Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 11
"Baiklah, Ki Wandawa. Nanti setelah matahari turun di sisi.
Barat, aku akan pulang"
Ki Wandawa itupun kemudian mengakhiri ceriteranya.
Dengan nada berat iapun kemudian berkata "Itulah yang telah terjadi, sehingga kalian dapat menjumpai Sindu ada disini sekarang ini. Ia baru akan pulang, di sore hari nanti. Disini Sindu merasa mendapatkan ketenangan"
Mungguh itupun tiba-tiba saja berkata "Kita nanti dapat pulang bersama-sama, Sindu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ayah Mungguhpun segera menyahut "Sindu datang
berkuda. Kita hanya berjalan kaki"
"Aku akan menuntun kudaku, kek" sahut Windu. Penunggu banjar itupun menarik nafas panjang. Katanya
"Wandawa. Sebenarnyalah aku datang kemari juga untuk berbicara tentang sikapmu terhadap keluarga Tantiya. Tetapi ternyata apa yang ingin aku sampaikan telah tercermin didalam sikapmu. Karena itu, maka sebenarnyalah bahwa
seharusnya aku tidak perlu datang kemari"
"Bukan begitu paman. Setidak-tidaknya paman dapat
melihat padepokanku ini. Dengan demikian maka hubungan kita tidak akan terputus"
"Aku memang berniat demikian, Wandawa. Kau tidak boleh terpisah dari padukuhanmu. Apalagi setelah kau berhasil menguasai perasaanmu, sehingga kau mampu meletakkan perasaan dendammu itu, karena sebenarnyalah bahwa dengan
itu tidak akan menghasilkan
apa-apa kecuali permusuhan
yang berkepanjangan"
"Paman benar. Akupun kemudian meyakini bahwa dendam itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Karena itu, maka akupun akhirnya memutuskan untuk meletakkan perasaan dendamku itu.
Sentuhan-sentuhan Ki Mina malam itu ternyata merupakan peletik-peletik api yang memberikan terang di hatiku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sukurlah. Aku ikut berbangga terhadapmu Wandawa.
Bukan saja sikapmu, kesadaranmu dan pengakuanmu atas kesalahan yang telah kau lakukan. Jarang sekali seseorang berjiwa besar dan bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya.
Apalagi ia berada dalam keadaan yang lebih baik. Yang mampu menguasai serta mampu memaksakan kehendaknya"
"Ki Mina adalah orang yang pantas mendapat pujian itu, paman"
Penunggu banjar itu tersenyum. Katanya "Aku memang
orang bodoh. Orang yang tidak tahu apa-apa. Tuaku hanya karena kepenuhan umur. Bukan pengalaman dan keluasan wawasan. Aku mengira bahwa Ki Mina yang bermalam di
banjar itu seorang yang memerlukan belas kasihan. Ternyata justru ia seorang yang berada diluar jangkauan nalarku"
"Itu berlebihan, Ki Sanak" sahut Ki Mina "Tidak ada lebihnya apa-apa selain kesempatan. Aku mencoba memanfaatkan
kesempatan itu sebaik-baiknya"
Demikianlah, mereka masih berbincang beberapa lama.
Hidangan pun datang beruntun meskipun sederhana saja.
Selain minuman hangat, juga dihidangkan wajik ketan ireng serta
uwi jero yang direbus. Kemudian terakhir, dipcrsilahkannya tamunya itu untuk makan di ruang dalam.
"Seadanya" berkata Ki Wandawa "Adalah kebiasaan kami makan dengan dedaunan. Nasi tumpang adalah kegemaran kami. Mudah-mudahan semuanya juga menyukainya"
Sambil makan mereka masih berbicara tentang berbagai macam hal. Mungguh yang tidak mengira bahwa ia akan
bertemu dengan Wandawa yang sudah sangat berubah itu banyak bertanya tentang jalan hidup sahabatnya yang sudah terlalu lama tidak pernah bertemu itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, setelah makan serta beristirahat sejenak, maka Ki Minapun telah minta diri untuk melanjutkan
perjalanan. "Perjalanan kami masih agak jauh. Karena itu, kami" minta diri"
"Aku berharap bahwa Ki Mina, Nyi Mina dan kedua anak perempuan Ki Mina itu bersedia bermalam disini, meskipun hanya semalam. Jika Ki Mina meneruskan perjalanan, Ki Mina sekeluarga akan kemalaman pula diperjalanan"
Ki Mina itupun tersenyum. Katanya "Jika kami menunda-nunda keberangkatan kami, maka kami cemas bahwa baru sepekan lagi kami akan sampai tujuan"
Ki Wandawapun tertawa. Katanya "Apa salahnya" Bukankah satu perjalanan yang panjang, bahkan satu pengembaraan akan dapat memberikan pengalaman yang berkesan?"
"Kami berdua sudah kenyang dengan perjalanan dan
pengembaraan itu" "Aku percaya, Ki Mina. Karena itu, bagi Ki Mina dan Nyi Mina
sekarang, perjalanan panjang dan lama akan mengingatkan kepada masa-masa yang pernah Ki Mina dan Nyi Mina jalani. Mungkin akan menghadirkan satu kenangan manis. Bukankah tidak ada lagi yang perlu dicemaskan di perjalanan" Tidak ada seorangpun yang akan dapat
mengganggu perjalanan Ki Mina dan Nyi Mina. Bahkan
segerombolan penjahat yang ganaspun tidak akan berani mengusik"
Ki Mina dan Nyi Mina tertawa. Katanya "Mungkin pada
kesempatan lain. Tetapi kedua orang anakku ini tidak akan dapat aku ajak menempuh perjalanan seperti yang pernah aku lakukan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Merekapun harus ikut menghayati pengalaman yang
pernah diserap oleh ayah dan ibunya"
Ki Mina tertawa. Tetapi iapun berkata "Aku menginginkan anak-anakku hidup wajar"
"Apakah Ki Mina dan Nyi Mina tidak hidup wajar?"
Mereka yang mendengar pertanyaan itu tertawa. Namun
terasa betapa segores luka yang pedih di hati Nyi Mina bagaikan terusik kembali. Meskipun Ki Mina dan Nyi Mina hidup rukun, tetapi mereka tidak melahirkan keturunan yang akan dapat menyambung nama mereka di kemudian hari.
Perkawinan mereka tidak dikaruniai seorang anak.
Namun agaknya Ki Mina dan Nyi Mina sudah pasrah. Di
umur mereka yang menjadi semakin tua, maka merekapun kemudian meyakini bahwa mereka memang tidak akan
mempunyai anak. Meskipun demikian, Ki Mina dan Nyi Mina itu masih juga bersukur, bahwa mereka pernah merasakan satu kehidupan keluarga yang baik. Mereka merasakan hidup sebagaimana keluarga-keluarga yang lain, meskipun tanpa anak. Tetapi mereka mempunyai kemanakan yang mereka anggap seperti anak mereka sendiri.
"Hidup kami masih lebih cerah di bandingkan dengan Ki Wandawa. Hidup Ki Wandawa tentu terasa sepi. Betapapun ramainya padepokannya dengan riuhnya latihan para cantrik atau gurau mereka di saat-saat mereka beristirahat"
Ternyata Ki Mina tidak lagi dapat di cegah. Betapapun Ki Wandawa minta agar mereka bermalam di padepokannya,
namun Ki Mina tetap saja niatnya untuk meneruskan
perjalanan. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pada kesempatan yang lain, kami akan singgah lagi di padepokan ini, Ki Wandawa"
"Kami, seisi padepokan ini sangat mengharapkan, Ki Mina"
Ki Mina tersenyum. Sementara itu penunggu banjar itupun berkata "Selamat jalan Ki Mina. Aku minta maaf atas
kebodohanku. Kenapa aku tidak dapat melihat, siapakah yang bermalam di banjar semalam"
"Ayah selalu begitu" sahut Mungguh "ayah selalu keliru menilai orang"
"Bukan begitu. Ki Minalah yang menginginkan aku salah menilainya"
Ki Mina tertawa. Katanya "Tidak ada yang salah menilai.
Segala sesuatunya sudah benar"
Penunggu banjar itupun tersenyum pula.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Ki Mina, Nyi Mina bersama Wandan dan Wiyati telah minta diri untuk
melanjutkan perjalanan. Mereka meninggalkan padepokan itu dengan kesan yang aneh. Ki Mina adalah seorang yang
berilmu sangat tinggi, tetapi ia adalah seorang yang rendah hati. Nyi Minapun menurut penglihatan Ki Wandawa yang memiliki ketajaman penglihatan, adalah seorang perempuan yang pilih tanding. Namun dua orang perempuan yang
berjalan bersamanya adalah perempuan-perempuan yang
berbeda sekali dengan Nyi Mina. Jika kedua perempuan itu diaku sebagai anaknya, maka keduanya sangat berbeda
dengan ibunya. Namun sepeninggal Ki Mina, maka penunggu banjar itu
serta anaknya juga segera minta diri.
"Kenapa tergesa-gesa?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Malam nanti aku harus membaca kitab suci di rumah
Darsa. Isterinya baru saja melahirkan"
"Darsa" Darsa yang rumahnya disebelah simpang empat
itu?" bertanya Ki Wandawa.
"Ya" Ki Wandawa menarik nafas panjang. Katanya "Anak itu
masih ingusan ketika aku masih tinggal di padukuhan. Ia sudah tumbuh dan menjadi dewasa, bahkan sudah
mempunyai anak sekarang"
Mungguh tidak menjawab. Ia merasakan betapa sunyinya hidup Wandawa itu. Namun ia sudah berhasil mengisinya dengan kesibukan serta mendatangkan banyak anak baginya.
Murid-murid sebuah perguruan tidak ubahnya dengan anak sendiri bagi seorang guru yang baik.
Ki Wandawa mengangguk-angguk kecil. Namun iapun
kemudian berkata kepada Sindu "Ngger. Pulanglah bersama paman dan Mungguh. Jangan biarkan ayah dan ibumu
menjadi sangat gelisah karena kepergianmu"
"Seharusnya ayah tidak perlu gelisah. Jika ayah mengetahui bahwa kudaku tidak ada, maka ayah tentu tahu, bahwa aku pergi berkuda. Aku pergi atas kemauanku sendiri"
"Tetapi ayah dan ibumu tidak tahu, kemana kau pergi.
Bahkan mereka dapat membayangkan hal-hal yang kurang baik. Mereka dapat mengira bahwa kau menjadi berputus-asa karena
pernikahanmu yang batal. Mereka dapat membayangkan hal-hal yang buruk terjadi atasmu. Mungkin karena kecewa, mungkin karena marah atau karena malu"
"Ya, ngger" berkata penunggu banjar itu "sebaiknya kau pulang. Aku akan mengantarmu sampai ke rumahmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sindu berkuda, ayah" berkata Mungguh.
Namun Sindu itupun berkata "Aku akan menuntun kudaku.
Aku akan berjalan bersama paman Mungguh dan kakek.
"Nah, pada hari-hari yang lain, kau dapat datang lagi kemari setelah kau minta diri kepada ayah dan ibumu baik-baik, sehingga mereka tidak akan menjadi gelisah. Mereka yakin bahwa kau tidak akan aku bantai disini"
Sindu menarik nafas. Ia mencoba tersenyum. Tetapi
senyumnya terasa hambar sekali.
"Baiklah Ki Wandawa. Aku akan pulangi Aku akan
mengatakan kepada ayah dan ibu, apa yang sudah aku lihat dan aku dengar disini. Apa pula yang telah aku alami. Dengan siapa pula kami bertemu disini"
"Baiklah. Tetapi aku minta kau tidak usah mengungkit-ungkit lagi yang telah terjadi dihadapan ayah dan ibumu. Jika apa yang dilakukan oleh ayah dan ibumu itu satu kekhilafan, maka setiap orang dapat melakukan kekhilafan sebagaimana aku lakukan semalam. Karena itu, sudahlah. Lupakanlah apa yang pernah terjadi itu, sehingga persoalannya tidak justru menjadi berkepanjangan"
Sindu menarik nafas panjang. Iapun kemudian mengangguk sambil bergumam "Baik, Ki Wandawa. Aku akan mencobanya"
Demikianlah, maka Sindu itupun kemudian meninggalkan padepokan di sebelah bukit itu bersama Mungguh dan
ayahnya, penunggu banjar. Sindu tidak naik diatas punggung kudanya, tetapi ia justru menuntun kudanya dan berjalan bersama Mungguh dan ayahnya. Mereka berjalan dengan
cepat. Jauh lebih cepat dari saat mereka berangkat menuju ke padepokan itu.,
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sepanjang jalan, penunggu banjar itu memberikan
banyak petunjuk kepada Sindu yang sebelumnya jarang sekali berhubungan. Sebelumnya, penunggu banjar itu tidak begitu banyak terlibat dalam lingkaran pergaulan dengan keluar Tantiya yang kaya. Jika kemudian penunggu banjar itu diminta ikut mengantar Sindu kerumah calon pengantin perempuan, karena penunggu banjar itu termasuk dalam deretan orang-orang yang dituakan di padukuhan itu.
Sindu sendiri hampir tidak pernah berhubungan dengan penunggu banjar itu maupun dengan Mungguh. Tefapi
peristiwa semalam telah menjadikan Sindu berubah. Rasa-rasanya Sindu telah terbentur dengan kenyataan yang pahit dari putaran kehidupan. Jika sebelumnya Sindu yang merasa dirinya anak seorang yang kaya dipadukuhannya itu dapat berbuat apa saja dengan uangnya maka sejak peristiwa yang terjadi semalam, rasa-rasanya segala sesuatunya telah berubah.
Sementara Sindu berjalan pulang bersama pehunggu banjar dan Mungguh, Ki Mina, Nyi Mina melanjutkan perjalanan mereka bersama Wandan dan Wiyati. Di sepanjang jalan, Wandan dan Wiyati yang tidak mengerti apa yang telah terjadi di padukuhan, bergantian bertanya kepada Ki Mina dan Nyi Mina, apa yang telah terjadi semalam di padukuhan.
"Kadang-kadang uang yang selalu diandalkan untuk
mendapatkan apa saja yang diinginkan, sekali-sekali akan gagal pula berkata Ki Mina dengan suara datar.
Wandan dan Wiyati saling berpandangan sejenak. Di
Mataram mereka mengorbankan harga diri mereka demi uang.
Jika pada suatu saat uang itu tidak berarti lagi, maka habislah semuanya. Tidak akan ada yang tersisa lagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, merekapun menjadi semakin yakin,
bahwa jalan yang mereka tempuh saat itu adalah jalan yang terbaik bagi mereka.
Sindu yang memiliki uang yang tidak terhitung jumlahnya, pada suatu ketika berniat untuk tinggal di sebuah padepokan yang sepi. Di sebuah tempat yang tidak terlalu terikat kepada uang. Di padepokan itu, uang dikendalikan oleh kuasa manusia, bukan sebaliknya, manusia dikendalikan oleh kuasa uang, sehingga apapun akan dilakukannya untuk uang.
