Ceritasilat Novel Online

Sastrawan Cantik Lembah Merak 5

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana Bagian 5


kita perbuat?" ujar Kam-cungcu putus asa
"paman Kam! Janganlah berputus asa! selagi hidup kita masih
punya kesempatan untuk memperbaiki keadaan, sekarang satu
hal yang saya ingin tahu, yakni sarang dari "hiat-ko"! apakah ada
yang mengetahui sarang mereka?"
Kam-cungcu menatap gadis muda didepannya dengan hati
meragu, Han-sian-hui menangkap keraguan dimata kepala desa
itu, lalu ia berkata "percayalah padaku paman! aku akan mengusut malapetakan
desa ini dengan tuntas. "hmh...menurut pembantu saya Yo-lai almarhum, katanya
sarang perampok itu ada di lembah katak."
"dimanakah lembah katak itu paman?" tanya Han-sian-hui
"lihap pergilah kekota Baotou, dan terus kehutan sebelah timur,
262 disana ada sebuah lembah yang bernama lembah katak." jawab
Kam-cungcu. "baik, hari juga saya akan berangkat kelembah katak, doakan
saya paman semoga berhasil." ujar Han-sian-hui, lalu dia lenyap
dari pandangan ketiga orang itu. Kam-cungcu dan kedua
bersaudara itu mengucek mata berkali-kali
"apakah gadis itu bukan manusia tapi hantu?" gumam Kamcungcu
"tidak mungkin paman! kami bertemu dengannya saat
menyelamatkan panen kepala desa Yunmeng, mudah-mudahan
lihap itu dapat menolong dan mengembalikan keadaan kita."
sahut Liu-gan. Han-sian-hui laksana terbang meninggalkan desa Mingci, dan
esok paginya ia memasuki kota Baotou, dan ia singgah sebentar
didalam kota untuk sarapan, setelah sarapan Han-sian-hui
menuju hutan sebelah timur, dan pada saat tengah hari, Hansian-hui mendapatkan sebuah lembah yang dipenuhi rumput
gajah yang menghampar luas, Han-sian-hui turun kelembah dan
mencari sarang "hiat-to"
Setelah dua jam mencari-cari, Han-sian-hui menemukan
gerombolan itu, pimpinan rampok bernama Tan-kai berumur lima
puluh tahun, dan ia dikenal dengan sebutan "hiat-to-mo" (setan
golok darah), menjelang sore itu Tan-kai sedang berbincangbincang dengan seorang empat orang bawahannya, sementara
diluar pondok enam puluh angota sedang berlatih dibawah
pimpinan seorang kakek tua berambut panjang yang sudah putih
semua oleh uban, kakek itu terkejut melihat kemunculan Hansian-hui yang tiba-tiba, dengan jengkel ia membentak
263 "siapa kamu dan apa maksudmu datang kemari!?"
"apakah kalian bangsa perampok yang bernama "hiat-to?""
"sialan! ditanya malah balik bertanya, kamu sudah bosan hidup
ya!?" bentak si kakek
"serahkan gadis itu pada kami suhu, aduh cantiknya!" sela para
murid dengan hati blingsatan dan mata jelalatan melihat gadis
cantik dihadapan mereka. "sekali lagi aku bertanya, apakah kalian rampok "hiat-to?""
"hehehe"jika benar! kamu mau apa gadis manis?" sela Tan-kai
yang sudah keluar bersama empat orang bawahannya, Hansian-hui menatap lelaki yang baru saja keluar
"kalau benar! artinya aku tidak akan salah tangan, karena aku
akan memberi hajaran pada kalian!" tantang Han-sian-hui
"bangsat! ringkus gadis ini!" teriak Tan-kai, lima orang anak
buahnya langsung melompat dan dengan hati geregetan mereka
mengulurkan tangan hendak menangkap Han-sian-hui, namun
apes bagi kelima orang itu, entah bagaimana kelimanya sudah
ambruk pingsan setelah Han-sian-hui mengkemplang kepala
mereka, melihat gerakan yang tidak dapat diikuti itu, sikakek
berambut putih segera menyerang
"plak?" tangannya ditangkap Han-sian-hui dan alangkah ngeri
hatinya, karena tenaga sin-kangnya melorot tersedot, Han-sianhui juga merasa terkejut karena merasa sin-kang lawan
merembes masuk kedalam dirinya, dengan spontan ia
melepaskan tangan si kakek, namun tangan sikakek tidak mau
lepas karena melekat pada telapak tangan Han-sian-hui, Hansian-hui tidak panik, lalu ia menarik nafas dan menghentikan
gerak sin-kang dalam tubunya, dan hasilnya tangan sikakek
terlepas dari telapak tangannya
264 Namun bagi si kakek berambut putih sudah terlambat, ia sudah
lemas dan terduduk karena tiga perempat sin-kangnya sudah
lenyap, Tan-kai yang melihat gurunya lemas segera menyerang
dibantu empat wakilnya, Han-sian-hui yang menerima asupan
sin-kang dari luar segera mengeluarkan tenaga tambahan itu
untuk memapaki serangan kelima orang itu, dan akibatnya dua
orang wakil Tan-kai terlempar dan pingsan seketika, lalu tanpa
menggunakan sin-kang, Han-sian-hui mengandalkan kerumitan
dan trik jurusnya dengan tenaga kasar, hal ini dikarenakan ia
tidak mau mengambil resiko sebagaimana yang dialami si kakek.
Dengan kecekatan yang luar biasa, hanya dalam sepuluh
gebrakan tan-kai dan dua wakilnya dihajar babak bundas oleh
Han-sian-hui, ketiganya menggeloso ditanah sambil merintihrintih kesakitan, muka mereka bengkak matang dan biru, melihat
ketua mereka bahkan suhu mereka tidak berdaya, hati anak
buah perampok itu kecut dan ketakutan, wajah mereka pucat
pias. "kalian semua segera berlutut!" teriak Han-sian-hui, anak buah
perampok langsung berlutut dengan wajah pucat ketakutan, lalu
Han-sian-hui mendekati Tan-kai
"tentu kamu yang menjadi kepala rampok, bukan!" Nah
sekarang dengarkan saya! "a"ampunkan saya lihap." pinta Tan-kai sambil meringis
kesakitan "itu tergantung bagimana kerelaan anda nantinya untuk
memperbaiki keadaan" ujar Han-sian-hui, Tan-kai memandang
heran seraya mendesis kesakitan
265 "kalian telah merampok hasil panen warga desa mingci, keadaan
meraka sekarang sangat memprihatinkan, dan untuk itu kalian
harus mempertanggungjawabannya!"
"kami tidak mengambil hasil panen meraka lihap! tapi kami
serahkan pada orang yang menyewa kami." ujar Tan-kai
"hmh"apa maksudmu orang yang menyewa kalian adalah Mawangwe!?"
"be..benar lihap!" jawab Tan-kai dengan menahan rasa nyeri
pada hidungnya yang patah
"kalau begitu! sekarang juga kita pergi menemui Ma-wangwe!"
ujar Han-sian-hui sambil menarik baju Tan-kai, Tan-kai
melenguh dan meringis karena lututnya ngilu dan perih, hatinya
makin gelisah dan takut, saat tubuhnya melayang dibawa Hansian-hui, tubuhnya dibawa Han-sian-hui seperti membawa
kucing. Pada saat tengah malam keduanya sampai dirumah Mawangwe, empat orang petugas jaga terkejut dan segera
mengurung Han-sian-hui, dengan hati berdebar
"eh"bukankah dia itu "hiat-to-mo"!?" teriak salah satu dari
penjaga, mereka sama-sama melihat wajah orang yang dijinjing
Han-sian-hui "sebelum kepala kalian berempat kuhajar, sebaiknya cepat Mawangwe suruh keluar!" ancam Han-sian-hui, sambil
melemparkan tubuh Tan-kai hingga jatuh didepan kaki mereka,
hati empat orang itu makin menciut dan ketakutan
"cepat kataku!" bentak Han-sian, empat orang itu langsung lari
kedalam rumah, Ma-wangwe yang sedang bermanja ria dengan
empat selirnya didalam kamar mencak-mencak dan membuka
pintu 266 "kurangajar kalian! kenapa mengganguku!?" bentak Ma-wangwe
"gawat taijin! diluar ada orang yang hendak bertemu." ujar
penjaga dengan wajah pucat
"sialan! suruh dia pergi! dan kalian enyah dari hadapanku!"
bentak Ma-wangwe "Ma-wangwe! cepat keluar sebelum aku mencabut kepalamu!"
teriak Han-sian-hui dari luar, mendengar teriakan itu, Mawangwe geram dan keluar dengan marah
Setelah ia keluar dan melihat Han-sian-hui, Ma-wangwe yang
merupakan bandot tua pringas-pringis tidak jadi marah, dan
malah merayu nakal "ternyata tamuku seorang gadis, wah cantik nian wajahmu
nona." "tutup mulutmu Ma-wangwe! lihat orang yang aku bawa ini! tentu
kamu kenal bukan?" bentak Han-sian-hui, Ma-wangwe melihat
Tan-kai, hatinya langsung kecut dan wajahnya pucat
"apa yang terjadi, dan kenapa kamu bawa ia kesini!?" tanya Mawangwe dengan suara bergetar
"kamu telah menipu warga desa mingci, dan juga telah berbuat
aniaya kepada mereka dengan menggunakan gerompolan "hiatto" untuk merampok hasil panen warga! sekarang aku minta
pertanggung jawabanmu, Ma-wangwe! " ujar Han-sian-hui, Mawangwe tercenung dengan hati ketakutan, lalu tiba-tiba ia berlari
kehadapan Han-sian-hui dan bersujud minta ampun
"ampunkan saya lihap, saya kapok dan tidak akan
mengulanginya lagi."
"bagus kalua kamu mengakui dan menyesal, namun warga desa
mingci sudah menderita karena ulahmu! ujar Han-sian-hui
267 "ampunkan saya lihap! saya akan mengembalikan semua tanah
warga desa, betul! Saya akan kembalikan!" ujar Ma-wangwe
"berangkatlah besok ke desa mingci dan kembalikan tanah
mereka, dan juga bawa setengah hartamu kesana, lalu bagikan
kepada mereka!" "hah"! kenapa harus demikian lihap!?" keluh Ma-wangwe
dengan hati gelisah "karena kamu telah mengambil penghasilan mereka, jika kamu
tidak rela, biar kepalamu yang akan kubawa kesana!" ancam
Han-sian-hui, dingin rasa tengkuk Ma-wangwe mendengar
ancaman itu "ba..baik lihap, aku akan membawa setengah hartaku dan
kubagikan pada seluruh warga." ujar Ma-wangwe seraya
menyembah-nyembah "baik! sekarang lanjutkanlah istirahatmu, dan besok kita bertemu
di desa mingci!" ujar Han-sian-hui, lalu ia lenyap beserta tu Tankai, diluar kota disebuah bangunan tidak terpakai, Han-sian-hui
meletakkan tubuh Tan-kai "dan kamu, eh siapa namamu!?" tanya Han-sian-hui
"nama saya Tan-kai, lihap." jawabnya dengan lemas
"ya..kamu Tan-kai! bisa saya beri kesempatan untuk
meninggalkan pekerjaan buruk yang selama ini kamu lakukan,
tapi harta yang kamu kumpulkan harus kamu bagi-bagikan pada
warga miskin, dan tinggalkan sepertiganya untuk kalian memulai
menata kehidupan kalian! apakah hal itu bisa kamu lakukan,
Tan-kai!?" Tan-kai menunduk dan terdiam, lalu kemudian
menjawab "baiklah lihap, dan terimakasih atas kesempatan yang telah
diberikan." 268 "dan gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya, karena jika
kesempatan itu terbuang percuma, maka kamu tidak akan
memperolehnya lagi." ujar Han-sian-hui seraya berkelabat dari
tempat itu, Tan-kai melonggo dan hati termanggu mereka ulang
apa yang dialaminya, lalu ia berdiri dan meninggalkan bangunan
tua itu menuju lembah katak.
Han-sian-hui kembali kedesa mingci, lalu dengan bantuan Liugan dan Kam-cungcu, semua warga desa dikumpulkan di balai
desa, dan menjelang sore Ma-wangwe tiba dengan setengah
hartanya. "bicaralah Ma-wangwe!" perintah Han-sian-hui, Ma-wang sambil
menunduk berjalan dua langkah, lalu mukanya diangkat dengan
hati gelisah ketakutan "para warga mingci! saya ini telah bersalah pada kalian! saya
telah memamfaatkan keluguan kalian, dan hari saya sangat
menyesali apa yang telah kuperbuat kepada kalian selama tiga
tahun ini, jadi dari rasa penyesalan yang dalam, sekarang saya
kembalikan semua tanah kalian yang saya sita, dan disamping
itu, saya membawa setengah harta saya untuk kalian bagi
bersama, seiring permintaan maaf dari saya" ujar Ma-wangwe,
Kam-cungcu maju kedepan dan berkata
"penyesalan Ma-wangwe telah kami saksikan, dan permintaan
maaf juga telah sepakat kami terima, dan saya atas nama warga
mengucapkan terimakasih kami kepada Han-lihap yang telah
membantu kami dan menyadarkan Ma-wangwe dari
kesalahannya." lalu Kam-wangwe kembali mundur, lalu Mawangwe menyerahkan surat-surat tanah, dan menyerahkan
setengah hartanya untuk dibagi oleh Kam-cungcu, kemudian
269 Han-sian-hui berkata "terimaksih pada Ma-wangwe yang telah rela memperbaiki
keadaan warga kampung, dengan mengembalikan tanah milik
warga, dan juga ungkapan penyesalan dengan membagikan
setengah dari hartanya." setelah itu Ma-wangwe bersama
pengawalnya kembali ke kota Baotou.
Kam-cungcu dan sesepuh desa menghadap Han-sian-hui
dengan wajah cerah hati gembira
"Han-lihap! apa yang telah engkau lakukan terhadap kampung
ini, kami sangat berterimakasih, dan sungguh kami tidak dapat
membalasnya." ujar Kam-cungcu
"paman Kam! saya terima ungkapan rasa terimakasih paman
dan para warga, dan sudah merupakan satu kepatutan bahwa
sesama manusia tolong menolong."
"benar lihap! dan kami juga merasa tidak tepat, jika kami
berdiam diri dan menerimanya tanpa berbuat sesuatu kepada
lihap." "maksudnya bagaimana paman kam!?"
"begini lihap, kami tahu bahwa lihap adalah pengelana, dan
sebagai bekal jalan tolonglah diterima ungkapan terimakasih
akan apa yang telah kami dapatkan berkat usaha dari lihap."
jawab Kam-cungcu sambil menyerahkan sekantung uang, Hansian-hui dengan arif berkata
"untuk melegakan hati paman dan para warga, saya akan terima
pemberian yang diniatkan sebagai bekal perjalanan ini, dan atas
perhatian dan kepedulian para warga, saya ucapkan
terimakasih." Kam-cungcu dan para sesepuh merasa lega dan
Kam-cungcu meminta supaya Han-sian-hui melewatkan malam
270 dirumahnya, Han-sian-hui tidak menolak, dan ia pun menginap
dirumah Kam-cungcu. Keesokan harinya Han-sian-hui meninggalkan desa Mingci, dan
pada tengah hari ia memasuki kota Baotou, Han-sian-hui
menginap dikota Baotou selama seminggu, karena Han-sian-hui
harus menempa beberapa stel pakaian dan tiga helai sal baru,
setelah kebutuhannya selesai, Han-sian-hui meninggalkan koat
Baotou menuju kui-san dikota Hehat, dua minggu kemudian
Han-sian-hui sampai di Kuisan, di Kui-san ia hanya bertemu
dengan Lee-cing yang sedang menata bunga dengan dua orang
pelayannya, Lee-cing merasa terkejut dengan kemunculan Hansian-hui, ia berdiri dan berkata dengan nada tawar
"dugaan kami salah! ternyata kamu masih hidup Han-sian-hui!"
"benar bibi, manusia hanya bisa menduga, urusan mati dan
hidup bukan manusia yang menentukan." ujar Han-sian-hui arif
dan lembut, Lee-cing tersenyum lega, karena perkataan itu tidak
mengandung amarah atau sakit hati.
"apakah kedatanganmu kali ini akan membuat perhitungan
dengan kami?" tanya Lee-cing mencoba menyelami apa yang
terkandung dibenak gadis cantik didepannya ini
"tidak! aku hanya ingin melihat keponakanku Han-liu-ing,


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dimanakah dia?" "sungguh membuat penasaran sikap kamu ini Han-sian-hui,
kalau benar apa yang dikatakan Ok-liang, bahwa kamu jatuh
kedalam jurang dibelakang, lalu muncul kembali kesini,
bukannya untuk melakukan perhitungan, tapi malah
menanyakan keadaan keponakanmu."
"bibi! ada tiga macam sikap orang dalam memahami masalah,
271 pertama dengan pikiran yang kedua dengan perasaan, dan yang
ketiga menggunakan keduanya"
"apakah perbedaan ketiganya, Han-sian-hui?"
"perbedaannya! jika masalah dihadapkan pada pemikiran akan
berkutat pada untung dan rugi, jika masalah dihadapkan pada
perasaan saja, maka ujungnya hanya sakit atau senang, dan
dua hal ini pondasinya adalah ego dan rasa keakuan, sementara
sikap yang ketiga akan melahirkan timbang rasa dalam
menghadapi segala masalah, benar bahwa saudaraku dikota
Bicu dibunuh, ayahku diculik bahkan sudah tewas pula didasar
jurang, menurut pikiran aku rugi, menurut rasa aku tersakiti, tapi
jika ditimbang rasa, siapakah yang rugi dan tersakiti"
jawabannya seluruh anggota keluarga ini rugi dan tersakiti, lalu
untuk apa ngotot mencari siapa yang salah dalam ketidak
harmonisan keluarga ini" bibi merasa heran dengan tujuanku
datang kembali kesini, hal itu dapat kumaklumi, karena orientasi
sikap bibi adalah ego dan keakuan tadi"
"lalu apa hubungan penjelasnmu dengan mempertanyakan
keponakanmu?" tanya Lee-cing dengan nada sinis
"urusan keponakanku yang kuketahui berada dihadapan
ayahnya yang mabuk sakit hati, lebih utama ketimbang
mengurus perhitungan yang bibi maksud."
"kenapa urusan keponakanmu lebih utama?"
"keponakanku itu berada dalam tekanan ayahnya, dan jika tidak
kuperhatikan, bisa jadi keponakanku itu akan ikut dan bersikap
seperti ayahnya atau mungkin Liang-ko dengan tega
menghabisinya, jadi mengetahui keadaannya penting bagiku!
karena menyelamatkannya lebih berguna dan bermamfaat
daripada ikut larut dengan urusan sakit hati Liang-ko."
272 "jadi bisa dikatakan bahwa dari sudut timbang rasa, kami benar
menculik ayahmu dan membunuh saudaramu di kota Bicu,
bukan?" "bibi salah salah lagi jika mengatakan demikian, jika timbang
rasa yang bibi pakai dan ketiga saudaraku, tidak akan ada
urusan sakit hati ini sejak dulu, tapi kenyataannya bibi dan tiga
saudaraku berlaku aniaya di kota Bicu, lalu bagiamana timbang
rasa dapat membenarkan apa yang kalian lakukan dikota Bicu?"
"buktinya anda tidak mengambil tindakan pada kami,
dikarenakan timbang rasa tadi, bukan?"
"bernar! tapi tidak lalu membenarkan perbuatan yang nyata
salah." "lah..kalau memang salah! bukankah seharusnya dituntut dan
dihukum?" "benar! lalu pertanyaannya apakah memburu dan membunuh
kalian baru dikatakan menghukum" tentunya tidak bukan"
karena hukuman pasti didapatkan oleh yang bersalah, hukuman
yang bagaimana" Itu tergantung Thian yang menetapkan."
Lee-cing diam termanggu setelah sekian lama berdebat dengan
Han-sian-hui, Han-sian-hui kembali berkata
"katakanlah padaku bibi! apa yang di alami oleh keponakanku
Han-liu-ing?" "Han-liu-ing meninggalkan tempat ini setelah menangismu dari
atas jurang." jwab Lee-cing
"lalu bagaimana dengan ketiga saudara saya, kenapa saya tidak
melihat mereka bersama bibi disini!?"
"mereka sebulan yang lalu meninggalkan tempat ini, dan apa
urusannya, tentunya kamu dapat menduganya, bukan?"
"aku tidak ingin menduga-duganya bibi, dan aku permisi hendak
273 melanjutkan perjalanan!" ujar Han-sian-hui, lalu ia berkelabat
dengan cepat dari tempat itu, Lee-cing hanya termanggu melihat
kepergian Han-sian-hui. Penghuni kui-san selalu siaga menanti kedatangan Han-fei-lun,
namun sampai setengah tahun tidak adapun tanda-tanda
kemunculan Han-fei-lun "bagaimana ong-ko!" sudah enam bulan kita menunggu, tapi
Fei-lun belum juga muncul." ujar Han-ok-liang kesal
"sebaiknya kita merubah rencana, ong-ko!" sela Han-bun-liong
"apa rencanamu itu liong-te!?" tanya Han-kwi-ong
"menantang Fei-lun secara terbuka, sepertinya kita tidak akan
digubrisnya, jadi saya berpendapat, jika kematian saudaranya
saja tidak membuat ia bergeming, mungkin dengan menebar
kekacauan akan membuat dia keluar dari Kaifeng."
"maksudmu kita membentuk aliansi hek-to, begitukah?" tanya
Han-ok-liang "benar Liang-ko, selaku seorang bengcu tentunya ia tidak akan
tinggal diam, bukan?"
"pendapatmu itu memang benar liong-te! sepertinya hanya
dengan cara itu, kita bisa memancingnya keluar."
"hmh....artinya kita akan kembali pada siasat kita dimasa lalu."
gumam Han-ok-liang "benar, namun kali ini kita berpencar, sehingga kekacauannya
merebak luas." ujar Han-kwi-ong
"Jika kita harus berpencar, sebaiknya kita mencoba dulu
kekuatan Fei-lun, walaupun kita telah mendapatkan gambaran
dengan melawan Sian-hui." ujar Han-ok-liang
"aku tidak setuju Ok-liang!" sela Lee-cing, Han-ok-liang menatap
274 Lee-cing heran dan bertanya
"kenapa kamu tidak setuju "siang-mou-bi-kwi?""
"jika dengan Sian-hui saja kalian harus berturut-turut
melawannya, baru ia kalah, bagiamana kalian akan lepas dari
tangan Han-fei-lun yang daya tempur dan pengalamannya lebih
kaya dari Han-sian-hui."
"apa menurutmu jika kami bertiga maju, kami tetap akan kalah?"
tanya Han-ok-liang penasaran
"tidak dipungkiri lagi, demikianlah kenyataannya! dan jika jasad
Han-fei-lun tidak bisa kalian kalahkan, setidaknya kalian
kalahkan ia dengan melukai hatinya dengan beban
dipundaknya." jawab Lee-cing tegas, kemudian ia
menambahkan "ingat tujuan misi ini adalah melukai hatinya, jadi se alot
mungkin, hindari pertemuan dengannya
"maksudmu, kami harus lari ketika ia datang!?" tanya Han-okliang penasaran
"benar, lain hal kalau kamu memang ingin tumbang dalam
permainan ini, prinsipnya adalah berusaha selama mungkin,
karena semakin lama ia tidak bisa menyelesaikan kondisi
kangaowu, maka akan semakin menderitalah hatinya. " jawab
Lee-cing "hmh"apa yang disampaikan siang-mou-bi-kwi, ada juga
benarnya, karena yang terpenting membuat Fei-lun menderita,
dan saya dapat menyetujui cara itu." sela Han-kwi-ong
"saya juga, sependapat dengan ibu." ujar Han-bun-liong
"baiklah, jika demikian yang kita sepakati, aku juga setuju." ujar
Han-ok-liang 275 "kalau kalian sudah setuju, sebaiknya kalian bagi wilayah!" ujar
Lee-cing "aku akan kembali ke shinyang, dan aku akan menangani
wilayah utara." ujar Han-ok-liang
"dan aku beserta Bian-ji akan menangani wilayah barat." sela
Han-kwi-ong "berarti bagianku wilayah timur." ujar Han-bun-liong
"dan untuk membantumu, sebaiknya kamu ikut sertakan Coakim." sela Han-kwi-ong
"baik, nanti akan kubicarakan dengannya." sahut Han-bun-liong.
Keesokan harinya, Han-ok-liang, Han-kwi-ong beserta putranya
meninggalkan kui-san, dan tiga hari kemudian Han-bun-liong
bersama Coa-kim meninggalkan kui-san, hal ini karena Lee-cing
masih menahan anaknya yang untuk pertama kalinya akan
berpisah dengannya untuk waktu yang cukup lama, Han-bunliong dan Coa-kim akan menuju wilayah timur. Coa-kim mandah
saja ikut dengan siapa, baginya ketiga bersaudara itu pimpinan
sekaligus kekasih yang menyenangkan hatinya.
Pasangan itu melakukan perjalanan santai, hampir disetiap
tempat-tempat yang indah, keduanya istirahat sehari dua sambil
bercumbu, sehingga empat bulan kemudian Han-bun-liong dan
Coa-kim sampai diwilayah timur, kota pertama yang mereka
masuki adalah kota Qufu, keduanya memasuki likoan untuk
makan "kita sudah sampai di wilayah timur, dimanakah kita akan
membangun pusat kekuatan kita?" tanya Coa-kim
"kamu yang lebih senior dan banyak pengalaman, menurutmu
dimana tempat yang bagus dan tepat untuk tempat tinggal kita?"
276 sahut Han-bun-liong balik bertanya, Coa-kim mencubit paha
Han-bun-liong dengan senyum dan hati gemas, wajah Han-bunliong meringis sedap, sambil meremas paha Coa-kim ia berbisik
"kenapa kamu mencubit aku, sayang?" dengan wajah bersemu
Coa-kim menangkap tangan Han-bun-liong yang meremas
pahanya, dengan meringis sayang ia berkata manja
"kemudaanmu membuat aku gemas sayang, dan pertanyaanmu
dimanakah kita tinggal, rasanya seakan kita baru pengantinan
dan itu membuat aku bergairah, sayang." Han-bun-liong
tersenyum sambil mengulurkan tangannya makin kedalam,
sehingga membuat Coa-kim blingsatan sambil menjerit manja,
beberapa tamu yang heran menoleh kepada mereka, namun
saat melihat tatapan mata Han-bun-liong mereka langsung
menunduk atau mengalihkan pandangan dengan hati mengkirit,
tatapan itu sangat tajam hingga terasa menusuk jantung dan
membuat hati berdebar, Han-liong kembali dengan
kenakalannya seiring cekikikan manja Coa-kim.
Karena gairah keduanya makin memuncak, mereka segera
menyelesaikan makannya, dan dengan buru-buru mereka
masuk kedalam kamar, Coa-kim yang sudah basah dengan
agresif memeluk Han-bun-liong dan mencecarnya dengan
ciuman-ciuman panas, desahan nafas keduanya makin
memburu, Coa-kim melenguh manja, pendakian birahi yang
semakin menghentak membuat ranjang pertarungan itu bergetar
dan berderit, hingga akhirnya diam dan tinggal suara getaran
nafas yang menderu kenikmatan.
277 Setelah matahari naik tinggi pada keesokan harinya, keduanya
mandi dan berganti pakaian, lalu kemudian turun kebawah untuk
makan, seorang pelayan segera menyiapkan makanan untuk
keduanya, dan ketika keduanya baru saja menyantap makanan,
seorang tosu tua berpakaian kumal masuk kedalam likoan dan
mengambil tempat duduk dua meja didepan mereka, dia
memesan seguci arak dan seporsi makanan, setelah
pesanannya terhidang ia makan dengan lahap, sepertinya ia
kelaparan dan kelelahan, kemudian tidak berapa lama dua orang
lelaki paruh baya masuk, dipunggung mereka tersampir pedang
dengan gagang beronce merah dan kuning, seorang pelayan
melayani mereka dengan ramah dan cekatan.
Beberapa saat kemudian seorang perempuan tua masuk,
tubuhnya kurus kering tinggal kulit pembalut tulang, sebuah
tongkat kayu menjadi penyanggah tubuhnya yang kelihatan
lemah, kilat matanya yang tajam memperhatikan semua tamu,
dan saat matanya beradu pandang dengan tosu tua itu, ia
mendehem, dan berkata "tosu bau! ternyata kamu juga meninggalkan pertapaanmu!"
