Seluruh bagian tubuh Sin Wan dari kepala sampai ke kaki menghadapi serangan yang rata-rata amat cepat datangnya dan mengandung tenaga dahsyat sehingga terdengar bunyi berdesing-desing dan nampak sinar pedang menyambar-nyambar.
Namun, mereka melihat bayangan berkelebat dan pemuda yang tadi berada di tengah kepungan mereka. tahu-tahu telah lenyap melompat ke atas dan melampaui kepala dua orang pengeroyok, pemuda itu telah berada di luar kepungan.
Mereka semua membalikkan tubuh dan melihat pemuda itu sudah berdiri dengan tenang seperti tadi. Dengan pedang yang jelek itu di tangan, akan tetapi di luar kepungan. Si tinggi kurus kembali mengeluarkan seruan nyaring dan barisan itu dengan cepatnya sudah mengepung kembali, gerakan mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat dan teratur, tidak memberi kesempatan kepada Sin Wan
untuk menghindarkan diri dari kepungan. Kini, sembilan orang
itu kembali berlari-lari mengelilinginya dan terkejutlah Sin Wan
melihat betapa kepungan itu bergerak secara aneh, ada yang
berlari dari kiri ke kanan dan ada yang dari kanan ke kiri!
Barisan sembilan orang itu berlari saling berlawanan menjadi
dua susun, akan tetapi jumlah mereka masih tetap sembilan.
Tentu saja hal ini membuat Sin Wan bingung karena sukar
baginya untuk menglkuti gerakan bersimpang siur itu dengan
pandang matanya. Namun dia masih bersikap tenang saja, menanti sampai
pihak lawan melakukan serangan lagi. Dia tahu bahwa sekali
ini tentu para pengeroyok tidak akan membiarkan dia
melakukan loncatan seperti tadi untuk keluar dari kepungan.
Dilihatnya bahwa lima orang yang berada di depan dan empat
di belakang dan mengertilah dia. Lima orang itu akan
menyerangnya dan yang empat orang menjaga kalau dia
melompat ke atas, tentu mereka akan menyambut dengan
lompatan dari empat penjuru untuk menyerang selagi
tubuhnya berada di udara. Hal itu akan dapat membahayakan
dirinya! Serangan ke dua itu datang dan seperti yang diduganya
semula, lapisan pertama yang di depan menyerangnya. Lima
orang menyerang dengan pedang mereka dari lima penjuru.
Sin Wan terpaksa memutar pedangnya menangkis. Lima orang
itu terkejut karena pedang mereka terpental begitu bertemu
dengan pedang tumpul pemuda itu. Akan tetapi begitu pedang
mereka tertangkis dan terpental mereka melangkah mundur
dan dari belakang mereka, empat orang kawan mereka
menyusulkan serangan kilat dari empat penjuru.
Kembali Sin Wan menggerakkan pedangnya menangkis.
Akan tetapi, lima orang pertama sudah menerjang lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga dia dihujani serangan yang dilakukan serentak oleh
empat orang dan lima orang.
Sin Wan maklum bahwa dalam menghadapi pengeroyokan
banyak orang, kalau hanya melindungi diri saja tanpa balas
menyerang akhirnya dia akan terkena juga atau setidaknya,
dia terancam bahaya. Biarpun dia sudah menduga
sebelumnya, ketika lima orang menyerangnya lagi, dia sengaja
melompat ke atas untuk menghindarkan diri dari kepungan.
Benar saja, empat orang yang mengepung di lapisan kedua,
sudah berlompatan pula dan menyambutnya dengan serangan
pedang selagi tubuhnya masih berada di atas! Terpaksa Sin
Wan turun kembali dan dia masih tetap berada di dalam
kepungan! Ketika diserang di atas tadi, diapun mamutar
pedang menangkis, maka tubuhnya turun kembali ke bawah
dan begitu turun, lima orang sudah menyambutnya dengan
gelombang serangan baru. Dia harus membalas, demikian pikirnya. Itulah satu-catunya
cara untuk membebaskan diri dari tekanan! Sin Wan lalu
bergerak cepat, memainkan pedang tumpulnya dan bersilat
dengan ilmu silatnya yang baru dipelajarinya dari Ciu-sian,
yaitu Sam-sian Sin-ciang yang dimainkan dengan pedang
tumpul secara aneh dan dahsyat bukan main. Ilmu ini
mempergunakan langkah-langkah ajaib Hui-niau-poan-soan
sehingga gerakannya seperti seekor burung walet saja.
Menghadapi serangan balasan Sin Wan yang gerakannya amat
cepat ini, lima orang itu menjadi sibuk sekali dan gerakan
mereka kacau. Si tinggi kurus mengeluarkan seruan dan barisan itu
kembali menjadi satu lapis dari sembilan orang dan kepungan
melonggar akan tetapi Sin Wan kembali menghadapi sembilan
batang pedang yang bergerak dengan berbareng dan
serentak. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat perubahan ini, Sin Wan melompat lagi dan diapun berhasil keluar dari kepungan seperti tadi, dan sekali ini dia tidak tinggal diam melainkan segera menyerang dengan membalik dari luar kepungan!
