Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Bagian 31
Dengan tindakan lebar ia berjalan keruangan dibalik
dinding yang ditembus itu.
Benar saja disitu terdapat satu jalanan yang menuju
kebawah tanah, meskipun gelap, tetapi tidak lembab. Jelas bahwa jalanan itu sering dilalui oleh manusia.
Orang tua yang mengikuti dibelakangnya mendadak
berkata: "Siaohiap mempunyai tugas berat, tidak boleh menempuh bahaya, biarlah aku siorang tua yang membuka jalan."
Siang-koan Kie hendak mencegah, tetapi orang tua itu
sudah berada dimukanya, dengan satu tangan melindungi dada, ia berjalan dengan tabah.
Jalan beberapa puluh tombak, jalanan dibawah tanah itu terbelah menjadi dua, orang tua itu berpaling mengawasi Siang-koan Kie sejenak, kemudian berkata: "Siaohiap, kita harus mengambil jalan yang mana?"
Siang-koan Kie mengawasi jalan simpangan itu, kemudian mengambil keputusan dengan tiba2, katanya: "Belok kekiri."
Orang tua itu menurut, ia berjalan membelok kekiri.
Selagi berjalan, Siang-koan Kie mendadak ingat janjinya dengan dua kacung dan Sek Bok taysu, kini berada didalam kegelapan, hingga tidak tahu waktu lagi....
Nie Suat Kiao sudah menyusup kegedung Kun-liong Ong,
tetapi mengapa tidak mau membantu menggempur kamar
racun" Ia dibesarkan dalam gudang itu. dengan sendirinya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu keadaan dalam gedung, se-tidak2nya juga harus
memberitahukan padanya bagaimana memasuki kamar racun itu, sehingga sudah melupakan dirinya berada dalam keadaan sangat berbahaya.
Mendadak terdengar suara seruhan tertahan, sesosok
tubuh menghalang didepannya.
Siang-koan Kie dikejutkan oleh kejadian yang tidak terduga2 itu, dengan cepat ia menahan tubuh itu, lalu terdengar suara orang tua itu: "Siaohiap, didepan.... ada bahaya...."
Siang-koan Kie tersadar dengan mendadak, ia minta
supaya orang tua itu jangan bicara. Setelah itu ia mundur beberapa langkah, jari tangan kanannya diletakkan jalan darah Hian kie-hiat tubuh orang tua itu, lalu berkata: "Aku bantu kau mempertahankan kekuatan tenagamu, lekas
berusaha menahan lukamu."
Orang tua itu menyahut dengan suara lemah: "Lepaskan
aku. Salah satu diantara tiga kawanku itu, ada membekal obat manjur. Harap siaohiap tunggu disini, jangan maju
sembarangan..." Orang tua itu melepaskan diri dan berjalan maju.
Siang-koan Kie sangat menyesal atas kejadian itu, karena apabila orang tua itu tidak berjalan dimuka, sudah tentu tidak mengalami nasib demikian. Ia lalu ingat bahwa dirinya memakai baju wasiat yang tidak mempan senjata tajam,
seharusnya ia tadi tidak mengizinkan orang tua itu berjalan dimuka.
Sementara itu, telinganya mendengar suara tindakan kaki berat. Maka ia segera menegur: "Siapa?"
Dari satu sudut terdengar suara jawaban: "Siaohiap disitu"
Disini aku siorang tua"
Suara tindakan kaki tadi lenyap dan sesosok bayangan
orang lari meuuju kearahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie berkata: "Obat kawanmu itu manjur sekali, begitu cepat kau sudah sembuh lagi."
Orang tua itu menyahut: "Dia sudah mati...."
"Dia sudah mati"....." tanya Siang-koan Kie kaget.
Katanya empat orang tua itu sama pakaiannya, umur
mereka juga sebaya, begitu juga rambut dan jenggot mereka, sama2 panjangnya, sehingga Siang-koan Kie tidak dapat membedakan.
Orang tua itu berkata pula sambil menghela napas
panjang: "Ia terkena satu pukulan tangan, juga terkena serangan senjata gelap. Dengan sisa kekuatan tenaganya ia coba lari keluar, tetapi baru mengatakan sepatah dua patah kata saja, sudah melayang jiwanya"
"Mengapa ia tidak memberitahukan padaku?"
"Ia takut siaohiap menempuh bahaya seorang diri, hingga lari keluar minta kita yang bantu membuka jalan."
Siang-koan Kie diam saja, perasaannya tidak enak, lama ia berpikir, kemudian baru berkata. "Baiklah! Kau sudah datang, marilah ikut aku, tapi aku berjalan didepanmu, jangan berpisah terlalu jauh."
"Maksud kedatanganku ini, justru hendak membuka jalan, supaja kalau ada orang melepaskan senjata gelap, biarlah aku yang menghadapi lebih dulu, dan Siaohiap bisa siap sedia."
"Tidak halangan, aku ada mempunyai akal untuk
menghindarkan diri dari serangan senjata gelap. Tidak perlu kau menempuh bahaya demikian besar."
Siang-koan Kie baru berjalan, tetapi orang tua itu hendak mendahulunya
Siang-koan Kie sudah menduga, maka tangannya dengan
cepat menyambar pergelangan tangan orang tua itu seraya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata: "Kalau kau tidak mau dengar perkataanku, lekas keluar lagi, kalau tidak aku akan menotok jalan darahmu."
"Siaohiap, lepaskanlah tanganmu, aku menurut demikian"
orang tua itu meratap. "Siapkan senjatamu.... kalau ada senjata gelap, supaya kau bisa gunakan untuk menangkis. Mari kita jalan."
Ia kini tidak berani gegabah lagi. Dengan hati2 dan
mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya ia berjalan lambat2, belati pusakanya tidak terlepas dari tangannya.
Tiba2 dari tempat gelap itu menyambar keluar kekuatan sangat hebat kearahnya.
Serangan hebat itu tidak mengeluarkan suara. Ketika sudah dekat dengan badan, Siang-koan Kie baru merasa, hingga buru2 menggunakan tangannya untuk menyambut.
Selagi tangannya menyambuti serangan hebat, didada dan tulang rusuknya mendadak merasa tertumbuk oleh benda
halus, hingga menimbulkan sedikit rasa nyeri.
Siang-koan Kie terkejut, ia tahu bahwa itu adalah senjata rahasia yang dilancarkan secara menggelap. Untung ia
memakai baju rompi wasiat pemberian Nie Suat Kiao.
Tiba2 ia ingat kepada orang tua yang berada
dibelakangnya. Kalau ia maju lagi, serangan itu pasti akan dilakukan lagi, maka ia lantas mundur mencegah orang tua itu, kemudian berkata padanya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara ke dalam telinga: "Didepan ada orang menyerang dengan senjata gelap, jangan maju lagi."
Orang tua itu sebaliknya tidak merasa gentar, sambil
melembungkan dadanya ia menyahut: "Biarlah aku situa
bangka ini yang membuka jalan."
Siang-koan Kie terpaksa melarang orang tua itu dan
berkata: "Jangan berlaku gegabah, lekas mundur. Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjaga disini, dengar panggilanku." Ia segera lompat menerjang.
Tiba2 ia merasakan hembusan kekuatan yang menyambar
dari samping. Siang-koan Kie yang sudah siap sedia, menyampok dengan tangannya. Ia juga melindungi panca indranya.
Kembali ia merasakan ada benda halus yang meluncur
kearah badannya. Serangan benda halus itu meski cepat, tetapi Siang-koan Kie bergerak lebih cepat. Sebentar saja ia sudah menerjang sejauh dua tombak lebih. Ia berdiri menunggu, tetapi tidak ada reaksi apa2. Dihadapannya hanya gelap gulita, tidak kelihatan apa2, hingga dalam hatinya diam2 berpikir:
"Sungguh aneh! Serangan tangan kosong dan senjata tadi asaknya dilepaskan dar, sekitar tempat ini. Mengapa dlsini tidak terdapat tanda apa2?"
Ia maju terus menyusuri dinding.
Ia sudah bertekad hendak membunuh orang yang
melakukan serangan gelap itu, tetepi sebegitu jauh tidak menemukan rintangan apa2 lagi. Selagi menyusuri jalan, beberapa kaki dihadapannya tiba2 dapat lihat sebuah lobang yang melesak kedinding.
Siang-koan Kie tersadar, serangan tadi tentunya
dilancarkan dari dalam lobang itu.
Karena ia mengetahui bahwa tempat itu penuh pesawat
jebakan, maka ia berlaku sangat hati2 sekali.
Ia telah mendengar suara orang bernapas, tetapi suara itu halus sekali, jelas orang yang kerkepandaian sangat tinggi.
Siang-koan Kie lalu menegur: "Kau mempunyai kepandaian dan kekuatan tenaga demikian besar, mengapa tidak mau keluar se-cara terang2an". Dengan sembunyikan diri ditempat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gelap, kau melakukan serangan, apakah itu uda perbuatannya orang gagah?"
Mendadak terdengar suara orang tertawa dingin, dari
dalam lobang itu nampak sebuah tangan menyambar senjata ditangan Siang koan Kie, kemudian dlsusul oleh suara orang dengan nada sangat dingin: "Aku siorang tua dalam keadaan terpaksa, apakah kau kira aku takut padamu...."
Senjata Siang-koan Kie sangat tajam, tangan orang tua itu begitu menyentuh belati Siang-koaa Kie, lantas terputus, hingga darah mengucur keluar. Mulut orang tua itu
mengeluarkan suara jeritan.
Siang-koan Kie menarik kembali senjatanya, kemudian
menerjang masuk sambil miringkan badannya.
Satu serangan hebat kembali meluncur keluar dari dalam lobang itu.
Siang-koan Kie yang sudah siap, dengan tangan kiri ia menyambuti serangan itu.
Serangan itu ternyata hebat, ketika beradu dengan tenaga Siang-koan Kie, pemuda itu lantas terpental mundur.
Siang-koan Kie terkejut, ia tidak tahu entah siapa yang mempunyai kekuatan tenaga demikian hebat"
Sebentar ia mundur, tetapi setelah memulihkan tenaganya, ia maju lagi.
Kembali satu hembusan angin hebat keluar dari lobang itu.
Siang-koan Kie sudah siap, dengan tangan kiri ia
menyambuti serangan itu. Ketika kekuatan kedua fihak saling beradu, dalam jalanan itu terbit suara gempuran hebat.
Setelah itu, tiba2 berkelebat sinar terang, menyambar kearah Siang-koan Kie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie menggerakkan belati pusakanya. Senjata tajam yang menyerang kearahnya tadi telah terpapas
buntung, hingga jatuh ditanah.
Tetapi dengan jatuhnya senjata itu, mendadak terdengar suara men-deru2, beberapa senjata rahasia menyerang
kearahnya dengan dahsyat.
Siapakah orangnya yang menyerang Siang-koan Kie dari
dalam lobang dinding itu"
Berhasilkah Siang-koan Kie menemukan kamar racun Kunliong Ong" -oo0dw0oo- Jilid 26 101 Dengan belati pusakanya Siang-koan Kie menyampok jatuh senjata gelap yang menyerang mukanya. Karena badannya memakai baju pusaka, ia tidak menghiraukan senjata gelap yang menyerang badannya.
Orang yang melakukan serangan dari dalam lobang itu
agaknya sudah kehabisan akal, ia berkata sambil tertawa dingin: "Senjata rahasiaku ini bukan saja ada racunnya yang sangat berbisa, tetapi, juga khusus untuk memecahkan
kekuatan tenaga dalam. Kalau kau hanya mengandalkan
kepandaian ilmu silat saja, sekalipun kau sanggup menahan, tetapi juga tidak dapat bertahan sampai setengah jam...."
Dalam hati Siang-koan Kie merasa geli, tetapi mulutnya berkata: "Beberapa buah senjata rahasia saja, apa artinya"
Tuhan menghendaki kita cinta kasih sesama manusia. Aku tidak ingin bertindak keterlaluan terhadap kalian, tetapi kalau kau tidak mau meletakkan senjatamu, jangan sesalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perbuatanku, karena senjataku golok emas mengejutkan
sukma ini tidak mengenal kasian."
Dari tempat gelap itu mendadak terdengar suara teriakan kaget: "Golok emas mengejutkan sukma". Bukankah itu salah satu dari tiga pusaka rimba persilatan"...."
Lain suara menyambung: "Kau mempunyai golok emas
mengejutkan sukma, badanmu tentu mengenakan baju rompi ulat sutra dari langit: Pantas kau tidak takut senjata rahasia."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: "Orang yang sembunyi
ditempat gelap ini ternnyata mengenal betul dengan tiga pusaka rimba persilatan, kalau begitu bukan orang
sembarangan" "Kalau kau sudah tahu tiga benda pusaka itu, apakah masih ingin mencoba lagi?"
Dari tempat gelap itu tiba2 terdengar suara elahan napas, kemudian berkata: "Kau ada membawa dua benda pusaka itu, sudah tentu bukan orang sembarangan, bolekah kau
memberitahukan namamu yang terhormat?"
"Aku Siang-koan Kie, pendatang baru didunia Kang-ouw."
jawabnya sederhana. Lama sekali tidak mendengar jawaban, mungkin orang itu belum pernah mendengar nama itu.
Siang-koan Kie sudah tidak sabar, selagi hendak menanya, tiba2 terdengar suara perlahan: "Toheng, dalam rimba
persilatan, tidak ada perbedaan tua atau muda, siapa yang kuat, dialah yang dianggap gagah. Umpama Toheng sendiri dan pinceng, sedikit banyak toh merupakan orang2 yang ada nama dalam rimba persilatan, tetapi kita toh dikurung oleh Kun-liong Ong sehingga beberapa puluh tahun ditempat ini"
Seorang lagi menjawab: "Perkataan Toheng memang
benar. Sahabat ini bisa mempunyai tiga benda pusaka rimba persilatan, sudah tentu bukan orang sembarangan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang koan Kie mendengarkan pembicaraan dua orang itu, setelah pembicaraan itu berhenti. Tiba2 terdengar suara menggeleger, kemudian disusul oleh percikan api seperti beradunya dua batu besar.
Dari percikan sinar itu, Siang-koan Kie dapat melihat dua orang tua berambut panjang duduk di bawah dinding.
Terdengar suara datar menanya: "Saudara Siang-koan,
pernakah kau melihat pinceng?"
Siang-koan Kie berpikir: "orang tua itu menyebutkan dirinya
'pinceng', sudah tentu ada satu paderi.
Maka ia lalu menyahut dengan suara nyaring: "Bagaimana sebutan taysu yang mulia"
"Pinceng Thian-bok, dari gereja Siao-lim-sie di gunung Siong-san."
"Ada seorang taysu bergelar Tiat-bok, apakah taysu kenal dengannya?"
"Itu adalah sutee pinceng. Apakah siecu kenal dengannya?"
"Pernah bertemu beberapa kali, boanpwee kagum sekali
terhadap kepandaian ilmu siiatnya."
"Totiang yang ber-sama2 pinceng terkurung dalam satu
kamar ini adalah sesepuh partay Kun-lun-pay, Ceng-leng Totiang."
"Jiwie locianpwee, maafkanlah kesasalahan boanpwee tadi, karena boanpwee tidak tahu kalau jiwie locianpwee."
"Pinceng dan Ceng-leng totiang, telah ditawan oleh
manusia jahanam itu ditempat ini, sudah tidak tahu berapa lamanya, se-tidak2nya sudah lebih dari sepuluh tahun."
Ceng-leng Totiang berkata: "Siang-koan siecu sanggup
menyambuti serangan tangan pinto dan Thian-bok taysu, suatu bukti bahwa Siang-koan siecu...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie cepat memotong: "Boanpwee hanya
mengandalkan keampuhan tiga pusaka rimba persilatan, tidak terhitung kepandaian yang sesungguhnya."
"Meskipun tiga pusaka itu besar sekali pengaruhnya, tetapi kau tadi sanggup menyambuti serangan sampai dua kali, sudah cukup untuk membuktikan bahwa siecu dapat
memasuki tempat yang sangat berbahaya ini, tentunya bukan tidak ada sebabnya. Bolehkah kiranya siecu memberitahukan kepada kita?" berkata Thian-bok.
Siang-koan Kie menganggap dua orang tua itu dari
golongan baik2, tidak perlu dibohongi, maka lalu menjawab:
"Kun-liong Ong seorang jahat yang dosanya sudah
bertumpuk2. Ia merupakan satu bencana besar bagi rimba persilatan. Dengan menggunakan pengaruhnya obat gaib, ia telah berhasil menundukkan banyak tokoh2 kuat rimba
persilatan, mengabdi pada dirinya...."
Bicara sampai disitu, ia berhenti sekonyong-konyong.
"Melihat keadaan locianpwee berdua, agaknya tidak mirip dengan orang yang sudah makan obat gaibnya Kun-liong
Ong." "Meskipun kta tidak makan obatnya, tetapi penderitaan kita, jauh lebih hebat daripada orang2 yang diberi makan obat itu...." berkata Thian bok, tiba2 berteriak dan diam.
Siang-koan Kie yang sudah berada cukup dekat, telah
dapat lihat keringat Thian-bok mengucur deras, keadaannya sangat menyedihkan.
Ia segera mengerti bahwa tubuh mereka pasti terkendali oleh benda yang mengikat, maka ia segera maju menghampiri dan berkata dengan suara perlahan: "Boanpwee ada
membawa belati pusaka yang tajam luar biasa, mungkin dapat menolong locianpwee melepaskan belenggu totiang....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diatas punggungku...." berkata Thian bok, tetapi baru sampai disitu, ia sudah tidak tahan rasa sakitnya, hingga tidak dapat melanjutkan keterangannya.
Siang-koan Kie memutar ke belakang Thian-bok taysu,
diam2 mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya dan
menggunakan senjata pusakanya.
Sebentar kemudian hanya terdengar suara beradunya
benda yang lirih sekali, Thian-bok taysu tiba2 menarik napas dalam2 dan kemudian berkata: "Terima kasih atas pertolongan siecu."
Siang-koan Kie mengulangi perbuatannya dibelakang
punegung Ceng-leng totiang. Tetapi satu kekuatan tenaga hebat menyanggah Siang-koan Kie, kemudian terdengar
suara: "Tunggu dulu."'
"Kenapa" Apakah Totiang tidak terganggu?"
"Tali yang mengikat tubuh pinto, dihubungkan dengan
pesawat dinding kamar ini, apabila tali terputus, mungkin akan membawa perubahan pada dinding kamar ini...." berkata Ceng-leng totiang, tetapi mendadak berhenti dan kemudian membentak: "Siapa?"
Siang-koan Kie dengan cepat berkata: "Masuklah....
kemudian dengan suara pelahan: "locianpwee ini mengalami nasib serupa dengan totiang berdua, juga ditembusi badannya oleh Kun-liong Ong, yang kemudian dirantai dengan kursi beroda dan disuruh menjaga pintu."
Sementara itu, orang tua rambut panjang itu sudah berada didepannya.
Thian-bok taysu yang saat itu sudah hilang rasa sakitnya, mengangkat muka mengawasi orang tua itu sejenak, memang benar, keadaannya serupa dengan dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau tali yang mengikat tubuh totiang tidak disingkirkan, barangkali tidak bisa keluar dari dalam kamar ini." berkata Siang-koan Kie.
"Tali yang mengikat tubuhku ini, meskipun menyambung
dengan dinding, tetapi tidak menimbulkan rasa sakit seperti Thian-bok taysu. Siang-koan siecu, bawalah saja Thian-bok taysu keluar!"
"Tidak, aku tahu maksudmu, kita sama2 dalam keadaan
susah selama beberapa puluh tahun, bagaimana aku boleh meninggalkan kau sendirian disini?" berkata Thian-bok taysu.
"Taysu dikurung disini sudah beberapa puluh tahun,
mengapa masih belum menginsafi soal takdir" Kalau pinto memaksa menyingkirkan tali yang mengikat tubuhku, apabila ada terjadi perobaban apa2 pada dinding kamar ini, bukankah Siang-koan siecu juga akan terkurung ditempat ini" Hal ini bagi pinto tidak ada faedahnya, tetapi bagi kalian semua merupakan bencana." berkata Ceng-leng Totiang sambil tertawa.
Siang-koan Kie diam2 membenarkan ucapan imam tua itu.
Ceng-leng totiang melanjutkan perkataannya: "Kalian lekas pergi, kepentingan rimba persilatan, lebih berharga daripada mati hidup pinto. Kalau benar taysu ada maksud hendak menolong pinto, rasanya juga belum perlu tergesa-gesa."
"Beberapa puluh tahun kita hidup bersama sama...."
berkata Thian bok taysu sambii menghela napas panjang.
"Orang yang mengantar makanan kita sudah akan datang, taysu masih menunggu apa lagi?" berkata Ceng-leng totiang.
Thian-bok taysu merangkapkan kedua tangannya dan
berkata sambil memuji nama Budha: "Toheng selamat tinggal, pinceng akan berusaha sekuat tenaga, untuk menolong
toheng supaja lekas keluar dari sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau tidak beruntung pinto harus binasa disini. Tolong taysu beritahukah kepada ketua pinceng digunung Kun-lun-san." berkata Ceng-leng totiang.
"Nanti setelah boanpwee berhasil menemukan jalan rahasia kekamar racun, pasti akan balik menolong totiang." berkata Siang-koan Kie, lalu melanjutkan perjalanannya.
Thian-bok taysu mengambil tongkatnya dan berjalan
dibelakang Siang-koan Kie.
Orang tua berbaju hitam itu tiba2 mendahului Siang-koan Kie dan berkata: "Biarlah aku siorang tua yang membuka jalan."
"Jangan menempuh bahaya, biarlah aku saja yang jalan
didepan!" berkata Siang-koan Kie.
Tiga orang itu berjalan lagi kira2 tujuh delapan tombak, ternyata tidak menemukan rintangan apa2.
Siang-koan Kie berjalan sangat hati2, pikirannya melayang memikirkan keadaan jalan di bawah tanah itu.
Jalanan tiba2 membelok, setiap kira kira sepuluh langkah, terdapat satu tikungan, ketika tikungan terakhir, tiba2 nampak sinar terang.
Siang-kian Kie merandek dan mengangkat muka. Sinar itu ternyata keluar dari sebuah pintu batu yang setengah terbuka.
Ia sangat girang, lalu berpaling dan berkata kepada Thian bok taysu dan orang tua itu: "Locianpwee, hati2 sedikit, jangan mengeluarkan suara, supaya tidak mengejutkan orang dalam rumah itu."
Dua orang tua itu sudah beberapa puluh tahun tidak
melihai sinar matahari, tidak heran kalau sinar itu menyilaukan matanya.
Siang-koan Kie berjalan endap2 menuju ke kamar itu
sambil pasang telinga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sudah berada dekat dengan pintu yang setengah terbuka itu, tetapi ia tidak mendengar suara apa2.
Thian-bok taysu dan orang tua itu mengikuti di belakang Siang-koan Kie dalam keadaan siap-siaga.
Kesunyian dalam kamar itu sebaliknya membuat Siangkoan Kie merasa tidak tenang.
Lama ia menunggu diluar pintu, karena tertarik oleh
perasaan ingin tahu, ia melongok kedalam.
Kamar itu luas, tetapi sedikit perlengkapannya. Di-tengah2
kamar digantung sebuah lampu. Di empat ujung kamar,
tergantung sebuah mutiara sebesar biji buah lengkeng.
Mutiara itu memancarkan sinar berkilauan, hingga kamar itu terang-benderang.
Sebuah balai kayu beralas permadani kuning, terletak
didalam satu sudut. Diatas balai2 itu duduk seorang wanita yang rambutnya terurai dikedua pundaknya.
Wanita itu mengenakan pakaian warna hijau daun,
kepalanya mendongak keatas, seolah2 sedang memikirkan apa2.
la duduk membelakangi pintu, hingga Siang-koan Kie tidak dapat melihat bagaimana parasnya. Tetepi dari bentuk
badannya yang ramping, dapat diduga wanita itu tentunya berparas cantik.
Siang-koan Kie perdengar suara batuk2 kemudian berkata:
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Disini Siang-koan Kie."
Tetapi wanita itu se-olah2 tidak mendengar perkataan
Siang-koan Kie, ia masih duduk tanpa bergerak.
Siang-koan Kie tercengang, pikirnya: "perempuan ini
tenang sekali, ada orang datang, sedikitpun tidak
menghiraukan" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, bolehkah aku numpang tanya...." demikian berkata pula dengan suara agak nyaring.
Wanita itu berpaling, dengan mata sayu memandang
Siang-koan Kie, kemudian berkata: "Apakah kau bicara
denganku?" Paras wanita itu ternyata sudah banyak kerutnya, satu tanda bahwa usianya sudah tua, tetapi masih nampak
kecantikannya, kulitnya juga putih halus, dimasa mudanya tentu cantik sekali.
"Benar, aku bicara denganmu."
Wanita itu menarik napas panjang, kembali membalikkan badarnya, tidak menghiraukan Siang koan Kie.
"Aku ingin minta tanya, apakah kau pernah melihat Kun-liong Ong?" demikian Siang koan Kie berkata.
Nama Kun-liong Ong agaknya mempunyai pengaruh besar
sekali. Wanita itu mendadak balikkan badarnya, matanya menatap wajah Siang-koan Kie sekian lama, kemudian
menanya: "Tahukah kau, kapan ia pulang?"
Siang-koan Kie tidak tahu benar, siapa adanya perempuan tua itu, maka ia tidak berani berlaku gegabah. Lambat2 ia berjalan mendekati perempuan itu.
Dari sudut kamar itu tiba2 terdengar suara merdu: "Ada urusan apa, kalian boleh bicara dengan aku."
Siang-koan Kie berpaling, disalah satu sudut nampak berdiri seorang wanita muda berpakaian warna hijau.
Perempuan muda itu kakinya tidak memakai sepatu,
rambutnya terurai dikedua pundaknya, pakaiannya banyak bagian terdapat lobang2 atau tambalan, jelas bahwa pakaian itu sudah dipakai lama tidak diganti, namun demikian, masih tidak mengurangi kecantikannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona tentunya penghuni kamar ini?" demikian Siang-koan Kie menanya dengan ramah.
"Sejak aku sudah ingat urusan, bersama ibuku aku berdiam dikamar ini, mau dikata bahwa kamar ini tempat tawanan kita berdua juga boleh, anggap kita sebagai penghuni kamar ini jugi tidak halangan." berkata perempuan muda itu.
"Apakah itu ibumu?" bertanya Siang-koan Kie sambil mengawasi perempuan diatas balai.
"ya, itu adalah ibuku."
"Dan keteranganmu, kau agaknya juga dikurung disini oleh Kun-liong Ong?"
"Mulai kecil aku dibesarkan dalam kamar ini, belum pernah aku meninggalkan tempat ini, juga memang tidak bisa pergi dari sini."
"Tahukah nona riwayat dirimu sendiri?"
"Tidak tahu, bahkan selanjutnnya juga tidak bisa tahu."
"Kenapa?" "Sebab ibuku sudah gila. Dulu, usiaku masih kecil, ia tidak mau memberitahukan padaku, hanya bicara sedikit tentang kejahatan dalam dunia. Setelah aku dewasa, ia telah gila, hingga tidak bisa memberitahukan padaku lagi."
Siang-koan Kie anggap tidak ada gunanya untuk menanya lagi, maka lantas minta diri. Selagi hendak berjalan, perempuan muda itu mendadak berseru: "Jangan pergi dulu."
"Nona masih ada keperluan apa?" Demikian Siang koan Kie menanya sambil berpaling.
"Ibuku meski dihinggapi penyakit gila, tetapi tidak berat.
Ada kalanya, pikirannya jernih, kalau kau mau menunggu sebentar, mungkin kau dapat menanyakan padanya tentang riwayat diri kita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi kita masih ada banyak urusan, tidak bisa menunggu disini terlalu lama."
"Apakah menunggu sebentar saja juga keberatan?" berkata perempuan muda itu dengan suara sedih.
Sebelum Siang-koan Kie menyahut, perempuan muda itu
sudah berkata lagi: "Suruh sahabat2mu itu masuk, aku ada barang2 bagus akan kuperlihatkan kepada kalian."
Thian-bok taysu yang berdiri dipintu berkata: "Siang-koan siecu, jangan sembrono, oranganya Kun-liong Ong, semuanya banyak akal bangsat, kita harus hati2"
Siang koan Kie pikir bahwa nasehat paderi tua itu memang benar, maka ia lalu berkata: "Nona tidak perlu capek hati, aku masih ada urusan lain yang perlu dibereskan, biarlah aku pergi dulu."
Perempuan muda itu cemas, buru2 mengejar keluar.
Tetapi Siang-koan Kie lebih cepat, sebentar saja sudah keluar dari kamar itu.
Perempuan muda itu mengejar sampai diambang pintu,
mendadak berhenti. Sekelebatan saja Siang-koan Kie sudah dapat lihat bahwa belakang tubuh perempuan muda itu ada benda
berkeredapan, hatinya tergerak, katanya kepada diri sendiri:
"Oh, perempuan ini juga diikat oleh seutas tali halus."
Sementara itu ia sudah berada diluar kamar.
Thian-bok taysu berkata dengan suara pelahan: "Dua
liesiecu ini juga ditawan oleh Kun-liong Ong."
"Tetapi kalau dibandingkan dengan kita, mereka jauh lebih bebas." Berkata orang tua baju hitam itu.
"Orang2nya Kun-liong Ong kalau bukan dimusnahkan
ingatannya oleh obat gaib, tentu dikendalikan alat kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebegitu lekas pengaruh obat itu lenyap atau alat pengikat itu disingkirkan, kekuatan dan pengaruh Kun-liong Ong pasti runtuh." berkata Siang-koan Kie.
"Pinceng dengan sekuat tenaga, bersedia membantu usaha Siang-koan siecu," berkata Thian-bok taysu.
"Sepak terjang Kun-liong Ong selama beberapa puluh
tahun ini, sangat bertentangan dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, merupakan bencana bagi rimba persilatan.
Locianpwee sekalian tertawan dalam kamar gelap, masih belum tahu keadaan diluar. Selama beberapa puluh tahun ini, entah berapa banyak tokoh2 rimba persilatan yang teraniaya olehnya. Banyak kejahatan dan kekejaman yang dilakukan olehnya, hingga dunia persilatan se-olah2 menghadapi hari kiamat. Kalau kita tidak lekas memusnahkan kamar racun yang digunakan untuk melakukan segala kejahatan itu, tidak usah tiga tahun, ia benar2 akan menguasai rimba persilatan."
Selama itu, ia sudah berjalan sepuluh tombak lebih dan melalui dua tikungan.
Jalanan mulai gelap lagi. Thian-bok taysu maju kedepan dan berkata: "Biarlah Pinceng yang membuka jalan...."
ia berhenti sejenak. "Meskipun Kun-liong Ong sudah
berhasil menawan aku beberapa puluh tahun lamanya, tetapi kepandaian pinceng, masih belum hilang selama beberapa puluh tahun itu, pinceng terus berlatih, hingga kepandaian pinceng bertambah maju."
Siang koan Kie tahu bahwa paderi tua itu berkepandaian tinggi, maka diuga tidak mencegah, ia berjalan dibelakangnya untuk memberi bantuan jika perlu.
Berjalan lagi kira2 beberapa tombak, tiba-tiba mendengar suara yang sangat aneh. Thian-bok taysu merandek, ia pasang telinga, suara itu seperti suara ratap tangis orang perempuan.
Karena terpisah sangat jauh, hingga tidak dapat mendengar apa yang dikatakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie juga dengar suara itu, katanya sambil
menghela napas: "Entah siapa perempuan itu, rupa2nya
ditawan oleh Kun-liong Ong didalam kamar ini, dan sudah banyak tahun tidak melihat sinarnya matahari....."
"Penghidupan dalam tawanan yang tidak mendapat lihat
sinar matahari ini, sesungguhnya lebih hebat daripada kematian. Pinceng sejak usia tujuh tahun sudah mencukur rambut dan menuntut penghidupan suci digunung Siong-san.
Pinceng yakin sudah cukup teguh iman pinceng tetapi sewaktu dikeram dalam kamar gelap ini, juga masih merasakan berat penderitaan itu...."
Tiba2 terdengar suara orang tertawa dingin, memutuskan pembicaraan Thian-bok taysu, kemudian terdengar suara orang bicara: "Dalam waktu se-peminuman secangkir teh, kalian boleh pilih jalan mana yang kalian hendak ambil. Diatas meja batu, ada obat pil ajaib yang dapat melupakan diri sendiri. Kalau menelan satu butir, kalian bisa melupakan asal-usul diri sendiri. Kepandaian ilmu silat kalian tidak lemah, aku dapat memberi jaminan kepada kalian, tidak akan menuncut kesalahan kalian yang sudah lalu"
Suara itu keluar dari dinding atas, membingungkan yang mendengarkan.
Siang-koan Kie maju dua langkah, berada di depan Thian-bok taysu, katanya: "Dari suaramu, kau agaknya mempunyai kedudukan tidak rendah, mengapa kau tidak mau keluar
menemui kita?" "Saat ini aku agak repot, tidak ada waktu untuk menemui kalian...." jawab suara itu.
"Apa kau takut?" Berkata Siang-kom Kie.
Orang itu marah mendengar peikataan Siang-koan Kie,
bentaknya. "Teng Soan juga masih pandang mata padaku, apalagi kamu. Aku akan membereskan urusanku sebentar, dalam waktu satu jam, aku akan menemui kamu lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis berkata demikian, jalanan yang gelap itu,
mendadak terang benderang.
Sejauh kira2 tiga tombak dihadapan Siang-koan Kie,
jalanan telah terhalang oleh dinding tembok, rupa-rupanya itu ada jalan penghabisan.
Ketika ia menengok kebelakang, entah sejak kapan,
dibelakangnya juga terhalang oleh tembok.
Dekat dinding didepannya terdapat sebuah meja batu, di atas meja ada sebuah botol.
Siang-koan Kie dengan sangat berani menghampiri meja
batu itu, dibawah botol terdapat sepotong kertas yang ada tulisannya: "Pil melupakan diri."
Dalam botol itu berisi tiga butir pil.
Siang-koan Kie mengambil botol itu, sebutir pil diletakkan diatas tangannya, ia periksa dengan teliti, katanya sambil menghela napas: "Hanya mengandal sebutir pil kecil ini, Kun-liong Ong bisa malang melintang didunia Kang-ouw dan
membuat kejahatan yang tidak ada taranya"
Ia masukan lagi pil itu kedalam botol, setelah ditutupnya, lalu dimasukkan kedalam sakunya, kemudian berpaling dan berkata kepada Thian-bok taysu: "Orang yang bicara tadi, lagunya sombong sekali, kiranya mempunyai kedudukan tidak rendah. Kalau kita bisa ber sama2 menundukkan dia, mungkin kita bisa jalan dalam jalanan ini dengan leluasa...."
Thian-bok taysu mundur beberapa langkah, menyender
kedinding dan berkata dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara kedalam telinga: "Nampaknya dalam
jalanan ini, kalau bukan jalan yang menuju kekamar racun Kun-liog Ong, tentunya juga suatu tempat yang sangat
penting" "Masih ada satu hal yang sangat aneh, orang2 yang berada dalam jalanan dibawah tanah ini semua seperti belum pernah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diberi makan obat melupakan diri, setiap orang masih
berpikiran jernih." berkata Siang-koan Kie.
"Menurut pengalaman pinceng, orang2 dalam jalanan ini semuanya barangkali terikat oleh benda kuat seperti pinceng, hingga mereka tidak berani memikirkan untuk lari. Dengan sendirinya tidak berani timbul pikiran untuk melawan."
"Apabila kita berhasil menyingkirkan benda kejam yang mengikat mereka, setiap orang akan menjadi musuh besar Kun-liong Ong."
"Memang benar, tetapi sayang!"
"Sayang apa?" "Pinceng lupa bahwa siecu ada membekal benda pusaka,
kalau tadi pinceng ingat, kita bisa menolong dua wanita itu lebih dulu."
Siang koan Kie bersenyum dan berkata: "Perempuan tua itu sudah gila, dalam kamar itu juga hanya mereka berdua, sekalipun mempunyai kepandaian luar biasa, juga tidak mampu menurunkan kepada anaknya. Kita menolong mereka, belum tentu dapat menolong kita. Lebih baik kita menunggu sampai kita membersihkan jalanan ini, nanti kalau kita kembali menolong mereka, rasanya juga telum terlambat.... Soal yang paling penting dewasa ini, adalah menghadapi musuh kuat yang segera akan muncul. Kini masih ada sedikit waktu, marilah kita gunakan se-baik2nya untuk mengatur pernapasan kita."
Sehabis berkata demikian, ia lalu pejamkan matanya.
Pembicaraan itu dilakukan dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara kedalam telinga, hingga tidak dapat didengar oleh orang ketiga. Orang tua baju hitam itu meski berada didekat mereka, juga tidak tahu apa yang mereka sedang bicarakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-bok taysu berpaling dan bertanya kepada orang tua baju hitam itu: "Siapakah nama siecu yang mulia?"
"Siaotee Kim Goan To, yang dalam dunia Kang ouw
mendapat nama julukan kepalan besi."
"Oh, kiranya Kim tayhiap, pinceng dahulu sebelum tertawan oleh Kun-liong Ong, sering mendengar nama Kim tayhiap."
"Taysu terlalu memuji, bolehkah siaotee menanya gelar taysu?"
"Pinceng Thian-bok taysu."
Pada saat itu, Siang-koan Kie tiba2 membuka matanya, ia berkata dengan suara perlahan: "Ini adalah saat tenang sebelum hujan angin tiba, harap locianpwee berdua
menggunakan waktu se-baik2nya, sebentar kemudian
mungkin kita akan menghadapi suatu pertempuran mati2an."
Dua orang tua itu sangat mengagumi Siang-koan Kie, maka ketika mendengar perkataan itu, benar saja lantas
memejamkan mata mereka. Sebentar kemudian, sinar terang itu mendadak padam,
tetapi sejenak kemudian terang lagi.
Sementara itu, dalam kamar sempit itu sudah tambah satu orang.
Pakaian orang itu sangat aneh, sekujur badannya
gemerlapan, pakaiannya itu mungkin terbuat dari logam putih.
Topi diatas kepalanya menutupi kepalanya sampai kemuka, kecuali lobang dibagian kedua matanya, semuanya tertutup oleh topi logam putih.
Siang-koan Kie belum pernah menyaksikan pakaian begitu aneh, maka ia mengerutkan keningnya. Ia diam2 berpikir: "ia memakai pakaian demikian berat, pasti ada gunanya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia berlaku sangat hati2, tangannya menggenggam belati pusakanya.
Thian-bok taysu dan Kira Coan To, dahulu juga merupakan orang2 kenamaan dalam duina Kang-ouw, banyak
pengalaman dan banyak pengetahuan, mereka dengan cepat memencarkan diri, masing2 menempati posisi yang kuat.
Dua biji mala orang berpakaian aneh itu nampak
berputaran, kemudian terdengar suara tertawanya, setelah itu baru terdengar kata2nya: "Melihat roman dan keadaan kalian berdua, sudah tidak salah kalau orang2 yang berhianat."
"Kalau benar kau mau apa?" berkata Thian-bok taysu sambil tertawa dingin, kemudian menyerang dengan
tongkatnya. Ditangan orang aneh itu membawa ruyung panjang,
dibagian ujungnya terdapat banyak duri tajam, tangan kirinya membawa sebuah botol warna hijau.
Dengan ruyung itu ia menangkis serangan Thian-bok tayeu, mulutnya mengeluarkan perkataan: "Tahan."
Siang-koan Kie maju dan berkata dengan suara perlahan:
"Taysu, harap mundur dulu."
-oodwoo- 102 THIAN-BOK TAYSU menurut, ia mundur ke belakang Siangkoan Kie, dalam hatinya memuji kekuatan tenaga orang aneh itu.
Perhatian Siang-koan Kie ditujukan kepada botol yang aneh itu, dengan belati melindungi dada, ia maju menghampiri orang aneh itu, kira2 sejarak empat kaki ia berhenti dan berkata: "Kau tadi menyebut nama Teng Soan, tentunya kenal padanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan Cuma kenal saja, kalau ia bertemu denganku,
bahkan masih bahasakan aku paman guru"
"Kalau begitu, kau tentunya juga menjadi paman guru Kun-liong Ong?"
"Benar, apakah kau golongan pengemis?"
"Kedatanganku justru atas perintah Teng Soan"
Sepasang mata orang aneh itu ber-gerak2, lama baru
berkata: "Mereka berdua saudara dalam satu perguruan, masing2 mempunyai kepandaian dan kepintaran sendiri2, sukar hidup bersama dalam rimba persilatan."
"Locianpwee adalah orang tingkatan tua mereka berdua, sudah tentu tahu bagaimana watak mereka masing2?"
Orang aneh itu berpikir lama, tidak menjawab.
Siang-koan Kie berkata pula: "Dua2 keluaran satu
perguruan, tetapi watak dan sepak terjangnya sangat
berlainan. Teng Soan lemah lembut, ramah tamah dan cinta kasih kepada sesamanya. Kepandaian dan kecerdasan otaknya dalam rimba persilatan dewasa ini, jarang orang yang dapat menandingi. Tetapi kepandaiannya itu digunakan untuk usaha menolong sesama manusia, boleh dikata seorang yang sangat bijaksana. Kun-liong Ong berhati jahat dan kejam serta banyak curiga, ia tidak segan2 membunuh gurunya dan
merampas anak perempuannya, sekedar hanya untuk
menuruti keinginannya hendak menguasai dunia. Dewasa ini meskipun ia sudah berhasil membangun sesuatu kekuatan besar, tetapi orang2nya, kebanyakan karena terpaksa, hingga mau mengabdi. Walaupun kau sendiri adalah paman gurunya, tetapi, rasanya juga belum tentu kau setuju seratus persen sepak terjangnya...."
"Apakah semua ini Teng Soan yang memberitahukan
padamu?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebagian ya, sebagian kusaksikan dengan mata kepala
sendiri." "Omongan orang, bagaimana boleh dipercaya..." berkata orang aneh itu, tiba2 mengacungkan botol dalam tangannya dan berkata pula dengan nada suara dingin: "dalam botol ini, terisi asap beracun yang bisa memabukan orang, khasiatnya tidak kalah dengan pil melupakan diri. Asal aku
menghancurkan botol ini, dalam ruangan ini segera terkurung oleh asap, tidak perduli bagaimana tinggi kepandaianmu, juga tidak mampu melawan asap ini."
Siang-koan Kie terkejut, benar dagaannya bahwa dalam
botol itu terisi racun sangat berbisa.
Orang aneh itu berkata pula: "Aku siorang tua, meskipun setiap hari bermain dengan racun, tetapi menghadapi racun semacam ini juga masih merasa jeri, maka aku harus memakai pakaian logam..."
"Asap beracun itu meskipun dahsyat, tetapi apabila
bertemu dengan ilmu kepandaian tinggi yang dapat menutup napas selama dua jam, tidaklah susah untuk menghindarkan.
Apalagi dalam waktu setengah jam ini, kita sudah akan membinasakanmu."
"Terlalu sombong kau, anak muda," berkata orang aneh itu sambil tertawa dingin, "sekalipun aku tidak menggunakan senjata beracun ini, kalian juga masih bukan tandinganku."
Siang-koan Kie diam2 berpikir: "orang ini adalah paman guru Kun-liong Ong, sudah tentu tidak rendah kepandaian dan kepintarannya. Cacat satu2nya ialah adatnya terlalu sombong, anggap dirinya sendiri terlalu tinggi, mudah naik darah, maka aku harus memakai akal, supaya ia jangan sampai
menggunakan asap beracunnya"
Ia sengaja tertawa dingin, kemudian berkata: "Apakah kau tidak percaya omonganku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau aku menangkan kalian dengan menggunakan
senjata, boleh kalian anggap bukan suatu kemenangan."
Orang aneh itu benar saja lantas meletakkan rujung dan botol di tangannya.
Siang-koan Kie diam2 merasa girang, ia lalu mengacungkan belati ditangannya dan berkata: "Locianpwee awas, senjata ditanganku ini, adalah sebilah senjata pusaka, yang tajamnya luar biasa...."
"Sekalipun senjata pusaka, aku juga tidak takut, lekas turun tangan."
"Aku menggunakan senjata, ini berarti sudah merupakan satu keuntungan bagiku, maka sebaik-nya locianpwee turun tangan lebih dulu."
"Kalau begitu hati2lah kau," berkata orang aneh itu sambil tertawa dingin, kemudian melancarkan serangan dengan
tangan kosong. Siang-koan Kie sudah siap, ia bermaksud hendak menguji kekuatan tenaga orang tua itu, maka serangan itu disambuti dengan tangan kosong juga.
Ketika kekuatan kedua pihak saling beradu, Siang koan Kie tahu bahwa dia sudah berhadapan dengan lawan sangat
tangguh, untung ia sudah siap. Begitu mengadu kekuatan, segera lompat mundur dua langkah, dan balas menyerang dengan tangan kiri.
Orang tua itu agaknya tidak menduga Siang-koan Kie yang masih demikian muda, mempunyai kekuatan tenaga demikian hebat, bukan kepalang kagetnya. Karena ia mengenakan baju logam, tidak seperti Siang-koan Kie, dengan mudah dapat mengontrol gerakannya, terpaksa ia menyambuti serangan itu.
Orang lain tidak melihat bagaimana perubahan sikapnya, tetapi ia sendiri tahu betapa hebat serangan pemuda itu, sebelah tangannya dirasakan kejang, dadanya bergolak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Siang-koan Kie sendiri yang menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya, ketika menyaksikan orang aneh itu tidak bergeming, dalam hati juga terkejut. Dianggapnya orang aneh itu tenaganya kuat sekali. Mau tidak mau harus dilawan dengan menggunakan senjata pusakanya.
Kedua fihak sama2 saling menduga-duga kekuatan
lawannya, hingga tidak ada yang melakukan serangan lebih dulu.
Selag dua orang itu sedang mengadu kekuatan tenaga
dengan hebatnya, Thian-bok taysu tiba2 maju menghampiri dan menyambar botol yang ditinggalkan oleh orang aneh itu tadi, kemudian balik lagi ketempatnya.
Orang aneh itu sedang menghadapi serangan hebat Siangkoan Kie, ia tidak tahu kalau botolnya sudah diambil orang.
Mengadu kekuatan berjalan terus, Siang-koan Kie
mendadak insyaf bahwa dengan mengulur waktu secara
demikian, sangat merugikan bagi dirinya, maka ia lalu berkata:
"Locianpwee, sekarang silahkan mencoba senjata golok
mengejutkan sukma ditanganku ini."
Orang aneh itu karena tangannya juga terbungkus oleh
logam, kalau bertempur selalu menggunakan kekerasan,
karena tidak leluasa menggerakkan kedua tangannya, ketika mendengar nama golok emas itu, ia tidak berani merampas senjata lawannya dengan kekerasan, dengan mendadak ia menyingkir kesamping.
Thian-bok taysu mengira orang aneh itu memergoki
perbuatannya, dengan cepat menotok dengan menggunakan tongkatnya.
Orang aneh itu memperdengar suara aneh, tangannya
menangkis tongkat Thian-bok taysu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Goan To juga segera maju, ia mengambil ruyung orang aneh itu tadi, dan digunakan untuk menghajar belakang punggungnya.
Meskipun Siang-koan Kie merasa bahwa pertempuran cara demikian agak kurang adil, tetapi dalam keadaan demikian, apabila tidak berhasil menundukkan orang aneh itu, apalagi orang itu sampai keluar dari ruangan itu, lebih besar bahayanya, maka ia tidak mencegah perbuatan dua
kawannya. Karena orang itu sekujur badannya tertutup rapat oleh bahan logam, tidak mudah ditembusi oleh senjata tajam. Maka ketika rujung Kim Goan To menghajar punggunanya, orang itu se olah2 tidak berasa, diam2 juga merasa heran, dengan cepat lompat mundur tiga langkah.
Tepat pada saat itu, Siang-koan Kie sudah maju menyerang dengan senjata pusakanya, karena senjata itu tidak
mengunjukkan keistimewaannya, orang itu telah lupa, dengan tangan kanan menyambar senjata dari tangan Siang-koan Kie.
Karena tangannya memakai sarung tangan yang terbuat
dari bahan logam, senjata biasa tidak dapat melukai kulitnya, tetapi tidak demikian dengan senjata pusaka Siang koan Kie.
Ketika tangannya menyentuh senjata itu, tangan itu putus seketika, hingga darah mengucur keluar.
Orang itu menjerit kesakitan dan lantas lari ke belakang.
Thian-bok taysu menyerang dengan tongkatnya, tetapi
orang itu masih bisa menangkis dengan tangannya yang tidak terluka, kemudian lari menuju kedinding.
Ia menerjang dinding batu, penerangan dalam ruangan
padam seketika. Siang-koan Kie sambil berseru: "mari kita kejar."
Lebih dulu melompat menerjang kearah orang aneh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ia membentur dinding batu, sementara itu orang aneh sudah menghilang entah kemana.
Thian-bok taysu sebagai seorang yang sudah banyak
pengalaman ia kuatir Siang-koan Kie terjebak, maka lantas berseru: "Siang-koan siecu...."
Setelah melihat Siang-koan Kie kembali ia bertanya pula:
"Kemana orang itu?"
"Sudah merat. Dinding sakitar ini, semua ada pintu
rahasianya, hanya kita tidak mengerti cara membukanya."
Menjawab Siang-koan Kie. "Bukan maksud pinceng menakuti siecu, dalam keadaan
seperti sekarang ini, kita sebetulnya tidak berdiam lebih lama disini. Kita harus berusaha lekas meninggalkan tempat ini, orang tadi sudah terluka, dan sekarang sudah meloloskan diri, sudah tentu akan membalas dendam."
"Apakah Siang koan siaohiap membawa korek api?" tanya Kim Goan To.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cuma ada satu, maka tidak berani menggunakan jikalau tidak perlu betul"
"Kita sudah tahu kemana arahnya ia lari, pintu rahasia itu sudah tentu ditempat sekitar sini saja. Mari kita selidiki dengan teliti, rasanya tidak sulit untuk mencarinya"
"Itu menang benar, sudah beberapa puluh tahun pinceng disekap oleh Kun-liong Ong. Satu2nya kepandaian yang
mendapat keniajuan paling pesat, ialah sepasang mataku ini, tanpa menggunakan penerangan api, pinceng masin bisa
melihat segala benda dalam jarak delapan kaki." Berkata Thian-bok taysu.
Siang-koan Kie mundur selangkah dan berkata: "Coba
taysu periksa dengan seksama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-bok taysu maju selangkah, ia menggunakan
pandangan matanya yang tajam melihat keadaan
dihadapannya. Dinding itu ternyata rata dan licin, sedikitpun tidak terdapat tanda2 yang mencurigakan, hingga ia mengerutkan alisnya dan berkata: "Heran!"
"Apakah taysu tidak ada tanda2 yang mencurigakan?"
bertanya Siang-koan Kie. "Kita telah menyaksikan ia tadi menghilang di tempat ini, sudah tentu tidak bisa salah." Berkata Kim Goan To. Kemudian dengan kepalan tangannya yang menggempur dinding itu.
Thian-bok taysu minggir kesamping, Kim Goan To rasanya masih belum puas menggunakan kepalan tangannya, kembali menggunakan ruyung besinya untuk menggempur dinding.
Walaupun dinding itu rusak dan terdapat banyak lobang, tetapi tidak terdapat adanya pintu rahasia.
"Sewaktu Kun-liong Ong membangun tempat ini, tentunya sudah menggunakan banyak pikiran dan tenaga, pesawat2
dan pintu2 rahasia barangkali diatur dengan demikian
sempurna, dengan menggunakan kekerasan saja untuk
menghancurkan tempat ini, barangkali tidak ada faedahnya."
Berkata Siang-koan Kie. Kim Goan To sangat menghargai Siang-koan Kie, ketika
mendengar perkataan itu, lekas ia undurkan diri dan berkata:
"Ditangan Siang-koan siaohiap ada mempunyai senjata
pusaka, mengapa tidak mau coba?"
"Sekarang mungkin hanya dengan jalan ini saja." Berkata Siang-koan Kie, lalu mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, senjatanya ditusukan kedinding.
Dinding itu kokoh kuat, senjata Siang-koan Kie meskipun sudah masuk kedalam, tetapi sudah menggunakan tenaga
sangat besar, hingga diam2 merasa heran. Tapi ketika ia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik keluar ujung belati dari dinding, dalam suasana gelap itu tiba2 berkelebat sinar berkeredepan.
Siang-koan Kie terkejut, ketika ia periksa dengan seksama, ujung senjatanya, warna emasnya sudah berubah menjadi putih berkilauan.
Selagi ia masih memikirkan kejadian yang mengherankan itu, dinding itu mendadak terbuka, sinar lampu mencorot keluar.
Thian-bok taysu dengan tongkat berjalan masuk lebih dulu.
Siang-koan Kie berjalan dibelakangnya, kemudian diikuti oleh Kim Goan To.
Jalanan selebar kira2 empat lima tombak, membujur
menuju keruangan yang luas. Dalam ruangan itu terang
benderang dengan sinar lampu, tetapi semua pintu yang dicat warna hitam tertutup rapat.
Thian-bok taysu terus menuju kedepan pintu hitam itu, ia menggempur dengan tongkatnya. Pintu itu ternyata tidak terkunci, begitu digempur oleh Thian-bok taysu, segera terbuka. Dibalik pintu itu kembali terdapat ruangan yang dalam tetapi tidak luas lebarnya hanya kira2 satu tombak saja, tetapi dalamnya kira2 ada enam tombak.
Setiap lima kaki, terdapat sebuah lampu, lampu2 demikian semuanya berjumlah duapuluh empat buah, lampu2 itu
memancarkan sinar terang sekali.
Thian-bok taysu berpaling dan berkata kepada Siang-koan Kie: "Siang-koan siecu, apakah kita perlu masuk?"
"Kalau tidak masuk gua harimau, bagaimana bisa dapat
anak harimau?" menjawab Siang-koan Kie.
Dengan tongkat melintang didada, Thian-bok taysu masuk lebih dulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Goan To yang menyaksikan perlengkapan agak aneh
dalam ruangan itu, sebetulnya ingin mencegah, tetapi ia rasa kurang pantas, selagi masih ragu, karena Siang-koan Kie sudah berjalan masuk, tanpa sadar ia juga sudah turut masuk.
Barti saja kakinya melangkah masuk, pintu itu mendadak tertutup sendiri.
Thian-bok taysu sebagai seorang yang sudah banyak
makan asam garam dunia Kang-ouw, dengan cepat
menghentikan kakinya dan berseru: "Lekas mundur!"
Siang-koan Kie menampak dalam ruangan itu tidak ada
apa2nya yang aneh, lalu menanya: "Kenapa?"
"Dalam kamar ini tidak beres....." menjawab Thian-bok taysu.
Belum lagi habis kata2nya, duapuluh buah lampu itu
mendadak mengeluarkan asap biru.
Kim Goan To lantas berseru: "Siang-koan siaohiap lekas mundur, asap biru ini sangat ganas, Begitu menyambar badan orang, tidak mudah dipadamkan...."
Sementara itu, asap yang keluar dari lampu itu semakin tebal, bahkan tercampur percikan api yang menyala, sebentar saja, dalam ruangan itu sudah dipenuhi oleh asap dan api.
Thian-bok taysu yang berada paling depan, ketika melihat asap dan api menyerbu kedirinya, tanpa ayal lagi telah mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, mengebutkan
tangannya kearah asap yang hendak menyerbu dirinya.
Asap dan api yang kesambar kekuatan tenaga Thian-bok
taysu, meskipun dirinya terhindar, tetapi api berkobar semakin hebat.
Kim Goan To melompat didepan Siang-koan Kie seraya
berkata: "Siang-koan siaohiap, lekas buka pintu kamar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama-mulutnya bicara, tangannya juga bekerja mencegah menyalanya api.
Asap dan api yang berkobar itu meskipun tidak bisa
mendekati diri mereka bertiga, tetapi berkobarnya api yang dikipasi, berkobar semakin tinggi.
Siang-koan Kie pikir memang sudah tidak ada lain jalan, kecuali membuka pintu hitam itu dan untuk sementara
terpaksa harus undurkan diri dulu.
Ia lalu menggerakkan senjatanya menggempur pintu hitam yang kokoh kuat itu.
Sebentar kemudian, pintu itu terbuka, ia lantas lompat keluar sambil menyerukan kepada dua kawannya supaya lekas keluar.
Thian-bok taysu dan Kim Goan To yang masih berusaha
menahan majunya asap dan api, ketika mendengar seruan Siang-koan Kie, buru2 lompat keluar sambil mengeluarkan serangan untuk menahan majunya api.
Keluar dari kamar, dua orang itu sudah bermandikan
keringat. "Siang-koan siecu, kita tidak dapat melewati kamar yang penuh asap dan api itu, sekarang harus bagaimana?""
bertanya Thian-bok taysu.
Siang-koan Kie bergikir sejenak, kamudian menjawab:
"Jalan dibawah tanah ini penuh pesawat rahasia. Apabila hanya dengan mengandalkan diri kita menerjang dengan
kekerasan, ini berarti mengantarkan jiwa dengan Cuma2.
Kalau sudah tidak ada jalan lain, kita boleh coba
menggunakan akal keji...."
"yah, akal keji...." berkata Kim Goan To sambil menepok pahanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah siecu hendak menggempur dengan api juga?"
bertanya Thian-bok taysu.
"Sekarang ini boanpwee masih belum dapat memikirkan
cara yang mana lebih baik, penggunaan api atau air...."
menjawab Siang-koan Kie. "Partay Siao-lim-pay, selama beberapa ratus tahun
merupakan satu partay terbesar yang kenamaan dalam rimba persilatan. Ilmu silatnya yang terampuh, yang tersiar didunia luar saja sebanyak tujuhpuluh dua macam. Menurut apa yang boanpwee tahu, kepandaian ilmu silat golongan Siao-lim-pay, meskipun dapat dikatakan suatu ilmu golongan tinggi, tetapi belum tentu itu merupakan ilmu terampuh dari golongan Siao-lim. Menurut tradisi rimba persilatan, ilmu setiap partay tidak boleh diturunkan kepada orang luar. Kun-liong Ong meskipun mempunyai kepandaian dari berbagai golongan, tetapi kalau mau dikata bahwa kepandaiannnya itu sudahi tanpa
tandingan, belum tentu benar. Tetapi ia toh bisa malang melintang didunia Kang-ouw selama beberapa puluh tahun, sesungguhnya juga tidak mudah. Menurut pikiran boanpwee, orang2 yang menamakan diri sebagai orang2 golongan baik, selalu mengutamakan kebajikan, tidak mau sembarangan
menggunakan tangan kejam. Ini merupakan satu kelemahan yang memberikan kesempatan bagi Kun-liong Ong...."
"Pendapat siecu ini memang benar, untuk menghadapi
seorang seperti Kun-liong Ong, mau tidak mau harus
menggunakan tangan kejam." Berkata Thian-bok taysu.
"Baiklah. Cianpwee berdua harap ikut boanpwee untuk
sementara berlalu dari tempat ini. Kalau kita dapat
menginsafkan semua orang2 yang berada dalam rumah hitam ini, itulah yang paling baik, tetapi kalau tidak bisa, terpaksa kita basmi sekalian."
"Pinceng ada satu permintaan, bolehkah kiranya siecu suka pertimbangkan?" berkata Thian-bok tay-su.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Taysu katakan saja, kalau bisa, sudah tentu tidak
keberatan." "Pinceng dengan Ceng-leng totiang, sama2 disekap dalam rumah hitam ini oleh Kun-liong Ong, selama beberapa pulun tahun kita berdiam ber-sama2 maka pinceng mengharap
supaya siecu suka menolong keluar dia dari sini."
"Boanpwee bersedia menolong, tetapi mungkin tidak dapat dilakukan."
"Siecu mempunyat senjata pusaka yang amat tajam, untuk menolong dia bukan soal sulit, apalagi kepandaian totiang itu masih diatas pinceng. Kalau dia bisa bebas, akan merupakan satu tenaga bantuan yang sangat berharga."
"Boanpwee bersedia membantu."
Beberapa orang itu balik kembali dengan mengingat-ingat jalan masuknya.
Jalanan yang gelap itu memang banyak rahasianya. Kalau diwaktu masuk mereka tidak menemukan rintangan, tidaklah demikian diwaktu keluar, mereka telah menemukan rintangan sangat berat.
Siang-koan Kie memikirkan janjinya dengan Sek-bok taysu dan dua kacung, dengan senjata pusakanya yang tajam luar biasa, ia dapat menerobos keluar setelah melalui lima tempat rintangan saat itu baru tiba dimatia Ceng-leng totiang disekap.
Thian-bok taysu masuk lebih dulu dan berkata dengan
suara nyaring: "Toheng, Siang-koan siecu sudah mengambil keputusan hendak.... dengan Kun-liong Ong....?"
Tiba2 ia merasakan gelagat tidak beres, hingga tidak
melanjutkan kata2nya, sementara tangannya menyambar
tubuh Ceng-leng totiang. Tubuh imam dari Kun-lun-pay itu ternyata sudah kaku
dingin, agaknya sudah lama meninggal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang koan Kie berdiri didampingnya, telah menyaksikan semua kejadian itu, ia menghela napas panjang dan berkata:
"Taysu tidak usah bersedih, orang yang sudah mati tidak bisa hidup lagi, apalagi orang2 yang binasa dhangan Kun-liong Ong, entah berapa banyak jumlahnya. Ceng-leng totiang hanya merupakan salah satu diantaranya...."
"Seandai ia tidak menolak pertolonganmu, ia sudah bebas dari sini, juga tidak sampai mengalami nasib seperti ini."
Berkata Thian-bok taysu sambil berjalan keluar.
Tiba dipintu masuk, pintu itu sudah tertutup. Siang-koan Kie kembali harus menggunakan senjata pusaka ditangannya, baru berhasil mendobrak pintu batu yang tebal itu.
Tiga sosok bangkai manusia rebah terlentang di tengah jalan yang sempit. Satu diantaranya sekujur badannya matang biru, dua yang lainnya keadaannya lebih mengerikan, kedua kaki dan tangannya telah terkutung. Kim Goan To yang
menyaksikan tiga bangkai itu lantas menjura dan berkata:
"Saudara2, bersemayamlah yang tenang, asal siao-te masih bisa bernapas, pasti akan menuntut balas dendam saudara2."
Siang-koan Kie yang sudah ingin menjumpai tiga
kawannya, lompat meleset lebih dulu kedepan pintu.
Kali ini ia sudah tambah pengalamannya, begitu tiba
didepan pintu, segera menyontek dengan belati pusakanya.
Ketika pintu terbuka, dua batang anak panah beracun
menyambar masuk. Thian-bok Taysu dan Kim Goan To terperanjat, dengan
cepat melompat maju, tapi Siang-koan Kie mencegah katanya:
"Locianpwee tak usah gugup, beberapa batang anak panah, tidak bisa berbuat apa2 terhadap boanpwee."
Dua orang itu kemudian menyaksikan dengan mata kepala sendiri, dua batang anak panah meluncur kedada Siang-koan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie tetapi sedikitpun tidak melukai dagingnya, hingga dalam hati bertambah kagum.
Keluar dari pintu, angin meniup sepoi-sepoi, udara gelap, hanya bintang2 dilangit yang menerangi jagat.
"Tak disangka pinceng masih bisa melihat bintang
dilangit.", kata Thian-boK taysu dengan suara terharu.
"Gedung bertingkat itu adalah gedungnya Kun-liong Ong."
Kata Siang-koan Kie. Kim Goan To mengawasi keadaan disekitarnya, kemudian
berkata: "Bangunan ini sungguh megah, dibandingkan dengan kediamanku dikota Cu-lam jauh lebih hebat."
Siang koan Kie tahu bahwa jago dari Cu-lam itu sudah
terkenang rumah tangganya, sebelum ditawan oleh Kun-liong Ong, ia mungkin juga pernah hidup senang didalam
gedungnya yang megah. Maka ia lantas berkata sambil
bersenyum: "Kelak setelah tugas boanpwee membunuh Kun-liong Ong selesai, pasti akan berkunjung ke kediaman
locianpwee dikota Cu-lam."
"Sudah beberapa puluh tahun tidak mendengar kabar apa2, entah bagaimana keadaan rumah tanggaku" kata Kim Goan To sambil tertawa menyeringai.
"Heran!" Thian-bok Taysu tiba2 berkata kepada diri sendiri.
"Ada urusan apa?" Tanya Siang-koan Kie.
"Perbuatan kita dijalan bawah tanah tadi, apa betul tiada orang yang tahu?"
"Dekat2 kita berdiri ini, mungkin sudah ada orang yang mengintai" Kata Siang-koan Kie.
Thian-bok taysu dan Kim Goan To pasang mata untuk
mencari cari ditempat yang gelap itu, namun tidak nampak apa2.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang ini kita masih belum tahu benar musuh berada dimana, sedang musuh tahu kedudukan kita, maka kita harus berlaku hati2" berkata Siang-koan Kie dengan suara perlahan.
Sementara itu mereka sudah mendekati jeruji besi.
Siang-koan Kie tahu bahwa jeruji besi itu dipoles racun, maka mencegah kedua kawannya supaya jangan
menyentuhnya pada saat itu tiba2 berkelebat sinar terang, beberapa buah senjata rahasia menyambar kearah mereka.
Siang-koan Kie dengan lengan baju tangan kiri melindungi mukanya, malah maju memapaki senjata rahasia itu. Sebagian besar senjata rahasia itu jatuh ke tanah. Setelah mengenai tubuh Siang-koan Kie, dengan demikian Thian-bok taysu dan Kim Goan To tidak mendapat luka apa2.
"Disekitar tempat kita ini agaknya sudah terkurung oleh musuh." Demikian Siang-koan Kie berkata.
Tiba2 terdengar suara orang tertawa dingin, kemudian
disusul oleh kata2: "Kalian dapat mengelakkan senjata rahasia
"belalang terbang" suatu bukti bahwa kepandaian kalian cukup tinggi."
Selagi Siang-koan Kie bingung, tiba2 tampak sinar merah, kemudian disusul oleh sinar lampu warna kuning, yang
disorotkan kearah mereka. Kembali terdengar suara orang bicara: "Kalian masih belum mau melemparkan senjata kalian, apakah hendak melawan?"
Siang-koan Kie menguasai keadaan disekitainya, kemudian berkata kepada dua kawannya dengan menggunakan ilmu
menyampaikan suara kedalam telinga: "Locianpwee, harap siap, begitu boanpwee bertindak, harap locianpwee menahan serangan senjata rahasia, nanti kita pikirkan lagi bagaimana harus melawan musuh."
Thian-bok taysu dan Kim Goan To menerima baik, masing2
sudah siap hendak melakukan tugasnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan Kie meskipun tidak takut, tetapi ia juga tidak berani gegabah. Ia mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya, tiba2 membentak dan menyerbu kearah sinar
lampu itu sambil memusar belati pusakanya.
Bersama dengan bergeraknya Siang-koan Kie, dari arah
sinar lampu itu menyambar keluar senjata rahasia halus berkeredapan.
Siang-koan Kie tahu bahwa senjata rahasia halus itu sukar disambuti, maka ia menggunakan senjata pusakanya untuk menangkis dan menggunakan lengan baju kiri untuk
melindungi mukanya. -oodwoo- 103 TERDENGAR pula suara orang berkata sambil tertawa
dingin: "Senjata rahasia jarum beracun ini, khusus untuk memusnahkan kekuatan tenaga dalam. Kau...."
Belum lagi habis ketawanya, Siang-koan Kie sudah
mendekati lampu yang mengeluarkan sinar kuning itu,
kemudian menggerakkan senjata ditangannya.
Tiba2 terdengar dua kali suara jeritan, dua orang sudah terluka oleh senjata pusaka itu.
Musuh yang melepaskan senjata rahasia ditempat
sembunyiannya, ketika menyaksikan Siang-koan Kie yang dihujani oleh senjata rahasia se-olah2 tidak terjadi apa2, bukan kepalang terkejutnya.
Tnian-bok taysu dan Kim Goan To juga sudah mengikuti
jejak Siang-koan Kie, masing2 mengerahkan kekuatan
tenaganya untuk menyambuti serangan jarum beracun yang menyambar bagaikan hujan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jarum beracun yang halus bentuknya itu meskipun sangat berbisa, Tetapi ringan bobotnya, hingga dengan mudah jatuh ditanah.
Sebentar saja. Siang-koan Kie bertiga sudah berhasil
membinasakan musuh yang tadi tidak menampakkan diri.
Pada saat itu, tiba2 terdengar suara nafiri, semua
penerangan lampu digedung Kuu-liong Ong, padam seketika.
Pekarangan taman yang sangat luas telah menjadi gelap gulita.
Dalam suasana gelap itu Siang koan Kie mengajak dua
kawannya, mencari jalan keluar.
Apa yang mengherankan ialah, selama mencari jalan keluar itu, Siang-koan Kie tidak menjumpai orang yang merintangi tindakannya.
Ketika ia tiba ditetnpat yang sudah dijanjikan dengan Sek-bok Taysu dan dua kacung, ternyata tidak menampak
bayangannya tiga orang itu.
Waktu itu kira2 sudah jam dua malam, tiga orang
seharusnya sudah ada disitu, karena kini tidak nampak mungkin sudah terjadi apa2 atas diri mereka.
Thian-bok Taysu dan Kim Goan To yang menyaksikan sikap Siang-koan Kie seperti orang bingung, tidak berani menanya.
Dengan tiba2 terdengar suara seorang wanita yang sangat halus: "Sek-bok Taysu dan dua kacung sudah tertangkap.
Sekarang ini meskipun sekitar tempat ini banyak terdapat orang2 kuat, tetapi entah apa sebabnya mereka tidak
bertindak, mungkin mempunyai rencana lain...."
Suara itu seperti suara Nie Suat Kiao, tetapi hanya
terdengar suaranya, tidak tampak orangnya. Disekitar tempat itu, benar ada tanda2 yang mencurigakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibawah pohon bunga sekitar tempat itu, samar2 seperti berdiri orang2 berpakaian hitam, karena cuaca gelap, apalagi orang2 itu semua tidak bergerak, kalau tidak diperhatikan tidak akan terlihat.
Siang-koan Kie lompat melesat menyerbu kearah orangorang itu. Tetapi bayangan orang2 itu tetap berdiri tanpa bergerak.
Siang-koan Kie diam2 merasa heran, dengan tangan kiri ia menyambar satu diantaranya. Namun orang2 itu tetap tidak bergerak atau menyingkir.
Hati Siang-koan Kie tergerak, selagi tangannya hendak menyentuh badan itu, mendadak ditarik kembali dan mundur dua tangkah, kemudian menegur: "Siapa" Kalau kau masih berlagak pilon, jangan sesal aku nanti akan menggunakan tangan besi."
Sementara itu, Kim Goan To mendadak menggunakan
ruyungnya menghajar orang itu.
Tiba2 terdengar suara nyaring, ruyung Kim Goan To seperti mengenai benda lunak, tetapi orang yang dipukul tetap tidak bergerak.
Kim Goat To yang sudah banyak pengalaman, lantas
berseru: "Itu bukan manusia, lekas mundur...."
Siang-koan Kie juga tahu bahwa Kun-liong Ong banyak akal bangsatnya. Ketika mendengar seruan kim Goan To, buru2
lompat mundur. Namun demikian, ternyata masih agak
terlambat, benda yang diserang oleh Kim Goan To
mengeluarkan sinar biru, menyambar kearah mereka.
Dengan menggunakan senjata pusakanya Siang-koan Kie
menangkis gumpalan sinar biru yang menyerbu dirinya. Ketika sinar itu kebentur senjata pusaka Siang-koan Kie
menyemburkan banyak sinar biru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, dari belakang pohon bunga muncul banyak orang berpakaian hitam, yang dandanannya sangat aneh.
Orang2 itu sekujur badannya terbungkus dengan kain
hitam, dibagian lobang kedua matanya ditutup oleh kaca.
Siang-koan Kie diam2 menghitung jumlahnya orang2 itu, semuanya berjumlah duapuluh empat orang. Mereka
membuat satu lingkaran, mengurung Siang-koan Kie bertiga.
Thian-bok Taysu yang memperhatikan keadaan orang2 itu, dapat lihat bahwa tangan setiap orang membawa bumbung hitam sebesar mangkok, panjangnya kira2 tiga kaki.
Sebagai orang yang sudah banyak pengalaman ia segera
waspada, dan dengan suara perlahan berkata kepada Kim Goan To: "Dandanan dan benda yang dibawa oleh orang2 ini sungguh aneh, kita tidak boleh membiarkan Siang-koan siecu menempuh bahaya seorang diri, tolong kau menjaga
dibelakang, pinceng hendak mencoba benda apa yang mereka pakai sebagai senjata itu."
"Sebaiknya Taysu yang menjaga dibelakang, biarlah siaotee yang mencobanya." Kata Kim Goan To.
Mereka saling berebut siapa yang harus bertindak,
sementara itu sudah terdengar suara Siang-koan Kie:
"Locianpwee tak usah berebut, dalam bumbung yang dibawa oleh orang2 itu adalah api beracun yang sangat jahat.
Locianpwee tidak boleh berlaku gegabah. Sebaiknya kita lekas mundur, untuk berunding dulu."
Sikap Siang-koan Kie ini mengherankan Thian-bok taysu, karena pemuda gagah yang sifatnya agak agresif itu,
mengapa mendadak berubah sabar. Ia tidak tahu bahwa
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perubahan sikap Siang-koan Kie itu, sebetulnya atas petunjuk Nie Suat Kiao.
Kaiena sebelum Siang-koan Kie bertindak lebih jauh,
telinganya mendadak menangkap suara yang sangat halus, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ia kenali adalah suaranya Nie Suat Kiao: "Bumbung ditangan orang2 itu, dalamnya berisi bahan2 yang mudah terbakar. Senjata pusaka dan rompi wasiatmu tidak dapat digunakan untuk melawan senjata itu, lekas berusaha
merintangi mereka turun tangan dan lekas melarikan diri"
Dari suaranya ia dapat tahu bahwa arah datangnya suara itu ternyata dari rombongan orang2 baju hitam itu, tapi ia tidak dapat mengetahui dengan tempat mana satu orangnya.
Pada saat itu, orang2 yang sudah mengurung Siang-koan Kie bertiga, mereka hanya tujukan mulut bumbung kearah tiga orang, tetapi tiada satupun yang bertindak.
Dengan senjata melintang dimukanya, Siang-koan Kie
berkata kepada Thian-bok taysu dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga: "Locianpwee berdua harap siap sedia. Apabila boanpwee bergerak, locianpwee berdua ikut menerjang dibelakang boanpwee"
Thian-bok taysu dan Kim Goan To lalu lompat kebelakang Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie memperhatikan keadaan orang2 berbaju
hitam itu. Kecuali dari bentuk tubuh mereka, yang mungkin dapat dibedakan, sulit untuk mengetahui bagaimana
orangnya. Tetapi ia mengerti, bahwa dalam jumlah duapuluh empat orang ini, ada satu Nie Suat Kiao dan seorang lagi yang bertindak selaku pemimpin. Asal orang yang menjadi
pemimpin rombongan itu mengeluarkan perintah, orang2 itu segera menyemburkan api beracunnya kearah dirinya.
Dilain fihak, Nie Suat Kiao tidak berani bicara mungkin takut dirinya kepergok.
Dalam keadaan demikian, Siang-koan Kie Cuma bisa
menggunakan akal dan kecerdasan otaknya, untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memikirkan dengan cara bagaimana supaja bisa teilolos dari bahaya itu.
Selama ia mengikuti Teng Soan, banyak belajar memikir dan berlaku tenang, sekalipun menghadapi bahaya besar.
Maka setelah memikirkan dengan tenang, dan menduga pasti bahwa dalam rombongan itu ada salah seorang yang
bertindak sebagai pemimpin. Ia lalu mengambil keputusan hendak membekuk pemimpinnya lebih dulu.
Dengan tenang ia memasang mata, ia mendapatkan empat
orang yang mencurigakan. Empat orang itu tubuhnya kecil langsing, jauh berlainan dengan yang lainnya.
Dua berdiri di sebelah barat. Dari suara Nie Suat Kiao yang tadi disampaikan kepadanya, ia dapat memastikan bahwa salah satu diantara dua orang itu, pastilah Nie Suat Kiao.
Satu berdiri disebelah utara dan satu lagi disebelah timur.
Ia tidak dapat memastikan dari empat orang ini, kecuali satu yang ia duga adalah Nie Suat Kiao, tiga yang lainnya entah yang mana yang bertindak selaku pemimpin.
Siang-koan Kie sebetulnya ingin bertindak selagi orang2 itu melancarkan serangan kepadanya, apa mau orang2 itu tidak mau bergerak, hingga berbalik menyulitkan padanya.
Ia mencari2 dulu jalan yang baik untuk undurkan diri, kemudian berkata kepada dua kawannya dengan
menggunakan ilmu menyampaikan suara kedalam telinga:
"Locianpwee berdua harap perhatikan orang2 yang tubuhnya kecil dan berdiri diutara dan timur. Begitu boanpwee
bertindak, harap locianpwee berserak menyerbu mereka.
Thian-bok taysu menyerang ketimur dan Kim locianpwee
menyerang keutara. Serangan dari selatan boleh ditangkis dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam, kalau kita
sudah keluar dari kepungan mereka, segera berkumpul karah timur laut, kira2 tujuh atau delapan tombak dari sini, ada Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah tempat, disana kita nanti bisa padamkan api yang mungkin akan membakar tubuh kita."
Kim Goan To yang mendengarkan komando Siang-koan
Kie, semakin kagum. Tidak lama kemudian, Siang-koan Kie membulang
balingkan senjata emasnya, hingga memancar-kan sinar
gemerlapan. Ia se-olah2 hendak menyerbu orang2 yang
mengurung dirinya, akan tetapi diam2 ia memperhatikan empat orang yang bertubuh kecil itu. Ia mengharap dari reaksi mereka, dapat menemukan sedikit titik terang.
Tetapi empat orang itu tidak menunjukkan reaksi apa2, seolah2 sudah mengerti maksud anak muda itu. Dengan
demikian, terpaksa ia hendak menyerbu dengan kekerasan.
Selagi hendak bergerak, tiba2 merubah rencananya.
Ia berpaling dan berkata kepada Thian-bok taysu dan Kim Goan To: "Locianpwee ingat, begitu boanpwee bergerak untuk menghalau mereka, harap locianpwee berdua segera
rnenerjang keluar, untuk mengacaukau pertahanan mereka, kemudian mencari tempat yang dapat digunakan untuk
menyembunyikan diri, lalu menyerang mereka dengan senjata rahasia."
Tanpa menunggu jawaban dua kawannya, dengan
mendadak ia bergerak menyerbu kepada orang bertubuh kecil yang berdiri disebelah timur.
Karena ia menduga pasti bahwa Nie Suat Kiao berada
disebelah barat, orang yang diserbu itu tidak perduli pemimpinnya atau bukan, yang sudah pasti ialah bukan Nie Suat Kiao, maka serangannya itu dilakukan dengan cepat dan ganas.
Orang itu agaknya juga merasakan betapa hebat
serangannya anak muda itu, dengan cepat mundur dua
langkah, ia tidak berani menyambuti serangannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengetahui orang yang diserang mundur, senjata Siangkoan Kie berbalik kearah kanan, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk menotok orang yang berdiri dikiri.
Semua serangan itu dilakukan dengan cepat dan ganas
pula. Senjata pusakanya yang amat ampuh itu sudah
mengambil satu korban, orang yang berdiri disebelah kanan, badannya kesambar sehingga terkutung batas pinggang.
Sedang orang yang berdiri disebelah kiri, juga terkena totokannya, hingga jatuh rubuh.
Sementara itu yang lainnya juga sudah bergerak semua, bumbung ditangan mereka diangkat dan ditujukan kearah Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie tahu bahwa kalau ia tidak memancing
orang2 itu menyemburkan apinya, Thian-bok taysu dan Kim Goan To tidak mendapat kesempatan menerjang keluar, maka ia lalu menyerbu orang2 itu sambil memutar senjata belatinya.
Benar seperti apa yang sudah diperhitungkan oleh Siangkoan Kie, dari mulut bumbung itu segera rnenyemburkan api warna biru kearah dirinya.
Thian-bok taysu dan Kim Goan To juga lantas bergerak
dengan senjata masing2. Api yang menyembur keluar dari mulut bumbung itu menimbulkan pemandangan luar biasa
dimalam yang gelap itu. Senjata pusaka ditangan Siang-koan Kie begitu menyentuh api itu, segera menimbulkan percikan api yang mengurung Siang-koan Kie.
Kim Goan To dengan menggunakan ruyung besinya,
menghajar orang2 yang rnenyemburkan api kearah Siangkoan Kie, sedang ia sendiri menerjang keluar.
Meskipun gerakannya itu gesit luar biasa, tetapi badannya masih kesambar api yang sangat ganas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-bok taysu pada saat itu juga sudah menerjang
keluar. Orang2 baju hitam itu karena mengenakan pakaian tahan api yang agak berat, meskipun mereka tidak takut terbakar, tetapi gerakannya kurang leluasa.
Kun-liong Ong melatih pasukan berapi ini, sebetulnya
hendak digunakan untuk menghadapi pertempuran total
dengan orang2 dari sembilan partay besar. Pakaian mereka dibuat secara khusus, bukan saja bisa tahan api, juga tidak mempan senjata tajam.
Siang koan Kie yang menyerbu dengan senjata pusakanya, berhasil menerjang keluar kira2 sejauh satu tombak, baru kakinya menginjak tanah, tetapi senjata pusakanya sudah penuh api warna biru, sedangkan sekujur badannya juga sudah terbakar.
Pada waktu itu, Thian-bok taysu dan Kim Goan To sudah berhasil keluar dari kepungan, Kim Goan To bergulingan ditanah, baru berhasil memadamkan api yang membakar
badannya, hanya dibagian punggungmu terdapat sedikit luka.
Siang-koan Kie yang memakai rompi wasiat di badannya, masih terlindung dari kebakaran, untuk memadamkan api yang membakar bajunya, ia bergulingan kearah Thian-bok taysu.
Orang2 berbaju hitam itu juga tidak mengejar mereka,
bahkan mundur ketempat semula.
Dalam malam yang sunyi itu, tiba2 terdengar suara kuda.
Beberapa puluh penunggang kuda dengan senjata tombak
ditangan lari kearah Siang-koan Kie bertiga.
Siang-koan Kie yang masih kebakar bajunya, meskipun
sudah bergulingan ditanah, tetapi apinya masih beium padam.
Thian-bok taysu lalu menahan majunya pasukan berkuda
itu, ia berkata kepada Kim Goan To: "Kim siecu, harap bantu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang-koan sicu memadamkan api dibadannya, pinceng
hendak menahan orang2 itu."
Kim Goan To membuat satu lobang ditanah, memasukan
Siang-koan Kie didalamnya, kemudian diuruk dengan tanah, dengan demikian, barulah api yang membakar badannya itu padam.
Pada saat itu, Thian-bok taysu sudah mulai bertarung
dengan musuh berkuda. Orang2 itu menunggang kuda
dengan pakaian berlapis baja, senjata mereka tombak panjang dan berat, serangannya juga dilakukan dengan cepat. Thian-bok taysu yang baru menangkis tiga orang, sudah merasa berat.
Sementara itu, api di badan Siang koan Kie sudah padam, ia segera lompat bangun. Baru saja ia berdiri, telah
menyaksikan Thian-bok taysu dalam bahaya, ia lalu putar senjata pusakanya, membabat tombak yang menyerang
Thian-bok taysu. Ketika dua senjata itu beradu, tombak panjang itu lantas terkutung menjadi dua potong. Namun demikian, tangan
Siang-koan Kie masih merasa kesemutan, hingga diam2 ia juga memuji kekuatan tenaga musuhnya.
Kira Goan To saat itu juga sudah datang, ia segera
menanyakan Thian-bok taysu, "apakah terlukai"
"Tidak apa2, aku hanya menggunakan tenaga terlalu
banyak...." menjawab Thian-bok taysu.
Ia segera melihat tiga musuh sedang menyerbu Siang-koan Kie.
Thian-bok taysu hendak bergerak, tetapi dicegah oleh Kim Goan To, katanya: "Taysu harap beristirahat dulu, biarlah siaotee yang membantu Siang-koan siaohiap".
Sementara itu Siang-koan Kie juga sudah siap hendak
menghadapi tiga musuh itu, tadi ia sudah tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musuh2nya itu bertenaga besar, maka ia tidak berani
memandang ringan. Ketika tombak musuh menyerang dirinya, Siang-koan Kie berkelit dulu untuk mengelakkan serangan itu, kemudian hendak menyerang dengan senjata pusakanya. Tetapi
sebelum maksudnya dilaksanakan, ruyung Kim Goan To sudah membabat dari samping.
Kim Goan To berhasil menyambuti tombak musuhnya,
tetapi ia sendiri terpental mundur sampai lima langkah.
Sebelum Kim Goan To berhasil memperbaiki posisinya,
serangan musuh sudah mengancam lagi. Meskipun tangan
Kim Goan To masih merasakan sakit, tetapi ia masih melawan mati2an.
Ia merasakan sangat berat, ruyungnya tidak berhasil
menahan lajunya tombak, hingga meluncur kearah dada
Siang-koan Kie. Siang-koan Kie lalu membabat dengan belati pusakanya.
Hingga tombak itu terpapas kutung. Dengan tangan kiri Siangkoan Kie menyambar senjata musuhnya, ketika itu seorang musuh datang menyerbu lagi. Ia lalu menyambitkan senjata ditangannya, ujung tombak mengenakan dengan tepat kedada musuh itu, tetapi orang itu hanya ber-goyang2 sebentar diatas kudanya, masih tetap menyerbu dirinya.
Siang-koan Kie segera mengetahui bahwa musuh2nya
mengenakah pakaian berlapis baja, maka segera mencari akal untuk menghadapinya.
Pada saat itu, kembali tiga musuh datang menyerbu
dengan berendeng, ia lalu berkata kepada Kim Goan To:
"Kita lekas mundur."
Sambil menyambar tubuh Thian-bok taysu. Siang-koan Kie lompat mundur lebih dulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga musuhnya yang menyerbu dengan menunggang kuda
itu, meskipun mereka tahu Siang-koan Kie bertiga lompat menyingkir kekiri, tetapi karena pakaian mereka sangat berat, hingga tidak leluasa gerakannya, apalagi kuda mereka larinya pesat, hingga tidak keburu mengendalikan.
Siang-koan Kie meletakkan Thian-bok taysu, kemudian
bertanya: "Bagaimada luka taysu?"
Thian-bok taysu lompat bangun dan menjawab: "Pinceng
setelah mengatur pernapasan sebentar, sekarang sudah pulih kembali kekuatan tenaga pinceng."
"Serangan orang2 ini terlalu ganas, kita tidak boleh
melawan dengan kekerasan." Berkata Kim Goan To sambil menyerahkan tongkat kepada Thian bok taysu.
"Pasukan2 penunggang kuda ini meskipun gagah berani
dan tidak takut senjata tajam, tetapi mereka kehilangan kemampuan untuk bergerak leluasa. Dengan senjata
pusakaku, ditambah dengan locianpwee berdua, rasanya tidak susah menghadapi mereka...."
Suara siulan aneh, tiba2 memutuskan perkataan Siangkoan Kie. Suara itu kemudian disusul oleh berkelebatnya oleh sinar api diempat penjuru, sebentar saja tempat itu terang oleh sinar api.
Siang koan Kie mengawasi keadaan disekitarnya, untuk
sesaat ia berdiri tertegun.
Kiranya pada Waktu sangat singkat itu, dirinya sudah
berada dalam kurungan orang2 berbaju hitam dan beberapa puluh pasukan berkuda.
Siang-koan Kie lalu berpaling dan berkata kepada dua
kawannya: "Kita, se-bisa2nya harus bertahan terus, jangan menggunakan kekerasan melawan musuh2 berkuda. Senjata boanpwee sangat tajam, dapat digunakan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melumpuhkan senjata musuh. Asal locianpwee tetap bertahan menghadapi serangan2 orang2 berbaju hitam itu, mungkin kita dapat melawan sampai beberapa jam....?"
Kemudian ia mendongakkan kepala memandang keadaan
udara, lalu berkata kepada diri sendiri: "Mungkin bala bantuan kita juga sudah akan datang."
Semangat Kim Goan To terbangun seketika, katanya: "Apa"
Kita masih ada bala bantuan?"
"yah, waktu boanpwee datang kemari, pernah mengadakan perjanjian dengan golongan pengemis, malam ini mereka akan mengerahkan semua anggotanya yang terkuat, datang kemari untuk memberi bantuan." Berkata Siang-koan Kie.
"Golongan pengemis merupakan satu golongan yang
sangat besar dan berpengaruh dalam rimba persilatan, sudah tentu akan pegang teguh janjinya. Kalau pemimpin golongan pengemis sudah berjanji denganmu, sudah tentu mereka akan datang." Berkata Kim Goan To.
"Boanpwee pikir, nanti jam tiga, mungkin mereka sudah tiba." Berkata Siang-koan Kie sambil bersenyum.
-odwo- 104 SEBETULNYA ia sudah bersepakat dengan Nie Soat Kiao
dan Auw-yang Thong, akan mengadakan penyerangan dari
dalam dan luar dengan serentak, untuk memusnahkan istana Kun-liong Ong dan memusnahkan kamar racun, yang
merupakan pusatnya semua kejahatan. Kalau berhasil
mendapatkan obat pemunah dan menolong anak buahnya dan diberi makan obat, itulah paling baik. Sekalipun maksudnya itu tidak tercapai, juga sudah cukup untuk menggetarkan Kun-liong Ong. Apa yang dikatakan olehnya tentang perjanjian itu memang benar, tetapi bukanlah malam itu. Oleh karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak membakar semangat dua kawannya, terpaksa ia
membohong. Sementara itu, musuh mengurung semakin ketat.
Siang-koan Kie berkata kepada Kim Goan To dengan suara perlahan: "Kim locianpwee sudah tak ada senjata, biarlah boanpwee merebut beberapa batang tombak mereka untuk
senjata locianpwee" Dengan tiba2 ia melesat kesalah satu musuhnya yang naik diatas kuda.
Orang itu menyambut kedatangan Siang-koan Kie dengan
satu tusukan tombak, tetapi Siang-koan Kie sudah memikirkan bagaimana harus memperdayai musuhnya. Dengan gagang
senjatanya ia menangkis tikaman musuhnya, tangan kinnya diulur untuk merebut senjata dan tangan musuhnya.
Musuhnya yang bertenaga kuat itu mengibaskan
tombaknya, dengan pengharapan supaya Siang-koan Kie
terpental jatuh. Tak diduga Siang-koan Kie yang melesat tinggi, segera melepaskan tangannya, kemudian merebut tombak dari salah satu penunggang kuda yang berada
dibelakang orang pertama.
Musuhnya yang berpakaian lapis baja itu, tidak mudah
mengelakkan diri terpaksa mengulurkan tangan kirinya, menyambuti serangan Siang-koan Kie.
Siang-koan Kie membabat dengan belati pusakanya, tidak ampun lagi lengan orang itu lantas terpapas putus, hingga terjatuh dari atas kudanya sambil mengeluarkan suara jeritan ngeri.
Siang-koan Kie dengan cepat menyambar tombak dalam
tangannya, setelah itu ia lompat balik menyerahkan tombak itu kepada Kim Goan To.
Kim Goan To segera menggunakan senjata tombak itu,
menikam salah seorang pasukan berkuda, tetapi musuh itu tak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghiraukan serangan Kim Goan To, sebaliknya dengan
senjata tombaknya menikam dada Kim Goan To.
Thian-bok taysu yang sudah siap, segera menangkis
serangan musuhnya dengan tongkatnya.
Ketika ujung tombak Kim Goan To mengenakan tubuh
musuhnya, tangannya dirasakan kesemutan, hingga diam2
merasa heran. Meskipun musuhnya tak tertembus dadanya oleh tombak Kim Goau To, tetapi karena hebatnya serangan itu, musuhnya terjungkal dari atas kudanya.
Karena orang ttu memakai pakaian yang berat, tidak
mudah bergerak, hingga lama tidak bisa bangun berdiri.
Sementara itu, senjata musuh sudah mengancam Siangkoan Kie bertiga dari berbagai jurusan, namun mereka tidak segera turun tangan, agaknya sedang menantikan komando dari atasannya.
Siang-koan Kie diam2 menghela napas, ia pikir malam itu mungkin tidak mudah meloloskan diri dari kepungan itu.
Tiba2 telinganya mendengar suara orang perempuan
tertawa, seorang perempuan muda berpakaian merah lari mendatangi, menuju kedepannya.
Ketika ia mengetahui siapa adanya perempuan itu, alisnya dikerutkan, sebelum ia membuka mulut perempuan berbaju merah itu sudah berkata lebih dulu: "Heh! Aku kira kau siapa"
Tak disangka kalau kau...."
"Benar, aku Siang-koan Kie, nona Bwee tak disangka kita bertemu lagi disini." berkata Siang-koan Kie.
Perempuan muda berbaju merah itu adalah Bwee Cian Tai.
"Tidak perlu kau berlaku manis terhadapku, sedikitpun tidak ada gunanya, biar bagaimana, malam ini sulit bagimu untuk keluar dari kepungan barisan yang ketat ini." berkata perempuan itu sambil tertawa dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Rasanya belum tentu." berkata Siang-koan Kie.
Ia lalu berpaling dan berkata kepada dua kawannya:
"Locianpwee, dalam pertempuran kali ini, jangan memforsir tenaga, kita harus sediakan tenaga untuk menunggu
kedatangan bala bantuan."
Ucapannya itu samar2 sudah menyatakan kepada dua
kawannya bahwa malam ini mereka harus berusaha untuk
meloloskan diri. Kim Goan To tiba2 menanya dengan suara perlahan:
"Siang-koan siaohiap, apakah kau membawa persediaan
ransum kering" Aku sudah merasa lapar."
Mendengar pertanyaan itu, Siang-koan Kie dan Thian-bok taysu juga lantas merasa lapar.
Siang-koan Kie menjawab sambil bersenyum: "Ransum"
Sayang sudah habis."
Saat itu terdengar suara tertawa Bwee Cian Tai, tangannya bergerak memberi komando, sedang orangnya dengannya
cepat lompat mundur. Empat atau lima batang tombak, dari berbagai penjuru
menikam Siang-koan Kie. Siang-koan Kie menggunakan gerak tipu Thai-kek Hui-kiam.
Dengan mudah menangkis semua serangan yang ditujukan
kepada dirinya, tangan kirinya menyambar tombak dari tangan musuhnya, ditujukan kepada musuhnya berkuda.
Ia mengerti bahwa pasukan berkuda yang mengenakan
baju berlapis baja itu terdiri dari orang2 bertenaga besar, hingga tidak mudah ditembusi. Apabila ia berhasil
menyingkirkan sebagian saja, mungkin ada harapan untuk keluar dari kepungan.
Ia sudah bertekad hendak membunuh sebanyak mungkin
pasukan berkuda, setelah ia berhasil mencekal tombak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangan musuhnya, belati di tangan kanannya lalu menikam kedada lawannya, dengan cepat ujung belati menembus
kedalam dada pasukan kuda itu, sehingga musuhnya mati seketika itu juga.
Setelah berhasil membinasakan satu musuh, semangatnya lantas terbangun, belati ditangannya bergerak terus untuk mencari korban.
Orang2 berbaju hitam yang menghujani serangan dari
berbagai penjuru, ternyata sedikitpun tidak melukai badannya anak muda itu, semua merasa heran, ketika Siang-koan Kie melakukan serangan dengan secara ganas, mereka lalu
menangkis dengan senjata masing2.
Sebentar kemudian, terdengar suara beradunya senjata
tajam, senjata orang2 itu pada terpapas kutung, hingga berterbangan diudara.
Siang-koan Kie semakin bersemangat, ia mengamuk dalam kalangan orang2 berbaju hitam, hingga banyak korban yang jatuh bergelimpangan tanpa kaki atau tangan.
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Thian bok taysu dan Kim Goan To juga tidak mau
ketinggalan, mereka dengan senjata masing2 menyerbu
kekalangan musuh yang sudah mulai kacau balau karena
serbuan Siang-koan Kie. Selagi pertempuran berlangsung sengit, tiba2 terdengar suara nafiri, pasukan kuda yang mengepung Siang-koan Kie bertiga, mendadak memutar kuda masing2, pada
mengundurkan diri. Selagi pasukan berkuda mengundurkan diri, dari empat
penjuru tiba2 muncul sebuah lentera.
Orang2 berbaju hitam yang menyerbu dari empat penjuru, jumlahnya semakin banyak. Karena orang2 itu sudah diberi makan obat oleh Kun-liong Ong, pikirannya sudah gelap.
Mereka hanya menurut perintah dari suara nafiri itu, tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takut mati, meskipun sudah banyak jumlahnya yang mati disenjata Siang-koan Kie, tetapi mereka masih menyerbu tanpa kenal takut.
Sementara itu Kim Goan To yang bertempur dengan tangan kosong, keadaannya paling berbahaya.
Thian-bok taysu keadaannya masih mendingan, untuk
sementara masih sanggup menghadapi musuhnya yang
berjumlah lebih banyak, tetapi untuk keluar dari kepungan, barangkali juga tidak mudah.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan dua kawannya, lalu mengambil keputusan hendak menolong Kim Goan To
lebih dulu. Dengan cepat ia menyerbu kepada musuh yang mengeroyok Kim Goan To. Senjata pusakanya yang tajam luar biasa, sebentar saja sudah membuat senjata musuhnya
terpapas kutung, namun demikian, ia masih belum berhasil menolong keluar Kim Goan To.
Dilain fihak, Kim Goan To yang menyaksikan kedatangan Siang-koan Kie. semangatnya terbangun lagi, ia berkelahi mati2an, kepelannya sudah meminta banyak korban.
Siang-koan Kie masih mengkhawatirkan keadaan Kim Goan To yang sudah tidak mempunyai senjata, maka sembari
bertempur ia berusaha hendak merebut senjata dari salah satu musuhnya. Demikianlah tangan kirinya coba merebut sebilah golok dari tangan yang berada disebelah kirinya.
Dengan satu gerak tipu Kin-na-chiu-hoat, ia berhasil
merebut senjata golok bianto dari tangan musuhnya, tetapi mendadak merasa ada orang menyerang dari belakang.
Dengan cepat ia membalikkan badan, dibelakangnya ternyata ada berdiri dua orang berpakaian hitam, seorang membawa senjata pecut, yang lainnya membawa senjata sepasang roda yang dinamakan Jit-gwat-lun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu agaknya mempunyai kedudukan tinggi dalam rombongan orang2 berbaju hitam, karena ketika dua orang itu muncul, yang lainnya segera undurkan diri.
Siang-koan Kie dengan cepat memberikan golok yang
dapat merebut dari tangan musuh kepada Kim Goan To seraya berkata dengan suara perlahan: "Kim locianpwee, harap pakai senjata ini."
Kim Goan To meskipun sudah terlepas dari bahaya, tetapi badannya sudah terdapat banyak luka" ketika ia menyainbuti golok dari tangan Siang-koan Kie, badannya sudah
sempoyongan hampir jatuh ditanah.
Siang-koan Kie yang menyaksikan keadaan demikian, buru2
memberikan obat pil yang sangat manjur kepadanya.
Kim Goan To setelah menelan pil itu, lalu mengatur
pernapasannya, dengan dilindungi oleh Siang-koan Kie.
Dua orang berpakaian hitam yang baru tiba itu terus
mengawasi Siang-koan Kie dengan sinar mata dingin. Setelah Kim Goan To menelan obatnya, orang yang bersenjata pecut itu baru menegur dengan nada suara dingin: "Siapa
namamu?" Dalam hati Siang-koan Kie merasa heran, mengapa ada
musuh menanya secara demikian"
Namun demikian ia menjawab juga: "Aku Siang-koan Kie."
Orang yang bersenjatakan sepasang roda itu lalu menanya:
"Apa kau yakin ada mempunyai kesanggupan menerjang
kepungan ini?" Siang-koan Kie mengawasi keadaan sekitarnya, orang2
baju hitam yang mengepung dirinya ternyata bertambah
banyak, tapi ia tidak gentar, jawabnya dengan gagah: "Kalau hanya aku seorang saja, untuk menerjang keluar dari
kepungan ini, tidak berarti apa2."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu saling berpandanean sejenak, orang yang bersenjata sepasang roda itu mendadak maju selangkah dan menyerang dengan senjatanya.
Dengan senjata pusakanya Siang-koan Kie menyambuti
serangan orang itu, ia mengharap dapat menjatuhkan dua musuhnya itu dengan cepat, sebab dengan jatuhnya dua
musuh yang rupanya menjadi pemimpin rombongan ini,
mungkin bisa meloloskan diri dari kepungan.
Tak diduga, sebelum senjatanya menyentuh senjata
musuhnya, orang itu sudah menarik kembali serangannya dan berkata dengan suara perlahan: "Sebentar lagi, kalian akan menjumpai tigabelas pasukan Kun-liong Ong yang paling kuat.
Kalau pasukan itu sudah datang, sekalipun kita ada maksud hendak menolong kalian, juga tidak bisa lagi."
Selama bicara, serangan orang itu diteruskan, tetapi
serangan itu nampaknya meski hebat, hanya merupakan satu gertakan saja, yang tidak dapat melukai lawannya.
Siang-koan Kie merasa heran, ia lalu menanya: "Bagaimana pikiranmu?"
"Satu2nya jalan ialah kita pura2 kalah dan lari. Kalian mengejar dari belakang, mungkin bisa terlepas dari kepungan pasukan baju hitam ini"
Siang-koan Kie lalu berpikir: "asal bisa terlepas dari kepungan orang2 ini, tidak perduli apa akal mereka, asal kita berlaku hati2, sudah cukup"
"Akal ini baik sekali." demikian ia menjawab.
Orang itu tiba2 melakukan serangan dengan senjata
rodanya, sedang mulutnya berkaok: "Senjata orang ini tajam sekali. Loji, lekas kau maju memberi bantuan."
Kawannya yang disebut loji, lalu memutar senjata
pecutnya, dengan cepat menyerang Kim Goan To.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Goan To waktu itu sebetulnya sedang dikerubuti oleh lima orang, ketika orang itu menyerang dengan pecutnya, lima musuh yang mengerubuti dirinya segera mengundurkan diri.
Kim Goan To menyambuti pecut orang tua itu dengan
goloknya, sementara mulutnya berkata: "Bagus, bagus,
bertempur satu lawan satu, sekalipun kalah, aku, aku siorang she Kim juga merasa puas"
Orang itu memainkan pecutnya demikian rupa, hingga
badan Kim Goan To seolah2 terkurung rapat oleh pecut. Selagi Kim Goan To repot melayani serangan musuhnya, orang itu mendadak berkata dengan suara perlahan: "Nanti kalau aku menerjang keluar, harap mengikuti dibelakangku."
"Bagaimana dengan Siang-koan Kie?" tanya Kim Goan To sambil mengerutkan keningnya.
"Ia sudah ada orang yang mengajak keluar, kau tak usah khawatir."
"Masih ada Thian-bok taysu, sebaiknya juga kita tolong sekalian."
"Kita hanya mendapat perintah untuk menolong orang, bisa menolong berapa banyak, masih susah diduga. Lekas jalan, kalau kau tak lekas bertindak, mungkin akan terlambat."
Sehabis berkata demikian, orang itu benar saja
mengundurkan diri sambil memutar pecutnya, sedang Kim Goan To mengikuti dibelakangnya. Dua orang itu pura2
kejar2an, orang lain tidak tahu bahwa mereka sebetulnya sedang main sandiwara.
Dilain pihak, orang yang bersenjatakan sepasang roda itu juga sudah membawa Siang-koan Kie keluar dari kepungan.
Sikap orang2 baju hitam itu sungguh mengherankan,
meskipun mereka melihat dua orang itu kalah dan keluar dari kepungan, tetapi tiada seorangpun yang turun tangan
memberi bantuan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu sangat singkat, Siang-koan Kie dan Kim Goan To sudah berada jauh dari kepungan orang2 baju hitam.
Orang yang bersenjata sepasang roda itu itu berkata
padanya: "Kalian berdua boleh berjalan menuju ke barat.
Tidak sampai dua pal, sudah keluar dari gedung Kun-liong Ong."
"Atas pertolongan kalian, aku haturkan banyak2 terima kasih. Tetapi aku masih mempunyai satu kawan, harap kalian tolong sekalian."
Orang yang bersenjatakan pecut itu berpikir sejenak, lalu berkata: "Kalian boleh berangkat dulu, kita nanti akan berusaha untuk menolong dia."
Setelah itu, bersama kawannya balik kepada
rombongannya. Siang-koan Kie khawatirkan nasib Thian-bok taysu, ia
mengawasi keadaan disekitarnya sebentar, lalu berkata kepada Kim Goan To: "Locianpwee harap sembunyikan diri disini dulu, boanpwee hendak pergi menolong Thian-bok taysu."
Selagi memikirkan dengan cara bagaimana untuk mengikuti jejak dua orang tadi, telah menampak dua orang itu sudah balik kembali bersama Thian-bok taysu.
Ia lalu memberi hormat seraya berkata: "Budi tuan2
berdua, aku selalu akan ingat, dikemudian hari aku pasti akan membalas."
"Kita hanya menjalankan tugas saja, saudara2 boleh
berangkat." berkata orang yang bersenjata pecut sambil bersenyum.
"Siaotee masih mempunyai tiga kawan, yang masih
terkurung dalam gedung Kun-liong Ong." berkata Siang-koan Kie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian bertiga sudah bisa meloloskan diri, ini sudah merupakan satu keberuntungan, perlu apa masih memikirkan yang lainnya?" berkata orang yang bersenjata sepasang roda sambil angkat pundak.
"Kalian lekas jalan....kira2 lima pal dari gedung Kun-liong Ong, disana nanti ada orang akan menyambut. Mungkin
kawanmu itu sudah meloloskan diri lebih dulu dan menantikan kalian." berkata orang yang bersenjata pecut, tanpa memberikan kesempatan bagi Siang-koan Kie, ia sudah lari balik kerombongannya.
Siang-koan Kie mengawasi berlalunya dua orang itu,
pikirannya mendadak melayang kepada Nie Suat Kiao. Gadis itu agaknya terus melindungi dirinya secara menggelap. Kali ini bisa lolos dan kepungan pengawal baju hitam, sudah tentu adalah perbuatannya.
Selama itu, ia tidak pernah memikirkan Nie Suat Kiao yang cantik dan banyak akalnya itu, karena ia sudah rela untuk memberikan kesempatan bagi Wan Hauw, yang mencintai
gadis itu dengan setulus hati. Justru karena cintanya Wan Hauw itulah, yang membuat Siang-koan Kie harus menderita lahir bathin.
Ia semakin menderita, karena dipihaknya Nie Suat Kiao sendiri justru cinta kepada dirinya. Diwaktu biasa, ia masih dapat melupakan. Tetapi kini, setelah teringat dirinya gadis itu, penderitaan dalam hatinya timbul lagi, tanpa dapat dikuasai-nya....
Siang-koan Kie termenung-menung mengenangkan
kejadian yang sudah lalu, ia telah lupa dirinya berada dimana.
Thian-bok taysu agaknya menyadari bahaya yang
mengancam dirinya, lalu menegurnya: "Siang-koan siecu...."
Siang-koan Kie seolah-olah baru tersadar dari mimpinya, ia dongakkan kepala. Dari tempat sejauh sepuluh tombak lebih, nampak penerangan obor. Beberapa puluh orang berpakaian Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
warna merah, sedang lari kearahnya. Karena jumlah orang itu ada tigabelas orang, tentunya adalah pasukan Kun-liong Ong yang paling kuat, yang pernah dikatakan oleh orang
bersenjata sepasang roda tadi, maka ia lalu berkata kepada Thian-bok taysu: "Mari kita jalan! Setelah keluar dari gedung Kun liong Ong, nanti kita pikirkan lagi."
Tiga orang itu dengan menggunakan ilmunya meringankan tubuh, lari menuju ke barat.
Sepanjang jalan benar saja jarang mendapat rintangan, Siang-koan Kie yang memikirkan supaja lekas2 keluar dari bahaya, begitu mendapat rintangan, segera disambut dengan senjata pusakanya.
Keluar dari gedung Kun-liong Ong, ia berjalan lima pal lagi, tibalah ditepinya sebuah danau.
Ia berdiri tertegun ditepi danau, keadaan itu ternyata jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh dua orang yang menolong dirinya tadi.
Ia semula anggap bahwa dua orang itu adalah atas
perintah Nie Suat Kiao, yang disuruh menolong dirinya, tetapi kini, mau tidak mau ia harus berpikir lagi, mungkin itu adalah akal muslihatnya Kun-liong Ong yang sengaja memancing dirinya sampai disitu.
Setelah berpikir, ia berkata kepada dua kawannya: "Kim locianpwee dan Taysu, apakah locianpwe berdua bisa
berenang?" Dari tengah2 danau tiba2 terdengar suara orang tirtawa, kemudian disusul oleh kata2nya: "Tidak mememerlukan
kepandaian berenang, marilah beristirahat diatas perahu!"
"Siapa?" Demikian Thian-bok taysu menegur sambil mengangkat tongkatnya.
Sebentar kemudian nampak sebuah sampan muncul dari
tempat gelap didayung Ketepi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dibawah sinar bintang dilangit, nampak nyata seorang
wanita mada berpakaian hijau dengan rambut yang panjang terurai kedua pundaknya, sedang mendayung sampan kearah mereka.
"Siang-koan siaohiap, Kun-liong Ong banyak akalnya
kejam, kita jangan sampai terjebak lagi." berkata Kim Goan To.
"Kim locianpwee jangan kawatir, nona ini adalah orang yang menyambut kita." berkata Siang-koan Kie sambil menganggukkan kepala.
Sementara itu, perempuan muda berbaju hijau itu sudah lompat ke pantai.
Siang-koan Kie lalu memperkenalkan Thian-bok taysu
kepada perempuan muda itu: "Ini adalah Thian-bok taysu dari Siao-lim-sie."
Kemudian berkata pula sambil menunjuk Kim Goan To:
"Dan ini adalah Kim Goan To locianpwee dari kota Cee-lam."
Gadis berpakaian hijau itu menganggukkan kepala kepada Thian-bok taysu, dan berkata sambil tertawa: "Taysu berdua sudah bertempur satu malam suntuk, tentunya sudah letih sekali, aku sudah menyediakan hidangan dan pakaian...."
Setelah itu ia menepok tangannya dua kali, dari
gerombolan pohon teratai muncul pula dua buah sampan.
"Siang-koan sicu, lisicu ini...." berkata Thian-bok taysu dengan suara pelahan.
"Penasehat dari golongan pengemis." jawabnya Siang-koan Kie.
Thian-bok taysu dan Kim Goan To yang sudah tertawan
beberapa puluh tahun oleh Kun-hog Ong, sudah tentu tidak kenal nama jago2 yang baru muncul, tetapi ia segera memberi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat seraya berkata: "Terima kasih atas penyambutan lisicu."
Setelah itu ia lompat kedalam sampan yang didayung oleh seorang laki2 berbadan tegap.
Gadis berbaju hijau itu berkata: "Didalam sampan sudah disediakan barang hidangan, kalian sudah bertempur satu malam suntuk, tentunya sudah letih sekali. Sekarang kita tidak perlu bicara soal pertempuran, kita boleh menikmati hawa malam yang segar."
Tiba2 ia ulur tangannya dan menarik tangan Siang-koan Kie, kemudian lompat kedalam sampan.
Gadis berbaju hijau itu adalah Nie Soat Kiao, yang menyaru sebagai gadis nelayan, berpakaian baju pendek warna hijau, celana panjang yang saat itu yang digulung tinggi hingga tertampik kakinya yang putih halus.
Sampannya itu didayung sendiri, setelah melalui banyak daun2 teratai, didayung menuju ke tengah danau.
Ditengah danau, Nie Suat Kiao berhenti mendayung.
Setelah membereskan rambutnya yang terurai dikedua
pundaknya, ia berkata sambil tertawa: "Hidangan ini adalah buatanku sendiri, coba kau makan, mencocoki dengan
seleramu atau tidak?"
Siang-koan Kie memakan sepotong, memang benar enak,
maka lalu memuji: "Nona pandai mengatur siasat peperangan, kegagahanmu tidak kalah dengan kaum pria, bahkan lebih unggul dalam siasat menghadapi musuh yang banyak akalnya, sungguh tak disangka jaga pandai memasak"
"Ucapan ini dengan sejujurnya ataukah asal keluar dari mulut saja?" berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa.
"Sudah tentu dengan sejujurnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nie Suat Kiao pelahan2 angkat muka, memandang
keangkasa, katanya dengan suara pelahan: "Manusia
beberapa lama bisa hidup bahagia" Biarlah malam ini kita bersuka ria, janganlah kau sia2kan waktu yang sangat indah ini."
Siang koan Kie terkejut, katanya: "Nona, kau......"
Nie Suat Kiao perdengarkan suara ketawanya yang
menawan hati, katanya: "Malam gembira, mana boleh tidak ada arak?"
Kemudian ia mengeluarkan sebotol arak dan berkata pula:
"Siang-koan Kie, kau berani minum arak?"
"Meskipun aku tidak gemar arak, tetapi juga tidak boleh mengabaikan kebaikanmu."
"Tahukah kau ini arak apa?"
"Paling banter arak beracun."
Nie Suat Kiao tersenyum, jari tangannya menyentil tutup botol, hingga jatuh kedalam danau, arak lalu ditenggaknya.
Nie Suat Kiao yang cantik dan agak tinggi hati malam itu seolah2 berubah sifatnya ia tertawa dengan bebas, sikapnya sangat menggiurkan, bagaikan sepasang kekasih yang sedang ber-cumbu2an.
Untuk sesaat lamanya Siang-koan Kie berada dalam
kebingungan, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Nie Suat Kiao kembali menenggak arak dan berkata:
"Manusia hidup berapa lama" Diwaktu gembira, sukakah kau mendengarkan aku menyanyi?"
Siang-koan Kie menampak kedua pipi Nie Suat Kiao merah semeringah, biji matanya berputaran, tingkah lakunya seperti perempuan nakal yang sudah ulung memikat hati lelaki. Saat itu pelahan2 membuka kancing bajunya, hingga bukan
kepalang terkejutnya Siang-koan Kie. Ia ulur tangannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merebut botol dari tangannya, berkata dengan suara
perlahan: "Apa sebetulnya yang terisi dalam botol ini?"
"Arak!" Memang benar Siang-koan Kie segera dapat mengendus
bau arak yang keluar dari mulut botol, bau itu wangi sekali.
Dengan tangan kiri menutup dadanya yang setengah
terbuka, Nie Suat Kiao memainkan matanya Yang jeli, katanya sambil tertawa: "Kau berani minum?"
"Mengapa tidak?" berkata Siang-koan Kie dan segera menenggaknya.
"Tahukah kau arak apa yang kau minum itu?"
"Tidak tahu." "Arak itu bernama Kiu-coan-lie-jie-hong."
"Belum pernah dengar, paling banter malam ini aku akan mabok." kembali ia tenggak araknya.
"Arak dapat mengacaukan pikiran, arak ini keras sekali, kau tidak boleh minum lagi." berkata Nie Suat Kiao sambil tertawa.
"Sebotol arak, bagaimana dapat mengacaukan pikiranku"
Aku tidak percaya." berkata Siang-koan Kie, kemudian menenggak habis arak dalam botol.
Nie Suat Kiao hendak mencegah, tetapi sudah tidak keburu, katanya dengan cemas: "Secawan arak ini saja sudah cukup melunakkan hati yang keras bagaikan baja, kau minum
setengah botol lebih, bagaimana sanggup tahan."
Tangannya dengan cepat merebut botol dari tangan Siangkoan Kie.
Tokoh Besar 1 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Badai Awan Angin 28
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama