Ceritasilat Novel Online

Lembah Nirmala 7

Lembah Nirmala Karya Khu Lung Bagian 7


Kim Thi sia termangu-mangu, mendadak ia mendengar suara petikan khim bergema datang
dari kejauhan sana. sewaktu diperhatikan dengan seksama, ternyata suara itu berasal dari tempat
dimana Kim huan kuncu pergi tadi....
Entah mengapa setelah mendengar suara petikkan khim yang merdu merayu itu semua rasa
benci dan gusarnya hilang lenyap seketika.
Makin didengar suara petikan khim itu semakin merayu. Kim Thi sia segera terlelap dalam
lamunan yang panjang. "Tak nyana ia pandai sekali memetika harpa dan membawakan lagu yang begitu merdu."
Tak lama kemudian alunan suara merdu itu makin meninggi tiba-tiba saja Kim Thi sia
merasakan pergolakan darah dalam dadanya membara. Lalu bayangan wajah Lin linpun melintas
didalam benaknya. "Entah bagaimana dengan dia sekarang?" ingatan tersebut memenuhi pikirannya.
Tanpa terasa diapun mulai membanding-bandingkan antara Lin lin dengan Kim huan kuncu,
pikirnya: "Mereka berdua sama-sama perempuan, tapi nasib mereka mengapa terdapat perbedaan yang
begitu besar" Yang satu hidup bermewah-mewahan dan sangat dihormati orang, sebaliknya yang
lain..." Entah mengapa emosinya kembali berkobar sambil mengepal tinjunya ia bergumam.
"Aku harus memperlakukan dirinya secara baik, agar dia berbahagia. Agar dia berbahagia, agar
hidupnya seperti Kim huan kuncu, makan hidangan lezat, pergi kemana-mana naik kereta."
Sementara itu tenaga dalamnya telah pulih kembali seperti sedia kala, sekujur badannya terasa
amat nyaman dengan wajah merah segar, ia segera bangkit berdiri dan memungut kembali ketiga
butir mutiara tersebut. Kemudian sambil memberanikan diri ia ebrjalan menuju kegudang pembesar semula.
sepanjang jalan ia mencoba memperhatikan sekitarnya, ia berharap bisa menemukan kembali
jejak Kim huan kuncu serta meminta kembali pedang Leng gwat kiamnya.
Tapi Kim huan kuncu beserta pengawalnya entah telah pergi kemana, yang nampak saat itu
hanyalah serombongan manusia berbaju hitam yang bergerak menuju kearahnya.
Dengan cepat pemuda kita mendapat tahu kalau belasan orang manusia berbaju hitam itu
pastilah para begundal pembesar Kang lam yang ditugaskan mencarinya.
Ia tak ingin mencari gara-gara apalagi menguatirkan keselamatan Lin lin- dengan cepat
pemuda itu menerobos masuk kebalik semak belukar dan kabur dari arah yang lainEntah berapa lama sudah lewat, tak jauh didepan sana muncul sebuah jalan raya yang cukup
lebar. Belum lagi dia melangkah kelaur dari balik semak, mendadak terdengar dua kali gelak tertawa
nyaring bergema datang dari kejauhan. suara tertawa itu sangat keras dan menusuk
pendengaran- Cepat-cepat ia berjongkok dan menyembunyikan diri kebelakang sebuah batu besar.
Tak selang berapa saat kemudian, dari depan sana muncul dua orang jago pedang
berperawakan sedang, terdengar salah seorang diantaranya berkata sambil tertawa tergelak.
" Engkoh Pul, aku dengar murid-murid Tiong goan su liong telah dibunuh oleh seorang manusia
berkerudung dalam semalaman saja tanpa sempat memberi perlawanan, coba bayangkan
peristiwa itu menggelikan tidak."
"Ya a, menggelikan sekali" sahut orang she pul itu sambil tertawa. "Keempat tua bangka
Tionggoan su liong bukannya menyalahkan diri sendiri. Yang sudah tua dan mulai lemah sehingga
tak mamcu mendidik murid sendiri sebaliknya malah datang kegedung kita dan melakukan
penyelidikan sampai berapa kali. Hmmm, andaikata suhu tidak kasihan melihat kepanikan mereka
niscaya dia akan menyindirnya dengan kata-kata pedas, kau tahu suhu tak pernah cocok dengan
mereka berempat." "Haaaaah....haaaaah....haaaah....sebenarnya Tionggoan su liong masih terhitung jagoan tapi
gara-gara peristiwa itu, mereka telah kehilangan pamornya. Bukan begitu?"
"Tentu saja, tentu saja" sahut orang she Pul itu sambil tertawa tergelak. "Kalau kubayangkan
wajah mereka berempat sewaktu panik. oooh....benar-benar menggelikan...." Maka kedua orang
itupun tertawa terpingkal-pingkal tiada hentinya......
Kedua orang tersebut paling banter baru berusia dua puluh tiga empat tahunan, tapi
kenyaringan suara tertawanya benar-benar menggetarkan perasaan siapapun.
Kim Thi sia mendongkol sekali, sebab Tionggoan su liong disebut sebagai tua bangka, lagipula
nadanya amat menghina pikirnya:
"Jelek-jelek Tionggoan su liong masih terhitung juga sebagai tokoh dunia persilatan jagoan dari
angkatan tua, masa mereka berdua sebagai anak muda berani mencemooh sesuka hatinya
sendiri." Akan tetapi sebelum ia sempat turun tangan, perasaannya menjadi tenang kembali.
Peristiwa yang dialaminya berulang kali pada berapa hari berselang membuat pemuda itu
bertindak lebih waspada. Ia tahu tenaga dalam yang dimiliki kedua orang tersebut telah mencapai
puncak kesempurnaan hal ini bisa diketahui dari gelak tertawanya yang nyaring.
Itu berarti ia pasti bukan tandingannya daripada mencari penyakit buat diri sendiri. Apa
salahnya kalau berpeluk tangan belaka sambil menyadap pembicaraan mereka" Karenanya diapun
berpikir: "Bila kalian berdua berani memakai lagi biar mesti pertaruhkan selembar nyawapun pasti akan
kubelai martabat serta nama baik Tionggoan su liong......"
Kedua orang jago tersebut memang nyata sekali kelihayannya. Begitu tubuhnya bergerak
mereka segera merasakan kehadirannya dan berpaling. Empat buah mata yang memancarkan
sinar taham memandang sekejap kearahnya lekat-lekat.
Untung Kim Thi sia telah bersiap sedia, cepat-cepat la menyembunyikan diri kebelakang batu
besar. setelah mengamati sekejap sekitar sana kedua orang itu baru tertawa tergelak lagi.
"Haaaah......haaaah....haaaah......saudara Pui, setiap kali membicarakan soal Tionggoan su
liong, mengapa sih kita jadi kebingungan macam bertemu setan saja" memangnya kita sudah
takut kepadanya?" " omong kosong, aku mah tak bakal takut, kenapa aku mesti takut dengan empat orang tua
bangka yang sudah dekat dengan liang kubur?"
"Yaa betul, toh tidak ada salahnya kita membicarakan tentang mereka berempat...."
Berbicara sampai disitu, kembali mereka berdua tertawa terbahak-bahak..... Kim Thi sia
mengerutkan dahi pikirnya:
"Edan rupanya, masa tak ada persoalanpun tertawa melulu sejak awal sampai akhir tak
habisnya tertawa memangnya sudah tidak waras barangkali.........."
Tak lama kemudian terdengar lelaki she Pui itu berkata lagi:
"saudaraku menurut perasaanku nampaknya nama besar kita Dua bocah ajaib berwajah
tertawa kian lama kian bertambah termashur, padahal sejak meninggalkan suhu hingga kini baru
lewat dua bulan tapi kenyataannya dimanapun membicarakan soal kita........"
sekali lagi Kim Thi sia berkerut kening pikirnya:
"Dua manusia bermuka tebal masa ada orang memuji diri sendiri........."
Sementara itu rekannya telah berkata pula sambil tertawa terbahak-bahak:
"Haaaah......haaaaah......haaaaah......aku sendiripun keheranan, rasanya kita berdua tak pernah
melakukan pekerjaan besar, mengapa setiap orang justru menyanjung dan menghormati kita?"
Lelaki yang disebut saudara Pui tadi segera menepuk-nepuk bahunya sambil berkata:
"Bukan cuma begitu, aku dengar ketua perkumpulan Tay sang pang yang bernama It Kim pun
punya maksud untuk mengajak kita bersaudara sebagai menantunya. Aku dengar kedua orang
putri kesayangannya yang dianggap bagaikan nyawanya sendiri itu hendak dikawinkan kepada
kita. Menurut pendapatmu haruskah kita menerimanya....."
"Menakutkan, sungguh menakutkan- seru pemuda yang berada disebelah kiri sambil
mengangkat bahu. "Tentu saja kita tak boleh menerima lamarannya dengan begitu saja. Usia kita
belum tua tapi pamor serta nama besar kita termashur dimana-mana. Berarti masa depan kita
masa yang akan cemerlang. Kenapa kita mesti memendam karier dan masa depan kita hanya
gara-gara dua orang perempuan?"
"Tapi......" pemuda yang disebut saudara Pui itu sengaja berkerut kening. "Aku dengan Khu It
kim bersikeras hendak menjodohkan kedua orang putrinya kepada kita. Apa yang harus kita
lakukan" Bila diterima rasanya berat, bila ditolak Khu It kim si tua bangka itu tentu akan
merengek-rengek kita dengan wajah yang memelas..........."
sementara itu Kim Thi sia yang menyadap pembicaraan tersebut merasa mendongkol
bercampur geli, namanya saja mentereng. sepasang bocah berwajah senyum, nyatanya hampir
setiap menit, setiap detik tiada hentinya mereka membuat lelucon yang menggelikan hati. Tanpa
terasa iapun berpikir: " Kejadian aneh didunia ini memang amat banyak, kalau dihitung-hitung maka kedua orang ini
bisa menempati urutan yang pertama"
sementara itu, pemuda yang berada disebelah kiri itu sudah menundukkan kepalanya kembali
sambil menunjukkan muka murung. Akhirnya setelah berpikit setengah harian lamanya, dengan
perasaan apa boleh buat ia berkata:
"Baiklah, baiklah siapa suruh nama besar kita terlalu terkenal, pohon besar tentu mengundang
angin, terpaksa kita harus menghadapinya."
"saudaraku.. ...." kata orang she Pui itu kemudian dengan wajah murung. "Padahal baru dua
bulan kita munculkan diri didalam dunia persilatan, tapi nama besar kita sudah makin terkenal
dimana-mana, bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung terus. Waaaah.....bukan main,
nampaknya jalan yang terbaik untuk kita adalah mencukur rambut menjadi pendeta......."
Kedua orang itu saling berpandangan sekejap. kemudian sama-sama mengangkat kepala dan
tertawa terbahak-bahak. "Entah murid siapakah kedua orang ini?" pikir Kim Thi sia lagi. "Tapijika dilihat dari gerak gerik
mereka, nampaknya ilmu silat yang dimiliki guru mereka hebat sekali. Namun pasti bukan berasal
dari perguruan kaum lurus......"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, tiba-tiba dari kejauhan sana tampak sesosok
bayangan manusia meluncur datang tanpa menimbulkan sedikit suarapun- Gerak tubuhnya begitu
cepat sehingga dalam satu kedipan mata saja bayangan tubuhnya yang tinggi kurus tadi telah
berdiri dibelakang tubuh sepasang bocah berwajah senyum.
Kim Thi sia yang menyaksikan adegan itu, diam-diam menjulurkan lidahnya, kembali dia
berpikir. "Bila dalam sepuluh tahun kemudian ilmu silatku dapat mencapai tingkatan seperti ini saja,
hatiku sudah merasa puas sekali, karena semua harapanku dapat tercapai."
Kim Thi sia percaya ilmu silat yang dimiliki sepasang bocah berwajah senyum sangat lihay
sekali, tapi sekarang walaupun orang berperawakan jangkung itu telah berdiri dibelakang tubuh
mereka, ternyata mereka masih belum juga merasakan bahkan sambil berangkulan mereka tetap
tertawa terbahak-bahak. segulung angin dingin berhembus lewat tiba-tiba saja Kim Thi sia merasakan dadanya menjadi
sesak, hawa dingin yang berhembus membuat bulu kuduknya pada bangun berdiri.
suatu firasat jelekpun melintas dalam benaknya dengan cepat.
Diam-diam ia mencoba untuk melirik kembali kearah orang tersebut.
Tapi dengan cepatnya dia menjadi amat kaget bahkan hampir saja bersuara.......
Untung saja pemuda kita cukup menyadari akan bahaya yang sedang mengancam sehingga
suara jeritan yang hampir meluncur keluar dari mulutnya itu segera ditelan kembali, napasnya
segera ditahan sementara sorot matanya yang memancarkan sinar kaget dan ngeri diam-diam
mengawasi manusia jangkung yang berdiri kaku dihadapannya sana.
Perawakan tubuh orang itu sangat dikenal olehnya sebab dia tak lain adalah simanusia dengki
yang telah membunuh cungpiau pacu dari tujuh propinsi wilayah selatan tempo hari.
Peluh dingin yang telah membasahi seluruh telapak tangan Kim Thi sia sementara jantungnya
berdetak tiga kali lebih cepat daripada biasanya.
Malam yang dingin terasa makin dingin, malam yang gelap menambah seram suasana sekeliling
tempat itu terutama dengan hadirnya manusia bertubuh jangkung ini, entah berapa banyak
ancaman maut yang bakal tersebar dari tubuhnya.
Kim Thi sia mengerti apa yang hendak dilakukan simanusia dengki tersebut degan
kehadirannya disana. Ya a, sepasang bocah berwajah senyum telah berhasil membangun nama serta kedudukan
yang cukup tinggi didalam dunia persilatan- Hampir semua orang menyinggung namanya,
membicarakan kehebatannya.
Tapi justru karena itulah nasib mereka jadi tak menentu karena maut siap mencabut nyawanya
.Justru karena usia mereka masih muda dan masa depannya tak terbatas. Maka simanusia dengki
itu terpancing untuk melakukan pembunuhan atas diri mereka.
Dengan sorot mata yang dingin menggidikkan manusia dengki itu mengawasi sekejam
sekeliling tempat itu sinar matanya yang tajam bagaikan sembilu dan dingin bagaikan salju itu
segera membuat perasaan Kim Thi sia bergidik dan ngeri hampir saja jejaknya ketahuanUntung nyalinya cukup besar dan pikirannya cukup tajam ia berusaha untuk menahan diri serta
tetap mendekam ditempat persembunyiannya.
sungguh menggelikan sepasang bocah bermuka tertawa itu ternyata mereka masih belum
sadar kalau maut telah mengancam keselamatan jiwanya. Mungkin bahan lelucon yang mereka
cipta ka n kelewat batas sehingga mereka sendiripun tak mampu mengendalikan diri
Dengan diliputi perasaan kaget ngeri dan kasihan Kim Thi sia berharap terjadinya sesuatu
peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, ia berharap manusia berkerudung yang munculkan diri
saat itu bukanlah manusia berkerudung yang pernah dijumpainya tempo dulu.