"hehehe".kamu sendiri kenapa keluar nenek peot!?" balas tosu
itu, perempuan itu melangkah dan mengambil tempat duduk
dekat disamping tosu tua, sementara Coa-kim sedari tadi
memperhatikan kedua tokoh tua itu, dan setelah perempuan tua
itu duduk, Coa-kim teringat akan dua tokoh tua ini, ia tertawa
sehingga kedua orang didepan mejanya serentak menatap dan
melototkan mata. "hihihi".sungguh tadi aku tidak mengenal bahwa dihadapan kita
ternyata "ban-pi-sin-lo" (tua sakti lengan seribu) Bun-liong, dan
278 nenek tua ini adalah "ban-eng-li-mo" (setan betina bayangan
seribu), kedua orang tua saling pandang
"kamu siapa wanita genit!?" tanya wanita tua itu dengan tatapan
tajam "kuberitahukan kamu mungkin tidak ingat lagi, tapi kamu pernah
datang ke kota xining bertemu dengan ayahku." ujar Coa-kim
"hmh..apakah kamu putri "Hek-I-kwi" (iblis baju hitam)?" tebak
"ban-eng-li-mo"
"hihihi....luar biasa, ternyata cianpwe masih ingat, benar bahwa
aku adalah putrinya." ujar Coa-kim
"hehehe"ternyata anak she-coa, dan pemuda ini siapakah"
anakmu atau kekasihmu?" sela si tosu nyengir
"hihihi"..terserah kamulah orangtua! mau menganggap apa."
"aku "toat-beng-kiam-ong" teman "in-sin-ciang" sela Han-bunliong dingin
"hihihi"sudah kamu dengar orangtua" nah sekarang aku mau
tanya! kenapa kalian keluar dari pertapaan" " tanya Coa-kim
senyum "aku merasa jenuh dan ingin jalan-jalan." jawab "ban-pi-sin-lo"
"aku juga, pingin cari angin, melihat-lihat dunia luar." sela baneng-li-mo
"memang kalian sudah berapa lama menyembunyikan diri?"
tanya Han-bun-liong "hampir lima belas tahun yah, tosu bau." jawab ban-eng-li-mo
"perkiraanmu salah nenek peot, yang betul sudah tujuh belas
tahun, hehehe..saya yakin kamu tidak ingat lagi berapa umurmu"
bantah "ban-pi-sin-lo"
"sialan! tahun depan aku genap tujuh puluh tahun tosu bau!"
umpat ban-eng-li-mo mencak-mencak
279 "hehehe"ternyata masih ingat, kirain tadi sudah lupa." ujar banpi-sin-lo sambil nyengir
"eh in-sin-ciang! kamu yang malang melintang di luaran ini,
berceritalah pada kami!" ujar ban-eng-li-mo mengalihkan topik,
karena kalau diikutkan saling sindir, tosu temannya ini paling
doyan. "tidak ada yang berubah cianpwe! golongan kita sampai hari ini
tetap terpuruk, liok-lim masih dikuasai siauw-taihap, cucu murid
enam datuk tidak juga mampu menegakkan kejayaan kita."
jawab Coa-kim "hmh...apakah cu-sam masih hidup!?" tanya ban-pi-sin-lo
"masih cianpwe! tapi sekarang mereka tinggal berdua saja."
jawab Coa-kim sambil melirik Han-bun-liong
"kenapa bisa demikian, apakah salah satu dari mereka tewas?"
tanya ban-eng-li-mo "karena satu dari mereka berubah haluan memihak siauwtaihap."


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"siapa yang berubah haluan?" tanya ban-eng-li-mo penasaran
"yang berubah adalah sam-cu Han-sai-ku." jawab Coa-kim
"hmh"entah sampai kapan muncul dari golongan kita yang
mampu merajai liok-lim." gumam ban-pi-sin-lo
"cianpwe berdua perlu lebih kenal pada temanku ini!" ujar Coakim
"bukankah dia telah mengatakan bahwa ia adalah toat-bengkiam-ong!?" sahut ban-pi-sin-lo
"hihihi....julukannya memang itu, tapi lebih dari itu, yakni tentang
keluarganya." "siapa sebenarnya temanmu ini she-coa!" Jangan berteka-teki
280 pada kami!" tanya ban-eng-li-mo
"bagaimana sayang!" aku atau engkau yang mengatakannya?"
tanya Coa-kim senyum "kamu saja sayang! karena engkau lebih tahu masa lalu liok-lim
ini, dan jiwi-cianpwe baru keluar dari pertapaan, dan mereka
tepat menanyakannya padamu" jawab Han-bun-liong
"baik kalau begitu sayang! dengarlah jiwi cianpwe, dia ini juga
bermarga Han, namanya Han-bun-liong anak dari bun-liongtaihap!" ujar Coa-kim, kedua orangtua itu menatap lekat pada
Han-bun-liong, dan terkadang mereka saling pandang dengan
hati heran, melihat keheranan dua orang tua itu, coa-kim
melanjutkan "lebih dari itu, jiwi-cianpwe sangat kenal dengan ibunya!" baneng-li-mo menatap Coa-kim dan bertanya "siapa ibunya! Coakim?" Cao-kim dengan senyum menjawab
"ibunya adalah siang-mou-bi-kwi!" kedua orang itu tersentak dan
terkejut "wah"hahaha..hahaha"si Lee-cing ternyata dapat juga
getahnya si yaoyan-taihap." seru ban-pi-sin-lo
"sekarang dimana ibumu, liong-ji?" tanya ban-eng-li-mo dengan
pandangan takjub "ibuku sekarang berada di kui-san, cianpwe, apakah cianpwe
kenal dengan ibuku?"
"hihihi"tentu saja nak! karena aku dan ibumu saudara angkat,
aku adalah enci angkatnya!" jawab ban-eng-li-mo, mendengar
hal itu, Han-bun-liong segera merangkap tangan dan menjura
dengan hormat "maaf! saya tidak tahu bahwa saya berhadapan dengan pek-bo
sendiri!" 281 "hehehe..hahaha"..benar-benar aku tidak menyangka, bahwa
lee-cing punya anak juga akhirnya" sela ban-pi-sin-lo
"kamu kenapa sih!" seperti monyet kebakaran jenggot! apa
adikku memang tidak boleh punya anak!?" tanya ban-eng-li-mo
geram "hehehe".sudahlah! lalu apakah kamu mewarisi juga ilmu si
yaoyan taihap, ayahmu!?"
"diantara keturunan bun-liong-taihap! hanya dia ini yang
sepenuhnya mewarisi milik bun-liong-taihap, baik ilmu dan
pedangnya!" jawab Coa-kim, ban-pi-sin-lo termanggu
"apakah itu pedang bun-liong-kiam?" tanya ban-eng-li-mo, Hanbun-liong mengangguk
"kalau begitu! kamu bisa mengalahkan siauw-taihap, bukan?"
tanya ban-pi-sin-lo penuh harap
"hal itulah yang membuat kami penasaran, cianpwe." sela Coakim
"eh"penasaran bagaimana maksudmu, Coa-kim!?"
"sejak runtuhnya kejayaan enam datuk kita mengakui bahwa
ilmu keluarga Han menjadi nomor wahid, seantoro liok-lim takluk
dengan kehebatan mereka, kekuatan mereka terbagi dua
haluan, namun sampai sekarang kekuatan Han yang ada pada
kita, belum mampu menumbangkan kekuatan Han diseberang
kita." "hmh"artinya liong-ji masih belum mampu menghadapi siauwtaihap, begitukah?" sela ban-eng-li-mo, Coa-kim mengangguk
"kalau mereka bersatu tentunya siauw-taihap dapat ditewaskan,
bukan" tanya ban-pi-sin-lo
"selama ini dia dan cu-ji sudah bersama-sama cianpwe, namun
saat menghadapi Han-sian-hui adik kandung dari siuaw-taihap di
282 kui-san, menurut hitung-hitungan Lee-cianpwe jika sekiranya
ketiganya maju, masih sulit untuk mengalahkan siauw-taihap."
jawab coa-kim, dua orang tua itu diam terkesima
"lalu apa rencana kalian liong-ji?" tanya ban-eng-li-mo
"menurut ibu, jika tidak bisa mengalahkan fei-lun, setidaknya kita
mengalahkan ia dengan melukai hatinya dengan mmebuat
kekacauan dimana-mana."
"hal itu sudah pernah diperbuat oleh enam datuk." gumam banpi-sin-lo
"benar cianpwe! namun beda siasat." sela coa-kim
"maksudnya bagaimana coa-kim?" tanya ban-eng-li-mo
"misi kekacauan yang dibuat oleh enam datuk untuk
menumbangkan siauw-taihap, tapi misi kali ini bukan untuk
menewaskannya, tapi terfokus hanya untuk membuat han-fei-lun
terbebani dengan kelacauan yang terjadi." jawab Coa-kim
"lalu sekarang kalian ini mau kemana!?" tanya ban-pi-sin-lo
"kami kesini untuk menguasai wilayah timur ini, sementara hankwi-ong diwilayah barat, dan Han-ok-liang di utara."
"dan mumpung kami bertemu dengan jiwi-cianpwe, tentunya jiwicianpwe akan ikut dalam misi ini bukan?" sela Han-bun-liong
"membuat kacau wilayah ini sangat mudah liong-ji." ujar ban-pisin-lo
"katakanlah cianpwe, bagimana caranya mengacau wilayah ini
dengan cepat?" "kalian ikutlah kami kekota Nanjing!" jawab ban-pi-sin-lo
"tepat! saya juga berpikir demikian, tosu-bau! peluangnya sangat
tepat!" tambah ban-eng-li-mo
"ada apa dikota nanjing cianpwe!?" tanya Coa-kim seraya
283 tersenyum mendengar adat kedua orang tua itu
"ah..kamu ini ikut-ikutan aku terus nenek peot!" balas ban-pi-sinlo
"siapa yang ikut-ikutan!" kebetulan saja pikiran kita sama
melihat peluang liong-ji untuk memulai misinya, kalau tidak!
jangan harap yah!" "cianpwe! ada apa dikota Nanjing?" tanya Han-bun-liong
"tuh! Jawablah keponaknmu itu nenek peot!"
"cih..! dengar akan kujawab tosu-bau! Liong-ji misimu bisa
dimulai dari kota Nanjing, karena dikota Nanjing hari ke lima
belas bulan ini akan ada pertemuan para pendekar yang berada
diwilayah timur." "bagaimana cianpwe tahu, dan merasa tertarik untuk pergi
kesana?" tanya coa-kim
"kamu ini bagaimana in-sin-ciang! aku kan keluar hendak cari
hiburan, nah! perihal pertemuan itu saya dapat ketika melewati
kota kaifeng." "artinya boleh jadi mereka mengundang siauw-taihap." ujar Coakim meragu
"siauw-taihap tidak akan datang, karena sepertinya ia akan
diwakili muridnya." "apakah cianpwe yakin?" tanya Coa-kim, ban-eng-li-mo
mengangguk "untuk apa memperkirakan hal yang tidak pasti, yang jelas kita
kesana dan tengok situasi." sela ban-pi-sin-lo
"betul! apa yang dikatakan tosu bau ini!" sela ban-eng-li-mo
"hehehe..nenek peot ikut terus!" balas ban-pi-sin-lo
284 "jadi liong-ji, jika keadaan memungkinkan kamu habisi para
pendekar itu, pasti berita itu akan mengguncang bui-lim." ujar
ban-eng-li-mo, han-bun-liong mengangguk mengerti
"setelah itu kamu kuasai kota Nanjing, sebar ketakutan pada
warga, pasti siauw-taihap akan merasa gelisah." ujar ban-pi-sinlo menambahkan
"sungguh kebetulan kalau begitu." sela Coa-kim, setelah itu
mereka menyelesaikan makan, dua orangtua itu melanjutkan
perjalanan, semetara Han-bun-liong dan Coa-kim masih
menginap satu malam lagi dikota Qufu.
Hutan sebelah barat kota Nanjing sejak semalam didatangi oleh
banyak orang, lapangan luas ditengah hutan itu banyak didapati
tenda-tenda darurat, mereka ini adalah para pendekar dari
berbagai kota diwilayah timur, pertemuan itu merupakan
pertemuan tiga tahunan untuk menentukan pimpinan bui-lim
wilayah timur yang dipanggil dengan hiang-cu (ketua cabang).
Hiang-cu adalah perpanjangan tangan bengcu di Kaifeng dalam
mengayomi para pendekar, kauwsu, pangcu dan rakyat biasa di
disatu wilayah, Hiangcu ini dibentuk oleh bengcu sejak dua belas
tahun yang lalu, dan pertemuan ini merupakan pertemuan
keempat kalinya. Pada pertemuan tiga tahun yang lalu yang menjadi hiangcu
diwilayah timur adalah Yap-hai-bun yang berjulukan "im-kan-sintwi" (tendangan sakti arhat) berkedudukan di Nanjing, di wilayah
barat adalah Bu-jin-hui yang berjulukan "kang-ciang" (si tangan
baja), berkedudukan di xining, di wiilayah utara adalah Lee-huai
yang bergelar "huai-kok-sin-peng" (garuda sakti lembah huai),
285 berkedudukan di Lanzhou, sementara untuk wilayah selatan di
tangani langsung oleh bengcu sendiri dikota Kaifeng.
Yap-hai-bun dan beberapa pendekar golongan tua sejak
semalam sudah berada ditengah hutan, dan pagi itu para
pendekar terus berdatangan, hingga saat marahari sudah
berada dipuncaknya lapangan luas itu sudah berkumpul lebih
seratus orang, lapangan itu telah di formasi menjadi empat
bagian, disebelah selatan terdiri dari para kauwsu seluruh
wilayah timur, jumlah mereka ada lima puluh orang, dibagian
utara terdiri dari para pangcu baik piauwsu dan kaipang, jumlah
mereka ada dua puluh tujuh orang, lalu dibagian selatan terdiri
dari para pendekar, jumlah mereka ada empat puluh orang, dan
dibagian timur duduk hiang-cu dan empat pembantunya
sekaligus lima pendekar golongan tua.
Setelah dirasa tidak ada lagi yang datang atau ditunggu, maka
Phang-ong seorang dari empat pembantu hiangcu berdiri dan
membuka pertemuan "yang saya hormati hiangcu timur, para cianpwe yang kita
jadikan anutan, para hohan,kauwsu, dan pangcu yang
berbahagia, selamat datang kami ucapkan ditempat yang
sederhana ini! selanjutnya marilah kita buka pertemuan kita ini
dengan sepatah dua patah kata dari hiangcu Yap-hai-bun!
Kepada beliau kami persilahkan!" lalu Phang-ong kembali duduk.
