Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 26
berbuat sekarang. Si unta yang melihat kejadian tersebut cepat- cepat menengahi.
"Eeeeeh, apa sih yang kalian sengketakan" Barangnya saja belum diperoleh, kenapa kalian
sudah ribut sendiri?"
"Yaa betul" Kim Thi sia menimpali. "Kita harus memperbincangkan langkah kita berikut serta
bagaimana caranya melaksanakan rencana besar ini kenapa kalian malah ribut duluan?"
"Aku mempunyai sebuah rencana yang amat bagus" kata si unta kemudian"Apa rencana mu?"
"Aku telah berhasil mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama Liok limpang. sekarang aku
menjadi ketuanya, sedang orang yang tergabung dalam perkumpukan ini semuanya memakai baju
berwarna hijau......"
"Aaaah, kalau bicara yang penting saja" tukas sipencuri sakti dari selatan tak sabar.
"Besok pagi perkumpulan cahaya emas sudah siap menyerang gedung Siau yaU lo, maka
sekarang kita harus berkUmpul dulU di gubuk. Saudara-saudara kami dari perkumpulan Liok lim
telah siap menanti disitu, kita harus tukar pakaian dulu sebelum bekerja....."
"Baik, kalau begitu kita segera berangkat"
Tanpa membuang banyak waktu lagi, berangkatlah mereka menuju ketempat yang dinamakan
"gubuk" itu. Benar juga , disitu telah hadir banyak sekali jago-jago persilatan yang rata- rata berilmu tinggi.
Keesokan harinya, baru saja fajar menyingsing si unta telah berteriak keras: "Hey bocah
kunyuk. cepat bangun dan mohon diri kepada bini mu itu....."
Kim Thi sia mengiakan dan seperti juga yang lain, tukar pakaiannya dengan baju berwarna
hijau. Sementara itu Lin lin sudah berdiri diambang pintu sambil berseru: "Engkoh Thi sia, aku akan
selalu menunggumu" "Nona Lin lin tak perlU kuatir, kami pasti akan berhasil dengan sUkses" hibur unta sambil
tertawa. Sebenarnya Kim Thi sia ingin mengucapkan sesuatu kepada Lin lin, namun setelah sampai
dibibir, diapun meraSa tiada persoalan yang akan dibicarakan lagi. Akhirnya sambil mengulapkan
tangannya dia berkata: "Lin lin, lebih baik kau menanti aku disini saja"
Begitulah, ditengah cahaya fajar yang mulai menyingsing, berangkatlah si unta sekalian menuju
kesasaran. Mereka semua boleh dibilang merupakan jago-jago pilihan dari dunia persilatan, ilmu
meringankan tubuhpun amat hebat, maka perjalanan dapat ditempuh dengan cepatnya. Entah
berapa lama sudah mereka menempuh perjalanan......
Ditengah keheningan yang mencekam dipagi hari itu, mendadak dari kejauhan sana terdengar
suara senjata beradu yang amat nyaring.
Kim Thi sia yang pertama kali mendengar dulu suara tersebut, dengan cepat dia memburu
kesitu. Dari balik hutan yang lebar, terdengar suara orang berteriak kesakitan lalu tampak percikan
darah segar berhamburan keempat penjuru.
Rupanya si harimau bermuka besi cu ci thin sedang bertarung sengit melawan Li Beng poo,
anak murid Thi khi ci. Waktu itu keadaan Li Beng poo sudah amat parah, sekujur badannya penuh berpelepotan
darah, tampaknya ia sudah tak mampu untuk bertahan lebih lanjut. Teriakan kesakitan yang
terdengar tadipun berasal dari teriakan Li Beng poo.
Sebaliknya golok kepala harimau milik siharimau bermuka besi cu Ci Thin telah menancap
dalam-dalam diatas dada Li Beng poo.
Biar masih muda Li Beng poo memiliki keberanian yang luar biasa, sekalipun ajal sudah berada
didepan mata namun sepasang tangannya masih tetap menggenggam gagang goloknya kencangkencang.
Harimau bermuka besi cu Ci thin yang melihat peristiwa itu menjadi sangat terperanjat,
teriaknya cepat: "Bocah keparat, kenapa sih kamu ini?" Sambil tertawa seram sahut Li Beng poo:
"Tak ada yang luar biasa, paling banter juga kehilangan selembar nyawa......."
"orang she Li" serusi harimau bermuka besi lagi dengan suara gemetar. "Kau pantas untuk
mampus, kau tahu sudah berapa orang saudara kami dari enam harimau yang tewas
ditanganmu?" Memang benar, diatas tanah telah berserakan mayat-mayat manusia yang bergelimpangan
disana sini. Tapi Li Beng poo masih tetap mempertahankan diri dengan menggenggam gagang golok yang
menancap diatas dadanya erat-erat.
Darah masih bercucuran keluar dari mulut lukanya, tapi ia sempat berteriak keras kearah balik
hutan. "Yu Kiem sumoay, kau harus cepat bangun dan lari dari sini......."
Ternyata disudut lain Yu Kiem yang terluka parah masih terkapar disitu, darah segar masih
mengucur keluar dengan derasnya dari mulut luka.
Dengan menggunakan kekuatan yang terakhir kembali Li Beng poo berteriak keras:
"Cepat lari Yu Kiem sumoay...aduuuh...aku...aku benar-benar sudah tidak tahan lagi......"
Sementara itu si harimau bermuka besi cu Ci thin telah meronta dengan sekuat tenaga,
akhirnya ia berhasil juga mencabut keluar goloknya dari dada Li Beng poo.
Kasihan Li Beng poo pah lawan mudaini, biarpun ia berhasil memiliki ilmu silat yang luar biasa,
tapi sebelum berhasil mendapatkan nama besar didalam dunia persilatan, dia harus tewas secara
mengenaskan disitu. Sementara itu si harimau bermuka besi cu Ci thin telah tertawa seram, dengan golok
berlumuran darah dia melejit kedepan dan langsung menyerbu ketepi hutanAgaknya dia sedang berusaha membacok mati Yu Kiem yang saat itu sudah terkapar sekarat
disana. Kim Thi sia yang menyaksikan peristiwa itu tentu saja tidak membiarkan si harimau bermuka
besi ini melaksanakan niatnya, ia tidak akan membiarkan Yu Kiem tewas dibunuh orang.
Disaat yang amat kritis itulah tiba-tiba saja dia membentak keras: "Bocah keparat, lihat
pedang" Pedang Leng gwat kiam yang telah terhunus sedari tadi langsung diayunkan kemuka
melancarkan sebuah tusukan dengan menggunakan jurus "Menuding langit selatan" dari ilmu
pedang panca Buddha. "Traaaanngggg......"
Suara benturan nyaring bergema memecahkan keheningan disusul percikan bunga api yang
menyebar kemana-mana. Seketika itu juga si harimau bermuka besi cu Ci thin merasakan telapak tangannya menjadi
sakit dan robek. Darah segar bercucuran keluar dengan derasnya ia mundur berapa langkah
dengan sempoyongan. Dalam pada itu si unta sekalian telah menyusul tiba dan menyaksikan semua kejadian itu.
Namun didepan situ tampak cahaya terang menerangi seluruh jagad, suara pertarungan yang
sengitpun bergema dari arah situ.
Jelas sudah dalam gedung Siau yau lo sudah berlangsung pertarungan yang amat sengit antara
orang-orang perkumpulan cahaya emas melawan orang-orang Tay sang pang. Melihat hal ini si
unta segera berteriak: "Bocah kunyuk, cepat pergi, dia bukan sasaran kita yang utama. Kita tak boleh membuang
waktu dengan percuma disini"
Kim Thi sia amat menguatirkan keselamatan Yu Kiem, tentu saja ia tak mau pergi dari situ
dengan begitu saja. Dengan gerakan "burung manyar terbang dipasir" ia mengejar kearah si harimau bermuka besi
dengan kecepatan tinggi, lalu sambil melancarkan serangan kilat teriaknya:
"Tua bangka, lebih baik kalian berangkat dulu, aku segera menyusul setelah menyelesaikan
bajingan ini lebih dulu"
Si unta tak ingin menunggu lebih lama lagi hingga kehilangan kesempatan baik, sahutnya
cepat: "Baiklah kalau begitu, tapi kau harus menyusul datang selekasnya."
Dibawah pimpinannya, berangkatlah kawanan jago dari rimba hijau itu menuju kearah gedung
siau yau lo. Berbicara sesungguhnya, harumau bermuka besi cu Ci thin bukan termasuk orang biasa yang
gampang dihadapi, apalagi saat ini amarahnya sudah berkobar akibat desakan Kim Thi sia yang
terus menerus. Sebaliknya Kim Thi sia bertekad hendak membasminya secepat mungkin, sehingga begitu turun
tangan ia telah mempergunakan jurus mematikan dari ilmu pedang Panca Buddhanya.
Dalam waktu singkat, pedang Leng gwat kiam ditangan Kim Thi sia telah bergerak kian kemari
seperti ular sakti, secara beruntun dia telah melancarkan tiga buah serangan berantai.
Dibawah serangan yang begitu dahsyat, siharimau bermuka besijadi kelabakan setengah mati,
ia mundur kebelakang dalam keadaan yang amat mengenaskan.
Melihat serangannya belum berhasil juga merobohkan lawan, Kim Thi sia menjadi amat
penasaran, teriaknya tiba-tiba:
"Keparat, bila dalam tiga jurus mendatang aku Kim Thi sia tak berhasil membacok kutung batok
kepalamu......." "Kau pasti akan mampus ditanganku" sambung siharimau bermuka besi cepat.
Kim Thi sia amat murka, dengan semangat yang berkobar-kobar secara beruntun dia
melancarkan serangkaian serangan yang hebat.
Baru dua gebrakan berlangsung, tiba-tiba terdengar harimau bermuka besi menjerit kesakitan
lengan kirinya telah terpapas hingga kutung menjadi dua bagian.
Ketika jurus ketiga yaitu "Buddha sakti menunjuk jalan suci" berkelebar lewat, batok kepala
siharimau bermuka besi segera terpapas kutung dan roboh binasa. Melihat serangannya telah
berhasil, Kim Thi sia tertawa dingin tiada hentinya. Ia menyarungkan kembali pedangnya,
kemudian memburu kebalik hutan lebat disisi arena.
Tampak oleh Yu Kiem berbaring diatas tanah dalam keadaan mengerikan, rambutnya terurai
kusut. Luka yang membekas dimana-mana masih mengeluarkan darah kental, mengenaskan sekali
keadaannya. Cepat-cepat Kim Thi sia memburu kesampingnya dan memeluk gadis itu erat-erat sambil
berseru: "Adik Yu Kiem....adik Yu Kiem......"
"Ada apa" Kau......" suara sinona kedengaran amat lirih dan lemah sekali.
"Aku adalah Kim Thi sia, apakah masih ingat?"
Yu Kiem tersenyum. "Ya.....aku.....aku masih ingat"
"Mengapa kau tidak menatapku?"
Wajah Yu Kiem amat lusuh dan sayu, dia hanya tertawa getir sambil menahan rasa sakit. Kim
Thi sia segera tertawa lagi.
"Yu Kiem, adik Kiem, apakah kau sudah tak kenal lagi denganku?"
"Masih.....masih kenal....."
"Kalau begitu pa nggilah aku, beritahu kepadaku, siapakah aku ini?"
"Engkoh Thi sia.....kau adalah engkoh Thi sia......" bisik Yu Kiem sambil tertawa hambar.
Kim Thi sia merasa sangat gembira, serunya kemudian:
"Bagus sekali, rupanya kau masih kenal denganku"
"Siapa bilang....aku.....aku tak kenal lagi denganmu?"
"oooh, alangkah bahagiaku, ternyata kau masih kenal denganku"
"Apa yang kau gembira kan?" Yu Kiem berbisik kemudian dengan lemah.
"Kau masih bisa mengenaliku, hal ini membuktikan bahwa kesadaranmu masih tetap jernih"
"Tapi aku.....aku sudah hampir mati engkoh Thi sia."
"Tidak. kau tak boleh berkata begitu"
"Tidak. aku harus bicara, aku harus berbicara....."
"Jangan, kau tak boleh berbicara terus" teriak Kim Thi sia keras- keras.
"Kenapa" Kenapa kau melarangku untuk.....untuk bicara?"
"Coba lihat, wajahmu pucat pias seperti mayat, sudah terlalu banyak darah yang mengucur
keluar dari badanmU."
"Aku tahu" "Kalau sudah tahu, kau tak seharusnya banyak berbicara lagi."
"Aku harus bicara, sebab aku sudah hampir mati."
"Tidak. kau tidak bakal mati" teriak Kim Thi sia lagi dengan perasaan amat gelisah.
"Kenapa?" "Sebab kau masih bisa mengenali aku semangatmu masih baik, kau tak bakal mati" Yu Kiem
tertawa pedih. "sebetulnya aku.....akupun tak ingin mati."
"Itulah sebabnya kau harus tetap hidup, Kau harus berusaha sekuat tenaga untuk
mempertahankan hidupmu."
Tiba-tiba gadis itu memuntahkan darah kental berwarna hitam, keadaannya nampak bertambah
lemah, ia berbisik: "Senang sekali kesempatan semacam itu sudah tak ada lagi, segala sesuatunya sudah
terlambat." Dalam keadaan begini, diam-diam Kim Thi sia berpikir:
"Andaikata lentera hijau berada disakuku, sudah pasti selembar nyawa Yu Kiem bisa kutolong
kembali, sayang benda mestika tersebut telah diperoleh Lam Peng secara licik, kalau tidak...."
Berpikir sampai disitu dia segera berseru:
"Adik Kiem, kau harus berusaha untuk menahan diri....."
"Tapi aku sudah tidak tahan-...aku.....aku....."
"jangan bicara sembarangan, mau apa kau" Tunggulah, akan kucarikan akal untuk mengatasi
keadaan ini......" Sekulum senyum mengenaskan tersungging diujung bibir Yu Kiem, dia berbisik lirih: "Aku minta
kau berkata terus terang kepadaku..."
"Soal apa?" "Aaaai....." Yu Kiem menghela napas panjang. "Lebih baik aku saja yang mengatakan
kepadamu." "Kalau begitu katakanlah cepat"
Sambil menggigit bibirnya kencang-kencang Yu Kiem berkata: "Engkoh Thi sia, tahukah kau
bahwa aku.... aku amat mencintai dirimu?"
Kim Thi sia merasa terharu sekali, sambil manggut-manggut bisiknya: "Yaa, aku mengerti"
"Tidak. kau tak akan tahu, diantara lelaki yang ada didunia ini aku hanya......"
"Kau jangan berbicara terus coba lihat kau harus ngotot dan membuang banyak tenaga untuk
berbicara." "Tapi aku harus mengatakannya keluar"
"Aku sudah memahami maksudmu."
"Kau benar-benar mengerti?" Yu Kiem membelalakkan sepasang matanya lebar-lebar.
"Tentu saja" "Kalau begitu, apakah kau pun menyukai pula diriku?"
"Benar" Kim Thi sia mencoba untuk tertawa paksa. Ia berkata dengan jujur, serius dan tulus
hati. Yu Kiem amat terharu dibuatnya, dengan suara gemetar dia berbisik pelan: "Engkoh Thi sia,
cepat peluk aku, dekaplah aku kencang-kencang." Kim Thi sia menurut dan memeluk Yu Kiem
erat-erat. "Engkoh Thi sia, peluk aku kencang-kencang, peluk aku kencang-kencang...."
"Adik Kiem, coba lihat tubuhmu telah kotor oleh noda darah......"
"Kau merasa jijik karena aku kotor?" Yu Kiem bertanya cepat.
"Tidak, bukan maksudku untuk mengatakan begitu......"
"Kalau begitu kau sudah seharusnya memeluk kencang-kencang."
"Aku takut kondisi badanmu tak kuat untuk menahan hal tersebut" keluh Kim Thi sia.
"Tidak apa-apa."
"Tidak. kalau sampai begitu maka kau bisa....."
"Kau takut aku mati didalam pelukanmu?"
"Yaa, memang begitu," kali ini Kim Thi sia manggut-manggut.
"Tapi aku bersedia, aku rela mati didalam pelukanmu" seru Yu Kiem makin manja.
"Tidak, tidak baik kita berbuat begitu?"
"Kenapa tidak" Riwayat hidupku sudah hampir berakhir."
"Belum, hidupmu belum akan berakhir, kau......"
"Aku amat membenci orang-orang Tay sang pang" tiba-tiba Yu Kiem berseru dengan penuh
rasa dendam. Seketika itu juga Kim Thi sia merasakan darah didalam dadanya bagaikan mendidih, ia berseru
pula: "Kau tak usah kuatir adik Kiem^......"
Dengan sedih Yu Kiem berbisik:
"Engkoh Thi sia, apakah kau tahu siapakah Khu It cing itu?"
"Dia adalah ketua perkumpulan Tay sang pang"
"Dengarkan baik- baik, Khu It cing sigembong iblis ini......."
"Aku tahu, ia sudah terlalu banyak melakukan kejahatan."
"Dia telah menodai aku"
"Apa?" seru Kim Thi sia tertegun.
"Bukan hanya aku, diapun telah memperkosa adikku"
"Maksudmu Yu Hong?"
"Yaa...." dengan air mata bercucuran Yu Kiem mengangguk. "Secara berturut-turut dia telah
memperkosa aku dan adikku"
"Hmmm, sungguh tak kusangka dikolong langit masih terdapat manusia jahat berhati busuk
seperti dia" "Andaikata Li Beng poo tidak pertaruhkan jiwanya untuk menolongku, mUngkin kita tak pernah
akan bertemU kembali."
"Kau tak usah kuatir, aku berjanji akan membalas dendam bagi kalian berdua."
"Adikku, dia......dia......."
"Apakah dia sudah mati?"
"Belum......" "Jadi ia masih hidup?"
"Ya, tapi ia lebih tersiksa daripada mati. oleh Khu It cing ia telah diberikan kepada si utusan
beracun." "oooh....begitukah kejadiannya?" Kim Thi sia makin tertegun.
"Sebentar lagi aku akan mati, aku..... aku ingin memohon sesuatu kepadamu....."
Melihat keadaan Yu Kiem sudah bertambah parah, Kim Thi sia sadar bahwa ajalnya sudah
hampir tiba, cepat- cepa6t teriaknya: "Soal apa?"
Dengan napas tersengkal-sengkal Yu Kiem berkata:
"Kuharap kau bersedia menolong adikku Yu Hong....rawatlah dia se.... .secara baik-baik....."
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baik, aku akan segera pergi menolongnya" janji Kim Thi sia.
Agaknya Yu Kiem seperti ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi sayang ajalnya sudah keburu
sampai. Dia menghembuskan napas panjang lalu tertidur untuk selamanya.
Dengan perasaan sedih, Kim Thi sia segera mengubur jenasah Yu Kiem dan Li Beng poo,
kemudian dengan langkah cepat berangkat menuju kegedung Siau yau lo.
Sementara itu..... Suasana didalam gedung Siau yau lo diliputi asap dan kabut yang tebal, disana sini terendus
bau arang dan anyirnya darah yang menusuk penciuman. Suara pertarungan masih bergema tiada
hentinya. Dengan dicekam perasaan sedih yang amat sangat, Kim Thi sia memburu ketempat tersebut
dengan langkah lebar. orang-orang Tay sang pang dengan mengenakan baju serba hitam masih melakukan
perlawanan dengan sengit, sebaliknya anak buah perkumpulan cahaya emas dengan baju
berwarna kuning maju tiada hentinya.
Ditengah sengitnya pertarungan yang berlangsung, tampak pula banyak sekali jago-jago
berbaju hijau yang menyerbu kedalam gudang harta, serta menyikat semua benda berharga yang
ada disitu dan dibawa kabur.
Kim Thi sia tak ambil perduli apa yang sesungguhnya sedang etrjadi ditempat itu, dia hanya
mempunyai satu tujuan sekarang yaitu menuntut balas.....
Kematian Yu Kiem yang mengenaskan dan keadaan Yu Hong yang dinodai orang secara keji
melukiskan sebuah pemandangan yang tragis didalam benaknya.
Sekarang dia harus menemukan Yu Hong lebih dulu dan menyelamatkan jiwanya, setelah itu
dia baru mencari Khu It cing serta membalaskan dendam bagi kematian Yu Kiem.
Tapi suasana didalam gedung Siau yau lo waktu itu sangat kalut, kemanakah harus mencari Yu
Hong" Mendadak....... Ditengah suasana pertarungan yang berlangsung dengan sengit, Kim Thi sia mendengar suara
teriakan dari seseorang yang amat dikenal olehnya. Ia menjadi tertegUn, lalu pikirnya: "BUkankah
suara ini suara sipelajar bermata sakti?" Dengan cepat dia memburu kearah mana berasalnya
suara tersebut. Dibawah reruntuhan dinding pagar, tampak dua orang jago persilatan sedang berdiri saling
berhadapan. Kedua orang itu tak lain adalah sipelajar bermata sakti serta si utusan beracun Hoa ChinWaktu itu terdengar si utusan beracun Hoa Chin sedang berteriak dengan wajah kaget
bercampur gugup, "Keparat, bila tahu diri cepat serahkan Yu Hong kepadaku"
Kim Thi sia yang mendengar seruan tersebut menjadi amat keheranan, diam-diam pikirnya:
"Aaaaah, tak kusangka Yu Hong telah terjatuh ketangan sipelajar bermata sakti" Sementara dia
masih termenung, sipelajar bermata sakti telah menyahut dengan nyaring: "Utusan beracun, lebih
baik kau tak usah bermimpi disiang hari belong......"
"Seharusnya kau yang bermimpi disiang hari belong, karena setiap saat aku dapat mencabut
nyawamu." Mendengar itu, pelajar bermata sakti segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah....haaah....haaah.....hal semacam ini tak mungkin bisa terjadi, sebab perkumpulan Tay
sang pang yang kau dukung sudah berada diambang pintu kehancuran." Si utusan beracun Hoa
Chin segera melototkan matanya bulat-bulat, katanya cepat:
"Terus terang aku bilang, mati hidupnya perkumpulan Tay sang pang sama sekali tak ada
sangkutpautnya dengan diriku."
"Hmmm, dasar manusia rendah yang tak kenal budi" umpat pelajar bermata sakti kesaL
"Sudahlah" sela si utusan beracun Hoa Chin cepat-cepat. "Lebih baik kita jangan persoalkan
masalah-masalah itu lagi, ayoh cepat serahkan Yu Hong kepadaku."
"Yu Hong" Hmm, tak akan semudah itu" sahut pelajar bermata sakti sinis.
"Apa syaratmu?"
"Kau tahu, apa tujuanku bersusah payah menyerbu kedalam gedung Siau yau lo ini"
Hmm,kesemuanya tak lain demi Yu Hong"
"Asal kau bersedia menyerahkan Yu Hong kepadaku, akupun berjanji akan menghantar
kepergianmu dari sini dalam keadaan selamat."
"Yu Hong tak akan selamat bila berada bersamamu"
"Tapi aku berjanji akan merawat serta melindunginya secara baik- baik dan sepenuh tenaga."
Pelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Heeeh.....sayang Yu Hong tidak membutuhkan perlindunganmu."
"Dia pasti membutuhkan diriku" kata si utusan beracun Hoa Chin sambil tertawa licik.
"Hubungan suami istri biar hanya semalamanpun memberikan kesan yang kelewat mendalam. Aku
yakin kalian kaum muda tidak akan memahami perasaan semacam ini."
"Apa?" seru sipelajar bermata sakti tertegun. "Dia telah mengadakan hubungan intim
denganmu?" "Bukan hanya begitu, malahan ia sudah berbadan dua?"
sepasang mata sipelajar bermata sakti terbelalak lebar-lebar, katanya kemudian pedih:
"Dia telah berbadan dua" Yu Hong telah mengandung benih anak sikeparat tua macam dirimu
itu?" Agaknya pukulan batin yang dirasakannya sekarang teramat berat baginya, hampir saja ia
robeh terjungkal keatas tanah.
Kim Thi sia yang bersembunyi disisi arena dapat menyaksikan semua adegan tersebut dengan
jelas, diam-diam ia menghela napas panjang.
"Aaai, sama sekali tak kusangka rasa cinta sipelajar bermata sakti terhadap Yu Hong sudah
mencapai tingkatan yang begitu hebat."
Waktu itu diatas punggung sipelajar bermata sakti telah menancap tiga batang pisau terbang.
Darah segar masih jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
oleh karena ia berdiri saling berhadapan dengan siutusan beracun, maka kakek berhati keji itu
sama sekali tak tahu apakah musuhnya masih berkemampuan untuk melanjutkan pertarungan
atau tidak. Ia segera berkata:
"Aku mengerti ilmu silatmu memang sangat tangguh, itulah sebabnya aku segan
melangsungkan pertarungan adu kekerasan denganmu, sebab pertarungan semacam itu tak akan
bermanfaat bagimu maupun aku. Coba pikirkanlah kembali persoalan ini dengan seksama" Tibatiba
sipelajar bermata sakti berseru keras:
"Aku telah mengambil keputusan yang bulat, Yu Hong akan pergi bersamaku."
"Kenapa ia harus pergi bersamamu?"
"Ini merupakan urusan pribadiku dengan Yu Hong, kami berdua saling mencintai."
Mendengar jawaban tersebut, si utusan beracun segera mendonggakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak. "Haaaah....haaaah.....haaaah......itu mah menurut jalan pemikiran sendiri."
"Kenyataan memang demikian-"
"Hey, bila kau kurang percaya lebih baik tanyakan sendiri persoalan tersebut kepada Yu Hong."
"Kau maksudkan Yu Hong bersedia pergi bersamamu?" tanya pelajar bermata sakti penasaran.
"Dulu mungkin dia menolak tapi sejak kami melakukan hubungan intim......."
"Tidak... tidak... tidak mungkin Yu Hong tak akan bersedia mengikuti dirimu"
"Kau bisa berkata demikian karena kau tidak memahami perasaan seorang wanita^"
"Apa sih yang menarik dengan dirimu?" bentak pelajar bermata sakti sambil menahan geram.
"Aku telah menyelamatkan Yu Hong dari cengkeraman iblis Khu It cing dan melindungi kesucian
tubuhnya dari perkosaan."
"Tapi akhirnya kau telah menodainya, dia pasti membencimu seumur hidup,"
"Justru sebaliknya, malam itu dikala kami tidur seranjang, dia telah mengatakan sendiri
kepadaku....." "Apa yang dia katakan?"
"Dia merasa amat puas dengan hebatan ilmu silatku, dia mencintai aku dengan setulus hati"
"Tidak!! kau sedang menipu aku, kau sedang menipu......" teriak pelajar bermata sakti keraskeras,
air mata jatuh bercucuran membasahi wajahnya.
"Bila kau tak percaya, suruh Yu Hong tampil kemari. Mari kita adakan pembicaraan secara
terbuka......" ^ "IHmmm, apa gunanya mengadakan pembicaraan dengan manusia Semacam dirimu itu?" Seru
pelajar bermata sakti penuh rasa benci.
"Seandainya terbukti Yu Hong menyukai aku, bagaimana dengan dirimu......?"
"Tidak mungkin, hal ini tak mungkin terjadi" Utusan beracun segera mendengus dingin.
"Hmmm, asal dia mengatakan sendiri hal tersebut dihadapanku, maka aku......."
"Mau apa kau?" "Aku bersedia menghantar kalian pergi meninggalkan tempat ini"
"Sungguhkah perkataanmu itu?" tanya sipelajar bermata sakti agak tercengang. Utusan
beracun segera tertawa nyaring.
"Bagi anggota dunia persilatan, perkataan yang diucapkan lebih berat daripada bukit karang."
"Sungguh aneh, mengapa kau menaruh keyakinan yang begitu besar?" seru pelajar bermata
sakti terperanjat. "Sebab d isaat kami sedang melakukan hubungan intim, dia memang benar-benar bilang kalau
dia sangat mencintaiku"
Seketika itu juga sipelajar bermata sakti merasa api cemburunya berkobar dengan hebat,
dengan geram dia berseru:
"Tapi hubungan cintaku dengan Yu Hong bukan dimulai sejak sekarang....."
"Perasaan cinta memang merupakan suatu kejadian yang sukar diraba perubahan sering terjadi
tanpa diduga." "Lalu menurut anggapmu apa yang paling berharga bagi hubungan antara lelaki dan
perempuan?" "Yang penting tentu saja hubungan batin- Antara aku dengan Yu Hong telah menjalin sebuah
hubungan batin yang amat mendalam."
"Hubungan apa" Hubungan cabul, hubungan terkutuk....." seru pelajar bermata sakti makin
gusar. "Aku tak perduli apa yang hendak kau kata kan, pokoknya aku tak dapat melepaskan Yu Hong
dengan begitu saja, sedang Yu Hongpun tak akan rela meninggalkan aku"
Kalau semula sipelajar bermata sakti masih dapat mempertahankan diri berkat keteguhan
hatinya, maka pukulan batin yang amat berat ini seketika membuat wajahnya kuyu dan sayu.
Semua semangatnya seolah-olah menjadi rontok.
"Utusan beracun" ujarnya kemudian sambil tertawa hambar. "Aku mengerti, tujuanmu berkata
demikian tak lain ingin membangkitkan amarahku, agar kuajak Yu Hong untuk datang bersua
denganmu." "Sungguh aneh, kenapa aku harus menghindari kejadian seperti ini?" tiba-tiba sipelajar bermata
sakti bergumam: "Tentu saja, sebab kau merasa takut" teriak si utusan beracun dengan suara keras.
"Ngaco belo, siapa yang takut?"
"Kau takut Yu Hong mengakui kebenaran dari ucapan tadi sehingga kau akan kehilangan dia."
"Tidak. aku tak mungkin akan kehilangan Yu Hong. Tidak mungkin, aku tak akan kehilangan
dia." "Tapi bila kau tidak menyuruh Yu Hong tampilkan diri, tidak membuktikan hubungan yang
sebenarnya dihadapanmu serta melakukan pilihan secara jujur, kendatipun kalian hidup bersama
dengan Yu Hong dikemudian hari, namun dalam hubungan cinta pasti akan selamanya dilapisi oleh
bayangan hitam......"
"Bayangan hitam apa?" teriak pelajar bermata Sakti penaSaran.
"Karena Yu Hong Sesungguhnya amat mencintai aku."
Pelajar bermata sakti merasa amat sakit hati, mukanya pucat pasi bagalkan mayat. Peluh
bercucuran bagalkan hujan gerimis, luka dipunggungnya akibat tusukan tiga bilah pisau terbang
membuat aliran darah makin deras, ia kelihatan sangat emosi. Akhirnya dengan suara keras dia
berteriak^ "Yu Hong keluar kau?"
Ternyata Yu Hong sedang bersembunyi tak jauh dari tempat tersebut.
Sesungguhnya gadis yang bernasib jekek ini telah mendengarkan semua pembicaraan yang
berlangsung. Dalam hati kecil Yu Hong sebetulnya ia menaruh cinta yang mendalam sekali terhadap pelajar
bermata sakti. Tapi diapun pernah bilang kepada si utusan beracun bahwa dia menyukai dirinya, dan kini
menyesalpun tak ada gunanya. Dia hanya merasakan hatinya sedih bercampur malu.
Ketika pelajar bermata sakti berteriak agar dia keluar, gadis itu tak bisa menyembunylkan diri
lebih jauh lagi. Dengan rambut yang kusut, air mata membasahi wajahnya, selangkah demi selangkah Yu Hong
munculkan diri dari tempat persembunyiannya. ia berjalan dengan kepala tertunduk rendahrendah.
"Yu Hong ayoh katakan, ayoh katakan yang sebenarnya......" dengan suara keras sipelajar
bermata sakti segera berseru.
Sebaliknya si utusan beracun berkata pula sambil tersenyum:
"Siau Hong kusayang, kau pernah bilang amat mencintaiku, bersedia hidup bersamaku untuk
selamanya. Nah sekarang katakanlah hal tersebut kepada pemuda ini"
"Aku.....aku......"
Tiba-tiba saja gadis itu menangis tersedu-sedu menubruk kedalam pelukan pelajar bermata
sakti dan memeluknya kencang-kencang.
"Yu Hong mengapa kau tak berani menyangkal persoalan?" teriak pelajar bermata sakti marah.
"Apa yang perlu dia sangkal?" sambung si utusan beracun cepat.
Yu Hong tetap membungkam, dia hanya menangis tersedu-sedu dalam pelukan pelajar bermata
sakti. "Yu Hong ayoh katakan, ayoh katakan....." kembali sipelajar bermata sakti berteriak keras.
la mencengkeram tangan Yu Hong keras-keras dan menggoncang dengan sekuat tenaga, rasa
benci dan dendamnya tertera jelas diatas wajahnya. Dengan lemah Yu Hong berbisik: "Apa.....apa
yang harus kukatakan?"
Mendengar perkataan ini tiba-tiba saja pelajar bermata sakti merasakah hatinya amat pedih.
Sekarang dia telah menyadari betapa seriusnya persoalan itu, Yu Hong yang selama ini
dianggap sebagai gadis suci, perempuan pujaan, akhirnya harus ditemukan dalam kenyataan yang
berbeda. Sekarang dia mengerti, Yu Hong tak berani membantah ucapan dari si utusan beracun, karena
apa yang dikatakan kakek jahat itu bukan karangan belaka tapi merupakan kenyataanHal ini membuktikan pula kalau Yu Hong telah kehilangan keperawanannya ditangan si utusan
beracun. Bahkan disaat melakukan hubungan intim dan mencapai pada klimaksnya gadis itu telah
mengatakan rasa cintanya terhadap utusan beracun, si kakek bertampang jelek ini.
Bagalkan kepalanya diguyur dengan sebaskom air dingin, pelajar bermata sakti merasakan
tubuhnya lemas, semua harapannya hilang lenyap tak berbekas. Lama sekali dia termenung,
kemudian dengan air mata bercucuran katanya lirih: "Yu Hong, tak perlu kau ucapkan lagi, aku
telah mengerti" "Apa yang kau pahami?" tanya Yu Hong tertegun.
Sambil tertawa paksa pelajar bermata sakti berkata: "Pokoknya hubungan diantara kita berdua
hanya begini saja." "Apa maksud perkataanmu?" Yu Hong semakin gugup,
Sambil menggigit bibirnya kencang-kencang pelajar bermata sakti berkata:
"Kau perempuan rendah, cepat menggelinding pergi dari sini, pergilah bersama utusan
beracun." Sambil berkata ia melepaskan diri dari pelukannya serta mendorong tubuh gadis tersebut
kebelakang. Yu Hong segera terpental sejauh berapa langkah dan jatuh berguling diatas tanah.
Cepat-cepat si utusan beracun memburu kedepan ingin membangunkan gadis itu, katanya
lembut: "Siau Hong, ikutlah aku pergi dari sini"
Yu Hong tidak menggubris ajakan tersebut, air matanya telah jatuh bercucuran membasahi
wajahnya, dia merasa amat sedih.
Tiba-tiba ia melompat bangun lagi dan menubruk kearah pelajar bermata sakti sambil serunya:
"Tidak^ kau tak boleh meninggalkan aku"
"Aku sama sekali tidak meninggalkan dirimu" sahut pelajar bermata sakti sambil mendorong
tubuhnya lagi kebelakang.
"Tapi kau sudah tak maul diriku lagi...." pekik Yu Hong sambil berdiri tertegun.
Pelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Yaa, karena kaupun telah meninggalkan aku."
"Tidak^ aku tidak meninggalkanmu......aku tidak......"
Kembali sipelajar bermata sakti tertawa dingin.
"Heeeh......heeeh...^..heeeeh......kau telah melakukan hubungan suami istri dengan utusan
beracun, bahkan mengucapkan pula kata- kata cinta dan kesetiaan- Sekalipun kita bisa hidup
bersama kembali, tolong tanya dimanakah harga diriku akan kuletakkan?"
Yu Hong menghela napas sedih.
"Aaaai....kau harus memaafkan aku karena....."
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, sipelajar bermata sakti telah menukas
sambil tertawa seram: "Heeeh......heeeeh.....heeeeeh......aku rasa penjelasan macam apapun tak bergUna lagi.
Pokoknya hubungan kita berdua berakhir sampai disini saja."
"Kau bersungguh-sungguh?" seru Yu Hong dengan perasaan amat terperanjat.
Pelajar bermata sakti tidak menjawab, dia malah tertawa keras, suara tertawanya lebih tak
sedap daripada suara tangisan- Dari sini bisa dibayangkan betapa pedihnya perasaan pemuda
tersebut. "Tidak!! kau tidak bersungguh-sungguh, kau tak akan meninggalkan aku......" jerit Yu Hong
lagi. Pelajar bermata sakti sama sekali tak menggubris lagi, selesai tertawa seram dan menyeka air
matanya dia berseru: "Selamat tinggaL"
Dengan membawa hatinya yang duka, dia beranjak dari situ dan melangkah pergi dengan
cepat. "jangan pergi.....kembalilah.....kembalilah...."pekik Yu Hong amat sedih.
Tapi sipelajar bermata sakti sama sekali tak menggubris dia melangkah terus dengan cepatnya.
Sekarang ia telah kehilangan segala-galanya, dia tidak menganggap Yu Hong sebagai kekasih
hatinya lagi. Yu Hong pun sadar bahwa pemuda tersebut tak akan berpaling kembali kepadanya. ia merasa
hatinya remuk redam. Tiba-tiba ia menjadi nekad, dengan langkah cepat gadis itu memburu kedepan.
la bukan berlari untuk memeluk pelajar bermata sakti, sebaliknya mencabut ketiga bilah pisau
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbang yang masih menancap dipunggungnya itu.
Si utusan beracun yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi amat terperanjat segera
teriaknya: "Siau Hong, Siau Hong.....kau jangan mengambil keputusan pendek..... jangan-....."
Tapi sayang jaraknya terlalu jauh lagi pula peristiwa itu berlangsung sangat mendadak dan
diluar dugaan- Pada hakekatnya tiada kesempatan lagi buat siutusan beracun untuk memberikan
pertolongan- Sementara itu Yu Hong telah mengayunkan ketiga bilah pisau terbang itu keatas dadanya.
Ternyata didalam keputus asaan, gadis ini menjadi nekad dan ingin mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri. Disaat yang amat kritis itulah mendadak terdengar seseorang membentak keras: "Tunggu
sebentar" Terdengar ujung baju terhembus angin, Kim Thi sia yang bersembunyi dibalik kegelapan tahutahu
sudah munculkan diri dengan kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan gerakan tubuh yang paling cepat ia melayang turun dihadapan Yu Hong
dan merampas ketiga bilah pisau terbang yang siap menembusi dada gadis itu.
Yu Hong yang gagal mengambil jalan pendek menjadi semakin sedih, serunya sambil menangis
pedih. "Kau jangan mengurusi aku......."
Si utusan beracun tertegun, untuk berapa saat lamanya dia seperti tak tahu apa yang mesti
dilakukan. Sebaliknya pelajar bermata saktipun sudah tak sanggup menahan diri lagi, tubuhnya robeh
terjengkang keatas tanah.
Dalam pada itu Kim Thi sia telah menyambar tubuh Yu Hong sambil berbisik:
"Kau tak boleh mati, aku mendapat pesan dari encimu Yu Kiem untuk menyelamatkan kau dari
tempat ini." Yu Hong tetap menangis tersedu, semula dia mengira ketiga bilah pisau terbang tersebut akan
mengakhiri hidupnya yang serba salah itu, siapa tahu Kim Thi sia muncul pada saatnya dan
menghindarkan dia dari kematian- Kini dia harus balik kembali dalam kehidupan nyata yang serba
merikuhkan hatinya. Membayangkan apa yang terjadi, gadis itu sedih sekali. Dia menangis sambil meronta, ia
berusaha terus untuk mencari jalan pintas.
Dalam keadaan apa boleh buat tiba-tiba terlintas sebuah keputusan dalam hatinya, Kim Thi sia
segera berpikir: "Kini Yu Hong sedang mengalami pukulan batin yang amat berat, bicara pun rasanya tak
berguna dalam keadaan begini. Lebih baik kubawa dia pergi dari sini sebelum mengambil tindakan
lebih jauh." Begitu keputusan diambil, pemuda ini tidak ragu-ragu lagi.
Dengan cepat dia menyambar pinggang Yu Hong, lalu dengan gerakan burung manyar terbang
diangkasa, tubuhnya melejit setinggi berapa kaki kemudian beranjak pergi meninggalkan tempat
tersebut. Utusan beracun serta pelajar bermata sakti yang melihat kejadian ini tentu saja tidak berpeluk
tangan belaka. Pelajar bermata sakti segera berjumpalitan dari atas tanah siap melakukan pengejaran. Ia
belum sempat melihat dengan jelas siapa gerangan orang tersebut. Tapi utusan beracun telah
melihat dengan nyata, cepat- cepat teriaknya lantang: "Kim Thi sia, persoalan ini tak ada sangkut
pautnya denganmu" Kemudian sambil melakukan pengejaran dengan gerakan burung walet menembusi awan,
melakukan pengejaran seraya berteriak: "Cepat turunkan Siau Hong ku"
Kim Thi sia sama sekali tak berpaling, sambil mengempit tubuh Yu Hong, dia belarian terus
menerjang kemuka. Sesungguhnya Kim Thi sia memiliki dasar ilmu meringankan tubuh yang amat sempurna
ditambah lagi ia diburu oleh keadaan, tak heran kalau kecepatan larinya bagaikan terbang. Dalam
waktu singkat berapa puluh li telah ditempuh tanpa terasa. Yu Hong yang berada dalam
pelukannya tetap meronta dan menjerit-jerit. "Lepaskan aku, lepaskan aku......."
"Yu Hong, aku adalah Kim Thi sia, bukan orang jahat. Aku datang untuk menolongmu" ujar Kim
Thi sia sambil meneruskan larinya.
"Aku tak perduli siapakah kau,pokoknya kau harus lepaskan aku, aku tak perlu ditolong. Aku
ingin mati saja....." Yu Hong tetap menangis sambil menjerit-jerit.
"Tidak bisa, demi cicimu, kau harus hidup,....."
"Kau tak usah mengurusi aku, aku tak mau hidup,...." Kemudian sambil meronta dengan
sepenuh tenaga teriaknya lagi: "Aku tak perduli siapakah kau, pokoknya aku tak mau hidup,....." ^
Kim Thi sia bukan seorang pemuda yang pandai berbicara, sekalipun dia ingin membujuk dan
menghibur gadis tersebut, akan tetapi tak sepatah katapun yang mampu diutarakan.
Dalam bingungnya diapun mengambil keputusan untuk tidak menggubris perkataan Yu Hong
lagi, sambil menutup telinganya dia melanjutkan perjalanannya dengan sepenuh tenaga.
Utusan beracun melakukan pengejaran secara ketat, caci maki yang keras bergema tiada
hentinya. Sebentar suaranya amat jauh tapi sebentar lagi makin dekat, jelas kakek jelek itu masih
mengikuti terus jejaknya tanpa berhenti.
Peluh sebesar kacang kedele telah bercucuran keluar membasahi seluruh tubuh Kim Thi sia.
Mendadak...... Dalam larinya itu Kim Thi sia telah menemukan suatu peristiwa yang mengejutkan hati.
Ternyata seluruh badan Yu Hong telah basah oleh darah, suara teriakan dan rontaanya waktu
itu makin lama makin melemah.
Ternyata dalam keputus asaannya Yu Hong jadi nekad dan melakukan suatu tindakan bedoh.
Dengan sepasang tangannya dia mencakari luka didadanya akibat tusukan pisau terbang tadi
kemudian merobeknya keras-keras.
Dengan perbuatan ini, mulut lukanya menjadi makin melebar, darah segarpun mengucur keluar
makin deras. Bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung lebih jauh, dapat dipastikan akhirnya Yu Hong
akan tewas dalam keadaan mengenaskanDalam kagetnya Kim Thi sia segera menghentikan larinya dan membaringkan gadis tersebut
keatas tanah, serunya cemas: "Mengapa sih kau...... kau ingin mati?"
Si utusan beracun yang menyusul datang segera dibuat tertegun pula setelah menyaksikan
peristiwa ini. "ooooh, Siau Hong kusayang....." teriaknya keras. "Mengapa kau membuat senekad itu?" Yu
Hong meludah keatas tanah dan mengumpat:
"Hmmm, bedebah tutup mulutmu kau tahu aku amat membencimu kalau bisa aku ingin makan
dagingmu dan disaat telah mati akan kugigit sukmamu....."
"Yu Hong, jangan banyak bicara, darah mengalir amat deras" bujuk Kim Thi sia. Pelan-pelan Yu
Hong berpaling, dengan pandangan berterima kasih dia berbisik: "Aku merasa berterima kasih
sekali dengan maksud baikmu......"
Kemudian setelah mengatur napasnya terengah-engah, katanya lebih lanjut:
"Harap kau membantu aku untukmeng ir pergi sisetan tua ini"
"Kenapa?" tanya Kim Thi sia tertegun.
Sambil tertawa hambar sahut gadis itu: "Disaat ajalku hampir tiba, aku tak sudi melihat dia lagi"
Kim Thi sia segera berpaling kearah utusan beracun dan bentaknya keras- keras: "Nah, sudah
mendengar belum?" Utusan beracun berdiri tertegun, dia seperti tidak mendengar apa yang sedang dikatakan
pemuda itu. Terdengar Yu Hong berseru lagi:
"Kuharap kau suka melihat diwajah ciciku untuk mengusirnya secepat mungkin"
Tiba-tiba utusan beracun maju berapa langkah kemuka, serunya keras-keras: "Siau Hong,
mengapa kau harus berbuat begini?"
sebelum sinona menjawab, Kim Thi sia telah membentak lagi dengan suara keras: "Utusan
beracun, kau sudah mendengar belum" Ayoh cepat enyah dari sini"
"Kim Thi sia, kunasehati dirimu, lebih baik jangan mencampuri urusan ini" bentak utusan
beracun mulai berang. "Tidak bisa, aku telah mendapat titipan seseorang, bagaimanapun jua aku tetap akan
mencampuri urusan ini."
"Tapi sekarang akupun telah mengambil keputusan-...." seru utusan beracun keras.
"Apa yang kau putuskan?"
"Barang siapa berusaha untuk memisahkan aku dengan Siau Hong......."
"Kau hendak beradu jiwa dengannya bukan?" jengek Kim Thi sia sambil tertawa sinis.
"Hmmm, kau harus tahu aku si Utusan beracun Hoa Chin bukan manusia sembarangan yang
bisa dipermainkan dengan begitu saja"
"Haaaah.....haaaah.....haaaaah.....memangnya kau anggap aku takut kepadamu?"
"Ilmu pedang beracun pencabut nyawaku tiada tandingan didunia ini, kuharap kau jangan
menghantar kematian gara-gara urusan ini" ancam utusan beracun dengan wajah serius.
"oooh, jadi kau hendak menakut-nakuti aku?"
"Aku harap kau jangan berlagak terus......"
"Siapa bilang aku berlagak" Aku selalu bersungguh-sungguh"
"Kau tahu apa akibatnya bila seseorang terkena serangan ilmu pedang beracun pencabut
nyawaku?" "Paling banter mati keracunan"
"Hmmm, kalau cuma sederhana begitu, percuma orang lain menjuluki aku sebagai Utusan
beracun" kata kakek jelek itu sambil tertawa dingin tiada hentinya.
"Jadi masih ada kehebatan lainnya?" tanya Kim Thi sia dengan perasaan ingin tahu.
"Aku mempunyai sebilah pedang mestika yang berbentuk seperti ular, pedang itu bernama
pedang ular beracun"
Seraya berkata, pelan-pelan dia meloloskan pedang ular beracunnya dari dalam sarung. Hawa
dingin yang menggidikkan hati segera memancar keempat penjuru. Kim Thi sia tidak berbicara, dia
hanya tertawa sambil mengawasi gerak gerik lawannya.
Dengan suara keras kembali si utusan beracun membentak:
"Bila kau tahu diri, kuanjurkan lebih baik pergilah dari sini secepatnya"
Kim Thi sia segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah.....haaaah.....haaaah......bila aku segera angkat kaki dengan begitu saja, maka
percuma aku Kim Thi sia....."
"Kenapa?" "Percuma orang persilatan mengatakan diriku sebagai manusia yang paling sudah dihadapai"
Baru selesai perkataan itu, mendadak ia berdiri tertegun lalu membungkam diri dari dalam
seribu bahasa. Sebaliknya si utusan beracun segera berseru sambil tertawa dingin:
"Tentunya kau sudah tahu akan kelihayan sentilan sakti pasir pembingung sukma ku bukan?"
Ternyata menggunakan kesempatan disaat pembicaraan masih berlangsung tadi, dia telah
menyentilkan jari tangannya kedepan memancarkan selapis kabut tipis yang tak berwujud tapi
terendus bau harum. Bgeitu mencium bau harum yang sangat aneh, Kim Thi sia segera sadar bahwa keadaannya
sangat tidak menguntungkanSekarang dia baru sadar bahwa nama besar si utusan beracun memang bukan bernama ong
belaka. Cepat-cepat pemuda itu menutup pernapasannya dan mencoba melawan pengaruh racun
tersebut dengan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna.
Belum selesai ia bersemedi, utusan beracun kembali telah membentak nyaring:
"Bocah keparat, aku akan segera mengirimmu untuk berpulang kealam baka......."
Pedang ular beracunnya dengan menciptakan beribu-ribu lapis bayangan ular secepat petir
menyerang kedepan. Perlu diketahui, si utusan beracun memiliki tiga andalan ilmu beracunnya yang mematikan.
Ilmu beracunnya yang pertama adalah sentilan pasir pembingung sukma. Ilmu beracunnya
yang kedua adalah ilmu pedang pencabut nyawa.
Sedangkan ilmu beracunnya yang ketiga merupakan kepandaiannya yang paling ampuh. Racun
tersebut disemburkan lewat mulut dan disebut sebagai "semburan darah".
Begitulah keadaan dalam arena saat itu, sementara melancarkan serangan dengan pedang
mautnya, si utusan beracun tiada hentinya me nyentilkan pasir-pasir pembingung sukma. Bahkan
dari mulutnya menyemburkan pula kabut berwarna hitam yang segera menyelimuti seluruh
angkasa. Kim Thi sia benar-benar terdesak hebat, untuk menghadapi serangan tiga macam racun
sekaligus dia menjadi kelabakan setengah mati.
Untuk berapa saat lamanya kim Thi sia tak tahu apa yang mesti diperbuatnya, berulang kali dia
mengganti gerak tubuhnya tapi selalu terdesak mundur dengan sempoyonganDalam pada itu Yu Hong yang berbaring diatas tanah dapat menyaksikan semua peristiwa tadi
dengan jelas. berbicara sejujurnya, dia belum ingin mati, paling tidak ia belum ingin mati sebelum mendapat
pengertian dari kekasihnya.
oleh sebab itu dia berharap Kim Thi sia bisa mengalahkan si utusan beracun, menghancurkan
tua bangka yang memuakkan itu.
Dalam keadaan begini untuk ikut terjun kearena dan membantu Kim Thi sia, maka diam-diam
iapun berdoa: "ooooh Thian, berilah kekuatan untuk Kim Thi sia sehingga dia mampu mengalahkan tua
bangka jahanam itu" Sementara itu Kim Thi sia bergerak mundur terus sambil secara diam-diam mengeluarkan ilmu
Ciat khi mi khi nya. Rupanya dalam keadaan terdesak tadi, tiba-tiba saja Kim Thi sia mendapatkan sebuah pikiran
yang sangat aneh pikirnya:
"Betapapun lihaynya si utusan beracun, bukankah tubuhnya pun terdiri dari darah dan daging"
Kalau dia bisa menyimpan hawa beracun didalam tubuhnya tanpa merugikan diri sendiri, mengapa
aku tak mencoba mempergunakan ilmu ciat khi mi khi untuk menghisap dan menyimpan pula
didalam tubuhku. .....?"
Karena berpendapat begitu, maka diapun segera mencoba untuk membuktikan pendapatnya
ini. Alhasil ia berhasil mengalami sebuah penemuan yang sangat aneh.
Sebagaimana diketahui, apa bila seseorang menghisap hawa beracun kedalam tubuhnya, maka
sekujur badannya akan berubah menjadi amat beracun, dan bila hawa racun itu kemudian dipakai
untuk melawan racun akibatnya tawarlah kemampuan racun tersebut.
Dengan teori ini pula, hawa racun yang terhisap didalam tubuhnya melalui ilmu Ciat khi mi khi
membuat daya racun tersebut sama sekali menjadi hambar dan tak berguna.
Sekalipun begitu disaat sari racun mulai menyerang tubuhnya, timbul juga daya reaksi yang
cukup keras. Hal mana membuat Kim Thi sia merasakan kepalanya pusing tujuh keliling dan
tubuhnya mundur dengan sempoyongan.
Si utusan beracun yang menyaksidkan kejadian tersebut menjadi amat girang, dia segera
memperketat serangannya. Melihat itu, Kim Thi sia segera berpikir:
"Biarpun dengan ilmu ciat khi mi khi aku berhasil menawarkan daya pengaruh hawa racunnya,
tapi aku harus bertindak lebih berhati- hati jangan sampai tubuhku dilukai oleh pedang ular
beracunnya......." Berpikir begitu, pedangnya segera diputar dengan kencang menciptakan selapis bayangan
pedang yang menyelimuti seluruh angkasa.
Dalam serangannya kali ini, ilmu pedang yang dipergunakan adalah ilmu pedang Panca Buddha.
Seandainya bukan terpengaruh oleh hawa beracun, sudah dapat dipastikan ilmu pedang
pencabut nyawa dari siutusan beracun itu tidak memiliki daya kemampuan yang luar biasa.
Apa lagi bila dibandingkan dengan kehebatan ilmu pedang panca Buddha, boleh dibilang
ketinggalan jauh sekali. Beruntung Kim Thi sia masih pusing kepalanya hingga serangannya tidak mengena kurang
tepat, sehingga untuk Sementara waktu posisi mereka tetap berimbang.
Dalam waktu Singkat puluhan gebrakan sudah lewat tanpa terasa. Mendadak terdengar si
utusan beracun berteriak keras:
JILID 52 "Bocah keparat, paras muka sudah mulai berubah menjadi kehitam-hitaman-...."
"Aku mengerti"jawab Kim Thi sia masih bertarung dengan penuh semangat. "Tahukah kau,
bahwa kau segera akan mati?"
"Aku tak mungkin akan mati"
"Apakah kau sama sekali tidak merasakan apa-apa?"
"Tentu saja ada"
"Bagaimana perasaanmu sekarang?"
"Mulutku kering, sekujur badanku terasa panas sekali."
Mendengar itu, si utusan beraCun segera tertawa terbahak-bahak. serunya Cepat:
"Haaah.....haaah.....haaah.....bagus sekali, itu tandanya saat kematianmu sudah hampir tiba"
"Aku sama sekali tidak berpendapat begitu....." jengek Kim Thi sia sambil tertawa nyaring.
"Tak lama kemudian kau akan kehilangan sama sekali seluruh tenaga dan kekuatanmu."
"Tidak mungkin, saat ini aku justru merasakan tenaga dalamku meningkat tajam. Bukan
mundur malahan kuperoleh kemajuan yang luar biasa sekali......"
"Kau sedang bohong"
"Jadi kau tak perCaya" baiklah, aku akan segera membuktikan kepadamu......"
"Bagaimana cara membuktikan?" si utusan beracun mulai ragu-ragu dan curiga.
"Tak ada salahnya jika kita beradu kekerasan"
"Kalau sampai begitu, berarti kau akan segera roboh."
Sekalipun pertarungan diantara mereka berdua berlangsung amat seru, namun kedua belah
pihak sama-sama menghindari suatu pertarungan kekerasan, sehingga untuk berapa saat lamanya
kedua belah pihak sama-sama bertahan seimbang. Ketika ucapan mana diutarakan, si Utusan
beracun menjadi amat bergirang hati. Diam-diam pikirnya :
"Bocah keparat ini sudah keracunan hebat, kenapa aku mesti takut untuk beradu kekerasan
dengannya?" Berpendapat begitu, buru-buru sahutnya: "Baiklah"
Kim Thi sia sendiripun merasa amat gembira setelah mendengar persetujuan itu, katanya
kemudian: "Kalau memang setuju, bagaimana kalau kau segera menyerang dengan jurus pedangmu?"
"Jurus serangan apa sih yang hendak kaupergunakan?" tiba-tiba saja si utusan beracun
bertanya. Sesungguhnya pertanyaan semacam ini merupakan pantangan terbesar bagi umat persilatan
dan tak mungkin ada orang yang bersedia menyebutkan jurus serangan yang hendak digunakan
itu kepada musuhnya. Tapi Kim Thi sia justru menjawab dengan polos.
"Aku akan pergunakan jurus "pedang menunjuk langit selatan" dari Ilmu pedang panca
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buddha." "Bagus sekali" si utusan beracun segera mendengus dingin.
"Dan kau sendiri akan menggunakan jurus apa?" tanya Kim Thi sia kemudianUtusan beracun sama sekali tidak menjawab pertanyaan itu, dengan mulut membungkam dia
menggerakkan pedangnya langsung menyerang kedepan. Sambil melancarkan terkaman kilat
bentaknya keras-keras: "Aku akan pergunakan jurus seranganku ini untuk memenggal batok
kepalamu." Jurus serangan yang dipergunakan saat itu merupakan jurus tertangguh dari ilmu pedang
pencabut nyawa. Kim Thi sia sama sekali tidak menjadi gugup dengan tenaganya dia sambut datangnya
serangan musuh dengan jurus "kecerdikan menguasahi seluruh langit." "Traaaanggg......"
Benturan nyaring yang amat memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan-Dengan
amat terkesiap si utusan beracun berseru: "Ternyata kau.....kau......."
Rupanya dia hendak berkata begini kepada Kim Thi sia:
"Ternyata kau menipu ku, kau tidak menggunakan jurus "Pedang menuding langit selatan"
seperti yang dikatakan tadi......"
Atau mungkin juga dia hendak berkata begini:
"Ternyata kau sama sekali tidak terluka oleh racunku ternyata tenaga dalammu masih
sempurna....." Apa yang sebenarnya hendak dikatakan tak akan diketahui oleh siapapun, sebab pada saat
itulah.... Sambil membentak keras Kim Thi sia melancarkan tiga buah serangan dahsyat secara
beruntun. Diiringi jeritan ngeri yang memilukan hati, si utusan beracun segera tertusuk oleh serangan
maut itu dan roboh binasa keatas tanah.
Memandang mayat yang terkapar didepan mata, Kim Thi sia menghembuskan napas panjang
kemudian memasukkan kembali pedangnya kedalam sarung.
Dalam pada itu, Yu Hong yang berbaring diatas tanah dapat mengikuti semua peristiwa
tersebut dengan amatjelas, melihat orang yang dibencinya telah binasa, sekulum senyum
kepuasan segera tersungging dibibirnya. la berusaha meronta bangun, lalu serunya: "Aku..... aku
merasa gembira sekali."
"Kau benar-benar gembira?" tanya Kim Thi sia sambil berjalan menghampirinya. Yu Hong
tertawa hambar. "Setelah utusan beracun menemui ajalnya secara tragis ditanganmu, biar matipun aku akan
mati dengan perasaan tenang."
"Jangan menyebut soal mati, aku tak senang mendengar kata-kata semacam itu...." buru-buru
Kim Thi sia berseru. Yu Hong membelalakan sepasang matanya lebar-lebar, kemudian berkata lagi:
"Sebelum ajalku tiba, aku berharap....."
"Apa harapanmu?"
"Aku harap kau sudi membopongku dan pergi menjumpai sipelajar bermata sakti......"
pinta Yu Hong dengan napas tersengkal-sengkaL "Tidak bisa"
"Tegakah kau melihat aku mati dengan membawa rasa sesal yang berkepanjangan?"
"Saat ini gedung Siau yau li sedang diliputi kekalutan yang luar biasa, bila kita harus kembali
kesitu, jiwa kita bakal terancam bahaya maut......^"
Yu Hong segera menghela napas panjang setelah mendengar perkataan itu, ucapnya
kemudian: "Aaaai, aku memang tak bisa menyalahkan dirimu^ Kau memang tidak pantas membawaku
pergi menyerempet bahaya."
"Bukannya aku takut pergi menyerempet bahaya."
"Kalau begitu aku mohon bantuanmu" desak Yu Hong.
Perkataan tersebut diutarakan dengan perasaan amat sedih dan nada yang bersungguhsungguh,
dalam keadaan begini biarpun seseorang berhati sekeras bajapun tentu akan luluh
dibuatnya. Kim Thi sia mengangguk juga akhirnya, dia berkata: "Baiklah kalau begitu."
Dengan cepat dia menggendong Yu Hong kemudian dengan langkah lebar berlarian kembali
kegedung Siau yau lo. Sepanjang jalan darah mengucur keluar dengan derasnya dari mulut luka Yu Hong kondisi
tubuhnya yang sudah lemah kini semakin lemah lagi.
Sebetulnya Kim Thi sia sudah berlarian dengan sepenuh tenaga, kecepatan larinya luar biasa
sekali. Tapi sepanjang jalan tiada hentinya Yu Hong berseru: "Ayolah cepatan sedikit......cepatan
sedikit......" Mendadak..... Dari depan situ muncul seseorang yang berjalan mendekat dengan langkah sempoyongan.
Begitu bertemu dengan orang tersebut, Yu Hong segera berteriak keras-keras. "Lepaskan aku,
turunkan aku......."
Ternyata orang yang muncul dari depan situ tak lain adalah sipelajar bermata sakti. cepat-cepat
Kim Thi sia menurunkan tubuh Yu Hong dari bopongannya.
Entah dari mana datangnya kekuatan, ternyata Yu Hong dapat bangkit berdiri dan menatap
wajah pelajar bermata sakti dengan wajah termangu-mangu.
Waktu itu seluruh badan sipelajar bermata sakti telah berlumuran darah, tapi keadaannya
mengerikan sekali. Tapi pemuda itu masih berusaha mempertahankan diri, agaknya sebelum ajalnya tiba dia ingin
menjumpai Yu Hong lebih dulu, sehingga dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya dia
menempuh perjalanan jauh untuk mencari gadis itu.
Kini kedua orang tersebut telah berdiri saling berhadapan, namun kedua belah pihak samasama
terbungkam dalam seribu bahasa.
Kim Thi sia merasa terharu sekali melihat adegan ini, untuk berapa saat dia sampai berdiri
tertegun tanpa berbicara.
Mendadak terdengar pelajar bermata sakti dan Yu Hong saling menyebut nama lawannya,
kemudian berlarian kedepan, saling berpelukan dengan kencang dan bersama-sama roboh
terjungkal keatas tanah. Akhirnya disaat ajal hampir tiba, sepasang kekasih ini dapat bertemu kembali satu dengan
lainnya. Mereka bertemu tanpa berbicara.... berpelukan tanpa kata-kata.....dalam keadaan tanpa bicara
dan saling berpelukan inilah kedua orang tersebut menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Kim Thi sia yang menyaksikan kesemuanya itu hanya bisa menghela napas panjang.
Sementara itu..... Matahari sudah condong kelangit barat, tapi cahaya api dari arah gedung siau yau lo masih
berkobar dengan hebatnya. Pertarungan masih berlangsung amat seru, percikan darah masih
menyebar menodai seluruh permukaan tanah.
Dengan perasaan sedih Kim Thi sia mengubur jenasah Yu Hong dan sipelajar bermata sakti
ditepi jalan. Kemudian setelah berdoa sebentar didepan pusara kedua orang itu, pelan-pelan ia berjalan
menelusuri tepi hutan. Tiba-tiba dia merasa lapar, segera pikirnya:
"Perutku sudah mulai sekarang, perduli amat dengan urusan di gedung Siau yau lo kenapa aku
tidak mengisi perut dulu?"
Dengan langkah cepat pemuda itu berlarian menuju kearah sebuah rumah penduduk yang
berada tak jauh dari tepi jalan.
dalam anggapannya dirumah penduduk itu tentu akan diperoleh makanan paling tidak dia tak
sampai kelaparan. Siapa sangka walaupun ia sudah berteriak berulang kali didepan rumah, ternyata tak
seorangpun yang menyahut.
Dengan perasaan ingin tahu ia segera membuka pintu rumah dan nyelonong masuk kedalam.
Pada saat itulah mendadak......
Sebilah pedang tajam tahu-tahu sudah meluncur dengan langsung mengancam dada anak
muda itu. Tergopoh-gopoh Kim Thi sia mengeluarkan jurus "bintang bergerak komet bergeser" untuk
meloloskan diri dari ancaman mana. Setelah itu dengan perasaan tegang bentaknya keras-keras:
"Jagoan darimana yang bersembunyi disitu" Berani amat main sergap siauyamu?"
Seraya membentak pemuda itu mengawasi sekeliling ruangan dengan seksama, dengan cepat
dijumpainya mayat bergelimpangan disana sini, ada mayat lelaki ada pula mayat perempuan.
Mendadak dari antara mayat- mayat tersebut ia menemukan selembar raut muka yang amat
dikenal olehnya, dengan suara keras segera teriaknya: "Ooooh, rupanya kau......"
Ternyata orang yang dimaksud adalah Nyoo Soat hong.
Waktu itu Nyoo soat hong pun telah mengetahui bahwa sipendatang adalah Kim Thi sia, sambil
tertawa serunya: "Engkoh Thi sia"
"Adik Nyoo....." teriak Kim Thi sia pula.
Pertemuan yang sangat mendadak dan sama sekali diluar dugaan ini membuatnya berdiri
menjublak, hampir saja ia tak mampu bergerak. Nyoo Soat hong segera berseru lagi:
"Engkoh Thi sia, kau tak usah takut, aku yang menyerangmu tadi."^
"Jadi kau yang menyambitku dengan pedang?" seru Kim Thi sia dengan wajah tertegun.
"Yaa, maklumlah aku tidak tahu kalau orang tersebut adalah kau......"
Melihat Kim Thi sia masih berdiri termangu-mangu, kembali gadis itu berkata: "Tak usah kuatir,
kecuali aku disini hanya ada mayat-mayat belaka."
"Mengapa kau harus berbaring diantara tumpUkan mayat?" seru Kim Thi sia keheranan, dengan
langkah cepat ia maju mendekati.
Tapi belum selesai perkataan itu diutarakan, kembali ia berteriak kaget: "ooooh adik Nyoo,
siapa yang telah mencelakai dirimu hingga menjadi begini rupa?"
Ternyata separuh tubuh bagian bawah Nyoo Soat hong telah hancur dan berlumuran darah.
Sambil tertawa gadis itu menukas.
"Engkoh Thi sia, lebih baik kita tak usah membicarakan persoalan seperti ini."
"Tapi kau ahrus memberitahukan kepadaku, aku hendak membalaskan dendam bagimu"
"Tidak usah" si nona tertawa hambar.
"Apakah kau tak ingin menuntut balas atas sakit hati ini?"
"Bukannya aku tak mau menuntut balas, karena orang yang mencelakai diriku sebagian besar
telah kubunuh sampai mati."
Mendengar ucapan mana Kim Thi sia segera berseru tertahan.
"Aaaah, tak kusangka kau benar-benar seorang jagoan wanita yang luar biasa."
Nyoo Soat hong tertawa lirih, katanya kemudian:
"Engkoh Thi sia, aku hendak memberitahukan sesuatu kepadamu....."
Tampaknya luka yang diderita amat parah, ketika berbicara sampai disitu napasnya sudah
nampak tersengkal-sengkaL
"Apa yang hendak kau bicarakan" Katakan cepat?" buru-buru Kim Thi sia berseru.
"Sebetulnya banyak persoalan yang hendak dibicarakan, tapi sayang tidak banyak waktu yang
tersedia........" "Kalau begitu katakan yang penting-penting saja."
"Soalpertama, toako.......dia telah tewas."
"Apa?" seru Kim Thi sia tertegun.
Sebagaimana diketahui toako yang dimaksud Nyoo Soat hong adalah Nyoo Jin hui, padahal dia
adalah saudara angkat Kim Thi sia. Itulah sebabnya pemuda tersebut menjadi sedih sekali setelah
mendengar berita kematian itu, tanpa terasa titik air mata jatuh bercucuran.
"Toa ko tewas dikarenakan. ...... "
"Karena apa?" tukas Kim Thi sia cepat.
"Dia tewas karena lentera hijau....." pelan-pelan Nyoo Soat hong menghembuskan napas
panjang. "Ia tewas lentera hijau?" seru Kim Thi sia dengan perasaan amat terperanjat. setelah berhenti
sejenak, Nyoo Soat hong berkata lebih jauh:
"Kami telah bersua dengan lima naga burung hong, ternyata siburung hong Lam Peng memiliki
lentera hijau" "Yaa benar, dia memang mendapatkan benda tersebut dari tanganku." Kim Thi sia
membenarkan dengan perasaan dendam.
"Toako telah tewas ditangan lima naga dan burung hong, sedang akupun sudah habis......"
"Kau tak usah kuatir" Kim Thi sia mencoba menghibur. "Merekapun tak akan memperoleh akhir
yang baik." "Kini mereka telah berkomplot dengan Dewi Nirmala."
"Aaaah......." dengan perasaan terkejut Kim Thi sia berseru tertah an. "Sama sekali tak
kusangka semua orang jahat didunia ini telah berkumpul menjadi satu."
"Dengan berkomplotnya mereka, berarti daya pengaruh orang-orang itu menjadi bertambah
besar, kau mesti bersikap hati-hati."
"Aku sama sekali tak takut kepada mereka" ucap Kim Thi sia dengan gagah.
"Setahuku, saat ini mereka sedang berkumpul didalam Lembah Nirmala......"
"Bagus sekali, aku tentu akan pergi menjumpai mereka......"
"Kau harus merampas kembali lentera hijau itu" buru-buru Nyoo Soat hong berseru.
"Soal ini......." Kim Thi sia jadi tertegun dan gelagapan sendiri.
Agaknya Nyoo Soat hong dapat menemukan keanehan itu, dengan cepat dia menegur: "Apakah
kau menjumpai suatu kesulitan?"
Kim Thi sia adalah seorang pemuda yang jujur, dengan cepat ia berterus terang:
"Dihadapan Lam Peng aku pernah bersumpah tidak akan merebut kembali lentera hijau dari
tangannya." "Kenapa?" tanya Nyoo Soat hong tercengang.
Secara ringkas Kim Thi sia segera menceritakan apa yang telah dialaminya kepada gadis
tersebut. Nyoo Soat hong mendengarkan keterangan itu dengan tenang, kecuali sering terbatuk-batuk
dan muntah darah, dia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun. Sampai lama
kemudian...... Akhirnya Nyoo Soat hong menghela napas dan berkata:
"Aaaaai......kalau jadi orang jujur seperti kau, memang selamanya kerugian yang diperoleh."
Kim Thi sia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa. Kembali Nyoo Soat hong berkata:
"Aku merasa ajalku sudah hampir tiba, kuharap....kau.....kau bisa menjaga diri baik-baik."
Dengan cepat Kim Thi sia memeluk gadis itu kedalam pelukannya, lalu berseru dengan pedih.
"Tidak kau tak akan mati, kita akan berada bersama untuk selamanya....."
"Moga-moga saja begitu" Nyoo Soat hong tertawa pedih.
"Selain itu kita tak akan berpisah kembali, kita tak akan berpisah kembali......." sambung Kim
Thi sia dengan penuh luapan emosi.
Mungkin terdorong oleh luapan emosi yang berkobar-kobar sehingga sewaktu berbicara,
suaranya seperti orang sedang berteriak.
Pukulan batin yang diterima selama berapa hari ini terasa amat berat baginya. Pertama-tama
adalah kematian dari Yu Hong. Dilanjutkan kemudian dengan kematian dari Yu Hong.
Kini, dia hanya bisa memeluk tubuh Nyoo Soat hong sambil menangis tersedu-sedu.
Ia rela menyerahkan seluruh cinta kasihnya kepada gadis tersebut asal ia mati,
tapi......mungkinkah hal ini bisa terjadi"
Dan kini Nyoo Soat hong telah menghembuskan napas nyayang terakhir didalam pelukannya.
Dalam keadaan begini, ia tak bisa berbuat lain kecuali menangis sambil berteriak: "Adik Nyoo,
jangan tinggalkan aku...^ jangan tinggalkan aku......"
Tapi mungkinkah gadis tersebut dapat hidup kembali"
Sementara itu, Lin lin sedang menanti kedatangan Kim Thi sia di "GUbuk.".
Hari demi hari dia menanti tanpa melihat kekasihnya kembali, ketika kesabarannya sudah mulai
hilang, tiba-tiba suatu hari ia menerima sepucuk surat. Rupanya surat itu dikirim oleh si Unta.
Ketika ia selesai membaca surat tadi, perasaan hatinya menjadi amat terperanjat sehingga
gadis itu cepat- cepat berangkat meninggalkan "gubuk". Ternyata surat itu bertuliskan begini:
"Nona Lin lin..... Engkoh Thi sia mu meski menempuh perjalanan bersama kami, namun
ditengah perjalanan ia telah bertarung dengan orang lain sehingga tidak datang kegedung Siau
yau lo bersama-sama kami."
Bila dihitung waktunya, kemungkinan sekali engkoh Thi sia mu sudah berada digedung Siau yau
lo sekarang. Menjelang mag rib tadi, pertarungan sengit telah berkobar digedung Siau yau lo. Pertarungan
ini merupakan suatu pertempuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mayat bertumpuktumpuk
membukit, darah segar bercucuran menganak sungai, tapi kami tak pernah bersua
kembali dengan engkoh Thi sia mu. Bukankah kau merasa amat kuatir"
Aku tahu, kau tentu amat kuatir itulah sebabnya tak ada salahnya bila kau pun segera datang
kemari untuk menengok sendiri keadaan ditempat ini. Tertanda "Unta"
Tatkala Lin lin selesai membaca isi surat tersebut, perasaan hatinya menjadi amat berat, dia
bingung dan kesal. Yang paling menguatirkan adalah keselamatan jiwa Kim Thi sia yang telah pergi dan hilang
jejaknya itu. Dengan membawa perasaan sedih dan kuatir, berangkatlah Lin lin menuju kearah gedung siau
yau lo. Akhirnya dibelakang kebun gedung tersebut mereka berhasil menemukan Kim Thi sia.
Waktu itu Lin lin merasa kegirangan setengah mati, dia ingin segera maju mendekatinya,
namun apa yang kemudian terlihat membuat hatinya amat kecewa. Sambil tertawa si unta segera
berkata: "Sungguh tak disangka bocah keparat itu telah bersua kembali dengan seorang gadis cantik
disini......." Tiba-tiba ia seperti merasa telah salah berbicara, cepat- cepat sambungnya kembali: "Lin lin
tunggulah sejenak disini, biar aku pergi memanggilnya."
"Tidak usah" sahut Lin lin dengan air mata bercucuran"Kenapa?" si unta agak tertegun.
"Saat ini dia sedang memeluk gadis tersebut, mengapa kita harus mengusik ketenangannya" "
"Tapi...... mengapa kau memandang persoalan ini begitu serius....."
"Tentu saja, aku memang menganggap serius persoalan ini." Mendengar itu, si unta segera
menghela napas panjang. Terdengar Lin lin berkata lagi:
"Alu tidak tahan melihat dia memeluk gadis itu dengan begitu hangat dan mesrah."
"Aku bisa menyuruh dia datang minta maaf kepadamu" bujuk si unta sambil tertawa.
"Persoalan semacam ini tak mungkin bisa diselesalkan dengan cuma minta maaf saja."
"Lalu apa keinginanmu sekarang?"
"Aku tak ingin berbuat apa-apa"
"Apakah kau tak ingin bertemu denganku lagi?" Lin lin tertawa hambar.
"Untuk saat ini tidak, entah kalau hatiku yang duka telah bisa kuatasi dan pikiranku yang
sempit bisa kubuka......"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau....." Lin lin hanya menggelengkan kepalanya berulang kali, sementara air matanya jatuh berlinang
membasahi pipinya. "Nona Lin lin, kau jangan bersedih hati......." cepat-cepat si unta berusaha membujuk.
Pelan-pelan Lin lin membasuh air matanya yang meleleh membasahi pipinya, kemudian
berkata: "Tuan Unta, mari kita pergi dari sini."
"Bagaimana dengan Kim Thi sia.....?"
"Biarkan dia memeluk gadisnya itu."
"Tapi......." "sudahlah, tak usah banyak berbicara lagi, aku ingin secepatnya pergi dari sini."
"Mendadak?" "Aku hendak pergi dari sini untuk sementara waktu dan tak ingin bertemu dengannya dalam
jangka waktu tertentu."
"Tapi kemana kau hendak pergi?"
"Aku berniat mencari sebuah tempat yang sepi dan hidup sebagai rakyat biasa disitu. Siapa
tahu hatiku yang lara bisa terobati dan suatu ketika aku bisa menerima kehadirannya kembali"
"Tapi, mana boleh kau berbuat begitu?"
"Aaaai......aku tidak ingin kau merintangi niatku ini, aku cuma berharap kau bisa menemani aku
selama ini......kuharap kau tidak menampik permohonanku ini........"
"Baiklah, untuk sementara waktu aku akan melindungi keselamatan jiwamu, moga-moga saja
kau bisa cepat berubah pikiran-....."
"Kalau memang begitu, mari kita tinggalkan tempat ini secepatnya....." Si unta manggutmanggut.
Maka berangkatlah Lin lin, gadis yang bersedih hati itu meninggalkan tempat tersebut diiringi si
Unta. Bayangan tubuh mereka makin lama makin mengecil akhirnya lenyap dikejauhan sana. Kim Thi
sia tersadar kembali dari lamunannya, lalu menghela napas panjang.
Nyoo Soat hong yang berada dalam pelukannya sudah lama menghembuskan napas yang
penghabisan- Kematian Nyoo Soat hong nampak begitu tenang, seakan-akan ia tidak merasa berat hati untuk
meninggalkan dunia ini. Menjelang malam, pemuda tersebut kembali berkerja keras untuk mengubur jenasah gadisnya.
Perasaan Kim Thi sia saat itu amat kaku dan bingung.
Seusai berdoa didepan pusara Nyoo Soat hong, dengan langkah agak gontai ia berjalan kembali
menuju ke Gedung Siau yau lo.
Tampak pertempuran sengit yang berlangsung ditempat itu sudah mencapai titik terakhir, tapi
suasana disitu benar-benar amat seram dan menggidikkan hati.
Sepanjang jalan yang dijumpai hanya mayat- mayat yang bergelimpangan diatas genangan
darah. Ada yang lengannya kutung, ada pula yang kakinya terpapas kutung.
Tapi Kim Thi sia sama sekali tak acuh terhadap mayat- mayat tersebut, dengan memegang
pedangnya erat-erat dia melanjutkan perjalanannya menuju kearah gedung Siau yau lo.
Mendadak ia menyaksikan ada serombongan besar jago persilatan yang berkumpul disuatu
tempat, rombongan itu terdiri dari empat, lima puluhan orang.
Dari keempat, lima puluhan orang itu, mereka terbagi dalam dua barisan yang berdiri saling
berhadapan. orang-orang yang berada disebelah kiri mengenakan pakaian berwarna kuning, mereka adalah
kawanan jago dariperkumpulan cahaya emas.
Sedangkan orang-orang yang berada disebelah kanan memakai baju berwarna hitam, mereka
adalah orang-orang perkumpulan Tay sang pang.
Rupanya kedua belah pihak saling menghentikan pertarungan karena ditengah arena saat itu
sedang berlangsung pertarungan sengit antara dua orang jago tangguh.
Mereka berdua tak lain dalah ciau thong kongCu melawan Khu It cing, ketua perkumpulan Tay
sang pang. Dengan pertarungan itu pula agaknya pihak perkumpulan cahaya emas dan perkumpulan Tay
sang pang ingin menentukan siapa menang pun siapa kalah dalam pertarungan tersebut. Pelanpelan
Kim Thi sia berjalan mendekati arena pertarungan itu.
tak seorang manusiapun yang merasakan kehadiran pemuda itu, sebab seluruh pikiran dan
perhatian mereka saat ini telah tertuju kearena pertarungan sehingga tak seorangpun yang
memperhatikan kedatangan Kim Thi sia.
Sesungguhnya Kim Thi sia sama sekali tidak menaruh kesan baik terhadap ciu thong kongcu,
tapi tentu saja ia tak akan membiarkan Khu It Cing hidup dengan tenang didunia
Ditengah gelap dan remang-remangnya suasana, tampak dua orang yang sedang bertarung itu
berpisah satu sama lainnya.
Agaknya suatu bentrokan kekerasan baru saja berlangsung dengan gebatnya, menang
kalahpun nampaknya segera akan ketahuanPara jago dari Tay sang pang dan perkumpulan cahaya emas sama-sama berseru tertahan,
mereka maju setengah langkah kedepan tanpa terasa untuk melihat siapa yang berhasil meraih
kemenangan dalam bentrokan itu.
Mendadak terdengar sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing tertawa terbahak-bahak.
Dengan perasaan tak senang hati, ciu thong kongcu segera menegur: "Khu It cing, apa yang
kau tertawa kan?" "Tak kusangka kau memang seorang jago muda yang tangguh" ucap Khu It cing uring-uringan"Selama puluhan tahun kulatih ilmu pukulanku, tak disangka akhirnya hanya mampu mengimbangi
permainan silat seorang bocah cilik macam kau......."
Kemudian setelah menyeka air ludahnya dia berkata lebih jauh:
"ciu tong kongcu, usiamu masih muda biarpun akhirnya harus mampus ditanganku, rasanya
kau tetap bisa merasa berbangga hati."
"Hmmm, kongcu mu berasal dari perguruan kenamaan-Justru kaulah yang harus merasa
bangga bila dapat mampus diujung pedangku."
"Sudahlah, kita tak perlu meributkan masalah tersebut lebih dulu. sebelum kau mampus nanti,
bersediakah kau untuk memberitahukan sesuatu kepadaku secara berterus terang." ciu tong
kongcu tertawa dingin. "Hmmm.. mengingat kematianmu sudah berada diambang pintu. Baiklah, kau boleh
menanyakan persoalan yang tidak kau pahami."
Khu It cing termenung sambil berpikir sejenak, kemudian baru katanya: "Berapa hari berselang
kau pernah datang kemari......"
"orang yang kau maksud bukan kongcu mu sendiri, dia adalah salah seorang duplikatku" tukas
ciu tong kongcu cepat. "oh, rupanya begitu......" Khu It cing seperti baru memahami akan sesuatu.
"Apa...." "Berapa waktu berselang, perkumpulan Tay sang pang telah membinasakan dua orang secara
beruntun, pertama adalah ciu tong kongcu......"
"Haaah....haaah.....siapa pula orang yang satunya lagi?" tanya ciu tong kongcu sambil
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"orang itupun terhitung seorang jagoan tenar didalam dunia persilatan, dia masih muda namun
memiliki ilmu silat yang cukup tangguh."
"Hmmm, tampaknya kau seperti tak berani mengatakan siapa kah orang yang kau maksudkan
itu?" ^ "Kenapa tidak berani" orang itu adalah Kim Thi sia."
Kim Thi sia yang turut mendengarkan pembicaraan tersebut menjadi kegelian, tanpa sadar ia
tertawa terbahak-bahak. Gelak tertawa yang muncul secara tiba-tiba ini sangat mencengangkan hati para jago, tanpa
terasa mereka semua sama-sama berpaling kearah mana berasalnya suara tertawa itu.
Tampaknya Kim Thi sia berdiri dengan wajah dingin dan kaku, ketika melihat semua orang
berpaling memandang kearahnya, sambil tertawa dingin ia segera berseru:
"Sekalipun aku Kim Thi sia bukan manusia yang terdiri dari tiga kepala atau sembilan lengan,
namun aku percaya orang-orang Tay sang pang tidak akan mampu berbuat apa- apa terhadap
diriku." Sambil berkata dengan pedang siap ditangan selangkah demi selangkah dia berjalan mendekati
arena. Sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing kini menjadi sangat terperanjat sekali, serunya
tertahan: "Sii.....sii......siapa kau^....?"
Kembali Kim Thi sia tertawa dingin.
"Akulah Kim Thi sia, orang yang siang malam ingin kau bunuh tapi tak pernah mampus
ditanganmu" "Kau^.....kau juga ikut datang?" kembali Khu It cing berseru tertahan ia kelihatan agak panik.
ciu tong kongcu yang menyaksikan hal tersebut kontan saja tertawa terbahak^bahak,
jengeknya dingin: "Sungguh tak disangka dua orang musuh tangguh yang ingin dibunuh oleh pihak Tay sang
pang ternyata tak seorangpun yang mampus" Kemudian setelah tertawa dingin sambungnya lebih
jauh: "Itu berarti saat kematianmu sudah hampir tiba Khu It cing...^."
Khu It cing sama sekali tidak menggubris ejekan tersebut, dan ia segera berpaling kearah Kim
Thi sia dan menegur: "sebenarnya apa maksudmu datang kemari?"
"Apa lagi, tentu saja akan memenggal batok kepalamu"
"Tidak bisa......" tiba-tiba ciu tong kongcu menyela.
"Kenapa tidak bisa?" seru Kim Thisia agak tertegun.
"Pertarunganku dengannya belum berakhir menang kalahpun belum berhasil ditentukan-"
"Tapi aku datang dengan membawa maksud ingin menuntut balas kepada bajingan tua itu."
"Kim Thi sia, lebih baik aku jangan mengambil kesempatan untuk mencari keuntungan" seru
Khu It cing pula. Kim Thi sia tertawa nyaring.
"Aku tak ambil perduli apapun perkataanmu,pokoknya aku merasa cukup beralasan untuk
datang mencabut nyawamu"
"Tapi dendam kesumat atau permusuhan apa yang terjalin diantara kita berdua?"
"Kau tentu masih ingat bukan dengan nama-nama Yu Hong, Yu Klem, Li Beng poo......."
"Jadi kau datang demi mereka semua?"
"Tepat sekali ucapanmu itu."
"Tidak bisa.......tidak bisa......." cepat- cepat ciu tong kongcu menukas kembali.
"Sudah terlalu banyak anggota perkumpulanku yang tewas ditangan mereka.Jumlahnya tak
tehitung dengan jari tangan, oleh sebab itu perkumpulan kami berhak untuk menuntut balas
kepada pihak mereka."
"Aku tak ingin mencampuri urusan kalian masalah tersebut merupakan masalah kalian dengan
pihak Tay sang pang sendiri."
"Tapi Khu It cing adalah ketua Tay sang pang jadi sudah sepantasnya bila kongcu yang
menghadapi manusia" sambung ciu tong kongcu sambil tertawa hambar.
"Tapi...." Kim Thi sia memang tak pandai berbicara untuk sesaat diapun menjadi kelabakan dan tak tahu
bagaimana harus mengemukakan alasannya. Melihat itu ciu tong kongcu segera bertanya lagi:
"Apa alasanmu?"
Tiba-tiba Kim Thi sia teringat akan sesuatu, cepat- cepat serunya:
"Sebab kau sudah terlalu lama bertarung melawannya tanpa berhasil ditentukan siapa menang
siapa kalah.Jadi aku cukup beralasan untuk mendapat giliran berikut"
Sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing segera tertawa terbahak-bahak, selanya: "Wahai
Kim Thi sia, yakinkan kau untuk bisa mengungguli diriku?"
"Tentu saja." "Kau tahu Kim Thi sia, aku sudah bertarung tiga ratusan jurus melawan Khu It cing...."
sambung ciu tong kongcu cepat.
"Tapi sekarang aku hanya berharap bisa bertarung dalam tiga jurus saja melawannya."
"Tiga jurus?" ulang ciu tong kongcu dnegan wajah tertegun. "Seandainya belum bisa ditentukan
hasil akhirnya?" "Tentu saja aku akan segera angkat kaki meninggalkan tempat ini"
ciu tong kongcu segera termenung dan berpikir berapa saat lamanya, kemudian baru berkata:
"Jadi aku mengabulkan permintaanku?"
"Ehmm, aku bersedia untuk mengalah dan memberi kesempatan kepadamu untuk bertarung
sebanyak tiga jurus melawan Khu It cing." Sementara itu Khu It cing telah menjengek sambil
tertawa keras. "IHaaaah......haaaaah.......haaaaah....^...belumpernah kudengar ada orang yang mampu
menentukan menang kalah melawanku dalam tiga jurus saja. Seandainya terjadi, sudah pasti
batok kepalamu yang bakal berpindah tempat"
"Bagaimana akhir dari pertarungan nanti, lebih baik kita buktikan dengan kenyataan saja."
Ia segera menyarungkan kembali pedangnya, kemudian berseru lagi dengan nyaring:
"Khu It cing, kau tersohor karena ilmu pukulanmu, maka sekarang akupun hendak
membunuhmu dengan tangan kosong."
"Kau hendak bertarung menggunakan tangan kosong"
Haaaah......haaaaah.......haaaaah.........akan kulayani keinginanmu itu dengan senang hati."
Kim Thi sia tertawa keras pula, kepada ciu tong kongcu dia segera menjura seraya berkata:
"ciu tong kongcu memang tak malu menjadi anak murid perguruan kenamaan, kegagahan serta
kesediaanmu untuk mengalah pada hari ini sungguh membuat hatiku amat terima kasih."
ciu tong kongcu tidak berkata apa- apa dia hanya tersenyum sambil memberi hormat.
Dalam pada itu Khu It cing sudah diliputi hawa amarah yang meluap-luap diam-diam ia
berpikir: "Kurang ajar, kau anggap aku sebagai barang rongsokan yang tak berguna sehingga bisa
dioperkan semaunya sendiri?"
Tapi sebagai seorang jagoan yang berilmu tinggi dan berotak licik, sekalipun dalam hati
kecilnya merasa amat gusar namun perasaannya itu tidak sampai diperlihatkan diwajahnya, dia
tertawa seram kemudian berkata pelan-pelan:
"Kim Thi sia, kulihat kau begitu yakin bisa mengungguli diriku, sebetulnya kepandaian apa sih
yang kau andaikan?" "Tay goan sinkang"
"Haaaah" Tay goan sinkang" Masa kepandaian tersebut memiliki daya kekuatan yang hebat?"
Khu It cing berseru tertahan.
"Tepat sekali perkataanmu."
"Lantas ketiga jurus serangan yang manakah dari ilmu Tay goan sinkang yang memiliki
kekuatan amat besar?"
"Tiga jurus serangan yang manapun"
"Jadi kau hendak menggunakan ketiga jurus serangan tersebut?"
"Hmmm, sekarang juga akan kupertunjukkan kepadamu."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba saja pemuda itu melejit ketengah udara dengan kecepatan
tinggi. Lalu seperti seekor rajawali raksasa yang mementangkan sayapnya, dia menukik kebawah
sambil melancarkan serangan, bentaknya keras-keras: "Jurus pertama......."
Belum habis suara itu berkumandang, sebuah serangan yang amat dahsyat telah dilontarkan
kebawah. Khu It cing bukan manusia sembarangan sudah barang tentu dia tak akan tergetar
perasaannya oleh ancaman tersebut.
Dengan sikap yang sangat tenang dia sambut datangnya serangan tersebut dengan kekerasan,
lalu tegurnya: "Apa nama jurus seranganmu yang pertama ini?"
"Jurus ini bernama Mati hidup di tangan nasib" bentak Kim Thi sia seraya membiaskan beratusratus
bayangan pukulan yang amat menyilaukan pandangan mata.
"Itu mah sederhana sekali, coba lihat jurus matahari tenggelam disungai panjangku ini" seru
Khu It cing. Dengan sebuah terjangan kilat ia sambut datangnya ancaman tersebut.
ciu tong koncu yang melihat kejadian ini segera berseru sambil menghela napas ^
"Bagus sekali" Kemudian bagaikan sedang bergumam ia berkata lebih jauh:
"Serangan dari Kim Thi sia kuat dan tangguh, sedangkan pukulan Khu It cing mantap dan
berpengalaman, nampaknya dalam jurus serangan yang pertama ini menang kalah belum bisa
ditentukan-" Baru selesai perkataan tersebut diutarakan, dalam arena pertarungan sudah terjadi benturan
yang amat keras. "Blaaaammmm......."
Ditengah suara bentrokan yang memekikkan telinga serta beterbangannya pasir dan debu,
terlihatlah Khu It cing serta Kim Thi sia telah berganti posisi tubuh masing- masing .
Mendadak terdengar Khu It cing berseru lagi: "Berhati-hatilah kau Kim Thi sia."
Dengan cepat tubuhnya mendesak maju kemuka dan berseru kembali:
"Jurus seranganku ini bernama kuda berpekik angin berhembus"
Kim Thi sia segera menekuk pinggang samil memutar tangan, sahutnya keras- keras:
"Serangan yang hebat."
Telapak tangannya diputar kencang lalu menyongsong datangnya ancaman sambil berseru:
"Lihatlah jurus kejujuran meretakkan batu emasku ini......."
"Blaaaaammmm......."
Benturan yang terjadi kali ini berlangsung lebih keras dan dahsyat, jauh lebih hebat dari pada
bentrokan yang pertama kali tadi.
Tampak pasir dan debu beterbangan mengakibatkan suasana menjadi amat kabur sehingga
untuk seperminum teh lamanya orang susah untuk mengetahui hasil dari pertarungan tersebut.
Menyaksikan hal ini, ciu tong kongcu segera menghela napas panjang, serunya dengan
perasaan terkejut: "Sungguh tak disangka pertarungan yang berlangsung saat ini merupakan pertarungan
terhebat yang pernah kusaksikan selama ini."
Semua orang hanya termangu, karena merekapun tidak mengerti apa yang dimaksudkan orang
tersebut. Mendadak terdengar seseorang dari pihak Tay sang pang menegur keras:
"Hey ciu tong kongcu, kau bilang ilmu silatmu hebat, apakah kau bisa dengan menemukan
sesuatu dari pertarungan ini?"
"Aku memiliki ketajaman mata yang luar biasa, tentu saja dapat kulihat semua kejadian dengan
jelas^" "Kalau begitu siapa yang menang siapa yang kalah didalam pertarungan jurus kedua ini?"
sementara itu pasir dan debu sudah mulai membuyar secara pelan-pelan, kemudian tampaklah
Khu It cing dan Kim Thi sia masih berdiri saling berhadapan dengan kaku.
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sikap mereka amat serius namun tak seorangpun yang tahu apa yang sedang mereka pikirkan
sekarang. Tapi ada satu hal yang pasti yakin kedua belah pihak sama-sama sudah merasa lelah dan
kehabisan tenaga sesudah terjadinya pertarungan sengit tadi, dan sekarang mereka sedang
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mengatur pernapasan. Mendadak terdengar jagoan
dari Tay sang pang tadi berseru lagi:
"Kalian coba lihat, paras muka ketua kita amat tenang dan wajar, tampaknya ia sama sekali tak
terpengaruh oleh pertarungan yang barusan berlangsung......."
"Tapi aku lihat Kim Thi sia pun masih gagah perkasa dan bersemangat tinggi"
"Hmm, memangnya kau bisa mengikuti semua peristiwa dengan jelas?"
"Tentu saja, aku rasa Khu It cing mengangap tenaga dalamnya terlalu sempurna sehingga
dalam serangannya tadi ia kombinasikan pukulan dengan ilmu jari Tay lek kim kong ci....."
"Ya benar, ilmu Tay lek kim kong ci memang merupakan ilmu silat andalan ketua kami."
"Hmm, ilmu silat itu memang licik, ganas dan hebat, suatu kepandaian yang susah dihadapi."
"Kalau dugaanku tak keliru, semestinya isi perut Kim Thi sia sudah mengalami luka parah
bukan?" "Hmm, justru sebaliknya."
"Maksudmu?" "Tay goan sinkang milik Kim Thi sia mengandung unsur keras dan lembut, ia sama sekali tidak
terpengaruh oleh serangan lawannya."
"Huuuh...... lebih baik jangan mengumpak. bagaimana hasil pertarungan kali ini?"
"Kenyataan yang berada didepan mata membuktikan bahwa menang kalah belum bisa
ditentukan-....." "IHmmm, ini berarti pada jurus ketiga akan diketahui dengan segera siapa yang paling
tangguh." ciu tong kongcu tertawa dingin. "Tepat sekali perkataanmu itu......"
sementara mereka masih berbincang-bincang, Kim Thi sia sudah mulai menggerakkan tubuhnya
pelan-pelan berjalan maju kemuka.
Sebaliknya Khu It cing dengan sepasang matanya yang tajam mengawasi tanpa berkedip setiap
langkah tubuh musuhnya. suasana menjadi tegang dan setiap saat suatu pertarungan yang dahsyat akan berkobar. Tibatiba
terdengar jagoan Tay sang pang tadi berseru lagi:
"Aku lihat, bagaimanapun juga kim Thi sia tetap adalah seorang bocah cilik yang belum pernah
mengalami situasi seperti ini."
"Apa maksudmu berkata begini?" tanya ciu tong kongcu sambil tertawa.
"Bukankah keadaan sudah jelas terlihat lantaran takut maka tiada hentinya Kim Thi sia
berusaha untuk menghindarkan diri."
"Atas dasar apa kau berkata begini?"
"coba kau lihat."
Sepintas lalu gerak gerik Kim Thi sia memang mirip orang yang ketakutan, setiap Khu It cing
mengerakkkan tangannya melakukan sesuatu gerakan, pemuda tersebut selalu menghindar
kesana kemari dengan cepat.
Tapi ciu tong kongcu agaknya berpendapat lain, setelah menyaksikan kejadian tersebut, ia
segera berkata: "Pendapat kalian itu keliru besar menurut pandanganku justru ketua kalian yang mulai dicekam
oleh perasaan takut."
Jawaban tersebut tentu saja membuat para jago dari Tay sang pang jadi tertegun. Namun
kenyataan yang tertera didepan mata memang menunjukkan keadaan begitu.
Setiap kali Kim Thi sia menggerakkan tangannya, maka segera terlihatlah Khu It cing
menggeserkan badannya secara panik untuk menghindar kian kemari.
Melihat kejadian mana, para jago dari Tay sang pang jadi tercengang dan gelagapan sendiri.
"Waaaah......kalau begini......kalau begini....."
"Kau tentu tak akan mengerti kenapa jadi begini bukan?" jengek ciu tong kongcu sambil
tertawa nyaring. "Hmmm, ketua kami gagah dan berilmu tinggi, siapa tahu ia sengaja berbuat begitu untuk
menjebak lawannya?" "Tak mungkin begitu, coba jawab dulu bukankah mereka berdua telah berjanji hanya akan
bertarung sebanyak tiga gebrakan?"
"Benar" "Dan sekarang jurus ketiga sudah menjelang tiba, bukankah menang kalah segera akan
ditentukan?" "Benar" "Padahal dalam pertarungan yang menentukan begini maka kecepatan dan ketetapan sekarang
sangat mempengaruhi hasil terakhir, itulah sebebanya mereka nampak agak tegang."
Sementara itu Kim Thi sia dan Khu It cing telah saling melancarkan serangan dengan kecepatan
luar biasa. Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bermandikan peluh, napasnya tersengkal-sengkal
seperti dengusan napas kerbau. Mendadak terdengar ciu tong kongcu berteriak keras: "Bagus
sekali" "Apanya yang bagus?" tanya jagoan dari Tay sang pang itu dengan wajah tertegun.
"Aku.......aku merasa sangat gembira."
"Apa yang kau gembira kan?"
"Gerak serangan yang digunakan kedua belah pihak dalam serangan tadi sungguh indah dan
mempunyai makna yang mendalam boleh dibilang jurus serangan mereka amat jarang ditemui
didalam dunia persilatan."
Pada saat itulah terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan. Bersamaan dengan bergemanya suara pekikkan tadi, tampak Khu It cing mundur setengah
langkah dengan sempoyongan.
Sipukulan sakti penggetar langit Khu It cing memang tak malu menjadi seorang pemimpin
dunia persilatan, kendatipun tubuhnya terhajr oleh serangan musuh dan lukanya terletak pada
bagian yang mematikan namun ia masih sanggup untuk mempertahankan diri.
Sebaliknya Kim Thi sia berdiri ditempat semula sambil tertawa dingin tiada hentinya. la bersikap
serius dan penuh wibawa bagaikan dewa.
Setelah berusaha keras untuk mempertahankan tubuhnya, sipukulan sakti penggetar langit Khu
it cing memuntahkan darah segar.
Tiba-tiba Kim Thi sia menggerakkan tubuhnya beranjak dari posisi semula, kepada ciu tong
kongcu katanya sembari menjura:
"Pertarungan tiga jurus telah berlalu, sayang tenaga ku kurang memadai sehingga gagal untuk
membunuh Khu It cing, tapi aku berharap kongcu suka meneruskan usahaku yang gagal tadi
dengan melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan ini dari muka bumi"
"Tak perlu sungkan-sungkan"jawab ciu tong kongcu sambil tertawa nyaring.
Kemudian sambil menyerbu kedepan dengan jurus pasir dingin bayangan meluncur, dia terkam
kehadapan musuhnya seraya membentak: "Khu It cing, serahkan nyawamu sekarang"
Dalam pada itu, Khu It cing tidak menunggu lebih lama lagi ditempat tersebut, ketika selesai
berkata tadi ia segera beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Belum jauh dia melangkah pergi, dari arah belakang sana sudah terdengar suara jeritan ngeri
yang memilukan hati. Menyusul jeritan yang mengerikan hati tadi, terdengar pula suara bentakan nyaring dari ciu
tong kongcu. Pertarungan sengit rupanya berkobar kembali, kawanan jago dari perkumpulan cahaya emas
mulai melancarkan serbuannya untuk menumpas orang-orang dari perkumpulan Tay sang pang.
Tak lama kemudian terdengar lagi ciu tong kongcu membentak nyaring:
"Ketua Tay sang pang Khu It cing telah tewas ditanganku, kita jangan biarkan kawanan
manusia dari perkumpulan Tay sang pang itu meloloskan diri dari sini. Mereka adalah orang-orang
jahat yang tak boleh diampuni, bantai saja sampai tumpas......"
Ucapan tersebut bagaikan perintah saja, segenap jago dari perkumpulan cahaya emas serentak
memperketat serangannya dan membantai musuhnya habis-habisan.
Kim Thi sia dapat mendengar suara jeritan kesakitan yang bergema tiada hentinya itu, namun
ia tak ambil perduli, sambil tertawa terbahak-bahak pemuda ini malah mempercepat langkahnya
meninggalkan tempat itu. Entah berapa lama ia sudah menempuh perjalanan, akhirnya sampailah pemuda tersebut
disebuah tebing bukit yang amat sepi.
Mendadak dari balik keheningan malam yang mencekam tanah perbukitan itu, secara lamatlamat
ia mendengar ada orang yang sedang bercekcok sengit.
Kim Thi sia segera dibuat terkejut bercampur keheranan setelah mendengar suara percekcokan
itu, dengan langkah cepat ia memburu kemana berasalnya suara tadi.
Akhirnya ia memilih sebuah batu cadas yang tingginya mencapai dua kaki untuk
menyembunyikan diri dari pengintaian orang lainKetika ia mencoba untuk melongok kearah tebing tersebut segera terlihatlah cahaya senjata
yang berkilauan memenuhi angkasa, rupanya pertarungan seru sedang berlangsung ditempat itu.
Bukan hanya begitu, diapun merasa suara caci maki yang bergema berasal dari suara
seseorang yang amat dikenalnya.
Terdengar salah seorang diantara mereka yang bertarung itu berseru lantang:
"Demi mendapatkan mutiara penenang angin dari gedung Siau yan lo, aku telah membuang
banyak pikiran dan tenaga untuk mendapatkannya. Eee tahunya kau hendak mengangkanginya
sendiri sekarang....."
suara seorang lagi segera menyerocos keluar.
"IHmmm, kau anggap aku tidak membuang banyak pikiran dan tenaga untuk mendapatkan
mutiara mestika ini.....?"
"Baiklah, kalau begitu mari kita tentukan pemilik mutiara tersebut lewat suatu pertarungan-"
"Hmm, boleh-boleh saja, asaikan kau bisa menangkan diriku biar setengah juruspun, aku pasti
akan serahkan mutiara mestika itu kepadamu."
"Bagus sekali, kita tetapkan dengan sepatah kata ini. Hmmm, terus terang saja aku bilang, aku
tak akan takut terhadap ilmu silat cakar kucingmu itu....."
Pertarungan sengitpun segera berkobar kembali dengan ramainya.
Dalam pada itu Kim Thi sia telah dapat melihat dengan jelas raut muka dua orang yang sedang
bertarung itu. Ternyata mereka berdua tak lain adalah si Pencuri ulung dari utara Yoji kian dan pencuri sakti
dari selatan Ho Tay hong.
Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir:
"Aneh betul, kenapa si pencuri ulung dari utara saling bertarung sendiri dengan pencuri sakti
dari selatan" Apa gerangan yang telah terjadi dengan mereka berdua?"
Sekalipun Kim Thi sia tahu bahwa mereka berhasil mencuri mutiara mestika Teng Hong cu dari
gedung Siau yan lo, lagi pula diapun tahu bahwa mutiara Teng hong ci merupakan mestika dari
perkumpulan Tay sang pang, namun satu hal membuatnya tak habis mengerti yaitu mengapa
kedua orang pencuri yang semula bersahabat kini malah saling membantai sendiri"
Sementara dia masih ragu-ragu, mendadak terdengar si pencuri dari selatan berteriak keras:
"Bagaimana kunyuk"Bila kau belum puas aku akan menyerang sekali lagi...."
"Hmmm, enam gebrakan sudah kita lalui tanpa berhasil diketahui siapa yang menang dan siapa
yang kalah" ucap pencuri dari utara cepat. "Sayang Kim Thi sia tak ada disini kalau dia berada
ditempat ini dia pasti bisa memberikan penilaian yang adil."
Mendengar ucapan tersebut, si pencuri dari selatan Ho Tay hong segera tertawa tergelak.
"Haaah.....haaaah.....haaaah.....persoalan yang kita hadapi sekarang adalah mutiara Teng hong
cu, apa sangkut pautnya dengan Kim Thi sia?"
"Hey, kau masih ingat bukan, sebelum kita berhasil mencuri mutiara Teng Hong ci dari gedung
Siau yan lo, akulah yang pertama kali menemukan jejak Kim Thi sia. Apakah kau sudah
melupakannya?" "Haaah.....haaaah.....haaaaah.....omong kosong" tukas pencuri dari selatan sambil tertawa
seram. "Waktu itu Kim Thi sia tertotok jalan darah kakunya ditangan si burung hong Lam Peng
dari wilayah Biau. Andaikata bukan aku yang membebaskan pengaruh totokannya, memangnya
kita bisa berhasil mendapatkan mutiara tersebut" Sudahlah, tak usah banyak ngebacot lagi, bila
kau memang mengaku kalah, mutiara Teng hong ci akan segera kubawa pergi. Mulai detik kini
kitapun tak usah bekerja sama lagi...."
Agaknya sipencuri ulung dari utara menjadi naik pitam setelah mendengar kata-kata yang
sombong itu, dengan amarah yang berkobar teriaknya:
"Kita sama-sama terhitung lelaki tinggi hati, baiklah, kita tak usah banyak bicara lagi. Asal kau
dapat mengalahkan aku hari ini, aku segera akan menyerah kalah. Kalau tidak......hmmm Lebih
baik tak usah bermimpi disiang hari belong."
Maka pertarungan sengitpun kembali berlangsung dengan hebatnya disitu.
Lama kelamaan Kim Thi sia tidak tega juga melihat adegan tersebut, dengan cepat ia
munculkan diri dari balik batu, lalu teriaknya kepada mereka berdua keras- keras. "Hey, sobat
berdua, hentikan pertarungan kalian"
Bentakan yang bergema sangat mendadak ini amat mengejutkan dua orang pencuri yang
sedang bertarung itu, serentak mereka menghentikan serangan masing-masing.
Begitu mengetahui siapa yang datang, dengan penuh bersemangat si pencuri selatan berteriak:
"Bagus sekali kedatanganmu Kim Thi sia, ayoh cepat kemari." Sementara itu sipencuri utara
berteriak pula: "Hey, sungguh tak kusangka kau malah menonton pertarungan dari situ ayoh kesini."
Tidak sampai perkataan mereka berdua selesai diutarakan, Kim Thi sia telah melompat
kehadapan mereka dengan kecepatan tinggi.
Memandang wajah kedua orang itu mendadak pemuda kita merasa kegelian sehingga tertawa
terbahak-bahak. Tentu saja pencuri selatan dan pencuri utara dibuat kebingungan setengah mati, mereka tak
habis mengerti kenapa si anak muda itu tertawa tergelak secara tiba-tiba.
Si pencuri ulung dari utara segera menarik kembali pedang Go binya yang tajam, lalu sambil
menatap anak muda tersebut lekat-lekat, tegurnya keras: "Kim Thi sia, apa sih yang kau
tertawakan?" Sementara itu Kim Thi sia masih tertawa tiada hentinya, saking kerasnya dia tertawa sehingga
seluruh tubuhnya bergoncang keras.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran si pencuri dari selatan, ia menepuk bahu si anak muda
itu dan tegurnya. JILID 53 "Kim Thi sia, ayoh Cepat katakan, apa yang sebenarnya kau tertawakan. ......" "
Pelan-pelan Kim Thi sia menarik kembali gelak tertawanya dan mengambil tempat duduk diatas
sebuah batu besar, lalu dengan pandangan yang meyakinkan dia mengawasi sekejap kedua orang
tersebut. Sikap serius dan bersungguh-sungguh yang mendadak diperlihatkan Kim Thi sia itu sekali lagi
membuat sipencuri dari selatan dan pencuri dari utara dibuat kebingungan setengah mati.
Akhirnya kedua orang pencuri ini saling berpandangan sekejap yang bersih untuk duduk bersila.
Suasana menjadi hening untuk sesaat....
Mendadak sipencuri dari selatan menengok sekejap kewajah Kim Thi sia, lalu dengan tak
senang hati ia menegur: "Hey kenapa kau" Kim Thi sia, mengapa kau hanya membungkam diri dalam beribu bahasa?"
Kim Thi sia sama sekali tidak menjawab pertanyaan itu, dia menghela napas panjang. Sesaat
kemudian pemuda itu baru berkata dengan wajah serius.
"Pantangan pertama bagi umat persilatan adalah saling bunuh membunuh, kenapa kalian
berdua justru saling gontok-gontokan sendiri ditempat yang sepi begini" Apa lagi artinya sesama
teman saling menyerang?"
Mendengar perkataan itu, gemas dan mendongkol sipencuri dari selatan berseru:
"Maknya, aku masih mengira kau mempunyai sesuatu pendapat yang hebat, tak tahunya cuma
mengucapkan kata-kata yang membosankan begitu."
"Tidak. aku tidak berbicara sembarangan- Aku berkata menurut suara hatiku sendiri."
"Apakah kau tidak mengetahui tujuan dari kedatangan kami kemari.......?" seru sipencuri
selatan- Pelan-pelan Kim Thi sia mengangguk.
Melihat itu sipencuri dari selatan segera berkata lebih jauh:
"Selama aku sipencuri dari selatan berkelana didalam dunia persilatan, maka disaat kita pergi
mencuri mutiara Teng hoo cu di gedung Siau yan lo, tentunya kaupun memahami bukan apa
maksud dan tujuan yang sebenarnya.......?"
"Aku tahu, tujuan kalian dalam mencuri mutiara Teng hong cu adalah untuk menolong kaum
rakyat yang menderita akibat bencana serta membantu mereka untuk meringankan penderitaan."
"Benar, memang begitulah maksud tujuan ku, siapa tahu sipencuri dari utara ini justru
mengacau rencana tersebut, maka......"
Tidak sampai perkataan tersebut selesai diutarakan, Kim Thi sia telah menukas dengan cepat.
"oleh karena itu kalian berdua melangsungkan pertarungan mati-matian disini?"
Sipencuri dari utara tidak ambil diam, dengan cepat dia menimbrung:
"Terus terang saja aku bilang, nama serta kedudukanku sebagai sipencuri utara dalam dunia
persilatan cukup tinggi dan terhormat, tapi hari ini aku mesti berjuang keras, tentunya nama
baikku itu tak boleh dirusak orang lain dengan begitu saja bukan?"
"Kalau begitu kalian telah bersikeras akan melangsungkan pertarungan mati-matian pada hari
ini?" Baik sipencuri dari selatan maupun pencuri dari utara, mereka serentak menganggukkan
kepalanya berulang kali. Kim Thi sia jadi kebingungan, ia segera bangkit berdiri dan berjalan bolak balik tak hentinya,
dia seperti lagi memutar otak untuk memecahkan masalah tersebut. Selang berapa saat kemudian
Kim Thi sia baru berkata:
"Kalau toh kalian berkeinginan untuk beradu kepandaian disini. Baiklah, akupun bersedia
menyumbangkan ide kepada kamu berdua."
begitu ucapan tersebut diutarakan, kedua orang pencuri sakti itu menjadi terkejut, katanya
kemudian- "Menurut pendapatku, ada baiknya kalian memilih sebuah batu cadas sebagai arena
pertarungan." "Apa yang harus kami lakukan?" tanya pencuri dari selatan ragu-ragu.
"Kalian berdua harus menutupi mata kalian dengan secarik kain, kemudian tapi boleh aku akan
menjadi wasitnya, bila aku sudah menghitung sampai angka ketiga, kalian boleh segera mulai."
"Mulai untuk apa?" tanya pencuri dari utara gelisah.
"Mulai saling meraba, siapa yang terjatuh lebih dulu dari atas batu cadas tersebut, dia harus
dianggap kalah." "Tapi..... apa maksudmu?"
Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maksudnya kalian boleh bertarung tapi bukan bertarung yang membahayakan jiwa sebagai
jago-jago lihay didalam dunia persilatan bukan cuma ilmu Silatnya yang tangguh, akal dan
kecerdikanpun harus dipuji. Sebab hanya orang yang berakal cerdik yang pantaS disebut jagoan
hebat." Kedua orang itu segera berunding sendiri berapa saat, akhirnya setelah saling berpandangan
sekejap mereka menyahut: "Baiklah, kita boleh segera mencoba?"
Dengan cepat Kim Thi sia mengambil sapu tangan mereka dan menutupi sepasang mata
pencuri selatan kemudian pencuri utara, lalu mereka berdua diajaknya naik keatas batu besar.
Mendadak terdengar sipencuri dari utara berseru: "Hey Kim Thi sia, aku hendak bicara dulu."
"Apa yang hendak kau ucapkan" Katakanlah......"
"Aku hanya berharap sampai waktunya nanti sipencuri dari selatan jangan mengingkari janji
lagi." Pencuri dari selatan menjadi sangat marah, teriaknya:
"Aah, kau si keparat hanya bisa menilai orang lain dengan pikiran yang picik, bila kali ini kau
benar-benar kalah, tak akan kuingkari janjiku lagi....."
"Bagus......" Sementara itu Kim Thi sia merasa amat kegelian, tapi ia berusaha menahan diri, setelah
menempatkan kedua orang yang bermusuhan itu pada posisi masing-masing, dia sendiripun
berkemak kemik dengan suara lirih. Dengan perasaan keheranan sipencuri dari selatan segera
bertanya: "Kim Thi sia, apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sedang mendoakan kalian berdua?"
"Mendoakan apa?"
"Aku berdoa agar kalian berdua bisa meraih kemenangan dengan mengandaikan kecerdikan"
"Sudah, sudahlah, ayoh cepatan sedikit memberi aba- aba."
Dengan suara keras Kim Thi sia mulai menghitung. "Satu....dua....tiga......"
begitu angkat ketiga disebutkan, pencuri dari utara dan selatanpun mulai saling meraba diatas
batu cadas yang lebarnya cuma berapa kaki itu.
Kim Thi sia menyaksikan perbuatan kedua orang itu dari sisi arena, ia merasa amat kegelianEntah berapa lama lewat.....
Tiba-tiba ia mendengar ada suara orang yang terjatuh dari atas batu, ketika ia berpaling,
tampaklah sipencuri dari utara dan pencuri dari selatan saling berangkulan satu sama lainnya.
Bahkan mereka berdua sama-sama terjungkal dari atas batu. Dengan cepat kedua orang itu
melepaskan sapu tangan yang menutupi mata masing-masing. Pencuri dari selatan segera
merangkak bangun dari atas tanah, kemudian serunya:
"Tidak bisa, tidak bisa. Kim Thi sia, kalau mesti berbuat begini, mak selamanya kita tak akan
mendapatkan jawabannya."
Sedangkan sipencuri dari utara segera mengomel.
"Hmmm, Kim Thi sia, kau rupanya memang sengaja berbuat begini untuk mempermainkan
kami......" "Siapa bilang aku berniat mempermainkan kalian?" bantah Kim Thi sia. "Tujuanku yang
terutama adalah tidak berharap kalian saling membacok, akupun tak berharap kalian gontokgontokan
sendiri, maka....." "Maka ia berpaling sengaja mempermainkan kami, agar kami berdua tersiksa?" sambung
pencuri dari selatan- "Tidak,^ aku sama sekali tidak bermaksud begitu, jika kalian masih bersikeras hendak saling
beradu jiwa. Yaa apa boleh buat, terpaksa aku harus angkat kaki dari sini."
Sipencuri dari selatan kelihatan agak sangsi sebentar, akhirnya diapun berkata:
"Baiklah, bila ingin pergi, kau boleh sekarang. Kim Thi sia sampai berjumpa lagi lain waktu......"
"Apakah kalian bersikeras hendak saling membunuh, apakah kalian belum puas bila salah
seorang diantara kalian tewas?" tanya Kim Thi sia kemudian-Sipencuri dari selatan tertawa
terbahak-bahak. "Haah....haaaah...^.asal mutiara Teng hong cu berada ditanganku, urusan bisa diselesaikan.
Kalau tidak, silahkan memenggal batok kepalaku lebih dulu."
Sipencuri dari utara segera tertawa dingin.
"Heeeeh.....heeeeh.....heeeeh.....kalau begitu biar kupenggal batok kepalamu."
begitu selesai berkata, dia segera melepaskan sebuah pukulan dengan jurus " Matahari
terbenam dibalik sungai". Bersamaan waktunya ia mendesak maju kedepan dan mengancam jalan
darah Tiong teng hiat, Impoh hiat dan Hiat hay hiat ditubuh lawan.
Reaksi dari pencuri setan benar-benar amat cepat, belum lagi deruan angin serangan musuh
meluncur datang, pedangnya telah meluncur lebih dulu kedepan dengan jurus "pencabut nyawa
berdiri tegak" berkuntum-kuntum bunga pedang menyelimuti seluruh angkasa dengan cepat.
Harpa Iblis Jari Sakti 26 Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Golok Bulan Sabit 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama