Ceritasilat Novel Online

Terbang Harum Pedang Hujan 18

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Bagian 18


pandang dan diam-diam merasa malu karena baju mereka compang camping, hanya Ruan-wei
yang masih terlihat seperti biasa. Dia tidak seperti sudah berjalan jauh, karena itu yang lain
bertambah malu. Puncak gunung sangat luas. Melihat ke bawah, kepala Budha yang besar hanya tinggal
beberapa puluh meter lagi. Orang yang memanjat benar-benar tidak tahu dulu dengan cara apa
Biksu Hai-tong membangun patung Budha Ru-lai.
Setelah berunding, 17 orang membagi kelompok untuk mencari perempuan itu. Song Ming-jin
segera berkata: 483 "Kalian pergi saja, aku menunggu di sini!" Semua orang berkata karena hal ini tidak ada
hubungan dengannya maka dia hanya wajib membawa mereka sampai di sana jangan
membawa masalah kepada dia!
Zhang Wan-yi berkata: "Terima kasih, Kakak Huang!"
Dengan nada tidak jelas Huang Wen-kai berkata:
"Mari, kita berpencar untuk mulai mencari!"
Hua-qiang Wang Si-jia berteriak:
"Tidak perlu mencari lagi, perempuan itu sudah datang!"
Dengan terkejut mereka melihat, ternyata di sebelah sana datang seorang perempuan
berpakaian merah. Wajah ditutup oleh kain berwarna merah. Dialah orang yang sering merampok
barang bawaan pengawalan perjalanan.
Ruan-wei terkejut dan berpikir, 'apakah benar dia adalah adik Yi"' Dia tidak berani mendekat,
hanya berdiri dari jauh untuk melihat perempuan itu.
Ruan-wei juga merasa aneh, 'mengapa perempuan itu tidak berani mengeluarkan suara
aslinya" Apakah benar dia adalah adik Yi dan dia tidak ingin aku tahu kalau itu adalah dia!"
Semua pendekar tahu perempuan itu berilmu silat tinggi dan tahu kalau mereka tidak bisa
melawan maka tidak ada seorang pun yang berani menyapa. Semua berdiri tercenung.
Perempuan itu tertawa: "Aku kira pendekar terkenal mana yang datang ke sini, ternyata yang datang hanya orangorang
bisu!" "Silakan, nona!" kata ruan-wei tertawa
Dia membungkukkan tubuh memberi hormat. Perempuan itu dengan cara yang sama
membalas memberi hormat dan berkata:
"Apakah kau adalah pemimpin mereka?"
Dengan santai Ruan-wei menjawab:
"Bukan! Aku ke sini untuk mencari seseorang!"
Perempuan yang wajahnya ditutup itu berkata:
"Yang tinggal di gunung ini hanya aku, tidak ada orang lain!"
"Kalau begitu Nona adalah orang yang kucari."
Perempuan yang wajahnya ditutup itu tertawa:
"Apakah kau tahu siapa aku?"
Karena tidak bisa menjawab maka Ruan-wei hanya termenung. Perempuan itu dengan dingin
berkata: "Sekarang kau sudah bertemu denganku, ada perlu apa denganku?"
'Apakah dia adik Yi"' pikir Ruan-wei.
Karena itu Ruan-wei tidak berani bertanya apakah dia adalah Wen-yi, maka dengan gagap dia
berkata: "Aku harap nona mengembalikan barang atau uangyang kau rampok dari mereka!"
"Siapa yang bisa melawanku, dalam 10 jurus tidak kalah, aku akan mengembalikan uang atau
barang mereka, tapi...."
Semua pendekar berpikir, 'Menahan 10 jurus tanpa kalah belum tentu bisa.' Maka semua orang
terus memperhatikan dia, apa maksud dari kata 'tapi' nya"
Perempuan itu tertawa: "Hanya boleh 3 orang, setelah 3 orang, aku tidak akan meladeni kalian lagi!"
Dengan cepat 3 orang berebut bicara:
"Aku akan bertarung dengan Nona!"
Ketiga orang ini adalah Shou-jian Zhao Sheng-zhou, Huang Wen-kai, dan Zhang Wan-yi.
Perempuan itu berpesan: "Kalian bertiga keluarlah, aku hanya akan bertarung dengan kalian bertiga!"
Semua orang berpikir: "Hanya dengan cara bertarung dengannya baru mempunyai kesempatan merebut kembali
barang yang telah dirampoknya. Jika dia sudah pergi, ke mana kami harus mencarinya!"
484 Maka semua orang terus berteriak: "Aku juga akan bertarung dengan Nona! Aku juga akan
bertarung dengan Nona!"
Diam-diam Ruan-wei menarik nafas: "Mereka datang demi kepentingan dirinya sendiri, mereka
tidak kompak. Sepertinya tidak ada orang yang bisa merebut kembali uang atau barang mereka
yang hilang!" Zhang Wan-yi berteriak: "Kalian tidak perlu tergesa-gesa, setelah kami bertiga selesai bertarung baru giliran kalian!"
Hua-qiang Wang Si-jia yang tadinya akan keluar ditarik kembali oleh Jin-qiang Lu Ting-hua,
dengan suara kecil dia berpesan:
"Adikketiga, jangan ceroboh!"
Dia dan adik ketiga tidak bisa bersaing dengan Huang Wen-kai maka mereka hanya bisa diam
menunggu. Hua-qiang Wang Si-jia tidak berani membantah perintah kakak tertuanya, terpaksa dia
berdiri diam menahan emosi.
Yang lain juga bukan orang bodoh. Yang perlu diketahui di antara pendekar-pendekar yang
datang kecuali Ruan-wei yang memiliki ilmu silat tinggi, tidak ada seorang pun yang ingin
bertarung dengan Zhang Wan-yi.
Diam sebentar, perempuan itu tertawa: "Kenapa" Tidak ada orang yang berani bertarung?"
'Shou-jian' Zhao Sheng-zhou mencabut pedang sebesar jari, dia maju ke depan:
"Aku bermarga Zhao, aku yang akan bertarung dulu dengan nona!"
Perempuan itu bertepuk tangan berkata:
"Baik, sangat baik! Aku juga akan menggunakan pedang!" Dia mencabut pedang
menyerang ke arah Zhao Sheng-zhou. Zhao Sheng zhou terkejut, dia meloncat sambil menyerang
kembali. Pedang Zhao Sheng-zhou kecil tapi menyerang dengan bertubi-tubi, membawa angin yang
sangat kencang. Perempuan yang wajahny.i ditutup itu sama sekali tidak menghindar, dia hanya
menggunakan pedangnya menangkis 3 jurus.
Setelah 3 jurus, perempuan itu mulai mengetahui jurus pedang Zhao Sheng-zhou, lebih banyak
serangan tipuan daripada serangan iesungguhnya, maka pada jurus kelima dia tidak
mempedulikan serangan Zhao Sheng-zhou, sebaliknya dia menyerang Zhao Sheng-zhou. sejurus
demi sejurus makin lama makin hebat.
Zhao Sheng-zhou belum pernah melihat jurus ganas seperti ini. Setelah menghindar 5 jurus, dia
mulai kewalahan, terakhir sampai-sampai tidak tahu pedang perempuan itu menyerang dari arah
nana. Pedang perempuan yang wajahnya ditutup itu berputar, dengan mudah memukul jatuh
pedang 5hou-jian Zhao Sheng-zhou.
Setelah pedang sudah terjatuh Zhao Sheng-hou berdiri termenung. Melihat jurus-jurus
perempuan itu begitu ganas, hati Zhao Sheng-zhou nenjadi dingin, apalagi dia tangan kosong,
mana nungkin bisa melawannya.
Perempuan itu tertawa: "Siapa lagi yang ingin bertarung denganku, kalau tidak ada, aku mau pergi!"
Dengan memberanikan diri, Zhang Wan-yi maju ke depan:
"Aku akan mencoba ilmu pedang nona!" Perempuan itu memasukkan pedangnya ke dalam
sarung: "Kau bernama 'Wu-di-san-quan', baiklah aku ikan mencoba ilmu kepalanmu!"
Zhang Wan-yi benar-benar senang, belum lagi dia siap, perempuan itu sudah menyerang,
kepalannya memukul hidung Zhang Wan-yi, nembuat hidungnya berdarah. Sambil berteriak Zhang
Wan-yi menyerang. Kepalan menyerang dari arah depan dan jurusnya sangat biasa tapi serangan
ni membuat perempuan yang wajahnya ditutup nenjadi terkejut. Dia jadi tidak berani memandang
remeh orang ini. Zhang Wan-yi berjongkok, kepalan kedua keluar lagi, serangan ini sangat kencang, membuat
perempuan itu tidak bisa menyerang balik. Dengan ilmu meringankan tubuh yang hebat, dia
terbang melewati kepala Zhang Wan-yi kemudian menyerang belakang Zhang Wan-yi.
Tapi jurus ketiga Zhang Wan-yi justru dari belakang. Orang aneh hanya mengajarinya 3 jurus.
Dia pernah berkata kepada Zhang Wan-yi, '3 jurus kepalan ini asal kau bisa kuasai dengan baik, di
dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa melukaimu!"
485 Tapi Zhang Wan-yi kurang berbakat, dengan 3 jurus ini dia bisa mengalahkan beberapa orang
dan membuat dirinya terkenal di dunia persilatan maka dia merasa bangga dan tidak
memperdalam lagi 3 jurus ini. Dia mengira di dunia ini tidak ada orang yang bisa melawan 3 jurus
kepalannya! Perempuan itu memang terkejut dengan jurus ketiga Zhang Wan-yi, juga merasa repot dan
harus mengandalkan ilmu meringankan tubuh baru bisa menghindar. Sesudah 3 kali memukul,
Zhang Wan-yi mulai berhenti karena dia merasa aneh mengapa 3 kepalannya tidak merobohkan
perempuan ini. Kesempatan ini digunakan oleh perempuan itu meloncat ke atas sambil
menendang, membuat Zhang Wan-yi jatuh dengan posisi telungkup.
Huang Wen-kai berkata: "Sekarang giliranku, senjataku adalah golok!" Perempuan itu berkata:
"Baiklah!" tubuhnya berkelebat, perempuan itu sudah merebut sebilah golok dari salah seorang
pendekar di sana. Huang Wen-kai sangat pintar, dia tidak banyak menunggu dia langsung menyerang. Jurus-jurus
golok Huang Wen-kai adalah jurus Duan-men-jue-hu-dao yang sangat lihai. Para pendekar
berpikir, 'Kali ini perempuan yang wajahnya ditutup itu pasti tidak akan bisa mengalahkan Huang
Wen-kai dalam 10 jurus!' Tapi Huang Wen Kai baru mengeluarkan 3 jurus, dia berteriak: "Po-feng-dao!"
Huang Wen Kai segera menarik golok dan mundur tapi perempuan itu tidak berhenti, dia
membacok tangan kiri Huang Wen-kai, membuat tangan kiri Huang Wen-kai putus. Huang Wenkai
menahan sakit, dengan suara gemetar dia berkata:
"Duan-men-jue-hu-dao tidak berani melawan Po-feng-dao!"
Kemudian dengan tergopoh-gopoh dia turun gunung, tapi belum sampai 10 langkah dia sudah
pingsan. Dengan tidak suka, Ruan-wei berkata: "Kenapa Nona membacok putus tangannya?"
Perempuan itu tanpa merasa bersalah berkata:
"Siapa suruh dia tidak melawan, jadi pantas jika tangannya putus!"
Suara Ruan-wei mulai marah:
"Seorang perempuan mengapa begitu kejam?"
Perempuan itu dengan marah menjawab: "Kalau kejam mengapa, itu bukan urusanmu!"
Alis Ruan-wei dikerutkan lagi, dengan pelan dia berkata:
"Kembalikan uang mereka!"
"Kalau mereka sanggup melawanku dalam 10 jurus, aku akan mengembalikan. Tapi jika tidak
sanggup, tidak perlu banyak bicara lagi!"
Ruan-wei menarik nafas: "Dalam 10 jurus aku bisa mengalahkanmu, apakah kau percaya?"
"Aku tidak percaya!" jawab perempuan itu dengan suara aneh.
"Baiklah! Dengan tangan kosong aku akan terima sepuluh jurusmu. Jika menang, aku harap
kau mengembalikan uang yang telah kau rampok!"
Perempuan itu membalikkan tubuh dan pergi, dia juga berteriak:
"Aku tidak mau bertarung denganmu!"
"Jangan pergi!" Bentak Ruan-wei
Ruan-wei mengejar. Perempuan itu dengan cepat turun gunung, ternyata di daerah sana ada tangga untuk naik
turun gunung. Dia mengejar sampai ke atas kepala Budha, perempuan itu terbang seperti seekor burung
walet. Dia meloncat setinggi 30 meter, ini tidak membuat Ruan-wei berhenti mengejar, dia ikut
meloncat. Kepala Budha menempel ke dinding gunung. Dinding itu rata seperti ditepis. Ruan-wei berdiri di
tengah, dia tidak melihat perempuan itu pergi. Tiba-tiba di sebelah gunung, di telinga Budha ada
sebuah gua setinggi orang. Ruan-wei segera masuk ke gua itu. Ruan-wei berteriak:
"Nona, keluarlah! Nona, keluarlah!"
Tapi tidak ada yang menjawab. Selangkah demi selangkah Ruan-wei masuk. Semakin dalam
gua itu semakin gelap. Begitu masuk 20 meter, di sana gelap sekali sampai tidak terlihat apa-apa.
486 Tiba-tiba di belakang Ruan-wei terdengar suara Hong-long! Ruan-wei terkejut, dengan cepat
dia berlari kembali ke mulut gua. Ternyata mulut gua sudah ditutup oleh batu besar, dengan cara
apa pun tidak bisa dibuka.
Karena itu Ruan-wei berpikir:
"Biar aku masuk dulu, untuk melihat keadaan di dalam!"
Setelah berjalan sekitar 50 meter, di depan mulai terlihat ada cahaya. Ruan-wei berjalan
tambah cepat, ternyata ada sebuah gua yang lebih lebar dan terang.
Di sekeliling gua tergantung 4 lampu yang bersinar terang. Lampu ini menyinari dinding gua. Di
sana terlihat ada 18 laki-laki sedang membawa kapak besar. Di pintu gua terlihat ada 7 kata
tertulis: Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu (18 ayunan kapak membuka langit membelah bumi).
0-0-0 BAB 116 Wangi bunga tersebar di mana-mana
Setelah Ruan-wei meneliti dengan seksama, 18 patung laki-laki yang tidak berpakaian itu
mempunyai gaya yang berbeda. Dia sedang berpikir mengenai kata 'Kai-tian-pi-di-shi-ba-fu'.
"Gaya Shi-ba-fu ini benar-benar Kai-tian-pi-di!"
Orang yang memiliki ilmu silat tinggi bila melihat ilmu silat yang aneh, dia akan
menghubungkannya dengan ilmu silat yang lain. Ruan-wei pernah belajar Tian-long-shi-san-jian
kemudian belajar Long-xing-ba-zhang dan Shi-er-fu-zhang. 3 macam ilmu kelas tinggi telah dia
kuasai, yang pasti pengertiannya lebih banyak di bandingkan orang lain. Melihat ilmu Shi-ba-fu
seperti berada di atas Tian-long-shi-san-jian dia lupa diri, dengan teliti dia melihat dan
mempelajarinya. Dia jadi lupa rasa lapar, lebih-lebih lupa waktu sampai semua Shi-ba-fu dimengerti dan
dipahami. Waktu tidak terasa sudah lewat 5 hari!
Begitu dia selesai memahami semuanya, dia baru merasa perutnya lapar, haus, dan lelah. Tapi
dia tidak tahu kalau dia sudah berada di gua ini selama 4 hari. Karena terlalu lelah, dia tertidur
lelap di lantai. Setelah tidur satu hari penuh, baru dia terbangun, begitu bangun di sisinya sudah ada
sekeranjang makanan enak dan sebotol susu kambing. Tanpa berpikir dari mana datangnya
makanan itu, dengan senang dia memakannya sampai habis untuk membayar rasa lapar dan haus
beberapa hari ini! Selesai makan dia baru terpikir kalau makanan tadi pasti diberi oleh perempuan berpakaian
merah itu, dia masuk pasti bisa keluar. Karena itu dia segera berlari ke mulut gua, terlihat mulut
gua sudah terbuka. Beberapa hari tidak melihat cahaya matahari, sekarang berada di bawah sinar
matahari matanya terasa sangat nyaman, lalu dia pun meregangkan tubuh. Dalam hati dia ingin
berteriak, tiba-tiba di dinding terlihat ada sepucuk surat.
Surat itu tertulis: Siapa suruh kau ikut campur urusan orang lain karena itu kau terkurung selama 5 hari sebagai
hukuman. Aku tidak sengaja menemukan gua ini dan ukiran di dinding Shi-ba-fu (18 ayunan
kampak). Ilmu silatku belum sampai pada tahap itu maka aku tidak bisa menguasainya. Jika kau
berminat, kau boleh mempelajarinya tapi aku berharap setelah kau pergi, tutuplah gua ini agar
tidak ada orang yang mengetahuinya.
Aku mempunyai kesulitan tersendiri maka tidak bisa menemuimu dengan wajah asliku. Jika aku
sudah menyelesaikan masalah ini, baru aku akan menemui kakak.
Di bagian akhir surat tertulis cara menutup gua.
Ruan-wei mengikuti cara tersebut, dia meloncat setinggi orang. Sekarang dia berada di sisi
telinga Budha. Di dalam telinga Budha ada 2 rantai sebesar tangan. Rantai besi kiri lebih panjang
2 meter di bandingkan rantai besi kanan. Dia menarik rantai sebelah kanan sekitar 3 meter,
terdengar suara HUUUUU! Pintu gua tertutup kembali.
Rantai besi kanan sekarang lebih pendek dari semula sekitar 3 meter. Dia tahu jika menarik
rantai kanan pasti gua akan terbuka kembali.
487 Dalam hati dia berpikir bagaimana kedua rantai ini bisa mengatur batu seberat ribuan kilogram.
Sebenarnya hal ini sangat mudah. Dulu Biksu Hai-tong menguasai ilmu silat tinggi, beliau juga
menguasai ilmu cara membangun rumah. Ketika dia memahat patung Budha duduk ini, dia
membuat gua ini sebagai tempat tinggal. Dia memahat Budha Ru-lai selama 90 tahun lebih, dia
tinggal di gua ini selama 90 tahun lebih.
Shi-ba-fu adalah ilmu silat yang didapat dari pengalaman hidupnya menggunakan kampak. Dari
pengalamannya beliau menciptakan ilmu silat tinggi ini. Begitu Shi-ba-fu dilancarkan, gerakannya
tidak berhenti seperti seorang tukang batu sedang mengukir patung Budha.
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'jika perempuan itu adalah adik Yi, dia tidak akan mengurungku
sampai 5 hari. Mengenai bakat adik Yi, hanya dia yang mempunyai bakat mencari gua rahasia ini."
Dia berpikir lama tapi tidak bisa mengambil kesimpulan apakah dia adalah adik Yi nya atau
bukan. Dia merasa jika perempuan itu bukan adik Yi, dia pasti orang yang mengenalinya maka dia
tidak ingin suaranya dikenali.
Akhirnya dia berpikir perempuan itu tidak ingin bertemu dengannya, untuk apa harus
memaksanya" Bulan delapan hampir habis, jika dia adalah adik Yi, dia akan pergi ke propinsi
Shan-xi ke kota Rui. Di sana dia pasti akan bertemu adik Yi. Begitu keputusan sudah diambil,
maka Ruan-wei tidak mencari perempuan itu lagi. Dia meloncat ke atas kepala Budha, melihat
tangga naik. Karena kepala Budha sangat tinggi, dari dinding gunung dia harus meloncat 2 kali
baru sampai. Tangga itu dibuat sangat kasar tapi sangat kokoh, meski memakai tenaga, perempuan
berpakaian merah itu pun tidak mungkin bisa membuatnya. Sepertinya perempuan berpakaian
merah itu tinggal di sini, dia tidak sendiri pasti dia mempunyai teman, baru bisa membuat tangga
di dinding gunung yang berliku-liku. Dia lari ke puncak, di puncak banyak berserakan senjata. Di
samping senjata ada darah yang sudah mengering. Ruan-wei menduga semua senjata itu tentu


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

milik pendekar-pendekar yang datang beberapa hari lalu, apakah mereka terbunuh"
Sambil menggelengkan kepala, dia teringat pada perempuan berpakaian merah yang menepis
putus tangan 'Duan-men-jue-hu-dao' Huang Wen-kai. Yang sebenarnya itu tidak perlu
dilakukannya. Apakah 'Pai-gu-xian' Song Ming-jin terkena bencana" Jika dia sampai terbunuh,
benar-benar keterlaluan! Melalui tangga itu dia turun gunung sampai ke kaki gunung, di suatu tempat yang sangat
terpencil, di dalam hutan ada sebuah perahu. Ruan-wei tahu perahu ini ditinggalkan oleh
perempuan berpakaian merah itu untuknya. Dia benar-benar bingung, siapakah perempuan itu"
dia mengatur semuanya untuk Ruan-wei dan sama sekali tidak berniat jahat kepadanya. Tapi dari
tingkah lakunya, terlihat dia adalah perempuan yang sangat kejam dan suka berbuat semaunya.
Ruan-wei kembali ke kota Le-shan-cheng. Dia tidak tinggal lama di sana, setelah mengambil
Bai-ti-ma di penginapan, dia segera kembali ke Hu-nan dan berpikir sebelum Tiong-qiu
(pertengahan bulan 8), dia akan kembali ke pengawalan perjalanan Nan-bei terlebih dulu.
Kuda berlari sangat cepat, hanya dalam jangka waktu satu bulan dia sudah tiba di Luoyang.
Ketika kantor pengawalan perjalanan Nan-bei mengetahui wakil ketua mereka sudah pulang. Tuan
Ouwyang menyambutnya. 'Da-li-shen-ying' Zheng Xue-sheng yang tidak senang bicara, terus memuji Ruan-wei, apalagi
Ding Zi-guang selalu tertawa.
Saat jamuan yang diadakan Ouwyang Zhi-xuan untuk Ruan-wei, ZhengXue Sheng berkata:
"Aku dipercaya menjadi ketua kantor pengawalan perjalanan oleh Tuan Ouwyang, sekarang aku
merasa kemampuan kakak Ruan di atasku, maka aku mempromosikan jabatan ini untuk kakak
Ruan. bagaimana pendapat tuan Ouwyang?"
Ruan-wei dengan gugup berkata:
"Ini... ini... tidak... tidak bisa!"
Zheng Xue Sheng berkata: "Kakak Ruan jangan menolaknya! Aku bukan berpura-pura, aku sungguh-sungguh, aku rela
bekerja di sisi kakak Ruan. Dengan kemampuan kakak Ruan, pasti akan membuat pengawalan
perjalanan Nan-bei lebih sukses lagi."
Ouwyang Zhi-xuan tertawa:
488 "Lao Zheng adalah orang jujur, apa yang dia pikirkan pasti akan diungkapkan. Dia
mempromosikanmu. Bagaimana" apakah kakak Ruan-wei mau menerimanya?"
Ding Zi-guang ikut bicara:
"Kakak Zheng sudah mengeluarkan kata-kata ini, misalnya sampai ditolak oleh kakak Ruan,
menurut perkiraanku, malam hari ini dia pasti tidak akan bisa tidur. Lebih baik kakak Ruan
menerimanya!" Mereka bertiga seperti sudah berencana ingin Ruan-wei menjadi ketua pengawalan perjalanan
ini. Ruan-wei sangat berterima kasih kepada mereka. Dia berkata:
"Bukan aku ingin menolak kepercayaan kalian, aku masih memiliki dendam yang belum dibalas.
Begitu dendamku terbalas, aku akan mengabdi di sini!"
"Siapa musuhmu?" tanya Ouwyang Zhi-xuan.
"Shi-san Gongzi Tai-bao!" Ding Zi-guang terkejut:
"Shi-san Gongzi Tai-bao! 13 siluman ini sudah lama tidak terdengar nama mereka, dan mereka
sudah lama tidak muncul di dunia persilatan!"
"Aku berkelana di dunia persilatan untuk mencari mereka, untuk membalas dendam ibuku tapi
aku sama sekali tidak berhasil menemukan jejak mereka!"
Ouwyang Zhi-xuan menasehati:
"Jangan khawatir, kelak semua anggota kantor pengawalan perjalanan Nan-bei akan
membantumu mencari tahu keberadaan 13 siluman itu."
Ruan-wei sangat berterima kasih, dia berhenti sebentar lalu berkata:
"Aku ada keperluan pribadi dan ingin berangkat besok pagi ke Shan-xi. Jika perjamuan hari ini
sudah selesai, aku akan pamit pergi!"
Perjamuan ini hanya terdiri dari 4 orang, mereka adalah Ouwyang Zhi-xuan, Ding Zi-guang,
Zheng Xue-sheng, dan Ruan-wei. Mereka mengetahui Ruan-wei tidak ingin tinggal lebih lama
maka mereka tidak mencoba menasehatinya lagi. Dengan sungguh-sungguh Ouwyang Zhi-xuan
berkata: "Kakak kecil, jika ada yang ingin dibantu, hanya dengan secarik kertas saja, pengawalan
perjalanan Nan-bei akan sekuat tenaga datang untuk membantumu!"
Dengan penuh perasaan Ding Zi-guang berpesan:
"Aku berharap setelah kakak Ruan membalas dendam, datanglah ke pengawalan perjalanan
Nan-bei!" Pepatah mengatakan: antara pahlawan pasti mengenal satu sama lain dengan baik. Maka
perjamuan ini berlangsung sampai jam 3 subuh. Setelah mabuk, mereka baru bubar untuk
beristirahat! Hari kedua pagi, ketika Ruan-wei mencuci muka, Ling Qi-xin tergesa-gesa masuk dan berteriak:
"Adik Wei, apakah hari ini kau akan pergi lagi?"
"Da-ge, aku ada janji sebelum Tiong-qiu ke Shan-xi. Sekarang sudah bulan 7, jika tidak
berangkat sekarang, aku takut tidak akan sempat kesana!"
Ling Qi-xin mengeluh: "Aku ingin berkumpul denganmu selama beberapa hari lagi, tapi kalau waktunya begitu mepet
aku tidak akan memaksamu, aku...."
"Ada apa, Da-ge?"
"Apakah kau tahu putri tunggal Tuan Ouwyang tidak di sini lagi?"
"Mengapa?" Ling Qi-xin bercerita: "Ketika aku pulang kemarin ini, aku melapor kejadian yang kita alami. Kita berhasil mengambil
kembali barang yang dirampok kepada tuan Ouwyang, waktu itu nona Ouwyang juga ada di sana.
Tuan Ouwyang terus memujimu, beliau tidak bertanya mengapa kau tidak pulang, malah nona
Ouwyang yang bertanya mengapa kau tidak pulang."
"Aku menjelaskan alasannya kalau kau ingin mencari tahu identitas perempuan berpakaian
merah itu. Nona Ouwyang berkata:
'Untuk apa mencari tahu, perempuan itu tidak mengenal Ruan-wei mengapa dia
mengembalikan barang yang nilainya sangat tinggi itu kepadanya. Apa Ruan-wei tidak akan
kembali lagi"' 489 "Aku tidak berbicara apa-apa, tapi aku sempat berpikir mengapa seorang gadis harus
mengurusi pribadi seorang laki-laki?"
"Tiba-tiba Nona Ouwyang marah besar dan berkata, 'Mengapa kau membantunya membuat
alasan untuk membohongiku"' Aku pikir ini sangat aneh, mengapa aku harus berbohong."
"Maka aku menjawab, 'Untuk apa kami harus membohongimu"'
"Baru saja aku selesai bicara, dia sudah menamparku dan berteriak, 'Aku harus tahu
sebenarnya! Aku harus tahu!' Aku tidak berani membalas, akhirnya Tuan Ouwyang membentak:
'Zhi-er! Kenapa kau ini"'
"Biasanya Tuan Ouwyang sangat sayang kepada putri semata wayangnya. Wajah Tuan
Ouwyang sangat marah tapi putrinya tidak takut. Tidak lama kemudian dia masuk ke pelukan
ayahnya dan menangis."
Ruan-wei tidak mengerti dan bertanya:
"Dia... dia menangisi apa?"
"Aku juga merasa aneh, terdengar dia sambil menangis berkata kepada ayahnya, Ayah, dia
membohongiku! Dia membohongiku... dia berjanji kepadaku 3 bulan kemudian akan pulang....'
Ruan-wei baru mengerti dan teringat ketika dia meninggalkan kantor pengawalan perjalanan,
nona Ouwyang pernah bertanya kepadanya dan dia menjawab 3 bulan kemudian dia akan kembali
dan mereka akan bertarung ilmu pedang. Ternyata Ruan-wei ingkar janji sehingga membuat Nona
Ouwyang marah. Maka sambil tertawa Ruan-wei berkata:
"Ternyata masalah ini, aku yang salah! Nanti jika bertemu dengannya, aku akan meminta maaf
kepadanya." Sebetulnya ketika itu Ruan-wei belum menyetujui permintaan Ouwyang Zhi maka Ruan-wei
mengaku salah. Tapi dalam hati dia tidak begitu memperhatikan hal ini.
Ling Qi-xin berkata: "Aku tidak tahu mengapa kau bisa membuat nona marah tapi aku berani bertaruh yang salah
adalah dia, maka aku tidak banyak bicara dan langsung pamit keluar. Pada hari kedua, aku
mendengar dia meninggalkan kantor pengawalan perjalanan Nan-bei dan pergi ke tempat
ibunya...." "Begitu aku datang, aku sudah merasa aneh mengapa aku belum pernah melihat Nyonya
Ouwyang, ternyata Nyonya Ouwyang tidak ada di sini!"
"Apakah kau tahu siapa Nyonya Ouwyang?" tanya Ling Qi-xin
"Mana aku tahu?" Ruan-wei tertawa.
"Nyonya Ouwyang adalah salah satu dari 4 cantik dari dunia persilatan, Kun-yi-nu Cui-pei!"
Ruan-wei terkejut: "4 cantik dari dunia perilatan!"
Dia tahu siapa saja yang disebut 4 cantik dunia persilatan, karena sejak kecil Ruan Da-cheng
sering bercerita kepadanya, tidak disangka Nyonya Ouwyang adalah salah satu dari 4 cantik yang
belum pernah ditemuinya! Mengapa tidak terdengar kabar tentangnya, akhirnya diam-diam
menikah dengan 'Wu-ying-jian' Ouwyang Zhi-xuan.
"Apakah adik Wei tahu siapa saja 4 cantik dari dunia persilatan?" tanya Ling Qi-xin.
Diam-diam Ruan-wei tertawa, 'Ibuku adalah salah satu dari 4 cantik dunia persilatan, masa aku
tidak tahu!" Tapi dia tidak berniat menjelaskannya kepada Ling Qi-xin, dia hanya tertawa sambil
mengangguk. "Nona Ouwyang pergi ke tempat ibunya, bukankah ini sangat biasa?"
Tapi Ling Qi-xin menggelengkan kepala:
"Memang nona pergi ke tempat ibunya adalah hal biasa, tapi kali ini dia bersumpah jika dia
pulang, dia akan mengalahkanmu. Maka kau harus berhati-hati kepadanya!"
Dia sangat memperhatikan keselamatan Ruan-wei. Tapi Ruan-wei malah tertawa:
"Bukan karena aku percaya diri, memang ilmu pedang Nona sangat kuat tapi dia tidak akan
bisa mengalahkanku. Da-ge tidak perlu khawatir walaupun kelak dia bertemu denganku, aku tidak
akan takut kepadanya!"
' Ling Qi-xin dengan nada khawatir berkata:
490 "Nyonya Ouwyang sangat menyayangi nona. Jika dia menyuruh ibunya mencarimu,
bagaimana" Memang Adik Wei bisa menang dari nona, tapi belum tentu bisa menang dari
Nyonya!" "Kalau aku bertemu dengan Nyonya, aku akan berusaha tidak bertarung dengan beliau. Aku
kira dia adalah tetua dunia persilatan, dia tidak akan membuatku susah!"
Ling Qi-xin mengeluh: "Kau belum tahu bagaimana nyonya memanjakan nona, apa pun yang diinginkan putrinya,
beliau pasti akan menurutinya. Kecuali kalau kau meminta maaf dan mengaku salah padanya,
kalau tidak, jangan harap beliau .ik.m melepaskanmu!"
Ruan-wei tertawa: "Jika sampai harus bertarung, belum tentu aku akan kalah di tangan nyonya!"
Ling Qi-xin menggelengkan kepala:
"Kau salah menafsirkan ilmu silat Nyonya!"
Diam-diam Ruan-wei berpikir, 'aku hanya mendengar 4 cantik di dunia persilatan sangat cantik
tapi aku tidak pernah mendengar ilmu silat mereka sangat tinggi. Seperti ibuku, ilmu silatnya
biasa-biasa saja!" Karena itu dengan nada tidak percaya dia berkata:
"Walaupun ilmu silatku tidak begitu tinggi, aku kira aku tidak akan kalah di tangan mereka.!"