Yap-hai-bun berdiri dan maju kedepan,lalu menjura ke empat
penjuru, kemudia dengan lantang ia berkata
"yang saya muliakan para cianpwe! yang saya hormati para sicu
dan hohan semua! pertama-tama atas nama bengcu siauw286
taihap menyampaikan maaf atas ketidak hadirannya pada
pertemuan kita kali ini, namun walaupun demikian bengcu kita
mewakilkan dirinya pada sesepuh kita cianpwe "pek-bin-sengjin" (orangtua sakti muka putih)!" hiang-cu berbalik dan menjura
pada lelaki tua bermuka putih, orangtua itu mengangguk dan
mengangkat tangan, kemudian Yap-hai-bun berbalik menghadap
para hadirin dan berkata "rekan-rekan semua! tidak terasa bahwa tiga tahun sudah
berlalu sejak pertemuan kita di kota Hopei, dalam rentang masa
itu, saya dipercayakan oleh para hohan semua untuk menjadi
hiangcu diwilayah kita ini, saya sudah menjalankan semaksimal
yang saya mampu, dan tentunya kekuarangan tidak saya
nafikan dan kelemahan tidak saya pungkiri, maka dari itu pada
kesempatan ini saya haturkan permintaan maaf atas kekurangan
dan kelemahan saya itu, kemudian hal yang tidak kalah penting
adalah ucapan terimakasih saya kepada para hohan semua,
terlebih kepada empat pembantu saya yang bersama-sama saya
menjalankan amanah bengcu, para cianpwe, dan para hohan
semua, dan hari ini kita kembali berkumpul untuk melakukan
pemilihan hiangcu untuk masa kepemimpinan tiga tahun
kedepan, semoga apapun yang kita dapatkan dari pertemuan ini
akan membawa kita kepada harapan yang lebih baik." setelah
hiangcu menutup pembicaraanya ia kembali ketempat duduknya
diiringi suara tepuk tangan bergemuruh.
Phang-ong kembali berdiri dan maju kedepan, dengan wajah
cerah dan senyum ia berkata
"kita telah mendengarkan sepatah dua patah kata dari hiangcu
kita, dan sekarang kita akan masuk pada acara tukar pendapat
sehubungan dengan pemilihan hiangcu kali ini, silahkan kepada
287 siapa saja yang hendak memberikan pendapat!"
"phang-sicu!" seru seorang kauwsu berumur lima puluh tahun
sambil mengangkat tangan "silahkan liang-kauwsu dari "pek-ho-bukoan" (perguruan bangau
putih)!" "kami dari golongan kauwsu sepakat! bahwa kepemimpinan
Yap-hiangcu dilanjutkan lagi untuk tiga tahun kedepan,
sebagimana kita pernah lakukan sembilan tahun yang lalu, pada
masa kepemimpinan cianpwe "tung-pang-taihap" (pendekar
tongkat timur)!" "bagaimana para hohan semua!" Liang-kauwsu menyampaikan
bahwa Yap-hiangcu tetap kita angkat sebagai hiangcu untuk tiga
tahun akan datang." "Phang-sicu!" seru lelaki berumur enam puluh tahun dari barisan
pangcu, Phang-ong menoleh dan dengan senyum ia berkata
"silahkan Gu-pangcu dari "tiok-tung-kaipang" (pengemis tongkat
bambu)!" "kami dari kaipang dan piauwsu berpendapat lain, yakni memilih
hiangcu baru guna regenerasi kepemimpinan diantara...."
"hahaha..hahaha..hihi...hi..hi....." Gu-pangcu sontak terdiam
karena terpotong suara tawa yang memakakkan telinga, setelah
suara ketawa berhenti, dua orang muncul ditengah lapangan,
keduanya adalah Han-bun-liong dan Coa-kim, Yap-hiangcu dan
para cianpwe segera berdiri
"siapakah kalian dan kenapa mengacau pertemuan ini!?" tanya
Yap-hiangcu tegas, dengan senyum sinis Han-bun-liong
melangkah mendekati Yap-hiangcu
"saya adalah "toat-beng-kiam-ong" (raja pedang pencabut
nyawa)! pertemuan ini saya ambil alih! dan saya menantang duel
288 dengan hiangcu maupun kelima cianpwe!"
"nama "toat-beng-kiam-ong" muncul saat pembunuhan keluarga
Han-piauwkiok dikota Bicu! Ternyata kamulah orangnya anak
muda!" ujar "tung-pang-taihap"
"hehehe..hahaha...benar sekali cianpwe! dan sekarang aku ada
disini untuk menantang kalian! apakah kamu bersedia menerima
tantanganku!?" tantang Han-bun-liong, "tung-pang-taihap"
segera melangkah dengan lembut ia menjawab
"majulah anak muda! saya terima tantanganmu!" baru saja ia
selesai bicara, Han-bun-liong sudah melompat menyerang,
"tung-pang-taihap" yang sudah siap berkelit dan membalas
menyerang. Pertarungan hebat dan sengit pun terjadi, gerakan kilat dari
"tung-pang-taihap" mencoba menekan pertahanan Han-bunliong, namun lawannya kali ini bukan orang sembarangan, tapi
melainkan pewaris ilmu-ilmu tingkat tinggi yang jauh diatasnya,
Han-bun-liong dengan senyum sinis dan terkesan
mempermainkan orangtua berumur enam puluh tahun lebih itu,
setelah puas menjajaki dan memanaskan tubuhnya, Han-bunliong dengan gerakan luar biasa mengambil alih penyerangan,
"tung-pang-taihap" terkejut karena kehilangan lawan yang
bergerak laksana burung kepinis, dan pada gebrakan ke lima
belas "buk..duk"hugh?" dua pukulan beruntun menghancurkan
rongga dada "tung-pang-taihap" sehingga orangtua itu ambruk


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tewas seketika dengan mulut memuntahkan darah, para hadirin
berteriak terkejut melihat keganasan luar biasa itu.
289 "sungguh sadis perbuatanmu "toat-beng-kiam-ong"!" bentak
"pek-bin-seng-jin"
"hahaha..hahha"kamu juga boleh maju menghadapiku
cianpwe!" tantang Han-bun-liong dengan tawa sinis, "pek-binseng-jin" bergerak dan menyerang dengan cepat, Han-bun-liong
kali ini tidak mau membuang waktu, pukulan "pek-bin-seng-jin"
dilawan keras "dhuar"." benturan tenaga sin-kang meletup membuat tempat
itu bergetar, namun tidak hanya sampai disitu, Han-bun-liong
mengejar tubuh "pek-bin-seng-jin" yang limbung
"buk..buk"prak" tiga pukulan beruntun mengakhiri nyawa "pekbin-seng-jin" yang ambruk dengan dada dan kepala remuk, tiga
cianpwe dan Yap-hiangcu langsung mengurung dan menyerang
Han-bun-liong. "hahaha..hahhaa".begini baru seru!" ujar Han-bun-liong sambil
tertawa seraya menangkis dan membalas serangan empat
lawannya, pertempuran itu luar biasa ketat, kelima bayangan itu
saling berkutat bertahan dan menyerang, tapi sekuat apapun
usaha empat orang lawannya, tetap saja keempat orang itu
terbentur dan terkejut menangkis serangan balik Han-bun-liong,
enam puluh jurus sudah berlalu, Han-bun-liong meningkatkan
daya serangnya dengan mencabut pedang pusaka ayahnya,
kilat sinar hijau berkeredapan ditimpa cahaya matahari, dan
gerakannya yang cepat luar biasa dalam rangkaian jurus pedang
naga sastra membuat empat lawannya terdesak hebat dan mati
kutu. "cras".crak"." dua tubuh cianpwe ambruk dengan kepala
terpenggal mengerikan, seorang cianpwe kepalanya putus dari
290 lehernya, dan yang satu lagi kepelanya terbelah dua, nyawa
keduanya tanpa bersambut melayang, kengerian itu membuat
dua lawannya terpaku, dan Han-bun-liong dengan gerak cepat
melancarkan serangan maut
"cep"plak"cras"." jantung Yap-hiangcu disate hingga tembus
kepunggung, dan serangan cianpwe ditangkis dengan tangan
kiri, lalu sebuah sambaran pedang menusuk pelipisnya kanan
hingga tembus kepelipis kiri, cianpwe dan Yap-hiangcu ambruk
tewas seketika. Para hadirin terkesima menyaksikan hal yang hebat diluar
dugaan itu, enam petinggi mereka ambruk tak bernyawa hanya
dalam waktu dua jam, tatapan mata Han-bun-liong yang tajam
membuat mereka tersadar namun disergap rasa nyali yang
menciut "hahaha..hahaha".kalian semua! majulah jika ingin mampus!"
ancam Han-bun-liong "apa yang kami saksikan ini sungguh diluar batas, mari kawankawan! kita ganyang manusia durjana ini!" teriak Gu-pangcu,
serentak puluhan orang maju menyerang, namun hal itu bukan
membuat Han-bun-liong kewalahan dan panic, tapi malah
sebaliknya, pedangnya yang sudah ditangan Han-bun-liong
berkiblat membabat kerumunan para pendekar yang menyerang,
sehingga dalam lima puluh jurus, sudah puluhan orang ambruk
tidak bernyawa, lapangan pertemuan itu banjir darah, jerit
kematian terdengar susul menyusul seiring kilatan pedang yang
mengaung. Akhirnya saat malam menggantikan siang, tiga puluh peserta
pertemuan lari menyelamatkan diri, sebagian kecil dari mereka
291 terluka, Han-bun-liong berdiri jumawa ditengah tumpukan jasad
para pendekar "mari kita kembali kekota Nanjing, sayang!" ujar Coa-kim yang
sedari tadi menonton pembantaian luar biasa dengan hati
kagum, Han-bun-liong dan Coa-kim meninggalkan tempat itu
dengan menyisakan pemandangan yang mengiruskan hati.
"keduanya kembali ke penginapan dimana dua orangtua ban-pisin-lo" dan "ban-eng-li-mo" menungu hasil aksi mereka
"bagaimana hasilnya coa-kim?" tanya "ban-eng-li-mo"
"hihihi"..berjalan lancar, wilayah timur ini akan berguncang, dan
bui-lim senatoro wilayah akan bergetar." jawab Coa-kim
"hmh..bagus kalau begitu, Liong-ji, lalu sekarang bagaimana
tosu bau!?" "hehehe"kok aku yang kamu tanya nenek peot, tanyakan pada
liong-ji, selanjutnya ia mau berbuat apa?"
"untuk membuat nanjing laksana neraka, sebaiknya kita
membuat markas disini." sela Han-bun-liong
"dimana bagusnya markas kita, sayang?" tanya Coa-kim manja
"penginapan ini besar dan sangat baik untuk markas." jawab
Han-bun-liong "baik kalau begitu, kalian istirahatlah! biar kami yang mengurus
penginapan ini!" sela ban-pi-sin-lo" Han-bun-liong masuk
kedalam kamar bersama coa-kim, sementara dua orangtua itu
mendatangi pemilik likoan
"loya! kalau tidak mau mampus mulai sekarang kalian angkat
kaki dari sini!" ancam ban-pi-sin-lo
"a..apa maksud totiang!?" tanya pemilik likoan
"maksudnya sudah jelas! cepat angkat kaki dari sini!" jawab ban292
eng-li-mo "lo-bo! jangan lakukan itu, tempa tinggal dan usaha saya hanya
likoan ini." ujar pemilik likoan memelas
"sialan! Sudah dikasih hati malah ngeyel! prok.." umpat ban-engli-mo dan tongkatnya sudah meluncur dan menghantam kepala
pemilik likoan hingga remuk, pemilik likoan menjerit sesaat lalu
tewas. Kejadian itu membuat lima tamu yang sedang makan terkejut
dan segera berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri, lalu
kemudian kedua orangtua itu memasuki puluhan kamar yang
ada dan mengusir semua tamu, setelah semua tamu pergi,
kedua orangtua itu mengumpulkan para pelayan
"kalian semua dengar! mulai sekarang likoan ini adalah markas
kami! dan kalian bekerja pada kami sebagai tukang masak,
tukang bersih-bersih, baik taman dan seluruh ruangan,
mengerti!?" ujar ban-eng-li-mo, lima belas orang yang terdiri dari
lima tukang masak dan sepuluh pelayan mengangguk dengan
hati bergetar ketakutan. Keesokan harinya kota nanjing gempar, yang dimulai dengan
berita tewasnya pemilik likoan, lalu berlalu lalangnya dua kakek
nenek menjarah harta para hartawan dan pembesar pemerintah,
lalu tiga hari kemudian kedua kakek nenek itu menangkapi
wanita cantik baik yang gadis maupun yang sudah bersuami,
puluhan wanita dijadikan dayang-dayang di likoan yang sudah
berubah jadi markas itu, Han-bun-liong dalam jangka sebulan
sudah menjadi raja kota Nanjing, lima gadis muda dan cantik
menjadi teman tidurnya disamping Coa-kim.
293 Tiga bulan kemudian warga kota Nanjing banyak yang
mengungsi, karena tidak mampu dengan biaya upeti yang harus
disetor pada tuan timur, warga kota memanggil Han-bun-liong
dengan panggilan tuan timur, karena sebutan itulah yang
digunakan oleh "ban-pi-sin-lo" dan "ban-eng-li-mo" ketika
memulai aksinya dua yang lalu. Kota nanjing tidak lagi damai,
warga dicengkram rasa takut dan rasa lelah yang menyesakkan.
Berita kejadian dikota nanjing cepat menyebar, tiga puluh
pendekar yang menyelamatkan diri menjadi pembawa berita
mengenaskan itu, sehingga diberbagai kota menjadi buah
pembicaraan, seiringan dengan berita yang masih hangat itu,
muncul pula berita yang menimpa wilayah utara, tepatnya dari
kota Changcun, dimana para kauwsu dan pangcu dikota itu
ditewaskan oleh orang yang berjulukan "pak-hek-liong" (naga
hitam dari utara). Tidak lama kemudian muncul cerita mengejutkan dari wilayah
barat, tepatnya dikota xining, dimana bu-hiangcu dan empat
pembantunya dibunuh oleh orang yang menamakan dirinya
pendekar buta dan "see-kim-liong" (naga emas dari barat).
Dalam jangka setengah tahun bui-lim berguncang, jerit duka
atas penindasan bergema, kegelisahan dan kecemasan warga
terlihat dimana-mana. Puluhan pendekar mendatangi kota kaifeng untuk bertemu
dengan bengcu siauw-taihap, mereka ditemui bengcu bersama
adiknya Han-sian-hui yang sudah berada dikota Kaifeng,
sebagaimana kita tahu setelah meninggalkan kui-san, Han-sianhui segera berangkat kekota kaifeng, dan tiga bulan kemudian ia
294 sampai dirumah kakaknya Han-fei-lun, dengan rasa bahagia dan
syukur Han-fei-lun dan istrinya menyambut kemunculan sang
adik, Han-hujin sesugukan dan meneteskan air mata sukacita,
penyambutan yang tidak biasanya ini membuat Han-sian-hui
heran "ada apa ini kakak ipar!" Ini bukan pertama kalinya saya
berpergian jauh!" Han-hujin menyeka air matanya seraya
menjawab "benar adikku! hanyasanya perjalananmu kali ini menerbitkan
rasa khawatir, khawatir yang menimbulkan harap-harap cemas
karena berita yang kami dengar tentang dirimu." Han-sian-hui
dengan senyum menatap kakak iparnya dan bertanya lembut
"berita apa yang soso dengar tentang diriku!"
"kamu tentu tahu dengan keponakan kita Han-liu-ing, bukan?"
ujar Han-hujin, Han-sian-hui mengangguk
"nah! keponakan kita itu sudah datang kemari, dan ia
menceritakan bahwa kamu bertempur dengan saudarasaudaramu sehingga kamu jatuh kedasar jurang di kuisan."
"oh begitu rupanya, memang demikianlah soso, namun Thian
berkehendak lain dan menyelamatkanku dengan kehendak yang
lain pula." ujar Han-sian-hui, mendengar perkataan adiknya,
Han-fei-lun yang dari tadi membiarkan istrinya mencurahkan
perasaan pada adiknya kontan menegakkan punggung dari
sandaran kursi seraya menatap adiknya
"maksudmu bagaimana hui-moi?" tanya Han-hujin, Han-sian-hui
menatap kakaknya, lalu kemudian meraih jemari sosonya dan
menjawab "kakak! soso! Thian telah menyelamatkanku dari maut didasar
jurang, dengan kehendakNya pula ayah menemui ajal setelah
295 menjadi bantalan tubuhku." Han-fei-lun tertunduk sementara
Han-hujin kembali sesugukan mendengar berita kematian gakhunya, Han-sian-hui tidak dapat menahan haru mendengar isak
tangis kakak iparnya, sehingga ia juga menangis
Agak lama pertemuan keluarga itu hening, yang terdengar hanya
isak tangis Han-hujin dan Han-sian-hui, Han-fei-lun mengusap
titik air mata yang membasahi pipinya seraya berkata arif
"sian-moi! Hui-moi! tidak ada dari ciptaan ini yang tidak tunduk
dihadapan kehendak Thian! oleh karena itu sangat salah jika kita
larut dalam kesedihan menghiba diri, tapi benar dan tepatlah!
jika kita pasrah, sabar dan ikhlas menjalani setiap kehendak
Thian!" Han-sian-hui menyeka air matanya, demikian pula
dengan Han-hujin. "Hui-moi! ceritakanlah bagiaman perjalanmu setelah
meninggalkan kaifeng setahun lebih yang lalu!" Han-sian-hui
mengatur duduknya menghadap kakaknya lalu kemudian
menjawab "setelah aku meninggalkan kaifeng, aku menuju lembah merak
sebagaimana pesan koko! tapi sesampai disana aku tidak
menemukan tiga saudara kita, lalu aku memutuskan untuk
menetap dilembah itu, sekarang aku meninggalkan lima
keluarga yang membantuku disana, setelah enam bulan
menetap di lembah merak aku menyelidiki kepergian tiga
saudara kita, dan aku mendapatkan informasi bahwa Liang-ko
kembali ke shinyang! lalu aku meninggalkan lembah merak
menuju shinyang dan disana aku bertemu dengan kakak ipar
Bao-lian, dan kakak ipar mengatakan bahwa Liang-ko menuju
296 kota Hehat! setelah seminggu berada di shinyang, aku
berangkat menuju kota hehat.
Di kota hehat tepatnya di kui-san aku menemui semua saudara
kita, baik dari ibu Khu-lian-kim, dan empat ibu yang lain, dan
disitu juga aku bertemu dengan keponakan kita Han-liu-ing yang
ketika itu hendak dicelakakan ayahnya! dan keponakan kita Hanbouw-bian putra dari Ong-ko!"
"lalu apa penyebab pertempuran kalian?" tanya Han-fei-lun
"Ong-ko tiba-tiba menyerangku setelah tahu bahwa aku yang
datang adalah adik kakak."
"bagaimana jalannya pertempuran, adikku?"
"Ong-ko dapat kurobohkan, lalu digantikan oleh Liang-ko, dan
syukur pada Thian bahwa aku dapat merobohkannya, tapi aku di
bokong oleh Liong-ko sehingga aku terdesak hebat dan
mengambil jalan mengadu sin-kang sehinga aku terlempar dan
masuk kedalam jurang."
"lalu bagaimana dengan ayah?" tanya Han-fei-lun
"ayah! saat saya bertempur dengan Liang-ko, ayah berlindung
didalam bangunan, aku tidak sadar saat terlempar, koko!" jawab
Han-sian-hui, Han-fei-lun terdiam merenung, lalu kemudian ia
bertanya "lalu adikku! bagaimana kamu dapat keluar dari dasar jurang?"
"selama tujuh bulan aku berada didasar jurang, koko! selama itu
Thian memberiku makan keong dan siput, lalu suatu hari hujan
turun sangat lebat dan salah satu tebing longsor membentuk
bukit tanah sehingga aku dapat naik ke atas jurang dan kembali
kedunia luar." ujar Han-sian-hui menutup ceritanya.
297 Keesokan harinya ketika Han-fei-lun sedang memperhatikan
latihan para murid, Han-sian-hui mendekati kakaknya
"lun-ko! ada hal yang ingin kusampaikan!" ujar Han-sian-hui,
Han-fei-lun menatap adiknya dan bertanya
"ada apa Hui-moi" Katakanlah!"
"ada sesuatu yang lain dari sin-kang yang kumiliki Lun-ko!"
"maksudmu, sesuatu yang bagaimana, Hui-moi!?"
"maksudku sin-kang yang bisa menyedot sin-kang lawan!" jawab
Han-sian-hui, Han-fei-lun tercenung dan berkata
"maksudmu kamu memikliki sin-kang yang bisa menyedot sinkang lawan!?" Han-sian-hui menganguk, Han-fei-lun lalu berdiri
dan membawa adiknya ke halaman belakang
"sekarang coba kamu siulian, Hui-moi!" perintah Han-fei-lun,
Han-sian-hui melakukan perintah kakaknya
"alirkan tenagamu itu sampai dikedua bahu!" Han-sian-hui
mengepos dan menarik nafas, sehingga sin-kangnya terbentuk
dan berputar dibagian perut, lalu kemudian ia arahkan tenaga itu
menuju bahu, setelah adiknya melakukan yang
diperintahkannya, Han-fei-lun mengkepret telapak tangan
adiknya dengan jari, Han-fei-lun merasakan getaran kuat yang
membuat dua jemarinya ngilu.
"sudah! hentikanlah adikku!" perintah Han-fei-lun, Han-sian-hui
menghantikan gerak sin-kangnya
"bagaimana Lun-ko!" apa yang terjadi padaku?" tanya Han-sianhui dengan rasa penasaran
"kapan engkau mengetahui keadaanmu ini Hui-moi?"
"saat aku bertempur melawan gerombolan perampok, Lun-ko!"
"apa yang terjadi pada lawanmu itu?"
298 "ketika tangannya menyentuh tanganku, tangannya langsung


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melekat dan sin-kangnya memberotot masuk kedalam tubuhku,
aku terkejut dan langsung menghentikan tenaga sin-kangku,
tangannya terkulai dan lepas, kasihan sekali lawanku itu Lun-ko,
wajahnya pucat dan tubuhnya langsung lemas."
"hmh...tenaga yang kamu peroleh itu aneh dan luarbiasa, Huimoi! untungnya lawanmu itu sin-kangnya jauh dibawahmu, dan
efeknya tidak menyulitkanmu, tapi jika sin-kang lawanmu
seimbang atau lebih darimu, maka akibatnya kamu akan
kewalahan sendiri menguasai rembesan sin-kang yang
masuknya tentu laksana air bah."
"lalu bagaimana Lun-ko!" aku tidak tahu kenapa dan bagaimana
tenaga itu tiba-tiba ada padaku." ujar Han-sian-hui dengan rasa
hati tidak nyaman. Han-fei-lun tersenyum menawarkan hati
adiknya "tentu ada hikmat dan mamfaat dari anugrah itu adikku, jika
dirunut dari ceritamu! maka kakak berkesimpulan terbitmya
tenaga itu dari sebab apa yang kamu makan selama didasar
jurang, siput dan keong adalah binatang lunak yang memiliki
lendir yang boleh jadi mengandung daya rekat yang kuat,
ditambah lagi rutinitasmu selama didasar jurang adalah berlatih."
"lalu apa yang harus kita lakukan Lun-ko?" tanya Han-sian-hui
"sabarlah adikku dan tenangkan hatimu! Kakak akan mencoba
memikirkannya dalam beberapa hari ini." jawab Han-fei-lun
dengan senyum lembut, Han-sian-hui merasa nyaman setelah
melihat senyum kakaknya yang tenang dan lembut.
Han-sian-hui menggantikan kakaknya memperhatikan latihan
para murid, karena sejak pembicaraan mereka, kakaknya sibuk
299 memikirkan dan mencoba memecahkan apa yang dialaminya,
dan sepuluh hari kemudian setelah Han-sian-hui selesai
mengajar sastra pada murid, ia dipanggil kakaknya dihalaman
belakang bersama kakak iparnya
"Hui-moi! mulai malam ini kamu melatih siulan yang saya namai
dengan "thian-tee-siulian" (semedi langit bumi)" ujar Han-fei-lun,
lalu ia memperagakan cara siulian yang harus dilakukan Hansin-hui, setelah melihat kakaknya memeperagakan "thian-teesiulian" Han-sian-hui mengangguk mengerti
"nah! sekarang kita kebalai-balai dibawah pohon siong itu!" ujar
Han-fei-lun, lalu mereka menuju balai-balai dibawah pohon siong
yang jauh dibelakang rumah Han-fei-lun, balai-balai itu dua hari
yang lalu dibuat oleh Han-fei-lun untuk keperluan siulian
adiknya, balai-balai itu didindingnya agak tinggi, lantainya
dibagian tengah satu papan diberi lobang.
"Sian-moi! pakaikan selimut itu pada Hui-moi!" perintah Han-feilun pada istrinya, Han-hujin dan Han-sian-hui naik ke atas balaibalai, Han-sian-hui membuka celana, lalu Han-hujin
memakaikan kain sarung menutupi tubuh bagian bawah adik
iparnya, setelah itu Han-fei-lun berkata
"duduk diatas diatas papan berlobang itu dan bersikaplah seperti
yang kakak peragakan tadi!" ujar Han-fei-lun, Han-sian-hui
segera duduk dengan sikap kaki kiri didalam sarung ditekuk
kearah paha kaki kanan yang lurus kedepan, kemudian tangan
kanan memeluk perut sementara tangan kiri sejajar bahu lurus
kedepan dengan telapak tangan tegak lurus menghadap
kedepan. "bagus! sekarang dengarkan! mulailah dengan menarik nafas
300 dalam-dalam dengan hidung, dan saat menghembuskan lewat
mulut dengan perlahan alirkan sin-kang ke pembuluh kaki,
seimbangkan porsi sin-kang itu baik untuk kaki yang ditekuk
maupun yang lurus, setelah itu tarik nafas lewat mulut dan
keluarkan perlahan melalui hidung seraya mengalirkan sin-kang
kepada kedua tangan, juga seimbangkan porsinya!" ujar Han-feilun memberi petunjuk pada adiknya.
Han-sian-hui mengikuti petunjuk kakaknya, lalu kemudian Hanfei-lun dan istrinya meninggalkan adiknya sendirian di atas balaibalai, keadaan taman itu amat hening dan gelap, Han-sian-hui
menjalankan "thian-tee-siulian" dengan hati tabah, ia larut
dengan siulian yang ia lakukan, sehingga malampun berganti
pagi, Han-sian-hui terus melakukan siulian karena kakaknya
belum datang, atau menyuruhnya berhenti, haripun sudah siang,
namun kakaknya belum juga muncul, Han-sian-hui tidak lagi
memikirkan apakah kakanya datang atau tidak, dia memusatkan
pemikiran pada siulian yang dijalaninya, dan tidak terasa
senjapun tiba, dan tidak lama kemudian Han-fei-lun datang dan
menyuap kan tiga sendok bubur kemulutnya, lalu tanpa bicara
Han-fei-lun kembali kedalam rumah, Han-sian-hui kembali larut
dalam siulan, hanya tiga hari Han-fei-lun menyuapi adiknya, dan
selebihnya adalah Han-hujin yang datang menyuapkan tiga
sendok bubur sekaligus Han-hujin mebersihkan adiknya dan
membuang isi pispot yang diletakkan dikolong balai-balai.
Tiga bulan kemudian saat senja tiba, Han-fei-lun bersama
istrinya datang menghentikan siulian yang dijalani adiknya, Hansian-hui membuka matanya yang kuyu, mukanya pucat pias
namun senyumnya mengembang melihat kakak dan sosonya
301 "sosomu sudah membawa makanan, dan makanlah dengan
perlahan!" perintah Han-fei-lun, Han-sian-hui pun menyantap
makanan yang dibawakan untuknya, setelah selesai makan
Han-sian-hui diajak masuk kedalam dan diapun mandi dan
membersihkan diri, malam itu Han-sian-hui disuruh langsung
istirahat oleh kakaknya. Keesokan harinya Han-sian-hui bangun dan tubuhnya terasa
segar dan ringan, setelah mandi dan berganti pakaian, Han-sianhui menemui kakak dan kakak iparnya yang sudah
menunggunya di ruang makan, lalu merekapaun sarapan,
setelah itu Han-fei-lun mengajak adiknya pergi kehutan, hutan
tempat latihan Han-sian-hui waktu kecil.
"perhatikan gerakan kakak ini!" ujar Han-fei-lun, Han-fei-lun
memperagakan gerakan yang terdiri dari tujuh jurus, setelah
Han-fei-lun selesai, Han-sian-hui mengulang gerakan kakaknya,
Han-fei-lun tersenyum puas dengan kesempurnaan gerak yang
diperagakan adiknya. "sekarang coba melakukan gerak tadi dengan mengerahkan sinkang sesuai latihan nafas pada "thian-tee-siulian"!" ujar Han-feilun
Han-sian-hui segera melakukan perintah kakaknya, dalam
sekejap hawa disekitar tempat itu menghangat, dan luar
biasanya area tempat itu bergetar selama tujuh jurus itu
digerakkan, kemudian Han-sian-hui merasa hawa dikedua
telapak tangan dan kakinya berubah-ubah, kadang panas dan
kadang dingin, dengan perasaan takjub Han-sian-hui
menghentikan gerakannya, dan melihat senyum sumigrah
kakaknya 302 "Lun-ko! adik takjub luar biasa, tapi belum mengerti apa yang
telah kakak ajarkan padaku!"
"dengarlah adikku! tenaga sedot yang kamu dapatkan itu sudah
dibungkus dalam "thian-tee-siulian" dan terstruktur dalam ilmu
yang baru kamu kuasai itu, ilmu itu aku beri nama dengan "bengsin-ciang" (telapak sakti arwah), dan ingatlah! ketika bagian
telapak tanganmu terasa dingin, maka sin-kang itu akan
mengandung tenaga sedot, maka untuk menetralisir tenaga
yang masuk! salurkan ke bagian kaki yang terasa dingin, dan
bagian telapak tanganmu yang terasa panas, sin-kang itu
mengandung tenaga dorong yang bersumber dari sin-kang yang
kamu sedot." "lalu bagaimana ketika aku mengeluarkan ilmu-ilmu yang
diajarkan kakak sebelumnya?"
"jika engkau mengeluarkan jurus selain dari jurus tadi, maka
tenaga sedot itu tidak akan berfungsi, dan pesanku adikku! jika
tidak dalam keadaan darurat maka janganlah keluarkan ilmu itu!"
jawab Han-fei-lun, Han-sian-hui mengangguk mengerti.
Sejak itu Han-sian-hui melatih ilmu yang baru diciptakan
kakaknya sampai tiga bulan lamanya, dan ketika para pendekar
datang untuk menemui kakaknya, ia ikut serta menemui para
pendekar, setelah para pendekar memperkenalkan diri, Han-feilun menarik nafas dan berkata
"hmh".apakah kedatangan para hohan sehubungan dengan
keadaan tiga wilayah yang memprihatinkan!?" tanya Han-fei-lun
"benar bengcu! sungguh kami tidak tahu lagi bagaimana
mengatasi tirani yang melanda saat ini." jawab Yan-kauwsu
lelaki tua berumur enam puluh tahun yang berasal dari kota
Chengte. 303 "Yan-kauwsu! saya mendengar bahwa diutara banyak kauwsu
yang tewas, detailnya bagaimana?" tanya Han-fei-lun
"enam bulan yang lalu, sepuluh kauwsu bukoan yang ada di
shinyang tewas dan bukoan itu ditutup paksa, lalu dua bulan
berikutnya terdengar berita enam kauwsu di changchun tewas,
lalu dua bulan yang lalu katanya seorang lelaki yang
menamakan dirinya "pak-hek-liong" muncul di kota kami, ia
mendatangi empat kauwsu lalu membunuhnya, saat kejadian itu
aku masih berada di Beijing, dan sekembalinya aku ke kota
Chengte, aku dapati hampir semua muridku tewas." tutur Yankauwsu dengan nada sedih.
"lalu yang di wilayah barat bagaimana kejadiannya, Ciapangcu!?" tanya Han-fei-lun pada lelaki berumur lima puluh
tahun dengan kumis dan janggut tebal
"dibarat juga tirani disebar oleh orang berjulukan pendekar buta,
dan "see-kim-liong" (naga emas dari barat), kedua orang ini
membunuh Bu-hiang-cu dan empat pembantunya, lalu menjarah
harta warga dikota xining, dan kejahatan mereka terus merebak
sampai kekota Lijiang." Jawab Cia-pangcu
"lalu hal mengenaskan saya dengar menimpa pemilihan
hiangchu di Nanjing, hmh"tiga wilayah dalam cengkraman tirani
selama enam bulan ini, sungguh luar biasa mengejutkan kita
semua." "kami harap bengcu segera turun tangan menumpas penjahatpenjahat tidak berprikemanusian itu! ujar beberapa pendekar
bersamaan, Han-fei-lun mengangkat tangan untuk
menenangkan mereka "sudah pasti sicu, kita tidak bisa tinggal diam melihat angkara
yang berlaku saat ini." ujar Han-fei-lun tegas, kemudian setelah
304 makan siang para pendekar meninggalkan komplek "sin-siucaibukoan"
Setelah makan malam Han-fei-lun berembuk dengan adiknya di
ruang tengah "bagaimana pendapatmu hui-moi!?" tanya Han-fei-lun
"yang membuat masalah ini tiada lain adalah saudara kita,
bagaimanapun juga, kita harus menindak mereka! dan
bagaimana caranya" aku akan ikut apa kata kakak." jawab Hansian-hui tegas
"perbuatan mereka memang telah melampaui batas, maka untuk
itu besok berangkatlah ketimur untuk menghadapi "toat-bengkiam-ong" sementara kakak akan kebarat menemui Han-kwiong, kita akan bertemu dikediamanmu di Tianjin." ujar Han-feilun, Han-sian-hui mengangguk, lalu ia meninggalkan kakaknya
dan masuk kedalam kamar untuk berkemas.
Keesokan harinya, Han-fei-lun dan Han-sian-hui meninggalkan
kota kaifeng, Han-fei-lun menuju wilayah barat, dan adiknya ke
wilayah timur, Han-fei-lun melakukan perjalanan cepat, sehingga
tiga minggu kemudian ia memasuki kota lokyang, dia menginap
dikota itu selama tiga hari, karena beberapa pendekar
menemuinya untuk beramah tamah, setelah itu ia melanjutkan
perjalanan dan seminggu kemudian ia memasuki kota xining,
keadaan kota itu amat memperihatinkan.
Ketika Han-fei-lun singgah di sebuah kedai minuman, dua orang
pendekar mendatanginya "selamat datang bengcu! saya adalah Pouw-tan."
"dan saya adalah Cu-jin."
305 "selamat bertemu jiwi-taihap, duduklah dan mari kita minum!"
sahut Han-fei-lun, kedua pendekar itu pun duduk menuruti
tawaran Han-fei-lun. "katakanlah Pouw-taihap! apa maksudnya menemui saya?"
"kami merasa senang bahwa kami bertemu bengcu, tentunya
bengcu datang kemari sehubungan dengan keadaan wilayah
barat akhir-akhir ini,bukan?"
"benar Pouw-sicu! dan saya melihat kota ini sepi sekali,
kenapa?" "sebagian besar penduduk sudah mengungsi, bengcu!"
"oh begitu, lalu dimanakah markas pendekar buta dan "see-kimliong?""
"markasnya ada di sebelah selatan kota, marilah bengcu! kami
akan menunjukkan pada bengcu!"
"baik,kalau begitu." sahut Han-fei-lun, lalu mereka meninggalkan
kedai miunuman menuju selatan kota.
Satu jam kemudian mereka sampai dikediaman pendekar buta,
yakni bekas kediaman Bu-hiangcu, tapi rumah itu sudah tidak
berpenghuni lagi "eh".kemana perginya dua durjana itu!?" umpat Cu-jin heran
"iya ya! padahal seminggu yang lalu kita masih melihat
keduanya disini." sela Pouw-tan, Han-fei-lun memeriksa seluruh
ruangan, dan dia termenung
"hmh"sejak kapan keduanya tinggal disini?"
"sejak ia membunuh Bu-hiangcu, enam bulan yang lalu bengcu!"
"tapi sekarang mereka tidak ada! apa yang harus kita lakukan?"
sela Cu-jin "hmh"mungkin keduanya keluar entah kemana, jadi kita
kembali saja besok!" ujar Han-fei-lun, kedua pendekar itu
306 mengangguk dan mereka meninggalkan rumah itu
"sebaiknya bengcu menginap dirumahku di bagian timur kota,
iyakan Cu-taihap?" ujar Pouw-tan
"terserah bengcu saja, entah dirumahku di bagian utara kota,
ataupun dirumah Pouw-taihap."
"terimakasih jiwi-taihap! tapi tidak demikian, karena sebaiknya
aku menginap di likoan yang dekat sekitar tempat ini."
"oh iya, benar apa yang dikatakan bengcu! kalau begitu kita
bawa bengcu kelikoan Tan-loya." ujar Cu-jin
"tapi likoan itu sudah tutup, Cu-taihap!"
"memang benar, tapi kan Tan-loya masih tinggal disitu, jadi kita
masih bisa minta menumpang disitu." sahut Cu-jin.
Han-fei-lun dibawa kelikoan yang hanya empat blok dari rumah
bekas Bu-hiangcu, Cu-jin menggedor-gedor pintu, tidak lama
kemudian seorang pelayan membuka pintu
"ada apa tuan!?" tanya pelayan dengan sikap cemas dan takut
"Tan-loya adakan!?"
"ada tuan! ta..ta..tapi tuan-tuan mau apa?"
"loheng! Kami datang bukan bermaksud jahat, kami hanya
hendak menumpang semalam saja disini, jadi tolong sampaikan
pada Tan-loya!" jawab Cu-jin
"ba..baik tunggulah sebentar! saya akan sampaikan pada loya!"
sahut pelayan itu seraya berbalik dan berjalan dengan langkah
terburu-buru masuk kedalam.
Lelaki tua dengan perawakan tinggi datang menemui mereka,
dengan tatapan heran ia bertanya
"ada apakah sehingga sam-wi datang ketempat saya!?"
"begini Tan-loya, sebelumya kenalkan saya adalah Cu-jin dan
307 tinggal dikota ini di bagian utara, lalu ini pouw-tan-sicu juga
adalah orang sini, dan?"
"saya adalah Han-fei-lun dari kota kaifeng Tan-sicu!" potong
Han-fei-lun dengan senyum ramah
"oh ternyata bengcu! silahkan masuk Han-taihap! maaf aku tadi
tidak tahu" ujar Tan-loya dengan ramah setelah mengetahui
keadaan tamunya "tidak mengapa Tan-sicu, dan harap janganlah terlalu sungkan
pada saya!" "baik"baik"! lalu apa yang bisa saya bantu bengcu!?"
"saya dan jiwi-taihap ini hendak menumpang barang semalam


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

disini." "oh begitu, saya harus suru dua pelayan saya untuk
memebersihkan kamar!"
"tidak pelu repot-repot Tan-sicu! biar kami sendiri yang
membersihkannya!" "benar Tan-loya!" sela Cu-jin, Tan-loya dengan senyum
mengangguk dan berkata "baiklah kalau begitu! marilah saya antar kekamar taihap!"
"baik dan terimakasih Tan-sicu!" sahut Han-fei-lun, kemudian
mereka mengikuti Tan-loya untuk menunjukkan kamar mereka.
Pada saat malam tiba, Pouw-tan dan Cu-jin pergi melihat
keberadaan pendekar buta, namun sampai larut malam,
penghuninya belum kembali, lalu keduanya pulang
kepenginapan "bagaimana!" Apa pendekar buta sudah kembali?" tanya Hanfei-lun
"belum bengcu! hmh....pergi kemana mereka yah!?" jawab
Pouw-tan seraya bergumam 308 "sudahlah! kita istirahat saja, besok kita akan kembali kesana
untuk melihatnya!" ujar Han-fei-lun, kedua pendekar itu
mengangguk, lalu masuk kedalam kamar masing-masing.
Esok siangnya mereka kembali ketempat kediaman pendekar
buta, namun rumah itu tetap kosong, sehingga Han-fei-lun
mengajak kedua pendekar untuk kembali kepenginapan,
keesokan harinya mereka melakukan hal yang sama hingga
seminggu, namun pendekar buta belum kembali
"sepertinya keduanya telah meninggalkan kota ini." ujar Han-feilun
"lalu sekarang bagaimana bengcu!?" tanya Pouw-tan
"kita kembali kepenginapan dan minta pamit pada Tan-sicu,
saya akan melanjutkan perjalanan mencari jejak keduanya."
jawab Han-fei-lun, kemudian mereka kembali ketempat Tan-loya
untuk pamit. Kemanakah Han-kwi-ong dengan anaknya" kenapa mereka
meninggalkan Xining" sebenarnya demikianlah siasat yang
mereka jalankan, dan oleh karena itulah selama enam bulan
mereka hanya berdua dirumah itu, karena mereka tidak ada
rencana untuk menetap lama, mereka akan pindah jika
mendengar siauw-taihap menuju tempat mereka, demikianlah
yang mereka lakukan di Xining, tiga hari sebelum kedatangan
Han-fei-lun, Han-bouw-bian sudah mendengar perjalanan
bengcu menuju xining, lalu ia melapor pada ayahnya, dan hari
itu juga mereka meninggalkan Xining menuju kota Kenlung, tapi
sesampai di Kenlung, dan baru dua minggu berada dikota
Kenlung, mereka mendengar Han-fei-lun menuju kota ken-lung,
mereka segera meninggalkan Ken-lung menuju kota Lijiang
309 setelah selama tiga hari membuat keonaran dikota itu dengan
membunuh dan menjarah harta kepala daerah dan seorang tihu.
Han-fei-lun sampai dikota Kenlung saat upacara pemakaman
Zhang-taijin, barisan polisi mengawal acara arak-arakan
tersebut, warga melambai-lmabaikan tangan dari pinggir dengan
hati iba dan sedih "ada apa sicu!" siapakah yang hendak dimakamkan itu?" tanya
Han-fei-lun pada seorang lelaki paruh baya
"itu jenazah Zhang-taijin kepala daerah kota ini, ah...sungguh
mengenaskan kematiannya." jawab lelaki itu
"memang bagaimana kematiannya sicu?"
"rumah Zhang-taijin dimasuki pencuri, dan pencuri itu
membunuh zhang-taijin dengan menusuk kening sehingga
berlubang" "kapan kejadiannya sicu!?" tanya Han-fei-lun
"lima hari yang lalu, wah...kasihan betul." jawab lelaki itu
Setelah iring-iringan lewat, Han-fei-lun memasuki sebuah likoan,
ia menginap untuk memastikan keberadaan kedua buruannya,
setelah menyelidiki keadaan kota selama seharian penuh, dan
tidak adapun tanda-tanda keberadaan pendekar buta dan "seekim-liong" maka Han-fei-lun meninggalkan kota Kenlung, ia
melakukan perjalanan cepat, hingga dua minggu kemudian
sampailah Han-fei-lun dikota Lijiang
Seorang pelayan menyambut kedatangan Han-fei-lun saat
memasuki likoan, setelah memasan makanan, Han-fei-lun duduk
dekat pintu masuk dan tatapannya kadang melihat orang yang
berlalu lalang di depan likoan
310 "apakah taihap menunggu seseorang?" tanya pelayan saat
menghidangkan pesanan Han-fei-lung
"tidak sicu! tapi saya mengejar dua orang, dan salah satunya
lelaki buta paruh baya."
"oh....tiga hari yang lalu tamu dengan ciri yang disebut taihap
singgah disini." "oh benarkah, lalu apa keduanya menginap ?"
"tidak taihap! selesai mereka makan, sepertinya mereka
langsung melanjutkan perjalanan."
"hmh"apakah tidak ada kekacauan yang terjadi, setelah
keduanya singgah dikota ini?"
"rasanya tidak ada taihap!" jawab pelayan, lalu kemudian ia
meninggalkan Han-fei-lun.
Han-fei-lun menyantap hidangan didepannya, ketika ia sedang
makan tiba-tiba cuaca gelap dan mendung tebal berarak di atas
langit kota Lijiang "sepertinya hujan akan turun." ujar seorang tamu pada rekan
semejanya "kita tidak akan bisa melanjutkan perjalanan, twako!" sela
temannya "dan sebaiknya kita menyewa kamar, song-te"
"baik twako! saya akan memesannya pada pelayan!" sahutnya
sambil berdiri dan menemui pelayan.
Hujan turun dengan lebat, Han-fei-lun terpaksa menunda
pengejarannya, dan menyewa kamar untuk menginap, seorang
pelayan mengantarkannya kedalam kamar, Han-fei-lun
merebahkan badan di atas ranjang dan tidak lama ia pun tertidur
pulas. 311 Keesokan harinya Han-fei-lun melanjutkan perjalanan, setelah
keluar gerbang kota, ia mengerahkan ilmu berlarinya yang luar
biasa sehingga tubuhnya melesat cepat, dan beberapa menit
saja ia sudah jauh meninggalkan kota.
"bwee-hoa-likoan" adalah rumah makan yang tergolong besar
dikota Guiyang, pengunjungnya sangat ramai, terlebih siang itu
banyak pelanggan yang hendak makan siang, puluhan pelayan
sibuk menyambut dan melayani para tamu, tawa dan canda para
tamu, seruan perintah ini dan itu, sehingga membuat suasana
hiruk pikuk terdengar disana sini, dan pada ketika itu dua orang
tamu memasuki likoan, keduanya adalah Han-kwi-ong dan
anaknya Han-bouw-bian, seorang pelayan dengan ramah
segera menyambut keduanya
"silahkan loya dan kongcu kemeja sana!" pinta pelayan sambil
menggiring keduanya kesebuah meja, Han-kwi-ong dan
anaknyapun duduk "mau pesan apa loya!?" tanya pelayan dengan hormat
"dua porsi makanan lengkap dengan lauk yang kalian miliki, lalu
dua kati arak terbagus." sahut Han-bouw-bian
"baik kongcu, sebentar pesanan akan segera kami penuhi." ujar
pelayan sembari meninggalkan mereka, dan tidak lama
kenudian pesanan Han-bouw-bian pun dihidangkan dua orang
pelayan, setelah makanan terhidang, ayah beranak itupun
makan dengan lahap. Setelah selesai makan keduanya masih melanjutkan dengan
minum arak sambil menikmati hembusan semilir angin yang
datang dari permukaan kolam buatan disamping likoan
312 "ayah! sudah lebih satu bulan kita melarikan diri, mungkin Fei-lun
sudah kehilangan jejak kita, jadi kita sudah bisa menetap
beberapa lama dikota ini, bagaimana pendapat ayah?"
"hal itu tidak mungkin Bian-ji kita, karena sekali Fei-lun sudah
mengincar kita, maka kita tidak akan pernah menetap disatu
tempat." "lalu sampai kapan kita terus melarikan diri, ayah!?"
"yang jelas kita akan ke utara dan bergabung dengan siokmu
Pak-hek-liong." "lalu apakah kita setelah ini melanjutkan perjalanan ataukah kita
akan menginap barang satu malam?"
"hmh".kita menginap saja disini dan besok baru perjalanan kita
lanjutkan." Jawab ayahnya, kemudian han-bouw-bian berdiri dan
melangkah kemeja kasir untuk memesan kamar.
Ayah dan anak itu diantar seorang pelayan memasuki sebuah
kamar, han-kwi-ong merebahkan badan di atas ranjang
"ayah! aku keluar sebentar melihat-lihat keadaan." Han-kwi-ong
hanya mendehem menjawab anaknya, Han-bouw-bian pun
keluar dan menutup pintu kamar, dan saat ia sedang menuruni
tangga ia melihat beberapa pelayan dan orang tua yang duduk
dikasir sedang menyambut seorang lelaki muda yang tampan,
dan sepintas ia mendengar percakapan yang terjadi
"selamat datang Han-kongcu!" sambut lelaki tua itu sambil
merangkap tangan diikuti beberapa pelayan
"selamat bertemu Tan-pek, kalian baik-baik saja bukan !?" sahut
lelaki berumur dua puluh satu tahun yang tiada lain adalah Hanliu-tan putra dari Han-sai-ku,
"keadaan kami baik-baik saja kongcu, dan bagaimana dengan
313 kabar Han-loya dan keluarga di Kun-ming?"
"ayah dan ibu baik-baik saja Tan-pek."
"syukurlah kalau begitu, oh ya marilah kita keruangan dalam
Han-kongcu!" ujar Tan-bouw, lalu ia pun mengiringi langkah
Han-liu-tan memasuki likoan.
Han-bouw-bian yang mendengar pemuda itu satu she dengan
dia sedikit tertarik, lalu ia mendekati seorang pelayan paruh baya
"paman! siapakah kongcu muda yang baru disambut itu?" tanya
Han-bouw-bian "oh itu adalah Han-kongcu pemilik dari likoan ini." jawan pelayan
itu dengan seulas senyum ramah
"apakah Han-kongcu tinggal dikota ini?"
"tidak kongcu! Han-kongcu dan keluarganya tingal dikota
Kunming, dan sesekali saja ia datang kesini."
"oh, begitu, baiklah paman aku hendak keluar hendak melihatlihat suasana kota."
"baiklah kongcu, silahkan menikmati keindahan kota Guiyang."
sahut pelayan itu , Han-bouw-bian pun keluar dari likoan.
Han-liu-tan melihat-lihat keadaan likoan bersama Tan-bouw, dan
Han-liu-tan merasa puas melihat keadaan likoan milik
keluarganya yang dipimpin oleh Tan-bouw. Han-liu-tan sudah
berumur dua puluh satu tahun, bisnis keluarga ini sudah
digelutinya sejak umur tujuh belas tahun, hal ini disebabkan
sebagaimana diketahui bahwa Han-sai-ku sepulang dari selatan
mendapatkan perlakuan aniaya dari paman guru dan tiga
saudara seayahnya Han-kwi-ong, Han-ok-liang dan Han-bunliong.
314 Sejak itu yang mengurus likoan di kota kunming diserahkan
pada putrinya Han-Han-ci-lan cici dari Han-liu-tan, dan empat
tahun kemudian Han-ci-lan menikah dengan pemuda she Yo
yang menjadi tihu dikota Guolin sebelah selatan kota kunming,
Setelah Han-cilan pindah mengikuti suaminya, Han-sai-ku
menyerahkan pengurusan likoan kepada Han-liu-tan yang kala
itu masih berumur tujuh belas tahun.
Han-liu-tan yang terpelajar memang tidak mengecewakan
orangtuanya, dia mampu mengelola bisnis keluarganya dengan
baik sehingga lima tahun sudah, likoan bunga cilan tetap menuai
sukses dan diminati orang banyak, dan rutinitasnya setiap tahun
datang mengunjungi likoan milik keluarganya yang ada di luar
kota kunming, dan salah satunya likoan dikota Guiyan.
Han-bouw-bian yang sedang berjalan-jalan tertarik melihat
akrobat keliling yang sedang menjajakan kebolehannya, banyak
orang berdiri melingkar menyaksikan atraksi yang
dipertontonkan, Yang menarik perhatian Han-bouw-bian adalah
gadis cantik yang sedang memutar lingkaran rotan dengan
kakinya, tepuk tangan menyambut permainan gadis cantik
tersebut, dan tidak lama para penonton melempar uang recehan
dan disambut ucapan terimakasih dari lelaki paruh baya yang
menjadi pimpinan rombongan.
Setelah atraksi selesai para penontonpun bubar diiringi ucapan
terimakasih dari lelaki paruh baya
"terimakasih---terimakasih...lain hari kami akan datang lagi!" ujar
lelaki itu sambil merangkap kedua tangan kea rah para penonton
yang hendak bubar, dan ketika lelaki itu menatap Han-bouw-bian
315 dia tersenyum ramah "terimakasih kongcu! " ujarnya ramah lalu berbalik
memerintahkan empat angotanya mengemasi barang, dan
empat orang anggota rombonganpun mengemasi barang,
sementara Han-bouw-bian tetap berdiri ditempatnya, sehingga
membuat pimpinan rombongan heran dan lalu bertanya
"ada apa kongcu! apakah ada yang hendak kongcu
sampaikan!?" Han-bouw-bian melangkah dengan senyum sinis
melewati pimpinan rombongan
"tidak ada, saya ingin bicara dengan gadis itu." gadis yang dari
tadi merasa kikuk dilihatin terus oleh Han-bouw-bian merasa
kaget, pimpinan rombongan merasa ada gelagat tidak baik
langsung mengejar Han-bouw-bian
"maaf kongcu! kami ini hanya orang kecil, jadi tolong kami
jangan diganggu." "Hmh...kamu jangan banyak lagak orangtua, aku menginginkan
nona itu!" mendengar nada perkataan Han-bouw-bian itu empat
orang lelaki yang mengemasi barang langsung
berdiri siaga, dan hal ini mengundang senyum sinis Han-bouwbian
"hehehe....kalian ini mau apa!" bentaknya, gadis itu segera
mendekati rekan-rekannya "sudahlah twako! kalua kongcu ini hendak bicara, silahkanlah
bicara!" "hmh".bagus"sekarang ikutlah dengan saya nona!"
"tuan! Kita tidak saling mengenal, dan saya tidak mau ikut
denganmu." "hehehe..nona cantik aku suka padamu, dan kamu mesti ikut
316 dengan saya." "kongcu! tolong jaga sikapmu yang ku".." lelaki yang menyela
itu tidak dapat melanjutkan perkataannya karena sebuah
tamparan sudah menghancurkan mulutnya, kepala terasa
pening dan pandangannya nanar, lalu ia pun roboh pingsan
Kejadian itu menarik perhatian orang, sehingga datang
mendekat, tiga anggota rombongan merangsak maju hendak
membalas, namun ketiganya entah bagaimana menjerit dan lalu
roboh pingsan, hal itu membuat gadis itu kaget dan marah
"kongcu! siapakah kamu yang hendak memaksakan kehendak


Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku!?" "hehehe"nona cantik, saya adalah see-kim-liong, dan aku suka
padamu." Jawab Han-bouw-bian jumawa, orang-orang yang tadi
mendekat langsung segera menyingkir setelah mendengar
julukan pemuda itu, Julukan Iblis buta dan See-kim-liong yang
menggemparkan bagian barat itu telah menjadi momok yang
menakutkan. Wajah gadis itu berubah pucat, demikian juga dengan pamannya
pimpinan rombongan, lalu lelaki itu segera bersimpuh dihadapan
Han-bouw-bian "tuan! Maafkanlah kami yang tidak merngenal tuan, dan tolong
bermurah hatilah untuk tidak menggangu keponakanku
"tidak bisa! sekali see-kim-liong menginginkan sesuatu, maka
tidak ada yang boleh menghalangi, hehehe"hehehehe"." Hanbouw-bian dengan sekali lompat telah meraih pinggang gadis itu
dan berkelabat ke atas wuwungan bangunan
317 "ah..ti..tidak"lepaskan aku"to"tolong lepaskan aku..!"
"hahaha..hahaha".nona cantik aku bukannya hendak
menyakitimu, bahkan aku akan memberikan kesenangan
padamu." ujar Han-bouw-bian dengan nada ceriwis
"ti..tidak tuan..kasihanilah aku..to..tolong lepaskan aku." keluh
gadis itu memelas "lepaskan gadis itu, sicu!" teriak seorang yang tiba-tiba melayang
ke atas dan mendarat dengan ringan di atas wuwungan, seorang
lelaki muda yang ternyata Han-liu-tan, setelah pekerjaannya
selesai dilikoan, Han-liu-tan pergi kepasar untuk membeli
beberapa gulung kain bersama Tan-bouw, namun melihat
banyak orang memperhatikan kesatu jurusan yakni ke atas
wuwungan sebuah bangunan, maka ia pun ikut memperhatikan
"apa yang mereka lakukan disana..!?" gumam Tan-bouw, dan
seorang lelaki seumuran Tan-bouw menoleh
"eh..Tan-sicu! Hendak belanjakah" Sapanya
"iya Cu-sicu, ada apa yah, kenapa dua orang itu berada disana?"
"gadis itu anggota rombongan akrobatik, dan lelaki itu ternyata
see-kim-liong yang menggemparkan itu." Tan-bouw
memicingkan mata untuk fokus memperhatikan, dan hatinya
tersentak setelah yakin dengan orang yang dilihatnya
"eh kongcu! lelaki itu adalah tamu yang menginap di penginapan
kita, ah"aku ingat sekarang, ia sepertinya tadi bersama lelaki
tua,hmh" mungkinkah lelaki temannya itu iblis buta?" she-Cu
yang mendengar bisikan Tan-bouw pada Han-liu-tan menyela
"aduh..gawat kalau begitu, tempat kita telah didatangi iblis buta
dan see-kim-liong, kita ketibaan bencana kali ini." keluhnya dan
saat itu Han-liu-tan segera melesat ke atas dan berdiri anteng
318 dihadapan Han-bouw-bian "eh..ternyata kamu kongcu! apa urusanmu naik kesini!?" tegur
Han-bouw-bian sinis "perbuatanmu sungguh tidak patut, sicu! jadi tolong lepaskan
nona itu!" "hahahaa"hahaa"mau jadi pahlawan kongcu!" hahaha"tidak
kenalkah kamu siapa saya!?" Han-liu-tan dengan wajah tenang
tersenyum "aku tahu siapa dirimu, kamu adalah see-kim-liong yang akhirakhir ini sesumbar diwilayah barat." Han-bouw-bian marah dan
matanya mendelik, ia tidak menyangka bahwa ada orang yang
anggap remeh pada julukannya yang menggemparkan
"bangsat..! kamu punya apa sehingga berani berhadapan
dengan saya! umpatnya marah, dengan wajah dan seulas
senyum Han-liu-tan berkata
"jika kamu merasa julukanmu hebat, lepaskan gadis itu, dan kita
boleh adu kebolehan." melihat ketenangan dan mendengar
perkataan bernada tantangan yang sangat meyakinkan itu
membuat Han-bouw-bian naik emosi, lalu ia melemparkan
wanita itu kebawah sembari menyerang Han-liu-tan dengan
sebuah terkaman dahsyat, sesaat Han-liu-tan terkejut melihat
gadis yang dilemparkan, dan dengan cekatan ia melesat kea rah
gadis yang melayang kebawah, dan serangan Han-bouw-bian
mengenai tempat kosong, tapi Han-bouw-bian tidak mau kecele
dan dia menyerang han-liu-tan dengan pukulan jarak jauh,
supaya niat han-liu-tan yang hendak menolong gadis itu gagal,
tapi dengan gerakan indah dan jitu, Han-liu-tan memapaki
serangan itu dan menggunakan tenaga dorongan Han-bouwbian menambah daya lesatnya dan sebelah tangannya meraih
319 tubuh gadis itu dengan tepat dan setelah tubuh gadis itu
didekap, ia langsung berjumpalitan memutar tubuh dan
mendarat ringan di atas tanah, orang yang melihat atraksi
penyelamatan yang luar biasa itu sontak bertepuk tangan.
Han-bouw-bian makin jengkel dan melesat kebawah dengan
sebuah serangan cepat laksana naga yang menukik, Han-liu-tan
terkesima dengan jurus yang dikeluarkan lawannya ini, karena
jurus ini amat dikenalnya yakni jurus pertama dalam rangkaian
jurus "bun-sian-pat-hoat" yang bernama "ci-lou-bun-sian" (dewa
sastra menunjuk jalan) maka ia dengan gerakan "in-touw-sobun-sian" (dewa sastra menenun mega) dalam rangkaian jurus
"bun-sian-pat-hoat" menawar serangan Han-bouw-bian,
pertempuran hebatpun berlangsung, kelitan dan jotosan keluar
dengan begitu cepat dan kuat, dan setelah tiga puluh jurus
berlalu dua tenaga sin-kang berdentum
"dhuar"." suara benturan sin-kang merebak dan memekakkan
telinga, Han-bouw-bian terpental ke udara dan mendarat enteng
di atas tanah, sementara kaki Han-liu-tan amblas kedaklam
tanah sebatas mata kaki. Sesaat keduanya terdiam dan terkesima, keduanya sam-sama
menguasai jurus yang baru saja mereka adu, Han-liu-tan sudah
merasa bahwa lawannya ini ada hubungan dengannya
"siapa kamu sebenarnya, bagaimana kamu dapat menguasai intouw-so-bun-sian!?" tanya Han-bouw-bian penasaran
"hmh..ternyata iblis buta itu adalah uwak Han-kwi-ong, apakah
kamu murid dari uwak Han-kwi-ong?" Han-liu-tan balik bertanya
setelah berpikir sesaat menghubungkan julukan lawannya ini
dengan perkataan yang dibisikkan Tan-bouw.
320 "sialan! ditanya malah balik bertanya, Han-kwi-ong adalah
ayahku, apakah kamu anak dari Han-sai-ku!?"
"jaga mulutmu sepupu! ayahku itu adalah pamanmu!" tegur Hanliu-tan tegas, dengan senyum sinis Han-bouw-bian memasang
ancang-ancang "bagus! ternyata anak si pengecut, terima seranganku! heaaat.."
Han-bouw-bian mengerahkan jurus Pai-hud-bun-sian dengan
kecepatan dan kekuatan penuh, tubuhnya berputar laksana
gasing, Han-liu-tan mengenal jurus keempat ini.
"Pai-hud-bun-sian" gumam Han-liu-tan, lalu dengan pengerahan
gin-kang ia mengeluarkan jurus yang sama , pertarunganpun
berlanjut kembali, kali ini tubuh keduanya membentuk pusaran
puting beliung meliuk saling menyerang.
Orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu berdecak
kagum, kenapa tidak, dua pusaran puting beliung laksana dua
naga yang saling menyerang diatas angkasa, dentuman
benturan sin-kang yang bertemu membuat tempat itu hingar
bingar dan bergetar, pertarungan itu sudah berjalan dua jam
penuh, namun kedua saudara sepupu itu masih bersitegang adu
jotos, setelah pertarungan di atas itu menemui jalan buntu,
karena sama kuat, maka keduanya mengadu sin-kang sehingga
keduanya terpental kebelakang dan keduanya turun menjejak
bumi. Dua sepupu itu diam sesaat, lalu kemudian bertarung lagi
dengan hebat, kali ini jurus keenam dalam rangkaian jurus bunsian-pat-hoat yakni "bun-sian-sin-lie" (tarian sakti dewa sastra)
keduanya demikian cekatan dan kuat, keduanya saling berusaha
mendesak dan memojokkan lawan, namun tak pelak karena
321 keduanya memiliki tenaga dan kecepatan yang seimbang dan
sama-sama mengetahui rahasia serangan dan gerak tipu yang
dikeluarkan, maka pertarungan itu berjalan alot.
Dan disaat keduanya saling jotos, sebuah bayangan memasuki
pertarungan hebat itu "buk".hoak?" tubuh Han-liu-tan terlempar sambil
memuntahkan darah karena sebuah pukulan hebat melanda
lambungnya, dengan nafas tersegal-segal Han-liu-tang menatap
penyerang gelapnya yang tiada lain adalah iblis buta
"ayah"dia itu anak Han-sai-ku!" teriak Han-bouw-bian sambil
melompat menyerang dengan sebuah pukulan mematikan ke
arah kepala Han-liu-tan, serangkum tenaga dahsyat menyeruak
melesat kearah Han-liu-tan yang sudah lemah, Han-liu-tan
hanya pasrah menerima pukulan terakhir itu, namun tiba-tiba
sebuah bayangan kilat meraup tubuh Han-liu-tan sehingga
pukulan itu menghantam tempat kosong
"Lun-pek"!" seru Han-liu-tan setelah melihat siapa yang
mendekapnya, Han-fei-lun menurunkan Han-liu-tan sembari
bertanya lembut "kamu siapakah nak!?"
"aku Han-liu-tan putra Han-sai-ku." jawab Han-liu-tan
"hmh"kamu atur dulu pernafasanmu Tan-ji." ujar Han-fei-lun,
Han-bouw-bian terkesiap dan nyalinya ciut melihat kharisma
tokoh didepannya, Han-fei-lun sejenak menatapnya, lalu dengan
nada dingin menegur Han-kwi-ong yang menghadap padanya
"kwi-ong"..! kamu ini kenapa demikian telengas, hah!?" sesaat
hati Han-kwi-ong bergetar dan dilanda rasa kaget dan takut,
322 namun ia mencoba menenangkan hatinya, namun suaranya
tetap bergetar saat balik bertanya
"fei-lun! Kamu kenapa capek-capek datang kemari!?" mental
garang Han-kwi-ong pudar dan berubah menjadi mental
pengecut, hal ini karena pelarian selama sebulan dan rasa waswas yang menyelimutinya setiap saat
"aku hendak menemui kalian berdua yang dengan pongah
menebar kejahatan atas nama iblis buta dan see-kim-liong, kali
ini kalau kamu tidak kuhajar habis-habisan jangan anggap aku
kakakmu!" bentak Han-fei-lun, mendengar nada perkataan Hanfei-lun yang geram membuat iblis buta terheyak kecut
"ayah..!kenapa ayah diam saja!?"" teriak Han-bouw-bian heran
melihat sikap ayahnya yang tidak biasanya, Han-fei-lun menoleh
pada Han-bouw-bian "apakah kamu yang berjulukan see-kim-liong!?"
"benar! dan kamu ini siapa!?" bentak Han-bouw-bian mencoba
menantang kharisma lelaki tua didepannya
"Bian-ji! mari kita pergi!" sela Han-kwi-ong sembari membalik
badan "berhenti kamu Kwi-ong!" bentak Han-fei-lun sembari tubuhnya
melayang kedepan Han-kwi-ong, Han-kwi-ong dengan serta
merta mendorong dan menyerang dengan tongkatnya, Han-feilun dengan cekatan berkelit dan hendak menagkap tongkat Hankwi-ong, Han-kwi-ong tahu gelagat dan cepat menarik
tongkatnya dan mencoba menjauh dengan menggelindingkan
tubuh, dan setelah itu ia mulai menyerang dengan jurus kiambun-sian-hoat, Han-fei-lun dengan tenang menghadapi jurus
pedang luar biasa ini, kipasnya dalam rangkaian "kwi-hut-san323
sian" (dewa kipas penakluk iblis) dikeluarkan untuk mengimbangi
sabetan tongkat yang mengawung.
Han-bouw-bian segera mencabut pedangnya dan dengan jurus
yang sama dengan ayahnya menyerang Han-fei-lun, kali ini Hanfei-lun dibuat sibuk melayani keroyokan jurus pedang yang
jarang tandingan itu, Han-fei-lun merubah gerakannya dengan
jurus "bun-sian-minling-ci" (jari titah dewa sastra)" jurus su-hoat
ini dilancarkan dengan apik dan cekatan, sehingga walaupun
dikeroyok demikian rupa Han-fei-lun tidak terdesak, bahkan
semakin lama Han-bouw-bian dan ayahnya semakin keteter dan
tertekan, perubahan ilmu su-hoat itu demikian rumit dan
membingungkan kedua lawannya, Han-bouw-bian makin kecut
dan buntu, akibat terpecahnya konsentrasi Han-bouw-bian,
membuat daya serangnya melemah dan ini sangat fatal, karena
ketika serangan Han-fei-lun mengarah padanya dengan satu
gerakan aneh dan tuk..tuk....hegg..hoak..." dada dan perut Hanbouw-bian kena totol, nafas Han-bouw-bian sesak dan perutnya
berguncang, setelah muntah untuk yang kedua kalinya, Hanbouw-bian pingsan, Han-kwi-ong yang merasa bahwa anaknya
telah roboh menjadi kecut dan tidak pelak serangan sakti dari
Han-fei-lun tidak dapat dibendung dan ia menjerit saat sebuah
totolan mengenai pelipisnya, dan tidak hanya itu tiga totolan
sakti mengenai punggung dan kedua bahunya, hingga tidak
bersambat Han-kwi-ong roboh pingsan.
Han-fei-lun berhenti dan melihat tubuh saudaranya yang
tergeletak, dan nyatanya siang sudah berganti malam, lalu ia
melangkah mendekati Han-liu-tan
"lun-pek!" seru Han-liu-tan sambil berdiri
324 "bagaimana keadaanmu tan-ji!?"
"keadaanku sudah baikan Lun-pek, marilah Lun-pek ikut saya
kepenginapan" "tunggu dulu! kita harus membawa keduanya" ujar Han-fei-lun
sembari melangkah mendekati tubuh Han-kwi-ong, lalu ia
mengangkat tunuh saudaranya, Han-liu-tan segera mengangkat
tubuh Han-bouw-bian dan merekapun kembali kepenginapan
bunga ci-lan. Sesampainya dipenginapan, Tan-bouw menyuruh pelayan untuk
menyiapkan kamar, Han-kwi-ong dan Han-bouw-bia dibaringkan,
dan tidak lama dua pelayan membawa makanan dan minuman,
lalu keduanyapun makan "Tan-ji..! bagaimana kamu sampai disini, bukankah kalian tinggal
di kunming dan bagaimana kamu bisa bertempur dengan
sepupumu!?" "penginapan ini milik kita Lun-pek, jadi saya kesini hanya
kunjungan tahunan, dan tadi siang saya melihat kelakuan
sepupu ini tidak patut karena menggangu seorang gadis."
"oh..demikian rupanya, jadi inikah usaha yang dirintis ayahmu!?"
ujar Han-fei-lun kagum "benar Lun-pek, lalu Lun-pek bagaimana hingga sampai kesini,
dan bagaimanakah kabar pekbo dan keluarga di Kaifeng?"
"pek-bomu dan keluarga yang lain baik-baik, dan ayah dan
ibumu bagaimana kabarnya Tan-ji!?"
"ayah dan ibu baik-baik saja, sementara cici sudah menikah dan
ikut suaminya ke Guoling "syukurlah jika demikian dan sepertinya usaha ayahmu ini,
sekarang kamukah yang menaganinya?"
"benar Lun-pek! dan Lun-pek kan tahu sendiri bagaimana
325 kondisi ayah setelah pulang dari selatan." Han-fei-lun manggutmanggut
"baiklah Tan-ji! pek-pek harus membersihkan diri dulu, setelah
itu obrolannya kita lanjutkan."
"baik pek-pek, marilah saya antar pek-pek pek, dan saya juga
ingin mandi." sahut Han-liu-tan, lalu keduanya meninggalkan
kamar sementara dua pelayan membersihkan meja makan.
Setelah Han-fei-lun mandi dan berganti pakaian, Han-liu-tan
sudah muncul dengan wajah segar berbarengan dengan Tanbouw dan dua pelayan membawa minuman dan makanan kecil,
keduanyapun kembali duduk, dan ketika Tan-bouw hendak
beranjak "Tan-pek! duduklah bersama kami, ini adalah pek-pek saya,
saudara tua ayah saya, Lun-pek! ini adalah Tan-pek yang
dipercayakan ayah mengelola likoan ini sejak berdiri."
"ya..saya adalah Han-fei-lun Tan-sicu!" sela Han-fei-lun
memperkenalkan diri, Tan-bouw segera menjura dan dibalas
ramah oleh Han-fei-lun

Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak Kong Ciak Bi Siucai Karya Raja Kelana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"saya adalah Tan-bouw dan saya sangat senang berjumpa
dengan Han-loya." "demikian juga dengan saya Tan-sicu, dan maafkan saya
dengan situasi ini." ujar Han-fei-lun sambil menoleh keranjang
dimana dua kerabatnya terbaring, Tan-bouw mengerti apa yang
dimaksud Han-fei-lun "ah"tidak usah demikian Han-loya, situasi seperti ini sudah
biasa, para tamu kelana juga sering seperti ini, dan
bagaimanakah keadaan mereka?"
"iya Lun-pek, bagimanakah keadaan Ong-pek dan sepupu ini?"
"sepupumu tidak terluka parah, nanti setelah siuman ia akan
326 saya beri obat." "lalu luka Ong-pek bagaimana?" tanya Han-liu-tan penasaran
"Ong-pek mu harus menerima kenyataan kondisinya saat ini, dia
tidak akan lagi sesumbar berbuat jahat dan aniaya."
"maksudnya Ong-pek tapa daksa, begitukah Lun-pek?" Han-feilun mengangguk lalu berkata
"Lun-pek memang sedang memburu keduanya sejak dari xining,
kelakuan Ong-pek mu harus di beri pelajaran keras."
"iblis buta dan see-hek-liong memang telah jadi momok
menakutkan di wilayah ini Han-loya, dan tidak disangka bahwa
mereka ini ada hubungan dengan dekat dengan Han-loya di
Kunming." sela Tan-bouw
"yah demikianlah Tan-sicu, nasehat berkali-kali sudah diberikan,
namun tidak digubris, demikianlah jika hati sudah dirasuki iri dan
dengki, sukar untuk menerima kebenaran." ujar Han-fei-lun
"ugh...akh..." terdengar rintihan dari mulut Han-bouw-bian, Hanfei-lung segera berdiri dan melangkah keranjang sambil
Rahasia Kunci Wasiat 10 Amanat Marga Karya Khu Lung Pecut Sakti Bajrakirana 12

Cari Blog Ini