Ceritasilat Novel Online

Terbang Harum Pedang Hujan 17

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 17


Semangkuk Xue-hua disuap ke mulut Wen-yi. Benar-benar dahsyat, wajah Wen-yi yang tadinya
pucat sekarang berangsur memerah, tadinya nafas Wen-yi terengah-engah, sekarang menjadi
tenang. Tidak lama kemudian dia membuka mata dan memanggil-manggil:
"Da-ge!" Melihat wajahnya yang cantik, Gongsun Lan baru mengarti mengapa Ruan-wei yang hilang
ingatan tetap tidak bisa melupakan dia, mungkin mereka sudah bertunangan dan sulit terpisahkan.
Setelah Wen-yi sadar dan tidak melihat Ruan-wei, dia malah melihat musuh cintanya ada di
depan, mata Wen-yi segera penuh dengan air mata. Dengan memelas dia melihat Biksu Harimau,
dia ingin mengucapkan terima kasih.
Tapi sebelum Wen-yi bersuara, Biksu Harimau sudah menggoyangkan tangannya melarang
Wen-yi bersuara dan dia memberi tanda agar Wen-yi beristirahat dulu dan juga berpesan agar
kakak seperguruannya dan Gongsun Lan keluar dari kamar. Dia juga ikut keluar.
Sesampainya di tengah ruangan tamu, Gongsun Lan bertanya pelan-pelan:
"Tetua Naga, dimana Ruan-wei?"
"Tiba-tiba ingatan Ruan-wei pulih, begitu melihat adik angkatnya sakit berat dan pingsan,
semalaman dia tidak tidur. Pagi-pagi tadi dia sudah pergi, katanya dia ingin mencari Xue-hua!"
Biksu Harimau tidak mengerti gerakan bibir Biksu Naga yang bicara bahasa Han. Dia bertanya
dengan bahasa isyarat, setelah mengerti dia memberi isyarat kemudian dia berlari keluar dan
menghilang. Gongsun Lan dengan cemas bertanya:
"Mau kemana dia?"
"Menurut adik seperguruanku, secara kebetulan dia menemukan sebuah pohon Xue-hua, itu
pun dengan perjuangan yang sulit. Sekarang Ruan-wei pergi mencari Xue-hua, mungkin dalam
waktu beberapa tahun dia tidak akan mendapatkannya. Dia pergi mencari Ruan-wei dan
menyuruhnya kembali."
"Aku ikut," kata Gongsun Lan. Sambil bicara, dia ingin keluar dari kuil.
454 "Jika kau pergi, begitu adik seperguruan membawa Ruan-wei kembali, bukankah kami harus
keluar lagi untuk mencarimu" Lebih baik kau tinggal di sini, menunggu mereka kembali," kata
Biksu Naga. Gongsun Lan berpikir, benar juga kata-kata Biksu Naga. Maka dia kembali ke dalam kuil.
"Apa yang terjadi padamu?" tanya Biksu Naga.
Gongsun Lan menggelengkan kepala: "Aku tidak memikirkan apa-apa."
"Mengenai cinta pemuda dan pemudi sering tidak dimengerti dan jika sudah terjerat di dalam
cinta akan sulit keluar. Sebenarnya kehidupan ini adalah jodoh!"
Gongsun Lan pelan-pelan berkata sendiri:
"Biarkan dia pergi! Biarkan dia pergi! Itu tidak mungkin, aku harus memperjuangkannya!"
Setelah makan siang, Gongsun Lan memasak sepoci susu dicampur teh dan memilih sepiring
makanan enak untuk dibawa ke kamar Wen-yi.
Wen-yi sudah sembuh. Keadaannya sekarang sudah sehat seperti orang biasa. Dia merapih topi
dan sedang bersandar di ranjang untuk beristirahat. Melihat Gongsun Lan masuk, dia marah:
"Untuk apa kau kemari?"
"Kau harus makan, kalau tidak berarti kau belum sembuh," Gongsun Lan tertawa.
"Siapa yang mau makan makananmu" Bawalah keluar!" bentak Wen-yi.
"Aku tidak berbuat salah kepadamu, kenapa kau harus marah-marah kepadaku?" tanya
Gongsun Lan. Diam-diam Wen-yi berpikir, 'Benar juga, dia tidak berbuat salah kepadaku, kenapa aku harus
marah padanya"' maka dia dengan nada tidak suka berkata, "Baiklah, taruh saja makanannya,
setelah itu silakan keluar!"
"Mengapa di dunia ini ada gadis yang tidak tahu aturan begini?" Gongsun Lan tertawa.
Wen-yi segera membalikkan tubuh, kedua alisnya dikerutkan. "Apa yang kau katakan tadi?"
"Aku berkata mana ada gadis...."
"Siapa yang gadis" Sembarangan bicara!" protes Wen-yi.
"Memang kau sangat mirip laki-laki tapi sayang rambut panjangmu sudah terlihat. Apakah
orang lain tidak bisa melihat kalau kau adalah seorang perempuan yang berdandan menjadi lakilaki,
laki-laki bukan perempuan juga bukan, benar-benar jelek!"
Wen-yi marah besar: "Bukan urusanmu! Kau tidak perlu mengurusi apakah aku laki-laki atau perempuan!"
Memang sifat Gongsun Lan sangat sabar, tapi sekarang dia mulai marah. Dengan tertawa
dingin dia berkata: "Untuk apa kau lakukan itu" Untuk menipu laki-laki, benar-benar tidak tahu malu!"
Gongsun Lan mengira Ruan-wei memang-gil Adik Yi pasti awalnya karena dia tidak tahu kalau
Wen-yi adalah perempuan. Wen-yi baru sembuh jadi dia cepat marah, dia juga menjawab:
"Aku sudah menipu siapa?"
"Ruan-wei!" teriak Gongsun Lan.
Wen-yi segera duduk, tangannya sudah siap menyerang tapi Gongsun Lan menghindar. Wen-yi
masih tidak puas, dia turun dari ranjang menyerang lagi dengan telapak. Gongsun Lan
menghindar ke kiri juga ke kanan, ketiga kalinya Wen-yi menyerang, Gongsun Lan menahannya.
Karena Wen-yi masih lemah, sekarang serangannya ditahan oleh Gongsun Lan, maka Wen-yi
terjatuh ke bawah. Di luar kamar ada yang tertawa:
"Dua gadis ini sedang meributkan apa?"
Mendengar suara ini, Gongsun Lan dengan terkejut melihat. Ternyata bayangan orang yang
pendek juga gemuk berdiri di depan kamar kemudian dia masuk seperti panah. Wen-yi tidak
sempat melawan, dia ditotok oleh Li You-guan dan dijepit di ketiaknya.
Gongsun Lan berteriak: "Li You-guan, tinggalkan dia!"
Yang datang adalah salah satu dari 5 orang aneh di dunia persilatan, Xi-hua-long-jun Li Youguan.
Li You-guan tertawa terbahak-bahak:
"Demi dirimu aku menculik musuh cintamu, seharusnya kau berterima kasih kepadaku!"
455 "Aku tidak mempunyai musuh cinta! Tinggalkan dia!" teriak Gongsun Lan.
"Kau tidak perlu berbohong, dari tadi diluar aku sudah mendengar dengan jelas. Perempuan
yang berpura-pura menjadi laki-laki ini ingin merebut suamimu, hanya aku yang bisa
membantumu!" Wen-yi bisa mendengar juga bicara, hanya tubuhnya yang tidak bisa bergerak. Dia bertanya:
"Siapa suaminya?"
Melihat wajah cantik Wen-yi, sifat gatal Li You-guan tidak bisa ditahan:
"Siapa pun suaminya, jika ingin suami, kau tidak perlu berebut dengan dia. Walaupun aku
sedikit dewasa, tapi aku lebih kuat daripada bocah itu, lebih baik ikut aku saja!"
Begitu mendengar kata suami, hati Wen-yi terasa panas. Kata-kata mesum Li You-guan tidak
didengarnya dan berteriak:
"Apakah Ruan-wei sudah menikah denganmu?"
Dengan malu Gongsun Lan berkata:
"Jangan percaya pada kata-kata si gendut, sejak kapan aku mempunyai suami?"
"Aku pernah mendengar bocah itu mengatakan kalau dia bermaksud menikah denganmu. Jika
dia bukan suamimu, lalu suami siapa?"
Li You-guan melihat Wen-yi lebih cantik dibandingkan Gongsun Lan, dia ingin menculik Wen-yi
dan ingin agar Gongsun Lan mengatakan kalau Ruan-wei adalah suaminya agar Wen-yi mati rasa
kepada Ruan-wei. "Apakah benar begitu, dia... dia...pernah mengatakan ingin menikah...." dengan suara gemetar
Wen-yi bertanya. Li You-guan tertawa terbahak-bahak:
"Aku bersumpah demi Tuhan, aku tidak berbohong kepadamu. Bocah itu sangat sayang
kepadanya, jika kau ikut denganku, aku pasti akan setia kepadamu!"
Gongsun Lan berteriak: "Xi-hua-long-jun Li You-guan adalah orang yang sering memperkosa perempuan di dunia
persilatan semua perempuan harus berhati-hati kepada orang ini."
"Tidak perlu kau peringatkan dia, ingin berhati-hati pun sudah terlambat. Perempuan jika sudah
berada di tangan Xi-hua-long-jun, dia akan seperti kambing kecil yang menunggu kepalanya
dipenggal, tidak ada yang berani menolongnya!"
Gongsun Lan tertawa dingin:
"Tetua Naga berada di puncak, jika kau tidak meninggalkannya, jangan salahkan karena aku
tidak memberitahu kepadamu sebelumnya."
Li You-guan tertawa terbahak-bahak:
"Si botak itu" Tadi aku melihatnya dia turun gunng, karena itu aku baru berani datang kemari.
Aku kira dalam waktu 1-2 jam ini dia tidak akan kembali!"
Gongsun Lan marah: "Penjahat, aku suruh kau tinggalkan dia!"
Li You-guan menyindir: "Apakah dengan ilmu silatmu itu, kau ingin memberi perintah kepada Xi-hua-long-jun, kau tidak
pantas!" Kemudian pinggangnya digoyangkan, dia mendekati Gongsun Lan. Kali ini Gongsun Lan sudah
ada persiapan, dia tidak memberi kesempatan Li You-guan untuk kabur. Dia sudah mengeluarkan
jurus Shi-er-fu-zhang. Shi-er-fu-zhang adalah ilmu yang sangat aneh. Walaupun hanya mengeluarkan satu jurus tapi
sudah membuat Li You-guan terkejut dan mundur 3 langkah. Dia tidak berani bertarung dengan
Gongsun Lan. Dia meninggalkan Wen-yi di bawah kemudian memutar tubuhnya. Dua telapaknya
seperti petir dengan cepat menyambar Gongsun Lan. Tapi Gongsun Lan sudah siap.
Awalnya Li You-guan menyangka Gongsun Lan tidak akan sanggup menyerang bayangan
telapaknya tapi perkiraannya salah. Telapak Gongsun Lan dengan cepat berada di depan mata,
dan PAK! Wajahnya terkena tamparan Gongsun Lan.
Li You-guan bersalto di tengah-tengah udara untuk menghindari serangan Gongsun Lan.
sebenarnya Gongsun Lan hanya bisa menampar satu kali. Serangan Gongsun Lan kedua, jika Li
You-guan melawan, dia tidak akan terkena pukulan Gongsun Lan.
456 Karena jurus telapak aneh ini membuat Li You-guan takut dan hilang sikap tenang menghadapi
musuhnya. Melihat dia tidak berani menyerang, Gongsun Lan berteriak marah:
"Kau sendiri yang pergi!"
Dengan cepat Li You-guan menjepit Wen-yi di ketiaknya. Gongsun Lan benar-benar marah:
"Tinggalkan dia! Aku suruh kau sendiri yang pergi dari sini!"
Li You-guan tertawa sinis:
"Tidak sulit jika ingin meninggalkan dia asalkan kau memberikan aku buku terjemahan Ke-shana,
aku akan segera melepaskannya!"
Gongsun Lan merasa aneh tapi dia tetap pura-pura bodoh dan bertanya:
"Apa itu buku terjemahan Ke-sha-na" Aku tidak pernah mendengarnya."
Li You-guan tertawa terbahak-bahak:
"Aku sudah mencarinya kurang lebih setengah bulan di gunung ini. Di dalam gua itu, Ke-sha-na
dan lain-lain berjumlah 13 mayat. Aku tidak percaya kau belum pernah pergi ke sana juga tidak
percaya kau tidak tahu tentang buku terjemahan Ke-sha-na."
Diam-diam Gongsun Lan berpikir 'Mungkin dia takut kepada Biksu Naga. Walaupun dia sudah
mencari ke gua itu tapi tidak berani masuk ke kuil emas. Apakah hari ini untuk pertama kalinya dia
ke sini"' Tapi Gongsun Lan memang tidak tahu kalau buku terjemahan Ke-sha-na ada di mana.
Maka dengan serius dia berkata:
"Mau percaya atau tidak, aku benar-benar tidak pernah melihat buku terjemahan Ke-sha-na!"
"Aku tidak percaya kau belum pernah melihat buku itu, tapi kau menguasai ilmu telapak aneh!"
Gongsun Lan membentak: "Aku berkata belum pernah berarti belum pernah! Cepat tinggalkan dia,
Biksu Naga akan segera kembali!"
Dalam hati Li You-guan mulai kacau karena hari itu dia melihat ilmu meringankan tubuh Biksu
Naga yang tinggi. Di Tibet dia pernah mendengar legenda tentang kuil emas maka dia bisa sampai
di sini. Walaupun dia sudah menemukan gunung ini tapi dia tidak berani mendekati kuil emas.
Setelah berhari-hari menunggu Biksu Naga turun gunung, dia baru mendapat kesempatan masuk
ke daerah sini. Ketika dia sedang mencari-cari, dia melihat Gongsun Lan membawa piring ke
kamar Wen-yi. Karena orang ini mempunyai sifat senang main perempuan maka dia mengikuti Gongsun Lan
masuk. Begitu melihat Wen-yi lebih cantik daripada Gongsun Lan, dia lupa waktu juga lupa
tujuannya mencari buku. Sekarang mendengar Gongsun Lan mengingatkannya, karena dia tidak
tahu kapan Biksu Naga bisa kembali. Dengan tegang dia menjepit Wen-yi lagi dan berteriak:
"Jika ilmu yang tadi kau gunakan, beritahu aku jurus apa itu, aku akan segera melepaskan dia!"
Wen-yi terus dijepit sehingga membuatnya merintih karena sakit. Hati Gongsun Lan lemah
melihat keadaan ini, dengan penuh perasaan dia berkata:
"Lepaskan dia, jangan membuatnya kesakitan!"
"Apakah kau setuju menuliskan rumus ilmu telapak itu untukku?" tanya Li You-guan.
"Jangan tulis jurus itu untuk penjahat ini! Aku tidak terima kebaikanmu ini!"
Li You-guan marah: "Kau bilang apa!"
Kemudian tangan yang menjepit Wen-yi bertambah kencang menjepitnya. Wen-yi kesakitan,
keringatnya terus menetes tapi Wen-yi diam untuk bertahan.
Gongsun Lan memang bermaksud meno-long Wen-yi, tapi dia tidak berani memberitahu rumusrumus
Shi-er-fu-zhang kepada Li You-guan. Sekarang melihat Wen-yi tidak mau menerima
kebaikannya, maka dia diam tidak bersuara. Dari sudut mata Li You-guan melihat Gongsun Lan.
Melihatnya diam tidak bergerak, tiba-tiba dia mempunyai rencana jahat. Dengan tertawa licik dia
meletakkan Wen-yi di bawah.
Gongsun Lan tidak tahu apa yang akan dia lakukan, dia hanya bisa menghadang di depan pintu
agar dia tidak bisa membawa Wen-yi keluar.
Li You-guan marah: "Gadis bau! Jika kau berani menolongnya, aku akan menendang kepalanya sampai hancur!"
Sebenarnya Gongsun Lan berjalan ke depan untuk menolong Wen-yi. Setelah mendengar katakata
Li You-guan, Gongsun Lan pikir-pikir lagi.
457 Li You-guan tertawa terbahak-bahak kemudian tangan kirinya menyobek baju panjang Wen-yi,
tangan kanannya membuka baju lapisan kedua Wen-yi yang terbuat dari sutra. Dengan suara
gemetar Wen-yi bertanya: "Kau... kau... mau apa...."
Li You-guan sekali lagi tertawa terbahak-bahak:
"Sejak tadi kau selalu mengatakan kalau kau adalah laki-laki, biarkan aku melihat apakah kau
laki-laki asli atau laki-laki palsu?"
Tangan kiri membuka baju lapisan kedua, terlihatlah pakaian dalam perempuan. Kulit yang
putih dan lembut terlihat di depan mata. Karena dingin Wen-yi menggigil:
"Penjahat... bunuhlah... bunuhlah aku....."
Li You-guan tertawa cabul: "Mana mungkin aku membunuh nona cantik yang begitu
menggoda?" Kemudian tangan kanannya menekan ke dada Wen-yi. Wen-yi seperti digigit ular, dia berteriak
memilukan. Wajahnya pucat seperti orang yang akan mati. Keadaannya sekarang lebih
menyedihkan dibandingkan saat dia akan dibunuh. Li You-guan tertawa senang. Tangan kirinya
bersiap-siap membuka baju dalam Wen-yi. Dia ingin menelanjangi Wen-yi setelah itu baru
diperkosa.... Dalam keadaan yang begitu berbahaya, tiba-tiba Gongsun Lan berteriak:
"Berhenti! Aku akan menuliskan rumus ilmu telapak untukmu!"
Li You-guan segera berhenti:
"Kau jangan berpura-pura!"
"Apakah aku adalah orang seperti itu" Pakaian kembali bajunya terlebih dulu!" sahut Gongsun
Lan. Karena Li You-guan lebih tertarik dengan ilmu telapak, dia melepaskan Wen-yi yang cantik dan
menuruti perintah Gongsun Lan. Baju Wen-yi ditutup kembali. Wen-yi memejamkan mata, air
matanya terus menetes....
"Mana kertas dan kuasnya?"
"Tidak perlu khawatir, aku sudah menyiapkannya!"
Mungkin sejak tadi Li You-guan sudah menyiapkan semuanya. Dia ingin memiliki ilmu-ilmu
rahasia yang terdapat di kuil ini dituliskan semua untuknya. Kertas dan kuas sudah ada di tangan,
Gongsun Lan berpikir sebentar. Dia segera menuliskannya ke atas kertas yang diberikan Li Youguan.
Seperempat jam kemudian, rumus belum selesai ditulis.
Li You-guan mulai cemas: "Gadis bau! Apakah kau ingin mempermain-kanku dengan mengulur waktu" Jika Biksu Naga
datang, yang pertama kulakukan adalah menendang kepalanya dulu!" Dia menunjuk Wen-yi,
"Apakah kau masih berani mengulur waktu?"
"Shi-er-fu-zhang berjumlah 36 jurus, apakah aku akan menuliskannya dengan sembarangan?"
"Kalau begitu cepat tuliskan semuanya!" Li You-guan tidak berani membentak lagi.
Setelah seperempat jam berlalu, Gongsun Lan meletakkan kuas di atas meja dan berkata:
"Sudah selesai!"
Li You-guan segera berteriak:
"Lemparkan kertas itu padaku!"
"Kau buka totok nadinya dulu baru aku akan memberikannya kepadamu!" sahut Gongsun Lan.
Tapi Li You-guan adalah orang yang serakah, seperti ada pepatah Tiongkok yang mengatakan,
"Ikan dan telapak beruang, dua-duanya diinginkan." (Daging pada bagian telapak beruang adalah
makanan yang paling enak dan paling mahal di Tiongkok kuno).
Dia mulai menarik baju Wen-yi dan ingin membukanya kembali. Sambil tertawa sinis dia
berkata: "Cepat berikan kertas itu kepadaku! Jika tidak, aku akan membuatnya malu!"
Gongsun Lan dengan cemas berkata:
"Aku akan memberikan rumus Shi-er-fu-zhang tapi kau harus cepat tinggalkan tempat ini dan
tidak boleh menyulitkan dia!"
Li You-guan tertawa terbahak-bahak:
"Apakah kau tidak percaya pada nama baik 'Wu-qi'?" (lima orang aneh)
458 Terpaksa Gongsun Lan melemparkankan kertas berisi rumus itu dan berkata:
"Baiklah, aku percaya pada nama baik 'Wu-qi'!"
Gongsun Lan tidak tahu di antara Wu-qi, hanya dia satu-satunya orang yang tidak bisa
memegang teguh janjinya. Begitu rumus Shi-er-fu-zhang disambut, segera dia tertawa terbahakbahak,


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ikan aku miliki, telapak beruang juga kudapatkan!"
Ketika dia sedang tertawa, tiba-tiba Wen-yi meloncat, dia menyerang Li You-guan secepat kilat.
Nadi yang Wen-yi totok adalah kedua tangan Li You-guan, maka buku yang ditulis Gongsun Lan
melayang keluar. Ternyata semenjak Wen-yi memakan Xue-hua yang direndam dengan arak,
aliran darahnya menjadi lancar. Tadinya karena dijepit oleh Li You-guan di bawah ketiak,
membuat Xue-hua mengeluarkan semua khasiatnya ditambah lagi penghinaan Li You-guan tadi.
Maka tenaga Xue-hua keluar semua. Diam-diam dia mengatur nafas, akhirnya totokan nadinya
bisa terbuka dengan sendirinya.
Li You-guan sama sekali tidak menyangka kalau Wen-yi bisa membuka totok nadinya. Dalam
keadaan tidak siap, dia tertotok.
Wen-yi seperti seekor walet terbang, buku rumus yang ditulis Gongsun Lan diambil lalu
disobeknya dengan kedua tangan sampai hancur.
Melihat Wen-yi yang bergerak lincah, sepertinya ilmu silatnya lebih tinggi dari Gongsun Lan.
Kedua tangan Li You-guan memang tidak bisa bergerak, dia berpikir jika terus diam di sini dia
akan mendapat penghinaan yang lebih parah lagi karena itu begitu melihat 2 gadis itu tidak
memperhatikannya, dia sudah kabur entah ke mana.
Arak Xue-hua sudah memberikan tenaga kepada Wen-yi, ilmu silatnya jadi bertambah satu kali
lipat. Melihat Li You-guan kabur, dia tidak rela menerima penghinan tadi, maka dia berpamitan
kepada Gongsun Lan: "Budi Nona seumur hidup tidak akan kulupakan! Kita berjumpa di lain waktu!"
Dia kecewa terhadap Ruan-wei maka dia ingin segera meninggalkan tempat ini. Dengan ilmu
meringankan rubuh yang tinggi dia mengejar Li You-guan.
Gongsun Lan melihat Wen-yi berpakaian tidak rapi, semua baju perempuan dalamnya terlihat,
dia adalah gadis cantik dengan kelakuannya seperti laki-laki. Membuat orang tidak tahu kalau dia
adalah perempuan. Setelah Wen-yi pergi, hati Gongsun Lan sangat kacau. Bagaimana masa depannya nanti" Dia
berpikir dengan terpaku, entah berapa lama dia baru mendengar di belakangnya ada yang
memanggil: "Nona Lan!" Begitu menoleh, Gongsun Lan benar-benar senang karena yang datang adalah Tetua Naga.
Biksu Naga tertawa: "Sejam yang lalu ketika aku berjalan-jalan di puncak, tiba-tiba aku melihat adik seperguruan-ku
berhasil menemukan Ruan-wei maka aku ikut turun gunung. Benar saja aku bertemu dengan
mereka." "Apakah Ruan-wei sudah kembali?"
"Kakak Lan, mana Adik Yi?"
Di belakang mereka ada Biksu Harimau yang bisu tuli. Dia melihat Wen-yi tidak ada di ranjang
maka dia merasa aneh. Karena dia hanya tahu Xue-hua mempunyai khasiat menyembuhkan
penyakit tapi dia tidak tahu kalau Xue-hua bisa menambah kekuatan ilmu silat. Melihat Ruan-wei
hanya mencari Wen-yi, hati Gongsun Lan merasa sedih. Setelah lama dia baru menceritakan
semua yang telah terjadi saat Biksu Naga turun gunung.
Begitu tahu Wen-yi sendiri yang mengejar Li You-guan, Ruan-wei sangat cemas. Dia tahu Wenyi
tidak bisa melawan Li You-guan. Maka dengan cepat dia berpamit kepada Biksu Naga dan Biksu
Harimau: "Aku sudah ditolong oleh 2 tetua, budi ini tidak akan kulupakan seumur hidup! Kali ini walaupun
Adik Yi berada di pelosok dunia, aku akan mencarinya. Perpisahan ini entah kapan baru bisa
bertemu kembali! Aku pamit dulu!"
Biksu Harimau menulis di udara dengan lambaian tangan:
"Jika di Zhong-yuan bertemu dengan Tuan Jian, beritahu kepadanya tanggal 1 bulan 12, kami
akan bertarung di Jun-shan!"
459 Biksu Naga berpesan: "Ilmu silatmu adalah warisan dari adik seperguruanku, sekarang di Zhong-yuan kau sudah
termasuk pesilat yang bisa dihitung dengan jari kehebatannya. Tapi kau harus ingat ajaran Budha
adalah selalu berbuat kebaikan. Kau harus menjaga diri dengan baik!"
Ketika kemarin pagi Ruan-wei turun gunung untuk mencari Xue-hua, karena tidak tahu harus
ke arah mana mencarinya maka di gunung es dia mencari ke seluruh penjuru. Kebetulan dia
bertemu dengan Biksu Harimau dan tahu Wen-yi kalau sudah sembuh.
Sekarang setelah kembali dia tetap tidak bisa bertemu dengan Wen-yi, hatinya benar-benar
cemas. Begitu Biksu Naga selesai bicara, dia segera berkata, "Kakak Lan, sampai berjumpa lagi!"
Dia keluar dari kuil. Gongsun Lan ikut lari, dengan sedih dia bertanya:
"Kapan kau akan ke Tibet lagi?"
Ruan-wei bukan orang yang tidak ada perasaan, mengingat kesalahpahaman yang terjadi dulu
karena sudah terbukti ayah dan anak ini tidak pernah mengincar Tian-long Jian, tapi dia juga tidak
bisa meninggalkan Wen-yi seorang diri mengejar Li You-guan. Terpaksa Ruan-wei berkata pelanpelan:
"Entah kapan aku baru bisa pergi ke Tibet lagi, tapi budi Kakak Lan akan kuingat selama-nya!"
Dengan penuh air mata, Gongsun Lan berkata:
"Aku tidak ingin kau ingat budiku tapi ingin kau ingat pada cintaku, kau... kau... jangan lupakan
aku...aku akan...menunggumu...."
Ruan-wei sedikit ragu kemudian pelan-pelan berkata:
"Hubungan baik kita akan menjadi masa lalu, aku menyesal mengapa dulu begitu bingung...."
Kata-kata ini mengatakan bukan dia yang tidak ada perasaan melainkan mengapa dulu mereka
telah salah paham" Sekarang hatinya sudah dihuni orang lain, mana mungkin menerima
perasaannya.... Gongsun Lan juga berkata:
"Memang perasaan ini akan menjadi kenangan... akan menjadi kenangan, tapi perasaan ini
tidak bisa kulupakan, mana mungkin menjadi kenangan, tidak...."
Dengan sedih sekali lagi Ruan-wei melambaikan tangan:
"Sampai jumpa lagi, Kakak Lan!" Dia berlari meninggalkan Gongsun Lan untuk turun gunung.
0-0-0 BAB 112 Melamar pekerjaan Ruan-wei turun gunung, dan tiba di tempat dimana dia melepaskan Bai-ti-ma. Dengan tenaga
dalam yang sangat tinggi, begitu bersiul panjang, suaranya bisa mencapai ribuan meter, membuat
Bai-ti-ma yang sedang merumput segera datang dengan cepat setelah mendengar siulan itu.
Dengan senang Ruan-wei menepuk-nepuk leher kudanya. Ketika dia akan naik kuda untuk
mencari Wen-yi, tiba-tiba dari atas gunung melayang seseorang, begitu tiba di depan Ruan Wek
ternyata orang itu adalah biksu Harimau.
Di tengah-tengah udara Ruan-wei menulis: "Tetua datang ada pesan apa?" Biksu Harimau
mengeluarkan sebuah buku berwarna kuning, setelah dilihat ternyata buku itu adalah kertas putih
kemudian kertas-kertas ini disatukan. Karena sudah bertahun-tahun maka kertas putih itu telah
menguning. Biksu Harimau berjongkok, di atas permukaaun tanah dia menulis:
"Buku ini adalah buku terjemahan Ke-sha-na dan bermaksud diberikan untuk suku bangsa Han.
Aku kira kau adalah orang yang paling tepat,terimalah buku ini dengan baik!"
Dengan sikap hormat Ruan-wei menerimanya. Dia tidak tahu buku ini adalah sebuah buku Kuno
dan dia tidak tahu kalau buku ini sangat berharga, dia menyimpan di baju bagian dada. Biksu
Harimau menulis lagi: "Kau harus menyimpannya hati-hati! Jangan anggap remeh buku ini! Jika
buku ini jatuh ke orang lahat, dunia ini akan kacau."
Ruan-wei menulis: 460 "Aku akan menyimpannya dengan baik!" Biksu Harimau menulis lagi: "Menurut kakak
seperguruanku, buku ini adalah buku kuno India dan buku pusaka India, sebenarnya tidak boleh
diberikan kepada orang luar. Tapi aku tidak menganggapnya demikian, kau layak mendapatkan
buku ini. Jika ada waktu berlatihlah dengan baik. buku ini memiliki pengertian sangat dalam, kau
harus memahami-nya baik-baik. Jangan sia-siakan harapan kami!"
Ruan-wei mengangguk, biksu Harimau menepuk-nepuk pundaknya dan menyuruhnya pergi.
Dengan sedih Ruan-wei menunggang Bai-ti-ma. Wajah biksu Harimau memancarkan perasaan
yang sangat dalam, dia terus melihat Ruan-wei sampai menghilang.
Ruan-wei terus menoleh. Kuda berjalan dengan pelan tapi tetap terasa berjalan cepat, sampai
tidak terlihat bayangan biksu Harimau, dia baru melarikan kudanya.
Setengah bulan sudah berlalu. Ruan-wei sudah mencari Wen-yi ke mana-mana di Tibet tapi
sedikit pun tidak terlihat bayangan Wen-yi. Tapi dia berhasil menemukan Li You-guan satu kali di
kota La-shan. Ruan-wei hanya melihat sekilas, lalu dia pergi lagi. Ruan-wei terus bertanya-tanya
kepada orang lain tapi tidak banyak orang yang mengenal Li You-guan.
Setengah bulan telah berlalu lagi, sekarang adalah bulan 3. Ruan-wei menjual mantel kulitnya
dan mengganti dengan pakaian yang terbuat dari kain kasar. Karena sangat kecewa, maka baju
putih yang sangat disukainya ditinggalkan.
Bai-ti-ma yang gagah juga malas diurus. Bulunya yang putih berkilau sekarang mirip dengan
bulu hitam di keempat kakinya.
Hari ini dia berpikir jika di Tibet tidak berhasil menemukan Wen-yi lebih baik dia pergi ke
Zhong-yuan untuk mengadu nasib.
Zhong-yuan sangat luas. Di Zhong-yuan penduduknya begitu padat ingin mencari seorang
benar-benar seperti mencari jarum di dalam lautan.
Tapi Ruan-wei tetap berharap tinggi. Walaupun tidak bisa bertemu dengan Wen-yi tapi di bulan
delapan saat Tiong-qiu (hari makan kue bulan), Wen-yi pasti akan pergi ke kota Rui. Mereka akan
bertemu di sana karena bulan Tiong-qiu adalah tepat satu tahun mereka berjanji bertemu di kota
Rui. Wen-yi pernah berjanji dengan Long-zhang-shen-gai, dia akan datang menemui nya untuk
menyelesaikan masalah yang belum selesai.
Kota Luo-yang berada di tepi sungai Huang-he, banyak raja yang menjadikan tempat ini
sebagai ibukota. Dulu Luo-yang sangat makmur. Sekarang walaupun sudah bukan ibukota tapi
kemakmurannya tidak kalah dengan ibukota.
Di kota Luo-yang yang makmur, usaha yang baru muncul adalah usaha pengawalan perjalanan.
Jika teringat pada pengawalan perjalanan pasti tidak akan jauh dari orang-orang dunia persilatan.
Maka penduduk yang tinggal di kedua sisi Huang-he asal mempunyai sedikit nama di dunia
pesilatan, mereka bisa pergi ke kota Luo-yang untuk masuk menjadi anggota barisan pengawalan
perjalanan. Pengawalan perjalanan di kota Luo-yang, yang besar maupun yang kecil berjumlah 40 lebih,
tapi yang paling terkenal adalah pengawalan perjalanan yang dipimpin oleh Wu-ying-jian (Pedang
tanpa bayangan) Ouwyang Zhi-xuan. Namanya adalah pengawalan perjalanan Nan-bei. Nama
pengawalan perjalanan Nan-bei sangat terkenal, barang-barang yang pernah diantar oleh
perusahaan ini belum pernah hilang dan di dunia persilatan tidak ada yang berani mengganggu
mereka. Orang-orang dunia persilatan yang terkenal selalu ingin bekerja di sana. Setiap tahun
uang yang dihasilkan sangat banyak. Orang luar pun selalu menghormati mereka.
Tapi jika ingin bekerja di sana juga bukan hal mudah karena dalam pemilihan pegawai,
Ouwyang Zhi-xuan berlaku sangat ketat. Jika tidak mempunyai ilmu silat tinggi jangan harap bisa
mencari makan di sana. Sampai-sampai orang yang bekerja sebagai pendorong pun harus berilmu
silat tinggi. Begitu Ruan-wei berkelana di Luo-yang dan dia mendengar tentang hal ini, dia berpikir, 'Lebih
baik aku bekerja di pengawalan perjalanan ini sebab perusahaan pengawalan ini pergaulannya
sangat luas, mungkin aku bisa mencari Adik Yi."
Nama perusahaan pengawalan perjalanan Nan-bei (selatan utara), berarti pengawalan
perjalanan ini melakukan kegiatan ke utara atau ke selatan, bisa dikatakan kemana pun bisa asal
masih di dalam negeri. Lagi pula pengawalan ini berani menerima mengantar barang penting
tanpa tahu tujuan. 461 Ruan-wei ingin meminjam pengawalan perjalanan ini supaya bisa lebih leluasa mencari Wen-yi
atau musuhnya untuk membalas dendam. Siang hari dia menuntun Bai-ti-ma yang sudah lama
tidak dimandikannya, dia berjalan ke kantor pengawalan perjalanan Nan-bei.
Keadaan pintunya saja sudah megah membuat orang gentar, luas pekarangan sekitar 50 meter
persegi. Di kedua sisi pekarangan terikat puluhan kuda di sana. Pintu tebal berwarna hitam dan
terbuka, papan nama besar tergantung tinggi. Papan itu tertulis 'Nan-bei Biao-ju.'. Puluhan kuda
sangat gagah juga bersih, mungkin pekerja kantor Pengawalan ini menyayangi kuda mereka.
Begitu Bai-ti-ma diikat di sana, benar-benar berbeda jauh karena Bai-ti-ma tampak kusam dan
kurus. Kuda-kuda itu begitu melihat Bai-ti-ma, mereka segera meringkik, seperti tidak ingin berteman
dengannya. Ada 2 ekor kuda bermaksud menendang Bai-ti-ma dengan kaki belakangnya. Bai-ti-ma
adalah Bai-ti-ma, dia meloncat tinggi menghindari tendangan itu. Keempat kakinya belum turun, di
udara dia menendang balik 2 ekor kuda yang tadi berniat menendangnya.
Dua ekor kuda itu meringkik panjang, mungkin mereka tertendang Bai-ti-ma dan tendangan ini
membuat mereka kesakitan. Bai-ti-ma meringkik dengan gagah. Suaranya keras sampai menutupi
suara ringkikan dua ekor kuda yang M'dang kesakitan.
Karena ringkikan Bai-ti-ma yang panjang membuat kuda-kuda lain ketakutan dan menundukkan
kepala. Apalagi 2 ekor kuda yang ditendang Bai-ti-ma, mereka berdiri dengan tidak tenang. Dari
dalam rumah keluar 2 laki-laki tegap berteriak:
"Siapa yang berniat mencuri kuda!"
"Kudaku tidak sengaja menendang 2 ekor kuda yang ada di sisinya!" jawab Ruan-wei.
"Apakah kuda itu terluka?" tanya pelayan.
"Mungkin tidak!" jawab Ruan-wei sambil tertawa.
Mereka tidak tenang dan segera memeriksa kondisi kuda, terlihat kuda yang menjadi milik
marga Zhang dan marga Wang berdiri di pinggir.
Yang berdiri di tengah-tengah adalah seekor kuda kurus dan kotor. Kuda itu berdiri dengan
tegak di tengah-tengah. Melihat perut kuda yang ditendang menjadi biru keunguan, sepertinya
tendangan itu sangat kuat. Melihat Ruan-wei berpakaian biasa, mereka tetap dengan ramah
menyapa: "Anda datang ke sini ada keperluan apa?"
"Aku ingin melamar pekerjaan."
Salah seorang pelayan berkata: "Kebetulan, nanti kau bisa minta maaf kepada Tuan Wang dan
Tuan Zhang!" "Siapa mereka?"
"Aku akan membawamu masuk."
Mereka masuk ke dalam ruangan, tampak barang berjejeran, sampai di belakang baru terlihat
ada rumah. Di tengah ruangan ada sebuah papan nama tertulis 'tempat berlatih silat'.
Dalam ruangan banyak orang berpakaian ketat untuk berlatih silat tapi ada yang berdiri, ada
yang duduk ada juga yang sedang bercanda.
Pelayan datang ke bagian belakang, berbicara dengan seorang pelayan tua kemudian pelayan
tua itu masuk, tidak lama kemudian keluar seseorang dengan wajah penuh cambang. Pelayan tua
itu berada di belakang orang bercambang itu. Dengan sikap hormat pelayan tegap itu berkata:
"Tuan besar Ding, tuan ini ingin melamar pekerjaan."
Semua orang yang berada di ruangan itu segera berhenti beraktifitas dan melihat tuan besar
Ding. Tuan besar Ding memberi hormat dan tertawa:
"Aku adalah pengurus kantor pengawalan perjalanan Nan-bei, namaku adalah DingZi-guang."
Ruan-wei dengan sikap hormat berkata:
"Margaku Ruan, nama Wei."
Semua orang yang sedang berlatih mendengar namanya, Ruan-wei adalah orang yang tidak
memiliki nama, mereka tidak memperhatikannya. Mereka melanjutkan kembali kegiatan mereka,
mereka bicara dengan suara pelan karena di sisi mereka ada pengurus Ding.
"Kakak Ruan sudah lama kita tidak bertemu, bolehkah aku bertanya kau mempunyai kelebihan
apa?" 462 "Kedua pundakku kuat," Ruan-wei tertawa.
Mendengar yang datang melamar adalah seorang laki-laki yang hanya menjual tenaga, maka
Ding Zi-guang tidak begitu memperhatikan, dia hanya tertawa:
"Kau kemari hanya untuk coba-coba!"
Di sisi gembok besi terlihat ada 5 gembok berjejeran dari ukuran kecil sampai besar, yang
paling besar ukurannya 5 kali lipat dari gembok yang paling kecil.
Ding Zi-guang menunjuk gembok yang paling kecil dan berkata:
"Coba kau angkat itu!"
Orang yang berlatih silat tidak ada yang menoleh kepada Ruan-wei karena semua orang yang
melamar pekerjaan harus mengangkat gembok terlebih dulu. Walaupun tenaga orang itu besar,
paling-paling mereka hanya menjadi seorang pegawai kecil di pengawalan perjalanan ini.
Ruan-wei tidak menarik nafas juga tidak berjongkok terlebih dulu, dengan mudah gembok
seberat 90 kilogram itu diangkatnya.
Ruan-wei meminta agar dia bisa mengangkat gembok yang kedua. Semua orang yang berlatih
silat mendengar kata-kata Ruan-wei, mereka terkejut dan menoleh kepadanya.
Dengan serius DingZi-guang berkata:
"Gembok beratnya 360 kilogram!"
"Aku percaya aku bisa mengangkatnya!" sahut Ruan-wei.
Orang-orang yang sedang berlatih silat tidak percaya perkataannya, dalam hati mereka berpikir,
'dia masih begitu muda, tubuhnya kurus dan tidak tegap, tapi dia ingin mengangkat gembok
seberat 360 kilogram, mana mungkin bisa"'
Tapi Ruan-wei tetap tidak berjongkok juga tidak menarik nafas untuk bersiap-siap mengangkat
gembok itu. Kedua tangannya memegang pegangan gembok yang terbuat dari kayu, sedikit demi
sedikit dia mulai mengangkat dan terakhir dia mengangkat lebih tinggi dari kepalanya. Kemudian
pelan-pelan diletakkannya kembali.
Dengan serius DingZi-guang bertanya lagi: "Apakah gembok ketiga itu sanggup kau angkat?"
Orang yang berlatih silat mulai melihat Ruan-wei, mereka ingin tahu Ruan-wei akan menjawab
apa. Karena gembok ketiga tersebut, orang yang bisa mengangkatnya di pengawalan perjalanan
ini hanya ada beberapa orang. Jika Ruan-wei sanggup mengangkatnya, dia akan mengalahkan
setengah orang yang ada di kantor ini.
Ruan-wei tidak mau terlalu melebih-lebihkan kelebihannya, dia menggeleng-gelengkan kepala
tapi tidak bicara sepatah kata pun. Ding Zi-guang mengira Ruan-wei tidak sanggup
mengangkatnya maka dia bertanya lagi:
"Bagaimana dengan kemampuan ilmu silatmu?"
Ruan-wei menggelengkan kepala lagi.
"Bagaimana dengan kemampuan ilmu pedangmu?"
Ruan-wei tetap menggelengkan kepala. Diam-diam Ding Zi-guang menyayangkannya:
"Orang ini berbakat tapi dia hanya mempunyai tenaga pundak saja."


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera dia berpesan kepada pelayan tua: "Bawa dia ke tempat pendorong barang. Dia akan
bekerja sebagai pengawas!"
Semua orang melihat Ruan-wei walaupun bocah ini memilik tenaga besar tapi dia hanya
menjadi seorang pengawas. Dibandingkan orang-orang yang sedang berlatih silat, kedudukan
Ruan-wei lebih rendah dari mereka, maka mereka melanjutkan kembali pembicaraan tadi dan
mereka sama sekali tidak menganggap Ruan-wei.
Tapi Ruan-wei tidak mempedulikan mereka, dia mengikuti pelayan tua itu dan pergi. Tiba-tiba
adayang membentak: "Bocah tengik, berhenti!" Dari kerumunan orang-orang itu keluar 2 laki-laki
gemuk, beralis tebal, dan berperawakan tegap. Seseorang berkata dengan pelan:
"Mengapa bocah itu membuat Zhang dan Wang marah?"
Marga Zhang yang gemuk segera berkata: "Kudamu telah menendang kuda kami!" Ruan-wei
mendengar mereka memanggilnya bocah tengik, dengan nada tidak senang dia menjawab:
"Betul!" Laki-laki gemuk bermarga Wang segera membentak,:
"Apakah kau tidak akan meminta maaf kepada kami, kau seharusnya tahu aturan!"
0-0-0 463 BAB 113 Dunia ini sangat kejam Wang dan Zhang bersaudara angkat, mereka berdua memiliki perawakan paling besar di antara
banyak pesilat di sana. Kakak beralis horisontal dan gemuk adalah Zhang Xiong-hui, sedangkan
adik beralis vertikal dan gemuk bernama Wang-dao.
Sifat Ruan-wei dari luar terlihat ramah tapi sebenarnya dia bersifat keras. Melihat mereka
berdua begitu galak kepadanya, dia ikut marah:
"Bagaimana cara meminta maafnya?"
Zhang Xiong-hui membentak:
"Bocah, kau tidak bisa meminta maaf" Aku akan mengajarimu, pertama sujud 3 kali."
Wang-dao tertawa dan menyambung:
"Kemudian merangkak keluar dari sini!"
"Bagaimana caranya, apakah Tuan bisa memperagakannya untukku?" tanya Ruan-wei.
Wang-dao terpaku, Zhang Xiong-hui membentak lagi:
"Jangan kurang ajar!"
Wang-dao menggulung lengan bajunya dan marah:
"Awas, aku akan membunuhmu!"
Ruan-wei mengerutkan dahi, dia melangkah maju:
"MengapaTuan marah-marah kepadaku?"
Wajah gemuk Zhang Xiong-hui yang penuh gelambir lemak tertawa terbahak-bahak:
"Mengapa aku marah padamu, anak kelinci!"
Ruan-wei marah Ding Zi-guang tiba-tiba berkata:
"Hanya hebat di mulut bukan berarti lebih kuat, beri jalan!"
Segera ruangan itu dikosongkan di tengah, luasnya cukup untuk beberapa orang bertarung.
DingZi-guang tiba-tiba berkata:
"Jika ingin tahu siapa yang benar dan siapa yang salah, lebih baik kita lihat hasil pertarungan!"
Dia mundur ke pinggir, sepertinya dia ingin melihat dengan cara apa Ruan-wei akan
menghadapi mereka. Wang-dao berada di tengah-tengah, dia mengejek:
"Bocah, kemarilah, biar aku mengalah dulu 3 jurus!"
"Aku kira dia tidak berani bertarung dengan adikku ini." kata ZhangXiong-hui sambil tertawa
Ding Zi-guang pelan-pelan berkata:
"Kakak Ruan, jika tidak ingin bertarung tidak apa, mintalah maaf kepada mereka!"
Alis Ruan-wei berkeriut, terpaksa dia berkata:
"Baiklah!" Semua orang yang mendengar jawabannya ingin tertawa, mereka mengira Ruan-wei seorang
penakut dan ingin meminta maaf kepada mereka. Dalam keadaan seperti ini jika kalah adalah
suatu penghinaan besar. Ruan-wei pelan-pelan berjalan ke tengah ruangan dan berteriak:
"Siapakah tuan!"
Wang-dao melihat dia datang dengan kepala terangkat dan tahu kalau Ruan-wei bukan datang
untuk memintaa maaf, maka dia segera memasang kuda-kuda. Dia takut Ruan-wei tiba-tiba akan
menyerangnya. Sesudah memasang kuda-kuda dia bertanya:
"Aku adalah tuan gemuk kedua, si alis vertikal Wang-dao!"
Ruan-wei balik bertanya kepada Zhang
Xiong-hui yang berada di depan: "Siapakah tuan!"
Zhang Xiong-hui tertawa terbahak-bahak: "Bocah, dengar dengan jelas, aku adalah tuan besar
beralis horisontal gemuk satu, Zhang Xiong-hui!"
Sikap Ruan-wei bertambah gagah lagi: "Aku tidak ingin memukul orang yang tidak mempunyai
nama. Karena kalian telah memberitahukan nama kalian, lebih baik kalian sama-sama
melawanku!" 464 Semua orang di sana terkejut, mereka tidak menyangka kalau Ruan-wei yan g masih begitu
muda begitu mengeluarkan kata-kata ternyata lebih gila dari Wang-dao dan Zhang Xiong-hui.
Wajah Zhang Xiong-hui yang gemuk tampak menyatu, setelah lama dia tertawa kemudian baru
bersuara: "Bersama-sama melawanmu... Ha, ha!... Bertarung melawanmu...."
Dia tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar. Orang-orang di sana tidak merasa ada
yang bisa ditertawakan apalagi memberi pendapat. Ruan-wei bersikap sangat tenang, sikapnya
tidak berubah sampai tawa Zhang Xiong-hui semakin mengecil.
Ketika tawanya hampir selesai, Zhang Xiong-hui sendiri merasa ada yang aneh maka dia segera
berhenti tertawa. Ketenangan Ruan-wei membuatnya bergetar, tiba-tiba Wan Dao berteriak:
"Kakak..." Dia mulai ketakutan, dalam hati Ruan-wei menertawakan sikapnya karena tadi dia begitu
sombong. Ruan-wei tersenyum dan melangkah maju.
Wang-dao malah mundur dan tidak berani bertarung. Terpaksa Zhang Xiong-hui meloncat ke
sisi Wang-dao dan marah: "Jangan mundur! Kau benar-benar tidak berguna!"
"Baiklah, baiklah! Kita bertarung bersama!" Ruan-wei tertawa. Wajah gemuk Zhang Xiong-hui
menjadi ungu karena marah. Dia membentak:
"Bocah, kau cari mati!"
Kata-katanya belum habis, 2 kepalan menyerang dari kiri dan kanan. Wang-dao ikut mengambil
kesempatan, dia menendang perut Ruan-wei. Tapi Ruan-wei segera berputar, orang-orang belum
melihat apa yang dilakukan Ruan-wei tahu-tahu Zhang Xiong-hui yang menyerang dengan 2
kepalan dan kaki Wang-dao yang akan menendang tampak sudah berdiri kaku, sama sekali tidak
bergerak. Orang yang ada di dalam ruangan adalah para pesilatan mereka tahu Zhang Xiong-hui dan
Wang-dao sudah ditotok. Melihat kepandaian Ruan-wei, mereka tahu bahwa Zhang Xiong-hui dan
Wang-dao bukan tandingan Ruan-wei. Maka tidak ada seorang pun yang datang untuk membuka
totokan mereka. Di ruangan itu tidak ada yang bersuara, Ruan-wei melihat sekeliling. Tiba-tiba Ding Zi-guang
tertawa: "Kakak Ruan, demi aku, mohon lepaskan mereka!"
Ruan-wei tersenyum, dan menendang dada mereka, dari tenggorokan terdengar suara tercekik.
Kemudian mereka baru bisa kembali bergerak, Zhang Xiong-hui masih tidak menerima kekalahan
ini. Dia membentak, dua kepalan menyerang Ruan-wei lagi.
Ding Zi-guang berlari ke depan Zhang Xiong-hui. Tangannya memegang pergelangan tangan
Ding Zi-guang, membentak:
"Berhenti!" "Kau. .kau.." Wajah Zhang Xiong-hui merah.
Ding Zi-guang melepaskannya. Karena tidak bisa berdiri, Zhang Xiong-hui terhuyung ke
belakang. Ding Zi-guang membentak:
"Kenapa" "Mulai hari ini Tuan dan adik Tuan bukan anggota kantor pengawalan perjalanan Nan-bei lagi!"
"Tuan Ding...."
"Jangan banyak bicara! Pergi ke kasir, ambil upah kalian lalu cepat pergi!" Ding Zi-guang
menjawab dengan dingin. Wang-dao tahu kalau mereka berdua telah mempermalukan mereka diri sendiri, mereka tidak
bisa bekerja di sini lagi, dia menarik nafas dan berkata:
"Da-ge, mari kita pergi!"
Zhang Xiong-hui terus melotot kepada Ruan-wei, dia juga ikut pergi. Ding Zi-guang berteriak:
"Ingat! Kemana pun kalian pergi, harap jangan menggunakan nama pengawalan perjalanan
Nan-bei lagi. Jika tidak, kalian akan tahu akibatnya!"
"Aku tahu, tidak perlu takut...." jawab Zhang Xiong-hui
Setelah mereka pergi, keadaan kembali seperti semula. Sepertinya keputusan yang diambil
Ding Zi-guang tidak membuat mereka resah.
465 Ruan-wei tidak tenang, dia berkata:
"Kakak Ding, aku membuat kantor pengawalan perjalanan ini kehilangan 2 pesilat, apakah... ini
tidak baik!" Ding Zi-guang tertawa: "Mereka berdua memang cari mati, mereka merusak nama baik pengawalan perjalanan Nanbei.
Jika hari ini mereka tidak dikeluarkan, kelak akan mendatangkan bencana."
"Aku akan bekerja di pengawalan perjalanan tuan, harap tuan banyak memberikan petunjuk
kepadaku! Sekarang aku akan ke sana untuk mendaftar...."
"Tunggu sebentar!" Ding Zi-guang berteriak kepada orang-orang yang sedang diam di sebelah
sana. "Kalian perhatikan!"
Segera ruangan menjadi hening. Ding Zi-guang berkata:
"Apa aturan pertama pengawalan perjalanan Nan-bei?"
"Tidak boleh merusak nama baik pengawalan perjalanan Nan-bei!"
"Kejadian tadi, mengingatkan kalian jika tidak mempunyai ilmu silat tinggi jangan sembarangan
bertarung, itu akan merusak nama baik pengawalan perjalanan Nan-bei dan jika hal ini masih
terjadi, orang ini tidak akan diterima bekerja di sini lagi!"
Semua orang mengangguk. Dalam hati Ruan-wei berpikir, 'Kantor pengawalan perjalanan ini
benar-benar mempunyai disiplin tinggi, semua orang pasti patuh.'
Ding Zi-guang berkata lagi:
"Jabatan wakil ketua masih kosong karena wakil ketua sudah meninggal, sekarang Kakak Ruan
yang mengisi jabatan ini, bagaimana pendapat kalian?"
Di pengawalan perjalanan Nan-bei yang berkuasa adalah Pengurus Ding Zi-guang, dia bukan
sembarangan pengurus. Semua hal yang terjadi di pengawalan perjalanan ini, diatur olehnya
karena pemilik pengawalan perjalanan ini jarang campur tangan. Dia menempatkan Ruan-wei
menjadi wakil ketua kantor maka semua orang pun mendukung. Tapi Ruan-wei cepat-cepat
menjelaskan: "Aku belum berpengalaman, aku belum sanggup menerima tugas yang begitu berat, lebih
baikjangan dulu!" Ding Zi-guang tertawa: "Kakak Ruan, jangan sungkan, hari ini aku hampir kehilangan seorang pesilat tangguh, dengan
bakat yang Kakak Ruan miliki pasti bisa menjadi seorang wakil ketua."
Tapi Ruan-wei tetap menolak:
"Tidak, tidak! Aku tidak berpengalaman...."
"Pengalaman didapatkan dari praktek, jika bekerja sungguh-sungguh, pengalaman akan
datang, aku harap Kakak Ruan jangan menolak lagi!"
"Kalau begitu... begitu...."
Ding Zi-guang tertawa, dia mengumumkan:
"Kakak Ruan sudah setuju, harap kalian menyambutnya dengan bertepuk tangan!"
Memang terdengar suara tepukan tangan tapi tidak seberapa mungkin karena umur Ruan-wei
masih terlalu muda dan tidak ada nama, semua ini tidak membuat pesilat-pesilat di sana kagum
kepadanya. Tiba-tiba ada seseorang yang berteriak: "Bagaimana jika wakil ketua baru kita memperagakan
ilmu silatnya yang hebat!"
Ding Zi-guang tertawa dan berkata pelan:
"Kakak Ruan, mereka berharap bisa menyaksikan ilmu silat wakil ketua mereka!"
Ruan-wei yang masih muda tidak menolak permintaan ini dan berkata dengan suara keras:
"Aku ditempatkan di posisi wakil ketua kelak aku berharap bisa mendapatkan bantuan dari
kalian yang ada di sini...."
Begitu mendengar dia menerima kedudukan ini, Ding Zi-guang sangat senang. Dia merasa
beruntung bisa membantu ketua kantor pengawalan perjalanan ini mendapatkan asisten yang
berbakat. Ruan-wei berhenti di tempat penyimpanan lima gembok itu, dia tertawa;
466 "Aku akan memperlihatkan sedikit ilmu silatku, jika ada yang jelek, harap kalian jangan
mentertawakan..." Dia memegang gembok yang paling besar, tidak melihat Ruan-wei mengeluarkan tenaga tapi
gembok itu sudah terangkat tinggi. Semua orang mengagumi tenaga besar Ruan-wei kemudian
tangan kiri Ruan-wei mengangkat gembok keempat. Gembok itu dilempar dan terbang. Yang
tersisa 3 gembok, dengan cepat dia pun melemparnya.
Begitu dua gembok yang paling besar akan terjatuh, tiba-tiba Ruan-wei mengeluarkan gerakan
aneh, dan dua gembok itu terbang lagi. 3 gembok yang akan jatuh dengan gerakan yang aneh
pula 3 gembok itu terbang lagi.
Lima gembok turun 2 kali. Setiap kali Ruan-wei bergerak, dia akan membuat gembok yang
turun terbang lagi ke atas. Gerakan-gerakannya membuat orang-orang yang melihat takjub dan
terkejut. Orang biasa jika ingin mengangkat satu gembok saja sangat sulit tapi Ruan-wei hanya
mengeluarkan sedikit tendangan, segera terlihat sedahsyat apa tendangan itu. Hal ini membuat
semua orang yang di sana terkejut sampai melotot. Awalnya mereka takut Ruan-wei tidak
sanggup menyambut gembok yang berat. Jika terlepas akan mendatangkan bencana maka semua
orang mengambil tempat dengan jarak cukup jauh. Setelah melihat Ruan-wei begitu mantap,
mereka mendekat lagi dan ingin melihat dengan jelas tapi mereka tidak sanggup mendekat karena
angin telapak Ruan-wei terlalu kencang.
Ding Zi-guang benar-benar mengagumi kepandaian Ruan-wei dan dia mengetahui ilmu silat
orang ini sudah mencapai puncak kesempurnaan, tapi dia tidak memperhatikan ilmu telapak Ruanwei
yang sebenarnya lebih dasyat lagi.
36 jurus dari 'Shi-er-fu-zhang' baru selesai dikeluarkan, Ruan-wei bersiap-siap menaruh kembali
gembok-gembok itu. 5 gembok masing-masing turun, tapi cara turun gembok itu seperti
diletakkan pelan-pelan oleh tangan manusia, sama sekali tidak mengeluarkan suara sedikit pun,
benar-benar kepandaian silat yang tinggi. Hal ini membuat penonton lupa memberikan tepuk
tangan. Dengan rendah hati Ruan-wei berkata:
"Aku hanya bisa sedikit ilmu silat, harap kalian jangan kecewa!"
Sekarang semua orang baru mengeluarkan pujian dan ruangan itu menjadi ribut karena semua
orang sedang membicarakan ilmu silat Ruan-wei yang hebat. Tiba-tiba ada yang berteriak:
"Ketua kantor datang!"
Ruangan segera menjadi hening, terlihat dari luar masuk seorang pesilat berusia sekitar 30
tahun lebih, peraawakannya sedang dan berwajah persegi.
Dia melewati pesilat yang berada di sana, mereka dengan hormat menyapa: "Apa kabar,
Ketua!" Ketua pengawalan mengangguk dengan tersenyum tapi dari kerut alis terlih.il d m mempunyai
kekhawatiran yang berat. DingZi ?U?nW membawa Ruan-wei mendekatinya dan mcrnburl hormat:
"Bagaimana perjalanan tadi, apakah lancar " Kali ini ketua kembali lebih awal!"
Ketua pengawalan perjalanan ini adalah orang yang mempunyai kepandaian tinggi, bernama
Zheng Xue-sheng, dijuluki 'Da-li-shen-ying (Tenaga besar elang sakti). Dia adalah orang yang
sangai berhati-hati. Jika barang yang harus dikawal adalah barang penting, dia selalu melakukan
pekerjaan ini sendiri oleh karena itu dia dikagumi oleh pesilat pesilat di kantor ini.
Dia balas memberi hormat, tapi dia tidak banyak bicara, dia melihat Ruan-wei, seperti sedang
bertanya kepada Pengurus Ding. Ding Zi-guang segera mengerti dan memperkenalkan:
"Dia adalah orang berbakat dan baru datang hari ini. Aku merasa beruntung bisa mendapatkan
dia untuk mengisi posisi sebagai wakil ketua. Bagaimana pendapat Kakak Zhang?"
Zheng Xue-sheng mengulurkan tangannya yang besar, dia berjabat tangan dengan Ruan-wei.
Ruan-wei menyambutnya. Semua orang tahu ketua sedang mencoba ilmu silat Ruan-wei. Karena
setiap kali ada orang baru yang datang, ketua selalu berjabat tangan dengan orang itu untuk
mengecek. Setiap kali dia hanya memegang tangan orang itu sebentar, lalu langsung dilepas.
Orang yang diperiksa selalu merasa ilmu tenaga dalam ketua tidak berbanding jauh dengan
dirinya, tapi setelah itu mereka baru tahu kalau ketua hanya mengeluarkan sebagian tenaga.
467 Begitu tangan Ruan-wei berjabatan dengan tangan besarnya, dia merasa ada tenaga besar
menekannya, belum terpikir harus dengan cara apa melawannya. Ilmu yoganya sudah bereaksi
secara alami, tangannya menjadi lemas dan tidak bertenaga. Hal ini membuat Zheng Xue-sheng
terkejut. Karena dia tahu jika tenaganya ditambah, dia tetap akan kalah kuat. Dia segera
melepaskan tangan Ruan-wei dan berkata:
"Baik, baik! Sangat baik!"
Semua orang belum pernah mendengar ketua mereka berturut-turut memuji begitu setelah
menguji orang itu, tapi hari ini ketua mereka melakukannya. Dalam hati mereka lebih kagum lagi
kepada Ruan-wei! Sebenarnya Zheng Xue-sheng hanya tahu baik tapi di mana baiknya dia tidak tahu. Dia bisa
mencoba kekuatan orang baru, hanya hari ini dia merasakan ilmu silat Ruan-wei sangat tinggi, tapi
setinggi apa, dia tidak bisa menduganya! Ding Zi-guang tertawa:
"Kakak Zheng, bagaimana pandanganku terhadap orang baru ini?"
Zheng Xue-sheng akhirnya membuka mulut: "Kau memang orang yang pintar memilih orang!"
Dia hanya berkata singkat. Ding Zi-guang berkata:
"Kakak Zheng, silakan istirahat dulu, aku akan ke sana untuk mengobrol setelah Kakak selesai
beristirahat!" "Kita bertemu di tempat tuan besar pemilik kantor pengawalan perjalanan saja!" sahut Zheng


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Xue-sheng. Sesudah itu dia masuk ke ruangan dalam.
"Apakah Ketua Zheng adalah orang yang pendiam?" tanya Ruan-wei.
Ding Zi-guang mengangguk:
"Lao Zheng memang orang yang tidak senang bicara, biasanya sulit mendengar suaranya. Kali
ini dia mengantar barang penting ke Si-chuan tapi keadaan di sana seperti apa aku tidak tahu?"
Ding Zi-guang melihat sikap Zheng Xue-sheng tadi, dia merasa ada sesuatu telah terjadi. Tapi
karena ada Ruan-wei maka dia tidak banyak bertanya. Ruan-wei adalah orang yang pengertian,
setelah mendengar kata-kata Ding Zi-guang, dia segera berkata:
"Jika Kakak Ding ada keperluan, silakan tinggalkan aku, asal ada yang membawa jalan, itu
sudah cukup. Kelak kita akan sekeluarga, tidak perlu sungkan."
Ding Zi-guang memuji dan berkata: "Baiklah!" Dia segera memanggil seorang pemuda berusia
sekitar 20 tahun. Ding Zi-guang berpesan kepada pemuda itu: "Qi-xin, kau layani wakil ketua." Dia lalu
membalikkan tubuh dan berpesan kepada Ruan-wei, "kakak Ruan, jika ada yang tidak mengerti
tanyakanlah kepada dia. Aku akan pergi ke tempat tuan besar. Kelak aku baru akan membawamu
ke sana." Setelah Ding Zi-guang pergi, pemuda itu tertawa:
"Wakil ketua, namaku Ling Qi-xin." Pemuda itu tampan juga luwes membuat orang segera
menyukainya. Ruan-wei bertanya:
"Tahun ini aku berusia 19 tahun, berapa umur Kakak?"
Dengan tidak tenang Ling Qi-xin berkata: "Aku berumur 20 tahun."
Ruan-wei tertawa: "Kau menjadi kakak, aku menjadi adik."
Ling Qi-xin menggoyangkan tangan berkata:
"Tidak boleh, jabatan wakil ketua berada di atas Qi-xin, mana mungkin aku dipanggil Da-ge?"
"Kita berteman dengan hati, jika Kakak Xin bicara tentang jabatan apakah Kakak Xin tidak mau
berteman denganku?" Ling Qi-xin menjawab tergesa-gesa:
"Bukan, bukan maksudku seperti itu...."
Ruan-wei tertawa dan memanggil:
"Kakak Ling!" Terpaksa Ling Qi-xin dengan gugup menjawab:
"Adik...." Ruan-wei mulai tinggal di tempat wakil ketua terdahulu. Di pengawalan perjalanan Nan-bei, bila
belum berkeluarga, semua boleh tinggal dan makan dengan bebas.
468 Sejak kecil Ling Qi-xin sudah ikut dengan Ding Zi-guang maka dia sering diajar ilmu silat oleh
Ding Zi-guang. Karena rajin berlatih maka ilmu silatnya lumayan tinggi. Begitu bertemu dengan
Ruan-wei mereka langsung cocok. Pada hari kedua Ruan-wei mulai mengetahui keadaan
pengawalan perjalanan Nan-bei melalui Ling Qi-xin.
Pagi hari di pengawalan perjalanan Nan-bei mulai sibuk. Pengawalan perjalanan ini tidak seperti
pengawalan perjalanan lainnya. Di pengawalan perjalanan lain sebulan dua bulan baru
mendapatkan pesanan, sedangkan pengawal-an perjalanan Nan-bei selalu ada pesanan. Kadangkadang
pesanan untuk bulan depan pun sudah ada. Maka pesilat-pesilat yang di kantor jarang ada
yang mengganggur. Hari kedua, Ruan-wei berjal.ui ial.ni di sekitar kantor, semua orang melihatnya, d< -11 f.. " 11
sikap hormat menyapa: "Selamat pagi, wakil ketua!" Karena belum hafal dengan keadaan di sana, maka Ruan wei
hanya melihat sekilas. Begitu sampai di tempal berlatih ilmu silat, Ruan-wei bertemu dengan Ling
Qi-xin. Dengan tersenyum mengajak Ruan-wei masuk ke dalam untuk melihat-lihat.
Di dalam ruangan hanya ada beberapa orang tapi di pojok ruangan tersimpan banyak senjata
dan alat-alat untuk berlatih ilmu silat. Ling Qi-xin berjalan sampai di tempat penyimpanan 5
gembok dan berkata: "Pertunjukkan Adik Wei kemarin membuatku merasa terkejut. Sekarang setelah dipikir-pikir,
aku masih tidak percaya di dunia ini ada orang yang bisa melempar 5 gembok sekaligus."
"Di dunia ini banyak orang yang mempunyai ilmu silat tinggi. Ilmuku tidak seberapa, tidak perlu
dibesar-besarkan!" kata Ruan-wei.
Ling Qi-xin tetap menggelengkan kepala: "Aku tidak percaya. Kekuatanmu kukira tidak ada
yang bisa menandinginya. Aku yakin pemilik pengawalan perjalanan 'Wu Ying Jian' saja belum
tentu mempunyai ilmu begitu lihai...."
Tiba-tiba ada suara perempuan yang berkata: "Kata siapa?"
Ling Qi-xin terkejut, mereka melihat ada seorang gadis berusia sekitar 16 tahun, berpakaian
hitam ketat, di punggung terselip sebilah pedang panjang.
Ruan-wei bertanya: "Siapakah dia?"
Alis Ruan-wei berkerut. "Celaka, bencana datang mencari kita!"
"Apa maksudmu?" Bentak si gadis marah
Segera Ling Qi-xin berkata:
"Oh, tidak... tidak... Nona bangun begitu pagi!"
"Pagi apa" Jika mengira ini masih pagi, berarti kau orang malas!"
Ling Qi-xin tidak berani membantah karena keadaan akan bertambah sulit. Gadis itu melihat
Ruan-wei, dengan sikap sombong dia bertanya:
"Apakah kau adalah wakil ketua yang kemarin baru masuk?"
"Betul!" Ruan-wei menjawab dengan singkat.
Ling Qi-xin dengan gugup memperkenalkan:
"Dia... dia adalah putri tuan besar pemilik pengawalan perjalanan!"
Ruan-wei mengangguk kemudian berdiri dengan diam. Gadis itu melihat Ruan-wei tidak
menyapanya. Dengan angkuh dia berkata lagi:
"Hei, apakah kau bisu?"
Ruan-wei menggelengkan kepala. Dia teringat pada adik perempuanya, Ruan-xuan. Gadis yang
ada di depannya sifatnya sangat mirip dengannya. Menghadapi gadis seperti ini satu-satunya cara
adalah tidak meladeninya dengan serius.
Gadis itu marah: "Jika kau tidak bisu, mengapa tidak mau bicara?" Dia menarik nafas, "paman Ding memilih
seorang ketua pengawalan perjalanan seperti botol yang tidak ada mulutnya (Tidak banyak
bicara). Sekarang memilih wakil ketua yang setali 3 uang. Pengawalan perjalanan ini harus diganti
menjadi pengawalan makan!"
Ling Qi-xin tidak mengerti:
"Nona... apa... maksudmu?"
469 "Artinya orang-orang yang ada di pengawalan perjalanan ini semua mempunyai mulut tapi
mulutnya tidak bisa bicara hanya bisa makan! Kalau begitu pengawalan perjalanan kita harus
diganti menjadi pengawalan makan!"
Karena sikap dan nada bicara gadis ini sangat mirip dengan Ruan Xuan, maka Ruan-wei merasa
ingin tertawa, dia pun tersenyum.
Gadis itu marah: "Kau menertawakan apa" Apakah tidak mendengar ada yang bicara?"
Ruan-wei berkata, "Nona Ouwyang, aku belum mengunjungi tuan besar, aku sudah tidak
sopan, aku minta maaf!" Dari kata-kata Ruan-wei, jelas memberitahu kalau sekarang dia masih
belum menjadi orang pengawalan perjalanan Nan-bei, maka Ruan-wei belum mengenalinya dan
tidak harus menyapanya. Nona Ouwyang dengan sombong berkata:
"Itu lebih baik, kau belum bertemu dengan ayahku, berarti kau bukan orang pengawalan
perjalanan Nan-bei. Keadaan ini sangat baik bila kita bertarung, menang atau kalah, kita tidak
akan menjadi musuh!"
Dengan rendah hati Ruan-wei berkata:
"Ilmu silatku masih rendah, aku tidak bisa melawan Nona."
Nona Ouwyang tertawa dingin:
"Kau tenang saja, aku tidak akan melukaimu, apalagi membunuhmu!"
Alis Ruan-wei berkerut. Tapi mengingat Keadaannya, dia berusaha menekan kemarahan dan
diam tidak bicara. Dengan angkuh Nona Ouwyang berkata:
"Tidak disangka kau seperti seorang laki-laki tapi penakut!"
Tiba-tiba Ruan-wei berteriak:
"Karena wakil ketua menghormatimu maka aku tidak mau bertarung denganmu, bukan karena
takut kepadamu!" Nona Ouwyang tertawa: "Jika kau bukan seorang penakut, hadapilah tantanganku!"
Nona Ouwyang adalah putri tunggal 'Wu-ying-jian' ilmu silatnya di peroleh dari ayahnya. Dia
sangat disayangi oleh ayah dan ibunya, karena itu dia manja dan suka berbuat semaunya.
Seringkali dia mengajak bertarung dengan pesilat di pengawalan perjalanan, ayahnya hanya
mencoba ilmu yang dia pelajari. Tapi tidak ada orang yang berani bertarung dengannya karena
memandang tuan mereka. Ling Qi-xin sering ditantang tapi selalu menolak. Kali ini Ling Qi-xin berpikir ilmu tuan besar
belum tentu bisa mengalahkan Ruan-wei, apalagi putrinya, maka Ling Qi-xin dengan dingin
berkata: "Percuma saja nona bisa menang dari Qi-xin, jika bisa menang dari wakil ketua, itu baru
dikagumi orang lain!"
"Baiklah, suruh dia kemari untuk bertarung denganku! Aku tidak percaya aku tidak bisa
mengalahkan dia!" "Wakil ketua, mohon beri pelajaran kepadanya!" kata Ling Qi-xin.
Tapi Ruan-wei malah berkata:
"Kakak Qi, mari kita pergi dari sini!"
Setelah itu dia berjalan melewati Nona Ouwyang. Ling Qi-xin ikut di belakangnya. Ketika Ruanwei
lewat di depan nona Ouwyang, terdengar dia berkata:
"Benar-benar tidak berguna!"
Ling Qi-xin tidak terima, dia berkata:
"Jika nona bisa mengangkat gembok yang paling besar itu baru bisa bertarung dengan wakil
ketua!" "Berhenti!" bentak nona Ouwyang. Ruan-wei berhenti, nona Ouwyang menyindir: "Hanya
tenaga saja yang besar, bukankah sapi juga mempunyai tenaga besar?"
Mendengar dia dibandingnkan dengan sapi, Ruan-wei dengan nada tidak suka berkata:
"Aku belum pernah berbuat salah kepadamu, kenapa nona berkata demikian?"
470 Nona Ouwyang masih terus bicara: "Menyuruh ayahku mengangkat 5 gembok itu, dia juga
pasti tidak mau. Sebetulnya tanpa perlu mengangkat aku bisa memindahkan gembok ini!"
Kemudian dia menarik pedang yang terselip di punggungnya. Dia menusuk dengan pedang dan
gembok pun dipukulnya, gembok terjatuh dengan pelan seperti diletakkan perlahan-lahan.
Nona Ouwyang telah mengeluarkan jurus pedang yang tinggi, hal ini membuat Ling Qi-xin terkejut
begitu pula dengan Ruan-wei. Ruan-wei jadi ingin mencoba jurusnya. Biasanya yang paling
ditakuti oleh pesilat pedang adalah ilmu yang dipelajarinya tidak ada lawan tanding. Melihat ilmu
pedang Nona Ouwyang yang kekuatannya tidak kalah dengan Tian-long-shi-san-jian, maka dia
berpesan kepada Ling Qi-xin: "Kakak Ling, bantu aku mencarikan sebilah pedang!"
Ling Qi-xin dengan cepat mencarinya kemudian berkata:
"Silakan, Nona!"
Semenjak Nona Ouwyang menguasai ilmu pedang, dia belum pernah bertarung dengan orang
lain. Sekarang dia tidak menyangka Ruan-wei berani bertarung dengannya. Karena senang dia
tertawa: "Baiklah, coba lihat dengan jelas!"
Pedang Nona Ouwyang menyerang. Jurus ini mengandung tenaga besar, Ruan-wei tidak berani
bertindak ceroboh. Dengan jurus Tian-long-shi-san-jian jurus pertama, Xiao-fu-zhi-tian Ruan-wei
menyambut! Tanpa habis menunggu jurus Xiao-fu-zhi-tian selesai, Nona Ouwyang menyerang dengan 6
jurus lagi. Jurus pedangnya sejurus demi sejurus semakin cepat, membuat mata orang yang
melihat menjadi silau. Mungkin jika Ruan-wei tidak menguasai Tian-long-shi-san-jian, dalam 2
jurus dia akan kalah. Ling Qi-xin melihat dari pinggir, hatinya terus bergetar. Pesilat yang sedang berlatih segera
berkumpul untuk menonton pertunjukan itu. Mereka tahu Nona Ouwyang sering berlatih ilmu
pedang tapi mereka tidak tahu ternyata ilmu pedangnya begitu lihai. Dalam hati mereka berpikir, .
'Untung aku tidak bertarung dengannya, kalau tidak dalam satu jurus aku pasti sudah kalah.'
Semakin bertarung Ruan-wei semakin bersemangat. Begitu sampai jurus keenam, serangan
Nona Ouwyang sudah tidak terhitung, ilmu pedangnya seperti tiada habisnya. Begitu Ruan-wei
mengeluarkan jurus ketujuh, jurusnya semakin pelan, sejurus demi sejurus terlihat jelas.
Nona Ouwyang sudah mengeluarkan 360 jurus. Dalam 100 jurus dia menyerang dengan
semangat, sesudah 100 jurus berlalu, pedangnya seperti masuk ke dalam lumpur, sulit untuk
diayun. Nona Ouwyang tidak seperti Ruan-wei yang menguasai ilmu sakti yoga maka tenaga dan
ilmu Ruan-wei sangat kuat. Apalagi ilmu pedangnya hanya menyerang dengan perlahan, semua
kehebatannya berkurang banyak.
Begitu Ruan-wei menyerang dengan jurus kesebelas, pedang Nona Ouwyang terbawa oleh
pedang Ruan-wei. Setelah selesai jurus kesebelas, Ruan-wei membentak dan berhenti.
Tapi pedang Ruan-wei menekan pedang Nona Ouwyang. Asalkan Ruan-wei menekannya
dengan tenaga, pedang Nona Ouwyang akan terlepas.
Nona Ouwyang mulai merasa ilmu silatnya menjadi lemah dan dia tidak sanggup menarik
pedang yang terhisap oleh tenaga Ruan-wei. Dalam hati dia menarik nafas dan ingin melepaskan
tangan untuk mengaku kalah.
Tiba-tiba Ruan-wei menarik pedang dan mundur, lalu berkata dengan suara keras:
"Ilmu pedang Nona sangat tinggi, kita bertarung lain waktu lagi!"
Dengan begitu orang lain tidak bisa melihat siapa yang kalah dan siapa yang menang. Dalam
hati Nona Ouwyang benar-benar berterima kasih. Wajahnya menjadi merah, dia membalikkan
tubuh lalu pergi. Sesudah Nona Ouwyang pergi, semua orang berseru. Sekarang mereka baru melihat ilmu
pedang Ruan-wei benar-benar hebat. Jika kemarin baru mengetahui tenaganya yang besar
ternyata ilmu pedangnya pun hebat. Dengan ilmu silatnya, dia bisa melawan ilmu pedang Nona
Ouwyang yang hebat. Sambil berjalan, Ling Qi-xin terus memuji ilmu pedang Ruan-wei.
Setelah masuk kamar, Ruan-wei berkata: "Kakak Ling, ilmu pedangku tidak seberapa, yang
hebat adalah ilmu nona Ouwyang." Ling Qi-xin tertawa:
471 "Kau tidak perlu berbohong kepadaku, aku dan nona sudah lama kenal, aku sangat mengetahui
sifatnya, sebenarnya dia kalah maka dia meninggalkan tempat tadi tanpa bersuara. Jika dia tidak
kalah, dia tidak akan dengan diam-diam meninggalkan tempat itu."
Ruan-wei mengeluh: "Aku memang sudah mengalahkan dia, karena ilmunya kalah tinggi, tapi ilmu pedangnya jika
diajarkan kepada orang yang berilmu pedang dengan kemampuan hampir sama denganku, belum
tentu aku bisa menang."
"Apakah betul, jurusnya begitu hebat?" tanya Ling Qi-xin.
Ruan-wei mengangguk. "Jika tuan pemilik pengawalan perjalanan ini menggunakan ilmu pedang tadi, aku akan kalah!"
Ling Qi-xin menggelengkan kepala:
"Sepertinya tuan pemilik pengawalan perjalanan ini tidak bisa ilmu pedang ini!"
"Kalau begitu, Nona Ouwyang belajar dari siapa?"
"Aku tidak tahu, memang tuanku dijuluki 'Wu-ying-jian' tapi menurutku, ilmu pedangnya tidak
sehebat nona!" "Kalau begitu ini benar-benar aneh!"
"Memang benar, karena kami juga baru pertama kali melihat nona menggunakan ilmu pedang
ini, tidak ada seorang pun yang mengetahui sampai di mana kemampuan ilmu nona, hanya sering
mendengar nona senang berlatih ilmu pedang."
"Jangan bicara lagi, Kakak Ling, nanti bawalah aku untuk menemui Pengurus Ding."
Di luar sudah ada yang batuk, Ling Qi-xin langsung berkata:
"Pengurus Ding datang!"
Sambil tertawa Ding Zi-guang masuk, K'u.ui wei menyapa:
"Apa kabar, Kakak Ding?"
Ling Qi-xin membawakan teh. Sesudah minum teh, Pengurus Ding bertanya:
"Apakah benar tadi Kakak Ruan sudah menang dari nona Ouwyang dalam ilmu pedang?"
"Tidak! Kami bertarung sama kuat," sahut Ruan-wei.
"Tapi Nona Ouwyang sendiri yang memberitahu ayahnya kalau dia kalah di tanganmu. Awalnya
tuan besar tidak percaya ada yang bisa mengalahkan nona."
Dengan jujur Ruan-wei berkata:
"Ilmu pedang Nona Ouwyang sangat kuat dan bagus, jika aku tidak berusaha keras menahan
serangannya, aku tentu akan kalah."
"Jadi benar kau menang dari nona?" tanya Ding Zi-guang.
Ruan-wei mengangguk sambil tersenyum: "Kalau begitu aku akan membawa Kakak Ruan
menemui Kakak Ouwyang!" sahut Ding Zi-guang.
'Wu-ying-jian' Ouwyang Zhi-xuan tinggal di lingkungan kantor pengawalan perjalanan di rumah
paling belakang. Di depan rumahnya banyak ditanami tanaman, bunga, dan pohon, masih ada
tempat berlatih silat tapi lapangannya tidak begitu besar. Di pinggir rumah itu adalah kamarkamar,
sedangkan di tengahnya adalah ruang tamu dengan bentuk panjang. Di dalam ruang tamu
ada 'Da-li-shen-ying' Zheng Xue-zhang dan seorang laki-laki setengah baya berkulit putih
wajahnya bersih tidak berjanggut. Begitu Ruan-wei masuk ke dalam ruangan, Zheng Xue-zhang
dan laki-laki setengah baya itu berdiri untuk menyambutnya. DingZi-guang segera berkata:
"Da-ge, Kakak Ruan sudah datang!"
Ruan-wei memberi hormat: "Tuan besar, Ruan-wei datang berkunjung!"
Laki-laki setengah baya itu berkata:
"Pengawalan perjalanan Nan-bei sangat beruntung bisa mengundang Kakak Ruan untuk
membantu kami, silakan duduk!"
Sesudah duduk, Ding Zi-guang berkata:
"Kakak Ruan baru masuk, kami punya pekerjaan penting dan akan meminta Kakak Ruan
membantu kami!" "Aku bekerja di pengawalan perjalanan Nan-bei, aku harus mengabdi pada kantor ini. Asalkan


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku sanggup, aku akan sepenuh hati mengerjakannya."
472 "Semenjak aku dan istriku mendirikan kantor pengawalan perjalanan ini, sudah 10 tahun lebih,
kami bekerja keras dan beruntung barang yang kami antar belum pernah hilang."
Zheng Xue-zhang yang pendiam tiba-tiba berkata:
"Tapi kali ini memalukan, aku benar-benar tidak berguna...."
Dia diam lagi tidak bersuara sepertinya jika mengeluarkan sepatah kata lagi akan sangat sulit
dan berat baginya. Ding Zi-guang menyambung:
"Sejak Kakak Zheng masuk di pengawalan perjalanan Nan-bei ini, sudah 10 tahun lebih dia
mengantarkan banyak barang penting. Setiap kali dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik
dan tidak pernah terjadi sesuatu...."
Ruan-wei diam-diam mengangguk dan berpikir, 'Sekarang di dunia persilatan sangat kacau
karena di dunia persilatan terus berdiri banyak perkumpulan. Satu pengawalan perjalan bisa
bertahan... bisa bertahan 2 tahun pun termasuk cukup lumayan, apalagi pengawalan perjalanan
Nan-bei bisa bertahan sampai 10 tahunn lebih."
Ding Zi-guang berhenti sebculai lalu mengeluh:
"Kali ini Kakak Zheng membawa perihiasan bernilai 200 ribu tail perak ke Si-chuan di
perbatasan dia bertemu dengan seorang perempuan berpakaian merah yang wajahnya ditutup lalu
perempuan itu merampok barang bawaan kami"
"Perempuan itu badannya... tinggi atau ..."Tanya Ruan-wei
Zheng Xue-zhang menjawab:
"Tingginya kira-kira 150 centimeter lebih, tubuhnya langsing, sepertinya dia tidak bisa ilmu silat,
tapi...." Dia menggeleng-gelengkan kepala dan tidak meneruskan.
Ruan-wei berkata: "Aku mempunyai seorang adik perempuan angkat, dia berilmu silat tinggi. Sudah 1 tahun kami
tidak bertemu, aku tidak tahu dia sekarang berada di mana. Aku sudah mencarinya selama
setengah tahun. Perempuan itu berlogat daerah mana?"
"Dia berlogat Si-chuan!" jawab Zheng Xue-zhang.
"Bukan dia!" jawab Ruan-wei.
Ding Zi-guang berkata lagi:
"200 ribu tail perhiasaan ini disimpan di sebuah kotak. Kakak Zheng hanya membawa 2 orang
pendorong barang. Ilmu Kakak Zheng berada di atas ketua baju emas Tian-zheng-jiao, hal ini di
dunia persilatan pun sudah tahu...."
"Lebih baik aku sendiri yang menceritakan..."
Dia berpikir lama baru bercerita...
"Waktu itu kami dengan selamat sampai di perbatasan Si-chuan. Sehari lagi kami akan tiba di
tempat tujuan. Selama 10 tahun lebih ini, saat mengantar barang aku sering bertemu perampok,
tapi begitu mendengar pembawa barang dari pengawalan perjalanan Nan-bei, mereka sering
mengurungkan niatnya. Kecuali orang baru yang tidak tahu aturan di dunia persilatan...."
"Perbatasan Si-chuan merupakan jalan gunung terpencil. Menurut pengalamanku selama 10
tahun lebih ini, aku yakin tidak akan ada orang berani datang untuk membuat keributan tapi tibatiba
di depan datang seekor kuda dengan penunggangnya...".
"Penunggang kuda itu adalah seorang perempuan, lehernya terikat dasi merah, aku kira dia
orang baru maka aku tidak waspada. Begitu tiba di depan kami, dia turun, aku baru memperhatikan
dia dengan seksama. Karena kecorobohanku ini membuatku mendapatkan malu. Begitu
perempuan itu turun, tanpa berkata sepatah kata pun dia langsung menyerangku dari kiri dan
kanan." "Aku kehilangan kesempatan awal maka aku hanya bisa bertahan dan tidak bisa menyerang.
Dengan cara apa pun aku tidak sanggup mengambil kembali kesempatan yang sudah hilang...."
Diam-diam Ruan-wei terkejut ada perempuan yang begitu kuat, karena dia bisa menang dari
'Da-li-shen-ying' yang terkenal di dunia persilatan. Perempuan seperti apa yang mempunyai ilmu
silat begitu tinggi. ZhengXue-zhang menarik nafas panjang:
"Jurus pedangnya berubah-ubah, kadang-kadang bercampur dengan ilmu golok yang aneh,
sepertinya perempuan itu tidak hanya menguasai semacam ilmu silat. Dalam 90 jurus lebih,
473 dadaku tertusuk olehnya dan kotak yang berisi perhiasan senilah 200 ribu tail raib dirampok. Dia
pergi tanpa meninggalkan satu kata pun! Untung tusukannya tidak begitu dalam, setelah
beristirahat selama 3 hari aku kembali untuk melapor kepada tuan besar, harap tuan memberi
hukuman kepadaku!" Wajah penuh kekesalan juga marah, semua ini membuat Zheng Xue-zhang sedih.
'Wu-ying-yian' Ouwyang Zhi-xuan berkata: "Sudahlah, 200 ribu tail perhiasan akan ditanggung
oleh pengawalan perjalanan Nan-bei. Kakak Zheng tidak perlu terus menyalahkan diri sendiri.
Kelak masih banyak pekerjaan yang harus mengandalkan tenagamu!"
Begitu kata-kata ini keluar, Zheng Xue-zhang tidak bicara apa-apa, dalam hati dia sangat
berterima kasih kepada tuan Ouwyang. Ruan-wei juga diam-diam kagum dengan sikap lapang
dada tuan Ouwyang yang begitu luas.
Tapi Ding Zi-guang berkata: "Mengganti kerugian uang perhiasan adalah hal kecil, yang aku
takutkan hal ini jika tersebar luas akan mengganggu nama baik kita di dunia persilatan."
Dari sudut pandang dagang, memang ini adalah hal yang penting dan besar. Ding Zi-guang Ia
berkata lagi: "Menurut pemeriksaanku kemarin, di kota Luo-yang sudah 5 pengawalan perjalanan yang
hidup. Ternyata mereka kehilangan barang mahal vang mereka bawa. Setelah mengganti
kerugian, mereka tidak sanggup lagi menjalankan usaha pengawalan perjalanan! Aku mencari
tahu lagi, kita kehilangan barang penting di perbatasan Si-chuan karena ilmu silat lawan lebih
tinggi dan kita tidak berani mengejar barang dibawa, sekarang hal yang kita harus lakukan adalah
mengejar kembali barang yang telah dia ambil. Dengan begitu kita baru bisa menjaga nama baik
pengawalan perjalanan Nan-bei!"
"Tapi aku terus berpikir tidak ada orang yang cocok untuk menjalankan tugas ini...."
Ouwyang Zhi-xuan berkata:
"Ide adik Ding adalah mempersilakan Adik Ruan menanggung tugas berat ini, Kakak Zheng
juga berpendapat seperti itu."
"Barang penting dan berharga hilang oleh tanganku, tapi kakak Ruan yang harus
mengambilnya kembali, aku merasa malu. Tapi jika aku yang pergi usahaku akan sia-sia karena
kepandaianku lebih rendah dari perempuan berpakaian merah itu. Mudah-mudahan dengan
kepandaian kakak Ruan, bisa mengatasi masalah ini...."
Ruan-wei berdiri dan memberi hormat: "Kepandaian kakak Zheng sudah hebat, aku bukan
orang yang seperti kalian ceritakan, harap kalian jangan terus memujiku...." Ding Zi-guang
tertawa: "Kakak Ruan jangan sungkan, aku tahu ilmu pedang putri kakak Ouwyang, di dunia persilatan
jarang ada yang bisa mengalahkannya. Kakak Ruan bisa membuatnya kalah dan dia bisa berkata
kepada ayahnya mengenai kekalahannya, berarti ilmu pedang kakak Ruan adalah nomor satu di
dunia ini!" Ouwyang Zhi-xuan berkata lagi: "Ilmu pedang putriku diajarkan oleh ibunya, aku sendiri tidak
menguasainya. Ilmu pedang istriku berada di atasku. Sebetulnya julukan 'Wu-ying-jian' harus
diberikan kepada istriku. Zi-er sudah mewarisi 80% kepandaian ibunya. Kau bisa mengalahkannya,
berarti ilmu pedangmu tidak ada yang bisa melawan."
Dengan rendah hati Ruan-wei berkata:
"Oh, tidak! Tidak...."
Ding Zi-guang berkata lagi:
"Hal ini jangan ada yang sampai tahu, sekalipun dia adalah orang dalam. Jika kakak Zheng
bersama pesilat tangguh yang di dalam pengawalan pergi melakukan perjalanan, itu akan
membuat geger pengawalan perjalanan. Maka untuk sementara Kakak Zheng tidak perlu pergi
karena menurut kebiasaan, setelah pulang mengantarkan barang biasanya kakak Zheng
beristirahat dulu selama beberapa waktu...."
Dia mendekati Ruan-wei dan berkata: "Ilmu silatku tidak setinggi kakak Zheng. kakak Ouwyang
adalah tulang punggung kantor pengawalan perjalanan Nan-bei, maka setelah dipikir-pikir kami
hanya bisa meminta bantuan kakak Ruan...."
Sifat Ruan-wei sangat terbuka, dia segera berkata:
"Aku akan berusaha sekuat tenaga!"
474 Ouwyang Zhi-xuan berdiri dan memberi hormat:
"Semoga kau sukses menjalankan tugas ini!"
"Kita berusaha mengulur waktu setelah itu baru memberi mengganti rugi kepada pemilik
barang. Kami harap kakak Ruan bisa cepat kembali untuk menjaga nama baik kantor pengawalan
perjalanan Nan-bei." sahut Ding Zi-guang.
"Berapa lama waktu yang tersedia?" tanya Ruan-wei.
"Kira-kira 3 bulan, pemilik barang tidak akan curiga."
"Dalam waktu 3 bulan, ada hasil atau tidak, Ruan-wei akan melapor kepada Tuan Ding."
"Apakah kau membutuhkan asisten?" tanya Ouwyang Zhi-xuan.
Ruan-wei berpikir sebentar dan berkata:
"Baiklah, Ling Qi-xin saja yang ikut denganku itu sudah cukup."
"Apa sekarang kalian akan berangkat?" tanya
Ding Zi-guang. "Betul, sekarang kami akan berangkat." jawab Ruan-wei.
Ruan-wei pamitan kepada Ouwyang Zhi-xuan. Ruan-wei mengikuti Ding Zi-guang berjalan ke
depan ruang tamu. Tiba-tiba dari luar masuk sesosok tubuh yang langsing.
Begitu dilihat dengan jelas ternyata adalah putri Tuan Ouwyang Zhi-xuan yang bernama
Ouwyang Zi. Dia datang dengan rok panjang, sikapnya sudah berbeda jauh dengan tadi pagi.
Ouwyang Zi menundukkan kepala:
"Kakak Ruan...."
"Ada apa, nona?" Ruan-wei bertanya dengan serius.
"Setelah kau kembali 3 bulan nanti, aku akan meminta petunjuk darimu...." kata Ouwyang Zi
pelan-pelan. "Baiklah!" jawab Ruan-wei.
"Kau harus kembali...." suara Ouwyang Zi bertambah kecil. Ruan-wei tidak menjawab
pertanyaannya karena dia tergesa-gesa keluar dengan Ding Zi-guang.
Malam harinya, Ruan-wei dan Ling Qi-xin keluar dari Huang-he selatan. Mereka berdandan
seperti 2 orang pesilat. Mereka memasang papan nama pengawalan perjalanan Nan-bei di kuda
mereka. Ling Qi-xin menggendong sebuah kotak kayu, di dalamnya berisi seperti barang berharga.
Sebenarnya di dalamnya hanya berisi uang tidak lebih dari 500 tail perak.
Sebulan kemudian mereka sudah berada di perbatasan Si-chuan. Mereka selamat dan aman
selama perjalanan. Pelayan-pelayan penginapan selalu rajin melayani mereka, menganggap
mereka adalah tamu khusus.
Ling Qi-xin sering pergi ke Si-chuan, maka dia sangat hafal jalan ke sana. Jalan gunung berlikuliku
dan sulit dilewati. Dia berada di depan untuk membawa jalan, Ruan-wei mengikutinya dari
belakang. Chang-jiang, Jia-ling-jiang melewati Si-chuan. Dua sungai ini bermuara di Si-chuan, karena
keadaan gunung turun naik maka sungai-sungai mengalir sangat cepat. Perahu jarang ada yang
lewat di sini. Baru sampai di sebuah jurang tiba-tiba di gunung sebelah sana melayang sesosok bayangan
merah. Dia melewati sisi Ling Qi-xin, segera Ling Qi-xin merasa tubuhnya menjadi ringan.
Ternyata kotak yang dibawanya sudah terbang entah ke mana.
Ruan-wei sudah berada sekitar 20-30 meter dari sana. Bai-ti-ma berjalan di gunung seperti
berjalan di dataran rendah, hanya ditarik sedikit, Mai-ti-ma sudah menghadang jalan perempuan
berpakaian merah. Perempuan berpakaian merah menghentikan laju kudanya. Melihat si penunggang kuda adalah
perempuan berpakaian merah dan wajahnya ditutup, maka Ruan-wei tahu orang yang ada di
depannya adalah orang yang dicarinya. Diam-diam dia memasang kuda-kuda dan berteriak:
"Aku adalah wakil ketua pengawalan perjalanan Nan-bei! Kau seorang perempuan, kenapa
menjadi perampok!" Perempuan itu melihat Ruan-wei tanpa suara.
Ruan-wei marah dan membentak:
"Taruhlah kotak yang kau ambil tadi!"
475 Perampok perempuan itu menurut dan meletakkan kotak di bawah tapi dia tidak bicara.
"Jika kau bisa berubah ke jalan yang benar, masa depanmu akan cerah. Aku tidak ada
hubungan saudara denganmu, tapi aku menase-hatimu agar jangan merampok lagi!"
Perampok perempuan itu mengacuhkannya dan memutar balik kudanya. Ruan-wei berteriak:
"Hei! Kemarin dulu kau sudah merampok barang bawaan kantor pengawalan perjalanan Nanbei
bernilai 200 ribu tail, aku minta agar kau mengembalikan barang itu kepada kami agar kita
tidak usah menjadi musuh!"
Karena Ruan-wei adalah orang baru di dunia persilatan maka kata-katanya jelas dia tidak
berpengalaman. Perempuan itu berhenti berjalan, dengan suara rendah dia berkata:
"Aku akan mengembalikan kepadamu besok!"
"Siapa kau?" Ruan-wei mulai curiga.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Aku janji besok akan mengembalikannya kepadamu, apakah
kau tidak percaya?" suara perempuan itu tetap rendah.
"Kenapa kau mau mengembalikannya kepadaku?"
"Apakah ini aneh" Apakah kau tidak berharap aku akan mengembalikannya padamu?"
"Oh, tidak! Tidak!"
Perempuan itu pergi sambil menunggang kuda dan berkata:
"Besok akan kukembalikan barang itu kepadamu!"
"Tunggu... tunggu...." Ruan-wei berteriak.
"Ada apa lagi?" Kuda perempuan itu tetap tidak berhenti melangkah. Ruan-wei mengejar:
"Kenapa nada bicaramu tidak memakai suara asli?"
"Aku tidak ingin kau tahu siapa aku."
"Sebenarnya siapa kau ini?" Perempuan itu sangat hafal jalan gunung, kuda Ruan-wei memang
cepat tapi tetap tertinggal. Ruan-wei berteriak:
"Apakah kau adalah Adik Yi?" Perempuan itu tidak menjawab maka jarak mereka bertambah
jauh. Kaki Ruan-wei lebih kencang menjepit perut Bai-ti-ma, kuda itu berlari lebih kencang lagi.
Ruan-wei berteriak: "Adik Yi, turunlah! Adik Yi, turunlah! Kenapa kau tidak mau bertemu denganku" Kau...."
Melihat kuda Ruan-wei berlari kencang, perempuan itu bertambah cepat melarikan kudanya.
Perlahan-lahan Bai-ti-ma yang bisa berlari kencang semakin mendekati kuda yang ditunggangi
perempuan itu. Sampai di pinggir jurang, jarak mereka hanya tinggal beberapa meter lagi... Tapi perempuan itu
meloncat dari kudanya dan meloncat masuk ke pirang....
Di bawah jurang adalah sungai yang mengalir deras. Tubuh yang terjun ke sungai semakin
mengecil... Ruan-wei melihat dari atas, dia berteriak dengan sedih:
"AdikYi... AdikYi...."
Dia mengira perempuan itu adalah Wen-yi.
0-0-0 BAB 114 Semua pesilat berkumpul mencari perampok
Ruan-wei menyewa sebuah perahu kecil. Seharian bersama Ling Qi-xin mencari perempuan itu
di Chang-jiang tapi mereka tidak berhasil menemukan mayat perempuan berpakaian merah. Dia
tetap tidak putus asa. Tukang perahu yang disewanya dengan harga tinggi terus menasehatinya. Chang-jiang begitu
dalam dan panjang, mencari seorang gadis yang menceburkan diri ke dalam sungai benar-benar
tidak mungkin. Hari kedua, Ruan-wei menyewa lagi 2 tukang perahu yang paling terkenal di Si-chuan, dia ingin
mencari lagi di Chang-jiang. Ling Qi-xin mulai menasehatinya:
"Adik Wei, hari ini biar aku yang pergi sendiri, kau tinggal saja di penginapan."
Tapi Ruan-wei tetap ngotot:
"Jika tidak menemukan mayatnya, aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"
476 Diam-diam Ling Qi-xin berpikir, 'Kalau hari ini kami bisa menemukan mayat itu, tapi orang yang
sudah terendam selama sehari semalam pasti sudah mati. Jika Adik Wei melihat mayat perempuan
itu, bukankah akan membuatnya bertambah sedih!'
Tapi Ruan-wei tetap ngotot ingin mencarinya, terpaksa Ling Qi-xin menemaninya sampai di
pinggir sungai. 2 tukang perahu sudah menunggu mereka. Melihat mereka mendekat, salah satu
tukang perahu berkata: "Hari ini angin sangat besar, di sungai terjadi banyak pusaran. Tuan, hari ini kami tidak bisa
pergi ke sungai untuk mencari orang!"
Wajah Ruan-wei berubah dan marah: "Bukankah semalam kau sudah menerima uangnya dan
mengatakan tidak akan menjadi masalah!"
Tukang perahu mengerutkan dahi:
"Tuan, hari ini cuaca berubah begitu buruk, siapa yang berani turun ke sungai" Hari ini bila kita
tetap berlayar ke sungai berarti kita siap memberi makan kepada ikan."
"Jika hari ini kau mau menjalankan perahu, aku akan menambahkan 100 tail perak lagi
untukmu." 100 tail perak adalah jumlah yang besar. Tukang perahu itu menelan ludah, tidak bisa
mengambil keputusan. Tukang perahu yang satu lagi menjinjing bungkusan kain dan berteriak:
"Lao Wang, jika kau ingin bermain dengan nyawa, aku tidak mau menemanimu!"
Dia memberi bungkusan kain itu kepada Ruan-wei:
"Saat Tuan datang tadi, ada seorang perempuan berpakaian merah menyuruhku memberikan
bungkusan ini kepada Tuan dan dia berharap tuan memberikan 50 tail perak sebagai uang tip
kepadaku." Dengan senang Ruan-wei menyambut bungkusan itu tapi tukang perahu itu menariknya
kembali: "Mana uang tipnya?"
Ruan-wei berkata kepada Ling Qi-xin:
"Beri dia 50 tail perak!"
Setelah menerima bungkusan kain itu, ternyata bungkusan itu berisi sebuah kotak. Begitu
dibuka, Ling Qi-xin berkata pelan:
"Di dalamnya berisi perhiasan seharga 200 ribu tail perak!"
Ruan-wei bertanya dengan terburu-buru :


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ke mana perempuan berpakaian mci ah Mu '"
Tukang perahu mengulurkan tangan lagi
"50 tail perak lagi baru kuberitahu!"
Ling Qi-xin marah: "Kau minta 50 tail perak lagi?"
"Betul! Karena perempuan berpakaian mci .ih itu berpesan jika ada orang yang menanyakan
keberadaannya, maka dia harus membayar 50 tail perak, jika tidak ada uang, aku tidak akan
memberitahunya." Ruan-wei tersenyum: "Beri dia 50 tail perak lagi!"
Setelah menerima uang, tukang perahu itu berkata:
"Ketika perempuan berpakaian merah itu pergi, dia berpesan jangan ada orang yang berniat
mencarinya. Jika dia ingin menemui seseorang, dia sendiri yang akan mencari. Jika kalian
memaksa mencari tahu tentangnya, dia akan marah dan menjadikan kalian sebagai musuh...."
"Apakah dia pernah berkata akan pergi ke mana?" tanya Ruan-wei.
"Tidak!" jawab tukangperahu.
Dia mengambil uang perak pemberian Ruan-wei dan berkata kepada tukang perahu satu lagi:
"Mari Lao Wang, kita pulang!"
Mereka meninggalkan perahu, pergi dengan tergesa-gesa. Ling Qi-xinberkata:
"Demi sedikit uang, perahu ditinggalkan begitu saja!"
Ruan-wei tidak mengerti mengapa perempuan itu terus menyulitkannya. Dia juga tidak tahu di
mana letak kesalahannya, sampai-sampai perempuan itu tidak mau bertemu dengannya. Karena
477 tidak bisa menjawab pertanyaannya sendiri, maka dia mengambil keputusan, dia akan mencari
perempuan itu lagi di wilayah Si-chuan!
"Kakak, antar dulu kotak ini kepada Tuan Ouwyang Zhi-xuan!"
"Kau akan pergi ke mana lagi?" tanya Ling Qi-xin.
"Aku ingin mencari perempuan berpakaian merah sampai ketemu!"
Ling Qi-xin tahu Ruan-wei menaruh perasaan dalam kepada perempuan berpakaian merah,
maka dia tidak keberatan.
"Kapan kita bisa bertemu lagi?"
"Setelah aku bertemu dengannya dan semua sudah jelas, aku akan kembali ke pengawalan
perjalanan Nan-bei. Aku harap Da-ge bisa menjelaskan semuanya kepada Tuan Ouwyang."
Ling Qi-xin mengangguk, dia memberi nasehat kepada Ruan-wei baru pamit untuk kembali ke
Luo-yang. Karena Ling Qi-xin takut Tuan Ding akan mencemaskan mereka. Sesudah Ruan-wei
tahu perempuan berpakain merah itu tidak mati, hatinya benar-benar tenang. Dia menunggang
Bai-ti-ma, dia ingin berjalan-jalan di Si-chuan untuk mencari perempuan berpakaian merah itu.
Gunung dan sungai di Si-chuan begitu indah. Ruan-wei mencarinya di daerah gunung atau
sungai, dia berpikir harus di tempat seperti itu baru bisa bertemu dengan perempuan itu, tidak
mungkin dia berada di kota yang begitu ramai.
Hari ini dia berada di kota Le-shan-cheng. Kota ini pada jaman Dinasti Tang pernah terendam
oleh air. Karena kota ini berada di antara dua sungai besar. Tempat pertemuan kedua sungai ini
dihalangi sebuah gunung, maka pada musim semi air mengalir bertambah deras. Karena itu
sungai tidak sanggup menampung air begitu banyak dan seringkah meluap ke daratan. Kota
Le-shan-cheng sering terkena banjir, penduduk di sana sangat miskin. Pada jaman Dinasti Tang,
seorang biksu bernama Hai-tong, dia menyuruh orang memahat sebuah patung Budha Ru-lai
dalam posisi duduk untuk menghalangi sungai itu. Patung ini dipahat di gunung ini.
Budha Ru-lai dalam posisi duduk setinggi 100 meter lebih, lebar 30 meter, matanya berukuran
6 meter. Patung Ru-lai ini adalah patung terbesar di dunia. Di atas kepala patung bisa dipasang 2
meja makan yang biasa digunakan untuk pesta. Menghabiskan waktu 90 tahun baru selesai
memahat patung Budhaini. Patung Budha dalam posisi duduk ini memiliki fungsi sangat aneh. Saat musim semi, air sungai
mengalir deras. Aliran deras ini masuk ke bawah patung Budha. Tempat itu adalah tempat cekung
kemudian keluar lagi. Hal ini membuat air sungai yang deras dan kencang menjadi berkurang
aliran derasnya. Otomatis sangat berguna untuk perahu-perahu yang berlayar juga mengurangi
banjir di kota Le-shan-cheng.
Penduduk kota Le-shan-cheng sangat berterima kasih atas kebaikan Biksu Hai-tong, maka
setiap rumah selalu terpasang patung-patung Biksu Hai tong. Setiap hari mereka bersembahyang.
Biksu Hai tong adalah sebuah legenda agama Budha.
Ketika siang, Ruan-wei mulai merasa lapar. Dia masuk ke sebuah rumah makan, dia ingin
makan dan minum. Rumah makan itu bernama 'Wang-xian-lou' (Gedung melihat malaikat). Rumah
makan ini sangat luas, tamunya juga banyak:.
Ketika Ruan-wei masuk ke dalam, tidak ada pelayan yang menyapanya, mungkin rumah makan
sudah penuh hingga pelayan tidak mempunyai waktu untuk menyapanya. Setelah lama seorang
pelayan baru datang dengan terburu-buru dan berkata:
"Apakah tuan adalah teman Tuan Song" Mari ikut aku ke loteng!"
Tanpa menunggu jawaban Ruan-wei, dia membawa Ruan-wei ke atas. Karena Ruan-wei
merasa lapar, dia tidak peduli dianggap siapa oleh pelayan. Dia mencari tempat untuk mengisi
perut. Tapi begitu naik ke loteng, di sana masih kosong. 13 meja tersusun rapi berikut alat makannya,
tapi tidak ada seorang tamu satu pun di sana. Ruan-wei merasa aneh dan ingin bertanya, pelayan
sudah tergesa-gesa turun untuk melayani tamu yang lain.
Terpaksa Ruan-wei mencari sebuah tempat dekat tangga dan duduk di sana. Tapi setelah lama
menunggu, tidak terlihat pelayan datang mengantarkan makanan. Ketika dia ingin bertanya,
terdengar suara Ping! Ping! Kemudian datang 3 laki-laki dengan warna pakaian yang seragam.
Salah satu dari mereka berteriak:
"Kenapa belum ada yang datang?"
478 Yang satu menjawab: "Lao San, kita tunggu di sebelah sana!"
Mereka mencari tempat dekat jendela. Setelah duduk, mereka segera mengobrol. Ruan-wei
mendengar pembicaran mereka tentang semua tentang pengawalan perjalanan. Dalam hati Ruanwei
berpikir, 'Apakah mereka adalah pesilat dari salah satu pengawalan perjalanan"'
Tidak lama kemudian terlihat ada 5 laki-laki setengah baya datang. Dari bentuk alis dan mata
mereka yang gagah, sepertinya mereka adalah pesilat. Begitu naik, mereka langsung memilih
sebuah meja dan duduk, kemudian mereka mengobrol dengan pelan.
Dalam waktu setengah jam, sudah datang 11 kelompok orang. 13 meja makan sudah terisi 11
meja. Ruan-wei duduk sendirian di satu meja, masih ada satu meja lagi yang masih kosong.
11 meja itu ada yang berisi 3 atau 5 orang. Hanya Ruan-wei yang duduk sendiri, karena itu
banyak mata yang melihat ke arahnya, hal ini membuatnya tidak tenang.
Tidak lama kemudian datang lagi 2 orang sambil tertawa-tawa. Yang satu tinggi besar dengan
wajah penuh cambang. Yang satu lagi kurus kering seperti bambu, dia adalah seorang
berpenampilan pelajar berwajah putih.
Laki-laki yang wajahnya penuh cambang melihat semua orang lalu berkata, "Apakah pendekar
dari 12 tempat sudah datang" Aku adalah Zhang Wan-yi dari pengawalan perjalanan Si-ying. Ini
adalah pendekar dari kota Le-shan-cheng, bernama 'Pai-gu-xian' Song Ming-jin.(Dewa tulang iga
Menggambarkan orang ini kurus hanya tinggal tulang saja).
Semua orang berdiri, Ruan-wei yang tidak tahu apa-apa ikut berdiri. Terdengar mereka
bersama-sama berkata: "Terima kasih atas undangan Tuan Song!"
Setelah itu pelayan segera mengantarkan saiyur, nasi, juga arak. Karena Ruan-wei sangat lipar,
dia mengangkat sumpit dan langsung 1286 makan. Melihat Ruan-wei berlaku seperti itu, alis
Zhang Wan-yi mulai berkerut karena dia tidak tahu Ruan-wei datang dari pengawalan perjalanan
mana. Ruan-wei tidak memperhatikan kalau di meja lain belum ada yang mulai makan. Dia
melihat sebentar kemudian tanpa merasa bersalah dia melajutkan makan lagi. Diam-diam dia
berpikir, 'Setelah makan, aku akan bayar dan pergi. Aku tidak akan makan dengan gratis!'
'Pai-gu-xian' Song Ming-jin mengangkat cangkir arak dan berkata:
"Aku bersulang untuk orang-orang yang sudah datang!"
Kemudian dia berkata lagi:
"Silakan! Silakan! Nikmatilah menu yang sudah kami siapkan!"
Sekarang semua pendekar baru makan. Ruan-wei menganggap dia bukan orang yang diundang
juga tidak akan makan gratis, maka dia terus makan. Setelah makan dia akan membayar makanan
itu lalu pergi. Zhang Wan-yi yang duduk di pinggir merasa tidak suka tapi dia berusaha menahan
kemarahannya. Terlihat di antara pendekar, berdiri seseorang dan berkata:
"Aku adalah Huang Wen-kai dari pengawalan perjalanan Long-men, diundang oleh 'Wu-di-sanzhang'
Zhang Wan-yi (Tiga telapak tanpa tanding). Sekarang tidak perlu ditutup-tutupi lagi, mari
kita bicarakan masalah penting tentang pengawalan perjalanan!"
Huang Wen-kai bertubuh gemuk, wajahnya kekanak-kanakan, tidak ada hal yang khusus, tapi
dia adalah orang dari kantor pengawalan perjalanan paling besar di Jin-ling yang bernama 'Lingmenbiao-ju'. Zhang Wan-yi segera berdiri dan memberi hormat:
"Aku mengundang kalian kemari karena aku tahu kalian semua pernah kehilangan barang yang
kalian bawa. Bulan kemarin di perbatasan Si-chuan kami kehilangan barang senilai 300 ribu tail.
Sudah beberapa kali kami meneliti, ternyata perampok itu tinggal di daerah sini...."
Rumah makan segera menjadi ramai, setiap meja membicarakan masalah ini, ada yang
bertanya: "Perampok itu seperti apa?"
"Siapa perampok itu....
"Apakah barang kalian hilang di tangan seorang perampok perempuan berpakaian merah dan
wajahnya ditutup?" Tanya Zhang Wan-yi
"Betul...." 479 "Kalau begitu tidak salah lagi! Setelah makan kita pergi ke seberang tempat Budha untuk
mencari perempuan itu!" kata Zhang Wan-yi
Huang Wen-kai bertanya: "Apakah Ketua Zhang sudah memastikan kalau perempuan itu tinggal di depan kuil Budha di
gunung itu?" Zhang Wan-yi mengelus-elus cambangnya dan berkata:
"Gadis itu berani merampok di Si-chuan sudah salah besar! Tidak disangka dia masih berani
merampok uang kantor pengawalan perjalanan kami, berarti dia ingin memecahkan mangkuk
makan kami agar kantor kami bangkrut..."
Ternyata kantor pengawalan perjalanan Si-ving adalah kantor pengawalan perjalanan paling
besar di Si-chuan. Pemilik kantor pengawalan perjalanan ini ilmu silatnya tidak begitu tinggi tapi
entah dari mana dia belajar, ilmu silatnya hanya beberapa jurus tapi dengan jurus-jurus itu dia
belum pernah kalah. Zhang Wan-yi menarik nafas dan berkata:
"Kantor kami sudah beberapa bulan ini tidak berdagang. Dengan sekuat tenaga kami mencoba
mencari tahu keberadaan gadis berpakaian merah itu. Pertengahan bulan kemarin, kami
mengetahui kalau gadis itu berada di kota Le-shan-cheng, di kuil Budha besar, kabar ini tidak akan
salah!" "Kalau begitu kita harus merundingkan dahulu cara untuk menghadapinya!"
Orang yang mempunyai hajat adalah 'Pai-gu-xian' Song Ming-jin, tiba-tiba dia berkata:
"Menurutku cara ini sepertinya kurang cocok...."
"Kenapa tidak cocok?" Tanya orang di sana bersama- sama.
"Apakah kalian tahu apa pantangan kota Le-shan-cheng?" Tanya Song Ming-jin.
"Apa pantangannya?" tanya Zhang Wan-yi.
"Ketua Zhang adalah orang Si-chuan, apakah kalian tidak tahu bahwa belum pernah ada yang
ke Le-shan ke Kuil Da-fu?"
"Takut apa" Dengan ilmu silat kami, masa tidak bisa naik ke kuil itu?" tanya Huang Wen-kai.
"Maksudku bukan ini...." kata Pai-gu-xian Song Ming-jin.
Tapi dia dengan serius berkata lagi: "Dulu Biksu Hai-tong membuat Budha Ru-lai selama 90
tahun lebih, dia tinggal di gunung itu, tidak ada seorang pun yang pernah naik untuk melihatnya,
sampai Kuil Da-fu jadi, tidak ada orang yang tahu kapan Biksu Hai-tong meninggal. Ada yang
mengatakan beliau mati di sana. Ada orang yang mengatakan beliau sudah menjadi dewa dan
naik ke langit...." Karena banyak versi, entah mana yang benar dan yang mengada-ada tapi ada satu kesamaan
semua orang sangat hormat dan memuji keberhasilan Biksu Hai-tong. Tidak ada orang yang
berani datang ke sana untuk membuktikannya sampai sekarang ini dan itu sudah menjadi
kebiasaan. Jika ada orang yang berani naik ke gunung itu berarti melanggar perintah dewa dan
penduduk kota Le-shan-cheng tidak akan membiarkan dia melakukannya...."
Huang Wen-kai tertawa dingin: "Apakah Tuan Song adalah orang Le-shan i'"
Song Ming-jin menjawab dengan tegas: "Aku lahir dan besar di sini...."
"Kalau begitu Tuan Song juga tidak mengijinkan kami naik ke atas?" tanya Huang Wen kai.
Seorang laki-laki berdiri dan marah: "Berarti Tuan Song sengaja mengumpulkan kami kemari
sekaligus ingin membunuh kami...."
Laki-laki yang ada di sebelah sana segera membentak:
"Lao San! Jangan sembarangan bicara!" Laki-laki yang bicara di awal tadi membantah:
"Siapa yang bicara sembarangan! Marga Song mi mengetahui kalau kita akan ke gunung untuk
mencari perempuan berpakaian merah. Dia pura-pura menjamu kita, mengatakan orang Le-shan
tidak akan mengijinkan orang luar naik gunung itu, mungkin Tuan Song sekarang sudah memberi
racun di dalam arak...."
Kata-kata ini baru terucap, semua orang yang ada di sana menjadi terkejut dan diam-diam
mengatur nafas. Mereka benar-benar takut arak yang mereka minum mengandung racun. Ruanwei
melihat ke arah orang yang bicara tadi, ternyata dia adalah salah satu dari 3 orang yang
pertama masuk dan duduk dekat jendela. Zhang Wan-yi berkata:
480 "Hua-qiang (Tombak bunga) Saudara Wang-si, jangan mengada-ada. Aku jamin Tuan Song
bukan orang seperti itu...."
"Mana mungkin aku berani meracuni kalian, aku hanya tahu semua pendekar berkumpul di sini
dan aku menjamu kalian. Aku tidak ada maksud membuat hubungan kita hancur, jika aku
bermaksud membunuh kalian, Tuan Zhang Wan-yi pasti akan tahu." kata Song Ming-jin
Hua-qiang Wang Si-jia adalah laki-laki kasar, melihat Pai-gu-xian berkata jujur, dia segera
meminta maaf dan duduk kembali sambil tertawa seperti orang bodoh.
Hua-qiang Wang Si-jia dan 2 saudara angkat 'Jin-qiang' (Tombak emas) Lu Ting-hua, 'Yinqiang'
(tombak perak), Ren Hong-shui, memimpin sebuah pengawalan perjalanan bernama Chi
Feng-pu. Mereka bertiga masing-masing mempunyai ilmu silat sendiri-sendiri.
Song Ming-jin berkata lagi:
"Yang aku pikirkan sekarang adalah jika kita pergi puluhan orang secara bersama-sama,
gerakan kita terlalu terang-terangan. Jika tercium oleh penduduk Le-shan-cheng, itu akan lebih
repot...." "Itu mudah, setiap pengawalan perjalanan tidak perlu membawa orang yang tidak penting,
mereka bisa menunggu di sini. Setiap pengawalan perjalanan yang pergi hanya beberapa orang
penting saja, semakin sedikit semakin baik."
Karena itu semua orang ribut mengambil keputusan. Jumlah mereka hanya 15 orang, tapi
Ruan-wei dengan tenang terus makan, dia sama sekali tidak ikut mengambil keputusan.
Zhang Wan-yi mengerutkan alisnya yang tebal, dia mendekati Ruan-wei:
"Saudara, kau dari pengawalan perjalanan mana?"
Ruan-wei tahu mereka berkumpul di sini untuk menghadapi perempuan berpakaian merah
Wen-yi, dia terkejut dan sedang berpikir dengan cara apa bisa membantu adik Yi.
Huang Wen Kai menyindir: "Saudara ini seperti datang hanya untuk makan...."
Ketika Ruan-wei ingin menjawab, dari tangga ada seseorang naik. Dia terus meminta maaf
karena terlambat datang! Di sana berdiri seorang laki-laki kurus, kecil, dan kering, wajahnya seperti monyet tapi segera
Zhang Wan-yi mengenalinya, dia tertawa:
"Kakak Zhao! Mari, mari! Aku kenalkan kepada kalian, dia adalah ketua kantor pengawalan
perjalanan Zhi-lai-tong-da ber-juluk 'Shou-jian' (Pedang kurus) Zhao Sheng-zhou."
Nama 'Shou-jian' sangat terkenal di dunia persilatan maka semua pendekar-pendekar datang
menyapanya. Sesudah semua duduk, Zhang Wan-yi yang berdiri di tengah-tengah sambil tertawa:
"Pengawalan perjalanan dari utara sampai selatan, semua berkumpul di sini untuk berunding.
Tidak disangka seseorang datang untuk makan gratis. Di daerah sini banyak rumah makan, dia
tidak pergi ke sana malah datang ke tempat kita berkumpul, benar-benar tidak tahu malu!"
Dia membalikkan tubuh kepada Ruan-wei: "Jangan pura-pura! Bangunlah, tempat ini untuk
Kakak Zhao!" Ruan-wei tersenyum, dia mengangkat cankir arak dan menghabiskan araknya.
Zhang Wan-yi marah: "Apakah Tuan tidak punya telinga?"
"Siapa yang boleh duduk di sini?" kata Ruan-wei tertawa
"Tempat ini disiapkan untuk pengawalan perjalanan Tong-da, siapa pun tidak diijinkan duduk di
tempat ini!" Ruan-wei tetap tertawa, dia meletakkan cangkir, tangan kiri menekan meja, tangan kanan
membawa poci berisi arak dan berteriak:
"Apa benar tidak boleh duduk di sini?"
Gelas arak itu meloncat, Ruan-wei menghabiskan arak yang ada di dalam cangkir sekaligus
kemudian tangan kanannya menaruh kembali poci arak dan menyambut cangkir arak. Gerakan
pelan tapi sebenarnya terlihat cepat.
Zhao Sheng-zhou melihat Ruan-wei sambil bicara sebelah telapaknya menekan gelas arak
sampai meloncat. Ilmu telapak seperti ini belum pernah dia melihat, diam-diam dia berpikir lalu
berkata: "Apakah Tuan dari pengawalan perjalanan Nan-bei...."
481 Semua orang di sana begitu mendengar nama pengawalan perjalanan Nan-bei menjadi
bersemangat karena nama kantor pengawalan perjalanan Nan-bei sangat terkenal. Semua kantor
pengawalan perjalanan ingin bersaing dengan kantor pengawalan perjalanan Nan-bei, benar-benar
masih jauh. "Aku bermarga Ruan!" sahut Ruan-wei.
Segera Zhao Sheng-zhou memberi hormat: "Ternyata wakil ketua pengawalan perjalanan Nanbei,
Kakak Ruan!" Ruan-wei berdiri untuk berterima kasih, Zhao Sheng-zhou tertawa:
"Saudara-saudara, aku kenalkan Kakak Ruan, dia adalah wakil ketua pengawalan perjalanan


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nan-bei...." Ruan-wei baru menjadi wakil ketua di pengawalan perjalanan Nan-bei, di dunia persilatan
belum banyak yang tahu namanya, tapi kantor pengawalan perjalanan Tong-da sudah
mengetahuinya dan Zhao Sheng-zhou sudah mendengar kalau Ruan-wei adalah orang yang
tenaganya sangat besar. Begitu melihat tenaga telapak Ruan-wei tadi, tebakannya jadi tidak salah.
0-0-0 BAB115 Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu (18 ayunan kapak membuka langit membelah bumi)
Tidak sengaja semua pendekar berdiri dan memberi hormat:
"Kakak Ruan!" Ruan-wei berdiri dan dia juga memberi hormat. Dia melihat Zhang Wan-yi kemudian tertawa:
"Apakah aku boleh duduk di sini?"
"Silakan! Silakan!" kata Zhang Wan-yi malu
Ruan-wei marah karena tadi Zhang Wan-yi telah berbuat tidak sopan, maka dia tidak mau
duduk, dan sengaja berkata:
"Aku tidak berani duduk di tempat yang sudah disiapkan Tuan Zhang Wan-yi untuk Kakak Zhao,
lebih baik aku berdiri saja!"
Dia berjalan keluar dari tempat duduknya tadi, Zhao Sheng-zhou segera berkata:
"Kakak Ruan, jangan marah! Silakan duduk! Silakan duduk!"
Zhang Wan-yi takut dengan pengawalan perjalanan Nan-bei, dia berpikir jika membuat
pengawalan perjalanan Nan-bei yang terkenal marah, dia tidak akan bisa mencari makan lagi.
Maka dia terpaksa manahan emosinya dan meminta maaf:
"Aku tidak mempunyai mata, tidak tahu Anda sudah datang, aku bersalah, mohon maaf!"
Ruan-wei belum tahu pengawalan perjalanan Nan-bei memiliki wibawa begitu tinggi, sampaisampai
Zhang Wan-yi mau meminta maaf di depan banyak pendekar. Dalam hati dia malah
merasa tidak enak dan tertawa:
"Salahku tidak memberitahu namaku, aku datang dari pengawalan perjalanan Nan-bei. Kakak
Zhang tidak salah, silakan semua duduk!"
Melihat Ruan-wei duduk, pendekar-pendekar ikut duduk. Zhang Wan-yi diam-diam menarik
nafas. Zhao Sheng-zhou semeja dengan Ruan-wei. Setelah duduk, dia berkata:
"Mengenai barang bawaan kita yang sering hilang, sampai di mana pembicaraan kalian?"
Zhang Wan-yi memberitahu tentang keputusan mereka tadi. Zhao Sheng-zhou berkata:
"Saudara-saudara, masukan aku salah satu dari yang akan berangkat!"
Ruan-wei mengambil keputusan ikut mereka naik gunung, maka dia tertawa:
"Aku juga ikut!"
Semua orang menyambut baik seketika, mendengar Ruan-wei akan ikut, mereka tidak tahu
kalau kantor pengawalan perjalanan Nan-bei pun sempat kehilangan barang berharga yang
mereka bawa. Mereka mengira pengawalan perjalanan Nan-bei datang ke sini untuk membantu
maka mereka menaruh harapan besar. Setelah makan, 14 kantor pengawalan perjalanan
berjumlah 17 orang mulai berangkat menuju gunung.
'Pai-gu-xian' Song Ming-jin sudah menyiapkan perahu dan siap berangkat. Mereka berangkat
secara terpisah agar orang lain tidak curiga.
482 Sesampainya di balik gunung, di tempat yang sepi, 2 perahu berkumpul lagi. Dinding gunung
penuh lumut dan sangat licin maka tidak ada tempat untuk memanjat. Kelihatannya tempat ini
tidak pernah ada yang naik.
Song Ming-jin sejak awal sudah menyiap-kan 2 gulung tali besar. Apalagi orang yang berada di
perahu berilmu silat tinggi, maka hanya sebentar tali sudah bisa terpasang di sebuah pohon besar
sekitar 100 meter lalu semua orang mulai naik.
Sesampainya di tengah gunung, di sini terlihat semak-semak, jalan ini sulit untuk dilalui maka
mereka berkumpul dulu. 'Hua-qiang' Wang Si-jia tidak sabar, dia terus marah-marah:
"Tempat seperti ini untuk berjalan saja sulit, masa seorang perempuan bisa bersembunyi di
sini!" Kata-kata ini mengungkapkan perasaan semua orang yang ada di sini. Memang gunung ini
tidak begitu tinggi tapi turun naiknya sangat sulit. Walaupun perempuan itu berilmu silat tinggi
tapi turun dan naik bukan hal mudah.
Huang Wen Kai berkata: "Kalau orang bisa tinggal di sana pasti ada jalan yang lebih mudah."
Zhang Wan-yi tertawa kecut:
"Apakah kau jamin gadis bau ini memang tinggal di atas?"
Mendengar Zhang Wan-yi menyebut Wen-yi adalah gadis bau, Ruan-wei marah, dia memukul
pinggang Zhang Wan-yi dan pura-pura marah:
"Ayo! Ayo jalan! Jangan banyak bicara!"
Memang pukulan Ruan-wei tadi ringan tapi cukup membuat Zhang Wan-yi kesakitan. Dia tidak
berani membalas dan cepat-cepat naik lagi, dia benar-benar penurut.
Baru sampai dua pertiga perjalanan, baju yang mereka pakai banyak yang sudah sobek, ada
yang terluka ringan, ada yang rambutnya acak-acakan. Kecuali Ruan-wei masih seperti semula,
yang lain terlihat kacau balau. Mereka juga mulai terengah-engah. Melihat ke atas pohon tumbuh
saling tumpang tindih, jika ingin naik ke puncak bukan hal yang mudah!
'Jin-qiang' Lu Hua-ting berkata dengari curiga:
"Apakah di atas ada yang tinggal?" 'Hua-qiang' Wang Si-jia berteriak: "Hanya setan yang baru
mau tinggal di sana!" Zhang Wan-yi pelan-pelan berkata: "Jangan keras-keras, nanti akan
terdengar oleh gadis bau itu!"
Ruan-wei memukul pinggangnya lagi dan juga marah:
"Cepat jalan! Mengapa kau berjalan begitu pelan?"
Zhang Wan-yi dengan gagap berkata: "Kakak Ruan, aku... aku... tidak bisa berjalan cepat!"
"Kalau tidak bisa cepat, jangan banyak bicara!" bentak Ruan-wei.
Zhang Wan-yi cepat-cepat menutup mulutnya, dia tidak berani sembarangan bicara lagi.
'Shou-jian' Zhao Sheng-zhou mengeluh:
"Pasti ada jalan lain, kalau tidak perempuan itu tidak akan tinggal di puncak!"
'Pai-gu-xian' paling kurus juga paling lemah, ilmu silatnya juga paling rendah, sambil menyeka
keringat, dia terengah-engah berkata:
"Aku kira juga begitu, tapi di mana jalan yang dimaksud?"
Hua-qiang Wang Si-jia marah:
"Jika kau tahu jalan yang satu lagi, tidak mungkin kau mau ikut kami jalan ke sini!"
'Yin-qiang' Ren Hong-bing diam-diam memuji kata-kata adik ketiganya karena kata-kata ini
membuat wajah Song Ming-jin merah karena marah.
Setengah jam kemudian akhirnya mereka sampai juga di puncak gunung. Mereka saling
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 7 Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Pendekar Elang Salju 9

Cari Blog Ini