Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 14

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 14


"Kenapa kamu membungkam" Apa kamu mau ditotok pula"
Nanti aku bikin kamu tersiksa selama tujuh hari tujuh malam.
Nanti kamu menyesal yang sekarang kamu tidak sudi bicara"
ia menepuk pula membikin mereka itu berjengit, hingga
airmata mereka meleleh ke luar,
Mereka kesakitan, mulut mereka rapat terus.
Mereka memang dua orangnya Kiong-bun siang Kiat,
Akhirnya yang satu menanya, "Apa kau berani menempur
Kiong-bun siang Kiat" Dia mau mengancam. Dia pikir kedua
jago itu dimulai dan ditakuti.
"Manusia hina, kamu berani berlagak di depanku?" kata In
Gak bengis, "Pergi kau tanya Kiong-bun siang Kiat, mereka itu
berani atau tidak melawan aku Koay Ciu sie-seng Jie In?"
Dua orang itu kaget, Baru sekarang mereka ketakutan,
Lantas keduanya minta-minta ampun" Urusan mereka bukan urusan kami berdua," kata yang
satu. "Kami cuma diperintah, kami tidak berdaya, Dua orang
itu di kurung di istana sam Pwee lek. ditahannya mereka
justru untuk memancing kau, tayhiap. Benar satu bocah dapat
lolos dan dia katanya telah menawan seorang kami. Tidak
tahu bocah itu berada di mana hanya pernah ada yang lihat
823 dia di Ciang-peng. Kami ditugaskan menjaga di sini, kami tidak
tahu kalau ada yang menjaga dilain tempat lagi."
Kata-kata itu berbunyi separuh ancaman agar In Gak
jangan membunuh mereka. In Gak tertawa, ia menekan pundak mereka hingga orang
roboh binasa.Justeru itu dari arah belakangnya ja mendengar
pertanyaan yang keras : "siapa?" ia terkejut, ia segera
memutar tubuh, Tapi ia tidak melihat orang, sunyi
disekitarnya. sementara ia berjalan mutar, memeriksa
rumahnya say Hoa To. ia tidak melihat siapa juga. Ketika ia
memeriksa ke dalam ia mendapatkan rumah kosong- ia
memang tidak percaya Hu Ceng mau sembunyi saja di dalam
rumah kosong itu. Untuk itu sibocah terlalu cerdik, Karena ia perlu menolong"
Hu Liok Koan berdua, ia meninggalkan rumah say Hoa To,
dengan cepat la lari ke kota raja Di losmennya ia tidak mampir
lagi. Selama satu tahun ini, pandangannya in Gak telah berubah,
sekarang ia beranggapan asal manusia jahat, dapat ia
membunuhnya, "tak usah ia main kasihan-kasihan lagi, ia
menganggap. memberi ampun kepada manusia jahat berarti
membiarkan bahaya mengeram. ia pikir, biarlah sekeluarga
menangis tetapi j angan setiap keluarga di sepanjang jalan
menangis semua, ia merasa terlalu banyak manusia busuk.
Karena ini ia tidak memberi
ampun lagi kepada dua orang tadi.
Ia berjalan tanpa menghiraukan saiju, ia melintasi sungai
see Hoo yang beku, Ciang peng terpisah dekat dari kota raja,
dari itu belum sampai satu jam, tibalah sudah ia ditempat
yang dituju. Pakkhia, kota-raja, ramai luar biasa, In Gak heran, Baru
kemudian ia ingat bahwa malam itu malam Capgouwmeh,
824 pesta Goan Siauw, yang dirayakan setiap tanggal lima belas
bulan pertama saban tahun, Kecuali orang pada memasang
tengloleng, disana-sini tampak rombongan-rombongan langliong
dan langsay, yaitu mereka yang mempertunjuki
permainan naga dan singa, juga chunggee atau panggung
terhias yang mengambil lelakon seperti Pat sian Kwee Hay,
Delapan Dewa menyeberangi laut.
Telinga dipekakkan suara tambur dan gembreng
danpetasan, Di sana sini riuh orang berbicara bersorak dan
tertawa, Maka sungguh beda kota raja dengan kota Ciang
peng yang sunyi senyap tadi . . .
In Gak pikir, mungkinlah Kiong bun siang Kiat yang
melarang penduduk Ciang peng bersukaria...
Senang juga pemuda ini dengan keramaian itu, maka
sayang pikirannya ada pada Hu Liok Koan dan cucunya,
karena mana ia menjadi memikirkan juga sam Pwee lek.
bahwa sebagai orang bangsawan dan mesti mempunyai
banyak pahlawan di dalam istananya.
Bukankah ia mau dipancing masuk ke dalam istana
pangeran itu" Pasti Kiong bun siang Kiat telah mengatur
perangkap umpama thian-Io tee bong -jaring langit dan jala
bumi.... Meski ia gagah, In Gak toh masih ingat akan pepatah yang
membilang: "nama mashur
mendatangkan kedengkian, pohon besar, memanggil
angin." Maka itu, ia tidak berani berlaku sembrono, Karena ini
ia ingat Kay Pang, Partai Pengemis. ia ingin mencari salah
seorang tukang minta minta, guna dimintai keterangannya
supaya dia itu dapat mencari Kiu Cie sin Kay dan Kian Kun Ciu.
Bantuan dua saudara itu dibutuhkan Tapi sudah dua gang
ia lewati, ia tidak bertemu dengan seorang pengemis juga. ia
heran, ia tidak tahu, bahkan ia tidak menyangka, bahwa
825 ketiga tiangloo Kay Pang sudah mengisiki agar jangan ada
pengemis yang muncul di kota raja ini.
"Inilah heran", pikirnya pula, " Untuk kaum pengemis,
harian tahun baru dan pesta Cap gouw meh ini, juga setiap
tempat pesta atau orang kesusahan adalah lapangan mereka
bekerja, Ke mana perginya mereka sekarang" Ah, baiklah aku
pergi ke Thian Kio, Tempat itu tak jauh dari sini, di sana
tempat ramai, tempat berkumpulnya segala naga dan ular.
Maka berjalanlah ia ke arah Thian Kio, jembatan Langit. Di
sana ramailah di segala penjuru, oleh pelbagai pedagang dan
tetanggapan, tidak perd uli malam itu angin keras dan hawa
dingin. Hanya meski ia berdesak-desak selama satujam, tetap
In Gak tidak menemui seorang pengemis jua. ia menjadi
mengerutkan alis. Tentu sekali, saking heran, ia menjadi berpikir keras. ia
bercuriga untuk sesuatu, ia pun bergelisah sebab ia ingin
sekali lekas dapat menoIongi Liok Koan dan cucunya, Habis
daya, ia pergi ke tempat sepi, dari sana ia menuju langsung ke
istana sam Pwee Iek. yang letaknya di dalam kota di bagian
tenggara, ia berlari keras di sepanjang tepian telaga Kuu Beng
ouw. Itu waktu kira jam tiga, Dari menara tembok kota
terdengar tegas suara kentongan si serdadu penjaga,
Tengah In Gak berjalan itu tiba-tiba ia melihat di depan ia
seorang lagi dikejar tujuh atau delapan orang lainnya, ia
heran. Lantas ia lari ke belakang pohon yang gelap untuk
sembunyi sembari mengintai.
Melihat kegesitan orang, teranglah orang yang dikejar itu
serta pengejarnya semua bukan sembarang orang Rimba
Persilatan, hanya orang yang dikejar nampaknya sudah letih.
Pengejarnya yang sekarang terlihat tegas berjumlah delapan,
memecah diri dalam dua rombongan, agaknya mereka hendak
mengurung. 826 Akhirnya mungkin karena ia merasa tak dapat lari lebih
jauh, orang dikejar itu lantas menghentikan tindakannya,
sembari berdiri tegak dan tertawa dingin, ia berkata: "Aku Kim
Tiong Han, aku tidak menyangka sekali bahwa di dalam
istananya sam Pwee lek boleh berkumpul segala penjahat
besar" "Hai, sahabat" berkata seorang, nyaring, "Kematianmu
sudah ada di depan matamu tetapi kau masih omong besar
Tengah malam buta rata kau memasuki istana beileh, jikalau
bukannya penjahat, habis apa" Tak mungkinlah kau orang
benar" sutra tertawa tajam terdengar dari mulut orang dikejar
itu "Di mata kami, sam Pwee lek itulah ayah dan ibumu
kepada siapa ia mengandal untuk hidupmu, sebaliknya di
mataku dialah kera yang berpakaian manusia" katanya tegas.
"Dialah bangsa binatang Kamu tahu, aku si orang she Kim
dengan dia bermusuhan besar Mana dapat permusuhan tak
dibalaskan" Tapi lantaran ada kamu kawanan anjing piaraan
yang melindungi dia masih beruntung bagus. Pendek kata, asal
malam ini aku si orang she Kim tidak mati, j anganlah dia
harap dia akan dapat tidur pulas nyenyak"
"Kamijusteru tidak akan membiarkan kau mampus" ada
timpalan yang mengejek. Lantas beberapa orang itu maju
untuk menyerang. In Gak lantas mendapat lihat orang-orang itu benar liehay,
sebaliknya si orang she Kim tak kurang liehay nya, "ia cuma
terserubuti terlalu banyak orang, setelah letih sangat, ia lantas
terdesak. "Mereka orang-orangnya sam Pwee lek merekalah musuh
aku," pikir In Gak. Maka lewat lagi beberapa jurus, ia ke luar
dari tempatnya sembunyi sembari menghampirkan, ia berseru:
"Berhenti" 827 Seruan itu membikin kaget orang-orangnya sam Pwee lek,
hampir serentak mereka menghentikan penyerangan mereka,
semua pada lompat mundur untuk berpaling dan mengawasi,
Mereka semua bermata celi, mereka melihat seorang dengan
muka rada luar biasa keluar dari bawah pohon.
" Kenapa kamu tidak memakai aturan Kang ouw?" In Gak
menegur, " Kenapa kamu mengeroyok seseorang. Aturan
apakah ini?" Orang orangnya sam Pwee lek itu mengumpulkan diri.
Mereka terkejut menyaksikan kelincahan orang yang menegur
mereka ketika orang itu muncul dari tempat gelap. Mereka
sebenarnya Taylwee kat Eng, Delapan Garuda dari Istana,
yang tertua ialah Tiatpwee Tong Tim.
Asalnya mereka penjahat besar di Bin wat, kedua propinsi
Hokkian dan Kwie tang, di
mana mereka biasa mengacau dipesisir, lantaran
belakangan terlalu banyak sudah kejahatannya dan mereka
bentrok juga dengan pihak lurus, mereka menyingkirkan diri,
kebetulan mereka diterima sam Pwee lek. lantas mereka
bekerja untuk pangeran itu.
"Tuan, kau tidak ketahui duduknya hal," berkata Tong Tim,
sabar. "Ini bukan lagi soal sakit hati kaum Kang ouw. Lagi pula
dia telah terkena senjata rahasiaku paku Co-ngo Bun-sim
Teng, jikalau dia terlambat diobati, jiwanya bakal melayang,
maki itu baiklah dia menyerahkan diri untuk kami ringkus dan
bawa pergi, jikalau dia diperiksa pembesar negeri dan
kedapatan kesalahannya dapat diperingan, pasti dia akan
selamat jiwanya. Dengan dia menyerah maka tugas kami pun
selesai" In Gak tertawa dingin. "Aku si orang tua biasa tak mendengar sebala alasan
sebagai alasan kamu ini" kata nya. "Aku bertindak menurun
rasa hatiku, diwaktu aku girang atau gusar.
828 Begitulah perbuatan kamu. Kamu main keroyok. Bukankah
kau mengatakan barusan kau sudah menghajar dia dengan
paku rahasia Tjoe-ngoBoe-simTeng" sudah kau melukai, kamu
main keroyok juga. Perbuatan apakah itu" Maka itu, aku mesti
campur tangan jikalau kamu suka memandang muka ku si
orang tua, lekas kamu memberikan obat pemunah kamu,
untuk menolongi orang ini, supaya kita lantas jangan saling
usil lagi Tidakkah itu bagus?"
Tong Tiam menjadi gusar. "Kau siapa?" dia tanya bengis "Aku si orang she Tong tak
percaya kau dapat merebut orang dari tangannya Taylwee kat
Eng" Belum sempat In Gak member jawaban, ia mendengar
salah satu Garuda bersiul nyaring
dan lama, walaupun angin keras, suaranya tak tersirnakan.
ia lantas lompat kepada orang itu, yang tangannya ia cekal.
orang itu tidak berdiam saja, sambil menarik tangan
kanannya, untuk dibebaskan, tangan kirinya membarengi
menyerang. Dia menggunai pukulan "Arhat menyembunyikan
jari-tangan." In Gak tidak takut, hanya sekarang ia mendapatkan bukti
dikota raja benar banyak orang liehay, Atas serangan itu, ia
melepaskan tangan kanannya, sebaliknya, ia menyambut tinju
sipenyerang, untuk menangkapnya.
"Aduh" orang itu berteriak hebat, Tak dapat ia menarik
pulang tangannya, ia telah disambut si anak muda dengan
jurus "Lima gunung menindih naga," suatu jurus dari Hian
Wan sippat Kay, Begitu tercekal tangannya itu terasa sakit
sekali. Justeru itu tubuh Kim Tiong Han terhuyung huyung
rupanya ia sukar bertahan lagi dari bekerjanya paku beracun
Cun ngo Bun sim Teng. 829 Tong Tim licik, sambil melirik pada enam kawannya, yang
dia beri isyarat, ia lompat pesat kepada Kim Tiong Han, untuk
menotok dua jalan-darahnya, jalan darah gagu dan lupa
daratan, setelah mana tubuh orang dipondong, dibawa lari
kedaiam rimba, sedang enam kawannya itu sebera
menghilang mendahului dia.
Melihat dia di tinggal pergi, orang yang ditangkap In Gak
itu mengembeng air matanya. Dia merasa sangat menyesal
bahwa orang-orang yang mengaku diri sebagai saudara
angkat, yang telah berjanji akan sehidup semati, begitu saja
kecintaannya.Jadi merekalah sahabat-sahabat paisu selama
tiga puluh tahun, selain menyesal, dia juga berduka dan sakit
hatinya. Hati In Gak sebaliknya lega melihat Kim Tiong Ha n dibawa
lari, ia percaya, dengan begitu orang she Kim itu tidak bakal
menemui kematiannya, dia pasti bakal diobati. Coba ia
menolongnya sekarang, mesti ia repot untuk mengobatinya
juga, Maka itu, ketika ia melihat sikap orang tawanannya ini,
ia tertawa. "Sekarang kau mengerti" katanya "Beginiah nasibnya orang
yang menjadi begundal Aku tidak tahu tentang persahabatan
kamu tetapi terang sudah kamulah bangsa mengutamakan
keuntungan, yang tak kenal kemanusiaan. Kau telah tertawan,
namamu sudah jatuh, andaikata aku merdekakan kau, adakah
mukamu untuk kembali ke istana pangeran majikanmu itu?"
Belum habis sianak muda berkata, mendadak ia


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengangkat tubuh orang tawanannya untuk dibawa lari ke
dalam rimba, untuk bersembunyi. Mendadak saja ia melihat
datangnya empat orang yang mulanya nampak sebagai
bayangan, tetapi lekas juga ia mengenalinya sebagai Kholee
Kong san sulo, empat jago dari Kong san.
830 orang tawanan itu, yang sebenarnya Lam hay Eng Ban Tay
si Garuda Lamhay, kagum untuk mata jeli In Gak. untuk
kegesitannya. In Gak tertawa.
"Jikalau aku hendak membinasakan kau, gampang seperti
aku membalik telapakan tanganku ini," ia kata." Tapi aku lihat
kau rupanya menyesal, suka aku mengampuni jiwamu,
sekarang bilanglah di mana dikurungannya Hu Liok Koan
berdua, lantas kau merdeka, boleh kau pergi kemana aku
suka." Bang Tay heran hingga ia mengawasi dengan mata
membelalak. "Kau jadinya Koay Ciu sie-seng Jie In" kata ia
"Aku Beng Tay, aku roboh di tangan kau, aku tidak usah
malu." Koay Ciu sie-seng jauh terlebih lihay daripadaku," kata In
Gak bersenyum, "Pelajaranku rendah sekali, tak dapat aku
dibandingkan dengan dia."
