Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi Bagian 24
cu " mengobatinya" siimam membikin racun melulahan
kebeberapa jalan darah lainnya, itulah pertolongan pertama.
Sayangnya yalah cian Leng, yang seharusnya istirah, sudah
berlari-lari keras, hingga racun menjalar ketubuh bagian
dalam, Bek Liong cu benar waktu ia membilang cian Leng tak
dapat ditolong lagi, tetapi In Gak mempunyai Poute Siankang
dengan apa dia dapat menolong memperpanjang jiwa si
pengemis dari tiga sampai lima tahun lagi. Tanpa bicara, In
Gak sudah memberikan pertolongannya itu.
Selagi angin bersilir silir ditepian sungai itu, semua orang
berdiam mengawasi In Gak dan cian Leng, Bok Liong cu turut
berdiam juga, cuma dengan matanya yang tajam, ia melirik
dan memperhatikan bergantian kepada kelima orang pihak
lawan itu, hatinya menduga- duga :
1446 "Siapa mereka berlima" Usia mereka sudah lanjut semua.
Mestinya mereka liehay, Kenapa aku tidak kenal mereka,
bahkan mendengarnya pun belum?"
Karena ini akhirnya ia berbisik menanyakan keterangan
pada Mo Thian Lo cia Kim Le ceng.
orang she Kim itu telah membangun benteng diatas
gunung Lwe Hong San selama lima tahun, dia pernah
merantau di tujuh propinsi Selatan dan enam propinsi Utara,
dia kenal banyak sekali orang kos e n, akan tetapi dia mesti
menggeleng kepala. Bok Liong cu heran hingga ia berpikir lebih jauh, ia
merasakan ilmu silat yang asing dari In Gak. juga ilmu pedang
kedua wanita itu, ia tetap tidak mengingatnya, Lama-lama ia
menjadi ingat suatu hal yang telah lampau, ia lantas menghela
napas. Ketika itu, dengan lewatnya sang waktu, pertolongan In
Gak telah memberi hasil, Muka cian Leng yang pucat berubah
menjadi dadu, kedua matanya pun dibuka perlahan-lahan,
kemudian dia membuka mulutnya, hendak bicara. Menampak
itu, Bok Liong cu menjadi kaget dan herannya bertambah.
"Ah, dia begini liehay...." pikirnya. "Mungkinkah aku yang
keliru memeriksa nadinya?"
cian Leng sadar dengan lantas merasai beberapa jalan
darahnya panas, ia melihat seorang tua lagi memegangi
nadinya, dari tangan dia itu tersalur hawa hangat, ia menjadi
tidak karuan rasa. Tapi ia menduga orang lagi mengobatinya,
ia dilarang bicara. Lewat sesaat, rasa panas makin hebat,
maka mau atau tidak. pengemis itu merintih.
Kira setengah jam, In Gak menghentikan pengobatannya,
ia berbangkit seraya mengeluarkan napas panjang guna
melegakan diri, kemudian sembari bersenyum ia kata pada
Siang Lok: "Tolong saudara membawa cian Leng ke- dalam
perahu supaya dia dapat rebah beristirahat. Dia dapat makan
tajin, tetapi jangan sekali bergerak."
1447 Habis berkata kepada si imam, tanpa menanti orang
melakukan permintaannya itu, pemuda ini yang berupa
seorang kakek-kakek meminjam pedangnya Lo Siang Bwe,
pedang mana ia kibaskan wajar akan tetapi sinarnya
berkelebat bagaikan bianglala atau bintang putih, melihat
mana Bok Liong cu dan kawan-kawannya terperanjat.
Dengan sabar In Gak menghampirkan Bok Liong cu, untuk
tertawa dan berkata: "Manusia itu tak dapat berdiri tanpa
kepercayaannya maka itu sekarang aku siorang tua ingin
dengan pedang ini melayani sepasang senjata peranti
menotok jalan darah dari lotiang-buat beberapa jurus saja."
Bok Liong cu sudah lantas mengeluarkan sepasang
senjatanya ia menatap orang tua didepannya itu, yang ia lirik
pedangnya, ia kata: "Senjataku ini telah tigapuluh tahun
lamanya belum pernah dipakai lagi, mungkin aku tidak dapat
menguasainya, meski begitu, asal aku gunai, pasti dia melukai
orang, maka itu aku minta sie-cu suka waspada"
Kata-kata itu terkabur, akan tetapi kenyataannya memang
demikian, Memang dulu hari dalam suatu malam, dalam
pertempuran digunung Thian chong San, Bok Liong cu pernah
mengalahkan duapuluh-tiga orang ahli silat pedang yang
kenamaan, cuma peristiwa itu tidak teruwar, lantaran sebelum
mereka bertempur, kedua pihak sudah berjanji akan menutup
mulut. In Gak tertawa mendengar kata-kata itu. "Silahkan lotiang
turun tangan" katanya, "Kalau dua orang bertempur
bertangan kosong atau bersenjata, mesti salah satu terluka
dari itu percuma untuk menyebutkan itu"
Selagi berkata begitu, anak muda ini memikir dalam-dalam,
ia juga, selama satu tahun turun gunung dan merantau belum
pernah ia menggunai pedang, ia tahu baik sekali IHian Thian
cit Seng Pou dapat melukakan orang tanpa di-sengaja jadi tak
sudi ia menggunai pedang kecuali disaat mati dan hidup,
1448 Sekarang ia memegang pedang saking terpaksa
menghadapi si imam yang liehay ini. Meski demikian, ia masih
ingat baik-baik pesan Beng Liang Taysu.
Bok Liong cu mendongkol sekali menyaksikan orang tidak
menghiraukan dia, hingga ia berkata dalam hati kecilnya:
"Hatiku telah berubah banyak. dalam segala hal aku dapat
memikir jauh, suka aku mengalah, akan tetapi hari ini, aku
tidak dapat berlaku murah hati pula.."
Maka ia tertawa dingin dan kata: "Suka aku mengalah
selama tiga jurus - Nah, silahkan sie-cu mulai"
In Gak tertawa, ia lantas menggeraki pedangnya dari kiri
kekanan, ia bergerak dengan perlahan ia tidak segera
menerjang, tetapi melihat gerakan itu Bok Liong cu terkejut,
Imam ini merasakan suatu tenaga menolak yang tak nampak.
hingga ia mesti lekas menahan diri dengan tipu "Memberatkan
diri seribu kati." "oh kiranya sie-cu dari Kun Lun Pay?"
katanya. Gerakannya In Gak ini memang mirip dengan jurus "Teng
Seng Im Yang" dari ilmu silat "Thian Lo cit Sie" dari Kun Lun
Pay. Ia pun kata: "Ilmu silat itu asalnya satu pokok. jadi tidak
seharusnya ada perbedaannya, Aku si-orang tua bukannya
murid Kun Lun Pay, meski benar ilmu pedangku ini mirip
dengan Thian Lo cit Sie." Kemudian ia membuat gerakan balik,
dari kanan kekiri. Bok Lion cu mundur tiga tindak, ia merasakan desakan
yang kuat sekali, Tanpa merasa mukanya menjadi pucat.
"Inilah jurus yang kedua" kata In Gak nyaring, "Masih ada
satu jurus pula, habis mana totiang harus turun tanganKata-kata itu diakhiri dengan gerakan yang serupa, seperti
yang pertama. Semua orang lain mengawasi dengan perhatian penuh, Liok
Koan dan Hu Wan pun sampai melongok dari jendela perahu.
1449 Selama hidupnya belum pernah Bok Liong cu merasa
tegang bahkan bergelisah sebagai saat ini. ia merasa bahwa ia
telah menemui orang yang benar-benar liehay, hingga inilah
saat dari naik derajat atau keruntuhannya ia tahu pasti orang
tua didepannya ini tentulah mempunyai lain-lain jurus yang
terlebih liehay pula. Selagi berpikir demikian, imam ini mesti terus
mempertahankan diri. Kali ini matanya menjadi silau oleh sinar
pedang lawan, Akhirnya ia berseru, tubuhnya mencelat, ketika
ia turun, sepasang pie-hiat-kwat menotok kedada orang.
In Gak bergerak dengan jurus "Ban Seng Klong Goat," atau
"Berlaksa bintang merubung rembulan-" hingga sinar
pedangnya sangat menyilaukan mata.
Bok Liong cu terkejut melihat gerakan orang terlebih jauh,
ia membatalkan serangannya, ia berlompat kesamping, Tapi
sekarang In Gak menyusul, terpaksa ia mesti melayani.
Mereka sama-sama tangguh maka dengan cepat tigapuluh
jurus sudah berlalu. Selama itu, Bok Liong cu merasa ia terus terdesak. ia
mempertahankan diri, sia-sia ia coba balas menyerang untuk
menang diatas angin, ia menjadi sulit bergerak. Dalam
bergelisah, ia menggeser tubuhnya, untuk memaksa
menyerang juga, sampai tiga kali beruntun. Kelihatannya ia
mendesak tetapi sebenarnya kedudukannya tak menjadi
terlebih baik. Kecuali pedang dan pie-hiat-kwat berkilauan suara
beradunya pun saban-saban terdengar terang.
Kemudian Bok Liong cu merasa senjatanya kena ditempel
senjata lawan, ia terkejut, ia mengawasi mendelong, mukanya
sudah lantas mengeluarkan keringat. Tak dapat ia
membebaskan senjatanya itu meski ia sudah mencoba sekuat
tenaga. 1450 In Gak bersikap sungguh sungguh, ia mempertahankan
tempelannya itu. sekarang mereka tidak lagi saling serang,
Kedua pihak mengadu tenaga dalam mereka.
Jilid 26 : Kawanan hantu di markas Oey Kie Pay
LEWAT beberapa detik, mendadak keduanya berseru lalu
senjata mereka terpisah, Tubuh mereka pun mencelat
Baru sekarang, pedang In Gak meluncur pula ke dada
lawan- Bok Liong cu terkejut Dengan cepat ia berkelit kekiri,
kakinya turut berkisar, ia menangkis meski agaknya sulit,
Maka lagi sekali ia kena didesak. Tanpa merasa, ia main
mundur keping gir, yang tempatnya tinggi, Lagi satu tindak.
pastilah ia bakal kecemplung ke-sungai.
Disaat yang sangat berbahaya untuk imam itu, mendadak
In Gak mencelat mundur beberapa tombak. terus ia lari ke
arah perahu-nya sambil mengajak Siauw Thian semua, maka
dilain saat mereka sudah berada diatas perahu, perahu mana
pun segera dikasih berlayar.
Bok Liong cu melengak saking heran, sembilan belas kali ia
diserang terus-menerus oleh si "orang tua" hingga ia berada
ditepian itu, tinggal satu tikam pula, pasti ia kecemplung.
Akhirnya ia menghela napas, ia berduka berbareng penasaran
ia mengerti orang tidak mau membikin ia celaka, tetapi itu
berarti ia kalah dan mesti menerima belas-kasihan orang.
Terpaksa, dengan lesu, ia mengajak Kim Le ceng semua
berlalu. In Gak semua dibawa dengan cepat oleh perahunya, ia
masuk kedalam perahu melihat
1451 Cian Leng mau merayap bangun memberi hormat, guna
menghaturkan terima kasihnya, ia cepat mencegah seraya
menekan tubuh orang. "Cian Pangtauw, jangan banyak kehormatan- ia berkata,
bersenyum. "Sebenarnya siapa kah yang melukakan kau"
Sukakah kau memberikan keteranganmu pada aku si orang
tua?" Tak lupa anak muda ini dengan "orang tua" nya itu. Cian
Leng menggeleng kepala. "Kemarin ini aku lagi berjalan di Sip-He-pou diluar kota
siangyang." ia berkata, "mendadak aku merasakan serangan
hawa dingin pada punggungku, hingga aku menggigil Aku
lantas memutar tubuh tetapi aku tidak melihat seorang jua
didekatku kecuali beberapa pedagang yang memikul yang
terpisah jauh. Aku lantas tidak memperhatikan lagi, Selang setengah
harian baru merasa tubuhku tak nyaman seperti tadinya. Lalu
perubahan datang dengan cepat. Napasku menjadi sesak.
Tempo aku sampai di kaki bukit Lwe Hong San, dada dan
perutku terasa sakit sekali hingga rasanya tak tertahankan
lagi." Jadinya sampai sekarang pangtauw tak tahu siapa yang
melukai kau?" "Mestinya orang Oey Kie Pay, tak orang lainnya..." sahut
pengemis itu sambil berpikir.
"Kenapa begitu?"
"Oey Kie Pay memusuhkan sangat Partai kami. Pat-pie
Kimkong U-bun Lui, ketua Oey Kie Pay, telah mengundang Mo
cuncia dari Tiang Pek San dan banyak lagi lainnya jago Rimba
Hijau, Untuk melayani musuh, ketiga tianglo kami telah
mengajak sejumlah saudara berkumpul di He-kauw. Disini
secara kebetulan kami mendapat keterangan Oey Kie Pay
berniat busuk terhadap su-tianglo kami..."
"Apakah tindakannya itu?" In Gak tanya. ia bersikap
tenang-tenang saja. Cian Leng batuk-batuk.
1452 "U-bun Lui telah mengundang Bin San Ji Tok datang ke In
Bong San- Dua jago dari Bin San itu diminta membuat obat
bubuk yang beracun sekali, guna dipakai mencelakai sutianglo.
Banyak anggauta yang dikirim U-bun Lui kepelbagai
tempat sambil masing-masing membawa sehelai gambar
dalam mana dilukiskan belasan orang, siapa saja diantaranya,
diketemukan dia mesti diracuni.
Katanya siapa terkena racun itu, dalam dua belas jam ia
akan mati dengan tubuhnya berwarna matang biru. Karena itu
Chong Sie Tiang lo mengutus aku mencari bantuan orangorang
pandai sekalian terus pergi ke Bu Tong San guna
mengasi kisikan pada su-tianglo, siapa tahu di sini aku kena
dibokong orang jahat. Aku telah membikin gagal tugasku,
walaupun aku mati seratus kali, tak dapat aku menebus
dosaku. Lantas air mata sipengemis mengembeng, siang Bwe dan
Yauw Hong saling mengawasi, mereka terharu tetapi mereka
saling bersenyum, pengemis itu tidak mengenali In Gak. ia
heran melihat sikapnya kedua wanita yang beroman jelek itu.
In Gak mengerutkan alis, "Aku tidak sangka Bin San Jie Tok
dapat diambil U-bun Lui," katanya.
"Pernahkah kau bertemu dengan mereka itu?" Siauw Thian
tanya, In Gak mengangguk. "Engko In." berkata Yauw Hong.
"Tay Hong San terletak ditepian kiri kita, baiklah kita pergi
kesana, untuk menyerbu mereka sebelum mereka siap untuk
melabraknya" Nona ini memanggil "engko In-, juga lagu suaranya
seorang nona tak diubah, Mendadak Cian Leng sadar, lantas ia
berkata: "Ah, kiranya su-tianglo Maafkan aku yang rendah..."
In Gak lantas memegat: "Cian Pangtauw jangan bergerak
Kau tetap beristirahat, Aku tahu, bagaimana harus bertindak."
ia terus menoleh pada Yauw Hong untuk meneruskan"Tay Hong San memang salah satu pusat Oey Kie Pay
tetapi itu bukanlah markas besarnya, markas itu berada di In
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Bong San-" 1453 Yauw Hong tidak mau lantas menyerah, ia kata: "Aku telah
dengar halnya Mo cun-cia menantang Chong LoCianpwe untuk
bertanding dimarkas besar Uy Kie Pay di In Bong San, dan
turut apa yang aku ketahui, Tay Hong San yalah gunung In
Bong San itu" orang bicara demikian pasti hingga In Gak
bersenyum. "itulah melulu disebabkan keliru omong orang," ia berkata,
"Nama In Bong sebenarnya namanya dua telaga besar, In di
Kang lam selatan sungai, dan Bong di Kang Pak, utaranya,
luasnya delapan atau sembilan ratus lie persegi, berbatas
diutara Hoa-yang, diselatan An Liok, dan ditimur Kie- kang.
Karena orang menggabungnya, maka itu disebut In Bong,
Markas besar Oey Kie Pay berada diutara An-Liok dan
diselatan Tay Hong San, duduknya ditengah tengah sungai
Koan sui dan Ciang Sui Jalan air itu banyak cabangnya dan
berhutan gelaga lebat, sukar dipergikan, sulit keluar dari sana,
dan sudah ratusan tahun selalu menjadi sarangnya orangorang
jahat, Maka adik Hong, kau omong enak saja"
Nona itu mendelik sekejapan.
"Ya, siapa tidak tahu kau bun bu coan-cay" katanya tak
puas, "Kau pandai surat dan syair In Bong yalah In Bong perlu
apa kau ngoceh tentang ilmu bumi" Lihat encie Bwe, betapa
menyebalkan" Tapi Siang B we tertawa, Diam-diam ia mengagumi In Gak
yang memang benar bun bu-coan cay, pandai ilmu surat dan
ilmu silat berbareng. Tapi kapan ia ingat Tonghong Giok Kun
diculik Ang Nio cu, ia berduka, sepasang alisnya lantas
merengkat. Yauw Hong melihat roman orang, ia dapat membade
hatinya, Maka ia memegang tangan nona itu seraya mengajak
"Encie, mari kita kebelakang, kita jangan usil urusan mereka
ini" Siang Bwe menurut, keduanya lantas mengundurkan diri.
1454 Siang Lok lantas berkata: " Dalam dunia Kang ouw yang
paling dimalui memang cara menyerang membokong itu, yang
tak dapat orang menjaganya, maka itu, siauwhiap baiklah kita
pikirkan daya untuk menghadapi." In Gak memandang keluar
jendela otaknya bekerja. "Aku telah memikir sesuatu, nanti saja di He-kauw kita
bicarakan pula", sahutnya.
Perahu pun berlayar terus
XXX DIMULUT sungai He Kauw terlihat berlabuhnya sebuah
perahu besar, dari dalam perahu itu nampak seorang tua
bertindak keluar perlahan tindakannya.
Tujuannya yalah Hong Ho Lauw, ranggon atau lauwteng
burung Jenjang kuning, dibukit Hong San, bukit manapun
dikenal sebagai coa San, gunung Ular.
Hong Ho Lauw itu ia pernah dimana yang disebut sungai
Yan Po Kang, terdiri atas tiga tingkat, tiang-tiangnya empat
puluh delapan buah, semua tiang dan penglarinya terukir,
pintu dan jendelanya indah.
Dengan berdiam diatasnya, orang dapat melihat jauh,
memandang gunung dan sungai, hanya sayang, setelah
terbakar ditahun ke-14 dari Kaisar Kong Sie, keindahannya tak
sebagaimana dahulu hari lagi.
Ketika itu Hong Ho Lauw telah penuh dengan banyak
tetamu, tetapi seorang tua naik ditingkat ketiga dan memilih
meja yang menghadapi sungai, Lantas ia melihat
keseputarnya, hingga ia mendapatkan para tetamu umumnya
orang kaum rimba Persilatan, tak perduli mereka mengenakan
baju panjang atau baju pendek yang singsat.
Pandangan orang tua ini berhenti disatu meja dimana ia
mendapatkan Poan Poan Siu bersama Honghu Siong serta
Khole Keng San Su Mo, tengah mereka itu bicara kasak-kusuk.
1455 Poan Poan Siu dapat melihat si orang tua, lantas ia
mengawasi tajam, Rupanya dia bercuriga.
Orang tua itu, dengan wajar menoleh ke-arah sungai, dari
mulutnya terdengar suara bersenandung perlahan, memuji
keindahannya lauwteng Hong Ho Lauw. Habis itu ia menepuk
meja dan memuji dirinya sendiri "Bagus" Mendengar itu, Poan
Poan siu tertawa sendirinya.
"Ah, kutu buku" katanya, Suara itu perlahan tetapi si orang
tua mendengarnya jelas, ia memang In Gak adanya dan ia
mengerti, dengan kata-katanya itu, Poan Poan Siu hendak
mencoba padanya, ia terus memandang keluar, berpura pura
tidak mendengar suara orang itu.
Didekat lauwteng itu pula ada beberapa tempat terkenal
seperti kuburannya putera mahkota ciauw Beng Taycu,
lauwteng Keng Ek Lauw, kuil Tio Keng Su, ranggon Lu couw
Kok, paseban Pauw Sek Teng dan lainnya.Semua tempat itu
dekat dengan kota tetapi tenang dan cocok sebagai tempat
berlibur beristirahat. Sekian lama itu In Gak tetap membawa tingkahnya si kutu
buku. Hanya kemudian kecuali rombongan Poan Poan Siu,
yang masih tak mau berlalu, disebelah depan sana ia melihat
Chong Sie berduduk diam seorang-diri. Ia heran hingga ia
tanya dalam hatinya: "Kenapa toako sendirian saja" Mana
kedua tiang lo kawannya?"
Dengan matanya yang tajam, In Gak mengawasi pula para
tamu, sekarang ia merasa bahwa banyak orang Rimba
Persilatan itu lagi pada menyamar diantaranya ada orang
Partai Pengemis, yang duduk berpencaran.
Tidak lama maka terdengarlah tertawanya Pat-pou Kansiam
Honghu Siong, yang meneruskan berkata: "Pasti setiap
hari si pengemis tua She Chong datang ke lauwteng Hong Ho
Lauw ini untuk bercokol sendirian saja, sama sekali bukannya
untuk menjanjikan orang, maka itu mungkinkah dia sudah
ketahui dari siang-siang bahwa lagi empat hari dia bakal mati
1456 tanpa tempat kuburnya hingga dia hendak melewatkan tempo
hidupnya yang pendek itu dengan jalan menghibur diri disini?"
Selagi begitu, Poan Poan Siu pun melirik orang, ia
menjawab Honghu Siong dengan berkata: "Sebenarnya
semenjak semula juga aku si orang tua tak menyetujui sepak
terjangnya U-bun Pangcu sebenarnya paku dimata mesti
dicabut dari siang-siang, tetapi dia mengatakannya temponya
belum tiba ia ingin dengan sekali turun tangan maka
semuanya bakal dapat diringkus, itulah katanya lebih
sempurna Menurut aku, seharusnya kita lantas turun tangan,
takperduli satu demi satu, supaya kita dapat tidur tanpa
impian yang tidak-tidak- supaya sebaliknya mereka itu dapat
tidur dengan tenang"
Keempat Hantu dari Kong San berdiam, cuma mulut
mereka berkelimikan. Suaranya Poan Poan Siu perlahan tetapi In Gak dan Chong
Siu dapat dengar dengan nyata, Kiu cie Sin Kay tertawa
perlahan, mengejek. meski begitu ia terus mengawasi keluar
jendela. Poan Poan Siu merasa orang menyindir padanya, hatinya
menjadi panas sepasang alisnya bangun, ia mengawasi si
pendeta lalu pandangan matanya berkisar kemeja tetangganya
pengemis itu dimana ada seorang umur kira kira empat
puluh, yang mukanya merah dan jenggotnya pendek yang
tubuhnya besar. In Gak tidak kenal orang baru itu, ia mengawasi Ketika
pandangan mata Poan poan Siu dipindahkan kelain arah, ia
melihat mata orang bersinar tajam, Dari tempilingan orang, ia
menduga orang pandai ilmu silat, Mesti ada apa-apa diantara
Poan Poan Siu dan dia itu.
Dia agaknya serba salah, sedang Poan poan Siu rupanya
mendesak. ia menjadi heran diam-diam ia memasang mata.
Akhir-akhirnya orang itu merogoh dengan tangan kanan
kedalam sakunya, Begitu melihat itu, In Gak lantas mengerti,
1457 Teranglah orang itu mempunyai obat racunnya Bin San Jie
Tok, dan dia diperintah Poan Poan Siu meracuni Chong Sie.
In Gak terkejut, inilah sebab ia tidak ingin membuka
rahasianya. Tapi ia tidak kurang akal. Mendadak ia menepuk
meja keras-keras, iapun berseru: "Pergi ke Kang Tong
Rembulan putih angin spoi-spoi Keindahan-nya lauwteng Hong
Ho Lauw tak habisnya, benarlah katanya orang dahulu kala."
Suara keras itu membikin heran para hadirin, hingga
mereka pada menoleh dan meng awasi padanya .
Orang muka merah itu heran, dia melengak sampai dia tak
dapat menarik keluar tangan kanannya yang telah dikasih
masuk didalam sakunya itu.
Chong Sie pun terperanjat, ia merasa mengenali suara si
orang tua. begitu ia ingat apa-apa, ia berpaling, mengawasi
tajam muka In Gak. In Gak berpura-pura jengah karena
perbuatannya yang terlalu menyolok mata itu, ia mengawasi
para hadirin, sampai sinar matanya berkisar kepada Chong
Sie. Begitu sinar mata mereka bentrok. la lekas memandang
siorang muka merah yang merogo saku itu.
Chong sie mengasah otaknya melihat lagak si orang tua.
iapun mengawasi si muka merah, justeru dia itu lagi
mengeluarkan tangannya yang terlihat memegang satu
bungkusan merah kecil sebagai seorang cerdik, la lantas dapat
menerka sesuatu. Maka tahulah ia apa yang mesti lakukan, ia
tidak berlaku ayal lagi. Mendadak dia bangun berdiri, Agaknya tergesa-gesa dia,
Diwaktu bangun itu, tangan bajunya yang serombongan
terkibaskan hingga mengenai cangkir teh yang baru disajikan
cangkir itu lantas tumpah, isinya muncrat mengenai belakang
tangan orang yang memegang bungkusan kecil merah itu.
Orang itu kaget, hingga dia berkaok sambil berjingkrak
bangun, tangannya itu dikepriki tak hentinya, hingga
bungkusan merahnya terlepas dan jatuh.
1458 Chong Sie sendiri sudah lantas pergi turun dari lauwteng,
cepat sekali. Si orang muka merah itu akhirnya dapat melawan rasa
sakitnya bekas terkena teh panas itu, ia lantas mengeluarkan
saputangan dengan apa ia coba memungut bungkusan
merahnya yang telah basah terkena air teh itu, ia meletakinya
diatas meja. Dengan muka meringis, ia duduk pula, untuk mengeluarkan
obat lukanya, mengobati tangannya itu yang melepuh.
Poan Poan Siu heran, hingga dia melengak. Dia kata dalam
hatinya: "Kenapa begitu kebetulan air teh itu mengenai
bungkusan merah?" Karena dia seorang cerdik, lantas ia ingat,
Ah, mesti tepukan mejanya si tua-bangka kutu buku ada
hubungannya Mesti itu cuma untuk menarik perhatian orang
Mestinya cong Sie telah melihat bungkusan merahnya si
muka merah itu. Hanya aneh, kenapa sikutu buku tahu orang
membekal racun" Kenapa ia ketahui yang diarah itu justr chng
Sie" Dia lantas mau mengawasi pula sikutu buku.
Ketika dia berpaling, dia melengak sikutu buku sudah tidak
ada ditempat-nya, setahu kapannya ia pergi meninggalkan
lauwteng itu. Dia lantas menanya Hong Hu Siong dan keempat
Hantu, tetapi mereka itupun tidak tahu.
Lantas mereka kasak kusuk, Mereka menganggap si kutu
buku itu harus dicurigai. Mereka mau menduga orang
bukannya sahabat hanya musuh, bahkan musuh yang
berbahaya lantaran sepak terjang yang aneh itu.
Tapi hal aneh masih menghinggapi mereka. tempo mereka
mengangkat cawan teh masing-masing, mereka mendapatkan
didalamnya masing-masing ada bangkainya dua ekor laler.
Mereka heran, mereka saling mengawasi mengenai ini,
mereka menduga kebetulan saja laler itu kena terseduh.
Untuk dapat minum, mereka hendak menyuruh pelayan
menukar dengan air teh yang baru, Tepat Poan Poan Siu mau
1459 memanggil pelayan, tepat ada angin meniup masuk dari
jendela ada suatu benda kecil yang terbawa terbang angin itu,
jatuh kedepan mereka. Toa Mo Ho-in, si Hantu pertama menyamber. Ternyata
itulah segumpal kertas ia kaget saking heran, ia lantas
bercuriga, ia merasakan alamat yang tidak baik. Lekas-lekas ia
membuka kertas itu untuk dibeber.
Disitu ada tulisannya dengan huruf-huruf halus dan
bunyinya sebagai berikut:
Bangkai laler beracun, tanpa rasa, tanpa rupa. Kalau tuan
minum itu, masuk keusus ketulang-tulang, orang mati buat
apa disayangi" Dia mendapat bagiannya. Dia merasa puas sendirinya
Tanda tangannya itu yalah "Heng in Kek," si "orang
Rahasia." Wajahnya Poan Poan Siu dan keempat Hantu menjadi
pucat, lalu berubah menjadi merah. Dengan lantas mereka
berlalu dari lauwteng itu.
Si muka merah heran, tak dapat dia mem-bade maksud
orang, Dia duduk lagi beberapa detik, lalu dia pun berbangkit
untuk berlalu seorang diri.
Dibawah lauwteng Hong Ho Lauw, air sungai terang jernih
dimana terlihat sang Puteri Malam seperti tengah berkaca.
Disitu perahu- perahu mundar-mandir tak hentinya. Diantara
suara air yang tergayu, orang pun mendengar suara tetabuan,
maka juga pelesiran itu tak kalah dengan ditelaga-telaga Se
Leng dan HianBu. Didekat Hong Ho Lauw itu, diranggon Lu couw Kok, dikuil
Thio Kong Su, dipaseban Pauw sek Teng, tak hentinya pula
orang berseliweran, sebaliknya dirimba pohon pek dekat
kuburannya ciauw Beng Thaycu, yang gelap petang, tiada
terlihat orang pesiar. Justeru itu, selagi sinar rembulan seperti memain diantara
pepohonan, disitu nampak satu bayangan orang berkelebat
1460 cepat, untuk berhenti didepan kuburan sekali. Lantas
terdengar ia menghteakan napas lega, ialah si muka merah
diatas lauwteng tadi, yang memtawa bungkusan merah, yang
keseblok air teh panas. "U-bun Pangcu mengundang serigala masuk kedalam
rumah.." terdengar ia berkata sendiri, suarauya perlahan
Semua mereka mirip hantu, besar kepala, sungguh mereka
memuakkan. . . . "
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiba-tiba ia mendengar suara tajam ini: "jikalau kau tidak
suka, jangan kau melihatnya Siapa suruh kau kesudian
mendengar perintah orang menggunai racun?"
Bukan main kagetnya si muka merah ini, tanpi merasa ia
menggigil, ia lantas berpaling, untuk melihat kesekelilingnya,
ia tidak melihat siapa juga, cuma daun-daun dan cabang
cabang yang bergerak-gerak diantara siuran angin halus yang
dingin. "Apakah aku, Nio Eng Sian, malam ini bertemu setan?" ia
tanya dirinya sendiri. ia sebenarnya berani, tetapi dalam
keadaannya itu, ia jadi ingat arwah orang.
Ialah orang paling sadar dalam Oey Kie Pay, sudah sekian
lama ia jemu terhadap sepak terjang partai nya itu, tetapi ia
berhutang budi terhadap U-bun Lui, ketuanya, terpaksa ia
masih campur partai itu, tak dapat ia meninggalkan sang
ketua. Karena keinginannya membalas budi, saban-saban ia
seperti melupakan keadilan-Tengah ia berpikir itu, ia merasai
tiupannya angin dingin. "Siapa main gila didepan aku siorang
she Nio?" ia tanya bengis.
"Siapa yang main gila?" ia memperoleh jawabannya, "Aku
siorang tua telah berdiri sekian lama dibelakang mu. Dasar
matamu yang kurang celi dan telingamu kurang terang Habis
kau hendak sesalkan siapa?"
Eng Siang kaget, ia memutar tubuh cepat sekali, ia benar
melihat seorang tua berdiri di-depannya, jaraknya cuma kira
lima kaki. ia heran- Ketika ia mengawasi, sendirinya ia mundur
1461 satu tindak. sinar matanya bentrok dengan sinar mata orang
itu, ia merasakan sinar mata yang tajam dan berpengaruh.
"Siapa kau?" ia membentak "Kenapa kau bawa lagak
memedi" Bikin apa kau dibelakang aku siorang she Nio?"
Orang tua itu yang bajunya hijau, ber-senyum.
"Aku siorang tua bilang matamu kurang celi dan telingamu
kurang terang, itulah benar-benar" sahut dia sabar "Bukankah
tadi dilauwteng Hong Ho Lauw aku siorang tua telah melihat
kau?" Eng Sian lantas ingat siorang tua, yang Poan Poan Siu
menyebutnya kutu buku, yang tadi menepuk meja di Hong Ho
Lauw hingga dia menarik perhatian para tetamu.
orang tua itu tidak mengambil orang heran, ia berkata pula:
"Mari kita bicara. Aku melihat kau sebagai satu laki-laki sejati Kau berada di
bawah naungan orang, kau agaknya tak tahu malu.... Kenapa
kau menentang hati sanubari mu yang lurus hingga kau sudi
melakukan perbuatan busuk dan jahat- yalah meracuni orang"
Apakah tenang hatimu melakukan kejahatan itu?"
Eng Sian berdiam. Tepat ia terserang pada rasa adilnya.
"Adalah biasa kalau didalam dunia Kang ouw orang
berkurban untuk persahabatan." kata ia kemudian perlahan,
"Dalam hal itu, aku bukannya bersendirian saja. U-bun Pang
cu telah melepas budi terhadapku mana dapat aku
menjualnya" Tapi lo enghiong benar, aku terharu mendengar
kata-katamu. Sayang jalan kita berlainan. Maaf lo-enghiong,
aku meminta diri." Ia memberi hormat, kakinya lalu diangkat, ia mau berlalu.
Tapi baru ia berputar, ia melihat satu bayangan berkelebat
lalu orang tua menghadang didepannya. ia menjadi tidak
senang. "Lo-enghiong, kau mendesak aku" katanya, "Harap kau
maafkan halauan keras dari aku ini- lantas menolak dengan
dua tangannya. 1462 Si orang tua tidak mundur atau berkelit, sebaliknya ia
meluncurkan kedua tangannya.
Untuk kagetnya Eng Sian, kedua tangannya tertangkap
keras, waktu ia meronta, ia tidak berhasil meloloskan
tangannya itu, Kembali ia kaget, ia heran bukan main, sedang
ia tahu ia bertenaga besar Lantas ia menjadi lebih kaget pula.
Setelah meronta itu, napasnya menjadi sesak, kedua
lengannya kehilangan tenaga... orang tua itu tertawa dingin.
"Aku tidak sangka bahwa kau begini bandel" katanya.
"Percuma kau gagah kalau kau pandai itu untuk membantu
kejahatan Apakah kau tidak takut kejahatanmu ini nanti
merembet kepada leluhurmu dilain dunia dan juga anak dan
cucu mu nanti" Rupanya kau tidak suka mend engar
perkataanku s itua ini Baiklah, aku akan menotok kau tiga kali,
guna memusnahkan tenaga dan kepandaian silatmu, habis itu
kau lekas pulang kesarang Oey Kie Pay, untuk menyampaikan
kepada Bin San Jie Tok bahwa aku situa sahabatnya,
mengundang mereka datang dalam tempo tiga hari kedekat
Hong Ho Lauw untuk membuat pertemuan"
Nio Eng Sian takut bukan main, Untuk orang yang mengarti
silat, ilmu silat yalah jiwanya.
"Jangan, lo-enghiong. jangan," ia memohon, "jangan kau
musnahkan ilmu silatku... sebenarnya aku pun bersusah hati
setiap hari, tak dapat aku jalan menyingkir dari tempat yang
berbahaya itu...." Si orang tua bersenyum. "Jikalau aku tidak menotok kau, kau pun sulit menemui Ubun
Lui," ia kata. ia berhenti sebentar, lantas ia
menambahkan: "Begini saja. Aku akan musnakan ilmu silatmu
untuk sementara waktu, lantas kau lekas pulang ke-markas
mu, untuk memberi bisikan pada Bin San Jie Tok. Ingat, hal ini
tak dapat lain orang ketahui."
Kata-kata itu disusul dengan gerakan tangan kanan,
menotok dengan dua buah jari, ke jalan darah kie bun, atas
1463 mana Sian Eng merasai darahnya berhenti jalan, napasnya
sesak. lalu ia memuntahkan reak. Kedua matanya pun
mencelos menyatakan takutnya.
"Jangan kuatir," kata si orang tua bersenyum, "Asal dalam
tempo dua belas jam kau bisa sampai dimarkasmu, jangan
takut jiwamu hilang Nah, kau pergilah"
"Apakah nama lo-enghiong ?" tanya Eng Sian susah.
"Pergilah aku nanti memberitahukannya kepada Bin San Jie Tok..." orang tua
itu berpikir sebentar. "Bilang saja seorang sahabat dari Bong San," sahutnya
kemudian, "Mereka pasti akan mendapat tahu."
Eng Sian mengangguk, terus ia berangkat pergi, ia merasa
sangat letih tetapi ia memaksakan diri.
Si orang tua mengawasi berlalunya orang, ia berpikir: "Bin
San Jie Tok ternama beracun, tabiat mereka aneh, akan tetapi
mereka biasa menyayangi diri, sampai sebegitu jauh mereka
belum pernah sembrono membunuh orang, heran kenapa
mereka dapat ditarik U-bun Lui hingga mereka suka
melakukan ini perbuatan jahat dan kejam" Ah, jangan-jangan
mereka pun melakukannya karena terpaksa..."
Mungkin didalam ini ada sebabnya. Baiklah, aku menanti
dulu sampai mereka telah datang menemui aku."
Baru orang tua ini mau mengangkat kaki, untuk berlalu,
tiba-tiba ia mendengar bentakan disusul mendatanginya tujuh
orang dalam rupa bayangan, ia mengenali suara itu, yang
tercampur berisiknya tindakan kaki mereka, ia mengawasi ke
arah mereka, tubuhnya sendiri menyingkir kebelakang sebuah
pohon pek yang besar, ia mengawasi terus. Tujuh orang itu
berhenti didepan kuburanSegera ia kenali, yang membentak tadi ialah Siong Pek
Tojin, Maka itu ternyatalah mereka Bu Tong cit To, tujuh
imam dari Bu Tong SanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1464 Orang tua ini heran, pikirnya: "Bukannya mereka berdiam
di Bu Tong San- sekarang mereka datang kemari Apa mereka mau" Selagi pergi ke Bu
Tong San, aku tidak menemui imam-imam ini, mungkinkah
mereka tengah merantau hingga mereka tidak ketahui malapetaka
yang mengancam gunung mereka?"
Lalu terdengar suaranya Siong Pek Tojin, "Kita bertujuh
pergi ke Siauw Lim Sie, sebaliknya Siauw Yauw Kek telah
mengajak Pak Beng Sam Mo bersama orang Kiong Lay San
menyerbu gunung kita, Atas kejadian itu, Lan Seng Sute telah
tidak memberi kabar kepada kita hingga kejadian dari tujuh
puluh dua kuil sebagian besar yang rusak musna orang
semacam dia, pantaskah dia menjadi ketua?"
"Sabar, suheng." berkata seorang imam, "Lan Seng Sute itu
ditunjang oleh ketiga paman guru kita, percuma kita bicara
tentang kedudukannya sebagai ketua. Kita sendiripun tidak
mengharapi kedudukan ketua itu, Sekarang ini yang perlu
jalan kita bekerja sama d engan partai Pengemis, atau kita
langsung pergi kemarkas pusat Oey Kie Pay guna menempur
Siauw Yauw Kek dan Pak Beng Sam Mo"
Siong Pek Tojin menggeleng kepala.
"Pak Beng Sam Mo dan Siauw Yauw Kek liehay sekali, kita
bukanlah tandingan mereka," ia bilang, "Didalam markas
pusat Oey Kie Pay itu juga terdapat banyak orang liehay
lainnya kaum sesat dan lurus, tidak nanti mereka duduk
mengawasi saja kita menentang Pak Beng Sam Mo semua.
Sekarang baiklah kita menunggu lagi dua atau tiga hari,
sampai ketiga paman- guru datang kemari, baru kita berdamai
pula." "Ya, kenapakah Tocu Yap Siauw ceng dari ceng Shia Pay
masih belum juga tiba ?" tanya seorang imam lainnya, "Dia
berjanji akan bertemu kita disini"
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang seram. "Yap
Siauw ceng disini Kamu sambutlah dia" Menyusul itu sebuah
tubuh terlihat terlemparkan dari belakang kuburan.
1465 Ketujuh imam itu kaget. Tahulah mereka bahwa Yap Siauw
ceng sudah menemui ke- celakaanSiong Pek lompat maju, guna menanggapi tubuh itu, yalah
tubuh imam Yap Siauw ceng dari ceng Shia Pay itu. Enam
imam yang lainnya sebaliknya mau melompat kuburan.
Berbareng dengan itu, sambil tertawa seram, satu
bayangan lompat keluar dari belakang kuburan, Ketika dia
menaruh kaki di-tanah, didepan keenam imam, tak terdengar
suaranya, Dia pun segera membuat kaget kepada kawanan
imam itu, Sebab dia mirip mayat hidup, sebab tubuhnya
seperti tulang terbungkus kulit, badannya jangkung,
rambutnya panjang terurai sampai dipundaknya, sepasang
matanya sangat tajam, bengis sinarnya. Dia pula muncul dari
belakang kuburan dimalam yang demikian sunyi dan dingin.
"Siapa kau?" Siong Pek menegur. "Ada permusuhan apa
diantara Yap Tocu dan kau maka kau sudah menurunkan
tangan jahat terhadapnya?"
Orang mirip mayat hidup itu memutar matanya yang tajam
dan bengis itu, dia memperdengarkan suaranya yang seram,
"Aku si-orang tua yalah Kauw Pek Sin-Mo ciauw Bu muridnya
Pak Beng Sam Mo Yap Siauw ceng denganku tidak bermusuh,
tetapi tanpa sebab tanpa lantaran dia mengumpat-caci
padaku, dari itu aku hajar dia satu kali dengan tangan
dinginku Han Peng Im Ciang. Tidak kusangka, dia tak dapat
bertahan buat satu pukulan saja"
Siong Pek terkejut mendengar orang menjadi muridnya Pak
Beng Sam Mo. "Dimana Yap Tojin bertemu denganmu tuan?" ia tanya.
Ciauw Bu mengawasi, matanya bersinar dingin.
Mendengar itu siorang tua berbaju hijau yang bersembunyi
dibelakang pohon, terkejut, ia lantas berpikir, Jikalau begitu
Nio Eng Sian dan aku telah terdengar telinganya, maka jikalau
dia tidak disingkirkan dibelakang hari dia dapat menjadi
ancaman bencana Mungkinkah Nio Eng Sian telah dikuntit?"
1466 Itu waktu Siong Pek Tojin menanya bengis, "Diwaktu Pak
Beng Sam Mo menyerbu Bu Tong San, apakah tuan turut
ambil bagian?" Orang itu tertawa berkata, "Tidak salah" sahutnya terkebur,
"Jikalau tidak ada panggilan U-bun Lui, mungkin Bu Tong San
sudah ludas semua dan kamu tak bakal dapat lolos"
Ketujuh imam menjadi sangat gusar, segera mereka
bergerak hingga mereka berkumpul dalam garis garis Pat-kwa,
kecuali bagian Seng-mui, atau "Pintu hidup", yang lowong,
Mereka tinggal bergeraknya lebih jauh.
Kauw Pek sin-Mo memainkan bibirnya. sikapnya tawar
sekali. "Jikalau kamu memikir untuk mampus, berlakulah rela "
katanya, ia merapatkan kedua matanya, sikapnya acuh tak
acuh. Siong Pek Tojin habis sabar, dengan lantas ia maju,
menikam jalan darah sin-bun dari orang she ciauw yang
jumawa itu. perbuatannya ini lantas ditelad keenam saudara
seperguruannya hingga tubuhnya Kauw Pek Sin-Mo seperti
terkurung pedang mereka itu. Dengan bergeraknya mereka
itu, pintu Seng-mui pun tertutup sendirinya.
Ciauw Bu main berkelit, tempo satu kali ia mementang
kedua tangannya, ia menyalurkan hawa dingin membikin
ketujuh pedang terpental berbareng dengan mana, ia lompat
mencelat mengapungi diri sambil ia berkata nyaring. "Aku
siorang tua hendak menghadiahkan sembilan butir Ngo-Tok
San-hwe-tan untuk kamu mencoba-coba"
Ketujuh imam sudah lantas memencar diri. itulah akibat
yang wajar karena mentalnya pedang mereka masing-masing,
Syukur senjata mereka itu tak lolos dari tangan mereka.
Berbareng mereka itu mundur, menyusuli kata-katanya.
Kauw Pek Sin-Mo, si Hantu Menggaet Nyawa, telah mengayun
tangannya, hingga meluncurlah peluru -pelurunya yang
bersinar bagaikan bintang jatuh.
1467 Itulah Ngo-Tok San-hwe-tan, atau peluru api beracun yang
liehay. Lantas juga semuanya, sejarak satu tombak dari
ketujuh imam bentrok menjadi satu, nyaring suaranya
muncrat lelatu apinya, dari atas turun kebawah. Berbareng
dengan itu pula tersiar bau yang membuat orang hampir
pingsan- Sekonyong konyong terdengar teguran keras. "oh siluman
bagaimana kau berani melakukan kejahatan besar ini?"
Lalu dari belakang sebuah pohon pek terlihat lompat
keluarnya satu bayangan orang yang kedua tangannya segera
di-luncurkan, hingga karenanya hawa jahat itu kena dipukul
mundur kearah Kauw pek Sin-Mo ciauw Bu, yang tubuhnya
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi turun. Ciauw Bu kaget luar biasa. inilah diluar dugaannya, Dia
menjadi repot. Dengan gugup dia berjumpalitan dengan kedua
tangannya dia menolak dengan menggunai Han peng cin Khie,
hawa dingin aslinya. Hawa panas tak dapat melawan hawa dingin, itu lelatu
peluru api itu lantas terkalahkan. Akan tetapi si orang tua
dengan baju hijau itu menggeraki pula kedua tangannya
menindih pula lelatu api itu.
Ciauw Bu kaget, dia melawan, tidang urung dia merasakan
tangannya sangat panas dan sakit, sambil menjerit dia lompat
jauh, untuk menyingkirkan diri. Dia sebat tetapi api lebih cepat
pula, Kembali dia menjerit, hanya kali ini, tubuhnya terus
roboh ke tanah, Tapi masih ia hendak menolong diri, ia bergulingan sampai
belasan tombak. celaka untuknya, api tidak mau padam,
bahkan menyala makin besar.
Ia menjerit jerit menyayatkan hati dari keras sampai
menjadi perlahan, lalu perlahan lahan rintihannya berhenti.
Ketika akhirnya api berhenti berkobar, maka tubuhnya si
Hantu Pembetot nyawa menjadi hangus hitam legam, dari
dada dan perutnya keluar asap yang sangat bau.
1468 Menyaksikan itu, si orang tua baju hijau menghela napas.
"Kau cari mampusmu sendiri, kau mencelakai orang untuk
akhirnya mencelakai diri sendiri", katanya. "Sebenarnya aku
tidak berniat mencelakai kau, akan tetapi guna memadamkan
api, supaya tidak menjadi melulahan, terpaksa aku berbuat
begini." Lalu ia memutar tubuh, ia tercengang, ia
mendapatkan Bu Tong cit To duduk bersila dengan mata
mereka dimeramkan. Mereka itu lagi bersemedhi, untuk memulihkan tenaga
mereka, Dibawah sinar rembulan, muka mereka nampak pucat
pasi, Baju merekapun berlubang enam atau tujuh akibat
terbakar peletikan api, Api itupun mengeluarkan asap atau
hawa beracun, ketujuh imam tidak sempat menahan napas
mereka tadi kena menyedot, lantaran mana mereka jadi kena
terserang hawa racun. Bukan main terharunya si orang tua baju hijau, ia insaf
benar hebatnya pertikaian budi dan sakit hati dikalangan
Rimba Persilatan orang balas membalas hingga terbitlah
bencana hebat. Semua itu karena keliru pikir disatu saat.
Jauh disana, disungai yang besar, air nampakputih seperti
rantai. mengalir kearah timur untuk tidak kembali, Demiklan
juga penghidupan manusia... kemudaannya pergi untuk
menjadi ketuaannya, menambah kesucian, kedukaanooo
BAB 22 TENGAH si orang tua baju hijau itu ngelamun saking
berdukanya, ia mendengar suaranya Siong Pek Tojin dari
belakangnya. Kata imam itu: "Kami telah ditolong, kami
sangat bersyukur kepada kau, siecu."
Ia lantas berpaling perlahan, ia melihat tujuh imam dari Bu
Tong Pay itu lagi berdiri tak jauh dari ianya, muka mereka
masih tetap pucat, sebab dalam tempo yang singkat itu,
1469 kesehatan mereka tidak dapat segera pulih kembali. cuma
hawa racun saja yang mereka dapat tolak pergi.
Melihat orang berpaling, ketujuh imam lantas menjura,
mengangguk sambil membungkuk.
"Tidak berani aku terima" kata orang tua baju hijau
menampik kehormatan itu, "Kita sebenarnya pernah bertemu
satu kali. Bukankah lotiang pergi ke Siauw Lim Sie buat urusan
kitab Bu Siang Kim Kong ciang Keng" Apakah semua suhu dari
siauw Lim Sie baik-baik saja?"
Siong Teng semua heran, Mereka merasa orang tua itu
asing bagi mereka, Lantas mereka memikir tetapi mereka
tidak dapat ingat dimana kedua pihak pernah bertemu. Heran
pula orang ketahui hal kitab pihak Siauw Lim Sie itu.
Orang tua itu tersenyum, "Apakah It Goan Kiesu dan ouw
Kok Lan masih berada di Siauw Lim Sie?" dia menanya pula.
Mendengar pertanyaan ini barulah Siong Pek Tojin ingat,
orang adalah Koay ciu Sie-seng Cia In Gak. -si Pelajar Aneh
yang tersohor itu, Maka lekas-lekas ia memberi hormat pula,
sembari tertawa ia kata: "Kiranya Cia Siauwhiap, Pinto
memang heran sekali di-jaman ini siapa lagi yang
berkepandaian begini lihay kecuali siauwhiap. It Goan Kiesu
bersama Nona ouw Kok Lan satu hari dimuka tibanya kami
sudah meninggaikan kuil Siauw Lim sie, mungkin mereka itu
menuju ke He-kauw" ia berhenti sebentar, lalu ia meneruskan:
"Mungkinkah Siauwhiap sendiri yang telah menolongi ketiga
tianglo kami?" Orang tua dengan baju hijau itu bersenyum, Hanya sedetik,
mendadak ia mengasi lihat roman sungguh-sungguh, terus ia
memasang telinga. Ketujuh imam dari Bu Tong Pay heran, Mereka lantas
menduga pada sesuatu, yang mereka sendiri tidak lihat atau
dengar Semua turut berdiam sambil memasang kuping dan
mata. Tidak lama, Siong Pek Tojin lantas mendengar
1470 kibarannya ujung baju serta tindakan kaki yang berjalan pesat
tetapi enteng, ia menjadi heran sekali.
"Pantaslah orang ini muda tetapi namanya telah
menggetarkan Rimba Persilatan," pikirnya, "Siapa sangka dia
mempunyai telinga begini terang dan mata yang celi sekali.
Tak sanggup kami menandingi dia."
Disaat itu, diantara sinar rembulan, terlihat dijurang ditepi
sungai berlari-lari mendatanginya satu bayangan orang, ketika
bayangan itu datang mendekati, dia memperlahankan larinya,
sampai dia tiba didepan banyak orang. Dia tidak membuka
mulutnya hanya mengawasi dengan tajam.
In Gak cuma melihat orang sekelebatan, lantas ia
memandang kesungai dimana sang Putri Malam lagi berkaca,
ia tenang sekali, tak sedikit kentara bahwa ia tertarik
perhatiannya. Bayangan itu, atau orang itu, bermuka berewokan, hingga
dia nampak bengis. Dia mengasi dengar suara "Hm" setelah
mana, dia menggeraki tubuhnya lompat melewati semua
orang. Siong Pek Tojin kaget, hingga ia berseru. "Ban Siauw
Chong" "Han Goat Sin To" menimpali seorang imam disamping
Siong Pek itu, Dialah Ya In Tojin, pun kaget.
Han Goat Sin To Ban Siauw Chong lompat lima tombak.
setelah mana dia mencelat pula, kali ini untuk memapaki
datangnya seorang baru, hingga mereka berdua menjadi
berdiri berhadapan- "Hahaha," tertawa orang baru itu, "Ban siaw Chong
beginilah hidupnya manusia, Selama mereka masih hidup,
ditempat manakah mereka tak dapat bertemu" Kau tentu tidak
menyangka sekali-kali bahwa disini kau bertemu pula dengan
Lui LoJie" M Memang itulah Lui Siauw Thian si Jenaka yang gemar
berguyonTiraikasih Website http://kangzusi.com/
1471 Ban Siauw Chong tertawa menyindir. "Kunyuk She Lui,
jangan puas dulu" katanya,
tajam. "Bagus untungmu, pada tujuh tahun dulu kau tidak
mampus diurung golok Han Goat Sin-to hingga kau dapat
mencuri hidup buat beberapa tahun lagi. Sekarang ini tak usah
sampai aku si orang she Ban yang turun tangan pasti kau
bakal sukar hidup lagi beberapa hari saja"
Lui siauw Thian tidak menghiraukan kata-kata orang itu,
dia tertawa geli. "Jikalau dikurniakan Thian" dia berkata lucu. "Raja akhirat
sendiri tidak menghendaki aku, habis apa mau dibilang" Maka
itu, apalagi kau, apa kau dapat berbuat atas diriku" sebaliknya
kau, seorang Kang ouw luar biasa, yang sudah banyak tahun
hidup menyendiri kenapa kau kesudian hendak mengandalkan
kepada partai Bendera Kuning, hingga kau seperti membantu
Kaisar Tiu membuat kejahatan" Sungguh, aku harus merasa
sayang untuk dirimu..."
"Ngaco-belo" Siauw cong membentak: "Apakah kau sangka
aku siorang she Ban dapat menjadi seperti orang dalam
terkaanmu itu" Disini cuma ada soal orang Rimba Persilatan
memperebut nama. Aku siorang she Ban aku datang untuk
undangannya Mo cuncia, untuk aku membantu meramaikan
gelanggang Hm ! Hm Semoga kau, Lui Siauw Thian, kau dapat
memasuki gelanggang partai Bendera Kuning dengan masih
hidup..." Belum lagi siauw Thian sempat berkata-kata pula, In Gak
sudah lantas maju menyelak diantara dua orang itu, untuk ia
lantas menanya: "Tuan apakah maksud kata-katamu ini.
Sudikah kau memberi keterangan?"
Ban Siauw cong terperanjat atas munculnya In Gak. ia
kaget, untuk ilmu ringan tubuh orang akan tetapi ia mencoba
menguasai diri, Maka dengan sabar ia berkata: "Kau pasti
1472 ketahui sendiri, tuan Untuk urusannya partai Bendera Kuning,
tak usah aku siorang she Ban turut campur mulut"
Kata-kata ini akhirnya dengan lompatan mundur tiga
tombak, Akan tetapi segera ia menjadi kaget, ia baru menaruh
kakinya atau si-orang tua berbaju hijau itu sudah berada dihadapannya.
orang bergerak bagaikan angin atau hantu.
"Hebat...." pikirnya sambil menyedot napas, Tapi ia
menguasai diri, ia lantas menegur: "Tuan mau apa kau
menghadang aku?" In Gak bersenyum. "Kau belum cerita jelas, tuan, mana dapat kau lantas
pergi?" ia kata. "Akupun mengagumi kau, yang mirip
segalanya dengan Mo cuncia, Kau ceritalah"
Ban Siauw cong mengawasi tajam, dia tertawa tawar.
"Semua orang yang menentang partai Bendera Kuning
berada didalam pengawasan partai itu" dia kata, "maka itu
mungkin kau tuan sekarang kau bicara denganku, besok kau
sudah tidak bernyawa lagi Apakah perlu aku siorang she Ban
menggoyang goyang lebih jauh lidahku" Tentang diriku pribadi
tuan, tak usahlah kau campur tahu"
In Gakpun tertawa tawar, "sebaliknya sekarang ini belum
tentu kau bakal hidup lebih lama pula, tuan" ia berkata tak
kurang tajamnya, "Buat apa begini jumawa?" Disaat itu In Gak
mendapat satu pikiran baru, ia merasa, sebab utama dari
sepak terjang-nya Oey Kie Pay adalah dirinya sendiri, maka itu
harus ia sendiri yang bertanggung jawab, ia memikir untuk
menyingkirkan setiap musuh tangguh.
Karena ini, ia memikir juga untuk menggunai ilmu totok
Hian Wan Sip-pat Kay bagian menentang napas, supaya
selama enam tahun, orang tak dapat berbuat apa-apa, sampai
tenaga totokan itu lenyap sendirinya, Daya ini tak usah
meminta kurban jiwa. Ban Siauw cong melengak sejenak lalu
dia tertawa nyaring. "Kaulah yang sangat takabur, tuan" dia menegur "Kau tak
tahu malu" 1473 In Gak bersenyum. "Jikalau kau tidak percaya, tuan, coba kau bernapas," ia
kata, "Pasti napasmu bertentangan diantara lain im dan yang,
Adakah sesuatu yang tak wajar pada jalan darah khie-hay?"
Diam-diam siauw cong terkejut Lantas ia menarik napas.
Benar-benar ia merasakan saluran yang tak 1urus. Hawa
Thay-im dan Siauw-yang benar-benar berkumpul dijalan darah
yang disebutkan itu, diatas dingin dibawah panas. Mau atau
tidak- ia mengasi lihat roman kagetnya, ia tidak tahu
kapannya orang menyerang padanya.
In Gak bersenyum, ia kata: "Mo cuncia itu kejam sekali
Siapa bekerja sama dengannya, diam-diam ia telah totok jalan
darahnya, Totokan itu tak ada lain orang yang dapat
membebaskannya, itulah siasatnya membuat orang bersetia
kepadanya, agar orang tidak berhati serong. sekarang ini kau
tidak merasakan sesuatu yang hebat, hanya nanti setengah
bulan kemudian, setiap tengah malam, kau bakal merasakan
hatimu panas, kau akan menderita kecuali kau makan obat
buatannya sendiri" Hati siauw cong berdebaran, ia bungkam, matanya
menatap sayup,sayup, In Gak balik mengawasi, ia bersenyum
pula. "Ilmu totok telengas itu, akupun tidak dapat
membebaskannya," ia berkata lagi,
"meski demikian, aku rasa aku dapat memikir suatu
dayanya, jikalau tuan tidak iklas hati mengikut Mo cuncia,
silahkan kau lekas pulang kepondokanmu, terus kau duduk
bersamedhi sambil menyalurkan pernapasanmu asal kau
bersungguh-sungguh, tak lama kau akan dapat membebaskan
dirimu" Siauw cong memperlihatkan roman jengah.
"Terima kasih tuan untuk pengajaran kau ini," katanya
kemudian. "Selama aku hidup, pasti aku akan dapat membalas
1474 budi kebajikan-mu ini." ia lantas menjura dalam, terus ia berlompat
mundur, berjalan empat tombak jauhnya atau
mendadak ia ingat sesuatu.
"Siapakah orang tua baju hijau ini?" pikirnya. "Aku belum
tanya she dan namanya" Kenapa dia ketahui aku telah
menjadi kurban totokan" Mucgkinkah dia main gila...." ia
merandak otaknya bekerja terus, ia pikir untuk menanya, atau
didetik itu juga, ia membatalkan niatnya itu, ia malu untuk
bertanya. Diakhirnya ia bertindak pergi dengan cepat berlari
lari. Lui Siauw Thian mengawasi orang berlalu, baru ia menoleh
kepada adik angkatnya untuk berkata: "Shate, bagus akal
muslihat kau ini. Aku percaya binatang itu takluk benar-benar
dan akan terus meninggalkan He-kauw untuk pulang
kerumahnya" In Gak bersenyum, ia tidak menjawab.
Ketika itu dari arah Hong Ho Lauw Nampak pula satu
bayangan manusia lagi lari mendatangi tibanya cepat sekali
hingga lantas orang mengenali Twie hong cie-wie Cian Leng si
Landak. Dia memberi hormat pada In Gak untuk berkata:
"Chong Tianglo menitahkan aku membawa berita bahwa
sekarang ini di He-kauw terdapat banyak orang Oey Kie Pay,
orang-orang yang liehay, yang bertugas secara diam-diam
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencelakai kaum lurus maka itu tianglo telah meminjam
sebuah kampung diseberang kali guna menampung semua
sahabat dan kenalan- Su-tianglopun diminta segera datang
katanya ada urusan penting yang hendak dibicarakan- Kedua
nona dan Siang Koancu sudah berangkat lebih dulu."
"Oh" berseru In Gak. " Kiranya ia sudah menyediakan
tempat Mari kita pergi kesana" Lantas orang berangkat, Cian
Leng lari di-sebelah depan sebagai penunjuk jalan"Sudah sampai" katanya selang tak lama, ia berhenti
disebuah puncak tangannya menunjuk kebawah dimana ada
rumah diantara pohon-pohon cemara yang lebat. ia
1475 mengeluarkan sebatang bambu dari sakunya, ia memasuki
itu kemulutnya untuk terus men hingga terdengarlah satu
suara tajam, yang terbawa sang anginLekas sekali terdengar suara penyahutan, yang disusul
dengan munculnya empat pengemis tua. Mereka itu memberi
hormat pada In Gak lalu mereka memimpin jalan. In Gak
semua mengikuti Dengan lekas mereka sudah sampai dibawah, diantara
rimba pohon cemara, dimana terlihat tegas sebuah
pekarangan luas serta kebunnya dimana terdapat sebuah
rumah besar. Didepan rumah itu Chong Sie berdiri
menyambut, terus ia memimpin masuk keruang tetamu.
Lui siauw Thian membuat pertemuan dengan tujuh imam
dari Bu Tong Pay, sesudah itu ia mencekal tangan In Gak
seraya berkata tertawa: "Selama di atas lauwteng Hong Ho
Lauw, tanpa kau yang mengisiki Shate, pasti kakakmu bakal
roboh sebagai kurban kejahatan mereka itu"
Mereka bicara sambil berjalan, Lekas juga mereka sampai
diruang dalam dimana terlihat Liok Koan bersama Hu Wan,
Kang Yauw Hong, Lo Siang Bwe, Siang Lok, Hoan Siauw coan,
Tan Bun Han, ouw Thian Seng, Tok-pie Hong-In-kay sek Siu
serta Kiang cong Yauw. Chong Sie lantas menitahkan Cian Leng dan Sek Siu:
"Kamu berdua lekas pergi ke He-kauw untuk memerintahkan
semua saudara Partai kita cabang kang he, buat mereka
menyambut setiap sahabat kita yang datang kesini. Tapi ingat,
jangan kamu menyebut adanya su-tianglo disini"
Dua pengemis itu berlalu dengan cepat. Ketika In Gak
tengah menanyakan cong Yauw tentang lenyapnya Tonghong
Giok Kun, ia heran atas perintahnya kakak- angkat itu, maka
ia menanya, apa maksudnya itu.
1476 Chong Sie memandang adik- angkat itu, ia berkata
sungguh-sungguh: "partai Bendera Kuning ingin merampas
kedudukan jago Rimba Persilatan, dia telah mengirim banyak
undangan, diantaranya yang sudah menerima yalah Ngo Bie
Pay, Tiam Chong Pay dan Ngo Tay.
Ketiga partai itu tersangkut paut dengan kau, shate, sebab
mereka salah paham, maka itu sebelum musuh dapat
ditumpas kita jangan bentrok dengan mereka. Bentrokan juga
dapat mempersulit Kiang Siauw-hiap dan kedua nona Kang
dan Lo. Aku anggap baiklah shate menyembunyikan dulu
dirimu." In Gak anggap itu benar, ia mengangguk.
Chong Sie menghela napas, ia berkata pula, "U bun Lui
liehay sekali, dia berhasil membujuki gurunya datang ke Timur
ini. Seperti di ketahui, gurunya itu yalah Shatohuoto, pendeta
hantu dari Thibet itu, Dengan mendapat kawan Mo cuncia dari
Tiang Pek San dan Pak Beng Sam Mo, U-bun Lui bakal
mendatangkan malapetaka besar, maka itu, aku merasa sedih
sekali... " In Gak berdiam. "Jangan kau berduka toako," katanya sejenak kemudian,
"Aku telah memikir satu daya upaya dengan mana aku harap
kita dapat mengubah keadaan hingga tetamu menjadi tuan
rumah..." Chong Sie percaya kecerdikannya adik- angkat ini, hatinya
menjadi lega. "Bagus jikalau kau dapat melakukan itu, shate," ia kata, "itu
berarti kebaikan Umum. Dapatkah kau menutur sesuatu?"
In Gak berbisik ditelinga kakak itu.
Chong Sie mengangguk seraya berkata: "Tipu ini baik,
hanya belum tentu Bin San Jie Tok dapat bergerak dengan
merdeka. Ada kemungkinan mereka ditahan secara lunak
didalam markas Oey KiePay. Pula masih harus disangsikan
yang mereka mau turut pihak kita-Menurut aku, baiklah kita
1477 pakai jalan tetamu menjadi tuan rumah itu, meskipun
pertempuran tak dapat dihindarkan-"
In Gak tersenyum. "Manusia berdaya, Thian berkuasa," katanya. "Besok aku
mau pergi kemarkas besar Oey Kie Pay, guna menolongi
saudara Tong-hong serta Bin San Jie Tok. jikalau aku tidak
berhasil baru aku ambil daya yang lainnya."
Meski In Gak bersenyum, orang dapat melihat sinar
matanya yang tak gembira.
Lo Siang Bwe sangat berduka, jikalau bukan karena ia,
Tonghong Giok Kun tentulah tidak dibawa pergi oleh Ang Nio
cu. ia berduka tanpa dapat membuka mulutnya maka ia mesti
menderita sendiri. "Apakah besok kau pergi sendiri?" Siauw Thian tanya
adiknya, In Gak mengangguk. "Jikalau banyakan, apabila ada
salah satu yang gagal, itu berarti memecah perhatian-" Ia
menerangkan "Maka itu lebih baik aku pergi seorang diri, Aku
tidak takut walaupun In Bong Tek merupakan guha harimau
atau gedung naga..."
Siauw Thian batuk satu kali.
"Biar aku tidak mendapat penjelasan dari kau, shate,
dayamu ini pasti tak mudah di-lakukannya . "
In Gak heran- "Kenapakah?" tanyanya.
"Lui lo-jie ketahui kau hendak tarik Bin San Jie Tok kepihak
kita," kakak itu menerangkan "itu berarti, memakai tombak
orang menikam tamengnya itu orang sendiri, supaya orang
runtuh tanpa berperang lagi. Tapi harus diingat, diantara
orang-orang undangannya Oey Kie Pay itu, ada mereka yang
mau merebut juga kedudukan kepala perserikatan-.."
Pemuda itu tertawa tawar.
"Dalam suatu usaha, tak dapat diharap hasilnya secara
sempurna, cukup asal tidak mengecewakan- Menurut kau,
1478 jieko orang sukar berjalan walau cuma satu tindak." Siauw
Thian tertawa berlenggak.
"Kapannya Lui LoJie pernah tahu takut?" katanya, "Aku
cuma memikir untukmu, supaya kau dapat memikirnya pula,
Nah, cukup sudah. Perut Lui Lo-jie sudah memukul tambur
Chong Lo-toa, apa ada arak dan makanan " Lekas keluarkan "
Orang tertawa mendengar kata-kata Jenaka itu.
Ketika itu satu pengemis usia pertengahan datang dengan
cepat, Dia mengangguk pada Chong Sie sambil berkata,
"Harap tianglo ketahui Lima lie dari sini, didalam lembah, ada
sebuah rumah kemana tampak orang Oey Kie Pay masuk dan
Khole Kong San Su Mo bersama Poan Poan Siu sekalian pun
tengah menuju ke sana."
Chong sie mengerutkan alis, ia memberi isyarat untuk
pelapor itu mengundurkan diri.
"Nanti aku pergi lihat," kata In Gak yang lantas berlompat
keluar, Untuk dapat pergi kerumah didalam lembah itu, ia
minta pelapor tadi memberi petunjuk.
Malam itu rembulan terang dan bintang banyak. angin
bertiup halus, akan tetapi meski alam indah, In Gak tak dapat
menikmatinya, bahkan ia menjadi berpikir pusing, ia merasa
lama-lama merantau itu menjemukanMaka ia anggap. kalau urusan sudah beres, baiklah ia hidup
menyendiri ia tahu benar kata-katanya Siauw Thian tadi,
musuh tak dapat dipandang ringan- sebelum ia berhasil
menuntut balas untuk ayah dan ibunya tidak dapat ia
membahayakan dirinya. Maka perlu ia sabar, Akhir-nya ia menghela napas dan
ngoceh sendirian: "Si cerdik bekerja dengan menuruti waktu si
tolol menentangnya, jangan mengharap banyak. cukup asal
hati sendiri tenteram dan tenang."
Segera juga In Gak sampai di lembah yang dituju, ia
melihat rumah yang dimaksudkan-Rumah itu teraling dengan
1479 pepohonan Tidak ada penerangan disitu, sebaliknya lentera
merah digantung dibeberapa cabang pohon bergoyanggoyang
tertiup angin- ia maju mendekati, ia sembunyi
dibelakang pohon, untuk mengintai.
"Meski ada maksudnya lentera itu," ia menduga-duga,
"Baiklah aku hajar sebuah lentera, guna melihat apa
akibatnya" Ia memungut sebutir batu, tapi waktu ia mau menimpuk ia
dapat melihat tiga bayangan orang lari mendatang larinya
sangat pesat, ia memasang mata kepada mereka itu, yang
berhenti ditempat delapan tombak dari ianya.
Orang yang ditengah seorang pemuda tampan, dua yang
lain bertubuh kasar, usianya pertengahan Mereka pada
membekal senjata. "Ya, disini," kata seorang dengan lidah propinsi Su-coan,
suaranya- keras, "Aku telah menguntit Khole Kong San Su Mo
sampai di sini. Beberapa tauwbak disini liehay, hampir aku
kepergok, Mereka semua masuk kedalam rumah besar itu,
Aku tidak berani lancang memasuki rumah itu, maka itu aku
kembali untuk mengajak kamu berdua. jiewie." ia berhenti
sebentar, lalu meneruskan: "Bagaimana kalau kita maju
sekarang?" "Sabar" kata seorang, "Kita berada dekat rumah tetapi
disini tidak ada penjagaannya, inilah mestinya akal belaka,
Beberapa buah lentera itu mencurigai, sebab digantungnya
lewat sependirian, hingga untuk menurunkan-nya orang mesti
menimpuknya. itulah berbahaya."
"Dia teliti," In Gak puji orang itu yang cerdas dan sabar.
Tiga orang itu berjalan terus kearahnya, maka sekarang In
Gak bisa melihat tegas, Yang satu beroman gagah, hidungnya
besar, mulutnya lebar, kumis jenggotnya panjang sampai
diperut. Kawannya pun beroman gagah, matanya celong,
mukanya penuh berewok lebat.
1480 Orang yang ketiga, siorang muda, dikenali sebagai siauw
Pek Liong Kat Thian Ho dari Kun Lun Pay, anak muda mana
pernah diketemukan digunung Thay Gak SanTiga orang itu berhenti pula, lalu terdengar suaranya Kat
Thian Ho. "Setelah meninggalkan Thay Gak San, baru aku
tahu dikolong langit ini ada banyak sekali orang pandai. Nyata
kepandaianku cuma mirip api kunang-kunang. Melihat Koay
ciu Sie-seng, aku menjadi jeri untuk merantau, Maka itu
sepulangnya kegunung, aku minta guruku menyadari Kian Kun
Sam ciat Kiam, ilmu pedang yang menjadi pusaka, serta Taylek
Eng-jiauw Kang. Syukur aku dapat menguasainya.
Hanya selama yang belakangan ini, kami dimusuhi Khong
tong Pay dan Hoa-He Su ok, sudah ada sembilan orang kami
yang dibikin celaka, hingga guruku tak dapat bersabar lagi.
Terkabar Khong Tong Pay dan Hoa-He Su ok itu telah
diundang Oey Kie Pay, inilah kebetulan, guruku berniat
menggunai ketika ini menghajar mereka itu. Suhu bersama
paman guru dan yang lainnya ada dalam perjalanan ke Hekauw
mungkin besok mereka akan tiba disini."
Sikumis panjang mengangguk.
"Sungguh ancaman bahaya hebat sekali." katanya, "Kalau
kawanan hantu itu tidak dibasmi dari siang-siang, maka kita
Rimba Persilatan, kita bakal tidak mempunyai tempat untuk
dikubur..." Orang dengan lidah Su-coan itu pun berkata"Oey Kie Pay bermarkas di Tay Hong San, di telaga In Bong
Tek. habis apa perlunya merekapun membangun pusat
rahasia ini" Pasti dia mengandung maksud yang orang harus
mencapekan hati memikirkannya. Tiba-tiba Kat Thian Ho
tertawa. "Saudara Uy, ketika aku masih belum mengerti aku pun
memikirkannya lama," ia kata "Mereka mengandung niat jahat
dan busuk sekali sebenarnya disini mereka memaksa Bin San
Jie Tok membuat semacam racun yang tanpa warna dan
rasanya, hingga orang sukar mengenali dan mengicipinya,
1481 orang-orangnya yang lihay telah dikirim ke pelbagai propinsi
guna menyebar racun itu, siapa terkena itu, dia tidak berdaya,
dia bakal dibekuk dan diangkut kemarkasnya. Tadi malam
secara rahasia mereka mengumpulkan semua orangnya yang
menggunai racun itu, untuk berapat, guna mengirim laporan
ke markas besar mereka."
"Kat Siauwhiap. kenapa kau ketahui begini jelas hal mereka
itu?" tanya orang she Oey itu.
"Tadi ditepi sungai aku berhasil membekuk satu orang Oey
Kie Pay, dari mulutnya aku berhasil mengorek keterangan itu."
ia mau bicara terus, atau mendadak ia nampak kaget dan
tangannyapun terus menunjuk. Katanya: " Lihat Lihat lentera
merah itu, kenapa bertambah" Apakah artinya itu?" Dua
kawan itu juga heran, mereka lantas menoleh.
In Gak tercengang, ia terus memasang telinga dan
mendengar pembicaraan mereka bertiga itu sampai ia alpa, ia
mendapat kenyataan lentera bertambah beberapa puluh buah,
hingga diantara pepohonan nampak cahaya merah. Semua
mereka tidak mengarti, tak ada yang dapat menerka.
Siauw Pek Liong hendak berkata pula tempo terdengar
suara orang dibelakangnya, suara yang didului dengan
tertawa dingin. "Bocah, nyalimu besar Bagaimana berani kau mengintai
daerah terlarang Partai orang Kau telah melanggar pantangan
kaum Kang ouw, Lekas kau berlalu dari sini, aku si orang tua,
tidak mau aku melanggar pantangan membunuh terhadap
bocah yang tak tahu suatu apa"
Kat Thian Ho bertiga kaget sekali, dengan cepat mereka
memutar tubuh, Mereka melihat seorang tua berdiri dua
tombak dari mereka. orang tua itu kurus kering tetapi
sepasang matanya bersinar tajam. Dia mengenakan baju
panjang warna putih yang gerombongan- Aneh baju itu tidak
berkibaran tertiup anginTiraikasih
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Website http://kangzusi.com/
1482 "Kau siapa?" Kat Thian Ho tanya sesudah mengawasi
sekian lama dan kagetnya lenyap.
"Lembah ini dan rumah besar itu, adakah itu tempat
kediaman kau?" Si kurus kering tertawa dingin.
"Kamu ingin ketahui siapa aku siorang tua?" katanya, "itu
artinya kamu bakal lantas mampus tanpa tempat mengubur
mayat kamu. Benar rumah besar itu bukan tempat
kediamanku akan tetapi..."
"Kalau itu bukan tempatmu" Thian Ho memotong, "tak
usahlah kau mencapaikan hatimu Kami datang kemari untuk
menggadangi si Putri malam, kami tengah memasang omong
dengan asyik, apakah kau dapat memperdulikan kami?"
Mata orang tua iru bersinar pula, Dia bengis agaknya
hendak membunuh orang. Dia mengasi dengar tertawanya
yang menyeramkan, Mendadak dia berseru, "Bocah, kau cari
mampus" Mendadak tangan kanannya meluncur tangan itu
mengeluarkan hawa dingin.
Thian Ho sudah siap sedia, ia menghunus pedangnya dan
memutarnya, guna menangkis, sembari berbuat begitu ia
berseru: "Saudara-saudara lekas mundur" Akan tetapi ketika
mereka bentrok. ia terhuyung mundur tiga tindak
"Bocah, kau tidak tahu diri" kata sikurus kering, ia
meluncurkan pula tangannya, Kali ini lima jari tangannya
menyamber, guna menangkap pedang si anak muda.
Thian Ho tidak takut, ia memutar terus pedangnya, yang
berkilauan, guna membabat kutung jeriji tangan musuh itu.
Melihat ilmu silat Thian Ho, diam-diam In Gak memuji: "Dia
maju pesat dibanding ketika aku menemui dia di gunung Thay
Gak San. Entah siapakah orang tua kurus kering."
Sekonyong-konyong orang tua itu berseru, tubuhnya
mencelat tinggi, kedua tangannya dipakai menolak keras.
Thian Ho berseru juga, ia memutar pedangnya dengan
tenaga dikerahkan, terus ia menyerang, beruntun hingga tiga
1483 kali. Pedangnya terlihat bergerak lambat tetapi sebenarnya
cepat. Orang tua itu, dengan hawa dinginnya, kena terdesak
mundur satu tindak. Kat Thian Ho mendapat hati, ia ulang
rangksakannya. Mau atau tidak orang tua itu kembali mundur, bahkan ia
mesti mundur terus jikalau ia tidak mau menjadi korban
pedang. "Itulah tentu ilmu pedang Kiau Kun Sam ciat Kiam," In Gak
menduga-duga, "Hebat ilmu pedang itu. Tapi orang tua ini
juga liehay sekali, dia mungkin satu jago tua yang sudah lama
tak pernah munculkan diri, sampai hari ini. Tidak mudah untuk
merobohkan dia" Dugaan In Gak ini lantas berwujud, Dengan tiba tiba
siorang tua lompat mundur lima tombak. terus dari
kerongkongannya terdengar suara tertawa yang
menyeramkan memecahkan kesunyian sang malam.
Ketika suara itu berhenti, sinar mata bengis dari dia
memancar pula. Lantas terdengar suaranya: "Bocah, kau
kiranya murid Kun Lun Pay Apakab kau menyangka dengan
Kian Kun Sam ciat Kiam kau dapat mempersulitkan aku" Kau
keliru?" Habis berkata, dia bertindak maju cepat sekali, kedua belah
tangan bajunya berkibaranKat Thian Ho terkejut pedangnya lantas terasakan berat.
Belum ia sempat memikir atau berdaya, pedang itu sudah
tersampok sampai terlepas, menyusul mana ia merasa
tubuhnya kena terangkat naik.
"Bocah, serahkan jiwamu" berseru sikurus kering, lima jari
tangannya menyusul meluncur.
Kedua kawan Thian Ho terkejut, sambil berseru mereka
maju menyerang: Mereka hendak menolongi kawan she Kat
1484 itu. Tanpa menoleh lagi, orang tua itu mengibas dengan
tangan kirinya, sedang tangan kanannya tidak ditarik pulang.
Kedua kawan itu memperdengarkan suara tertahan,
mereka terkejut karena tubuh mereka tergempur, tangan
mereka masing-masing sakit sekali, seperti tangan mau patah.
Disaat Thian Ho terancam maut itu, hingga dia menjerit
dari belakang sebuah pohon besar didekat mereka terlihat
satu bayangan orang berlompat maju, untuk memernahkan
diri diantara kedua orang yang lagi mengadu jiwa itu, tangan
kanannya melindungi si anak muda, tangan kirinya
menyempar si orang tua. Hanya sejenak, siorang tua berseru tertahan, tubuhnya
terpental mundur. Dia heran, diapun kaget, maka begitu dapat
menaruh kaki, dia mengawasi tajam kepada orang yang
merintangi usahanya membinasakan musuh, ia melihat
seorang tua dengan baju hijau berdiri mengawasi padanya.
Lantas dia tertawa dingin. "Tahukah kau siapa aku si tua ini?"
dia bertanya, "Kau berani mencoba menarik- narik kumis
harimau?" Si orang tua berbaju hijau melirik memandang enteng,
acuh tak acuh dia bersenyum.
"Sami mawon." sahutnya tenang. "Kau juga tidak tahu aku
siapa. Kau omong besar, tak tahu malukah kau?"
Hebat ejekan itu, Sikurus kering menjadi sangat gusar.
"Aku tidak sangka" katanya nyaring. "Aku tidak sangka aku,
Mo cuncia dari Tiang Pek San, mesti membuka pantangan
membunuh atas diri kau"
Kat Thian Ho jatuh terguling, tetapi dia dapat berlompat
baugun, bersama dua kawan-nya, dia berdiri mengawasi dari
heran menjadi kaget. Dia tidak menyangka orang yalah Mo
cuncia, Dia bersyukur musuh tangguh itu belum sampai turun
tangan atas dirinya. Di-lain pihak dia menjadi berkuatir untuk siorang tua baju
hijau, yang menjadi penolongnya itu.
1485 Orang tua itu tidak lantas menyahuti kata-katanya Mo
cuncia, karena mana untuk sesaat itu, jagat kembali menjadi
sunyi senyap. kecuali bersiurnya sang angin, cuaca tetap
remang-remang dengan hawa dingin, Diatas gunung, udara
seperti membeku. "Apakah kau jeri?" Mo cuncia tanya, tertawa
menatap. "Tidak nanti" sahut si baju hijau singkat, tawar.
Mo cuncia menggeraki tangan kanannya, dia berseru:
"Jikalau kau tidak takut, kau coba rasai" Lantas didepan
dadanya In Gak terlihat berkelebatnya belasan tangan, entah
dari arah mana menyambernya.
--oooo0dw0oooo-- Jilid 27 : Daerah terlarang Oey-kie-pay
ITULAH "Hoan Mo ciu Hoat," ilmu "chayal Hantu" dari jago
gunung Tiang Pek san. sebab satu tangan, saking digerakinya
laksana kilat, menjadi seperti belasan, dan semua jari tangan
itu mencari pelbagai jalan darah.
Si baju hijau tertawa dingin, kakinya bergerak satu tindak.
dalam sedetik saja, ia sudah bebas dari serangan yang
mendatangkan rasa bimbang dan gelisah itu. Sebaliknya, ia
lantas melakukan penyerangan membalas. Dua jeriji tangan
kanannya menotok kearah nadi kanan darijago Tiang Pek San
itu. ia menggunai jurus "Menggeprak rumput mencari ular."
Mo cuncia terkejut, ia berkelit kekiri, ia heran untuk
kegesitan lawan ini, yang dapat lolos dari serangannya untuk
terus balas menotok padanya, ia juga tidak dapat menerka
orang menggunai ilmu muslihat apa, ia cuma merasa itu mirip
dengan ilmu totok Siauw Lim Sie. ia berkelit seraya menarik
pulang tangannya itu. Tapi ia berlaku sebat, kembali ia
menyerang kedada lawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1486 Si baju hijau juga heran mendapatkan serangannya itu
gagal. "Dia begini liehay, pantas dia menjadi sangat jumawa,"
pikirnya, ia berkelit sambil tangan kanannya menggempur
lengan lawan- Mo cuncia mendapatkan serangannya gagal pula, Kali ini
dia heran berbareng kaget. Mendadak dia merasa lengannya
ngilu dan lemas. "Hai, siapa orang ini?" dia berpikir, "Dia begini liehay.."
Tengah ia berpikir itu, ia merasa ada tolakan tenaga yang kuat
sekali, hingga mau atau tidak ia mesti mundur dua tindak.
percuma ia mencoba bertahan- Bahkan ia lantas merasa juga
napasnya sesak. Karena itu, ia memberati tubuh, menancap
kuda-kudanya. Si orang tua baju hijau itu telah menggunai Bie Lek Sin
Kang bagian huruf "Meloloskan- dan "Menindih." Mulanya ia
berkelit lalu ia membalas menyerang. Saking sebat dan liehaynya
ia membikin jago Tiang Pek San kalah gesit. Karena susah
bernapas, muka Mo cuncia menjadi pucat.
Thian Ho bertiga heran bukan main, mata mereka menatap
bergantian pada dua orang tua tangguh itu, Mereka kagum
sibaju hijau bisa dengan demikian cepat mempengaruhi si
hantu. Merekapun saling memandang saking tak mengertinya.
Setelah tolakan hebat itu, Mo cuncia lantas mengasi dengar
teriakan yang mendengung ditengah lembah terus tubuhnya
mencelat tinggi, ketika ia turun pula, dengan kedua tangannya
yang dipasang didepan dadanya, terus ia menyerang
"Dia benar-benar hebat," sibaju hijau memuji pula dalam
hatinya. ia menginsafi teriakan itu, jikalau itu diulangi dengan
terlebih hebat, mungkin kawannya mendengarnya dan nanti
datang menolong. Oleh karena itu, ia menggerak kedua tangannya,
menyerang pula sebelum orang sempat berdaya, Tapi musuh
sudah menyerang, sekalian saja, ia menyambutnya.
1487 Kedua tenaga beradu dengan hebat. Thian Ho bertiga
kaget, mereka cemas hati, Mereka juga kuatir, karena suara
berisik itu, konco-konconya Mo Cuncia nanti. muncul semua.
Si orang tua baju hijau mengerutkan alis, tetapi segera ia
menyerang pula dengan tangan kirinya menolak. menyusul
mana tangan kanan-nya, dengan lima jarinya menyambar
kelengan lawan- Itulah satu jurus dari Hian Wan Sip pat Kay. Mo Cuncia
kaget, dia tak sempat berkelit. Tangan kanannya itu lantas
menjadi kaku. jalan darahnya disikut kena tercengkeram.
Dadanya pun lantas tergempur tangan kiri musuh nya,
maka tidak tempo lagi, dia memuntahkan darah hidup,
Akibatnya itu membikin penglihatannya menjadi guram.
siorang tua berbaju hijau berpaling kepada Thian Ho bertiga.
"Tuan-tuan, mari turut aku" ia berkata sambil tangannya
diulur kepada Mo cuncia, untuk menarik, hingga jago dari
Tiang Pek San itu, tanpa kemauannya sendiri, ikut bertindak
dengan terhuyung-huyung. Dengan cepat mereka lari ke
ujung jurang, Thian Ho menduga orang bermaksud sesuatu, bersama dua
kawannya, ia lari menyusul.
Diujung jurang ada hutan lebat, didalam situ, cahaya
rembulan tak tembus, maka itu, hutan itu gelap. Kesitu
mereka masuk. Mo cuncia mengikut terus, Tidak dapat ia bersuara,
tenaganya pun habis, ia terpengaruh-kan tanpa berdaya, dari
itu, matanya mengeluarkan sinar kemarahan dan ketakutan ia
menduga bahwa jiwanya lagi terancam bahaya maut.
Begitu ia berhenti, siorang tua baju hijau menotok jalan
darah ceng-coat dari hantu itu, atas mana Mo cuncia roboh
terkulai. Thian Ho bertiga terkejut, hati mereka mencelos. Hebat
sibaju hijau ini. Dengan melongo mereka terus mengawasi,
1488 untuk mengetahui apa tindakan terlebih jauh dari orang liehay
itu. Tiba-tiba sibaju hijau menunjuk keluar rimba, Thian Ho
beramai berpaling, Mereka mendapat lihat berlari- larinya
beberapa orang di-atas gunung turun ketempat pertempuran
tadi. Mereka itu berdiam, melihat kelilingan, lantas mereka lari
berpencaran- Terang mereka mendengar suara tadi dan
datang untuk melihat. Kemudian mereka berkumpul diluar
rimba di-ujung jurang. "Aku rasa tong-cu kita keliru." kata satu diantaranya. "Dia
dengari perkataannya Patpo Kan siam Hong hu Siong, dia
memasang perangkap lentera merah, guna memancing musuh
masuk kerumah besar itu, sedang setiap penjaga dilarang
bergerak tanpa titah. Lihat sekarang, musuh sudah datang, kita semua masih
belum tahu apa-apa. Aku menduga mesti telah terjadi
pertempuran hebat dan jeritan orang pihak kita yang
terlukakan musuh, karena dia tidak mendapat pertolongan
segera, dia kena dibawa pergi, tidakkah ini berbahaya?"
"Kau tahu?" kata seorang lain, "Selama beberapa hari ini,
diantara orang-orang yang tiba di He-kauw ini, kalau dia
bukan seorang guru besar, dia tentu satu manusia luar biasa,
tetapi kita yalah orang-orang biasa saja, jikalau kita
dihadapkan kepada mereka, tidakkah itu berarti cengcorang
menentang kereta" Maka itu telah dipasang perangkap ini.
jikalau satu orang datang kemari, begitu dia masuk dia bakal
dipapak puluhan ribu peluru beracun buatannya Bin San Jie
Tok. jangan kata dia sampai terhajar tenggorokannya dengan
mencium baunya saja, dia dapat roboh pingsan- Racun itu
biasa berbahaya" "Sebenarnya aku kuatir sekali," kata orang yang ketiga,
"Umpama kata orang bersembunyi didekat-dekat sini, apakah
kita tidak terancam bahaya...?"
1489 Ketika itu sang rembulan tertutup mega, jagat yang
barusan terang-benderang lantas berubah menjadi guram dan
gelap gulita. Justeru itu tanpa terlihat, satu bayangan orang
berlompat keluar dari dalam rimba, dia berlompat kepada
orang yang bicara itu, begitu tiba dibelakangnya, begitu ia
menotok maka juga orang itu berhenti bicara secara tiba-tiba.
Habis itu, bayangan itu tidak berhenti, bahkan ia bekerja
terus, dia menotok setiap orang, gerakannya sangat cepat dan
lincah, maka dilain detik, belasan orang itu sudah pada berdiri
diam laksana patung-patung hidup, tinggal matanya saja yang
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jelalatan- Ketika orang itu akhirnya berhenti menotok dan berdiri
diam. dialah siorang tua baju hijau, Dia dongak. terus dia
bernapas lega, kemudian matanya menatap kesatu arah,
agaknya dia memikirkan sesuatu, Tapi tak lama dia menggape
ke dalam rimba. Kat Thian Ho bertiga lantas menghampirkan"Biarkan Mo cuncia berdiam didalam rimba" kata orang tua
itu. "Kamu bertiga, tuan-tuan, mari turut aku siorang tua.
Kawanan penjahat itu sangat licik, jangan kita menempuh
bahaya." Tiga orang itu telah menyaksikan kepandaian si baju hijau
ini, mereka kagum dan takluk. Ketiganya memberi hormat
sambil menjura. "Kami akan turut perkataan kau, locianpwe,"
kata mereka. Orang tua itu bersenyum, ia tidak mengatakan apa-apa
lagi, ia memungut sebutir batu, dengan itu ia menimpuk
kearab rimba didepan mereka. Disitu tidak terdengar
sambutan apa-apa, hanya didekat-dekat situ lantas terlihat
bertambahnya belasan lentera merah. Mengawasi lentera itu,
siorang tua berpikir, lalu ia mengangguk-angguk.
"Aku mengerti sekarang," katanya, "Kawanan penjahat
mengharapi kita masuk kesana, untuk memusnakan lentera
mereka, Luar biasa lentera itu, asal digoyang, atau dibikin bergerak.
lantas dapat nyala sendiri. Terang lentera itu dipakai
1490 untuk membikin tempat gelap menjadi terang, supaya
tertampak sasaran peluru mereka..."
Thian Ho heran- "Kenapa locianpwe ketahui itu?" ia tanya. orang tua itu
menunjuk, ia tertawa. "Kau lihat angin gunung itu," katanya, "Sekarang angin
meniup keras tetapi lentera merah itu tidak bergerak."
Thian Ho mengawasi. Benar, lentera merah itu seperti
tumbuh akar. "Liehay matanya orang tua ini," ia pikir, "Entah siapa dia,
belum pernah aku mendengarnya..." Terus ia kata,
"Locianpwe benar-Sekarang bagaimana locianpwe hendak
bekerja?" "Hm" bersuara siorang tua. "Kawanan penjahat itu sangat
licik, Mereka tentu sudah pikir, jikalau orang tidak datang
dekat, lentera itu tidak bakal dapat dibikin padam, Tapi
mereka salah menduga."
Habis berkata, orang tua ini menotok bebas salah satu
orang tawanannya, terus ia mencekal nadi orang itu, untuk
ditarik. Orang tua itu lemas seluruh tubuhnya, dia berjalan dengan
terpaksa, matanya mendelik saking gusar, sedang dahinya
mengucurkan peluh. Dia pun mendongkol lantaran dia tidak
dapat membuka mulutnya, yang cuma dapat di cibirkan.
Kebetulan sekali sang rembulan mengintai diantara sang
awan, terlihat nyata dia beroman sangat bengis.
Thian Ho bertiga tidak dapat mengikuti gerak-gerik siorang
tua, mereka cuma dapat mengawasi dan menanti dengan
pikiran bekerja menduga-duga.
Cepat tindakan selanjutnya dari orang tua itu. Tiba tiba ia
menggeraki kedua tangannya. Tangan kiri mencekal
kurbannya, tangan kanannya menimpuk. jitu timpukan-itu,
Sebuah lentera terkena sebagai sasaranTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1491 Kontan lentera itu terbakar, apinya muncrat, membakar
daun dan cabang-cabang pohon disekitarnya. Menyusul itu ia
bergerak pula, Sekarang ia mengangkat tubuh si penjahat,
tangan kirinya dibantu tangan kanannya, lantas kedua tangan
dikerahkan untuk melemparkan tubuh orang. Maka tubuh itu
terbang ke api hingga sekarang terdengar jeritan orang itu.
Si orang tua tertawa dingin, terus ia bekerja pula, ia
meminta kurbannya yang kedua. Setelah itu, menyusul yang
lain-lainnya. Hingga api membakar dan berkobar meluas.
Thian Ho bertiga kaget hingga muka mereka pucat. Tidak
disangka demikian hebat tenaganya orang tua ini. Mereka pun
jeri untuk liehaynya lentera itu. Coba mereka tidak bertemu si
baju hijau ini, tentulah mereka sendiri yang bakal tertambus
apinya lentera itu.Mana dapat mereka meloloskan diri.
ooooooo BAB 23 ORANG tua itu terlihat puas sekali, Baru sekarang ia
berkata: " Kawanan penjahat itu sangat cerdik, mereka toh
masih berbuat kekeliruan Aku siorang tua tahu penjahat
mengatur perangkap. aku menduga lenteranya itu semacam
gertakan saja supaya orang tahu diri dan mundur sendirinya,
aku tidak sangka bahwa maksudnya begini jahat dan kejam
Aku percaya, habis ini mereka tentu bakal pindah sarang...."
Setelah itu sinar matanya menjadi guram, ia menghela
napas berduka, ia kata pula, perlahan, "Aku tahu perbuatanku
ini bertentangan sama peri- kemanusiaan akan tetapi apa aku
bisa bikin" Untuk melindungi kaum Rimba Persilatan, tidak ada
jalan lain kecuali ini."
Memang benar katanya siorang tua, api lantas melulahan
lebih jauh, sampai kerumah.
Dipihak penjahat, mereka lantas menjadi kacau, Mereka
mempunyai persediaan untuk memadamkan api tetapi sebab
api lantas terpencar luas, mereka kewalahanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1492 "Kawanan hantu cilik pada kabur" siorang tua berkata
nyaring selagi ia mengawasi sarang penjahat yang berkobar,
Lantas ia lari kearah selatanThian Ho bertiga menyusul. Mereka tahu orang tua itu pasti
telah melihat sesuatu. Sesudah lari beberapa puluh tombak jauh-nya, siorang tua
menghentikan tindakannya ia berdiri di kepala angin, sambil
memasang matanya, ia seperti lagi menantikan apa-apa.
"Locianpwe mendapat lihat apa ?" tanya Thian Ho setelah
menyandak. ia berdiri disamping orang tua itu.
"Kalau sebentar kawanan hantu cilik itu mencoba
meloloskan diri kemari, kamu rintangi mereka, jangan kasih
ada yang lofos," kata sibaju hijau,
"Kat Siauwhiap. kau gunai ilmu pedangmu menurut
perubahan Kian Thian tiga dan Kun ciang enam, dengan cara
bertentangan itu, kau jangan kuatir nanti menampak
kegagalan" Thian Ho heran hingga ia melengak. "Kenapa locianpwe
ketahui sheku ?" ia tanya. orang tua itu tidak menjawab ia
cuma bersenyum. Thian Ho berpikir pula: "Dengan kata katanya yang ringkas,
dia memecahkan sarinya ilmu pedangku, sedang aku sekian
lama aku memahamkannya, aku masih belum mengerti jelas.
Benar-benar dia liehay"
Tepat itu waktu, didepan mereka, mereka melihat orang
menerobos keluar, belasan jumlahnya. Thian Ho berseru, ia
berlompat untuk menerjang mereka itu. ia lantas ditelad
kedua kawannya. Si orang tua tertawa bergelak, kedua tangannya bergerak
menurut ilmu Bi Lek Sin Kang bahagian dua huruf "Menindih"
dan "Menggempur" maka hebatlah ia menolak kearah belasan
penjahat yang lagi lari kabur itu, kecuali mereka yang
terhadang Thian Ho bertiga, yang lainnya roboh semua.
Sesudah terhalang, mereka kena ditotok atau disentil
hingga mereka pada mengeluarkan suara tertahanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1493 Habis itu siorang tua mengawasi Thian Ho bertiga, yang
lagi menyerang musuh-musuhnya yang terintang itu.
Lawannya Thian Ho justeru Poan Poan Siu. Dua yang lain,
yang romannya bengis, entah siapa adanya.
Poan Poan Siu liehay, Thian Ho bukanlah lawannya, Akan
tetapi sekarang dia lagi kacau pikirannya, Thian Ho sebaliknya
telah dapat petunjuk dari siorang tua. Dia repot melayaninya,
Dia pun kaget kapan dia melihat kawan-kawannya, Khole
Kong San Su Mo, semua roboh ditangannya siorang tua baju
hijau yang dia kenali sebagai si orang tua di lauw-teng Hong
Ho Lauw. Tengah takut dan bingung, dia kelabakan didesak si anak
muda, maka akhirnya, tubuhnya terbabat kutung menjadi dua
tanpa dia berdaya lagi. Dan penjahat lainnya kaget hingga semangatnya seperti
terbang kabur, mereka lompat untuk meninggalkan lawan,
tetapi Thian Ho berlompat kearah mereka, untuk merintangi,
ketika si anak muda membabat saling-susul, merekapun roboh
bergantian, darah mereka muncrat, kepala mereka jatuh
ketanah disusul robohnya tubuh mereka
"Bagus" si orang tua berseru memuji sambit bertepuk
tangan, "Kat Siauwhiap. Pantas kau menjadi orang muda dari
Kun Lun Pay" Mukanya Thian Ho merah, ia jengah.
"Locianpwe cuma memuji" katanya, "Tak dapat aku
disamakan dengan locianpwe...."
"Tapi akupun cuma meminjam api membikin hati mereka
itu kacau." kata siorang tua, "dan mereka kebetulan kena
menyedot sisa asap yang beracun hingga kegagahan mereka
menjadi berkurang sendirinya. Sebenarnya, tanpa aku situa
turun tangan, kabur belum ada sepuluh lie, mereka bakal pada
roboh sendiri nya" ia lantas menunjuk semua lawannya, untuk
menambahkan " Lihat paras muka mereka itu, semuanya
matang biru, tandanya racun sudah menyerang masuk
1494 kedalam," tubuh mereka, hingga roboh namereka sendiri
tinggal menanti sang waktu saja"
Thian Ho kagum, ia tidak tahu, kata-kata siorang tua
sebenarnya benar separuh saja, orang tua itu melainkan
merendah, Sebelum itu sang api sudah membakar ludas rumah besar,
lantaran api dibantu sang angin dan pertolongan tidak ada
sama sekali, maka kemudian tinggal terlihat sisa api asap- nya
yang masih mengepul, sedang bau sang it membikin orang
mau tumpah-tumpah. Tengah mereka berempat berdiam, beristirahat sambil
mengawasi sisa kebakaran, mendadak si orang tua berlompat
mencelat, untuk lari, sebelum Thian Ho bertiga tahu apa apa,
dia sudah menghilang, percuma mereka menyusul.
"Orang tua yang aneh" kata Thian Ho kagum dan
menyesali "Mari kita berlalu dari sini" Dan ia mengajak kedua
kawannya menuju ke He Kauw.
Ketika itu dipihak rombongan Chong Sie orang menerima
laporan berulang-ulang halnya markasnya oey Kie Pay telah
menjadi kurban api dan ludas karenanya. Mereka pergi keluar
untuk melongok, hingga mereka masih sempat melihat api
dan asap mengulak naik, Diam-diam mereka menjadi
memikirkan In Gak. Ketiga nona menjadi berduka dan berkuatir, bahkan Yauw
Hong mengeluarkan air mata.
"Nona Kang," kata Siauw Thian, " Losam pergi dan belum
kembali, perutku sebaliknya bergeriyukan Entah kemana dia
pergi pesiar" "Mulut busuk" nona itu membentak. Meski begitu, Siauw
Thian masih hendak menggoda ketika mereka melihat satu
bayangan berkelebat melayang turun dari atas genting,
tangannya mengempit apa-apa.
"Shate pulang" chong Sie berseru, Memang bayangan itu
siorang tua baju hijau, yalah In Gak yang membawa Mo
1495 cuncia, tubuh siapa lantas diturunkan. "Mari kita pergi
kedalam" mengajaknya sambil bersenyum.
Mereka masuk tepat orang tengah mengatur meja
santapan- Setelah semuanya berduduk. In Gak tuturkan peristiwa tadi
disarang penjahat, setelah mana ia menambahkan"pertumpahan darah hebat ini mesti dicegah, aku hendak
berbuat sebisaku, maka itu besok seorang diri aku mau pergi
ke in Bong Tek. Apa yang aku minta yalah agar tentang diriku
dirahasiakan-" "Itulah pasti," Slong Pek Tojin memberikan janjinya, "Kami
bersyukur atas bantuan siauwhiap. cuma..."
"Aku tahu," kata In Gak cepat, "Pak Beng Sam Mo dan
Siauw Yauw Kek telah membakar kuil kamu, sakit hati itu
memang harus dilampiaskan- pula pasti sekali ketua kamu
serta orang-orang liehay dari Partaimu bakal datang juga, tapi
itulah tidak apa, cukup asal lotiang jangan menyebut nyebut
aku. Urusan partai kamu, totiang, terserah kepada ketua
kamu." Siong Pek mengangguk ia tidak berkata apa apa lagi.
"Mo cuncia telah ditotok, baiklah dia dibawa kekamar
rahasia di belakang, untuk di-urus," kata In Gak pada Chong
sie. Belum pengemis itu menjawab, seorang pengemis datang
masuk dengan warta hal tibanya rombongan ketua Kun Lun
Pay. In Gak segera berbangkit.
"Aku hendak menyingkir maka pergilah toako beramai
menyambut mereka," kata-nya. Kemudian ia lantas pergi ke
belakang, diturut oleh Siang Bwe, Yauw Hong dan Hu Wan
XXX SANG Batara Surya baru saja naik. Kabut pagi belum lagi
buyar, Selagi angin bertiup perlahan dan air sungai berombak
tenang, maka ditepi sungai, dibawah pohon yangliu, terlihat In
1496 Gak seorang diri tengah mengintip keindahan sang alam, ia
berdandan sebagai seorang tani, pakaiannya berlepotan
lumpur, sedang mukanya yang kasar menunjuki ia baru
berumur tiga puluh tahun lebih kurang.
Lama ia terdiam disitu, lalu ia memanggil sebuah perahu
kecil, untuk membawa ia menyeberang, Tepat tengah hari, ia
sudah berada ditengah jalan kekota dusun. Disitu ia bertemu
sejumlah orang oey Kie Pay, yang mundar mandir sambil
menunggang kuda, in Gak tidak menghiraukan mereka, iapun
tidak ada yang curigai ia berjalan sebentar periahan dan
sebentar cepat. Akhirnya, ia masuk ke dalam sebuah rumah makan untuk
menangsal perut. Ketika itu tetamu lainnya baru dua tiga
orang. Baru kemudian datang dua penunggang kuda yang
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil tempat disebelahnya.
Kedua penunggang kuda itu yalah seorang berewokan dan
satu anak muda beroman tampan, yang menggendol pedang
dipunggungnya. Siberewokan mengerutkan alis, dia agaknya
lagi menderita, sedang sipemuda berduka.
"Mereka bukan orang oey Kie Pay. Kenapakah mereka?" In
Gak berpikir setelah diam-diam memperhatikan dua orang itu,
Sipemuda nampak semakin berduka.
Ketika pelayan datang menanya kedua tetamunya mau
memesan apa, siberewokan kata: "Kau sajikan beberapa rupa
masakan yang istimewa bersama lima kati arak Tek-yapceng."
Semundurnya jongos, si anak muda tanya apa orang dapat
bertahan, ia memanggil "paman Ho." suaranyapun perlahan.
Orang itu mengawasi tajam, ia menyahuti suaranya
bernada membentak tetapi perlahan"Keponakan Ceng, kau benar tidak tahu apa apa Lukaku
tidak berarti jangan kau mengentarakan dirimu hingga orang
menjadi curiga karenanya."
Pemuda itu merah mukanya, dia tunduk.
1497 Kawannya itu melihatnya, tak tega dia. Dia tertawa
periahan dan kata: "Masih lagi tiga puluh lie, atau kita sampai
dikota kecamatan In-bong. Touw Liong Locianpwe
menjanjikan pertemuan dikuil Lu couw bio dikota selatan,
lukaku ini nanti aku minta dia yang obati, tentu akan lantas
sembuh. Anak Ceng jangan berduka untuk pamanmu ini...."
Pemuda itu memaksa untuk bersenyum.
Tidak lama datanglah barang hidangan- "berdua mereka itu
lantas bersantap. orang bicara periahan akan tetapi In Gak dapat
mendengarnya dengan nyata, Maka berpikirlah ia. "orang ini
mungkin luka beracun. Lantaran ingin mencegah kecurigaan
orang, mereka tak mau melakukan perjalanan cepat."
Dia menyebut Touw Liong Locianpwe, apakah dia bukan
Touw Liong Kie-su ouw Kong" Kalau benar ingin aku belajar
kenal dengan ilmu silatnya yang diberi nama Touw Liong ciu
Hoat, yang terdiri dari lima puluh delapanjurus yang kesohor
sekali." Itu waktu datang pula lima tetamu, yaitu tiga imam dan
dua orang biasa, Mereka berduduk sambil bicara dengan gembira dan asyik, suara
dan tertawanya nyaring. Mereka seperti tidak menghiraukan
lainnya tetamu. "Sering aku datang kerumah makan ini," kata yang satu,
yang memakai ikat kepala merah, "barang makanannya baik
juga, maka itu kalau lotiang tidak pantang, nanti aku yang
memesan makanan nya."
"Aku tidak pantang," kata satu imam, yang kumis dan
jenggotnya panjang sampai diperut-nya, "cuma dengan begitu
kami membikin cu Hiocu mengodol saku saja"
"Tapi ini sudah sepantasnya saja" kata orang itu, yang
matanya tajam. Lantas ia panggil jongos, untuk memberikan
pesannya, Diam diam In Gak menduga duga siapa kelima
orang itu. "Selama ini Partai kami lagi menghadapi bahaya," kata pula
si ikat kepala merah itu, "maka syukurlah kami mendapat
1498 bantuan lotiang bertiga, Dari itu disini kami mewakilkan U-bun
Pangcu kami menghaturkan terima kasih kami, sayangnya
Hoan Hiocu diketemui telah mati terbunuh. Dia rupanya
terluka di-dalam, bekas gempuran tenaga dalam, tetapi
senjatanya Hoan Hiocu ada darahnya mungkin musuh pun
terlukakan- Kalau itu benar, dia tak bakal lari lebih jauh
daripada sepuluh lie, Bagaimana pendapat totiang tentang
luka itu?" In Gak melihat si anak muda terkejut, sedang- kawannya
tenang saja. ia menduga mereka itu berdualah yang
membinasakan Hoan Hiocu itu. Si imam kumis panjang
berdiam untuk berpikir. "Dilihat dari luar, luka itu biasa saja, sama dengan luka
yang disebabkan pukulan pelbagai partai," sahutnya
kemudian, "hanya melihat tapak tangannya, memang benar
luka didalam hebat sekali. Turut penglihatanku, cuma satu
orang yang mempunyai semacam ilmu yaitu Touw Liong Kiesu
Thay Hie yang namanya kesohor pada tiga puluh tahun yang
lampau. Cuma kebinasaan Hoan Hiocu bukan ditangan chio Thay
Hie sendiri, penyerangnya itu belum teriatih sampurna tapak
tangannya masih tipis, maka itu, kalau dia bukan murid chio
Thay Hie dia mesti mendapatkan pelajarannya secara tidak
langsung." In Gak mengagumi imam itu, yang banyak
pengetahuannya, Ketika ia melirik pada siberewokan, ia
melihat orang menggigil keringatnya keluar deras, cuma
karena memaksa menguati diri, dia tak sampai roboh. Sianak
muda sebaliknya nampak gelisah, tetapi dia terpaksa berdiam
saja. "Dia sungguh gagah," pikir orang she Cia ini. ia mengagumi
orang kuat itu, hingga tertarik hatinya untuk menolongi. ia
lantas mencari akal. Tidak ayal lagi ia meletaki uang di-atas
meja, terus ia pergi keluar.
1499 Ketiga imam dan dua kawannya duduk dekat jendela, diluar
itu ada sebuah pohon cemara tua, yang mengalingi matahari
dan daunnya terkibar- kibarkan angin, Tiba-tiba dari situ
terdengar suara ini: "Hidung kerbau, kau lancang
membicarakan Touw Liong ciu-Hoat Lekas kau keluar, untuk
terima binasa" Imam itu berlima kaget, semua lantas lompat keluar
dengan melewati jendela. Berbareng dengan keluarnya mereka itu, In Gak bertindak
masuk pula, seperti tanpa terjadi sesuatu, ia meletak sebutir
obat pel di depannya siberewokan seraya berkata, cepat tapi
perlahan: "Lekas makan inilah obat pemusnah racun" Habis
itu, ia duduk pula di kursinya tadi.
Siberewok dan sipemuda heran, Melihat mereka diberikan
obat, mereka mengerti bahwa orang memberi pertolongan
Tanpa sangsi si-berewok makan obat itu, cepat sekali ia
merasakan bau harum dan tubuhnya menjadi nyaman dan
segar melebihkan biasanya, ia mengerti itulah obat sangat
mujarab. Sianak muda mengawasi In Gak. ia melihat satu muka
kuning berpenyakitan dan mata yang sinarnya layu, orang pun
menghirup teh sambil berpaling keluar jendela, sikapnya wajar
sekali. ia heran, begitu juga kawannya.
Jongos juga heran melihat orang keluar dan kembali, lalu
duduk pula. Ketika ia hendak mengangkat pergi cawan teh, ia
melihat uang perak terletak diatas meja.
Umumnya sikap In Gak ini dapat mendatangkan kecurigaan
Dia dandan sebagai petani tapi uang peraknya itu seharga
lima ribu chie, sebab beratnya mungkin lima tahil, Hanya dijaman
itu, dimana kaum oey Kie Pay biasa melakukan hal hal
aneh, orang tak menghiraukannya, Akhirnya jongos itu
menghampirkan juga tetamunya, untuk menanya dia mau
pesan tambahan makanan apa, ia membungkuk dan berkata
sambil tertawa manis. 1500 "Ya, tambah ikan dan udang serta tiga kati arak Tek-yapceng"
sahut In Gak. tawar. ia menyebutkan nama masakan
ikan udang itu. Jongos itu menyahuti "Ya" berulang kali, ia memberi
hormat dan mengundurkan diri hatinya heran bukan mainTak lama kembalilah si imam berlima, paras mereka
muram, tandanya mereka kecele dan mendongkol. Kawannya
si orang dengan ikat kepala mereka, yang she-nya she Go
seorang bertubuh kate darspak dan berusia lima puluh tahun,
dengan mata berapi dengan gusar, berkata:
"Orang Tionggoan licik, banyak akal muslihatnya, dia
menantang tetapi dia tidak berani muncul Teranglah mereka
kalah jujur dengan kita dari gurun Utara" Tajam kata-kata itu,
ketiga imam sampai bungkam saja.
"Kau benar, Loosu cuma tak dapat kau menyerambai
semuanya," kata siikat kepala merah itu, Memang itu.
"Memang dalam Rimba persilatan terdapat pelbagai macam
akal muslihat, Kalau semua orang jujur sebagai kau tidak nanti
terbit kekacauan, segala apa tentunya aman dan damai." ia
tertawa terus ia menambahkan:
"Baiklah hal ini kita jangan buat pikiran Dia tidak berani
muncul, anggap saja dia sebagai anjing Mari, mari kita
minum" Mendengar itu, In Gak mengeluarkan suara dihidung.
Lalu seorang imam, mukanya merah kehitam-hitaman,
yang sepasang matanya kecil, berkata : "Kabarnya U-bun
pangcu telah mengundang Shatohuoto, gurunya, Dialah
pendeta liehay dari Barat, katanya tanpa lawan maka itu
benarkah pihak Partai Pengemis dapat mengundang orang
lihay juga untuk melayaninya?"
Siikat kepala merah bersenyum licik. "Totiang bertiga masih
belum jelas akan keadaan yang sebenarnya," ia berkata,
"Sebetulnya ketua kami bukan menguatirkan bahaya dari
dalam" 1501 Imam tadi mementang matanya, mengawasi tajam.
"Bagaimana, Gui Hocu " tanyanya, "bagaimana sebenarnya
duduknya hal" Maukah kau
menjelaskannya ?" "Diantara tetamu-tetamu yang telah diundang." Siikat
kepala merah menerangkan- "ada juga mereka yang datang
tanpa undangan, katanya untuk membantu kami, akan tetapi
sebenarnya mereka mengandung maksud bermusuh. Hal ini
menyulitkan pangcu kami, sebab tak dapat ia menolak mereka
itu dan sebaliknya tak dapat tidak. ia mesti membuat
pengawasan dan penjagaan- Itulah sebabnya, tanpa
menghiraukan perjalanan jauh, ia sudah mengundang Shatohuoto."
Si imam heran- "Siapa.. siapakah tetamu tanpa undangan itu ?" dia tanya.
"Antaranya Pak Beng Sam Mo, Siauw Yauw Khek, Mo
cuncia dari Tiang Pek San, Khole Kong San Su Mo, Poan Poansiu
dan Hek Pek yang lainnya lagi, entah siapa..." Imam itu
tertawa. Sekarang barulah In Gak mengerti kenapa rumah musuh
dibakar tetapi pertolongan dari pihak tuan rumah tidak ada,
kiranya mereka didalam saling bermusuhan diam-diam. "Kalau
begitu, kebanyakan kaum sesat telah berkumpul" katanya.
Si orang ikat kepala merah berkata pula: "Baiklah totiang
ketahui, ketika mulanya Partai kita memilih In Bong Tek.
Pangcu kami melihat tempat lebar sekali, ia menjadi ketarik
hati, ia lantas memeriksa, Lantas kami mendapatkan tiga buah
kuil kecil, Dengan melihat keletakan, pangcu kami menduga
mesti ada orang pandai yang hidup menyendiri disitu. Setelah
diselidiki, ternyata kami menemui dua orang tua yang telah
ubanan alis rambut dan kumis janggutnya..."
Ketiga imam nampak tertarik hatinya mereka memasang
telinga dengan sungguh-sungguh.
"Ketika Pangcu kami masuk. dua orang tua itu terus duduk
berdiam kedua matanya dirapatkan," si orang dengan ikat
1502 kepala merah melanjuti, "Mereka pun seperti tidak mendengar
apa-apa. Baru setelah Pangcu kami menghampirkan sampai
dekat, satu diantaranya membuka matanya, hingga terlihat
sinarnya yang menyorot sedang tangan kanannya diingkat
periahan lahan- Luar biasa sekali, Pangcu kami mesti mundur tiga tindak.
Dia merasakan suatu tolakan yang kuat, Lantas Pangcu
menjelaskan maksud kedatangannya ke In Bong dan sekalian
ia minta bantuannya dua orang tua itu, Pangcu tidak ingin
mencari musuh." "Kamu mau mendirikan markas disini, kami tidak
berhalangan," kata imam itu, "Hanya untuk itu kamu harus
memenuhkan tiga syarat." pangcu tanya apa adanya tiga
syarat itu. Siimam kata. "Paling dulu kau mesti membuat garis
disekitar lima lie kuil kami, siapapun tak dapat melintasi tak
terkecuali Pangcu sendiri Siapa melanggar larangan ini,
bagiannya yala h kematian Syarat yang kedua yaitu, tak boleh
dibocorkan rahasia hal adanya kami berdua didalam kuil ini.
syarat yang ke-tiga, yang terakhir, kamu dilarang
melakukan pembunuhan didalam wilayah In Bong Tek Pangcu
terima baik syarat itu. Selama beberapa tahun pertama,
segala apa - berjalan dengan aman- Lalu selama yang
belakangan ini, kami mendapat gangguan, yaitu orang-orang
yang menjadi musuh kami, yang kami tangkap dan
penjarakan, saban-saban lenyap tanpa ketahuan, sia-sia
belaka kami mencarinya. Akhirnya Pangcu mencurigai kedua imam itu. Lantas
Pangcu mengirim wakil mengajukan permintaan bertemu. Apa
sudah terjadi" Pesuruh-pesuruh itu balik dengan buntung
tangannya atau cacad kakinya, Pangcu menjadi gusar, ia
datang sendiri untuk menegur.
Kedua imam lantas mengajukan tentang tiga syaratnya.
Pangcu terdesak bicara, ia menjadi gusar dan lantas
menyerang imam imam itu, Nyata mereka sangat lie hay,
Pangcu mesti mundur sendiri nya. Imam-imam itu membilang,
1503 asal oey Kie Pay berani mengganggu lagi ketentraman kuil
mereka, itulah saat runtuhnya Partai kami. Maka itu sekarang
Pangcu kami mengundang Shatohuoto untuk gurunya itu
menghadapi kedua imam itu."
Ketiga imam itu bangun, sembari berdiri ke-tiganya
mengawasi orang dengan ikat kepala merah itu.
"Gui Hiocu." satu diantaranya tanya, "apakah hiocu pernah
bertemu dengan dua imam itu" Bagaimanakah roman
mereka?" orang yang ditanya itu melengak. ia menganggap
pertanyaan itu aneh. "Dua imam itu cuma dapat dilihat oleh Pangcu kami,"
sahutnya sesaat kemudian, "Se-kalipun yang anggauta
tubuhnya dibikin bercacat itu, tidak tahu, maka itu kami tidak
berani sembarang menduga-duga, Mungkinkah Ham Kong
Totiang kenal mereka itu?"
Menuntut Balas Karya Wu Lin Qiao Zi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketiga imam itu tidak menjawab, hanya ketiganya
merapatkan mata mereka, Lalu, dengan sabar, mereka
berduduk pula, Kemudian siimam dengan kumis jenggot
panjang sampai diperut itu mengawasi kedua kawannya.
"Mungkinkah mereka itu sikedua tua bangka tidak mau
mampus?" tanyanya, Habis berkata, dengan sinar mata dingin,
dia menoleh ke arah In Gak. untuk mengawasi dengan roman
bengis, In Gak membuat gerakan tanpa merasa ketika ia
mendengar si ikat kepala merah menyebutkan hal kedua imam
liehay itu serta siimam berkumis-janggut panjang itu
mengatakan demikian, dia lantas mengawasi padanya.
Ketika mata mereka berdua bentrok sinarnya, ia lantas
dapat menenangkan diri, ia mengangkat cawan araknya dan
minum acuh tak acuh, Tapi si imam tetap curiga, maka sambil
berlompat ia tiba didepan orang terus dia menanya dingin:
"Mengapa kau mengawasi aku?"
1504 In Gak kelihatan kaget, bingung dan berkuatir, tubuhnya
menggigil, dan araknya, yang belum sampai tertelan,
menyembur keluar dari mulutnya hingga tubuh, muka
danjubahnya imam itu menjadi terkena arak. ia sendiri terus
roboh terguling Bukan main mendongkolnya imam itu tapi ia tidak
mempunyai alasan untuk bergusar, inilah sebab ia merasai
semburan itu semburan orang biasa, tidak terdorong tenaga
dalam, ia mesti merasa malu sendirinya kalau ia menarik
panjang. siorang dengan ikat kepala merah menghampirkan"Maafkan dia, totiang, dia tidak tahu apa-apa," ia
menghibur sambil tertawa.
"Hm" imam itu mengasi dengar suaranya, lantas ia
memutar tubuh, inilah jalan untuk mundur teratur.
Siikat kepala merah mengawasi In Gak. ia pun mengikuti si
imam, untuk balik kemeja mereka.
Siberewokan dan si pemuda melihat kegesitan siimam,
mereka tahu imam itu liehay, Mereka berkuatir untuk In Gak.
yang disangkanya lemah tak berdaya. Sipemuda mendongkol,
lantaran ia menganggap imam itu keterlaluan Maka syukur si
ikat kepala merah telah lantas datang sama tengah.
In Gak itu bersandiwara, guna mengelabui si imam.
Lantas siikat kepala merah melanjuti keterangannya:
"Sebenarnya inilah rahasia partai kami, rahasia yang telah
lama disimpan rapat, tetapi sekarang, itu bukan rahasia lagi,
maka juga sekarang aku berani memberikan penuturankuini..."
"Gul Hiocu" mendadak siimam berkumis jenggot panjang
itu berkata, "aku minta sukalah kau mengantarkan kami pergi
kekuil itu," Si ikat kepala merah agaknya bersangsi, akhirnya ia berkata
juga: "Baiklah, cuma aku akan mengantarkan sampai diluar
kuil, sebenarnya aku tidak berani melanggar aturan kuil Sam
ceng Koan itu..." 1505 Ketiga imam segera berbangkit terus mereka bertindak
keluar, Kedua kawannya pun bertindak pergi.
"Mari" mengajak siberewokan pada anak muda kawannya,
ia melemparkan uang keatas meja. ia keluar dengan cepat.
Matahari bersinar bagus waktu itu, jagat seperti
bersinarkan kuning seluruhnya. Dijalan pegunungan yang
kecil, ketiga imam berlari-Iari kearah In Bong Tek, kedua
kawannya tetap mendampingi mereka, Makin lama tubuh
mereka beriima nampak makin kecil.
Siberewokan heran begitu juga sipemuda, Mereka tidak
dapat melihat si petani yang roman-nya berpenyakitan itu.
Mereka melengak. "Sayang, tak dapat aku menghaturkan terima kasih untuk
obatnya," kata siberewokan, menyesal "Dialah seorang aneh"
ia lantas meloloskan tali kudanya dan menambahkan: "Mari
kita berangkat" Sianak muda menurut, ia mencambuk kudanya untuk dikasi
lari, Mereka mengambil jalan yang diambil siimam beriima.
Ketika sudah mengaburkan kudanya dua pengkolan,
siberewokan heran, ia melihat si imam berkumis-janggut
panjang lagi duduk menyender dipohon di tepi jalan, mukanya
mandi keringat seorang imam lain berjongkok seraya kedua
tangannya memegangi kedua belah pinggangnya.
Teranglah mereka telah terluka atau terkena serangan
gelap.... Tiga yang lain tidak nampak mata hidung.
Siberewokan dan sianak muda menahan kuda mereka
sejenak, lalu tanpa membilang apa-apa, keduanya mengeprak
kuda mereka untuk melanjut perjalanan- Mereka baru lari
beberapa tombak, mendadak mereka melihat dua orang berlompat
turun dari lereng disampingnya hingga kuda mereka
menjadi kaget berjingkrak sambil meringkik, Karena itu,
keduanya lompat turun. 1506 Sekarang mereka mengenali siorang dengan ikat kepala
merah serta kawannya yang kate dampak. yang mengawasi
mereka dengan bengis. "Tuan-tuan, mengapa kamu memegat perjalanan kami?"
siberewokan menegur. "Tuan, apakah kamu dapat melihat si
tikus yang membokong Ham Kong Totiang dari Khong Tong
Pay?" tanya siikat kepala merah itu.
Siberewokan melengak saking heran, tapi lantas ia tertawa
lebar, "Bagamana ini, tuan?" dia balik menanya, "Bukankah tuantuan
berjalan bersama ketiga lotiang itu" Bukankah kami
berdua jajan belakangan dan baru sekarang tiba disini"
Tidakkah ini berarti kau menanya sibuta?"
"Tuan keliru mengarti" Menjelaskan siikat kepala merah itu.
"Dengan tikus itu aku maksudkan siorang tani didalam rumah
makan sudah menyembur orang dengan araknya, habis mana
dia membarengi membokong, Mulanya Ham Kong Totiang
tidak ketahui itu, sampai tadi ditengah jalan ia merasakan
jalan darahnya-jalan darah kie-bun tak lurus, lantas terus ia
tak kuat berjalan lebih jauh, Ketika tuan keluar, tuan tentu
dapat melihat tikus itu?"
Siberewokan kaget tetapi ia menenangkan diri ia tertawa.
"Dia?" ia tanya, "Sungguh aku tidak percaya petani
berpenyakitan itu mengarti ilmu silat dan demikian liehay
juga.,., Dia berangkat lebih dulu daripada kami berdua dan
kami tidak melihat dia menuju kemana." ia mengangkat kedua
tangannya memberi hormat seraya menambahkan:
"Kami perlu pergi ke In Bong menjernihkan janji, dari itu
ijinkanlah kami berangkat lebih dulu Sampai bertemu pula"
Lantas bersama sianak muda dia berlompat kesamping,
kepada kuda mereka masing masing yang lagi makan rumput,
mereka lompat naik kepunggungnya, untuk terus dikasi lari.
Mendadak si kate-dampak berlompat, untuk menghadang
didepan kuda. "Tunggu dulu" bentaknya.
1507 Sianak muda menjadi tidak senang, alisnya bangun berdiri.
"Eh, kau mau apakah?" dia menegur "Dengan menghalanghalangi
kami, bukankah kamu mencari gara-gara?"
Sikate dampak mengawasi tajam pemuda itu, agaknya dia
memandang tik mata, Dengan
dingin dia kata: "Bocah, kau bicara dengan orang tua, kau
minggir "Tangannya lantas mengibas keras.
Anak muda itu berkelit sebat, berbareng itu dengan tangan
kirinya, dengan dua jari, dia menotok kena di orang itu.
Sangat cepat gerakannya ini, karena dia menggunai tipu
"Bintang mengejar rembulan."
orang tua kate dampak itu terperanjat akan tetapi ia
Pasangan Naga Dan Burung Hong 9 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Istana Yang Suram 17
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama