Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo Bagian 5
Kemudian merekapun saling berpisah San Hong meninggalkan puncak menuju ke kaki gunung untuk lebih dulu pulang ke. kampung halamannya, dusun Po-lim-cun tempat tinggal orang tuanya. Adapun lima orang kakek itu pergi berpencaran, kembali ke tempat pertapaan masing-masing sebelum mereka berkumpul di puncak itu dan tinggal di situ selama lima tahun.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
San Hong berlari cepat sekali bagaikan terbang menuruni puncak. Teringalah dia akan pengalamannya lima tahun yang lalu ketika dia bertemu dengan Thay Lek Siansu, kemudian dengan Bu Eng Sianjin yang menjadi awal perjumpaannya dengan Thian-san Ngo-sian, lima orang kakek sakti itu, Kini, dengan mudah dia dapat menuruni puncak itu sambil-berlari cepat, alangkah jauh bedanya dengan lima tahun yang lalu. Kalau dia teringat betapa sebentar lagi dia akan bertemu dengan ayah ibunya, jantungnya berdebar penuh ketegangan dan kegembiraan.
Membayangkan pertemuannya dengan ayah dan ibunya mendatangkan perasaan gembira yang membuat dia ingin bersorak dan tertawa. Terbayang pula wajah para temannya di dusun Po-lim-cun, betapa akan gembiranya bertemu dengan mereka. Akan tetapi dia akan merahasiakan keadaan dirinya dari mereka itu, kecuali tentu saja ayah bundanya yang akan dia ceritakan semua yang telah dialaminya semenjak dia meninggalkan mereka. Dia tidak mengkhawatirkan keadaan ayah ibunya. Menurut ayahnya sebelum dia tinggalkan, ayahnya telah menerima sekantung emas dari Thian-san Ngo-sian, cukup untuk menjadi modal hidup selama lima tahun.
Kalau saja pemuda ini tahu apa yang telah terjadi kurang lebih dua bulan yang lalu di dusun Po-lim-cun! Pemuda yang kini berusia dua pulun tahun itu sama sekali tidak pernah mimpi bahwa dusun itu telah dilanda malapetaka yang amat hebat dua bulan yang lalu.
Apakah yang telah terjadi di sana" Kurang lebih dua bulan yang lalu, pada suatu malam, dusun Po-lim-cun didatangi segerombolan perampok yang berjumlah dua puluh empat orang. Tepat seperti yang diduga oleh lima orang guru San Hong, kekacauan yang terjadi akibat perang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di utara, di mana pasukan Mongol mulai merajalela, melanda di seluruh negara, bahkan terasa sampai dusun itu.
Berita tentang terjadinya perang di utara itu membesarkan hati para penjahat sehingga mereka menjadi lebih berani.
Malam itu, dua puluh empat orang perampok menyerbu dusun Po-lim cun, dipelopori oleh lima orang penjahat yang sengaja membawa kawan-kawannya menyerbu dusun itu untuk melampiaskan dendam mereka terhadap seorang pemuda bernama Kwee Sin Hong! Mereka berlima adalah para penjahat yang pernah mengacau di dusun kaki gunung dan dirobohkan oleh San Hong dan Pek-ciang Yok-sian, dan kemudian Yok-sian mengancurkan tulang pundak mereka sehingga mereka kehilangan kekuatan untuk selamanya. Karena sebelumnya San Hong memperkenalkan namanya dan mengatakan bahwa dia datang dari dusun di kaki gunung sebelah timur, mudah saja bagi lima orang itu untuk mendapat keterangan bahwa Kwee San Hong tinggal di dusun Po-lim-cun. Maka, setelah berhasil mengumpulkan kawan-kawannya, mereka kini menyerbu dusun itu.
Begitu menyerbu, para penjahat ini melakukan aksi pembakaran terhadap rumah-rumah dusun yang berada di pinggir. Tentu saja penduduk menjadi kacau dan panik.
Segera terdengar teriakan teriakan dan jeritan wanita, dan diseling suara para perampok tertawa bergelak sambil menyerang siapa saja yang nampak di dusun itu. Melihat ini, Kwee Cuu yang sudah berusia lima puluh lima tahun, segera menemui kepala dusun dan sedapat mungkin mereka berdua mengumpulkan semua pria muda di dusun itu dan dengan penuh semangat Kwee Cun berseru kepada mereka.
"Dusun kita diserbu gerombolan penjahat. Kalau kita lari, keluarga kita tentu dibunuh dan semua harta milik. kita dirampok dan rumah kita dibakar!. Sebaiknya kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempertahankan dusun kita mati-matian! Jumlah kita tentu lebih banyak dan marilah kita melawan para penjahat itu!"
Melihat semangat Kwee Cun, para. pemuda di dusun itu menyambut dengar sorakan dan merekapun menyambar senjata apa saja yang dapat dipergunakan untuk melawan musuh. Kwee Cun sendiri memegang sebatang golok yang bit dipergunakan oleh puteranya untuk berburu binatang, dan lebih dari tujuh pulut orang mengikuti Kwee Cun sambil mengacung-acungkan senjata mereka, menyambut para perampok yang sedang mulai mengganas! Bahkan ada puluhan orang wanita dusun yang tabah, ikut pula membawa senjata dan ikut keluar menyambut para penjahat itu untuk melindungi keluarga dan harta milik mereka yang tidak banyak dan yang terancam musnah oleh para perampok, itu!
Terjadilah pertempuran yang amat seru dan hebat. Para perampok itu jauh kalah banyak jumlahnya sehingga seorang perampok dikeroyok oleh empat lima orang, akan tetapi karena para perampok itu rata-rata memiliki kepandaian silat dan mereka merupakan orang-orang kasar yang sudah biasa berkelahi, maka pertempuran itu menjadi seru dan banyak, penduduk dusun Po-lim-cun yang menderita luka-luka. Pertempuran terjadi di bawah sinar api yang membakar beberapa buah rumah dan teriakan-teriakan terdengar memecah kesunyian malam yang biasanya penuh damai.
Karena khawatir kalau-kalau terkepung oleh banyak-musuh dan terpencil, maka para perampok lalu bergabung dan membentuk lingkaran untuk dapat melawan lebih baik terhadap pengeroyokan penduduk dusun. Melihat bahwa yang mengeroyok hanyalah penduduk dusun yang sama sekali tidak pandai berkelahi dan yang hanya mengandalkan tenaga kasar saja, para perampok tertawa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bergelak penuh ejekan, membayangkan betapa mereka akan membantai semua pria dusun itu, kemudian menculik para wanitanya yang muda dan merampok habis semua barang berharga dari dusun itu sebagai imbalannya.
Seorang di antara para perampok itu pemimpin atau kepala mereka, adalah. seorang laki-laki berusia empat puluh tahun yang amat menyeramkan. Tubuhnya tinggi dan besar, perutnya gendut. Dia bertelanjang dada, nampak dada bidang dan perut gendut, dengan dada ditumbuhi bulu keriting, kedua lengannya kokoh kuat, mukanya yang bulat itu penuh cambang bauk dengan sepasang mata yang terbelalak merah, mulutnya menyeringai nampak giginya yang besar besar. Seorang yang seperti raksasa! sepak terjangnya juga menggiriskan semua orang. Setiap orang lawan yang menyerangnya, diterimanya dengan dada terbuka. Bacokan golok atau parang yang mengenai tubuhnya mental kembali, sama sekali tidak dirasakannya karena tubuhnya yang kebal itu tidak terluka sedikit pun oleh bacokan senjata tajam. Dan begitu tangannya bergerak menyambar, kepala penyerangnya tadi pecah dan tubuh orang itu terlempar dan tewas seketika.
"Ha-ha-ha, siapa berani melawan aku" Ha-ha-ha, kalian ini kerbau-kerbau dusun berani melawan Tiat-liong (Naga Besi) Mo Kun dan kawan-kawannya" Ha-ha-ha!" Sambil tertawa-tawa, Si Naga Besi ini dengan pongahnya lalu mengamuk dan sepak terjangnya membuat para penghuni dusun menjadi gentar. Entah berapa orang sudah dihancurkan kepalanya oleh kedua tangannya yang seperti palu godam itu. Melihat ini, Kwee Cun yang memimpin pasukan dusun itu segera membawa beberapa orang pemuda yang kuat untuk mengepung dan mengeroyok pemimpin perampok yang lihai itu. Akan tetapi sebelum mereka turun tangan, entah dari mana datangnya, muncul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dua orang laki laki berpakaian serba hitam di tempat itu.
Dua orang laki-laki ini berusia kurang lebih lima puluh tahun, yang seorang tinggi kurus dan yang seorang lagi pendek gemuk dengan perut besar. Dan begitu muncul, sambil tertawa-tawa si gendut bergerak seperti angin topan mengamuk di antara para penduduk dusun Si kurus juga mengamuk dengan mulut bersungut-sungut dan sepak terjangnya tidak kalah hebatnya dibandingkan si pendek gendut. Dalam beberapa gebrakan saja, si gendut sudah menangkap dan membanting tewas tujuh orang, sedangkan si kurus juga telah menewaskan tujuh orang penduduk dusun hanya dengan tendangan-tendangan kakinya yang panjang.
Kwee Cun yang membawa golok menjadi marah sekali melihat betapa di pihak para perampok muncul dua orang lihai yang amat kejam. Biarpun dia maklum betapa lihainya dua orang itu, juga si kepala perampok yang tinggi besar, namun dia ingin membangkitkan semangat para penduduk dusun yang sudah mulai gentar, maka dia pun mengeluarkan teriakan marah dan dengan golok di tangan dia maju menerjang kepala perampok yang tinggi besar itu.
"Perampok jahanam!" Kwee Cun membentak dan goloknya membacok ke arah dada perampok itu yang menyambut dengan membusungkan dadanya.
"Takkk!" Golok di tangan Kwee Cun tepat membacok dada yang telanjang itu, ikan tetapi goloknya mental dan terlepas dari pegangan tangannya. Sebelum Kwee Curi sempat mengelak, tangan kepala perampok itu bergerak dan kepala Kwee Cun kena dihantam keras sekali sehingga kepala itu pecah dan dia tewas seketika. Melihat Kwee Cun tewas, juga kepala dusun, bahkan hampir semua wanita, termasuk isteri Kwee Cun yang ikut mengamuk juga tewas di samping puluhan orang penduduk dusun, mereka yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
masih hidup menjadi ketakutan dan orang-orang dusun itu segera melarikan diri dari tempat itu. Mereka membawa anak-anak mereka yang menjerit-jerit ketakutan dan sebentar saja dusun Po lim cun menjadi sunyi, ditinggalkan mereka yang masih hidup. Mayat-mayat berserakan, dan di sana-sini terdapat mereka yang luka parah sehingga tidak mampu melarikan diri, hanya menahan rasa sakit dan, berpura-pura mati. Betapapun hebat rasa nyeri yang mereka derita, mereka tidak berani mengeluarkan suara dan dengan berpura-pura mati, mereka memandang ke arah para perampok itu dengan jantung hampir berhenti berdetak saking takut, ngeri dan tegangnya.
Sementara itu, di pihak para perampok yang dua puluh empat orang jumlahnya, tidak ada yang tewas, hanya ada beberapa di antara mereka menderita luka-luka saja. Kini kepala perampok bernama Mo Kun berjuluk Tiat-liong itu, tertawa bergelak melihat penduduk dusun kabur, dan dia pun menghampiri dua orang laki-laki aneh berpakaian serba hitam sambil menyeringai.
"Entah dari mana datangnya dua orang rekan yang telah membantu kami. Kami tidak akan melupakan bantuan kalian dan tentu kalian akan mendapatkan bagian." katanya sambil mengamati dua orang berpakaian serba hitam itu.
Si pendek gendut dan si tinggi kurus yang berpakaian serba hitam itu saling pandang. Si tinggi kurus nampak semakin cemberut dan si pendek gendut lalu tertawa bergelak, tangan kiri memegangi perutnya yang gendut dan menahan perut itu terguncang-guncang sedangkan tangan kanannya dijulurkan ke depan, telunjuknya menuding ke arah muka Si Naga Besi. Karena kakek gendut itu hanya menuding mukanya sambil terus tertawa terpingkal-pingkal, tentu saja Si Naga Besi yang terkenal galak dan ditakuti itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi tidak senang dan dia memandang dengan alis berkerut, kemudian membentak marah.
"Heh, Gendut! Apa yang kautertawakan?"
Si gendut berpakaian hitam masih tertawa dan hanya dengan susah payah dia dapat mengeluarkan kata-kata di antara suara ketawanya. "Ha-ha-heh..... kau..... ha-ha-ha, sudah mau mampus..... masih dapat berlagak sombong, ha-ha....."
Tentu saja Si Naga Besi menjadi semakin marah.
"Jahanam busuk, siapa engkau ini berani mengnina Si Naga Besi Mo Kun?"
Kini si perut gendut sudah berhenti tertawa dan dia pun bicara dengan muka masih menyeringai lebar menahan kegelian hatinya. "Heh-heh-heh, engkau Tiat-liong Mo Kun" Ketahuilah bahwa di sini kami tentukan sebagai wilayah kami dan tidak seorang pun boleh melanggar kedaulata kami. Kalian telah berani beraksi di sini tanpa seijin kami, berarti kalian telah melanggar wilayah kami dan untuk itu kalian akan mampus!"
Mendengar ucapan ini, tentu saja Naga Besi menjadi semakin marah. Mata nya melotot dan cambang bauknya ber gerak-gerak ketika mulutnya monyong tanpa dapat mengeluarkan suara saking marahnya. Akhirnya, dia dapat juga membentak, "Keparat!" Hayo mengaku siapa kalian sebelum mampus di tanganku!"
"Ha-ha-ha, perampok kecil macam engkau hanyalah cacing tanah busuk yang tidak ada artinya, tidak pantas mengenal kami. Hayo berlutut dan menyerahkan diri untuk kami bunuh semua!"
Sungguh hebat penghinaan ini dan si brewok itu segera melangkah maju mendekati si pendek gendut. "Orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
macam engkau ini berani menghina kami" Hemm, tidak kaulihat tadi betapa golok, dari segala macam senjata tajam tidak mampu melukai aku" Apa kau sudah bosan hidup?"
Si gendut pendek mengejek. "Jangan menawarkan dadamu yang lunak seperti tahu itu untuk kupukul. Sekali tusuk dengan jari telunjuk ini pun dadamu akan berlubang!"
Si Naga Besi segera membusungkan dadanya. "Keparat, boleh kaucoba, dan kalau engkau tidak mampu memenuhi ancamanmu itu, perutmu yang gendut akan kurobek dan kukeluarkan semua isinya!"
"Ha-ha-ha, benarkah" Nah, coba dada tahumu itu menerima tusukan jari telunjukku ini!" Si gendut melangkah maju, tangan kirinya bergerak ke depan dan benar saja, jari telunjuknya dia pergunakan untuk menusuk dada yang bidang, kokoh dan berbulu tebal itu. Si Naga Besi yang selalu mengandalkan kekebalan tubuhnya, mengerahkan tenaganya untuk menjaga dada itu dari serangan lawan, sementara dia sudah siap untuk membalas dengan mencengkeram perut si gendut itu dan dirobeknya kulit dan lemak perut itu.
Jari telunjuk yang pendek besar sesuai dengan bentuk tubuh orang itu meluncur ke arah dada, diterima dengan mulut tersenyum mengejek oleh Si Naga Besi. Akan tetapi, ketika jari tangan itu bertemu dengan kulit dada yang tebal dan amat kuat seperti besi itu, jari tangan itu terus menusuk ke dalam dan wajah si brewok berubah, matanya melotot mulutnya mengeluarkan teriakan kesakitan, kemudian tubuhnya terhuyung ke belakang dan darah mengucur dari dadanya yang berlubang! Jari telunjuk itu telah menembus kulit gajih dan daging, dan masih untung bagi Si Naga Besi bahwa bentuk jari telunjuk itu besar pendek sehingga tidak menyentuh jantungnya! Dengan kemarahan meluap dia mencabut sebatang golok dari pinggangnya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha,dadamu itu lebih lunak daripada tahu yang sudah membusuk!" ejek si gendut, sedangkan temannya, si tinggi kurus, hanya cemberut saja, matanya yang sipit hampir terpejam.
Agaknya Si Naga Besi, biarpun berwatak sombong, bukan seorang bodoh. Dia tahu bahwa orang yang mampu menembus kekebalan dadanya hanya dengan jari telunjuk, tentulah memiliki kepandaian tinggi maka sedikit banyak kemarahannya bercampur dengan rasa jerih. Dia lalu membentak, mengeluarkan aba-aba untuk kawan-kawannya agar maju mengeroyok! Dua puluh tiga orang, termasuk yang sudah terluka, kini mengepung si pendek gendut dan si tinggi kurus yang berpakaian hitam, dengan senjata di tangan dan sikap mengancam.
"Siauw te (Adik), hidangan sudah dikeluarkan, jangan sungkan-sungkan lagi, ganyang saja!" kata si gendut kepada temannya yang tinggi kurus.
"Hemmm, serahkan mereka kepadaku, Toa-ko (Kakak)!"
kata si tinggi kurus yang mukanya selalu cemberut itu. Dua orang ini memang aneh dan juga lucu. Keadaan tubuh dan muka mereka sungguh merupakan kebalikan sama sekali.
Kalau yang lebih tua bertubuh pendek gendut, yang muda bertubuh tinggi kurus. Kalau si gendut itu mukanya selalu tersenyum lebar dan mudah tertawa, sebaliknya si kurus itu mukanya selalu cemberut seperti orang berduka atau ngambek seperti mudah menangis.
Akan tetapi, biarpun tubuh mereka aneh, sungguh Si Naga Besi sekali ini keliru sama sekali kalau memandang rendah kepada mereka. Kini dua puluh empat orang yang semuanya bersenjata tajam itu menerjang dan menghujankan senjata mereka kepada si gendut dan si kurus, dan terjadilah perkelahian yang aneh, berat sebelah dan juga lucu. Biarpun tubuhnya dihujani senjata tajam, si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinggi kurus itu sama sekali tidak nampak gugup bahkan dia melangkah maju menyambut hujan senjata itu dengan kedua lengan diangkat, kedua tangan dengan jari-jari kecil panjang itu mencengkeram dan dia menyambut begitu saja senjata-senjata tajam, menangkap dan mencengkeramnya.
Terdengar bunyi berkretekan dan senjata-senjata yang tertangkap oleh kedua tangannya itu patah-patah dan remuk! Sementara itu, kedua kakinya yang kecil panjang sudah bergerak bergantian dan setiap orang perampok yang kena tendangan kakinya, tentu terlempar dan roboh untuk tidak bangkit kembali karena kepala, atau dada, atau bawah pusar, sudah remuk dilanda kaki yang amat kuat itu!
Si gendut juga hebat bukan main. Senjata-senjata tajam menimpa seperti hujan ke atas kepala dan pundaknya dari atas, ada pula yang menusuk perut gendutnya dari depan dan kanan kiri, akan tetapi semua senjata itu membalik seperti menimpa bola karet yang tebal dan kuat saja, dan sebelum para penyerang itu sempat menyingkir, tubuh gendut itu sudah "menggelinding" ke sana-sini dan setiap kali tangannya bergerak, tentu ada kepala pecah atau dada remuk sehingga orangnya tentu saja tewas seketika.
Si Naga Besi sendiri begitu menyerang dengan golok besarnya, disambut oleh si gendut dengan menyeringai lebar. Golok mengenai kepala, keras sekali, akan tetapi golok itu membalik dan sebelum Naga Besi sempat mengelak, kakinya sudah kena ditangkap, tubuhnya diputar-putar ke atas oleh si gendut, lalu dibanting.
"Bresssss!" dan Si Naga Besi tidak mampu bangkit lagi, hanya mengerang kesakitan karena banyak tulang-tulang tubuhnya remuk.
"Siapa..... siapa kalian.....?" Si Naga Besi masih sempat bertanya sebelum nyawanya melayang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heh-heh-heh, engkau tidak pantes berjuluk Naga Besi, melainkan lebih patut berjuluk Cacing Buta! Kami adalah Hek I Siang-mo (Sepasang Iblis Baju Hitam) yang kini menguasai seluruh wilayah Pegunungan Thian-san." kata si gendut.
Sepasang mata Si Naga Besi terbelalak. "Hek.... I.....
Siang-mo.....?" Dan dia pun terkulai, tewas. Tentu saja dia sudah mendengar nama dua orang datuk sesat yang amat ditakuti di seluruh dunia kang-ouw ini!
Beberapa orang anggauta perampok yang masih belum roboh menjadi panik ketakutan melihat betapa Si Naga Besi sudah tewas. Mereka segera melarikan diri, akan tetapi nampak bayangan hitam berkelebatan dan dua orang berpakaian hitam itu berkelebatan cepat melakukan pengejaran dan di dalam waktu singkat saja, seluruh perampok berjumlah dua puluh empat orang itu tewas semua!
Si gendut pendek tertawa bergelak, memandang mayat-mayat berserakan yang memenuhi tempat itu. Para perampok yang tewas saja dua puluh empat orang banyaknya, sedangkan orang-orang dusun yang tewas lebih banyak lagi. Dusun yang biasanya amat tenteram itu kini menjadi tempat yang amat mengerikan, menjadi tempat pembantaian manusia! Banyak di antara mereka yang terluka dan berpura-pura mati, menjadi sungguh-sungguh mati saking takut dan ngerinya melihat itu semua. Ada pula yang roboh pingsan, dan hanya beberapa orang saja yang cukup tabah masih mampu melihat apa yang terjadi di situ, dengan hati diliputi ketegangan dan kengerian.
"Ha-ha-ha, hari ini kita sungguh berpesta pora sampai kenyang, Siauwte!" kata si gendut sambil menyeringai kejam. "Kekuasaan yang kita tanam di daerah ini tentu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan mengesankan dan tidak akan ada seorang pun yang berani menentang kita lagi!"
"Engkau benar, Toako. Sayang masih ada yang sempat melarikan diri, terutama para wanitanya." kata si kecil kurus yang paling suka menambah kepuasan hatinya setelah melakukan pembunuhan-pembunuhan itu dengan mempermainkan para wanita sampai mati.
"Ha-ha-ha, biarkan mereka pergi, agar mereka menyebar berita tentang kedatangan kita. Tak seorang pun akan berani menentang kita lagi, dan amat perlu menanamkan rasa takut di hati mereka."
Tiba-tiba tempat yang kini menjadi sunyi dan menyeramkan itu dipecahkan oleh suara yang melengking nyaring. Mula-mula suara itu terdengar hanya seperti lengking panjang, seperti lolong srigala atau binatang buas lain. Akan tetapi, makin lama lolong atau lengking itu semakin jelas dan akhirnya terdengar dari dusun yang biasa itu sebagai suara teriakan panjang.
"A-bwee.....! A-bwee.....! Siauw-bwee di mana engkau....?"
Dua orang berpakaian hitam itu saling pandang dan keduanya mengerutkan alisnya. Siapakah orangnya berani mendatangi tempat itu" Si gendut menyeringai lebar, dan lidahnya keluar menjilati bibirnya, sikapnya seperti seekor srigala yang melihat datangnya mangsa baru yang menimbulkan seleranya! Beberapa orang penduduk dusun yang masih belum tewas, yang terluka dan pura-pura mati, mempergunakan kesempatan selagi dua orang
membalikkan tubuh menanti munculnya orang yang berteriak-teriak memanggil nama A-bwee atau Siauw bwee itu, mereka merangkak dan pergi dari tempat itu. Ada dua orang penduduk dusun yang berhasil merangkak pergi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersembunyi di balik semak-semak lalu perlahan-lahan menjauhkan diri dari tempat yang penuh mayat itu. Tiga orang lain yang sedang merangkak, tiba-tiba melihat si tinggi kurus menoleh. Mereka cepat berpura-pura mati lagi, namun terlambat. Si kurus ini melihat gerakan mereka dan tangan kiri si tinggi kurus bergerak tiga kali. Nampak ada sinar kecil hitam menyambar ke arah tiga orang yang terluka itu dan tanpa dapat mengeluh lagi, ketiganya terkulai lemas dan tewas dengan sebatang jarum menembus pelipis kepala mereka sampai dalam!
Dua orang datuk sesat itu, Hek I Siang-mo (Sepasang Iblis Baju Hitam), kini berdiri menanti munculnya orang yang berteriak-teriak tadi. Tak lama kemudian, mereka melihat seorang kakek melangkah datang ke tempat itu.
Seorang kakek yang tinggi besar dan gagah perkasa, memakai mantel atau jubah lebar berwarna merah!
Pakaiannya putih-putih dengan sabuk emas yang lebar menghias pinggangnya. Kakek ini usianya tentu sudah enam puluh tahun lebih, akan tetapi masih kelihatan gagah perkasa, tinggi besar dengan kaki dan tangan yang kokoh, pundaknya lebar, dadanya bidang dan pakaiannya terbuat dari sutera halus yang mahal dan terpelihara baik-baik.
Rambutnya digelung ke atas dan dihiasi oleh perhiasan rambut berbentuk seekor naga melingkari sebuah mutiara dari batui giok. Tangannya memegang sebatang tongkat yang tingginya sepundak, dan kedua ujung tongkat itu pun dilapisi emas, yang ujung bawah meruncing, yang atas menjadi gagang berbentuk kepala naga. Sungguh seorang kakek yang gagah dan berwibawa. Mukanya persegi empat dengan sepasang mata yang mencorong dan wajah itu membayangkan keangkuhan yang luar biasa.
Begitu tiba di tempat itu, kakek ini menghentikan langkahnya yang lebar, memandang ke kanan kiri, ke arah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mayat-mayat itu dan wajahnya yang tinggi hati itu nampak semakin mengejek dan memandang rendah. Dengan kerlingan mernandang rendah kepada dua orang berpakaian hitam-hitam itu, kakek berjubah merah mengeluarkan suaranya yang mengejutkan dua orang datuk sesat itu karena suara kakek ini amat lantang seperti guntur dan bergema di seluruh dusun.
"Heiii, kalian dua orang berpakaian hitam! Apakah kalian melihat anakku Ang Siang Bwee" Hayo katakan di mana anakku A Bwee!" Kalimat terakhir ini bernada memerintah.
Hek I Siang-mo adalah dua orang datuk sesat yang selamanya ditakuti dan dihormati orang, dan mereka begitu percaya kepada kekuatan dan kepandaian sendiri sehingga tidak pernah memandang tinggi orang lain. Kini, melihat munculnya seorang kakek yang begitu memandang rendah kepada mereka, tentu saja keduanya merasa mendongkol dan marah bukan main. Akan tetapi Thian-te mo, yaitu si pendek gendut, tertawa bergelak menutupi kedongkolan hatinya.
"Hoa-ha na ha, dari mana datangnya kakek pesolek dan kaya ini" Sobat, kalau engkau mencari anakmu, cobalah cari di antara mayat-mayat ini, siapa tahu barangkali ia berada di antara mereka!"
Sepasang mata itu mengeluarkan sinar mencorong, akan tetapi kakek berjubah merah itu benar-benar melangkah dan mencari-cari di antara mayat yang berserakan dan malang-melintang di tempat itu. Dia menggunakan kaki dan ujung tongkatnya untuk membalikkan mayat yang menelungkup untuk melihat mukanya, dan anehnya, dia bukan hanya membalikkan mayat wanita yang menelungkup, bahkan mayat pria pun dia balikkan kalau mayat itu menelungkup.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Agaknya dia tidak menemukan orang yang dicarinya karena dia meninggalkan mayat-mayat itu, kini menghampiri Hek I Siang-mo yang sudah siap untuk membunuh kakek yang sama sekali tidak menghargai mereka itu.
"Apa yang terjadi di sini?" kembali kakek jubah merah bertanya dan suaranya kembali terdengar seperti bernada memerintah dan menuntut jawaban yang benar!
Im yang-mo, si kurus tinggi sudah hendak menggerakkan kakinya, akan tetapi Thian te mo, si gendut, menyentuh lengannya dan si gendut ini kembali tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, apa yang terjadi" Beginilah kalau orang-orang berani menentang Hek I Siang-mo. Mereka mampus semua, juga engkau... "
"Kau bilang tadi siapa membunuh mereka semua?"
Kakek berjubah merah memotong ucapan si gendut itu dengan suara tidak sabar.
Kembali dua orang berpakaian hitam itu mendongkol bukan main. Kakek jubah merah ini benar-benar memandang rendah mereka. "Siapa lagi kalau bukan Hek I Siang-mo?" bentak si tinggi kurus mendahului kakaknya.
"Siapakah itu Hek I Siang-mo?" Kakek jubah merah bertanya, sikapnya memandang rendah sekali.
Kembali dua orang datuk itu merasa betapa dada mereka sesak karena mendongkol. Kaum sesat di empat penjuru sudah mengenal nama besar mereka, akan tetapi kakek ini menyambut nama mereka seperti nama yang remeh saja!
"Hek I Siang-mo adalah kami!" bentak Thian-te-mo, kini untuk pertama kalinya senyumnya tidak nampak karena dia sudah marah sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalian bohong besar! Yang membunuh semua orang adalah aku! Hayo kalian berdua katakan bahwa yang membunuh semua orang adalah aku seorang!"
Kemarahan dua orang datuk itu tidak dapat mereka pertahankan lagi. Si gendut Thian-te-mo mengeluarkan suara menggereng setengah tertawa dan tiba-tiba tubuhnya yang bundar itu sudah menggelinding ke depan, kedua tangannya dengan cepat dan juga dengan amat kuatnya sudah menyerang dengan dahsyat ke arah dada dan perut kakek jubah merah. Dapat dibayangkan betapa berbahayanya serangan kedua tangan Thian te-mo yang tadi setiap kali tampar saja menghancurkan kepala setiap orang anggauta perampok. Apalagi sekarang kedatangan itu dihantamkan dengan pengerahan tenaga yang besar karena si gendut sedang marah.
Kakek jubah merah itu agaknya tidak tahu bahwa nyawanya terancam serangan maut. Dia enak-enak saja, hanya mengibaskan lengan jubah merahnya. Angin besar menyambar ke arah. si gendut dan sungguh aneh, tubuh yang bundar itu seperti sebuah bola ditendang, terlempar dan bergulingan sampai jauh!
Si kurus tinggi Im-yang-mo juga sudah menerjang maju.
Dia amat lihai mempergunakan kedua kakinya, maka kini begitu menerjang maju dia menggunakan kedua kakinya, menendang bergantian dengan cepat dan amat kuat. Seperti juga tadi, kakek jubah merah seperti acuh saja, hanya menggerakkan lengan jubahnya yang lebar. Kembali ada angin menyambar dahsyat dan tubuh yang kurus kering dan tinggi itu terlempar, melayang seperti sehelai layang-layang putus talinya, dan akhirnya tubuh kurus itu terbanting jatuh dekat tubuh Thian-te mo yang gendut. Kedua orang ini bangkit duduk saling pandang seperti orang yang bermimpi buruk. Mereka tak dapat menerima, tak dapat percaya akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
peristiwa yang menimpa diri mereka. Sungguh tidak mungkin sama sekali. Mereka, dua orang datuk sesat yang berilmu tinggi, sudah digolongkan orang-orang sakti, dalam segebrakan saja dilemparkan oleh kibasan ujung lengan jubah kakek itu, tanpa kakek jubah merah itu menggerakkan kaki satu langkahpun! Ini sungguh tidak mungkin!
Perasaan malu, heran, penasaran dani marah bercampur aduk dalam dada mereka. Si gendut Thian-te-mo sudah tidak mampu tertawa lagi. Dia menggerakkan kedua lengannya dan kedua tangan yang berjari pendek-pendek itu membentuk cengkeraman, kedua lengan tergetar diisi tenaga sin-kang sepenuhnya! Datuk sesat ini mengambil keputusan untuk melakukan serangan maut yang amati hebat! Selama ini, belum pernah ada lawan yang mampu bertahan menghadapi ilmu Hek-hiat-ciang (Tangan Darah Hitam), yaitu pukulan dan cengkeraman! menggunakan kedua tangannya yang berubah hitam dan penuh dengan tenaga sakti yang amat kuat, pula mengandung hawa beracun!
"Hyaaaaattttt.....!!!" Dia mengeluarkan suara melengking nyaring dan tubuhnya yang gendut bundar itu bergerak maju cepat sekali sehingga kelihatannya seperti menggelinding. Tahu-tahu kedua tangannya telah mengirim serangan maut yang amat dahsyat. Nampak uap hitam mengepul dari kedua tangannya yang berubah hitam itu, dan kedua tangan menyambar ke arah tubuh kakek jubah merah.
Seperti juga tadi, kakek itu menghadapi serangan maut ini dengan sikap acuh, dan paridang matanya yang mencorong itu memandang remeh seperti menghadapi kenakalan anak kecil saja. Tangan kanannya masih memegang tongkat dan tidak bergerak. Hanya tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kirinya saja yang bergerak menyambut serangan lawan dan tahu-tahu, tangan kiri itu dapat mulur panjang! Lengan itu mulur sampai hampir dua meter dan sebelum serangan si gendut tiba, lebih dulu tubuh si gendut sudah dicengkeram di bagian tengkuknya dan lengan yang panjang itu mengangkatnya ke atas. lalu membanting tubuh gendut ke bawah dengari kekuatan raksasa!
"Brukkkkk!!" Thian-te-mo dibanting ke atas tanah. Kakek gendut itu terkejut! bukan main dan cepat dia mengerahkan!
seluruh sin-kangnya untuk melindungi tubuhnya. Bantingan itu sedemikian kuatnya sehingga. tubuh Thian-te-mo yang, mengeras penuh kekebalan itu terbanting dan ambles ke dalam tanah dari kaki sampai ke pinggangnya!
Pada saat itu, Im-yang-mo, si kakek kurus tinggi sudah pula datang menyerang. Kakek ini pun mengeluarkan ilmu simpanannya yang paling ampuh, yaitu ilmu Cui-beng-tui (Tendangan Pengejar Nyawa dan tubuhhya sudah menerjang ke depan, lalu kedua kakinya bagaikan halilintar cepatnya menyambar-nyambar dari kanan kiri dengan tendangan yang amat kuat. Namun, yang ditendang masih tenang-tenang saja, dan begitu kaki lawan yang amat panjang itu datang menyambar, kakek jubah merah menggerakkan tangan kiri menyambut, menangkap kaki dan terus mendorong dengan sentakan keras dan akibatnya, tubuh yang kecil kurus itu terlempar ke atas, tinggi sekali dan akhirnya tubuh itu terhempas ke dalam sebatang pohon yang tinggi, lemas setengah pingsan tersampir di cabang dan terayun-ayun!
Kalau lain orang yang dibanting seperti Thian-te-mo, tentu tubuhnya akan remuk dan setidaknya, tulang-tulang kaki dan punggung akan patah-patah yang akan mengakibatkan kematiannya. Badannya telah menancap ke dalam tanah sampai ke pinggang! Akan tetapi dia memang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kebal dan kuat sekali. Biarpun wajah yang biasanya menyeringai dan tersenyum cerah itu kini berubah meringis kesakitan, namun dia mampu menarik dirinya keluar dari dalam tanah. Dan keadaan Im-yang-mo tidak kalah parahnya dibandingkan saudaranya itu, Ketika dia menendang, dia mengerahkan sin-kang yang kuat, akan tetapi ketika kakinya bertemu dengan tangan kiri kakek jubah merah, kekuatan sin-kang itu membalik sehingga dia mengalami serangan dari tenaganya sendiri. Baiknya dia dapat segera melindungi tubuh bagian dalam dengan hawa khi-kang sehingga dia tidak menderita luka parah di dalam tubuh dan guncangan hebat saja yang dideritanya sehingga ketika tubuhnya terlempar ke atas dan tertahan dalam pohon, dia hanya setengah pingsan saja. Seperti juga saudaranya, kakek tinggi kurus ini lihai, kuat bukan main.
Dengan kepala pening dan semua nampak berputar-putar ditambah ribuan bintang menari-nari di depan matanya, kakek ini masih mampu untuk turun dari atas pohon walaupun dengan merangkak dan merosot seperti anak kecil. Begitu tiba di atas tanah, dia pun bersama Thian-te-mo segera menjatuhkan diri berlutut di depan kakek jubah merah! Lenyaplah semua kesombongan mereka karena keduanya mengerti benar bahwa mereka berhadapan dengan seorang yang memiliki ilmu kepandaian yang. amat tinggi, yang pantas menjadi guru mereka! Kini mereka pun teringat akan adanya seorang tokoh besar, seorang datuk besar yang kabarnya memiliki kepandaian seperti dewa, yang dianggap sebagai raja di antara golongan kang-ouw dan yang berjuluk Nam-san Tok-ong (Raja Racun Gunung Selatan). Seperti inilah gambar tokoh itu, dan kalau tadi merasa tidak mengenalnya adalah karena datuk besar itu tidak pernah muncul di dunia ramai dan seperti seorang tokoh dalam dongeng para petualang di dunia kang-ouw saja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mohon maaf!" kata Thian-te-mo, "Apakah kami yang bodoh berhadapan dengan Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki yang mulia?"
Kakek itu masih bersikap angkuh. "Hemmm, ada dua hal yang membuat aku tidak ingin membunuh kalian sekarang.
Pertama melihat kalian tidak mati seketika setelah bertemu dengan tanganku, dan ke dua karena kalian cukup awas untuk mengenal Nam-tok (Racun Selatan). Hayo katakan, siapa yang membunuh semua mayat ini?"
Dua orang datuk sesat itu sudah pernah mendengar bahwa Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki adalah seorang datuk besar yang wataknya aneh, angin-anginan, akan tetapi selalu bersikap angkuh dan sombongnya -tidak ketulungan lagi! Maka, kini mereka sama sekali tidak berani membantah dan dengan suara berbareng mereka pun berkata lantang, "Yang membunuh semua orang ini adalah Nam-tok!"
"Kurang keras! Teriakkan yang keras agar semua orang mendengar dan tahu!" kata Nam-san Tok-ong Ang Leng Ki atau disingkat Nam-tok sambil menghentakkan ujung tongkatnya ke atas tanah.
Bagaikan dikomando, dengan paduan suara, Hek I Siang-mo berteriak lantang, dengan suara yang mengandung tenaga khi-kang sehingga terdengar sampai jauh sekali, "Yang membunuh mereka semua ini adalah Nam-tok! "
Agaknya kini hati kakek jubah merah itu merasa puas.
Dan memang teriakan itu nyaring sekali, terdengar oleh mereka yang tadi melarikan diri sehingga semua sisa penduduk dusun Po-lim-cun dapat mendengarnya dan mereka pun menganggap bahwa penyebar maut di dusun itu bernama Nam-tok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini Nam-tok yang masih berdiri memandang kepada dua orang datuk yang masih berlutut di depannya.
"Bangkitlah! "
Bagaikan dua ekor anjing dicambuk, dua orang itu bangkit berdiri dan memandang dengan wajah ketakutan.
Mereka adalah dua orang datuk yang biasanya berwatak kejam sekali, membunuh orang tanpa berkedip. Akan tetapi sekarang barulah nampak betapa di balik kekejaman mereka terdapat watak yang pengecut dan penakut. Memang demikianlah kenyataannya. Orang yang bersikap kejam kepada bawahan, tentu menjadi penjilat terhadap atasannya.
"Sekarang katakan apakah kalian melihat puteriku yang bernama Ang Siang Bwee?"
Dua orang itu saling pandang kemudian menggeleng kepala mereka. Thian-te-mo menjawab, "Maaf, Ong-ya, kami tidak pernah bertemu dengan puteri Ong ya."
Sebutan Ong-ya ini agaknya menyenangkan hati Nam-tok yang memang memiliki watak tinggi hati dan angkuh bukan main.
"Apakah kalian kini sudah mengakui kekuasaanku?"
"Sudah, Ong-ya dan maafkan kebodohan kami tadi."
"Kalau benar demikian, mulai sekarang, kalian kuserahi tugas untuk mencari puteriku sampai dapat dan katakan kepadanya bahwa aku tidak marah lagi padanya dan minta agar ia mau pulang."
"Baik, Ong-ya. Kami akan mengerahkan seluruh anak buah dan semua orang kang-ouw di daerah kami untuk kami sebar dan mencari puteri Ong-ya yang bernama Ang Siang Bwee itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Akan tetapi kami belum pernah melihatnya, harap Ong-ya suka menggambarkan bagaimana keadaan puteri Ong-ya itu." Dengan hati-hati Im-yang-mo yang sejak tadi diam saja ikut bicara. Si tinggi kurus ini merasa taluk benar. Dia tadi sudah kehilangan semangatnya ketika tubuhnya terlempar ke udara dengan tubuh lemas dan hampir pingsan.
Sejenak kakek jubah merah itu diam melamun
mendengar pertanyaan itu sehingga Hek I Siang-mo menanti dengan jantung berdebar tegang. Thian-te-mo memandang adiknya dengan mata mendelik marah karena pertanyaan adiknya itu dianggapnya lancang sehingga dia takut kalau-kalau kakek jubah merah itu menjadi marah.
Dan memang watak aneh Nam-tok sukar diduga. Kalau saja dia tidak membutuhkan bantuan dua orang itu untuk mencari puterinya, mungkin saja dia marah mendengar pertanyaan yang seolah-olah memaksa dia harus membuat keterangan tentang puterinya itu, dan kemarahannya itu dapat saja berakibat dengan matinya dua oang itu! Akan tetapi untung bagi mereka, sekali ini dia tidak marah.
"Puteriku bernama Ang Siang Bwee, berusia delapan belas tahun, wajahnya berbentuk bulat telur, kulitnya putih, ia manis dan matanya jeli lebar, ada lesung pipit di tepi mulutnya. Ia berandalan, pemberani, ilmu silatnya tinggi, dan ia suka menyamar sebagai pria. Nah, carilah dan kalau ia tidak mau pulang, pergunakan akal atau melaporkan kepadaku!" Setelah berkata demikian, kakek itu lalu membalikkan tubuhnya, melangkah lebar meninggalkan tempat itu, dan biarpun dia kelihatan berjalan biasa, melangkah satu-satu, namun sebentar saja dia sudah jauh sekali dari situ, hanya nampak titik merah yang kemudian lenyap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-mo menarik napas panjang. "Berbahaya sekali!
Hampir saja hari ini nyawa kita melayang. Sungguh tidak kusangka bahwa orang tua itu sungguh-sungguh ada dan kini muncul di dunia ramai! Huh, kepandaiannya sungguh mengerikan. Mendiang suhu sendiri kalau masih hidup, kiranya masih bukan tandingan Nam-tok!"
"Memang mengerikan," kata Im-yang-mo, bergidik.
"Selama hidupku belum pernah menemui lawan seperti itu.
Kabarnya di dunia ini hanya See-thian Mo-ong (Raja Iblis Dunia Barat) dan Thian-san Ngo-sian berlima saja yang mampu menandinginya."
"Kita masih untung bahwa dia berkenan menarik kita sebagai pembantunya. Ini kebetulan sekali. Dengan menggunakan namanya, hal ini menambah pengaruh dan kekuasaan kita."
"Akan tetapi, ke mana kita harus pergi mencarinya kalau hendak melapor tentang puterinya?"
"Ah, apa sukarnya mencari seorang seperti dia" Setiap orang kang-ouw di daerah selatan pasti akan dapat menunjukkan di mana tempat tinggal Nam-tok."
Im-yang-mo yang tinggi kurus itu semakin cemberut.
"Toako, perlukah kita bersusah payah mencarikan puterinya" Bagaimanapun juga kurasa lebih baik kalau kita berdiri sendiri daripada menjadi....."
"Ssttt, hati-hati kalau bicara, Siauw te...." Thian-te-mo menegur adiknya. Im-yang-mo hendak membantah karena dia menganggap kakaknya kini tiba-tiba menjadi seorang yang penakut sekali. Akan tetapi sebelum dia membuka mulut, tiba tiba terdengar suara Nam-tok! Suara itu terdengar lapat-lapat saja, namun cukup jelas bagi mereka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Jejak terakhir puteriku menunjukkan bahwa mungkin ia pergi ke kota raja. Carilah ke sana!" Setelah suara itu lenyap, suasana menjadi sunyi sekali. Im-yang-mo bergidik.
Barulah dia mengerti mengapa kakaknya bersikap penakut.
Kiranya kakek jubah merah itu sedemikian lihainya sehingga mampu mengiri suara dari jauh sekali. Siapa tahu dia dapat pula mendengarkan percakapan antara mereka!
Wajahnya berubah pucat membayangkan bagaimana seandainya di mengeluarkan kata-kata yang menyinggung hati kakek jubah merah itu! Tentu dia akan mengalami kematian yang mengerikan!
"Mari kita pergi!" kata Thian-te-mo kepada adiknya dan sekarang Im-yang-mo tidak banyak membantah. Keduanya berkelebat pergi meninggalkan dusun yang penuh dengan mayat berserakan itu.
Baru setelah lewat beberapa jam dan mereka merasa yakin bahwa para iblis itu sudah benar-benar meninggalkan dusun, para pengungsi berani kembali ke dusun mereka.
Dan meledaklah ratap tangis dari para keluarga yang ditinggal mereka yang jatuh sebagai korban keganasan yang amat kejam itu. Dalam suasana penuh duka dan keprihatinan, para penduduk dusun lalu mengubur semua jenazah termasuk jenazah dua puluh empat perampok yang mula-mula menyerbu dusun mereka namun akhirnya semua perampok itu tewas pula di tangan iblis-iblis itu.
Sejak hari itu, nama Nam-tok menjadi buah bibir para penduduk dusun Po-lim-cun dan tertanam di hati mereka sebagai musuh besar yang telah mengakibatkan kematian semua orang itu.
Demikianlah, ketika Kwee San Hong tiba di dusunnya, para penduduk segera mengenal pemuda tinggi besar dan gagah ini. Kwee San Hong hanya dapat menemukan gundukan tanah kuburan ayah ibunya dan mendengar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cerita para penduduk bahwa dusun mereka diserbu perampok dan iblis-iblis jahat sehingga mengorbankan banyak sekali penduduk dusun, termasuk Kwee Cun dan isterinya Tentu saja San Hong terkejut buka main mendengar akan kematian ayah ibunya. Hanya dengan kekuatan batinnya yang kokoh dia dapat menahan kesedihannya sehingga dia tidak meruntuhkan air matanya, walaupun hatinya seperti di tusuk-tusuk ketika dia berlutut di depan makam ayah ibunya.
Kemudian dia mendengar keterangan para penduduk dusun tentang penyerbuan segerombolan perampok sehingga terjadi pertempuran antara para penduduk dan perampok yang dua puluh empat orang jumlahnya.
"Ayahmu yang memimpin kami untuk melawan para perampok itu." demikian mereka bercerita. ''Sebenarnya, kami dapat mengatasi para perampok dengan jumlah kami yang lebih banyak. Aka tetapi tiba-tiba muncul iblis itu yan membunuhi semua perampok dan juga banyak penduduk dusun sehingga sisa dari kami melarikan diri."
Diam-diam San Hong merasa bangga akan kegagahan ayahnya yang memimpin penduduk melawan perampok, akan tetapi mendengar munculnya "iblis" yang membunuhi para perampok dan penduduk dusun, dia merasa heran dan juga marah.
"Siapakah iblis itu?" tanyanya.
"Kami tidak tahu. Ada di antara kami yang melihat munculnya dua orang berpakaian serba hitam, seorang pendek gendut dan seorang lagi tinggi kurus. Akan tetapi, kemudian sekali kami mendengar pengakuan iblis itu bahwa yang membunuh semua orang adalah Nam-tok!"
"Nam-tok.....?" San Hong mengulang nama itu berkali-kali di dalam hatinya. 'Kalau begitu, sekarang juga aku akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencari Nam-tok!" katanya sambil bangkit dari berlutut di depan makam ayah ibunya, lalu hendak pergi dari situ.
"San Hong, nanti dulu!" Seorang penduduk dusun menahannya, "Engkau baru pulang dan ayah ibumu meninggalkan rumah dan sawah ladang yang luas, kini tidak ada yang mengurusnya."
"Biarlah, kutitipkan saja kepada kalian. Rumah itu boleh kalian tempati, dan sawah ladang itu boleh kalian olah dan hasilnya untuk kalian. Kelak kalau aku kembali, baru kalian kembalikan kepadaku. Selamat tinggal, aku harus pergi mencari pembunuh itu." Dan dia pun pergi tanpa menoleh lagi.
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid IX Setelah melakukan perjalanan selama berbulan-bulan dalam usahanya mencari Nam-tok sambil merantau meluaskan pengalamannya dan melaksanakan tugas yang dipesankan para gurunya, pada suatu pagi yang cerah San Hong berjalan seenaknya menuju ke timur. Menurut keterangan yang diperolehnya tadi, Telaga Cing-hai yang terkenal amat luas dan indah itu berada dalam jarak belasan li lagi.
Setelah meninggalkan dusunnya, barulah San Hong merasa menyesal mengapa dia tidak mau mempedulikan akan peninggalan orang tuanya. Guru-gurunya tidak memberi bekal uang dan bagaimana dia dapat melakukan perjalanan jauh tanpa uang di saku" Dia membutuhkan uang, setidaknya untuk makan dan pakaian, dan biaya penginapan. Akan tetapi karena sudah terlanjur menyerahkan semua milik ayahnya kepada penduduk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dusun, tentu saja dia merasa malu kalau harus kembali lagi untuk mencari bekal perjalanan! Terpaksa dia setiap malam melewatkan malam di hutan-hutan atau kuil-kuil tua yang kosong, dan untuk makannya, dia berburu binatang hutan.
Kurang lebih sebulan setelah meninggalkan dusunnya, di dalam sebuah hutan, tiba-tiba perjalanannya dihadang segerombolan perampok yang terdiri dari belasan orang.
Para perampok itu hendak memaksa dia menanggalkan seluruh pakaiannya. Tentu saja San Hong menjadi marah dan dengan amat mudahnya, dia merobohkan belasan orang perampok itu. Dia lalu mendapat akal mengingat akan kebutuhannya. Dia mengancam para perampok setelah merobohkan mereka, memaksa mereka
menyerahkan seluruh harta milik mereka dan ternyata, para perampok itu membawa buntalan yang berisi emas dan perak yang cukup banyak! Tentu saja San Hong menjadi girang dan kini buntalan emas dan perak itu telah berada di punggungnya! Dari keadaan merampok, dia telah berbalik merampok harta milik para penjahat itu dan kini dia dapat melakukan perjalanan dengan hati ringan, dapat tidur di rumah penginapan dan makan di restoran!
Kematian ayah ibunya tidak lagi mendatangkan perasaan duka di dalam hatinya. Dia sudah banyak mempelajari tentang kenyataan hidup dari gurunya yang ke tiga, yaitu Pek Sim Siansu, hwesio gendut yang selalu tertawa dan bergembira itu. Dia sudah digembleng oleh gurunya ini dan mampu membuka mata melihat kenyataan hidup. Segala sesuatu di alam dunia ini tidak kekal adanya. Oleh karena itu, keterikatan dengan sesuatu hanya akan menimbulkan duka karena suatu waktu, dia pasti akan kehilangan sesuatu itu dalam perpisahan. Dan keterikatan adalah nafsu. Dia menyayang ayah ibunya, dan kasih sayang bukanlah nafsu menyenangkan diri sendiri dengan jalan memiliki, bukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suatu ikatan. Ayah dan ibunya sekali waktu sudah pasti akan berpisah darinya melalui perpisahan mati, entah mereka yang mati lebih dahulu ataukah dia! Tidak, dia tidak perlu berduka oleh kematian ayah ibunya. Hanya dia merasa penasaran karena kematian mereka itu karena pembunuhan. Pembunuh mereka, juga pembunuhan puluhan orang itu, tentu seorang, yang teramat kejam dan jahat, maka sudah sepatutnya kalau dia mencari Nam Tok.
Bukan sekedar membalas dendam kematian ayah ibunya dan orang-orang dusun, melainkan untuk menentang dan membasmi penjahat sekejam itu demi mencegah dia melakukan kekejian berikutnya. Hal ini sudah sesuai pula dengan pesan para gurunya.
Dia kini menuju ke timur, ke arah kota raja. Guru-gurunya berpesan bahwa pasukan Mongol yang amat kuat itu tentu akan menyerbu ke selatan, dan kalau perang terjadi, maka keadaan tentu akan menjadi kacau balau dan para penjahat akan keluar semua dari tempat persembunyian mereka, untuk berpesta pora merajalela di kota-kota dan dusun-dusun selagi pasukan pemerintah dikerahkan untuk perang. Di sepanjang perjalanan, dia sudah mendengar akan ancaman perang dari utara itu.
Banyak sudah orang orang dari dekat Tembok Besar, di perbatasan utara, mengungsi ke selatan. Dari mereka ini dia mendengar cerita betapa pasukan Mongol mulai mengganas di perbatasan dan penyerbuan mereka ke selatan melewati Tembok Besar hanya tinggal menanti waktu saja.
Jalan yang dilaluinya itu tidak lebar, hanya sekitar dua meter karena di kanan kirinya ditumbuhi ilalang belukar.
Jalan yang sunyi ini memang dipilihnya. Ada jalan lain yang menuju ke Telaga Cing-hai, yaitu jalan raya yang lebar. Dia lebih suka melalui jalan sempit yang sunyi ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
daripada jalan raya yang ramai dan banyak kereta dan kuda lewat sehingga berdebu.
Tiba-tiba dia mendengar derap kaki kuda dari belakang.
Dia lalu minggir dan terdengar suara cambuk meledak disusul teriakan nyaring, "Heiii.....! Minggir! Apa kau ingin ditubruk kuda?"
Kuda dengan penunggangnya itu lewat dengan cepatnya, debu mengepul tinggi dan San Hong melihat betapa pemuda tampan yang menunggang kuda itu tersenyum mentertawakan ketika pakaian San Hong menjadi kotor penuh debu. Dan ketika kuda itu lewat dekat sekali dengan dia, San Hong mencium bau sedap, harum seperti bau bunga mawar. Huh, pikirnya dengan hati mendongkol Seorang pemuda pesolek, genit memakai minyak wangi, sombong dan kurang ajar. Menurut patut, menunggang kuda melalu jalan sempit itu, kalau melihat orang berjalan kaki di depan, setidaknya akan mengurangi kecepatannya, bukan malah mencambuk kuda mempercepat larinya kuda.
Dan melihat orang terkena debu sehingga pakaiannya kotor, disebabkan oleh larinya kuda, bukan minta maaf malah mentertawakan! Hemmm, rasanya ingin dia mengetuk kepala pemuda berandalan itu biar jera.
Akan tetapi San Hong bukan seorang pemarah dan sebentar saja dia sudah melupakan pemuda pesolek itu.
Melihat kesunyian jalan sempit itu, dia lalu menggunakan ilmu berlari cepat dan tubuhnya meluncur bagaikan terbang saja ke timur. Matahari telah naik tinggi dan San Hong merasa betapa perutnya lapar sekali. Sejak kemarin siang dia tidak makan apa-apa. Semalam dia terpaksa bermalam di sebuah hutan dan sejak pagi tadi dia melakukan perjalanan tanpa pernah melewati sebuah dusun pun di mana dia dapat membeli makanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia menghentikan larinya dan berjalan seenaknya. Jauh di depan dia melihat seekor kuda sedang makan rumput, dan di tepi jalan, seorang pemuda sedang membuat api unggun. Di dekat pemuda itu terdapat buntalan yang sudah dibuka dan isinya adalah bahan-bahan masakan seperti tepung, sayur-sayuran, daging segar yang agaknya baru diambilnya dari seekor kelinci yang ditangkapnya, bumbu-bumbu masak, bahkan ada pula panci, minyak dan segala alat masak yang serba lengkap!
Tentu saja San Hong merasa geli dan juga heran. Dari mana pemuda itu mendapatkan semua bahan dan alat masak" Dan agaknya pemuda itu pandai memasak. Hanya orang selatan saja yang pandai masak, yaitu kaum prianya.
Rata-rata kaum pria selatan pandai masak.
Karena perutnya terasa lapar, San Hong merasa tertarik dan dia mendekati. Pemuda itu mengangkat muka dan......
keduanya nampak terkejut. San Hong segera mengenal pemuda itu sebagai pemuda pesolek yang tadi hampir menubruknya dan yang menghadiahkan debu padanya, disertai ketawa yang menjengkelkan. Juga pemuda itu memandang kepadanya dengan kaget dan agaknya merasa heran bagaimana orang yang dilanggarnya tadi dapat demikian cepat menyusulnya. Akan tetapi hanya sebentar saja dia nampak terkejut, kemudian dia tersenyum.
Senyumnya manis dan menawan. Pemuda ini sungguh tampan bukan main, pikir San Hong. Tampan dan pesolek, tentu mudah meruntuhkan hati wanita. Tiba-tiba San Hong terkejut sendiri dan mengamati wajah tampan itu penuh selidik. Pemuda tampan menarik hati, pesolek dan genit!
Teringat dia akan cerita tentang orang jahat yang dinamakan jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga), yaitu penjahat yang suka mempergunakan ketampanan dan bujuk rayu, kalau perlu dengan kekerasan untuk menundukkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan mempermainkan wanita. Jangan-jangan pemuda ini seorang jai-hwa-cat!
"Heiiiii, mau apa kau memandang aku seperti itu?" Tiba-tiba pemuda itu menegurnya. San Hong menjadi gugup dan mukanya berubah merah. Bagaimana dia dapat menduga yang tidak-tidak dan menuduh orang tanpa alasan"
"Aku..... aku seperti pernah melihatmu, entah di mana....." jawabnya untuk menutupi kegugupannya.
Pemuda itu tersenyum. "Tentu saja pernah. Bukankah engkau tadi sudah makan debu dari kaki kudaku?"
"Ahhh, benar!" San Hong pura-pura baru ingat. "Kiranya engkau yang membalapkan kuda tadi dan hampir menubrukku!"
"Tentu saja aku, mana ada orang lain" Jangan pura-pura kau! Habis, engkau jalan melamun, jadi hampir ditubruk kudaku. Engkau orang aneh, jalan seorang diri di jalan kecil yang sunyi ini. Engkau tentu....." Pemuda itu menahan ucapannya dan sepasang matanya yang jeli mengamati San Hong penuh perhatian dan selidik.
"Tentu apa?" San Hong ingin mendengar kelanjutannya.
Pemuda itu bangkit berdiri dan ternyata dia kelihatan pendek dibandingkan tubuh San Hong yang tinggi besar.
Mungkin tingginya hanya sepundak, atau paling-paling setinggi leher San Hong dan tubuhnya jauh lebih kecil, nampak lemah dibandingkan tubuh San Hong yang kokoh kuat.
"Biar aku menebak orang macam apa adanya engkau ini," katanya dan sepasang alis yang hitam tebal itu berkerut, matanya bersinar-sinar mengamati San Hong, terutama pada buntalan di punggung pemuda tinggi besar ini setelah mengamati wajah dan bentuk tubuh San Hong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engkau tidak ada potongan menjadi pedagang besar walaupun engkau membawa emas dan perak yang tidak sedikit. Melihat pakaianmu dan sikapmu, engkau tidak pantas pula menjadi seorang kaya apalagi bangsawan.
Nanti dulu..... keadaanmu memang agak sukar ditebak.
Mukamu begitu bodoh akan tetapi sinar matamu mencorong. Hemmm, engkau tentu seorang petualang yang merantau seorang diri. Pakaianmu sederhana akan tetapi engkau memiliki banyak emas dan perak Apakah perampok" Tentu bukan. Wajahmu terlampau bodoh dan lembut untuk menjadi seorang perampok. Pencuri"
Mungkin, akan tetapi matamu membayangkan kejujuran, dan suaramu mengandung harga diri yang tinggi, kiranya engkau takkan dapat melakukan pencurian karena malu.
Wah, sungguh sukar menebak, akan tetapi lebih menarik hati. Teka-teki yang aneh dan tidak mudah. Jangan......
jangan bicara dulu, biarkan aku melanjutkan penyelidikanku."
Pemuda tampan itu kini berdiri dan melangkah perlahan-lahan mengelilingi San Hong, alisnya yang hitam berkerut, matanya bersinar dan wajahnya berseri. Di belakang San Hong, dia berhenti dan meraba-raba buntalan terisi uang dan pakaian, emas dan perak. Diam-diam San Hong merasa tegang. Jangan-jangan pemuda tampan ini seorang perampok, pikirnya. Kalau tidak, mana mungkin dapat mengetahui bahwa dia membawa banyak emas den perak"
Pada saat itu, tiba-tiba dia merasa ada angin pukulan menyambar dari belakang. Tepat dugaannya, pikirnya, tentu perampok ini hendak menyerangnya dari belakang, untuk merampas emas dan peraknya. Dengan gerakan otomatis, kakinya meloncat cepat sekali ke depan sehingga kalau pemuda tampan itu benar menyerangnya, tentu serangan itu takkan mengenai tubuhnya yang juga sudah dia lindungi dengan tenaga sakti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika dia membalikkan tubuhnya, pemuda itu berdiri sambil memandang kepadanya dan mulutnya tersenyum lebar. San Hong memandang dengan kagum. Sungguh pemuda itu tampan sekali. Kini dia tersenyum dan.
ketampanannya semakin menarik, karena wajah yang tampan itu manis bukan main. Belum pernah dia bertemu seorang pemuda yang begini ganteng!
"Ha-ha-ha, sekarang aku sudah tahu" kata pemuda itu sambil menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka San Hong sedangkan tangan kanannya masih memegang pisau yang tadi dipergunakan untuk menyayat daging kelinci.
"Engkau bukan pedagang, bukan perampok, bukan pula pencuri. Mungkin saja engkau menemukan harta pusaka terpendam. Akan tetapi ketika aku melihat kain buntalan itu, aku tahu bahwa kain itu biasa dipergunakan orang kang-ouw untuk membawa barang berat. Agaknya buntalan itu berasal dari buntalan berisi emas dan perak itulah. Jadi, tadinya bukan milikmu! Dan ketika aku membuat gerakan menyerang, engkau dapat cepat menghindar, berarti bahwa engkau pandai ilmu silat, walaupun tidak berapa tinggi,"
sampai di sini, pemuda itu mengamati wajah San Hong sambil tersenyum. Akan tetapi pada wajah yang membayangkan kegagahan dan memang nampak agak bodoh itu tidak nampak tanda marah walaupun dikatakan pandai ilmu silat walaupun tidak berapa tinggi.
"Nah, dengan adanya kenyataan-kenyataan yang kukumpulkan ini, maka aku hampir berani memastikan bahwa engkau tentu bertemu dengan perampok yang mengganggumu. Engkau mengalahkan mereka tentu saja, karena mereka hanya perampok perampok kecil, dan agaknya engkau merampas buntalan mereka yang berisi emas dan perak!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang mata San Hong terbelalak dan wajahnya nampak semakin bodoh ketika dia memandang dengan penuh rasa heran dan kagum kepada pemuda tampan itu.
Melihat wajah San Hong, pemuda itu memperlebar senyumnya. "Nah, nah wajahmu itu jelas menunjukkan bahwa tebakanku tepat. Bukankah begitu?"
San Hong hampir tidak dapat percaya bahwa pemuda yang tampan ini dapat menebak sedemikian jitu dan tepat!
Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau..... agaknya engkau membayangi aku dan mengintai! Atau..... engkau sahabat dari mereka itu dan mendengar dari mereka! Apakah engkau datang mengejarku dan hendak merampas kembali emas dan perak ini?"
Pemuda itu tertawa dan San Hong melihat deretan gigi yang rapi dan putih, rongga mulut yang merah dan lidah yang jambon. Akan tetapi hanya sebentar saja pemuda itu tertawa dengan mulut lebar karena dia sudah menutup lagi mulutnya dan hanya terkekeh.
"Bagus, ucapanmu itu membuktikan bahwa engkau tidaklah sangat bodoh sekali, masih mampu
mempergunakan otak, walaupun dugaanmu tadi sama sekali keliru. Aku tidak membayangimu, tidak mengintaimu, tidak pula bertemu dengan para perampok.
Aku hanya mempergunakan ini.... " Telunjuknya yang kiri menuding ke arah kepalanya. "Kalau orang kurang dapat mempergunakan otaknya, dia akan menjadi orang bodoh.
Sekarang katakan, benar tidak semua tebakanku tadi?"
San Hong mengangguk dan dia pun tersenyum, lega bahwa pemuda ini bukan membayanginya, bukan pula sahabat dari para perampok itu. "Semua benar dan tepat sekali. Sungguh engkau seorang pemuda yang luar biasa, Sobat, engkau cerdik dan pandai bukan main. Aku kagum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan mengaku kalah!" San Hong lalu mengangkat kedua tangan ke depan dada, bersoja dengan sikap hormat dan ber sungguh-sungguh.
Pemuda itu membungkuk sambil tersenyum, akan tetapi matanya yang tajam itu mengamati wajah San Hong penuh selidik. "Hemmm, hampir saja aku mengira banwa engkau bersikap begini karena menginginkan makan bersamaku!
Akan tetapi tidak, engkau jujur!"
"Ehhh" Mengapa engkau menyangka begitu?" San Hong memandang terbelalak dan mukanya berubah merah.
Biarpun dia tidak berpamrih seperti itu, harus pula diakuinya bahwa melihat perlengkapan masak dan daging segar itu, timbul seleranya dan terasa betapa lapar perutnya.
"Mengapa tidak" Hampir semua sikap menjilat dan merayu selalu ada pamrih tersembunyi di baliknya! Akan tetapi engkau tidak! Engkau jujur dan sungguh-sungguh.
Karena itu, hatiku senang sekali, Sobat! Dan saking senangnya hatiku, aku mengundangmu untuk makan bersamaku di sini."
Kini San Hong yang memandang dengan alis berkerut, tidak menjawab, juga tidak bergerak untuk duduk mendekati api unggun memenuhi undangan itu. Melihat ini, pemuda tampan itu memandang heran. "Eh, mengapa"
Apakah engkau tidak mau menerima undanganku" Engkau akan rugi dan menyesal! Aku pandai sekali membuat masakan yang amat lezat! Kalau diadakan pertandingan memasak, di seluruh daerah selatan aku tentu akan menjadi juara!"
"Bukan menolak, hanya...... aku ragu-ragu apakah tidak ada pamrih sesuatu di balik sikapmu yang baik ini"
Kaukatakan tadi, semua rayuan dan kebaikan selalu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyembunyikan pamrih. Jangan-jangan engkau tertarik kepada buntalanku ini....."
San Hong menepuk buntalan di punggungnya.
Sepasang mata itu terbelalak, mukanya berubah merah dan jelas bahwa pemuda itu marah sekali. "Aku"
Menginginkan buntalanmu" Heh, orang bodoh! Kalau aku mau, aku bisa memiliki emas dan perak yang sepuluh kali lebih banyak dari itu ! Kau hendak menghinaku, ya?"
San Hong tersenyum dan menggeleng kepala. "Sama sekali tidak. Aku hanya belajar darimu, meniru dugaanmu tadi. Wah, dari orang cerdik seperti engkau aku akan dapat belajar banyak, Sobat."
Mendengar ini, pemuda tampan itu tersenyum kembali dan wajahnya kembali cerah. "Tentu saja, engkau dapat memperoleh banyak kemajuan kalau belajar dariku. Nah, silakan duduk dan tunggu sebentar aku akan masak makanan untuk kita berdua."
"Terima kasih," kata San Hong. Hatinya gembira bukan main. Dia percaya sepenuhnya kepada sahabat baru ini, yang amat cerdik, amat ramah dan juga sikapnya memiliki daya tarik yang besar, membuat dia seketika merasa amat suka kepada pemuda itu. San Hong duduk bersila di dekat api unggun, sedangkan pemuda tampan itu kini sibuk mempersiapkan masakan. Disayat-sayatnya daging segar itu, menjadi sayatan tipis-tipis, lalu dimasukkannya ke dalam panci di mana telah ditaruh bumbu dan tepung, ditambah air dan daging itu diaduk-aduk sampai rata dengan bumbu dan tepung.
"Aku hanya akan membuat dua macam masakan dan menanak nasi. Sayang tidak dapat dilakukan berbareng sehingga matangnya juga berbareng, masih panas-panas dimakan sungguh lezat."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kenapa tidak dimasak berbareng saja?" tanya San Hong.
Pemuda itu mengangkat muka memandang kepadanya sambil tersenyum geli, mentertawakan kebodohan pemuda itu. "Tanganku hanya dua buah," katanya, "mana mungkin?"
"Bukankah ada aku yang menganggur" Aku dapat membantu. Dan rasanya tidak enak kalau menunggu makanan yang sedang dimasak dalam keadaan menganggur saja."
"Wan, ternyata engkau tidak bodoh! Engkau mau membantuku" Nah, kalau begitu cepat, membuat api unggun yang lain, dan tambahi kayu bakar pada api unggun yang ini, sesudah itu, beras dalam buntalan itu kaucucl di dalam panci yang kuning itu, lalu isi air sampai tiga perempat dan taruh di atas api unggun. O ya, buat gantungan untuk tempat panci. Bisakah engkau membuatnya" Sesudah panci beras itu kau taruh di, atas api, kaubantu mencuci panci penggorengan ini, lalu oleskan minyak dalam botol ini, dan tolong kupas bawang putih lima buah lagi, sayat kecil-kecil dan....." tiba-tiba pemuda itu berhenti bicara dan tertawa melihat betapa San Hong memandang kepadanya dengan mata terbelalak bodoh.
Pemuda tinggi besar itu memang menjadi bingung mendapatkan tugas yang begitu bertumpuk sehingga dia tidak dapat mengingatnya kembali satu demi satu.
"Aih, aku lupa! Mana engkau dapat mengingat semua itu" Nah, buat saja api unggun lebih dulu, baru nanti kuberi tahu satu demi satu apa yang dapat kaulakukan untuk membantuku!"
San Hong tersenyum dan mengangguk-angguk gembira.
Dia melepaskan buntalan dari punggungnya dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menaruhnya di dekat api unggun, lalu dia bangkit berdiri dan pergi mencari kayu bakar yang banyak berserakan di bawah pohon-pohon besar. Dia tidak melihat betapa pemuda itu melirik ketika dia meletakkan buntalan pakaiannya dekat api unggun dan meninggalkannya begitu saja, tidak melihat betapa pemuda itu tersenyum senang!
San Hong segera membuat api unggun setelah kayu terkumpul banyak, dan pemuda tampan itu mulai menakar beras yang segera dicuci oleh San Hong dengan air sungai kecil jernih yang mengalir tak jauh dari tempat mereka berhenti.
Mereka berdua sibuk sekali sehingga tidak sempat bercakap-cakap. Setelah panci nasi itu digantung di atas api unggun, dan pemuda tampan itu juga sudah mulai membuat masakan pertama yang membuat air liur memenuhi mulut San Hong karena, masakan itu mengeluarkan bau yang amat sedap, barulah pemuda itu bicara.
"Engkau sungguh menyenangkan!"
San Hong menoleh, tertawa. "Engkau lebih menyenangkan lagi, Sobat!"
"Benarkah" Mengapa engkau menganggap aku menyenangkan" "
San Hong mengamati wajah yang tampan itu. "Karena engkau tampan, eh, kau berbudi mulia, ramah dan juga amat cerdik, dan..... entahlah, pokoknya bagiku engkau menyenangkan sekali!"
Pemuda itu tersenyum, manis. "Dan bagiku engkau menyenangkan karena engkau bodoh.... eh, maaf, maksudku jujur dan engkau amat percaya kepadaku.
Buktinya, engkau meninggalkan begitu saja buntalanmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan pergi mencari kayu bakar dan air, tidak khawatir kalau aku menyambarnya dan melarikannya. Dan engkau mau membantuku di dapur..... eh, maksudku masak-masak....."
"Tentu saja! Bukankah aku juga kau undang makan"
Dan tentang buntalan itu, andaikata kepercayaanku kepadamu keliru dan engkau melarikannya, tidak mengapa karena bukankah aku pun merampasnya dari tangan perampok" Kalau akhirnya kembali ke tangan perampok lain, itu sudah adil namanya."
Tangan pemuda itu sedang membalik balik daging dan sedikit sayur yang sedang dimasaknya. Tiba-tiba saja dia melepaskan sepasang sumpit yang dipergunakan untuk memasak, dan dia pun menoleh kepada San Hong dengan mata menyala.
"Apa" Kau maki aku perampok"' bentaknya.
"Sama sekali tidak. Akan tetapi, kalau engkau benar-benar melakukan seperti yang kaukatakan tadi yaitu menyambar buntalanku dan melarikannya, lalu sebutan apa yang harus kupergunakan untukmu?"
Pemuda itu tertegun, lalu senyumnya mengembang lagi.
"Aih, kukira engkau ini bukan sungguh-sungguh tolol, melainkan cerdik sekali. Engkau memaki orang secara berliku-liku, tidak langsung." Dia kembali sibuk dengan masakannya.
Tak lama kemudian, dua orang pemuda itu sudah duduk dan menghadapi nasi putih yang masih mengepul panas, dan dua panci masakan yang mengepulkan uap yang sedap bukan main. Ketika San Hong mulai mencicipi masakan itu, dia mengecap-ngecapkan lidahnya, bukan untuk memuji dan menjilat melainkan karena kejujurannya membuat dia tidak malu-malu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan main! Sedap, lezat sekali! Ada gurihnya, cukup asinnya, cukup pula manisnya, dan dagingnya begini kenyal tapi tidak alot..... hemmm, enaknya.....!"
Pemuda itu nampak gembira bukan main dan dengan sumpitnya, dia mengambilkan daging terbesar ke dalam mangkok San Hong.
San Hong tidak malu-malu lagi, makan dengan lahapnya, dan pemuda sahabat barunya itu yang hanya makan sedikit, memandang dengan wajah berseri gembira melihat betapa masakannya membuat sahabat itu makan dengan gembulnya!
"Heiii, kenapa makanmu sedikit sekali" Engkau membuat aku merasa malu saja. Aku merasa seperti seekor kerbau yang banyak makannya!" San Hong menegur ketika melihat pemuda itu makan sedikit saja.
"Aku..... aku baru saja makan roti, perutku tidak begitu lapar. Akan tetapi makanlah, nih, dagingnya masih. Dan yang coklat itu jamur kering, enak, tidak kalah oleh daging rasanya. Cobalah."
Nasi sepanci tinggal sedikit lagi dan dua panci masakan habis disikat oleh San Hong! Mereka berdua minum air teh yang dibuat pemuda tampan itu dan duduk dengan perut kenyang dan hati puas.
"Biar kucuci mangkok dan panci ini," kata San Hong dan hendak bangkit, akan tetapi pemuda itu menggerakkan tangannya.
"Biarkan dulu, kita bercakap-cakap dulu. Nanti saja kita cuci bersama."
"Apa yang akan kita bicarakan?" tanya San Hong, mengatur lagi duduknya agar enak. Dia merasa senang sekali. "Kita bicara tentang masakanmu tadi. Sungguh,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
selama hidupku baru sekarang ini aku merasakan makan sedemikian lezatnya! Engkau sungguh tukang masak yang paling hebat yang pernah kutemukan!"
Pemuda tampan itu makin berseri wajahnya. "Dan aku pun baru sekarang ini bertemu dengan seorang yang demikitin lahapnya makan! Bukan main! Melihat engkau makan saja sudah amat menyenangkan hatiku, Kawan.
Akan tetapi banyak yang dapat kita bicarakan. Kita sudah makan bersama, akan tetapi kita belum saling mengenal."
"Belum saling mengenal?" San Hong memandang heran.
"Kita sudah saling mengenal dengan baik, sudah makan bersama, bahkan aku.., aku merasa seolah-olah telah lama sekail menjadi sahabat baikmu... "
"Aku pun mempunyai perasaan begitu. Akan tetapi, kita belum saling mengenal nama....."
"Aih, benar!" San Hong berseru kaget dan menepuk dahi sendiri. "Bagaimana aku dapat melupakan hal itu?" Dia lalu bangkit berdiri dan bersoja kepada pemuda tampan itu.
"Sahabat yang baik, namaku Kwee San Hong, berasal dari dusun Po-lim-cun di kaki Pegunungan Thian-san, usiaku dua puluh tahun dan pekerjaanku.. biasanya aku bertani.
Engkau tentu lebih muda dariku, maka, sepatutnya kalau engkau tidak keberatan, kusebut slauw-te (adik laki-laki), atau kalau engkau menghendaki, kusebut kongcu (tuan muda) karena agaknya engkau seorang pemuda kaya raya....."
"Sing.....!" Terdengar suara berdesir nyaring dan nampak sinar. berkelebat menyambar ke arah San Hong yang masih berdiri. Pemuda tampan itu menggerakkan tangan dan sebatang sumpit meluncur ke arah sinar itu.
"Trlnggg.....I" Sumpit itu runtuh bersama sebatang paku yang dltangkisnya, jatuh di depan kaki San Hong. Pemuda,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ini tentu saja tadi tahu akan datangnya senjata rahasia yang menyambar ke arahnya, akan tetapi sebelum dia menghindar, pemuda tampan itu telah lebih dahulu menangkis senjata rahasia paku itu dengan lemparan sumpitnya.
"Toako, awas, ada orang datang!" kata pemuda tampan itu dan tubuhnya yang tadi duduk itu bagaikan seekor burung saja sudah berkelebat-dan kini dia berdiri di depan San Hong seolah-olah hendak melindunginya dari serangan orang jahat. Keduanya memandang ke depan, ke arah dari mana datangnya senjata rahasia tadi.
Mereka muncul seperti setan saja. Yang nampak hanya dua sosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu dua orang pria itu telah berdiri di depan San Hong dan sahabatnya.
Dua orang pria berusia kira-kira empat puluh tahun dan San Hong membelalakkan kedua matanya, memandang bingung karena dua orang pria itu seperti seorang dengan dua badan saja. Demikian presis demikian sama tak dapat dibedakan satu antara yang lain. Wajahnya demikian sama, keduanya bermuka licin seperti muka wanita, mata sipit, telinga kecil, mulut lebar. Bentuk badan mereka sedang saja, akan tetapi wajah Itu, potongan rambut, pakaian mereka sungguh tidak dapat dibedakan satu sama lain!
Tentu dua orang ini saudara kembar, pikir San Hong dan saking herannya, dia pun tanpa disadarinya sudah mengajukan pertanyaan.
"Apakah kailan ini saudara kembar?"
Pertanyaan yang bodoh tentu saja. Akan tetapi sekali ini pemuda tampan tidak mencelanya karena keadaan yang menegangkan itu. Pemuda tampan itu segera membuka mulut dan kata-kata penuh keberanian dan mengandung sikap memandang rendah kepada dua orang kembar itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, sejak kapan Koay-to Heng te menjadi orangorang yang pengecut dan penakut" Tak tahu malu menyerang orang secara menggelap! Huh, ini memalukan nama besar See-thian Mo-ong yang menjadi majikan kalian tentu saja."
Mendengar ucapan itu, dua orang kembar itu saling pandang, lalu mereka mengamati wajah dan bentuk tubuh pemuda tampan itu, akan tetapi jelas bahwa mereka tidak mengenal pemuda itu. Mereka itu memang dua orang saudaa kembar yang amat terkenal di dunia kang-ouw, bahkan dianggap sebagai datuk datuk sesat yang berilmu tinggi, ditakut lawan disegani kawan. Nama besar Koay to Heng-te (Kakak Beradik Golok Setan) sudah terkenal di seluruh penjuru duni persilatan, maka kalau pemuda tampa ini mengenal mereka, bukan merupakan hal aneh. Juga mereka berdua adalah murid, juga pembantu-pembantu setia dari guru mereka, See-thian Mo-ong yang merupakan datuk besar di dunia barat, maka kalau pemuda itu mengetahui hal ini juga bukan hal aneh. Yang membuat mereka penasaran adalah melihat sikap pemuda tampan itu.
Begitu memandang rendah kepada mereka, bahkan menyebut nama See-thian Mo-ong dengan sikap demikian meremehkan! Dan Juga tadi Gu Kiat, saudara pertama, yang menggunakan senjata rahasia paku beracun, melihat betapa pemuda tampan itu dengan mudahnya menangkis pakunya dengan sumpit. Oleh karena itu, mereka dapat menduga bahwa biarpun masih muda, tentu pemuda tampan itu seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan tentu terkenal pula di dunia persilatan. Akan tetapi anehnya, yang membuat mereka penasaran adalah bahwa mereka sama kali tidak mengenal pemuda itu. Mereka adalah datuk-datuk yang sudah banyak pengalaman dan banyak tahu akan tokoh-tokoh dunia persilatan, akan tetapi sekali ini mereka menghadapi seorang pemuda yang mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama sekali tidak kenal akan tetapi sebaliknya pemuda itu mengenal mereka, bahkan mengenal nama guru mereka!
"Bocah sombong, jangan mencampuri urusan kami!
Kami berurusan dengan dia itu!" Gu Kiat membentak dan menuding. ke arah San Hong. "Bukankah dia yang memiliki buntalan itu?" Dia menunju pula ke arah buntalan uang dan emas perak dari San Hong. !
"Benar....."
"Cukup, Toako! Serahkan urusan ini kepadaku. Mereka ini adalah dua orang manusia iblis dari barat yang amat keji dan jahat, dan akulah lawan mereka" Pemuda tampan itu, memotong pengakuan San Hong, lalu dia menghadapi dua orang kembar itu.
"Perampasan emas dan perak dari tangan para berandal itu adalah tanggung jawabku! Jadi para berandal kecil itu adalah kaki tangan kalian, ya" Nah, sudah kukatakan bahwa perbuatan itu adalah tanggung jawabku. Kalian mau apa" Merampas kembali emas dan perak itu" Jangan harap selama ada aku di sini!" Pemuda tampan itu bersikap tinggi hati sekali dan diam-diam San Hong merasa tidak setuju.
Sikap itu sungguh tidak menguntungkan, padahal dia dapat menduga bahwa dua orang kembar ini amat lihai.
Pemunculan mereka tadi saja sudah membuktikan kelihaian mereka. Menghadapi dua orang lawan yang lihai seperti itu, seharusnya bersikap hati-hati, tidak memandang rendah seperti sikap sahabat barunya itu.
Dua orang kembar, Gu Kiat dan Gu Liat kembali saling pandang dan mereka merasa semakin penasaran betapa pemuda tampan itu demikian memandang rendah kepada mereka, padahal pemuda itu tahu siapa mereka bahkan tahu pula bahwa mereka itu pembantu-pembantu utama guru mereka, See-thian Mo-ong! Bagaimana mungkin ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang berani begini memandang rendah kepada mereka dan guru mereka" Hanya orang gila saja agaknya!
"Orang muda, siapakah sesungguhnya engkau yang begini sombong dan seperti sudah bosan hidup"
Mengakulah agar kami tidak penasaran kalau nanti membunuhmu!" kata Gu Liat orang kedua yang selain amat pandai memainkan pasang golok, juga terkenal sekali dengan pukulan beracun Ang-see-ciang (Tang Pasir Merah).
"Huh, dua orang manusia rendah macam kalian tidak pantas mengenal namaku. Cepatlah pergi dari sini atau berlutut minta ampun atas kelancangan kalian, atau boleh memilih kematian di tanganku!"
Kemarahan Gu Liat tak dapat di tahannya lagi, "Sratttl"
Nampak dua sinar berkilauan ketika dia mencabut sepasang goloknya. Juga kakaknya, Gu Kiat sudah mencabut sepasang goloknya. Dua orang kembar ini terkenal sekali dengan Ilmu golok mereka sehingga mereka di juluki Koay-to Heng-te (Kakak Beradik Golok Setan). Sepasang golok itu tipis dan tajam, ujungnya yang runcing melengkung ke atas dan punggung golok itu seperti gigi gergaji! Ronce-ronce kuning menghias gagang golok.
"Huh, siapa takut menghadapi golok pemotong babi itu?"
Pemuda itu tetap mengejek, akan tetapi kakinya bergerak ke bawah dan sebatang kayu terpelanting ke atas dan cepat ditangkapnya. Kayu itu merupakan sebatang ranting, sisa dari kayu bakar tadi. Hanya sebatang ranting yang panjangnya ada satu setangan meter, besarnya selengan pemuda itu. Bagaimana mungkin menghadapi empat batang golok yang amat tajam itu dengan hanya sebatang tongkat ranting kayu biasa" Pemuda yang menjadi temannya ini sungguh tinggi hati dan terlalu memandang rendah lawan, pikir San Hong dan dia pun sudah siap siaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk membantu kalau pemuda tampan itu terancam banaya.
"Majulah, Koay-to Heng-te, dan kenalilah tongkat sakti di tanganku yang akan mencabut nyawa kalian!"
Dua orang saudara kembar itu adalah datuk-datuk sesat yang sudah memiliki nama besar. Oleh karena itu, tentu saja mereka merasa sungkan sekali kalau maju bersama dan mengeroyok seorang pemuda remaja! Juga tidak mengherankan kalau dua orang seperti mereka, yang sukar dicari tandingannya, kini agak memandang rendah kepada pemuda tampan itu. Gu Liat, orang ke dua dari saudari kembar itu sudah langsung memutar sepasang goloknya sambil membentak marah. "Pemuda sombong, mampuslah!"
Sepasang golok itu menyambar-nyambar dengan amat ganasnya, mula-mula membentuk dua lingkaran sinar bergulung-gulung di atas kepalanya sendiri, kemudian dua gulungan sinar ini meluncur ke arah diri pemuda tampan itu.
Bukan main kagetnya hati San Hong melihat itu. Ilmu golok yang amat hebat, dahsyat dan berbahaya, pikirnya.
Akan tetapi, dia menjadi semakin heran dan kagum.
Pemuda itu menggerakkan tongkatnya yang hanya terbuat dari ranting biasa, namun betapa luar biasanya. Tongkat itu mengeluarkan angin dan berdesir-desir ketika bergerak dengan putaran aneh ke atas dan bawah, membentuk gulungan sinar panjang seperti seekor ular naga! Dan ketika dua batang golok itu menyambar dengan gerakan menggunting, yaitu yang kanan membacok dari atas ke bawah sedangkan yang kiri menggunting dari bawah ke atas, tongkat itu pun membuat gerakan menggetar dan menangkis dengan beruntun dan cepat sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ting! Ting!!" Dan sepasang golok yang nampak amat tajam dan digerakkan dengan tenaga dahsyat itu terpental dan tertangkis, bahkan secara tiba-tiba dan cepat sekali, ujung tongkat sudah menyodok ke arah tenggorokan Gu Liat!
Karena tadinya memandang rendah, Gu Liat terkejut setengah mati.
"Ehhh.....!" Serunya dan terpaksa dia membuang dirinya ke belakang. Nyaris tenggorokannya kena disodok, maka tentu saja dia terkejut. Detik berikutnya, ujung tongkat yang lain sudah menotok ke arah ulu hatinya! Namun, sekali ini Gu Liat sudah siap siaga dan dengan golok kanannya dia menangkis, sementara golok kirinya membabat dari bawah.
Dengan amat lincahnya, pemuda tampan itu mengelak dan membalas dengan kemplangan tongkat ke arah pelipis lawan. Serangannya tidak kalah kuatnya, bahkan lebih cepat, membuat diam-diam San Hong meresa kagum dan gembira.
Melihat betapa pemuda tampan itu benar-benar amat lihai dengan tongkatnya, dua orang saudara kembar itu pun terkejut bukan main. Gu Kiat, orang pertama dari mereka, tentu saja merasa khawatir akan keadaan adiknya, walaupun dengan sepasang goloknya, Gu Liat belum nampak terdesak dan perkelahian itu berjalan seru, seimbang dan mati-matian. Untuk maju mengeroyok dia merasa malu. Dia lalu melirik kepada San Hong. Lebih baik bunuh saja dulu pemuda, yang merampas emas dan perak para perampok anak buahnya itu. Kalau pemuda Itu sudah tewas, tidak akan ada orang lain melihat kalau dia maju membantu adik kembarnya! Berpikir demikian, Gu Kiat yang juga sudah mencabut sepasang goloknya, menggerakkan sepasang senjata itu. Dia melihat betapa San Hong tiba-tiba saja meloncat ke dekat buntalan pakaiannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan sekali sambar, pemuda itu kini sudah berdiri dengan sebatang pedang di tangan.
"Bagus!" seru Gu Kiat gembira. Bagaimanapun juga, sebagai seorang datuk yang memiliki ilmu silat tinggi, dia merasa tidak enak kalau harus menyerang seorang pemuda bertangan kosong dengan sepasang goloknya yang sudah amat terkenal di dunia persilatan. "Perampas busuk, engkau pun mampuslah!" Dan dia pun sudah menyerang dengan terjangan sepasang goloknya yang dahsyat. Dengan tenang sekali, San Hong melompat ke belakang dan melihat betapa teman barunya itu diserang oleh orang ke dua, pemuda tampan itulah yang menjadi khawatir sekali.
"Twako, larilah! Heiiii, kembar busuk. Keroyoklah aku, jangan ganggu dia karena dia bukanlah lawanmu! Kalian keparat-keparat yang curang!"
Akan tetapi, desakan Gu Liat membuat pemuda tampan itu tidak dapat banyak bicara lagi. Dia pun harus mencurahkan tenaga dan kepandaiannya karena tingkat kepandaiannya tidak terlalu banyak selisihnya dengan kepandaian datuk-datuk itu, kalau tidak dibilang dia kalah kuat dalam tenaga sin-kang, di tambah lagi senjata berupa sepasang golok lawan itu memang dahsyat bukan main.
Betapapun juga, hatinya lega ketika dia melirik dan melihat bahwa seorang yang disangkanya hanya pandai sedikit ilmu silat itu kini menghadapi sepasang golok lawan dengan permainan pedang yang amat mengejutkan, juga mengagumkan hatinya. Pedang itu berkelebatan seperti kilat menyambar-nyambar!
Memang tidak aneh kalau pemuda tampan itu menjadi kagum dan heran. Ilmu pedang yang dimainkan San Hong memang merupakan ilmu pedang yang amat hebat, yaitu ilmu Pedang Kilat, sedangkan pedang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dipergunakannya juga Lui-kong-kiam (Pedang Sinar Kilat) pemberian seorang di antara Thian-te Ngo-sian. Melihat betapa lawannya amat lihai, San Hong tidak ragu-ragu lagi untuk mengeluarkan pedang dan memainkan ilmu pedang itu. Kalau pemuda tampan itu terkejut dan kagum, sebaliknya Gu Kiat terkejut dan khawatir. Tak disangkanya lawannya begitu hebat! Ketika sinar pedang itu bertemu dengan golok kirinya, dia merasa lengannya tergetar, golok itu hampir terpental dan ketika dia memeriksanya, ujung golok kirinya itu patah! Tahulah dia bahwa selain memiliki ilmu pedang yang hebat, pemuda tinggi besar itu pun memegang sebatang pedang pusaka yang ampuh sekali!
Dan melihat kilatan pedang itu mengingatkan dia akan seseorang.
"Hei, bocah sombong! Apa hubunganmu dengan Lui-kong Kiam-sian?"
San Hong tidak dapat menyembunyikan diri lagi. "Beliau adalah guruku," katanya sederhana.
Mendengar ini besar pula hati Gu Liat. Kiranya pemuda ini hanya murid Lui-kong Kiam-sian, sedangkan kakek Thian-san itu memiliki kepandaian yang setingkat dengan dia. Bagaimanapun juga, dia pasti akan mampu mengalahkan murid Lui-kong Kiam-sian. Diputarnya lagi sepasang goloknya dan dia pun mengeluarkan ilmu goloknya yang paling ampun, dan dari kedua gagang goloknya, ketika jarinya menekan tombol kecil, menyambar paku-paku beracun ke arah pemuda itu!
San Hong sudah siap menghadapi ini. Tadi dia pun tahu bahwa orang ini yang melepas paku beracun, maka dia sudah berhati-hati sekali. Begitu ada sinar hitam dan suara angin menyambar, dia segera mempergunakan gin-kang (ilmu meringankan tubuh) yang hebat dan tiba-tiba saja, ketika dia mengelak dari sambaran-sambaran paku,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya lenyap dari pandang mata lawan dan tahu-tahu Gu Kiat merasa ada serangan pedang dari arah kirinya.
Ketika dia menangkis dan membalik, pemuda itu sudah berada di situ dan menyerangnya!
"Ahhh.....!" Dia terkejut, dan kedua goloknya membentuk benteng sinar untuk melindungi tubuhnya.
Kembali dia menekan tombol dan kini lebih banyak lagi paku menyambar-nyambar ke arah tubuh San Hong, dari atas ke bawah! Kembali pemuda itu mengerahkan gin-kangnya dan tubuhnya sudah mencelat ke atas, kemudian dalam keadaan melayang seperti seekor burung rajawali, pemuda itu dari atas menukik ke bawah didahului sambaran pedangnya yang mengeluarkan sinar kilat!
Kembali Gu Kiat terkejut karena gerakan gin-kang sehebat itu mengingatkan dia akan orang lihai dari Thian-san Ngo-sian yang lain.
"Apamukah Bu Eng Sianjin?" bentaknya.
"Beliau guruku." jawab San Hong dengan singkat sambil kini membalas dengan serangan-serangan beruntun. Gu Kiat sudah menjadi kecil hatinya mendengar pengakuan itu.
Kiranya pemuda ini bukan hanya murid Lui-kong Kiamsian, akan tetapi juga murid Bu Eng sianjin. Jangan-jangan masih murid dari tiga orang di antara Thian-san Ngo-sian pula, pikirnya dan biarpun dia sudah memutar sepasang goloknya, tetap saja pundaknya kena disentuh ujung pedang di tangan San Hong sehingga baju dan kulit pundaknya terobek! Dengan muka pucat! dia pun meloncat ke belakang, agak jauhi sambil memeriksa pundaknya.
Pada saat itu, pemuda tampan masih saling serang dengan mati-matian melawan Gu Liat. Dia sudah mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, namun tidak mampu mendesak terlalu hebat bahkan biarpun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
permainan tongkatnya itu cukup membingungkan lawan sehingga beberapa kali ujung tongkatnya sempat menyentuh tubuh lawan, namun serangan itu tidak merobohkan lawan yang sudah melindungi dirinya dengan kekebalan.! Tongkat itu hanya membuat lawan terhuyung, sedangkan kalau Gu Liat menyerang dengan hebat, nyawanya terancam sinar kedua batang golok.
Sebaliknya, Gu Liat juga khawatir sekali melihat betapa kakak kembarnya terdesak hebat oleh pemuda berpedang kilat. Apalagi dia pun mendengar pertanyaan kakaknya dan tahu bahwa pemuda itu murid dua orang pandai, maka dia mengambil keputusan untuk secepatnya mengalahkan pemuda tampan yang memiliki ilmu tingkat luar biasa itu.
"Mampuslah kau.....!" Golok di tangan kanannya menyambar dengan kekuatan dahsyat karena dia mengerahkan seluruh tenaganya pada golok itu. Pemuda tampan itu terkejut, tidak mungkin mengelak dan menggerakkan tongkatnya untuk menangkis dengan pengerahan tenaga sekuatnya.
"Krakkk!" Tongkat itu patah menjadi dua akan tetapi golok itu pun terpental dan terlepas dari pemegangnya.
Akan tetapi, agaknya saat ini sudah diperhitungkan oleh Gu Liat bahkan dia sengaja melepaskan goloknya yang tadi tergetar hebat dalam benturan keras dengan tongkat lawan, lalu tangannya yang kini tidak memegang senjata itu menghantam dengan telapak tangan terbuka ke depan, ke arah dada pemuda tampan! Pemuda itu tidak menduga akan hal ini, dia cepat mengerahkan sin-kang ke dadanya dan dari samping, tangan kirinya mencoba untuk menangkis sambil dia membuang diri ke belakang. Namun terlambat, biarpun tidak amat telak dan tidak begitu keras, dadanya menerima pukulan telapak tangan Gu Liat yang mengandung hawa beracun, yaitu pukulan Ang see ciang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Plaaakkk!" Tubuh pemuda tampan itu| tergetar dan terjengkang, dia terhuyung lalu roboh terlentang, napasnya sesak dan dadanya nyeri sekali. Melihat ini, San Hong yang baru saja ditinggal lawannya terkejut dan dengan lengkingan panjang tubuhnya sudah meloncat dengan kecepatan kilat, pedangnya menusuk.
Gu Liat terkejut dan cepat menangkis dengan goloknya yang tinggal sebelah.
"Tranggggg. .!" Golok itu terpental dan terlepas dan bahu kanannya berdarah karena terobek sinar pedang! Gu Liat cepat meloncat jauh dan dua orang saudara kembar itu pun segera berlompatan melarikan diri karena merasa tidak sanggup melawan dua orang pemuda yang amat lihai itu.
"Siauw-te.....! Kau..... kau terluka.....?"
San Hong cepat menghampiri pemuda yang masih rebah terlentang itu. Pemuda itu menekan dadanya, dan mulutnya mengeluarkan darah.
"Dia..... memukul dadaku....." Kemudian dia pun terkulai lemas, pingsan!
San Hong bertindak cepat dan tenang. Dari seorang di antara para gurunya, yaitu Pek-ciang Yok-sian, dia sudah digembleng dalam ilmu pengobatan. Dia tahu bahwa sahabatnya itu jatuh pingsan karena luka di sebelan dalam dadanya, dan dia tahu pula bahwa dia harus menolong sahabatnya dengan tenaga sin-kang.
Maklum bahwa dia harus cepat melakukan pemeriksaan dan pengobatan, San Hong tanpa ragu-ragu lagi mencengkeram baju di bagian dada kawannya. Dia tadi sempat melihat betapa tangan Gu Liat yang kemerahan menyambar ke arah dada, dan dirobeknya baju di bagian dada itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Brettttt.....!"
"Ahhhhh.....!" Sepasang mata San Hong terbelalak menatap dua bukit dada yang membusung, buah dada seorang wanita! Aih, bagaimana ini....." Dia menjadi gugup dan bingung, otomatis tangannya yang masih memegang robekan baju ditutupkan lagi pada dada itu. Karena gerakan ini maka jari-jari tangannya menyentuh bagian tubuh yang lembut itu dan. bagaikan memegang tubuh seekor ular dia pun melepaskan baju dan menarik kedua tangannya. Akan tetapi, hanya sebentar saja dia menjadi gugup. Tidak boleh begini, pikirnya. Sahabatnya ini ternyata seorang gadis!
Gadis atau bukan, wanita atau laki-laki, gadis ini menderita luka parah yang amat berbahaya kalau tidak cepat ditolongnya.
Dengan sikap tenang sekali karena dia sudah menguasai batinnya, San Hong dengan hati-hati membuka lagi robekan kain yang menutupi buah dada itu, mencurahkan perhatiannya kepada bagian yang terpukul dan membutakan perasaannya kepada bagian lain yang amat menggairahkan. Dan nampaklah olehnya tapak jari 'tangan'
merah. Hanya tiga buah, tepat di tengah-tengah antara dua buah dada. Agaknya pukulan itu tidak telak sekali sehingga yang membekas hanyalah tiga buah jari, bukan lima. Tanpa ragu lagi dia pun segera duduk bersila dan menempelkan telapak tangan kanannya di atas dada yang berkulit putih mulus itu, di antara dua bukit dada yang hangat sambil menahan perasaan dan mencurahkan perhatiannya untuk mengerahkan tenaga sin-kang. Dari telapak tangannya mengalirlah hawa yang menggetar dan hangat, untuk mengobati luka di dalam itu dan dia tahu, menurut pelajaran yang diterima dari Pek-ciang Yok-sian, bahwa pukulan Ang-see-ciang (Tangan Pasir Merah) itu mengandung hawa beracun yang harus disedotnya keluar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kurang lebih setengah jam San Hong meletakkan telapak tangan kanan dan kiri bergantian di atas dada itu dan kini kedua telapak tangannya sudah berubah merah karena telah menyedot hawa beracun itu! Bekas jari tangan merah yang tadinya menghias kulit dada yang putih mulus itu kini tinggal sedikit lagi, nampak tidak semerah tadi. Pernapasan gadis itu pun kini tidak sesak seperti tadi dan legalah nati San Hong karena dia tahu bahwa keselamatan gadis itu telah terjamin. Bahaya ancaman maut telah lewat.
Dia melihat gadis itu menghela napas dan pelupuk matanya bergerak. Cepat dia menarik kedua tangannya dan masih sempat menutupkan robekan kain baju ke atas dada telanjang itu sebelum gadis itu membuka kedua matanya.
Gadis itu membuka mata, memandang ke kanan kiri lalu melihat San Hong. Ia agaknya segera teringat akan perkelahian tadi.
"Twako, di mana dua orang jahanam itu?" teriaknya sambil melompat berdiri. Ketika ia melompat itu, penutup dadanya terlepas dan nampaklah sepasang buah dadanya.
"Iiihhh... !" Ia menjerit dan cepat menggunakan kedua tangannya untuk menutupi dadanya. Dengan sopan San Hong sudah membalikkan tubuhnya dari berdiri membelakangi gadis itu.
Gadis itu melihat betapa San Hong membalikkan tubuh, maka ia pun berani memeriksa dadanya. Ada tenda jari tangan merah, hanya tipis, di antara dua buah dadanya, dan ia teringat bahwa tadi ia terkena pukulan lawannya dan roboh. Akan tetapi pukulan itu tidak membuat bajunya robek! Dan sekarang, baju itu robek di bagian buah dadanya, membuat dadanya telanjang! Mukanya berubah merah sekali dan ia cepat mengambil baju dari buntalan pakaiannya dan berganti baju yang utuh. Barulah hilang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rasa malunya, akan tetapi kemarahan menggantikan perasaan itu ketika ia memandang kepada San Hong.
"Kwee San Hong!" katanya dengan suara nyaring. "Coba kau membalik dan hadapi aku!"
"Kau... kau sudah berpakaian?" Tanya San Hong.
"Huh, pura-pura sopan lagi!" Gadis itu menggerutu.
"Berbaliklah dan jawab pertanyaanku dengan jujur!"
Kwee San Hong membalikkan tubuh dengan hati-hati, dan lega hatinya melihat gadis itu telah berbaju. Kini pandang matanya berbeda. Ternyata pemuda tampan itu adalah seorang gadis yang cantik jelita dan manis sekali.
Kekagumannya bertambah beberapa kali lipat. Seorang gadis dengan keberanian seperti itu! Juga memiliki ilmu silat, terutama ilmu tongkat yang hebat!
"Engkau terluka kena pukulan beracun....." katanya untuk memecahkan kesunyian yang amat tidak
mengenakkan hatinya.
"Aku sudah tahu dan aku tidak tanyakan hal itu. Yang hendak kutanyakan, siapa yang merobek bajuku tadi ketika aku pingsan?"
Dengan sejujurnya San Hong menjawab, "Aku.....!"
"Bagus! Kwee San Hong, kalau tidak engkau yang mampus, aku yang mati di tanganmu!" Berkata demikian, gadis itu lalu meloncat dan menyerang San Hong dengan pukulan dahsyat, menggunakan tangan kirinya dengan tangan terbuka membentuk cakar harimau. San Hong mengelak dan ketika tangan yang mencengkeram ke arah lehernya itu lewat, dia mencium bau amis dan melihat betapa tangan itu beruban menghitam, tanda bahwa gadis itu menyerangnya dengan cengkeraman tangan beracun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang hebat sekali. Bahkan mungkin lebih dahsyat! daripada Ang-see-ciang dari orang kembar tadi!
"Eh, nanti dulu..... eh, Siauw-te....."
"Aku bukan Siauwte-mu! Jangan berpura-pura lagi!"
Gadis itu membentak dan nampaknya semakin marah karena ia menganggap San Hong sengaja menggodanya.
Serangannya semakin dahsyat, menggunakan kedua tangan bergantian dan kedua tangan itu sudah berubah menghitam sampai ke siku, tanda bahwa kedua tangan itu mengandung racun yang amat berbahaya.
Dengan kelincahan tubuhnya, San Hong mengelak dan berloncatan mundur. Ketika gadis itu mendesak, dia meloncat jauh ke belakang.
"Nona, nanti dulu...... biar kujelaskan! "
"Tidak perlu banyak bicara lagi! Selagi aku pingsan, engkau merobek bajuku, menelanjangi aku dan untuk itu engkau harus mati!" Kembali gadis itu menyerang dan terpaksa San Hong harus membela diri kalau dia tidak ingin mati konyol. Serangan-serangan yang dilancarkan gadis itu adalah serangan maut, apalagi kedua tangan itu mengandung racun yang amat jahat dan keji. Bergidik dia melihat kedua tangan menghitam itu dan hampir dia tidak percaya betapa pemuda tampan yang tadi bersikap demikian ramahnya, kini berubah menjadi seorang gadis yang begini ganas dan galak, juga kejam dan memiliki ilmu pukulan sesat seperti iblis! Tentu saja dia tidak ingin memukul atau merobohkan gadis itu, akan tetapi dia pun maklum bahwa kalau dia hanya mengelak, akhirnya dia akari terkena pukulan dan tentu dia akan celaka! Dia berhak mempertahankan diri dani dia pun mulai membalas untuk menahan gelombang serangan gadis itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu San Hong bersungguh-sungguh dan melakukan perlawanan, gadis itu segera merasakan betapa pemuda tinggi besar itu memang tangguh bukan main. Tadi pun ia sudah tahu bahwa pemuda itu amat lihai, bahkan agaknya mampu mengusir si kembar yang amat tangguh itu. Akan tetapi ia melawan terus dari menghujankan serangan dengan nekat. Ia kalah segala-galanya, baik kecepatan maupun tenaga. Hanya agaknya pemuda itu tidak bersungguh-sungguh ingin mengalahkannya, maka pemuda itu hanya mengurungnya dengan serangan balasan yang beraneka macam dan yang membuat gadis itu kehabisan langkah. Bahkan untuk menghadapi ilmu tangan hitam beracun dari gadis itu, San Hong menggunakan ilmu Tangan Putih yang dipelajarinya dari Pek-ciang Yok-sian (Dewa Obat Tangan Putih), seorang di antara Thian-te Ngo-sian. Dengan ilmu ini, dia dapat dengan tenang menangkis lengan dan tangan gadis itu tanpa khawatir terkena hawa beracun.
Setelah lewat lima puluh jurus, gadis itu maklum bahwa dia tidak akan menang kalau bertanding dengan tangan kosong. Kemarahannya memuncak dan tiba-tiba ia meloncat ke dekat api unggun dan ketika ia menyerang lagi, ia sudah menggunakan sebatang tongkat ranting! Dan hebat sekali memang permainan tongkat ini karena dalam beberapa jurus serangan saja, ujung tongkat itu telah berhasil menyodok perut San Hong! Pemuda itu terkejut.
Kembali gadis itu membabat dengan tongkatnya ke arah lehernya. Dia merendahkan tubuh dan menggerakkan tangan untuk merampas tongkat, akan tetapi tiba-tiba tongkat itu berputar dan tahu-tahu kedua lututnya telah tercium totokan ujung tongkat dan tanpa dapat ditahannya lagi, tubuh Sen Hong terguling. Agaknya gadis itu maklum akan kekebalan tubuhnya karena ketika tongkat tadi memasuk perut, pemuda itu sama sekail tidak merasa apaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa, maka kini sasarannya adalah totokan ke arah jalan darah! Begitu terpelanting, San Hong menerima pukulan-pukulan yang biarpun tidak membahayakan keselamatan nyawanya, namun cukup mendatangkan rasa nyeri. Dia dihajar babak belur oleh gadis yang galak itu.
Tiba-tiba ujung tongkat itu meraba ubun-ubun kepalanya. San Hong terkejut dan tidak berani bergerak lagi, terutama setelah gadis itu membentak, "Jangan bergerak atau terpaksa aku akan membunuhmu!"
San Hong maklum bahwa keadaannya memang
berbahaya sekali. Biarpun kepandaiannya cukup tinggi dan tingkatnya lebih tinggi daripada tingkat kepandaian gadis itu, akan tetapi permainan tongkat gadis itu sungguh aneh dan hebat bukan main sehingga dengan tangan kosong, dia tidak mampu menandinginya. Sekarang, ubun-ubun kepalanya telah ditodong ujung tongkat. Dia tidak mungkin dapat melindungi bagian ini dengan baik, dan kalau gadis itu mengerahkan sin-kang menusuknya, tentu dia akan tewas atau setidaknya akan cedera nebat. Maka dia pun tidak bergerak.
"Nona, kalau hendak membunuhku, bunuhlah., Akan tetapi selama hidupmu engkau akan sengsara karena merasa berdosa besar, membunuh orang yang sama sekali tidak berdosa, sama sekali tidak bersalah kepadamu." katanya, sikapnya tenang dan suaranya juga tenang dan penuh kepasrahan, sedikit pun tidak takut atau marah.
Melihat sikap dan mendengar suara yang begitu tenangnya, gadis itu mengerutkan alisnya karena ia memerangi hatinya yang merasa kagum kepada pemuda ini!
"Engkau" Tidak berdosa dan tidak bersalah padaku"
Huh, laki-laki memang mau enaknya sendiri saja! Engkau menelanjangi aku. membuka bajuku, bahkan merobeknya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
engkau melihat tubuhku, dan engkau bahkan tidak merasa bersalah?"
"Memang benar, Nona. Aku merobek bajumu, bahkan terus terang saja, aku menempelkan telapak tanganku di dadamu....."
"Keparat jahanam!" teriak gadis itu.
San Hong menanti saatnya ubun-ubun kepalanya ditusuk, akan tetapi ujung tongkat itu sama sekali tidak bergerak.
"Berani kau.....?"
"Habis, apa yang harus kulakukan, Nona" Dengarlah penjelasanku sebelum kau marah-marah. Nanti kalau sudah mendengar penjelasanku, kau mau marah-marah, mau membunuh aku, silakan! Kalau engkau membunuh aku yang tidak bersalah, aku akan menjadi setan berkeliaran dan selalu aku akan mencarimu dan mengganggumu selama hidupmu."
Jelas nampak betapa gadis itu ngeri mendengar ancaman ini. "Huh, siapa takut" Hayo katakan apa penjelasanmu itu!" Lalu ia mendekatkan ujung tongkat itu ke ubun-ubun San Hong, "Awas, cerita sejujurnya. Sedikit saja bohong, kepalamu akan kutembus dengan tongkat ini!"
"Begini, Nona, ketika aku melihat engkau rebah pingsan setelah mengatakan bahwa dadamu terpukul lawan....."
"Eh, bagaimana dengan dua orang saudara kembar itu?"
teringat akan dua orang lawan yang amat lihai itu, ia bertanya.
"Mereka sudah melarikan diri," jawab San Hong dengan suara dan sikap biasa saja karena memang dia tidak merasa bangga dengan kemenangannya. "Aku tidak dapat mengejar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka karena melihat engkau terluka, Nona. Ketika engkau pingsan, aku dapat menduga bahwa tentu pukulan yang mengenai dadamu itu amat berbanaya, maka aku.....
aku... ah, harap Nona ingat bahwa saat itu engkau adalan siauw-te bagiku, seorang pemuda dan apa salahnya kalau aku membuka baju seorang pria lain untuk memeriksa lukanya" Karena khawatir, aku menjadi tidak sabar dan aku merobek saja bajumu di bagian dada..... "
"Tak tahu malu!" bentak gadis itu, akan tetapi kini ujung tongkatnya sudah turun, tidak lagi menempel di ubun-ubun kepala San Hong.
"Aku terkejut sekali, Nona..... perasaan sungkan dan malu mendorongku untuk tidak mendekatimu setelah melihat bahwa engkau seorang gadis. Akan tetapi ingatan bahwa mungkin engkau terancam maut, melihat betapa di..... dadamu terdapat tapak jari merah dari pukulan Ang see-ciang, aku merasa khawatir sekali. Maka, dengan memejamkan mata, aku segera menggunakan sin-kang untuk menyedot hawa beracun dari dadamu ke telapak tanganku....."
"Keparat.....! Kau..... kau..... menjamahku, meraba dadaku dengan tanganmu.....?" Tiba-tiba ujung tongkat itu kembali di tempat tadi, di ubun-ubun kepala San Hong.
Pemuda Ini menarik napas panjang. Alangkah anehnya watak gadis ini. Apakah semua wanita begini wataknya"
Sungguh merepotkan!
"Nona, bagaimana mungkin aku dapat mengobatimu, dapat melenyapkan hawa beracun dari dalam dadamu kalau tidak kupergunakan telapak tanganku untuk menyedot hawa itu dengan sin-kang" Aku tidak meraba raba, aku hanya meletakkan tanganku di dadamu, di atas bekas telapak tangan merah itu.''
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
~o-Dewikz-o0o-Budi.S-o~
Jilid X "Huh! Tidak perlu meraba dada juga aku dapat mengusir hawa beracun itu! Aku seorang gadis, seorang perawan, mengerti" Dan kau seorang pemuda, berani meraba dada seorang gadis, itu merupakan kesalahan besar sekali, tak terampunkan!"
"Ah, maafkan aku, Nona..... "
"Maaf, maaf! Enak saja minta maaf! Kau tahu apa yang terjadi di jaman dahulu kalau ada laki-laki berani meraba dada seorang perawan" Gadis itu akan membunuh diri karena aib, dan laki-laki itu akan dihukum gantung!
Senangkah hatimu kalau aku sekarang membunuh diri di depanmu karena malu dan aib?"
San Hong adalah seorang laki-laki polos yang kurang pengalaman. Dia percaya begitu saja dan wajahnya berubah agak pucat, matanya terbelalak memandang wajah yang manis itu. "Aih, jangan, Nona! Jangan....., aku bersedia minta maaf, bersedia menerima hukuman, akan tetapi jangan engkau membunuh diri karena itu..... "
San Hong tidak melihat betapa sinar mata gadis itu berkilau dan mata itu seolah-olah tersenyum wulaupun mulutnya tetap cemberut. "Kau yang meraba enak saja, aku yang menerima aibnya. Baik, aku tidak akan membunuh diri, akan tetapi engkau hurus minta maaf sambil berlutut kepadaku delapan kali!"
San Hong tidak dapat berbuat lain kecuali harus memenuhi permintaan itu. Kalau gadis yang aneh ini benar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
benar membunuh diri, dia akan merasa menyesal selama hidupnya!
Dia pun segera menjatuhkan diri berlutut di depan gadis itu sambil berkala, "Maafkan aku, Nona, maafkan..... "
Akan tetapi baru tiga kali dia berlutut, gadis itu sudah menyentuh pundaknya dengan ujung tongkat.
"Cukup tiga kali saja, kalau delapan kali orang akan mengira bahwa engkau menghormati orang mati dan aku belum mati!" Dan dara yang aneh itu pun kini duduk di atas rumput, di depan San Hong yang sudah bersila, dan ia membuang tongkatnya! Wajahnya nampak berseri dan pandang matanya sama sekali tidak marah lagi, bahkan mulutnya yang manis itu tersenyum. Berdebar rasa jantung San Hong karena girang melihat perubahan ini. Kalau dia tahu bahwa berlututnya dapat membuat gadis itu tidak marah lagi bahkan tersenyum-senyum, mau rasanya dia berlutut sampai seratus kali!
"Twako, aku memaafkanmu, akan tetapi lain kali, hitung dulu sampai seratus kali sebelum engkau membuka baju seorang wanita dan hitung sampai seribu kali kalau engkau hendak meraba dadanya." kata gadis itu dan senyumnya manis sekali, membuat San Hong menjadi bengong memandang mata dan mulut itu.
Selama hidupnya belum pernah dia melihat yang seindah ini. Karena sampai lama dia tidak menjawab dan hanya bengong seperti bergantung pada bulu mata dan sudut bibir itu, sang gadis membentak.
"Heiiiii.....! Apa yang kaulihat itu?" Dan gadis itu tertawa sambil menutup mulutnya, gerakan wanita yang amat manis dan lembut, ketika ia melihat San Hong gelagapan seperti orang tidur di siram air dingin.
Pedang Asmara Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Eh....., ohhh....., eh, apa yang kau katakan tadi" O,ya, tentang hitungan....." jawabnya gagap, "Aku akan menghitung dulu sampai seribu kali sebelum membuka baju wanita dan akan menghitung sampai sepuluh ribu kali sebelum meraba dadanya..... "
Gadis itu tertawa terkekeh-kekeh bahkan hampir terpingkal-pingkal saking geli hatinya. San Hong memandang bengong, dan kebengongannya ini menambah rasa geli di hati gadis itu yang merasa seolah olah perutnya digelitik.
"Kau.... rnentertawakan aku, Nona" " tanya San Hong, alisnya berkerut.
Melihat pemudu itu agaknya tida senang ditertawakan dan tidak mengerti apa yang menggelikan hatinya, gadis itupun berhenti tertawa. "Aku mentertawakan engkau yang akan menghitung sampai sepuluh ribu itu! Engkau tentu akan salah menghitung, dan sebelum selesai menghitung, yang hendak diraba pun sudah pergi jauh!" Gadis itu termenung, lalu mengangkat muka lagi memandang San Hong dengnn penuh perhatian. San Hong rasa seperti seekor binatang yang ditaksir untuk dibeli, maka dia merasa jengah dan menundukkan mukanya yang berubah kemerahan.
Golok Sakti 6 Naga Kemala Putih Karya Gu Long Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama