Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 21

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 21


botak ini. Nada pembicaraannyapun berubah tak menghormat. "Apakah malam nanti sipukulan
sakti tanpa bayangan pasti datang?"
Kim Thi sia sendiripun dapat menangkap ketidak tenangan perempuan tersebut, hal mana
membuat hatinya jadi bingung, segera pikirnya:
"Toh putrinya sudah dijodohkan kepada keluarga Ang, memangnya dia mempunyai perselisihan
dengan kakek botak itu?"
Berpikir sampai disitu, diapun menjawab:
"Tentu saja dia akan datang, tapi kenyataannya sipukulan sakti tanpa bayangan benar-benar
akan kehilangan muka." Terdengar Dewi Nirmala bergumam lirih: "Ternyata dia.......tak lebih
hanya begitu, hmmm......"
Sewaktu berbicara, hawa pembunuhan telah menyelimuti seluruh wajahnya, seakan-akan
setiap saat ia bisa membunuh orang untuk melampiaskan hawa amarahnya itu hal mana tentu
saja membuat Kim Thi sia keheranan dan tidak habis mengerti. Pada saat itulah mendadak,
terdengar suara rintihan lirih bergema datang....
Kim Thi sia terperanjat sekali setelah mendengar suara itu, dengan satu gerakan cepat dia
melompat kesamping putri Kim huan lalu sambil menghimpun tenaga dalamnya dia berdiri sering
disitu sambil berusaha menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkanDewi Nirmala kelihatan agak tercengang, ia tak mengerti apa sebab terjadinya gerak gerik yang
aneh itu. Sementara itu putri Kim huan yang berbaring tak bergerak. kini secara pelan-pelan telah
bangun dan duduk. Perasaan sedih, kaget, gembira berkecamuk didalam benak Kim Thi sia. Keberaniannya
meningkat, dengan suara amat nyaring dia membentak:
"Dewi Nirmala, dengarkanlah baik-baik bila kau berani maju selangkah lagi, jangan salahkan
kalau ilmu Tay goan sinkang ku tak mengenal belas kasihan-"
Dewi Nirmala merasa amat terkejut oleh kecantikan wajah putri Kim huan, pikirnya segera:
"Bila dibandingkan dengan Hay jin, kecantikan perempuan ini boleh dikata seimbang, tapi
darima na datangnya wanita secantik ini?"
Terdorong oleh perasaan ingin tahunya, sambil tertawa merdu ia segera menegur: "Siapa kau?"
tanya putri Kim huan tertegun.
"Aku bernama Dewi Nirmala."
Dengan sepasang matanya yang jeli putri Kim huan memperhatikan sekejap sekeliling arena,
lalu sahutnya sambil tersenyum:
"Namamu memang bagus sekali, aku rasa kau pasti seorang perempuan yang lembut suci
bersih dan romantis."
Lalu dengan suara yang amat santai, ia memperkenalkan diri:
"Aku berasal dari Negeri Kim, orang-orang menyebutku putri Kim huan-"
"oooh, kalau begitu kau adalah tuan putri dari negeri Kim?" tanya Dewi Nirmala tertegun.
Putri Kim huan segera tersenyum.
"Ehmm, sudah lama kukagumi daratan Tiongg goan, itulah sebabnya aku sengaja datang
kemari untuk menikmatinya."
"Kau pernah berkunjung ke Lembah Nirmala?"
"ooooh, sbeuah nama yang amat menawan hati" puji putri Kim huan tersenyum. "Meski belum
pernah kesana, tapi dari namanya sudah pasti tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang
indah dan sangat menawan hati. Dewi Nirmala, betul bukan perkataanku ini?"
"Perkataanmu memang tepat sekali, pemandangan alam di Lembah Nirmala memang nomor
wahid didunia." Ia seperti merasa cocok dengan perempuan tersebut, dengan cepat katanya lagi: "Bersediakah
kau untuk berpesiar ke Lembah Nirmala?"
Melihat pihak lawan memberikan undangan dengan hati tulus, putri Kim huan siap-siap
menyanggupi sambil mengucapkan terima kasih, tapi sebelum perkataan itu sempat diucapkan,
mendadak terdengar Kim Thi sia yang berada disisinya telah menimbrung: "Jangan kesitu, jangan
kesitu, tempat itu tak baik"
Putri Kim huan yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya ternyata menurut sekali,
dengan nada minta maaf, ujarnya kepada Dewi Nirmala:
"Aku harus minta maaf, karena dia menyuruh ku jangan pergi, akupun tak ingin kesitu."
"Apa sih hubunganmu dengannya?"
Mendapat pertanyaan ini putri Kim huan menjadi tersipu-sipu dan tanpa terasa menundukkan
kepalanya. "Kami adalah teman" Kim Thi sia segera menjelaskan-Dewi Nirmala tersenyum.
"Kau.......kau tidak seharusnya mengganggu kegembiraan orang lain, kalau toh kalian cuma
teman biasa, siapapun berhak untuk menetapkan kebebasan sendiri, benar bukan perkataan ini?"
Mendengar perkataan itu, dengan perasaan keheranan Kim Thi sia segera berpikir: "Kenapa sih
perempuan ini" Mengapa secara tiba-tiba ia berubah sikap dan nada pembicaraannya"
Mungkinkah" Ia cukup memahami sifat kekejian dan kekejaman dibalik senyuman manis si Dewi Nirmala,
karena itulah dia berpikir lebih jauh, ia sadar bahwa perempuan itu mempunyai maksud yang
jahat, tapi rencana keji apakah yang sedang diperbuat perempuan ini" Karena tak bisa menebak
jalan pemikirannya, terpaksa dia berkata: "Kau memang benar, tapi sayang dia sudah sama sekali
tak berniat untuk berpesiar."
Pelan-pelan putri Kim huan bangkit berdiri, perawakan tubuhnya yang indah menawan segera
mendapat perhatian yang serius dari Dewi Nirmala. Terdengar perempuan keji itu memuji. "Kau
benar-benar amat cantik"
Dengan tersipu-sipu putri Kim huan menundukkan kepalanya, tapi ia merasa amat senang,
sebab pu Jian dari sesama kaum memberikan bobot yang berbeda, tanpa terasa kesan baiknya
terhadap perempuan inipun semakin bertambah..... "Apakah kau yang merasa lebih baikan?"
Dengan perasaan tak habis mengerti putri Kim huan balik bertanya: "Apa maksudmu?"
"Maksudku, apakah tubuhmu sudah jauh lebih segar?" Kim Thi sia segera memberi penjelasan"Yaa, aku merasa agak baikan"
Lalu sambil melemparkan sekulum senyuman manisnya, dengan sikap tersipu-sipu dia
melanjutkan: "Aku sudah tertidur sesaat, bagaimanapun jua kesegaranku sudah jauh lebih membaik."
Kim Thi sia manggut-manggut, dengan cepat dia mengambil " lentera hijau" dari atas tanah
dan cepat-cepat dimasukkan kembali kedalam saku.
Dia tak ingin orang lain tahu kalau "lentera hijau" berada ditangannya, tapi tindakannya ini
justru menimbulkan kecurigaan Dewi Nirmala. Terdengar perempuan itu menegur sambil tertawa
merdu: "Hey, gerak tanganmu cepat benar, benda apa sih yang kau sembunyikan itu?" Merah padam
selembar wajah Kim Thi sla, sahutnya segera: "Sebuah benda milikku sendiri, kau tidak berhak
untuk mengetahuinya." Dewi Nirmala semakin curiga, pikirnya kemudian:
"Sudah pasti benda tersebut menyangkut diriku, kalau tidak tak mungkin sikapnya setegang
itu......." Terdorong oleh rasa ingin tahu, tanpa terasa dia maju beberapa langkah kedepan sambil
gumamnya: "Rasanya benda itu seperti......"
Kim Thi sia makin terkejut, tanpa terasa ia berpikir: "Jangan-jangan ia sudah mengetahui?"
Tatkala Kim Thi sia melihat Dewi Nirmala mendekatinya ia lantas mengira peremuan kejam itu
sudah mengetahui kalau benda yang disembunyikan adalah lentera hijau dan sekarang siap
merampasnya, secara diam-diam diapun menghimpun tenaga Tay goan sinkangnya untuk berjagajaga
terhadap segala kemungkinan yang diinginkanSudah barang tentu segala tindakan serta gerak gerik dari Kim Thi sia ini tak bisa mengelabuhi
Dewi Nirmala, sambil tersenyum ia segera menegur: "Apakah kau hendak bertarung melawanku?"
"Kau hendak merampas barangku"
Mendengar ucapan ini, Dewi Nirmala semakin curiga, dia tahu apa yang diduganya besar
kemungkinan benar, maka dengan berlagak tidak mengerti katanya: "Barang apa yang pantas
kurampas?" "Sekali salah berbicara, tak mungkin buat Kim Thi sia menariknya kembali" paras mukanya
berubah menjadi merah padam karena gelisah, untuk berapa saat lamanya dia berdiri tertegun
dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Dewi Nirmala tahu, saat itu disekeliling tempat tersebut hadir banyak sekali anak buah dari Pek
kut sinkun. Dia merasa rahasia pribadinya tak boleh sampai ketahuan orang laun, maka kepada
para utusan Nirmala ia menitahkan:
"cepatlah kalian usir semuanya kurcaci- kurcaci disekeliling tempat ini, jangan biarkan siapapun
memasuki wilayah seluas tiga li disekitar tempat ini barang siapa berani melanggar,jatuhi
hukuman sesuai dengan peraturan kita"
Ketiga orang kakek berjenggot panjang yang berdiri disisinya serentak menjawab dengan kaku:
"Siap melaksanakan perintah sincu."
Dengan pedang terhunus mereka segera beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Tak
selang berapa saat kemudian suasana disekeliling tempat itu dicekam kegaduhan yang luar biasa.
Anak buah Pek kut sin kun pada melarikan diri terbirit-birit. Dalam waktu singkat tak seorangpun
yang masih tertinggal disana.
Kini yang masih hadir dikawasan tersebut tinggal Dewi Nirmala, Kim Thi sia , putri Kim huan
beserta Nirmala nomor tujuh yang sudah terkapar diatas tanah dalam wujud mayat.
Dengan sorot matanya yang tajam Dewi Nirmala memandang sekejap kesekliling tempat itu,
setelah dirasakan amat sesuai dengan kehendak hatinya, dengan senyuman dikulum ia baru
berkata: "Mengapa kau tidak menjawab pertanyaan ini?"
" Kau...... kau hendak merampas putri Kim huan ku" tiba-tiba Kim Thi sia memberikan jawaban
yang amat cerdik. Baru pertama kali ini dia berbicara bohong, hal mana membuat perasaan hatinya amat tidak
tenang. Sebaliknya putri Kim huan segera memandang sekejap kearahnya dengan pandangan penuh
rasa cinta yang mendalam. Agaknya dia merasa amat terhibur oleh perkataan anak muda
tersebut. Sambil tersenyum Dewi Nirmala berkata lagi:
"Kau tak perlu curiga, aku tak akan merebut putri Kim huan mu"
Apa yang dikatakan Kim Thi sia sesungguhnya merupakan alasan yang dibuat-buat untuk
mengatasi situasi sesaat, sudah barang tentu diapun tahu bahwa Dewi Nirmala tak akan
merampas putri Kim huan- Ketika situasi telah berkembang lain, diapun berseru lagi dengan suara cepat:
"Kalau toh kau tak berniat merampasnya, biar aku mohon diri lebih dulu........"
Sekali lagi Dewi Nirmala tersenyum.
"Kau hendak pergi dari sini" HHmmm^ tidak akan semudah itu"
"Aneh benar" Kim Thi sia berseru tertegun. "Aku toh punya sepasang kaki yang tumbuh
ditubuhku sendiri, kenapa tak boleh pergi" Baik, akan kuperlihatkan bahwa aku dapat pergi sendiri
dari sini" Dewi Nirmala tidak mengucapkan perkataan apapun, dia cuma tertawa terkekeh-kekeh.
Gelak tertawanya itu mendatangkan perasaan yang amat tak sedap bagi Kim Thi sia, dan
kakinyapun sudah disiapkan untuk kabur meninggalkannya, tanpa terasa ditarik kembali, serunya
gusar: "Hey, apa yang kau tertawakan?"
Suara tertawa Dewi Nirmala semakin keras, sesaat kemudian dia baru berkata:
"Apakah orang yang termashur dalam dunia persilatan sebagai manusia yang paling susah
dilayani pun berniat hendak melarikan diri" Kim Thi sia sangat mendongkol, teriaknya keras-keras:
"Kau mengatakan aku, Kim Thi sia bermaksud melarikan diri?"
"Benar" "Mengapa aku harus melarikan diri?" seru Kim Thi sia gusar. "Hari ini bila kau tak bisa
menrangkan alasannya yang tepat kepada ku, jangan harap pertikaian diantara kita akan
berkahir." "Heeeh......heeeeh......heeeeh......sesungguhnya diantara kita memang terjalin pertikaian yang
tak ada akhirnya" jengek Dewi Nirmala sambil tertawa dingin. Selesai berkata dia segera berjalan
mendekati putri Kim huan.
Terhadap Dewi Nirmala, putri Kim huan sama sekali tidak menaruh kesan jelek. melihat
perempuan tersebut menghampirinya, dengan lembut dia berkata: "Dewi Nirmala, sesungguhnya
dia adalah seorang yang baik"
Dewi Nirmala sama sekali tidak menggubris perkataannya itu, sambil menggenggam tangannya
yang putih dan halus, dia memuji: "Nona, tubuhmu betul-betul putih, halus dan amat
lembut........" Mendadak....... Dewi Nirmala merasakan datangnya desingan angin tajam dari belakang tubuhnya, ketika ia
berpaling secara tiba-tiba, tampaklah Kim Thi sia sedang melancarkan sebuah bacokan kilat tanpa
menimbulkan sedikit suarapun.
Melihat datangnya ancaman itu, dengan suatu gerakan yang sangat ringan Dewi Nirmala
mengayunkan telapak tangannya melancarkan pula sebuah pukulan untuk membendung
datangnya ancaman tersebut.
Ketika dua gulung tenaga pukulan itu saling beradu satu sama lainnya, segera terjadilah suara
benturan keras yang amat memekikkan telinga.
Kim Thi sia segera merasakan datangnya segulung tenaga tekanan yang menghimpit dadanya,
hal mana membuat kuda-kudanya tergempur dan tak kuasa lagi ia mundur tiga langkah dengan
sempoyongan- Sambil tersenyum Dewi Nirmala segera berseru:
"Hey, aku rasa lebih baik simpanlah tenagamu baik-baik"
Kim Thi sia tidak mengucapkan sepatah katapun, sambil membungkukkan badan dia menyerbu
maju kemuka, sepasang telapak tangannya diayunkan bersama, agaknya sikap Dewi Nirmala telah
membuat berkobarnya api kegusaran didalam dadanya, sehingga dia melanggar pentungan
terbesar dalam suasana pertarungan melawan jago tangguh.
Dewi Nirmala masih berdiri tetap ditempat semula, tiba-tiba saja dia membalikkan badan, lalu
sambil menghimpun tenaga dalamnya sebesar enam bagian sebuah pukulan dahsyat dilontarkan
kedepan- Kim Thi sia membenci ucapannya yang penuh sindiran, menyembunyikan golok dibalik
senyuman serta kelicikan akal muslihatnya karenanya dalam serangan kali ini dia telah
mengeluarkan jurus "kekerasan menguasahi seluruh jagad" dari ilmu Tay goan sinkangnya yang
amat dahsyat itu. Melihat berkobarnya pertarungan sengit antara kedua orang tersebut putri Kim huan hanya bisa
merasa amat cemas dan gelisah. Teriaknya tiba-tiba dengan suara keras:
"Hey, kalian jangan berkelahi, bila ada persoalan mari kita bicarakan dengan sebaik-baiknya"
"Blaaaammm......."
Sementara itu terjadilah kembali bentrokan keras yang memekikkan telinga rupanya kedua
orang itu sudah beradu tenaga lagi.
Terdengar Kim Thi sia mendengus tertahan tubuhnya mundur dua langkah secara beruntun, ia
merasakan hawa murninya bergejolak keras, matanya berkunang-kunang dan telinganya
mendengung nyaring. Sebaliknya Dewi Nirmala seperti tidak merasakan sesuatu yang aneh, dengan santai dia malah
mengejek: "Hey anak muda, jangan terburu napsu, mari kita bertarung secara pelan-pelan-...." Kim Thi sia
tertawa dingin- "Heeeeh.....heeeeh.......heeeeh.......pokoknya sebelum kau memberi keterangan sejalannya.
Kita bakal bertarung sampai salah satu diantara kita mampus"
Sehabis berkata, kembali dia mengeluarkan jurus "mati hidup ditangan nasib" dan "kejujuran
melebihi batu emas" dari ilmu Tay goan sinkang untuk melepaskan seranganTerlihatlah selapis bayangan, pukulan yang berlapis-lapis menyelimuti seluruh angkasa dan
mengurungi tubuh Dewi Nirmala rapat-rapat.
Dewi Nirmala amat terkejut, dari menotok serangannya dirubah menjadi bacokan, dia segera
menciptakan pula selapis bayangan telapak tangan untuk melindungi diri dari ancamanjurus
serangan yang dipergunakan kali ini adalah jurus "selaksa lentera menyemburkan api, dari
ilmu pukulan nirmala nya, dibalik kelembutan terselip perubahan yang luar biasa, kemanapun
musuhnya menghindar, serangan tersebut akan segera menerobos masuk serta menarik
musuhnya terjerumus kedalam lingkaran pengaruhnya.
Baru saja Kim Thi sia merasakan serangannya mengenai sasaran yang kosong, tahu-tahu bahu
kirinya sudah tersambar oleh ujung jari tangan Dewi Nirmala rasa sakit, panas dan linu segera
menyelimuti seluruh tubuhnya.
Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, sambil tertawa genit Dewi Nirmala berseru:
"Anak muda, kau harus berhati-hati" Secara beruntun dia melancarkan serangkaian serangan,
lalu dengan jurus "tangan suci menggapai sukma" dia mengancam jalan darah Thian leng hiat dan
Tiong hu hiat ditubuh Kim Thi sia.
Dua buah jalan darah tersebut merupakan jalan darah kematian- Barang siapa terkena totokan
niscaya jiwanya akan melayang.
Keadaan dari Kim Thi sia pun segera terancam dalam bahaya maut, jiwanya amat kritis.
Putri Kim huan yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat hingga menjerit keras.
Kim Thi sia memang amat hebat, walaupun jiwanya terancam bahaya maut ternyata ia sama
sekali tak gugup atau kelabakan. Sepasang kakinya dijajakkan keatas tanah lalu pinggangnya
ditekuk dan tubuhnya dilemparkan kebelakang, maksudnya untuk menjauhkan diri dari jarak
totokan tersebut. Dengan tindakan tersebut, maka serangan Dewi Nirmala yang seharusnya dapat mencapai
sasaran, kini malah selisih sejauh tiga inci dari sasaran yang sesungguhnya.
Pemuda tersebut segera manfaatkan kesempatan yang sangat baik ini dengan sebaik-baiknya,
mendadak kaki kanannya melancarkan telapak tangannya melancarkan pukulan bersama dengan
menggunakan jurus "kelincahan menguasahi empat samudra."
Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi bunga pukulan dan hujan serangan yang
amat gencar. Bergidik juga perasaan Dewi Nirmala menghadapi serangan itu, ia tak berniat untuk beradu
kekerasan, terpaksa ia memutar tubuhnya secepat petir dan menghindari sejauh lima depa dari
posisi semula. Kim Thi sia tidak berniat memberi kesempatan kepada musuhnya untuk berganti napas,
kembali dia melancarkan serangan dengan jurus- jurus "kepercayaan menguasahi dunia",
"kekerasan mengurungi seluruh jagad" dan "hembusan angin mencabut pohon-"
Berada dalam keadaan begini, ternyata Dewi Nirmala tidak berniat untuk beradu kekerasan, dia
hanya berputar dan melompat kian kemari menghindari setiap ancaman yang tiba.
Begitulah pertarungan pun segera berkobar dengan hebatnya, untuk berapa saat keadaan tetap
berimbang, siapapun tak berhasil menentukan menang ataupun kalah....


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam pada itu, kegelapan malam sudah mulai mencekam seluruh jagad, kentongan kedua
telah lewat, rembulan bersinar dengan terangnya menyelimuti angkasa.
Dewi Nirmala yang melihat keadaan tersebut diam-diam merasa amat girang, dengan cepat
ilmu Tay yu sinkangnya dihimpun siap melancarkan serangan maut. Seperminum teh kembali telah
berlalu. "B laaaaaammmmmmm. ......"
Mendadak terdengar suara benturan keras bergema memecahkan keheningan, lalu terlihat Kim
Thi sia mendengus tertahan dan roboh terjungkal kebelakang.... Putri Kim huan segera menjerit
keras: "Engkoh Thi sia"
Dewi Nirmala sendiripun berusaha keras untuk mengendalikan gejolak perasaannya, pelanpelan
dia berkata: "Nona, kau tidak usah terkejut ataupun gugup,"
seraya berkata, dia segera berjalan menghampiri Kim Thi sia.
Tiba-tiba........ Dari balik kegelapan terdengar seseorang membentak nyaring: "Jangan sentuh orang itu."
Belum lagi orangnya muncul, angin pukulannya telah menyambar datang dengan hebatnya,
serangan tersebut amat kuat dan segera menghadang jalan pergi Dewi Nirmala.
Tak terlukiskan rasa terkejut Dewi Nirmala menghadapi kejadian ini, satu ingatan segera
melintas didalam benaknya, dia sadar sang penyergap adalah seorang tokoh persilatan yang
berilmu sangat tinggi. Berada dalam keadaan begini, ia tak berani berayal lagi, ilmu Tay yu sinkang segera dilontarkan
keluar. Dua gulung tenaga pukulan yang sangat dahsyat dan hebat itu segera saling bertemu ditengah
udara. "B laaaaaammmmmmm"
Ledakan dahsyat yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan ditengah hujan
pasir dan batu. Tubuh putri Kim huan serta Kim Thi sia segera tergulung sejauh tiga kaki lebih dan
jatuh berguling keatas tanah.
Bersamaan waktunya...... Dari balik kegelapan, muncullah kakek botak berwajah penuh senyuman menyeramkan-Begitu
tahu siapa yang datang, Dewi Nirmala segera menegur dengan suara ketus: "TUa bangka celaka,
baik- baiklah kau selama ini?"
"Hey besanku, kau terlampau serius"
Ternyata orang yang baru saja munculkan diri tak lain adalah ketua Tiang pek san sipukulan
sakti tanpa bayangan Ang Bu im. Dewi Nirmala segera tertawa dingin, kembali ia berseru: "IHey
tua bangka celaka, kemana perginya putriku Hey Jin?"
"Besanku, kau tak usah kuatir, putrimu berada bersama putraku" jawab pukulan sakti tanpa
bayangan Ang Bu im gembira.
"Hmmm, kau harus membawa putriku kemari. Aku ada urusan hendak disampaikan
kepadanya." Tiba-tiba sipukulan sakti tanpa bayangan Ang Bu im menarik muka lalu dengan wajah masam
dia berkata: "Ehmmm, aku rasa persoalan ditempat ini jauh lebih penting daripada urusan apapun biar
kuselesaikan dulu masalah ditempat ini sebelum mengajakmu pergi mencari putrimu." Selesai
berkata, dia segera berjalan mendcekati Kim Thi sia.
"Berhenti kau" mendadak Dewi Nirmala membentak nyaring.
Ternyata kali ini sipukulan sakti tanpa bayangan sangat menurut, ia segera berhenti, berpaling
sambil tertawa dan tegurnya:
"Besanku, kau masih ada pesan apa lagi?"
"Jadi kau yang telah menyergapku barusan" Ayoh katakan, apa maksud tujuanmu yang
sebenarnya?" Sipukulan sakti tanpa bayangan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.......haaaaah.......aku takut kau akan melukainya, karena itu seranganku
tadi berusaha menghalangi hal tersebut sampai terjadi. Aku sudah cukup merasakan sampai
dimanakah kehebatan dari ilmu Tay yu sinkang mu itu." Ketika mendengar perkataan ini, diamdiam
Dewi Nirmala berpikir: "Nampaknya ilmu pukulan sakti tanpa bayangan yang dimiliki situa bangka ini memang bukan
nama kosong belaka, nyatanya ilmu Tay yu sinkang tak mampu berbuat banyak terhadapnya....."
Berpikir demikian, dia segera berusaha keras untuk mengendalikan hawa amarahnya lalu
dengan wajah senyuman dia berkata lagi:
"Kim Thi sia mempunyai hubungna yang amat besar denganku, karenanya aku bermaksud
hendak membawanya pulang ke Lembah Nirmala. IHey tua bangka, urusan penting apakah yang
sedang kau risaukan" Mari kita selesaikan persoalan ini didalam Lembah Nirmala saja........."
Seraya berkata dia melanjutkan perjalanan lagi menghampiri Kim Thi sia.
Mendengar perkataan itu, sipukulan sakti tanpa bayangan Ang Bu im segera mendengus dingin"Hmmm, aku telah berjanji dengannya untuk melanjutkan pertarungan pada kentongan ketiga
ini. Besanku, lebih baik kau mengalah saja untukku........"
Dewi Nirmala segera tertawa dingin.
"lHeeeh.....heeeeh......heeeeh......ia sudah tergetar pingsan oleh ilmu Tay yu sinkang ku, dalam
tiga jam dia tak bakal sadar kembali. Aku lihat perjan Jian diantara kalian terpaksa harus
diundurkan pelaksanaannya."
Seraya berkata dia segera membungkukkan badannya sambil merogoh kedalam saku Kim Thi
sia dan mengeluarkan bungkusan persegi empat itu, selanjutnya bungkusan itupun dibuka satu
persatu. Dibawah cahaya rembulan terlihatlah dengan jelas bahwa benda tersebut berupa sebuah kotak
terbuat dari besi. Mendadak satu ingatan melintas dalam benak perempuan itu, baru saja dia hendak membuka
kotak tadi. Pada saat itulah, tiba-tiba........
Sipukulan sakti tanpa bayangan membentak dengan suara keras:
"Benda tersebut merupakah hadiah bagiku. Hey besanku kau jangan menyentuhnya"
Bersamaan waktunya, dia mendorong sepasang telapak tangannya kemuka, dua gulung tenaga
pukulan yang lembut dan kuat tanpa mengeluarkan sedikit suarapun segera meluncur kedepan
dan menggempur tubuh Dewi Nirmala.
Dalam keadaaan tak siap Dewi Nirmala menjadi sangat terperanjat, dalam keadaan begini ia
tak sempat memperdulikan kotaknya lagi, serta merta sebuah pukulan Tay yu sinkang dilontarkan
kemuka. Akibat dari bentrokan tersebut, ternyata Dewi Nirmala tergetar mundur sejauh tiga langkah
lebih, wajahnya berubah menjadi merah padam seperti orang mabuk.
Jelas terlihat dalam bentrokan kali ini, sipukulan sakti tanpa bayanganlah yang berhasil
menempati posisi diatas angin-Dewi Nirmala segera membentak keras:
"Tak kusangka kau situa bangkapun mempunyai rencana serapi ini" Sipukulan sakti tanpa
bayangan mendengus dingin.
"Kau tahu apa maksudku turun dari bukit Tiang pek san dan jauh-jauh datang kedaratan
Tlonggan ini........tidak lain adalah disebabkan benda tersebut, bukan cuma aku seorang yang
mengincar benda ini, aku tidak lebih hanya salah seorang diantara sekian banyak manusia yang
datang lebih duluan-"
JILID 41 Sembari berkata dia hendak menyambar kotak besi yang berada dalam saku Kim Thi sia itu.
"Tua bangka celaka, tak kusangka hatimu licik. Baik, hutang piutang diantara kita harus
diperhitungkan lebih dulu" teriak Dewi Nirmala dengan wajah mendongkol.
Pukulan dengan ilmu Tay yu sinkang kembali dilancarkan dengan hebatnya, kali ini kedua belah
pihak telah membuat persiapan- Karena itu pertarungan yang berlangsungpun makin dahsyat dan
seru. Hawa pukulan yang memancar keempat penjuru membuat tubuh putri Kim huan dan Kim Thi
sia terlempar sejauh berapa kaki dari tempat semula. Lentera hijau pun terjatuh keatas tanah.
Saat itu kentongan kelima telah menjelang tiba, sinar sang surya sudah mulai muncul diufuk
timur, angin dingin yang menderu-deru serasa tak digubris oleh dua orang tokoh silat yang
bertarung itu. Mereka saling menyerang secara gencar dan hebat. Untuk sementara waktu sulit
rasanya untuk menentukan siapa menang dan siapa kalah. Pada saat itulah, mendadak.....
Disisi arena muncul seorang manusia berkerudung, dengan gerakan yang amat cekatan
bagaikan seekor burung elang yang menyambar anak ayam, dalam waktu singkat ia telah
melayang turun disisi "lentera hijau" kemudian sekali menyambar benda tadi telah dimasukkan
kedalam sakunya. Setelah itu dia menyambar pula putri Kim huan yang masih tergeletak tak sadar dan didalam
dua tiga lompatan kemudian, tubuhnya sudah berada sejauh sepuluh kaki dari tempat semula.
Waktu itu sipukulan sakti tanpa bayangan masih bertarung seru melawan Dewi Nirmala. Kedua
orang itu tak ada kesempatan lagi untuk mengurusi persoalan lain-Tiba-tiba........
Dengan suara nyaring Kim Thi sia membentak: "Pedang emas hendak lari kemana kau?"
Sambil berseru dia melompat bangun dan siap melakukan pengejaranPada saat itulah, tiba-tiba teriihat dua sosok bayangan manusia mencelat ketengah udara
sambil serempak mengejar kearah Kim Thi sia.
Menyusul kemudian terdengar sekali bentakan dan dua kali dengusan tertahan, tampak dua
sosok bayangan manusia meluncur jatuh ke atas tanah.
Rupanya ditengah udara ketiga orang tersebut telah saling melancarkan tiga pukulan dan dua
tendangan- Sementara sipukulan sakti tanpa bayangan dan Dewi Nirmala siap bertarung kembali mendadak
terdengar Kim Thi sia membentak keras: "Anak jadah, lenteraku telah hilang."
Teriakan ini kontan saja mengejutkan hati sipukulan sakti tanpa bayangan serta Dewi Nirmala
yang sedang bertempur. Sadar kalau usaha mereka tak akan mendatangkan hasil, serentak
mereka menghentikan pertarungan.
Dengan hati gelisah Ang Bu im segera bertanya: "Hey anak muda, sungguhkah perkataanmu
itu?" Waktu itu Kim Thi sia sedang melakukan pencarian disekeliling tempat itu, ketika mendengar
pertanyaan tersebut, buru-buru dia menjawab: "Hilang yaa hilang, memangnya aku sedang
membohongi dirimu?" "Kalau memang sudah hilang, hey bocah kunyuk mengapa kau tidak melakukan pengejaran
secepatnya?" tegur sipukulan sakti tanpa bayangan dengan marah.
Seraya berseru, ia bersiap-siap melakukan pengejaran kearah mana manusia berkerudung tadi
melenyapkan diri. Tiba-tiba Dewi Nirmala berkata:
"Kakek celaka, tunggu dulu, sipedang emas tak akan berhasil meloloskan diri"
"Keparat" umpat sipukulan sakti tanpa bayangan sambil menjejakkan kakinya. "Ternyata aku
sudah terperangkap oleh siasat kalian berdua"
Dengan cepat dia melancarkan dua buah pukulan, satu ditujukan kepada Dewi Nirmala, sedang
yang lain mengancam Kim Thi sia.
Merasakan dirinya diserang, Kim Thi sia membentak dengan marah: "Memangnya kau anggap
aku takut dengan tua bangka macam dirimu?"
Dengan mempergunakan jurus "kepercayaan menguasahi seluruh dunia" dari ilmu Tay goan
sinkang. ia sambut datangnya ancaman itu dengan keras melawan keras.
Sebaliknya Dewi Nirmala melayang mundur sejauh enam depa sambil melepaskan sebuah
pukulan pula. "Blaaaaammmm......."
Suara benturan yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan.
Seketika itu juga sipukulan sakti tanpa bayangan tergetar mundur sejauh empat langkah.
sepasang bahunya bergetar keras, mukanya merah padam. Jelas tak kecil kerugian yang
dideritanya. Kim Thi sia sendiripun tergetar mundur sejauh tiga langkah, napasnya tersengal-sengal.
Hanya Dewi Nirmala seorang tetap berdiri tenang dengan sikap yang amat santai. Diawasinya
kedua orang itu sambil tersenyum tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tiba-tiba........ Suara pekikkan yang amat nyaring bergema datang.......
Paras muka Dewi Nirmala segera berubah hebat, tanpa memperdulikan lagi pertarungan antara
sipukulan sakti tanpa bayangan melawan Kim Thi sia, ia membalikkan badan dan melejit setinggi
empat kaki ketengah udara, lalu meluncur kearah mana datangnya suara pekikkan itu.
Dalam waktu singkat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan sana.
Rupanya suara pekikkan nyaring itu berasal dari anak buah Dewi Nirmala yang memohon
bantuan, tentu saja sipukulan sakti tanpa bayangan maupun Kim Thi sia tidak mengetahui duduk
persoalan yang sebenarnya sambil mengatur pernapasan mereka siap sedia melakukan
pertarungan untuk kedua kalinya.
Tiba-tiba Kim Thi sia memutar biji matanya dan mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, ketika
ditemukan bahwa disitu tinggal bersama sipukulan sakti tanpa bayangan saja, hatinya menjadi
gelisah, segera teriaknya keras-keras: "Putri Kim huan Putri Kim huan."
Suasana disekeliling tempat itu amat hening, sepi dan tak kedengaran suara jawaban. Kim Thi
sia semakin gelisah, serunya kemudian:
"Hey orang tua, persoalan kita lebih baik dibicarakan dikemudian hari saja, sekarang aku harus
mencari putri Kim huan serta lentera hijau........"
"Baiklah" sipukulan sakti tanpa bayangan menanggapi. "Hari ini aku bersedia memberi
kesempatan kepadamu, kita bersua lagi di Lembah Nirmala setengah bulan kemudian"
"Bagus, kita tetapkan dengan sepatah kata ini, setengah bulan kemudian kita berduel lagi di
Lembah Nirmala" Waktu itu matahari sudah muncul diufuk timur dan memancarkan sinar keemas-emasannya
keempat penjuru dunia. Sambil berpekik nyaring, Kim Thi sia segera berangkat meninggalkan tempat tersebut.
Belum jauh ia berjalan, mendadak ditepi jalan ditemuinya tubuh seorang kakek bergelang emas
dikepalanya yang penuh dengan luka bacokan, agaknya kakek itu tewas setelah melangsungkan
pertarungan yang seru dan menderita luka parah.
Dari dandanan kakek itu, Kim Thi sia segera mengenalinya sebagai utusan Nirmala dari Lembah
Nirmala. Kim Thi sia tidak berniat memperhatikan kejadian itu lebih jauh, sekarang dia hanya
menguatirkan keselamatan putri Kim huan dan lentera hijau. Sambil mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dia bergerak makin kencang kedepan.
Baru saja melewati sebuah bukit, tiba-tiba dari balik hutan lebat disebelah kiri jalan lamat-lamat
terdengar suara pertarunganKim Thi sia segera mempercepat langkahnya, dalam waktu singkat ia telah sampai ditepi hutan,
suara pertarunganpun kedengaran makin jelas.
Tanpa berpikir panjang lagi Kim Thi sia menerobos masuk kedalam hutan dengan cepat ia
mendapat tahu siapa yang sedang terlibat dalam pertarungan tersebut. Untuk berapa saat
lamanya, pemuda kita menjadi tertegunRupanya dua orang yang sedang bertempur snegit itu adalah sipedang kayu Gi cu yong serta
sipelajar bermata sakti, muridnya si Malaikat pukulan ciang sianseng.
Untuk sesaat lamanya Kim Thi sia berdiri termangu. Sipedang kayu adalah abang
seperguruannya, tapi penghianatan dan kemurtadannya merupakan dosa yang besar, orang ini
harus dibunuh untuk menebus dosa-dosanya itu.
Sebaliknya sipelajar bermata sakti termasuk lelaki sejati, akan tetapi gurunya ciang sianseng
telah berkomplot dengan Dewi Nirmala melakukan pelbagai kejahatanIni menunjukkan kalau kehadiran sipelajar bermata sakti yang sangat tiba-tiba ini pasti
dikarenakan sesuatu alasan yang tidak sederhana, bisa jadi dia mempunyai suatu maksud atau
tujuan tertentu. Untuk berapa saat pemuda itu hanya berdiri kaku tanpa mengetahui apa yang mesti
diperbuatnya. sementara itu sipedang bermata sakti dan sipedang kayu nampak semakin loyo dan lemah
tampaknya pertarungan telah berlangsung cukup lama, atau dengan kata lain menang kalah sukar
untuk ditentukan dalam waktu singkat.
Kemunculan Kim Thi sia yang sangat tiba-tiba ini amat mengejutkan hati kedua orang tersebut,
sebab asal Kim Thi sia membantu salah satu pihak niscaya pihak yang lain akan tewas seketika.
Agaknya keadaan dan situasi semacam ini cukup dipahami dan dimengerti oleh sipelajar
bermata sakti maupun sipedang kayu. Karena itu sipedang kayu buru-buru berseru:
"Sute, kebetulan sekali kedatanganmu, ayoh cepat bantu suhengmu untuk melenyapkan
bajingan keparat ini."
sementara sipedang kayu harus memecahkan perhatiannya untuk berbicara, sipelajar bermata
sakti segera manfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya, sambil mengerahkan sisa
kekuatan yang dimilikinya dia melancarkan sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Sipedang kayu terkesiap. sekuat tenaga dia berusaha menghindar kesamping untuk meloloskan
diri dari ancaman tersebut. Walaupun akhirnya ia dapat menghindari sergapan langsung yang
tertuju ketubuhnya, tak urung badannya tergetar juga keras-keras. Sipelajar bermata sakti berseru
kemudian: "Sampah masyarakat bermulut besar, tampaknya semua anak murid si Malaikat pedang berbaju
periente hanya manusia-manusia kunyuk semua. Ayolah kalau hendak maju, majulah. Lihatlah
saja aku sipelajar bermata sakti membasmi kalian serentak." Mendengar seruan mana buru-buru
Kim Thi sia berseru: "Kau jangan sembarangan melukai perasaan orang lain, aku Kim Thi sia adalah seorang lelaki
sejati yang tak sudi melakukan perbuatan rendah dan terkutuk"
Mendadak sipedang kayu melepaskan sebuah bacokan kilat, angin pukulan yang kuat dan
tajam laksana anak panah menerobos kedepan.
Tak kuasa, sipelajar bermata sakti mundur selangkah untuk menghindari ancaman yang tiba.
Rupanya serangan tersebut telah membangkitkan amarah sipelajar bermata sakti, tiba-tiba saja
dia melancarkan sebuah tendangan kilat, telapak tangan kirinya diayunkan berulang kali
melepaskan sebuah pukulan dahsyat. Sementara sorot matanya memancarkan sinar tajam yang
amat menggidikkan hati. "Blaaaaammmmmm........."
Ketika dua gulung tenaga pukulan saling bertemu satu dengan lainnya, terjadilah suara ledakan
yang amat memekikkan telinga.
Dalam waktu singkat sipedang kayu merasakan datangnya segulung tenaga raksasa yang
menumbuk dadanya, tak kuasa lagi ia mundur selangkah dengan sempoyonganSipelajar bermata sakti memang tak malu menjadi anak murid dari ciang sianseng. Sesudah
melepaskan sebuah pukulan, posisinya yang semula terdesakpun segera berubah. Terdengar ia
berseru sambil tertawa dingin:
"Sudah melarikan anak gadis orang disiang hari bolong, masih berani bicara semaunya hati,
benar-benar perbuatanmu kelewat batas."
"Kau tak usah mengaco belo" bentak Kim Thi sia marah.
Sipedang kayu segera menimpali:
"Hmmm, kau sudah main todong dan membagul, sekarang masih memfitnah lelaki sejati. Sute,
cepat kita bereskan bocah keparat ini."
Seraya berkata ia mendesak maju lagi dengan kelincahan seperti kucing. Sepasang telapak


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya satu didepan yang lain dibelakang segera menciptakan beribu-ribu kuntum bunga
pukulan yang menerjang kedepan bagaikan amukan guntur.
Tampaknya sipelajar bermata sakti cukup mengetahui bahwa ilmu silat dari sipedang kayu
sangat lihay, dia tak berani bertindak gegabah setelah menarik napas panjang-panjang, ia segera
menggetarkan lengannya dan menyambut datangnya ancaman dengan jurus "menyambut
malaikat ditengah awan" serta "udara sakti menembus langit" dari ilmu silat andalan
perguruannya, ilmu pukulan tenaga sakti api guntur.
Dua gulung bayangan pukulan secepat kilat membentuk selapis dinding hawa sakti dan
membendung datangnya serangan lawanDalam waktu singkat sipedang kayu merasakan pandangan matanya menjadi kabur oleh ilmu
pukulan sipelajar bermata sakti yang maha dahsyat itu, sepasang tangannya terdesak hingga mau
tak mau dia harus menghindar sejauh tiga depa dari posisi semula. Kenyataan tersebut seketika
membuat perasaan hatinya amat terperanjat......
Ketika untuk kesekian kalinya sipelajar bermata sakti berhasil mendesak mundur musuh
tangguhnya, tak kuasa lagi dia berseru sambil tertawa nyaring:
"Haaah.....haaaah......haaaah......kau menuduhku malu todong dan mainjambret, apakah ada
buktinya?" "Hmmm, kau gagal menjambret barang kami, karenanya dari malu menjadi naik darah" seru
sipedang kayu cepat. Kim Thi sia yang mengikuti jalannya pembicaraan tersebut tiba-tiba teringat akan sesuatu, ia
segera bertanya kepada sipedang kayu:
"Suheng, benda apa sih yang hendak dirampasnya?"
"Dia ingin merebut "lentera hijau......."
Begitu jawaban tersebut meluncur dari mulutnya, pedang kayu segera sadar bahwa dia telah
membocorkan rahasia tersebut, buru-buru katanya lagi: "ooooh......bukan-......bukan-......"
Dengan gemas dan jengkel Kim Thi sia melotot sekejap kearah sipedang kayu, lalu bentaknya
nyaring: "Keparat, rasain sebuah pukulan ini"
Sambil menggetarkan tangannya, dia melepaskan serangan dengan jurus "kelembutan
mengatasi air dan api" dari ilmu Tay goan sinkang.
Angin pukulan yang maha dahsyat langsung menyapu keatas tubuh sipedang kayu.
Waktu itu, sipedang kayu baru saja kena didesak oleh sipelajar bermata sakti hingga
menghindar sejauh tiga depa yang kebetulan persis berada didepan Kim Thi sia. Mimpipun dia tak
menyangka kalau Kim Thi sia akan segera melepaskan serangannya begitu mengatakan mau
menyerang. Padahal pertahanan tubuhnya waktu itu sama sekali terbuka, serangan Kim Thi sia yang
muncul secara mendadak dan amat cepat itu langsung menerjang keatas dadanya.
"Blaaaammmmm" Sipedang kayu menjerit tertahan, tubuhnya tergetar mundur sejauh tiga langkah. Hawa
darahnya bergolak sangat keras dan sukar sekali untuk dikendalikanKetika sipelajar bermata sakti menyaksikan Kim Thi sia melancarkan sergapan secara tiba-tiba,
ia segera menarik kembali serangannya dan mengundurkan diri kesamping.
Tampaknya tidak enteng serangan yang bersarang ditubuh sipedang kayu, tampak ia duduk
bersemedi dan mengatur pernapasannya.
Kim Thi sia yang berhasil menyarangkan serangannya diatas jalan darah Hoat hek hiat
ditubuhnya dapat pulih kembali seperti sedia kala, maka ia membiarkan abang seperguruannya itu
mengatur pernapasannya . Terdengar sipelajar bermata sakti berkata sambil tersenyum: "Kau tak
boleh mengampuni sampah masyarakat seperti ini......."
Kim Thi sia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa, ia sama sekali tidak memberi
tanggapan apa-apa. Sampai lama kemudian-..... Kim Thi sia baru berkata kepada sipedang kayu:
"Suheng, lebih baik berterus teranglah. Kalau tidak. jangan salahkan bila aku akan bertindak
keji kepadamu" Sipelajar bermata sakti yang mendengar perkataan tersebut nampak agak tercengang katanya
kemudian dengan wajah tak habis mengerti:
"Jadi kau berniat melepaskan harimau pulang gunung" Aaaah, tidakkah kau sadari bahwa
perbuatan itu sama artinya meninggaikan bibit bencana dikemudian hari?"
Dengan gemas dan penuh kebencian sipedang kayu melotot sekejap kearah kedua orang itu,
lalu memejamkan kembali matanya dan sama sekali tidak menggubris lawannya lagi. Kim Thi sia
segera menegur kembali: "Suheng, bila kau masih berlagak bisu dan tuli terus menerus, aku tak akan bersikap sungkansungkan
lagi kepadamu" Sipedang kayu tetap duduk tak berkutik, mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Amarah Kim Thi sia segera memuncak sambil mengayunkan kepalan kirinya ia segera
melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Andaikata sipedang kayu terhajar oleh pukulan tersebut, paling tidak batok kepalanya pasti
akan hancur berantakan dan tewas seketika.
Tampaknya sebentar lagi sipedang kayu akan tewas ditangan sianak muda tersebut.
Mendadak......... Sipelajar bermata sakti melakukan suatu gerakan yang cepatnya luar biasa. Sepasang
tangannya bergerak bagaikan ular lincah, meliuk kesana kemari bagaikan petir saja menyerangkan
dua buah serangan yang luar biasa.
Sebuah serangan mengancam jalan darah nang seng hiat danpek hwee hiat, sementara
serangan yang lain mengancam hoat hiat dan Hong wi hiat, keempatnya merupakan jalan darah
kematian ditubuh manusia.
Bukan saja serangannya lincah dan cekatan, bahkan sama sekali tidak menimbulkan sedikit
suarapun. Merasakan dirinya disergap. mau tak mau Kim Thi sia harus menarik kembali telapak tangan
kirinya, sementara tangan kanannya dengan cepat mengeluarkan jurus "kecerdikan menguasahi
seluruh langit" untuk membendung datangnya ancaman itu. Tak teriukiskan rasa gusar Kim Thi sia
teriaknya sengit: "Pelajar bermata sakti, mau apa kau?" Sipelajar bermata sakti mendehem pelan,
lalu sahutnya: "Bila kau membunuhnya dalam sekali gebukan, lantas kepada siapa hutangku harus ditagih?"
"Tagih saja kepadaku"
"Ditagih kepadamu?" jengek sipelajar bermata sakti dingin.
"Mengapa tidak?"
"Kau cuma bisa membayar rentenya, lantas kepada siapa aku mesti menuntut modal
pokokknya?" "Akan kubayar" "Kau mampu untuk membayarnya?"
"Tentu saja mampu"
"Ehmm.....perkataan yang enak didengar kalau begitu harap kau keluarkan dulu "lentera hijau"
sebagai tanda bukti"
seketika itu juga Kim Thi sia dibuat terbungkam dalam seribu bahasa. Kembali sipelajar
bermata sakti berkata: "Saudara cilik, betul bukan perkataanku bahwa kau tak mampu untuk membayarnya?"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia karena malu, buru-buru ia menjelaskan: "Baru saja
benda itu dicuri orang"
"Baru saja dicuri?" jengek pelajar bermata sakti sambil tertawa dingin.
"Maksudku semalam........." pemuda Kim benar-benar tergagap.
Dia enggan menyinggung kembali peristiwa semalam, sebab kejadian itu benar-benar sangat
memalukan- Tapi dengan setengah mendesak sipelajar bermata sakti berkata lagi: "Siapa yang telah
mencurinya?" Agaknya pertanyaan tersebut membuat Kim Thi sia menjadi gelisah, tiba-tiba ia berteriak keras:
"Persoalan ini merupakan urusan pribadiku, buat apa kau menanyakan terus?"
"Urusan pribadimu" IHmmm, betul-betul tak tahu malu, justru persoalan ini merupakan urusan
pribadiku sendiri." "Bagaimana bisa kau katakan sebagai urusan pribadimu?" tanya Kim Thi sia tak habis mengerti.
Sambil menuding kearah sipedang kayu yang masih duduk bersila diatas tanah, kembali
sipelajar bermata sakti berkata:
"Sejak kemarin malam hingga sekarang aku selalu berada bersamanya, hal ini tidak lain
disebabkan "lentera hijau". Sekarang kau datang mengacau, apakah aku tidak berhak untuk
menanyakan persoalannya" "
"Bila kau bertanya kepadaku, aku tak akan mengetahuinya dimanakah lentera hijau itu
sekarang berada" kata Kim Thi sia pelan"Siapa yang hendak bertanya kepadamu?"
"Lantas kau hendak bertanya pada siapa?"
"Aku hendak bertanya kepadanya" kata sipelajar bermata sakti sambil menunjuk kearah
sipedang kayu. sekarang Kim Thi sia baru memahami duduk persoalan yang sebenarnya, segera katanya:
"Kalau ingin bertanya, silahkan bertanya"
Sipelajar bermata sakti melirik sekejap kesamping, dia tahu sipedang kayu belum sembuh
kembali seperti sedia kala. Maka setelah mendehem katanya lagi:
"Gi cU yong, kau tak usah bermain gila dihadapanku, aku bertanya sepatah kau harus
menjawab pula sepatah dengan sejujurnya. Kalau tidak, aku akan menyuruhmu merasakan
peredaran darah yang terbalik akibat ilmu cung goan sam coat sinkang" Sipedang kayu masih
tetap duduk tanpa berbicara.
"Hmmmm, tampaknya kau sedang mencari penyakit buat diri sendiri" umpat sipelajar bermata
sakti dingin. Bersamaan waktunya dia mengerahkan telapak tangan kanannya dan menotok jalan darah Hun
tian hiat diatas lutut sipedang kayu.
Sebagaimana diketahui, jalan darah Huan tian hiat merupakan salah satu diantara dua belas
buah jalan darah kaku ditubuh manusia. Begitu sipedang kayu yang tertotok jalan darahnya,
seketika itu juga seluruh badannya tak mampu bergerak lagi.
Tangan kiri sipelajar bermata sakti sama sekali tidak menganggur pada saat yang bersamaan
dia menekan pula jalan darah Hiat oong hiat dilambung musuh. Seperminum teh kemudian-.....
Butiran keringat sebesar kacang kedelai sudah bercucuran membasahi seluruh jidat sipedang
kayu, giginya saling menggertak menahan rasa sakit yang luar biasa, jelas ia sudah berusaha
sekuat tenaga untuk menahan diri dari siksaan tersebut. Sampai lama kemudian-......
Sipedang kayu baru berbisik lirih: "Berilah kematian yang cepat kepadaku"
Kim Thi sia menjadi tak tega setelah menyaksikan keadaan sipedang kayu yang begitu
mengenaskan, desaknya kemudian: "Suheng, lebih baik katakan cepat"
"Ya betul" sambung sipelajar bermata sakti. "Bila ingin mampus secara wajar, lebih baik
katakan secepatnya."
"Apa yang mesti kukatakan?" tanya sipedang kayu.
"Gampang sekali, asal semua pertanyaan yang kuajukan kau jawab dengan jujur dan aku
merasa puas dengan jawabanmu, otomatis penderitaanmu semakin berkurang."
"Kalau begitu tanyalah dengan selekasnya" desak Kim Thi sia. Pelajar bermata sakti mendehem
beberapa kali, lalu dengan suara nyaring ia berkata: "Kaukah yang telah mencuri lentera hijau?"
"Bukan" "Lantas siapa?"
"Toa suhengku."
"Hmmm, rupanya benar-benar perbuatan dari pedang emas" sela Kim Thi sia dengan gemas"
kalau begitu aku tak salah melihat orang."
Mendengar itu, dengan perasaan yang tak senang hati pelajar bermata sakti menegur:
"Eeeeh, selagi aku bertanya, lebih baik kau jangan ikut menimbrung. Kalau kau ingin bertanya,
tunggulah sampai nanti kalau pertanyaanku telah selesai" Kim Thi sia segera mendengus dingin,
pikirnya: "Hmmm, sekarang kau boleh bergaya dulu, tunggu sampai saatnya, aku pasti akan
mengajakmu untuk berduel mati-matian-" Sementara itu terdengar sipelajar bermata sakati
bertanya lagi: "Apa kegunaan toa suhengmu mencuri lentera hijau tersebut?"
Tampaknya penderitaan sipedang kayu sudah jauh lebih berkurang, pelan-pelan ia menjawab:
"Toa suheng ingin menggunakan lentera hijau untuk memulihkan kembali ketampanan
wajahnya." "Selain itu?" "selain itu, aku kurang tahu."
"Sungguh?" jengek sipelajar bermata sakti sambil tertawa dingin, kembali butiran keringat
sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran membasahi seluruh wajah sipedang kayu, sambil
menahan rasa sakit sahutnya lirih: "Sungguh"
"Baiklah, untuk sementara waktu aku percaya dengan ucapanmu itu, katakan sekarang
dimanakah sipedang emas berada?"
"Aku tidak tahu."
Serta merta sipelajar bermata sakti mengerahkan tenaganya dan menekankan tangannya kuatkuat,
hingga membuat sipedang kayu menjerit kesakitan"cepat katakan?" hardik pelajar bermata sakti. Setelah menghembuskan napas panjang pedang
kayu baru berkata: "Jejak Toa suheng susah diketahui secara pasti. Aku benar-benar tak tahu dimanakah ia berada
sekarang." "Kalau begitu sebutkan saja beberapa tempat yang kau ketahui"
"Bukit sepuluh laksa selat bunga Tho"
Agaknya sipelajar bermata sakti sudah puasa dengan pertanyaan yang diajukan, kepada Kim
Thi sia ujarnya kemudian: "sekarang kau boleh bertanya."
Selesai berkata, ia segera meninggalkan kedua orang itu dan beranjak pergi, Kim Thi sia
berpikir: "Kini lentera hijau sudah kuketahui, rasanya persoalan ini tak perlu ditanyakan kembali."
Maka dengan rasa kuatir ia bertanya: "Dimanakah putri Kim huan berada sekarang?"
"Pergi bersama Toa suheng"
"omong kosong" bentak Kim Thi sia gusar. "Tak mungkin ia mau pergi bersama Toa suheng."
"Toa suheng berjanji akan mengajarkan ilmu silat kepadanya, dan diapun bersedia pergi
bersamanya" Mendengar sampai disini, Kim Thi sia segera menghela napas panjang. "Aaaai, semua
perempuan memang tidak dapat dipercaya"
Tiba-tiba sipedang kayu berkata: "Nona Lin lin sedang mencarimu kemana-mana."
Menyinggung soal Lin lin, tanpa terasa Kim Thi sia terbayang kembali kejadian dimasa lalu.
Ia pernah memeluk tubuhnya kuat-kuat, memeluknya hingga gadis tersebut tak bisa bernapas.
Ia pernah mencium wajah Lin lin yang cantik jelita dengan mulutnya yang berbau arak,
mencium matanya yang jeli dan kening.
Diapun pernah mencium bibirnya yang kecil mungil, basah dan hangat itu......
Kim Thi sia tak dapat berpikir lebih lanjut. Mendadak ia berteriak dengan suara keras: "cepat
katakan, dimanakah Lin lin sekarang?"
"Ia berada disekitar sini"
"Disekitar mana?"
Pedang kayu berpikir sebentar, lalu sahutnya:
"Disuatu tempat yang berjarak tidak sampai seratus li dari sekeliling tempat ini."
Berkilat sepasang mata Kim Thi sia, ditatapnya wajah sipedang kayu sekejap lalu katanya
dengan suara dalam: "Mengingat pemberitahuanmu ini, aku bersedia mengampuni jiwamu untuk kali ini, tapi bila kita
bersua lagi dikemudian hari aku tak akan melepaskan dirimu dengan begitu saja." Setelah
membebaskan jalan darah kakunya, sbeelum berangkat Kim Thi sia berpesan lagi: "Moga- moga
suheng bisa memperbaiki perbuatanmu dan menjaga diri baik-baik."
Selesai berkata, ia segera berangkat meninggalkan tempat itu dengan kecepatan luar biasa.
sepanjang jalan, pelbagai persoalan berkecamuk didalam benaknya.
Setengah bulan kemudian, dia harus pergi memenuhi janjinya dengan sipukulan sakti tanpa
bayangan di Lembah Nirmala tapi apa sebabnya simakhluk tua itu menantangnya justru di Lembah
Nirmala" Apakah dia mengira dirinya pasti tak berani memenuhi"
Lentera hijau yang telah hilang berhasil ditemukan kembali dan sekarang telah dicuri lagi.
Benda yang kelihatannya tidak menarik ternyata sangat aneh sekali, sudah tiga kali jiwanya
berhasil diselamatkan oleh benda tersebut. Dan kini ternyata Dewi Nirmala, ciang sianseng, si
Pukulan sakti tanpa bayangan, sipelajar bermata sakti, pedang emas........serta sekalian jago-jago
kelas satu dari dunia persilatan bertekad akan mendapat lentera tersebut, sesungguhnya kasiat
apa yang terdapat dibalik benda ini"
-oodwooTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Putri Kim huan telah kabur bersama sipedang emas, sekarang terbukti sudah bahwa setiap
perempuan memang tak bisa dipercaya, ia mulai menganggap wanita bagaikan tahi kerbau. Sejak
kini ia bersumpah tak akan bersua lagi dengan gadis tersebut.
Dari sembilan pedang dunia persilatan kini tinggal empat orang lagi yang masih hidup.
Sipedang emas merupakan dalang dan otak dari semua peristiwa kejahatan, ia bertekad akan
membunuhnya sampai mati. Lin lin sedang mencarinya kemana-mana iapun berjanji pada diri sendiri akan menjaga gadis
tersebut baik-baik. Sekarang dia telah memutuskan untuk mencari Lin lin teriebih dulu.
Begitu keputusan telah diambil, Kim Thi sia segera mempercepat langkah kakinya menuruni
bukit. Ketika senja menjelang tiba, sampailah pemuda itu ditepi sebuah sungai dengan aliran air yang
deras. ia berjalan menelusuri sungai itu, ketika kakinya mulai terasa panas didepan sana
muncullah sebuah kota. Baru beberapa gang ditelusuri, malam pun telah menjelang tiba, merasa perutnya mulai lapar,
ia mencari sebuah rumah makan dan bersantap.
Seperminum teh kemudian, ia sedang bersantap dengan penuh kenikmatan, ketika secara tibatiba
muncul dua orang lelaki kekar yang berjalan menghampirinya.
Tanpa terasa Kim Thi sia mengangkat kepalanya, ketika merasa ada dua orang lelaki sedang
mengawasinya dengan mata melotot ia balas melotot, begitu empat mata bertemu, tiba-tiba saja
paras muka kedua orang lelaki itu berubah hebat, mereka saling berpandangan sekejap kemudian
cepat-cepat beranjak pergi dari situ.
Kim Thi sia sedang murung, dia tak bisa menebak slapa gerangan kedua orang itu, segera
pikirnya: "Gerak gerik kedua orang ini sangat mencurigakan, lebih baik cepat bersantap dan segera
menyelesaikan urusan sendiri."
Baru saja ia selesai bersantap dan siap membayar rekening, mendadak......
Dari luar pintu rumah makan telah muncul belasan sosok manusia yang semuanya bersenjata
lengkap. Dua orang yang berjalan dipaling depan tak lain adalah dua orang lelaki tadi.


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terdengar orang itu berteriak keras:
"Itu dia orangnya, cepat kita cincang bocah keparat tersebut" Kim Thi sia menjadi amat
terkejut, sambil mendengus pikirnya:
"Entah dari mana datangnya kawanan cecunguk itu" Aku tidak kenal dengan mereka mengapa
mereka datang mengusikku" jangan-jangan mereka telah salah mengenali orang?"
Sementara itu, dari balik rombongan manusia itu telah muncul dua orang lelaki kekar, seorang
bersenjatakan sepasang poan koanpit, berperawakan sedang dan langkah gesit.
Sedangkan yang satunya lagi berperawakan lebih pendek lagi dan bersenjatakan sebuah golok
besar. Terdengar orang yang bersenjata poan koanpit itu berseru: "Hey kunyuk, bila tahu diri, ayo
cepat menggelinding keluar"
Teriakan tersebut kontan langsung membangkitkan hawa amarah Kim Thi sia dengan sebuah
lompatan lebar dia menerjang kehadapan kedua orang tersebut lalu sambil meloloskan pedang
Leng gwat kiam, ia berseru lantang:
"Kalian kawanan anjing geladak yang tak tahu diri, sebutkan dulu slapa kalian- Hari ini taoaya
harus memberi pelajaran yang setimpal kepada kalian-........"
Lelaki pendek yang bersenjata golok itu segera berkaok-kaok.
"Bocah keparat, kau sombong. Toayamu adalah sibangau sakti dibalik asap Khu Kim hiong,
sedangkan dia adalah loji dari sepasang ular Tiong ciu, siular putih Si Thian coat. Hey keparat,
ayoh kita keluar kota, tempat ini bukan tempat untuk berduel."
"Baik" sahut Kim Thi sia sambil tertawa dingin. "Kau boleh berjalan dimuka."
Pemuda kita mengerti, sekalipun Khu Kim tiong mempunyai tampang yang sidak menarik,
sesungguhnya dia merupakan salah satu jago andalan dari perkumpulan sinar emas.
Sedangkan sepasang ular dari tiong ciupun merupakan kawanan jago tangguh dari kawasan
Kang lam. Terdengar sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong mendengus dingin lalu berkata: "Saudara
Si, aku akan berjalan duluan, kau mengikuti dari belakangnya." Siular putih Si Thian coat segera
manggut-manggut. Tanpa membuang waktu lagi sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong segera menjejakkan
kakinya keatas tanah dan bagaikan asap ringan saja, secepat sambaran petir telang berangkat
menuju keluar kota. Menyaksikan kepandaiannya ini mau tak mau Kim Thi sia harus mengaguminya juga. ia segera
menghimpun tenaga dan menyusul dibelakangnya.
Siular putih Si Thian coat tidak membuang waktu, dia menyusul pula dipaling belakang.
Berbicara soal ilmu meringankan tubuh, ternyata kepandaian Kim Thi sia masih kalah setingkat,
betapapun ia telah berusaha mengejar dengan sepenuh tenaga, ternyata dia hanya sanggup
mengikuti dibelakang mereka.
Tampaklah tiga sosok bayangan manusia meluncur kedepan secepat sambaran petir, tak selang
berapa saat kemudian mereka telah tiba diluar kota.
Sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong berhenti disebuah tanah lapang yang luas, dia
berpaling dan menatap sekejap kearah Kim Thi sia, kemudian sambil tertawa dingin serunya:
"Bocah keparat, kau tak usah sombong, lihat serangan."
Habis berkata, sepasang penanya direntangkan kedua belah sisi, denganjurus "ular panjang
menjulurkan lidah" secara terpisah dia mengancam tenggorokan dan lambung Kim Thi sia.
Dari senjata poan koanpit yang dipergunakan, Kim Thi sia dapat menebak bahwa orang ini
memiliki keahlian didalam menotok jalan darah, kewaspadaannya segera ditingkatkan-"Serangan
yang bagus" serunya dingin.
Tiba-tiba pedang Leng gwat kiamnya dibabat kemuka membentuk sekilas cahaya putih,
langsung membacok sepasang pergelangan tangan musuh.
Berbicara sesungguhnya, kedudukan sibangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong dalam
perkumpulan sinar emas cukup tinggi, sudah barang tentu diapun cukup berpengalaman dalam
pertarungan. Melihat kilatan cahaya putih yang terpancar dari hawa pedang musuh ia segera tahu bahwa
senjata lawan merupakan sebilah senjata mestika.
Ia tak berani menyambut datangnya serangan dengan sepasang senjatanya, cepat-cepat
pergelangan tangannya ditekuk pena ditangan kanannya mengancam pergelangan tangan musuh,
sementara pena ditangan kirinya menotok jalan darah Siau yau hiat dipinggang Kim Thi sia.
Dengan cekatan Kim Thi sia mengingos sambil menyelinap kesamping, ia sempat melihat si ular
Si Thian coat dengan golok bersiap siaga disisi arena.
Melihat itu dia segera berpekik nyaring, dengan mengembangkan ilmu pedang Panca
Buddhanya, ia ciptakan gulungan cahaya putih disekelilingnya tubuhnya untuk melindungi diri dari
ancamanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam waktu singkat puluhan gebrakan telah lewat......
Posisi bangau sakti dibalik asap Khu Kim tiong lebih rugi dari musuhnya karena sepasang
senjatanya tak berani saling membentur dengan pedang musuh, terpaksa dia harus mengandalkan
jurus totokannya yang lihay serta pengalamannya yang matang untuk mendesak dan mengurung
musuh. Kim Thi sia sendiripun merasakan harinya tercekat, ia sadar bahwa ilmu silat yang dimiliki orang
ini sangat tangguh, tapi siapa gerangan mereka" ia tidak merasa kenal dengan orang-orang itu,
mengapa mereka menyerangnya tanpa menjelaskan dulu duduk persoalan yang sebenarnya"
Ketika pertarungan berlangsung berapa puluh gebrakan kemudian, lambat laun posisi Kim Thi
sia mulai menempati kedudukan diatas anginsi
ular putih Si Thian coat yang mengikuti jalannya pertarungan dari sisi arena segera
merasakan gelagat yang tidak menguntungkan, melihat Khu Kim tiong terancam bahaya, ia segera
mengeluarkan tiga batang senjata rahasia Kim cheepiau sambil serunya lantang:
"Sobat, sambutlah seranganku ini"
Tangan kirinya segera diayunkan kedepan, desingan tajam segera membelah angkasa dan
menyambar ketubuh lawan- Waktu itu Kim Thi sia sedang mengeluarkan jurus "membunuh hati tampak wataknya" dari ilmu
pedang panca Buddha dengan perubahan yang luar biasa, nampaknya musuh akan segera dapat
dikalahkan ketika secara tiba-tiba terdengar Si Thian coat berteriak dan senjata Kim chee piau
telah menyambar tiba Pemuda kita segera berteriak keras, cepat-cepat pedangnya memainkan jurus "Buddha
berkembang kejahatan sirna" diantara kilauan cahaya pedang Leng gwat kiam, tiga pasang
senjata rahasia Kim cheepiau itu bagaikan tertahan oleh selapis dinding yang kuat, tanpa
menimbulkan sedikit suara pun segera rontok keatas tanah.
Tapi dengan terjadinya hambatan tersebut, sibangau sakti ditengah asap Khu Kim tiong
bagaikan terlepas dari badan berat, dia segera menghembuskan napas lega.
Sementara itu si ulat putih Si Thian coat yang sengaja melepaskan senjata rahasia dengan
maksud memukul mundur serangan Kim Thi sia menjadi amat terkejut setelah menyaksikan cara
yang dipakai pemuda itu untuk memusnahkan serangan aneh sekali. Buru-buru dia memutar
goloknya dan ikut terjun kearena pertarungan.......
Kim Thi sia yang mesti melayani dua orang musuh sekaligus menjadi berkobar semangatnya,
jurus-jurus sakti ilmu pedang panca Buddhanya dilancarkan secara beruntun.
Tampak cahaya putih berkilauan memenuhi seluruh angkasa. Hawa pedang menyelimuti setiap
sudut ruangan, hawa pedang memancar kemana-mana. dibandingkan dengan pertarungan
melawan Khu Kim tiong keadaannya sama sekali berbeda.
Baik sibangau sakti ditengah asap Khu Kim tiong maupun si ular putih Si Thian coat, keduanya
merupakan jago persilatan yang berilmu silat tangguh melihat jurus serangan yang digunakan
lawan begitu aneh dan luar biasa kontan saja perasaan hati merasa menjadi tercekat.
Untung saja pengalaman yang dimiliki kedua orang itu cukup matang, tenaga dalam yang
dimiliki pun amat sempurna, karena itu dengan kerja sama yang cukup serasi diantara mereka
berdua, setengah memaksakan diri mereka masih mampu bertahan sambil dua puluhan jurus.
Ditengah bayangan pedang dan cahaya golok, tiba-tiba siular putih Si Thian coat menjerit keras
sambil melompat mundur dari lingkungan pertempuran.
Ternyata golok andalannya telah patah menjadi dua bagian, buru-buru dia merogoh
segenggam senjata rahasia Kim cheepiau sambil teriaknya keras-keras: "Saudara Khu, mari kita
mundur." Belum selesai perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar lagi suara gemerincing nyaring.
"Traaaaangggg" Ternyata sepasang koanpit ditangan sibangau sakti asap Khu Kim tiongpun sudah terpapas
kosong menjadi dua bagian.
Si ular putih Si Thian coat segera mengayunkan tangannya berulang kali, senjata rahasia Kim
cheepiaupun meluncur secara gencarnya mengancam tubuh pemuda itu.
Dengan memanfaatkan kesempatan inilah Kho Kim tiong melompat mundur kebelakang lalu
melarikan diri terbirit-birit.
Melihat musuhnya melarikan diri dalam keadaan begitu mengenaskan, Kim Thi sia menjadi
kegelian setengah mati. Setelah menyarungkan kembali pedangnya, dia menggelengkan kepalanya berulang kali sambil
mengawasi kedua orang itu hingga lenyap dari pandangan mata. Kemudian ia memandang
sekejap cuaca menentukan arah dan berangkat pula menuju kedepanWaktu itu kentongan pertama sudah menjelang tiba, dibawah timpaan sinar rembulan Kim Thi
sia menempuh perjalanan dengan cepat, dia ingin selekasnya menemukan Lin lin.
Sementara ia masih melakukan perjalanan, mendadak dari sisi sebelah kirinya dijumpai ada
seseorang sedang melakukan perjalanan malam, selisih jarak diantara mereka berdua hanya
sepuluh kaki, namun dibawah sinar rembukan semuanya tampak amat jelas. Ternyata orang yang
menempuh perjalanan malam itu adalah seorang wanita.
Berdebar keras perasaan Kim Thi sia, dia segera mempercepat larinya untuk melakukan
pengejaran- Begitu pengejaran dilakukan, ternyata perempuan sipejalan malam didepan berlarian semakin
kencang. Kejadian tersebut tentu saja memancing rasa ingin tahunya, ia segera berpikir:
"Biarpun kejadian aneh sangat banyak. rasanya tidak sebanyak malam ini, aku harus
menyelidiki persoalan ini hingga tuntas"
Berpikir sampai disitu, ia segera melakukan pengejaran dengan makin cepat lagi. Baru melewati
sebuah bukit, ternyata Kim Thi sia telah kehilangan jejak orang itu.
Untuk berapa saat lamanya pemuda itu termangu, perasaan mendongkol, gemas dan jengkel
bercampur aduk menjadi satu. Sudah bersusah payah melakukan pengejaran ternyata usahanya
hanya sia-sia belaka. Dalam keadaan begini, dia cuma bisa memperlambat langkahnya menelusuri jalan bukit.
Mendadak....... Terasa desingan angin tajam menyambar datang dari belakang, ternyata sebilah pedang tajam
dengan membawa suara desingan yang luar biasa telah mengancam batok kepalanya.
Waktu itu Kim Thi sia berada dalam keadaan tidak siap. menanti dia sadar akan datangnya
serangan tersebut, keadaan sudah terlambat. "Sreeett........"
Tahu-tahu ujung bajunya usdah robek tersambar pedang, lengan kirinya teriuka sepanjang tiga
inci dengan kedalam dua inci darah segar segera jatuh bercucuran membasahi sebagian tubuhnya.
Sementara itu, sipenyergap segera melarikan diri terbirit-birit begitu berhasil dengan
serangannya. Dengan cepat Kim Thi sia menutup seluruh jalan darahnya untuk menghentikan aliran darah,
ketika melihat penyergapnya sedang melarikan diri, ia segera berteriak keras:
"Telur busuk. biarpun kau lari sampai ujung langitpun, aku Kim Thi sia tetap akan mengejarmu
sampai dapat" Dengan meloloskan kembali pedang Leng gwat kiamnya, ia segera melakukan pengejaran-Tibatiba
sipenyergap itu membalikkan badan dan berlarian mendekat. Melihat hal ini, kembali Kim Thi
sia berteriak: "Nah, begini baru bernyali, mari, mari mari, kita tentukan mati hidup ditempat ini."
Sebelum mendekat orang itu telah berteriak lagi: "Benarkah kau Kim Thi sia."
"Selama hidup aku tak pernah berganti nama, Kim Thi sia adalah aku, aku Kim Thi sia" Tibatiba
orang itu menangis terseduh-seduh, suara tangisannya sangat memilukan hati.
Dengan cepat Kim Thi sia mengawasi orang itu dengan lebih seksama, ia segera berteriak:
"oooh, rupanya kau"
"Aku adalah Nyoo Soat hong" seru orang itu sambil menangis semakin sedih.
"Mengapa kau membacokku tanpa menjelaskan dulu duduk persoalan yang sebenarnya?" tegur
Kim Thi sia dengan mendongkol.
"Aku menjadi mata gelap karena pertarungan-" sahut Nyoo soat hong sambil berhenti
menangis. "Kau berkelahi dengan orang?"
Nyoo Soat hong mengangguk, pelan-pelan dia berjalan mendekati pemuda itu dan memeriksa
keadaan lukanya, kemudian dengan rada minta maaf, katanya lagi:
"Peristiwa malam ini merupakan peristiwa kedua kalinya aku melukai tubuhmu. Aku, aku minta
maaf." Mimik mukanya yang mengenaskan dan memedihkan hati ini seketika membuat api amarah
Kim Thi sia mereda dengan sendirinya, cepat-cepat dia menyahut: "Luka sekecil ini sama sekali tak
ada artinya, kau berkelahi dengan musuh."
"Ya a, siaumoay sudah bertarung semalam suntuk."
"Kau telah bertarung semalam suntuk?" seru Kim Thi sia kaget.
"Yaa benar." "Bertarung dengan siapa?" desak pemuda itu dengan perasaan kuatir dan tak habis mengerti.
Diapun berharap bisa mendapatkan sebuah jawaban yang pasti, hingga teka teki yang
menyelimuti pikirannya selama ini dapat terpecahkanNyoo Soat hong tidak langsung menjawab, dia celingukan dan memperhatikan sekejap
sekeliling tempat itu kemudian baru katanya:
"Sudah tak ada yang mengejarku lagi, mari kita mencari tempat untuk beristirahat dulu, nanti
akan kuceritakan secara pelan-pelan"
"Apakah ceritamu memakan banyak waktu" Aku masih ada urusan yang mesti diselesaikan
secepatnya." Sambil menggandeng tangan sia nak muda itu, Nyoo Siat hong berkata dengan lembut:
"Kau tak perlu terburu napsu, bila kau hendak menyelesaikan urusanmu, akupun tak akan
mengganggumu dengan tidak membiarkan kau pergi."
Mendengar itu, Kim Thi sia pun mengikuti ajakan gadis tersebut duduk diatas sebuah batu
besar. Setelah duduk, Nyoo Soat hong baru berkata:
"Bersama abang, kami pergi mencari Pek Kut sinkun......."
"Kemana kalian hendak mencari Pek kut sinkun?" timbrung Kim Thi sia.
"Ia toh sudah dibunuh oleh sipedang emas?"
"Kau jangan terburu napsu dulu, dengarlah cerita sejak awal"
"Baik, baik, berceritalah sejak awal"
"Tenryata belum sampai kami berhasil menemukan sarang Pek kut sinkun, jejak kami sudah
ketahuan anak buahnya sehingga gerak gerik kami selalu dikuntil dan diawasi."
"Huuuh, sudah mampuspun masih sok" gumam Kim Thi sia dengan perasaan tak puas.
"Kau harus mengetahui, saat ini telah muncul seorang tokoh silat yang jauh lebih lihay dari Pek
kut sinkun yang memimpin umat persilatan dikawasan Kanglam."
"Aku pernah bersua dengan semua anak buah Pek kut sinkun, darimana munculnya seorang
jagoan yang lebih hebat?" Nyoo Soat hong segera tertawa misterius. "Kujamin kau pasti belum
pernah bertemu dengan orang ini"
"Aku belum pernah bertemu dengannya, apakah kau pernah bertemu dengannya?"
"Tentu saja, aku telah jatuh pencundang ditangannya."
"Hey, sudah setengah harian lamanya kau berbicara, sebetulnya siapakah orang itu" Aku Kim
Thi sia pasti akan pergi mencarinya" seru sang pemuda tak sabar.
"Apa yang hendak kau perbuat setelah bertemu dengannya?"
"Tentu saja membalaskan dendam bagimu"
"Terima kasih banyak"
Merah padam selembar wajah Kim Thi sia, desaknya kemudian:
"cepat katakan, siapakah dia?"
"Dia adalah putri kesayangan Pek kut sinkun."
"Oooh, rupanya dia adalah seorang wanita"
"Apakah kau memandang hina kami kaum wanita?" tegur Nyoo soat hong dengan wajah serius.
"Kau tahu, ilmu silatnya lihay sekali."
"Aaaah.......aku........aku bukan bermaksud begitu" cepat-cepat pemuda kita berseru agak
tergagap. "Lantas apa maksudmu?"
"Aku hanya khusus mencari orang yang berilmu silat lebih hebat daripada diriku untuk diajak
berduel. Kalau ilmu silatnya lebih rendah daripada diriku, lalu apa artinya?"
"Seandainya kau bertemu dengan seseorang dengan ilmu silat yang sangat lihay, sedangkan
tak mampu mengunggulinya, lantas apa yang hendak kau perbuat?"
"Tidak usah kuatir, mereka tak akan mampu membunuhku."
"Waaah, kalau begitu kau punya nyawa rangkap?" seru sang nona dengan gembira.
"Bukan hanya begitu, bila aku sering bertarung dengan orang-orang semacam ini, maka tenaga
dalamkupun akan mendapat kemajuan yang lebih pesat lagi"
"oooh, rupanya begitu" kata Nyoo Soat hong sambil manggut- manggut.
Kim Thi sia segera bertanya lagi:
"Siapa sih perempuan itu" Kau tahu dia berasal dari perguruan mana?"
"Aku sendiripun kurang tahu, konon dia adalah anak murid dari Raja langit berlengan delapan-"
"Raja langit beriengan delapan?" berubah hebat paras muka Kim Thi sia. "Ayahku pernah
berkata, nama besar orang ini sudah termashur semenjak enam puluh tahun berselang ilmu
melepaskan senjata rahasianya merajalela disegala penjuru dunia persilatan dan tak pernah ada
tandingannya." "Bila kau sudah tahu, akupun tak usah menerangkan lagi."
"Apakah masih ada yang lain?"
"Sudah tak ada lagi"
Kim Thi sia segera bangkit berdiri, lalu bertanya lagi: "Bagaimana persoalan selanjutnya?"
" Kemudian-.....aku tertangkap dan digusur oleh seorang manusia yang bernama lelaki berpipi
licin, dan selanjutnya.......selanjutnya......"
Tiba-tiba saja paras muka berubah menjadi merah padam, nampaknya dia merasa malu sekali.
"Bagaimana selanjutnya?" desak Kim Thi sia lagi.
"Aaaah, kalian orang lelaki memang bukan manusia baik-baik"
Kim Thi sia yang dikatai begitu jadi tertegun, buru-buru dia berseru dengan wajah keheranan:
"Aku toh tak pernah berbuat salah kepadamu, kenapa akupun turut kau maki?"


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa sih lelaku berpipi licin itu?"
"Dia adalah orang jahat, dia telah mempermainkan aku"
"Mempermainkan" mempermainkan bagaimana?" tanya Kim Thi sia keheranan, "agaknya dia
belum mengerti apa yang dimaksudkan aku?"
"Aaaah, masa soal inipun tidak kau mengerti?"
"Aku berani bersumpah, aku benar-benar tak mengerti?" Kim Thi sia berkata serius.
Dari keseriusan pemuda itu, Nyoo Soat hong percaya kalau pemuda itu benar-benar tak
mengerti, agak tergagap iapun berkata:
"Mempermainkan adalah.....adalah.....aaah, memalukan- Aku tak mau menerangkan"
Kim Thi sia membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar, diawasinya gadis itu tanpa berkedip.
dia sangat keheranan- Lama kelamaan Nyoo Soat hong menjadi rikuh sendiri karena ditatap secara begitu, dengan
kepala tertunduk ia berbisik: "Dia..... dia hendak mencium pipiku"
Setelah mendengar perkataan ini, Kim Thi sia baru memahami apa yang dimaksud. Dia pernah
mempunyai pengalaman semacam ini, karenanya meski masih ada berapa persoalan yang tidak
dipahami olehnya, dia agak rikuh untuk mengajukan keluar. Untuk berapa saat pemuda itupun
berdiri termangu disitu. Nyoo Soat hong sangat keheranan melihat sikap termangu anak muda ini, tiba-tiba desaknya:
"Hey, apa yang sedang kaupikirkan?"
"Apakah kau menangis waktu itu?" tanya sang pemuda acuh tak acuh. Dengan gemas Nyoo
Soat hong segera meninju pemuda itu, serunya dengan mendongkol: "Buat apa sih kau
menanyakan persoalan tersebut begini jelas?"
"Kau jangan marah. Baik, baiklah aku tak akan bertanya." Setelah berhenti sejenak. kembali dia
berkata: "Bagaimana seterusnya?" Dengan kening berkerut Nyoo Soat hong berkata:
"Disaat sitelur busuk itu sedang gembira dan lupa diri, tiba-tiba dari luar muncul seseorang.
ilmu silatnya sangat hebat, dalam tiga gebrakan saja ia telah behrasil memukul mundur telur
busuk itu dan menolongku lolos dari bahaya."
"ooooh, baik benar orang yang menyelamatkan dirimu itu, siapa sih orang itu"
"Ia bernama Yu Kiem"
"Apa" Dia adalah Yu Kiem?" Kim Thi sia segera berseru tertahan"Jadi kau kenal dengannya?" tanya Nyoo Soat hong sambil melotot.
"Ya a, aku memang kenal dengannya."
"Hmmm, nampaknya tidak sedikit gadis cantik yang kau kenali"
"Dia adalah putri sulung Thi ki ci locianpwee, dia masih mempunyai seorang adik perempuan
yang berwajah mirip sekali dengannya. ibarat pinang dibelah dua susah sekali untuk membedakan
mana sikakak dan mana adiknya." Nyoo Soat hong tertawa dingin.
"Begitu jelas kau mengetahui tentang mereka. Kau tahu, kemungkinan besar enci Yu mu
sedang terancam bahaya saat ini"
"Mengapa dengan Yu Kiem?" tanya Kim Thi sia cemas. Nyoo Soat hong tertawa lagi, tertawa
misterius. "Apakah kau sangat menguatirkan keselamatannya?"
"cepat katakan, bagaimana keadaannya?"
"Aku keluar dari ruangan bersamanya tapi belum jauh berjalan, dia yang telah berada dengan
beberapa orang tongcu dari perkumpulan Tay sang pang, tanpa banyak berbicara lagi mereka
segera saling gontok-gontokan, dengan andalkan jumlah yang banyak mereka bertarung sampai
setengah malaman, akibatnya kami berduapun menjadi terpencar. Aku takut keadaan enci Yu
amat berbahaya, bisa jadi ia telah ditangkap hidup-hidup oleh berapa orang itu."
"Darimana kau bisa tahu?"
"Aku dengar mereka hendak membawanya pulang agar dijatuhi hukuman oleh ketuanya"
JILID 42 "Jadi kau meninggalkan Yu Kiem seorang diri untuk menyelamatkan diri sendiri?" tiba-tiba Kim
Thi sia menegur. "Huuuuh, kau jangan sembarangan bicara." bentak Nyoo Soat hong panik, "Aku seorang diri tak
sanggup menghadapi kerubutan mereka, posisiku amat terdesak hingga untuk melarikan diripun
tak mampu..... itulah sebabnya tadi aku telah salah menganggap dirimu sebagai salah seorang
yang mengejarku sehingga secara diam-diam kuhadiahkan sebuah tusukan kepadamu"
"Tak apa, sekarang kau boleh beristirahat sendiri disini, aku segera pergi mencari orang-orang
itu." "Kau hendak mencari siapa?" tanya sinona penuh perhatian"Tentu saja mencari orang-orang yang mengejarmu itu untuk membuat perhitungan." Nyoo
Soat hong segera tertawa manis, pesannya:
"Mereka pasti masih berada dibelakang sana, tempat disekeliling sini merupakan daerah
kekuasaan mereka, kau mesti berhati-hati, cepat pergi dan cepat kembali, aku akan menantimu
disini" "Kau tak usah kuatir"
Selesai berkata, dengan langkah cepat pemuda itu meluncur kedepan menelusuri jalan setapak
tersebut. Kim Thi sia berjalan amat cepat, perasaan gusar dan benci yang bercampur aduk membuat
semangat tempurnya makin berkobar, dia bersumpah akan mencari orang-orang dari perkumpulan
Tay sang pang dan melampiaskan seluruh rasa benci dan mendongkolnya itu kepada mereka.
Tiba-tiba terdengar ia berseru keras:
"Yaa...betul betul sudah pasti semuanya ini hasil perbuatan dari komplotan yang sama" Waktu
itu fajar mulai menyingsing, setitik cahaya terang mulai muncul diufuk timur.
Dibawah sinar matahari yang masih samar-samar, terlihatlah ada tiga sosok bayangan manusia
munculkan diri dari depan sana.
Selisih jarak ketiga orang tersebut dengan dirinya masih teramat jauh, namun secara lamatlamat
dapat terlihat bahwa ketiga orang itu berbaju hijau, mempunyai langkah yang tegap dan
cepat. cukup ditinjau dari kepandaian tersebut, dapat diduga bahwa mereka adalah sekawanan jago
persilatan yang berilmu silat tinggi. Dalam waktu singkat........
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu tiga orang lelaki setengah umur
berwajah dingin kaku telah munculkan diri dan berdiri menghadang dihadapannya. Menyusul
kemudian-..... Dari belakang ketiga orang tersebut, bermunculan lagi belasan sosok bayangan manusia.
Seorang diantaranya sedang membopong tubuh Yu Kiem.....
Menyaksikan adegan ini, meledak hawa amarah Kim Thi sia, tanpa mengucapkan sepatah
katapun dia segera meloloskan pedang Leng gwat kiam dari sarungnya.
Salah seorang diantara ketiga orang jago tersebut, seorang lelaki setengah umur yang berkulit
agak hitam, segera mendengus dingin seraya menegur:
"Anda adalah sobat dari golongan mana" Ayoh cepat sebutkan dulu namamu. Kami coat bun
kiam Ban Sang Teng pasti akan memenuhi semua pengharapanmu......"
Kim Thi sia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah......haaaah......haaaaah........aku adalah manusia yang hidup dibumi ini. Hey, bila
kulihat dari tampang serta dandanan kalian, tampaknya kamu semua berasal dari pukulan Tay
sang pang" Nenek busuk dengan kemampuan dari ketua kalian Khu It Cing pun aku masih belum
memandang sebelah mata, kalian tiga manusia rongsokan sudah berani sesumbar dihadapanku.
Hmmm Betul-betul manusia tak bermata, permainan kalian ini masih belum dapat menggertak jari
aku Kim Thi sia" Begitu nama "Kim Thi sia" disebutkan, kontan saja Ban Sang teng dan kedua orang rekannya
menjadi terperanjat hingga tanpa terasa mundur selangkah kebelakang. Berapa saat kemudian,
Bang Sang baru berseru dengan suara dalam:
"Antara perkumpulan Tay sang pang dengan diri anda sama sekali tak terjalin perselisihan
apapun, ketua kami pun sudah beberapa kali berjumpa dengan Kim tayhiap. Aku harap Kim
tayhiap jangan mencampuri urusan ini"
Mendengar perkataan mana, Kim Thi sia segera tertawa dingin tiada hentinya.......
"Heeeeh.....heeeeh......^heeeeh........bila aku tak mau menuruti anjuranmu?"
Ban Seng segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, serunya dengan gusar:
"Kim Thi sia, aku bermaksud baik dengan menganjurkan dirimu tidak mencampuri urusan ini,
hal mana dikarenakan mencari nama bukan pekerjaan yang gampang, lagipula kau pernah
mempunyai hubungan dengan ketua kami, maka kamipun tak ingin menyusahkan dirimu, namun
bila anda menganggap partai Tay sang pang kami hanya macan kertas, maka hal ini sama artinya
dengan mencari penyakit buat diri sendiri" Seorang jago yang berada disampingnya segera
membentak pula: "Hey orang she Kim, lebih baik jangan mencampuri urusan orang lain, bila kau menolak arak
kehormatan dengan memilih arak hukuman, aku Sam kiam coat hun sitiga pedang mencabut
nyawa Ho cuan pasti akan memberi pelajaran kepadamu"
"Haaaah....haaaah......haaaah......" Kim Thi sia kembali tertawa tergelak. "orang bilang aku
adalah manusia yang paling susah dilayani, nyatanya kalian lebih susah dilayani ketimbang aku,
orang bilang aku tak takut mampus, rupanya kalian lebih tak takut mampus daripada aku"
Sementara ketiga orang itu masih tertegun, karena perkataan tersebut sambil tertawa tergelak
tiba-tiba saja Kim Thi sia sudah melancarkan serangan dengan jurus "Guntur menggelegar angin
berhembus" serta "awan muncul kabut membuyar" dari ilmu pedang panca Buddha.
Tampaklah pedang Leng gwat kiam dengan kecepatan bagaikan sambaran petir secara
langsung menyerang ketiga orang tersebut.
Semenjak tadi ketiga orang tersebut telah membuat persiapan yang matang, dua pedang dan
sepasang telapak tangan serentak melancarkan serangan pula bersama-sama.
Kim Thi sia sama sekali tidak memberi kesempatan kepada musuhnya untuk berganti napas,
serangan demi serangan dilancarkan dengan mempergunakan jurus-jurus serangan paling ampuh
dari ilmu pedang panca Buddhanya.
Suatu ketika, dia menyerang kekiri dan kanan secara bersamaan sehingga penjagaan pada
tubuh bagian depannya terbuka sama sekali.
Salah seorang dari lelaki setengah umur itu segera mendengus dingin, tangan kirinya disapu
kedepan kuat-kuat, segulung tenaga pukulan yang kuat langsung menerjang kedepan.
Kim Thi sia tak mampu berdiri tegak lagi, secara beruntun tubuhnya mundur dua langkah
kebelakang. Terdengar lelaki itu segera menjengek dingin:
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh......tak disangka kau cuma seorang gentong nasi yang sama
sekali tak berguna" Kim Thi sia gusar sekali, pedangnya diputar kencang dan secara beruntun melancarkan
serangan dengan jurus jaring langit perangkap bumi dan batu merekah bukit merekah dari ilmu
pedang panca Buddha. Begitu kedua jurus serangan tersebut dilancarkan, hawa pedang yang menyayat badanpun
memancar bagaikan jaring laba-laba yang menyelimuti seluruh angkasa.
Ditengah jeritan ngeri yang bergema secara beruntun, dengan suatu gerakan sangat cepat Kim
Thi sia telah merampas Yu Kiem dari tangan musuh.
Anak buah perkumpulan Tay sang pang menjadi tertegun semua ketika mereka mendengar
suara jeritan ngeri yang menyayat hati bergema susul menyusul diikuti robohnya bayangan
manusia. Begitu mereka tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, kontan saja rasa kaget dan ngeri
mencekam perasaan setiap orang.
Ternyata orang yang roboh paling duluan bukan lain adalah sipedang sakti.
Ban Seng, pedang andalannya telah terpapas kutung menjadi dua bagian dan tergeletak diatas
tanah. Lengan kanan hingga kepinggangnya telah robek dan merekah besar, darah segera
bercucuran keluar dengan derasnya.
Kalau dilihat dari keadaannya, mungkin tipis harapan baginya untuk tetap hidup, sementara itu
Kim Thi sia dengan mata melotot dan pedang terhunus masih berdiri angker ditempat semula.
Sitiga pedang pencabut nyawa Ho cuanpun berdiri tertegun setelah melihat rekan-rekannya
kalau tidak tewas, tentu berada dalam keadaan luka parah. Ia sadar apabila keadaan seperti ini
dibiarkan lebih jauh, niscaya dia sendiri pun akan menjadi korbanKontan saja semua kebengisan dan kebuasannya lenyap tak berbekas, katanya cepat: "Tak
nyana kau betul-betul berhati keji, kami mengaku kalah"
Selesai berkata ia segera mengulapkan tangannya segenap anak buahnya serentak
menggotong orang-orang mereka yang terluka dan tewas dan cepat-cepat kabur meningalkan
tempat tersebut. Waktu itu hawa amatah berkobar dalam dada Kim Thi sia, sebetulnya dia enggan menyudahi
persoalan tersebut sampai disitu saja, namun setelah melihat sekejap Yu kiem didalam
bokongannya yang masih belum sadarkan diri, semua semangatnya mengendor kembali.
"Betul" bentaknya kemudian- "Kaupun bukan si penanggung jawab dalam peristiwa ini. Toaya
tak akan menarik panjang persoalan- Untuk kali ini aku bersedia mengampuni jiwamu, tapi lain
kali, jika sampai kamu semua terjatuh lagi ketangan toaya. Hmmmjangan salahkan kalau aku akan
bertindak kejam" Selesai berkata, dia memandang sekejap kawanan jago itu dengan pandangan gusar tentu saja
kawanan manusia itu menjadi ketakutan setengah mati dan secara beruntun mundur berapa
langkah. Dengan angkuh Kim Thi sia maju beberapa langkah kedepan, mendadak ia membalikkan badan
lagi sambil bentaknya kepada Ho cuan:
"Enyah dari sini dan beritahu kepada ketua kalian, suruh dia menunggu, dalam sebulan
mendatang akan kusuruh ketua kalian tahu akan kehebatanku"
Tiga pedang pencabut nyawa Ho cuan tak berani banyak bicara, dia hanya bisa mengawasi
bayangan tubuh Kim Thi sia menjauhi tempat tersebut.
Mendadak...... Kim Thi sia melayang kembali dengan gerakan amat cepat.
Pada mulanya Ho cuan mengira pemuda tersebut tak bersedia mengampuni jiwa mereka
semua, baru saja akan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan,
tahu-tahu Kim Thi sia sudah menggeledah saku Ban Seng dan mengeluarkan berapa buah
bungkusan kecil dari balik dadanya yang basah oleh darah.
Kemudian tanpa mengucapkan sepatahpun, dia berlalu lagi dari situ, sekejap mata kemudian
bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan mata.
sementara itu Kim Thi sia dengan membopong Yu Kiem telah menempuh perjalanan sekian
waktu, setelah tiba disuatu tempat yang jauh dari keramaian manusia. Dia baru membaringkan
tubuh gadis itu keatas tanah dan meneliti berapa buah bungkusan yang diperolehnya dari Ban
Seng. Tapi sayang, biarpun sudah diteliti setengah harianpun, ia tak berhasil menemukan obat
penawar racun itu. Menjumpai Yu Kiem tetap tak sadarkan diri, sedang kemungkinan datangnya serangan dari
perkumpulan Tay sang pang juga bisa muncul setiap saat. Cepat-cepat ia membopong kembali
gadis itu dan muncul ditepi jalan raya.
Secara kebetulan lewat sebuah kereta kuda, ia segera menghadangnya dan naik kedalam
kereta tersebut. Belum berapa puluh mil mereka berjalan tiba-tiba dari depan situ terdengar seseorang
membentak keras, disusul kereta itu berhenti berlari.
Kim Thi sia menjadi amat tertegun, cepat-cepat dia mengintip dari balik tirai kereta, tampak
olehnya sikusir kereta sedang berdiri termangu- mangu ditepijalan mengawasi dua batang pohon
besar yang roboh melintang ditengah jalan raya.
Kedua batang pohon itu besar sekali, paling tidak harus ada tiga orang yang mengangkat untuk
menggesernya dari situ, jelas ada orang yang sengaja berbuat demikian disana.
Ketika sikusir melihat Kim Thi sia sedang melongok keluar, dengan nada murung diapun
berkata: "Toaya, coba lihatlah, jalanan ini menjadi buntu. Apa daya kita sekarang.....?"
Sambil tertawa dingin Kim Thi sia melompat turun dari kudanya, kepada sang kusir dia berseru:
"Beristirahatlah sebentar, biar aku yang menyingkirkan batang pohon itu......"
"toaya, aku rasa lebih baik kita memutar kejalanan yang lain saja"
Tergerak perasaan Kim Thi sia setelah mendengar perkataan itu, tapi segera pikirnya lebih
jauh: "Aaaah, aku tak boleh berbuat begini, jelas perbuatan ini merupakan hasil permainan busuk
dari perkumpulan Tay sang pang. Bila aku mengambil jalan melingkar, bukankah sama artinya aku
pengecut" Mereka tentu akan mentertawakan aku"
Maka sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berkata dengan suara pelan: "IHey
kusir kuda, kau tidak usah gelisah, aku punya rencana sendiri" Sambil berkata, pelan-pelan dia
berjalan mendekati pohon tersebut.
Sikusir kelihatan agak melongo setelah mendengar perkataan tersebut, seperti orang ingin tahu
seperti juga hendak maju membantu, dengan membawa pecutnya ia menyusul dari belakang.
Kim Thi sia sama sekali tidak menaruh perhatian akan hal itu, dihampirinya ujung pohon lalu
sambil merentangkan sepasang tangannya, ia mendorong batang pohon tersebut kesamping.
Terdengar bunyi gemericik yang amat nyaring, belum sempat sikusir melihat secara jelas, tahutahu
batang pohon yang besar itu sudah mencelat ketepi jalan.
Siapa sangka, baru saja Kim Thi sia berhasil mengangkat batang pohon tersebut, mendadak
kakinya terasa mengendor dan tubuhnya segera terjerumus kebawah dengan cepatnya.
Pada waktu itu, seluruh perhatian Kim Thi sia sedang dipusatkan pada batang pohon tersebut,
maka sewaktu tanah injakannya amblas kebawah. Pemuda itu sama sekali tidak menaruh
perhatian khusus. Siapa sangka menyusul amblasnya tanah injakan terdengar pula suara gemuruh yang amat
keras, diikuti pasir dan ranting pohon yang berguguran dimana-mana, batang pohon tersebut
ambruk kembali kebawah dan menekan badannya. Tak ampun tubuhnya langsung terjerumus
kebawah. Menghadapi perubahan yang sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini, mustahil bagi
Kim Thi sia untuk menghindarkan diri.
Untunglah disaat yang begitu berbahaya, tiba-tiba muncul sebuah akal dalam benaknya, sambil
menghimpun tenaganya kedalam tangan, ia tempelkan badannya pada batang pohon tersebut,
dengan begitu badannya segera terjerumus kebagian liang tanah yang melekuk kebawah.
Andaikata ia tak berbuat begitu, niscaya badannya akan segera tertindih oleh batang pohon
yang amat berat itu, bahkan badannya akan penuh berlubang begitu terhujam ketanah dan
menghajar batang-batang tombak runcing yang agaknya telah dipersiapkan dibawah liang
tersebut. Berada dalam keadaan begini, dengan perasaan terkejut bercampur gusar Kim Thi sia
meloloskan pedang Leng gwat kiam nya sambil membabat kian kemari. Setelah bersusah payah
sekian waktu akhirnya berhasil juga dia melompat keluar dari liang tanah.
Tapi begitu lolos dari ancaman dan memandang sekejap sekeliling tempat itu kontan saja
pemuda kita dibuat malu bercampur gusar.
Ternyata disitu sudah tak nampak lagi bayangan kereta berkuda itu, jelaslah sudah sekarang


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa ia sudah terjebak oleh siasat licik perkumpulan Tay sang pang.
Masih beruntung ia tak sampai terluka oleh jebakan musuh sehingga kesempatan baginya
untuk membalas dendampun tetap ada.
Dengan geram bercampur penasaran dia segera berlari menelusuri jalan dengan mengikuti
bekas roda kereta diatas tanah.
Tak lama kemudian sampailah dia dibawah kaki bukit, disana bekas roda kereta sudah makin
kabur dan susah diikuti lagi.
Kim Thi sia kehilangan akal, dalam terkejut bercampur gugupnya mendadak dari tebing bukit ia
saksikan kereta kuda terguling ditepi jalan-Dengan gerakan cepat ia segera memburu kedepanTak selang berapa saat kemudian-.....
Kim Thi sia telah tiba ditepi kereta tersebut, namun disana tak dijumpai lagi bayangan tubuh
dari Yu Kiem, akibatnya dia semakin naik darah. Sambil mengepal tinjunya dia menghantam
kereta tersebut keras-keras. "Braaaakkk......braaakkkk......."
Dalam waktu singkat ruangan kereta itu sudah hancur berantakan tak berwujud lagi.
Tiba-tiba...... Ditengah suara benturan keras, bergema pula suara benturan senjata yang amat nyaring, jelas
ada orang yang sedang bertarung sengit sekitar tempat tersebut.
Kim Thi sia merasakan semangatnya bangkit kembali, dengan cepat dia memburu kearah mana
datangnya suara tersebut.
Setelah melalui dua buah gunduk bukit kecil, suatu pertarungan terdengar makin lama semakin
dekat. Selain itu dari balik suara bentrokan senjata secara lamat-lamat terdengar suara seorang
pria sedang berseru keras: "IHey budak. tak usah bertempur lagi......."
Kata selanjutnya tak terdengar dengan jelas karena segara tenggelam dibalik suara bentrokan
senjata yang ramai. Buru-buru Kim Thi sia memburu kedepan, kali ini suara pembicaraan semakin jelas. Terdengar
lelaki itu berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Masa kau belum tahu, coba lihat lentera hijau pun tidak menarik perhatianku. Sebaliknya aku
malah tertarik kepadamu. Kau sibudak malah tak tahu diri, kenapa sih mesti begitu?"
Kemudian terdengar ia berkata lagi:
"Sekalipun pertarungan dilanjutkan, kau toh akhirnya tetap menjadi milikku. Disini tak ada
seorang manusiapun, kau anggap mampu untuk melarikan diri dari cengkramanku?" selesai
berkata, kembali ia tertawa terbahak-bahak.
Sementara itu, jarak antara Kim Thi sia dengan mereka sudah makin dekat, namun belum
nampak bayangan tubuh mereka, tapi ia bisa menduga besar kemungkinan sinona yang dimaksud
adalah Yu Kiem. Akan tetapi, ketika dia tidak mendengar suara bentakan atau umpatan dari Yu Kiem lama
kelamaan timbul juga rasa herannya.
Dengan langkah cepat dia memburu kemuka, setelah melalui sebuah tikungan tebing, maka
muncullah didepan mata bayangan tubuh dari sepasang lelaki dan perempuanSang pria bersenjatakan tombak berantai, sedangkan yang perempuan menggunakan sebilah
golok besar. Bila ditinjau dari potongan badannya, perempuan itu adalah Yu Kiem yang sedang
dicari. Sementara itu sang nona sedang melancarkan serangkaian serangan yang gencar, namun tak
berhasil menempati posisi diatas angin, sedang yang pria dengan tombaknya menangkis kekiri
menyodok kekanan, serangan demi serangan, gerakan demi gerakan, semuanya dilakukan secara
tingan dan amat santai. Meninjau dari keadaan tersebut, tahulah Kim Thi sia bahwa sang pria sedang mengalah.
Andaikata ia benar-benar berniat memenangkan pertarungannya melawan Yu Kiem, hal tersebut
bisa dilakukan olehnya semudah membalikkan telapak tangan sendiri.
Begitulah, sambil berjalan sambil mengamati jalannya pertarungan, tanpa terasa selis ih jarak
mereka tingal satu panahanWaktu itu, Kim Thi sia merasa amat lega hatinya dan tak bermaksud turun tangan cepat-cepat
steelah dilihatnya Yu Kiem berada dalam keadaan selamat tanpa kekurangan sesuatu apapun,
sebaliknya kedua orang itupun sama sekali tidak mengetahui kehadirannya, sehingga pertarungan
masih berlangsung dengan sengitnya.
Makin lama Kim Thi sia berjalan semakin dekat, suatu ketika secara kebetulan pria itu
membalikkan badan dan melihat kehadiran pemuda tersebut, ia nampak agak terperanjat
menyusul kemudian sambil menarik muka tertawa seram tiada hentinya.
Kim Thi sia yang melihat kejadian tersebut segera mengetahui bahwa lelaki itu mempunyai
maksud tertentu, buru-buru serunya kepada Yu Kiem: "Nona Yu, berhati-hatilah, biar aku saja
yang membereskan bajingan keparat ini"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, pedang Leng gwat kiamnya dengan jurus "bintang lenyap
rembulan hilang" segera menciptakan berkuntum- kuntum pedang dan langsung menghadang
senjata tombak berantai dari lelaki tersebut.
Agaknya sinona itu belum sempat melihat dengan jelas sipendatang, ia tetap memutar
goloknya sedemikian rupa dengan melancarkan serangkaian serangan beradu jiwa yang
mematikan. Tampaknya lelaki itu menganggap ilmu silat yang dimilikinya amat tinggi sehingga sama sekali
tak memandang sebelah matapun terhadap orang lain, sekalipun sedang diserang oleh Kim Thi sia
, dia bersikap acuh tak acuh, bahkan memandang sekejappun tidak.
Ketika serangan dari Kim Thi sia sudah meluncur datang, ia segera menggetarkan pergelangan
tangan kirinya dengan tombak berantai dia gulung pedang lawan, sementara tangan kanannya
menggunakan ilmu merampas senjata untuk mencengkeram bacokan golok dari sinona.
"Kurang ajar" terdengar dia membentak gusar. "Dari mana datangnya pemuda liar, toaya harus
memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"
Habis berkata, tombak berantainya dengan mengerahkan tenaga sebesar delapan bagian
langsung menyerang Kim Thi sia.
Pemuda itu tertawa dingin, pedang ditangan kanannya mengikuti gerak menggulung tombak
berantai itu langsung menusuk kedalam dengan jurus "batu merekah bukit ambruk", seketika itu
juga dua macam senjata saling menggulung satu sama lainnya.
Kim Thi sia merasa terkejut juga sewaktu melihat senjata musuh tak berhasil dikutungi. Buruburu
tangan kirinya menyambar kedepan mencengkeram ujung tombak yang menggulung dan
segera berhasil mencengkeramnya erat-erat^
Tindakan tersebut sama sekali diluar dugaan lelaki mimpipun dia tidak menyangka kalau
musuhnya berani berbuat seberani ini, pikirnya:
"Kurang ajar benar orang ini, nampaknya toaya mesti beradu jiwa denganmu....."
Berpikir demikian, ia segera membetot senjatanya kuat-kuat lalu dengan suatu gerakan yang
amat lincah dia menghindarkan diri dari bacokan golok Yu Kiem.
Setelah itu sambil membentak dia mengerahkan seluruh kekuatannya kedalam tangan,
maksudnya dia hendak menggulung pergi pedang Kim Thi sia dan berusaha membinasakan dirinya
diujung senjata tombak berantainya.
Dipihak lain bacokan golok Yu Kiem baru saja mengenai sasaran yang kosong dan belum
sempat membalikkan badan, ia sudah mendengar lelaki tersebut membentak keras:
Ketika dia mencoba melirik sekejap. tampaklah Kim Thi sia masih berdiri tegak d itempat
semula, ujung tombak berantai itu masih melilit pedangnya kencang-kencang dengan ujung yang
lain masih tergenggam ditangannya.
Senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya Kim Thi sia, namun kedua belah pihak sama-sama
membungkam diri dalam seribu bahasa, agaknya mereka telah saling beradu tenaga dalam.
Entah apa sebabnya, tahu-tahu dari atas pedang dan tombak berantai itu mengepulkan asap
panas kemudian terlihat lelaki itu menunjukkan rasa kaget dan rasa kesakitan yang luar biasa,
seakan-akan dia sudah berusaha melepaskan senjatanya namun entah mengapa tangannya
seperti tertempel kuat-kuat pada senjatanya itu.
Menyaksikan mimik wajahnya itu, Yu Kiem segera mengerti bahwa kesempatan baik tak boleh
disia-siakan dengan begitu saja. Sambil membalikkan badan ia segera melancarkan sebuah
bacokan maut. Tampaknya bacokan golok itu segera akan memenggal kutung batok kepala pria tersebut,
ketika secara tiba-tiba terdengar orang itu menjerit kesakitan dan senjata rantainya sudah
terputus-putus menjadi beberapa bagian.
Menanti bacokannya sudah hampir tiba pria itu telah roboh terjungkal lebih dulu keatas tanah
akibatnya babatan golok itu cuma memapas kulit kepalanya saja.
Baru saja peria itu roboh keatas tanah, Yu Kiem kembali telah mengayunkan goloknya
melakukan bacokan- Kali ini nampaknya lelaki tersebut tak akan mampu lagi untuk meloloskan diri.
siapa tahu, disaat kritis inilah.....
Mendadak terdengar Kim Thi sia membentak keras, sambil melancarkan sebuah pukulan
dahsyat ia berseru: "Nona Yu, jangan bunuh dia. orang ini masih ada kegunaannya"
Berbareng dengan seruan itu, bacokan goloknya seketika itu terdorong kesamping hingga
meleset dari sasaran- Merah padam selembar wajah nona itu dengan termangu- mangu dia mengawasi sekejap
wajah Kim Thi sia tanpa berkata-kata.
Dalam pada itu lelaki yang roboh terjungkal diatas tanah itu sudah melompat bangun sambil
menahan tubuhnya yang gemetar ia berseru:
"Baiklah, anggap saja ilmu silat toayamu memang kurang sempurna, tapi awas kau bocah
keparat. selama gunung nan hijau dan air tetap mengalir, kita akan bersua lagi lain waktu" Habis
berkata, ia cepat-cepat angkat kaki meninggalkan tempat tersebut.
"Berhenti" dengan suara keras, tiba-tiba Kim Thi sia membentak.
"Bocah keparat, mau apa kau?" teriak lelaki itu sambil melotot penuh amarah.
"Hey, kalau kulihat tampangmu, agaknya lagakmu masih lebih besar ketimbang aku. Apakah
kau kira bisa pergi dari sini dengan begitu saja?"
"Hari ini, aku siraja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong memang sudah jatuh pecundang
ditanganmu, anggap saja nasibku memang jelek. Hey bocah keparat, apa lagi yang kau kaokkaokkan"
" "Aku ingin bertanya, apakah kau berasal dari perkumpulan Tay sang pang?"
Sambil membusungkan dadanya si Raja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong segera menjawab
dengan angkuh: "Ehmm, hitung-hitung kau memang bermata jeli. Betul, toaya memang seorang hiocu dari
perkumpulan Tay sang pang. Bila kau serahkan kembali nona itu kepadaku, maka kau pasti akan
memperoleh banyak keuntungan"
Mendadak...... Kim Thi sia tertawa dingin tiada hentinya, dengan sekali ayunan pedang tahu-tahu batok kepala
si Raja akhirat pelesiran Nyoo Beng tong sudah terbabat putus dan berpisah dengan badannya.
Semua rasa mendongkol, gusar dan mangkelnya selama ini, seketika sudah terlampiaskan
keluar semua. Sesaat kemudian, ia baru bertanya dengan lembut: "Nona Yu, apakah kau masih ketakutan?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah tersipu-sipu malu, mulutnya
tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Kim Thi sia tidak habis mengerti, sambil menggandeng tangannya kembali ia berkata: "Nona
Yu, apakah sudah terjadi sesuatu denganmu?"
Paras muka nona itu berubah makin merah seperti kepiting rebus, ia semakin malu, setelah
meronta dan melepaskan diri dari genggaman tangan Kim Thi sia, ia membetulkan letak bajunya
dan menuding kesana kemari.
Untuk sesaat Kim Thi sia cuma melongo. Dia tidak memahami apa yang dimaksudkan gadis itu.
Melihat pemuda itu tetap tak mengerti, sinona segera mendelik, kemudian setelah mencari
tempat duduk diatas sebuah batu besar, diapun memberi tanda kepada Kim Thi sia agar duduk
pula. Kim Thi sia segera menyarungkan kembali pedang Leng gwat kiamnya, setelah duduk
disampingnya dia menghibur:
"Bila aku bertemu lagi dengan orang-orang Tay sang pang dikemudian hari, pasti akan kubantai
mereka satu per satu, akan kulihat apakah mereka masih berani mengganggu dirimu atau tidak"
Gadis itu tersenyum dan manggut- manggut. Kembali Kim Thi sia berkata:
"Gara-gara mesti menolong adik angkatku Nyoo Soat hong, nona baru mengalami nasib seperti
ini, kejadian mana benar-benar membuat perasaanku menjadi tak enak."
Melihat gadis itu tetap melengos tanpa menggubris dirinya, pemuda kita menjadi amat
mendongkol. Dia segera merangkul pinggang sinona dengan tangan kirinya, sementara tangan
kanannya digunakan untuk memutar kepalanya.
Gadis itu berusaha meronta dari pukulannya, tapi sayang tenaga pemuda itu kelewat besar
sehingga ia sama sekali tak mampu meloloskan diri.
Kim Thi sia segera menundukkan kepalanya memandang sekejap wajahnya, tapi dengan cepat
ia dibuat tertegun- Ternyata gadis itu menunjukkan wajah tersipu-sipu malu disamping rasa gusar. Dibalik rasa
jengahnya terselip pula kewibawaan yang membuat orang tak berani mengusik secara
sembarangan- Tanpa terasa Kim Thi sia mengendorkan genggamannya. Bangkit berdiri dan berdiri
menjauhinya. Melihat pemuda itu menjauh, sinona segera mengambil goloknya dari atas tanah, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun menggoreskan goloknya keatas tanah.
Lama sekali gadis itu menanti, namun Kim Thi sia tetap berdiri membelakanginya tanpa
bergerak. Lama kelamaan gadis itu tak sabar lagi menunggu, dia mendekati dan mendorong tubuh Kim
Thi sia, tapi pemuda itu tetap tidak menggubris.
Agaknya sinona menjadi gelisah, sambil mendelik ia segera menjewer Kim Thi sia dan
menyeretnya. Mimpipun Kim Thi sia tak mengira kalau gadis tersebut akan berbuat begini, tak kuasa lagi
badannya terseret kebelakang, tapi begitu ia melihat keatas tanah, hatinya menjadi terkejut.
Rupanya diatas tanah tertera berapa huruf yang berbunyi begini:
"Kim siangkong, terima kasih atas pertolonganmu, tapi aku bukan Yu Kiem yang sedang kau
cari. Ia telah ditangkap orang-orang Tay sang pang"
Ketika Kim Thi sia selesai membaca, gadis tersebut melepaskan cewerannya.
Dengan perasaan terkejut anak muda itu membalikkan badan dan menatap sinona dengan
lebih seksama. Gadis itu berdiri dihadapannya dengan wajah bersemu merah dan penuh nada minta maaf.
Tapi yang aneh, baik potongan badan, raut wajah maupun dandanannya tak berbeda seperti Yu
Kiem. Kalau dibilang ada perbedaan, mana bedanya hanya terletakpada sikap. Gadis ini nampaknya
lebih binal dan galak. Tiba-tiba...... Kim Thi sia seperti teringat akan sesuatu buru-buru ia bertanya: "Nona, siapa namamu"
Rasanya kita pernah bertemu muka."
Sambil tertawa gadis itu manggut- manggut, dengan goloknya dia segera menulis sebuah huruf
"hong" diatas tanah.
Membaca tulisan ini, Kim Thi sia berseru tertahan sambil manggut- manggut. "oooh....rupanya
nona adalah Yu Hong, adik kandung Yu Kiem" Kembali Yu Hong manggut- manggut. Tiba-tiba Kim
Thi sia menegur: "Nona, mengapa kau tidak berbicara?"
Yu Hong tertawa getir, dengan jari tangannya ia menuding jalan darah bisu dibelakang
tengkuknya. "Apakah jalan darah bisumu tertotok?" Kim Thi sia segera bertanya. Yu Hong manggutmanggut
membenarkan. "Ditotok oleh siapa" Apakah bisa dibebaskan?" kembali pemuda itu bertanya cepat.
Sambil tertawa getir Yu Hong menggelengkan kepalanya berulang kali, namun sepasang
matanya mengawasinya wajah Kim Thi sia dengan pandangan sangsi serta tak habis mengerti.
Dengan wajah kebingungan Kim Thi sia bertanya lagi:
"Masa kau sendiri pun tak tahu siapa yang telah menotok jalan darahmu itu?"
Kembali Yu Hong mengangguk.
"Nona, aku lihat ilmu silatmu cukup tangguh." kata Kim Thi sia tercengang. "Apakah kau sudah
menduga siapa yang menotok jalan darahmu itu?" Dengan wajah serba susah Yu Hong
mengangguk. "Siapakah dia?" desak sang pemuda. Tapi Yu Hong telah menggeleng kembali. Dengan
Si Tangan Sakti 3 Rahasia Dewi Purbosari Karya Aryani W Naga Dari Selatan 16

Cari Blog Ini