Barisan itu menjadi buyar dan dua orang pengeroyok terpelanting oleh dorongan tangan kiri Sin Wan. Si tinggi kurus mengeluarkan, aba-aba dan sekarang, sembilan orang itu berbaris tiga-tiga! Dan ketika mereka menyerang, maka serangan itu seperti datangnya gelombang samudera, pertama tiga orang menyerang dan disusul tiga orang lain, kemudian tiga orang lagi.
Menghadapi gelombang serangan ini, Sin Wan kembali terdesak. Dia tahu bahwa kalau dia mengalah terus, dia akan selalu terdesak. Begitu gelombang ke tiga dapat dia hindarkan dengan loncatan ke samping, diapun membalik dan kini dialah yang menyerang sebelum sembilan orang itu menyusun kembali barisan mereka. Tubuh Sin Wan bergerak cepat, pedang tumpul mengeluarkan suara mengaung dan berubah menjadi gulungan sinar kehijauan yang besar dan dari mana kadang-kadang mencuat sinar hijau dari ujung pedang. Setiap kali sinar itu meluncur, seorang pengeroyok roboh tertotok dan biarpun yang lain berusaha untuk menangkis dan mengelak, namun pedang tumpul itu selalu merobohkan sasaran, dibantu oleh tangan kiri Sin Wan yang mempergunakan ilmu Kiam-ciang (Tangan Pedang). Akan tetapi, dia mengendalikan tenaganya sehingga dia hanya, menotok roboh para pengeroyoknya, sama sekali tidak melukai, apa lagi membunuh.
Kembali kemenangan Sin Wan ini disambut tepuk tangan riuh olah lima orang perwira yang menjadi tamu Ang-kin Kaipang. Sin Wan memberi hormat kepada tujuh orang pimpinan perkumpulan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan saya." Dan diapun mundur mendekati sumoi dan kakek Bu Lee Ki yang mengangguk-angguk senang.
Tujuh orang pimpinan Ang-kin Kai-pang itu bangkit dari tempat duduk mereka, menghampiri sembilan orang pembantu mereka dan membebaskan mereka dari pengaruh totokan yang membuat mereka tak mampu bergerak.
Kemudian, dengan muka merah karena merasa penasaran melihat para pembantu utama mereka kembali mengalami kekalahan, mereka menghadap ke arah kakek Bu Lee Ki. Kini sikap mereka lunak, bahkan hormat kepada kakek itu. Si jenggot panjang yang kedudukannya sebagai wakil ketua dan memimpin enam orang sutenya, segera memberi hormat.
"Kiranya dua orang murid keponakan locianpwe adalah orang-orang yang amat lihai. Kami yakin bahwa locianpwe sendiri adalah seorang yang berilmu tinggi dan harap maafkan kalau anak buah kami bersikap kurang hormat. Sebagai persyaratan terakhir, kalau locianpwe mampu melewati kami bertujuh, kami akan mempersilakan locianpwe dan dua orang muda gagah ini untuk masuk sebagai tamu-tamu kehormatan kami."
Kakek itu bangkit berdiri dengan sikap ogah, menggeliat dan melangkah tertatih-tatih menghampiri tujuh orang pimpinan Ang-kin Kai-pang, akan tetapi mulutnya tersenyum dan dia mengomel. "Aihh, anak-anak ini sungguh rewel, main-main dengan orang tua seperti aku. Sudah bertahun-tahun aku tidak pernah cekcok dengan orang, bertengkarpun belum pernah, apalagi sampai berkelahi. Sekarang begini saja. Kalau kalian bertujuh mampu merampas capingku ini, biar aku mengaku kalah dan sebaliknya aku akan mencoba untuk mengambil sabuk merah kalian!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tantangan kakek itu membuat tujuh orang pemimpin Ang-kin Kai-pang tertegun. Si jenggot panjang yang bernama Ciok An dan menjadi wakil ketua Ang-kin Kai-pang, diam-diam terkejut. Kalau kakek itu berani menantang seperti itu, jelas bahwa tentu kepandaiannya hebat. Tidak akan mudah melindungi caping lebar yang tergantung di punggung dengan tali mengalungi leher itu dari sergapan tujuh orang, dan lebih sukar lagi merampas sabuk-sabuk merah mereka bertujuh yang mengikat pinggang. Karena menduga bahwa kakek ini tentu sakti dan merupakan tokoh besar dunia persilatan yang belum dikenalnya, maka diapun tidak ingin kalau sampai dia dan kawan-kawannya kesalahan tangan. Diapun menerima baik tantangan itu, dengan hati lega karena kemungkinan kesalahan tangan melukai lawan lebih kecil dibandingkan kalau bertanding dengan senjata.
"Baik, kami mohon petunjuk locianpwe, katanya merendah, kemudian dia memberi isyarat kepada enam orang sutenya untuk mulai bergerak. Begitu mereka bergerak, mudah saja dapat diketahui bahwa tingkat kepandaian tujuh orang ini jauh lebih lihai dibandingkan sembilan orang yang tadi mengeroyok Sin Wan. Gerakan mereka selain cepat juga mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat.