"Apakah kau tahu mengapa pengawalan perjalanan Nan-bei belum pernah kehilangan barang?"
Dalam hati Ruan-wei memang pernah merasa aneh karena di kantor pengawalan perjalanan
Nan-bei tidak ada orang kuat, dunia persilatan begitu kacau mengapa barang mereka tidak pernah
dirampas" Ini memang aneh, apakah ada sebabnya"
Ling Qi-xin berkata lagi:
"Dulu ketika pengawalan perjalanan Nan-bei baru dibuka, ketika itu aku masih kecil tapi aku
sudah berada di sini. Awalnya tidak ada orang yang mau menitipkan barang. Kemudian kantor ini
menerima 2-3 barang titipan, begitu diantar, di tengah perjalanan semua barang dirampas...."
"Ternyata pengawalan perjalanan Nan-bei awalnya sering kehilangan barang!"
Ling Qi-xin menggelengkan kepala:
"Bukan hilang, karena setelah setengah bulan, barang-barang itu dikembalikan dengan
utuh...."jelas LingQi-xin.
"Masa ada hal begitu mudah?"
Ling Qi-xin mengenang masa lalu:
"Aku teringat ketika itu nyonya masih ada di kantor pengawalan perjalanan. Barang hilang pada
hari kedua, tuan Ouwyang sangat cemas dan tidak tenang tapi Nyonya tidak cemas. Dia malah
menghibur tuan. Sore hari, nyonya mengganti baju ketat dan menunggang seekor kuda hitam,
beliau membawa sebuah pedang, beliau pergi...."
Ruan-wei berpikir, 'apakah hanya mengandalkan dia sendiri bisa mengembalikan barang yang
telah hilang tiga kali dalam waktu setengah bulan" Ini benar-benar tidak mungkin."
Ling Qi-xin berkata lagi:
"Pada hari ketujuh, nyonya pulang dengan wajah lelah. Beliau memberi tahu bahwa barang
yang dirampas akan kembali ke tangan pengawalan perjalanan Nan-bei dengan cepat. Semua
orang harus bekerja dengan tenang, kelak pengawalan perjalanan Nan-bei tidak akan kehilangan
barang yang"dibawanya lagi!"
Ruan-wei menarik nafas: "Benar-benar sangat sombong!"
"Memang kata-katanya membuat orang tidak percaya. Pada hari kedelapan, barang yang hilang
diantar kembali. Mereka dari perkumpulan ternama. Mereka mengutus 4 pesilat dan ketua berbaju
emas datang...." "Mereka datang sebagai tamu?" tanya Ruan-wei.
Ling Qi-xin menjawab: "Tadinya kami mengira mereka datang hanya untuk mencari
keuntungan tapi mereka datang mengantarkan plakat perak Zheng-yi-bang, dan simbal emas dari
Tian-zheng-jiao. mereka juga berkata, 'Jika ada orang yang berani menyerang pengawalan
perjalanan Nan-bei, keluarkan barang-barang ini, melihat barang-barang ini seakan melihat
pemiliki benda-benda ini!"
491 "Berarti dua perkumpulan memberi benda yang mewakili mereka dan berarti pengawalan
perjalanan Nan-bei berada dalam perlindungan 2 perkumpulan."
Ling Qi-xin berkata dengan suara keras:
"Betul! Hanya beberapa hari saja, kabar ini sudah tersebar luas dan semua orang tahu
pengawalan perjalanan Nan-bei mempunyai 2 pelindung kuat maka tidak ada orang yang berani
merampok pengawalan perjalanan Nan-bei lagi!"
Ruan-wei menarik nafas: "Berarti siapa yang berani merampok barang milik pengawalan perjalanan Nan-bei, mereka
akan bermusuhan dengan 2 perkumpulan ini. Bagaimana cara Nyonya bisa membuat 2
perkumpulan lurus dan sesat ini bisa melindungi pengawalan perjalanan Nan-bei?"
"Kami juga tidak tahu karena apa, belakangan ada gosip dunia persilatan, kami baru tahu apa
sebabnya!" kata Ling Qi-xin.
"Apa sebabnya?"
Ling Qi-xin terus menjelaskan:
"Ternyata setelah kehilangan barang, Nyonya tidak langsung mencari barang yang hilang, dia
pergi mengunjungi Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang. Katanya setelah nyonya sampai di pusat
kantor Tian-zheng-jiao dan Zheng-yi-bang, dia mengajak 2 ketua perkumpulan ini bertarung...."
Dengan serius Ling Qi-xin berkata:
"Ketua Zheng-yi-bang Lu Nan-ren dan ketua Tian-zheng-jiao Xiao-wu kalah di bawah ilmu
pedang nyonya!" Ruan-wei terkejut: "Apa betul?"
"Hal ini pasti tidak salah, kalau tidak hanya dengan mengandalkan muka suami istri Ouwyang,
mereka tidak akan bisa mempengaruhi 2 perkumpulan besar ini untuk melindungi pengawalan
perjalanan Nan-bei dan juga tidak mungkin dalam waktu 3 hari mereka mengembalikan barang
yang telah dirampok!"
Ruan-wei kebingungan, dia berkata:
"Pantas ilmu pedang Nona Ouwyang begitu lihai dan aneh, mungkin ilmu pedangnya
didapatkan dari nyonya!"
Ling Qi-xin menjawab: "Hanya nyonya yang sanggup mengajari ilmu pedang yang begitu bagus. Kali ini nona pergi ke
tempat ibunya pasti karena ingin belajar ilmu pedang yang lebih hebat lagi dari ibunya, maka adik
Wei harus berhati-hati!"
"Terima kasih atas nasehat Da-ge, aku mohon Da-ge memberi tahu tuan Ouwyang dan lain-lain
kalau aku pergi...."
Ling Qi-xin tampak ragu sebentar lalu berkata lagi:
"Adik Wei, tuan Ouwyang berharap kau tinggal di kantor pengawalan perjalanan ini maksudnya
adalah mencairkan dendam tanpa alasan. Beliau berharap jika nona kembali, begitu melihat kau
adalah orang yang sangat berguna bagi kantor ini, maka dia tidak akan menyulitkanmu lagi. Tapi
tidak disangka kau malah ingin pergi...."
Ruan-wei tertawa dingin: "Sifat nona Ouwyang yang seperti itu, apakah tuan Ouwyang membiarkan begitu saja?"
Ling Qi-xin menarik nafas:
"Nona sangat disayang oleh ibunya, tuan Ouwyang tidak berani memarahinya." Ruan-wei mulai
marah: "Mana ada gadis yang sifatnya seperti itu" Jika dia kembali untuk mencariku, katakan
kepadanya kali ini aku pergi ke Shan-xi kota Rui untuk mengurusi suatu hal, bukan karena takut
kepadanya!" Ling Qi-xin menggeleng-gelengkan kepala, dia juga tidak mengerti mengapa nona Ouwyang
selalu berseberangan dengan Ruan-wei tapi dia juga tidak bisa menahan kepergian Ruan-wei.
Maka dia meninggalkan tempat itu untuk memberitahu tuan Ouwyang.
Sore harinya setelah membereskan barang bawaan, Ruan-wei meninggalkan kantor
pengawalan perjalanan Nan-bei. Ding Zi-guang dan Ling Qi-xin mengantarnya sampai di
perbatasan kota Luo-yang.
492 Ketika Ruan-wei sampai di Shan-xi. hari telah memasuki bulan 8, Tiong-qiu masih ada beberapa
hari, perkiraan Ruan-wei untuk sampai di tempat kota/kampung Rui 2 hari lagi, maka Ruan-wei
dengan santai berjalan karena waktu yang ada masih panjang.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa hari ini orang-orang dunia persilatan atau orang biasa yang pergi ke kota Rui sangat
banyak, dalam hati Ruan-wei berpikir karena setahun sekali di keluarga Rui diadakan rapat akbar,
mereka selalu mengundang tamu.
Ruan-wei takut orang-orang Rui akan mengenalinya sebagai orang yang tahun kemarin telah
merusak rapat akbar dan mereka tidak memberi ijin masuk, maka sehari sebelum Tiong-qiu, dia
menyamar menjadi laki-laki setengah baya dengan mengandalkan keterampilan tangan yang
diajarkan oleh Xiao San-ye. Tidak ada orang yang bisa mengenalinya sekarang.
Keadaan kota Rui dengan keadaan satu tahun yang lalu tidak berbeda jauh. Ruan-wei berada di
antara para tamu yang masuk ke kota Rui. Karena penjaga kota Rui mengira dia adalah tamu yang
diundang maka mereka tanpa banyak bertanya langsung mengijinkannya masuk. Rapat akbar baru
akan dilaksanakan besok malam maka Ruan-wei dan para tamu diatur oleh keluarga Rui untuk
tinggal di penginapan Si-hai sekalian beristirahat.
Di penginapan Si-hai banyak orang yang datang dari berbagai perkumpulan. Zheng-yi-bang dan
Tian-zheng-jiao masing-masing mendatang-kan 4 pesilat dan ketua berbaju emas juga ikut. Aturan
kota Rui tidak mengijinkan murid mereka bergaul dengan dunia luar, tapi nama kota Rui sangat
berwibawa di dunia persilatan.
Sore hari, di penginapan Si-hai, diadakan jamuan besar-besaran. Semua tamu yang diundang
dalam rapat akbar bisa makan sampai kenyang. Sore harinya keluarga Rui menyuruh murid-murid
kota Rui membawa mereka ke lapangan tengah. Ruan-wei mengikuti para tamu sampai di
lapangan seperti tahun kemarin.
Setelah semua duduk, dari tengah lapangan keluar seorang laki-laki berusia sekitar 40 tahun
lebih. Perawakannya sedang, wajahnya bulat, kelihatannya dia adalah orang yang ramah.
Di sisi Ruan-wei adalah murid-murid dari 9 perkumpulan. Terdengar seorang murid Wu-dang
yang berusia sekitar 30 tahun lebih berkata:
"Lihat! Orang itu adalah adik sepupu Long-zhang-shen-gai, namanya adalah Rui Jing-rong."
Setelah itu dia seperti membanggakan diri karena menganggap dia sangat berpengalaman dan
pergaulannya luas. Seorang murid Zhong-nan-pai mungkin pertama kalinya datang ke kota Rui, dengan aneh dia
bertanya: "Apakah dia juga memiliki ilmu silat tinggi seperti Long-zhang-shen-gai?"
Murid Wu-dang ini tertawa:
"Jika semua orang memiliki ilmu setinggi Long-zhang-shen-gai, itu tidak akan berharga. Orangorang
di sini memang tidak mempunyai ilmu silat setinggi Long-zhang-shen-gai tapi semua
keluarga Rui menguasai ilmu silat sangat tinggi. Ilmu silat orang ini berada di atas kau dan aku!"
Seorang Biksu Shao-lin tidak terima dengan perkataan murid Wu-dang berkata:
"Belum tentu!" Murid Wu-dang ini tertawa dingin:
"Memang Shao-lin adalah perkumpulan paling besar di dunia persilatan tapi kemampuan ilmu
silatnya masih kalah jauh dari keluarga Rui."
Biksu Shao-lin marah besar tapi kata-katanya memang tidak salah dan mengingat dia adalah
tamu, maka terpaksa menahan emosi dan diam tanpa bersuara.
Harus diketahui kota Rui sudah ada sejak jaman Dinasti Zhou dan Shau-lin sudah ada sejak
jaman Dinasti Nan-bei. Kedua dinasti ini berjarak jauh. Karena aturan kota Rui sangat ketat maka
mereka tidak seperti Shao-lin bisa terkenal di dunia persilatan dan murid-murid Shao-lin ada di
mana-mana. Tapi bila dihitung dari berdirinya perkumpulan mereka di dunia persilatan, Shao-lin
pasti kalah. Melihat biksu Shao-lin hanya bisa diam, murid Wu-dang itu tertawa dingin dan tidak
meladeninya lagi. Ketika itu Rui Jing-rong yang gemuk sedang bertukar pendapat dengan seorang
Fu-ye mengenai perdagangan keluar kota Rui dan menghitung untung rugi perdangangan ini.
Setelah selesai bertukar pendapat, rapat akbar akan segera dimulai.
493 Maksud keluarga Rui mengundang tamu datang dari luar setiap tahunnya adalah supaya orangorang
tahu bahwa aturan keluarga Rui sangat ketat juga bersih, berbuat kesalahan pasti akan
dihukum. Tidak akan membiarkan keluarga Rui secara sembarangan melakukan sesuatu. Dari
tempat duduk keluarga Rui banyak yang mengadu, pembawa acara Rui Jing-rong sesuai petunjuk
dari Fu-ye, satu persatu masalah diselesaikan dengan baik. Hanya sebentar 10 masalah
pelanggaran diselesaikan dengan baik.
Hampir satu jam berlalu, pengaduan hampir selesai. Keadaan mulai sepi, jika tidak ada yang
mengadu lagi, maka rapat akan dibubarkan.
Tiba-tiba ada seorang pemuda berdiri di tengah-tengah lapang, dia berteriak:
"Mana Paman Tua" Mana Paman Tua?"
Dia memanggil dan mencari, tidak ada yang menyahut. Murid Zhong-nan bertanya pada murid
Wu-dang: "Dia memanggil siapa?"
Murid Wu-dang itu pelan dan serius menjawab:
"Long-zhang-shen-gai!"
Ruan-wei merasa aneh, mengapa adik Yi dan Lao Rui belum muncul. Mendengar pemuda itu
memanggil Lao Rui. Dia berteriak dan bertanya:
"Mengapa Kakak tahu dia memanggil Long-zhang-shen-gai?"
Murid Wu-dang itu melihat Ruan-wei, karena dia tidak mengenali Ruan-wei, dia menjawab:
"Tahun kemarin kau tidak kemari?"
"Aku pernah kemari."
Murid Wu-dang itu menarik nafas:
"Orang itu adalah putra pembawa acara tahun kemarin Jing-yu, dia bernama Ge-sheng!"
Ruan-wei mengingat dendam antara Long-zhang-shen-gai dengan Jing-yu. Dia terkejut dan
berpikir, 'dia adalah putra Jing-yu, kali ini dia datang pasti mempunyai niat yang tidak baik!'
Pemuda yang bernama Ge-sheng itu melihat tidak ada yang menyahut, dia langsung berkata:
"Para paman, tahun kemarin Fu-ye sudah menentukan bahwa Paman Jing-yuan dalam waktu
satu tahun ini harus menyelesaikan dua masalah, apakah kalian ingat?"
Tidak ada yang menjawab. Melihat keluarga Rui tidak ada yang mendukungnya, sepertinya
mereka melindungi Paman Jing-yuan dan teringat kembali pada kematian ayahnya dia mulai
marah dan berteriak: "Aku Ge-sheng, tidak pernah seperti kalian cepat lupa. Sekarang sudah satu tahun penuh
berlalu tapi Jing-yuan tidak ada di sini, dia melanggar apa yang telah ditetapkan oleh Fu-ye. Dia
telah bersalah, dosa apa yang harus dia tanggung?"
Dua kalimat terakhir diungkapkan dengan nada sangat sedih. Orang yang mendengar ini,
terpengaruh oleh kata-katanya juga diam-diam berpikir, 'mengapa dia begitu membenci Longzhangshen-gai Jing-yuan"'
Mereka tidak tahu kalau Ge-sheng menganggap kematian ayahnya disebabkan oleh Longzhangshen-gai, dia tidak mau tahu kalau ayahnya mati oleh Fu-ye penjaga kuil Ling-yin. Dia
merasa semasa hidup, ayahnya sangat membenci Paman Jing-yuan, apalagi satu hari sebelum
ayahnya meninggal, ayahnya sempat mengatakan dengan segala cara dia harus mempelajari
Long-xing-ba-zhang. Hari kedua dia mati oleh Fu-ye penjaga kuil Ling-yin. Menurut perkiraannya
walaupun Paman Jing-yuan tidak ada tapi hal ini berhubungan dengan Paman Jing-yuan yang
telah membuat ayahnya mati. Dia tidak bisa membalas dendam kepada paman Jing-yuan,
sekarang melihat ada sedikit celah, dia tidak akan melepaskan kesempatan ini begitu saja.
Tiba-tiba dengan penuh air mata dia berkata:
"Jing-yuan berbuat kesalahan, mengapa dia tidak dihukum" Jing-yuan telah berdosa! Mengapa
dia tidak dihukumi..." Suaranya semakin keras juga semakin sedih, benar-benar membuat orang
terharu. Seluruh lapangan tertutup oleh kesedihan. Keluarga Rui tahu malam ini jika Jing-yuan
tidak pulang untuk mengikuti rapat akbar, akibatnya pasti akan fatal. Dia melanggar aturan
keluarga Rui, harus dihukum. Tapi mengingat Jing-yuan adalah orang berpandangan lurus dan
tidak egois, tidak ada orang yang menginginkan dia dihukum. Maka walaupun Ge-sheng berteriakteriak,
tetap tidak ada yang mengeluarkan suara untuk mendukungnya!
494 Para tamu yang tahun kemarin pernah mengikuti rapat akbar, mengetahui hal ini, dalam hati
mereka berpikir, 'apakah mereka akan membiarkan dia berteriak dengan sedih" Apakah aturan
keluarga Rui benar-benar bisa dipercaya"'
Para tamu tidak seperti keluarga Rui mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Karena itu
kebanyakan tamu mulai merasa bergejolak tapi karena takut dengan wibawa keluarga Rui,
walaupun ingin mendukung Ge-sheng tapi mereka tidak berani mengemukakan pendapat mereka.
Ge-sheng berteriak lama tapi tidak ada yang menanggapi. Pembawa acara Rui Jing-rong
membentak: "Ge-sheng, kembali ke tempat! Apakah nama kakak Jing-yuan boleh kau sebut sembarangan?"
Ge-sheng menghapus air mata, dengan marah berkata:
"Jing-yuan bersalah, dia tidak boleh menjadi pemimpin kita, mengapa aku tidak boleh
menyebut namanya?" Rui Jing-rong dengan serius berkata:
"Kakak Jing-yuan telah salah apa" Berani-beraninya kau memarahi dia!"
Ge-sheng tetap dengan marah berkata:
"Semua orang melihat Jing-yuan tidak ada di sini berarti dia tidak melakukan 2 hal yang telah
Fu-ye pesan tahun kemarin, apakah dengan begitu dia tidak salah?"
"Mengapa kau tahu kakak Jing-yuan tidak melakukan 2 hal yang dipesankan Fu-ye?" tanya Rui
Jing-rong. Karena merasa benar Ge-sheng menjawab: "Kalau dia sudah melakukan hal yang dipesankan
Fu-ye, mengapa hari ini dia tidak ikut rapat, bukankah dia takut pada hukuman?" Rui Jing-rong
tertawa: "Dulu Fu-ye memberi waktu satu tahun. Nanti malam jam satu baru tepat satu tahun. Kau
mencemaskan apa, turunlah!"
Memang masih ada satu jam baru tiba di batas waktu. Ge-sheng tahu hal ini tapi karena
tergesa-gesa ingin membalaskan dendam ayahnya, sekarang ingin maju pun sulit, mundur pun
tidak mungkin. Kemudian dia berkata:
"Sekarang adalah rapat akbar, seharusnya dia sudah sampai, jika belum sampai dia harus
dihukum!" Rui Jing-rong masih terus memberi kesempatan, biar Ge-sheng tahu diri karena dia adalah
putra tunggal Jing-yu. Jing-yu adalah kakak sepupunya. Tapi Ge-sheng tetap tidak mau mundur,
hal ini membuat Rui Jing-rong marah.
Ge-sheng masih tidak tahu diri, dia masih berteriak:
"Coba kalian pikir apakah Jing-yuan harus dihukum?"
Teriakan Ge-sheng membuat Fu-ye marah. Dengan suara seperti lonceng dia berkata:
"Tangkap dia!" Segera keluar kelompok 2 keluarga Rui yang bertanggung jawab untuk menghukum, mereka
menangkap Ge-sheng. Ge-sheng terkejut. Dengan suara gemetar dia berteriak:
"Ge-sheng salah apa?"
Pelan-pelan Fu-ye berdiri, dengan sorot mata berwibawa dia berkata:
"Dalam keluarga Rui yang paling penting adalah menghormati orang yang generasinya lebih
tinggi. Kau telah tidak sopan, kesalahanmu sangat besar, kau harus diberi hukuman berat!"
Fu-ye duduk kembali. Perintah Fu-ye tidak berani dibantah Rui Jing-rong, terpaksa dengan
pelan-pelan dia berkata: "Ge-sheng tidak menghormati orang yang generasinya lebih tinggi, dia harus dihukum...."
Hukuman dari kesalahan ini biasanya adalah memotong sebelah tangan. Bila pembawa acara
mengumumkan hukuman, maka hukuman harus segera dilaksanakan. Wajah Ge-sheng menjadi
pucat, keringat dingin terus menetes. Dalam hati dia berpikir, 'Habislah aku!'
Saat yang tegang seperti ini terdengar suara keras berteriak: "Tunggu!"
Dari kerumunan keluar seorang pengemis tua berwajah kotak, bertelinga besar, dan berwajah
hitam, segera tempat itu menjadi ribut:
"Long-zhang-shen-gai datang!"
"Long-zhang-shen-gai datang...."
495 Di belakang Long-zhang-shen-gai Jing-yuan ada seorang perempuan yang sangat cantik!
Melihat perempuan itu, semua orang diam-diam memuji. Ruan-wei mengenal dia adalah Wen-yi.
Ruan-wei benar-benar senang, dia hampir ke tengah lapangan untuk menemui adik Yi.
Sampai di depan Fu-ye, Long-zhang-shen-gai memberi hormat, kemudian dia berjalan ke
depan, Long-zhang-shen-gai bertanya:
"Jing-rong, apa kesalahan Ge-sheng?"
Long-zhang-shen-gai segera bangun dan menjawab:
"Kakak Yuan, Ge-sheng menyerangmu dengan kata-kata kasar, Fu-ye akan memberinya
hukuman berat!" Long-zhang-shen-gai segera memberi hormat kepada Fu-ye:
"Lao Fu-ye, demi aku, ampunilah Ge-sheng kali ini!"
Fu-ye menggelengkan kepala:
"Aturan keluarga tidak boleh dilanggar. Ge-sheng tidak menghormati orang yang lebih tua,
tidak bisa diampuni!"
Long-zhang-shen-gai membela:
"Ge-sheng masih muda, tidak tahu apa-apa, maka aku berani memohon agar Fu-ye
mengampuni dia!" Fu-ye mulai marah: "Aturan keluarga Rui tidak boleh dibantah!"
Melihat Fu-ye marah, Long-zhang-shen-gai tidak berani bicara lagi. Di lapangan hening tidak
ada yang bersuara. Seorang keluarga Rui yang masih muda keluar, dia membawa sebilah golok
yang sangat tajam. Hukuman akan segera dilaksanakan.
Karena takut, gigi Ge-sheng terus gemeletuk dan mengeluarkan suara. Sekarang ini dia lupa
kalau Paman Jing-yuan adalah musuhnya. Dengan suara gemetar dia terus memohon:
"Paman, tolong aku! Paman, tolonglah aku...."
Alis Long-zhang-shen-gai berkerut, tiba-tiba dia berkata:
"Jing-yuan mewakili Ge-sheng menerima hukuman!"
Para hadirin belum mendengar dengan jelas apa yang dikatakannya, terlihat Long-zhang-shengai
dengan cepat memotong jari kelingking-nya. Lalu jari kelingkingnya diserahkan kepada
pembawa acara: "Jing-yuan bersalah, aku meminta maaf!" Dalam keluarga Rui, generasi tua jarang dihukum
kecuali yang menjadi ayah karena tidak mau putranya dihukum. Seringkah ayahnya mewakili
putranya menerima hukuman. Hukumannya akan lebih ringan. Tapi hubungan Long-zhang-shengai
dengan Ge-sheng adalah keponakan dengan paman, hal ini pertama kalinya terjadi.
Rui Jing-rong menerima jari pemberian Jing-yuan, dia menarik nafas panjang:
"Kakak Jing-yuan mewakili Ge-sheng menerima hukuman, Ge-sheng bebas dari semua
hukuman." Fu-ye pelan-pelan berkata:
"Ge-sheng, cepatlah berterima kasih kepada pamanmu!"
Ge-sheng sama sekali tidak menyangka pamannya akan berbuat seperti ini untuk menolongnya.
Dia sangat terpengaruh. Dia berlutut dan memeluk kedua kaki Long-zhang-shen-gai sambil
menangis: "Paman... Paman...."
Dia terus memanggil Long-zhang-shen-gai sampai-sampai kata terima kasih pun tidak sanggup
diucapkan. Dengan kain putih Long-zhang-shen-gai membungkus jari kelilingnya yang masih
mengeluarkan darah. Dia tertawa:
"Kembalilah ke tempatmu, rapat akbar belum selesai!"
Ge-sheng menurut dan kembali, wajahnya penuh air mata. Long-zhang-shen-gai dengan suara
keras berkata: "Karena Jing-yuan ada perlu maka datang terlambat, aku meminta maaf kepada hadirin!"
Pelan-pelan Rui Jing-rong bertanya:
"Kakak Yuan, tahun kemarin Fu-ye berpesan kepadamu agar menyelesaikan 2 hal penting,
apakah sudah selesai?"
496 Dengan hormat Jing-yuan menjawab:
"Aku sudah menyelesaikannya dengan baik!"
Dari balik baju dadanya dia mengeluarkan sebuah bungkusan. Begitu dibuka ternyata isinya
sepasang telinga manusia. Dia memberikan kepada Rui Jing-rong dan berkata:
"Telinga ini adalah telinga ketua Tian-mei-jiao Wan-miao-xian-ni. Tahun kemarin dia sudah
masuk kota Rui tanpa diundang, harap pembawa acara menerimanya!"
Segera para hadirin menjadi ribut. Yang perlu diketahui Tian-mei-jiao sangat terkenal,
perkumpulan ini mempunyai kedudukan sedikit di bawah Tian-zheng-jiao, begitu mudah Jing-yuan
memotong telinga ketua perkumpulan ini. Maka mereka semakin takut pada aturan kota Rui.
Mereka juga tidak mengerti mengapa kota Rui tidak mengijinkan perempuan asing masuk kota
mereka. Setelah Rui Jing-rong melihat sepasang telinga itu, dia bertanya lagi:
"Bagaimana dengan masalah yang satu lagi?"
Long-zhang-shen-gai menjawab:
"Tahun kemarin gadis yang berpura-pura menjadi seorang pemuda masuk kota Rui ini,
sekarang berada di belakang Jing-yuan, harap pembawa acara menjatuhkan hukuman untuknya!"
Ruan-wei menjadi tegang, dia takut mereka akan menikahkan adik Yi dengan keluarga Rui. Dia
melihat Wen-yi yang berpakaian perempuan, sama sekali tidak mirip dengan Wen-yi saat memakai
pakaian laki-laki. Dia lebih kurus juga terlihat sedih!
Rui Jing-rong pelan-pelan berkata kepada seorang murid keluarga Rui, dia segera membawa
seorang perempuan. Sambil tertawa dia mendekati Wen-yi:
"Nona, ikuti aku!"
Wajah Wen-yi sama sekali tidak ada ekspresi, dia ikut perempuan itu pergi. Dia juga seperti
mayat hidup. Hati Ruan-wei terasa sakit, terdengar murid Zhong-nan itu berkata lagi:
"Nona itu benar-benar cantik tapi sama sekali tidak terlihat ada kehidupan di matanya, benarbenar
disayangkan!" Murid Wu-dang juga mengeluh:
"Dulu aku pernah melihat dia berpakaian laki-laki, dia tidak seperti sekarang ini. Tidak disangka,
hanya dalam waktu satu tahun dia berubah menjadi seperti itu!"
Diam-diam Ruan-wei berseru:
"Adik Yi! Adik Yi! Apakah demi Da-ge kau harus menjadi seperti ini...."
Karena sedih, air mata Ruan-wei terus menetes. Untung perhatian semua orang sedang tertuju
ke lapangan maka tidak ada seorang pun yang memperhatikan dia, kalau tidak, orang-orang akan
merasa aneh mengapa seorang laki-laki dewasa tanpa sebab bisa begitu sedih.
Di lapangan Long-zhang-shen-gai sedang melaporkan kehidupannya menjadi pengemis selama
setahun ini, tidak lama kemudian perempuan itu membawa Wen-yi lagi. Perempuan itu berkata
kepada Rui Jing-rong dengan suara kecil, kemudian dia keluar.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah mendapat laporan dari perempuan itu, Rui Jing-rong berkata dengan suara keras
kepada Wen-yi: "Kau masih perawan, kau bisa menikah dengan laki-laki kota Rui, apakah kau setuju?"
Wen-yi menjawab dengan dingin:
"Setuju atau tidak, mengapa aku harus menikah dengan laki-laki keluarga Rui?"
"Karena kau masuk tanpa diundang ke kota Rui, jika kau tidak menikah dengan laki-laki
keluarga Rui, kau akan dihukum. Kau harus pilih salah satu, kau memilih yang mana?" tanya Rui
Jing-rong. Tanpa ekspresi Wen-yi menjawab:
"Aku tidak mau menikah dengan keluarga Rui...."
Rui Jing-rong marah: "Kalau tidak ingin menikah dengan keluarga Rui, kau harus merusak wajahmu sendiri!"
Wen-yi tertawa dingin: "Setelah merusak wajahku, apa gunanya?"
"Ini adalah aturan keluarga Rui, siapa suruh kau masuk kota Rui" Cepat pilih, kalau tidak, aku
akan menyuruh orang untuk merusak wajahmu!" perintah Rui Jing-rong.
Wen-yi membalikkan tubuh bertanya kepada Long-zhang-shen-gai:
497 "Lao Rui, kau berjanji kepadaku setahun kemudian kita akan bertemu, aku datang dari jauh,
tidak disangka keluarga Rui meladeni aku dengan cara seperti ini, apa alasannya?"
Long-zhang-shen-gai dengan tidak tenang berkata:
"Aturan keluarga Rui sangat ketat. Lao Rui mengajakmu bertemu satu tahun kemudian
maksudnya adalah menasehatimu agar menikah dengan keluarga Rui. Maafkan aku tidak
memberitahu dulu kepadamu...."
Wen-yi menarik nafas: "Sebenarnya apa gunanya aku menikah dengan keluarga Rui, dia bisa mendapat tubuhku tapi
tidak hatiku...." "Apakah kau setuju" Cepat jawab!" Rui Jing-rong membentak.
Pelan-pelan Wen-yi berkata:
"Hidup bersama hanya bisa dengan hati yang saling mencintai...."
Rui Jing-rong tidak sabar lagi dan marah:
"Saling mencintai" Jika kau tidak menjawab, jangan salahkan kalau aku tidak sopan!"
Wen-yi mengangkat kepala, dengan sedih melihat Rui Jing-rong:
"Jika kau ingin aku menikah dengan keluarga Rui, baiklah!"
Rui Jing-rong tertawa: "Keluarga Rui tidak akan merugikanmu, kau pasti akan mendapatkan kebaikan...."
Dia berhenti bicara kemudian melihat semua orang dan berkata:
"Aku umumkan di depan semua pendekar, perempuan ini kelak adalah...."
Ketika dia akan mengumumkan Wen-yi menjadi orang kota Rui, tiba-tiba ada yang membentak.
Dari kerumunan para tamu muncul seseorang, dia berdiri di tengah-tengah lapang. Dengan suara
seperti lonceng berkata: "Nanti dulu!" Semua orang melihat ke arah sana, dia adalah seorang laki-laki setengah baya, wajahnya
sangat biasa, tidak ada orang yang mengenalinya. Semua orang merasa aneh mengapa orang itu
berani membuat onar di keluarga Rui"
Rui Jing-rong juga tidak mengenalinya. Begitu dia meloncat dari tempat para tamu, dengan
nada sangat hormat dia bertanya kepada Wen-yi:
"Apakah kau setuju menikah dengan keluarga Rui?"
Wen-yi tidak bisa mengenali orang yang ada di depannya adalah Ruan-wei. Dengan dingin dia
menjawab: "Setuju atau tidak setuju" Benar atau tidak benar?"
Ruan-wei melihat wajah Wen-yi yang kurus, dia benar-benar ingin memanggilnya adik Yi tapi
dalam situasi seperti itu, dia tidak berani memanggil juga berusaha menahan gejolak hatinya.
Pelan-pelan dia berkata: "Jika di dalam hatimu setuju berarti itu adalah benar. Tapi jika di dalam hatimu tidak setuju,
berarti itu adalah salah!"
Tadinya masalah ini hampir selesai, orang ini tiba-tiba keluar membuat keributan, maka Rui
Jing-rong marah besar: "Siapa kau, datang-datang membuat keributan!"
Ruan-wei sama sekali peduli pada Rui Jing-rong, kedua matanya bersorot lembut:
"Jika kau tidak setuju, kau tidak perlu menikah dengan keluarga Rui."
Rui Jing-rong membentak: "Setuju atau tidak, dia harus menikah dengan keluarga Rui, untuk apa kau mencemas-kan dia?"
Ruan-wei .membalikkan tubuh, dengan marah berkata:
"Siapa bilang?"
Rui Jing-rong menjawab dengan santai:
"Karena aturan keluarga Rui semua tahu dia harus menikah dengan keluarga Rui, apakah Tuan
ingin melihat wajah cantiknya menjadi buruk rupa?"
Dengan gagah Ruan-wei melindungi Wen-yi di belakangnya dan berteriak:
"Jika dia tidak setuju, tidak ada orang yang boleh memaksanya!"
Rui Jing-rong tertawa dingin:
"Maksud tuan, jika nona ini tidak setuju, tidak ada yang bisa memaksanya?"
498 "Betul! Jika dia tidak setuju, aku akan mengantarnya keluar kota Rui. Siapa yang berani
menghalangiku, dia adalah musuhku!" jawab Ruan-wei tanpa takut.
Mendengar Ruan-wei bicara begitu angkuh, semua orang terkejut dan tidak tahu siapa orang
itu, tapi berani-beraninya mengambil resiko bahaya ini untuk melindungi seorang perempuan.
Apalagi perempuan itu sama sekali tidak mengenalinya.
Tiba-tiba Wen-yi yang ada di belakangnya bertanya:
"Mengapa kau tahu aku tidak setuju?"
Suaranya tidak keras tapi karena malam itu hening maka terdengar jelas. Rui Jing-rong tertawa
terbahak-bahak: "Betul! Betul! Mengapa Tuan bisa tahu dia tidak setuju" Kata pepatah: anjing menangkap tikus,
mengurus masalah yang tidak ada hubungan dengannya."
Ruan-wei membalikkan tubuh melihat Wen-yi, dengan penuh air mata dia bertanya:
"Apakah kau benar-benar setuju menikah dengan keluarga Rui?"
Wen-yi melihat laki-laki setengah baya ini, dia merasa aneh mengapa orang ini begitu
memperhatikannya, maka dia bertanya balik:
"Siapa kau?" Rui Jing-rong takut akan ada perubahan, dia segera berpesan kepada 2 orang murid kota Rui
untuk pergi ke lapangan mengusir Ruan-wei keluar dari kota Rui.
Dua murid ini tidak tahu kehebatan Ruan-wei. Begitu sampai di belakang Ruan-wei, mereka
mengeluarkan tangan dan siap menangkap Ruan-wei agar bisa dibawa keluar dari lapangan itu.
0-0-0 BAB 117 Ayah dan anak bertemu tapi tidak saling mengenal
Ruan-wei merasa ada orang yang menyerangnya dari belakang tapi dia adalah seorang
pemberani dan berilmu silat tinggi, dia sama sekali tidak melihat ke belakang, hanya menjawab
pertanyaan Wen-yi: "Jangan tanya siapa aku, jawab saja apakah kau benar-benar ingin menikah dengan keluarga
Rui?" Orang-orang keluarga Rui semua memiliki ilmu silat tinggi, kedua orang tadi sebenarnya
menyerang dengan cepat dan hampir menangkap Ruan-wei tapi tiba-tiba tangan Ruan-wei
mengayun ke belakang. Ayunan ini adalah salah satu dari jurus Long-xing-ba-zhang. kedua orang
ini tidak sempat menghindar, mereka terbanting ke bawah dan nadi mereka tertotok.
Orang-orang di sana sangat terkejut. Kecuali Long-zhang-shen-gai, tidak ada yang tahu ilmu
silat apa yang Ruan-wei gunakan.
Wen-yi sendiri juga tidak tahu keunikan jurus tadi, dia hanya menangis dan bertanya:
"Beritahu aku, siapa kau?"
Long-zhang-shen-gai menarik nafas panjang:
"Dia Ruan-wei, masa kau tidak tahu?"
Jurus Long-xing-ba-zhang hanya Long-zhang-shen-gai yang menguasainya, dia belum pernah
mengajarinya kepada siapa pun kecuali Ruan-wei. Dia hanya menguasai 5 jurus. Sekarang tidak
sengaja Ruan-wei mengeluarkan satu jurus, otomatis Long-zhang-shen-gai langsung mengetahui
siapa dia! Mendengar Ruan-wei ada di depannya, Wen-yi langsung terpaku. Ruan-wei tidak menutupnutupi
lagi, dengan lembut dia berkata:
"Adik Yi, aku adalah Ruan-wei, aku adalah Da-ge!"
Dalam keterkejutannya, Wen-yi teringat cerita Gongsun Lan tentang Ruan-wei, dia benci karena
Ruan-wei selingkuh, tiba-tiba dia berteriak:
"Siapa bilang aku tidak mau menikah dengan keluarga Rui?"
Melihat Ruan-wei memiliki ilmu silat tinggi, Rui Jing-rong juga tidak berani menyuruh orang
menangkap Ruan-wei untuk mengusirnya. Dia tertawa dan menyindir:
"Benar-benar lucu, orang lain setuju menikah, dia datang mengurusi hal yang bukan
urusannya, apakah kau juga menginginkan gadis ini" Benar-benar tidak tahu diri!"
499 Air mata Ruan-wei mulai menetes, dia sama sekali tidak mendengar sindirian Rui Jing-rong.
Dengan suara tercekat dia berkata kepada Wen-yi:
"Apakah kau benar ingin menikah dengan keluarga Rui" Apakah betul...."
Suara Ruan-wei semakin rendah, sampai terakhir tidak ada suara, hanya bibirnya saja yang
bergetar. Dia seperti tidak percaya Wen-yi akan menikah dengan keluarga Rui!
Wen-yi menahan hatinya yang sedih, melewati Ruan-wei dan berjalan ke depan Rui Jing-rong
berkata: "Aku setuju menikah dengan keluarga Rui!"
Rui Jing-rong senang dan memberi sambutan:
"Aku putuskan nona ini, mulai hari ini siapa pun yang menghinanya akan musuh keluarga Rui.
Besok aku akan menentukan siapa laki-laki yang pantas menjadi suaminya!"
Di tempat duduk keluarga Rui, duduk tetua-tetua keluarga Rui. Melihat Wen-yi sangat cantik
mereka ingin Wen-yi menjadi menantu mereka. Rui Jing-rong baru selesai bicara, sudah ada 7-8
orang keluarga Rui berdiri dan berkata kepada Rui Jing-rong:
"Kami memesannya untuk menjadi menantu!"
Melihat banyak yang menginginkan pernikahan ini, Rui Jing-rong tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Jangan cepat-cepat! Kita baru bicarakan nanti, kita baru bicarakan nanti...."
Di lapangan keluar beberapa orang murid Rui yang masih muda, mereka menggotong 2 orang
marga Rui yang tadi telah ditotok oleh Ruan-wei untuk diobati dan dibawa keluar lapangan. Tibatiba
Ruan-wei berkelakuan seperti orang gila, dia berlari sambil menggerakkan tangan, kemudian
dia berlari ke belakang Wen-yi dan menotoknya.
Wen-yi dalam keadaan sedih, dia sama sekali tidak melihat Ruan-wei datang untuk
menotoknya. Yang Ruan-wei totok adalah bagian punggung Wen-yi, segera Wen-yi jatuh ke
pelukan Ruan-wei. Ruan-wei menggendong Wen-yi dan berteriak:
"Tidak ada yang bisa menikah dengannya! Tidak ada yang bisa...."
Rui Jing-rong marah: "Apakah kau sudah bosan hidup" Kau menotok murid-murid keluarga Rui, itu termasuk
kesalahan yang tidak bisa dimaafkan, sekarang kau menculik orang. Cepat! Kalian tangkap orang
gila itu!" Dari belakang Rui Jing-rong keluar 10 orang lebih pesilat tangguh dari keluarga Rui.
Mereka mengeliling Ruan-wei, Wen-yi masih bisa bicara karena nadi bicaranya tidak ditotok, dia
berkata: "Letakkan aku ke bawah! Cepat pergi!" Ruan-wei benar-benar seperti orang gila, dia berteriak:
"Tidak ada orang yang bisa merebutnya dari sisiku!"
Sambil berteriak dia keluar dari kepungan orang. 10 orang lebih pesilat keluarga Rui bukan
sembarangan pesilat. Mereka dengan cepat berkumpul kemudian dengan cara masing-masing
menangkap Ruan-wei. Ruan-wei menggendong Wen-yi, hanya kakinya yang bisa bergerak. Dalam beberapa langkah,
dia bisa keluar dari kepungan pesilat-pesilat itu. Keluarga Rui melihat langkah-langkah Ruan-wei
yang aneh, mereka merasa terkejut. 10 orang pesilat tangguh merasa aneh dan terpaku!
Rui Jing-rong berlari mendekati mereka, dia menghalangi di depan Ruan-wei dan berteriak:
"Siapa kau" Dari mana perkumpulanmu?"
Karena langkah-langkah tadi adalah ilmu andalan dari ayah Wen-yi, Wen Tian-zhi. Langkahlangkah
kaki Wen Tian-zhi tidak tertandingi di dunia persilatan. Long-zhang-shen-gai sangat hafal
dengan langkah itu tapi Rui Jing-rong tidak mengenalnya. Karena dia tidak mengenal jurus-jurus
telapak dan langkah-langkah Ruan-wei yang aneh, maka dia bertanya.
Tapi Ruan-wei hanya menggendong Wen-yi, dia tidak meladeni pertanyaan orang lain. Kakinya
melewati Rui Jing-rong. Rui Jing-rong marah, karena berpikir dia memiliki ilmu silat yang hebat, maka kedua tangannya
dibuka dan mencengkram Ruan-wei.
Dalam hati berpikir, 'kau berada di depanku, apakah kau bisa kabur dari cengkramanku"'
500 Ketika Ruan-wei berada di depannya, dia langsung mencengkram tapi tidak kena. Begitu dia
melihat, Ruan-wei sudah ada di belakangnya.
Karena pengalaman ini, dia baru merasa Ruan-wei benar-benar memiliki ilmu silat yang tinggi.
Sekarang di kota Rui kecuali Lao Fu-ye dan kakak Jing-yuan, sepertinya tidak ada orang yang
sanggup menangkap Ruan-wei. Lao Fu-ye tidak boleh dikejutkan, maka dia berteriak:
"Jing-yuan, cepat tangkap dia! Kakak Jing-yuan tangkap dia...."
Hanya sebentar Ruan-wei sudah berlari 30 meter lebih. Walaupun terus dihadang oleh muridmurid
kota Rui, tapi dia tetap bisa keluar dari kepungan mereka. Long-zhang-shen-gai tidak ingin
menangkap mereka berdua, maka dia berdiri dan tidak bergerak. Hanya sebentar Ruan-wei dan
Wen-yi sudah menghilang. Setelah keluar dari kota Rui, Ruan-wei masih terus berlari karena dia takut masih ada orang
yang mengejar mereka dari belakang dan ingin Wen-yi terus berada dalam pelukannya. Tapi
sebenarnya dengan ilmu langkah kakinya, tidak akan ada orang yang sanggup mengejarnya. Dia
telah meninggalkan kota Rui.
Malam jam satu lewat, malam sudah larut dan angin sangat dingin, tiba-tiba Wen-yi berkata:
"Da-ge, apakah kau tidak mau aku menikah dengan orang kota Rui?"
Mendengar Wen-yi memanggilnya Da-ge, hatinya sangat senang. Dia memeluk Wen-yi lebih
erat lagi, dengan suara gemetar dia berkata:
"Kau... kau...jangan tinggalkan aku lagi...."
Wen-yi pelan-pelan berkata:
"Letakkan aku dulu!"
"Apakah kau tidak akan meninggalkan aku lagi?"
Wen-yi menarik nafas panjang:
"Kalau Da-ge tidak meninggalkan aku, aku juga tidak akan meninggalkanmu!"
Mendengar kata-kata Wen-yi, Ruan-wei sangat senang, dia menaruh Wen-yi di bawah, tapi dia
lupa membuka nadi Wen-yi yang masih tertotok dan tidak bisa berdiri. Karena itu Wen-yi terjatuh.
Wen-yi menjerit, wajah Ruan-wei menjadi pucat, dengan penuh perhatian dia berkata:
"Apakah sakit?"
Wen-yi menutup wajahnya, dia tidak menjawab pertanyaan Ruan-wei. Ruan-wei tidak tahu
apakah dia marah atau tidak, maka Ruan-wei segera berkata:
"Da-ge pantas mati! Da-ge pantas mati...."
Sesudah beberapa kali berkata seperti itu, baru terdengar Wen-yi berkata:
"Da-ge benar-benar tidak mempunyai hati nurani...."
Ruan-wei termenung, berpikir, 'mengapa aku tidak memiliki hati nurani"'
Terdengar suara Wen-yi pelan dan sambil tertawa:
"Da-ge bodoh! Bukalah nadiku dulu!"
Ruan-wei diam-diam berpikir, 'kenapa sejak tadi aku terus bicara dan tidak membuka nadinya,
pantas Wen-yi berkata aku tidak memiliki hati nurani.'
Nadi Wen-yi segera dibuka lalu dia berdiri dan berjalan. Ruan-wei segera berteriak dengan
cemas: "Kau... kau mau ke mana?"
Melihat dia begitu terburu-buru, dia tahu Ruan-wei benar-benar mencintainya, dia tidak akan
membuat Ruan-wei cemas lagi dan tertawa:
"Da-ge yang bodoh, apakah kita berdiri terus untuk tidur?"
Karena Ruan-wei terlalu tegang, maka dia mengetuk-ngetuk kepalanya dan berkata:
"Da-ge benar-benar kebingungan!"
Wen-yi memegang tangannya:
"Apakah kau benar-benar sayang kepadaku?"
Dengan bingung Ruan-wei menjawab: "Aku tidak tahu!"
Wen-yi marah dan membanting tangannya, terdengar Ruan-wei berkata:
"Tapi jika menyuruhku meninggalkanmu, mati pun aku tidak mau!"
Mendengar kata-kata ini, Wen-yi segera masuk ke dalam pelukan Ruan-wei dan berkata:
"Aku... aku., mati., mati... pun tidak akan meninggalkanmu...."
501 Wen-yi sekarang sudah tahu bagaimana hati Ruan-wei kepadanya, apa yang terjadi di kota Rui
tadi telah membuktikan isi hati Ruan-wei. Hal-hal lainnya dia tidak akan ingat lagi, dia tahu
sekarang Ruan-wei benar-benar mencintainya, itu sudah cukup.
Mereka berdua berjalan di pinggir kota-kota yang ada di kota Rui. Sepanjang jalan Ruan-wei
menceritakan semua hal yang dialaminya ketika mereka berpisah.
Setelah mendengar cerita Ruan-wei, dia tidak peduli lagi tentang perasaan cinta Gongsun Lan
kepada Ruan-wei, dia malah menyalahkan Ruan-wei yang tidak mempunyai perasaan kepada
Gongsun Lan. "Mulutmu berkata tidak peduli, tapi apa isi hatimu, aku tidak tahu?"
Wen-yi menarik nafas: "Aku marah kepadamu karena di kuil emas itu, kau menganggap aku adalah orang yang tidak
kau kenal, ternyata ketika itu kau hilang ingatan jadi aku tidak menyalahkan mu. Kakak Lan telah
berbudi terhadapmu, mana boleh aku cemburu kepadanya?"
"Apa benar kau tidak cemburu juga tidak membenci Kakak Lan?"
"Walaupun kau menikahinya, aku juga tidak akan membencimu, malah aku senang melihat
kalian bahagia."

Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah Ruan-wei sedikit merah, dia berkata dengan gagap:
"Aku... aku... mana mungkin menikah dengannya...."
"Kau tidak mau menikahinya... kau... ingin... menikah dengan... siapa...."
"Aku akan menikah denganmu," Ruan-wei sangat menyukai tawa Wen-yi maka dia menjawab
tanpa ragu-ragu. Mendengar kata-kata ini, Wen-yi sangat senang tapi juga merasa malu, maka dia tidak berani
bercanda lagi. Sampai di sebuah kota, hari sudah malam. Ruan-wei mencari sebuah penginapan. Mereka
memesan 2 kamar. Hari kedua pagi, Ruan-wei sudah mencuci wajahnya, dia kembali seperti Ruan-wei yang dulu.
Wen-yi memakai pakaian laki-laki lagi, mereka bersama-sama menunggang Bai-ti-ma dan
meninggalkan Shan-xi. Sekarang Ruan-wei ingin mencari Tuan Jian untuk memberitahu perjanian pertarungan antara
Tuan Jian dan biksu Harimau di Jun-shan. Dia ingat pernah bertemu Tuan Jian di rumah Paman
Zhong, sekarang dia harus pergi ke rumah Paman
Zhong-jing baru bisa mengetahui keberadaan Tuan Jian.
Semenjak bertemu Zhong-jing di kuil di Tibet dan menasehatinya agar kembali menjadi orang
biasa, Ruan-wei tidak pernah mengetahui keadaan Paman Zhong. Wen-yi juga memperhati-kan
masalah ini. Kali ini tujuan utama pergi ke Jin-ling adalah mencari Tuan Jian, kedua adalah
mengunjungi Paman Zhong. Maka dengan senang mereka terus berjalan ke arah Jin-ling.
Sesampainya di Jin-ling, pertama-tama Ruan-wei mengunjungi Gao-sheng untuk bertemu
dengan Kakek Xiao San-ye. Tapi menurut pelayan penginapan, Xiao San-ye sudah meninggalkan
penginapan sejak lama. Dia berjalan-jalan untuk menikmati sisa hidupnya. Karena tidak bertemu
dengan Xiao San-ye maka Ruan-wei menjadi sedih. Tapi mengingat sifat Kakek Xiao yang senang
bermain dan berjalan-jalan, dia telah kembali seperti semula.
Keluar dari Penginapan Gao-sheng, mereka langsung pergi ke rumah Zhong-jing. Rumah itu
sangat sepi, ring pintu sudah berkarat, kelihatannya rumah ini sudah lama kosong. Mereka
bertanya-tanya kepada tetangga sebelah, menurut mereka keluarga Zhong-jing sudah pindah satu
tahun lebih, berarti mereka meninggalkan rumah ini. Mereka mencari tahu ke mana pindahnya
keluarga Paman Zhong. Tetangga memberitahu kalau mereka pindah ke Jia-xing. Jia-xing berada
di mana mereka pun tidak tahu.
Ruan-wei merasa aneh mengapa Bibi Ling-lin harus pindah rumah, begitu Paman Zhong sudah
tidak menjadi biksu di Tibet, ke mana dia akan mencari keluarganya. Ruan-wei tidak tahu Ling-lin
pindah ke Jia-xing yang letaknya di mana.
Dia kebingungan dan tidak bisa mengambil keputusan.
Wen-yi tertawa dan berkata:
"Aku tahu mereka pindah ke mana."
Ruan-wei tahu Wen-yi adalah gadis yang pintar, maka dia segera bertanya:
502 "Kemana mereka pindah?"
"Katanya pusat kantor Zheng-yi-bang berada di Jia-xing, jika mereka pindah ke Jia-xing, bearti
mereka sudah berada dalam wilayah kekuasaan Zheng-yi-bang."
Mengingat alasan Paman Zhong meninggalkan keluarga adalah karena ketua Zheng-yi-bang Lu
Nan-ren ada main dengan Ling-lin. Sekarang Ling-lin pindah ke wilayah Zheng-yi-bang, supaya
lebih dekat dengan Lu Nan-ren, bukankah ini sudah terang-terangan" Mengingat hal ini, dia
marah: "Benar, Bibi Ling pasti pindah ke sana, hal ini... bukan hal yang baik!"
Wen-yi mengerti apa maksud Ruan-wei, dia menarik nafas:
"Belum tentu seperti yang kau perkirakan, kau harus mengerti Tian-zheng-jiao menguasai
banyak tempat. Jika tidak pindah ke wilayah Zheng-yi-bang, mereka tidak akan aman!"
Tapi Ruan-wei menganggap Ling-lin pindah ke wilayah Zheng-yi-bang supaya bisa lebih dekat
dengan Lu Nan-ren. Wen-yi memang sudah menjelaskan tapi dia tetap tidak bisa menerima dan
mengeluh: "Sekarang bagaimana keadaan Paman Zhong?"
Wen-yi juga tidak tahu bagaimana keadaan Paman Zhong seperti apa, dia terpaksa tertawa:
"Da-ge, sekarang kita pergi ke Jia-xing."
Ruan-wei mengangguk. Dia pikir mereka harus pergi ke Jia-xing, setelah di sana semua akan
menjadi jelas! Beberapa hari kemudian mereka sampai di Jia-xing. Beberapa kilometer lagi adalah pusat
Zheng-yi-bang. Dari jauh terlihat, kantor luas di bawah sinar matahari memancarkan kehijauan
penuh kehidupan. Masih berjarak sekitar 30 meter lagi, dari dalam hutan muncul beberapa orang yang kepalanya
dibungkus dengan kain abu. Yang satu berkata:
"Gunung hijau masih tetap ada."
Ruan-wei tidak bisa menjawab, dia kebingungan berdiri di sana. Wen-yi sangat lincah, dia
tertawa dan berkata: "Air yang hijau masih tetap mengalir."
"Teman datang dari mana?" tanya orang itu.
"Aku datang dari lembah selatan, aku ingin bertemu dengan ketua kalian!" sahut Wen-yi.
Tiga laki-laki yang kepalanya dibungkus kain abu saling pandang, karena mereka tidak tahu
lembah selatan berada di mana dan belum pernah mendengar tempat itu. Tapi sikap kedua orang
di depan mereka begitu gagah juga terpelajar, mereka tidak berani berbuat macam-macam.
Segera ada seorang laki-laki dengan sikap hormat berkata:
"Tamu yang terhormat, harap kalian menunggu sebentar, aku lapor dulu!"
Dia tergesa-gesa masuk ke dalam hutan, meninggalkan dua orang temannya. Tidak lama
kemudian, tiba-tiba dari dalam hutan keluar 3 kali suara petasan lalu keluar sebaris laki-laki
berpakaian abu dan di pinggang mereka terikat kain merah. Dalam barisan terdengar ada suara
keras: "Ketua menyambut dengan hormat kedatangan tamu dari lembah selatan!"
Diam-diam Ruan-wei merasa terkejut, dia tidak menyangka begitu Wen-yi mengatakan lembah
selatan akan terjadi perubahan begitu besar. Karena merasa aneh, dia melihat Wen-yi. Wen-yi
dengan nakal mengedipkan mata seperti berkata:
"Bagaimana, aku hebat kan?"
Suara yang berat dan besar itu baru selesai bicara, keluar seorang laki-laki tegap berwajah
kotak. Dia memakai baju perak. Begitu melihat Ruan-wei, dia terkejut dan berteriak dengan suara
kecil. Ruan-wei mengenalnya di rumah Zhong-jing dulu, dia adalah Tombak PerakTao-chu. Pada
waktu mereka bertemu dulu, tanpa sengaja dia memukul dan melukainya. Tanpa merasa bersalah,
Ruan-wei tertawa kepadanya. Di belakang Tao-chu keluar seorang laki-laki setengah baya tampan
juga luwes. Dia tertawa dan berkata:
"Kakak Tao, siapa yang datang?"
Tao-chu diam tidak menjawab. Ketika Ruan-wei melihatnya, hatinya bergetar. Laki-laki
setengah baya itu begitu melihat Ruan-wei, dia juga merasa terkejut.
503 Laki-laki setengah baya itu dan Ruan-wei saling pandang dengan diam. Tao-chu melihat
keadaan seperti ini, diam-diam merasa sedih. Dia tidak ingin melihat lagi dan membalikkan tubuh.
Dunia ini seperti tanpa suara, Wen-yi merasa aneh dan berkata:
"Aneh! Mengapa kalian berdua begitu mirip?"
Laki-laki setengah baya itu awalnya merasa terkejut, kemudian sambil tertawa dia bertanya
kepada Ruan-wei: "Kakak kecil ini apakah adalah murid Tetua Wen dari lembah selatan?"
Wen Tian-zhi sudah lama terkenal di dunia persilatan. Dari mulut pencuri selatan dan perampok
utara, laki-laki setengah baya ini pernah mendengar tentangnya. Sekarang dari lembah selatan
ada yang datang berkunjung pasti akan disambut dengan istimewa. Tapi Ruan-wei dengan gugup
menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan... bukan... bukan."
Laki-laki setengah baya itu tertawa dan berkata:
"Aku adalah ketua Zheng-yi-bang, Lu Nan-ren, apakah boleh tahu yang mana yang datang dari
lembah selatan?" Tiba-tiba Ruan-wei berteriak:
"Kau adalah Lu Nan-ren!"
Melihat Ruan-wei langsung menyebut namanya, walaupun tidak sopan tapi tetap dijawab:
"Betul!" Tao-chu membalikkan tubuh, dengan wajah penuh amarah dia membentak Ruan-wei:
"Kau... kau... mana boleh memanggil nama beliau begitu saja!"
Ruan-wei tertawa dingin: "Dia bukan raja mengapa tidak boleh memanggil namanya?"
Tao-chu ingin memberitahu orang yang ada di depannya adalah ayahnya, mana boleh langsung
memanggil nama. Tapi Tao-chu ingat pesan Tuan Jian, jangan memberitahu siapa Ruan-wei
kepada Lu Nan-ren, maka dia berusaha menekan emosinya.
Tapi begitu Wen-yi melihat Lu Nan-ren dan Ruan-wei sangat mirip, dia merasa dekat dengan
mereka. Dia sudah melupakan kata-kata Zhongjing kalau Lu Nan-ren adalah laki-laki yang doyan
perempuan. Wen-yi menjawab:
"Aku datang dari lembah selatan, kami sengaja mengunjungi Ketua!"
Lu Nan-ren tertawa sambil mengangguk:
"Tetua Wen adalah...."
"Beliau ayahku."
"Ayahmu sangat terkenal di dunia prsilatan, bisa berkenalan denganmu, benar-benar aku
merasa beruntung!" Wen-yi melihat ketua perkumpulan besar tapi ramah, dalam hati Wen-yi mengaguminya. Maka
perasaan akrab semakin bertambah. Sambil tertawa dia menjawab:
"Aku bermarga Wen, bernama Yi. Bisa bertemu dengan Ketua, aku juga merasa sangat
beruntung!" Dalam hati Ruan-wei menganggap Lu Nan-ren adalah laki-laki yang doyan perempuan.
Sekarang melihatnya akrab dengan adik Yi nya, Ruan-wei mulai mencurigai Lu Nan-ren, janganjangan
dia ingin memikat Wen-yi. Maka timbul rasa cemburu. Ruan-wei marah:
"Lu Nan-ren, di mana kau sembunyikan Bibi Ling?"
Lu Nan-ren terkejut dan bertanya dengan tidak mengerti:
"Bibi Ling yang mana?" Ruan-wei mulai marah:
"Dia adalah istri Paman Zhong, kau adalah ketua Zheng-yi-bang, tapi tidak disangka kau telah
mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain, apakah kau tidak merasa malu?"
Sekali membuka mulut, dia memarahi Lu Nan-ren. Hal ini membuat wajah Tao-chu menjadi
pucat. Diam-diam dia berpikir, 'bocah ini benar-benar pantas mati! Baru pertama kali bertemu, kau
sudah berani memarahi ayahmu!'
Lu Nan-ren mempunyai kemampuan menahan emosi, tapi setelah mendengar perkataan Ruanwei,
wajahnya mulai berubah. Dengan suara gemetar karena marah dia berkata:
"Kau... siapa kau" Mengapa kau sembarangan berkata dan memutuskan yang tidak-tidak?"
504 Ruan-wei mengira Lu Nan-ren takut sehingga suaranya menjadi bergetar. Biasanya orang yang
bersalah baru bersikap seperti itu maka dengan serius dan gagah dia berkata:
"Aku bernama Ruan-wei, aku nasehati, kau harus berpikir jernih, jangan menjadi orang berdosa
sehingga ditertawakan orang, dengan begitu nama baik Zheng-yi-bang akan jelek karena dirimu
dan tidak dipercaya lagi oleh masyarakat!"
Karena marah, Lu Nan-ren tidak sanggup bicara, dia menunjuk Ruan-wei dan berkata:
"Kau... kau...."
Tidak menunggu dia selesai bicara, Ruan-wei berkata lagi:
"Ruan-wei melihat kau adalah ketua Zheng-yi-bang maka aku berbaik hati memberitahumu.
Jika tahu salah, berubahlah. Bila kau berubah aku akan memaafkanmu. Cepatlah cari Paman
Zhong agar suami istri ini bisa rukun kembali. Aku tidak akan membuat masalah denganmu...
kalau tidak...." Tao-chu yang berdiri di sisi tidak tahu harus berkata apa, yang pasti dia tidak percaya kalau Lu
Nan-ren adalah orang seperti itu dan dia juga bisa memastikan Ruan-wei sudah salah paham. Dia
ikut berkata: "Bocah, semakin bicara kau semakin melantur, apakah kau tahu siapa dia...."
Ruan-wei melihat Tao-chu, dia tidak ingin tahu apa yang dimaksud Tao-chu. Dia berkata lagi:
"Hari ini kedatangan Ruan-wei kemari, pertama adalah untuk menasehati ketua Zheng-yi-bang
Lu Nan-ren yang sangat terkenal. Aku berharap karena kecerobohan ini, bisa mengubahnya
menjadi orang baik. Kedua, aku ingin mencari Bibi Ling dan menyampaikan beberapa pesan.
Sekarang dia tinggal di sini. Maaf, harap kau bisa memberitahu kepadanya, beberapa hari lagi ada
biksu bisu tuli yang bernama biksu Harimau, pada bulan 1 tanggal 1 akan bertarung dengan Tuan
Jian di Gunung Jun-shan...."
Setelah mendengar kata-kata ini, akhirnya Lu Nan-ren dengan terkejut berkata:
"Apa yang kau katakan?"
Ruan-wei menarik nafas dan berkata:
"Aku tidak ingin bicara apa-apa lagi, apakah kau mau mendengar nasehat ini atau tidak
terserah. Adik Yi, mari kita pergi!"
Dia langsung pergi, tidak ingin singgah lebih lama lagi di sana sekalipun hanya sedetik:
"Adik Yi!" Dia menarik tangan Wen-yi dan terbang ke atas kuda.
Lu Nan-ren benar-benar marah melihat Ruan-wei akan pergi, benar-benar penghinaan yang
luar biasa. Lu Nan-ren membentak:
"Diam di sana!"
Ruan-wei tidak ingin bermusuhan dengan Zheng-yi-bang, dia mengacuhkan bentakan keras Lu
Nan-ren dan pergi dengan Bai-ti-ma.
Lu Nan-ren tidak akan membiarkan Ruan-wei pergi begitu saja, dia akan mengejar, menangkap
Ruan-wei, membalas penghinaan tadi. Tapi Tao-chu beraksi cepat. Dia menarik Lu Nan-ren yang
sudah siap berlari. Dengan tergesa-gesa dia berkata:
"Ketua, biarkan dia pergi!"
"Mengapa?" "Umurnya masih muda, dia salah paham kepada Anda, untuk apa diladeni?" Lu Nan-ren marah:
"Lepaskan aku! Hal yang lain aku bisa maklumi, tapi hal ini tidak bisa. Aku harus
menangkapnya kembali aku harus menghajar-nya!"
Tapi Tao-chu tetap menarik Lu Nan-ren, dia tahu jika dia melepaskan tangannya, dengan ilmu
meringankan tubuh milik Lu Nan-ren, dia pasti akan bisa mengejar Ruan-wei. Bagaimana dia bisa
membiarkan ayah dan anak ini saling bertarung"
Melihat Tao-chu tidak melepaskan pegangan tangan, Lu Nan-ren marah, dengan sekuat tenaga
dia melepaskan diri dan siap mengejar. Dalam waktu yang terdesak ini, terpaksa Tao-chu berkata:
"Dia adalah putramu, jangan dikejar lagi!"
Setelah mendengar kata-kata ini, tubuhnya yang sudah berlari langsung berhenti. Lu Nan-ren
berteriak: "Dia putraku?" "Betul, dia adalah putramu yang sudah 10 tahun lebih tidak pernah Anda temui!"
"Apakah betul dia adalah putraku" Kita kejar dia... cepat kejar...."
505 Tapi Bai-ti-ma sudah menghilang, tidak terlihat jejaknya!
0-0-0 BAB 118 Keadaan jadi menyedihkan Sulit menebak pelakunya
Ruan-wei meninggalkan tempat Zheng-yi-bang dan terus berlari sampai ratusan kilometer baru
berhenti. Bai-ti-ma yang membawa mereka berlari tidak terlihat lelah, benar-benar seekor kuda
hebat. Ketika kudanya berlari lambat, tiba-tiba Wen-yi berkata:
"Da-ge, aku ingin pulang sebentar!"
"Apa" Kau ingin meninggalkan aku lagi?"
"Siapa bilang aku ingin meninggalkanmu?"
"Kau ingin pulang, berarti kau ingin meninggalkan aku."
Wen-yi tertawa terbahak-bahak:
"Kau benar-benar Da-ge yang bodoh! Kau boleh ikut aku pulang, bukankah kita tidak akan
berpisah?" "Apakah orangtuamu akan menyambutku dengan baik?"
Wen-yi ragu sebentar: "Aku tidak tahu apakah mereka akan menyambut baik kedatangan Da-ge, karena aku putri
kandung mereka tapi mereka tidak menyayangiku, apalagi kau?"
"Kalau begitu... aku tidak perlu ke sana...."
Wen-yi cemberut, dia pura-pura marah:
"Jika Da-ge tidak ikut, aku juga tidak ingin pulang!"
Ruan-wei dengan cepat menggoyangkan tangan:
"Mana boleh begitu! Kau sudah meninggalkan rumah 1 tahun lebih, kalau tidak pulang, itu
artinya tidak menghormati orang tua, pulanglah sebentar!"
"Kalau begitu, kakak akan menemaniku pulang bukan?" kata Wen-yi tertawa
Ruan-wei tahu sifat Wen-yi yang keras kepala. Kalau tidak setuju, dia benar-benar tidak akan
pulang, apalagi dia sendiri enggan berpisah dengan Wen-yi, terpaksa dia berkata:
"Baiklah, Da-ge akan menemani pulang!"
Karena senang, Wen-yi meloncat-loncat seperti anak kecil, dia hampir terbanting dari kuda.
Ruan-wei pura-pura marah sambil tertawa:
"Sudah dewasa masih seperti anak-anak, kau benar-benar tidak tahu malu!"
"Di sisi Da-ge aku ingin menjadi anak kecil yang polos...." Wen-yi tertawa.
Kata-kata Wen-yi mengandung makna yang dalam. Ruan-wei memeluk Wen-yi dengan erat dan
menganggap dia adalah anak kecil yang lucu....
Dalam waktu satu bulan, mereka sudah tiba di Guang-xi. Sejak dulu Ruan-wei ingin menikmati
pemandangan Guang-xi, sekarang sepanjang jalan mereka bisa menikmatinya. Hati Ruan-wei
benar-benar senang tapi begitu teringat pada Kakek Xiao San-ye, hatinya sedih lagi.
Hari ini mereka tiba di Liu Zou. Liu-zhou adalah tempat yang pemandangannya sangat indah di
Guang-xi, apalagi di sisinya ada kekasih yang menemani sambil menikmati pemandangan alam
yang indah, Ruan-wei juga merasa bahagia yang tidak bisa diungkapkan.
Sesampainya di Liu-zhou, mereka masuk ke sebuah penginapan. Ketika ingin tidur, Wen-yi
berkata: "Besok aku akan membawamu ke suatu tempat yang sangat aneh, sesampainya di sana Da-ge
pasti akan terkagum-kagum...."
Setelah itu Wen-yi tertawa lembut dan pergi. Dengan penuh kebahagiaan Ruan-wei berbaring
di atas ranjang, dia melihat langit-langit kamar, tiba-tiba dia teringat sebuah kalimat, segera
wajahnya berubah dan dia duduk kembali.


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terlihat dia berbicara sendiri:
"Kalau terlalu senang akan terjadi kesedihan, apakah aku akan...."
Mengingat cerita Kakek Xiao San-ye, tempat, keadaan semua cocok dengan ceritanya. Bulu
kuduknya meremang, dia duduk termenung.
506 Hari kedua pagi, Ruan-wei berubah total, Wen-yi tidak merasakannya, dia masih tertawa dan
berkata: "Da-ge, mari kita pergi!"
Mereka berdua tetap menunggang seekor kuda, setelah keluar dari kota Liu-zhou, sekitar 10
kilometer lebih di depan ada batu-batu aneh. Pemadangan itu seperti sekuntum bunga teratai
hijau, setiap helai bunga tertutup oleh awan yang tipis, benar-benar seperti tempat tinggal dewa
dewi. Wen-yi menunjuk pemandangan batu dan berkata:
"Gunung ini disebut Gunung Qing-lian (teratai hijau). Setelah masuk ke sana kau akan tahu
keunikan gunung ini. Di dunia ini jarang ada yang berani melewatinya."
Ruan-wei teringat musuh kakek Xiao San-ye tinggal di gunung ini. Suaranya mulai gemetar
berkata: "Apakah... rumahmu... rumahmu...berada di sana?"
Dia berharap Wen-yi menjawab bukan tapi Wen-yi malah tertawa berkata:
"Kenapa Da-ge bisa tahu?"
Segera wajah Ruan-wei berubah. Wen-yi segera merasa aneh dan berkata:
"Da-ge! Da-ge! Apa yang terjadi padamu...." Kemudian pelan-pelan' meraba dahi Ruan-wei dan
berkata: "Apakah kau sakit?"
Ruan-wei berusaha menahan hatinya yang sedih dan berpikir, jika ingin membalaskan dendam
kakek jangan emosi dulu jika bukan Wen-yi yang membawanya masuk, tidak mudah masuk ke
lembah sana.' Dia tertawa dengan terpaksa:
"Tidak... tidak ada apa-apa... hanya sedikit tidak enak tubuh."
Wen-yi tertawa: "Tidak apa-apa, setelah sampai di rumahku, aku akan memberi obat buatan ayah. Aku jamin
kau akan segera sembuh!"
Kemudian dia terus bercerita tentang keahlian ayahnya. Harus diketahui Lembah Selatan Wen
Tian-zhi adalah orang yang sangat berbakat, semua dikuasai dengan baik, pantas Wen-yi terus
memuji ayahnya! Ruan-wei dengan sedih melihat Wen-yi, dalam hati dia menarik nafas:
'"Mengapa kau adalah putri musuh kakekku" Mengapa" Mengapa...
Mengingat nanti dia akan bermusuhan dengan Wen-yi, dari sudut matanya dia telah
meneteskan air mata. Wen-yi terus bicara, dia lupa Da-ge nya sedang sedih.
Ruan-wei mengikuti Wen-yi masuk formasi batu yang telah disusun Wen Tian-zhi. Tidak lama
kemudian mereka sudah berada di dalam lembah. Benar saja di dalam lembah ada sebuah rumah
batu yang pernah kakek ceritakan.
Belum sampai di rumah batu, dari dalam keluar seorang pak tua memakai baju pendeta. Pak
tua itu melihat kedatangan Wen-yi. Walaupun terlihat dia sangat tenang tapi dari mata dan
alisnya terlihat kalau dia sangat memperhatikan Wen-yi.
Melihat ayah yang sudah 1 tahun tidak ditemuinya, dia menjadi kurus. Wen-yi lupa ayahnya
sangat canggung kepadanya, dia masuk ke pelukan ayahnya, berteriak dengan manja:
"Ayah! Ayah! Putrimu sudah pulang...."
Dengan penuh kasih sayang Wen Tian-zhi mengelus-elus kepala Wen-yi dan berkata:
"Bangun, bangun Nak! Kau sudah besar, jangan sampai ditertawakan oleh temanmu...."
Mendengar sepertinya ayahnya tidak marah karena membawa Ruan-wei masuk lembah. Maka
dengan senang Wen-yi berdiri, wajahnya penuh tawa dia berkata:
"Ayah, aku kenalkan, dia adalah...."
Tiba-tiba Ruan-wei berkata dengan dingin:
"Tidak perlu dikenalkan, aku tahu namanya adalah Wen Tian-zhi!"
Wen-yi terkejut dan berkata:
"Da... Da-ge... jangan tidak sopan kepada ayahku...."
Ruan-wei membentak: "Kecuali tidak sopan, hari ini aku ingin membunuhnya!"
507 Air mata Wen-yi terus menetes:
"Kau... kau... kau berani!"
Wen Tian-zhi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak:
"Dunia ini benar-benar terbalik, aku tidak marah karena kau sudah masuk ke lembahku tanpa
ijin tapi kau masih ingin mencari keributan. Apakah kau kelebihan kepala dan tangan!"
Ruan-wei menunggu dengan serius: "Aku hanyalah seorang pelajar yang lemah tapi hari ini aku
harus mencabut nyawamu!"
Wen Tian-zhi merasa aneh: "Apakah aku ada dendam denganmu?"
Tiba-tiba Ruan-wei menyerang sambil menjawab:
"Betul! Dendam yang sangat dalam!"
Wen Tian-zhi menghindar dan bertanya: "Siapa kau?"
Ruan-wei seperti orang gila, kedua tangannya terus menyerang dan tidak menjawab.
Wen-yi sambil menangis juga berteriak:
"Da-ge, hentikan! Da-ge, hentikan...."
Suara Wen-yi tidak bisa menghentikan serangan Ruan-wei. Karena Wen Tian-zhi terus diserang,
dia juga melihat kelihaian ilmu telapak Ruan-wei, dia tidak peduli lagi apakah dia adalah teman
putrinya atau bukan. Maka dia mulai mengeluarkan langkah-langkah aneh juga berubah-ubah.
Kemudian kaki kirinya tiba-tiba menendang. Dalam hati dia berpikir, 'tendangan ini pasti tidak
akan bisa dia hindari!' Tapi Ruan-wei pernah belajar ilmu langkah-langkah 'Jiu-kong-lian-huan-bu' milik Wen Tian-zhi,
maka dengan mudah dia menghindar.
"Bocah, dari mana kau belajar ilmu langkah-langkah milikku?"
Ruan-wei tertawa: "Belajari dari putrimu!"
Dalam hati Wen Tian-zhi berpikir, 'putriku mengajarkan 'Jiu-kong-lian-huan-bu', hubungan
mereka pasti sudah erat, aku tidak boleh melukainya." Tapi ilmu telapak Ruan-wei terus berubahubah,
membuat Wen Tian-zhi harus dengan memusatkan pikiran menghadapinya!
Setelah beberapa jurus, langkah-langkah 'Jiu-kong-lian-huan-bu' digunakan oleh Wen Tian-zhi
lebih hebat dari Ruan-wei. Maka walaupun serangan Ruan-wei sangat cepat tapi tetap tidak bisa
melukai Wen Tian-zhi. Setelah lama bertarung tidak bisa menang, Ruan-wei segera teringat ilmu silat Xiao San-ye. Dia
berpikir dia harus menggunakan ilmu silat Xiao San-ye membunuh Wen Tian-zhi, itu baru puas
membalaskan dendam kakeknya. Karena itu, kedua tangannya mengambil Wu-mang-zhu. Dia
melepaskannya seperti hujan ke arah Wen Tian-zhi.
Serangan senjata ini bukan main hebatnya. Karena kelambatan Wen Tian-zhi, tangannya jadi
terkena satu butir Wu-mang-zhu dan darah terus mengucur. Wu-mang-zhu di tangan Ruan-wei
lebih hebat dan sulit dihindari. Jika Wen Tian-zhi tidak mempunyai tenaga dalam yang tinggi,
mungkin tangannya akan putus.
Wen Tian-zhi tahu senjata rahasia yang bernama Wu-mang-zhu ini. Dia terkejut dan berkata:
"Apa hubunganmu dengan Xiao San-ye!" Dengan sedih Ruan-wei berkata: "Dia kakekku! Hari
ini aku datang demi membalaskan dendam nenekku! serahkan nyawamu!"
Dia mengeluarkan lagi 2 genggam Wu Man Zhu. Dengan cara yang lebih lihai menyerang Wen
Tian-zhi lagi. Wen Tian-zhi tertawa terbahak-bahak:
"Benar-benar lucu, nenekmu tidak mati!"
Tapi Ruan-wei tidak percaya kata-katanya, dia mulai menyerang mengarah ke dada Wen Tianzhi
dan Wen Thian-zhi tidak bisa menghindar, tubuhnya terkena lagi sebuah Wu-mang-zhu, darah
kembali mengalir lagi membasahi baju. Keadaan sangat menakutkan.
Cara melepaskan Wu Man Zhu yang digunakan Ruan-wei bernama Man-tian-hua-yu (Langit
penuh hujan bunga). Xiao San-ye menghabiskan waktu 18 tahun untuk mencipta-kan jurus ini.
Caranya benar-benar sangat lihai. Jangankan Wen Tian-zhi, Tuan Jian sendiri juga belum tentu
bisa menghindar. Dua kali lemparan Ruan-wei mengenai sasaran, hal ini menambah rasa percaya
dirinya. Segera 2 genggam Wu-mang-zhu disiapkan untuk dilepaskan lagi. Dalam hati dia berpikir
kali ini dia pasti bisa mencabut nyawa Wen Tian-zhi.
508 Karena menangis terus, Wen-yi pingsan. Wen Tian-zhi tidak bisa mengalahkan Ruan-wei,
terpaksa dia melotot melihat Ruan-wei akan menyerang lagi.
Ketika Ruan-wei bersiap-siap menyerang untuk membalaskan dendam neneknya, tiba-tiba
terdengar suara penuh wibawa berkata:
"Hentikan!" Ruan-wei terkejut mendengar suara ini dan melihat dari rumah yang terbuat dari batu, keluar
seorang perempuan berpakaian sederhana. Melihat perempuan itu, diam-diam Ruan-wei terkejut
karena dia merasa sangat mengenal perempuan ini!
Perempuan setengah baya itu berjalan ke tempa Wen-yi pingsan. Dia mengambil sapu tangan
basah yang dibawanya, dan meletakkan-nya di atas dahi Wen-yi, lalu pelan-pelan memanggil:
"Yi-er, bangunlah! Yi-er, bangunlah!"
Wen-yi pelan-pelan mulai sadar. Melihat ibunya dia tahu ibunya tidak suka dia menangis. Tapi
sekarang dia sudah lupa dan masuk ke dalam pelukan ibunya, menangis sambil berteriak:
"Ibu! Ibu! Dia ingin membunuh ayah...."
Sekarang Ruan-wei sangat terkejut melihat perempuan itu sangat mirip dengan ibunya, baik
dari bentuk wajah atau pun bentuk tubuhnya, hanya usianya lebih tua 10 tahun lebih dari ibunya.
Dada Wen Tian-zhi yang terkena Wu-mang-zhu terluka agak parah, melihat istrinya hanya
memperhatikan putrinya dan sama sekali tidak memperhatikan dia masih hidup atau tidak.
Mengingat 10 tahun lebih ini dia begitu menyayanginya, tapi sekarang sedikit pun tidak ada
perhatian padanya, maka air matanya terus menetes.
Ruan-wei tahu Wen Tian-zhi tidak mempunyai tenaga untuk melawan lagi dan dia juga tidak
akan bisa lolos, maka dia meninggalkan Wen Tian-zhi dan mendekati perempuan itu:
"Permisi, aku ingin bertanya apakah Nyonya kenal dengan ibuku Xiao Nan-pin?"
Perempuan itu melihat Ruan-wei dan berteriak:
"Nan-pin! Nan-pin...."
Ketika memanggil nama Nan-pin wajahnya memancarkan rasa cinta yang sangat dalam. Ruanwei
tahu hubungan mereka pasti tidak biasa. Dengan hati bergejolak dia bertanya:
"Apakah Nyonya kenal dengan ibuku?"
Tiba-tiba perempuan itu menangis:
"Nan-pin adalah putriku! Masa aku tidak kenal... masa aku tidak kenal dia...."
Wajah Ruan-wei berubah, dia melihat dahi perempuan itu ada bekas luka. Ruan-wei sudah bisa
memastikan kalau dulu dia menabrakkan kepalanya ke batu dan tidak mati, hanya meninggalkan
bekas luka. Kakek mengira dia sudah meninggal, sekarang dia malah menikah dengan Wen Tianzhi
dan melahirkan Wen-yi. Keringat dingin Ruan-wei mulai menetes, diam-diam dia berpikir, "untung aku dan Wen-yi
belum menikah, jika tidak, apa yang akan terjadi" Kami sudah melanggar etika!'
Sekarang setelah tahu neneknya tidak mati, dia tidak mempunyai alasan lagi untuk membunuh
Wen Tian-zhi. Ruan-wei tidak ingin tinggal lebih lama di sana, dengan gugup dia pamit:
"Ne..nek...." Perempuan itu dengan ramah berkata:
"Aku adalah nenekmu, mengapa kau sulit memanggilku?"
Ruan-wei ingat kakeknya yang hidup sendiri dan susah, dia menganggap neneknya perempuan
tidak baik, maka dengan marah dia berkata:
"Aku tidak ingin memanggilmu...."
Perempuan itu meneteskan air mata:
"Mengapa kau membenciku?"
Wen-yi menangis sambil berkata:
"Da-ge, apakah kau ingin membuat ibuku marah lagi?"
Ruan-wei tertawa sedih, dia berteriak:
"Da-ge! Da-ge! Aku bukan Da-ge mu lagi, malah kau adalah bibiku, lebih tua satu generasi
dariku... Ha, ha.... ha, ha...."
Karena sakit hati, Ruan-wei tidak ingin tinggal lama, dia memberi hormat kepada Wen-yi dan
tertawa kecut: "Bibi Wen, selamat tinggal...."
509 Dia lari dengan cepat, Wen-yi berteriak:
"Da-ge! Da-ge! Da-ge...."
Dia ingin mengejarnya tapi perempuan itu menarik tangannya:
"Jangan kejar lagi, kau lebih tua satu generasi darinya!"
"Aku tidak mau menjadi bibinya, tidak mau...." Wen-yi menangis.
Tapi siapa berani melawan etika ini" Ruan-wei meninggalkan Lembah Selatan, dia menunggang
Bai-ti-ma. Teringat kemarin dia masih bersama Wen-yi, sekarang hanya tinggal sendiri. Semua hal
di dunia ini benar-benar berubah menjadi hal yang sulit dibayangkan.
Dia mengembara tanpa ada tujuan. Entah berapa lama berkelana, dia kembali tidak
memperhatikan dirinya sendiri dan berpakaian apa adanya.
Dia terus berusaha melupakan Wen-yi tapi selalu tidak bisa, dia merasa tidak bisa berpisah lagi
dengan Wen-yi, tapi mana mungkin dia bisa menikah dengan Wen-yi.
Teringat bulan 1 tanggal 15 adalah hari perjanjian antara biksu Harimau dengan Tuan Jian,
maka dia berjalan menuju Jun-shan. Gunung Jun-shan berada di tangah danau Dong-ting. Dari
sini ke Jun-shan masih jauh setelah melakukan perjalanan cukup lama maka malam hari Ruan-wei
baru sampai. Dia juga berpikir apakah kedua tetua ini sudah bertarung" Dengan tidak tenang dia
berjalan ke puncak Jun-shan.
Bulan bersinar sangat terang, cahaya bulan menyinari puncak Jun-shan, keadaan menjadi
sangat terang. Sinar bulan juga menyinari sebuah batu dengan permukaan datar, di sana ada 2
bayangan orangyang sedang duduk.
Melihat 2 bayangan ini, Ruan-wei mengira mereka sedang bertarung dan belum selesai, maka
hatinya sedikit tenang dan pelan-pelan mendekat. Di sisi batu dengan bentuk seperti panggung
terdapat 3 huruf besar yang tertulis 'Xuan-yuan-tai'. Katanya dulu raja Huang-ti membuat Ding di
sini. (Ding=adalah sebuah tempat masak berkaki 3 dengan dua pegangan. Setelah selesai, dia
naik naga terbang ke langit). Tempat pertarungan ini benar-benar bagus karena tidak ada yang
mengganggu. Musim dingin seperti ini jarang ada wisatawan yang datang.
Semakin dekat, Ruan-wei semakin jelas melihat bayangan itu. dalam hati dia berpikir dengan
aneh, sedang melakukan apa mereka.
Awalnya dia mengira mereka sedang duduk berhadapan, karena beradu telapak. Begitu
mendekat dan melihat dengan jelas, mereka tidak sedang beradu telapak, untuk apa mereka
duduk termenung" Apakah mengadu duduk lama"
Tapi di dunia persilatan tidak pernah ada yang bertarung duduk lama, maka Ruan-wei dengan
cepat berlari ke panggung dan melihat keadaan di sana. Dia berteriak, karena di punggung Biksu
Harimau dan Tuan Jian terdapat pukulan sepasang telapak berwarna hitam. Mereka sudah mati
beberapa jam yang lalu. 0-0-0 BAB 119 Berkelana dengan hati sedih
Mata Ruan-wei melotot dengan besar, dia berteriak sekuat tenaga:
"Siapa yang telah membunuh mereka" Siapa yang membunuh mereka...."
Terlihat biksu Harimau dan Tuan Jian sedang beradu telapak kemudian ada yang datang lalu
membunuh mereka. Orang yang membunuh mereka pasti orang yang mereka kenal, maka mereka
tidak waspada sampai bisa terbunuh begitu saja!
Ruan-wei terus berteriak karena sedih, walaupun dia hanya bisa berteriak tapi suaranya bisa
terdengar sampai beberapa kilometer. Jika di Jun-shan ada orang, mereka bisa mendengarnya.
Dia terus berteriak tapi di sekeliling tetap tidak ada suara, hanya ada beberapa ekor burung
yang terbang karena terkejut, tidak terlihat ada jejak manusia. Mungkin pembunuhnya sudah pergi
jauh! Sampai terakhir suara Ruan-wei habis, dengan lemas dia duduk di panggung, matanya melihat
kejauhan, apa yang dipikirkannya sekarang atau dia tidak memikirkan apa-apa" Hanya ingin duduk
terpaku! 510 Dia sama sekali tidak menggerakan tubuh, dari jauh terlihat ada seorang perempuan
berpakaian hitam. Perempuan itu sangat cantik walaupun memakai baju kasar tapi tidak bisa
menutupi kecantikan wajahnya. Perempuan ini semakin mendekat, umurnya paling baru 16-17
tahun. Dia berhenti di depan Ruan-wei dan bertanya:
"Apa yang membuat Kakak begitu sedih?"
Tapi Ruan-wei seperti tidak mendengar pertanyaan gadis ini, kepalanya tetap ditundukkan
seperti orang bodoh. Perempuan berpakaian hitam itu mengeluh:
"Hidup di dunia ini banyak yang tidak berkenan di hati, Kakak jangan sedih lagi, jika mengalami
kesulitan siapa tahu aku bisa membantumu!"
Lama Ruan-wei tidak bicara, karena tidak diladeni maka perempuan itu menarik nafas dan
merasa iba kepada Ruan-wei. Pelan-pelan dia pergi. Belum berjalan 3 langkah, tiba-tiba Ruan-wei
berkata: "Nona yang baik hati, apa yang bisa kau bantu?"
Perempuan itu sambil tertawa membalikkan tubuh dan berkata:
"Aku punya sedikit...."
Begitu melihat wajah Ruan-wei, dia menjadi tercenung, tubuhnya seperti membeku. Setelah
lama dia baru berteriak: "Kau... kau... adalah... adalah Da-ge...."
Ruan-wei terkejut dan bertanya:
"Siapa... kau siapa?"
Dengan hati bergejolak perempuan berpakaian hitam itu menjawab:
"Da-ge, aku adalah Yun-er! Apakah Da-ge sudah lupa padaku?"
Karena Ruan-wei masih terlalu sedih, dia masih tercenung melihat gadis itu, akhirnya dia baru
mengenali kalau perempuan itu adalah adik keduanya, Ruan-yun yang dibawa pergi oleh Tangan
Terampil Xu-bai. Setelah mengenalinya, dengan senang dia berdiri, kedua tangannya terus memegang tangan
Ruan-yun. Dengan suara gemetar dia berkata:
"Adik kedua... adik kedua... ternyata kau adik kedua..."
Kedua tangan Ruan-yun dipegang erat oleh Ruan-wei, entah mengapa Ruan-yun menjadi malu,


Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajahnya menjadi merah. Tadinya dia ingin melepaskan genggaman Ruan-wei tapi akhirnya dia
hanya menundukkan kepala dan diam.
Ruan-wei tidak merasa sikap Ruan-yun yang canggung. Tadi sikapnya yang sedih tadi sudah
menghilang, sambil tertawa dia bertanya:
"Da-ge benar-benar senang bisa bertemu denganmu. Beberapa tahun ini kau ada di mana"
Apakah keadaanmu baik-baik saja?"
Ruan-yun pelan-pelan mengangkat kepalanya, dia menceritakan kejadian beberapa tahun ini
dan apa yang dia lakukan. Semenjak dia dibawa oleh Tangan Terampil Xu-bai, mereka tinggal di
gunung. Kecuali belajar ilmu silat, tidak ada kegiatan lain yang dia lakukan. Sekarang karena
sudah berhasil maka dia diijinkan turun gunung. Kebetulan dia lewat Danau Dong-ting, dia ingin
bermain di sini, tidak disangka dia bisa bertemu dengan salah satu dari keluarganya, itu benarbenar
hal yang membahagiakan. Begitu Ruan-yun selesai bercerita, Ruan-wei baru melepaskan genggamannya dan bertanya:
"Aku dengar Tangan Terampil Xu-bai masuk Zheng-yi-bang dan dia adalah orang yang
dihormati di perkumpulan itu. Mengapa dia tidak membawa Adik tinggal di sana dan juga
mengajarkan ilmu silat kepadamu?"
"Karena perjanjian antara Tetua Xu-bai dengan Zheng-yi-bang hanya 10 tahun. Dulu dia telah
menolongku dari Shi-san Gongzi Tai-bao, tepat 10 tahun perjanjiannya selesai dengan Zheng-yibang,
ketika dia sedang bermain menikmati pemandangan, dia bebas dari tanggung jawab
apa pun. Secara kebetulan dia menolongku, dia melepaskan kehidupannya yang tenang dan terus
mengajarkan aku ilmu silat." Ruan-wei memuji:
"Tetua Tangan Terampil Xu-bai adalah pesilat yang terkenal, adik kedua mendapat warisan ilmu
silatnya, benar-benar berjodoh dengannya! Da-ge sangat senang!"
Ruan-yun menundukkan kepala dan berkata:
511 "Tapi sayang adik tidak berbakat, ilmu silat Tetua Xu paling-paling hanya berhasil aku kuasai
sepersepuluhnya saja."
"Mengapa kau tidak menyebut Tetua Xu guru?" tanya Ruan-wei.
Ruan-yun tertawa: "Aku juga ingin memanggilnya guru tapi setelah tahu identitasku, dia berkata bahwa aku tidak
boleh memanggilnya guru, harus memanggilnya tetua!"
"Mengapa sesudah tahu identitas Adik, dia tidak mau dipanggil guru" Apakah antara dia dan
ayah ada sesuatu?" "Aku... aku... tidak tahu apa sebabnya?"
Ruan-wei mengingat identitasnya sendiri, sampai sekarang dia belum tahu siapa ayah
kandungnya. Kelihatannya dia dan adik keduanya ini bukan dari satu ayah, dan siapa ayahnya"
Karena itu dia menarik nafas. Dengan penuh perhatian Ruan Yu bertanya:
"Bagaimana Da-ge melewati beberapa tahun ini" Mengapa... mengapa... kau seorang diri di sini
dan bersedih?" Dengan singkat Ruan-wei menceritakan kehidupannya selama beberapa tahun ini, sampai
terakhir dia menunjuk mayat Tuan Jian dan biksu Harimau. Dengan sedih dia berkata:
"Mereka... mereka berdua adalah pesilat terkenal, tapi dalam satu hari mereka terbunuh di sini.
Kakak tidak percaya mereka sudah meninggal, siapa yang membunuh mereka" Siapa" Siapa...."
Ruan-yun mendengar cerita Ruan-wei begitu banyak lika-liku selama beberapa tahun. Dalam
hati dia sangat senang karena Da-ge nya bisa mendapatkan banyak ilmu yang aneh tapi dia juga
tidak menyangka pesilat tangguh di Zhong-yuan dan satu lagi biksu dari India bisa secara
bersamaan terbunuh di sini. Pantas Da-ge nya begitu sedih. Dia menghibur:
"Orang mati tidak akan bisa hidup kembali, Da-ge jangan terlalu sedih! Kita cari apakah ada
tanda-tanda yang ditinggakan agar Da-ge bisa membalas dendam untuk Tetua Biksu Harimau."
Ruan-wei menggelengkan kepala:
"Aku sudah melihat dengan teliti, kecuali di punggung 2 tetua ada bekas telapak hitam yang
membuat mereka meninggal, tanda yang lainnya sama sekali tidak terlihat!"
"Apakah bekas telapak tangan hitam ini milik seseorang atau sebuah ilmu yang jarang dikuasai"
"Telapak ini bernama telapak Wu-sha-zhang. Pembunuhnya seperti sudah mempunyai rencana
membunuh Tuan Jian dan biksu Harimau, tapi biksu Harimau itu bisu dan tuli, dia sangat baik.
seumur hidupnya dia tidak pernah melukai siapa pun. Mengapa ada orang yang ingin
membunuhnya?" Ruan-wei terus memegang kepalanya dan terus menarik nafas. Ruan-yun melihat dia begitu
sedih lalu menasehati: "Da-ge, jangan terlalu bersedih nanti Da-ge bisa sakit! Suatu hari semua masalah akan
terungkap. Kita makamkan dulu 2 tetua ini!"
Setelah memakamkan 2 tetua, Ruan-wei dan Ruan-yun meninggalkan Jun-shan. Karena tidak
ada hal yang harus mereka selesaikan maka mreka mengambil keputusan kembali ke rumah
mereka di Hang-zhou. Sepanjang jalan Ruan-wei tampak tidak bersemangat. Tubuhnya yang sudah kotor bertambah
kotor. Jika bukan Ruan-yun yang mengajaknya berbicara, dia malas berbicara!
Hari ini mereka sampai di sebuah desa tanpa nama. Di desa itu para penduduk sedang sibuk
memasak karena hari sudah siang. Mereka berdua sejak pagi berjalan sampai sekarang, maka
mereka ingin mencari tempat untuk beristirahat dan makan.
Di depan kira-kira ratusan meter ada puluhan rumah. Begitu mendekat dan melihat jumlah
rumahnya ada 13, setiap rumah saling menyambung, genting terlihat masih baru, berarti rumahrumah
itu belum lama dibangun. Ruan-yun bertanya kepada Da-genya:
"Mengapa semua rumah di desa ini sepertinya baru dibangun?"
"Adik kedua, ini bukan desa biasa, mungkin di sini ada orang dunia persilatan yang
bersembunyi dan tinggal di sini. Jika desa biasa, rumahnya tidak akan sebagus itu."
Ruan-yun mengangguk: "Bentuk rumahnya sangat aneh, pasti ditinggali orang hebat. Da-ge, kita teruskan perjalanan,
jangan ganggu ketenangan orang." Ruan-wei menggelengkan kepala: "Kita harus beristirahat dulu
512 sebentar baru berjalan lagi, jika tidak tubuhmu tidak akan kuat." Dia pelan-pelan berjalan ke arah
13 rumah aneh itu. Mendengar perhatian dari kakaknya, Ruan-yun sangat senang, dia segera mengikuti Ruan-wei
dan tidak peduli apakah di sana tinggal orang aneh atau bukan.
13 rumah ini, setiap rumah panjangnya 30 meter dan lebar 6 meter, lebih tinggi dari rumah
biasa sekitar 2 meter. Antara dua rumah disambung oleh sebuah besi. Besi dibuat setinggi
genting. Ruan-wei mengelilingi sekali 13 rumah ini. 13 rumah itu sambung menyambung menjadi satu
lingkaran dan sambungannya menggunakan besi, tapi tidak ada pintu masuk.
Setiap pintu dibuka dari dalam. Orang yang ingin masuk harus melewati genting atau besi,
kalau tidak, kau tidak akan bisa masuk. Orang yang tinggal di rumah bila ingin keluar juga harus
memanjat atap dan berjalan melalui besi-besi. Maka 13 rumah ini benar-benar aneh. Siapa pun
yang melihat rumah itu akan merasa tidak mengerti mengapa bisa membuat sampai seperti itu!
Ruan-wei mengelilingi satu kali lagi rumah itu. Ruan-wei mendapat satu tempat seperti pintu
masuk. Ruan-yun mengikuti dari belakang, tiba-tiba dia berkata:
"Apakah 13 rumah ini adalah penjara?"
Jika rumah itu penjara, mengapa dibuat seperti rumah tinggal, benar-benar membuat orang
tidak mengerti. Jika rumah-rumah ini adalah penjara tetap harus ada pintu!
Jika bukan penjara, rumah apakah ini" Kecuali orang gila yang baru bisa membangun rumah
seperti ini, tinggi dan tanpa pintu!
Besi yang menyambung tersusun sangat rapat, sama sekali tidak bisa dipanjat untuk naik, ingin
keluar atau masuk ke-13 rumah ini harus mempunyai ilmu silat untuk meloncat tinggi atau
terbang. Ruan-wei berpikir sebentar, dia baru berkata:
"Kelihatannya tempat ini digunakan untuk mengurung orang, tapi siapa yang dikurung di
dalamnya?" Pahlawan Padang Rumput 2 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Pedang Kayu Harum 15

Cari Blog Ini