Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 14

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 14


penjara Bu-san menerima tantangan-tantangan"
Disaat itu, jauh didepan Kim Hong tampak satu
bayangan orang pelahan-lahan merambat naik.
Kim Hong mempercepat langkahnya, sebentar kemudian
ia bisa memperkecil jarak mereka. Bayangan yang didepan
adalah Silaki-laki misterius yang bernama Oey Ceng" Kim
Hong berhasil mengejar Oey Ceng, dengan girang ia
berteriak "Oey Ceng cianpwe Oey Ceng cianpwe"
Oey Ceng mendengar panggilan itu, ia menghentikan
langkahnya. Sebentar kemudian Kim IHong menyusul tiba,
mengenali sipemuda memperlihatkan sikapnya yang
terkejut, Oey Ceng mengajukan pertanyaan:
"Aaaa.....Kau masih berada ditempat ini kukira kau
sudah bertanding dengan penguasa rumah penjara rimba
persilatan disini." Kim Hong tertawa. Itulah obrolan kosong. Mana
mungkin Oey Ceng tidak tahu kalau ia belum tiba"
Untuk menceploskan kebohongan orang, ia berKata:
"Mungkinkah Oey Ceng cianpwe tidak melihat, bahwa
dibuku lapor diri belum terdapat namaku?"
"oh......" berkata Oey Ceng. "Tidak terpikir sampai
kesitu." Kim Hong tidak perCaya kalau Oey Ceng tidak terpiKir
sampai ketempat itu, Oey Ceng tidak ada niatan untuk
menempur penguasa rumah penjara yang bara, tapi dia
mengikuti sayembara karena mengikuti jejak Kim Hong.
Atau lebih tepat lagi kalau dikatakan mendahului Kim
Hong, mana mungkin tidak memeriksa isi buku laporan"
Dari daftar buku para penantang rumah penjara baru,
semua nama sudah tertera. Oey Ceng sengaja, tapi ia tidak
mau meneruskan perdebatan itu, dengan penuh misteri ia
berkata: "Cianpwe mendadak menerima tantangan rumah penjara
ini, tentunya langkah yang mendadak."
"Betul," berkata Oey Ceng. "Sifat-sifatku tidak
mempunyai rencana panjang. Apa yang terpikir, segera
kukerjakan......" Betulkah Oey Ceng tidak mempunyai rencana panjang"
Bohong Siapakah Oey Ceng" Mengapa dia melarang Kim IHong
menempur penguasa rumah penjara baru" Semua rahasia
akan dipaparkan secara terperinci pada bagian akhir cerita.
Untuk sementara para pembaca dipersilahkan menduga.
Kim Hong tertawa, tidak tahu bagaimana harus
meneruskan percakapan itu. Oey Ceng melirik kearah
sipemuda dan bertanya: "Hai Bagaimana pendapatmu, bisakah memenangkan
pertandingan?" Kim Hong tertawa dan berkata: "ilmu kepandaian
cianpwe hebat dan menakjubkan tentunya tidak Sulit untuk
memenangkan sayembara."
"Haa-haa...." Oey Ceng tertawa. "Artimu, kau juga tidak
sulit untuk memenangkan sayembara."
"Boanpwe mempunyai penuh pegangan-" Oey Ceng
bergoyang kepala dan berkata
"Tapi aku tidak yakin. Pikirlah, kalau si penguasa rumah
penjara baru tidak mempunyai kepandaian hebat,
bagaimana berani terkebur dan menjanjikan orang,
memberi hadiah sesudah menerima satu jurus pukulannya?"
Kim Hong berpikir sebentar, dan ia berkata, "Mungkin ia
mempunyai tipu muslihat, untuk sekarang ini, kita harus
lebih berhati-hati."
Dan mereka melanjutkan perjalanan itu, tak lama
mereka tiba dibawah puncak Sin-lie-hong disana, disuatu
tempat yang agak rata terdapat batu-batu serong yang
miring. Nah Nah Disanalah tampak sebuabh pintu besi
berbentuk bulat. Pegangan pintu adalah macan-macanan
yang dengan mulut terbuka lebar. Dibawah itu terdapat
tulisan yang berbunyi: "Rumah Penjara Rimba Persilatan Baru."
Disinilah letak keanehan, adanya rumah penjara
digunung Tay-pa-san sudah menghebohkan rimba
persilatan- Tidak seorang yang berani mengganggu
gugatnya, mendadak sontak saja timbul lain rumah penjara
baru, rumah yang berada didalam gunung Bu-sanTerjadinya rumah penjara kembar ini, lebih
menghebohkan. Dikedua pintu besi itu, terdapat lain
semboyan, damikian bUnyinya:
"Sekali pUkul menjatuhkan rumah penjara rimba
persilatan digunug Tay-pa-san. Dua kaki menginjak semua
jago-jago silat dirimba persilatan " Inilah kata- kata terkebur
Kecuali itu, dua orang berbaju hitam dengan memegang
tombak panjang berdiri seperti patung. Tidak bergerak.
Cara-caranya agak mirip dengan rumah penjara digunung
Tay-pa-san. Tidak menunggu sampai Kim Hong mendekati pintu itu,
Secara tiba-tiba saja terdengar suara yang gemuruh, pintu
perlahan-lahan berdesing naik, dimana terdapat goa gelap.
Tiba-tiba Oey Ceng menarik tangan Kim Hong, dengan
sungguh-sungguh dia berkata:
"Hei, ilmu kepandaian kita berselisih tidak jauh, begini
saja kuatur, kalau aku tidak berhasil mengalahkan penguasa
penjara ini, tentu saja kau juga tidak mungkin
memenangkan pertandingan, tidak perlu menantang lagi,
lekas memilih jalan lari pergi. Mintalah bantuan rumah
penjara digunung Tay-pa San untuk menantang rumah
penjara ditempat ini."
Kim Hong tertegun, ia berkata:
"Aku sudah mendaftarkan nama. Bagaimana harus
ngiprit pergi?" Oey Ceng membentak:
"Disini bukan sudah daftar atau belum daftar. Bukan
waktunya kita menungkuli nama kehormatan rumah
penjara baru disini lebih bertingkah dari golongan Kalong.
Kalau aku kalah kau meneruskan tantangan, tidak mungkin
kau menang. Apa guna" Lekaslah lari, panggil saja
penguasa rumah penjara digunung Tay-pa San, mungkin ia
bisa mengalahkannya."
Kim Hong bisa menerima kenyataan itu, ia
menganggukkan kepala dan berkala: "Baiklah, aku bersedia
menerima syarat cianpwee."
Baru sekarang Wajah Oey Ceng menjadi cerah, lalu
mengandeng tangan Kim Hong, mendadak lubang didalam
gua batu itu tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan,
menghadang kepergian Kim Hong dan Oey Ceng. Itulah
orang tua kurus mengenakan pakaian berwarna merah,
sepasang matanya berkilat-kilat" ia membentak
"Ji-wie berdua sudah mendaftar?"
"Sudah," berkata Oey Ceng. "Aku yang mendaftar lebih
dahulu." orang tua berbaju merah itu segera berkata: "Ikut
dibelakangku" Oey Ceng mengajak Kim IHong mengikuti orang tua
berbaju merah ini, memasuki ngluba yang gelap. dengan
undakan-undakan batu, kini mereka mulai menuju keperut
gunung. Semakin lama semakin dalam, disana terpancang obor.
Setiap jarak tertentu, terdapat penerangan.
Adanya obor tersebut didalam goa yang menuju keperut
gunung, tentu saja semakin menambah keseramanKeadaan rumah penjara digunung ini tidak kalah
seramnya dari rumah penjara rimba persilatan digunung
Tay-pa San- Berjalan kurang lebih lima ratus tombak, di muka
mereka terdapat pintu berjari besi menghadang perjalanan.
jari-jari besi itu sangat besar dan kokoh juga terpasang
rapat. Tidak bisa diterobos.
Sesudah mereka bertiga berada didepan pintu berjari
besi, tanpa ada gerakkan dari siorang tua berbaju merah,
jari-jari besi itu naik keatas membuka jalan. orang tua
berbaju merah mengajak kedua penantang rumah
penjaranya masuk kedalam.
Sesudah mereka berjalan melewati pintu berjari besi itu,
jari-jari tadi turun kembali. Menutup jalan mundur.
Jalan kedepan masih berupa jalan bertangga batu.
disetiap jarak-jarak tertentu masih terpasang obor-obor.
Berjalan lagi lima ratus anak tangga, didepan ada lain
penghadang, itulah penghadang pintu-pintu yang terbuat
dari besi tebaL Ditengah-tengah besi tebal terdapat lobang
kecil, disana tampak menyorot sinar.
Menunjuk kepintu besi itu. siorang tua baju merah
memberi keterangan, "Besi ini terbuat dari baja murni, beratnya hampir seribu
kati. Untuk rimba persilatan masa kini, tidak ada
seorangpun yang bisa mengankat."
Kim Hong mengeluarkan dengusan suara dari hidung,
digunung Tay-pa San, dia pernah mengangkat bongkah
emas sebanyak seribu enam ratus kati. Besi baja murni yang
hanya seribu kati itu adalah soal ringan, mana mungkin
tidak bisa diangkat" Karena itu ia segera menantang. "Biar
kucoba " Kim Hong sudah bersiap-siap menggulung lengan baju
untuk mengangkat besi yang mempunyai berat bobot seribu
kati itu. Oey Ceng menyenggolnya dan berkata perlahan:
"Jangan coba... Bagaimana akibatnya kalau
dipermukaan besi itu dilumuri oleh bisa racun?"
Kim Hong terkejut, ia membatalkan niatnya dan berkata:
"Kukira ada sesuatu yang hebat, ternyata ada udang di
balik batu. Seperti keadaan pintu jari-jari besi, pintu besi
inipun tidak perlu diangkat, bisa bergeser secara otomatis?"
orang tua berbaju merah hanya berdiri menonton, tidak
lama kemudian, pintu besi yang mempunyai bobot berat
seribu kati itu meluncur naik, perlahan-lahan, ternyata
digerakkan oleh pesawat. orang tua berbaju merah mengajak Oey Ceng dan Kim
Hong memasuki goa yang lebih dalam. Kini mereka sudah
terhadang oleh ketiga pintu besi pertahanan.
Berjalan lagi lima ratusan langkah, sesudah melewati
rumah penjara yang seperti dibangun dari besi, mata orang
terbelalak disana tampak Sebuah lapangan luas. . . . Inilah
arena pertandingan Lapangan itu mempunyai lebar seratus tombak tingginya
tiga puluh tombak, diataS ruangan tampak sembilan
mutiara, mutiara itu memancarkan cahaya yang terang.
Tanpa sinar matahari ruangan tersebus masih bercahaya.
Dikeliling lapangan terdapat delapan goa, gelap. entah
kemana tembusannya goa- goa itu.
Ditengah lapangan terdapat dua lilin besar panjangnya
tiga tombak. Tebalnya sebesar lengan manusia ini waktu
terpasang dan menyala, asapnya mengepul memenuhi isi
ruangan kosong. Kim Hong memperhatikan dua lilin besar tersebut,
hatinya sedang menimbang-nimbang, rahasia apa yang
berada dibalik lilin itu" Kim Hong dan Oey Ceng berdiri
menunggu panggilan. orang tua berbaju merah segera membuka suara, ia
berkata kesalah satu goa yang terdapat disitu:
"Laporan kepada laucu, dua penantang masing laki-laki
yang bernama Oey Ceng dan Kim Hong sudah datang"
Suara siorang tua berbaju merah berkumandang dan
mendengus disekitar ruangan didalam perut gunung itu.
Hal ini sangat mengejutkan Kim Hong bulu tengkuknya
bangun berdiri. Memandang kearah Oey Ceng, ia berkata:
"Oey Ceng cianpwe, keadaan ditempat ini sangat
misterius." "Diam" bentak Oey Ceng, "Lihat dan perhatikan baikbaik
goa yang didepan." Disana terdapat delapan goa, dan Kim Hong
memperhatikannya pusat perhatiannya ke-arah salah satu
yang ditunjuk.Dari goa tampak api penerangan, semakin
lama semakin besar, seolah-olah ada yang berjalan dari
jauh, menuju datang. Betul saja, tidak lama kemudian, disana tampak dua
bocah keCil yang menenteng lampu Teng, mereka berdiri
dikanan dan kiri goa itu.
Tampaknya kedua bocah pelayan disusul oleh seseorang,
disana berdiri seorang berkerudung, orang berkerudung
kuning berpakaian panjang yang berwarna kuning, dan
bersepatu kuning, Tabuh orang ini diselubungi oleh
kemisteriusan kuning. Inilah ciri2 dari penguasa rumah
penjara rimba persilatanKalau Penguasa Rumah Penjara di gunung Tay-pa-san
mengenakan selubung yang berwarna hitam, Penguasa
Rumah Penjara ditempat ini mengenakan pakaian warna
kuning. Kecuali perbedaan warna itu, tinggi dan potongan
tubuh kedua orang tidak jauh berbeda. Mirip dengan
Penguasa Rumah Penjara digunung Tay-pa-san.
Penguasa Rumah Penjara itu memandang Oey Ceng dan
Kim Hong, ia bertanya: "Siapa yang menantang lebih
dahulu?" Suara ini berdengung lama, menandakan suara
dalamnya yang hebat. Kim Hong mermperhatikan baik-baik, dalam keadaan
yang seperti itu, ia tidak bisa membedakan suara ini suara
lelaki ataukah wanita"
Karena memakai kerudung tutup muka dan karena
suaranya ditekan kuat, orang sulit untuk membedakan,
bagaimana jenis kelaminnya Penguasa Rumah Penjara yang
baru. Seperti juga Rumah Penjara digunung Tay-pa-san,
Sulit untuk membedakan siapakah adanya orang tokoh
misterius itu Lelaki atau wanita"
Disaat Kim Hong masih menduga-duga Oey Ceng sudah
tampil kedepan dan berkata: "Aku"
"sebutkan namamu." berkata Penguasa Rumah Penjara
itu. "Oey Ceng?" jawabnya singkat.
Suara Oey Ceng juga dikerahkan dengan tenaga dalam,
berkumandang dan berdengung lama.
Diam-diam hati Kim Hong juga menjadi girang, dengan
adanya tekanan suara tenaga dalam itu, kekuatan Oey Ceng


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masih berada diatas kekuatan Penguasa rumah Penjara
yang baru. Tentu saja ia menjadi girang, kalau tidak disertai
dengan tipu muslihat licik, pasti Oey Ceng bisa
mengalahkan Penguasa Rumah Penjara ini.
Kim Hong sedang berpikir-pikir, kalau saja ia berhasil
memenangkan Sayembara, siapa yang hendak ditolong
keluar" Tentu saja Leng Bie Sian.
Tapi Leng Bie Sian pernah mengirim surat menolak
adanya datang pertolongan- Keadaan yang menyulitkan
Kim Hong, keCuali Leng Bie Sian, siapa lagi yang haruS
ditolong keluar dari rumah penjara baru"
ouw Menolong empek Ie-oe atau menolong tamu tak
diundang dari luar daerah.
Menurut apa yang sudah didesas desuskan, empek Ie-oe
dan Tamu tak diundang dari luar daerah sudah menjadi
tawanan-tawanannya rumah penjara ditempat ini. Disaat
Kim Hong melamun jauh, terdengar suara penguasa rumah
penjara yang baru: "cara-cara sayembara ditempat ini sangat mudah, kita
bersama-sama lompat naik keatas dupa yang
dinyalakannya, dihitung dari satu sampai sepuluh, masingmasing
memukul sekali, siapa yang terjatuh, siapa yang
merontokan abu dupa. itulah yang bagus."
Dia memberi perintah agar kedua bocah pengiringnya
menyalahkan dupa sembahyang.
Hati Kim Hong tercekat, dan betul-betul ia meragukan
keadaan ditempat ini. Ternyata acara sayembara lain dari
pada yang lain bukan menggunakan kekuatan yang berarti,
bukan menggunakan kekuatan tenaga dalam, tetapi
mengutamakan ilmu keringanan tubuh.
Karena acara sayembara ditentukan oleh sipenguasa
rumah penjara, tentu saja keadaan tidak menyulitkannya.
pasti Sipenguasa rumah penjara memiliki ilmu meringankan
tubuh yang luar biasa, dan bisa berdiri diatas abu dupa.
Kini Kim Hong harus meragukan ilmu meringankan
tubuh Oey Ceng, mampukah Oey Ceng menginjak abu
dupa" Seseorang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam,
belum tentu memiliki ilmu meringankan tubuh, inilah yang
mendebarkan hati Kim Hong.
Terdengar suara batuk-batuk sitokoh misterius Oey
Ceng, dia mengangkat pundak dan berkata
"Acara sayembara ini memang luar biasa, tapi terlalu
tidak adil." "Dimana yang tak adil?" kata penguasa rumah penjara
yang baru dengan suara dingin.
Oey Ceng berkata: "Jago-jago silat yang mempunyai ilmu meringankan
tubuh hebat sangat terbatas, berapa banyak orang yang bisa
memasang kaki diatas dupa terbakar" Kukira hanya
beberapa gelintir saja, tidak lebih sudah dari lima belas
orang. Dengan acara sayembaramu, tentu saja sudah
dipastikan, bahwa orang-orang yang menerima datang
tantangan sayembara itu, pasti masuk kurungan."
"Tentu saja." kata sipenguasa rumah penjara baru. "Siapa
yang takut masuk kurungan. Tidak dilarang datang."
Oey Ceng membentak dengan suara marah.
"Tentu saja orang tak datang, kalau kau tak menculik
dan membawa lari anak isteri orang, siapa yang kesudian
gawe jauh-jauh datang ketempat ini."
"Hei..." kata penguasa rumah penjara baru. "Apa
maksud kedatanganmu kesini. Berdebat adu mulut" Atau
mengikuti upaCara sayembara?"
"Betul....Betul....." Suara Oey Ceng agak lunak. "baiklah.
Aku siap sedia menerima sayembara."
Hampir berbarengan, mereka melejitkan diri, lompat
diatas sebatang hio yang terbakar.
Dupa itu terbakar lama, maka abunya beberapa dim.
Disaat Oey Ceng dan penguasa rumah perjara baru
meletakkan kaki diatas abu dupa, mereka harus
menggunakan ilmu meringankan tubuh yang seringan
mungkin. Betul-betul hebat dan menakjubkan Kedua jago itu bisa
menguasainya dengan indah. Tidak sebutir abu dupapun
yang tergusur jatuh. . . .
Jarak kedua orang hampir dua puluh tombak. Masingmasing
diam tak bergerak. Masing-masing mengatupkan
mata, meringankan bobot berat badan mereka.
Maka Setelah itu, salah satu dari kedua bocah yang
membawa lampu gantung tampil kedepan, dengan suaranya
yang garing, ia mulai menghitung. "Satu...Dua. ..Tiga...
Empat ... Lima......"
Mengikuti suara-suara angka itu, hati Kim Hong
berdebar semakin keras, silih berganti memperhatikan Oey
Ceng dan penguasa rumah penjara yang baru. "Delapan..."
"Sembilan........"
"Sepuluh" Mulutpenguasa rumah penjara baru mengeluarkan suara
geraman, tangan kanannya dibalikkan, diratakan dengan
dada dan didorong ke depan.
Disaat yang sama Oey Ceng juga sudah menyiapkan
kekuatannya, telapak tangannya didorong kedepan,
menerima pukulan itu. Seperti datangnya dua bintik arus listrik, dua tubuh
kedua jago silat itu tergetar, dan begitu menempel masingmasing
bersitegang. Kim Hong memperhatikannya dengan seksama, ia bisa
melihat adanya kekuatan Oey Ceng yang sudah sempurna.
itulah kekuatan penuh. Kalau dibandingkan dengan bagaimana Oey Ceng,
menghadapi ouw yang Po kui kemarin tentu saja tidak bisa
disamakan. Diam- diam Kim Hong memuji kekuatan Oey Ceng.
Sangkanya tokoh misterius itu hanya setanding dengan apa
yang ia miliki, kenyataan lebih hebat dari apa yang ada.
Wah, kalau saja Oey Ceng tidak bisa memenangkan
penguasa rumah penjara yang baru pertempuran
selanjutnyapun perCuma. Apa boleh buat, ia harus mengikuti perintah Oey Ceng,
kalau saja Oey Ceng kalah, dia harus lari meninggalkan
tempat itu. Disaat Kim Hong sedang memikir-mikir, tampak,
keadaan mulai berubah. Jidat Oey Ceng tumbuh keringat,
keadaannya tidak segagah tadi.
Menengok kearah penguasa rumah penjara baru. Wajah
itu tertutup oleh kerudung kuning tidak terlihat perobabanperobaban,
tapi dari desiran-desiran angin, tidak adanya
gelembung di kain itu suatu tanda bahwa ia masih kokoh
dan kekar, Seperti gunung kuatnya, keadaan penguasa
rumah penjara baru berada diatas anginKeadaan tegang yang seperti itu masih berlangsung terus
Waktu berdetik-detik, dihembus angin lalu.......
Tiba-tiba terdengar suara gerungan perlahan dari
sipenguasa rumah penjara baru, tangannya ditarik
kebelakang sedikit dan ini waktu tubuh Oey Ceng
bergoyang, abu dupa yang dipijak rontok sebagian, dan Oey
Ceng pun loncat turun kebawah. Terhuyung kebawah jatuh.
"Aaaa..... betul-betul Oey Ceng kalah Seorang tokoh silat
misteriusan yang memiliki kekuatan lebih hebat dari tamu
Tidak diundang dari luar daerah, dibawah tekanan
kekerasan sipenguasa rumah penjara baru, akhirnya kalah
dan jatuh dari pertandingan. Wajah Oey Ceng pucat pasi.
Wajah Kim Hong juga pucat pasi.
Kedua orang itu saling pandang masing-masing
menyengir Sedih, menundukan kepala.
Penguasa rumah penjara yang baru lompat turun dari
ujung dupa yang terpasang menyala, dengan suaranya yang
ringan dan penuh kecongkakkan, ia berkata:
"TUan, adalah penantang Sayembara yang terkuat"
Kata- kata ini diarahkan kepada Oey Ceng.
Oey Ceng bungkam didalam seribu bahasa melirik
kearah Kim Hong seolah ia berkata:
"Nah Aku sudah kalah Apa lagi yang kau tunggu" Hayo
Lari, Lekas panggil penguasa rumah penjara digunung Taypasan......" Kim Hong masih mematung dan tertegun ditempatnya,
belum lama ia sudah mempunyai niatan untuk melarikan
diri meninggalkan tempat itu, Tapi perubahan situasi telah
membuat pikirannya goyah, lari atau tidak lari"
Disaat ini, penguasa rumah penjara yang baru berkata
kepada sikakek berbaju merah "co Tiok Hu, bawa orang
pesakitan ini kedalam penjara."
Sikakek berbaju merah co Tiok Hu membungkukkan
badan, menjinjing Oey Ceng memas kesalah satu delapan
goa yang berada d tempat itu.
Dada Kim Hoag dirasakan bergejolak. itulah kepanasan
dan rasa penasaran, segera ia bentangkan bacot,
"Giliran aku Kim Hong yang menerima sayembara."
SeCepat itu pula, Kim Hong melejitkan kaki meletakkan
ujung jempol kakinya diataS dupa yang mengepul.
Disini Kim Hong bisa menarik satu keuntungan, dia
menjatuhkan kaki pada ujung dupa yang bekas diinjak oleh
Oey Ceng, ujung dupa itu sudah jatuh sebagian, maka
pendek Sedangkan dupa satunya, yaitu dupa yang harus
diinjakan oleh Penguasa Rumah Penjara masih berabu
panjang. Loncatnya Kim Hong keujung dupa tidak diikuti oleh
sipenguasa Rumah Penjara. Dia berkata dengan suara
tenang "Jangan terburu-buru. Aku membutuhkan waktu untuk
istirahat." Sesudah itu, ia mengibaskan lengan baju juga mengebut
abu dupa yang berada ditempat yang akan dipijak olehnya.
Dengan cara-cara yang seperti ini, kini Kim Hong yang
menduduki kedudukan lemah.
Abu dupa yang harus dipijak oleh sipenguasa rumah
penjara rimba persilatan lebih sedikit dari abu dupa yang
dipijak oleh Kim Hong. Mendengar permintaan sipenguasa rumah penjara yang
hendak mengambil waktu istirahat, Kim Hong lompat
turun, dengan tertawa ia berkata:
" Ha-ha.... kau juga hendak istirahat" Kukira kau seorang
jago tanpa tandingan. Bisa digilir bertanding terus menerus.
Sepasang sinar mata penguasa rumah penjara baru
memancar keganasan, dengan marah ia membentak:
"Kau bocah ini sangat kurang ajar, sebutkan nama
gurumu?" Dengan membusungkan dada Kim Hong berkata: "suhu
bernama It-hu Sianseng."
"oo. .."jawaban ini seperti berada diluar dugaan
sipenguasa rumah penjara. "Kau adalah kongcu bernama
diri Kang-lam yang bernama Kim Hong" Kudengar kau
mempunyai hubungan yang baik dengan murid penguasa
rumah penjara digunung Tay-pa-san, bukan ?"
"Kalau betul, bagaimana?" Kim Hong menantang.
Penguasa rumah penjara yang baru berpikir sebentar,
entah apa yang dikenang olehnya, tiba-tiba ia bertepuk
tangan, tertawa dan bertanya: "Hei, kau hendak bertemu
dengannya?" Hati Kim Hong hampir loncat keluar, dari tempatnya ia
berkata: "Kau bersedia mengajak aku bertemu dengan Leng Bie
Sian ?" "Kalau kau kepingin ketemu, aku bersedia mengajakmu
sebentar." "Tentu saja mau bertemu." berkata Kim Hong. "Tapi
ingat, Ini bukan permintaanku."
"Inilah kerelaan hatiku." kata penguasa rumah penjara
rimba persilatan yang baru.
Ini waktu orang tua berbaju merah yang bernama co
Tiok Hu sudah memperintahkan dan mempenjarakan Oey
Ceng, dia balik kembali keruangan itu. Memandang kearah
co Tiok Hu, penguasa rumah penjara berkata: "Ajak kongcu
ini untuk bertemu pada nona Leng Bie Sian."
co Tiok Hu berkata: "Nona Leng Be Sian tak mau bertemu dengan seorang
yang bernama Kim Hong"
Penguasa rumah penjara rimba persilatan berkata:
"Aku tahu nona Leng Bie Sian tidak mau bertemu muka.
Tapi kau ajak keruangan disebelahnya, agar mereka bisa
bercakap-cakap." Kemudian, penguasa rumah penjara yang baru
memandang Kim Hong dan bertanya: "Bagaimana
pendapatmu?" "Tidak bertemu muka dengan Leng Bie Sian juga tidak
mengapa, asal aku bisa mengucapkan beberapa patah kata,"
karena itu, ia menganggukan kepala dan menerima
tawaran tersebut. Maka, dengan ditunjuk oleh sikakek baju merah co Tiok
Hu, Kim Hong diajak kelain goa.
Goa diperut gunung itu sangat dalam, banyak tikungan,
berjalan beberapa waktu, Kim Hong berhasil berada
disebuah ruangan batu. Ruangan batu itu sangat ringkas, keCuali sebuah pelita
keCil, tak ada isi lainnya. co Tiok Hu menyuruh Kim Hong
duduk disana, mengunci pintu dan pergi. Kim Hong baru
duduk. tak lama terdengarlah suara Leng Bie Sian dari
kamar sebelah: "Kim kongCukah yang datang?"
Dengan kedua tangan Kim Hong meremas batu
disebelah, ia hendak mengorek batu itu, tapi tentu saja tidak
berhasil. "Betul" teriaknya girang. "Bie Sian, bagaimana
keadaanmu?" Terdengar elahan napas Leng Bie Sian dari kamar
sebelah, katanya: "Keadaan baik-baik, untuk sementara
mereka tidak berani menggangguku."
"Hei" berteriak Kim Hong dengan suara keras.
"Mengapa kau tidak mau bertemu denganku?"
Suasana hening untuk beberapa waktu, kemudian


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terdengar suara Leng Bie Sian- "Kau belum menerima
suratku?" Seperti disiram oleh air dingin, kerelaan hati Kim Hong
yang hendak menolong Leng Bie Sian diguyur habis, ia
menghela napas dengan sedih lalu berkata: "Sudah terima.
Tapi....." "Nah" berkata Leng Bie Sian- "Sudah kujelaskan,
mengapa kau datang?"
"Apa boleh buat." kata Kim Hong, "Aku harus menolong
mu keluar dari tempat ini."
"Aku tak mau ditolong." kata Leng Bie Sian"Alasannya?" "sudahlah" kata Leng Bie Sian"Bagaimana kau bisa jatuh kedalam tangan mereka?"
tanya Kim Hong. suara Leng Bie Sian berkata lagi
"Ada seorang kakek yang mengenakan pakaian berwarna
merah namanya co Tiok Hu, ia memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi dengan tiba-tiba Saja, seCara menggelap. ia
menotok jalan darahku. Dan demikianlah aku tertawan."
"Huh. Dia tak mengganggu dirimu?"
"Tidak. Aku dijadikan seorang nenek nenek dan begitu
dibawa ketempat ini."
"Bagaimana wajah penguasa rumah penjara ditempat
ini," berkata Kim Hong
"Dia selalu menggunakan tutup kerudung muka aku
tidak bisa melihat."
"Sampai dimana ilmu kepandaiannya?"
"Sangat hebat" "Ya. Belum lama seorang kawanku yang bernama Oey
Ceng jatuh dibawah tangannya."
"Dan bagaimana keadaanmu" Kau juga menantang?"
"Ya." "Sudah bertanding?"
"Belum." "Sudah kusurati agar kau tidak menantang. rumah
penjara ditempat ini, mengapa kau begitu bandel?" Suara
Leng Bie Sian agak marah.
"Bie Sian, jangan kau marah....."
"Aku tidak marah. Tapi aku menolak kau datang
menolong" "Karena aku bukan orang dari rumah penjara digunung
Tay-pa San?" "Ng............"
"Itulah kejadian dahulu. Tapi lain dahulu lain sekarang,
sekarang aku sudah menjadi orang sendiri dari rumah
penjara digunung Tay-pa San-."
"Eh" Aku tidak mengerti."
"Karena aku sudah berhasil menemukan ibuku. ia tinggal
ditempat rumah penjaramu digunung Tay-pa-san,"
"Aaa. . ." terdengar Leng Bie sian agak terkejut. "Kau
sudah bertemu" Kalau begitu betul-betul kau adalah sukoku
?" suko berarti saudara tua seperguruan.
"Suko?" Kim Hong membelalakan mata. ia tidak
mengerti. "Ya." berkata Leng Bie Sian- "Aku harus memanggil
Suko. Guruku adalah ibumu, kita Saudara seperguruan,
bukan ?" "Aaaa.." giliran Kim Hong yang terkejut, "Gurumu
penguasa rumah penjara rimba persilatan digunung Tay-pasan
itu, itukah yang menjadi ibuku?"
Tentu saja Kim Hong terkejut, mana mungkin hal itu
bisa terjadi. Masakan penguasa rumah penjara digunung
Tay-pa-san dikatakan sebagai ibunya" Inilah betul-betul
kejadian yang sulit diterka.
"Eh" berkata Leng Bie Sian. "Kau yang mengatakanBukan aku " "Aaaa... " Kim Hong menepuk jidat. "Betul....betul..."
Baru sekarang ia mengerti, baru sekarang ia menduga
asal usulnya penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san
itu. Ternyata, tokoh luar biasa yang dihebohkan adalah ibu
kandungnya" Mengapa ibu membuat rumah penjara yang seperti itu "
oh Tentunya hendak memanCing keluar ayah dari
persembunyiannya. "Hei, suko...." terdengar suara Leng Bie Sian dikamar
sebelah. "Kau kenapa ?"
"Betul betul tidak kusangka." berkata Kim Hong. "Tidak
kusangka kalau penguasa rumah penjara rimba persilatan
digunung Tay-pa-san adalah ibu kandungku."
"Ya Penguasa rumah penjara Tay-pa-san adalah Suma
Siu Khim " Leng Bie Sian menjadi marah, ia berkata: "oh Kau jahat.
Ternyata kau memanCing diriku, kau tidak tahu kalau
guruku itu adalah ibu kandungmu, sengaja kau
mengucapkan kata- kata tadi....."
Kim Hong berkata "Dengar keteranganku. ibu tidak menggunakan wajah
penguasa rumah penjara rimba persilatan, dia
menggunakan wajah aslinya menemui aku, maka akupun
belum tahu betul, bahwa penguasa rumah penjara di
gunung Tay-pek san adalah ibu kandungKu."
"Eh, dia suduh memberitahu kepadaku dahulu, begitu
melihat wajahmu, ia sudah menduga sesuatu. Dikatakan
kepadaku bahwa kau mungkin adalah anaknya yang hilang
itu, maka sesudah kau meninggalkan rumah penjara, aku
mendapat tugas untuk mengintil di belakang. sekarang,
sesudah kau mengetahui ibumu, mengapa dia masih
menutupi rahasia itu?"
"Betul." berteriak Kim Hong. "Apa maksudnya?"
"Nggg... kukira dia mempunyai maksud tertentu.
Mungkin dia takut kalau kau meminta agar dia
membubarkan rumah penjara di gunung Tay-pek san itu
...." "Ya. Aku memang mempunyai niatan itu."
"Maka, dia belum mau membongkar rahasia. Untuk
sementara menutup kerudung mukanya" berkata Leng Bie
Sian. "Kau bisa menduga alasan dari berdirinya rumah
penjara di gunung Tay-pa-san?"
"Dia hendak memanggil ayahku."
"Tepat. Ayahmu memang kurang ajar sekali. Mengapa
dia bersembunyi Karena itulah hendak ditantangnya
datang." "Tapi....." "Tapi apa?" "Disaat ibu bernyanyi, sering kudengar suara laki-laki
yang memanggilnya. Siu Khim.. . Siu Khim... .sudahlah
Jangan bernyanyi. Siapakah suara laki-laki itu?"
"Suara ibumu juga "
"oo Mengapa ia harus bersandiwara?"
"Dia senang bernyanyi. Tapi juga takut kalau rahasianya
diketahui orang. Maka sengaja memegang dua peranan."
"Ah Hanya karena kepentingan diri sendiri, ibu
mengaduk rimba persilatan sampai begitu rupa?"
"Ibumu sangat Cinta kepada ayahmu. Tapi dia tidak
berhasil menemukan jejaknya, terpaksa apa boleh buat, dia
harus menggunakan taktik ini. Seharusnya ayahmulah yang
harus memikul tanggung jawab. Dia mempunyai cemburu
yang besar....." "Belum tentu ayah masih hidup, Dimisalkan ada di
dalam dunia, tentu mempunyai alasan yang cukup kuat."
"Suko," panggil Leng Bie Sian dikamar sebelah. "Ada
sesuatu yang hendak aku beritahu."
"Urusan apa?" "Tentang sumoaymu itu, baik-baikkah keadaannya?"
"Keadaannya baik-baik. Apa yang hendak kau beritahu?"
"oh.....tidak. suko kau masih hendak menantang
penguasa rumah penjara rimba persilatan ditempat ini?"
"oo Sudah terjadi perobahan-perobahan ini, aku harus
berpikir sekali lagi."
"Jangan berpikir lagi. Lekas lari" berkata Leng Bie sian"Tidak ada artinya bertanding. Kau bukan tandingannya.
Lebih baik lekas lari."
"Bagaimana dirimu ?"
"Jangan khawatir. Pada suatu hari, suhu akan datang."
"Kalau ibuku datang biar saja aku disini. Biar kita samasama
menunggu pertolongan ibu."
"Tidak." "Alasanmu." "Kau sudah mempunyai seorang Sumoay, jangan kau
menambah kesengsaraanku."
"Baiklah. Aku akan pergi."
"Selamat jalan-"
"Baik-baik kau menjaga diri."
Sudah itu Kim Hong menuju kepintu disana orang tua
berbaju merah co Tiok Hu sedang menunggunya. Karena
itu Kim Hong menggapaikan tangan dan berkata: "Buka
pintu." co Tiok Hu mengajak Kim Hong kembali keruang arena
pertandingan diperut gunung itu.
Ditengah jalan, tidak henti-hentinya Kim Hong berpikir,
haruskah ia menempur penguasa rumah penjara yang baru"
Mengingat ilmu kepandaian Oey Ceng yang begitu
tinggi, tokh masih jatuh dibawah tangan Sipenguasa rumah
penjara" Apa guna ia menantang terus" Pasti ia juga kalah.
Kalau kalah berarti jatuh kedalam kamar tahanan rumah
penjara rimba persilatan yang baru. Siapa yang harus
memberi tahu pada ibunya digunung Tay-pa San ?"
SeCara tiba-tiba saja, menggunakan kelengahan Sikakek
baju merah, ia memegang pergelangan jago itu,
menekannya dan membentak:
"Jangan berteriak"
orang tua beraju merah balik membentak "Apa
maksudmu ?" "Aku tidak jadi bertanding. Lekas ajak keluar dari tempat
ini." berkata Kim Hong.
"Membatalkan Sayembara?"
"Aku tidak butuh dengan sayembara Sseperti itu. Lekas
Ajak aku keluar dari tempat ini."
co Tiok Hu tidak berdaya, dia membawa Kim Hong
meninggalkan tempat itu, sebentar kemudian mereka tiba
dipintu goa yang mempunyai bobot berat seribu kati itu.
Aneh bin ajaib Tanpa disentuh besi berat itu terangkat naik,
jalan terbuka kembali. Kejadian ini sangat mengejutkan Kim Hong. Ia heran
dan tidak mengerti. Apa kegunaan dari penutup pintu itu,
kalau dia bisa terangkat tanpa banyak kesulitan" Bisa
dilolosi orang" Perjalanan dilanjutkan, mereka berada didepan pintu
berjari besi. Seperti juga pintu penutup baja murni, pintu
jari inipun terangkat naik, co Tiok Hu mengajak Kim Hong
keluar. Tentu saja Kim Hong tidak tahu, semua itu mengalami
proses-proses rencana yang masak.
Disaat mereka hendak meninggalkan lorong goa panjang
itu, dari jauh terdengar derap langkah kaki orang. cepatcepat
Kim Hong berdekuk, menekan jalan darah co Tiok
Hu dan membentak: "Hayo Kau harus bisa diajak bekerja sama."
orang yang hendak memasuki kedalam arena
pertandingan diperut gunung, adalah orang tua berbaju
hijau, Lam-kiong Siang-liong. Meminjam penerangan oborobor
tampak jelas orang itu hampir berada didalam keadaan
mabok. Lorong itu terlalu keciL Tidak berhasil Kim Hong
mengelakan- Mereka bersamprokan muka.
"Eh," Lam-kiong Siang-liong memperlihatkan wajahnya
yang terkejut. "Kau tidak jadi mengikuti sayembara?"
Kim Hong memegangi pergelangan tangan co Tiok Hu
dengan keras, membawakan sikap yang tenang, dia berkata:
"Tepat Aku adalah orang pertama yang berhasil
memenangkan sayembara ini."
Lam-kiong Siang-liong menggoyang-goyangkan kepala,
ia berkata "Heran Heran Jago kosen yang seperti Tamu tak
diundang dari luar daerah, tohk tak bisa memenangkan
penguasa rumah penjara kami, kau si bocah ini berumur
begitu muda, mungkinkah hendak menipu?"
Sesudah itu, menoleh kearah co Tiok Hu, bertanya:
"Betulkah keterangannya?"
co Tiok Hu mengeluarkan dengusan suara dari hidung,
tidak menjawab. Lam-kiong Siang-liong memandangnya sebentar,
menggelengkan kepala dan berkata.
Kim Hong sudah berada dipintu pertahanan terakhir.
dari Sini ia bisa lari, menyeret co Tiok Hu menotok jalan
darahnya dan berkata "Terima kasih. Sampai disini saja kau antar. Untuk
selanjutnya aku tahu bagaimana harus membawa diri."
Meninggalkan co Tiok Hu dilorong gelap itu, tubuh Kim
Hong melejit, melewati pintu gerbang terakhir.
Pintu itu terjaga oleh dua orang yang membaWa
tombak, dua orang itu juga adalah dua jago silat hebat,
mengetahui ada sesuatu yang tidak beres, mereka
menggunakan dua tombak itu menuju kearah bayangan
yang melejit keluar. Kim Hong berdengus, dengan satu tangan satu ia
menangkap datangnya dua tombak tersebut, pletak ia
mematahkannya, tubuhnya melayang tinggi, disaat ia turun
seCepat itu pula, ia menotok jalan darah kedua penjaga
pintu. Tentu saja kedua penjaga pintu goa tidak berdaya,
mereka jatuh ngegeloso. Gerakannya Kim Hong terlalu
sebat, sulit diikuti dengan pandangan masa. Tiba-tiba,
telinga Kim Hong yang tajam bisa menangkap datangnya
suara pujian: "Hebat "
Kim Hong menoleh kearah datangnya suara pujian itu,
tidak tampak bayangan- Bulu tengkuknya bangun berdiri, ia
tidak berani berdiam lama-lama ditempat itu seCepat itu
pula, meluncur turun kebawah gunung.


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berlari beberapa waktu Kim Hong menoleh kebelakang,
takut kalau mendapat pengejaran.
Ternyata tidak Keragu-raguannya itu percuma saja.
Tidak ada orang yang membikin pengejaran, juga tidak
tampak tokoh silat yang mengeluarkan suara pujian itu.
Siapakah tokoh silat misterius tersebut" lawan atau kawan"
Demikian sehingga sampai ditempat penjagaan sikakek
bopengan Bwee Hauw An- Kim Hong tertawa geli atas ilmu
kepandaian rumah penjara ditempat ini. Kecuali ilmu
meringankan tubuhnya yang hebat, tidak ada sesuatu yang
perlu ditakutkan- Tiba-tiba dari semak-semak rumpun terdengar lagi satu
suara: "Ha-ha, kalau kau bisa menipu mati dan kuda
tungganganmu, betul hebat."
Lagi suara misterius itu, Kim Hong menghentikan
langkah dan membentak "cianpwe dari mana" Mengapa tidak menampilkan diri?"
Tidak ada jawaban- Hanya terdengar gesekan-gesekan
daun. Kim Hong mengkerutkan alis, siapa kah orang itu"
Tapi kebebasan lebih penting, Kim Hong, berlari lagi.
Sesudah dekat dengan tempat penjagaan Bwee HouwAn, ia
merapikan pakaian, dengan langkah tenang, ia berjalan
ketempat itu. "Hallo, Bwee Hauw An cianpwe masih ada?"
Disana berkelebat seorang, itulah sikakek bopengan
Bwee Hauw An- Wajahnya memperlihatkan keragu-raguan,
ia bertanya "Eh, kau tidak jadi masuk kedalam arena
sayembara?" Kim Hong mengangkat pundak. ia berkata:
"Siapa bilang tidak" Aku sudah masuk. Dan kini aku
keluar kembali" "Kau berhasil memenangkan sayembara itu?" bertanya
Bwee Hauw An- Kim Hong menganggukkan kepala, ia berkata: "Ya. Kau
heran?" Bwee Hauw An mengangguk-anggukkan kepala, yang
tidak gatal, ia berkata "Heran Mungkinkah penguasa kami
sengaja memberi kelonggaran?"
"Hei Siapa yang bilang?" Bentak Kim Hong. "Dengan
alasan apa penguasa kalian memberi kelonggaran?"
"Betul-betul kau menang?"
"Tentu saja menang"
"Orang siapa yang kau tolong?"
"Kakek ie-oe." Bwee Hauw An celingukan kekanan dan kekiri, ia tidak
mendapatkan bayangan dan jejak si Kakek ie-oe, karena itu
ia bertanya: "Dimana kakek ie-oe itu sekarang berada?"
Kim Hong berkata: "Dia sudah pergi sendiri. Sekarang
aku mau mengambil barang-barangku, bolehkah?"
Bwee Hauw An berjalan pergi sebentar, tidak lama ia
mengeluarkan kuda tunggangan, membawa satu kantong
emas, diserahkan dan dari dalam saku bajunya
mengeluarkan bata han-Giok, diserahkan kepada Kim
Hong. ia berkata. "Inilah barang-barang kawanmu yang bernama Oey
Ceng itu. Maukah kau bawa kembali?"
Keadaan Oey Ceng memang agak misterius Kim Hong
hendak menyelidiki terlebih jelas siapa tokoh itu. Karena itu
ia menganggukkan kepala dan berkata: "Baik."
Diambilnya batu han-Giok itu, disimpannya baik- baik,
menerima uang bungkusan emas, Kim Hong lompat naik ke
atas kuda. "Selamat tinggal"
Dibedalnya kuda itu, ia meluncur dari gunung Bu San
Di belakang Kim Hong, sikakek bopengan Bwee Hauw
An tertawa geli, ia bergumam: "Terlalu mudah untuk
menipu dirimu." Tidak bercerita rencana apa yang diatur oleh penguasa
rumah penjara persilatan yang baru. Mari kita ikuti
perjalanan Kim Hong. Kim Hong membedal kudanya dengan keras, alasan
pertama, ia hendak mengelakkan pengejaran2 yang
datangnya dari penguasa rumah penjara baru. Alasan
kedua, ia harus cepat cepat bertemu dengan ibunya.
Ternyata penguasa rumah penjara di gunung Tay-pa-san
adalah ibu kandungnya. Pikiran Kim Hong masih melayang-layang jauh, sebentar
mengenangkan ibunya, sebentar ia memikirkan keadaan Yo
in-jle yang pergi ke telaga Tay-pek tie. Sebentar lagi,
menduga-duga asal usul Oey Ceng yang misterius itu.
Tent saja, kesan yang terbanyak mengarungi pikirannya
adalah sipenguasa rumah Penjara rimba persilatan di
gunung Tay-pa San- Siapa yang bisa menduga, kalau penguasa rumah penjara
itu adalah seorang wanita yang bernama Suma Siu Khim"
Itulah ibu kandung Kim Hong.
"oh....." Dunia ini terlalu kejam, orang yang menghebohkan
rimba persilatan adalah ibu kandungnya sendiri.
Kim Hong sedang memikir-mikir, bagaimana harus
membubarkan rumah penjara di gunung Tay-pa-san"
Bersediakah Sang ibu menuruti kemauannya"
Tidak mungkin Suma Siu Khim menderita selama dua
puluh tahun, adatnya kukuh dan ugal-ugalan, kecuali kalau
Kim Hoong bisa mendampinginya lagi, sangat sulit, untuk
membelokkan jalan arah yang sudah sesat itu. Kim Hoong
adalah ayah Kim Hong Mempenjarakanjago-jago silat yang ternama kecuali itu,
tidak ada kejahatan lainSang ibu telah mempenjarakan jago-jago kes atria.
karena itulah golongan Kalong bisa mengembangkan
kekuasaannya. Secara tidak langsung. Sang ibu membantu
usaha kejahatan-Bagaimana ia mengatasi dan
menanggulangi keadaan yang terbaik " Inilah yang sedang
Kim Hong pikirkan SUMA Su-khim tidak berhasil mendapatkan kehangatan
Cintanya, karena itu ia telah menciptakan sesuatu rumah
penjara rimba persilatan Suma siu- khim mempenjarakan banyak orang. Hal ini
bisa dimengerti, karena ia hendak mencari jejak Suaminya
yang terCinta. Tapi dengan alasan apa pula, penguasa rumah penjara
digunung Bu-san menciptakan rumah penjara kembar"
Siapa yang menjadi penguasa rumah penjara bentuk baru
itu" Inilah yang membingungkan Kim Hong.
Perjalanan dilanjutkan. Hari ini, sesudah menjelang sore,
Kim Hong berlari jauh dari gunung Bu San- Tiba disebuah
kota yang bernama cui-bie-shia.
Perjalanan terus menerus sangat melelahkan dirinya,
perut Kim Hong juga dirasakan iapar, ia membelokan arah
kuda memasuki kota cui-bie-shia,
la memegang buntelan emas yang dapat dihasilkan dari
kemenangan sayembara dirumah penjara Tay-pa San,
teringat kepada ini, hatinya menjadi geli, tanpa disadari ia
berhasil menerima hadiah seribu tail uang emas dari tangan
ibunya sendiri. Pemberlan emas dari Suma Siu- khim itu belum
dipergunakan- Hari ini Kim Hong hendak menggunakan
dan mengobral pemberian uang emas dari ibunya.
disana Kim Hong memaSuki sebuah rumah Penginapan
yang mentereng, seorang pelayan cepat datang
menghampirinya, dengan membungkukkan setengah
badan, dengan wajah berseri, orang itu berkata:
"silakan kongcu duduk dibawah saja?"
Kim Hong tertegun, ia bertanya: "Eh, apa artinya"
Mengapa tidak boleh naik" Mungkinkah sudah banyak
tamu" Tidak ada tempat kosong?"
Biasanya setiap rumah penginapan menyediakan kelas
istimewa ditingkat atas, dan menyediakan kelas biasa
ditingkat bawah. "Betul Betul. ...." cepat- cepat pelayan itu berkata: "Tidak
ada tempat kosong lagi, semua meja sudah penuh, terlalu
banyak tamu." Kim Hong memasang telinga baik- baik, mulutnya
terbuka lebar, ia berkata: "Berapa banyak tamu bisa
memenuhi isi ruangan diatas loteng?"
Wajah pelayan itu menjadi tidak senang, ia berkata:
"oh.....oh......diperkirakan bisa menerima seratus tamu."
Dengan marah Kim Hong membentak: "Bagus Diatas
loteng hanya ada enam orang, bagaimana kau katakan
sudah penuh ?" Giliran pelayan itu yang terbelalak ia heran, bagaimana
tamu ini bisa mengetahui begitu jelaS" cepat- cepat ia
berkata: "Eh, bagaimana kongcu tahu, kalau diatas hanya ada
enam orang tamu ?" Dengan dingin Kim Hong berkata: "Lihat dulu biar
betul. Siapa orang yang berdiri dihadapanmu " Bukan saja
aku tahu hanya ada enam orang, aku bisa membedakan tiga
diantaranya adalah laki-laki, tiga lainnya adalah
perempuan. Apa Salah ?"
Wajah pelayan itu semakin heran, dengan
menganggukkan kepala ia berkata:
"Betul Ketiga tamu kita adalah tokoh-tokoh luar biasa.
Kongcu bisa menduga bukan" Maka .... maka .... biar
kongcu makan dan minum dibawah loteng saja. Biar
kukawani." Kim Hong bertanya:
"Ketiga tamu diatas loteng itu Sudah memborong semua
meja?" "Tidak" berkata pelayan tersebut. "Tapi jauh berbeda.
Kau tahu siapa berapa tip persen yang diberikan kepada
ketiga tukang nyanyi diatas itu" Huh Hmm,... seratus tail
setiap gadis tukang nyanyi. Mendapat hadiah seratus tail,
lihat saja. ia begitu royal. Maka.... kami tidak
mengharapkan kesenangannya terganggu."
Dengan marah Kim Hong berkata: .Maka itu tidak
mengharapkan ada tamu lainnya yang naik keatas loteng,
dengan harapan mendapat persen yang lebih banyak?"
Tercengar-cengir pelayan itu berkata.
Kim Hong menjulurkan tangan, mencengkeram baju
depan pelayan rumah makan itu, ia membentak:
"Ramah makan kalian apa hanya tersedia untuk
beberapa gelintir orang saja" Kau kira aku tidak kuat
membayar rekening makanan" IHuh" Jangan anggap remeh
orang, tahu Nah Kalau mau uang bilang saja kepadaku.
Aku bisa membayar dua kali lipat dengan apa yang telah
mereka bayar." Didorongnya pelayan itu sehingga tergusur jatuh
dilantai, Kim Hong mengayuni langkah menuju keloteng,
Seorang pelayan lain yang menyaksikan keadaan itu,
mengetahui tidak mungkin mencegah Kim Hong naik
keatas, secara berlari maju dibelakang sipemuda dan
berkata: "Kongcu... kongcu,,.. kau hendak makan diloteng" Boleh
saja Tapi kami harap. kongcu tidak berisik, tidak
mengganggu kesenangan mereka adalah tamu-tamu yang
datang dari luar daerah."
Hati Kim Hong tergerak. ia menghentikan langkahnya,
menoleh kearah pelayan baru dan bertanya:
"Tamu-tamu dari luar daerah" Daerah mana?" Pelayan
itu menjawab. "Daerah mana" Hamba juga tidak tahu. Dari bentuk
logat suara mereka dan cara pakaian mereka, kami tahu
bahwa mereka bukanlah dari daerah kita."
"Ngg......" Kim Hong menganggukkan kepala tanda
mengerti. Dia menaiki tangga lagiTiba diruangan atas, Kim Hong menyaksikan tiga lakilaki
dari luar daerah yang sedang berpesta pora, tiga gadis
tukang nyanyi melayani kebutuhan ketiga laki-laki dari luar
daerah itu. Istilah baru dijaman kita sekarang untuk panggilan para
tukang nyanyi itu adalah hostess atau pramuria.
Kim Hong mengambil tempat duduk. dipinggiran loteng,
memperhatikan tiga tamu dari luar daerah tersebut.
Umur mereka diantara tiga puluhan, rambut-rambutnya
ke-merah2an, hidUngnya mancung-mancung tangannya
berbulu, sangat tepat kalau mengatakan mereka adalah
manusia-manusia turunan monyet, mata mereka biru.
Mereka sedang bercumbu-cumbuan dengan para hostess
itu. Kim Hong agak tersinggung, ia terpikir memanggil
hotstes " Bah Hanya kalian saja yang bisa " Kau kira aku
tidak" Nah Hari ini bertemu dengan aku, biar bagaimana
akan kutandingi. Kim Hong menurunkan bungkusan emasnya gedubrak . .
, dijatuhkan diatas meja, memantulkan suara gaduh.
Tiga lelaki dari luar daerah itu menoleh kearah Kim
Hong, namun hanya Sebentar masing-masing pada
mengkerutkan alis, agak terganggu. Seorang pelayan datang
keatas, menghampiri Kim Hong dan bertanya: "Kongcu
mau makan, atau minum ?"
"Makan dan minum " jawab Kim Hong keras.
"Entah makanan apa yang kongcu sukai?" tanya pelayan
dengan sabar. Kim Hong menunjuk kearah meja dari orang-orang luar
daerah itu, ia bertanya: "Apa yang mereka makan, semua bawakan kemari "
Pelayan ini terkejut, mereka memesan untuk makan
empat orang", tapi Kim Hong hanya seorang, Sedangkan
Kim Hong berpesan makanan yang sama dengan tamutamu
dari luar daerah itu. Maka ia bertanya:
"Kongcu hendak menungcu kawan lagi?"
"Tidak. "Jawab Kim Hong.
"Kongcu bisa menghabiskan makanan begitu banyak?"
"bukan urusanmu." bentak Kim Hong, "Bawa saja apa
yang kuperintahkan-"
"Harga makanan itu..... harga makanan sejumlah hamrir
seratus tail perak."
Kim Hong semakin marah, dia membentak: "Kau takut


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak kubayar?" Pelayan itu tidak berani banyak Cingcong
membangkukkan badan menjalankan perintah, dan berjalan
turun tangga. Tapi tidak lama kemudian salah satu dari tiga tamu lakilaki
dari luar daerah, memanggil pelayan, seorang pelayan
datang menghampirinya. Salah satu dari ketiga laki-laki dari luar daerah itu
mengeluarkan lima tail uang perak dilempar kearah
pelayan, dan berkata: "Hei BaWa uang ini dan belikan buah-buaban.
Kelebihannya untukmu."
Pelayan itu sangat girang. wajahnya menjadi girang.
Dengan terbongkok-bongkok memungut lemparan uang
perak mau turun loteng maksudnya menjalankan perintah.
Hal ini membangkitkan kemarahan Kim Hong. sebelum
orang itu pergi, dia membentak: "Hei Kemari"
Wajah cerah si pelayan lenyap mendadak. tapi apa boleh
buat, tamu itu adalah raja, ia tidak boleh mengganggu
kesenangannya, kini menghampiri Kim Hong.
"Kongcu ada perintah?" ia bertanya.
Dengan sikapnya yang keren, Kim Hong berkata:
"Hei, sebagai siorang conggoan seharusnya kau tidak
memungut lemparan uang yang seperti itu. Kurang hormat,
Lempar kembali kepadanya. Maka akan kuberi kepadamu
lima tail uang mas."
Perbedaan uang emas dan uang perak sangatjauh sekali,
Sipelayan seperti tertegun sebentar, demi mengetahui
cukong yang baik, ia berkata: "Ah . . . kongcu bergurau ..."
Kim Hong bangkit dari tempat duduknya, bruk . . ia
menggebrak meja, mengeluarkaa uang emas murni, ia
berkata: "Apa" Kau kira aku tidak bisa mengeluarkan benda itu","
Pelayan itu hanya membutuhkan keuangan, kedatangan
Kim Hong selalu merecoki mereka tentunya mempunyai
harta kekayaan yang sedikit, tapi ia belum melihat persen
dan hadiah Kim Hong, karena itu ia berkata:
"Kalau kongcu mempunyai banyak uang, mengapa tidak
memanggil hostes?" "Hostess?" Inilah permainan baru. Kim Hong belum pernah kenal
kepada istilah hostess. Menurut cerita-cerita orang, ada juga
beberapa gadis gadis yang menjual suara, melayani makan
dan minum. Mungkinkan itu yang diartikan hostes"
Dari ketiga tamu dari luar daerah yang mengundang
ketiga gadis-gadis penyanyi, timbul iri hati Kim Hong. ia
tertawa dingin, segera berkata:
"Baik Panggil tiga hostess kemari."
Pelayan itu masih tertawa menghina, ia bertanya "Berapa
uang yang berani kongcu bayar?"
Kim Hong berkata: "seorang seratus tail uang emas."
"Wah Seratus tail uang emas"Jumlah ini cukup besar."
Pelayan rumah makan juga membelalakkan matanya,
hampir biji itu copot keluar dari kelopak yang ada, ia belum
pernah ada orang yang berani begitu keluar mahal. Segera
ia berkata: "Seratus tail uang mas" Kukira kongcu sudah sakit.
MaUkah kupanggil tabib untuk memberi pengobatan" "
Kim Hong melompat maju, mencengkeram baju depan
pelayan rumah makan itu, tangan lain terayun, pang
....pang . . .ia menempeleng dua kali. Sesudah itu, dia
meninggalkan korbannya, kembali ketempat duduk.
membuka buntalan emas yang dapat dipungutnya sebuah
dan dilempar kepada si pelayan"sudah lihat ?" ia membentak. "Nah Lekas panggil tiga
orang hostess." Pelayan rumah makan itu pendelikan mata lebar-lebar,
wajahnya pucat pasi, dengan badan gemetaran ia berkata:
"Baik . . .baik. . . ."
Kim Hong segera membentak:
"Lekas Panggil tiga orang hostess. Tentu saja yang harus
pandai menyanyi, jelek sedikit tidak apa. Lekas "
Pelayan itu mengiyakannya, dan terguling-guling lari
kebawah. Ketiga tamu dari luar daerah tidak menganggap langkahlangkah
Kim Hong itu sebagai langkah- langkah tandingan,
menampak keadaan yang dianggap lucu, mereka tertawa
berkakakanseorang dari ketiga laki-laki berkata:
"Kudengar orang-orang daerah Tionggoan sudah tidak
mempunyai nilai besar. Pandainya mengekor saja. Takut
kepada yang kuat menindas yang lemah. Kenyataan ini
bukan isapan jempol."
Seorang lainnya berkata: "Ya. Supek kita terlalu berhatihati
melihat Keadaan ini, mana mungkin daerah
Tiongggoan memiliki kepandaian asli?"
seorang lagi yang lebih kecil segera berkata:
"Alwi, jangan bicara yang bukan-bukan lekas minum
habis arakmu itu." orang yang dipanggil Alwi menenteng kotak
disampingnya, mulutnya dijebikan tipis-tipis segera ia
berkata: "Sulek toako, diantara kita bertiga, nyalimulah yang
terkecil, apa kau tidak tahu?"
orang yang dipanggil Sulek, mengkerutkan alis, ia juga
tidak marah, dengan sikap yang tawar ia berkata:
"Alwi, jangan kau membuat aku naik darah."
"Ha ha....." Alwi tertawa, dia menoleh kearah satunya
lagi. dan berkata: "Dokucan, bagaimana pendapatmu?"
orang yang dipanggil Dokucan itu menoleh kearah Kim
Hong, menoleh kearah Sulek dan berkata dengan suara
perlahan: Kim Hong memasang kuping betul-betul, dia tak tahu
apa yang dikatakan oleh siDokucan, seolah-olah sedang
memperdebatkan sesuatu. Tidak lama kemudian, seorang pelayan ramah makan
sudah mengantarkan makanan yang dipesan Kim Hong,
satu meja penuh, semua makanan yang dimeja Kim Hong,
sama dengan makanan yang ada dimeja tamu dari luar
daerah itu. Itulah makanan-makanan yang termahaL
Kim Hong melirik kearah ketiga tamu dari luar daerah,
dan ia bertanya kepada sipelayan rumah makan"Hei, berapa pelayan yang berada ditempat ini?" Pelayan
itu dengan wajah dipaksakan tertawa dan menjawab:
"Jumlah pelayan rumah makan kami ada tujuh orang."
"Baik." berkata Kim Hong. "Panggil semua. setiap orang
akan mendapat hadiah lima tail uang mas."
Pelayan itu sangat girang, ber-lompat2tan ia turun dari
loteng, sebentar kemudian-enam pelayan lainnya datang
disana, jumlah mereka enam orang, berbaris didepan Kim
Hong, sedianya untuk menerima hadiah uang emas itu.
Kim Hong menghitung mereka. ia bertanya, "Mengapa
hanya enam orang?" "A fuk sedang mengundang hostess," berkata seorang
pelayan- "TUnggu dia kembali." kata Kim Hong.
"Mulai saat ini, kalian harus taat kepada perintahperintahku,
aku hanya perintahkan Seorang saja. Dilarang
menerima perintah orang lain- Dilarang melayani orang
lain- Tahu" Maka Setiap orang akan mendapat seratus tail
uang emas." Keenam orang pelayan itu tersentak kaget, masingmasing
membusungkan dada, kemudian menganggukanggukan
kepala. Matanya dipelototkan lebar, seolah-olah
hendak bertanya, betulkah janji kongcu muda ini"
Disaat ini, seorang pelayan lagi naik keatas, betul dia
sudah membawa tiga orang gadis penyanyi.
Tiga gadis yang datang adalah penyanyi-penyanyi
undangan, seorang membawa kipas, eorang membawa
tambur, mereka sudah biasa melayani tamu-tamu, langsung
duduk dikanan dan kiri Kim Hong.
Melihat cara-cara yang mereka perlihatkan, Kim Hong
jadi tak senang, tapi dengan memenangkan pertandingan
dengan ketiga manusia dari luar daerah. tiga laki-laki yang
bernama Alwi. Dakucan dan Sulek itu, Kim Hong
mengangkat cawan arak menuang ketiga cawan, diserahkan
kepada ketiga hostess dan berkata "Mari Mari kita minum.
Biar aku yang menuang kan."
Penyanyi yang membaWa tambur tertawa, ia menutup
mulutnya, dengan genit berkata: " Kong cu jangan berbuat
seperti itu, mana ada tamu yang menuangkan arak kepada
kita?" Wajah Kim Hong menjadi merah, mengangkat pundak.
ia berkata: "Mengapa tidak boleh" sama saja bukan" Kau yang
menuangkan arak, atau aku yang menuangkan, sama-sama
kita minum." Penyanyi muda itu tertawa dan tidak mendebat lagi. Hari
ini ia bertemu dengan seorang kongcu tolol yang banyak
uang, menerima cawan arak ditenggaknya dan berkata:
"Nama hamba Siauw Kun, bagaimana sebutan kongcu
yang mulia?" "Aku she Kim, Kim yang berarti emas."
Siauw Kun menuangkan arak. diserahkan kepada Kim
Hong dan berkata: "Giliran hamba yang menuangkan arak.
Mari minum." Sesudah itu Siauw Kun melirik kesebelahnya dan
berkata: "Dia bernama Hu Yan."
Menunjuk kearah seorang lagi dan berkata"-"Nama Pit
Tauw." Mereka menenggak arak perkenalan.
Kim Hong telah menenggak banyak arak, melirik kearah
tiga tamu dari luar daerah, itu waktu AlWi dan Dokucan
sedang memperhatikan dirinya. Kim Hong semakin gagah,
seolah kongcu hartawan memandang ketiga gadis penyanyi
dan berkata: "Hei, aku ingin tahu berapa pelayan rumah makan
menjanjikan bayaran kepada kalian?"
Pelayan yang membawa ketiga gadis tukang nyanyi
terkejut, dengan cepat ia menjawab pertanyaan itu.
"Seratus tail emas. hamba katakan kepada mereka bahwa
kongcu hendak memberi sebanyak seratus tail mas kepada
setiap orang." Ketiga penyanyi membelalakan mata, seolah-olah
terkejut, mereka menoleh kepada sipelayan
rumah makan dan sesudah itu lalu berpaling kepada Kim
Hong, menganggukan kepala tertawa, Itulah jawaban,
seperti mengatakan kalau keterangan sipelayan itu tidak
salah. Kim Hong tertawa berkata: "Kalau tidak kutanyakan,
mungkin saja pelayan itu mengeduk sedikit keuntungan-..,"
Sengaja Kim Hong menghentikan pembicaraan, melirik
kearah ketiga tamu dari luar daerah dan berkata lagi: "Nah
nyanyikanlah sebuah lagu untukku." SiauW Kun
mendengungkan suaranya yang merdu.
Sebagai para penyanyi-penyanyi bayaran, mereka
memiliki suara-suara yang segar, menjernihkan tempat itu
menambah kesenangan makanan para tamu.
Menunggu sampai Siauw Kun sampai selesai bernyanyi,
Kim Hong mengeluarkan seratus tail emas murni,
diletakkan didepan mejanya, dan berkata: "Nah Terimalah
persen untukmu." siauw Kun tidak menyangka, bahwa melagukan sebuah
syair bisa mendapatkan seratus tail mas murni. Tadi ia
sudah mendengar itu tapi sangkanya hanya kelakar belaka,
kenyataan memang betul-betul terjadi. Inilah betul-betul
diluar dugaan- Wajahnya berubah cepat-cepat ia berkata:
"Ini. . . ini....."
"Ambillah?" berkata Kim Hong. "Ini persen untukmu
seorang." Siauw Kun cepat-cepat menerimanya, berulang kali ia
mengucapkan terima kasih.
Kim Hong menengok kearah gadis yang bernama Pit
Tiauw dan ia berkata. "Giliranmu yang nyanyi."
Pit Tauw juga membawakan lagunya, lagu yang
didengungkan adalah lagu seorang pelacur yang sedang
kesepian membujuk rayu. menunggu dan menatap dengan
suara yang sangat sedih. Berbeda dengan suara siauw Kun,
suara Pit Tauw sangat msnyedihkan. Kim Hong menengok
lagi kearah ketiga tamu dari luar daerah, itu waktu mereka
sudah agak marah, inilah yang diharapkan, kalau saja
mereka marah, ia mempunyai alasan untuk berantam.
Sesudah Pit Tauw selesai melagukan suaranya. Kim
Hong juga memberi persen seratas tail emas, dipentang
petentengkan didepan orang.
Adanya dua penyanyi yang mendapat hadiah seratus tail
mas itu, membuat hottess yang berada dimeja ketiga tamu
dari luar daerah mengiri, mata mereka menjadi merah
kagum dan ingin pula mendapat hadiah besar itu, mereka
kenal kepada Pit Tauw. Begitu Pit Tauw menyimpan
persenan Kim Hong, salah seorang segera berkata:
"Adik Pit Tauw, kalian sudah mendapat cukong kelas
berat. Nanti harus mengundang kita makan minum ya?"
Pit Tauw senang sekali, ia menjawab pertanyaan itu:
"cici Bun Hwa, mengapa kau tidak kemari sekalian ?"
Salah satu dari ketiga hostess yang menemani ketiga
tamu dari luar daerah bernama Bun Hwa,
Hostess yang bernama Bun Hwa itu sudah pusing mas
murni, ia bangkit dari tempat duduknya meninggalkan lakilaki
yang bernama Alwi itu. Bun Hwa adalah Partner Alwi.
Kelakuan Bun Hwa menimbulkan incident, Alwi sangat
marah cepat-cepat ditarik tangan Bun Hwa dan membentak
: "Anak sundel, kemana ?"
Penyanyi yang bernama Bun Hwa itu terkejut, hampir ia
menangis, maksudnya menjadi Hostess untuk mencari
uang, tentu saja mencari cukong kelas berat. tapi Alwi tidak
mengizinkan ia menyeberang kepada Kim Hong, karena itu
Bun Hwa mengajukkan protes:
"Mengapa tuan masih marah" Tidak ada peraturan kita


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengharuskan menemani seseorang saja."
Alwi mengeluarkan suara gerungan, ia membentak :
"Berani kau pergi" Akan kubeset- beset kulitmu."
Ini Waktu, Salah satu tamu dari luar daerah yang
bernama Dokucan juga memandang kearah para pelayan, ia
membentak: "Hei, jongos mana yang sudah kusuruh membeli buahbuahan.
Sudah dibeli belum?"
Pelayan yang disuruh membeli buah-buahan itu tampil
kedepan, ia bergeser dan berkata: "Maaf Segera hamba
belikan" Kim Hong mengeluarkan suara yang keras: "Hei, kalau
kau sudah tidak mau lima tail mas murni itu, pergilah."
Kim Hong sedang mencarter semua orang yang berada
ditempat itu. Kejadian ini sangat memberatkan sipelayan, kalau dia
pergi membeli buah-buahan, hadiahnya paling banyak lima
tail uang perak. tetapi uang si kongcu tolol lebih banyak
dari uang para tamu dari luar daerah itu, tentu saja ia
mengharapkan hadiah yang lebih besar. Anggapnya, Kim
Hong adalah tamu tolol. Ragu-ragu beberapa saat, akhirnya
mengambil keputusan satu tail perak dikembalikan kepada
Dokucon dan berkata. "Maaf. Silahkan tuan ini mengambil kembali uangnya.
Hamba tidak bisa memisahkan diri hamba masih repot,
Hee, hee......" Tiba-tiba. Dokucan mengayunkan tangan buk, memukul
perut pelayan itu. Sipelayan mengeluarkan suara jeritan, kedua tangannya
membekuk perut yang dipukul, tubuhnya terpetal jauh jatuh
ditangga loteng, terdengar suara gedubrak gedubruk,
dibarengi dengan suara lengkingan panjang, pelayan itu
terguling guling jatuh kebawah.
Alwi juga mengeluarkan suara gerungan tubuhnya
melejit, dan menghampiri meja Kim Hong menudingkan
jarinya serta membentak: "Maling kecil, berani kau mengganggu ketenangan orang
" Nah Rasa kan ini "
Ia memegang meja Kim Hong. dengan maksud
dibalikkan. Tapi meja itu seperti terpaku, tidak bergeming
sedikitpun. Tahulah dia babwa dia sedang berhadapan
dengan tokoh silat kelas berat. Wajah Alwi berubah. kim
Hong menekan meja tersebut tanpa bangkit dari tempat
duduknya ia berkata: "Kawan ini hendak mengajak berantem" Baik Mari kita
membikin perhitungan uang makan-Biar kita mencari
tempat diluar saja."
sulek juga berkata: "Batul Alwi, lekas kau kembali, kita berduel dibawah."
Alwi memperlihatkan sikap yang uring-uringan, dengan
gemas ia meninggalkan Kim Hong. Mengucapkan beberapa
patah kata asing yang tidak dimengerti oleh Kim Hong.
Tentunya memberitahu kepada kedua kaWannya, bahwa
bocah itu memiliki ilmu kepandaian tinggi.
Sulek tidak menjawab panggilan Alwi, ia meninggalkan
uang dan memberi pesan kepada ketiga hostessnya.
Sesudah itu memandang Kim Hong dan berkata: "Hmm
Kita menunggu kedatangan dijalan."
"Baik," kata Kim Hong menerima tantangan- "Sesudah
aku membayar rekening makanan ditempat ini, segera
kususul kalian," Sulek mengangkat alis. Dokucan sudah turun dari tangga
loteng. Kim Hong juga mengeluarkan satu tail uang mas murni
diserahkan kepada Hu Yan, sesudah itu ia membagikan
emas murninya kepada tujuh pelayan rumah makanMembikin
perhitungan, meninggalkan uang dimeja untuk
rekening makanannya. iapun turun dari loteng.
Keluar dari pintu rumah makan, tampak ketiga tamu dari
luar daerah itu sudah menunggu tidak jauh, masing-masing
menunggang seekor kuda. Seorang pelayan sudah membawakan kuda Kim Hong,
secepat itu Kim Hong mencongklang kudanya, diarahkan
kepada ketiga tamu dari luar daerah.
Ketiga tamu dari luar daerah lebih cepat, mendahului
Kim Hong, mereka menghamburkan kuda kearah luar kota.
Kota itu tidak terlalu besar, dikelilingi oleh daerah
pegunungan, kini Kim Hong beserta ketiga orang dari luar
daerah itu sudah berada ditempat yang luas, mereka siap
mengukur tenaga ditempat ini.
orang kedua yang lompat turun adalah Sulek. tangannya
mengeluarkan kelewang, menghadapi Kim Hong dia
berkata dingini "Kawan, apa maksud tujuanmu yang seperti
tadi." Kim Hong menghadapi Sulek dengan agung, kini ia
berkata "Seperti juga dengan maksud kalian disaat aku tidak
senang hati, apapun bisa terjadi."
Alwi juga sudah mengeluarkan kelewangnya, ia berkata:
"Tidak perlu banyak bacot dengannya biar aku yang
melawan-" Ketiga orang daerah itu mempunyai ciri-ciri khas,
mereka menggunakan senjata kelewang.
Sulek menggoyang-goyangkan tangan ia tak setuju.
Dihadapinya Kim Hong dan berkata: "Hm Jawab
pertanyaanku, berapa lama kau mengikuti kami bertiga?"
Kim Hong tertegun, ternyata ada sesuatu yang belum
diketahui, Ia sengaja mencari setori kepada Sulek. Alwi dan
Dokucan, tanpa maksud- maksud tertentu, ternyata mereka
mempunyai jalan-jalan yang menyeleweng" Sulek
memandang Kim Hong lagi, ia berkata:
"Hei, kelewang kami tidak mengenal ampun. coba
katakan, berapa banyak rahasia kami yang sudah kau
ketahui?" "Tidak banyak." jawab Kim Hong tertawa "Tapi juga
tidak sedikit....." Sulek mengerutkan alis, ia berkata: "Apa-apaan
menjawab seperti ini?"
Kim Hong menengadahkan wajahnya, ia berkata tenang:
"Rahasia apa yang kalian takuti?"
Sulek berkata: "ceritakan apa saja yang kau tahu."
Kim Hong mana bisa berCerita" Rahasia apa yang
tersembunyi didalam diri Alwi, dan Dokucan. ia tidak tahu.
Kim Hong teringat Oey Ceng yang mendapat pertanyaan
dari ketua golongan Kalong, keadaan itu jauh berbeda
dengan keadaan sekarang. Masih ingat akan kata yang tidak
dimengerti tapi Cukup menakutkan lawan, karena ia lalu
berkata : "Artinya, kalian adalah orang-orang dari luar daerah,
mungkin dari daerah Tay Wan-kok"
Wajah Alwi, sulek dan Dokucan berubah.
Alwi tampil kedepan, ia berkata: "Toako, masih ada
pertanyaan yang hendak kau ajukan?"
"Tidak ada," berkata Sulek.
Alwi maju lagi tiga langkah. mengeluarkan kelewingnya,
menghadapi Kim Hong dan berkata
"Kawan, kau juga sudah kenal kepada kelewang dari
negara Tay wan-kok ?"
Kim Hong telah mengadu kekuatan dengan Alwi. Alwi
tidak berhasil menjungkir balikkan meja dirumah makan,
suatu bukti bahWa kekuatan tenaga dalam Alwi tidak
berada diatas dirinya. Karena itu, dengan tenang ia berkata:
"Silahkan " Perlahan-lahan Alwi mengatupkan matanya, Wajahnya
yang beringas berubah menjadi senang, kedua tangan
memegang kelewang itu, diangkatnya tinggi-tinggi diatas
kepalanya tanpa berkesiap. seolah-olah ia sudah menuju
kesuatu khayal impian. Kim Hong belum pernah menemukan orang yang
bersifat seperti ini, cara-caranya Alwi Seperti sedang
mengumpulkan tenaga hendak dicurahkan kepada kekuatan
kelewang itu. Kim Hong menghadapi dengan penuh kesiap
siagaan. Berselang beberapa saat, jidat Alwi mulai berkeringat,
maka butiran itu menetes jatuh, semakin lama semakin
banyak, Seolah-olah berada didalam keadaan yang sangat
panas. Kim Hong semakin slap siaga, ia menggerakkan
kekuatannya, dan berkata: "Kawan, kalau begini terus
menerus matahari bisa melelehkanmu."
Membarengi kata itu, tiba-tiba terdengar suara
lengkingan Alwi, sebuah jalur yang panas menyerang
datang. Kim Hong terkejut, cepat-cepat menggerakkan kudakudanya,
tangan kanan mengeluarkan jurus pertama dari
tiga pukulan maut,Pang....
Terdengar suara yang keraS dan kilauan cahaya
kelewangpun Suram, kedua bayangan itu terpecah.
Kim Hong meraSakan tangan kirinya jadi dingin, cepat
ia mundur kebelakang Sejauh tiga tombak. menoleh
kesamping, pundak kiri itu terbaret Sehingga empat dim
cukup dalam, darah meleleh keluar dari tempat itu,
membaSahi Seluruh tangannya.
"Kim Hong sudah dikalahkan?"
Tidak keadaan Alwi lebih dari hebat dari keadaan Kim
Hong, badannya terpukul jauh sehingga lima tombak, jatuh
menggeletak didalam keadaan pingsanSulek menneliti sebentar, segera ia melirik kearah
Dokucan bisa memeriksa keadaan Alwi.
Kini Sulek menghadapi Kim Hong. "Kekuatan tenaga
dalammu memang hebat." berkata sulek. "Tapi kecuali itu
tidak ada keistimewaan yang lain-"
Diam-diam Kim Hong menutup peredaran darahnya,
agar luka dipundak kiri itu tidak berlarut-larut. Menjawab
pertanyaan Sulek ia berkata: "Yang penting, tidak jatuh."
Sulek juga mengeluarkan kelewangnya, dengan beringaS
ia berkata: "Sekarang akan kujatuhkan."
Seperti keadaan Alwi, Sulek juga menatapkan matanya,
kelewang diangkat tinggi-tinggi, dengan kedua tangan
memegang kelewang itu, WajahnVa menjadi tenang,
seolah-olah paderi yang sedang membaca doa.
Dari keadaan sulek yang lebih tenang dari Alwi, tentu
memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi dari pada
kawan itu. Memang hal ini tak dapat disangkal, Sulek
memiliki ilmu kepandaian tertinggi dari pada Alwi atau
Dokucan. Kim Hong sedang memikir-mikir, bagaimana ia
menghadapi kedua jago dari daerah Tay- wan-kok itu,
seorang Alwi saja bisa dijatuhkan, tiga pukulan mautnya
masih kurang begitu mempan.
Kehebatan Alwi, kalau sudah dia mengeluarkan
keringat, maka. sebelum Sulek mengeluarkan tanda-tanda
keringat itu, Kim Hong harus mendahuluinya, segera ia
berkata: "Kawan, aku tidak bisa menunggu
penyeranganmu." Sulek mengatupkan matanya, seperti tidak mendengar
peringatan itu. Kim Hong bergeram, mengayun tangan, mengeluarkan
jurus kedua dari tiga pukulan maut. Digerakkan dengan
kekuatan tenaga penuh. Disaat ini, tiba-tiba terdengar suara Sulek yang
menggelegar, tubuhnya berputar, pedang yang diangkat
tinggi itu mencelat, memapaki datangnya serangan Kim
Hong. Kecepatan ini begitu cepat, lebih cepat dari gerakan
Tamu tak diundang dari luar daerah, lebih hebat dari ilmu
pedang huruf ENG Tentu saja Kim Hong terkejut, serangan tadi seperti
sengaja menyerahkan tangannya kepada sang lawan, apa
boleh buat, ia menggeser sedikit dan menggunakan kedua
kakinya menendang kearah tangan Sulek.
Sulek mengeluarkan suara dengusan, seperti sudah
menduga akan adanya cara penghadangan yang seperti ini,
pedang yang membacok turun itu menggeser berganti arah.
kini memapas kearah datangnya kaki Kim Hong.
Lagi-lagi Kim Hong dikejutkan, kini dia seperti
mengantarkan Kakinya kepada kelewang musuh. Apa boleh
buat dengan menanggung resiko bahaya besar, dia
melompat turun- Saat itu, tiba-tiba terdengar suara letusan yang
mengejutkan kedua orang. Masing-masing mundur
kebelakang. Kim Hong menengok kebawah, celana kakinya
telah sobek. Yang untung, Sabetan senjata itu tidak mengenai
kulitnya, walau demikian. Kim Hong sudah mengeluarkan
keringat dingin. Sulek juga menderita sedikit kerugian, senjatanya hampir
terpukul pergi, ia terganggu sebentar sesudah itu maju lagi
menubruk, kelewang panjang itu menari-nari bagaikan ular
yang lincah memagut dan menyampok.
Kim Hong mengelit mundur, lompat kadang-kadang
menggunakan jurus kipas wasiat, melayang dengan
kecepatan- kecepatan kilat.
Masing-masing sudah menforsir ilmu kepandaiannya.
bertarung menjadi satu. Semakin lama, kilauan cahaya pedang semakin cepat
bergulung-gulung, akhirnya membuat satu bola tidak
membedakan dimana adanya kedua orang itu.
Pertempuran berjalan terus sehingga hampir seratus
jurus, Kim Hong belum bisa mengubah situasi, Sulek
memang jago hebat, jago dari luar daerah. Jago negara TayWan-kok yang luar biasa. Kelewang sulek menekan kegarangan Kim Hong situasi
berada didalam tangannya, ia ber-dehem dan berkata
"Kawan, ilmu kepandaianmu hebat juga untuk daerah
Tionggoan tentunya menduduki urutan tertinggi "
Dengan suara keras Kim Hong berkata:
"Terima kasih kepada pujianmu. Aku hanya bisa
menduduki kelas dua."


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan dingin Sulek berkata:
"Huh Jago kelas dua memiliki kekuatan yang seperti ini"
Tidak percaya." Kim Hong tertawa besar ia berkata:
"Betul-betul aku hanya bisa menduduki kelas dua,
bagaimana keadaaamu didalam negaramu, kau adalah jago
kelas satu, bukan?" "Kedudukan lebih payah lagi. Aku hanya jago nomor
tiga." berkata sulek.
Dengan tertawa Kim Hong berkata: "Maka aku masih
berada diatasmu." "Kenyataan tidak. Kini kau sudah hampir kalah."
"Ha ha..,., hayo Kita bertempur lagi." Kim Hong lompat
mundur kebelakang, kipas ditangan terlempar, dibuang
kearah muka Sulek. Sulek tidak menduga kepada keadaan itu, kelewang
diayun, memukul kipas dengan maksud menjatuhkan
senjata aneh itu. Secepat kilat Kim Hong maju kedepan, tangannya
didorong, dengan tipu Kui Ko sin-houw, salah satu dari tiga
pukulan maut, dia menghantam dan menghajar. "Nah
Terima, ini." berkata Kim Hong.
SuleK berhasil sudah memukul kipas Kim Hong, tapi
kelewangnya sudah digerakkan, untuk menarik kembali
tidak keburu. Dadanya terpukul beek... seperti dihantam
palu besar, isi-isi jeroan itu bergolak darahnya mau
menyembur keluar, dengan langkah terhuyung dia
terdorong kebelakang, Kim Hong berhasil mengubah posisi, tidak memberi
kesempatan sang lawan membuat situasi baru, ia menubruk
maju disaat tangannya masih ditengah udara, dengan jurus
clok-po-thian-kang, ia menghajar pula.
Kelengahan Sulek telah membuat kesalahan yang
terbesar. Dia sudah menerima pukulan pertama ini
dalamnya menderita luka tidak ada kekuatan lagi untuk
menempur musuh itu, tubuhnya melejit kebelakang, dengan
maksud mengelakan datangnya pukulan tiga pukulan maut.
Tapi terlambat, kekuatan raksasa dari pukulan Kim
Hong mengenai pundak kiri 'bletak.....buk....' tulang tangan
telah copot dari kedudukan semula, tubuh Sulek jatuh.
Dokucan sedang bingung mencloag keadaan Alwi,
kekalahan Sulek membuat ia terkejut, meninggalkan Alwi,
Dokucan menghalangi didepan, ia berteriak kaget: "Sulek
bagaimana keadaanmu?"
Tubuh Sulek meletik bangun, ia berkata:
"Tulang kiriku sudah patah. Tapi tidak mengapa, mari
kita bersama-sama menggempur bocah ini."
sulek dikanan dan Dakucan dikiri mereka menggempur
Kim Hong. Kedudukan berubah, dengan tangan kosong Kim Hong
harus melayani dua jago dari luar daerah tay-wan itu, Sulek
dan Dokucan menggunakan kelewang, gerakannya masih
cukup lincah, gesit dan aneh, tentu saja membuat Kim
Hong kerepotan. Beberapa jurus lagi agak sulit untuk Kim Hong
mempertahankan diri. Mungkin jiwa si pemuda bisa
terancam. Saat itu, meluncur datang seekor kuda hitam,
penunggangnya adalah seorang pemuda berbaju putih
segera ia meluncurkan kudanya kearah pertempuran dan
berteriak: "Tidak tahu malu" Dua keroyok satu?"
Dalam kerepotan, Kim Hong masih bisa melirik
kearahnya seekor kuda tunggangan ini. itulah sijago muda
Bok siu. cepat-cepat Kim Hong berteriak: "Saudara Bok Siu, lekas
tolong aku." Pemuda berpakaian putih itu lompat turun dari kudanya,
betul-betul Phiauw-peng Kiam-kek Bok Siu. Mengeluarkan
pedang dan menunjuk kearah Sulek ia berkata: "Hei Berani
kau menempur aku?" Dokucan menoleh kearah Sulek dan bertanya: "Toako,
bagaimana baiknya ?"
sulek berkata: "Kau coba-coba lawan "
Dokucan lompat keluar dari kalangan, menyabatkan
kelewangnya kearah Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu.
Bok Siu menggunakan pedang, menangkis datangnya
Kelewang, dengan ilmu pedang huruf Eng, menggencar
kearah Dokucan- Ilmu pedang huruf Eng adalah ilmu pedang kenamaan,
terdengar Satu suara. Trang ...... masing-masing mundur
kebelakang. Datangnya Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu
meringankan Kim Hong, untuk melawan Sulek yang sudah
menderita luka, tentu saja tak begitu sulit, dengan tiga
pukulan maut yang dikirim pulang pergi, sulek terdesak,
bek, satu kali pula Sulek jatuh ngeloso.
Dokucan meninggalkan Phiauw-peng Kiam-khek Bok
siu, mendekati Salek. dan dengan penuh perhatian berkata:
"Toako, bagaimana keadaanmu?"
Wajah Sulek pucat pasi, tenggorokannya mengeluarkan
suara kerokok-kerokok, itulah tersumbat oleh darah mati,
dia meluncurkan ganjelan itu, memandang kearah Kim
Hong sebentar, dengan dingin berkata:
"Baiklah. Hari ini kami menyerah kalah. Tapi aku masih
mengharapkan pertempuran ulang, lain kali, aku maSih
ingin mencoba-coba ilmu kepandaianmu."
Kim Hong bisa melihat keadaan luka Sulek yang sangat
berat, ia tidak mempunyai dendam permusuhan denganjago
dari luar daerah itu, hanya karena tidak sedap dan muak,
dia sudah memukul orang sehingga begitu berat, hatinya
agak menyesal, memberi hormat dan berkata:
"Setiap waktu aku bersedia menerima tantanganmu, tapi
aku tidak bisa menunggu, katakan dimana kita akan
mengadakan pertempuran ulang ?"
Sulek sedang menoleh kearah Phiauw-peng Kiam-khek
Bok Siu dan bertanya: "Berani kau menyebut ?"
Sulek juga sakit hati kepada Phiauw-peng Kiam-khek
Bok siu, kalau tidak ada kedatangannya jago muda ini, ia
bisa menumpas Kim Hong. Karena itulah ia hendak
memberi Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu bUkan seorang
yang takut diancam, dengan ketus ia berkata:
"Aku Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu, jago nomor dua
didaerah Tionggoan-"
"ooo..." Sulek berkata dingin.
"Jago nomor dua" Siapakah jago nomor satu untuk
daerah Tionggoan ?" Phiauw-peng Kiam-khek Bok Siu mengangkat pundak.
dan berkata: "Kau kalah dengan siapa" Itulah jago nomor satu."
Sulek menoleh kearah Kim Hong, bibirnya tergerak
memperlihatkan senyuman ewah, kemudian minta bantuan
Dokucan. kemudian menyuruh Dokucan membangunkan
Alwi, ditunggangkan keatas kuda bertiga meninggalkan
tempat tersebut. Ketiga jago dari luar daerah Taiwan dikalahkan oleh
Kim Hong dan Phiauw-pek kiam-khek Bok siu.
Kim Hong memberi hormat pada Phiauw-peng Kiamkhek
seraya berkata: "Terima kepada bantuanmu."
Bok siu sudah lompat naik keatas kuda tunggangannya,
dengan dingin berkata: "Tidak perlu mengucapkan terima
kasih. Aku bukan datang chusus untuk membantu."
Kim Hong mendekati kuda Bok Siu, dengan tertawa
berkata: "Mau kemana" Bisakah kita bercakap-cakap
sebentar?" "Kita orang sudah tidak ada hubungan." berkata Bok Siu
ketus. "Mengapa harus bicara lagi?"
Kim Hong memberi hormat dan berkata: "Hanya karena
urusan Leng Bie Sian, mengapa harus marah?"
Dengan benci Bok Siu berkata: "Aku tidak bisa
melupakan cara-cara pengusiranmu."
"Maaf," berkata Kim Hong "Aku sedang dirundung
Kesusahan, maka kurang hormat, dengan itu aku minta
maaf." Berulang kali Kim Hong meminta maaf, Bok Siu juga
bisa tertawa, ia berkata:
"Baiklah Aku bisa menerima permintaan maafmu. Hei,
bagaimana kau bisa bentrok dengan tiga laki-laki dari luar
daerah itu ?" "Bukan bentrokan." berkata Kim Hong. "Mereka
bersenang-senang diatas loteng rumah makan, bernyanyinyanyi
dengan tiga hostess. Aku menjadi sebaL Maka
memanggil tiga hostess lainnya, mereka itu banyak uang.
tapi tentu saja tidak bisa menandingi aku. Karena itulah
mereka menantang sehingga bertanding silat ditempat ini."
Mata Bok Siu melotot, dengan kaget ia berteriak:
"Eh, kau juga bisa main hostess" Wah, celakalah negara
kita. Apa akibatnya kalau semua jago-jago silat dijajal
dengan hostes ?" Wajah Kim Hong menjadi merah, dengan gelagapan ia
berkata: "Sungguh mati, aku tidak mengganggu mereka. Hanya
menyuruh mereka menyanyikan beberapa lagu saja."
Bok Siu berkata: "Ah, disinilah letaknya kebobrokan rimba persilatan."
Kim Hong menundukkan kepala.
"Heh" Bok Siu berkata lagi. "Apa kau mengetahui asal
usulnya ketiga tamu dari luar daerah itu?"
Kim Hong sudah merobek sebagian baju dalam,
membalut luka dipundak kiri, dan sambil mengerjakan itu
ia menjawab: "Menurut keterangan mereka, semua datangnya dari
daerah Tay- Wan. Kau tahu letaknya negara Tay- wan itu?"
Bok Siu lompat turun dari kuda tunggangannya, ia tidak
bisa berpeluk tangan karena melihat cara-cara Kim Hong
yang membalut luka secara kasar itu, dibalut-balut sekali
lagi dan sambil mengerjakan pekerjaan itu ia berkata
"Negara Tay- wan terletak dibagian timur se-hek. semua
orang disana mengerti ilmu silat, maka negaranya kuat,
karena itu, mereka sudah menjatuhkan daerab Poh-lie, dan
daerah Lam-tau. Menjatuhkan Tay- wan raja."
"Eei?" berteriak Kim Hong, "Pengetahuan umummu
banyak sekali?" Dengan bangga Bok siu berkata:
"Ayahku yang memberitahu, dia adalah jendral
diperbatasan kota Beng-koan."
"oh" berkata Kim Hong. " Ternyata anak jendral. Maaf,
aku tidak mengenal." Dengan lebih bangga, Bok Siu
berkata: "Ayahku, adalah jendral kenamaan, Sri-baginda sering
mengirim undangan untuk memperbincangkan situasisituasi
daerah." Kim Hong bisa percaya kepada keterangan itu, kini ia
bertanya lagi: "Apa maksudnya ketiga tamu dari luar daerah Tay- wan
itu" ilmu kepandaian mereka hebat, juga aneh, kalau
mereka merencanakan sesuatu, kukira kita harus hati-hati."
Bok Siu berkata: "Kedatanganku juga mempunyai
hubungan erat dengan mereka."
"Bagaimana hasilnya?" bertanya Kim Hong. Bok Siu
berkata "Jumlah mereka yang datang kedaerah Tionggoan
sembilan orang. Terpecah menjadi tiga kelompok. orangorang
yang baru pergi itu adalah rombongan pertama."
"Dan dua rombongan lainnya?"
"Mereka masih berada dibelakang, bagaimana
pendapatmu dengan ilmu kepandaian orang yang bernama
Sulek itu?" Kim Hong berkata "Kalau tidak menggunakan tiga pukulan maut, kalau
tidak menggunakan kelengahannya biar bagaimanapun
tidak mudah mengalahkan mereka."
"Sedangkan mereka itu hanya jago kelas tiga didaerah
jago negara Taywan."
Bok siu memberi keterangan.
Kim Hong terkejut, mulutnya berteriak "Mereka hanya
jago kelas tiga?" "Betul." berkata Bok Siu. "Tiga orang dari rombongan
yang kedua adalah iago kelas dua, dan tiga orang lagi
adalah jago kelas satu.Jumlah mereka sembilan orang. Tiga
kelas satu, tiga kelas dua, tiga kelas tiga."
"Wah kalau begitu, ilmu kepandaian daerah luar Taywankok lebih hebat dari kepandaian kita didaerah
Tionggwan, bukan?" Bok siu menganggukan kepala
berkata: "Karena itulah, kalau jago-jago didaerah Tionggoan
tidak mengutamakan ilmu silat, kalau jago -jago didaerah
Tionggoan hanya mabok-mabokan dengan hostess.
bagaimana kita bisa melawan datangnya musah dari luar
daerah?" Kim Hong menundukan kepala, dia diam,
"Apa lagi sesudah terJadinya rumah penjara rimba
persilatan. Semua jago kita dipenjarakan didalam kurungankurungan
itu. Satu rumah penjara saja sudah
membingungkan orang, kini, timbul lain rumah penjara.
Apa akibatnya" oh........ kecuali mereka, golongan Kalong
mulai bertingkah lebih sulit untuk menegakkan
ketenteraman rimba persilatan-"
Kim Hong bisa menerima keterangan Phiauw-peng
Kiam-khek Bok Siu. Bok Siu sudah berkata lagi:
"Kudengar kau mempunyai hubungan dengan penguasa
rimba persilatan digunung Tay-pa San, mengapa tidak
mencoba membujuknya menantang penguasa rumah
penjara digunung Bu San?"
Phiauw-peng Kiam-khek Bok siu adalah murid Tamu
Tidak Diundang dari luar daerah mengapa dia memberi
anjuran agar Kim Hong bisa membujuk penguasa rumah
penjara rimba persilatan digunung Tay -pa-san bentrok
dengan penguasa rumah penjara digunung Bu-san?"
Suara yang dicetuskan oleh Phiauw-Peng Kiam-khek
Bok Siu sejajar dengan suara Tamu Tidak diundang dari


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

luar daerah. juga segaris dengan suara Oey Ceng.
Permainan apa yang sedang diracik oleh mereka" Kim
Hong belum berpikir, karena itu waktu otaknya sedang
pepat dan bungpet. Kim Hong sedang memikirkan, bagaimana cara-cara
untuk membujuk sang ibu, agar ibu itu bisa membubarkan
rumah penjara, kekerasan hati Suma siu-khim tidak mudah
digoyahkan hal itu agak sulit.
Sesudah Kim Hong mengetahui bahwa penguasa rumah
penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san itu ibu
kandungnya sendiri, pikiran Kim Hong berubah.
Lebih baik menggunakan kekuatan ibunya untuk
menumpas kekuatan golongan Kalong yang jahat. atau
lebih baik membujuk ibunya membebaskan tokoh-tokoh
silat golongan ksatria, agar mereka bisa mengikuti
percaturan politik rimba persilatan. Bisakah hal ini terjadi "
Dengan adat-adat sang ibu. Kim Hong menghela napas.
penguasa rumah penjara rimba persilatan yang baru
digunung Bu-san menculik Leng Bie Sian. Apa maksudnya"
Siapa pula yang menggunakan tutup kerudung dan
selubung warna kuning itu" Kekuatan rimba persilatan di
daerah Tionggoan telah terpecah belah, kelompok kesatu
adalah kekuatan Suma siu Khim. Kekuatan kedua adalah
golongan kalong. Kekuatan ketiga adalah kekuatan rumah
penjara di gunung Bu-sanDiantara ketiga kekuatan itu, kekuatan golongan Kalong
yang terjahat. Kim Hong sedang berdaya upaya untuK
menumpas golongan Kalong.
Sebagai apa yang kita ketahui, golongan Kalong berada
dibawah pimpinannya seorang wadam, disiang hari ia
menjadi seorang laki-laki yang bernama Jie Hong Hu.
Dan mana kala malam hari, ia berubah menjadi wanita
cantik dengan nama Jie BiauW Kouw.
Tidak perduli Jie Hong IHu atau Jie Biauw Koaw, ketua
golongan Kalong ini adalah manusia cabul.Jie Hong IHu
disiang hari main perempuan dan Jie Biauw Kouw
dimalam hari mempermainkan laki-laki.
Jie Biauw Kouw lebih terkenal dengan Rumah Setannya.
Inilah pemegang peran yang terjahat.
Bagaimana anak buah golongan Kalong"Jie Biauw
Kouw atau Jie Hiong Hu memegang peranan dobel itu"
Para pembaca dipersilahkan mengikuti bagian yang
didepan. Hal ini kita singkirkan untuk sementara mengikuti
Kim Hong dan Bok Siu. Kim Hong sedang melamun jauh, mengenangkan hari
depan rimba persilatan yang mulai suram.
Piauw-peng Kiam-khek Bok Siu berkata: "Hei, apa yang
sedang kau pikirkan?"
"oh..." Kim Hong tersadar. "Sedang kupikirkan,
penguasa rumah penjara digunung Tay-pa-san, kukira, dia
bukan tandingan penguasa rumah penjara digunung Bu-san..." Karena sang ibu masih mau menutupi dirinya. Kim
Hong tidak membongkar rahasia penguasa rumah penjara
rimba persilatan digunung Tay-pa San itu.
Langkah Kim Hong ini agak tepat karena sifat2nya
Suma Siu Khim yang keras, akibatnya bisa memburuk
kalau sampai terjadi sesuatu yang sulit.
Hari mulai bersurut. keadaan gelap. Bok siu lompat naik
keatas kuda tunggangannya, ia berkata:
"Mari kita berangkat bercakap-cakap diperjalanan."
Kim Hong juga lompat diatas kuda tunggangannya,
merendengi Bok Siu, mereka menuju kearah utara.
Disepanjang jalan, Kim Hong menceritakan
pengalaman-pengalamannya didalam rumah penjara baru
digunung Bu-san- Bok siu memasang telinga dengan sabar, tapi acuh tak
acuh mengikuti jalan cerita itu, seolah-olah dia sudah tahu.
Mengapa Bok siu bisa tahu" Barang kali para pembaca
bisa menduga" Hanya sang tolol Kim Hong yang tidak tahu, mengawasi
Bok siu tertawa. Singkatnya cerita Kim Hong dan Bok Siu tiba disebuah
desa kecil. ini waktu, luka dipundak Kim Hong menjadi
Sakit lebih hebat maka si pemuda berkata: "saudara Bok
Siu, aku agak letih. Kita istirahat saja disini."
Bok siu memandang rekan seperjalanannya.
Sesungguhnya luka Kim Hong dirasakan sakit, ia berkata:
"Saudara Bok Siu, kita bermalam disini saja. Besok baru
melanjutkan perjalanan-"
Bok siu menolak. dia mengemukakan alasan. "AkU
hendak mengikuti ketiga tamu dari luar daerah itu,
mungkin tidak keburu,"
Kim Hong berkata: "Raut muka mereka dan dandannannya tak sama dengan
orang lain, hanya sekali selidik pasti ketemu. Dan juga
diantara ketiga orang itu dua menderita luKa. Tidak
mungkin bisa melakukan perjalanan malam. Besar
kemungkinan mereka juga menginap ditempat ini."
Bok siu bisa menerima keterangan ilmiah seperti itu, ia
menundukan kepala, setuju pada pendapat Kim Hong.
Dua orang mencari rumah penginapan satu-satunya
dikota tersebut. Dan yang lebih mengecewakan, disana
hanya ada sebuah kamar kosong.
Tidur disatu tempat atau berpisah, tak menyulitkan Kim
Hong, tapi Phiauw-peng Khiam-khek Bok siu tidak setuju,
ia berteriak: "Tidak mungkin- Aku tidak biasa tidur dengan lain
orang, lebih baik kita meneruskan perjalanan saja."
Kim Hong tertawa nyengir, ia berkata: "Lukaku sakit
lagi, satu malam saja kita bermalam disini."
Bok siu mengerutkan alis, ia memberi alasan datang
mengapa tidak mau bermalam di tempat itu, katanya:
"Aku belum pernah tidur bersama-ama orang lain- Hei,
kau tidak tidur mengorok ?"
"Tidak." berkata Kim Hong, "juga tidak mencakmencak."
Bok siu berpikir sebentar dan berkata,
"Baiklah. Tapi aku bisa menendang nendang, aku tidak
biasa tidur dengan orang banyakkan. Kalau saja sampai
menyulitkan dirimu, jangan sesalkan aku."
Sesudah itu, mereka memesan makanan makan didalam
kamar. Keduanya bicara hingga larut malam. Sesudah
malam larut, mereka naik ketempat tidur untuk istirahat.
Bok siu tidur tanpa ganti pakaian lagi, betul-betul ia tidak
biasa tidur bersama-sama orang, Bolak-balik, gulang-guling
ditempat tidur, tampaknya sangat gelisah.
Lama sekali kejadian seperti itu, akhirnya Bok siu pun
tertidur. Tapi seperti apa yang sudah dikatakan, ia masih
tidak bisa tidur tenang, tangan dan kakinya menendang
kekanan kekiri mendesak Kim Hong, hal ini membuat
sipemuda kelabakan, tertendang beberapa kali.
Akhirnya Kim Hong meninggalkan tempat tidur itu,
duduk meringguk dikursi. Disaat Kim Hong sudah hampir mengantuk, tiba-tiba
terdengar suara panggilan Bok Siu. "Kim Hong toako ..."
Kim Hong sudah mengantuk sekali, tidak membuka
matanya, dia menyahut: "Saudara Bok Siu, kau belum
tidur?" "Kim Hong toako ..." kata Bok siu lagi. "Kau.,,kau... eh,
jangan lari" Kim Hong membuka matanya, dia heran. ternyata Bok
siu sedang berada dialam impiannya. Terdengar suara Bok
Siu mengoceh lagi. "Hei, jangan lari...Bah...mau pergi"...
Aku tidak kesudian denganmu....."
Kim Hong meninggalkan kursinya, memperhatikan
Phiauw-peng Kiam-khek yang mengimpi dan mengigau
ditempat tidur. Terdengar lagi impian Bok Siu, dan orang itu mengoceh
terus: "Ah...dia sudah begitu Cinta kepada sumoaynya, hanya
gadis yang bernama.....Leng Bie Sian itu.....huh......"
Semakin diperhatikan, keadaan Phiauw-peng Kiam-khek
Bok Siu ini semaKin aneh.
Kim Hong bisa membedakan, cara-cara tidur kawan
tersebut yang tidak sama. Lebih mirip dengan cara tidurnya
seorang wanita dari pada cara tidurnya seorang laki-laki.
Lekukan-lekukan bentuk tubuhnya sangat ramping itulah
ciri-ciri dari seorang gadis. Tiba-tiba terdengar lagi suara
ingauan Bok Siu: "Nggg......uh.....Sungguh...aku bukan menipu dirinya,
aku memang begini....sedari kecil begini......sedari kecil aku
mengenakan pakaian laki-laki, bukan sengaja menipu Kim
Hong......" Hati Kim Hong lebih terkejut, dugaannya tidak meleset,
betul-betul Phiauw-peng Kiam-khak adalah seorang gadis
yang menyamar berpakaian pria.
Mengigau terus menerus adalah kejadian yang tidak
baik, cepat-cepat Kim Hong memegang tangan Bok Siu dan
memanggilnya perlahan: "Saudara Bok Siu.... Saudara Bok
Siu...." "Ngg...." Bok siu memberi sahutan. Perlahan-lahan ia
membuka matanya. dan ia sadar dari impian itu. Melihat
adanya Kim Hong yang menyaksikan ia begitu rupa,
wajahnya berubah, cepat- cepat menarik selimut
menyelebungi dirinya. "Eh,... .aku menendang-nendang
dan menyusahkanmu?" "Tidak " berkata Kim Hong tertawa.
Bok siu mengeluarkan elahan napas lega, menghindari
kerlingan mata Kim Hong, ia berkata dengan tawar
"Mengapa kau tidak tidur?"
"Aku tak bisa tidur." berkata Kim Hong.
Bok siu menggeser tubuhnya, memberi tempat kepada
Kim Hong, dengan suara acuh tak acuh ia berkata
"Jangan memikir yang bukan-bukan. Tidurlah."
Kim Hong memandang dengan perasaan geli,
diperhatikannya bagaimana Bok Siu itu menyingkap
rambutnya, memanggil: "Saudara Bok Siu....."
suara ini juga mengejutkan Bok Siu, ia menoleh, dengan
sungguh-sungguh bertanya "Ada apa?"
Dengan suara kecil, Kim Hong berkata:
"Kudengar tadi kau sedang mengigau."
Bok siu Kaget, cepat- cepat ia lompat duduk dan
bertanya, "Apa yang sudah kukatakan?"
Kim Hong hanya tertawa, tidak menjawab pertanyaan
itu. Wajah Bok siu makin berubah, tiba-tiba menjadi merah.
Menyingkap kain selimutnya, lompat meninggalkan tempat
tidur mengambil pedang yang tergantung dan dia berjalan
kearah pintu. cepat-cepat Kim Hong menghadang didepan gadis itu,
dengan kedua tangan dipaparnya kekanan dan kekiri, Kim
Hong berkata: "Eh, mau kemana?"
"Minggir" berkata Bok Siu ma rah, "Aku tidak sudi
berjalan dengan pemuda ceriwis, aku mau berangkat."
"Mengapa haruS berangkat sekarang?" bertanya Kim
Hong, Bok siu mendelikan matanya yang jeli, dengan
mengertek gigi, menundukan kepala kebawah menahan
rasa malunya dan berkata "Kau.....kau... ,kau......sudah mengetahui rahasiaku,
kalau kau betul sebagai seorang laki-laki Sejati, biarkan aku
pergi," "Kepergianmu bukan berarti putus hubungan?" bertanya
Kim Hong. BOK SIU menggelengkan kepala perlahan,
Kim Hong berpikir sebentar, ia berkata: "Tidurlah lagi.
Biar aku diluar, bagaimana?"
Wajah Bok Siu semakin malu, penyamarannya sudah
terbuka, sedari kecil, ia mengenakan pakaian pria, sifat-sifat
ini tidak bisa dirubah, karena itu ia berkata: "Tidak
Lepaskan. aku. Biar aku pergi."
Kim Hong tidak memaksa, membuka pintu, dan ia
berkata: "Baik. Tapi.... kalau kita berjumpa dikemudian hari,
bagaimana panggilan kepadamu ?"
Dengan suara yang sangat perlahan, Bok siu berkata:
"Panggil saja nona Bok Siu."
Sesudah itu, ia berjalan kearah pintu, menoleh kearah
belakang sebentar, mengirim satu kerlingan yang menarik,
dan melejitkan tubuh, ia lenyap dikegelapan.
Tidak lama, terdengir suara ketoprakan kaki kuda, Bok
siu menunggang kudanya, semakin lama, suara kaki kuda
semakin perlahan, akhirnya lenyap....
Kim Hong masih berpikir untuk beberapa waktu, benak
pikirannya mengenang waktu berkenalan dengan Phiauw
Peng Kiam-khek Bok siu. Pertemuan yang pertama adalah diperjalanan ke Siauwlimsie, tiba-tiba saja muncul Phiauw Peng Kiam-khek Bok
siu. membunuh mati Pocu cabang dari perkumpulan
golongan Kalong, Kesannya itu berdarah dingin, Walau Bok Siu
menggunakan pakaian pria tetap menarik dan memikat.
Pertemuan yang kedua. adalah kemarin sore hari, tibatiba
ia meminta Leng Bie Sian, mengatakan bahwa dia
hendak memperistri Leng Bie Sian mencegah Kim Hong
mengikuti sayembara dirumah penjara rimba persilatan
yang baru. Dan pertemuan yang ketiga.....ha-ha.....bagaimanapun
penyamarannya, akhirnya terbongkar juga diatas tempat
tidur. Ah...... Bok siu adalah seorang gadis yang cantik dan
memikat. Kim Hong kembali lagi ketempat tidur, tempat itu bekas
dibaringi Bok Siu, semacam hawa seorang gadis masih
mengendus hawa avons" ia tidak bisa menenangkan
pikirannya, Kim Hong gelisah sendiri.
Tidak lama kemudian akhirnya Kim Hong berhasil juga
menguasai situasi yang seperti itu, ia memeramkan mata.
Tiba-tiba saja Kim Hong dikejutkan ada seorang
menowel, dan dengan suara yang adem, seorang itu


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata: "Hei Kukira kau sudah tidak bisa tidur pulas lagi. Hayo
bangun Ikut aku " Kin Hong lompat meletik, didepannya berdiri seorang
berbaju hitam, bersepatu hitam. itulah penguasa rumah
penjara rimba persilatan di gunung Tay-pa-san.
Aaaa...inilah ibunya yang bernama Suma Siu Khim
"Kau...," Kim Hong terkejut.
Suma Siu Khim mengeluarkan emas dari dalam kantong
bajunya, ditaruh diatas meja sebagai pembayaran sewa
rumah penginapan, sesudah itu ia berkata kepada Kim
Hong: "Mari kita berangkat "
Kim Hong menurut, mengambil buntalannya, dan
meninggalkan kamar itu. Bersama-sama dengan Suma Siu Khim yang tetap
mengenakan kerudung muka hitam, Kim Hong mengambil
kudanya, meninggalkan rumah penginapan.
Suma Siu Khim masih tetap menggunakan kerudung
muka, ia tidak tahu, kalau Kim Hong itu sudah mengetahui
penyamarannya, dengan sikap yang dingin, acuh tak acuh
dia mengajak Kim Hong. Kim Hong tidak membongkar rahasia itu, dia juga
mengikutinya dengan hati yang kebat-kebit.
Beberapa Saat kemudian, suma Siu Khim bertanya: "Kau
sudah menantang rumah penjara digunung Bu San ?"
"Tidak jadi." jawab Kim Hong menggelengkan kepala,
Suma Siu Khim menatap dan menoleh kearah Kim
Hong, dengan suara keren dan berwibawa ia membentak,
"Sebutkan alasanmu "
Kim Hong mengeluarkan sepucuk surat dari kantong
bajunya, itulah surat Leng Bie Sian, diserahkan kepada sang
ibu, dan berkata: "Bacalah Inilah surat dari muridmu."
Suma Siu Khim belum mau mengenal putranya, karena
itu Kim Hong juga belum mau membongkar penyamaran
sang ibu. Suma Siu Khim gelisah, satu tanda dari gejolak hatinya
yang tidak bisa ditenangkanTangan Kim Hong juga agak gemetar, dia sedang
berhadapan dengan ibu kandungnya. tapi sebuah garis
pemisah yang tidak terlihat, meredakan hubungan baik itu.
Suma Siu Khim tetap menggunakan kerudung hitam, Satu
tanda bahwa penguasa rimba persilatan Tay-pa-san ini
belum mau mengakui putra sendiri.
Tampak Suma Siu Khim baca isi surat, dengan
mendadak ia menyobek-nyobek surat itu, mengeluarkan
gerungan suara marah.ia berteriak. "Budak hina, berani
memberi petuah kepadaku, betul-betul gila Gila "
Suara Suma Siu Khim dilagukan seperti suara pria.
itulah suara penguasa rumah penjara rimba persilatan
digunung Tay-pa San Kim Hong merasa agak geli menghadapi ibu sendiri yang
bersuara pria, marah-marah dan uring-uringan. Tentu saja
ia merasa geli. Ibunya tidak mengetahui kalau
penyamarannya sudah terbongkar, sangkanya tidak seorang
yang tahu kalau penguasa rumah penjara itu adalah Suma
Siu Khim yang bernama. Untuk sementara, Kim Hong tidak membongkar rahasia
itu, dengan tertawa tertahan ia berkata,
"Kukira Leng Bie Sian tidak salah. Kau mengejamkan
hatimu, memenjarakan begitu banyak tokoh-tokoh rimba
persilatan, Maka, kini muridmu ditawan orang. Inilah
akibat timbul balik dari perbuatanmu, kalau saja kau tidak
membangun sebuah rumah penjara digunung Tay-pa-san
mana mungkin ada rumah penjara baru digunung Bu San"
Kalau kau tidak mempenjarakan begitu banyak tokoh-tokoh
ksatria dirumah penjaramu, tidak mungkin simanusia banci
Jie Hong Hu alias Jie Biauw Kow itu mendirikan golongan
Kalong, simanusia banci Jie Hong Hu menjadi laki-laki
disiang hari, dan menjadi wanita dimalam hari. Parbuatan
ini adalah reaksi dari akibat dari cara-caramu yang
membuat rumah penjara. Kau harus memikul tangguagjawab."
Dengan marah Suma Siu Khim berkata: "Kalau aku
tidak mau memikul tanggung jawab, bagaimana ?"
Kim Hong menghela napas, dengan menundukkan
kepala ia berkata: "Maka tidak mungkinlah tercapai harapanmu yang
membangun dan mendirikan rumah penjara rimba
persilatan itu. Kau mengadakan rumah penjara dengan
maksud-maksud tertentu, maksudmu itu tidak mungkin bisa
berhasiL" Suma Siu Khim tertawa, dengan suara laki-laki,
perlahan-lahan berkata: "Urusan sipil, hei bergiliran aku yang bertanya, Kau
sudah berjanji untuk menolong Leng Bie Sian, bukan?"
"Ya." Kim Hong menganggukkan kepala.
"Tahukah kau berapa berat harga janji itu" Kini kau tidak
mau menolongnya lagi. Mau menelan janji?"
"Sesudah kau membaca surat muridmu itu mungkinkah
masih tidak tahu alasannya?"
"Buat apa mengikuti kemauan Leng Bie Sian" Kau tahu,
bagaimana sayembara nomor tiga dari rumah penjara
digunung Bu San ?" Kim Hong berkata: "orang yang bisa menerima satu gebrakan dari rumah
penjara digunung Bu San, orang itu keluar sebagai juara.
Dan mempunyai kesempatan untuk menolong istri, adik
perempuan atau lainnya. Siapa saja yang hendak dipilih
atau boleh memilih salah seorang gadis yang tertawan
didalam rumah penjara itu, maka penguasa penjara
digunung Bu San akan menikahkan."
"Betul," berkata Suma Siu Khim. "Tahukah maksud
tujuan itu ?" "Maksudmu, aku hendak dijodohkan dengan Leng Bie
Sian ?" bertanya Kim Hong.
"Sudah jelas dan gamblang. kalau kau berhasil
memenangkan pertandingan, penguasa rumah penjara baru
dia berhak memaksa orang tawannya dijodohkan
kepadamu. Tidak ada alasannya lagi yang bisa menolak."
"Tapi aku mengetahui, tak mungkin bisa memenangkan
penguasa rumah penjara yang baru." jawab Kim Hong.
"Bohong" bentak Suma Siu Khim.
"Tidak bohong" "Paling sedikit kau bisa menerima tiga puluh jurus
serangannya." "Tidak. Satujuruspun tidak bisa menerima."
"Begitu hebat?" Suma Siu Khim menatap Kim Hong
dengan penuh kecurigaan. Maka, Kim Hong menceritakan pertemuannya dengan
seorang misterius yang bernama Oey Ceng, bagaimana Oey
Ceng itu mendahuluinya menempur rumah penjara yang
baru digunung Bu-san. Dengan hasil untuk kemenangan
bagi penguasa rumah penjara yang baru.
"Seorang laki-laki yang bernama Oey Ceng?" penguasa
rumah penjara lama Suma Siu Khim memperhatikan rasa
tidak perCaya. "Didalam rimba persilatan tidak ada tokoh
silat yang bernama Oey Ceng."
Kim Hong mengeluarkan batu Han-Giok milik Oey
Ceng, batu Han-Giok itu sedianya dijadikan barang
taruhan, bilamana Oey Ceng kalah, batu han-Giok harus
diserahkan kepada Penguasa rumah penjara yang baru.
Kim Hong berhasil kembali, dan kini diserahkan kepada
Suma Siu Khim seraya berkata: "Inilah barang yang paling
disayang olehnya, ia pernah berkata, Han-Giok ini akan
diserahkan kepada orang pertama yang bisa memenangkan
pertandingan sayembara rumah penjara yang baru, dan
berhasil kudapatkan."
Su ma Siu Khim mengambil batu han-Giok itu,
wajahnya berubah. Bulak balik diperhatikannya, tiba-tiba ia
berteriak seperti orang gila "Aa.......dia.........dia....."
"Dia Siapa?" bertanya Kim Hong.
"Dia adalah ayahmu" berkata Suma Siu Khim.
"oh" Kim Hong terbelalak. "orang yang mengaku
bernama Oey Ceng itu adalah ayahKu?"
"Oey Ceng adalah samaran Kim Hoong"
"Bagaimana kau tahu?"
Pertanyaan Kim Hong ini tentu saja ber-lebih2an, orang
berkerudung serba hitam yang berada didepannya, Walau
tetap menggunakan kedudukan sebagai penguasa rumah
penjara yang lama itulah ibu kandungnya, mana mungkin
Suma Siu Khim tidak mengenal kepada pusaka kesayangan
suami sendiri" Ai......pantas saja orang itu memiliki wajah yang hampir
sama dengan Kim Hong. Kim Hoong dan Kim Hong adalah ayah dan anak tentu
saja memiliki wajah yang hampir sama.
Oey Ceng adalah samaran Kim Hoong"
Suma Siu Khim berhasil menguasai gejolak hatinya,
dengan tenang ia berkata:
"Dengar, aku pernah mendengar Cerita dari ibumu,
kalau benda yang bernama batu Han-Giok ini, adalah
benda pemberian ibumu yang diserahkan kepada ayahmu,
inilah tanda pertunangan."
Kim Hong menatap sang ibu beberapa saat, tiba-tiba ia
lompat kearah kuda dan dikabur kearah selatan.
Suma Siu Khim bergerak sangat Cepat, kini ia sudah
sampai didepan kuda itu menghadang perjalanan Kim
Hong dan membentak: "Hei Mau kemana ?"
Kim Hong menarik les kudanya, menatap kearah ibu
sendiri yang menggunakan tutup kerudung berwarna hitam
itu, ia berkata: "Aku hendak bertemu dengan ayah didalam rumah
penjara yang baru. Aku hendak menantang penguasa
rumah penjara baru itu."
Suma Siu Khim berkata: "Kau tidak bisa memenangkan
sayembara pertandingan dirumah penguasa penjara yang
baru bukan ?" "Aku bersedia duduk didalam rumah penjara, aku
hendak menemani ayah disana."
"Apa artimu?" bertanya Suma Siu Khim dengan air mata
mengucur keluar, Kim Hong berkata:
"Karena ibuku sudah tidak mau mengaku anak, maka
aku hendak bersama ayah saja."
Hati Suma Siu Khim tercekat, ia bertanya
"Siapa yang bilang, kalau ibumu tidak. membutuhkanmu
lagi ?" Dengan menundukkan kepala kebawah, Kim Hong
bertanya: "Kalau ibu masih membutuhkan aku, mengapa sampai
detik-detik ini tidak mau membuka tutup kerudung
mukanya ?" Suma Siu Khim lompat kebelakang, sepasang matanya
bersinar terang menyorot kedepan. dan dia berkata:
"Siapa yang memberitahu" Ayahmu" Apa Leng Bie Sian
?" "Leng Bie Sian," berkata Kim Hong. "Tapi ia membuka
rahasia tanpa disadari."
Mengetahui rahasianya sudah terbuka, Suma Siu Khim
menghampiri putra itu, mengelus-elus rambutnya, berkata
dengan mesra: "oh, bukan sengaja. Bukan aku tidak mau mengenal, aku
takut kalau kau meminta sesuatu yang bukan bukan2,
seperti yang sudah kau tahu, keadaanku sangat sulit."
"Kedudukan apa yang sangat sulit." bertanya Kim Hong,
"Kedudukanku mempunyai hubungan erat dengan jagojago
silat yang kutawan dalam kurungan-kurungan rumah
penjara itu." "Ibu...." "Memang" berkata Suma Siu Khim,
"Adatku kurang begitu baik, "Aku tidak sengaja untuk
menawan dan mengurung orang itu. maksudku hanya
main-main saja. Tapi lihat Di dalam keadaan yang seperti
ini bagaimaaa ibumu bisa membubarkan rumah penjara
rimba persilatan" Apa lagi munculnya rumah penjara baru
digunung Bu San- Apa yang dikatakan orang kepadaku" oh.
...." "Kau tidak mau kepenjara digunung Bu-san, kau tidak
mau menolong ayah dan Leng Bie Sian?"
"inilah maksadnya rumah penjara yang baru." berkata
Suma Siu Khim, "Siapakah otak ini" Betul-betul aku tidak
mengerti. Adanya ia membuat rumah penjara kembar tentu
dengan maksud tertentu, dengan maksud menentang
kedatanganku. Tapi tidak....tidak.... aku tidak mau datang
ketempatnya" "ibu." panggil Kim Hong. "Menurut apa yang kutahu,
kau berjanji tidak turun gunung, hari ini kau sudah
melanggar janji sendiri."
"orang yang tidak turun gunung adalah penguasa rumah
penjara rimba persilatan digunung Tay-pa-san." berkata
Suma Siu Khim tertawa, "Apa lagi hal itu tidak pernah
dijanjikan- Mengapa salah" Hari ini yang turun gunung
adalah Suma Siu Khim."
"Dimisalkan, disaat kau tidak berada digunung Tay-pasan,
datang pula tantangan-tantangan yang bagaimana ?"
"Tidak mungkin-" berkata Suma Siu Khim, "Sudah
kupasang pengumuman, bahwa rumah penjara Tay-pa-San
istirahat satu bulan."
"Haa, haa...." Kim Hong tertaWa.
"Jangan tertawa" Bentak Suma Siu Khim tiba-tiba. "Ada
orang datang" Secepat itu, Suma Siu Khim buka tutup kerudungnya,
dan kini terbongkarlah rahasia rumah penjara digunung
Tay-pa San- Betul-betul ia seorang wanita yang masih
cantiK. "Ada orang?" Bertanya Kim Hong.
"Lihat " berkata Suma Siu Khim. "Itulah duarang satu
tua dan satu muda, mereka dari luar daerah."
Seperti apa yang Suma Siu Khim katakan, tidak lama
kemudian disana bertambah dua orang, mereka adalah
orang-orang asing yang dari luar daerah. Itulah jago-jago


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari negara Tay wan, Kim Hong kenal kepada salah satu
diantaranya, itulah Dokucanorang
yang merendengi Dokucan adalah seorang tua
bercodet, orang tua ini tentunya jago dari luar daerah pula.
Dokucan menunjuk kearah Kim Hong dan berkata
kepada siorang tua bercodet, "Susiok ini dia orangnya"
orang tua bercodet memandang Kim Hong kemudian
menoleh kearah Suma Siu Khim. Ia memperhatikan kepada
kedua orang yang berada didepannya.
Suma Siu Khim tidak memperhatikan keadaan itu, ia
memandang Kim Hong dan bertanya: "Bagaimana keadaan
lukamu?" "Sudah hampir baik." berkata Kim Hong. "Bisa dijajal
untuk melaWan mereka."
orang tua bercodet menggapaikan tangan kearah Kim
Hong ia berkata: "Kemari Ada beberapa kata yang hendak
kutanyakan-" Kim Hong Seperti ditarik oleh gaya magnit, ia
menggerakkan kaki hendak menghampiri orang tua
bercodet itu. Tapi Suma Siu Khim keburu menyeret anaknya, ia
keburu mencegah kepergian Kim Hong. Kini dihadapinya
seorang tua bercodet dari luar daerah, dan ia bertanya:
"Aku adalah ibu dari anak ini, mau tanya - Tanya saja
kepadaku" orang tua bercodet itu tertegun sejenak. matanya
dikedipkan, dan tiba-tiba ia tertawa.
"Bagus, bagus." ia berkata, "Anakmu ini tanpa sebab
musabab telah melukai kedua keponakanku, aku datang
untuk membikin perhitungan,"
"ouw . . . . " menganggukkan kepala Suma Siu Khim.
"Perhitungan ini boleh diselesaikan dengan diriku "
orang tua bercodet berkata "Sebetulnya aku hendak
bertanya." "Tanya Saja." berkata Suma Siu Khim.
Dengan sungguh-sungguh orang tua bercodet itu
bertanya: "Siapa yang memberi pelajaran silat kepada anaknya?"
"Tentu saja gurunya" berkata Suma Siu Khim.
"Siapa nama gurunya?" bertanya orang tua bercodet.
"Gurunya adalah tokoh ajaib dari daerah Tionggoan."
"Aku hendak tahu namanya." orang tua bercodet mulai
naik darah. "Bicaralah pakai aturan sedikit." tiba-tiba Suma Siu
Khim mengeluarkan suara bentakkan sangat garing dan
merdu, tapi sangat berwibawa.
"Inilah ajaran untukmu," tiba-tiba orang tua bercodet
mengayun tangan, memukul kearah Suma Siu Khim. Dari
sana meluncur kekuatan yang mengandung unsur hawa
panas. Suma Siu Khim bisa merasakan adanya hawa panas itu,
cepat-cepat menarik Kim Hong kebelakang dirinya dan
mendorong tangan menerima serangan.
Secepat itu pula terdengar suara letupan, akibat dari
benturan kedua pukulan. Dari sana menyembur lelatu api,
bersembur kekanan dan kekiri. Dimana terjadi benturan
pukulan itu menjadi hangus,
Sesudah debu-debu ity melepus, timbul pula asap hitam
kebesaran, disana kehilangan jejaknya orang tua bercodet,
juga tidak terlihatjejaknya Dakucan- Kedua jago dari luar
daerah itu sudah lenyap tanpa bekas. Lenyap tanpa bekaS "
Tidak Disana masih ada bekas percikan darah. Ternyata
orang tua bercodet menderita luka, mengetahui tidak
unggulan melawan Suma Siu Khim, dengan mengajak
kemenakan muridnya dia melarikan diri.
Kim Hong melihat adanya adegan-adegan yang begitu
mendebarkan jantung, memandang kearah Sang ibu, dan
timbul rasa kagetnya, ia takut kalau ibu itu juga menderita
luka. Suma Siu Khim mematung ditempat. "ibu kan tidak
menderita sesuatu apa?" tanya Kim Hong.
Suma siu Khim berdiri tenang, untuk beberapa waktu,
dia menahan gejolak peredaran jalan darahnya, sesudah
berhasil memulihkan peredaran jalan darah itu, lalu
membuka mata dan berkata: "Mari kita kejar mereka."
"Mengejar mereka?" bertanya Kim Hong heran.
"Ya. orang tadi memiliki ilmu silat yang tinggi, dia sudah
menderita luka Aku hendak menyelidiki asal usulnya."
"Asal usul siapa yang harus diselidiki?" bertanya Kim
Hong "Hayo kita kejar dulur berkata Suma siu Khim. Kim
Hong menyerahkan kuda tungganganya dan berkata: "ibu,
naiklah kuda ini." Suma Siu Khim tertawa ia berkata: "Jangan
memperlihatkan kebaktianmu dengan cara ini, lekas kau
naik kuda, kita harus mengejar."
Kim Hong mengetahui kalau tidak naik diatas kuda,
mungkin ia tidak bisa merendeng kecepatan sang ibu dan
karena itu ia mencongklang kudanya, mengaburkan
kedepan. Suma Siu Khim sudah bergerak, berdua mereka
mengejar kearah larinya kedua jago dari luar daerah itu.
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 22 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Dendam Iblis Seribu Wajah 1

Cari Blog Ini