Tujuh orang yang dipimpin Ciok An itu, merupakan pimpinan Ang-kin Kai-pang, dan Ciok An sendiri yang berjenggot panjang adalah wakil ketua. Tentu saja kepandaiannya dan enam orang sutenya itu sudah mencapai tingkat tinggi. Begitu bergerak, mereka itu masing-masing melancarkan serangan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain berusaha merampas caping yang tergantung di punggung Bu Lee Ki.
Akan tetapi tubuh kakek yang bertubuh sedang dan kurus itu seolah-olah berubah menjadi bayangan saja. Dia menggunakan langkah-langkah aneh dari ilmu Langkah Angin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puyuh dan tubuhnya yang hanya nampak seperti bayangan itu
menyelinap di antara sambaran tujuh pasang tangan itu.
Kadang dia menangkis dan setiap kali tangannya menangkis,
orang yang tersentuh lengannya terhuyung ke belakang
hampir roboh! "Heh..heh..heh, kalian anak-anak nakal! Caping butut
seperti ini untuk berebutan! Nah, awas pegangi itu celana agar
jangan merosot ke bawah kalau sabuknya kuambil," kata
kakek itu terkekeh. Mendengar ini, tujuh orang itu bersiap siaga agar jangan
sampai sabuk mereka dapat diambil kakek itu. Sebetulnya,
menurut pendapat mereka, hal ini tidak mungkin. Pertama,
mereka cukup tangguh, apalagi kalau hanya melindungi sabuk
sutera, dan kedua, sabuk itu melilit pinggang mereka kuatkuat. Bagaimana mungkin dapat dirampas"
Tiba-tiba kakek itu membuat gerakan aneh. Tubuhnya yang
tadi berputar-putar itu semakin cepat dan tubuhnya seperti
gasing saja, tidak tentu ke mana arahnya sehingga
membingungkan para pengeroyoknya. Dan tiba-tiba,
terdengar teriakan susul menyusul karena seorang demi
seorang harus memegangi celana mereka agar tidak merosot.
Entah bagaimana caranya, sabuk sutera merah yang melilit
pinggang mereka itu tiba-tiba saja meninggalkan pinggang
seperti berubah menjadi ular hidup saja dan telah berada di
tangan kakek Bu Lee Ki! Setelah semua sabuk terampas, tujuh
orang itu berdiri terbelalak, memegang celana sambil
memandang ke arah kakek itu yang berdiri dan tertawa-tawa
memegang tujuh helai sabuk merah dan diangkatnya tinggitinggi. Kembali lima orang perwira tinggi itu bertepuk tangan
memuji dan sekali ini mereka agaknya benar-benar kagum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena mereka berlima bangkit berdiri dari tempat duduk
mereka. Pada saat itu, beberapa orang anggauta Ang-kin Kaipang yang berada di luar berseru, "Pangcu datang ......!!"
Suasana menjadi menegangkan bagi semua orang ketika
mendengar bahwa ketua mereka datang, dan giranglah hati
Ciok An dan para sutenya karena tentu ketua mereka yang
lihai akan mampu menebus kekalahan mereka yang membuat
mereka merasa penasaran dan malu
Ternyata orang yang muncul dari luar ini malah lebih muda
dibandingkan Ciok An dan para sutenya. Usianya sekitar
empatpuluh tahun dan wajahnya bersih dan tampan, tanpa
ada kumis dan jenggot. Tubuhnya tegap dam nampak gesit,
pakaiannya juga sederhana, berwama biru muda dan seperti
juga semua anggauta Ang-kin Kai-pang, di pinggangnya terlilit
sehelai sabuk sutera, hanya warna merahnya yang berbeda
karena warna merah sabuknya lebih tua dari pada yang lain.
Dari luar tadi ketua ini sudah mendengar dari anak
buahnya bahwa ada seorang kakek pengemis asing dan dua
orang murid keponakannya mengacau di situ dan
mengalahkan semua pimpinan Ang-kin Kai-pang. Mendengar
ini, dia cepat melangkah maju dan dengan suara berwibawa
dia berseru nyaring. "Siapa yang berani mengacau di Ang-kin Kai-pang?"
Dengan tangan kiri masih memegangi celana agar tidak
merosot, Ciok An segera menjawab, "Pangcu, locianpwe ini
memaksa hendak bertemu dengan pangcu dan kami semua
telah dikalahkannya."
"Heh..heh..heh, jangan merengek! Nih ku kembalikan
sabuk kalian!" Dan begitu kakek itu melemparkan sabuk-sabuk
merah itu, nampak tujuh sinar merah melayang ke arah tujuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang pimpinan itu dan merekapun menyambut sabuk-sabuk
mereka dengan tangan. Akan tetapi mereka menyeringai karena ketika menangkap
sabuk-sabuk yang melayang ke arah mereka itu, mereka
merasa betapa telapak tangan mereka nyeri seperti dicambuk.
Dengan menahan rasa nyeri, mereka cepat melilitkan kembali
sabuk mereka di pinggang.
Sementara itu, Thio Sam Ki, yaitu ketua Ang-kin Kai-pang,
memandang ke arah kakek Bu Lee Ki dan dia mengeluarkan
seruan heran, lalu bergegas menghampiri. Mereka kini
berhadapan. Bu Lee Ki masih terkekeh sedangkan ketua Angkin Kai-pang terbelalak. "Locianpwekah ini ......" Benarkah ...... locianpwe Pek-sim
Lo-kai Bu Lee Ki ........?"
Kakek itu terkekeh. "Heh..heh..heh, kiranya engkau yang
menjadi ketua Ang-kin Kai-pang ini, Thio Sam Ki! Bagus,
pantas saja kai-pang ini demikian maju dan baik, kiranya
engkau yang menjadi ketuanya, ha..ha..ha..ha!"
"Ahh, locianpwe, semua ini berkat petunjuk yang pernah
saya terima dari locianpwe. Betapa bahagia rasa hati saya
melihat locianpwe ternyata masih dalam keadaan sehat.
Locianpwe, terimalah hormat saya!" Dan ketua Ang-kin Kaipang itu menjatuhkan diri berlutut di depan kakek itu!
Ketika tadi mendengar disebutnya nama Pek-sim Lo-kai Bu
Lee Ki oleh ketua Ang-kin Kai-pang, semua orang telah
terbelalak kaget. Kini melihat ketua mereka berlutut memberi
hormat, tanpa diperintah lagi seluruh pimpinan dan anggauta
Ang-kin Kai-pang yang berada di situ menjatuhkan diri
berlutut menghadap kakek itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siapa yang tidak kaget mendengar bahwa kakek itu adalah Thai-pangcu (Ketua Besar) dari seluruh kai-pang" Kakek itu adalah "datuk" seluruh pengemis yang dikabarkan menghilang selama bertahun-tahun.
Bu Lee Ki mengangkat kedua tangannya ke atas. "Wah ..
wah, bangkitlah kalian semua. Aku datang untuk melihat-lihat keadaan dan dapat kunyatakan bahwa engkau telah berhasil, Thio Sam Ki. Ang-kin Kai-pang agaknya mampu mempertahankan namanya sebagai pejuang-pejuang yang gagah, tidak menyeleweng ke jalan sesat!"
Thio Sam Ki bangkit berdiri, diturut semua anggautanya dan wajahnya berseri. "Semua ini berkat bimbingan locianpwe, dan berkat bantuan dari yang mulia Raja Muda Yung Lo!" Lain dia memandang kepada tujuh orang pembantunya sambil tersenyum. "Apakah kalian ini sudah buta, berani mencoba-coba kepandaian locianpwe Bu Lee Ki!"
Sementara itu, setelah melihat dan mendengar semua itu, lima orang perwira saling pandang dan mereka nampak gembira sekali. Seorang di antara mereka yang berusia limapuluh tahun lebih, bertubuh-tinggi besar, segera maju memberi hormat kepada Bu Lee Ki.
"Kiranya locianpwe adalah Thai-pangcu yang terkenal itu.
Kami merasa beruntung dapat bertemu locianpwe dan kami mengucapkan selamat atas berkumpulnya kembali seorang pemimpin besar dengan anak buahnya." Dia lalu memberi hormat kepada Thio Sam Ki dan berkata, "Kami mengucapkan selamat kepada Thio-pangcu yang telah dapat bertemu dengan pemimpin besarnya. Kami berlima mohon diri karena sudah cukup lama berada di sini dan terima kasih atas segala keramahan Ang-kin Kai-pang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima orang perwira itu lalu keluar dari situ dan lima orang anggauta Ang-kin Kai-pang sudah mempersiapkan kuda tunggangan mereka.
Setelah mereka pergi, Thio Sam Ki memandang kepada Sin Wan dan Kui Siang, lalu bertanya kepada Bu Lee Ki, "Saya mendengar bahwa kedua orang adik yang gagah ini adalah murid-murid keponakan locianpwe, harap suka memperkenalkan saya kepada mereka."
Bu Lee Ki tersenyum. "Mereka adalah murid-murid dari Sam-sian, boleh dibilang murid keponakanku sendiri. Pemuda ini bernama Sin Wan dan nona itu bernama Lim Kui Siang dari Nan-king. Sin Wan dan Kui Siang, ini adalah ketua Ang-kin Kai-pang Thio Sam Ki, takkusangka bahwa dia yang menjadi ketua di sini."
Dua orang itu saling memberi hormat dengan Thio Sam Ki yang merasa kagum kepada mereka karena sudah mendengar betapa mereka ini telah mengalahkan dengan mudahnya.
Gadis cantik itu telah mengalahkan barisan Enam Tongkat Merah, bahkan pemuda itu mengalahkan barisan Sembilan Pedang Naga. Hebat! Apalagi ketika tadi mendengar keterangan Bu Lee Ki bahwa mereka adalah murid-murid Sam-sian, kekagumannya semakin bertambah.
"Dahulu saya hanya anggauta pengemis biasa di Ang-kin Kai-pang, namun berkat bimbingan locianpwe Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki maka akhirnya saya dapat menjadi ketua.
Locianpwe, marilah kita bicara di dalam." Ketua itu lalu memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan pesta penyambutan kepada pemimpin besar para kai-pang itu.
Dalam perjamuan meja panjang di mana duduk Bu Lee Ki, Sin Wan dan Kui Siang sebagai tamu kehormatan, dan Thio Sam Ki bersama tujuh orang pembantunya sebagai tuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah. Bu Lee Ki dengan tenang dan sabar mendengarkan
semua keterangan yang diberikan Thio Sam Ki mengenai
perkembangan dunia kai-pang semenjak penjajah Mongol
diusir dan pemerintah Kerajaan Beng memegang kekuasaan.
Dahulunya Ang-kin Kai-pang juga, terbawa menyeleweng
oleh ketuanya yang lama yang bernama Boan Kin. Melihat
situasi yang kacau akibat perang, Boan Kin bersama para
pendukungnya yang menjadi kaki tangannya dan berjumlah
duapuluh orang lebih, membawa Ang-kin Kai-pang keluar dari
jalan benar dan mulai melakukan pemerasan dan penindasan
terhadap masyarakat di Peking dengan dalih bahwa Ang-kin
Kai-pang sudah berjasa dalam perjuangan menumbangkan
penjajah Mongol dan karenanya sudah sepatutnva kalau
mendapatkan imbalan jasa. Boan Kin dan kaki tangannya
merupakan gerombolan yang merajalela di Peking dan amat
ditakuti rakyat karena mereka tidak segan-segan
mempergunakan kekerasan dan kepandaian untuk
memaksakan kehendak mereka.
Thio Sam Ki yang menjadi anggauta Ang-kin Kai-pang, dan
para pengemis lain yang berjiwa bersih, tentu saja tidak
menyetujui langkah yang diambil ketua mereka. Biarpun Thio
Sam Ki sendiri sudah memiliki ilmu silat yang tinggi dan
kiranya tidak kalah oleh Boan Kin karena dia pernah dibimbing
langsung oleh Pek-sim Lo-kai, namun dia tidak berdaya
mengingat bahwa Boan Kin mempunyai duapuluh lebih kaki
tangan yang tentu saja tidak mungkin dapat dia atasi.
Akhirnya, setelah Raja Muda Yung Lo mulai melakukan
penertiban dengan tangan besi, melakukan pembersihan
terhadap para penjahat, Thio Sam Ki mendapat dukungan dari
raja muda ini. Dengan bantuan pasukan, Thio Sam Ki berhasil
membunuh Boan Kin dan kaki tangannya dan diapun diangkat
sebagai ketua baru oleh semua sisa anggauta Ang-kin Kai

Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pang dan didukung sepenuhnya oleh Raja Muda Yung Lo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demikianlah, locianpwe. Saya dipilih menjadi ketua baru
Ang-kin Kai-pang. bukan karena saya berambisi untuk mencari
kedudukan, melainkan semata-mata demi menolong Ang-kin
Kai-pang dari cengkeraman orang jahat dan mengembalikan
Ang-kin Kai-pang ke jalan benar." Thio Sam Ki mengakhiri
ceritanya. "Bagaimana dengan kai-pang yang lain-lain" Apakah
keadaan di empat daerah masih seperti dahulu?" tanya Bu Lee
Ki yang merasa senang melihat keadaan Ang-kin Kai-pang dan
mulai tertarik untuk mengetahui keadaan dunia kai-pang yang
dahulu menjadi dunianya dan yang ditinggalkannya karena dia
kecewa melihat penyelewengan para kai-pang.
"Setahu saya masih seperti dulu, tidak ada pergantian
ketua kecuali Ang-kin Kai-pang, locianpwe. Ketika saya
diangkat menjadi ketua, tiga orang ketua dari kai-pang
terbesar di barat, timur dan selatan datang memberi selamat.
Kalau di utara yang menjadi kai-pang terbesar adalah Ang-kin
Kai-pang maka di selatan adalah Lam-kiang Kai-pang yang
masih dipimpin oleh ketuanya yang dahulu, yaitu Kwee Cin. Di
barat adalah Hek I Kai-pang dipimpin oleh Souw Kiat sebagai
pangcunya, dan di timur Hwa I Kai-pang dipimpin Siok Cu."
Bu Lee Ki mengangguk-angguk. Ternyata tidak ada
perubahan di tiga daerah itu, dan dia mengenal mereka
karena mereka adalah bekas bawahannya. Dia pernah
menjabat sebagai Thai-pangcu, yaitu ketua terbesar yang
dianggap sebagai pengawas dan penasihat bagi keempat kaipang yang berkuasa. "Apakah mereka masih juga menjaga kebersihan nama kaipang masing-masing itu?" tanyanya, alisnya berkerut karena
dahulu dia melihat bahwa di antara mereka banyak yang
terseret ke dalam kesesatan seperti halnya mendiang Boan Kin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketua Ang-kin Kai-pang yang lama, kecuali Kwee Cin ketua
Lam-kiang Kai-pang yang seperti juga Thio Sam Ki, pernah
menerima bimbingannya selama beberapa tahun.
"Yang saya ketahui, hanya Hwa I Kai-pang saja yang
kabarnya banyak berubah. Perkumpulan itu kini menjadi kaya
raya dan kabarnya memiliki kekuasaan besar sekali. Ketuanya
masih Siok Cu dan menurut berita yang saya terima, terjadi
persaingan antara Hwa I Kai-pang dan Hek I Kai-pang. Saya
merasa yakin bahwa Souw-pangcu tetap mempertahankan
Hek I Kai-pang sebagai kai-pang yang bersih dan gagah.
Mengenai Hwa I Kai-pang, banyak berita yang tidak
menyenangkan." Bu Lee Ki mengelus jenggotnya yang kacau dan putih.
"Hemm, begitukah" Apakah Hwa I Kai-pang masih berpusat di
Lok-yang?" Thio Sam Ki membenarkan, lalu melanjutkan. "Sebulan lagi
akan diadakan pertemuan besar di Lok-yang antara pimpinan
empat kai-pang itu, locianpwe, yaitu untuk membicarakan
kepergian locianpwe dan kekosongan kedudukan Thai-pangcu.
Di dalam pertemuan itu akan diadakan pemilihan Thai-pangcu
yang baru dan hal ini didukung pula oleh pemerintah."
"Pemerintah?" "Benar sekali, locianpwe. Tentu locianpwe tadi melihat pula
lima orang perwira tinggi yang menjadi tamu di sini.
Hubungan kami dengan para panglima baik sekali, bahkan
Raja Muda Yung Lo amat memperhatikan kami. Demikian pula
ayahanda beliau, Kaisar Thai-cu di Nan-king kabarnya amat
memperhatikan kai-pang. Beliau tidak melupakan perjuangan
para kai-pang dan pemerintah yang menganjurkan agar
diadakan pemilihan Thai-pangcu lagi untuk kelak mewakili
para kai-pang dalam pemilihan seorang Beng-cu. Pemerintah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud untuk mempersatukan seluruh tokoh dunia
persilatan agar tidak terjadi persaingan dan perpecahan dan
kekuatan di dunia persilatan dapat dimanfaatkan untuk
membantu pemerintah dalam menjaga keamanan dan
ketertiban sehingga kehidupan menjadi tenteram."
"Bagus sekali!" Bu Lee Ki mengangguk-angguk dan
wajahnya berseri. "Kalau kaisar dan pemerintahnya bijaksana
dan baik, maka tidak sia-sia belaka bertahun-tahun rakyat ikut
berjuang melawan penjajah mengorbankan nyawa dan harta
benda. Perjuangan takkan berhasil tanpa bantuan rakyat
karena yang berjuang adalah rakyat. Oleh karena itu setelah
perjuangan berhasil, para pimpinan sekali-kali tidak boleh
melupakan tujuan semula dari perjuangan, yaitu
membebaskan rakyat dari belenggu penjajahan agar rakyat
dapat hidup dalam keadaan tenteram, adil dan makmur. Para
pemimpin harus selalu menyadari bahwa tanpa rakyat, mereka
bukan apa-apa, dan tanpa dukungan rakyat, setiap
pemerintahan pasti akan rapuh dan jatuh."
"Betapa bahagianya kami kalau selalu mendapatkan
bimbingan dari locianpwe yang bijaksana," kata Thio Sam Ki
terharu. "Pemilihan Thai-pangcu akan diadakan. Akan
celakalah para kai-pang kalau Ketua Besar dipegang oleh
orang yang tidak bijaksana. Oleh karena itu, demi menjaga
keutuhan para kai-pang dan dapat mengendalikan mereka
asal tidak sempat terseret ke dalam kesesatan, kami mohon
agar locianpwe suka kami calonkan kembali menjadi Thaipangcu yang akan dipilih. Dan pula, selama ini Thai-pangcu
masih dianggap pimpinan walaupun telah bertahun-tahun
tidak muncul. Harap locianpwe tidak menolak."
"Aku akan menghadiri rapat besar itu di Lok-yang dan kita
lihat saja bagaimana perkembangannya nanti, apakah aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih harus menyibukkan diri dengan kai-pang ataukah
tidak," kata Bu Lee Ki lalu minum araknya.
Mereka bertiga tinggal di pusat Ang-kin Kai-pang sebagai
tamu kehormatan dan pada malam harinya, dengan wajah
berseri Thio Sam Ki memperlihatkan sebuah sampul merah
terisi surat undangan dari Raja Muda Yung Lo!
"Raja Muda mengundang kita, Locianpwe. Saya, locianpwe,
Sin-taihiap dan Lim-lihiap diundang untuk makan malam di
istana Raja Muda!" Ketua itu nampak gembira dan bangga
bukan main. Hati siapa tidak akan merasa bangga menerima undangan
makan malam dari seorang yang paling berkuasa di Peking,
Raja Muda yang juga seorang putera kaisar itu" Selama ini,
dalam hubungannya dengan pemerintah, bahkan ketika dia
didukung untuk menjadi ketua, wakil pemerintah hanyalah
para perwira tinggi saja dan belum pernah Thio Sam Ki
bertemu langsung dengan raja muda itu, apa lagi diundang
makan malam! Sin Wan dan Kui Siang merasa heran sekali mendengar
bahwa merekapun ikut diundang raja muda, akan tetapi ketika
Thio-pangcu memperlihatkan surat undangan itu, di situ jelas
tertulis pula nama Sin Wan dan Lim Kui Siang! Melihat
keheranan dua orang muda itu, Thio-pangcu tersenyum.
"Tai-hiap dan Li-hiap tidak perlu merasa heran. Raja Muda
Yung Lo adalah seorang pangeran yang sejak dahulu amat
menghargai orang-orang gagah di dunia persilatan, bahkan
beliau sendiri seorang panglima yang gagah perkasa dan
biarpun belum pernah ada yang berani mencohanya, namun
kami mendengar bahwa beliau memiliki dasar ilmu silat Siauwlim-pai yang hebat. Tentu para ciangkun (perwira) yang tadi
menyaksikan kelihaian ji-wi (anda berdua) telah melaporkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke istana dan membuat Raja Muda Yung Lo tertarik dan
mengirim undangan." "Heh .. heh .. heh, memang nasib kita sedang mujur, Sin
Wan dan Kui Siang. Begitu tiba di sini, kita selalu disambut
dengan kehorrnatan dan terutama sekali dengan hidangan
yang serba enak. Apa lagi kalau makan malam di istana, aduh,
belum apa-apa aku sudah mengilar, walaupun tadi sudah
makan kenyang, ha .. ha!"
Sin Wan yang selama hidupnya belum pernah melihat
kemewahan dan keindahan yang luar biasa dari sebuah istana,
tiada habisnya terkagum-kagum ketika dia bersama Kui Siang,
kakek Bu Lee Ki dan Thio Sam Ki didahului pengawal
memasuki istana Raja Muda Yung Lo. Kui Siang sendiri adalah
seorang puteri bangsawan, maka kemewahan gemerlapan itu
tidak membuatnya merasa heran, demikian pula dengan kakek
Bu Lee Ki yang sudah mempunyai banyak pengalaman itu.
Bahkan Thio-pangcu sendiripun terkagum-kagum.
Ketika mereka tiba di ruangan luas yang dipasangi banyak
lampu sehingga keadaannya menjadi terang seperti siang itu,
Raja Muda Yung Lo telah duduk di situ. Agaknya raja muda ini
sudah mendapat laporan dan telah menanti, ditemani oleh tiga
orang panglimanya. Sebuah meja besar berada di situ, meja
bundar yang bersih mengkilap.
Ketika mereka berempat memasuki ambang pintu, seorang
pengawal melapor dengan suaranya yang nyaring bahwa
empat orang tamu undangan sudah tiba, dan terdengar
perintah raja muda itu agar mereka dipersilakan masuk. Thio
Sam Ki yang berjalan di depan, begitu memasuki ruangan itu
dan melihat sang raja muda duduk bersama tiga orang
panglima besar yang sudah dikenalnya, cepat menjatuhkan
diri berlutut memberi hormat kepada Raja Muda Yung Lo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, kakek Bu Lee Ki tidak berlutut, hanya memberi hormat dengan merangkap kedua tangan di depan dada lalu membungkuk sampai dalam. Sin Wan dan Kui Siang mengikuti perbuatan kakek itu, memberi hormat tanpa berlutut.
Melihat ini, Thio-pangcu merasa khawatir, akan tetapi sebaliknya, pangeran atau raja muda itu malah tersenyum dan menegurnya. "Tidak perlu berlutut, mari bangkitlah dan silakan kalian duduk," suaranya tegas dan nyaring, akan tetapi ramah.
Legalah hati Thio Sam Ki yang segera bangkit dan dengan sikap hormat mereka melangkah maju dan duduk di atas kursi menghadapi Raja Muda Yung Lo di seberang meja. Sejenak mereka tidak bicara dan raja muda itu memberi isyarat dengan tangan kepada para pengawal agar keluar dari ruangan itu. Para pengawal keluar dan di situ kini tinggal Raja Muda Yung Lo, tiga orang panglima, dan empat orang tamu itu.
Jilid 8 KUI SIANG mengangkat muka untuk memandang kepada para bangsawan yang duduk di seberang meja bundar. Tiga orang panglima itu berusia antara empatpuluh sampai limapuluh tahun, bertubuh kekar dan nampak berwibawa dalam pakaian panglima yang gemerlapan. Akan tetapi raja muda itu sendiri nampak masih muda. Tidak akan lebih dari tigapuluh tahun usianya dan wajahnya membayangkan kegagahan dan kecerdikan, wajah yang cukup tampan dan jantan. Sepasang telinganya lebar dan panjang, merapat di kepala. Wajahnya berbentuk persegi panjang, dengan sedikit kumis dan cambangnya bersatu dengan jenggot, terpelihara rapi sehingga wajah itu nampak bersih matanya lebar dengan ujung sipit ke atas, dengan alis yang berbentuk golok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hidungnya besar dan mancung, mulutnya membayangkan
keramahan, akan tetapi dagunya menunjukkan bahwa dia
seorang yang bersemangat dan keras hati.
Kepalanya tertutup topi dan pakaiannya ringkas walaupun
gemerlapan, akan tetapi tidak terlalu mewah. Sepasang
matanya itulah yang amat menarik perhatian karena mata itu
seperti mata burung elang rajawali yang amat tajam dan juga
amat berwibawa. Bahkan Kui Siang sendiri tidak dapat
bertahan lama beradu pandang dengan mata itu dan iapun
menunduk. Pangeran atau Raja Muda Yung Lo adalah seorang pria
yang gagah perkasa dan jantan. Dia bukan seorang yang
berwatak mata keranjang, walaupun sebagai seorang pria
yang normal, dia tidak buta terhadap kecantikan wanita. Dia
lebih mementingkan urusan pemerintahan, lebih
mementingkan kedudukan ketimbang wanita. Sebetulnya,
ketika dia menjadi pangeran, nama kecilnya adalah Pangeran
Yen dengan julukan Pangeran Cang On. Akan tetapi dia lebih
suka mempergunakan nama Yung Lo, yaitu nama besar yang
dipakainya setelah dia menjadi Raja Muda Yung Lo yang
menguasai seluruh daerah utara. Dia bukan seorang pemimpin
yang hanya mengatur siasat di balik tembok benteng dan di
kamar yang mewah dalam istana. Dia adalah pemimpin yang
maju sendiri memimpin pasukannya mengamuk kalau sedang
dalam pertempuran sehingga namanya terkenal dan dia
dipuja-puja oleh pasukan dan rakyat sebagai seorang
panglima yang gagah perkasa.
Akan tetapi kini, melihat Lim Kui Siang, raja muda itu
terpesona. Bukan semata karena kecantikan Kui Siang,
melainkan dia terkagum-kagum oleh kelihaian gadis itu. Dia
telah menerima laporan bahwa, seorang diri, gadis ini mampu
mengalahkan enam orang tokoh Ang-kin Kai-pang yang
mengeroyoknya, enam orang yang terkenal sebagai Barisan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tongkat Merah dari perkumpulan itu. Dia sendiri sudah
mempunyai seorang isteri yang cantik dan lima orang selir,
yang manis-manis, akan tetapi belum pernah dia bertemu
seorang pendekar wanita muda yang cantik dan lihay seperti
Kui Siang. Seketika hatinya tertarik dan timbul perasaan
cintanya. Kalau dia dapat menarik gadis ini sebagai
pendamping hidupnya, dia bukan saja memperoleh seorang
selir yang lain dari pada selirnya, melainkan juga
mendapatkan seorang pengawal pribadi yang boleh
diandalkan! Setelah berpandangan sejenak, dan tahu bahwa para tamu
itu tentu tidak akan berani bicara lebih dahulu sebelum
ditegurnya. Raja Muda Yung Lo berkata dengan suaranya
yang nyaring dan tegas. "Kami menerima laporan tentang
locianpwe yang ternyata adalah Thai-pangcu, pemimpin besar
para kai-pang yang selama bertahun-tahun menghilang. Kami
sudah lama mendengar nama besar Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki
yang telah berjasa besar membantu perjuangan kami
merobohkan penjajah Mongol. Sayang bahwa selama ini
locianpwe pergi tanpa meninggalkan jejak sehingga kami
belum sempat memberi hadiah dan imbalan jasa kepadamu."
Dari tempat duduknya, kakek itu tersenyum dan memberi
hormat kepada raja muda itu. "Terima kasih atas kehormatan
yang diberikan kepada hamba, Yang Mulia. Akan tetapi
maafkan hamba bahwa hamba sama sekali tidak
mengharapkan hadiah atau imbalan jasa. Tentu paduka sudah
lebih mengetahui bahwa berjuang demi kemerdekaan tanah
air dan bangsa, mengusir penjajah Mongol merupakan
kewajiban setiap orang anak bangsa. Ketika hamba membantu
perjuangan, memimpin seluruh Kai-pang untuk menentang
pasukan Mongol, seujung rambut pun tidak ada pamrih dalam
hati hamba untuk kemudian menuntut imbalan jasa."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raja Muda Yung Lo tertawa dan Kui Siang melihat betapa pria itu nampak jauh lebih muda ketika tertawa dan semua bentuk kekerasan yang menggores di wajah yang perkasa itupun lenyap. Tahulah ia bahwa pada dasarnya, raja muda itu seorang yang lembut hati dan ia merasa semakin kagum.
"Ha..ha..ha, ucapanmu itu sudah kami duga sebelumnya, locianpwe. Memang demikianlah watak seorang pendekar, seorang pahlawan, selalu menjunjung kebajikan, membela kebenaran dan keadilan, tanpa pamrih sedikitpun untuk diri sendiri. Akan tetapi ketahuilah bahwa pemimpin bangsa yang baik dan bijaksana harus menghargai dan menghormati para pahlawan bangsa. Dan bagi kami, penghargaan terhadap pahlawan yang masih hidup jauh lebih penting dari pada penghargaan terhadap pahlawan yang sudah tewas dan gugur dengan sekedar kenangan untuk menghormati jasa mereka.
Pendekar Jembel 11 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pedang Dan Kitab Suci 3

Cari Blog Ini