Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Bagian 3
mengangkat kedua pimpinan yang masih pingsan, dua tubuhnya
melesat lewat jendela, Han-sian-hui membawa kedua pimpinan
itu kedalam ruang bawah tanah tempat penyimpanan harta,
keduanya dibaringkan dan perca kain itu diletakkan didada pakmeong, kemudian ia keluar dan kembali keperkampungan.
Saat terang tanah, Han-sian-hui sampai keperkampungan,
keadaan masih sepi karena semua orang masih lelap dalam
ruangan yang centang perenang oleh pesta mesum dan mabukmabukan semalam suntuk, Han-sian-hui memasuki dapur dan
menyulut api membakar ruangan tersebut, setelah api agak
besar "api"!" teriaknya, dan kontan orang-orang yang terlelap didalam
ruangan terkejut bangun, asap tebal yang masuk keruangan
membuat semua panik, mereka berserambutan keluar sambil
berteriak "semua wanita penghibur segera menuju pelantaran !" terdengar
teriak Han-sian-hui dari gerbang pagar bangunan, para wanita
segera berlarian menuju pelantaran, diantara para wanita itu
empat siok juga mengikuti iringan wanita yang berlarian menuju
pelantaran, mereka mendekati Han-sian-hui
"apa yang kamu lakukan Han-lihap !?" tanya tung-siok heran
"nanti akan kujelaskan, sekarang kita harus menguasai kapal
untuk mengangkut semua wanita twako !" jawab Sian-hui, para
bajak yang berada dipantai segera menyambut dan berteriak
"Apa yang terjadi !?" tanya seorang bajak dengan heran melihat
orang berlarian ke arah kapal
"ada kebakaran ..! jawab seorang wanita paling depan
"kalian tidak boleh kemana-mana !" teriaknya tegas sambil
132 mencabut goloknya, dua puluh bajak yang menjaga pantai
berdiri mencegat dengan muka sangar.
Tiba-tiba empat siok dan sian-hui bergerak maju kedepan,
serangan mereka demikian cepat, dua puluh bajak yang tidak
mengira akan ada lima wanita menyerang menjadi terkesiap,
mereka menyambut lima wanita itu dengan pedang dan golok,
tapi lima orang itu bukan tandingan mereka, dan dalam lima
gebrakan dua puluh orang itu terjungkal dan terlempar kelaut
"kalian semua naik keatas kapal !" perintah Sian-hui, para wanita
itupun berlarian naik keatas kapal
"Lian cici ! tolong diteliti apakah semuanya sudah menaiki kapal
!" ujar Sian-hui pada Kao-lian, Kao-lian mengangguk lalu ia pun
menghitung teman-temanya, sementara Kao-lian menghitung,
para bajak di tengah pulau sibuk memadamkan api yang telah
melahap hampir setengan bangunan besar itu.
Setelah menghitung semua, Kao-lian mendekati Han-sian-hui
untuk melaporkan "bagaimana Lian-cici ?" tanya Sian-hui
"semuanya sudah naik keatas kapal Hui-moi." jawab Kao-lian
"bagus kalau begitu." ujar Han-sian hui, lalu ia berpaling pada
pak-siok dan berkata "pak-twako ! mari kita berangkat dan
pertama sekali kita menuju arah selatan pulau dulu, tempat paktwako menyembunyikan perahu" pak-siok dan lam-siok saling
berpandangan, lalu mereka segera menarik jangkar dan
melepas ikatan kapal dari pelantaran, see-siok mengemudikan
kapal menyisir pantai menuju selatan pulau.
133 "sekarang ceritakan apa yang telah terjadi, apakah misi kita
berhasil, kongciak-kok-bi-siucai ?" tanya tung-siok
"misi kita berhasil tung-twako." jawab Han-sian-hui dengan
senyum "lalu kenapa ada kekacauan seperti ini ?" sela pak-siok
"karena saya ingin menyelamatkan mereka ini." jawab Han-sianhui sambil menunjuk kerumunan gadis penghibur, dan kemudian
melanjutkan perkataannya "menyelamatkan mereka tidak hanya
dari pulau ini, tapi juga dari cengkraman germo mereka."
"maksudmu bagaimana Han-lihap ?" tanya tung-siok tidak
mengerti "mari kita bicara dengan mereka tung-twako !" ujar Sian-hui, lalu
mereka mendekati para wanita penghibur, lalu Han-sin-hui
berkata "teman-teman sekalian ! cara kita keluar dari pulau ini tentu
mengejutkan kalian, dan aku minta maaf atas ketidak nymanan
ini, aku berbuat demikian karena aku melihat peluang bagi kalian
untuk hidup layak dan terhormat."
"maksudnya bagaiamana?" tanya para wanita susul menyusul
sehingga suasana sedikit ribut, Han-sian-hui melambaikan
tangan untuk meminta mereka tenang, dan lalu berkata
"dari cerita Lian cici ini ! aku tahu bahwa kalian tidak ingin hidup
seperti ini bukan " jadi semalam aku mendapatkan harta milik
para bajak, dan harta itu lebih dari cukup jika kalian ingin
merubah nasib, maukah kalian !?"
"mau..mau".mau?" sahut mereka susul menyusul, lalu Hansian-hui kembali mengangkat tangan untuk mengembalikan
suasana 134 "baik, sebentar lagi harta itu akan kita ambil, jadi bersabarlah !"
ujar Sian-hui, semuanya menatap kagum pada sian-hui dan
mereka saling berbisik diantara mereka
"lalu apakah para bajak tidak akan memburu kita ?" tanya
seorang wanita dengan nada cemas
"tidak cici,, para bajak tidak akan mengejar kita." jawab Hansian-hui tegas
"bagaimana kamu demikian yakin Han-lihap ?" sela lam-siok
"karena dua pimpinan mereka akan putus asa dengan hilangnya
harta tersebut, dan juga aku telah mewanti-wanti keduanya."
jawab Han-sian-hui "kita sudah sampai Han-lihap !" seru see-siok dari jendela ruang
kemudi "benar ! mari kita angkat harta itu pak-twako !" ujar Sian-hui
sambil melompat dari atas kapal, dan para wanita terkejut dan
meleletkan lidah karena mereka melihat Sian-hui berlari diatas
permukaan air menuju pantai, empat siok juga melonggo melihat
atraksi gin-kang yang luar biasa itu, lalu tiga siok menurunkan
tiga sekoci, lalu turun dan mendayung cepat menuju pantai,
ditepi pantai Han-sian-hui dan tiga siok menaikkan peti kedalam
sekoci, tiga sekoci mengangkut lima belas peti dan
menyeberangkannya keatas kapal.
Setelah semuanya naik ke atas kapal, maka kapal kembali
bergerak menjauhi pantai, mereka semua berkumpul
mengelilingi tumpukan peti harta, dan Han-sian-hui berkata
"nah".inilah hartanya, dan saya akan membaginya kepada
kalian semua, sehingga kalian bebas dari cengkraman germo
selama ini, dan kalian juga bisa menjalani hidup layak.
135 "bagaimana caramu membaginya Han-lihap ?" sela pak-siok
"menurut pak-twako bagaimana bagusnya, sekarang aku
serahkan pada pak-twako."
"ah,.. tidak Han-lihap, karena kamu yang mendapatkan harta itu,
kamu sajalah yang membaginya?"
"baik kalau begitu pak-twako.!" sahut Han-sian-hui, lalu beralih
kepada para wanita yang menatapnya dengan pandangan
kagum dan wajah gembira "Lian-cici, berapa jumlah kalian semua ?" tanya Han-sian-hui
"seratus dua puluh orang Hui-moi." Jawab Kalo-lian
"baik, masing-masing akan diberikan tiga ratus keping uang
emas dan lima puluh mutiara." ujar Sian-hui, para wanita
berteriak-teriak kegirangan dan bahkan ada yang saling
berpelukan, lalu Han-sian-hui dibantu tiga siok membagi harta
tersebut, pembagian itu pun selesai, dan harta masih tersisa
tujuh peti lagi "lalu berapa orangkah tenaga pengawal yang bekerja di tempat
bordil ?" tanya Sian-hui, para wanita saling pandang dan berisik
"jumlahnya ada empat puluh orang." jawab seorang wanita
berumur tiga puluh delapan tahun, dan diantara mereka, wanita
itulah yang tertua, Han-sian-hui berkata pada pak-siok
"pak-twako ! karena pak-twako mengenal seorang dari mereka,
maka saya harap pak-twako sudi memberikan bagian itu kepada
mereka." "baik han-lihap, berapakah bagian mereka ?"
"masing-masing akan diberi dua ratus keping uang emas dan
dua puluh lima mutiara." jawab Sian-hui, lalu merekapun
mengambil bagian para pekerja sehingga tersisa lima peti.
136 "lalu bagaimana dengan yang lima petinya lagi Han-lihap ?"
tanya lam-siok "empat peti saya serahkan pada empat twako, mau diapakan
terserah pada empat twako." jawab Han-sian-hui
"lalu yang satu peti lagi ?" tanya tung-siok
"yang satu peti akan saya serahkan pada germo sebagai
tebusan dari semua teman-teman ini." jawab Han-sian-hui,
mendengar jawaban itu empat siok terkejut
"menurut saya tidak demikian Han-lihap." sela pak-siok tegas,
Han-sian-hui menatap lekat pak-siok, lalu ia bertanya
"jadi bagaimana menurut pak-twako ?"
"serahkanlah satu peti untuk si germo sebagai tebusan, dan
ambil dua peti untukmu, dan dua peti untuk kami." jawab paksiok
"benar Han-lihap, aku setuju dengan pemikiran pak-siok,
sebagai penghuni lembah merak, bangunan sebesar itu perlu
tenaga perawatan." sela tung-siok menambahkan
"baiklah pak-twako, tung-twako, pemikiran tung-twako ada
benarnya juga." sahut Han-sian-hui.
Menjelang sore kapal itu merapat kedermaga, dan semua
penumpang kapal turun, sementara di dalam makam dua
pimpinan tersadar dari pingsannya, pak-meong bangkit dan
heran karena sadar-sadar telah berada di tempat penyimpanan
harta yang sudah kosong, tidak lama kemudian kim-seong
mengeluh dan membuka matanya
"eh kenapa kita ada disini meong !?" tanya kim-seong heran
"entahlah, aku juga bingung, tapi yang jelas wanita itu telah
mempermainkan kita." Jawab pak-seong sambil berdiri, dan kain
perca didadanya jatuh 137 "eh..itu apa meong ?" tanya kim-seong melihat perca kain yang
jatuh di atas tanah, pak-meong mengambil perca kain itu dan
membaca kalimat yang tertulis diatasnya
Pak-meong dan Kim-seong !
rencana kalian untuk merebut kota dalian sudah buntu, kalian
tidak lagi punya modal untuk itu, jadi saran saya pulanglah
kembali dan jangan mengganggu, jika kalian tidak menuruti katakataku, maka kalian akan berurusan denganku.
kongciak-kok-bi-siucai "sialan kamu kongciak-kok-bi-siucai" !" teriak Kim-seong
dengan hati geram dan marah
"hmh"ternyata wanita itu adalah kongciak-kok-bi-siucai, kita
harus membalas perbuatannya dan mengambil kembali harta
kita." ujar Pak-seong dengan nada bergetar menahan marah,
sesaat mereka diam dan memikirkan kejadian yang menimpa
mereka "tapi apakah kita akan sanggup mengalahkannya Kim-seong ?"
tanya pak-seong meragu, Kim-seong terdiam dan hatinya juga
kecut jika membayangkan bagaimana mereka pingsan hanya
dalam satu gebrakan, karena Kim-seong terdiam dan tidak
menjawab, Pak-seong bertanya lagi
"apa yang akan kita lakukan seong ?" Kim-seong mendesah
panjang sambil berkata "pupuslah sudah rencana kita, harta sudah habis dan mungkin
pasukan kita sudah porak-poranda."
"sebaiknya kita keluar dan melihat keadaan pulau." ujar Pakmeong, lalu keduanya hendak berdiri, namun keduanya
138 mengeluh merasakan dada mereka sakit sekali
"ahg..dadaku saklit sekali, pergelangan tanganku nyeri sekali,
bagaimana denganmu Seong ?" rintih Pak-meong
"aku juga mengalami hal yang sama, dadaku sakit dan
pergelangan tanganku patah."
sahut Kim-seong. Keduanya tertatih-tatih keluar dari dalam makam, dan saat
keluar, mereka mendapatkan hari sudah sore
"kita benar-benar telah dipecundangi kongciak-kok-bi-siucai."
keluh Kim-seong sendu, lalu keduanya dengan tersaruk-saruk
meninggalkan pemakaman menuju tengah pulau, dan saat larut
malam, merekapun sampai ditengah pulau, para bajak heran
melihat kedua pimpinan mereka yang datang tertatih-tatih
"pangcu-ji ! ada apa dan darimana dua pangcu, bangunan
kediaman pangcu telah terbakar habis." tanya seorang bajak
berbadan kekar "sial"! kita benar-benar telah dihabisi !" umpat Pak-meong
geram, Kim-seong lalu berkata pada bajak berbadan kekar itu
"ceritakan apa yang terjadi sehingga kediaman kami terbakar !"
"kami juga tidak tahu, saat terang tanah kami bangun api sudah
melahap bangunan bagian dapur, hingga semua panik, para
wanita berlarian menuju pelantaran."
"kalian tidak melihat wanita yang membuat kacau pulau ini ?"
tanya Pak-seong "kami tidak tahu pangcu, apakah wanita yang telah mengacau
tempat kita ?" "benar, wanita itu adalah kongciak-kok-bi-siucai." jawab Pakseong geram
139 "julukan itu sangat santer dibicarakan pangcu, lalu apa yang
akan kita lakukan ?"
"hmh".bagaimana Seong ?" tanya Pak-meong
"kami tidak tahu lagi, modal untuk membiayai rencana kita juga
telah diambil olehnya." sahut kim-seong, para bajak terdiam dan
tercenung, mereka tidak menyangka bahwa dua ketua mereka
yang sakti dengan mudah dipermainkan kongciak-kok-bi-siucai,
makin kecut hati mereka dengan julukan yang memang akhirakhir ini hangat dibicarakan orang-orang.
Sementara itu di kediaman germo Lai-bo, Han-sian-hui muncul
tiba-tiba, sehingga membuat Lai-bo kaget dan pucat
"si..siapa kamu !" tanya Lai-bo terkejut melihat wanita cantik
membawa sebuah peti besar, Han-sian-hui menatap germo itu
dengan tajam "aku adalah kongciak-kok-bi-siucai, dan aku hendak bicara
denganmu Lai-bo !" jawab Han-sian-hui, mendengar bahwa
wanita didepannya adalah pendekar yang namanya santer
dibicarakan, hati Lai-bo bergetar ketakutan
"ada apa, apa yang kamu bicarakan !?" tanya Lai-bo makin
gelisah dan takut "aku minta kepada Lai-bo untuk melepaskan semua wanita dan
menutup bordil ini." jawab Han-sian-hui
"ti..tidak a..aku akan mengalami kerugian." bantah Lai-bo
dengan wajah pucat dan memelas
"kamu tidak akan rugi Lai-bo ! kamu lihat peti ini ?" ujar Hansian-hui, Lai-bo dengan wajah pucat melihat kea rah peti, lalu
menatap Han-sian-hui dan bertanya
"a..apa maksudmu lihap " dan ada apa dalam peti itu ?"
"dalam peti ini ada emas dan mutiara sebagai tebusan semua
140 wanita yang bekerja padamu." sahut Han-sian-hui sambil
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menunjuk peti yang diletakkan disampingnya.
"be..benarkah peti itu berisi harta ?" tanya Lai-bo meragu
"benar, dan sebagian akan kuberikan padamu." sahut Sian-hui
sambil membuka peti, Lai-bo terkejut melihat kilauan uang emas
dan mutiara, dia mendekat dengan wajah takjub
"kamu mau kan menerima tebusan dan menutup usahanu yang
kotor ini !?" tanya Han-sian-hui dengan nada tajam
"ba"baik aku mau." jawab Lai-bo dengan hati gembira dan
matanya tidak lepas dari memandang tumpukan emas mutiara
dalam peti "baik, ambillah setengah dari harta ini !" perintah Sian-hui, lalu ia
mengeluarkan setengah harta dan menumpuknya diatas
ranjang, Lai-bo mengambil buntalan besar dan memasukkan
tumpukan uang emas dan mutiara dengan senyum dan mata
berbinar. "nah".urusan kita telah selesai ! dan untuk memulai hidupmu
yang baru, mulailah dengan menyumbangkan sisanya kepada
penduduk miskin, apakah itu dapat anda lakukan ?" tanya Hansian-hui, Lai-bo menatap wajah anggun didepannya dengan
perasaan takjub. "bagaimana Lai-bo " dapatkah anda lakukan yang saya katakan
tadi ?" "oh".ten..tentu, ah"sungguh lihap amat baik dan budiman."
puji Lai-bo "sekarang kuserahkan harta ini padamu, dan aku percaya
padamu Lai-bo ! aku akan berada dilembah merak untuk
mendengar kebaikanmu ini, semoga jadi awal yang baik untuk
141 menata kebaikan-kebaikan kamu selanjutnya." ujar Han-sian-hui
dan tubuhnya sudah berkelabat dari kamar Lai-bo.
Kota dalian gempar dengan kejadian beruntun dan mengejutkan,
pertama-tama dengan kejadian dimana para pengawal bordir
pantai dalian mendapat harta yang dibagikan oleh pak-siok dan
tiga rekannya, kemudian para wanita penghibur mulai menyebar
dengan harta melimpah, lalu yang terakhir bordir pantai dalian
tutup dan Lai-bo tiba-tiba bermurah hati dengan menyebar
sedekah pada penduduk miskin, hal-hal mengejutkan itu jadi
buah pembicaraan seluruh warga, dan nama kongciak-kok-bisiucai makin ramai dibicarakan.
Sementara di bukit batu Han-sian-hui dan empat siok duduk
dibalai-balai sambil minum
"dapatkah sekarang saya mendengar informasi yang saya
butuhkan pak-twako ?" tanya Han-sian-hui, sebelum menjawab
pak-siok meneguk araknya dan sesaat memejamkan mata
menikmati arak yang masuk kemulutnya, lalu dia tersenyum dan
berkata "baik, apa yang klta lakukan dua minggu ini, sungguh luar biasa,
dan kami salut dengan apa yang Han-lihap lakukan untuk kami
dan para warga kota dalian, sekarang dengarlah Han-lihap,
bahwa penguhuni lembah merak sebelumnya ada lima orang,
yakni tiga saudaramu Han-kwi-ong, Han-ok-liang dan Han-bunliong, lalu suami istri siang-mou-bi-kwi dan ang-gan-kwi, Anggan-kwi tewas ditangan bengcu, dan setahun yang lalu empat
penghuninya meninggalkan lembah merak setelah tiga tahun
tewasnya Ang-gan-kwi."
"kemanakah mereka pergi pak-twako ?" tanya Han-sian-hui
142 "sepertinya mereka berpencar Han-lihap, yang terakhir
meninggalkan lembah merak adalah kwi-ong sepuluh bulan yang
lalu, selain dari ok-liang, kami tidak tahu kemana mereka pergi. "
"kemanakah Liang-ko pergi pak-twako ?"
"Ok-liang kembali pada keluarganya yang berada di kota
shinyang." "dan yang saya dengar bahwa Kwi-ong menuju wilayah selatan,
dan siang-mou-bi-kwi kewilayah utara." sela lam-siok.
"baik dan terimakasih pada empat twako yang telah memberikan
informasi yang saya butuhkan"
"sama-sama Han-lihap, lalu apa selanjutnya yang hendak Hanlihap lakukan. ?"
"mungkin saya akan mengunjungi Liang-ko di shinyang." jawab
Han-sian-hui, lalu setelah lewat siang hari, Han-sian-hui
meninggalkan bukit batu untuk kembali ketempatnya di lembah
merak. Dua minggu kemudian bangunan dilembah merak tidak sepi lagi,
Han-sian-hui telah memiliki teman lima keluarga yang
dipekerjakannya untuk merawat rumah, para istri merawat
bagian dalam bangunan, sementara para suami merawat bagian
luar bangunan, dan juga empat anak kecil, yakni anak-anak dari
dua keluarga yang menjadi pembantu ditempat itu, lima keluarga
itu bersama han-sian-hui tinggal dilembah merak.
Pada suatu pagi Han-sian-hui memanggil lima keluarga itu, dan
mereka berbicara di ruang tengah
"hari ini saya hendak berangkat menuju kota shinyang, dan para
twako baik-baiklah menjaga rumah !" ujar Han-sian-hui
143 "baik, siocia, dan berapa lamakah siocia akan pergi ?" tanya
lelaki yang bernama Khu-siang, Khu-siang merupakan yang
paling tua diantara kelima kepala keluarga itu
"berapa lamanya aku tidak bisa tentukan khu-twako, tapi akan
saya usahakan akan kembali kesini dalam jangka satu tahun."
jawab Han-sian-hui "baiklah siocia, kami akan menjaga tempat ini dengan sebaikbaiknya." ujar mereka serempak, Han-sian-hui mengangguk
dengan senyum lembut, dan ia pun berdiri diiringi para
pembantunya. Han-sian-hui berangkat dilepas para pembantunya dengan
lambaian tangan, Han-sian-hui berjalan tenang hingga sampai
dilekukan bukit, dan setelah itu Han-sian-hui berkelabat berlari
cepat menuju kota tian-jin, sesampai didalam kota ia langsung
menuju kantor cabang Han-piuawkiok untuk menemui Li-pangcu,
Li-pangcu dengan ramah menyambut kedatangannya
"ada apakah Han-lihap ?" tanya Li-pangcu
"Li-twako, aku hendak pergi kekota shinyang, dan jika sempat
tolonglah lihat-lihat keadaan dilembah merak selama aku tidak
ada." "oh" begitu, baiklah Han-lihap, dan terimakasih atas keramahan
dan kepercayaannya pada kami."
"disini hanya kalian yang dekat hubungan denganku, walaupun
pangcu kalian, saudaraku Han-bu-seng tidak menyukaiku,
tetaplah bahwa han-piuawkiok adalah keluarga bagiku."
"memang hal itu tidak dipungkiri Han-siocia, dan kami sangat
maklum." "terimakasih, dan saya merasa lega, setelah mendengar
144 kesanggupan Li-twako , dan saya mohon pamid dulu." ujar Hansian-hui.
Kota Shinyang merupakan kota besar dan padat, setelah lewat
siang, dari pintu gerbang sebelah selatan terlihat sebuah
rombongan piauwkiok memasuki kota, rombongan itu terus
bergerak menuju pusat kota dan berhenti didepan bangunan
besar berupa kantor piuawkiok, di atas kereta kuda tertulis
bendera dengan tulisan Hek-liong (naga hitam), sama persis
dengan tulisan plakat yang berada di atas gerbang gapura
bangunan itu, para piauwsu yang terdiri dari dua puluh orang itu
dipimpin oleh seorang wanita cantik berumur dua puluh satu
tahun, wanita cantik itu adalah Han-liu-ing anak perempuan dari
Han-ok-liang, sejak berumur tiga belas tahun ayahnya
meninggalkan kota shinyang, dua tahun setelah Han-ok-liang
meninggalkan piauwkiok, keadaan piuawkiok makin mundur dan
terancam bangkrut. Dan ketika umur Han-liu-ing menginjak tujuh belas tahun, ia
mulai ikut andil menata kembali piuawkiok yang hampir gulung
tikar, dan berkat kecantikannya yang tersebar di wilyah kota
shinyang dan sekitarnya, sehingga menjadikan piuawkioknya
banyak dilirik para kongcu kaya, niat para kongcu disamping
menggunakan jasa piuawkiok hek-liong, mereka juga ingin lebih
dekat dengan pimpinan piauwsu yang berwajah cantik ini.
Han-liu-ing sangat pandai meluluh lantakkan para peria
pamogaran ini, dalam setiap transaksi jasa, han-liu-ing membuat
hati para kongcu itu kebat-kebit, hal itu dikarenakan Han-liu-ing
selalu mengadakan transaksi jasa di sebuah likoan mewah
145 sambil berpesta dengan para kongcu, Han-liu-ing sangat pandai
dan ramah melayani setiap ungkapan hasrat para kongcu yang
kadang tidak dapat mengendalikan diri, para kongcu ini memang
belum berhasil membawa pangcu cantik ini keatas ranjang,
meraka hanya puas dengan sentuhan-sentuhan yang membakar
birahi, dan selebihnya mereka hanya didera rasa penasaran
yang bertalu-talu. Para kongcu tidak dapat memaksa pangcu yang cantik ini,
karena Han-liu-ing adalah pangcu cantik yang memiliki kesaktian
tinggi, sejak umur enam tahun ia sudah menyerap ilmu ayahnya,
dan bahkan teori ilmu silat yang belum dilatih bersama ayahnya
sudah di hafalkannya sejak umur dua belas tahun, dan ia
melatihnya dengan giat, sehingga ketika ia mulai menata ulang
piawkiok ayahnya, tidak ada para piuawkiok lain yang berani
macam-macam. Tiga tahun setelah Han-liu-ing memegang tampuk pimpinan,
hek-liong piuawkiok sudah kembali normal, pelanggan yang
terdiri dari orang-orang kelas atas ini membuat piuawkiok hekliong menjadi makmur dan kaya, banyak para piuawkiok yang iri,
tapi mereka bisa berbuat apa dengan han-liu-ing yang dijuluki
"pak-bi-liong" (naga cantik dari utara).
Pada suatu hari Han-liu-ing sedang bersantai bersama ibunya di
selaras rumah, dan tiba-tiba Han-ok-liang muncul, Bao-lan
berdiri terkesima melihat suaminya yang sudah lama tidak
kembali "Lan-moi?" sapa Ok-liang dengan seulas senyum dan tatapan
rindu, Bao-lan dengan mata berkaca-kaca berlari mendapatkan
146 suaminya yang hampir delapan tahun meninggalkan mereka,
pertemuan itu sangat mengharukan, lalu mereka masuk kedalam
rumah "bagaimana keadaan kalian Lan-moi, dan kamu sudah besar
Ing-ji !" "kami baik dan sehat saja ayah, dan bagaimana dengan
perjalanan ayah selama ini ?"
"ayah juga baik dan tidak kurang satu apapun, lalu bagaimana
dengan piuawkiok kita selama ayah tinggalkan ?"
"piuawkiok kita saat ini baik-baik saja ayah." jawab Liu-ing
"dan yang memimpin piuawkiok saat ini adalah putrimu, Liangko." sela Han-hujin, Han-ok-liang menatap putrinya dan bertanya
heran "kenapa kamu harus turun tangan Ing-ji ?"
"harus memang saya tangani ayah, sebab jika tidak, kita akan
bangkrut karena sepinya pelanggan sejak empat tahun yang
lalu." jawab Liu-ing, Han-ok-liang termanggu membayangkan
bagaimana keluarganya menghadapi masa sulit itu, dengan
menarik nafas panjang ia bertanya
"terus bagaimana dengan sekarang, Ing-ji ?"
"ayah tidak usah cemas, sekarang masa-masa sulit telah
teratasi." Jawab Han-liu-ing
"baguslah kalau begitu, dan ayah merasa lega" ujar Han-okliang, mereka terus bercakap-cakap tentang banyak hal
terutama tentang perjalanan Han-ok-liang.
Keesokan harinya Han-ok-liang dan putrinya sama berangkat ke
kantor piauwkiok, dan kehadiran Han-ok-liang membuat semua
147 piauwsu merasa bersuka cita, dengan kembalinya Han-ok-liang
pamor piuawkiok mereka akan meningkat, dan siang itu Han-liuing mengadakan pesta kecil penyambutan kembalinya ayahnya
dikantor piuawkiok, dan dari pembicaraan dengan anggota
senior, tahulah Ok-liang bagaimana putrinya dengan keberanian
dan perhitungan yang matang mengambil alih tampuk pimpinan
untuk menyelamatkan piuawkiok dari keterpurukan, dan setelah
lewat malam pesta itu berakhir, Han-ok-liang dan putrinya
kembali kerumah. Besoknya Han-ok-liang tidak ikut kekantor, dia hanya bersantai
dirumah bersama istrinya, Han-liu-ing sudah berangkat ke kantor
piuawkiok, karena hari ini akan ada dua rombongan yang akan
diberangkatkan, setelah sampai dikantor dua kepala rombongan
sudah sibuk mengarahkan para piuawsu untuk menaikkan
barang, dan setelah selesai keduanya masuk kedalam kantor
untuk melapor dan siap untuk berangkat
"bagaimana Wan-bu dan Kao-ban " apakah semuanya sudah
siap dikemasi ?" "sudah pangcu ! dan kami sudah siap berangkat !" jawab
keduanya "baik, dan ini surat-suratnya dan segeralah berangkat !" perintah
Han-liu-ing, setelah menerima surat-surat kedua kepala
rombongan itu keluar dan menaiki kuda masing-masing, lalu
kedua rombongan itu berangkat dilepas tatapan Han-liu-ing.
