Ceritasilat Novel Online

Terbang Harum Pedang Hujan 14

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 14


Jing-yu berkata pada biksu tua itu:
"Fu-ye, aku akan mulai bertindak!"
Biksu tua itu menghela nafas dan berteriak:
"Keponakan Yuan, kemarilah!" dia menyuruh Long-zhang-shen-gai mendekatinya dengan
maksud jangan menghalangi Jing-yu bertindak, ternyata biksu tua itu tidak berani melanggar
peraturan keluarga Rui dan dia membiarkan Jing-yu melakukan kejahatan.
Dari balik dadanya Jing-yu mengeluarkan sebuah belati kecil, selangkah demi selangkah dia
mendekati Wen-yi. Long-zhang-shen-gai tidak berani membantah perintah Fu-ye, tapi dia juga tidak mau
kehilangan hati membela keadilan dan membiarkan teman yang dibawanya mengalami sesuatu,
dia berada di posisi maju tak bisa mundur pun tak mungkin.
Tiba-tiba terdengar tawa seorang perempuan, yang membuat semua orang terkejut, di sebelah
sana datang puluhan gadis berbaju seksi.
Udara di bulan 8 yang dingin, tapi para perempuan itu mengenakan baju tipis, lekukan tubuh
mereka terlihat jelas. Orang yang melihat mereka pasti akan merasa kaget. Para perempuan itu
walaupun berbaju sangat tipis tapi mereka tidak tampak merasa kedinginan.
18 orang perempuan cantik dan belia berjalan ke tengah-tengah lapang, mereka berdiri
menjadi dua baris, dari tengah dengan pelan muncul seorang perempuan berbaju merah muda
dengan rambut digelung. Rambutnya dipenuhi dengan hiasan, dia seorang perempuan cantik dan
tampak menggairahkan. Begitu dia berjalan ke depan, dia memberi hormat lalu berkata dengan manja:
"Aku adalah ketua Tian-mei-jiao, namaku adalah Dewi Wan-miao." dan dia memberi hormat.
368 Orang yang ada di sekeliling berdiri, tadinya mereka mengira kalau perempuan itu adalah putri
dari keluarga Rui. Mungkin tahun sekarang acara rapat ada sesuatu yang berbeda, di tengah acara
mereka diberi hiburan. Ternyata mereka adalah para perempuan dari marga lain. Kampung Rui
tidak pernah kedatangan perempuan marga lain, tidak disangka orang pertama yang
mengetahuinya adalah pembawa acara, tentu saja itu sudah membuat kaget orang-orang di sana,
sekarang sekaligus datang 19 orang perempuan, hal ini benar-benar belum pernah terjadi.
Putra-putra marga Rui yang ada di lapangan, kebanyakan sudah menikah, mereka belum
pernah keluar dari kota Rui, sekarang begitu melihat ada perempuan yang datang dari luar begitu
seksi, mereka bengong melihatnya.
Biksu tua melihat pembawa acara, dia ingin tahu apa yang akan dikatakan Jing-yu atas masalah
ini, pisau kecil yang dipegang Jing-yu terjatuh. Dia bengong melihat kejadian yang terjadi di depan
matanya. Pada kesempatan ini Long-zhang-shen-gai membawa Wen-yi dan Ruan-wei duduk di pinggir,
dia bersiap-siap kalau ada kesempatan mengantar mereka keluar dari kota ini.
Tidak ada yang keluar untuk menyapa Miao-xian-nu, dia tertawa:
"Aku dengar kampung Rui sangat hebat, tapi sekarang setelah tiba di sini, ternyata tidak ada
yang keluar untuk menyapa kami, benar-benar membuat aku kecewa."
Dia tidak tahu kalau keluarga Rui sangat menganggap penting aturan-aturan keluarga.
Walaupun semua merasa kaget tapi kalau pembawa acara tidak bicara, yang lain tidak akan berani
bertanya. "Mungkin kalian sudah merasa lelah karena mengikuti rapat. Kami akan menyumbangkan
sebuah tarian untuk membuat kalian bersemangat." Dewi Wan-miao tertawa manja
Dia bertepuk tangan, lalu 18 perempuan itu mulai menari.
Semua perempuan marga Rui adalah perempuan baik-baik. Orang-orang yang ada di lapangan
tidak pernah melihat ada tarian yang begitu menggoda, semakin mereka menari tarian mereka
semakin menggoda. Maka dalam waktu seperminuman teh, hampir seluruh orang-orang di sana
tenggelam dalam tarian mereka. Dalam tarian menggoda ini tiba-tiba terdengar teriakan seperti
naga menjerit, segera mereka tersadar. Tapi 18 gadis yang menari segera berhenti menari dan
mereka jatuh terduduk di bawah.
Dewi Wan-miao terkejut, dengan kaget mereka melihat biksu tua, dan berpikir:
"Sungguh hebat ilmu keluarga Rui, raungan tadi dalam agama Budha tidak akan sampai
melukai orang tapi bisa membuat murid-muridku terluka. Ilmu ini sangat cocok digunakan. Teknik
ini di dunia ini tiada duanya."
Dia berputar dengan ringan, menepuk nadi 18 gadis yang tergetar oleh raungan tadi. Jing-yu
segera membentak: "Hayo pergi dari sini! Apa kalian cari mati!" Mata genit Dewi Wan-miao
berputar, dia melihat Ruan-wei dan Wen-yi, kemudian hatinya bergetar, pelan-pelan dia
mendekat. Begitu sampai lima meter di depan Wen-yi, dia tertawa:
"Kurasa kita pernah bertemu."
Long-zhang-shen-gai mengira perempuan ini mengenal Wen-yi, maka dia menoleh.
"Apakah kalian berdua tidak mengenaliku?"
Ruan-wei dan Wen-yi tampak kebingungan, sewaktu mereka akan bertanya, tangan Dewi Wanmiao
yang sedang membereskan rambut telah diturunkan dan jarinya telah menyentil.
Begitu tercium Long-zhang-shen-gai, dia berteriak:
"Mi-hun-den!" (obat bius).
Karena kepalanya pusing, reaksinya jadi kurang cepat, Dewi Wan-miao dengan kedua
tangannya telah menggendong Ruan-wei dan Wen-yi, dia meloncat dan kembali ke tengah lapang.
Begitu Long-zhang-shen-gai tersadar, dia melihat 18 gadis muda telah mengelilingi Dewi Wanmiao
dan dia tidak bisa berbuat banyak.
Dewi Wan-miao tertawa: "Tadi Tian-mei-jiao telah menyumbang tarian, kami menyampaikan rasa hormat kepada
keluarga Rui. Sekarang kami pamit pergi." dia mulai tahu kehebatan ilmu keluarga Rui yang
sangat lihai. Dia tidak berani tinggal lebih lama di sana dan ingin segera meninggalkan tempat ini.
Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba biksu tua itu berkata:
369 "Dasar Jing-yu tidak berguna, sekarang semua tangkap dewi itu!"
Orang-orang yang berada di lapangan adalah para tetua yang berilmu tinggi, begitu mendengar
perintah Fu-ye, mereka segera menghalangi jalan mundur Tian-mei-jiao.
Dewi Wan-miao membentak, dia yang pertama keluar, ilmu silatnya memang tinggi, tapi
tangannya sedang membawa dua orang, membuatnya tidak leluasa bertarung. 18 anak buahnya
tidak memiliki ilmu silat setinggi dia, dalam sekejap 13 anak buahnya telah tertangkap.
Long-zhang-shen-gai ikut dalam pertarungan, terlihat dia bertarung dengan Dewi Wan-miao,
tapi sebenarnya dia sedang menghadang orang-orang bermarga Rui menyerang ke depan.
Tiba-tiba Dewi Wan-miao mendengar ada suara seperti nyamuk berkata:
"Cepat pergi, nanti tidak akan keburu!"
Dengan pandangan aneh Dewi Wan-miao melihat Long-zhang-shen-gai dia tidak mengerti
mengapa Long-zhang-shen-gai menolongnya, sebenarnya Long-zhang-shen-gai meminjam
tangannya untuk menolong Ruan-wei dan Wen-yi.
Ilmu silat Dewi Wan-miao sangat tinggi, dia bisa melarikan diri dengan membawa lima orang
anak buahnya, Ruan-wei, serta Wen-yi.
Begitu para marga Rui mengejar mereka sampai ke pintu kampung, para penjaga telah pingsan
terkena obat bius, pantas mereka dengan mudah masuk kota ini.
Karena harus menuruti peraturan keluarga Rui walaupun melihat Dewi Wan-miao membawa
Ruan-wei dan Wen-yi pergi, mereka tetap tidak berani meninggalkan kampung Rui.
Setelah lama Ruan-wei baru tersadar tapi dia merasa tubuhnya tidak bertenaga.
Begitu melihat sekeliling, yang dilihatnya hanyalah warna merah muda. Di kamar ini dihias
dengan mewah dan indah, seperti kamar seorang gadis kaya.
Di luar terdengar teriakan Wen-yi. Begitu mendengar suara teriakan Wen-yi, hati Ruan-wei
cemas. Dia berpikir, 'Dia adalah seorang perempuan, mana boleh jatuh ke dalam situasi
berbahaya!' Dia membentak, tidak disangka dia bisa berdiri.
0-0-0 BAB 101 Melanggar aturan mengajar ilmu telapak
Obat bius Mi-hun adalah obat terkuat di Tian-mei jiao, sangat terkenal di dunia persilatan,
beberapa kali lipat lebih hebat dibandingkan obat bius biasa.
Tapi karena Ruan-wei menguasai ilmu yoga yang sakti, sekalipun Mi-hun begitu lihai tapi
sesudah mengatur nafas untuk membuang pengaruh obat tersebut, perasaan lemas dan lesu
segera menghilang. Dia berdiri, meninggalkan tempat tidur dan keluar dari kamar, Terlihat kamar menyatu dan
terus menyambung, Teriakan Wen-yi berasal dari kamar terakhir.
Ketika Wen-yi sadar, dia merasa lemas dan tidak bertenaga, tubuhnya tidak bisa digerakkan.
Tiba-tiba tercium olehnya wewangian, masuklah empat perempuan berpakaian tipis. Sambil
tertawa mereka mulai membuka baju Wen-yi.
Wen-yi masih perawan, tidak mungkin dia mengijinkan orang lain membuka pakaiannya, tapi
dia belum pernah mempelajari ilmu yoga, obat Mi-hun membuat dia kehilangan tenaga dan
kepandaiannya untuk melawan, dia hanya bisa berteriak meminta tolong.
Keempat perempuan itu tahu kalau dia tidak bisa bergerak. Walaupun Wen-yi berteriak, mereka
tetap memaksa untuk membuka pakaiannya. Pakaian pendek telah dibuka, terakhir celana dan
baju dalam perempuan. Kempat perempuan itu melihat Wen-yi mengenakan baju dalam perempuan, mereka terkejut.
Waktu itu terdengar suara yang membentak keras: "Hentikan!"
Mata Ruan-wei mengeluarkan cahaya yang membuat orang takut. Dia membentak: "Kalian
keluar!" Begitu keempat perempuan itu melihat ada orang yang datang, dan orang itu adalah Ruan-wei,
8 mata terus melihat Ruan-wei. Wajah mereka terlihat bingung.
Seorang perempuan dengan perawakan tinggi tertawa:
"Anak muda, kau menyuruh kami keluar untuk apa?"
370 "Apa yang kalian melakukan pada adikku?" jawab Ruan-wei dengan marah
Perempuan itu menunjuk ranjang yang empuk dan berkata:
"Adik laki-lakimu sedang tertidur di sana!"
"Adik, apa yang kau rasakan?" tanya Ruan-wei cemas
Tirai berlapis-lapis, tapi tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba terdengar ada yang sedang
menangis. Ruan-wei mengira Wen-yi telah diperkosa, dalam keterkejutannya, kedua telapaknya
sudah menyerang. Empat perempuan itu tahu kalau mereka tidak akan bisa mengalahkan Ruanwei,
maka mereka dengan cepat menyingkir ke pinggir. Ruan-wei ingin segera mengetahui apa
yang terjadi dengan Wen-yi, maka dia cepat-cepat masuk. Terdengar perempuan tinggi itu sambil
tertawa berkata: "Jika kau tergesa-gesa masuk, adik laki-lakimu akan menangis lebih sedih lagi!"
Ruan-wei benar-benar marah: "Kalian sudah melakukan apa kepadanya?"
Tiba-tiba terdengar suara Wen-yi yang lemah:
"Kakak, beri tamparan kepada mereka!"
Ruan-wei bergerak, empat kali suara PAK terdengar jelas. Empat perempuan itu masing-masing
terkena sebuah pukulan ringan dari Ruan-wei. dia tidak ingin memukul mereka dengan keras tapi
itu sudah membuat sebagian wajah mereka menjadi merah.
Empat perempuan ini pernah mengikuti Dewi Wan-miao ke kampung Rui, mereka pernah
merasakan pukulan dari ilmu keluarga Rui, dari 18 orang yang ada hanya tersisa 5 orang.
Sekarang melihat Ruan-wei mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, mereka
mengira Ruan-wei orang bermarga Rui, maka mereka tidak berani membalas, hanya dengan
ketakutan mereka keluar dari kamar. Pelan-pelan Ruan-wei mendekati tempat tidur, sambil
bertanya: "Apakah kau baik-baik saja?"
Dengan cemas Wen-yi berkata:
"Jangan kemari...." kata Wen-yi cemas
Ruan-wei berhenti melangkah, melihat tirai tipis yang berlapis-lapis dia bertanya:
"Apakah kau bisa berdiri?"
"Aku tidak bisa bergerak."
"Kalau aku tidak ke sana, bagaimana aku bisa membawamu meninggalkan tempat ini?"
Setelah lama Wen-yi baru berkata sambil:
"Baiklah, kakak, kemarilah!"
Ruan-wei membuka tirai berlapis-lapis itu, dia segera melihat tubuh putih mulus setengah
telanjang yang sedang berbaring di atas ranjang. Walaupun belum sampai telanjang bulat tapi
karena Ruan-wei sudah tahu dia adalah perempuan, maka Wen-yi menangis lebih keras lagi
karena malu. Dengan terkejut Ruan-wei berkata: "Adik Yi... Adik Yi... Adik Yi...."
Wen-yi masih terus menangis, Ruan-wei menenangkan dirinya dan bertanya: "Di mana
lukamu?" "Aku... aku... tubuhku lemas...." Wen-yi memberi tahu Ruan-wei sambil menangis.
"Sudahlah, jangan bersedih lagi, nanti kakak akan membalas penghinaan ini!"
Wen-yi berhenti menangis, dengan malu-malu dia memohon:
"Cepat bantu aku mengenakan pakaian!" Dengan tangan gemetar dan jantung yang berdebardebar,
tangan Ruan-wei yang gemetar mengenai tubuh Wen-yi yang putih dan mulus. Walaupun
sudah bersusah payah tapi tetap tidak bisa memasukkan baju ke tubuh Wen-yi.
"Ka... kak.. kenapa...." tanya Wen-yi malu Karena ditanya Wen-yi, hati Ruan-wei lebih kacau
lagi. Dada Wen-yi yang montok terbungkus kain sutra berwarna merah muda. Kain ini dengan
kencang membungkus dadanya yang montok.
Ruan-wei terpaku. Dalam hati ber-pikir, 'Ternyata Adik Yi benar-benar seorang perempuan.'
Wen-yi yang dilihat terus oleh Ruan-wei, dia tidak marah, malah merasakan ada perasaan
manis. Dengan susah payah Ruan-wei selesai membantu Wen-yi mengenakan pakaiannya. Karena
Wen-yi tidak bisa bergerak, terpaksa Ruan-wei menggendongnya.
371 Wen-yi yang berada di dalam pelukan Ruan-wei, tampak dengan jelas masih ada sisa air mata
di wajahnya. Mereka saling berpandangan dan saling mengerti apa yang harus mereka ucapkan.
Baru berjalan beberapa langkah, Dewi Wan-miao menghadang di depan pintu.
"Kami tidak mempunyai dendam dengan perkumpulan kalian, mengapa dengan cara begitu
rendah kalian membius kami berdua?"
Dewi Wan-miao tertawa genit:
"Kalian berdua berjodoh denganku, maka bisa sampai di sini, jika tidak, orang yang ingin
datang kemari juga tidak akan diijinkan!"
"Apa untungnya datang ke sini" ayo minggir, biarkan kami pergi!"
Dewi Wan-miao menggoyangkan pinggangnya yang ramping kemudian tertawa:
"Keuntungan tinggal di sini sangat banyak, tinggallah beberapa hari di sini dan kau akan tahu,
untuk apa cepat-cepat meninggalkan tempat ini?"
"Jika kau tidak minggir, jangan salahkan aku bertindak tidak sopan," Ruan-wei marah, "kau
benar-benar tidak tahu malu, seorang perempuan berpakaian seperti itu masih berani berdiri di
depan lak-laki." Dewi Wan-miao hanya memakai baju dalam, di luar hanya ditutup dengan sehelai kain tipis dan
tembus pandang, benar-benar terlihat cabul.
"Apakah kau seorang laki-laki?"
Wajah Wen-yi menjadi merah. Ruan-wei marah:
"Apakah kau tidak mau minggir?"
"Jika kau mampu menggendong laki-laki palsu itu keluar dari sini, lakukanlah!"
Dengan cepat Ruan-wei berlari ke kiri tapi Dewi Wan-miao menggoyang pinggangnya seperti
ular, dua telapaknya sudah menyerang. Kaki Ruan-wei berputar, dia bisa menghindari telapak
yang membawa angin kencang itu. Dengan ringan dia menghindar ke kanan.
"Ilmu meringankan tubuh yang hebat!" Dewi Wan-miao berseru.
Telapaknya berubah, kedua telapaknya berganti menjadi cakar. Dia mencoba mencengkram
Ruan-wei. Tapi perubahan jurus Ruan-wei yang terjadi sangat cepat, gerakan tubuhnya pun ikut berubah.
'Bai-bian-gui-ying' segera dikeluarkan, dia terus berjalan mendekati Dewi Wan-miao dan berusaha
meloncat keluar melalui atas kepalanya.
Karena terkejut Dewi Wan-miao tidak sempat menghadang, kedua tangannya terus bergerak
mencengkram, angin telapak keluar bercampur dengan 'Mi-hun-fen' (tepung obat bius).
Ruan-wei mencoba menahan nafas tapi terlambat, sambil menggendong Wen-yi, dia pingsan
dan roboh. Dewi Wan-miao berpesan kepada perempuan tinggi:
"Jie-hua, ambilkan obat 'Po-hun-yin-yang-he-he-san'!" (Bubuk campuran memecahkan roh Yinyang).
Jie-hua terkejut: "Apakah perlu memakai obat itu?"
Obat Po-hun-yin-yang-he-he-san adalah obat paling lihai di antara obat-obatan Tian-mei jiao.
Setelah memakan obat itu, jika Yin dan Yang tidak menyatu, dia akan kekeringan sampai mati.
"Ilmu silat kedua orang ini sangat tinggi, jika tidak menggunakan obat ini, mereka tidak akan
tunduk kepadaku. Cepat bawa kemari!" perintah Dewi Wan-miao.
Tidak lama kemudian Jie-hua membawa kotak yang terbuat dari kayu. Dewi Wan-miao
mengeluarkan sebungkus obat yang dibungkus oleh kain sutra merah dari dalam kotak. Dia
berpesan kepada dua perempuan tadi:
"Berikan kepada mereka!"
Dewi Wan-miao sangat menyayangi Jie-hua, maka Jie-hua memberi tahu:
"Laki-laki yang lebih pendek itu adalah perempuan, apa gunanya ketua memberikan obat 'Pohu
n-yin-yang-he-he- san' ?"
"Tadi dia telah berbuat tidak sopan kepadaku aku ingin melampiaskan kekesalanku!" sahut
Dewi Wan-miao. Dua perempuan itu menyiapkan 2 cangkir air putih. Tangan mereka memegang
Po-hun-yin-yang-he-he-san dan mendekati ranjang, mereka siap memberikan obat itu kepada
Ruan-wei dan Wen-yi. 372 Jie-hua menarik nafas panjang, dia tidak menarik nafas karena kasihan kepada Ruan-wei,
melainkan untuk Wen-yi. Bila Ruan-wei yang meminum obat ini, dia pasti akan bersetubuh dengan
ketua karena ketua adalah perempuan cabul dan bernafsu birahi tinggi. Tapi setelah Wen-yi
meminum obat ini, dia akan kehausan selama tiga hari kemudian mati begitu saja.
Waktu itu, seorang perempuan datang melapor kepada Dewi Wan-miao:
"Ketua, di luar ada seorang pengemis tua bermarga Rui menunggu Anda. Sepertinya ada hal
penting." Alis Dewi Wan-miao berkerut, dia berpesan:
"Bawa dia ke kamar sebelah dan suruh dia menungguku."
Setelah perempuan itu pergi, Dewi Wan-miao berpesan kepada Jie-hua:
"Jaga kedua anak ini, aku akan berdandan dulu sebentar."


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ruan-wei mulai sadar karena sebelum pingsan dia telah menahan nafas membuat racun keluar
dari tubuhnya. Ilmu yoganya memang sangat hebat, walaupun dalam keadaan tidur, begitu ada
yang menyerang, ilmu yoga ini akan bergerak secara otomatis.
Kedua perempuan itu akan memberi obat pada Wen-yin dan Ruan-wei, tapi Jie-hua berpesan:
"Tidak perlu buru-buru, begitu ketua kembali, kalian baru beri obat Po-hun-yin-yang-he-he-san
kepada mereka." Kata-kata Jie-hua ini malah membuat Ruan-wei dan Wen-yi tertolong. Ruan-wei sudah sadar
tapi tenaganya belum ada, pelan-pelan dia mengatur nafas untuk menjalankan ilmu yoga dan
memulihkan kembali tubuhnya.
Pak tua bermarga Rui yang berkunjung adalah Jing-yu, dia disambut oleh perempuanperempuan
itu dan dipersilakan menunggu di kamar Ruan-wei. Dia menanti dengan cemas. Dewi
Wan-miao telah mengganti baju tipisnya yang tembus pandang berwarna merah muda dengan
baju lain, dari tubuhnya keluar wewangian yang menggoda, rambutnya digelung. Begitu melihat
Jing-yu, dengan manja dia bertanya:
"Apakah buku rahasia Long-xing-ba-zhang, sudah kau bawa?"
Melihat tubuh Dewi Wan-miao yang merangsang dan menggoda, Jing-yu menelan air liurnya,
dia mengeluh: "Kau telah merusak rencanaku!"
Mata genit Dewi Wan-miao berputar:
"Merusak rencana apa" Jika hari ini kau tidak menyerahkan buku Long-xing-ba-zhang, aku tidak
akan memaafkanmu!" Tapi Jing-yu sudah tidak tahan dengan godaan Dewi Wan-miao. Dia berniat memeluk tapi Dewi
Wan-miao menghindar sambil tertawa:
"Mengapa terburu-buru" Serahkan dulu buku rahasia itu kepadaku."
Karena tidak berhasil memeluk Dewi Wan-miao maka Jing-yu hanya bisa tertawa kecut:
"Kau sudah tahu kalau ilmu Long-xing-ba-zhang adalah ilmu rahasia keluarga Rui, mana bisa
kudapatkan dengan mudah?"
Wajah Dewi Wan-miao berubah, dengan ekspresi dingin dia berkata:
"Betul, kalau tidak sulit masa Tian-mei jiao meminta bantuanmu."
"Jangan marah, aku hanya mengatakan tidak mudah mendapatkannya bukan berarti aku tidak
bisa membantu perkumpulan kalian mendapatkan buku ini." Dia berhenti sejenak lalu mengeluh
lagi, "Ilmu Long-xing-ba-zhang hanya diturunkan kepada satu orang. Dalam keluarga Rui, dari
generasi Jing hanya Kak Jing-yuan yang belajar ilmu Long-xing-ba-zhang. Jika kita ingin
mendapatkan ilmu ini, satu-satunya cara adalah dari Kakak Jing-yuan."
Dewi Wan-miao tertawa: "Apa kau ingin mendapat ilmu Long-xing-ba-zhang dari Long-zhang-shen-gai" bukan hal yang
mudah. Aku kira lebih baik kau cari cara lain."
"Long-xing-ba-zhang dalam keluarga Rui hanya Kak Jing-yuan yang menguasai, kecuali dia
tidak ada yang bisa ilmu ini."
"Jika Long-zhang-shen-gai mati, bukankah ilmu dahsyat ini pun akan musnah?" Dewi Wan-miao
berkata dengan terkejut. "Karena ilmu ini adalah ilmu warisan secara turun-temurun, nenek moyang kami takut
keturunannya bila sudah menguasai ilmu ini akan melakukan kejahatan, maka diputuskan dalam
373 keluarga Rui hanya satu orang yang masih hidup yang boleh menguasai ilmu ini dan tidak
diturunkan kepada orang kedua."
"Ilmu dahsyat ini mengapa bisa terjaga dalam keluarga Rui sampai ratusan tahun?" Dewi Wan
miao dengan aneh bertanya.
"Nenek moyang kami menentukan setelah yang tua meninggal, yang muda baru diperbolehkan
mempelajarinya, berarti setelah Jing-yuan mati, generasi selanjutnya hanya ada satu orang yang
beruntung yang bisa menguasai ilmu ini."
Dewi Wan-miao tidak percaya: "Di dunia ini hanya Long-zhang-shen gai yang menguasai Longxingba-zhang. Jika dia mati berarti ilmu ini akan musnah, generasi seterusnya mana mungkin bisa
mempelajarinya" Kau jangan bohong, kau pernah mencoba manisnya Tian inci jiao, apakah kau
ingin mengingkari janjimu?"
Wajah Jing-yu terlihat sedih: "Apakah kau masih tidak tahu isi hatiku. Semenjak kenal
denganmu, aku telah menjadi seorang pendosa bagi keluarga Rui, kau masih mengatakan kalau
aku tidak berusaha?"
Dewi Wan-miao tertawa genit: "Semua ini kau yang menginginkannya, jangan menyalahkanku!"
Dia terus tertawa, tampak dia sangat senang, sedang Jing-yu tertawa kecut.
Dewi Wan-miao dengan genit berkata lagi. "cepat beritahu padaku, dengan cara apa aku bisa
mendapatkan ilmu Long-xing-ba-zhang" Aku akan memberimu hadiah...."
Jing-yu mulai bersemangat: "Setelah Kak Jing-yuan mati, ilmu ini tidak akan musnah karena
buku rahasia Long-xing-ba zhang masih tersimpan di kampung Rui, tepatnya dii kuil 'Ling-yin'. Kuil
ini dijaga oleh Fu-ye bermarga Huang...."
Dewi Wan-miao tertawa: "Aku mengerti jika Long-zhang-shen-gai mati, keluarga Rui akan memilih seseorang untuk
belajar ilmu ini dan Fu-ye dari keluarga Rui yang akan mengajarinya."
"Bukan begitu, Fu-ye bermarga Huang sendiri tidak bisa ilmu Long-xing-ba-zhang, lebih-lebih
tidak berani mempelajarinya secara diam-diam. Jika Kak Jing-yuan mati, buku ini akan diserahkan
Fu-ye kepada orang terpilih dan diawasi oleh Fu-ye selama 3 bulan, lalu buku itu akan ditarik
kembali. Seberapa banyak ilmu yang bisa dikuasainya, itu tergantung bakat dari orang yang
terpilih." Dewi Wan-miao sudah tidak sabar:
"Lebih baik kau pergi ke kuil 'Ling-yin' dan mencuri buku rahasia itu, bukankah itu lebih
mudah?" Jing-yu segera menggoyangkan tangannya: "Tidak bisa! Tidak bisa! Fu-ye dalam keluarga Rui
mempunyai ilmu silat sangat tinggi. Jangankan aku, semua pesilat tangguh bila dikumpulkan untuk
menyerang ke kuil Ling-yin pun tetap tidak akan bisa mendapatkan buku itu."
Karena Dewi Wan-miao pernah bertemu dengan Fu-ye ketika masuk kampung Rui, maka dia
pun percaya kata-kata Jing-yu, kemudian dia tertawa:
"Cara apa yang akan kau gunakan agar bisa belajar Long-xing-ba-zhang dari Long-zhang-shengai?"
"Karena itulah, kalian telah merusak rencanaku!"
"Merusak rencana apa, coba jelaskan!"
"Dalam aturan keluarga Rui ada satu peraturan yaitu jika orang yang menguasai Long-xing-bazhang,
begitu melanggar aturan, ilmu silat yang dikuasai harus dimusnahkan tapi hal itu dilakukan
setelah mewariskan ilmu ini kepada saudara segenerasinya. Aturan keluarga Rui menentukan jika
generasi yang bawah terpilih harus diambil dari surat wasiatnya dan jika dia melanggar aturan,
maka surat wasiat tersebut tidak akan berlaku lagi. Maka Fu-ye akan menurunkan ilmu sakti ini
kepada generasi setingkat dengan orang tersebut."
"Apakah kau adalah orang yang generasinya tertinggi?"
"Kecuali Fu-ye, dari generasi Jing, akulah yang tertua jika Jing-yuan mati."
"Kalau begitu sesudah Long-zhang-shen gai mati, Long-xing-ba-zhang pasti akan menjadi
milikmu?" "Benar, begitu dia melanggar aturan keluarga, surat wasiatnya yang disimpan di kuil Ling yin
tidak akan berguna lagi...."
"Kami benar-benar merusak rencanamu!"
374 "Betul, kemarin malam adalah rapat keluarga Rui, hanya diadakan setahun sekali. Long-zhang
shen-gai membawa 2 orang yang kau tangkap itu Dia tidak tahu kalau salah satunya adalah
perempuan. Hal ini secara kebetulan diketahui olehku. Keluarga Rui paling melarang perempuan
bermarga lain masuk ke kampung Rui. Aku langsung menunjuk kalau dia telah melangar aturan
pertama. Bukti sudah ada, dia tidak bisa mengelak maka dia harus menerima hukumannya, tapi
tepat waktu itu kau datang membawa 18 muridmu...."
Dewi Wan-miao tetap tidak menerima tuduhan Jing-yu:
"Aku berniat baik, karena kau menjadi pembawa acara aku ingin melihatnya juga
mendukungmu. Siapa yang tahu kalau keluarga Rui memiliki aturan-aturan begitu banyak."
sebetulnya Dewi Wan-miao berencana membuat keributan di kampung Rui karena kabar di dunia
persilatan mengatakan kalau orang-orang kampung Rui sangat lihai, orang luar sulit memasuki
tempat ini. Maka dia ingin dalam rapat yang diadakan setahun sekali membuat keributan. Dengan
cara seperti itu dia akan terkenal di dunia persilatan. Siapa yang tahu, ingin mencuri ayam, ayam
tidak dapat, umpan beras malah habis, dan 13 muridnya tertangkap.
Jing-yu hanya bisa marah di dalam hati, tapi dia berkata:
"Kampung Rui belum pernah didatangi perempuan bermarga lain, maka segera terjadi
keributan dalam rapat itu. Kau meninggalkan tempat itu tapi rapat keluarga Rui masih terus
berlanjut. Tapi perempuan yang menyamar seperti laki-laki itu dibawa olehmu, karena itu bukti
sudah tidak ada maka Fu-ye memerintahkan Kak Jing-yuan harus melakukan 2 hal untuk menebus
dosanya...." "Dua hal apa?" "Pertama, dalam satu tahun dia harus menangkap kembali perempuan yang menyamar menjadi
laki-laki, jika dia perempuan, maka dia harus menikah dengan putra bermarga Rui. Kedua, karena
kalian bukan perawan maka kalian akan dihukum dengan hukuman berat untuk mengembalikan
nama baik keluarga Rui di dunia persilatan, selain itu agar perempuan bermarga lain tidak
gegabah masuk ke kampung Rui."
Dengan wajah pucat Dewi Wan-miao menanyakan tentang nasib 13 muridnya.
Dengan santai Jing-yuu berkata:
"Sesudah tahu 13 muridmu bukan perawan lagi dan tidak bisa menikah dengan keluarga Rui,
maka mereka pun dihukum yaitu kedua telinga mereka harus dipotong dulu baru dilepaskan. Aku
kira sebentar lagi mereka akan kembali."
Alis Dewi Wan-miao berdiri:
"Aku tidak percaya, apakah benar Long-zhang-shen-gai begitu hebat. Jika dia datang, aku akan
menyuruhnya mencoba 'Xiao-hun-zhu-gu'!" (kena tulang hancurkan roh).
Jing-yu tertawa dingin: "Kau tidak perlu segalak itu, jika kau bukan perawan, kedua telingamu tetap akan melayang."
PAK! Dewi Wan-miao menampar Jing-yu, membuat Jing-yu terhuyung mundur.
"Setan tua, kau berani menertawaiku! Jika aku melaporkan apa yang kau lakukan pada
kampung Rui, aku ingin tahu kau bisa bertahan hidup berapa lama!"
Jing-yu mengelus-elus wajahnya yang ditampar, sambil tertawa dia berkata:
"Aku hanya bercanda, kenapa kau harus marah" Long-zhang-shen-gai sendiri tidak akan
sanggup melawan Tian-mei-jiao!"
"Rasanya tua bangka ini masih bisa diperalat, aku tidak mau membuatnya marah dulu, nanti dia
akan dendam kepadaku." Karena itu wajahnya segera berubah. Sambil tertawa genit dia
mendekati Jing-yu, kedua tangannya memegang pipi gemuk Jing-yu, dengan nada menggoda
berkata: "Kenapa kau membuatku marah, jika tidak mana mungkin aku memukulmu?"
Dia menempelkan tubuhnya yang seksi kepada Jing-yu. SRRRT! Kedua tangan Jing-yu bergerak
terus. Sambil tertawa genit Dewi Wan-miao menghindar ke pinggir.
Dewi Wan-miao selalu teringat pada Ruan-wei, dia tidak ingin banyak bermain dengan orang
tua ini. Sambil tertawa dia berkata:
"Perempuan yang menyamar menjadi laki-laki itu sudah kucekok untuk makan 'Po-hun-yinyanghe-he-san', nanti kau bisa menikmatinya...."
375 Jing-yu pernah menggunakan 'Po-hun-yin-yang-he-he-san' dan tahu bagaimana khasiatnya. Dia
sudah membayangkan wajah Wen-yi yang cantik. Dia segera bertanya:
"Dimana sekarang dia berada" Di mana?"
"Beritahu dulu kepadaku dengan cara apa bisa mendapatkan ilmu rahasia Long-xing-ba-zhang?"
"Cara tentu ada, nah bawalah aku ke sana."
"Jika kau tidak membantuku mendapatkan Long-xing-ba-zhang, aku akan memberimu obat 'Pohunyin-yang-he-he-san', aku akan mengurungmu selama tiga hari."
Dengan terkejut Jing-yu berkata:
"Bukankah nyawaku akan melayang?"
"Waktu itu nyawa sudah tidak penting lagi, yang bisa kau lakukan hanyalah meminta agar kau
cepat mati." Dengan terburu-buru Jing-yu berkata:
"Walaupun aku mati, aku akan membantumu mendapatkan ilmu Long-xing-ba-zhang, apakah
kau tidak percaya padaku?"
"Jika kau bisa mendapatkan ilmu Long-xing-ba-zhang, aku tidak akan merugikanmu. Ayo, jalan!
Biar kau menikmati perempuan itu dulu."
Jing-yu benar-benar seorang laki-laki cabul, dia berjalan di belakang Dewi Wan-miao menuju
kamar Ruan-wei. Ruan-wei berada di atas tempat tidur. Pembicaraan Jing-yu dan Dewi Wan-miao terdengar
dengan jelas. Diam-diam dia ber-pikir, 'Untung perempuan tinggi itu tadi melarang meminumkan
dulu obat itu, jika tidak Adik Yi akan tersiksa karena obat itu!'
Begitu melihat Wen-yi, dia masih tertidur pulas, sepertinya dia bisa tertidur sampai 3 -4 jam
dan baru sadar. Ruan-wei benar-benar cemas. Ilmunya sudah mulai pulih, dia memegang nadi
Wen-yi, dengan tenaga dalamnya dia membantu Wen-yi supaya lebih cepat sadar.
Dewi Wan-miao membawa Jing-yu ke kamar Jie-hua yang menyambutnya.
"Apakah kau sudah memberikan 'Po-hun yin-yang-he-he-san'?"
Jie-hua dengan gugup menjawab:
"Belum... belum...."
Terlihat Dewi Wan-miao tidak menaruh di hati perkataan Jie-hua:
"Cepat ambil 'Mi-hun-fen' dan 'Po-hun-yin-yang-he-he-san' dan sekaligus berikan kepada
mereka." Jie-hua mengambil obat tersebut, tapi Jing-yu tampak cemas seperti seekor monyet: "Mana
gadis itu?" Dewi Wan-miao menunjuk ranjang:
"Dia terbaring seperti mayat, apakah sekarang juga kau menginginkannya...."
Jing-yu benar-benar tidak tahu malu: "Sekarang aku tidak bisa menikmatnya, sesudah makan
obat baru bisa kunikmati...."
Ruan-wei marah besar, dia bangun dan menampar Jing-yu. Gamparan ini lebih sakit daripada
gamparan Dewi Wan-miao beberapa puluh kali lipat.
Dewi Wan-miao benar-benar tidak menyangka kalau Ruan-wei bisa sadarkan diri sebelum
waktunya dan bisa memulihkan ilmu silat dengan cepat serta menggunakan ilmu meringankan
tubuhnya yang tinggi. Jing-yu tinggi, besar, juga gemuk, dia sangat malas berlatih ilmu silat maka ilmu silatnya jauh
di bawah Jing-yuan. "Sungguh kau orang yang tidak tahu malu!" kata Ruan-wei marah
Umur Jing-yu beberapa kali lipat di atas Ruan-wei, sekarang dia terkena tamparan dari Ruanwei,
dia benar-benar tidak senang dan merasa ini adalah suatu penghinaan besar. Setelah
termenung sebentar, dengan marah dia pun menyerang. Jing-yu dalam keluarga Rui memang
bukan orang baik tapi ilmu telapaknya lumayan kuat.
Ruan-wei tidak bisa ilmu kepalan dan tidak bisa menahan serangan itu, dia hanya bisa
menghindar ke kiri dan ke kanan dengan ilmu meringankan tubuhnya. Serangan Jing-yu masih
bisa dihindari. 376 Sesudah menghabiskan waktu beberapa lama, Jing-yu tetap tidak bisa memukul Ruan-wei.
Ruan-wei juga tidak bisa menang. Semakin lama Ruan-wei semakin tidak sabar dan mulai terlihat
kacau. Diam-diam Dewi Wan-miao tertawa:
"Aku kira bocah ini memiliki ilmu tinggi dan tidak takut dengan 'Mi-hun-fen', ternyata ilmu
silatnya biasa-biasa saja, hanya ilmu meringankan tubuhnya lumayan tinggi."
Dia tidak tahu jika ada sebilah pedang di tangan Ruan-wei, dalam tiga jurus dia bisa
mengalahkan Jing-yu. Tapi sayang 'Fei-long-jian' yang dia miliki masih tertinggal di rumah Longzhangshen-gai dan tidak terbawa, maka ilmu pedang yang dimilikinya tidak bisa digunakan.
Tampak Ruan-wei segera akan kalah, tiba-tiba dari balik tirai ada yang membentak:
"Jalan ke arah Xun (salah satu titik Ba-gua)!" Ruan-wei tahu itu adalah suara Wen-yi, dia
benar-benar senang, maka dia pun mengikuti petunjuk itu. Jalan Xun dan tangan kepalan
memukul ke arah Gan. Ruan-wei memang belajar ilmu sakti yoga tapi sejak kecil dia juga belajar
ilmu tenaga dalam Kun-lun, maka tenaganya besar. Kepalan tangan memang tidak ada jurusnya
tapi tenaganya sangat besar.
Jing-yu menghindar dengan cepat.
Wen-yi berkata lagi: "Berjalan ke sisi Yie dan pukul titik Gan." Ruan-wei mengikutinya.
Sudah 10 jurus berjalan, Ruan-wei mengikuti petunjuk Wen-yi. Jing-yu sudah lemas dan
tubuhnya penuh keringat. Sekarang yang dia pikirkan, bagaimana caranya kabur dari sana.
Ilmu kepalan Dewi Wan-miao sangat tinggi, dia tahu Wen-yi masih terbaring di ranjang, dia
bisa mengikuti jurus yang akan dikeluarkan Jing-yu, maka Jing-yu hanya menunggu untuk dipukul.
Terlihat beberapa jurus lagi Jing-yu akan kalah. Dia segera mendekat, dengan kedua telapaknya,
dia menutupi serangan Ruan-wei dan berteriak dengan marah:
"Hayo mundur!" Jing-yu tahu diri, dia segera mundur. Dewi Wan-miao tertawa:
"Anak muda, kau juga tidak mampu melawanku, lebih baik kau juga mundur ke pinggir untuk
melihat!" Ruan-wei tidak sudi bertarung dengan Dewi Wan-miao karena Dewi Wan-miao hanya
menggunakan baju tipis dan tembus pandang. Dia membalikkan tubuh dan ke pinggir.
Karena malu dia pergi dari sana. Dewi Wan-miao tertawa terbahak-bahak:
"Benar-benar perempuan tidak tahu malu!" Tiba-tiba kedua telapaknya menyerang Wen-yi yang
sedang duduk di ranjang. Sebenarnya Wen-yi sudah mengisap Mi Hun Fen dan tidak akan bisa
sadar tapi karena dibantu Ruan-wei dengan ilmu yoga membuat Wen-yi sadar lebih awal. Dewi
Wan-miao mendekati Wen-yi dan berkata:
"Nona berilmu tinggi, Ketua Tian-mei jiao ingin mencoba kepandaianmu!"
Memang Wen-yi sudah sadar tapi ilmunya belum pulih seluruhnya, dia hanya bisa duduk dan
gerakannya belum begitu lancar.
Sambil tertawa menghina Wen-yi berkata:
"Kau belum pantas bertarung denganku."
Dewi Wan-miao segera mengeluarkan kegenitannya ju ga tertawa:
"Jangan urus aku memakai baju atau tidak, jika aku senang aku bisa bertarung dengan tubuh
telanjang!" "Kau benar-benar tidak tahu malu!" Wen-yi melihat ke pinggir.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika Nona tidak mau bertarung denganku, jangan salahkan kalau aku tidak sopan!"
Wen-yi sangat marah. Jika tubuhnya bisa digerakkan, sudah sejak tadi dia turun dan
memukulnya. Setengah bulan dia bersama dengan Wen-yi, Ruan-wei sangat mengetahui sifatnya. Dia
sombong dan tidak mudah tunduk tapi lembut dan pengertian. Ruan-wei menebak pasti Wen-yi
belum bisa bergerak maka dia berusaha menahan diri.
Ruan-wei meloncat dan menghadang di depan Dewi Wan-miao dan berteriak:
"Adik Yi berilmu tinggi tapi dia tidak ingin bertarung denganmu. Apa kepandaianmu, biar aku
yang meladenimu!" 377 "Kau hanya bisa setengah ilmu kepalan, kau bukan tandinganku, lebih baik kau mundur nanti
kakak akan memberi kenikmatan untukmu."
Dia mendekati Ruan-wei, wajah Ruan-wei menjadi merah:
"Walaupun aku tidak bisa mengalahkanmu, aku yakin kau juga tidak akan bisa
mengalahkanku." "Aku tidak percaya," Dewi Wan-miao tertawa genit.
"Kalau tidak percaya, coba saja!" Ruan wei mulai marah.
"Lihatlah yang awas!" segera dua telapaknya berputar dan menepuk. Telapaknya seperti dua
ekor ular beracun terus mendekat. Memang hanya dui telapak tapi lebih berbahaya dibandingkan
dengan ilmu kepalan Jing-yu. Tubuh Ruan-wei bergerak seperti panah dengan cepat menghindar
tapi telapak Dewi Wan-miao berubah lagi. Telapak tangannya seperti gunung, benar-benar sulit
dihindari. Nama jurus ini adalah You-she-zhang' (telapak ular bermain). Ilmu ini adalah ilmu andalannya.
Biasanya jika tidak bertemu dengan musuh kuat, jarang dia keluarkan. Karena ilmu silat Ruan-wei
tinggi, maka dengan cara ini dia ingin menang cepat.
Sesudah 10 jurus berlalu, telapak Dewi Wan-miao mulai menyerang titik-titik penting di tubuh
Ruan-wei. Dia menyerang dengan perhitungan sangat tepat, tapi Ruan-wei tidak menggerakkan
tubuh, kakinya pun tidak bergerak. Begitu dia meloncat, dia sudah keluar dari serangan You-shezhang'
milik Dewi Wan-miao. Dewi Wan-miao dengan bengong melihat gerakan Ruan-wei. Dia belum mengerti dengan cara
apa Ruan-wei meloncat keluar dari kurungan You-she-zhang.
Berkelana di dunia persilatan selama 10 tahun lebih, tidak ada seorang pun yang bisa lolos dari
kurungan You-she-zhang. Sampai sekarang dia masih tidak percaya kalau Ruan-wei bisa
melakukannya. Maka dengan penasaran dia merubah serangan telapaknya, dia mengurung Ruanwei
dengan ilmu You-she-zhang' lagi.
Ruan-wei tetap berdiri di tempat, melihat tapi tidak bergerak, dia sama sekali tidak melayani
jurus-jurus Dewi Wan-miao yang bukan sebenar-nya, membiarkan dia berputar terus. Begitu ilmu
sebenarnya dikeluarkan, dengan cara 'Bai-bian-gui-ying' dia meloncat keluar lagi.
Dengan cara itu dia terus melakukannya, akhirnya Dewi Wan-miao percaya Ruan-wei memiliki
ilmu meringankan tubuh yang tinggi. Dia tidak bisa mengalahkan Ruan-wei, sebaliknya Ruan-wei
juga tidak bisa menyerang Dewi Wan-miao. Wen-yi yang di pinggir tidak bisa memberi petunjuk
karena ilmu telapak Dewi Wan-miao terlalu tinggi dan cepat.
Sesudah 20 jurus berlalu, diam-diam Dewi Wan-miao berpikir, 'Jika pertarungan ini tersiar
keluar, dia tidak bisa mengalahkan seorang pemuda yang masih muda, itu tentu akan
memalukan." Maka dia segera mengeluarkan tiga ilmu andalannya.
Setiap orang dunia persilatan boleh dikatakan pasti mempunyai beberapa jurus andalan,
biasanya jurus ini untuk menolong dirinya. Ilmu andalan ini jarang digunakan kalau nyawa mereka
belum benar-benar terancam.
Pinggang Dewi Wan-miao bergerak seperti ular bergoyang, dua telapaknya seperti bunga yang
berguguran terus saling menepuk, seperti bukan suatu jurus andalan tapi Ruan-wei tetap tidak
bergerak. Karena dalam ilmu 'Bai-bian-gui-ying' tercatat bahwa semua serangan bisa diatasi,
hanya harus tahu dari mana datangnya serangan tersebut.
Jurus ini bernama 'Shui-she-duan-yao' (ular air memutuskan pinggang). Ini adalah salah satu
ilmu andalan dari 'You-she-zhang'. Jurus ini bisa membuat musuh bingung, membingungkan
serangan datang dari arah mana.
Terlihat serangan telapak hampir sampai, Ruan-wei dengan cepat mencari lowong untuk
meloncat tapi jurus 'Shui-she-duan-yao' benar-benar hebat. Tampak tidak mengikuti aturan, tapi
setiap jurusnya adalah jurus memotong gerakan lawan. Begitu Ruan-wei bergerak ke tempat
lowong, tempat itu segera diisi oleh bayangan-bayangan telapak. Begitu Ruan-wei meloncat, Dewi
Wan-miao langsung bisa menangkap nadi pergelangan tangan dan Ruan-wei tidak bisa bergerak
lagi. Dengan tertawa genit, Dewi Wan-miao tertawa:
"Bagaimana" Akhirnya aku bisa mengalahkanmu."
378 Karena Ruan-wei tertangkap dengan jurus tidak jelas, maka dia tidak terima dan berteriak:
"Jika hebat, coba tangkap aku lagi!"
Dewi Wan-miao sangat menyukai ketampanan Ruan-wei. Dia tertawa:
"Apa sulitnya" Jika sekali lagi kau tertangkap, kau harus mendengarkan kata-kata kakak,
setuju?" "Jika sanggup tangkaplah aku! Tidak perlu basa-basi!" Ruan-wei marah dan menyerang. Dewi
Wan-miao tertawa sambil menghindar.
Dewi Wan-miao mulai menggunakan jurus 'You-she-zhang' lagi, terpaksa Ruan-wei melarikan
diri dari serangan itu. Baru saja dia meloncat, sekali lagi dia tertangkap oleh Dewi Wan-miao
dengan ilmu 'Shui-she-duan-yao'.
Dewi Wan-miao langsung menotok nadi Ruan-wei, membuat lemas dan menjepit Ruan-wei di
bawah ketiaknya kemudian mendekati Wen-yi.
Ruan-wei marah juga malu karena kepalanya dijepit di atas buah dada Dewi Wan-miao. Tubuh
Dewi Wan-miao yang mengeluarkan aroma menggoda, Ruan-wei tidak bisa berbuat apa-apa,
dengan terpaksa dia melihat Wen-yi.
Wen-yi duduk sambil memejamkan mata, dia seperti sedang berpikir. Dewi Wan-miao tertawa:
"Nona, saudaramu sudah tertangkap olehku, bagaimana denganmu?"
Alis Wen-yi berkerut, dia tidak melihat juga tidak menjawab. Karena Dewi Wan-miao marah,
maka dia melambaikan tangan untuk menotok. Dan Wen-yi pun roboh, hal ini membuat Dewi
Wan-miao terkejut, dia tidak menyangka Wen-yi sama sekali tidak melawannya.
Dewi Wan-miao menjepit Ruan-wei dan berjalan ke sebelah kanan, dia tertawa:
"Gadis itu tertidur lemas di ranjang, obat ada di sisi ranjang."
Sambil tertawa sinis Jing-yu berterima kasih kemudian tubuhnya yang gemuk berlari ke sisi
ranjang. Dalam hati Ruan-wei benar-benar marah. Dia memelototi Jing-yu, diam-diam berpikir,
'Jika kau berani memegang Wen-yi, aku akan membunuhmu!'
Dewi Wan-miao tertawa genit:
"Jangan terburu-buru, mari anak-anak, kita tinggalkan tempat ini, jangan ganggu Tuan Rui."
Di dalam kamar ada 5 orang gadis yang lolos dari kejaran marga Rui. Mereka selalu mengikuti
Dewi Wan-miao kemana pun dia pergi, maka sekarang mereka ikut keluar.
Waktu itu terdengar ada suara yang sedang tertawa terbahak-bahak. Suara itu seperti teriakan
naga terus bergema di udara. Dalam suara tawa itu terdengar seseorang ingin masuk tapi
dihalangi oleh orang-orang Tian-meijiao.
Dari suara itu, Ruan-wei bisa tahu kalau Long-zhang-shen-gai datang. Karena mengkhawatirkan
keadaan Wen-yi, maka dia berteriak:
"Tetua Rui! Tetua Rui...."
Tenaga dalam Ruan-wei memang kuat, suaranya bisa mencapai jarak jauh, tapi Dewi Wanmiao
segera menotok nadinya agar dia tidak bisa bicara. Tapi suaranya sudah terdengar oleh
Long-zhang-shen-gai. Dia segera membentak:
"Kembali...." Jing-yu sangat mengenal ilmu silat Long-zhang-shen-gai, walaupun ilmu Dewi Wan-miao tinggi
tapi dia tetap tidak akan sanggup melawannya dan jika Jing-yuan mengetahui dia ada di sini dan
melaporkannya kepada Fu-ye, dia akan dihukum. Dia tidak berani berpikir hal lain, dia bersiap-siap
memakai baju untuk kabur melalui jendela.
Dewi Wan-miao tahu ilmu silat Long-zhang-shen-gai sangat tinggi, dia juga tidak berani
melawannya. Otaknya berputar, dia segera menotok semua tubuh Wen-yi kemudian menjepit di
sebelah ketiaknya. Tidak lama kemudian Long-zhang-shen-gai seperti angin topan menabrak masuk ke kamar
Dewi Wan-miao membentak: "Long-zhang-shen-gai, diam di sana!"
Melihat sahabat yang ingin ditolongnya berada di bawah ketiak musuh dia ingin segera
merebutnya. Tapi Dewi Wan-miao sudah mengancam: "Pengemis tua, jika kau berani mendekat, aku akan
mencederai mereka." 379 Nadi 'Qi-men' kedua bocah itu berada dalam pegangan Dewi Wan-miao. Jika dia bertindak
gegabah dan benar Dewi Wan-miao menekan nadi itu, kedua anak muda itu akan mati karena itu
dia berhenti bergerak. Dengan senang Dewi Wan-miao tertawa: "Pengemis tua jangan harap bisa menolong dua
bocah ini, Kembalilah!"
Long-zhang-shen-gai menahan kemarahannya:
"Letakkan dua orang itu, kita bicara baik-baik!"
Dewi Wan-miao benar-benar senang, tidak disangka dengan ancaman dua bocah ini, dia bisa
membuat Long-zhang-shen-gai yang sombong dan kuat tunduk kepadanya. Ini kesempatan untuk
memperalatnya. Dewi Wan-miao adalah orang licik, sejak ketua Tian-mei jiao yang dulu menerimanya menjadi
murid, karena kelicikannya membuat Tian-mei jiao sangat terkenal di dunia persilatan.
Demi mendapatkan Long-xing-ba-zhang, Dewi Wan-miao jauh-jauh datang dari Gui-zhou. Di
depan mata ada orang yang satu-satunya menguasai Long-xing-ba-zhang. Kesempatan ini mana
bisa dilepaskan begitu saja. Tiba-tiba berkelebat cahaya melintas di otak, dia terpikir suatu akal
yang licik. Dengan licik dia bertanya:
"Apakah pengemis tua menginginkan kedua bocah ini tetap hidup?"
"Jika kau membunuh mereka, kau tidak beralasan bisa hidup terus di dunia ini!" Long-zhangshengai menahan emosinya tapi tetap menjawab.
"Aku tidak tega membunuh mereka, untuk melukai mereka pun aku masih harus pikir-pikir."
Kemarahan Long-zhang-shen-gai mereda, dia tertawa:
"Itu lebih baik, lepaskanlah mereka, aku akan sangat berterima kasih kepadamu."
Dewi Wan-miao tahu akal-akalannya berhasil, dia terlihat lebih senang lagi dan berkata:
"Hanya berterima kasih saja apa gunanya, sepasang telingaku tidak bisa dijaga."
"Kenapa kau tahu Lao Rui ingin memotong telingamu?"
"Rahasia ini tidak bisa kuberitahu kepadamu, jika aku melepaskan dua bocah ini, apakah
pengemis tua masih menginginkan kedua telingaku?"
Long-zhang-shen-gai tidak berani melanggar aturan keluarga Rui, dia menjawab gugup: "...ini...
aku tidak...." "Aku tidak senang memaksa tapi satu tahun kemudian kau bisa mengambil telingaku, dalam
setengah tahun ini kau tidak boleh mengangguku."
"Syarat ini mudah, selama setengah tahun kau harus menjaga telingamu baik-baik."
Dewi Wan-miao tertawa licik:
"Jika pengemis tua tetap tidak melepaskan telingaku, kau harus menyetujui satu syaratku, baru
aku akan melepaskan mereka berdua."
"Coba katakan, asal tidak macam-macam, Lao Rui pasti akan setuju!"
"Buat anak muda yang laki-laki dengan ilmu telapaknya dia harus bisa mengalahkanku, baru
mereka boleh meninggalkan tempat ini, kalau tidak jangan harap aku akan melepaskan mereka."
Long-zhang-shen-gai pernah melihat ilmu silat Ruan-wei, diam-diam dia berpikir, 'Anak ini
memiliki ilmu silat tinggi, ilmu telapaknya juga pasti tinggi.' Maka dia pun setuju.
"Baiklah, setiap saat pun marga Ruan bisa mengalahkanmu, baru Lao Rui membawa mereka
meninggalkan tempat ini."
Di dunia persilatan, kata-kata yang sudah terucap harus dipegang teguh. Long-zhang-shen-gai
adalah orang yang paling menepati janji, maka Dewi Wan-miao tertawa dengan ringan dan
menyerahkan Ruan-wei dan Wen-yi kepada Long-zhang-shen-gai. Buru-buru Long-zhang-shen-gai
menepuk Ruan-wei untuk membuka totokan nadi,
Wen-yi segera berteriak: "Ruan-wei sama sekali tidak menguasai ilmu telapak, mana mungkin dia bisa bertarung dengan
Wan-miao?" Long-zhang-shen-gai tidak menyangka, dia melihat ilmu pedang Ruan-wei begitu lihai tapi dia
tidak bisa ilmu telapak. Wan-miao justru menggunakan kesempatan Ruan-wei yang tidak bisa ilmu
telapak. Dia ingin memancing Long-zhang-shen-gai demi mencapai tujuannya, kecuali kalau Longzhangshen-gai harus mengajarkan ilmunya kepada Ruan-wei.
380 Karena tahu dia tertipu, Long-zhang-shen-gai marah besar, tubuhnya berputar, dia berteriak
lima kali, lima perempuan yang ada di kamar itu ditarik satu per satu dengan cepat.
18 murid Wan-miao yang dibawa ke kampung Rui, 13 orang tertangkap dan telinga mereka
dipotong. Sekarang telinga kelima gadis itu tetap dipotong di depan ketua mereka.
Wan-miao benar-benar terkejut, sudah lama dia mendengar ilmu Long-zhang-shen-gai sangat
tinggi, tapi dia belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri.
Hari ini dia menyaksikan, dengan hanya melayangkan tangannya, dia telah memotong telinga
muridnya, dia benar-benar terkejut.
Kemudian terlihat tangan Long-zhang-shen-gai menyentil, 10 telinga yang copot itu menyerang
Wan-miao. Wan-miao menyambutnya satu per satu. Long-zhang-shen-gai membentak:
"Keluar! Keluar! Besok Lao Rui akan menyuruh Ruan-wei bertarung denganmu!"
Wan-miao takut pada wibawa Long-zhang-shen-gai, diam-diam dia membawa kelima muridnya
yang merintih kesakitan meninggalkan kamar.
Wen-yi tidak tega melihatnya, dia menarik nafas:
"Lao Rui, mengapa kau memotong telinga lima perempuan itu?"
Long-zhang-shen-gai memang bukan orang yang kejam, dia pun hanya bisa menghela nafas:
"Aturan keluarga Rui memang seperti itu, Lao Rui tidak bisa melanggarnya."
Long-zhang-shen-gai bertanya:
"Apa benar kau tidak bisa ilmu telapak?"
Dengan jujur Ruan-wei mengangguk.
"Kalau begitu, aku akan mengajarkan satu jurus ilmu telapakku, tapi kau harus belajar dengan
sungguh-sungguh supaya besok baru bisa melawan Dewi Wan-miao," sahut Long-zhang-shen-gai.
Dalam waktu setengah jam Long-zhang-shen-gai menjelaskan cara-cara dan teknik ilmu
telapaknya. Juga semua perubahan jurus tersebut kepada Ruan-wei. Ruan-wei memang mengerti
tapi pada saat berlatih, dia mengalami kesulitan. Setengah hari telah berlalu, dia baru bisa
menguasai dengan pas-pasan.
Demi mendapatkan ilmu Long-xing-ba-zhang, Dewi Wan-miao tidak berani berbuat macammacam.
Malam hari dia membawakan kuah ginseng untuk mereka bertiga, hal ini membuat Long-zhangshengai merasa aneh. Tapi perutnya sudah lapar, setelah beristirahat sejenak dia menyuruh
Ruan-wei berlatih lagi. Hari kedua pagi satu jurus telapak yang diajarkan Long-zhang-shen-gai telah dikuasai Ruan-wei
dengan lancar. 0-0-0 BAB 102 Dua kuda melakukan perjalanan jauh
Racun di tubuh Wen-yi belum semuanya keluar. Maka dia masih merasa lemas, setelah tidur
semalaman begitu membuka mata, dia melihat Ruan-wei masih berlatih ilmu silat, tapi dia tidak
melihat Long-zhang-shen-gai.
Jurus telapak Ruan-wei hanya satu kali dan itu-itu saja, hal ini membuat Wen-yi bosan:
"Kakak, untuk apa sejak tadi kau hanya berlatih satu jurus itu saja?"
"Adik Yi, kau sudah bangun. Tetua Rui hanya mengajariku satu jurus saja, aku sudah belajar
satu hari, aku masih belum menguasai inti jurus itu, aku benar-benar merasa malu."
"Apa" Lao Rui hanya mengajari kakak satu jurus?"
"Benar! Kalau Tetua Rui mengajariku satu jurus lagi, aku tidak akan sanggup belajar lagi."
"Bagaimanapun tingginya ilmu telapak tapi kalau kau hanya menguasai satu jurus, mana
mungkin bisa melawan perempuan genit itu?"
Tiba-tiba terdengar suara, seseorang masuk melalui jendela:
"Bocah, jangan anggap remeh satu jurus telapak dari Lao Rui. Walaupun tidak bisa menang,
posisinya juga tidak akan kalah dengan lawan."
Karena pernah melihat ilmu telapak Dewi Wan-miao maka Wen-yi masih tetap tidak percaya.
Seorang laki-laki tegap berbaju hitam datang, ketua mereka telah menunggu di depan ruangan.
381 "Kalau kau tidak percaya, kita bisa pergi bersama-sama ke ruang depan untuk melihat
bagaimana kekuatan Ruan-wei!"
Sesampainya di ruang depan, perabot rumah telah disingkirkan, dan ruangan itu menjadi
kosong, ruangan cukup luas cukup untuk 10 orang lebih bertarung.
Wan-miao berdiri di tengah ruangan menunggu mereka. Di sisinya ada orang lain. Hari ini
dandanan dia sangat rapi, mengenakan baju ketat berwarna merah muda, rambutnya dibungkus
dengan kain sutra berwarna merah muda, sepatunya pun berwarna merah muda. Ditambah
dengan kulitnya yang putih, dari jauh dia terlihat seperti segumpal awan berwarna. Penampilannya
lebih sopan dibandingkan kemarin.
Demi keadilan, Long-zhang-shen-gai menyuruh Wen-yi berdiri di sisi ruangan. Hanya Ruan-wei
yang pergi ke tengah ruangan mendekati Dewi Wan-miao. Dan Dewi Wan-miao menyerang
sebanyak tiga kali Ruan-wei tidak berani menyambut, dia hanya menghindar ke belakang.
Tapi Dewi Wan-miao terus menyerang, sejurus demi sejurus seperti gelombang sungai.
Long-zhang-shen-gai berkata pelan-pelan:
"Begitu datang menyerang, asalkan Ruan-wei bisa membalasnya satu kali telapak, dia tidak
akan bisa bertahan."
Karena Ruan-wei terus didesak, maka telapak kanan bergerak ke depan, telapak kiri di
keluarkan dengan cepat. Tangan Ruan-wei menepuk kepala Dewi Wan-miao yang terbungkus
kain. Kalau telapak Ruan-wei sedikit diturunkan, kepala Wan-miao akan hancur. Hal ini membuat
Dewi Wan-miao terkejut tapi gerakan itu tidak berubah, dia tetap menggunakan telapak DaHe.
Dengan senang Long-zhang-shen-gai melihat Wen-yi, seperti ingin berkata:
"Sekali serang hampir mengenai kepala lawan, aku tidak bohongkan?"
Wen-yi tersenyum, dalam hati dia merasa aneh:


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa Dewi Wan-miao selalu menggunakan ilmu telapak Da-he yang sangat biasa saat
menghadapi musuh?" Kira-kira satu jam kemudian, Ruan-wei telah menyerang sebanyak 13 kali, tiap serangannya
hampir mengenai Dewi Wan-miao. Walaupun Dewi Wan-miao merasa terkejut tapi ilmu telapaknya
tidak beriibah, kelihatannya dia ingin mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan rahasia
pukulannya Ruan-wei. Long-zhang-shen-gai tahu kalau Ruan-wei hari ini tidak bisa menang dari Dewi Wan-miao, dia
mulai membentak: "Kembalilah, Ruan-wei! Besok kau baru bertarung lagi dengannya!"
Ruan-wei keluar dari ruangan, Dewi Wan-miao tertawa dan berdiri, dia tidak mengejar.
Tanpa suara Long-zhang-shen-gai kembali ke kamar dan bertanya:
"Bagaimana hasil pertarungan hari ini?"
Dengan sikap hormat Ruan-wei menjawab:
"Seranganku memang kuat, tapi terakhir masih kurang tenaga, maka dia masih bisa melarikan
diri!" "Kalau begitu aku akan mengajarkan satu jurus lagi."
Jurus telapak kali ini ternyata lebih sulit dibandingkan jurus yang kemarin. Baru setengah jam
berlalu, keringat telah mengucur deras di tubuh Ruan-wei. Wen-yi sangat mengerti dan dia tidak
mau mengganggu Ruan-wei berlatih, dia memutuskan untuk tidur karena kesehatannya belum
pulih dengan benar. Maka setelah berada di ranjang dia langsung tertidur pulas.
Dalam waktu satu hari satu malam, Ruan-wei baru bisa menguasai jurus kedua. Long-zhangshengai tetap menemaninya dan tidak tidur. Dini hari dia membawakan sebuah botol kecil
berwarna putih dan menyuruh Ruan-wei meminumnya. Setelah meminumnya Ruan-wei merasa
tubuhnya menjadi enak dan bersemangat.
Pertarungan kali ini ilmu pukulan tangan yang digunakan oleh Dewi Wan-miao adalah ilmu
pukulan terkenal di Shang Dong bernama 'Pi-shan-zhang' (telapakmembelah gunung).
Jurus Pi-shan-zhang lebih lihai dibandingkan dengan jurus 'Da-he-zhang', dia menggunakan
jurus ini untuk melawan Ruan-wei, tetap jurus berbahaya. Sampai jurus ke-10, segenggam
rambutnya berhasil tertebas oleh Ruan-wei. Tapi setelah 13 jurus berlalu, wajah Long-zhang-shengai
tampak kalau dia marah dan dia menyuruh Ruan-wei kembali dan bertarung kembali esok hari.
382 Wen-yi merasa aneh, mengapa Dewi Wan-miao tidak mengeluarkan jurus-jurusnya yang lihai"
Dia tidak tahu demi mendapatkan rahasia ilmu telapak dari Ruan-wei, dia rela mendekati Ruanwei,
dengan mendekati Ruan-wei dan menghadapi bahaya, dia baru bisa mencuri ilmu Ruan-wei.
Setelah kembali ke kamar, Long-zhang-shen-gai masih tampak berpikir, tapi dia segera
mengajarkan jurus ketiga kepada Ruan-wei. Dalam hati Ruan-wei merasa sedih, karena dia
melihat saat Long-zhang-shen-gai menurunkan ilmunya kepada Ruan-wei dia tampak sedih.
Sebenarnya dia tidak ingin belajar, tapi melihat sikap Long-zhang-shen-gai begitu serius, dia
tidak berani menolaknya, diam-diam dia bertekad dia harus lebih maju dalam belajar supaya pada
hari ketiga dia bisa mengalahkan Dewi Wan-miao.
Pagi-pagi sewaktu Long-zhang-shen-gai pergi, Ruan-wei telah hafal dengan jurus ketiga, sudah
sehari semalam dia tidak beristirahat. Ruan-wei hampir tidak tahan, tiba-tiba Long-zhang-shen-gai
telah kembali, dia membawa lagi sebotol kecil berisi air berwarna putih, setelah Ruan-wei
meminumnya, dia merasa sangat aneh, dia merasa bersemangat dan rasa lesunya pun
menghilang. Tiap kali Long-zhang-shen-gai membawa sebotol air putih untuk diminum Ruan-wei, dia tampak
lesu dan lelah. Hari ini begitu bertarung, Dewi Wan-miao segera menggunakan jurus 'You-she-zhang', dia tahu
setelah Ruan-wei menguasai 3 jurus telapak, kalau tidak dihadapi dengan ilmu yang lihai, dia tidak
akan bisa menahan serangan Ruan-wei.
'You-she-zhang' ini benar-benar sangat lihai, dengan jurus ini dia menghadapi 3 jurus Ruanwei,
memang sedikit mengejutkan, tapi tidak membahayakan.
Diam-diam Wen-yi berpikir, 'Ternyata hari ini kau baru mengeluarkan ilmu sebenarnya.'
Setelah Wen-yi meneliti jurus-jurus Dewi Wan-miao ternyata dia belum mengeluarkan semua
jurusnya, maka bahaya bisa terus terjadi.
Sekarang Ruan-wei baru mengerti mengapa Dewi Wan-miao tidak mengeluarkan ilmu
sebenarnya mungkin karena dia ingin memancing Ruan-wei memperagakan satu per satu jurus
yang dipelajarinya dari Long-zhang-shen-gai.
Long-zhang-shen-gai sendiri terus memantau kedua orang itu, begitu melihat dalam 13
serangan Ruan-wei tidak bisa menang dia memanggil Ruan-wei untuk kembali.
Long-zhang-shen-gai pun tahu kalau Dewi Wan-miao telah mengeluarkan jurus andalannya,
karena baru pertama kali melihat jurus-jurus 'You-she-zhang', diam-diam dia mengagumi ilmu ini.
Karena itu muncul keinginan untuk menang dari jurus 'You-she-zhang' di dalam hatinya.
Tanpa pikir panjang jurus keempat telah dia ajarkan kepada Ruan-wei. Dia percaya dengan 4
jurus ini Ruan-wei bisa mengalahkan ilmu silat Dewi Wan-miao yang aneh.
Ruan-wei tidak beristirahat, hari kedua pagi, dia baru bisa menghafal keempat jurus ini. Seperti
biasa dari luar Long-zhang-shen-gai membawa sebotol kecil air putih. Walaupun semalaman Ruanwei
tidak tidur tapi begitu meminum air ini, dia seperti baru terbangun dari tidur dan merasa
sangat bersemangat. Setelah Ruan-wei menguasai jurus keempat dan bertarung kembali dengan Dewi Wan-miao,
jurus keempat ini berbeda dengan 3 jurus terdahulu. Jurus 'You-she-zhang' milik Dewi Wan-miao
tertutup oleh keempat jurus ini malah dia tidak bisa memperagakannya dengan baik. Beberapa kali
dengan jurus keempat ini Dewi Wan-miao hampir mati. Tapi Dewi Wan-miao tetap bisa melewati
13 jurus. Kali ini benar-benar membuat Long-zhang-shen-gai marah, dia hanya duduk diam di
kursinya dan tidak bicara sepatah kata pun.
Ruan-wei merasa malu dan hampir meneteskan air mata, dengan tidak tenang dia berkata:
"Aku benar-benar tidak berbakat dan tidak sanggup memenuhi harapan Tetua... ini... ini...."
"Bukan salahmu!... bukan salahmu! Aku tidak menyangka Dewi Wan-miao begitu kuat,
seharusnya dia sudah kalah, tapi dia tetap tidak kalah. Baiklah, aku akan mengajarimu jurus
kelima, aku ingin tahu apakah dia masih bisa menyambutnya?"
"Aku tidak mau belajar lagi!"
"Mengapa?" Long-zhang-shen-gai terkejut.
"Tetua begitu lelah mengajariku selama 4 hari ini, Tetua tampak kurus dan lelah, aku jadi tidak
tenang, kalau Tetua mengajariku satu jurus lagi, Tetua akan lebih kurus lagi!"
383 Long-zhang-shen-gai memegang pipinya, pipinya memang cekung, Long-zhang-shen-gai
berkata: "Lao Rui tidak apa-apa, kau harus belajar jurus kelima, kalau tidak kau tidak akan bisa menang
dari Dewi Wan-miao, kau tidak akan bisa keluar dari sini, bukankah kerja keras kita terdahulu akan
sia-sia?" "Tetua sudah empat malam tidak tidur, hari ini Anda harus tidur, besok aku akan menggunakan
empat jurus itu bertarung lagi dengan Dewi Wan-miao. Kalau bisa menang, bukankah itu sangat
bagus" Kalau aku kalah, kalau kalah nanti kita pikirkan lagi."
Sudah empat malam Long-zhang-shen-gai memang tidak tidur:
"Sekarang aku ingin tidur, kalau kau tidak belajar jurus kelima, kau mempersiapkan nyawa
bertarung besok, apakah benar?"
Ruan-wei mengangguk tanpa suara.
Long-zhang-shen-gai tertawa:
"Kau tidak mau menjaganya lagi?" dia menunjuk Wen-yi yang tertidur di ranjang.
Ruan-wei terkejut: "Aku benar-benar egois, mengapa melupakan Adik Yi" Aku mati tidak apa, kalau Adik Yi jatuh
ke tangan mereka, itu... itu." mengingat bahaya yang terjadi hari itu, keringat Ruan-wei terus
menetes. Dengan serius Long-zhang-shen-gai berkata lagi:
"Jurus kelima ini kudapat dari 'Yi Jing', kata Yi Jing...."
Dengan penuh semangat Ruan-wei mendengar Long-zhang-shen-gai menceritakan jurus
kelima. Ruan-wei tahu setiap jurus lebih sulit dan lebih lihay dibandingkan jurus sebelumnya. Tapi
jurus kelima yang lihai ini, kalau belum mempelajari jurus 1-4 dan langsung belajar jurus kelima,
jangankan belajar, mendengarnya saja tidak akan mengerti.
Hari berikutnya, setelah Long-zhang-shen-gai keluar dan Ruan-wei sedang berlatih, Wen-yi
bangun dan turun dari ranjang, dia berteriak:
"Kakak!" Dengan penuh perhatian Ruan-wei menghentikan latihannya dan mendekati Wen-yi:
"Mengapa sudah bangun" Tidurlah kembali, istirahatlah yang cukup!"
"kakak, dari kemarin pun aku sudah sembuh." kata Wen-yi Sambil tertawa
Wen-yi dengan diam melihat Ruan-wei berlatih jurus kelima yang dilakukan berulang-ulang.
Tiba-tiba dia berkata: "Kalau kakak telah menguasai jurus kelima, kakak pasti bisa mengalahkan Dewi Wan-miao."
Ruan-wei tahu kalau Wen-yi mempunyai pertimbangan kuat, dengan senang dia berteriak:
"Apakah benar?"
"Tapi kalau perempuan siluman itu menggunakan jurus yang bisa menangkap kakak dua kali,
kakak tetap tidak bisa mengalahkannya!"
Jurus yang dimaksud Wen-yi adalah salah satu jurus andalan 'You-she-zhang' yang ber-nama
'Shui-she-duan-yao'. Mengingat dia pernah tertangkap, jurus yang dipakai siluman perempuan itu memang bagus.
Sekalipun dia telah menguasai lima jurus telapak yang diajarkan Long-zhang-shen-gai belum tentu
bisa menang dari siluman itu.
Wen-yi berkata lagi: "Ketika siluman perempuan dalam keadaan terjepit, dia akan mengeluarkan jurus itu dan kakak
tidak akan sanggup mengalahkan dia kecuali belajar satu jurus lagi, baru ada harapan menang."
Ruan-wei menggelengkan kepala, dia tidak mau merepotkan Tetua Rui lagi.
"Lihat hanya beberapa hari saja rambut putih tetua Rui bertambah banyak, jika aku belajar lagi
jurus ke-6, mana mungkin aku tega melakukannya!"
"Baiklah, Da-ge, aku akan memberitahukan cara untuk menang dari Dewi Wan-miao."
Ternyata ketika Dewi Wan-miao menangkap Ruan-wei, Wen-yi merasa sangat aneh. Maka
dalam beberapa hari ini dia selalu mencari cara untuk memecahkan jurus ini.
Tadinya Wen-yi tidak ingin mengungkapkan bagaimana caranya, dia ingin belajar bersamasama
dengan Ruan-wei, karena menurut Wen-yi ini adalah kesempatan yang baik, tapi karena
384 Ruan-wei tidak ingin membuat Tetua Rui bertambah cemas dan lelah, maka Wen-yi setuju dengan
pemikiran Ruan-wei. "Jurus siluman perempuan itu sangat lihay, siapa pun yang berhadapan dengan jurus ini, dia
pasti akan kalah, dia tidak akan menggunakan jurusnya kecuali bertemu dengan pesilat tangguh.
Tapi ketika bertarung dengan kakak, secara kebetulan aku melihatnya. Sesudah memikirkannya
selama beberapa hari ini, aku kira dengan jurus-jurus ayahku yaitu 'Jiu-gong-lian-huan-bu', bisa
memecahkan jurusnya." (Sembilan langkah berantai).
Ruan-wei pernah belajar Jiu-gong-lian-huan-bu dari Wen-yi, mendengar ucapannya dia merasa
sangat senang. Kemudian Wen-yi mengajari cara-caranya. Begitu Ruan-wei sangat lancar
melakukannya, Long-zhang-shen-gai baru kembali.
Seperti biasa Long-zhang-shen-gai memberikan sebotol air putih kepada Ruan-wei. Dia
mengembalikannya kepada Long-zhang-shen-gai dan mempersilakan dia untuk meminumnya.
Tapi Long-zhang-shen-gai menggelengkan kepala, dia berjalan ke pinggir dan duduk bersila
untuk mengatur nafas. Ruan-wei menarik nafas, dia meminumnya, semangatnya langsung pulih
kembali. Ketika bertarung dengan Dewi Wan-miao, Ruan-wei telah menguasai 5 jurus. Jurus You-shezhang
milik Dewi Wan-miao mulai tidak bisa digunakan untuk menghadapi lawannya. Setelah
menyerang dengan jurus ke-4, jurus ke-5 pun mulai dikeluarkan, Dewi Wan-miao memaksa untuk
melihat perubahan 5 jurus. Dia tidak tahu dia sudah tidak sanggup melawan musuh. Terlihat jurus
ke-5 hampir memecah otaknya. Segera dia mengeluarkan jurus 'Shui-she-duan-yao'.
Tampak gerakan tidak teratur, tapi sangat aneh, jurus itu memang bukan serangan tapi bisa
digunakan untuk menghindari serangan ke-5 dari Ruan-wei dan masih bisa menyerang kembali,
hampir saja mengenai tangan Ruan-wei.
Melihat jurus yang dikeluarkan Dewi Wan-miao, wajah Long-zhang-shen-gai mulai pucat dan
menarik nafas: "Habis sudah! Habis sudah! Hari ini Ruan-wei pasti tidak bisa mengalahkannya, mungkin bisa
kalah. Aku harus mengajarinya satu jurus lagi, satu jurus lagi, tapi jika aku melakukan ini, apakah
aku tidak akan bersalah pada nenek moyang!"
Ketika dia ingin memanggil Ruan-wei, di lapangan jurus ke-5 sudah dikeluarkan.
Telapak Ruan-wei benar-benar lihai, seperi gelombang laut, sejurus demi sejurus semakin
kencang. 4 jurus sudah dikeluarkan, Dewi Wan-miao seperti ular melata, membuat lingkaran
semakin besar. Begitu jurus ke-5 Ruan-wei mulai dikeluarkan. Lingkaran Dewi Wan-miao tiba-tiba mengecil, dia
seperti rela mati, demi mendekati Ruan-wei.
Ruan-wei tahu dalam bahaya ini, jurus aneh Dewi Wan-miao akan keluar, maka belum semua
jurus ke-5 dikeluarkan, dia bersiap, dia takut jika jurus-jurus lawan akan berubah.
Dewi Wan-miao seperti takut dengan jurus ke-5 Ruan-wei. Begitu mendekat, dia segera
mengeluarkan jurus 'Shui-she-duan-yao'.
Dia tidak tahu kalau Ruan-wei sudah bersiap-siap, musuh tidak berubah, maka dia juga tidak
akan berubah. Begitu musuh berubah, kakinya segera bergerak melakukan gerakan 'Jiu-gong-lianhuanbu'. Jiu-gong-lian-huan-bu sangat aneh. Jurus ini benar-benar merupakan bintang kematian untuk
Shui-she-duan-yao. Jurus Dewi Wan-miao memang aneh tapi Ruan-wei selalu menempel di belakangnya, karena itu
Dewi Wan-miao merasa terkejut. Dia ingin mengubah jurus untuk menjaga dirinya tapi terlambat,
Ruan-wei sudah berada di depannya. Tangan kanannya melingkar kemudian tangan kiri terjulur
keluar. Terdengar Dewi Wan-miao berteriak dengan suara memilukan, ternyata dua tulang telapaknya
patah karena sakit air matanya terus menetes.
Ruan-wei meloncat ke belakang Long-zhang-shen-gai. Long-zhang-shen-gai berteriak:
"Pergilah! Setengah tahun ini kau harus menjaga telingamu baik-baik!"
Sebenarnya Wen-yi masih ingin membalas dendam tapi melihat dua telapak Dewi Wan-miao
dipukul Ruan-wei hingga patah maka dia tidak jadi membalas dendam.
Sesudah Dewi Wan-miao pergi, Long-zhang-shen-'gai berkata:
385 "Tadi langkah-langkahmu sungguh bagus!"
Kata-kata Long-zhang-shen-gai mengandung tawa:
"Jika Tetua tidak mengajariku lima jurus telapak, aku tidak mungkin bisa menang dari siluman
itu." Long-zhang-shen-gai dengan dingin berkata: "Belum tentu, kau bisa "Jiu-gong-lian-huan-bu',
seharusnya kau tahu kau bisa menang dari Dewi Wan-miao, tapi mengapa kau tidak
memberitahuku" Apakah kau sengaja melakukannya karena ingin belajar ilmu telapak Lao Rui?"
Long-zhang-shen-gai mengenal 'Jiu-gong-lian-huan-bu', dia melihat Wen-yi. Dengan marah dia
bertanya: "Apakah kau putri Nan-gu, Wen Tian-zhi?" (Nan-gu=lembah selatan).
Wen-yi tertawa: "Lao Rui, jangan marah" Memang akulah yang mengajari kakak jurus 'Jiu-gong-lian-huan-bu'
tapi dia berhasil mematahkan dua tulang telapak siluman itu, bukankah kakak melakukannya
dengan jurus telapak ke-5 yang kau ajari?"
Memang demikian, tapi jika Ruan-wei tidak bisa jurus Jiu-gong-lian-huan-bu, dia tidak akan bisa
mengalahkan Dewi Wan-miao. Semua orang melihatnya.
Long-zhang-shen-gai marah: "Bocah, jangan terus memuji Lao Rui, semua orang tahu 'Jiugonglian-huan-bu' milik ayahmu dan sangat terkenal. Tapi ilmu kepalan pak tua Wen belum tentu
lebih baik dari Lao Rui."
Sudah berpuluh-puluh tahun ilmu kepalan dan ilmu 'Jiu-gong-lian-huan-bu' milik Wen Tian Zhi
terkenal di dunia persilatan. Memang setiap orang ingin menjunjung tinggi ilmu keluarganya.
Sekarang Wen-yi diam tidak berkata apa-apa, tapi dari wajah terlihat kalau dia tidak suka apa
yang dikatakan Lao Rui. Dia tidak percaya ilmu telapak Lao Rui berada di atas kemampuan
ayahnya. Long-zhang-shen-gai berteriak: "Baiklah, kau kira ayahmu benar-benar hebat" Ruan-wei baru
belajar lima jurus telapakku, jika dia bisa menguasai delapan jurus telapakku, walaupun dia tidak
bisa 'Jiu-gong-lian-huan-bu' milik ayahmu, dalam tiga jurus lagi dia bisa mengalahkan Dewi Wanmiao.
Jika berhadapan dengan pak tua Wen dia akan tidak kalah."
Kata-kata Long-zhang-shen-gai memang benar, karena 'Long-xing-ba-zhang' harus dikuasai
seluruhnya baru bisa digunakan dengan leluasa. Jika hanya menguasai lima jurus, setiap jurus
hanya bisa mengeluarkan 30% tenaga.
Mulut Wen-yi masih belum berhenti bicara: "Aku tidak percaya." Dia sengaja berkata demikian,
dia sengaja membuat Long-zhang-shen-gai marah agar sisa tiga jurus lagi diajarkan kepada Ruanwei.
Benar saja, Long-zhang-shen-gai terpancing emosinya, dengan marah dia ber-teriak:
"Bocah kemarilah! Lao Rui akan mengajarimu 3 jurus lagi!"
Tapi Ruan-wei tiba-tiba berlutut dan bersujud 5 kali. Long-zhang-shen-gai mengira sesudah
Ruan-wei mendengar dia akan mengajarinya sisa jurus Long-xing-ba-zhang, demi berterima kasih
dia berlutut dan bersujud. Tapi Ruan-wei dengan suara bercekat berkata:
"Aku pantas mati, pantas mati! Aku sudah membuat Tetua melanggar aturan keluarga."
Begitu mengangkat kepalanya, tangan kiri mencengkram telapak kanan, dia ingin mematahkan
tangannya sendiri. Wen-yi berteriak, Long-zhang-shen-gai mencengkram tangan Ruan-wei dengan kuat:
"Kau mau apa?" Ruan-wei meneteskan air mata dan berkata: "Demi menolong kami, Tetua sudah melanggar
aturan keluarga dan mengajari ilmu keluarga, tapi... tapi... aturan keluarga Rui sangat ketat, aku
tidak boleh mencelakai Tetua. Aku rela tanganku dipatahkan dan 5 jurus yang telah kupelajari
dimusnahkan segera."
Long-zhang-shen-gai menarik nafas panjang:
"Mengapa kau tahu aturan keluarga Rui kalau Long-xing-ba-zhang tidak boleh diwariskan
kepada orang lain?" Ruan-wei menceritakan apa yang didengarnya dari pembicaraan Jing-yu dengan Dewi Wanmiao.
Long-zhang-shen-gai menarik nafas panjang:
386 "Tidak disangka dalam keluarga Rui ada pengkhianat yang memalukan. Ini merupakan kesialan
bagi keluarga Rui. Pantas Dewi Wan-miao berani mengancam dengan nyawa, karena dia ingin
mempelajari Long-xing-ba-zhang. Jurus ini tidak mudah dipelajari, biarkan dia berpikir selama


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa tahun, aku yakin dia hanya menguasai kulit luarnya saja. Tidak perlu mengkhawatirkan
hal ini." Kemudian dia melepas kedua tangan Ruan-wei dan berkata:
"Kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri, sebenarnya aku bukan secara sengaja ingin
mengajarimu, apalagi kau belum menguasai semuanya. Tahun depan ketika rapat diadakan, aku
akan mengaku kepada Fu-ye, aku yakin Fu-ye tidak akan terlalu marah kepadaku."
Long-zhang-shen-gai berhenti bicara sebentar lalu menarik nafas lagi:
"Setiap kali aku mengajarimu, hatiku terasa sangat sakit. Aku seperti bersalah dan melanggar
peraturan keluarga maka setiap pagi aku berlari ke Hua Shan utara untuk menghabiskan tenagaku
dan mendapat ketenangan batin."
Hua Shan terletak di San-xi, dengan tinggi 5.000 meter. Dari kampung Rui ke Hua Shan
jaraknya 50 kilometer ditambah dengan melakukan perjalanan dengan memanjat gunung. Longzhangshen-gai dalam satu jam bisa pulang pergi, kecepatannya benar-benar mengejutkan, dapat
dinilai bagaimana resahnya hati Long-zhang-shen-gaj.
Wen-yi seorang perempuan, dengan penuh haru dia berkata:
"Lao Rui, kau tidak perlu menyalahkan dirimu."
"Pada hari kedua, ketika aku sedang meminta ampun kepada Tuhan, tiba-tiba aku bertemu
seorang teman. Sudah setahun lebih kami tidak bertemu. Dia dijuluki Tabib Sakti. Dia bersembunyi
di Hua-shan. Ketika aku pulang, dia memberiku sebotol air putih, katanya itu adalah air 'Ling-zhi'
(obat untuk menguatkan badan) tapi aku tidak meminumnya, aku membawa pulang obat ini."
Tabib itu dijuluki Tie-zhi-yi-yin (tabib jari besi yang tinggal bersembunyi). Dia salah satu dari
lima orang aneh dunia persilatan. Namanya berada sedikit di bawah Long-zhang-shen-gai. Dia
sangat menguasai ilmu pengobatan. Karena tidak mau diganggu, maka dia selalu berpindahpindah,
seringkali dia tinggal di tempat yang sulit ditemukan maka dia dijuluki Yi-yin (tabib
bersembunyi). Wen-yi paham dengan kehebatan obat Ling-zhi (obat ini untuk menguatkan badan. Pada jaman
Tiongkok kuno hanya raja yang bisa meminum obat ini). Dengan terkejut dia berseru:
"Pantas kakak tidak tidur selama lima hari tapi dia tidak terlihat lelah. Ternyata kakak meminum
air Ling-zhi." "Setiap subuh aku naik gunung, dia akan memberi sebotol air Ling-zhi. Sekarang dipikir-pikir
kau bisa menang, sebagian karena jasa Tie-zhi-yi-yin. Kelak jika kau bertemu dengannya, jangan
melupakan kebaikannya."
Ruan-wei bersujud lagi: "Tetua tidak meminumnya malah membawa pulang untukku, hutang budi ini harus kubayar
dengan apa?" Long-zhang-shen-gai marah:
"Obat itu bukan milikku, kenapa kau harus berterima kasih kepadaku" Jika kau ingin membalas
budi, balaslah kepada Tie-zhi-yi-yin, apakah kau mengerti?"
Ruan-wei mengangguk. Long-zhang-shen-gai memapah bangun Ruan-wei dan berpesan:
"Mengenai aku yang mengajarimu 5 jurus telapak, simpan saja di dalam hati. Tadi kau telah
bersujud lima kali, itu sudah cukup bagiku."
Dia berpesan kepada Wen-yi:
"Aku harap tahun depan pada saat Tiong-qiu, tunggu aku di kampung Rui!"
Wen-yi berkata dengan bahasa biasa pada Long-zhang-shen-gai, bukan dengan bahasa sopan
kepada yang lebih tua. Tapi sebenarnya di dalam hati dia sangat mengagumi Long-zhang-shengai.
Dia mengangguk dan menjawab:
"Aku pasti akan menepati janji!"
"Kalau begitu kita bertemu tahun depan, waktu itu Lao Rui akan memintamu untuk
menyelesaikan satu urusan."
Belum sempat Ruan-wei dan Wen-yi berpamitan, Long-zhang-shen-gai sudah menghilang.
387 "Benar-benar orang gagah yang bersifat terbuka!" sahut Wen-yi. Ruan-wei tidak bicara, dalam
hati dia sedikit menyalahkan perjanjian antara Wen-yi dan Lao Rui, jika Wen-yi akan menikah
dengan orang lain, dia akan merasa sedih.
Wen-yi tidak tahu maksud Long-zhang-shen-gai mengadakan perjanjian setahun kemudian, dia
juga tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Ruan-wei. Dia mengajak Ruan-wei: "Kakak, mari
kita pergi!" Di pasar mereka membeli 2 ekor kuda tinggi dan besar, mereka pergi menuju kampung Rui
dengan menunggang kuda. Sore hari, Ruan-wei seorang diri masuk ke rumah Long-zhang-shen-gai untuk mengambil
bungkusan kain dan Fei-long-jian. Dari putra Long-zhang-shen-gai, Ruan-wei mengetahui bahwa
Jing-yu dibunuh oleh Fu-ye di kuil Ling-yin.
Ruan-wei mengerti, pasti gara-gara Jing-yu pergi ke kuil Ling-yin untuk mencuri buku rahasia
Long-xing-ba-zhang. Karena ketahuan oleh Fu-ye dan dikira musuh yang menyelinap maka Fu-ye
membunuhnya. Setelah keluar dari kampung Rui, Ruan-wei dan Wen-yi pergi ke Tibet.
0-0-0 Tibet berada di sebelah barat daya, merupakan dataran tinggi, berudara dingin, sering terjadi
angin topan. Manusia sulit tinggal di tempat seperti itu maka penduduknya pun sangatjarang.
Penduduk Tibet beragama la-ma'. Kuil di sana sangat banyak tapi jarang yang terkenal.
Pemimpin mereka ada dua, yang satu adalah pemimpin agama, sedangkan yang satu lagi adalah
pemimpin politik. Pemimpin mereka yang satu dinamakan 'Da-lai', yang satu Ba-chan. Mereka
masing-masing tinggal di kota La Sha dan kota Re-ge-ze. Kedua kota ini terkenal sebagai pusat
budaya, ekonomi, dan politik.
Jarak dari Shen Xi ke Tibet ada ribuan kilometer, jalannya pun sangat sulit.
Dari Shan Xi masuk ke San-xi. Sore hari mereka baru tiba di kota 'Cao Yi'. Kota ini adalah kota
kuno tapi sangat ramai. Mereka tidak terburu-buru sampai di Tibet maka ketika melihat ada tempat melancong, mereka
pun melancong dulu. Wen-yi membeli kain juga keperluan sehari-hari, diletakkan di sisi sadel. Tiba-tiba dari depan
datang seorang pak tua berambut putih.
Pak tua berambut putih itu sangat gemuk dan bungkuk, ketika berjalan harus menggunakan
tongkat. Jalannya pun sangat pelan dan terlihat setiap saat dia bisa terjatuh. Hal ini menimbulkan
rasa kasihan. Tapi begitu Wen-yi melihatnya, wajahnya berubah, dia segera menuntun Ruan-wei berjalan ke
sisi lain. Setelah berjalan beberapa menit, Ruan-wei bertanya dengan aneh:
"Apakah ada yang tidak beres?"
Dengan sikap tidak tenang Wen-yi menjawab:
"Tidak... apa... apa...."
Baru saja mereka berbelok, di depan mereka berdiri seorang pak tua berambut putih, dia
memegang tongkat dan berdiri di sisi jalan. Ruan-wei terkejut karena dia tahu pak tua itu adalah
pak tua yang tadi dilihatnya tadi. Melihat pak tua itu, Wen-yi segera menuntun Ruan-wei dan pergi
dari sana. Dari belakang Ruan-wei mendengar suara TUK... TUK... Itu adalah suara tongkat yang
mengenai tanah berarti pak tua itu mengikuti mereka. Ruan-wei tidak tahu mengapa Wen-yi tidak
mau bertemu dengan pak tua itu. Pak tua itu bersuara:
"Nona, pembantumu ini sudah tua, tidak sanggup berjalan jauh lagi!"
Wen-yi membalikkan badan dan marah:
"Siapa yang menyuruhmu terus mengikutiku, kau benar-benar mencari kesulitan sendiri!"
Tubuh pak tua itu gemetar:
"Tuan terus mengkhawatirkan keadaan Nona, pulanglah...."
Wen-yi tertawa dingin: "Jangan sembarangan bicara, mati pun ayah tidak akan peduli padaku!"
Pak tua itu hampir tidak bisa berdiri, Ruan-wei menasehati: .
388 "Adik Yi, pak tua itu sudah tua, bicaralah baik-baik!" Dia mendekati pak tua itu untuk
memapahnya. "Kakak, jangan menganggap remeh A-fu, dia berpura-pura seperti itu hanya untuk menarik
perhatianmu. Sebenarnya kehebatan ilmu meringankan tubuhnya bisa dihitung dengan jari di
dunia persilatan." Ruan-wei mulai berpikir, 'tadi pak tua itu berada di belakang mereka sekarang tahu-tahu sudah
berada di depan, berarti dia sudah berputar satu kali. Jika tidak mempunyai ilmu meringankan
tubuh yang tinggi tidak akan begitu cepat tiba di sana.'
Maka dia segera berhenti melangkah.
A Fu tertawa kepada Ruan-wei kemudian meluruskan pinggangnya dan tertawa:
"Nona, bukankah biasanya A-fu sangat menyayangimu" Demi Nona, kakiku hampir putus
mencarimu. Cepatlah pulang!"
"Kenapa tidak berpura-pura lagi menjadi orang tua yang bungkuk. Pulanglah, aku tidak mau
pulang! Kau tidak perlu menasehatiku, dan kebaikanmu akan selalu kuingat!"
A Fu menggelengkan kepala:
"Di dunia ini tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, untuk apa kau membantah
terus ayahmu?" Tiba-tiba Wen-yi meneteskan air mata:
"Jika ayah dan ibu sayang kepadaku, mengapa mereka tidak mencariku" Hanya kau yang
mencariku. Mereka tidak menganggapku putri kandung mereka. Jika aku mati, ayah dan ibu pasti
tidak akan mengurus mayatku!"
"Mana mungkin! Mana mungkin! Tuan dan nyonya tahu Nona berada di luar tidak akan dihina,
maka mereka tidak keluar dari lembah. Nona sudah tahu kalau tuan sudah bersumpah, seumur
hidupnya tidak akan keluar dari lembah!"
"Aku tidak akan pulang! Lebih baik kau sendiri yang pulang!" kata Wen-yi marah
Ruan-wei tidak bisa berkata apa-apa, terpaksa menuntun kuda mengikuti Wen-yi dari belakang.
"Ketika A-fu datang ke sini, nyonya sambil menangis berkata kepadaku agar menyuruh nona
pulang. Seorang perempuan berada di luar mudah ditipu orang."
Begitu mendengar itu, Wen-yi berhenti melangkah, alis dikerutkan dan dia berdiri terpaku.
Mengambil kesempatan ini A Fu berkata:
"Semenjak Nona pergi, nyonya terus menangis. Terlihat kalau beliau sangat menyayangimu,
Nona pulanglah, jangan menyakiti hati nyonya."
"Aku tidak percaya! Biasanya jika ibu melihatku, seperti melihat musuh, dia tidak pernah ramah
kepadaku. Kau bohong, aku tidak akan tertipu mentah-mentah!"
A Fu mengeluh: "Nyonya selalu baik kepada Nona, hanya saja tidak terlihat di luar!"
Wen-yi tiba-tiba menggelengkan kepala:
"Aku tidak percaya! Tidak percaya! Ibu tidak sayang kepadaku, lebih-lebih ayah. Demi berlatih
ilmu silat dia selalu memukulku, aku tidak mau bertemu dengannya!"
"Karena perjanjian 20 tahun yang lalu maka tuan memaksa Nona supaya rajin berlatih ilmu
silat!" Wen-yi menangis: "Semenjak aku lahir, aku tidak pernah hidup enak sehari pun. Menyuruhku berlatih silat, biar
aku berlatih setiap hari pun ayah tidak pernah baik kepadaku. Mengapa masih sering
memukulku?" "Nona harus tahu, Tuan tidak pernah sehari hidup tenang maka dia bersikap demikian terhadap
Nona!" "Kenapa hati ayah tidak tenang" Masa 10 tahun lebih tidak pernah tenang" Aku tidak percaya!
Tidak percaya...." "Betul, aku sudah ikut tuan selama 10 tahun lebih, belum pernah aku melihat tuan tenang...."
"Kenapa" Kenapa____" Wen-yi bertanya kepada A Fu. Dia bersiap-siap akan pergi.
A Fu mengikuti Wen-yi sambil memanggil:
"Nona! Nona...."
"Kau terus teriak apa" Aku tidak mau pulang!"
389 "Apakah Nona tidak ingn membantu tuan memenuhi perjanjian 20 tahun lalu?"
Wen-yi berhenti melangkah.
"Perjanjian 20 tahun lalu menyangkut nama baik tuan."
"Sudahlah, jangan menasehatiku lagi, aku tidak mau pulang!"
"Mana boleh... mana boleh...."
"Setelah dua tahun dan waktu perjanjian itu tiba, aku akan membantu ayah melaksanakan
perjanjian itu!" "Dalam waktu dua tahun ini Nona akan pergi ke mana?"
"Kau tidak perlu tahu, aku ingin hidup bebas selama dua tahun, setelah itu baru pulang.
Pulanglah, sampaikan kepada ayah pesanku ini. Cepat pergi! Jangan cerewet lagi!"
A-fu tahu dinasehati pun percuma maka dia pun pergi.
A-fu melihat Wen-yi dan berpesan:
"Nona, jaga dirimu baik-baik!"
Dia pergi, hanya sebentar sudah tidak terlihat jejaknya, kalau tadi dia tidak terlihat bungkuk
dan berjalan memakai tongkat rasanya Ruan-wei tidak percaya.
Wen-yi terpaku kemudian berkata:
"Mari kita pergi!"
"Pergi ke mana?"
"Bukankah kita akan pergi ke Tibet?"
Diam-diam Ruan-wei menertawakan dirinya yang pikun. Dia segera memberikan tali kekang
kuda kepada Wen-yi dan naik kuda. Mereka berangkat bersama-sama menuju Tibet.
Sepanjang jalan Ruan-wei merasa leluasa walaupun Wen-yi adalah perempuan, dia tetap
menganggap Wen-yi adalah adik laki-laki, kadang-kadang di penginapan kecil, dan kamar tidak
banyak mereka sering menginap dalam satu kamar dan mengobrol sampai pagi.
Perasaan antara orang sering terjadi karena lama bersama, sepanjang jalan mereka bersama,
memang mereka tidak mengungkapkan rasa suka mereka, tapi sebenarnya mereka sudah saling
menyayangi dan berjanji sehidup semati.
Musim dingin mereka sudah berada di Qing-hai. Dari sini menuju Tibet perjalanannya semakin
sulit dan sepi. Biasanya orang yang pergi ke Tibet harus mengikuti barisan pedagang.
Di Mongolia, Xin-jiang, pedagang selalu menggunakan unta untuk mengangkut barang. Dalam
ribuan kilometer perjalanan di gurun pasir berpuluh-puluh atau ratusan unta menjadi satu barisan.
Tapi di Tibet tidak ada gurun pasir hanya ada dataran yang sangat tinggi. Unta tidak kuat hidup di
tempat seperti itu maka barisan pedagang sering memakai binatang pengangkut sejenis kerbau
untuk membawa barang. Ruan-wei dan Wen-yi membeli kuda di Qing-hai dan juga mengikuti barisan pedagang.
Sesampainya di cekungan Cai-da-mu, mereka mengganti kuda mereka dengan kerbau dan
mengikuti barisan pedagang masuk ke Tibet. Sebulan lebih, musim dingin sudah tiba, mereka
membeli baju berbulu untuk melewati musim dingin.- Sekarang mereka sudah tiba di kota La-sha,
kota terbesar di Tibet. 0-0-0 BAB 103 Karena marah menjadi biksu
Agama Lama adalah salah satu cabang dari agama Budha, berasal dari India kemudian
menyebar sampai ke Tibet dan Mongolia. Penduduk di sana menyebut biksu agama Lama menjadi
Lama. Kota La Sha adalah tempat tinggal salah satu pemimpin politik Da-lai La-ma. Di sana banyak
kuil tinggi dan besar, ekonominya makmur, banyak orang berlalu lalang dijalan.
Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Biksu harimau bisu dan tuli itu adalah biksu India, dia datang ke
Tibet pasti tinggal di kuil.' Maka dia pun coba-coba bertanya. Kuil itu termasuk kuil terbesar di La
Sha. Ruan-wei mengira dari kuil besar ini dia pasti lebih mudah mencari informasi. Begitu masuk
ke kuil dan bertanya-tanya kepada biksu di sana, karena mereka adalah suku bangsa Tibet mereka
tidak mengerti bahasa Han.
390 Ruan-wei dan Wen-yi tidak bisa berbahasa Tibet maka saat mereka bicara tidak ada seorang
pun yang mengerti. Di Tibet jarang ada orang Han, maka mereka sulit mencari orang yang bisa menterjemahkan
bahasa Han. Seorang biksu tua melihat mereka berdua tidak membakar dupa dan sembanyang,
hanya bertanya ini itu, maka dia segera mendekat dan bertanya:
"Kedua tuan ini apakah ingin mencari orang Han?" bahasanya berlogat Han, tapi Ruan-wei dan
Wen-yi harus lama baru mengerti maksudnya.
Ruan-wei mengangguk: "Betul! Kami mencari orang suku Han." Dia berpikir lagi jika di kuil ini ada orang Han, hanya
dengan bertanya bukankah masalah ini akan selesai.
Dengan nada aneh Biksu tua berkata lagi:
"Kalian tunggu sebentar!"
Kemudian dia membawa seorang biksu setengah baya pelan-pelan berjalan mendekati mereka.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'Mengapa Lama lagi" Sepertinya ini tetap tidak akan berhasil.'
Karena Ruan-wei melihat beberapa biksu di sana adalah penduduk Tibet maka dia mengira La-ma
pasti orang Tibet juga. Tidak disangka orang Han juga ada yang menjadi La-ma.
Sesudah La-ma setengah baya itu datang, Ruan-wei bertanya:
"Apakah Anda mengerti bahasa Han?" Dia bicara dengan pelan satu per satu kata diucapkan,
karena dia takut biksu itu tidak akan mengerti.
Tapi biksu setengah baya itu segera menjawab dengan jelas:
"Aku adalah suku bangsa Han maka aku mengerti bahasa Han." Logatnya menegaskan kalau
dia berasal dari Jin-ling.
Ruan-wei merasa sangat mengenal suara ini, maka dengan teliti dia melihat biksu setengah
baya itu. Hal ini membuat dia terkejut dan berteriak:
"Paman Zhong, kau ada di sini, mengapa kau menjadi... menjadi biksu?"
Ternyata biksu itu adalah Zhong-jing, ketika di Jun-hua-shan, orang yang menolong Tuan Jian
yang terluka berat dan tidak pernah kembali ke rumah.
Ruan-wei sama sekali tidak menyangka, Zhong-jing meninggalkan istri dan anaknya di Jinling,
selama empat tahun dia tidak bertemu Zhong-jing dan dia menjadi biksu. Jika tidak mendengar
suaranya, Ruan-wei tidak akan menyangka kalau biksu botak itu adalah Zhong-jing. Karena
teriakan Ruan-wei membuat biksu di sekeliling sana melihat mereka.
Zhong-jing telah menjadi biksu selama tiga tahun lebih, dia melupakan kehidupan dunia luar.
Karena teriakan Ruan-wei, dia baru mengenal pemuda tinggi besar ini adalah Ruan-wei. Karena
melihat biksu-biksu di sekeliling sana terus melihat mereka, maka dia mengajak mereka ke
belakang. Di belakang kuil sangat luas, kamar-kamar tersusun rapi, mungkin ada 100 kamar lebih,
mungkin itu adalah tempat tinggal biksu-biksu.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu Ruan-wei dan Wen-yi masuk ke kamarnya, dia segera berkata:
"Aku sekarang adalah seorang biksu, namaku Wang-cheng, silakan duduk!" Suaranya sangat
tenang, dia seperti tidak mengenali Ruan-wei.
"Apakah Paman tidak mengenaliku lagi, aku adalah Ruan-wei!"
Wang-cheng duduk bersila di ranjang, dia melihat Ruan-wei yang bersemangat, Wang-cheng
menggelengkan kepala dan pelan-pelan memejamkan matanya.
Dengan sedih Ruan-wei berkata: "Apakah Paman sudah tidak mengenaliku, ini tidak apa-apa.
Apakah Paman juga melupakan istri di Jin-ling yang menunggumu kepulanganmu?" Ruan-wei
mengira karena Zhong-jing terpukul hingga lupa ingatan. Dengan kata-kata tadi, Ruan-wei
berharap pikiran Zhong-jing bisa pulih.
Tapi Wang-cheng tetap duduk dengan tenang, sepertinya di dunia ini tidak ada orang yang
disayangi dan dirindukannya. Ruan-wei pelan-pelan berkata:
"Apakah kau tega membiarkan putrimu setiap hari menunggu ayahnya pulang" Membiarkan
seorang anak gadis tidak mempunyai ayah?"
Alis Wang-cheng bergerak sepertinya hatinya mulai tergerak.
Ruan-wei berkata lagi: 391 "Apakah kau tahu kalau mertuamu setiap hari terus mengkhawatirkanmu dan setiap hari terus
menangis" Apakah kau tega membiarkan orang tua itu sedih?"
Ketika Zhong-jing cacat karena sebelah tangannya ditepis oleh ketua Tian-zheng-jiao Xiao-wu,
Sun-ming tidak tinggal diam, dia mengobatinya dan menjodohkannya dengan putri tunggalnya.
Sesudah mereka menikah, Ling-lin tidak pernah baik kepadanya dan sering mempermainkannya.
Tapi setiap kali Sun-ming yang melerai mereka, dia sangat baik kepada Zhong-jing dan
menyayanginya seperti kepada anaknya.
Ketika Zhong-jing mendengar mertuanya menjadi sedih dan menangis terus karena tidak ada
kabar mengenainya, dia tidak tahan lagi dan membuka mata:
"Apakah kau pernah bertemu dengan Nyonya Sun?"
Ruan-wei melihat Zhong-jing mulai bicara dan tahu dia belum meninggalkan dunia nyata secara
keseluruhan. Dengan senang dia berkata:
"Aku pernah bertemu dengan Nyonya Sun, aku pernah bertemu!"
"Apakah beliau sehat?"
"Beliau sehat...."
Begitu mendengar keadaan mertuanya sehat, matanya terpejam lagi. Ruan-wei mendekat dan
menggoyang-goyang pundaknya:
"Paman! Paman! Jangan memejamkan mata lagi, kau harus pulang! Jangan biarkan Nyonya
Sun terus mengkhawatirkanmu setiap hari!"
"Aku adalah Wang-cheng, mengapa kau selalu mengatakan hal-hal sebelum aku menjadi
biksu?" Tiba-tiba Wen-yi yang ada di pinggir tertawa: "Orang yang menjadi biksu, hatinya tidak kotor
jika sudah meninggalkan dunia biasa, tapi dalam hati pasti ada hal yang tidak bisa dilupakan.
Daripada setiap hari tidak bisa tenang, lebih baik ceritakan semuanya, bukankah akan terasa lebih
ringan?" Zhong-jing membuka matanya dan berkata: "Wu-chen! Wu-chen, orang yang sudah menjadi
biksu harus Wu-cheng (tidak ada dunia nyata). Mengapa aku dinamakan Wang-cheng
(melupakan dunia nyata)?"
Wen-yi tertawa: "Berarti Paman masih belum dapat melupakan hal-hal yang ada di dunia nyata, maka Paman
dinamakan Wang-cheng. Paman ingin melupakan semua orang yang hidup di dunia ini, sangat
singkat, mengapa Paman harus menjadi biksu untuk melupakan semua hal yang ada di dunia ini"
Untuk apa menjadi biksu?"
Ruan-wei ikut bicara: "Betul, betul! 100 tahun kemudian semua orang pasti akan mati... Paman mempunyai keluarga,
Paman harus berhenti menjadi biksu."
"Mereka bukan keluargaku, untuk apa aku berhenti jadi biksu?"
"Mengapa mereka bukan keluarga Paman" Bukankah Bibi Ling-lin adalah istri Paman...."
"Bukan, bukan! Dia bukan istriku...." Kata Zhong-jing marah
Ruan-wei terpaku, diam berpikir, 'Mengapa bukan istrinya"'
"Jika dia adalah istriku, mengapa dia tidak pernah menyayangiku...."
Sebelum Ling-lin menikah dengan Zhong-jing, dia sangat mencintai Lu Nan-ren, setelah dia
mengira Lu Nan-ren mati di dalam jurang, memang dia tidak seratus persen percaya tapi karena
dijodohkan oleh ibunya, maka dia pun menikah dengan Zhong-jing. Sesudah mereka menikah,
karena Lu Nan-ren, dia sering melampiaskan kemarahannya kepada Zhong-jing. Tapi Zhong-jing
sangat mencintainya, setiap hari selalu menelan pelampiasan Ling-lin (lihat di bab sebelumnya).
Zhong-jing masih menundukkan kepala dan menarik nafas:
"Waktu itu aku meninggalkan Jun-hua-shan, aku menunggu paman guru kembali sehat, setelah
itu-aku ingin cepat-cepat pulang. Karena aku sudah meninggalkan rumah beberapa bulan,
memang Ling-lin tidak pernah mencintaiku. Tapi aku merindukannya. Demi diriku dia melahirkan
seorang putri untukku. Aku merasa dia sudah milikku, aku tidak peduli dia cinta kepadaku atau
tidak, yang penting dia mau hidup bersamaku, aku sudah merasa bahagia dan puas."
"Ketika sampai di rumah, tadinya aku ingin diam-diam masuk, maksudnya ingin memberi
kejutan, tapi di kebun bunga aku melihatnya mengobrol dengan seorang laki-laki, dengan penuh
392 semangat dia bercerita. Selama kami menikah, belum pernah aku melihat dia begitu senang dan
tertawa begitu bahagia."
"Waktu itu aku sadar. Pantas seteluh menikah, dia selalu berusaha menyiksaku juga tidak
pernah mencintaiku, ternyata hatinya sudah menjadi milik orang lain..."
"Laki-laki itu sangat terkenal di dunia persilatan, orangnya tampan dan luwes tidak seperti aku
yang cacat. Dia lebih awal mengenal Ling-lin dan Ling-lin bisa mendapatkan kebahagiaan
bersama dengannya. Untuk apa aku mengganggu mereka" Untuk apa aku menjadi suami yang
selalu diperalat untuk pelampias kekesalannya" Aku merasa hidup di dunia ini sangat hampa. Aku
ingin meninggalkan dunia ini, maka aku berkelana ke tempat yang paling terpencil. Setelah
beberapa bulan, aku berkelana sampai ke Tibet. Aku menolong seorang La-ma tua dari perampok.
La-ma ini sangat mengerti agama Budha. Sesampainya di kota La-sha, aku mengikutinya menjadi
biksu di kuil ini." "Selama dua tahun ini aku sering bermimpi kembali ke dunia dulu tapi selalu ragu. Aku kira
hatiku ingin masuk menjadi biksu begitu kuat, aku tidak tahu bahwa dalam agama Budha memang
ada Wu-chen (Wu=tidak ada, Chen=dalam agama Budha menunjukkan dunia biasa). Aku adalah
orang biasa, ingin masuk agama Budha menjadi seorang bisku, tapi belum tentu aku bisa!"
Wen-yi menjawab: "Orang biasa ingin menjadi biksu pasti bisa. Hanya saja dalam hati Paman, masih terus
merindukan bibi, tidak dapat melupakan...." Dia ingin mengatakan 'keluarga', tapi dia malu
mengatakannya. Zhong-jing dengan kuat memukul kepalanya, dengan marah dia berkata:
"Aku harus melupakan dia! Melupakan dia...." Dia berteriak sepuluh kali lebih. Teriakan
terakhirnya membuat suaranya serak dan akhir-nya tidak ada suara.
"Siapakah laki-laki itu" Benar-benar keterlaluan!" Ruan-wei mulai marah.
"Kenapa keterlaluan?" Dengan suara serak Zhong-jing bertanya.
"Bibi Lin sudah menikah dengan Paman, bagaimana pun laki-laki itu tidak boleh mengambil
kesempatan dalam kesempitan, Paman tidak ada di rumah, dia malah menggoda Bibi Ling. Jika
aku bertemu dengan dia, aku akan menghajarnyaa!"
Zhong-jing dengan tenang bertanya:
"Jika dia keluargamu sendiri, bagaimana?"
"Jika begitu lebih bagus, lebih mudah bagiku mencarinya untuk mendapat keadilan. Jika dia
benar-benar berniat tidak baik, aku tidak akan mengakuinya sebagai keluargaku!"
Zhong-jing ragu tapi tetap berkata:
"Dia ketua Zheng-yi-bang, Lu Nan-ren!"
Ruan-wei terkejut hingga berteriak, karena dia sama sekali tidak menyangka kalau orang yang
menggoda Bibi Ling adalah orang yang menjadi ketua Zheng-yi-bang.
"Ketua Zheng-yi-bang sangat terkenal di dunia persilatan, aku hanya seperti cahaya kunangkunang."
"Paman harus pulang supaya nenek Sun tidak mengkhawatirkan paman terus, apalagi yang
disebut keluarga jangan sampai terbuang dan tidak terurus."
"Dari pada setiap hari bersedih di sini, lebih baik paman pulang untuk melihat mereka, mungkin
ini hanya kesalahpahaman...." Wen -yi iku t bicara.
Dengan susah payah Zhong-jing kembali ke rumah dan melihat istrinya mengobrol dengan
kekasihnya, dia mengira istrinya tidak setia, maka dia sangat marah dan memutuskan untuk
menjadi biksu. Selama beberapa tahun ini dia selalu bertanya-tanya, sebenarnya apakah dia harus
menanyakannya dengan jelas"
Maka dia segera menjawab:
"Baiklah, kalian jangan bicara lagi, aku akan pulang untuk melihat keadaan keluargaku dalam
beberapa hari ini...."
Ruan-wei sangat senang, Wen-yi pun ikut tertawa:
"Kalau Paman pulang, jangan seperti biksu, kalau tidak bila bibi ingin berkumpul kembali
dengan Paman, tidak akan leluasa baginya."
"Mengapa?" Ruan-wei bertanya aneh.
393 "Dandanan membuatnya tidak leluasa."
"Sembarangan bicara!"
Karena gurauan mereka, untuk sementara kekesalan Zhong-jing jadi hilang, dan bertanya:
"Kalian datang ke sini mau apa?"
Ruan-wei segera bercerita yang terjadi di Jun-shan, setelah Zhong-jing membawa Tuan Jian
yang terluka pergi dan apa yang terjadi pada dirinya. Zhong-jing memuji:
"Kau benar-benar jujur, kau berjodoh dengan ilmu silat aneh, Tian-long-shi-san-jian adalah ilmu
pedang terkenal, masa depanmu pasti cerah."
Zhong-jing berpikir sejenak lalu berkata:
"Menurut orang-orang Tibet, di pegunungan Kun-lun, di gunung Kuku Shen-si-shan, gunung ini
tingginya 9.000 meter, di sana berdiri sebuah kuil, katanya kuil itu pada jaman kuno dulu adalah
kuil suci. Patung-patung Budha dan tiang penyangga kuil semua terbuat dari emas. Tapi tidak ada
seorang pun yang pernah pergi ke sana, juga tidak ada orang yang berani ke sana, karena gunung
itu sepanjang tahun selalu ditutup oleh salju dan es abadi. Di sana adalah daerah terdingin di
Tibet. Kalau pergi ke sana, sering mati tenggelam di dalam salju dan terkubur hidup-hidup."
"Beberapa tahun yang lalu dari India ada dua biksu pergi ke Tibet, mereka mengatakan ingin
mencari kuil itu, mungkin salah satu dari mereka adalah biksu harimau bisu tuli. Dia berjanji
bertemu denganmu empat tahun kemudian, apakah dia mengatakan bertemu di mana?"
Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Tidak, kami berjanji bertemu di sana, mungkin dia menungguku di Kuku Shen-li-shan, berarti
aku harus berangkat ke sana untuk melihat."
"Keponakan berilmu silat tinggi, pasti tidak akan takut menghadapi salju dan es. Dari sini ke
Kuku Shen-li-shan masih ada 1.000 kilometer lagi, perjalanan ke sana sangat sulit, susah untuk
mencapai tempat itu."
"Apakah ada barisan pedagang yang lewat ke sana?" tanya Ruan-wei.
"Memang ada, tapi jarang ada yang melewati Tibet sampai ke Kun-lun dan Xin-jiang, mereka
akan berputar di Qin-hai," jelas Zhong-jing.
"Kalau begitu, keponakan pamit dulu."
Ruan-wei dan Wen-yi berpamitan dengan Zhong-jing, setelah menghabiskan waktu beberapa
hari mereka baru mendapatkan barisan pedagang yang menggunakan alat angkut kerbau, dengan
menempuh bahaya mereka ingin melakukan perjalanan pintas ke Xin-jiang. Mereka pun
mendaftarkan diri. Hari kedua mereka pun berangkat. Sepanjang perjalanan sangat dingin dan angin pun sangat
besar. Suhu di pagi hari dan di malam hari sangat jauh perbedaannya.
Pemandangan di sepanjang jalan sangat indah, penduduk di dataran tinggi tidak seperti
penduduk La-sha. Karena di daerah La-sha masih bisa bercocok tanam dan mereka bisa menetap,
karena itu mereka membuat rumah dari batu.
Tapi di dataran tinggi, penduduknya hidup menggembala di gunung dan mereka mengguna-kan
tenda untuk tempat berteduh. Tenda mereka berbeda dengan tenda biasa, tenda mereka di satu
sisi pasti menyandar ke dinding gunung. Maka bentuk tenda mereka persegi dan di atasnya
ditutupi dengan kulit kerbau Li yang tebal. Mereka menggunakan kotoran kerbau untuk dijadikan
dinding pendek yang dibuat untuk menahan angin yang berhembus dingin.
Terkadang dalam satu hari bisa melihat beberapa tenda seperti itu dan terkadang mereka
masih memelihara banyak biri-biri dan kerbau Li tapi terkadang dalam sehari tidak tampak ada
satu tenda pun. Setelah melakukan perjalanan selama 8 hari, mereka tidak pernah berpapasan dengan seorang
pun, karena udara di sana tipis, mereka mulai merasa nafas mereka tidak enak.
Beberapa pedagang sering lewat, sikap mereka sangat gugup, dari wajah mereka tampak
sepertinya bakal ada bencana yang datang.
Pedagang tua yang memimpin barisan menyuruh semua orang untuk lebih berhati-hati
terhadap kerbau yang mereka tunggangi tapi tidak menyebutkan alasan lainnya. Ruan-wei dan
Wen-yi yang mempunyai ilmu silat tinggi, mereka tidak melihat ada yang aneh, maka mereka
sama sekali tidak peduli.
0-0-0 394 Saat sore tiba, di langit terlihat ada petir, Ruan-wei dan Wen-yi mengira akan turun hujan,
maka guntur terus berbunyi.
Semua pedagang tampak kalang kabut, saat Ruan-wei menanyakan apa sebabnya, di sebelah
barat terdengar suara HU! HU! yang sangat keras, ternyata salju besar sedang turun, begitu
besarnya sampai jari sendiri pun tidak terlihat.
Salju itu bukan berasal dari langit, tapi datang dari dataran salju yang menumpuk karena
tertiup angin maka salju pun beterbangan ke arah mereka.
Karena angin sangat besar, Ruan-wei tidak bisa berdiri dengan kuat, suara keras dari sana
membuat telinganya serasa tuli, karena tidak bisa melihat ke depan, dia berteriak:
"Adik Yi! Adik Yi! di mana" Kau di mana?"
Tenaga dalamnya memang kuat tapi begitu dia bersuara, langsung tertiup angin, lama tidak
terdengar jawaban dari Wen-yi.
Karena Wen-yi tidak terlihat, Ruan-wei berjalan dalam hembusan angin sambil berteriak:
"Adik Yi... Adik Yi... Adik Yi...."
Tiba-tiba ada salju datang lagi disertai hembusan angin besar, Ruan-wei tidak kuat berdiri dia
jatuh terguling ke dalam salju dan tidak sadarkan diri....
0oo0 BAB 104 Kacau seperti teriknya sinar matahari
Ruan-wei jatuh terguling di atas salju, setelah cukup lama dia baru sadarkan diri, waktu itu hari
telah gelap, begitu membuka matanya, dia berteriak:
"Adik Yi... Adik Yi...."
Dia belum tahu sekarang dia berada di sebuah tenda, dia mengira masih berada di gurun pasir
yang luas. Di dalam tenda hanya ada cahaya lilin yang terbuat dari minyak sapi. Cahaya terus
bergoyang-goyang menyinari tubuh yang tiba-tiba duduk. Bayangannya bergoyang-goyang seperti
hantu gentayangan. Terdengar owa... owa.., suara tangisan bayi. Ternyata teriakan Ruan-wei membuat bayi yang
tertidur nyenyak jadi terbangun karena kaget.
Tenda ini sangat besar, mungkin ada sampai puluhan meter luasnya, di tengah-tengah tenda
dihalangi oleh sehelai kain terpal, sehingga tenda terbagi menjadi dua bagian. Seorang perempuan
langsing dengan cemas masuk ke dalam tenda. Karena masih terkejut dalam peristiwa angin besar
yang menerpa, Ruan-wei masih termenung melihat sekeliling.
Seorang wanita menggoyang-goyang bayi itu, tangisan bayi semakin kecil.
Perempuan langsing itu dengan lembut mendekati Ruan-wei dan menyuruhnya berbaring,
menyelimutinya dengan selimut hangat, 10 jari dengan lembut memijat nadi Tai Yang yang ada di
pinggir telinga agar Ruan-wei bisa kembali tidur. Kedua mata Ruan-wei yang lebar terus melihat
perempuan langsing itu. Pelan-pelan perempuan itu bertanya:
"Apakah kau kenal denganku" Kau kenal denganku?"
Ruan-wei tidak mengangguk juga tidak menggelengkan kepala, dia hanya melihat perempuan
itu. Karena lelah matanya dipejamkan.
Perempuan langsing itu masih terus menggosok nadi Tai-yang Ruan-wei tapi air matanya
menetes dan terjatuh di atas wajah Ruan-wei yang pucat, Ruan-wei tidak merasakannya karena
dia sudah tertidur pulas....
Di ufuk timur muncul cahaya tapi di dalam tenda masih sangat sepi. Di luar, angin masih
bertiup dengan kencang membuat tenda yang terbuat dari kulit terus berbunyi.
Pintu kulit tersibak, muncul kepala seseorang yang penuh cambang, angin telah berhenti.
Dengan bahasa Tibet dia berkata marah:
"Sial sekali udara di sini!" Dengan sekuat tenaga dia mendorong salju yang menumpuk di depan
pintu tenda. Salju menumpuk setinggi pintu tenda. Begitu keluar dan melihat sekeliling, yang dia
lihat hanyalah salju. Biri-biri dan kerbau sudah tidak ada. Laki-laki yang penuh dengan cambang
395 itu mengira binatang peliharaannya hilang tertiup angin maka dia pun tergesa-gesa pergi ke tenda
sebelah. Dengan menggunakan bahasa Tibet yang keras dia berkata:
"Orang rumah, cepat bangun! Binatang peliharaan kita semua habis terbawa angin!"
Dari dalam tenda muncul seorang perempuan setengah baya bersuku bangsa Tibet, sambil
menguap dia bertanya: "Kau meributkan apa?"
Laki-laki itu mengomel: "Kau sudah tidur 3 hari, apa masih belum cukup, lihat semua binatang peliharaan kita sudah
tidak ada!" Ternyata angin kencang sudah berlangsung selama 3 hari. Di Tibet, laki-laki dan perempuan
mempunyai kedudukan yang sama tapi ada sebagian tempat di mana derajat perempuan lebih
tinggi dari laki-laki, maka dalam hubungan suami istri terkadang kedudukan istri lebih tinggi dari
suami dan suami harus mendengarkan semua kata-kata istrinya.
Perempuan itu menguap lagi, dia menggosok-gosok matanya dan berkata:
"Pagi-pagi sudah berteriak seperti setan! Apakah benar binatang peliharaan kita hilang tertiup
angin, apakah sudah kau periksa dengan benar?"
"Di luar kosong, tidak ada apa-apa, aku harus mencari apa?"


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perempuan itu berjalan ke tempat di mana biasanya binatang peliharaan mereka dikurung.
Sambil mendorong salju yang menumpuk dan baru saja menggali, terdengar suara sapi dan
kambing terdengar, dia berteriak:
"Hei, cepat kemari, bantu aku menggali! Binatang peliharaan kita tidak terbawa oleh angin tapi
terkubur di dalam salju."
Mereka berdua dengan sekuat tenaga menggali salju. Setengah jam kemudian semua sapi dan
kambing berhasil dikeluarkan. Tubuh mereka penuh dengan salju, mereka mengeluarkan uap
nafas putih. Kerbau dan biri-biri paling tahan dengan cuaca dingin, mereka terkubur selama 3 hari tapi tidak
mati kedinginan. Laki-laki bercambang itu menghitung jumlah kerbau dan biri-biri, semuanya ada 70 ekor lebih,
kurang dua ekor, mungkin tergulung oleh angin besar. Dengan senang dia berkata:
"Istriku, kita sangat beruntung, angin begitu besar tapi hanya dua ekor biri-biri yang terbawa
angin." Angin di Tibet memang sangat aneh juga sangat besar, biasanya sering membuat orang di sana
rugi besar. Karena angin bertiup dari arah barat laut maka penduduk Tibet selalu menganggap
angin itu adalah Dewa Wang-di-shi-shen, maka angin ini dinamakan angin Wang-di-shi.
Perempuan Tibet itu marah:
"Pagi-pagi belum tahu apa-apa sudah ribut, jika Nona Lan terbangun akan kukupas kulitmu!"
"Sekarang sudah siang bukan pagi-pagi lagi," protes laki-laki bercambang itu.
Perempuan Tibet itu menatap langit, matahari bersembunyi di balik awan hitam. Dengan
terkejut dia berkata: "Betul, hari sudah siang! Suamiku, cepat kumpulkan kerbau dan biri-biri, sebelum malam kita
harus pindahkan mereka ke tempat yang berumput."
Perempuan Tibet itu masuk ke dalam tenda. Tampak Nona Lan sedang tertidur nyenyak di atas
tubuh laki-laki yang ditolongnya dari tumpukan salju. Dia tidak mau membangunkan Nona Lan, dia
tahu semenjak Nona Lan menolong laki-laki itu, sudah 3 hari dia tidak tidur nyenyak.
Melihat Nona Lan tertidur nyenyak, perempuan Tibet itu benar-benar tidak percaya kalau dewi
ini adalah orang yang paling ditakuti oleh perampok-perampok Tibet dan dia juga adalah
perempuan jantan nomor satu, Da-lai La-ma dari istana Bu-da-la di kota La-sha menyebutnya
demikian. Dari tenda sebelah terdengar tangisan bayi lagi. Suara itu membuat perempuan Tibet ini
tersadar dari lamunannya, dengan cepat dia berlari ke tenda sebelah karena takut tangisan bayi ini
akan membangunkan Nona Lan yang masih tidur nyenyak.
Tapi tangisan bayi itu sudah membangunkan Nona Lan, dia tidak menyangka karena terlalu
lelah dia tertidur di atas tubuh laki-laki itu. Laki-laki itu dengan mata lebar melihatnya. Wajah
396 Nona Lan menjadi merah, pahlawan perempuan nomor satu di Tibet ini merasa malu juga tidak
tenang karena dilihat oleh seorang laki-laki ketika sedang tertidur.
Misteri Rumah Berdarah 5 Pendekar Guntur Lanjutan Seruling Naga Karya Sin Liong Pukulan Naga Sakti 26

Cari Blog Ini