Demikianlah, maka Ki Mina dan Nyi Mina yang berjalan bersama Wandan dan Wiyati itu bergerak dengan lamban.
Wandan dan Wiyati tidak dapat berjalan lebih cepat lagi.
Bahkan diteriknya sinar matahari, mereka lebih banyak berlindung di bawah rimbunnya daun pepohonan yang tumbuh di pinggir jalan, di semilirnya angin yang lembut.
Tetapi ketika senja mulai membayang, mereka masih belum sampai ke tempat tujuan. Karena itu, maka mereka masih harus bermalam semalam lagi di perjalanan.
Perjalanan yang lamban itu terasa menjadi semakin lamban lagi karenanya. Bahkan ketika mereka berniat minta ijih untuk bermalam di sebuah banjar, Wiyaati sempat bertanya "Apakah paman akan terlibat lagi dalam satu persoalan di padukuhan itu?"
Ki Mina tertawa pendek, sementara Nyi Mina tersenyum sambil berkata "Mudah-mudahan tidak, ngger. Biarlah nanti malam pamanmu itu tidur semalaman. Kecuali jika ada orang-orang yang berniat mengganggunya di banjar padukuhan"
Wandan dan Wiyati mengangguk-angguk. Dengan nada
datar Wiyatipun berkata "Untunglah bahwa kami tidak tahu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang melihat paman di padukuhan itu. Jika kami
mengetahuinya, kami tentu menjadi ketakutan"
Ki Mina itulah yang kemudian menyahut "Kadang-kadang kita harus melihat diri tanpa dapat kita hindaari, Wiyati. Jika kita melihat ketidak-adilan terjadi, mungkin orang yang kuat menindas yang lemah, mungkin kesewenang-wenangan,
mungkin merampas hak orang lain dengan kekerasan, maka seharusnya kita tidak tinggal diam sepanjang kita mempunyai bekal untuk ikut melibatkan diri. Kalau ada kesempatan apa salahnya kita ikut serta mencegahnya, jika kita mampu melakukannya. Memang mungkin bahwa apa yang kita
lakukan itu malahan dapat menimbulkan persoalan baru.
Tetapi niat kita adalah niat yang baik"
Wiyati mengangguk-angguk. Bahkan Wandanpun juga
mendengarkan dengan saksama.
Dalam pada itu, langitpun menjadi semakin buram. Bagi Ki Mina dan Nyi Mina, malam bukannya masalah. Tetapi tentu berbeda dengan Wandan dan Wiyati.
Karena itu, maka Ki Minapun berkata "Kita akan memasuki padukuhan yang terhitung besar di hadapan kita. Jika diperkenankan kita akan bermalam di banjar padukuhan itu"
"Apakah mungkin kita ditolak paman?" bertanya Wiyati.
"Mungkin saja" "Apakah ada orang yang sampai hati berbuat demikian?"
"Tentu ada alasannya. Mungkin baru terjadi kerusuhan di padukuhan itu, sehingga mereka curiga terhadap orang-orang yang sebelumnya tidak mereka kenal. Atau ada alasan-alasan lain yang memaksa mereka untuk menjadi sangat berhati-hati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wiyati mengangguk-angguk. Ia dapat mengerti keterangan Ki Mina itu, dan bahkan Wiyatipun kemudian telah
mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan seandainya mereka harus ditolak untuk bermalam di padukuhan itu.
Beberapa saat kemudian, maka mereka berempat telah
memasuki padukuhan yang terhitung besar di hadapan
mereka. Ketika mereka memasuki gerbang padukuhan,
mereka melihat lampu minyak sudah menyala di rumah-rumah sebelah menyebelah jalan.
"Dimana letak banjar itu paman?" bertanya Wiyati.
"Biasanya banjar padukuhan terletak di tepi jalan utama ini.
Jika saja kita berjalan terus, kita akan sampai ke banjar.
Kecuali jika banjar di padukuhan ini tidak berada di tepi jalan utama ini"
Namun sebelum mereka menemukan banjar padukuhan,
mereka melihat dua orang berjalan berlawanan arah dengan mereka. Ki Minalah yang kemudian mendekati mereka sambil mengangguk dalam-dalam.
Kedua orang itupun berhenti. Sementara Ki Minapun
kemudian bertanya "Ki Sanak. Dimanakah letak banjar
padukuhan ini?" Kedua orang itu termangu-mangu. Sejenak mereka saling berpandangan. Baru kemudian seorang diantara mereka
menjawab "Disebelah simpang empat itu Ki Sanak. Tetapi Ki Sanak ini siapa" Untuk apa Ki Sanak mencari banjar
padukuhan?" "Kami sedang dalam perjalanan, Ki Sanak. Kami ternyata kemalaman di perjalanan. Jika diperkenankan, kami akan bermalam di banjar padukuhan malam ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, tentu. Kenapa tidak" Pergilah ke banjar dan katakanlah kepada kakek penunggu banjar itu. Aku kira kakek Supa tidak akan berkeberatan"
"Terima kasih, Ki Sanak"
Kedua orang itupun kemudian meneruskan langkah mereka, sementara Ki Minapun mengajak Nyi Mina, Wandan dan Wiyati untuk menelusuri jalan utama itu.
"Banjar itu ada di sebelah simpang empat" desis Nyi Mina.
Beberapa saat kemudian, mereka berempatpun telah
sampai di depan regol banjar
padukuhan. Dengan sedikit
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ragu, merekapun melangkah
memasuki halaman banjar yang
luas. Seimbang dengan besarnya padukuhan, maka banjamyapun merupakan banjar yang besar dengan halaman yang luas. Bangunannya meskipun tidak
berlebihan, namun nampak kokoh. Ternyata penunggu banjar itupun seorang yang baik pula.
Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan diterima dengan baik. Penunggu banjar yang sudah tua itupun tidak menolak mereka. Meskipun mereka hanya dapat menginap di serambi yang disekat dengan dinding bambu, namun mereka merasa bahwa mereka sudah diperlakukan dengan baik.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi kakek Supa itu telah memberi mereka minuman
hangat pula dan bahkan kepada mereka telah dihidangkan ketela pohon rebus yang masih mengepul.
"Kebetulan Ki Sanak" berkata kakek Supa "kebetulan kami merebus ketela pohon hasil tanaman kami sendiri. Silankan makan dan minum"
"Terima kasih, Ki Supa" jawab Ki Mina.
Ki Supa itu sendiri agaknya sudah lebih tua dari Ki Mina.
Tetapi ia nampak masih cukup kuat menjalankan tugastugasnya di banjar itu. Ketika malam menjadi semakin dalam, setelah wayah sepi bocah, Ki Supa justru telah menemui Ki Mina untuk
berbincang-bincang. Karena mereka hampir sebaya, maka pembicaraan
merekapun nampaknya dapat saling menyesuaikan diri. "Dua hari lagi, pemilihan itu akan dilaksanakan" berkata Ki Supa.
"Bukankah biasanya, untuk menggantikan seorang Demang, akan diangkat anaknya laki-laki?"
"Ki Demang yang meninggal dengan tiba-tiba sebulan yang lalu itu, tidak mempunyai anak, Ki Sanak. Padahal menurut uujudnya seharusnya Nyi Demang itu adalah perempuan yang subur. Di masa mudanya, Nyi Demang itu agak lebih gemuk dari sekarang setelah ia menjadi semakin tua"
"Bagaimana dengan Ki Demang?"
"Ki Demang adalah seorang laki-laki yang tegar. Tubuhnya tinggi besar. Ia adalah seorang yang memiliki kemampuan yang tinggi serta tenaga yang sangat besar. Sampai hari tuanya, ia adalah seorang yang perkasa. Namun tiba-tiba saja http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Demang itu sakit. Tidak lebih dari sepekan, Ki Demang itu tidak tertolong lagi jiwanya"
"Sakit apa yang diderita oleh Ki Demang itu?"
"Nafasnya menjadi sesak. Dadanya terasa sakit. Tubuhnya menggigil seperti orang kedinginan. Namun kadang-kadang menjadi panas seperti dipanggang di atas api. Ketika di hari-hari terakhir keadaannya itu nampak membaik, namun Ki Demang itu justru meninggal"
"Umur berapa saat Ki Demang itu meninggal?"
"Delapan puluh delapan"
"Delapan puluh delapan?"
"Ya" Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Umur Ki Demang
termasuk umur yang panjang"
"Ya. Tetapi ayahnya, Ki Demang tua, saat meninggal
umurnya sudah seratus tahun lebih"
Ki Minapun mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
bertanya "Berapa umur Nyi Demang itu sekarang?"
"Sudah lebih dari delapan puluh. Tetapi Nyi Demang itu masih nampak kokoh. Nyi Demang di usianya yang sudah lebih dari delapan puluh itu pendengaran serta penglihatannya masih utuh. Ia masih dapat ikut membantu bekerja di dapur.
Membersihkan biliknya sendiri serta ingatannyapun masih jernih"
Ki Mina itupun mengangguk-angguk.
"Nah, karena di kademangan ini segera diperlukan seorang yang dapat memimpin dengan baik, maka setelah sebulan Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demang meninggal, maka di kademangan ini akan diselenggarakan pemilihan Demang"
"Di banjar ini?"
"Ya, dibanjar ini. Padukuhan ini adalah padukuhan induk"
Ki Mina mengangguk-angguk.
Dalam pada itu, Wiyati yang mendengar pembicaraan itu di seberang dinding bambu berbisik kepada Nyi Mina "Apakah paman akan terlibat lagi, bibi. Pemilih itu masih akan berlangsung dua hari lagi"
Nyi Mina tersenyum. Katanya "Tidak. Pamanmu tidak akan terlibat lagi. Pamanmu hanya ingin tahu saja"
Wiyati mengerutkan dahi. Namun kemudian iapun mengangguk-angguk kecil. Dalam pada itu, Ki Minapun kemudian bertanya "Siapa saja yang menjadi calon Demang itu Ki Supa?"
"Seorang masih terhitung muda. Ia adalah kemanakan Ki Demang yang sudah meninggal itu. Ayahnya adalah adik Ki Demang"
Ki Mina mengangguk-angguk.
"Seorang lagi adalah sepupu Ki Demang. Juga sudah agak tua. Tetapi umurnya belum lebih dari enam puluh tahun"
"Enam puluh tahun" Seandainya ia terpilih, ia tidak akan terlalu lama menjabat"
"Jika umurnya mencapai sebagaimana Ki Demang, ia
mempunyai waktu dua puluh delapan tahun. Selebihnya, ia dapat merintis jalan baik bagi anak cucunya kelak"
"Hanya dua orang calon?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih ada seorang lagi. Seorang yang mempergunakan
uangnya untuk membeli dukungan baginya"
Ki Mina mengangguk-angguk. Katanya "Dimana-mana ada
saja orang yang mempergunakan uangnya untuk dapat
mencapai maksudnya. Baik atau buruk"
"Ya. Orang itu adalah seorang yang kaya. Ia berpengaruh karena uangnya yang berlimpah. Ia memilik tanah hampir separo dari tanah yang dimiliki oleh kademangan ini. Bahkan ia mulai merambah ke kademangan-kademangan tetangga.
Jika ia berhasil menjadi Demang di kademangan ini, maka habislah para penghuni kademangan ini yang lain. Semua tanah di kademangan ini akan menjadi miliknya. Penghuni kademangan yang lain akan menjadi pekerja-pekerja di tanahnya. Ia tidak akan menghiraukan kebutuhan orang-orang padukuhan ini. Tanah di kademangan ini akan ditanami tanaman
yang menguntungkan saja baginya tanpa menghiraukan kebutuhan beras dan jagung bagi rakyatnya"
"Bukankah rakyat wenang memilih" sahut Ki Mina "asal mereka tidak memilih orang itu, maka yang dicemaskan itu tidak akan terjadi"
"Ya. Tetapi orang itu banyak mempunyai kaki tangan.
Orang-orang yang tidak segan-segan mempergunakan kekerasan selain uang, janji-janji disamping ancaman-ancaman"
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Namun kemudian ia-pun bertanya "Bagaimana dengan pemerintahan di Mataram"
Apakah tidak ada petugas yang akan mengawasi pemilihan itu?"
"Ada. Kami memang berpengharapan. Yang akan ditugaskan disini adalah Ki Panji Citrabawa. Mungkin Ki Panji http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan ditemani dua orang Lurah. Mereka akan mengawasi pemilihan yang akan berlangsung dua hari lagi"
"Nah, bukankah dengan demikian pemilihan itu akan
berlangsung dengan baik"
"Seharusnya. Tetapi seberapa besar pengaruh kuasa para petugas dari Mataram itu"
"Mereka mewakili Mataram. Karena itu mereka membawa
kuasa tertinggi dari Mataram"
"Seharusnya. Tetapi segala sesuatunya justru tergantung kepada manusianya"
"Bagaimana dengan Ki Panji Citrabawa?"
"Kami belum tahu. Nama itu baru kami dengar. Tetapi
orangnya baru akan datang esok malam"
"Mudah-mudahan ia orang baik"
"Tetapi orang kaya raya yang mencalonkan diri itu sangat lic ik. Ia mempunyai seribu macam cara untuk mencapai maksudnya. Siapa tahu, bahwa orang itu sekarang telah berada di Mataram menemui Ki Panji Citrabawa"
Ki Mina mengangguk-angguk. Tetapi iapun masih bertanya
"Bagaimana dengan kedua orang calon yang lain?"
"Tidak ada masalah. Bagi rakyat kami, keduanya sama saja.
Mereka adalah orang-orang baik. Bahkan kemanakan Ki
Demang itu sebenarnya tidak bernafsu untuk mencalonkan diri. Semula ia sudah siap mendukung pencalonan pamannya, sepupu Ki Demang. Bahkan ayahnya, adik Ki Demang yang baru saja meninggal itupun tidak berminat untuk menjadi Demang. Ia adalah seorang pedagang yang berhasil,
meskipun tidak menjadi sekaya calon seorang lagi. Anaknya itupun telah diajarinya berdagang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi akhirnya ia mencalonkan diri juga?"
"Ia hanya bermaksud untuk mencoba mengurangi jumlah
orang yang dapat dipengaruhi oleh orang yang kaya raya itu.
Kemanakan Ki Demang itu telah bekerja keras untuk merebut masa yang semula telah dipengaruhi oleh orang kaya raya itu dengan uang, janji-janji dan ancaman-ancaman"
Ki Mina masih mengangguk-angguk. Katanya "Jika
demikian, pemilihan besok lusa itu akan berlangsung seru"
"Ya. Kemanakan Ki Demang itu adalah salah satu di-antara mereka yang jumlahnya hanya sedikit, yang berani dengan terang-terangan menentang kuasa orang yang kaya raya itu"
"Apakah mungkin justru kemanakan Ki Demang itu yang
akan menang?" "Entahlah. Tetapi bagi para penghuni kademangan ini, apakah yang terpilih sepupu Ki Demang yang sudah tua itu atau kemanakan Ki Demang, tidak akan ada bedanya. Tetapi memang diperlukan orang seperti kemanakan Ki Demang itu agar orang yang kaya raya itu tidak semakin semena-mena terhadap orang-orang kecil yang miskin dan tidak mempunyai kekuatan apapun untuk melawannya"
"Menarik sekali"
"Apakah Ki Sanak ingin menyaksikannya" Aku ingin
menasehatkan, sebaiknya Ki Sanak tidak menonton pemilihan yang akan diselenggarakan di banjar ini dua hari mendatang.
Tidak mustahil akan terjadi tindak kekerasaa Kita tidak tahu, apakah Ki Panji Citrabawa mampu mengatasinya atau tidak"
"Kalau terjadi kekerasan, siapakah yang akan melakukan kekerasan itu ?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu orang yang kaya raya itu. Ia akan menggerakkan orang-orangnya.
Jika pemilihan besok lusa tidak menguntungkan bagi dirinya, maka ia tentu akan berusaha untuk membatalkan hasilnya dengan cara apapun juga.
Bahkan dengan kekerasan itulah."
Dalam pada itu, Wiyati yang masih belum tidur telah
menggamit bibinya sambil berdesis "Nah, bibi. Paman sudah mulai tertarik. Paman akan menganggap bahwa persoalannya pantas dicampuri. Jika kami harus menunggu dua hari lagi, maka perjalanan kami akan menjadi semakin lama."
"Tidak, ngger. Tidak. Pamanmu tidak akan menunggu
sampai dua hari. Apalagi perjalanan kita sudah tidak terlalu panjang lagi. Besok sebelum matahari sampai ke puncak, kita tentu sudah sampai ke tempat yang kita tuju. Ke rumah paman dan bibimu Leksana. "
Wiyati menarik nafas panjang. Iapun terdiam. Tetapi ia masih saja khawatir, bahwa pamannya akan melibatkan diri lagi kedalam persoalan yang terjadi di padukuhan itu.
Sementara itu, bibinyapun berkata perlahan "Bukankah kau dengar bahwa penunggu banjar itu menasehatkan agar
pamanmu tidak menonton pemilihan Demang yang akan
diselenggarakan di banjar ini. Jangankan melihatkan diri."
Wiyati yang sudah terdiam itu justru menjawab "Justru karena penunggu banjar itu keberatan karena mungkin sekali terjadi kekerasan, paman justru akan menjadi lebih tertarik lagi karenanya."
Nyi Mina harus menahan tertawanya. Ketika ia berpaling kepada Wandan, iapun melihat kecemasan di wajah Wandan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku meyakinkan kalian, bahwa pamanmu tidak akan
menelantarkan kita disini sampai esok lusa. Esok pagi-pagi aku akan mengajak pamanmu meneruskan perjalanan."
Dalam pada itu, mereka yang berada di serambi yang
disekat dengan dinding bambu itu masih mendengar Ki Mina berkata "Jika demikian, maka tinggal ketegasan sikap Ki Panji Citrabawa."
"Ya" sahut penunggu banjar itu.
Untuk sejenak keduanyapun terdiam. Tiba-tiba saja
penunggu banjar itupun berkata "Nah, Ki Sanak. Jika kau merasa letih dan mengantuk, silahkan beristirahat. Malam sudah menjadi semakin larut. "
Penunggu banjar itupun kemudian bangkit berdiri. Sambil berjalan turun ke halaman iapun berkata "Sebentar lagi, para peronda yang lewat tentu akan singgah. Biasanya sebelum tengah malam Ki Jagabaya juga datang ke banjar ini. Akhir-akhir ini, menjelang hari pemilihan sering terjadi perkelahian tanpa sebab. Orang-orang yang diupah oleh orang yang kaya raya
itu sengaja menimbulkan persoalan sehingga kademangan ini menjadi tidak tenang lagi. Karena itu, maka Ki Jagabaya terpaksa harus lebih sering berkeliling di malam hari."
Sebelum Ki Mina menyahut, penunggu banjar yang tua
itupun sudah beranjak pergi ke halaman depan banjar.
Sejenak kemudian, maka Ki Mina telah masuk ke dalam; bilik di serambi itu. Ketika ia melihat Wiyati dan Wandan masih belum tidur, iapun bertanya "Kenapa kalian belum tidur"
Besok kita akan bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan perjalanan. Udara tentu masih segar meskipun beberapa lama kemudian, mataharipun akan naik. Tetapi kita berharap http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum tengah hari kita sudah sampai ke rumah paman dan bibimu Leksana. "
Nyi Minalah yang menyahut sambil tertawa tertahan
"Mereka menjadi khawatir. "
"Khawatir apa?"
"Ah, bibi" desis Wiyati.
Tetapi Nyi Mina tetap juga berkata "Mereka khawatir bahwa pamannya akan terkait lagi di padukuhan ini. Jangan-jangan persoalan pemilihan itu telah menarik perhatian kakang, sehingga kakang akan tinggal di sini sampai dua hari lagi. "
Ki Minapun tertawa. Katanya "Tidak. Esok pagi-pagi kita meneruskan perjalanan. Aku tidak akan menahan kalian lebih lama lagi di perjalanan. Kalian tentu sudah merasa jemu.
Kalian ingin segera sampai serta beristirahat sepuasnya."
Wiyati hanya menundukkan kepalanya saja.
"Nah, sekarang tidurlah. Bukankah amben ini cukup luas untuk tidur kita berempat ?"
Wandan dan Wiyatipun kemudian menjadi lebih tenang.
Pamannya sudah berjanji untuk meneruskan perjalanan
mereka esok pagi-pagi sekali.
Beberapa saat kemudian, maka Wandan dan Wiyatipun
telah tertidur. Sementara itu, Ki Minapun berkata "Tidurlah Nyi."
"Apakah kakang tidak tidur " "
"Aku juga akan segera tidur. Tetapi rasa-rasanya lebih baik kita bergantian. "
"Ada apa ?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menjelang pemilihan Demang dua hari lagi, agaknya
kademangan ini menjadi panas. Setiap malam Ki Jagabaya harus berkeliling seperti para peronda. Bahkan para peronda itupun dapat saja timbul salah paham yang satu dengan yang lain, karena mereka berpijak pada sisi pandang yang
berbeda." "Bukankah tidak banyak orang yang mendukung orang
yang kaya raya itu" "
"Kau dengar pembicaraan kami" "
"Bukankah hanya disekat oleh dinding bambu yang tipis?"
"Ya. Memang tidak begitu banyak. Tetapi mereka adalah orang-orang upahan. Mereka dapat berbuat kasar sesuai dengan
perintah orang yang mengupahnya. Tanpa pertimbangan apapun juga. "
Nyi Mina mengangguk. "Nah, tidurlah. Nanti, jika aku sudah sangat mengantuk aku akan tidur. Jika tidak terjadi sesuatu, aku tidak akan membangunkan kau, Nyi."
Nyi Minapun itupun kemudian membaringkan dirinya di
amben yang besar itu di sebelah Wiyati. Sementara Ki Mina masih saja duduk bersandar dinding.
Sebenarnyalah, di tengah malam, Ki Jagabaya telah datang ke banjar bersama dua orang bebahu. Mereka duduk di
pendapa banjar. Agaknya penunggu banjar itu tidak
mengatakan kepada Ki Jagabaya bahwa ada orang yang
sedang menginap di banjar itu, sehingga Ki Jagabayapun tidak menyinggung-nyinggungnya sama sekali.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara kotekan yang bergerak di jalan utama padukuhan induk itu. Agaknya http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekelompok anak muda sedang meronda berkeliling padukuhan. Di depan banjar itu para peronda itu berhenti. Terdengar suara orang yang ada di pendapa. Agaknya suara Ki Demang
"Apakah kalian tidak singgah" "
"Terima kasih" jawab seseorang dari regol halaman. "Kami akan meneruskan tugas kami. "
"Silahkan. Bukankah keadaannya tenang-tenang saja?"
"Ya. Tidak terjadi apa-apa."
"Sokurlah." Sejenak kemudian telah terdengar lagi suara kotekan. Para peronda itu meneruskan tugas mereka berkeliling padukuhan.
Beberapa saat masih terdengar suara orang bercakap-cakap di pendapa. Agaknya Ki Jagabaya dan beberapa orang masih duduk-duduk di pendapa banjar itu. Namun beberapa saat kemudian terdengar mereka minta diri.
"Silahkan Ki Jagabaya" terdengar suara penunggu banjar yang tua itu.
Suasanapun menjadi sepi. Yang terdengar kemudian adalah langkah penunggu banjar itu lewat di depan serambi menuju ke rumahnya di belakang banjar. Tetapi penunggu banjar itu tidak singgah di serambi. Agaknya ia sudah mengira bahwa orang-orang yang bermalam di banjar itu sudah tidur
seluruhnya.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Malam itu memang tidak terjadi apa-apa. Pagi-pagi sekali Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan sudah bangun serta berbenah diri. Sebelum matahari terbit, maka Ki Minapun sudah menemui penunggu banjar itu di rumahnya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami akan minta diri, Ki Sanak. Kami akan meneruskan perjalanan kami. "
"Tunggu. Isteriku sudah terlanjur menuang minuman.
Minum sajalah dahulu. "
Ki Mina tidak dapat menolak Karena itu, maka sebelum berangkat meninggalkan banjar itu, Ki Mina serta ketiga orang perempuan yang bersamanya itupun telah meneguk minuman hangat yang telah disiapkan.
Sejenak kemudian, maka keempat orang itupun telah minta diri dan meninggalkan banjar padukuhann itu.
Ketika mereka sampai ke gerbang padukuhan, mereka telah berpapasan dengan dua orang berkuda. Mereka berempat itupun
berhenti ketika kedua orang berkuda itupun menghentikan kudanya. "He. Kalian mau kemana ?" bertanya salah seorang dari kedua orang berkuda itu "apakah kalian akan bepergian jauh, sehingga besok kalian tidak akan ikut dalam pemilihan Demang di kademangan ini ?"
"Kami bukan penghuni kademangan ini, Ki Sanak."
"O. Jadi ?" "Kami hanya lewat saja."
"Tetapi sepagi ini kalian sudah ada disini ?"
"Kami kemalaman semalam, Ki Sanak. Kami bermalam di
banjar kademangan." "O. Jadi kalian bukan rakyat kademangan ini yang besok ikut mempunyai hak untuk memilih ?"
"Tidak." http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus. Kalian demikian pergilah. Kami tidak jadi
memberikan uang kepada kalian."
"Uang ?" "Ya Kami menjanjikan uang bagi mereka yang bersedia
memilih Ki Warnatama."
"Ki Warnatama ?"
"Ya. Orang terkaya bukan saja di kademangan ini, tetapi juga kademangan-kademangan tetangga."
"Sayang. Ki Sanak. Jika saja kami rakyat kademangan ini, maka kami akan senang sekali memilih Ki Warnatama."
Kedua orang berkuda itu tidak bertanya lagi. Tetapi
merekapun kemudian memasuki padukuhan yang baru mulai terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
"Suasana pemilihan besok itu semakin terasa " desis Ki Mina.
"Kenapa baru sekarang orang itu membagi-bagikan uang?"
"Tentu bukan baru sekarang. Tentu sudah sejak kemarin, kemarin lusa, bahkan sepekan atau dua pekan yang lalu. Jika pagi ini mereka masih juga melakukannya, tentu bagi mereka yang terlampaui. Mereka juga mengira bahwa kita telah terlampaui. Sehingga mereka masih juga menawarkan agar kita mendukung pencalonan Ki Warnatama."
"Agaknya Ki Wamatama itulah yang disebut penunggu
banjar itu sebagai seorang yang kaya raya yang memiliki tanah hampir separo dari tanah yang ada di kademangan ini."
"Ya. Ternyata ia memang membagi-bagikan uang."
Namun pembicaraan mereka terputus ketika Wiyati berkata
"Marilah, bibi. Mumpung masih pagi."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina dan Nyi Mina tertawa. Dengan nada rendah Nyi Minapun berkata "Wiyati sudah menjadi cemas, bahwa
perhatian kakang akan tertarik kepada orang-orang yang membagi-bagikan uang itu. Mereka tentu membawa uang
banyak" Ki Mina itupun menyahut sambil tertawa "Jika saja kita sedikit berbohong dan mengaku bahwa esok kita akan ikut dalam pemilihan, maka kita akan mendapatkan uang."
"Tetapi mereka akan tahu, bahwa kita berbohong."
"Tetapi kita sudah tidak berada di padukuhan ini lagi"
Namun Nyi Mina itu masih saja
bergumam "Tetapi kenapa mereka tidak tahu, bahwa kita
bukan orang kademangan ini?"
"Mereka adalah orang-orang
upahan. Mereka bukan penghuni
kademangan ini." Nyi Mina mengangguk-angguk.
Namun sekali lagi Wiyati beresis "Kita akan melanjutkan perjalanan, paman."
"Ya. Ya. Marilah."
Merekapun kemudian telah melanjutkan perjalanan selagi matahari masih baru akan terbit.
Cerahnya pagi disambut oleh kicau burung-burung liar di pepohonan. Di ujung daun masih bergayutan titik-titik embun.
pagi yang bening. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keempat orang itu mulai berpapasan dengan orang-orang yang akan pergi ke pasar. Ada diantara mereka yang
menggendong bakul berisi hasil ladang mereka. Ada yang memikul kayu bakar. Ada yang mengusung sekarung kecil beras di kepalanya. Ada yang membawa seikat besar taun pisang, dan bahkan ada yang membawa beberapa ekor ayam.
Pagipun mulai menjadi ramai. Sementara matahari telah bangkit dari balik pegunungan.
Keempat orang itupun berjalan semakin jauh dari
kademangan yang akan menyelenggarakan pemilihan Demang di keesokan harinya. Pemilihan yang jarang sekali di selenggarakan, karena biasanya kedudukan Demang itu
mengalir dari orang tua ke anaknya laki-laki atau ke menantunya laki-laki jika Ki Demang tidak mempunyai anak laki-laki.
Ketika mereka memasuki sebuah padukuhan diseberang
bulak, yang agaknya masih termasuk kademangan yang akan menyelenggarakah pemilihan itu, suasananyapun sudah
terasa. Beberapa orang anak muda berkumpul di depan
gerbang padukuhan. Nampaknya mereka sudah siap untuk melakukan sesuatu, yang agaknya tentu ada hubungannya dengan mencari pengaruh untuk mendukung orang yang
mereka calonkan menjadi Demang.
Ketika Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan lewat, mereka tidak bertanya apa-apa. Tetapi sikap mereka adalah sikap kebanyakan anak-anak muda jika mereka melihat gadis-gadis yang lewat. Sikap mereka tidak ada hubungannya dengan pesan yang harus mereka emban dalam hubungannya dengan pemilihan esok pagi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Mina, Nyi Mina, Wiyati dan Wandan tidak menghiraukan mereka. Mereka berjalan saja menyusuri jalan utama
padukuhan itu. Demikian mereka sampai di dalam padukuhan, maka
suasana hangatnya hari-hari mendekati hari pemilihan Demang itu semakin terasa. Terutama nampak sekali kegiatan anak-anak mudanya. Agaknya orang-orang padukuhan itu mempnyai sikap yang sejalan tentang calon yang akan mereka pilih. Semaunya nampak bekerja sama dengan baik.
Ketika keempat orang itu lewat di jalan utama, diantara anak-anak muda yang berada di jalan utama itupun bergeser menepi. Tetapi ada saja diantara mereka yang tertawa-tawa sambil berbisik-bisik sambil memandangi Wiyati dan Wandan yang menundukkan wajah mereka dalam-dalam.
Tetapi anak-anak muda itu tidak mengganggu mereka.
Sebuah padukuhan lagi masih mereka lewati setelah
mereka menyeberangi bulak Suasananya tidak berbeda
dengan padukuhan yang baru saja mereka lewati.
Tetapi keempat orang itu tidak terpengarh sama sekali.
Mereka berjalan saja tanpa memperhatikan mereka. Apalagi Wiyati dan Wandan.
Baru kemudian, ketika matahari menjadi semakin tinggi, merekapun telah meninggalkan lingkungan kademangan yang sedang mempersiapkan pemilihan Demang itu. Suasana
padukuhan berikutnya menjadi sangat berbeda. Tidak ada kelompok-kelompok anak muda yang berkumpul di jalan. Di simpang ampat atau di mulut jalan utama padukuhan.
Demikian mereka lepas dari suasana yang tegang itu.
Wiyati berdesis "Bibi. Rasa-rasanya nafasku menjadi longgar sekarang."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Mina tertawa sambil menjawab "Ya. Kemungkinan
paman terlibat menjadi semakin kecil."
Wiyati pun tertawa. Wandan dan Ki Mina
yang mendengarnya ikut tertawa pula.
"Aku sudah berjanji bahwa hari ini kita akan meneruskan perjalanan sampai ke tujuan" berkata Ki Mina.
Demikianlah keempat orang itpun berjalan terus meninggalkan kademangan yang sedang sibuk untuk memilih pemimpinnya itu semakin jauh. Padukuhan demi padukuhan-pun telah mereka lewati. Jalan yang lurus, berkelok dan bahkan turun naikpun telah mereka tempuh. Sekali-sekali mereka menuruni tebing yang landai di pinggir sungai yang tidak mempunyai jembatan.
Mataharipun bergerak semakin tinggi di langit Panasnyapun semakin terasa menggigit kulit Keringatpun semakin lama semakin banyak mengalir membasahi pakaian mereka.
Di depan sebah pasar Nyi Mina mengajak Wiyati dan
Wandan singgah di sebuah kedai. Tetapi Wiyati itupun menjawab "Bukankah kita sudah hampir sampai " Menurut paman dan bibi, sebelum matahari sampai di puncak, kita sudah akan sampai di rumah paman dan bibi Leksana."
"Ya. Rumahnya memang sudah tidak terlalu jah lagi"
"Karena itu, sebaiknya kita tidak usah singgah lagi." Ki Mina tersenyum sambil berkata"Aku berjanji untuk tidak melibatkan diri dalam persoalan apapun."
"Jika kita berjalan terus, bukankah kita sudah hampir sampai ?"
Nyi Mina menarik nafas panjang.
"Kau tidak haus ?"bertanya Ki Mina.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita beli dawet cendol saja di sebelah gerbang pasar itu "
jawab Wiyati. "Baiklah " sahut Ki Mina "kita berhenti di sebelah gerbang pasar.
Mereka berempatpun kemudian duduk di sebelah amben
panjang yang melekat pagar pasar yang sedang ramai itu.
Merekapun membeli dawet cendol dengan pemanis legen
kelapa. " Alangkah segarnya "desis Ki Mina.
"Ternyata dawet cendol ini tentu lebih segar daripada minuman yang dapat kita pesan di kedai-kedai itu" berkata Nyi Mina kemudian,
"Disini juga tidak ada persoalan" berkata Wiyati kemudian.
Yang lainpun tertawa pula.
Ternyata Ki Mina tidak hanya membeli dawet cendol.
Didekatnya ada seorang perempuan tua yang menjual jadah serundeng.
Sambil minum dawet cendol Ki Minapun makan jadah
serundeng. Bahkan kemudian juga Nyi Mina, Wiyati dan Wandan. ,
Namun ketika mereka sudah membayar harga makanan
dan minuman yang mereka beli, mereka dikejutkan oleh keributan yang terjadi didekat pintu gerbang. Seorang anak muda tiba-tiba saja telah ditangkap oleh beberapa orang.
Sementara seorang anak muda yang lain berteriak sambil menuding anak muda itu "Ya, ia yang telah mencopet kampil bibi yang bajunya lurik biru itu."
Anak yang ditangkap itu menjadi bingung. Dengan wajah yang menjadi pucat itupun bertanya "Ada apa " Ada apa ?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau telah mencopet kampil perempuan itu, he ?" bentak seorang laki-laki yang bertubuh tinggi.
"Mencopet " Aku tidak tahu maksud paman."
"Jangan pura-pura. Dimana kampil yang kau copet itu."
"Kampil itu dilemparkan kepada kawannya" teriak anak muda yang menudingnya itu.
"Jangan ingkar" seorang laki-laki berkumis tebal mulai bertindak kasar.
"Aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak tahu apa-apa.
"Diam. Dimana kampil itu. Siapakah kawanmu yang telah menerima kampil itu darimu " Siapa ?"
"Yang mana " Tunjukkan kepada kami. Orang itu juga
harus ditangkap." Anak muda itu menjadi semakin bingung. Tiba-tiba saja seseorang
telah menyambar ikat kepalanya dan membantingya di tanah. Sedang yang lain mencengkam
rambutnya yang hitam lekam.
Seorang laki-laki yang bertubuh gemuk mulai memkul-nya sambil berteriak "Cepat. Tunjukkan dimana kawanmu itu."
Beberapa orang yang lainpun telah ikut-ikutan memukulnya pula.
Dalam pada itu, Wiyatipun berdesis "Paman berjanji untuk tidak mencampuri persoalan apapun."
Ki Mina tidak menjawab. Namun tiba-tiba saja ia
menangkap baju seorang anak muda yang berjalan cepat lewat didepannya.
"Tunggu." http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada apa ?" "Bukankah kau yang menuding anak yang dipukuli itu
mencopet kampil orang."
"Anak itu memang mencopet."
Ki Mina tidak mendengarkannya. Iapun menarik anak muda itu ke kerumunan orang yang sedang memukuli anak muda yang dituduh mencopet itu.
"Bukan anak itu yang bersalah" teriak Ki Mina. Suaranya bagaikan guruh yang menggelegar di langit, sehingga orang-orang yang sedang memukuli anak muda yang dituduh
mencopet itu terkejut. Orang yang bertubuh gemuk dan berwajah kasar kemudian bertanya "Ada apa " Kau siapa ?"
"Bukan anak itu yang bersalah. Tetapi anak ini."
"He " Darimana kau tahu."
Anak yang ditarik Ki Mina itu meronta sambil berteriak
"Lepaskan aku. Akulah yang telah menangkap copet itu."
"Ya. Anak itulah yang melihat bahwa anak ini telah
mencopet kampil perempuan berbaju lurik biru itu."
"Tidak. Aku tidak mencopet " sahut anak yang telah dipukuli itu.
"Diam" seorang laki-laki yang bertubuh tinggi itu
mengayunkan tangannya. Tetapi tangannya membentur
tangan Ki Mina sehingga orang itu menyeringai kesakitan, seolah-olah tangannya telah membentur sebatang tongkat besi.
"Dengar" berkata Ki Mina "anak inilah yang telah mencopet kampil perempuan itu. Aku melihatnya sendiri. Ia sengaja http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menunjuk orang lain, agar ia sendiri tidak dituduh. Ketika kalian yang berpikiran pendek itu telah termakan oleh ceritera bohongnya, maka anak ini segera melarikan diri. Untunglah aku sempat menangkapnya. Barang bukti itu masih ada
padanya. Ia tidak sempat melemparkannya, karena ia mengira bahwa ia akan dapat meloloskan diri."
Orang-orang yang telah terlanjur memukuli anak muda
yang tidak bersalah itupun berdiri termangu-mangu.
Sambil mendorong anak yang ditangkapnya itu Ki Mina
berkata "Geledah anak itu. Apakah ia masih membawa barang bukti itu atau tidak."
Dua orang laki-laki segera menggeledah anak itu meskipun anak muda itu meronta-ronta dan menolak. Namun akhirnya dibalik bajunya telah diketemukan kampil uang yang telah dicopetnya dan tidak sempat membuangnya.
"Inikah kampilmu Nyi ?" bertanya laki-laki yang menemukan kampil itu.
"Ya. Itu kampilku."
"Nah, begitu mudahnya kalian dikelabui oleh anak jahat ini.
Ia yang bersalah, tetapi orang lain yang harus dihukum atas kesalahanya. Kenapa kalian begitu bodohnya tanpa meneliti lebih jauh, langsung menjatuhkan hukuman kepada anak muda yang tidak bersalah itu ?"
"Bunuh saja anak itu " teriak seorang yang telah terlanjur memukuli anak muda yang tidak bersalah.
"Buat apa " Yang dungu itu kau sendiri. Sekarang kau akan menimpakan penyesalan atau kedunguanmu kepada anak ini?"
Orang itu terdiam. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seandainya aku tidak melihat anak ini bersalah, apa jadinya dengan anak muda yang tidak tahu apa-apa itu "
Kalian memukulinya sampai setengah mati. Kemudian anak itu akan diseret ke rumah Ki Demang untuk diadili dan kemudian dihukum tanpa melakukan kesalahan apa-apa. Sedangkan pelaku yang sebenarnya bebas untuk menikmati hasil
kejahatannya." Orang-orang yang telah memukuli anak muda yang tidak bersalah itu menundukkan kepalanya.
"Kalian tidak usah memukuli anak ini. Anak ini akan aku serahkan kepada petugas yang menjadi ketenangan pasar ini."
Tetapi Ki Mina tidak perlu pergi ke mana-mana. Sejenak kemudian dua orang petugas yang mendapat laporan tentang keributan itupun segera mendatangi.
"Apa yang telah terjadi ?"
Ki Minapun menceriterakan dengan singkat apa yang telah terjadi. Kemudian menyerahkan anak muda yang telah
bersalah itu. "Perempuan inilah pemilik kampil yang dicopetnya itu"
berkata Ki Mina kemudian.
Petugas itupun kemudian membawa anak muda yang telah mencopet itu ke gardu mereka. Merekapun telah mengajak perempuan yang telah kehilangan kampilnya itu pula. Tetapi Ki Mina sendiri telah menyingkir dan kembali kepada Nyi Mina, Wiyati dan Wandan.
"Mari kita pergi" berkata Ki Mina"jika petugas itu sadar, bahwa aku tidak ada, mereka tentu akan mencari aku untuk bersaksi. Bukan apa-apa, tetapi waktuku akan terampas."
"Paman telah melibatkan diri lagi" desis Wiyati.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak sampai hati untuk berdiam diri. Anak yang tidak bersalah itu akan dapat menderita bahkan seumur hidupnya jika ia sampai menjadi cacat Untunglah bahwa anak itu tidak cidera. Keadaannya masih belum parah.":
Mereka berempatpun kemudian telah meninggalkan pasar itu. Namun Wiyati masih sempat berkata "Kenapa orang yang tidak bersalah justru harus memikul beban kesalahan orang lain, paman. Bukankah itu tidak adil ?"
"Itulah sebabnya aku tidak dapat tinggal diam."
Wiyati nampaknya dapat mengerti, kenapa pamannya telah terpaksa mencampuri persoalan itu.
"Seandainya paman tidak melihat, apa jadinya dengan anak muda yang tidak bersalah itu" desis Wandan.
"Anak muda itu telah terbentur tawang."
"Maksud paman ?"
"Kepala anak itu telah membentur udara. Maksudnya, ia mengalami kesulitan tanpa perkara. Seolah-olah tiba-tiba saja kepalanya membentur kehampaan."
Nyi Minapun kemudian berkata "Pepatah itu lengkapnya begini ngger, kesandung ing rata, kebentus ing tawang. Kau tentu dapat menangkap artinya."
Wiyati dan Wandan itu mengangguk-angguk.
Keempat orang itu melangkah terus di bawah sinar
matahari yang semakin panas. Namun langkah mereka tiba-tiba saja harus berhenti ketika dua orang dengan tergesa-gesa menyusul dan menghentikan mereka.
"Ada apa Ki Sanak ?" bertanya Ki Mina sambil mengamati kedua orang yang berwajah seram itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa kau ikut campur urusan orang lain, kek ?" bertanya seorang diantara mereka.
"Tentang apa?" "Tentang anak muda yang mencopet itu. Bukankah
seharusnya anak asuhku itu sudah terlepas dari tangkapan orang banyak, karena mereka sudah mendapatkan orang yang dianggap telah melakukan kejahatan ?"
"Jadi kau anggap aku mencampuri urusan orang lain
"Ya." Ki Mina menarik nafas panjang. Wiyati dan Wandan mulai gelisah. Namun bibinya menggandeng mereka menepi sambil berkata "Jangan cemaskan pamanmu. Ia tahu apa yang harus dilakukannya."
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ki Minapun kemudian berkata "Ki Sanak. Siapapun tentu tidak akan dapat tinggal diam jika ia melihat ketidakadilan itu terjadi. Yang tidak bersalah harus mengalami nasib buruk, sedangkan yang bersalah, justru bebas dari hukuman akibat dari perbuatannya."
"Apa pedulimu " Apakah anak yang menjadi korban itu
anakmu atau kemanakanmu atau adikmu ?"
"Orang itu memang orang lain bagiku. Tetapi keadilan itu milik semua orang."
"Persetan kau kakek tua. Karena kau telah merugikan
keluarga kami, maka aku menuntut ganti rugi."
"Ganti rugi apa ?"
"Biasanya kami menuntut uang, atau perhiasan atau
apapun yang bernilai tinggi. Tetapi sekarang kami menginginkan yang lain."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau menginginkan apa ?"
"Kedua orang perempuan itu. Kami akan membawa
mereka. Besok kami akan menyerahkan kembali kepadamu.
Jika kau berkeberatan, maka kami akan menuntut semakin banyak. Kedua orang perempuan itu serta membunuhmu
disini." "Apakah kalian berdua sudah gila ?"
"Terserah, kau akan menyebut apa. Tetapi ganti rugi itulah yang kami inginkan. Sementara itu salah seorang anak asuhan kami tentu akan mendapat hukuman setelah ia tertang-gkap."
"Jangan berceloteh lagi Ki Sanak. Pergilah. Kau membuat aku marah."
Kedua orang itu terkejut. Orang tua itu menatap mata mereka berganti-ganti tanpa merasa gentar.
Kedua orang yang berwajah seram itu saling berpandangan sejenak. Seorang diantara merekapun kemudian berkata lantang "Kau jangan menggertak kami, kek. Kami bukan orang-orang kerdil yang dapat kau takut-takuti dengan sikapmu. Bagaimanapun juga kau sudah tua. Kau sudah
berdiri di bibir lubang kuburmu. Karena itu, sebaiknya kau tidak perlu berbuat apa-apa lagi. Lakukan saja apa yang kami katakan. Maka kau dan nenek yang barangkali isterimu itu tidak akan aku sakiti."
"Akulah yang akan menyakiti kalian jika kalian tidak mau pergi "jawab Ki Mina.
Jawaban Ki Mina itu membuat telinga kedua orang itu
menjadi panas. Karena itu, seorang diantara mereka berkata
"Kata-katamu tajam seperti duri kemarung, kek. Sekali lagi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku berkata kepadamu, serahkan kedua orang perempuan itu.
Atau aku harus membunuhmu lebih dahulu."
"Cukup" Ki Mina justru membentak "kalian masih
mempunyai kesempatan untuk pergi. Jika kalian tidak
mempergunakan kesempatan ini, kalian akan menyesal."
Kedua orang itu sudah kehabisan kesabaran. Seorang
diantara mereka mendekati Ki Mina sambil berkata kepada kawannya "Ambil kedua perempuan itu. Biarlah aku bungkam orang tua ini."
Namun demikian mulutnya mengatup, maka tangan Ki Mina telah menyentuh dadanya.
Orang itupun terlempar beberapa langkah surut. Tubuhnyapun kemudian terbanting menimpa tanggul parit di pinggir jalan.
Terdengar orang itu mengaduh kesakitan. Kemudian
merintih berkepanjangan. Kawannya yang masih belum sempat melangkah mendekati Wiyati dan Wandan terkejut. Iapun segera berlari dan kemudian berjongkok di sisi kawannya "Ada apa ?"
"Iblis itu." "Kenapa ?" "Ia memukul dadaku."
"He " Kenapa dengan pukulannya."
Ketika titik-titik darah nampak disudut bibir orang itu, maka kawannyapun segera menyadari, bahwa orang tua itu bukan orang kebanyakan. Ia tidak melihat apa yang terjadi. Namun kawannya sudah tidak berdaya, terbaring di tanggul parit sambil mengaduh kesakitan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Ki Minapun bertanya "Nah, apakah kau akan menuntut balas ?"
Orang yang berjongkok itu dengan serta-merta menjawab
"Tidak, Ki Sanak. Tidak. Aku minta ampun."
"Bagus. Rawat kawanmu itu. Tetapi ingat, bahwa beberapa pekan lagi mungkin kita akan bertemu lagi. Aku sudah, ditetapkan menjadi salah seorang petugas di pasar sejak bulan depan."
"Ki Sanak?" "Ya. Karena itu, jika anak-anak asuhanmu masih berkeliaran di pasar itu, maka kalianlah yang akan aku tangkap. Jika aku tidak dapat mengumpulkan bukti serta tidak ada orang yang berani bersaksi, maka aku akan memukuli saja kau sampai tulang-tulangmu patah tanpa pernah menyerahkan kalian kepada Ki Demang."
Wajah orang itu menjadi tegang. Nampaknya orang tua itu bersungguh-sungguh mengancamnya. Meskipun ia tidak
percaya bahwa orang tua itu akan menjadi petugas di pasar, namun orang tua itu dapat mempergunakan seribu cara untuk membuat perhitungan.
"Bawa kawanmu pergi " bentak Ki Mina kemudian.
"Baik, baik, Ki Sanak."
Ki Minapun kemudian tidak menghiraukannya lagi. Iapun kemudian mendekati Nyi Mina, Wiyati dan Wandan.
"Nah, bukankah aku tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk bermain-main dengan orang-orang itu ?" Ki Mina itu justru bertanya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, paman" Wiyatilah yang menjawab "apalagi yang paman lakukan justru untuk melindungi orang yang
terperangkap bencana tanpa melakukan kesalahan."
"Ya. Mudah-mudahan peristiwa seperti itu tidak terjadi lagi."
Mereka berempatpun kemudian melanjutkan perjalanan
tanpa menghiraukan kedua orang yang berada di pinggir jalan itu. Namun agaknya yang seorang berusaha untuk memapah kawannya meninggalkan tempat itu.
Demikianlah, maka keempat orang itu semakin lama
menjadi semakin dekat dengan tujuan perjalanan mereka.
Tetapi mereka tidak dapat sampai ke rumah Ki Leksana sebelum matahari sampai ke puncak. Mereka baru mendekati regol halaman rumahnya sedikit lewat tengah hari.
Kedatangan Ki Mina dan Nyi Mina membawa Wiyati dan
Wandan disambut dengan sangat baik oleh keluarga Ki
Leksana. Demikian mereka duduk di ruang tengah, maka Nyi Leksanapun berkata "Kami sudah menunggu kedatangan
kalian." "Seharusnya kami sudah sampai disini kemarin, kakang"
berkata Nyi Mina "tetapi ada-ada saja hambatan di
perjalanan." "Tetapi sekarang kalian sudah ada disini " sahut Ki Leksana bukankah kalian baik-baik saja di perjalanan ?"
"Kami baik-baik saja, kakang. Meskipun ada juga kerikil-kerikil kecil yang mengganggu."
"Apa artinya kerikil-kerikil kecil bagi kalian berdua " Bahkan batu segunung anakanpun akan dapat kalian lompati."
"Mungkin kami dapat melompatinya. Tetapi genduk berdua itu masih harus didukung."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Leksanalah yang menyahut "Sekarang kalian berdua masih perlu didukung nduk. Tetapi nanti, setahun lagi, kalian sudah dapat berjalan sendiri. Dua tahun lagi, kalian akan dapat berlari. Sedangkan setelah tiga tahun, kalian akan dapat meloncati parit di pinggir jalan."
Ki Mina dan Nyi Mina tertawa. Katanya "Mudah-mudahan mereka cukup cerdas untuk dapat melakukannya."
"Kenapa tidak " Bukankah tidak diperlukan kelebihan
penalaran atau kelebihan apapun termasuk ketahanan
kewadagan " Semuanya dapat di pelajari. Namun syaratnya harus tekun dan bersungguh-sungguh. Bukankah kalian
berjanji untuk mematuhi petunjuk-petunjuk kami ?"
Wiyati dan Wandan mengangguk. Namun mereka mulai
merasakan satu suasana yang penuh dengan kesungguhan, kerja keras, ketekunan dan kemauan yang tidak kunjung padam.
Namun Wiyati dan Wandan sudah bertekad untuk menebus kekeliruan langkah yang pernah diambilnya di Mataram.
Karena itu, maka apapun yang harus mereka lakukan untuk kebaikan masa depan mereka, akan mereka lakukan.
Ki Mina dan Nyi Minapun kemudian telah menyerahkan
Wiyati dan Wandan kepada Ki Leksana dan Nyi Leksana.
Merekapun dengan terbuka telah membicarakan segala
sesuatunya termasuk syarat yang harus dilaksanakan oleh Wiyati dan Wandan.
"Tidak terlalu banyak, ngger" berkata Ki Leksana "kami hanya menuntut kesungguhan dan ketekunan. Bukankah
angger berdua menyanggupi ?"
Wiyati dan Wandan mengangguk.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang lain-lain dapat kita bicarakan kemudian" berkata Nyi Leksana. ,
Namun Ki Leksana dan Nyi Leksanapun telah mengatakan berterus-terang kepada Wiyati dan Wandan, bahwa mereka sudah mengetahui jalan kehidupan keduanya yang berliku.
"Tetapi hari-hari kalian masih panjang. Kami yakin bahwa kalian akan menemukan masa depan kalian. Karena itu, maka menjadi kewajiban kalian untuk memperjuangkan masa depan kalian berkata Ki Leksana.
Wiyati dan Wandan menundukkan wajah mereka. Tetapi
mereka berjanji didalam hati, bahwa mereka akan melaksanakan kewajiban mereka dengan sebaik-baiknya.
Mereka-pun sadar, bahwa sebagian besar dari masa depan mereka ada ditangan mereka sendiri.
Demikianlah, maka sejak saat itu Wiyati dan Wandan telah menjadi bagian dari keluarga Ki Leksana. Mereka berduapun segera diperkenalkan dengan kedua anak Ki Leksana. Kedua remaja itu nampak menjadi gembira, bahwa keluarga mereka akan menjadi semakin besar. Jika ayah dan ibu mereka pergi, maka mereka tidak menjadi kesepian di rumah.
Ketika kemudian minuman dan makanan dihidangkan, maka sambil meneguk
minuman hangat, Ki Mina sempat menceriterakan tentang pemilihan Demang yang akan
diselenggarakan esok pagi.
"Dimana ?" bertanya Ki Leksana.
"Kademangan Kalisasak "
"Kali Sasak " Bukankah kademangan itu tidak begitu jauh dari sini " "
"Setengah hari perjalanan kakang. "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa harus diselenggarakan pemilihan Demang "
Ki Minapun kemudian berceritera tentang Demang yang
telah meninggal dunia tanpa meninggalkan seorang anak.
"Jadi Ki Demang Mertaraga telah meninggal " "
"Kakang mengenalnya ?"
"Ya. Aku mengenal Ki Demang Mertaraga dengan baik. Aku tahu bahwa ia adalah seorang Demang yang benar-benar telah bekerja keras bagi kademangannya. "
"Ya. Tetapi sayang sekali bahwa Ki Demang tidak
mempunyai seorang anakpun."
"Sayang sekali bahwa aku tidak mendengar saat Ki Demang meninggal dunia" Ki Leksana mengangguk-angguk. Namun kemudian
iapun bertanya "Lalu siapa yang akan menggantikannya ?" "Itulah yang esok akan dipilih. Ada dua calon yang
dianggap terbaik. Seorang kemanakan Ki Demang. Masih muda dan memiliki keberanian. Seorang lagi sepupu Ki Demang.
Juga dianggap orang yang baik. Rakyat kademangan.itu akan menjadi bingung, yang manakah yang harus dipilih. Mungkin yang lebih muda akan lebih senang memilih kemanakan Ki Demang. Tetapi orang-orang yang lebih tua condong untuk memilih sepupu Ki Demang yang umurnya sudah hampir enam puluh.
"Sudah cukup matang. "
"Ya. Ki Demang yang lama meninggal pada umur delapan puluh delapan. "
"Benar. Umur Ki Demang Mertaraga memang agak jauh dari umurku."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, tidak akan timbul masalah di Kademangan Kalisasak itu."
"Tetapi masih ada calon ketiga, kakang. "
"Calon ketiga?"
"Ya" Ki Mina mengangguk. Iapun kemudian menceriterakan tentang calon ketiga yang mempergunakan uangnya untuk mempengaruhi para pemilih.
Ki Leksana menarik nafas panjang. Katanya "Pengaruh uang itu akan merusakkan jalannya pemilihan. Orang-orang yang terpengaruh oleh uang dan janji-janji itu akan beranjak dari kata hatinya. Mereka akan membelakangi nuraninya sendiri.
Meskipun terjadi pertentangan di dalam dirinya, namun pengaruh uang, janji-janji dan harapan-harapan yang mungkin kosong saja, sebagian dari mereka akan mematikan kejujuran mereka sendiri. "
"Itulah yang akan terjadi di kademangan itu, kakang.
Apakah tidak ada penengah yang akan menunggui pemilihan itu ?" ,
"Ada kakang. Ki Panji Citrabawa dengan dua orang Lurah prajurit. "
"Mudah-mudahan mereka benar-benar prajurit yang baik dan menjadi penengah yang baik pula."
"Apa kakang meragukannya?"
Ki Leksana tersenyum. Katanya "Pertanyaanmu itupun
pertanda keraguanmu, adi. "
Ki Mina menarik nafas panjang. Katanya "Ya. Aku memang meragukan, apakah penengah itu benar-benar dapat berdiri di tengah. Entahlah, tetapi kepercayaanku terasa semakin menyusut "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan salahmu adi. Jika para petugas itu bersikap jujur dan berdiri diatas janji dan sumpahnya sebagai petugas, maka tidak akan ada orang yang sempat meragukannya. Tidak ada orang yang kehilangan kepercayaan. Tetapi satukali dua kali kejujuran itu di sisihkan, maka kepercayaan itupun akan mulai runtuh. "
Ki Mina menarik nafas panjang.
Namun tiba-tiba saja Ki Leksana itupun berkata "Adi ingin melihat pemilihan itu " "
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Namun kemudian iapun bergumam "Sebenarnyalah kakang. Aku ingin menyaksikan pemilihan itu. Tetapi hanya menyaksikan saja apa yang terjadi, karena aku tidak bersangkut paut dengan kademangan itu."
"Baiklah, adi. Malam nanti kita pergi ke kademangan
Kalisasak. Ki akan melihat, apa yang terjadi. Ada beberapa orang yang aku kenal di Kalisasak kecuali Ki Demang. Aku juga kenal Ki Jagabaya dan barangkali kedua calon yang dianggap terbaik itupun sudah mengenal aku yang sering mengunjungi- Ki Demang Mertaraga."
Ki Mina itupun dengan serta-merta menyahut "aku setuju kakang. Malam nanti kita pergi ke Kalisasak "
Ketika hal itu disampaikan kepada Nyi Mina dan Nyi
Leksana, maka Wiyati yang mendengamyapun berdesis di belakang bibinya.
"Nah, bukankah paman tertarik pada pemilihan itu ?"
Nyi Mina tertawa. Sementara Wiyatipun berdesis pula "Untunglah bahwa
rumah uwa Leksana sudah dekat, sehingga paman telah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengantarkan aku dan Wandan lebih dahulu ke rumah uwa Leksana."
Ki Minapun tertawa pula sambil berkata "Akupun tidak dapat menunggu terlalu lama di kademangan itu. Mungkin kita akan dicurigai. Karena itu, maka aku bawa kalian lebih dahulu kemari sehingga aku justru akan dapat dengan leluasa menonton pemilihan itu. "
Ki Leksana yang mengerti serba sedikit persoalannya ikut tertawa pula.
"Nah, biarlah nanti malam aku dan uwakmu Leksana saja yang pergi. Kau dan Wandan tinggal di rumah bersama bibi dan kedua orang kakakmu itu. Ya, meskipun mereka masih remaja tetapi menurut urutan abu keturunan, kau memanggil mereka kakang. "
Wiyati tersenyum. Tetapi iapun kemudian mengangguk
sambil menjawab "Ya, paman. "
"Apakah kami tidak ikut nonton pertunjukan yang jarang sekali terjadi itu " " bertanya Nyi Leksana.
. "Ya. Kenapa kami tidak ikut " Biarlah Wiyati dan Wandan di rumah. Tidak akan ada yang mengganggu. Bukankah
padukuhan ini terhitung ramai sehingga tidak akan ada orang-orang jahat berkeliaran di padukuhan ini. Bukankah begitu mbokayu " " sahut Nyi Mina.
Ki Mina menarik nafas panjang. Namun kemudian iapun
berkata "Terserah saja kepada kakang Leksana. "
"Baiklah. Tetapi kita hanya menonton saja. Sampai di-mana paugeran dan tatanan itu benar-benar ditegakkan. Kita akan melihat Ki Panji Citrabawa. Apakah ia benar-benar seorang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prajurit atau tidak lebih dari seorang tenaga upahan yang lebih menghargai upah dari kewajibannya. "
Demikian, setelah malam tiba, maka Ki Mina, Nyi Mina, Ki Leksana dan Nyi Leksana telah mempersiapkan diri. Kedua anak laki-laki Ki Leksana itupun telah diberi berbagai macam pesan oleh ayah dan ibunya.
"Jaga adikmu baik-baik " pesan Nyi Leksana.
"Ya, Ibu. Kami akan menjaga mereka berdua"
Sebenarnyalah di wajah Wiyati dan Wandan membayangkan kecemasannya. Namun ketika mereka melihat kedua remaja anak Ki Leksana itu menyandarkan tombak pendek di dekat pembaringan mereka, Wiyati dan Wandanpun menjadi sedikit tenang.
"Mudah-mudahan tidak ada apa-apa, yu " desis anak
Ki Leksana yang tua. "Kenapa kau panggil mbokayu. Kaulah yang lebih tua.
Anak itu tersenyum. Tetapi ia tidak menjawab.
"Baiklah. Tidak ada salahnya kau panggil mbokayu kepada mereka berdua" desis Ki Leksana.
Malam itu, Wiyati dan Wandan yang baru saja berada di rumah itu, telah ditinggal oleh Ki Mina, Nyi Mina, Ki Leksana dan Nyi Leksana. Demikian mereka berempat pergi, maka anak-anak Ki Leksana itupun segera mempersilahkan mereka berdua untuk masuk ke dalam bilik yang sudah disiapkan bagi mereka.
"Padukuhan ini termasuk padukuhan yang aman, mbokayu"
berkata anak Ki Leksana yang tertua "setiap malam anak-anak muda yang sudah menginjak usia dewasa serta semua laki-laki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih terhitung muda, mendapat kewajiban untuk
meronda. " "Bagaimana dengan uwa Leksana" " bertanya Wiyati.
"Ayah sudah dianggap terlalu tua untuk meronda. Karena itu, ayah sudah dibebaskan dari kewajiban meronda
Sedangkan kami berdua masih dianggap terlalu kecil. "
Wiyati mengangguk-angguk. Namun kemudian iapun
mengajak Wandan masuk ke dalam bilik yang disediakan bagi mereka.
Dalam pada itu, keempat orang yang akan pergi ke
Kalisasak harus menempuh perjalanan yang cukup panjang.
Tetapi mereka berempat dapat berjalan jauh lebih cepat meskipun di malam hari dibanding dengan perjalanan Ki Mina bersama Wiyati dan Wandan.
Mereka berharap bahwa sedikit lewat tengah malam,
mereka sudah berada di Kalisasak. Justru menjelang hari pemilihan itu akan dapat terjadi berbagai macam persoalan di kademangan Kalisasak.
Sebenarnyalah, sedikit lewat tengah malam, mereka sudah berada di Kalisasak. Merekapun langsung pergi ke banjar kademangan untuk melihat, apa yang sudah dilakukan oleh para bebahu padukuhan.
Dengan sembunyi-sembunyi mereka berempat dapat
mendekati banjar kademangan itu. Mereka melihat Ki
Jagabaya dan beberapa orang bebahu berada di banjar. Selain mereka masih ada beberapa orang yang berada di banjar, yang agaknya sedang mempersiapkan segala-sesuatunya
untuk melaksanakan pemilihan Demang yang jarang terjadi itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disamping Ki Jagabaya dan para bebahu mereka melihat tiga orang yang yang agaknya para prajurit yang akan bertugas menjadi penengah dalam pemilihan Demang esok pagi.
"Yang berkumis melintang itu tentu yang disebut Ki Panji Citrabawa" desis Ki Mina "kecuali jika Mataram tiba-tiba menugaskan orang lain. "
"Ya. Agaknya orang itu yang akan bertugas menunggui
pemilihan Demang esok."
Keempat orang jtu'berusaha semakin mendekat. Namun
mereka terkejut ketika lamat-lamat mereka mendengar Ki Jagabaya menyebut nama petugas itu.
"Bukan Ki Panji Citrabawa" desis Nyi Mina.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya. Namanya lain. Mungkin mereka datang menyertai Ki Panji Citrabawa itu."
Nyi Mina mengangguk-angguk.
Beberapa saat keempat orang itu bersembunyi di balik gerumbul-gerumbul perdu. Tiba-tiba saja mereka melihat seorang yang bertubuh tinggi, besar, berpakaian rapi dan terbuat dari bahan yang mahal memasuki regol banjar diringi oleh beberapa orang bersenjata.
"Apakah orang itu Ki Panji Citrabawa " bisik Ki Leksana.
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Namun Nyi Leksana pun berbisik "Orang itu tidak mengenakan pakaian keprajuritan seperti orang berkumis melintang itu."
Tiba-tiba saja Ki Leksana berdesis "orang itu orang
Kalisasak. Aku pernah melihatnya. "
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah, Ki Jagabaya yang berdiri di tangga
memandangi orang itu sambil bertanya "Apa keperluanmu datang kemari. Kita sedang mempersiapkan tempat ini sebaik-baiknya agar besok segala sesuatunya dapat berjalan rancak."
"Aku akan bertemu dan berbicara dengan Ki Panji
Citrabawa " jawab orang itu.
Dengan demikian, maka keempat orang yang bersembunyi di belakang pohon perdu itu tahu, bahwa orang itu bukan Ki Panji Citrabawa.
"Lalu siapa " desis Nyi Mina.
Tetapi teka-teki itu segera terjawab. Ki Jagabaya itupun berkata "Ki Sudagar. Ki Panji Citrabawa tidak jadi datang."
"He" Kenapa" " nampaknya orang yang disebut Ki Sudagar itu terkejut.
Orang yang berpakaian keprajuritan itulah yang menjawab
"Ki Citrabawa tiba-tiba saja sakit. Ia muntah-muntah dan tidak dapat bangun dari pembaringan. Karena itu, maka akulah yang mendapat perintah untuk menggantikannya. Aku Rangga Wiratenaya. "
Wajah orang yang disebut Ki Sudagar itu menjadi merah.
Dengan suara yang bergetar iapun berkata "Itu tidak mungkin.
Tentu ada permainan buruk diantara para prajurit Mataram yang akan bertugas di kademangan ini. "
"Ada apa Ki Sudagar?" bertanya Ki Jagabaya "bukankah sama saja, siapapun yang mendapat tugas di kademangan ini untuk menjadi saksi dan penengah jika terjadi sesuatu di dalam pemilihan itu."
"Tidak. Tentu tidak sama. Kebijaksanaan seseorang dengan yang lain tentu berbeda."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami hanya menjalankan kebijaksanaan yang telah
digariskan oleh para pemimpin di Mataram" sahut prajurit yang berkumis melintang itu.
"Tetapi melaksanakan kebijaksanaan itupun akan berbeda yang seorang dengan seorang yang lain. "
"Tidak banyak yang harus kami lakukan disini, Ki Sudagar"
berkata Ki Rangga Wiratenaya "kami hanya hadir sebagai saksi. Baru jika ada hal-hal yang tidak berjalan menurut ketentuan
dan tatanan yang berlaku, aku harus meluruskannya. " "Tidak. Pemilihan Demang besok tidak akan dapat
berlangsung tanpa ditunggui oleh Ki Panji Citrabawa "
"Tidak ada tatanan yang berkata seperti itu. "
"Ki Citrabawa adalah lambang-kejujuran yang dapat
diandalkan. Karena itu, selain Ki Panji Citrabawa, aku tidak dapat mempercayai."
"Ki Sudagar. Itu terserah kepadamu apakah kau mempercayaiku atau tidak. Tetapi aku adalah kepercayaan para pemimpin di Mataram untuk menyaksikan pemilihan Demang disini, serta mengambil tindakan yang diperlukan jika terjadi penyimpangan-penyimpangan di lapangan esok. "
"Tidak. Tanpa Ki Panji Citrabawa pemilihan Demang batal"
"Apa hakmu membatalkan pemilihan Demang esok pagi?"
"Aku adalah salah seorang calon. Aku menolak jika
pemihhan itu tidak berlangsung sesuai dengan rencana."
"Jangan tergantung kepada orang per orang. Yang penting pemilihan dapat berlangsung dengan selamat serta berhasil menentukan siapakah yang akan menjadi Demang. Ada tiga orang calon di kademangan ini. Besok ketiganya akan turun di http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lapangan untuk dihadapkan langsung kepada para pemilih.
Tentu saja tidak sekedar berlandaskan ujud lahiriah
seseorang. Tetapi jika latar belakang, penilaian atas kesetiaannya kepada kampung halamannya serta kecakapan memimpin. Selain itu, kesetiaannya dalam hubungan dengan Yang Maha Agung" berkata Ki Jagabaya.
"Aku sudah mengerti tanpa kau kau gurui" sahut Ki Sudagar
"yang penting, pemilihan Demang esok harus dibatalkan. Aku memerlukan waktu untuk membuat persiapan-persiapan yang lebih baik."
"Bukankah waktunya sudah cukup lama?"
"Tidak. Apapun alasannya, tetapi pemilihan esok harus di batalkan. "
"Tidak mungkin. Tidak mungkin "
"Kenapa tidak mungkin. Segala sesuatunya tentu mungkin.
Apalagi hanya membatalkan dan menunda pemilihan Demang di sebuah kademangan yang tidak berarti seperti kademangan Kalisasak ini."
"Tidak. Atas nama kekuasaan di Mataram, aku perintahkan pemilihan dilaksanakan besok sesuai dengan rencana"
Wajah Ki Sudagar menjadi seakan-akan membara.
Dipandanginya wajah Ki Rangga Wiratenaya. Namun nampaknya Ki Rangga itu juga sudah mengambil sikap yang tidak dapat dirubah. Apalagi Ki Jagabaya dan para bebahu yang lain juga berpendapat, bahwa pemilihan harus berjalan esok pagi.
Tetapi Ki Sudagarpun kokoh pada sikapnya. Katanya "Ki Rangga Wiratenaya. Ki Rangga memang membawa kuasa dari Mataram. Tetapi cara menggunakan kekuasaan itu tentu http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tergantung kepada Ki Rangga sendiri. Bahkan Ki Rangga akan dapat mempergunakan kekuasaan itu untuk menunda
pcmilinan Demang yang bakal berlangsung esok."
"Tidak. Aku diperintahkan untuk menyaksikan pemilihan Demang esok. Menunggui dan menjadi penengah. Jadi aku tidak mempunyai wewenang untuk membatalkannya."
"Tentu saja Ki Rangga dapat membuat alasan bahwa
pemilihan tidak akan dapat berlangsung dengan baik jika diteruskan. Bukankan tidak terlalu sulit bagi Ki Rangga ?"
"Tetapi peristiwanya tidak seperti itu. Jadi haruskah aku berbohong kepada para pemimpin di Matarama."
"Itu tergantung anggapan Ki Rangga Wiratenaya sendiri."
"Tidak. Pemilihan Demang itu harus berlangsung esok pagi.
Aku tidak akan menundanya."
"Penundaan itupun hanya akan menambah beban kami,
para bebahu. Tentu juga menambah beaya, sementara uang simpanan dari kademangan ini sudah semakin menipis."
"Bodoh kau Ki Jagabaya. Aku sanggup membeayai
semuanya. Juga kerja keras Ki Jagabaya dan para bebahu akan dapat saja dihargai dengan uang. Bahkan uang
perjalanan bagi Ki Ranggapun dapat dibebankan kepadaku pula"
"Cukup" Ki Rangga itu benar-benar menjadi marah "kau telah menghina seorang petugas yang mendapat kuasa dari Mataram, Ki Sudagar. Kau akan dapat dihukum karena
sikapmu itu." "Siapa yang akan menghukum aku " Kau " Kau hanya
bertiga Ki Rangga. Betapapun tinggi ilmumu, tetapi kau tidak akan dapat melawan orang-orangku. Bahkan seandainya Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jagabaya berani mengerahkan kekuatan yang ada di
kademangan ini, tidak akan dapat melawan kekuatan yang sudah aku bangun di kademangan ini."
"Mungkin, Ki Sudagar. Mungkin kau dan orang-orang
upahanmu dapat membunuhku malam ini disini. Tetapi jangan kau kira bahwa persoalanmu sudah selesai. Kau tahu, bahwa Mataram akan dapat mengirimkan pasukan segelar sepapan untuk menangkapmu dan menyeretmu ke tiang gantungan."
"Omong kosong. Jika kau mati disini, tidak akan ada orang yang berani bersaksi. Ki Jagabaya justru akan pergi ke Mataram dan menanyakan kenapa tidak seorangpun prajurit yang ditugaskan pergi kepadukuhan ini untuk bersaksi tentang pemilihan Demang yang akan berlangsung disini."
Ki Rangga Wiratenaya menggertakkan giginya. Sementara Ki Jagabayapun menyahut "Kau menghina aku, Ki Sudagar.
Meskipun di tataran terendah, tetapi aku juga seorang yang mendapat limpahan kekuasaan dari Mataram. Meskipun aku miskin, tetapi aku tidak akan makan uangmu yang panas itu."
"Setan kau Jagabaya. Kau kira kaulah yang akan pergi ke Mataram untuk menyampaikan keluhan bahwa tidak ada
seorang prajuritpun yang datang kemari " Tidak. Aku akan mengangkat seorang Jagabaya yang lain."
"Mimpimu adalah mimpi yang jahat. Kau kira kedua orang calon yang lain akan dapat menerima gagasan gilamu itu."
Ki Sudagar itupun tertawa. Katanya "Aku akan mengatur segala-galanya. Tidak akan ada orang yang berani melanggar aturanku jika ia masih ingin menghirup udara di kademangan yang kita cintai ini. Karena itu, jika kau juga masih ingin hidup, Ki Jagabaya, jangan halangi aku. Aku akan membawa Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rangga Wiratenaya dan kedua orang prajurit yang menyertainya itu." "Tidak" geram Ki Jagabaya "aku Jagabaya disini."
"Kau tidak mempunyai kekuatan apa-apa."
"Kentongan itu akan ditabuh. Sejenak lagi, maka kau tentu sudah terkepung. Kau tidak akan dapat lari, Ki Sudagar."
Ki Sudagar itu tertawa semakin keras. Katanya "Kau
memang dungu, Ki Jagabaya. Bayangkan, bahwa orangorangku malam ini sudah tersebar di mana-mana. Aku sudah menduga, bahwa Mataram akan mengkhianati aku. Ternyata dugaanku benar. Mataram tidak mengirimkan Ki Panji
Citrabawa kemari. Jika kau membunyikan kentongan itu, maka suara kentongan itu juga akan menjadi perintah bagi orang-orangku untuk bertindak di setiap padukuhan. Kareria itu, jika kau bunyikan kentongan, berarti kematian akan tersebar dini ana-mana."
Ki Rangga Wiratenaya itupun menggeram "Setan kau Ki
Sudagar. Tetapi jangan mengira bahwa kau akan dapat
selamat. Lambat atau cepat, tetapi akhirnya Matarampun akan mendengar nasibku yang sebenarnya. Nah, pada saat itulah akan datang pembalasan."
Ki Sudagar menggeleng. Katanya "Tidak Demikian kau mati, maka aku akan segera pergi ke-Mataram. Aku akan
menyumbat segala aras berita yang akan berbicara tentang ke-matianmu. Kau dengar ?"
Ki Rangga Wiratennaya menggeletakkan giginya. Bahkan kedua orang prajurit yang menyertainya telah beringsut mendekat pula. Dengan suara yang bergetar Ki Rangga
Wiratenaya itupun berkata "Aku bukan cecunguk yang dapat kau takut-takuti Ki Sudagar. Apapun yang terjadi, aku akan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan hak dan kewajiban yang telah diberikan kepadaku. Kematian bukan hantu yang harus ditakuti sehingga aku dapat melepaskan hak dan kewajiban yang aku sandang."
"Sudahlah Ki Rangga. Jangan mengorbankan nyawamu
untuk hal yang sia-sia. Batalkan pemilihan Demang esok pagi-"
"Tidak ada gunanya. Sampai kapanpun pemilihan ini
ditunda, kau tentu akan berusaha mencuranginya. Karena itu, pendirianku tidak akan berubah"
"Ki Sudagar" geram Ki Jagabaya "aku peringatkan, jangan melawan kuasa Mataram."
"Sudah aku katakan, akulah yang berkuasa disini. Bahkan esok kuasaku itu akan menyusup memasuki istana Mataram, sehingga kematian Ki Rangga di kademangan ini tidak akan pernah dipersoalkan orang."
Sebelum Ki Jagabaya menjawab, maka Ki sudagar itupun segera mengacungkan tangannya. Orang-orang yang datang menyertainya itupun segera berpencar. Bahkan dengan isyarat dari kawan-kawannya, maka beberapa orangpun memasuki halaman banjar itu pula.
Ki Rangga dan kedua orang prajurit yang menyertainya itupun bergeser pula. Demikian pula Ki Jagabaya dan para bebahu yang lain. Namun Ki Kebayan mudalah yang bersikap lain. Katanya "Sudahlah Ki Jagabaya. Jangan terlalu
berpegang kepada tatanan. Sebaiknya Ki Jagabaya minta para be-bahu yang lain untuk mematuhi perintah Ki Sudagar."
"Ki Kebayan muda" Ki Kebayan tuapun melangkah maju
"apa yang kau lakukan itu, he " Apakah kau juga akan berkhianat ?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak berkhianat Ki Kebayan tua. Aku hanya ingin kademangan kita itu selalu tenang dan damai. Tidak ada permusuhan. Tidak ada kekerasan. Jika terjadi kekerasan, apalagi sampai jatuh korban, maka tentu akan timbul dendam.
Nah, dendam ini sangat berbahaya bagi satu kademangan Karena dendam ini tidak mempunyai batasan waktu yang pasti."
"Apa yang sudah berkecamuk di otakmu, Ki Kebayan muda"
sahut Ki Kebayan tua "apakah kau juga sudah terbeli oleh Ki Sudagar ?"
"Jangan memakai istilah yang buruk itu kakang" sahut Ki Kebayan muda "kakang sudah tua. Jangan memancing
kekerasan." "Tetapi aku tidak dapat melihat pengkhianatan itu kau lakukan."
"Sekali lagi aku peringatkan, jangan memakai kata-kata yang dapat membuat telinga ini menjadi merah: Aku masih muda, kakang. Jika aku tidak dapat menahan gejolak
kemudaanku." Namun tiba-tiba saja terdengar seseorang berteriak
sehingga orang-orangpun berpaling kepadanya. Seorang anak muda menyibak orang-orang yang berada di halaman ini.
katanya "Jangan takut ayah. Jika paman kebayan muda akan mempergunakan kekerasan, biarlah aku lawannya."
Ketika orang itu melangkah mendekat, maka Ki Kebayan mudapun bergeser surut "Tidak. Tidak begitu maksudku, Ji.
Aku tidak menantang kau."
"Tetapi paman menantang ayah yang sudah tua. Biarlah yang muda melawan yang muda."
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup Maji " teriak Ki Sudagar "kau tidak usah mencoba-coba menjadi pahlawan "
"Apakah kau harus membiarkan ayahku yang tua itu
diperlakukan buruk oleh paman Kebayan muda."
"Salah ayahmu sendiri" bentak Ki Sudagar "lihat orang-orang disekitarmu. Sekali tebas, kepalamu akan terpenggal"
"Aku tidak bermusuhan dengan mereka. Tetapi aku akan menghadapi paman Kebayan muda."
"Cukup. Sekarang tangkap Ki Rangga Wiratenaya dan
kedua orang prajurit itu. Jika ada seorang atau lebih bebahu yang mencoba membantunya, tangkap pula. Ikat mereka di halaman
banjar ini. Perintahkan para penghubung menghubungi kawan-kawan kita yang berada di padukuhan-padukuhan
agar mereka siap menghadapi segala kemungkinan. Katakan, bahwa pemilihan Demang esok akan dibatalkan. Siapa yang menentang perintahku itu akan mengalami nasib buruk."
Sekelompok orang bersenjatapun segera menebar di
halaman. Beberapa orang di antara mereka justru meninggalkan banjar pergi ke padukuhan-padukuhan.
Sementara itu Ki Sudagarpun berteriak "Jika ada yang membunyikan kentongan akan berarti bencana yang akan melumpuhkan kademangan ini."
Meskipun Ki Sudagar sudah memberikan ancaman, namun
masih ada dua orang yang telah menjaga kentongan yang besar yang tergantung di sudut serambi banjar.
"Ki Rangga Wiratenaya" berkata Ki Sudagar "jangan
mencoba melawan. Aku tahu Ki Rangga tentu seorang prajurit http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tangguh. Tetapi orang-orangku adalah orang-orang yang tidak terkalahkan. Dimanapun dan oleh siapapun."
-oo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 11 "Aku adalah seorang prajurit, Ki
Sudagar. Aku akan memberatkan
namaku sebagai seorang prajurit
daripada nyawaku" Perkelahianpun tidak dapat dihindarkan lagi. Ki Sudagarpun
telah memerintahkan orang- orangnya untuk bergerak. Beberapa
orang yang memiliki ilmu yang tinggi
telah bertempur melawan Ki Rangga
Wiratenaya, sedangkan yang lain
berusaha untuk menangkap Ki Jagabaya dan para bebahu yang
telah berpihak kepada Ki Jagabaya.
Sedangkan anak Ki Kebayan tua yang sudah siap untuk
berkelahi, telah bertempur melawan orang-orang upahan Ki Sudagar.
Ternyata orang-orang upahan Ki Sudagar itu terlalu banyak.
Meskipun Ki Rangga Wiratenaya seorang prajurit yang berilmu tinggi, tetapi menghadapi empat orang upahan Ki Sudagar yang juga berilmu tinggi, segera mengalami kesulitan.
Demikian pula kedua orang Lurah prajurit yang menyertainya.
Meskipun demikian, namun Ki Rangga Wiratenaya itu telah mengerahkan segenap kemampuanya dan bertempur tidak
mengenal menyerah. Pertempurna yang tidak seimbangpun segera terjadi. Ki Jagabaya yang menjadi pingsan karena dipukul dengan
tongkat besi di punggungnya, telah diseret ke sudut pringgitan banjar kademangan itu. Seorang bebahu yang lainpun segera jatuh
pula terpelanting ke sudut pendapa. Tulang- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulangnyapun terasa berpatahan sehingga ia tidak dapat bangkit lagi dengan segera.
Namun dalam pada itu, tiba-tiba timbul perubahan di arena pertempuran itu. Beberapa orang upahan terpelanting jatuh dan sulit untuk segera bangkit lagi. Yang lain terlempar membentur dinding halaman sehingga pingsan. Yang lain lagi mengerang kesakitan karena pedangnya sendiri telah
menggores lambungnya. Bahkan Ki Rangga Wiratenaya yang memiliki pandangan
yang tajam mulai melihat perubahan yang telah terjadi itu.
Ki Sudagarpun merasakan perubahan yang tiba-tiba saja terjadi. Iapun segera melihat empat orang yang telah melibatkan diri dalam pertempuran itu. empat orang yang tidak dikenal sama sekali. Bahkan Ki Kebayan muda yang bertempur di pihak Ki Sudagarpun tidak tahu pula, siapakah mereka itu.
Beberapa saat kemudian, Ki Sudagarpun menjadi sangat cemas. empat orang yang tiba-tiba berada di arena itu, telah menghancurkan
perhitungannya. Bahkan dengan kehadirannya, Ki Rangga Wiratenaya telah berhasil mendesak lawan-lawannya. Demikian pula kedua orang Lurah prajurit yang menyertainya. Bahkan dua orang lawan Ki Rangga itu harus melepaskannya dan bertempur melawan salah seorang dari keempat orang yang tidak dikenal itu.
Namun Ki Sudagarpun tidak segera menyerah. Ketika ia melihat kesulitan yang agaknya tidak teratasi, maka iapun segera berteriak "Bunyikan kentongan"
Perintah itu telah menggetarkan halaman banjar. Orang-orang yang berada di halaman itu menyadari, bahwa suara kentongan itu akan berarti bencana bagi orang-orang yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggal di padukuhan-padukuhan di kademangari Kalisasak, karena orang-orang upahan Ki Sudagar akan melakukan
tindak kekerasan di padukuhan-padukuhan. Seandainya
orang-orang padukuhan bangkit karena suara kentongan, namun mereka tidak akan mampu mengatasi kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang upahan Ki Sudagar.
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dalam pada itu, seorang diantara kedua orang yang
menunggui kentongan itu telah menggapai pemukulnya dan siap menabuh kentongan yang besar itu. Demikian suaranya mengumandang, maka orang-orang upahan Ki Sudagar itu akan segera bertindak.
Tetapi demikian orang itu mengangkat tangannya, maka orang itupun berteriak. Iapun melangkah surut selangkah.
Dengan susah payah ia mencoba mempertahankan keseimbangannya. Tetapi akhirnya orang itupun terjatuh, pemukul kentongan yang ada di tangannya itupun terlepas.
Kawannya terkejut sekali. Sejenak ia berdiri termangu-mangu. Namun kemudian terdengar suara Ki Sudagar "He, kenapa kau menjadi bingung. Ambil pemukul itu. Pukul kentongan itu dengan irama titir sekeras-kerasnya"
Orang itupun seperti terbangun dari tidurnya. Dengan serta merta ia meloncat memungut pemukul kentongan itu. Tetapi demikian
ia membungkuk untuk mengambil pemukul kentongan itu, maka sebuah tendangan yang sangat keras mengenai pantatnya, sehingga orang itu terjerumus dengan derasnya pula. Wajahnya yang tersuruk mencium tanah yang keras di halaman banjar itupun terasa betapa pedihnya.
Beberapa goresan telah membuat wajahnya itu bagaikan terkelupas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Sudagar itu mengumpat Seorang diantara orang yang tidak dikenal itulah yang kemudian berdiri menunggui kentongan itu.
"Bukankah suara kentongan ini akan menjadi pertanda
bencana bagi rakyat Kalisasak?" berkata orang yang berdiri di dekat kentongan itu.
"Kau siapa?" bertanya Ki Sudagar.
"Kau tidak perlu tahu, siapa aku"
"Bukankah kau bukan orang Kalisasak?"
"Ya. Aku memang bukan orang Kalisasak"
"Kenapa kau ikut mencampuri urusan orang-orang
Kalisasak" "Persoalannya bukan sekedar persoalan orang-orang
Kalisasak. Tetapi kau sudah memberontak terhadap Mataram.
Karena itu maka semua orang yang merasa dirinya Kawula Mataram akan merasa berurusan"
"Fitnah. Aku tidak merasa memberontak terhadap Mataram"
"Kau sudah berani melawan Ki Rangga Wiratenaya yang
datang mengemban perintah dari Mataram bersama dua orang prajurit. Bukankah itu merupakan satu pertanda, bahwa kau telah berani melawan Mataram?"
"Aku tidak berniat melawan. Aku hanya ingin bahwa yang datang kemari adalah Ki Panji Citrabawa. Bukan orang lain"
"Keinginan itu tentu dibayangi oleh sikapmu yang tidak jujur. Kau tentu mempunyai pamrih. Kau tentu sudah
menemui Ki Panji Citrabawa. Kau tentu sudah berhasil membujuknya untuk melakukan kecurangan. Bahkan kau
tentu sudah menyuapnya. Tetapi kau salah hitung. Ki Panji http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citrabawa icntu melaporkan kepada atasannya akan tingkah lakumu itu. Meskipun Ki Citrabawa menerima suapmu, tentu sekedar untuk dijadikan bukti niat curangmu. Karena itu Mataram telah mengirimkan orang lain. Mataram telah
mengirim Ki Rangga Wiratenaya"
"Persetan kau anak iblis. Kau tidak berhak berbicara seperti.
Persoalan ini adalah orang-orang Kalisasak sehingga kau tidak perlu mencampurinya"
"Tetapi apakah orang-orangmu itu juga orang Kalisasak?"
Apakah kedua orang yang menunggui kentongan ini juga orang Kalisasak. Apakah orang-orang yang kau kirimkan ke padukuhan-padukuhan itu juga orang Kalisasak?"
Ki Sudagar itu menggeram. Sementara orang yang berdiri di dekat kentongan itupun berkata "Ingat Ki Sudagar. Bahwa aku mengenalmu. Aku tahu dimana rumahmu. Aku mengenal
keluargamu dengan baik. Malam ini aku dan kawan-kawanku akan pergi. Tetapi besok aku akan berada diantara mereka yang akan memilih Demang di kademangan ini.
Mungkin kau dapat memanfaatkan orang-orangmu karena
kau mampu mengupahnya. Mungkin kau dapat menaburkan
uang untuk dapat menuai kemenangan esok. Tetapi kami tidak akan membiarkan kau berkuasa di Kalisasak. Jika kau besok terpilih menjadi Demang, maka umurmu tidak akan lebih dari tiga hari. Kami, dan seluruh murid perguruan kami akan datang untuk menghancurkanmu. Kami akan membunuh semua orang upahanmu. Kami akan membunuh keluargamu
dan kami akan membunuhmu. Mungkin yang kami lakukan ini tidak sejalan dengan tatanan dan paugeran di Mataram.
Mungkin Ki Rangga Wiratenaya akan mengambil sikap lain berpegangan kepada tatanan dan paugeran. Tetapi kami tidak. Kamipun telah siap untuk diburu oleh para prajurit http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mataram karena kami telah menghukummu tanpa hak. Tetapi kami tidak mempunyai cara lain untuk menumpahkan sakit hati kami melihat caramu mendapatkan kemenangan"
Telinga Ki Sudagar itu bagaikan disentuh bara. Tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. empat orang yang tidak dikenal itu nampaknya bersungguh-sungguh.
Ki Rangga Wiratenayapun berdiri termangu-mangu. Tetapi ia tidak mengatakan apa-apa untuk menanggapi ancaman orang yang berdiri di dekat kentongan itu.
Dalam pada itu, orang-orang upahan Ki Sudagar yang ada di banjar itu sudah tidak berdaya. Sementara itu, seorang lain yang tidak dikenal itupun kemudian berkata kepada Ki Sudagar" Ki Sanak. Panggil orang-orangmu yang berada di padukuhan-padukuhan. Mereka harus berkumpul disini. Kami ingin berbicara dengan mereka langsung"
Ki Sudagar itu termangu-mangu sejenak. Namun tiba-tiba saja terbesit niatnya yang buruk. Jika orang-orang upahannya sudah berkumpul di halaman banjar, maka mereka akan
merupakan kekuatan yang besar. Bersama mereka, maka Ki Sudagar akan dapat menghancurkan keempat orang yang
tidak dikenal itu, sekaligus Ki Rangga Wiratenaya serta kedua orang prajurit yang menyertainya.
"Ternyata orang ini dungu juga" berkata Ki Sudagar didalam hatinya. Namun iapun segera menyahut "Baik, Ki Sanak. Aku akan memerintahkan orang-orangku untuk memanggil mereka yang tersebar di padukuhan-padukuhan"
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Ki Sudagar itupun telah
memerintahkan orang-orangnya untuk
pergi ke padukuhan. Diantara mereka masih ada yang berjalan dengan timpang. Ada yang masih menyeringai menahan sakit di http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punggungnya. Tetapi ada juga yang seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa atas dirinya.
Tetapi sementara itu Ki Rangga Wiratenaya itupun
melangkah mendekati orang yang tidak dikenalnya, yang minta agar Ki Sudagar itu memanggil orang-orangnya di padukuhan-padukuhan.
"Jika mereka berkumpul, mereka akan menjadi sangat
berbahaya, Ki Sanak?"
"Tidak Ki Rangga. Meskipun mungkin ada diantara mereka yang berilmu tinggi, tetapi mereka tidak akan mampu
melawan kita. Nanti, jika mereka sudah berkumpul dan ternyata mereka berniat melawan, maka kita akan memukul kentongan. Selain kita, maka rakyat kademangan ini tentu akan bangkit. Tidak akan ada lagi yang mengganggu mereka di padukuhan-padukuhan karena orang-orang upahan itu sudah berkumpul disini"
Ki Rangga Wiratenaya itupun mengangguk-angguk Sementara itu, kedua orang prajurit yang menyertai Ki Rangga Wiratenaya itupun telah membantu Ki Jagabaya dan para bebahu yang mengalami cidera di pertempuran. Namun
perlahan-lahan keadaan merekapun berangsur menjadi baik Bahkan Ki Jagabaya merasa bahwa keadaannya telah pulih kembali, sementara Ki Kebayan tua terbatuk-batuk di sudut pringgitan di tunggui oleh anaknya.
"Ayah duduk saja disini" berkata anaknya yang dahinya berdarah "biarlah ayah tidak usah ikut berkelahi. Ayah sudah terlalu tua"
"Aku juga tidak berniat berkelahi" jawab ayahnya "Tetapi seseorang telah memukul punggungku sehingga aku jatuh http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjerembab. Ketika aku berusaha bangkit, tengkuklah yang dipukulnya.
Dalam pada itu, Ki Sudagar masih saja berdiri di halaman banjar. Sambil menunggu orang-orangnya dari berbagai padukuhan, Ki Sudagarpun berbicara dengan seorang diantara orang-orang yang diupahnya "Orang itu berilmu tinggi. Tetapi ternyata ia orang yang lebih dungu dari seekor kerbau. Jika nanti kawan-kawanmu dari padukuhan-padukuhan itu datang, maka kalian semua akan bergerak serentak"
"Ya. Ya Aku mengerti " sahut orang upahan itu.
"Rawat kawan-kawanmu dan beritahukan kepada mereka
agar mereka bersiap. Mereka yang keadaannya memungkinkan akan ikut bertempur lagi. Aku merasa sangat direndahkan. Hatiku telah sangat disakiti oleh keempat orang yang tidak aku kenal itu. Aku mendendam mereka lebih dari ketiga orang prajurit itu"
"Baik Ki Sudagar. Akupun merasa harga diriku diinjak-injak.
Meskipun aku orang upahan, tetapi aku tidak pernah
mengingkari janji. Jika aku berkata ya, maka aku tentu akan dapat menyelesaikannya dengan baik. Tetapi kali ini aku hampir saja gagal. Tetapi kebodohan orang itu masih memberi kami kesempatan untuk melumatkannya"
"Baik. Bersiaplah"
Orang itu mengangguk. Iapun segera menemui kawankawannya seorang demi seorang. Membantu mereka yang
mengalami kesulitan. Namun juga memberitahukan pesan Ki Sudagar bahwa mereka masih harus bangkit jika kawan-kawan mereka dari padukuhan-padukuhan itu berdatangan.
Dalam pada itu, atas persetujuan Ki Jagabaya, maka anak Ki Kebayan tua itu dengan diam-diam telah meninggalkan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halaman banjar untuk menemui kedua orang calon Demang yang lain. Kemanakan Ki Demang yang telah meninggal itu serta sepupunya.
Ki Kebayan tua itupun telah berpesan agar keduanya
mempersiapkan diri. Mungkin keadaan akan menjadi semakin buruk malam ini.
"Aku tidak tahu, apakah mereka berdua sudah mengerti bahwa di banjar ini telah terjadi benturan kekuatan. Katakan kepada mereka. Sedangkan maksud orang-orang yang belum kita kenal, tetapi berpihak kepada kita itu untuk memanggil orang-orang upahan ki Sudagar, akan dapat berakibat buruk"
Dalam pada itu, Ki Jagabaya yang telah merasa dirinya pulih kembali itupun telah mempersilahkan keempat orang yang belum dikenal itu untuk naik ke pendapa dan duduk di pringgitan.
"Ternyata dua diantara mereka adalah perempuan" desis Ki Jagabaya di dalam hatinya. Demikian pula orang-orang yang kemudian dapat melihat dengan jelas, keempat orang yang naik ke pendapa itu.
Namun seorang diantara merekapun berkata "Jika Ki
Jagabaya berkenan, aku minta Ki Sudagar itu juga dipersilahkan untuk duduk bersama kami"
"Ki Sudagar?" bertanya Ki Jagabaga.
"Ya. Ia akan menjadi lebih berbahaya jika ia dibiarkan berada di halaman bersama orang-orangnya yang satu dua diantara mereka sudah menjadi berangsur baik"
Ki Jagabaya itupun mengangguk-angguk. Kemudian setelah keempat orang itu duduk di pringgitan, Ki Jagabayapun telah mempersilahkan Ki Sudagar untuk naik ke pendapa pula"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Ki Jagabaya. Aku akan menunggu orangorangku disini. Jika aku tidak segera menemui mereka, mungkin mereka akan menjadi liar. Karena itu, aku harus segera menenangkan mereka.
Ki Jagabaya menjadi ragu-ragu. Tetapi ia tidak memaksa.
Bahkan Ki Jagabaya itu menyangka, bahwa Ki Sudagar sudah mulai melihat kesalahan-kesalahan yang telah dilakukannya.
"Mudah-mudahan ia menyesali kesalahannya, sehingga
besok tidak akan terjadi lagi gejolak pada saat pemilihan dilaksanakan di banjar" berkata Ki Jagabaya didalam hatinya.
Ketika Ki Jagabaya akan naik ke pendapa, iapun tertegun.
Ia melihat kemanakan Ki Demang yang telah meninggal itu memasuki regol halaman. Seorang diri.
"Ada apa?" bertanya kemanakan almarhum Ki Demang itu.
"Naiklah. Silahkan duduk di pringgitan"
"Apakah ada kerusuhan di banjar" Kenapa aku tidak
mendengar suara kentongan" Jika anak Ki Kebayan tua itu tidak datang ke rumah dan memberitahukan kepadaku apa yang terjadi, aku benar-benar tidak tahu. Aku sudah tidur nyenyak sekali"
"Marilah, silahkan naik"
Belum lagi kemanakan almarhum Ki Demang itu naik, maka seorang yang sudah ubanan memasuki regol halaman itu pula bersama seorang anak muda. Orang itu adalah sepupu Ki Demang yang sudah meninggal.
Kedua orang yang baru datang itu masing-masing juga
telah mencalonkan diri untuk menjadi Demang di kademangan Kalisasak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang sudah memasuki hari tuanya itupun berjalan dengan cepat melintasi halaman. Meskipun rambutnya sudah memutih, tetapi orang itu masih tetap tegar.
Seperti kemanakan Ki Demang yang sudah meninggal,
maka orang itupun segera bertanya "Apa yang telah terjadi?"
"Silahkan naik ke pendapa" berkata Ki Jagabaya "kita akan berbicara. Ada beberapa orang yang sudah berada di
pringgitan. Diantara mereka adalah Ki Rangga Wiratenaya yang menggantikan Ki Panji Citrabawa"
Orang yang sudah ubanan itu mengangguk-angguk. Kepada kemanakan Ki Demang yang sudah meninggal itu iapun
bertanya "Kau sudah lama?"
"Belum paman., Aku baru saja datang. Aku juga tidak
mendengar bahwa telah terjadi keributan di banjar ini"
Mereka berdua serta seorang yang menyertai orang yang sudah ubanan itupun segera naik ke pendapa. Merekapun langsung pergi ke pringgitan serta duduk bersama orang-orang yang telah mendahuluinya. Diantara mereka yang duduk di pringgitan itu adalah Ki Kebayan muda yang dipaksa untuk ikut duduk di pringgitan itu pula.
Kedua orang yang mencalonkan diri untuk ikut dalam
pemilihan Demang itu mendengarkan dengan saksama ketika Ki Jagabaya menjelaskan apa yang telah terjadi sejak awal
"Ki Sudagar mengharapkan bahwa yang datang adalah Ki Panji Citrabawa. Tetapi ternyata Mataram telah mengirimkan Ki Rangga Wiratenaya"
"Bukankah tidak ada bedanya?" sahut kemanakan almarhum Ki Demang. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Bagi kami tidak ada bedanya, siapapun yang mendapat perintah untuk datang menunggui serta bersaksi tentang pemilihan itu" sahut sepupu almarhum Ki Demang yang juga telah mencalonkan diri itu.
"Ya. Seharusnya demikian" sahut Ki Jagabaya "tetapi
ternyata tidak bagi Ki Sudagar. Mereka mengharap yang hadir adalah Ki Panji Citrabawa"
"Apa alasan Ki Sudagar?"
"Tidak ada alasan yang mapan kecuali bahwa pemilihan itu harus berlangsung sesuai dengan rencana. Karena rencananya yang akan datang adalah Ki Panji Citrabawa, maka Ki Sudagar menuntut agar yang datang dalam pemilihan itu juga Ki Panji Citrabawa.
"Tentu ada alasan yang lebih jauh" berkata sepupu
almarhum Ki Demang yang rambutnya sudah ubanan itu
"sikap itu justru harus kita curigai"
"Sudah aku ceriterakan, bahwa kami tidak hanya sekedar mencurigai, tetapi kami dengan tegas menolak alasan Ki Sudagar untuk menunda pemilihan. Karena itu, maka
pemilihan itu harus dilaksanakan esok pagi"
Sepupu almarhum Ki Demang itu mengangguk-angguk
sambil berdesis "Sukurlah bahwa Ki Jagabaya sudah bertindak tegas. Tetapi perkenankanlah aku bertanya kepada Ki Sanak berempat. Bukan karen aku tidak berterima kasih atas bantuan Ki Sanak berempat. Tetapi apakah aku boleh
bertanya, siapakah Ki Sanak berempat dan kenapa Ki Sanak tiba-tiba saja berada disini?"
Yang menjawab adalah Ki Leksana "Tiba-tiba saja kami sudah berada disini Ki Sanak. Kami mendengar bahwa esok akan ada pemilihan Demang disini. Rasa-rasanya kami
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didorong oleh satu keinginan untuk menyaksikan pemilihan itu. , Bukan sekedar pemilhannya, tetapi juga persiapannya"
"Apakah ada sangkut paut Ki Sanak berempat dengan
kademangan kami?" "Tidak. Kami tidak mempunyai sangkut paut. Tetapi aku telah mengenal baik almarhum Ki Demang Mertaraga"
"Ki Sanak mengenal baik kakang Demang Mertaraga?"
"Ya" "Ki Sanak pernah mengunjungi kakang Demang?"
"Ya. Sebagai seorang sahabat baik, maka aku sering saling berkunjung dengan Ki Demang Mertaraga"
"Siapa Ki Sanak sebenarnya?"
"Aku kira kita memang pernah bertemu. Dengan Ki
Jagabayapun aku pernah bertemu sekali dua kali. Tetapi jika kalian lupa kepadaku, adalah wajar sekali. Ketika tadi aku melihat Ki Jagabaya, para bebahu yang satu dua aku kenal serta Ki Sanak yang datang kemudian, akupun merasa agak lupa pula. Sudah lama aku tidak berkunjung ke Kalisasak.
Mestika Burung Hong Kemala 4 Pendekar Cengeng Karya Kho Ping Hoo Han Bu Kong 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama