Ceritasilat Novel Online

Menuntut Balas 13

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 13


Rimba Persilatan itu luas, orang pandai pun banyak. mungkin
bukan dianya.." Nona itu berdiam. kepalanya tunduk. Terang ia sangat
bersusah hati, ia membiarkan dirinya ditiup sang angin tak
hentinya Yang lain lainpun berdiam saja, cuma mata mereka yang
melihat kelilingan. Tiba tiba Kun Lun Molek mengasi dengar
seruan tertahan. "Lihat, Kheng Locianpwee Cio Tiong siang Keay lagi
mendatangi. Di belakang mereka itu ada beberapa rombongan
orang, rupanya oraog orang Rimba Persilatan...."
Ay Hong sok mengawasi, ia mengangguk. "Ya, rupa
rupanya mereka datang untuk menonton" sahutnya.
Cin Tiong siang Koay datang dengan cepat, pakaiannya
yang tidak sembabat dengan romannya berkilauan di sinar
matahari. Lekas juga sampailah mereka di depan keempat
orang yang ditantangnya. "Tuan tuan, benar besar kamu bernapsu sekali" Kheng
Hong menyambut sambil tertawa, ia lantas menunjuk ke
timur, untuk menambahkan, " orang dulu menyebut hal di
panggung Hong Hong Tay meniup seruling maka kita, marilah
kita mengadu pedang di atas panggung Kaisar le itu. Tidakkah
bagus kalau peristiwa kitapun nanti dibuat ceritaan?"
"Tunggu dulur kata Tong siang.
"Kenapa, eh?" tanya Keng Hong, yang matanya
membelalak. romannya jenaka.
" Kita jangan terburu napsu," kata Tong Siang. "Bukannya
aku memandang enteng kepada kamu, biarnya kamu maju
semua melawan ilmu pedang ku, kamu tak akan bertahan
760 sampai sepuluh jurus. Baik kamu ketahui, kami datang kekota
Kayhong ini ada maksudnya...." ia hening sejenak, la
mengawasi tajam keempat orang itu.
"Bukankah tadi di siang Kek sie ada orang mempermainkan
kami?" ia tanya selang sesaat.
"Apakah kamu lihat orangnya" kamu sudi memberitahukan
maka urusan ini suka kami menghabiskannya."
Kheng Hong tertawa geli. "Aku tidak mau mendustai kau, benar - benar akujuga tidak
mendapat lihat." ia menyawab. "Cuma dapat aku bilang, orang
itu jauh terlebih liehay daripada kamu, jadi kalau kamu
menemui dia, kamu tentulah tak dapat berbuat apa apa, atau
mungkin kamu nanti kehilangan muka. Maka itu, kalau kamu
suka mendengar nasihatku, baiklah kamu jangan menariknya
panjang" Pa san Tiauw menjadi gusar dengan tiba tiba, "Kalau begitu
kau tentunya tahu dia siapa?" dia membentak.
Kheng Hong tertawa pula, geli tertawanya, Jenaka
lagaknya. "Tidak salah, dapat aku menduga dia delapan bagian" ia
kata. "Juga kalian tentunya menerka dia juga"
Mendengar itu, Nona Lan bertiga heran- Cin Tiong siang
Koay melengak. akhirnya Jie Koay berteriak: " Lekas bilangdia
siapa?" iapun tidak cuma berteriak. dia mengulur
tangannya menyamber tangan Ay Hong sok. Terlihat nyata
tangannya itu lebih besar dari tangannya kebanyakan orang
lain. Kheng Hong tidak pernah menduga orang bakal
menyamber tangannya itu, tahu-tahu telah terasa anginnya
mengenai lengan kanannya, Tidak ada tempo lagi untuk
berkelit maka ia menggertak gigi, ia mengerahkan tenaga Ngo
Heng Kun dia tangan kanannya itu untuk menyambuti
761 Tanpa dapat dicegah lagi, kedua tangan bentrok satu
dengan lain, Pa san Tiauw merasa ia seperti memegang besi
atau batu, maka lekas lekas ia mengerahkan tenaganya lebih
jauh. Kheng Hong pun tidak berdiam saja, ia menggunai tipu
huruf "Lolos" maka tangannya itu melejit dari lima jerijinya si
siluman, terus lompat mundur lima kaki
Ketika itu para penonton, yang berjumlah tiga puluh orang,
menyaksikan dengan kekaguman- Mereka terdiri dari orang
orang pelbagai partai atau golongan, ada yang sesat ada yang
lurus. Ada mereka yang tahu atau kenal Tonghong Giok Kun
berdua ada pula yang mengenali Cio Tiong siang Koay, tetapi
mereka semua berdiam. Biar bagai mana, mereka jeri juga
terhadap kedua siluman dari propinsi siaoosay itu, yang
terkenal keras tabiatnya.
Kheng Hong lolos dari cekalan dengan ia mengeluarkan
keringat dingin- ia merasa lengannya itu sakit dan kaku, ia jadi
telan kenyataan dari liehaynya musuh. Tapi pada parasnya ia
tidak mengentarakan apa-apa, Bahkan ia lantas tertawa pula
seperti biasanya. "Jikalau aku tidak salah bade, kamu siang Koay, timbul pula
tabiatmu suka menang sendiri"
ia kata, "Rupanya diam-diam takut orang itu nanti dapat
merampas julukan kamu sebagai
ahli pedang nomor satu dikolong langit ini-Thian Hu tee It
KiamBenar, bukan" Tapi julukan itu kamu menamakannya
sendiri- bukan didapat dari pertandingan atau pertarungan
secara umum, Hui Hong Kiam Hoat memang liehay tetapi
belum tentu itu dapat ditaruh di sebelah atas ilmu pedang
partai partai besar diTionggoan"
Tong siang mendongkol sekali, lebih-lebih Pa san Tiauw,
sampai dia menggertak gigi.
Jadi kau maksudkan dialah Koay Ciu sieseng Jie In?"
tanyanya tegas. 762 Kheng Hong mengangguk. "Benar, dia?" sahutnya.
Siluman yang tua itu mengasi lihat roman sangsi.
"Habis siapa sianak muda she Giam yang di In Bu san
chung membinasakan Jim Cit Keuw?" dia tanya pula.
Kheng Hong tertawa. "Dalam hal ini aku si orang she Kheng mengetahui lebih
jelas daripada kamu si orang she Giam dengan Jie In itu asal
satu turunan- Maka juga ia berani menyebut diri sebagai Thian
Hu." Agaknya Tong siang mau percaya keterangan itu, tanpa
parasnya berubah. Jika yang tadi mempermainkan kami itu kalau bukan si
orang Jie, ia tentulah si orang she Giam itu"
Kheng Hong tertawa berkakak.
"Kau terlalu mengagulkan diri" katanya tanpa menyawab
lantang. "Rupanya kamu menganggap. kecuali Jie In dan
orang muda she Giam itu, lantas tak ada lain orang yang
berani membentur kamu, sekarang ini rimba Persilatan
telah diliputi angin dan mega,
karena banyak orang-orang kosen luar biasa, yang buat
banyak tahun mengumpatkan diri,
telah pada kembali kedalam dunia Kang ouw siapa siapakah
diantaranya yang tak lebih
tangguh daripada kamu" Lihat umpama Kholeo Kong saniu
Loo Kamu bukanlah tandingan
mereka berempat jangan disebut pula yang lain-lainnya.
Kabarnya kedua orang she Jie dan
she Giam itu telah berangkat pagi ini ke Utara, maka itu
yang tadi mempermalukan kamu
sebenarnya orang lain, karena si orang the Kheng tidak
melihat tegas, sukar aku menentukannya." ia lantai ngoceh seorang diri: "Baru
mengerti Hui Hong Kiam Hoat saja
sudah berani menyebut diri Thian Hee Tee lt Kiam"."
763 Tong siang dan Pa san Tiauw mendongkol bukan mainorang
telah bicara putar balik, tak lebih tak kurang untuk
menghina mereka, yang dilihat tak nyata.
"Kholee Kong san su Yauw itu mahluk apa?" kata siluman
yang nomor dua sengit, ia menyebutnya su Loo, empat jago
tua, menjadi su Yauw, empat siluman.
"Tidak dapat tidak. kami nanti bertempur mereka itu orang
she Kheng jangan kau menggertak kami dengan segala
omong gedeh kau ini siapa tidak puas dengan Hui Hong Kiam
Hoat dari Cin Tiong sang Koay, dia boleh maju untuk
mencoba-coba" Kheng Hong mengimplang keseluruh tegalan mulutnya
dicibirkan. "Semua hadirin di bawah menara ini, tak ada satu
bukannya orang-orang pandai di jaman ini" ia kata nyaring,
"jikalau mereka jeri terhadap Cin Tiong siang Koay, tidak nanti
mereka berani datang kemari"
Sengaja si tukang berkelakar ini menyebut-nyebut para
penonton itu, Mereka itu mengerti, didalam hati mereka
mengutuk orang jail ini yang dikatakan banyak tipu
muslihatnya. Dengan terpaksa mereka menunjuki sikap
jumawa. Tong siang mendongkol sekali. "segala gentong arak
dan kantong nasi" dia berteriak. "Dimulutmu. Mereka menjadi
orang-orang pandai di ini jaman- Hayo siapa tidak puas, dia
boleh naik keatas panggung"
Habis berkata begitu Toa Keay menarik tangannya Jie
Keay, Pa san Tiauw, dengan begitu dengan berbareng
keduanya berada diatas Ze ong Tay.
Lantas panggung terbuat dari batu hijau, tebal rata dan
mengkilap, kalau ditotok lantai itu bersuara nyaring.
Sebaliknya Cin Tiong siang Keay, orang banyak lantas maju
ke bawah panggung. 764 Pa san Tiauw menghunus pedangnya, pedang itu bersuara
dan bersinar seraya mengulapkan itu ia kata nyaring: "jikalau
kamu tidak ungkulan, siang-siang kamu mundur, supaya
jangan kamu mencari malu sendiri dan merusak juga nama
perguruan kamu?" Banyak orang yang mukanya menjadi merah padam,
kecuali mereka yang berpihak pada kedua siluman- Begitulah
tiga orang dari usia belum tigapuluh masing-masing lompat
naik berbareng. Mereka semua bersenjatakan pedang. Lalu yang satu
memberi hormat sambil berkata: "Kami bertiga Tiam Thong
sam Kiam ingin memohon pengajaran dari Pa Loosu"
Pa san Tiauw tertawa. "Aku si tua pernah mendengar liehay nya ilmu pedang Tiam
Chong Kiam Hoat, maka hari ini dapatlah aku berkenalan
dengan kamu" ia berkata: "Kamu mau maju berbareng
bertiga, apakah demikian aturan perguruan kamu?"
Merah mukanya orang Tiam Chong Pay itu, Chong Hiong
namanya tetapi ia berkata: "Kami tahu ilmu pedang kami tidak
berarti, kamipun tidak berani mengakui diri sebagai jago
nomor satu, tetapi karena barusan mendengar Tong Loosu
bahwa dikepung beramai, orang tidak dapat melawan Hui
Hong Kiam Hoat sampai sepuluh jurus, kami menjadi
membesarkan nyali memohon pengajaran-"
Pa san Tiauw tertawa dingin
Jikalau begitu, hunuslah pedang kamu" katanya jumawa.
Mendengar orang menyebut nama Tiam Chong sam Kiam,
Nona Lan lantas ingat peristiwa di Tanah Lapang di Kim-hoa
dimana In Gak telah mematahkan pedangnya sin Kiam Chiu
shie Goan Liang, jago Tiam Chong Pay. Maka pikirnya, kalau
In Gak berada disini, pastilah itu akan menjadi menarik sekali.
Ketika itu diatas panggung Ciong Hiong bertiga sudah
mengurung Pa san Hauw. itulah kurungan yang dinamakan
765 kedudukan "sam Cay" yakni Thian Tee Jin atau langit bumi
dan manusia. Tong siang sendiri mundur kepojok.
Tong sam Kiam lantas menyerang berbareng dari tiga arah,
pedang mereka berkelebatan sinarnya, itulah jurus sam Cay
Toat Beng-- "sam Cay Merampas jiwa."
Tidak ada tempat untuk Pa san Tiauw berkelit, pula sulit
untuk ia menangkis berbareng, akan tetapi dia tabah, dia tidak
kekurangan akal, Tepat saatnya tubuhnya mencelat tinggi
lewat di atasan ketiga gedang maka itu dengan hilangnya
sasaran - ketiga pedang bentrok satu dengan lainDilain pihak, tidak menanti ia menginjak tanah, Jie Koay
sudah menghunus pedangnya
dengan apa ia membabat untuk membalas menyerang
itulah jurus "Hong siang Loan Bu" atau "Burung hong
menandak burung lain menarik sinar pedang itu berkilauan
dan anginnya menderu. Semenyak kekalahannya shie Goan Liang di tangan ln Gak,
Tiam Chong Pay memperoleh kemajuan. Goan Liang kalah dan
pulang untuk mengadu kepada gurunya, ia tidak mendapat
mata bahkan ia ditegur gurunya. ia dikatakan telah
bercampuran dengan kaum sesat.
Meski begitu, sang guru menginsafi kemundurannya maka
diam-diam dia lantas memperhatikan dan meyakinkannya
pula. sekarang sam Cay Kiam dikirim turun gunung, untuk
mendengar gerak-gerik Rimba Persilatan, kebetulan ada
urusan Cin Tiong siang Keay ini, mereka ingin mencoba Hui
Hong Kiam Hoat. Tiga saudara itu kaget mendapatkan serangan-serangan
mereka gagal, justru itu, merekapun diserang, sebenarnya
mereka sudah lompat mundur masing-masing, tetapi
pedangnya Pa san Tiauw terlebih cepat, maka ujung pedang
mereka kena dibikin sapat sepanjang sebutir beras.
766 Tiga saudara itu menyedot hawa dingin, Tetapi mereka
tidak suka menyerah, ketika Ciong HHiong berseru, berbareng
mereka menyerang pula, masing-masing mengarah jalan
darah kio-ceng khie-hay dan chang-bunTerbangun alisnya Jie Koay melihat serangan itu, dengan
kaki kiri ia menggeser tubuh, berbareng ia menikam kea lis
nya Ciong Hiong, ia mengerahkan tenaga latihannya beberapa
puluh tahun di lengan kanannya, ia menggunai tipu silat "Pek
niauw tiauw hoog" atau "seratus burung menghadap burung
hong," suatu jurus lain dari Hui Hong Kiam Hoat.
Hebat perlawanan Pa San Tiauw ini. Ketiga pedang lawan
kena dibabat kutung, semua kutungannya terbang ke bawah
menara, yang diserang Tiong Hiong bertiga ialah buntungan
yang ada pada gagangnya. Maka itu, mereka merasai dada
mereka sesak. saking kaget dan malu.
"Beginilah kiranya ilmu pedang Tiam Chong Pay" kata Pa


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

san Tiauw tertawa dingin, "Belum tiga jurus, sudah kalah
sendirinya Hari ini aku si orang tua tidak mau membuka
larangan membunuh untuk sementara kamu diberi ampun."
Cin Tiong siang Keay tidak berkumis nampaknya usia
mereka belum lebih dari empat puluh tahun tetapi Pa san
Tiauw menyebut dirinya si orang tua loohu" inilah sebab dia
sebenarnya sudah berumur enam puluh lebih.
Dengan mendongkol dan malu Ciong Hiong bertiga lompat
turun dari panggung akan ngeloyor turun gunung.
Pa san Tiauw berdiri tegak dengan pedang ditangan
romannya jumawa, ia menantikan gerak-gerik orang banyak.
sang angin santer meniup, niup tubuhnya.
Tengah orang semua berdiam itu, mendadak pedangnya Pa
san Tiauw berbunyi terus jatuh ke panggung. Dia kaget. juga
semua orang lain, tak terkecuali Ay Hong sok Pa san Tiauw
melengak. kakaknya berlompat maju matanya dibuka lebar.
767 Tadi itu angin bersiur santer membawa pasir terbang,
pedang kena tersampok dan jatuh. semua tampak wajar,
cuma Jie Koay yang tahu sampokan itu keras, kalau tidak tak
nanti pedangnya terlepas, ia merasakan telapakan tangannya
sakit sampai tak bisa ia menyamber pedangnya itu.
"Siapakah si orang jail?" Pa San Tiauw berpikir, ia menduga
jelek. cuma ia tak dapat melihat si jail itu, ia tahu, kalau orang
tidak jail, orang akan berterang naik di panggung, ia heran
sekali air mukanyapun berubah.
Terpaksa ia membungkuk, menjemput pedangnya, Setelah
itu, ia jadi tenang pulang.
Ay Hong Sok jail, ia tertawa dan berkata: ,.Cian Tong Lao
Koay. kau lihat adikmu itu, jangan-jangan dia terkena angin
jahat! Lihat, angin begini keras, hawanya begini dingin! Kau
tahu, angin jahat dapat membuat orang mati di tengah jalan!
Maka baiklah kamu lekas-lekas pulang Ke sarang kamu
digunung Kie San! Kamu telah berusia tinggi, inilah kamu
mesti ketahui. Kematian kamu tidak lama lagi, jangan kamu
tetap membawa adat suka menang sendiri. Apakah artinya
kemenangan kosong demikian" Sudah lama kamu tidak
muncul dalam dunia Kang Ouw, bukankah itu disebabkan
kamu kuatir nanti ada orang curi kitab kamu Thay Kong Souw
Sie yang kamu sayangi seperti separuh jiwa kamu" Kitab itu
memang justru ada yang arah! Ha-ha-ha-ha!"
Nyaring suara tertawa itu, sampai terdengar
kumandangnya. Untuk sekejab, parasnya Cin Tiong Siang Koay menjadi
pucat, tapi lekas juga mereka menjadi tenang kembali.
"Hm" kata Toa Koay, keras-"Siapakah yang berani pergi kegunung
Kie San" Disana, dilembah Ban Ciang Kok, ada
ancaman-ancaman kematian!"
Tong Siang omong dari hal yang benar mengenai
lembahnya itu. 768 Gurunya Cin Tiong Siang Koay jalah Koay Ie Loojin. Dialah
seorang aneh yang lain orang, tak tahu asal-usulnya. Dia
menerima Cin Tiong Siang Koay sebagai muridnya dan
mengajari sebagian dari kitabnya, kitab Thay Kong Soiw Sie
itu. Dia belum pernah mengembara, dia meninggal dunia
setelah kedua muridnya lulus. Mereka ini lantas pesiar sambil
membawa-bawa kitabnya, yang cuma sebagian. Belum tiga
tahun, mereka berhasil mengalahkan banyak jago, dari itu
nama mereka menjadi terkenal, mereka dimalui. Sementara
itu, mereka pun mendapat sahabat-sahabat, dari kalangan
sesat. Satu waktu, selagi sinting, Siang Koay menyebut nama
guru mereka dan halnya kepandaian mereka berpokok pada
kitab yang tinggal separuh itu. Lantas ada orang-orang yang
niat mencuri kitab itu- Satu kali hampir kitab itu lenyap. Maka
belakangan, menuruti nasihat satu sahabat, Siang Koay
pulang kegunungnya dimana mereka menyekap diri. Mereka
lantas perkuat lembah Ban Ciang Kok.
Itulah kejadian empatpuluh tahun dulu, lalu duapuluh
tahun kemudian, lembah itu meminta jiwanya beberapa orang
yang mencoba masuk, untuk mencuri kitab. Siapa lancang
masuk, dia terjebak, dia menjadi kurban. Perangkap itu diatur
oleh Siang Koay sendiri, yang memperoleh ajaran dari kitab
pusakanya itu. Mereka merasa syukur, sampai sebegitu jauh
mereka berhasil melindungi kitab itu.
Selama empatpuluh tahun. Siang Koay cuma menerima
lima orang murid, bersama anak-isteri mereka serta hambahambanya,
jumlah mereka tak lebih daripada enampuluh
orang- Aturannya pun keras sekali. Cuma sebab
pandangannya cupat yaitu mereka suka mengeloni pihak
sendiri. Lantaran aturan keras itu, lima muridnya suka
melakukan sesuatu secara mencuri, karenanya, Siang Koay
tidak tahu keburukannya murid-muridnya itu, sedang orang
luar, yang tahu tabiat mereka, tidak ada yang berani datang
mengadu. Kali ini Siang Koay turun gunung, cita-citanya ialah
untuk merebut gelaran Thian Hee Tee It Kiam.
769 Ay Hong Sok tidak ketahui semua maksudnya Cin Tiong
Siang Koay tetapi karena dia cerdas dan jenaka, dia dapat
menjaili kedua Siluman hingga hati mereka itu menjadi panas.
Mendengar Tong Siang membanggai lembahnya, dia
tertawa pula dan berkata: "Kau terlalu jumawa! Lithatlah,
selama tempo satu tahun, aku si orang she Kheng nanti
mendatangi lembah kamu, untuk jalan-jalan. Barisan semacam
kepunyaan kamu itu bisa bikin apa atas diriku!"
Yang dinamakan barisan itu jalah tin atau perangkapnya
Cin Tiong Siang Koay, nama barisan itu yaitu "Thay Kong Tinsie,"
atau "Tin Kiang Thay Kong."
Tong Siang tertawa. "Baik, baik, nanti kita bertemu pula dtdalam Ban Ciang
Kok!" katanya. "Barusan kau menyebut halnya Koay Ciu Sieseng
berangkat hari ini ke Utara, adakah itu benar?"
Kheng Hong mengangguk. "Jikalau begitu, kami juga mau pergi ke Utara!" "kata Tong
Siang. Lantas dia mengawasi semua orang. Dia tertawa, dia
kata pula: "Sekarang aku percaya sudah tidak ada orang yang
berani mengatakan Hui Hong Kiam Hoat bukannya ilmu
pedang paling luar biasa dikolong langit ini!"
Habis mengucap begitu, kedua Siluman menjimpan pedang
mereka, terus mereka lompat turun dari panggung. Mereka
melompati kepala orang banyak. Terus mereka lari turun
gunung. Diantara sinar matahari hari, terlihatlah baju mereka
berkilauan. Diantara banyak orang itu ada seorang yang bertubuh
besar yang alisnya gomplok, sembari madapi kedua Siluman
dia tertawa dingin, dia berludah seraya berkata: "Kedua
siluman itu sangat jumawa, coba bukannya aku tak ingin
menanam permusuhan, suka aku mencoba menempur
mereka! Tadi pedangnya siluman itu jatuh, entah apa
sebabnya!" 770 Jilid 10.1 : Kay pang dipecah belah penguasa
Banyak orang mentertawai si alis gomplok ini, tidak ada
yang menyahuti dia, orang lantas pada turun gunung untuk
berlalu. Tetapi mereka yang kenal Tong hong Giok Kun dan
Kiang Yauw Cong, yang menghormati Ay Hong sok
menghampirkan mereka bertiga serta sI nona untuk bertemu
dan berbicara. Di antara mereka itu ada Giok Siauw Hiap su Kheng Tiang
siu, muridnya Kim Teng siang jin, ketua darIngo Bie Pay. Dia
baru berumur dua puluh lebih, romannya tampan sekali,
hingga dia terkenal sebagai pria cakap ganteng.
Selagi menonton pertempuran di atas panggung barusan,
tak hentinya dia mengawasInona Lan yang dia kagumi. Dia
lantas memberi hormat sambil menjura pada Ay Hong sok dan
kata: "Aku yang muda Kheng Tiang su darIngo Bie san, telah
aku mendengar dari guruku, Kim Teng siangjin tentang
loocianpwee, maka itu sekarang aku dapat bertemu dengan
loocianpwee, aku bersyukur sekali."
Kheng Hong mengangguk dan tertawa, "Sebelum gurumu
itu mengetuaIngo Bie Pay. pernah tiga empat kali aku
bertemu dengannya, ia bilang. "Sekarang ini tentulah ia telah
maju pesat dan tetap sehat walafiat."
"Terima kasih, loocianpwe, guruku itu tidak kurang suatu
apa," sahut anak muda itu, yang lantas berpaling kepada
Nona Lan. Kheng Hong dapat menduga hati si anak muda.
"Kheng Hiantit telah turun gunung, adakah kau sedang
menjalankan tugas dari gurumu?" ia tanya.
Tiang siu menjura pula. "Tidak. loocianpwee, cuma untuk merantau saja."
jawabnya, 771 "Bagus Aku juga tidak ketentuan tujuanku, melainkan
sekarang kami lagi mau pergi ke Utara mencari satu orang.
jikalau hiantit suka, mari kita pergi bersama."
Tiang siu girang sekali, itulah apa yang ia harap. "Aku suka
sekali, loocianpwee," katanya, mengucap terima kasih.
"Baiklah, Mari aku ajar kau kenal dengan ke tiga kawanku."
Ketika diajar kenal dengan Nona Lan, sInona cuma
bersenyum, tetapi mata si anak muda bercahaya, Nona itu
tidak memperhatikan sinar mata orang itu, ia tidak mengerti,
sebenarnya pikirannya lagi diamuk peristiwa-peristiwa aneh
hari itu, ialah tentang patahnya cabang pohon tidak keruan,
kertas yang nempel dipunggung Cin Tiong siang Koay serta
jatuhnya pedang Pa san Tiauw barusan.
Ia menduga ada orang yang main gila, siapakah orang itu"
Pada otaknya melainkan berpeta wajahnya seorang yang ia
kenal. A y Hong sok mengeluh perutnya iapar, ia berjalan dengan
berlari lari menuju ke kota Kay hong, Kheng Tiang siu lari di
belakang orang tua ini. Nona Lan mengikutinya.
Tonghong Giok Kun dan Kiauw Yauw Cong berjalan
bersama dengan beberapa kenalan mereka yang pun lekas
meninggalkan panggung Ie ong Tay, hingga suasana di
panggung itu menjadi sunyi lenyap seperti sediakala kecuali
siurannya sang angin. Ketika sang pagi muncul, dijalan gili Si Liong Teng atau
Paseban Naga, terlihat seorang pelajar umur lebih kurang
tigapuluh tahun, ia berkulit kuning gelap. Baju luarnya yang
panjang terbuat dari sutera putih, ia mempunyai dada lebar
dengan pinggang ceking. Ia berjalan perlahan tetapi sang angin meniup hingga
tangan bajunya berkibaran-Nampaknya ia tenang sekali.
Kiri dan kanan gili gili adalah air telaga yang bening dan
tenang, airnya berombak-ombak. Di situ ada sejumlah bebek
772 putih berenang pergi datang. Kedua tepi telaga gundul,
rumput rumput belum bersemi
Tiba tiba terdengarlah suara genta dari kuil Hauw Giam sie
di sebelah barat telaga. Mendengar itu, si pelajar menoleh ke
arah kuil itu. Tengah ia memandang itu tiba tiba telinganya
mendengar suara penggayu, apabila ia berpaling, ia melihat
munculnya sebuah perahu kecil dari antara gumpalan pohon
gelaga. Cepat lajunya perahu ke arahnya, Di atas perahu nampak
seorang tua dengan kumis jenggot panjang sampai di dada.
Lekas perahu tiba di pinggiran, dekat s pelajar.
"Eh, Cia Laotee, apakah kau tidak mau turun ke perahu ini
untuk memasang omong?" tanya orang tua itu.
Pelajar itu yang bukan lain daripada Cia In Gak bersenyum.
si orang tua juga bukan lain orang daripada Yan-in Tayhiap.
jago dari Yan-in, ialah Tiat Cie sian wan Pek Ie si Kera sakti
Jeriji Besi, orang yang menjanjikan pertemuan di Liong Teng
itu. In Gak melihat ke sekitarnya, Tidak ada orang lain di situ,
ia menyingkap ujung bajunya, ia menjejak tanah, lalu dengan
enteng ia lompat ke perahu.
"Pek Tayhiap. lihay matamu" ia kata tertawa. "Cara
bagaimana kau dapat mengenali aku yang muda?"
Pek le tertawa sambil bertepuk tangan.
"Dari mulutnya Kiu Cie sin Kay Chong sie aku mendapat
tahu laotee gemar menyamar, oleh karena itu aku senantiasa
mengingati saja kepada potongan tubuhmu," ia menjawab,
"Begitulah satu kali lihat saja aku mengenali kau. Mari kita
pergi ke tengah telaga kedalam rujuk gelaga."
In Gak bersenyum, ia mengangguk.
Maka menggeleserlah kendaraan air itu ke tengah-tengah
telaga... -0O0000OOTiraikasih Website http://kangzusi.com/
773 Untuk kota Kay-hong, Liong Teng ialah suatu tempat
terkenal. Telaga bagian timur ialah yang disebut Phoa ouw,
sedang yang bagian barat dinamakan Yo ouw, Phoa ouw
didapat darInamanya Phoa Jin Bie, dan Yo ouw darInama Yo
Giap, keduanya orang kenamaan dari jaman Pak song, Song
Utara. Dan kuil Hauw Giam sie itu termasuk sebagian bekas
gedung keluarga Yo di jaman dahulu itu. Yang sedikit luar
biasa ialah Phoa Jin Bie itu penghianat dan Yo Giap adalah
jenderal yang setia, sekarang In Gak dan Pek Ie berkumpul di
tengah-tengah telaga. Tiat Cie sin wan mengurut kumisnya. "Aku si orang tua
ialah sahabatnya mendiang ayahmu, maka itu suka aku
membantu kau hiantit," berkata ia tertawa, "Pasti sekali sakit
hati ayahmu mesti dibalas, hanya pada itu harus hiantit ingat
pembilangan bahwa buat seorang kuncu pembalasan
dilakukan sampai sepuluh tahun masih belum terlambat.
Apapula di dalam halnya sakit hati ayahmu ini, mereka
yang mengeroyoknya terdiri dari pelbagai partai, sesat dan
lurus. Dengan sebatang kara mengguncangkan Rimba
Persilatan, itu bukanlah perbuatan yang cerdik. Menurut aku,
meski urusan besar sekali bekerja perlahan adalah paling
sempurna." ia berhenti sebentar, ia tertawa pula, baru ia
melanjuti. "Sekarang ini orang orang dari tingkat tua, yang biasa
berdiam diri diatas gunung atau di dalam rimba, banyak yang
muncul pula dalam dunia Kang ouw, sepak terjang mereka itu
tak ada yang tiada sangkutannya dengan dua hal, yang


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertama yaitu urusan kitab Pou Tee pwee yap Cin Keng.
Yang kedua ialah urusan bentroknya Hoo Kun si perdana
mentri dorna dengan Pangeran Kee chin ong, hingga
keduanya berebut mengundang orang-orang lihay, untuk
membikin pepak sayap masing-masing, saudara Chong sie dan
saudara Lui Siauw Thian mengetahui keguncangan itu, maka
774 juga mereka minta aku si orang tua berangkat ke Utara
mencari kau, hiantit. Menurut saudara Chong lebih baik kita
bekerja dengan akal muslihat, kita memindahkan bencana
untuk menyingkirkan si jahat, inilah lebih baik daripada hiantit
terus terusan merantau sendirian"
"Chong Toako benar," pikir In Gak. "Di antara orang-orang
gagah yang diundang Hoo Kun dan Kee Cin ong ada orangorang
yang menjadi musuh ayahku, maka baik aku turut
pikirannya itu, aku memindahkan bahaya satu pada lain,
supaya mereka saling bunuh sendiri.."
Maka ia lantas mengangguk "Baiklah, aku setuju," ia
memberikan jawabannya. "Ada sebab lain lagi kenapa saudara Chong sie
menghendaki hiantit lekas pulang kekota raja" Pek le berkata
pula, "Itulah karena di dalam Partai Pengemis ada ancaman
bahaya perpecahan diantara golongan selatan dan golongan
Utara. Tentang jelasnya, aku tidak tahu, saudara Chong tidak
mau menerangkan padaku, Rupanya urusan sulit sekali, maka
itu membutuhkan bantuan hiantit."
In Gak lantas ingat peristiwa di Kho-kee-kauw halnya si
pengemis yang mengganas dengan ular berbisa, Perbuatan
pengemis aneh itu bertentangan sama maksud tujuan Kay
Pang. Jikalau didalam Kay Pang benar terjadi ancaman hebat itu,
baiklah hari ini juga aku nanti berangkat kekotaraja." ia
berkata. "Memang, lebih cepat hiantit berangkat, lebih baik lagi,"
kata Pek lepula. "Sekarang soal lain lagi, ialah urusan pribadi
kau, hiantit, Aku telah bersepakat dengan saudara Chong sie
dan saudara Siauw Thian bahwa kau harus lekas-lekas
menyelesaikan perangkapan jodoh mu. Kau harus tahu,
didalam kebaktian ada tiga dosa dan yang paling besar ialah
siapa tidak mempunyai turunan. Aku percaya, sekalipun
775 mendiang ayahmu ditempat baka pasti memikirkan juga
urusan pernikahanmu ini."
Mukanya In Gak menjadi merah, mulutnya kemak kemik.
"Tentang itu pernah aku pikir," sahutnya perlahan- "Baiklah
hal ini dibicarakan pula setelah aku tiba dikotaraja. siepee, kau
berniat berdiam berapa hari lagi disini?"
"Aku juga mau lantas berangkat kekota raja" sahut si
paman tertawa dan menggeleng kepala, "Aku cuma tidak mau
berjalan bersama kau, sebab itulah menarik perhatian umum."
In Gak berpikir. "Aku hendak mohon sesuatu, dapatkah siepee
meluluskannya?" ia tanya.
Pek le tertawa tergelak "Bukankah urusanmu urusanku
juga?" katanya, "Apakah itu?"
In Gak lantas tuturkan perkenalannya dengan Nona Yan
Bun anak dan ibu, bahwa ia ingin titipkan mereka itu di rumah
Kiong Thian Tan di Hoan Pek san-Chung di gunung Tiang Pek
san. Disana Nyonya Kouw nanti dapat beristirahat.
"Dapatkah siepee tolong mengantarkan mereka ke sana?"
tanya ia diakhirnya. Pek le melirik. ia bersenyum, lalu ia mengangguk.
In Gak jengah tetapi ia bersenyum.
"Ssst" mendadak ia berseru perlahan, tangannya di
mulutnya. Tiba-tiba mereka mendengar suara air digayu
perlahan. Lantas saja si anak muda menjejak perahu, untuk
berlompat ke gelaga, dari mana ia berlompat lebih jauh
kearah dari mana suara datang.
sSara menggayu itu terdengar semakin nyata. Rupanya
orang diperahu itu menggayu terlebih cepat dan keras,
mungkin dia bercuriga, Tapi In Gak telah lantas dapat
menyusul dia, dari gelaga si anak muda lompat keperahu
orang, untuk mencekuk tukang perahu itu, yang ternyata
seorang pendeta yang tubuhnya besar.
776 Tak dapat dia berkelit pundaknya segera terjambak. hingga
dia meringis kesakitan. Ketika itu Pek le telah menyusul dengan perahunya, ia
tertawa dan kata: "Aku telah menduga, kau tidak bakal gagal
hiantit, dan benarlah dugaanku"
Sambil terus menjambak pendeta itu, In Gak tanyai. "Perlu
apa kau datang kemari" siapa menitahkan kau" Lekas bicara"
Pendeta itu mengangkat kepala, dia tertawa mengejek.
"Aku merdeka, empat penjuru lautan ini ialah rumahku"
sahutnya jumawa, "Aku gemar pesiar, aku pergi kemana aku
suka. Hari ini aku pesiar disini, apa salahnya" Kenapa kau
heran tidak keruan" Bukankah telaga ini bukan milik-mu" Kau
dapat pesiar disini, kenapa aku tidak" Mana ada itu aturan?"
In Gak bersenyum melihat lagak orang. ia mengawasi, ia
percaya pendeta ini bukan orang beribadat tulen"Habis, kenapa kau melarikan diri?" ia tanya lagi bengis.
Pendeta itu mendelik, "Siapa bilang aku lari" siapa pesiar dengan perahu dia
mesti menggunaipenggaju, bukan" Aku mengaju menurut
suara hatiku, dasar kau yang curiga tidak keruan?"
Mendengar itu, Pek le tertawa, ia mengurut urut kumisnya,
tetapi ia tidak membuka suara.
"Alasanmu bagus" kata in Gak. Tapi kau ketahauilah, sudah
kebiasaan tabiatku, jikalau aku meakukan sesuatu, aku lebih
suka kesalahan membunuh orang daripada melepaskan secara
sembrono. jikalau kau tidak omong benar-benar, baik kau
rasai saja ilmuku yaitu Cit Jit souw im Toan Hun. Ilmu itu yaitu
ilmu " memutus arwah dalam tujuh hari."
Si pendeta kaget, tetapi ia menyaksikan kepandaian si anak
muda, ia berdiam, matanya dirapatkan. In Gak tertawa.
"Kau tidak mau bicara, baiklah" la lantas menotok
kesembilan jalan darah sipendeta, habis mana sambil
777 menggendong tangan ia berdiri berendeng dengan Pek le,
sembari bersenyum ia mengawasi korbannya itu.
Pendeta itu merasa tubuhnya ditotok berkali-kali, tetapi la
tidak merasakan apa apa yang luar biasa, ia membuka
matanya, ia melihat lagak orang Jenaka dan tenang, ia heran
tetapi ia berpikir. "Jikalau aku tidak mau lari sekarang, aku mau tunggu
kapan lagi?" demikian pikirnya, Begitu ia berpikir, begitu ia
menggeraki tubuhnya. ia mau lompat ke air. Tapi begitu lekas
ia mengerahkan tenaganya. begitu juga ia kaget-tak terkira
kagetnya. ia tidak bisa lompat. Tenaganya habis. bukan ia
terjun ke air, ia justeru jadi merungkut la mirip ular melingkar,
In Gak tertawa. "Sekarang lekas kau bicara, masih belum kasip" katanya,
memberi ingat, "Berbicara berarti kau menderita sedikit"
Pendeta itu seorang tauwto, ialah pendeta yang
memelihara rambut ia membandel. Dia tertawa dingin.
"Selama satu hari aku tidak mati maka kau pun satu hari
juga tak nanti hidup tenteram" katanya bengis.
In Gak tertawa pula. "Belum tentu" Katanya. "Aku nanti lihat" la menatap tajam.
Hanya sebentar, lantas pendeta itu menjadi bergelisah,
tubuhnya bergerak-gerak. la merasakan sakit seperti ditusuk
jarum pada semua jalan darahnya, ia juga merasa gatal
hingga mau menggaruk-garuknya.
Matanya lantas dibuka lebar, keringatnya lantas mengucur
lalu ia mulai merintih, rintihnya sangat tak sedap didengar
telinga. "Tayhiap... tolong... bebaskan totokanmu.." katanya
kemudian terputus-putus. In Gak tertawa. "Aku menyangka kau berotot baja bertulang besi" katanya,
kiranya kau tidak sanggup bertahan" ia lantas menotokjalan
778 darah yang dipinggang. Dengan cepat lenyap siksaan si
tauwto, ia mengeluarkan ludah Iender.
"Aku menerima perintahnya Kiong bun siang Kiat," ia kata,
"aku ditugaskan mencari Koay Ciu sie sieng Jie In. sudah dua
hari aku tiba di kota ini, belum ada hasilnya, Tadi selagi duduk
dipaseban Liong Teng, aku melihat tuan ini..." ia menunjuk
pada Pek le. "Aku ketarik melihat dia seorang diri main perahu, lantas
aku memasang mata dan menguntitnya. Aku menyewa
sebuah perahu, yang aku pakai bersembunyi dihutan gelaga
tadi. Aku melihat dia menyambut kau, tayhiap. lalu aku
mendengar, kaulah orang yang dicari Kiong bun siang Kiat,
saking girang, aku membikin sedikit berisik, karena tayhiap
curiga, aku ingin kabur, sekarang aku kena ditangkap. apa aku
mau kata..." "Apakah Kiong bun siang Kiat cuma menugaskan kau
seorang?" "Semuanya enam belas orang, Mereka dikirim ke shoasay
dan lainnya, Yang dikirim kemari cuma aku sendiri.
In Gak tertawa puas. "Kau dapat bebas dari hukuman hidup, tidak dari hukuman
mati" katanya, lalu tangannya di ulur, menotok jalan darah
Cong bun, maka sekejap saja matilah tauw too bandel itu, ia
mengeluarkan satu peles kecil dari sakunya, isinya itu serupa
bubuk kuning, sedikit dari bubuk itu dituang ke dalam hidung
si tauwto, habis itu ia tutup pelesnya dan menyimpannya pula
disakunya. Akhirnya ia mengangkat kepalanya dan tertawa.
"siepee, mari kita pergi" ia mengajak.
Pek Ie mengawasi bengong, ia merasa pemuda ini benar
benar luar biasa, gagah gesit dan cerdik, Dan telengas juga...
tapi itu terhadap manusia terkutuk. ia anggap. itulah boleh
juga..... 779 "Kau hebat, hiantit" katanya kemudian, tertawa, "Pantas
saudara Chong sie memuji tinggi sekali padamu" In Gak
tertawa, ia tidak bilang suatu apa.
Lantas perahu kecil mereka digayu pergi, untuk kembali ke
kota Kayhong, di mana suasana tahun baru masih belum
lenyap. Maka itu mereka melenyap di antara orang banyak
yang berseliweran tak putusnya . . .
Bulan pertama di kota raja Pakkhia, meski namanya musim
semi, atau permulaan tahun, hawa udaranya tetap dingin
sekali, Di luar kota, sungai sungai beku hingga kuda kereta
dapat berjalan di atasnya. Di permukaan kalipun orang dapat
berolah raga, untuk melemaskan otot otot, guna mencari
kegembiraan. Pada suatu hari, selagi angin tak meniup keras dan mega
mendung, maka dari sebuah gedung besar di dekat sip sat nay
terlihat ke luarnya seorang tua umur kira kira tujuhpuluh
tahun, tubuhnya jangkung, dan tegar, baju kulitnya dilapis
jubah biru, tangan kirinya di masuki ke dalam baju kulitnya,
tangan kanannya membuat main sepasang peluru besi, maka
di antara lima jarinya, peluru itu berputaran tak hentinya dan
bersuara juga. Di tengah jalan itu, siapa yang mengenal dia tentu
menegurnya sambil tertawa: "Selamat pagi Tan samya. Ke
warung teh, bukan" Ditanya bagitu, dia tertawa dan
menyahuti: "Udara hari ini bagus, tak gembira berdiam di
dalam rumah, ingin aku menjenguk sahabat sahabat"
Dan dia bertindak terus dengan tindakannya yang lebar.
Di gang-gang ada kedapatan salju tebal kira satu kaki, di
atas itu tertampak banyak tapak kaki, sebaliknya dari tembok
dipinggir jalan muncul cabang bunga bwee yang memberi bau
harum. 780 sesudah melalui beberapa gang, orang tua she Tan itu
keluar di jalan besar di mana ia menghadapi sebuah warung
teh yang berloteng, yang cat merahnya sudah tua dan gugus,
Tak salah lagi, itulah rumah sudah sangat tua.
Di Pakkhia itu biasanya orang ramah tamah, di warung atau
toko apa saja, asal orang menolak pintu dan masuk- lantas
pegawainya menyambut seraya menunjuki jempol dan berkata
: "Toko kami toko tua, bukan saja harganya pantas,
barangnya pun pilihan. Cobalah tuan membeli pasti tuan puas"
Juga di rumah makan dan warung tadi, pelayanannya
manis. Ketika si orang she Tan memasuki warung teh di depannya
itu, di sana sudah ada beberapa tetamu, kebanyakan yang
dikenal, maka mereka itu pada menyapa atau memberi
hormat, ia menyambut sambil mengangguk dan bersenyum.
Begitu ia memilih meja, pelayan datang dengan sapanya:
"Selamatpagi, samya" seraya terus menyuguhkan teh dan
siomai. Habis meniup daun teh dicawannya, si Tan ini minum, lalu
ia mengunyah siomai, ia memandang ke sekitar ruang, tangan
kanannya tetap memutar-mutar sepasang peluru besinya yang
licin mengkilap itu. "Sam ya," tiba tiba menyapa seorang yang yang duduk di
dekannya. Dialah seorang usia sekitar tigapuluh tahun, "sudah
beberapa hari samya tidak nampak, apa samya mengeram di
rumah saja" Tentulah samya tak ketahui segala kejadian yang
terbaru di kota raja, kalau tidak, pastilah samya sudah
berceritera kepada kita" samya itu melirik.
"Ah, bocah, kau benar tidak pandai bicara" tegurnya, "siapa
bilang aku si orang tua ngeram di rumah saja" Kemarin aku ke
luar dan dahar daging kambing dan aku melihat sesuatu yang
aneh juga" Ia berhenti bicara untuk memasuki pula siomai ke
mulutnya. 781 Orang yang menegur itu nampak girang, demikian juga
lain-lain tetamu, Mereka lantas menanti akan mendengar
ceritanya Tan samya ini. Dia sebenarnya bekas ciateng di istana sam pwelek. beileh
ketiga, seorang pangeran Boan Ciu. Dia bernama Tan Kwee,
ilmu silatnya dari bagian luar. Dialah seorang polos, yang
kerjanya setia.Justeru karena dia setia, dia merasa tugasnya


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berat. Ketika itu dia sudah berusia lanjut, tak dapat dia bergadang
setiap malam, sedang diwaktu siang, dia mesti bertugas juga,
Karena tugasnya itu, dia menjadi kurang tidur, Maka pada
sepuluh tahun yang lalu, dia minta berhenti sendiri.
Meski begitu dua kali setiap bulan dia biasa pergi ke istana
beileh untuk menghunjuk hormat pada bekas majikannya.
setiap hari dia pergi ke warung teh, untuk membasahkan
tenggorokan atau pergi menonton wayang, Dia ramah tamah,
dia pun suka ditanggap. Demikian hari ini.
"Kejadian apa tadi itu, samya?" orang bertanya.
"Sabar, Untuk berbicara, perutku mesti di tangsal dulu
sekarang ini di kota raja berkumpul banyak orang gagah, ada
yang sangat ringan tubuhnya, ada yang liehay senjata
rahasianya, hingga kita sukar mempercayainya. Dulu dulu
kecuali Kiong bun siang Koay, jarang yang melebihi aku.
Di antara kepandaian senjata rahasia itu, ada ilmu
"Menerbangkan bunga memetik daun-yang aku belum pernah
dengar..." Ia berhenti untuk menghirup tehnya, ia memandang
kepada semua orang, Mereka itu pada berdiam sambil
memasang telinga. ia tertawa ketika ia mulai bicara pula.
"Diantara orang-orang gagah itu ada Huo-goan Ci Koay Cun
keluaran partai Kiong Lay Pay, sekarang dia menjadi
Ciangbunjin, dari Kay Pang cabang propinsi In lam. Atas
permintaan kami beramai, dia telah mempertunjuki
kepandaiannya. 782 Aku sudah begini tua, baru sekarang aku dapat membuka
mataku, Koay Cun pergi ke latar dimana ada sebuah pohon
cemara tinggi lima atau enam belas tombak. Aku cuma
melihat dia membungkuk dan menekan tanah dengan kedua
tangannya lantas tubuhnya melesat naik berjumpalitan itulah
gerakan Burung Elang berjempalit. sekejap saja dia sudah
sampai diatas pohon di puncaknya. Angin kebetulan meniup
santar tetapi dia dapat berdiri tegak bagaikan dipaku. Kami
memang mengutamakan ilmu ringan tubuh, tetapi dia tak
sekali-kali meminjam cabang pohon, langsung dia melesat ke
atas..." "Tan samya," sambil berkata seorang yang menyelak.
"Ketika dulu samya masih bertugas." katanya dengan sekali
lompat saja samya dapat melintasi tembok Kota terlarang,
kenapa sekarang samya memuji tinggi lain orang, hingga
samya seperti merendahkan diri sendiri?"
Mukanya Tan samya menjadi merah, dia jengah, tetapi dia
tertawa. "Hai kunyuk" serunya, "Bagaimana kau berani
mencabut topengku" Orang yang dipanggil si kunyuk itu merengka tetapi dia
bersenyum, maka tertawalah yang lain-lain.
Tan samya melanjuti ceritanya. " Ketika Koay Cun lompat
turun dia memetik seraup daun cemara yang tajam mirip
jarum, Ketika dia mengayun tangan kirinya maka daun cemara
itu pada nancap di tiang. Heran daun demikian lemas dapat
menembusi balok, Tapi masih ada yang terlebih aneh. Ketika
dia mengayun tangannya yang kanan, maka daun cemara
yang nancap itu kena terhajar hingga keluar semuanya.
"Ai, tentulah samya menambahkan lagi garam dan kecap"
berkata seorang menggoda. "Dimanakah ada orang dengan
kepandaian begitu liehay" sudahlah jangan mengepul, supaya
jangan orang nanti tertawa sampai giginya copot"
Lain-lainnya tetamu turut tertawa hingga riuhlah warung
teh itu. 783 Justeru itu seorang tetamu yang duduk sendirian dipojokan
berbangkit untuk bertindak keluar. Dia mengenakan kopiah
pet yang dikenakannya rendah sekali hingga hampir menutup
seluruh mukanya hingga sukar dilihat wajahnya, sekeluarnya
dari warung itu yang memakai merek Ceng Hoo Lauw dia
berjalan diantara salju. Sama sekali dia tidak menghiraukan angin santar dan hawa
dingin, Dia keluar dari pintu kota barat, terus dia menuju
kebukit Siauw Ceng Ling san.
Didepan itu bagaikan dunia dari beling atau gelas. Itulah
disebabkan diwaktu seperti itu melainkan es atau salju yang
terlibat pada beberapa hari yang lalu angin besar menurunkan
salju hingga dibukit itu salju tebalnya beberapa kaki lalu
karena serangan angin Utara yang keras beberapa malam,
salju itu berubah menjadi es.
Sebenarnya, jangan kata manusia, binatang pun sukar
berjalan di atas es itu. Akan tetapi orang ini luar biasa, dia
dapat jalan dengan leluasa dan cepat. Dia terus mendaki.
Bukit Siauw Ceng Liang san dipanggil juga see san, Gunung
Barat, letaknya di barat nya kecamatan Wan-peng, puncaknya
tinggi umpama menempel dengan langit. Di Ya khia ada
delapan tempat yang pemandangan alamnya tersohor dan see
san salah satunya, untuk keindahan esnya ini.
Dilamping bukit ada pula kuilnya dengan patung Budha
yang besar serta ribuan pohon bwee. Di ketiga musim lainnya,
tak putusnya orang pesiar ke sana terutama selama musim
semi, Hanya disaat ini bukit sepi dari manusia, kecuali orang
ini, yang akhirnya berhenti di depan kelenteng Cui Goat Am
yang terbenam dalam hutan bwee yang bunganya indah dan
harum itu. Berbareng dengan tibanya orang ini, dari dalam hutan
bweepun muncul satu orang yang segera mendahului
menegur: "Oh, Lui Jie-tee. Begini pagi kau telah sampai?"
784 Orang itu memang Kian-kun Ciu Lui Siauw Thian dan si
penegurnya ialah Kiu Cie sin-Kay Chong sie kakak angkatnya.
Siauw Thian mengipriti kopiahnya. Dia tertawa.
"Memang aku datang pagi-pagi" sahutnya, "Aku toh harus
membawa kabar. Dengan berendeng mereka berjalan masuk
ke dalam kelenting. "Benarlah, tidak salah warta yang didapat Twie-Hong Cie
wie Cian Leng" kata Siauw Thian pula, "Koay Cun ketua
cabang Partaimu di selatan telah tiba di sini dan kabarnya dia
mengambil tempat di istananya sam Pwelek. Turut rasaku,
jumlahnya anggauta Kay Pang selatan itu yang datang kemari
tak sedikit tentunya."
Matanya Chong sie terbuka lebar, "HHm" ia
memperdengarkan suara, "Dengan datangnya dia pasti bakal
ada pertunjukan yang menarik untuk ditonton-"Bagus kalau
shatee dapat datang, entahlah warta yang disampaikan Pek
Tayhiap." "Aku percaya dia dapat menyampaikannya" kata Cong sie
setelah berpikir sejenak. "Tiat Cie sin Wan itu cerdik sekali,
pasti dia dapat bekerja baik. Aku percaya shatee bakal tiba
dalam satu dua hari ini. cuma sebelum tibanya shatee, kira
harus bersiap sedia terlebih dahulu kita mesti menjaga agar
jangan ada korban, orang-orang tak perlunya diantara orangorang
Partaiku." Siauw Thian mengangguk.
Bicara sampai di situ mereka melihat munculnya dua orang
yang keluar dari perdalaman. Di belakang mereka itu turut
seorang pengemis umur lebih kurang limapuluh tahun yang
rambut dan kumisnya sudah putih seluruhnya.
Ternyatalah mereka semua dari kalangan Kay Pang, partai
Pengemis, Yang dua yaitu Jie-tiang-loo seng Hoo Tiauw Kek
Liauw Yong, si pengait dari seng-Boo dan Sam tiang lo Tektiang
siu Ang Hong si Tongkat Bambu, pengemis itu ialah Pak
Thian It Gan Sun su Wan si belibis Utara, kepala pengemis di
kota raja, Seng Hoo Tiauw- Kek Liauw Yong tertawa.
785 "Lui Losu datang pagi-pagi, entah kabar apa yang dibawa"
katanya. "Kabar genting" sahut Siauw Thian yang mengulangi
keterangannya tadi. Liauw Yong tertawa dingin, "Pengemis she Koay itu datang
dia mencari mampusnya sendiri" katanya mengeluh, Dia
mengandalkan pengaruhnya sam Pweelek dan Hoo Kun,
memisahkan diri dari Partai kita, dia mengangkat diri menjadi
kepala dari cabang selatan, sungguh dia mimpi"
Tek tiang siu Ang Hong menggeleng kepala " Liauw Loojie
jangan memandang enteng kepadanya" bilangnya,
"Kepandaiannya Koay Cun berada di atasan kita, dia juga
sangat licin. Mungkin dia juga mengandung maksud lain lagi.
ini sebabnya kenapa kemarin aku menitahkan sun su Wan
membawa lencana Cie Tang Leng hu guna di tunjuki kepada
semua anggauta kita di kota raja ini supaya mereka tetap
menyembunyikan diri dan jangan sembarang bertindak..."
Belum berhenti suaranya Ang Hong atau ke dalam situ
terlihat lari masuknya seorang
pengemis dengan tubuh berlepotan darah dan tubuhnya
pun limbung. Dia roboh dan merayap maju seraya berkata
dengan susah: "samwie Tiangloo di kuil malaikat bumi di pintu
Tay ang mui telah terjadi bencana hebat. Koay Cun ketua
cabang seatan telah datang bersama lima kawannya mereka
lantas melakukan penyerangan hingga Lie Hiu-Cu kena
ditawan begitupun Lian Leng yang lebih dulu sudah dihajar
lengan kanannya hingga patah. Cuma aku yang dapat lolos...."
Mendengar itu parasnya Tek-tiang siu Ang Hong menjadi
merah padam mendadak tubuhnya mencelat untuk lari ke luar
ke arah rimba pohon bwee. Menampak demikian, Kiu Cie sin
Kaypun lari ke luar ke sebelah kiri.
Chong sie dapat menerka sikapnya tiangloo itu. Aneh si
pengemis pembawa berita dapat lolos dari tangan Koay Cun
hingga dia dapat menyingkir ke kuil Cui Goat Am ini. Pastilah
786 ini disengaja dikasi lolos supaya dia lari pulang, hingga
gampang saja dia dikuntit, Maka si penguntit itu mesti dicari
dan dibekuk sebab berbahaya apabila dia dapat lolos dengan
selamat. Benarlah segera Ang Hong melihat seorang di jarak tiga
tombak maka sambil membentak.
"Kau mau lari kemana?" dia berlompat untuk menubruk.
orang itu berlompatan sambil
berteriak mengancam dia mengayun tangannya. Dengan
begitu tujuh titik hitam menyamber ke arah tiang loo yang
nomor tiga itu. Ang Hong menangkis sambil mengibaskan tangan bajunya,
karena mana penyerangnya dapat berlari hingga jauhnya
belasan tombak. Dia gesit sekali hingga dia membuatnya si
tiangloo heran. Tapi tiangloo ini terus mengejar.
Keduanya lantas berlari-lari bagaikan orang berkejarkejaran
main petak, jarak diantara mereka selalu kira-kira
delapan tombak. Tapi tak lama di ujung sana nampak
munculnya Kiu-Cie siu-Kay. orang itu melihat ada lain musuh,
dia berlompat ke samping rupinya dia ingin tidak kena
dipegat. Bagaikan terbang Chong sie berlompat menerkam,
seculuh jari tangannya dibuka bagaikan cengkeraman burung
atau gaetan besi. Dia berlompat dalam gerakan "sin liong tam
djiauw" atau Naga sakti mengulur kuku."
Orang itu tajam matanya dan gesit gerakannya. Dia
berlompat ke samping, setelah mana tangannya yang kanan
menyambar keatas menerkamnya itu saat mana tangkaitangkai
bunga pada rontok akibat anginnya serangannya itu.
"Sahabat, hebat Pek Hong Ciang kau" kata Chong sie, yang
tertawa berkakak. "Aku si orang tua ingin bertemu dengan
kau, mengapa kau tidak mampir saja" Kalau begitu, cupat
pandanganmu" 787 Pek Hong Ciang itu ialah pukulan Angin. Habis menyerang,
orang itu lari terus tanpa menoleh lagi, Dia lari ke arah rimba,
Atau di sana telinganya mendengar tertawa dingin, yang
menyambutnya sebab didepannya itu sudah berdiri
menantikan seng Hoo Tiauw- Kek Liauw Yong
Dia kaget hingga dia melengak, Karena ini, segera dia
terkurung, Chong sie dan Ang Hong segera dapat menyandak.
Liauw Yong bersenyum dan menanya "sahabat, mengapa
kau main sembunyi-sembunyi hingga kau tak sudi menemui
orang?" Memang orang itu selain tak sudi menemui orang juga
mukanya ditutupi topeng. Tapi
setelah terdesak itu, dia membuka topengnya, sambil
tertawa dingin, dia berkata, "Kamu bertiga pengemis tua,
beranikah kau melawan dan membunuh hamba negara?"
Kiu Cie sin Kay menatap orang itu, akhirnya dia tertawa
terbahak. matanya pun dipentang lebar.
"Oh, kiranya Lie Looya" dia berkata nyaring. "Maaf, maaf"
Lantas dia menoleh kepada Lauw Yong dan Ang Hong, untuk
berkata: "Mari aku ajar kenal Inilah...."
"Tak usah" Ang Hong memotong, tertawa dingin- "siapakah
tidak mengenal Yo eng-cu Lie Cin Tong yang berkenamaan,
kepala serse dari kantor Kie-bun Teetok. Kami si pengemis tua
tidak membunuh orang, kami tidak membakar rumah, kenapa
kami dibilang melawan diri dan bunuh pembesar negeri"
Tuduhan ini mesti di jelaskan jikalau tidak jangan harap kau
dapat berlalu dari gunung Siauw Ceng Liang san ini"
Mukanya orang itu, Lie Cin Tong menjadi merah. Tapi ia
tertawa dingin. "Tiga orang memegat aku si orang she Lie sendirian, apa
itu namanya kalau bukan melawan dan membunuh hamba
negara?" dia tanya. "Kata-kata menuduh ini cuna kamu bangsa pembesar
negeri yang dapat mengucapkan" kata Chong sie bengis,
788 "Jikalau kau tidak datang kemari dan memperlihatkan diri
asalmu, siapa ketahui kaulah Paduka Cin Lie?"
Lie Cin Tong menjadi jengah sekali. Memang dia terlepasan
omong, untuk mengancam siapa tahu dia dibaliki Chong sie,
Mukanya menjadi merah dan ia merasanya panas, dari
mulutnya cuma terdengar dumalan.
Ketika itu Lui Siauw Thian menyusul. Dia tertawa dan kata:
"Paduka tuan Lie, hebat dingin-dingin kau mendaki gunung
menjenguk kami. Pastilah kau datang kemari karena ada
maksudmu. Baiklah kita bicara dengan mementang jendela.
Kau menyebut-nyebut pembunuh hamba negara, apakah
artinya itu" Hm Marilah"
Cin Tong heran, ia tidak melihat muka orang, hingga ia
tidak mengenalinya, Muka itu ketutupan kopiah yang
dilurunkan rendah sekali. Tanpa merasa, ia menggigil


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendirinya hatinya berdebaran"Bagaimana?" tanyanya, membesarkan nyali. ia tidak
mengerti untuk kata-kata orang itu. "M arilah?"
Siauw Thian tertawa pula, "Paduka Tuan Lie, kau keluarkan
surat perintah penangkapanmu" ia berkata, sekarang ia
membuka petnya, hingga tampak wajahnya.
Lie Cin Tong tak usah menatap untuk mengenali orang ini.
Kembali ia kaget, ia tahu Kian Kun Ciu, yang kaum Kang ouw
kenal sebagai orang yang tak dapat dibuat permainan. Ketiga
tiangloo masih dapat ia pengaruhi.
Dengan meminjam pengaruh Kiu bun Teetok, dapat ia
membekuk semua pengemis di dalam kota, Tidaklah demikian
dengan si orang she Lui ini. Siauw Thian tidak mau
membiarkan orang menjublak saja.
" Lie Cin Tong" katanya bengis, "Jangan kau bermuka
tebal. Dengan pengaruhnya Kiu bun Tee-tok, siapakah yang
kau hendak ancam" Aku tidak takut, Lekas kau orang, kau
jelaskan maksud kedatanganmu kemari, atau kau nanti lihat
789 lihaynya Kian Kun Ciu Lui Siauw Thian jikalau hari ini kau
dapat berlalu dari gunung Siauw Ceng Liang san ini, aku akan
menghilang dari dunia Kang ouw"
Biar bagaimana, Lie Cin Tong toh gusar, Maka ia nekad.
"Orang she Lui, jangan mengepul" katanya nyaring. "Aku
tidak percaya kau dapat berbuat sesuatu pedaku Lie Cin Tong"
Dia lantas maju tangannya digeraki untuk menyerang.
Siauw Thian menggeser tubuhnya, ia nyamping dua
tombak. Hebat pukulannya kepala serse ini, pohon bwee dibelakang
Siauw Thian itu roboh, daun dan kembangnya rontok
berhamburan, begitu pula air esnya muncrat.
Tapi Siauw Thian berkelit bukan untuk menyingkir saja,
segera ia maju guna melakukan penyerangan membalas.
Tangan kanannya menyerang sambil tubuhnya berloncat
sedang tangan kirinya menyamber ke bawah, menotok jalan
darah hiat hay di paha orang polisi itu.
Itulah satu diantara tiga puluh enam jurusnya "Kian Kun
Ciu" atau "Tangan Im Yang " namanya "Cie thian wa tee,"
jurus "Menunjuk langit, mengaum bumi."
Cin Tong pernah mendengar lihaynya Siauw Thian, belum
pernah ia melihat sendiri, baru sekarang ia membuktikannya.
Benar benar, orang gesit luar biasa dia lihay. "Kalau ia kena
terserang itu, pasti ia bakal roboh. Maka ia mengertak gigi, ia
mementang kedua tangannya, guna menangkis diatas dan
dibawah. Siauw Thian heran. Tidak disangka sekali, orang berani
keras lawan keras, Karena penasaran ia mengerahkan
tenaganya, ia kata didalam hatinya: Jikalau aku tidak ajar
kenal lihayku terhadapmu, aku mesti jual tanganku
kepadamu" 790 Maka terjadilah bentrokan hebat, Tubuh Lie Cin Tong
terhuyung mundur tiga tindak, kedua tangannya dirasakan
sangat panas pahanya mengeluarkan darah. Luka itu cuma
terpisah sedikit dari jalan darah hian-hay yang di arah.
Siauw Thian menyerang dengan jari tangan Kim Kong Cie,
dari pinggang kebawah dengan begitu ikat pinggang Cin Tong
kena dibikin putus, dia tergurat kepaha. Meski begitu, ia
sendiri kena tertolak mundur hingga dua tindak sebab
perlawanan si serse pun hebat.
Bukan main gusarnya Cin Tong, ia jeri berbareng
mendongkol. Perutnya yang terlanggar pun terasa sakit,
Dalam nekadnya, ia mengayun tangannya, hingga tiga buah
senjatanya menyamber dengan berkeredepan, berbareng
dengan mana ia lompat kesamping,untuk terus lari kedalam
rimba. Selagi Siauw Thian bertempur ketiga tiangloo dari Kay Pang
sudah mengundurkan diri jauh-jauh, cuma tepat mereka
mengambil sikap mengurung. Tindakan ini tindakan penjagaan
sebab mereka curiga Lie Cin Tong bukan datang sendirian
saja. Mereka ingin membiarkan orang lolos, supaya mereka
dapat menguntit untuk mencari tahu dimana ditahannya Lie
Hiocu dan Cian Leng. Siauw Thian terkejut atas serangan senjata rahasia musuh.
Senjata rahasia itu meledak sebelum mengenai sasarannya.
Dalam kagetnya, ia membuang diri ke tanah untuk
bergulingan, setelah mana ia lompat bangun. Apa yang ia lihat
membuatnya giris. Es yang terkena senjata rahasia itu lumer seketika, rumput
dibawahnya menjadi hangus berwarna kuning. Tentu sekali, ia
menjadi panas hatinya. Kapan ia melihat sikapnya ketiga
791 tianloo, ia dapat membade maksud mereka. Meski begitu ia
mengejar. Jilid 10.2 : Membebaskan Hu Liok Koan dan Hu Wan
Lie Cin Tong kabur tanpa ada yang cegah, sembari lari ia
berpikir: "Aku mesti lari pulang kekora raja, Kau, Siauw Thian
akan aku tuduh kau Aku mempunyai banyak alasan Mustahil
kau tidak bakal meringkuk dalam penjara?"
Dia gali dapat lolos, Cin Tong menjadi berani pula, ia
sangat mengandalkan Koay Coan yang menjadi paman
gurunya, ia keluaran Kiong Lay Pay.
Siauw Thian masih mengejar terus. Cin Tong kabur
sekuatnya. Ketiga pengemis pun mengejar tetapi mereka
ketinggalan, sembari lari Cin Tong kata pula dalam hatinya:
"Asal aku si orang she Lie dapat turun dari gunung ini, Lui
Siauw Thian, kaulah Ikan didalam jala." la tengah berlari itu
ketika mendadak dari tikungan jalanan muncul seorang bocah.
Dengan tangan bersenjatakan sepasang poan-koan-pit dan
terus menyerang kepadanya.
Syukur ia celi dan gesit, ia tidak menangkis hanya berkelit
seraya lompat nyamping. Ketika ia berpaling ia melihat Siauw Thian telah datang
semakin dekat, terpisahnya mereka berdua belasan tombak.
"Kelihatannya aku mesti berkelahi mati-matian, kalau tidak.
sulit untuk aku turun dari gunung ini," pikirnya. Lantas ia
mengeluarkan senjatanya ialah sepasang cambuk Gia- kang
pian yang tekukannya tiga belas.
Si bocah gusar sekali. Dia mendamprat "Bangsat sangat
jahat. Kakek dan encieku ada bermusuhan apa denganmu
maka kau menggunai asap pulas menangkapnya" Tuan
792 kecilmu bersumpah dia tidak sudi menjadi manusia jikalau dia
tidak dapat mencingcang tubuhmu menjadi berlaksa potong"
Ketika itu Siauw Thian sudah menyandak. "Anak Ceng lekas
turun tangan" ia menyerukan bocah itu. "Jangan kasi dia lolos.
Dialah yang mesti mengembalikan kakek dan encie mu"
Bocah itu ialah Hu Ceng. Lui Siauw Thian tidak melainkan
berbicara ia lantas menyerang. Hu Ceng pun turut menyerang
dengan totokannya. Lie Cin Tong tidak berani alpa, ia mainkan cambuknya
untuk membikin perlawanan, ia benar hebat, ia membuat nya
kedua penyerangnya terdesak mundur lima kaki, setelah mana
ia mencelat mundur sambil dengan tertawa dingin berkata:
"Setan cilik, jangan kau sembarang menuduh. Apakah kau kira
Tuan Lie- mu ini tidak tahu siapa kakek dan dan enciemu itu
begitu juga kau" jikalau Tuan Lie mu mau membekuk orang
dia berlaku terus terang secara laki-laki sejati, tidak nanti dia
menggunai akal muslihat." Hu Ceng juga tertawa dingin.
"Lie Cin Tong" ia membentak. "jangan kau kira tuan kecil
kau gelap segala apa Tahukah kau bahwa bangsat yang
diutusmu telah aku bekuk hingga dia tidak dapat menutup
mulut terlebih jauh" Dia telah membeber semua. Masihkah
kau menyangkal." Cin Tong terkejut akan tetapi dia tertawa mengejek. Dia
ingin menyembunyikan kagetnya itu. Kedua matanyapun
dipentang lebar. "Bangsat cilik, karena kau memaksa menuduh aku, baiklah,
akan aku sempurnakan kau" katanya bengis. Tapi ketika dia
hendak menerjang Siauw Thian membentak: "Kematianmu
lagi mendatangi kau masih berani banyak lagak" sembari
membentak itu, Kian Kean Cine menyerang dengan kedua
tangannya, mengarah jalan darah Ciang boen dan khie kay.
Lie Cin Tong menggeraki cambuknya, dia menyambut
dengan hajarannya. Tak sudi dia orang duIui padanya,
793 Nyaring suaranya sepasang cambuknya itu. ilmu silat yang dia
gunai ialah jurus "Menguak mega melihat rembulan."
Dengan tangan kosongnya Lui Siauw Thian tidak berani
membentur cambuk lawan itu yang terbuat daripada besi dan
baja pilihan yang bercagak di empat penjuru, tajamnya seperti
pisau, dan diantara cagaknyapun. ada gigi giginya yang
seperti gergaji. Dengan terpaksa ia berlompat mundur, sesudah mana
tangannya terus mencekal sebatang pedang.
Siauw Thian memang terkenal untuk ilmu silat tangan
kosong dan menggunai pedang, sekarang kewalahan dengan
tangan kosong, ia mengeluarkan pedangnya itu. inilah sebab
ia sangat membenci Lie Cin Tong yang bandel itu. Hu Ceng
pun gusar bukan kepalang.
"LuiTayhiap. serahkanlah jahanam ini pada si Ceng" dia
berseru: "Untuk menyembelih ayam tak usahlah memakai
golok peranti memotong kerbau, nanti pedang tayhiap
menjadi kotor !" Itulah hinaan maka juga Lie Cin Tong gusar tak terkirakan"Setan cilik benar-benar kau berani?" bentaknya, Lantas
dengan sepasang cambuknya ia menyerang dengan sengit
sekali, iapun dapat menotok jalan darah dengan ujung
cambuknya itu yang sebenarnya merupakan ruyung lemas.
Lui Siauw Thian tidak maju pula, ia berdiri mengawasi.
Memang pernah ia mendengar, meskipun Hu Ceng hanya
seorang bocah, ilmu silatnya telah mencapai suatu batas yang
sempurna. ia ragu ragu ia toh menonton.
Hu Ceng tertawa mengejek. la maju perlahan setelah mana
ia mulai dengan penyerangannya, ia menggunai tipu silat "Si
Raja setan Ciong Hiok Tigapuluh enam Jurus." inilah tipu silat
yang terlebih liehay dari tipu silatnya sie Pu Hiap Cing Kie si
jago Bu Tong Pay. 794 Sekali bergerak saja ia telah mengeluarkan enam jurus
saling susul, sepasang poan koan pit-nyapun berkeredepan
bersinar terang, sasarannya ialah enam jalan darah Lie Cin
Tong: beng bun, cie yang, sim jie, kin ceng, khie nay dan pek
hap. Menyaksikan serangannya bocah itu, Siauw Thian kagum.
ia menduga itulah tentu buah ajarannya Cia In Gak adik
angkatnya, ln Gak pula yang memberitahukan ia hal si "anak
Ceng" ini tidak dapat dipandang enteng.
Lie Cin Tong telah memperoleh nama karena sepasang
cambuknya itu yang ia telah latih untuk banyak tahun, akan
tetapi kapan ia lihat ilmu silatnya lawan cilik ini dan
mengenalinya, ia terkejut. Diam-diam ia mencaci orangnya,
yang katanya di bekuk si bocah. Katanya: "Dia celaka, kenapa
dia membocorkan rahasia kepada bocah ini?"
Karena kaget ia lantas mengeluarkan peluh sedang
sebenarnya itu waktu hawa sangat dingin dan kadang kala
angin meniup santer membawa bunga.
Apa yang mengecilkan hatinya "Paduka Tuan Lie" ini ialah
ketika mendapat lihat datangnya beberapa orang lain lagi,
yang ia kenali adalah ketiga pengemis yang tadi
mengurungnya. syukur untuknya, mereka itu tidak lantas melotot hanya
berhenti ditempat belasan tombak, sebagai mana Lui Siauw
Thian juga tidak mengepung padanya, Maka terpaksa ia
melayani musuhnya. Hu Ceng berkelahi dengan sengit sekali-disamping ilmu silat
senjatanya yang berupa alat tulis itu, ia bertindak dengan
tindakan Kie Kiong Patwa Ceng Hoan Imyang Pou. Tepat cara
bertindak itu mengimbangi berbagai serangannya.
Walaupun liehaynya cambuknya, hati Cin Tong gentar, ia
bergelisah, Umpama kata ia dapat melayani Hu Ceng, disana
795 masih ada empat musuh tangguh bukankah itu berbahaya"
Maka ia mencoba menenangkan diri.
Hu Ceng menyerang dari berbagai penjuru, sebat sekali ia
bergerak kesegala arah, untuk membikin sepasang poan-koanpitnya
bisa mengenai jalan darah musuhnya itu.
setelah lewat sekian j urus, Cin Tong merasa kepalanya
pusing dan matanya mulai kabur. itulah alamat buruk
untuknya. Dulu-dulu tidak pernah ia, merasa demikian diwaktu
bertempur belum lama. Maka ia memikir untuk lekas
menyelesaikan pertempuran itu ia melihat senjata musuh
datang ia menyambutnya, sepasang cambuknya diluncurkan
lempang. itulah pukulan "Jit Goat Tong seng," atau "Matahari
dan rembulan naik berbareng:"
Pikirnya. "Asal kedua senjata bentrok. pit musuh bakal
tersampok, gergaji cambuknya akan menggencet Asal dia
kena tertarik muka dengan tangan kananku akan aku cekok
setan cilik ini. supaya aku bisa segera menyingkir turun
gunung...." Pikiran ini pikiran bagus sekali, akan tetapi Hu Ceng juga
ada pikirannya sendiri, bahkan si bocah terlebih gesit, otaknya
bekerja terlebih cepat. Ketika cambuknya musuh meluncur
hebat anak itu tidak menangkis atau berkelit mundur, dia
justru melejit kesamping untuk melesat ke belakang
musuhnya Tiba-ijba saja Ya eng-cu Lie Cin Tong si Burung merak
memperdengarkan jeritan yang menyayatkan dan tubuhnya
roboh diatas salju. Hu Ceng sudah menggunai kecerdasan dan kesebatannya.
Disaat ia tiba di belakang musuh, ia tidak maju lebih jauh
untuk menyerang dengan poan koan pit. Untuk itu perlu ia
mendekati tubuh musuh. Tidak. la tidak mau melakukan itu. ia justru menggunai
senjata rahasianya senjata rahasia yang berada di dalam poan
796 koan pit, ia memencet pesawat rahasianya, maka
menyamberlah empat puluh- delapan batang jarum rahasia


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bun-sin Ciam. Mereka terpisah dekat sekali satu dari lainnya- maka itu tak
ada ketikanya buat Lie Cin Tong berkelit atau menangkis,
bahkan dia terhajar tepat semua jarum rahasia itu.
Celakalah ia terhajar disaat baru saja ia memutar tubuh
hingga jarum nancap didadanya, segera ia merasakan
napasnya sesak. dadanyapun kaku, Tak dapat ia menahan
napas lagi, maka sambil menjerit itu ia roboh.
"Bun sim-Ciam" berarti "jarum yang membuat hati pepat,"
maka tepatlah nama itu dengan kejadiannya, dengan
kenyataannya. Lui Siauw Thian kuatir orang tak segera mati, dia berlompat
maju untuk menyerang guna menikam. Disaat begitu selagi
menghadapi manusia jahat, tidak pikir perbuatannya itu bakal
tercelah atau tidak. "Lui Laotee, jangan!" mendadak Chong sie berteriak sambil
dia lompat untuk mencegah.
Kian Kun Cin menikam terus, ia mendengar tetapi ia
berpura pura tidak mendengarnya. Maka berlobanglah
dadanya Lie Cin Tong, tembus dari depan ke belakang Chong
sie menyesal sekali hingga ia menghela napas sambil
membanting-banting kaki. Siauw Thian bangun sambil mengangkat tubuh Cin Tong,
sembari mengempit itu, ia menghampirkan kakak angkatnya.
"Chong Laotoa, kau membikin hatiku menggigil" katanya,
tertawa dingin, " orang mengadu jiwa untuk Kay Pang kamu,
justru memisahkan diri jauh jauh. Apakah maksudmu" jikalau
begitu baiklah aku Lui Siauw Thian, selanjutnya aku tidak mau
campur lagi urusan Kay Pang kamu"
Lantas dengan mendongkol ia menarik tangannya Hu Ceng
dan kata dengan keras: "Mari , Berdiam disini kita cuma
menghalang-halangi saja"
797 Dengan hanya beberapa kali lompat, keduanya sudah
memisahkan diri tujuh tombak. "Lui Laotee" Chong sie
berteriak. "Jangan salah mengerti Aku..."
Siauw Thian tidak menjawab, ia lari terus.
Kiu Cie Sin Kay berdiri bengong, ia lantas- didampingi
Liauw Yong dan Ang Hong, yang telak menghampirkannya.
Sembari menghela napas, seng Hoo Tiauw kek berkata:
"Dengan perbuatannya ini tanpa merasa Siauw Thian
membikin semua anggota Kay Pang ditujuh propinsi Utara
berada ditempat kematian...."
Chong sie kesohor sabar dan cerdik, akan tetapi sekarang
dia putus asa. Sekian lama ia membungkam baru ia kata
dengan perlahan- " Kelihatannya kaum pengemis harus
mengalami nasib celaka seperti seratus tahun yang lampau.
Entah berapa banyak jiwa yang mesti dikurbankan-... Dulu
hari itu, sebelum Cianpwee Cu sam Piao menjadi ketua,
pertempuran darah telah terjadi, bahkan banyak macam ilmu
silat yang istimewa menjadi terhilang karenanya, hingga ilmu
silat kita menjadi terbelakang dibanding dengan ilmu silat
partai-partai lainnya, hingga sampai sekarang ini kita belum
dapat mengangkat nama lagi. Tu Cianpwee lemah, ia
memberikan tongkat Han tiat thung kepada partai kita cabang
selatan, hal itu menyulitkan.
Partai selatan mesti tunduk pada empat lencana Cie tang
Leng Hu , entahlah kenyataannya, Lencana yang satu ada
pada Cia In Gak. maka itu sekarang kita cuma dapat menanti
dulu anak muda itu...."
Liauw Yong menggeleng kepala.
"Chong Lao toa" katanya, "walaupun ke empat Cie tang
Leng Hu dapat dikumpulkan, belum pasti Koay Tjoen suka
tunduk mentaati aturan Kay Pang..."
"Aku mengerti itu maka akupun menyangsikannya," kata
Chong sie, alisnya berkerut
798 "Koay Cunberkepala besar, kita cuma dapat mencoba
menunduki dia dengan menyebut-nyebut namanya guru kita,
Aku menyesal untuk Siauw Thian, dia cerdik dan pandai
berpikir, kenapa hari ini dia menjadi sebaliknya" sungguh di
luar dugaan Aku bukannya tidak ketahui perbuatannya Lie Cin
Tong, tetapi sebelum ketahuan apa maksudnya datang ke
mari, aku tidak mau sembrono turun tangan bahkan aku
memikir baiklah kita menguntit dia untuk mencari tahu halnya
Lie Hiocu dan Cian Leng, untuk menolongi mereka. Aku
memikir menanti Cia In Gak untuk mengajaknya berdamai.
Ssekarang Lie Cin Tong sudah mati, sulit kita bekerja, terpaksa
kita mesti mengambil lain jalan"
"Sudah, Chong Laotoa, jangan kau berduka," kata Ang
Hong bersenyum. "Busur sudah disiapkan, tak dapat
jemparing tak dilepaskan. Kita masih belum boleh putus asa.
Mari kita mengandal perlindungannya arwah Couwsu kita. Lui
Siauw Thian bukan anggauta kita, sepak terjangnya tidak ada
sangkutannya dengan Partai kita.
Taruh kata In Gak datang dia tetap orang luar, tak dapat ia
mencampuri urusan kita, tak dapat dia melampaui batas.
Mana bisa dia turut menjalankan aturan kita" Maka itu tetap
kita mesti bekerja sendiri mengandal tenaga kita sendiri saja,
sudah, Lao-toa, jangan berduka Mari kita turun gunung
menyerep nyerepi Lie Hiocu dan Cian Leng"
Chong sie tetap berduka, ia menghela napas pula. Dengan
diam saja ia mengikut ketiga kawan nya meninggalkan
gunung Siauw Ceng Liang san itu untuk menuju ke kota raja.
Gunung Barat itu tetap dalam kesunyian, tetap
dipermainkan sang angin dan salju, Dilain pihak awan
mendung menaungi kota Pakkhia, dimana bencana
mengancam kaum Rimba persilatan-0000000-BAB 24 799 Ay Hong Sok berlima telah melakukan perjalanan mereka
menuju ke kota raja di mana hawa udara tetap buruk karena
dinginnya. Perjalanan ini didesakkan Lo sat Giok-lie Nie Wan
Lan, si nona berandalan, hanya sekarang nona itu lagi sangat
berduka, sepasang alisnya berkerut, bercokol di atas kudanya,
tak henti nya menghela napas, ia tergoda sang asmara-sang
cinta yang selama beribu-ribu tahun tetap bermain-main
diantara muda mudi. Giok Siauw Hiapsu Kheng Tiang siu mendampingi nona Nie,
senantiasa menghibur, percobaannya itu tidak ada hasilnya.
Tetap di nona terbenam dalam kedukaan, Didepan matanya
melainkan berpeta bayangan dari seorang pemuda yang
tampan dan gagah, yang menggiurkan hatinya...
Kheng Tiang siu tidak ketahui sebabnya kedukaan sinona,
ia cuma mau menerka, tidak berani ia menanyakannya.
Karena keras keinginannya, ia jadi cuma minta keterangan
pada Kim Yauw Cong dan Tong-hong Giok Kun.
Akan tetapi ke dua anak muda ini melainkan menjawab ia
dengan gelengan kepala...
Didala m partai Ngo Bie pay Tiang Siu bukan sembarang
pemuda, Disamping kepandaiannya, ia tampan- Diantara
saudara saudara seperguruannya yang wanita, ialah pemuda
yang diidam-idamkan, akan tetapi mengenai asmara, matanya
melihat keatas, Adalah setelah melihat Nona Nie, pandangan
matanya menjadi turun kebawah, ia tidak tahu adakah itu
jodoh atau godaan belaka.
Nie Wan Lan mulanya tak mendapat tahu anak muda itu
menaruh hati padanya, ia menyangka orang berbaik hati
seperti sahabat biasa saja. Baru kemudian ia melihatnya dari
sinar mata orang bahwa itulah bukan perhatian yang wajar.
Karenanya sendirinya ia pun menjadi berbalik menaruh
perhatian juga. 800 Diam-diam ia suka mencuri lihat wajah si anak muda, orang
tampan tetapi pada itu tak ada sesuatu yang menarik hati
seperti ketampanan In Gak. ia sendiri tidak tahu apa itu
"sesuatu." Tiang siu ini cuma cukup menarik seperti Tonghong
Giok Kun lain tidak... Perjalanan di musim salju itu sulit, hawanya dingin, angin
seperti bertiup menahan dan menolak rombongan lima orang
ini, akan tetapi mereka maju terus tak perduli kuda mereka
meringkik apabila kebetulan angin menyamber keras sekali.
Perjalanan dari An yang ke Ham tam cuma seratus lie lebih
akan tetapi sudah lewat tengah hari, yang dilalui baru separuh
saja. Ketika itu cuaca guram hingga langit terlihat seperti
waktu magrib. Kheng Hong bersama Kiang Yauw Cong dan Tong hong
Giok Kun melakukan perjalanan dengan lebih banyak
bungkam, antara mereka seperti tidak ada juga. Lain dengan
Kheng Tiang siu, pemuda ini menemani Wan Lan, ada saja
yang dia bicarakan, bicara dengan gembira sering sambil
tertawa atau bersenyum. Baru kemudian, melihat cuaca buruk. si orang tua tertawa
dan berkata dengan nada tinggi: "Mungkin dalam satu dua
hari, angin dan salju tak akan berhenti atau mungkin turunnya
salju semakin hebat, Untuk kita si manusia tak apa, tidak
demikian dengan kuda kita, yang dapat mati kedinginan-.
Menurut aku si orang tua, baiklah kita singgah didepan, untuk
berdiam barang satu atau dua hari, Bukankah kita tak perlu
lekas lekas tiba di han tam" Bagaimana pikiran kamu?"
Kata-kata itu benar, anak anak muda mengangguk
menyatakan kesetujuan mereka.
Wan Lan ingin lekas tiba dikotaraja untuk dapat bertemu
dengan In Gak. akan tetapi melihat sikap kawan kawannya, ia
801 terpaksa menutup mulutnya, ia malu untuk mengutarakan
keinginannya berjalan lekas-lekas....
Dalam hidupnya, manusia itu tak akan terhindar dari
kedukaan dan bergirang, dari berkumpul dan berpisah, seperti
rembulan ada waktunya terang jernih dan gelap guram,
demikian pula dengan cuaca, itulah kehendak alam, manusia
tak dapat menampiknya. Wan Lan ditengah jalan ini memikirkan itu, maka bagaikan
ngelamun, ia kata dalam hatinya: "Untuk apa aku hidup"
Untuk apakah?" Tanpa merasa, matanya merah, air matanya
mengembang Hampir ia menangis- ia menghela napas...
Lagi setengah jam maka di depan mereka terlihat sebuah
rumah terpisahnya diri mereka melainkan seratus tombak
lebih, Tak tempo lagi, mereka mengeprak kuda mereka, untuk
dilarikan ke arah rumah itu.
Kebetulan sekali, itulah rumah penginapan yang pintu dan
mereknya diberi berwarna hitam, huruf-huruf mereknya sudah
guram, Langsung mereka memasuki pekarangan dalam hingga
mereka menampak pekarangan itu lebar, dikiri dan kanannya
ada masing-masing sebuah gubuk dimana sudah tercangcang
belasan ekor kuda. yang semua kakinya bergedokan, rupanya
sebabkan hawa yang dingin sekali.
Mereka lantas menambat binatang tunggangan mereka,
untuk lekas masuk ke dalam hotel.
Seorang pelayan menunjuki mereka kamar. Di sini- dalam
setiap kamar ada pembaringan tanah dikolong mana ada
perapian atas tahunan dengan kotoran binatang sebagai
umpannya. "Hai, panas, panas sekali" kata Wan Lan begitu ia berada
didalam kamar, ia lantas mengeluarkan saputangan untuk
menyusut peluhnya. 802 Kheng Tiang siu pun merasai hawa panas itu, ia agaknya
sangat menaruh perhatian kepada si nona hingga tanpa
merasa ia kata: "Nie lie-hiap. kalau hawa panas sekali
mengapa kau tidak buka baju?"
si nona menoleh mengawasi dengan mata di buka lebar
pada anak muda itu. Tiang siu tidak mengerti maksud orang, ia heran katanya
dalam hati: "Aku bermaksud baik bukan" Aku tidak bermaksud
apa-apa, kenapa dia agaknya kurang senang" Ah, orang
perempuan dasar.." Tonghong Giok Kun dan Kiang Yauw Cong tertawa lebar
"Bocah, kau tidak pandai bicara" kata mereka menggoda.
Baru sekarang orang Ngo BiePay itu mendusin mukanya
lantai menjadi merah, ia membungkam tetapi di dalam hati ia
menyesalkan diri sembrono dan tolol.....
Ketika itu pelayan muncul pula, "Eh, mari kau" berkata Ay
Hong sok. "Lekas kau menyediakan kami barang makanan.
Lekasan" Dan ia menyebutkan barang-barang yang
dipesannya. "Baik, tuan," kata pelayan itu yang lantas
mengundurkan diri. Berbareng dengan berlalunya pelayan, di luar pintu
berkelebat satu bayangan, Kheng Hong semua tidak
memperhatikannya Di tempat penginapan biasa saja tetamu
tetamu mundar- mandir. Tidak lama mereka sudah mulai minum dan dahar. Hawa
dingin membuat mereka minum hingga mereka separuh
sinting. Cuma, Nona Nie yang minum sedikit air kata-kata, Ay
Hong sok gemar bergurau, ia lantas bicara secara jejaka
hingga ramailah mereka tertawa, Wan Lan tertawa sampai ia
menekan perut hingga ia menahan napas...
Belum lama pelayan tadi muncul di depanpintu kepalanya
ditongolkan, agaknya dia mau bicara tetapi bersangsi.
803 Ay Hong sok melihatnya, ia mengawasi dengan mata
disipitkan- Akhirnya pelayan itu berkata juga: Tuan, bukankah tuan
tuan datang kemari dengan menunggang kuda?" segera
Kheng Hong menduga jelek. "Benar" sahutnya keras, matanya
dipentang. "Kenapa?"
"Celaka" pelayan itu berseru. "Beberapa tetamu yang pergi
barusan, mereka pergi dengan menuntun kuda tuan-tuan. Aku
heran tetapi aku tidak berani menegur mereka itu..."
Parasnya Kheng Hong menjadi berubah, Kuda saja belum
berarti seberapa tetapi nyali besar orang orang itu yang berani
mencuri kuda di rumah penginapan dengan caranya itu
Bukankah orang sengaja mencari gara-gara" Bukankah orang
berbuat begitu guna memancing
mereka" "Bagaimana potongan tubuh dan roman mereka?" ia tanya.
Pelayan itu menuturkan sebegitujauh yang dia ingat.
"Itulah rombongannya Liong-bu su Kay dan Law Keng Tek"
kata Kiang Yauw Cong,

Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebaliknya daripada gusar, Ay Hong sok tertawa. "Bagus
bocah" dia berseru, "Bakal ada keramaian."
Baru sekarang dia berlompat ke luar, disusul keempat
kawannya, setibanya diluar mereka memperhatikan tapak kaki
kuda guna mengetahui ke mana orang telah menuju.
Cuaca mirip magrib memperlihatkan segala apa berwarna
abu-abu garam, Angin meniup santer, menerbangkan banyak
bunga salju: Di pekarangan luar penginapan tidak nampak
orang lainnya salju membuatnya orang sukar membedakan
yang mana sawah dan yang mana jalanan, bahkan peng
empang penuh salju. syukur karena masih baru, tapak kuda masih dapat dilihat
samar-samar maka Ay Hong sok semua mengikuti itu, setelah
804 jalan tujuh lie kira-kira tampak kaki itu berpencaran ketiga
jurusan timur barat dan utara.
"Hmm" orang hendak mencerai- beraikan kita," kata Kheng
Hong sambil menghentikan tindakannya. "setelah kita
berpencar rupanya mereka pikir gampang untuk menghajar
kita. Bagus pikiran mereka itu"
"Kita pulang" kata Wan Lan mulutnya mencibir. "Angin dan
saljubeginibesardan kita mengejar bangsat yang tak nampak
bayangannya sudah tidak bagus Apakah artinya tidak ada
kuda" Bukankah dapat kita membelinya pula" Tak usah kita
melayani mereka itu"
Luar biasa sikapnya nona ini hingga Ay Hong sok tertawa
riang, jikalau Lo sat Gioklie demikian murah hatinya, ia
berkata "aku keterlaluan jikalau aku memaksakan hendak
menyusul terus mereka itu. Naah mari kita kembali"
Mereka lantas memutar tubuh untuk pulang mereka perlu
berhati-hati. Disaat mereka
hendak berlompat mendadak dari sebuah pohon bwe
disamping mereka yang cabangnya banyak dan daunnya
gompyok bagaikan payung ada beberapa bayangan abu abu
berlompat turun, Kemudian ternyata itulah disebabkan mereka
mengenakan baju terbalik.
Bahkan satu diantara nya seorang tua dengan muka
berewokan seraya mementang kedua tangannya berlompat
kepundak Wan Lan, itulah cara lompat "Elang menyamber
kelinci." Biasanya penyerangan secara demikian diiringi dengan
suara angin keras tetapi ketika itu selagi angin utara meniup
santer samberan-angin itu tak ada sama sekali Nona Nie tidak
merasakan sesuatu sampai orang telah datang dekat tapi
sekarang sudah terlambat, pedang yang ditaruh dipundaknya
telah kena orang samber. saking terkejut ia memutar tubuh sambil menyerang
mulutnya membentak "Bangsat kau cari mampus"
805 Gagal serangan itu, si orang tua sudah melejit lebih dulu,
Dia tertawa terbahak. "Melihat kau suka mengantar prdang suka aku memberi
ampun pada kau, budak" katanya, Ay Hong sok berempat lagi
berlompat akan tetapi si orang tua sudah memisahkan diri
tujuh atau delapan tombak dimana ia berdiri bersama
beberapa kawannya, ia mengawasi sambil bersenyum.
Orang tua itu ialah Hui Thian Auw cu Law Keng Tek
bersama empat siluman dari Liong- bun serta beberapa orang
Kang ouw lainnya yang tidak dikenal. Mukanya Wan Lan
menjadi merah. ia malu dan murka pedangnya itu, Cing song
Kiam, pedang pusaka Yan san sie-Nie, yang di wariskan
kepadanya yang ia sayang bagaikan jiwanya. Diluar
dugaannya, pedang itu dirampas orang secara begini rupa,
Maka lupa segala apa ia berlompat kearah si orang tua.
Liong bun ngo Koay berdiri di depan Law Keng Tek. melihat
si nona berlompat, mereka bergerak bukan untuk
menghalang, justeru buat membuka jalan.
Kheng Tiang siu melihat si nona maju tanpa senjata, ia
turut maju seraya menyiapkan serulingnya.
Ay Hong sok bertiga turut maju ketiganya tanpa membuka
mulut Kiang Yauw Cong dan Tonghong Giok Kun menghunus
pedang mereka, Law Keng Tek tertawa melihat datangnya si
nona terus ia lompat kesamping kanan. sembari menyingkir itu
kembali ia berkata terbabat
Wan La n tidak mengambilperduliorang menjingkir ia maju
pula terus ia menyerang dengan kedua tangannya.
Keng Tek liehay, tidak kena ia diserang, ia tidak membalas
menyerang, hanya sembari menuding ia kata bengis "Aku si
orang tua telah membilangi kau, memandang pedangmu ini
suka aku memberi ampun jiwamu, tetapi karena kau
memaksa, tak dapat aku menunjuki kelemahan" sekarang ia
806 menggeraki tangannya untuk menyambut serangan ia
mengibas. Ia tersohor untuk ilmu silatnya yang diberi nama Tiat siu
Keng- kong atau tangan Baju Besi.
Benar hebat jago tua ini, begitu terkibas tubuh Wan Lan
terhuyung mundur. Kheng Tiang siu telah tiba, ia terus menyerang dengan
serulingnya, dengan begitu dapat ia mencegah si nona kena di
desak, Keng Tek melihat ilmu silat pemuda ini luar biasa, ia
menyedot napasnya membikin
dadanya ciut, berbareng dengan itu ia menarik pulang
tangannya untuk meogibas kepada pemuda ini.
Tiang siu merasai samberan angin keras dan tajam, ia
berlompat ke samping sekira satu tombak habis mana, kakinya
menjejak. untuk berlompat pula guna mengulangi
serangannya. Kali ini serulingnya mengasi lihat sinar merah berkelebatan
sebab serulingnya itu ditabur dengan sembilan biji kemala
merah mirip bintang. Sembari tertawa, Keng Tek berkelit. Dia tertawa dan kata
nyaring: "sekarang ini aku si orang tua mempunyai urusan
penting, tak sempat aku melayani kamu sampai kita bertemu
lagi saja" Kata kata ini disusul dengan lompatan mundur pesat
maka sebentar saja ia sudah menjauhkan diri belasan lombak.
dari mana ia terus lari hingga ia lantas seperti menghilang
didalam salju. Wan Lan penasaran sekali, ia lari mengejar, Kheng Tiang
sioe berkuatir untuk si nona, ia pun lari akan tetapi ia
merandak ketika mendadak dari sampingnya muncul seorang
tua dengan tubuh besar dan kekar, umurnya kira-kira
enampuluh tahun, kumis-jenggotnya yang putih memain di
antara siuran angin, cuma punggungnya agak melengkung.
807 Di dadanya dia memakai sepuluh biji kancing mirip gelang,
dia bermata tajam, begitu mengawasi dia menegur: "Kau
pernah apa dengan si hweeshio tua KimTeng?"
Panas hatinya pemuda ini, orang sangatjumawa, "Pernah
guru" ia menjawab keras, "Apa mau mu menanyakannya?"
orang tua itu tertawa bergelak.
"Benar-berar mataku si orang tua tidak keliru" katanya. "
Ketika barusan kau menyerang Law Toako aku lantas
mengenali jurus jurusnya si kepala keledai gundul Kim Teng
itulah jurus jurus dari kepandaian ilmu serulingnya yang
kesohor yang bernama Kiu im Hong lo"
Mendengar begitu, Tiang siu terkejut ia tidak nyana orang
kenal ilmu serulingnya itu, yang berarti bayangan Merah
sembilan suara. "Kau siapa" ia terpaksa menanya.
Mata orang tua itu mendelik, "Aku tidak mau mendustai
kau" katanya nyaring, "Aku ialah Kiu cu bo Lia Hoan le Goan
Kay yang dulu hari pernah dikalahkan oleh si keledai kepala
gundul Kim Teng itu, Aku dapat menimbang, sekarang tidak
suka aku melukai kau asal kau dapat meloloskan diri melawan
aku sepuluh jurus, kau dapat lari pulang untuk mengasi kabar
kepada Kim Teng si gundul itu: Kau bilangi dia nanti setengah
tahun lagi aku akan datang sendiri ke gunungnya, guna
mencuci maluku dulu hari itu"
Kaget Tiang sioe mengetahui-orang ialah begal tunggal
yang kenamaan asal dari gunung
Ong ok san. Memang gurunya pernah memberitahukan
liehaynya begal ini. Dulu hari itu gurunya baru dapat mengalahkan dia sesudah
bertempur dua ratus jurus lebih, dikalahkan dengan tipu silat
"Tanhong Lay Gie" atau "Burung hong memberi hormat, salah
satu jurus dari ilmu seruling kemala itu.
808 Sekarang orang mengancam akan menyateroni lagi
setengah tahun, mestinya dia telah memperoleh kemajuan
pesat, Meski demikian, untuk nama baik gurunya, tidak dapat
ia menunjuk kelemahan ia bersenyum.
"Kiranya kaulah Ie Loosiu" ia kata "Loosiu hendak memberi
pengajaran baiklah suka aku menemani."
Ie Goan Kay tertawa menyeringai "Bagus" serunya, ia
lantas membawa kedua tangannya kedadanya, lantas ia
membuka sepuluh kancing yangtapak jalak itu. maka dilain
saat, tangannya sudah mencekal sepasang senjata senjatanya
yang putih terang seperti salju.
Tiang siu terkejut melihat senjata itu, yang luar biasa,
Kedua ujungnya bundar seperti gelang mirip bulan sebelah,
didalamnya ada giginya mirip garu. Gigi gelang yang kiri
lempang, gigi gelang yang kanan bengkok seperti gaetan.
Di belakang gelang ada rantainya yang bundar bersambung
sembilan mirip duri, dibagian gagangnya ada pelindungnya,
seluruhnya senjata aneh itu panjang lima kaki enam dim, jadi
dipadu dengan serulingnya, ia kalah separuh.
Jadi itulah gelang Kiu cu bo Lian Hoan, yang berbareng
dipakai Ie Goan Kay sebagai julukannya. Meski begitu, sudah
terlanjur, ia tidak mau mundur, bahkan ia mendahului
menerjang. sinar merahnya lantas berkeredapan, mengikuti
ujung seruIingoya mencari pelbagaijalan darah.
I e Goan Kay meski memuji orang dapat bersilat demikian
liehay hampir menyamai liehaynya Kim Teng Hweeshio, ia
tidak takut, ia lantas melawan. Aneh senjatanya itu, yang
nampaknya bergerak secara kacau akan tetapi membuatnya si
anak muda bingung, maka segera juga dia terdesak, tak
pernah dia dapat merapatkan diri,justeru untuk menotok, dia
mesti datang dekat, senjata lawan lebih panjang, dia mesti
menjaga dirinya diri senjata aneh itu.
809 Beberapa kali senjata bentrok lantas tangannya terasa
bergemetar, bahkan hampir serulingnya tergaet terlepas.
Dengan lekas sudah lewat delapan jurus. Tiang siu
bermandikan peluh, hatinya bergelisah. la tahu, lama-lama ia
bisa celaka, Maka ia mengharap dapatlah ia melawan sampai
sepuluh jurus. Apa mau ia pun berkuatir untuk keselamatannya Nona Nie.
tanpa merasa, semangatnya berkurang.
Tengah bertempur itu mendadak terdengar le Goan Kay
tertawa seram, tangan kanannya menyerang.
Melihat demikian, Tiang siu berlompat tinggi untuk
menyerang dari atas turun ke bawa bila hendak mendahului.
Kembali le Goan Kay tertawa seram. sambil mendak kedua
senjatanya diangkat ke atas
guna menangkis, hanya di tengah jalan gelang nya yang
kanan diteruskan ke arah pinggang si anak muda.
Tiang siu terancam bahaya, dengan mengerahkan
tenaganya ia mencoba berkelit, buat berjumpalitan, untuk
melesat dua tombak jauhnya. itulah gerakan "ikan gabus
melompati cintu naga" sementara itu serulingnya bentrok
dengan gelang lawan, hingga ia merasakan tangannya sakit
sampai di lengan. le Goan Kay tidak menyerang pula, dia tertawa bergelak
gelak. "Hai, bocah yang baik, nyata kau dapat lolos dari sepuluh
jurusku" katanya. "Tidak dapat aku tidak menghormati katakataku
maka itu lekaslah kau menyingkir.Jikalau lain kali kau
bertemu pula denganku tidak nanti kau dapat ampun" Katakata
itu disambung pula dengan tertawanya yang nyaring dan
panjang. Mukanya Tiang siu menjadi merah, tanpa membuang apa
apa ia lari ke arah ke mana Nie Wan Lan lari menyusul Law
Keng Tek. la masih mendengar suara tertawa musuhnya.
810 syukur ketika ia bertempur itu disitu tidak ada lain orang kalau
tidak tak tahu ia di mana ia mesti menaruh muka...
Wan Lan panas hatinya, ia sangat gusar dan penasaran
maka itu ia terus mengejar Law Keng Tek, hingga mereka
berlari lari di antara jarak lima atau enam tombak satu dari
lain- Keng Tek mau menggoda si nona, beberapa kali ia menoleh
ke belakang sambil tertawa hingga Wan Lan mesti mengertak
gigi untuk mencegah dadanya meledak. Tanpa merasa mereka
sudah melalui tujuh lie, Pula aneh larinya Keng Tek tidak lurus
hanya berliku liku. Akhirnya Wan Lan merasa heran hingga ia berpikir:
"Dengan main uber-uberan begini rupa sampai kapan aku
dapat menyandak dia" Terang sekali bangsat tua ini hendak
membikin aku roboh saking letih sendiri Tapi tak nanti aku
membiarkan dia mendapat hati. Maka itu sembari terus lari
mendadak ia berlompat maju, mulutnya berseru, dua
tangannya diayun-Maka dua raup jarum Bwee hoa Ciam
meluncur ke arah Law Keng Tek.
Hian Thian Auw cu seperti mempunyai mata di
punggungnya, ia terus lari berlengkok sana dan berlengkok
sini, dengan begitu tidak ada jarum mengenai tubuhnya, la
tahu ia diserang dengan senjata rabasia, maka kali ini ia kata
bengis: "Budak. kau telengas, kau tidak dapat ampuni"
Ketika itu si nona dapat mendekati maka Keng Tek
mengibaskan tangannya yang kiri, dua jari dari tangannya itu
diluncurkan ke arah dada.
Di dalam keadaan seperti itu, Nie Wan Lan tidak sempat
berdaya lagi, selagi ia mau menangkis kebutan "Tiat siu Kiong
kang" ia telah kena didului, tengah ia terhuyung, jeriji tangan
lawan mengenai sasarannya, seketika juga ia merasai
tubuhnya kaku, kepalanya pusing, matanya berkunang, terus
ia roboh tak sadarkan diri.
811 Keng Tek girang bukan main, ia tertawa sendirinya, Lantas


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia membungkuk guna mengangkat tubuh si nona, atau ia
mendengar dampratan: "Bangsat, jangan kurang ajar" suara
itu di susul tibanya satu tubuh seperti bayangan, anginnyapun
menyambar keras. ia kaget maka ia membuang tubuhnya
untuk berguling ke samping sembari membuang diri ia
mengibas. Ketika membuang diri itu, ia merasai pundaknya terbentur
sesuatu. Dengan cepat ia berlompat bangun, ia melihat satu
orang berdiri di depannya tangannya memegang pedang yang
tadi ia rampas dari Wie Lan, ia mengawasi la mendapatkan
satu anak muda yang romannya gagah dan tampan yang
sepasang matanya sangat tajam.
Sekelebatan ia iagat keterangannya le Goan Kay halnya si
anak muda she Giam yang di ketemukan di Kho tea kauw.
Diam diam ia kaget, tetapi dia membentak: "Bocah, apakah
kau si bocah she Giam yang di Kho kea kau sudah
mencampuri urusan piauw dari Thian Ma piauw Kiok?"
Anak muda itu menyahut, sabar tetapi suara nya bengis:
"Tidak salah. Mata anjingmu tidak salah melihat. Kau sudah
tahu aku, mengapa kau tidak mau lantas menggelinding
pergi?" Hoan Thian Auw cu, si Elang Menembusi Langit tertawa
lebar. "Ketahui olehmu. aku si orang she Law mencari kau bukan
satu hari" katanya keras, "sekarang kita bertemu disini, itulah
kehendak Thian Yang Maha Kuasa orang she Giam, jangan
kau harap yang kau nanti dapat pulang dengan masih
bernyawa" orang muda itu, yang berpakaian serba hitam,
nampaknya tidak senang. "Mendengar suaramu ini, kau mestinya Hoan Thian Auw-cu
Law Keng Tek " dia berkata, "Kita tidak bermusuhan satu pada
lain, mau apa kau cari aku" sebaliknya tidak menyangka
812 sekali, kau seorang tua yang kesohor, kau sekarang menghina
seorang nona remaja yang lemah Adakah itu perbuatan
seorang jago" Apakah tak cukup kau mendapat malu di depan
kantor Thian Ma Piauw Kiok?"
-00000000- Paras-mukanya Keng Tek menjadi merah padam danpucatpasi
bergantian- Malu ia atas disebut-sebut robohnya didepan
kantor Thian Ma Piauw Kiok itu. iapun menduga kepada
seorang tua yang namanya kesohor tidak tahunya orang
begini muda. "Orang she Giam, besar mulutmu " katanya sengit "sejak
aku si orang she Law mendapatkan namaku, belum pernah
aku bertemu orang besar kepala seperti kauBaiklah, aku
siorang tua ingin belajar kenal dengan keliehayanmu"
Anak muda itu memandang si nona yang rebah diatas es, ia
merasa kasihan sekali, tetapi mendengar tantangan orang, ia
mengerutkan alis. ia kata: "Law Keng Tek. karena kau seorang
kenamaan, aku memandang hormat padamu, siapa tahu
kaulah sipenghina wanita lemah, nyata namamu iiu nama kosong belaka sekarang
kau banyak pernik, kau rupanya mau cari mampusmu sendiri
Apakah kau tidak percaya aku" Baik. mari kau coba-coba"
Biar bagaimana hati Keng Tek jeri juga, ia bergelisah kalau
ia ingat warta yang tersiar perihal Koay CiU sie-seng. si pelajar
Tangan Aneh, yang telah meruntuhkan beberapa orang
kenamaan, sedang menurut katanya Pek lek Cin Yo Pek.
pemuda she Giam ini justeru keponakannya Koay Ciu sie-seng.
Yo Pek itu paling keras tabiatnya, tak suka dia mengalah,
terhadap si anak muda dia tampaknya sangat kagum dan
memujanya, dari itu taklah dapat disangkal lihaynya pemuda
ini. Karena ini ia segera memikir, umpama kala ia gagal, harus
ia lekas mengundurkan diri
813 Maka tidak tempo lagi, ia mengebas dengan tangan kirinya,
sedang tangan kanannya dipakai meninju ke iga si anak muda.
itulah pukulan keras dan cepat sekali.
Serangan ini serangan yang diharap si anak muda. ia
memang tidak mau mensia-sia kan waktu, Di sana rebah si
nona, terluka, ingin ia lekas menolongi, Nona itu terluka, hawa
pun sangat dingin dan dia rebah diatas es, apabila
pertolongan tak tepat datangnya, dia dapat bercelaka.
sekarang pun dia bermuka pucat dan napasnya memburu.
Bagaimana kalau sebentar dia beku" Biarnya ia muak
terhadap nona itu, menyaksikan keadaan orang, ia terharu
juga, timbul rasa kasihannya.
Jadi ia ingin lekas menolongi nona itu, ia mengerutkan alis
melihat serangan hebat dari Keng Tek itu, segera ia melayani
dengan menggunai tipu - tipu huruf "sia"-" Lolos"
Dari Bie Lek sin Kang. Begitu berkelit dari kibasan, guna meloloskan diri dari
bahaya, ia menggunai lima jari tangannya menyamber ke nadi
penyerang itu. Keng Tek heran serangannya dengan Tangan Baju Besi
mendapat perlawanan yang lunak sekali ia tahu bahaya
mengancam maka ia hendak lekas-lekas menarik pulang
tangannya itu. ia berlaku cepat tetapi ia terlambat. Mendadak
ia merasai lengan kanan nya kaku sendirinya, hingga mukanya
menjadi pucat. Terpaksa ia berlompat mundur, tangan kirinya dipakai
melindungi tangan kanannya, sedang peluhnya ke luar deras
seperti hujan. Si anak muda bukan memencet nadi atau memukulnya, ia
cuma menyentil itulah sentilan dari Tie Liong Cin atau Tangan
Menaklukan Naga dari ilmu silat Hian Wan sip Pat Kay.
814 Meski itu sentilan belaka, Keng Tek merasai dia seperti
terhajar martil yang berat ribuan kati, sakitnya menelusup ke
ulu hatinya hingga dia mesti lekas-lekas menahan napas, guna
menutup aliran darahnya. seperti pada dirinya sendiri, dia
kata: " Habis sudah Karena aku alpa, aku kena dicurangi kau
jikalau lain kali kita bertemu, jikalau bukannya aku yang
terbiasa tentulah kau"
Lantas dengan memutar tubuh, dia mengangkat kaki,
berlarian keras melenyap di antara salju yang luas.
Si anak muda berpakaian hitam tidak menghiraukan orang
kabur, ia lantas menghampirkan si nona, guna menotok dia
membebaskannya dari totokan Keng Tek kemudian ia menolak
tubuh orang. Heran si nona berdiam saja, tidak dia mendusin ia
mengerutkan alisnya. ia lantas memeriksa nadi, ia meraba
hidung nona itu "Buat apa orang perempuan memperlihatkan
diri di muka umum?" katanya perlahan, pada dirinya sendiri.
Buat apa turut-turutan berebut Kegagahan, Apakah itu bukan
berarti mencari malu sendiri"
Ia berdiam, agaknya ia bersangsi, "Bangsat tua itu
telengas,sekali, dia rupanya menggunai totokan kematian.,."
ia berkata pula sendirinya, "Entah dia menotok di bagian
anggauta apa . ..Sekarang ini si nona periu ditolong, tidak
dapat aku menyingkir dari pantangan lagi.,."
Maka ia menggunai kedua tangannya membuka kancing
baju Wan Lan, untuk memeriksa tubuh orang, buat mencari
luka totokan itu. Anehnya, ia gagal mendapatkan luka itu
sebaliknya sang angin terus bertiup sang saiju terus
beterbangan membikin hawa udara bertambah dingin, Mau
atau tidak, bingung juga si anak muda.
Untuk memeriksa terlebih jauh ia membalik tubuh si nona,
Kali ini ia terkejut, ia melihat satu titik hitam dipunggung,
didekat jalan darah leng kin itulah satu diantara sembilan jalan
815 darah kematian. Kalau tidak, mestinya si nona sudah
melayang jiwanya. Napas Wan Lan menjadi lemah, mulutnya rapat, tak dapat
ia mengeluarkan kata-kata. Karena itu, susah untuk nona itu
memamah obat, Didalam keadaan seperti itu, dia
membutuhkan hawa hangat, atau dia bisa menjadi celaka.
Si anak muda menghela napas, Dengan tangan kanannya ia
lantas membekas titik hitam bekas totokan itu. ia mau
mengobati menurut ajaran pengobatan dalam kitab Poutee
Pweeyap Cin Keng, ia menggetar sedikit tangannya ketika ia
mengerahkan tenaga dalamnya.
Cara pengobatan ini memang meminta banyak sekali
tenaga dalam. Maka baru kira
sepehirupan teh, ia sudah mengeluarkan banyakpeluh
dijidatnya, Ketika kemudian ia mengangkat tangannya,
lenyaplah titik hitam itu, sebaliknya ada setetes darah hitam
yang bau sekali. Masih si nona bernapas lemah dan mulutnya tak dapat
dibuka. Sembari mengawasi, anak muda ini menghela napas, ia
menggeleng kepala, Lekas-lekas ia merapihkan baju nona itu.
ia menjemput pedang Cing song Kiam nona itu, untuk diletaki
di tangannya, Kemudian ia berbangkit agaknya ia hendak
mengangkat kaki meninggalkan nona itu. ia rupanya percaya,
si nona tinggal lemahnya saja, tak ada halangannya untuk ia
meninggalkan pergi, ia baru memutar tubuh, atau ia
membaliknya pula, ia nampak masgul.
Terang ia tak tega hati. ia kata pula seorang diri: " Kalau
lagi beberapa detik dia tetap belum sadar, walaupun dia
mendusin, dia bakal terganggu hawa dingin ini. Tidaklah ini
percuma saja aku menolongi dia?"
Maka ia mengeluarkan botol kemalanya, untuk menuang
tiga butir pil Tiang Cun Tan. ia bejak itu dengan tangan
816 kanannya, untuk dibikin remuk. lalu dengan tangan kirinya ia
membuka mulut orang, Dengan cepat ia masukkan obatnya
kedalam mulut si nona, mulut mana ia lekas rapatkan pula,
supaya obat itu lumer dan masuk sendiri di antara
kerongkongan... selekasnya obat masuk ke dalam perut, muka si nona yang
tadi mulai bersemu dadu lantas menjadi pucat sekali, Melihat
itu kaget si anak muda. "Dia telah tersembuhkan luka di dalamnya," katanya,
"Mungkinkah ada akibat lainnya?" ia meraba pula hidung
bangir nona itu, ia merasakan hembusan yang perlahan, lebih
banyak hembusannya daripada sedotannya. Dalam
keadaan seperti itu, ia bertindak cepat tanpa ragu-ragu,
Dengan cepat ia mengangkat tubuh si nona. untuk didudukan,
kemudian dengan sama sebatnya, ia memasuki pula obat
kedalam mulut nona itu, obat mana ia desakkan dengan hawa
tenaga dalam dari mulutnya sendiri, inilah hebat karenanya, ia
mesti mengeluarkan lagi banyak keringat.
Mendadak si nona mengasi dengar seruan atas mana si
anak muda bergerak untuk ber-lompat bangun sebab
berbareng dengan itu ia merasa ada samberan angin ke
arahnya. ia menekan dengan kedua tangannya, tubuhnya
lantas melesat terpisah. Disana muncul seorang muda, ialah Lok siauw Hiapsu
siseruling Kemala Kheng Tiang siu. Pemuda itu menyusul si
nona, ia melihat nona itu lagi dipeluki siorang serba hitam
Ia menyangka kepada perbuatan kurang ajar dan jahat,
maka ia menjadi marah, sambil berlompat, ia menyerang
dengan serulingnya. ia menotok jalan darah beng bun
dipunggung. Begitu berkelit, si anak muda serba hitam memutar tubuh,
untuk berbicara, buat mengasi keterangan akan tetapi Tiang
siu penasaran, dia sudah lantas lompat menyerang pula,
817 bahkan berulang - ulang, semuanya dengan totokan totokan
yang lihay. Mengetahui yang ia tidak bisa dapat bicara terpaksa si anak
muda serba hitam melakukan perlawanan bukan buat
menyerang hanya untuk membela diri, Meski ia terancam
tetapi dengan cepat sekali ia berhasil merampas serulingnya
murid Ngo Bie Pay itu, setelah mana ia kata: "Tuan, kau
sembrono sekali! Mengapa sebelum memperoleh keterangan
kau menotok kalang kabutan, semua dengan totokan-totokan
telengas" orang muda sebagai kau, mana kau dapat menjadi
seorang gagah perkasa yang berhati mulia" Dengan
memandang si nona, kali ini suka aku memberi ampun
padamu" Ia lantas melemparkan seruling kearah pohon besar di
samping mereda jaraknya sepuluh tombak lebih, sampai
seruling itu nancap hampir separuhnya, kemudian dengan
mengasi dengar suara dingin, ia memutar tubuh untuk
berjalan pergi. Tengah Tiang siu tercengang.
si nona berlompat bangun, lantas dia lari cepat sekali ke
arah si anak muda serba hitam, sembari mengejar itu
terdengar teriak. Katanya: "Engko Cia.. Engko Cia Berhenti .
dulu Engko Cia" Karena dia berlari-lari terus, suaranya itu lantas turut
sirap.... Biarnya dia bertubuh enteng dan dapat lari keras, karena
dia baru saja mendusin sedang juga dia baru mendapat luka,
Nona Wan Lan tidak dapat menyandak anak muda she Giam
itu, Malah dengan lekas dia telah kehilangan si anak muda,
Maka akhirnya dia berhenti berlari-lari airmatanya mengucur
dengan deras. Tidak ada harapan lagi akan mencari pemuda itu, si engko
Cia. Dengan perlahan dengan membawa pedangnya, dia
818 berjalan balik, sekarang dia sebal terhadap Kheng Tiang siu
yang dipandang sebagai pengganggu..
Tadi selagi sianak muda dan Law Keng Tek bicara satu
dengan lain- Wan Lan sudah sadar, benar tubuhnya lemah
tetapi ingatannya terang, maka lantas ia mendapat tahu anak
muda itu, penolongnya, justeru orang yang ia harap-harap.
yang senantiasa ia impikan Maka itu, ia girang bukan main.
sayang tenaganya habis, hingga tak dapat ia menggeraki
tubuh untuk berbangkit iapun girang mendapatkan Law Keng
Tek kena dikalahkan dan kena dibikin mengangkat kaki.
Lantas ia menggunai akal, ia tidak mau si anak muda lekas
lekas berpisah dari padanya Begitulah ia membiarkan ia diberi
obat, dibukai bajunya untuk menolongi padanya, ia likat tetapi
hatinya terhibur, ia senang bukan main, ia tengah seperti
bermimpi manis itu ketika muncul Tiang siu si penggoda.
Ketika ia kembali kepada pemuda she Kheng itu, dia masih
berdiri diam dengan tangannya memegangi seruling nya, yang


Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi dia cabut dari pohon-"Makhluk tolol" ia mencaci, habis
mana ia lantas lari pergi.
Selagi si nona menyusul m Gak, Tiang siu sudah dapat
menduga duduknya hal. Yalah pasti nona itu terobohkan Keng
Tek dan si anak muda yang menolongi. Ia hanya telah terburu
napsu menyerang anak muda itu yang disangkanya ceriwis. ia
tidak mau dipersalahkan, ia kata seorang diri: "Siapapun
didalam keadaan seperti tadi akan berbuat seperti aku... Aku
bermaksud baik. Kau tahu sendiri bagaimana aku mengagumi
kau" ia sekarang menduga, anak muda itu tentulah pemuda
idam- idamannya Wan Lan. Pantas si nona terus-terusan berduka, Menduga demikian,
ia menjadi berduka sendirinya.
"Hebat anak muda itu," Tiang siu berpikir kapan ia ingat
liehay nya orang, "Mungkin guruku tidak seliehay dia. Dia
dapat meloloskan diri dari seranganku diapun dengan
819 gampang merampas serulingku. Pantaslah Nona Nie
memandang mata padaku..."
Habis memikir demikian, pemuda ini lari, untuk menyusul
kawan - kawannya, Tiba di tempat dimana mula kali mereka
bertemu musuh, ia tidak melihat Ay Hong sok atau lainnya,
cuma tapak kaki kacau sekait, Terpaksa ia lari pulang ke
rumah penginapan. Di sini juga ia tidak menemukan Kheng Hong serta Kiang
Yauw Cong dan Tonghong Giok Kun, hingga keheranannya
bertambah. ia lantas minta keterangan dari pelayan"Tuan tuan semua belum ada yang kembali pelayan itu
menerangkan "Ada juga si nona, dia pulang tergesa-gesa,
perginya tergesa-gesa juga, habis salin pakaian, dia berangkat
pula, ke arah Ham tan-.."
Tiang siu berdiam, ia memberikan sedikit uang kepada
pelayan itu, lantas ia berlalu pergi, menyerbu angin dan salju,
menuju ke Ham-tan juga, ia kesepian dan pikirannya kacau . .
. Besoknya magrib maka ke kota Ciang-peng di dekat kota
Pak-khia terlihat datangnya seorang penunggang keledai,
kulitnya kuning dan pucat, mukanya rabit disana-sini karena
dialah kurban penyakit cacar yang hebat, hingga dia nampak
jelek luar biasa. Ketika itu angin dansaiju sudah kurangan akan tetapi jalanjalan
putih dengan saiju, Tidak ada orang yang lalu-Iintas,
cuma ada beberapa ekor anjing jalan bergelandangan
penunggang keledai itu berhenti di depan sebuah losmen
kecil, setelah menyerahkan keledainya pada pelayan,
bergegas-gegas ia bertindak ke dalam.
Tidak lama ia berdiam di dalam sudah terlihat ia ke luar
pula berjalan dijalan yang bersaiju, tindakannya acuh tak acuh
tapi tujuannya ialah rumahnya say Hoa-To Gui Peng Lok si
tabib kenamaanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
820 Tatkala itu didekat-dekat rumahnya si tabib terlihat
beberapa orang mundar mandir roman mereka mencurigai
Mereka itu terlihat s i penunggang keledai, ia mau percaya
mereka sebenarnya orang orang Rimba persilatan ia heran hingga
ia berkata di dalam hatinya: "Mungkin mereka ini mengandung
maksud tidak baik terhadap dua keluarga Gui dan Hu . Toh di
dalam suratnya Kiu Cie sin Kay ada ditulis kedua anggauta
keluarga Hu itu sudah dipindahkan ke tempat yang aman,
cuma surat itu tidak menjelaskan apa keluarga Gui turut
pindah juga atau tidak" Datangku ini justeru untuk
menanyakan ke mana perginya keluarga Hu itu"
Lalu ia berjalan mengikuti dua orang yang berpakaian
hitam. Angin meniup tajam, hawanya dingin sekali, Bunga - bunga
salju sering terbang menyampok mukanya si penunggang
keledai. Dia tidak menghiraukannya, dia jalan terus, Hari
makin guram. Dua orang dengan pakaian hitam itujaian sambil berbicara
ditelinga masing-masing mungkin mereka timbul
kecurigaannya, mendadak yang satu membalik tubuh dan
menegur si penunggang keledai "He, orang tidak tahu aturan
Apakah maksudmu maka kau mengintil di belakang tuan tuan
besarmu?" Si penunggang keledai agaknya heran, dia berhenti dengan
tiba-tiba dan mundur setindak. Dia mengawasi membelalak,
lalu dia memberi hormat dan menanya: "Tuan, aku lagi jalanjalanAku orang miskin, di rumahku aku tidak mempunyai
uang buat membeli beras isteriku menjerit-jerit, anakku
menangis tak hentinya saking jengkel, aku ke luar dari
rumahku..." Terus ia menarik napas panjang pendek
romannya sangat kucal. 821 Orang itu dan kawannya, yang pun berpaling mengawasi
tajam, Rupanya mereka percaya keterangan itu, mereka
percaya keterangan itu, mereka memutar tubuh pula, guna
meneruskan berjalan- Si penunggang keledai juga berjalan pula cuma sekarang
dia tidak berani mengintil terlalu dekat, Tetapi dia memasang
kuping, dia dapat mendengar suara orang.
Kata yang satu: "Terlalu kedua tayjin kita she Ho dan she
Tian itu Bangsat she Gui itu sudah kabur bersama semua
anggauta keluarganya tetapi kita dimestikan menjagai rumah
kosongnya ini, apakah perlunya?" orang yang satunya nampak
berduka. Si penunggang keledai, yang bukan lain daripada Cia In
Gak yang sedang menyamar mendengar nyata suara orang
maka ia kata dalam hatinya: "Kedua tayjin she Ho dan she
Tian itu pastilah Kiong-bun siang Kiat, Tiat pie Kim-kiam Ho
sin Hok. dan Im Hong sat Ciang Tian Ban Hiong Memang
benar, kalau say-Hoa-To sudah pergi, buat apa orang
ditugaskan menjagai rumahnya kosong melompong"..."
Tengah In Gak berpikir itu, ia mendengar suara orang yang
satunya lagi: " Kenapa kau begini tolol" Baru kemarin pagi
Tian Taydjin memperoleh kabar bahwa tiga anggauta keluarga
Hu itu kedapatan disebuah rumah diluar pintu Tay-ang-mui di
mana mereka di bikin roboh pulas dengan asap hio. si anjing
tua telah kena dibekuk bersama cucunya tapi si cilik lolos,
kemudian orang melihatnya si cilik dikecamatan Ciang-peng,
maka Tayjin menduga ia tentunya bersembunyi di rumah si
orang she Gui. Dua kali dia telah dicari, dia tidak kedapatan. Maka kita
ditugaskan menjaga di sini, supaya bocah itu kelaparan sudah
lapar dia pasti akan lari ke luar dari tempatnya sembunyi."
Katanya, "kau tahu bocah itupun telah menawan salah
seorang kita..." 822 Mendengar sampai disitu, In Gak menjadi gusar, ia lantas
lari untuk berlompat ke belakang dua orang, pundak mereka
itu masing-masing ia tepuk dengan berbareng. Kedua orang
itu kaget dan kesakitan, hingga mereka menjerit.
"Diam." ia membentak bengis.. "Aku cuma hendak tanya
kamu: Di mana ditahannya keluarga Hu yang tua dan yang
muda itu?" Dua orang itu menoleh, Mereka lihat orang ialah orang
yang tadi mereka tegur. Tadi mereka galak. sekarang mereka
tidak berdaya. jalan darah kin Ceng mereka telah ditepuk,
mereka kesakitan saking menahan sakit mereka meringis. oleh
karena orang berdiam saja, In Gak mendongkol.
Hina Kelana 33 Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Mencari Bende Mataram 17

Cari Blog Ini