Ceritasilat Novel Online

Suling Mas 3

Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo Bagian 3


mengerutkan keningnya dan mendesak lagi. Pernahkah kau
jatuh cinta " Adakah seorang wanita yang kau cinta di dunia ini"
Bertemu dengan pandang mata tajam bening penuh selidik
itu, muka Kwee Seng menjadi makin merah. Sebelum
menjawab ia menggigit bibir menekan perasaan, kemudian
katanya. Selama ini aku tidak pernah jatuh cinta. Hanyahanya
setelah bertemu dengan engkau, Sian-moiah, entahlah.
Agaknya kalau ini yang dinamakan cinta, berarti aku jatuh cinta kepadamu!
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mendengar kata-kata ini, lu Sian hanya tertawa, tertawa senang sekali. Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan berkata. Kwee-koko, mari kita melanjutkan perjalanan.
Apa " Hampir tengah malam begini"Akan tetapi Lu Sian
sudah melangkah ke kamarnya dan tak lama kemudian ia
keluar lagi membawa buntalan pakaian dan memanggil
pelayan dengan suara nyaring. Ketika pelayan berlari-lari datang, ia cepat memerintahkan pelayan untuk menuntun dua ekor kuda mereka dan menyiapakannya di depan rumah
penginapan. Mengapa tidak, Koko " Apa salahnya melakukan perjalanan malam " Setelah keributan tadi, aku tidak senang di sini, ingin lekas-lekas pergi saja. Aku ingin berada di tempat bebas dan udara terbuka untuk mendinginkan kepala agar dapat aku
enak memikirkan. Memikirkan sesuatu saja harus pergi tengah malam di
tempat terbuka"Kwee Seng mengomel karena sesungguhnya
ingin ia mengaso. Memikirkan apa saja, sih"
Liu Lu Sian tersenyum manis. Memikirkan pernyataan
cintamu tadi itu! Kwee Seng melongo dan pipinya menjadi merah, akan
tetapi cepat-cepat ia pun mengambil pakaian dan keduanya lalu keluar dari rumah penginapan, melompat ke atas kuda dan meninggalkan pelayan-pelayan yang memandang dengan
mata terbelalak, terheran-heran menyaksikan dua orang muda yang lihai dan royal itu, yang meninggalkan hadiah tidak sedikit di tangan mereka sebelum pergi.
Begitu keluar dari kota, Lu Sian membalapkan kudanya,
Kwee Seng terpaksa mengikutinya dengan perasaan heran.
Alangkah anehnya gadis ini, pikirnya, dan hatinya berdebar kalau ia teringat betapa tadi ia telah mengucapkan pengakuan cintanya kepada Lu Sian. Akan tetapi ternyata gadis ini melakukan perjalanan setengah malam suntuk tanpa bicara
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan Kwee Seng yang masih marasa malu karena pengakuan
cintanya, tidak berani bicara sesuatu, hanya mengiringkan gadis itu dari belakang.
He, paman tukang perahu ! Mari kau seberangkan aku dan
kudaku ke sana ! Berapa biayanya kubayar!
Tukang perahu yang kurus dan bermata sipit memakai topi lebar itu segera meminggirkan perahunya, perahu yang cukup besar. Ternyata ia seorang nelayan karena di atas dek perahu tampak alat-alat pancing dan jaring. Di bagian belakang perahu duduk seorang anak tanggung memegang dayung
bambu panjang. Baiklah, nona. Memang setiap hari kerjaku hanya
menyeberangkan orang yang lari mengungsi. Akan tetapi dari seberang sana ke sini. Sungguh heran sekali pagi-pagi buta begini nona malah hendak menyeberang ke sana.Kata si
tukang perahu dengan suara penuh keheranan.
Lu Sian menuntun kudanya dan mengajaknya melompat ke
atas dek perahu, sedangkan Kwee Seng mengikutinya tanpa banyak bicara. Dalam keadaan remang-remang kini ia dapat melihat wajah gadis itu, masih berseri-seri gembira dan cantik sekali.
Kali ini Lu Sian melirik kepadanya dan tersenyum-senyum manis, akan tetapi juga tidak bicara apa-apa.
Ah, Paman, kau tadi bilang apa"ketika perahu sudah
meluncur ke tengah, Lu Sian bertanya. Orang-orang
mengungsi dari sana " Ada terjadi apakah diseberang sana"
Si Tukang Perahu memandang, keningnya berkerut.
Apakah nona belum tahu " Daerah San-si mulai geger. Sejak gubernur Li Ko Yung berkuasa dan kerajaan Tang
ditumbangkan belum pernah terjadi kehebohan di kalangan rakyat. Akan tetapi setelah Jenderal Muda Kam menentang kekuasaan gubernur dan tidak setuju dengan pemberontakan melawan kerajaan, keadaan menjadi geger karena jenderal
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam mempunyai banyak pengikut. Malah sesungguhnya
rakyat banyak yang menyokong jenderal muda gagah perkasa itu. Banyaklah dilakukan penangkapan-penangkapan oleh
gubernur, dengan tuduhan memberontak
Ah Dan bagaimana dengan jenderal itu " Apakah ditangkap juga " Dan dimana dia sekarang"
Lu Sian agaknya tertarik sekali, akan tetapi Kwee Seng
mendengar semua itu dengan hati dingin. Memang sama
sekali ia tidak ada perhatian terhadap keributan negara yang tiada hentinya, semenjak pemberontakan yang terjadi puluhan tahun yang lalu terus menerus, sampai tumbangnya Kerajaan Tang
dan tanah air menjadi pecah-pecah karena diperebutkan. Entah berapa banyaknya sekarang raja-raja dan raja-raja muda atau bekas-bekas gubernur yang mengangkat diri sendiri, mendirikan kerajaan-kerajaan kecil yang saling curiga-mencurigai, seakan-akan sekelompok anjing masing-masing mendekap sebatang tulang. Ia muak dengan itu
semua, muak melihat manusia-manusia yang demi mencari
kemuliaan dan kedudukan duniawi, berebutan tak tahu malu, mempergunakan rakyat yang dipecah-pecah untuk memihak
demi kepentingan masing-masing tanpa menghiraukan korban berjatuhan di kalangan rakyat jelata yang selalu hidup miskin dan bodoh !
Mana bisa Jenderal Kam ditangkap " Biar gubernur sendiri takkan berani menangkapnya, hanya berani menangkapi
rakyat yang tak berdaya ! Pula, tanpa adanya jenderal yang gagah perkasa dan dicinta rakyat itu, bagaimana mungkin Shan-si akan dapat bertahan terhadap serangan dari luar"
Paman yang baik, bukankah jenderal itu bernama Kam Si
Ek" Betul, bagaimana nona dapat mengenal nama jenderal
kami itu sedangkan tadi nona tidak tahu apa-apa tentang keributan di daerah San-si"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kini Kwee Seng mulai memperhatikan apalagi ketika
disebut nama Kam Si Ek. Ia sudah mendengar akan kehebatan sepak terjang Jenderal Muda itu, bahkan belum lama ini Kam Si Ek muncul pula di pesta Beng-kauw dan telah
memperlihatkan sikap dan wataknya yang memang gagah
perkasa ketika mencegah Lu Sian menjatuhkan tangan maut kepada seorang pengagumnya. Seorang pemuda gagah yang
berwatak satria, tidak melayani tantangan Lu Sian padahal pemuda yang menjadi jenderal itu belum tentu kalah oleh gadis puteri Beng-kauwcu ini. Laki-laki yang tidak tunduk oleh wajah cantik ! Tidak seperti aku, demikian Kwee Seng memaki diri sendiri.
Ah, Sian-moi. Kau menyebrang sungai ini, apakah hendak
melakukan perjalanan ke utara " Mau ke manakah " Ingat, perjalanan
ini adalah perjalananku, kau hanya ikut denganku,kata Kwee Seng setelah tukang perahu itu pergi ke kepala perahu untuk membantu penyebrangan karena air
mulai agak deras alirannya dan tidak amanlah kalau hanya mengandalkan tenaga pembantunya yang masih anak-anak.
Dengan kerling tajam Lu Sian mencibirkan bibirnya yang
merah. Jantung Kwee Seng serasa ditarik-tarik. Manisnya gadis ini kalau begitu !
Kwee-koko, seorang suami boleh membawa kehendak
sendiri, ada kalanya harus menghormati dan menuruti
keinginan si isteri, tunangan pun bukan. Bagaimana aku harus selau menuruti kehendakmu ! Kau bukan suamiku, bukan
tunanganku, juga bukan atau belum menjadi guruku karena kau belum menurunkan apa-apa seperti yang telah kau
janjikan kepada ayah. Aku ingin ke utara, kalau kau hendak mengambil jalan lain tanpa menurunkan kepandaian kepadaku yang berarti kau melanggar janji, terserah.
Kwee Seng mengeluh di dalam hatinya. Terlalu sekali gadis ini menggodanya. Ia tertawa dengan sabar. Adik yang baik, kata-katamu seperti ujung pisau tajamnya. Aku sih tidak
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mempunyai tujuan tertentu, ke mana pun boleh. Akan tetapi kalau di utara terjadi keributan perang, mengapa kau hendak ke sana"
Lu Sian tertawa dan giginya yang putih berkilau terkena matahari pagi yang mulai muncul dan sinarnya menembus
celah-celah daun pohon. Justeru karena ada perang aku ingin ke sana. Aku hendak menonton keramaian ! Kwee-koko, ada tontonan bagus, mengapa kita lewatkan begitu saja " Pula, melakukan
perjalanan bersamaku, biarpun menempuh bahaya, bukankah amat menyenangkan bagimu"Gadis itu
mengerling, manis sekali dan Kwee Seng menahan napasnya.
Sinar matahari pagi jatuh pada kepala gadis itu, membuat sekeliling kepala seperti dilingkungi sinar keemasan !
Kau cantik sekali, Moi-moi , katanya perlahan, penuh
kekaguman. Lu Sian tertawa. Gadis di pagi hari belum berhias, mana bisa cantik " Ihhh, kau sudah mabok lagi, Koko, kini bukan mabok arak, melainkan mabok asmara ! Lu Sian tertawa-tawa menggoda, lalu berjongkok di pinggir perahu, tangannya
menyambar air yang jernih dan mulailah ia mencuci mukanya, digosok-gosoknya sehingga seluruh kulit mukanya sehingga seluruh kulit mukanya menjadi kemerahan dan segar laksana bunga mawar merah tersiram embun pagi.
Digoda secara terang-terangan seperti itu, Kwee Seng
menjadi lemas dan selanjutnya ia tidak mau banyak bicara lagi, karena setiap godaan gadis itu merupakan tusukan di hatinya. Mengapa ia tiba-tiba menjadi begini lemah " Mengapa ia tidak pergi saja tinggalkan gadis ini " Ke mana perginya keangkuhannya yang selama ini ia banggakan " Ah, ia masih mengharap. Ia masih menanti. Lu Sian telah mendengar
pengakuan cintanya, dan gadis ini sukar sekali diraba isi hatinya. Kadang-kadang begitu mesra seakan-akan gadis itu pun
mencintainya sungguhpun ingin memperlihatkan Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kebalikannya, akan tetapi mengapa kadang-kadang begitu
kejam menyerangnya dengan kata-kata sindiran "
Setelah menyeberang, kembali Lu Sian membalapkan
kudanya. Kwee Seng mengikuti dari belakang dan sebentar saja mereka sudah memasuki sebuah hutan. Benar saja
seperti yang dikatakan tukang perahu, setelah agak siang tampaklah berbondong-bondong orang mengungsi ke selatan.
Karena jalan mulai ramai dengan rombongan pengungsi, Lu Sian dan Kwee Seng mengambil jalan hutan yang kecil akan tetapi sunyi.
Mengapa mengungsi saja harus beramai-ramai seperti itu "
Memenuhi jalan saja.Lu Sian mengomel karena jalan hutan yang dilalui sempit dan seringkali pohon-pohon kecil berduri mengganggunya.
Rakyat sudah terlalu banyak mengalami tindasan dan
kekerasan, Sian-moi. Mereka tahu bahwa mengungsi pun tidak terlepas dari intaian bahaya gangguan orang jahat atau
binatang buas maka mereka merasa lebih aman untuk
melakukan pengungsian beramai-ramai. Pada perang sekacau ini biasanya orang-orang jahat suka mempergunakan
kesempatan merampok. Hah, kau benar, koko dan agaknya kita yang akan menjadi korban. Kau dengar itu"
Kwee Seng mengangguk. Derap kaki banyak kuda dari
belakang ! Akan tetapi belum tentu perampok-perampok yang mengejar kita, Moi-moi.
Mereka berdua berhenti dan menoleh ke belakang. Tak
lama kemudian derap kaki kuda berbunyi lebih jelas dan
muncullah tiga orang penunggang kuda yang membalapkan
kuda mereka cepat sekali. Tiga ekor kuda tunggangan mereka itu besar-besar dan ternyata merupakan kuda pilihan, malah lebih besar dan baik daripada kuda tunggangan Kwee Seng dan Lu Sian. Sedangkan tiga orang penunggangnya adalah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
wanita-wanita muda yang cantik-cantik dan berpakaian
mewah akan tetapi ringkas. Pedang berukir indah bergantung di punggung mereka, tangan kiri memegang kendali kuda,
tangan kanan memegang cambuk. Melihat kesigapan mereka
menunggang kuda, mudah diduga mereka itu adalah wanitawanita yang pandai ilmu silat, apalagi pedang mereka
membayangkan pedang pusaka yang baik. Yang terdepan
paling tua usianya, antara dua puluh lima tahun, pakaiannya serba merah, yang ke dua berusia dua puluh tahun,
pakaiannya serba kuning dan yang ke tiga baru delapan belas tahun berpakaian serba hijau.
Melihat raut muka mereka, dapat diduga bahwa mereka itu kakak beradik, dan sukar dikatakan mana yang paling cantik diantara mereka. Semua cantik dan pandang mata mereka
tajam. Akan tetapi wajah yang berkulit halus itu diperbagus lagi dengan bedak dan yanci (pemerah bibir / pipi) sehingga menimbulkan kesan di hati Kwee Seng bahwa tiga orang
wanita ini adalah gadis-gadis pesolek, seperti Ang-siauw-hwa.
Berbeda dengan Liu Lu Sian yang ia lihat tak pernah memakai bedak dan yanci, sungguhpun hal ini memang tidak perlu
karena kulit muka Lu Sian sudah terlalu putih halus dan bibirnya selalu merah membasah, pipinya kemerahan seperti buah apel masak.
Minggir ! Minggir!Tiga orang gadis itu berseru nyaring
tanpa mengurangi kecepatan lari kuda mereka. Padahal jalan itu sempit sekali. Terpaksa Kwee Seng menarik kendali
kudanya, dipinggirkan. Melihat Lu Sian tetap membiarkan kudanya menghadap jalan, Kwee Seng tidak mau membiarkan keributan terjadi, ia meraih kendali kuda tunggangan Lu Sian dan menarik binatang itu minggir pula.
Dua ekor kuda tunggangan pertama dan kedua lewat cepat
sekali dan tercium bau harum minyak wangi. Kuda ke tiga yang ditunggangi gadis termuda, melambat dan gadis ini
mengerling ke arah Kwee Seng, lalu melempar senyum !
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Setelah melirik penuh arti barulah gadis ke tiga ini
membalapkan kudanya lagi.
Kwee Seng cepat menggerakkan tangannya menangkap
pergelangan tangan Lu Sian. Gadis ini menggenggam jarum-jarum yang merupakan senjata rahasia dan yang tadinya
hendak ia sambitkan kepada tiga orang gadis itu !
Moi-moi, mengapa mencari gara-gara dengan orang-orang
yang sama sekali tidak kita kenal dan tidak ada permusuhan dengan kita"
Lu Sian menjebirkan bibirnya, kebiasaan yang selalu
membetot jantung Kwee Seng, lalu menyimpan kembali
jarum-jarum rahasianya. Menjemukan ! Koko, apakah kau
selalu menjadi lemah hati dan siap menolong setiap orang perempuan cantik"
Merah kedua pipi Kwee Seng. Bukan begitu, moi-moi. Aku
hanya suka menolong kepada orang yang perlu ditolong, tak peduli dia perempuan atau laki-laki. Akan tetapi mereka itu tadi tidak mempunyai salah apa-apa, mengapa hendak kau
serang" Tidak salah apa-apa " Ihh, kenapa matanya lirak-lirik
seperti tukang copet"
Kwee Seng tertawa geli mendengar ini. Tukang copet " Ha-ha, perumpamaanmu sungguh tak tepat. Masa gadis cantik
menjadi tukang copet " Dan lagi, aku Si Miskin ini apanya yang patut di copet" Lu Sian tersenyum juga. Apalagi kalau bukan hatimu yang akan dicopet"
Kwee Seng membelalakan matanya memandang, akan
tetapi gadis itu hanya mentertawakannya tanpa menutupi
mulut, memperlihatkan deretan gigi putih dan lubang mulut kemerahan. Kwee Seng merasa ditertawakan, hatinya sebal dan sakit.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Mari kita lanjutkan perjalanan!Akhirnya ia berkata agak marah, akan tetapi Lu Sian tetap tertawa-tawa ketika
membedal kudanya di belakang pemuda itu.
Ah, kau terburu-buru amat. Apakah hendak mengejar
pencopet dan menyerahkan hatimu " Dia manis sekali, Kwee-koko ! Kerlingnya tajam dan mengundang tantangan !Berkali-kali Lu Sian menggoda, akan tetapi Kwee Seng tidak
menjawab dan terus membalapkan kudanya.
Akan tetapi agaknya tiga orang gadis tadi pun melarikan kuda cepat sekali, buktinya sampai tiga hari mereka berdua belum juga dapat menyusul tiga orang gadis itu. Pada hari ke empatnya, setelah bermalam di dalam hutan yang dingin,
Kwee Seng dan Lu Sian melanjutkan perjalanan. Di
persimpangan jalan mereka melihat banyak orang pengungsi pula, akan tetapi anehnya mereka itu bukan berjalan ke
selatan, sebaliknya mereka menuju ke utara ! Bukan hanya Lu Sian yang merasa heran, juga Kwee Seng terheran-heran
sehingga pemuda ini menanya kepada seorang pengungsi laki-laki yang sudah tua.
Kopek, kalian semua hendak mengungsi ke manakah" Ke
mana lagi kalau tidak ke benteng Naga Emas " Hanya di
sanalah tempat yang aman bagi kami, karena Kam-goan-swe (Jenderal Kam) berada di sana.
Mengapa di lain tempat tidak aman Lopek " Apakah yang
mengancam keselamatan kalian"Kwee Seng mulai tertarik
sedangkan Lu Sian juga mendengarkan dengan penuh
perhatian. Mendengar pertanyaan ini kakek itu memandang heran.
Kongcu datang dari manakah sehingga tidak tahu keadaan
disini " Dimana-mana terdapat manusia-manusia serigala, bala tentara gubernur merajalela menganggu penduduk dan
merampok harta memperkosa wanita dengan alasan membasmi pemberontak ! Semua orang takut menentang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Gubernur Li, hanya Kam-goan swe seorang yang berani
melindungi kami. Kongcu dan Nona sebagai orang-orang asing sebaiknya
jangan melakukan perjalanan di daerah ini, berbahaya.Setelah berkata demikian, kakek itu melanjutkan perjalanan bersama rombongan pengungsi yang terdiri dari tiga puluh orang lebih itu.
Kopek, masih jauhkah benteng itu dari sini"tiba-tiba Lu Sian bertanya sambil mengajukan kudanya. Kakek itu menoleh dan memandang, akan tetapi keningnya berkerut, tidak mau
menjawab, malah lalu berjalan lagi dan timbul kemarahannya, membentak,
Ah, Kakek ! Apakah kau tuli dan bisu"
Kakek itu cemberut, menoleh lagi dan mengomel. Tidak
ada wanita baik di jaman edan ini!
Tentu saja Lu Sian makin marah. Melihat ini, Kwee Seng
khawatir kalau-kalau Liu Sian akan turun tangan, maka ia cepat menggeprak kudanya, maju ke depan Lu Sian dan
berkata kepada kakek itu.
Kopek, sahabatku ini bertanya baik-baik, mengapa kau
tidak mau menjawab " harap jangan salah melihat orang,
sahabatku ini seorang pendekar wanita yang berhati mulia.
Lenyap kemarahan Lu Sian dan ia tersenyum-senyum
mendengar pujian ini. Adapun kakek itu lalu membalikkan tubuh, memandang ragu kepada Lu Sian lalu menjura.
Harap nona suka maafkan. Baru pagi tadi sini lewat pula tiga orang gadis seperti nona, akan tetapi mereka itu kasar bukan main, bahkan lima orang kami mereka pukul dengan
cambuk karena kurang cepat minggir untuk mereka lewat
dengan kuda mereka yang besar-besar. Kalau nona hendak
mengetahui, benteng itu tidak jauh lagi, kurang lebih tiga li lagi dari sini.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Setelah rombongan itu bergerak lagi dan Kwee Seng mulai menggerakkan kendali untuk melanjutkan perjalanan, Lu Sian menyentuh lengannya dan berkata,
Kwee-koko, kita berhenti disini, mencari tempat mengaso sampai nanti malam.
Ah, mengapa begitu " Hari masih siang, dan perjalanan
masih jauh. Ada keperluan apa yang harus berhenti disini"
Keadaan benteng itu, Jenderal Kam itu, dan tiga orang
gadis yang agaknya juga pergi ke sana, menarik hatiku untuk menyelidiki. Malam nanti aku hendak menyelidiki ke sana, melihat keadaan dan mencari tahu apakah sebenarnya yang terjadi.
Ah, Moi-moi, mengapa kau mencari urusan yang sama
sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kita " Urusan
Jenderal Kam adalah urusan negara, dan selama orang
menyangkutkan diri dengan urusan negara, maka tak boleh tidak ia mempunyai cita-cita yang kotor. Tak perlu kita mencampurinya, Moi-moi.
Akan tetapi lu Sian sudah memutar kudanya dan mencari
tempat yang enak untuk mengaso dan bermalam. Akhirnya ia berhenti di bawah pohon yang besar, lalu turun dari kudanya.
Terpaksa Kwee Seng mengikutinya.
Sudahlah, koko, aku lapar karena terlalu banyak bicara.
Biar kucarikan daging untuk teman roti kering kita.Gadis itu meloncat dan lenyap memasuki hutan yang gelap. Tak lama kemudian ia tertawa-tawa sambil memegang dua ekor kelinci gemuk pada telinganya, Kwee Seng tidak berkata apa-apa, hanya membantu gadis itu menguliti kelinci dan membakar dagingnya. Setelah mereka makan kenyang, Lu Sian
merebahkan diri di atas rumput yang gemuk empuk. Tak
sampai sepuluh menit kemudian gadis itu sudah tidur
nyenyak, mukanya miring berbantal tangan, napasnya


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
panjang teratur, pipinya kemerahan, bulu matanya yang
merapat kelihatan panjang membentuk bayangan pada pipi.
Berjam-jam Kwee Seng hanya duduk sambil memandangi
tubuh yang rebah miring di depannya. Pikirannya melayang-layang. Alangkah cantiknya gadis ini. Rambutnya yang hitam itu agak kacau, sebagian rambut yang terlepas dari ikatan menutupi pipi dan kening. Dahi yang halus putih itu agak basah oleh peluh karena hawa memang panas menjelang
senja itu. Kwee Seng melihat ini lalu memadamkan api unggun yang tadi dipakai memanggang daging kelinci. Kemudian ia duduk lagi menghadapi Lu Sian sambil menikmati wajah ayu itu.
Lu Sian bergerak sedikit dalam tidurnya, bibirnya
tersenyum, tangannya menyibakkan rambut yang menutup
pipi dan kening, lalu tubuhnya bergerak terlentang, terdengar bisikannya, Kwee-koko
Berdebar keras jantung Kwee Seng. Gadis ini mengigau dan menyebut-nyebut namanya dalam tidur ! bukankah itu berarti bahwa Lu Sian juga menaruh hati kepadanya"
Ia memandang lagi. Mulut yang manis itu masih
tersenyum. Tiada bosannya memandang wajah ini, bagaikan orang memandang setangkai bunga mawar segar. Terpesona
Kwee Seng memandangi rambut hitam panjang yang kini
awut-awutan itu, mengingatkan ia akan syair tentang
keindahan rambut yang pernah di bacanya :
halus licin laksana sutera hitam mulus melebihi tinta gemuk panjang berikal mayang mengikat kalbu menimbulkan sayang harum semerbak laksana bunga melambai meraih cinta
asmara sinom berikal di tengkuk dan dahi pembangkit gairah dendam berahi !
Setelah kenyang pandang matanya menikmati keindahan
rambut di kepala lalu pandang mata itu menurun, berhenti di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
alis dan mata yang terlindung bulu mata panjang melengkung, sejenak terpesona oleh bukit hidung.
Kecil mungil mancung dan patut halus laksana lilin diraut cuping tipis bergerak mesra mengandung seribu rahasia
Makin berdebar jantung Kwee seng, hampir tak terahankan lagi, serasa hendak meledak. Melihat rambut itu, bulu mata, hidung yang agak berkembang-kempis cupingnya, mulut
manis yang tersenyum-senyum dalam tidur, pipi yang putih kemerahan, teringatlah ia akan Ang-siauw-hwa. Bukan gadis pelacur itu yang terbayang, melainkan pengalaman mesra
penuh asyik yang pada saat itu mendorong semua gairah
birahi memenuhi hati dan pikirannya bagaikan awan mendung hitam menggelapkan kesadarannya. Dengan tubuh gemetar
menggil, Kwee Seng lalu membungkuk ke arah wajah ayu itu dan mencium bibir dan pipi Lu Sian sepenuh kasih hatinya.
Suara ketawa gadis itu mengejutkannya, membuyarkan
sebagian awan mendung yang menutupi kesadarannya.
Terkejutlah Kwee Seng, mukanya pucat dan ia cepat-cepat menjauhkan diri, jantungnya berdebar keras dan barulah lega hatinya ketika ia melihat bahwa Lu Sian masih tidur. Suara ketawa tadi pun agaknya hanya dalam keadaan mimpi. Akan tetapi ciumannya tadi membuat ia makin dalam terjatuh ke jurang asmara !
Lewat senja, setelah matahari mulai bersembunyi, Lu Sian menggeliat dan membuka matanya. Ahhh, alangkah sedapnya tidur di sini. Ehkwee-koko, kau masih duduk di situ sejak tadi "
Tidak mengaso"Gadis itu kini bangkit duduk dan membereskan rambutnya. Duduk seperti itu, kedua kaki di tekuk ke belakang, tubuh tegak dada membusung, kedua
lengan dikembangkan karena sepuluh buah jari tangannya
sibuk menyanggul rambut di belakang kepala, benar-benar merupakan pemandangan indah. Hemm, kalau saja aku
pandai melukis, alangkah indahnya gadis ini dilukis dalam keadaan begini, pikir Kwee Seng, demikian terpesona
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sehingga ia seakan-akan tidak mendengar akan kata-kata Lu Sian.
Hih ! Kwee-koko, apakah kau sudah berubah menjadi arca
" Apa sih yang kau lihat"tegur Lu Sian, senyumnya lebar dan sepasang matanya berkedip-kedip mengandung ejekan.
hohkau bilang apa tadi, Moi-moi Kwee seng tergagap.
Kini Lu Sian tertawa, Kukira kau tidak mengaso kiranya kau agaknya malah tidur. Kwee-koko, aku ingin sekali mandi.
Kalau saja ada anak sungai di sini
Kudengar suara air gemericik di sebelah kiri sana, Sian-moi.
Mungkin ada anak sungai atau air terjun di sana.
Bagus, mari kita ke sana, Koko. Seperti seorang anak kecil, Lu Sian menyambar tangan Kwee Seng dan menariknya
berlari-lari ke arah kiri. Benar saja dugaan Kwee Seng, di situ terdapat sebatang sungai kecil yang amat jernih airnya, pula tidak dalam, hanya semeter kurang lebih. Batu-batu licin di dasar tampak beraneka warna menambah keindahan dan
kesejukan air. Hah, dingin dan segar, Koko!teriak Lu Sian kegirangan ketika memasukkan tangannya ke dalam air di
pinggir sungai. Koko, aku hendak mandi ! Kau jangan melihat ke sini sebelum aku masuk ke dalam air. Awas, kalau kau menengok, kumaki kau kurang sopan dan kusambit kau
dengan batu! Kwee Seng tertawa, terseret oleh kenakalan dan kegembiraan gadis itu. Siapa ingin melihat"serunya sambil membalikkan tubuh berdiri membelakangi sungai. Ia hanya mendengar gerakan gadis itu, suara pakaian dilepas,
kemudian mendengar gadis itu turun ke dalam air. Semua
yang didengarnya ini menimbulkan bayangan yang amat
menggodanya sehingga ia meramkan kedua matanya seakanakan hendak mengusir bayangan itu dari depan mata.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sudah, Kwee-koko. Kau sekarang boleh saja melihat ke
sini, aku sudah aman tertutup air. Ah, enak benar, Koko. Kau mandilah segar bukan main.
Kwee Seng membalikkan tubuhnya dan ia terpaku di
tempat ia berdiri. Kedua kakinya menggigil dan matanya
berkunang-kunang. Aduh, Lu Sian apakah benar-benar
sengaja kau sengaja ingin menggodaku " Demikian keluhnya dalam hati. Ketika ia menengok, ia melihat pakaian gadis itu bertumpuk di pinggir sungai, di atas sebuah batu besar, semua pakaian berikut sepatu dan pita rambut. Kemudian, apa yang dilihatnya di tengah sungai itu benar-benar
membuat ia berkunang dan lemas. Memang gadis itu
merendamkan tubuhnya di dalam air sehingga yang tampak
dari luar air hanya leher dan kepalanya. Akan tetapi agaknya Lu Sian lupa bahwa air itu amat jernih ! Ataukah memang sengaja " Air itu demikian jernihnya sehingga batu-batu di dasarnya tampak. Apalagi tubuh yang duduk di atasnya !
Pemandangan aneh tampak oleh Kwee Seng. Tubuh padat
berisi sempurna lekuk-lekungnya, bergoyang-goyang bayangannya oleh air. Cepat-cepat ia menundukkan mukanya.
Kuatkan hatimu ! Ah, kuatkan hatimu sebelum ! ka! u
kemasukan iblis ! Demikianlah dengan kaki gemetar Kwee
Seng berdiri menundukkan mukanya, mengerahkan tenaga
batinnya untuk melawan dorongan nafsu.
Moi-moi Ia berhenti karena suaranya kedengaran aneh.
Hemm Kau mau bilang apa, Koko"
Kwee Seng menarik napas panjang dan mulai tenanglah
gelora isi dadanya. Sian-moi, aku tidak mandi. Kau mandilah yang puas, biar kunanti kau disana. Aku khawatir kalau-kalau kuda kita dicuri orang.Tanpa menanti jawaban Kwee Seng lalu membalikkan tubuhnya dan lari dari tempat semula di mana ia menjatuhkan diri duduk termenung memikirkan Lu Sian. Gadis yang aneh ! Ia harus mengaku bahwa hatinya sudah jatuh
betul-betul. Ia memuja Lu Sian, memuja kecantikannya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Padahal ia maklum sedalam-dalamnya bahwa watak gadis itu sama sekali tidak cocok dengan wataknya, bahwa kalau ia mempunyai isteri seperti Lu Sian, hidupnya akan banyak
menderita. Aku harus dapat menahan diri, semua ini godaan iblis, pikirnya. Aku sejak semula tidak menghendakinya
sebagai isteri, hanya karena sudah berjanji dengan Pat-jiu Sin-ong untuk menurunkan ilmu yang mengalahkannya, maka
sekarang mengadakan perjalanan bersama. Ah, mengapa ia
menjanjikan hal itu " Ia kena diakali Pat-jiu Sin-ong yang! t!
entu saja ingin menguras ilmunya. Kalau sudah menurunkan ilmu, aku harus cepat-cepat menjauhkan diri dari Lu Sian, pikirnya. Akan tetapi, teringat akan perbuatannya mencuri ciuman tadi, kembali gelora di dadanya membuat Kwee Seng meramkan mata. Gila ! Kau sudah gila ! Tiba-tiba Kwee Seng yang masih meram itu menampar kepalanya sendiri !
Heee ! Apakah kau sudah gila ?"Teguran ini membuat
Kwee Seng terkejut dan meloncat bangun sendiri !
Kiranya Lu Sian sudah berdiri di depannya, biarpun cuaca sudah mulai gelap, masih tampak gadis itu segar dan berseri-seri, makin cantik setelah mandi. Gadis itu tertawa geli. Kwee-koko, kukira kau tadi menjadi gila, apa-apaan itu tadi kau menampar kepalamu sendiri "
Aku Ah.. kau tidak melihat tadi " Banyak nyamuk di hutan ini. Mengiang-ngiang di atas telinga, kucoba menepuk
mampus nyamuk-nyamuk itu.
Baiknya Lu Sian percaya alasan ini. Kwee-koko, sekarang aku hendak pergi. Kau menanti di sini saja, ya"
Kemana, Sian-moi" Ke benteng itu. Meyelidik! Ah, apakah perlunya " Jangan mencari perkara Sudahlah ! Kau seperti nenek bawel saja. Kalau tidak suka, kau tidak usah ikut. Aku tahu kau tidak suka, maka aku akan pergi sendiri. Biarlah kau menanti di situ bersamaeh, nyamuk-nyamuk itu. Aku pergi, Koko!Setelah berkata demikian, Lu Sian mempergunakan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kepandaianny meloncat dan lari cepat, sebentar saja lenyap dari situ.
Kwee seng mengerutkan keningnya. Gadis aneh. Ia takkan
berbahagia hidup di samping gadis itu sebagai isterinya. Akan tetapiah, mengapa hatinya seperti ini " Mengapa timbul
kekuatirannya kalau-kalau Lu Sian menghadapi malapetaka "
Biarlah kalau ia tertimpa bencana. Salahnya sendiri. Mencari perkara. Mencampuri urusan orang lain ! Kwee Seng
mengeraskan hatinya dan mulai membuat api unggun untuk
mengusir nyamuk yang memang banyak terdapat di hutan itu.
Akan tetapi hatinya tetap merasa tidak enak. Terjadi perang di dalam hatinya antara membiarkan atau pergi menyusul Lu
Sian. Dengan pengerahan gin-kang dan ilmu lari secepatnya,
sebentar saja Lu Sian telah tiba di luar tembok benteng.
Tembok benteng itu cukup tinggi, pintu gerbangnya berada di tengah, terjaga kuat oleh belasan orang prajurit. Pintu belakang juga terjaga, malah tertutup rapat, sedangkan di atas tembok itu, pada setiap ujungnya terdapat bangunan kecil di mana tampak pula penjaga yang bersenjata lengkap.
Beberapa menit sekali, penjaga-penjaga meronda di sekeliling tembok. Pendeknya, benteng itu terjaga rapat sekali. Untuk melompat tembok, terlampau tinggi dan andaikata dapat juga, pasti akan tampak oleh para penjaga diempat penjuru.
Akan tetapi, Lu Sian adalah seorang gadis yang banyak
akal, berani dan lihai. Ia memilih bagian yang agak sepi, menanti sampai peronda lewat, kemudian cepat sekali ia
menggunakan pedangnya membongkar tembok ! Pedangnya
bukanlah pedang biasa, melainkan pedang pusaka, pedang
buatan daerah Go-bi, terbuat daripada logam baja biru dan oleh ayahnya diberi nama Toa-hong-kiam (Pedang Angin
Badai), karena Pat-jiu Sin-ong memberikan pedang itu kepada puterinya ketika menurunkan Ilmu Pedang Toa-hong Kiam-sut. Pedang baja biru ini dapat dipergunakan untuk memotong
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
besi dan baja. Apalagi tembok yang terbuat daripada bata itu, dengan mudah saja dapat ditembusi Toa-hong-kiam. Belum
lima menit, Lu Sian telah berhasil membuat lubang yang
cukup dimasuki tubuhnya. Di lain saat tubuhnya berkelebat menyelinap masuk dan bagaikan seekor kucing ia sudah
berloncatan cepat menghilang di antara kegelapan malam, mendekam di tempat gelap sambil memperhatikan keadaan di dalam benteng.
Benteng itu cukup luas, kiranya cukup untuk menampung
ribuan orang bala tentara. Di dalamnya selain terdapat
lapangan luas untuk berlatih para perajurit, juga terdapat bangunan-bangunan kecil berjajar yang agaknya menjadi
tempat bermalam para perajurit. Ada pula bangunan terbuka yang dipakai sebagai dapur, lalu kandang-kandang kuda dan gudang-gudang perlengkapan. Di tengah sendiri terdapat
empat buah bangunan besar yang bentuknya kembar. Tak
salah lagi, di sinilah tempat para perwiranya. Maka tanpa ragu-ragu Lu Sian lalu berindap-indap menghampiri empat bangunan ini karena memang kedatangannya ini terdorong
oleh rasa hatinya ingin mengintai dan menyelidiki keadaan Jenderal Muda Kam Si Ek ! Di sudut lubuk hatinya memang ia tak pernah melupakan Kam Si Ek, pemuda gagah perkasa dan ganteng yang pernah menggetarkan hatinya di atas panggung adu ilmu. Sayangnya pemuda itu tidak mau melayaninya
mengadu kepandaian. Namun sikapnya yang gagah dan keras, wajahnya yang membay! an! gkan kejantanan, telah
menggerakkan hati Lu Sian sehingga ketika dalam perjalanan ini ia mendengar disebutnya nama Kam Si Ek, sekaligus
bangkit hasrat hatinya untuk menemuinya dan mempelajari keadaannya, kalau perlu mencoba kepandaiannya !
Melihat bendera tanda pangkat jenderal di depan sebuah di antara empat gedung, hati Lu Sian berdebar. Ia menyelinap ke belakang gedung ini, kemudian menggerakkan tubuhnya
melayang naik ke atas genteng sebelah belakang, dan dengan hati-hati ia merayap di atas genteng menuju ke bagian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tengah. Ketika ia melihat sinar api penerangan yang besar dan mendengar suara orang, ia membuka genteng dan mengintai ke bawah. Betapa girang hatinya ketika ia melihat orang yang dicari-carinya, yaitu Kam Si Ek sendiri, berada di dalam sebuah ruangan besar di bawahnya ! Biarpun seorang jenderal, Kam Si Ek ternyata berpakaian biasa, mungkin karena tidak sedang dinas. Pakaiannya serba biru dan rambutnya digelung ke atas, di kat sutera kuning. Tubuhnya yang tegap itu kelihatan gagah dan penuh tenaga. Ia duduk menghadapi meja besar yang
penuh hidangan Yang membuat hati Lu Sian kaget dan tak senang adalah
ketika ia melihat tiga orang gadis cantik yang pernah di lihatnya. Kini tiga orang gadis itu mengenakan pakaian yang lebih mewah lagi, biarpun warna pakaiannya tetap sama, yaitu yang pertama serba merah, yang kedua serba kuning dan
yang ketiga serba hijau. Rambut mereka digelung rapi dan dihias emas permata mahal. Muka mereka dilapisi bedak, bibir dan pipi ditambah warna merah dan bau minyak wangi
mereka sampai tercium oleh Lu Sian yang mendekam di atas genteng !
Pada saat itu, dengan sikap gagah dan suara tegas Kam Si Ek berkata. Tidak bisa ! Siauwte (aku) bukanlah seorang penghianat ! Sejak dahulu, nenek moyangku adalah orang-orang yang menjunjung tinggi kegagahan, yang rela
mengorbankan nyawa untuk negara dan bangsa, yang
menduduki kedudukan tinggi di dalam kentaraan tanpa pamrih untuk pribadinya, melainkan semata untuk berbakti kepada negara dan bangsa ! Kedatangan Sam-wi Lihiap (Pendekar
Wanita Bertiga) saya terima dengan penuh kehormatan, akan tetapi kalau Sam-wi mengajak siauwte sekongkol dengan Cu Bun, terpaksa saya menolak keras!
Dengan suara manis sekali Si Pakaian Merah yang tertua di antara mereka bertiga, berkata halus, Kami bertiga Enci Adik sudah cukup mengenal kegagahan dan kesetiaan keluarga
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam. Kami mana berani membujuk Goan-swe (Jenderal) untuk bersekongkol dengan penghianat atau pemberontak " Akan
tetapi, bukankah bekas Gubernur Cu Bun kini telah menjadi raja dari kerajaan Liang yang sudah berdiri belasan tahun lamanya " kini terjadi perebutan kekuasaan, dan raja tidak dapat membiarkan mereka yang memisahkan diri, tidak mau tunduk kepada kekuasaan kerajaan baru, yaitu Kerajaan Liang yang menggantikan Kerajaan Tang. Karena itu, kami
mengajak kepada Goan-swe untuk berjuang bersama,
menghalau para pemberontak, terutama sekali bangsa buas dari luar yang hendak menggunakan kesempatan ini untuk
mengganas. Maaf, siaute terpaksa membantah, memang benar bahwa
Gubernur Cu Bun berhasil menumbangkan Kerajaan Tang
belasan tahun lalu. Akan tetapi, berhasil atau tidaknya sebuah kerajaan baru tergantung daripada dukungan rakyat. Dan
untuk mendapat dukungan rakyat, terutama sekali rakyat
harus diberi kehidupan yang tentram, penghasilan yang wajar dan sumber hidup yang layak. Akan tetapi apakah buktinya "
Rakyat menjadi korban selalu. Dimana-mana timbul kejahatan, perebutan kekuasaan, kehidupan rakyat tidak aman, masih ditekan pajak, diperas oleh lintah-lintah darat yang berupa raja-raja kecil di dusun-dusun, masih diganggu oleh para tentara kerajaan yang buas melebihi perampok. Buktinya "
Sam-wi dapat melihat betapa banyaknya penduduk dusun
mengungsi, bingung mencari tempat aman sehingga di dalam benteng ini saja kami terpaksa menampung seratus orang
lebih pengungsi. Bukankah ini sudah membuktikan bahwa
Kerajaan Liang tidak didukung rakyat " Dan selama
pemerintahan ti! da! k mendapat dukungan rakyat, saya yakin takkan berhasil dan lekas runtuhlah pemerintahan itu.Muka jenderal muda itu menjadi merah, bicaranya penuh semangat dan wajahnya yang tampan gagah itu mengeluarkan wibawa
seperti seekor harimau yang menakutkan.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam-goanswe yang perkasa,kata Nona kedua yang
berpakaian kuning. Bolehkah saya bertanya, Goanswe ini
sebetulnya mengabdi kepada siapakah " Dahulu keluarga
Goanswe mengabdi kepada Kaisar Tang yang terakhir. Setelah kaisar jatuh, Goanswe mengabdi kepada siapa " Kalau
Goanswe tidak mengakui kekuasaan Raja Liang, apakah
Goanswe mengabdi kepada gubernur Li"
Kam Si Ek kini berdiri dari bangkunya. Tubuhnya yang
tinggi tegap itu seakan-akan makin besar. Ia mengepal
tinjunya dan berkata. Aku hanya mengabdi kepada tanah air dan bangsa ! Siapa saja yang mengganggu rakyatku, akan
kulawan ! Bangsa apa saja yang berani memasuki tanah airku akan kuhancurkan ! Aku tidak mengabdi kepada Raja Liang, dan terhadap Gubernur Li Ko Yung yang menjadi teman
seperjuanganku dahulu, dia tetap teman baik asal saja dia tidak menyeleweng daripada jalan benar.
Nona paling muda yang berbaju hijau mengedipkan
matanya kepada kedua orang encinya, lalu bangkit berdiri menghampiri Kam Si Ek. Ia menuangkan arak dan menjura
kepada jenderal muda itu sambil berkata, suaranya halus merdu penuh rayuan.
Maaf, maafKam-goanswe. Harap maafkan kedua enciku
yang seakan-akan lupa bahwa saat ini bukanlah saat untuk bicara tentang urusan negara yang berat-berat. Kasihan sekali suasana menjadi begini panas, sebaliknya masakan menjadi dingin. Kam-goanswe, mari kita lanjutkan makan minum
sambil membicarakan hal-hal yang menyenangkan. Sudilah
kau menerima secawan arak dariku sebagai cawan minta
maaf!Ia melangkah maju, Tergopoh-gopoh Kam Si Ek balas
menjura dan ia pun tersenyum.
Hihiap benar, maaf. Aku sampai lupa diri.Ia menerima
cawan itu dan sekali tenggak habislah isinya. Si Baju Hijau tersenyum manis dan menuangkan arak lagi. Untuk kedua
kalinya kuharap kau suka menerima secawan sebagai tanda
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
persahabatanDengan sikap yang amat mesra ia menyerahkan cawan dan dalam kesempatan ini jari-jarinya yang halus
menyentuh tangan Kam Si Ek. Pemuda itu kelihatan bingung dan kikuk, alisnya yang berbentuk golok dan hitam itu
bergerak-gerak, agaknya ia ragu-ragu bagaimana harus
menghadapi wanita yang tiba-tiba berubah sikap ini.
Cukup cukup katanya dan merenggut cawan arak itu agar
tidak terlalu lama tangannya terpegang jari-jari halus mungil.
Ah, Kam-goanswe, masa tidak mau menerima penghormatanku"Si Baju Hijau berkata manja dan berdiri
makin mendekat sehingga sebagian tubuhnya merapat,
dadanya sengaja menyentuh lengan kiri Kam Si Ek. Hampir saja pemuda ini meloncat pergi, akan tetapi sebagai tuan rumah ia masih mempertahankan diri, hanya mengisar kaki menjauhi lalu berkata, Baiklah, kehormatan yang diberikan Lihiap kuterima!Ia minum lagi arak dari cawannya.
Akan tetapi alangkah terkejut dan kikuknya ketika ia
melihat nona muda cantik berpakaian hijau ini tidak kembali ke bangkunya di seberang, melainkan menyeret sebuah
bangku dan duduk di sampingnya ! Ini dilakukan sambil
tersenyum-senyum, matanya mengerling tajam penuh arti.
Daripada berdebat yang bukan-bukan, yang sebetulnya
tidak ada artinya sama sekali, bukankah lebih baik kita berteman " Kam-goanswe, kami sudah lama mendengar nama
besarmu, sudah lama mengagumi Jenderal Muda Kam Si Ek
yang gagah perkasa dan menjadi idaman setiap orang wanita di propinsi Shan-si ! Kami bertiga enci adik tidak mempunyai niat buruk terhadap jenderal, melainkan hendak membantu usahamu,
hendak menyerahkan jiwa raga mengabdi kepadamu, Kam-goanswe! Sambil berkata demikian, dengan
lagak genit si baju hijau ini menggeser bangkunya sampai mepet dengan bangku Kam Si Ek.
Si Baju Merah dan kuning segera tertawa-tawa dan
mengitari meja, menarik bangku dan mengisi cawan arak.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Betul sekali kata adikku yang bungsu. Kam-goanswe, kami menyerahkan jiwa raga asal kau suka kami temani! kata yang tertua sambil menyerahkan secawan arak dan tangan kirinya memegang pundak pemuda tampan itu.
Percayalah, kami bertiga sanggup mengangkatmu menjadi
yang dipertuan di daerah ini.Kata si baju kuning yang
memeluk leher Kam Si Ek dari belakang !
Dirayu dan dikeroyok tiga orang gadis-gadis cantik yang berbau harum ini, sejenak Kam Si Ek tertegun saking kaget dan herannya. Kemudian ia serentak bangkit dari bangkunya, melangkah mundur tiga tindak, mukanya merah sekali dan ia berkata, suaranya keren.
sam-wi ini apa maksudnya bersikap seperti ini" Maksud
kami sudah jelas, masa Goanswe tidak tahu " Sudah lama
kami kagum dan sekarang begitu berjumpa kami jatuh cinta, apakah kau tidak menghargai perasaan suci kami ini "kata Si Baju Merah tanpa malu-malu lagi.
Kam-goanswe, ribuan orang pemuda tergila-gila kepada
kami dan semua kami tolak, sekarang melihatmu, kami bertiga sekaligus jatuh hati. Bukankah ini jodoh yang baik sekali "kata Si Baju Kuning.
Dengan kepandaian kami bertiga digabung kepandaianmu,
apa sukarnya merampas kedudukan raja di waktu orang
pandai sedang memperebutkan kekuasaan ini " Goanswe
mempunyai tentara yang cukup banyak dan kuat.Kata Si Baju Hijau.
Gila!Kam-goanswe berseru marah. Pergilah kalian ! Pergi dan jangan ganggu aku lagi. Pergi !Kam Si Ek marah bukan main, akan tetapi kemarahan ini agaknya belum menyamai
kemarahan Liu Lu Sian yang mengintai di atas genteng. Gadis ini marah sekali kepada tiga orang perempuan yang dianggap tak tahu malu itu. Juga disamping kemarahannya ia pun
kagum kepada Kam Si Ek ! Sungguh jantan ! Sungguh gagah
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
dan keras hati, tidak tunduk oleh gadis-gadis cantik yang tergila-gila kepadanya.
Dinggg!!Tampak kilatan tiga batang pedang yang dicabut
berbareng oleh tiga orang gadis jelita itu.
Pilihan kami hanya dua. Kau menerima kerja sama dengan


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami atau kau serahkan kepalamu untuk kami hadiahkan
kepada Raja Muda Kerajaan Liang!
Bagus!Kam Si Ek melangkah mundur dua tindak dan
mencabut goloknya yang berkilauan saking tajamnya.
Telunjuk tangan kirinya menuding dan ia berkata bengis, Kalian tiga orang wanita muda tak tahu malu. Kalian datang mengaku sebagai See-liong-sam-ci-moi (Tiga Enci Adik Naga Barat), berlagak pendekar wanita yang bermaksud membantu karena melihat kesengsaraan rakyat dalam jaman perang
perebutan kekuasaan. Aku menerima kalian dengan baik dan hormat. Kiranya kalian mengandung maksud hati yang kotor dan hina. Kalau aku memberi tanda, alangkah mudahnya anak buahku yang ribuan orang banyaknya datang menangkap
kalian untuk dijatuhi hukuman mati. Akan tetapi aku Kam Si Ek seorang laki-laki sejati, tidak mengandalkan jumlah orang banyak. Majulah, dan sudah sepatutnya golokku mengakhiri riwayat kalian yang tersesat ke dalam jurang kenistaan!
"Manusia sombong!" Si Baju Merah meloncat dan bagaikan kilat menyambar pedangnya menusuk, berikut tubuhnya yang melayang ke depan, benar-benar seperti seekor naga
menyambar. Hebat serangan ini, akan tetapi Kam Si Ek yang sudah siap dengan goloknya, menangkis keras.
"Tranggg!!" Wanita baju merah itu terpental ke samping, akan tetapi dengan gerakan indah ia membuat loncatan salto dua kali. Adapun kedua orang adiknya juga sudah menerjang maju dengan loncatan-loncatan tinggi dan menyerang dengan pedang selagi tubuh mereka masih di udara. Kam Si Ek
terkejut sekali. Tiga orang wanita ini benar-benar patut dijuluki Naga Barat, karena gerakan mereka benar-benar
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
lincah dan cepat laksana naga menyambar. Ia cepat mengelak sambil memutar golok sehingga berhasil menangkis tusukan pedang dari kanan kiri. Akan tetapi tiga orang enci adik itu sudah mendesaknya dengan serangan pedang bertubi-tubi.
Kam Si Ek cepat memutar goloknya dan mainkan ilmu silat keturunan keluarga Kam.Pertahanannya kuat sekali, namun didesak oleh tiga batang pedang yang bekerja sama baik
sekali, ia hanya mampu menangkis sambil berloncatan ke sana ke mari, sebentar saja terdesak hebat.
Namun, sebagai seorang jantan Kam Si Ek berpegang
kepada kata-katanya. Ia tidak mau berteriak minta bantuan para penjaga yang berada di luar gedung itu dan tetap
mempertahankan diri dengan goloknya. Sewaktu pedang Si
Baju Merah menusuk tenggorokan dan ia menangkis dengan
golok, pedang Si Baju Kuning sudah membabat penggangnya.
Cepat ia bergerak dengan jurus Burung Walet Membalikkan Tubuh, membuat gerakan memutar untuk mengelak sambil
memutar goloknya melindungi tubuh belakang. Ia berhasil mengelak dan sekaligus menangkis babatan pedang Si Baju Hijau tepat pada waktunya. Akan tetapi kembali pedang Si Baju Merah sudah menerjang datang, disusul dua buah
pedang yang lain ! Karena ketiga orang gadis lihai itu kini menghujankan serangan di tiga bagian, yaitu bawah tengah dan atas, maka sibuk jugalah Kam Si Ek. Dengan ilmu golok emasnya yang diputar merupakan benteng melindungi
tubuhnya, ia hanya dapat melindungi bagian atas dan tengah saja, sehingga menghadapi penyerangan pedang d! i ! bagian bawah, ia harus meloncat-loncat yang membuat gerakan
pemutaran goloknya terganggu. Setelah lewat tiga puluh
jurus, pemuda ini mulai berputar-putar dan terdesak ke sana ke mari, semua jalan keluar telah dihadang oleh tiga orang gadis yang tertawa-tawa mengejek.
"Jenderal sombong, daripada mati di ujung pedang,
bukankah lebih baik kau memeluk tiga orang gadis jelita " Ah, alangkah goblok engkau ! Mana bisa engkau melawan SeeTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
liong-sam-ci-moi " Kami benar-benar mencintaimu, Kamgoanswe !" "Lebih baik aku mati !" teriak Kam Si Ek ganas dan melihat kesempatan selagi Si Baju Merah bicara, golok emasnya
menyambar dengan pembalasan serangan dahsyat. Namun
tiga batang pedang sudah menangkisnya dan kembali ia
terkepung tiga gulungan sinar berkilau yang mematikan
semua jalan ke luar itu. Liu Lu Sian yang menonton dari atas genteng, segera
mengetahui bahwa biarpun Kam Si Ek memiliki tenaga yang cukup kuat, namun di bidang ilmu silat agaknya belum dapat diandalkan benar, jauh di bawah tingkat tiga orang gadis itu.
Kemarahannya memuncak dan kekagumannya terhadap Kam
Si Ek juga memuncak. Ia segera mengambil jarum-jarum
rahasianya dan tiga kali tangannya bergerak disertai
pengerahan sin-kang yang sepenuhnya. Senjata rahasia jarum ini adalah ajaran ayahnya, penggunaannya amat sukar karena jarum-jarum itu kecil dan ringan sekali, harus disambitkan dengan sin-kang tertentu baru dapat meluncurcepat melebihi anak panah. Dan sekali jarum-jarum ini meluncur, sama sekali tidak mendatangkan suara, kalaupun ada, suara itu halus sekali sukar ditangkap telinga.
Hebat sekali kesudahannya. Terdengar jerit melengking
dan tiga orang gadis iti seperti disambar petir. Si Baju Merah melepaskan pedangnya dan berputar-putar seperti mabok,
disusul Si Baju Kuning yang melemparkan pedang dan
mencekik lehernya sendir, kemudian Si Baju Hijau terjungkal dan melingkar-lingkar di atas lantai. Tiga orang gadis itu berkelojotan di atas lantai dan beberapa menit kemudian tak bergerak lagi. Si Baju Merah kemasukan jarum tepat di ubun-ubunnya, Si Baju Kuning terkena lehernya dan Si Baju Hijau terserang dadanya. Jarum-jarum itu mengandung racun
kelabang yang gigitannya menewaskan seketika, maka bukan main hebatnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam Si Ek berdiri dengan golok melintang di depan dada, matanya terbelalak lebar. Pada saat itu berkelebat bayangan memasuki pintu dan muncullah seorang wanita berpakaian
serba putih, wajahnya cantik dan terang, usianya sebaya dengan Kam Si Ek. Wanita ini memegang sebatang pedang
dan tangan kirinya menjambak rambut dua orang laki-laki berpakaian tentara lalu ia mendorong dua orang itu sehingga terguling di atas lantai, terus berlutut di situ dengan tubuhmenggigil.
"Eh, Sute siapa mereka ini ... ah, bukankah ini See-liong-sam-ci-moi yang menjadi tamu kita " Dan ... ah, mereka
sudah tewas dan ... kau memegang golok ! Apa yang terjadi, Sute ?"
Kam Si Ek menggunakan tangan kirinya menggosok mata
lalu menyusut peluh di dahinya, menggeleng-geleng kepala.
"Bukan aku yang membunuh mereka, Suci. Tapi mereka patut tewas, mereka mempunyai niat busuk terhadap aku. Akan
tetapi ....agaknya ada orang pandai membantu dan
membunuh mereka.." Wanita itu membanting-banting kakinya. "Celaka ! Mereka adalah tamu-tamu kita, mana patut tewas di sini " Kalau ada orang yang membunuh mereka secara bersembunyi, belum
tentu berniat baik. Kita harus cari dia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!" Wanita baju putih itu meloncat keluar lagi. "Nanti dulu, Suci. Dua orang ini ...
ada apakah ?" "Hemm, sialan benar. Dia dan lima orang lain melakukan pemerasan kepada beberapa orang pengungsi,
malah mengganggu wanita. Yang lima kulukai, yang dua ini
pemimpinnya, kubawa ke sini untuk kau adili."
"Jahanam !" Kam Si Ek menggerakkan kakinya menendang dan dua orang yang sial itu terlempar, kepala mereka
membentur tembok,pecah dan tewas seketika. Beginilah
watak Kam Si Ek yang benci akan penyelewenganTiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
penyelewengan. Akan tetapi kakak seperguruannya, wanita baju putih itu sudah meloncat pergi ke luar untuk mencari pembunuh See-liong-sam-ci-moi. Kam Si Ek juda cepat lari ke luar setelah menyambar gendewa dan anak panahnya. Dalam ilmu silat boleh jadi dia kurang pandai, akan tetapi ilmu panahnya terkenal di seluruh Shansi, di samping ilmunya mengatur siasat perang dan ilmu menunggang kuda.
Ketika Kam Si Ek tiba di luar gedung, ia melihat para
penjaga sudah ribut-ribut memandang ke atas. Ketika ia
berdongak, ia melihat bahwa sucinya telah bertanding pedang dengan hebatnya melawan seorang gadis yang gerakannya
lincah sekali. Bulan malam itu menerangi jagat, akan tetapi dari bawah ia tidak dapat melihat siapa adanya gadis yang bertanding melawan enci seperguruannya itu.
"Goblok !" terdengar wanita itu memaki, suaranya nyaring dan merdu,
melengking menembus kesunyian malam.
"Beginikah kalian membalas pertolongan orang ?"
"Kau harus menyerah, tak boleh sembarangan membunuh orang di tempat kami," jawab sucinya dengan suaranya yang tegas.
Pada saat itu, entah mengapa , tiba-tiba sucinya kehilangan keseimbangan tubuhnya, terhuyung di atas genteng dan
sesosok bayangan yang bergerak seperti terbang telah
menyambar tubuh wanita itu.
Lu Sian kaget melihat lawannya wanita baju putih itu tiba-tiba menghentikan penyarangannya dan terhuyung, kemudian ia lebih kaget lagi ketika tubuhnya tibq-tibq menjadi lemas dan tahu-tahu ia telah disambar orang dan dipanggul pergi ! Ketika melihat bahwa yang memanggulnya adalah Kwee Seng, ia
meronta-ronta, namun tidak berhasil melepaskan diri. Ingin ia menusukkan pedangnya pada punggung pemuda ini, namun
totokan tadi membuat tubuhnya terlalu lemas.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kam Si Ek sudah sejak tadi merasa berhutang budi kepada wanita yang ternyata telah menolongnya kalau tidak segera tertolong, rasanya ia takkan mampu menangkan See-liong-sam-ci-moi. Tadinya ia sudah hendak meloncat naik mencegah sucinya menyerang wanita itu, sekarang melihat seorang laki-laki muda berpakaian pelajar memondong wanita itu, ia
menyangka bahwa tentulah pemuda itu, seorang jahat. Cepat ia memberi aba-aba untuk menyerang pemuda itu dengan
anak panah, sedangkan ia sendiri pun lalu mementang
gendawanya. Akan tetapi pemuda itu hanya
menengok sambil tersenyum. Wajah yang tampan itu tersinar bukan dan hatinya Kam Si Ek tercengang. Pemuda itu tampan bukan main dan
senyumnya manis sekali ! Tentu sebangsa jai-hwa-cat
(penjahat cabul) yang hendak melarikan gadis dengan maksud kotor dan rendah !
"Lihat panah !" bentaknya dan sekali gendawanya menjepret, lima batang anak panah menyambar ke arah tubuh belakang Kwee Seng !
