Ceritasilat Novel Online

Tangan Berbisa 8

Tangan Berbisa Karya Khu Lung Bagian 8


mengerahkan tenaganya, satu dikiri dan satu dikanan,
perlahan-lahan menggeser kakinya, mendekati pangcu.
Pangcu dari golongan Kalong masih berdiri tenang tak
bergerak, sikapnya benar-benar tenang, agaknya tak
pandang mata suami isteri itu didalam mata pangcu itu,
mereka berdua seolah-olah anak kecil yang tidak berarti.
Sepasang suami isteri berlaku sangat hati- hati. Mereka
sekarang sudah tahu siapa adanya Pangcu golongan Kalong
dihadapannya ini. Dia adalah Ho Ong Jie Hiong Hu yang
namanya sangat kesohor. Hari ini dengan tenaga bersama
mereka dan hendak menarik kemenangan dari padanya.
benar-benar seperti orang edan sedang mimpi. Tetapi
karena mengingat muncul nyonya perkampungan setan
sampai dengan menghilangnya lagi dia waktu mendengar
kokok ayam, membuat perasaan mereka penuh rasa curiga.
Dengan lain perkataan, bila Pangcu golongan Kalong ini
adalah jelmaan dari nyonya rumah tadi.
Suatu bukti bahwa desas desus diluar itu tidak benar
adanya, juga tentang adanya kepandaian ilmu Silat Ho ong
yang dahulu disohorkan itu dalam kenyataannya tidaklah
terlalu menakutkan seperti apa yang digambarkan, bila
keadaannya benar demikian, malam ini bukan saja dapat
menyambut serangannya lima puluh jurus dan
mendapatkan kembali kebebasannya, tetapi juga dapat
membinasakan manusia dari golongan hitam yang
merupakan manusia wadam yang beradat sangat kejam, hal
ini juga merupakan suatu perbuatan baik, yang dapat
menyingkirkan mahkluk kotor dari rimba persilatan.
Akan tetapi, kalau benar dia adalah nyonya rumah tadi,
kepandaian ilmu silatnya jelas masih perlu disangsikan.
Mengapa dia berani omong besar hendak menangkap
sepasang suami isteri itu dalam lima puluh jurus"
Inilah yang merupakan prolem sangat sulit bagi mereka,
juga merupakan satu hal yang membingungkan dan
menakutkan, bilamana lawannya itu benar adalah Ho-ong,
lima puluh jurus itu memang benar sekali sulit untuk
dimenangkan dengan begitu saja.
Kini sepasang suami isteri itu dengan langkah berat
selangkah demi selangkah mendekati Pangcu golongan
kalong, mereka setiap kali menginjakan Kaki dilantai,
lantas tertampak jelas bekas jejak kaki mereka, suatu bukti
bahwa mereka sudah mengerahkan kekuatan tenaga
dalamnya kesekujur tubuhnya.Jadi namanya saja
pertandingan persahabatan, tapi Sebetulnya diam-diam
sudah mengandung dua maksud. Yang Satu ialah maksud
hendak menyingkirkan sang Pangcu, yang lain ialah
bertahan sedapat mungkin hingga lima puluh jurus, buat
mendapatkan kebebasan mereka.
Suami isteri itu berjalan hingga terpisah kira-kira sejarak
lima kaki didepan pangcu mereka. tiba -tiba keduanya
dengan berbareng mengeluarkan bentakan keras, lalu
disusul oleh serangan tangan mereka yang dilakukan
dengan kecepatan bagaikan kilat.
Yang satu mengarah bagian jalan darah dipinggang
lawannya yang lain dengan dari tangannya hendak
menotok bagian jalan darah dibawah pusar.
PANGCU golongan Kalong tidak membiarkan mereka
melaksanakan maksudnya, bibirnya tersungging senyuman
dingin, sedang tubuhnya berputar bagaikan terbang, dimana
sepasang lengan jubahnya itu terbentang, lalu
memancarkan sinarnya berkilauan, dengan gerakannya
yang sangat aneh sekali, lengan jubah itu dikibaskan kepada
kedua lawannya. Sepasang suami isteri itu segera dapat merasakan bahwa
tenaga lunak yang menyerbu mereka bukan saja sudah
berhasil menggagalkan serangan mereka, malah diri mereka
seolah-olah terangkat tinggi, dan hawa dingin yang
menghembus keluar dari angin tadi, seolah-olah meresap
kedalam tulang-tulang mereka, hingga badan mereka
sampai menggigil, dan buru-buru lompat mundur,
Pangcu golongan kalong itu mengeluarkan suaranya
yang aneh lalu menyergap Pa Cap Nio bagaikan burung
elang menyergap ayam kecil yang dilakukan demikian
cepatnya. Pa Cap Nio terkejut dan menjerit, ia mengelakkan diri
sambil lompat melesat, tetapi masih terlambat selangkah
hingga baju bagian bahunya terobek sepotong. hingga
tertampaklah lengannya yang putih.
Kha Gee San menampak istrinya dalam bahaya,
sepasang matanya menjadi merah, mulutnya membentak^
tanpa menghiraukan keselamatan diri sendiri, sudah
menyergap Pangcu golongan kalong.
Selagi tubuhnya terapung ditengah udara, tangan dan
kakinya bergerak dengan berbareng, sepasang tangannya
telah melancarkan serangan dengan kekuatan tenaga dalam,
sedangkan sepasang kakinya menendang kebagian jalan
darah dibelakang punggung bawahnya, semua ini
merupakan suatu serangan yang dilakukan secara nekad
dan berani sekali. Tetapi Pangcu golongan Kalong hanya menggeser sedikit
kakinya, tangan kirinya membabat belakang tubuh Kha Gee
San, sedang tangan kanan menyambar depan dada Pa Cap
Nio, serangan itu dilakukan dengan cepat sekali.
Kedua pihak bertempur beberapa jurus, pertempuran itu
lantas menjadi semacam pergumulan yang sengit, hanya
hembusan angin serangan mereka yang menderu-deru,
hampir tak dapat dibedakan dengan jelas siapa yang sedang
terkena serangan- Mereka bertempur sengit sekali. Leng Bie Sian yang
melihat Can-sa-jie tidak memperhatikan dirinya, diam-diam
menggeser dirinya mendekati Cin Hong, katanya sambil
tersenyum: "Engkoh Hong, tahukah kau mengapa sepasang suami
istri itu hendak bertempur dengan Pangcu golongan
Kalong?" Cin Hoog takut gadis itu terlalu rapat hubungannya
dengan dirinya. ingin memberikan ia sikap dingin tetapi ia
tak dapat mengeraskan hatinya, terpaksa menjawab sambil
tersenyum: "Mereka hanya ingin mencoba dia itu apakah jelmaan
dari nyonya rumah kampung setan ini atau bukan- Betul
tidak?" Leng Bie Sian menganggukkan kepala dan berkata
sambil tersenyum: "Menurut kau, dia itu nyonya rumah dari kampung setan
ini atau bukan?" Cin Hong memperhatikan jalannya pertempuran, berkata
sambil menggelengkan kepala.
"Sekarang masih belum diketahui, harus lihat dulu
sepasang suami isteri itu bisa menangkan dia atau tidak ..."
"Jika kira-kira mereka tidak sanggup menyambut lima
puluh jurus, kita harus segera kabur"
Cin Hong menganggukkan kepala, sedang mulutnya
terus mulai menghitung^ "Sekarang sudah jurus ke empat
puluh satu, empat puluh dua, empat puluh tiga...." Cuaca
perlahan-lahan mulai terang.
Dalam ruangan tamu kampung setan itu, pertandingan
antara Sepasang suami istri golongan Lo-hu-pay dan
Pangcu golongan Kalong, juga Ssmakin lama semakin
sengit. orang hanya menampak berkelebatnya tiga sosok
bayangan, yang sebentar melesat keatas sebentar turun, dan
hembusan angin dari serangan mereka yang menimbulkan
suara menderu-deru, seolah-olah sedang timbul angin
puyuh. Pertempuran berlangsung terus dengan sengitnya,
sedikitpun tak mirip dengan pertandingan persahabatan,
lebih mirip dengan pertempuran adu nyawa.
Serangan kedua pihak sama-sama keras, masing- masing
keluarkan kebisaannya seolah-olah ingin membinas akan
lawannya dengan sekali pukul.
Cin Hong terus memperhatikan jalannya pertempuran,
sedang mulutnya terus menghitung dengan cepat,
"Empat puluh empat, empat puluh lima...."
Ketika ia menghitung sampai jurus yang ke empat puluh
lima, dalam pertempuran itu tiba-tiba terdengar suara siulan
panjang, kemudian disusul oleh dua kali suara seruan
tertahan, lalu tampak sepasang suami isteri itu seolah-olah
daun tertiup angin terbang kekanan dan kekiri, kemudian
jatuh terguling di tanah, tampaknya mereka semUa sudah
terluka parah, hingga tidak bisa bangun lagi.
Kejadian ini sungguh di luar dugaan Cin Hong bertiga,
mereka tak mengira bahwa Kha Gee San yang namanya
demikian kesohor, dengan istrinya yang juga memiliki ilmu
tinggi ternyata tak sanggup menjambut serangan pangcu
golongan Kalong lima puluh jurus saja. Dari sini telah
dapat membuktikan bahwa dugaan mereka itu ternyata
keliru seluruhnya, Pangcu golongan Kalong ini bukanlah
nyonya rumah kampung setan yang menyamar, sebab
perbedaan ilmu silat antara kedua orang ini sangatlah jauh
sekali, Akan tetapi ada beberapa bagian yang menimbulkan
perasaan curiga, umpama kata Pangcu golongan Kalong itu
adalah seorang Wadam, Kalau slang dia menjadi laki-laki,
dan di dimalam hari berubah menjadi Wanita.
Selama semalam ini, kemana saja perginya Si Pangcu
yang seharusnya sudah menjadi wanita" Dan pada slang ini,
karena itu nyonya yang mengaku sebagai pemilik rumah
itu" Apakah suatu kejadian kebetulan, setelah perempuan
itu kabur baru muncul Pangcu golongan Kalong"
Pertanyaan itu terus berputaran di dalam otak Cin Hong,
Leng Bie Sian yang berdiri di sampingnya diam-diam sudah
menarik ujung bajunya dan berkata dengan suara perlahan"Engkoh Hong, lekas pergi"
Cin Hong mengawasi sepasang suami isteri yang rebah
menggeletak di tanah, setelah sangsi sejenak lalu berkata:
"Tidak Suami isteri itu tadi pernah membantu kita
memukul mundur nyonya rumah kampung ini. Mana boleh
kita kabur begitu saja tanpa menghiraukan keselamatan
mereka?" "Mereka tidak sanggup menyambut lima puluh jurus
serangan Pangcu-jadi masih harus menurut perintahnya,
tetap menjadi anak buanya. Tapi, kita harus melarikan diri.
Tidak ada perlunya lama-lama berdiam disini," kata Leng
Bie Sian cemas. Cin Hong masih ragu2, tampak pangcu itu seolah-olah
tidak pernah terjadi apa- apa, ia merapikan pakaiannya,
kemudian berkata sambil tertawa ringan: "Kha Tongcu, aku
toh belum memukul kau Sampai mati bukan?"
Kha Gee San dengan kedua tangannya menunjang
tanah, perlahan-lahan bangkit dan duduk. wajahnya
berkeringat memaksakan tertawa, kemudian berkata:
"Tidak apa- apa. Tapi bagaimana dengan istriku itu?"
Pa Cap Nio juga dengan perlahan-lahan bangkit dan
duduk. Katanya dengan merintih: "Aku tidak apa- apa,
hanya tulang iga kiriku telah patah satu. Kau bagaimana?"
Sang suami diam saja. Jikalau bukan dihadapan
Pangcunya, jikalau bukan lantatan isterinya kemarin terus
menangis dan ribut-ribut minta pertolongan Pangcu keluar
dari rumah penjara, mau rasanya ia menghardik orang
berpakaian emas itu dengan kata- kata pedas.
Akan tetapi kini, kecuali menahan segala hinaan dan
berlaku sabar. apa yang bisa diperbuatnya" Apakah ia juga
harus berkata: "Yah, aku juga sama denganmu, tulang iga
kiriku patah satu" Pangcu golongan kalong mengawasi suami iStri itu
sejenak. dengan perasaan girang mengangkat pundak. lalu
katanya: "Mungkin aku turun tangan agak berat sedikit, tetapi
kalian toh tidak akan membenciku lantaran ini bukan?"
Kha Gee San memaksakan diri untuk berdiri, Katanya
sambil tertawa masam: "Sudah tentu tidak Bila keadaan dibalik, kami suami istri
yang menang, kamipasti akan menurunkan tangan lebih
berat dari pada Pangcu."
Pangcu golongan Kalong tertawa besar, kemudian
berkata: "Baik. urusan ini kita habiskan sampai disini saja. Hanya
ada satu hal, Congcu berdua selanjutnya dihadapanku
jangan mengatakan 'kami suami isteri' harus menyebut diri
hamba.Sudah mengerti?"
Wajah Kha Gee San menjadi suram, jawabnya sambil
memberi hormat: "Ya, Pangcu. . . ."
Pa Cap Nio saat itu sudah mengucurkan air mata,
katanya dengan suara terisak-isak:
"Suamiku, selewatnya hari ini, kau hendak pukul aku
mau memaki aku terserah kepadamu. aku tidak akan
membalaS atau menendangmu."
Leng Bie sian kembali menarik ujung baju Cin Hong,
katanya dengan suara perlahan tetapi cemas:
"Kau lihat, mengapa tidak lekas lari."
Cin Hong juga merasakan bahwa tidak boleh tidak ia
harus lari, maka lantas berkata kepada Can Sa-jie: "Saudara
Can-sa, lekas jalan"
Kemudian ia memutar tubuhnya dan lari menuju kepintu
ruangan. Tetapi baru saja mereka lari keambang pintu, pangcu
golongan Kalong itu sudah mendahului berdiri di tengahtengah,
menghalangi mereka. Leng Bie Sian buru-buru
maju kedepan Cin Hong, bentaknya: "Jie Hong Hu Kau
mau apa?" Mata Pangcu golongan Kalong terus menatap wajah Cin
Hong,jawabnya dengan suara dingin:
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahan bocah she Cin ini
ada hubungan apa dengan kalian guru dan murid" Mengapa
ia biSa bermalam di kediaman Laucu rumah penjara
sampai lima hari lamanya?"
"Ia melukiskan sebuah gambar orang untuk suhu. Suhu
senang kepadanya, itulah hubungannya." berkata Leng Bie


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sian sambil tertawa. "oh Melukis gambar siapa?" bertanya pula Pangcu
golongan Kalong. Leng Bie Sian menggelengkan kepala dan
berkata^ "Hal ini tak ada hubungannya dengan mu. aku tak akan
memberitahukan padamu."
Wajah Pangcu golongan kalong yang mengenakan kedok
kulit manusia tampak bergerak sebentar, Sepasang matanya
mengawasi bergiliran kepada anak muda dihadapannya,
terakhir ia menatap Leng Bie Sian tajam-tajam lalu berkata
sambil tertawa dingin: "Hari ini kalau aku turun tangan membinasakan kalian
bertiga, aku pikir Suhumu tidak akan tahu. Betul tidak?"
"Ya, itu memang benar" Tapi aku tahu kau tidak akan
berbuat demikian-" berkata Leng Bie Sian sambil tertawa
manis. Pangcu golongan Kalong tercengang, tanyanya^
"Apa katamu ?" "Kau adalah seorang Pangcu yang mempunyai
kedudukan, sudah tentu suka turun tangan sendiri
membinasakan kami tiga orang anak-anak ini. Lagipula
orang itu didalam rimba persilatan juga hanya kau seorang
yang bisa membinasakan diriku, hal ini tidak susah bagi
suhu untuk menduga kepada dirimu" berkata Leng Bie Sian
sambil tertawa. Pangcu golongan Kalong mendongakan kepala dan
tertawa besar, kemudian berkata: "Kedudukan Pangcu
bagiku bukanlah kedudukan yang baik, Setelah aku
membinasakan kalian, sudah tentu aku akan hancurkan
tubuh kalian sampai tidak ada bekas-bekasnya. Kalau
Suhumu tidak mendapatkan barang-barang bukti, ia bisa
berbuat apa terhadap diriku ?"