Bang Tay mengawasi pula, ia melihat roman orang tak
mirip dengan lukisannya Kiong-bun siang Kiat, ia mau percaya
keterangannya itu. "Hu Liok Koan berdua dikurung di dalam istana pweelek."
katanya kemudian, "hanya di bagian mana mereka
dikurungnya benar-benar aku tidak tahu, istana pweelek besar
dan luas banyak kamarnya. Ketika baru ditangkap. katanya
mereka dibawa ke lauwteng Ban Jie Lauw, entahlah
sekarang." "Siapa di dalam istana yang ketahui hal mereka?" ia tanya,
Juga siapakah yang mengeluarkan dan mengatur
penangkapan atas diri mereka itu?"
"Karena aku tidak bakal kembali ke istana, baiklah aku
omong apa yang aku tahu," kata orang tawanan itu, sikapnya
sungguh-sungguh, "Di dalam istana pwee-Iek ada satu orang
yang paling tahu segala apa, ialah su-ya Sim Siang Kiu si ahli
pemikir. Dia keluaran Thian san, ilmu silatnya liehay, Tentang
rencana penangkapan Hu Liok Koan, itu keluarnya dari
831 otaknya Thie Kong, pendeta kepala dari kuil Tin Hong sie
sedang pelaksanaannya dipimpin oleh Lie Cin Tong, kepala
sersi dari kantor Kiu bun Teetok.
Sudah dua hari Lie Cin Tong lenyap. dia menerbitkan
kegemparan di seluruh sembilan pintu kota, orang menduga
dia telah menjadi kurban tangan jahat..."
In Gak mengangguk "Baiklah, sekarang kau boleh pergi," kata nya.
Beng Tay merasakan tubuhnya lemas, sudah begitu
hatinyapun tawar, tak lagi ia memikirkan kehidupan mewah. ia
mengangkat kepala memandang orang di depannya, matanya
menyorotkan sinar bersyukur. Tiba-tiba ia membungkuk,
sembari dia kata: "Aku Beng Tay, seumur hidupku aku berterima kasih
kepada kau, loojinkee, Kau rupanya berniat pergi membikin
penyelidikan ke istana pweelek. Kalau benar, baiklah kau
berhati hati. Di sana setiap tindak ada bahayanya." Habis
berkata terus dia bertindak kearah rawa di dalam rimba itu.
Ketika itu turunnya salju sudah berkurang akan tetapi angin
Barat daya makin santer, sebagai mana terdengar berisiknya
daun-daun pohon- Rawa telah beku seluruhnya hingga tak ada
ombaknya. In Gak berdiri di tepi telaga Kun Beng ouw, ia memikirkan
entah bagaimana penderitaannya Hu Wan, si nona, sedang dia
lagi menghadapi segala serigala, ia menjadi berkuatir dan
bingung. "Aku mesti bekerja cepat," pikirnya. Maka ia lantas
mengambil keputusan iapun lantas bertindak disepanjang
tepian telaga, menuju ketembok kota.
Istana sam Pweelek itu. dijaman permulaan kerajaan Ceng,
dinamakan Ban seng wan atau Taman Berlaksa Binatang.
Keluarga kaisar gemar pesiar, kegemarannyapun beda
daripada kebanyakan orang maka dibangunlah taman itu
832 dimana dipiara juga pelbagai macam binatang berkaki- empat
dan burung-burung, untuk mana telah dihamburkan uang
berlaksa tahil perak. Taman ternak itu dibagian kanan- Habis itu baru taman
bunga dan pepohonan beraneka warna berikut segala peseban
dan ranggonnya yang indah-indah, sempurna
perlengkapannya yang di sebut lauwteng Ban Jie Lauw berada
di sebelah belakang pelbagai ranggon dan paseban itu.
Lagi ke kanannya ialah Cu Cay Chung, atau Dusun
Kemerdekaan, disamping mana dibuat Bouwtan Teng,
peseban tanaman bunga-bunga maka setiap musim bunga
bukan main harum dan indahnya taman itu.
Disitupun ada lainnya ranggon yang indah namanya Ciang
Koan Lauw Di situlah Ratu Cu Hie biasa beristirahat sambil
menikmati pemandangan seluruh taman, Bisalah dimengerti
luasnya istana berikut pekarangannya Sam Pweelek itu.
Pada malam belum jam empat satu bayangan berkelebat di
dalam taman bagian belakang, Angin Utara lagi bertiuc tetap
suara gentar kuningan terdengar tegas hanya terdengar
menyedihkan, Karena suasana sunyi sekali.
Bayangan itu menuju ke lauwteng Ciang Koan Lauw itu
Ketika ia mau menggeraki tubuh, untuk berlompat naik
keatasnya, tiba-tiba ada satu bayangan besar berlompat
menubruk ke arahnya dengan sangat pesat, Akan tetapi
bayaagan yang pertama itu mendak. kedua tangannya
diangkat, untuk menyambut Maka "Bruk" bayangan yang
bertubuh besar itu mental balik, roboh terbanting, mulutnya
mengisi dengan suara terkuing, lalu diam, sebab dia mati
seketika. Itulah seekor anjing asal dari Tibet sifatnya galak, kukunya
ada racunnya, setelah mengenali anjing itu si bayangan nampak terkejut. Cuma
sebentar, lantas ia lompat naik keatas sebuah pohon
833 disampingnya ia percaya suara anjing itu bakal menyebabkan
datangnya orang. Dia memangnya Koay Ciu sie-seng Cia In Gak. si pelajar
Aneh" Tepat sekali dugaannya, Baru ia tiba di atas pohon, atau
tiga bayangan terlihat berlompat terus dari Ciang Koan Lauw,
menuju ke tempat robohnya anjing Tibet itu. Mereka tak dapat
terlihat tegas tetapi kesebatan mereka menunjuki mereka
orang-orang lihay. Tidak ada cahaya api disitu, dari itu terang sudah,
penjagaan di situ teratur sempuma, hingga apapun berkelisik,
lantas si penjaga mendapat tahu. Yang datang itu tiga orang,
Mereka memeriksa bangkai anjing.
" Hebat tangannya sipenyerang," berkata yang satu, "Lihat,
ususnya anjing ini sampai terudai keluar Rupanya belum
sampai pergulatan, anjing ini sudah terhajar binasa, Kita harus
waspada." "Tetapi aku tidak percaya dia dapat lolos dari tangan aku
Sim suya" kata seorang sambil tertawa.
"Ah, kiranya dia ini Sim suya yang lihay dan jahat seperti
katanya Beng Tay" pikir In Gak diatas pohon.
Sim soeya tidak berdiam saja, ia bersiul perlahan tetapi
tegas atas mana terlihat datangnya tiga atau empat ekor
anjing lainnya. Melihat datangnya anjing itu, In Gak merasa dirinya tak
aman. Biar bagaimana. bau
manusia bakal dapat diendus kawanan binatang yang
hidungnya tajam itu. sukar untuknya menyingkir apabila ia
berlaku lambat. Maka itu ia lantas lompat cepat dan lincah, ia berjumpalitan
lalu sebelum ia tiba ditanah, inilah jurus "Kim Liong Jip Hay,"
atau "Naga emas terjun ke laut," dari tipu silat "Thian Liong
Pat sie" atau "Delapan Naga Langit," disusul jurus "Ceng-engTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
834 sam soat" atau "Burung garuda berputar tiga kali". Dengan
begitu dilain saat ia sudah berlompat naik kelauwteng "Ciang
Koan Lauw itu, dipayonnya. sementara itu beberapa ekor
anjing itu telah mulai menggonggong ke arah pohon.
" Ha ha sahabat, bukankah kau cari mampusmu?" kata Sim
Siang Kioe tertawa dingin, terus tubuhnya berlompat ke
pohon, kedua tangannya menyerang.
Akibatnya itu ialah suara nyaring dan berisik. Beberapa
cabang pohon patah dan daunnya rontok. semua jatuh ke
bawah. " Hebat," pikir In Gak. yang melihat liehaynya si ahli
pemikir sam Pweelek ini. "Bukankah itupun Bie Lek sin Kang?"
ia menduga demikian karena Beng Tay membilangi suya itu
keluaran Thian san Pay. Begitu lekas naik kepohon, Sim suya berlompat turun pula.
"Ah" serunya, heran, "Dia hebat sekali. Baru anjing
mencium baunya, dia sudah lantas menghilang..."
Jangan-jangan dia menyingkir ke Ciang Koan Lauw"
berkata satu suara tua tetapi keras. itulah suara seorang
diantara mereka, "Lu Laosoe bergurau" tertawa Sim suya,
bukankah pohon ini terpisah jauh dengan lauwteng" Biarpun
aku, tidak dapat aku lompat sampai ke sana... Dia tentu belum
lari jauh, mau kita susul" Dan ia mengajak anjingnya, buat
mencari. In Gak berdiam saja, ketika orang sudah pergi jauh,
menghilang di sebuah tikungan, baru ia lompat turun, Tepat
ketika ia mcng injak tanah, didekatnya ada sebuah bayangan
kecil berlompat naik, ia terkejut, lekas-lekas ia
menyembunyikan diri di tempat gelap. ia menyangka ia
kepergok. Orang itu berlompat kejendela dimana dia mengintai ke
dalam. 835 Sekarang In Gak tak berkuatir lagi, ia kenali orang itu ialah
Hu Ceng, si anak Ceng, Maka ia menjadi mengagumi
keberanian bocah itu. ia terus mengawasi, tak mau ia segera
menegurnya. Syukur untuk Hu Ceng, la berada di tempat dekat In Gak.
kalau tidak, ada kemungkinan dia kepergok sim siang Kioe
yang membawa anjing anjing yang tajam hidungnya.
Di dalam kamar itu, Hu Ceng tidak melihat apa apa. ia
teraling semacam layar hitam setelah mengawasi sekian lama,
ia mengambil putusan yang berani sekali, ia telah pikir, "Tanpa
memasuki guanya, mana orang bisa mendapatkan anak
harimau." Maka ingin ia membongkar jendela itu.
Walaupun dia seorang bocah, si anak Ceng ini bernyali
besaran, Begitu dia ber-pikir, begitu dia bekerja dia segera
mengeluarkan sepasang senjatanya, guna dipakai menyongkel
jendela ... In Gak terkejut, ia bingung, Inilah berbahaya. Bukankah
istana sam Pweelek ini terjaga kuat" Di samping penjagaan
yang tetap. rombonganya sim sang Kioe pun senantiasa
meronda, karena itu, ingin ia mencegah kesembronoan bocah
itu. Belum lagi ia lompat keluar dari tempatnya sembunyi, atau
dari dalam kamar itu ia mendengar suara tertawa terbahak
yang disusul: kata-kata nyaring ini : "He, bocah, nyalimu
sungguh tak kecil Benar-benar kau datang ke mari"
Berbareng dengan itu, tanpa dicongkel lagi daun jendela
lantas terpentang dari dalam situ lompat ke luar satu tubuh
yang merupakan bayangan hitam...
Hu Ceng mendengar dan melihat, ketika baru mendengar
suara tertawa, ia sudah lompat mundur. Bagian belakang
Lauwteng itu mempunyai pekarangan yang teralaskan batu
hijau, itulah semacam panggung luas belasan tombak
sekitarnya. Kesitu ia mengundurkan diri Tapi si bayangan
liehay, dia lompat menyusul sambil terus menyerang secara
hebat sekali. 836 In Gak menyaksikan semua itu, ia terkejut. ia mengerti,
karena si bayangan sangat liehay, Hu Ceng bisa celaka, ia pun
sulit lompat untuk menalangi menangkis, temponya sudah
tidak ada Karena tidak ada lain jalan, terpaksa ia mengenai
ilmu dari Bie Lek sin-Kang bagian hurup " Lolos." ia
meluncurkan kedua tangannya, guna menyambut sambil
menolak penyerangan bayangan itu
Meski demikian, serangan bayangan itu tak dapat ditolak
seluruhnya, maka tubuh Hu Ceng terhuyung jatuh kebawah
panggung yang tinggi itu, selagi jatuh terdengar jeritannya....
In Gak kaget. ia tidak menyangka bayangan itu demikian
liehay, Tentu sekali ia ingin menoIongi Hu Ceng. Belum lagi ia
berlompat atau dari bawah panggung ia melihat lompat
naiknya satu orang yang terus menghampirkan si
bayangan, untuk berkata perlahan.
"Saudara Koay, tahan Siauwtee mempunyai urusan penting
untuk dibicarakan dengan kau Habis itu aku lantas hendak
berlalu dari sini...."
Kembali In Gak kaget, sekarang bahwa heran, ia melihat
nyata orang yang baru naik itu. Dialah ia kenali dengan baik,
Dialah Beng Tong Ko gelar sam Ciat Koay-kin, si pengemis
Aneh yang pertolongannya ia minta guna mengantarkan
kedua bocah she Hu itu ke kekota raja, Bayangan itu pun
tampak nyata sekarang. Dia beroman luar biasa. Dialah seorang pengemis tua
dengan muka kisut dan rambut kusut.
Terus In Gak berdiam ditempatnya sembunyi, guna
memasang mata dan telinga. ia heran B eng Tiong Ko berada
di dalam istana sam Pwelek. Mestinya pengemis ini
mempunyai urusan yang mengenakan Kay Pang, partai
Pengemis. 837 Sekarang diketahui bayangan itu, yang dipanggil "saudara
Koay," ialah Hoan goan-cie Koay Coan, kepala cabang selatan
dari Kay Pang. Dia benar menyerang Hu Ceng tetapi
sesudahnya ia heran. Seakan Bie Lek sin Kang dari In Gak
membuat napasnya tertahan. ia lantas melihat tajam, guna
mencari perintang nya itu. Justeru itu munculah Beng Tiang


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ko dengan cegahannya. "Heran," pikirnya, "Beng Tiong Ko kalah liehay jauh dari
aku cara bagaimana dia dapat menolak aku" Mungkinkah dia
telah mendapat kepandaian ajarannya suatu guru baru yang
liehay?" "Beng Hiantee," ia kata jikalau ada urusan, mari bicarakan
di sini saja, tak usah kita pergi kelain tempat Apakah urusan
itu ada sangkut paut dengan yang lainnya?"
Beng Tiong Ko menggeleng kepala. "saudara Koay," ia
berkata, " dengan kepandaianmu ini, sukarlah dicari orang
yang dapat menandingi kau, ada juga hanya beberapa gelintir.
Aku hanya hendak memberitahukan kau bahwa tombak terang
gampang dijaga, panah gelap sulit ditangkis nya..."
"Aku si pengemis tua tidak percaya ada orang yang berani
menyabuti kuku harimau" katanya jumawa .
"Saudara Koay, kau terlalu berbesar hati "kata Tiong Ko,
matanya bersinar tajam, suaranya dingin, "Aku Beng Tiong Ko,
aku memperoleh kabar jelas sekali. Musuhmu itu sekarang
berada dalam garis pangeran Kee Cin ong, dan besok Kee Cin
ong akan mengusulkan secara rahasia kepada raja untuk
memujikan Kiong bun siang Kiat, agar mereka itu berdua
ditugaskan membekukmu jikalau titah sampai dikeluarkan,
sam Pweelek juga tidak bakal dapat melindungi kau.
Maka itu menurut aku baiklah kau ajak semua muridmu
lekas berlalu dari kota raja ini, lalu kau mendayakan guna
membereskan urusan dalam kita. saudara Koay, aku telah
bicara, kau mau dengar atau tidak, terserah kepada kau"
838 Nampak Koay Cun kaget, Dia sampai mengeluarkan peluh
dingin- "Beng Hiante" katanya, " benarkah keterangan kau ini" Kau
harus ketahui, aku si orang she Koay tidak melanggar undangundang,
aku tidak melanggar aturan. Kenapa si pengemis tua
she Chong itu menimbulkan pikiran busuk begini?"
Beng Tiong Ke sudah mau bertindak atau ia memutar
tubuh kembali ia tertawa dingin
dan kata: "Kau harus ketahui adanya pepatah yang
membilang, siapa tidak kejam dialah bukan seorang laki
laki.Chong sie menjadi tiang loo partai kami, dia mana dapat
berdiam saja mengawasi kau membikin celaka orang orang
pihaknya" oleh karena dia sangat terpaksa, dia terpaksa juga
mengambil tindakannya itu Ya engcu Lie Cin Tong sudah mati,
urusan dia itu dilimpahkan kepada namamu. Maka kaupikirlah,
apakah masih ada harganya untuk kau tinggal tetap disini".."