"Bagus !" Kwee Seng yang masih menengok itu tersenyum lebar dan memuji, karena kepandaian melepas panah itu
benar-benar hebat. Lima anak panah itu menuju ke lima
bagian jalan darah di punggung dan kakinya, dan dengan
kecepatan yang luar biasa !
Cepat tangan kirinya mencabut kipasnya dan ia harus
mengerahkan lwee-kangnya untuk mengebut dan meruntuhkan anak-anak panah itu. Akan tetapi kini para
perajurit panah sudah pula ikut melepaskan anak panah,
sedangkan Kam Si Ek dengan kecepatan luar biasa sudah pula menghujankan anak panahnya. Terpaksa Kwee Seng kembali
mengebut sambil mengerahkan sin-kang-nya, kemudian sekali berkelebat tubuhnya sudah meloncat jauh, kemudian berlari cepat setelah tubuhnya melayang turun dan sekali ia
menggerakkan kakinya, ia telah meloncat ke atas tembok
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
benteng. Hujan anak panah lagi dari kanak kiri, namun
pelepasan anak panah oleh para perajurit itu tentu saja tidak begitu di hiraukan oleh Kwee Seng. Sekali kipasnya mengebut, angin kebutannya sudah membuat semua anak panah
menyeleweng arahnya atau runtuh ke bawah. Kemudian ia
meloncat keluar tembok dan lenyap !
"Suci ... ! Dimana kau ... ?" Kam Si Ek berseru, akan tetapi ia tidak melihat kakak seperguruannya itu. Namun ia
mempunyai banyak pekerjaan, maka ia tidak mencarinya lagi, melainkan cepat mengatur anak buahnya untuk melakukan
penjagaan yang lebih kuat dan memerintah orang-orang untuk mengurus lima buah mayat yang menggeletak di lantai
ruangan gedung. Malam itu juga ia mengadili lima orang lain yang dilukai encinya dan menggunakan kesempatan ini untuk mengancam para tentara dengan hukuman berat apabila ada yang berani melakukan penyelewengan. Kemudian ia masuk
ke dalam kamarnya dan duduk termenung. Ia maklum bahwa
tidak semua anggota bala tentaranya setia kepadanya, karena sesungguhnya, ia tidak mampu memberi belanja yang cukup kepada mereka. Banyak diantara mereka yang diam-diam
ingin rupanya dia mengabdi kepada Raja Liang atau kepada Gubernur Li yang juga sudah mengangkat diri sendiri sebagai raja muda di Shan-si.
"Tidak," bantah suara hatinya, "sebelum muncul pemimpin yang betul-betul akan membuat rakyat Shan-si khususnya
hidup aman tentran dan makmur, aku tidak akan mengabdi
kepada siapapun juga !"
Sementara itu, Lu Sian terus meronta-ronta, kedua kakinya di gerak-gerakkan danakhirnya Kwee Seng menurunkannya di dalam hutan tempat
mereka tadi beristirahat sambil
membebaskan totokannya. Dengan pedang di depan dada Lu
Sian meloncat maju dan membentak.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Kwee Seng, kali ini kau terlalu ! Mengapa kau
mengganggu urusanku " Apakah kau hendak pamer
kepandaianmu ?" "Eh, Sian-moi ..., aku hanya hendak mencegah kau
menimbulkan keributan di tempat orang, aku ... aku hanya bermaksud menolongmu ... "
"Siapa butuh pertolongan mu" Siapa sudi " Kwee Seng, agaknya di samping kelemahan hatimu, kau juga memiliki
kesombongan memandang rendah orang lain. Apa yang
kulakukan, kau peduli apakah ?"
"Sian-moi, mengapa kau berkata demikian " Bagaimana aku dapat tidak mempedulikan apa yang kau lakukan " Sian-moi ... kau sudah tahu akan perasaan hatiku, tak perlu
kusembunyikan lagi. Aku cinta padamu ! Nah, sekarang
terlepaslah sudah ganjalan hatiku. Aku mencintaimu, tentu saja aku tak dapat membiarkanmu terancam bahaya atau
melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Kam Si Ek seorang patriot sejati, seorang gagah perkasa, tak boleh diganggu..."
"Cukup ! Biar seribu kali kau mencintaku, kau belum berhak untuk mengurusi persoalanku. Aku bukan apa-apamu, tahu "
Kau boleh mencintaku sampai mampus, akan tetapi aku tidak mencintaimu ! Dengar baik-baik, Kwee Seng, aku tidak cinta kepadamu ! Kau memang tampan, kau memang gagah
perkasa, memiliki kesaktian tinggi melebihi aku, akan tetapi kau lemah ! Kau bukan laki-laki sejati, hatimu lemah, mudah jatuh. Kaukira aku cinta kepadamu " Ihh ! Aku suka ikut bersamamu karena mengharapkan kepandaianmu yang
kaujanjikan kepadaku di depan ayah. Nah kau dengar
sekarang " Setelah kauketahui pendirianku, apakah kau kini hendak menarik janjimu lagi seperti layaknya seorang
pengecut ?" Bukan main hebatnya serangan ini bagi Kwee Seng,
seakan-akan ribuan batang jarum berbisa menusuk-nusuk
jantungnya. Wajahnya sebentar pucat sebentar merah,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tubuhnya gemetar, bibirnya menggigil, matanya sayu dan dua butir air mata membasahi pipinya. Kemudian ia menggertak gigi mengeraskan perasaan, menguatkan hatinya, mengepal tangan dan berkata sambil menengadahkan muka ke langit.
"Bagus sekali ! Memang kau patut menjadi puteri Pat-jiu-Sin-ong ! Aku yang bodoh. Ha-ha-ha, aku yang tolol. Orang macamku mana berharga menjatuhkan hati padamu " Tidak,
Liu Lu Sian, aku tidak menarik janjiku ! Kapan saja kau minta, akan kuturunkan ilmuku yang kupakai mengalahkan kau di
panggung Beng-kauw ketika itu. Memang aku cinta kepadamu, dan kau tidak mencintaiku sama sekali. Ha-ha-ha, biarlah, biar dirasakan oleh hati yang rakus ini, oleh pikiran yang pendek dan tak tahu diri ini, Si Cebol merindukan bulan, ha-ha-ha!"
Senang bukan main hati Liu Lu Sian. Memang beginilah
watak gadis puteri Beng-kauwcu ini. Mungkin karena
semenjak kecil terlalu dimanja, atau memang memiliki watak aneh keturunan ayahnya yang terkenal sebagai tokoh aneh di dunia kang-ouw, gadis ini suka sekali melihat laki-laki, sebanyak-banyaknya,
jatuh hati kepadanya. Suka Ia menggoda, menonjolkan kejelitaannya agar mereka makin
dalam terperosok, kemudian akan ia kecewakan mereka, akan ia permainkan mereka dan melihat mereka menderita, ia akan mentertawakannya !
"Untung engkau masih belum terlalu rendah untuk menarik kembali janjimu. Kwee Seng, aku menuntut janjimu itu pada besok malam, tepat tengah malam, di sini juga. Aku akan menjumpaimu di sini dan ... "
"Tidak, Liu Lu Sian. Tempat ini kurang sepi, mungkin ada orang lewat dan akan melihat kita. Kau lihat bukit di sana itu.
Tampaknya sukar didatangi, terjal dan liar. Jangan kira mudah menerima ilmu. Aku hanya mau menurunkan ilmuku
kepadamu di puncak bukit itu. Besok malam tengah malam
tepat, aku menantimu di sana !"
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lu Sian menengok ke arah timur. Matahari mulai muncul
dan tampaklah bayangan sebuah bukit yang tak berapa jauh dari tempat itu. Bukit yang bentuknya aneh, puncaknya
mencuat tinggi bentuknya seperti kepala naga atau kepala mahluk aneh.
"Baik, besok malam aku akan berada di pumcak itu!"
Setelah berkata demikian, Lu Sian meloncat ke atas kudanya dan melarikan kuda itu pergi meninggalkan Kwee Seng.
Pemuda itu berdiri tegak seperti patung, mendengarkan
derap kaki kuda yang yang makin lama makin jauh, lalu ia meramkan matanya, serasa perih hatinya, serasa jantungnya dirobek dan serasa semangatnya terbang melayang mengikuti suara derap kaki kuda yang membawa lari Lu Sian, gadis yang selama ini memenuhi hatinya. Tiba-tiba ia tertawa dan
menampar kepalanya sendiri. "Ha-ha-ha, tolol ! Gila perempuan!!" Kwee Seng lalu mengambil guci araknya dan minum dari guci araknya dan minum dari guci itu tanpa
takaran lagi. Arak menggelok memasuki kerongkongannya.
Tiba-tiba ia berhenti minum dan menengok memandang ke
arah gerombolan pohon kembang kecil yang belim kebagian sinar matahari pagi, masih gelap. Biarpun perasaannya
terganggu batinnya terpukul hebat, namun telinga pemuda ini masih amat tajam, perasaannya masih amat peka terhadap
bahaya. Ia mendengar ferakan orang disitu, maka tegurnya,
"Siapakah mengintai disitu?"
Sesosok bayangan putih berkelebat keluar dari belakang
pohon-pohon dan seorang gadis berdiri di hadapan Kwee Seng dengan muka merah dan sinar mata membayangkan rasa
malu. Gadis ini cepat menjura dengan hormat sambil berkata.
"Harap Taihiap sudi memaafkan. Sesungghnya bukan
maksud saya untuk mengintai, akan tetapi keadaan tadi
membuat saya tidak berani untuk keluar memperkenalkan
diri." Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Kwee Seng cepat membalas penghormatan gadis yang
memakai pakaian serba putih ini. Gadis bermata jernih,
bermuka terang dan bersikap gagah, yang belum pernah ia kenal. Akan tetapi ia segera teringat bahwa gadis inilah agaknya Si Bayangan Putih yang bertempur melawan Lu Sian di atas genteng benteng tadi.
"Hemm, kalau sudah lama Nona mengintai, agaknya tak perlu lagi memperkenalkan diri, tentu Nona sudah mengetahui segalanya!" kata Kwee Seng dengan hati mengkal karena adegan Lu Sian yang amat memalukan, yang merendahkan
dirinya. "Sekali lagi maaf, Taihiap. Sesungguhnya saya melihat dan mendengar semua dan sekarang tahulah saya bahwa gadis
lihai yang secara aneh mendatangi benteng adik seperguruanku itu bukan lain adalah Nona Liu Lu Sian puteri Beng-kauwcu yang amat terkenal. Sungguh merupakan hal
yang tidak pernah kami duga, dan andaikata dia datang
memperkenalkan diri secara wajar, sudah pasti kami akan menyambutnya dengan segala kehormatan. Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur dan saya merasa bersalah terhadap
Kwee-taihiap yang amat saya kagumi karena kesaktiannya.
Oleh karena itu, saya peresilakan Kwee-taihiap sudi singgah di benteng kami untuk mempererat persahabatan dan untuk
menambahkan pengetahuan kami yang dangkal."
Diam-diam Kwee Seng kagum. Biarpun hanya seorang
wanita, seorang gadis muda, namun nona ini benar-benar
jauh bedanya dengan wanita-wanita yang ia temui. Nona ini membayangkan otak tajam, pandangan luas, sopan-santun
dan hati-hati, seperti sikap orang yang sudah banyak
pengalaman. Ia lalu teringat bahwa ia belum menanyakan
nama, dan sebagai seorang yang begitu luas pandangannya seperti
nona ini, tentu saja tak mungkin akan memperkenalkan nama kalau tidak ditanya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Terima kasih, Nona baik sekali. Setelah nona mengetahui namaku, agaknya boleh juga aku mengenal nama nona yang
terhormat?" "Saya yang bodoh bernama Lai Kui Lan, membantu
perjuangan Kam-sute (Adik Seperguruan Kam). Saya murid
tunggal dari mendiang ayah Kam-sute, akan tetapi saya yang bodoh tak dapat mewarisi sepersepuluhnya dari ilmu silat keluarga Kam."
Kembali jawaban yang mengagumkan hati Kwee Seng. Ah,
kalau saja Liu Lu Sian mempunyai watak dan sikap seperti nona baju putih ini, pikirnya.
"Sekali lagi terima kasih atas undangan Nona Liu yang manis budi. Akan tetapi, sebetulnya saya tidak ingin
mengganggu ketenteraman Nona dan Kam-goanswe. Tadi pun
saya hanya bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendatangkan kekacauan, maka maafkan kalau tadi saya
melakukan kesalahan turun tangan terhadap Nona, karena
maksud saya hanya menghentikan pertandingan."
Kui Lan menundukkan mukanya dan pipinya merah sekali.
Akan tetapi ia menjawab dengan sikap sederhana merendah,
"Ilmu kepandaian Kwee-taihiap telah membukla mata saya.
Saya ulangi lagi, atas nama Kam-sute juga, kami persilakan Kwee-taihiap untuk singgah dan menerima penghormatan
kami." "Tidak bisa, Nona Lai. Terima kasih. Saya harus pergi sekarang juga." Setelah berkata demikian, Kwee Seng mengangkat kedua tangan memberi hormat, lalu melompat ke atas kudanya dan meninggalkan guci araknya yang sudah
kosong. Hatinya yang penuh rasa nelangsa itu agaknya
membuat ia tidak pedulian, sehingga guci arak kosong tidak pula dibawanya.
Setelah pemuda itu pergi, Lai Kui Lan berdiri termenung di tempat itu. Berkali-kali ia menarik napas panjang, kemudian
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pandang matanya bertemu dengan guci arak. Ia melangkah
maju, membungkuk dan mengambil guci arak itu. Tanpa ia
sadar, ia menekankan guci arak kosong itu pada dadanya, dan ia meramkan matanya seakan-akan guci arak yang tadi ia lihat diminum oleh Kwee Seng itu mewakili diri pemuda sakti yang telah membuat jantungnya menggetar-getar itu. Kalau Lu Sian memandang rendah dan menghina Kwee Seng, sebaliknya Lai Kui Lan ini sekaligus jatuh cinta saking kagumnya melihat Kwee Seng dalam segebrakan merobohkan dia !
Memang aneh-aneh di dunia ini, apa lagi kalau menyangkut asmara yang mengamuk di hati orang-orang muda. Lai Kui
Lan yang berwatak gagah dan polos ini sekali jumpa jatuh dan mencintai Kwee Seng, akan tetapi yang dicintanya tidak tahu akan hal ini karena Kwee Seng kegilaan Liu Lu Sian.
Sebaliknya Lu Sian tidak mau membalas cinta kasih Kwee
Seng dan gadis liar ini kagum kepada Kam Si Ek !
Ketika Lai Kui Lan sadar kembali akan keadaan dirinya,
mukanya menjadi makin merah dan beberapa butir air mata terlontar keluar dari pelupuk matanya. Teringat akan keadaan Kwee Seng ia bergidik. Kasihan sekali pendekar itu. Jatuh cinta kepada puteri Beng-kauwcu. Ia sudah mendengar akan Liu Lu Sian puteri Beng-kauwcu, gadis jelita dan perkasa yang sudah menjatuhkan hati entah berapa banyak pemuda. Ia
mendengar pula tentang para muda yang menjadi korban di Beng-kauw. Dan kini agaknya pendekar sakti Kwee Seng
menjadi korban pula. Kemudian ia teingat akan sutenya, Kam Si Ek. Ada persamaan antara Liu Lu Sian dan Kan Si Ek.
Sutenya itu pun menjadi rebutan para gadis, membuat banyak gadis tergila-gila, akan tetapi sutenya tetap tidak mau menerima cinta seorang di antara mereka. Banyak pula yang menjadi korban asmara, di antaranya tiga orang enci adik See-liong-sam-ci-moi-itu !
Teringat pula akan janji Kwee Seng untuk menurunkan ilmu pada besok tengah malam di puncak bukit sebelah timur, ia
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
merasa ngeri. Bukit itu terkenal dengan nama Liong-kui-san (Bukit Siluman Naga), biarpun bukan sebuah di antara
gunung-gunung besar, namun di daerah itu amat terkenal
sebagai bukit yang sukar didatangi orang, serem dan
dikabarkan banyak setannya. Kam Si Ek sendiri melarang anak buahnya naik gunung itu, karena memang keadaannya amat
berbahaya dan harus diakui bahwa ada sesuatu yang
membuat puncak bukit itu kelihatan aneh. Banyak jurangjurang yang tak terukur dalamnya, dan di sana mengalir pula sungai yang deras airnya, sungai yang sumbernya dari dalam gunung dan yang kemudian menggabung dengan sungai Wu-kiang. Sungai ini pun oleh penduduk diberi nama Liong-hiat-kiang (Sungai Darah Naga), karena pada saat tertentu sinar matahari membuat sungai itu kelihatan kemerahan seperti darah !
Kemudian Lai Kui Lan mengeluh dan berjalan dengan
langkah gontai sambil mendekap guci arak. Semangatnya
seolah-olah melayang pergi mengikuti bayangan Kwee Seng Si Pendekar Muda yang sakti dan tampan !
Kwee Seng yang merana hatinya oleh ppengakuan Liu Lu
Sian yang tidak membalas cintakasihnya, membalapkan
kudanya menjauhi letak benteng Jendral Kam Si Ek. Karena teringat akan janjinya kepada Liu Lu Sian, ia lalu
membelokkan kudanya ke arah timur dan hatinya lega ketika memasuki sebuah dusun tak jauh dari kaki gunung, sebuah dusun yang cukup ramai, bahkan di situ terdapat sebuah
rumah penginapan sederhana yang membuka pula sebuah
restoran. Untung baginya, rumah penginapan itu dalam
keadaan kosong tidak ada tamu sehingga keadaan sunyi dan ia tidak benyak menunggu.
Kwee Seng menjual kudanya dengan perantaraan pengurus
hotel, kemudian ia minum mabok-mabokan sambil bernyanyinyanyi untuk mengusir pergi kerinduan dan kesedihan hatinya.
Sebentar saja para pelayan hotel memberinya nama
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Sastrawan Pemabok ! Dalam maboknya Kwee Seng menyanyikan sajak-sajak romantis ciptaan penyair terkenal Li Tai Po.
Pada senja hari itu Kwee Seng berdiri di ruangan belakang rumah penginapan, memandang sinar matahari yang mulai
lenyap, hanya tampak sinar merah kekuningan menerangi
angkasa barat. Tangan kanannya memegang sebuah tempat
arak terbuat daripada kulit labu kering. Ia bersandar kepada langkan, memandangi angkasa barat yang berwarna indah
sekali sambil sekali-kali meneguk arak dari tempat itu.
Teringat ia akan sajak karangan Li Tai Po, maka sambil
mengangkat muka dan menggerak-gerakan tempat arak di
depannya, Kwee Seng lalu menyanyikan sajak itu,
Kunikmati arak hingga tak sadar akan datangnya senja
rontokan daun bunga memenuhi lipatan bajuku mabok
kuhampiri anak sungai mencerminkan bulan ohhh, burung
terbang pergi, sunyi dan rawan
Kwee Seng berhenti bernyanyi dan meneguk araknya.
Biarpun hawa arak sudah memenuhi kepalanya, membuat
kepalanya serasa ringan dan hendak melayang-layang namun sebagai seorang ahli silat yang sakti, telinganya menangkap suara langkah kaki orang. Sambil minum terus dan arak
menetes-netes dari bibirnya, Kwee Seng melirik ke sebelah kanan. Ia masih berdiri bersandarkan langkan.
"Heh-heh-heh, matahari pergi tentu terganti munculnya bulan..." Ia berkata-kata seorang diri akan tetapi diam-diam ia memperhatikan orang-orang yang baru datang. Mengapa ada orang datang dari belakang rumah penginapan "
Ketika melihat bahwa yang datang adalah seorang pemuda
dan seorang gadis, ia tidak berani memandang langsung,
melainkan mengerling dan memperhatikan dari sudut matanya. Alangkah herannya ketika ia mengenal wanita itu.
Bukan lain adalah gadis baju putih, Lai Kui Lan, suci (kakak seperguruan) dari Jenderal Kam Si Ek ! Pakaiannya masih
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sutra putih seperti pagi tadi, wajahnya masih terang dan manis seperti tadi, akan tetapi ada keanehan pada diri gadis ini. Kalau pagi tadi Lai Kui Lan amat peramah dan sinar matanya bening terang, kini gadis itu sama sekali tidak menengok ke arahnya, seakan-akan tidak mengenalnya atau tidak melihatnya, padahal tak mungkin tidak melihatnya
karena di tempat itu tidak ada orang lain. Dan sinar mata gadis itu, seperti kehilangan semangat, tidak sewajarnya !
Apalagi lengan kiri gadis itu digandeng dengan erat oleh Si Pemuda yang memandang penuh curiga kepadanya.
Kwee Seng membalikkan tubuh, menggoyang-goyang
kepalanya seperti seorang pemabokan dan mengangkat
tempat arak ke arah pemuda itu dengan gerakan
menawarkan. Akan tetapi diam-diam ia memperhatikan Si
Pemuda. Seorang pemuda sebaya dengannya, berwajah cukup tampan akan tetapi membayangkan keanehan dan kekejaman, sepasang alisnya yang tebal hitam itu bersambung dari mata atas kiri ke atas mata kanan. Kepalanya kecil tertutup kain penutup kepala yang bentuknya lain daripada biasa. Pada muka itu terbayang sesuatu yang asing, seperti terdapat pada wajah orang-orang asing. Tubuhnya tidak berapa besar
namun membayangkan kekuatan tersembunyi yang hebat,
sedangkan sinar matanya pun membayangkan tenaga dalam
yang kuat. Diam-diam Kwee Seng terkejut dan menduga-duga siapa gerangan pemuda ini, dan mengapa pula Lai Kui Lan ikut dengan pemuda ini dengan sikap seolah-olah seekor domba yang dituntun ke penjagalan.
Seekor domba yang dituntun ke penjagalan ! Kalimat ini
seakan-akan berdengung di telinga Kwee Seng, membuatnya termenung lupa akan araknya ketika dua orang itu sudah
memasuki kamar tengah, mendengar suara Si Pemuda yang
berat dan parau minta kamar dijawab oleh pengurus rumah penginapan. Kemudian, masih lupa akan araknya, Kwee Seng berjalan perlahan menuju ke kamarnya sendiri, kalimat tadi masih terngiang di telinganya. Mungkin, bisik hatinya. Mungkin
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
sekali Lai Kui Lan menjadi domba dan pemuda itu kiranya patut pula menjadi seorang penyembelih domba, seorang jai-hwa-cat (penjahat cabul). Kalau tidak demikian, mengapa sikap Lai Kui Lan begitu aneh seperti orang terkena sihir "
Seperti seorang yang melek akan tetapi tidak sadar "
Makin gelap keadaan cuaca di luar hotel, makin gelap pula pikirnya Kwee Seng menghadapi teka-teki itu. Hatinya pernah penasaran, biarpun beberapa kali ia meyakinkan hatinya
bahwa kehadiran Lai Kui Lan bersama seorang pemuda itu
sama sekali bukan urusannya dan bahwa tidak patut
mengintai keadaan muda-mudi yang mungkin sedang di
lautan madu asmara, namun kecurigaannya mendesakdesaknya sehingga tak lama kemudian, di dalam kegelapan malam, Kwee Seng sudah melayang naik ke atas genteng
hotel dan melakukan pengintaian. Hal ini ia lakukan dengan guci arak masih di tangan, karena untuk melakukan pekerjaan yang berlawanan dengan kesusilaan ini ia harus menguatkan hati dengan minum arak.
Akan tetapi ketika ia mengintai ke dalam kamar dua orang itu, hampir saja ia terjengkang saking marah dan kagetnya.
Tak salah lagi apa yang dikuatirkan hatinya ! Ia melihat Lai Kui Lan terbaring telentang di atas pembaringan dalam keadaan lemas tak dapat bergerak, mukanya yang pucat itu basah oleh air mata, terang bahwa gadis itu tertotok hiat-to (jalan darah) di bagian thian-hu hiat dan mungkin juga jalan darah yang membuat gadis itu menjadi gagu ! Akan tetapi air mata itu menceritakan segalanya ! Menceritakan bahwa keadaan gadis seperti itu bukanlah atas kehendak Si Gadis sendiri, melainkan terpaksa dan karena tak berdaya. Adapun pemuda tadi, duduk di tepi pembaringan sambil berkata lirih membujuk-bujuk.
"Nona yang baik, mengapa kau menangis?" Dengan gerakan halus dan mesra pemuda itu mengusap-usap kedua
pipi yang penuh air mata. "Aku tertarik oleh kecantikanmu, dan andaikata aku tidak tahu bahwa kau adalah suci dari
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Jenderal kam Si Ek, tentu aku tidak akan berlaku sesabar ini!
Aku ingin kau menyerahkan diri kepadaku berikut hatimu, ingin kau membalas cintaku dan kau akan kuajak ke Khitan, menjadi isteriku, isteri seorang panglima! Dengan ikatan ini, tentu adik seperguruanmu akan suka bersekutu dengan kami.
Nona, kau tinggal pilih, menyerah kepadaku dengan sukarela, ataukah kau ingin menjadi orang terhina karena aku
menggunakan kekerasan" Kau tidak ingin dinodai seperti itu, bukan" Aku Bayisan, panglima terkenal di Khitan, tidak
kecewa kau menjadi kekasihku..." Pemuda itu menundukkan mukanya hendak mencium muka gadis yang tak berdaya itu.
Tiba-tiba pemuda yang bernama Bayisan itu meloncat
bangun, membatalkan niatnya mencium karena tengkuknya
terasa panas dan sakit. Matanya jelilatan ke sana ke mari, cuping hidungnya kembang kempis karena ia mencium bau
arak. Ia meraba tengkuknya yang ternyata basah dan ketika ia mendekatkan tangannya ke depan hidung, ia berseru kaget.
"Keparat, siapa berani main-main dengan aku?" "Penjahat cabul jahanam! Di tempat umum kau berani melakukan
perbuatan biadab, sekarang beremu dengan aku tak mungkin kau dapat mengumbar nafsu iblismu!" terdengar suara Kwee Seng dari atas genteng.
Bayisan bergerak cepat sekali, tahu-tahu tubuhnya sudah melayang ke luar dari jendela kamar dan beberapa menit
kemudian ia sudah meloncat naik ke atas genteng. Akan tetapi ia tidak melihat orang di atas genteng yang sunyi itu! Bayisan celingukan,
napasnya terengah-engah karena menahan
amarah, sebatang pedang sudah berada di tangan kanannya.
"Heeeei! Jahanam cabul, aku di sini. Mari kita keluar dusun kalau kau memang berani!" Tahu-tahu Kwee Seng suah berada agak jauh dari tempat itu, melambai-lambaikan guci araknya ke arah Bayisan. Tentu saja orang Khitan ini makin marah dan sambil berseru keras ia mengejar. Kwee Seng lari cepat dan terjadilah kejar-kejaran di malam gelap itu, menuju
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ke luar dusun. Di luar dusun inilah Kwee Seng menantikan lawannya.
Mereka berhadapan. Kwee Seng tenang dan ketika
lawannya datang ia sedang meneguk araknya. Bayisan marah sekali, mukanya merah matanya jalang, pedang di tangannya gemetar. Ketika mengenal pemuda pelajar pemabokan itu, ia makin marah.
"Eh, kiranya kau, pelajar jembel tukang mabok! Kau siapakah dan mengapa kau lancang dan mencampuri urusan
pribadi orang lain?" Bayisan membentak menahan kemarahannya karena ia maklum bahwa yang berdiri di
depannya bukan orang sembarangan sehingga ia harus
bersikap hati-hati dan mengenal keadaan lawan lebih dulu.
Bayisan terkenal sebagai seorang pemuda yang selain tinggi ilmunya. Juga amat cerdik dan keji. Di Khitan ia terkenal sebagai seorang panglima muda yang tangguh dan pandai.
Kwee Seng tertawa. "Aku orang biasa saja, tidak seperti engkau ini, Panglima Khitan merangkap penjahat cabul! Aku mendengar tadi namamu Bauw I San" Belum pernah aku
mendengar nama itu! Pernah aku mendengar nama Kalisani
sebagai tokoh Khitan yang dipuji-puji, akan tetapi nama Bouw I San (Bayisan) tukang petik bunga (penjahat cabul) aku belum pernah!"
"Hemm, manusia sombong! Aku memang bernama Bayisan Panglima Khitan, kau mendengarnya atau belum bukan
urusanku. Aku suka gadis itu dan hendak mengambilnya
sebagai kekasih, kau mau apa" Apakah kau iri" Kalau kau iri, apakah kau tidak bisa mencari perempuan lain" Tak tahu malu engkau, hendak merebut perempuan yang sudah menjadi
tawananku!" "Heh-heh-heh, Bayisan hidung belang! Jangan samakan aku dengan engkau! Kau suka mengganggu wanita, aku tidak!
Kau penjahat cabul, aku justeru membasmi penjahat cabul!
Aku Kwee Seng selamanya tidak memaksa perempuan yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
tidak cinta kepadaku!" kalaimat terakhir ini tanpa ia sadari keluar dari mulutnya dan diam-diam Kwee Seng selamanya
tidak memaksa perempuan yang tidak cinta kepadaku!"
Kalimat terakhir ini tanpa ia sadari keluar dari mulutnya dan diam-diam Kwee Seng meringis karena ia teringat akan Liu Lu Sian yang tidak cinta kepadanya.
Di lain pihak, Bayisan kelihatan terkejut dan marah
mendengar disebutnya nama ini. "Akhh, keparat! Jadi kau ini Kwee Seng, pelajar jembel tak tahu malu itu" Kau telah
terlepas dari tangan maut Suhuku Ban-pi Lo-cia, sekarang kau tak mungkin terlepas dari tanganku!" setelah berkata demikian, Bayisan menuyerang hebat dengan pedangnya.
Pedang itu digerakkan ke atas akan tetapi dari atas
menyambar ke bawah dengan bacokan ke arah kepala,
kemudian disusul gerakan menusuk dada. Hebat serangan ini, karena sekaligus dalam satu gerakan saja telah menjatuhkan dua serangan yaitu membacok kepala dan menusuk dada!
Akan tetapi Kwee Seng menggerakkan kedua kakinya dan
tubuhnya mencelat ke belakang sejauh dua meter sambil
meneguk araknya. Sekaligus dua serangan itu gagal sama
sekali! "Aih... aihhh... jadi kau ini murid Ban-pi Lo-cia" Pantas...
pantas.... Gurunya hidung belang, muridnya mata keranjang!"
Akan tetapi dengan gerakan kilat Bayisan sudah menerjang maju dan permainan pedangnya benar-benar hebat. Kiranya Bayisan bukanlah sembarang murid dari Ban-pi Lo-cia,
agaknya sudah menerima gemblengan dan mewarisi ilmu silat bagian yang paling tinggi, di samping ilmu silat yang
dipelajarinya dari orang-orang pandai di daerah utara dan barat. Pedang di tangannya berkelebatan berubah menjadi sinar
bergulung-gulung dan angin yang ditimbulkan mengeluarkan bunyi berdesingan mengerikan.
Diam-diam kwee seng kagum juga. Sayang sekali, pikirnya.
Jarang ada orang muda dengan ilmu kepandaian sehebat ini,
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
maka amatlah saying kepandaian begini baik jatuh pada diri seorang pemuda yang bermoral rendah. Orang dengan
kepandaian seperti ini tentu akan dapt menjunjung tinggi nama besar suku bangsa Khitan yang memang terkenal sejak dulu sebagai suku bagsa yang kuat dan pengelana yang ulet.
Menghadapi pedang Bayisan yang tak boleh dipandang ringan ini, terpaksa Kwee Seng mengeluarkan kipasnya dan dengan kipas di tangan kir, barulah ia menghalau semua ancaman bahaya dari pedang itu.
Sebaliknya, Bayisan kaget sekali. Gurunya pernah bercerita bahwa di dunia kang-ouw muncul jago muda bernama Kwee
Seng yang berjuluk Kim-o-eng. Akan tetapi gurunya tidak bicara tentang kehebatan pemuda itu, maka sungguh kagetlah ia ketika melihat betapa pemuda itu hanya dengan kipas di tangan mampu menghadapi pedangnya, malah kini semua
jalan pedangnya serasa buntu, lubang untuk menyerang
tertutup sama sekali! Celaka, pikirnya, andaikata ia dapat menangkan sastrawan muda itu, hal yang amat meragukan,
tentu akan makan waktu lama sekali. Pertandingan melawan sastrawan ini tidak penting baginya, lebih penting lagi diri Lai Kui Lan yang ia tinggalkan dalam kamar hotel. Pengaruh
totokannya tidak akan tahan lama, apalagi gadis itu memiliki ilmu kepandaian yang tidak rendah. Kalau ia terus melayani sastrawan ini dan Lai Kui Lan dapat membebaskan diri
daripada totokan, tentu akan terlepas dan lari. Kalau sudah lari kembali ke benteng,sukarlah untuk menangkapnya lagi. Ia akan menderi! ta! rugi dua kali, pertama, kehilangan calon korban yang begitu menggiurkan, ke dua, rencananya menarik Jenderal Kam Si Ek sebagai sekutu Khitan akan gagal sama sekali.
Berpikir demikian, pemuda Khitan yang cerdik ini lalu
mengeluarkan seruan keras dan tinggi hampir merupakan
suara lengking memekakkan telinga, kemudian pedangnya
bergerak menusuk-nusuk seperti datangnya belasan batang anak panah. Kwee Seng terkejut. Lengking tadi hampir
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
mencapai tingkat yang dapat membahayakan lawan. Kalau
pemuda Khitan ini tekun berlatih dan menerima bimbingan orang pandai, tentu akan berhasil memiliki ilmu pekik
semacam Saicu-ho-kang (Auman Singa) yang dapat melumpuhkan lawan hanya dengan pengerahan suara saja !
Apalagi lengking itu disusul serangan pedang sehebat itu.
Benar-benar pemuda Khitan ini mengagumkan dan berbahaya.
Kwee Seng cepat memutar kipasnya dan karena ia kuatir
kipasnya akan rusak menghadapi hujan tusukan itu, ia
mengalah dan meloncat ke belakang. Akan tetapi kesempatan itu dipergunakan oleh Bayisan untuk menggerakan tangan
kirinya. Benda-benda hitam menyambar dan Kwee Seng
mencium bau yang amat tidak enak ketika ia mengelak dan jarum-jarum hitam itu lewat di depan mukanya. Jarum-jarum beracun yang lebih jahat daripada jarum beracun milik Liu Lu Sian ! Untuk menghilangkan bau tidak enak, ia meneguk
araknya. Akan tetapi Bayisan meloncat pergi sambil berkata.
"Jembel busuk, Tuanmu tidak ada waktu lagi untuk ... "
Hanya sampai di sini kata-kata Bayisan karena tiba-tiba ia terguling roboh dan tubuhnya lemas ! Kiranya secepat kilat Kwee Seng tadi telah menyemburkan dari mulutnya dan
menyusulkan sebuah totokan dengan ujung kipasnya.
Gerakannya melompat seperti kilat menyambar dengan
cepatnya sehingga tidak terduga-duga oleh Bayisan yang lebih dulu sudah tersembur arak pada punggungnya. Robohlah
tokoh Khitan itu, terguling telentang. Ia berusaha bangkit namun tak berhasil dan roboh lagi. Di lain saat Kwee Seng sudah berdiri di dekatnya dan menudingkan gagang kipas
pada dadanya. Kini suara Kwee Seng keren berpengaruh.
"Bayisan " Kau terhitung apa dengan Kalisani?" Bayisan orangnya cerdik sekali. Kalau perlu ia sanggup bersikap pengecut untuk menyelamatkan diri. Seketika ia mengerti bahwa nyawanya tergantung pada jawabannya ini. Tanpa
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
ragu-ragu ia berkata, "Dia Kakak Misanku, tunggu saja kau akan pembalasannya karena kau berani menghinaku!"
Kwee Seng tertawa bergelak dan melangkah mundur. "Ho-ho-ha-ha ! Kau hendak menggunakan nama Kalisani untuk
menakut-nakuti aku " Aha, lucu ! Justeru karena engkau
saudara misannya, justeru karena memandang mukanya, aku mengampuni jiwamu yang kotor, bukan sekali-kali karena aku takut kepadanya. Huh, manusia rendah yang mencemarkan
nama besar orang-orang gagah Khitan!" Kwee Seng meludah, mengenai muka Bayisan, lalu pemuda ini meninggalkan
Bayisan, berlari cepat ke dusun.
Ketika ia memasuki kamar lewat jendela, ia melihat Lai Kui Lan masih telentang di atas pembaringan, air matanya
bercucuran, akan tetapi kini gadis itu sudah dapat mulai bergerak-gerak lemah. Kwee Seng cepat menggunakan ujung kipasnya menotok jalan darah dan terbebaslah Kui Lan. Gadis ini meloncat bangun, mukanya membayangkan kemarahan
besar. Ia bersikap seperti orang hendak bertempur, kedua tangannya yang
kecil mengepal, matanya berapi-api memandang ke sana ke mari, mencari-cari. "Mana dia " Mana jahanam terkutuk itu " Aku hendak mengadu nyawa dengan
jahanam itu!" "Tenanglah, Nona. Bayisan sudah pergi kupancing dia keluar dusun dan dia sekarang terbaring di sana, tertotok gagang kipasku. Untung bahaya lewat sudah, Nona, dan
kiranya tak baik menimbulkan gaduh di hotel ini sehingga memancing datang banyak orang dan akan timbul pertanyaan-pertanyaan yang amat tak baik bagi nama Nona..."
Tiba-tiba Lai Kui Lan memandang Kwee Seng dan
menjatuhkan diri di depan pemuda itu sambil menangis. Kwee Seng kebingungan dan menyentuh pundak gadis itu dengan
halus. "Ah, apa-apaan ini Nona "Mari bangkit dan duduklah, kalau hendak bicara, lakukanlah dengan baik, jangan berlutut seperti ini."
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Lai Kui Lan menahan isaknya, lalu bangkit dan duduk di
atas kursi. Kwee Seng tetap berdiri dan menenggak araknya yang tidak habis-habis itu.
"Kwee-taihiap, kau telah menolong jiwaku..." "Ah, kau tidak terancam bahaya maut, bagaimana bisa bilang aku menolong jiwamu?"
"Kwee-taihiap bagaimana bisa bilang begitu " Bahaya yang mengancamku di tangan jahanam itu lebih hebat daripada
maut..." Gadis itu menangis lagi lalu cepat menghapus air matanya dengan saputangan. "Sampai mati aku Lai Kui Lan tidak dapat melupakan budi Taihiap..." Tiba-tiba sepasang pipinya menjadi merah dan sinar matanya menatap wajah
Kwee Seng penuh rasa terima kasih.
Melihat sinar mata itu, Kwee Seng membuang muka dan
menenggak araknya lagi. "Lupakanlah saja, Nona, dan berterima kasih kepada Tuhan bahwa kejahatan selalu pasti akan hancur."
"Ah, di mana dia " Aku harus membunuhnya ! Dia tertotok di luar dusun?" Setelah berkata demikian, gadis itu cepat ke luar dan berlari di dalam gelap.
Kwee Seng menggeleng-gelengkan kepalanya. Memang
Bayisan patut di bunuh, akan tetapi ia merasa tidak enak kepada Kalisani, tokoh Khitan yang dikagumi semua orang dunia kang-ouw. Maka ia tidak menghendaki nona itu
membunuh Bayisan, dan diam-diam ia mengikuti Lai Kui Lan dari jauh. Akan tetapi hatinya lega ketika ia melihat bahwa ketika Lai Kui Lan tiba di luar dusun, Bayisan sudah tak tampak lagi bayangannya. Kembali ia merasa kagum. Pemuda Khitan itu benar-benar luar biasa, dapat membebaskan diri dari totokan sedemikian cepatnya.
Ketika dengan hati kecewa Kui Lan kembali ke kamar itu, ia tidak melihat Kwee Seng, hanya melihat sehelai kertas bertulis


Suling Mas Seri Bukeksiansu 02 Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
di atas meja. Ia memungutnya dan membaca tulisan yang rapi dan bagus.
Para pelayan telah melihat nona datang bersama dia, tidak baik bagi nona tinggal lebih lama di tempat ini, lebih baik kembali.
Surat itu tak bertanda tangan, akan tetapi Kui Lan maklum siapa orangnya yang menulisnya. Dengan helaan napas
panjang, lalu meloncat keluar lagi dan berlari-lari menuju benteng sutenya. Gadis ini tidak tahu bahwa diam-diam dari jauh Kwee Seng mengikutinya untuk menjaga kalau-kalau
gadis ini bertemu lagi dengan Bayisan. Setelah gadis itu memasuki benteng, barulah ia berjalan perlahan kembali ke hotelnya, memasuki kamar lalu tidur dengan nyenyak.
Pada keesokan malamnya, Kwee Seng berjalan perlahan
mendaki bukit Liong-kui-san. Baiknya malam hari itu angkasa tidak terhalang mendung sehingga bulan yang masih besar menyinar terang, menerangi jalan setapak yang amat sukar dilalui. Diam-diam pemuda ini kagum akan keadaan gunung yang tak dikenalnya ini, bergidik menyaksikan jurang-jurang yang amat dalam, dan ia merasa menyesal mengapa ia
kemarin minta supaya Lu Sian datang ke tempat seperti ini.
Kalau ia tahu gunung ini begini berbahaya, tentu ia memilih tempat lain. Akan tetapi karena sudah terlanjur, dan ia maklum pula bahwa Lu Sian cukup pandai untuk untuk dapat mendaki gunung ini, ia melanjutkan pendakiannya.
Tepat pada tengah malam ia tiba di puncak bukit. Puncak ini merupakan tempat datar yang luasnya lima belas meter persegi, ditumbuhi rumput tebal, dan di sebelah selatan dan barat merupakan tempat pendakian yang sukar, adapun di
sebelah utara dan timur tampak jurang ternganga, jurang yang tak dapat dibayangkan betapa dalamya karena yang
tampak hanya warna hitam gelap mengerikan. Jauh sebelah bawah, agaknya di jurang sebelah timur, terdengar suara air gemericik, akan tetapi tidak tampak airnya.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
Ketika tiba di tempat itu, Kwee Seng menengok ke
belakang dan menarik napas panjang. Sejak tadi ia tahu
bahwa ada orang mengikutinya, dan tahu pula bahwa orang itu bukan lain adalah Lai Kui Lan. Ketika tiba di bagian yang sukar dan banyak batunya tadi, diam-diam ia menyelinap dan mengambil jalan lain turun lagi maka ia melihat bahwa orang yang membayanginya tadi itu adalah Lai Kui Lan. Ia diam saja dan tidak menegur, lalu melanjutkan perjalanannya, malah menjaga agar ia tidak mengambil jalan terlalu sukar agar nona yang membayanginya itu dapat mengikutinya dengan aman.
Ia menduga-duga apa maksud nona itu dan akhirnya ia
mengambil kesimpulan bahwa nona itu tentu ingin pula
melihat kelanjutan daripada urusannya dengan Lu Sian. Tiba-tiba ia teringat, Lu Sian seorang yang aneh wataknya. Kalau diketahui bahwa ada orang ketiga hadir, tentu akan marah, bukan tak mungkin timbul keganasannya dan menyerang Kui Lan. Oleh karena inilah maka Kwee Seng tidak jadi naik, cepat ia berlari t! ur! un lagi menyongsong Kui Lan.
Dapat dibayangkan betapa kaget hati Kui Lan ketika
melihat Kwee Seng secara tiba-tiba berdiri di depannya, tak jauh dari puncak. Mereka berdiri berhadapan saling pandang, dan Kui Lan menjadi makin gugup.
"Eh... ah... Kwee-taihiap....aku... aku ingin bercerita kepadamu tentang... tentang mengapa aku sampai datang
bersama... jahanam itu. Karena aku tidak bisa menjumpai Taihiap di sana, aku... aku lalu datang ke sini karena kau tahu bahwa malam ini Taihiap tentu akan datang disini." Kata-kata ini diucapkan tergesa-gesa dan tergagap sehingga Kwee Seng merasa kasihan, tidak mau menggodanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mendesak.
"Kau aneh sekali, Nona Lai. Mengapakah kau hendak
menceritakan hal itu " Akan tetapi biarlah, karena kulihat bahwa orang yang hendak kujumpai di sini belum datang di
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
puncak, baiklah kau bercerita. Nah, sekarang aku bertanya, bagaimana kau bisa bertemu dan tertawan oleh Bayisan "
Duduklah biar enak kita bicara."
Lai Kui Lan bernapas lega, lalu ia duduk di atas sebuah batu, berhadapan dengan Kwee Seng yang duduk di atas
tanah. "Kemarin, setelah Taihiap meninggalkan aku di hutan itu."
Ia mulai bicara, suaranya menggetar, "aku tak dapat menahan hatiku yang merasa kasihan dan kagum kepada Taihiap. Aku kecewa karena Taihiap tidak sudi menerima undanganku, kami sesungguhnya membutuhkan petunjuk-petunjuk orang sakti
seperti Taihiap. Aku tidak putus asa dan berusaha mengejar Tahiap yang menunggang kuda." Ia berhenti sebentar untuk melihat dan menunggu reaksi dari Kwee Seng, akan tetapi pemuda ini diam saja maka ia melanjutkan ceritanya.
"Setelah keluar dari hutan itu, tiba-tiba muncul Bayisan. Dia menyatakan kehendaknya, yaitu bermaksud untuk membujuk
sute untuk bersekutu dengan orang-orang Khitan. Tentu saja aku menjadi marah dan memaki lalu kami bertempur dengan kesudahan aku kalah dan tertawan. Dia lihai bukan
main,orang Khitan keparat itu. Demikianlah, dalam keadaan tak berdaya aku dibawa ke rumah penginapan itu. Untung
Tuhan melindungi diriku sehingga dapat bertemu dengan
Taihiap. Kwee-taihiap, kuulangi lagi permohonanku, sudilah kiranya Taihiap berkunjung ke benteng, berkenalan dengan Suteku dan kami mohon petunjuk-petunjuk dari Tahiap dalam suasana yang kacau balau ini. Kami seakan-akan hampir
kehilangan pegangan, Taihiap, demikian banyaknya muncul raja-raja yang membangun kerajaan-kerajaan kecil sehingga sukar bagi kami untuk menentukan nama yang baik dan mana yang buruk."
Di dalam hatinya Kwee Seng memuji. Nona ini, seperti juga Kam Si Ek, adalah seorang yang amat cinta kepada negara, orang-orang berjiwa patriot yang akan rela mengorbankan
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
jiwa raga demi negara dan bangsa. Tak enaklah kalau
menolak terus. "Baiklah, Nona Lai. Setelah selesai urusanku di sini, aku akan singgah di benteng Jenderal Kam."
"Terima kasih, Taihiap, terima kasih...!" Dengan suara penuh kegembiraan Kui Lan menjura, berkali-kali.
"Ssttt, ada orang di puncak. Nona Lai, karena kau sudah terlanjur berada di sini, aku pesan, kau bersembunyilah dan jangan
sekali-kali kau keluar, jangan sekali-kali memperlihatkan diri, apapun juga yang terjadi. Maukah kau memenuhi permintaanku ini?"
Lai Kui Lan dapat mengerti isi hati Kwee Seng, dengan
muka sedih ia mengangguk. Akan tetapi karena muka itu
tertutup bayangan, Kwee Seng tidak melihat kesedihan ini, Kwee Seng lalu bangkit dan meninggalkan Kui Lan, mendaki puncak. Benar saja dugaannya, ketika ia tiba di puncak, di sana telah berdiri Liu Lu Sian. Bukan main jelitanya gadis ini.
Di bawah sinar bulan yang tak terhalang sesuatu, gadis ini seperti
seorang dewi dari khayangan. Sinar bulan membungkus dirinya, rambutnya mengeluarkan cahaya,
matanya seperti bintang. "Kiranya kau tidak lupa akan janjimu. Kwee Seng, aku sudah berada di sini, siap menerima ilmu seperti yang kau janjikan dahulu." Kata Liu Lu Sian, akan tetapi suaranya amat tidak menyenangkan hati, karena terdengar dingin, alangkah jauh
bedanya dengan pribadinya yang seakan-akan menciptakan kehangatan dan kemesraan. Ia tahu bahwa gadis itu selain tidak membalas cinta kasihnya, juga mendendam kepadanya. Karena itu, ia pun tidak mau menggunakan
sebutan moi-moi (adinda), karena kuatir kalau-kalau hal itu akan menambah kemarahan Si Gadis dan akan menimbulkan
cemoohan terhadap dirinya yang sudah terang tergila-gila kepada Lu Sian.
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
"Lu Sian, sebetulnya ilmu yang kupergunakan untuk
menandingimu dahulu itu hanyalah Ilmu Silat Pat-sian-kun biasa saja."
"Tak perlu banyak alasan, Kwee Seng. Kalau ada ilmu yang hendak kau turunkan kepadaku seperti janjimu, lekas beri ajaran!"
Kwee Seng menggigit bibirnya, lalau berkata, "Kau lihatlah baik-baik. Inilah ilmu silat itu." Ia lalu bersilat dengan gerakan lambat dan memang ia mainkan Ilmu Silat Pat-sian-kun-hwat dengan tangan kosong, akan tetapi jelas bahwa gerakan-gerakan ini diperuntukkan senjata pedang. Sebetulnya ilmu silat ini ada enam puluh jurus banyaknya. Akan tetapi ketika Kwee Seng menerima petunjuk dari Bukek Siansu Si Manusia Dewa, ia hanya meringkasnya menjadi seperempatnya saja, jadi hanya enam belas jurus inti yang sudah meliputi
seluruhnya dan mencakup semua gerak kembang atau gerak
pancingan, gerak serangan atau gerak pertahanan. Setelah mainkan enam belas jurus itu, Kwee Seng berhenti dan
memandang kepada Lu Sian sambil berkata.
"Nah, inilah ilmu silatku yang hendak kuajarkan kepadamu, Lu Sian, Sudahkah kau memperhatikan gerakannya " Harap
kau coba latih, mana yang kurang jelas akan kuberi
penjelasan." "Ah, kau membohongi aku!" Lu Sian berseru marah. "Ilmu silat macam itu saja, dilihat dari gerakannya jauh kalah lihai daripada Pat-mo Kiam-hoat ciptaan Ayah ! Mana bisa
kaukalahkan aku dengan ilmu itu " Kwee Seng, aku tahu,
setelah kau tidak bisa mendapatkan cintaku, kau hendak
membalasnya dengan menyuguhkan ilmu silat pasaran untuk menghinaku!"
Gemas hati Kwee Seng, dan perih perasaannya. Gadis ini
terlalu kejam kepada orang yang tidak menjadi pilihan
hatinya. "Lu Sian, sipa membohongimu " Ketika aku
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
menghadapimu dahulu, aku tidak menggunakan ilmu lain
kecuali ini!" "Aku tidak percaya ! Coba kau sekarang jatuhkan aku dengan ilmu itu!"
"Baiklah. Biar kugunakan ini sebagai pedang." Kwee Seng mengambil sebuah ranting pohon yang berada di tempat itu.
"Kau mulailah dan lihat baik-baik, aku hanya akan
menggunakan Pat-sian-kun!"
Lu Sian mencabut pedangnya, lalu menerjang dengan
gerakan kilat, mainkan jurus berbahaya dari ilmu pedang ciptaan ayahnya, yaitu Pat-mo Kiam-hoat (Ilmu Pedang
Delapan Iblis) yang memang diciptakan untuk menghadapi
Pat-sian-kun (Ilmu Silat Delapan Dewa).
Melihat pedang nona itu berkelebat menusuk ke arah
dadanya dengan kecepatan luar biasa, Kwee Seng menggeser kakinya ke kiri lalu ranting di tangan kanannya melayang dari samping menempel pedang dari atas dan menekan pedang
lawan itu ke bawah disertai tenaga sin-kang. Pedang Lu Sian tertekan dan tertempel seakan-akan berakar pada ranting itu !
Betapapun Lu Sian berusaha melepaskan pedang, sia-sia
belaka. "Nah, tangkisan ini dari jurus keempat yaitu pat-sian-khat-bun (Delapan Dewa Buka Pintu) dan dapat dilanjutkan dengan serangan jurus ke delapanPat-sian-hian-hwa (Delapan Dewa Serahkan Bunga), pedang menyambar sesuka hati, boleh
memilih sasaran, akan tetapi untuk contoh aku hanya
menyerang bahu." Tiba-tiba ranting yang tadinya menekan pedang itu lenyap tenaga tekannya dan selagi pedang Lu Sian yang telepas dari tekanan ini meluncur ke atas, ranting cepat melesat dan menyabet bahu kanan Lu Sian !
Lu Sian meringis, tidak sakit, akan tetapi amat penasaran.
"Coba hadapi ini!" teriaknya dan pedangnya membuat lingkaran-lingkaran lebar, dari dalam lingkaran itu ujung
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
pedang menyambar-nyambar laksana burung garuda mencari
mangsa, mengancam tubuh bagian atas dari lawan.
"Seranganmu ini kuhadapi dengan jurus ke lima yang disebut Pat-sian-hut-si (Delapan Dewa Kebut Kipas) untuk melindungi diri." Kata Kwee Seng dan tiba-tiba ranting di tangannya berputar cepat merupakan segunduk sinar bulat melindungi tubuh atasnya dan dilanjutkan dengan serangan jurus ke empat belas yang disebut Delapan Dewa Menari
Payung!" Tiba-tiba gulungan sinar bulat itu berubah lebar seperti payung dan tahu-tahu dari sebelah bawah, ranting telah meluncur dan menyabet paha Lu Sian sehingga
mengeluarkan suara "plak!" keras. Kalu saja ranting itu merupakan pedang tentu putus paha gadis itu !
"Aduh ...!" Lu Sian menjerit karena pahanya yang disabet terasa pedas dan sakit. "Kwee Seng, kau kurang ajar...!"
"Maaf, bukan maksudku menyakitimu. Sudah percayakah kau sekarang?"
"Tidak ! Kau akali aku ! Aku minta kau ajarkan ilmu-ilmi silatmu yang terkenal, seperti Lo-hai-san-hoat (Ilmu Kipas Menaklukan Lautan), atau Cap-jit-seng-kiam (Ilmu Pedang Tujuh Belas Bintang), atau Ilmu Pukulan Bian-sin-kun (Tangan Sakti Kapas)!"
Kwee seng terkejut. Bagaimana nona ini bisa tahu akan
ilmu-ilmu silat rahasia simpanannya itu " Ia menjadi curiga.
Kalau Pat-jiu Sin-ong mungkin tahu, akan tetapi nona ini "
Suaranya keren berwibawa ketika ia menjawab.
"Liu Lu Sian, harap kau jangan minta yang bukan-bukan.
Aku hanya hendak mengajarkan kau Pat-sian-kun, dan kau
harus menerima apa yang hendak kuberikan kepadamu."
"Kau hendak melanggar janji?"" "Sama sekali tidak. Aku berjanji kepada ayahmu hendak mengajarkan ilmu yang dapat mengalahkan ilmu pedangmu itu, dan kurasa Pat-sian-kun
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
yang dapat menjadi Pat-sian Kiam-hoat dapat mengalahkan ilmu pedangmu Pat-mo Kiam-hoat!"
"Hoa-ha-ha-ha ! Kau menggunakan akal untuk menipu
anak kecil, Kwee-hiante. Sungguh keterlaluan sekali!"
Kwee Seng kaget dan cepat menengok. Kiranya Pat-jiu Sinong sudah berdiri disitu, tinggi besar dan bertolak pinggang sambil tertawa. Cepat Kwee Seng memberi hormat sambil
berkata, "Ah, kiranya Beng-kauwcu telah berada disini!" Akan tetapi di dalam hatinya ia tidak senang dan tahulah ia
sekarang mengapa Lu Sian mengenal semua ilmu simpanannya, tentu sebelumnya telah diberi tahu oleh orang tua ini yang hendak mempergunakan puterinya untuk
menjajaki kepandaiannya dan kalau mungkin mempelajari ilmu simpanannya.
"Beng-kauwcu, apa maksudmu dengan mengatakan bahwa aku menggunakan akal untuk menipu
puterimu?" "Ha-ha-ha ! Kau bilang tadi bahwa Pat-sian-kun dapat menangkan Pat-mo Kiam-hoat ! Tentu saja kau dapat
menangkan Lu Sian karena memang tingkat kepandaianmu
agak lebih tinggi daripada tingkatnya." Dengan ucapan "agak lebih tinggi" ini terang orang tua itu memandang rendah kepada Kwee Seng, akan tetapi pemuda itu mendengarkan
dengan tenang dan sabar. "Andaikata aku yang mainkan Pat-mo Kiam-hoat, apakah kau juga masih berani bilang dapat mengalahkannya dengan Pat-sian-kun?"
"Orang tua yang baik, mana aku yang muda berani main-main denganmu" Kita sama-sama tahu bahwa ilmu silat sama sekali bukan merupakan syarat mutlak untuk menangkan
pertandingan, melainkan tergantung daripada kemahiran
seseorang. Betapa indah dan sulitnya sebuah ilmu kalau si pemainnya kurang menguasai ilmu itu, dapat kalah oleh
seorang ahli mainkan sebuah ilmu biasa saja dengan mahir.
Puterimu dahulu kuhadapi dengan Pat-sian-kun, hal ini kau sendiri tahu. Aku berjanji hendak menurunkan ilmu yang
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
kupakai mengalahkan dia, malam ini kuturunkan kepadanya Pat-sian-kun, apalagi yang harus diperbincangkan?"
"Orang muda she Kwee ! Dua kali kau menghina kami
keluarga Liu!" Si Ketua Beng-kauw membentak, suaranya mengguntur sehingga bergema di seluruh punucak, membikin kaget burung-burung yang tadinya mengaso di pohon. Dari jauh terdengar auman binatang-binatang buas yang merasa kaget pula mendengar suara aneh ini.
"Pa-jiu Sin-ong, aku tidak mengerti maksudmu." Jawab Kwee Seng, tetap tenang.
"Dengan setulus hati aku menjatuhkan pilihanku kepadamu, aku akan girang sekali kalau kau menjadi suami anakku. Akan tetapi kau pura-pura menolak ketika berada di sana. Ini penghinaan pertama. Kemudian kau mengadakan
perjalanan dengan puteriku, kuberi kebebasan karena
memang aku senang mempunyai mantu engkau. Dalam
perjalanan ini kau jatuh cinta kepaa Lu Sian, sikapmu
menjemukan seperti seorang pemuda lemah. Ini masih
kumaafkan karena memang kukehendaki kau mencintainya
dan menjadi suaminya. Akan tetapi Lu Sian meliha
kelemahanmu dan tidak mau membalas cintamu, melainkan
mengharapkan ilmumu. Dan sekarang, kau yang katanya
mencintainya mati-matian, ternyata hanya hendak menipunya, karena kalau betul mencinta, mengapa tidak rela mewariskan ilmu simpananmu " Inilah penghinaan ke dua!"
Panas hati Kwee Seng. Terang sudah sekarang bahwa
orang tua ini secara diam-diam mengawasi gerak-geriknya. Ia menjadi malu sekali mengingat akan kebodohan dan
kelemahannya. Akan tetapi orang tua ini terang berlaku
curang dan tak tahu malu.
"Pat-jiu Sin-ong ! Sama kepala lain otak, sama dada lain hati ! kau menganggap aku menipu, aku menganggap kau dan puterimu yang hendak mendesakku dan bahkan kau hendak
menggunakan rasa hatiku yang murni terhadap puterimu
Tiraikasih Website ht p://kangzusi.com/
untuk memuaskan nafsu tamakmu akan ilmu silat. Tidak,
beng-kauwcu aku tetap dengan pendirianku, karena Pat-sian-kun yang mengalahkan Pat-mo-kun yang dipergunakan
puterimu, maka sekarang aku hanya dapat menurunkan Patsian-kun saja." "Singgg!!!" Tiada menduga, kilat menyambar. Kiranya kilat itu keluar dari pedang di tangan Pat-jiu Sing-ong yang telah dihunusnya secara cepat sekali sehingga seperti main sulap saja, tahu-tahu di tangannya sudah ada sebatang pedang
yang kemilau. Inilah Beng-kong-kiam (Pedang Sinar Terang) yang sudah puluhan tahun menemani tokoh ini merantau
sampai jauh ke barat, pedang yang minum entah berapa
banyaknya darah manusia. "Kalau begitu, kau cobalah hadapi Pat-mo-kiam dengan begitu Pat-sian-kiam !" teriaknya.
Renjana Pendekar 10 Pendekar Wanita Penyebar Bunga Karya Liang Ie Shen Tusuk Kondai Pusaka 10

Cari Blog Ini