Tentu saja pengharapan tersebut terasa amat tipis, bahkan boleh dibilang sama sekali tak
mungkin terjadi. Lama.....lama sekali.......keheningan yang mengerikan serasa mencekam seluruh angkasa.
Akhirnya manusia berkerudung itu buka suara, dengan suara yang lembut tapi penuh
bertenaga ia bertanya: "Apakah kalian berdua adalah sepasang bocah berwajah tertawa?"
Dengan suatu gerakan cepat sepasang bocah berwajah tertawa membalikkan badannya, paras
muka mereka nampak berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat. Perasaan terkejut dan ngeri
yang luar biasa membuat kedua orang tersebut tak mampu berkata-kata.
Padahal mereka berdua menganggap kepandaian silat yang dimilikinya telah mencapai taraf
yang luar biasa dan tiada bandingannya lagi didunia ini. Tapi dalam kenyataannya, mereka sama
sekali tidak merasa kalau ada orang yang telah berdiri dibelakang tubuhnya, peristiwa semacam ini
boleh dikata merupakan suatu peristiwa yang amat memainkan mereka.
Pemuda dari marga Pui itu kontan saja menunjukkan wajah tak senang hati. Dengan
pandangan mata yang dingin dan mendongkol dia awasi orang berkerudung itu dari ujung kepala
sampai keujung kaki, tapi sewaktu sepasang matanya saling beradu pandangan dengan sorot
mata manusia berkerudung itu, tanpa terasa cepat-cepat dia melengos...
Tapi kemudian, sekali lagi dia mengawasi kain kerudung hitam yang menutupi wajah orang itu.
Lama sekali pemuda itu tertegun, mendadak ia seperti teringat akan sesuatu, sambil menjerit
kaget tubuhnya mundur beberapa langkah kebelakang. Perasaan kaget, ngeri takut dan seram
dengan cepat menyelimuti serta mencekam seluruh tubuh mereka.
"Buuu......bukan-......bukankah kau ad..... adalah......." suaranya terbata-bata lagi pula bernada
gemetar, dari sini bisa diketahui betapa takutnya kedua orang tersebut.
semua keangkuhan kejumawaan dan kesombongan serasa hilang dan tak berbekas. Suatu
ingatan yang mengerikan merangsang daya kerja rasa takut mereka berdua. Kalau tadi mereka
masih bisa membuat lelucon sambil tertawa tergelak. maka sekarang untuk berbicarapun suaranya
tak jelas lagi. Paras muka kedua orang itu berubah dari merah menjadi pucat, lalu dari pucat menjadi
kehijau-hijauan, akhirnya paras muka yang hijau membesi itu berubah menjadi keabu-abuan-Tak
jauh berbeda seperti wajah kakek yang hampir sekarat.
Dengan sorot mata yang tetap tajam dan menggidikkan hati, kembali manusia berkerudung itu
mengawasi lawannya lekat-lekat. Lalu menegur untuk kedua kalinya. "Benarkah kalian berdua
adalah sepasng bocah berwajah tertawa?"
Bagaikan orang yang meronta disaan sekarat, kedua orang pemuda itu segera menjerit
lengking. "Benar....."
"Bagus sekali" kata manusia berkerudung itu kemudianMeski hanya terdiri dari dua patah kata namun mengandung artinya yang banyak sekali.
Dengan perasaan ngeri dan takut sepasang bocah berwajah tertawa mundur terus tiada
hentinya, tiba-tiba mereka mencabut pedang masing-masing.
Tapi sebelum kedua bilah pedang itu sempat dipergunakan, bagaikan sukma gentayangan saja
manusia berkerudung itu sudah bergerak maju kedepan....
sementara Kim Thi sia masih menonton dengan perasaan tegang entah secara bagaimana
tahu-tahu pedang yang semula berada ditangan sepasang bocah tertawa itu sudah terjepit oleh
jepitan jari tangan kiri dan kanannya. menyusul kemudian-"Criiiinggg....."
sepasang pedang itu sudah patah menjadi dua bagian dan rontok keatas tanah.
sepasang biji mata dua orang pemuda itu melotot besar bagaikan mau melompat keluar.
Dengan penuh perasaan yang menyeramkan mereka memandang sekejap kutungan pedangnya
yang tergeletak ditanah, lalu sambil menjerit ketakutan serunya keras-keras: "Mau......mau apa
kau.........." "Bagus, bagus sekali" kata manusia berkerudung itu singkat. "Ilmu silat kalian bagus nama dan
pamor kalian cemerlang....aku rasa kalian berdua sudah cukup bergembira bukan."
Pemuda she Pui itu tak sanggup menerima teeor semacam ini lebih lanjut, mendadak
pandangan matanya serasa menjadi gelap dan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Melihat rekannya sudah roboh, pemuda kedua tak mampu mengendalikan diri lagi. Ia menjerit
histerius kemudian melarikan diri terbirit-birit meninggalkan tempat tersebut.
Manusia berkerudung itu sama sekali tak bersuara, tidak nampak bagaimana ia menutulkan
ujung kakinya keatas tanah, tidak nampak juga bahunya bergerak. tetapi tahu-tahu tubuhnya
yang jangkung itu telah berada disisi kiri pemuda tersebut menyusul kemudian sebuah totokan jari
tangan dilontarkan kedepanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Jeritan ngeri yang memilukan hatipun bergema membelah kegelapan malam dan memecahkan
kesunyian yang mencekam sekeliling tempat itu, tubuh pemuda itu segera nampak roboh
terjungkal mencium tanah.
Manusia berkerudung itu tidak berpaling barang sekejappun- selangkah demi selangkah ia
melanjutkan perjalanannya mendekati tempat orang she Pui tadi roboh. Pelan-pelan ia
membungkuk lalu jari tangan kembali melepaskan totokan kebawah.
Kim Thi sia betul-betul tak tega menyaksikan peristiwa ini, buru-buru dia melengos kearah lainMeski begitu benaknya telah dipenuhi cekaman perasaan tegang, kaget dan ngeri, biarpun
waktu berlangsung amat singkat, namun bagi perasaannya seakan-akan dia telah melewati
kehidupan yang berat selama bertahun-tahun lamanya.
Tiba-tiba saja dia membenci keheningan yang mencekam sekeliling tempat itu mengapa tidak
muncul serombongan manusia yang bersenjata lengkap dan menyerang manusia berkerudung
tersebut habis-habisan"
Baginya, dia lebih suka mengalami ketegangan dalam pertarungan ketimbang menyaksikan


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

suatu adegan seram yang menggidikkan hati ditempat yang begitu hening dan sepi.
Menanti Kim Thi sia mengintip kembali ketempat kejadian ternyata suasana disitu telah berubah
menjadi hening kecuali selembar besar kain baju berwarna keperak-perakan, disitu tak nampak
sesuatu apapun- JILID 13 Manusia berkerudung itu sudah lenyap kedua sosok mayat dari pasangan bocah berwajah
tertawapun turut hilang tidak berbekas.
Satu ingatan yang menyeramkan segera melintas kembali didalam benaknya. "Siapakah dia"
Siapakah manusia dengki yang berkerudung dan mengerikan hati ini?"
Tapi begitu rasa takut hilang, timbul perasaan gusar dan dendam didalam hati keCilnya, segera
gumamnya: "Suatu hari aku pasti akan membasmi bajingan itu dari muka bumi, entah siapapun orangnya."
Tergesa-gesa dia meninggalkan tempat persembunyiannya sambil meneruskan perjalanan,
hanya perasaannya memang berbeda sekali ketika ia baru datang tadi. Kini sepasang kakinya
terasa berat dan seakan- akan diberi beban yang banyak.
Pemuda ini baru sadar setibanya kembali digedung pembesar Kanglam, cepat-cepat dia
merangkak naik dari dinding pekarangan.
Disebuah tanah lapang ia saksikan Cahaya obor telah menerangi sekeliling tempat itu. Bahkan
nampak sejumlah besar tentara kerajaan danjago silat melakukan perondaan disana. Tampaknya
bila seseorang sudah terjebak ditempat tersebut, biar punya sayappun sukar untuk meloloskan
diri. Disisi gundukan api unggun yang berada disebelah barat, tampak duduk lima orang manusia
berbaju perlente yang mukanya dirundung kesedihan. Kim Thi sia segera dapat mengenali
kembali, diantara mereka terlihat juga kakek seperguruannya sipedang kayu serta sijagoan
delapan penjuru Kek Jin.....
Waktu itu, sipedang kayu sedang memukul-mukul tanah dengan sebatang ranting kering.
sementara sorot matanya mengawasi jilatan api unggun tanpa berkedip. Entah apa yang sedang
dipikirkanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Thi sia merasa amat iba, dia mengerti apa yang dipikirkan oleh abang seperguruannya ini.
Diapun sadar apa yang menganjal dihati abang seperguruannya, tapi ibarat nasi sudah menjadi
bubur, disesali juga tak ada gunanya.
Maka dengan langkah yang berhati-hati sekali dia menyelinap masuk dengan jalan melompati
pagar pekarangan, lalu dengan bergerak menempel diatas dinding ia berusaha menghindarkan diri
dari pengawasan para pengawal tersebut.
sementara itu sipedang kayu telah bersuit keras dengan kening berkerut, ia seperti telah
berhasil memikirkan sesuatu.
begitu suitan bergema, ratusan orang tentara kerajaan tadi serentak berkumpul dan
membentuk barisan yang rapi sambil menantikan perintah.
Cepat-cepat Kim Thi sia menyelinap kedepan dan bersembunyi dibelakang gedung sambil
mencoba menyadap pembicaraan mereka. Terdengar sipedang kayu berkata dengan suara berat:
"Pembesar Kanglam menyatakan amarahnya karena putri Kim huan telah diculik orang,
sebetulnya kejadian tersebut merupakan tanggung jawab kalian yang mendapat tugas untuk
mengawal serta menjaga gedung ini. Tapi berhubung orang yang melakukan penculikan justru
adalah adik seperguruanku sendiri, maka itu ceritanya menjadi lain. sampai kini rombongan kedua
yang dikirim keluar belum juga datang melapor. Besar kemungkinan merekapun telah mengalami
nasib yang jelek. karenanya sekarang aku pingin bertanya siapakah diantaranya kalian yang
bersedia untuk berangkat sebagai rombongan ketiga" Coba angkat tangan saja bagi yang
berminat Cuma ada satu hal yang perlu diingat, adik seperguruanku itu hanya boleh ditangkap
hidup, hidup dan jangan dibunuh, bagi mereka yang berjasa diberi hadiah besar. Tapi bagi yang
melanggar. HHmmmmm, begitu aku berhasil mengetahui pelanggaran yang diperbuatnya
hukuman besar akan segera kujatuhkan. Nah, siapakah sipemberani yang bersedia angkat
tangan?" Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, ada empat lima puluhan orang yang meng angkat
tangannya tinggi-tinggi. sipedang kayu segera menghitung jumlahnya, kemudian berkata lebih jauh:
"Bagus sekali, harap bentuk sebuah barisan lain disebelah sana, tapi kalianpun harus
perhatikan, adik seperguruanku itu berasal dari satu perguruan denganku. Meski dalam hal ilmu
silat agak rendah dibandingkan diriku, namun selisihnya tak akan terlalu banyak, karena itu dalam
pertarungan nanti jangan menaruh sikap pandang enteng. gunakan sistem pertarungan roda
berputar untuk memeras habis tenaganya. Kemudian setelah dia lelah baru dibekuk hidup,hidup,"
Keempat lima puluhan orang jago itu serentak mengiakan kemudian mempersiapkan senjata
masing-masing untuk berangkat, suasana berubah menjadi hiruk pikuk.
Dengan suara dalam sipedang kayu berseru lagi:
" Kalian boleh ikuti diriku sekarang andaikata ada orang persilatan yang menganggap tindakan
kita ini kelewat menyolok. segala sesuatunya menjadi tanggung jawabku untuk penyelesaian awas
jangan bertindak sendiri-sendiri........"
Ketika semua orang telah selesai mempersiapkan diri, berangkatlah mereka meninggalkan
gedung tersebut dengan meng ikuti dibelakang sipedang kayu.....
sedangkan si jagoan delapan penjuru Kek Jin bersama sisa jago lainnya tetap melakukan
perondaan didalam gedung sikap mereka serius dan tidak berani berayal tampaknya amarah dari
pembesar Kanglam itu membuat semua orang tak berani bersikap main-main, sebab siapa teledor
dialah yang bakal sial. Bukan cuma menghancurkan mangkuk nasi sendiri bisa jadi akan dijatuhi
hukuman mati. selama berapa tahun memangku jabatannya, si pembesar dari kanglam inipun baru pertama
kali ini marah besar, karenanya setiap petugas keamanan merasakan hatinya tak tenteram seolaholah
mereka takut kalau tanggung jawab tersebut dilimpahkan keatas bahu mereka.
sementara itu Kim Thi sia telah menyelinap kebalik gedung dengan langkah yang sangat
berhati-hati, dia langsung mendekati kamar tidur Lin linTapi ia tak berani bergerak lebih lanjut, sebab dikedua sisi ruangan tersebut berdiri sebaris
tentara kerajaan yang melakukan penjagaan dengan senjata lengkap. Andaikata ia hendak kesitu
berarti puluhan orang prajurit tersebut harus dirobohkan lebih dulu.
Padahal kepandaian silat yang dimilikinya sekarang masihamat terbatas mustahil baginya untuk
merobohkan sekian banyak orang dalam satu gebrakan. oleh sebab itu ia tak berani melakukan
tindakan ibarat menggebuk rumput mengejutkan sang ular. Bila kehadirannya sampai ketahuan
semua petugas, bisa berabe akhirnya.
Lama juga dia menunggu tapi kawanan prajurit tersebut sama sekali tak beranjak dari posisinya
semula. Kim Thi sia mulai gelisah, matanya mulai dipentangkan lebar-lebar tapi selalu menggigit
bibir menahan diri apa pula yang bisa diperbuat olehnya"
Ketika ia mencoba melirik kearah kamar tidur Lin lin tampak cahaya lampu menerangi seluruh
ruangan disisi meja terlihat tujuh delapan orang dayang berbaju hijau sedang berkumpul disitu
sambil menuding kesana sini, rupanya mereka sedang membicarakan masalah dia dengan putri
Kim huan tersebut. Lin linpun berada diantara mereka cuma keningnya nampak berkerut mukanya sedih dan bekas
air mata masih membasahi pipinya, dengan termangu- mangu dia mengawasi luar jendela, tidak
berbicara maupun bergerak sehingga keadaannya nampak sangat mengenaskan.
Kim Thi sia merasakan darah yang mengalir dalam tubuhnya serasa mendidih, hampir saja dia
menerjang keluar dari tempat persembunyiannya, untung niat tersebut diurungkan kembali.
Lin lin nampak murung dan masgul, kelihatan dia bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan
menuju kekamar tidur dengan kepala tertunduk. Kadangkala ia mendongakkan juga kepalanya
memandang rembulan diangkasa sambil menghela napas sedih, keadaannya benar-benar
mengibakan hati. Beberapa kali Kim Thi sia menggapai tangan kearahnya, namun sayang Lin lin tidak melihat
akan hal tersebut. Hal ini membuat pemuda kita merasa bertambah gelisah. Waktu itu Lin lin
sedang berpikir: "Mengapa aku harus berkenalan dengannya" sejak berkenalan dengannya, selain kemurungan
dan kemasgulan hanya rasa rindu dan kuatir yang mencekam perasaannya......"
Kemudian dengan gemas dan mendongkol dia berpikir lebih jauh:
"Mengapa dia harus menolong perempuan asing itu" Kenapa ia harus melakukan perbuatan
sebodoh itu......." makin dipikir nampaknya Lin lin merasa pikirannya makin kesal dan tersumbat. Akhirnya ia
mendekam dijendela dan menangis tersedu-sedu.
Kim Thi sia dapat mendengar suara isak tangisnya itu, suara tangisan yang memedihkan hati
membuatnya teringat kembali peristiwa dimalam itu, waktu itu diapun pernah menangis.
Akhirnya Kim Thi sia tak sanggup mengendalikan diri lagi. Bagaikan seekor singa kelaparan ia
melompat keluar dari tempat persembunyiannya, kemudian tanpa memperdulikan keadaan
disekelilingnya dia lari menuju kebawah jendela dan menghancurkan daun jendelanya.
Dengan cepat sepasang mata mereka saling bertemu dan beradu pandangan, hanya dalam
sedetik saja. Namun rasanya mengungguli sejuta perkataan, serasa semua kesalahan paham telah
hilang. seakan-akan dalam sedetik pandangan tersebut keluar berani bersama-sama memperoleh
pengertian yang mendalam.
Dengan cepat Kim Thi sia merangkul tubuhnya, Lin lin segera terjatuh kedalam pelukannya,
tapi Kim Thi sia tak sempat lagi merasakan kehangatan dan kemesraan tersebut. sambil
merangkul pinggang gadis tersebut, ia cepat-cepat kabur meninggalkan tempat itu.
Ketika bunyi tanda bahaya dibunyikan dalam gedung, dia telah berhasil melompati pagar
pekarangan dan menerobos masuk kedalam hutan.
Dari balik dinding pekarangan gedung pembesar secara beruntun muncul rombongan demi
rombongan prajurit kerajaan, dengan senjata terhunus mereka berlarian menuju ketanah
perbukitan untuk melakukan pengejaran serta penggeledahan.
Tak lama kemudian, rombongan tentara itu telah lenyap dari pandangan suasanapun pulih
kembali dalam keheningan.
Dalam keadaan beginilah Kim Thi sia baru merangkak keluar dari persembunyiannya, kemudian
dengan mengambil arah yang berlawanan dia kabur menyelamatkan diri
Rembulan telah condong kearah barat napas Lin lin telah tersengkal. Namun dibalik wajahnya
yang cantik terselip perasaan kejut dan garang, selain tentu saja rasa kaget bercampur ngeri.
Tanpa disadari lagi Lin lin balas memeluk tubuh Kim Thi sia yang kekar erat-erat sebab hanya
dengan kata begini ia dapat merasakan kehangatan dari pemuda tersebut. Kim Thi sia yang mulai
mengenal rasa cinta mendadak menghentikan gerak larinya.
Mengawasi wajah sinona yang cantik jelita serta bau harum keperawanannya yang
merangsang, tiba-tiba saja ia merasa tak kuasa untuk menahan diri lagi. Pelan-pelan kepalanya
ditundukkan lalu bersiap-siap untuk mengecup bibirnya yang mungil.
Namun sebelum niat tersebut tercapai, mendadak saja Lin lin membuka matanya lagi,
kemudian dengan perasaan kaget bercampur gugup, serunya dengan napas terengah: "Engkoh
sia, jangan........."
sambil berseru ia mencoba mendorong tubuhnya.
Kim Thi sia merasa tak dapat merangkul tubuhnya lagi, karena itu dengan rasa tak habis
mengerti serunya: "Lin lin, mengapa tak boleh" Bukankah kau bersedia untuk kawin denganku" Menjadi biniku?"
"oooh......engkoh sia......" pelan-pelan tlin lin membalikkan badan sambil berbisik dengan sedih.
"Bunga yang cakap akan cepat pula layunya, kenapa kita harus."
Biarpun sebagai seorang dayang, telah banyak buku pendidikan yang pernah dibacanya. Lin lin
tahu sebagai seorang gadis yang punya harga diri, dia tak ingin berbuat sesuatu yang mesra dan
hangat yang terlalu melampaui batas sebelum perkawinan yang resmi dilakukan.
Karenanya setelah berhasil menenangkan hatinya dan membenarkan rambutnya yang kusut,
pelan-pelan dia membalikkan tubuhnya dan menatap pemuda tersebut lekat-lekat.
0000000 "Engkoh sia......maafkan daku" bisiknya kemudian dengan suara yang halus dan lembut.
"Akhirnya aku toh pasti menjadi milikmu, tapi......kuminta janganlah kau lakukan hal yang diluar
batas, hatiku merasa amat kalut."
Tiba-tiba ia menjatuhkan diri kedalam pelukan pemuda tersebut dan menangis terseduh-seduh.
Kim Thi sia tahu masalah pelik apakah yang sedang mengganjal perasaan gadis tersebut, lama
sekali ia berdiri tertegun, kemudian baru katanya:
"Kita tak ada yang salah, mengapa harus minta maaf kepadaku" toh meski kau menolak,
akupun tak berani memaksa.....mari, jangan membuang waktu lagi disini, kita harus pergi
secepatnya sebab sebentar lagi tentara kerajaan akan mengejar sampai disini."
Lin lin meras akan hatinya sakit pedih dan tak karuan rasanya dilihat dari sikap pemuda
tersebut bisa jadi dia merasa sakit hati karena penolakannya tadi...tiba-tiba saja ia berpendapat
bahwa penolakannya tadi merupakan suatu langkah yang keliru bisa jadi pemuda itu merasa amat
sedih hanya perasaan tersebut tak ingin diutarakan keluar.......
sekali lagi Lin lin memeluk tubuh pemuda tersebut erat-erat suara isak tangis membuatnya tak
mampu mengucapkan sepatah katapun.
seandainya Kim Thi sia mengajukan permintaan macam apapun saat itu, mungkin Lin lin tak
akan menolak. Mungkin segala permintaannya bakal dikabulkan dengan begitu saja termasuk
melakukan hubungan suami istri sekalipun.....
Kim Thi sia tak berbicara lagi, diapun tak membelainya dengan kasih sayang, sambil mengempit
tubuhnya kembali dia berlarian menelusuri jalanan......
Lin lin benar-benar amat sedih, suatu perasaan kecewa yang aneh membuat perasaannya tak
tenang, namun dibalik kekecewaan terselip juga perasaan bersyukur.......
Yaa pikirannya saat itu amat kalut saling bertentangan satu dengan lainnya ia merasa tak
mampu menolak permintaan orang namun diapun tak berani menerimanya......
Mendadak ia menjumpai luka-luka yang berada ditubuh Kim Thi sia, darah yang telah membeku
membuatnya terkejut. "Engkoh sia, masih sakitkah lukamu ini?" bisiknya kemudian dengan penuh pcrhatian.
"oooooh.......cepat berhenti coba kau lihat darahnya mengalir keluar kembali........"
Kim Thi sia menghentikan larinya tidak jauh disebelah depan terdapat sebuah kolam dengan air
yang jernih. Lin lin segera membasuh sapu tangannya dengan air, kemudian dengan penuh kasih sayang
menyeka darah dari tubuh pemuda itu.
Kim Thi sia berdiri termangu-mangu, mengawasi suasana hening yang mencekam sekeliling
tempat itu membuatnya teringat kembali dengan suasana dibukit tengkorak tempo hari disaat dia
masih hidup berdua dengan ayahnya.. .tanpa sadar titik air matajatuh berlinang membasahi
wajahnya. Yaa dia melelehkan air mata, selama hidup baru pertama kali ini dia melelehkan air mata.
Lin lin yang melihat keadaan tersebut segera salah mengartikan kesoal lain tiba-tiba saja
seluruh tubuhnya gemetar keras.
Ia turut melelehkan air mata lalu sambil menggigit bibir dibelainya tubuh pemuda itu dan
bisiknya dengan suara terbata-bata.
"Engkoh sia.....apa......apapun yang ingin kau lakukan.......aku......aku bersedia menuruti
perkataanmu.....asal......asal kau tidak marah kepadaku........."
sambil berkata dia segera merangkul tubuh pemuda tersebut dan membelainya dengan penuh
kasih sayang. sebagai seorang lelaki yang masih normal Kim Thi sia mempunyai perasaan, diapun mempunyai
napsu, rangsangan yang membangkitkan birahinya ini membuat ia tak mampu menahan diri lagi.
Dengan cepat pemuda itu memeluknya, mereka saling berpelukan dengan erat berangkulan
dengan mesra. sementara itu sepasang bibirpun saling bertemu, saling mengecup dengan penuh kemesrahan
aliran hawa hangatpun menyebar keseluruh tubuh membangkitkan gairah yang lain-....
Namun dengan cepat Kim Thi sia menyadari perbuatannya dia merasa tak pantas dirinya
menodai seorang gadis lemah yang masih suci bersih seperti Lin lin sekalipun sebagai lelaki normal
sesungguhnya diapun membutuhkan hal tersebut.
Lama......lama sekali mereka berpelukan akhirnya waktupun dilewatkan dalam kebahagiaan dan
kegembiraan..... suatu ketika, tiba-tiba Kim Thi sia teringat kembali dengan kotak peta yang berada dalam
sakunya dia mencoba meraba seluruh tubuhnya namun tak ditemukan, akhirnya ia berseru kaget:
"Engkoh sia ada apa?" Lin lin segera bertanya dengan wajah keheranan"Aku telah kehilangan kotak. padahal benda itupenting sekali artinya......." seru sang pemuda
sambil memukul jidat sendiri
"Benda inikah yang kau maksudkan?" tanya Lin lin sambil mengeluarkan sebuah kotak kecil dari
sakunya. Kim Thi sia menjadi kegirangan setengah mati serunya cepat:
"Yaa benar benda inilah yang kumaksudkan.....kau mendapatkannya dimana?"
Lin lin tertawa manis. "Aku menemukannya waktu kuhantar kau pulang kekamar untuk beristirahat tempo hari
sepulangku dari situ aku merasa tak bisa tidur sehingga pergi mencari tempat untuk bercakapcakap
siapa tahu kakiku tersangkut sebuah benda sehingga hampir saja terjerembab ketika kulihat
ternyata benda tersebut adalah sebuah kotak kecil maka akupun membawanya kembali maksudku
sambil menunggu pemiliknya mencari benda tersebut, tapi kemudian kau membuat huru hara
didalam gedung, akibatnya hatiku menjadi tak tenteram......."
Kim Thi sia merasa amat terharu, dia ingin menciumnya tapi Lin lin segera menghindar.
"Kenapa sih kau suka......aku tak mau....."
"Kenapa tidak mau?" tanya pemuda itu tak mengerti.
Rupanya sejak kecil dia hanya hidup berdua dengan ayahnya dipegunungan yang terpencil,
selama itu dia tak pernah bergaul dengan orang kedua. oleh sebab itu diapun tidak mengetahui
perkataan dari muda mudi.
Kontan saja pertanyaan tersebut membuat Lin lin tertawa terpingkal-pingkal karena geli.
Kim Thi sia tak tahu apa yang ditertawakan gadis itu, maka diapun turut tertawa terbahakbahak.
"Lin lin" daitak berkata kemudian. "Aku tak pandai menyimpan barang ini tak ternilai harganya.
Tolong simpan benda tersebut baik-baik."
Lin lin merasa ucapan tersebut amat hangat dan mesrah, ia segera manggut-manggut dan
menyimpan kembali kotak tersebut.
Tiba-tiba satu ingatan aneh melintas didalam benak Kim Thi sia, pikirnya:
"Putri Kim huan sama-sama seorang perempuan, kalau bisa menikmati kemauan dan
kegembiraan dengan tenang, mengapa tidak dengan Lin lin?"
Maka dia segera merogoh keluar ketiga butir mutiara tersebut, setelah itu katanya lebih jauh:
"Lin lin, besok aku akan mengundang banyak sekali jago lihay untuk melindungimu. Aku pingin
melihat kau hidup senang seperti putri Kim huan........"
Lin lin nampak tertegun, lalu diawasinya pemuda itu dengan rasa tak habis mengerti. "Kenapa
begitu?" tanyanya tercengang.
"Kau tak mengerti ilmu silat, kaupun amat lemah, aku tak tega membiarkan kau hidup
sendirian-"

Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cepat-cepat Lin lin menggeleng.
"Tapi kau toh berada disisiku, kehadiranmu memberi ketentraman dan keamanan bagiku."
"Tidak. kau tidak mengerti maksudku......"
Lin lin memang tidak mengerti apa tujuan pemuda tersebut, namun diapun tidak banyak
bertanya, sebab sebagai seorang istri yang baik maka semua kehendak suami jangan mencoba
untuk ditanya ataupun diselidiki, apalagi diapun tak ingin menentang kehendak pemuda tersebut.
Kim Thi sia segera memeluk kembali tubuhnya dan berlarian menuju keluar kota. Disitu ia
mencari sebuah rumah penginapan.
Ketika hari sudah terang tanah, Kim Thi sia membeli setumpuk pakaian baru untuk Lin lin dan
dirinya, kemudian mereka berdandan rapi sehingga hampir saja berbeda dengan keadannya
semula. Kim Thi sia berdandan sebagai seorang busu, wajah yang tampan, tubuhnya yang kekar dan
langkahnya yang mantap mencerminkan ia sebagai seorang lelaki sejati.
Mereka berdua melangkah masuk kedalam sebuah rumah pengawalan barang, kehadiran
mereka amat menyolok itu dengan cepat menimbulkan perhatian orang banyak. Menyaksikan
kesemuanya ini, tiba-tiba Lin lin berbisik, "Engkoh sia, aku takut......."
"Apa yang perlu ditakuti?" jawab Kim Thi sia sambil berjalan lebih rapat disisinya. "selama aku
berada disampingmu, tak nanti mereka berani berbuat apa-apa terhadapmu."
sambil berkata dia segera mengawasi sekelilingnya dengan mata melotot, akibatnya para
penduduk yang semula mengawasi mereka segera melengos kearah lain atau bubaran. Melihat itu
Lin lin tertawa ringan, perasaan hatinyapun menjadi tenang kembali.
Ketika melangkah masuk kedalam perusahaan piawkiok. Kim Thi sia segera berteriak keras
memanggil keluar pemiliknya.
seorang lelaki yang kurus kering segera mengawasinya sekejap sambil tertawa. "Apakah kek
koan hendak mengawalkan sesuatu barang?"
Diam-diam Kim Thi sia merasa pipinya menjadi merah, sahutnya:
"saya bukan datang untuk mengawalkan barang, aku hanya ingin mengundang beberapa orang
toa suhu untuk mengawal........"
Ia melirik sekejap Lin lin yang menunduk dengan tersipu-sipu kemudian terusnya lagi: " Untuk
mengawal adikku ini........"
Dia mengira perkataannya sudah cukup sesuai dengan keadaan apa lagi memanggil pengawal
piawkiok sebagai toa suhupun mengandung nada persilatan. siapa tahu si pemilik piawkiok
tersebut segera berseru dengan nada tercengang:
"Kek koan, perusahaan Yang ti piawkiok kami hanya mengawal barang tidak mengawal orang."
Dengan kening berkerut Kim Thi sia segera menggebarak meja keras-keras, serunya:
"sauyamu jelek-jelek masih terhitung seorang jagoan dari dunia persilatan, kalau Cuma
permintaan seperti inipun ditolak buat apa kalian membuka perusahaaan pengawalan?"
Baru selesai perkataan tersebut diucapkan dari dalam ruangan sudah terdengar seseorang
tertawa tergelak. menyusul kemudian tampak seorang kakek bermuka merah dan bertubuh tegap
berjalan keluar dari ruangan mengiringi kakek berlima orang lelaki setengah umur yang bertubuh
tegap pula. Tampak kakek bermuka merah itu menjura sambil berseru: "selamat jalan saudarasaudara,
maaf kalau aku tidak menghantar lebih jauh." sambil tertawa tergelak kelima orang itu
menjawab: "Terima kasih cong piawtau........"
Sambil berkata mereka bersama-sama melirik kearah Kim Thi sia kemudian memandang kearah
Lin lin dengan cepat dibuat tercengang hingga sampai lama kemudian baru menarik kembali
pandangan matanya. sementara didalam hati kecil masing-masing pun timbul sebuah ingatan yang sama. "Cantik
nian nona ini......."
sebaliknya Kim Thi sia telah memperhatikan pula kelima orang tersebut, melihat dandanan
serta sikap mereka yang begitu gagah, iapun segera menjura sambil serunya: "Cuangsu, harap
tunggu sebentar." Waktu itu, kelima orang tadi sudah berada didepan pintu mereka segera berpaling seraya
menegur mendengar seruan itu "Ada urusan apa kek koan?"
"Konon perusahan ini hanya mengawal barang dan tidak mengawal orang, apa benar demikian"
"Benar" "Boleh aku tahu, apakah saudara sekalian bekerja diperusahan ini?"
"Berkat bimbingan dari congpiantau, kami memang bekerja disini, tapi ada urusan apa kau
menanyakan tentang masalah ini?"
"Bagus sekali kalau begitu" seru Kim Thi sia sambil tertawa. "Boleh aku tahu kalian?"
Kelima orang itu nampak agak tertegun, tapi segetra jawabnya sambil tertawa. "Kami adalah
lima orang gagah dari Yang wi"
"Sudah lama kukagumi nama anda, sungguh beruntung aku bisa bersua dengan kalian hari ini"
seru Kim Thi sia segera sambil menjura.
Ternyata dia telah menirukan ucapan yang pernah diajarkan ayahnya kepada dirinya dulu untuk
menghadapi orang persilatan, tentu saja kata-kata tersebut membuat paras muka kelima orang itu
berseri-seri. Meski demikian kelima jagoan itupun merasa kebingungan dan tidak habis mengerti. sekalipun
pemuda tersebut tidak menunjukkan sikap permusuhan, tapi apa maksudnya berbuat begitu"
Kalau kejadian ini berlangsung disaat lain- mungkin kelima orang tersebut segera akan beranjak
pergi setelah mengucapkan kata-kata sungkan, tapi dengan kehadiran Lin lin yang cantik, keadaan
menjadi berubah. setiap orang hampir mempunyai pikiran yang sama, yaitu ingin berada disana
lebih lama sehingga mempunyai kesempatan untuk menikmati kecantikan wajah gadis tersebut.
Itulah sebabnya meski Kim Thi sia bertanya terus tiada hentinya, mereka sama sekali tidak
merasa jenuh. Kembali terdengar Kim Thi sia berkata:
"Aku hendak memohon bantuan dari anda sekalian, apakah kalian bersedia untuk
menerimanya?" Kelima orang itu melirik sekejap kearah Lin lin, kemudian sahutnya sambil tertawa:
"Persoalan apakah itu" Asal kami sanggup untuk mengerjakan tentu saja akan kami terima."
"Ehmmmmm, tak nyana lima orang gagah dari Yang wi memang sangat terbuka orangnya yang
kumohon kepada kalian adalah kesediannya untuk mengawal adikku. Berhubung dia tak pandai
berilmu silat, aku takut terjadi sesuatu atas dirinya........"
Lima orang gagah dari Yang wi nampak tertegun, lalu dengan cepat menuding kearah Lin lin
sambil berseru: "Adikmu yang ini......."
Lin lin yang ditunjuk segera menundukkan kepalanya dengan wajah bersemu merah.
"Benar" Kim Thi sia mengangguk. "Apakah kalian bersedia tawaranku itu?"
Kemudian sambil mengeluarkan sebutir mutiara, katanya lebih jauh dengan wajah serius:
"sedikit balas jasa harap kalian terima."
sebutir mutiara sudah tak ternilai harganya apalagi kelima orang itu sudah terbiasa mengawal
barang, tentu saja mereka mengerti berapa harganya.
Dalam pada itu si ciangkweee perusahan telah bangkit berdiri sambil mengamati mutiara
tersebut, lalu serunya: " Untuk kali ini kita boleh melanggar kebiasaan-......."
sudah jelas dengan perkataan tersebut ia mendesak kelima orang gagah dari Yang wi agar
menerima transaksi tersebut karena kuatir Kim Thi sia membatalkannya.
Dengan kening berkerut kelima orang itu memandang sekejap kearah Lin lin, kemudian
sahutnya sambil mengangguk:
"Kalau toh kek koan memang meminta dengan sungguh hati, tentu saja kami tak akan
menampiknya. Tapi sebelum itu biar kami memohon petunjuk dulu dari congpiautau, harap kek
koan tunggu sebentar......"
Dengan langkah tergesa-gesa kelima orang itu masuk kembali kedalam ruangansepeninggal
kelima orang itu, Lin lin segera menarik ujung bajU Kim Thi sia sambil berbisik,
"Engkoh sia, batalkan saja, aku takut dengan mata mereka. Masa mengawasi diriku terus tanpa
berkedip" "Lin lin, kau tak usah menyalahkan mereka juga tak usah menyalahkan aku, tetapi harus
menyalahkan dirimU sendiri siapa suruh kau mempunyai wajah yang begitu cantik" sahut sang
pemuda sambil tertawa. Lin lin segera cemberut dengan gemas bercampur girang ia memukul bahu pemuda itu.
Kim Thi sia merasa makin kegelian godanya:
"Kau tidak kuatir pukulanmu itu menghandurkan bahuku?"
"Engkoh sia, bila kau menggoda diriku terus, selama hidup aku tak akan menggubris dirimU
lagi......" Kim Thi sia tertawa semakin keras.
"Haaaaahhh.....haaaahhhh....haaaaahh....... dasar perempUan tetap perempuan......kenapa tak
mau menggubrisku lagi" Aaaaah, ucapanmu sangat membingungkan hatiku tetapi rasanya juga
nyaman sekali........"
Tak lama kemudian lima jagoan tersebut sudah muncul kembali. Mereka segera bertanya
sambil tertawa: "Congpiantau sudah menerima tawaran ini berapa hari kek koan hendak menggunakan tenaga
kami?" "soal itu aku sendirripun tak tahu pokoknya sampai waktunya nanti aku baru putuskan." Maka
kelima orang itupun mengiringi Lin lin berjalan-jalan menelusuri jalan raya.
Dari kejauhan Kim Thi sia dapat menyaksikan sikap Lin lin yang begitu canggung takut dan
gugup, tapi ia segera berpikir:
" Kalau belum biasa memang nampaknya canggung, tapi lama kelamaan toh akan terbiasa
kembali......." Maka diapun tidak menggubris gadis itu lagi.
setelah menelusuri jalan raya baru akan berbelok kesebuah tikungan mendadak terdengar
seseorang menyapanya dari belakang. "sobat cilik, sobat cilik,......."
Ketika Kim Thi sia berpaling, hatinya segera bergetar keras. Tampaklah seorang kakek yang
bertubuh tegap dan berwajah saleh setelah berjalan menghampirinya. orang itu tak lain adalah
ciang sianseng yang termashur namanya diseantero jagad itu.
Disamting ciang sianseng mengikuti seorang jago sedang setengah umur yang bertubuh tegap.
berwajah panjang dan bermata tajam bagaikan sembilu. Dalam sekilas pandangan saja dapat
diketahui bahwa orang ini memiliki tenaga dalam amat sempurna.
Kim Thi sia tidak habis mengerti apa sebabnya ciang sianseng mencarinya disitu. Maka cepatcepat
dia memberi hormat seraya berseru: "Empek. baik-baikkah kau selama ini?"
"Segala sesuatunya tetap lancar seperti sedia kala" jawab ciang sianseng sambil tersenyum.
sekali lagi Kim Thi sia memperhatikan jago pedang setengah umur yang berada disamping
ciang sianseng. Namun ketika sorot matanya bertemu kembali dengan sorot matanya. Kim Thi sia
segera merasakan sekujur badannya ini yang menjadi dingin, tanpa sadar ia melengos kearah lain
dan tak berani menatapnya kembali. Terdengar ciang sianseng berkata sambil tersenyum:
"Dia adalah satu-satunya muridku. orang silat menyebutnya sebagai pelajaran bermata sakti.
Mari kuperkenalkan kalian berdua"
Begitu nama sipelajar bermata sakti disebutkan, lima jagoan dari Yang wi yang sudah pergi
jauh tadi segera menghentikan langkahnya dan berpaling dengan rasa terkejut.
Menyusul kemudian mereka berlima berlarian mendekat dan berlutut dihadapan ciang sianseng
sambil berseru: "Rupanya kau orang tua adalah ciang sianseng....Ciang locianpwee, terimalah salam hormat
kami........" Melihat tampang muka kelima orang itu yang kesemsem bagaikan orang mabuk. Kim Thi sia
bisa membayangkan betapa terkejut dan gembiranya kelima orang itu karena bisa berada dengan
ciang sianseng yang termashur itu.
Dalam pada itu dia telah menjura kearah sipelajar simata sakti sambil berkata: "Sudah lama
kukagumi nama besar anda."
Pelajar bermata sakti hanya memandang sekejap kearahnya dengan pandangan dingin, selang
sejenak kemudian dia baru berkata angkuh: "Tak usah banyak adat"
Kemudian kepada ciang sianseng katanya pula:
"Terima kasih banyak atas petunjukmu sejak kini tecu dapat mengenal kembali seorang jago
muda yang terkenal" Perkataannya dingin, kaku tanpa menunjukkan sikap hormatnya sebagai seorang murid
terhadap gurunya. Bahkan hingga detik itu, mukanya yang kurus panjang masih tetap kaku tanpa
perubahan emosi. Diam-diam Kim Thi sia merasa amat mendongkol sekali, pikirnya:
"Manusia macam apakah iyu" Huuuuh, hanya binatang yang berdarah dingin baru
menunjukkan sikap begitu terhadap gurunya."
Tapi sungguh aneh, ciang sianseng sama sekali tidak menunjukkan rasa tak senangnya, malah
berkata kembali sambil tertawa:
"silahkan kalian berlima bangkit berdiri, penghormatan sebesar ini tak berani kuterima........."
Namun lima orang gagah dari Yang wi tetap berlutut sambil menyembah berulang kali, mereka
seakan- akan tak ingin bangkit berdiri, atau mungkin dalam anggapan mereka bisa berlutut
dihadapan ciang sianseng dihadapan umum merupakan suatu kejadian yang patut dibanggakanDengan pandangan dingin sipelajar bermata sakti melirik sekejap kearah kelima orang tersebut
lalu jengeknya sambil mendengus:
"Manusia sebangsa ini sudah sering dijumpai dalam dunia persilatan tiada sesuatu yang perlu
diherankan." Biarpun perkataan tersebut ditujukan kepada lima orang gagah dari Yang wi tetapi Kim Thi sia
dapat merasa bahwa perkataan tersebut sengaja ditujukan kepadanya, rasa gusar dan
mendongkol kontan saja berkobar.
Andaikata saja ciang sianseng tidak hadir disitu, ingin sekali ia melabrak orang tersebut dan
ingin diketahui sampai dimanakah kepandaian silat yang dimiliki orang itu sehingga berani
memandang hina orang lainTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Keramah tamahan ciang sianseng dan kesadisan serta kekakuan sipelajar bermata sakti persis
menunjukkan dua sikap yang berbeda secara menyolok.
Kim Thi sia tidak mengira kalau ciang sianseng yang merupakan tokoh silat yang bermata jeli,
kenapa memilih manusia semacam itu sebagai muridnya.
Tapi, walaupun hatinya merasa amat mendongkol namun sebisa mungkin pemuda tersebut
berusaha untuk menahan diri
Ketika itu ciang sianseng telah mengeluarkan obat mestika dan membagikan seorang sebutir
kepada lima jagoan dari Yang wi Hadiah tersebut diterima kelima orang itu dengan linangan air
mata karena gembira, akhirnya diiringi ucapan terima kasih setinggi langit mereka menyimpan pil
tersebut kedalam sakunya.
Walaupun lima orang yang gagah Yang wi telah bangkit berdiri, namun mereka masih berdiri
ditepi arena dengan sikap yang amat menghormat, bahkan berulang kali melirik sekejap kearah
ciang sianseng, seakan-akan mereka berusaha untuk mengamati tokoh sakti ini seteliti mungkin
sehingga dikemudian hari bisa digunakan sebagai bahan cerita. Mendadak terdengar pelajar
bermata sakti menjengek dengan suara dingin. "suhu, hatimu sungguh baik.........."
ciang sianseng hanya tertawa getir tabpa menjawab.
Tiba-tiba Kim Thi sia merasakan darah didalam tubuhnya serasa mendidih tanpa berpikir
panjang lagi ia berteriak keras:
"Empek. boanpwee ingin memohon sesuatu kepadamu, harap kau sudi mengabulkan"
"Katakanlah......." ucap ciang sianseng sambil tertawa ramah.
"Aku ingin menantang muridmu yang bernama pelajar bermata sakti ini untuk beradu
kepandaian-" Pelajar bermata sakti kontan saja dibikin tertegun lalu dengan sinar mata setajam sembilu
diawasinya wajah Kim Thi sia sekejap. Lalu serunya sambil tertawa dingin: "Bocah muda, berpa
lembar nyawa yang kau miliki?"
" Hanya selembar" sahut Kim Thi sia dengan penuh amarah. "Asal kau merasa mampu untuk
mencabutnya, silahkan dicabut sekarang juga......."
Lin lin yang berada diujung jalan sana menjerit kaget dan cepat-cepat lari mendekat sambil
menarik tangan Kim Thi sia mukanya yang cantik kini telah berubah menjadi pucat pias karena
takut. Melihat hal ini Kim Thi sia merasakan hatinya jadi lembek kembali untuk sesaat ia tak tahu apa
yang mesti diperbuat. Tatkala lima orang gagah dari Yang wi melihat Kim Thi sia sepertipunya hubungan dengan
ciang sianseng. Mereka segera mengerti kalau pemuda tersebut bukan manusia sembaranganTapi setelah melihat pemuda itu berniat menantang murid ciang sianseng untuk berduel.
Mereka berlima segera menganggap perbuatan tersebut merupakan suatu tindakan yang tidak
cerdik, sekalipun mereka sendiripun merasa agak mendongkol terhadap pelajar bermata sakti,
namun nama besar orang tersebut membuat mereka tak berani banyak berbicara.
Karenanya cepat- cepat mereka menghalangi Kim Thi sia sambil berusaha membujuk. "sauhiap.
jangan sekali-kali kau lakukan hal itu."
Dalam pada itu ciang sianseng telah berkata pula sambil menghela napas panjang. "Muridku
apakah kau berniat membunuhnya?"
"Benar"jawab pelajar bermata sakti tanpa berpikir panjang. "Aku percaya kau tidak akan
membantunya bukan?" Mendengar perkataan itu, kemarahan Kim Thi sia kembali berkobar sambil mendorong Lin lin
kebelakang, serunya lagi sambil tertawa keras:
"Mari, mari, mari......akan kubuktikan kepadamu bahwa Kim Thi sia bukan manusia bangsa
tempe yang sudi diinjak-injak semau hatinya........."
Nama "Kim Thi sia" boleh dibilang sudah merupakan lambang dari seseorang jagoan yang
paling susah dilayani. Lima orang gagah dari Yang wi yang berpengetahuan luas sudah sering kali
mendengar sepak terjang Kim Thi sia yang tak pernah kenal menyerah itu. Berbicara
sesungguhnya mereka merasa kagum sekali dengan keuletan serta kegagahan pemuda itu.
Karenanya setelah mendengar nama tersebut disebut, mereka jadi tertegun dan saling
berpandangan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
sementara itu Kim Thi sia telah bersiap sedia untuk menghadapi sipelajar bermata sakti yang
nama besarnya telah menggetarkan seantero jagad itu, meski sorot matanya yang tajam dari
pelajar bermata sakti membuat kepalanya tertunduk. namun hati kecilnya tak pernah merasa
menyesal, bahkan ia ingin mencoba untuk melabrak orang itu Kembali Lin lin menarik tangannya
membujuk pemuda tersebut agar mengurungkan niatnya.
Tapi Kim Thi sia yang sudah berang bukannya menurut, malah secara tiba-tiba ia teringat
kembali dengan ucapan ayahnya dulu, maka dengan suara keras segera teriaknya:
"sekarang aku harus mengerti, tak heran kalau ayah sering bilang, seorang lelaki sejati jangan
sekali- kali akrab dengan perempuan- Kalau tidak maka semua semangat dan keberaniannya akan
turut musnah.....Lin lin, bila sekali lagi kau menghalangi niatku untuk berduel dengannya, maka
aku bersUmpah tak akan meladeni dirimU lagi."
Walaupun perkataan yang diucapkan itu agak mengandung nada emosi dan kasar
kedengarannya, namun tidak menutupi semangat jantan serta gagahnya sebagai seorang lelaki
sejati.

Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lima orang gagah dari Yang wi segera manggut-manggut dengan perasaan amat kagum.
sementara itu Lin lin kelihatan agak terkejut, dengan mata terbelalak lebar dia mengawasi
wajah Kim Thi sia dengan perasaan sedih dan tak habis mengerti. Lama sekali dia berdiri
termangu-mangu sambil bergumam:
"Dia bukan manusia semacam itu, bukan manusia semacam itu, dia bukan........"
Tiba-tiba matanya menjadi merah, lalu sambil menutup wajah lari meninggalkan tempat
tersebut. Pada saat itulah dari depan sana muncul serombongan kuda yang dilarikan cepat. Rombongan
kuda tadi langsung menerjang kearah Lin lin yang sedang berlarian sambil menutupi wajahnya.
Berubah hebat paras muka Kim Thi sia setelah menyaksikan peristiwa ini, segera bentaknya:
"Lima orang gagah dari Yang wi, apa kerja kalian disitu?"
Dalam cemasnya bentakan tersebut diucapkannya dengan suara yang keras bagaikan guntur
membelah bumi, kontan saja lima jagoan itujadi terperanjat dan berubah hebat paras mukanya.
Untung ciang sianseng bertindak secepat kilat, dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan kilat
dia menyerang kedepan sambil mengebaskan ujung bajunya.
segulung tenaga yang amat besar menerjang rombongan berkuda tadi sehingga lari kuda
serentak terhenti. Dipihak lain Kim Thi sia pun telah memburu kedepan sambil menghantam kuda yang lain-Kuda
tersebut segera meringkik panjang dan mundur beberapa langkah kebelakang.
Ternyata penunggang kuda itupun amat cekatan, meski terjadi secara mendadak namun ia
berhasil mengendalikan kudanya secara sempurna. Dalam waktu singkat kudanya berhasil
dijinakkan kembali. Lin lin dengan wajah pucat pias berdiri tertegun ditengah jalan, rasa kaget yang luar biasa
membuatnya tak mampu bergerak untuk beberapa saat lamanya. Lima jagoan dari Yang wipun
terkejut sekali, cepat- cepat mereka memburu kedepanDalampada itu sipenunggang kuda yang kudanya dihadang Kim Thi sia mengayunkan
cambuknya untuk menghajar tubuh anak muda itu.
Dengan cekatan Kim Thi sia menghindarkan diri kesamping, lalu bentaknya keras-keras: "Telur
busuk anak kura-kura, kalian pingin mampus rupanya" sebuah pukulan segera dilontarkan
kedepan- Melihat datangnya seragan,jago pedang yang berada dikuda itu segera berkerut kening dan
melompat turun dari kudanya. Lalu tanpa mengucapkan sepatak katapun ia melepaskan tiga buah
pukulan dan empat tendangan berantai mengancam tubuh Kim Thi sia.
serangan-serangan gencar mendesak Kim Thi sia mundur kebelakang dan hampir saja tak
mampu menahan diri. Dalam gusarnya ia segera mengeluarkan ilmu pedang panca Buddha dan
melancarkan serangkaian serangan balasan yang gencar.
Begitu dahsyat serangan tersebut membuat jago pedang muda itu terkesiup, belum sempat ia
berbuat sesuatu sebuah pukulan dari Kim Thi sia telah menghantamnya hingga mencelat sejauh
dua tiga langkah. Pemuda itu menjadi berang, sambil membentak keras kembali ia menerjang kedepanPelajar bermata sakti tak malu disebut seorang bermata sakti, walaupun berada dikejauhan
namun ia dapat menyaksikan semua gerak gerik Kim Thi sia dengan jelas. Ketika menjumpai gerak
pukulannya yang begitu sakti dan rasa kaget segera pikirnya:
"Ilmu pukulan apakah itu, nampaknya kepandaian yang dimiliki orang ini tidak berada
dibawahku." sementara dia masih tertegun, ciang sianseng sendiripun nampak berkerut kening dengan
perubahan wajah tak menentu.
Dari rombongan orang berkuda tadi duduk seorang kakek berusia lima puluh tahunan, agaknya
baru sekarang ia dapat melihat jelas wajah Ciang sianseng paras mukanya segera berubah hebat
lalu dengan suara nyaring bentaknya: "Tahan"
suara yang keras membuat para penunggang kuda lainnya sama-sama menghentikan gerakan
sambil bertanya: "Ada apa?"
Namun kakek berusia lima puluh tahunan itu tidak menjawab ia segera melompat turun dari
kudanya dan menyembahk dihadapan ciang sianseng dengan sikap hormat, katanya dengan nada
bersungguh-sungguh: "Boanpwee tak tahu akan kehadiran Ciang sianseng, harap kelancangan kami tadi sudi
dimaafkan, kamipun bersedia hukuman apapun yang akan dijatuhkan kepada kami."
Ketika para penunggang kuda itu mengetahul bahwa kakek berjenggot panjang yang berdiri
dihadapan mereka adalah Ciang sianseng yang termashur serentak mereka berseru kaget dan
melompat turun dari kuda masing-masing untuk menyembah dihadapan kakek tadi. suatu
ancaman pertarunganpun seketika mereda dengan sendirinya. sambil tersenyum Ciang sianseng
berkata: "Silahkan kalian bang kit berdiri sesungguhnya peristiwa ini terjadi karena salah paham, jadi
akupun turut bertanggung jawab atas peristiwa itu, kenapa aku mesti menyalahkan kalian?"
setelah mendengar ucapan itu, kakek berusia lima puluh tahunan itu baru bangkit berdiri
bersama anak buahnya, kembali ujarnya: "Boanpwee bersedia menerima hukuman apapun tanpa
mengeluh." "Jangan terlalu serius, anggap saja masalahnya telah usai. oya, aku belum tahu siapa nama
anda sekalian?" Dengan sikap yang amat menghormat kakek itu berkata:
"Boanpwee disebut orang pedang sakti bunga beterbangan ciang Itpeng, sedang mereka
adalah murid-murid boanpwee, untuk menambah pengalaman dalam dunia persilatan boanpwee
sengaja mengajaknya untuk berkelana."
"Bagus, bagus sekali angkatan tua memang sudah waktunya untuk pensiun, dunia persilatan
harus diserahkan kepada generasi muda berikutnya........."
Dengan sorot mata yang tajam kakek berusia lima puluh tahunan itu mengawasi sekejap wajah
Kim Thi sia, lalu katanya sambil menjura:
"Apakah yang ini adalah murid baru ciang locianpwee" Meski usianya masih muda tak nyana
ilmu silatnya luar biasa masa depannya pasti cemerlang. Aaaaai......bila dibandingkan berapa
orang muridku yang nakal, entah ia berapa puluh kali lipat lebih hebat, untuk itu boanpwee perlu
menyampaikan ucapan selamat kepada sianseng....selain itu kami pun memohon hati Ciang
locianpwee untuk memberi petunjuk kepada kami....."
Dalam pada itu Lin lin yang masih kaget telah bergerak untuk mendekati Kim Thi sia, tapi
secara tiba-tiba ia seperti teringat akan sesuatu, setelah melirik sekejap kearah pemuda itu
dengan pandangan kesal iapun menghentikan kembali gerakan tubuhnya.
Sambil tersenyum Ciang sianseng memandang sekejap kearah Kim Thi sia terhadap pertanyaan
tadi ia tidak memberi jawaban. Tapi hanya mengawasi Kim Thi sia ambil tersenyum.
Dengan cepat Kim Thi sia berseru:
"Dugaan empek Ciang salah besar aku bukan murid Ciang sianseng, guruku adalah simalaikat
pedang berbaju perlente."
Begitu perkataan tersebut diutarakan Ciang sianseng pun kelih atan agak tertegun tiba-tiba ia
bertanya: "Jadi gurumu adalah dia?"
"Benar" Kim Thi sia mengangguk. "Sayang dia orang tua telah meninggal dunia."
"sudah meninggal dunia" sungguh?"
Sipedang sakti bunga beterbangan maupun lima orang gagah dari Yang wi adalah orang- orang
persilatan yang berpengetahuan luas. Saat ini mereka dibuat menjadi kaget bercampur tak habis
mengerti, pikirnya dihatinya:
"Sirasul dari selaksa pedang dan sirasul dari selaksa pukulan terjalin hubungan yang kurang
serasi. Diantara mereka berdua terjadi perselisihan yang dalam, bahkan persoalan ini diketahui
setiap umat persilatan, tapi sekarang.....sungguh aneh, kenapa muridnya sirasul dari selaksa
pedang bisa bergaul dengan Ciang siansen- Bahkan hubungan mereka berdua nampaknya begitu
akrab?" Tentu saja Kim Thi sia tidak mengetahui akan persoalan tersebut, dia mengira semua orang
dibuat terkejut karena nama besar gurunya, oleh sebab itu diapun tidak mempersoalkan hal ini
didalam hati. Dengan rasa ingin tahu sipedang sakti bungan beterbangan menegur:
"sobat cilik, bolehkah aku tahu anda adalah murid yang manakah diantara kesembilan orang
murid dari sirasul dari selaksa pedang?"
"Aku adalah muridnya yang paling penghabisan, jadi urutan kesepuluh. sayang dia orang tua
hanya sempat mewariskan berapa hari ilmu silat kepandaian sebelum meninggal."
"Aaaaah....maaf......maaf, tak nyana pertanyaanku hanya menimbulkan rasa sedih dari
siauhiap......" Meski diluara ia berkata begitu, dalam hati keciinya justru merasa keherananTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"setiap umat persilatan mengetahui kalau selama hidupnya malaikat pedang berbaju perlente
cuma menerima sembilan orang murid, kenapa bisa muncul seorang lagi secara tiba-tiba,
bukankah hal ini sangat aneh?" Diam-diam kelima orang gagah dari Yang wi cun berpikir:
"Ternyata dugaan kami tak meleset, anak muda tersebut memang mempunyai asal usul yang
luar biasa......" Kemudian merekapun berpikir kembali:
"Dengan ilmu silat Malaikat pedang berbaju perlente yang begitu lihay, tak mungkin muridnya
tak berkemampuan apa-apa. Tapi heran, mengapa ia tak mampu melindungi adiknya sendiri
sehingga pengawalnya diserahkan kepada orang lain" Apakah kejadian seperti ini bukan suatu
lelucon besar?" sementara itu, sipedang sakti bunga beterbangan sebagai jago kawakan segera dapat
mengendalikan diri sekalipun rasa kaget dan keheranan sempat menggelitik hatinya, sambil
tersenyum ia segera berkata lagi:
"Sorot mata sobat amat tajam, wajahmu cemerlang dan gagah, aku percaya tak sampai
setahun kemudian kau pasti sudah bisa mendapat posisi yang baik dalam dunia persilatanBolehkah aku tahu nama sobat sehingga dikemudian haripun bisa saling menyebut?"
sesungguhnya sipedang sakti bunga beterbangan adalah seorang jagoan yang termashur
didalam dunia persilatan, selain namanya besar, kedudukannyapun tinggi.
Tapi sekarang ia justru bersikap ramah dan merendah, hal ini tak lain disebabkan dua hal.
Kesatu, karena rasul dari selaksa pukulan hadis disitu.
Kedua, karena orang yang diajak berbicara adalah murid terakhir sirasul dari selaksa pedang.
Itulah sebabnya dia tak ingin bersikap sembrono menghadapi dua orang yang punya nama
besar ini. Dalam pada itu Kim Thi sia telah menjawab: "Aku bernama Kim Thi sia."
Mendengar nama tersebut, sipedang sakti bunga beterbangan segera berseru tertahan. "Ooooh
rupanya sobat kecil adalah jago muda yang belum lama muncul dalam dunia persilatan dan
disebut orang sebagai manusia yang paling susah dilayani......"
Agaknya secara tiba-tiba ia merasa ucapan tersebut kurang pantas diutarakan tiba-tiba ia
membungkam kembali. sementara itu, keempat orang jago pedang muda yang berdiri dibelakangnya telah
membelalakkan mata mereka lebar-lebar. sambil tertawa nyaring Kim Thi sia menjawab:
"Perkataan empek memang tepat aku memang Kim Thi sia orang yang disebut sebagai manusia
paling susah dilayani"
sipedang sakti bunga beterbangan segera tertawa tergelak.
"Haaaahh.....haaaahh.....haaaahh......bagus bagus, bagus sekali sungguh mujur nasibku hari
ini......bukan saja dapat menyambangi Ciang locianpwee, bahkan bisa berkenalan pula dengan
jago muda yang namanya melejit naik baru-baru ini. Nah anak-anak sekalian perjalanan kalianpun
rasanya tidak sia-sia kali ini"
semasa masih belajar silat dulu keempat pemuda tersebut sudah sering mendengar angkatan
tua mereka membicarakan tentang situasi dalam dunia persilatan, karenanya dihati kecil masingmasing
sebetulnya sudah lama timbul keinginan untuk mengalami sendiri kejadian seperti itu,
terutama untuk menjumpai kawanan jago kenamaan dari dunia persilatansekarang
hanya didalam waktu yang relatif singkat ternyata mereka telah menjumpai beberapa
orang tokoh persilatan sekaligus. Bisa dibayangkan betapa gembiraya perasaan mereka.
Maka dari balik mata merekapun memancar keluar sinar kegembiaraan yang luar biasa,
bagaikan burung-burung kecil yang baru tumbuh sayapnya dan pertama kali terbang bebas sendiri
diangkasa raya. Apa yang dilihat dan apa yang dialami kini membuat rasa gembira mereka tak
terlukiskan dengan kata-kata.
sebagai seorang angkatan tua yang berpengalaman, sudah barang tentu sipedang sakti bunga
beterbangan pun dapat menyelami perasaan girang dari anak buahnya maka sambil tertawa
diapun berkata: "sekawanan anak muda ini masih belum mengerti tingginya langit dan tebalnya bumi. Mereka
hanya ingin keluar untuk mencari pengalaman- sobat kecil, kau sebagai jagoan yang sering
berkelana didalam dunia persilatan tentu akan sering pula bersua dengan mereka. Kuharap
dikemudian hari kau sudi banyak memberi petunjuk dan bantuan kepada mereka untuk itu aku
merasa berterima kasih sekali."
"Aaaah, mana, mana, empek kelewat sungkan" buru-buru Kim Thi sia berseru cepat.
Kembali sipedang sakti bunga beterbangan memimpin jago-jago muda itu untuk memberi
hormat kepada Ciang sianseng sekalian, kemudian baru berlalu dari situ.
sepeninggal orang-orang itu, lima orang gagah dari Yang wi segera berbisik-bisik pula dengan
suara lirih: "Bagaimanapun jua, sepasang mata kita betul- betul sudah terbuka lebar. seandainya dia tak
menyebut nama sendiri, bagaimana kita bisa tahu kalau dia adalah Kim Thi sia?"
selama ini lin lin tidak ikut mendekat tapi berulang kali dia melirik serta mengerling kearah Kim
Thi sia. Namun setiap kali Kim Thi sia memperhatikan dirinya, sambil mencibirkan bibir ia segera
melengos kearah lain-... Ingin sekali Kim Thi sia memohon maaf kepadanya, namun ia tak tahu bagaimana harus
mengungkapkan perasaannya itu.
Ciang sianseng mengamati pemuda tersebut berapa saat lalu dengan suara dalam tiba-tiba ia
berkata: "sobat cilik sebagai anak murid malaikat pedang berbaju perlente tentu mempunyai masa
depan yang cemerlang"
singkat kata-katanya namun tiada ujung pangkalnya, ini membuat orang lain susah memetik
makna sebenarnya dar iperkataan tersebut, begitU juga bagi Kim Thi sia, ia segera dibuat
tertegunsetelah berhenti sejenak. ciang sianseng kembali berkata lebih jauh:
"Baru berpisah berapa hari ternyata keadaanmu sudah jauh berbeda. Aku merasa tenaga dalam
yang sobat cilik miliki belum seb erapa hebat, tapi dua hari kemudian nampaknya banyak
kemajuan yang berhasil kau capai. Hal ini hampir saja membuatku curiga, benarkah kalian adalah
orang yang sama. Tapi gejala semacam inipun bukan pertanda yang baik, sebab kemajuan yang
dicapai seseorang yang mempelajari tenaga dalam harus melalui tahap demi tahap secara teratur.
Berbeda sekali dengan kondisimu, sekali langkah sepuluh tindak telah kau lewati. Aku jadi tak
habis mengerti apa yang sebenarnya terjadi atas dirimU."
"Maksud locianpwee, kemajUan yang kucapai dalam tenaga dalam jauh berbeda dengan
keadaan wajah orang-orang persilatan lainnya?" tanya Kim Thi sia cepat.
ciang sianseng manggut-manggut, dengan wajah yang berubah menjadi serius secara tiba-tiba
ia berkata kembali: "Tegasnya saja kemajuan yang kau capai sama sekali diluar ukuran normal, mungkin saja hal
ini dipengaruhi pelbagai alasan, tapi yang pasti gejala seperti ini amat merisaukan hati."
Kim Thi sia amat terkejut, tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesUatu, Lin lin yang turut
mengikuti pembicaraan tersebut dan merisaukan keselamatan jiwa kekasihnya tiba-tiba saja
menimbrung: "Empek tua, mungkinkah dia....." Melihat sikap sinona, Kim Thi sia segera berpikir:
"sudah jelas ia masih menguatirkan keselamatanku, tapi sengaja berlagak tak menggubris.
Haaaah......haaaah......rupanya kau sedang bersandiwara untuk membohongi diriku"
Tanpa terasa ia mengerling mesrah kearah sinona.
Dengan wajah bersemu merah dan tersipu-sipu Lin lin segera menundukkan kepalanya kembali.
selapis perasaan risau melintas diwajahnya. Ciang sianseng termenung beberapa saat kemudian
tanyanya tiba-tiba: "Kau pernah menelan cairan mestika atau buah ajaib?"
"Tidak sama sekali, tak pernah" Kim Thi sia menggeleng.
"Pernahkan kau menemui kejadian aneh" Maksudku dalam beberapa waktu belakangan ini kau
telah bersua dengan seorang tokoh silat yang memiliki tenaga dalam sempurna dan orang itu telah
menyalurkan hawa murninya untuk membantu kemajuan tenaga dalammu?"
"juga tidak pernah" Kim Thi sia tetap menggeleng.
Ciang sianseng segera berkerut kening, rasa murung segera menyelimuti seluruh wajahnya.
"Atau mungkin kau memang sengaja merahasiakan kemampuanmu yang sesungguhnya......"
gumamnya lirih. Tapi baru mencapai setengah jalan ia sudah menggelengkan kepalanya berulang kali lanjutnya:
"sekalipun kau sengaja merahasiakan kemampuanmu yang sesungguhnya, tak mungkin hal ini
bisa mengelabuhi ketajaman mataku......"
Berbicara sampai disini, dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi pemuda itu lekat-lekat.
Kim Thi sia tak berani beradu pandang dengannya, dia merasa sorot mata kakek itu lebih tajam
bagaikan tusukanp isau belati cepat-cepat dia menunduk.
sementara itu hatinya mulai tegang nampaknya diapun merasakan gawatnya persoalan yang
sedang dihadapi. Tapi perasaan tegang itu hanya berlangsUng sebentar tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan
ilmu Ciat khi mi khi atau pinjam tenaga manfaatkan tenaga-tenaga yang sedang dipraktekkan
selama ini, sudah pasti kemajuan tenaga dalamnya diperoleh karena dia telah banyak menghisap
kekuatan tubuh orang lain.
Berpikir begitu, perasaanpun menjadi tenang kembali diam-diam dia geli karena sudah merasa
tegang dengan percuma selama ini.
JILID 14 "Sobat Cilik apa yang kau gelikan?" tiba-tiba Ciang sianseng menegur.
Sebenarnya Kim Thi sia hendak memberitahukan kepadanya bahwa dia sedang melatih ilmu
ciat khi mi khi sehingga dalam waktu singkat bisa memperoleh kemajuan yang pesat dalam tenaga
dalam. Tapi belum sempat perkataan tersebut melompat keluar dari ujung bibirnya tiba-tiba ia teringat
kembali dengan pesan terakhir gurunya. Malaikat pedang berbaju perlente yang melarang dia
mengungkapkan persoalan tersebut kepada siapa saja karenanya cepat-cepat dia urungkan
niatnya itu. Dengan perasaan tak menentu ujarnya kemudian:
"Aku.....aku sedang membayangkan mimik wajah sipedang sakti bunga beterbangan yang
menggelikan tadi." ciang sianseng nampak agak tertegun, tapi kemudian sambil tertawa ramah katanya:
"Aaaah, mungkin saja sobat cilik memiliki bakat alam yang luar biasa sehingga kemajuan dapat
kau raih diluar kebiasaan. Pada umumnya, aku kelewat menguatirkan hal yang bukan-bukan- Mari,
kita tak usah membicarakan masalah lain lagi. Sekarang aku ingin mencoba sampai dimanakah


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

taraf tenaga dalam yang kau miliki. Silahkan menggunakan segenap kekuatan yang kau miliki
untuk melepaskan pukulan kepadaku. Tak usah ragu-ragu"
Kim Thi sia agak sangsi sebentar, tapi akhirnya dia mengangguk, dengan menghimpun segenap
tenaga dalam yang dimilikinya ia lepaskan sebuah pukulan kedepan.
serangan tersebut dilancarkan olehnya dengan mengerahkan seluruh tenaga yang dimilikinya,
belum lagi angin pukulannya mencapai sasaran. Pasir dan debu sudah nampak beterbangan
diseluruh angkasa. sambil mengebaskan ujung bajunya Ciang sianseng menyambut datangnya serangan itu.
Kim Thi sia segera merasakan segulung tenaga yang besar yang tak berwujud tapi amat
lembek menyambut datangnya serangan itu, kemudian memantulkannya kembali. Keseimbangan
tubuhnya segera tergempur dan tak kuasa lagi dia tergetar mundur sejauh berapa kaki dari posisi
semula..... sambil tersenyum Ciang sianseng segera memuji:
"Bagus, bagus sekali, bila kau bersedia melatih diri dengan tekun, tak usah untuk jadi seorang
jagoan lihay dikemudian hari......."
Kemudian setelah berhenti sejenak, ia berkata lebih jauh:
"Coba sekali lagi, akan kulihat sampai dimanakah taraf kemampuanmu didalam
menganggulangi datangnya serangan dari luar" Tiba-tiba ia lepaskan sebuah serangan kedepan.
Kim Thi sia segera merasakan pandangan matanya menjadi kabur, tahu-tahu sebuah telapak
tangan yang putih bagaikan salju telah berada hanya setengah depa dari hadapan tubuhnya.
Dengan sekilas pandangan pemuda itu segera dapat melihat bahwa ditengah telapak tangan
ciang sianseng yang putih bagaikan kemala, lamat- lamat terbentuk sebuah lingkaran kecil setebal
berapa inci. Lingkaran tersebut amat berkilat sehingga seakan-akan menonjol keluar dari telapak
tangannya itu. Lin lin menjerit kaget, ia melihat pemuda kekasihnya sedang terancam bahaya maut.
Kim Thi sia sendiripun tak sempat lagi untuk berpikir panjang menghadapi situasi yang amat
kritis ini. Tiba-tiba ia mengeluarkan jurus "air sungai mengalir tak berhenti" serta "menuding langit
menekan bumi" dari ilmu pedang panca Buddha untuk menyongsong datangnya ancaman
tersebut. Tapi sebelum seragan tersebut mencapai pada sasaran tiba-tiba ia merasa kuatir bila Ciang
sianseng tak sanggup menerima dua jurus serangannya itu dalam saat yang terakhir telapak
tangannya mendadak dimirngkan kesamping....
Terdengar Ciang sianseng berseru kaget, tahu-tahu seluruh badannya sudah tergulung oleh
semacam tenaga kekuatan lembek yang tak berwujud hingga sama sekali tak berkemampuan
untuk melakukan perlawanan lagi. Badannya kontan terlempar sejauh delapan sampai sepuluh
kaki dari posisi semula. Lin lin maupun lima orang gagah dari Yang wi membelalakan matanya lebar-lebar karena
tercengang. Ternyata Kim Thi sia sama sekali tak cedera ia masih berdiri diposisi semula dengan
perasaan terkejut. Baru sekarang ia sadar bahwa ilmu silat yang dimiliki Ciang sianseng sesungguhnya telah
mencapai ketingkatan yang luar biasa sekali. setelah berhasil berdiri tegak. ciang sianseng berseru
pula: "sobat cilik, tampaknya kedua jurus serangan yang kau pergunakan barusan adalah ilmu
pedang panca Buddha milik gurumu?"
"Benar" Ciang sianseng segera tertawa terbahak-bahak. suaranya yang keras bagaikan pekikan naga
yang membumbung tinggi keangkasa.
Belum selesai gelak tertawa itu bergema, Ciang sianseng telah melompati kembali kesisi Kim
Thi sia lalu sambil menepuk bahunya dia berseru: "Punya harapan, punya harapan"
Kim Thi sia bersikap acuh tak acuh, dia masih dibuat tertegun oleh kesempurnaan ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki Ciang sianseng.
Bukan hanya dia, selain sipelajar bermata sakti yang mengikuti jalannya peristiwa dari sisi
arena hampir semua hadirin dibuat terbelalak dengan mulut melongo. Tiba-tiba......
Kim Thi sia merasakan bahunya yang kena ditepuk Ciang sianseng itu terasa sedikit linu dan
kaku. Rasa linu tadi pelan-pelan menjalar keseluruh lengan kirinya.
Ia terkejut dan cepat-cepat mundur dua langkah, tapi rasa linu tersebut hanya berlangsung
sejenak lalu lenyap tak berbekas. Dalam waktu singkat kesegaran badannya telah pulih kembali.
Mengalami hal ini mau tak mau ia harus memuji juga kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki
Ciang sianseng. "Tak heran kalau setiap orang menyebutnya sebagai Tuan pUkulan atau Ciang sianseng, rasul
diantara rasul dari selaksa pukulan" demikian ia berpikir dihati. "Ternyata tepukan hangat yang
tidak mengandung kekuatanpun sudah cukup membuat orang tak tahan" sementara itu Ciang
sianseng telah berkata lagi sambil tertawa:
"sobat cilik, biar kita berpisah dulu sampai disini, aku akan segera pulang kegunung bila kau
menjumpai suatu persoalan yang tak dapat diselesaikan, datang dan carilah aku, tak perlu
sungkan-sungkan. " Lalu setelah memberi tanda kepada si pelajar bermata sakti ia beranjak pergi dari situ.
Ketika pelajar bermata sakti berjalan melalui samping Kim Thi sia, tiba-tiba ia tertawa dingin
sambil melirik sekejap kearah Kim Thi sia. senyum mengejek dan penuh penghinaan tersungging
diujung bibirnya. Kim Thi sia amat muak terhadap orang ini, ia lebih mendendam lagi setelah melihat sikap
menghina dari orang tersebut, mendadak bentaknya dengan suara keras: "Hey, menang kalah
diantara kita belum diputuskan"
"Lebih baik tak usah dilanjutkan." tukas pelajar bermata sakti dengan suara dingin. "Aku
hendak membataikan saja niatku untuk berduel denganmu........."
sementara Kim Thi sia masih tertegun, mendadak terasa desingan angin tajam berh embus
lewat, tahu-tahu pelajar bermata sakti telah maju kembali kehadapannya.
Cepat-cepat pemuda itu mundur selangkah sambil menyilangkan tangannya melindungi dada,
tegurnya penuhama rah: "Kau hendak main membokong?"
"Hmmm" pelajar bermata sakti tertawa dingin. "Martabatku belum serendah dan sehina dina
seperti itu........."
setelah berhenti sejenak kembali menatap wajah Kim Thi sia lekat-lekat, sepatah demi sepatah
kata dia berkata: "Aku hanya ingin bertanya kepadamu sebetulnya kau lebih suka berhubungan dengan
seseorang yang tampangnya saja kelihatan jujur dan penuh belas kasihan tapi sesungguhnya
berhati keji, buas dan licik ataulah berhubungan dengan seseorang yang tampangnya nampak
dingin, keji dan tak berperasaan, tapi sesungguhnya mempunyai jiwa ksatria dan bercita-cita
luhur?" "Tentu saja dengan orang yang bermuka dingin tak berperasaan tapi berhati ksatria"
Mendadak pelajar bermata sakti mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak suara
tertawanya keras hingga menembusi awan sampai lama sekali gema suara tertawa nyabaru
mereda. seakan-akan ia mempunyai suatu maksud yang mendalam, setelah tertawa dingin katanya lagi:
"sayang kau sudah tidak mempunyai kesempatan seperti ini."
sehabis berkata iapun beranjak pergi dari situ, menyusul kearah mana Ciang sianseng berlalu
tadi. Kim Thi sia jadi termangu-mangu, gumamnya dengan perasaan tak habis mengerti. "Apa
maksud perkataannya itu" mengapa aku sudah tak punya kesempatan?"
Melihat Kim Thi sia hanya berdiri termangu-mangu seperti orang bodoh. Lin lin yang cerdik
segera tertawa geli, tegurnya:
"Hey tolol, dia tak lebih hanya bermaksud mengemukakan tentang dirinya, ia hendak
mengatakan kepadamu bahwa meski dia orangnya dingin, kaku dan tak berperasaan
sesungguhnya adalah orang yang berniat baik dan luhur, berbeda dengan orang yang berwajah
luhur dan jujur padahal sesungguhnya merupakan manusia jahanam yang berhati keji, atau
tegasnya dia hendak menunjukkan bahwa dia adalah orang yang keras diluar lunak didalam. Coba
kau lihat tampangmu sekarang mana orang sudah pergi jauh kau masih berdiri melongo disitu."
"Tapi mengapa dia harus memberi pertanda kepadaku kalau dirinya adalah lelaki sejati, seorang
kuncu...." gumam Kim Thi sia lebih jauh dengan wajah tak mengerti. Mendadak ia seperti teringat
sesuatu dengan amarah yang meluap kontan teriaknya:
"Yaa, aku memang tolol, aku memang bodoh soal apapun tidak mengerti hanya kau seorang
yang pintar hanya kau yang tahu urusan."
Melihat kekasaran pemuda itu lima orang gagah dari Yang wi segera menggerutu:
"Bagaimana sih Kim Thi sia ini, maka kasih sayang seorang pemuda terhadap gadispun tak
dimengerti. Perempuan manakah didunia ini yang tidak manja serta bersikap macam begini"
Aaaai......bila orang she Kim ini berwatak dia berpendirian seperti ini. Bagaimanakah mungkin
mereka akan bisa hidup berbahagia dikemudian hari?"
semula Lin lin masih tersenyum dan bermaksud menggunakan kesempatan itu untuk berbaikan
lagi dengan sang pemuda. Tapi begitu Kim Thi sia mengumbar wataknya yang aneh, kontan saja sinona jadi sewot.
Betapapun sabarnya dia, saat ini pun tak akan mampu menahan gejolak emosinya lagi.
Mendadak ia membalikkan badan dan segera berlalu dari situ tanpa mengucapkan sepatah
katapun. seandainya Kim Thi sia yang melihat gelagat tidak menguntungkan segera mengejar serta
membujuknya dengan kata-kata lembut mungkin gadis itu akan kembali kesisinya.
Apa mau dikata ia justru mengumbar wataknya menuruti suara hati, bukan saja ia tak mengejar
serta membujuknya, malahan dengan suara yang tajam teriaknya keras: "Kalau mau pergi
silahkan pergi. Lebih baik kita tak usah bertemu lagi selama hidup,"
Lima orang gagah dari Yang wi sudah berusia lebih dari tiga puluh tahunan pengetahuan
mereka luas, pengalamanpun banyak. Apa lagi dalam soal cinta muda mudi, sudah barang tentu
merekapun cukup mengetahui tempat dimanakah akibat dari teriakan tersebut.
Namun untuk mencegah kejadian ini tak sampai lagi, dalam hati kecil mereka hanya bisa
berseru: "Waaaah bisa berabe ini......."
Ternyata dugaan mereka memang benar. Mendadak Lin lin membalikkan badannya serta
menatap wajah Kim Thi sia lekat-lekat.
Wajah cantiknya yang semula berwarna putih kemerah-merahan kini sudah berubah menjadi
pucat pias karena marah bercampur sedih, sambil menggigit bibir ia segera berseru:
"Kim Thi sia, sekalipun aku bersalah kau boleh memukulku atau memakiku, tapi kau tidak
seharusnya mengusirku dengan cara sekasar ini....."
Dengan perasaan sedih, pedih dan perasan yang hancur lebur ia segera lari meninggalkan
tempat itu. sementara air mata jatuh bercucuran bagaikan air hujan.
Lima orang gagah dari Yang wi bukan lelaki yang berhati keras dan dingin seperti besi mereka
segera terpengaruh oleh rasa sedih yang terpancar dari wajah sinona. Lupa dengan luka yang
diderita, serentak mereka maju mendekati pemuda itu, lalu teriaknya dengan suara mendongkol:
"Kim tayhiap....."
Waktu itu Kim Thi sia mulai menyesal, tapi nasi sudah menjadi bubur, menyesalpun tak ada
gunanya dengan lemah katanya:
"Kalian pergilah melindungi keselamatan jiwanya,jangan biarkan dia luka atau dicelakai oleh
kaum iblis dari golongan hitam"
"Bagaimana dengan Kim tayhiap sendiri" Apakah tidak ikut bersama......?" kembali lima orang
gagah dari Yang wi menegur.
"Tidak. la sedang marah lebih baik aku tidak menemuinya dalam berapa hari mendatang."
" Kim tayhiap bermaksud akan pergi kemana?"
"Tidak tentu biar kutengok kalian dikemUdian hari saja."
setelah tertawa getir, selangkah demi selangkah Kim Thi sia berjalan meninggalkan tempat itu.
sekarang ia baru merasakan betapa sengsaranya seseorang yang terlibat dalam hubungan
"asmara" Dengan masgul ia berjalan sambil menyepaki batu-batu kecil, langkahnya terasa amat berat
belum lagi mencapai dua jam, dia sudah berubah menjadi seorang yang lain.
Dengan kepala tertunduk ia berjalan menelusuri setiap jalan raya yang ditemui tapi lama
kelamaan dia mulai merasa jenuh dan bosan sementara kegelapan malam sudah mulai
menyelimuti seluruh angkasa.
Akhirnya sampailah dia didepan sebuah rumah penginapan sambil celingukan kedalam segera
teriaknya keras-keras: "Hey, kemana perginya sipelayan?"
suara langkah manusia bergema tiba, sipelayan yang terluka tadi telah muncul dengan wajah
senyuman dipaksa, serunya kemudian seraya menjura: "Apakah kek koan hendak mencari tempat
pemondokan?" senyuman yang tawar tak dapat menutupi rasa gugup, panik, takut dan perasaan tak
tenteramnya. Kim Thi sia manggut-manggut. Dengan cepat pelayan itu berkata lagi:
"Maaf kek koan, hari ini penginapan kami tidak menerima langganan baru........"
"Apa maksudmu?" Kim Thi sia segera tertegun.
Ia mencoba mengawasi keadaan didalam ruangan penginapan, tapi apa yang terlihat hanya
kegelapan yang pekat, semua lentera telah dipadamkan sehingga suasana hening dan sepi.
Dengan perasaan tercengang ia bertanya lagi: "Sudah penuh semua kamar disini?"
"Bukan begitu" sahut pelayan sambil tertawa getir. setelah menjura dalam-dalam kembali
terusnya: "Maaf kek koan semua kamar dalam penginapan kami telah diborong orang"
"ooooh, seharusnya hal ini merupakan berita baik untuk kalian, mengapa kau justru bermuram
durja?" Kim Thi sia tidak habis mengerti.
Agaknya ada suatu kesulitan yang tak bisa diutarakan pelayan itu, dengan wajah masam ia
menggeleng. "Aaaai....lebih baik tak usah disinggung lagi, memang beginilah keadaan penginapan kami."
"Kau jangan mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, aku pingin tanya. Apakah orang yang
memborong semua kamar dipenginapan ini adalah begal atau mungkin pentolan perampok?"
"Kek koan, lebih baik kau jangan banyak bertanya" pelayan itu tertawa getir. "Coba lihat tulang
bahuku ini......" sambil memegang bahunya dengan wajah kesakitan ia berhenti sejenak, tapi kemudian dengan
perasaan tak puas dan nada benci lanjutnya lebih jauh:
"Belum pernah kujumpai ada nona yang begitu susah dilayani. HHmmm semenjak aku bekerja
dirumah penginapan ini, belum pernah kujumpai orang yang pakai aturan seperti dia, begitu
masuk kekamar, kalau bukan mengatakan ini jelek. Tentu mengatakan itu kurang baik, tempat
kurang bersih, ranjang kurang empuk.....sedikit-sedikit sudah memaki dan memaki terus.
Huuuh...., sungguh menjengkelkan, apa lagi kalau tak berkenan dihati, segera diundangnya sang
anak buah yang besar seperti malaikat gunung untuk menggaplok atau menghajarku........"
setelah meludah, sambil menggigit bibir katanya lebih jauh:
"Dia mengira setiap bangsa Han adalah manusia-manusia rendah yang menyukai uang
setengah mati, maka asal membayar dengan uang emas atau perak. lantas orang lain dianggap
seperti budak. Hmmm, engkau tahu ketika aku datang menghantar teh, sewaktu masuk kedalam
kamar aku disuruh berlutut. Hmmm, tentu saja aku menolak, tapi tiga orang lelaki raksasa yang
berwajah macam malaikat gunung itu segera menghajarku habis-habisan. sampai sekarangpun
tubuhku terasa linu dan sakit terutama tulang bahuku, rasanya seperti sudah remuk saja tulang
disekitar sana. Akhirnya diapun memaki kita orang-orang Han sebagai babi."
Belum selesai perkataan tersebut diucapkan, dengan marah yang meluap-luap Kim Thi sia telah
bertanya: "Bagaimana tampang orang itu" Apakah dia adalah seorang nona berwajah amat cantik seperti
bidadari dari khayangan dan rambutnya diikat dengan tiga buah gelang emas?"
"Kek koan, kau kenal dengan perempuan itu?" sipelayan bertanya dengan mata terbelalak dan
suara tergagap. "Tentu saja" Pelayan itu semakin gelisah.
"Jadi kek koan stu rombongan dengannya."
Ia nampak panik sekali, seolah-olah takut Kim Thi sia akan menjatuhi hukuman yang lebih
berat lagi kepadanya karena ia telah menjelek-jelekkan gadis cantik tersebut dihadapannya.
"Kau tak usah gelisah" ujar Kim Thi sia sambil melangkah masuk keruang penginapan. "Kau
bukan satu rombongan dengan mereka, Ia telah merampas pedangku maka aku akan segera
memintanya kembali. Hey, katakan kepadaku, ia berdiam dikamar yang mana?"
Pelayan itu segera merasakan hatinya berdebar keras, perasaan tak tenang yang semula
mencekam perasaannya pelan-pelan mereka kembali, tapi seperti menguatirkan sesuatu segera
katanya lagi: "Kek koan, terus terang saja seumur hidupku baru pertama kali ini kujumpai nona yang
berparas begitu cantik bak bidadari dari khayangan, aku berani mengatakan didunia ini tak akan
ada gadis kedua yang bisa menandinginya, tapi sejak ia memakiku dan menyuruh orang
memukulku. Aku mulai membencinya, kek koan kau harus berhati- hati dengan tiga manusia aneh
yang bertubuh kekar seperti malaikat gunung itu mereka tak mudah dilayani." Kemudian sambil
menjulurkan lidahnya ia menambahkan:
"Pagi tadi, dengan mata kepala sendiri kusaksikan mereka bertiga melatih ilmu silat. Hanya
dengan sekali pukulan saja, sebatang pohon besar yang tumbuh ditengah kebun sudah terhajar
patah, bayangkan saja meski rasa benci dan dendamku meluap-luap mana berani kubalas sakit
hati tersebut." makin mendengar Kim Thi sia merasa makin gusar, tiba-tiba ia mendorong pelayan itu
kesamping, lalu masuk kedalam ruang penginapan dengan langkah lebar, teriaknya: "Kau tak usah
kuatir, aku akan membalaskan dendam bagimu"
Pelayan itu tak mendengarkan perkataan tersebut hingga selesai, karena tiba-tiba saja dia
melarikan diri ketengah jalan dengan langkah cepat, lalu sekejap kemudian sudah lenyap dari
pandangan mata. Entah ia sudah bersembunyi dimana.
sambil menelusuri beranda rumah Kim Thi sia mengawasi keadaan disekelilingnya dengan
seksama waktu itu hari sudah gelap. Dalam berandapun tiada cahaya lentera. Bahkan sesosok
bayangan manusiapun tak nampak. hal ini membuat penginapan yang besar terasa lengang dan
menyeramkan. "Tak heran kalau semua orang yang berada dalam penginapan telah kabur semua."
demikian ia bercikir. "Agaknya ketiga orang yang disebut sebagai "ciangkun" itu bukan cuma
berwajah jelek dan berperawakan raksasa. Bahkan ganasnya setengah mati, sedikit-sedikit ia suka
memukul orang lain."
sambil mendengus dingin ia segera belokpada satu tikungan dan menelusuri beranda yang lain.
Akhirnya dari kajuhan sana ia melihat ada cahaya lentera yang memancar keluar dari balik
sebuah ruangan besar, dalam seluruh bangunan penginapan yang begitu luas, hanya dari kamar
itu saja tampak cahaya lentera, oleh sebab itu Kim Thi sia segera menduga secara pasti bahwa
dikamar itulah Kim huan kuncu berdiam.
Ketika terbayang kemampUan tiga makhluk raksasa yang berkekuatan maha besar itu, ia hanya


Lembah Nirmala Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nampak berhenti sebentar, kemudian sambil membusungkan dada melanjutkan kembali
langkahnya. "Pedang mestika Leng gwatpo kiam merupakan mestika warisan keluargaku, mengapa aku
mesti biarkan ia merebutnya" Bila arwah ayah didalam baka sampai tahu, dia pasti akan merasa
tak senang hati" demikian dia berpikir dihati kecilnya. Berpikir sampai disitu, keberaniannyapun
semakin membara. selisih jarak antara kedua belah pihakpun makin lama semakin mendekat, sekarang Kim Thi sia
sudah dapat menyaksikan keadaan didalam kamar itu dengan jelas.
Dari ketiga orang manusia raksasa yang berwajah jelek lagi menyeramkan itu. Hanya ada dua
orang yang sedang berjongkok disisi kiri kanan pintu kamar mereka berjongkok sambil memeluk
lutut sementara keempat buah mata mereka yang besar dan bersinar tajam sedang tertuju
kearahnya tanpa berkedip.
Biarpun kedua orang manusia aneh itu sedang berjongkok, namun perawakan tubuh mereka
justru jauh lebih tinggi ketimbang ketinggian badan Kim Thi sia dalam posisi berdiri teggk
sekarang bisa dibayangkan betapa tinggi besarnya manusia- manusia raksasa itu bila mereka
berada dalam posisi berdiri tegak.
Bagaikan tidak melihat kehadiran orang-orang tersebut, Kim Thi sia melanjutkan langkahnya
mendekati tempat tersebut.
Dua orang manusia raksasa itu mulai memperdengarkan suara raungan rendah yang
menyerupai pekik binatang liar, sementara sepasang matanya yang lebih besar dari lentera mulai
memancarkan cahaya buas yang menggidikkan hati.
Ketika Kim Thi sia maju dua langkah lebih mendekat, tiba-tiba saja kedua orang manusia
raksasa itu bangkit berdiri Bagaikan sebuah bukit kecil yang menghadang jalan pergi Kim Thi sia,
mereka membentak dengan suara rendah: "Kau jangan mencoba maju lagi kemari"
Ucapan tersebut disampaikan dengan bahasa Han yang kaku, suaranya kasar dan amat tak
sedap didengar. Tapi Kim Thi sia dapat menangkap arti perkataannya, dengan angkuhnya dia menjawab. "Aku
hendak berjumpa dengan Kim huan kuncu."
Tiba-tiba kedua manusia raksasa itu melompat bangun seluruh beranda segera bergoncang
keras bagaikan terlanda gempa bumi dahsyat. Atap berguguran keatas tanah, dinding ruangan
bergetar keras dan nyaris retak debu danpasir beterbangan diseluruh udara....
Rupanya kedua orang itu merasa terperanjat karena pemuda itu yang dapat menyebutkan
nama majikan mereka dengan jelas.
begitu dapat menguasai diri kembali, dengan sepasang mata yang membelalak besar mereka
awasi wajah Kim Thi sia tanpa berkedip. sorot mata yang hijau menyeramkan bergerak dari ujung
kepala hingga keujung kakinya.
Kim Thi sia tak sanggup beradu pandangan dengan mereka. Cepat-cepat ia mengalihkan
pandangannya kearah lain.
Tapi pemuda itu segera berpendapat bahwa tindakan semacam ini menunjukkan kelemahannya
sedapat mungkin dia alihkan kembali sorot matanya untuk balas menatap wajah lawanTiba-tiba kedua orang raksasa itu seperti teringat siapakah Kim Thi sia ini dengan pandangan
terkejut bercampur keheranan mereka saling berpandangan sekejap. lalu tegurnya lagi dengan
bahasa Han yang kaku: "Anjing bangsa Han, rupana kau"
Kim Thi sia amat gusar, umpatnya:
"Bajingan suku asing, hati-hati sedikit kalau berbicara bila kalian berani mengusikku, maka aku
tak akan perduli berapapun kehebatan kalian. sepanjang hidup aku tak akan melepaskan kalian
dengan begitu saja."
Berbicara sesungguhnya, pemuda ini memang seorang yang mampu berbicara mampu pula
melaksanakan. Dua orang manusia raksasa itu segera berpekik keras, kendatipun mereka tak bisa menangkap
arti kata-kata tersebut, namun bisa merasakannya dari perubahan mimik muka Kim Thi sia yang
dicekam hawa amarah itu, serunya kemudian: "Kau berani memaki kami" Aku akan patahkan
tulang badanmu" "Kentut busuk mak mu" umpat Kim Thi sia lagi. sambil membentak, lagi- lagi dia mendesak
maju kemuka. Dengan demikian selisih jarak diantara kedua belah pihakpun tinggal tiga depa saja, atau
dengan perkataan lain, asal kedua orang raksasa itu mengayunkan tangan mereka, maka sekali
jangkauan saja sudah cukup untuk menghajar Kim Thi sia.
Namun kedua manusia raksasa itu tidak melakukan sesuatu gerakan, agaknya mereka sudah
dibuat tertegun oleh sikap maupun tindakan Kim Thi sia yang amat berani itu.
"Hey, apakah kalian sudah mendengarnya?" kembali Kim Thi sia berteriak keras. "Bajingan
gede, cepat minggir dari situ, aku hendak bertemu dengan Kim huan kuncu"
Manusia yang berada disebelah kiri berpekik keras, sorot matanya mencekam, bukannya
menyingkir kesamping. Tiba-tiba saja dia melepaskan sebuah pukulan kedepan.
Cepat-cepat Kim Thi sia menyingkir kesamping, kemudian jengkeknya sambil tertawa nyaring:
"Haaaahh.....haaaah.....haaaah.....tempo hari aku sudah cukup kenyang menerima kebaikanmu,
untung nyawaku belum sempat kabur dari dunia ini, maka kali ini aku tak akan membiarkan diriku
digebuki segampang dulu lagi........"
Dengan mengeluarkan jurus "maju terus pantang mundur" sebuah gerak serangan dari ilmu
pedang panca Buddha, tiba-tiba saja ia melepaskan sebuah pukulan kedepan.
Bunga-bunga pukulan menyebar keseluruh angksa, lalu berkuntum-kuntum melayang kembali
kebawah, begitu dahsyat dan hebatnya jurus serangan ini membuat manusia raksasa tersebut
menjadi gugup dan tak tahu apa yang mesti dilakukannya. "Duuuukkkk. ....."
Tak ampun lagi pukulan keras itu bersarang diperutnya dengan telak.
Ia mendengus tertahan dan mundur dua langkah kebelakang, tubuhnya terbungkuk-bungkuk
sambil memengangi perutnya, jelas ia merasa kesakitan luar biasa.
Melihat itu Kim Thi sia tertawa terbahak-bahak. diangkatnya tangan sendiri dan diperhatikannya
sekejap dari serangan yang dilancarkan tanpa dugaan ini dia dapat membuktikan kalau tenaga
dalam yang dimilikinya telah memperoleh kemajuan yang pesat.
sementara itu manusia raksasa kedua telah menerjang datang seperti harimau kelaparan, angin
serangan yang menderu-deru bagaikan amukan angin topan terasa begitu mengerikan sehingga
cukup membuat keder bagi mereka yang berilmu silat agak rendah.
Namun Kim Thi sia sama sekali tak gentar, sambil mengayunkan telapak tangannya dia sambut
datangnya serangan tersebut. "Blaaaammmm......."
Ditengah benturan yang amat keras tubuh Kim Thi sia jatuh beejumpalitan beberapa kali
kebelakang. Ia sudah terbiasa dengan suara yang timbul karena bentrokan tenaga pukulan dengan musuh
diapun sudah terbiasa dengan penderitaan rasa sakit akibat terpukul mundur oleh kekuatan lawan,
karenanya Kim Thi sia sama sekali tak berkedip ataupun mengeluh karena terlempar kebelakang.
Sambil merangkak bangun, ia menerjang lagi kearah manusia raksasa tersebut dengan jurus
yang sama yaitu "maju terus pantang mundur."
Manusia raksasa itu meraung penuh amarah, sambil menerjang pula kedepan umpatnya keraskeras:
"Anjing bangsa Han, kau telah mengganggu ketenangan tidur tuan putri kami, kau jangan
harap bisa pergi lagi dari sini dalam keadaan hidup-hidup........"
Sambil melepaskan serangan yang dahsyat, Kim Thi sia sengaja hendak membuat Kim huan
kuncu mendongkol, dengan suara keras segera teriaknya:
"Huuuuuh......tuan putri apaan macam dirinya itu" aku lihat dia tak lebih cuma seorang kepala
begal" Secara beruntun beberapa kali benturan terjadi, tubuhnya pun terlempar sejauh tiga kaki lebih
dari posisinya semula. Dengan terjadinya berapa kali benturan keras yang memekikkan telinga, rupanya suara hiruk
pikuk tersebut segera membangunkan putri Kim huan dari tidurnya.
Disaat manusia raksasa itu siap melancarkan terkaman kembali, dari balik telah terdengar suara
teguran dari seorang gadis yang merdu: "Apa yang telah terjadi diluar" mengapa begitu gaduh?"
Dua orang manusia raksasa itu serentak menarik kembali serangannya, lalu menjawab dengan
hormat: "Anjing bangsa Han itu telah....telah datang lagi mencari gara-gara......."
"oooh......" agaknya putri Kim huan merasa terkejut bercampur keheranan, selang sesaat
kemudian ia baru berseru: "Usir dia pergi dari sini"
Dua orang raksasa itu segera mengiakan- masing-masing dengan merentangkan telapak
tangannya siap melakukan pengusiran.
Umpatan "Anjing bangsa Han" yang tertuju kepada Kim Thi sia tadi rupanya telah
membangkitkan rasa nasionalnya, ia merasa kehormatan bangsanya dihina orang, apa lagi
mendengar putri Kim huan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir dia, hawa amarahnya
kontan saja berkobar dan meluap-luap. Bentaknya dengan suara keras:
"Kepala begal, kau adalah kepala begal perempuan dari negeri asing. Kalian bangsa Kim
memang tak lebih cuma sekawan bangsa perampok. termasuk juga raja dan putrinya....."
Tampaknya kedua manusia raksasa itu merasa teramat gusar hawa napsu membunuh segera
menyelimuti seluruh wajahnya yang jelek agaknya mereka sudah bertekad hendak membungkam
mulut anak muda tersebut untuk selama lamanya.
sayang Kim Thi sia belum sadar kalau ancaman maut telah berada didepan mata dia masih
mengumpat terus dengan penuh emosi.
Dua orang raksasa itu mulai menggetarkan seluruh tubuhnya keras- keras, sepasang tangannya
mulai digosokkan satu dengan lainnya, agaknya mereka sedang mempersiapkan semacam ilmu
pukulan yang maha dahsyat.
Tapi....disaat yang kritis inilah mendadak pintu kamar dibuka orang, lalu tampak manusia
raksasa ketiga munculkan diri seraya berseru: "Hey, putri Kim huan menyuruh kau masuk"
Nada perkataan itu jelas bernada memerintah, kontan saja Kim Thi sia berkerut kening dan
menunjukkan wajah tak senang hati.
Tapi untuk mencapai tujuan yang lain, terpaksa dia baru menahan rasa gusar dan mendongkol
yang mencekam perasaannya itu dengan langkah lebar ia segera masuk kedalam ruangan.
Dua manusia raksasa itu tertawa seram, tiba-tiba mereka lancarkan terkaman kembali dengan
hebatnya. Tubuh belum mencapai sasaran angin sergapan yang menderu-deru seperti hembusan angin
puyuh telah melanda tiba dengan hebatnya.
Padahal waktu itu Kim Thi sia sedang melangkah masuk kedalam ruangan, pintu kamar begitu
semcit sehingga tak sempat lagi baginya untuk menghindarkan diri
Tampaknya bila serangan dahsyat dari kedua manusia raksasa itu bersarang telak ditubuh
Pendekar Kidal 23 Lentera Maut ( Ang Teng Hek Mo) Karya Khu Lung Pendekar Pemetik Harpa 5

Cari Blog Ini