Baru saja menutup mulut, dari luar ruangan tamu, diatas
genteng yang agak jauh, tiba-tiba terdengar suara seorang
wanita yang sangat jelas kedengarannya: "Jie Hiong Hu,
jikalau kau membinasakan mereka, buktinya ada disini "
Cin Hong menengok kearah datangnya suara itu, tampak
diatas genteng rUmah yang jauh jaraknya, berkelebat
sesosok bayangan putih dan menghilang dalam waktu
sekejap mata. Pangcu golongan Kalong menunjukkan sikap terkejut,
sepasang matanya segera memancarkan sinar buas, ia
menggeram hebat, kemudian badannya meluncur tinggi
bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya, sebentar
saja sudah menghilang dari pemandanganDitengah udara terdengar suara kata- katanya yang
dibarengi dengan suaranya yang menyeramkan: "Heh, heh.
. Kau adakah tamu tak dikenal dari luar daerah yang palsu"
jangan lari kalau kau berani" tunggulah kedatanganku. ..."
Suara itu demikian hebat, semakin lama semakin jauh. . . .
Cin Hong terkejut mendengar ucapan pangcu tadi, lalu
berpaling dan bertanya kepada Can Sa-jie:
"Saudara Can Sa, Siapa yang dimaksudkan oleh Pangcu
sebagai tamu tidak diundang dari luar daerah tadi?"
"Barangkali adalah orang yang kau jumpai di kelenteng
bobrok dahulu itu" menjawab Can Sa-jie sambil tertawa,
"Bagaimana ia itu bisa palsu?" tanya pula Cin Hong
dengan sikap heran- "Siapa yang tahu" Mari kita susul mereka dan lihat"
berkata Can-sa-jie sambil menggelengkan kepala.
Leng Bie Sian berpaling dan berkata padanya: "Kita
tidak dapat mengejar mereka. Menurut aku, baiknya kita
lekas berlalu dari sini saja."
Cin Hong juga merasa bahwa ada lebih baik menyingkir
dari kampung setan itu lebih dahulu. Begitulah, tiga orang
itu lalu meninggalkan ruangan tamu dengan tergesa-gesa
dan lari menuju keluar kampung.
Ketika mereka melalui sebuah bangunan yang mirip
dengan gudang, tiba-tiba menampak pelayan wanita berbaju
hijau yang tadi malam mengyuguhkan air teh diruang tamu
sedang berjongkok dibawah tembok. dihadapannya terdapat
tiga belas kepala tengkorak manusia.
Yang lebih mengherankan ialah ia sudah menggigit
sendiri jari lengannya, dengan darahnya yang mengetel
keluar dari jari tangannya, meneteskan diatas setiap kepala
tengkorak itu, tetesan darah itu ada yang terjatuh dibagian
hidung, ada yang mengalir dibagian pipi yang lengok,
keadaannya sangat menyeramkanPelayan
wanita itu ketika menampak Cin Hong bertiga
muncul secara tiba-tiba, lantas lompat melesat dan lari
menuju kedalam perkampungan, sebentar kemudian ia
menikung kesudut bangunan rumah dan lantaS
menghilang. Cin Hong yang menyaksikan kejadian aneh itu merasa
terheran-heran, ia merandek dan berkata: "Hei, perempuan
itu sedang berbuat apa disini?"
Selagi Can-sa-jie hendak mengejar untuk menanyakan
sebab-sebabnya, Leng Bie Sian buru-buru mencegahnya
seraya berkata, "Saudara Can sa, jangan mencari urusan
lagi" Can-sa-jie yang mendengar suara itu lantas berhenti, ia
berpaling dan dengan mata merah mengawasi padanya
sejenak, kemudian berkata. "Kalau aku mencari urusan, ada
hubungan apa denganmu?"
Wajah Leng Bie sian menjadi marah, katanya: "Aku
hanya memberi nasehat saja padamu, perlu apa kau berlaku
demkian bengis terhadapku?" Cin Hong takut mereka
bertengkar lagi, buru-buru menyelak:
"Benar Saudara CanSa, kita boleh menggunakan
kesempatan selagi pangcu itu mengejar tamu tak dikenal
dari luar daerah, lekas kabur, kalau sampai ia nanti balik
kembali. runyam akibatnya bagi kita semua"
Can Sa-jie teringat kepada urusan Pangcu yang suruh ia
tidur, maka saat itu nyalinya juga menjadi kuncup, Ia purapura
berlaku apa boleh buat, berjalan Kembali, lalu berkata
sambil menggelengkan kepala dan menarik napas:
"Ai, kalian semua sungguh bernyali kecil dan takut
perkara, mana mirip dengan orang rimba persilatan. . . .?"
Tiga orang itu setelah keluar dari perkampung an yang
sangat misteri dan penuh keanehan itu, terus lari menuju
kekota dibagian selatan. Begitu masuk kota, hari sudah terang. Leng Bie Sian
tahu mereka berdua semua tidak membawa uang, maka
mengundang mereka makan bersama-sama disuatu rumah
makan. Can Sa-jie setelah makan kenyang, merasa tak
enak, katanya sambil tertawa:
"Nona Leng hari ini kau telah mengundang aku makan,
dan dilain kali biarlah aku yang mengundang kau"
"Tidak halangan, aku ada membawa uang cukup, jikalau
kau perlu, aku masih bersedia memberikan kepadamu
beberapa ratus tail perak. Kau mau tidak?" menawarkan
Leng Bie Sian sambil tertawa.
sepasang mata Can Sa-jie terbuka lebar, katanya sambil
tertawa cekikikan: "Sekarang ini aku hendak melakukan perjalanan jauh
kegunung Kun Lun-san, Ngo-bie-san. Klong lay-san, Swatsan
dan Thian-shan untuk memberitahukan kepada enam
partay itu supaya mereka waspada agar murid2nya jangan
sampai terpikat oleh dua belas siluman perempuan dari
golongan Kalong, benar-benar membutuhkan sedikit uang.
Hanya . ." "Hanya apa ?" "Aku tak menerima pemberianmu-, Hitung-hitung aku
pinjam saja. Cuma. . . .?"
"Cuma apa lagi?"
"Aku ini seorang miskin sekali, barangkali dikemudian
hari tak bisa membayar penuh hutangmu."
"Tentang ini juga tak menjadi soal, dikemudian hari
kalau kau bisa maSuk kedalam rumah penjara rimba
persilatan, dan menantang Suhuku, dan kau sanggup
menyambut sepuluh jurus waktu itu kau boleh potong dari
hadiahmu dengan seribu tail uang emas hutangmu. ."
Can Sa-jie kembali membuka lebar sepasang matanya,
dan berkata dengan suara aneh:
"Heh..Jikalau aku sanggup menyambut Sampai Sepuluh
jurus, aku juga tak suka menerima hadiah uang emas"
"Kalau kau ingin menolong orang juga boleh, tetapi kau
hanya boleh menolong empat orang saja, yang sisanya
boleh diperhitungkan sama dengan uang emaS dua ratus
tail, dengan demikian bukankah kau sudah bisa membayar
hutangmu." Can Sa-jie anggap bahwa itu memang benar, maka
dengan girang menganggukkan kepala dan berkata:
"Baik. begitulah kita atur. Kau akan memberikan
pinjaman berapa banyak kepadaku?"
Leng Bie Sian mengeluarkan segepok uang kertas,
memberikan padanya lima lembar terdiri dari seratus tail
perak lalu bertanya: "Ini sudah cukup apa belum ?"
"Cukup Cukup," demikian Can Sa-jie berkata berkalikali,
lalu dengan sangat hati- hati uang itu dimasukkannya
kedalam sakunya. Cin Hong juga sedang susah hati karena tidak bawa
uang, ini sulit baginya untuk melakukan perjalanan jauh.
Tapi begitu melihat Leng Bie Sian ada bawa uang banyak,
hatinya lalu tergerak. maka lantas menjura dan berkata
padanya^ "Nona Leng, aku juga punya urusan yang sama dengan
urusan saudara Can sa, perlu diberi tahukan kepada enam
partay yang lain- Sukakah kau juga berikan pinjaman
kepadaku?" Leng Bie Sian menggelengkan kepala dan berkata sambil
tertawa^ "Tidak aku tidak bersedia beri pinjaman kepadamu
" Jawaban itu diluar dugaan Cin Hong, hingga antara
sesaat wajahnya menjadi merah lantaran merasa malu,
katanya dengan suara gelagapan. "Yah, tidak suka memberi
pinjaman yah sudah, dirumahku masih ada cukup uang"
Diwajah Leng Bie Sian terlintaS senyuman misteri,
katanya sambil tertawa cekikikan:
"Suhu kata, kau ini orangnya terlalu manja hingga
mempunyai adat seperti tuan muda. Sebaiknya kau harus
belajar sedikit kesulitan hidup sebagai manusia "
Dalam hati Cin Hong merasa marah. lalu berpaling dan
berkata kepada Can Sa-jie, "Saudara Can-sa, Siaote hendak
pergi. bagaimana dengan kau?"
Can-sa-jie juga berpaling dan berkata pada Lang Bie Sian
sambil tertawa. "Nona Leng, aku hendak pergi. Bagaimana
dengan kau?" "Aku juga hendak pergi" "jawab Leng Bie Sian sambil
tertawa. Sehabis berkata demikian, lalu bangkit dan membayar
uang makannya, ia lalu berjalan dari rumah makanCin Hong selama itu merasa bahwa dengan berlaku
terlalu baiknya Leng Bie sian terhadap dirinya, telah
membuat perasaannya tak enak. Tetapi sekarang,
menampak gadis itu tiba-tiba bersikap dingin terhadapnya,
juga merasa tidak enak seolah-olah akan menyerahkan diri
dalam pelukan lelaki lain, hingga dalam hati timbul
perasaan cemburu, ia sebetulnya ingin mengejar untuk
minta maaf, tetapi takut kalau- kalau Can Sa-jie tidak
senang, terpaksa mengawasi berlalunya gadis itu dengan
mata mendelong. Can Sa-jie bangkit dari tempat duduknya, mengeluarkan
uang kertas yang didapatkan dari Leng Bie Sian, sambil
tertawa: "Kita bagi seorang separoh uang ini. Bagaimana?"
Cin Hong menolak dengan keras, kemudian keluar dari
rumah makan. Yang percama-tama harus ia kunjungi lebih dahulu ialah
partay oey-san-pay. Maka setelah keluar dari kota, lantas
berjalan menuju ketimur.Sepanjang jalan pikirannya masih
tidak tentram. Ia tidak mempunyai sepeserpun uang
didalam sakunya. Bagaimana harus melakukan perjalanan
jauh" Mencuri tidak diperbolehkan, mengemis sangat
memalukan. Hm, kabarnya didunia Kang-ouw sering
terjadi akalan, yang dinamakan hitam makan hitam, maka
hari ini ia pikir jikalau bisa menemukan orang dari
golongan hitam yang melakukan perbuatan jahat, terpaksa
ia harus bertindak terhadapnya dan mengambil alih barangbarangnya
...... Selagi otaknya memikir yang bukan-bukan telinganya
tiba-tiba dapat menangkap suara keliningan kuda, matanya
segera menampak dua ekor kuda berbulu merah dan putih,
diatas kuda berbulu putih ternyata kosong, tak ada
penunggangnya, sedang diatas kuda berbulu merah tampak
duduk seorang nona Cantik yang bukan lain daripada Leng
Bie Sian yang pernah menolak untuk meminjamkan uang
kepadanya. Dalam hati Cin Hong menggerutu. Untuk apa gadis itu
datang kemari" Perasaan terhina segera timbul dalam
otaknya. maka segera memperCepat gerak kakinya.
Leng Bie sian yang menunggang kuda sambil
menggandeng tali kuda berbulu putih, terus mengejarnya
sambil berteriak memanggil: "Hei Kau jangan marah dulu.
Dengarlah keteranganku"
Cin Hong tak menggubris, ia terus berlari. Leng Bie Sian
menjadi Cemas, buru-buru mengeprak kudanya untuk
mengejar sambil memanggil pula: "Hei dengar dulu
penjelasanku" Cin Hong masih tetap tak menghiraukan, sedang dalam
hatinya berkata kepada dirinya sendiri:
"Tidak Kau tadi membikin malu aku Buat apa penjelasan
lagi?" Leng Bie Sian mengira tidak mungkin dapat mengejar,
tiba-tiba tertawa nyaring dan berkata: "Hei caycu dari
daerah Kang-lam, kiranya mempunyai pikiran sempit
seperti seorang nona (caycu artinya orang cerdik pandai)"
Cin Hong yang mendengar suara itu, terCengang, lantas
menghentikan kakinya, memutar tubuh untuk menunggu
kedatangan nona itu sampai dekat, kemudian menegurnya
dengan nada suara marah:

Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau ngoceh Mana bisakau samakan aku dengan
seorang nona?" Leng Bie sian lompat turun dari atas kudanya, berjalan
menghampiri padanya seraya berkata sambil tertawa:
"Aku di rumah makan tadi hanya main-main denganmu,
kau lantaS demikian marah dan tidak suka memaafkan
orang. Itu bukankah mirip dengan kelakuan seorang nona?"
Wajah Cin Hong menjadi merah, bantahnya: "Aku tidak
marah terhadapmu, aku hanya ingin lekas-lekas melakukan
perjalanan" . Leng Bie Sian berkata sambil menunjuk kuda putihnya:
"Kalau begitu, kuda ini kuberikan kepadamu"
"Naik kuda seperti tuan besar saja, aku tidak mau"
berkata Cin Hong sambil menggelengkan kepala.
Leng Bie Sian tertawa, berkata sambil menunjuk
matanya: "Kau lihat Kau tadi masih kata tidak marah, kalau tak
marah, tidak nantinya kau akan mengucapkan perkataan
seperti ini" Wajah Cin Hong kembali menjadi merah, terpaksa purapura
tertawa dan kemudian berkata sambil menjura:
"Baik, mulai saat ini aku benar-benar takkan marah lagi
padamu, harap kau pulanglah."
"Aku justru tidak mau pulang, aku hendak mewakili
Swat-lie-ang Yo In In untuk mencari sedikit nama." kata
Leng Bie Sian sambil menggelengkan kepala. Cin Hong
setelah berpikir sejenak, berkata dengan tegas.
"Kau sebaiknya pulang saja Suhumu bila tidak melihat
kau, itu pasti akan memikirimu."
"Apakah ini kekUatiranmu satu-satunya?" tanya Leng
Bie Sian Sambil tersenyum. Cin Hong menganggukan
kepala. Leng Bie Sian bertanya pula sambil bersenyum. "Apa
Sudah tak ada lagi alasan lain?" Cin Hong ragu-ragu
sejenak. lalu menganggukkan kepala.
Leng Bie Sian lompat keatas kuda merah, berkata sumbil
menunjuk kuda putih di sampingnya. "Kalau begitu kau
naiklah, kali ini aku keluar dari gunung, adalah suhu yang
suruh katanya: Sian-jie.....kau lekas turun gunung, harus.
..." Ketika ia berkata sampai disini, seolah-olah sadar bahwa
ia sudah kelepasan omong, buru-buru menutup mulutnya
dengan tangannya sendiri, sedeng sikapnya menunjukkan
perasaan sesalnya. Cin Hong merasa sangat heran, tanyanya^ "HaruS apa?"
Leng Bie sian melepaskan tangannya, ia menjadi
kemekmek" lama sekali barulah biSa berkata,
"Suhu suruh aku menyelidiki pangcu golongan Kalong
itu sebetulnya orang macam apa, Betapa besar
pengaruhnya" Dan apa sebabnya menolong keluar satu
persatu tawanan rumah penjara rimba persilatan dari
golongan hitam?" Cin Hong dalam hati tahu bahwa gadis itu sedang
membohong, dalam hatinya lalu berpikir:
"Bagaimanapun kau hendak membohongi aku juga
sudah bisa menebak isi hatimu, perlu apa harus menutupi
rahasiamu?" Kembali ia menjura kepada gadis itu seraya
berkata^ "Nona Leng, terus terang kukatakan padamu.
Perhubungan baik sekali dengan sumoayku. Jikalau kau
terus menerus mengikuti aku saja aku....aku khawatir kalau
aku nanti juga jadi suka kepadamu, dan ini barang kali. .
.barangkali tidak begitu baik. . . ."
Leng Bie Sian tertawa Cekikikan, kemudian berkata^
"Tidak apa, asal aku tidak suka padamu sudah Cukup"
Cin Hong terkejut dan terheran-heran, ia terus
mengawasi muka gadis itu, sedang dalam hatinya berpikir.
"Bagaimana kau bisa tak suka aku" Kalau kau tidaK suka
padaku, mana kau mau berjalan bersamaku?"
Leng Bie Sian agaknya sudah dapat menebak isi hati Cin
Hong, dan apa yang sedang di pikirkannya pada saat itu.
Tiba-tiba ia berhenti tertawa dan berkata sambil
memonyongkan mulutnya^ "cin Kongcu, tadi malam karena aku dikejutkan dan
merasa takut pada setan, maka aku telah memanggil kau
beberapa kali dengan panggilan engkoh Hong, se-betul2nya
aku tidak suka padamu, jadi hendaknya kau juga tidak
boleh berlaku terlalu romantis sendiri"
Cin Hong merasa tak enak hati, juga merasa marah,
dalam hati berpikir: "Aku tak perCaya Aku tak perCaya kau
tidak suka padaku. Baik, kita lihat saja."
Lalu lompat keatas kuda putinnya, dan kemudian di
larikan sambil mengajak Leng Bie sian:
"Jalanlah, nona Leng"
Mereka paCu kudanya masing-masing dengan keras,
sambil berjalan menceritakan pengalamannya yang aneh di
dalam kampung setan- Pelayan wanita baju hijau yang
menggigit jari sendiri dan meneteskan darahnya dikepala
tengkorak. Suuatu hal yang amat berkesan bagi mereka
yang hingga saat ini masih belum terpeCahkan oleh mereka
apa maksud perbuatan pelayan wanita yang aneh itu.
Sementara mengenai maksud nyonya rumah kampung
setan itu, sudah gamblang. Beberapa kali sebetulnya Cin
Hong sudah hendak menceritakan hal maksud nyonya
rumah yang suka memaksa mengajak dirinya masuk
kedalam kamar, tapi ia lalu merasa bahwa ucapan mesum
seperti itu tak baik di ceritakan kepada seorang gadis yang
masih putih bersih, apalagi urusan itu sudah pergi, asal ia
sendiri dikemudian hari berjaga-jaga dan berhati-hati,
jangan sampai sembarangan minum teh yang disuguhkan
oleh kaum wanita. . . Mereka mengobrol sepanjang jalan tiba-tiba Cin Hong
teringat kepada seorang wanita yang menyanyikah lagu
Siao-thao-hong dirumah penjara rimba persilatan- Lalu
ingat pula ia akan pesan suhunya yang pernah mengatakan
bahwa kalau ia hendak memahami persoalan sekitar rumah
penjara rimba persilatan yang sangat misteri itu, wanita
yang menyanyikan lagu Siao-thao-hong itulah satu-satunya
orang yang paling baik untuk mengadakan pengusutan,
"Ng. . . .biarlah aku coba2 menanyakan padanya."
demikian ia berpikir, "Nona Leng, aku hendak menanya
padamu satu hal." "Baik, Silahkan"
"Malam pertama ketika aku memasuki rumah penjara
rimba persilatan, diatas lembah aku mendengar ada seorang
wanita sedang menyanyi. Bolehkah aku numpang tanya
padamu siapa wanita itu?"
"Dia adalah seorang wanita?"
"chuh Sudah tentu aku tahu kalau dia adalah seorang
wanita. Yang kutanyakan adalah namanya"
"coba kau terka siapa dia?"
"Semula aku menduga kau, kemudian aku tahu bahwa
itu bukanlah kau, lalu aku menerka pula kepada suhumu,
dan kembali terkaanku itu keliru........"
"Bagaimana kau tahu kalau dugaanmu itu keliru?"
"Karena ada seorang tawanan penjara yang
memberitahukan padaku, setiap kali suara nyanyian itu
sampai ditengah-tengah, lalu terdengar suara suhumu yang
menggeram dan berkata: Siu Kim Siu Kim Jangan
menyanyi lagi..Jangan nyanyikan lagi^ Lalu suara nyanyian
itu terhenti. Dari sini dapat diketahui bahwa yang menyanyi
itu juga bukanlah suhumu."
"Sudah tentu bukan Suhuku adalah seorang laki-laki,
bagaimana kau selalu menganggap ia sebagai Wanita?"
"Maaf, sekarang aku terpaksa hendak minta kau
beritahukan padaku, siapakah wanita yang menyanyi itu?"
"Apa kau suka nyanyiannya?"
"Ng, ia menyanyikan lagu yang sangat menyedihkan
hati" "Aku juga bisa menyanyi, biarlah aku akan menyanyikan
sebuah lagu untukmu"
"Baik. Ah, tidak Kau jangan coba-coba mengalihkan
pertanyaanku tadi" "cis Kalau kau ingin tahu siapa dia. ada satu syarat yang
harus kau penuhi lebih dulu"
"coba kau sebutkan syarat itu"
"Berita bukan dulu asal-usul dirimu"
"Hm Adakah itu maksud suhumu?"
"Bukan Akulah yang ingin tahu"
"Kalau begitu....."
"Jadi kau sudah tidak ingin tahu lagi siapa wanita itu?"
"Biar kubatalkan saja maksudku"
Mereka terus pacu kudanya, ketika melalui sebuah
rimba, Cin Hong tiba-tiba melihat di bawah sebuah pohon
Cemara besar ditepi jalan ada dua orang sedang dudukduduk
membelakangi jalan raya, orang itu yang satu
berpakaian putih, dan yang lain berpakaian hitam, dilihat
dari bagian belakang, orang yang berpakaian jubah hitam
itu mirip dengan Pek Ho Peng kepala pasukan istana, juga
adalah penjual susu tahu yang selama sepuluh tahun
lamanya terus sembunyikan diri di kota Hang-ciu, dan
paling belakang ini barulah membuka rahasianya, dan
pernah dua kali menolong Cin Hong dari bahaya. orang itu
juga yang Cin Hong kenal sebagai empek Ie-oe Cin Hong
sangat girang, segera menghentikan kudanya.
Leng Bie Sian juga buru-buru menghentikan kudanya
dan menanyakan kepada anak muda itu ada urusan apa.
Tindakan kedua orang ini begitu mendadak hingga dua
ekor kuda itu mengeluarkan suara ringkikanKetika mendengar suara ringkikan kuda, dua orang yang
duduk di bawah pohon itu dengan berbareng pada
berpaling. Benar saja orang yang mengenakan jubah hitam itu
adalah empek Ie-oe, sedang yang mengenakan pakaian
warna putih ternyata adalah Tamu tidak dikenal dari luar
daerah yang menjadi tokoh nomor satu dalam rimba
persilatan, yang selalu mengenakan kerudung sutera warna
putih. Cin Hong buru-buru lompat turun dari kudanya, lari ke
hadapan mereka, dan berkata sambil menjura:
"Locianpwe kiranya ada disini" Boanpwe disini unjuk
hormat" Empek Ie-oe dengan menunjukkan sikap girang
mengawasi Cin Hong sejenak, lalu menunjukkan sikap
heran ketika mengamat-amati Leng Bie Sian yang baru
turun dari kudanya, kemudian mengawasi Cin Hong lagi
seraya bertanya: "Apa kau.....baru kembali.....dari.....kepergianmu.....menengok.. ..ke rumah
penjara?" Cin Hong mengiakan, baru saja mau menceritakan, ie-oe
udah berkata lagi sambil menggoyangkan tangannya:
"Kita tidak perlu. ..Tidak perlu menceritakan...
lagi...urus an itu....aku.,..aku. .,sudah tahu....semua "
Kemudian ia bertanya sambil menunjuk Leng Bie Sian^
"Nona itu....siapa ?"
Cin Hong menjawab^ "Ia adalah murid penguasa Rumah Penjara Rimba
Persilatan, namanya Leng Bie Sian dia.. ."
Empek Io-oe membuka matanya lebar-lebar katanya
heran: "Haaaa". Penguasa Rumah Penjara sudah menutup
kau... dan penjarakan gurumu, maka kau lantas menawan-.,
murid wanitanya?" Cin Hong sebenarnya sudah ingin menjelaskan, tetapi
dalam waktu sesingkit itu juga tak dapat memberi
penjelasan secara ksseluruhan, terpaksa menjawab
sekenanya, lalu berpaling dan berkata sambil menjura
kepada tamu tidak dikenal dari luar daerah^
"Tadi pagi atas pertolongan cianpwee, disini boanpwe
mengucapkan banyak-banyak terima kasih"
Tamu tak dikenal dari luar daerah menunjukan sikap
terkejut dan terheran- heran, ia bertanya sambil miringkan
kepalanya: "Apa katamu ?"
"Tadi pagi ketika boanpwe bertiga berada
diperkampungan setan, jikalau bukan Locianpwee yang
memancing pergi Pangcu golongan Kalong boanie bertiga
barang kali sudah terbinasa di-tangannya" kata Cin Hong
sambil tersenyum. Tamu tak dikenal dari luar daerah mendengar
keterangan itu, lantas berpaling dan berkata kepada empek
Ie-oe: "Sahabat kau dengar tidak ?"
EmpeK Ie-oe tampaknya terkejut dan terheran-heran,
membuka matanya lebar-lebar mengawasi Cin Hong,
kemudian berkata: "cin caycu, cobalah kau .... ceritakan.... apa yang terjadi.
. .ketika kau ketemu dengan Ho-ong. . . ."
Cin Hong merasa sedikit bingung, ia lalu menceritakan
pengalamannya bagaimana setelah keluar dari rumah
penjara, lalu berjalan mengikuti jejak dan tanda kode yang
ditinggalkan oleh can-sa-jie sehingga masuk kegunung Bieciong
San, disana telah dilihatnya pangcu golongan Kalong
berada dalam gubuk peninggalan kakek gelandangan Kian
Hian, yang sedang mencari barang-barang . ....
Baru bicara sampai disitu, tamu tidak dikenal dari luar
daerah dan empek Ie-oe dengan berbareng mengeluarkan
seruan terkejut, dan dengan berbareng pula lalu pada
bertanya^ "Apa" Kau kata bahwa anaknya dewa persilatan, sikakek
gelandangan Kiat Hian berdiam digunung Bie-cong San?"
Cin Hong menganggukan kepala mengiakan kemudian
menceritakan pula bagaimana monyet putih itu diatas tanah
menulis dua huruf Kiat Hian, kemudian muncul seorang
nenek berambut putih yang tidak dikenal namanya, yang
hendak mencari Kiat Hian, dari mulut nenek itu telah
mendapai bukti bahwa Kiat Hian adalah keturunan Taypekssianong Kiat Phian BinCin Hong sudah hendak menceritakan lagi kelanjutan
Ceritanya, tapi tetamu tidak dikenal dari luar daerah lantas
mencegahnya dengan berkata:


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tunggu sebentar Nenek berambut putih itu apa kah
menggunakan senjata peCut panjang berwarna perak?"
"Ya betul Kepandaian ilmu silat nenek itu bagus sekali,
apa kah cianpwe tahu siapa dia?" tanya Cin Hong girang.
"Tidak tahu. Tiga hari berselang, didaerah Han-im aku
telah berjumpa dengannya, ia melihat aku mengenakan
kerudung muka, lantas mengajak aku berkelahi " kata tamu
tidak dikenal dari luar daerah sambil menggelengkan
kepala. "oooa Dan akhirnya?" bertanya Cin Hong Cemas.
"Akhirnya, ia telah kukalahkan dalam lima ratus jurus"
jawab tamu tidak dikenal dari luar daerah tenang.
Cin Hong diam-diam berpikir, kepandaian ilmu silat
nenek itu, jauh diatas sepasang suami isteri dari golongan
Lo-hu, Sedangkan Tetamu tak dikenal dari luar daerah
yang berada dihadapannya sekarang ini, masih diatas nenek
tua maka saat itu semakin tebal rasa kagumnya dan
semakin berlaku hormat, diam-diam ia sudah mengambil
keputusan hendak mempelajari seluruh ilmu Kipas yang
diberikan oleh monyet putih itu supaya mendapat
kedudukan didalam rimba persilatanIa kemudian menceritakan bagaimana setelah Leng Bie
Sian muncul tiga orang dan satu monyet telah berhasil
memukul mundur nenek itu setelah ia mengejar jejak
pangcu golongan Kalong hingga tiba diperkampungan
setan, disitu ia telah bertemu dengan nyonya rumah, Setan
perempuan dan pelayan wanita berbaju hijau. . . .terakhir
ketika ia menceritakan ketika nyonya rumah itu mendengar
suara ayam berkokok lantaS kabur, dan akhirnya bertemu
dengan pangcu dari golongan Kalong, setelah melakukan
pertandingan persahabatan dengan sepasang suami isteri
golongan Lo-hu, lalu mencegat mereka bertiga hendak
dibunuhnya, dan untung Pangcu itu telah dipancing pergi
oleh seorang yang dianggapnya sebagai Tamu tidak dikenal
dari daerah luar itu. Setelah mendengar penuturan Cin Hong, empek Ie-oe
tersenyum dan saling berpandangan dengan tamu tak
diundang dari luar daerah, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak
dan berkata: "cin caycu, tadi pagi ketika kau. . .berada
diperkampungan Setan, apakah kau pernah melihat dengan
mata kepala sendiri. . .Tetamu tidak dikenal dari luar
daerah ini?" "Hanya melihat berkelebatnya sesosok bayangan putih.
tapi suaranya itu kuraSa tidak bisa salah lagi." jawab Cin
Hong sambil menganggukkan kepala.
Empek Ie-oe terus tertawa tidak berhentinya. kemudian
berkata sambil menunjuk Tetamu tidak dikenal dari luar
daerah^ "Haha.... Tapi aku.....aku dengan dia.... Sejak tadi
malam. . . mengobrol sampai sekarang kami masih. .
.belum pernah bergeser dari tempat ini... selangkahpun juga
" Dalam hati Cin Hong merasa heran sekali, tiba-tiba ia
teringat mUnculnya seorang yang menamakan dirinya
Tamu tak diundang dari daerah luar dikelenteng bobrok
pada beberapa hari berselang, orang itu mengatakan bahwa
didalam golongan Kalong ada seorang tamu tidak dikenal
dari luar daerah yang palsu. Maka kini ia menjadi bingung
sendiri, juga tidak tahu Waktu itu orang yang mengaku
sebagai Tamu tak dikenal dari derah luar itu adalah yang
benar atau palsu, hanya berdasar atas tindakannya yang
bermusuhan dengan Pangcu golongan Kalong, ia berani
mendUga pasti ia itu adalah orang baik.
Kalau begitu, Tamu tak dikenal dari Pangcu golongan
kalong dari perkampungan setan, kalau benar bukan orang
yang sekarang berada dihadapannya ini, maka tak perduli
dua orang itu siapa yang tulen dan siapa yang palsu, dapat
dipastikan bahwa Tamu tak dikenal dari luar daerah yang
kini berada dihadapan matanya itu adalah yang menjadi
anggota golongan Kalong Berpikir sampai disitu, dalam hatinya diam-diam merasa
bergidik, buru-buru lompat mundur beberapa langkah, dan
sudah siap untuk mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya,
disamping itu, ia lalu memberi hormat dan berkata kepada
Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang masih duduk
tenang dibawah pohon: "cianpwe sebetulnya siapa" Mengapa hendak menyamar
menjadi Tetamu tak dikenal dari daerah luar dan masuk
menjadi anggota golongan Kalong?"
Tetamu tak dikenal dari luar daerah tak menjawab
pertanyaannya, sebaliknya hanya memandang kepada
empek Ie-oe dan berkata ia sambil tertawa: "Sahabatku,
urusan ini pada akhirnya, barang kali aku membuat Curiga
padamu" Empek Ie-oe tertawa terbahak-bahak. kemudian
menggapai dan berkata pada Cin Hong:
"cin caycu, kaau jangan . ...salah paham, orang.....yang
sekarang ada dihadapanmu ini adalah tamu tak di kenal
dari daerah luar yang tulen,.....aku...pernah mengadakan
pertandingan dengannya ...dipuncak gunung Lok- yanghong...
di atas gunung Hoa-San..... sepuluh tahun yang lalu.
-tadi ia.... masih menceritakan pengalaman dan kenangan
yang lama itu... denganku ..."
Hati Cin Hong tergerak, kembali memberi homat kepada
tamu tidak dikenal dari luar daerah itu. dan berkata:
"Numpang tanya, apa kah kita dulu sudah pernah
bertemu muka?" "Ya, pernah" jaWab tamu tidak di kenal itu sambil
menganggukkan kepala. "Dimana kiranya pernah bertemu muka?" tanya pula Cin
Hong. "Didepan kelenteng bobrok" menjawab tamu tak di kenal
dari luar daerah sambil tertawa.
Cin Hong diam-diam merasa heran tetapi ia masih belum
perCaya bahwa orang dihadapannya itu adalah orang yang
pernah dijumpainya di depan kelenreng bobrok. maka ia
bertanya: "Sudikah cianpwe menceritakan keadaannya di waktu
itu?" Tamu tidak di kenal dari luar daerah itu lalu
menceritakan semua apa yang terjadi didepan kelenteng
bobrok itu, ternyata sedikitpun tak salah, pada akhirnya ia
berkata pula: "Wakta Kutanyakan padamu,jawabmu, Cin Hong.
Kukira, aku salah dengar, menyangka kau bilang Kim
Hong. Tapi lantas kau bilang juga bahwa she cin-mu itu
adalah cin Sie ong punya cin, dan Hong berasal dan kata
perahu layar yang indah. Akupun pernah menyuruhmu
agar waktu itu kau lanjutkan lekas perjalananmu mengejar
Suhumu, agar dapat diberitahukan bahwa Ho ong yang
dahulu kini sudah muncul lagi dalam dUnia Kang-ouw
hendak mengaCau. Betul tidak kata kataku itu?"
Cin Hong yang mendengar keterangan itu menjadi
terkejut dan bingung. katanya^ "Kalau begitu, orang yang
tadi pagi boanpwe jumpai, itu adakah yang palsu?"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah tertawa terbahakbahak.
lalu berkata^ "Sudah tentu dia itu adalah yang palsu. Hari itu aku
memaksa Lui Kui Pin supaya, mengajak aku menjumpai
dia, tak disangka ditengah jalan ia telah berhasil meloloskan
diri dari tanganku. Sekarang dia ini mungkin sudah muncul
didekat-dekat tempat ini, sebentar lagi aku pasti akan
mencari padanya sendiri."
Leng Bie Sian yang sejak tadi tak turut bicara, mendadak
bertanya^ "Kau mengatakan bahwa dia itu adalah palsu, berarti
bahwa dia itu adalah anak buah Pangcu golongan Kalong.
KalaU begitu, mengapa ia memancing Pangcu golongan
Kalong, hingga membatalkan maksud Pangcu itu yang
hendak membunuh kita ?"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah itu tampak
tercengang, lalu berkata dengan suara perlahan:
"Siapa yang tahu" Mungkin dia sengaja berlaku
misterius...." Dua orang anak muda dan seorang tua sedang
memikirkan persoalan sangat aneh itu. tiba-tiba dari jauh
terdengar suara siulan panjang, suara itu demikian bening
dan jelas. baru saja sirap. dari atas pohon melayang sesosok
bayangan putih. Cin Hong yang memiliki pandangan mata tajam Segera
dapat mengenali, orang itu dandanannya sama betul
dengan tamu yang tak dikenal dari luar daerah, maka ia
segera menudingnya sambil berkata: "Itulah dia Dia adalah
tetamu tidak...." Baru berkata setengah, dari dalam rimba terdengar suara
yang keluar dari hidung, orang berbaju putih yang
melayang turun dari atas pohon sudah memutar balik
tubuhnya dan berjalan keluar dari dalam rimba.
orang itu berperawakan tegap. dimukanya mengenakan
kerudung kain sutera warna putih. dipunggungnya
tergantung sebuah pedang pusaka kuno, sinar mata yang
tampak dari lubang kerudung tampak berkilauan, sikap
orang itu sangat gagah, hingga menimbulkan perasaan jeri
bagi orang berhadapan muka dengannya.
Dia, baik dari perawakannya maupun dari dandanannya,
dari atas kepala hingga sampai ke bawah kaki, tak ada satu
bagian yang tidak mirip benar dengan tamu tidak dikenal
yang lebih dulu disitu, dua orang itu seolah-olah satu
cetakan begitu mirip kedua-duanya.
Begitu berjalan keluar dari rimba, ia lalu menganggukkan
kepala ketika melihat Cin Hong, kemudian tertawa
ditujukan kepada tamu tak dikenal dari luar daerah yang
duduk dibawah pohon, setelah berkata perlahan-lahan:
"Aku sedang mencarimu, tak disangka bisa ketemu
ditempat ini. cepat hunuslah pedangmu"
UCapan yang keluar dari mulutnya itu demekian tenang
dan tegas, kedengarannya mempunyai pengaruh besar
sekali, tapi nada suaranya serupa benar dengan suara tamu
tak dikenal dan luar daerah yang datang duluan.
Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang berdiri lebih
dulu ditempat itu lambat-lambat bangkit dari tempat
duduknya, Sikapnya tenang sekali, ia juga tersenyum dan
berkata lambat: "Aku sangat kagum sekali atas kesempurnaan
penyamaranmu Cuma ada sedikit hal yang aku tidak habiS
mengerti, kau menyamar sebagai aku dan menggabungkan
diri dengan golongan Kalong, rela menjadi pelindung
hukum Ho-ong apakah maksudmu yang sebenarnya?"
Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan dimatanya sekilas tampak memancarkan sinar
tajam katanya dengan suara tegas:
"Sekali lagi aku kata, hunus pedangmu Sekarang ini tak
perlu dibicarakan hal-hal yang lain, hanya dibawah ilmu
pedang Eng-jie-pat-kiam barulah dapat memaksa kau
menunjukkan ekormu" Perlu kiranya diketahui, ilmu pedang Eng-jiepat-kiam itu
adalah ilmu pedang tunggal dan terampuh dari tamu tak
dikenal dari luar daerah juga merupakan ilmu pedang
paling hebat yang telah diakui umum oleh rimba persilatan
selama beberapa puluh tahun ini, gerakannya yang aneh
dan luar biasa dahsyatnya, kecuali orangnya sendiri, orang
lain tak sanggup menggunakan. Seandai tetamu tak dikenal
dari luar daerah yang datang belakangan ini adalah yang
palsu, mengapa ia malah berani menantang terang-terangan
dengan ilmu tunggal tamu tak dikenal dari luar daerah yang
tulen itu" Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang tiba duluan,
mendongakkan sedikit kepalanya, katanya Sambil tertawa:
"Ha ha, jikalau kau juga pandai menggunakan ilmU
pedang Eng-jie-pat-kiam, ini benar-benar merupakan suatu
kejadian yang sangat ajaib dalam dunia. Kupersilahkan kau
mulai duluan" Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan mendadak tampak marah besar, segera
menghunus pedang yang tergantung dipinggangnya. Selagi
pedang itu keluar sarung-nya, tetamu tak dikenal dari luar
daerah yang tiba duluan memperdengarkan suara tertawa
nyayang panjang, pedang pusaka dipinggangnya juga sudah
keluar dari kerangkanya Kini dua pedang bergerak dengan cepat dan saling
beradu, dua pedang pusaka itu sama-sama mengeluarkan
suara delapan kali dengan beruntun, seolah-olah dua sinar
kilat yang beradu menjadi satu, sinarnya itu membuat silau
mata orang yang menyaksikannya.
Hampir dalam waktu yang sangat singkat sekali, ketika
semua mata ditujukan kepada dua pedang tadi, sinar
pedang yang beradu sudah lenyap hanya suara
mengaungnya pedang yang masih menggema ditengah
udara, sedang dua orang yang sana-sama mengaku sebagai
tamu tidak di kenal dari luar daerah, masing-masing sudah
pada lompat mundur beberapa langkah.
Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan, seolah-olah baru bertemu lagi dengan musuh
besar yang paling dibenci selama hidupnya, sepasang
matanya tampak beringas, ia merangsak dengan begitu
bernapsu, setiap maju selangkah, dari mulutnya
mengeluarkan suara bengis^ "Hmm Kiranya kau"
Tamu tidak di kenal dari luar daerah yang datang
duluan, dengan sikapnya yang tenang sekali perdengarkan
suara tawa dinginnya, kemudian berkata sambil mengertak
gigi^ "Katakan Dari mana kau mempelajari ilmu pedang
Eng-jie-pat-kiam?" Tetamu tidak di kenal dari luar daerah yang datang
belakangan balaS membentak: "Jangan banyak bicara
Kenapa kau tidak pergi?"
menimpali yang duluan-"Dia adalah punyamu,
seharusnya kau yang pergi" kata pula yang belakangan
-"Tidak Dia adalah punyamu Kaulah yang harus pergi"
Percakapan dua orang yang tidak ketahuan ujung


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pangkalnya itu, membuat empat orang yang mendengarnya
pada merasa bingung sendiri, dalam hati masing-masing
berpikir. Mereka berdua itu satu sama lain tentu sudah
saling mengenal tetapi apa yang dimaksud dengan kata
"Kau yang harus pergi itu?"
Empek Ie-oe sementara itu sudah bertanya dengan heran
kepada tetamu yang tidak dikenal dari luar daerah yang
datang lebih dulu, "Sahabatku, dia.....dia itu siapa...."
"Seorang yang paling tak bisa dimaafkan dalam dunia
ini" jawab tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
lebih dulu. Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan menggeram, matanya ditujukan dan mengawasi
lama kepada empek Ie-oe. Empek Ie-oe merasa tidak
senang, katanya sambil mengerutkan alis^ "Tak kenal"...
Apa kau....tidak kenal aku?"
"Bagaimana sebutan tuan?" tanya Tamu tak dikenal dari
luar daerah yang datang belakanganEmpek Ie-oe tertawa terbahak^ kemudian berkata:
"Ha ha,...kau benar-benar.. ..adalah barang tiruan. Jika
kau....tetamru tak dikenal dari luar daerah yang
tulen.....mengapa.......mengapa tidak kenal aku....."
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan itu kini rupanya pusatkan perhatiannya kepada
empek Ie-oe, kembali mengamat-amati wajah empek Ie-oe
sejenak. dengan tiba-tiba mengeluarkan seruan kaget, dan
katanya: "Eeeei. apakah kau ini bukan Pek Hong Peng?"
Tertawa empek Ie-oe waktu itu juga lantas sirap. katanya
terkejut: "Benar...,dan lagi?"
Tamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan itu seolah-olah bertemu dengan sahabat
lamanya, sepasang matanya memancarkan sinar girang,
katanya dengan cemas^ "Perpisahan kita dipuncak Lok-yang-hong digunung Hoa
San pada dua puluh tahun berselang, hingga Sekarang terus
tidak pernah mendengar kabar beritamu, siao-te mengira
kau sudah mengasingkan diri dengan penasaran, bagaimana
kau sekarang bisa berubah demikian rupa?"
Empek Ie-oe dengan sikap murung, berkata dengan
marah: "Hem, hal ini. . . .semua orang rimba persilatan
sudah tahu hingga tidaklah mengherankan"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan berkata lagi: "Kita dipuncak Lok-yan-hong itu telah bertanding
sampai lima hari lamanya, terakhir dalam pertandingan
ilmu lari pesat, ketika lari sampai dibatu cadas cian-lok-sek
kaki kirimu menginjak sebuah batu kerikil, hingga tersusul
setengah langkah oleh siao-te, waktu itu dalam keadaan
marah, kau sudah menginjak batu itu menjadi hancur, betul
tidak/" Empek Ie-oe mengeluarkan suara terkejut. SepaSang
matanya memancarkan sinar keheranan, tanpa disadari
olehnya sendiri ia telah mengamati orang yang datang
belakangan itu. Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan, tertawa tergelak lalu berkata sambil menunjuk
Cin Hong: "Jikalau kau masih belum mau pereaya, anak muda Cin
Hong ini boleh dianggap sebagai saksi, sebabpada beberapa
hari berselang Siao-te pernah menolong ia dari bahaya
didepan kelenteng bobrok, pagi tadi kembali
diperkampungan Setan, pernah memancing Ho-ong Jie
Hiong Hu keluar dari guha, sehingga membataikan
maksudnya hendak membinasakan dia "
Cin Hong benar- benar menjadi bingung sekali, maka ia
lalu bertanya: "Waktu dikelenteng bobrok itu, apa saja yang
kita bicarakan disana ?"
Tetamu tak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan itu telah menjawab tanpa banyak pikir:
"Waktu kutanyakan padamu jawabmu, Cin Hong.
Kukira aku salah dengar, menyangka kau bilang Kim Hong.
Tapi lantaS kau jelaskan juga bawa she cin-mu itu adalah
cin Sie ong punya cin, dan Hong berasal dari perkataan
perahu layar yang indah" Aku juga pernah menyuruh kau
supaya waktu itu lekas kau lanjutkan perjalananmu
mengejar Suhumu, supaya kau bisa beritahukan bahwa Hoong
yang dahulu kini sudah muncul lagi didunia Kang ouw
hendak mengaCau. Betul tidak kata- kata ku semua itu?"
Cin Hong yang mendengar ucapannya itu sedikitpun
tidak salah dalam hati diam-diam terkejut dan terheranheran,
maka segera berpaling memandang kepada empek
Ie-oe, sepatah katapun tidak bisa keluar dari mulutnya.
Empek Ie-oe bangkit perlahan-lahan matanya dengan
bergiliran mengamat-amati dua orang yang sama-sama
mengaku sebagai tamu tidak dikenal dari luar daerah,
kemudian berkata: "Hem Sekarang aku... .aku juga menjadi..,.tidak jelas
lagi.....diantara kalian berdua.....siapa yang.....tulen.... dan
siapa yang.....palsu?"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan tiba-tiba melongakkan kepala dan tertawa
nyaring, pedangnya digetarkan dan menunjuk kepada
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih
dulu sambil membentak: "orang she kiong, marilah Hari ini kalau ada kau tidak
ada aku atau ada aku tidak ada kau"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih
dulu perdengarkan suara tertawa dinginnya, kemudian
berkata dengan sikap sangat tenang sekali:
"Jikalau kau sudah bertekad hendak menjadi Tetamu
tidak dikenal dari luar daerah, aku akan mengalah
terhadapmu juga tidak halangan, tetapi apa kah kau berani
menantang mengadakan pertandingan di rumah penjara
rimba persilatan?" Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan, dengan sepasang matanya yang tajam menatap
wajah orang yang datang lebih dulu, bentaknya: "Itu tidak
ada hubungan denganku"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang lebih
dulu, dengan nada suara penuh sindiran berkata sambil
tertawa dingin: "Mengapa kau tidak katakan saja, kau
sebenarnya takut kalah?"
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah yang datang
belakangan tidak banyak bicara lagi, ia membentak dengan
suara marah, pedang panjang di tangannya digerakkan,
dengan tiba-tiba menikam muka tetamu tidak dikenal dari
luar daerah yang datang lebih dulu, hingga Tetamu tidak
dikenal yang datang dari luar daerah yang datang lebih dulu
tertawa panjang dan memutar tubuhnya lalu menghunus
pedangnya sendiri dan balik menyontek kerudung muka
lawannya. Kedua-duanya sama-sama orang kuat, kedua-duanya
sama-sama akhli pedang kenamaan, dalam pertempurannya
yang berlangsung demikian cepat, masih dapat
memperkembangkan keindahan gerak ilmu mereka. oleh
karena mereka sama-sama menggunakan ilmu pedang dari
satu aliran, masing-masing menggunakan kemahirannya
sendiri-sendiri untuk menjatuhkan lawannya, maka
pertempuran berlangsung bukan saja cepat, tetapi juga
hebatnya bukan main Pertempuran berlangsung semakin lama semakin cepat,
hingga pada akhirnya hanya tampak sinar pedang yang
berkelebatan memenuhi lapangan, sulit untuk membedakan
mana orangnya yang datang lebih dulu dan yang datangnya
belakangan. Cin Hong yang tidak dapat membedakan siapa yang
tulen dan siapa yang palsu dari antara dua jago itu, dalam
hati merasa Cemas, buru-buru lompat kesamping empek Ieoe
dan bertanya kepadanya: "Pek loCianpwe, aku sudah tak dapat membedakan lagi.
Kau bagaimana?" Empek Ie-oe masih tetap mengawasi jalannya
pertempuran, sedang mulutnya menjawab dengan suaranya
yang terputus-putus^ "Hem, tak apa.... kalau kau tidak dapat membedakan.^..
apa yang paling memusingkan kepala, kita tidak dapat
mengetahui siapa yang tulen, siapa yang palsu." Leng Bie
Sian mengikuti Cin Hong, berkata sambil tersenyum:
"Tunggu setelah mereka ada yang menang dan yang
kalah, kita dapat membedakan orang yang tidak marahmarah
itu adalah orang yang datang lebih dahulu, orang
yang adatnya keras dan berangasan itu adalah orang yang
datang belakangan" "oh" berkata Cin Hong lalu berpaling dan bertanya
kepadanya: "Apakah kau sudah dapat mengenali siapa satu
yang tulen?" "Aku pikir orang yang adatnya keras dan berangasan itu
mungkin yang tulen" menjawab Leng Bie Sian dengan
suara perlahan- "Mengapa kau bisa berpendapat demikian?" bertanya Cin
Hong terkejut. "Sekarang aku hendak tanya padamu, Seandai ada orang
yang menyaru menjadi dirimu demikian mirip, tidak
seorang pun yang dapat membedakan nama yang tulen dan
mana yang palsu, apakah kau tidak akan cemas gelisah dan
marah-marah?" berkata Leng Bie Sian sambil tertawa.
Cin Hong seolah-olah baru sadar, katanya sambil
menganggukan kepala: "Ya benar, kalau begitu orang yang sama sekali tidak
marah itu adalah yang palsu"
LENG BIE SIAN berpaling dan bertanya pada empek Ieoe:
"Pek loCianpwe, orang yang datang duluan tadi bicara
apa Saja denganmu?" Empek Ie-oe yang mendengarkan pembicaraan Leng Bie
Sian kepada Cin Hong, ternyata menunjukkan
keCerdasannya berpikir gadis itu, maka ketika ditanya ia
lalu berpaling memandangnya sejenak, kemudian berkata
Sambil tertawa: "Dia mengajak aku.... bersama-sama dia.....untuk
menantang pertandingan..... kepada suhumu"
"Kalau begitu tak bisa salah lagi orang itu adalah yang
palsu, kau sekali-kali jangan sampai tertipu olehnya"
berkata Leng Bie Sian sambil tertawa.
"Benar, sebentar.,.. Tamu tidak dikenal dari daerah luar
yang tulen" kata empek Ie-oe sambil menganggukkan
kepala. Setelah itu ia melangkah maju, tapi baru saja bertindak.
sudah berseru kaget dan berhenti ditempatnya.
Kiranya ia tadi tak dapat membedakan mana yang palsu
dan mana yang tulen, tetapi setelah mendengar keterangan
Leng Bie Sian, ia sudah dapat mengenali mana orangnya
yang datang kepadanya lebih dahulu, tak disangkasangkanya,
baru saja ia menyanggupi kepada Leng Bie Sian
hendak memberi bantuan kepada yang tulen, kedua orang
yang sedang bertempur dengan cepat itu sudah berubah
tempatnya, hingga ia sudah tak dapat mengenali lagi mana
yang satu yang datang belakangan.
Ia mengerutkan alisnya, dan berpaling Serta berkata
kepada Leng Bie Sian: "Nona kecil, aku... aku tadi bicara sebentar denganmu,
kini ternyata....sudah tidak dapat membedakan mana yang
tulen dan mana yang palsu lagi"
"Habis bagaima" Sekarang ini sekalipun Pangcu
golongan Kalong sendiri yang datang dia juga tak dapat
membedakan mana satu yang menjadi anak buahnya" kata
Leng Bie Sian sambil mengerutkan alisnya.
Tetapi baru saja menutup mulut didalam rimba
dibelakang mereka berdiri tiba-tiba terdengar suara orang
menyahut : "Belum tentu"
Suara itu kedengarannya dingin dan ketus, seolah-olah
keluar dari liang kubur. Cin Hong bertiga terkejut, dengan berbareng lompat
menyingkir kekanan dan kiri, saat itu nampak seorang lakilaki
muda berparas putih usianya kira-kira tiga puluh lima
tahun, mengenakan pakaian berwarna emas, berjalan keluar
dari dalam rimba. Dia, adalah ketua golongan Kalong Jie
Hiong Hu yang tadi pagi dipancing kabur oleh orang
berbaju putih ialah tetamu tak dikenal dari luar daerah yang
datang belakangan. Empek Ie-oe meskipun pernah kata bahwa pada
beberapa puluh tahun berselang pernah terpedaya oleh
ketua golongan Kalong ini, tetapi sekarang, karena orang
yang datang lagi itu mengenakan kedok kulit manusia,
maka ia tak dapat mengenali lagi bahwa orang mudayang
baru datang itu adalah Jie Hiong Hu dahulu yang pernah
memperdayai dirinya, ia hanya dapat merasakan bahwa
orang itu bisa berada dibelakang dirinya tanpa
menimbulkan suara dan menggerakkan perasaannya,
kepandaian ilmu silatnya sudah pasti sudah mencapai
ketaraf yang tinggi sekali, sedang dari wajahnya yang dingin
kaku itu, ia juga segera mengetahui bahwa orang ini pasti
bukanlah orang dari golongan baik- baik, maka ia segera
bertanya dengannya: "Sahabat. . . .siapa namamu?"
Cin Hong yang berdiri disamping lantas berkata dengan
suara nyaring: "Pek loCianpwee, dia adalah Pangcu dari
golongan Kalong " Wajah empek Ie-oe segera berubah, tanpa disadarinya
sudah mundur selangkah, dengan sinar mata berkilauan ia
membentak dengan suara keras: "Sundel Kiranya ..... kau"
Ketua golongan kalong itu berhenti tak jauh didepan
empek Ie-oe, lalu menolak pinggang, hingga jubahnya yang
berwarna emas seperti kalong yang sedang mementang
Sayap. sepasang matanya memancarkan sinar buas, Sambil
mengeluarkan senyum sinis ia berkata:
"Pek Hong Peng, orang seperti kau ini sekalipun ada
lima orang. juga jangan harap bisa melawanku. Kau berdiri
sajalah disamping sekali-kali janganlah kau coba-coba turut
Campur tangan" Empek Ie-oe mengeluarkan suara dari hidung, tetapi
tidak seperti orang rimba persilatan umumnya yang mudah


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

naik darah, tidak segera menyerbu, sebab empek Ie-oe
keCuali usia yang sudah lanjut dan pengalamannya yang
banyak sekali, juga terhadap orang dihadapannya ini, jauh
lebih mengerti dari siapapun juga : itu ialah pada dua puluh
tahun berselang ketika tanpa disadari olehnya sendiri, ia
telah terperosok oleh jaring asmara yang dimainkan oleh
orang dihadapannya itu, tak ia sangka sebagaipada satu
malam sedang mereka bercumbu-cumbuan. dengan tibatiba
telah diketahui olehnya bahwa orang yang dicintainya
itu adalah seorang Wadam hingga saat itu ia ketakutan,
terkejut dan entah bagaimana perasaannya sekujur
tubuhnya menggigil, tetapi ia tidak boleh berbuat apa- apa,
hanya mulutnya saja yang selalu terus mengucapkan katakata:
"Kau .... Kau Kau. . ." dan selanjutnya, hingga hari ini
dua puluh tujuh tahun telah lewat suaranya yang gugup ia
masih belum sembuh sama sekali, dan sejak terjadinya
peristiwa itu ia baru tahu bahwa orang wadam itu adalah
Jie Hiong Hu yang mempunyai nama julukan Ho-ong, yang
waktu itu pernah membinasakan secara kejam perempuanperempuan
dan laki-laki muda rimba persilatan, sedangkan
ia yang Sejak waktu itu mendapat penyakit gugup suara itu,
tidak berani kembali lagi pulang ke iStana untuk menjabat
sebagai komando pasukan tentara istana lagi, maka ia sejak
Waktu itulah berkelana kedunia Kang-ouw dan mengajak
It-hu Sianseng serta can Sa-sian Sie Koan yang maksudnya
hendak menyingkirkan wadam yang sangat bahagia itu, tak
disangka-sangkanya, dengan kekuatan mereka bertiga
hanya dapat mengusir orang Wadam itu dari daerah Tionggoan....
Hari ini, iblis yang berupa wadam itu ternyata sudah
berani datang lagi kedaerah Tiong-goan, bahkan sudah
mendirikan golongan yang dinamakan golongan Kalong,
dapat diduga bahwa kepandaian ilmu silatnya sudah pasti
lebih tinggi daripada dahulu, ini berarti pula, ucapannya
yang mengatakan bahwa orang yang seperti kau Pek Hong
Peng ini sekalipun ada lima orang juga jangan harap bisa
melawanku . , . .bukanlah suatu ucapan besar melulu, dan
untuk menghadapi iblis seperti ini, hanya dapat
menggunakan akal untuk menyingkirkannya. Sekali-kali
tidak bolen menggunakan kekerasan, itulah sebabnya maka
tidak berani gegabah turun tangan terhadapnya
Dua tetamu tidak diundang dari luar daerah yang sedang
bertempur sengit itu ketika menampak munculnya Pangcu
golongan Kalong dengan tiba-tiba, segera pada lompat
menyingkir, dan untuk sementara pertempuran terhenti.
Pertempuran sudah berhenti, namun orang masih belum
dapat mengenali mana orang yang datang lebih dahulu, dan
mana yang datang belakangan.
Sepasang mata ketua golongan Kalong memancarkan
Sinar yang berkilauan, mengawasi mereka dengan
bergiliran, agaknya ia sudah dapat mengenali mana yang
tulen dan mana yang palsu, katanya sambil tertawa:
"Diantara kalian berdua, ada salah satu adalah pelindung
hukumku, yang juga merupakan tangan kananku. Sekarang
berjalanlah kesampingku"
Dua Tamu tidak diundang dari luar daerah itu saling
berpandangan sejenak. namun tak ada seorangpun yang
bergerak. berdlam saja, orang yang berdiam disebelah kiri,
lebih dulu berkata pada orang yang berdiri disebelah kanan
sambil tertawa dingin: "Pergilah.. Apakah kau sudah tidak
mengenali majikanmu sendiri?"
orang yang berdiri disebelah kanan sepasang matanya
memancarkan sinar tajam ia berkata dengan suara penuh
ejekan: "Kalau kau memang sudah tebal muka menjadi budak
orang, sekarang kau tidak berani mengakui majikanmu lagi
dalam dunia ini juga hanya kau yang dapat melakuian
perbuatan rendah seperti ini"
orang yang diejek tiba-tiba mendongakan kepala dan
ketawa terbahak-bahak. kemudian berkata:
"Jitu sekali.. Tak kuduga kau ternyata Sudah dapat
memaki dirimu sendiri demikian jitu. . . ."
Cin Hong yang mendengarkan pembicaraan dua orang
itusama-sama tajam, sesungguhnya sulit untuk dibedakan
mana yang asli mana yang palsu, lalu bertanya kepada
mereka^ "Jiwie cianpwe, diantara kalian berdua sebenarnya yang
mana satu yang datang belakangan?"
Dalam pikiran pemuda itu, Leng Bie Sian karena berkata
orang yang datang belakangan itu adatnya berangasanmaka
ada kemungkinan besar yang asli, sekarang asal ia
membuka mulut menjawab ucapannya, yang lain sudah
segera dapat dibuktikan adalah yang palsu.
Diluar dugaannya, begitu habis mengucapkan
pertanyaannya, dua orang itu menjawab dengan berbareng:
"Aku" Tapi jawaban itu dirasakan oleh mereka seolah-olah
merendahkan derajat sendiri, maka dengan berbareng pada
mengeluarkan suara bentakan marah dan hendak saling
tempur lagi.... "Tahan" demikian ketua golongan kalong membentak.
dan dengan berbareng sudah melesat ketengah-tengah
mereka, sepasang matanya berputeran, katanya pula sambil
tertawa dingin: "Sekarang aku sudah dapat mengenali pelindUng
hUkUmku. Aku perintahkan kau berjalan maju tiga
langkah " Karena tidak ada reaksi apa-apa dari mereka, ketua
golongan kalong itu mengeluarkan suara tertawa dingin,
kemudian berkata sambil menganggukkan kepala:
"Baik juga mungkin kau ada mempunyai kesulitan
sendiri, kalau begitu biarlah kau sendiri berlaku hati-hati...."
Baru saja menutup mulut, kedua tangannya bergerak.
dengan kecepatan bagaikan kilat, melancarkan serangan
kepada dua tamu tak dikenal dari luar daerah melalui
udara. Empek Ie-oe yang menyaksikan gerakan itu wajahnya
berubah seketika, dengan cepat ia maju melangkah dan
membentak dengan keras: "Awas Itu adalah serangan
dengan ilmu Kiu-im-hek kut-ciang "
Ia mengeluarkan suara itu demikian nyaring dan ternyata
tidak terputus-putus, jelas bahwa pengetahuannya terhadap
serangan yang dilancarkan tiba-tiba oleh ketua goloagan
Kalong itu cukup banyak dan masih belum hilang rasa
takutnya. Keadaan ini, sama juga dengan seorang yang
tidak punya tenaga untuk menghadapi bahaya maut,
kadang-kadang bisa mengeluarkan tenaga lewat takaran
yang ia sendiri tidak mengerti mengapa bisa terjadi begitu.
Ilmu yang disebut sebagai ilmu Kui-im-hek-kut-cian tadi,
adalah ilmu dari golongan sesat yang dahulu pernah
dipelajari oleh Ho-ong, dan dengan menggunakan banyak
bangkai-bangkai manusia, dan pernah membinasakan
banyak jago-jago rimba periilatan, oleh Karena ilmu itu
tidak dapat dilawan dengan kepandaian ilmu silat biasa,
maka barang Siapa yang kesambar oleh hembusan angin
yang meluncur dari serangannya bagaimana tinggi
kepandaian ilmu silatnya juga akan jatuh. bahwa ada
kemungkinan akan segera melayang jiwanya.
Oleh karena itulah maka empek Ie-oe sudah melupakan
keadaan diri sendiri, dan berteriak dengan suara lantang.
Sementara itu dari antara dua orang Tetamu tidak
diundang itu, sudah menunjukkan reaksi sendiri2. orang
yang berdiri disebelah kanan, masih tetap berdiri tegak tidak
bergerak. sebaliknya yang berdiri disebelah kiri, sudah
mengelurkan seruan tertahan kemudian lompat melesat
keatas pohon dan menghilang ditempat gelap.Diantara
suara tertawanya yang aneh, ketua golongan kalong itu
mementang lengan jubahnya dan melayang keatas pohon
untuk pergi mengejar, sementara mulutnya mengeluarkan
kata-kata. "Aku sama sekali belum mengeluarkan serangan,
mengapa kau demikian gelisah" Kalau begitu, kau
bukankah pelindung hukumku, ha. .ha. . . ."
Suara itu menghilang demikian cepatnya,jelas bahwa
dua orang itu sudah berada sejauh setengah pal lebih. Dan
kini, ditepi rimba itu dengan berlalunya ketua golongan
Kalong, maka suasana nampak tenang sekali yang tinggal
kini hanya dua orang tua dan dan anak muda, semua pada
bisa menarik napas lega. Empek Ie-oe lalu melolos ikat pinggangnya kain putih,
berjalan menghampiri Tetamu tak dikenal dari luar daerah
yang masih berdiri tegak ditempatnya, katanya dengan
suara berat: "Sekarang ganti... kita berdua yang main-main, aku
siorang she Pek meskipun bukan... tandingan manusia
wadam itu, tetapi, tetapi...tetapi untuk menghadapi kau....
barang tiruan ini masih yakin- . . ."
Tetamu tak diundang dari luar daerah itu tertawa geli,
dengan tenang masukkan kembali pedangnya kedalam
sarungnya, sementara mulutnya berkata^
"Saudara Pek, kau keliru Siaotelah yang benar-benar
Tamu tak diundang dan luar daerah yang tulen"
"Hmmm, kalau...Tamu tak diundang dari luar daerah
yang tulen.,. tak mungkin tekuk lutut mau jadi budak
ketua.... golongan Kalong" kata empek Ie-oe Sambil tertawa
dingin. "Itu benar, terima kasih atas penghargaan saudara Pek
kepada siaote" berkata Tamu tak diundang dari luar daerah
sambil menjura memberi hormat.
Tetapi empek Ie-oe malah jadi marah, dengan mulut
mengeluarkan bentakan keras, ikat pinggang kain putih
ditangannya lau diputar, bagaikan naga meluncur keluar
dari dalam goa, menggulung pada tamu tak diundang itu.
Tetamu tak diundang lompat minggir beberapa kaki,
katanya marah: "Saudara Pek, dengan berdasar atas apa
kau bahwa aku barang tiruan?"
Empek Ie-oe kembali menyerang sepasang kaki tamu tak
diundang, katanya dengan suara lantang: "Berdasar...
serangan dari orang banci tadi^"
Tamu tak diundang masih tetap lompat minggir
kesamping, katanya dengan suara keras,
"Aku sudah duga pasti gerakan serangan tadi adalah
gerakan serangan pura-pura, maka aku tak mau
menghiraukannya." Empek Ie-oe tidak mau percaya, senjatanya yang berupa
ikat pinggang kain putih itu berputar-putaran di atas kepala,
demikian gesit serangannya itu, juga dilancarkan dengan
ganas dibanding dari nenek rambut putih yang tidak dikenal
itu, tampaknya jauh lebih hebat.
Tetapi tetamu tidak diundang dari luar daerah itu hanya
lompat kesana kemari, untuk mengelakkan serangannya,
tidak mau membalas, beberapa juruS kemudian tampaknya
sudah mulai agak kewalahan, hingga keadaannya seperti
kerepotan sendiri. Pada dua puluh tahun berselang, ketika empek Ie-oe
masih menjabat sebagai komandan pasukan istana negara,
pernah mengadakan pertandingan dengan Tamu tak
diundang dari luar daerah itu di gunung Hoa-san selama
lima hari, meskipun pada akhirnya ia kalah setengah
langkah dalam mengadu ilmu lari cepat, tetapi kekalahan
yang sedikit itu boleh dikata tak ada artinya, dan kini kalau
tamu tidak di undang dari luar daerah itu harus mengalah
terus-terusan tanpa membalas, bagaimana sanggup bertahan
lama" Maka pada akhirnya setelah ia agak repot dan beberapa
kali hampir terlibat oleh senjata ikat pinggang empek Ie-oe,
dengan tiba-tiba ia menghunus pedangnya dan membentak
keras: "Pek Hong Peng Jika kau coba cari-cari alasan hendak
mencari onar denganku, aku nanti pasti akan suruh kau
kalah setengah langkah"
Cin Hong yang menyaksikan pertandingan agak aneh
tadi jadi bingung sendiri, begitu mendengar kata-kata yang
diucapkan dengan keadaan marah itu, dalam hati lantaS
merasa girang, ia lalu berkata pada Leng Bie Sian: "Nona
Leng, dia kini sudah marah"
Leng Bie Sian menganggukkan kepala sambil tersenyum
kemudian berseru nyaring:
"cianpwe, kau ini adalah orang yang datang duluan atau
yang belakangan?" Tamu tak dikenal dari luar daerah itu segera menjawab
pertanyaan Leng Bie Sian sambil balas menyerang serangan
empek Ie-oe: "Aku adalah orang yang datang belakangan, aku juga
yang tadi pagi memancing Pangcu golongan Kalong itu,
sehingga membatalkan maksudnya untuk membinasakan
Kalian berdua" "Dapatkah kau menceritakan keadaannya yang
berlangsung diperkampungan setan pada pagi hari tadi?"
tanya pula Leng Bie SianPertanyaan Leng Bie Sian itu bila dijawab dengan jitu,
akan menjadi suatu bukti yang paling kuat, bahwa dia
adalah Tamu tak dikenal diri luar daerah yang tulen.
Sedang bila orang dihadapannya itu adalah orang yang
datang terdahulu, karena ia bersama-sama empek Ie-oe
kemarin malam hingga tadi pagi terus berada ditempat itu,
bagaimana lihaynya juga tak mungkin akan dapat
mengetahui apa yang terjadi diperkampungan setan pada
pagi hari tadi. Dan, aSal orang yang sekarang ditanya ini
tidak dapat menjelaskan dengan jitu atau menceritakan
keadaan yang bukan sebenarnya, maka bisa di pastikan
bahwa dia adalah orang yang sudah mengabdi kepada
golongan Kalong Maka setelah Leng Bie Sian mengajukan pertanyaan itu,
empek Ie-oe juga lalu undurkan diri untuk menunggu
jawabannya, sebab ia juga anggap bahwa pertanyaan gadis
itu memang masuk di akal.
Tetamu tidak dikenal dari luar daerah itu juga
menyimpan kembali pedangnya, sambil menggelenggelengkan
kepala dan tertawa getir ia menjawab:
"Ho, tak kusangka bahwa aku tamu tak di kenal dari luar


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daerah bisa dipermainkan orang demikian rupa. ..."
"Jangan bicara hal-hal yang bukan-bukan....lekas
ceritakan apa yang kau lihat tadi pagi diperkampangan
setan"potong empek Ie-oe dengan nada marah.
Tamu tak di undang dengan tenang mengawasi kearah
Leng Bie Sian, lalu meniru nada suara pangcu golongan
Kalong yang tajam dan nyaring.
"Kedudukan pangcu bagiku bukanlah kedudukan yang
baik, dan setelah aku membinasakan kalian, sudah tentu
aku akan hancurkan tubuh kalian sampai tidak ada bekasbekasnya.
Kalau suhumu tak dapatkan barang bukti, apa
yang dia perbuat padaku?"
Cin Hong girang sekali, ia berkata sambil bertepuk
tangan^ "Benar Ini adalah ucapan Pangcu golongan Kalong yang
tadi pagi kami dengar keluar dari mulutnya"
Tamu tak diundang dari luar daerah berpaling dan
bertanya kepada empek Ie-oe sambil tersenyum:
"Saudara Pek, apakah kau juga perlu menanya sesuatu
dariku?" Empek Ie-oe anggukkan kepala dan berkata: "Dahulu,
ketika. . .kita berpisahan digunung IHoa-san, ucapan apa
yang. . .pernah aku katakan padamu,pada waktu
belakangan sekali" "Kau waktu itu berkata, sahabat sekalipun kekalahanku
setengah langkah terhadapmu itu agak penasaran, tetapi
usiaku lebih tua dua puluh tahun darimu, maka kalau kita
berbicara sejujurnya, masih lebih liehay kau beberapa kali
dari pada aku Betul tidak?"
Wajah empek Ie oe saat itu menanjukkan senyumnya
yang berseri-seri, katanya sambil menganggukkan kepala^
"Benar masih. . . .ada lagi?"
Tamu tidak di kenal itu berpikir sejenak. kemudian
berkata lambat-lambat, "Masih ada begitu kau kata: Hanya, aku siorang she Pek
masih terhitung lawanmu,jika kalau kau sudi pandang
mukaku beritahukanlah namamu yang sebenarnya pad aku,
betul tidak?" Empek Ie-oe girang sekali, ia lalu menghampiri dan
menjabat tangannya katanya sambil tertawa berseri-seri:
"Sahabatku, sekarang . ...sekarang apakah kau bersedia
memberitahukan namamu?"
Tamu tidak di kenal dari luar daerah itu menggelengkan
kepalanya, ia mencari suatu tempat yang bersih untuk
duduk, ucapnya: "Maaf, bila aku terpaksa harus memberitahukan namaku
sendiri, berarti aku harus membunuh dua orang, dan dua
orang itu, satu diantaranya adalah manusia yang menyamar
namaku tadi. Yang satu ini boleh saja aku membunuhnya,
tetapi yang lain, bagaimanapun juga aku rasa tak bisa turun
tangan...." Ia berdiam sejenak. wajahnya menunjukkan tetap
murung. kemudian berpaling dan berkata kepada Cin
Hong^ ^ "Cin Hong, bolehkah kau beritahukan padaku, kau ini
orang asal daerah mana?"
Cin Hong yang mendengar tamu tak dikenal itu tiba-tiba
bertanya padanya, sesaat juga terCengang, ia lalu menyoja
memberi hormat dan menjawab:
"Boanpwe sejak keCil sudah ikut suhu berdiam dikota
Hang-Ciu, ada maKSud apa cianpwe menanyakan hal ini?"
Tetamu tak dikenal dari luar daerah itu seolah-olah tidak
mendengar pertanyaan yang terakhir tadi, tanyanya pula:
"Dan bagaimana dengan ayah bundamu?"
"Harap cianpwe maafkan, boanpwe sendiri juga tak tahu
siapa ayah bunda boanpwe, meskipun urusan ini masih ada
sedikit tanda-tanda untuk boanpwe mencari tahu, tetapi
sekarang ini Sesungguhnya berat bagi boanpwe untuk
memberitahukan kepada cianpwe" menjawab Cin Hong.
Tetamu tak dikenal dari luar daerah itu menghela napaS
panjang, lalu berpaling dan berkata pada empek Ie-oe^
"Saudara Pek. setiap orang, banyak atau sedikit selalu
ada menyimpan rahasia yang tak boleh diberitahukan
kepada orang lain- Sekali pun kau sendiri barangkali juga
tidak luput dari itu. Betul tidak ?"
Empek Ie-oe kalau teringat ia sendiri pernah mengalami
kejadian romantis, dan pernah hampir menjadi suami istri
dengan orang wadam tadi, sehingga ia mendapat penyakit
gagap bicara. urusan ini jikalau ditanyakan kepadanya, ia
sendiri mungkin susah untuk menjawab. Maka akhirnya ia
hanya berkata. "Baik, sekarang.... sekarang.^. siapapun tak perlu
bertanya lagi, hanya ada satu hal, tentang ....orang tadi
itu,... kalau benar adalah.... anggota golongan Kalong,
mengapa... malah tidak tahu.. . bahwa orang wadam tadi
sedang turun tangan untuk menguji, sebaliknya malah
kabur?" "Hmm Dia itu banyak sekali akal bangsatnya. Dengan
berbuat demikian, sudah tentu dia ada menyimpan sesuatu
maksud tertentu...." berkata Tamu tak dikenal dari luar
daerah Sambil tertawa dingin.
Cin Hong ingin bertanya padanya sesuatu hal lagi
bibirnya tergerak. tetapi akhirnya takjadi bicara.
Tamu tak dikenal itu memandang padanya sejenak. lalu
bertanya^ "Ada Urusan apa yang kau rasa perlu kau
tanyakan lagi?" Dengan sikap sangat menghormat Cin Hong menjura
dan berkata: "Ada sesuatu hal yang ingin boanpwe tanyakan pada
cianpwe, tapi hendaknya cianpwe jangan marah.,...."
"Hmm Apakah itu mengenai urusan yang tak suka pergi
menantang kepada penguasa rumah penjara rimba
persilatan?" bertanya tamu tak di kenal dari luar daerah itu
dengan sikap tenang. Cin Hong mengawasi Leng Bie Sian sejenak katanya
sambil menganggukkan kepalanya:
"Ya Ada banyak sekali tawanan dalam rumah penjara
rimba persilatan yang sangat mengharap kedatangan
cianpwe, Sangat mengharap supaya cianpwe dapat
mengalahkan rumah penjara itu, agar dapat menolong
kelUar mereka dari rumah penjara" Tetamu tidak dikenal
dari luar daerah itu tampak berdiam sejenak, kemudian
berkata: "Aku tidak memiliki kepandaian setinggi itu, Sejak
munculnya penguasa rumah penjara rimba persilatan,
julukanku, orang kuat nomor satu dalam dunia rimba
persilatan sudah harus dirubah jadi nomor dua, dan kini
sesudah Ho ong muncul lagi, kembali aku harus jatuh
kedudukan nomor tiga selanjutnya mungkin masih bisa
turun lagi. . . ." Cin Hong membuka mulut, baru berkata "Tetapi" Tamu
tidak dikenal itu sudah memotong dan melanjutkan
ucapannya: "Tetapi, aku kira rumah penjara rimba persilatan itu
bukanlah suatu tempat atau manusia yang hendak
mencelakakan rimba persilatan, asal kau tidak pergi
menantang bertanding, dia juga tidak akan mencarimu.
Hingga saat ini, orang-orang yang pergi menantang
bertanding itu, sebagian besar disebabkan karena ambisinya
atau keinginannya menjadi orang kuat yang mempengaruhi
dirinya, sekalipun sedikit orang yang datang menantang
karena perasaan setia kawan, tetapi hal ini juga tidak ada
apa- apanya yang khusus menarik perhatian orang. ..."
Kembali Cin Hong mengucapkan perkataan, "Tetapi"
tetapi kembali sudah dipotong dan didahului oleh Tetamu
tidak dikenal itu: "Memang benar aku bukan tandingan penguasa rumah
penjara rimba persilatan itu, tetapi setidak-tidaknya aku
masih sanggup menyambut serangannya hingga beberapa
puluh jurus, setidak-tidaknya aku masih dapat menolong
keluar beberapa orang dari rumah penjara. Tapi, kau harus
tahu aku bukanlah Bengcu rimba peerilatan, aku hanya
seorang tamu yang tidak dikenal, aku tidak mempunyai
kewajiban harus menjual jiwa bagi orang-orang yang
berambisi demikian besar, apalagi Ho-ong sudah muncul
kembali didaerah Tiong-goan, dan saat ini sudah
membentuk persatuan yang dinamakan golongan kalong."
berkata sampai disitu, tiba-tiba ia bangkit, sepasang
matanya mengawasi Cin Hong tanpa berkedip. lalu katanya
pula: "Jikalau kau ingin membela kebenaran, Sebaiknya kau
tujukan perhatianmu kepada golongan Kalong, sekarang
mereka ada mempunyai dua maksud dan tujuan, Satu ialah
orang-orang kuat rimba persilatan semuanya hendak ditipu
olehnya supaya pergi menantang bertanding kerumah
penjara, setelah itu ia akan menguasai rimba persilatan, dan
yang lain ialah dengan akal muslihat mencari dua belas
anak kunci emas yang dipegang oleh ketua dua belas partay
rimba persilatan, supaya dapat mengambil kotak wasiat
batu giok dan isinya yang berupa kitab ilmu kepandaian
Silat dan obat-obat mujijat dalam usaha mereka untuk
mewujudkan maksud tujuan dan keinginan itu, sudah tentu
akan menimbulkan bercana hebat dalam rimba persilatan,
maka itu sekarang yang harus kita perhatikan ialah tindakan
dan gerakkan golongan Kalong, bukanlah golongan rumah
penjara rimba persilatan itu" setelah itu ia menjura kepada
empek Ie-oe, dan lompat melesat keatas pohon dan berlalu
menuju ke utara. Empek Ie-oe, Cin Hong, Leng Bie Sian semua tidak
menduga orang itu akan berlalu seCara demikian
mendadak. hingga satu sama lain saling berpandangan
dengan perasaan terheran-heranLama empek Ie-oe baru berkata sambil menghela napas
panjang: "cin.....cin caicu, kau.....anggap orang itu bagai
mana?" "cianpwe rimba persilatan ini merupakan seorang yang
penuh rahasia tetapi perbuatannya dan tindakannya tidak
menyimpang dari kebenaran. sesungguhnya sangat
mengagumkan" jawab Cin Hong dengan menghormat.
Empek Ie-oe tersenyum sambil mengurut-urut jenggot,
kemudian berkata: "Akan tetapi penilaianku terhadap.....dia....ialah seorang.
...golongan kebenaran-....yang tidak sempurna....."
Waktu itu sudah mendekati tengah hari, dua ekor kuda
yang ditambat ditepi rimba mungkin karena terlalu lama
diam sudah mulai tak sabar, mereka pada mengeluarkan
suara ringkikan. Empek Ie-oe setelah menanyakan pula perjalanan Cin
Hong dan maksud serta tujuannya, lalu bangkit dan
berkata: "Kalian sudah akan- , .pergi ke gunung oey-san
sekarang......boleh berangkat, aku si orang tua. . juga pikir
hendak pergi kepekampungan Setan- . .untuk mengadakan
penyelidikan, ..." = ooo OOOOO ooo = PADA SUATU LOHOR di bawah kaki gunung oey-san
yang sangat terkenal itu, dimana di atas jalan pegunungan
yang menuju kegunung oey-san, tampak dua ekor kuda
berbulu merah dan berbulu putih, dengan penunggang
seorang jejaka tampan dan seorang puteri Cantik, sedang
dilarikan menuju ke bagian dalam.
Yang lelaki berusia kira-kira delapan belas tahun,
wajahnya tampan dan tubuhnya tegap dan berpotongan
gagah. Yang perempuan kira-kira berusia tujuh belas tahun,
Wajahnya cantik manis, kepalanya memakai topi berwarna
kuning tubuhnya ditutup oleh pakaian berwarna ungu,
gadis itu cantik bagaikan bidadari turun dari kayangan.
Mereka berdua melarikan kudanya menuju kebagian
dalam, mungkin sedang mengadu lari siapa yang larinya
lebih cepat, mereka melarikan kudanya tanpa berhenti, tapi
masih tetap berendeng, tiada ada satu yang tampak kalah.
Saat itu sudah mulai masuk kedaerah pedalaman, gadis
berbaju ungu tiba-tiba menghentikan kudanya dan berseru
kepada kawannya: "Hei, dalam perjalanan ini sudahlah aku mengaku kalah,
kita jangan bertanding lagi"
Pemuda yang mengenakan pakaian warna biru itu juga
menghentikan kuda putihnya, lalu berkata sambii
mengawasi sigadis sambil tertawa:
"Mengapa harus mengaku kalah. Dengan kalah secara
demikian, aku juga tidak suka disebut menang"
Gadis berbaju ungu itu membuka topi rambutnya, topi
itu digunakan sebagai kipas untuk mengipasi tubuhnya,
katanya sambil tersenyum:
"Masuk kegunung oey San dengan mengadu lari kuda"
benar-benar membuat tertawaan bagi orang yang
menonton" Pemuda berbaju biru itu agaknya baru sadar, ia
memandang keadaan sekitarnya lalu berkata Sambil
menganggukkan kepala dan menghela napas^
"Ada orang kata bahwa gunung oey San ada mempunyai
tiga tempat yang sangat indah, sebetulnya menurut
pandanganku gunung ini tak ada satu tempat yang tidak
indah terutama di waktu kabut tebal, boleh dikata
merupakan satu pemandangan indah nomor satu didunia"
"Ng.. Kabut digunung oey-san seolah-olah tirai dari
sutera tipis, samar-samar seperti ada dan tiada, hingga
membuat lapisan puncak gunung itu samar tampak semakin
jauh, dapat dipandang tidak dapat dicapai, boleh dikata bisa
dilihat tidak bisa dipegang. . . ." berkata gadis berbaju ungu
sambil menganggukkan kepala dan tertawa,
"Gunung oey-San seolah-olah bidadari yang agung tapi
lemah gemulai, tampaknya menarik tapi tidak kehilangan
keagungannya." "Bagus Sekarang kau boleh as ah otakmu untuk
membuat sebuah syair yang indah, cin caycu" berkata sang
gadis sambil tertawa. Pemuda berbaju biru itu tampak berpikir kemudian dari
mulutnya mengeluarkan syairan-nya yang memuji


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keindahan pemandangan gunung oey SanTapi karena bagian terakhir itu, disamping memuji ada
mengandung maksud untuk berdiam disitu untuk
menyucikan diri juga , maka Sigadis lalu berkata sambil
menggelengkan kepala: "Syairanmu kurang bagus, sebab dibagian belakang ada
kata-kata yang mengandung maksud untuk mengasingkan
diri" Pemuda baju biru teringat akan dirinya yang tidak
mempunyai ayah dan ibu, dan disekitar dirinya masih
diliputi teka-teki, maka dalam hatinya merasa sedih,
katanya^ "Mengasingkan diri apakah salahnya" Mungkin
ada satu hari aku bahkan akan jadi padri" Gadis berbaju
ungu itu nampak kaget katanya sambil kedip-kedipkan
matanya: "Jadi padri harus Cukur rambut, apa kau tidak
takut?" "Rambut yang membuat repot orang kalau dicukur,
berarti mengembalikan wajah asli se-orang apa yang periu
ditakuti?" "Aku tidak mau berbicara hal ini padamu, sekarang kita
bicarakan hal yang perlu sajalah?"
"Habis, harus bicara dalam hal apa yang kau anggap
perlu?" "Kedatanganmu kegunung oey San hari ini kecuali untuk
memberitahukan kepada mereka supaya waspada terhadap
gerakan golongan Kalong, kau maSih mempunyai tugas
dan apa lagi?" Pemuda berbaju biru wajahnya tampak sedikit berubah,
ia buru-buru berkata sambil menggelengkan kepala. "Tidak
ada, hanya itu saja "
"Jangan kau membohongi aku It yang-cie Siauw can Jin
sebetulnya suruh kau membawa pesan apa kepada ketua
partay oey-san yang sekarang?"
"Bagaimna kau tahu?" tanya sipemuda heranGadis
berbaju ungu itu tertawa sambil menutupi
mulutnya lalu bicara: "Ini bukankah Ssangat sederhana sekali Anak kunci emas
berukiran huruf Liong yang dipegang oleh ketua partay oeysan
sudah lama hilang. Jika kau hendak memberitahukan
mereka harus waspada terhadap usaha dan akal muslihat
golongan kalong yang hendak merampas anak kunci
berukiran huruf Liong itu, bukankah itu suatu merupakan
lelucon yang sangat besar?"
Hati pemuda itu tampak tergerak balas bertanya.
"o, ya. kudengar suhumu juga memiliki sebuah anak
kunci emas yang berukiran huruf Liong benarkah itu?"
Gadis berbaju ungu itu menggelengkan kepala dan
berkata sambil tertawa: "Itu palsu. . .bagaimana kau tak
menjawab pertanyaanku ?"
Pemuda berbaju biru itu berkata sambil angkat pundak ^
"Karena kau sudah menebak dengan jitu aku juga tidak
perlu sembunyikan apa- apa lagi."
"It-yang-ci Siauw can Jin memang benar minta aku
menyampaikan beberapa kata pesanan kepada ciangbunjin
yang sekarang. cuma, dalam hal ini maaf, aku tidak dapat
memberi tahukan padamu. Soalnya, aku sudah berjanji
kepada seseorarg untuk pegang rahasia"
"Aku hanya takut kau akan mendapat kesulitan, It-yangcie
Siauw can Jin sebetulnya bukan orang baik. . . ."
"Aku dengannya tak sakit hati atau permusuhan, apa lagi
aku justru membantu dia, bagaimana pun jahat dan banyak
akalnya orang itu juga tak ada suatu alasanpun yang bisa
dibuat mencelakakan diriku" berkata pemuda berbaju biru
sambil tertawa nyaring. Selama bicara, mereka Sudah tiba dijalan penghabisan,
nampak tak jauh didepan mereka ada sebuah bangunan
yang sangat luas. Bangunan itu, adalah bangunan yang dijadikan pusat
partay oey-san, yang dibangun pada tiga ratus tahun
berselang oleh ketua partay oey-san yang pertama, ialah
Hong-in-siu Phoan Kow Tin, riwayat bangunan itu
sekalipun tak dapat dibandingkan dengan partay Siao-lim
dan Bu-tong. tetapi kalau ditinjau dari hal kepandaian ilmu
silatnya, rasanya tak dibawah partay yang manapun juga .
Terutama ilmu pedang partay oey San yang terdiri dari tiga
puluh enam jurus dengan tipunya yang sangat aneh,
merupakan Suatu ilmu pedang paling hebat diantara dua
belas partay besar yang lainnya. dahulu Hong-in-siu Phoan
Kouw Tin pernah dengan ilmu pedangnya, dengan
beruntun mengalahkan enam ketua partay besar lainnya,
dan kemudian berhasil membentuk partay oey-san-pay.
Dua anak muda tadi larikan kudanya kedepan
perkampungan dengan bangunannya yang luas itu, dari
belakang pintu gerbang nampak muncul seorang tua kurus
berpakaian abu-abu, dengan sepasang sinar matanya yang tajam mengawasi
dua orang muda itu sejenak lalu bertanya sambil membeii
hormat: "Kalian berdua memasuki daerah perkampungan gunung
oey San, Sebetulnya ada keperluan apa?"
Pemuda berbaju biru lantaS turun dari atas kudanya, ia
menjawab sambil memberi hormat,
"Aku yang rendah bernama Cin Hong, bolehkah aku
numpang bertanya, bagaimana sebutan cianpwe yang
mulia?" orang tua berjubah abu-abu tersenyum, kemudian
menjawab: "Aku siorang tua bernama Kiong Kun Lun, yang
bertUgas menyambut setiap tamu yang datang berkunjung
kedalam perkampungan perkumpulan kami. Entah cin
Siaohiap dari golongan mana dan ada keperluan apa hari
ini berkunjung kemari?"
"Aku yang rendah tak termasuk salah satu dari golongan
atau partay mana saja dalam rimba persilatan, Suhuku
adalah It-hu Sianseng." menjawab Cin Hong sambil
tersenyum, Kiong Kun Lun yang mendengar keterangan cia Hong
bahwa It-hu Sianseng To Lok Thian adalah Suhunya, maka
saat itu tampaknya terkejUt, hingga dari mulutnya
mengeluarkan suara "Aaaa" sikapnya juga berubah lebih
ramah, ia mundur kesamping pintu dan berkata sambil
senyum^ "Kiranya tuan muda adalah muridnya To-Tayhiap.
Silahkan masuk, di dalam kita boleh omong2 sambil minum
teh" Cin Hong merendahkan diri, lalu berpaling hendak
mengajak Leng Bie Sian, tetapi gadis itu masih duduk di
atas kudanya, Sedang menikmati pemandangan alam di
sekitarnya, Saat itu seolah-olah sedang terpesona dalam
lamunannya, maka Kiong Kun Lun lalu bertanya: "Dan
nona ini...?" Cin Hong meraSa sulit sekali bagaimana Caranya
hendak memperkenalkan gadis itu, sementara Leng Bie
Sian Sudah melompat turun dari atas kudanya lalu
menghampiri Kiong Kun Lun dengan wajah berseri
memberi hormat dan ucapnya:
"Aku bernama Yo In In, nama julukanku adalah Soat-lieang.
Suhuku adalah Thian San Swat Po-po"
Kiong Kun Lun yang menyaksikan demikian gesit
gerakan nona itu, bila dibandingkan dengan gadis seusianya
sesungguhnya merupakan seorang tingkatan muda yang
jarang dilihatnya, maka diam-diam juga terkejut mendengar
lagi keterangannya bahwa dia adalah murid Thian-san Swat
Po-po, maka lalu sadard an didalam hatinya berpikir:
"Pantas memiliki kepandaian tinggi. Kabarnya
kepandaian ilmu peringan tubuh Thian-san Swat Po-po itu
merupakan suatu kepandaian yang paling hebat dalam
rimba persilatan, bila ditilik dari gerakan muridnya, benarbenar
bukan nama kosong" "Hanya satu nona keCil ini saja, kepandaian ilmu
meringankan tubuhnya dalam partai kita barang kali tidak
ada satu orang pun yang sanggup menandingi." Demikian
ia pikir lagi pada akhirnya.
Saat itu ia tidak berani berlaku ayal, buru-buru
mempersilahkan mereka berdua maSuk kedalam. Di
didalam markas partay oey San, Cin Hong menjelaskan
maksud kedatangannya yang hendak menjumpai ketua
yang sekarang, karena ada urusan yang hendak
disampaikan- Ia menurut pesan-pesan It-yang-cie siauw can Jin, tidak
menerangkan kedatangannya itu atas permintaan siapa, ia
hanya kata ingin minta bertemu dengan ciangbunjin partay
oey-san, segalanya hendak di Ceritakan sendiri didepan
orangnya. Kiong Kun Lun lama berpikir, tak berani mengambil
keputusan sendiri, maka segera masuk kedalam untuk
minta pertimbangan kepada empat sesepuh partay oey-sanpay,
yang kedudukaanya hanya di bawah ciangbunjin saja.
Ketika mereka mendapat keterangan soal aneh itu,
semua lalu berjalan keluar.
Empat sesepuh partay oey-san-pay itu adalah, jago
pedang tua Chie Kay yan, orang tua bersenjatakan alat tulis
perak Cu Giok Tian, Seruling besi Ciok Tit Hong, dan
keCeran tembaga Ciang Thay Peng. Usia mereka semua
tujuh puluh tahun keatas, semuanya merupakan orangorang
tingkatan tua, dengan ketua partay oey-san-pay yang
dulu It- yang Cie Siauw can Jin, masih terhitung Saudara
seperguruan- Empat sesepuh tersebut semuanya tokoh-tokoh
Kenamaan pada dewasa itu, di antara mereka, adalah
Ciang Thay Peng yang berwajah paling buruk seram, di
wajahnya yang bulat hampir persegi dipenuhi rambut
dengan lebat seperti pahlawan terkenal Thio Hwe pada
tahun jaman Sam Kok dahulu.
orang tua itu begitu masuk kedalam ruangan tamu lalu
berkata: "Kalau Cin Siaohiap sungguh-sungguh hendak
menjumpai ketua partay kami, apa salahnya kalau kau
menerangkan orangnya yang minta kau menyampaikan
pesan itu" Sebab, kalau tak ada maksud lain, ketua kami
sudah tentu tidak bersedia menemui Siaohiap "
Cin Hong bangkit memberi hormat dan berkata,
"Harap Cianpwe maafkan, aku yang rendah ini hanya
melakukan tugas, sedikitnya harus setia dalam memegang
kewajiban, lagipula orang itu adalah sahabat dari partay
Cianpwe, bukanlah lawan- Ia berulang-ulang pesan
kepadaku haruS menjumpai sendiri ketua partay kalian
barulah boleh mengucapkan pesan yang disampaikan
kepadaku itu sebab. . .pesan kata- kata itu sangat penting
sekali.,..." "Kalau benar adalah kawan partay kami, mengapa ia
harus berlaku demikian misterie?" tanya orang tua keceran
tembaga dengan terus terang.
Cin Hong yang menampak pertanyaan terus terang dari
sesepuh itu, dalam hati lalu berpikir "It-yang-cie Siauw can
Jin adalah orang yang dihormati olehnya, jikalau bukan
lantaran partay oey-San-pay ini ada hubungan erat dengan
dirinya sendiri, sebetulnya ia tidak sabar terus menerus
menerima perlakuan demikian melilit dari para sesepuh."
Sementara Cin Hong masih belum menjawab, Jago
pedang tua Chie Kay Yan sudah bangkit dan memberi
isyarat dengan pandangan mata kepada tiga sesepuh
lainnya kemudian berkata:
"Karena mengingat Cin siaohiap adalah murid It-hu
Sianseng, kita tidak perlu terlalu curiga, biarlah minta
saudara Kiong mengantar mereka pergi menjumpai ketua
kita" Kiong Kun Lun nampak bersangsi sejenak. tapi
kemudian berkata sambil memberi hormat. "Susiok.
Ciangbunjin Saat ini sedang tidur..,.."
"Aku tahu, kau bawalah mereka pergi" kata jago pedang
tua Chie Kay Yan- Kiong Kun-lun terpaksa menerima baik, maka lalu
mengajak Cin Hong dan Leng Bie Sian berjalan keluar dari
markas partay oey-san-pay, menuju ke dalam.
Cin Hong yang mengikuti dibelakang orang itu, dalam
hatinya berpikir: "Entah kepandaian ilmu silat aneh bagaimana
macamnya yang dinamakan dibelakang puncak gunung
oleh Hong in-siu Phoan Sow Tin" Bila Ciangbunjin
sekarang Kwa Lam Kie bisa mengalahkan Penguasa rumah
penjara rimba persilatan, sudah tentu merupakan suatu
kejadian penting dalam rimba persilatan dan tugasku yang
memberi kabar ini juga boleh dikata merupakan suatu tugas
penting dan sangat berharga. ..."
Leng Bie sian yang sepanjang jalan menikmati
pemandangana lam digunung oey-San, nampaknya sangat
kesemsem, maka lalu berkata Sambil menghela napas
perlahan. "Cin Kongcu, pemandangan alam dignnung oey San
sesungguhnya terlalu indah sekali, nanti aku minta kepada
suhu, dikemudian hari...."
Ia sebetulnya ingin berkata dikemudian hari supaya
rumah penjara itu dipindahkan kegunung oey-san, tetapi ia
lalu merasa bahwa ucapan itu tidak benar, maka buru-buru
menutup mulut seperti juga dahulu, memandang kepada
Cin Hong dengan perasaan agak bingung, sikapnya itu
penuh dengan sikap kekanak-kanakanSementara itu, Kiong Kun Lun yang berjalan dimuka
sebagai petunjuk jalan, ketika mendengar ucapan itu,
dibibirnya tersungging satu senyuman dingin, Lalu
berpaling dan berkata kepadanya:
"Nona Yo, kau dengan dia seharusnya adalah satu
saudara seperguruan, tapi apa sebabnya kau memanggil ia
Kongcu?" Leng Bie Sian tersenyum dan berkata: "Betul dia adalah
saudara sepergaruan denganku, tapi kami baru bertemu
muka belum berapa lama, maka aku tidak memanggil dia
suheng" "Panggilan Suheng dan Sumoay adalah Suatu panggilan


Tangan Berbisa Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang wajar aku kira tidak perlu ditentukan oleh waktu"
berkata Kiong Kun Lun sambil terus melanjutkan
perjalanan Cin Hong takut apa bila pembicaraan dilanjutkan terus,
nanti akan terbuka rahasianya, maka buru-buru berkata
kepada Leng Bie Sian^ "Yo Sumoay, nanti kalau aku berbicara dengan Kwa
Ciangbunjin, kau tak boleh mencuri dengar"
"Jangan takut, aku akan berdiri jauh-jauh" berkata Leng
Bie Sian sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, Kiong Kun Lun sudah ajak mereka
mendaki puncak gunung itu, Puncak ini merupakan Salah
satu dari tiga puluh enam puncak gunung oey San, dibagian
puncak ini datar, bentuknya seperti tempat tidur,
disekitarnya penuh pohon-pohon cemara, suasananya
Sangat tenang. Tiga orang itu baru saja mendaki keatas
puncak. dari jauh sudah nampak seorang tua berjubah hijau
yang rebah celentang dibawah sebuah pohon cemara, orang
tua itu menggunakan kedua tangannya sebagai bantal,
tampaknya seperti sedang tidur dengan tenang sekali.
Kiong Kun Lun berjalan terpisah tiga Tombak dari
pobon itu lantas berhenti, dengan sikap sangat menghormat
sekali memberi laporan : "Unjuk beritahu kepada Ciangbun-jin, murid It-hu
Sianseng Cin Siaohiap bersama Sumoaynya Yo Liehiap
minta ketemu dengan Ciangbun-jin"
orang tua berjubah hijau yang rebah dibawah pobon
cemara itu, ialah ketua partay oey San-pay generasi
kedelapan belas Kwa Lam Kie, setelah mendengar laporan
itu, pelahan-lahan bangun, membuka sepasang matanya,
dan dengan tenang mengawasi Cin Hong dan Leng Bie
SianDia adalah seorang tua berparas ramah dan
berperawakan agak gemuk. jikalau bukan karena memakai
pakaian orang biasa dan memelihara jenggot panjang yang
sudah berwarna tua, orang yang melihatnya benar-benar
bisa salah anggap bahwa dia itu adalah orang dari golongan
Buddha Cin Hong maju beberapa langkah menjura memberi
hormat seraya katanya^ "Aku yang rendah Cin Hong disini
unjuk hormat pada Kwa Ciangbunjin."
Leng Bie Sian juga memberi hormat padanya, sementara
itu dalam hatinya kalau mengingat bahwa ia memegang
peranan sebagai Yo in in, sedikit banyak merasa kurang
puas, apa bila saat itu ia bertemu muka dengan ketua partay
oey-san ini sebagai muridnya rumah penjara mungkin akan
mengejutkan ketua partay ini.
Kwa Lim Kie menganggukkan kepala balas
menghormat, kemudian bertanya sambil tersenyum^
"Jie wie Siaohiap. ada urusan apa hendak minta ketemu
denganku" Kabarnya suhu kalian berdua sudah terjatuh dan
tertawan dirumah penjara rimba persilatan, apakah itu
benar?" "Ya Tapi kedatangan wanpwee ini adalah atas pesan
seorang Cianpwe, ada suatu hal yang sangat rahasia hendak
diberitahukan pada Ciangbun-jin.. .oleh karena ucapan
boanpwe ini tak boleh didengar orang lain, apakah KwaCiangbunjin sudi untuk berbicara empat mata dengan
boanwpe?" jawab Cin Hong.
Ketua partay itu pejamkan mata seperti berpikir,
kemudian ia perintahkan Kiong Kun Lun supaya undurkan
diri. Kiong Kun Lun menurut, ia mengawasi Cin Hong
sejenak. Segera mengundurkan diri dan berdiri ditempat
sejauh bebetupa tombak. agaknya hendak mengawasi gerakgeriknya
Cin Hong. Leng Bie Sian juga segera mengundurkan diri disatu
tempat sambil pura-pura menikmati pemandangan alam
diatas gunung itu. Tapi sebenarnya sudah sejak tadi pasang
telinga. Meskipun kekuatan tenaga dalamnya masih belum
cukup tinggi kalau diukur dengan tokoh-tokoh kenamaan
rimba persilatan, tapi dibanding dengan tokoh-tokoh biasa
saja, masih lebih tinggi setingkat, juga untuk menangkap
pembicaraan dari tempat sejauh lima tombak saja bukanlah
merupakan Soal susah baginya.
Cin Hong berjalan kehadapan ketua partai oey San,
berkata dengan suara perlahan sekali:
"Aku yang rendah pada beberapa hari berselang masuk
kerumah penjara rimba persilatan untuk menengok suhu,
dalam rumah penjara itu pernah bertemu muka dengan
ciangbunjin partai oey-san-pay yang dahulu...."
Ketua partay oey san kaget mendengar keterangan itu,
tanyanya dengan perasaan girang:
"Aaa, kalau begitu jadi Siaohiap sudah pernah berjumpa
dengan Ciangbunjin" Apakah ia baik-baik Saja ?"
"Siauw Ciangbunjin baik-baik saja, tapi ia kata bahwa
dalam hidupnya ini tidak ada harapan untuk keluar dari
rumah penjara, maka itu ia minta pada aKu yang rendah
untuk datang dan memberitahukan pada Kwat Ciangbunjin
tentang suara rahasia penting, rahasia ini mengenai rahasia
tentang pendiri oey-san dulu Hong-in-siu...."
Sepasang mata ketua oey San mendadak memancarkan
sinar bercahaya, tanyanya dengan perasaan terkejut dan
keheranan : "Apa" Pendiri ketua partay kami menyimpan rahasia apa
?" Cin Hong lalu menceritakan pesan It- yang Cie Siauw
can Jin tentang kitab pelajaran ilmu silat Hong-in-siu
dahulu, yang ditanam disebelah selatan puncak gunung
Bong Sian- hong pada tiga ratus tahun berselang, dan dalam
pesannya pendiri partay oey San itu ditekankan wanti-wanti
setiap ganti ketua dari generasi kegenerasi jikalau partay
oey San tak mengalami bencana hebat sekali, tidak boleh
digali, kini oleh karena terjadi peristiwa ini, dimana seorang
ketua partay itu telah tertawan dalam rumah penjara rimba
persilatan, sebetulnya merupakan suatu hinaan besar bagi
partay itu, maka itulah saatnya untuk menggali pusaka yang
berupa kitab pelajaran ilmu silat partay oey-san.....
Ketua partay oey-san itu setelah mendengar penuturan
Cin Hong, dengan sikap terkejut dan terheran-heran mulai
mengguman sendiri: "Hei, benarkah ada urusan itu ?"
"Siauw Ciangbunjin pernah katapula Kwa Ciangbunjin
tidak percaya, boleh segera pergi kepuncak gunung Bongsianhong untuk menggali, kukira usulan ini tidak mungkin
bohong" berkata Cin Hong.
Ketua partay oey San itu kembali matanya dipejamkan
untuk berpikir. Lama sekali, lalu dengan tiba-tiba ia buka
lagi matanya, dan dengan semangat menyala-nyala berkata:
"Benar Urusan ini pasti tak salah lagi"
Cin Hong agak tercengang, karena ia tak tahu apa yang
dapat digunakan sebagai bukti untuk membuat percaya
ketua itu. Sementara itu ketua partay tersebut sudah berkata lagi
dengan wajah berseri-seri:
"Tahukah Cin Siaohiap. ilmu silat apa yang terkenal
dalam rimba persilatan bagi partai kami?"
"Bukankah tiga puluh enam ilmu pedang gaib yang
terkenal dari golongan oey-san?" berkata Cin Hong.
Ketua partay oey-san menganggukkan kepala dan
tertawa, lalu berkata: "Benar, inilah ilmu pedang terampuh yang diciptakan
oleh pendiri partai kami, yang diambil menurat namanama
tiga puluh enam puncak di gunung oey-san. Akan
tetapi digunung ini bukan hanya tiga puluh enam puncak
itu saja, disamping itu masih ada tiga puncak. ."
Cin Hong yang sejak masih kecil sudah mendapat
pelajaran ilmu surat, pengetahuannya tentang ilmu bumi
sangat luas sekali, maka ia lalu berkata: "Tiga puncak itu
adalah Hui-lai-hong, Sie-sin-hong dan Ciok-ku-hong"
Ketua partai oey-San lompat bangun dari batu
pembaringannya, katanya sambil tertawa^
"Itu benar, pendiri partai kami itu kalau sudah dapat
menciptakan tiga puluh enam ilmu pedang gaib, tiga puluh
enam puncak gunung, dengan sendirinya juga bisa
menciptakan pelajaran ilmu silat gaib lagi di tiga puncak
gunung yang lain itu.Jalan Mari kita sekarang pergi
kepuncak Bong-sian-hong buat menggali pusaka itu"
la sebetulnya adalah seorang tua yang sifatnya tawar
terhadap urusan keduniawian, tapi karena mengingat
bahwa di dalam rumah penjara rimba persilatan telah
muncul seorang kuat luar biasa yang membuat tiga belas
partay mengalami kekalahan yang tidak ada taranya,
hingga nama baik partai-partai itu telah jatuh, kali ini bila ia
dapat menggunakan kitab pelajaran ilmu silat yang di
simpan oleh pendiri partai itu yang pertama dan dapat
mengalahKan penguaSa rumah penjara rimba persilatan
atau setidak-tidaknya dapat menyambut serangannya
beberapa puluh jurus dan bisa menolong keluar ketua
partaynya, maka partay oey San, namanya pasti akan
menanjak lagi. la menggapai kepada Cin Hong dan lebih dulu ia
berjalan turun dari puncak gunung. Cin Hong juga
menggapai Leng Bie Sian untuk pergi bersama-sama.
Kiong Kun Lun yang berdiri jauh ketika menampak
ketuanya pergi bersama-sama Cin Hong lalu bertanya
dengan suara nyaring^ "Ciangbunjin masih ada urusan apa lagi yang perlu Kun
Lun kerjakan?" "Kau boleh kembali dan siapkan perjamuan" jawab ketua
partai oey-san sambil mengulapkan tangannya.
Letak puncak gunung itu dengan puncak gunung Bong
Sian- hong tidak jauh, tiga orang itu tidak memerlukan
waktu lama sudah mendaki di puncak gunung Bong-sianhong.
Dari situ berjalan menuju ke selatan kira-kira sepuluh
tombak jauhnya, benar saja disana tampak sebuah batu
besar yang bentuknya bagaikan kepala singa.
Ketua partai oey San secepat kilat lompat kesamping
batu besar itu, segera membukanya batu itu, dengan kedua
tangannya ia mulai menggali tanah di bawah batu, sebentar
kemudian sudah berhasil menggali sedalam tiga kaki lebih,
benar saja ia berhasil menemukan sebuah kotak bundar
yang terbuat dari tembaga.
Ia lalu berlutut dan menjura kepada kotak itu, kemudian
dengan kedua tangannya mengangkat tinggi kotak tersebut,
sikapnya tampak girang sekali. Cin Hong juga turut merasa
girang, katanya tertawa^ "Kuhaturkan selamat kepada Kwa Ciangbunjin, karena
partaimu telah mendapat kitab pelajaran ilmu silat gaib,
untuk selanjutnya partai ini pasti akan berhasil naikkan
derajatnya" Ketua partai oey San itu tertawa, kemudian berkata^
"Terima kasih kuhaturkan padamu, aku Si orang tua ini
Pedang Asmara 5 Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Darah Dan Cinta Di Kota Medang 14

Cari Blog Ini