Kali, ini, belum lagi suara Tiong Ko berhenti, tubuhnya
sudah mencelat mundur, akan dilain saat dia lenyap diantara
salju yang guram. Koay Cun berdiri menjublak. sampai lewat sekian lama,
baru dia sadar, Lantas dia membanting kaki giginyapun
dikertak. Dia kata sengit: "Aku sumpah tidak mau hidup
bersama kau. Jikalau aku tidak menghancurkan dirinya kaum
Kay pang tidak mau aku berhenti" Terus dia menepuk tangan
tiga kali. Cepat sekali pintu Ciang Kun Lauw terpentang dari situ
muncul beberapa orang, bagaikan bayangan mereka pada
bertempat kepada ketua Kay Pang cabang selatan ini, semua
berdiri tegak dengan tangan dikasi turun, tandanya mereka
bersiap sedia menanti titah.
Dengan mata bersinar tajam Koay Cun mengawasi mereka,
kemudia ia kata, nada suaranya dalam: "Sekarang ini kita baru
melakukan pertempuran babak yang pertama, lantas kita
839 menerima hajaran, maka itu sekarang juga berlalulah kamu
dari kota raja ini, kamu pergi ke puncak Tiang Jin Hong di
gunung Tay San dimana kamu menantikan aku. Dua orang
yang ditawan disana kamu totok membikin mereka bercacad,
habis itu kamu merdekakan mereka?"
Beberapa orang itu mengangguk tanpa membilang apa-apa
mereka memutar tubuh, untuk mengangkat kaki.
Ketika itu terdengar gonggongan anjing yang yang terbawa
angin, itulah tanda bahwa Sim Siang Kiu dan rombongannya
lagi mendatangi kearah Ciang Koan Lauw.
Koay Cun tidak kembali keatas lauwteng, dia bahkan
berdiam, tak memperdulikan salju yang menimpah tubuhnya.
Ia agaknya berpikir keras.
In Gak bersembunyi di pojok, hatinya tak tenang. Tidak
dapat ia berkisar. Ia dapat diserang orang she Koay itu asal ia
bergerak. Di lain pihak ia kuatir Sim Suya keburu tiba,
anjingnya dia itu dapat membaui ia. Ia pun menguatirkan
keselamatannya Hu Ceng. Ia heran kenapa pengemis, ketua
Cabang Selatan itu tidak kembali ke lauwteng.
"Mungkin Hu Ceng sudah kabur, mungkin juga dia
sembunyi di dalam taman?" si anak muda menduga-duga.
Sekonyong-konyong: "Saudara Sim, mari sini !"
Itulah suaranya Koay Cun, menyusul mana tubuhnya Sim
Siang Kiu mencelat kearahnya bagaikan burung garuda
terbang menyambar. In Gak melihat ia kagum. Itulah lompatan "Thian San
Chong Eng Sin-hoat" atau lompatan "Garuda Thian San" suatu
ilmu dari Thian san Pay. Koay Cun menghampirkan suya itu, yang umumnya dikenal
sebagai Ok suya atau Suya jahat. Ia lantas berbisik. Habis itu,
ia berkata dengan keras: 840 "Untuk sementara ini aku si pengemis hendak menyingkir
dulu, Hu Liok Koan berdua baiklah dimerdekakan supaya
mereka tak usah nanti mendatangkan ancaman malapetaka
bagi Sam Pwee-lek !"
Sim Suya berpikir, dia menyahuti: "Kau benar, saudara
Koay, hanya urusan sulit sekali. Sam Pwee-lek kami ketarik
dengan si bocah wanita! Baiklah, urusan ini kau serahkan saja
padaku si orang she Sim!"
Koay Cun member hormat, lantas dia berlompat pergi,
lenyap ditelan gelap. Sim Siang Kiu batuk-batuk, lantas ia lari kea rah Ban Jie
Lauw. In Gak segera menyusul. Kalau bukan anak muda ini, sukar
untuk menguntit suya yang licik itu.
Baru kira sepuluh tombak, mendadak Sim suya berbalik
sambil menyerang. Ia rupanya merasakan sesuatu hingga ia
menyangka jelek. Hebat serangannya itu yang membikin
cabang-cabang pohon dan daun patah dan beterbangan. Tapi
ia tidak melihat orang. Ia heran hingga ia berkata seorang diri:
"Aneh! Terang aku mendengar suara orang di belakangku!
Kemana dia" Mungkinkah telingaku salah dengar?" Ia
menggeleng-geleng kepala. Ia kata pula: "Tak mungkin!
Biasanya jarak tiga tombak, jatuhnya daun pun aku dengar
nyata! Kenapa malam ini aku gagal?"
In Gak telah mendapat lihat pundak kanan orang bergerak,
ia sudah menduga apa bakal terjadi, maka itu ketika tubuh
Sim Suya berbalik, ia sudah bertindak dengan Hian Thian Cit
Seng Pou, untuk menyembunyikan diri di belakang pohon. Ia
bukannya mundur hanya berlompat melewati.
Oleh karena ia tidak mendapatkan apa-apa, Sim Suya
berjalan terus. Setelah orang lewat, In Gak menguntit pula.
841 Ban Jie Lauw berada didepan mata. Lauwteng itu
nampaknya luar biasa, apapula di waktu gelap seperti itu,
hingga tak terlihat tegas.
Sim Siang Kiu pergi kesamping, disini mendadak dia
mendak, terus dia lompat keatas.
Setelah mengawasi sekian lama, In Gak lauwteng sdikit
lebih nyata, tetapi sebab si orang she Sim sudah lompat naik,
tidak dapat ia mengawasi lebih lama pula. Ia pun turut
lompat, guna mengintil terus di belakang juru pemikir itu.
Sim Suya maju terus, ia bagaikan ngelamun. Ia seperti tak
mengetahui ada orang menguntitnya. Dimuka sebuah pintu
besi yang hitam, ia mengetuk tiga kali lama dan tiga kali
pendek, disusul dengan tujuh kali pendek dan tujuh kali lama.
Dengan tiba-tiba saja, pintu itu terpentang.
Dengan tubuh tegak dan tindakan tetap, Sim Suya berjalan
masuk. In Gak memperlihatkan kegesitannya, ia turut masuk
sambil berlompat. Tiba didalam, ia mendapati terowongan
atau lorong gelap. Tiada ada penjaga untuk pintu itu. Baru ia
masuk, atau pintu sudah tertutup pula sendirinya, suaranya
menggabruk keras. Sendirinya ia terkejut. Kalau jalan keluar
tertutup, itulah berbahaya. Ia tengah memasuki kedung naga
dan gua harimau. Terpaksa ia menenteramkan diri, terus ia
menyusul si Suya yang sudah bertindak jauh disebelah depan.
Baru bertindak lima atau enam tindak. In Gak mendengar
suara berkeresek. Ia terkejut. hatinya tak enak. Lekas-lekas ia
menutup diri dengan persiapan Bie Lek Sin Kang. Ia baru
bersiap atau pelbagai senjata rahasia sudah menyerang
kearahnya. Ia lantas menggeraki kedua tangannya di depan
mukanya. Untuk tubuhnya, ia tidak menguatirkan suatu apa.
Ketika itu Sim Siang Kiu sudah menghentikan tindakannya,
terus dia tertawa bergelak, sambil memutar tubuh, ia
842 menyerang dengan kedua tangannya. Itulah pukulan angin
yang liehay. Ia membuatnya In Gak mundur satu tindak.
Sim Suya sangat cerdik, dia banyak pengalamannya. Di
dalam hal ini In Gak kalah setingkat. Si anak muda tidak
menyangka bahwa orang telah menduga dan bercuriga, lalu
orang berlagak pilon, sampai ia dipancing masuk kedalam
pintu rahasia itu. In Gak gusar karena ia kena dijebak, maka itu sudah
terlanjur, ia hendak menyerang Suya itu. Ia baru bertindak
atau kakinya menginjak lantai, yang enteng, sebelum ia
sempat berdaya, Tubuhnya terjerumus jatuh, terus turun ke bawah bagaikan
layangan putus. Sim Suya memencet pesawat rahasia tepat waktunya.
In Gak sampai dibawah dengan selamat, hanya sekarang ia
melihat dirinya berada dalam sebuah kamar besi, cuma ada
dua buah lubang kecil peranti menginati atau memasuki
barang makanan. Ia kaget dan menyesal.
Di dalam liang perangkap itu ada sebatang lilin yang
menyalah, dari itu si anak muda dapat meiihat serluruh ruang
dengan nyata. Untuk herannya, buat girangnya juga, disitu ia
mendapatkan Hu Liok Koan bersama Hu Wan, keduanya lagi
tidur nyenyak, napas di hidung mereka berjalan perlahan.
Rambut si nona kusut, mukanya pucat dan kucal, rupanya dia
sangat menderita. Melihat keadaan nona itu, ia mengembang
air-matanya. Ia berkasihan dan berduka.
Hu Liok Koan tidur madap kedalam, tak terlihat wajahnya.
Tubuh mereka itu terkerebong selimut tipis, lantaran ruang
itu tidak masuk angin, hawa tidak terlalu dingin.
In Gak menghampirkan si orang tua, ia meraba pundaknya.
"Hu taiyhiap, bangun! Bagun !" Ia memanggil.
843 Hu Liok Koan mendusin dengan kaget, ia berlompat
bangun, sambil berdiri tegak ia mengawasi orang yang
membanguninya. Nona Wan pun turut tersadar, ia mengucek-ucek matanya,
ketika ia berbangkit dan melihat pedang di punggung si anak
muda, ia berseru: "Itu toh Tay Ho kiam?"
Ia lantas lompat guna merampas pedang itu.
In Gak berlaku sebat, ia memutar tubuh, tangannya diulur,
guna memapaki tangan si nona. Maka tangannya Hu wan
lantas kena tercekal. Dia terkejut, apapula dia melihat muka
orang"orang dengan usia pertengahan dan romannya jelek
luar biasa. Mukanya menjadi merah, saking malu. Lantas dia
berontak. Hu Liok Koan juga gusar melihat cucunya dipegangi orang
itu. Ia hendak menerjang atau orang itu membawa jeriji
tangannya kemulut untuk mengasi dengar suaranya: "Ssst!
Diam, nona, ada orang datang!" Sembari berkata begitu, ia
melepaskan cekalannya. Segera terdengar tegas tindakan kaki, suaranya berat,
rasanya menindih hati, lantas suara itu disusul bergeraknya
pintu kamar yang begitu terbuka lantas mengasi lihat sebuah
muka yang kurus dengan sepasang kumis tikusnya, dengan
sepasang matanya sangat tajam. Sebab dialah Ok-Suya Sim
Siang Kiu. Lantas suya itu tertawa nyaring sampai lama baru
ia berhenti, untuk terus menegur:
"Sahabat, kau anggap aku Sim Siang Kiu orang macam
apa" Biarnya kau cerdik mirip hantu, kau tidak bakal lolos dari
telapakan tanganku, bagaimana kau merasa sekarang?"
Hu Liok Koan dan cucunya berdiam. Mereka heran dan
bergelisah. 844 Sebaliknya dari berkuatir, In Gak bersenyum. Ia tahu,
didalam keadaan .seperti itu, tak dapat ia memikir takut dan
kecil hati. Habis bersenyum, ia memperlihatkan roman dingin.
"Sim Siang Kiu, aku kenal kau siapa!" ia kata, menjawab.
"Apakah kau merasa girang karena perangkapmu ini berjalan
baik" Sebaliknya sahabat! Sam Pwee-Iek biasa menculik dan
merampas orang, dia biasa mengganggu anak-anak
perempuan rakyat, perbuatannya ia telah diketahui Kee Cinong!
Sampai sebegitu jauh Pangeran itu masih berdiam saja,
masih dia tidak mau melaporkan kepada raja, sebab dia masih
ingat dia dan pwee-lek sama-sama orang bangsawan. Baiklah
kau ketahui, aku dititahkan Kee Cin-ong menolongi Hu Liok
Koan dan cucunya. Jikalau aku datang dan terus menanyakan
kau, kau dapat menyangkal, tetapi disini, sekarang ini,
buktinya telah ada! Sim Siang Kiu, apa kau mau bilang
sekarang?" Mukanya Suya itu berubah menjadi pucat. Dibawa-bawanya
nama Kee Cin-ong membuatnya kaget. Inilah ia tidak sangka.
Baru aja ia mendengar kisikan Koay Cun bahwa pangeran itu
berniat mengajukan laporan kepada raja, guna mengadui
sepak terjangnya Sam Pwee-lek. Saking kaget, ia berdiam
saja, melainkan biji matanya memain tak hentinya.
In Gak dapat menduga hati orang, ia tertawa berkakak.
"Sim Siang Kiu!" katanya, "Jangan sekali kau memikir akal
membunuh orang untuk melenyapkan bukti atau saksi! Baiklah
aku omong terus terang padamu! Sekitar taman ini sudah


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diawasi oleh orang-orangnya Kee Cin-ong! Asal sebentar jam
lima aku belum juga keluar dari sini! Hmm! Sim Siang Kiu, kau
pikirlah, apa akan jadi akibatnya! Kau tanyalah dirimu sendiri,
apakah kau dapat bertanggungjawab untuk Sam Pwee-lek?"
Selagi bicara itu, In Gak menatap tajam, sinar matanya
berpengaruh. 845 Dadanya Sim Siang Kiu berdebaran. Ia mencoba
menyadarkan diri. "Sahabat!" katanya, tak lagi sebengis tadi. "Sahabat, cara
bagaimana aku si orang she Sim dapat mengetahui omongan
kau ini benar seluruhnya" Umpama kata aku memberanikan
diri memerdekakan Hu Liok Koan berdua, itu tidak bakal
menjamin Kee Cin-ong tak mengajukan urusan kehadapan
Seri Baginda Raja?" Hati Liok Koan dan cucunya berdebaran. Benarkah mereka
mau dimerdekakan" In Gak tahu, ia tengah menunggang harimau, tak dapat ia
menggertak setengah jalan. Maka ia terus berlaku tenang. Ia
bersenyum ketika ia berkata pula: "Mudah, Sim Siang Kiu!
Jikalau kau tidak percaya aku, jangan kau merdekakan
mereka, jangan kau lepas aku! Kalau sebentar firman keluar,
maka Kiong-bun Sam Kiat bakal datang kemari untuk meminta
orang! Sampai itu waktu, meskipun Kiong-bun Sam Kiat itu
golonganmu, mereka tak nanti dapat jalan untuk menolongi
kau!" Suara itu berat, nadanya mengancam.
Sim Suya boleh licik, tetapi dia terjatuh kedalam tangan
orang. Ia takut cukongnya bercelaka, ia kuatir ia tidak dapat
menjamin keselamatan dirinya. Tanpa merasa, ia
mengeluarkan peluh dingin. Tapi, ia mencoba menenangkan
diri, ia paksa tertawa manis.
"Sahabat, aku si orang she Sim bukannya membilang tidak
sudi memerdekakan" katanya sabar. "Hanya kalau aku
merdekakan Hu Liok Koan berdua, apabila Kee Cin-ong
meminta mereka sebagai saksi bagaimana" Aku makan gaji,
dari itu aku mesti bersetia terhadap sam Pwee-lek! Untukku
sendiri, gampang buat aku mengangkat kaki dari sini, hanya
dengan begitu Sim Siang Kiu lantas menjadi seorang tidak
setia dan pengecut" Tidakkah itu berarti ludasnya nama
baikku" Sahabat! Kau bilang benar atau tidak?"
846 "Hmm, sungguh kau licik!" In Gak mendamprat dalam hati.
Tapi ia mesti bersandiwara terus. Ia berlenggak dan tertawa
nyaring: "Kaum Rimba Persilatan paling mengutamakan kata-kata"
kata ia, "Maka itu jikalau kau percaya aku, suka aku member
janjiku, asal kau merdekakan Hu Liok Koan berdua, aku
tanggung aku tidak akan mengganggu Sam Pwee-lek!
Jikalau kau menunggu sampai datangnya sang pagi, nah, tak
dapat aku bilang apa-apa lagi!" Ia berdiam sebentar, ia
tertawa pula. Ia melanjuti, tegas-tegas: "Baiklah kau ketahui,
kamar besi ini tak dapat mengurung aku!"
Mendadak In Gak menghunus pedang Thay Ho Kiam,
sinarnya berkelebat, atau tahu-tahu ujungnya sudah nancap
ditembok besi, kapan ia menggeraki tangannya, untuk
menggores, besi itu terpotong dan jatuh sepotong bunder. Ia
tertawa pula. Lagi-lagi ia kata: "Kau lihat, Sim Suya! Apakah
faedahnya kamar besi ini?"
Ok Suya tidak menjawab, hanya ia mencelat mundur,
hingga ia tak nampak lagi, tetapi disamping itu, lantas
terdengar suara berkelisik, lantas tembok besi dari kamar itu
tampak naik terkerek. Disana ia terlihat dengan senyuman
paksaan, senyuman dibikin-bikin.
Liok Koan, terutama si Nona Wan, heran bukan main.
Mereka mendengar suara orang usia
pertengahan itu berlagu seperti suara orang kota raja tetapi
mereka tetap tidak mengenali. Si
nona hanya heran, kenapa pedang Thay Ho Kiam berada
ditangan dia itu Segera terdengar pula suara Sim Siang Kiu, suara yang
didului tertawanya. Ia juga tidak lagi menyebut sahabat hanya
tuan. Ia kata: "Tuan, aku Sim Siang Kiu, belum pernah aku
847 tunduk terhadap siapa juga, baru hari ini aku takluk
terhadapmu! Sekarang ini taklah menjadi soal omonganmu ini
benar atau palsu, aku tetap menyerah kepadamu. Kau benar
menang seurat daripada aku sedang di-kota raja ini tak ada
orang di-atasanku, aku disebut si nomor satu! Sekarang
julukan itu suka aku serahkan padamu!"
In Gak bersenyum. Tapi ia heran. Kenapa disitu tidak ada
lain orang" Katanya Ban Jie Lauw terjaga kuat. Ia bersikap
wajar, dengan tenang la bertindak keluar.
"Tuan," kata pula Siang Kiu tertawa, "Jikalau kau suka,
ingin aku mendapat tahu she dan namamu yang mulia."
In Gak tertawa. "Akulah si orang muda dari kaum Kang Ouw," katanya,
"kepandaianku juga tidak berarti, mana dapat aku disamakan
dengan kau" Tetapi kau baik sekali, kau telah
menanyakannya, tidak berani aku tidak memberitahu. Aku she
Gouw, namaku Ben g,"
Sengaja In Gak menyebut nama palsu itu. (Didalam Kouyu,
nama itu bersuara "wu ming," sama dengan "wu ming" yang
berarti "tidak punya nama." Tapi dalam keadaan seperti itu
waktu, Siang Kiu tidak memikir dalam-dalam, ia percaya
keterangan itu. "Oh, Gouw Tayhiap!" katanya memuji. "Aku merasa
beruntung dengan pertemuan kita ini!"
Hu Liok Koan dan Hu Wan bingung berbareng girang.
Mereka mengikuti si orang tidak dikenal yang bernama Gouw
Beng ini keluar dari kamar perangkap itu. Didalam taman
segera mereka merasakan dinginnya hawa udara, lantaran
sang angin bekerja terus, bunga salju pun terus beterbangan.
Ketika itu sudah mendekati jam lima, hanya cuaca masih
gelap. In Gak berpaling pada Siang Kiu, sembari memberi hormat
ia kata: "Aku si orang she Gouw masih harus mengantar
848 mereka ini keluar, habis itu aku mesti lekas-lekas pulang untuk
memberi laporan, karena itu tak usahlah Suya mengantar
kami lagi!" Siang Kiu kata sudah selayaknya dia mengantar, dia
memaksa mengantarkan. Dari lauwteng Ban Jie Lauw itu, orang berlalu tanpa
menemui siapa juga. Itulah heran. Inilah tindakannya Siang
Kiu. Ia menyuruh semua orang menyingkir. Ia juga kuatir Liok
Koan atau cucunya nanti gusar dan menerbitkan gara-gara
sebab sejak ditawan, mereka menderita, hati mereka mestinya
panas, Sekeluarnya dari pekarangan istana, lantas In Gak ingat
Kim Tiong Han. Tadi ia melupakan orang itu sebab pikirannya
dipusatkan Liok Koan dan Hu Wan. Ia lantas dapat akal. Maka
ia memandang Siang Kiu sambil bersenyum dan berkata: "Sim
Suya, aku masih mau minta satu hal yang mungkin kurang
pantas. Maukah kau meluluskannya?"
Siang Kiu heran hingga ia melengak. Ia menduga jelek.
"Apakah titahmu itu, Gouw Tayhiap?" ia tanya, ia paksa
tertawa. "Silahkan jelaskan. Asal yang aku sanggup, pasti aku
akan menerimanya." In Gak mengangguk. "Bagus, Suyal" katanya. Ia bersikap sungguh-sungguh.
"Ketika aku si orang she Gouw datang kemari, aku
mendapatkan Kim Tiong Han yang ditawan oleh Taylwee Pat
Eng dari istana pwee-lek. Dengan memandang mukaku,
sukakah Suya sekalian memerdekakan dia?"
Meski ia minta begitu, In Gak tidak menanti jawaban,
seraya memutar tubuh, ia bertindak untuk berlalu.
Sim Siang Kiu mengawasi, ia menghela napas. Didalam
hatinya ia puji orang sangat pintar. Memanglah ajaran dari
kitab perangnya Sun Bu Cu untuk menyerang musuh pada
849 hatinya " pikirannya " supaya musuh menyerah tanpa
berperang lagi. In Gak berlalu bukannya tanpa berpikir. Ia mau percaya
Siang Kiu tidak bakal menguntit atau mengirim orang
menguntitnya, meski begitu, ia bersiap sedia. Maka ia
mengajak Liok Koan dan si nona berlalu dengan cepat,
tujuannya yaitu pintu kota Say-tit-mui. Selama ditengah jalan
ini, ia terus membungkam. Beberapa kali Liok Koan hendak
mengucapkan terima kasih, ia mencegah. Si nona pun tidak
berdaya untuk mengajak bicara.
Jilid 11.1 : Aksi Jie In di kota raja
Karena mereka berlari-lari keras, akhirnya mereka tiba
diluar kota. Dari sini In Gak lari terus kegunung Bong Hiang
san. Sang fajar telah menyingsing, matahari mulai mengintai.
Angin dan salju tetap santer. Maka itu dimana-mana terlihat
warna putih abu-abu... Liok Koan dan cucunya pun mengagumi ilmu larinya
penolong itu. Mereka sudah lari sekuat-nya, mereka tetap
ketinggalan tujuh atau delapan tombak, Mereka jadi heran.
Dengan lekas mereka bertiga tiba digunung, mendadak
orang itu berhenti lari, sembari memutar tabuh, dia tertawa
dan berkata: "Hu Tayhiap, Nona Wan, Kalian kaget, bukan ?"
Kakek dan cucu itu melengak, sekarang si nona mengenali
suara orang. ia berseru tertahan, lantas tubuhnya melompat
menubruk, dengan keras, ia memegang pundak si anak muda,
untuk digoyang-goyang. "Engko In.... kau...." serunya. Dan ia bersenyum, matanya
dibuka lebar, mata itu terus mengeluarkan air mata, ia terharu
saking girangnya. 850 Sejak berpisah di Thaygoan, Hu Wan selalu memikirkan si
anak muda, sampai ia tertawa dan menderita, baru sekarang
ia menemukan pula, justru ia ditolongi dari bahaya,
bagaimana ia girang dan bersyukur. Tak dapat bicara banyak.
In Gak pun terharu, ia ingat bagaimana si nona menderita.
Liok Koan mengenali setelah ia menyaksikan kelakuan
cucunya itu, ia mengusap-usap kumisnya, sembari tertawa
lebar ia berkata: "Cia siauwhiap, kiranya kau jikalau tidak anak
Wan, mungkin aku tetap tak mengenali kau" sejenak itu, lupa
orang tua ini bencana yang menimpa dirinya.
In Gak turut tertawa. "Hu Tayhiap. aku ingin kau suka mendengar pikiranku,"
katanya kemudian. "Sekarang ini kota raja bersuasana buruk.
Disana kaum Rimba persilatan lagi mengancam dengan
peristiwa-peristiwa yang dahsyat, maka itu kau dan Nona
Wan, tak selayak kamu berdiam lebih lama pula dikota raja.
Turut aku baiklah tayhiap berdua lekas berangkat ke Hoan
Pek san-chung di gunung Tiang Pek san, untuk berdiam
disana sedikitnya tiga bulan, Bagaimana ?"
Liok Koan berpikir. "ltulah bagus," sahutnya selang sesaat, "Aku si orang tua
kenal Kiong Thian Tan, banyak tahun aku tidak pernah pergi
kesana, mungkin dia tidak akan menampik kami. ini pun
berarti sekalian pesiar Hanya anak Ceng..."
"Serahkan si Ceng padaku" kata In Gak cepat. "Aku nanti
cari dia, setelah ketemu, aku akan menitahkan dia lantas
menyusul kesana" ia berhenti sebentar, untuk menurunkan
pedang dari pundaknya, sembari mengangsurkan itu pada Hu
Wan, ia kata tertawa: "Nona, inilah barangmu aku kembalikan
kepada kau. Aku harap lain kali janganlah pedang ini kena
diambil orang pula."
Mukanya si nona merah, tetapi ia mengangkat kepala
mengawasi orang dengan mata yang jeli, ia berduka karena
851 mereka bakal terpisah pula, Tapi ia bersenyum dan kata:
"Encie Tio dan encie Ciu ada di peternakan di chahar Utara
lagi balap dengan kuda mereka, apakah kau menghendaki aku
memberi kabar pada mereka itu bahwa kau berada disini?"
In Gak menggeleng kepala.
"Aku harap kau mengajak mereka sama sama pergi ke
Hoan pek san-chung," ia bilang, "tetapi janganlah
memberitahukan bahwa aku berada disini."
Nona itu agaknya tak mengerti maksud orang tetapi ia
mengangguk ia tak tahu mengapa pemuda ini tak suka kedua
tunangannya mengetahui dia berada dimana. Dilain pihak,
ingin sekali ia memandang wajah tampan dari sianak muia,
akan tetapi didepan kakeknya ia malu hati, tak dapat ia
membuka mulutnya hingga ia cuma bisa mengawasi dengan
sinar matanya yang berarti....
In Gak tersenyum. "Hu Tayhiap." katanya, ramah " waktu untuk kita bertemu
pula telah tak lama lagi, maka itu silakan tayhiap berangkat
sekarang." Hu Liok Koan percaya anak muda ini hendak melakukan
sesuatu dikota raja, bahwa beradanya ia dan cucunya dapat
merintangi sepak terjangnya itu, dari itu ia memberi hormat
dan mengajak Hu Wan lantas berangkat pergi.
Nona Hu merasa barat sekali, sering ia menoleh ke
belakang Untuknya rupanya, lebih banyak memandangi si
anak muda lebih baik.... In Gak mengawasi orang berlalu ia pun merasa berat untuk
perpisahan itu, ia terharu untuk itu nona dan kakeknya, yang
mesti menderita dari tangan orang jahat.
oooOOOOooo Ditepi gunung tak jauh dari tempat ia berdiri itu, In Gak
melihat sebuah rumah berhala, maka ia lantas bertindak
852 kesana, ia berjalan perlahan setelah memasuki kuil tak lama,
ia sudah keluar pula, sekarang ia bukan lagi seorang usia
pertengahan beroman sangat jelek hanya seorang muda
melainkan wajahnya tetap jelek tidak keruan.
Sang waktu adalah tengah hari dan walaupun angin keras
dan salju terbang melayang-layang, daerah Ta-mo-Ciang
ramai sekali, itulah pusat dari pelbagai piauw-kiok. usaha
pengangkutan, dimana pun ada banyak rumah makan dan
warung teh. Maka disitu pun biasa berkumpul orang orang Bu
lim atau Rimba Persilatan.
Lebih-lebih itu waktu negara aman, disitu juga kedapatan


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tukang-tukang tenun yang menggunai perantaraan burung,
tukang jual silat pelbagai pertunjukan dan tukang tukang
menyanyi, Tempat demikian ramai tapi luar biasalah sebuah
rumah makan yang letak diujung jalan sebelah selatan dari
Ta-mot-Ciang. Sebab rumah makan ini, yang mendapat banyak kunjungan
tetamu, bagian lauwtengnya justru sunyi . .. .
Didekat jendela diatas lauwteng ada berduduk seorang
muda yang romannya jelek sekali Dia berduduk seorang diri,
dia tengah berdahar, Agaknya dia tidak bernapsu, tidak
bergembira, Dahar-nya perlahan-lahan, matanya pun dibuka
kecil. sama sekali tak pernah dia berbicara.
Diatas lauwteng itu tidak kurang tetamu tetapi suasana
sangat sunyi. Disana ada empat buah meja lain dengan
tetamu-tetamunya orang Bu Lim, sedang pada sebuah meja
ada empat pendeta dan tujuh imam, Dua meja lagi sudah
disiapkan piring mangkuknya hanya kursi-kursinya masih
kosong, rupanya sang tetamu-tetamunya masih dinantikan
kedatangannya, semua pendeta dan imam itu berbicara kasak-kusuk saja,
Roman mereka nampak tegang.
853 Sebelum orang orang Bu Lim dan kawanan pendeta dan
imam ini datang, semua tetamu diatas lauwteng itu telah
diminta pelayan untuk pindah kebawah melainkan si pemuda
beroman jelek itu yang tidak mau pindah yang tetap bercokol
dikursinya, itu mungkin yang membuatnya tidak puas dan
tidak bergembira itu. Karena ini, ia sering sering diawasi atau
dilirik para tetamu lainnya itu, yang rupanya merasa heran.
Akhir-akhirnya kesunyian itu tak dapat dipertahankan
1ama-lama. Dengan berisik maka terdengarlah suara banyak
kaki lagi mendaki tangga lauwteng, Dengan cepat muncullah
beberapa orang dengan yang berjalan dimuka seorang tua
usia lebih kurang limapuluh tahun, mukanya merah kumisnya
pendek putih. Dia bertubuh besar dan kekar. Dia pun membawa dua rupa
senjata dipundaknya, dikiri golok go-leng-too, dan dikanan
cagak sam leng-cee, panjangnya tidak ada lima kaki, Begitu
dia melihat kawanan pendeta dan imam itu, terdengarlah
suaranya yang nyaring bagaikan genta:
"Ah, Hoat It siangjin dari Siauw Lim Pay pun datang, inilah
sungguh tidak disangka-sangka. Maka benarlah manusia itu,
biar dia telah mencucikan diri, yang hatinya betul-betul
kosong, tidak ada" Habis kata itu, dia tertawa pula, sikap itu
terang sangat mengejek. Diantara keempat pendeta, yang seorang bertubuh katai
dan kurus, dia lantas berbangkit seraya merangkap kedua
tangannya, dengan kepalanya tunduk, dia memuji kepada
sang Buddha, cuma sebegitu tingkahnya, lantas dia berduduk
pula. Mendengar disebutnya nama pendeta dari Siauw Lim Pay,
si pemuda jelek melirik. Justeru ia melirik, lantas matanya
bersinar tajam, ia mendapat lihat dibelakang si orang tua ada
seorang nona. Hanya habis meririk itu, ia lantas mengangkat
cawannya untuk minum dengan tenang seperti biasa.
854 Dengan tibanya rombongan si orang tua, kesunyian tambah
menjadi-jadi, sekarang ini umpama-kata sebatang jarum jatuh
suaranya pasti dapat terdengar. Bahkan dibawah lauwteng,
dimana tadi berisik suara tertawa, sskarang mulai reda...
Tiba-tiba seorang usia pertengahan bertindak kemeja si
anak muda jelek itu. Dilihat dari tindakannya, dia mahir ilmu
enteng tubuh. Dia berdiri didepan si anak muda untuk lantas
tertawa dengan dingin. "Eh tuan " katanya kaku, "jika kau sudah minum dan dahar
cukup, silakan kau berlalu dari sini Kami mempunyai urusan
yang hendak didamaikan, urusan mana tak suka lain orang
mendapat tahu, Aku minta tuan suka maafkan" Kecuali
sikapnya, kata kata orang hormat dan manis.
Si anak muda mengangkat kepalanya, ia mengawasi
dengan dingin. "Maaf," katanya, "Ada satu hal yang aku masih belum jelas,
tolong tuan suka menjelaskan. Bukankah rumah makan ini
Ceng Hong Lauw namanya?" Pertanyaan itu aneh, orang yang
ditanya itu heran, Tetapi ia mengangguk. "Benar ini Ceng
Hong Lauw," ia menyahut "Ada apa tuan menanyakannya?"
Tiba-tiba anak muda jelek itu tertawa lebar.
"Karena ini rumah makan, yalah tempat umum, dapat kita
berbicara" katanya, "Bukankah ada pembilangan, siapa datang
lebih dulu dialah yang duduk" Maka itu alasan apa kau
mempunyai menitahkan aku berlalu dari sini" Kamu hendak
berapat, ditempat mana kamu tak dapat berkumpul. Kenapa
kamu justeru memilih rumah makan ini" Benar-benar tidak
ada aturan" Orang itu malu hingga mukanya menjadi pucat-biru. Hebat
kata-kata itu yang dikedepankan di-depan banyak orang, ia
menjadi gusar sekali. "Bocah" serunya "Dikasih minum arak kehormatan kau
tampik, kau justeru, ingin arak dendaan"
855 Kata-kata itu disusul dengan sambaran tangan kepada
pundak, cepat sekali, anginnya pun bagaikan menderu.
Si anak muda melihat itu, ia bersenyum, sembari
bersenyum, ia mengangkat tangan kirinya, dengan dua
jerijinya ia menotok kejalan darah hok kiat penyerang itu la
bersikap tenang tetapi gerakannya itu tak kalah sebatnya.
Penyerang itu kaget, inilah ia tidak kira. Dengan cepat ia
membatalkan tepukannya, sebaliknya tangannya itu dipakai
membabat serangan si anak muda.
Dia ini tertawa, sembari menarik pulang tangan kirinya,
tangan kanannya diluncurkan, sebat luar biasa, ia menangkap
lengan orang, untuk terus dilempar hingga tubuh orang itu
terlempar kearah mejanya si orang tua
semua orang heran, tanpa disengaja mereka mengisi
dengar seruan mereka, sebab mereka tahu orang usia
pertengahan itu bukan sembarang orang tetapi dia kini
dilempar hanya dalam segebrakan. Mereka heran saking
kagum. Si orang tua terbang itu, dengan kedua tangan ia
menanggapi tubuh orang yang dilemparkan ke-arahnya itu
Kedua matanya si nona bersinar mengawasi si anak muda
yang jelek itu, hanya sebentar kemudian, sepasang alisnya
yang bangun berdiri lantas turun pula. Didalam hati kecilnya ia
kata: "Kenapa orang muda demikian liehay demikian buruk
wajahnya"...." Ia penasaran dia menyesalkan Thian kenapa
anak muda itu diberi roman demikian rupa... Kawanan
pendeta dan imam turut mengawasi si anak muda, tapi
mereka berdiam saja. Tiba-tiba terdengar satu suara, yang tak ketahuan siapa
yang mengucapkannya "Siapa pun tidak menyangka Tian Cie
Pa-Cu Souw Tong mendadak tumbuh sayap" Kata-kata ini
856 membangkitkan tertawanya banyak orang hingga ruang
menjadi ramai. Si orang tua, yang tadinya beroman tegang sebab ia mesti
menanggapi si orang usia pertengahan, dengan cepat menjadi
biasa pula, bahkan seperti tidak menggubris si anak muda, ia
tertawa nyaring. "Sekalian cian-pwee dan sahabat" ,ia terus berkata, "aku
merasa beruntung sekali yang kalian sudah memenuhkan
undangan dan datang hadir di rumah makan Ceng Hong Lauw
ini Kenapa kah aku tidak mengadakan pertemuan di tempatku
sendiri" itulah melulu guna mencegah salah mengerti. Aku
tidak ingin menyebabkan orang bercuriga dan nanti
menyangka aku Imyang Twie-Hong Bok Heng Ek nanti
menggunakan akal muslihat di tempatku di se-hoo poo,
Begitulah aku memakai rumah makan ini."
Ia hening sejenak, baru ia menambahkan:
"Aku telah berbuat kurang hormat barusan aku mohon
maaf dengan satu cawan dengan apa aku menghormati
kalian" ia mengangkat cawannya dan menghirup kering isinya.
Agaknya sederhana saja tingkahnya Bok Heng Ek itu, tetapi
seorang tua katai dampak dan bermuka putih, yang duduk di
sebuah meja sebelah kiri, berbangkit dengan gusar, Dia lantas
menggebrak meja hingga cangkir dan mang kok lompat
menari. Dia kata dengan berteriak: "Bok Poocu, kami datang kemari
guna membereskan perselisihan bukannya untuk berjamu.
Justeru sekarang kita sudah berkumpul, aku mohon semua
tuan tuan sukalah memberi pengutaraannya yang pantas dan
adil. Akulah Hwee gan Kim ciu Lim Bong, digunung Beng Tong
san aku mendapatkan kitab Bu siang Kim-Keng Ciang Kang.
ketika aku lewati dikecamatan Bit-in maka Kitab itu kena dicuri
oleh orangnya Imyang Twie Hong Bok Heng Ek yang namanya
sangat kesohor diwilayah Yan In.
857 Syukur aku lantas mendapat tahu, maka aku mengejarnya.
Sampai diluar kota, aku dapat menyandak. Heran adalah
sikapnya Bok Poocu, ia menyangkal sudah mencuri, ia kata ia
dapat pungut kitab itu. Demikianlah maka kita berselisih."
Dia lantas mengawasi kearah rombongan pendeta dan
imam romannya tetap gusar, dia meneruskan: "Tengah kita
berselisih itu makan datanglah Siong Pek Too-jin dari Bu Tong
san, Tahukah tuan tuan apa katanya imam itu"
Katanya, " Kitab ini yalah kitabnya yang hilang, siapakah
yang dapat menyangka Bu Tong Cit Too, tujuh imam dari Bu
Tong san, yang kesohor dikolong langit ini, dapat mengatakan
perkataan demikian rendah."
Kata-kata ini di susul dengan suara tertawa kering oleh
salah satu imam, Rupanya dialah Siong Pek Tejin yang disebut
itu. semua mata lantas diarahkan kepada si imam.
Perselisihan di antara kaum Rimba Persilatan adalah umum
akan tetapi caranya Siong Pek Tojin dianggap hina, itulah
pelanggaran pantangan besar, Apapula dialah imam
kenamaan. Siong Pek Toojin-pun bersikap aneh, ia cuma
tertawa dua kali, lantas dia berdiam, Maka orang percaya
benar bersalah. Melihat sikapnya si imam, Hwe-gan Kim Cu agaknya puas
sekali, ia mendapatkan kebanyakan hadirin bersimpati
kepadanya, Maka ia lantas menyambung kata-katanya:
"Ketika itu aku si orang she Lim menanya Siong Pek Tootiang,
kalau kitab itu benar kitab suci, kenapa kitab berada
dirumah si hidung kerbau..."
Mendengar ini banyak orang tertawa tergelak. bahkan si
nona yang duduk dimejanya
Im-yang Twie Hong tertawa terpingkal-pingkal.
Si anak muda muka jelek memandang nona itu, mungkin di
sebabkan lebih banyak oleh paras si nona.
858 Si nona mendapat tahu si muka jelek mengawasinya, ia
berhenti tertawa, tetapi ia masih tersenyum...
Lim Bong menjadi semakin puas. ia menganggap orang
banyak itu mengatakan ia dipihak benar, ia lantas menguruturut
jenggotnya. Lantas ia berkata pula : "Atas pertanyaan itu, Siong Pek
Tootiang memberikan jawabannya, Dia kata: "Kenapa pintoo
tidak tahu kitab yalah kitab suci" sebenarnya kitab Bu Heng
Kim kong Ciang Keng itu awalnya yalah milik Siauw Lim sie
digunung siong san. Ialah satu diantara tujuh puluh dua kitab
yang disimpan didalam lauwteng Cong Keng Lauw.
Pada delapan belas bulan yang berselang, kitab itu dicuri
oleh seorang yang tidak diketahui, untuk itu Siauw Lim sie
telah mengirim banyak muridnya untuk mencari. Bu Tong Pay
masuk Too Kauw tetapi ketiga agama pokoknya satu,
sebagian bunga merah, daun hijau dan ubi teratai putih
asalnya, maka untuk melindungi kehormatan Bu Lim, pihak
kami telah memberi bantuannya.
Untuk itu pintoo sudah pergi mengembara. Kebetulan sekali
pintoo berhasil mendapatkan kitab itu, ditemuinya pada
tubuhnya mayat dari seorang pencuri yang menggeletak
digunung Hong san, pinto ambil itu, untuk dibawa pergi, buat
dikembalikan kepada pihak Siauw Lim sie.
Diluar dugaanku, diluar kota Bit-in aku kecurian. Rupa-nya
kitab itu didapatkan Lim Pocue, maka aku telah minta
kedermawanannya untuk membayar pulang. Terdengarnya
kata kata itu pantas sekali, tetapi ketika aku minta
keterangannya, jawabannya tidak memuaskan. Aku tanya
mayat si pencuri diketemukan digunung bagian mana dan
kapan waktunya, dia tidak bisa menjawab.
Pula aneh sikapnya sesudah dia mendapatkan kitab, Kalau
dari ouwlam kita menuju ke ouwpak terus ke Hoolam, untuk
tiba di siong san, bukankah terlebih dekat" Kenapa dia justeru
pergi ke Bit-in" itu namanya meninggalkan yang dekat
mencari yang jauh. Perbuatannya itu tak pantas, bukan
859 melainkan aku si orang she Lim, para hadirin tentu tak
menyetujuinya" Habis berkata, dengan mata tajam dia mengawasi si imam.
Ketujuh imam serta keempat pendeta pada tunduk dan
berdiam, hingga orang tak tahu mereka tengah memikirkan
apa. Si anak muda jelek berpikir: "Kata-katanya siong Pek Toojin
mungkin benar sebagiannya. Ketika baru-baru ini di Sam Eng
Piauw Kiok di Kota Kim-hoa aku bertemu Hoat Hoa Taysu dari
Siauw Lim-sie, dia pernah menyebut-nyebut kitab Bu siang
Kim Kong Ciang Hoat itu, benar dia ada tidak membilangi
kitabnya hilang tetapi dia turun gunung pastilah untuk
mencarinya. siapa sebenarnya yang curi kitab itu" Sekarang
mereka bertiga bertengkar. Mungkin ketiganya tidak benar
seluruhnya. Aku orang luar, baik aku tidak campur mulut, biar
aku mendengari saja..."
Meski ia berpikir demikian, seriang ia mengawasi si nona
manis. ia melakukannya tanpa diingini Tapi ia membangkitkan
perhatiannya nona itu hingga nampaknya hangat sinar
matanya si anak dara. Ia melihatnya, diam-diam ia
bersenyum. Ia anggap aneh kelakuan si nona...
Lantas seorang yang tubuhnya berpunggung harimau dia
berpinggang biruang," turut bicara, katanya. "Menurut
pandanganku, Siong Pek Tootiang mungkin belum


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjelaskan urusan peribadinya sendiri maka dia telah
membawa-bawa kitab itu pergi ke Bit-in, baru dari sana dia
akan pulang langsung ke Siong-san. Lim Loo-enghiong,
mungkin teguran kau ini terlalu keras."
Matanya Lim Bong bersinar.
"Chie Loosu bicara gampang saja" katanya. "Kalau begitu,
apakah alasan belaka ketika aku bilang aku mendapat kitab itu
digunung Bong Tong san?"
860 Orang she Chie itu berdiam, mukanya berah. Mungkin dia
merasa sudah salah omong. Tapi kata-katanya itu beralasan.
siapa punya urusan, dia tentu bereskan dulu urusannya
sendiri, baru urusan orang lain. Ketika itu see Hoo Poo Cu Bok
Hong Ek tertawa lebar. "Lim Loosu semua tentu kena dibikin kacau kata-katanya
Lim Loosu" dia bilang. "Loosu pastilah merasa aneh dan raguragu.
Di dalam satu hal, turut pantas, aku mesti berurusan
dengan siong Pek Tootiang, tetapi dengan si orang she Lim
main berkeras, dia membuatnya aku menjadi serba salah..."
"Brak" demikian suara meja di keprak. Itulah Lim Bong
yang menjadi sangat mendongkol. Terus dia kata keras: "Bok
Loosu, mengapa kau berkata begini, Kitab itu dicuri dari
sakuku, kaulah yang mencurinya, mengapa kau bilang aku
yang berkeras" Itulah hakku"
Bok Heng Ek tertawa tawar alisnya memain, Dia menyapu
dengan sinar matanya kepada para hadirin.
"Segalanya yalah Lim Loosu yang menyebabkannya" ia
kata, "Aku si orang she Bok bukan orang kenamaan tetapi aku
juga bukannya seorang perempuan atau bocah cilik. Aku tidak
dapat ngoceh tidak keruan"
Panas hatinya Lim Bong. Ia sangat terejek.
Seorang dari mejanya Lim Bong terlihat berlompat, dia
menyerang Heng Ek. Dia berlompat pesat sekali.
"Kembalilah kau" demikian satu bentakan, maka tubuh
orang itu, belum lagi tiba pada Heng Ek. sudah mental
kembali mental jempalitan.
Lim Bong gesit dan kuat, ia lantas menanggapi tubuh
kawannya itu, orang itu meringis, saking malu dan kesakitan.
Si anak muda muka jelek melihat, orang yang memukul
balik orang itu yalah seorang tua yang kepalanya gundul
separuh, ketika dia menyerang itu, dia duduk terus dengan
sikapnya tenang saja, melainkan suaranya berpengaruh.
861 Lim Bong gusarnya bukan main, akan tetapi ketika ia telah
melihat si orang tua, ia agaknya jeri, ia mengawasi dengan
mata bengis, dia bungkam.
Maka sejenak itu, sunyilah lauwteng itu. Cuaca pun gelap
bagaikan magrib, Apa yang terdengar yalah suara orang
bernapas... Lalu si pemuda jelek mendapatkan orang yang dipukul balik
lagi mengawasi ia, matanya bersorot mendongkol.
Kawanan pendeta dan imam, hweeshio dan toosu itu,
masih tunduk dan diam saja. Mengenai kejadian barusan,
mereka seperti tidak melihat dan tidak mendengar. Rupanya
mereka sungkan menceburkan diri didalam air keruh.
Akhirnya kesunyian dipecahkan tertawa terkikik dari si
nona, Dia anggap lucu bungkam-nya semua orang, hingga tak
dapat dia tak tertawa dan mulutnya pun dibikin monyong.
Lalu see Hoo Poocu Bok Heng Ek berbangkit, dia tertawa
dan berkata seenaknya: "Barusan It Goan Kie-su Ouw
Loocianpwee, dengan satu gerakan tangannya, telah
melepaskan aku dari ancaman bahaya, bantuan itu akan aku
si orang she Bok mengukir dalam hatinya."
"Ah, kiranya dialah It Goan Kie-su" pikir si anak muda.
"Dialah Ouw Kong yang saudara Siauw Thian bilang liehay
terutama ilmu-silatnya yang dinamakan Hi Goan Cin Khio,
karena pernah tiga kali dia menyatroni gunung Kun Lun san
dan mengacau di gunung itu.
Hanya heran, habis itu untuk tigapuluh dia seperti
menyembunyikan diri, atau sekrang dia muncul diatas
Lauwteng ini. Ah, urusan agaknya tak sederhana seperti
dilihatnya..." Tidak cuma si anak muda, hadirin yang lainnyapun heran
mendengar orang tua itu adalah It Goan Kie-su, semua pada
mengawasi ke arahnya. Tiba-tiba Lim Bong menggebrak meja.
862 "Bok Heng Ek, kau memikir yang bukan-bukan" dia
menegur bengis. "Cara bagaimana kau dapat memakai nama
It Goan Kie-su untuk menggertak aku?"
Belum berhenti suaranya jago she Lim itu, atau seorang
dengan rambut kusut bagaikan hantu telah berlompat ke
belakangnya, matanya bersinar sangat tajam, terus dia
menyerang ke kedua jalan darah yang berbahaya sekali, Hong
Hu dan thiin-cu. Kaget Lim Bong, ia tahu datang bokongan dan ia tidak
takut, hanya itu wakti ia lagi berkedudukan sulit, didepan ada
serangan dibelakang ada serangan itu yang sukar
ditangkisnya. Tidak ada jalan lain, terpaksa ia membuang diri
kesamping kanan hingga ia membentur dan menindihkan
seorang yang duduk dikanannya itu, lalu sambil menekan
maju, tubuhnya melesat terus hingga tiga kaki jauhnya.
Dengan begitu bebaslah-ia dari bahaya.
Si anak muda bermuka jelek terkejut, penyerang itu yalah
si nona manis. Yang mengherankan ia yalah keringanan tubuh
si rona, gerakannya sangat lincah dan cepat, jarang nona
segesit dia. Kedua tangan nona itu juga menyekal sepasang
pedang pendek tak ada satu kaki lima dim dan bengkok. jadi
itulah juga senjata yang langka.
Lim Bong tidak lolos seluruhnya. Baru ia bebas, ia sudah
diserang pula si nona, yang tanpa mengucap sepatah kata
terus mendesak kepadanya. Kali ini ujung pedang stel itu
meluncur ke kedua jalan darah sam yang dan yang kwan, la
menjadi repot meski sebenarnya ia kesohor selama beberapa
puluh tahun karena "Kie Hong Tjiang Kiam," yaitu ilmu silatnya
tangan kosong dan pedang yang luar biasa, Untuk wilayah
KwanTiong, dulu hari itu ia terkenal jago kelas satu.
Saking terdesak akhirnya ia berseru nyaring, dengan
tangan kirinya ia membalas menyerang, itulah jurus "Raja
863 setan mengipas" salah satu jurus dari Kie Hong Ciang Kiam.
Dengan itu ia mengetok kedua pedang bengkok. Itu pula jurus
yang biasa digunai untuk Jalan kekalahan mencari
kemenangan." Sejumlah hadirin berseru kagum melihat serangan
membalas dari Hwee gan Kim coa itu.
Justeru itu mendadak si nona menjerit bahna kaget,
tubuhnya mencelat mundur dua kaki, mukanya menjadi merah
sekali bahkan malu, dengan mata berputar ia membentak:
"Kau... Bagaimana kau..."
Kejadiannya ialah dua-dua Lim Bong dan si nona terancam
bahaya. Tangan Lim Bong dapat di papas pedang, sebaliknya
lebih dulu dada si nona bakal tertotok. Dialah seorang nona,
bagaimana dadanya dapat ditowel seorang pria"
Maka itu dia kaget dan menjerit. Dia tidak memperdulikan
bahwa saking gusar, Lim Bong sudah melanggar pantangan
Rimba Persilatan, ia mau menarik tangannya tapi sudah tak
keburu, Syukur si nona lompat mundur. Dia bermuka pucat
dan merah, saking kaget, malu dan mendongkol.
Lim Bong melihat semua mata mengawasi tajam padanya,
ia merasa tak enak, akan tetapi ia membawa tabiatnya. Maka
itu ia tanya si nona sambil membentak:
"Nona kecil, aku si tua tidak bermusuhan denganmu,
mengapa kau membokong aku" Syukur aku ingat kau muda
dan belum tahu apa-apa, aku tidak mau membinasakan kau
Sekarang pergilah kau pulang aku tidak mau membikin susah
padamu" Diperhina dimuka orang banyak secara begitu, nona itu
mendongkol hingga ia mengeluarkan airmatanya.
Selagi begitu, It Goan Kie-su Ouw Kong berkata dingin:
"Lim Loosu, terima kasih untuk pengajaran dan nasehatmu
atas anakku yang memang bertabiat bandel ini tetapi anakku
juga sangat terhinakan, maka aku kuatir didalam tempo tiga
864 hari ini kau mungkin tidak bakal lolos dari kematian. inilah
sungguh sayang..." Ia tertawa, lalu berkata-kata pada si nona. "Anak Lan, kau
boleh pulang lebih dulu. Urusan mesti dulu diurus perkara
umum baru urusan pribadi sendiri sekang kita hendak menanti
Lim Loosu menjelaskan dan membereskan urusan kitab Bu
siang Kim-kong Ciang-Keng."
Lim Bong terkejut, ia tidak sangka sekali si nona adalah
gadisnya It Goan Kie-su. Tengah ia berdiam itu, mendadak si
nona berlompat kepadanya, menggampar mukanya hingga tak
sempat ia menangkis atau berkelit maka ia merasa mukanya
sakit danpanas. si nona sendiri, habis menggaplok itu, lekas
kembali ke tempatnya. Lim Bong mengusap-usap pipinya, ia
tertawa meringis. "Salah paham ini terlalu besar" katanya kemudian, Jikalau
aku tahu si nona yalah mustikanya Ouw Locianpwee, biar
nyaliku besar tidak nanti aku berani menyalahi dia. Baiklah,
sebentar aku akan menghaturkan maafku."
Ia berhenti sebentar, lalu ia berkata pada orang banyak:
"Sekarang urusan salah pahamku ini sudah jelas, sekarang
aku si orang she Lim..."
"Siapa bilang sudah beres?" kata si nona itu, " Kenapa kau
tidak memikirkan tempat di mana tubuhmu dapat dikubur"
Kenapa kau masih recoki kitab Bu siang Kim-kong Ciang Keng
itu" Benarkah kau tidak mau sadar?"
Lim Bong mengerti bahwa permusuhan telah tertanam, ia
telah memikirkan jalan untuk meloloskan diri, cuma karena
sangat terpaksa, ia membawa sikap mengalahnya itu. Biar
bagaimana, ia mesti memegang derajat. maka itu, mendengar
suara si nona, ia tertawa bergelak.
"Seorang laki-laki hidup dia tak usah bergirang, mati dia tak
usah takut" katanya, Jadi untukku, tak usahlah aku berbuat
seperti katamu, nona. Para hadirin telah melihatnya, kalau
bukan si nona membokong, tidak nanti aku turun tangan
865 nona, Kau jangan kuatir, aku nanti memberikan keadilan
kepadamu" Si nona tertawa dingin. "Baiklah nonamu menantikan"
bilangnya. Dengan begitu maka suasana di Ceng Hong Lauw ini
menjadi panas, umpama panah, jemparing telah dipasang
dibusurnya, sudah ditarik. tinggal dilepaskan saja. semua
hadirin merasa tegang, Mereka diundang untuk memberi
pertimbangan tentang urusan berpindah ke urusan pribadi.
Cuma si pemuda muka jelek yang berdiam sambil
memperhatikan setiap orang.
Kembali sunyi sejenak. Lalu kesunyian dipecahkan dengan
pujian Bu Liang siu Hud" Lalu Siong Pek Toojin berbangkit
berdiri. Dengan suaranya sungguh-sungguh, ia berkata: "Pintoo
tidak suka banyak omong tetapi pintoo rasa perlu pin-too
bicara, Pintoo kuatir tuan-tuan kurang jelas dan nanti keliru
mengerti terhadap Bu Tong Pay hingga selanjutnya tak dapat
pintoo menjelaskannya pula. itulah dibikin-bikin ketika Lim
siecu mengatakan pin-too mendapatkan kitab di gunung Hong
san, Urusan telah menyebabkan Bok siecu mengundang rapat
ini, untuk membereskannya. Untuk ini, Lim siecu pun
mengundang Gan Kek siecu dan Hong san Pay menjadi saksi
sebenarnya, soal siapa yang mendapatkan kitab itu bukan soal
lagi, soalnya adalah siapa pemilik asal kitab itu, maka..."
Ia berhenti untuk memandang ke sekelilingnya ketika ia
meneruskan, ia bersenyum:
"Maka juga Piotoo mengirim surat kilat mengundang
datangnya keempat hoat su dari siauw Lim Pay, Bukankah
barusan Hoat It siang-jin berdiam saja" Inilah dsebabkan ia
tidak ingin urusan menjadi bagaikan gelombang besar, Baiklah
diketahui, kitab itu tidak dapat diyakinkan kecuali orang lebih
dulu sudah belajar dua puluh tahun lamanya di dalam Siauw
Lim sie, belajar tentang ilmu kebatinan sesudah orang tak
866 menghiraukan lagi soal mati atau hidup, oleh karena itu, untuk
Lim sie-cu atau Bok siecu, kitab itu ada bagaikan sampah saja,
tak ada faedahnya, maka juga aku pikir baiklah kitab
diserahkan kepada Siauw Lim Pay, pemiliknya. Dengan begini
juga perselisihan dapat dihabiskan, hingga keutuhan kaum Bu
Lim tidak terganggu Tidakkah ini baik?"
Imam itu lantas memandang tajam kepada Lim Bong,
Ketita ia melanjuti kata-katanya, sikapnya kaku, ia kata:
"Begitulah maksudku, untuk menghindarkan persengketaan
terlebih jauh. Di luar dugaanku, Lim Siecu benar benar hendak
memperolehnya. Dia sudah menganjurkan atau menghasut
keempat Hantu dari Kholo Kong san Cin Tiong siang Niauw
dan Kiong-bun siang Kiat.
Mereka itu didustakan dengan berkata bahwa
kedatangannya keempat hoat su dari Siauw Lim Sie dan kami
ke mari adalah karena kami mengandung suatu maksud lain,
kami difitnah hendak mempersatukan semua orang Bu Lim
guna mengusir mereka itu dari wilayah Tionggoan.
Fitnahan itu sungguh memalukan dan hebat akibatnya,
empat Hantu Khole Keng san tdak tahu duduknya hal, mereka
main percaya saja, tadi malam dengan berombongan mereka
sudah membokong keempat hoat su dari Siauw Lim sie,
hingga dua orang murid Siauw Lim sie, Siong Lim dan Siong
ko, telah terbinasakan, Berbareng dengan itu ada seorang
bocah she Hu tengah dikejar Loosu Sim Siang Kiu dari istana
Sam Pweelek. oleh karena merasa kasihan, keempat hoat su
menolongi bocah itu. Perbuatan itu membikin gusar Sim Loo-su, yang menjadi
percaya keempat hoat su benar mengandung maksud lain,
maka dia sudah menggunai saat rapat ini untuk secara diamdiam
membasmi kami. Alasan belaka ketika dia menyatakan,
Undangan ada untuk pertemuan persilatan. Maka dari itu aku
bilang, kitab bukan menjadi soal pokok lagi Kita sekarang
harus berdaya bagaimana harus menyambut dan
menghindarkan diri dari takdir celaka itu Demikian kataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
867

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kataku, sekarang terserah kepada para hadirin untuk
memikirkannya." Habis berkata si lmam berduduk pula seraya merapatkan
kedua matanya. Para hadirin pada mengasi dengar suara "oh" lalu
separuhnya mengawasi tajam kepada Lim Bong. si anak muda
muka jelek lega hatinya mendengar Hu Ceng ditolongi
pendeta-pendeta Siauw Lim Sie itu, sebaliknya ia mendongkol
mendengar halnya Sim Siang Kiu berkomplotan memusuhkan
pelbagai partai lainnya. Itulah perbuatan hina dan jahat dan
akibatnya bakal jadi hebat sekali.
Lim Bong telah dibeber rahasianya, ia bukan takut, ia
justeru girang sekali. Setelah sunyi sejenak, It Goan Kiesu Ouw Kong berkata
sambil tertawa: "Aku si orang tua bukan asal kaum lurus tetapi
aku tidak senang dengan sepak terjangnya keempat Hantu
dari Kholo Kong san dan Cio Tiong siang Niauw beramai itu,
maka itu kalau sebentar mereka datang, ingin sekali aku mainmain
dengan mereka itu" Ouw Kong benar, ia memang bukan kaum lurus tetapi
walaupun demikian sepak terjangnya selalu sama tengah.
Baru terhenti Ouw Kong bicara, ditangga lauwteng
terdengar tindakan sangat berisik, itulah tanda datangnya
banyak orang, Tatkala si anak muda memandang ke muka
tangga, terperanjat. ooooo Rombongan orang yang baru tiba itu dikepalai oleh Ok suya
Sim Siang Kiu, sebagaimana dialah yang jalan dimuka. Habis
dia yalah Thian Gwa sam Cuncia tiga pendeta liehay yang dikaki
puncak Ciu Auw Hong hampir menbuat In Gak terbinasa,
Dibelakang mereka terlihat Khole Kong san sie Mo, empat
Hantu dari Khole Kong san, lalu Cin Tiong siang Niauw,
868 sepasang burung dari Cin tiong siamsay. Yang paling belakang
yaitu sam Ciat Koay-kit Beng Tiong Ke.
Si anak muda heran atas datangnya ketiga cuncia dan Beng
Tiong Ke. Kenapa mereka ada bersama. Ketiga cuncia itu
hebat sekali. Mengenai Beng Tiong Ke, ia mesti berpikir keras.
Adakah pengemis ini menghamba kepada Sim Siang Kiu"
Atau dia lagi menjalankan siasat, dimuka umum dia bekerja
untuk Ok suya, diam-diam dia membelai Kay Pang, partainya"
Atau lagi, dia bekerja untuk kepentingannya sendiri" sulit
untuk diketahuinya. Atas munculnya Khole Keng sin sie Mo dan rombongannya
itu, mereka lantas disambut sambil berdiri bormat oleh Hwee
Gan Kim-Coa Lim Bong dan sie Hoo Poocu Im yang Twie Hong
Bok Hong Ek serta orang orangnya mereka itu. Yang lainnya
tetap duduk diam saja. Keempat Hantu tidak puas mendapatkan tidak semua orang
menghormati mereka, dengan mata tajam dan bengis mereka
mengawasi kepada mejanya rombongan pendeta dan imam.
Sebenarnya mereka berempat asal suku Biauw dan mereka
bersaudara satu ibu berlainan ayah, kepandaian mereka
didapat karena diambil menjadi murid oleh seorang berilmu
dari gunung Kho-lo Keng san, yang memberinya she baru
yaitu Hoa dan namanya masing-masing yalah Ie, Cu, Hong
dan Bong Hoa Ie mengawasi Hoat It siangjin, dia tertawa dingin.
"Kiranya ada Hoat It si keledai gundul yang menjadi tulang
punggungnya" katanya, "Tidak heran semua anak muda
lainnya tidak memberi hormat kepada aku si orang tua"
Untuk si pendeta dan yang lainnya, itulah penghinaan
hebat, akan tetapi semua pendeta dan imam itu tetap tunduk
dan bungkam, mata mereka tetap ditutup rapat.
869 Melihat orang berdiam saja, mata Hoa Ie lantas menyapu
ke arah It Goan Kiesu Ouw Keng, Mendapatkan orang tua itu,
dia terkejut tetapi cuma sebentar, ia lantas tertawa lebar dan
kata : "Aku tidak sangka sekali Ouw Kiesu muncul pula Eh, ya,
mengapakah aku tidak melihat tulang punggungmu Touw
Liong Kiesu Chio Thay Hie?" It Goan Kie-su tak berkutik dari
kursinya, ia bersenyum. "Jikalau Toaw Liong Kiesu datang ke mari, mana kamu
orang datang ke Ceng Hong Lauw ini?" katanya. "Pastilah
kamu sudah menggoyang-goyang ekor kamu dan ngeloyor
pergi." "Belum tentu" kata Hoa le tertawa dingin.
Bok Hong Ek dan Lim Bong lantas mengantarkan
rombongan baru itu ke meja yang telah
disiapkan. Setelah semua berduduk. Kim Goat Cun-cia berbicara, ia
menggunai bahasa Tionghoa yang fasih, Katanya: "Pinceng
mendengar kabar bahwa telah terbit perselisihan di antara
poocu dan Lim Loosu disebabkan sebuah kitab Bu siang Kimkong
Ciang Keng, Menurut pinceng, baiklah hal itu tidak ditarik
panjang pula. Baik diketahui bahwa selama ini pamornya
Siauw Lim Pay sudah mulai runtuh, sama sekali Siauw Lim Pay
tidak dapat menandingi ilmu suci dan luhur dari India,
Begitulah kitab warisan guru kami, yang dinamakan kitab
Poutee Pweeyap Cin Keng, adalah kitab yang sempurna, sebab
isinya menggenggam semua sari ilmu silat di kolong langit ini.
Hanya sayang sekali, sekarang ini kitab itu tidak ketahuan
di mana adanya, Ketika guruku yang berdiam di dalam gua di
puncak Ciu Auw Hong lagi melatih diri, ia telah tersesat,
Guruku itu ialah Poo Tan siang jin. Tengah guruku tersesat itu,
ia telah didatangi Koay Ciu sie-seng Jie In, yang dibenci kaum
Bu Lim kamu. ia dibokong dan kitabnya itu dicuri, dirampas.
Karena lukanya yang tidak mendapat obat, guruku itu mati
karenanya, sekarang ini kami lagi mencari Jie In. Kami
mengharap. siapa saja yang mengetahui di mana
870 sembunyinya dia, sukalah kiranya memberitahukannya pada
kami, Atau kalau suka, orang dapat bekerja sama kami guna
membekuk dia. Untuk itu, jikalau kita ber-hasil, pinceng
bersedia membagi sebagian dari pelajaran-pelajaran yang
menjadi isinya kitab itu. Nah, bagaimana pikiran loosu sekalian
?" Mendengar perkataan pendeta itu, matanya si pemuda
jelek menyala, siapa melihatnya pasti akan jeri sendirinya,
Dialah bukan lain daripada Jie In atau benarnya Ca In Gak.
Dia sudah merantau lama, dia telah memperoleh pengalaman,
akan tetapi dasar anak muda, ada kalanya sulit untuk dia
mengatasi dirinya ini sebabnya kenapa matanya menyala itu.
Dia gusar sebab Kim Goat telah memutar balik duduknya
kejadian dan kata katanya itu menghina sangat.
Semenjak dia duduk bercokol, Sim Siang Kiu sudah
memperhatikan si anak muda jelek itu, Kenapa ia duduk
sendirian saja" Dia menjadi heran, dia menjadi bercuriga,
Lantas dia melihat sinar mata orang yang bengis itu, maka
kecurigaannya menjadi bertambah sambil terus memasang
mata, dia menanya perlahan kepada Bok Hong Ek : "Siapakah
anak muda itu?" Orang yang ditanya menggeleng kepala, tandanya dia tidak
tahu, Siang Kiu mengawasi pula si anak muda,
Ketika itu ouw Keng tertawa, terus dia berkata, menanya
Hong Ek : "Bok Poocu, hari ini kau menjadi tuan rumah,
silahkan kau mengajar aku kenal kepada ketiga taysu itu,
Mataku masih hijau, aku tidak mengenali mereka Mengapa
kau tidak lekas mengajar kenal?"
"Oh, ya " kata Hong Ek. agaknya terkejut. "Dasar aku mau
mati, saking girang, aku sampai lupa mengajar kenal kamu
satu dengan lain" ia lantas tertawa, dengan suara nyaring ia
berkata pula: "Ketiga taysu ini ialah Thian Gwa sam Cuncia,
871 Kim Goat, Gin Goat dan Beng Goat. Merekalah guru-guru
besar dari kuil Porselen Emas di India Tengah di wilayah Barat
yang namanya sangat kesohor..."
Belum berhenti suaranya Hong Ek atau orang mendengar
jeritan, yang keluar dari mulutnya Kim Goat Cuncia, hingga
orang kaget. Pula orang lantas melihat tubuhnya mencelat
bangun dari kursinya, tingginya tiga kaki, lalu roboh di lantai
lauwteng, Hebat jatuhnya tubuh itu, lauwteng sampai
bergoyang dan debu mengepul.
Gin Goat dan Beng Goat kaget bukan main. Mereka
menduga ada orang yang membokong kakak seperguruannya
itu, mereka lantas lompat bangun, guna melihat ke sekitar
ruang. guna mencari si penyerang gelap.
Kim Goat tak rebah lama atau dia sudah berlompat bangun,
untuk duduk kembali di tempatnya, Dia membungkam dan
mukanya tampak menyeringai.
Dua saudara itu heran, mereka lantas menduga sesuatu,
keduanya terus mengawasi untuk lantas menanya, mereka
sangsi, Melainkan sinar mata mereka yang menunjuki mereka
menanti jawaban. Tiba-tiba si nona tertawa terkekeh, Dia berkata : "Orang
ada guru besar dari wilayah Barat, maka ahli-ahli yang
pelajarannya masih rendah dari Tiong goan menghormatinya
sekali. Akan tetapi melihat apa yang terjadi ini, kelihatannya
ketiga taysu tak cocok untuk menempur jago-jago Tiong goan,
Hawa udara di sini beda dengan iklim di Barat itu. Umpama
selagi bertempur lantas taysu mendadak kegatalan, hingga
kepandaian taysu tak dapat digunakan lagi, lantas taysu kena
terlukakan bagaimana" Kaum Rimba persilatan di Tiong-goan
pastilah tak akan dapat bertanggung jawab"
Mendengar kata-kata Jenaka itu, orang tertawa. Mukanya
ketiga cuncia menjadi pucat.
Keempat pendeta dan ketujuh imam, yang selalu menutup
mata, juga turut tertawa, sebab barusan, mendengar jeritan
872 dan suara roboh terbanting, sendirinya mereka membuka
mata, untuk melihat apa yang terjadi.
Amarahnya Kim Goat bukan main, sambil mementang
kedua tangannya, dia berlompat ke arah si nona, untuk
menghajar Menampak demikian Ok suya Sim Siang Kiu berlompat
maju, guna menghadang di depan jago India ini, kedua
tangannya dipentang juga, hingga mereka seperti lagi
bertempur. Keduanya bentrok. keduanya mundur sendirinya
dua tindak. si nona sendiri, yang diserang itu, sudah berkelit
ke belakang Hoat It siang djin.
Pendeta itu beroman sabar dan murah hati, ia memandang
si nona dan berkata : "Nona kecil, kau sangat cerdik, bukan
kau menyingkir ke belakang ayahmu, kau justeru terus lari ke
belakang loolap. Mungkinkah ada maksudmu?"
Nona itu menyingkap rambutnya, ia bersenyum.
"Sebenarnya, loosiansu, aku ingin sekali menyaksikan
kepandaian liehay dari Siauw Lim Pay," sahutnya.
Pendeta itu tertawa bergolak. Dengan tenang ia berbangkit
bertindak ke depan Sim Siang Kiu dan Kim Goat Cuncia.
Ketika itu, karena bentrokan mereka berdua hebat sekali,
Siang Kiu dan Kim Goat tengah menyalurkan napas mereka,
Hoat It tidak mau datang dekat, sebagai seorang suci, yaog
tidak ingin berlaku curang, ia berhenti bertindak lima kaki dari
mereka itu, ia memandang mereka sambil bersenyum,
tangannya mengurut- urut kumisnya.
Semua orang dari ke dua pihak mengawasi dengan hati
tertarik, Majunya Hoat It berarti satu pertempuran dahsyat
bakal mengambil tempat, Bukankah mereka itu bertiga dari
kalangan atas" Lekas juga Siang Kiu dapat menyalurkan napasnya, ia
membuat main kumisnya, ia pun bersenyum, hanya sebagai
orang licin, senyumannya itu tengah. "Tayue, hari ini dua kali
873 kita dapat bertemu, inilah jodoh " ia kata. "Apakah tay-su
hendak menunjuki sesuatu kepadaku?"
Pendeta itu merangkap kedua tangannya.
"Amitaba Buddha " ia memuji, "Loolap ialah orang di luar
garis, loolap tak dapat saling berebutan lagi, akan tetapi
hatiku belum bersih betul, kembali aku menginjak dunia
kekacauan sebenarnya tidak dapat aku menunjuki sesuatu
kepada tan-wat, hanyalah karena loolap kebetulan mengingat
sesuatu, tak dapat loolap tak membilanginya."
Habis berkata itu, ia bersenyum pula.
Sim Siang Kioe mengawasi, ia agaknya bingung atau tak
mengerti. Hoat it bersenyum pula, baru ia berkata lagi: "Pada sepuluh
tahun yang lalu loolap telah pesiar ke Thian san. Di sana
kebetulan sekali loolap bertemu dengan Bu Liang Tay-su,
pendeta kenamaan dari gunung itu. Ketika itu loolap
menerima pelbagai petunjuk hingga hati loolap menjadi
terbuka, Tentu sekali loolap ingat untuk budinya taysu. Tempo
taysu meninggalkan dunia yang fana ini, lolap
mendampinginya, maka itu loolap telah menerima pesannya
yang terakhir. Taysu bilang bahwa Taysu mempunyai hanya
seorang murid, Taysu mengatakan, karena ia kenal baik sifat
muridnya, murid itu sudah disuruh turun gunung. Kemudian
taysu mendengar berita hal muridnya sudah tersesat,
Disebabkan hati taysu sudah tawar, tak ada niatnya turun
gunung mencari murid itu,
Kebetulan taysu bertemu denganku, taysu memesan untuk
muridnya dikasih nasihat, bahwa siapa tersesat dia bakal
menerima pembalasannya, Murid itu bakal ada orang yang menghukumnya apabila dia
tak dapat merubah cara hidupnya, Loolap seorang yang
pemurah hati maka itu loolappun merasa kasihan terhadapnya.
siapa murid itu, tan-wat tentu ketahui sendiri, dari itu
sekarang, loolap minta sukalah tan wat memikir masakmasak."
Habis berkata itu, kembali pendeta ini bersenyum.
874 Mukanya Siang Kiu menjadi pucat, Para hadirin lantas
dapat menduga, murid itu ialah Sim Siang Kiu ini. Mereka pun
dapat menangkap sari kata katanya Hoat it siang-jin walaupun
pendeta ini bicara demikian halus."
Si anak muda bermuka jelek lantas berpikir: Jikalau Bu
Liang Taysu itu saudara seperguruannya kakek guruku, maka
Sim Ssiang Kiu ini ialah orang yang bertingkat terlebih tua
daripada aku. Aku tidak mengerti mengapa suhu tidak
menuturkan padaku tentang peristiwa Sim Siang Kiu ini?"
Ketika itu Siang Kiu telah dapat menenteramkan hatinya.
"Taysu," ia berkata, tertawa, "taysu baik. sekali, hanya


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sayang aku bukanlah orang yang taysu sebutkan itu, karena
mana menyesal aku mesti mensia-siakan nasihat dan kebaikan
hatimu ini " Dari bersenyum, Hoat It mengerutkan alis, Tapi cuma
sebentar, ia kembali seperti biasa. ia merangkap kedua
langannya, sekarang ia menghadapi Bok Heng Ek.
"Bok Tan-wat," katanya, bersenyum, "oleh karena kitab Bu
siang Kim-kong Ciang Keng itu kitab tidak ada faedahnya,
loolap mohon sukalah tan-wat menyerahkannya pulang pada
loo-lap. sekarang juga Loolap beramai hendak berangkat
pulang ke gunung kami."
Mendengar itu, Hoa Ie, si ketua dari empat Hantu dari
Khole Keng san mendahului Hong Ek. Dia tertawa aneh, dia
kata jumawa: "Hoat It, enak saja kau membuka mulut. Lebih
dulu daripada ini kau telah menyiarkan berita bahwa kau
hendak mengusir kami kaum hantu jahat, supaya kami tidak
dapat menaruh kaki dalam dunia Rimba Persilatan, sekarang
kau bicara begini manis, artinya kau tahu kesukaran dan
hendak mengundurkan diri Mana dapat. Keledai gundul, tidak
dapat kau omong sesuka hatimu. Baiklah kau menyebutkan
syaratmu, untuk kita bertempur mati atau hidup, jikalau tidak.
875 percayalah tidak nanti partaimu dapat hidup senang dan
tenteram" Hoat It tertawa nyaring, kedua matanya bersinar tajam.
Jikalau demikian pembilangan Hoa Tan-wat, baiklah, loolap
tidak bisa bilang apa-apa lagi" katanya, "Sekarang silahkan
tan-wat yang menunjuki syaratmu, Loolap akan mentaati"
ujarnya sang Buddha, Jikalau bukan aku yang masuk ke
neraka, siapa lagi" Loo-lap suka berkurban untuk orang ramai,
nanti loolap yang pergi ke neraka " Lagi sekali pendeta ini
tertawa, riang gembira nadanya.
Sim Siang Kiu menyelak di sama tengah, "Tuan-tuan, buat
apa kamu bicara dari hal hidup dan mati?" ia berkata, tertawa
lebar, "Apakah halangannya jikalau kita main-main saja, untuk
memajukan kepandaian kita" Tapi memang benar
pembilangan orang jaman dahulu, kesesatan dan kelurusan
tak dapat hidup bersama, sebagaimana api dan air tak dapat
hidup bersama juga, maka itu kalau sekarang kita berlaku
sabar, di belakang hari toh gunung
akan meletus juga, daripada menanti sampai kelak di
belakang hari, baiklah kita membereskannya sekarang saja"
Ouw Kong tertawa, ia pun menyelak: "Apa juga katamu,
semua balik pada pokoknya orang she Sim, apakah kau
mengaku dirimu pihak sesat?"
Parasnya Ok suya menjadi guram, "Sebenarnya tidak tegas
perbedaan di antara sesat dan lurus," katanya. "Itu
bergantung pada orangnya sendiri, sekarang kita jangan
menarik urat dalam hal itu. Aku si orang she Sim mempunyai
satu jalan. sekarang ini telah terjadi pemecahan di antara Kay
Pang, mereka menjadi selatan dan Utara, dan mereka sudah
berjanji akan nanti bulan tiga tanggal tiga mengadu
kepandaian di puncak Tiang Jin Hong di gunung Tay san,
katanya siapa yang menang dialah yang akan berkuasa atas
kaum pengemis di seluruh negeri, maka itu kenapa loosu
sekalian tak mau menggunai ketika itu untuk memastikan juga
876 siapa si jago" Di sana aku si orang she Sim akan menyaksikan
tampangnya orang-orang kosen. Tidakkah itu bagus?" Ouw
Kong tertawa lebar. "Ha, kelinci yang cerdik " dia kata nyaring, Jadinya kau
hendak sekali menyapu membikin habis pada kita Mana dapat
Thian memenuhkan keinginan kau ini" Kau justeru memikir
yang tidak-tidak. Tapi mengenai pertemuan di Tay san itu, aku
si orang tua pasti akan pergi menghadirinya. Pergi pulang, kau
mengandung maksud busuk sekarang mari kita membereskan
urusan sekarang, urusan kitab"
Kali ini air mukanya Sim Siang Kiu tidak berubah, dia dapat
terus tertawa licik. "Pertemuan di Tay san itu ada
kehendaknya Hoa Tayhiap sendiri," ia bilang, " Untuk semua
loosu, siapa suka menghadirinya atau tidak, terserah kepada
masing-masing. Tentang kitab baiklah sekarang kitab itu
disimpan dahulu oleh Hoa Tayhiap akan tetapi jikalau Hoat It
Taysu ingin lekas-lekas mengambil-nya, Hoa Tayhiap dapat
menantikannya besok di bukit Giok Coan San"
"Baiklah " Hoat It menerima tantangan itu, setelah mana ia
memutar tubuhnya untuk berlalu dari lauwteng, ia disusul
ketiga kawannya dan ketujuh imam.
Sampai disitu, si anak muda mengangkat cawan araknya
dan bersenandung, "Tahun dan bulan itu lama adalah orang
yang mendesaknya membikin pendek Dunia itu luas akan
tetapi si serakah yang membuatnya sempit"
Orang semua heran mendengar suara itu, ia yang
mengalun seperti genta di waktu pagi. Kim Goat pun tidak
menjadi kecuali, bahkan dia timbul kecurigaannya.
Tatkala tadi cuncia ini lompat melejit dan roboh, itu
disebabkan ia merasakan gigitan seperti antuk tawon kepada
jalan darahnya tiang kiang dan tian-bun. jalan darah tian-bun
itu terasa sakit yang kiri dan kanan, ia berlompat tanpa
merasa, begitu juga jeritan-nya itu, ia merasa sakit dan tidak
enak. 877 Ketika ia sudah kembali ke kursinya, perasaan itu
mengganggu seluruh tubuhnya, baru setelah lewat sekian
lama, ia bebas sendiri dari gangguan itu. Tapi kejadian itu
membuatnya berpikir : "Seumurku belum pernah aku dapat
gangguan kesehatan seperti ini. Adakah aku diganggu
setannya Poo Tan yang telah menotok jalan darahku --jalan
darah tian-Hu, hingga jalan darah itu tertutup dan sekarang
begini akibatnya" -- Ah, tidak mungkin Aku telah menutup
jalan darahku itu. Kenapa sekarang terjadi pergeseran ke jalan
darah tiang-kiang dan tian-bun ini" Bukanlah Gin Goat dan
Beng Goat tidak terganggu seperti aku ini" Mungkinkah ada
orang yang mengganggu aku dengan cara membokong?"
Karena kecurigaan ini, ia menjadi memperhatikan ke
sekelilingnya, ia menoleh kepada si pemuda jelek, yang duduk
di meja di belakang-nya. Anak muda itu duduk tenang,
wajahnya bersenyum seperti biasa, ia tidak berani menyangka
sembarangan, sekarang ia mendengar senandung pemuda itu,
ia heran, Beda dari lain orang, ia merasakan artinya
senandung itu, ia merasakan juga suara itu dikeluarkan
dengan tekanan tenaga dalam, maka ia menarik tangannya ok
suya dan berbisik di telinganya.
Sim Siang Kiu berpaling kepada si anak muda, mengawasi
dengan tajam ia pun mengasih lihat senyuman licik,
Si nona dapat melihat gerak geriknya Sim Siang Kiu, ia
menduga orang hendak melakukan sesuatu yang tak
selayaknya, ia tidak berkesan baik terhadap si anak muda,
tetapi ia pun tidak membencinya. Bahkan ia lebih membenci si
orang she Sim, Ouw Kong melihat anaknya seperti lagi berpikir, ia mau
percaya anak ini bakal menunjuki pula kenakalannya, maka ia
mengurut kumisnya dan bersenyum.
878 It Goan Kiesu itu pada empat puluh tahun dulu mendapat
nama bersama sama Tou Liong Kiesu Chio Thay Hie. ia
terkenal buat ilmu silatnya "It Goan Chin Khie" dan Chio Thay
Hie untuk "Touw Liong Ciu." yang terdiri dari lima puluh
delapan jurus. Merekalah yang dikenal sebagai Lo Houw Jie It,
dua jago dari Lo Houw san.
Tiga kali It Goan Kiesu pernah mendaki gunung Kun Lun
san bertempur dengan Kun Lun su Kie, empat jago dari Kun
Lun san. Mereka bertempur sampai tiga hari tiga malam.
Kelihatannya mereka seri tapi sebenarnya Kun Lun su Kie yang
terdesak. Dengan Chio Thay Hie, Ouw Keng tinggal di satu
tempat akan tetapi di waktu bekerja, mereka masing-masing.
Tiga puluh tahun dulu, Tjio Thay Hie masih suka terlihat It
Goan Kiesu sebaliknya seperti menghilang, hingga orang
menduga mungkin dia tawar hatinya dan hidup bersembunyi
di atas gunung yang tak tersampaikan lain orang.
Kabar angin mengenai It Goan kiesu itu benar tetapi tidak
seanteronya. sebenarnya ia telah menikah dan karena ia
gemar akan keindahan pemandangan alam, ia tinggal
menyendiri di bukit Pek Hong Nia di tepi sungai Yang sok,
Sampaipun Chio Thay Hie tidak ketahui tentang
kepindahannya itu. ia saling mencinta dengan isterinya, maka
itu ia berduka sangat waktu satu kali sang isteri keguguran
dan jatuh sakit karenanya.
Dengan banyak susah ia dapat tolong jiwa isterinya itu,
hanya karena lemahnya, sang isteri mesti rebah saja di atas
pembaringan ia menyesal karena ia mengharap anak. anak
laki-laki maupun perempuan. Karena itu, hatinya menjadi
tawar. Kemudian Ouw Keng mendapat satu resep obat untuk
isterinya itu, bahan obatnya belasan rupa, diantaranya mesti
dicari di tanah pegunungan ia tidak berkecil hati, ia mencari
untuk merawat isterinya, ia menerima seorang bujang
perempuan. 879 Tujuh tahun lamanya ia mencari obat-obatan, baru ia
berhasil isterinya itu dapat disembuhkan sampai dia bisa
berjalan pula seperti biasa. Bahkan selang dua tahun, nyonya
Ouw hamil pula, Bukan kepalang girangnya Ouw Keng,
demikian pula isterinya itu,
Lewat sepuluh bulan, sang isteri melahirkan seorang bayi
perempuan. Kegirangannya Ouw Keng hanya separuh, ia
sebenarnya ingin bayi laki-laki guna menyambung turunannya.
Tidak beruntung ia, selang dua tahun kemudian, isterinya
menutup mata, Maka ia mesti merawat sendiri puterinya itu
yang ia beri nama Kek Lan, artinya bunga anggrek yang
harum dari lembah yang sunyi.
Anak itu pintar, Dia dididik ilmu silat. setelah besar, dia
menjadi cantik sekali, Mengingat yang anaknya mesti
menikah, maka Ouw Keng keluar dari tempat
"persembunyiannya", membawa puteri itu merantau, Demikian
ia muncul pula dalam dunia Kang ouw.
Pada suatu hari tiba di kota Hang-ciu, Ouw Keng bertemu
dengan Gan Keng Loodjin dari Hong san Pay. Mereka
memasang omong tentang pelbagai kejadian antaranya
mengenai kitab Bu siang Kim-kong Ciang Keng yang terlenyap
itu. Lalu Gan Keng kata dia mau pergi ke kota raja dan
mengajak Ouw Keng pergi bersama, ia memang lagi pesiar, ia
menurut. Demikian itu hari mereka berada di rumah makan Ceng
Hong Lauw di mana orang tidak mengenali ia. orang pun
umumnya memperhatikan hanya puterinya.
Ouw Kek Lan menjadi besar di gunung, dia sangat disayang
orang tuanya, di samping jujur, dia merdeka, dia manja, Dia
biasa membawa adatnya sendiri Di medan rapat ini dia
berbicara asyik dengan Gan Keng Loodjin, mereka sering
tertawa tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
Dihatinya, si nona sebenarnya kurang puas. Di situ ia
mendapatkan segala orang tua, segala pendeta dan imam,
880 ada juga yang muda, orangnya tolol... Cuma si orang muda
muka jelek menarik perhatiannya, sebab ia berkasihan, Kata ia
dalam hatinya: "Benarkah didalam dunia ada pemuda sejelek
dia" Ah..." Dan dia melirik anak muda itu.
Manusia itu aneh, yang bagus mau dilihat, yang jelek mau
dilihat juga- yang bagus sebab hati tertarik, yang jelek karena
ingin tahu. Dan si nona Lan disebabkan dia berkasihan dan
heran, Karena ia telah mencuri lihat sekian lama, lalu timbul
herannya, ia menjadi tidak mengerti.
Muka si anak muda benar jelek luar biasa, tetapi kenapa
sebatas leher, kulit leher itu beda dari kulit mukanya" Kenapa
juga tangan orang putih dua-duanya, putih seperti kemala"
Ya, kenapa" Tak dapat ia menerkanya Maka itu, melihat sikap
si orang, she Sim, lantas ia berbangkit berlompat ke depan si
jelek itu. Sim Siang Kiu heran melihat kelincahan si nona. sejenak ia
melengak. lantas ia tertawa.
"Nona, adakah pemuda ini sahabatmu?" ia tanya. Merah
muka si nona, ia menggeleng kepala. "Tahukah nona tentang
dia?" Siang Kiu tanya pula. Nona itu tertawa.
"Hak apa kau mempunyai untuk mencari tahu hal ikhwal
lain orang?" dia balik menanya.
Siang Kiu jengah, hingga ia melengak. Tapi ia seorang
berpengalaman dengan lekas ia mendapat pulang
kesadarannya, ia dapat menguasai diri, ia tidak mau
mengentarakan mendongkolnya, ia pula percaya, pasti bukan
tak ada sebabnya, It Goan Kiesu muncul pula dalam dunia
Kang ouw. ia bersenyum. "Tak dapat aku bilang, nona," sahutnya kemudian, "Aku
berbuat karena aku melakukan permintaan orang. Aku lihat,
nona, sikapmu ini usilan, bukan?"
881 Kok Lan tidak menjadi gusar, sebaliknya ia tertawa,
Mukanya menjadi merah dadu, maka ia nampak semakin
cantik dan manis, ia mengasi lihat kemanjaannya.
"Jadinya kau menganggap nonamu usilan?" tanyanya,
"Baiklah, biar aku usilan ingin aku campur tahu urusan kamu
ini " Siang Kiu melengak. Khole Keng san sie Mo mengerutkan
alis. "Sudahlah, Sim Laote," berkata Toa-Mo Hoa Ie, Hantu yang
tertua, "sudah, buat apa berebut omong dengan segala bocah.
Kami mau pulang, sebentar kita harus mendamaikan urusan
penting." Inilah ketika baik untuk Ok suya memutar kemudi, ia
tertawa dan kata: "Nona, tak kecewa kau menjadi mutiara
mustika dari It Goan Kiesu Nyalimu besar melebihkan nyali lain
orang " ia lantas merangkapkan kedua tangannya untuk
memberi hormat seraya menambahkan " Nah. nona, sampai
kita ketemu pula " Lantas suya licik ini mengikuti Cin-tiong siang Niauw semua
berlalu. Ketika Kim Goat Cuncia mau berlalu, dia mendelik terhadap
si anak muda dan berkata dengan sengit, "Binatang, besok
aku menunggu kau di puncak Giok Coan san " Terus dia
membuka tindakan lebar.

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat si nona dan Ok suya bentrok orang menyangka
bakal terjadi onar, siapa tahu urusan beres sendirinya.
See Hoo Poo-cu Bok Hong Ek menghampirkan It Goan
Kiesu ia memberi hormat. "Aku tidak tahu Ouw Loosu juga mempunyai kegembiraan
untuk datang ke sini, aku minta diberi maaf," ia kata, " Kapan
saja loo-su mempunyai ketika luang, aku undang kau
berkunjung ke tempatku, aku akan menerimanya dengan
girang " 882 Ouw Keng berbangkit seraya tertawa, Jangan sungkan, Bok
Loosu," ia kata. "Baiklah, bila ada ketikanya, lain hari aku
berkunjung ke rumah kau, sekarang loosu mempunyai urusan,
silahkan mengurusnya."
Hong Ek memberi hormat pula, lantas ia turun dari
lauwteng. Mukanya Lim Bong merah, dia berlalu sambil tunduk, Nona
ouw mengawasi dengan roman murka.
Sebentar saja, buyarlah awan yang gelap, maka ruang
menjadi tenang dan sunyi, Di situ tinggal si nona dan ayahnya
serta Gan Keng Loojin, orang yang keempat ialah si anak
muda, yang terus minum araknya dengan perlahan, sikapnya
terus sabar dan anteng. "Ho " mendadak si nona berkata, kakinya msnjijak lantai
"Bagaimana dengan kau" Nona-mu telah melepaskan kau dari
kurungan, mengapa mengucap terima kasih pun tidak?" Katakata
itu ditujukan kepada si anak muda, yang ia awasi tajam,
si pemuda jelek tertawa, terus dia berbangkit untuk menjura
dalam. "Kalau begitu, di sini aku menghaturkan terima kasihku
" ia kata. Tapi si nona berkelit, dia tertawa. "siapa kesudian
menerimanya " katanya Jenaka.
It Goan Kiesu tertawa. "Anak Lan, kau berkuatir tidak keruan " ia berkata,
"Sebenarnya Sim Siang Kiu tak ada di mata orang"
Anak muda jelek itu agaknya likat, ia tertawa menyeringai
dan kata. "Loocianpwee, mata loocianpwee tajam bagaikan
kilat, aku kagum sekali, sebenarnya juga, jikalau tidak ada
puteri loocianpwee ini, yang menghadang disaat yang tepat,
mungkin aku yang muda terlukakan tangannya Sim Siang
Kiu." It Goan Kiesu tertawa lebar. Jangan terlalu merendahkan
diri, laotee," ia kata. "Tadi diwaktu melayani orangnya See
Hoo Poocu, kau telah menunjuki kepandaianmu yang mahir."
883 ia berhenti sebentar, lantas ia menoleh kepada kawannya dan
menambahkan " Inilah Gan Keng Loojin dari Heng san,
silahkan laotee berkenalan dengannya "
Si anak muda memberi hormat kepada jago dari Heng san
itu, ia mengucapkan kata-kata memuji.
Ouw Kong berkata pula. "Kami menumpang di rumah
penginapan sam Goan di depan itu maukah lootee datang
kesana untuk kita berduduk dan memasang omong?"
Si anak muda hendak menampik atau ia lantas mendengar
suara si nona, suara seperti lagu suaranya si burung kenari,
"Ayah, lihat, orang ini luar biasa sekali. Kenapa ya, kulit
mukanya beda dengan kulit di bawahan lehernya?"
"Hus, anak Lan, jangan kurang ajar " kata sang ayah
perlahan: ia berkata begitu tetapi ia tahu, anaknya yang teliti
itu, pasti telah melihat sesuatu, ia pun lantas menatap leher si
anak muda, hingga ia melihat perbedaan kulit itu. Cuma leher
baju yang membikin orang kurang perhatian.
Si anak muda tertawa, ia kata perlahan:
"Aku tidak berani mendusta terhadap loocian-pwee,
sebenarnya aku memakai topeng. Aku mempunyai
kesulitanku. Nanti saja, apabila sudah tiba saatnya,
loocianpwee akan mendapat tahu sendiri.."
Ouw Keng dan Gan Keng heran, mereka mengawasi.
Kemudian si orang tua dari Heng san mengurut kumisnya dan
tertawa. "Selama yang belakangan ini, anak-anak muda memang
biasa membawa tabiatnya sendiri," dia kata, "Kita si bangsa
tua bangka, kita tidak dapat mengikuti zaman, kita tak masuk
hitungan lagi...." Berkata demikian, ia agaknya masgul, si nona sebaliknya
menatap si anak muda, " Kenapa kau tidak mau meloloskan
topengmu, supaya kita melihatnya?" ia kata, ia kau mau
melihat topeng, sebenarnya ia ingin menyaksikan wajah
orang. 884 "Maaf, nona," kan si anak muda, tertawa. "Aku bukannya
tidak mau meloloskan topengku ini tetapi sekarang, di sekitar
musuh, tidak mau aku berlaku alpa, bahayanya kealpaan itu
ialah bahaya kebinasaan...."
"Hm " bersuara si nona, mulutnya mencibir "Apa yang
ditakuti" Di sini ada ayahku "
"Kau ngaco, anak " Ouw Keng menegur, akan tetapi dia
tertawa, "Apa artinya ayahmu ini" Barusan ada Khole KLong
san su Mo, Cin tiong siang Niauw dan lainnya, mereka itu tak
ada satu yang tidak terlebih liehay daripada ayahmu. Budak
ciiik, jangan coba mengundang bahaya untuk dirimu sendiri "
ia menoleh kepada si anak muda, untuk meneruskan "Kami
beramai mau pergi terlebih dulu jikalau laotee mempunyai
tempo, untuk mengulangi aku minta sukalah kau datang ke
tempat kami buat duduk-duduk sebentar."
"Pasti aku akan datang " kata si anak muda, cepat dan
hormat, "Pasti aku akan datang" Lantas ia mengawasi ketiga
orang itu turun di tangga lauwteng, habis mana ia menghela
napas. Seorang diri, ia menganggap si Nona Ouw sama wajar dan
nakalnya seperti si nona Nie dari kota Kim-hoa, sedang nama
mereka sama-sama memakai huruf "Lan", Bedanya ialah nona
ini terlalu polos. Sampai di situ, In Gak tidak berani ngelamun terlebih jauh.
Hebat untuk mengingat bagaimana ia menolongi nona di
antara salju, karena peristiwa itu lantas berbayang di depan
matanya, ia seperti mendengar Wan Lan memanggil-manggil
ia... Kemudian ia ingat Hu Ceng, ia merasa lega anak itu telah
ditolongi Hoat It siangjin.
Besok ia akan menanyakan si pendeta di mana adanya
Pendekar Pemetik Harpa 18 Kisah Flarion Putera Sang Naga Langit Karya Junaidi Halim Amanat Marga 2

Cari Blog Ini