Menjelang sore hari, Han-liu-ing kembali kerumah, dia disambut
kedua orangtuanya dengaan senyum dan menanyakan tentang
pekerjaannya hari itu, Han-liu-ing merasa bahagia dengan
keberaan ayahnya, hari-hari berikutnya dijalani seperti biasa,
148 dan terkadang Han-ok-liang datang kekantor sekedar untuk
melihat-lihat dan bercengkrama dengan para piuwsu senior
dalam piuawkioknya, dan tidak terasa hampir setahun sudah
berlalu. Komplek Hek-liong-piuawkiok siang itu kelihatan sepi, para
piauwsu kebanyakan sedang duduk bersantai diselaras kantor
sambil bercanda, Han-liu-eng sedang mengadakan transaksi
dengan pelanggan disebuah likoan, sementara didalam kantor
Han-ok-liang sedang menyibukkan diri dengan melihat-lihat
berbagai catatan piuawkiok, dia bersama dua orang piuawsu
senior yang akan menjelaskan hal-hal yang mungkin akan
ditanyakannya, sementara ketiganya sibuk didalam, diluar
muncul seorang wanita catik paruh baya memasuki halaman,
dua orang piauwsu yang duduk digardu jaga segera berdiri dan
menyapa dengan ramah. "nyonnya ada keperluan apa, apa yang dapat kami bantu ?"
"hihihihi".saya hendak bertemu dengan Han-ok-liang, apakah
ketua kalian ada ?" ujar wanita itu, kedua piauwsu saling
pandang "siapakah nyonya supaya kami bisa melaporkan pada pangcu ?"
"katakan padanya in-sin-ciang hendak bertemu." jawab wanita
yang ternyata adalah coa-kim atau in-sin-ciang.
Sebagaimana diketahui bahwa Coa-kim dan Han-bun-liong
berpisah di kota taiyuan, coa-kim mengambil arah menuju kota
tianjin untuk menemui kwi-ong, perjalalanannya dilakukan
dengan cepat, sehingga dua minggu kemudian ia sudah
memasuki kota shijajuang, dan ketika memasuki shijajuang
berkebetulan Han-piuawkiok juga memasuki kota, jalannya yang
149 santai dengan lenggang yang aduhai membuat dua pimpinan
piuawkiok senyum-senyum masam melihat ayunan pinggul yang
menarik perhatian itu, suara suitan para piauwsu terdengar
disana-sini, mendengar itu coa-kim berhenti dan memutar badan
dengan senyum mekar.
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"apakah yang kalian ributkan ?" tanya Coa-kim dengan kerling
genit "hehehe".jalanmu amat luar biasa lihap, kalau diikutkan dua
hari lagi baru kami sampai kekantor didalam kota." sahut songpiuawsu
"hihihi"jalan begini luas kenapa kalian tidak mendahuluiku
saja." "bagaimana mau mendahuluimu nona cantik ! lenggangmu
melambai minta diperhatikan, hahahaha"hahaha?" sahut
song-piauwsu dan disambut tawa para piauwsu
"hihihi".sekarang kalian lewatlah !" ujar Coa-kim sambil berhenti
dengan senyum dan kerling manja, Song-piauwsu makin
blingsatan "kepalang tanggung kita sudah ketemu, tentu kami boleh
kenalan bukan ?" "hihi"..temuilah dulu istrimu pangcu." sahut Coa-kim sambil
melangkah dan tidak memperdulikan lagi rombongan itu, dengan
rasa penasaran Song-piauwsu menghentak kudanya menyusul
Coa-kim. "lihap dimanakah nanti akan menginap ?" tanya Song-piauwsu
sambil senyum segagah mungkin
"hihihihi"memangnya pangcu mau datang mengunjungi saya ?"
"pasti lihap, aku akan mengunjungi untuk lebih kenal, bagaimana
150 ?" "hihihi".seleraku tinggi pangcu, dan sepertinya kamu bukan
type saya." sahut Coa-kim, mendengar itu Song-piauwsu yang
berumur empat puluh tahun itu terperangah kikuk
"melihat cara jalanmu dan kerlingan genitmu, kamu tiadalah
beda dengan wanita penghibur bukan " untuk bercinta semalam
berapakah bayaran yang kamu minta ?"
"hihihi".aku tidak butuh duitmu pangcu, maka enyahlah dari
hadapanku !" sahut Coa-kim tajam
"sudahlah Song-twako, untuk apa melayani wanita jalanan." sela
wakilnya sambil memacu kudanya, dan kereta dibelakangnya
menyusul dengan cepat dan rombongan itu melewati Songpangcu dan Coa-kim yang terlibat debat tidak menentu.
Song-pangcu menghentak kudanya menyusul rombongannya
tanpa melihat pada Coa-kim, dengan senyum sinis Coa-kim
melanjutkan langkah dan memasuki sebuah likoan, coa-kim
memesan sebuah kamar, dan setelah memasuki kamar, ia
membersihkan diri dan berganti pakaian, dan tidak lama
kemudian malam pun tiba, coa-kim turun untuk makan malam,
seorang pelayan melayani dan menghidangkan makam malam
untuknya, setelah selesai makan, coa-kim masih duduk untuk
menikmati arak, sedang asiknya menikmati arak, sebuah kereta
berhenti didepan likoan, enam orang turun dari dalam kereta,
dan dua diantaranya adalah song-pangcu dan han-bu-seng.
melihat kedatangan song-pangcu coa-kim senyum sinis, namun
hanya sesaat karena lelaki disebelahnya demikian gagah dan
jantan, Song-pangcu tanpa menggubris mengikuti Han-bu-seng
yang mendekati pemilik likoan
151 "Bao-wangwe, kami membawa barang kiriman dari jinan untuk
wangwe, dan sekalian akan memuat barang titipan yang
dikatakan bao-wangwe tadi pagi."
"oh".marilah kita kedalam Han-pangcu, dan kereta sebaiknya
dibawa lewat belakang saja." sahut Bao-wangwe.
"song-ciu bawalah kereta kebelakang !" perintah bu-seng, songciu mengangguk dan segera keluar, dan ketika melewati meja
makan song-ciu melirik coa-kim yang sedang minum sambil
melihat kearah kasir. Han-bu-seng dan bao-wangwe masuk kedalam, coa-kim sedikit
gelisah ditempat duduknya, terlebih ketika melihat kereta keluar
dari belakang dan lewat depan, terus meninggalkan likoan,
kadang ia menjenguk kearah dalam mengharap han-bu-seng
keluar, namun yang diharapkannya tidak muncul, lebih satu jam
han-bu-seng dan bao-wangwe berada didalam, dan hati coa-kim
berbunga-bunga ketika melihat han-bu-seng dan bao-wangwe
keluar dari dalam, ternyata ia belum pergi pikir coa-kim, baowangwe dengan ramah mengantar han-bu-seng keluar, dan
ketika melewati ruang makan coa-kim berdiri dan ia menyenggol
guci araknya sehingga jatuh berkecai dilantai, han-bu-seng dan
bao-wangwe kontan melihat kepadanya.
"maaf wangwe, aku tidak sengaja." keluh Coa-kim sambil
mengerling pada han-bu-seng
"tidak apa nyonya, a-ping cepat bersihkan !" sahut bao-wangwe
pada anak buahnya, pelayan bernama a-ping itu pun
membersihkan lantai. "kamu sepertinya sudah mabuk nyonya." sela han-bu-seng, coakim tersenyum sambil melangkah mendekati han-bu-seng
152 "aku tidak mabuk kongcu tampan, wangwe aku akan mengganti
guci arakmu, dan sekarang aku hendak keluar melihat-lihat
keramaian kota." "baik..baik nyonya, selamat menikmati keramaian kota ." sahut
bao-wangwe, coa-kim keluar bersama han-bu-seng dari likoan.
Karena berjalan seiring, dan wanita paruh baya ini cantik
memikat, han-bu-sengb tidak dapat menahan diri
"lihap"kamu dariumana dan hendak kemanakah ?" tanya hanbu-seng, coa-kim berhenti dan perpaling menatap lekat wajah
gagah han-bu-seng, lalu bibirnya tersenyum, membuat han-buseng terpana
"kongcu tampan, siapakah namamu ?"
"aku han-bu-seng lihap, dan kamu sendiri siapakah ?"
"namaku coa-kim, aku dari wilayah selatan hendak kekota
shinyang." jawab coa-kim sambil melangkah, dan han-bu-seng
juga ikut melangkah, keduanya berjalan berdampingan
menyusuri jalan menuju taman kota.
"Han-piuawkiok adalah ekpedisi terkenal, kalau tidak salah
diselatan juga ada, apakah ada hubungan kongcu tampan ?"
kata-kata tampan itu mengelus-elus hati han-bu-seng
"memang han-piuawkiok berawal dari selatan, piuawkiok ini
adalah usaha keluarga kami, cantik" sahut han-bu-seng
"hihihihi".benarkah aku cantik kongcu tampan ?" ujar coa-kim
sambil berhenti dan menatap wajah han-bu-seng
"kamu memang cantik kim-moi." sahut han-bu-seng dengan hati
berdegup "aku seorang pengelana seng-ko, maukah kamu menemani saya
153 duduk-duduk di tepi kolam itu ?" ujar coa-kim dengan nada
manja, suara itu menggelitik hasrat bu-seng
"tentu Kim-moi, marilah kita duduk sambil menikmati gerakan
ikan yang berenang didalamnya." ujar bu-seng, lalu entah siapa
yang mulai tangan mereka bertaut dan berpegangan menuju
kolam ditengah taman kota itu
"Seng-ko ! bulan juga amat terang, malam ini sangat cerah
bukan ?" "benar Kim-moi malam ini sangat indah sekali, tapi kapankah
engkau meninggalkan kota?"
"besok aku akan melanjutkan perjalanan Seng-ko, ada apakah
sehingga Seng-ko bertanya ?"
"ah..tidak apa-apa, sekedar bertanya bolehkan "
hehehe..hehehe?" "hihihihi"boleh saja seng-ko, dan terimakasih seng-ko telah
menemani saya malam ini."
"tidak apa kim-moi, saya juga senang menemani wanita secantik
kamu." "benarkah seng-ko, kamu tidak mengolokku kan ?" tanya Coakim dengan nada bergetar dan tatapan sayu, melihat tatapan
mengandung ajakan itu dan nada suara yang bergetar
menggelitik kejantanannya, sehingga membuat Han-bu-seng
makin terangsang "aku tidak memperolokmu kim-moi." bisik Han-bu-seng sambil
menyentuh kedua bahu coa-kim, sentuhan itu membuat coa-kim
terbakar, dan dia sepontan menarik kepala han-bu-seng
sehingga mulut mereka bertemu, Coa-kim melumat seiring
nafasnya yang menggebu, Han-bu-seng yang juga sudah birahi
154 membalas dengan tidak kalah gemasnya, lumatan dan remasan
itu dilakukan sambil duduk ditepi kolam
"hmh..hhh"Seng-ko ! bawalah aku dari sini." rintih coa-kim
dengan birahi yang bertalu-talu, Han-bu-seng menarik tangan
coa-kim dan membawanya ke vaviliun miliknya di sebelah barat
kota. Didalam kamar keduanya dengan tidak sabar melepas pakaian
dan berpelukan dengan berjuta birahi yang meletup-letup, dua
orang yang sama-sama matang itu mereguk nikmatnya
sanggama pada malam itu, berulang-ulang mereka melakukan
pendakian birahi yang bernyala-nyala, sehinga percumbuan itu
meredup saat malam hampir kepenghujung, keduanya
menggeloso lemas dan tertidur lelap hingga matahari sudah
agak tinggi. "apakah kamu harus pergi sayang ?" tanya Han-bu-seng sambil
mengelus bahu telanjang Coa-kim
"hihihi".seng-ko yang tampan, aku juga belum puas, bolehkah
aku tinggal disini setidaknya tiga hari lagi."
"hehehe".kamu memang sangat menggemaskan cantik,
tinggallah disini, nanti malam aku akan datang lagi !" sahut Hanbu-seng sambil turun dari ranjang dan memakai pakaiannya.
Keduanya keluar dari vaviliun dengan wajah senang, Han-buseng kembali ke rumahnya, dan Coa-kim kembali kelikoan,
setelah sarapan ia mambayar sewa kamar dan meninggalkan
likoan, ia langsung menuju vaviliun milik Han-bu-seng, dan
malamnya Han-bu-seng datang menemuinya, dan percumbuan
mesum itupun terulang, kali ini mereka lakukan dengan
perlahan, setiap inci dan lekukan mereka resapi dengan nikmat,
155 demikian juga pada malam berikutnya hingga tiga malam
mereka berpesta cumbu rayu yang melelapkan.
Pada hari keempat Coa-kim pun meninggalkan kota shijajuang,
dilepas kecupan mesra Han-bu-seng, coa-kim dengan senyum
puas melanjutkan perjalanannya, hatinya geli jika mengenang
Han-bu-seng, karena kalau dipikir-pikir tiga keluarga han
menjadi teman bercumbunya sejak ia bertemu dengan Han-okliang, hatinya memuji akan ketampanan turunan dari bun-liongsian-kiam, dia sudah bertemu dengan lima orang she-han itu,
dan semuanya berwajah tampan menarik, tubuhnya kekar tegap
menggemaskan, benak coa-kim mengenang wajah Ok-liang,
Bun-liong dan Bu-seng, lalu wajah tampan bermata buta kwi-ong
dan terakhir wajah simnpatik Han-sai-ku yang pernah dilihatnya
di lembah bunga, hmh"bagaimana pula kah wajah Han-fei-lun
sang bengcu turunan pertama dari bun-liong-sian-kiam ", Coa
kim senyum sendirian, lalu ia mempercepat larinya.
Bangunan besar dilembah merak yang indah itu kelihatan sepi,
pagi yang cerah itu lengang, sosok tubuh ramping bergerak gesit
memasuki lembah, sosok ramping itu adalah Coa-kim
"Han-kwi-ong"!" seru coa-kim sambil memasuki halaman
bangunan, dan tanpa menunggu lama Han-kwi-ong muncul dan
berdiri tegak didepan coa-kim
"kamu siapa nona !?" tanya kwi-ong dengan nada tajam penuh
selidik "hihihi"kwi-ong aku in-sin-ciang coa-kim datang
mengunjungimu." "ooh kamu in-sin-ciang, masuklah !" ujar kwi-ong, lalu keduanya
masuk kedalam 156 "aku hanya sendirian disini, jadi ambillah arak dikamar belakang,
Coa-kim !" "hihihi"tidak apa kwi-ong." sahut coa-kim, lalu ia pergi
kebelakang dan mengambil seguci arak dan membawanya
keruang tengah, keduanyapun duduk dan minum sepuaspuasnya
"kedatanganmu tentu bukan sekedar berkunjung bukan ?"
"benar kwi-ong, aku kesini untuk menyampaikan pesan Hanbun-liong, bahwa kamu segeralah menyusul ke kui-san."
"ooh, begitu, hmh"aku harus ke shinyang dulu untuk menemui
Ok-liang dan kami berdua akan berangkat ke kui-san."
"kenapa repot-repot kwi-ong, biar aku saja yang ke shinyang dan
menyampaikan pesan han-bun-liong padanya."
"hehehe"baiklah kalau begitu, aku maklum tentunya kamu
merindukannya bukan ?"
"hihihi"tidak kusangkal bahwa aku rindu padanya, lalu kapan
kamu akang berangkat ke kui-san ?"
"hmh".mungkin besok coa-kim."
"kenapa buru-buru, aku juga baru datang, masa harus pergi lagi
!" "hmh..benar juga, kalau begitu besok lusa saja saya berangkat."
"begitu juga bagus kwi-ong, dan sekarang apa yang harus kita
lakuan ?" "maumu kita bisa lakukan apa coa-kim ?"
"aku mau istirahat saja dulu kwi-ong."
"hmh"baiklah, pilih saja kamar yang mana kamu suka."
"apakah kamu tidak ingin menemaniku, aku tidak menggigit loh
kwi-ong." goda Coa-kim bernada manja
157 "hehehe..hahaha"..kamu memang nakal Coa-kim, sayang aku
tidak bisa melihat wajahmu yang cantik."
"hihihi,,,kok tahu aku cantik, tahu darimana kwi-ong."
"hehehe".adikku tidak akan mau kasak-kusuk denganmmu
kalau kamu tidak cantik, iya kan ?"
"hihihi"..ayoklah kwi-ong, jangan cuma membayangin, raba dan
rasakanlah ! itu lebih baik."
"hehehe".hmh?" tawa kwi-ong dengan nafas tersegal karena
hatinya berdegup kencang akan kata-kata binal Coa-kim.
Keduanya masuk kedalam kamar, Coa-kim menarik Han-kwiong ke atas ranjang, han-kwi-ong dengan gemas memagut dan
menciumi wajah coa-kim, coa-kim mendesah dan membalas
dengan tidak kalah gemasnya, ranjang jadi awut-awutan oleh
hentakan birahi yang kesetanan, dengus nafas keduanya saling
sahut menyahut dalam pilinan birahi yang semakin membakar,
coa-kim walaupun sudah lama bertemu dengan kwi-ong, tapi
baru kali ini mereka berhubungan, kwi-ong tidak pernah
memikirkan akan mencumbu pacar adiknya ini, tapi dia juga
bukan lelaki yang malu pada kemesuman, jika ia dituntun
kenapa tidak, jadi keloplah pertemuan dua manusia tidak kenal
aturan ini. Selama seminggu mereka memadu gairah, bercinta dengan
segala pose yang mereka inginkan, coa kim merasa ada seni
tersendiri melakukan hubungan dengan pasangan yang buta ini,
rabaan dan remasannya lebih memabukkan, dan kerenyit wajah
han-kwi-ong yang merejang tubuhnya dalam pendakian hingga
saat menggapai puncak kenikmatan, memiliki kenikmatan
158 tersendiri bagi Coa-kim, dan itu membuat coa-kim gemas tidak
tertahankan. "hari ini kamu berangkatlah ke shinyang, dan aku akan kui-san."
ujar Han-kwi-ong "baiklah kwi-ong dan hati-hatilah dalam perjalananmu !" sahut
coa-kim, lalu dia pun berkelabat dari tempat itu, demikian juga
dengan Han-kwi-ong, keduanya bergerak cepat meninggalkan
lembah, sesampai dikota tianjin mereka berpisah menempuh
jalan masing-masing, coa-kim tidak buru-buru dalam melakukan
perjalanannya sebagaimana Han-kwi-ong,
Satu bulan setelah meninggalkan kota tianjin ia pun sampai
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kekota shinyang dan langsung kekomplek hek-liong-piuawkiok
"loya, ada tamu hendak bertemu, namanya in-sin-ciang." lapor
seorang piauwsu "in-sin-ciang !?" sela ok-liang kaget dan hatinya bergetar rindu
"benar loya." sahut piuawsu itu
"kalian keluarlah dan suruh ia masuk kesini !" perintah Ok-liang,
para piauwsu keluar dan piuawsu yang melapor mengajak in-sinciang kedalam kantor, in-sin.ciang masuk dan senyumnya
merekah setelah melihat Ok-liang.
"duduklah kim-moi, bagaimana keadaanmu selama ini ?"
"keadaanku bai-baik saja dan aku rindu padamu Liang-ko."
"hmh"..aku juga Kim-moi, tapi ada apa engkau mengunjungiku
kesini ?" tanya Ok-liang heran
"aku membawa pesan dari saudaramu Han-bun-liong, supaya
kalian segera menyusul ke kui-san."
"oh begitu, sebaiknya besok saya segera berangkat." ujar Ok159
liang "demikianpun bagus, lalu sekarang bagaimana ?"
"sebaiknya malam ini kamu menginap dilikoan, dan nanti malam
saya akan menemuimu."
"baiklah kalau begitu Liang-ko, aku akan tunggu dipenginapan."
jawab Coa-kim dengan senyum nakal.
Setelah Coa-kim pergi, Ok-liang segera kembali kerumah, dan
pada malamnya ia menemui Coa-kim di likoan, sampai larut
malam Ok-liang dan coa-kim melepas rindu dalam pilinan birahi
yang menggebu. "bagaimana rencanamu selanjutnya, hendak kemakah kamu
setelah dari sini Kim-moi ?"
"kemana lagi Liang-ko, jika kamu melakukan perjalanan aku
akan ikut serta sebagaimana beberapa tahun yang silam ."
jawab Coa-kim manja "baguslah kalau begitu, besok ! setelah makan siang kita akan
berangkat." "baiklah liang-ko." sahut coa-kim manja dan memeluk Ok-liang,
Ok-liang membalas dan mengecup bibir Coa-kim, lalu kemudian
ia bangkit dari ranjang "aku hendak kembali kerumah, tidurlah yang nyenyak sayang."
bisik Ok-liang sambil mengecup lembut bibir Coa-kim, sesaat
mereka berpagutan saling melumat dan akhirnya terlepas seiring
nafas yang sesak. Han-ok-liang meninggalkan likoan dan kembali kerumah, para
piauwsu tidak berani mengusik apa yang dilakukan majikan
mereka yang tiba dirumah saat larut malam, ok-liang masuk
kekamar dan merebahkan badan disamping isrinya yang lelap
160 dalam tidur, keesokan harinya Ok-liang bangun setelah matahari
sudah tinggi "Liang-ko, mandilah ! apa kamu tidak ke kantor ?" gugah Baolan, Ok-liang menggeliat dan membuka matanya, lalu duduk
"Lan-moi persiapkan dan kemasi pakaianku !" perintah Ok-liang
sambil turun dari ranjang
"eh, kamu mau kemana Liang-ko ?" tanya Bao-lan heran
"aku hendak pergi lagi, ada keperluan yang harus saya
selesaikan." jawab Ok-liang sambil keluar kamar untuk pergi
mandi, Bao-lan ikut keluar mengikuti suaminya
"tapi koko kan baru setahun disini, lalu sekarang mau pergi lagi
?" "Lan-moi lakukan saja apa yang kusuruh !" perintah Ok-liang
bernada sedikit tinggi, Bao-lan terdiam dan segera masuk
kembali kekamar untuk menyiapkan pakaian suaminya, setelah
mandi dan berpakaian, Ok-liang pun makan ditemani istrinya
"jika Ing-ji datang dan menanyakanmu, apa yang harus kujawab
?" tanya Bao-lan sedih
"katakan padanya aku ada urusan di kota hehat." jawab Ok-liang
"berapa lamakah koko akan pergi ?"
"kalau urusanku sudah selesai, aku akan secepatnya kembali."
"baiklah koko dan hati-hatilah." ujar Han-hujin lembut, Ok-liang
mengangguk sambil meminum arak dan berdiri.
Han-ok-liang berangkat dilepas tatapan istrinya, Han-ok-liang
menuju likoan dimana coa-kim kekasihnya bermalam, Coa-kim
menyambut ok-liang dengan senyum sumigrah dan tatapan
berbinar "berangkat sekarang Liang-ko ?" tanya coa-kim manja dan
161 senyum merekah "benar, apa kamu sudah membayar sewa kamar ?"
"belum Liang-ko, marilah kita turun." jawab Coa-kim sambil
menarik mesra lengan Ok-liang dan merekapun turun kebawah,
Coa-kim membayar sewa kamar dan keduanya segera
meninggalkan kota shinyang, mereka melakukan perjalanan
dengan santai dan gembira, dimana tempat yang indah dan
romantis tidak mereka lewatkan untuk menikmatinya sambil
memadu asmara. Menjelang sore hari, Han-liu-eng kembali kerumah, semalam ia
menginap dilikoan untuk urusan transaksi, dan menjelang siang
ia kembali ke kantor dan mengadakan pertemuan dengan para
anggotanya, dan setelah itu ia pulang kerumah, dan hatinya
sedikit kecewa mendengar cerita ibunya bahwa ayahnya sudah
pergi lagi, dengan hati tawar gadis ini masuk kedalam kamarnya,
hatinya tidak menentu memikirkan sikap ayahnya, ia kecewa
dengan perlakuan ayahnya kepada mereka selama ini, namun
saat kedatangan ayahnya setahun yang lalu perasaan kecewa
itu di abaikannya, dan sekarang ayahnya pergi tanpa sempat
bertemu denganya, kekecewaan yang tadinya di abaikan kini
menyeruak lagi dan telah menerbitkan rasa marah dan benci
pada ayahnya, ia kasihan melihat ibunya yang ditelantarkan,
rasa kecewa ini membuat hatinya sulit mempercayai laki-laki.
Keesokan harinya, setelah sarapan Han-liu-ing pamit pada
ibunya "ibu ! dalam beberapa minggu ini ibu terpaksa aku tinggal
sendirian." "apakah kamu akan memimpin barang kiriman Ing-ji ?" tanya
162 ibunya lembut "benar ibu, sekiranya aku tahu ayah akan pergi, tentu aku akan
mewakilkan pengiriman." ujar Han-liu-ing dengan nada kecewa
"sudahlah nak ! kamu tidak usah cemaskan ibu, ibu akan baikbaik saja, bukankah sebelum ayahmu datang, ibu sudah sering
kamu tinggalkan." ujar Bao-lan menghibur anaknya, Han-liu-ing
mengangguk membenarkan, karena apa yang dikatakan ibunya
adalah benar adanya. "kemanakah kali ini kamu akang pergi Ing-ji ?"
"saya dan rombongan akan pergi ke kota Liaoning." jawab Hanliu-ing
"baik ! segeralah berangkat nak, ibu doakan semoga
perjalananmu lancar dan tiba kembali kesini dengan selamat."
ujar ibunya, Han-liu-ing mengangguk dan meninggalkan ibunya.
Sesampai di kantor tiga puluh piauwsu dan dua wakilnya sudah
selesai memuat barang dan siap untuk berangkat
"apakah semua sudah selesai, Bu-wei ?" tanya Han-liu-ing
"sudah pangcu ! dan juga semua surat-surat sudah disiapkan."
sahut wakil pertamanya yang bernama Bu-wei
"baik, mari kita berangkat !" perintah Han-liu-ing, dan
rombonganpun bergerak menuju gerbang selatan.
Seminggu kemudian rombongan hek-liong-piuawkiok memasuki
kota Beijing, dan didepan sebuah likoan
"Cu-lai kita istirahat disini"!" perintah Han-liu-ing pada wakil
keduanya sambil turun didepan likoan, Cu-lai segera
memerintahkan rombongan untuk berhenti, seorang tukang kuda
membawa kuda yang ditunggangi Han-liu-ing kekandang
belakang, Liu-ing dan rombongan memasuki likoan dan
memesan makanan. 163 Han-liu-ing duduk semeja dengan dua orang wakilnya Bu-wei
dan Cu-lai, dan saat mereka makan, seorang lelaki tampan
memasuki likoan. Ia duduk dimeja dekat meja Han-liu-ing sambil
meletakkan capingnya diatas meja, seorang pelayan dengan
ramah datang mendekati dan melayaninya, lelaki muda adalah
Han-bouw-bian, sesaat dia terkesima melihat wajah Han-liu-ing,
wajah itu rada mirip dengan wajah yang selama ini menghiasi
relung sukmanya, wajah Han-sian-hui, hatinya bergetar dan
menatap lekat pada wajah Han-liu-ing.
"ada apa kongcu !" kenapa kamu menatapku seperti melihat
setan ?" tanya Han-liu-ing tiba-tiba, bouw-bian tersentak dan
salah tingkah, sambil tersenyum ia berkata
"maaf nona, jika aku berlaku lancang."
"benar.. dan kamu tidak hanya lancang tapi kurangajar." sahut
liu-ing ketus "ah..janganlah begitu sisnis padaku siocia, kenalkan namaku
adalah bouw-bian" ujar Han-bouw-bian, dengan mata mendelik
Han-liu-ing berkata dengan nada mengancam
"aku tidak ingin kenal denganmu, dan hati-hati dengan matamu
yang jelalatan." senyum Han-bouw-bian makin mengembang
"nona aku hanya terkesima, karena wajahmu seiras dengan
seseorang yang aku kenal."
"cih" itu hanya alasan yang dibuat-buat, aku tahulah bahwa
kamu itu tidak obahnya adalah lelaki hidung belang." sindir Hanliu-ing
"hehehe"nona terlalu berlebihan, kuakui bahwa wajahmu luar
biasa cantik, dan sebenarnya aku tidak tertarik, hanya karena
wajahmu itu rada mirip dengan seseorang sehingga membuat
hatiku penasaran." sahut Bouw-bian sedikit kesal karena dinilai
164 hidung belang, mendengar itu Han-liu-ing menjadi tersinggung,
mukanya terasa panas "hati-hati kalau bicara ! cintamu yang tidak kesampaian itu,
jangan cari pelampiasan untuk menghiba." teriak Liu-ing marah,
Han-bouw-bian tersedak karena sedikit banyaknya pernyataan
itu ada benarnya, dia menatap tajam pada wajah marah
didepannya. "sudahlah nona, tidak perlu kita perpanjang." ujar bouw-bian
sambil meminum araknya lalu berdiri dan melangkah ke arah
kasir, mata tajam Liu-ing tidak lepas menatap Bouw-bian
"wangwe..! aku hendak menginap, masih adakah kamar ?" tanya
Bouw-bian "masih"kamar masih ada kongcu." jawab pemilik likoan, lalu ia
menyeru seorang pembantu "A-tung"! Antarkan tamu kita
kekamarnya !" perintah pemilik likoan, pelayan yang di panggil
A-tung itu membawa Bouw-bian kekamarnya.
Tidak lama kemudian Han-liu-ing meninggalkan likoan untuk
melanjutkan perjalanan, wajahnya masih kesal dengan
pertemuan dengan pemuda tampan itu, sehingga ia banyak
diam, dua wakilnya juga tidak berani mengusik, mereka sibuk
mengatur rombongan, setelah mereka keluar gerbang, Han-liuing memacu kudanya, dan rombongan itu bergerak cepat, dan
saat malam tiba mereka berhenti disebuah hutan, para piuawsu
mendirikan tiga buah tenda.
Han-liu-ing istirahat dalam sebuah tenda, hatinya makin tidak
nyaman karena wajah tampan Bouw-bian mengusik pikirannya,
saat dia berbolak balik dan berusaha tidur
165 "anda ini siapa ?" terdengar suara Bu-wi bertanya, lalu terdengar
jawaban lembut "aku pengelana yang kemalaman sicu, saya kira kalian ini para
pemburu yang sedang istirahat, jadi saya mendekat, tapi
tahunya para piauwsu." jawab wanita cantik bersal putih
"hehehe".jika siocia hendak melewatkan malam dan ingin
ditemani, kami akan senang hati menemani siocia." ujar Cu-lai
dengan muka pringas-pringis
"terimakasih sicu, aku hanya sekedar lewat saja, permisi !" sahut
wanita cantik yang tidak lain adalah Han-sian-hui, Cu-lai hendak
mencegah, namun matanya melonggo karena Han-sian-hui telah
lenyap "iiiihh".hantuuu?" teriak seorang piauwsu yang ikut
menyaksikan lenyapnya wanita cantik yang digoda Cu-lai, Cu-lai
jadi merinding mendengar teriakan anak buahnya
"ah".kamu jangan ngelantur A-pang !" bentak Bu-wei
"tapi twako ! wanita itu bisa menghilang." ujar A-pang dengan
tubuh menggigil "wanita itu tidak mungkin hantu, apa kamu tidak melihat kakinya
menjejak tanah !" hantu itu tidak menjejak tanah !" ujar Bu-wei,
A-pang terdiam dan hatinya kembali merasa tenang, pada saat
itu Han-liu-ing keluar dari tendanya
"ada apa Bu-wei " apa yang kalian bicarakan ?"
"ah..tidak apa-apa pangcu." jawab Bu-wei
"tapi saya dengar ada suara seorang wanita, siapa wanita itu ?"
tanya Han-liu-ing "benar ! tadi ada seorang wanita yang sekedar lewat, dan saya
juga tidak tahu siapa wanita itu pangcu" jawab Cu-lai
"sudah kalau begitu, kalian jaga yang benar !" ujar Han-liu-ing
166 dan dia kembali masuk kedalam tendanya, tidak lama setelah
Han-liu-ing masuk, Bu-wei dan Cu-lai masuk ketenda mereka,
sementara empat piuawsu berjaga diluar.
Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan,
sementara di lain bagian hutan itu Han-sian-hui sedang
memanggang ayam hutan, sebagaimana kita ketahui Han-sianhui meninggalkan lembah merak untuk menemui saudaranya
Han-ok-liang di kota shinyang, dan berketepatan semalam ia
melewati rombongan piauwsu yang sedang melewatkan malam
dihutan tersebut, setelah panggang ayamnya matang, Han-sianhui makan dengan lahap, dan dalam waktu yang tidak lama
daging ayam bakar telah berpindah keperut, Han-sian-hui
meminum air menutup makan paginya, setelah itu Han-sian-hui
mandi di sebuah anak sungai, badannya terasa segar setelah
mandi, lalu ia melanjutkan perjalanannya.
Han-sian-hui memasuki kota Beijing saat matahari sudah
condong kebarat, dan ia memasuki sebuah likoan untuk
menginap, setelah mencuci membersihkan diri dan berganti
pakaian, Han-sian-hui duduk santai di teras penginapan, baru
saja ia duduk, tiba-tiba sebuah suara menyapanya dari belakang
"hui-moi !" Han-sian-hui berpaling kebelakang dan melihat
seorang pemuda tampan sedang tersenyum kepadanya
"maaf kongcu ! apakah kita saling kenal ?" tanya Han-sian-hui
heran "apakah hui-moi lupa " saya adalah Bouw-bian." ujar pemuda itu
mengingatkan, sejenak Han-sian-hui berpikir
"oh kamu ternyata kongcu !" ujar Han-sian-hui tersenyum ramah,
167 Han-bouw-bian tertawa dan segera duduk dikursi berhadapan
dengan Han-sian-hui "hehehe"..aku sangat gembira dengan pertemuan ini hui-moi."
"kongcu ! saya merasa keramahanmu sangatlah berlebihan,
apakah sudah demikian pembawaanmu?"
"maksudnya bagaimana Hui-moi " tanya Bouw-bian heran, Hansian-hui tersenyum dan berkata
"kita baru dua kali bertemu, tapi lagaknya kamu sudah sangat
kenal padaku, bukankah itu berlebihan kongcu ?"
"mungkin saja Hui-moi, tapi yang jelas Hui-moi sudah
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengetahui isi hatiku, bukan " aku cinta padamu Hui-moi, dan
pertemuan ini menerbitkan rasa mesra dalam hatiku."
"hihihi".bagaimana bisa engkau secepat itu mengatakan cinta
padaku, kongcu ?" "aku cinta padamu pada pandangan pertama, saat itu kita
bertemu disebuah rumah makan dikota Anhui, aku terpikat
dengan wajahmu yang anggun dan cantik rupawan, matamu
yang indah, bibir yang ranum"hi.."
"sudah..sudah kongcu !" potong Han-sian-hui cepat-cepat,
senyumya yang menghias bibirnya kini hilang, dan ia menatap
serius pada wajah pemuda tampan didepannya
"dengarlah Bian-sicu ! sebenarnya aku kasihan sekali padamu."
"kenapa Hui-moi berkata demikian ?" tanya Bouw-bian heran
"sejak pertemuan kita di Anhui, dan kemudian kita berpisah
sekian lama, lalu pada hari ini kita bertemu, ketahuilah Bian-sicu
! aku tidak merasakan apa-apa padamu terkait soal cinta,
mengertikah kamu Bian-sicu !?" ujar Han-sian-hui tandas, Hanbouw-bian terdiam dan tertunduk, agak lama suasana hening,
168 lalu Han-bouw-bian menatap Han-sian-hui dan berkata lirih
"apakah kamu sudah bertunangan atau sudah punya kekasih ?"
"hal itu tidak perlu kongcu tanyakan ! yang penting kamu
berusaha untuk mengerti akan kenyataan yang anda hadapi saat
ini." "kalau tidak ada yang merintangi, kenapa engkau tidak bisa
mencintaiku " apa kurangnya diriku Hui-moi ?"
"cinta itu tidak bisa dipaksakan Bian-sicu, saya harap anda
mengerti dan mampu menerima kenyataan."
"saya benar-benar kecewa dan patah hati hui-moi, dan saya
tidak tahu akan bagaimana saya menjalani hidup ini jika tidak
mendapatkan cintamu."
"kamu tidak akan apa-apa Bian-sicu ! saat ini kamu jelas
gamang dan merasa lemah, pikiran kamu galau, tapi seiring
waktu kamu akan mampu mengatasinya."
"entahlah, sulit rasanya mengatasi kekecewaan ini." ujar Hanbouw-bian sendu
"sebaiknya aku tinggalkan anda sendiri disini Bian-sicu,
menimbang kenyataan ini bukan hanya dengan perasaan tapi
juga dengan pikiran, permisi kongcu !" ujar Han-sian-hui, lalu ia
meninggalkan Han-bouw-bian dan masuk kembali kedalam
kamarnya. Han-bouw-bian duduk merenungi diri, sikap dan perkataan Hansian-hui terasa sakit meremas-remas hati, rasa kecewa yang
mendera hatinya sehingga berujung pada rasa sakit hati pada
Han-sian-hui, setelah lama merenung, muncul pemikiran dalam
benaknya untuk memaksa Han-sian-hui, setelah malam agak
larut, Han-bouw-bian masuk kedalam kamarnya.
169 Keesokan harinya Han-bouw-bian bangun agak kesiangan,
setelah mandi dan berganti baju, ia keluar untuk makan, dia
berharap bertemu dengan Han-sian-hui, namun samapai sekian
lama, ia tidak melihat Han-sian-hui turun untuk makan, lalu ia
menanyakan pada pemilik likoan, dan ternyata Han-sian-hui
telah pergi pada saat pagi-pagi sekali, Han-bouw-bian kesal
meninggalkan pemilik likoan dan kembali kekamarnya.
Seminggu kemudian Han-sian-hui memasuki kota Shinyang, dan
ketika ia melewati seorang pedagang buah yang sedang
berteriak menjajakan dagangannya, Han-sian-hui mendekat
"apakah nona mau membeli buah ?" tanya pedagang itu dengan
ramah "berapa harga buah leci ini paman ?" tanya Han-sian-hui
"murah saja nona, hargannya hanya lima chi sekilo." jawab
pedagang "kalau anggurnya berapa paman "
"anggur tujuh chi sekilo." Jawab pedagang
"tolong buah leci dan anggurnya dibungkus sekilo-sekilo, paman
!" "hehehe..baik nona." sahut pedagang itu lalu menimbang buah
leci dan anggur, sambil menimbang ia berkata pada Han-sianhui
"sepertinya nona bukan orang sini, yah."
"dugaan paman benar sekali, saya memang bukan orang sini,
dan saya baru saja masuk kota ini
"apakah nona hanya sekedar lewat " atau ada keperluan dikota
ini." "saya hendak bertemu seseorang dikota ini, eh..paman ! apakah
paman tahu tempat tinggal she-Han dikota ini ?"
170 "she-han " " gumam pedagang itu sejenak, lalu berkata, "ada
beberapa she-han yang saya tahu, tapi siapa namanya nona ?"
"namanya Han-ok-liang." Jawab Han-sian-hui, pedagang itu
terdiam dan kemudian menggelengkan kepala, "saya tidak tahu
dengan nama Ok-liang nona."
"hmh"..she-han yang paman tahu, apakah ada yang ahli silat ?"
tanya Han-sian-hui "o"kalau yang ahli silat ada nona, dia seorang perempuan dan
namanya Han-liu-ing." Jawab pedagang itu
"dimanakah she-han itu tinggal ?"
"tinggalnya disebelah timur kota, tapi she-han ini mempunyai
sebuah piuawkiok yang bernama hek-liong-piauwkio, kantornya
disana nona, tiga blok dari sini yang ada bendera putihnya."
jawab pedagang itu, Han-sian-hui menatap arah yang ditunjuk
pedagang sambil tersenyum
"baiklah paman dan terimakasih, oh ya berapa semua ?"
"dua belas chi nona." jawab pedagang sambil memberikan
bungkus berisi buah leci dan anggur, Han-sian-hui membayar
dan menerima bungkusan, kemudian ia pamit dan meninggalkan
pedagang yang kembali berteriak menjajakan dagangannya,
Han-sian-hui berdiri didepan kantor hek-liong-piauwkiok,
seorang piauwsu yang sedang berjaga di dalam gardu keluar
dan mendekatinya "selamat siang nona ! apa yang bisa kami bantu ?" tanya
piauwsu, Han-sian-hui sedikit membungkuk memberi hormat lalu
berkata "maaf twako ! saya mencari seorang bermarga Han bernama
Ok-liang, apakah twako kenal dengan orang yang saya cari ?"
piauwsu itu menatap Han-sian-hui penuh selidik, hatinya heran
171 melihat kemiripan wajah gadis ini dengan majikannya
"dapatkah nona memberitahu, ada hubungan apa nona dengan
Han-ok-liang itu ?" "saya adalah adik Han-ok-liang itu twako, nama saya Han-sianhui, piauwsu itu terkejut
"kenapa twako " kenapa twako terkejut ?" tanya Han-sian-hui
"Han-ok-liang sudah berumur, dan nona masih sangat muda dan
pantasnya kamu ini adalah anaknya." jawab piauwsu itu, Hansian-hui tersenyum
"sepertinya twako sangat kenal dengan saudara saya itu,
tolonglah aku twako ! dimanakah tempat tinggal kakak saya itu
?" "hek-liong-piauwkiok ini adalah milik beliau, tapi Han-loya
sedang tidak berada disini."
"apakah keluarga Liang-ko tinggal disini ?" tanya Han-sian-hui
"tidak nona, tapi tinggal di sebelah timur kota, sebaiknya
tunggulah sebentar, saya minta izin dulu, dan saya akan
mengantar nona kerumah Han-loya."
"sungguh aku sangat berterimaksih twako, baiklah aku akan
menunggu." ujar han-sian-hui, piauwsu itu segera masuk
kedalam kantor, dan tidak berapa lama ia keluar dengan sebuah
kereta "mari dan naiklah Han-siocia !" ujar piauwsu itu, lalu Han-sianhui segera naik kedalam kereta, dan keretapun melaju dengan
kencang kearah timur kota
Sesampai dirumah Han-ok-liang, seorang tukang kebun paruh
baya datang mendekat dengan tersenyum dan bertanya
"A-seng ! kamu bawa apakah ?" piauwsu yang dipanggil A-seng
172 itu turun dari kereta seraya menjawab
"aku membawa seorang tamu yang hendak bertemu keluarga
pangcu, paman bong ! apakah hujin ada ?" pada saat itu Hansian-hui turun dan lelaki tukang kebun itu seperti kaget dan
terpana melihat kemiripan wajah Han-sian-hui dengan nona
majikannya "paman bong ! apakah hujin ada ?" kembali A-seng bertanya,
sehingga menggugah ltukang kebun dari keterpanaannya
"eh..iya..hujin ada, tunggulah sebentar aku akan melapor pada
hujin !" jawab tukang kebun, lalu dengan langkah buru-buru ia
masuk kedalam rumah, dan tidak berapa lama tukang kebun
keluar bersama Bao-lan. "siapakah dia ini A-seng ?" tanya Bao-lan terkesima menatap
wajah gadis yang menjadi tamunya, A-seng sedikit membungkuk
dan berkata "maaf hujin ! tamu ini memperkenalkan diri sebagai adik dari
loya, jadi saya mengantarkannya kemari."
"benar soso ! saya adalah adik dari Han-ok-liang dan nama saya
Han-sian-hui." sela Han-sian-hui memperkenalkan diri
"tapi nona ! suami saya tidak ada." ujar Bao-lan masih terkesima
menatap wajah Han-sian-hui
"tidak mengapa soso, dan kalau boleh tahu kemanakah Liang-ko
?" "dia keluar kota karena ada keperluan mendadak." jawab Baolan
"sebagai saudara, bertemu soso selaku istri Liang-ko sudah
menggembirakan hatiku." ujar Han-sian-hui
"baik". dan masuklah hui-moi ! kita bicara didalam !" ujar Baolan
173 "dan saya permisi hujin hendak kembali ke kantor !" ujar A-seng
"baiklah A-seng." jawab Bao-lan "terimakasih seng-twako !" sela
Han-sian-hui, A-seng mengangguk tersenyum dan
meninggalkan rumah, setelah A-seng pergi, Bao-lan mengajak
Han-sian-hui masuk. "saya adalah Bao-lan Hui-moi ! dan terus terang saya kaget dan
tidak percaya dengan kedatanganmu yang mengaku adik bagi
suami saya, tapi melihat adanya kemiripan wajahmu dengan
putriku Liu-ing, maka saya harus lebih mengenalmu, hui-moi"
ujar Bao-lan dengan seulas senyum ramah
"saya maklum akan keheranan soso dengan kehadiran saya,
tapi benarkah bahwa wajah saya ada kemiripan dengan putri
Liang-ko " dan dimanakah ia keponakanku itu sekarang ?" tanya
Han-sian-hui penasaran "benar Hui-moi, ia sedang memimpin rombongan piauwkiok
kekota liaoning, dan oleh karena itu, ceritakanlah hubungan
persaudaraan ini padaku, karena sejujurnya saya tidak satupun
mengenal keluarga suami saya." jawab Bao-lan, dan pada saat
itu seorang pelayan datang membawa minuman dan senampan
makanan kecil, setelah menghidangkan minuman diatas meja,
pelayan itu mengundurkan diri, Bao-lan mempersilahkan
tamunya minum "mari kita minum Hui-moi !" Han-sian-hui mengangguk dan lalu
meraih cangkir dan menyeruputnya hingga tiga kali, lalu Hansian-hui meletakkan cangkir seraya berkata
"Lan-cici ! saya dan Liang-ko adalah saudara se ayah, hubungan
kekeluargaan kami boleh dikatakan tidaklah harmonis."
"kenapa bisa tidak harmonis, Hui-moi ?" tanya Bao-lan
174 "ayah kami bernama Han-fei-lun dan tinggal di selatan tepatnya
dikota Bicu, ayah kami ini memiliki sisi gelap pada masa
mudanya, oleh karena itu ayah memiliki hubungan dengan
beberapa wanita yang menjadi ibu-ibu kami." Jawab Han-sianhui, mendengar cerita Han-sian-hui, Bao-lan semakin tertarik
akan latar belakang suaminya yang baginya gelap selama ini,
setelah menyeruput minumannya, Bao-lan bertanya
"maaf Hui-moi ! memangnya berapa orang kalian yang menjadi
anak-anak gak-hu ?" "sepengetahuan saya, kami ada sembilan orang dengan enam
ibu, soso !" jawab Han-sian-hui, Bao-lan tidak dapat
menyembunyikan kekagetannya dan bertanya
"lalu siapakah nama ibu dari Liang-ko " siapakah melahirkan
siapa ?" "ibu Liang-ko bernama Yang-lian, lalu ada Yan-hui melahirkan
Han-kwi-ong, kemudian ada Wan-lin melahirkan Han-sai-ku, lalu
ada Khu-lian-kim melahirkan tiga anak, Han-bi-goat, Han-bu-jit
dan Han-bu-seng, kemudian ada Coa-bi yang melahirkan Hanbun-liong, lalu ada Liu-sian ibu saya dan saudara saya Han-feilun." jawab Han-sian-hui, Bao-lan melonggo mendengar
penuturan Han-sian-hui, Bao-lan tercenung mengenang betapa
rumit asmara yang dijalani oleh gakhunya, sehingga ia terdiam
beberapa lama, kemudian Bao-lan bertanya lagi
"apakah gak-hu memperistri mereka semua ?"
"ironisnya ayah tidak memperistri mereka semua soso, yang
diperistri ayah hanya dua yakni ibu Khu-lian-kim dan Liu-sian ibu
saya." jawab Han-sian-hui
"lalu diantara kalian bersaudara, siapakah yang tertua dan yang
terbungsu ?" 175 "yang tertua adalah saudara kandung saya Han-fei-lun dan yang
termuda adalah saya sendiri."
"eh..bagaimana bisa !" umurmu masih sangat muda hui-moi,
tentu saudaramu mungkin tiga empat tahun di atasmu." tanya
Bao-lan heran "tidak demikian Lan-cici, umur kakak saya Han-fei-lun sudah
lima puluh empat tahun, hal ini dikarenakan ibuku ketika
melahirkan kakakku tidak dinikahi ayah, dan saat kakak berumur
tiga puluh tahun lebih, baru ayah menikahi ibu dan melahirkan
saya." jawab Han-sian-hui, Bao-lan mengangguk mengerti, lalu
kemudian ia berkata "jika demikian halnya, pantaslah dikatakan tidak harmonis, dan
kemungkinan besar antara kalian yang berlainan ibu akan
bersikap tidak mau tahu, terlebih saudara-saudaramu yang tidak
diperistri oleh ayahmu."
"benar apa yang dikatakan soso, bahkan bisa dikatakan saling
membenci, dan ironisnya beberapa saudara saya itu boleh
dikatakan membenci ayah, alasan kenapa benci, karena tidak
dipungkiri bahwa ayah boleh dikatakan tidak menghiraukan
mereka, dan kenyataan inilah yang sekarang membawa aku
sampai kesini." ujar Han-sian-hui
"maksudnya bagaimana Hui-moi ?" tanya Bao-lan heran
"Lan-cici, ayah kami diculik dari kota Bicu, dan keluarga disana
dibantai, jadi tujuanku kesini ingin bertemu dengan Liang-ko
sehubungan dengan diculiknya ayah kami."
"maksudmu ! kamu mencurigai suamiku yang menculik gakhu "
begitukah Hui-moi ?"
"mencurigai bahwa Liang-ko terlibat dengan diculiknya ayah, dan
bahkan dengan kepergian Liang-ko yang mendadak bukan tidak
176 ada alasan bukan ?" jawab Han-sian-hui, Bao-lan termanggu
dan melihat setitik kebenaran alasan kecurigaan Han-sian-hui,
lalu ia berkata "hal itu boleh jadi Hui-moi, tapi apa alasan kuat sehingga kamu
mencurigai Liang-ko ?"
"Lan-cici, saya yakin bahwa Liang-ko baru kembali kesini bukan
?" "eh bagaimana kamu tahu Hui-moi " dan memang benar bahwa
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liang-ko baru kembali setahun yang lalu setelah delapan tahun
meninggalkan kami." "aku tahu karena terakhir bertemu dengan Liang-ko, Ong-ko dan
Liong-ko di lembah merak tiga tahun yang lalu, dan aku juga
tahu mereka keluar dari sana lebih setahun yang lalu, sementara
ayah diculik sudah lewat satu tahun, jadi kesamaan waktu itu
salah satu alasan untuk mencurigai tiga saudaraku itu." jawab
Han-sian-hui "kalau itu salah satu alasan, apakah ada alasan lain ?" tanya
Bao-lan "alasan lain, bahwa keluarga di Bicu bukan keluarga lemah, tipis
kemungkinan bahwa orang lain yang menculik ayah dan
membantai keluarga disana, yang mampu melakukannya
kemungkinan besar adalah keluarga sendiri, dan melihat
kenyataan pahit yang di alami tiga saudara saya yang bercokol
di lembah merak, pantaslah jika ketiganya dicurigai. " jawab
Han-sian-hui, Bao-lan tercenung mendengar alasan-alasan yang
dikemukakan Han-sian-hui, dia melihat kuatnya alasan-alasan
tersebut. 177 "jika benar bahwa Liang-ko dan dua saudaramu yang lain
melakukan hal itu, apa yang hendak kamu lakukan ?"
"aku akan melakukan apa yang seharusnya kulakukan, yakni
meminta pertanggung jawaban mereka soso." jawab Han-sianhui, Bao-lan menatap lekat wajah Han-sian-hui, ia tidak melihat
kemarahan dan kebencian disana, dan dia pun tidak tahu mau
berkata apa. "lalu bagaimana rencanamu selanjutnya Hui-moi ?" tanya Baolan
"kalau boleh, aku ingin tinggal beberapa hari lagi disini bersama
soso." jawab Han-sian-hui
"tentu bolehlah Hui-moi, bahkan aku merasa sangat senang."
ujar Bao-lan tulus, Han-sian hui senyum dan senang
"marilah hui-moi, aku antar kamu kekamar !" ujar Bao-lan, lalu
Bao-lan mengajak Han-sian-hui dan membawanya kekamar
tamu. Sejak bertemu dan berbicara dengan Han-sian-hui, Bao-lan
sudah kadong suka dan kagum, Bao-lan merasa amat senang
dengan kedatangan Han-sian-hui, adik iparnya ini demikian bijak
dan berwibawa, Han-sian-hui sangat enak diajak bicara, selama
ini ia memang buta dengan masa lalu suaminya, tapi sekarang ia
sudah mengenal benar latar belakang suaminya, sehingga tidak
terasa seminggu sudaah Han-sian-hui menemaninya.
Keesokan harinya Han-sian-hui pamit untuk melanjutkan
perjalanannya, Han-sian-hui sudah mengetahui bahwa
saudaranya Han-ok-liang pergi ke kota Hehat, Bao-lan melepas
keberangkatan Han-sian-hui dengan hati haru dan sayang.
"kapan-kapan berkunjunglah kembali Hui-moi."
178 "tentu cici, jika masih sehat dan sempat aku akan mengunjungi
kalian." sahut Han-sian-hui dengan senyum tulus, dan ia pun
meninggalkan kota shinyang.
Han-bouw-bian sedang menyantap daging ular ditengah hutan
sebelah barat kota shijajuang, wajahnya yang tampan kelihatan
kumal, hatinya yang sakit dan kecewa karena patah hati
membuat ia kehilangan semangat hidup, setelah dua potong
daging ular habis dimakan, Han-bouw-bian merebahkan badan
di tanah berumput, dan tidak lama kemudian ia pun tertidur, dan
setengah jam kemudian ia tersentak bangun karena sebuah
teriakan minta tolong, dan tidak lama seorang gadis berlari ke
arahnya, dan disaat yang sama seorang lelaki tua bermuka
hitam tiba-tiba muncul dan menangkap gadis itu
"tolooong"heghk" jeritnya sambil menatap Han-bouw-bian,
namun suaranya langsung menghilang setelah sebuah totokan
menghantam lehernya "hehehe".kamu diam saja manis !" ujar kakek tua itu sambil
terkekeh-kekeh "apa yang hendak kamu lakukan kakek tua ?" tanya Han-bouwbian, lelaki tua yang ternyata adalah Hek-kai membalik badan
dan menatap Han-bouw-bian tajam
"mau tahu saja urusan orang, heh" pemuda bau pergi sana ! "
bentak Hek-kai "sialan ! jangan asal bicara kakek jelek !" umpat Han-bouw-bian
dengan tatapan tajam "heh..! kamu mengataiku yah, apa kamu mau mampus bocah
tengik !" bentak hek-kai, lalu dia dengan rasa marah mengayun
tongkatnya kea rah kepala Han-bouw-bian, serangan itu sangat
179 cepat, namun tidak membuat Bouw-bian gugup, ia berkelit dan
menarik pedang dari sarungnya
"sialan ! mau berlagak didepanku !" nih..! rasakan !" bentak Hekkai dengan geram
"trang"...wuuut..sing".trang?" Han-bouw-bian membacok
tongkat, sehingga melenceng, lalu bagian kepala tongkat
berkiblat mengayun dari atas kebawah hendak menghantam
kepala Bouw-bian, tapi Bow-bian menghindar kesamping seraya
hendak merobek perut Hek-kai, tapi ditangkis pedang langsung
ditangkis tongkat Hek-kai.
"hmh".berisi juga kamu bocah tengik!" umpat Hek-kai dengan
rasa malu dan geram, lalu dia menyerang lagi dengan
mengerahkan ilmu tongkatnya yang luar biasa, suara
mengawung mencecar pertahanan ilmu pedang Bouw-bian, dan
Bouw-bian juga tidak mau jadi bulan-bulanan, ilmu pedang
warisan keluarganya walaupun hanya seperempat bagian ia
kuasai, ia kerahkan sepenuhnya.
Pertempuran seru berlangsung sengit, hingga tidak terasa hari
sudah sore, Hek-kai ternyata masih menang dan menguasai
keadaan, lambat tapi pasti ia sudah membuat Han-bouw-bian
terdesak hebat, dan akhirnya
"duk".buk"." sebuah sodokan keras menghantam lambung
Han-bouw-bian, lalu disusul pukulan menghantam punggungnya,
Han-bouw-bian terjerembab mencium tanah, mulutnya
memuntahkan darah segar "hehehe"hehehe"rasakan ini bocah bau !" bentak Hek-kai
sembari mengayun tongkatnya kea rah kepala Han-bouw-bian,
namun sebelum niat kejam itu terlasana, sebuah bayangan kilat
180 meraih tubuh Han-bouw-bian yang pingsan, sehingga tongkat
Hek-kai menghantam tanah "bangsat ! siapa berani ikut campur urusanku !" teriak Hek-kai
dengan marah, namun saat melihat orang yang berdiri
didepannya ia langsung termanggu, karena ia kenal dengan
orang yang menyelamatkan pemuda itu, Hek-kai berkata datar
"eh".ternyata kamu pendekar buta !"
"kamu siapa !" apakah aku kenal denganmu !?" tanya lelaki
separuh baya yang ternyata adalah Han-kwi-ong
"hehehe..hehehe".. dasar kamu memang buta, dan terlebih kita
memang tidak lama bergaul sehingga kamu pantas tidak
mengenal aku." ujar Hek-kai mencemooh, kening Han-kwi-ong
berkerenyit, dengan hati yang mengkal ia berkata dengan nada
mengancam "hati-hati kalau bicara, sebutkan namamu supaya aku tidak salah
tangan terlanjur membunuhmu !" mendengar ancaman itu Hekkai terdiam dengan hati kecut, karena ia sadar bahwa pendekar
buta ini jelas bukan tandingannya
"hehehe"hehehe" jangan terlalu dimasukkan kedalam hati
pendekar buta, kita ini adalah orang sehaluan, berbuat
semaunya adalah prinsip kita, ketahuilah Han-kwi-ong! Aku
adalah Hek-kai." ujar Hek-kai mencoba mendinginkan hati Hankwi-ong, wajah Han-kwi-ong yang tadi memerah berubah normal
kembali "oh, ternyata kamu Hek-kai! Kenapa kamu berkelahi dengan
pemuda ini !?" tanya Han-kwi-ong
"hehehe"pemuda itu sudah lancang mencampuri urusanku,
Kwi-ong." jawab Hek-kai
181 "lalu sekarang apa maumu Hek-kai !?" tanya Han-kwi-ong tajam
"hehehehe"tidak ada Han-kwi-ong, dan sebaiknya aku pergi
saja, dan sampai bertemu lagi Han-kwi-ong !" jawab Hek-kai, lalu
ia segera pergi sambil membawa gadis yang di totoknya seiring
tawanya yang mengekeh. Han-kwi-ong meletakkan pemuda yang ditolongnya, dan
tangannya meraba tubuh pemuda itu untuk mengetahui
keadaannya, "hmh"..untung pemuda ini memeiliki sin-kang yang lumayan,
sehingga dua hantaman ditubuhnya tidak merusak organ
dalam." gumam hati Han-kwi-ong, dan pada saat itu Han-Bouwbian siuman dari pingsannya, ia membuka matanya dan samarasamar melihat wajah penolongnya, lambungnya terasa dan
nafasnya sesak karena rasa nyeri dipunggungnya
"terimakasih tu"eh ayah !" seru Han-bouw-bian terkejut, Hankwi-ong terperangah mendengar seruan itu
"heh..apa itu kamu Bian-ji !" sahut Han-kwi-ong dengan wajah
pucat "be..be..hoakkk?" debaran jantung Han-bouw-bian bergerak
cepat, oleh karena nafasnya yang sesak membuat dia mentah
darah dan pingsan "Bian-ji"Bian-ji..! teriak Han-kwi-ong gelisah, namun setelah
merasakan denyut nadi anaknya, hati Han-kwi-ong lega
"sialan kamu Hek-kai !, awaslah! Jika kita bertemu lagi, akan
kupecahkan kepalamu!" umpat hati Han-kwi-ong geram dan
marah, kemudian Han-kwi-ong menelungkupkan anaknya, lalu ia
menempelkan dua telapak tangannya untuk menyalurkan hawa
sakti mengobati putranya, ketika malam tiba, Han-bouw-bian
182 siuman dan melenguh, mendengar suara anaknya, Han-kwi-ong
menyudahi penyaluran hawa sakti, dan dengan lembut ia
bertanya "bagaimana rasanya sekarang Bian-ji !?" Han-bouw-bian
mengangkay kepala dan berusaha bangkit menatap lelaki yang
duduk di sisinya "ayah".keadaanku sudah membaik dan nafasku tidak lagi
sesak, syukurlah ayah datang menolongku." jawab Han-bouwbian
"sialan benar si hek-kai yang telah mencelakaimu!" umpat Hankwi-ong
"apakah ayah kenal kekek bermuka hitam itu ?" tanya Hanbouw-bian heran
"hmh".bisa dikatakan demikianlah nak, tapi walaupun begitu dia
harus menerima balasan atas keteledorannya ini."
"ayah ! kemana saja ayah selama ini, aku sudah lebih setahun
meninggalkan ibu dan mencari-cari ayah." tanya Han-bouw-bian
dengan nada memelas dan menuntut
"sudah ! kamu jangan cengeng begitu ! dan ayah sudah ke
Huangsan menemui ibumu, dan dari dia kuketahui bahwa kamu
sedang mencari-cariku."
"bagaimana keadaan ibu ayah ?"
"ibumu baik-baik saja, dan sekarang engkau ikut dengan ayah !"
"kita hendak kemana ayah ?" tanya Han-bouw-bian sambil
berdiri, Han-kwi-ong memegang pundak anaknya
"berjalanlah didepan ayah !" perintah Han-kwi-ong
"kita hendak kemana ayah ?" tanya Han-bouw-bian sambil
melangkah menerobos kegelapan hutan
"tujuan kita ke "kui-san" di kota Hehat." Jawab Han-kwi-ong.
183 Seminggu kemudian ayah dan anak itu sedang istirahat di tepi
sebuah sungai sambil makan ikan bakar, setelah merasa
kenyang, Han-kwi-ong berkata
"Bian-ji ! sekarang coba kamu tunjukkan kemampuan kamu
sekarang !" "baik ayah." sahut Han-bouw-bian, lalu kemudian ia bersilat
didepan ayahnya, Han-kwi-ong dengan ketajaman
pendengarannya menilai kepandaian bela diri anaknya, setelah
satu jam Han-bouw-bian memperagakan apa yang di latih dan
dipelajarinya, Han-kwi-ong berdiri
"sekarang perhatikan gerakan ayah !" ujar Han-kwi-ong, lalu dia
pun bergerak lambat memperagakan ilmu "Bun-liong-sian-pathoat" (jurus delapan dewa sastra) secara sempurna, Han-bouwbian memperhatikan dengan serius, lalu setelah ayahnya
selesai, Han-bouw-bian memperagakan ulang, Han-kwi-ong
mematung mengerahkan pendengarannya akan semua gerakan
anaknya, dan sesekali ia menegur jika ia mendapatkan gerakan
yang kuang sempurna, setelah lewat siang Han-kwi-ong
menyudahi latihan "terus kamu latih jurus "bun-liong-sian-pat-hoat" Bian-ji ! setelah
itu nanti akan ayah sempurnakan jurus bun-liong-kiam yang
belum sempurna kamu pelajari!"
"baik ayah, aku akan giat berlatih." sahut Bouw-bian, lalu
kemudian mereka meninggalkan tempat itu dengan berlari cepat,
Han-kwi-ong mengajak anaknya berlomba, walaupun dengan
susah payah Han-bouw-bian berusaha terus mengejar ayahnya
yang selalu sepuluh tombak didepannya.
184 Tiga minggu kemudiian mereka sampai disebuah lembah di luar
kota Taiyuan, Han-bouw-bian kembali melatih jurun tangan
kosong naga sastra, dan luar biasa hasil yang dicapai oleh Hanbouw-bian, gerak dan trik rahasia ilmu itu sudah dikuasainya
dengan baik, tenaga sin-kangnya semakin meningkat, demikian
pula dengan gin-kangnya makin sempurna, seandainya saat ini
ia bertemu dengan Hek-kai, pastilah hek-kai akan terkejut
setengah mampus merasakan kehebatan Han-bouw-bian,
ilmunya yang hanya seperempat bagian itu dan dilatih tanpa
bimbingan ayahnya, sudah bisa menghadapinya selama
setengah hari, kononlah sekarang.
Ketika istirahat dilembah itu, Han-bouw-bian menerima
penyempurnaan ilmu pedangnya, satu ilmu warisan yang telah
mengangkat keluarganya menjadi tidak tertandingi, Han-bouwbian dengan antusias memperhatikan gerakan-gerakan ayahnya
yang pada peragaan pertama dilakukan dengan lambat, namun
pada peragaan kedua dilakukan dengan luarbiasa cepat,
sehingga hanya bayangan saja yang terlihat, rangkaian jurus
"bun-liong-sian-kiam" (pedang dewan sastra) sangatlah luar
biasa dengan cirri khas kaki depan sebagai tumpuan sementara
punggung sejajar bertarik lurus dengan kaki belakang yang
terangkat, dan kedua tangan memegang gagang pedang, dan
bilah pedang menempati kemiringan empat puluh lima derajat.
Han-bouw-bian tidak bisa tidak berdecak kagum akan kehebatan
ilmu yang diperagakan ayahnya, dan setelah Han-kwi-ong
berhenti, dengan semangat menyala-nyala, Han-bouw-bian
mengulangi gerakan ayahnya, Han-kwi-ong berdiri mematung
mendengarkan selruh rangkaian gerakan anaknya, dengan
185 tersenyum puas Han-kwi-ong mengangguk, dan kemudian daya
pendengarannya ditingkatkan saat Han-bouw-bian mulai
bergerak cepat, dan akhirnya malam pun tiba dan latihan itupun
slesai, ayah dan anak itu melewatkan malam dilembah itu,
malam itu langit sangat cerah dengan hiasan bulan, cahaya
bulan membuat lembah yang luas terbentang menjadi terang.
"selama setahun mencari ayah, kemana saja kamu pergi Bian-ji
" hal apa saja yang kamu alami selain dari pertemuan dengan
sikurangajar hek-kai ?" tanya Han-kwi-ong
"tidak banyak tempat yang kudatangi kecuali hanya kota-kota
diselatan dan timur, dan hal yang kualami juga tidak seberapa
ayah, tapi ada satu yang membuat aku mengalami keprihatinan,
jujur aku merasa sedih dan kecewa." jawab Bouw-bian
mengenang pengalaman pahitnya dengan Han-sian-hui
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"hmh".hal apa yang membuatmu sedih dan kecewa Bian-ji ?"
"aku bertemu dengan seorang gadis, dia cantik sekali ayah."
jawab Han-bouw-bian dengan suara bergetar karena relung
batinnya hangat dan rindu, Han-kwi-ong duduk dari sandaran
dengan muka serius ia bertanya
"lalu apa yang terjadi, Bian-ji ?"
"dia terlalu sombongan sehingga menolak cintaku !" jawab Hanbouw-bian dengan nada kesal
"apakah sekarang, kamu masih menginginkannya ?" tanya Hankwi-ong
"tentu ayah, jika seandainya ketika itu ilmuku sudah seperti ini,
aku tidak akan menjadi pecundang."
"heh"! Kenapa kamu berkata demikian !" apakah gadis itu dari
kalangan kanguwu dan kamu tidak bisa mengalahkannya ?"
186 tanya Han-kwi-ong heran mendengar kekesalan anaknya,
dengan rasa sesal Han-bouw-bian berkata
"gadis itu sangat sakti ayah, gin-kang dan sin-kangnya luar
biasa, mungkin saat itu gin-kangnya sepuluh kali lipat di atasku."
Han-kwi-ong kaget, dia tercenung lama sekali sehingga Bouwbian menatap ayahnya heran dan bertanya
"kenapa " Kenapa ayah diam ?" Han-kwi-ong menarik nafas
panjang balik bertanya "apakah ada orang dengan gin-kang seperti yang kamu
gambarkan itu " bagaimana kamu sehingga merasa seprti itu "
"masalahnya ayah, saat aku mengejarnya, aku tertinggal jauh
sehingga mungkin sampai satu hari ayah." Jawab Bouw-bian,
Han-kwi-ong makin mengerinyitkan keningnya heran sekaligus
takjub "yang memiliki gin-kang seperti itu hanya satu orang Bian-ji."
Han-bouw-bian menatap lekat wajah ayahnya
"apakah mungkin mengenalnya ?"
"orang yang kumaksud bukan seorang gadis tapi laki-laki sudah
berumur." "siapakah orang itu ayah ?" tanya Bouw-bian penasaran
"dia masih ada hubungan dengan kita, maksud ayah adalah
Han-fei-lun atau "siauw-taihap" jawab Han-kwi-ong
"mungkinkah gadis itu muridnya ayah ?"
"hmh"itu mungkin saja Bian-ji, lalu siapakah nama gadis itu ?"
"namanya Sian-hui , ayah" jawab Han-bouw-bian
"lalu marganya apakah kamu tahu ?"
"marganya aku tidak tahu ayah, saya hanya kenal namanya
saja." 187 "kenapa kamu bisa tidak tahu marganya ?" tanya ayahnya heran
"pertemuanku dengan gadis itu hanya dua kali, dan itupun
sangat singkat." jawab Han-bouw-bian, keduanya sejenak
terdiam, lalu Bouw-bian berkata
"ayah ! setelah aku menguasai ilmu-ilmu ayah, apakah mungkin
aku dapat mengatasinya?"
"itu sudah pasti Bian-ji, berlatihlah yang tekun, bila tiba masanya,
kamu akan mendapatkan walaupun dengan kekerasan." jawab
Han-kwi-ong, mendengar jawaban ayahnya, Han-bouw-bian
tersenyum dan secercah harapan terbit dalam hatinya,
mendengar jawaban pasti dari ayahnya, dan ia bertekad untuk
menggali dan mempelajari ilmu-ilmu ayahnya dengan tekun.
Keesokan harinya ayah dan anak itu meninggalkan lembah dan
memasuki kota taiyuan, mereka menginap dikota itu selama dua
hari, dan saat mereka berjalan ditengah jalan yang dipadati
orang-orang yang berlalu lalang, sebuah suara memanggil Hankwi-ong
"Ong-ko"! Han-kwi-ong berhenti dan membalik badan dan
menyahut dengan wajah cerah "kamukah itu Liang-te !?"
"benar Ong-ko, apakah Ong-ko hendak ke kui-san ?" sahut Hanok-liang mendekati Han-kwi-ong bersama Coa-kim
"hmh"kamu bersama in-sin-ciang rupanya?"
"hihihi".benar Ong-ko! aku kira Ong-ko sudah berada di Kuisan."
"setelah dari lembah merak aku kembali dulu ke Huangsan." ujar
Han-kwi-ong "lalu siapakah anak muda ini Ong-ko ?" tanya Han-kwi-ong
"hehehe"ini adalah putraku Han-bouw-bian Liang-te." jawab
Han-kwi-ong, lalu yang berkata pada anaknya "nak ! hormat dan
188 sapalah pamanmu!" "selamat bertemu, dan terimalah hormat dariku paman!" sapa
Han-bouw-bian sambil membungkuk
"hahahaha"hahaha".paman merasa senang dapat bertemu
denganmu nak!" sahut Han-ok-liang
"apakah kita akan terus berdiri disini Ong-ko ?" sela Coa-kim
tersenyum "dipojok itu ada kedai minum, kita duduk disana sambil minum."
ujar Han-ok-liang, lalu merekapun masuk kedalam kedai
"selamat pagi, silahkan duduk dan tuan-tuan hendak pesan apa
?" tanya pemilik kedai
"kami pesan dua guci arak dan makanan ringan !" ujar Hanbouw-bian
"dan dua mangkok mie ayam." sela Coa-kim
"baik nyonya !" sahut pemilik kedai dan berbalik menuju ruang
belakang, tidak lama kemudian pesanan merekapun datang,
setelah pemilik likoan selesai menghidangkan pesanan, ia belalu
dan undur diri. "bagaimana kabar soso di huangsan, Ong-ko ?" tanya Han-okliang sambil menyumpit mie ayam dan measukkannya kedalam
mulut "keadaannya baikbaik saja, lalu bagaimana dengan keluargamu
di shinyang ?" "keadaan mereka juga baik-baik Ong-ko, hampir setahun aku
berada disana, dan aku tidak perlu khawatir keadaan mereka
karena putriku Han-liu-ing yang sekarang menangani hek-liongpiuawkiok ." jawab Han-ok-liang, mendengar nama piuawkiok
yang disebut Han-ok-liang, hati Han-bouw-bian sedikit kaget,
189 karena mengingat sebuah piuawkiok yang dijumpainya di kota
Beijing, dengan meragu ia berkata
"jika hek-liong-piauwkiok milik paman, berarti saya pernah
bertemu dengan putrid paman itu."
"dimana kamu menemuinya Bian-ji ?" tanya Han-ok-liang
"dikota Beijing paman, dan sayangnya kamu bertengkar mulut
dengannya, hehehe,,hehehe?" jawab Han-bouw-bian
"loh bagaimana sampai bertengkar mulut. Bian-ji ?" tanya Hankwi-ong
"aku hanya melihat dia dengan pandangan heran ayah, lalu aku
dimaki-maki, hehehe"ternyata sepupuku itu cerewet sekali ya
paman !" "hehehe"memang benarlah apa yang dikatakan Bian-ji itu Ongko, tapi itu mungkin pembawaan karena memimpin usaha yang
isinya cuma laki-laki."
"tapi kenapa kamu heran melihat dia waktu itu ?" sela Coa-kim
"iya, kenapa kamu heran Bian-ji ?" tanya ayahnya
"karena wajahnya ada kemiripan dengan gadis itu ayah." jawab
Han-bouw-bian, kening Han-kwi-ong berkerenyit
"siapa gadis yang kamu maksud Bian-ji ?" tanya Han-ok-liang
"Bian-ji bertemu dengan gadis bernama Sian-hui, dan
kemungkinan besar murid dari Fei-lun." jawab Han-kwi-ong.
"eh..ngomong-ngomong, apa rencana kita hari ini, apakah kita
langsung melanjutkan perjalanan atau akankah kita menginap
dikota ini?" tanya Coa-kim mengalihkan topik pembicaraan
"mumpung waktu belum siang, sebaiknya kita melanjutkan
perjalanan, lagian kami sudah dua hari dikota ini, Liang-te."
"jika demikian kita lanjutkan saja perjalanan." ujar Han-ok-liang,
190 lalu mereka lanjutkan minum sampai dua guci arak itu tandas,
setelah itu mereka keluar dan melanjutkan perjalanan.
Perjalanan mereka terkesan lambat, karena disetiap
kesempatan Han-bouw-bian berlatih, dan nampaknya mereka
memang tidak terburu-buru, hingga dua bulan kemudian mereka
baru memasuki kota Hehat, dari kota hehat ke "kui-san" masih
membutuhkan perjalanan sehari dengan menunggangi kuda
"karena hari sudah sore, sebaiknya besok saja kita melanjutkan
perjalanan." ujar Han-ok-liang
"saya setuju denganmu Liang-ko, badanku serasa pegal semua
karena tidur di alam terbuka, kali ini aku ingin tidur ditilam
empuk." ujar Coa-kim
"baiklah kalau begitu mari kita cari penginapan untuk
melewatkan malam ini." ujar Han-kwi-ong, lalu mereka
memasuki sebuah likoan dan menyewa tiga buah kamar.
"paman ! sejak umur berapa piuaw-moi ditinggalkan paman ?"
tanya Han-bouw-bian "sejak umur sembilan tahun, kenapa Bian-ji" tanya Han-ok-liang
"saya yakin piuaw-moi belum mewarisi dengan baik ilmu turunan
keluarga kita." "hmh..tidak juga Bian-ji, karena selama delapan bulan, paman
juga sudah melakukan seperti apa yang ayahmu lakukan
padamu selama perjalanan ini."
"oh, ternyata begitu." ujar Han-bouw-bian sambil menytuap
makananya "apakah kamu tahu Bian-ji, kenapa kita pergi ke "Kui-san" tanya
Han-ok-liang 191 "aku tidak tahu paman, untuk apa sebenarnya kita ke "kui-san?""
"disana kita akan menunggu seorang musuh besar."
"kenapa ayah dan paman harus menunggu di "kui-san" " kenapa
tidak langsung mendatangi musuh tersebut " bukankah kita
memiliki ilmu keluarga yang tidak terkalahkan ?" tanya Bouwbian heran
"musuh kita ini juga memiliki ilmu yang hebat dan luar biasa."
"siapakah musuh kita ini paman " sehingga ayah dan paman
membuat rencana yang menurut saya aneh."
"hmh".musuh itu adalah Han-fei-lun, Bian-ji." sela Han-kwi-ong
"Han-fei-lun yang ayah duga guru Sian-hui ?" tanya Bouw-bian,
Han-kwi-ong mengengguk, "pantas kalau begitu, karena ia juga bagian dari keluarga kita,
dan pastinya ia juga menguasai ilmu-ilmu keluarga kita." gumam
Han-bouw-bian, lalu melanjutkan makannya,
"ayah! jika Fei-lun ini bagian dari keluarga kita, sebagai apakah
ia dalam panggilan saya?"
"ia anak tertua dari anak-anak kakekmu." jawab Han-kwi-ong
"lalu siapakah yang termuda diantara anak-anak kakek ?"
"pamanmu Han-bun-liong yang sekarang berada di "Kui-san"
jawab Han-ok-liang "berapa umur paman Han-bun-liong ?"
"masih muda, lebih kurang dua puluh lima tahun." Jawab Hanok-liang
"artinya paman Han-bun-liong ikut andil juga dalam rencana
menanti kedatangan lun-pek, begutukah paman ?"
"ya, apakah kamu nantinya akan membela uwakmu, Fei-lun ?"
tanya Han-ok-lian tiba-tiba, membuat Han-bouw-bian terkejut
sesaat 192 "hehehe".tentu tidaklah paman, ayah dan paman memsuhinya,
tentunya aku juga akan memusuhinya."
"hihihi".Liang-ko ini ada-ada saja pertanyaannya." sela Coa-kim
"hahaha..hahaha".yah mana tahu Bian-ji cendrung pada
uwaknya." "ah..tidaklah paman, aku akan durhaka jika membela Fei-lun dan
menentang ayahku." "betul apa yang kamu katakan Bian-ji." sela Coa-kim
"sudah selesaikanlah makannya, dan kita istirahat !" ujar Hankwi-ong, lalu merekapun segera menyudahi makan malam itu,
Han-kwi-ong dan anaknya masuk kedalam kamar, sementara
Han-ok-liang dan Coa-kim masuk kamar masing-masing, namun
saat tengah malam, Han-ok-liang masuk kamar Coa-kim untuk
bercinta, sejak dari kota taiyuan, pasangan kekasih itu menahan
diri, karena kehadiran keponakan dalam perjalanan itu, malam
itu gairah yang tertahan itu ditumpahkan semalam suntuk.
Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan menuju "kuisan" (bukit siluman) dan menjelang sore meraka sudah tiba di
tempat kediaman suhu mereka Ang-gan-kwi, mereka disambut
oleh Li-cing dan Han-bun-liong
"lama sekalian kalian baru datang ong-ko !?" ujar Han-bun-liong
"aku ke huangsan dulu baru kesini, bagaimana kanar kalian "
"kami baik-baik saja kwi-ong, dan siapakah pemuda ini ?"
"Bian-ji ! beri hormat pada pada nenek dan pamanmu !" perintah
Han-ok-liang "saya Han-bouw-bian menghatirkan hormat pada nenel dan
paman Han-bun-liong." ujar Han-bouw-bian sambil membungkuk
dan merangkap kedua tangan
193 "siapa yang datang cing-moi !?" tanya Han-hung-fei yang tibatiba keluar dari dalam rumah
"kedua anakmu sudah tiba Fei-ko." jawab Li-cing dengan seulas
senyum "kamukah itu kwi-ong..!?" tanya Han-hung-fei
"benar ! dan aku juga bersama Liang-te." jawab Kwi-ong
"benar, dan aku juga bersama seorang teman dan cucumu Hanbouw-bian putra dari Ong-ko."
"sudah ! marilah kita masuk !" sela Li-cing, lalu merekapun
masuk kedalam rumah dan merayakan pertemuan itu dengan
jamuan makan malam. Kita tinggalkan dulu reuni keluarga dengan segala rencana
mereka, kini kita kembali kekota Hehat, seminggu setelah Hankwi-ong dan rombongan sampai di Kui-san, seorang wanita
cantik memasuki kota Hehat, dia adalah Han-liu-ing,
sebagaimana kita ketahui, Han-liu-ing memimpin rombongan
piuawkioknya menuju kota Liaoning, setekah keperluan dikota
Liaoning selesai, Han-liu-ing bertolak kembali menuju kota
shinyang, tapi ketika sampai dikota Beijing, Han-liu-ing merubah
rencananya, dan berkata pada dua wakilnya setelah makan
malam "kalian kembalilah kekota shinyang, dan aku minta pada kalian
berdua memngoperasikan piuawkiok selama aku tidak ada." Buwei dan Cu-lai saling pandang, lalu Bu-wei bertanya
"maaf pangcu ! pangcu hendak kemanakah "
"aku hendak kekota Hehat, ada urusan yang hendak kukerjakan
disana." jawab Liu-ing
"lalu apa yang akan kami sampaikan kepada Hujin jika beliau
bertanya ?" tanya Cu-lai
194 "katakan pada ibuku bahwa aku pergi ke kota Hehat, ibuku akan
mengerti." "baiklah kalau begitu pangcu." kami akan melaksanakan perintah
pangcu." Jawab keduanya bersamaan
"baik dan sekarang mari kita istirahat !" ujar Han-liu-ing sambil
berdiri meninggalkan meja dan memasuki kamarnya, didalam
kamar Han-liu-ing merasa sulit untuk tidur, pikirannya dipenuhi
ketidak mengertiannya pada sikap ayahnya yang cendrung
mengabaikan ia dan ibunya, ketidak puasan ini mengganjal
benaknya sejak berangkat dari kota shinyang, terlebih anak
buahnya mengatakan bahwa kepergian ayahnya setelah
seorang wanita menemui ayahnya di kantor piuawkiok.
Hal itu membuat hatinya bertanya-tanya, apakah sebenarnya
yang dilakukan ayahnya, kenapa sampai sekian lama mereka
ditinggal, lalu tidak lama pergi lagi, bermacam-macam dugaan
memenuhi benaknya, dan sebenarnya keketusannya pada Hanbouw-bian saat itu, dipicu oleh rasa kecewa kepada ayahnya, ia
membayangkan petualangan ayahnya sama persis dengan apa
yang ditunjukkan oleh Han-bouw-bian, apalagi ia hanya
dianggap nomor dua pada perdebatan kala itu, makin benci ia
pada ayahnya yang cendrung menomor duakan ibunya.
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keesokan harinya, setelah rombongan anak buahnya berangkat,
Han-liu-ing meninggalkan kota Beijing, larinya cepat luar biasa,
terlebih setelah ia kembali dibimbing ayahnya selama delapan
bulan, sin-kang dan ging-kangnya sudah meningkat pesat, dan
seminggu kemudian ia sudah sampai dikota shijajuang, Han-liuing memasuki sebuah likoan untuk menginap, likoan itu sangat
ramai, para pengunjungnya terdiri dari kalangan kangowu
195 "lo-pek..! sepertinya tamu-tamunya dari kalangan liok-lim,
kenapa demikian, lo-pek?" tanya Han-liu-ing pada pelayan yang
menghidangkan pesanannya.
"ada pesta pernikahan dibalai kota, nona" jawab pelayan
"memangnya siapa yang menikah, lo-pek ?"
"putri kepala daerah menikah dengan putra ketua Hoasan-pai."
"kapan pestanya akan diadakan lo-pek ?" tanya Han-liung
dengan hati tertarik "besok pagi acara pesta akan digelar." jawab pelayan, lalu
pelayan itu pun meninggalkan meja Han-liu-ing.
Han-liu-ing memperhatikan tamu-tamu yang semakin banyak
berdatangan, seorang lelaki sastrawan berumur tiga puluh tahun
mengambil tempat duduk disebelah Han-liu-ing, senyumnya
merekah dan mengangguk hormat saat matanya beradu
pandang dengan mata Han-liu-ing, Han-liu-ing membalas
tersenyum, dibahu lelaki tersampir sehelai sal warna hitam, lelaki
ini tiada lain adalah Han-liang-jin putra sulung dari "siauw-taihap"
Han-fei-lun, saat ia masuk sebenarnya terkejut melihat Han-liuing yang sedang menunduk, ia menyangka bahwa Han-liu-ing
adalah bibinya Han-sian-hui, tapi karena sal warnah putih yang
biasa dikenakan bibinya tidak ada, ia urung menyapa, dan untuk
meyakinkan ia mengambil tempat duduk disebelah meja Han-liuing dan sekilas ia memandang lebih jeli seraya tersenyum, dan
akhirnya ia yakin perempuan ini bukan bibinya, lalu ia segera
memanggil pelayan untuk memasan makanan.
Setelah pesanannya dhidang, ia pun menyantap dan tidak lagi
memperhatikan Han-liu-ing, Han-liu-ing juga tidak
menghiraukannya, tapi baru beberapa suap Han-liang-jin makan,
196 seorang lelaki tua berumur lima puluh tahun lebih berpakaian
tosu warna putih menyapanya
"aha"ternyata "sin-san-siucai" (sastrawan kipas sakti) sudah
sampai di sini!" Han-liang-jin mengangkat kepalanya dan melihat
siapa yang menyapanya, lalu dengan senyum ia menyahut
"ternyata paman "pek-I-sin-tosu" (tosu sakti baju putih), silahkan
duduk paman ! kita makan siang bersama!" lelaki berjulukan
"pek-I-sin-tosu" adalah Lee-hauw adik kandung dari ketua
Hoasan-pai , dan sebagai pendekar yang tergolong tua, ia
merupakan kenalan baik dengan keluarga bengcu, terlebih ia
dan istri Han-liang-jin Yap-hui-hong berasal dari kota yang sama
yakni Yinchuan. Han-liang-jin segera memanggil pelayan dan menambah
pesanan, pelayan segera menyiapkan pesanan dan menghantar
kemeja Han-liang-jin, sambil makan mereka bercakap-cakap
"bagaimana kabar keluarga paman di Yinchuan ?" tanya Hanliang-jin
"keluargaku baik-baik saja Han-taihap, lalu bagaimana dengan
Yap-hui-hong, dan anakmu sudah berapa ?"
"hehehe"..istriku baik dan sehat paman, dan cucu paman sih
baru dua." jawab Han-liang-jin
"hahaha..hahaha".ada rencana mau nambah lagi ?" seloroh
Lee-hauw, Han-liang-jin tertawa kecil
"hehehe"tergantung yang di atas paman."
"hahaha..oh ya tentu kamu singgah di kaifeng, bukan"
bagaimana dengan kabar bengcu!?"
"ayah dalam keadaan sehat-sehat saja." jawab Han-liang-jin,
mendengar percakapan itu, hati Han-liu-ing amat tertarik,
Amarah Pedang Bunga Iblis 6 Pedang Darah Bunga Iblis Terror Bwe Hwa Hwe Karya G K H Imbauan Pendekar 7
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama