Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 1
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Seri Bukeksiansu 02 Suling Mas Karya : Asmaraman S Kho Ping Hoo
Ebook oleh : Dewi KZ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Pada jaman lima wangsa ( th.907- 960 ) , kerajaan NanCao merupakan negara kecil di propinsi Yu-Nan sebelah
selatan. Mungkin karena kecilnya kerajaan ini tidak dipandang mata oleh kerajaan lain, juga oleh kerajaan Sung yang
kemudian di bangun. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akan tetapi, pada pagi hari di pertengahan musim chun (
semi ) itu, banyak sekali tokoh-tokoh terkenal di dunia kang-ouw termasuk ketua-ketua perkumpulan dari pelbagai aliran, orang-orang muda yang patut di sebut pendekar silat, dan orang-orang aneh yang memiliki kesaktian, Datang membanjiri Nan-cao. Apakah gerangan yang menarik para kelana dan pe tualangan itu mendatangi Nan-cao" Ada pula hal yang menarik mereka berdatangan dari tempat-tempat yang amat jauh.
Pertama adalah pengangkatan Beng-kauw ( Ketua Agama
Beng-kauw ) sebagai Koksu ( Guru Negara ) Kerajaan Nan
Cao. Mereka berdatangan untuk memberi selamat kepada
Ketua Beng-kauw yang sudah amat terkenal di dunia kangouw. Siapakah tidak mengenal Ketua Agama Beng-kauw yang bernama Liu Gan dan berju-luk Pat-jiu Sin-ong ( Raja Sakti Berlengan Delapan ) Itu " Pada masa itu, Pat-jiu Sin-ong Liu gan merupakan tokoh gemblengan yang jarang ditemukan
keduanya, jarang menemukan tanding. Selain memiliki
kesaktian hebat, Pat-jiu Sin-ong Liu Gan juga merupakan pendiri Agama Beng-kauw atau pembawa agama itu dari
barat. Tidaklah mengherankan kalau apabila kini tokah-tokoh dari partai persilatan besar seperti Siauw lim-pai, Kun-lun-pai, Hoa-san-pai,
dan lain-lain mengirim utusan untuk menghaturkan selamat atas pengangkatan tokoh sakti ini
sebagai Koksu Kerajaan Nan-cao.
Adapun hal kedua yang meyebabkan terutama kaum muda,
para pendekar perkasa dari pelbagai penjuru dunia ikut pula berdatangan, adalah tersiarnya berita bahwa puteri tunggal Pat-jiu
Sin-ong hendak mempergunakan kesempatan berkumpulnya para tokoh persilatan itu untuk mencari jodoh !
Tentu saja hal ini menggegerkan dunia kaum muda,
menggerakan hati mereka untuk ikut datang mempergunakan kesempatan baik mengadu untung. Siapa tahu ! Nama Liu Lu Sian, puteri Ketua Beng Kauw itu sudah terkenal di mana-mana. Terkenal sebagai seorang gadis yang selain tinggi ilmu silatnya, juga memiliki kecantikan seperti dewi khayangan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Terkenal pula betapa gadis jelita ini telah berani menolak pinangan-pinangan yang datangnya dari orang-orang besar, dari putera-putera para ketua perkumpulan, bahkan menolak pula pinangan dari istana beberapa kerajaan !
Tentu saja para pemuda inipun sebagian besar hanya ingin menyaksikan sendiri bagaimana ujud rupa dan bentuk dara yang terkenal itu, karena jarang diantara mereka yang pernah melihat Liu Lu Sian. Yang pernah bertemu dengan gadis ini memuji-muji
setinggi langit, terutma sekali tentang kecantikannya, yang menjadi buah bibir para muda, bahkan entah siapa orangnya yang membuat, telah ada sajak pujian bagi Liu Lu Sian.
"Rambutnya Halus licin laksana sutera harum melambai, meraih cinta asmara ! Mata indah, kerling tajam menggunting jantung, bulu mata lentik berkedip mesra membuat bingung !
Hidung mungil, halus laksana lilin diraut, cuping tipis bergerak mesra menambah patut ! Hangat lembut, merah basah juwita Gendewa terpentang berisi sari madu Puspita !"
Banyak lagi puji-puji yang mesra bagi kejelitaan dara ayu Liu Lu Sian, yang dikagumi siapa yang pernah melihatnya, dipuji dari ujung rambut sampai ke telapak kakinya ! Memang sesungguhnyalah, Liu Lu Sian seorang dara jelita.
Usianya baru enam belas tahun (pada jaman itu sudah
dewasa dan masak) Namun ilmu silatnya amat tinggi. Hal ini tidak mengherankan karena semenjak kecilnya ia digembleng oleh ayahnya sendiri. Hanya sayang bahwa sejak berusia dua tahun, Liu Lu Sian telah ditinggal mati ibunya. Ia tidak pernah merasa kasih sayang ibu kandung dan mungkin hal ini yang membuat ia menjadi seorang gadis yang berwatak aneh, riang gembira, lucu jenaka, akan tetapi juga liar bebas, tak
terkekang ingin menang dan berkuasa saja, tidak mau tunduk kepada siapapun juga.
Para muda yang mendatangi Nan-Cao semua tahu belaka
betapa sukarnya memperoleh gadis puteri ketua Beng-kauw
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
itu. Bagaikan setangkai bunga, Lu Sian adalah bunga dewata yang tumbuh di puncak gunung yang amat tinggi dan sukar didapatkan.
Dara itu puteri tunggal Pat-Jiu Sin-ong yang sakti, yang tentu saja menghendaki seorang mantu pilihan, baik
dipandang dari sudut keturunan, keadaan, maupun tingkat kepandainnya. Bahkan kabarnya dara itu hanya mau menjadi isteri seorang pendekar muda yang mampu mengalahkan
dirinya ! Namun, para muda yang sudah dimabok asmara,
bagaikan serombongan semut yang tertarik oleh harum dan manisnya
madu, tidak takut bahaya, berusaha mendapatkannya biarpun bahaya mengancam nyawa.
Tiada hentinya para muda itu mempercakapkan tentang Lu
Sian, memuji-muji kecantikannya, menyatakan harapanharapan muluk ketika mereka bermalam dirumah-rumah
penginapan di kota raja sambil menanti saat dibukanya
kesempatan bagi mereka untuk memasuki halaman gedung
Pat-jiu Sin-ong beberapa hari lagi, dimana selain hendak ikut memberi
selamat, merekapun berharap akan dapat menyaksikan kehebatan dara yang mereka percakapkan dan
yang kembang mimpi mereka setiap malam.
Liu Lu Sian bukan tidak tahu akan hal ini. Gadis yang manja ini maklum sepenuhnya bahwa ia menjadi bahan percakapan dan pujian. Maka pada pagi hari itu, dua hari sebelum
ayahnya menerima para tamu, ia sengaja mengenakan
pakaian indah, menunggang seekor kuda putih, lalu melarikan kudanya mengelilingi kota raja ! Memang hebat dara ini.
Wajahnya kemerahan, berseri-seri dan pada kedua pipinya yang bagaikan pauh dilayang (merah jambu) itu, nampak
lesung pipit menghias senyum dikulum. Rambutnya yang
hitam gemuk digelung keatas, di kat rantai mutiara dan
ujungnya bergantung dibelakang punggung, halus melambai tertiup angin. Tubuhnya amat ramping, pinggangnya kecil sekali dapat dilingkari jari-jari tangan agaknya, terbungkus
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pakaian sutera merah muda bergaris pinggir biru dan kuning emas, ketat mancetak bentuk tubuh yang padat berisi karena terpelihara dan terlatih semenjak kecil.
Pengait baju terbuat daripada benang emas yang gemilang, ikat pinggangnya dari sutera biru yang bergerak-gerak
bagaikan sepasang ular hidup. Celananya sutera putih yang seakan membayangkan sepasang kaki indah, padat berisi dan sempurna lekuk-lekungnya, diakhiri dengan sepasang sepatu hitam yang berlapis perak. Cantik tak terlukiskan ! Menyaingi bidadari sorga dengan gerak tubuh yang lemah gemulai dan elok,
akan tetapi rangka pedang yang tergantung dipinggangnya membuat ia lebih patut menjadi seorang Dewi Kwan Im Pouwsat !
Kuda putih tunggangannya berlari congklang dan Lu Sian
memandang lurus ke depan namun ujung
matanya menyambarkan kerling tajam kesana-sini, terutama diwaktu kudanya lewat depan rumah-rumah penginapan dimana para
tamu muda berjajar depan pintu dengan mata jalang dan
mulut ternganga, terpesona mengagumi dewi yang baru
lewat. Setelah dara ayu itu lenyap bayangannya, ributlah para
muda teruna itu. Makin parah penyakit asmara menggerogoti jantung. Makin ramai percakapan mereka tentang Si Cantik manis. Rindu dendam dan harapan mereka yang terbawa dari rumah ratusan bahkan ribuan li jauhnya terpenuhi sudah.
Mereka dapat menyaksikan dengan mata kepala sendiri dewi pujaan hati mereka. Dan betapa tidak mengecewakan
pemandangan itu. Bahkan melebihi semua dugaan dan mimpi.
Tergila-gila belaka mereka setelah Lu Sian Lewat di atas kudanya.
"Aduh ..., mati aku ...! Kalau aku tidak berhasil
menggandengnya pulang, percuma aku hidup lebih lama
lagi...!" Seorang pemuda tampan tanpa ia sadari mengucapkan kata-kata ini sambil menarik napas panjang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lebih baik mati di bawah kaki si jelita dari pada pulang bertangan hampa !" sambung pemuda ke dua.
"Siapa tahu, rejekiku besar tahun ini menurut perhitungan peramal ! Jodohku seorang gadis bermata bintang. Dan
matanya...! Ah , matanya..., Kalah bintang kejora !" kata pemuda lain.
"Mulutnya yang hebat ! Amboooi i mulutnya...ah, ingin aku menjadi buah apel agar dimakannya dan berkenalan dengan bibir itu. Aduhhh...!"
Bermacam-macam seruan para muda itu yang seakan lupa
diri, menyatakan perasaan hati masing-masing yang menggelora. Sudah lajim kalau sekumpulan orang muda
bercakap-cakap, mereka lebih berani manyatakan perasaan hati masing-masing sehingga percakapan itu menjadi hangat dan kadang-kadang terdengar kata-kata yang kurang sopan.
Apalagi para muda yang tergila-gila pada seorang gadis
jelita ini adalah orang-orang kang-ouw, pemuda-pemuda
kelana kelana dan petualang. Banyak sudah tempat mereka jelajahi, cukup sudah dara-dara jelita mereka saksikan, namun baru sekali ini mereka menjumpai dara secanti k Lu Sian.
Melampaui semua kembang mimpi.
Tujuh orang pemuda yang berkumpul dalam sebuah rumah
penginapan itu adalah pendekar-pendekar
muda dari beberapa partai. Seperti biasa, karena merasa segolongan dan setujuan, mereka lekas bersahabat dan selain menuturkan pengalaman masing-masing yang biasanya mereka lebihi, juga mereka tiada habisnya memuji-muji dan membicarakan diri Liu Lu Sian yang diam-diam mereka perebutkan. Setelah Lu Sian yang lewat di depan rumah penginapan itu, sampai jauh
malam para pemuda ini bicara tentang Lu Sian dan masing-masing menyatakan harapan menjadi orang yang terpilih
dengan mengemukakan dan menonjolkan keistimewaan
masing-masing. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Sebagai puteri Beng-kauw, tentu kepandaiannya amat tinggi dan belum tentu aku mampu menandinginya. Akan
tetapi, ilmu golokku yang terkenal dan nama Ilmu Golok
Pelangi di Awan Biru memiliki keindahan yang melebihi
keindahan seni tari manapun juga. Siapa tahu, keindahan seni permainan golokku akan menawan hatinya !" kata pemuda muka putih dengan pandang mata merenung penuh harapan
dan di depan matanya terbayanglah mulut manis Lu Sian,
karena dialah yang jadi tergila-gila oleh mulut manis itu dan ingin menjadi buah apel !
"Aku tidak punya kedudukan, orang tuaku miskin dan akupun tidak berpendidikan, tidak pandai tulis baca. Akan tetapi, biarpun ilmu silatku mungkin tidak setinggi dia, aku memiliki tenaga besar yang boleh diukur dengan tenaga
siapapun juga." kata pemuda tinggi besar yang matanya lebar.
"Mudah-mudahan nona Lu Sian sudi memandang nama
besar Kun-lun-pai sehinga aku sebagai murid kecil Kun-lun-pai akan menarik perhatiannya." kata pemuda ke tiga yang tampan juga.
Demikianlah, tujuh orang pemuda itu menonjolkan keistimewaan masing-masing dengan harapan
dialah yang akan terpilih.
Lewat tengah malam barulah mereka memasuki kamar
masing-masing, namun tentu saja mereka tak dapat tidur, karena di depan mata mereka selalu terbayang wajah Liu Lu Sian. Maka ketika terdengar ada tamu baru datang dan
disambut oleh pengurus rumah penginapan, mereka bertujuh semua keluar dan melihat tamu seorang pemuda berpakaian indah, berwajah tampan sekali dan bersikap tenang memasuki ruang dalam.
"Maaf, Kongcu (tuan muda), bukan kami kurang hormat terhadap tamu. Akan tetapi, kamar yang patut untuk Kongcu sudah penuh semua. Kecuali kalau diantara para Enghiong (Pendekar) yang terhormat membagi kamarnya..." Dengan ragu-ragu dan penuh harap pengurus penginapan itu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
memandang ke arah tujuh pemuda yang sudah keluar dari
kamar masing-masing Tujuh orang muda itu memandang Si Pendatang baru
penuh perhatian. Pemuda ini berpakaian seperti orang
terpelajar, gerak-geriknya halus, sama sekali tidak membayangkan gerak seorang ahli silat. Otomatis orang
pendekar muda itu memandang rendah.
Mana ada seorang pendekar suka membagi kamar dengan
kutu buku yang tentu akan menjemukan dan bicaranya tentu soal kitab-kitab dan sajak belaka " Pemuda itu agaknya
maklum akan pandang mata mereka, maka cepat-cepat ia
mengangkat kedua tangan ke depan dada, dan memberi
hormat berkata dengan penuh kesopanan.
"Harap Cu-wi Enghiong (Tuan-tuan Pendekar Sekalian) sudi memberi maaf kepada siawte (aku yang muda). Tentu saja
siawte tidak berani menggangu para Enghiong, akan tetapi barangkali ada diantara para Cu-wi yang sudi membagi
kamar..." Ia berhenti bicara melihat mereka mengerutkan kening, dan menanti jawaban. Ketika tidak ada jawaban
datang, ia tersenyum. "Saudara siapakah dan dari golongan mana " Apakah tamu dari Beng-kauwcu Liu-locianpwe (Orang Tua Gagah she Ketua Beng-kauw) ?" tanya pemuda tinggi besar yang bertenaga gajah.
"Siauwte she Kwee bernama Seng, orang lemah seperti siauwte yang setiap hari menekuni huruf-huruf kuno, tidak dari golongan mana-mana dan siauwte hanya pelancong
biasa." Hmm, maaf, kamarku sempit sekali."jawab si Tinggi Besar kehilangan perhatian.
"Kamarku juga sempit." jawab orang ke dua.
"Aku tidak biasa tidur berteman." kata orang ke tiga.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Maaf, maaf, memang siauwte tidak berani mengganggu Cu-wi. Eh, Lopek, kau tadi bilang tentang kamar yang patut, apakah masih ada kamar yang tidak patut ?" Kwee Seng menoleh kearah pengurus penginapan sedangkan tujuh orang pendekar itu sudah kembali ke kamar masing-masing dan
menutupkan daun pintunya.
"Ah, ada.. Ada, Kongcu. Akan tetapi, itu adalah kamar-kamar kecil di sebelah belakang, dahulu menjadi kamar
pelayan, tidak berani saya menawarkannya kepada Kongcu..."
Kwee Seng tersenyum. "Tidak mengapa, Lopek. Malam
sudah begini larut, mencari kamar di penginapan lain pun repot. Biarlah aku bermalam di kamar pelayan itu."
Dengan tergopoh-gopoh pengurus penginapan itu lalu
mendahului Kwee Seng sambil membawa sebuah lampu,
mengantar tamunya ke sebuah kamar yang berada jauh di
ujung belakang. Benar saja, kamar ini kecil, hanya terisi sebuah pembaringan bambu yang setengah reyot, lantainya tidak begitu bersih pula.
"Ah, cukup baik !" seru Kwee Seng sambil menaruh bungkusan pakaiannya di atas pembaringan. "Tidak usah kau tinggal lampumu,
Lopek aku biasa tidur gelap.
"Ia menjatuhkan dirinya di atas pembaringan yang mengeluarkan bunyi berkereotan.
Pengurus penginapan itu keluar dari dalam kamar
membawa lampunya sambil menggeleng-geleng kepala saking heran melihat
seorang kongcu berpakaian indah itu
kelihatannya sudah tidur pulas begitu tubuhnya menyentuh pembaringan, ia menutupkan daun pintu perlahan-lahan.
Sebentar kemudian sekeliling tempat penginapan sunyi.
Pengurus dan penjaga pun sudah tidur . Yang terdengar
hanya dengkur yang keras dari kamar pemuda tinggi besar.
Dari beberapa buah kamar lain terdengar suara orang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengigau menyebut-nyebut nama Liu Lu Sian. Bahkan dalam mimpi pemuda-pemuda ini selalu merindukan Lu Sian!
Suara mengigau ini keluar dari kamar pemuda anak murid
Kun-lun-pai. Tiba-tiba sebagai seorang ahli silat, pemuda tampan itu meloncat turun dari pembaringannya ketika
pendengarannya, atau agaknya lebih tepat indera keenamnya, mendengar suara yang mencurigakan.
Dalam meloncat tadi sekaligus ia telah mencabut
pedangnya, dan sekali menggoncang kepalanya lenyaplah
semua kantuk dan ia sudah berada dalam posisi siap siaga, sepasang matanya melirik ke arah jendela kecil kamarnya.
Tiba-tiba jendela itu terbuka daunnya dari luar, dan muncul ah seorang laki-laki jangkung yang berusia empat puluh tahun lebih, bertangan kosong. Orang ini memasuki kamar melalui jendela dengan gerakan ringan dan sikap tenang saja.
"Siapa kau " Mau apa..."
"Mau membunuhmu. Manusia macam kau berani menyebut-nyebut peteri Beng-kauwcu harus mampus !"
berkata bayangan laki-laki itu dengan suara mendesis, lalu menerjang maju.
Pemuda Kun-lun-pai itu tentu saja tidak menjadi gentar
biarpun ia merasa kaget sekali. Pedangnya berkelebat dan bergulung-gulung sinarnya di depan dada bermaksud
melindungi dirinya saja terhadap orang yang agaknya gila ini.
Akan tetapi, tiba-tiba sekali gerakan pedangnya berhenti seakan- akan tertahan oleh tenaga yang tak tampak dan
sebelum pemuda Kun-lun-pai ini tewas seketika tanpa dapat bersambat lagi !
Suara mendengkur dari kamar si Tinggi Besar terhenti
seketika. Jagoan bertenaga gajah ini pun biar tidurnya
mendengkur, Sedikit suara saja cukup membuat ia terjaga dari tidurnya. Kamarnya berada di sebelah kamar murid Kun-lunTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pai, maka ia mendengar suara dari dalam kamar itu, cukup membuatanya terbangun dan curiga.
Karena tiap kamar penginapan terdapat jendela di sebelah belakang, ia cepat membuka daun jendela dan... seperti kilat cepatnya ia meloncat keluar dan menerkam seorang laki-laki yang berdiri di depan jendela murid ku-lun-pai. Kedua
lengannya yang kuat bergerak, dalam segebrakan saja si
Tinggi Besar berhasil mencekik leher orang itu.
"Hayo mengaku, siapa kau dan...uuhhh!" Tubuh yang tinggi besar itu seketika menjadi lemas dan kepalanya miring, lalu ia roboh tak berkutik lagi di depan laki-laki setengah tua yang jangkung itu !
"Apa yang kau lakukan " Penjahat...!"
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebatang golok menyambar dengan hebatnya membentuk
sinar melengkung seperti pelangi. Kiranya pemuda yang
memiliki Ilmu Golok Pelangi di Awan Biru telah turun tangan melihat ada orang merobohkan temannya yang tinggi besar.
Memang indah gerakannya, gulungan sinar goloknya seperti gerakan pita dan selendang para bidadari sedang menari-nari.
Namun, dengan mudah bayangan itu menyelinap di antara
gulungan sinar golok dan belum juga empat jurus Si Pemuda menyerang, ia sudah roboh pula terkena tamparan pada
lehernya roboh untuk selamanya karena nyawanya melayang.
Dengan gerakan tenang namun cepat sekali, si Bayangan
Maut itu menuju ke kamar yang lain. Namun belum sempat ia membuka jendela, empat orang pemuda yang lain sudah
berlari datang dan mengepungnya. Mereka lalu berlari ke belakang dan segera mengepung si Bayangan Maut ketika
melihat betapa dua orang temannya sudah menggeletak pula tak bernyawa.
"Kalian harus mampus semua...!"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bayangan itu mendengus, tubuhnya bergerak secara aneh
sekali, menyelinap diantara sambaran empat buah senjata para pengurungnya. Hebat memang kepandaian bayangan
maut ini. Empat orang pemuda yang mengeroyoknya bukanlah pemuda-pemuda sembarangan. Mereka itu sudah terdidik
dalam ilmu silat yang cukup tinggi, setingkat dengan anak murid Kun-lun-pai dan dengan si Tinggi Besar atau si Golok Pelangi. Namun menghadapi bayangan maut ini, mereka tak mampu berbuat banyak. Lawan mereka yang mereka keroyok
ini seakan-akan hanya bayangan kosong tak mungkin dapat tersinggung senjata mereka.
Tiba-tiba bayangan itu terkekeh dan...setelah terdengar suara "plak-plak-plak-plak !"empat kali, empat orang pemuda itupun roboh, terpukul pada leher mereka dan tewas seketika !
Setelah membunuh tujuh orang pemuda itu, bayangan ini
berdiri dengan kaki terpentang lebar, mendongakkan mukanya ke atas sambil tertawa. "Ha ha hah ! Alangkah lucunya
!Orang-orang macam ini mengharapkan seorang dewi seperti dia ! Ha ha hah !"
Kemudian, melihat suara ribut-ribut dari pengurus penginapan yang agaknya terjaga, sekali meloncat ia sudah berada di atas genteng, lalu bagaikan gerakan seekor kucing, ia berlari ke arah belakang tanpa menimbulkan suara. Akan tatapi mendadak orang itu berseru perlahan ketika kakinya terpeleset karena genteng yang di njaknya merosot turun.
Cepat ia berjongkok di atas bangunan bagian belakang rumah penginapan itu dan membuka genteng, mengintai.
Kiranya di situ terdapat seorang pemuda lagi yang enak
tidur telentang.Sebatang lilin kecil menyala di atas meja.
Kepalanya diganjal bantalan pakaian. Tidak tampak senjata di dalam kamar itu sehingga bayangan itu mengerutkan kening.
Seorang pemuda pelajar, pikirnya, tak mungkin dia yang main-main denganku. Akan tetapi siapa tahu " Ia mengeluarkan sebatang jarum merah dan sekali jari-jari tangannya bergerak,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
melesatlah sinar merah ke bawah melalui celah-celah genteng, menuju ke arah leher si pemuda yang tidur telentang.
Pemuda di bawah itu yang bukan lain adalah Si Pelajar
Kwee Seng, menggeliat dan mengaluh seperti orang
mengingau dalam tidurnya,lalu miring. Akan tetapi tiba-tiba tubuh itu menegang kaget dan tak bergerak-gerak lagi.
Bayangan orang di atas genteng tersenyum puas melihat
korbannya yang ke delapan, maka ia bangkit berdiri dan cepat ia lari pergi dari tempat itu, menghilang di dalam gelap !
"Tolong...! Pembunuhan... pembunuhan...!!" Suara pengurus penginapan ini terdengar lantang sekali di waktu fajar itu, mengagetkan semua orang. Para pelayan bersama para tamu lainnya berbondong keluar dan sebentar saja di tempat pembunuhan sudah penuh dengan orang. Obor-obor
dan lampu-lampu dipasang sehingga keadaan menjadi terang sekali. Pembunuhan yang sekaligus mengorbankan nyawa
tujuh orang pemuda kang-ouw benar-benar merupakan
peristiwa hebat yang mengejutkan sekali.
Ketika pengurus penginapan melihat Kwee Seng berada di
antara banyak itu, ikut menjenguk dan melihat pemudapemuda teruna yang menjadi korban pembunuhan aneh,
pengurus itu segera memegang lengannya dan berkata. "Ah, Kongcu benar-benar seorang yang masih dilindungi Thian
(Tuhan) ! Seandainya Kongcu diterima tidur dengan mereka, ah... tentu akan bertambah seorang lagi korban pembunuh kejam ini !"
Kwee Seng hanya menggeleng-gelengkan kepala dengan
senyum duka. Di dalam hatinya ia menyangkal keras pendapat pengurus rumah penginapan ini. Andaikata ia diterima
bermalam dengan mereka, belum tentu iblis maut yang malam itu merajalela dapat menjatuhkan tangan mautnya.
Diam-diam ia meraba jarum kecil yang ia masukkan ke
dalam saku bajunya, jarum merah yang malam tadi pun
hampir membunuhnya. Menyesal ah hati Kwee Seng mengapa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
malam tadi ia tidak mengejar si penjahat yang mencoba
membunuhnya, dan mengapa ia begitu enak tidur sehingga ia tidak tahu di bagian depan penginapan itu menjadi tempat penyembelihan tujuh orang muda.
Kwee Seng adalah seorang mahasiswa gagal. Ia suka sekali akan bun (sastra), bu (silat), namun bakatnya lebih menjurus kepada bu (silat). Seorang pemuda yatim piatu, sebatang kara merantau tanpa tujuan.
Namun ilmu kepandaiannya amat tinggi, ilmu silatnya sukar mendapatkan tandingan karena selain ia telah mempelajarinya dari para pertapa sakti di puncak-puncak gunung sebelah barat, juga ia pernah berjumpa dengan manusia dewa Bu Kek Siansu yang telah menurunkan beberapa macam ilmu
kepadanya. Bu Kek Siansu terkenal sebagai manusia dewa yang
sewaktu-waktu muncul untuk mencari bahan baik, tulang
pendekar berwatak budiman, dan menurunkan ilmu. Tak
seorang pun di dunia ini tahu dari mana asalnya dan di mana tempat tinggalnya yang tetap.
Kwee Seng pernah mengikuti ujian di kota raja namun
gagal. Semenjak itu, ia tidak pernah kembali ke kampung halamannya, yaitu di sebuah dusun kecil di kaki gunung
Luliang-san, karena ayah bundanya sudah lama meninggal
dunia oleh wabah penyakit ketika ia masih kecil.
Ia merantau sebagai seorang kang-ouw yang tak terkenal
karena semua sepak terjangnya ia sembunyikan. Hanya
beberapa orang tokoh besar saja di dunia kang-ouw yang
mengenal pendekar sakti muda ini, malah diam-diam ia diberi julukan Kim-mo-eng (pendekar Setan Emas).
Ia disebut setan karena sepak terjangnya seperti setan, tak pernah memperlihatkan diri. Akan tetapi ia di sebut emas yang mengandung maksud bahwa pendekar ini berhati emas,
membela kebenaran dan keadilan, pembasmi kelaliman dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kekejaman. Namun nama ini hanya kalangan atas terbatas
saja pernah mendengar, di dunia kang-ouw nama Kim-mo-eng Kwee Seng tak pernah terdengar.
Kwee Seng tidak berbohong ketika mengatakan kepada ke
tujuh orang pendekar pada malam yang lalu bahwa ia adalah seorang pelancong yang kebetulan lewat di kota raja Nan-Cao.
Memang ia tidak mempunyai niat untuk menjadi tamu Bengkauw, sungguhpun nama Pat-jiu Sin-ong bukanlah nama asing baginya.
Ia tidak suka tokoh besar itu diangkat menjadi koksu, hal yang ia anggap sebagai bukti kerakusan akan kedudukan dan kemuliaan. Maka baginya, hal itu tidak perlu diberi selamat.
Apalagi mendengar berita tentang putri Pat-jiu Sin-ong yang hendak memilih jodoh, seujung rambutpun tiada niat di
hatinya untuk ikut-ikutan memasuki sayembara, bahkan ingin melihat si jelita pun sama sekali ia tidak ada nafsu.
Memang demikianlah watak Kwee Seng. Ia memandang
rendah kepada hal-hal yang dianggapnya tidak benar atau menyimpang daripada kebenaran. Padahal harus diakui bahwa ia adalah seorang pemuda yang baru berusia dua puluh tiga tahun, yang tentu saja sebagai seorang pemuda normal,
selalu berdebar-debar apabila melihat seorang gadis cantik.
Ia seorang pemuda yang pada dasarnya memiliki watak
romantis,suka akan keindahan, suka akan tamasya alam yang permai, suka akan bunga yang indah dan harum, dan tentu saja bentuk tubuh seorang dara jelita. Akan tetapi, kekuatan batinnya cukup untuk menekan semua perasaan ini dan
membuat ia tetap tenang. Peristiwa pembunuhan di dalam rumah penginapan itu
membangkitkan jiwa satrianya.
Ia mendengar keterangan sana-sini dan tahu bahwa tujuh
orang pemuda itu adalah calon- calon pengikut sayembara untuk meminang puteri Beng-kauwcu. Mendengar pula betapa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pemuda-pemuda itu sudah kegilaan akan Nona Liu Lu Sian, dara rupawan yang pada pagi hari kemarin lewat didepan
rumah penginapan. Karena ini, diam-diam KweeSeng menghubungkan semua
itu dengan pembunuhan. Agaknya karena mereka itu tergila-gila kepada Liu Lu Sian maka malam ini menjadi korban
pembunuhan keji. Entah apa yang menjadi dasar pembunuhan
, entah cemburu atau bagaimana. Namun yang pasti, untuk mencari pembunuhnya ia harus datang menjadi tamu Beng-Kauw !
Inilah yang membuat Kwee Seng terpaksa menunda
perantauannya dan bersama dengan para tamu lainnya , ia pun melangkahkan kaki menuju ke gedung keluarga Pat-jiu Sin-ong.
Rumah gedung keluarga Liu dihias meriah. Pekarangan
yang amat luas itu telah diatur menjadi ruangan tamu,
dibagian tengah agak mendalam yang letaknya lebih tinggi rauangan depan, kini dipergunakan untuk tempat rumah dan para tamu yang terhormat atau para tamu kehormatan.
Ruangan ini disambung dengan sebuah panggung setinggi
satu meter yang cukup luas dan panggung ini diperuntukkan untuk mereka yang hendak bicara mengadakan sambutan,
juga dibentuk semacam panggung tempat main silat.
Panggung semacam ini memang lajim diadakan setiap kali
ada ahli silat mengadakan sesuatu, karena perayaan diantara ahli silat tanpa pertunjukan silat akan merupakan hal yang janggal dan mentertawakan.
Pat-jiu Sin-ong Liu Gan belum tampak di luar. Para tamu disambut oleh tiga orang sute (adik seperguruan), yaitu pertama adalah Liu Mo adik kandungnya sendiri, Liu Mo
berusia empat puluh tahun lebih, sikapnya tenang dan
pendiam, sinar matanya membayangkan watak yang serius
(sungguh-sungguh) dan berwibawa.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Biarpun Liu Mo memiliki kepandaian yang cukup tinggi dan merupakan orang ke dua dalam Beng-kauw, namun ia tetap
sederhana dan tidak mempunyai julukan apa-apa. Di dalam Beng-kauw, ia merupakan pembantu yang amat berharga dari kakak kandungnya dan boleh boleh dikatakan untuk segala urusan dalam, Liu Mo inilah yang sering mewakili kakaknya.
Orang ke dua adalah Ma Thai kun. Orangnya tinggi kurus, wajahnya selalu keruh dan biarpun usianya baru tiga puluh enam tahun, namun ia memelihara jenggot dan kelihatan lebih tua. Ia terkenal pemarah dan wataknya keras, kepandaianya juga tinggi dan ilmu silatnya tangan kosong amat hebat.
Segala macam pukulan dipelajarinya dan kedua tangannya
mengandung tenaga dalam yang amat dahsyat. Berbeda
dengan Liu Mo yang sabar dan berwibawa, orang ke tiga dari Beng-kauw ini menyambut tamu dengan wajah gelap dan tak pernah tersenyum, juga ia memandang rendah kepada para
tamunya. Orang ke tiga dari para wakil Ketua Beng-Kauw ini usianya hampir tiga puluh tahun, akan tetapi wajahnya terang dan kelihatan masih muda. Dandanannya sederhana sekali,
bahkan lucu karena ia menggunakan sebuah caping (topi
berujung runcing) seperti dipakai para petani atau penggembala. Di punggungnya terselip sebatang cambuk yang biasa
dipergunakan para penggembala mengatur binatang gembalaannya! Memang murid termuda ini seorang yang ahli dalam soal pertanian dan peternakan. Wajahnya terang dan ia menerima para tamu dengan sikap hormat sekali.
Inilah Kauw Bian seorang pemuda desa yang menjadi sute
termuda dari Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. Biarpun sikapnya
sederhana dan seperti seorang desa, akan tetapi jangan
dipandang rendah kepandaiannya dan pecut itu sama sekali bukanlah pecut biasa melainkan senjatanya yang ampuh!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sebagaimana lazimnya para tokoh besar, mereka ini selalu menahan "harga diri", tidak sembarangan orang dapat menjumpai dan dalam menyambut tamu, biasanya diwakilkan dan kalau perlu barulah ia sendiri muncul menemui tamunya.
Demikian pula Pat-jiu Sin-ong Liu Gan, ia pun menahan
harga dirinya dan seluruh para tamu sudah berkumpul semua dan tidak ada lagi yang datang baru tokoh besar ini muncul di ruangan tuan rumah. Para tamu segera bangkit berdiri
memandang ke arah tuan rumah dengan kagum.
Memang patut sekali Liu Gan menjadi seorang tokoh yang
terkenal lebih tinggi daripada perawakan seorang laki-laki biasa. Kekar dan berdiri tegak, dadanya lebar membusung, pakaiannya indah, pandang matanya berwibawa. Kepalanya
tertutup topi bulu yang terhias bulu burung rajawali.
Ketua Beng-Kau ini keluar sambil tersenyum-senyum dan
menjura ke arah para tamu lalu duduk. Para tamu juga lalu duduk kembali, akan tetapi semua mata tetap terbelalak lebar memandang gadis yang keluar bersama, Pat-jiu Sin-Ong.
Itulah dia, gadis yang kini menarik semua pandang mata
bagaikan besi sembrani menarik logam. Liu Lu Sian, dara jelita yang pada saat itu mengenakan pakaian sutera putih terhias benang emas dan renda-renda, merah muda. Cantik jelita
bagaikan dewi khayangan! Para muda melongo, ada yang menelan ludah, ada yang
lupa mengatupkan mulutnya, bahkan ada yang menggosokgosok mata karena merasa dalam mimpi! Namun orang yang
menjadikan para muda terpesona itu tetap duduk dengan
tegak dan senyum manisnya tak pernah meninggalkan bibir.
Tapi banyak pula yang memandang dengan hati ngeri.
Mereka semua, tua muda, sudah mendengar belaka
tentang peristiwa hebat di dalam rumah penginapan, dimana tujuh orang pendekar muda yang tergila-gila kepada gadis ini terbunuh secara aneh.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Para tamu yang duduk di ruangan kehormatan mulai
bergerak menghampiri Pat-jiu Sin-ong menghaturkan selamat, di kuti tamu-tamu lain. Pat-jiu Sin-ong menyambut pemberian selamat itu sambil tertawa-tawa dan tidak berdiri dari
bangkunya, sikap yang jelas memperlihatkan keangkuhannya.
Setelah para tamu memberi selamat, dan mereka kembali
ke tempat masing-masing, tiba-tiba Pat-jiu sin-ong berdiri dari bangkunya memandang ke luar dan berseru keras. "Aha, saudara muda Kwee Seng ! Kau datang juga hendak memberi selamat kepadaku" Bagus! Menggembirakan sekali. Mari ke sini, kau mau duduk bersamaku!"
Tentu saja semua tamu menoleh ke arah luar untuk melihat tamu agung manakah yang begitu menggembirakan Pat-jiu
Sin-ong sehingga tokoh ini sampai berdiri dan berseru
menyambut segembira itu" Mereka mengira bahwa yang
datang tentulah seorang tokoh besar di dunia kang-ouw.
Akan tetapi alangkah heran hati mereka ketika melihat
seorang pemuda berpakaian sastrawan yang melangkah
masuk ke ruangan itu dengan langkah lambat dan sikap
lemah-lembut. Seorang pelajar lemah seperti ini bagaimana bisa mendapatkan perhatian begitu besar dari Pat-jiu Sin-ong yang terkenal angkuh dan tidak memandang mata kepada
tokoh-tokoh kang-ouw yang hadir di situ"
Pemuda itu bukan lain adalah Kwee Seng. Memang jarang
ada orang kang-ouw mengenalnya, tetapi di antara sedikit tokoh besar dunia kang-ouw yang tahu akan kehebatan orang muda ia adalah Pat-jiu Sin-ong, karena Ketua Beng-kauw ini pernah bertemu dengan Kwee Seng ketika dia mengunjungi
Ketua Siauw-lim-pai, Kian Hi Hosiang yang sakti, memperlakukan pemuda ini sebagai seorang tamu agung
pula! Inilah sebabnya maka Ketua Beng-kauw mengenal Kwee
Seng dan biarpun belum membuktikan sendiri kehebatan
pemuda ini, ia sudah dapat menduga bahwa pemuda yang di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sambut demikian hormatnya oleh Ketua Siauw-lim-pai, yang malah dijuluki Kim-mo-eng, tentulah memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Dengan tenang dan tersenyum ramah Kwee Seng
menghampiri tuan rumah menjura dengan hormat sambil
berkata, "Liu-enghiong (Orang Gagah She Liu), maafkan saya datang menggangu secawan dua cawan arak. Terus terang
saja, kebetulan lewat dan mendengar tentang keramaian di sini dan ingin menonton.
"Akan tetapi sama sekali bukan untuk memberi selamat.
Makin tinggi kedudukan makin banyak keruwetan dan makin besar kemuliaan makin besar pula kejengkelan, apa perlunya diberi selamat?"
"Ha-ha-ha-ha! Kata-katamu ini memang cocok bagi orang yang mengejar kedudukan dan memperebutkan kemuliaan,
yang tentu saja hanya akan menemui kejengkelan dan
memperbanyak permusuhan. Akan tetapi aku menjadi koksu
(guru negara) untuk membimbing pemerintahan negaraku
yang dipimpin oleh keluargaku sendiri.
"Ini namanya panggilan negara dan bangsa, kewajiban seorang gagah. Akupun tidak butuh pemberian selamat yang semua palsu belaka, basa-basi palsu, berpura-pura untuk mengambil hati. Ha-ha-ha! Lebih baik yang jujur seperti kau ini, Kwee-hiante. Mari duduk!"
Dengan gembira tuan rumah menggandeng tangan Kwee
Seng, diajak duduk semeja dan segera Liu Gan memerintahkan pelayan mengambil arak terbaik dari cawan perak untuk Kwee Seng.
"Liu-enghiong, aku mendengar pula bahwa kau hendak mencari mantu dalam perayaan ini..."
"Ah, anakku yang ingin mencari jodoh. He, Lu Sian, perkenalkan ini sahabat baikku, Kwee Seng!" Ketua Beng-kauw itu dengan bebas berteriak kepada puterinya. Liu Lu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sian sejak tadi memang memperhatikan Kwee Seng yang
disambut secara istimewa oleh ayahnya.
Biarpun pemuda ini gerak-geriknya halus seperti orang
lemah, namun melihat sinar matanya, Lu Sian dapat menduga bahwa Kwee Seng adalah seorang yang memiliki kepandaian tinggi.
Mendengar seruan ayahnya ia lalu bangkit berdiri lalu
menghampiri Kwee Seng sambil merangkapkan kedua
tangannya. "Kwee-kongcu (Tuan Muda Kwee), terimalah hormatku!" katanya dengan suara merdu dan bebas, gerak-geriknya manis sama sekali tidak malu-malu atau kikuk seperti sikap gadis biasa.
Kwee Seng sejak tadi hanya memperhatikan Liu Gan saja
maka tidak tahu bahwa di ruangan itu terdapat gadis puteri Liu Gan yang kecantikannya telah banyak pemuda tergila-gila, bahkan agaknya yang telah menjadi sebab daripada akibat mengerikan di rumah penginapan malam kemarin.
Mendengar suara merdu ini ia menengok dan... pemuda itu berdiri terpesona, sejenak ia tidak dapat berkata-kata, bahkan seakan-akan dalam keadaan tertotok jalan darah di seluruh tubuhnya, tak dapat bergerak seperti patung batu! Belum pernah selama hidupnya ia terpesona oleh kejelitaan seorang wanita seperti saat itu. Mata itu!
Bening bersih gilang-gemilang tiada ubahnya sepasang
bintang kerling tajam menggores jantung kedip mesra
membuat bingung Bulu mata lentik berseri bagai rumput panjang di pagi hari sepasang alis hitam kecil melengkung menggeliat-geliat malas kedua ujung!
"Kwee-kongcu..." kata pula Liu Sian melihat pemuda itu diam saja seperti patung, dalam hatinya geli bukan main.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"A... oh..., Liu-siocia (Nona Liu), tidak patut saya menerima penghormatan ini...!" jawabnya gagap sambil cepat-cepat mengangkat kedua tangannya ke depan dada. Akan tetapi
alangkah kagetnya ketika ia merasa betapa angin pukulan menyambar dari arah kedua tangan gadis yang dirangkap di depan dada itu.
Angin pukulan yang mengandung hawa panas dan yang
tentu akan cukup membuat ia terjungkal dan terluka hebat.
Alangkah kecewanya hati Kwee Seng! Dara juwita ini, yang dalam sedetik telah membuat perasaannya morat-marit, yang kecantikannya
memenuhi semua seleranya,
menguasai seluruh cintanya, ternyata memiliki watak yang liar dan ganas!
Sekilas teringat lagi ia akan pembunuhan tujuh orang
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pemuda tak berdosa dan seketika itu Kwee Seng merasa
jantungnya sakit. Ia masih terpesona, masih kagum bukan main melihat dara jelita ini, namun kekaguman yang
bercampur kekecewaan. Maka ia pun cepat mengarahkan
tenaga ke arah ke dua tangannya yang membalas
penghormatan. "Ai ihhh...! Mengapa Kwee-kongcu demikian sungkan"
Penghormatan kami sudah selayaknya!" kata Liu Lu Sian yng berseru untuk menutupi kekagetannya ketika angin pukulan yang keluar dari pengerahan sin-kang di kedua tangannya membalik seperti angin meniup benteng baja.
Gadis ini sambil tersenyum manis menyambar guci arak
pilihan dari tangan pelayan bersama sebuah cawan perak, lalu menuangkan arak ke dalam cawan itu. Cawan sudah penuh,
terlampau penuh akan tetapi anehnya, arak di dalam cawan tidak luber, tidak membanjir keluar. Permukaan arak
melengkung ke atas berbentuk telur.
Dengan tangan kanan memegang cawan yang terisi arak
itu Liu Lu Sian berkata,"Kehadiran Kwee-kongcu merupakan kehormatan besar, harap sudi menerima arak sebagai tanda terima kasih kami."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kembali Kwee Seng tertegun. Dara juwita ini tidak saja
cantik seperti bidadari, akan tetapi juga memiliki kepandaian hebat. Sin-kang yang diperlihatkan kali ini lebih halus, sehingga bagi orang biasa tentu merupakan perbuatan yang tak masuk akal, seperti sihir.
Akan tetapi makin kecewalah hati Kwee Seng karena ia
menganggap bahwa gadis ini terlalu binal dan suka membuat malu orang lain. Kalau yang menerima arak sepenuh itu tidak memiliki
sin-kang yang tinggi, apakah tidak akan mendatangkan malu karena araknya pasti akan tumpah semua begitu gadis ini melepaskan pegangannya"
"Siocia terlampau sungkan. Terlalu besar kehormatan ini bagi
saya..." Kwee Seng menerima cawan sambil mengerahkan tenaganya sehingga ketika Lu Sian melepas
cawan itu, arak yang terlalu penuh tetap melengkung di atas cawan tidak tumpah sedikitpun juga.
Akan tetapi jantung Kwee Seng berdegup keras karena
ketika ia menerima cawan tadi jari tangannya bersentuhan dengan kulit tangan yang halus sekali, sementara itu,
hidungnya mencium bau harum semerbak yang luar biasa,
bau harum bermacam bunga yang baru sekarang ia
menciumnya karena tadi ia terlampau terpesona oleh
kecantikan Lu Sian. Ia tadi sudah berhati-hati sekali, sebagai seorang yang sopan, agar jari tangannya tidak menyentuh jari gadis itu, akan tetapi toh bersentuhan, maka ia tahu bahwa gadis itulah yang sengaja menyentuhkan tangannya!
Berbarengan dengan datangnya degup jantung mengeras
dan ganda harum yang memabokkan otak, timbul hasrat hati Kwee Seng untuk memamerkan kepandaiannya pula di depan
gadis jelita yang berlagak ini.
Ia segera menuangkan arak ke dalam mulutnya,
mengangkat cawan tinggi ke atas mulut dan menuangkannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akan tetapi, sampai cawan itu membalik, araknya tetap tidak mau tumpah ke dalam mulut ! Arak itu seakan-akan sudah
membeku di dalam cawan! "Ah, maaf... maaf... saya memang tidak bisa minum arak
baik!" kata Kwee Seng sambil menurunkan lagi cawannya.
Tiba-tiba ia membuka sedikit mulutnya dan dari cawan yang sudah berdiri lagi itu tiba-tiba meluncur arak seperti pancuran kecil menuju ke atas dan langsung memasuki cawan itu
menjadi kering! "Wah, kehadiran Kwee-kongcu benar-benar menggembirakan. Kalau tadi secawan arak untuk penghormatan kami, sekarang kuharap kongcu sudi menerima secawan lagi, khusus dariku!" kata pula Lu Sian sambil menuangkan lagi arak ke dalam cawan kosong, kali ini lebih penuh daripada tadi, lalu memberikannya kepada Kwee Seng.
Seketika terbelalak mata Kwee Seng kedua pipinya menjadi merah dan sinar matanya berkilat. Lenyap seketika pesona yang menguasai dirinya. Gadis ini benar-benar terlalu liar, aneh, dan ganas! Ia melihat betapa tadi dari tangan gadis itu berkelebat sinar putih memasuki cawan dan sebagai seorang pendekar sakti, ia maklum apa artinya itu.
Arak kali ini dicampuri semacam obat bubuk yang biarpun sedikit sekali, namun ia dapat menduga tentu amat hebat akibatnya kalau terminum olehnya. Ia tahu bahwa gadis ini tidak sengaja mencelakakannya, hanya untuk menguji, akan tetapi cara ujian yang amat berbahaya!
"Nona terlalu menghormat ...!" jawabnya dan ia menerima cawan itu. Begitu cawan diterimanya, ia berseru, "Ah, nona terlalu banyak mengisi araknya...!" dan tiba-tiba, biarpun cawan itu dipegangnya lurus-lurus, isi cawan berhamburan keluar dan tumpah semua sampai habis. Anehnya, tangan
Kwee Seng yang memegang sawan sama sekali tidak basah
karena ara itu tumpahnya "melayang" ke depan dan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sebaliknya malah membasahi sebagian celana dan sepatu si jelita!
"Ah, maaf.. maaf..!" kata Kwee Seng sambil menjura penuh hormat.
"Kwee-kongcu terlalu merendah ...!" Sepasang pipi Lu Sian menjadi merah sekali dan kilatan matanya membayangkan
kemarahan ketika ia menjura dan mengundurkan diri kembali ke bangkunya sambil mengusap noda arak dengan sapu
tangannya. Peristiwa aneh ini hanya disaksikan oleh beberapa orang tamu kehormatan yang duduk berdekatan, akan tetapi para tamu yang jauh tidak melihat jelas, dan hanya mengira bahwa pemuda pelajar itu amat canggung sehingga menumpahkan
arak yang disuguhkan orang kepadanya. Namun, banyak yang merasa iri hati melihat betapa Si Bidadari sampai dua kali memberi suguhan arak kepada pemuda lemah itu.
"Ha-ha-ha, lama tak jumpa, kau makin hebat, Kwee-hiante!
Mari, mari kita minum sampai mabok!"
Sambil merangkul pundak Kwee Seng, Pat-jiu Sin-ong
mengajak pemuda itu menghadapi meja penuh hidangan.
"Liu-enghiong tentu maklum bahwa aku tidak biasa minum arak lebih dari tiga cawan," bantah Kwee Seng.
"Ha-ha-ha!" Ocehan burung yang tak patut didengar! Aku percaya, biarpun habis tiga guci, orang macam kau mana bisa mabok " Ha-ha-ha marilah, tak usah sungkan. Kita orang
sendiri!" Karena sikap tuan rumah ini setulus hatinya, Kwee Seng
terpaksa melayani. Ia maklum betapa suara tuan rumah yang keras ini terdengar semua orang dan ia sudah melihat sinar mata iri dilempar orang, terutama kaum mudanya, ke
arahnya. Ia memang tidak suka minum arak terlalu banyak, akan tetapi kali ini hatinya sedang rusak dan kacau.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Harus ia akui bahwa ia tertarik oleh kecantikan Liu Lu Sian yang luar biasa, dan ia tahu bahwa hatinya sudah siap
mengaku cinta. Seorang dewa sekalipun akan jatuh hati
berhadapan dengan Lu Sian! Akan tetapi disamping perasaan yang baru kali ini ia rasakan selama hidupnya, terselip rasa nyeri yang membuat hatinya perih, yaitu kenyataan bahwa gadis yang menjatuhkan hatinya ini memiliki watak yang liar dan ganas, sama sekali berlawanan dengan pendiriannya.
Karena perasaan yang bertentangan antara perasaan cinta dan benci inilah maka Kwee Seng menjadi seperti orang nekat dan ia
menerima terus setiap kali
Pat-jiu Sin-ong menyuguhkan arak. Sebentar saja ia sudah minum arak tua belasan cawan banyaknya!
"Lu Sian, hayo kau gembirakan hati para tamu kita dengan tarian pedang!" tiba-tiba Pat-jiu Sin-ong berseru memerintah puterinya sambil tertawa-tawa karena tokoh inipun sudah terpengaruh hawa arak.
Lu Sian tersenyum mengangguk, lalu bangkit berdiri dan
dengan lenggang yang dapat mengayun hati para muda yang memandangnya, gadis ini ini berjalan menuju ke tengah
panggung terbuka. Tepuk tangan riuh gemuruh menyambutnya. Lu Sian menjura dengan hormat sambil
berseru, suaranya merdu nyaring mengatasi keriuhan tepuk tangan itu.
"Permainanku masih amat dangkal, harap cu-wi jangan metertawakan!"
Setelah berkata demikian, Lu Sian menggerakan tangannya dan .... dalam pandangan mereka
yang ilmu silatnya kurang tinggi, gadis itu tiba-tiba lenyap dan berubah menjadi bayangan yang berkelebatan kesana kemari dibungkus sinar putih berkilauan bergulung-gulung dan
berkilat-kilat. Dari sana-sini terdengar seruan kagum, yang muda-muda
kagum akan keindahan ilmu silat pedang yang benar-benar merupakan tarian luar biasa itu, adapun golongan tua kagum
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
karena mereka melihat di dalam gerakan yang indah ini
tersembunyi kekuatan yang dahsyat, setiap kelebatan pedang yang begitu indah tampaknya sebetulnya mengandung jurus maut yang tidak mudah dilawan. Dengan bukti kehebatan
gadis ini makin tunduklah mereka akan kelihaian dan nama besar Pat-jiu Sin-ong.
Lu Sian sengaja mainkan Hwa-kiamhoat (Ilmu Pedang
Kembang) yang indah untuk memamerkan kepandaian dan
kecantikannya. Ia bersilat sampai lima puluh jurus dan ketika berhenti di tengah panggung sambil berdiri tegak, ia tampak gagah dan cantik jelita, dengan sepasang pipi kemerahan karena denyut darahnya agak kencang setelah bersilat tadi.
Bibirnya tersenyum-senyum, matanya yang tajam berseriseri menyambut tepuk tangan yang seakan-akan hendak
merobohkan panggung buatan itu. Akan tetapi begitu Lu Sian kembali duduk di tempatnya, berkelebatlah bayangan orang dan seorang laki-laki berusia lima puluh tahun sudah berdiri di atas panggung.
Gerakannya yang demikian ringan dan cepatnya menandakan bahwa ia seorang yang berkepandaian tinggi,
sedangkan pakaian dan cara ia menggelung rambut ke atas menyatakan bahwa ia seorang pendekar To atau yang disebut tosu. Di punggungnya tergantung sebuah pedang.
Tosu ini terdengar lantang suaranya setelah keadaan tadi kembali sunyi karena terhentinya tepuk tangan. Sambil
menjura ke arah Pat-jiu Sin-ong, tosu itu berkata, "Kauwcu (Ketua Agama), pinto (aku) Ang Sin Tojin dari Kn-lun-pai, merasa kagum akan kebesaran nama Pat-jiu Sin-ong, dan
sengaja pinto diutus oleh ketua kami memberi selamat.
Akan tetapi tidak nyana bahwa Kawcu dengan puteri
Kauwcu menimbulkan hal-hal yang tidak baik! Kauwcu
memamerkan kepandaian dan kecantikan puteri Kauwcu, ada kabar hendak menggunakan kesempatan ini mencarikan jodoh bagi puteri Kauwcu. Hal ini sudah sewajarnya. Aka tetapi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mengapa banyak pemuda tidak berdosa yang tergila-gila
kepada puteri Kawcu menemui kematian yang penuh
penasaran" Sekarang, Kauwcu tidak menyelidiki dan membikin terang
perkara itu, malah Kauwcu menambah pengaruh agar para
pemuda makin tergila-gila. Apakah sesungguhnya kecantikan yang gilang-gemilang seperti puteri Kauwcu" Kecantikan
hanyalah timbul dari kelemahan batin melalui pandang mata, sesungguhnya palsu adanya.
Kecantikan hanya terbatas sampai di kulit, namun siapa
tahu isi hati yang tersembunyi di balik kecantikan. Pat-jiu Sin-ong, Pinto kehilangan seorang anak murid Kun-lun yang
terbunuh secara tidak wajar, terpaksa mohon penjelasan?"
Seketika tegang keadaan di situ. Terang bahwa tosu ini
menuntut kematian muridnya, dan sekaligus mencela keadaan Beng-kauw dengan adanya kematian tujuh orang pemuda dan mencela pula pameran kecantikan dan kepandaian Liu Lu
Sian! Keadaan seketika menjadi sunyi karena semua orang menanti dengan hati berdebar.
Sambil tersenyum Pat-jiu Sin-ong berdiri dari bangkunya, akan tetapi tidak mendekati Ang Sin To Jin. Sambil bertolak pinggang ketua Beng-Kauw yang tinggi besar ini bertanya,
"Tosu, Kau ini apanya Ang Kun To Jin ?"
"Beliau adalah Suhengku dan Pinto hanyalah murid kedua dari suhu."
Pat Jiu Sin Ong tiba-tiba tertawa sambil menengadahkan
mukanya ke atas. "Heh, Tosu mentah! Kau kira kematian bocah-bocah tolol itu adalah perbuatanku atau perbuatan anakku?"
"Pinto tak berani menuduh siapapun juga, akan tetapi setidaknya peristiwa maut itu terjadi karena Kauwcu berhasrat memilih mantu karena kecantikan putrimu dan tentu dilakukan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
oleh seorang dari Beng-kauw! Karena itu ketuanya harus
bertanggung jawab!" "Ha-ha, bertanggung jawab bagaimana?"
"Kauwcu harus dapat menangkap pembunuh itu dan
menghukumnya mati di depan kami semua. Kemudian Kauwcu
lakukan pemilihan calon mantu yang tepat dan tidak banyak menimbulkan korban, pilihlah mantu yang cocok dan karena ini urusan Kauwcu, terserah, asal tidak secara sekarang ini yang membikin gila banyak orang muda tak berdosa."
"Wah, lagaknya! Kalau aku tidak menuruti permintaanmu itu, bagaimana?"
"Hmmmmm, kalau begitu, berarti Kauwcu tidak peduli akan kematian murid Kun-lun-pai yang menjadi tamu di sini, dan hal itu tentu saja Pinto tidak dapat tinggal diam saja?"
"Habis, kau mau apa, Tosu mentah?"
"Pinto terpaksa menuntut balas atas kematian murid, dan melupakan kebodohan, minta pelajaran dari Beng-Kauwcu
Pat-jiu Sin-ong!" Dengan tegak berdiri, Tosu itu siap menghadapi pertandingan.
"Tosu sombong, berani kau menghina ketua kami?" Tiba-tiba Ma Thai Kun yang bertubuh jangkung kurus sudah
melompat ke atas panggung, tangannya begerak memukul ke arah Ang Sin Tojin. Gerakan Ma Thai Kun cepat sekali
sehingga kejadian yang tak tersangka-sangka itu tidak dapat ditunda lagi. Pukulannya hebat, mengeluarkan angin bersiutan dan menuju ke arah dada tosu kun-lun-pai itu.
Ang Sin Tojin adalah murid kedua dari Ketua Kun-lun-pai, Kim Gan Sian jin, tentu saja ilmu kepandaiannya sudah amat tinggi dan karena itu pula ia tadi berani mengeluarkan
tantangan terhadap ketua Beng-kauw. Kini melihat seorang tinggi kurus bermuka hitam telah berada di depannya dan mengirim pukulan maut, ia pun cepat menggerakkan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tangannya menangkis, sambil mengarahkan Sin-kang (tenaga sakti).
"Dukkkkk!" Dua tangan mengandung tenaga sakti. Ma Thai Kun masih berdiri setengah membungkuk, tubuhnya tidak
bergoyang. Akan tetapi akibat benturan kedua lengan itu membuat Ang-sin to jin terhuyung-huyung ke belakang
sampai lima langkah. Diam-diam tosu Kun-lun-pai ini terkejut bukan main. Harus diakui tenaga sakti Si Muka Hitam ini hebat sekali,
sungguhpun tidak sampai menyebabkan ia terluka parah,
namun cukup menggempur kuda-kudanya dan membuat ia
terhuyung-huyung. "Ji-sute (Adik Seperguruan ke Dua), mundurlah! Siapa yang mencari perkara dengan aku dan anakku, biarlah aku
menghadapinya sendiri!" Pat-jiu Sin-ong menegur adiknya. Ma Thai Kun mendengus marah, lalu mengundurkan diri.
"Ang Sin Tojin, apakah kau masih tidak mau menarik kembali tuntutanmu?"
"Seorang laki-laki sekali bicara dipegang sampai mati!"
jawab tosu itu dengan suara ketus.
"Ah, ah, benar-benar tosu Kun-lun-pai keras kepala. Eh, tosu mentah, kau tadi bilang kecantikan puteriku sebatas kulit.
Apa artinya?" "Pinto mengakui bahwa puteri Kauwcu cantik jelita dan pandai. Akan tetapi semua itu hanya sampai dikulit, hanya akibat pandangan mata lahir. Mata batin takkan dapat ditipu dan takkan silau oleh kecantikkan. Mata batin mencari sampai kedalam batin pula, mencari kebenaran yang suka tertutup oleh kepalsuan."
Merah muka Pat-jiu Sin-ong, akan tetapi mulutnya masih
tersenyum. "Anakku memang cantik, ini semua orang tahu.
Kalau mata melihatnya tidak cantik sekalipun, yang salah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
bukan dia, melainkan matanya! Tosu mentah, lekas kau
pulang ke Kun-lun-san, jangan mencari keributan disini."
"Kalau begitu, pinto minta pelajaran dari Beng-kauwcu!"
kata tosu itu sambil mencabut pedangnya. Ia tadi sudah
membuktikan betapa hebat sin-kang dari Ma Thai Kun yang hanya merupakan adik seperguruan Ketua Beng-kauw ini,
maka ia tidak berani berlaku sembrono. Dengan pedang di tangan ia mengira akan dapat mengimbangi lawannya, karena memang Kun-lun-pai terkenal dengan kiam-hoatnya (ilmu
pedangnya). "Kau menantangku?" Liu Gan bertanya, masih tersenyum.
"Pinto siap!" "Nah, terimalah ini!" Kedua tangan Pat-jiu Sin-ong bergerak. Begitu cepatnya gerakan kedua lengannya itu
sehingga kedua tangan itu seakan-akan berubah menjadi
delapan! Inilah agaknya maka ia mendapat julukan Pat-jiu (Lengan Delapan). Dalam segebrakan saja Ang Sin Tojin
merasa seakan-akan ia diserang oleh delapan pukulan yang kesemuanya
merupakan pukulan maut! Cepat ia menggerakkan tubuhnya dan memutar pedangnya melindungi
diri. "Plakk! Tranggg... aduhhh...!" Hanya dalam sekejap mata saja terjadinya. Entah bagaimana tosu itu sendiri tidak tahu, pergelangan tangannya sudah terpukul, membuat pedangnya terpental dan tiba-tiba ia merasa amat sakit pada telinga dan mata kanannya. Ia roboh menggulingkan diri sampai beberapa meter lalu meloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan mata kanannya mencucurkan darah!
Ternyata daun telinga kanannya pecah bagian atasnya, sedangkan pelupuk mata
kanannya pun robek! "Tosu mentah! Mengingat akan suhengmu, Ang Kun Tojin, dan memandang muka terhormat suhumu, Kim Gan Sianjin
Ketua Kun-lun, aku tidak mengambil nyawamu. Akan tetapi
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
aku tidak dapat membiarkan matamu yang salah lihat dan
telingamu yang salah dengar. Hendaknya pelajaran ini
membuka matamu bahwa Beng-kauw tidak boleh dibuat mainmain oleh siapapun juga! Nah, pergilah!"
Ang Sin Tojin maklum bahwa orang sakti didepannya ini
bukan lawannya, bahkan suhunya, Ketua Kun-lun-pai sendiri, belum tentu akan dapat menandinginya. Ia bukan seorang
bodoh dan nekat. Tanpa banyak cakap ia memungut
pedangnya, menjura dan berkata, "Pinto hanya dapat melaporkan kepada suhu bahwa pinto gagal dalam tugas."
Setelah berkata demikian, ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari situ.
Keadaan di situ sunyi sekali. Ketegangan mencekam dan
suasana ini amat tidak enak. Pat-jiu Sin-ong Liu Gan lalu tertawa dan mengahadapi para tamunya. "Cu-wi yang
terhormat harap maafkan gangguan tadi. Nah, karena soal pemilihan calon mantu sudah disebut-sebut oleh tosu mentah tadi, terpaksa kami akui bahwa hal itu memang tidak salah.
Cu-wi sudah melihat ilmu silat anakku yang rendah. Oleh karena itu, kalau ada di antara para muda gagah yang hendak memperlihatkan
kepandaian, anakku akan sanggup melayaninya. Mereka yang dapat mengalahkan anakku Liu Lu Sian berarti lulus dan akan diadakan pemilihan di antara mereka yang lulus, kalau-kalau ada yang berjodoh menjadi mantukku.
"Ha-ha-ha!" setelah berkata demikian dan menjura, Ketua Beng-kauw ini duduk lagi di tempatnya.
"Eh, saudara muda kwee, kau lihat tosu tadi, menjemukan tidak?"
"Memang menjemukan! Semuanya menjemukan!" kata Kwee Seng.
"Ha-ha, urusan begitu saja jangan menghilangkan
kegembiraan kita. Mari minum! "
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Keduanya lalu minum lagi dan keadaan di situ menjadi
meriah pula. Sementara itu, Liu Lu Sian sudah meloncat ke tengah
panggung lagi setelah meninggalkan pedangnya di atas meja.
Hal ini berarti bahwa ia hanya akan melayani pertandingan tangan kosong, tanpa mempergunakan senjata.
Ketika melihat gadis cantik itu sudah berdiri siap di tengah panggung, di antara para tamu muda timbullah suasana
gaduh. Sebetulnya banyak sekali pemuda yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk menyaksikan kecantikan gadis yang sudah terkenal itu dengan mata sendiri.
Dan sekarang, setelah melihat Liu Lu Sian, hampir semua pemuda yang hadir di situ tergila-gila dan tak seorang pun yang tidak ingin memetik tangkai bunga segar mengharum ini.
Akan tetapi, menyaksikan ilmu kepandaian Lu Sian dan
kehebatan ayahnya, sebagian besar para muda itu sudah
menjadi gentar dan tidak berani mencoba-coba.
Apalagi kalau mengingat akan pembunuhan-pembunuhan
aneh di dalam rumah penginapan kemarin malam, mereka
merasa ngeri dan membuat sebagian besar di antara mereka mundur teratur! Betapapun juga, di antara mereka ada juga yang nekat karena mungkin dapat menahan hatinya yang
sudah runtuh oleh kecantikan Lu Sian.
Seorang pemuda berpakaian serba hijau dan yang
duduknya di bagian bawah, berjalan dengan langkah lebar dan gagah ke arah panggung, kemudian sekali menggerakkan
tubuhnya ia sudah meloncat ke atas panggung berhadapan
dengan Lu Sian. Pemuda ini berwajah cukup ganteng, alisnya tebal dan
matanya tajam, hanya mulutnya lebar membayangkan
ketinggian hati. Dengan sikap gagah ia menjura dan
merangkap kedua tangan di depan dada, memberi hormat
kepada Liu Lu Sian sambil berkata, suaranya lantang.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Aku bernaama Han Bian Ki, dikenal sebagai Siauw-kim-liong (Naga Emas Muda) di lembah sungai Min-kiang, ingin mencoba-coba kepandaian nona Liu yang gagah."
Lu Sian melirik dan bibirnya melempar senyum manis
sekali. Akan tetapi sesungguhnya melihat mulut yang agak lebar itu ia sudah merasa tidak senang kepada pemuda ini.
Orang macam ini berani mau coba-coba, pikirnya. Apanya sih yang diandalkan " Tampangnya tidak menarik, dan melihat gerakan loncatannya, juga tidak banyak dapat diharapkan tentang ilmu silatnya.
"Han-enghiong, tak usah ragu-ragu. Mulailah!" katanya dengan suara dingin.
"Saya Bhong Siat dari lembah Yang-ce!" kata Si Muka Kuning yang suaranya seperti orang berbisik, atau kehabisan napas.
Makin muak rasa perut Liu Lu Sian menyaksikan majunya
dua orang yang berwajah buruk ini. Memang ia sengaja
menantang agar mereka maju sekaligus agar ia tidak usah berkali-kali menghadapi mereka seorang demi seorang. Pula, tantangannya ini merupakan akal untuk menilai mereka. Yang mau datang mengeroyoknya manandakan seorang laki-laki
pengecut dan yang tidak boleh dihargai sama sekali, perlu cepat ditundukkan sekaligus.
Han Bian Ki girang melihat majunya dua orang yang
semaksud itu. Kini terbuka kesempatan pula baginya untuk mencari
kemenangan, atau setidaknya tentu berhasil
menyentuh kulit badan Si Nona atau beradu lengan. Maka ia tidak mau kalah semangat dan biarpun sudah sejak tadi ia dipermainkan, kini ia memperlihatkan sikap galak dan
menerjang Liu Lu Sian dengan seruan nyaring.
Dua orang yang baru naik itu pun tidak membuang
kesempatan ini, membarengi dengan serangan-serangan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mereka karena mereka tahu bahwa serangan tiga orang
secara berbarengan tentu akan lebih banyak memungkinkan hasil baik.
"Menjemukan...!" Liu Lu Sian berseru dan terjadilah penglihatan yang amat menarik. Tiga orang pemuda itu
menyerang dari tiga jurusan, serangan mereka galak dan
ganas, apalagi Si Muka Kuning Bhong Siat yang ternyata
merupakan seorang ahli ilmu silat yang mempergunakan
tenaga dalam. Pukulan-pukulannya mendatangkan angin yang bersiutan.
Namun hebatnya, tak pernah enam buah tangan dan enam
buah kaki itu menyentuh ujung baju Lu Sian.
Gadis itu dalam pandangan tiga orang pengeroyoknya
lenyap dan berubah menjadi bayangan yang berkelebatan
seperti sambaran burung walet yang amat lincah. Dan dalam pertandingan kurang dari dua puluh jurus, terdengar teriakan-teriakan dan secara susul-menyusul tubuh tiga orang pemuda itu "terbang" dari atas panggung, terlempar secara yang mereka sendiri tidak tahu bagaimana. Mereka jatuh tunggang-langgang dan berusaha untuk merangkak bangun.
"Hemm, orang-orang tak tahu malu. Hayo lekas pergi dari sini!" terdengar suara keras membentak di belakang mereka dan sebuah lengan yang kuat sekali memegang tengkuk
mereka dan tahu-tahu tubuh mereka seorang demi seorang
terlempar keluar. Tanpa berani menoleh lagi kepada Ma Thai Kun yang melemparkan mereka keluar, tiga orang itu terus saja lari sempoyongan keluar dari halaman gedung.
Para tamu menyambut kemenangan Liu Lu Sian dengan
tepuk tangan riuh rendah. Para muda yang tadinya ada niat untuk mencoba-coba, makin kuncup hatinya dan hampir
semua membatalkan niat hatinya, menhibur hati yang patah dengan kenyataan bahwa tak mungkin mereka dapat
menandingi nona yang amat lihai itu!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Akan tetapi ternyata masih seeorang laki-laki muda yang dengan langkah tegap dan tenang menghampiri panggung,
kemudian dengan gerakan lambat melompat naik. Ketika
kedua buah kakinya menginjak panggung, Lu Sian merasa
tergetar kedua telapak kakinya, tanda bahwa yang datang ini memiliki lwee-kang yang cukup hebat. Ia menjadi tertarik, akan tetapi ketika mengangkat muka memandang, ia merasa kecewa.
Laki-laki ini sikapnya gagah dan pakainnya sederhana,
mukanya membayangkan kerendahan hati dan kejujuran,
namun sama sekali tidak tampan, matanya lebar dan alisnya bersambung hidungnya pesek!
"Saya yang bodoh Lie Kung dari pegunungan Tai-liang.
Sebetulnya saya tidak ada harga untuk memasuki sayembara, akan tetapi karena sudah sampai di sini dan saya amat tertarik dan kagum menyaksikan kehebatan ilmu silat Nona,
perkenankanlah saya memperlihatkan kebodohan sendiri."
Kata-katanya merendah akan tetapi jujur dan sederhana.
Lu Sian tersenyum mengejek. "Siapa pun juga boleh saja mencoba kepandaian karena memang saat ini merupakan
kesempatan. Nah, silakan saudara Lie maju!"
"Nona menjadi nona rumah dan seorang wanita, saya
merasa sungkan untuk membuka serangan." Jawab Lie Kung.
"Hemm, kalau begitu sambutlah ini!" Secara tiba-tiba Liu Lu Sian menyerang, pukulannya amat cepat, gerakannya indah akan tetapi bersifat ganas karena pukulan itu mengarah
bagian berbahaya di pusar, merupakan serangan maut ! Lie Kung berseru keras dan kaget. Tak sangkanya nona yang
demikian cantiknya begini ganas gerakanya, maka cepat ia melompat mundur dan mengibaskan tangan dan menangkis
dengan kecepatan penuh. Lu Sian tidak sudi beradu lengan, menarik kembali
tangannya dan menyusul dengan pukulan angan miring dari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
samping mengarah lambung. Sekali merupakan terjangan
maut yang amat erbahaya, Lie Kung ternyata gesit sekali karena jungkir balik ia dapat menyelamatkan diri!
Tepuk tangan menyambut gerakan ini karena sekarang
para tamu merasa mendapat suguhan yang menarik, tidak
seperti tadi di mana tiga orang pemuda sama sekali tidak dapat mengimbangi permainan Liu Lu Sian yang gesit.
Pemuda pesek ini benar-benar cepat gerakannya walaupun
tampaknya lambat dan tenang.
Setelah diserang selama lima jurus dengan hanya
mengelak, mulailah dia mengembangkan gerakannya untuk
balas menyerang. Telah ia duga bahwa pemuda ini merupakan seorang ahli lwee-kang, dan ternyata benar.
Pukulan pemuda ini berat dan antep, hanya sayangnya
pemuda ini berlaku sungkan-sungkan, buktinya yang diserang hanya bagian-bagian yang tidak berbahaya. Marahlah Lu Sian.
Sikap pemuda yang hanya mengarahkan serangan pada
pundak, pangkal lengan dan bagian-bagian lain yang tidak berbahaya itu, baginya diterima salah. Dianggap bahwa
pemuda ini terlampau memandang rendah padanya, seakanakan sudah merasa pasti akan menang sehingga tidak mau
membuat serangannya berbahaya.
Setelah lewat tiga puluh jurus mereka serang-meyerang,
tiba-tiba Lu Sian mengeluarkan suara kelengking tinggi yang mengejutkan semua orang. Gerakannya tiba-tiba berubah
lambat dan aneh, pukulannya merupakan gerakan yang
melingkar-lingkar. "Bagaimana kaulihat pemuda itu?" Pat-jiu Sin-ong bertanya ketika ia melihat Kwee Seng menoleh dan menonton
pertandingan, tidak seperti tadi ketika tiga orang pemuda mengeroyok Lu Sian. Kwee Seng memandang acuh tak acuh.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lumayan juga. Bakatnya baik dan kalau ia tidak terlalu banyak kehendak, ia dapat menjadi ahli lwee-keh yang
tangguh." "Ha-ha, kaulihat . Puteriku sudah mulai mainkan Sin-coa-kun ciptaanku yang terakhir. Pemuda itu takkan dapat
bertahan lebih dari sepuluh jurus!"
Diam-diam Kwee Seng memperhatikan. Ilmu Silat Sin-coakun (Silat Ular Sakti) memang hebat, mengandung gerakangerakan ilmu silat tinggi yang disembunyikan dalam gaya kedua tangan yang gerakannya seperti ular menggeliat-geliat dan melingkar-lingkar.
Namun dalam ilmu silat ini terkandung sifat yang amat
ganas, dan kembali sepasang alis pemuda ini berkerut saking kecewa. Sungguh sayang sekali, kecantikan seperti bidadari itu, dirusak sifat-sifat liar dan ganas, diisi ilmu yang amat keji.
Untuk mengusir kekecewaan yang menggeregoti hatinya,
pemuda ini menuangkan arak sepenuhnya dan mengangkat
cawan. "Minum biar puas!" lalu sekali tenggak habislah arak itu. Pat-jiu Sin-ong tertawa bergelak dan minum araknya pula.
Ramalan Pat-jiu Sin-ong ternyata terbukti. Tepat sepuluh jurus, setelah pemuda she Lie itu terdesak dan bingung
menghadapi dua lengan halus yang seperti sepasang ular
mengamuk, lehernya kena dihantam tangan miring. Ia
mengaduh dan terhuyung-huyung ke belakang, akan tetapi
tepat pada saat lehernya dihantam, ia dapat mengibaskan tangannya mengenai lengan Lu Sian sehingga menimbulkan
suara "plakk!" dan gadis itu menyeringai kesakitan, lengannya terasa panas sekali.
Biarpun ia sudah tahu bahwa pukulannya mengenai leher
lawan dengan tepat, karena lengannya tertangkis tadi, Lu Sian menjadi marah dan cepat ia maju lagi mengirim pukulan yang agaknya akan menamatkan riwayat pemuda itu.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Cukup...!!" tiba-tiba sesosok bayangan meloncat ke atas panggung dan dengan cepat menangkis tangan Lu Sian yang mengirim pukulan maut. "Dukkk! " Dua buah lengan tangan bertemu dan keduanya terhuyung ke belakang sampai tiga
langkah. Dengan kemarahan meluap-luap Lu Sian memandang
orang yang begitu lancang berani menangkis pukulannya tadi.
Ia membelalakkan matanya dan... tiba-tiba ia merasa seakan-akan jantungnya diguncang keras, kemarahannya lenyap dan ia terpesona. Belum pernah selama hidupnya ia melihat
seorang pemuda yang begini ganteng!
Rambutnya hitam tebal di katkan ke atas dengan sehelai
sutera kuning. Pakaiannya indah dan ringkas, membayangkan tubuhnya yang tegap berisi, dadanya yang bidang. Alisnya berbentuk golok, hitam seperti dicat, hidung mancung, mulut berbentuk bagus membayangkan watak gagah dan hati keras.
Pendeknya, wajah dan bentuk badan seorang jantan yang
tentu akan meruntuhkan hati setiap orang gadis remaja!
Seketika Lu Sian jatuh hatinya, akan tetapi mengingat
perbuatan lancang pemuda ini, untuk menjaga harga dirinya, ia menegur juga, hanya tegurannya tidak seketus yang
dikehendakinya. "Kau siapa, berani lancang turun tangan mencampuri pertandingan ?"
Pemuda itu menuntun Lie Kung sampai ke pinggir
panggung, menyuruhnya mengundurkan diri, Lie Kung
menjura ke arah Liu Lu Sian lalu melompat turun, terus pergi meninggalkan tempat itu. Setelah itu, baru pemuda yang
membawa sebuah golok disarungkan dan digantungkan pada
pinggangnya itu membalikkan tubuh menghadapi Liu Lu Sian sambil berkata.
"Maaf, Nona. Memang saya tadi berlaku lancang. Akan tetapi sekali-kali bukan dengan maksud hati yang buruk,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
hanya untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah. Sudah terlalu jiwa melayang...ah, sayang sekali. Kunasihatkan kepadamu, Nona. Hentikan cara pemilihan suami seperti ini.
Tiada guna! Dan kasihan kepada yang tidak mampu
menandingimu. Nah, sekali lagi maafkan kelancanganku tadi!"
Ia menjura dan hendak pergi.
"Eh orang lancang! Bagaimana kau biasa pergi begitu saja setelah menghinaku " Hayo maju kalau kau memang
berkepandaian!" Lu Sian sengaja menantang karena hatinya sudah jatuh dan ingin ia menguji kepandaian laki-laki yang menarik hatinya ini. Kalau memang benar seperti dugaannya, bahwa laki-laki ini seperti terbukti ketika menagkisnya tadi, memiliki kepandaian tinggi, ia akan merasa puas mendapat jodoh setampan dan segagah ini.
Kwee Seng memang tampan pula tetapi terlalu tampan
seperti perempuan, kalah gagah oleh pemuda ini. Dan biarpun ia tahu ilmu kepandaian Kwee Seng mungkin hebat, akan
tetapi sikap pemuda itu terlalu halus, terlalu lemah lembut, kurang "jantan!"
Pemuda itu membalikkan tubuhnya, kembali menjura
kepada Lu Sian sambil berkata, suaranya perlahan. "Hanya Tuhan yang tahu betapa inginnya hatiku menjadi pemenang..
akan tetapi... bukan beginilah caranya. Maafkan, Nona, biarlah aku mengaku kalah terhadapmu!" Sambil melempar pandang tajam yang menusuk hati Lu Sian, pemuda itu hendak
mengundurkan diri. "Apakah engkau begitu pengecut, berani berlaku lancang tidak berani memperkenalkan diri " Siapakah kau yang sudah berani... menghinaku"
Dimaki pengecut, pemuda itu menjadi merah mukanya.
"Aku bukan pengecut! Kalau Nona ingin benar tahu, namaku adalah Kam Si Ek dari Shan-si." Setelah berkata demikian, pemuda gagah bernama Kam Si Ek itu lalu meloncat turun dari panggung dan cepat-cepat lari keluar dari halaman gedung.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sampai beberapa saat lamanya Liu Lu Sian berdiri bengong di atas panggung, merasa betapa semangatnya seakan-akan melayang-layang mengikuti kepergian pemuda ganteng itu,
"Pat-jiu Sin-ong, kau baru saja kehilangan seorang calon mantu yang hebat!" Kwee Seng berkata sambil menyambar daging panggang dengan sumpitnya.
"Kau maksudkan bocah ganteng tadi" Siapakah dia"
Namanya tidak pernah kudengar," jawab Pat-jiu Sin-ong.
"Ha-ha-ha! Kam Si Ek adalah panglima muda di Shan-si dan hanya karena adanya pemuda itulah maka Shan-si terkenal daerah yang amat kuat dan membuat gubernurnya yang
bernama Li Ko Yung terkenal. Cocok sekali dia dengan
puterimu. Puterimu menjadi perebutan pemuda-pemuda,
sebaliknya entah berapa banyaknya gadis di dunia ini yang ingin menjadi istrinya! Ha-ha-ha!" Terang bahwa Kwee Seng sudah mulai terpengaruh arak.
Memang sebetulnyalah kalau pemuda itu tadi mengatakan
bahwa dia tidak bias minum arak banyak-banyak. Akan tetapi karena kerusakan hatinya menghadapi cinta terhadap Liu Lu Sian berbareng kecewa, ia sengaja nekat minum terus tanpa ditakar lagi.
"Huh, apa artinya panglima bagiku" Dia memang tampan, akan tetapi kalau disuruh memilih kau, Kwee Seng!"
Liu Lu Sian tersentak kaget dan membalikkan tubuh, masih berdiri di tengah panggung. Juga para tamu mrndengar
percakapan yang dilakukan dengan suara keras itu. Kini
mereka memandang ke arah mereka, terutama sekali Kwee
Seng menjadi pusat perhatian.
Pemuda ini sudah bangkit berdiri, cawan arak di tangan
kanannya. Hatinya berguncang keras ketika ia mendengar
ucapan ketua Beng-kauw itu. Betapa tidak " Jelas bahwa
Ketua Beng-kauw ini agaknya suka memilih dia sebagai
mantu. Dan dia sendiri pun sudah jelas mencintai gadis jelita
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
itu, hal ini tidak dapat ia bantah, seluruh isi hati dan tubuhnya mengakui.
Mau apa lagi" Tinggal mengalahkan gadis itu, apa
sukarnya" Akan tetapi di balik rasa cinta, di sudut kepalanya di mana kesadarannya berada, terdapat rasa tak senang yang menekan kembali rasa cinta kasihnya dengan bisikan-bisikan tentang kenyataan betapa keadaan gadis itu dan keluarganya sama sekali tidak cocok, bahkan berlawanan dengan pendirian dan wataknya.
Ia jatuh cinta kepada seorang dara yang berwatak liar dan ganas, sombong dan tinggi hati, licik dan keji, gadis yang menjadi puteri tunggal Ketua Beng-kauw yang sakti, aneh dan sukar diketahui bagaimana wataknya. Gadis yang menjadi
sebab kematian banyak pemuda yang tak berdosa!
Kesadarannya membisikkan bahwa betapa pun ia mencintai
gadis itu, cintanya hanya karena pengaruh kejelitaan gadis itu dan kalau ia menuruti cintanya yang terdorong nafsu, kelak akan tersiksa hatinya. Akan tetapi perasaannya membantah kalau ia boleh membawa pergi gadis itu bersamanya, mungkin ia bisa membimbingnya menjadi seorang isteri yang baik dan cocok dengan sifat-sifat dan wataknya.
"Lo-enghiong, jangan main-main!"
"Ha-ha, siapa main-main " Kwee-hiantit hanya kaulah yang agaknya pantas bertanding dengan puteriku. Hayo kau
kalahkan dia, kalau tidak anakku itu akan makin besar kepala saja dan para tamu tentu akan mengira aku hendak menang sendiri! Ha-ha-ha!"
"Hemmm, puterimu berkepandaian tinggi. Terus terang saja, akupun ingin sekali menguji kepandaiannya. Akan
tetapi... hemm, Lo-enghiong, harap jangan salah sangka.
Dengan jujur aku mengaku bahwa puterimu telah menarik
hatiku. Akan tetapi, perjodohan melalui pertandingan memang kurang tepat, yang perlu hati masing-masing.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Bagaimana kalau aku naik ke panggung, tapi bukan untuk
memasuki sayembara pemilihan jodoh, hanya sekedar mainmain menguji kepandaian belaka?" Ucapan ini dilakukan perlahan tidak terdengar orang lain.
Akan tetapi Ketua Beng-kauw itu tertawa keras dan
menjawab dengan suara keras pula. "Ha-ha-ha-ha! Aku mengerti,kau memang seorang yang teliti dan cermat, terlalu berhati-hati! Kalau menyalahi peraturan, berarti melanggar dan siapa melanggar harus didenda!"
Kwee Seng tertawa pula dan menenggak sisa araknya.
"Dendanya bagaimana" Kau harus menurunkan ilmu pukulan yang kau pergunakan untuk mengalahkan puteriku itu
kepadanya." "Aku. Tapi dia harus ikut denganku ke mana aku pergi."
"Boleh. Nah, orang muda, kau cobalah!"
Hati Liu Lu Sian sudah mendongkolkan sekali mendengarkan percakapan antara ayahnya dan pemuda
pelajar yang kelihatan lemah lembut itu. Apalagi ketika ia melihat Kwee Seng berjalan menghampirinya dengan langkah sempoyongan dan mukanya yang berkulit putih halus itu
kelihatan merah sekali, tanda-tanda seorang mabuk!
"Apakah Kwee-kongcu juga tidak mau ketinggalan dalam lomba pameran kepandaian?" Liu Lu Sian menegur dengan kata-kata dingin. Ternyata gadis ini masih mendongkol
mengingat betapa tadi di depan ayahnya, Kwee Seng sudah membikin basah pakaiannya dengan arak, merupakan bukti
bahwa dalam adu tenaga secara diam-diam itu, pemuda ini sudah memang setingkat daripadanya.
"Cuma kali ini Kongcu sedang mabuk, tidak enak kalau aku mencari kemenangan dan seorang yang mabok!" Dengan kata-kata ketus ini, Liu Lu Sian hendak menebus rasa malunya tadi.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng tersenyum dan diam-diam mengagumi wajah
yang demikian eloknya, mulut yang biarpun menghamburkan kata-kata pedas dan pahit, namun tetap manis didengar.
Matanya yang agak mabok itu seakan-akan lekat pada bibir itu dan sejenak Kwee Seng terpesona, tak dapat berkata apa-apa, tak dapat bergerak memandang ke arah mulut dara jelita.
Bibir merah basah menantang Bentuk indah gendewa
terpentang Hangat lembut mulut juita Sarang madu sari
puspita Senyum dikulum bibir gemetar Tersingkap mutiara indah berjajar Segar sedap lekuk di pipi Mengawal suara merdu sang dewi!
"Heh, kenapa kau melongo saja?" tiba-tiba Lu Sian membentak, lenyap sikapnya menghormat karena ia tak dapat menahan kejengkelan hatinya.
Kwee Seng sadar dari lamunannya. "Eh..., ohh... Nona, kau tahu, aku sebetulnya tidak ingin memasuki sayembara... dan aku ...aku lebih suka bertanding dengan si pemilik tangan maut!" Sambil berkata demikian ia menoleh, matanya mencari-cari.
"Cukup! Tak perlu banyak bicara lagi Kwee-kongcu. Aku sudah mendengar bahwa kalau aku kalah, aku harus menjadi muridmu dan ikut pergi bersamamu!" kata pula Lu Sian dengan senyum mengejek. "Akan tetapi jangan kira akan mudah mengalahkan aku!" Setelah berkata demikian, gadis itu berkelebat cepat dan tahu-tahu ia sudah lari menyambar
pedangnya yang terletak diatas meja dan secepat itu pula berkelebat kembali menghadapi Kwee Seng.
Pemuda itu tersenyum, senyum yang mengandung banyak
arti, setengah mengejek dan setengah kagum begitu cepatnya gadis itu bergerak dan menyarungkan pedangnya dengan
gerakan indah. Lu Sian merasakan ejekan ini dan dengan
gemas ia berkata," Menghadapi seorang sakti seperti engkau ini, Kwee-kongcu, tidak bisa disamakan dengan segala cacing tanah tadi.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Aku mengharapkan pelajaran darimu dalam menggunakan
senjata!" Sambil berkata demikian gadis ini mencabut pedangnya dan tampaklah sinar berkelebat, putih menyilaukan mata.
"Lu Sian, mundurlah! Manusia ini terlalu sombong, biar aku mewakilimu memberi hajaran!" Tiba-tiba bayangan tinggi kurus melayang ke depan Kwee Seng dan sebuah lengan
menyambar ke arah dada pemuda itu.
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wutttt!" Kwee Seng miringkan pundaknya dan pukulan yang hebat itu lewat cepat.
"Hemm, aku senang sekali melayanimu!" kata Kwee Seng dan jari telunjuknya menotok ke arah pergelangan tangan yang lewat di sampingnya. Akan tetapi secepat itu pula Ma Thai Kun sudah menarik kembali lengannya sehingga dalam dua gebrakan ini mereka berkesudahan nol-nol atau sama
cepatnya. "Ji-sute, mundur kau!" kembali Liu Gan berseru keras dan biarpun matanya melotot marah, Ma Thai Kun tidak berani membantah perintah suhengnya dan ia mundurkan diri
dengan kemarahan di tahan-tahan.
Orang She Kwee, kau terlalu sombong. Lihat pedangku!"
bentak Liu Lu Sian sambil menggerakan pedangnya dengan
cepat sehingga pedang itu berubah menjadi segulung sinar putih yang membuat lingkaran-lingkaran lebar, makin lama lingkaran itu makin lebar mengurung tubuh Kwee Seng.
Namun pemuda ini hanya menggerakkan sedikit tubuhnya dan selalu ia terhindar daripada kilat yang berpencaran keluar dari sinar pedang itu.
"Lu Sian, jangan pandang ringan dia! Gunakan Toa-hong Kiam-hoat (Ilmu Pedang Angin Badai)!" seru Liu Gan dengan suara gembira, wajahnya berseri dan matanya bersinar-sinar.
Begitu gebrakan pertama dan selanjutnya secara cepat
berlangsung, Lu Sian sudah mengerti bahwa Kwee Seng ini
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
benar-benar amat lihai. Pedangnya yang menyambar-nyambar seperti hujan cepatnya itu ternyata dapat dielakkan secara aneh dan sama sekali tidak tampak tergesa-gesa, seakan-akan gerakan-gerakannya ini masih terkampau lambat bagi Kwee Seng.
Oleh karena ini, begitu mendengar seruan ayahnya, ia
segera mengerahkan tenaga dan berlaku hati-hati, cepat ia mainkan ilmu pedang ajaran ayahnya, yaitu Toa-hong Kiamhoat. Gadis ini mengerti bahwa kali ini ia tidak saja harus menjaga harga dirinya, melainkan juga menjaga muka
ayahnya. Melihat perubahan ilmu pedang gadis itu yang kini
menderu-deru seperti angin badai mengamuk, diam-diam
Kwee Seng kaget dan kagum. Tak percuma Ketua Beng-kauw
mendapat julukan Pat-jiu Sin-ong dan tidak percuma pula gadis itu menjadi puteri tunggalnya karena ilmu pedang ini amat cepat dan hebat berbahaya sehingga tak mungkin
dihadapi mengandalkan kecepatan belaka.
Pemuda sakti ini maklum pula bahwa Pt-jiu Sin-ong seorang yang amat licik dan aneh. Tentu sekarang Ketua Beng-kauw itu menyuruh anaknya mengeluarkan ilmu pedang simpanan
agar terpaksa ia mengeluarkan ilmunya yang sejati pula untuk mengalahkan Lu Sian.
Kwee Seng maklum pula bahwa janji untuk menurunkan
ilmunya yang mengalahkan Lu Sian, adalah janji yang amat licik dari Pat-jiu Sin-ong, yang membayangkan sifat loba seorang ahli silat yang ingin sekali menguasai seluruh ilmu yang paling sakti di dunia ini.
Melalui puterinya, Ketua Beng-kauw ini hendak memancing-mancing ilmu silatnya untuk menambah perbendaharaan ilmu Pat-jiu Sin-ong! Karena tidak ingin menggunakan ilmu
simpanannya untuk mengalahkan Lu Sian agar ia tidak usah menurunkan ilmu itu pada gadis ini, kembali Kwee Seng
mengandalkan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang lebih
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tinggi daripada kepandaian gadis itu untuk meleset kesana kemari, menyelinap di antara sambaran pedang Lu Sian yang seperti badai mengamuk itu. Akan tetapi belum lima belas jurus Lu Sian mainkan Ilmu Pedang Toa-hong-kian, ayahnya sudah berseru lagi.
"Lu Sian, pergunakan Pat-mo Kiam-hot!" Ilmu pedang Pat-mo-kiam (Pedang Delapan Iblis) ini sengaja diciptakan oleh Pat-jiu Sin-ong untuk mengimbangi Ilmu Pedang Pat-sian-kiam (Pedang Delapan Dewa) yang pernah ia hadapi dahulu.
Hebatnya bukan kepalang. Lu Sian kembali menurut perintah ayahnya dan gerakan pedangnya berubah lagi.
Kini pedangnya tidak mengandalkan kecepatan, melainkan
lebih mendasarkan serangan pada penggunaan tenaga sinkang (tenaga sakti). Setiap tusukan atau bacokan mengandung tenaga mujijat sehingga anginnya saja sudah
cukup untuk merobohkan lawan yang kurang kuat.
Kembali Kwee Seng kaget dan kagum. Seperti juga sifatnya Pat-sian-kiam yang ia kenal, ilmu pedang ini rapi sekali, seakan-akan dimainkan oleh delapan orang, namun Pat-mo-kiam mengandung sifat yang lebih ganas dan keji. Mendadak ia mendapatkan pikiran yang baik sekali. Biarpun Pat-mo-kiam diciptakan untuk menghadapi Pat-sian-kiam, namun ilmu silat hanya sekedar teori atau peraturan gerakan belaka yang
terpenting adalah orangnya. Karena tingkatnya lebih tinggi daripada tingkat Lu Sian, maka ia merasa sanggup
mengalahkan Pat-mo-kiam yang dimainkan gadis ini dengan ilmu pedang Pat-sian-kiam.
Ia berseru keras dan tahu-tahu tangannya sudah mencabut keluar sebuah kipas yang di sembunyikan di dalam bajunya.
Cepat ia mainkan Ilmu Pedang Pat-sian-kiam, kipasnya
mengeluarkan angin yang kuat sekali sehingga gulungan sinar pedang putih terdesak dan tiba-tiba Lu Sian berseru keras karena siku kanannya terkena totokan gagang kipas.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Seketika tangannya kejang dan hampir saja ia melepaskan pedang, baiknya dengan gerakan yang cepat bukan main
Kwee Seng sudah memulihkan totokan lagi sehingga gadis itu dapat menyambar pedangnya yang sudah terlepas tadi.
Dasar gadis yang tak dapat menerima kekalahan, begitu
pedangnya terpegang lagi ia terus menyerang dengan hebat!
"Ai hh...!" Kwee Seng berseru dan tubuhnya berkelebat.
Terpaksa ia mempergunakan ilmunya yang hebat, yaitu Patsian Kiam-hoat yang sudah ia gabung dengan Ilmu Kipas Lo-hain San-hoat (Ilmu Kipas Pengacau Lautan). Kipasnya
mengebut pedang lawan dan selagi pedang itu miring
letaknya, gagang kipasnya menotok dan... kini seluruh tubuh Lu Sian menjadi kaku tak dapat digerakkan lagi!
Kwee Seng cepat menempel pedang lawan dengan
kipasnya, merampas pedang itu di antara kipas sambil jari tangan kirinya membebaskan totokan! Lu Sian dapat bergerak lagi akan tetapi pedangnya sudah terampas. Gadis itu marah bukan main, siap menerjang dengan tangan kosong
berdasarkan kenekatan. "Lu Sian, cukup ! Haturkan terima kasih kepada calon suami atau gurumu! Ha-ha-ha!" teriak Pat-jiu Sin-ong sambil melompat ke atas panggung. Tepuk tangan riuh menyambut
kemenangan Kwee Seng ini, sedangkan Lu Sian lari ke dalam tanpa menoleh lagi.
Sambil merangkul pundak Kwee Seng, Pat-jiu Sin-ong
berkata lantang kepada para tamunya. "Sahabat mudaku Kwee Seng telah menang mutlak atas puteriku dan dia berhak menjadi calon mantuku. Akan tetapi, karena dia pun seorang aneh, tidak kalah anehnya dengan aku sendiri, hanya dia yang dapat menentukan apakah perjodohan ini diteruskan atau
tidak. Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Betapapun juga, ia sudah berjanji akan menurunkan
ilmunya yang tadi mengalahkan puteriku kepada Liu Lu Sian.
Suami atau guru, apa bedanya" Ha-ha-ha-ha-ha!"
Orang tua itu menggandeng tangan Kwee Seng untuk di
ajak minum sepuasnya. Sedangkan para tamu mulai menaruh perhatian dan mempercakapkan pemuda pelajar yang
tampaknya lemah-lembut itu. Beberapa orang tokoh tua
segera mengenal Kwee Seng sebagai Kim-mo-eng dan mulai
saat itu, terkenal ah nama Kim-mo-eng Kwee Seng.
Tiga hari kemudian, Kwee Seng dan Lu Sian kelihatan
menunggang dua ekor kuda keluar dari kota raja Kerajaan Nan-cao. Seperti telah ia janjikan, setelah menangkan
pertandingan, ia akan mengajarkan ilmu kepada Lu Sian dan gadis itu harus menyertai peraturannya sampai menerima
pelajaran itu. Pat-jiu Sin-ong memberi dua ekor kuda yang baik, berikut seguci arak kepada Kwee Seng karena selama tiga hari di tempat itu, pemuda ini siang malam hanya makan minum dan mabuk-mabukan saja, manjadi seorang peminum yang luar
biasa. Betapapun juga, melihat mereka naik kuda berendeng,
memang keduanya merupakan pasangan yang amat setimpal.
Wajah Lu Sian nampak berseri, karena betapapun juga,
menyaksikan sikap Kwee Seng, gadis ini dapat menduga
bahwa sebetulnya pemuda yang tampan dan sakti ini jatuh hati kepadanya.
Pandang mata pemuda itu dapat ia rasakan dan diam-diam
merasa girang sekali. Memang sudah menjadi waatak Lu Sian, makin banyak pria jatuh hati kepadanya makin giranglah
hatinya, apalagi kalau kemudian ia dapat mematahkan hati orang-orang yang mencintainya itu!
"Kwee-koko (Kakanda Kwee), kemanakah kita menuju?"
Tanya Lu Sian dengan suara halus dan manis, bahkan mesra.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng memeluk guci araknya dan menoleh ke kiri.
Melihat wajah ayu itu menengadah, mata bintang itu
menatapnya dan mulut manis itu setengah terbuka, hatinya tertusuk dan cepat-cepat ia membuang muka sambil
memejamkan matanya, "Ke mana pun boleh!" jawabnya tak acuh, lalu menenggak araknya sambil duduk di punggung kuda tanpa memegangi
kendalinya. "Eh, bagaimana ini" kau yang mengajak aku. Biarlah kita ke timur, sampai ditepi sungai Wu-kiang yang indah. Bagaimana koko?" "Hemm, baik. Ke lembah Wu-kiang!" jawab Kwee Seng.
Lu Sian membedal kudanya dan Kwee Seng masih tetap
duduk sambil minum arak, akan tetapi kudanya dengan
sendirinya mencongklang mengikuti kuda yang dibalapkan Lu Sian.
Tak lama kemudian mereka sudah keluar dari daerah kota
raja, memasuki hutan. Kembali Lu Sian menahan kudanya,
dan kuda Kwee Seng juga ikut berhenti.
"Kwee-koko, mengapa kau hanya minum saja" Kita
melakukan perjalanan sambil bercakap-cakap, kan menyenangkan" Apa kau tidak suka melakukan perjalanan
bersamaku" Kwee-koko, hentikan minummu, kau pandanglah
aku!" Mulai jengkel hati Lu Sian yang merasa diabaikan atau tidak diacuhkan. Kwee Seng menoleh lagi ke kiri, makin terguncang jantungnya dan kembali ia menenggak araknya!
"Nona, tidak apa-apa, aku senang melakukan perjalanan ini. Ah arak ini wangi sekali!"
Lu Sian cemberut dan tidak menjalankan kudanya. "Uh, wangi arak yang menjemukan ! Masa kau tidak bosan-bosan minum setalah tiga hari tiga malam terus minum bersama
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ayah " Kwee-koko, aku" aku pernah disebut ayah bunga kecil harum dan orang-orang di sana semua mengatakan bahwa
ada ganda harum sari seribu bunga keluar dari tubuhku.
Apakah kau tidak mencium ganda harum itu?"
Kwee Seng tersentak kaget. Alangkah beraninya gadis ini !
Alangkah bebasnya dan genitnya ! Mengajukan pernyataan
dan pertanyaan macam itu kepada seorang pemuda. Dia
sendiri yang mendengarnya menjadi merah wajahnya, akan
tetapi secara jujur ia berkata, "Memang ada aku mencium bau harum itu, nona, semenjak kita bertanding ganda harum itu tidak eh, tidak pernah terlupa olehku. Eh, bagaimana ini! " Ia tergagap dan untuk menutupi malunya kembali ia menenggak araknya. Lu Sian menahan tawanya dan hatinya makin
gembira. Kiranya laki-laki ini tiada bedanya dengan yang lain, mahluk lemah dan bodoh, canggung dan kaku kalau
berhadapan dengan gadis ayu ! Alangkah akan senang hatinya dapat mempermainkan laki-laki ini, mempermainkan pendekar yang memiliki kepandaian tinggi, yang kesaktiannya menurut ayahnya ketika membisikkan pesan tadi, tidak berada di
sebelah bawah tingkat ayahnya !
"Kwee Seng, berhenti!!" Tiba-tiba terdengar bentakan dari belakang pada saat Kwee Seng sedang minum araknya di
awasi oleh Lu Sian. Gadis itu terkejut karena mengenal suara bentakan. Cepat ia membalikkan tubuh diatas punggung
kudanya. "Ma-susiok (Paman Guru Ma)! Ada keperluan apakah Susiok menyusul kami?" Biarpun masih duduk di atas kudanya membelakangi mereka yang baru datang, Kwee Seng tahu
bahwa yang datang adalah dua orang. Kemudian ia merasa
heran juga ketika mendengar suara Ma Thai Kun berubah
sama sekali dalam jawaban pertanyaan Lu Sian.
"Lu Sian, kau menjauhlah dulu. Urusan ini adalah urusan antara Kwee Seng dengan aku dan percayalah, tindakanku ini sesungguhnya demi kebaikan dirimu."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng adalah seorang pemuda yang amat halus
perasaanya. Ia maklum orang macam bagaimana adanya sute ke dua dari Pat-jiu Sin-ong ini, seorang kasar dan pemarah, sombong dan tinggi hati. Mengapa tiba-tiba terkandung
getaran halus yang amat berlawanan dengan wataknya itu
ketika bicara terhadap Lu Sian "
Tiba-tiba ia teringat akan semua peristiwa di Nan-cao dan keningnya berkerut. Tahulah ia sekarang sebabnya dan
sekaligus terbongkar sudah olehnya semua rahasia pembunuhan di Beng-kauw. Hal ini mendatangkan marah di
hatinya dan ia berkata. Nona, lebih baik kau menuruti permintaan susiokmu. Kau
minggirlah, dan biar aku bicara dengannya.Liu Lu Sian
tersenyum dan menjauhkan kudanya dengan wajah berseri.
Hal inilah yang tidak dimengerti oleh Kwee Seng. Mengapa gadis itu malah tersenyum seperti orang bergembira padahal jelas bahwa paman gurunya mempunyai niat tidak baik
terhadap dirinya " Ia tidak peduli, lalu meloncat turun dari atas kudanya dengan guci arak masih di tangan kiri, sambil membalik sehingga ketika kedua kakinya menginjak tanah, ia berhadapan dengan Ma Thai Kun dan seorang laki-laki muda yang
sikapnya tenang sungguh-sungguh, berpakaian sederhana memakai caping dan punggungnya terhias
sebatang cambuk. Ma Thai Kun merah mukanya, alisnya
berkerut dan sepasang matanya memancarkan sinar kemarahan. Ma Thai Kun, katakanlah kehendak hatimu sekarang. Kwee
Seng, kau seorang yang telah menghina Beng-kauw ! Kau
tidak memandang mata kepada tokoh-tokoh Beng-kauw,
mengandalkan kepandaian mengalahkan seorang wanita
muda, mengandalkan mulut manis mengelabuhi seorang tua.
Twa-suheng boleh saja kau kelabuhi, akan tetapi aku Ma Thai Kun takkan membiarkan kau pergi menggondol keponakanku
begitu saja untuk melaksanakan niatmu yang kotor!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Wah-wah ! Hatimu dan pikiranmu sendiri berlepotan noda, kau masih bicara tentang niat kotor orang lain. Bagus sekali mengenal tangan mautmu yang telah kau pergunakan untuk
membunuh tujuh orang pemuda di rumah penginapan dan
tiga orang pemuda yang sudah kalah oleh Nona Liu Lu Sian!
Ma-susiok ! Betulkah itu"Tiba-tiba Lu Sian yang mendengar kata-kata ini bertanya dengan suara terdengar gembira.
Benar-benar Kwee Seng tidak mengerti dan sekali lagi ia terheran-heran atas sikap Lu Sian ini.
Merah wajah Ma Thai Kun. Memang betul aku membunuh
mereka. Cacing-cacing tanah itu tak tahu malu dan berani mengharapkan yang bukan-bujan,
orang-orang macam mereka mana patut memikirkan Lu Sian " Aku membunuh
mereka apa sangkut-pautnya dengan kau, Kwee Seng"
Suheng Kenapa kau lakukan kekejaman itu " Bukankah Jisuheng sudah melarang kitaOrang muda bertopi runcing itu bertanya, suaranya penuh kekuatiran.
Sute, tak usah kauturut campur ! Kau anak kecil tahu apa!
Kwee Seng tertawa bergelak. Sekali pandang saja tahulah ia bahwa orang muda yang menjadi adik seperguruan Ma Thai Kun ini seorang yang jauh bedanya dengan saudara-saudara seperguruannya, jauh lebih bersih batinnya.
Ma Thai Kun, memang urusan dengan pemuda itu tiada
sangkut-pautnya dengan aku, akan tetapi pembunuhan keji itu tak boleh kudiamkan saja tanpa menegurmu. Apalagi, kau
masih menitipkan sebuah benda kepadaku, apakah kau tidak ingin memintanya kembali"Sambil berkata demikian, Kwee
Seng mengeluarkan sebatang jarum merah dari saku bajunya.
Kau mengenal ini " Kau menghadiahkan ini kepadaku selagi aku tidur, dan untuk kebaikan hati itu aku belum
membalasnya.Kwee Seng menyindir.
Berubah wajah Ma Thai Kun. Kau kaukah jahanam itu
"bentaknya dan tanpa memberi peringatan lagi ia sudah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menerjang ke depan, menggerakkan kedua tangannya
mengirim serangan maut dengan pukulan-pukulan yang
mengandung tenaga sin-kang sepenuhnya.
i i . aiih. inikah tangan maut yang mengandung racun
merah itu "Kwee Seng mengelak sambil mengejek dan tibatiba dari dalam guci arak itu meleset keluar bayangan merah dari arah yang mencrat dan menyerang muka Ma Thai Kun.
Biarpun hanya benda cair, karena arak itu digerakkan oleh tenaga lwee-kang, terasa seperti tusukan jarum. Ma Thai Kun cepat
mengibaskan tangannya dan hawa pukulannya
membuat arak itu pecah bertebaran. Akan tetapi mendadak sebuah guci arak yang sudah kosong melayang ke arah
kepalanya. Ma Thai Kun menangkis dengan tangan kirinya.Brakkk !guci itu pecah pula berkeping-keping. Namun Kwee Seng sudah merasa puas. Serangannya yang mendadak
dapat memecahkan rahasia gerakan Ma Thai Kun, maka ia
sudah dapat menyelami dasarnya. Maka ketika Ma Thai Kun menerjangnya lagi, ia menyambut dengan gerakan kedua
tangan yang sama kuatnya. Kwee Seng tidak mengeluarkan
senjata melihat lawannya juga bertangan kosong.
Memang di antara para saudara seperguruannya, Ma Thai
Kun terkenal seorang ahli silat tangan kosong yang tak pernah menggunakan senjata. Namun, kedua tangannya merupakan
sepasang senjata yang mengandung racun, menggila dahsyat dan ampuhnya ! Jarang ia menemui tandingan, apalagi kalau lawannya juga bertangan kosong. Baru beradu lengan
dengannya saja sudah merupakan bahaya bagi lawan.
Namun kali ini Ma Thai Kun kecelik. Lawannya biarpun
masih muda, namun telah memiliki tingkat kepandaian yang sangat tinggi sekali. Biarpun ia tidak mengisi kedua lengannya itu telah kebal terhadap hawa-hawa beracun yang betapa
ampuhnya pun juga, karena ketika ia merantau dan berguru kepadanya pertapa-pertapa di Pegunungan Himalaya, ia telah melatih dan menggembleng kedua lengannya dengan obatTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
obat mujijat, juga di dalam pertempuran berat ia selalu Mengisi kedua lengannyadengan hawa sakti dari dalam
tubuhnya. Pertandingan itu hebat bukan main. Setiap gerakan tubuh, baik tangan maupun kaki, membawa angin dan menimbulkan
getaran, bahkan tanah yang mereka jadikan landasan serasa tergetar oleh tenaga-tenaga dalam yang tinggi tingkatnya.
Beberapa kali Ma Thai Kun menggereng dalam pengerahkan
tenaga racun merah, disalurkan sepenuhnya ke dalam lengan yang beradu dengan lengan lawan. Namun akibatnya, dia
sendiri yang terpental dan merasa betapa hawa panas di
lengannya membalik. Makin merahlah ia dan terjangannya
makin nekat. Ma Thai Kun, manusia macam kau ini semestinya patut
dibasmi. Akan tetapi mengingat akan persahabatan dengan Pat-jiu Sin-ong, melihat pula muka nona Liu Lu Sian yang masih terhitung murid keponakan dan melihat muka adik
seperguruanmuyang bersih hatinya, aku masih suka mengampunkan engkau. Pergilah!
Sambil berkata demikian, tiba-tiba Kwee Seng
Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merendahkan tubuhnya, setengah berjongkok dan kedua
lengannya mendorong ke depan. Inilah sebuah serangan
dengan tenaga sakti yang hebat. Tidak ada angin bersiut, akan tetapi Ma Thai Kun merasa betapa tubuhnya terdorong tenaga yang hebat dan dahsyat. Ia pun merendahkan diri, mendorongkan kedua lengannya untuk bertahan, namun
akibatnya, terdengar bunya berkerotokan pada kedua
lengannya dan tubuhnya terlempar seperti layang-layang
putus talinya, lalu ia roboh terguling dan kedua lengannya menjadi bengkak-bengkak.
Orang she Kwee, kau melukai suhengku, terpaksa aku
membelanya!kata orang muda bertopi runcing sambil
melepaskan cambuknya dari punggung.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Saudara yang baik, siapakah namamu"Kwee Seng
bertanya, suaranya halus."Aku bernama Kauw Bian, saudara termuda dari Twa-suheng Liu Gan.Hemm, kaulihat kau
seorang yang jujur dan baik. Mengapa engkau henndak
membela orang yang meyeleweng daripada kebenaran"
Tindakan Sam-suheng memang tidak kusetujui, akan tetapi sebagai sutenya, melihat seorang suhengnya terluka lawan, bagaimana aku dapat
diam " Kewajibankulah untuk
membelanya ! Orang she Kwee, hayo keluarkan senjatamu
dan lawanlah cambukku ini!Setelah berkata demikian, Kauw Bian menggerakkan cambuknya keatas dan terdengar bunyi
Tar-tar-tar!nyaring sekali. Diam-diam Kwee seng kagum
sekali. Cambuk itu biarpun kelihatan seperti cambuk biasa, namun ditangan orang ini dapat menjadi senjata yang ampuh sekali. Dan ia kagum akan isi jawaban yang membayangkan kejujuran budi dan kesetiaan yang patut dipuji. Maka Kwee Seng segera menjura dan berjata.
Kauw-enghiong, sikapmu membuat aku lemas dan aku
mengaku kalah terhadapmu. Maafkanlah, aku tidak mungkin mengangkat senjata melawan seorang yang benar, dan aku
pun percaya kau tidak seperti Suhengmu untuk menyerang
seorang yang tidak mau melawan.Setelah berkata demikian, Kwee Seng melompat keatas kudanya, menoleh kepada Lu
Sian sambil berkata. Nona, terserah kepadamu ingin melanjutkan perjalanan
bersamaku atau tidak.Lalu ia melarikan kudanya pergi dari situ. Liu Lu Sian tercengang sejenak lalu tersenyum dan membedal kudanya pula, mengejar. Tinggal Kauw Bian yang masih memegang pecut, tidak tahu harus berbuat apa dan
hanya dapat memandang dua buah bayangan yang makin
lama makin kecil dan akhirnya lenyap itu.
Kauw Bian-sute ! Adik macam apa kau ini " Kenapa tidak
serang dia"Kauw Bian terkejut dan cepat menoleh. Kiranya Ma
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Thai Kun sudah berdiri di belakangnya, meringis kesakitan dan ke dua lengannya masih bengkak-bengkak.
Tidak mungkin, Suheng. Dia tidak mau melawanku,
bagaimana aku bisa menyerang orang yang tidak mau
melawan" Ahhh, dasar kau lemah. Mendadak Ma Thai Kun
menghentikan omelannya karena mendadak bertiup angin dan sesosok tubuh tinggi besar melayang turun.
Kiranya Pat-jiu Sin-ong Liu Gan yang datang. Jelas bahwa tokoh ini marah, sepasang matanya melotot memandang Ma
Thai Kun dan begitu kakinya menginjak tanah, ia lalu
membentak. Ma Thai Kun ! Bagus sekali perbuatanmu, ya " Kau layak
dipukul seperti anjing!Tangan kiri Liu Gan bergerak dan Plakkk, plakkk!telapak dan punggung tangan sudah menampar cepat sekali mengenai sepasang pipi Ma Thai Kun yang
terhuyung-huyung ke belakang. Pucat muka Ma Thai Kun dan matanya menyipit berbahaya ketika berdongak memandang.
Twa-suheng, apa kesalahanku" Masih bertanya tentang
kesalahannya lagi " Anjing hina kau ! Kau, tua bangka, kau berani menaruh hati cinta kepada puteriku, keponakanmu "
Penghinaan besar sekali ini, tidak dapat diampunkan!
Suheng, apa buktinya" Setan alas ! Kaukira aku tidak tahu akan segala perbuatanmu " Sebelum kau membunuhi
pemuda-pemuda itu, pada malam hari itu kau membujukbujuk Lu Sian dengan kata-kata merayu, kau menyatakan
cintamu dan minta kepada Lu Sian agar jangan mau diadakan pemilihan jodoh. Huh, tak malu ! Dan kau begitu cemburu dan membunuhi para pemuda yang tergila-gila kepada Lu Sian, malah engkau membunuh tiga orang pemuda yang sudah
kalah oleh Lu Sian. Kemudian sekarang kau berani mampus menghadang Kwee Seng sehingga dikalahkan dan karenanya
menampar mukaku. Keparat!!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mendengar ini semua, Kauw Bian mukanya sebentar merah
sebentar pucat saking heran, terkejut, dan bingung mendengar kelakuan Sam-suheng (Kakak Seperguruan ke
Tiga). Namun Ma Thai Kun malah tersenyum.
Twa-suheng, semua itu memang benar ! Akan tetapi, apa
salahnya kalau aku mencinta Lu Sian ! Dia wanita dan aku laki-laki ! Agama kita tidak melarang akan hal ini, tidak melarang perjodohan antar keluarga, apalagi antara kita hanya ada hubungan keluarga seperguruan. Twa-suheng,
memang aku mencinta Lu Sian dengan sepenuh jiwaku. Lu
Sian sendiri tidak marah mendengar pengakuanku, mengapa Suheng marah-marah"
Gemertak bunyi gigi dalam mulut Pat-jiu Sin-ong Liu Gan.
Jahanam hina ! Apa kau kira menjadi tanda bahwa dia
membalas cintamu " Huh, goblok dan hina ! Lu Sian selalu akan gembira mendengar orang laki-laki jatuh cinta
kepadanya, karena ia ingin menikmati kelucuan badut-badut itu ! Kau sama sekali tidak memandang mukaku, maka kau
harus binasa sekarang juga!Liu Gan sudah bergerak maju, akan tetapi ia menarik kembali tangannya ketika melihat Kauw Bian melompat ke tengah menghalanginya.
Kauw Bian Sute, mau apa?" Maaf, Twa Suheng. Terus
terang saja siauwte seendiri tidak setuju perbuatan Ma-suheng itu. Akan tetapi, Twa-suheng, betapapun besar kesalahannya, kiranya tidaklah baik kalau Twa-suheng
menjatuhkan hukuman mati kepada Ma-suheng. Pertama, mengingat akan
saudara seperguruan, ke dua hal itu akan menjadi buah
tertawaan dunia kang-ouw dan merendahkan nama besar
Twa-suheng, malah menyeret pula nama Beng-kauw yang kita cintai. Betapa dunia kang-ouw akan gempar kalau mendengar bahwa Ketua Beng-kauw
membunuh adik seperguruannya sendiri.
Liu Gan mengerutkan kening, menarik napas panjang dan
memeluk sutenya yang paling muda dan memang paling ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
saying itu. Ah, Siauw-sute ! Kau masih begini muda namun pandanganmu luas, pikiranmu sedalam lautan. Untung ada
engkau yang dapat menahan kemarahan ku. Eh, Ma Thai Kun, minggatlah kau ! Mulai detik ini, aku tidak sudi lagi melihat mukamu dan kalau kau berani muncul di depanku, hemmm,
aku tidak peduli lagi, pasti aku akan membunuhmu !
Ma Thai Kun menjura dalam-dalam lalu membalikkan tubuh
dan lenyap di antara pohon-pohon. Kauw Bian menarik napas panjang dan mengusap dua titik air matanya dari pipi.
Kau menangis, Sute "Liu Gan bertanya heran. Dengan
suara serak Kauw Bian menjawab, masih membalikkan tubuh memandang ke arah perginya Ma Thai Kun. Perbuatan
manusia selalu mendatangkan kebaikan dan keburukan, Twa-suheng. Kalau kita mengingat yang buruk-buruk saja memang dapat menimbulkan benci. Akan tetapi saya teringat akan kebaikan-kebaikan
Ma-suheng selama menjadi kakak seperguruan, dan bagaimana hati saya takkan sedih melihat dia pergi untuk selamanya " Betapapun juga, beginilah
agaknya yang paling baik. Dengan penuh duka adikmu ini
melihat betapapun juga Ma-suheng pergi membawa serta
dendam dan kebencian yang hebat, yang tentu akan
membuatnya nekat dan melakukan hal-hal yang berbahaya.
Akan tetapi karena Twa-suheng mengusirnya, berarti bahwa semua perbuatannya tiada sangkut-pautnya dengan Beng-kauw.
Mendengar kata-kata ini, berkerut kening Pat-jiu Sin-ong Liu Gan. Hemmm, agaknya benar lagi pendapatmu tentang
baik buruk yang lekat pada perbuatan manusia. Kwee Seng kelihatan seorang yang pilihan, akan tetapi siapa tahu
sewaktu-waktu sifat buruknya akan menonjol pula. Kauw Bian Sute, kau kembalilah dan bantulah Suhengmu Liu Mo menjaga Beng-kauw dan beri laporan kepada Sri Baginda bahwa aku akan merantau selama dua tiga bulan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Twa-suheng hendak membayangi perjalanan Kwee Seng
dan Lu Sian " Itu baik sekali, Twa-suheng, karena perjalanan bersama antara seorang pri dan wanita, sungguh merupakan bahaya besar yang bahayanya lebih banyak mengancam si
wanita daripada si pria. Sute, kau benar-benar berpemandangan tajam. Nah, aku
pergi !Pat-jiu Sin-ong Liu Gan berkelebat, angin menyambar dan ia sudah lenyap dari depan Kauw Bian. Pemuda yang
berpakaian sederhana seperti pengembala ini menarik napas panjang saking kagumnya, kemudian ia pun melangkah pergi dari hutan itu.
Musim dingin telah tiba dan melakukan perjalanan pada
musim dingin bukanlah hal yang menyenangkan atau mudah.
Apalagi kalau hanya menunggang kuda tanpa ada tempat
untuk berlindung dari serangan hawa dingin yang menusuk tulang, tidak mengenakan baju bulu yang tebal, tentu
perjalanan itu akan mendatangkan sengsara dan juga bahaya mati kedinginan.
Kemelut Di Majapahit 19 Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Pendekar Riang 9
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama