Ceritasilat Novel Online

Seruling Sakti 13

Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto Bagian 13


"Kalau begitu, usahanya memang berhasil baik." Ki Wisesa menimpali ucapan Ki Sugita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, benar. Dia tentu orang hebat, dia bisa melihat sifat buruk Jaka sejak dini."
Kini mereka tahu alasannya, kenapa Jaka begitu tenang.
Karena Jaka memang sudah melatih kesabaran sejak kecil.
"Kalau begitu?" ujar Ki Lukita memandang Ki Glagah.
"Hm, kalau begitu, setiap saat Jaka bisa lepas kendali, jika dia terus menerus didesak." Gumam Ki Glagah pula.
"Mungkinkah..."
"Mungkin sekali!" potong Ki Wisesa.
"Gawat!" Ki Benggala dan Gunadrama segera
menyadarinya, mereka bangkit dan segera menuju ruang latihan. Saat ini mereka ada di atas, sedangkan ruang latihan ada di ruang bawah.
54 - Meditasi Batu Mulia "Cara bagaimana kami harus menguji dirimu?" tanya Pranayasa. Agaknya dia yang memimpin kelima rekannya.
"Terserah, keluarkan saja serangan terbaik kalian." Sahut Jaka singkat.
"Termasuk ilmu mustika?"
Jaka mengangguk. Paras keenam orang itu berubah pias, lalu dari pias menjadi kemerahan, raut mereka jadi sangat serius. Agaknya apa yang dilakukan Jaka benar-benar menyentil ego mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun hati merasa panas, tetapi merekapun sadar, kalau orang secerdik Jak tidak akan sembarang bertindak.
Kalau saja tenaga yang dikerahkan Jaka adalah tenaga saat melawan Ki Benggala, mereka yakin bukan tandingan Jaka, tapi jika keenamnya bergabung, entah apa yang akan terjadi, siapa yang tahu"
"Bersiap Jaka!" desis Pranayasa.
Jaka mengangguk, tapi, tunggu"
Keenam orang itu kembali memperhatikan wajah Jaka, dan kini perasan terkejut, gusar, ngeri, atau takut bercampur aduk jadi satu!
Saat mereka masih berbicara tadi, wajah Jaka tiada menampilkan perubahan, tetap tenang dan penuh senyum.
Tapi kini" kini"
Tiada lagi wajah penuh senyum, wajah itu kini berpenampilan seperti wajah orang mati, tapi anehnya warna wajah Jaka tidak pias, tapi hijau cerah, cuma matanya yang bening agak memburam. Lamat-lamat terasa hawa yang membuat pori-pori mereka merinding. Sekalipun mereka orang goblok, tanda yang ditimbulkan Jaka pasti diketahui. Itulah hawa membunuh! Tapi hawa ini lain dari yang lain"
Apakah itu, Meditasi Batu Mulia" Tapi mengapa begitu beda" bisik mereka dengan hati miris, ngeri.
Meditasi Batu Mulia adalah sejenis ilmu pemusatan pikiran yang sangat hebat, pemusatan pikiran hanya pada satu titik, yakni" membunuh! Istilah Meditasi Batu Mulia dikenal seluruh pakar ilmu silat, lantaran itulah tataran tingkat tinggi meditasi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menuju tingkatan tenaga sakti paling hebat tapi juga paling berbahaya, dan merupakan jalan terakhir bagi seorang pakar. Tentunya untuk menuju tingkat meditasi itu sulitnya bukan main, dan tidak tiap pakar bisa melakukannya. Cuma anehnya kenapa Jaka bisa"
Kenapa dinamakan Meditasi Batu Mulia" Tentu saja ada maksudnya, yakni; pada hakikatnya, hanya batu mulia seperti giok, permata, bijih baja, bijih emas dan sebagainya... tahan terhadap, cuaca, tanpa terpengaruh, cuaca seburuk apapun justru membuktikan kadar kemurnian batu murni.
Begitu pula dengan Meditasi Batu Mulia ini, jika seseorang sudah memasuki tahapan ini, tekanan apapun tidak akan menggoncangkan perhatiannya, tujuan membunuh akan menjadi prioritasnya, apakah dia sendiri akan mati atau tidak, tidak akan diperdulikan! Tapi yang jadi masalah, jika meditasi ini sudah memuncak dalam pengerahan, siapapun lawannya pasti mati!
Itulah kenapa lawan Jaka tergucang hatinya melihat keadaan Jaka, merekapun tak berani ayal. Seluruh puncak ilmu kepandaian masing-masing"sampai pada ilmu mustika, dikerahkan untuk menyambut serangan Jaka.
Aneh" bukankah mereka yang mengeroyok" Tetapi kenapa perasaan mereka justru sebaliknya" Seolah merekalah yang dikepung oleh pasukan di berbagai penjuru"
Jika Adiguna dan Palada berpendapat bahwa kehebatan Jaka melulu tenaga saja, kali ini mereka harus menelaah kembali dugaan itu, mereka harus menambahkan kalau Jaka adalah orang pintar... atau jenius" Dan jika sebelumnya Nawang bersaudari berpendapat kalau kecerdikan Jaka hanya melulu pengobatan dan tanaga besar, kali ini mereka harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menambahkan bahwa Jaka adalah orang yang memiliki daya pengamatan bagus" tetapi kata bagus itu lebih tepat jika diganti, sangat bagus"
Dan jika Wiratama berharap dengan serangan serentak sekuat tenaga bisa mengakhiri segalanya, maka kali ini dia harus berpikir seratus kali. Dalam kondisi Jaka saat ini, bukan hal yang tepat jika mereka menyerang serentak. Sebab situasi kali ini serupa orang saling menempelkan golok di leher masing-masing. Salah bergerak, matilah!
Dan tadinya Pranayasa sangat menantikan inspirasi gerakan barunya bisa mengejutkan Jaka, kali ini dia sadar bahwa daya pengamatannya, masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan Jaka.
Lalu bagaimana dengan Jaka" Sebelumnya dia sangat berharap bisa mengontrol dirinya, tetapi begitu ini dilakukan, maka menyesallah ia. Menyesal" Apa yang disesalinya"
Kondisi saat itu benar-benar tegang, keempat gadis anggota Jaka hanya bisa mengawasi dengan hati tegang.
Mereka sadar jika pertandingan kali ini tidak bisa dibilang pertandingan biasa, tapi pertandingan hidup-mati" Tidak, tidak... mereka mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Mereka berharap itu cuma ajang saling gebrak. Hanya saling gebrak!
Hanya?" Merekapun tak yakin dengan pikirannya sendiri.
Ketujuh orang itu berdiri bagai patung. Jika lawan Jaka mengawasi Jaka seperti harimau mengintai mangsa, maka Jaka sebaliknya, pemuda ini seolah sedang menghadapi persolaan maha sulit dalam hidupnya. Tapi perasaan pemuda Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini sama sekali tak tercermin di wajahnya, atau di matanya, atau pada tindakannya. Sebab, dia seperti orang menunggu ajal"
"Bagaimana ini?" bisik Andini dengan suara lirih, wajahnya pucat.
"Aku tak tahu?" gumam Pertiwi.
"Apakah sebaiknya?"
"Benar!" Ayunda memotong ucapan Diah, "Lebih baik para tetua tahu." Ujar gadis ini dengan hati kalut. Tanpa menunggu lebih lama lagi, ia segera beranjak dari ruangan.
Tapi" Bluk! Ayunda terjatuh, kakinya lemas, ia merasa tak punya tenaga. Padahal hanya empat langkah ditempuhnya. Kenapa bisa begitu"
"Yunda, kau kenapa?" pekik ketiga saudaranya kaget, mereka memburu, dan" merakapun ikut jatuh. Lemas!
"Kenapa ini?" bisik ketiganya bingung. Tapi sebagai orang-orang berpikiran luas, keempatnya mengetahui kalau keadaan tak wajar ini berasal dari pertarungan"yang belum lagi terjadi.
Tanpa berpikir lebih jauh, keempat gadis ini segera menghimpun hawa murni dan memfokuskan pikiran pada perlindungan badan. Tak lama kemudian" berhasil! Mereka bisa bergerak, tetapi rasanya seperti baru keluar dari himpitan batu gunung, sungguh melelahkan. Untuk langsung melangkah keluar dari ruangan itu, mereka harus segera Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memulihkan tenaga kembali, tapi kejadian seperti ini sungguh mengherankan.
"Bagaimana ini?" pikir mereka makin bingung. Mereka tak ingin saudara-saudaranya terluka, dan merekapun tak ingin Jaka cedera.
Tiba-tiba saja" "Apa yang terjadi"!" mendadak terdengar bentakan menggelegar. Sosok tubuh yang disusul beberapa orang lainnya, melesat masuk ruangan.
"Oh, syukurlah?" bisik Andini lega, melihat Ki Benggala dan Ki Gunadarma datang. Sebagai orang yang
berpengalaman, kedua tetua itu langsung tahu apa yang terjadi.
"Gila!" pekik keduanya terkejut setengah mati.
Bagaimana mereka tak akan kaget" Kalau dari kepala keenam anak didik mereka lamat-lamat mengepulkan asap tipis" Bukankah itu tandanya keenamnya sedang beradu tenaga" Benarkah adu tenaga" Tapi mereka cuma berdiri saja" dan jika benar itu adu tenaga, dengan siapa" Dalam sekejap saja mereka tahu" Jaka!
Rupanya karena keenam orang ini memunggungi pintu masuk, dengan sendirinya posisi Jaka tak terlihat.
"Pertiwi, apa yang terjadi?" teriak Ki Benggala dengan wajah kawatir.
"Tidak tahu paman, tapi hentikanlah mereka?" seru gadis ini gugup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum lagi Ki Benggala bertindak, mendadak muncul berturut-turut tetua yang lain.
"Apa yang terjadi?" tanya Ki Glagah bingung.
"Entahlah, aku kurang jelas kakang." Sahut Ki Benggala, sekalipun ia tahu, dia pun kurang begitu paham dengan kondisi yang berkembang saat ini.
"Celaka?" desis Ki Alit Sangkir. Mendadak dia melangkah kepinggir kepungan"antara Jaka dan enam pemuda-pemudi itu.
"Hentikan!" bentaknya menggelegar. Ia menunggu sesaat, tetapi teriakannya tak dihiraukan. "Bocah-bocah keras kepala!"
geramnya seraya memukulkan telapak tangannya kelantai.
Blar! Sungguh hebat goncangan yang ditimbulkan pukulan itu, Ternyata Ki Alit Sangkir berusaha memisah ketujuh orang itu, tetapi gagal. Tapi akibat pukulan tadi, Jaka dan lawannya tergontai sesaat. Dan pada detik itu juga"
"Hiaa".!" Lengkingan nyaring memekik memecah situasi tegang.
Lengkingan itu sangat nyaring!
Ki Banaran berseru kaget.
Ki Sugita yang baru saja masuk, tertegun bingung. Dia bisa menduga apa yang terjadi.
Ki Wisesa berseru mencegah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Gunadarma tekejut. Ki Benggala pucat pasi, ia memalingkan wajahnya.
Ki Alit Sangkir menyesali keputusannya melerai.
Ki Lukita dan Ki Glagah ingin bertindak, sayang tak sempat lagi.
Enam orang itu melesat, melesat sangat cepat! Sebab seantero tenaga telah mereka kerahkan, mereka tak ingin ada rasa sesal, sekalipun itu artinya harus membunuh.. atau terbunuh"! Serangan bagai gugur gunung itu, mengarah Jaka"..!!
Pranayasa, berusia 28 tahun, menyerangnya dengan ilmu mustika Jari Sakti Tanpa Tanding! Ilmu itu sudah dikuasai 81% dan konon dua bulan lagi dia akan mencapai tingkat ke-9.
Berusia 27 tahun, Palada, mengerahkan ilmu mustika Tapak Naga Besi tingkat 6. penguasaan ilmu ini sudah mencapai 67%.
Dengan ilmu mustika Pasir Awan Hitam, Adiguna yang berusia 25 tahun, menyerang Jaka dengan sekuat tenaga.
Prosentase penguasaannya sudah sampai tingkat ke-4 dan mencapai 53%.
Dengan prosentase 76%, dan penguasaan pada tingkat 7, ilmu mustika Api Pembakar Dunia, pemuda berusia 25 tahun bernama Wiratama, menyerang Jaka tanpa belas kasihan.
Dua bersaudari Nawang, menyerang Jaka dengan dua ilmu mustika yang sama, yakni Pukulan Naga Beracun. Nawang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tresni yang merupakan tunangan Pranayasa, dan berusia 24
ini, sudah menguasai ilmu itu sampai pada tingkat ke-6
dengan prosentase 56%. Sedangkan Nawang Sari, adik sepupunya yang berusia 22 tahun, sudah pada tingkat ke-5
dengan prosentase penguasaan 44%.
Enam orang ini, dengan ilmu-ilmu yang dimaklumkan sebagai ilmu paling hebat, menyerang Jaka. Bagaimana pemuda ini lolos" Apa hanya karena ilmu pegangan Jaka adalah 3 ilmu mustika, yang justru, tidak bisa digunakan karena belum ada izin dari dewan penjaga ilmu mustika, ia bisa lolos" Atau karena Jaka memiliki ilmu olah langkah yang sudah mencapi tingkat tak terurai" Cara bagaimana Jaka harus menghindari, atau balas menyerang serangan-serangan super hebat itu"
Jika dilihat dari kemampuan penyerang Jaka, mereka adalah jagonya para bintang persilatan. Perlu diketahui, untuk menguasai ilmu mustika, siapapun orangnya, harus memiliki penalaran baik, daya ingat kuat, bakat"keharusan"diatas rata-rata. Jadi, jika dari tiga hal itu tidak dimiliki, jangan bermimpi bisa menguasainya, tentu saja tiap orang bisa.
Cuma kualitasnya akan semakin rendah, dan semakin baik mereka memiliki ketiga hal tersebut, makin baik pula penguasaannya. Lalu Jaka sendiri" Tiada yang tahu seberapa penguasaan dalam hal ilmu silat, pemuda ini sangat sukar dijajaki.
Apa yang akan terjadi" Jarak mereka sebelumnya hanya delapan langkah. Kini keenamnya melesat begitu cepat menyerang Jaka. Nyaris tak memerlukan satu detik-pun untuk menyerang dalam jangkauan delapan langkah.
Begitu cepat! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penuh energi" Itulah serangan terdahsyat, yang pernah mereka lancarkan!
Lalu Jaka" Dalam waktu"nyaris"sedetik itu, ekspesi wajahnya tak berubah, sorot matanya buram, tetap mirip dengan orang yang menunggu kematian, dan saat serangan tinggal seperseratus detik hendak menghantam dari seluruh penjuru, matanya berkilat tajam.
Kemudian" ..... ..... --------- Ruang latihan sudah kembali semarak. Tidak ada lagi ketegangan. Rasa penasaran sudah hilang"setidaknya kelihatan begitu"kali ini mereka begitu antusias menyambut permintaan Jaka, termasuk Wiratama yang tadinya merasa iri, dan kini sadar dengan perbedaan yang ditujukan Jaka, rasanya masih jauh jika ingin mendekati kepandaian Jaka.
Sebenarnya apa yang tadi terjadi" Mana ketegangan mereka akibat pertarungan" Bagaimana pertandingan Jaka dengan enam orang itu"
Jika ditanya pada mereka, maka enam orang itu enggan menjawab. Malukah" Kesalkah" Dendamkah" Tidak ada yang tahu, mungkin saja dendam" karena dikalahkan Jaka.
Kalah" Keenam orang itu kalah"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana bisa" Bukankah keenamnya menguasai ilmu mustika" Dan mereka menyerang Jaka sekuat tenaga" Lalu kalah"!
Sungguh tak bisa dipercaya.
Pada detik pertama mereka sudah sadar kalau kalah, pandangan mereka pada Jaka sudah berbeda sama sekali.
Mereka seperti orang putus asa, kagum, dan entah perasaan apa lagi yang mereka rasakan.
Dulu"sebelum datang masa kekalahan"mereka
beranggapan bahwa untuk mengalahkan keenam orang itu, butuh selaksa pasukan"bukannya menyombong, tetapi karena kemampuan mereka memang hebat, sampai pada akhirnya ada seorang bernama Jaka. Bagaimana bisa pemuda sepantar mereka memiliki kemampuan begitu hebat"
Kata hebat bisa ditafsirkan biasa saja jika untuk golongan orang awam, tetapi, ini berada dalam golongan luar biasa, jadi seberapa hebat Jaka"
Kau tanya pada Wiratama, Pranayasa, Palada, Adi Guna, dan dua bersaudara Nawang, maka mereka hanya membungkam, dan selekasnya ingin melupakan saat-saat pahit.
Saat pahit, hm" ... "Bagaimana" Sudah mengerti?" Suara Jaka memecah keheningan, muda-mudi yang sedang memahami goresan buatan Jaka, tampak menatap Jaka. Ada yang mengangguk, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada yang diam, tetapi lebih banyak yang menghela nafas, mungkin pikiran mereka belum jernih.
Belum jernih" Untuk orang jenius macam mereka kesulitan apa yang menghambat berkonsentrasi" Apa mereka masih terpengaruh dengan kejadian Enam lawan satu" Tiada yang tahu.
"Aku paham kalau kalian belum banyak mengerti tentang ilmu olah langkah yang kuberikan, tetapi kuyakin jika kalian sabar, banyak manfaat yang bisa diambil."
Tiada jawaban, sebab siapapun tahu kalau ucapan Jaka bisa keluar dari mulut siapapun. Meski perasaan orang-orang ini seperti diganduli sesuatu, entah apa, antusias mereka untuk lebih maju, terlihat lebih besar" mungkin karena kemampuan olah langkah Jaka yang sudah mendarah daging benar-benar memukau mereka.
Pranayasa, Palada, Adiguna, Wiratama, Nawang Sari, Nawang Tresni, Ayunda, Diah, Pertiwi, dan Andini sudah mendapatkan olah langkah dari Jaka, dengan barter masing-masing ilmu dasar.
Kecuali Pranayasa"memberi dua ilmu dasar"yang lain memberi satu ilmu dasar. Masing-masing dari mereka memberikan ilmu;
Pranayasa memberi ilmu dasar Langkah Tujuh Raja, ilmu ini berasal dari Perguruan Awan Putih, lalu ilmu Angin Tanpa Arah, berasal dari Perguruan Angin Tanpa Gerak.
Palada menurunkan ilmu Kibasan Tinju Tunggal, dapat dipastikan ilmu tangan kosong itu dari Perguruan Lengan Tunggal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ilmu Tapak Bangau Batu diberikan oleh Adiguna, ilmu dasar ini berasal dari Perguruan Cadas Merapi.
Lalu Wiratama memberikan ilmu dasar yang menurutnya paling sempurna, yakni Silat Hawa Kosong, ilmu ini asalnya dari Perguruan Salju Tanpa Hawa.
Ayunda menurunkan Kuncup Seri Teratai Salju yang sudah tentu berasal dari Perguruan Tapak Salju .
Diah memberikan ilmu dasar Samudera Melintas Awan, yang berasal dari Perguruan Elang Laut.
Nawang Sari dan Nawang Tresni, masing-masing memberikan ilmu Tangan Pelumat Baja yang berasal dari Perguruan Pasir Besi, dan ilmu Seribu Pal Satu Jangkauan, yakni ilmu khas Perguruan Jarum Sakti, sudah tentu keistimewaannya adalah ilmu melontar benda.
Andini menurunkan ilmu Lima Rangkaian Tarian Sakti, ilmu ini khas untuk wanita, dan berasal dari Perguruan Gelang Api.
Dan yang terakhir, Pertiwi memberikan ilmu dasarnya yang paling ia kuasai dan paling ia sukai, yakni ilmu Merengkuh Arwah Rembulan, ilmu ini juga serupa dengan milik Andini, yakni khas untuk wanita, dan berasal dari Perguruan Alam Tanpa Batas.
Setelah beberapa lama"dalam satu hari itu"Jaka mempelajari ke sebelas ilmu dasar, Jaka asyik duduk menghadap tembok dan perhatiannya tertumpu pada setumpuk kertas, begitu juga dengan yang lain, mereka sibuk memahami ilmu olah langkah ajaran Jaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi apa yang tertulis dalam kertas di tangan Jaka, berbeda dengan kertas-kertas yang diberikan pada teman-temannya. Yang aneh, tidak ada penjelasan apapun pada tulisannya, hanya ada coretan, garis, lengkung dan sebagainya" serupa pada kertas-kertas yang berisi olah langkah, tetapi terlihat lebih rumit. Mereka yang melihat cara Jaka menulis"yakni dengan simbol"merasa kagum, sebab selain Jaka sendiri, tak ada yang bisa membaca apa maksudnya.
Tiap ilmu dasar rata-rata tertulis"paling banyak"tujuh lembar, jadi untuk sebelas ilmu silat dasar, ada tujuh puluh lima lembar. Sungguh catatan yang tebal dan memusingkan.
"Hh..." Jaka menghembus nafas panjang. "Entah kapan aku bisa menyelesaikan ini, kurasa butuh waktu lagi." Ujarnya sambil membereskan tumpukan kertas.
"Sudah kau kuasai?" tanya Andini.
"Hah, kau bercanda, tentu saja belum?"
"Masa?" "Kenapa kau tak percaya?"
Andini mendelik, "Mengingat ucapanmu tadi, memangnya aku harus percaya kalau kau belum menguasai ilmu-ilmu kami?"
Jaka tertawa salah tingkah. "Jangan kau masukkan hati ucapanku tadi, namanya orang lagi agak dongkol kan bisa saja terlepas ucapan yang tidak semestinya, bukan begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, aku tetap tak percaya, buktinya kau bisa mengal"
menghindar serangan dahsyat tadi?" Nyaris saja Andini keceplosan, dia tahu bagaimana perasan enam saudaranya.
Jaka menghela nafas. Ia tak menjawab, hanya mengangkat bahunya, artinya; lupakan saja kejadian tadi.
Tapi semua orang tak bisa melakukannya, mereka teringat ucapan Jaka saat pertandingan"sebenarnya pertarungan"
usai. "Kalian tahu" Gerakan apapun yang terlihat olehku bisa kucerna dengan mudah." Lalu dengan tampang acuh tak acuh Jaka menambahkan, "Dan tentunya kalian tahu kenapa aku harus mempelajari ilmu lain."
Jika membayangkan pertarungan tadi, orang-orang sama bergidik mengingatnya. Tanpa penjelasan Jaka, kini mereka sadar kenapa pemuda itu harus menguasai ilmu dasar.
Bukannya Jaka tidak bisa menyerang dengan menggunakan sembarang ilmu, atau gerakan yang lain, bukan itu sebabnya!
Justru lantaran Jaka sangat bisa melakukannya" sangat!
Makanya dia harus mengendalikan dirinya, mencegah dirinya agar tidak mengerahkan ilmunya.
"Ehm.. tentu saja belum, tapi semuanya bisa di ingat. Aku butuh waktu luang untuk mempelajari dan mendalami, syukur bisa menyempurnakannya. Kurasa saat ini bukan saat yang tepat. Hari kan masih panjang?"
"Setidaknya sudah bisa untuk bertarung?" tanya Pertiwi.
"Tentu saja bisa. Sebenarnya tiap orang juga bisa berkelahi tanpa jurus-jurus tertentu, aku juga bisa berkelahi walau tanpa ilmu dari kalian ini... bukan maksudku untuk tidak berterima Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih... hanya memberi tahu saja. Ada yang harus diketahui, kalau aku tidak menguasai ilmu mustika, maka setiap gerakan pukulan, tendangan atau setiap seranganku tidak mengandung tenaga dari ilmu mustika. Lain halnya, jika kita menguasai ilmu mustika. Sepandai apapun menyembunyikan ciri dari tenaga ilmu tersebut, orang seperti para tetua pasti tahu kalau dia menguasai ilmu mustika.
"Karena itu aku sangat berterima kasih pada kalian, apa yang kalian berikan padaku ini sangat berharga dan rasanya terlalu banyak untukku. Lagi pula beberapa dari ilmu ini adalah ilmu dasar dari perguruan enam belas besar?"
"Kau salah Jaka." Sahut Pranayasa.
"Salah?" "Ya, bukan beberapa.. tapi seluruh ilmu dasar yang diberikan padamu adalah ilmu-ilmu dasar dari enam belas perguruan besar."
"Ah.." Jaka terkejut, juga girang. "Sungguh tak kusangka, dari perguruan mana saja?" tanyanya. Dan Pranayasa menjelaskannya.
Lalu dari mereka, Jaka mendapatkan pernyataan, bahwa sebenarnya mereka ingin memberikan lebih dari satu ilmu dasar seperti yang diberikan oleh Pranayasa pada Jaka.
Mungkin disamping ingin memberikannya, mereka juga mengharapkan ilmunya mendapat pasangan olah langkah.
Tapi Jaka menolak. Pemuda ini beralasan, bahwa apa yang diberikan padanya sudah cukup banyak, ia khawatir tak bisa meringkasnya dengan cepat untuk dijadikan satu rangkaian ilmu tersendiri. Karena memang pada awalnya maksud Jaka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belajar ilmu silat dasar adalah disebabkan waktunya sudah mendesak, dan siapa tahu setiap saat"sejak saat ini, pertarungan bisa saja terjadi.
Pemuda ini memang memiliki olah langkah yang diyakini tak sembarang orang sanggup menembusnya, dan memang sampai saat ini belum pernah ada yang sanggup menundukkan olah langkahnya. Dengan bekal itulah, Jaka memberi pengertian ke sepuluh sahabat barunya pengertian tentang olah langkah bagi masing-masing ilmu dasarnya.
Mereka tidak tahu, olah langkah yang diturunkan Jaka masih berkaitan sedikit dengan tujuh formasi barisan kuno.
Karenanya ilmu olah langkah yang mereka dapatkan begitu tangguh, apalagi anggota perkumpulan garis tujuh adalah orang-orang pilihan. Kelak kemajuan yang mereka dapatkan saat ini akan menggemparkan dunia persilatan.
"Aku ingin kalian mengetahui satu hal. Apa yang kutuliskan tadi, akan tetap berkembang selama kalian tidak kehilangan akal, jiwa, pikiran jernih dan keinginan kuat. Ingat kata tetua Glagah mengenai air.. biarkan pikiran kita bergerak seperti air, bebas lepas dan selalu kembali keasal. Kemajuan kalian tidak akan terhambat. Sebab kemajuan manusia itu tiada batasannya, bukan berarti tak punya batas. Tak ada batasan yang dimaksud, adalah jika selama dia tidak mengganggu hukum Tuhan dan hukum alam yang sudah digariskan."
"Dan kau, kan sudah menguasai ilmu-ilmu dasar kami?"
ujar Adiguna mengomentari.
Jaka tahu maksud pemuda itu, Adiguna ingin mengatakan
"apakah kau juga menyadari dan melakukan perkataanmu sendiri berkenaan dengan dasar ilmu silat tadi".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sedikit" dan pemberian kalian ini merupakan sumbangan besar, kelak akan aku tunjukkan gabungan seluruh jurus dasar ini. Mudah-mudahan pada saat itu kita bisa berkumpul seperti saat ini."
"Kalau begitu, sekarang kau tidak perlu menggunakan ilmu mustika?"
"Tidak. Oh, aku hampir lupa menyampaikan hal penting."
"Apa itu?" "Mengenai ilmu mustika... memang sembilan ilmu mustika adalah ilmu yang sampai saat ini merajai dunia persilatan, tapi harus diingat, diatas langit masih ada langit! Mungkin saja selama ini ilmu mustika memang yang terhebat, tapi tidak tertutup kemungkinan akan ada ilmu lain yang lebih hebat."
"Apa alasanmu mengatakan demikian?" Tanya Palada dengan nada tak setuju.
Jaka tersenyum. "Aku paham dengan kenapa engkau tak setuju. Memang jika tak menyaksikan sendiri, akupun akan beranggapan bahwa ilmu mustika mungkin yang terhebat."
"Menyaksikan sendiri?"
"Ya, mereka yang memegang Pedang Baja Biru.. boleh dibilang keganasan mereka tak banyak yang menyainginya."
"Bagaimana kalau dibanding dengan ilmu Paman Benggala?"
Jaka tercenung sesaat. "Aku bukan bermaksud
merendahkan. Tapi rasanya mereka berdua masih diatas Ki Benggala."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh?" beberapa dari mereka mendesah getun.
"Jadi, setiap ilmu bisa mencapai puncaknya masing-masing" Dan tidak tertutup kemungkinan menyamai ilmu mustika?" Tanya Adiguna.
"Ya. Tentu saja semua tergantung si pemilik ilmu.
Kumisalkan saja ilmu Tapak Bangau Batu milikmu Adiguna, jika kau rasa sudah sempurna menguasainya, apakah itu berarti kau bisa menang dengan pencipta ilmu itu?"
"Tidak." "Kalau begitu apa bedanya?"
"Kematangan dan tenaga.."
"Benar, tapi ada satu hal yang dilupakan orang."
"Dilupakan?" "Benar.. mari kuberi contoh, bukankah ini jurus pertama dari Tapak Bangau Batu?"
Jaka segera bersilat, tangan kirinya membentuk paruh, tangan kanan terbuka sejajar bahu sedangkan kakinya terbuka setengah meter, lalu ia bergerak kedepan, patukan tangannya memukul, gerakan sederhana, tapi tidak memperlihatkan kelemahan.
"Benar itu jurus pertama." Sahut Adiguna dengan terkesip.
Dulu dia mampu melakukan gerakan seperti itu setelah berulang kali melatihnya, tapi Jaka" hanya sekali melihat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya.. siapapun dia pasti bisa menguasainya, terlepas dari teknik tenaga dan kesempurnaan akurasi antar jurus. Tapi bisakah kau bedakan dengan jurus yang ini?"
Jaka bergerak seperti tadi, bedanya kakinya tetap rapat, dan tubuhnya hanya bergoyang sedikit, tidak terlihat tangannya menutuk kedepan. Tapi kayu"memang disediakan untuk latihan"yang ada didepannya cekung sesaat lalu terbelah.
"Ya... aku tahu bedanya, lebih cepat." Jawabnya kembali dengan perasan terkesima.
"Cuma itu?" Adiguna melihat kayu yang terkena pukulan tadi. "Lebih akurat, dan tepat kelemahan."
"Benar, yang ingin kusampaikan disini adalah, jika engkau sudah mencapai tingkat sempurna pada ilmumu, maka buatlah jurus pertama, sama hebatnya dengan jurus pamungkas terakhir ilmu yang sama, begitu seterusnya.
Dengan demikian kemajuan orang itu tidak akan terhambat."
"Maksudmu, ilmu itu senantiasa mendapat tambahan tenaga dan menyederhanakan gerakan?"
"Benar, logikanya untuk menuju jurus kedua, itu butuh keterampilan yang lebih dari saat melakukan jurus pertama.
Dengan demikian, jika engkau sanggup bergerak secepat tadi pada jurus pertama, maka untuk jurus kedua, harus lebih cepat, lebih sederhana, dan lebih tepat, pendek kata tiap memasuki jurus yang lebih keatas, gerakan harus makin sederhana, hilangkan gerakan rumit untuk tipuan-tipuan"
karena tujuannya sama, yakni mengenai sasaran dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat dan mematikan. Dan pada akhirnya, tiap gerakan, untuk aliran apa saja, jika kau memperhatikannya, semuanya sama.
Dari satu tujuan, biasanya akan muncul banyak jalan. Tetapi jika hendak mendekati tujuan akhir, jalan itu, hanya tinggal satu."
"Tapi itu teori tinggi ilmu silat." Celetuk Wiratama.
"Benar sekali. Teori itu pasti di pahami oleh ahli-ahli silat."
"Ah.. belum tentu." Sahut Andini. "Buktinya aku tidak tahu."
Jaka tertawa, "Jangan marah kalau kukatakan kau bukan ahli."
Andini langsung cemberut dikatakan bukan ahli, Jaka tertawa geli melihatnya, buru-buru ia menyambung. "Yang kumaksud ahli adalah orang-orang yang sudah memiliki kewaspadaan pada dirinya sendiri. Seperti para tetua.."
"Oh," biarpun paham, gadis ini tetap cemberut.
"Dan maksudmu supaya kami-kami mengetahui hal itu?"
"Benar, karena itulah semua penjelasan tadi harus diketahui tiap pesilat agar tidak berpuas diri terlalu cepat. Dulu aku pernah membaca sebuah kisah" yang menceritakan seorang pendekar sakti"dia tak perlu mengalahkan musuhnya dengan bergerak, ia cukup memandangi musuhnya saja dan kalahlah ia."
"Aih, cerita khayal, kalau musuhnya seperti engkau misalnya. Punya Ten..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka mendelik. Dan perkataan Pertiwi tak jadi diteruskan, gadis ini cemberut. "Bagaimana.. engkau bisa kalah?"
sambungnya dengan bibir mencibir.
"Namanya cerita kan cuma cerita, maksud penulis cerita itu adalah menyampaikan pesan bahwa, untuk mencapai suatu tingkatan tertentu itu butuh kesabaran, waktu dan jangan cepat puas dengan hasil yang dicapai."
Beberapa dari mereka mengiyakan. Dan kini suasana semakin rileks. Mereka menanggapi segala percakapan dengan canda, bahkan pemuda macam Pranayasa dan Wiratama yang terbiasa menyendiri juga larut dengan canda tawa.
Kali ini makin yakinlah mereka, bagaimana sifat sesungguhnya pemuda bernama Jaka Bayu itu. Mereka semua sama-sama mendapatkan perlakuan yang adil, tidak ada yang merasa kalau apa yang diberikan Jaka lebih tinggi satu sama lain.
Begitu juga perlakukan Jaka pada gadis-gadis cantik itu.
Hal menarik yang tak dilihat Jaka adalah, persaingan para gadis untuk menarik perhatian pemuda itu.
Tapi Jaka tidak mengacuhkannya, karena dia tidak tahu, dan ini mengesalkan semua pihak (para gadis) tapi juga melegakan, karena Jaka tidak pilih kasih saat mengajari olah langkah.
Tak terasa malam telah dijelang. Pertiwi mengajak semuanya untuk meninggalkan ruang latihan, agar segera membersihkan diri lalu makan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suasana ruang latihan yang sejak sore tadi hiruk pikuk, kini lengang. Tidak ada lagi suara ciat-ciat atau canda tawa. Kini semuanya sedang bersiap untuk makan malam.
Beberapa orang yang belum menyusul, masih memandangi Jaka dari belakang. Mereka adalah Pranayasa, Wiratama, Palada, dan Adiguna. Diam-diam mereka berempat menghela nafas panjang.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tadinya aku ingin sekali mengukur ilmu silatnya." Ujar Palada sesaat kemudian, memecah hening. "Saat adi Wiratama mengujinya ilmu Hawa Bola Saktinya tadi pagi, aku berpikir kalau aku bisa mengerahkan serangan lebih baik dan bisa mengalahkan Jaka. Tapi setelah dia bisa mengalahkan paman Benggala, pikiranku berubah. Dan saat dia menggabungkan tenaga tiga ilmu mustika, pikiranku kembali berubah. Dan setelah dia menerima serangan kita berenam, pikiranku berubah lagi."
Tiga rekannya mendengarkan saja. mereka paham apa yang dimaksud Palada.
"Entah bagaimana sesungguhnya kepandaian Jaka, jika kuamati, tiap saat, aku merasakan kemampuannya selalu berkembang." Ujarnya lagi. "Tak terpikir olehku, ingin menguji kemampuannya lagi."
Beberapa dari mereka ada yang setuju dengan ucapan terakhir Palada.
"Benar." Sahut Wiratama, blak-blakan. "Saat kita menyerangnya tadi, kupikir aku bisa membalaskan kekalahanku tadi pagi. Ternyata?" pemuda ini menghela nafas. "Nasib kita lebih parah. Aku baru sadar, pada saat aku Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menguji ilmunya, dia hanya menjaga mukaku saja. Entah bagaimana kejadiannya, kalau dia menggunakan tenaganya, seperti saat melawan paman Benggala."
Tidak ada yang mengomentari ucapan Wirtama, sebab itulah jeritan hati si pemuda pendiam. Karena itu dengan bijak mereka cukup menyimak.
"Untung saja para tetua menyaksikan kita." Sambung Adiguna.
"Benar." Jawab Wiratama.
"Kalau saja tiada para tetua, entah bagaimana nasib kita?"
Pranayasa tidak berkata sepatah katapun, dia hanya berulang kali mendesah. Kembali ia mengingat kejadian tadi.
Saat serangan mereka serentak menerpa, tiba-tiba saja sekujur tubuh mereka dalam beberapa saat terasa kaku dan saat itu juga Jaka sudah membelakangi mereka. Sadar kalau Jaka sudah ada dibelakang mereka, tanpa komando dirinya dan teman-temannya segera berbalik dan kembali menyerang, tapi lagi-lagi mereka merasa kaku, dan Jaka tidak ada ditempatnya semula. Mereka berenam menyerang kembali, sampai empat kali.
Padahal perbawa ilmu yang mereka kerahkan sangat hebat bahkan delapan tetua yang menyaksikan sampai terbengong-bengong, tetapi tidak untuk Jaka. Dirinya merasa kalau Jaka sama sekali tidak menganggap ilmu yang mereka kerahkan itu hebat. Dan pada kenyataan memang demikian. Sebab serangan mereka berenam mentah semua.
Kembali Pranayasa mendesah. Untung saja ada tetua, pikirnya dengan perasaan bergidik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ya, dia memang merasa takut dalam beberapa saat tadi.
Jika saja serangan mereka tidak dihentikan para tetua, mungkin saat ini mereka bisa terkapar tak bernyawa. Empat kali serangan mereka tidak menyentuh Jaka, tapi gerakan Jaka bisa menyayat-nyayat pakaian mereka.
"Berhenti." Begitu bentak kedelapan tetua serentak.
Dan saat itu mereka segera menghentikan serangan, lalu keenam orang itu bisa menatap Jaka. Kali ini mereka bisa mengerti kenapa mereka harus berhenti. Wajah Jaka sudah tidak ramah lagi, hawa pembunuhan sudah sangat tebal.
Teringat oleh Pranayasa, kalau Jaka mengatakan.
"Kalian tahu" Gerakan apapun yang terlihat olehku bisa kucerna dengan mudah." Lalu dengan tampang acuh tak acuh Jaka menambahkan, "Sekarang, tentu kalian tahu, kenapa aku harus mempelajari ilmu lain."
Setelah itu terlihat olehnya, Jaka memejamkan mata, berangsur-angsur raut wajahnya sudah seperti semula. Tidak ada lagi hawa membunuh.
Kini mereka semua paham kenapa Jaka harus mempelajari ilmu lain. Sebab ilmu yang disadapnya dari pemegang Pedang Baja Biru, entah bagaimana, membuat Jaka jadi sesosok algojo sadis. Untung saja mereka dihentikan para tetua.
Dan sekali lagi Pranayasa bersyukur, bahwa mereka tidak membuat kesalahan tadi berlarut-larut. Dalam hidupnya, baru kali inilah, dia merasakan ketakutan begitu hebat, saat melihat raut muka Jaka, dan saat serangan mereka berakhir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah?" akhirnya Pranayasa memutuskan pikirannya sendiri. "Tidak perlu dipikirkan lagi, anggap semua ini pelajaran bagi kita."
Yang lain mengiyakan, lalu mereka meninggalkan ruangan latihan. Dan hening kembali menyelimuti"ruangan yang hampir saja menjadi tempat kesalahan dilakukan.
55 - Hari Kedua Berakhir Makan malam sudah usai, banyak hal yang
diperbincangkan para anggota perkumpulan garis. Jaka menemukan kenyataan, bahwa hubungan kekeluargaan mereka sangat erat. Dari penjelasan gurunya, mereka juga bergaul seperti biasa dengan tetangga, dan penduduk lain, tanpa membocorkan atau meninggalkan jejak.
Jaka sangat kagum dengan cara kerja Perkumpulan Garis Tujuh Laut. Kini, hubungan Jaka dengan anggota lain, tambah akrab.
Pemuda ini tidak perduli, apakah hubungan itu terjalin karena dia orang yang "layak diamati", dan menyimpan banyak hal penting, atau karena mereka suka padanya. Apapun pandangan anggota lain, Jaka tak perduli. Satu hal yang sudah sukses dijalaninya, adalah; dia sudah menanamkan kesan kuat dalam perkumpulan itu.
Sudah masuk kentungan kesepuluh sejak tengah hari, berarti sudah jam sepuluh malam, Jaka berniat untuk kembali ke penginapan. Ia menemui gurunya di halaman belakang, tempat Jaka di uji pagi tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Guru, saya harus segera pergi."
"Kau tidak menginap disini?"
"Tidak, ada beberapa persoalan yang harus saya urus."
"Persoalan?" "Diluar masalah ini."
"Kalau boleh aku tahu?"
"Maaf, saya tidak bisa memberi tahu guru. Ini menyangkut rahasia banyak orang. Saya harap guru maklum."
"Tak apa." Sahut Ki Lukita berlapang dada. Kakek ini merasa bangga, tapi juga terasa ada sesuatu yang mengganjal. Dulu dia merasa sangat beruntung memiliki perkumpulan rahasia yang mengetahui hal-hal misterius. Tapi murid barunya ini justru hal paling misterius yang pernah ia temui.
Kakek ini juga merasa beruntung memiliki kepekaan indera, untuk melihat prilaku dan watak seseorang dari tingkah-lakunya"gerak-gerik.
Tapi dihadapan muridnya, dia bahkan tidak tahu prilakunya.
Bahkan untuk menebak apa yang dipikirkannya, kini dia tak mau berspekulasi. Pada pertemuan pertama, dia yakin atas penilaiannya sendiri bahwa watak Jaka bisa dipahami"
sepintas gampang ditebak. Tapi pada hari berikutnya, baru ia sadari kalau Jaka memang membiarkan dirinya dinilai, bukan lantaran dia bisa menebak.
Sekarang, Ki Lukita lebih penasaran lagi dengan segala urusan Jaka. Seolah perkumpulan yang didirikan pemuda ini, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu lebih banyak, ketimbang perkumpulannya, yang didirikan jauh lebih lama. Memang, ada rasa bangga punya murid, lain dari yang lain. Tapi setiap melihat Jaka, entah kenapa dia merasakan adanya kekawatiran besar"bukan kawatir lantaran dia mengangkat Jaka sebagai murid, justru sebaiknya, dia mengkawatirkan nasib muridnya yang terlalu banyak mencampuri persoalan orang.
Meskipun dia percaya pada murid barunya, satu hal lagi yang membuat kawatir adalah, tidakan Jaka yang seperti angin, mau tak mau dirinya harus selalu waspada.
"Jadi sekarang juga kau mau pergi?"
"Ya, kalau guru mengizinkan."
"Tentu aku mengizinkan." Sahut gurunya dengan rasa senang.
"Sayang, kau terburu-buru" Rubah Api sudah siuman. Kau tidak ingin bertemu dengannya?"
"Lain waktu saja guru."
"Sungguh ajaib, kondisinya berangsur pulih seperti sedia kala. Beberapa saat setelah sadar, dia bahkan berjalan kesana-kemari."
"Syukur kalau begitu. Apa tanggapannya saat berada disini?"
"Dia terkejut" tapi setelah itu tak banyak bicara, kelihatannya masih curiga dengan kita."
"Apa orang itu tahu kalau disini, adalah rumah tetua...
maksud saya sebuah perkumpulan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Setelah pengobatan terakhir, dia kami tempatkan dipondok kecil,. Di belakang rumah makan Adi Gunadarma."
"Oh" saya harap tak seorangpun tahu."
"Tentu saja. Begitu kondisinya mendingan, Adi Gunadarma segera membawanya lewat jalan rahasia, kau tenang saja."
"Ya, mudah-mudahan?"
"Apa maksudmu?"
"Ada kemungkinan diantara para pekerja yang menjadi orang luar."
"Oh, kami sudah tahu, dan sengaja dibiarkan, karena secara tak langsung dia menjadi sumber informasi kami."
"Syukurlah kalau sudah tahu..."
"Hei, kau juga tahu?"
"Saya sudah bertemu dengannya."
"Bertemu?" "Sebelum kita bertemu, saya mampir ke rumah makan paman Gunadarma dan saya melihatnya. Kami bahkan sempat bertukar cerita."
"Oh, dia" Ya, kau benar. Dia salah satu diantaranya."
"Salah satu" Kalau begitu ada banyak?"
"Benar. Hebat juga kau, dalam satu hari sudah tahu ada yang tak beres."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka tertawa, "Hanya kebetulan.." sebelum pemuda ini mengatakan itu sang guru lebih dulu mengucapkannya, keduanya saling berpandangan dan tertawa.
"Jadi kau mau pergi sekarang?"
"Iya guru." "Ada rencana menemui Rubah Api?"
"Entahlah... mungkin dini hari nanti. Kabarkan saja pada Paman Gunadarma, mungkin setiap saat saya akan datang."
"Baiklah. Dia juga sudah menduga, setelah kau tahu Rubah Api disana, cepat atau lambat pasti akan menemuinya.
Pesanku, hati-hatilah! Jangan sampai kepergok siapapun."
"Saya mengerti." Sahut pemuda ini sambil mengangguk.
"Sudah waktunya saya pergi guru." Jaka menghormat sesaat, begitu sang guru mengiyakan, secepat kilat ia melompat keatas wuwungan rumah, lalu lenyap.
"Hh, anak hebat." Ujar kakek ini sambil masuk kedalam rumah.
Baru saja pintu ditutup, begitu ia membalikkan badan, dia sudah disambut beberapa anak gadis. Raut wajah gadis-gadis itu kelihatan cemas.
"Ada apa?" "Kakek mana dia?" tanya Ayunda.
"Dia siapa?" Tanya sang kakek pura-pura tak tahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ih, kakek jangan bercanda. Tentu saja, Jaka!"
"Oh, dia sudah pergi."
"Yah, kenapa aku tidak diberitahu?"
"Katanya ada yang penting."
"Sebel!" Ayunda membanting kaki dengan cemberut.
"Ada apa sih, toh dia sudah manjadi kakang
seperguruanmu. Menjadi anggota kita, tiap saat bisa bertemu."
"Bukan itu masalahnya, ada yang ingin kami sampaikan. Ini penting!"
"Benar eyang," timpal Pertiwi. "Kami memiliki satu permasalahan yang harus dia ketahui." Diah, Ayunda dan Andini mengangguk membenarkan.
"Hm?" Ki Lukita mengangguk. "Aku kan gurunya, jadi bisa diwakilkan padaku?"
"Ih, eyang genit!" Seru Andini, mendadak dia sadar apa yang dikatakannya.
"Maaf.." Kakek ini tersenyum kecil. "Kalian membuatku tak habis pikir. Dasar perempuan?" gumam Ki Lukita seraya melangkah meninggalkan empat dara itu.
"Aih, Jaka... kau membuat permasalahan besar. Hati mereka kau buat porak poranda, kini kau akan mendapat persoalan lebih pelik dari sekedar perkumpulan rahasia.
Mudah-mudahan kau cukup bijak untuk memutuskan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persoalan ini." Kakek ini menggeleng-geleng prihatin" juga geli.
Permasalahan tadi, memang tidak dia pikir panjang lagi.
Hanya saja, ada sedikit kekawatiran dirinya, jika menyangkut urusan wanita, kadang kala pesoalan sederhana bisa jadi rumit. Ki Lukita hanya berharap Jaka bisa bertindak bijak.
-------- Ada sebuah kelegaan manakala meninggalkan rumah gurunya, beberapa kali pemuda ini menghela nafas panjang.
Dia merasa menyesal memainkan peran yang keterlaluan...
Tapi itu semua di lakukan karena curiga dengan jarum yang dipakai untuk bersumpah. Dia sangat mengenal jarum itu...
biarlah peran sebagai orang bertipikal meledak-ledak diyakini mereka, Jaka benar-benar ingin tahu latar belakang perkumpulan sang guru dengan lebih detail. Khususnya, sejak kapan jarum itu digunakan untuk bersumpah.
Kali ini Jaka sedang tidak bersemangat menerapkan rencana apapun, seharian ini ia merasa lelah, dan ingin lekas-lekas pulang kepenginapan. Karena itu ia mengerahkan peringan tubuh tanpa ragu, tubuhnya berkelebat cepat melesat, melompat, terkadang bergerak menyusuri tanah dengan cepat.
Mendadak, Jaka berhenti disebuah tanah yang agak luas.
Telinganya pasti tidak salah dengar, ia merasa dikuntit sejak beberapa saat yang lalu.
Jaka ingin menoleh, tetapi nalurinya mengatakan, jangan!
Saat itu Jaka ada disebelah utara kota Pagaruyung. Memang kota itu seakan tak pernah tidur, selalu ramai, tetapi tidak di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian utara, Jaka sengaja memilih tempat ini, karena dia ingin bergerak bebas"berlari, bergerak secepat yang dia bisa.
Tapi pilihannya kali ini tak tepat, biarpun jarak antara satu rumah penduduk dengan rumah yang lain cukup membuatnya merasa aman"sebab jauh, tapi perasaan aman itu tak ada saat ini. Untuk beberapa lama Jaka berdiri tertunduk, matanya menatap tanah didepan kakinya.
Aku ingin tahu sejauh kapan mereka sabar menantiku, apa mereka akan menemuiku" Pikirnya merasa tegang.
Jaka pantas merasa tegang, sebab ia menyadari kecerobohan dirinya. Tempat yang sepi justru akan lebih berbahaya dari pada sebuah arena pertarungan atau tempat keramaian.
Semua orang bisa saja berpikir sama, bahwa bagian inilah yang paling cocok untuk bersembunyi, mungkin saja aku sedang diintai oleh orang-orang yang sejak lama ada disini"
Pertanyaan tak terjawab di benaknya berulang ia tanyakan sendiri.
Pemuda ini tersenyum, rupanya dia sudah tahu pemecahan yang tepat. Matanya berkeliling mencari tempat yang enak untuk duduk. Ah.. sebuah batu besar, pikirnya.
Jaka berjalan tanpa tergesa kearah batu besar di samping sekelompok pohon pisang, dan segera duduk. Tidak memperlihatkan gerakan terburu atau cemas, Jaka mengeluarkan seruling bambu lenturnya.
Kali ini seruling bambu ini tak ia masukkkan dalam tongkat bambu lentur, Jaka sengaja membiarkan terselip begitu saja di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinggangnya. Sebab ia berfikir, akan sangat menyenangkan sewaktu-waktu bisa mencabut serulingnya tanpa melepas
"sabuk?"tongkat bambu lenturnya.
Lantunan suara seruling terdengar lembut dan syahdu, siapapun yang mendengar pasti tertarik menyimaknya lebih lanjut. Kemampuan meniup seruling Jaka, boleh dibilang menakjubkan, pemuda ini bisa mengeluarkan unek-unek, rasa kagum dan semua tumpahan perasaannya dalam bentuk nada, suara, melodi, dan dipadu dengan keselarasan yang harmoni, sehingga tercipta satu irama lagu, yang merasuk kalbu"kemampuan seperti itu sudah tidak memerlukan lagi perantara (seperti harus menghafal sebuah lagu), sebab seni itu tidak berbentuk, juga tidak terkotak-kotak, seni itu seperti air, mengalir tanpa henti, tetapi bukan berarti kalau itu "air seni".
Begitu juga kali ini, hati Jaka terasa ringan, senang, ia meniupnya dengan perasaan girang, tak perduli lagi dengan orang yang menguntit dirinya. Suara seruling itu lambat laun menyusup kalbu, menyentak hati, membuat berdiri bulu roma..
tapi yang paling bagus adalah saat nadanya berubah riang gembira.
Dalam hal musik, Jaka memang tergolong pemuda berbakat lumayan, dia tak perlu terikat dengan kunci-kunci nada yang lazim ada pada seruling, tangannya dengan cepat bergerak lincah"bergerak begitu saja, menutup dan membuka lubang-lubang di seruling, tanpa tahu nada apakah itu, yang penting menurut Jaka lagu yang dihasilkannya enak didengar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka baru bersuling tujuh-delapan menit saja, tiba-tiba tanpa terduga sama sekali, tubuh pemuda ini melesat dan hilang entah kemana, suara suling terputus begitu saja.
Suasana kembali lengang, sunyi senyap, sepi menggigit perasaan. Mendadak terlihat beberapa bayangan di balik gerumbulan pohon dan di tempat-tempat lain.
"Orang yang berbahaya" kau tahu siapa dia?" tanya seseorang.
"Entah, tak pernah kudengar ada pengelana atau pendekar seperti dia." Jawab salah satu dari mereka.
"Mungkin murid dari salah satu enam belas perguruan yang baru turun gunung?"
"Mungkin saja, tapi" kok tidak mungkin ya?"
"Benar, dia masih terlalu muda, tak mungkin punya ringan tubuh sehebat itu."
"Orang-orang dari Walet Hijau juga punya peringan tubuh hebat."
"Benar, tapi tak sehebat tadi. Kurasa dia masuk pada kategori siaga"orang yang harus dapat perhatian lebih."
"Engkau yakin kakang?"
"Tentu saja." "Kalau begitu anggota kita harus segera mengikutinya?"
"Ya, siapapun tidak ada yang lepas dari pantauan kita selama ada dikota ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Percakapan lirih itu menghilang, dan agaknya kedua orang itu pun sudah tidak ada di tempat itu lagi. Beberapa bayangan terlihat bergerak mengikuti kedua orang itu, ada juga yang berpencar keberbagai arah.
Kelihatannya mereka mau menguntit Jaka, tapi tak satupun yang tahu kemana arah pergi si pemuda. Sebab suara seruling itu membius semua orang yang ada disekitar tempat itu. Dan pada saat itulah Jaka menghilang.
Tapi apa benar dia hilang" Tidak! Begitu suara seruling lenyap, Jaka melejit keatas sekuat, selincah dan secepat mungkin"bayangkan saja, jika diukur tenaga Jaka mungkin lebih besar, dari delapan tetua. Tentu saja percepatan daya lejitnya mengejutkan, mungkin tingginya bisa mencapai belasan tombak. Ditambah lagi saat itu malam hari, bagaimana orang bisa menduga Jaka masih melayang di udara"
Sesampainya diatas, Jaka segera memberatkan badannya kembali, tetapi ia tidak turun ditempat semula. Jaka turun dan bersembunyi di rimbunan pohon pisang"disamping batu tempat duduknya tadi.
Dan saat itulah Jaka mengetahui pembicaraan sekilas dari orang-orang yang menguntitnya. jaka bisa menduga mereka orang-orang Perguruan Naga Batu. Ini benar-benar sebuah kebetulan, Jaka bermaksud mencari tahu, siapa yang
'berperan aktif' dalam hajatan di perguruan itu.
Oh.. benar-benar malam yang panjang. Pemuda ini ingin mengejar, tapi dia merasa malas, dengan sendirinya dia lebih suka pekerjaan itu diambil alih Si Penikam, menyerahkan pekerjaan pada ahlinya pasti akan mendapatkan hasil terbaik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesaat kemudian Jaka keluar dari rimbunan pohon, dia berjalan santai menuju penginapannya. Padahal jaraknya masih empat-lima pal lagi. Apakah Jaka tidak ingin beristirahat" Padahal kalau mau dihitung secara cermat, total ia tidur dalam satu minggu ini paling banter hanya tujuh jam saja. Begitu banyakkah urusan yang ditanganinya" Benar.
Sebelum memasuki babak masalah di kota Pagaruyung, Jaka sudah banyak melakukan penyelidikan tentang isyarat tersembunyi dari Semburan Bisa Naga-sebuah alat pelontar senjata rhasia yang digunakan anak murid Golok Sembilan.
Tentu saja Jaka menyadari tubuh manusia punya batas.
Karena itu ia tidak ingin bertindak ceroboh, tak ngoyo. Dan ingin santai sejenak dengan berjalan lambat. Harus diakui istirahat terbaik adalah tidur, tapi dengan membiarkan pikiran tenang dan tubuh rileks, juga cukup baik.
56 - 'Mengkonfirmasi Identitas', Menarik
Simpati Hari Ketiga Jaka sudah sampai dipenginapannya kembali. Saat ini sudah masuk hari ketiga"memasuki dini hari"semenjak dirinya masuk ke Pagaruyung. Laparnya" pikir Jaka. Pemuda ini menginap di tingkat ke tiga. Ia belum berminat untuk tidur atau memesan makanan dikamarnya.
Seperti dugaannya, suasananya ternyata tidak seperti biasanya. Untuk ukuran penginapan besar seperti itu, ramai, memang bukan situasi aneh, tapi pada waktu dini hari"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka memandang berkeliling, dia melihat paling tidak ada belasan orang "biasa" dan beberapa orang dari golongan persilatan. Jaka melirik lagi, dan.. aha, apa yang ia dapatkan, ternyata lelaki yang pernah membuat onar dengan mengejek orang dari Perguruan Pedang Mentari, di sebuah rumah makan. Dan celakanya lagi, orang-orang yang diejeknya juga ada disitu.
Jaka menghela nafas panjang, "Aih, kadang untuk bersantaipun tak bisa." Gumam Jaka sambil duduk di sudut ruangan yang kebetulan kosong.
Melihat ada tamu yang menginap disitu masuk, seorang pelayan segera menghampiri Jaka, dia sudah membawakan air jahe dan setampah makanan. Jaka mengucapkan terima kasih, tanpa basa-basi dia segera makan.
Seorang lelaki separuh baya mendekati Jaka, dia duduk berhadapan dengan Jaka. "Kau keberatan?"
Jaka menggeleng. "Terima kasih." Dan diapun memesan makanan yang sama dengan Jaka. Tak berapa lama, keduanya sudah menyelesaikan makannya.
"Tahukah kau siapa aku?" tiba-tiba saja lelaki itu bertanya pada Jaka suaranya lirih tertahan. Jaka tak kelihatan heran, dia tersenyum. Dan mengangguk.
Si lelaki mengerinyitkan keningnya. "Lalu siapa aku?"
"Manusia." Sahut Jaka singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah lelaki itu terlihat merah padam, tapi dalam sesaat dia bisa mengerti kemudian tertawa perlahan. "Aku tahu, mungkin lantaran kau tidak suka dengan kelakuanku kemarin, lantas kau bersikap begini?"
Jaka tertawa, dia tahu lelaki itu yang menyerang dirinya secara menggelap dari belakang dengan butiran air. "Kau keberatan?"
Lelaki itu melegak, kata-kata bersayap Jaka bisa saja berarti dirinya keberatan dia bersikap demikian, atau dirinya keberatan disebut manusia.
"Tidak, tentu tidak." Terburu-buru ia menyahut. Anak ini tidak bisa dianggap enteng, pikirnya. Dari ucapan-ucapannya saja, lelaki ini bisa menilai manusia macam apa Jaka itu.
"Apakah kita saling mengenal?" kali ini giliran Jaka bertanya.
"Aku mengenalmu." Sahut lelaki ini singkat, jawaban itu menimbulkan banyak hal yang bisa saja mencurigakan.
Jaka tertawa. "Aku senang, kalau aku dikenal orang."
Ujarnya perlahan sambil menyesap air jahenya. Dia tak menanyakan dari mana si lelaki tahu siapa dia, kalau orang lain pasti akan penasaran. Itu yang membedakan orang cerdik dengan orang bijak, sebab Jaka termasuk salah satunya, mungkin keduanya.
Sekali lagi lelaki itu harus mengakui kalau dirinya bukan tandingan Jaka dalam urusan berbicara.
"Kau tahu, aku mengenalmu, bahwa kau bernama Jaka."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka manggut-manggut, "Benar. Kau pasti bekerja keras untuk mengetahui namaku." Lalu dengan tersenyum penuh arti Jaka menyambung. "Atau dengan sendirinya kau sudah tahu namaku?"
Benar-benar dia tak habis pikir dari mana Jaka bisa menerka setepat itu. Padahal kalau dipikir"menurut Jaka"itu mudah saja. Sesampainya di kota ini, yang mengetahui namanya hanya, Ki Lukita, Sugiri"si pelayan, atau sebut saja si mata-mata. Dari keduanya, yang paling mungkin memberikan informasi adalah Sugiri. Jaka menyebutnya bekerja keras, mengartikan bahwa, setelah serangannya gagal, dan dia merasa penasaran, maka lelaki itu segera mencari tahu siapa dirinya. Lalu Jaka menyebutnya tahu dengan dengan sendirinya, dimaksudkan karena Sugiri atau siapapun namanya, memberi tahu padanya, bahwa ada seorang pemuda yang begini-begitu dan seterusnya, yang mungkin saja bisa dimanfaatkan.
Lelaki itu kehabisan daya, untuk mengajak Jaka bicara.
"Baiklah, kelihatannya aku tak bisa bernegoisasi denganmu.
Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."
"Silahkan." Lelaki itu agak ragu sekejap. "Apa yang kau bicarakan dengan orang-orang dari Perguruan Naga Batu."
Jaka tak terkejut dengan pertanyaan itu, dia hanya berpikir keheranan, sebenarnya dipihak mana lelaki itu berdiri" Kalau dia hanya berpura-pura bersikap begitu, padahal dirinya berpihak pada Tiga pelindung hukum dari Naga Batu, bukankah keadaannya tidak sebebas semula, karena tindakannya diawasi" Tapi jika dia bukan seperti orang yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibayangkan, dipihak mana dia berdiri" Sudah jelas dia berdiri pada pihak yang sama dengan Sugiri, tapi pihak dari mana"
"Kau ingin tahu apa yang kami bicarakan?"
"Benar." "Apa kau keberatan, kalau aku ingin tahu apa alasanmu"
bahwa kau harus tahu urusanku?" tanya Jaka sambil lalu.
Lelaki itu terperangah, jika memang Jaka tak mau kan cukup di jawab tidak, tapi dengan sungkan"padahal tindakannya tidak mencermin-kan rasa itu"lelaki itu tahu sikap itu hanya untuk menghormat saja, mungkin karena menghormati usianya yang lebih tua.
"Aku tak perlu menceritakan latar belakangnya, cuma ada yang harus kau ketahui, aku..." dia menoleh kekanan dan kiri dengan tindakan tidak kentara. "Aku mencurigai mereka bertiga."
"Siapapun bisa dicuriga dalam situasi yang kau pikirkan."
Ujar pemuda ini. "Kalau aku mencurigai orang, tentu bukan karena rasa itu timbul dari diriku, butuh bukti yang mendukung. Bukankah seharusnya aku mencurigaimu, saat ini?"
"Ah..." lelaki itu menggeleng-geleng. "aku tahu, situasinya memang tidak tepat, dan aku tak dapat menceritakannya lebih panjang."
"Tak masalah," sahut Jaka. "Aku hanya berbincang-bincang dengan mereka, tak lebih dari itu."
"Tidak ada keanehan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, mereka hanya bilang suka pada orang-orang berbakat, lalu untuk menghargai bakatnya mereka mengundangku bertamu. Dan kebetulan menurut mereka aku ini juga berbakat."
Lelaki itu menatap Jaka lekat-lekat tapi tak bisa lama.
Dalam hati, dia memang tidak meragukan pandangan tiga orang dari perguruan Naga Batu. Lebih detailnya, dia tak tahu bakat Jaka entah dibidang apa, tapi siapapun juga yang menatap pemuda semacam Jaka, akan timbul rasa suka, menurutnya mungkin itu bakat yang paling besar.
"Jadi tidak ada keanehan?"
"Tidak?" tentu saja Jaka menjawab dengan kapasitas dirinya sebagai orang awam, orang awam kan tidak menyadari bahwa digelasnya terdapat racun Pelumpuh Syaraf Otak"
"Kalau begitu aneh sekali" apa kau juga tidak menyadari sesuatu, apapun itu, apakah ada sesuatu yang aneh pada dirimu setelah bertemu mereka?"
Jaka manggut-manggut, biarpun dia belum yakin bahwa lelaki itu bisa dipercaya, tapi kelihatannya saat bicara, dia tidak berpura-pura.
"Yah.. bagaimana ya, aku tidak merasakan keanehan. Oh, hanya satu hal... mungkin kau bisa menganggapnya aneh, setelah jamuan, aku agak mengantuk dan tertidur sesaat, memang tidak lama?"
"Tertidur" Atau memang sebelumnya kau sudah
mengantuk?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka menatap langit-langit, "Rasanya sih tertidur, kau tahu, di telaga seindah itu, rasa kantuk tak akan muncul."
"Itu dia!" desis si lelaki bersemangat.
"Ada apa?" Tanya Jaka berpura-pura heran.
Lelaki itu menatap Jaka lekat-lekat. "Maaf" aku tak bisa mengatakan padamu. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak bermaksud buruk padamu."
Jaka manggut-manggut. "Aku percaya."
Lelaki itu berdiri. "Aku harus pergi." Lalu ia melangkah, tapi menoleh lagi pada Jaka.
"Ada yang terlupa?" Tanya pemuda ini.
"Kau benar-benar tahu siapa aku?"
Jaka mengangkat bahunya. "Selain bahwa kau ini manusia, dan tentunya seorang lelaki, aku juga baru tahu kalau kau terlalu gugup menyatakan urusanmu tadi. Selain itu, aku tak tahu jelas siapa kau..."
Lelaki ini tertawa, rupanya Jaka juga punya rasa humor tinggi.
"Namaku Arseta."
"Salam kenal, rasanya tak perlu aku memperkenalkan namaku."
Arseta tersenyum. "Memang" sampai jumpa lagi."
Jaka balas terenyum dan ia mengangguk. "Silahkan, maaf" tak bisa mengantar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak berapa lama kemudian Jaka berdiri, ia berjalan menuju kasir dan membayar. Sekalipun dia tak melirik, dia tahu kalau ada yang memperhatikannya, yang jelas mereka tidak menaksir dirinya.
Jaka mulai menapak tangga, baru dua tangga ia lampaui, lalu dia berbalik dan menghampiri orang" ternyata yang dihampiri adalah lelaki separuh baya yang kemarin membuat onar.
Pemuda ini menatapnya lekat-lekat, tapi lelaki itu hanya diam saja"masih duduk dengan posisi kepala tertunduk, sesekali disesap minumanya, dia bahkan sama sekali tak mengacuhkan kedatangan Jaka, orang itu terlihat santai-santai saja. Dan anehnya, pemuda inipun diam, dia tetap menatap seolah rambut orang itu tiba-tiba mekar bunga.
Satu menit, dua menit... Seperempat jam, Satu detik yang lalu dengan sekarang pasti beda, begitu juga orang yang didekati Jaka, jika semula dia terlihat rileks, sekarang tidak lagi.
Setengah jam berlalu"
Kini, orang-orang mulai menyadari ada yang tidak beres Satu jam"
Gila! Mereka bahkan tidak bergerak sama sekali! Ruangan besar yang semula penuh dengan suara percakapan, sedikit-demi sedikit senyap.
Satu seperempat jam... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa dari pengunjung penginapan ada yang keluar, mungkin merasa bosan, mungkin juga mau memberitahukan pada temannya, kalau ada kejadian aneh.
Satu setengah jam" Beberapa orang terlihat masuk kedalam peginapan, mereka memesan makanan kecil dan minuman. Anehnya, meski situasi disitu begitu hening tak wajar, para pendatang itu tak menghiraukan kejadian yang sedang jadi pusat perhatian.


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua jam" Mereka yang sudah mengantuk, justru banyak yang menggerutu perlahan, kenapa" Karena kantuk mereka sirna melihat ada adegan monoton yang aneh, tapi siapapun tahu pasti akan terjadi sesuatu. Bahkan orang goblok sekalipun tahu kalau ada situasi tegang diantara mereka. Jika wajah Jaka masih tetap tenang dan bibirnya tetap tersungging senyum tak senyum"seolah sejah lahir wajahnya memang sudah dipahat begitu, si lelaki separuh baya itu sudah mengerutkan dahinya, bibirnya sudah membuat satu garis tipis. Ketegangan sudah tergurat diwajahnya.
Siapapun yang melihat sekilas kondisi keduanya"mirip orang sedang berbicang, tak akan mengerti ketegangannya, tapi bagi mereka yang menyaksikannya dari awal, pasti sudah mengira bakal ada pertengkaran, atau pertarungan"
Beberapa pendatang mendengus, saat melirik Jaka.
Mereka tidak memperhatikan kedua orang itu lagi. Tapi"
sekalipun ingin bersikap dingin, rasa ingin tahu mengalahkan sikap acuh tak acuh mereka. Dengan kesan seolah tak memperhatikan, mereka berulang kali melirik kedua orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyap merayap makin tua. Bahkan suara derik serangga di luar sana, seakan terdengar lebih keras.
"Apa maumu?" akhirnya lelaki itu tak sabar juga, tapi ia bertanya tanpa mengangkat wajahnya.
Jaka tidak menyahut, dia tetap bungkam.
"Kau..." akhirnya lelaki ini berdiri dan menatap Jaka lurus-lurus.
"Ada apa denganku?" tanya Jaka seraya tersenyum.
"Apa maumu?" Jaka tertawa tanpa suara, "Kalau kukatakan aku tertarik dengan rambutmu, dan aku memandangimu lama, kau keberatan?" tanpa menunggu jawaban, dia duduk di depan si lelaki, mau tak mau lelaki itu juga duduk. Lelaki itu tak menyahuti ucapan Jaka, sebab dia tahu jika ia mendebat ucapan Jaka, sama saja dia menyerah kalah dari situasi aneh tadi.
Jaka mengambil cangkir air si lelaki. Orang itu menatap perbuatan Jaka dengan mimik aneh.
"Sekarang, kau tahu apa mauku?" sahut Jaka sambil menempelkan cangkir itu pada bibirnya, lalu di tenggak habis"atau seperti itu kelihatannya!
"Terima kasih?" desisnya sambil berdiri.
Tanpa mengucapkan apapun, Jaka melangkah
meninggalkan lelaki itu yang masih mengawasinya dengan bingung, sekilas Jaka melirik empat orang dari Perguruan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang Mentari, Merak Inggil dan Awan Gunung, lalu ia mengangguk.
Swatantra"orang tertua diantara mereka, segera bangkit dan menjura. Sambil mengucapkan terima kasih.
Tentu saja mereka yang menyaksikan tambah bingung, tiga rekannya juga tak mengerti maksud kawannya itu. Tapi lelaki paruh baya itu terlihat wajahnya berkerut, lalu dia tertawa terbahak.
Di suasana sehening itu tiba-tiba ada orang tertawa keras, mungkin kau akan mengira dia orang gila, tapi siapapun tak akan menuduh lelaki itu gila. Sebab mereka tahu lelaki itu tertawa karena satu sebab, yakni bertindak aneh si pemuda.
"Bagus! Mata balas mata, sabar balas sabar." Gumamnya.
Ia menyambar cangkirnya" tapi mendadak di lepasnya lagi.
Matanya membelalak, wajahnya pucat.
Orang-orang yang masih memperhatikan tingkahnya tertarik, mereka yang dekat dengannya, melirik cangkir si lelaki. Wajah merekapun menampilkan rasa keheranan dan takjub.
Takjub" "Orang macam apa dia itu?" desisnya. Mereka yang melihat cangkir si lelaki juga bertanya serupa, dalam hatinya.
Sebenarnya apa yang dilihat lelaki itu" Apa didalam cangkirnya tiba-tiba tumbuh mata" Tentu tidak! Merasa agak tertekan, ia sambar cangkirnya sendiri, tak sadar Jaka sudah meminumnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat hendak diminum, sentuhan pertama pada cangkir, adalah panas suam-suam, tapi begitu cangkir tergenggam, ia merasa ada keanehan" ternyata permukaan air jahenya sudah membeku!
Bukan cuma itu keanehannya, saat cangkir diangkat, dasarnya amblas! Yang digenggam olehnya hanya cangkir kosong, benar-benar kosong, seperti tong dengan dua sisi atas-bawah bolong.
Dimeja, sisa air yang ada di cangkir, terlihat membeku. Tapi kenapa pembekuan seperti itu bisa menghancurkan dasar cangkir" Apa karena saking dinginnya" Rasanya tidak mungkin, karena sesaat tadi ia masih merasakan panas suam-suam. Lelaki ini mengamatinya lebih seksama, dan...
didapatinya, dasar cangkir itu berwarna hitam meranggas, seperti dibakar suhu tinggi. Wajahnya berubah lebih serius, sungguh ia tak tahu apa yang sebenarnya dilakukan Jaka.
Kenapa pembekuan air itu, tidak mempengaruhi hawa panas yang menghancurkan dasar cangkir" Bahkan uap yang samar-samar mengepul terasa panas dan dingin"
Lelaki itu tahu, tiap kaum persilatan yang memiliki tenaga dalam handal, tentu bisa membekukan air dalam gelas, dia sendiri sanggup. Tapi yang dimaksud membekukan adalah, membuatnya tak bergerak saat dimiringkan"tenaga murni, yang menahan agar air tetap pada tempatnya, membuat hukum alam"bahwa air menuju tempat yang lebih rendah"
tidak berlaku. Tapi membekukan air"benar-benar beku layaknya es, dengan suhu panas menghancurkan dasar cangkir, siapa yang bisa"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepanjang ingatannya, hanya tokoh pemilik ilmu mustikalah yang dapat melakukan hal itu, dan itupun hanya segelintir saja. Tapi dia ragu, bagaimana mungkin orang semuda Jaka bisa menguasai ilmu mustika" Lagi pula dia bisa mengerahkan dua hawa berlawanan dalam waktu
bersamaan" Dan dalam obyek yang sama pula"tangan kanannya! Itu tidak mungkin terjadi!
Dia tahu mungkin saja ada ilmu semacam itu, bahkan ilmu mustika Badai Gurun Salju yang memiliki dua kutub berbeda, panas dan dingin, juga tak bisa dikerahkan bersamaan!
Bagaimana bisa orang semuda Jaka bisa mengunakan bersamaan" Lalu apa yang dikerahkannya" Ilmu mustikakah"
Rasanya tidak mungkin. Atau justru ilmu yang lebih hebat"
Lebih tidak mungkin lagi, pasti ada trik lain, pikirnya.
"Rasanya aku sudah terlalu tua." Gumamnya perlahan. Lalu dia bangkit, membayar makan minumnya, lalu keluar ruangan.
Mungkin sedikit udara malam bisa menenteramkan, pikirannya.
Suasana kembali seperti semula, keheningan sudah terpecahkan. Banyak orang bercakap-cakap selepas lelaki itu keluar. Empat orang dari perguruan kenamaan juga sedang memperbicangkan sesuatu.
"Kakang, kenapa kau tadi berterima kasih pada pemuda aneh itu?"
"Kau tidak paham juga?"
"Apa sih maksudnya?"
"Dia membalaskan kedongkolan hati kita saat di rumah makan tempo hari."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, kurasa waktu itu dia satu ruangan dengan kita."
"Benar?" sahut Swatantra. "Tapi kita tidak
memperhatikannya." "Rasanya itu satu pelajaran lagi." Gumam pemuda satunya yang dari tadi diam.
"Ya, amati keadaan sekelilingmu. Jadikan suasana saat itu, sebagai sahabat. Dan kau lihat hasilnya bukan?"
Mereka bertiga mengangguk. Jika saja sehari yang lalu, pertarungan antara mereka dengan lelaki itu batal, tidak akan ada kejadian seperti tadi.
"Apakah artinya kita bisa menarik pemuda itu kepihak kita?"
ujar seorang lagi dengan suara mengumam.
"Dia tidak bodoh." Jawab Swatantra singkat.
"Kalau begitu harus ada pendekatan?"
"Aku kuatir tidak bisa." Ujar Swatantra setengah merenung.
"Kenapa?" "Sudah kubilang, dia tidak bodoh."
Barulah ketiganya paham, mereka belum mengenal siapa pemuda tadi, dan dengan gegabah ingin menjadikannya satu golongan, kan tidak mungkin. Lagi pula jika dipikir-pikir, tindakan pemuda tadi pasti ada apa-apanya, tidak mungkin hanya sambil lalu.
"Lalu apa yang akan kita lakukan kakang?"
"Diam saja." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam?" "Ya, tidak perlu melakukan apa-apa."
"Sampai dia menghampiri kita." Sahut pemuda yang kemarin sempat bertarung dengan lelaki yang didatangi Jaka.
"Benar." Sebenarnya apa yang sedang mereka cakapkan"
Kedengarannya nada terima kasih tidak ada dalam perbincangan mereka, mengingat kalau Jaka sudah menyelamatkan muka mereka dari hinaan seseorang.
Dan memangnya Jaka membalaskan perbuatan lelaki tadi, karena iseng" Tentu tidak. Jaka juga punya rencana, dan siapapun tak bisa menebaknya.
Di satu sisi, dia harus menjaga kerahasiaannya dari orang luar, kalau dirinya tak bisa ilmu silat selain peringan tubuh. Di sisi lain, dia sudah memperlihatkan hawa saktinya pada lelaki tadi.
Jadi, apa sebenarnya rencanamu Jaka"
Beberapa orang kembali kekamar masing-masing. Juga termasuk beberapa pendatang tadi. Oh, rupanya mereka juga menginap di lantai tiga, sama dengan Jaka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
57 - Menggeser Bidak Pemabuk Berkaki
Cepat Kicau burung di pagi hari benar-benar menyejukan hati siapa saja, tak terasa empat jam telah lewat, sejak kejadian di penginapan dini hari tadi. Jaka sudah bangun setengah jam lalu. Dia sedang mempersiapkan agendanya untuk hari ini.
Pertama, bertemu dengan rekannya. Kedua, dia harus menepati janji bertemu dengan orang-orang dari Perguruan Sampar Angin. Dan selanjutnya, Perguruan Naga BAtu akan jadi sasaran penyelidikannya.
Jaka membuka jendela kamarnya, kebetulan jendela kamarnya menghadap timur, dengan demikian Jaka bisa menikmati sinar pertama mentari sepuas hati.
Sesaat Jaka meregangkan badannya, lalu dia keluar kamar.
"Tolong, sediakan air hangat untuk mandi." Pintanya saat berpapasan dengan pelayan.
Tak berapa lama kemudian Jaka sudah selesai
membersihkan diri, dan siap-siap turun. Walau tidak menyapukan pandangannya keseluruh sudut rumah makan penginapan itu, Jaka tahu kalau dirinya jadi perhatian. Tapi dia tidak perduli.
Bahkan saat melewati orang-orang dari Perguruan Pedang Mentari, yang tadi malam "ditolong", Jaka tidak menoleh, mengangguk atau menyapa, seolah dia tak pernah melihat orang itu sebelumnya.
Dia duduk tengah ruangan, sebenarnya Jaka lebih suka duduk disudut ruangan, tapi karena penuh semua, ya, apa boleh buat. Kali dia benar-benar menjadi pusat perhatian, tapi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaka tetap adem ayem. Beberapa orang yang menginap satu lantai, bergabung dengan Jaka.
Pesanan Jaka datang, dia segera menyantapnya.
Beberapa orang yang duduk satu meja dengannya tampak melirik satu sama lain, lalu salah satu dari mereka bertanya.
"Kau datang dari mana anak muda?"
Jaka tak menyahut, dia tetap makan"mengunyah.
"Kau dengar pertanyaanku?" ujar orang itu tak sabaran.
Jaka mengangguk, dia menunjuk mulutnya yang sedang mengunyah. Orang itu paham maksud Jaka, Jaka masih mengunyah, dia tak bisa menjawab. Jaka meneguk minumannya. "Aku tak punya daerah tetap." Jawabnya kemudian.
Orang itu tersenyum. "Paling tidak kau punya tempat saat dilahirkan."
"Kau benar, aku lahir di kota Kunta."
"Oh, dekat dengan daerah Indrahilir kalau begitu."
Jaka manggut-manggut, tapi dia tak berkomentar.
"Hei, aksimu tadi malam sangat hebat." Seseorang ikut berbicara. Dalam sekejap suasana seolah jadi lebih tenang, kelihatannya mereka sedang mengikuti pembicaraan itu.
Jaka tertawa, "Terima kasih."
"Sebenarnya kau sedang apa sih, tadi malam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum Jaka menjawab, teman disebelahnya menjawab.
"Kau ini bagaimana, tentu dia ada sangkut pautnya dengan empat orang yang tadi malam, salah seorang diantaranya mengucapkan terima kasih padanya."
Jaka manggut-manggut. "Tebakanku benar?"
"Salah." Sahut Jaka.
"Lho?" "Kalian tahu, orang yang aku goda tadi malam adalah kenalan lamaku, sudah lama dia tak bertemu denganku, mungkin waktu itu aku masih berusia enam tahun."
"Kenalan?" orang itu bertanya bingung, bagaimana mungkin kenalan Jaka lebih tua puluhan tahun, dan Jaka sudah mengenalnya pada usia enam tahun" Aneh.
"Kau tak perlu memikirkannya, dia mungkin masih bingung dengan tidakanku, tapi nanti juga sadar." Jaka cepat-cepat menghabiskan airnya, lalu dia berdiri. "Maaf, tidak bisa menemani lebih lama." Tanpa menanti jawaban Jaka berdiri dan berlalu.
Jaka berjalan melewati empat orang dari perguruan terkemuka tadi. "Tuan, bisakah anda duduk dengan kami sekejap." Swatantra berdiri, meminta Jaka bergabung dengan dirinya.
Jaka berhenti lalu menoleh kearahnya. "Kenapa aku harus duduk dengan kalian?" ia bertanya hati-hati.
"Kami ingin berbincang sejenak?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku tidak, andika keberatan"!" Sahut Jaka singkat, lalu dia berjalan menuju kasir dan membayar makanannya.
Swatantra berdiri dengan terbengong-bengong, lalu dia duduk dengan wajah merah padam.
"Kenapa kau mendekatinya?" Tanya pemuda di samping Swatantra.
"Melihat gelagatnya tadi, kupikir dia lebih mudah dari yang kukira." Ujarnya dengan nada rendah.
"Kenyataannya?"
"Dia keras" ya, lebih keras."
"Kakang yakin perbuatannya tadi malam ada sangkut pautnya dengan kita?"
Swatantra merenung sejenak. "Entahlah, aku jadi bingung kalau mendengar ucapannya barusan."
"Tidak perlu memikirkan hal-hal yang tak ada gunanya."
Dengus pemuda satunya lagi dengan suara dingin.
"Kau benar Adi Pancaksi." Sahut Swatantra singkat. Dan mereka kembali menikmati makanan dengan tenang. Tapi apakah pikirkan mereka setenang itu"
Usai membayar, Jaka sudah keluar dari penginapan. Ada beberapa orang juga ikut membayar makanan lalu mereka keluar. Tidak ada yang aneh" Sampai beberapa orang yang lain juga ikut keluar.
Empat orang itu saling pandang. Kelhatannya yang tertarik dengan pemuda itu cukup banyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita keluar?" Seru pemuda yang dipanggil Pancaksi.
"Tidak." "Apa maksudmu, adi Kagendra?"
"Kita tidak punya kepentingan dengannya."
Tiba-tiba Pancaksi mendengus. "Memangnya kita keluar mau membuntuti bocah sombong itu?"
Swatantra menggebrak meja perlahan. "Benar, kita tidak ada urusan dengan dia, sekalipun jalan dibelakangnnya juga bukan berarti ada urusan dengan dia!" Tanpa menanti jawaban yang lain, Swatantra beranjak dari tempat, yang lain mengikutinya, tapi salah satu dari mereka yang dari tadi tak ikut bercakap, membayar rekening, lalu dia keluar menyusul.
Saat dia menyusul sampai diluar, dilihatnya Swatantra seperti orang kebingungan.
"Ada apa kakang?" tanyanya sambil mengiringi langkah rekan-rekannya.
Orang ini tak menjawab, dia hanya menunjukkan sesuatu, sebuah lencana terbuat dari kayu dengan ukiran sederhana.
Ukiran sebuah garis melintang. Bahkan jika dilihat lebih teliti, benda itu tak patut disebut lencana. Wajah pemuda ini juga menampilkan rasa bimbang.
"Siapa yang memberi Tanda Silam ini?" bisiknya.
"Itu dia?" Pancaksi menunjuk seseorang yang duduk dibawah pohon sambil menjual panganan.
"Biar aku tanya.."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak perlu adi Galih."
"Kakang sudah menanyakannya?"
Sawatika mengangguk. "Katanya yang menitipkan benda ini, seorang lelaki yang memakai pakaian hijau, wajahnya biasa saja, pokoknya semua serba biasa. Ciri-cirinya, tak seperti orang-orang yang kita kenal."
Dwiya Galih berpikir keras. "Siapa saja yang kenal tanda ini?" gumamnya.
"Hanya perguruan kita masing-masing." Sahut Kagendra.
"Kalau begitu pasti salah seorang utusan dari perguruan."
"Itu tidak mungkin!" Sahut Pancaksi. "Coba kau pikir baik-baik, tanda silam hanya keluar kalau ada keadaan darurat tingkat empat. Sepajang empat tahun ini, lencana itu belum pernah beredar lagi. Kalau sekarang beredar, pasti ada alasan bagus,"
"Berikan alasanmu?" potong Swatantra.
"Pertama, tanda itu hanya akan diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab pada perguruan masing-masing.
Untuk Perguruan Awan Gunung, hanya paman guruku yang punya hak memegang lencana itu. Seandainya orang lain diberi hak untuk memegangnya, pasti ada ciri lain pada lencana, dan tanda itu tidak terdapat disini. Kalau begitu, keterlibatan perguruanku diabaikan. Kedua; keterlibatan Perguruan Pedang Mentari, dan Merak Inggil, juga kusangsikan, sebab setahuku yang memegang lencana itu guru tingkat tiga, bukankah demikian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swatantra dan Dwiya Galih mengangguk. Pancaksi meneruskan penjelasannya. "Kalau begitu kusimpulkan lencana itu palsu?"
"Tunggu, tak bisa terburu-buru kau ambil kesimpulan seperti itu." Potong Dwiya Galih.
"Apa alasanmu?"
"Dahulu, saat lencana tanda silam diturunkan tidak ada pemberitahuan sama sekali. Dan hanya kalangan tertentu dalam perguruan yang tahu. Kita berempat adalah orang-orang yang dipercaya oleh perguruan masing-masing, kita adalah orang-orang yang terpilih. Kita tidak perlu harus tahu, mengapa lencana itu bisa muncul. Tugas kita justru menyelidiki kenapa lencana itu bisa muncul. Dan jika benar"
kalau bisa"tugas kita pulalah menyelesaikannya."
"Bagaimana kakang?" Tanya Kagendra.
Memang uraian Dwiya Galih terdengar masuk akal.
Swatantra juga manggut-manggut. "Alasan adi Galih masuk akal, alasan adi Pancaksi juga masuk akal. Aku hanya bisa memutuskan kita menyelidikinya sambil lalu, ingat kita puya tujuan lain di tempat ini."
"Kalau begitu, kakang menganggap lencana ini tidak penting?" Tanya Pancaksi.
"Tentu saja bukan begitu. Coba kau pertimbangkan baik-baik, seandainya kita ambil kejadian ini dengan serius, akan kita mulai dari mana?" melihat ketiganya masih memandang bingung, Swatantra menjelaskannya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, misalkan saja kita usut orang yang memberikan lencana ini, menurutku, itu hal percuma! Bisa saja lencana ini dikirimkan berantai, siapapun dia, akan memberikan pada orang lain yang juga tak dikenal, dan orang itu disuruh memberikan pada yang lain, sampai pada akhirnya kita yang mendapatkannya."
"Menurut kakang, seandainya lencana ini benar, apakah akan ada jejak berikutnya?" Tanya Dwiyan Galih.
"Pasti. Tapi aku yakin keadaan darurat tingkat empat tidaklah separah yang kita kira, coba ingat apa yang pernah terjadi dulu..." mereka bertiga mengangguk paham.
"Jadi apa rencana kita selanjutnya?"
"Seperti yang sudah ditetapkan. Dan jangan lupa buka mata dan telinga kalian, tambahan informasi sekecil apapun sangat berguna bagi kita."
"Baik kakang?" ketiganya menjawab serempak, dan berpisah. Rupanya empat orang itu sudah sepakat jalan sendiri-sendiri.
---- Jaka sedang memeluk anak yang jadi perantara lencana pada penjual kue tadi, dia juga memberikan kue pada anak itu.
"Kau sangat pintar Gama.." pujinya pada anak itu, gama berarti; bertindak. Ya, anak berusia tujuh tahun itu memang cekatan, Jaka sangat kagum dengan cara Si Penikam menggunakan semua sumber daya. Gama bukan siapa-siapa, tapi dia dan teman-temannya adalah penyampai kabar dari Si Penikam kepada Jaka, demikian juga sebaliknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang bisa tidak aku meminta tolong lagi?" pinta Jaka.
"Kata Paman Sunu, Gama harus mendengar apapun ucapan kakak.." kata anak itu dengan memandang Jaka.
Paman Sunu adalah panggilan Gama pada Si Penikam.
"Sekarang tolong bilang Paman Sunu, kakak sudah menjirat tali pada kawan orang tukang mabuk."
"itu saja?" gumam si anak dengan bingung.
"Ya, coba kau ulangi." Ujar pemuda ini, dan Gama mengulanginya sampai dua kali. "Bagus, kakak akan mengijinkanmu meminta mainan pada Paman sunu."
"Benarkah?" mata anak itu berbinar.
Jaka menganguk-angguk, tak menanti lama, Gama berlari dengan memegang kayu yang diseret. Pemuda ini meneruskan langkahnya dengan hati gembira. Kejadian dini hari tadi adalah umpan untuk Pemabuk Berkaki Cepat.
Pemabuk Berkaki cepat bukanlah julukan orang, itu adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang tidak ada hubungan apa-apa dengan kasus yang dihadapi, tapi mereka bersikap sok tahu dan kepingin ikut campur, yang menjadi dasar kalimat 'berkaki cepat' adalah; berhubungan dengan latar belakang mereka yang bukan sembarangan. Mereka adalah Swatantra dan kawan-kawan.
Dari mulut merekalah, Jaka ingin meminjamkan penyiaran kabar.
Benteng Ilusi yang misterius, dan Tanda Silam... mereka akan menghubungkan dua hal itu cepat atau lambat, pada saat mereka menyadari itu, ada sebuah permainan menarik Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah disiapkan Jaka. Pemuda ini mengistilahkan sebagai rencana menarik angin, rencana yang sudah dibicarakan dengan si kedok misterius.
Orang yang sengaja dikerjai Jaka dini hari tadi disenyalir sebagai, Wakil Tetua Perkumpulan Pengemis cabang selatan, artinya.. dia atasan Bergola. Untuk memastikannya, Jaka menguji kevalidan informasi yang didapat anak buah Si Penikam, dia ingin si tersangka mengejar dirinya... dan begitu keluar dari penginapan sudah ada bebrapa orang menguntit dirinya, tapi dengan mudah dia melepaskan diri dari kuntitatn mereka dan kembali ke depat penginapan, untuk bertemu dengan Gama.
Sejauh ini Jaka belum mendapatkan umpan balik yang diharapkan, dari si tersangka, dia mulai ragu. apakah mereka yang sempat menguntitnya tadi ada hubungan dengan orang yang dia kerjai"
Pertimbangan Jaka lebih pada analisa; jika dia bukannya orang-orang dari kelompok Panah, mengapa pula mencari urusan dengan para 'pemabuk berkaki cepat' ini"
--------- Jauh di timur kota Pagaruyung"
Sosok tubuh terbalut baju gelap\, tampak berjalan tergesa, dia bukannya menuju pusat kota, tapi malah menjauhi keramaian.
Orang itu bermuka lonjong kurus, tubuhnya tinggi jangkung.
"Aku harus sampai ke tempat tujuan sebelum lukaku makin gawat." Pikirnya dengan muram. Ya, walaupun tak terlihat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
parah, tapi kondisinya tubuhnya memang tak sehat, wajahnya juga sedikit pucat.
Sebelum dia melangkah lebih lanjut, didepan ada seorang lelaki berpakaian abu-abu menghadangnya. Anehnya dia memunggunginya. Karena merasa tidak ada urusan, lelaki ini tidak menghiraukan, diapun lewat disampingnya.
Mendadak saja si penghadang menyabet dengan tangan kanannya. Walau sudah waspada, tak urung dia kaget juga.
Tanpa tergesa orang ini melakukan gerakan setengah putaran, dan melompat kebelakang. Tapi si penghadang juga melakukan lompatan kedepan, jadi jaraknya tetap sama, dan serangan itu tetap akan mengena.
Lelaki ini mengeluh dalam hati, sungguh sial dirinya hari ini kepentok dengan orang lihay. Menyadari tak akan sempat menghindari lagi, dia mengibaskan tangan kearah wajah si penghadang. Kibasan itu kelihatan lemah, tapi kalau kena wajah, hidung juga tak berbentuk hidung lagi.
Kibasan itu datangnya tak terduga, sipenghadang jadi terperanjat, tapi dia cukup memiringkan sedikit kepalanya, dan lewatlah serangan itu. Tapi... rupanya masih ada satu serangan lagi, tendangan tumit lelaki jangkung itu menyapu dari atas kebawah, mengincar bahu.
Rupanya serangan pertama hanya untuk mengelabui saja, sedangkan serangan kedua yang sebenarnya. Menyadari tendangan tingginya mudah dihindari karena gerakannya terlalu berlebihan, makanya dia harus mengkamuflase dengan serangan tipuan. Waktu sedetik sudah cukup baginya untuk mengembangkan tendangan tinggi ini hingga sempurna.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kali ini si penghadang benar-benar kaget melihat serangan sederhana, bisa begitu terlihat mematikan. Buru-buru dia merendahkan tubuh dan tangannya menonjok keatas, tiada keraguan lagi rupanya dia ingin beradu.
Lelaki jangkung ini bimbang sesaat, dia tak tahu apakah tumitnya lebih menang dibanding kepalan lawan. Sedetik sebelum kakinya beradu, secara aneh, dia bisa menggeser kakinya setengah meter kekanan, secepat kilat pula badannya memutar balik, masih dalam keadan melayang, kaki kirinya menyepak wajah lawan.
"Hebat!" seru penghadang ini kagum, tak ada jalan lain kecuali dia mundur. Lelaki jangkung ini tidak menyerang lebih lanjut. Dia menatap orang itu, kalau orang lain pasti bertanya,
"Kenapa kau menyerangku?" tadi lelaki ini tidak, dia justru berkata. "Bisakah aku lewat?"
Si penghadang terkesip, pada awalnya dia sengaja mencari gara-gara, tapi menyadari dirinya berimbang dengan lawan, ia juga harus berpikir lagi untuk melaksanakan rencananya.
"Ini jalan umum, seharusnya siapa saja bisa lewat, tapi aku punya kepentingan denganmu."
Lelaki ini merenung sesaat, "Baik, silahkan bicara."
"Sebenarnya bukan aku yang akan bicara denganmu, tapi majikanku. Aku hanya memastikan kalau keinginan majikanku tidak ada halangan."
Orang ini mengangguk. "Kau anak buah yang baik."
"Terima kasih?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sayangnya aku tidak bisa."
Wajah yang semula tersenyum itu, membeku dalam sesaat.
"Kau menolak bicara dengan majikanku?" dia bertanya dengan suara bengis.
Lelaki ini mengeluh dalam hati. Ah, urusan jadi gawat begini, aku pasti terlambat bertemu tuan.
"Kalau saja aku tidak ada kepentingan lain, tentu sangat bersedia menemui majikanmu."
"Kau tidak perlu membantah lagi!"
Ia menghela nafas panjang, "Kau tahu apa pendapatku tetang majikanmu?" Si penghadang tak menyahut, dia ingin tahu rupanya.
"Majikanmu tak lebih hanya orang tukang paksa. Kalau dia orang bijak, pasti bisa membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak. Dan dengan mengutus engkau, aku jadi bisa menarik kesimpulan sejelas ini."
Wajah penghadang ini merah padam. "Kurang ajar, mulutmu memang harus kau cuci dulu sebelum bicara."
Dia menyeringai. "Aku hanya memberi pendapatku saja, setiap orang boleh bicara bukan?"
Tanpa menanti apa kata si penghadang, lelaki ini lewat disisi penghadangnya. "Sampai jumpa lagi."
Lelaki itu tak bisa berbuat apa-apa, kalau dia kembali menghadang, sama saja dia membenarkan ucapan lawannya bahwa majikannya tukang paksa orang. Dengan dongkol dia hanya bisa berjalan mengikuti si jangkung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi si jangkung membiarkan saja, pikirnya, kalau orang ini sudah melihat tuannya orang macam apa, mungkin saja dia akan terus mengundurkan diri. Si jangkung tidak berpikir lebih lanjut, karena hadangan muncul kembali. Sementara orang yang mengikutinya langsung berseri wajahnya, mengetahui siapa yang menghadang.
"Kau harus merasa tersanjung. Ternyata majikanku mau menemuimu sendiri." Katanya dari belakang, lalu dia lari mendahului untuk menyambut majikannya. Si jangkung tak menyahut, dia hanya mengangkat bahunya. Sesampai didepan orang itu, diapun berhenti. Dia tidak bertanya ada kepentingan apa mereka menghadang, dia hanya mengamati orang itu.
Orang yang disebut sebagai majikan oleh lawannya, adalah lelaki berusia tiga puluh lima, wajahnya tampan, tapi menyiratkan wibawa dan keangkuhan. Mereka tidak bertegur sapa, seolah saling mengukur kemampuan satu sama lain. Si jangkung tahu, jelas saja lelaki didepannya itu jauh lebih lihay dari pembantunya, tapi jika perlu dia juga harus melawan.
"Senang bertemu dengamu." Orang itu bersuara. Suaranya berat dan kereng berwibawa, tipe orang yang selalu mengatur.
Lelaki jangkung ini mengiyakan, biarpun dia tak tahu orang macam apa lelaki itu, tapi dia juga harus menghormatinya dengan kapasitas sebagai pemimpin orang lain.
"Kau tahu keperluanku ingin bertemu denganmu?"
si Jangkung menggeleng. "Aku ingin tahu seperti apa tuanmu itu." Ujarnya singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
58 - Munculnya 'Kerabat Dekat'
Si jangkung terkesip, wajahnya memucat seketika. Biarpun dia sedang dalam perjalanan menemui tuannya, tapi adalah mustahil lelaki ini tahu kalau dirinya adalah bawahan seseorang. Atau dia tahu karena kebetulan" Tak mau ceroboh, dia memutuskan untuk melihat situasi baru bicara.
Dia menghela nafas panjang.
"Kenapa tuan bertanya begitu?"
Lelaki itu menatapnya sekejap, lalu dia menyahut malas-malasan. "Seandainya aku tak melihat kelakuanmu mungkin aku tak ingin bertemu siapa-siapa."
Si Jangkung berpikir keras, melihat dirinya" Orang itu melihat dirinya, dimana, kapan" Saat dia sedang melakukan apa" Dia tahu tak mungkin dirinya bertanya kelakuanku yang mana, tapi" tunggu dulu.
Ah, rupanya kejadian sore kemarin, pikirnya merasa tegang juga. Biarpun sudah tahu apa yang di maksudkan orang itu, tapi dia tak mau terpancing mengatakanya dulu, siapa tahu di sebenarnya tidak tahu apa-apa.
"Kenapa tuan harus bertemu dengan tuanku yang belum tentu aku punyai?"


Seruling Sakti Karya Didit S Andrianto di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekalipun kau menyangkal, aku tahu tuanmu akan mengunjungi tempat itu lagi nanti malam."
Jelas sudah, lelaki itu memang tahu kejadian itu, pikir si jangkung risau. "Kalau sudah tahu, kenapa masih ngotot ingin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu sekarang, bukankah dengan menghadang nanti malam kau juga akan bertemu?"
Wajah orang itu terlihat mengeras sesaat. Rupanya dia tidak suka cara bicara lelaki didepannya. Bahwa si jangkung sebelumnya memakai kata "tuan", tapi sekarang diganti "kau", merupakan penurunan derajat baginya.
"Jika aku memaksamu, bagaimana?"
Ia tahu pada waktunya cepat atau lambat lelaki itu akan mengatakan demikian, sekarang dirinya harus sebisa mungkin meloloskan dari.
"Percuma?" "Apa maksudmu?" bentak lelaki ini.
"Sekalipun kau memaksaku juga tak ada hasilnya, jika kau ingin bertemu dengan tuanku, cukup kau sebut saja keinginan itu dalam hati, dan tuanku akan menemui."
"Apa yang kau cakapkan?" kali ini orang yang bertarung dengan si jangkung yang bertanya.
"Artinya, majikanmu itu tak perlu repot-repot memaksa aku, karena tuanku sekarang sudah datang!" dan si jangkung mengedipkan sebelah matanya, jauh kebelakang kedua orang itu, seolah memang ada orang lain di sana.
Waktu satu detik sudah cukup baginya, saat keduanya memalingkan wajah menoleh kebelakang.
Buuum! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si jangkung membanting peledak asap. Seketika itu juga asap menyebar tebal.
"Keparat!" dengus si majikan marah karena dikibuli.
"Bagaimana ini tuan?"
"Diam ditempat! Asap ini tidak berbahaya, dia hanya memanfaatkan asap ini untuk?" dia terdiam, karena saat itu juga rongga dadanya terasa sangat gatal.
"Kurang ajar! Mundur?" mereka berdua segera menjauhi lingkungan yang dicemari asap kuning itu.
"Tak kusangka asapnya bisa beracun seperti ini.."
"Ini asap beracun tuan?"
Lelaki itu mengangguk, dia mengeluarkan kotak dari balik bajunya, dan membuka, oh, ternyata sejenis balsem.
Dioleksan balsem itu di bawah hidungnya, lalu dia menghirup udara dalam-dalam. Dalam sekejap rasa gatal di rongga dada hilang. Dia juga menyerahkan balsem itu pada anak buahnya, dan lelaki itu segera meniru cara majikannya.
"Kita pergi..." Lelaki itu segera melangkah pergi, diikuti anak buahnya. Tapi baru seratus meter mereka berjalan, di tikungan, ada seseorang yang menghadang mereka.
"Kakang, sedang apa kau disini?" seru lelaki tadi. Ternyata orang yang menghadang mereka adalah kakak lelaki si majikan.
Orang itu berperawakan tinggi kurus, usianya mungkin pertengahan empat puluh, wajahnya juga tampan, yang menakutkan adalah matanya.. masih mendingan kalau terlihat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
licik, tapi mata itu seperti mata orang mati, dingin menyorot langsung menusuk kedalam, orang yang berhadapan dengannya, tanggung tak bisa bohong. Sepertinya tidak ada kejadian apapun didunia ini yang bisa membuatnya bereaksi.
Orang ini memberi tanda pada anak buah adiknya, dan dia tahu diri, dengan segera menjauh dari lingkungan pembicaraan orang.
"Ada keperluan apa kakang kemari?"
Lelaki ini tidak menjawab, dia menunjuk sesuatu di sampingnya.
"Oh?" sang adik terkejut sekali. Rupanya si jangkung itulah yang tergeletak"tertotok disemak-semak. "Terima kasih kakang."
Lelaki ini mengangguk, "Seharusnya kau lebih waspada."
Ujarnya. Suaranya lembut, tak seperti matanya yang menakutkan"tapi justru kombinasi seperti itulah yang paling menakutkan.
"Aku memang lengah." Sahutnya dengan kepala tertunduk.
Lelaki ini menepuk bahu adiknya. "Ada urusan apa, sampai mengejar orang yang tak setimpal jadi lawanmu?"
"Dia memang tak setimpal, tapi atasannya sangat setimpal.
Dia yang ingin kutemui."
"Macam apa orangnya?"
"Aku belum pernah lihat."
Si kakak mengerutkan kening. "Kau melihat hal menarik apa pada dirinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bola Asap?" jawabnya menggantung.
"Bola asap?" "Ya, orang itu membawa Bola Asap. Dan kakang tahu, hanya kenalan kita yang punya benda seperti itu."
Alis sang kakak terangkat satu, dia mendekati si jangkung yang masih tak sadarkan diri. Dengan cepat dibebaskan totokannya. Tak berapa lama kemudian, orang itu mendusin.
"Apa yang?" ia tak meneruskan ucapannya melihat orang yang di sebut majikan ada didepannya.
"Aku tanya satu hal, dan kau cukup menjawab apa adanya."
Tentu saja si jangkung tahu kalau apa adanya yang dimaksud adalah jujur. Lagi pula tanpa diminta dia juga akan bicara jujur, bukan apa-apa"meski orang yang bertanya padanya punya keseraman yang tak terurai, paling yang ditanya, seputar tuannya, kalau itu bukan masalah, sepanjang tidak mengganggu rencana mereka.
"Aku yakin kau dapat benda berasap tadi dari tuanmu," ujar si mata beku membuka kata.
Si Jangkung mengangguk. "Siapa dia?" Si Jangkung baru tahu titik persoalannya, kiranya kedua orang ini tertarik karena bola asap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian tak akan percaya kalau aku menjawab..." si jangkung duduk menyandar batu dibelakangnya. "Sejauh ini aku sendiri tidak tahu siapa tuanku."
"Orangnya?" desis si adik.
"Kalau rupa orangnya, aku tahu. Maksudnya asal usulnya, tiada seorangpun yang tahu. Memang pada setiap orang beliau bilang berasal dari kota Kunta, dan aku percaya." Si jangkung menatap orang bermata beku itu, kelihatannya jawabannya tidak memuaskan. "Kau tak akan percaya sebelum berjumpa dengan beliau."
"Beliau?" gumam si mata beku.
"Ya, kubilang kalian tak akan percaya karena beliau masih sangat muda, mungkin dia sepantar usia anak kalian."
"Delapan belas tahunan?"
Si jangkung menggeleng. "Dua puluhan."
Sang adik menghela nafas. "Dan dia memberikan bola asap padamu?"
Si Jangkung mengangguk. "Berapa banyak?"
"Tidak pasti, tergantung tugas yang aku emban. Kadang tujuh, paling banyak dua belas."
"Dia yang membuatnya?"
Si Jangkung mengangguk lagi, dan suasana menghening perlahan, kedengarannya ketua orang itu bukanlah teman Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mereka maksud. Tapi kenapa bisa punya benda yang sama" Apa masih satu keturunan"
"Kenapa kau tidak tahu dia?" Tanya si mata beku terdengar dingin, nyaris terkesan ketus.
Orang ini mengerinyitkan kening, agak aneh juga dia bertanya begitu ingin tahu. Lalu ia menghela nafas. "Sebab kami saling menghargai. Beliau tahu siapa aku, tapi dia pura-pura tak tahu menahu latar belakangku. Tapi kalau aku, benar-benar tak tahu siapa dia, yang kutahu, dia adalah lelaki sejati, dialah pimpinan kami. Tak kuragukan lagi, aku siap berkorban nyawa untuknya."
Si mata beku belum bertanya lagi, tapi di menyadari ada satu kejanggalan. "Pimpinan" Kami?" ujarnya bertanya.
Merasa telah kelepasan omong, si jangkung diam saja.
"Dia pimpinan dari apa?"
Si Jangkung diam. "Jawab!" sang adik membentak tawanannya.
Sang kakak menekan bahu sang adik, "Tidak usah kau paksa dia. Pada saatnya dia akan mengatakannya pada kita?" lalu si mata beku memberi isyarat pada si jangkung untuk pergi.
"Kau biarkan dia pergi?" Tanya adiknya.
"Ya..." Sekalipun dirinya adalah seorang bawahan, tapi si jangkung punya harga diri, sebelum berlalu, dia menoleh Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seraya berkata. "Untuk kalian ketahui" aku tidak akan mengatakan keterangan apapun padamu. Sekalipun aku tidak tahu siapa kalian, beliau pasti tahu. Cepat atau lambat, apapun kalian ini kita akan bersua lagi, percayalah. Dan saat itu kalian akan tahu" dengan siapa kalian berhadapan."
Si mata beku tak berkomentar, dia hanya mengibaskan tangan supaya orang itu cepat berlalu. Setelah si jangkung pergi, adiknya bertanya.
"Kakang akan mengikutinya?"
"Tidak. Aku percaya kata-katanya, suatu saat kita memang akan bertemu dengan majikannya. Entah kapan, tapi hal itu pasti terjadi." Setelah berkata seperti itu ia juga pergi meninggalkan adiknya. Tinggal orang ini sendiri yang tertegun diam, dan diapun pergi kearah yang berlawanan dengan kakangnya.
Sudah jelas maksudnya, dia menguntit si jangkung. Tapi berhubung harga diri yang mentasbihkan dirinya sebagai seorang pimpinan, dia mengutus anak buahnya lebih dulu untuk memata-matai keadaan. Tinggal dirinya mengikuti tanda yang ditinggalkan untuknya.
----------- Si Jangkung berjalan tanpa tergesa. Memangnya dia tidak takut kalau ditangkap lagi" Kalau dijawab sejujurnya, tentu saja dirinya khawatir. Tapi dia melogika peristiwa tadi; sebagai seorang pimpinan besar, orang yang tadi menangkapnya, tidak bakal kembali menangkap untuk kedua kalinya. Tentu saja harga diri yang mencegah itu. Jika dia melakukannya, sama saja menjilat ludah sendiri, ih, apa enaknya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia mengira-ira saat itu masih empat jam menjelang tengah hari"sekitar jam delapan pagi, masih sekitar satu jam lagi baru dirinya akan menjumpai majikannya.
"Lebih baik aku memulihkan kondisi disini saja."
Gumamnya sambil duduk dibawah pohon randu. Sekalipun dia tak tahu apakah dirinya dikuntit atau tidak, si jangkung tetap memasang kewaspadaan. Bisa jadi, kali ini bukan orang yang sama, membuat repot dirinya. Mungkin saja, malah pihak yang dia ganggu tadi malam.
Ah, perduli amat! pikirnya masa bodoh. Kalau kalian mau menangkap diriku, paling tidak harus merasakan seluruh peledakku. Memangnya aku cuma punya bola asap"
Tak terasa satu jam sudah berlalu, si jangkung bergegas.
Seperti segumpal asap saja, dia melejit kearah timur. Tanpa dia sadari, beberapa sosok tubuh juga ikut melejit kearah timur.
Hanya memerlukan waktu seperempat jam saja, si jangkung sudah berdiri di tepi sungai batu. Beberapa saat yang lalu, tuannya memberi tanda supaya ia menuju sungai batu. Orang ini termangu, karena yang ditunggu belum muncul juga, merasa ada yang aneh dia hendak tinggalkan tempat, namun tiba-tiba dia melihat tiga daun hijau hanyut terbawa air.
Bagi orang lain, daun-daun itu tak berarti apa-apa, tapi bagi si jangkung itulah tanda dari sang majikan. Bukankah aneh, daun yang masih hijau bisa hanyut, terkecuali kalau daun itu sengaja dihanyutkan, artinya sengaja dipetik.
Si Jangkung tersenyum melihat daun itu, tak banyak berpikir lagi, dia melesat kehulu"sumber air sungai batu. Dari kejauhan, lamat-lamat terlihat sosok tubuh. Makin dekat, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sayup-sayup terdengar alunan suara seruling. Makin dekat lagi, sudah terlihat orang berpakaian biru duduk di batu besar ditengah gemercik air sungai. Orang berpakaian biru itu duduk menghadap titik-titik air yang jatuh dari sela-sela batu dan akar.
Si Jangkung tersenyum, dia lega bisa menemui sang majikan. Entah mengapa, bila dia bertemu dengan sang majikan, hatinya terasa senang. Seperti mendapat kehormatan bila bisa berjumpa dengan lelaki"yang sebenarnya jika dilihat dari umur"lebih pantas sebagai anaknya.
Ia duduk mengambil tempat ditepi sungai, sambil menikmati suara seruling. Nada itu bukan nada lagu yang sengaja dicipta, tapi nada itu tercipta karena penghayatan pada alam.
Dia tahu, sang majikan sedang menuangkan rasa kagum lantaran titik mata air.
Dulu dia pernah bertanya, "kenapa tuan selalu mudah merasa kagum?"
Jawabannya sangat sederhana, "sebab rasa itu membuat kita jauh dari sombong". Memang sederhana, tapi rasakan maknanya. Itulah penghayatan rasa ke-Tuhan-an.
Seperti telah mengetahui kehadiran orang, suara seruling itu berhenti. Lelaki muda itu memutar badannya.
"Sudah lama paman?" tanyanya dengan senyum menghias bibirnya. Si Jangkung menggeleng.
Salah satu dari sekian banyak hal yang dikagumi olehnya adalah, bahwasannya sang majikan sendiri selalu membahasakan siapa saja, yang usianya lebih tua dengan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebutan menghormat. Padahal mereka adalah bawahan, yang selalu siap mengorbankan jiwa raga untuk membela lelaki muda itu.
"Ada kabar apa?"
Si Jangkung hendak segera melaporkan, tapi lelaki ini mengangkat tangannya, sebagai tanda supaya ia tak melanjutkan laporannya. Jari jemarinya bergerak cepat menotok beberapa titik darah di dada dan lengan.
"Bagaimana?" Si Jangkung mengatur nafas sebentar, wajahnya yang semula agak pucat sudah sedikit memerah dan akhirnya diapun merasa lega, luka yang dideritanya benar-benar nyaris hilang seluruhnya. Walaupun dia sanggup menyembuhkan sendiri, tapi memakan waktu banyak.
"Terima kasih, luka saya sudah sembuh?" katanya, dan dia kembali hendak meneruskan laporan. Tapi lagi-lagi lelaki itu mengangkat tangannya, tak membiarkan dia bicara lebih lanjut.
"Sebentar, kita kedatangan tamu, bukankah lebih baik paman persilahkan mereka?"
Si Jangkung terkejut, tapi dia sadar kalau perjalanannya pasti sudah dia kuntit oleh kaki tangan "si tuan entah siapa".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
59 - Juragan-Hartawan Anityapura (Tak
Kenal Maaf) Terdengar gelak tawa membahana. "Tak usah kau persilahkan, aku memang sudah kepingin keluar dari tadi."
Bersamaan habisnya suara, melesat dua sosok tubuh. Si Jangkung makin terkejut karena salah satu dari mereka memanggul sosok tubuh. Dan dia makin terkejut, ketika orang itu menurunkannya.
"Ah.. dia." Serunya kaget.
Lelaki muda ini mengerutkan kening melihat reaksi si jangkung. Dia menatap orang yang menggelosoh lemas di dekat batu, wajahnya kembali seperti biasa. Agaknya dia sudah bisa meraba apa yang terjadi.
Ia memperhatikan dua lelaki yang baru saja menampakkan diri, mereka berusia sekitar lima puluhan, mungkin lebih, tapi lantaran mereka kelihatannya sering tertawa, wajahnya kelihatan lebih muda dari seharusnya. Tubuh mereka juga tidak istimewa, berpotongan tinggi sedang, tidak terlalu gemuk juga tidak terlalu kurus, yang bisa diperhatikan lebih detail adalah sorot mata mereka yang berkesan menyelidik dan waspada.
Sambil sedikit membungkuk hormat, pemuda ini berkata.
"Selamat berjumpa. Sebelumnya kuucapkan Terima kasih, tuan-tuan mau bersusah payah membalaskan kedongkolan hati temanku."
Senyum yang masih terulas dibibir mereka, segera membeku. Sungguh tak sangka, pemuda itu tahu orang yang mereka bawa adalah si penghadang yang sempat bertarung Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan si jangkung. Padahal mereka yakin kalau si jangkung belum menceritakan apa-apa. Dan mereka lebih yakin kalau pemuda itu sama sekali tidak ada di tempat kejadian.
Karena keduanya tanpa sengaja mengikuti kejadian yang menarik, maka mereka memutuskan untuk mengikutinya terus. Dan dasarnya mereka adalah orang-orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain, lelaki yang berperan sebagai penguntitpun mereka sikat, sesaat sebelum mendekati tempat yang dituju.
"Ada keperluan apa tuan-tuan menemuiku?"
Sekali lagi mereka diam terpaku. Keduanya bahkan tidak tahu untuk apa sebenarnya mereka datang kesitu, mungkin hanya rasa tertarik, itu saja. Tapi, kini persoalannya tidak sesederhana itu, padahal mereka hanya menampilkan diri, dan pemuda itu bisa menebak empat langkah kedepan.
Sekalipun itu bukan tantangan, tapi ego sebagai orang yang sudah lama malang melintang di dunia persilatan, membuat keduanya jadi merasa tertantang untuk menguji si pemuda.
Mereka saling pandang sejenak, "Kami datang untuk melihat-lihat saja, apa tidak boleh?"
Pemuda ini tersenyum tipis. "Silahkan, tidak ada yang melarang." Lalu dia melompati batu-batuan kali, gerakan lompatannya tidak ada yang istimewa, seperti orang awam.
Dua orang itu melihat dengan kening berkerut.
Si jangkung sudah melompat lebih dahulu keseberang sungai, ia mengambil tempat yang enak. Setelah berada di Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan si jangkung, pemuda ini pun segera duduk di depan anak buahnya.
"Jadi apa yang membuatmu jadi kelihatan serba salah begini paman?" Tanya pemuda ini tak menghiraukan adanya dua pendatang itu.
Sedikit banyak si jangkung sudah tahu adat pemuda didepannya, dia juga segera duduk.
"Ada banyak hal?" orang ini menoleh kearah dua pendatang itu.
Jaka tahu maksudnya, "Tak usah paman cemaskan, mereka tidak punya kepentingan dengan kita. Teruskan ceritamu paman."
Tapi si jangkung tetap saja merasa gelisah, sekalipun tuannya merasa tak apa-apa, menurutnya urusan yang akan dibicarakan ini termasuk rahasia.
"Begini?" tapi ia masih merasa ragu.
Lambang Naga Panji Naga Sakti 4 Kilas Balik Merah Salju Karya Gu Long Rahasia Peti Wasiat 4

Cari Blog Ini