Ceritasilat Novel Online

Dewa Iblis 2

Dewa Iblis Karya Tak Diketahui Bagian 2


tempat itu hingga kemericik serta bunyinya sedikit bisik
mengundang perhatian beberapa hewan yang kebetulan
melintas di tempat itu. Salah satunya sebuah Kijang yang berencana
menghilangkan dahaga di air Rawa. Tanpa dia sadari
beberapa lintah telah menempel di kakinya. Tak ayal lagi
Kijang itu roboh ke dasar sawa kekurangan darah, seakan
ada yang mengkomando lintah-lintah itu berbondongbondong menggerogoti sang Kijang.
Jika beberapa orang jijik dan bahkan takut mendekati
Rawa yang penuh lintah itu. Malah dengan tenang
seorang bocah usia sekitar sepuluh tahun mengenakan
celana kolor tanpa baju menangkap beberapa Lintah,
menusuknya dengan Ranting hingga darah segar
mengucur di tangannya, lalu meletakkan di atas perapian
yang dia ciptakan. 99 Bocah itu bersiul-siul kecil sambil menginjak beberapa
lintah yang hendah menempel di kakinya. Perbuatannya
sangat aneh dan menjijikkan, darah yang keluar dari
Lintah mencemari air Rawa, hingga lintah-intah yang lain
kebingungan menyangka darah itu merembas dari lintah
di sebelahnya, Lintah-lintah itu pun saling serang antar
sesama guna menemukan makanan. Membuat bocah
tertawa senang. Dan kemudian duduk di samping
perapian memungut beberapa lintah yang dia panggang
lalu melahapnya dengan rakus, padahal Lintah itu belum
begitu masak hingga masih berceceran darah di sekitar
mulut si bocah... Ada dua pasang mata yang melihatnya dari kerimbutan
pohon dengan rasa mual yang sangat menyaksikan
tingkah laku si bocah, namun dengan asik si bocah terus
memakan lintah-lintah itu dengan bersiul-siul kecil dan
menggeleng-geleng kepala sangat menikmati.
Tiba-tiba sebuah kelebatan melintas dengan cepat
mengambil sebuah lintah yang masih terpanggang lalu
hinggap di batu besar tidak jauh dari Bocah itu
"Hey... " bentak si bocah marah, namun kemudian
membanting kakinya tanda kesal setelah tau siapa yang
sekarang memakan Lintah tangkapannya dengan rakus
pula, seorang Nenek Tua berpakaian mahal berwarna
merah, rambut putihnya dibiarkan terurai, wajahnya yang
100 keriput berusaha ditutupi dengan bedak tebal, dan bibir
tebalnya bergincu merah samar bercampur darah yang
mengalir segar dari lintah yang dimakannya...
"Bocah Setan Tua... kenapa kau tidak mengajakku kalau
punya makanan selezat ini" seringai si senek
berpenampilan minor, menyeringai.
"Itu milikku... Nenek Peniup Dupa... !!" Bentak bocah yang
di sebut Bocah Setan Tua pada Nenek Peniup Dupa,
membuat dua pasang mata yang menyaksikan sejak tadi
terbelalak mendengar siapa kini yang dilihatnya...
Mereka sudah dengar informasi dua tokoh itu... seorang
Kakek Tua usia lebih seratus tahun yang telah
mengalahkan ular Piton raksasa penguasa Pulau Hantu
dan meminum darahnya, hingga mendapak kesaktian dan
tubuhnya menjadi seperti anak-anak lagi, namun
kesaktiannya tambah meningkat pesat.
Tak kalah terkenalnya juga si Nenet tua yang di sebut
Nenek Peniup Dupa, dia merupakan tokoh sesat sangat
kesohor. Rambutnya yang terurai bisa menjadi senjata
tajam yang mematikan, tak pernah seorang korbanpun
yang selamat dari serangan mautnya.
Dua tokoh itu merupakan tokoh sesat hebat yang merajai
rimba perlisatan sebelum munculnya Datuk Pengemis
Nyawa serta tokoh penguasa rimba persilatan lainnya, dia
101 seangkatan dengan Pengemis Gila dari Utara yang
sekarang sudah udzur usia.
Sudah lama tidak terdengar sepak terjang mereka
berdua, bahkan ada rumor yang mengatakan mereka
telah mati, ada pula yang mengatakan mereka telah
mengasingkan diri tidak mau mencampuri dunia
persilatan. Namun entah kenapa mereka muncul kembali,
pasti ada alasan sangat besar hingga mereka keluar dari
pertapaannya. "Kenapa kau keluar Bocah Setan Tua" katanya kau tidak
mau lagi mencampuri dunia yang amburadul ini?""
Tanya Nenek Peniup Dupa "Kau sendiri kenapa ada di sini?" Bukannya setiap hari
kau asik berpesta dengan para pemuda di Guamu" "
ledek Bocah Setan tua sambil memungut salah satu lintah
di atas perapian lalu menguyahnya
"Ahhh" mereka membosankan semua... Tapi aku dengar
ada pemuda hebat yang tampan" siapa tau bisa aku
rayu" hik... hik"hik... " seringai si Nenek
"Aku juga penasaran pada Pemuda yang katanya lancang
menantang Datuk Pengemis Nyawa itu..."
"Katanya Pengemis Nyawa mengundang beberapa tokoh
hebat, apa kau juga diundang olehnya"
102 "Aku tidak di undang oleh siapa pun, aku hanya
penasaran pada kejadian yang menggegerkan
persilatan?" ujar Bocah Setan Tua tenang sambil tetap
mengunyah hidangannya "Bagaimana kalau kita masuk ke dalam" siapa tau
Pengemis Nyawa menyediakan hidangan yang lebih
sezat dari yang kau makan itu?" ajak si nenek sambil
menatap ke arah tebing yang di tengahnya terdapat ceruk
gua tidak jauh dari tempat itu
"Aku tidak bisa naik ke sana" jadi gendong... !!" Rengek
si bocah membuat si Nenek terkejut kemudian tertawa
terkekeh "Bilang saja kau mau meraba-raba dadaku kakek
mesum... " Ledek si nenek, namun menyediakan
punggungnya untuk dinaiki si Bocah
Sedangkan di dalam Ceruk gua yang ada di tebing tidak
jauh dari Muara Lintah, terdapat ruangan lumayan lebar
ditata dengan rapi hingga menyerupai aula, celah-celah
batu sekitar ruangan memberi kesempatan sinar matahari
untuk menerobos masuk, sehingga pencahayaan cukup.
Di Utara Gua terdapat tempat lumayan tinggi dengan
sebuah kursi besar dan seorang Kakek berwajah tirus,
dengan topi besar dan mantel yang menutupi tubuh
setengah bungkuknya, Tongkat dari Kayu Jati Hitam
103 tersandar di sebelahnya, dia adalah Datuk Pengemis
Nyawa. Di dalam ruangan itu juga hadir Tiga Tokoh Sesat yang
memang dia undang, serta satu tokoh yang memang
sukarela hadir guna membantu membasbi bocah lancang
yang menantang Datuk Pengemis Nyawa.
"Terimakasih atas kedatangan Biksu Ling Pau yang jauhjauh dari Negeri Tiongkok menghadiri undangan saya..."
seorang Biksu Tambun dengan tasbih besar melingkar di
lehernya dan sebuah gada besar di tangannya bangkit
"AmiTAfa... Guru Saya Biksu Tapak Maut tidak bisa
menghadiri undangan Tuanku, dia mengutus Hamba
untuk datang kemari, menyaksikan hal penting di tanah
Dipa ini" Hormat biksu itu seraya duduk kembali
"Juga saya berterimakasih atas kedatangan Pendekar
Muda yang sudah sangat terkenal kehebatannya... Joko
Kewel dari Gua Kalilawar" seorang pemuda tinggi besar
berwajah kelimis dengan kumis tipis memakai mantel
hitam dengan Krah berdiri, dia tersenyum menunjukkan
giginya yang bertaring dan kuku-kukunya yang runcing
seperti kalilawar, bangkit memberi hormat lalu duduk
kembali 104 "Juga Si Buta Sadis dari Kali Bangkai" seorang kakek
buta memegang tongkat dari Bambu Kuning berdiri
memberi hormat "Juga kepada Pengemis Laknat yang hadir guna
menyambut Seorang Pemuda yang hendak
mengantarkan nyawa kemari, dendammu sama seperti
dendamku, murid kita sama terbunuh di tangan Pemuda
Biadab itu" ujar Datuk Pengemis Nyawa membuat
Pengemis Laknat semakin menggelora dendam.
"Dan juga ada seorang pemuda Hebat yang tidak
mungkin kita percayai juga turut hadir di sini untuk
menyambut darah Pemuda Lancang itu" terang datuk
Pengemis Nyawa membuat semua yang hadir saling
pandang tidak mengerti, tiba-tiba seorang pemuda
menggunakan pakaian putih dengan pedang putih
mengkilat tanpa sarung terselip di pinggangnya muncul
dari balik batu belakang tempat duduk pengemis Nyawa
"Pendekar Pedang Naga"!!" semua yang hadir terbelalak
sambil memegang senjatanya erat, karena mereka tau dia
adalah tokoh yang bertentangan dengan alirannya
"Tenang saudara sekalian, Kedatangan Pendekar
Pedang Naga kemari bukan untuk berseteru dengan kita,
bahkan hendak menjadi teman kita untuk membasmi
pemuda pembuat onar yang meresahkan semua aliran
itu" 105 "Ya untuk sementara ini, aku berdamai dengan kalian,
karena memiliki tujuan yang sama. Tapi di luar itu, aku
tidak sudi berteman dengan kalian?" terang Aji
Mahendra tegas "Sungguh lancang dan sombong mulutmu anak muda...
!!" bentak Si Buta Sadis maju dua langkah dari
tempatnya, isarat tantangan itu dijawab Pendekar Pedang
Naga dengan memegang gagang pedangnya
"Tenang saudara sekalian, urusan kita yang jauh lebih
penting masih belum selesai... jangan sampai bersitegang
untuk hal yang bisa merugikan kita" pinta Datuk
Pengemis Nyawa, membuat Si Buta Sadis mundur dan Aji
Mahendra melepas pegangannya...
Tiba-tiba mereka di kejutkan oleh kekehan seorang nenek
yang menggema dari pintu masuk, membuat semuanya
siaga menyambut hal yang tidak diinginkan, tambah
terkejut lagi ketika tau siapa yang datang, seorang nenek
berpenampilan menor sedang menggendong seorang
bocah yang asik mempermainkan dada si Nenek yang
sudah kempes itu... "Sudah hentikan Bocah Setan Tua" Geli tau?" bentak si
Nenek namun si bocah terus saja memiting-mitimg dada
itu, hingga si nenek kerkekeh lagi...
106 "Hentikan kita sudah sampai... malu di lihat orang?"
bentak si nenek hingga harus membanting bocah itu
untuk bisa lepas dari gangguannya...
BUGGGG Bocah itu terhempas dengan kuat di tanah, namun
bangkit seakan tidak terjadi apa-apa seraya mengibasngibas bokongnya yang kotor
"Ternyata kau tau malu juga Nenek Peniup Dupa"!!"
ledek si Bocah mencibir membuat si nenek kesal,
dikibaskan tangannya hingga keluar hembusan angin
panas yang kuat akan menghantam si bocah, dengan
cepat si Bocah melompat kesamping.
BLARRRRR Batu sebesar orang dewasa pecah seketika terhantam
pukulan Nenek yang asal-asalan itu, membuat semua
yang melihat semakin terbelalak
"Wah" kau jahat" kalau mau main gelitik-gelitikan
jangan di sini... " sungut si bocah membuat si nenek
tertawa, sungguh gurau yang mengerikan
"Sungguh tidak disangka pendekar Hebat seperti Nenek
Peniup Dupa dan Bocah Setan Tua mau mendatangi
tempatku yang jelek ini" Puji Datuk Pengemis Nyawa
107 seraya turun dari tempat duduknya, menyambut hormat
dua tokoh istimewa itu. "Benar... tempatmu jelek dan bau lagi?" ledek si Bocah
sambil memitingkan hidungnya membuat si nenek tertawa
kembali, Datuk Pengemis Nyawa hanya tersenyum kecut
menahan geram, namun dia tidak berani berurusan
dengan dua tokoh yang terkenal sangat hebat itu. Bahkan
dia berencana mengajak serta dua tokoh menakutkan itu
untuk membasmi orang yang hendak datang, jika kedua
tokoh itu turut serta, maka jelas dia tidak perlu turun
tangan. Walau dia sudah yakin dengan keberadaan
beberapa tokoh yang hendak membantunya itu. Dewa
iblis akan mudah di kalahkan, namun alangkah lebih
baiknya jika kekalahan Dewa iblis sangat telak
"Ada apa gerangan Bocah Setan Tua dan Nenek Peniup
Dupa hingga meninggalkan persemediannya dan datang
kemari... !!" Tanya Datuk Pengemis Nyawa mewakili
keheranan semua yang hadir
"Aku hanya ingin menyaksikan kepengecutan kalian
mengalahkan Dewa Iblis " ledek si Nenek membuat
semuanya maju satu langkah saking tersinggungnya,
namun Datuk Pengemis Nyawa memberi isyarat untuk
tenang dengan tangannya "Apa alasan Nenek mengatakan kami pengecut"!!" kejar
Datuk Pengemis Nyawa 108 "Ya pengecut lah" jelas-jelas Dewa Iblis hanya seorang
pemuda ingusan, malah mau di keroyok tokoh seperti
kalian" celetuk Bocah Setan Tua sambil mempermainkan
tanah, tingkahnya benar-benar bocah usia sepuluh tahun
"Kami tidak akan main keroyokan, kami hanya ingin
menjajal kehebatan orang yang digemparkan itu,
nyawanya tetap milik Datuk Pengemis Nyawa" Bela biksu
Ling Pau geram... "Baguslah kalau seperti itu, jadi aku tidak sia-sia datang
kemari untuk melihat pertunjukan kalian" seringai Nenek
Tua terkekeh, mendengar kedatangan mereka hanya
untuk menyaksikan saja, Datuk Pengemis Nyawa
kecewa, namun dia tidak kekurangan akal untuk


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengajak serta Tokoh hebat itu membantunya
"Apa kalian tidak penasaran juga akan kemampunya,
mengujinya dengan beberapa jurus hebat kalian... ?"
Rayu Datuk Pengemis Nyawa...
"Tanganku sudah kaku, tidak bisa bersilat lagi?" celetuk
Bocah Setan Tua tenang. Padahal tadi mereka lihat
sendiri bagaimana si Bocah menghindari pukulan si
nenek dengan gesit. "Aku tidak mau berbuat malu harus melawan bocah
ingusan, dan jika yang ada di Kadipeten Ambangan itu
yang meminta, mungkin aku fikirkan... " seringai si Nenek
109 membuat Datu Pengemis Nyawa terbelalak kaget.
Kartunya terbongkar, namun dia berusaha bersikap
tenang agar semua tamu yang lain tidak tau hal itu.
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakan sangat lantang
diiringi tenaga dalam sangat kuat dari luar gua
"DATUK PENGEMIS NYAWA" CEPAT KELUAR...
SAMBUT AJALMU?" Bukan hanya teriakan itu yang membuat mereka terkejut,
juga hembusan angin yang sangat kuat bagai badai topan
menerpa tempat itu. Bocah Setan Tua memegang Kaki Nenek Peniup Dupa
yang tertanam dengan kuat ke tanah, juga pendekar lain
yang ada di sana melakukan hal yang sama agar tidak
terjungkal. Hembuasan sangat kuat itu mampu
memporak-porandakan isi ruangan hingga beberapa kursi
dan meja serta isinya terbelanting.
"Hahahahaha" dia datang... !!" Teriak Bocah Setan Tua
berjingkrak-jingkrak kegirangan, diiringi hembusan nafas
kesal oleh para tokoh yang lain, sedangkan Nenek Peniup
Dupa malah saling pegang tangan dengan Bocah Setan
Tua berjingkrak berputar-putar kegirangan
Benar apa yang disampaikan Pengemis Laknat pada Aji
Mahendra, tempat itu pasti di datangi oleh beberapa
110 pendekar dunia persilatan yang ingin menyaksikan
pertarungan hebat, beberapa pasang mata yang
mengintip di sela-sela rimbunnya hutan menatap telak
pada seorang pemuda yang berdiri dengan gagah di
samping Rawa Lintah, yang membuat mereka heran
adalah lintah-lintah itu enggan untuk mendekati pemuda
yang jelas bisa menjadi santapan lezatnya, bahkan
menjauh "Hebat benar tenaga dalam pemuda itu, hingga panasnya
keluar mengusir Lintah penguasa rawa, pantas jika Nyi
Pelet Peteng kalah olehnya?"
"Apa tindakan kita jika dia juga tidak bisa dikalahkan di
sini kakang... " tanya salah satu pengintip yang sejak tadi
ada di sana, bahkan sempat melihat Bocah Setan Tua
dan Nenek Peniup Dupa makan Lintah
"Seperti yang telah di perintahkan Guru, kita hanya
mencari informasi dan membawanya ke Kadipaten
Ambangan. Jadi kita tidak boleh ikut campur urusan di
sini... " terang satunya yang wajahnya mirip satu sama
lain, dia adalah Jala dan jalu salah satu murid Datuk
Pengemis Nyawa Seraut wajah yang juga mengintip di tempat itu terbelalak
kaget menatap kemunculan beberapa tokoh hebat di
mulut Gua, bukan karena banyaknya tokoh yang ada,
111 namun wajahnya geram menatap seorang pemuda yang
tidak pantas ada di sana... !
"Aji Mahendra?""!! Pendekar Pedang Naga kah... ?""
pekiknya meyakinkan pandangannya
Arya menatap telak pada Datu Pengemis Nyawa seakan
acuh pada beberapa tokoh yang tidak dia kenal, namun
sempat heran juga melihat orang yang mengatakan dari
golongan putih juga ada di sana, namun keterkejutannya
cepat di tepis, yang jelas seluruh yang ada di depannya
kini adalah musuh. "Ingat janji kalian" jangan sampai main keroyokan, beri
pertunjukan yang indah bagi kami?" celetuk si Nenek
"Jika pertunjukannya tidak bagus dan curang, aku akan
mengamuk?" ancam Bocah Setan Tua bersungut-sungut
cemberut. "Aku ingin menjajal ilmu pemuda ini... " Geram Biksu Ling
Pau, serta merta melompat dari mulut gua yang ada di
tebing dengan ketinggian tujuh depa orang dewasa.
Tubuhnya melesat turun dibawa berat bobot tubuhnya
yang tambun, Biksu Ling Pau seperti tidak memiliki ilmu
peringan tubuh, hingga tubuh itu melesat dengan cepat
BUMMMMM 112 Tubuh itu dengan kuat membentur bumi, hingga
menimbulkan Abu yang bertebaran, jika tubuh orang
biasa pasti remuk seketika, namun Biksu Ling Pau jatuh
dengan tetap berdiri walau kakinya sedikit anglup di
tanah. Menunjukkan tenaga dalamnya sangat kuat.
"AmiTafa" Gelarmu sangat tinggi anak muda,
membuatku penasaran pada kehebatanmu?" ujar Biksu
Ling Pau, seraya berjalan meninggalkan tempat jatuhnya
dengan memikul Gada Besar, Arya memberi hormat yang
sama seperti di lakukan Biksu Ling Pau, karena dia juga
pernah berguru pada seorang Biksu dari Tiongkok, yaitu
Biksu Hong Pek "Maaf Biksu" saya tidak punya urusan dengan anda,
urusan saya hanya dengan Datuk Pengemis Nyawa.
Namun jika Biksu memaksa, jangan salahkan saya
melawan... " kata Arya tegas"
"Hahahaha" kesombonganmu setinggi langit anak
muda" namun aku ingin bukti" Hiaaaaaaat... " setelah
selesai bicara Biksu Ling Pau langsung menderukan
Gadanya, secepat kilat Arya menghindar kesamping
dengan langsung mengatur kuda-kuda Jurus Belalang
Sembah, dimana tangan bertahan di depan dan kaki
ditekuk rendah, jika melihat jumlah musuh yang ada maka
dia harus pintar mengatur tenaga agar tidak cepat
113 terkuras, dia menggunakan silat biasa guna menjaga
tenaganya. Setelah serangan pertama tidak menemukan sasaran,
Biksu Ling Pau memutar Gadanya, ada serangan menuju
kepala, Arya langsung mengangkat tangan Kiri menahan
serangan itu BUGGG Sangat kuat pukulan itu, namun Arya sempat menekuk
tangan kanannya dan menghantam kepala Biksu yang
tanpa pertahanan BUGGG Biksu Ling Pau oleng sedikit sedangkan Arya harus
terjungkal dua langkah, bahkan tangannya memerah,
mujur tadi dia sempat melindungi kepala, jika tidak, pasti
kepala itu sudah remuk, sedangkan Biksu Ling Pau
seakan tidak merasakan efek pukulan Arya, bahkan dia
menyeringai mengejek. Walau Biksu Ling Pau tidak menggunakan Peringan
Tubuh namun serangan penuh tenaga dalam dan
tubuhnya kebal pukulan, pantas dia terkenal hebat,
membuat Arya semakin penasaran
114 Biksu Ling Pau mencoba menyerang kembali dengan
Gadanya, Arya Melompat dibawah selangkangan lalu
bangkit dan langsung mengirim tendangan ke arah
punggung. BUGGG Lagi-lagi tubuh gemuk itu hanya tersurut satu langkah,
menoleh dan menyeringai tenang
"Apakah hanya sampai di sana kehebatanmu Bocah"!!"
bentak Biksu Ling Pau seraya menyerang lagi, Arya
tambah pensaran dengan terus menghindar tidak berani
menagkis kembali gada itu dengan sesekali mengirim
serangan, sangat jelas dalam kelincahan Arya lebih
unggul bahkan serangannya banyak yang bisa mengenai
lawan, walau lawan tidak terpengaruh.
Tokoh-tokoh yang melihat perkelahian itu tersenyum
geli" "Apakah hanya sampai di sana kebehatan orang yang
berjuluk Dewa Itu" cibir Nenek Peniup Dupa
"Ah" tidak asik... rugi aku datang kemari?" celetuk
Bocah Setan Tua seraya tiduran di tanah berbantal batu
kecewa 115 "Hahahaaa" kesaktian seperti itu malah mau
menantangku" tawa Datuk Pengemis Nyawa sombong
"Tidak"!!, apakah kalian tidak merasa janggal... kalau
kesaktian bocah itu hanya sampai disini, kenapa tak
satupun pukulan Biksu Ling pau mengenainya?" ujar Si
Buta Sadis yang hanya bisa memperhatikan dengan
pendengaran supertajamnya.
"Benar, dia hanya main-main?" jawab Aji Mahendra
dengan wajah serius menatap pertempuran yang imbang
itu. Dia sudah pernah berhadapan dengan Dewa Iblis dan
dia tau jika Dewa Iblis sejak tadi hanya menggunakan
Satu jurus saja yaitu Jurus Belalang Sembah, walaupun
Biksu Ling Pau telah berganti beberapa jurus, membuat
semua kembali tertuju pertempuran dengan serius...
"Biksu Ling Pau" Cepat kau binasakan Bocah itu... "
Teriak Datuk Pengemis Nyawa
"Baik"!! Jika kau izinkan aku merenggut nyawanya"!!"
Jawab Biksu Ling Pau seraya mengambil Tasbih besar
yang melilit lehernya... "TASBIH BUDA PENCABUT NYAWA?" teriak Biksu Ling
Pau keras sambil melempar Tasbih, bagaikan sebuah
gasing dari baja tasbih itu berputar menderu kearah Arya,
dengan sigap dia melompat menglindar namun anehnya
tasbih itu seperti bermata terus mengejar Arya, Arya terus
116 menghindar, saban kali tasbih mengenai benda, benda itu
langsung hancur berantakan, begitu kuatnya tenaga
dalam yang mengiringi tasbih itu. Tak hanya harus
menghindari kejaran tasbih bermata, Arya juga harus
meloncat kesana kemari dari kibasan Gada yang di
pegang Biksu Ling Pau Semua mata yang menyaksikan terkejut takjub pada
keluwesan tubuh Arya menghindari dua serangan yang
saling menderu, dia berkelit, merunduk, bersaltu dan
berlarian dengan cepat. Arya yang berusaha mengirit tenaganya harus berjuang
mati-matian menghindari serangan mematikan Biksu Ling
Pau, dah hal itu juga bisa menguras tenaganya dengan
cepat. Saat Tasbih hendak mengarah tubuhnya dia melenting ke
udara dan berteriak "GADA BUDA... " seketika itu pula dari kedua tinjunya
menderu udara padat sangat panas menhantam tasbih
Biksu Ling Pau BEMMMM BEMMMM 117 Seketika itu pula Tasbih terpental dan dan hancur
berantakan, Biksu Ling Pau terkejut bukan kepalang,
bukan hanya lantaran jurus Arya menghancurkan
tasbihnya, namun jurus yang digunakan Arya adalah
Juruh sangat terkenal di Tiongkok milik Biksu Hong Pek
petinggi Saolin, ternyata dikuasai orang Jawa Dipa hingga
tidak sadar ada serangan balasan dari Arya
"GADA BUDA" Kembali angin menderu dari tinju jauh
Arya menghantam biji-biji tasbih yang bertebaran, hingga
biji-biji itu terdorong kuat melesat ke tubuh Biksu Ling
Pau, Biksu Ling Pau terkejut menangkis biji-biji itu dengan
gadanya. Namun... PLAK... PLAK" PLAK"
Tiga Biji tasbih sebesar kelereng menghantam perut
Biksu Ling Pau hingga dia tersurut empat langkah, dan
darah segar menyembur dari muluknya... dia roboh
bertopang Gada, semua yang menyaksikan terbelalak
hebat, terutama Aji Mahendra, yang menyangka Arya
hanya menang curang, kini menyaksikan kehebatan Arya
yang sebenarnya. "Katakan siapa gurumu?" Tanya Biksu Ling Pau parau
bertopang Gada dan memegang perutnya
"Guru ku Banyak?" jawab Arya singkat
118 "Tapi kau menggunakan jurus milik Biksu Hong Pek,
namun silatmu bukan aliran Saolin" kejar Biksu Ling Pau
penuh penarasan, kembali dia memuntahkan darah segar
"Aku memang pernah berguru pada Biksu Hong Pek, kau
jangan banyak bicara dan bergerak jika masih sayang
pada nyawamu?" ujar Arya Tegas, Biksu Ling Pau sadar,
maka dia cepat-cepat bersemedi memusatkan tenaga
dalamnya untuk menekan luka dalam.
"Datuk Pengemis Nyawa, Aku hanya punya urusan
dengan mu... jangan gunakan orang lain sebagai
korban?" teriak Arya. Pada deretan tokoh yang berdiri di
mulut gua", membuat Datuk Pengemis Nyawa menahan
geram, dia hendak melompat namun sebuah tangan
menahannya. "Aku ingin mengujimu?"" tiba-tiba sesosok tubuh
melayang ringan di atas udara dengan mengembangkan
Jubah Hitam besarnya seperti kelilawar. Dia adalah joko
Kewel atau pendekar Kelilawar hitam, dia benar-benar
terbang melayang-layang di udara... dari atas udara dia
menjatuhkan benda sebesar kepalan tangan orang
dewasa pada Arya, Arya melompat ringan kesamping...
BOMMMMMMM Sebuah ledakan besar menggetarkan tempat itu membuat
Arya terpental dua tombak saking kuatnya hempasan
119 ledakan itu, namun cepat-cepat bangkit karena Joko


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kewel kembali menjatuhkan benda yang sama" dia
melompat lumayan jauh dan berlindung di balik batu"
BOMMMMMM Kembali bumi seperti gempa, melihat Arya kalang kabut
Joko Kewel tertawa-terpingkal-pingkal di atas udara,
Datuk Pengemis Nyawa juga tertawa dengan puas.
Namun tidak bagi Bocah Setan Tua dan Nenek Peniup
Dupa serta Aji Mahendra setelah melihat bagaimana Arya
menjatuhkan Biksu Ling Pau, dia penasaran jurus apa lagi
yang akan di gunakan Dewa Iblis untuk melawan orang
yang kini ada di atas udara...
"Kau tidak bisa menghindar dari seranganku Dewa
iblis?" teriak Joko Kewel yang kini berputar-putar di atas
persembunyian Arya, lalu menghantamkan benda itu lagi,
lagi-lagi arya melompat menjauh"
BOOOOOOMMM "GADA BUDA?"" teriak Arya sambil menghidari
serangan Joko Kewel, menyadari ada deruan angin dari
bawah... Joko Kewel memiringkan sayapnya hingga
serangan itu lewat di sebelahnya, sejak tadi dia sudah
waspada pada tangan Arya yang bisa mengeluarkan
serangan Jarak jauh itu...
120 "Kau tidak bisa mengalahkanku dengan jurus yang sama
Dewa Iblis, aku sudah tau itu" hahahahaaaa" ledek Joko
Kewel dengan lagi menghantamkan bendanya ke arah
persembunyian Arya" BOOOOOMMMMM Kembali tempat itu meledak dahsyat, dan tidak di lihat
ada kelebatan manusia yang menghindar, membuat
semuanya terbelalak"
"Hahahaha" mampus kau" " teriak Joko Kewel penuh
kemenengan... Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu secara
sembunyi menetap nanar, Dewa iblis Akhirnya bisa di
kalahkan oleh Joko Kewel. Ada yang turut bahagia,
namun juga ada yang berduka.
Di mulut gua, semua orang tertawa senang akan
kemenangan itu. "Yah sudah selesai pertunjukannya... " Kecewa Bocah
Setan Tua "Secepat itukah " rugi aku keluar dari pertapaan?"
Nenek Peniup Dupa juga kecewa
121 "Tenang saja Bocah Setan Tua dan Nenek Peniup Dupa,
kalian jangan kecewa, sebentar lagi kita akan pesta
meriah, tentu kalian akan senang?" ceria Datuk
Mengemis Nyawa terpingkal-pingkal senang
Namun Aji Mahendra dan Pengemis Laknat merasa heran
melihat Si Buta Sadis tidak sesenang mereka
menyaksikan kekalahan Musuh yang mereka nantikan itu.
"Kenapa kau Buta Sadis" sepertinya tidak senang kita
menang... ?" Tanya pengemis Laknat membuat
semuanya menoleh pada Si Buta Sadis Heran
"Kita belum menang?"!!" ujarnya pelan bergetar.
Membuat semuanya terkejut.
"Apa maksudmu, jelas-jelas Dewa Iblis telah terkena
serangan Joko Kewel" bantah Aji Mahendra
"Benar apa yang di katakana Si Buta Sadis...
pendengarannya lebih peka dari mata kita yang
terkecoh" lihat di atas?" ujar Nenek Peniup Dupa
serius, mereka sama menoleh pada Nenek Peniup Dupa
dan Bocah Setan Tua yang serius melihat sebuah pusat.
Semuapun melihat arah pandang mereka.
Jika Bocah Setan Tua dan Nenek Peniup Dupa saja
terkejut dan terbelalak, tentu yang lain lebih terbelalak
lagi, melihat sesosok tubuh yang kini mengambang di
122 udara tanpa sayap mengatur serangan, memperhatikan
Joko Kewel yang asik berputar merayakan kemenangan...
"Joko Kewel awas di sampingmu... " Teriak Datuk
pengemis Nyawa membuat Joko Kewel terkejut dan
menghentikan putarannya. Dan itu yang di tunggu Arya...
"BELIUNG SAMUDRA?" terianya... seketika itu pula dari
kibasan kedua tangannya menderu angin yang sangat
dahsyat seperti hembusan taufan besar... membuat Joko
Kewel terbelalak... tak ayal Jubahnya yang terentang
lebar berkelebar hebat dan membawa serta tubuhnya
seiring hembusan angin ke tebing
BUGGGGGG Tubuhnya terbanting kuat ke tebing batu... dan
mengelosor lemah ke bawah tak sadarkan diri. Semua
mata yang menyaksikan semakin menggigil melihat
kehebatan Dewa Iblis yang dengan ringan turun berlahan
menginjak bumi. "Ilmu Peringan tubuh apa itu?"?" Tanya Bocah Setan
Tua "Aku juga tidak tau, baru kali ini aku menyaksikan orang
bisa mengambang di udara tanpa sayap" tegun Nenek
Peniup Dupa 123 "Kau tidak akan menang melawannya Datuk Tua?"
Ledek Bocah Setan Tua pada Datuk Pengemis Nyawa
yang semakin geram... "Aku sudah melihat ilmu-ilmunya, jadi aku bisa
mengatasinya?" bela Datuk Pengemis Nyawa
"Dia pasti masih memiliki ilmu simpanan, kau lihat
sendiri... kedua temanmu ditumbangkan dengan jurus
yang berbeda" terang Nenek Peniup Dupa
menyadarkannya. "Kau bisa menang jika mengeroyoknya secara
bersamaan. Terbukti dia kewalahan saat melawan Tasbih
dan Gada Biksu Ling Pau" usul Bocah Setan Tua
"Kau menyetujui dia main keroyoan?"" Tanya Nenek
Peniup Dupa "Dari pada tak ada pesta kemenangan?"" jawab si
Bocah tenang "Benar juga... hahahahaha... " jawab si nenek terkekeh
"Tidak"!! Sebelum aku menjajalnya?" tiba-tiba Si Buta
Sadis melompat turun sendirian"
Arya sudah terengah-engah nafasnya, terbukti tenaganya
sudah banyak terkuras. Dia menatap kecewa dengan
124 orang yang datang, karena bukan Datuk Pengemis
Nyawa... tentu ilmunya lebih tinggi dari sebelumsebelumnya... dan dia harus berjuang mati-matian lagi.
guna menumbangkan kakek Buta memegang tongkat
Bambu Kuning yang kini berdiri di hadapannya.
Arya melihat ke atas, masih ada empat orang sebelum
Datuk Pengemis Nyawa yang harus di lawannya... dia
berfikir Nenek Berwajah menor, serta Bocah tidak
mungkin orang sembarangan itu juga harus di lawan.
Masih lagi seorang tua memegang tongkat bermata besi
berbentuk bulan sabit yang tak lain adalah Pengemis
Laknat Guru Boma, dan Pendekar Pedang Naga... lalu
terakhir datuk Pengemis Nyawa... jika melihat itu semua,
tenaganya tidak akan mampu.
Arya menarik Nafas berat, bagaimanapun caranya, dia
harus mampu menyapu dendam kesumatnya pada Datuk
Pengemis Nyawa, dia sudah mati-matian belajar ilmu
Beladiri dan mencari Datuk itu kemana-mana, dia tidak
akan menyerah sampai di sini...
Tiba-tiba sesosok bayangan hijau berkelebat dan berdiri
di samping Arya. Membuat Aji Mahendra terbelalak
melihat sosok yang kini berdiri berhadapan dengan Si
Buta Sadis.Arya juga tak kalah heran pada orang yang
kini melangkah ke depannya berhadapan langsung
dengan Si Buta Sadis 125 "Kirana"!!" pekik Arya pada gadis di depannya, gadis itu
hanya menoleh tersenyum Menawan
"Urusanmu dengan Datuk Pengemis Nyawa, sejak tadi
aku tidak tega kau harus berurusan dengan orang yang
bukan urusanmu"!!"
"Sejak tadi?"" arya semakin terkejut
"Ya sejak tadi aku sudah ada di sini, dan sudah sejak
kemarin aku mengikutimu. Maaf jika informasiku tentang
keberadaan datuk Pengemis Nyawa salah, ternyata dia
memang ada di rawa lintah" dia berfikir kesalahan
informasi yang dia terima bukan karena Kyia Banjar
Banyu Bening dan Kyai Koneng. Kerena beliau juga
mendengar informasi dari orang lain.
Lagi-lagi mereka dikejutkan oleh kelebatan sesosok
berpakaian putih dan kini berdiri di samping Arya
"Bintang Kusuma?"?"" Arya semakin heran pada orangorang yang jelas-jelas ingin membantunya membela
nyawa... "Aku kan sudah jelas-jelas memintamu kembali ke Bukit
Gembala... !!" "Tidak mungkin aku kembali begitu saja... bagaimana
caranya aku menjawab pada calon mertuaku, jika tidak
126 membantumu?" senyum Bintang Kusuma,
sesungguhnya Arya ingin menolak bantuan mereka,
karena ini adalah urusan pribadinya, namun dia benarbenar kehabisan tenaga, sedangkan musuh aslinya masih
sehat di atas sana. "Datuk Pengemis Nyawa" cepat Turun bawa serta
antek-antekmu. Kami siap melawan kalian semua,
terutama dia... " Tunjuk Kirana pada Aji Mahendra yang
semakin pias di tempatnya. Bukan lantaran dia takut
beradu ilmu dengan Kirana, tapi dibelakang kirana ada
Kyai banjar Banyu Bening dan Kyi Koneng serta tokoh
aliran putih lainnya, dia bisa dimusuhi aliran putih. Walau
dendamnya pada Dewa Iblis sangat besar, namun dia
lebih takut terusir dari aliran kebanggaannya itu.
Nenek Peniup Dupa dan Bocah Setan Tua yang hendak
pula membantu Datuk Pengemis Nyawa mengurungkan
niatnya melihat siapa yang kini membantu Arya, bukan
lantaran mereka takut pada pendekar muda itu. Tapi
kirana adalah Orang kesayangan Kyai Banjar Banyu
Bening tokoh sakti belahan timur, dan Bintang Kusuma
adalah calon menantu Racun Barat yang juga tokoh sakti.
Dan bukan pula mereka takut pada tokoh sakti persilatan
itu, bagi mereka kata takut telah di hapus dari
kehidupannya, namun mereka merasa risih dan tidak
enak hati jika harus berurusan dengan tokoh sakti
dibelakang mereka. 127 "Aku tidak mau ikut campur urusan kalian... " Kata Nenek
Peniup Dupa seraya berkelebat cepat meninggalkan
tempat itu sambil menggendong Bocah Setan Tua.
Datuk Pengemis Nyawa menggeram hebat seraya
meluncur turun di susul Pengemis Laknat sedangkan Aji
Mahendra masih di tempatnya bingung.
Kini di Arena sudah berdiri imbang antar sebelah pihak.
Pada barisan Datuk Pengemis Nyawa ada Si Buta Sadis
dan Pengemis Laknat, sedangkan di Barisan Dewa Iblis
ada Kirana atau Dewi Pedang Bulang dan Bintang
Kusuma, tidak perlu di Tanya siapa yang akan dilawan
oleh Arya, pilihannya pasti tertuju pada Datuk Pengemis
Nyawa. "Kalian jangan ikut campur urusanku hanya dengan Dewa
Ibils... " bentak Pengemis Laknat sangar
"Dan aku tidak merasa punya urusan denganmu...
urusanku hanya dengan Datuk Pengemis Nyawa" jawab
Arya Tegas. "Kau telah membunuh muridku dengan sadis, masih mau
bilang tidak punya urusan denganku"!!" Geram
Pengemis Laknat penuh amarah
"Siapa kamu dan siapa muridmu aku tidak tau, yang jelas
aku tidak bermaksud membunuh seorang pun"kecuali
128 antek dan Datuk Pegemis Nyawa, kalau terbunuh aku
tidak tau... " jawab Arya tanpa melihat lawan bicaranya,
dia tetap telak menatap Datuk Pengemis Nyawa...
"Lalu Boma Ketua Perampok Tapak Langit yang kau
siksa sampai mati itu apa"!!" bentak Pengemis Laknat,
membuat Arya dan Kirana terkejut, karena mereka tau
kematian Boma, dan ternyata yang berdiri di depan
mereka kini adalah gurunya yang menuntut balas.
"Boma tidak aku bunuh tapi dia bunuh diri?" bela Arya
"Murit Bejatmu itu memang pantas mati kakek tua... "
Teriak Kirana menahan geram, dia ingat saat Boma
hendak memperkosanya, mujur Arya dating membantu
dan membasminya. Jika tidak entah nasibnya sekarang
seperti apa. Kirana menggeser tempat berdiri yang
awalnya berhadapan dengan Si Buta Laknat kini jelas dia
menginginkan berhadapan dengan Pengemis Laknat guru
Orang yang hendak membuatnya celaka.
"Buta Sadis" Kau lawanku?" tantang Bintang kusuma
seraya melangkah berhadapan dengan Buta Sadis, walau
dia buta, namun dia bisa membaca aliran gerakan lawan.
"Hahahahaaaa ternyata aku harus berhadapan dengan
Murid atau Keturunan Gema Samudra, bagaimana kabar
Gema Samudra" apakah kakinya tetap pincang" ?""
Tanya Si Buta Sadis Mengejek
129 "Sungguh kau Bangsat Buta Sadis, kau menikamnya saat
lemah selesai bertarung dengan Pendekar Naga Api. Kau
mengambil kesempatan saaat Gema Samudra interahan
memulihkan lukanya"!!" geraam Bintang Kusuma yang
teryata memiliki urusan serius dengan Si Buta Sadis
Arya terkejut mengetahui orang yang membantunya
ternyata punya urusan serius dengan para Antek Datuk
Pengemis Nyawa. Jadi dia tidak perlu punya hutang budi
pada penolongnya, karena mereka memang punya
urusan sendiri. "Sungguh garis langit memang tidak bisa di baca,
ternyata kita sama-sama memiliki urusan sendiri?"
terang Datuk Pengemis Nyawa...
"Sudah" jangan banyak cakap"!! Berbicara terus hanya
membuang waktu?" bentak Arya setelah dirasa nafasnya


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berangsur pulih... dan mereka tidak sadari selama terjadi
perbincangan Arya telah memulihkan tenaganya...
"Aku ingin tau darahmu berwarna apa anak muda...
hingga berani menantangku?" bentak Datuk Pengemis
Nyawa seraya mengirimkan serangan jarak jauh berupa
hembusan angin padat sangat panas menderu ke tubuh
Arya. Arya malah tidak menghindar serangan itu, namun
tangannya dikibaskan menghantam pukulan Datuk
Pengemis Nyawa, seperti sebuah bola pukulan itu
terpental hingga meledak di kejauhan
130 "Hiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat?" Pengemis Nyawa
melompat begitu pula Arya. Bukan hanya mereka, Kirana
dan Pengemis Laknat serta Bintang Kusuma dan Si Buta
Sadis saling serang, membuat alam di sekitar menjadi
bergetar. Mereka mencari tempat pertarungan sendiri-sendiri, tidak
mungkin jika mereka berdekatan dengan tertarungan
lainnya, takut terkena serangan salah sasaran dari
pertempuran sebelahnya...
Arya mengejar Datuk Pengemis Nyawa hingga ke dalam
gua, itu merupakan siasat Datuk pengemis Nyawa yang
tidak di sadari Arya, di dalam Gua yang sempit. Dewa
Iblis tidak akan bisa menggunakan Jurus Melayang dan
juga Pukulan Gada Buda yang bisa membuat Gua
ambruk dan mereka tertanam di sana bersamaan, jadi
yang perlu di waspadai hanya Beliung Samudra, dan di
tempat yang sempit ini Arya tidak akan mampu
mengumpulkan angin sebanyak-banyaknya, jika Arya
menggunakan serangan itu tentu kecil saja efeknya.
Arya sedikit terkejut sesampainya di gua itu, Tadi dia lihat
Pendekar Pedang Naga ada di sana, dia mengira akan
menghadapi dua musuh di dalam gua itu. Namun ternyata
kini Pendekar Pedang Naga tidak ada di sana. Entah dia
ada di mana, namun dia harus tetap waspada pada
beberapa lubang Gua yang jadi pintu, bisa saja Pendekar
131 Pedang Nyawa sembunyi dan menyerangnya ketiga
lengah. Datuk Pengemis Nyawa hanya tersenyum lawannya
terjebak pancingannya itu.
Di tempat lain tepatnya samping Rawa lintah telah terjadi
pertempuran sengit Antara Pengemis Laknat dan Kirana,
dentingan benda keras antara Pedang Bulan dan Tongkat
Punama Pengemis Laknat saling beradu kuat, hingga
memercikkan Api di sana-sini.
Tak jauh di tempat itu diantara batu-batu cadas tepi
tebing... Bintang Kusuma melayani serbuan Bambu
Kuning Si Buta Sadis yang kerasnya menyerupai besi
murni kelas terbaik, pedangnya terus beradu saling
memberi dan menerima dengan kuat.
Pertempulan kali ini berbeda dengan pertempuran Dewa
Iblis dengan lawan sebelumnya. Karena pertempuran
sekarang melibatkan emosi yang sangat tinggi untuk
saling membunuh lawan... Arya tau bahwa dia tidak bisa menggunakan jurus-jurus
hebatnya di dalam gua, dalam posisi ini dia hanya bisa
menggunakan pertarungan jarak dekat, Melihat Datuk
Pengemis Nyawa menggunakan senjata Akar Kayu Jati
Berwarna Hitam yang jelas bukan kayu sembarangan,
maka Arya menggunakan jurus Putri Bulan, jurus yang
132 baik untuk melawan musuh bersenjata, karena jurus itu
untuk pertarungan jarak sedikit jauh, sedangkan untuk
menggunakan jurus Belalang Sembah yang memiliki
pertahanan dan serangan lumayan bagus, tidak mungkin.
Walaupun Arya memiliki ambisi untuk membunuh Datuk
Pengemis Nyawa, dia tidak boleh gegabah, apalagi
musuh yang dihadapi adalah tokoh sesat yang sangat
sakti, dan dia sadar telah terpancing ke tempat yang
membuatnya tidak bisa menggunakan ilmunya secara
bebas, bisa-bisa dia yang tidak selamat keluar dari dalam
gua itu, dia harus mampu bertahan untuk mengetahui
kekuatan dan jurus-jurus lawan sehingga bisa berfikir
untuk memberikan balasan sesuai dengan kelemahan
jurus lawan. "Hiaaaaat... " Datuk pengemis nyawa menyodokkan
tongkat akar jatinya ke dada Arya, Arya surut tiga langkah
namun serangan itu terus memburu membuatnya harus
bekelit ke samping, Melihat musuhnya berkelit Pengemis
Nyawa tidak tingal diam, dikibaskan tongkat itu ke
samping, Arya merunduk dan berguling menghindari
tendangan Pengemis Nyawa. Terbersit Kagum dan juga
geram Pengemis Nyawa melihat kecepatan dan kelihaian
Arya menghidari semua serangan mautnya, dia terus
memburu dengan serangan-serangan tongkat melihat
arya tidak mampu memberi balasan, bahkan serangan
Datuk Pengemis Nyawa semakin cepat dan menderukan
133 angin yang sangat hebat membuat Arya terbelalak... dia
tidak menyangka pada serangan yang tergolong masih
dasar namun sudah mematikan, Arya pun meningkatkan
jurus Putri Bulan pada level pertengahan guna
menghindari serangan Datuk Pengemis Nyawa yang
semakin membabi Buta. Seiring menderunya tongkat juga
tersisa bias-bias angin hitam yang cukup sangit.
"Ini Racun?" geramnya dalam hati, seraya menahan
nafas dan mengerahkan hawa murni dalam dada untuk
mengumpulkan seluruh racun yang telah tersedot,
mengumpulkannya di bawah pusar dan menghembuskan
lagi keluar. Melihat musuhnya masih sehat bahkan terus mampu
menghindari serangan Datuk Pengemis Nyawa,
membuatnya semakin kalap, padahal racun yang keluar
dari Akar Kayu Jati Hitam itu adalah ciptaan Racun Barat
yang terkenal sangat mematikan, racun yang bisa
menghancurkan semua saraf dan otot orang yang
menghirupnya... Berarti Dewa Iblis memang bukan orang
sembarangan yang pantas dia remehkan.
Arya melompat ke sisi tebing guna mencari udara segar
yang terhembus dari lubang-lubang cahaya, Pengemis
Nyawa terus memburunya dengan tongkat anehnya. Arya
melompat ke samping BLARRR 134 Tembok Gua bergetar bersama beberapa atap gua yang
runtuh membuat semuanya surut guna menghindari batubatu itu. Semuanya sama terkejut menyadari betapa
rapuhnya batu-batu gua itu.
"Apakah kau ingin kita sama-sama terkubur di gua ini
Dewa Iblis?"" "Asalkan kau mati, aku tidak akan menyesal mati juga?"
bentak Dewa Iblis seraya mencabut Kayu Cendana yang
sejak tadi terselip di pinggangnya, seketika Gua yang
sedikit bau lembab itu menyebar harum kayu cendana.
Dia terpaksa mengeluarkan senjata karena tidak mungkin
dia melawan Pengemis Nyawa dalam pertarungan jarak
dekat ini tanpa senjata, sejak tadi dia hanya bisa
menghindari saja serangan Tongkat Pengemis Nyawa.
Tidak mungkin dia menangkis tongkat itu dengan tangan
kosong, melihat tongkat itu mampu menghancurkan
beberapa batu yang salah sasaran, bisa-bisa tangannya
remuk jika dipaksakan berbenturan. Datuk Pengemis
Nyawa yang telah tau dari Pendekar Pedang Naga tidak
terbuai dengan harum Kayu Cendana. Diapun menutup
hidungnya dengan kain agar tidak ada hawa racun yang
terpancar dari kayu cendana Arya masuk ke tubuhnya.
"Dasar Iblis" kau kecoh musuhmu dengan harum kayu
cendanan ini?" bentak Pengemis Nyawa.
135 "Kau juga menggunakan racun yang ada di Tongkat
bututmu itu?" jawab Arya
Di Luar Gua tepatnya di Tebing batu pertempuran antara
Bintang Kusuma dan Si Buta Sadis berjalan dengan
cepat, ledakan demi ledakan terjadi di mana-mana.
Bintang Kusuma terbelalak menyaksikan kehebatan
musuh bersenjata Bambu Kuning yang buta,
pendengarannya sungguh tajam membuatnya semakin
penasaran. Dilemparkan kembali senjata rahasianya
berupa cakram berbentuk bintang...
WEESSSS"WEESSSSS... WEESSSS...
Tiga bintang melesat dengat cepat menuju tiga titik tubuh
mematikan Si Buta Sadis", dengan cepat Buta Sadis
memutar tongkatnya... TRANG... TRANG... TRANG...
Tiga bintang terpental dengan kuat, bahkan ada yang
menancap pada batu cadas... sungguh hebat dan
cepatnya Bintang melempar senjatanya, Bintang semakin
terbelalak, nafasnya sudah kembang-kempis tenaganya
sudah semakin menipis... hampir suluruh kemampuan
telah di gunakan namun Si Buta Sadis menyambutnya
dengan santai" keringat dingin mengucur di tubuhnya,
dia tidak mungking meminta bantuan, karena yang lain
juga sama melawan musuh yang tidak mudah. Dia
136 teringat akan calon istrinya Putri Racun Barat yang jelita...
mungkinkah dia akan berahir di sini... "
"Bagaimana Bintang Kusuma?" Apakah kehebatanmu
hanya sampai disini?" Ujar Buta Sadis tenang
mendengar nafas musuhnya sudah ngos-ngosan...
"Kalau kau sudah enggan menyerang, biar ku akhiri
pertempuran ini dengan merampas nyawamu"
Hiaaaaaattttt... . " Buta Sadis langsung melenting tinggi
sambil memutar tongkatnya, dengan sisa-sisa tenaga
Bintang Kusuma bersiap menyambut serangan Buta
Sadis, dia tidak akan biarkan Buta Sadis merampas
Nafasnya, Ada seorang Dara Cantik yang menunggunya
pulang. Di tempat lain, tepatnya samping Rawa Lintah
pertempuran antara Kirana dan Pengemis Laknat berjalan
semakin cepat, beberapa lintar terburai isi perutnya
terkena injak atau serangan mereka yang nyasar...
sehingga air Rawa dan tepiannya penuh dengan darah,
juga Darah lengan Pengemis Laknat tercampur di sana.
Pengemis Laknat mengibaskan Tongkat bermata Besi
Bulan Sabit ke tubuh Kirana, Kirana berkelit kesamping
seraya menangkiskan pedangnya dan menyodokkan ke
lengan Pengemis Laknat, Pengemis Naknat terbelalak
tidak menyangka ada serangan sangat hebat itu. Cepat137 cepat dia lepaskan genggamannya pada Tongkat takut
terbabat pedang Kirana TRAAAAANG Tongkat itu jatuh ke tanah dan Pengemis Laknat mundur
tiga langkah, melihat musuhnya tak bersenjata tidak
membuat serangan Kirana surut, Nafsu membunuhnya
sangat tinggi teringat Murit Pengemis Laknat, Boma yang
hampir memperkosanya. "Hiaaaaaat... " Kirana terus membabatkan pedangnya,
membuat Pengemis Laknat yang sudah tanpa senjata
semakin kalangkabut menghindar.
CRAAAAS" Lagi-lagi bahu kanan Pengemis Laknat terbabat, dia
meringis Menahan sakit dan mendekap luka yang
mengucur darah segar itu, wajahnya pias menyaksikan
kehebatan Tokoh Muda yang sedang dihadapinya, sangat
salah tadi dia sempat merememhkanya, Pantas dia
menjadi orang kesayangan Kyai Banjar Banyu Bening.
Saking terperangahnya Pengemis Laknat, tidak sadar
tubuh Kirana telah melenting tinggi
"PEDANG BULAN MENUKIK GUNUNG?" teriak Kirana,
serta merta tubuhnya berputar bak gasing dengan pedang
138 dijulurkan ke depan... bagaikan pusaran taufan tubuh
kirana berputar menuju Pengemis Laknat
Pengemis Laknat perperangah dan melompat kesamping
mencoba menghindar CRAAAAASSSSSS Ada rasa dingin yang menyayat kulit leher Pengemis
Laknat, hingga dia tidak sempat berbalik melihat
penyerangnya, darah muncat tinggi dan tubuh Pengemis
Laknat menggeloros kejang-kejang lalu tidak bergerak
lagi, Kirana tidak mampu melihat kematian musuh
ditangannya sendiri itu, ada bercak air yang keluar dari
mata lentiknya. Dia seka seraya menatap mulut Gua yang
mengeluarkan kepulan abu hebat, bertanda di sana masih
terjadi pertempuran hebat.
Kirana hendak berkelebat ke Gua itu membantu Arya,
namun matanya terbelalak menyaksikan Bintang Kusuma
yang dibuat kucing-kucingan oleh Si Buta Sadis tidak jauh
dari tempatnya... "Hahahahahaaaa ku permainkan nasibmu anak muda?"
teriak Buta Sadis tersenyum penuh kepuasan seraya
mengibaskan tongkatnya. Bintang Kusuma berusaha
menangkis serangan dengan tenaga dalam hebat itu.
TRRAAAAANGGGG 139 Dua senjata bertemu menciptakan bunga api, Bintang
kusuma terpental dua tombak dan terjerembak di batubatu tebinng, namun dia cepat-cepat bangkit takut ada
serangan lagi, nafasnya semakin kembang kempis,
tubuhnya sudah luka-luka karena berulangkali jatuh ke
batu dan bangkit lagi, pedangnya sudah banyak yang
tumpul, bahkan tangannya telah mengucurkan darah,
beberapa jurus lagi dia sudah tidak mampu melawan.
"Hahahaha... lagi anak muda"!!" teriak Buta Sadis
melompat sambil mengibaskan tongkatnya, Bintang
Kusuma dengan sisa tenaga memegang senjatanya
dengan dua tangan hendak menyambut serangan Lawan.
TRRRAAAAANGGG" Buta Sadis terbelalak" tongkatnya bergetar hebat, cepatcepat dia mundur tiga langkah. Dihadapannya kini telah
berdiri seorang wanita yang juga mundur tiga langkah


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengontrol getaran senjatanya. Dan berdiri di samping
Bintang Kusuma. Bukan hanya Buta Sadis namun juga
Bintang Kusuma heran melihat gadis yang kini berdiri di
sampingnya, cepat-cepat Bintang Kusuma melihat ke
Sambing Rawa, dan keterkejutan semakin menjadi
setelah melihat Pengemis Laknat terkapar kaku dengan
kepala hampir putus. Buta Sadis tanpa menoleh namun
sudah dapat merasakan bahwa pertempuran di samping
rawa telah selesai, berarti kini yang juga hadir di tempat
140 itu adalah orang yang memenangkan pertempuran
Samping Rawa, dan tentu itu adalah Kirana.
"Hahahaha... Berarti sekarang aku berhadapan dengan
orang yang tadi hendak melawanku, ternyata kita
berjodoh nona"!! "
"Hati-hati ilmunya sangat hebat" !!" terang Bintang
Kusuma membuat Kirana tersentak
"Kita lawan berdua, setelah itu kita bantu Dewa Iblis"!! "
ujar Kirana, setelah dia rasakan benturan tadi, Si Buta
Sadis memang memiliki Tenaga Dalam Tinggi, dan dalam
keadaan Tenaganya terkuras melawan Pengemis Laknat,
tidak mungkin dia melawan sendirian. Kirana teringat
Arya, rasa khawatirnya semakin tinggi menyadari bahwa
Arya sebelumnya telah melawan dua orang... dia saja
melawan satu orang tenaganya hampir habis, apalagi
Arya. Dan sekarang dia harus berhadapan dengan Tokoh
paling hebat golongan hitam, Datuk Pengemis Nyawa.
Pertempurannya dengan Si Buta Sadis harus cepat
selesai agar dia bisa membantu orang yang menciptakan
taman Bunga di hatinya. "Baik... " jawab Bintang Kusuma dengan menyusun sisasisa tenaganya. Dan memegang senjatanya dengan dua
tangan yang bercelepotan darah.
141 "Baik anak muda" suatu yang pantas jika kalian
menghadapiku berdua?" cibir Buta sadis... namun
bukannya mereka berfikir untuk tidak keroyokan, malah
serangan dari dua arah menerkam Buta Sadis yang telah
pasang pendengaran dengan tajam dan meningkatkan
tenaga dalamnya hingga ke level atas.
Di dalam gua... dentuman ledaakan hasil benturan dua
senjata sakti milik Pengemis Nyawa dan Dewa Iblis
bercampur racun hitam sangit dan kekuningan harum
kayu cendana memenuhi ruangan itu...
"Hiaaaaat... " Arya melompat sambil memutar senjatanya
hingga mengeluarkan suitan nyaring, Pengemis Nyawa
mengibaskan senjatanya dari Arah bawah hingga
mengeluarkan deruan angin hebat. Melihat serangan
jarak jauh yang terkirim dari tongkat Pengemis Nyawa
membuat Arya urungkan serangannya seraya bersalto ke
bawah merangkak dengan cepat di tanah dan
membaabatkan kakinya... Pengemis Nyawa melompat ke
atas sambil menyodokkan tongkatnya ke bawah. Arya
berkelit ke samping dan menopangkan tangannya
mengangkat tubuh dan kakinya berputar ke atas
menerjang Pengemis Nyawa yang masih melayang.
Melihat serangan yang sangat cepat membuat Pengemis
Nyawa terkejut dan cepat-cepat menarik tongkatnya
seraya menyilangkan di depan dada.
142 DARRRR Tendangan Arya menghantam Tongkat Pengemis Nyawa,
membuat tubuh itu melayang ke atas membentur atap
goa, namun seiring terpentalnya tubuh pengemis Nyawa
ke bawah dia masih sempat membabatkan tongkatnya ke
tubuh Arya, melihat seragan sangat hebat Arya bersalto
ke belakang tiga kali DARRRR Pukulan pengemis nyawa menghantam tanah dengan
kuat membuat gua itu bagaikan di terpa gempa. Lagi-lagi
batu-batu atap anyak yang runtuh. Pengmis nyawa
bangkit sambil menyeringai menahan sakit di
punggungnya. "Hiaaaaat... " Lagi-lagi Ary memburu dengan cepat sambil
menyodokkan tongkatnya. Pengemis Nyawa berkelit ke
sangping dan mingirimkan kibasan tongkat pula menuju
kepala Arya, Arya menunduk namun tak pernah
dibayangkan tendangan Pengemis Nyawa mengancam
dari bawah, secepat kilat Arya silangkan lengan
BUGGGGGG Tubuh Arya tersurut ke belakang, hingga di lantai gua
tercipta garis kaki Arya tiga tombak. Mereka sama-sama
mengatur nafas yang sudah kebang-kempis, karena
143 tenaga yang dikeluarkan bukan hanya untuk menyerang
dan bertahan, namun juga untuk menghalau Racun yang
bertebaran di dalam gua itu. Tubuh kedua pendekar yang
sama berambisi membunuh lawan itu pun sama
kacaunya, pakaian sudah compang-camping dan lukaluka lebang tampak di sana-sini, sampai lebih seratus
jurus masih belum bisa ditafsirkan siapa yang bakal
menjadi pemenang... Kedua mata mereka sama awas dan memerah menahan
geram... walaupun bagaimana mereka tidak bisa
gegabah, tiba-tiba Pengemis Laknat yang ada di mulut
Gua tersenyum kecut membuat Arya tambah Geram.
"Mari kita jajal lagi ilmu siapa yang paling hebat Dewa
iblis?" "Hiaaaaat... " Arya langsung menyerang tanpa menjawab
kata-kata itu, diputarnya senjata Kayu Cendananya
hingga menderu bagainkan ribuan tawon" dia melesat
cepat ke tubuh Pengemis Nyawa, bukannya beriap
pengemis nyawa malah menancapkan tongkatnya ke
lantai gua, hingga berdiri di samping pengemis nyawa
tanpa di pegang, lalu Pengemis Nyawa membuat kudakuda rendah yang kokoh seraya menyilangkan kedua
tangannya di depan dada, tindakan Pengemis Nyawa
membuat Arya tersenyum karena dia tau senjatanya itu
144 tidak bisa di tahan oleh tangan sekuat apapun, besi saja
bisa hancur apalagi tangan kosong.
"Hiaaaaaat?" Arya semakin kalap melihat kesempatan
"JURUS PENCABUT NYAWA... " teriak Pengemis Nyawa
tatlaka serangan Arya tinggal sedepa. Membuat Arya
berbelalak, seiring kedua tangan pengemis Nyawa terjulur
berbentuk cakar tubuh Arya yang meesat cepat berhenti
seketika bagaikan membentur tembok baja, Pengemis
Nyawa mengepalkan cengkramannya membuat isi dada
Arya remuk, seketika dia pusatkan tenaga dalamnya
untuk menjaga segala isi dadanya. Saking semangatnya
dia tidak ingat jika pengemis Nyawa memiliki Ajian sangat
mengerikan yang bisa menarik Organ dalam musuhnya
hingga terburai keluar, sejak tadi dia sudah berusaha
untuk menghindar dari berhadapan langsung, agar
Pengemis Nyawa tidak bisa mengeluarkan jurus
mematikan itu. Namun kekalapannya tadi membuatnya
lengah, dan kini Jurus itu tak bisa di hingdari lagi.
Arya merapalkan kedua tangannya di depan dada sambil
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya untuk bertahan.
Pengemis Nyawa menarik-narik tangannya seakan isi
dada Arya ada di kepalan tangannya, baik Arya maupun
Pengemis Nyawa sama-sama bergetara hebat, bahkan
kakinya mengepul tanda kerahan tenaga dalam yang
sangat kuat. 145 "Aaaaaahhhh... . " Arya semakin kebingungan, tenaga
dalamnya yang sejak tadi terkurah hebat, kini harus
menghadapi jurus maut Pengemis Nyawa, darah segar
dimuntahkannya" bahkan kepalanya pening dan
matanya berkunang-kunang. Jika begini terus dia tidak
akan sanggup lagi mempertahankan isi dadanya...
"Krek"Krek... Krek?" kepalan Pengemis Nyawa
semakin kuat juga giginya yang saling merapat hebat, dia
semakin bernafsu melihat Arya memuntahkan darah
segar, dia tau juka Arya tidak akan mampu bertahan
dengan ilmunya itu. Sampai sekarang tak seorangpun
yang bisa selamat dari jurus maut itu.
Arya terduduk di tanah kakinya kejang-kejang"
Di luar Gua, Si Buta Sadis, Kirana dan Bintang Kusuma
sama terkejut hingga menghentikan pertempurannya,
karena mereka tidak mendengar lagi pertempuran di
dalam gua, bahkan lengang, mereka berfikir pertempuran
di sana sudah selesai, namun siapa yang jadi pemenang,
sampai saat ini tidak seorang pun yang meninggalkan
Gua, apakah mungkin semuanya tidak selamat... " atau
sama sekarat... " Merekapun sama-sama saling tatap tajam untuk segera
menyelesaikan pertempuran, guna melihat keadaan
Gua... 146 "Hiaaaaaat?" Kirana kirimkan tebasan pedangnya,
disusul Bintang Kusuma mengirimkan hal yang sama. Si
Buta Sadis menyambutnya dengan putaran Tongkat
Bambu Kuningnya. Pertempuran kini berjalan dengan imbang, jelas jika si
Buta Sadis memiliki Ilmu sangat tinggi, bahkan melawan
dua orang yang bukan sembarangan dia masih mampu
membuat balasan, membuat Kirana dan juga Bintang
mundur ke kelakang menghindari kibasan senjata Buta
Sadis Kirana mendekati Bintang Kusuma dan membisikkan
sesuatu, Bintang Kusuma hanya mengangguk dan
memberikan benda pada Kirana
"Serang lagi... " teriak Kirana, secara bersamaan mereka
melakukan serangan dari dua arah untuk mengecoh
pendengaran Buta Sadis, Buta Sadis hanya tersenyum
kecut, serangan seperti itu sudah pernah dilakukan
mereka, manamungkin dia akan terkecoh,
pendengaranya sangat peka...
TRANG... TRANG... Kembali dua pedang itu dapat ditangkisnya... namun
matanya terbelalak ketika mendengar desingan senjata
rahasia Bintang Kusuma menuju kaki kanannya, dia
pindahkan kaki itu ke samping. Namun dia tidak sadar jika
147 ada dua senjata yang terlempar dan itu mengarah kaki
kirinya. CRASSSSS" "Ah"... " Buta Sadis terpekik mundur dua langkah
mendekap pahanya yang robek. tidak mungkin jika
Bintang kusuma yang ada di samping kanannya bisa
melemparkan senjata dari Arah kiri.
"Ternyata rencanamu bagus kirana?" puji Bintang
Kusuma "Walau tidak se lihai kamu dalam melempar senjata,
setidaknya senjata itu bisa melukainya?" ujar Kirana,
tetap awas menatap Buta Sadis, ternyata yang diminta
Kirana pada Bintang Kusuma adalah senjata Rahasianya.
dan walau lemparan Kirana tidak sebagus Bintang hingga
hanya bisa menciptakan goresan di paha Buta Sadis,
hingga buta sadis pincang... jika Lemparan Bintang yang
mengenainya tentu senjata itu jelah membuat sebelah
kaki Buta Sadis lumpuh. "Bangsat?"!!!" teriak buta sadis" memburu Bintang
Kusuma memutar sentajanya... Kirana melompat ke
samping menjauhi Bintang, membuatnya ketakutan,
karena Bintang sadar tidak akan mampu menyambut
serangan Buta Sadis sendirian...
148 "Lemparkan senjatamu?"" teriak Kirana seraya berlari
cepat ke arah yang berlawanan dari Buta Sadis...
menyadari ada suitan senjata rahasia Bintang kusuma,
Buta Sadis hentikan langkahnya berusaha menangkis
cakram-cakram bintang TRANG... . TRANG... TRANG
Tiga Bintang kembali terpental, namun tidak sampai di
sana keterkejutannya, pendengarannya sangat peka
menyadari Kirana telah ada di belakangnya memberi
seranga "Hiaaaaat... !!" teriak Buta Sadis seraya menyodorkan
tangan kirinya ke belakang, Angin hebat menderu Kirana
merunduk menghindari serangan itu.
BLAAAAR Pukulan jarak-jauh yang sangat mematikan itu
menghantam batu besar seperti gajah, membuat batu itu
hancur... seiring ledakan itu... pedang Kirana telak
membabat paha Buta Sadis...
CRAAAAASSSSSS... "Ah?"" buta Sadis terkejut bukan main, namun masih
sempat kirimkan pukulan Tongkatnya pada Kirana yang
149 ada di bawahnya, kirana tidak kalah panik, dia tidak
punya kesempatan untuk menahan serangan itu.
CROOOOTTTTT... BUGGG Pukulan itu belesat melenceng dari kepala Kirana,
menghantam batu... "Ahhhh?" Buta Sadis semakin tergagap melita sebuah
Bintang kini Angslup di lengan kanannya, kirana cepat
berlasto ke samping Bintang Kusuma, yang menyaksikan
nasib Buta Sadis... "Trimakasih?" ucap Kirana
"Kau memang cerdas nona?" puji Bintang Kusuma salut,
kirana hanya tersenyum kecil, tak ada waktu untuk saling
memuji dalam kesempatan kali ini. Mereka kerasa ngiris
melihat nasib buta sadis yang mengadu di depannya, dia
sudah buta, kini kakinya hampir putus, masih ditambah
tangan kanannya juga hampir putus, membuat Kirana
Meringis "Tapi itu setimpal dengan semua kejahatannya selama
ini... " kata Bintang Kusuma melihat Kirana.
150 "Sudahlah... dia tidak akan mampu ber apa-apa lagi


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seumur hidupnya, sekarang kita melihat keadaan dalam
Gua, aku khawatir nasib Arya?" ujar Kirana...
Mereka menatap ke mulut Gua mengharap Arya keluar
dari sana. Bintang Kusuma terpekik menyadari ada deruan angin
panas dari Si Buta Sadis...
"Awaaaaas?"!!" Teriak Biatang seraya melompat
kesamping dan menerjang Kirana yang masih terpaku
melihat mulut gua. "Ah?" kirana terpelanting ke samping kanan, Bintang
Kusuma menghindar ke samping kiri hingga deruan itu
lewat di tengah mereka, betapa panasnya serangan itu,
hingga pakaian Bintang dan Kirana sama hangus dan
sedikit terbakar kulit mereka.
BLAAAARRRR Serangan itu menghantam dinding batu hingga bergetar
hebat, bahkan banyak batu yang jatuh seperti longsor"
Saat melompat Bintang Melempar senjata rahasianya
disusul Pedangnya ke tubuh Buta Sadis...
TRANG... TRANG... 151 Dua senjata rahasia Bintang terpental oleh kibasan
tongkat Buta sadis... namun dia tidak mampu menghindari
dua senjata lagi Cluppppp... CRAAAAAAAS... Sebuah bintang anglup di dahinya dan pedang Bintang
Kusuma menancap di dada Buta Sadis hingga tembus
kebelakang, kematiannya sungguh mengerikan... dia mati
terduduk tersangga pedang yang tembus, kepalanya
menggongak memamerkan cakram Bintang yang penuh
dengan darah. Kirana bangkit merpaling tidak tega saat bintang kusuma
menarik Pedangnya seraya menerjang tubuh Buta Sadis
untuk bisa lepas, dan memungut beberapa senjata
rahasianya membersihkan darah yang menempel di sana
pada baju buta Sadis... "Amitafa... " Biksu Ling Pau dan Joko Kewel yang sejak
tadi memulihkan tenaganya setelah di kalahkan Dewa
Iblis kini berdiri tidak jauh dari Bintang Kusuma dan
Kirana, membuat mereka Terkejut, bahkan Bintang
Kusuma menghembuaskan nafas kecewa"
"ternyata usia kita sampai di sini Nona?" tampak ada
rasa putus ada di wajah Bintang Kusuma, namun tidak
152 untuk Kirana, dia telah mencabut pedangnya kembali
walau jelas diwajahnya kelelahan yang sangat
"tenang pendekar berdua" kami tidak akan melawan
kalian... " tahan Joko Kewel tampak jubahnya telah
bolong-bolong, dia tidak mungkin bisa terbang seperti
tadi. "saya berterimakasih pada Dewa Iblis yang mengampuni
nyawa kami, kami datang kesini tidak ada alasan lain
kecuali menjajal ilmunya, dan kami mengaku kalah"
terang Biksu Ling Paul, membuat Bintang Kusuma dan
Kirana terbelalak saling tatap herang.
Di dalam Gua, Arya semakin belingsatan seperti cacing
kepanasan menggelear-gelepar di tanah, darah sudah
banyak dia muntahkan, telinganya mendesing hebat,
matanya berkunang-kunang dan kepalanya pening.
"Kalau seperti ini terus, aku bisa mati sebelum
membunuhnya?" geram Arya dalam Hati, Dikerahkannya
seluruh sisa tenaga. Pengemis Nyawa terbelalak heran
memlihat Arya bangkit berlahan dengan terus mendekap
dadanya... "Hiaaaaat?" Pengemis Nyawa semakin menguatkan
tenaga dalamnya, membuat Arya muntahkan darah segar
lagi, dan terduduk bertopang lutut...
153 "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa?"" Arya berteriak Hebat
"SABIT BULAN"... " Arya berteriak sambil merobohkan
tubuhnya dan menendangkan kaki hingga keluar larikan
sinar kehijauan berbentuk bulan sabit yang cukup besar,
bahkan ujung-ujung cahaya yang membentur dinding gua
menggeretak bagaikan gesekan besi dengan batu cadas,
hingga meninggalkan guratan cukup dalam di dinding itu.
Pengemis Nyawa terbelalak, tidak menyangka Arya akan
mengeluarkan Jurus yang begitu dahsyat, dan ketika dia
menggunakan Jurus pencabut Nyawa itu tidak bisa
menghentikan jurusnya seketika, atau organ tubuhnya
yang akan terburai, dia berada di dua pilihan yang
mematikan, namun dia lebih khawatir pada jurusnya
sendiri yang telah diketahuinya, sedangkan jurus Arya dia
tidak tau kehebatannya. Dia tetap mempertahankan
jurusnya, membuat Arya menggelepar hebat, karena
tenaganya telah digunakan untuk menggeluarkan Sabit
Bulan BLAAAAAAAARRRRRR Bagaikan sebuah pedang besar Jurus Sabit Bulan
menghantam telak tubuh Pengemis Nyawa... Hingga dia
terlontar keluar Gua sangat jauh dan tinggi, dadaya
terkoyak dan darah serta isi dadanya muncrat dari
mulutnya karena Jurus Pencabut Nyawa berhenti
seketika... 154 Semua yang ada di luar Gua terkejut dan ngeri melihat
Tubuh Pengemis Nyawa jatuh menghantam batu besar
dan hancur mengenaskan... .
GRABAG"GRABAG"GRABAG...
Mereka bukan hanya dikejutkan oleh matinya Datuk
Pengemis Nyawa, namun juga runtuhnya Gua
"Arya... " Teriak Kirana dengan cepat melompat ke Gua
yang runtuh di susul Bintang Kusuma. Sedangkan Biksu
Ling Pau dan Joko Kewel melesat meninggalkan tempat
itu, karena urusannya telah selesai...
"Bagaimana kakang?"" Tanya Jala yang masih
sembunyi di tempatnya tak kalah terkejut
"Kita kembali ke Kadipaten Ambangan, mengabarkan
semuanya pada Guru" jawab Jalu seraya berkelebat
meninggalkan tempat itu... di susul beberapa bayangan
yang juga meninggalkan tempat itu. Jelas yang mengintip
pertempuran bukan hanya empat lima orang.
Kirana dan Bintang Kusuma terkejut mendengar bentakan
setelah hinggap di mulut gua yang ambruk
"Hati-hati asap ini racun... !!" Bentak suara itu jelas bukan
dari Arya, membuat Kirana dan Bintang heran namun
cepat-cepat menutup hidungnya, jelas dia bukan musuh
155 karena telah memperingati mereka akan bahaya yang
tidak mereka sadari, mereka menunggu saja di sana.
Jelas ada rasa hawatir yang sangat di wajah Kirana
menatap batu-batu besar menutup lubang Gua...
Dari pendar-pendar asap yang mengepul keluar sebuah
bayangan orang membopong tubuh manusia
"Paman Banjar kalianget"!!" pekik Kirana heran dan
menatap nanar pada orang yang di bopongnya. Begitu
juga Bintang Kusuma "aku di utus menyusulmu kemari oleh Kyia Banjar Banyu
Bening dan Kyai Koneng, mereka khawatik
keselamatanmu... " "bagaimana keadaan Arya Paman... ?"" Tanya Kirana
hawatir melihat Arya penuh dengan darah.
"dia luka dalam cukup parah, dan Racun memenuhi
darahnya... luka dalamnya hanya Kyai Koneng yang
mampu menyembuhkan, yang aku hawatirkan adalah
racun yang menyenbar di darahnya?"
"Apa tidak ada penawarnya paman?"
"racun ini adalah ciptaan racun barat... , hanya dia yang
bisa menyembuhkan, namun apakah dia bersedia"!!"
156 terang Banjar Kalianget khawatir, membuat Bintang
Kusuma terkejut "racun Barat?"" Wah gawat... dia tidak mungkin mau
membanti kita, jelas pedepokan Bukit Gembala dan
Padepokan Gajah Mungkur sejak dulu tidak akur" Kirana
sagat khawatir "mungkin ini penawarnya... " Bintang Kusuma
mengeluarkan botol kecil dari balik ikat pinggangnya
membuat yang lain heran "racun ini hanya bisa ditawarkan oleh buatan racun barat,
tidak bisa ditawarkan oleh penawar lainnya... " terang
Banjar Kalianget "tapi ini adalah ramuan titipan Tuan Racun Barat untuk
Dewa Iblis... " terang Bintang Kusuma membuat Kirana
dan Banjar kalianget heran.
"Siapa sesungguhnya kau pendekar muda" Tanya Banjar
Kalianget "saya Bintang Kusuma putra Gema Samudra calon
menantu Racun Barat" terangnya membuat mereka
semakin terkejut, namun walau Mereka bersengket
dengan Racun barat, melihat betapa gigihnya Bintang
Kusuma dalam membela Dewa Iblis. Rasa curiga mereka
langsung musnah. 157 "bagaimana mungkin racun barat mau membantu Dewa
Iblis... ?" Tanya Banjar kalianget meyakinkan
"ceritanya panjang, jika saya ceritakan pertemuan kami
dengan Dewa Iblis, namun yang jelas saya di utus Racun
Barat ke Rawa Lintah membantu Dewa Iblis yang telah
menjadikan saya sebagai menantu Racun Barat" terang
Bintang Kusuma "yang jelas Dendam Dewa Iblis pada Datuk Pengemis
Nyawa telah terbalaskan, dia telah binasa" ternyata
keterangan Kyai Banjar tentang keberadaan Datuk
Pengemis Nyawa di Kadipaten Ambangan Salah, dia ada
di sini... " ujar Kirana
"kamu salah Kirana, Datuk Pengemis Nyawa yang asli
ada di Kadipaten Ambangan, dia adalah Gatot Gurai
salah satu murit Datuk Pengemis Nyawa yang memang
mirip dengannya... " jawab Banjar Kalianget membuat
mereka terbelalak tidak percaya.
"namun walaupun begitu, jangan sampai Dewa Iblis Tau,
agar dia merasa puas telah membunuh musuh
buyutannya, jika dia tau. Dia akan mencarinya lagi, dan
konaran di Dunia Persilatan akan terciptalagi di
tangannya, mari kita cepat ke Gajah Mungkur untuk
mengobati lukanya?" ajak Banjar Kalianget
158 "Saya tidak bisa mengiringi tuan-tuan ke Gajah Mungkur,
saya harus cepat kembali ke Bukit Gembala, melapor
semua yang terjadi pada Racun barat, apalagi pernikahan
saya sudah hampir tiba?" terang Bintang Kusuma sedikit
merona "oh ya" sampaukan terimakasih kami pada Racun Barat,
jika punya waktu kami akan dating di pernikahanmu
pendekar muda" jawab Banjar Kalianget, seraya
berkelebat disusul Kirana, dan Bintang Kusuma juga
berkelebat ke arah yang berlainan, dia punya kabar yang
sangat membanggakan pada calon mertuanya.
Ronggowengi mundar-mandir mengatur beberapa pekerja
yang menyusun pentas pemujaan Gurunya... beberapa
pekerja yang dianggap tidak becus di tendangnya.
Pentas kayu setinggi setengah lengan berlapis karpet
merah dengan lebar empat depa orang Dewasa pesegi di
bangun di belakang kediaman Adipati Layan Kusuma,
beberapa orang menyusun perapian guna penerangan
tempat dan juga baskom-baskom dari perak yang disusun
dengan rapi dia atas pentas, juga meja kecil dengan
berbagai sesaji diatasnya, seperti dupa dan kembang
tujuh warna. Pembesar Kadipaten Ambangan seperti Mahesa Kurawan
dan Parit Ganjar mengatur formasi pengamanan tempat,
dia perintahkan pasukannya untuk membuat formasi
159 pagar betis sangat rapat di sekitar Rumah Layan Kusuma,
bahkan di luar kadipaten dia letakkan tilik sandi. Pasukan
yang tersebar di seluruh kadipaten ditarik untuk
konsentrasi pada pengamanan Kediaman Layan
Kusuma... Di Balai tamu, tampak Datuk Pengemis Nyawa duduk
dengan tenang di atas singgasana Layan Kusuma,
sedangkan Layan Kusuma duduk di depan samping
kanannya menyambut beberapa tokoh serta saudagar
yang hadir di balai atas undangan Datuk Pengemis
Nyawa. "Bagaimana Persiapannya Layan... ?" Tanya Datuk
Pengemis Nyawa dengan suara berat.
"Persiapan sudah hampir rampung Guru, pasti bisa
digunakan pada nanti malam"
"serta gadis-gadisnya sudah kau siapkan?""
"sudah Guru, satu gadis hadiah dari Saudagar Peteng
yang merupakan puterinya sendiri dari selir ke dua... "
orang yang disebut Saudagar Peteng berwajah sangar
Hitam berpakaian bagus bangkit memberi salam pada
Datuk Pengemis Nyawa dengan bangga
"satunya lagi adalah Hadiah dari ketua partai Golok
Beracun yang merupakan puteri dari Adipati Lasem... "
160 Orang yang disebut Ketua Partai Golok Beracun bangkit
dengan sombong pula. "Terimakasih atas hadiah yang sangat bagus dari kalian
semua, yang jelas jasa kalian tidak akan aku lupakan?"
seringai Datuk Pengemis Nyawa disambut tawa oleh
mereka yang hadir. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan Pasukan
yang menghadap "Adipati... Adipati... " teriak Pasukan itu ketakutan
menghadap "Ada apa Bejo... !!" Bentak Adipati Layan Kusuma bangkit
dari tempat duduknya...

Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dua Putri yang di kurung di ruang Timur di curi tiga
Orang dengan kehebatan tinggi, kami tidak mampu
menjaga... bahkan beberapa pasukan terkapar tidak
berdaya?" terang Pasukan itu membuat semuanya kaget
hingga berdiri. "bagaimana pengamananmu Layan Kusuma"!!!" bentak
Datuk Pengemis Nyawa geram
"Ampun Guru... semua pasukan dikerahkan untuk
pengamanan pemujaan, dan juga luar pagar rumah, saya
tidak menyangka jika Ruang timur yang tertutup akan di
161 serang orang, namun guru tenang saja, walaupun kita
kehilangan dua Puteri, saya juga telah siapkan delapan
Gadis Desa yang kecantikannya tidak kalah dengan
Puteri Raja?" ujar Layan Kusuma ketakutan, namun
kemudian lega ketika mendengar tawa Gurunya penuh
kebahaagiaan "Kau Memang pintar Layan, kenapa sampai delapan
orang, yang aku butuhkan hanya dua orang?" Puji Datuk
Pengemis Nyawa puas "Sisa yang dipilih Guru tentu milik kami?" seringai Layan
kusuma disambut gelak tawa semua yang hadir.
"lalu bagaimana dengan tiga pencuri itu Guru?"?" teriak
seorang tinggi besar yang hanya mengenakan selempang
kain, hingga tubuhnya yang berotot terlihat jelas...
"Tenang saja Gimbal, kita jangan terpancing dengan tiga
pencuri itu, kita sekarang konsentrasi pada pemujaan
Guru, setelah itu baru kita buat perhitungan dengan
mereka... " ujar orang yang ada di sebelahnya, seorang
tua bertubuh Kate berbakaian Kuning dengan Gada Besar
yang lebih tinggi dari orangnya...
"benar apa yang disampaikan Ki Ranggas Rangsang"
jawab Datuk Pengemis Nyawa...
162 "Lalu bagaimana dengan nasib putriku?" Tanya
Saudagar Peteng hawatir "apa bedanya nasib putrimu diberikan padaku dan dibawa
kabur orang?" Tanya Datuk Pengemis Nyawa tertawa
bersama tawa yang lain membuat Saudagar Peteng kesal
kembali duduk di tempatnya. Yang lainpun dengan
tertawa duduk di tempatnya kembali.
Sepeninggalan Bejo, kini muncul dua sosok berpakaian
Ninja hitam dengan pedang kembar di punggungnya,
membuat yang lain tersentak kecuali Datuk Pengemis
Nyawa dan Adipati Layan Kusuma yang tau sosok itu.
"hamba menghadap guru... " Horman mereka dengan
jongkok "sampaikan kabar yang kau dapat Jala jalu?" perintah
Pengemis Nyawa "sebelum hamba bicara tentang keadaan Rawa Lintah,
sebelum hamba masuk ke mari, melihat tiga bayangan
membopong dua orang dari arah sini?"
"itu" itu pasti orang yang mencuri putriku?" teriak
Saudagar peteng, membuat semuanya tersentak
"kalian lihat ciri-cirinya?"?" Tanya Datuk Pengemis
Nyawa 163 "mereka berpakaian compang-camping dengan tongkat
kayu berbandul buntalan kain?" terang jalu membuat
semuanya terbelalak, saling tatap... karena mereka bisa
menebak ciri-ciri itu "Pasti mereka adalah anak buah Pengemis Utara... "
lanjut Jala menegaskan "Hem... Pengemis Utara ingin membuat perhitungan
dengan ku, awas jika keadaanku pulih... " geram Datuk
Pengemis Nyawa "sekarang, sampaikan informasimu tentang Rawa
Lintah?" Jala dan jalu pun memaparkan silih berganti tentang
pengamatananya di Rawa Lintah" serta kedatangan
Kirana dan Bintang Kusuma yang datang membantu,
hingga matinya Gatot Gurai dan runtuhnya gua tempat
Dewa Iblis Berada "apakah Dewa Iblis Selamat?"?" Tanya Layan Kusuma
tidak sabar "kami tidak melihat langsung jasatnya, namun saat Gua
Runtuh Dewa Iblis masih ada di dalam... " Terang Jalu
"Hahahahahaha... Dia pasti tidak selamat terhimpit batubatu itu?" gelak Ki Ranggas Rangsang diiringi tawa yang
164 lain, kecuali Datuk Pengemis Nyawa yang hanya
membelai dagunya. "apakah guru tidak senang mendengar kabar ini?""
Tanya Layan Kusuma. "bukannya aku tidak senang mendengar kematian Dewa
Iblis yang lancing menantangku, namun disusun semua
kejadian yang ada, ternyata Racun Barat, Pengemis
Utara dan Kyai Banjar Banyu Bening dari timur ingin
menentangku" terang Datuk Pengemis Nyawa membuat
yang lain hentikan tawa dan sama berfikir.
"namun ada yang tidak kalah penting yang pantas saya
kabarkan" terang Jala
"apa itu... ?"?"
"di Rawa Lintah saya melihat kemunculan orang yang
tidak kami sangka, yaitu Bocah Setan Tua dan Nenek
Peniup Dupa yang menyaksikan pertempuran, namun
kemudian pergi entah kemana"
"Apa... ?"!! Kalian tidak salah lihat?" Datuk Pengemis
Nyawa terbelalak "walau kami tidak pernah melihat sebelumnya, namun itu
yang kami dengar dari nama mereka berdua... dan Gatot
Ngurai jelas sangat menghormatinya?"
165 "Hahahahaha... Ini sungguh kabar baik, Mereka sudah
lama menghilang, kemunculannya bertanda baik untuk
kita" gelak Datuk Pengemis Nyawa diiringi gelak yang
lain. "Guru setelah keadaanmu pulih apa yang akan kau
rencankan?" Tanya Layan Kusuma
"yang jelas aku akan berterimakasih pada kalian,
terutama pada mu layan Kususma yang telah
melindungiku selama di sini dengan jamuan yang
sungguh memuaskan bahkan aku akan memberikan
hadiah yang tidak kau sangka?" ujar Datuk Pengemis
Nyawa bangkit dari tempat duduknya berjalan dengan
gagah" "Hadiah"!!!?"?"
"ya" apakah kau siap jadi Raja?"?"
"Raja... ?" " semuanya sama terbelalak kaget saling
berpandangan "aku ingin merebut Kerajaan Pajajaran untukmu dan
untuk kalian semua yang ada di sini serta orang yang
telah sudi membantuku"!!" teriak Datuk Pengemis
Nyawa, membaut yang lain terbelalak hebat
166 "apakah Mungkin guru?"" Kerjaan Pajajaran sangan
hebat, apalagi kita ketahui bersama bahwa Racun Barat,
Pengemis Utara dan Kyai Banjar Banyu Bening sekarang
sedang menantang Guru?"?"
"apanya yang tidak mungkin?"" Kita kumpulkan semua
perombak di seantero Tanah Dipa dan ajak serta Patih
Wiryatikta yang telah lama membelot dari Kerajaan
Pajajaran untuk kerjasama, dan apakah kalian tidak yakin
dengan kehebatanku, kalau aku saja mungkin tidak
mungkin, namun jika di tambah kehebatan Bocah Setan
Tua dan Nenek Peniup Dupa apakah kalian masih
ragu?" bentak Datuk Pengemis Nyawa, namun yang
haris masih bingung... "aku tau kehawatiran kalian, tentang Racun Barat,
Pengemis Utara dan Kyai Banjar Banyu Bening... "
mereka tidak akan ikut campur urusan pemeritahan. Yang
mereka fikirkan hanya dunia persilatan. Dan ketika
Pajajarann telah kita kuasai, kita akan memliki kekuatan
besar untuk menggilas Bukit Gembala dan Gajah
Mungkur serta kedian Pengemis Utara... setelah itu tak
ada lagi yang bisa menghalangi kita" hahahahahaaaaa...
" Terang Datuk Pengemis Nyawa, memuat yang lain juga
tersontak girang" dan saling mengangkat gelas tuaknya
merayakan rencana mereka yang sangat berilyan.
167 "Guru Memang Cerdas dan Hebat... !! hahahaha" puji
Layan Kusuma yang dijanjikan menjadi Raja Pajajaran...
Arya tersentak ketika sadar dirinya ada di sebuah
ruangan sangat lebar di sebuah ranjang bambu kokoh...
tubuhnya bagaikan remuk semua, banyak kain yang
membalut tubuhnya, dia teringat kembali kejadian di
Rawa Lintah, memori terahirnya hanya menangkap
dirinya terjebak di dalam gua yang runtuh, sebagian
tubuhnya terhimpit batu gua, entah bagaimana caranya
dia bisa berada di ruangan itu...
Dia hendak bangkit menahan seluruh sakit di tubuhnya
"tenang dulu anak muda tubuhmu belum pulih benar?"
seorang kakek tua berjenggot panjang mengenakan
pakaian putih dan bersorban mendekatinya, arya kerutkan
dahi karena tidak mengenal orang yang sepertinya telah
merawatnya "kau ada di padepokan Gajah Mungkur, dan aku adalah
Kyai Koneng adik pemilik padepokan ini, Kirana dan
Banjar Kalianget yang membawamu kesini... " terang Kyai
Koneng seraya membantu Arya bersandar pada tepi
Pembaringan "bagaimana keadaannya Kyai?" tiba-tiba dari pintu
masuk tiga orang, jelas di sana Kirana bersama orang
paruh baya dan orang tua berpakaian sama dengan Kyai
168 Koneng, tentu dia peilik padepokan ini, Arya menatap
mereka secara bergantian karena tidak kenal
"aku adalah Banjar Kalianget yang membawamu kemari
dan ini adalah orang tuaku Kyai Banjar Banyu Bening,
pemilik pedepokan ini" terang Banjar Kalianget menyadari
keheranan Arya atau Dewa Iblis
"trimakasih atas pertolongan kalian padaku... entah
bagaimana aku membalasnya?" ujar Dewa iblis
"kau tenang saja, pulihkan dulu kesehatanmu anak muda"
kata Kyai Banjar "Bagaimana nasib Datuk Pengemis Nyawa?"?" Tanya
Arya tersentak seraya melihat Kirana dan semuanya juga
melihat ke arahnya "Musuhmu telah mati mengenaskan tak berbentuk
membentur batu... sungguh ilmu yang sangat hebat... "
Puji Kirana "tenaga dalammu sangat tinggi anak muda, hingga bisa
bertahan dari racun dan Ilmu mengerikan Datuk
Pengemis Nyawa, jika tidak, isi dadamu telah jebol tidak
terselamatkan lagi... " tambah Banjar Kalianget
"saya belajar ilmu mati-matian guna mengalahkan jurus
itu tua?" Jawab Arya
169 "kini musuhmu telah mati, sekarang setelah keadaanmu
pulih apa yang hendak kau lakukan?"?" Tanya Kyai
Banjar membuat Arya terkejut dan bingung
"entahlah Kyai, dalam tujuan hidup saya hanya ada Datuk
Pengemis Nyawa... selain itu saya tidak punya tujuan
yang pasti, jika boleh" untuk menutup hutang budi saya
pada kalian yang telah menyelamatkan saya, izinkan saya
mengabdi di padepokan ini?" jawab Arya membuat
semuanya terkejut tidak percaya"
"apa yang kau inginkan di Padepokan ini Arya?" Semua
yang ada disini dengan tujuan ingin menuntut Ilmu Bela
diri, sedangkan kami tidak mungkin mengajarimu lagi,
Ilmumu telah sangat hebat bahkan mungkin melebihi
kami?" ujar Kyai Koneng
"Saya tidak butuh Ilmu Beladiri lagi Kyai, Ilmu itu sudah
tidak ada gunanya setelah kematian Datuk Pengemis
Nyawa... saya hanya ingin mengabdi di sini dan
menumpang hidup hingga kelak menemukan jalan hidup
yang baru, atau jalan hidup saya memang di padepokan
ini?" "apa yang akan kau lakukan di sini?"" Tanya Banjar
Kalianget dijawab dengan sorotan mata tajam oleh Kyai
Koneng takut Arya tersinggung, Banjar Kalianget
menundukkan kepala, takdzin
170 "saya bisa menjadi kuli, mengangkut air, memotong kayu
dan pekerjaan kasar lainnya, seperti yang pernah saya
lakukan di padepokan-padepokan lain tempat saya
belajar ilmu... " jawab Arya semangat. Dia benar-benar
tidak punya tujuan hidup, jika ada di Padepokan ini
setidaknya dia tidak akan kekurangan makanan, tidak
terlunta-lunta di jalanan harus berebutan makanan
dengan kera seperti yang sering dia lakukan.
"Biar Kami musyawarahkan dulu... kau isterahatlah"
jawab Kyai Banjar sambil membawa serta ketiga tokoh
yang ada di dalam ruangan itu menuju balai padepokan
"bagaimana kakang?""
"aku masih khawatir dengan sifat liarnya, seperti yang
pernah dia lakukan pada padepokan lain, bisa saja
padepokan kita terancam oleh keberadaannya di sini"
jawab Kyai Banjar "namun saya menangkap ketulusan di mata Dewa iblis
Romo... " komentar Banjar kalianget yang ternyata Putera
Kyai Banjar Banyu Bening, banyak yang tidak mengetahui
itu, karena Banjar Kalianget hanya memanggil sebutan
Romo dalam padepokan saja, sedangkan di luar dia biasa
menyebutnya Kyai "dan dengan tinggalnya Dewa Iblis di sini, Kyai bisa
merubah krakter dan wataknya sesuai dengan harapan
171 Kyai... " Kirana juga memberi komentar. Kyai Banjar
Banyu Bening hanya manggut-manggut
"aku juga mengharap demikian, hanya saja aku


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengingatkan kalian pada kemungkinan yang bisa terjadi,
jadi aku mengharap kalian untuk juga turut serta
mengawasi Dewa Iblis dan menanggulangi semua hal
yang tidak di inginkan?" jawab Kyai Banjar, semua yang
hadir mengangguk. Arya memulihkan tenaganya di tempat itu, tidak ada
perlakuan khusus baginya di sana, bahkan Banjar
Kalianget memerintahkannya tidur dengan santri yang
lain, agar sikap dan perangainya bisa meniru santri yang
ada di Padepokan Gajah Mungkur...
Arya belajar Mengaji dan juga Shalat dengan giat, dan
melakukan perintah Ketua Santri dengan giat, walau jika
dilihat Ilmu kanuragannya tentu tidak ada seujug kuku dia,
membuat Kyai Banjar dan yang mengentahui siapa dia
heran dan juga kagum, menghilangkan semua
kehawatiran yang selama ini mengganjal di hati mereka
Santri yang lain tidak tau tentang sosok Asli Arya sebagai
Dewa Iblis yang menggetarkan dunia persilatan. Dia
hanya tau bahwa Arya adalah pemuda yang diselamatkan
Paman Gurunya dari maut, dan kini mengabdi di sana
bersama mereka. 172 semua Santri merasa heran ketika jadwal latihan silat,
Arya malah masih sibuk dengan pekerjaannya, seperti
mengisi air dan memotong kayu atau malah tiduran di
pondok. Namun mereka biarkan saja, menganggap Arya
membolos, toh gurunya tidak pernah menanyakan
keberadaannya tidak seperti santri yang lain ketika Bolos.
Bahkan mereka merasa menang pada Arya karena lebih
rajin belajar silat. Arya juga melakukan tugas santri yag lain, seperti piket
ronda malam dan sebagainya, Arya benar-benar berubah
seratus delapan puluh derajan, dia benar-benar
meninggalkan Ilmu-ilmunya bahkan tidak menanyakan
keberadaan Senjata kayu cendana Beracunnya itu,
bahkan dia tidak menahan untuk jatuh dari pohon ataupun
tergelincir, membuat Kyai Banjar dan lainnya heran dan
juga hawatir. Jika Arya benar melepas atau bahkan
menghilangkan seluruh kemampuannya
Hingga pada suatu kesempatan yang sepi, Kyai Banjar
melepas serangan maut berupa pukulan jarak jauh pada
Arya yang sedang makan "Kakang"!!"
"Bopo... !!!" 173 "Kyai"!!" Tiga orang yang melihat serangan itu, mendelik kaget...
Arya yang sedang makan seakan tidak menyadari
serangan itu, tetap makan dengan lahap pada nasi yang
dibungkus daun, membuat Kyai Bajar terkejut melompat
"Awaaaas?"" teriak Kyai Banjar khawatir ternyata Arya
benar-benar tidak sadar... benar "benar tidak memiliki
ilmu lagi BLAAAARRRRR" Pukulan itu telak menghantam Arya... hingga nasi
berhamburan dan Arya terpental hebat keluar dari balai
tempat dia makan dan terjerembak di tanah, semua yang
melihat sama mengejar hawatir dan melihat di samping
kyai banjar yang tersenyum melihat arya mengaduh
bangkit melihat lengannya yang memar, Banjar Kalianget
dan Kirana cepat memburu Arya dan memantunya
bangkit "Apa yang Romo lakukan... !!"
"Kyai... !! Ilmu Arya telah habis... kenapa kyai tega
menghantamnya?" pekik Kirana sama terkejut melihat
Kyai Banjar seakan tidak bersalah tersenyum melihat
Arya terpelanting dan meringis menahan luka
174 "hahahaha" kalian sangat menghawatirkannya, kalian
tidak tau apa yang aku lepaskan barusan?" Ilmu yang
sangat mematikan, ternyata hanya membuatnya lecet
seperti itu?" terang Kyai Banjar membuat semuanya
terbelalak melihat Arya... dan melepas genggamannya,
mereka tau jurus yang dikeluarkan Kyai Banjar bisa
menghancurkan bongkahan batu besar, bukan hanya
tubuh arya "aku juga sempat khawatir dia menghilangkan ilmunya,
makanya aku mengetesnya?"
"kenapa kau tidak menghindar Arya"!!" bentak Kyai
Koneng yang ada di sebelah Kyai Banjar geram
"saya tidak pantas melawan orang yang menyelamatkan
hidup saya Kyai... Apakah Kyai mengharapkan ilmu yang
saya miliki Musnah... " jika seperti itu saya rela
melepaskannya?" terang Arya membuat semuanya
terbelalak "Bukan Seperti itu Arya" bahkan kami mengharapkan
ilmu itu tetap utuh di tubuhmu... " terang Banjar Kalianget
yang kini sudah berdiri di samping Kyai banjar kecuali
Kirana yang masih di sebelah Arya
"apa gunanya ilmu itu bagi saya lagi kakang... " jawab
Arya pada Banjar kalianget yang memang minta di sebut
kakang 175 "Ilmu itu sangat berguna untuk melawan ketidak adilan
dan kekejaman yang diciptakan golongan hitam yang
selalu meresahkan masyarakat. Kau bisa menjadi orang
yang sangat berguna bagi orang lemah, orang tertindas,
pada waktu itu hidupmu sangat berarti dan sungguh
mulia... " terang kyai Banjar
"maaf Kyai saya masih belum mengerti?" jawab Arya"
"kau akan mengerti lambat laun jika selalu mengikuti
pengajian kami, sudah kau sembuhkan dulu lukamu itu,
pekerjaanmu masih banyak... " perintah Kyai Banjar
sambil berlalu diikuti Banjar kalianget dan Kyai Koneng.
"mereka berdua sepertinya jodoh?" bisik Banjar
Kalianget menyambut seorang wanita yang
menggendong seorang balita usia dua tahun, Kyai Banjar
dan Kyai koneng hanya tersenyum kecil juga menyambut
cucu mereka yang lucu Kirana membalut luka di lengan Arya dengan
selendangnya. "Terimakasih Nona... " Ujar Arya, Kirana hanya tersenyum
merona... ada lengung pipit yang membuat Arya berdetak
hebat, sekian musim melanglang buana melewati
kehidupan yang serba kesar tak pernah dia rasakan
getaran hati saat melihat kebaikan Kirana.
176 "kau harus hati-hati, jangan sampai selalu terluka?" ujar
kirana merona "Dawuh Kyai Koneng dalam pengajiannya, nasib
seseorang itu ada di tangan tuhan yang menciptakan kita"
"namun manusia diperintah berusaha, jadi kau harus
berusaha untuk tidak terluka?" ujar kirana tetap
perunduk sambil membelai Luka Arya yang sudah
tertutup selendangnya "Nona menghawatirkan saya... ?"" Tanya Arya, membuat
Kirana tersentak lalu berlari kedalam menahan malu,
ketika dia melihat ada seorang santri di kejauhan, namun
kirana masih sempat menghentikan larinya dan menoleh
seraya tersenyum manis "ya... " Ujarnya singkat meneruskan larinya ke dalam,
membuat jiwa Arya melambung tinggi.
"Hey Arya?"" tiba-tiba dia dikejutkan tepukan
dibahunya... "eh ada apa kang... ?"" Ternyata Kang Darman ketua
santri sudah berkacak pinggang di sampingnya, membuat
arya seperi orang ketakutan merunduk
"ada apa" ada apa" !! sejak tadi aku memanggilmu
malah melongo di sini, aku kan sudah bilang, kalau sudah
177 makan cepat kembali bekerja... !!" Bentak Kang Darman
hingga ludahnya muncrat di wajah Arya, namun Arya
tidak berani menghapusnya takut Kang Darman
perasaan. "Iya kang?" jawab Arya seraya berlalu dari hadapanya
menunduk, seperti orang ketakutan pada kang Darman
yang terus menatapnya dengan garang. Walau
sesunggunya dia masih lapar karena makannya tadi
terganggu oleh serangan Kyai banjar
"Arya... Tunggu... !!" ada teriakan menghentikannya, dan
menoleh, melihat Nyai Ambar Wati berdiri di samping
Kang Darman yang menunduk Takdim pada istri Banjar
Kalianget "kau disuruh kembali untuk makan oleh Kang Banjar... "
Teriak Nyai Ambar "Saya sudah kenyang Nyai?" jawab Arya"
"sudahlah jangan malu seperti itu... ayo"!! Darman kau
carikan pengganti untuk pekerjaan Arya sebentar?"
perintahnya Pada Darman, Darman hanya mengangguk
kesal melihat Arya tersenyum lucu walau bukan padanya,
karena semua santri tau jika Nyai Ambar yang memanggil
untuk makan, tentu menunya sangat sepesial karena dia
memang pintar memasak 178 Begitulah hidup yang dijalani Arya di Padepokan Gajah
Mungkur, dan selama ada di sana dia merasakan
ketenangan batin yang tidak dia dapat selama ini, di
hadapan santri yang lain dia tetaplah santri, dia tidak
pernah bercerita tentang masalalunya, hingga teman
dekat sekalipun. Arya sangat terpukul saat semua teman-temannya yang
dia kenal baik, sering membicarakan sosok Dewa Iblis
yang mereka benci karena selalu berbuat sadis dan
kejam pada orang. Dia tidak tau jika sepakterjangnya
selama ini sangat di benci orang. Namun betapa baiknya
pemilik padepokan ini telah menerimanya dengan baik.
Saat semua orang membencinya dan tidak menerima
kehadirannya. "Dewa Iblis memang sadis... kenapa tuhan masih
memelihara nafas orang seperti itu, andai aku memiliki
ilmu yang hebat, ingin rasanya aku yang membabat
lehernya... " komentar Anwar yang tergolong santri paling
alim di sana saat mereka berkumpul di teras pondok. Arya
hanya melihat perbincangan ditemani secangkir kopi
untuk bersama itu dari samping pondok,
Dia teringat semua sepak terjangnya selama ini. Dulu tak
sedikitpun sesal yang ada, namun entah kenapa sekaran
rasa itu menyeruak di dadanya, ingat pada kematian
Boma, kematian Nyai Pelet Peteng, Datuk Pengemis
Nyawa serta beberapa tokoh yang mati di tangannya
179 Arya menatap tangannya yang kasar, banyak darah telah
tumpah di sana, untuk siapa dia lakukan semua itu... "
hanya untuk dirinya sendiri?" Dia tidak pernah berfikir
untuk melakukan untuk orang lain, dia teringat Bintang
Kusuma dan Kirana yang membelanya mati-matian di
rawa lintah atas perintah Racun Barat dan Kyai Banjar
yang tidak ada hubungan sebelumnya... bahkan sekarang
mereka menolongnya dan mereka tidak mengharapkan
apa-apa dirinya, apakah itu yang dianggap kebaikan
kepada orang lain?" Apakah selama ini dia pernah
melakukan kebaikan?"
Tak terasa air matanya menetes pelan, bahasa Anwar
barusan terngiang di telnganya, untuk apa tuhan masih
memelihara nafasnya, bahkan ketika dia hampir mati di
Gua Rawa Lintah, dan sekarang hidup tenang di Gajah
Mungkur, untuk siapa dan untuk apa dia masih diberikan
nafas?" Jika hanya untuknya sendiri, apa bedanya dia
hidup atau mati?" Batin Arya berperang hebat, dia teringat dawuh kyai
Banjar. Ilmunya masih sangat berguna untuk orang lain,
orang yang teraniaya yang tidak punya kemampuan untuk
membela diri dari penindasan orang tidak berperasaan"!!
Dan selama ini dia sudah sering melihatnya, dan
cendrerung membiarkannya saja, dia hanya mengikuti
kepentingannya sendiri. Sedangkan tuhan memberikan
nafas bukan hanya untuk dirinya sendiri, banyak yang
180 bisa dia lakukan untuk orang lain, untuk membantu kerja
dia tidak bisa, membantu harta apalagi. Yang dia punya
hanya tangan dan kaki yang kokoh. Dan itu juga berguna
jika dia mau menggunakan untuk membantu orang lain,
tapi kenapa selama ini tak pernah difikirkannya?"
Tiba-tiba Arya sadar, dendamnya pada datuk Pengemis
Nyawa telah membutakan hatinya, hingga tidak pernah
berfikir lainnya kecuali dendam, sungguh menyesal
hidupnya selama ini, tak satupun kebaikan yang pernah
diciptakannya membuatnya malu berada di tempat orangorang yang terkenal baik itu.
Tapi di sini dia bisa belajar mengasah hati, menemukan
jatidirinya yang hilang terampas dendam, hatinya bisa
terbuka dengan lebar, melihat dunia yang luas penuh
dengan berjuta manusia berbagai masalahnya, bukan
hanya Datuk Pengemis Nyawa yang selama ini tampak di
benaknya. Ada Kirana yang menggetarkan hatinya, Ada
Kyai Banjar, Kyai Koneng dan Banjar Kalianget yang baik
tanpa Pamrih, ada Bintang Kusuma begitu setia pada
Mertuanya hingga berani korbankan nyawa demi perintah
untuk membantunya, ada yang Seperti Aji Mahendra yang
mengaku orang baik padahal sesungguhnya sama seperti
dirinya dimasa lalu, ada yang seperti Kang Darman yang
sombong karena telah diangkat menjadi ketua santri,
serta berbagai tabiat santri yang ada di Padepokan ini.
Dan dulu dia tidak pernah merasakan hal itu, dalam
181 jiwanya yang tampak hanya dua orang yang ada di jagat
ini, dirinya dan Datuk Pengemis Nyawa...
Setelah dia berada di Padepokan Gajah Mungkur baru dia
rasakan bahwa dunia yang dia lihat selama ini begitu
luas. Dan dia berada di tengahnya sebagai orang yang


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebingungan mencari arah.
"apa yang kau lakukan di sini kawan?"" tiba-tiba
Mahesa teman sekamarnya duduk di sebelahnya, Arya
hanya tersenyum menyembunyikan air matanya
"semua santri di sini ketika murung biasanya yang di
fikirkan sama"!!" tebak Mahesa membuat Arya kerutkan
dahi "aku juga sama memikirkannya, ketika kita selesai
menuntut ilmu di sini, dan kita memiliki ilmu yang hebat,
apa yang akan kita lakukan?"" lanjut Mahesa membuat
Arya terbelalak kaget, karena dia pun menanyakan hal
yang sama sejak tadi "pepatah mengatakan, semakin tinggi pohon menjulang
semakin besar taufan menerjang, semakin tinggi burung
terbang semakin parah ketika jatuh menghujam" terang
Mahesa sambil menatap langit yang penuh dengan
bintang seraya menarik nafasnya
182 "pepatah lain mengatakan, semakin tinggi pohon siwalan
dia akan semakin congkak, namun tak akan lelah petani
memerah niranya. Semakin tinggi pohon padi dia akan
merunduk, namun tak akan lelah petani merawatnya
dengan sayang... " terangnya membuat Arya semakin
terbelalak, permainan kata Mahesa sungguh menghujam
dadanya. "ada lagi, Pohon Semangka yang kecil dengan Pohon
Kelapa, besar buahnya sama... !! bahkan Pohon Beringin
yang besar buahnya tidak ada gunanya" Arya semakin
hanyut oleh permainan kata Mahesa, barusan dapat
diterjemahkannya bahwa tidak ada beda antara orang
yang perpangkat tinggi dengan orang yang berpangkat
rendah, semuanya sama, sama punya satu nafas, sama
punya satu tuhan. Masalah fungsi dan manfaatnya
tergantung orangnya sendiri
"kita jangan seperti pohon Ampelan yang besar, namun
durinya bisa mencelakakan mahluk lain, lebih baik
menjadi Pohon Bambu walaupun tipis dan seperti rapuh
akan terombang abing oleh angin, namun manfaatnya
sangat besar hingga ke akar-akarnya?" lanjut Mahesa
membuat Arya semakin menundukkan kepala, permainan
kata itu benar-benar menyadarkannya dari apa yang telah
dia lakukan selama ini, begitu hebat kata-kata itu hingga
membuatnya luruh lebih kuat dari cercaan puluhan
pedang yang mungkin bisa ditangkisnya.
183 "siapa yang membuat kata-kata itu?"" Tanya Arya, dia
berencana menuntut ilmu dari orang bijak itu, namun
Mahesa hanya garukkan kepala sambil tersenyum malu
"aku sediri yang mengarangnya?" jawabnya tersenyum
lucu, membuat Arya terkejut tidak percaya, Mahesa yang
terkenal Santri paling bodoh dalam menyerap ilmu silat,
ternyata ahli membuat syair dan kata-kata bijak, pantesan
Kyai Koneng sangat sayang padanya.
"sudahlah kawan... aku mau sholat tahajjut dulu sebelum
pergi ke Pos Ronda, menggantikan tugas Kang Darman
yang ketiduran, agar keadaan malam ini ama dilindungi
tuhan... " ujarnya bangkit membuat Arya semakin Kagum
pada teman sekamarnya yang selalu riang itu.
Pagi-pagi semua santri di kejutkan oleh kegaduhan di luar
pagar Padepokan, Arya dan seluruh santri yang ada di
sana pergi melihat. "dasar tidak becus, jaga ronda malah tidur... " bentak
Kang Darman pada orang didepannya sambil
mengirimkan tamparan, orang yang di tampar hanya
meringis menahan sakit. "saya tidak tidur kang"!! Hanya tiduran sambil tulistulisan ndi pos jaga?"
"Alasan"!!"
184 PLAR... Kembali Kang Darman menamparnya, Santri yang lain
hanya melihat dengan nanar dan kasihan pada orang
yang di tampar. "sudah bodoh, masih suka bohong?" bentak kang
darman, Arya terbelalak melihat orang yang di tampar
Kang Darman hingga bibirnya pecah berdarah...
"Mahesa?"?" pekik Arya pelan
"ini sebagai peringatan pada santri yang lain, jika bolos
meronda pasti aku hukum dengan tegas... " bentaknya
seraya mengambil kayu rotan senjata pamungkasnya
untuk menghukum santri. Jelas jelas dia yang membolos
dalam tugas, Mahesa hanya menggantikan posisinya.
Semua santri tau itu namun tidak ada yang berani
membantah... Kang Darman hendak memukulkan pecutnya namun ada
tangan yang menahan, kang darman menoleh dengan
geram "Biar saya yang menggantiak hukuman itu Kakang,
Mahesa sudah lelah meronda semalaman?" Pinta Arya
membuat yang lain terkejut
"apa kau bilang"!!"
185 PLARRRR Kang Darman menampar Arya seketika, namun dia
terpekik, seakan tangannya menghantam beton baja,
hingga tanggan itu bengkak berdarah" dia berusaha
tidak meringis malu dilihat santri yang lain. Diangkatnya
pecut itu dan memukul Arya, Arya meringis pelan seakan
menahan sakit, padahal dia telah kerahkan tenaga dalam
pada bagian yang di pukul kang darman
Kang Darman memukulnya dengan kalap, untuk
mengobati rasa kesal karena tangannya bengkak hingga
Kayu Rotan itu hancur berkeping-keping, setelah puas
kang Darman meningalkan Arya, setelah dirasa cukup
jauh dan tidak ada santri yang melihat, kang darman
meringis memegang telapak tangannya yang berdarah...
"berkulit apa pemuda itu... " keras sangat... " Gerutu
Kang Darman Sepeninggalnya Kang Darman semua santri berhambur
mendatangi Arya, melihat bagian yang dipukul kang
Darman, mereka sadar jika sangsi Kang Darman sungguh
keterlaluan, seberat-beratnya hukuman Kang Darman
mungkin hanya tiga cambukan Rotan, namun mereka
lihat sendiri rotan itu sampai hancur.
"wah" kau tidak terluka Arya?"" Tanya Anwar terkejut
186 "kau kebal?"?" susul Mahesa serta komentar santrisantri yang lain melihat kulit Arya tidak berbekas dari
pukulan Rotan yang sangat hebat
"Aduh... " Arya mengaduh saat salah satu santri meraba
bekas pukulan itu "bukannya kebal" tapi karna kulitku keras hingga tidak
tampak lebamnya, sesungguhnya bagian dalamnya
bengkak... " terang Arya untuk menjawab keterkejutan
yang lain... Tiba-tiba Arya dan seluruh santri dikejutkan oleh
gebrakan tiga ekor kuda besar yang melintas, hingga
membuat mereka melompat ke samping, penunggang
kuda itu mengenakan pakaian prajurit kerajaan, dengan
pedang besar terselip di pinggang dan sebuah panji
berkibar dari tongkat yang di pegang salah satu prajurit.
Jelas itu panji Pasukan Jalayuda Pajajaran.
"untuk apa pasukan itu datang ke sini?"" Tanya seorang
santri "mana aku tau?" komentar yang lain sama heran.
"cepat kau obati lukamu itu" ajak Anwar sambil
membopong tubuh Arya yang pura-pura sakit...
187 Pasukan Jalayuda Pajajaran merupakan pasukan dari
kelas tertinggi dibawah pimpinan Patih Darma Bumi yang
dahulu merupakan tokoh silat berjuluk Gema Langit adik
dari Gema Samudra orang tua Bintang Kusuma. Dia
dianggap sangat berjasa dalam memukul mundur setiap
pemberontak, bahkan pasukannya yang telah berhasil
mengusir pemeberontakan Patih Wilyatikta yang
membelot beserta pasukannya. Pasukan jalayuda sangat
kesohor, pasukannya hanya ada lima ratus orang dan
akan tetap lima ratus, karena tidak akan mengadakan
penambahan jika tidak ada pasukan yang tumbang atau
mengundurkan diri. Pasukan itu terdiri dari orang-orang
pilihan kelas hebat. Tiga pasukan sama dengan sepuluh
pasukan arteleri Pajajaran. Saking terkenal hebatnya
hingga membuat mereka sombong, seperti yang telah
mereka lakukan barusan, hampir membentur Santri yang
sedang berkumpul di gerbang Padepokan.
Setelah meletakkan kudanya di kandang, mereka
melangkah dengan agah memasuki balai padepokan,
bahkan sepatunya tidak dilepaskannya...
"ada apa ini"!!" sambut Banjar Kalianget melihat
kedatangan mereka denang wajah sombongnya
"mana Kyai Banjar?"" Ada titah raja yang ingin kami
sampaikan?" kata-kata mereka sungguh kasar membuat
Banjar Kalianget geram, padepokannya tidak ada sangkut
188 pautnya dengan kerajaan manapun, walau lokasinya ada
di kerajaan Pajajaran namun Padepokan itu berdiri sendiri
atas pemberian Raja terdahulu pada Kyai Banjar...
"silahkan duduk dulu, sudilah kiranya Tuan Pasukan
menunggu sebentar... " jawab Banjar Kalianget berusaha
merendah membuat mereka semakin congkat.
"kami tidak punya waktu untuk bertele-tele, cepat suruk
Kyai Banjar keluar ada titah penting dari raja"
Kyai Banjar keluar dari salatnya, setelah mendengar
kegaduhan di luar, begitu juga Kyai Koneng.
"Kyai banjar... ada titah raja pada Padepokan Gajah
Mungkur dan bawahannya untuk membantu kerajaan
guna membasmi pemberonatakan Kadipaten
Ambangan?" terang mereka langsung.
"apa gunanya Kerajaan minta bantuan kami"!!" Jawab
Banjar Kalianget geram melihat sikap pasukan itu.
"sesungguhkan pasukan Jalayuda bisa mengatasinya
tanpa meminta bantuan kalian, namun Raja ingin menguji
kesetiaan kalian pada Pajajaran" jawab salah satu
diantara mereka dengan sikap tetap congkak.
"apalagi yang kalian hadapi hanya sebuah kadipaten"!!"
tambah Kyai Koneng turut geram
189 "Kadipaten Ambangan meminta bantuan dari tokoh-tokoh
sesat seperti Datuk Pengemis Nyawa dan anteknya untuk
menggulingkan kerajaan" jawab satunya dengan sikap
sedikit kalem. Membuat Kyai Banjar dan lainnya terkejut
mendengar kabar itu, mereka sama teringat pada Dewa
Iblis "biar kami fikirkan dulu, mau membantu atau tidak kami
yang akan memutuskan, sampaikan pada rajamu, tidak
usah menunggu kami, jika kami mau membantu tentu
dengan cara kami sendiri?" terang Kyai Banjar tenang.
"baik kalau seperti itu, mau membantu atau tidak, tidak
ada efeknya bagi kami, Pasukan Jalayuda pasti bisa
mengatasinya sendiri?" jawab salah satu Pasukan
seraya meninggalkan balai dengan cepat membuat
Banjar Kalianger semakin geram, mereka datang dan
pergi tanpa salam, diangap apa padepokannya itu
"ingin rasanya ku hajar orang itu, jika bukan atas titah
Raja datang kemari... " geram Banjar Kalianget
"bagaimana Kakang?"" Apakah kita akan
membantu?"" Tanya Kyai Koneng teringat akan
perkataan Kakaknya tadi "tentu kita harus membantu, kita harus sadari padepokan
ini pemberian raja Pajajaran, Banjar... !! cepat kau kirim
190 surat pada beberapa sahabat kita untuk diajak serta
membela Negara... " "Baik Romo... !!" Jawab Banjar dengan cepat
meninggalkan tempat itu guna membuat surat dan
mengutus beberapa santri pada lokasi sahabat-sahabat
Kyai Banjar. Arya heran melihat persiapan beberapa Santri pilihan
yang dipanggil Kyai Banjar Banyu Bening, ada sekitar
lima belas santri yang terpilih diantaranya Kang Darman,
mereka mendapat gemblengan khusus Kyai Koneng di
ruang tertutup Selain itu juga kedatangan beberapa orang berbau
pendekar ke Gajah Mungkur, seperti kedatangan Kirana
yang cukup membuatnya bergetar, juga pendekar lain
yang tak kalah tentu hebatnya.
Arya tidak mendengar kabar apa-apa, tiba-tiba
padepokannya ramai oleh para pendekar, dia tetap
melakukan tugas hariannya memotong kayu di ujung
Padepokan. Racun Barat juga di datangi utusan Raja Pajajaran, walau
mereka pulang pincang karena kepongahannya ketika
menghadap, namun Racun Barat masih memerintahkan
menantunya Bintang Kusuma bersama lima Murit Pilihan
untuk turut bergabung ke Gajah Mungkur, dengan
191 demikian dia berharap kesenjangan yang tercipta antara
Gajah Mungkur dan Bukit Gembala sedikit reda.
Bintang Kusuma menyambutnya dengan girang, karena
dia telah kenal pada keturunan pemilik Gajah Mungkur,
Banjar Kalianget, juga salah satu pendekar wanita
kesayangan Kyia Banjar, Kirana. Tak kalah rindunya dia
ingin bertemu dengan pendekar Hebat yang tanpa
sengaja telah menjadi sahabatnya, siapa lagi kalau bukan
Dewa Iblis. Dia ingin tau kabarnya serta ingin bernostalgia
dengan beberapa pertemuan yang sangat hebat
sebelumnya. Sesampainya di Gajah Mungkur Bintang Kusuma merasa
kecewa, Karena dia hanya bertemu dengan Kirana dan
Banjar Kalianget tanpa sosok yang paling dirinduinya,
yaitu Dewa Iblis. "dia sekarang ada di sini... " hanya itu yang disampaikan


Dewa Iblis Karya Tak Diketahui di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

oleh Kirana, membuktikan bahwa Dewa Iblis Masih hidup.
Namun dari kerumunan pendekar yang datang dia tidak
melihat sosok bersenjata Kayu Cendana itu.
Bintang Kusuma tidak sadar bahwa dia ditatap dengan
heran oleh orang yang sekarang sedang memotong kayu
di pojok Padepokan, namun untuk mendekat, dia merasa
tidak pantas. Karena Kyai Banjar tidak menginginkannya
bergabung di sana. 192 Dia menatap Mahesa yang masih memotong kayu
dengan kesal "Kenapa Mahesa"!!" Tanya Arya melihat temannya
kesal, sambil membanting kapaknya
"aku juga ingin bergabung di sana, walaupun aku tidak
memiliki ilmu kanuragan hebat, namun aku bisa
menggunakan ini untuk mengatur strategi?" tunjuk
Mahesa pada batok kepalanya, Arya hanya tersenyum
percaya kata-kata temannya yang tergolong cerdas itu.
Walau badannya lemah untuk belajar beladiri.
"memangnya ada apa banyak pendekar yang datang ke
sini?" "kau tidak dengar kabar... ?"" Tanya Mahesa heran, Arya
hanya menggeleng "pantas"!! Kau yang tidak pernah belajar kanuragan
mana mungkin di ajak serta, aku saja yang sedikit punya
kemampuan silat tidak dipanggil, ini bela Negara.
Kerajaan Pajajaran akan deserang oleh pemberontakan
Kadipaten Ambangan yang melibatkan tokoh-tokoh sesat"
"kau ingin turut serta?" Kau tidak takut mati... ?" Tanya
Arya heran pada sikap temannya yang kesal karena tidak
diajak serta berperang 193 "eh kau harus tau"!! mati di medan laga demi membela
kebenaran, apalagi sampai bela Negara, tentu akan mati
Syahid, mati yang selalu dirindukan oleh semua orang
islam... " terang Mahesa membuat Arya semakin tidak
mengerti "Apa itu mati Syahid?"?"
"ah" dasar santri goblog... " Bentak Mahesa sambil
mendorong bahu Arya hingga dia terjunggal namun
tertawa melihat kekesalan temannya
"mati yang langsung di jamin masuk surga tanpa
diperiksa malaikat?" lanjut Mahesa sambil menatap
langit. "aku rindu mati seperti itu, berkumpul dengan para
syuhada dan para nabi di surga sana... " Mahesa
menerawang ke atas. Membuat Arya tersentak
"Surga?"?" sejak dulu dia tidak pernah berfikir setelah
kematian kelak, dia tau ada yang Namanya Surga dan
Neraka sejak kecil, namun selama hidupnya dia tidak
berfikri ke arah sana, kembali ucapan teman sekamarnya
menghentak sanubarinya. "sudahlah Mahesa"!! Kyia Banjar mungkin masih melihat
kita tidak pantas berperang... kalau kita ikut mungkin
hanya menjadi beban pasukan... peperangan kita kali ini
masih dengan kayu-kayu ini?" ujar Arya Bangkit diiringi
194 Mahesa mengambil kampak dan membelah kayu-kayu
besar di depannya. Sekitar lebih seratus pendekar berkumpul di sana
memenuhi undangan Kyai Banjar... guna membahas cara
membantu Pajajaran. "aku dengar kabar, Kadipaten Ambangan dibantu tokoh
sesat paling hebat, yaitu Datuk Pengemis Nyawa, serta
anteknya... yang tak kalah meresahkan adalah
kemunculan dua pendekar hebat, Bocah Setan Tua dan
Nenek Peniup Dupa yang turut serta di sana" terang Kyai
Koneng membuka pembicaraan
"aku berfikir bagaimana kalau kita membentuk pasukan
sendiri, jangan sampai bersama dengan para pasukan
kerajaan. Sehingga gerakan kita lebih leluasa menyerang
musuh... " Kyai banjar memberi usulan...
"setuju... " Teriak semua yang hadir penuh semangat
"tapi untuk membuat pasukan kita harus punya
pemimpin... " usul salah satu pendekar yang hadir...
"bagaimana kalau Kyai Banjar Atau Kyai Koneng yang
menjadi pemimpin?" pendapat pendekar muda disetujui
yang lain 195 "maaf saudara sekalian, aku sudah terlalu tua tidak
sanggup berperang, lebih baik cari yang lain, entah kalau
adekku" bagaimana Kyai Koneng... ?"
"Maaf kakang dan juga saudara yang lain, aku memang
ingin ikut berjuang, tapi tidak siap menjadi pemimpin,
seperti yang diucapkan Kakang barusan, kami sudah
terlalu tua... " undur Kyai koneng, membuat semua yang
hadir berbisik bingung"
"atau kyai punya usulan... siapa yang pantas diantara
kami jadi pemimpin?" Tanya Bintang Kusuma, sebelum
Kyai banjar menjawab, seorang yang berbadan kekar
dengan golok besar berjalan ke depan
"yang jelas pemimpin pasukan ini harus paling hebat
diantara semuanya, dan paling ceras"!! Aku siap
menjadi pemimpin kalian... " ujarnya penuh keyakinan
"apa yang kau katakan Golok Emas"!! Seakan
meremehkan kehebatan kami?" bentak Kang Darman
penuh amarah" "siapa yang merasa paling hebat di sini, silahkan maju
menguji keahlian, guna menjadi pemimpin?" semua yang
hadir gaduh mendapat tantangan golok Emas, membuat
kyai banjar hanya geleng kepala, dia tidak bisa
melakukan apa-apa. Mungkin cara itu memang lebih baik
196 untuk saling menguji kesaktian, hitung-hitung sebagai
ajang latihan sebelum perang.
Golok emas melenting ke luar Balai diikuti para pendekar
yang lain, semua santri Padepokan yang tidak tau apaapa terkejut dan berbondong-bondong menyaksikan
keramaian itu... kecuali Arya dan Mahesa yang masih
saling berlomba membelah kayu...
Golok Emas ada di tengah arena dikelilingi para pendekar
yang lain, sesosok tubuh perpelampilan sederhana maju
ke tengah arena dengan pedang terselip di pinggangnya
"bukannya aku berambisi menjadi ketua, namun aku
hanya ingin menguji kelayakanmu Golok Emas" ujarnya
pelan "hahahahaha" jangan berbelit lidah Mandala?" orang
yang di sebut Mandala hembuskan nafas kesa hendak
menyerang Namun sebelum perkelahian perebutan ketua dimulai
mereka dikejutkan oleh kedatangan beberapa kuda
memasuki padepokan, tampak jelas mereka pasukan
Jalayuda dipimpin sosok tinggi besar dengan Gada
berwarna emas ada dipunggungnya, dia adalah Gema
Langit pimpinan Pasukan Jalayuda.
197 Gema Langit melompat turun dari kudanya, diiringi
beberapa pasukan pilihan yang mengawalnya, dengan
sombong pasukan menerobos beberapa pendekar hingga
pimpinannya bisa berdiri di tengah Arena, menatap Golok
Emas dan Mandala dengan tajam, kemudian terkegal
hebat" "hahahahaaaa... Sungguh tiba tepat waktu, aku
mendengar disini sedang ada pemilihan ketua pasukan
Pendekar yang akan turut serta membela kerajaan Kami,
aku ingin turut serta... " Ujar Gema Langit penuh percaya
diri... "Apa Maksud Patih Gema Langit?" Tanya Kyai Koneng
"aku juga ingin menjajal kehebatan pendekar di sini, aku
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 21 Naga Pembunuh Lanjutan Golok Maut Karya Batara Iblis Sungai Telaga 15

Cari Blog Ini