Ceritasilat Novel Online

Eng Djiauw Ong 19

Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin Bagian 19


Setelah berkata begitu, Ay Kim Kong menoleh kejendela dan menggape terhadap Kang Kiat, yang sedang duduk
didepan jendela itu. "Boca, jangan kau terus berpura2 pilon saja!" kata ia.
"Apakah kau tak mau angini pakaian mandimu?"
Siauw Liong Ong tertawa, dari kolong meja teh ia
keluarkan segumpal pakaian, terus ia bawa itu kepintu untuk dibeber, digantung di gelang gelangan pintu.
"Mari." Khoe Beng memanggil seraya menggape.
Kang Kiat menghampirkan, akan berdiri didepan tetua
ini. "Ouw Hiocoe yang menjagoi didalam Hong Bwee Pang
malam ini telah rubuh ditanganmu." kata jago tua itu.
"Dari kapan kau turun keair" Kenapa tidak ada orang yang lihat perbuatanmu" Lagipun kenapa kau ketahui bakal
diadakan pertandingan di empang hingga kau bisa
sembunyi didalam air, hingga dengan secara diam kau bisa bantu ketuamu" Coba kau jelaskan!"
Kang Kiat berikan jawaban nya, keterangannya itu
membuat semua orang heran dan kagum, semua merasa
berbahagia yang Hoay Yang Pay punyakan murid berupa
dirinya boca luar biasa ini.
CXI "Sebenarnya hal ada kebetulan saja," demikian Kang
Kiat sambil tertawa. "Diluar dugaanku, aku dapat lihat pelatok Bwee hoa ciam itu, dengan lantas aku merasa
curiga, aku sangka pada itu mesti ada terdapat persiapan apa2. Kebetulan Ouw Giok Seng timbulkan soal adu
kepandaian diatas pelatok itu, aku lantas ambil putusan.
Sengaja aku tidak omong suatu apa, karena aku kuatir nanti ada yang tegur padaku. Demikianlah sedangnya orang
semua pasang omong, selagi anak2 buah perahu pun tak
melihatnya,aku merosotkan diri turun kedalam empang.
Nyata jitu dugaanku, Ouw Hiocoe hendak gunai pelatok itu untuk rubuhkan pihak kita. Didalam air, aku pasang mata dan menunggu ketika. Tetapi aku tidak mau bertindak
keterlaluan, dari itu aku melainkan beleseki pelatok hingga imbangan tubuh dari Ouw Hiocoe mcnjadi terganggu. Aku merasa girang yang perbuatanku ini tak dapat diketahui oleh Ouw Hiocoe. Semua orang tak ketahui perbuatanku
itu kecuali Na Soe couw. Karena aku bertindak diluar
tahunya Ong Soe couw, apabila aku tidak ditanya, sudah tentu aku tidak berani berikan keteranganku ini."
Khoe Beng bersenyum. "Kau benar cerdik, anak." kata
ia, "Kau baharu memasuki dunia kang ouw, pikiranmu
telah setajam ini, itulah bagus. Tetapi, walaupun semua orang bersyukur kepadamu, aku sendiri tidak. Bukankah jarum yang mengenai tubuhku ini karena perhatianmu itu?"
Siauw Liong Ong pun bersenyum, tetapi lekas2 ia kata:
"Aku menyesal, soecouw. Keadaan
ada demikian mendesak, tak dapat aku berpikir lagi. Akan tetapi, apabila soecouw berada dalam bahaya besar, tidak nanti aku kasi ampun pada Ouw Giok Seng, tentu aku akan bikin dia
masuk kedalam air! Harap soecouw maafkan padaku."
Khoe Beng tertawa. "Aku main2 saja, mustahil aku persalahkan kau!" ia
tambahkan. Lalu ia berpaling pada Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe: "Hari kemudian dari boca ini tak berbatas, maka haruslah dia dididik baik2, supaya tidaklah disia2kan akan bakat nya yang sempurna itu!"
Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe angguk2kan kepala.
"Mari." Ong Too Liong panggil boca itu.
Dengan cara hormat, Kang Kiat menghamparkan.
"Ada titah apa, soecouw?" tanya ia.
"Kejadian malam ini adalah jasa besarmu," berkata
ketua itu, dengan sungguh. "Adalah biasa, bagi kita, siapa berjasa dia dikasi hadiah, siapa bersalah dia dihukum.
Mengenai kau, untuk selanjutnya aku larang kau berbuat pula seperti macam ini. Umpama aku tampak ancaman
bahaya, aku melainkan ijinkan kau mengisikinya, aku
larang kau ambil putusan dan bertindak sendiri. Kau
ketahui sendiri, sekarang kita tengah berada digedung naga dan guna harimau, setindak demi setindak kita mesti ber hati2, apabila kita lalai dan alpa, bencana hebat akan mengancam kita. Maka kau ingatlah!"
"Baiklah, soecouw," sahut Kang Kiat dengan pelahan
seraya ia terus undurkan diri.
Eng Jiauw Ong lantas titahkan In Hong untuk pesan
semua orang berlaku waspada.
Demikianlah semua orang beristirahat.
Eng Jiauw Ong, didalam kamarnya, ada bersama Coe In
Am coe, Na Hoo, Ban Lioe Tong, Ciong Gam, Khoe Beng,
dan Teng Kiam, berikut In Hong, Soe touw Kiam dan Kang Kiat.
Karena tibanya sang fajar tinggal kira2 dua jam lagi, Eng Jiauw Ong, Coe In Am coe dan sedereknya cukup dengan
bersamedhi saja, mereka tidak membutuhkan pembaringan pula. Selaku ketua, Eng Jiauw Ong tidak lantas duduk
diam, ia pergi keluar akan tengok semua rombongannya, ketika ia kembali, ia dapatkan ketua See Gak Pay sedang bersamedhi di sisi meja kecil dibawah jendela dan Ay Kim
Kong sedang duduk menghadapi meja, tangannya
memegang pit, entah apa yang ditulisnya.
Tepat dengan datangnya sang ciangboenjin, Na Hoo
lipat kertasnya dan dimasukkan kedalam sakunya, ia letaki pitnya, lalu ia berbangkit akan jalan mundar mandir seperti juga ia tak berbuat suatu apa. Ia bikin rupa seperti juga ia tak lihat balik nya sang ketua.
Eng Jiauw Ong dapat maklumi adat koekoay dari Na
Hoo itu, ia diam saja. Ay Kim Kong masih saja mundar mandir, ketika dengan
sekonyong2 ia dekati Eng Jiauw Ong dan berkata dengan pelahan sekali: "Ouw Giok Seng ada cerdik dan licin, kita mesti waspada, akupun telah kumat penyakitku suka
bergerak tak suka berdiam, maka itu, aku hendak pergi keluar untuk jalan2 sebentar. Biarlah, untuk dua jam
lamanya aku menjadi tukang ronda darurat!"
Eng Jiauw Ong manggut walaupun ia tahu orang tak
omong dengan sebenarnya. "Baiklah," ia jawab saudara seperguruan itu.
Na Hoo segera bertindak keluar.
Ong Too Liong tidak kuatirkan saudara ini, maka ia
terus naik keatas pembaringan, untuk duduk diam sambil memejamkan mata. Tempatnya bersamedhi itu berhadapan
dengan tempatnya Coe In Am coe, jaraknya kira empat
tumbak. Kamar mereka memang ada luas sekali.
Rasanya belum lama Eng Jiauw Ong pejamkan mata
atau segera kupingnya dengar suara berkelisik pelahan sekali, sebagai gerakannya pakaian. Segera ia buka sedikit kedua mata nya akan memandang kearah pintu. Ia tidak
lihat suatu apa, ia melirik kearah Coe In Am coe, ternyata
ketua See Gak Pay sudah tidak ada ditempatnya. Diam2 ia terkejut, lantas ia berbangkit akan pergi keluar juga.
Pekarangan luar ada sunyi, Coe In Am coe tak tertampak disitu. Juga Ay Kim Kong tak kelihatan sekalipun
bayangannya. Too Liong terkejut dan heran juga, sebab ia tahu, bukan biasa nya Coe In Am coe bertindak secara sembrono.
Kenapa pendeta itu keluar secara diam2" Maka ia jadi ingin mengetahui nya. Tidak ayal lagi ia pergi ke ruangan Timur barat, di Selatan situ ada sebuah kamar yang dipakai sendiri oleh lima muridnya ketua See Gak Pay itu. Kamar ini ada gelap dan sunyi. Dengan pelahan ia panggil Sioe Seng, akan tanya apa pedang gurunya masih ada.
"Baharu saja soehoe ambit dan bawa pergi," Sioe Seng
kasi keterangan. Ketua Hoay Yang Pay jadi semakin heran.
"Kau beristirahatlah, jangan bikin banyak berisik," ia pesan Sioe Seng. Lalu ia bertindak ke pekarangan dari mana terus ia lompat naik keatas genteng. Ia berdiri diam diatas wuwungan akan melihat kesekitarnya. Ia dapatkan, diempat penjuru semua ada sunyi senyap. Karena ini, ia menuju kearah Kim Tiauw Tong, Gedung Garuda Emas.
Seluruh gedung ada gelap petang dan sunyi. Akan tetapi diluar pintu model bulan, ada dua orang yang menjaga
sambil jalan mundar mandir. Cuma dari dalam pintu ini ada molos keluar sinar api yang suram.
Eng Jiauw Ong sembunyikan diri jauhnya empat lima
tumbak dari pintu model bulan itu, ia jemput sepotong batu kecil, ia menimpuk kepintu itu. Timpukan itu menerbitkan suara
pe lahan akan tetapi sudah
cukup untuk menyebabkan kedua pengawal menoleh dengan segera.
Menggunai ketika baik itu, Too Liong mencelat keatas
tembok tanpa dapat terlihat oleh kedua orang itu, dari atas tembok ia lompat turun kesebelah dalam di mana ia
hampirkan sebuah ruangan Timur.
Diruang ini, kamar Selatan ada kamar utama, yang di
Timur adalah kamar samping.
Eng Jiauw Ong hampirkan kamar Selatan itu. Ia lihat
dua pengawal dibawah payon, mereka ini bersenjatakan
golok kwie tauw too. Ia pergi lebih jauh kekamar Timur, disudut mana ia lompat turun, tetapi ayusteru uu Katu bayangan berkelebat ditem pat jauhnya setumbak lebih, demikian cepat sehingga ia tak dapat memperbedakan
potongan orang. Karena ini, ia berlompat untuk menguntit.
Bayangan itu menuju ke Barat, sekejab kemudian dia
sudah terpisah sepuluh tumbak lebih dan Ong Too Liong.
Eng Jiauw Ong hanya menduga kepada Na Hoo atau Coe
In Am coe. Karena ini, ia lantas lompat turun kebawah.
Kembali kekamar Barat, Eng Jiauw Ong menuju
kebelakang. Disini ada dua buah jendela, di Timur dan Barat, dari keduanya ada molos sinar terang. Ia segera hampirkan jendela yang satunya, ia enjot tubuhnya untuk bisa berpegangan, kepada kayu jendela, untuk melihat
kedalam. Diantara kain jendela ia tampak sebuah meja tulis dengan tiga batang lilin, yang menyala tinggal separuh.
Perabot kamar itu lengkap dan terawat baik. Disudut Barat ada sebuah pembaringan kayu diatas mana ada rebah satu tubuh, dilihat dari dandanannya, mesti dia ada Ouw Giok Seng. Dia rebah menghadap kedalam. Tetapi waktu itu
hiocoe itu justeru berbalik, tangannya digeser, tangan kirinya segera bentur suatu benda hingga ia terkejut sampai keluarkan seruan tertahan.
Ia telah pegang sebuah piauw yang gagangnya tertancap sepotong kertas, maka itu, ia lantas beber kertas itu untuk diperiksa. Begitu ia sudah membaca, ia jadi gusar, ia lempar kertas itu kepinggir pembaringannya, ia ngoce seorang diri:
"Jangan kau banyak tingkah! Ber ulang2 aku terhina, aku tak puas! Besok dalam pertemuan di Thian Hong Tong,
kita nanti lihat, sang manjangan binasa ditangan siapa"
Eng Jiauw Ong tahu pasti, hiocoe ini telah dipermainkan orang, dan si orang jail itu tentunya adalah bayangan tadi.
Karena ini, ia tidak memikir untuk ganggu hiocoe itu.
Malah segera ia undurkan diri. Sebab bayangan tadi menuju ke Barat, iapun ambil jurusan itu. Ia telah lewati dua tempat yang mirip tangsi, dikiri dan kanan terdapat lanyak kamar.
Ia berada ditempat semacam gang yang panjang yang gelap seluruhnya. Kapan ia maju lebih jauh, ia tercegat sebuah tembok panjang, ditengah mana ada satu pintu besar.
Semua tembok terbuat dari batu hijau.
Dikiri kanan pintu itu, yang tinggi dan besar, ada
digantungkan lentera angin. Kedua pintu terpentang lebar, tidak ada yang jaga.
Tentu saja Eng Jiauw Ong curiga, sebab luar biasa,
disarang Hong Bwee Pang bisa ada tempat tanpa
penjagaan. Ia tidak berani masukdari pintu itu, ia hanya periksa kiri dan kanan nya, hingga ia lihat tembokan tinggi empat atau lima tumbak. Disitu ia lompat naik keatas
tembok, akan awasi bagian dalamnya.
Bagian dalam itu, yang sunyi, ada lebar sekail. Disebelah kanan ada sebuah rumah dengan serambi depan yang besar.
Didalam pekarangan ada banyak pohon besar dan tinggi.
Jalanan keserambi ada terpasangkan batu, yang bergambarkan rupa2 bunga.
Mengawasi jalanan semacam itu, Eng Jiauw Ong merasa
aneh. Tetapi ia berada ditempat yang gampang terlihat orang, dari itu, ia bertindak kesudut Timur utara dimana, di Selatan dan Utara nya, ada banyak pepohonan. Ia Ingin dapat kepastian, ia keluarkan dua potong duit chee tong chie, dengan itu ia timpuk sepotong batu yang menonjol.
Untuk keheranannya, duit itu melesak masuk.
"Jalanan itu tak dapat di injak," Too Liong berpikir. Ia tidak mengerti apa perlunya rumah itu, apabila kesitu orang tak dapat bertindak masuk. Ada sulit akan memasuki
serambi dengan satu lompatan jauh, untuk itu orang mesti liehay ilmu mengentengkan tubuhnya. Orang yang pandai ilmu seperti "Coh siang hoei" dan "Teng peng touw soei"
tidak ada seberapa, tentu nya tidak semua orang Hong
Bwee Pang bisa mundar mandir disini.
Setelah mengawasi lagi sekiar lama, Too Liong menduga pasti, bahwa jalanan masuk adalah disamping, kira lima tumbak disepanjang pepohonan dimana. dari Timur ke
Barat, ada tihang lentera setiap lima tumbak, ting ginya tihangpun lima tumbak juga. Pun ada sulit untuk orang berlompatan diantara tihang2 lentera itu, karena jaraknya yang cukup jauh.
Selagi ketua Hoay Yang Pay pikir untuk gunai
kepandaiannya enteng tubuh, akan berlompatan masuk
kegedung itu, tiba2 ada dua bayangan berkelebat ditembok Utara, berdiri diatasnya, agaknya mereka memeriksa ke dalam, sesudah mana, keduanya
berpencar, satu ke Selatan, satu nya pula ke Utara tembok itu.
Sambil mengumpatkan diri, Eng Jiauw Ong dapat kenali
dua bayangan itu, yalah Na Hoo dan Coe In Am coe.
Segera juga ia lihat mereka telah berlompatan ukan
menggunai tihang2 lentera untuk menghampirkan gedung, gerakan mereka itu pesat bagaikan burung2 terbang, hingga
di lain saat keduanya sudah sampai diserambi besar itu dimana mereka menghilang disamping serambi yang gelap.
Diam2 Eng Jiauw Ong berpikir: "Ketika Boe Wie Yang
bangunkan gedung ini dengan jalanan batunya yang
berahasia itu, tentunya ia hendak cegah sembarang orang memasuki Cap jie Lian lioan ouw, pasti dia hendak menguji kepandaiannya orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay,
sekarang Coe In Tay oe dan Jie Hiap sudah memasukinya, maka aku sebagal ketua tak boleh diam saja. Tetapi aku tidak hendak gunakan tihang" itu, aku harus malu pada diri sendiri. Disini tidak ada penjaga tentu Boe Wie Yang
sangat andalkan jalanan batu ini, maka baiklah aku ambil jalan dari batu ini!"
Ong Too Liong tidak hendak bikin dirinya kecewa
menjadi ketua Hoay Yang Pay, dari itu ia hendak gunakan jalan yang lain daripada yg. lain. Lalu ia patahkan dua cabang pohon yg. agak kasar, kemudian ia patah2kan itu terlebih jauh menjadi delapan potong, setiap potongnya panjang lima dim. Setelah mana, ia lalu balik keatas
tembok, dari sini ia telitii tihang lentera sebelah utara, yang jauhnya kira2 lima tumbak. Segera setelah itu, ia
menyambit dengan sebatang kayunya itu, kepada batu2
putih, yang sebenarnya adalah pasir putih. Ia menyambit diantara jangka lima tumbak. Hebatnya adalah ia bikin batang pohon itu nancap berdiri, dalamnya kira empat dim, hingga yang menonjol diluar hanya tinggal satu dim,
Menyusul timpukan potongan kayu yang liehay itu, Eng
Jiauw Ong pun melesat loncat kepelatok bikinannya itu, yang ia injak, kemudian ia menimpuk pula dengan sebatang lain kesebelan depan, ia bikin kayu itu berdiri seperti yang pertama, terus ia loncat kepelatok itu sebagai injakan kakinya, demikian seterusnya.
Nyatalah ketua Hoay Yang Pay sedang gunai
kepandaiannya enteng tubuh "Teng peng touw soei," yalah
"Seberangi sungai dengan injak kapu2." Begitulah, dengan habisnya delapan potong kayu itu, iapun sudah sampai
diserambi, di bagian luarnya. Begitu lekas ia longok bagian dalam dari serambi, lekas2 ia mengumpatkan diri. Pantas tadi Na Hoo dan Coe In Am coe segera menyingkir ke
tempat gelap, kiranya didalam serambi itu ada penghuninya. Serambi yang lebar itu, dibagian depannya ditutup
dengan sero bambu yang rapat. Didalam serambi, ada
orang bergerak2 diantara cahaya api, dari luar melainkan kelihatan bayangnnya.
Setelah memasang mata, Eng Jiauw Ong anggap ia bisa
umpatkan diri diatas sero dibawah payon itu, maka dengan hati2 tetapi sebat ia meloncat kepayon, untuk menyamber palangan payon, untuk menggelendotkan diri. Secara
begini, benar ia bisa sembunyi. Ia terus membuat satu lobang kecil untuk mengintai kedalam.
Serambi benar ada lebar, sebuah lampu lioe iie teng yang digantung, apinya menerangi seluruh ruangan. Ditengah ruangan ada satu meja sembah yang di atas mana, dibagian depan, ada lima buah perapian. Entah patung apa yang
dipuja disitu, Eng Jiauw Ong tidak dapat melihat nyata, karena selembar ban tiang yang tertutup, ada mengalingi padanya. Dikedua samping ada masing2 sebatang ciaktay, tancapan lilin, yang lilinnya menyala. Kedua batang lilin ada sebesar lengan tangan.
Dikedua samping serambi masing masing ada satu stel
kursi meja, taplaknya berwarna kuning, Dibagian selatan dan utara, perlengkapan mirip dengan perlengkapan di Kim Tiauw Tong, lengkap bendera leng kie dan tek pay.
Dikirinya meja sebelah utara ada berduduk seorang umur
kurang lebih enam puluh tahun, dikanannya berduduk
orang usia kira empat puluh. Kedua mereka sedang bicara.
Orang yang tuaan, yang angkat sejilid buku, tanya: "Apa semua sudah teratur rapi" Lootauwcoe wajibkan kita agar pada jam lima, semua sudah sempurna."
"Semua sudah diatur, kecuali digudang garam, perahu
yang di perintah balik melaporkan diam tiga, sampai
sekarang masih belum kembali" Mestinya tidak akan terjadi suatu apa, akan tetapi tanpa laporan, bagaimana kita bisa melaporkan terlebih jauh kepada ketua kita?" jawab orang yang mudaan. "Juga kedua tocoe dari gudang garam sudah bertindak lancang, mereka sudah langgar aturan kita. Kwie lian coe Lie Hian Tong dapat pesan dan tugas penting dari Pang coe, dengan berani dia cegat dan rintangi orang2
Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, yang datang memenuhi
undangan, dia gagal, dia mendapat malu, tetapi dengan begitu iapun merusak nama baik kita. Sekarang, dengan titahnya Lwee Sam Tong, dia sudah ditarik ke Cong to, Pusat Umum, tetapi toh dia belum dihukum. Mengenai ini, lootauwcoe akan periksa sendiri atau itu ada haknya
hiocoe?" Ditanya begitu, orang tua itu berpikir..
"Tidak leluasa untuk aku cam pur urusan itu," jawab ia kemudian. "Baiklah itu diserahkan kepada lootauwcoe
untuk dia yang putuskan sendiri!"
Ketika itu muncul satu orang yang membawa tengloleng
(tang lung), didepan meja ia memberi hormat kepada dua orang itu seraya berkata: "Pang coe undang Auwyang
Hiocoe dan Bin Hiocoe untuk membicarakan sesuatu."
Dua orang itu manggut, terus mereka berbangkit akan
ikuti orang ini, mereka lenyap dipintu angin.
Eng Jiauw Ong duga dua orang itu adalah hiocoe dari
masing masing Thian Hong Tong dan Ceng Loan Tong."
Karena orang sudah pergi, iapun hendak turun dari tempat sembunyinya, belum ia lompat turun, atau mendadak dari atas pintu angin ada melesat turun satu bayangan hitam, gerakannya pesat bagaikan seekor kucing atau kera, kakinya menginjak lantai tanpa menerbitkan suara, ketika dia
sampai dimeja, dia angkat kepalanya.
Melihat orang itu, didalam hatinya Eng Jiauw Ong kata:
"Sungguh bernyali besar!"
CXII Bayangan itu bukan lain daripada Ay Kim Kong Na
Hoo. Dia lantas tarik selembar kertas dan jemput pit, setelah mempoles pit itu kedalam bak hie, ia segera menulis diatas kertas itu. Ia menulis dengan cepat sekali, setelah letaki pitnya, iapun menghilang dibelakang pintu angin.
Terang ia hendak susul kedua hiocoe tadi.
Baharu saja Na Hoo pergi, atau dari belakang ban tiang muncul satu bayangan lain, gerakannya pun pesat dan
enteng bagaikan angin, dia turun di dekat meja.
Mengenai orang itu, didalam hatinya, Too Liong kata:
"Aku menyerah kalah......"
Orang yang ke dua ini adalah Coe In Am coe. Dia baca
tulisannya Na Hoo, dia manggut2. Diapun segera menulis dengan cepat. Kemudian dia rogo saku nya. akan keluarkan serupa barang, yang Eng Jiauw Ong kenalkan adalah
sebatang anak panah Coa tauw Boe ie cian. Suratnya itu ditusuk dengan panah itu, setelah mana, dia berlalu juga kebelakang pintu angin.
Too Liong kagumi dua kawan yang nyalinya besar itu.
Menampak perbuatan kedua kawan itu, ia anggap iapun
tidak harus datang dengan begitu saja, maka ia terus loncat turun, ia singkap sero untuk masuk kedalam. Ia hampirkan meja, akan baca kedua potong surat.
Ay Kim Kong menulis dengan, ringkas: "Terimalah
hormatnya Na Hoo, murid dari Hoay Yang Pay."
Coe In Am coe menulis: "Hormat dari Coe In, murid See Gak Pay." Hanya surat ini ditusuk dengan anak panah
istimewa dari pendeta wanita itu, sebab itu adalah panah yang asalnya didapat dari orang Hong Bwee Pang di Lok hoen tee, yang Coe In simpan saja, baharu sekarang
dikeluarkan, dipulangkan".
Diam2 Eng Jiauw Ong merasa puas. Iapun masih
simpan panah semacam itu. Maka ia pikir, kenapa ia juga tak hendak meninggalkannya. Karena mana, ia jemput pit, ia lantas menulis: "Hormat dari Ong Too Liong, angkatan muda dari Rimba Persilatan." Ia tinggalkan surat ini
bersama dua surat kawannya. Kemudian iapun pergi
kebelakang pintu angin, akan dapati sebuah pintu disitu. Ia tidak berani berlaku sembrono, dengan hati2 la dekati pintu yang ia tolak dengan pelahan, akan melongok kedalamnya.
Disitu tidak ada orang, keadaanpun sunyi sekali. Maka dengan pelahan ia bertindak memasuki pintu itu, hingga ia jadi berada disuatu tempat lain.
Kira2 lima enam tumbak jauhnya dari pintu ada sebuah
gunungan, yang menghalang jalanan, tetapi, dikaki gunung palsu itu ada sebuah jalan lain, yang tikung menikung dan gelap, umpama ada penjahat sembunyi di situ, sukar untuk mengetahui nya. Karena Na Hoo dan Coe In Amcoe sudah
masuk, ketua Hoay Yang Pay inipun tak mau mundur.
Sambil memasang mata ia bertindak masuk dijalan gunung
palsu itu. Ketika ia muncul dilain sebelah, ia dapati satu tempat terbuka, yang jalanannya lebar dan ada pepohonan dikedua sisinya. Akan tetapi diwaktu malam seperti itu, tak bisa orang melihat jauh kedepan, tak dapat diketahui berapa panjangnya jalan itu.
Eng Jiauw Ong maju terus. Dari kedua sisi jalan itu,
antara pepohonan, kadang2 terlihat cahaya api tetapi tidak ada orang sama sekali. Adalah setelah jauhnya beberapa panahan, baharu kelihatan sebuah san chung atau


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kampung, yang terkurung oleh pohon coel, pek dan siong.
Jalanan terbuat dari batu putih, diapit dengan pohon bambu halus dan bunga2.
Eng Jiauw Ong merasakan suasana tak menyenangkan,
karena itu, ia tidak mau berlaku sembrono. Sekarang
terlihat sisa bulan sisir dan bintang pagi yang jarang.
Dengan jalan disitu, gampang ia dapat dipergoki umpama disitu ada orang jahat. Maka terpaksa ia ambil jalan antara pepohonan.
Satu kali, selagi ia taruh kakinya dengan pelahan2, Eng Jiauw Ong rasakan kena injak suatu barang lembek, lalu injakannya itu disusul oleh suara melesatnya suatu benda.
Ia terperanjat. Segera ia loncat mundur dengan gerakan
"Kim lie too coan po" atau "Tambra emas lompat
berbalik." Benar disaat ia berlompat, ada anak panah yang
menyamber dari samping, dari bawah keatas, apabila ketua Hoay Yang Pay ini tidak berlaku gesit, pasti ia jadi
korbarnnya panah rahasia itu.
Tepat dugaannya Too Liong bahwa, disitu mesti ada
pesawat rahasia. Namun tidak menjadikan ia jeri, ia maju terus. Bukankah Na Hoo dan Coe In sudah maju
mendahului ia" Sekarang ia ambil jalanan batu putih itu, ia
berlari dengan pesat Sekira sepanahan jauhnya. kembali Eng Jiauw Ong lihat sebuah rumah besar, yang
potongannya beda daripada rumah yang kebanyakan,
payonnya lebar, pintunya tiga, masing2 jendelanya pun berlainan rupanya. Dari dalam jendela terliliat cahaya terang. Pun disini tidak ada penjaganya.
Dengan hati2 Eng Jiauw Ong hampirkan rumah itu. Ia
tidak dengar suara apa juga. Setelah melihat kesekitarnya, ia mendekati sebuah jendela model daun pisang. Ia
pecahkan kertas jendela untuk mengintai kedalam. Ia
tampak sebuah ruangan lebar. Belasan tumbak dari jendela, ada satu tempat pemujaan atau sembahyang, yang dikitari loneng dua kaki. Entah patung apa yang dipuja disitu tak dapat dilihat nya, karena tertutupkan kain kuning
seanteronya. Diluar loneng ada tiga buah meja beserta taplaknya warna kuning juga. Diatas penglari ada
digantungkan belasan pelita lioe lie teng. Didepan setiap meja ada sebuah kursi. Diempat penjuru ruangan pun ada meja2 serta kursi dengan taplak meja dan tutup kursi
berwarna merah. Di kedua samping ketiga meja didepan
tankan ada ditaruhkan satu Bok tay, atau pay kayu,
besarnya lima kaki, tingginya tiga kaki, diletaki atas kaki kayu juga. Bokpay itu ada dituliskan huruf merah tetapi Eng Jiauw Ong tak dapat baca, karena terpisahnya cukup jauh,
Disetiap kursi dari ketiga meja itu ada duduk masing2
satu orang. Didepan mereka, berduduk dikiri kanan adalah kedua hiocoe tadi, ialah Auwyang Siang Gee dan Thian
kong chioe Bin Tie si Tangan Malaikat.
Yang duduk ditengah ada seorang dengan umur kurang
lebih enam puluh tahun, mukanya perok, kumis jenggotnya pecah tiga tetapi romannya keren. Dia mengenakan
thungsha biru, tetapi tidak memakai kopiah. Rupanya dia
adalah Thian lam It Souw Boe Wie Yang, Liong Tauw
Pang coe atau ketua dari Hong Bwee Pang;
Melihat ruangan itu, Eng Jiauw Ong kagumi Boe Wie
Yang sebagal orang kang ouw luar biasa, kepala dari
serombongan kaum Sungai Telaga.
Rupanya mereka itu sedang berdamai, hanya entah
urusan apa yang dibicarakan. karena suara mereka tidak terdengar nyata, apa yang dapat dilihat adalah gerak gerik mereka.
Didalam ruangan itu bukat berada cuma mereka berlima, tiga empat tumbak jauhnya dari tempat pemujaan, ada dua anak muda yang berdiri diam dengan kedua tangan
diturunkan. Kemudian, selang sedikit lama, Boe Wie Yang
berbangkit akan menoleh kepada kedua anak muda itu, ia geraki tangannya, atas mana dua orang itu memberi hormat sambil menjura, lalu mereka undurkan diri kebelakang, keluar dari masing2 dua pintu kecil.
Eng Jiauw Ong lihat, sama sekali ada sembilan pintu
kecil semacam itu, atau barangkali dua belas. Tidak semua pintu kelihatan tegas oleh ketua Hoay Yang Pay, karena itu teraling mejanya ketiga pemimpin itu.
Karena percaya, apabila ia berada disebelah belakang, la akan bisa dengar pembicaraan " mungkin yang mengenai
pihaknya sendiri " Eng Jiauw Ong lalu pergi kesebelan belakang itu. Ia berlaku sebat tetapi waspada. Ia hanya pikirkan: ketika itu, untuk sampai pada saat terang tanah, sudah tidak banyak tempo lagi. Dengan berani ia
hampirkan pintu belakang, pintu angin, setelah perhatikan sekitarnya, ia tolak sedikit daun pintu, untuk mengintai kedalam. Disini tidak ada yang jaga, diam2 ia menyeplos masuk. Lekas2 ia pergi kebelakang tempat perjamuan, sin
tan. Segera ia cari tempat untuk umpatkan diri, ialah diatas penglari. Ia merasa heran mendapati penglari itu tidak ada debunya, ia curiga.
Sementara itu terlihat, sin tan, yang ditutup cita kuning, berada ditempat luasnya tujuh delapan tumbak. Api
penerangannya cuma sebuah pelita Ban lian teng, yang
apinya kecil dan suram. Sukar akan lihat nyata sin tan itu kecuali orang turun dan mendekati. Pun ada berbahaya
untuk periksa sin tan, karena untuk kaum kang ouw, itu ada satu pantangan besar. Sebagai orang Hoay Yang Pay, Eng Jiauw Ong tidak berani berbuat demikian. Diatas meja
kedapatan hio dan bunga, juga leng kie dan leng pay. Dikiri kanan sin tan itu juga ada beberapa macam perkakas
hukuman. Dari tempat sembunyinya ini, Eng Jiauw Ong bisa
melihat dan juga mendengar suara orang. Mulanya ia
dengar hal2 yang tidak ada hubungannya dengan ia, sampai terdengar Bin Tie bilang: "Kejadian kali ini ada diluar dugaan. Cap jie Lian hoan ouw kita pun tak pernah ada orang luar yang mendatangi! Maka nanti, apabila urusan sudah selesai perlu kita mengadakan perbaikan dan
perubahan, untuk mencegah bencana dikemudian hari.
Bagaimana pikiran Pangcoe?"
"Bin Hiantee benar," Boe Wie Yang manggut. "Tetapi
aku telah bersiap siang2. Aku undang hiantee berduapun untuk membicarakan hal ini. Aku tahu, persiapan kita
didepan hanya bisa dipakai untuk menghalangi orang kang ouw biasa, tidak orang yang sekarang mengunjungi kita.
Diantara mereka ini, ada yang liehay. Barisan Houw see tin kita, yang seperti permainan anak2, tidak bisa dipakai merintangi mereka itu. Sampai sekarang belum ada orang yang masuk kemari, mungkin dugaanku meleset."
Tiba2 ketua ini berbangkit.
"Ada serupa barang yang aku hendak perlihatkan
kepadamu, jiewie hiantee," ia menambahkan, lalu dengan sekonyong2 tubuhnya melesat kearah penglari.
Eng Jiauw Ong kaget, ia sangka orang telah ketahui ia bersembunyi disitu. Ia lantas bersiap untuk menghadapinya.
Tetapi segera hatinya lega. Pang coe itu hanya capaikan penglari diatasan kepalanya, dari situ dia ambil satu bungbung bambu warna merah, lantas dia turun pula.
Diam2 Eng Jiauw Ong tertawai dirinya sendiri. Ia mirip dengan si penjahat yang hatinya kecil. Apabila ia lantas menyingkir, atau menghadapi ketua Hong Bwee Pang itu, tidakkah rahasianya ketahuan" Dengan tenang ia terus
mengawasi pula. Boe Wie Yang duduk pula di kursinya, kedua hiocoe
yang di ajak bicara itu berbangkit akan dekati ia dimejanya.
Ia lantas buka tutup bungbung, dari dalamnya ia keluarkan sebungkus sutera kuning, yang terus ia buka. Isinya
bungkusan itu ada dua lembar kertas, ia lantas beber satu diantaranya.
"Lihat, hiantee," ia kata "Ini yang ditandai merah ada tempat2 yang dilalui kedua rombongan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay selama perjalanan mereka kemari. Pikirku, sehabis ini aku hendak tutup semua tempat itu buat diganti dengan yang nanti kita buka baru. Pada hari belakangan ini, akupun telah dapat tiga jalanan yang baru, buatan alam.
Tadinya pernah aku memeriksa tiga tempat itu, tetapi aku tidak memperhatikannya. Setelah tenangkan diri beberapa hari, aku teringat kepada keterangannya seorang berilmu, yang baru ini aku ketemukan. Dia jugalah yang hunyukkan aku Cap jie Lian hoan ouw ini, yang mirip dengan Taman Bunga Toh. Katanya, asalnya Cap jie Lian hoan ouw
adalah tempat pertapaannya seorang berilmu, setelah
meninggalkan tempat ini, orang berilmu itu tutup perbagai
jalanan penting. Aku diberitahukan bahwa tempat ini
mencil tetapi penting untuk siapa hendak tancap kaki disini.
Memang, siapa tidak kenal baik keadaan dibelakang
gunung Gan Tong San, tidak nanti dia dapat cari tempat kita ini."
Memang beruntung Boe Wie Yang, setelah pengunjukan
orang berilmu yang dia sebutkan tadi, dia berhasil menemui Hoen coei kwan berikut Cap jie Lian hoan ouw dimana ia bangunkan pula Hong Bwee Pang bersama tiga gedung
bahagian dalam " Lwee Sam Tong ", lalu lengan dibantu oleh Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong, Gedung
Burung Hong, Bin Tie dari Ceng Loan Tong, Gedung
Burung Loan, dan Ouw Giok Seng dari Kim Tiauw Tong,
Gedung Burung Garuda, yang semuanya liehay, ia bikin
sarangnya ini jadi sarang yang sangat tersembunyi dan berbahaya, sedang ia sendiri, dengan kecerdikan dan
kelicinannya, berhasil mengumpulkan orang2 kosen untuk jadi kaki tangannya. Ia tahu jelas segala apa yang kejadian selama kedua kaum Hoay Yang Pay dan See Gak Pay
alami disepanjang jalan untuk memenuhi undangan nya,
sesudah tetamu nya sampai di Cap diye Lian hoan ouw.
baharu sekarang ia himpunkan semua hiocoe dari Lwee
Sam Tong, Tiga Gedung Dalam.
Eng Jiauw Ong kagum akan kecerdikan dan keterlitiannya Boe Wie Yang, tetapi dengan inipun ia jadi ketahui, ketua Hong Bwee Pang itu telah ketahui segala perbuatan orang sebawahannya. Ia ingin melihat lebih
nyata, walaupun ia tahu, gedung Thian Hong Tong ini ada berbahaya. Ia geser tubuhnya. Ia percaya betul, ia akan kealingan ban tiang kuning itu, hingga orang tak dapat lihat padanya. Begitulah ia pindah kesebelah kiri Tetapi, baharu saja ia sembunyi, ia rasakan seperti ada orang yang betot ujung bajunya. Ia menoleh dengan segera, ia lihat ujung ban
tiang bergerak sedikit, seperti bekas ketiup angin. Ia diam saja, tetapi ia pasang mata, Boe Wie Yang didalam
rapatnya masih saja berkata kata, sampai Auwyang Siang Gee keluarkan segulung kertas dari sakunya, yang ia buka depan ketuanya itu, atas mana, si ketus, manggut
berulang2. "Kelihatannya perlu kita periksa tiga tempat itu untuk ketahui pihak lawan dapat ketahui atau tidak," berkata Auwyang Siang Gee. "Turut penyelidikanku yang saksama, tidak ada tanda suatu apa juga bahwa musuh pernah pakai itu, tetapi ada laporan bahwa musuh telah masuk dengan diam2 maka inilah luar biasa. Apa mungkin ada jalan
rahasia lain?" "Kalau hal benar terjadi, tak dapat kita persalahkan
orang2 kita yang bertugas berjaga2,"
Bin Tie turut bicara. "Kita harus insaf, dipihak lawan, yang terdiri dari dua kaum, ada orang2 yang luar biasa liehay. Menurut laporan dari cabang hoen to ke 16 dibarat utara, pendeta wanita dari See Gak Pay yang paling liehay, yaitu To Cie Taysoe, telah ajak murid kesayangannya
mendatangi Gan Tong San, hanya entah mereka sudah
memasuki Cap jie Lian hoan ouw atau belum. Jikalau
pendeta itu datang, ia tentu tidak bersendirian, berbagai to coe kita pasti tak akan sanggup rintangi pada nya."
Boe Wie Yang bersenyum. "Menurut laporan Ouw To coe, yang telah langgar
aturan kita, juga Tiat So Too jin dari Hoay Yang Pay telah datang kemari, menerangkan ia. "Ia dan To Cie Taysoe
adalah angkatan tua dari kedua kaumnya. Biarlah mereka datang, supaya aku bisa belajar kenal dengan keliehayan mereka. Tentu saja aku insaf, saat ini ada saat mati
hidupnya Hong Bwee Pang kita, maka itu, tidak nanti aku
rela mengantapkan pendirianku ini kena digempur musuh.
Umpama, kita toh terdesak, aku percaya kita akan dapat mengundurkan diri dengan ambil jalan rahasia Ouw hie to.
Tikungan Ikan Hitam, jalanan keluar yang paling terahasia itu. Satu kali Cap jie Lian hoan ouw termusnah, akupun akan bakar ludas Lek Tiok Tong dan Pek Tiok Am!"
Bercekat hatinya Eng Jiauw Ong akan dengar ucapan
mengancam dari ketua Hong Bwee Pang itu. Orang jadinya ada kandung niat jahat sekali. Jadi tepat kepada pepatah :
"Orang tak pikir ganggu harimau, harimau berniat celakai manusia."
"Tidak siasia perjalananku ini, aku jadi kenal tabeat manusia," pikir ketua Hoay Yang Pay ini. "Boe Wie Yang benar liehay, dia perkuat sarang, dia pun siapkan jalan molos."
Diam2 Too Liong bergirang, karena ia ketahui rahasia
musuh. CXIII Auwyang Siang Gee turut bicara, tetapi suaranya begitu pelahan hingga Eng Jiauw Ong tidak dapat dengar, tetapi terang dia omong tentang Ouw hie to, jalan rahasia itu.
Boe Wie Yang kerutkan dahinya.
"Jiewie hiantee, jangan katakan aku kouw ka tie, sebab aku tidak siang2 buka rahasia jalan itu kepadamu berdua,"
kata dia. "Dalam hal ini, aku pikir, apabila sudah sampai saatnya, tidak nanti aku tinggalkan kau. Aku percaya betul ketangguan Cap jie Lian hoan ouw. Baik jiwie ketahui, dalam satu tahun, tempat itu aku tengok cuma satu dua kali. Untuk persiapan, aku sudah sediakan dua belas buah perahu kulit, yang aku bawa dari Hokkian. Semua perahu
itu dapat memuat lima sampai enam puluh orang. Aku
pegang rahasia sendiri, supaya tidak lebih banyak orang yang mengetahuinya. Tetapi sekarang ini, aku nanti ajak kau pergi lihat, supaya kau kenal jalanan itu, agar kitapun bisa periksa, apa jalan itu telah diketemukan musuh atau tidak. Aku juga ada punya satu peta lain, mari kita periksa dan akurkan, cocok atau tidak dengan kepunyaanmu,
saudara Auw yang." Bie Wie Yang berbangkit, diturut oleh kedua hiocoe
didepan nya. Ia geser kursinya, lalu ia mundur dua tindak kekanan, kepalanya terus mendongak akan melihat lelangit rumah.
Eng Jiauw Ong heran atas kelakuan Boe Wie Yang itu.
Ia pun melihat kelelangit rumah, yang dibikin sedikit munjul.
"Apa mungkin orang bisa sembunyi dilelangit seperti
ini?" Too Liong tanya dirinya.
Selagi ketua Hoay Yang Pay ini berpikir, Boe Wie Yang sudah bikin satu, gerakan tubuh, hingga sekejab saja
tubuhnya sudah terenjot naik, mencelat kearah lelangit.
Inilah ilmu enteng tubuh Keng kang Tee ciong soet yang seperti burung walet terbang diudara. Tidak sampai
membentur lelangit, Boe Wie Yang samber balok palangan yang ia terus cekal, tubuhnya bergelayutan.
Menampak demikian, Eng Jiauw Ong kagum. Ia tahu
betul, pada lima tahun yang baru lewat, ia pasti tidak sanggup berbuat demikian. Adalah karena tekad bulat
untuk menuntut balas, selama tahun2 yang belakangan ini, ia sudah berlatih diri dengan sungguh2, hingga tangannya jadi kuat sekali. Ia percaya kepandaiannya sekarang akan berimbang dengan ketua Hong Bwee Pang itu, ada tak
gampang untuk menangi Thiam lam It Souw.
Aksinya Boe Wie Yang tidak berhenti sampai disitu.
Dengan gunai tenaganya, ia angkat tubuhnya hingga jadi melintang, kedua kakinya menempel pada balok, hingga
tubuhnya jadi tertolak kaki dan tangan, tubuhnya itu seperti nempel kepada lelangit, sesudah mana ia lepaskan cekalan tangan kanan, untuk pakai tangan ini membuka selembar papan lelangit itu. Setelah ini, ia pakai tangan kanannya untuk berpegangan, sebagai gantinya, tangan kirinya
dipakai menolak papan yang kiri, hingga dilain saat lelangit itu terbuka sebagai lobang besar, yang memuat tubuh orang.
Dan Boe Wie Yang, tanpa ayal lagi segera naik, akan
masuk kedalam lobang itu. Nyatalah. lelangit itu ada
lelangit dari loteng rahasia. Tidak akan ada orang yang sangka bahwa itu adalah loteng apabila orang tak lihat sendiri. Itu nampaknya sebagai loteng biasa, yang tertutup rapat rapat.
Lekas sekali, Boe Wie Yang sudah muncul pula, ia
lompat turun dengan enteng sebagai kera gesitnya, tanpa menerbitkan suara, hingga siapa yang menyaksikannya
pasti kagum. Auwyang Siang Gee dan Bin Tie menghampirkan
dengan sikapnya sangat menghormat.
Boe Pang coe bertindak ke kursinya, dibebokongnya ada tergondol satu bungkusan kuning, yang tali ikatannya di ikat didepan dadanya, setelah tali itu ia buka, ia loloskan bungkusan kuning itu.
Auwyang Siang Gee segera menyanggapi dan diletaki
diatas meja, didepan Wie Yang sekali. Sikapnya yang
menghormat menandakan bungkusan itu ada suatu barang
sangat berharga. Sesudah ia berduduk, baharu Boe Wie Yang mengulur
kedua tangannya akan buka bungkusan kuning itu, dari
dalam mana ia keluarkan satu bungbung serta empat jilid buku dengan kulit cita kuning. Ia balik2 lembarannya satu jilid, setelah mana, ia tunjuk satu halaman seraya berkata kepada hiocoe dari Thian Hong Tong: "Sejak Siang tauw niauw Kiang Kian Houw dihukum mati, piauw pounya
telah diambil pulang tetapi cong hay teenya masih belum dihapus, maka hiantee, tolong kau coret namanya."
Dengan "cong hay tee" atau "hay tee" dimaksudkan
daftar anggauta serta anggaran rumah tangga dari Hong Bwee Pang.
Auwyang Siang Gee manggut, ia tarik buku itu, ia ambil pit merah, lalu ia menulis beberapa huruf sebagai tanda penghapusan nama Kian Kian Houw sebagai anggauta.
Setelah itu Boe Wie Yang jemput bungbung akan dibuka
tutupnya, dari dalam mana ia kasi keluar selembar kertas lebar, yang nyata ada sebuah peta bumi yang garis
perbatasannya ditandai merah dan biru.
"Inilah petaku, jiewie hiantee, peta jalan darat dan air dari Cap jie Lian hoan ouw kita," ketua itu terangkan.
"Semua jalan masuk dan keluar ada ditandai tegas sekali disini. Sekarang, Auwyang Hiantee, coba kau padu dengan keadaan sekarang, apakah ada yang tidak cocok."
Seraya menyahuti "Baik" Auwyang Siang Gee lantas
tunduk untuk periksa peta itu.
"Garis merah itu adalah jalanan rahasia tersebut," Boe Wie Yang tunjukkan.
Bin Tie pun turut memeriksa, lalu keduanya menghela
napas. "Pang coe gagah, cerdik dan terliti, ada siapa tak akan kagumi dan tunduk padamu?" kata mereka.
"Jiewie hiantee terlalu memuji." ketua itu bilang. "Aku justeru berterima kasih terhadap semua saudara yang telah membantu aku, hingga aku bisa bangunkan pula Hong
Bwee Pang berikut Lwee Sam Tong. Tentu saja aku mesti jaga agar tidak ada tindakanku yang keliru dan merugikan.
Sekarang ini, keadaan ada lain dengan hari2 biasa, sekarang musuh besar kita sudah masuk kedalam perut kita, inilah saat mati dan hidup! Aku bersyukur yang jiewie bisa bersatu hati, dengan begitu bisalah kita ber sama2 melayani
musuh." "Itulah keharusan kita bersama," kata Bin Tie, yang
menambahkan: "Sekarang sudah jam lima, silahkan Pang
coe beristirahat." Tiba2 Boe Wie Yang ingat suatu apa, maka ia berkata
pula. Ia menunjuk pada namanya Lie touw hoe Liok Cit
Nio, tocoe dari See louw Cap jie too di Liang Seng San, yang katanya cabul dan suka main gila, hingga
mendatangkan kemurkaannya kedua pihak Hoay Yang Pay
dan See Gak Pay, yang sudah musnahkan Liok kee po,
sampai karenanya, Hong Loen dan kawannya turut rubuh
ditangan Hoay Yang Pay, hingga nama baik Kong Bwee
Pang turut tercemar. "Ingat kepada ayahnya di Hok Sioe Tong, yang telah
berjasa, untuk tidak melukakan hatinya ayah itu, aku tidak mau bertindak terlalu keras padanya," Pang coe itu
tambahkan, "akan tetapi dia bandal dan tidak kenal batas, dia pandang tak mata aturan kita, dia seperti satu
pemberontak saja. Yang paling hebat adalah dia sudah
berani nyelusup masuk kedalam Hok Sioe Tong dimana
hampir ia bikin celaka ayahnya sendiri, maka guna cegah dia rusaki nama baik Hong Bwee Pang, Auwyang Hiantee, kau sekalian saja coret namanya itu dari daftar anggauta.
Besok, kalau dia datang, dia mesti ditahan. Dari dia, kita
mesti ambil pulang piauw pouwnya. Sekarang ini, aturan perkumpulan mesti dijalankan supaya bisa dijadikan contoh untuk semua anggauta kita. Jikalau dia diantap saja, pasti tidak bisa lagi aku kendalikan perkumpulan ini!"
Selagi mengucap demikian, roman mukanya Boe Wie
Yang menunjukkan kemurkaan.
"Itulah kebijaksanaan Pang coe," berkata Thian kong
chioe Bin Tie sambil berbangkit dengan sikap menghormat.
"Tetapi, sebagai seorang perempuan, bisa dimengerti
apabila satu waktu Cit Nio berbuat keliru. Lain daripada itu, sekarang ini semua2 keluar dari pihak mulut lawan2
nya, mungkin pada itu ada kedustaan. Maka aku pikir
baiklah Pang coe tunggu sampai sudah ada satu
pemeriksaan, baharu dia dihukum apabila terbukti terang kesalahannya. Dengan kebijaksanaan Pang coe, sekarang namanya itu jangan dicoret dulu."
Diam2 Eng Jiauw Ong damprat Bin Tie, yang ia duga
tentu nya ada mempunyai perhubungan dengan Liok Cit
Nio, maka dia berani belai perempuan cabul itu.
Boe Wie Yang angkat kepala nya memandang hiocoe
itu, dia bersenyum. "Liok Cit Nio telah peroleh kemurahan hati Soe couw,
dia telah diberi tugas memimpin Cap jie too sebelah Barat,"
kata ketua ini, "akan tetapi dia telah tidak memikir untuk membalas budi, sebaliknya dia berani bertindak secara yang bukan2, dia tidak saja langgar aturan kita, diapun langgar pantangan kaum kang ouw, jikalau kita tidak hukum
padanya, tidak saja kita antap aturan kita sendiri dirusak, kitapun malu terhadap sesama kaum kang ouw, apapula
disaat ini, saat kita menghadapi Hoay Yang Pay dan See Gak Pay. Umpama pihak tetamu ketahui rahasianya Cit
Nio, bagaimana aku ada punya muka akan ketemui
mereka" Bin Hiantee, kau telah berpengalaman untuk
banyak tahun, janganlah karena urusan perseorangan kau nanti tinggalkan penyesalan untuk dikemudian hari,
haruslah kau berpemandangan jauh..."
Bin Tie kemalu2an, hingga mukanya menjadi merah.
"Sebenarnya siauwtee cuma ingat kepada suaminya,
Liok Kie, yang telah berbuat banyak bagi perkumpulan kita, yang telah mati berkurban," kata hiocoe ini. "Pang coe, terima kasih untuk nasihatmu ini."
Setelah mengucap demikian, Bin Tie mundur dua tindak, ia rangkap kedua tangannya, lalu ia menjura terhadap
ketuanya. Itulah tanda menghaturkan maaf.
"Itulah bagus bahwa kau telah dapat mengerti aku,
hiantee," kata Boe Wie Yang, yang lihat orang insaf. "Sama sekali kau tidak bersalah."
Eng Jiauw Ong kagum terhadap Wie Yang, terhadap Bin
Tie juga. Boe Wie Yang untuk kebijaksanaannya itu, dan Bin Tie untuk kesadarannya. Pantas Wie Yang telah jadi ketua yang dimalui.
Bin Tie maju pula akan balik2 lembaran buku anggauta, ia coret namanya Liok Cit Nio, kemudian ia tunjukkan
daftar itu kepada ketuanya, yang lihat itu sambil
angguk2kan kepala. Segera. Boe Wie Yang berbangkit.
"Bukankah jiewie hiantee telah lihat jalan rahasia kita ini?" kata ia kemudian kepada kedua hiocoe itu. "Aku
harap jiewie ingat baik2, apabila datang saatnya yang penting, dari sana kita nanti ambil jalan."
"Tapi aku harap tak usahlah sampai kita menggunai itu!"


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Auwyang Siang Gee sambil tertawa. "Tanpa
menggunai itu berarti keberuntungannya perkumpulan
kita!" "Aku juga harap kita sanggup lindungi usaha kita ini,"
berkata Boe Wie Yang. "Ini ada hasilnya cape lelahku
selama belasan tahun, apabila ini mesti termusnah dalam satu hari, tentu sekali aku tidak puas!"
Tengah mengucap demikian, Thian lam It Souw
masukkan peta kedalam bungbungnya dan bungkus itu
bersama buku anggautanya semua, lalu ia gendol pula
dibebokongnya. Lobang lauwteng masih terbuka, ia
bertindak kearah itu, untuk loncat naik keatasnya. Ia menghilang sekian lama, lantas ia muncul pula dengan
bergelantungan, dengan lempangkan tubuh ia hendak tutup rapat lobang rahasia lelangit rumah itu seperti asalnya tadi.
Justeru itu, diluar pintu ketiga, disebelah utara, terdengar suara orang, suaranya pelahan, hingga tidak terdengar apa katanya. Tetapi menyusul itu terdengarlah suara lain yang keras: "Mundur, tak usah kau perdulikan!" Segera terlihat satu bayangan berkelebat, berlompat untuk masuk kedalam ruangan.
Auwyang Siang Gee dan Bin Tie terkejut, tetapi yang
pertama tanpa ayal lagi lompat kearah pintu itu sambil membentak "Siapa kau" Kenapa kau lancang masuk tanpa
perkenan Pang coe" Lekas mundur!"
Selagi Auwang Hiocoe berlompat berbareng sama
seruannya itu, ketua Hong Bwee Pang telah perlihatkan kesebatannya menutup lauwteng rahasia. Ia sebenarnya
gusar mengetahui ada orang lancang masuk, tetapi itu tidak membikin ia gugup. Setelah itu, dengan gerakan "Kim lie to coan po," atau "Ikan tambra mas menerjang gelombang,"
ia loncat turun kesebelah utara, sambil berloncat kedua tangan nya dikibaskan kearah pelita lioe he teng hingga
apinya padam dengan segera. Ia menginjak lantai hampir berendeng dengan Auwyang Siang Gee, dan hiocoe ini
sudah siap akan serang bayangan itu.
Bin Tie juga sudah siap untuk sambut bayangan yang
belum dikenal itu. Dari luar segera terdengar suara jawaban: "Auwyang
Loosoe, siauwtee datang secara kesusu, harap kau maafkan aku..."
Mendengar suara orang itu, yang rupanya ia kenalkan,
Boe Pang coe perdengarkan suara di hidung. Tetapi Auw yang Siang Gee sendiri segera bertindak kesamping sambil ia menyahuti: "Ada Pang coe disini, silahkan hiantee lekas bicara sendiri!"
Orang yang muncul secara lancang itu adalah Ouw Giok
Seng, yang baharu kembali dari Ceng Giap San chung,
untuk mengatur penjagaan disana menuruti titah ketuanya, untuk ia bersiap2 nanti melayani orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay.
Boe Pang coe sendiri sudah lantas mundur.
"Giok Seng Hiantee, kenapa kau begini tergesa2?" ketua itu mendahului menanya. "Syukur aku belum keburu turun tangan, kalau tidak, walaupun senjata rahasia tidak sampai melukai kau, akan tetapi apabila ini terdengar orang luar, apakah tak akan menjadi buah tertawaan?"
Pat pou Leng po Ouw Giok Seng, hiocoe dari Kim
Tiauw Tong, segera insaf akan kesemberonoannya apabila ia saksikan ketuanya sendiri sampai maju untuk turun
tangan. Baharu sekarang ia ingat, sekalipun dua kacung pelayan kepercayaannya Pang coe itu sendiri, tidak berada disitu. Itulah tanda bahwa ketua itu sedang bikin rapat rahasia. Ia jadinya benar2 ada lancang sekali. Karena ini, ia
segera memberi hormat sambil menjura dengan dalam,
kemudian ia berikan lapurannya. Ia kata: "Sehabisnya
mengatur di Ceng Giap San chung, dalam perjalanan
kembali aku dapatkan tanda2 bahwa garis Houw see tin
telah dilewati oleh orang yang mengerti ilmu enteng tubuh yang sempurna. Karena musuh telah masuk jauh kedalam
daerah kita ini, aku kuatir musuh itu nanti menyelusup kemari untuk mengintai rahasia kita, dari itu aku telah datang dengan tergesa2 un tuk memberi laporan, supaya kita bisa bersiap sedia. Begitulah, aku jadi telah berbuat lancang seperti ini. Mengenai ini, aku mohon kemurahan hati Pang coe untuk memaafkan aku."
"Kau berbuat tak sengaja, tak apa," sahut Boe Wie Yang dengan tawar. "Biar musuh lewati Houw see tin dan
menyelusup masuk kedalam Lwee Sam Tong ini, tidak usah kita kaget dan ibuk tidak keruan! Dengan melihat kepada keagungannya" aku anggap tidak selayaknya pihak Hoay
Yang Pay dan See Gak Pay mengintai kita. Baiklah kita bersikap tenang2 saja, kita lihat bagaimana nanti jadinya."
Mendengar demikian, Ouw Hiocoe cuma bisa mengatakan "Ya."
"Jiewie hiantee," Boe Pang coe kata pada Auwyang
Siang Gee dan Bin Tie, "coba kau beritahukan Ouw
Hiantee apa yang tadi kita omongkan."
Meskipun ia mengucap demikian, Wie Yang toh lantas
memanggil dua kacung pelayannya, yang segera muncul
dengan masing2 membawa sebuah lentera, akan terus iringi ketua itu bertindak kebelakang meja pemujaan, akan
memasuki sebuah pintu. Auwyang Siang Gee tunggu sampai ketuanya sudah
masuk keperdalaman, lalu ia ajak kedua rekannya
hampirkan meja untuk berduduk, sesudah mana ia beri
tahukan Ouw Giok Seng tentang pesannya pang coe
mereka. Mendengar keterangan itu, Giok Seng manggut2. Tetapi
segera ia berkata "Aku anggap aku ada satu hiocoe dari Lwee Sam Tong, dartu walaupun per buatanku tadi ada
tidak selayak nya, aku.percaya dapat aku di beri maaf.
Memang Pang coe tidak tegur aku, tapi sikapnya ada
demikian rupa, hingga aku merasa tak enak sendirinya. Ka rena ini, sampai saat ini hatiku belum tenang kembali...."
Auwyang Siang Gee dan Bin Tie lihat orang tidak puas, mereka lantas simpangkan pembicaraan dengan tanya
tanda2 dari dilewatinya Houw see tin, itu jalan dengan pasir putih.
CXIV Tak dapat kemendongkolannya Ouw Giok Seng dibikin
lenyap dalam sekejab, maka itu, tiga hiocoe ini tidak berdiam lama di Thian Hong Tong, Gedung Burung Hong
itu, mereka undurkan diri dari situ sesudah kasi perintah pada penjaga gedung itu untuk menyapu dan membikin
bersih ruangan, supaya sudah siap sedia apabila besok pagi dilakukan pertemuan diantara tuan rumah dan kedua
golongan tetamu2nya. Seberlalunya Boe Wie Yang dan ketiga hiocoe itu, Eng
Jiauw Ong dapati Thian HongTong jadi sunyi, disitu
melainkan ada pelayan yang menantikan dan bekerja.
Karena ini, tak dapat ia turun untuk mencoba memeriksa pelbagai pintu. Ia lihat, haripun akan segera menjadi terang, tak dapat ia berdiam lebih lama pula digedung itu. Maka sekarang ia memikir akan halau pelayan itu, untuk ia bisa singkirkan diri. Ia baharu memikir, atau ia dapati ban tiang di belakangnya bergerak. Ia segera mengawasi, tetapa tidak
tampak suatu apa. Justeru itu ia rasakan berkesiurnya angin di atasan kepalanya, lalu satu bayangan melewati kearah pelita cioe lie teng yang besar, tidak terdengar suara gerakannya.
Karena heran dan berbareng ingin tahu. Eng Jiauw Ong
menunda keberangkatannya.
Pelita itu, yang tergantung di langit loteng, ada kuat sekali karena bayangan tadi berdiam diatasannya bagaikan burung menclok. Kegesitannya bayangan ini mengagumkan ketua Hoay Yang Pay.
Didalam ruangan itu, kecuali dua pelita, yang tadi
dipadamkan oleh Boe Wie Yang, masih ada empat pelita
kecil lainnya, mendadak padamlah pelita sebelah Utara, lalu menyusul yang sebelah Selatan. Ketika itu tidak ada angin dan si bayangan juga tak terlihat aksinya.
Disitu ada empat penjaga, mereka heran hingga mereka
perdengarkan seruan tertahan.
"Langit belum terang tanah, minyak sudah habis, inilah heran," kata satu diantaranya.
"Kau ngaco!" menegur satu kavvannya. "Lagi dua jam
minyak tak akan habis!...."
Tapi dia ini berhenti dengan tiba2. Sebab dengan tiba2
juga, pelita yang ditengah turut padam sendirinya. Dari heran, empat penjaga ini menjadi takut. Mereka lantas men duga2 pada iblis.
Tanpa berjanji, ke empatnya segera geraki kaki mereka menuju kepintu.
"Lekas cari api," kata yang satu. "Kalau hiocoe
ketahuni, inilah hebat...."
Meskipun dia mengucap demikian, kakinya toh tidak
berhenti bertindak keluar. Malah mereka berebutan.
"Aduh!" menjerit seorang di antara tiga, yang rubuh
didekat pintu, karena mereka disentak kedua samping oleh kawannya yang bertenaga besar, siapa mendahului
menerobos keluar. Begitu lekas semuanya sudah keluar dari Thian Hong
Tong, mereka tidak lari lebih jauh, satu yang usianya lebih tua ber kata "Saudara2, jangan kacau! Thian Hong Tong ini ada gedung paling penting, semua upacara dilakukan disini, sampai sebegitu jauh belum pernah terjadi suatu apa, maka sial adalah kita, justeru malam ini ada giliran kita menjaga, bisa terjadi api padam tak keruan! Inilah berbahaya, kalau Pang coe ketahui, kita bisa dihukum. Semua pelita disini termasuk tugas pengurusannya Cin Hio coe dari Liang
hiang pou, bahagian rangsum, dia terkenal bengis, siapa langgar aturan, jangan harap bisa hidup lebih lama pula!
Biasanya lioe lie teng ini, walaupun tidak dipakai, harus selamanya penuh terisi minyak, umpama ada sebuah pelita yang kurang minyak, orang masih di tuduh teledor, tetapi sekarang semua pelita itu padam. Apa mungkin disini ada orang main gila" Mari kita periksa, karena aku sangsi betul...."
Tiga kawan itu saling mengawasi, mereka pun heran.
Kenapa semua pelita padam, walaupun dengan bergantian"
"Nanti aku cari api," kata satu diantaranya seraya terus ia pergi kebelakang Thian Hong Tong, kedapur, sedang tiga kawannya terus saling men duga2.
Sementara itu didalam Thian Hong Tong, yang menjadi
gelap petang, Eng Jiauw Ong, setelah ia memasang mata terhadap si bayangan, yang telah padamkan semua pelita dengan pukulan angin secara menimpuk piauw, batalkan
niatnya angkat kaki. Bukankah ia telah saksikan orang punya rahasia" Maka
itu dengan berana meloncat turun dari tempatnya
sembunyi. Ia bertindak keluar, hingga ia saksikan
perbuatannya empat penjaga itu. Ia menduga pasti orang akan segera kembali kedalam ruangan, dengan demikian
temponya ada sangat singkat, tetapi ia tak jerih. Ia balik ketengah ruangan, setelah perhatikan lelangit loteng, ia enjot tubuhnya untuk loncat naik. Justeru itu, kembali ia rasakan sambaran angin, hingga ia batal loncat keatas, hanya ia bergerak kesamping, setelah mana, ia memutar tubuh untuk siap menghadapi musuh. Akan tetapi ia tidak lihat suatu apa, tidak sekalipun bayangan, melainkan ia dengar, diatasan kepalanya, suara yang dalam sekali
"Sekarang belum saatnya untuk lihat rahasia Hong Bwee Pang! Andai kata musuh tahu ada orang telah melewati
jalanan rahasianya dan telah memasuki daerah perdalamannya ini, lalu mereka memasang jebakan, ada
sukar untuk kita keluar dari sini, sama sukarnya seperti manjat kelangit. Mengintai kesinipun bukannya suatu
perbuatan terlalu laki2, maka marilah kita lekas mundur!"
Suara itu dekat sekali, tetapi ketika Eng Jiauw Ong
hendak berikan jawabannya, ia tampak satu bayangan
berkelebat pesat sekali. Ia tahu betul cuma Yan tiauw Siang Hiap yang ada punya kepandaian enteng tubuh demikian
diehay, tetapi bayangan ina kenali bukan suaranya dua saudara itu. Selaga berpikir demikian, ia tampak sinar terang dimuka pintu, lalu muncul dua pelayan, akan tetapi mereka ini merandek dimuka pintu, mereka sangsi untuk
bertindak masuk, lebih dahulu mereka ulur tangan mereka masing2 kedalam ruangan, untuk menyuluhi.
Ruangan ada gelap, kedua lentera memain apinya, dari
itu sinarnya tidak menyorot jauh, tetapi keduanya
memberanikan hati, akan bertindak masuk.
Eng Jiauw Ong tidak takut terhadap dua pengawal itu,
tetapa sembunyi ketempat gelap, matanya mengawasi
mereka. Tiba2 pengawal yang dikiri batuk2, dengan tangan
kirinya ia usap2 dadanya. Justeru itu, pengawal yang
dikanan menjerit "Ayo!" lantas lentera datangan kanannya terlepas dan jatuh, apinya padam.
"Siauw Tan, lekas lari!" ia berseru. Ia putar tubuhnya, ia kabur keluar.
Diluar ada dua kawan mereka yang sedang melongok
dimuka pintu, tidak ampun lagi mereka ini kena ditabrak kawan yang menjerit itu hingga jatuh terduduk dan yang menabrak turut rubuh juga, sampai mereka pingsan.
Tinggal pengawal yang satu, yang pun jadi ketakutan, ia putar tubuhnya untuk lari keluar, atau tiba2 kakinya
terserimpat terus ia rubuh, tubuhnya menindihi kaki
kawannya, hingga kawan itu sadar dengan kaget dan
kesakitan disertai jeritan "Aduh!"
Didalam gelap, Thian Hong Tong pun terselubung asap
dari kedua lentera, yang baharu padam itu.
Eng Jiauw Ong anggap ini ada saatnya yang paling baik, atau nanti rombongannya Auw yang Siang Gee keburu
balik, benar ia tidak takut tetapa ingin tak sampai dipergoki.
Demikian ia menjejakkan kedua kakinya akan enjot tubuh, buat loncat kepintu. Ketika ia hendak loncat buat kedua kalinya, satu bayangan berkelebat didepannya dan turun
dimuka pintu sekali. Ia segera minggir, karena ia belum tahu bayangan itu kawan atau lawan.
Datangnya bayangan ini membuat kaget dua pengawal,
yang hendak kasi bangun kawannya yang rubuh, hingga
mereka ini perdengarkan seruan tertahan, lekas2 mereka mundur.
"Kawanan bantong!" terdengar bayangan itu menegur.
"Kawanan tak punya guna, kau bikin malu saja pada Hong Bwee Pang! Kepalamu toh tidak diputas, buat apa kaget tidak keruan" Ada musuh didepanmu, kau menyangka
iblis!.... Hayo minggir, Ouw Hiocoemu nanti yang bekuk si siluman!"
Eng Jiauw Ong disebelah dalam pintu terkejut.
Bayangan itu jadinya ada Ouw Giok Seng, hio coe yang
liehay dari Kim Tiauw Tong, Gedung Garuda Emas. Ia
heran kenapa orang kembali sedang tadi dia itu telah
undurkan diri. Apa bisa jadi dia telah ketahui ada orang memasuki Thian Hong Tong"
Selagi ketua Hoay Yang Pay menduga2, suaranya Ouw
Giok Seng telah terdengar pula, malah dia bicara sambil tertawa dingin, katanya "Sahabat, kau telah datangi Hong Bwee Pang, itu tandanya kau menaruh hormat kepada
kami, karena itu kenapa kau main sembunyi2" Aku Ouw
Giok Seng ada paling hormati orang2 kang ouw sejati,
maka juga seundurnya dari Thian Hong Tong ini, aku
sudah pergi periksa Houw see tin dari mana aku dapat
kenyataan, masih ada sahabat yang berdiam disini, yang masih belum ingin berlalu karena itu, aku segera datang kemari untuk lakukan keharusannya si tuan rumah!
Sahabat, jikalau kau memandang mata kepadaku si orang she Ouw, silahkan kau keluar untuk bikin pertemuan!"
Ong Too Liong ada ketua Hoay Yang Pay yang
kenamaan, tentu sekali ia tidak sudi orang pandang rendah padanya, karena sudah pasti Ouw Giok Seng ketahui
didalam ruangan itu ada orang, ia tidak ingin sembunyikan diri lebih lama. Pun, dengan keluar dari Thian Hong Tong, ia jadi bisa layani musuh dengan merdeka, sedang didalam ruangan itu, ia bisa dikurung. Begitulah ia mundur tiga tindak untuk berloncat keluar dengan ilmunya enteng tubuh Pat pou Kan sian. Dengan jalan itu, apabila ia berloncat, ia akan loncat diatasan kepala orang. Setelah mundur, ia mendek sedikit, kedua dengkulnya pun sedikit ditekuk, tetapi disaat ia hendak gunai tenaganya, dari sampingnya ia dengar suara pelahan "Ong Loo soe, jangan kesusu! Nanti aku layani dia itu supaya dia tahu rasa, setelah dia kena terpancing, baharulah loosoe keluar dari Houw see tin.
Besok pagi saja kita nanti bikin pertemuan kepada
pemimpinnya." Eng Jiauw Ong heran, karena dekat suaranya orang itu
tetapi ia tak tampak orangnya. Itu adalah tanda bahwa orang itu ada punya kepandaian yang liehay sekali. Ia berniat menjawab, atau tiba2 ia dengar pula "Marilah kita keluar"! Lantas ia rasakan sampokan angin, seperti angin dari berterbang lewatnya seekor burung, nyeplos diantara pintu.
Ouw Giok Seng sebenarnya hanya mencoba2 mencari
tahu didalam Thian Hong Tong ada musuh atau tidak, ia tidak tahu pasti musuh sudah masuk atau belum tetapi ia ada terlalu licin dan cerdik, maka itu, ia loncat mundur ketika tahu2 ada bayangan melesat keluar dengan gerakan
"Hoei yan touw lim" atau "Burung walet terbang masuk
kedalam rimba." Ia tidak mencegah, ia ingin lolos dari serangan mendadak, karenanya ia mundur untuk siap.
Bayangan itu loncat jauhnya kira tiga tumbak, baharu ia taruh kakinya atau tubuhnya sudah melesat pula, kali ini dia loncat kearah para2 pohon bunga, yang tihang2nya
terbuat dari bambu yang tak tegak, tetapi diatas itu dia taruh kakinya sebelah dengan anteng, kemudian dengan sikap
"Kim kee tok lip," atau "Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki" ia menggape kepada ketua dari Kim Tiauw Tong,
yang ia tantang dengan kata "Ouw Hiocoe, kau ada ketua dari Lwee Sam Tong, kau tidak mampu lindungi orang2mu, kau nyata cuma bisa ngoce terhadap ruangan gelap petang!
Sudah lama aku yang rendah dengar namamu yang besar,
kali ini aku ingin belajar kenal dengan kepandaian enteng tubuhmu yang disebut Teng peng touw soei atau Coh siang hoei heng atau "Dengan injak kapu2 seberangi sungai, atau Diatas rumput terbang lewat!"
Setelah mengucap demikian, orang itu gerak2kan
tubuhnya. Ouw Giok Seng gusar. "Manusia rendah, kau telah lancang memasuki tempat
suci dari Hong Bwee Pang, kau pun berlaku kurang ajar!"
berseru ia. "Kau datang memenuhi undangan, Pang coe
sambut kau dengan hormat, tetapi kau pasti tidak ada
termasuk dalam daftar tetamu, maka aku akan bekuk kau sebagai mata2! Jangan kau lari, Ouw Hiocoe nanti ajar adat kepada mu!"
Lantas Pat pou Leng pou Ouw Hiocoe loncat kearah
para2, untuk mengejar, tetapi sementara itu, orang tidak dikenal itu sudah berlari kejurusan pepohonan lebat,
menuju ketembok utara, tatkala ia sampai dikaki tembok, orang sudah jongkok diatas tembok itu, sikapnya anteng sekali. Sikap itu membuat ia mendongkol sekali. Justeru mereka sudah mulai datang dekat satu kepada lain, ia
berlompat dengan tipu nya "Yan coe sam ciauw soei" atau
"Burung walet tiga kali menyamber air." Dengan tiga kali enjotan ia sudah sampai diatas tembok, terpisahnya dengan lawan tidak dikenal itu cuma tiga empat kaki.
"Orang rendah, sambutlah!" ia berseru ketika menjejak dengan kaki kirinya dengan kaki kanan nya diangkat, untuk berlompat maju. Serangan tangan kirinya menyamber
pundak kanan dari lawan itu.
Orang itu geser tubuhnya berkelit dari serangan itu.
Ouw Giok Seng tidak mau dengan begitu saja, gagal
serangannya yang pertama, ia segera susuli dengan
tangannya yang kanan, sekali ini dua jari nya menuju
kearah kedua mata. Inilah tipu colokan "Ouw liong tam jiauw"
atau "Naga hitam ulur cengkeramannya."
Gerakannya pun gesit luar biasa.
Orang yang diserang itu berkelit dengan melenggakkan
kepala seraya kedua kakinya diangkat mundur, ketika ia taruh kedua kakinya diatas tembok itu, nampaknya ia kekar sekali, tegap. Iapun tertawa gelak2. Kemudian ia lari pula kearah timur utara.
Ouw Giok Seng mendongkol bukan kepalang, dua kali ia
kena dipermainkan, itu tandanya ia sudah "keteter". Ia menyusul. Ia puas orang menyingkir kearah Ceng Giap San chung, disana tak nanti Boe Wie Yang pergoki mereka.
Berdua mereka main kejar2an, keduanya gesit bagaikan
kucing. Lawan itu jauhkan diri sampai enam atau tujuh tumbak, ia melesat kesamping, lalu dari atas tembok ia melesat kepintu merah.
"Orang rendah, kemana kau niat angkat kaki?" Giok
Seng membentak. "Malam ini apabila kau tidak sudi omong
secara baik , jangan kau memikir untuk bisa lolos!" Sambil bicara Ouw Hiocoe mengejar terus.
Begitu lekas sampai dimuka pintu, lawan itu putar
tubuhnya seraya berkata "Ouw Hiocoe, tak usah kau antar aku jauh! Lain kali saja kita bertemu pula!"
Didalam hatinya, Ouw Giok Seng memikir.
"Sekeluarnya dari pintu sini, itulah pusatnya Ceng Loan Tong disana ada perintang pasir putih Houw see tin, biar dia sangat liehay ilmunya enteng tubuh, tidak akan
gampang2 dia lolos..."
Karena memikir begini, ia membentak pula "Orang
rendah, jikalau kau ada punya kepandaian, apa kau suka main2 dengan aku diatas Houw see tin" Beranikah kau"
Kau ngelindur apabila kau anggap dengan gampang saja
kau dapat lewati Houw see tin!...."
Selagi ber kata2 begitu, Giok Seng terpisah tinggal kira2
dua tumbak dari pintu merah, terus saja ia loncat, tapi ketika ia taruh kakinya dimuka tangga batu, ia tak dapati lawamnya, yang lenyap entah kemana. Ia celingukan
dengan merasa aneh. Maka akhirnya, ia hendak lewati
pintu itu. Mendadak, dari atasan kepalanya ia dengar
ejekan "Sahabat, jangan bertingkah! Ada apa anehnya
jalanan rahasia Kouw see tin itu" Disana kami bisa mundar mandir dengan leluasa seperti dijalanan umum! Apakah kau hendak pertontonkan ilmu enteng tubuhmu" Kalau benar, mari, mari kita mencoba nya! Nanti aku bikin kau insaf bahwa dalam kalangan kang ouw ada banyak orang liehay, supaya kau, Ouw Hiocoe, dapat tambah pengalaman!..."
Giok Seng lihat satu bayangan mencelat keselatan
dengan ikuti tembok. Ia gusar, ia membentak "Orang
rendah, kau berani ngaco belo didepan Ouw Hiocoe, kau agaknya sudah bosen hidup!"
Segera ia loncat mengejar. Ia baharu melalui enam atau tujuh tumbak jauhnya, atau ia tampak didepannya,
munculnya dua bayangan, satu didepan, satu lagi di
belakang, jaraknya berdua bayangan itu sekira satu tumbak, gerakan mereka pesat sekali. Ia insaf yang ia sedang
menghadapi banyak musuh, yang semua mestinya liehay,
akan tetapi dalam keadaan seperti itu, ia tidak perlu berpikir2 pula, maka ia maju terus dengan terlebih cepat.
Mendadak bayangan yang dikejar itu berhenti berlari.
Menampak demikian, karena kuatir orang menggunai akal, Giok Seng pun segera berhenti seraya ia terus memasang mata.
"Mengantar orang sampai seribu lie toh orang akan


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpisahan juga!" berkata bayangan didepan itu. "Maka Ouw Hiocoe, walaupun kau tidak merasa puas, besok pagi saja kita nanti bertemu pula! Kita akan segera bertemu lagi, dari itu, maafkan aku, aku tak dapat temani kau lebih lama pula...."
Setelah mengucap demikian, orang itu mencelat turun
keluar tembok. Melihat jurusan dimana orang menyingkir itu, Giok Seng girang sekali. Diluar tembok itu tidak ada jalanan, disitu ada tanjakan dengan batu2 kalang kabutan.
"Orang rendah, kau ambil jalan matimu sendiri, kemana kau hendak lari?" demikian kata ia dalam hatinya. Lantas saja ia mengejar pula. Tetapi, begitu lekas ia sampai diluar, ia terc ngang, ia heran tak kepalang.
Jalanan memanjat yang sangat sukar tidak menjadi
rintangan bagi bayangan itu, mirip dengan kera dia telah ber lari2 naik, larinya pesat luar biasa.
Hiocoe ini tidak berani mengejar terus.
Sesampainya diatas, bayangan itu berhenti berlari dan memutar tubuh.
"Sahabat, kau telah mengantar aku jauh sekali, aku
berterima kasih kepadamu," katanya. "Cap jie Lian hoan ouw ada punya tempat yang luar biasa ini, sungguh
menarik hati. Hiocoe, aku bersyukur kepadamu, karena kau sudah
kasi kemerdekaan kepadaku, kau tidak merintanginya. Nah, ijinkanlah aku pergi!"
Lalu bayangan itu membalik badan pula akan
melanjutkan ber lari2 naik, sampai ia lenyap dari
pandangan mata. Ouw Giok Seng balik kembali dengan lesu. Ia heran
orang bisa ambil jalanan yang sukar itu, sedang orang Hong Bwee Pang sendiri tidak mampu berbuat demikian. Ketika ia sampai dipintu merah, ia meneliti sekitarnya. Itu ada daerah lingkungan Ceng Loan Tong, belakang ruangan ada sunyi senyap, dikiri kanannya ada orang2 yang menjaga sambil sembunyi tetapi mereka berdiam saja, seperti juga disitu tak pernah ada orang yang lewat. Hal ini membuat ia semakin kagumi bayangan tadi.
Dalam hatinya, Ouw Giok Seng pikir untuk tak
bertahukan siapa juga tentang pengalamannya ini ia malu untuk tegurannya Boe Wie Yang karena ia lancang
memasuki Thian Hong Tong. Tetapi untuk kepentingannya peta bumi nya dan anggaran dasar, ia anggap ketuanya
perlu dikisikkan. Bukankah sudah terang ada orang yang telah memasuki Thian Hong Tong"
Kapan ia telah sampai di Houw see tin, yang ia
perdatakan, ia terkejut. Kembali ada bekas lewatnya orang.
Sebenarnya ada sulit untuk melihat bekas itu, walaupun diwaktu siang, tapi hiocoe ini ada seorang liehay. Dengan
berpikir keras ia menuju ke Kim Tiauw Tong. Ia telah ambil putusan untuk tutup mulut.
Selagi jalan ditikungan utara dari Ceng Loan Tong, tiba2
Giok Seng lihat pula dua bayangan, yang dengan gesit
melesat saling susul disebelah selatan, sebentar saja mereka itu
sudah naik ke tembok ujung timur selatan.
Memperhatikan gerakannya orang itu, mereka seperti sudah kenal baik cara untuk melewatkan Houw see tin. Inilah aneh.
Giok Seng hendak susul dua bayangan itu, tetapi belum ia sempat bergerak, lagi dua bayangan melesat disebelah utara, terpisahnya dara cuma satu tumbak lebih, sekejab saja dua bayangan itu sudah lewat jauh. Bahna kagum dan menyesal, ia jadi menghela napas. Ia yang telah jadi
seorang kang ouw kenamaan, sekarang mesti saksikan
orang2 liehay yang bisa bergerak dengan merdeka
disekitarnya. Benar2 Hong Bwee Pang sedang hadapi orang pandai, hingga ia ragu ragu dalam pertemuan besok, entah manjangan akan terbinasa ditangan siapa".
Oleh karena ini, Ouw Hiocoe tidak gubris pula empat
bayangan itu, ia lintasi Houw see tin, ia pulang langsung kegedungnya, terus ia masuk kedalam kamar tidurnya. Ia hendak butakan mata, tulikan kuping dan tutup mulut,
meskipun ia tahu benar ada orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay yang sudah memasuki Lwee Sam Tong gedung
dalam yang terpenting dari Hong Bwee Pang. Tetapi
sikapnya ini ada benar, dengan demikian ia selamatkan muka terangnya. Kalau tidak, pasti sekali ia mesti
berhadapan dengan Eng Jiauw Ong atau Coe In Am coe
atau Na Hoo, atau dengan orang lain yang membantu
ketiga orang ini melintasi Houw see tin yang liehay.
CXV Eng Jiauw Ong tidak bisa duga siapa orangnya yang
kisiki ia selagi ia berada dalam Thian Hong Tong dengan Ouw Giok Seng berada di luar gedung itu. Ia hendak terka Na Hoo, yang gemar berguyon, tetapi lagu suaranya orang itu sangat berlainan. Pun ia tampak keentengan tubuh dari orang itu ada melebihi kepandaiannya Ay Kim Kong.
Dalam kesangsian, ia gunai ketikanya selagi Giok Seng susul bayangan itu, ia keluar dari Thian Kong Tong.
Kemudian ia tampak pula bayangan itu, yang ia terus ikuti.
Untuk ketahui she dan namanya orang itu, ia menanyakan sampai beberapa kali, diakhirnya, sambil bersenyum,
bayangan itu menjawab "Ong Loosoe, sekarang ini belum tiba saatnya untuk kita bikin pertemuan. Silahkan kau kembali kegedung tetamu, jangan ayal pula...."
Ketua Hoay Yang Pay tidak bisa berbuat suatu apa,
terpaksa ia pergi pulang. Ia jengah sendirinya, karena terang ia telah kena dirubuhkan. Percuma saja pengalamannya
empat puluh tahun dalam kalangan kang ouw, ia tidak
kenal bayangan itu. Ia melainkan terhibur sedikit kapan ia ingat orang ada bermaksud baik terhadap pihaknya.
Ketika itu sudah terang tanah, Eng Jiauw Ong memasuki pekarangan dengan dapati seluruhnya ada sunyi, dari
sesuatu kamarpun tidak terdengar apa2, selagi ia naik ditangga lorak, Ay Kim Kong Na Hoo muncul dipintu.
Keduanya saling bersenyum.
"Banyak tiape, Ong Soeheng! kata saudara yang jenaka
itu. Eng Jiauw Ong manggut. Ia kata "Selagi aku umpatkan
diri didalam Thian Hong Tong, dua kali aku rasakan
samberan angin dibelakangku, bukankah itu soeheng sendiri bersama Coe In Taysoe?"
Na Hoo tidak menjawab, hanya ia melihat keluar, ia
kuatirkan pengawai dari Hong Bwee Pang, setelah itu, ia undurkan diri, masuk pula kedalam.
Didalam kamar, ada orang2 yang sedang bersamedhi,
ada yang tidur nyenyak tetapi berbareng sama suaranya Na Jie Hiap mereka semua terbangun, sebab walaupun sedang tidur, sesuatu dari mereka selalu siap sedia. Diantara mereka cuma Na Hoo dan Ban Lioe Tong yang tenang saja.
Beberapa orang, seperti Khoe Beng dan Ciong Gam, tahu ketua mereka keluar malam, maka itu, waktu kira2 jam
empat masih belum kelihatan Eng Jiauw Ong kembali,
mereka berkuatir baharu hati mereka lega kapan mereka tampak Na Hoo masuk bersama ketua itu. Semua berdiam, Khoe Beng lihat air muka suram dari sang ketua.
"Sebentar pelayan kita bakal datang, Too Liong Soetee, pergilah kau beristirahat," Khoe Beng kata pada soeteenya itu. "Kita bakal hadapi kepala Hong Bwee Pang, entah
bagaimana akan jadinya, mungkin kita mesti keluarkan
antero kebisaan kita. Kau banyak cape, kau tidak tidur, kau pergilah mengaso sebentar".
"Harap kau tidak kuatirkan aku, soeheng", sahut Eng
Jiauw Ong, yang tahu saudara itu sangat menyayanga.
"Aku tahu tanggung jawabku, kita telah berada ditempat berbahaya, tidak nanti aku berani sembrono...."
"Selama tahun2 yang belakangan ini, ciang boen jin kita telah peroleh latihan samedhi yang sempurna," kata Na Hoo, "karena ini, gangguan tidak tidur beberapa malam saja tidak berarti untuk kesehatannya, asal dia dapat mengaso sebentar, kesegarannya akan pulih seantero nya.
Tentang empat pelayan kita, kita tak usah buat kuatir."
Benar baharu Eng Jiauw Ong duduk, empat pelayan
mereka muncul akan melayani semua tetamu cuci muka
dan sarapan pagi, perlayanannya sempurna sekali.
Tidak lama, Coe In Am coe muncul akan ketemui Eng
Jiauw Ong beramai. Semua orang, terutama angkatan
muda, memberi selamat pagi pada nie kouw ini.
Keduanya, Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe mengerti
sendiri perbuatan mereka tadi malam, dari itu, mereka cuma saling bersenyum.
"Tadi malam, tanpa berdamai lagi, kita telah ambil jalan serupa," kata Na Hoo begitu lekas semua pelayannya
undurkan diri sesudah selesai dengan tugasnya. "Aku tahu maksudnya soeheng yalah untuk melihat lihat keadaan,
karena ditempat berbahaya ini mesti kita sendiri yang menyelidikinya. Begitu juga maksudnya Tay soe. Adalah aku sendiri yang punyai maksud lain. Apa lacur, aku rubuh.
Hong Bwee Pang ada punya orang2 liehay, aku masih tidak perdulikan, hanya setelah masuk ke Thian Hong Tong, aku ketemu seorang yang senantiasa dampingi aku tanpa aku berhasil mengetahui siapa adanya dia. Rupanya dia belum berusia lanjut, tubuhnya kurus dan kecil, tetapi gesitnya luar biasa, dia rintangi aku pergi ke Ceng Giap San chung, tempat kediamannya Boe Wie Yang. Ketika dia tinggalkan aku, aku kembali ke Thian Hong Tong, akan lihat soeheng sudah keluar atau belum, aku dapatkan justeru Taysoe
sedang undurkan diri, juga orang yang membukai jalan itu.
Dia bukan orang kaum kita tetapi dia tidak bermaksud
jahat. Setelah aku keluar dari Thian Hong Tong, baharu kau menyusul, soeheng."
Eng Jiauw Ong kerutkan dahi.
"Kalau begitu, dialah yang sembunyi dibelakangku dan
dua kali kasi kisikan kepadaku," kata ketua ini. "Aku
tadinya menyangka kau. Aku mengepalai Lek Tiok Tong
tetapi sekarang aku ketemui orang liehay itu, aku malu...."
"Jadinya menurut soeheng," Ban Lioe Tong turut bicara
"Orang itu mirip dengan naga melaikat yang tertampak
kepalanya tidak ekornya. Teranglah, dimatanya tidak ada lagi orang Hong Bwee Pang! Dia belum berusia lanjut,
tubuhnya kecil kurus, jangan2 dia ada Tok heng Hiap Tiat pit Phian Cuan Sioe si Pit Besi, sibegal tunggal. Ber sama2
Kay Hiap, si Pengemis Aneh, dialah yang dinamakan
Kanglam Jie Koay, yang sangat ditakuti kaum Rimba
Hijau. Sedang kelakuan mereka aneh, kegemarannya
adalah berkelana. Nama mereka sama terkenalnya dengan Yan tiauw Siang Hiap. Mereka satrukan kaum Rimba
Hijau, tetapi mereka sendiri menjadi begal. Soeheng, benar atau tidak dugaanku ini?"
Mendengar itu, Na Hoo tepuk tangan.
"Kau bukan saja si tabib pandai, yang bisa menghidupkan orang, kau juga pandai pecahkan kesulitan!"
ia puji soetee itu. "Aku telah ingat2 semua orang kenamaan diselatan dan utara sungai Besar, toh aku lupai dia ini!
Memang, melihat potongan tubuh dan usianya, jikalau
bukannya dia, siapa lagi?"
"Akupun dengar di Kanglam ada orang aneh itu," kata
Eng Jiauw Ong, "tetapi dia seperti bisa menghilang, malah ada waktunya dia berdiam diri sebagai aku untuk beberapa tahun, maka itu, aku tidak dapat menerka padanya. Ini ada kejadian diluar sangkaan. Aku tidak kenal orang kenamaan itu tetapi sekarang, dia bersikap bersahabat kepadaku, inipun ada hal yang aneh...."
"Tetapi kita harus ingat bahwa orang2 sebangsa kita,
yang sama tujuannya, harus saling bantu tanpa perkenalan dahulu," nyatakan Na Hoo. "Terang sudah, Tiat Pit Phian
Thian Sioe telah membantu kita, dari itu, jangan kita bersangsi pula akan terima bantuannya itu. Inipun ada bantuan yang sukar didapat walaupun kita mencarinya."
Mereka bicara sampai disitu, lantas ada datang satu
wakilnya Boe Wie Yang, yang kirim karcis namanya
menghaturkan selamat pagi kepada rombongan Hoay Yang
Pay dan See Gak Pay. "Boe Pangcoe terlalu baik hati!" kata Coe In Am coe
dengan bersenyum dingin. "Tolong kau sampaikan kepada Pangcoe dan ketiga hiocoe bahwa kami tak keburu
menghaturkan karcis nama, maka dengan jalan ini saja
kami menghaturkan terima kasih."
Dengan begitu, utusan itu di suruh undurkan diri.
Kemudian muncul Soe Soei Hie kee Kan In Tong, ia
membeli selamat pagi pada semua tetua, kemudian ia
menyatakan kepada Coe In Am coe, baik mereka siap sedia untuk mundur, karena mereka berada ditempat berbahaya, benar Boe Wie Yang ada satu laki2 tetapi orang2nya tak dapat dijamin, sungguh berbahaya apabila ada diantaranya yang gunai lainnya akal busuk.
Mendengar usul itu, Coe In Am coe nampaknya menjadi
gusar. "Dengan kemurahannya Sang Buddha, aku telah dapat
mengepalai Pek Tiok Am di Siang Thian Tee, See Gak,"
berkata ia. "Dengan menuruti ajaran Sang Buddha, aku
bawa diriku baik, maka aku tidak sangka, sekali ini aku telah kena terembet2. Kalau Hong Bwee Pang ganggu aku pribadi, masih tidak apa, apa celaka dia berani bakar kuilku.
Benar Pek Tiok Am tidak sampai termusnah, karena Sang Budhha masih melindunginya akan tetapi kejadian itu
membuat aku malu, sebab setelah beberapa puluh tahun
sucikan diri aku tidak sanggup lindungi, tempat
pemujaanku itu. Buat apakah aku cekal pedang Tin hay
Mok po kiam didalam tanganku" In Tong Soetee, kau insaf keadaan berbahaya bagi kita, kau benar dengan memikir untuk lekas jauhkan diri dari sini, tetapi satu hal kau lupai, yalah apabila orang ketahui pikiranmu ini, bisa jadi orang menyangka kita takut terhadap Hong Bwee Pang. Soetee, baiklah kau ketahui, setelah sekarang aku datang kemari bersama2 Ong Soeheng, sebelum Boe Pang coe berikan
kepuasan kepadaku, tak sudi aku pulang dahulu!"
Itulah teguran untuk Soe Soei Hie kee, Eng Jiauw Ong
kuatir Kan In Tong mendapat malu, lekas2 ia campur
bicara. "Kan Soehoe pun ada anggauta kenamaan dari See Gak
Pay, dia banyak pengalamannya, ada sewajarnya saja
apabila ia ambil sikap berhati2," kata ia. "Akan tetapi, Kan Soehoe, kau tidak usah berpikir terlalu banyak. Kita sudah sampai disini, disini kita tempatkan diri, cukup asalkan kita jangan alpa."
Kata2 ini menolong banyak, karenanya, Kan In Tong
tidak sampai mendapat malu. Dengan sebenarnya ia
hendak berlaku hati2, sebab ia insyaf tugasnya yang berat, tanggung jawabnya yang besar.
Eng Jiauw Ong lantas titahkan In Hong undang
berkumpul semua rombongan, maka selang tak lama,
mereka sudah berkumpul dalam satu ruangan, kaum
mudanya pada berdiri dipinggiran. Sebagai pemimpin, Eng Jiauw Ong lantas angkat bicara terutama terhadap pihak bukan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay, yang membantu
dengan sukarela. Paling dulu ia haturkan terima kasihnya, kemudian ia hunjuk bahwa Hong Bwee Pang tentu akan
keluarkan semua tenaga dan kebisaannya untuk melawan
mereka, dari itu mereka semua akan menghadapi ancaman bahaya. Maka ia minta dengan sangat supaya semua tetamu
itu jangan sembrono, jangan sembarang berebut maju.
Mereka belum tahu jelas tentang lawan yang katanya
punyakan banyak orang liehay.
"Jangan kuatir, Ong Loosoe." kata Chio In Po, piauwsoe dari Utara. "Umpama ada bahaya, kami tak jerih. Kita
kaum kang ouw memang biasa hidup di ujung golok.
Dimana tentara tak boleh ada kepala perangnya, demikian juga kami, kami suka dengar segala titahmu. Bicara terus terang, mungkin kami tidak bisa berbuat banyak, tetapi, yang sudah pasti adalah bahwa mata kami akan terbuka, pengalaman kami akan bertambah."
"Kau terlalu merendah, Chio Loo piauwtauw," kata Too
Liong. Lalu ia melanjutkan pada orang2 Hoay Yang Pay, yang usianya berimbang, kepada mereka iapun memberi
hormat "Sekarang, saudara2, disaat pemutusan seperti ini, aku harap kita tidak sungkan2 lagi, aku dipandang sebagai pemimpin, tetapi aku ingin sekali sukalah kau beramai utarakan segala apa yang kau pikir."
"Memang, soetee, kita tak dapat main sungkan pula,"
berkata Kim too souw Khoe Beng. "Begitupun kau, sebagai pemimpin. Aku harap saja Boe Wie Yang berikan keadilan kepada kita, supaya ia jangan sampai kena dilagui oleh orang2 sebawahannya. Kami sudah berkeputusan tetap
akan melihat, manjangan akan binasa ditangan siapa!"
"Soeheng benar!" Ciong Gam benarkan orang she Khoe
itu. "Aku harap ciangboenjin kita jangan berlaku sungkan lagi!"
"Terima kasih." kata Ong Too Liong.
Sampai disitu Eng Jiauw Ong jelaskan pada semua
tetamunya, karena urusan hanya mengenai Hoay Yang Pay dan See Gak Pay kontra Hong Bwee Pang, ia minta
sekalian tetamunya jangan sembarangan turun tangan. Ia
harap biarlah dikasi ketika dahulu kepada orang2 Hoay Yang Pay dan See Gak Pay akan layani musuh.
"Hanya nanti apabila ternyata pihak kami keteter,
baharu aku akan mohon bantuan coe wie," ia kata
akhirnya. "Ong Loosoe benar," berkata Coe In, yang turut bicara.
"Keterangan loosoe ini ada penting. Akupun hendak minta coe wie bersabar, menantikan dahulu, apabila pihak kami sudah tidak berdaya, baharu kami akan minta bantuan coe wie. Untuk sementara, biarlah aku mencoba dulu dengan pedangku Tin hay Hok po Kiam!"
CXVI Setelah itu, Eng Jiauw Ong pesan semua angkatan muda
dari Hoay Yang Pay supaya mereka bertindak menurut
perintah, jangan ada yang lancang. Mereka ada anak2
muda, yang kurang pengalaman, tetapi yang nyalinya besar, tabeatnya keras, tak tahu liehaynya orang2 kang ouw,
sedang Cap jie Lian hoan ouw adalah seumpama tempat
"sembunyinya naga dan mendekamnya harimau." Jadi
mereka mesti bisa kendalikan diri. Ia ancam dengan
hukuman siapa yang berani bertindak sembrono.
"Kami akan dengar soehoe, tidak nanti kami membuat
malu," berkata Hoa In Hong, murid kepala, yang wakilkan semua saudaranya, diantara siapa ada yang masih belum lulus.
Eng Jiauw Ong manggut, tandanya ia puas.
Ketika itu diluar gedung ada terdengar suara tindakan ramai, dari seratus atau lebih orang, mulanya tindakan kaki yang rapi, lalu pelahan2 jadi kalut, akan kemudian
terdengar suara suitan samar2 diempat penjuru.
"Sekarang harus kita segera siap sedia," berkata Coe In Am co, yang pandang semua orang. "Mereka rupanya
sedang kumpulkan orang, mungkin mereka juga akan
pertontonkan pengaruh mereka terhadap kita!"
Baharu saja pendeta wanita ini tutup mulutnya, atau
Siauw Liong Ong Kang Kiat bertindak masuk bersama
Siauw Hiap Ciok Liong Jiang. Entah kapan mereka ini
keluar dengan diam2 dan sekarang baharu kembali.
Liong Jiang dekati Jie Hiap akan membisikkan bahwa
orang2 Hong Bwee Pang mundar mandir cepat sekali,
semua berpakaian ringkas, sesuatunya menyoren senjata tajam, lalu akhirnya mereka itu pada ambil tempat.
"Apakah soeya ingin tengok mereka?" tanya ia akhirnya.
"Kau ibuk tidak keruan!" kata Na Hoo dengan matanya
dibuka lebar. "Kalau Ong Soecouwmu dengar kau, dia bisa katakan kau rewel! Kita sudah masuk kedalam perut Hong Bwee Pang, biar mereka atur gunung golok dan lautan
pedang, semua itu tak ada dimata kita! Jikalau kita jerih bagaimana kita berani datang kemari?"
Liong Jiang lantas saja mengundurkan diri, ia diam saja.
"Ada apa?" Eng Jiauw Ong tanya saudaranya itu.
"Tidak apa2, cuma kawanan anjing dan rombongan rase
sedang hendak menggertak2," Na Hoo sahutkan.
Segera setelah itu, muncul satu pelayan yang memberitahukan bahwa kedua pihak tetamunya diundang
ke Thian Hong Tong. Menyusul undangan ini, diluar terdengar ramai suara
tindakan kaki. Itu rupanya ada pihak tuan rumah yang
datang menyambut. "Marilah kita keluar," Eng Jiauw Ong ajak Coe In Am
yoe. Coe In manggut, ia terus bertindak keluar.
Ketika itu, pihak penyambut sudah berada ditangga.
Yang di muka ada tiga orang dengan tangannya masing2
menyekal sebatang bendera hijau segi tiga. Yang dua
berusia kira2 tiga puluh masing2 dan yang satunya berumur diatas lima puluh tahun. Mereka bertiga dringi enam
kacung usia rata2 lima belas dan berkonde dua, pakaiannya ringkas, sepatunya hijau dan kaos kakinya putih. Setiap utusan didampingi dua kacung kaciuig yang satu membawa karcis undangan.
Sambil memberi hormat dan keluarkan kata2 merendah,
Eng Jiauw Ong sambut pihak pengundangnya itu, yalah cit tong loosoe, pengurus dari setiap Lwee Sam Tong. Ia pun menghaturkan terima kasih.
Coe In Am coe turut Eng Diyauw Ong memberi hormat,
ia merendahkan diri dan mengucap terima kasih juga.
Cittong loosoe yang tua memberi hormat, lalu ia
perkenalkan diri sebagai Pheng Sioe San, wakilnya Hiocoe Auwyang Siang Gee dari Thian Hong Tong, bahwa ia
datang bersama kedua soe teenya, masing2 wakilnya hiocoe dari Ceng Loan Tong dan Kim Tiauw Tong, untuk


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengundang semua tetamu berkumpul di Thian Hong
Tong. Ia jelaskan dan mewakilkan memohon maaf yang
hiocoenya sendiri tidak bisa datang menyambut, disebabkan kebetulan ketua mereka sedang kepalai upacara hari ulang berdiri nia Lwee" Sam Tong, hingga ke tiga hiocoe mesti h&dliri upaca ra itu, bahwa karenanya, ketua merekapun jadi tak bisa segera menemui sekalian tetamu. Untuk ini, ia sampaikan maaf nya ketua itu. Adalah agar tetamu tidak
usah menantikan terlalu lama maka mereka diundang
datang ke Thian Hong Tong.
"Ya, sesuatu kaum memang ada aturan2nya sendiri!"
berkata Coe In Am coe sambil tertawa dingin. "Melainkan ada satu hal yang pin nie belum ketahui dan harap sam wie sudi menerangkannya."
Pendeta ini lalu terangkan hal mereka dirintangi
disepanjang jalan, terutama penyerangan hebat dengan api, tetapi setelah datang titah dari Lwee Sam Tong, gangguan lebih jauh tidak ada. Maka itu, ia heran kenapa mereka masih hendak disambut dan dipimpin oleh ketiga cittong loosoe ini.
"Apa mungkin masih ada orang2 yang tak puas?" ia
tegaskan akhirnya. "Harap Tay soe tidak terlalu bercuriga," menyahut
Pheng Sioe San dengan cepat. "Sebabnya penyambutan
kami bertiga ini adalah karena sekarang sedang dibikin upacara, segala apa diatur secara resmi, baik aturan2
upacara maupun daya penjagaan ketertiban. Sekarang ini semua orang mesti ada ditempatnya masing2 tidak ada
yang boleh lancang berkeliaran, terutama yang berbahaya adalah alat2 panah dan jepretan rahasia, dari itu untuk mencegah kecelakaan yang tidak dnginkan, hiocoe kirim kami bertiga untuk memimpin Tay soe beramai. Sekalipun kami
sendiri, untuk bisa mundar mandir, ada membutuhkan bendera titah ini. Maka itu harap Taysoe
tidak curiga dan tidak mengatakan bahwa kami hendak
menghina Taysoe beramai. Untuk ini kami mohon
dimaafkan saja." "Pinnie berpengalaman cupat, tidak tahu aturan2 disini, maka itu harap sam wie memaafkan," berkata Coe In Am
coe seraya ia memberi hormat.
"Taysoe terlalu merendah," kata Pheng Sioe San.
"Jikalau Taysoe dan Ong Loosoe sudah tidak ada titah
apa2 lagi, persilahkan kita berangkat sekarang!"
"Baiklah," sahut Eng Jiauw Ong dan Coe In Am coe.
Kemudian keduanya memberi tanda pada pihaknya, untuk
berkumpul dengan rapi dalam dua rombongan.
Kim too souw Khoe Beng sebutkan sesuatu nama, untuk
pisahkan juga pihak murid dan sekalian tetamu, sedang pihak See Gak pay terdiri dari rombongannya sendiri.
Rombongan tetamu ini tidak bekal sanjata, kecuali Ban Lioe Tong dan Coe In Am coe, karena mereka tak dapat
berpisah dari pedangnya Tee sat Cian Iiong kiam dan Tin hay Hok po kiam. Kedua pedang itu dipegang masing2 oleh Soe touw Kiam dan Sioe Seng.
"Loosoe semua, ijinkan kami memimpin jalan," kata
Pheng Sioe San begitu lekas pihak tetamu sudah siap.
"Terima kasih, loosoe, silahkan!" Eng Jiauw Ong
menjawab. Tiga cittong loosoe itu dengan pengiringnya masing2
lantas mulai bertindak, dibelakang mereka mengikuti
rombongan Hoay Yang Pay dan See Gak Pay. Semua orang
jalan dengan rapi dan tenang, suasana pun sunyi kecuali suara burung2 diatas pepohonan.
Cuaca pagipun ada terang dan udara nyaman.
Keadaan semacam ini sukar disangka adalah tempat
kediamannya kaum Hong Bwee Pang yang menjagoi dunia
kang ouw. Sejak dimuka gedung peng inapan, jalanan ada panjang, sampai diujung yang lain, Pheng Sioe San cepatkan
langkahnya dua tindak, lalu ia goyang bendera ditangannya
tiga kali. Kapan Eng Jiauw Ong dapat menyusul dan
melirik, ditikungan ada sembunyi rombongan tukang panah dan jepretan. Goyangan bendera itu ada tanda untuk
mereka itu jangan turun tangan.
Eng Jiauw Ong jalan terus dengan tenang, ia menoleh
pada Coe In Am coe dan bersenyum. Pendeta itu pun
bersenyum. Orang jalan terus, sampai melewati jalanan ke Ceng
Loan Tong. Mereka pun lihat Houw see tin, jalanan rahasia pasir putih yang liehay. Disini Coe In Am coe
menghaturkan terima kasih, yang mereka diunjukkan
bahagian dalam dari Cap jie Lian hoan ouw itu.
Segera juga terlihat Auwyang Siang Gee, yang memapak
bersama2 Bin Tie dan Ouw Giok Seng. Hiocoe dari Thian Hong Tong lantas minta pertemuan dilakukan cara kang
ouw, supaya mereka tidak likat2 lagi.
"Tentu saja kami bersedia akan turut perintah." kata Eng Jiauw Ong kepada Coe In Amcoe, akan minta pendeta ini menurut saja. Kemudian ia tambahkan pada ketiga hiocoe itu "Kami harap kami nanti bisa lantas menemui Pang coe.
"Tentu, Ong Loosoe, jawab Auwyang Siang Gee.
"Cuma sekarang Pang coe sedang pimpin upacara, dia tak bisa
lantas keluar, untuk ini harap jiewie
suka memaafkannya. Silahkan"
Auwyang Siang Gee bertiga memimpin bertindak
diberanda, disini ketiganya lantas minggir kesamping kiri dari ruangan.
"Kesini, loosoehoe semua," berkata Auwyang Siang
Gee, seraya tangannya digerakkan untuk mengundang.
"Pangcoe kami menantikan di Thian Hong Tong."
Hiocoe ini memimpin kearah barat utara, membelok
dibelakang Ceng Loan Tong, jalan disebuah gang panjang dimana ada rumah rumah anggauta berbaris di kiri dan
kanan, dari situ, sampailah mereka di Gedung Burung
Hong, yang dilihat siang beda dengan keadaannya diwaktu malam. Sekarang tertampak tedas segala apa. Diantara
kedua baris pohon cemara ada orang2 penjaga atau yang umpatkan diri.
Dikiri dan kanan pintu Thian Hong Tong ada menjaga
dua baris chungteng dengan seragam hijau, kopiahnya hijau juga, senjatanya semua golok kwie tauw too yang tajam.
Diempat pintu samping, setiap pintunya dikawal dua orang
. Dimuka pintu merah ada pintu angin, yang mengalingi
untuk orang melongok kehahagian dalam.
Semua barisan pengawal memberi hormat apabila
rombongan tetamu sudah sampai didepan mereka, mereka
menjura sambil golok diangkat sedikit.
Auwyang Siang Gee bertiga manggut, Eng Jiauw Ong
semua balas hormat itu. "Silahkan!" Auwyang Siang Gee undang semua
tetamunya masuk. Justeru itu, dari dalam Thian Hong Tong keluar satu
orang dengan tindakan cepat, ia memberi hormat pada
rombongan tetamu, lalu ia berdiri disamping seraya berkata
"Semua hiocoe dari Hok Sioe Tong menyambut
ciangboenjin dari Hoay Yang Pay dan See Gak Pay serta semua loosoe lainnya!"
Menyusul itu segera muncul serombongan orang tua,
dengan usia semua diatas enam puluh tahun, ada yang
berkumis jenggot dan rambut ubanan, ada yang baharu
belang saja, tetapi semua bermata tajam, romannya sehat pakaian mereka tak tentu, ada yang baju panjang, ada yang juba imam.
Melihat mereka itu, Eng Jiauw Ong ingat saat ia
himpunkan semua orang2 tua dari Lek Tiok Tong. Hanya
disini, semua penghuni dari Hok Sioe Tong, Gedung
Bahagia, adalah orang2 Hong Bwee Pang yang telah
banyak jasanya untuk kaum mereka, karena mana, mereka diberi tempat digedung itu untuk hidup tenang, aman dan merdeka, sebab walaupun ada urusan bagaimana penting, jarang mereka diberikan tugas oleh Boe Wie Yang. Malah dalam beberapa tahun, hanya beberapa kali saja mereka diharuskan menghadap Liong Tauw Pang coe, ketua
mereka. Dilain pihak tak ada anggauta lainnya dari Hong Bwee Pang yang boleh, ganggu ketenteraman Kok Sioe
Tong. Maka adalah luar biasa, kali ini mereka itu telah turut melakukan penyambutan pada tetamu / musuh.
Karena ini, Eng Jiauw Ong anggap inilah benar2 ada
saat mati hidupnya mereka semua dari kedua pihak.
Sedangnya ketua Hoay Yang Pay berpikir, dari antara
rombongan Hok Sioe Tong itu maju kemuka seorang
dengan rambut dan kumis jenggot putih semua, yang
romannya tenang tetapi agung, atas mana, semua orang
pihak Hong Bwee Pang lantas minggir, untuk memberi
hormat. Ia awasi orang tua itu. segera ia ingat pada
Siangciang Hoan thian Coei Hong, yang ia kenali ketika ia menyelusup masuk ke Hok Sioe Tong untuk tolongi In
Hong dan Hong Bwee. Maka itu, ia ajaki Coe In Am coe
maju untuk menyambut. Juga Coe In Am coe kenali hiocoe itu, yang rupanya jadi tetua dalam Hok Sioe Tong. Ia terkejut berbareng
mendongkol. Ia tidak sangka Hong Bwee Pang sudah
segera kerahkan jago2 tuanya itu, yang rata2 semuanya
liehay. Ia insyaf pihaknya benar sedang hadapi ancarnan bencana. Tapi, sebab memang ia belum pernah berhadapan dengan mereka itu, ia bawa sikap pura2 tak kenal, ia
memberi hormat selayaknya saja.
Dengan rangkap kedua tangannya, Coei Hiocoe
mendahului buka suara. "Hoay Yang Tay hiap! See Gak Coe In Am coe!"
berkata dengan hormat, suaranya tegas. "Selamat datang di Cap jie Lian hoan ouw! Ini adalah satu kehormatan besar untuk kami, begitupun untuk aku sendiri, Coei Hong yang tua. Dengan kemurahan hatinya Couw soe, kami
diperkenankan berdiam didalam Hok Sioe Tong, maka itu, girang kami sekarang diberi ketika akan menemui Tay hiap dan Am coe semua! Inilah diluar sangkaanku. Sayang Pang coe sedang pimpin upacara, ingga ia tidak bisa segera menyambut sendiri. Karena ini, kami bertiga belas
dititahkan menjumpakan Tayhiap beramai. Kami merasa
sangat beruntung karena pertemuan ini! Sebentar, apabila upacara telah selesai, Pang coe pasti akan keluar untuk menemui Tayhiap semua."
"Hiocoe terlalu merendah, terima kasih untuk kebaikanmu," Eng Jiauw Ong membalas. "Liong Tauw
Pang coe telah bangunkan Hong Bwee Pang, pihak, kang
ouw tidak ada yang tidak mengaguminya. Demikianpun
kami, kami telah mendapat kehormatan karena undangan
ini, kami merasa berbahagia bisa bertemu kepada
loocianpwee semua. Aku harap hiocoe nanti bisa berikan suatu pengajaran kepada kami."
"Begitu juga pinnie, hiocoe," Coe In turut bicara, dua tangannya dirangkap. "Pinnie telah menganut agama, tidak selayaknya pinnie campur urusan dunia, sampai sebegitu jauh pinnie utamakan kebathinan dan amal saja, tetapi apa mau pinnie tak dibebaskan dari keduniawian, tak dapat
pinnie utamakan agama saja. Diluar keinginanku, kami
telah kena terlibat, hingga pinnie terpaksa turut Ong Loosoe datang kemari, untuk memandang Cap jie Lian hoan ouw
yang kesohor. Sekarang pinnie telah bisa saksikan sendiri kebesaran nya Hong Bwee Pang! Pinnie bersukur sekali bisa bertemu kepada hiocoe semua, adalah harapanku yang
pinnie nanti diberikan pengajaran."
"Taysoe pun terlalu merendahkan diri," menjawab Coe
Hong. "Mungkin sekarang Pang coe sudah selesai dengan upacaranya, maka silahkan tayhiap beramai masuk dan
duduk...." Baharu Siang ciang Hoan thian si Tangan Membalik
Langit tutup mulutnya, atau dari rombongannya maju satu orang muka siapa ada kurus, perok dan kisutan, rambutnya ubanan, bajunya baju panjang biru, tangannya menyekal segabung ka lam hio.
"Hoay siang Tayhiap, Ceng Hong Po coe, banyak baik!"
segera ia tegur Eng Jiauw Ong. "Sejak perpisahan kita di Siang Kang, beberapa tahun telah lewat, rasanya cepat sekali! Masihkah Tayhiap ingat sahabat lamamu ini?"
Eng Jiauw Ong segera kenali orang tua itu, yalah Pauw Kio coe yang dahulu di Siang Kang telah bokong ia dengan senjata rahasia, hingga ia hampir terbinasa karena lukanya.
Lantas saja ia tertawa dingin.
CXVII "Oh, Pauw Hiocoe! Sejak perpisahan di Siang Kang
dimana kau telah hadiahkan aku sebatang senjata
rahasiamu, sampai sekarang ini sekalipun waktu tidur dan mimpi, sukar aku lupakan itu, hingga habislah harapanku yang selama sisa hidupku, satu kali aku nanti dapat bertemu
pula denganmu, untuk mohon pula pengajaranmu terlebih jauh, maka adalah diluar sangkaanku hari ini bisalah
kesampaian pengharapanku itu! Pertemuan ini bisa
membikin aku tak akan menyesal seumur hidupku. Aku
girang sekali. Hiocoe berbahagia tinggal didalam Hok Sioe Tong, kau tetap sehat walafiat, tidak demikian aku si orang she Ong, yang masih saja hidup terumbang ambing,
berkelana, aku malu sekali"."
Kemudian, sambil berpaling pada Coe In Am coe, Ong
Too Liong menambahkan "Taysoe, inilah sahabatku yang
telah sempurnakan aku, yang sering aku sebut2, yalah Pauw Hiocoe dari Hong Bwee Pang. Hiocoe ada punya boegee
yang sempurna, ia punya sepasang siang sok membikin
kaum Rimba Persilatan melirik sama kesohornya dengan
Ban Soetee sebagai tabib. Belasan tahun telah berselang, sekarang dalam satu hari urusan aku berdua bakal dapat diselesaikan, itu
pasti akan membuat aku nanti meninggalkan dunia dengan mata meram! Apakah Taysoe
tidak ingin berkenalan dengan orang kang ouw yang
kenamaan ini?" Eng Jiauw Ong tak dapat kendalikan dirinya, hingga ia bicara separuh menyindir.
"Oh, kiranya ini ada Pauw Hio coe yang kenamaan?"
berkata Coe In Am coe. "Memang, siang sok dari hiocoe telah membikin gempur nyalinya kaum kang ouw diselatan dan utara sungai Besar. Ingin pinnie berkenalan, sayang kita terpisah dilain bagian, jadi pinnie cuma bisa mempangeni saja. Pinnie merasa sangat berbahagia, karena telah
mengikuti ketua dari Hoay Yang Pay, disini pinnie bisa bertemu dan berkenalan dengan orang2 gagah dari Hong
Bwee Pang." Pauw Hiocoe menoleh kepada pendeta dari Pek Tiok
Am itu, ia bersenyum. tetapi wajah muka nya suram,
karena ia insaf akan kata2nya pendeta itu.
Pauw Hiocoe ini adalah bernama Coe Wie dan
gelarannya Yauw Beng Long tiong yang berarti Tabib
Menghendaki Jiwa. Didalam Hong Bwee Pang, dia adalah
anggauta tertua, karena lamanya dan usianya yang tua. Ia masuk jadi anggauta sejak tergabungnya Hong Bwee Pang dengan Auw Coei Pang di Hok kian, terus sampai di
Ciatkang Selatan ini, Hong Bwee Pang dibangun pula.
Didalam Hong Bwee Pang dia berpengaruh. Dia ada punya perangi kukuh, Suka sekali ia lindungi dan eloni orang sebawahannya, karenanya, ia sering bentrok sesama kaum Rimba Persilatan. Begitu bentrokannya dengan Eng Jiauw Ong, yang disebabkan sebawahannya kebentur orang Hoay Yang Pay, sebawahannya itu kalah, lantas mereka
mengasut, tidak pikir lagi, Coe Wie belai sebawahannya itu.
Dari gunung Eng Yoe San, pusat Hong Bwee Pang, Coe
Wie pergi ke Lek Tiok Tong, Ceng hong po, mencari Eng Jiauw Ong, untuk satu pertempuran yang memutuskan.
Ketika ia sampai di Hoay siang, kebetulan Eng Jiauw Ong sedang pergi ke Kanglam dan lain2 tertua Hoay Yang Pay pun tidak ada disana. Ia tidak ganggu murid2 Hoay Yang Pay, karena pernah ia lepas kata, ia tak mau layani orang2
sebawahan lawan. Maka itu, ia lantas berkelana,
sebagaimana biasanya dulu ia mengembara, ialah dengan bebokong menggendol peti obat dan tangan menggoyang,
tiat houw ciang, kecreknya. Dengan ini, ia hidup sebagai long tiong, tabib pengembaraan. Ia memang mengarti ilmu obat2an.
Kemudian Pauw Coe Wie dapat temui Eng Jiauw Ong
di Siang kang. Ketika itu, ketua Hoay Yang Pay ini sedang majukan usaha kaumnya. Ia pernah dengar hal murid2nya
bentrok dengan serombongan orang kang ouw, ia tak
ketahui duduknya hal yang benar, ia belum menyelidiki nya. Karena ini ia kena dipancing oleh Pauw Coe Wie,
yang ajak ia pergi ke sesuatu tegalan belukar dimana
mereka berdua lantas bertempur.
Selama pertempuran itu, Eng Jiauw Ong cuma tahu she
lawannya, ia tak tahu orang bernama apa, iapun tak sempat menanyanya. Melainkan kedua pihak berjanji, pertempuran akan dilakukan sampai salah satu pihak "kena tertowel".
Eng Jiauw Ong gunai Kim na hoat akan layani musuh,
ilmu pukulan itu ia memang sudah latih sempurna, yang terdiri dari tiga puluh enam jurus. Pauw Coe Wie keteter, ia terdesak. Asal mau Eng Jiauw Ong bisa rubuhkan
lawannya, tetapa berhati mulia, ia tak sudi tanam bibit permusuhan. Disebelah kemurahan hatinya itu, lawan
sebaliknya sangat licik. Setelah insyaf ia bakal kalah, Pauw Coe Wie gunai tipu daya. Ia berpura pura kalah, ia lari, tetapi diam2 ia siapkan siang sok nya, sepasang senjata rahasia semacam alat tenun.
Ini adalah senjata rahasia yang telah angkat namanya
hingga ia jadi kesohor. Senjata itu dapat dilepas terus saling beruntun.
Eng Jiauw Ong yang jadi ketua Hoay Yang Pay ada
seorang terhormat, ia tidak sangga lawan ada begitu hina dina, ia kena dicurangi. Ia terluka oleh sebatang senjata rahasia musuh, karena mana ia segera lari pulang
kehotelnya. Dengan lekas ia jadi lelah dan payah karena lukanya, sebab senjata rahasia itu dipakaikan racun.
Didalam saat yang berbahaya itu, justeru ia bertemu Yo Boen Hoan dari Hoa im, yang tolongi ia hingga sembuh.
Sebab ini, ia jadi ingat budinya penolong itu, yang
sebisanya ia hendak lindungi. Disebelah itu, ia bertekad untuk mencari balas. Maka ia terus pulang ke Lek Tiok
Tong, ia sekap diri untuk melatih diri lebih jauh. Selama lima tahun ia berhasil latih matanya jadi sangat awas dan kupingnya bisa dengar anginnya sesuatu senjata rahasia, kedua tangannya jadi sangat kuat, tubuhnya jadi bertambah enteng dan pesat. Sebenarnya ia berniat cari Pauw Coe Wie, tetapi niat ini tertunda karena justeru telah terbit huru hara, hingga ia mesti berdiam didesa nya untuk lindungi keselamatan seluruh desa dan sekitarnya. Adalah untuk lindungi Yo Boen Hoan, dengan siapa ia telah angkat
saudara, ia sudah kirim Hoa In Hong, muridnya pertama, pergi bawa surat pada Boen Hoan, tetapi apa celaka surat itu In Hong bikin jatuh, hingga akhirnya menerbitkan
peristiwa permusuhan dengan Hong Bwee Pang jadi
diperbesar. Hingga akhirnya rombongan Hoay Yang Pay
bersama rombongan See Gak Pay, datangi Cap jie Lian
hoan ouw. Sementara itu, sejak lima tahun yang lampau, Pauw Coe Wie telah ditarik masuk kedalam Hok Sioe Tong, dan Boe Wie Yang tak ijinkan dia campur pula urusan Hong Bwee Pang, alasan nya adalah karena ia telah berusia lanjut dan berjasa, dia harus dijunjung oleh angkatan muda, tetapi hal yang benar Wie Yang hendak kekang dia disebabkan
pertimbangannya yang berat sebelah dan hatinya kejam
hingga dia banyak satrunya kaum Rimba Persilatan di
selatan dan utara sungai Besar. Dengan dia dikasi
beristirahat didalam Hok Sioe Tong, dia seperti disembunyikan dan dengan begitu, jalan penuntutan balas jadi tertutup.
Adalah kebetulan, pihak Hoay Yang Pay dan See Gak
Pay telah diundang untuk memasuki sarang Hong Bwee
Pang, maka berhubung dengan datangnya rombongan
musuh, selagi Boe Pang coe belum sempat menemui para
tetamunya, rombongan dari Kok Sioe Tong mendahului
menyambut, malah Pauw Coe Wie sudah lantas ketemui
musuh besarnya. "Apakah Taysoe ada Coe In Am coe, ciangboenjin yang
kenamaan dari See Gak Pay?" Yauw Beng Long tiong
tegasi setelah ia pandang pendeta itu, ia bersenyum tetapi wajahnya keren. "Sudah lama aku si orang she Pauw telah dengar Taysoe empunya pedang Tin hay Hok po kiam serta dua belas biji mutiara See boen Cit poo coe, pelindung2 dari gunung See Gak, dengan mana entah berapa banyak
sesama kaum kang ouw yang telah rubuh ditangan Taysoe, hingga karenanya, sejak sekian lama aku berkeinginan


Eng Djiauw Ong Ying Zhua Wang Karya Zheng Zhengyin di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk membikin kunjungan, hanya sayang, lantaran sudah masuk dalam Hok Sioe Tong, aku jadi tidak punya ketika lagi. Sekarang inipun kebetulan sekali, Pang coe sedang pimpin upacara besar, dengan melanggar aturan, kami
keluar untuk menyambut Taysoe beramai. Aku berbahagia bisa memandang wajah Taysoe beramai, ingin aku
menerima pengajaran dari Taysoe, untuk menambah
pengetahuan. Lebih2 aku girang karena pertemuan dengan Ong Loosoe dengan siapa sudah lama aku berpisah. Nah, silahkan masuk".
Coei Hong berkuatir kapan ia saksikan sikapnya Pauw
Coe Wie, jikalau ia tidak lantas campur bicara, kawan ini bisa bentrok kepada Ong Too Liong dan Coe In Am coe,
terutama dengan Too Liong, karena mereka berdua adalah musuh2 besar.
Kilas Balik Merah Salju 1 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Kisah Pedang Di Sungai Es 17

Cari Blog Ini