Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 23
ketiga Hantu dari Pak Beng Akhirat Utara, Mereka
seperti tidak memandang mata kepada ketiga imam,
keempatnya bicara satu pada lain sambil tertawatawa.
Lalu terdengar pula suaranya Siauw Yauw Kek: "Tiga
saudara, rasanya buah Long bwe-sian dari Bu Tong
Pay lezat tak celaan, buah itu membikin orang
ketagihanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1385 Hantu yang dikiri menjawab, "Long- bwe sian memang
istimewa, cuma rasanya tawar, masih kalah dengan
pier dingin dari Pak Hay"
Pak Hay, Laut Utara, yalah tempatnya si Hantu, yang
diumpa makan seperti Pek Beng, Akhirat Utara.
"Kawanan hidung kerbau dari Bu Tong Pay sangat
kikir seharusnya semua patung, perapian dan lainnya
terbuat dari emas tetapi mereka membikinnya dari
kuningan melulu Melihat itu aku jemu. Baiklah semua
itu dibakar musnah saja"
Gembira mereka itu menggoyang lidah mereka, Baru
mereka berhenti ketika tiga bayangan lompat kedepan
mereka, Lantas mereka tertawa terbahak tubuh mereka
bergerak gesit, hingga dilain detik mereka sudah
berdiri di-belakangnya ketiga imam.
Atas itu Tay Hian bertiga lantas memutar tubuh,
hingga bertujuh mereka berdiri saling berhadapan,
tiga belas biji mata tajam saling mengawasi dengan
sorotnya bersinar bengis.
Segala apa sunyi waktu itu, kecuali deru- nya sang
angin gunung. Baru kemudian Siauw Yauw Kek mengasi
dengar tertawanya yang nyaring seraya dia berkata:
"Aku tidak sangka sihidung kerbau Lan Seng telah
menunjuki penghargaannya kepadaku si orang she Hay
Dia telah membikin muncul ketiga Bintang dari Bu
Tong Pay yang sudah lama tak mencampuri urusan
dunia Ketiga totiang Thay Hian, Thay Biauw dan Thay
Ceng, aku merasa beruntung sekali dapat bertemu
dengan kamu semua" Thay Biauw gusar sekali, mendadak ia mengulur
sebelah tangannya untuk dengan lima jeriji-nya
menyambar jalan darah kin ceng dari orang jumawa
itu. Tapi itulah gertakan belaka, pada saat
terakhir, lima jiri tangan itu justeru menotok
kekelima jalan darah ji-hu, kiu-teng, im-touw,
thay- it dan kie-bun. Dari cepatnya gerakan dan
perubahan itu dapatlah diketahui liehaynya si-imam.
Diserang secara demikian, Siauw Yauw Kek tak sempat
menangkis, ketika ia berkelit sambil melengak.
1386 tangannya si-imam masih menyamber baju didadanya
hingga bajunya itu robek.
Sebelum Thay Biauw sempat menarik pulang tangannya
ketiga Hantu sudah menyerang masing-masing.
serangan itu tak kalah liehaynya dengan serangan si
imam barusan- Thay Biauw terkejut, dengan sebat ia menjejak tanah
untuk berlompat mundur, perbuatannya itu diturut
lompat nyampingnya Thay Hian dan Thay Ceng.
Hebat serangannya Pak Beng Sam Mo. Gagal mengenai
sasaran manusia, serangan itu mengenai sebuah pohon
dibelakang ketiga imam. Maka celakalah pohon itu,
yang terhajar patah dan roboh kedalam jurang
disampingnya. ooooo BAB 20 HABIS menolongi Siauw Yauw Kek itu, ketiga Hantu
berdiri diam, wajah mereka dingin. Hanya sebentar
mata mereka yang tajam sinarnya itu berubah menjadi
sayup bahkan lagi sedetik mata itu separuh ditutup,
hingga mereka mirip orang-orang suci lagi
bersemedhi Thay Biauw heran, begitupunThay Hian dan
Thay ceng. In Gak pun tidak menjadi kecuali, ia
tidak mengarti. Yang mengarti yalah Siauw Yauw Kek
seorang. Dengan begitu, suasana sunyi pula kecuali
siuran angin. In Gak bersama Thay Hian terus mengawasi ketiga
Hantu, memasang mata kepada mata mereka itu. Tidak
lama, keduanya lantas mulai mengerti.
Thay Hian menjadi tertua diantara tiga Bintang, dia
cerdas sekali, Begitu ia msaf, hendak ia memberi
keterangan kepada Thay Biauw dan Thay ceng.
Justeru itu, Thay Biauw habis sabar, hendak dia
menerjang. Tapi dia kalah sebat oleh ketiga Hantu,
Tiba tiba Thay Hian merasai samberan hawa dingin,
ia menjatuhkan diri berduduk terus ia mengerahkan
tenaga dalamnya untuk menangkis hawa dingin itu.
1387 Thay Biauw dan Thay ceng juga lantas merasai hawa
dingin, keduanya lantas menelan perlawanan kakak
mereka, keduanya terus duduk bersila. Sambil
bersila, Thay Biauw mengebut dengan tangan bajunya.
In Gak menyuruh Siang Lok bersama kedua nona lekas
menyingkir dari puncak itu, ia sendiri menggeraki
tangannya dengan gerakan Pu te Sian-ciang, guna
menolak hawa dingin itu, sembari membela diri, ia
mengundurkan diri di-sebeIah belakang tiga kawannya
itu, ia melihat muka Siang Lok bertiga pucat, tubuh
mereka menggigil lekas- lekas ia memberikan mereka
masing-masing sebutir pel Tiang Cun Tan, untuk
mereka segera menelannya.
Lekas sekali, muka mereka bertiga itu menjadi merah
pula. "Dingin luar biasa" kata siang Lok. "Jangan-jangan
ketiga imam itu tak akan dapat ber-tahan.."
Sementara itu terlihat siauw Yauw Kek mendatangi,
lalu berhenti, berdiri diam di jarak tak ada
setombak didepan mereka berempat.
"Aku justeru mau mencari kau" kata In Gak dalam
hati. "Kau mengantarkan dirimu sendiri"
Siauw Yauw Kek mengawasi sambil melirik. terus dia
menanya apa mereka berempat datang untuk membantui
Bu Tong Pay. "Kami datang kesini untuk mencari satu orang " In
Gak menjawab "Dengan Bu Tong Pay kami tidak punya
hubungan, tak mau kami menimbulkan urusan, Hanya
tuan, sukakah kau memberitahukan she dan namamu
yang mulia?" Siauw Yauw Kek tertawa, "Akulah orang hutan, sudah
lama aku tak ingat she dan namaku" sahutnya, "orang
menyebut aku Siauw Yauw Kek" Sianak muda berpura
kaget "oh, tuan kiranya Siauw Yauw Kek?" ia menegaskan
"Pernah aku mendengar sahabatku kaum Rimba
persilatan menyebut gelaran tuan itu, aku tidak
menyangka disini aku menemui tuan Aku girang sekali
Tuan, dimanakah tempat kediamanmu" Dibelakang hari
1388 pasti sekali aku akan pergi membuat kunjungan untuk
menerima pengajaran dari kau"
Siauw Yauw Kek menjadi tidak puas, ia menyangka,
setelah ia menyebut gelarannya, orang akan berlaku
sangat hormat terhadapnya siapa tahu orang adem
saja, "Aku tinggal diutara Ho Lan San, didalam hutan yang
lebat" ia menyahut seraya lebih dulu
memperdengarkan suara "Hm" yang dingin, "Disana
salju bertumpuk seluruh tahun dan tak pernah lumer
itulah puncak Soat Sun Hong, yang aku namakan
sendiri Tempat itu sunyi dan mencil, tak ada lain
orang yang mengetahui. Dapatkah kau mencarinya?"
In Gak tertawa bergelak. "Mana bisa aku tak dapat mencarinya?" sahutnya
lantang, " orang yang dicari aku yang rendah
justeru ialah tuan-.."
Belum sampai In Gak bicara terus, tiba-tiba diatas
puncak terdengar suara nyaring seperti guntur,
terus terlihat es dan salju gempur dan tumpah
seperti air mancur. Siauw Yauw Kek sudah lantas lompat naik, kata
katanya In Gak itu ia seperti tidak dengar.
Diempat penjuru terlihat salju putih dan suara
menggelegar masih terdengar terus.
"Siauwhiap." berkata Siang Lok "biar bagaimana
harus kita membantu Bu Tong Pay..."
In Gak menghela napas. "Hatiku telah menjadi tawar, tak ingin aku
mencampuri lagi urusan kaum Kang ouw" katanya
masgul, "Sekarang aku telah mendapat tahu tempat
kediamannya Siauw Yauw Kek, maka itu urusan lain
orang baiklah kita jangan mencampurinya...."
"Engko In," berkata Yauw Hong, yang turut bicara,
"kau masih belum membayar pulang kemala kuning siimam
permusuhan sudah terjadi, karenanya tak
seharusnya kau berdiam saja. Kenapa kau jadi
seperti kepala harimau dengan ekor ular?"
Siang Lok menyeringai ia berkata: "Mula-nyapun aku
telah mengasi pikiran untuk siauwhiap jangan
1389 mengulur tangan, tetapi sekarang keadaan lain
Siauwhiap..." ia menunjuk keempat penjuru dan
menambahkan: "Lihat lembah itu, disana asap
mengepul naik, Mungkin kuil-kuil Bu Tong Pay telah
dibakar musnah dan murid-muridnya telah dibinasakan
maka jikalau siauw-hiap tidak turun tangan
membantai mereka, bisa terjadi orang memfitnah kau
sudah bersekongkol dengan Pak Beng Sam Mo datang
menyateroni kemari, Sulit untuk meningkat fitnah
itu...." In Gak mengelak. "Coba tidak koancu memberi ingat ini, pasti aku
melakukan kekeliruan-" katanya, "Sekarang marilah
kita naik keatas" Pemuda ini lantas berlompat, untuk terus berlari
mendaki puncak. Siang Lok dan kedua nona menyusul.
Setibanya diatas mereka lihat ketiga tiang lo lagi
beristirahat dibawah pohon cemara tua, Pendopo
sudah miring, Pak Beng Sam Mo bersama Siauw Yauw
Kek tidak nampak. entah kemana perginya mereka itu.
Thay Biauw melihat datangnya keempat orang, dia
membentak: "Apakah kamu datang untuk merampok
tengah orang kebakaran "
Pintoo ada disini, belum tentu kamu nanti dapat
mencapai maksud hatimu". Imam itu segera berbangkit
buat menyerang dengan kebutan tangan bajunya.
Siang Lok maju kemuka, dengan kedua tangannya ia
menangkis, Sebagai kesudahan dari itu, keduanya
mundur masing-masing setengah tindak Imam itu
menjadi gusar, dia mau mengulangi serangannya,
"Totiang" kata In Gak tawar, "apakah kau masih
memikir tak puas dengan ancaman kematianmu ini?"
Thay Biauw melengak. sedang Thay Hian dan Thay
ceng, yang turut mendengar menjadi heran, Thay
Biauw menunda sarangannya, ia mundur lagi setengah
tindak. "Hm" ia perdengarkan suara gusarnya. "Sie
cu, kau terlalujumawa Pinto..."
In Gak lantas memegat, ia berkata bersenyum:
"Totiang, janganlah salah paham atas kedatangan
kami ini, jangan kamu menyangka kami hendak mencari
1390 permusuhan Barusan Totiang bertiga telah
menempurPakBeng Sam Mo, totiang berhasil memperoleh
kemenangan dengan mengundurkan mereka, meski
demikian, totiang bertiga sudah terserang hawa
dingin Han-peng cin-khie dari ketiga Hantu itu dan
sekarang hawa yang beracun itu sudah mulai masuk
kedalam. oleh karena lotiang mahir ilmu tenaga dalam,
serangan itu masih belum terasa, tetapi selewatnya
dua belas jam, pasti totiang akan merasakannya,
sampai itu waktu, dewa pun tak dapat sanggup
menolongnya...^" ia berhenti sebentar, akan
mengawasi Thay Biauw dengan roman yang merasa
berkasihan, ia menambahkan"Lebih-lebih kau, totiang, karena kau b erg usar,
serangannya racun lebih hebat pula mungkin hanya
lagi enam jam darahmu akan sudah mulai beku,
setelah terserang hulu hatimu, kau bakal mati tak
tertolong lagi, jikalau totiang bertiga percaya aku
coba kamu menyalurkan napas kamu, pasti kamu akan
merasai sesuatu perubahan-"
Ketiga imam itu terperanjat. Dengan lantas mereka
menyalurkan napas mereka. Benar-benar mereka
merasakan jalan napas tidak lurus lagi, bahkan
terus terasa hawa dingin yang membuat mereka pada
menggigil. "Bagaimana?" tanya In Gak bersenyum.
"Sie cu benar terdiam matamu" kata Thay Hian, kaget
heran dan kagum, "Pinto sudah berusia lanjut, mati
pun tak harus dibuat sayang, harus disayangi yalah
Bu Tong Pay. Pak Beng Sam Mo telah terhajar kami
tetapi mereka tidak terluka, kami kuatir mereka
datang pula. jikalau benar mereka menyerbu lagi,
celakalah kami semua, Sie-cu kau liehay, kau
tentunya murid seorang pandai yang lagi mengasingi
diri, pinto minta sukalah kau berdiam disini untuk
membantu kami." Mendengar permintaan itu, In Gak menjadi masgul,
Tak ingin ia mencampuri urusan mereka itu, Tetapi
ia lantas mendapat pikiran maka ia tertawa dan
berkata: "Aku yang rendah tidak punya kepandaian,
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1391 sulit untuk aku memberikan bantuanku, tetapi untuk
menolongi totiang bertiga, aku akan coba, Totiang
telah menjadi kurban hawa dingin Han-peng khie,
sekarang silahkan totiang bertiga menempel
telapakan tangan lotiang kepada punggung masingmasing,
untuk menyalurkan hawa panas Sam- yang Cinhwe,
guna mengusir hawa itu, Aku percaya selewatnya
satu jam pasti akan ada hasilnya.
Ketiga imam itu heran, sederhana kata-kata orang
tetapi berarti, Mereka sendiri tidak ingat cara
pengobatan itu Thay Hian hendak memberikan
pujiannya ketika ia melihat sianak muda
mengeluarkan kemala kuning seraya men-dahulukan
bicara katanya: "Tadi selagi kami mendaki gunung
ini telah terjadi salah mengarti diantara kami
dengan Lan Seng Ie-su. Duduk- nya begini. ..." ia
menjelaskan semua, habis itu sambil tertawa ia
menambahkan. "Mendaki gunung dengan membawa pedang memang
berarti melanggar aturan disini, dalam hal itu aku
yang rendah mengaku sudah berbuat salah, maka
sekarang kami menghaturkan maaf kami, inilah
kemalanya Lan Seng Ie-su, aku minta totiang bertiga
sukulah menerima untuk dikembalikan kepadanya."
In Gak menghampirkan, untuk menyerahkan kemala itu
kepada Thay Hian- Imam itu menggeraki alisnya, hendak ia bicara,
tetapi si anak muda segera mencegah dengan
menggoyangi tangan, katanya pula sembari bersenyum:
"Sekarang ini kuil lotiang telah runtuh delapan
atau sembilan bagian, dalam sepuluh dan murid-murid
kamu tengah bertempur dalam darah Musuh-musuh yang
datang buka melainkan Pak Beng Sam Mo dan Siauw
Yauw Kek tetapi juga Kiong Lay Pay.
Dalam hal lotiang ini aku yang rendah merasa malu
sebab aku tidak dapat memberikan bantuan kami, maka
itu sekarang baiklah lotiang bertiga mengutamakan
pengobatan diri sendiri, nanti kalau Pak Beng Sam
Mo datang pula, baik totiang menyambutnya dengan
cara berkelahi Samgoan Kauw-kek dan Thian Te Jin
1392 Tan hoan supaya mereka tidak dapat ketika
memperoleh bantuan- Secara begini saja totiang
bakal mendapatkan kemenangan- Demikanlah katakataku
Sampai kita bertemu pula"
Habis berkata begitu, dengan berseru, "Mari" In Gak
mengajak tiga kawannya berlari pergi turun dari
puncak^ Bu Tong Sam Lo melihat gerakan orang demikian
sebat, mereka kagum. Sembari turun gunung itu, dimana yang ia bisa,
diam-diam In Gak membantui pihak Bu Tong Pay, tapi
selama itu ia terus menjadi pendiam, Yauw Hong dan
siang Bwe tidak puas mereka menjadi masgul, Diamdiam
mereka minta bantuannya siang Lok akan tetapi
imam itu bilang, nanti malam saja mereka bicara
pula. Diwaktu magrib In Gak berempat tiba di Lauw-ho-kauw
dimana mereka lantas bermalam dihotel Tiang Hin.
Sianak muda mengambil kamar seorang diri, berteman
dengan sebuah pembaringan ia rebah dengan mata
melongo, ia terus tidak bergembira. ia berpikir
tapi semua yang terpikirkan ya la h hal-hal yang
membikin hatinya tidak tenteram. Semua
pengalamannya ia anggap tidak memuaskan hati-nya.
Tiba-tiba terdengar ketukan pada daun pintu.
"Siapa?" ia tanya.
"Aku" sahut suara diluar suaranya Yauw Hong, "Engko
In, dapatkah aku masuk?" In Gak bergerak untuk
berduduk. "Kenapa tidak dapat?" ia menyahut, "Pintu pun tidak
dikunci." Daun pintu lantas terbuka dengan berbunyi disana
terlihat Nona Kang bertindak masuk bersama-sama
Nona Lo. Siang Lok tidak turut bersama, Kedua nona
itu mengerutkan alisnya masing-masing dan mata
mereka lesu, sinarnya mengandung penasaranIn Gak berduka melihat roman orang itu. ia tahu
sebabnya itu. Kedua nona lantas duduk dibangku
kecil didepan pembaringan.
1393 "Engko In, selama beberapa hari ini kau senantiasa
berduka, apakah sebabnya?" Yauw Hong tanya suaranya
lemah. "Dapatkah kau memberi keterangan pada adikmu
ini?" Tanpa dapat dicegah lagi air matanya nona ini
mengucur turun, maka juga matanya
siang Bwe turut menjadi merah.
In Gak berdiam, ia bingung, ia tidak sangka si nona
berani menanyakan demikian-Sekian lama ia bungkam,
akhirnya ia menghela napas.
"Aku mengarti hatimu, nona-nona," katanya, sabar,
"Aku pun manusia bukannya rumput, hanya selama ini
pengalamanku buruk sekali, aku menyesal karena aku
membuat kegagalan diri sendiri, sekalian aku
membikin gagal juga lain orang."
"Engko In kau tidak menggagalkan diri-mu," kata
Yauw Hong cepat. "Kaupun keliru jikalau kau
mengatakan kau telah membikin gagal, Semua itu
karena suka kami sendiri Engko In, apakah kau akan
hendak tolak kami" Tidak. Engko kecuali kami masuk
menjadi pendeta Sehelai benang, telah mengikat dua
ekor balang, keduanya tak dapat dipisahkan lagi
satu dari lain" In Gak melengak. Akhirnya ia pikir, "Buat apa aku
berkukuh lagi" Baiklah aku berserah kepada takdir
percuma aku menderita tidak keruan, toh tak dapat
aku membebaskannya." Maka ia lantss bersenyum. ia
kata, "Jikalau kedua adik mengatakan demikian,
baiklah itu berarti rejekiku besar bukan main cuma
aku kuatir aku tak sanggup membahagiakan selamalamanya"
Mukanya kedua nona menjadi merah mereka melirik
sambil mendelik. In Gak seperti mendapat pulang kegembiraannya, ia
lantas memasang omong dengan asyik, Dapat ia
bergurau hingga kedua nona itu saban-saban tertawa.
Sampai jauh malam masih tiga orang muda ini
berbicara, sampai mendadak daun pintu ditolak
terbuka dan satu bayangan orang masuk kedalam
1394 kamar. Mulanya In Gak terkejut tapi segera alisnya
terbangun, romannya girang bukan buatan
"Lui Jieko" ia berseru: "oh, bagaimana kau bikin
aku bersengsara mencari kau" Hanya sebentar lenyap
kegembiraannya itu. Habis si Lui Jieko tidak ada
orang lainnya yang mengintilnya. Tidak ada Hu Liok
Koan dan Hu Wan- Maka ia lantas menanyai "Mana
mereka ?" Lui Siauw Thian melihat Yauw Hong dan Siang Bwe, ia
tertawa. "Kamu baik, nona-nona?" dia menegur, Tapi, tanpa
menanti jawaban, ia menghadap adik angkatnya, akan
memperlihatkan roman sungguh-sungguh. ia kata: "Lui
Lo-ji turut Hu Tayhiap dan nona Wan dari Tiang Pek
San menuju ke Bu Tong San, setibanya di Kiap-kiauwtin,
menyesal sekali Lui Lojie berlaku alpa, dia
telah menemahai beberapa cawan arak. kesudahannya
dia menjadi kurbannya satu pencoleng Pedang
ditangannya Nona Wan telah kena dicuri. Kami
bertiga lantas membuat penyelidikannya, hasilnya
tidak ada" Hu Tayhiap dan Nona Wan bingung sekali merekapun
letih bekas diperjalanan, kesudahannya keduanya
jatuh sakit hingga mereka musti rebah dirumah
penginapan Lui Lo-jie mengundang tabib tetapi sakit
mereka tak mau sembuh juga, hingga aku menjadi
berkuatir dan bingung. Seorang diri aku lantas
berangkat ke Bu Tong San- Apa mau aku tiba di sana
selagi Bu Tong Pay mengalami malapetaka besar,
kuil-kuilnya hancur luluh mayat mayat bagaikan
bertumpuk tumpuk. Ketika aku pergi ke- Lam thian
bun, disana aku melihat bergeraknya tubuh empat
orang, yang terus menyembunyikan diri dibawah pohon
cemara dibawah jurang Thay cu-giam. Mataku awas,
aku lantas mengenali kau, shate, maka aku lantas
menyusul terus sampai di Lauw ho-kauw nio."
Justeru siauw Thian berhenti bicara, justeru Siang
Lok muncul. Imam itu lantas
memberi hormat seraya berkata: "oh, Lui Losu, benar
sekali bunyinya pepatah manusia hidup itu ditempat
mana yang mereka tidak bertemu Pintopun telah
1395 mengikuti Siauwhiap sampai disini mungkin Lui Losu
tidak menyangka bukan?" Keduanya lantas saling
menjabat dengan erat. In Gak mengerutkan alis, "Sekarang ini dimana
adanya Hu Tayhiap berdua?" ia tanya.
"Mereka berada- tak jauh dari sini, cuma
seperjalanan satu jam," sahut Siauw Thian. "
Didalam kota Kok-shia."
"Mari kita pergi sekarang juga" kata si-anak muda,
yang lantas mengambil Thay oh. siauw Thian heran,
ia mengawasi dengan mata membelalak.
"Bukankah Lui Losu heran pedang Thay oh berada
ditangannya siauwhiap?" tanya Siang Lok. "Mari kita
berjalan, nanti sambil berjalan aku menjelaskannya.
Ditengah jalan kitapun menjadi tidak bakal
kesepian-" Yauw Hong dan Siang Bwe mengikut, maka itu malammalam
berlima mereka melakukan perjalanan menuju ke
kota kecamatan Kok-shia. XX HARI masih pagi ketika di sungai Han Sui terlihat
sebuah perahu besar sedang berlayar. Penumpangnya
cuma tujuh orang, tua dan muda tak sama usianya,
Mereka bukan lain daripada In Gak serta
rombongannya di tambah Hu Liok Koan dan Hu WanYang beda yalah roman mereka.
In Gak menyamar sebagai seorang tua usia lebih
kurang enampuluh tahun, Ketiga nona nampak
sangatjelek. mirip dengan Bu Yam dijaman Liat Kok.
Hu Liok Koan, Lui Siauw Thian dan Siang Lok turut
mengubah muka mereka. Bagian timur dari sungai Han Sui itu termasuk ujung
pegunungan Tay Hong San- itulah wilayah pengaruhnya
oey Kie Pay, partai Bendera kuning. In Gak tidak
mau bentrok dengan partai itu sebelum ia bertemu
dengan cong Sie sebelum mereka bertemu di He-kauw.
Pula anak muda itu hendak mentaati pesan Beng Liang
Taysu,jadi kecuali sangat terpaksa, tak mau ia
menurunkan tangan- Supaya orang tidak mengenali
mereka, mereka memakai topeng itu.
1396 Disaat itu air sungai tenang. Ada banyak perahu
lainnya yang berlayar milir dan mudik. Dikedua
tepi, didarat, ada perkampungan dengan sawah
kebunnya disepanjang jalan, maka juga disana tampak
tukang-tukang kayu serta nelayan-nelayan dengan
tudung rumput mereka, pemandangan itu cocok untuk
dilukis menjadi pigura atau digubah menjadi syair.
Biar bagaimana In Gak toh memikirkan soal bentrokan
yang mendatang dengan oey Kie Pay. Ia masgul kalau
ia ingat soal bentrokan itu. Supaya tak usah duduk
menganggur dan menjadi pepat pikiran karenanya, ia
mengajak siauw Thian dan lainnya membicarakan soal
ilmu silat, ia memberi petunjuk-petunjuk yang ada
gunanya untuk pertempuran mereka nanti.
Pada waktu magrib, perahu mereka berlabuh di Hekauw
diseberangnya, Sore itu mereka bersantap
didalam perahu. Tengah mereka menangsalperut itu,
mereka mendengar suara orang berkaok-kaok dari
tepian: "Tukang perahu, tukang perahu Adakah
perahumu ini untuk He-kauw?"
Suara orang itu parau. siauw Thian mendengar suara itu, ia mengawasi In
Gak. ia berkata, "Lao Sam, ada
usaha yang menguntungkan yang datang sendiri, tak
dapat kau menolaknya."
In Gak mengawasi kakak angkatnya itu, ia berdiam
saja. "Benar perahu kita untuk ke He kauw" terdengar
suara awak perahu, "Tapi perahu kita disewa
borongan Tuan tuan, tolong kamu menyewa perahu
lain" Lui siauw Thian bangun berdiri, ia ngoceh sendirian
" Kawanan setan kerbau dan hantu ular, semuanya
telah datang kemari, maka aku Lui LoJie, aku bakal
melihat keramaian" Lantas ia bertindak keluar
perahu. In Gak tahu kakak angkat itu membenci kejahatan
seperti membenci musuh, oleh karena ia kuatir kakak
itu naati menerbitkan onar, ia menyusul keluar,
1397 Tepat itu waktu mereka mendengar pula orang tadi
ditepian, suara seperti orang banci.
"Jangan kau ngaco belo. Tuan-tuan besarmu penuju
perahu ini Tukang perahu kau suruhlah sekalian
penumpang mu pada keluar"
Siauw Thian dan In Gaksudah lantas berada diluar
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perahu, Mereka melihat empat orang berdiri digiligili.
Mereka juga melihat tukang perahu ketakutanOrang dengan suara parau itu berdandan singsat,
tubuhnya jangkung dan kurus, Dia bersikap keren,
Dikiri dan kanannya berdiri mengapit dua orang,
yang pakaiannya seragam yaitu baju kuning yang
panjang dan gerombongan cuma tubuh mereka itu tak
sama yang satu tinggi dan besar, mukanya lebar
alisnya putih kumisnya merah, dan yang lainnya kate
dan mulutnya lancip. Orang yang ketiga terpisah sedikit jauh dari mereka
itu bertiga, dia beroman keren, kumis dan
jenggotnya pendek, sikapnya tenang, matanya
mengawasi kemuka air. Dipundak mereka semua
terlihat menggendol senjata masing-masing.
"Yang bicara barusan itu," kata Siauw-Thian
perlahan, pada In Gak. "Dialah Yan Bwe Kim-su In Ho
si Tombak Emas Ekor Walet atau Kheng-bun. Dua yang
mengapit itu, yang kate dan yang jaagkung, Lwe Hong
San Siang Kiat, dua jago dari gunung Lwe Hong SanYang jangkung yaitu Mo-thian Lo cia Kim Le ceng si
Lo cia Merabah Langit, dan yang kate cu-te Poankoan
ong Kit si Hakim Setempat. Yang bersendirian itu
yalah chong Gouw -sek hong Kle su Loa Tiauw Goan,
si Mahasiswa dari puncak sek Hong clong Gouw, Dia
licik dan telengas, kegirangan dan kemarahannya tak
dikentarakan, hingga sering dia mencelakai orang
diluar sangkaan- Dia lihay. Denganku dia
bermusuh..." In Gak mengangguk perlahan, pembicaraan diantara
tukang perahu dan Kheng bun it Koay tidak berhenti
sampai disitu, siluman dari Kheng-bun tidak mau
mengerti, dia memaksa hendak menyewa perahu orang.
1398 Maka itu, ketika siauw Thian berdua muncul, tukang
perahu itu berkata. "Tuan, penyewa perahu itu sudah
keluar, kau bicara sendiri dengan mereka itu, asal
mereka setuju, aku turut saja"
Keng-bun it Koay memang telah melihat keluarnya dua
orang itu dari dalam gubuk perahu, ia mengawasi
mereka, ia menegur dengan mengawasi dengar suara
paraunya yang tak nyata. Siauw Thian dan In Gak tidak menghiraukan orang,
berdua mereka bicara terus dengan perlahan- Sikap
ini membikin orang menegur pula, Masih mereka
berdiam, maka si siluman menjadi mendongkol.
"Eh, tua bangka, kau dengar apa tidak?" dia menegur
keras. Siauw Thian berpaling, dengan roman dingin ia
mengawasi si Siluman- "Aku cuma mendengar dua kali suara parau" ia
menjawab, "Mana aku siorang tua ketahui kau
memanggil siapa?" Kheng bun it Koay gusar, ia memang paling tak
senang orang menyebut suara paraunya itu yang tak
sedap untuk telinga, mukanya lantas menjadi merah.
"Tua bangka, memang kau sudah bosan hidup" dia
menegur "In Toaya hendak bicara dengan kau supaya
kau suka menyerahkan dua ruang perahu untuk kami,
sedang uang sewanya kita bayar seorang separuh
Setujukah kau?" Siauw Thian menjawab dingin- "Mati atau hidupnya
aku siorang tua ada Raja Akhirat yang mengurusnya,
tak usah kau yang mencapekan hati Tentang
penyerahan dua buah dalam perahuku ini, aku minta
jangan menyebut-nyebutnya pula Duduk bersama dalam
sebuah perahu dengan kamu bangsa memuakkan cumacuma
membikin mendongkol saja Tak dapat aku siorang
tua menggunai uangnya untuk membeli rasa muak itu"
Kheng- bun it Koay menjadi gusar, ingin dia
menghajar Siauw Thian guna melampiaskan
kemandongkolannya itu, tetapi ia tidak berani turun
tangan, ia melihat Siauw Thian tak mirip-nya orang
mengerti silat, hingga ia kuatir nama besarnya
1399 menjadi rusak andaikata orang ketahui ia menghina
seorang tua yang tak berdaya. ia menyabarkan diri.
Mo-thian Lo cia Kim Le ceng sebaliknya sudah lompat
keperahu, dengan sikap dingin dia mengawasi Siauw
Thian dan ln Gak. dia tidak melihat sesuatu yang
mencurigai lalu dia maju mendekati.
"Lotiang," ia kata bersenyum, "ini saudaraku she In
kasar sikapnya, aku harap lotiang suka memaafkan
dia. sebenarnya perlu sekali kami pergi ke He- kaumaka
itu sukalah lotiang berlaku baik dengan
membagi dua ruang untuk kami .."
"Itulah tak berarti," kata Siauw Thian ter-tawa,
"hanya aku tidak mengerti sekali, Disana ada
berlalu belasan perahu lainnya, kenapa kau justeru
arah perahu kami ini" sebenarnya kau mengandung
maksud apa" coba kaujelaskanKim Le ceng membuka mulutnya tanpa ia dapat
menjawab, ia dan kawannya cuma penujui perahu yang
besar, lain tidak. Siapa tahu mereka kebogehan dan
terhina, Lantas ia menjadi gusar.
"Tua-bangka kau sangka aku siorang she Kim orang
macam apa?" katanya keras.
"Aku tak perduli kamu orang apa" Siauw Thian jawab,
ia pun bersikap keras, "Mengenai soal membagi
ruang, baiklah kau- tak usah membuka mulutmu"
Le ceng tertawa. "Tua-bangka, kau mencari mampusmu sendiri" katanya,
Lalu dengan tenaga tiga bagian, ia menyampok. ia
gusar tetapi ia cuma ingin orang terluka sedikit.
Siauw Thian tidak menangkis atau melawan, dengan
tindakan biasa ia menggeser tubuh, terus ia
memandang In Gak dan berkata: "Lo Sam, ini anak
muda sangat tidak tahu aturan, baik kau tolak dia"
Itulah cara berkelit yang wajar, hingga-orang tak
dapat menyangka jelek. Le ceng heran hingga ia melengak, Pikir-nya: "Aku
tidak menyerang hebat tetapi cukup cepat, "Benarkah
dia begini kebetulan berkelitnya?"
In Ho pun heran, ia tidak melihat Siauw Tbian
sengaja berkelit. 1400 Ketika itu cuaca mulai gelap. nelayan-nelayan telah
pada memasang api, Angin meniup halus.
Didarat ong Kit bersama Loa Tiauw Goan menjadi
hilang sabar, yang pertama lantas berkata nyaring:
"Kim Lo-cia, buat apa adu lidah Tak dapatkah kau
ajar adat saja tua- bangka itu?" ia berlompat
keperahu diturut kawannya.
Belum lagi dua orang itu sampai diperahu mendadak
mereka merasai lutut mereka sakit sendirinya,
hingga lenyap tenaga mereka, hingga tanpa merasa
keduanya jatuh kecebur diair. Sia-sia belaka mereka
mencoba mempertahankan diri.
Kim Le ceng dan In Ho menjadi bingung, Mereka tidak
dapat menolongi sebab mereka tidak bisa berenang,
Terpaksa mereka minta tolong kepada awak perahu.
Sementara itu Siauw Thian berkata dingin, "Sudah
sahabat sahabat, sudah jangan kamu main gila
didepan aku siorang tua Mana dapat kamu main
perintah orang?" Dua orang itu bingung terpaksa keduanya lompat
keair dipinggiran, Syukur pinggiran itu dangkal
kendati begitu, mereka mesti mengeluarkan tenaga
untuk menyeret dua kawannya untuk dibawa naik
kedarat. Loa Tiauw Goan dan ong Kit tertotok jalan darahnya
tetapi mereka tidak tahu itulah jalan darah yang
mana, meski demikian, tahulah mereka sekarang bahwa
diatas perahu itu ada orang liehay.
Kheng-bun it Koay dan Kim Le ceng bermupakat
sebentar, lalu keduanya berlalu dengan cepat sambil
masing-masing menggendong satu kawannya.
Ketika itu didalam perahu, In Gak sesalkan Siauw
Thian, sang kakak- angkat, yang dikatakan tidak
karuan-karuan mencari gara-gara, ia kuatir karena
onar itu, disebelah depan mereka akan menemui
urusan yang memusingkan kepala. Mata siorang she
Lui mendelik. "Lo Sam, apakah kau tak tahu tabiatnya Lui LoJie?"
dia tanya, "Aku toh dikenal kaum Kang ouw sebagai
si arwah yang buyar?" Loa Tiauw Goan telah
1401 membinasakan sahabatku, sudah sepuluh tahun dia
menyembunyikan diri, tak pernah dia muncul hari ini
dia bertemu denganku mana dapat aku diam saja?"
In Gak tetap tak puas. "Bukankah baik kau bunuh
saja padanya?" tegurnya pula, "Apa perlunya
mempermainkan mereka ?"
Mata Siauw Thian mendelik pula, "Siapa bertemu
dengan Lui LoJie, jangan harap dia mau enak saja"
katanya, "Lo Sam, kau pernah lihat atau tidak
kucing menerkam tikus?"
Melihat lagak orang dan mendengar suara-nya, ketiga
nona tertawa geli. In Gak kewalahan, ia tertawa dan
mengangkat pundak... Ketika itu pemilik perahu dan awaknya berbicara
kasak-kusuk. lalu sipemilik masuk ke dalam perahu
untuk terus berkata: "Tuan-tuan, peristiwa barusan
dapat berubah menjadi onar. Diwilayah suagai Han
sui ini, orang oey Kie Pay terdapat dimana-mana dan
yang barusan itu mungkin mereka adanya. Kami tidak
dapat bertanggung jawab, maka itu... maka itu..."
In Gak tertawa, Jangan kau kuatir" katanya, wajar.
"Segala apa kamilah yang menanggung silahkan kau
keluar" Pemilik perahu itu bergerak bibirnya, matanya
mengawasi, tapi akhirnya ia ngeloyor keluar dengan
membungkam. Yauw Hong menyibir, ia berkata: "Lui Lo-su, kau
bicara besar Bukankah kau cuma mengandalkan apa
yang engko In bilang Leng Khong Tie-hiat yaitu,
ilmu menotok jalan darah ditengah udara" coba orang
bersiap lebih dulu... Hm Hm..."
Siauw Thian menggeleng kepala, "Nona yang baik
siapa yang tak ketahui liehaynya engko In-mu ini?"
katanya, "Kau berbuat baiklah padaku, jangan kau
bikin aku malu Aku bilang, masih banyak harinya
yang kau membutuhkan bantuanku - Nona, coba bilang,
perkataanku ini benar atau tidak?"
Yauw Hong jengah, juga Siang Bwe. Kedua-nya
mendelik kepada orang she Lui itu yang pandai
menggoda. 1402 Malam itu dilewatkan dengan tidak terjadi sesuatu.
Tadinya In Gak cemas, tak dapat ia tidur nyenyak
Ketika paginya bersama Siauw Thian ia pergi keluar,
mereka saling mengawasi. Didepan mereka kabut tipis hingga mereka bisa
melihat tegas bahwa mereka berada sendirian
ditepian itu. " Kecuali perahu mereka, semua perahu
lainnya telah pergi entah kemana, Yang aneh lagi
yalah pemilik perahu dan awaknya jongkok berkumpul
dikepala perahu, semua bungkam.
Siauw Thian, yang banyak pengalamannya segera dapat
membade sebabnya itu, ia lantas tertawa terbahak
dan berkata nyaring: "Lwe Hong San Siang Kiat tidak
main membokong, kamu benar laki-laki sejati Kenapa
kamu tidak mau memperlihatkan diri untuk kita
membuat pertemuan?" Baru berhenti perkataan itu atau ditepian terlihat
munculnya lima orang, Yang empat yalah yang kemarin
ini dan yang kelima seorang imam denganjubah hijau,
hidungnya besar mukanya lebar, kumisnya jarang, dan
dipunggungnya tergemblok sepasang pie-hiat-kwat,
semacam senjata peranti menotok jalan darah.
Siang Lok terperanjat melihat imam itu, ia lantas
membaiki In Gak: "Imam itu yalah Bok Liong cu dari
gunung Kui San di Kwietang Utara, dia liehay ilmu
silatnya yang diberi nama Thay It Kie-bun, hingga
dia pernah menjagoi. Sudah lama dia tidak pernah
muncul, siapa tahu dia berada disini, Baiklah
siauwhiap waspada terhadapnya."
Ketika itu Yauw Hong dan Siang Bwe keluar
dariperahu, Liok Koan dan Hu Wan tidak turut,
Mereka baru sembuh dan mentaati pesan In Gak untuk
jangan keluar bersama. Dengan munculnya lima orang dari Lwe Hong San itu,
In Gak berlima lantas lompat kedarat untuk
menghampirkan. Kegesitan mereka mengagumkan pihak
sana. Kheng-bun It Koay lantas menanya: "Kita tidak
bermusuh, kenapa tadi malam kami di bokong?"
"Siapa yang membokong kamu ?" tanya Siauw Thian,
tertawa dingin. "Siapa saksinya?"
1403 It Koay bungkam, ia tahu pihaknya dicurangi Tiauw
Goan dan ongkit dibokong, tetapi benar tidak ada
saksi yang melihatnya. Mukanya menjadi merah. Kim
Le ceng maju kedepan dia tertawa.
"Tadi malam memang kita yang bersalah," ia kata
mengaku, "Baiklah kita jangan berdusta, kita tahu
sama tahu, Adik seperguruanku ini serta Loa Tayhiap
telah dicurangi, kami tidak puas, dari itu marilah
kita main-main buat beberapa jurus. Kami bukan
hendak merebut muka terang, hanya untuk mengikat
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persahabatan saja." Sepasang alisnya Siauw Thian terbangun, hendak ia
menjawab, atau In Gak sudah mendahului.
"Kim Losu ngomong terus terang, aku si orang tua
kagum..." katanya. Mendengar kata-kata, "aku
siorang tua," kedua nona tertawa geli.
In Gak menyamar menjadi orang tua, ia mesti bawa
lagaknya seorang tua juga, ia mengerutkan alis
tetapi ia meneruskan "Hanya-lah losu sudah menduga
duga saja, Kami tidak membokong Loa Tayhiap berdua
kecemplung keair kebetulan saja, sebagian
disebabkan hati mereka panas. Memang yang paling
sulit untuk orang yang meyakinkan ilmu silat yalah
kesabaran dan penyaluran napasnya, penyaluran jalan
darahnya yang dinamakan kedua nadi jim dan tok.
Mudah sekali kedua jalan darah itu tertutup dan
mandek. Rupanya selagi berlompat, Loa Tayhiap
berdua terganggu jalan darahnya itu yang tak
tersalurkan tiba-tiba, --keterangan itu beralasan,
Tiauw Goan dan ong Kit saling mengawasi, didalam
hati mereka kata. "Benar beralasan tetapi benarkah terjadi hal
demikian kebetulan?"
Siauw Thian mengetahui maksud In Gak tak menanam
bibit permusuhan. Selagi kedua pihak berdiam, si imam hidung besar
kata dingin, " Kata- kata itu dapat memperdayai aku
Sudah ribuan tahun, belum pernah aku mendengar
serupa peristiwa itu. Kalau orang Rimba persilatan
1404 tak dapat menyalurkan kedua jalan darahnya itu,
siapakah yang berani muncul dalam dunia Kang ouw"
Aku merasa malu untuk kedustaan dan kepandaian
licik kamu itu" Itulah hinaan tetapi In Gak menyambutnya sambil
bersenyum. Yauw Hong sebaliknya hingga dia lantas
membentak. " Imam jelek. jangan bertingkah Apakah
kau kira kami jeri" Bilang terus terang, dipihak
kami ini, siapa pun bukan tandingan kau"
Matanya imam itu mendadak bersinar bengis.
"Nona tak malu kau omong besar" katanya. "Aku bukan
jago nomor satu dikolong langit ini tapi sedikit
orang yang dapat menandingi aku pandanganmu yalah
pandangan katak dalam tempurung Tak dapat aku
memberi ajaran kepada kau, disini ada orangnya yang
tepat" Dan ia menoleh kepada Loa Tiauw GoanSek Hong Kiesu Loa Tiauw Gan memang keponakan murid
imam itu. Dia lantas maju kedepan dan berkata
sambil tertawa, "Enso, beritahukan she dan namamu
Aku si orang she Loa tak sudi melukai orang tak
berkenamaan" Mukanya Yauw Hong menjadi merah ia gadis remaja
tapi dipanggil "enso"- seorang yang telah menikah,
Tapi ia berkata nyaring, " Untuk sekarang ini sukar
aku memberitahu-kannya sebentar saja setelah kau
kecemplung pula, itu waktu tentu masih belum
terlambat" Tak dapat tidak. Tiauw Goan jadi
mendongkoL "Kau mencari mampus, jangan kau sesalkan aku"
katanya nyaring, Dengan tangan kiri, dengan lima
jari terbuka, ia segera menotok jalan darah kloktie
dilengan kanan si nona, sedang dengan tangan
kanannya, ia mengincar jalan darah sim-jie nona
itu. "Kurang ajar" membentak sinona, ia tidak berkelit,
ia justeru balas menyerang.
Mulanya kedua tangannya diluncurkan sambil membuka,
baru ia menotok dikedua siku lawan Loa Tiauw Goan
kaget hingga ia mesti mencelat mundur Siauw Thian
memandang In Gak sambil tertawa.
1405 "Tak ku sangka Nona Kang dapat belajar cepat
sekali." pujinya, "Boleh dibilang baru setengah
harian tetapi ia sudah dapat menggunai ajaranmu
tepat sekali" Dipihak sana orang pun kagum dan heran, bahkan Bok
Liong cu menanya dirinya sendiri, tipu silat itu
ilmu silat perguruan yang mana...
Tiauw Goan panas hatinya, habis mundur segera ia
maju pula, ia penasaran dan tidak takut, Segera ia
mendesak. kedua tangannya menyamber-nyamber.
Yauw Hong mendapat hati, hatinya jadi tambah besar,
ia pun melawan dengan hebat, Belum dua puluh jurus,
lawannya sudah terdesak. dia repot menangkis atau
berkelit tak hentinya, Bok Liong cu mengerutkan alisnya, ia heran dan
cemas hati. Selagi merangsak itu tengah orang kelabakan, Yauw
Hong menotok dengan tangan kirinya, ia mengarah
jalan darah hok kiat. Totokannya itu menuruti jurus
"Bintang mengejar rembulan"
Tiauw Goan kaget dan bingung, ia berkelit kekiri,
Atas itu si nona menyusuli dengan jurus "Macan
tutul emas mengeluarkan kuku-nya" tangannya
meluncur kedada orang, Biar-nya dia lompat, orang
she Loa itu toh tak luput, maka itu dia terhuyung,
napasnya sesak. Dengan tertawa seram, Bok Liong cu lompat mencelat
kearah sinona. Justeru dia berlompat, In Gak
berlompatjuga, Maka berdua mereka bentrok, habis
mana dua-duanya sama-sama mencelat mundur.
Imam itu melihat, meski Tiauw Goan kalah, dalam
ilmu silat, sinona tidak unggul banyak maka ia
percaya, kalau ia lompat menerjang, ia akan
berhasil mencekuk lengan nona itu, siapa tahu, ia
dirintangi si "orang tua." ia menyambar lengan
kanan sinona, tapi lengan kanannya yang kena
terbentur tangan siorang tua, terus lengan itu
terasa lemas. 1406 Maka ia mundur dengan kaget dan heran, Hanya
sejenak. la kata dingin, "Keluarku ini justeru
untuk menemui orang liehay, maka hari ini aku
bersyukur bertemu dengan kau, tuan Dapatkah aku
mengetahui she dan nama besar mu?"
In Gak bersenyum. "Akulah orang biasa saja, tak suka namaku nanti
mengotori pendengaranmu," ia menjawab, "Kita tidak
bermusuhan, buat apakah kita menanamnya?"
Bok Liong cu berdiam, agaknya ia tertarik dengan
kata-kata orang, Tapi Tiauw Goan penasaran dia
menggosok Kheng-bun it Koay Siluman dari Kheng-bun
sudah lantas lompat maju, untuk menerkam Yauw Hong.
Dia berlompat dengan jurus "Naga terbang naik ke
langit", dia menggeraki kedua tangannya.
Nona Kang kaget, ia tidak menyangka orang bakal
menyerang ia. Tapi ia tidak gugup ia tidak takut,
bahkan ia pun lompat mencelat guna menyambuti, ia
hendak menabas kedua lengan penyerangnya itu dengan
tipu sifat "Memotong otot, memutus nadi".
Selagi si nona berlompat, Tiauw Goan yang penasaran
turut menyerang juga, ia berlompat sambil
meluncurkan tangan kirinya, sedang tangan kanannya
menimpukkan Sembilan potong uang tembaga, ketika
itu dada sinona lagi berbuka.
Bok Liong cu melihat sepak terjangnya sang
keponakan murid, dia kaget, dia berseru, "Tiauw
Goan, jangan- Peristiwa berlalu cepat sekali. Bentrokan terjadi,
dua tubuh roboh saling susul, balik satu tubuh
lain, yang lincah mencelat baik kesisinya Nona Lo
dimana dia berdiri sambit bersenyum. Yang roboh itu
yalah Tiauw Goan dan In Ho.
Hati In Gak lega. ia tahu silat Ngo Bie Pay yang
bernama "Hong-in Jie-pwe ciang", atau pukulan "Duapuluhdelapan Tangan-, yang digabung dengan gerak
kedua huruf "Menggempur" yang ia ajarkan si nona,
ia mesti mengagumi pula kecerdasan nona itu, yang
pandai menyangkok ajarannya. Diam-diam ia kata
1407 dalam hatinya, " Hebat nona ini. Dua orang itu
tentulah tertotok jalan darahnya sam- goan-"
Bok Liong cu menghampirkan dua orang dari pihaknya
itu, ia lantas menepuk bergantian jalan darah
kiehay dari mereka, atas mana keduanya berseru,
lalu berlompat bangun, Tiauw Goan lantas mengawasi
Nona Kang dengan sinar matanya yang bengis.
Yauw Hong melihat lagak orang, ia kata dalam
hatinya, "Jikalau aku tidak ingat pesan engko In,
yang melarang aku melukai orang ditengah perjalanan
ini, pasti sudah aku mengambil jiwamu"
Si imam mendelik kepada Siauw Goan, lalu dengan
tenang ia memutar tubuhnya, untuk menghadapi In Gak
ia kata, "Aku Bok Liong cu, kali ini aku menjadi
tetamunya pihak Lwe Hong San untuk satu bulan
lamanya. Baru dua hari yang lalu Kim Losu mengirim
surat mengundang aku, meminta aku, membantui
sahabatnya. Tak dapat aku menampik permintaan itu,
cuma sebab aku hendak merahasiakan perjalananku aku
mengusulkan untuk naik perahu.
Tidak aku duga, disini aku bertemu tuan semua yang
garang sekali.... "Siapakah yang galak?" Siang Bok tanya, "Apakah
totiang sudah menanyakan in Los u?"
Bok Liong cu agaknya terperanjat ia lantas menoleh
kepada In Ho. Sahabat itu terlihat jengah, ia
menduga pastilah si sahabat sudah mengeluarkan
kata-kata yang melukai hati orang, hingga terjadi
perselisihan ini. In Gak bersenyum, ia berkata: "Barusan aku si orang
tua sudah bilang, tak peduli siapa benar siapa
salah, urusan ini baiklah di-sudahi saja. Totiang,
bolehkah aku menanya kenapa perjalanan totiang ini
hendak dirahasiakan" Apakah totiang sungkan
terhadap sesuatu orang?"
Mendengar itu, hidung si imam terbangun, dia
tertawa lebar. "Seumurku, belum pernah aku takuti siapa juga"
katanya nyaring. "oleh karena orang yang meminta
bantuannya Kim Losu menjadi juga sahabatku dari
1408 banyak tahun, aku perlu mengalah, tidak dapat aku
menggagalkan urusan...."
Belum berhenti suaranya imam ini maka dari tegalan
sawah terlihat seorang lari mendatangi sambil dia
mengempit tubuh seorang lain, Dia itu bertubuh
besar dan usianya pertengahan. Karena melihat
datangnya orang itu si imam berhenti bicara.
Dengan lekas orang itu sudah sampai, terus ia
meletaki orang yang dikempitnya didepan Kim Le
ceng. In Gak awas sekali, ia lantas mengenali orang
tawanan itu yalah Twie Hong cie-wie cian Leng si
Landak, ketua cabang Yangcu dari Kay Pang, ia
menjadi heran. Sauw Thian menoleh pada si anak muda, dia melirik.
In Gak mengedipi mata, melarang kakak angkat itu
sembarang bertindak, ketika ia mengawasi muka cian
Leng ia mengerutkan alis, muka pengemis itu kuning
pucat. kedua matanya mendelong, itulah tanda dia
terancam bahaya maut. Sampai disitu terdengarlah suaranya orang yang
mengempit si pengemis, Katanya, "Setelah ditolong
Bok Liong Locianpwe, cian Su-hu ini telah sembuh
dari sakitnya, maka juga ketika tadi pagi San cu
meninggalkan gunung, dia sadar, Lantas dia bangun,
katanya dia perlu pergi ke lain tempat. Tak dapat
aku mencegah dia. cian Suhu baru lari melewati
mulut gunung, mendadak dia roboh sendirinya, Aku
periksa nadinya, nadi itu kacau. Karena aku ddak
dapat menolong, terpaksa aku bawa dia kemari.
Syukur san-cu belum pergi."
"Kau banyak cape, ciu Hiante" kata Kim Le ceng
mengangguk Bok Liong cu periksa nadi cian Leng, dia
menghela napas. "orang ini tak dapat bertahan sampai lewat tengah
hari" katanya, "Dia memaksakan diri mana bisa dia
tak mati?" Ketika itu In Gak berlompat, lompat kepada pengemis
itu. Bok Liong cu kaget. "Kau mau apa?" dia tanya, membentak seraya dia
menyampok. 1409 ooooooo BAB 21 IN GAK tahu ia diserang, ia tidak menghiraukannya.
ia cuma menggeraki tangan kirinya kesamping, ia
lantas memegang nadi kanan cian Leng, atas mana ia
terkejut sekali. Bok Liong Cu pun kaget ia terpaksa mundur beberapa
tindak. ia heran karena ia merasa orang bukan
menyerang ia hanya menyempar saja, Toh tenaga,
"orang tua" ini demikian dahsyat, ia lebih heran
karena ia tidak menerka ilmu silat orang ada ilmu
silat partai mana, dan orang pun ia tidak kenal,
bahkan belum pernah ia mendengar ada orang tua
lihay semacam orang ini. Dimana disitu ada Lwe Hong San Slang Kiat, ia
menjadi penasaran, Maka ia maju pula sambil menekan
dengan tipu silatnya, "San Hoa pin hun" atau
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Menyebar bunga belarakan."
In Gak lagi memperhatikan nadi cian Leng, ia tidak
menyangka bakal dibokong, Tapi disamping ia berada
lain-lain orang. Segera terdengar bentakan halus tapi nyaring dari
dua orang wanita, berbareng mana dua sinar putih
seperti bianglala menyamber kearahBok Liong cu.
Itulah Yauw Hong dan Siang Bwe yang gusar, karena
si imam menyerang sipemuda secara pengecut, maka
keduanya berteriak sambil berlompat untuk menyerang
si imam itu. Mereka sama-sama menggunai ilmu pedang
ajarannya In Gak. yang diambil dari ilmu silat
pedang Hian Thian Tit Seng Kiam.
Syukur untuk Bok Liong cu, kedua nona belum mahir
ilmunya itu, kalau tidak pasti celakalah dia, Dia
dapat menyingkir dari serangan itu.
In Gak bebas dari bokongan. ia berbangkit dengan
sabar, sembari mencegah kedua nona menyerang
terlebih jauh, ia mengawasi si-imam dengan ia
mengasi lihat roman keren. Ketika ia membuka mulut,
suaranya dalam tetapi tenang:
1410 "Aku si orang tua tidak bermusuh dengan kau,
totiang, kenapa kau berulang kali
membokong aku" jikalau totiang ingin mendapatkan
muka terangmu. tunggulah sebentar, sampai aku sudah
mengobati orang ini, nanti aku bipara pula
denganmu" Bok Liong cu mengasi dengar ejekannya.
"Dia sudah terluka parah, walaupun tabib Hoa To
yang pandai hidup pula, dia tak bakal dapat
ditolong lagi" katanya: "Sie-cu, jikalau kau dapat
menolong dia, sendirinya aku akan mengaku kalah,
perkara tanding tak usah dibicarakan dulu, hanya,
kalau tidak.." In Gak muak untuk keras kepala orang hingga ia
mengerutkan kedua alisnya.
"Biar bagaimana, paling dulu orang ini harus
ditolongi, baru sebentar kita bicara pula" ia kata
lagi, tetap dengan sabar, "Aku tahu dia ini terluka
parah tetapi dia dapat di tolong atau tidak.
terserah kepada usaha kita manusia Sebentar aku si
orang tua pasti akan minta pelajaran dari totiang,
supaya kepandaianmu yang lihay tak sampai tak
ditontonkan kepada umum"
Mukanya Bok Liong cu menjadi merah. Ia merasa
bagaimana ia terejek. "Kenapa cian Leng datang ke Lwe Hong San?" In Gak
tanya. "Dapatkah kepada aku si orang tua diberikan
sesuatu keterangan?"
Sembari berkata begitu, In Gak memegang pula
nadinya ciang Leng, untuk dipencet, guna
menyalurkan racunnya berkumpul di jalan darah siauw
yang. Bok Liong cu tertawa dingin "Sie cu tolongi saja
dia, setelah dia sembuh, mustahil ia tidak akan
bicara" katanya dingin, Dia mengejek dan menantang,
Mendapat kenyataan orang berpandangan sangat cupat,
In Gak tertawa, ia tidak mau
memperdulikan lagi, ia hanya lantas menolongi ketua
Kay Pang cabang Yang ciu itu. ia menggunai tenaga
dalam dari ilmu Poute Sian-kang, ia merasa pasti
cian Leng dibokong sebelum dia mendaki gunung Lwe
1411 Hong San, ketika Bok Liong cu " mengobatinya"
siimam membikin racun melulahan kebeberapa jalan
darah lainnya, itulah pertolongan pertama.
Sayangnya yalah cian Leng, yang seharusnya istirah,
sudah berlari-lari keras, hingga racun menjalar
ketubuh bagian dalam, Bek Liong cu benar waktu ia
membilang cian Leng tak dapat ditolong lagi, tetapi
In Gak mempunyai Poute Siankang dengan apa dia
dapat menolong memperpanjang jiwa si pengemis dari
tiga sampai lima tahun lagi. Tanpa bicara, In Gak
sudah memberikan pertolongannya itu.
Selagi angin bersilir silir ditepian sungai itu,
semua orang berdiam mengawasi In Gak dan cian Leng,
Bok Liong cu turut berdiam juga, cuma dengan
matanya yang tajam, ia melirik dan memperhatikan
bergantian kepada kelima orang pihak lawan itu,
hatinya menduga- duga : "Siapa mereka berlima" Usia mereka sudah lanjut
semua. Mestinya mereka liehay, Kenapa aku tidak
kenal mereka, bahkan mendengarnya pun belum?"
Karena ini akhirnya ia berbisik menanyakan
keterangan pada Mo Thian Lo cia Kim Le ceng.
orang she Kim itu telah membangun benteng diatas
gunung Lwe Hong San selama lima tahun, dia pernah
merantau di tujuh propinsi Selatan dan enam
propinsi Utara, dia kenal banyak sekali orang kos e
n, akan tetapi dia mesti menggeleng kepala.
Bok Liong cu heran hingga ia berpikir lebih jauh,
ia merasakan ilmu silat yang asing dari In Gak.
juga ilmu pedang kedua wanita itu, ia tetap tidak
mengingatnya, Lama-lama ia menjadi ingat suatu hal
yang telah lampau, ia lantas menghela napas.
Ketika itu, dengan lewatnya sang waktu, pertolongan
In Gak telah memberi hasil, Muka cian Leng yang
pucat berubah menjadi dadu, kedua matanya pun
dibuka perlahan-lahan, kemudian dia membuka
mulutnya, hendak bicara. Menampak itu, Bok Liong cu
menjadi kaget dan herannya bertambah. "Ah, dia
begini liehay...." pikirnya. "Mungkinkah aku yang
keliru memeriksa nadinya?"
1412 cian Leng sadar dengan lantas merasai beberapa
jalan darahnya panas, ia melihat seorang tua lagi
memegangi nadinya, dari tangan dia itu tersalur
hawa hangat, ia menjadi tidak karuan rasa. Tapi ia
menduga orang lagi mengobatinya, ia dilarang
bicara. Lewat sesaat, rasa panas makin hebat, maka
mau atau tidak. pengemis itu merintih.
Kira setengah jam, In Gak menghentikan
pengobatannya, ia berbangkit seraya mengeluarkan
napas panjang guna melegakan diri, kemudian sembari
bersenyum ia kata pada Siang Lok: "Tolong saudara
membawa cian Leng ke- dalam perahu supaya dia dapat
rebah beristirahat. Dia dapat makan tajin, tetapi
jangan sekali bergerak."
Habis berkata kepada si imam, tanpa menanti orang
melakukan permintaannya itu, pemuda ini yang berupa
seorang kakek-kakek meminjam pedangnya Lo Siang
Bwe, pedang mana ia kibaskan wajar akan tetapi
sinarnya berkelebat bagaikan bianglala atau bintang
putih, melihat mana Bok Liong cu dan kawan-kawannya
terperanjat. Dengan sabar In Gak menghampirkan Bok Liong cu,
untuk tertawa dan berkata: "Manusia itu tak dapat
berdiri tanpa kepercayaannya maka itu sekarang aku
siorang tua ingin dengan pedang ini melayani
sepasang senjata peranti menotok jalan darah dari
lotiang-buat beberapa jurus saja."
Bok Liong cu sudah lantas mengeluarkan sepasang
senjatanya ia menatap orang tua didepannya itu,
yang ia lirik pedangnya, ia kata: "Senjataku ini
telah tigapuluh tahun lamanya belum pernah dipakai
lagi, mungkin aku tidak dapat menguasainya, meski
begitu, asal aku gunai, pasti dia melukai orang,
maka itu aku minta sie-cu suka waspada"
Kata-kata itu terkabur, akan tetapi kenyataannya
memang demikian, Memang dulu hari dalam suatu
malam, dalam pertempuran digunung Thian chong San,
Bok Liong cu pernah mengalahkan duapuluh-tiga orang
ahli silat pedang yang kenamaan, cuma peristiwa itu
1413 tidak teruwar, lantaran sebelum mereka bertempur,
kedua pihak sudah berjanji akan menutup mulut.
In Gak tertawa mendengar kata-kata itu. "Silahkan
lotiang turun tangan" katanya, "Kalau dua orang
bertempur bertangan kosong atau bersenjata, mesti
salah satu terluka dari itu percuma untuk
menyebutkan itu" Selagi berkata begitu, anak muda ini memikir dalamdalam,
ia juga, selama satu tahun turun gunung dan
merantau belum pernah ia menggunai pedang, ia tahu
baik sekali IHian Thian cit Seng Pou dapat
melukakan orang tanpa di-sengaja jadi tak sudi ia
menggunai pedang kecuali disaat mati dan hidup,
Sekarang ia memegang pedang saking terpaksa
menghadapi si imam yang liehay ini. Meski demikian,
ia masih ingat baik-baik pesan Beng Liang Taysu.
Bok Liong cu mendongkol sekali menyaksikan orang
tidak menghiraukan dia, hingga ia berkata dalam
hati kecilnya: "Hatiku telah berubah banyak. dalam
segala hal aku dapat memikir jauh, suka aku
mengalah, akan tetapi hari ini, aku tidak dapat
berlaku murah hati pula.."
Maka ia tertawa dingin dan kata: "Suka aku mengalah
selama tiga jurus - Nah, silahkan sie-cu mulai"
In Gak tertawa, ia lantas menggeraki pedangnya dari
kiri kekanan, ia bergerak dengan perlahan ia tidak
segera menerjang, tetapi melihat gerakan itu Bok
Liong cu terkejut, Imam ini merasakan suatu tenaga
menolak yang tak nampak. hingga ia mesti lekas
menahan diri dengan tipu "Memberatkan diri seribu
kati." "oh kiranya sie-cu dari Kun Lun Pay?"
katanya. Gerakannya In Gak ini memang mirip dengan jurus
"Teng Seng Im Yang" dari ilmu silat "Thian Lo cit
Sie" dari Kun Lun Pay.
Ia pun kata: "Ilmu silat itu asalnya satu pokok.
jadi tidak seharusnya ada perbedaannya, Aku siorang
tua bukannya murid Kun Lun Pay, meski benar
ilmu pedangku ini mirip dengan Thian Lo cit Sie."
1414 Kemudian ia membuat gerakan balik, dari kanan
kekiri. Bok Lion cu mundur tiga tindak, ia merasakan
desakan yang kuat sekali, Tanpa merasa mukanya
menjadi pucat. "Inilah jurus yang kedua" kata In Gak nyaring,
"Masih ada satu jurus pula, habis mana totiang
harus turun tangan- Kata-kata itu diakhiri dengan gerakan yang serupa,
seperti yang pertama. Semua orang lain mengawasi dengan perhatian penuh,
Liok Koan dan Hu Wan pun sampai melongok dari
jendela perahu. Selama hidupnya belum pernah Bok Liong cu merasa
tegang bahkan bergelisah sebagai saat ini. ia
merasa bahwa ia telah menemui orang yang benarbenar
liehay, hingga inilah saat dari naik derajat
atau keruntuhannya ia tahu pasti orang tua
didepannya ini tentulah mempunyai lain-lain jurus
yang terlebih liehay pula.
Selagi berpikir demikian, imam ini mesti terus
mempertahankan diri. Kali ini matanya menjadi silau
oleh sinar pedang lawan, Akhirnya ia berseru,
tubuhnya mencelat, ketika ia turun, sepasang piehiatkwat menotok kedada orang.
In Gak bergerak dengan jurus "Ban Seng Klong Goat,"
atau "Berlaksa bintang merubung rembulan-" hingga
sinar pedangnya sangat menyilaukan mata.
Bok Liong cu terkejut melihat gerakan orang
terlebih jauh, ia membatalkan serangannya, ia
berlompat kesamping, Tapi sekarang In Gak menyusul,
terpaksa ia mesti melayani.
Mereka sama-sama tangguh maka dengan cepat
tigapuluh jurus sudah berlalu.
Selama itu, Bok Liong cu merasa ia terus terdesak.
ia mempertahankan diri, sia-sia ia coba balas
menyerang untuk menang diatas angin, ia menjadi
sulit bergerak. Dalam bergelisah, ia menggeser
tubuhnya, untuk memaksa menyerang juga, sampai tiga
1415 kali beruntun. Kelihatannya ia mendesak tetapi
sebenarnya kedudukannya tak menjadi terlebih baik.
Kecuali pedang dan pie-hiat-kwat berkilauan suara
beradunya pun saban-saban terdengar terang.
Kemudian Bok Liong cu merasa senjatanya kena
ditempel senjata lawan, ia terkejut, ia mengawasi
mendelong, mukanya sudah lantas mengeluarkan
keringat. Tak dapat ia membebaskan senjatanya itu
meski ia sudah mencoba sekuat tenaga.
In Gak bersikap sungguh sungguh, ia mempertahankan
tempelannya itu. sekarang mereka tidak lagi saling
serang, Kedua pihak mengadu tenaga dalam mereka.
(Bersambung ke Jilid 26) Jilid 25 : Ke markas Oey-kie pay
MEREKA mengambil jalan kecil disamping pintu Sam-tianbun,
dengan lekas mereka tiba di Kim Teng. Puncak Emas dari
puncak Thian Cu Hong, Begitu tiba ditempat terbuka dan rata
disitu, dari dalam pendopo terdengarlah seruan keagamaan:
"Bu Liang Siu Hud" Suara itu tajam, bernada kemurkahan,
terus disusul dengan lompat keluarnya sesosok bayangan
manusia. In Gak lantas melihat tegas, Bayangan itu yalah seorang
imam tua yang telah putih rambutnya, kedua matanya tajam,
tanpa b erg usar, dia terlihat keren. Dia mungkin berusia
diatas seratus tahun, Mukanya sudah keriputan tetapi dia
masih sehat dan segar, tindakannya tetap dan gesit.
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia mengawasi kepada keempat tetamu tidak diundang itu,
terus dia bersenyum dan berkata: "Pinto yalah Thay Hian,
Puncak Thian Cu Kim Teng ini tempat terlarang, orang luar tak
dapat lancang masuk kemari, maka itu si-cu, ada urusan apa
si-cu, berempat datang kemari?"
Suara itu lunak tetapi berarti dia tak senang menyambut
tetamu-tetamunya itu. 1416 "Hm" In Gak terpaksa mengeluarkan suara dihidung, "Kami
berempat datang kemari bukan sebagai musuh dan juga
bukan sebagai sahabat, kami hanya mau menanyakan
urusannya Siauw Yauw Kek. urusan yang sudah sudah. Sikap
kami memang kurang pantas, akan tetapi mengingat totiang
orang pertapaan dan anggota tertinggi dari Bu Tong Pay, aku
percaya totiang dapat berlaku sabar, Totiang, murid-murid Bu
Tong Pay lagi menghadapi bencana kebinasaan, aku percaya,
tidak nanti hati lotiang tak tergerak karenanya. Perkara kami
lancang masuk ketempat terlarang ini, perkara kecil, harap
totiang tidak menghiraukan-nya."
Habis berkata begitu, anak muda ini tertawa riang.
Air mukanya Thay Hian berubah, sinar matanya tak setajam
tadi, Nyata ia menguasai diri untuk mencegah kemarahannya.
"Tajam suara kau, sie cu, kata katamu bernada mengejek."
ia bilang perlahan, "Pinto tidak bersaing dengan dunia,
diserangpun pinto tidak berkuatir, coba adik seperguruan pinto
berada disini, aku kuatir siecu berempat tak dapat berlalu
dengan selamat dari puncak ini"
Baru berhenti suara si imam, atau sang angin membawa
datang siulan nyaring. "Nah, itulah adik seperguruan pinto
datang" dia menambahkanBenarlah, dari arah puncak terlihat datangnya dua orang
yang mulanya berupa bayangan putih, tatkala mereka sudah
sampai di samping Thay Hian, terlihat merekalah dua imam
yang berusia telah lanjut, Imam yang satu lantas berkata pada
Thay Hian- "Pak Beng Sam Mo bersama Siauw Yauw Kek lagi
mendatangi ke Thian cu Kim Teng ini, mereka dipimpin oleh
ciangbun su-tit serta kedua murid Uy Seng dan Cie Seng, Lain
lainnya penyerang, sebagian besar telah dapat dibinasakanTe Sat Kie su Bok Peng telah siauwte hajar roboh dari
panggung Hui Seng Tay, entah dia sudah mati atau masih
hidup," Habis berkata dia mengawasi tajam In Gak berempat.
1417 "Semoga dengan perlindungan Couwsu ki-ta, gunung kita
ini dapat aman dan selamat" memuji Tay Hian, "Pak Beng Sam
Mo liehay luar biasa, mereka tak dapat diajak omong secara
baik-baik. Siauw Yauw Kek masih mendendam, dia pun tak
puas. Maka itu aku mau menduga mungkinlah hari ini yang
ditunjuk mendiang ciangbunjin kita bahwa satu waktu Bu
Tong Pay bakal mengalami kebencanaan besar." Setelah
mengucap itu, pendeta ini menghela napas.
Ketika itu mendadak terdengar suara keras seperti pendopo
tergetar hendak roboh dan angin santer menderu. Ketiga
imam kaget, Mereka berpaling, agaknya mereka mau
memburu kependopo, atau mereka lantas melihat keluar nya
empat orang dengan sikap tenang tenang saja, Salah satu
orang tua seorang dengan baju pendek dan singsat
dandanannya, bertubuh kecil, dan kurus, kumisnya pendek
dan jarang. Diapun bermata satu, mata kirinya buta, tinggal mata
kanannya, tetapi mata ini tajam luar biasa, Tiga yang lainnya
yalah yang dibilang "bermata macan tutul, berhidung singa"
muka nya merah dan berewokan tebal. Mereka tidak rata
tinggi katanya, yang terang yalah mereka mirip saudarasaudara
kembar tiga. In Gak segera berkata perlahan kepada ke tiga kawannya, "
Untuk sementara mari kita mengundurkan diri. Tak dapat kita
campur tangan urusan mereka...." Dan ia menarik tangan nya
kedua nona, untuk berlompat pergi kebawahnya sebuah
pohon cemara tua dan besar sekali dibagian tempat terbuka
itu. Disini mereka berdiam diri dengan memasang mata.
Empat orang yang muncul itu pastilah bukan lain daripada
Siauw Yauw Kek bersama Pak Beng Sam Mo, ketiga Hantu
dari Pak Beng Akhirat Utara, Mereka seperti tidak memandang
mata kepada ketiga imam, keempatnya bicara satu pada lain
sambil tertawa-tawa. 1418 Lalu terdengar pula suaranya Siauw Yauw Kek: "Tiga
saudara, rasanya buah Long bwe-sian dari Bu Tong Pay lezat
tak celaan, buah itu membikin orang ketagihanHantu yang dikiri menjawab, "Long- bwe sian memang
istimewa, cuma rasanya tawar, masih kalah dengan pier dingin
dari Pak Hay" Pak Hay, Laut Utara, yalah tempatnya si Hantu, yang
diumpa makan seperti Pek Beng, Akhirat Utara.
"Kawanan hidung kerbau dari Bu Tong Pay sangat kikir
seharusnya semua patung, perapian dan lainnya terbuat dari
emas tetapi mereka membikinnya dari kuningan melulu
Melihat itu aku jemu. Baiklah semua itu dibakar musnah saja"
Gembira mereka itu menggoyang lidah mereka, Baru
mereka berhenti ketika tiga bayangan lompat kedepan
mereka, Lantas mereka tertawa terbahak tubuh mereka
bergerak gesit, hingga dilain detik mereka sudah berdiri dibelakangnya
ketiga imam. Atas itu Tay Hian bertiga lantas memutar tubuh, hingga
bertujuh mereka berdiri saling berhadapan, tiga belas biji mata
tajam saling mengawasi dengan sorotnya bersinar bengis.
Segala apa sunyi waktu itu, kecuali deru- nya sang angin
gunung. Baru kemudian Siauw Yauw Kek mengasi dengar
tertawanya yang nyaring seraya dia berkata: "Aku tidak
sangka sihidung kerbau Lan Seng telah menunjuki
penghargaannya kepadaku si orang she Hay Dia telah
membikin muncul ketiga Bintang dari Bu Tong Pay yang sudah
lama tak mencampuri urusan dunia Ketiga totiang Thay Hian,
Thay Biauw dan Thay Ceng, aku merasa beruntung sekali
dapat bertemu dengan kamu semua"
Thay Biauw gusar sekali, mendadak ia mengulur sebelah
tangannya untuk dengan lima jeriji-nya menyambar jalan
darah kin ceng dari orang jumawa itu. Tapi itulah gertakan
belaka, pada saat terakhir, lima jiri tangan itu justeru menotok
kekelima jalan darah ji-hu, kiu-teng, im-touw, thay- it dan kieTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1419 bun. Dari cepatnya gerakan dan perubahan itu dapatlah
diketahui liehaynya si-imam.
Diserang secara demikian, Siauw Yauw Kek tak sempat
menangkis, ketika ia berkelit sambil melengak. tangannya siimam
masih menyamber baju didadanya hingga bajunya itu
robek. Sebelum Thay Biauw sempat menarik pulang tangannya
ketiga Hantu sudah menyerang masing-masing. serangan itu
tak kalah liehaynya dengan serangan si imam barusanThay Biauw terkejut, dengan sebat ia menjejak tanah untuk
berlompat mundur, perbuatannya itu diturut lompat
nyampingnya Thay Hian dan Thay Ceng.
Hebat serangannya Pak Beng Sam Mo. Gagal mengenai
sasaran manusia, serangan itu mengenai sebuah pohon
dibelakang ketiga imam. Maka celakalah pohon itu, yang
terhajar patah dan roboh kedalam jurang disampingnya.
ooooo BAB 20 HABIS menolongi Siauw Yauw Kek itu, ketiga Hantu berdiri
diam, wajah mereka dingin. Hanya sebentar mata mereka
yang tajam sinarnya itu berubah menjadi sayup bahkan lagi
sedetik mata itu separuh ditutup, hingga mereka mirip orangorang
suci lagi bersemedhi Thay Biauw heran, begitupunThay
Hian dan Thay ceng. In Gak pun tidak menjadi kecuali, ia tidak
mengarti. Yang mengarti yalah Siauw Yauw Kek seorang.
Dengan begitu, suasana sunyi pula kecuali siuran angin.
In Gak bersama Thay Hian terus mengawasi ketiga Hantu,
memasang mata kepada mata mereka itu. Tidak lama,
keduanya lantas mulai mengerti.
Thay Hian menjadi tertua diantara tiga Bintang, dia cerdas
sekali, Begitu ia msaf, hendak ia memberi keterangan kepada
Thay Biauw dan Thay ceng.
1420 Justeru itu, Thay Biauw habis sabar, hendak dia menerjang.
Tapi dia kalah sebat oleh ketiga Hantu, Tiba tiba Thay Hian
merasai samberan hawa dingin, ia menjatuhkan diri berduduk
terus ia mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis
hawa dingin itu. Thay Biauw dan Thay ceng juga lantas merasai hawa
dingin, keduanya lantas menelan perlawanan kakak mereka,
keduanya terus duduk bersila. Sambil bersila, Thay Biauw
mengebut dengan tangan bajunya.
In Gak menyuruh Siang Lok bersama kedua nona lekas
menyingkir dari puncak itu, ia sendiri menggeraki tangannya
dengan gerakan Pu te Sian-ciang, guna menolak hawa dingin
itu, sembari membela diri, ia mengundurkan diri di-sebeIah
belakang tiga kawannya itu, ia melihat muka Siang Lok bertiga
pucat, tubuh mereka menggigil lekas- lekas ia memberikan
mereka masing-masing sebutir pel Tiang Cun Tan, untuk
mereka segera menelannya.
Lekas sekali, muka mereka bertiga itu menjadi merah pula.
"Dingin luar biasa" kata siang Lok. "Jangan-jangan ketiga
imam itu tak akan dapat ber-tahan.."
Sementara itu terlihat siauw Yauw Kek mendatangi, lalu
berhenti, berdiri diam di jarak tak ada setombak didepan
mereka berempat. "Aku justeru mau mencari kau" kata In Gak dalam hati.
"Kau mengantarkan dirimu sendiri"
Siauw Yauw Kek mengawasi sambil melirik. terus dia
menanya apa mereka berempat datang untuk membantui Bu
Tong Pay. "Kami datang kesini untuk mencari satu orang " In Gak
menjawab "Dengan Bu Tong Pay kami tidak punya hubungan,
tak mau kami menimbulkan urusan, Hanya tuan, sukakah kau
memberitahukan she dan namamu yang mulia?"
1421 Siauw Yauw Kek tertawa, "Akulah orang hutan, sudah lama
aku tak ingat she dan namaku" sahutnya, "orang menyebut
aku Siauw Yauw Kek" Sianak muda berpura kaget
"oh, tuan kiranya Siauw Yauw Kek?" ia menegaskan
"Pernah aku mendengar sahabatku kaum Rimba persilatan
menyebut gelaran tuan itu, aku tidak menyangka disini aku
menemui tuan Aku girang sekali Tuan, dimanakah tempat
kediamanmu" Dibelakang hari pasti sekali aku akan pergi
membuat kunjungan untuk menerima pengajaran dari kau"
Siauw Yauw Kek menjadi tidak puas, ia menyangka, setelah
ia menyebut gelarannya, orang akan berlaku sangat hormat
terhadapnya siapa tahu orang adem saja,
"Aku tinggal diutara Ho Lan San, didalam hutan yang lebat"
ia menyahut seraya lebih dulu memperdengarkan suara "Hm"
yang dingin, "Disana salju bertumpuk seluruh tahun dan tak
pernah lumer itulah puncak Soat Sun Hong, yang aku
namakan sendiri Tempat itu sunyi dan mencil, tak ada lain
orang yang mengetahui. Dapatkah kau mencarinya?"
In Gak tertawa bergelak. "Mana bisa aku tak dapat mencarinya?" sahutnya lantang, "
orang yang dicari aku yang rendah justeru ialah tuan-.."
Belum sampai In Gak bicara terus, tiba-tiba diatas puncak
terdengar suara nyaring seperti guntur, terus terlihat es dan
salju gempur dan tumpah seperti air mancur.
Siauw Yauw Kek sudah lantas lompat naik, kata katanya In
Gak itu ia seperti tidak dengar.
Diempat penjuru terlihat salju putih dan suara menggelegar
masih terdengar terus. "Siauwhiap." berkata Siang Lok "biar bagaimana harus kita
membantu Bu Tong Pay..."
In Gak menghela napas. "Hatiku telah menjadi tawar, tak ingin aku mencampuri lagi
urusan kaum Kang ouw" katanya masgul, "Sekarang aku telah
1422 mendapat tahu tempat kediamannya Siauw Yauw Kek, maka
itu urusan lain orang baiklah kita jangan mencampurinya...."
"Engko In," berkata Yauw Hong, yang turut bicara, "kau
masih belum membayar pulang kemala kuning si-imam
permusuhan sudah terjadi, karenanya tak seharusnya kau
berdiam saja. Kenapa kau jadi seperti kepala harimau dengan
ekor ular?" Siang Lok menyeringai ia berkata: "Mula-nyapun aku telah
mengasi pikiran untuk siauwhiap jangan mengulur tangan,
tetapi sekarang keadaan lain Siauwhiap..." ia menunjuk
keempat penjuru dan menambahkan: "Lihat lembah itu,
disana asap mengepul naik, Mungkin kuil-kuil Bu Tong Pay
telah dibakar musnah dan murid-muridnya telah dibinasakan
maka jikalau siauw-hiap tidak turun tangan membantai
mereka, bisa terjadi orang memfitnah kau sudah bersekongkol
dengan Pak Beng Sam Mo datang menyateroni kemari, Sulit
untuk meningkat fitnah itu...."
In Gak mengelak. "Coba tidak koancu memberi ingat ini, pasti aku melakukan
kekeliruan-" katanya, "Sekarang marilah kita naik keatas"
Pemuda ini lantas berlompat, untuk terus berlari mendaki
puncak. Siang Lok dan kedua nona menyusul.
Setibanya diatas mereka lihat ketiga tiang lo lagi
beristirahat dibawah pohon cemara tua, Pendopo sudah
miring, Pak Beng Sam Mo bersama Siauw Yauw Kek tidak
nampak. entah kemana perginya mereka itu.
Thay Biauw melihat datangnya keempat orang, dia
membentak: "Apakah kamu datang untuk merampok tengah
orang kebakaran " Pintoo ada disini, belum tentu kamu nanti dapat mencapai
maksud hatimu". Imam itu segera berbangkit buat menyerang
dengan kebutan tangan bajunya.
Siang Lok maju kemuka, dengan kedua tangannya ia
menangkis, Sebagai kesudahan dari itu, keduanya mundur
1423 masing-masing setengah tindak Imam itu menjadi gusar, dia
mau mengulangi serangannya,
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Totiang" kata In Gak tawar, "apakah kau masih memikir
tak puas dengan ancaman kematianmu ini?"
Thay Biauw melengak. sedang Thay Hian dan Thay ceng,
yang turut mendengar menjadi heran, Thay Biauw menunda
sarangannya, ia mundur lagi setengah tindak. "Hm" ia
perdengarkan suara gusarnya. "Sie cu, kau terlalujumawa
Pinto..." In Gak lantas memegat, ia berkata bersenyum: "Totiang,
janganlah salah paham atas kedatangan kami ini, jangan
kamu menyangka kami hendak mencari permusuhan Barusan
Totiang bertiga telah menempurPakBeng Sam Mo, totiang
berhasil memperoleh kemenangan dengan mengundurkan
mereka, meski demikian, totiang bertiga sudah terserang
hawa dingin Han-peng cin-khie dari ketiga Hantu itu dan
sekarang hawa yang beracun itu sudah mulai masuk kedalam.
oleh karena lotiang mahir ilmu tenaga dalam, serangan itu
masih belum terasa, tetapi selewatnya dua belas jam, pasti
totiang akan merasakannya, sampai itu waktu, dewa pun tak
dapat sanggup menolongnya...^" ia berhenti sebentar, akan
mengawasi Thay Biauw dengan roman yang merasa
berkasihan, ia menambahkan"Lebih-lebih kau, totiang, karena kau b erg usar,
serangannya racun lebih hebat pula mungkin hanya lagi enam
jam darahmu akan sudah mulai beku, setelah terserang hulu
hatimu, kau bakal mati tak tertolong lagi, jikalau totiang
bertiga percaya aku coba kamu menyalurkan napas kamu,
pasti kamu akan merasai sesuatu perubahan-"
Ketiga imam itu terperanjat. Dengan lantas mereka
menyalurkan napas mereka. Benar-benar mereka merasakan
jalan napas tidak lurus lagi, bahkan terus terasa hawa dingin
yang membuat mereka pada menggigil. "Bagaimana?" tanya
In Gak bersenyum. 1424 "Sie cu benar terdiam matamu" kata Thay Hian, kaget
heran dan kagum, "Pinto sudah berusia lanjut, mati pun tak
harus dibuat sayang, harus disayangi yalah Bu Tong Pay. Pak
Beng Sam Mo telah terhajar kami tetapi mereka tidak terluka,
kami kuatir mereka datang pula. jikalau benar mereka
menyerbu lagi, celakalah kami semua, Sie-cu kau liehay, kau
tentunya murid seorang pandai yang lagi mengasingi diri,
pinto minta sukalah kau berdiam disini untuk membantu
kami." Mendengar permintaan itu, In Gak menjadi masgul, Tak
ingin ia mencampuri urusan mereka itu, Tetapi ia lantas
mendapat pikiran maka ia tertawa dan berkata: "Aku yang
rendah tidak punya kepandaian, sulit untuk aku memberikan
bantuanku, tetapi untuk menolongi totiang bertiga, aku akan
coba, Totiang telah menjadi kurban hawa dingin Han-peng
khie, sekarang silahkan totiang bertiga menempel telapakan
tangan lotiang kepada punggung masing-masing, untuk
menyalurkan hawa panas Sam- yang Cin-hwe, guna mengusir
hawa itu, Aku percaya selewatnya satu jam pasti akan ada
hasilnya. Ketiga imam itu heran, sederhana kata-kata orang tetapi
berarti, Mereka sendiri tidak ingat cara pengobatan itu Thay
Hian hendak memberikan pujiannya ketika ia melihat sianak
muda mengeluarkan kemala kuning seraya men-dahulukan
bicara katanya: "Tadi selagi kami mendaki gunung ini telah
terjadi salah mengarti diantara kami dengan Lan Seng Ie-su.
Duduk- nya begini. ..." ia menjelaskan semua, habis itu sambil
tertawa ia menambahkan. "Mendaki gunung dengan membawa pedang memang
berarti melanggar aturan disini, dalam hal itu aku yang rendah
mengaku sudah berbuat salah, maka sekarang kami
menghaturkan maaf kami, inilah kemalanya Lan Seng Ie-su,
aku minta totiang bertiga sukulah menerima untuk
dikembalikan kepadanya."
1425 In Gak menghampirkan, untuk menyerahkan kemala itu
kepada Thay Hian- Imam itu menggeraki alisnya, hendak ia bicara, tetapi si
anak muda segera mencegah dengan menggoyangi tangan,
katanya pula sembari bersenyum: "Sekarang ini kuil lotiang
telah runtuh delapan atau sembilan bagian, dalam sepuluh
dan murid-murid kamu tengah bertempur dalam darah Musuhmusuh
yang datang buka melainkan Pak Beng Sam Mo dan
Siauw Yauw Kek tetapi juga Kiong Lay Pay.
Dalam hal lotiang ini aku yang rendah merasa malu sebab
aku tidak dapat memberikan bantuan kami, maka itu sekarang
baiklah lotiang bertiga mengutamakan pengobatan diri sendiri,
nanti kalau Pak Beng Sam Mo datang pula, baik totiang
menyambutnya dengan cara berkelahi Samgoan Kauw-kek
dan Thian Te Jin Tan hoan supaya mereka tidak dapat ketika
memperoleh bantuan- Secara begini saja totiang bakal
mendapatkan kemenangan- Demikanlah kata-kataku Sampai
kita bertemu pula" Habis berkata begitu, dengan berseru, "Mari" In Gak
mengajak tiga kawannya berlari pergi turun dari puncak^
Bu Tong Sam Lo melihat gerakan orang demikian sebat,
mereka kagum. Sembari turun gunung itu, dimana yang ia bisa, diam-diam
In Gak membantui pihak Bu Tong Pay, tapi selama itu ia terus
menjadi pendiam, Yauw Hong dan siang Bwe tidak puas
mereka menjadi masgul, Diam-diam mereka minta
bantuannya siang Lok akan tetapi imam itu bilang, nanti
malam saja mereka bicara pula.
Diwaktu magrib In Gak berempat tiba di Lauw-ho-kauw
dimana mereka lantas bermalam dihotel Tiang Hin. Sianak
muda mengambil kamar seorang diri, berteman dengan
sebuah pembaringan ia rebah dengan mata melongo, ia terus
tidak bergembira. ia berpikir tapi semua yang terpikirkan ya la
1426 h hal-hal yang membikin hatinya tidak tenteram. Semua
pengalamannya ia anggap tidak memuaskan hati-nya. Tibatiba
terdengar ketukan pada daun pintu. "Siapa?" ia tanya.
"Aku" sahut suara diluar suaranya Yauw Hong, "Engko In,
dapatkah aku masuk?" In Gak bergerak untuk berduduk.
"Kenapa tidak dapat?" ia menyahut, "Pintu pun tidak
dikunci." Daun pintu lantas terbuka dengan berbunyi disana terlihat
Nona Kang bertindak masuk bersama-sama Nona Lo. Siang
Lok tidak turut bersama, Kedua nona itu mengerutkan alisnya
masing-masing dan mata mereka lesu, sinarnya mengandung
penasaran- In Gak berduka melihat roman orang itu. ia tahu sebabnya
itu. Kedua nona lantas duduk dibangku kecil didepan
pembaringan. "Engko In, selama beberapa hari ini kau senantiasa
berduka, apakah sebabnya?" Yauw Hong tanya suaranya
lemah. "Dapatkah kau memberi keterangan pada adikmu ini?"
Tanpa dapat dicegah lagi air matanya nona ini mengucur
turun, maka juga matanya siang Bwe turut menjadi merah.
In Gak berdiam, ia bingung, ia tidak sangka si nona berani
menanyakan demikian-Sekian lama ia bungkam, akhirnya ia
menghela napas. "Aku mengarti hatimu, nona-nona," katanya, sabar, "Aku
pun manusia bukannya rumput, hanya selama ini
pengalamanku buruk sekali, aku menyesal karena aku
membuat kegagalan diri sendiri, sekalian aku membikin gagal
juga lain orang." "Engko In kau tidak menggagalkan diri-mu," kata Yauw
Hong cepat. "Kaupun keliru jikalau kau mengatakan kau telah
membikin gagal, Semua itu karena suka kami sendiri Engko
In, apakah kau akan hendak tolak kami" Tidak. Engko kecuali
kami masuk menjadi pendeta Sehelai benang, telah mengikat
1427 dua ekor balang, keduanya tak dapat dipisahkan lagi satu dari
lain" In Gak melengak. Akhirnya ia pikir, "Buat apa aku berkukuh
lagi" Baiklah aku berserah kepada takdir percuma aku
menderita tidak keruan, toh tak dapat aku membebaskannya."
Maka ia lantss bersenyum. ia kata, "Jikalau kedua adik
mengatakan demikian, baiklah itu berarti rejekiku besar bukan
main cuma aku kuatir aku tak sanggup membahagiakan
selama-lamanya" Mukanya kedua nona menjadi merah mereka melirik sambil
mendelik. In Gak seperti mendapat pulang kegembiraannya, ia lantas
memasang omong dengan asyik, Dapat ia bergurau hingga
kedua nona itu saban-saban tertawa.
Sampai jauh malam masih tiga orang muda ini berbicara,
sampai mendadak daun pintu ditolak terbuka dan satu
bayangan orang masuk kedalam kamar. Mulanya In Gak
terkejut tapi segera alisnya terbangun, romannya girang
bukan buatan "Lui Jieko" ia berseru: "oh, bagaimana kau bikin aku
bersengsara mencari kau" Hanya sebentar lenyap
kegembiraannya itu. Habis si Lui Jieko tidak ada orang lainnya
yang mengintilnya. Tidak ada Hu Liok Koan dan Hu WanMaka ia lantas menanyai "Mana mereka ?"
Lui Siauw Thian melihat Yauw Hong dan Siang Bwe, ia
tertawa. "Kamu baik, nona-nona?" dia menegur, Tapi, tanpa
menanti jawaban, ia menghadap adik angkatnya, akan
memperlihatkan roman sungguh-sungguh. ia kata: "Lui Lo-ji
turut Hu Tayhiap dan nona Wan dari Tiang Pek San menuju ke
Bu Tong San, setibanya di Kiap-kiauw-tin, menyesal sekali Lui
Lojie berlaku alpa, dia telah menemahai beberapa cawan arak.
kesudahannya dia menjadi kurbannya satu pencoleng Pedang
1428 ditangannya Nona Wan telah kena dicuri. Kami bertiga lantas
membuat penyelidikannya, hasilnya tidak ada"
Hu Tayhiap dan Nona Wan bingung sekali merekapun letih
bekas diperjalanan, kesudahannya keduanya jatuh sakit
hingga mereka musti rebah dirumah penginapan Lui Lo-jie
mengundang tabib tetapi sakit mereka tak mau sembuh juga,
hingga aku menjadi berkuatir dan bingung. Seorang diri aku
lantas berangkat ke Bu Tong San- Apa mau aku tiba di sana
selagi Bu Tong Pay mengalami malapetaka besar, kuil-kuilnya
hancur luluh mayat mayat bagaikan bertumpuk tumpuk.
Ketika aku pergi ke- Lam thian bun, disana aku melihat
bergeraknya tubuh empat orang, yang terus menyembunyikan
diri dibawah pohon cemara dibawah jurang Thay cu-giam.
Mataku awas, aku lantas mengenali kau, shate, maka aku
lantas menyusul terus sampai di Lauw ho-kauw nio."
Justeru siauw Thian berhenti bicara, justeru Siang Lok
muncul. Imam itu lantas memberi hormat seraya berkata: "oh, Lui Losu, benar sekali
bunyinya pepatah manusia hidup itu ditempat mana yang
mereka tidak bertemu Pintopun telah mengikuti Siauwhiap
sampai disini mungkin Lui Losu tidak menyangka bukan?"
Keduanya lantas saling menjabat dengan erat.
In Gak mengerutkan alis, "Sekarang ini dimana adanya Hu
Tayhiap berdua?" ia tanya.
"Mereka berada- tak jauh dari sini, cuma seperjalanan satu
jam," sahut Siauw Thian. " Didalam kota Kok-shia."
"Mari kita pergi sekarang juga" kata si-anak muda, yang
lantas mengambil Thay oh. siauw Thian heran, ia mengawasi
dengan mata membelalak. "Bukankah Lui Losu heran pedang Thay oh berada
ditangannya siauwhiap?" tanya Siang Lok. "Mari kita berjalan,
nanti sambil berjalan aku menjelaskannya. Ditengah jalan
kitapun menjadi tidak bakal kesepian-"
1429 Yauw Hong dan Siang Bwe mengikut, maka itu malammalam
berlima mereka melakukan perjalanan menuju ke kota
kecamatan Kok-shia. XX HARI masih pagi ketika di sungai Han Sui terlihat sebuah
perahu besar sedang berlayar. Penumpangnya cuma tujuh
orang, tua dan muda tak sama usianya, Mereka bukan lain
daripada In Gak serta rombongannya di tambah Hu Liok Koan
dan Hu Wan- Yang beda yalah roman mereka.
In Gak menyamar sebagai seorang tua usia lebih kurang
enampuluh tahun, Ketiga nona nampak sangatjelek. mirip
dengan Bu Yam dijaman Liat Kok. Hu Liok Koan, Lui Siauw
Thian dan Siang Lok turut mengubah muka mereka.
Bagian timur dari sungai Han Sui itu termasuk ujung
pegunungan Tay Hong San- itulah wilayah pengaruhnya oey
Kie Pay, partai Bendera kuning. In Gak tidak mau bentrok
dengan partai itu sebelum ia bertemu dengan cong Sie
sebelum mereka bertemu di He-kauw.
Pula anak muda itu hendak mentaati pesan Beng Liang
Taysu,jadi kecuali sangat terpaksa, tak mau ia menurunkan
tangan- Supaya orang tidak mengenali mereka, mereka
memakai topeng itu. Disaat itu air sungai tenang. Ada banyak perahu lainnya
yang berlayar milir dan mudik. Dikedua tepi, didarat, ada
perkampungan dengan sawah kebunnya disepanjang jalan,
maka juga disana tampak tukang-tukang kayu serta nelayannelayan
dengan tudung rumput mereka, pemandangan itu
cocok untuk dilukis menjadi pigura atau digubah menjadi
syair. Biar bagaimana In Gak toh memikirkan soal bentrokan yang
mendatang dengan oey Kie Pay. Ia masgul kalau ia ingat soal
bentrokan itu. Supaya tak usah duduk menganggur dan
menjadi pepat pikiran karenanya, ia mengajak siauw Thian
1430 dan lainnya membicarakan soal ilmu silat, ia memberi
petunjuk-petunjuk yang ada gunanya untuk pertempuran
mereka nanti. Pada waktu magrib, perahu mereka berlabuh di He-kauw
diseberangnya, Sore itu mereka bersantap didalam perahu.
Tengah mereka menangsalperut itu, mereka mendengar suara
orang berkaok-kaok dari tepian: "Tukang perahu, tukang
perahu Adakah perahumu ini untuk He-kauw?"
Suara orang itu parau. siauw Thian mendengar suara itu, ia mengawasi In Gak. ia
berkata, "Lao Sam, ada
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
usaha yang menguntungkan yang datang sendiri, tak dapat
kau menolaknya." In Gak mengawasi kakak angkatnya itu, ia berdiam saja.
"Benar perahu kita untuk ke He kauw" terdengar suara
awak perahu, "Tapi perahu kita disewa borongan Tuan tuan,
tolong kamu menyewa perahu lain"
Lui siauw Thian bangun berdiri, ia ngoceh sendirian "
Kawanan setan kerbau dan hantu ular, semuanya telah datang
kemari, maka aku Lui LoJie, aku bakal melihat keramaian"
Lantas ia bertindak keluar perahu.
In Gak tahu kakak angkat itu membenci kejahatan seperti
membenci musuh, oleh karena ia kuatir kakak itu naati
menerbitkan onar, ia menyusul keluar, Tepat itu waktu mereka
mendengar pula orang tadi ditepian, suara seperti orang
banci. "Jangan kau ngaco belo. Tuan-tuan besarmu penuju
perahu ini Tukang perahu kau suruhlah sekalian penumpang
mu pada keluar" Siauw Thian dan In Gaksudah lantas berada diluar perahu,
Mereka melihat empat orang berdiri digili-gili. Mereka juga
melihat tukang perahu ketakutanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1431 Orang dengan suara parau itu berdandan singsat, tubuhnya
jangkung dan kurus, Dia bersikap keren, Dikiri dan kanannya
berdiri mengapit dua orang, yang pakaiannya seragam yaitu
baju kuning yang panjang dan gerombongan cuma tubuh
mereka itu tak sama yang satu tinggi dan besar, mukanya
lebar alisnya putih kumisnya merah, dan yang lainnya kate
dan mulutnya lancip. Orang yang ketiga terpisah sedikit jauh dari mereka itu
bertiga, dia beroman keren, kumis dan jenggotnya pendek,
sikapnya tenang, matanya mengawasi kemuka air. Dipundak
mereka semua terlihat menggendol senjata masing-masing.
"Yang bicara barusan itu," kata Siauw-Thian perlahan, pada
In Gak. "Dialah Yan Bwe Kim-su In Ho si Tombak Emas Ekor
Walet atau Kheng-bun. Dua yang mengapit itu, yang kate dan
yang jaagkung, Lwe Hong San Siang Kiat, dua jago dari
gunung Lwe Hong San- Yang jangkung yaitu Mo-thian Lo cia Kim Le ceng si Lo cia
Merabah Langit, dan yang kate cu-te Poankoan ong Kit si
Hakim Setempat. Yang bersendirian itu yalah chong Gouw sek hong Kle su Loa Tiauw Goan, si Mahasiswa dari puncak
sek Hong clong Gouw, Dia licik dan telengas, kegirangan dan
kemarahannya tak dikentarakan, hingga sering dia mencelakai
orang diluar sangkaan- Dia lihay. Denganku dia bermusuh..."
In Gak mengangguk perlahan, pembicaraan diantara
tukang perahu dan Kheng bun it Koay tidak berhenti sampai
disitu, siluman dari Kheng-bun tidak mau mengerti, dia
memaksa hendak menyewa perahu orang.
Maka itu, ketika siauw Thian berdua muncul, tukang perahu
itu berkata. "Tuan, penyewa perahu itu sudah keluar, kau
bicara sendiri dengan mereka itu, asal mereka setuju, aku
turut saja" Keng-bun it Koay memang telah melihat keluarnya dua
orang itu dari dalam gubuk perahu, ia mengawasi mereka, ia
menegur dengan mengawasi dengar suara paraunya yang tak
nyata. 1432 Siauw Thian dan In Gak tidak menghiraukan orang, berdua
mereka bicara terus dengan perlahan- Sikap ini membikin
orang menegur pula, Masih mereka berdiam, maka si siluman
menjadi mendongkol. "Eh, tua bangka, kau dengar apa tidak?" dia menegur
keras. Siauw Thian berpaling, dengan roman dingin ia mengawasi
si Siluman- "Aku cuma mendengar dua kali suara parau" ia menjawab,
"Mana aku siorang tua ketahui kau memanggil siapa?"
Kheng bun it Koay gusar, ia memang paling tak senang
orang menyebut suara paraunya itu yang tak sedap untuk
telinga, mukanya lantas menjadi merah.
"Tua bangka, memang kau sudah bosan hidup" dia
menegur "In Toaya hendak bicara dengan kau supaya kau
suka menyerahkan dua ruang perahu untuk kami, sedang
uang sewanya kita bayar seorang separuh Setujukah kau?"
Siauw Thian menjawab dingin- "Mati atau hidupnya aku
siorang tua ada Raja Akhirat yang mengurusnya, tak usah kau
yang mencapekan hati Tentang penyerahan dua buah dalam
perahuku ini, aku minta jangan menyebut-nyebutnya pula
Duduk bersama dalam sebuah perahu dengan kamu bangsa
memuakkan cuma-cuma membikin mendongkol saja Tak
dapat aku siorang tua menggunai uangnya untuk membeli
rasa muak itu" Kheng- bun it Koay menjadi gusar, ingin dia menghajar
Siauw Thian guna melampiaskan kemandongkolannya itu,
tetapi ia tidak berani turun tangan, ia melihat Siauw Thian tak
mirip-nya orang mengerti silat, hingga ia kuatir nama
besarnya menjadi rusak andaikata orang ketahui ia menghina
seorang tua yang tak berdaya. ia menyabarkan diri.
Mo-thian Lo cia Kim Le ceng sebaliknya sudah lompat
keperahu, dengan sikap dingin dia mengawasi Siauw Thian
1433 dan ln Gak. dia tidak melihat sesuatu yang mencurigai lalu dia
maju mendekati. "Lotiang," ia kata bersenyum, "ini saudaraku she In kasar
sikapnya, aku harap lotiang suka memaafkan dia. sebenarnya
perlu sekali kami pergi ke He- kau- maka itu sukalah lotiang
berlaku baik dengan membagi dua ruang untuk kami .."
"Itulah tak berarti," kata Siauw Thian ter-tawa, "hanya aku
tidak mengerti sekali, Disana ada berlalu belasan perahu
lainnya, kenapa kau justeru arah perahu kami ini" sebenarnya
kau mengandung maksud apa" coba kaujelaskanKim Le ceng membuka mulutnya tanpa ia dapat menjawab,
ia dan kawannya cuma penujui perahu yang besar, lain tidak.
Siapa tahu mereka kebogehan dan terhina, Lantas ia menjadi
gusar. "Tua-bangka kau sangka aku siorang she Kim orang macam
apa?" katanya keras.
"Aku tak perduli kamu orang apa" Siauw Thian jawab, ia
pun bersikap keras, "Mengenai soal membagi ruang, baiklah
kau- tak usah membuka mulutmu"
Le ceng tertawa. "Tua-bangka, kau mencari mampusmu sendiri" katanya,
Lalu dengan tenaga tiga bagian, ia menyampok. ia gusar
tetapi ia cuma ingin orang terluka sedikit.
Siauw Thian tidak menangkis atau melawan, dengan
tindakan biasa ia menggeser tubuh, terus ia memandang In
Gak dan berkata: "Lo Sam, ini anak muda sangat tidak tahu
aturan, baik kau tolak dia"
Itulah cara berkelit yang wajar, hingga-orang tak dapat
menyangka jelek. Le ceng heran hingga ia melengak, Pikir-nya: "Aku tidak
menyerang hebat tetapi cukup cepat, "Benarkah dia begini
kebetulan berkelitnya?"
In Ho pun heran, ia tidak melihat Siauw Tbian sengaja
berkelit. 1434 Ketika itu cuaca mulai gelap. nelayan-nelayan telah pada
memasang api, Angin meniup halus.
Didarat ong Kit bersama Loa Tiauw Goan menjadi hilang
sabar, yang pertama lantas berkata nyaring: "Kim Lo-cia, buat
apa adu lidah Tak dapatkah kau ajar adat saja tua- bangka
itu?" ia berlompat keperahu diturut kawannya.
Belum lagi dua orang itu sampai diperahu mendadak
mereka merasai lutut mereka sakit sendirinya, hingga lenyap
tenaga mereka, hingga tanpa merasa keduanya jatuh kecebur
diair. Sia-sia belaka mereka mencoba mempertahankan diri.
Kim Le ceng dan In Ho menjadi bingung, Mereka tidak
dapat menolongi sebab mereka tidak bisa berenang, Terpaksa
mereka minta tolong kepada awak perahu.
Sementara itu Siauw Thian berkata dingin, "Sudah sahabat
sahabat, sudah jangan kamu main gila didepan aku siorang
tua Mana dapat kamu main perintah orang?"
Dua orang itu bingung terpaksa keduanya lompat keair
dipinggiran, Syukur pinggiran itu dangkal kendati begitu,
mereka mesti mengeluarkan tenaga untuk menyeret dua
kawannya untuk dibawa naik kedarat.
Loa Tiauw Goan dan ong Kit tertotok jalan darahnya tetapi
mereka tidak tahu itulah jalan darah yang mana, meski
demikian, tahulah mereka sekarang bahwa diatas perahu itu
ada orang liehay. Kheng-bun it Koay dan Kim Le ceng bermupakat sebentar,
lalu keduanya berlalu dengan cepat sambil masing-masing
menggendong satu kawannya.
Ketika itu didalam perahu, In Gak sesalkan Siauw Thian,
sang kakak- angkat, yang dikatakan tidak karuan-karuan
mencari gara-gara, ia kuatir karena onar itu, disebelah depan
mereka akan menemui urusan yang memusingkan kepala.
Mata siorang she Lui mendelik.
1435 "Lo Sam, apakah kau tak tahu tabiatnya Lui LoJie?" dia
tanya, "Aku toh dikenal kaum Kang ouw sebagai si arwah
yang buyar?" Loa Tiauw Goan telah membinasakan sahabatku,
sudah sepuluh tahun dia menyembunyikan diri, tak pernah dia
muncul hari ini dia bertemu denganku mana dapat aku diam
saja?" In Gak tetap tak puas. "Bukankah baik kau bunuh saja
padanya?" tegurnya pula, "Apa perlunya mempermainkan
mereka ?" Mata Siauw Thian mendelik pula, "Siapa bertemu dengan
Lui LoJie, jangan harap dia mau enak saja" katanya, "Lo Sam,
kau pernah lihat atau tidak kucing menerkam tikus?"
Melihat lagak orang dan mendengar suara-nya, ketiga nona
tertawa geli. In Gak kewalahan, ia tertawa dan mengangkat
pundak... Ketika itu pemilik perahu dan awaknya berbicara kasakkusuk.
lalu sipemilik masuk ke dalam perahu untuk terus
berkata: "Tuan-tuan, peristiwa barusan dapat berubah
menjadi onar. Diwilayah suagai Han sui ini, orang oey Kie Pay
terdapat dimana-mana dan yang barusan itu mungkin mereka
adanya. Kami tidak dapat bertanggung jawab, maka itu...
maka itu..." In Gak tertawa, Jangan kau kuatir" katanya, wajar. "Segala
apa kamilah yang menanggung silahkan kau keluar"
Pemilik perahu itu bergerak bibirnya, matanya mengawasi,
tapi akhirnya ia ngeloyor keluar dengan membungkam.
Yauw Hong menyibir, ia berkata: "Lui Lo-su, kau bicara
besar Bukankah kau cuma mengandalkan apa yang engko In
bilang Leng Khong Tie-hiat yaitu, ilmu menotok jalan darah
ditengah udara" coba orang bersiap lebih dulu... Hm Hm..."
Siauw Thian menggeleng kepala, "Nona yang baik siapa
yang tak ketahui liehaynya engko In-mu ini?" katanya, "Kau
berbuat baiklah padaku, jangan kau bikin aku malu Aku bilang,
1436 masih banyak harinya yang kau membutuhkan bantuanku Nona, coba bilang, perkataanku ini benar atau tidak?"
Yauw Hong jengah, juga Siang Bwe. Kedua-nya mendelik
kepada orang she Lui itu yang pandai menggoda.
Malam itu dilewatkan dengan tidak terjadi sesuatu. Tadinya
In Gak cemas, tak dapat ia tidur nyenyak Ketika paginya
bersama Siauw Thian ia pergi keluar, mereka saling
mengawasi. Didepan mereka kabut tipis hingga mereka bisa melihat
tegas bahwa mereka berada sendirian ditepian itu. " Kecuali
perahu mereka, semua perahu lainnya telah pergi entah
kemana, Yang aneh lagi yalah pemilik perahu dan awaknya
jongkok berkumpul dikepala perahu, semua bungkam.
Siauw Thian, yang banyak pengalamannya segera dapat
membade sebabnya itu, ia lantas tertawa terbahak dan
berkata nyaring: "Lwe Hong San Siang Kiat tidak main
membokong, kamu benar laki-laki sejati Kenapa kamu tidak
mau memperlihatkan diri untuk kita membuat pertemuan?"
Baru berhenti perkataan itu atau ditepian terlihat
munculnya lima orang, Yang empat yalah yang kemarin ini
dan yang kelima seorang imam denganjubah hijau, hidungnya
besar mukanya lebar, kumisnya jarang, dan dipunggungnya
tergemblok sepasang pie-hiat-kwat, semacam senjata peranti
menotok jalan darah. Siang Lok terperanjat melihat imam itu, ia lantas membaiki
In Gak: "Imam itu yalah Bok Liong cu dari gunung Kui San di
Kwietang Utara, dia liehay ilmu silatnya yang diberi nama Thay
It Kie-bun, hingga dia pernah menjagoi. Sudah lama dia tidak
pernah muncul, siapa tahu dia berada disini, Baiklah siauwhiap
waspada terhadapnya."
Ketika itu Yauw Hong dan Siang Bwe keluar dariperahu,
Liok Koan dan Hu Wan tidak turut, Mereka baru sembuh dan
mentaati pesan In Gak untuk jangan keluar bersama.
1437 Dengan munculnya lima orang dari Lwe Hong San itu, In
Gak berlima lantas lompat kedarat untuk menghampirkan.
Kegesitan mereka mengagumkan pihak sana.
Kheng-bun It Koay lantas menanya: "Kita tidak bermusuh,
kenapa tadi malam kami di bokong?"
"Siapa yang membokong kamu ?" tanya Siauw Thian,
tertawa dingin. "Siapa saksinya?"
It Koay bungkam, ia tahu pihaknya dicurangi Tiauw Goan
dan ongkit dibokong, tetapi benar tidak ada saksi yang
melihatnya. Mukanya menjadi merah. Kim Le ceng maju
kedepan dia tertawa. "Tadi malam memang kita yang bersalah," ia kata
mengaku, "Baiklah kita jangan berdusta, kita tahu sama tahu,
Adik seperguruanku ini serta Loa Tayhiap telah dicurangi, kami
tidak puas, dari itu marilah kita main-main buat beberapa
jurus. Kami bukan hendak merebut muka terang, hanya untuk
mengikat persahabatan saja."
Sepasang alisnya Siauw Thian terbangun, hendak ia
menjawab, atau In Gak sudah mendahului.
"Kim Losu ngomong terus terang, aku si orang tua
kagum..." katanya. Mendengar kata-kata, "aku siorang tua,"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kedua nona tertawa geli. In Gak menyamar menjadi orang tua, ia mesti bawa
lagaknya seorang tua juga, ia mengerutkan alis tetapi ia
meneruskan "Hanya-lah losu sudah menduga duga saja, Kami
tidak membokong Loa Tayhiap berdua kecemplung keair
kebetulan saja, sebagian disebabkan hati mereka panas.
Memang yang paling sulit untuk orang yang meyakinkan ilmu
silat yalah kesabaran dan penyaluran napasnya, penyaluran
jalan darahnya yang dinamakan kedua nadi jim dan tok.
Mudah sekali kedua jalan darah itu tertutup dan mandek.
Rupanya selagi berlompat, Loa Tayhiap berdua terganggu
jalan darahnya itu yang tak tersalurkan tiba-tiba, --keterangan
1438 itu beralasan, Tiauw Goan dan ong Kit saling mengawasi,
didalam hati mereka kata.
"Benar beralasan tetapi benarkah terjadi hal demikian
kebetulan?" Siauw Thian mengetahui maksud In Gak tak menanam bibit
permusuhan. Selagi kedua pihak berdiam, si imam hidung besar kata
dingin, " Kata- kata itu dapat memperdayai aku Sudah ribuan
tahun, belum pernah aku mendengar serupa peristiwa itu.
Kalau orang Rimba persilatan tak dapat menyalurkan kedua
jalan darahnya itu, siapakah yang berani muncul dalam dunia
Kang ouw" Aku merasa malu untuk kedustaan dan kepandaian
licik kamu itu" Itulah hinaan tetapi In Gak menyambutnya sambil
bersenyum. Yauw Hong sebaliknya hingga dia lantas
membentak. " Imam jelek. jangan bertingkah Apakah kau kira
kami jeri" Bilang terus terang, dipihak kami ini, siapa pun
bukan tandingan kau"
Matanya imam itu mendadak bersinar bengis.
"Nona tak malu kau omong besar" katanya. "Aku bukan
jago nomor satu dikolong langit ini tapi sedikit orang yang
dapat menandingi aku pandanganmu yalah pandangan katak
dalam tempurung Tak dapat aku memberi ajaran kepada kau,
disini ada orangnya yang tepat" Dan ia menoleh kepada Loa
Tiauw Goan- Sek Hong Kiesu Loa Tiauw Gan memang keponakan murid
imam itu. Dia lantas maju kedepan dan berkata sambil
tertawa, "Enso, beritahukan she dan namamu Aku si orang
she Loa tak sudi melukai orang tak berkenamaan"
Mukanya Yauw Hong menjadi merah ia gadis remaja tapi
dipanggil "enso"- seorang yang telah menikah, Tapi ia berkata
nyaring, " Untuk sekarang ini sukar aku memberitahu-kannya
sebentar saja setelah kau kecemplung pula, itu waktu tentu
1439 masih belum terlambat" Tak dapat tidak. Tiauw Goan jadi
mendongkoL "Kau mencari mampus, jangan kau sesalkan aku" katanya
nyaring, Dengan tangan kiri, dengan lima jari terbuka, ia
segera menotok jalan darah klok-tie dilengan kanan si nona,
sedang dengan tangan kanannya, ia mengincar jalan darah
sim-jie nona itu. "Kurang ajar" membentak sinona, ia tidak berkelit, ia
justeru balas menyerang. Mulanya kedua tangannya diluncurkan sambil membuka,
baru ia menotok dikedua siku lawan Loa Tiauw Goan kaget
hingga ia mesti mencelat mundur Siauw Thian memandang In
Gak sambil tertawa. "Tak ku sangka Nona Kang dapat belajar cepat sekali."
pujinya, "Boleh dibilang baru setengah harian tetapi ia sudah
dapat menggunai ajaranmu tepat sekali"
Dipihak sana orang pun kagum dan heran, bahkan Bok
Liong cu menanya dirinya sendiri, tipu silat itu ilmu silat
perguruan yang mana... Tiauw Goan panas hatinya, habis mundur segera ia maju
pula, ia penasaran dan tidak takut, Segera ia mendesak.
kedua tangannya menyamber-nyamber.
Yauw Hong mendapat hati, hatinya jadi tambah besar, ia
pun melawan dengan hebat, Belum dua puluh jurus, lawannya
sudah terdesak. dia repot menangkis atau berkelit tak
hentinya, Bok Liong cu mengerutkan alisnya, ia heran dan cemas
hati. Selagi merangsak itu tengah orang kelabakan, Yauw Hong
menotok dengan tangan kirinya, ia mengarah jalan darah hok
kiat. Totokannya itu menuruti jurus "Bintang mengejar
rembulan" Tiauw Goan kaget dan bingung, ia berkelit kekiri, Atas itu si
nona menyusuli dengan jurus "Macan tutul emas
mengeluarkan kuku-nya" tangannya meluncur kedada orang,
1440 Biar-nya dia lompat, orang she Loa itu toh tak luput, maka itu
dia terhuyung, napasnya sesak.
Dengan tertawa seram, Bok Liong cu lompat mencelat
kearah sinona. Justeru dia berlompat, In Gak berlompatjuga,
Maka berdua mereka bentrok, habis mana dua-duanya samasama
mencelat mundur. Imam itu melihat, meski Tiauw Goan kalah, dalam ilmu
silat, sinona tidak unggul banyak maka ia percaya, kalau ia
lompat menerjang, ia akan berhasil mencekuk lengan nona
itu, siapa tahu, ia dirintangi si "orang tua." ia menyambar
lengan kanan sinona, tapi lengan kanannya yang kena
terbentur tangan siorang tua, terus lengan itu terasa lemas.
Maka ia mundur dengan kaget dan heran, Hanya sejenak.
la kata dingin, "Keluarku ini justeru untuk menemui orang
liehay, maka hari ini aku bersyukur bertemu dengan kau, tuan
Dapatkah aku mengetahui she dan nama besar mu?"
In Gak bersenyum. "Akulah orang biasa saja, tak suka namaku nanti mengotori
pendengaranmu," ia menjawab, "Kita tidak bermusuhan, buat
apakah kita menanamnya?"
Bok Liong cu berdiam, agaknya ia tertarik dengan kata-kata
orang, Tapi Tiauw Goan penasaran dia menggosok Kheng-bun
it Koay Siluman dari Kheng-bun sudah lantas lompat maju,
untuk menerkam Yauw Hong.
Dia berlompat dengan jurus "Naga terbang naik ke langit",
dia menggeraki kedua tangannya.
Nona Kang kaget, ia tidak menyangka orang bakal
menyerang ia. Tapi ia tidak gugup ia tidak takut, bahkan ia
pun lompat mencelat guna menyambuti, ia hendak menabas
kedua lengan penyerangnya itu dengan tipu sifat "Memotong
otot, memutus nadi".
Selagi si nona berlompat, Tiauw Goan yang penasaran turut
menyerang juga, ia berlompat sambil meluncurkan tangan
1441 kirinya, sedang tangan kanannya menimpukkan Sembilan
potong uang tembaga, ketika itu dada sinona lagi berbuka.
Bok Liong cu melihat sepak terjangnya sang keponakan
murid, dia kaget, dia berseru, "Tiauw Goan, janganPeristiwa berlalu cepat sekali. Bentrokan terjadi, dua tubuh
roboh saling susul, balik satu tubuh lain, yang lincah mencelat
baik kesisinya Nona Lo dimana dia berdiri sambit bersenyum.
Yang roboh itu yalah Tiauw Goan dan In Ho.
Hati In Gak lega. ia tahu silat Ngo Bie Pay yang bernama
"Hong-in Jie-pwe ciang", atau pukulan "Dua-puluh- delapan
Tangan-, yang digabung dengan gerak kedua huruf
"Menggempur" yang ia ajarkan si nona, ia mesti mengagumi
pula kecerdasan nona itu, yang pandai menyangkok
ajarannya. Diam-diam ia kata dalam hatinya, " Hebat nona ini.
Dua orang itu tentulah tertotok jalan darahnya sam- goan-"
Bok Liong cu menghampirkan dua orang dari pihaknya itu,
ia lantas menepuk bergantian jalan darah kiehay dari mereka,
atas mana keduanya berseru, lalu berlompat bangun, Tiauw
Goan lantas mengawasi Nona Kang dengan sinar matanya
yang bengis. Yauw Hong melihat lagak orang, ia kata dalam hatinya,
"Jikalau aku tidak ingat pesan engko In, yang melarang aku
melukai orang ditengah perjalanan ini, pasti sudah aku
mengambil jiwamu" Si imam mendelik kepada Siauw Goan, lalu dengan tenang
ia memutar tubuhnya, untuk menghadapi In Gak ia kata, "Aku
Bok Liong cu, kali ini aku menjadi tetamunya pihak Lwe Hong
San untuk satu bulan lamanya. Baru dua hari yang lalu Kim
Losu mengirim surat mengundang aku, meminta aku,
membantui sahabatnya. Tak dapat aku menampik permintaan
itu, cuma sebab aku hendak merahasiakan perjalananku aku
mengusulkan untuk naik perahu.
Tidak aku duga, disini aku bertemu tuan semua yang
garang sekali.... 1442 "Siapakah yang galak?" Siang Bok tanya, "Apakah totiang
sudah menanyakan in Los u?"
Bok Liong cu agaknya terperanjat ia lantas menoleh kepada
In Ho. Sahabat itu terlihat jengah, ia menduga pastilah si
sahabat sudah mengeluarkan kata-kata yang melukai hati
orang, hingga terjadi perselisihan ini.
In Gak bersenyum, ia berkata: "Barusan aku si orang tua
sudah bilang, tak peduli siapa benar siapa salah, urusan ini
baiklah di-sudahi saja. Totiang, bolehkah aku menanya kenapa
perjalanan totiang ini hendak dirahasiakan" Apakah totiang
sungkan terhadap sesuatu orang?"
Mendengar itu, hidung si imam terbangun, dia tertawa
lebar. "Seumurku, belum pernah aku takuti siapa juga" katanya
nyaring. "oleh karena orang yang meminta bantuannya Kim
Losu menjadi juga sahabatku dari banyak tahun, aku perlu
mengalah, tidak dapat aku menggagalkan urusan...."
Belum berhenti suaranya imam ini maka dari tegalan sawah
terlihat seorang lari mendatangi sambil dia mengempit tubuh
seorang lain, Dia itu bertubuh besar dan usianya pertengahan.
Karena melihat datangnya orang itu si imam berhenti bicara.
Dengan lekas orang itu sudah sampai, terus ia meletaki
orang yang dikempitnya didepan Kim Le ceng.
In Gak awas sekali, ia lantas mengenali orang tawanan itu
yalah Twie Hong cie-wie cian Leng si Landak, ketua cabang
Yangcu dari Kay Pang, ia menjadi heran.
Sauw Thian menoleh pada si anak muda, dia melirik. In
Gak mengedipi mata, melarang kakak angkat itu sembarang
bertindak, ketika ia mengawasi muka cian Leng ia
mengerutkan alis, muka pengemis itu kuning pucat. kedua
matanya mendelong, itulah tanda dia terancam bahaya maut.
Sampai disitu terdengarlah suaranya orang yang
mengempit si pengemis, Katanya, "Setelah ditolong Bok Liong
Locianpwe, cian Su-hu ini telah sembuh dari sakitnya, maka
1443 juga ketika tadi pagi San cu meninggalkan gunung, dia sadar,
Lantas dia bangun, katanya dia perlu pergi ke lain tempat. Tak
dapat aku mencegah dia. cian Suhu baru lari melewati mulut
gunung, mendadak dia roboh sendirinya, Aku periksa nadinya,
nadi itu kacau. Karena aku ddak dapat menolong, terpaksa
aku bawa dia kemari. Syukur san-cu belum pergi."
"Kau banyak cape, ciu Hiante" kata Kim Le ceng
mengangguk Bok Liong cu periksa nadi cian Leng, dia
menghela napas. "orang ini tak dapat bertahan sampai lewat tengah hari"
katanya, "Dia memaksakan diri mana bisa dia tak mati?"
Ketika itu In Gak berlompat, lompat kepada pengemis itu.
Bok Liong cu kaget. "Kau mau apa?" dia tanya, membentak seraya dia
menyampok. ooooooo BAB 21 IN GAK tahu ia diserang, ia tidak menghiraukannya. ia
cuma menggeraki tangan kirinya kesamping, ia lantas
memegang nadi kanan cian Leng, atas mana ia terkejut sekali.
Bok Liong Cu pun kaget ia terpaksa mundur beberapa
tindak. ia heran karena ia merasa orang bukan menyerang ia
hanya menyempar saja, Toh tenaga, "orang tua" ini demikian
dahsyat, ia lebih heran karena ia tidak menerka ilmu silat
orang ada ilmu silat partai mana, dan orang pun ia tidak
kenal, bahkan belum pernah ia mendengar ada orang tua lihay
semacam orang ini. Dimana disitu ada Lwe Hong San Slang Kiat, ia menjadi
penasaran, Maka ia maju pula sambil menekan dengan tipu
silatnya, "San Hoa pin hun" atau "Menyebar bunga belarakan."
In Gak lagi memperhatikan nadi cian Leng, ia tidak
menyangka bakal dibokong, Tapi disamping ia berada lain-lain
orang. 1444 Segera terdengar bentakan halus tapi nyaring dari dua
orang wanita, berbareng mana dua sinar putih seperti
bianglala menyamber kearahBok Liong cu.
Itulah Yauw Hong dan Siang Bwe yang gusar, karena si
imam menyerang sipemuda secara pengecut, maka keduanya
berteriak sambil berlompat untuk menyerang si imam itu.
Mereka sama-sama menggunai ilmu pedang ajarannya In Gak.
yang diambil dari ilmu silat pedang Hian Thian Tit Seng Kiam.
Syukur untuk Bok Liong cu, kedua nona belum mahir
ilmunya itu, kalau tidak pasti celakalah dia, Dia dapat
menyingkir dari serangan itu.
In Gak bebas dari bokongan. ia berbangkit dengan sabar,
sembari mencegah kedua nona menyerang terlebih jauh, ia
mengawasi si-imam dengan ia mengasi lihat roman keren.
Ketika ia membuka mulut, suaranya dalam tetapi tenang:
"Aku si orang tua tidak bermusuh dengan kau, totiang,
kenapa kau berulang kali membokong aku" jikalau totiang ingin mendapatkan muka
terangmu. tunggulah sebentar, sampai aku sudah mengobati
orang ini, nanti aku bipara pula denganmu" Bok Liong cu
mengasi dengar ejekannya.
"Dia sudah terluka parah, walaupun tabib Hoa To yang
pandai hidup pula, dia tak bakal dapat ditolong lagi" katanya:
"Sie-cu, jikalau kau dapat menolong dia, sendirinya aku akan
mengaku kalah, perkara tanding tak usah dibicarakan dulu,
hanya, kalau tidak.."
In Gak muak untuk keras kepala orang hingga ia
mengerutkan kedua alisnya.
"Biar bagaimana, paling dulu orang ini harus ditolongi, baru
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebentar kita bicara pula" ia kata lagi, tetap dengan sabar,
"Aku tahu dia ini terluka parah tetapi dia dapat di tolong atau
tidak. terserah kepada usaha kita manusia Sebentar aku si
orang tua pasti akan minta pelajaran dari totiang, supaya
1445 kepandaianmu yang lihay tak sampai tak ditontonkan kepada
umum" Mukanya Bok Liong cu menjadi merah. Ia merasa
bagaimana ia terejek. "Kenapa cian Leng datang ke Lwe Hong San?" In Gak
tanya. "Dapatkah kepada aku si orang tua diberikan sesuatu
keterangan?" Sembari berkata begitu, In Gak memegang pula nadinya
ciang Leng, untuk dipencet, guna menyalurkan racunnya
berkumpul di jalan darah siauw yang.
Bok Liong cu tertawa dingin "Sie cu tolongi saja dia, setelah
dia sembuh, mustahil ia tidak akan bicara" katanya dingin, Dia
mengejek dan menantang, Mendapat kenyataan orang berpandangan sangat cupat, In
Gak tertawa, ia tidak mau
memperdulikan lagi, ia hanya lantas menolongi ketua Kay
Pang cabang Yang ciu itu. ia menggunai tenaga dalam dari
ilmu Poute Sian-kang, ia merasa pasti cian Leng dibokong
sebelum dia mendaki gunung Lwe Hong San, ketika Bok Liong
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 16 Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Senopati Pamungkas 29
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama