Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 14
sangat besar. Bahkan paman telah berbuat nista dihadapan saudara tua seperguruannya"
Dalam pada itu, Ki Wigati telah melangkah kemblai ke pasukannya. Orang tua berambut putih, berkumis dan
berjanggut putih itulah yang menyambutnya.
Ki Udyana, Nyi Udyana dan Wikan tidak mendengar apa
yang dibicarakan o leh Ki Wigati serta orang tua berambut http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putih itu. Namun kemudian Ki Wigatipun telah berbicara kepada murid-muridnya dengan sikap yang mendebarkan.
"Agaknya Ki Wigati telah memerintahkan kepada muridmuridnya untuk bergerak, paman" berkata Wikan.
"Ya. Mereka memang mulai bergerak"
"Silahkan paman dan bibi turun. Biarlah para cantrik yang sudah mempersiapkan busur dan anak panah naik ke
panggungan. Ki Udyana dan Nyi Udyana termangu-mangu sejenak.
Namun kemudian bertanya "Hati-hatilah Wikan. Kau menghadapi orang yang berpengalaman serta berwawasan luas"
"Mereka akan memecahkan pintu gerbang paman. Agaknya mereka akan berhasil. Ada diantara murid-murid paman Wigati yang membawa sebuah balok yang besar, yang agaknya
memang sudah dipersiapkan. Agaknya paman Wigati sudah memperhitungkan, bahwa paman dan bibi tidak akan
meninggalkan padepokan ini, sehingga akan terjadi pertempuran" "Ya. Mereka memang sudah membawa balok besar yang
akan mereka pergunakan untuk memecahkan pintu gerbang kita. Mereka tentu akan berhasil"
"Karena itu, biarlah paman dan bibi berada di bawah. Jika mereka memasuki halaman padepokan, paman dan bibi dapat menahan orang tua itu serta paman Wigati"
"Kami memerlukan kau juga Wikan"
"Aku akan berada disini. sejauh dapat bertahan, paman"
"Kau lihat orang yang berdiri di belakang orang tua itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 13 "Agaknya ia juga seorang
yang berilmu tinggi"
"Akupun akan segera turun,
paman. Tetapi sementara itu
Murdaka dan saudara-saudara
seperguruan yang kemarin sudah dilepas akan dapat sangat membantu" "Ya. Aku akan menempatkan mereka di halaman depan. Demikian pintu gerbang terbuka, maka
mereka akan menghadapi arus
murid-murid paman Wigati"
"Paman dapat memerintahkan kakang Parama, kakang Rantam dan kakang Windu untuk berkumpul di depan menghadapi murid-murid utama paman Wigati. Agaknya paman Wigati tidak akan
mengambil jalan samping atau belakang. Mereka semuanya akan memasuki padepokan lewat pintu gerbang yang akan mereka pecahkan"
"Meskipun demikian, dinding di sisi kanan dan kiri serta dinding belakang harus tetap mendapat pengawasan" berkata Nyi Udyana.
"Tentu bibi. Tetapi tidak j"erlu kakang Parama, kakang Rantam dan kakang Windu. Para cantrik yang ada di sisi dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di belakangpun sebagian dapat ditarik ke halaman untuk menghadapi murid-murid paman Wigati yang jumlahnya
hampir dua kali lipat"
"Ya. Aku sependapat, Wikan"
"Sekarang, silahkan paman dan bibi turun untuk
menghadapi mereka setelah mereka berhasil memecahkan pintu. Aku dan beberapa orang cantrik yang bersenjata busur dan anak panah, akan menghambat mereka"
Ki Udyana dan Nyi Udyanapun segera turun dari
panggungan. Sementara itu, beberapa orang cantrik yang sudah dipersiapkan segera memanjat naik.
Dalam pada itu, Ki Wigati, orang tua berambut putih, serta murid-murid Ki Wigatipun telah bergerak maju. Mereka menyerang padepokan Udyana itu dari arah depan. Mereka tidak membagi murid-murid Ki Wigati itu untuk menyerang lewat.sisi dan belakang padepokan.
Beberapa orang murid yang bertubuh tinggi dan kekar telah dipersiapkan mengusung balok kayu yang besar, yang akan dipergunakan untuk memecahkan pintu gerbang.
Ki Wigatipun kemudian berhenti beberapa langkah di depan pintu gerbang. Pasukannyapun telah berhenti pula.
"He, dimana Mina?" teriak Ki Wigati.
"Paman ada dibawah" jawab Wikan.
"Katakan kepadanya, jika ia tetap pada pendiriannya, maka aku akan memecahkan pintu"
"Bukankah paman Wigati sudah siap untuk membenturkan balok itu ke pintu gerbang. Aku yakin bahwa paman tentu akan berhasil, karena pintu gerbang itu memang tidak terlalu kokoh. Tetapi apa sebenarnya yang paman kehendaki,
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga paman siap mengorbankan murid-murid paman"
Mereka datang untuk berguru kepada paman. Untuk
mendapatkan ilmu. Tetapi yang mereka dapatkan adalah bencana. Bahkan mungkin kematian. Bukan untuk apa-apa.
Tetapi semata-mata untuk mendukung keinginan, paman
untuk berkuasa" "Cukup. Katakan kepada pamanmu, apakah paman dan
bibimu itu mau pergi atau tidak"
"Tidak paman. Paman dan bibi Udyana sudah mengatakan dengan tegas dan tidak berubah-rubah, bahwa mereka tidak akan pergi"
"Setan alas" teriak Ki Wigati. Iapun segera memberi isyarat kepada murid-muridnya untuk segera menyerang.
Demikianlah, maka orang-orang yang mengusung balok
itulah yang pertama-tama bergerak. Merekapun segera
mengambil ancang-ancang. Sejenak kemudian, maka beberapa orang yang bertubuh
tinggi besar itupun berlari-larian sambil mengusung balok di pundaknya.
Pada saat itulah, para cantrik di padepokan Udyana itu memungut busur dan anak panah mereka yang mereka
letakkan di lantai panggungan.
Wikan telah menempatkan diri untuk memimpin para
cantrik yang berada di atas panggungan disebelah menyebelah pintu gerbang. Karena itu, Wikan harus
mempertanggungjawabkan atas apa yang dilakukan oleh para cantrik itu.
Ketika orang-orang yang bertubuh tinggi besar dan kokoh berlari-lari sambil mengusung sebuah balok yang besar, maka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikanpun segera mempersiapkan para cantrik yang bersenjata busur dan anak panah.
"Kita harus menghentikan mereka. Setidak-tidaknya menghambat mereka, sementara saudara-saudara kita di halaman mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya"
Para cantrik ilupun segera bersiap. Ditrapkannya anak panah pada busurnya. Kemudian tali busurnyapun telah ditariknya.
Demikian orang-orang yang mengusung balok kayu itu
menghampiri pintu gerbang, maka Wikanpun telah memberikan isyarat dengan mengangkat tangannya.
Serentak beberapa anak panahpun terlepas dari busurnya.
Beberapa.diantara anak panah itupun telah hinggap di tubuh orang-orang yang sedang mengusung balok itu.
Terdengar satu dua diantara mereka berteriak. Yang lain mengaduh sambil mengumpat.
Lima orang diantara merekapun menjadi terhuyung-huyung dan balikan ada diantara mereka yang terkena dadanya langsung jatuh terkulai di tanah.
Dengan demikian, maka keseimbangan mereka yang
mengusung balok itu menjadi govah. Beberapa orang yang lain berlari-lari dan menempatkan diri menggantikan saudara-saudara seperguruan mereka yang tidak lagi mampu berdiri tegak sambil mengusung balok yang besar itu.
Tetapi beberapa anak panah lagi telah meluncur dan
mengenai beberapa orang diantara mereka. Anak panah yang meluncur dari panggungan di sisi kiri dan kanan pintu gerbang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Edan para cantrik di panggung itu" geram seorang murid Ki Wigati yang sudah sampai pada tataran yang agak tinggi.
Murid itupun segera memerintahkan beberapa orang
saudara seperguruannya untuk melindungi mereka yang
sedang mengusung balok-balok kayu itu.
Meskipun demikian, masih ada juga orang-orang yang
terpelanting jatuh karena anak panah yang mengenainya.
Tetapi usaha untuk melindungi para cantrik Ki Wigati yang mengusung balok itupun ternyata cukup berhasil. Dengan pedang, tombak-tombak pendek, jenis-jenis senjata yang lain, mereka menepis anak panah yang meluncur dengan derasnya.
Bahkan ada diantara mereka yang membawa perisai yang terbuat dari kayu atau besi atau jenis bahan-bahan yang lain.
Namun dengan, demikian, maka justru mereka yang
melindungi itulah yang kemudian justru terkena oleh anak panah yang dilontarkan dari panggungan itu.
Meskipun demikian, tetapi orang-orang yang mengusung balok itu akhirnya berhasil membentur balok yang besar itu pada pintu gerbang padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
Sekali dua kali, pintu gerbang itu masih belum berhasil di pecahkan. Sementara itu satu dua orang yang mengusung balok iiu, masih saja harus melepaskan balok yang diusungnya itu karena ujung anak panah telah mematuk tubuh mereka.
Sementara itu, saudaranya yang laih harus dengan cepat mengisi tempatnya agar balok kayu itu tetap dapat terangkat.
Sebenarnyalah ketika balok kayu itu telah berulang-ulang menghantam pintu gerbang padepokan Udyana itu, maka
akhirnya selarak pintupun mulai menjadi retak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika pintu berguncang, maka Ki Wigatipun berteriak
"Cepat, hentak terus. Dalam dua tiga hentakan lagi, pintu gerbang yang rapuh itu akan segera terbuka"
Sementara itu, orang-orang yang berada di halaman telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Merekapun melihat selarak pintu itu telah menjadi retak.
Ki Udyana dan Nyi Udyanapun segera memberikan isyarat bahwa beberapa saat lagi selarak pintu gerbang itupun akan patah, sehingga pintu gerbang iu akan segera terbuka.
Di panggungan Wikanpun sudah memperhitungkan bahwa
pintu gerbang itu tidak akan mampu bertahan terlalu lama.
Meskipun demikian Wikan masih tetap berada di panggungan.
Ia masih tetap memberikan aba-aba, agar saudara-saudara seperguruannya tetap mempergunakan busur dan anak
panahnya untuk menghambat serta mengurangi jumlah lawan yang akan memasuki halaman padepokan.
Sebenarnyalah, beberapa orang cantrik murid Ki Wigati terpaksa mengusung saudara-saudara mereka yang terluka menepi. Jika pintu gerbang itu terbuka, maka arus para murid Ki Wigati ilu akan mengalir seperti banjur bandang melimpah ke halaman padepokan itu. sehingga mereka tidak akan sempat menghindari agar tidak menginjak-injak saudara-saudara mereka sendiri yang terluka oleh anak panah. Dan bahkan sudah ada diantara mereka yang terbunuh karena ujung anak panah yang menancap di dada mereka langsung menyentuh jantung.
Dengan demikian, sebelum pertempuran yang sebenarnya di mulai, maka jumlah mereka yang datang menyerang itu sudah berkurang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika selarak pintu gerbang itu terdengar berderak, maka Wikanpun cepat mengambil sikap. Diperintahkannya saudara-saudaranya dengan cepat turun dari panggungan. Mereka harus
bersiap dengan busur dan anak panahnya, menyongsong lawan yang akan berdesakkan memasuki pintu gerbang yang segera akan terbuka.
Dengan cepat, maka saudara-saudara Wikan itupun turun dari panggungan. Dengan isyarat Wikanpun memberikan aba-aba kepada para cantrik yang ada di panggung diseberang pintu gerbang untuk berbuat sama.
Demikianlah, sebelum pintu gerbang itu terbuka, para cantrik yang bersenjata busur dan anak panah itupun sudah siap untuk menerima arus kedatangan para murid Ki Wigati setelah mereka berhasil memecahkan daun pintu gerbang yang memang tidak terlalu kuat untuk menahan hentakkan sebuah balok besar yang diusung oleh beberapa orang.
Seperti yang diteriakkan oleh Ki Wigati, maka dalam tiga hentakkan lagi, selarak pintu gerbang itupun telah patah.
Dengan demikian, maka pintu gerbang itupun segera
terdorong oleh para murid Ki Wigati sehingga terbuka.
Ki Wigati yang berada di belakang para cantrik bersama dengan orang yang berambut putih itu berteriak pula "Kita akan
mengambil alih padepokan itu. Siapa yang menentangnya, harus disingkirkannya"
Seperti arus air dari bendungan yang pecah, maka para cantrik dari perguruan Ki Wigati itupun menerjang memasuki halaman padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
Namun pada saat itu pula, Wikan telah menjatuhkan
perintah kepada saudara-saudara seperguruannya yang
bersenjata busur dan anak panah untuk mulai menyerang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para murid Ki Wigati yang menyerbu masuk itupun
mengumpat. Anak panah yang meluncur dari busurnya itu sempat menghambat mereka. Beberapa orangpun terjatuh dan justru terinjak-injak oleh saudara-saudaranya sendiri.
Tidak ada yang sempat mengusung mereka menepi karena arus mereka yang memasuki halaman itu memang sulit untuk dibendung.
Namun sekelopmpok murid Ki Wigati yang terampil,
memperhitungkan keadaan, justru dengan cepat menyerbu ke arah mereka yang bersenjata busur dan anak panah. Dengan demikian, maka mereka tidak akan mendapat kesempatan lagi untuk menyerang.
Sebenarnyalah, maka sekelompok murid Ki Wigati yang
berlari-larian menyerang mereka yang bersenjata busur dan anak panah itu tidak dapat dihentikan. Beberapa orang memang terjatuh. Tetapi yang lain mengalir dengan cepat menyergap mereka.
Wikanpun telah meloncat menghadang mereka bersama
dengan saudara-saudaranya yang telah meletakkan busur dan endong tempat anak panah. Merekapun segera mencabut
pedang-pedang mereka untuk menghadapi kelompok yang
datang menerjang dengan garangnya.
Sejenak kemudian, maka pertempuranpun telah terjadi
dengan sengitnya. Kedua belah pihak beralaskanilmu dari aliran yang sama. Di satu pihak ilmu itu mengalir lewat Ki Margawasana, sedangkan di pihak yang lain mengalir lewat Ki Wigati. Keduanya adalah orang-orang terbaik dari aliran ilmu yang sama.
Dalam benturan kekuatan itu. murid-murid Ki Wigati
nampaknya memang lebih banyak. Tetapi murid-murid Ki Margawasana yang kepemimpinannya di teruskan oleh Ki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Udyana, memiliki kematangan ilmu yang lebih tinggi.
Terutama beberapa orang Putut
yang membantu Ki Margawasana dan kemudian membantu Ki Udyana memimpin padepokan itu. Sedangkan sekelompok murid yang sudah dianggap masak untuk meninggalkan padepokan, ternyata mengurungkan niatnya. Mereka memilih untuk berjuang
bersama-sama saudara-saudara seperguruannya mempertahankan padepokan tempat mereka ditempa selama menyadap ilmu.
Dalam pada itu, pertempuranpun telah berkobar di mana-mana. Tidak hanya mereka yang semula bersenjata busur dan anak panah. Tetapi banjir bandang itu mengalir juga ke tengah-tengah halaman bangunan induk padepokan. Bahkan mengalir ke mana-mana.
Namun para murid padepokan Udyana itupun segera
menjadi mapan serta membendung arus serangan yang
sengaja berniat menyusup ke segala sudut padepokan.
Tetapi para cantrik dari perguruan Udyana itu mengenali arena pertempuran itu lebih baik dari lawan mereka. Karena itu, maka longkangan-longkangan yang terdapat didalam padepokan itu, sudut-sudut barak serta lorong-lorong di sela-sela bangunan yang ada, justru telah menjebak para murid Ki Wigati yang dengan berani tetapi tanpa perhitungan berusaha menyusup sampai sejauh-jauhnya ke dalam padepokan itu.
Ketika mereka berlari-lari di lorong-lorong diantara barak-barak yang ada, mereka terkejut ketika tiba-tiba saja pintu-pintu barak terbuka. Beberapa orang cantrik dari perguruan Udyana itu menghambur keluar dengan ujung tombak yang merunduk. Demikian tiba-tiba
sehingga mereka tidak mempunyai banyak kesempatan selain bergerak mundur. Dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan murid-murid Ki Wigati itu harus berlari-larian di medan yang tidak begitu mereka kenal.
Sementara itu, di barak para murid perempuan di
perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu, suasananya terasa sangat mencengkam. Mereka tidak dibenarkan keluar dari barak-barak mereka. Namun mereka berada dibawah perlindungan sekelompok cantrik yang sudah lebih banyak menguasai ilmu daripada mereka. Meskipun demikian, para mentrik itu juga telah menggenggam tombak pendek di
tangan mereka. Jika ada satu dua orang yang berhasil menyusup memasuki lingkungan barak mereka, maka
merekapun tidak harus tinggal diam dan membiarkan ujung-ujung senjata lawan menusuk dada mereka.
Sedangkan disebuah bilik yang khusus, Tanjung menggendong anaknya erat sekali, sehingga kadang-kadang Tatag meronta karena nafasnya menjadi sesak. Tetapi Tatag itu tidak menangis. Seakan-akan ia mengetahui, bahwa suasana di padepokan itu sedang kalut, sehingga sebaliknya ia diam saja di gendongan ibunya. Namun di dinding bilik itupun tersandar tombak pendek pula. Dalam waktu yang terhitung singkat, dengan latihan-latihan yang khusus, Tanjung telah memiliki
ketrampilan dalam mempermainkan tombak pendeknya. Jika seseorang yang lidak dikenalnya memasuki bilik itu, maka Tanjungpun akan dengan cepat menyambar tombak
pendeknya. Namun bilik Tanjung itu berada di dalam jangkauan
pengawasan sekelompok cantrik yang melindungi barak para mentrik yang belum terlalu lama berada di padepokan itu.
Dalam pada iu, pertempuran di dalam padepokan itupun berlangsung semakin sengit. Para murid Ki Wigati yang http://ebook-dewikz.com/
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jumlahnya lebih banyak dalam hentakan pertama berhasil mendesak para cantrik dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Namun para murid dari perguruan Udyana itu secara pribadi memiliki kelebihan dari lawan-lawan mereka, sehingga beberapa saat kemudian, maka pertempuran itupun seakan-akan telah mencapai kesembangannya.
Murid-murid Ki Wigati rasa-rasanya tidak lagi dapat
bergerak maju. Sementara mereka yang berusaha menyusup mendahului
kawan-kawannya justru mulai mengalami kesulitan. Kawan-kawan mereka tidak segera menyusul
mereka, sementara itu, mereka harus menghadapi serangan-serangan para murid dari perguruan yang dipimpin Ki Udyana itu, yang datangnya bagaikan siluman. Mereka muncul dari sudut-sudut barak. Dari pintu-pintu yang tiba-tiba terbuka.
Jika mereka terdesak, merekapun tiba-tiba telah hilang diantara bangunan yang ada di padepokan uu. Tetapi tiba-tiba saja mereka muncul dan menyerang dari lambung.
Dalam pada itu, murid-murid terbaik dari kedua perguruan yang bersumber pada aliran yang sama itupun telah bertemu.
Namun Ki Parama, Ki Rantam dan Ki Windu agaknya memang sulit untuk diredam. Mereka bertempur dengan garangnya seperti seekor harimau yang telah terluka.
Disisi lain, Murdaka dan saudara-saudara-seperguruannya yang seharusnya telah meninggalkan padepokan itupun sulit sekali ditandingi oleh para murid Ki Wigati yang agaknya baru sedikit yang telah menuntaskan ilmunya di perguruan Ki Wigati. Bahkan, meskipun sama-sama menuntaskan ilmunya di perguruan yang mempunyai aliran yang sama, tetapi tataran kemampuan serta iwngetahuannya ternyata tidak sama tinggi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murdaka yang lelah berguru sampai tuntas itupun telah bertempur dengan garangnya. Seorang putut dari perguruan Ki Wigati yang melihat Murdaka mendesak lawannya, telah mendekatinya sambil bertanya "Kau siapa Ki Sanak" Kau mengamuk seperti seekor banteng ketaton"
Murdaka bergeser surut. Ia melihat seorang bertubuh
raksasa berdiri di hadapannya.
"Namaku Murdaka. Kau siapa?"
"Aku Putut Permana. Aku adalah kepercayaan guru. Justru karena aku memiliki segala-galanya, hampir sebagaimana yang guru miliki"
"O. Jika demikian, maka kau adalah seorang yang berilmu sangat tinggi"
"Ya. Karena itu, minggirlah. Aku ingin bertemu dengan orang yang bernama Mina yang dengan sombongnya telah berganti nama dengan Udyana"
"Apakah kau belum pernah bertemu dengan berkenalan
dengan kakang Mina?"
"Murid-murid Uwa Margawasana adalah murid-murid yang sombong. Nampaknya mereka sangat merendahkan murid-murid Ki Wigati, sehingga dengan demikian, maka kami yang berguru dari sumber yang sama, ternyata tidak akrab sama sekali"
"Jika demikian, maka sebaiknya kau tidak usah mencari kakang Mina yang sekarang disebut Udyana"
"Jadi, apakah aku akan dibiarkan membunuh para murid dari padepokan ini tanpa ada yang menghalangi sama sekali"
Jika aku bertemu dengan kakang Mina, mungkin ilmu kami http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan seimbang, sehingga aku merasa bahwa aku mempunyai kawan bermain yang sederajat disini"
"Jadi, pembicaraan ini kau sebut juga bahwa murid-murid Ki Margawasana yang menyombongkan diri?"
"Persetan. Minggirlah. Atau bersiaplah untuk mati"
"Sayang, apapun yang terjadi, aku tidak akan minggir"
"Bagus. Ternyata murid-murid uwa Margawasana juga
dapat dibanggakan keberanian. Entah ilmunya. Mungkin keberanian, kesombongan dan ilmunya sama sekali tidak seimbang"
"Mungkin. Mungkin pula sumber dari perguruan kita
memang mengalir sifat sombong yang agak berlebihan. Jika kau sebut aku dan murid-murid Ki Margawasana sombong, maka bagaimana aku menyebutmu?"
"Cukup" bentak Putut Permana "sekarang datang waktunya untuk membantaimu di padepokanmu sendiri"
Murdaka justru tertawa. Katanya "Seorang kakak seperguruanku ada yang mempunyai nama mirip namamu.
Kakang Perama. Tetapi ia tidak pernah membual seperti kau"
Putut Permana tidak menghiraukannya lagi Iapun segera meloncat menyerang Murdaka. Tetapi Murdaka sudah bersiap sepenuhnya sehingga serangan itu sama sekali tidak
menyentuhnya. Dalam pada itu, Ki Parama, salah seorang yang telah
membantu Ki Margawasana membimbing murid-muridnya dan yang kemudian telah membantu Ki Udyana pula, sedang
berhadapan dengan seorang Putut pula. Dengan garangnya Putut dari padepokan Ki Wigati itu berloncatan menyerang.
Namun Ki Paramapun memiliki bekal yang lengkap untuk turun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke medan menghadapi seorang Putut yang memiliki ilmu dari aliran yang sama.
Di tengah-tengah halaman di depan bangunan utama
padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu, Ki Wigati dan orang yang berambut putih itu berdiri tegak mengamati pertempuran yang sudah menjalar kemana-mana.
"Kita akan segera menguasai padepokan ini" berkata Ki Wigati"
"Jangan berceloteh dahulu" sahut orang yang berambut putih "murid-muridmu sudah tidak dapat bergerak maju lagi"
"Untuk sementara. Tetapi beberaparsaat lagi mereka akan memecahkan pertahanan anak-anak padepokan ini. Jumlah kita lebih banyak dari mereka. Tataran kemampuan murid-muridku tidak kalah dari murid-murid kakang Margawasana.
Apalagi yang dicemaskan?"
"Berapa lama waktu.yang kau butuhkan?"
"Tidak lama. Murid-muridku yang lain telah berhasil
menyusup masuk lebih dalam lagi. Merekalah yang akan segera menguasai seluruh padepokan ini"
Orang berambut putih itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun berkata "Bagus. Mudah-mudahan perhitunganmu itu benar, sehingga kita tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menguasai padepokan ini. Kita tidak perlu bertempur sampai senja turun"
"Tentu tidak. Nah, marilah kita ikut mempercepat
penyelesaian dari pertempuran ini"
"Maksudmu kita akan ikut bertempur?"
"Ya. Kita akan ikut bertempur. Bukankah dengan demikian, pertempuran ini akan semakin cepat selesai" Aku ingin http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan Mina yang sombong itu bersama isterinya. Aku tidak ingin kedua orang itu sempat melarikan diri darr luput dari tangan kita"
"Baiklah. Aku tidak berkeberatan. Tetapi jika kemudian aku membunuh seperti menebas batang ilalang, sehingga mayat akan
bergelimpangan di halaman ini, kaulah yang bertanggung jawab" "Akupun akan melakukan hal yang sama. Biarlah Mina dan isterinya yang bertanggung-jawab"
Sebenarnyalah, maka kedua orang itupun segera terjun ke medan. Keduanya adalah orang yang berilmu tinggi. Ki Wigati adalah adik seperguruan Ki Margawasana. Sementara itu kawannya yang berambut putih itupun ternyata memiliki ilmu yang simbang dengan ilmu Ki Wigati.
Namun, langkah merekapun segera terhenti. Ki Wigati
mengerutkan dahinya ketika ia melihat sepasang suami isteri datang menemuinya di tengah-tengah kancah pertempuran itu.
"Kami sudah menunggu paman. Kami berdua akan
mendapat kehormatan untuk menerima paman di padepokan kami"
"Bagus Mina. Aku kira kau dan isterimu sudah melarikan diri"
"Kami memang menunggu-paman. Kami berdua telah
sepakat untuk menyambut kedatangan paman. Karena itu, maka kami tidak akan melarikan diri"
"Bagus. Aku ingin melihat, apa yang dapat kau lakukan, sehingga kau berani menolak perintahku meninggalkan
padepokan ini" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami adalah murid-murid Ki Margawasana, paman.
Sekarang kami sengaja ingin mendapat petunjuk dari paman, mungkin paman dapat melengkapi imu yang telah diajarkan oleh guru kepada kami. Sehingga dengan demikian, maka ilmu kamipun akan menjadi semakin mapan"
"Baik. Baik. Aku akan mengajarkan beberapa unsur dari ilmu yang tentu belum diajarkan oleh guru kalian. Tetapi demikian kalian mampu menambah ilmu kalian, mayat
kalianpun akan terkapar di halaman padepokan yang pernah kau pimpin ini"
"Mudah-mudahan tidak, paman. Mudah-mudahan kami
dapat memperkaya ilmu kami serta mempunyai kesempatan untuk mengajarkan kepada murid-murid kami"
Ki Wigati itupun tertawa. Katanya "Jangan bermimpi untuk dapat lepas dari tanganku, Mina. Tetapi itu adalah salahmu.
Jika kau bersedia meninggalkan padepokan ini semalam, maka kau akan tetap hidup"
"Kami akan berusaha untuk mempertahankan hidup kami, paman. Tetapi kami tidak perlu meninggalkan padepokan ini"
"Kalian memang iblis buruk. Sebutlah nama orang tuamu, gurumu atau siapa saja orang-orang yang kau hormati
sebelum kau mati, Mina. Demikian pula isterimu yang setia itu.
Nampaknya ia ingin juga mati bersamamu"
"Paman. Kami hanya ingin menghormati paman, sehingga kami akan menyambut paman berdua"
"Bagus. Jangan banyak bicara lagi, kita akan mulai"
Ki Udyana dan Nyi Udyana segera mempersiapkan diri.
Mereka sadar sepenuhnya, bahwa Ki Wigati adalah saudara seperguruan gurunya, Ki Margawasana. Karena itu maka http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka berdua tidak berani memandang ringan, sehingga keduanya telah sepakat untuk menghadapi bersama. Apalagi keduanya yakin bahwa murid-murid Ki Margawasana memiliki tataran yang lebih baik dari murid-murid Ki Wigati, sehingga meskipun terlibat keduanya dalam pertempuran melawan Ki Wigati, namun keduanya saudara-saudara
seperguruan mereka akan dapat menempatkan diri mereka dengan sebaik-baiknya. Ki Udyana dan Nyi Udyana itupun berpaca, bahwa Wikan akan dapat menemepatkan dirinya dengan baik.
Demikianlah, maka sejenak kemudian, Ki Wigati itupun telah terlibat dalam pertempuran yang sengit melawan Ki Udyana dan Nyi Udyana yang mendapat kepercayaan dari guru
mereka untuk melanjutkan kepemipinannya di perguruannya. Sementara itu, orang yang berambut putih itupun telah berloncatan di arena. Tetapi ia merasa terkejut pula, bahwa ia tidak dapat melakukan sebagaimana di katakannya. Ia tidak dapat membunuh murid-murid Ki Margawasana itu seperti menebas batang ilalang. Murid-murid Ki Margawasana itu ternyata
memiliki kemampuan yang memadai untuk menyelamatkan nyawa mereka. Bahkan sekelompok diantara mereka telah dengan beraninya memberikan perlawanan yang tidak dapat diabaikan.
Namun tiba-tiba diantara murid-murid Ki Margawasana itu telah muncul seorang anak muda yang dengan tangkasnya melibatnya dalam pertempuran.
Orang berambut putih itupun meloncat surut untuk
mengambil jarak. Ia ingin memperhatikan lawannya yang seorang itu. Orang yang dianggap memiliki kelebihan dari yang lain.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau telah mengejutkan aku, anak muda" desis orang
berambut putih itu "Kau siapa?"
"Aku juga murid perguruan ini, Ki Sanak. Namuku Wikan"
"Wikan. Sungguh nama yang baik. Ternyata kau seorang anak muda yang berilmu tinggi. Agaknya kau sudah berhasil menyerap ilmu Ki Margawasana dengan baik"
"Kau sendiri siapa Ki Sanak" Kau tentu bukan berasal dari perguruaqn paman Wigati"
"Kau benar. Aku bukan berasal dari perguruan Ki Wigati.
Namaku Winenang" "Tetapi apakah kepentingan Ki Winenang, sehingga hari ini Ki Winenang hadir bersama paman Wigaridi padepokan ini?"
Orang itu tertawa. Katanya "Kau tentu tidak mengetahui apa yang pernah terjadi disini. Ketahuilah, bahwa gurumu itu sama sekali bukan seorang yang bersih sebagaimana kau bayangkan. Gurumu adalah justru orang yang paling kotor di dunia ini?"
Wajah Wikan menjadi merah. Dengan geram iapun
bertanya "Kenapa kau dapat berkata begitu, Ki Winenang"
"Kau masih sangat muda. Karena itu, kau tentu tidak tahu apa yang pernah terjadi pada waktu itu. Pada waktu lebih dari lima belas tahun yang lalu"
"Ada apa?" Orang berambut putih itu tertawa. Katanya "Waktu itu, gurumu dan sekelompok orang berilmu tinggi, telah
mendatangi sarangku. Terus-terang, waktu itu aku adalah salah seorang dari sekelompok orang pemburu harta karun.
Tetapi menurut pendapat kami, kami tidak merugikan siapa-siapa, karena harta karun yang kami buru adalah harta karun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah tidak jelas lagi siapa pemiliknya. Hasil buruan kami itu, kami kumpulkan dan akan menjadi bekal hidup kami. Kami ingin di hari-hari tua kami, kami dapat hidup senang dengan menikmati hasil kerja keras kami itu. Tetapi ada diantara kami yang berkhianat. Pengkhianat itu telah membawa sekelompok orang untuk merampok kami. Pengkhianat itu pula yang telah menunjukkan dimana harta karun yang telah kami kumpulkan itu disimpan. Seorang diantara mereka yang datang
merampok kami adalah Ki Margawasana. Bahkan kemudian, seorang demi seorang, Ki Margawasana telah membunuh
kawan-kawannya, sehingga akhirnya, semua harta karun itupun telah dimilikinya sendiri.
Ki Wigati tahu pasti apa yang dilakukan oleh kakak
seperguruannya itu.Tetapi sekarang, aku datang untuk mengambil kembali harta karun itu. Harta karun itu telah disembunyikannya di padepokan ini. Itulah sebabnya aku bersedia bekerja sama dengan Ki Wigati untuk menguasai padepokan ini"
"Sebuah mimpi yang sangat mengerikan" sahut Wikan "Kau kira aku mempercayai dongengmu itu, Ki Winenang"
"Kau tentu tidak akan mempercayainya. Bahkan muridmurid tertua dari padepokan inipun tidak akan mempercayainya. Tetapi itulah kenyataan yang telah terjadi di sini"
"Omong kosong. Jika itu yang terjadi, kenapa kau atau paman Wigati tidak berkata berterus-terang kepada paman Udyana yang sekarang memimpin padepokan ini. Jika dapat dibuktikan, bahwa ada setumpuk harta karun di padepokan ini, maka barulah kami akan
menelusuri kebenaran dongengmu itu. Tetapi jika tidak, maka semuanya itu hanyalah omong kosong saja. Omong kosong yang akan kalian
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pergunakan sebagai alasan untuk menguasai padepokan yang tumbuh semakin besar ini"
Orang itu tertawa. Katanya "Terserah saja atas tanggapanmu. Tetapi itulah kenyataannya. Karena itu, kau tidak perlu bersusah payah ikut mempertahankan padepokan ini. Jika kau minggir, maka kau justru akan berpengharapan.
Ki Wigati tentu tidak akan melupakanmu. Kau akan mendapat kedudukan yang baik kelak, serta ikut menikmati harta karun yang tentu akan kami ketemukan di padepokan ini.
"Tidak, Ki Winenang. Aku tidak mudah percaya dengan
dongeng-dongeng yang menyebarkan fitnah seperti itu.
Karena itu, maka jika kau berniat untuk meneruskan
rencanamu bersama paman Wigati menguasai padepokan ini, maka aku akan mempertahankan sejauh dapat kau lakukan"
Ki Winenang menarik nafas panjang. Ketika ia memperhatikan keadaan disekelilingnya, maka pertempuranpun berlangsung dengan sengitnya. Namun
ketajaman penglihatannya, dapat menangkap isyarat, bahwa murid-murid Ki Margawasana memang memiliki kelebihan dari murid-murid Ki Wigati. Ki Winenang sempat melihat salah seorang kepercayaan Ki Wigati yang bertubuh raksasa
bertempur melawan seorang cantrik di padepokan Ki Udyana itu" Anak muda itu namanya Murdaka" desis Wikan.
Ki Winenang terkejut. Dengan gagap iapun menyahut "Ya.
Ya. Namanya Murdaka. Ia seorang anak muda yang berilmu tinggi"
"Lawannya yang bertubuh raksasa itu tidak akan dapat mengalahkannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Winenang mengerutkan dahinya. Namun ia masih
berharap bahwa putut yang bertubuh raksasa itu akan dapat mengalahkan lawannya.
"Anak muda" berkata Ki Winenang "Aku masih memberimu kesempatan untuk menyingkir dari medan"
"Tidak, Ki Winenang. Aku tidak akan menyingkir"
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
" Tentu saja menghentikanmu"
"Kau" Kau akan menghentikan aku?"
"Ya" "Anak muda. Aku sudah pernah bertemu lebih dari seribu orang yang sangat sombong. Tetapi tidak ada yang
kesombongannya menyamai kesombonganmu. Bahwa kau
akan melawanku itu, bukankah itu satu lelucon yang tidak ada duanya di jaman ini"
"Kita akan melihat sejauh mana lelucon ini akan menjadi kenyataan"
"Bagus. Dengan satu ayunan tangan, maka kau akan mati"
Wikanpun segera mempersiapkan diri. Ia sadar, bahwa
lawannya adalah seorang yang berilmu tinggi. Tetapi sebagai murid bungsu Ki Margawasana yang sudah tuntas, maka
Wikan akan menjajagi kemampuan lawannya yang berambut putih itu.
"Marilah anak muda. Lawan aku yang digelari orang Alap-alap Perak"
"Alap-alap perak" desis Wikan "jadi kaukah Alap-alap Perak itu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, Apakah tiba-tiba saja aku menjadi ketakutan?"
"Tidak. Bagaimana aku dapat menjadi ketakutan. Nama itu belum pernah aku dengar"
"Bocah edan. Baiklah. Bersiaplah" Keduanyapun kemudian telah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Alap-alap Perak itu memang tidak menduga, bahwa anak muda ilu ternyata memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Namun Alap-alap Perak adalah orang yang selain memiliki ilmu yang tinggi, ia juga memiliki pengalaman yang sangat luas. Karena itu, maka Alap-alap Perak itupun dengan cepat meningkatkan ilmunya.
Keduanyapun segera terlibat dalam pertempuran yang
sangat seru. Keduanya telah semakin meningkatkan ilmunya ketataran yang lebih tinggi.
Demikianlah, maka pertempuran itupun telah menyala di mana-mana. Namun dimana-mana segera terlihat, bahwa para murid Ki Wigati sulit untuk dapat mengimbangi kemampuan murid-murid Ki Margawasana. Bahkan dalam pertempuran antara kelompok-kelompok di sela-sela bangunan-bangunan yang berada di padepokan itu, meskipun jumlah murid-murid Ki Wigati dalam kelompok itu lebih banyak, tetapi mereka tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Mereka mulai
melangkah surut ke arah induk pasukan mereka yang
bertempur di halaman. Ketika ada beberapa orang yang berhasil mencapai pagar bambu yang kokoh, yang membatasi barak para murid
perempuan dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu, maka mereka yang bertugas melindungi barak para mentrik itupun segera mengusir mereka, sehingga-merekapun segera bergeser kembali ke induk pasukan mereka.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah bahwa keseimbangan pertempuran itu
sudah menjadi semakin nyata. Para murid Ki Margawasana semakin menguasai medan.
Ki Wigati yang bertempur melawan Ki Udyana dan nyi
Udyanapun menjadi semakin terdesak pula. Sebenarnyalah salah seorang saja diantara keduanya, tidak akan segera dapat ditundukkan oleh Ki Wigati. Tetapi Ki Udyana dan Nyi Udyana masih menghormati paman gurunya, sehinggga
mereka menghadapinya berdua. Dengan demikian, jika Ki Wigati tidak dapat memenangkan pertempuran itu, ia tidak akan merasa sangat terhina, bahwa ia dapat dikalahkan oleh murid. saudara seperguruannya dalam pertempuran seorang melawan seorang. Tetapi jika mereka bertempur berdua, maka Ki Wigati baru dapat dikalahkan oleh dua orang yang bertempur berpasangan.
Berbeda dengan Ki Wigati, maka Ki Udyana membiarkan
Wikan bertempur seorang diri. Mereka tidak mengenal orang berambut putih itu. Karena itu, maka mereka tidak perlu harus menghormatinya dan menjaga perasaannya jika ia merasa terhina oleh kekalahan itu.
Sebenarnyalah murid bungsu Ki Margawasana itu adalah seorang murid yang seakan-akan telah memiliki apa saja yang dmiliki oleh gurunya. Meskipun pengalaman Wikan tidak seluas Ki Margawasana, namun Ki Margawasana telah memberikan wawasan yang sangat luas kepada Wikan. Justru karena Wikan
adalah murid bungsunya,
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maka seakan-akan segalagalanya telah dituangkan kepadanya.
Bahkan Ki Margawasana yang menguasai beberapa aliran ilmu dari beberapa perguruan itu, telah menjadikannya bahan pembanding dan bahkan mampu mengisi kekurangan pada
aliran ilmunya sendiri. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian, maka ilmu Wikanpun benar-benar telah matang dalam usianya yang masih muda itu. Apalagi Wikan sendiri telah dengan tekun menempa dirinya di dalam
sanggar. Sanggar tertutup dan sanggar terbuka. Bahkan alam dan lingkungannyapun telah dijadikannya sebuah sanggar raksasa untuk mematangkan ilmunya itu.
Karena itu, maka Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak itu menjadi heran, bahwa lawannya yang sangat muda itu mampu mengimbangi ilmunya.
Sementara itu, Ki Rantam dan Ki Sindupun sangat sulit untuk dihentikan. Mereka bergerak dengan kecepatanyang sangat tinggi. Bahkan mereka sempat bergerak di dekat lingkaran pertempuran antara Wikan dengan Alap-alap Perak.
Namun Ki Ramtam dan Ki Windu sama sekali tidak
mencemaskan Wikan, meskipun mereka sadari, bahwa lawan Wikan adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, serta memiliki pengalaman yang luas.
Tetapi pertempuran disekitar Ki Winenang itu agaknya mempengaruhinya pula. Bahwa para murid Ki Wigati
mendapat tekanan yang sulit diatasi, telah membuat Ki Winenang menjadi berdebar-debar. Apalagi lawannya yang masih muda itu semakin lama menjadi semakin garang.
Geraknya menjadi semakin cepat. Unsur gerakannya menjadi semakin lengkap pula. Rasa-rasanya sulit untuk mencari lubang-lubang kelemahan anak muda itu, sehingga dengan demikian, maka Ki Winenang itu merasa sangat sulit untuk menembus pertahanan Wikan.
Tetapi itu bukan berarti bahwa serangan Ki Winenang sama sekali tidak dapat mengenainya. Ketika kaki Ki Winenang itu menyusup pertahanannya dan mengenai dadanya, Wikan
telah terlempar beberapa langkah surut. Namun dengan sekali http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melingkar berguling di tanah, maka iapun segera melenting bangkit.
Tetapi Ki Winenang tidak melepaskannya. Demikian Wikan berdiri tegak, Ki Winenang itupun telah meluncur seperti anak panah. Kedua kakinya, terjulur lurus mengarah ke dada.
Wikan sempat melihat serangan itu. Karena itu, maka iapun segera merendahkan dirinya, sehingga tubuh Ki Winenang itu seakan-akan melayang di atasnya.
Namun Wikanlah yang kemudian memanfaatkan kesempatan itu. Demikian kedua kaki Ki Winenang menyentuh tanah, maka Wikanlah yang telah meloncat menyerangnya.
Sambil meloncat, tubuh Wikan itupun berputar. Kakinya terayun mendatar, menghantam kening Ki Winenang.
Ki Winenanglah yang terpelanting. Kemudian jatuh
berguling. Tetapi Ki Winenang itupun dengan cepat pula bangkit.
Demikianlah keduanya telah terlibat dalam pertempuran yang semakin sengit. Wikan yang masih muda itu, memiliki tubuh yang kokoh, kuat dan mampu bergerak sangat cepat.
Tetapi lawannya yang sudah berambut putih itu memiliki kematangan ilmu serta pengalaman yang sangat luas.
Sementara itu di tengah-tengah halaman di depan
bangunan utama padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu, Ki Wigati bertempur dengan sengitnya melawan Ki Udyana yang bertempur bersama Nyi Udyana. Kedua pihak telah meningkatkan
ilmu mereka semakin tinggi. Namun semakin terasa bahwa Ki Wigati mengalami tekanan yang semakin berat. Ternyata bahwa Ki Udyana dan Nyi Udyana
benar-benar telah memiliki kemampuan ilmu sebagaimana Ki Margawasana sendiri.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sepasang suami istri itu masih tetap menghormati paman gurunya, sehingga mereka menghadapinya bersama-sama agar tidak menumbuhkan kesan merendahkannya.
Sementara itu, pertempuran yang tersebar di mana-mana mulai menunjukkan bahwa murid-murid Ki Margawasana
memang memiliki kelebihan dari murid-murid adik seperguruannya. Kesungguhan Ki Margawasana memimpin
padepokannya yang kemudian dilanjutkan oleh Ki Udyana dan Nyi Udyana, ternyata tidak sia-sia. Ketika datang bahaya yang tiba-tiba saja menerkam padepokannya, mereka bukan saja dengan
sepenuh hati berusaha mempertahankan padepokannya, namun mereka juga mempunyai bekal yang cukup memadai.
Memang tidak semua cantrik memiliki tingkat penguasaan ilmu yang setingkat. Tetapi Ki Udyana telah membagi
kelompok-kelompok perlawanan yang merata, sehingga
seolah-olah para cantrik di perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu memiliki ilmu yang-setingkat pada tataran yang tinggi.
Dengan demikian, maka kelompok-kelompok murid Ki
Wigati kadang-kadang terkejut menghadapi murid-murid dari Ki Margawasana yang mereka ketahui, kakak seperguruanmu dari guru mereka.
Semakin lama lingkungan arena pertempuranpun menjadi semakin menyempit. Para murid Ki Wigati yang telah
menyusup diantara barak-barak yang ada di padepokan itu, telah menjadi semakin terdesak. Mereka semakin bergeser surut mendekati induk pasukan mereka yang bertempur di halaman bangunan utama.
Mereka yang diharap oleh Ki Wigati menjadi ujung tombak dari serangan mereka untuk menguasai lingkungan yang luas http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di padepokan itu, ternyata telah gagal. Apalagi dukungan saudara-saudara seperguruan mereka tidak segera datang.
Sehingga mereka merasa seakan-akan mereka telah dilepas di lebatnya hutan yang penuh dengan binatang buas.
Sebenarnyalah bahwa rencana Ki Wigati telah gagal. Muri-muridnya tidak segera berhasil menembus pertahanan para cantrik di padepokan yang diserangnya. Menurut rencananya, mereka akan segera datang membantu saudara-saudara
seperguruan mereka yang telah lebih dahulu menerobos disela-sela bangunan-bangunan yang ada di padepokan itu.
Justru karena itu, maka murid-muridnya yang telah
mendahului menerobos masuk itu telah mengalami kesulitan.
Mereka semakin terdesak dan bahkan akhirnya merekapun telah mengalir kembali ke induk pasukan mereka.
Ki Wigati yang bertempur melawan Ki Udyana dan isterinya, masih sempat melihat kegagalan rencananya itu. Karena itu, maka Ki Wigatipun segera meloncat surut untuk mengambil jarak sambil berteriak "Menyebarlah. Kuasai setiap jengkal tanah di padepokan ini. Di lingkungan padepokan ini terdapat kandungan yang tidak ternilai harganya"
Ki Udyana yang tidak memburu Ki Wigati, bahkan justru memberi kesempatan kepada paman gurunya itupun bertanya
"Kandungan apakah yang paman maksud?"
"Persetan kau Mina. Aku akan segera menghancurkan kau berdua. Kemudian aku akan membunuh semua cantrik di
padepokan ini yang tidak mau tunduk kepada perintahku"
Ki Udyana itupun masih juga bertanya "Kandungan yang paman maksudkan itukah yang telah mendorong paman untuk menguasai padepokan ini?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Wigati tidak menjawab. Tetapi iapun segera meloncat menyerang Ki Udyana dengan garangnya.
Ki Udyana yang selalu waspada itu tidak mengalami banyak kesulitan untuk menghindar. Bahkan Nyi Udyanalah yang kemudian telah meloncat menyerang. Justru Ki Wigatilah yang kurang cepat menghindari serangan Nyi Udyana, sehingga tangan Nyi Udyana yang terjulur itu sempat mengenai bahu Ki Wigati.
Ki Wigati terdorong surut beberapa langkah. Namun iapun dengan cepat melenting. Kakinya terjulur mengarah ke lambung.
Nyi Udyana sempat meloncat kesamping. Kedua sikunya
dipergunakannya untuk menangkis serangan paman gurunya.
Ketika benturan itu terjadi, Nyi Udyana tergetar selangkah surut. Namun kaki Ki Wigatipun terdorong sehingga Ki Wigati itupun bergeser pula setapak.
Dalam pada itu, Murdakapun telah berhasil mendesak
lawannya. Murdaka yang telah tuntas dan bahkan sudah siap untuk meninggalkan padepokan itupun bertempur dengan garangnya.
Lawannya, yang mengaku bernama Putut Permana,
ternyata tidak mampu menundukkan Murdaka. Bahkan
semakin lama Putut Permana itupun menjadi semakin
terdesak. Meskipun demikian Putut Permana itu masih saja
menggeram " Minggirlah. Aku ingin bertemu langsung dengan Mina. Aku ingin menunjukkan kepadanya, bahwa murid-murid Ki Wigati memiliki ilmu yang lebih tinggi dari murid-murid Ki Margawasana"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murdaka tidak menjawab. Tetapi ia justru meningkatkan serangan-serangannya, sehingga Putut Permana itupun
menja-di semakin terdesak pula.
"Bocah edan. Baiklah. Bersiaplah"
Keduanyapun kemudian telah terlibat dalam pertempuran yang sengit. Alap-alap Perak itu memang tidak menduga, bahwa anak muda itu ternyata memiliki ilmu yang sangat tinggi.
Dalam pada itu, para murid Ki Wigatipun semakin
mengalami kesulitan. Ki Wigati tidak dapat menghindari kenyataan itu. Beberapa orang muridnya sudah jatuh menjadi korban. Semakin lama semakin banyak. Sementara itu, Ki.
Wigatipun tidak pula dapat mengingkari kenyataan tentang dirinya sendiri. Bahkan Ki Wigati itupun akhirnya menyadari, bahwa sebenarnya Ki Udyana dan isterinya itu tidak perlu bertempur bersama-sama untuk menghadapinya.
Kenyataan-kenyataan itulah yang telah membuat Ki Wigati sangat gelisah.
Ketika Ki Wigati berusaha untuk melihat keadaan Ki
Winenang, maka Ki Udyana dan Nyi Udyanapun telah
memberinya kesempatan pula. Dibiarkannya Ki Wigati
mengambil jarak. Sementara itu, Ki Winenang bertempur seperti orang
mabuk. Bahwa ia tidak segera dapat mengalahkan anak yang masih sangat muda itu telah membuat perasaannya menjadi kacau. Marah, bingung, heran dan berbagai macam perasaan berbaur di dadanya.
"Anak iblis" geram Ki Winenang yang hampir kehilangan akal "Aku akan meluluhkan tubuhmu jika kau masih tetap melawanku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita berada di medan, Ki Winenang. Lakukan apa yang dapat kau lakukan"
Ki Winenang menggeram. Namun dalam pada itu, Ki Winenang itupun sempat melihat Putut Permana semakin terdesak. Lawannya, Murdaka,
memang memiliki beberapa kelebihan dari lawannya. Bahkan Putut Permana itu seakan-akan tidak lagi mempunyai
kesempatan untuk menyerang. Beberapa kali seranganserangannya tidak mampu menembus pertahanan Murdaka.
Bahkan setiap kali serangannya telah dibalas dengan serangan pula.
Meskipun kedua orang itu memiliki ilmu dari sumber yang sama, namun agaknya ilmu Murdaka lebih matang dari ilmu Putut Permana. Bahkan unsur-unsur gerakan yang dimiliki Murdaka, meskipun sembernya sama, namun lebih beragam dan mempunyai watak yang lebih jelas.
Dengan demikian, maka Putut Permana yang merasa
ilmunya mampu mengimbangi ilmu Ki Udyana itu, menjadi semakin kesulitan.
Karena itu, maka akhirnya Putut Permana itu sampai pada satu keputusan untuk mempergunakan ilmu puncaknya.
Sebagai salah seorang putut dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Wigati, maka Putut Permana memang telah memiliki ilmu pamungkas yang tumurun lewat Ki Wigati.
Karena itu, dalam keadaan yang teredsak, maka Putut
Permana itupun tidak mempunyai pilihan lain. Iapun segera meloncat surut untuk mengambil jarak. Namun kemudian Putut Permana itupun berdiri tegak. Ketika ia menarik satu kakinya sedikit kebelakang sambil merendah pada lututnya, maka Murdakapun terkejut.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tunggu" teriak Murdaka.
Tetapi Putut Permana tidak mau mendengamya. Apapun
yang terjadi, ia sudah bertekad untuk melepaskan ilmu puncaknya.
Jantug Murdakapun mehjadi bergetar ketika ia melihat Putut Permana itu dengan tangan yang bersilang didadanya, menyentuh bahu kanan dan bahu kirinya dengan jari jemari tangannya.
Murdaka tidak mempunyai banyak kesempatan. Karena itu, maka dengan cepat iapun melakukan hal yang sama.
Agaknya Putut Permana tidak begitu menghiraukan sumber ilmu lawannya yang sama dengan sumber ilmunya. Tetapi ketika ia melihat Murdaka melakukan hal yang sama
sebagaimana dilakukannya, maka Putut Permana itu agak terkejut juga.
Meskipun demikian, Putut Permana itu tidak mempunyai waktu lagi. Sejenak kemudian, maka Putut Permana itu telah menghentakkan ilmu untuk menyerang Murdaka.
Tetapi Murdaka bergerak cepat pula. Sebelum serangan Putut Permana sampai ke sasarannya, maka Murdakapun telah melepaskan ilmu yang sama pula.
Satu benturan ilmu yang dahsyat telah terjadi. Getar dari benturan ilmu, serta pantulannya, telah meniti kembali, mengenai kedua orang yang telah melontarkannya.
Tetapi ilmu Murdaka memang selapis lebih tinggi dari Putut Permana. Karena itu, maka kekuatan ilmu yang mereka
lontarkan dan saling berbenturan itupun pengaruhnya tidak seimbang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Murdaka terdorong beberapa langkah surut. Namun
Murdaka tidak mampu mempertahankan keseimbangannya,
sehingga Murdaka itupun jatuh terlentang. Tetapi Murdaka masih mampu berusaha untuk bangkit berdiri. Meskipun kedua kakinya masih nampak goyah.
Sementara itu, Putut Permana telah terlempar pula.
Tubuhnya terbanting jatuh dengan derasnya.
Putut Permana itu menggeliat. Tetapi Putut Permana tidak mampu untuk bangkit berdiri. Seisi dadanya rasa.-rasanya telah terbakar. Sementara itu tulang-tulangnya bagaikan berpatahan.
Putut Permana masih sempat melihat Murdaka yang bangkit berdiri dengan kaki yang goyah. Namun ketika Putut Permana itu berusha untuk bangkit, maka ia sudah tidak berdaya lagi: Dua orang saudara seperguruannyapun segera terlari-larian mendekatinya. Keduanyapun kemudian telah memapah Putut Permana untuk dibawa menyingkir dari medan pertempuran.
Sementara itu, beberapa orang saudara seperguruan
Murdakapun telah mengerumuninya. Seorang diantara merekapun segera membantu Murdaka untuk meninggalkan arena pertempuran. Sedangkan yang lainpun segera telah kembali memasuki medan.
Sementara itu, ketika seorang saudara seperguruan
Murdaka yang juga sudah tuntas ilmunya, telah melepaskan ilmun-ya
ula untuk membentur serangan lawannya, seorang
murid Ki Wigati yang sudah mewarisi ilmu puncaknya namun masih belum mapan, maka murid Ki Wigati itupun telah terpelanting pula. Bahkan demikian ia terbanting jatuh, maka iapun langsung menjadi pingsan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, maka keseimbangan pertempuran itupun sudah berubah sama sekali. Perlahan-lahan para murid Ki Margawasana telah mendesak para murid Ki Wigati kearah pintu gerbang.
Sementara itu, Ki Winenangpun masih belum mampu
menundukkan Wikan yang bertempur dengan garangnya.
Kemudaannya telah membuat nampak semakin perkasa.
Dalam pada itu, Ki Rantam dan Ki Windupun telah
melepaskan lawan-lawan mereka pula, karena saudarasaudara seperguruannya telah mampu menangani mereka.
Sementara itu Ki Rantam dan Ki Windu telah berdiri
dibelakang Wikan yang masih bertempur melawan Alap-alap Perak.
Meskipun mereka tidak langsung melibatkan diri, tetapi keberadaan mereka telah membuat Ki Winenang menjadi
berdebar-debar. Dalam pada itu, Ki Wigati sempat memperhatikan
keseimbangan pertempuran. Ia sudah mengorbankan beberapa orang muridnya: Ada yang terbunuh dan ada pula yang terluka cukup parah.
Sementara itu, Ki Wigati itu tidak lagi mempunyai harapan untuk dapat memenangkan pertempuran itu. Bahkan semakin lama pertempuran itu berlangsung, maka korban akan
semakin banyak berjatuhan. Korban yang sudah diketahui akan sia-sia.
Karena itu, maka tiba-tiba saja Ki Wigati itupun meloncat surut untuk mengambil jarak. lapun kemudian berteriak keras-keras "Berhenti bertempur. He, para muridku, berhentilah bertempur. Ambil jarak dari lawan-lawanmu. Aku minta Mina juga menghentikan saudara-saudara seperguruannya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Udyana termangu-mangu sejenak. Namun sambil
mengangkat tangannya iapun berteriak pula "Berhenti.
Berhenti bertempur. Tetapi jangan beranjak dari tempat kalian berdiri. Jangan sarungkan senjata kalian"
Para cantrik dari perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itupun berhenti pula. Tetapi mereka tetap mengacukan senjata mereka.
Wikan juga berloncatan surut. Iapun kemudian berdiri diantara Ki Rantam dan Ki Windu. Sementara itu, Ki Parama berdiri tegak dengan jantung berdebaran. Ketika ia mendengar teriakan itu, ia baru saja membenturkan ilmu pamungkasnya untuk menghentikan serangan-serangan ilmu puncak putut yang bertempur melawannya.
Tetapi Ki Parama tidak tahu, apakah lawannya itu terbunuh atau tidak. Beberapa orang saudara seperguruan lawannya telah membawanya pergi.
Ki Udyana dan Nyi Udyana kemudian berdiri tegak di
hadapan pamannya. Dengan nada ragu Ki Udyana itupun
bertanya "Apa maksud paman menghentikan pertempuran"
"Kau memang keras kepala Mina. Aku sudah menghukummu. Kau harus selalu mengingatnya, bahwa aku dapat menghukummu lebih berat lagi! Sekarang aku masih memaafkanmu. Aku merasa bahwa hukumanku kali ini sudah cukup. Aku akan pergi. Tetapi jika sekali lagi kau berani melawan perintah pamanmu, maka aku benar-benar akan
menghancurkan padepokanmu ini"
"Jadi sekarang paman akan pergi?"
"Ya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitu mudahnya paman keluar dari regol padepokan yang sudah paman rusakkan itu"
"Sudah aku katakan, hukumanmu sudah cukup untuk kali ini. Tetapi jika lain kali kau berani sekali lagi menentang perintahku, maka kau tidak akan aku maafkan lagi"
Ki Udyana termang-mangu sejenak. Sementara itu Nyi
Udyanapun menyahut "Paman tidak perlu memaafkan kami.
Jika paman masih akan menghukum kami, kami persilahkan.
Kami masih tetap siap menjalani hukuman paman itu"
"Aku masih mengingat bahwa kalian adalah murid-murid kakak seperguruanku. Jika saja aku tidak menghormati kakang Margasawana, maka aku akan menuntaskan hukuman atas
kalian" "Kenapa paman tidak melakukannya?" bertanya Nyi
Udyana. Tetapi Ki Udyanapun berkata "Terima kasih atas kemurahan hati paman. Lalu sekarang paman mau apa?"
"Aku akan pulang. Ingat-ingatlah bahwa aku masih tetap mampu menghukum kalian"
Nyi Udyana masih akan menjawab. Tetapi Ki Udyana
menggamitnya sambil berkata "Silahkan paman. Jika paman akan pergi, silahkan pergi. Perintahkan para murid paman untuk membawa kawan-kawannya yang tidak dapat atau tidak mau pergi dari padepokan ini, karena kami tidak akan dapat merawat mereka"
"Setan kau Mina. Aku sudah tahu, bahwa aku harus
membawa mereka pulang"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Wigatipun kemudian telah memerintahkan para muridnya untuk berbenah diri. Mereka akan membawa saudara-saudara seperguruan mereka meninggalkan padepokan itu.
Sementara itu, mataharipun telah melampaui puncaknya.
Sinarnya yang terik, seakan-akan telah membakar udara diatas padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
Padepokan yang baru dilanda oleh pertempuran diantara mereka yang menyadap ilmu dari sumber yang sama.
Beberapa saat kemudian, iring-iringan pasukan .para murid Ki Wigati itupun telah meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana. Iring-iringan yang parah, yang harus mengusung beberapa orang yang terbunuh dan terluka parah.
Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak itupun berjalan disebelah Ki Wigati. Dengan nada tinggi iapun berkata "Inikah kemenangan
yang kau janjikan itu" Aku sudah mempercayaimu. Aku telah mengatakan satu rahasia yang besar yang tersimpan di padepokan yang dipimpin oleh Ki Margawasana itu. Namun ternyata hasilnya hanyalah bualan yang tidak berarti apa-apa"
"Sebaiknya kau diam, Ki Winenang. Aku sudah berusaha dengan sekuat tenaga. Tetapi aku masih salah menilai.
Seharusnya aku tidak meninggalkan sebagian cantrik-cantrikku di padepokan. Seharusnya aku membawa mereka Semuanya"
"Itu hanya akan memperbanyak korban. Kemampuan murid Margawasana memang lebih tinggi dari murid-muridmu. Para putut yang selama ini kau banggakan, tidak dapat berbuat apa-apa menghadapi murid-murid Margawasana. Apalagi
murid-muridnya yang terpercaya. Sedangkan aku sendiri, sulit untuk mengalahkan seorang cantrik yang masih terlalu muda.
Tetapi agaknya murid itu memang memiliki kelebihan dari saudara-saudara seperguruannya"
http://ebook-dewikz.com/
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi aku tidak berputus asa"
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Pada suatu saat. Soalnya hanyalah waktu. Aku akan
menguasai padepokan itu. Aku akan menguasai kandungan yang sangat berharga di padepokan itu"
"Yang sangat berharga itu tentu sudah dipindahkannya"
"Mereka tidak tahu, bahwa ada yang berharga di bawah padepokan mereka"
Ki Winenang terdiam. Ia sudah terlanjur menceriterakannya kepada anak muda yang tidak diduganya berilmu sangat tinggi itu. Tetapi Ki Winenang tidak mengatakannya.
Meskipun demikian, Ki Winenang sudah kehilangan harapan untuk dapat menemukan harta karun itu dibawah padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu.
"Anak muda itu tentu akan mengatakannya kepada
pemimpin padepokan itu" berkata Ki Winenang didalam
hatinya "atau bahkan para murid tertua yang diserahi memimpin
padepokan itu akan segera menemui Ki Margawasana untuk menanyakan kebenaran ceritera tentang harta karun itu"
Ki Winenang itu menarik nafas panjang. Meskipun tidak sepenuhnya benar, namun bahwa ada harta di padepokan itu, menurut Ki Winenang adalah benar. Tetapi asal usul harta benda itu tidak sebagaimana dikatakannya kepada anak muda yang berilmu tinggi itu.
Ki Winenang dan Ki Wigati itupun kemudian saling berdiam diri
untuk beberapa lama. Mereka berjalan sambil menundukkan kepalanya. Dibelakang mereka adalah iring-http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iringan para cantrik yang letih, terluka dan bahkan ada yang terbunuh.
Pada saat iring-iringan Ki Wigati, Ki Winenang serta murid-muridnya meninggalkan padepokan, maka Ki Udyanapun
segera memimpin para cantrik untuk membenahi padepokan mereka.
Bagaimanapun juga, pertempuran itu telah meninggalkan beberapa orang korban yang gugur di
pertempuran. Selain mereka, beberapa orang telah terluka parah dan yang lain, bahkan hampir semua orang, terdapat goresan-goresan senjata di tubuh mereka.
Meskipun Ki Wigati itu akhirnya menarik diri bersama para muridnya dari padepokan, namun ada juga para cantrik yang menyesali sikap Ki Udyana yang sangat lunak. Seharusnya Ki Udyana bersikap agak keras, sehingga Ki Wigati benar-benar menjadi jera. Tidak seharusnya Ki Udyana membiarkannya saja Ki Wigati pergi melenggang lewat pintu gerbang yang telah dihancurkannya.
"Seharusnya kakang Udyana menahan paman Wigati" desis seorang cantrik.
"Untuk apa?" "Kalau perlu malah bersama orang berambut putih itu.
Mereka dipaksa pergi menghadap guru di tempat pengasingan dirinya. Ki Wigati harus minta ampun kepada guru dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi"
"Kakang Udyana tentu tidak akan sampai hati melakukannya. Bahkan mungkin gurupun akan marah kepada kakang Udyana jika ia memperlakukan paman guru seperti itu"
"Guru adalah orang baik. Kakang Udyanapun mewarisi sifat baiknya itu. Tetapi tentu tidak harus bersikap terlalu baik, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena sikap yang terlalu baik akan dapat merugikan diri sendiri pula pada akhirnya"
Saudara seperguruannya mengangguk-angguk. Tetapi ia
tidak menjawab lagi. Ketika seorang cantrik menyampaikan perasaan kecewanya kepada Wikan atas sikap Ki Udyana, maka Wikanpun ternyata sependapat "Paman seharusnya tidak bersikap terlalu lemah.
Pada hal paman Wigati masih saja bersikap sombong justru pada saat ia akan melarikan diri. Nanti aku akan bertanya kepada paman, kenapa paman memperlakukan paman Wigati begitu lunak"
"Seandainya orang berambut putih itu harus ditangkap, maka kami sudah siap melakukannya. Wikan, aku dan adi Windu" desis Ki Rantam yang menyaksikan langsung
pertempuran antara Wikan melawan orang berambut putih itu
"Ia memang seorang berilmu tinggi. Tetapi kami beriga yakin akan dapat menangkapnya hidup-hidup"
Tetapi segala sesuatunya sudah terlanjur terjadi. Ki Wigati dan Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak itu sudah berlalu.
Namun para cantrik di perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu mash sibuk. Mereka mengumpulkan saudara-saudara seperguruan mereka yang terluka parah. Bahkan ada juga diantara para cantrik yang gugur dalam pertempuran itu.
Ketika malam turun, seisi padepokan itu masih sibuk, sehingga Wikan masih belum sempat menemui pamannya dan bertanya tentang sikapnya yang sangat lunak itu.
Menjelang tengah malam, maka para cantrik yang letih itupun telah beristirahat, selain mereka yang bertugas. Untuk sementara pintu gerbang yang rusak itu hanya sekedar di beri http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
palang dengan potongan-potongan bambu yang dikat dengan ijuk.
Bagaimanapun juga para cantrik yang bertugas menjadi sangat berhati-hat. Mereka menganggap bahwa paman guru mereka serta orang berambut putih itu orang-orang yang licik, yang dapat berbuat apa saja di luar dugaan.
Karena itu, maka para cantrik yang bertugas mengawasi dengan ketat bukan saja gerbang yang tidak berdaun pintu, tetapi juga sekeliling padepokan.
"Mungkin saja mereka akan merayap kembali seperti laku seorang pencuri di malam hari" berkata seorang diantara para cantrik itu.
Para cantrik yang lainpun mengangguk-angguk pula.
Selain bertugas mengawasi keadaan, para cantrik itupun bertugas pula merawat saudara-saudara mereka yang terluka parah. Para mentrikpun telah mendapat petunjuk khusus, bagaimana mereka harus memperlakukan saudara-saudara mereka yang terluka oleh Nyi Udyana.
Demikianlah, di pagi harinya, maka para cantrik di
padepokan itupun telah menyelenggarakan pemakaman bagi para cantrik yang gugur dalam pertempuran mempertahankan padepokan mereka. Keluarga para cantrik yang terjangkau dan sempat dihubungi, telah berdatangan. Meskipun mereka menyatakan melepas keluarga mereka dengan ikhlas, namun air mata merekapun meleleh juga di pipi. Lebih-lebih ibu kakak serta adik perempuan mereka.
Ki Udyana ketika melepas para cantrik yang gugur untuk dibawa ke makam, telah minta maaf pula kepada keluarga mereka. Anak, adik atau kakak yang berada di padepokan itu, berniat untuk menuntut ilmu. Namun ternyata mereka harus http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengorbankan nyawa mereka bagi padepokan tempat mereka menuntut ilmu.
Hari itu adalah hari yang kelabu bagi padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Isak, kecewa, penyesalan berbaur dengan pernyataan keikhlasan bukan saja dari keluarga mereka yang gugur, tetapi juga saudara-saudara Seperguruan mereka.
Tetapi perasaan kecewa dan penyesalan yang mendalam
dari para cantrik di padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu sedikit terhibur, karena mereka tahu, bahwa korban yang harus diberikan oleh perguruan yang dipimpin Ki Wigati itu jauh lebih banyak lagi.
"Bukan karena kami berhasil membunuh lebih banyak
orang. Tetapi bahwa hukuman itu harus mereka tanggungkan karena kesalahan yang telah mereka lakukan"
Dimalam berikutnya, setelah segala sesuatunya diselesaikan sebagaimana seharusnya, Wikan berniat untuk menghadap pamannya dan menanyakan sikap pamannya itu.
Tetapi ketika ia masuk ke ruang dalam bangunan utama padepokannya serta melihat pamannya duduk tepekur, serta bibinya yang masih mengusap matanya yang basah, niatnya, itupun di urungkan. Meskipun Wikan itupun kemudian duduk pula di ruang dalam, tetapi ia sama sekali tidak bertanya tentang sikap pamannya terhadap Ki Wigati.
Namun rasa-rasanya Ki Udyana itu dapat membaca suara hati Wikan. Karena itu, setelah Wikan duduk di sebelah bibinya, Ki Udyana itupun berkata "Banyak diantara para cantrik yang tidak mengerti kenapa aku membiarkan paman Wigati pergi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan memandang pamannya sekilas. Namun Wikanpun
kemudian menunduk sambil berterus-terang "Ya, paman. Aku juga tidak mengerti, begitu mudahnya paman Wigati pergi dari padepokan ini setelah ia membunuh beberapa orang saudara seperguruan kami"
"Wikan. Semula bibimu juga bertanya-tanya" berkata Ki Udyana selanjutnya "Tetapi akhirnya bibimu sependapat bahwa kita memang harus melepaskan paman Wigati. Paman Wigati adalah adik seperguruan guru kita. Karena itu kita harus menghormatinya. Sementara itu, jika kita memaksakan kehendak kita, maka pertempuran tentu akan berlangsung lebih lama lagi. Korban yang jatuh tentu akan lebih banyak.
Demikian pula saudara-saudara kita di padepokan ini.
Bukankah kita tidak menginginkannya, Wikan. Dari pada kita menambah korban untuk menuruti perasaan marah kita, maka aku memutuskan untuk membiarkan paman pergi, Wikan.
Bahkan aku sendiri semula juga tidak ingin membiarkan paman pergi begitu saja. Tetapi ketika aku melihat korban yang diusung menepi dan bahkan masih ada yang terbaring dibawah kaki mereka yang sedang bertempur, telah merubah pikiranku. Aku merasa lebih baik membiarkan paman pergi.
Dengan demikian, maka kita tidak akan ada lagi korban yang akan jatuh. Sedangkan apa yang dikatakan oleh paman pada saat ia akan meninggalkan padepokan, sama sekali tidak aku dengarkan, agar hatiku tidak menyala lagi"
Wikan menarik nafas panjang.
"Wikan. Jika pertempuran itu berlanjut, maka dua tiga orang saudara seperguruan kita tidak akan kita jumpai lagi malam ini, menyusul mereka yang telah menjadi korban lebih dahulu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah menurut paman, paman Wigati benar-benar
merasa jera sehingga tidak akan datang lagi kemari?"
"Aku akan menemui guru. Aku akan minta pertimbangan
guru apa yang sebaiknya aku lakukan menghadapi sikap paman Wigati"
"Menurut pendapatku, ada dua kemungkinan yang dapat
terjadi paman. Paman Wigati menjadi jera, atau paman Wigati justru mendendam"
"Wikan. Dalam benturan kekerasan kali ini, para murid paman Wigati banyak yang menjadi korban. Jauh lebih banyak dari saudara-saudara kita di padepokan ini. Mudah-mudahan hal itu membuat paman Wigati menjadi jera"
"Tetapi agaknya orang yang berambut putih, yang bernama Ki Winenang dan bergelar Alap-alap Perak itu akan dapat menggelitik paman Wigati untuk datang lagi. Bahkan mungkin paman Wigati akan datang bersama dengan perguruan lain"
"Kenapa kau berpendapat seperti itu"
"Menurut Ki Winenang, di bawah padepokan ini terdapat harta karun yang sangat banyak"
"He?" Sementara itu Nyi Udyanapun dengan serta-merta bertanya pula "Apa yang dikatakannya, Wikan?"
Wikan menarik nafas panjang. Meskipun dengan agak ragu, maka iapun kemudian mengatakan sebagaimana dikatakan oleh Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak.
Ki Udyana dan Nyi Udyana mendengarkannya dengan
saksama. Kata demi kata. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian Wikan selesai, maka Nyi Udyanapun berdesis
"Kami yang tua-tua ini tidak pernah mengetahuinya. Bahkan mendengarpun tidak. Jika peristiwa yang dikatakan itu terjadi sekitar lima belas tahun yang lalu, maka aku tentu sudah berada di padepokan ini. Demikian pula pamanmu, Wikan"
"Ya. Ki Winenang itu tentu hanya memfitnah. Tetapi bahwa ia menyebut harta karun yang terpendam di padepokan ini, tentu ada maksudnya. Mungkin bukan harta yang sebenarnya.
Bukan emas, perak atau intan dan berlian. Tetapi ada sesuatu yang berharga di padepokan ini" sahut Ki Udyana.
Wikan mengangguk-angguk. Katanya "Mungkin paman
benar. Di padepokan ini tentu dianggapnya ada sesuatu yang sangat berharga, meskipun bukan harta benda yang
sebenarnya" "Jika demikian, kita harus segera menemui guru" sahut Nyi Udyana.
"Ya. Besok kita akan berbicara dengan adi Parama, adi Rantam dan adi Windu. Kita akan mengajak salah seorang dari mereka untuk mengantar kita ke tempat tinggal guru"
"Paman. Apakah aku boleh ikut?"
"Sebaiknya kau tinggal di padepokan Wikan. Kau bantu kakakmu yang akan aku serahi memimpin padepokan ini pada saat aku pergi menghadap guru"
Sebenarnyalah bahwa Wikan menjadi agak kecewa. Sudah lama ia ingin pergi menghadap gurunya. Tetapi nampaknya, ia masih harus menunggu.
Tetapi Wikan tidak membantah. Ia tahu, bahwa padepokan itu tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Jika paman dan bibinya serta seorang dari kakak seperguruannya yang http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu pamannya memimpin padepokan tidak berada di tempat, maka sebaiknya ia memang tidak pergi.
"Mungkin esok lusa kami akan pergi, Wikan. Menurut
pendapatku semakin cepat, semakin baik"
"Ya, paman. Segala sesuatunya akan segera menjadi jelas"
Untuk beberapa saat Wikan masih berbincang dengan
paman dan bibinya. Namun kemudian Wikanpun minta diri untuk beristirahat.
Sepeninggal Wikan, Ki Udyana dan Nyi Udyana masih
berbicara tentang harta karun itu. Bahkan Ki Udyanapun telah teringat pula kata-kata Ki Wigati kepada murid-muridnya, agar mereka segera menguasai seluruh padepokan. Karena
dibawah padepokan ini terdapat kandungan yang tidak ternilai harganya.
"Kau ingat kata-kata paman Wigati itu?" bertanya Ki Udyana kepada Nyi Udyana.
"Ya, kakang. Agaknya memang ada sesuatu yang dicari.
Bukan sekedar ingin memiliki, menguasai dan memimpin padepokan ini. Mungkin yang dimaksud benar-benar harta benda sebagaimana dikatakan oleh Ki Winenang sesuai
dengan keterangan Wikan. Tetapi mungkin pula dalam ujud yang lain. Pusaka atau benda-benda yang dianggap bertuah lainnya"
"Guru akan dapat memberikan keterangan"
"Besok lusa kita akan pergi menghadap guru. Biarlah adi Parama mengantar kita karena ia tahu, dimana guru itu tinggal. Kita akan menyerahkan pimpinan padepokan ini kepada adi Rantam, adi Windu dan Wikan. Meskipun Wikan terhitung muda, bahkan murid bungsu guru, tetapi ia memiliki http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh saudara-saudara seperguruannya"
Demikianlah, dihari berikutnya Ki Udyana dan Nyi Udyana telah berbicara dengan adik-adik seperguruannya yang membantunya memimpin padepokan itu. Kepada Ki Parama, Ki Udyana itupun berkata "Kita pergi untuk dua tiga hari. Kita akan menghadap guru untuk menyampaikan laporan tentang kedatangan paman Wigati serta murid-muridnya. Bahkan seorang berambut putih yang menyebut dirinya Ki Winenang bergelar Alap-alap Perak"
"Baiklah, kakang. Aku akan mengantar kakang esok pagi"
Hari itu Ki Udyana juga menemui adik-adik seperguruannya yang telah menuntut ilmu hingga tuntas. Mereka yang
seharusnya sudah meninggalkan padepokan yang dipimpin oleh Ki Udyana itu. Tetapi ketika awan yang kelabu
menyelubungi padepokan mereka, maka merekapun sepakat untuk menunda kepergian mereka. Mereka sepakat untuk tetap berada di padepokan itu untuk beberapa pekan lagi.
Bahkan ada diantara mereka yang berpendapat, bahwa
mungkin sekali Ki Wigati akan datang lagi, justru akan mengajak perguruan yang lain.
"Paman Wigati tidak menjadi jera. Tetapi ia justru akan datang membawa dendam bersama perguruan yang lain.
Mungkin perguruan orang yang menyebut dirinya Ki Winenang itu" berkata seorang diantara mereka yang sebenarnya sudah dapat meninggalkan padepokan karena sudah menuntaskan masa bergunanya.
"Memang mungkin sekali" sahut Wikan "Kita memang harus tetap berhati-hati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnyalah sesuai dengan rencana, maka dikeesokan harinya Ki Udyana dan Nyi Udyana telah meninggalkan
padepokan. Ia berpesan mawanti-wanti kepada mereka yang ditinggalkannya untuk tetap berhati-hati. Banyak kemungkinan dapat terjadi.
"Ya, kakang" jawab Ki Rantam "Kami akan menjaga
padepokan ini dengan baik"
Kepada Wikan Nyi Udyanapun berpesan "Awasi para
mentrik. Jaga pula Tatag dengan baik"
"Ya, bibi" sahut Wikan.
Ki Udyana dan Nyi Udyanapun telah minta diri kepada
semua penghuni padepokan. Nyi Udyanapun telah berpesan dengan
sungguh-sungguh kepada murid-murid perempuannya, agar mereka berbuat sebaik-baiknya sebagai murid perguruan yang dipimpin oleh Ki Udyana.
"Jangan nodai nama perguruan ini dengan cara apapun
juga" pesan Nyi Udyana.
"Ya, guru" jawab para mentrik itu.
"Tanjung adalah kakak tertua diantara kalian. Ikuti
petunjuk-petunjuknya. Bantu ia merawat anaknya yang
nakalnya bukan main itu. Jangan tirukan kalau ia menangis"
Para murid perempuan itu tertawa. Mereka tahu, bahwa Tatag menjadi sangat marah kalau ada seseorang yang
menirukan tangisnya. Nyi Udyanapun tersenyum pula. Diciumnya anak yang
diakunya sebagai cucunya itu sambil berkata "Jangan
membuat ibumu pusing ngger"
Tatag itu tertawa. Seakan-akan ia tahu pesan yang
diucapkan oleh neneknya itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, maka Ki Udyana dan Nyi Udyana diantar oleh Ki Parama telah meninggalkan padepokannya menuju ke
padukuhan Gebang. Jika Ki Margawasana tidak berada di Gebang, maka mereka harus ke Bukit Jatilamba. Namun jarak antara Jatilamba dan Gebang tidak begitu jauh.
Tetapi tidak sebagaimana kepergian Ki Margawasana ke Gebang beberapa waktu yang lalu. Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Parama tidak menempuh perjalanan ke Gebang dengan berjalan kaki. Tetapi untuk menghemat waktu, maka
merekapun menempuh perjalanan mereka dengan berkuda.
Dengan demikian mereka akan dapat menghemat waktu
perjalanan lebih dari separonya.
Pagi-pagi selagi sinar matahari masih belum menyusup dedaunan dan jatuh di tanah, tiga ekor kuda berlari dengan kencang meninggalkan padepokan menuju ke Gebang.
Ketiga orang itu tidak menemui hambatan yang berarti di perjalanan. Ketika matahari memanjat langit semakin tinggi, maka mereka mulai mempertimbangkan apakah kuda-kuda
mereka itu harus beristirahat.
"Baiklah kita beristirahat sebentar, kakang" berkata Ki Parama.
"Dimana kita dapat beristirahat?"
"Di tanggul kali itu. Kuda-kuda kita dapat minum dah makan rumput segar"
Ketiganyapun kemudian telah berhenti di pinggir sebuah sungai kecil. Mereka menambatkan kuda-kuda mereka di bawah sebatang pohon turi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Parama yang duduk bersandar sebatang pohon yang
rindang, di semilirnya angin yang lembut, diluar sadarnya, matanyapun telah terpejam.
Ki Udyana dan Nyi Udyana yang melihat Ki Parama tertidur itupun tersenyum. Matahari yang semakin tinggi panasnya semakin terasa menyengat. Karena itu, maka duduk dibawah sebatang pohon yang melindunginya dari sengatan sinar matahari, rasa-rasanya memang sulit untuk melawan kantuk.
Apalagi angin berhembus perlahan mengusap wajah mereka.
"Biarkan saja" desis Ki Udyana. Nyi Udyanapun mengangguk-angguk. Namun perhatian merekapun kemudian tertarik pada
sebuah iring-iringan di jalan itu. Seorang laki-laki muda yang menunggang kuda, diringi oleh orang-orang yang pada
umumnya berpakaian bagus dan rapi. Tetapi mereka hanya berjalan kaki.
Ki Udyana dan Nyi Udyana itupun bangkit berdiri. Ketika iring-iringan itu lewat didepan mereka, maka Nyi Udyanapun berdesis " Pengantin laki-laki. Pengamen itu tentu sedang menuju ke rumah Pengantin perempuan"
"Kenapa mereka memilih waktu yang kurang menguntungkan ini. Kenapa tidak tadi pagi sebelum matahari tinggi atau nanti setelah matahari turun. Mereka justru memilih disaat matahari hampir mencapai puncak"
"Bukankah keluarganya memperhitungkan saat terbaik.
Keluarganya tentu memperhitungkan, saat matahari sampai di-mana mereka harus berangkat dari rumah.
"Kau lihat keringat di wajah anak muda yang naik kuda itu.
Kau lihat pula, beberapa orang yang mengiringi itu berjingkat-jingkat saat mereka menginjak jalan yang panas, sehingga http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka harus memilih menginjak rerumputan yang tidak memanasi telapak kakinya.
Nyi Udyana tertawa. Katanya "Ketika kau menikah, kau tidak datang ke rumah dengan naik kuda"
"Waktu itu aku tidak mempunyai kuda. Bahkan kambingpun aku tidak punya"
"Kalau kau punya kambing, apakah kau akan naik
kambing?" Ki Udyana tertawa. Namun suara tertawanyapun segera terputus. Mereka
melihat seorang anak muda yang melarikan kudanya diikuti oleh empat orang berkuda yang lain. Agaknya mereka sedang menyusul iring-iringan pengantin yang berjalan lambat, karena para pengiringnya tidak berkuda.
Ki Udyana dan Nyi Udyana tertegun. Mereka melihat
sesuatu yang kurang wajar akan terjadi.
Sebenarnyalah, kelima orang berkuda itu menghentikan kuda mereka, demikian mereka berhasil menyusul iring-iringan itu. Seorang diantara mereka yang berkuda itupun berkata lantang "Berhenti. Berhentilah"
Iring-iringan itupun segera berhenti. Orang berkuda yang menghentikan iring-iringan itupun kemudian berkata lantang
"Dengarlah baik-baik. Yang akan pergi ke rumah pengantin perempuan bukan anak muda yang dungu itu. Anak muda
yang tidak berani naik kuda sendiri, sehingga kendalinya harus dipegangi oleh orang lain. Tetapi yang akan nienggantikannya adalah kemanakanku. Ia adalah anak muda yang pantas untuk menjadi pengantin laki-laki sore"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang laki-laki bertubuh kekar, yang berjalan di sisi kuda yang ditumpangi pengantin laki-laki sambil memegangi kendalinya itupun menyerahkan kendali kudanya kepada seorang yang lain. Orang yang bertubuh kekar itupun
melangkah mendekati orang berkuda yang menghentikan
iring-iringan itu. "Apa maksudmu?" bertanya orang bertubuh kekar itu.
"Aku sudah mengatakan dengan jelas. Yang akan pergi ke rumah Piyah adalah kemanakanku ini"
"Apa yang kau bicarakan itu" Bukankah sampai pada saat upacara yang akan dilaksanakan sore nanti, sudah dilalui beberapa
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tabap pembicaraan dan upacara-upacara pendahuluan" Anak muda ini sudah melakukan berbagai
macam upacara. Sejak datang untuk memperkenalkan diri, nontoni asok tukon sampai upacara yang kcniarin dilakukan adalah padusan. Hari ini pengantin itu akan melakukan upacara nikah dan temu. Bagaimana mungkin begitu saja diganti oleh orang lain"
"Kami akan menukar berapa beaya yang telah kau
keluarkan untuk melakukan upacara-upacara itu"
"Soalnya bukan berapa banyak beaya yang telah kami
keluarkan. Tetapi kami sudah melewati tahap-tahap upacara itu sampai pada upacara terakhir yang akan dilakukan hari ini.
Bukankah tidak mungkin untuk begitu saja digantikan oleh orang lain" Keluarga pengantin perempuan tidak akan mau menerima orang lain untuk menjadi suami Piyah yang sudah terlanjur menerima anak muda ini. Piyahpun agaknya sudah mantap pula dengan bakal suaminya itu"
"Tidak akan terjadi gejolak di rumah orang tua Piyah.
Sekarang anak muda itu kembali. Biarlah kemanakanku ini http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang akan berada didalam iring-iringan bersama kami
berempat" "Kenapa kalian tiba-tiba berniat mengganti pengantin laki-laki itu?" bertanya orang bertubuh kekar.
"Kau tidak perlu tahu. Yang penting, Piyah akan menjadi suami kemanakanku"
"Tidak. Aku tidak sependapat. Aku akan tetap membawa calon pengantin laki-laki ini ke rumah Piyah"
"Aku akan memaksa".
Suasanapun menjadi tegang. Sementara itu, anak muda
yang duduk di atas punggung seekor kuda itu hanya duduk diam sambil menundukkan wajahnya.
"Gila orang itu" tiba-tiba saja terdengar gumam di belakang Ki Udyana. Ketika Ki Udyana dan Nyi Udyana berpaling, mereka melihat Ki Parama yang matanya masih agak
kemerah-merahan. "Ternyata kau terbangun juga adi" berkata Ki Udyana
sambil tersenyum. Ki Parama tersenyum pula. Katanya "Udaranya terasa
nyaman sekali dibawah pohon yang rindang itu. Agaknya aku tertidur untuk beberapa saat"
"Ya. Kau memang tertidur"
"Untung aku sempat melihat orang-orang gila yang akan menukar pengantin laki-laki itu dengan orang lain"
"Kita tunggu saja perkembangannya. Jangan kau campuri dahulu, adi"
Tetapi jangan-jangan aku terlambat"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Kau tidak akan terlambat seandainya calon
pengantin itu sungguh-sungguh perlu pertolongan"
Ki Parama menarik nafas panjang.
Dalam pada itu, orang-orang berkuda itupun telah
berloncatan turun. Demikian pula anak muda yang akan menggantikan calon pengantin laki-laki itu.
Sambil bertolak pinggang, salah seorang dari keempat orang berkuda itupun berkata "Waktu kita tidak terlalu lama.
Keluarga Piyah tentu sudah menunggunya. Karena itu, cepat, bawa laki-laki dungu itu pergi"
"Tidak" bentak orang yang bertubuh kekar "Aku adalah pemimpin rombongan pengantar calon pengantin laki-laki ini.
Karena itu aku bertanggung jawab bahwa calon pengantin laki-laki ini akan sampai ke rumah calon pengantin
perempuan. "Jika demikian, kami akan melakukannya dengan paksa.
Kami akan membuat kau dan calon pengantin laki-laki itu pingsan. Aku perintahku semua pengiring lelap berada ditempatnya. Kalian harus mengiringi calon pengantin yang sebenarnya ini sampai ke rumah Piyah dan menunggui sampai upacara serah terima pengantin selesai. Selanjutnya kalian dapal pulang. Segala sesuatunya akan kami se lesaikan dengan orang tua Piyah, sehingga upacara pernikahan sore nanti"
Beberapa orang laki-laki yang berada dalam iring-iringan itupun serentak bergerak dan berdiri di sebelah mcnycbelah orang bertubuh kekar iu. Seorang diantara mereka berkata
"Kami tidak akan mau menjalankan perintahku. Kami akan mempertahankan calon pengantin kami"
Keempat orang yang mengiringi anak muda itupun menjadi marah. Apalagi anak muda yang akan menggantikan
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengantin laki-laki itu. Mereka bcrlimapun kemudian telah menambatkan kuda mereka. Seorang diantara mereka berkata lantang "Jika kalian mencoba melawan, maka kalian tentu akan menyesal. Kalau ada yang terbunuh diantara kalian, sama sekali bukan tanggung jawab kami. Kami sudah
mencoba memperingatkan agar kalian tidak melibatkan diri.
"Kami tidak peduli. Tetapi kami tidak akan membiarkan calon pengantin laki-laki itu digantikan oleh orang lain" berkala orang yang bertubuh kekar.
Namun salah seorang dari orang-orang berkudaitupun
berkata "Bersiaplah. Kami akan memaksa kalian dengan kekerasan.
Sejenak kemudian, perkelahianpun telah terjadi. Ternyata orang yang bertubuh kekar, itu mampu memberikan
perlawanan yang sengit. Namun orang-orang lain yang ikut dalam iring-iringan itu memang tidak banyak berarti bagi kelima orang berkuda itu. sehingga beberapa orang diantara mereka telah terpelanting jatuh. Yang lain bergeser surut menjauhi orang-orang berkuda yang garang itu.
"Nah, kakang" berkata Ki Parama "Bukankah sudah
waktunya untuk melibatkan diri"
Belum lagi Ki Udyana menjawab, mereka terkejut ketika mereka melihat, tiba-tiba saja calon pengantin laki-laki yang sejak semula duduk saja dengan kepala tunduk itu meloncat langsung dari punggung kuda. Tubuhnya berputar seperti gasing. Kemudian iapun tegak berdiri di atas kedua kakinya dengan lunak.
Dengan geram iapun berkata "Siapa yang akan menggantikan aku menjadi calon pengantin laki-laki?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kelima orang berkuda itu tertegun sejenak. Namun
kemudian seorang diantara mereka bertanya "Siapa kau sebenarnya?"
"Aku sudah tahu, bahwa kalian akan melakukan hal ini.
Karena itu, maka akulah yang kemudian menggantikan calon pengantin laki-laki itu. Sedangkan calon pengantin laki-laki yang sebenarnya sudah berada di rumah calon pengantin perempuan itu sejak tadi pagi"
"Iblis kau. Siapa kau sebenarnya?" bertanya anak muda yang akan menggantikan calon pengantin laki-laki itu.
"Aku adalah saudara misan calon pengantin laki-laki itu.
Sekarang, pergilah, jangan ganggu saudara misanku itu, atau kau akan berhadapan dengan aku"
"Setan alas. Kau kira kau ini siapa, he. Jadi atau tidak jadi aku menggantikan calon pengantin laki-laki, tetapi aku ingin mencincang kau disini"
"Jangan sombong. Kita buktikan, siapakah yang akan
mampu mencincang lawannya"
Anak muda yang menjadi sangat kecewa dan marah itu
tidak menunggu lagi. Iapun segera menyerang anak muda yang
berpura-pura menjadi pengantin laki-laki. Pertempuranpun segera berlangsung. Anak muda yang
berpura-pura menjadi pengantin laki-laki itu bersama orang yang bertubuh kekar itu, melawan lima orang berkuda yang ingin mengganti calon pengantin laki-laki itu.
Ternyata kedua orang itupun mampu mengimbangi lima
orang lawannya. Kedua orang itu berloncatan mengambil jarak, namun kemudian merekapun telah bergabung kembali dengan saling membelakangi"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, apakah kau akan turut campur?" bertanya Ki Udyana kepada Ki Parama.
"Tidak kakang. Agaknya anak muda yang pura-pura
menjadi calon pengantin laki-laki itu adalah murid dari Tapak Mega"
"Ya. Yang bertubuh kekar itupun murid perguruan Tapak Mega pula"
"Kelima orang lawannya itu?" desis Nyi Udyana.
Ki Udyana menggeleng. Katanya "Aku tidak segera dapat mengenalinya.
Mungkin perguruan mereka tidak lagi mengajarkan aliran murni dari sebuah perguruan. Atau setidak-tidaknya ciri-ciri dari sebuah perguruan. Sedangkan murid-murid Ki Rina-rina itu masih menunjukkan ciri-ciri perguruan Tapak Mega.
Demikianlah pertempuran itu berlangsung beberapa lama.
Ternyata bahwa kedua orang dari perguruan Tapak Mega itu mampu mengatasi lawan-lawan mereka, sehingga kelima
orang itupun akhirnya berlari meninggalkan arena dan berloncatan ke punggung kuda mereka.
Kedua orang dari perguruan Tapak Mega itu memang tidak mengejar mereka. Mereka membiarkan kelima orang itu
kemudian melarikan kuda mereka seperti di kejar hantu.
Anak muda yang berpura-pura menjadi calon pengantin
laki-laki serta orang yang bertubuh kekar itupun kemudian telah menenangkan para pengiring yang gelisah.
"Nah, bukankah yang terjadi seperti yang telah kami
beritahukan sebelumnya"
"Lalu, sekarang apa yang harus kita lakukan?" bertanya seorang laki-laki yang sudah separo baya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita meneruskan perjalanan. Calon pengantin laki-laki yang sebenarnya itu tentu telah menunggu kedatangan kalian"
"Baiklah" berkata laki-laki separo baya itu "Mudah-mudahan mereka tidak menjadi terlalu gelisah karena kelambatan kita"
"Mudah-mudahan" berkata anak muda yang berpura-pura
menjadi calon pengantin laki-laki itu.
Namun dalam pada itu, sebelum mereka bergerak, Ki
Udyana, Nyi Udyana dan Ki Paramapun telah mendekat.
Dengan lunak Ki Udyanapun berkata "Aku mengucapkan
selamat atas keberhasilan angger mengelabuhi orang-orang itu. ngger"
Anak muda serta orang-orang dalam iring-iringan itu
memandang ketiganya dengan curiga. Namun Ki Udyanapun berkata "Salam buat Ki Rina-rina"
"Darimana Ki Sanak tahu, bahwa kami adalah murid-murid dari perguruan Tapak Mega yang dipimpin oleh Ki Rina-rina"
"Aku mengenal ciri-ciri dari aliran perguruan Tapak Mega ngger"
"Lalu sekarang, apa maksud Ki Sanak"
"Kami tidak mempunyai maksud apa-apa. Kami kebetulan berhenti di pinggir jalan untuk memberi kesempatan kuda-kuda kami minum dan makan. Ternyata di jalan ini lewat iringiringan calon pengantin. Bahkan disusul dengan perselisihan sehingga timbul benturan kekerasan. Kami hanya menonton ngger. Kami tidak berniat apa-apa"
"Benar yang Ki Sanak katakan?"
"Aku mengerti bahwa angger mencurigai orang-orang yang tidak angger kenal seperti kami, karena angger baru saja mengalami perlakuan buruk dari sekelompok orang. Tetapi http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baiklah. Silahkan meneruskan perjalanan. Kami tidak mempunyai kepentingan apa-apa"
"Kalian bukan kawan-kawan dari kelima orang berkuda itu?"
Bukan ngger. Bahkan jika angger tahu, kami ingin bertanya, siapakah mereka itu"
"Sudahlah. Kami tidak mempunyai banyak waktu. Kami
akan meneruskan perjalanan. Yang terjadi hanyalah persaingan antara dua orang anak muda di padukuhan yang sama-sama mencintai seorang gadis. Kebetulan seorang diantara
mereka saudara misanku. Itu saja" Ki Udyanapun mengangguk-angguk. Katanya "Baiklah. Silahkan. Salam buat Ki Rina-rina"
"Siapakah kalian sebenarnya?"
"Kami adalah keluarga dari sebuah perguruan yang
dipimpin oleh Ki Margawasana"
"Ki Margawasana?"
"Ya" "Guru pernah menyebut nama itu. Bahkan beberapa pekan yang lalu, seorang keluarga dari perguruan Ki Margawasana itu datang menemui guru"
"Siapa?" "Namanya Ki Wigati"
"Ki Wigati" Ya. Itu adalah paman guruku"
"Siapa nama Ki Sanak. Jika aku bertemu dengan guru, aku akan menyebutnya. Mudah-mudahan guru mengenal nama
itu" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku Mina. Ini adalah Nyi Mina dan yang seorang lagi adalah adik seperguruanku, Ki Parama"
"Baik. Aku akan sampaikan salam kalian kepada guru.
Sekarang kami minta diri"
"Siapa namamu, anak muda?"
"Namaku Lumintu"
"Baiklah angger Lumintu. Silahkan melanjutkan perjalanan"
"Aku akan menyelamatkan pernikahan yang terganggu ini.
Bukan karena calon pengantin laki-laki itu adalah saudara misanku, tetapi aku merasa wajib membantunya, siapapun orangnya. Calon pengantin laki-laki ini agaknya benar-benar memerlukan bantuan berhadapan dengan seorang yang
mendapat dukungan dari sekelompok orang yang memang
sering mengganggu orang lain"
"Silahkan ngger. Mudah-mudahan untuk selanjutnya tidak ada hambatan apa-apa lagi"
"Aku minta diri"
Anak muda itupun kemudian bersama iring-iringannya telah melanjutkan perjalanan. Tetapi anak muda itu tidak lagi naik kuda. Kuda itu hanya dituntun saja tanpa ada seorangpun yang berada di punggungnya.
Sepeninggal anak muda perhatian Ki Udyana, Nyi Udyana dan Ki Paramapun segera berubah. Dengan sedikit bimbang Nyi Udyanapun berkata "Jadi paman Wigati sudah mencoba menghubungi Ki Rina-rina dari perguruan Tapak Mega"
"Ini menarik, Nyi"
sahut Ki Udyana "Kita harus memberitahukan kepada guru. Agaknya usaha paman Wigati untuk menguasai padepokan kita itu bersungguh-sungguh"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman datang beberapa pekan yang lalu, kakang" berkata Ki Parama "mungkin sebelum paman datang ke padepokan kita"
"Ya. Mungkin sekali"
"Agaknya paman Wigati benar-benar telah termakan oleh fitnah yang dilontarkan oleh orang berambut putih yang menyebut dirinya Ki Winenang bergelar Alap-alap Perak itu.
"Ya. Kita memang harus segera bertemu dengan guru.
Demikianlah, maka ketiga orang itupun segera melanjutkan perjalanan. Iring-iringan calon pengantin yang hanya pura-pura itu sudah menjadi semakin jauh. Di teriknya sinar matahari nampak debu yang putih menghambur di belakang iring-iringan itu.
Ki Udyana, Nyi Udyana dan ki Paramapun segera
meneruskan perjalanan. Kuda-kuda merekapun berlari semakin cepat. Rasa-rasanya mereka ingin segera sampai di Gebang.
Gebang memang sudah tidak terlalu jauh lagi. Lewat
tengah hari mereka memasuki jalan yang langsung menuju ke padukuhan Gebang.
Ketiganyapun kemudian berhenti didepan sebuah regol
halaman yang luas. Dengan nada dalam Ki Paramapun berkata
"Inilah rumah peninggalan dari orang tua guru"
"Rumah yang besar serta halaman yang luas" desis Nyi Udyana "bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun aku menjadi muridnya, namun baru sekarang aku melihat rumah guru yang sebenarnya. Selama ini yang aku kenal hanyalah padepokan kita. Rasa-rasanya padepokan itu pulalah tempat tinggal guru sejak di lahirkan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ternyata rumah peninggalan itu cukup besar. Halamannyapun cukup luas"
"Lebih dari yang dapat kita lihat, kakang" sahut Ki Parama
"tanah milik guru memang luas sekali. Bahkan bukit kecil itu adalah milik leluhur guru. Tetapi agaknya guru kurang berminat terhadap peninggalan yang sangat berharga jika dinilai dengan uang. Hidup guru terasa lebih berarti untuk tinggal di padepokan kita"
Ki Udyana dan Nyi Udyana mengangguk-angguk.
Demikianlah mereka bertigapun menuntun kuda mereka
memasuki halaman rumah yang luas itu.
Seorang yang melihat kedatangan merekapun segera
menyongsong dan bertanya "Maaf Ki Sanak. Ki Sanak ingin bertemu dengan siapa?"
"Kami ingin menghadap Ki Margawasana, Ki Sanak" jawab Ki Udyana.
"Ki Margawasana tidak sedang berada disini, Ki Sanak.
Sudah lebih dari sepekan, Ki Margawasana tidak turun"
"Jadi maksud Ki Sanak, Ki Margawasana berada di bukit Jatilamba?"
"Ya. Ki Margawasana berada di Bukit Jatilamba"
"Kalau begitu, biarlah kami langsung saja pergi ke bukit Jatilamba"
"Apakah Ki Sanak sudah tahu tempatnya" Jika belum,
biarlah seseorang mengantarkan Ki Sanak"
"Sudah" jawab Ki Parama "Aku pernah pergi ke bukit
Jatilamba" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, silahkan" Ketiga orang itupun kemudian meninggalkan regol halaman yang luas itu dan langsung menuju ke bukit Jatilamba.
Ki Udyana dan Nyi Udyana sangat tertarik kepada
lingkungan yang ada di sekitar bukit Jatilamba. Bukit kecil yang ditumbuhi oleh berbagai macam pohon raksasa yang umurnya tentu sudah berpuluh bahkan tentu ada yang sudah lebih dari seratus tahun. Namun di bukit itu hanya ada sebatang saja pohon jati, yang umurnya juga sudah terlalu tua.
Air yang bening yang gemericik di bawah bukit yang
ternyata dapat mengairi beberapa bahu sawah di sekitar bukit Jatilamba itu, sehingga para petani merasa sangat berterima kasih kepada keluarga Ki Margawasana.
Demikianlah ketiga orang berkuda itupun mulai mendaki bukit kecil itu. Di sebelah menyebelah lorong kecil itu berjajar pohon gayam yang sedang berbuah.
"Aku kerasan tinggal di sini, kakang" desis Ki Parama.
"Ya. Udaranya segar segar sekali. Kita seakan-akan berada di tengah-tengah hutan yang terpelihara rapi. Pohon-pohon raksasa itulah yang mengikat air hujan dan muncul kembali sebagai mata air di kaki bukit kecil ini" desis Ki Udyana.
Beberapa saat kemudian, merekapun mendekati sebuah
lingkungan yang dibatasi dengan pagar bambu. Ditengah-tengah lingkungan itu terdapat sebuah rumah kecil yang juga terbuat dari bambu.
Nyi Udyana itupun menarik nafas panjang. Hampir diluar sadarnya Nyi Udyanapun berkata "Kakang. Bukankah kita juga pernah mencoba tinggal di sebuah rumah bambu di satu lingkungan yang kita beri berpagar bambu. Disekeliling rumah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita terdapat berbagai macam tumbuh-tumbuhan. Tetapi bukan pohon-pohon raksasa seperti ini. Yang hidup di sekitar rumah kita itu adalah pohon buah-buahan. Pohon kelapa dan tanaman lain seperti kebanyakan tanaman di pategalan"
"Ya. Akhirnya kita tinggalkan rumah itu dan kitapun tinggal di padepokan. Bahkan kemudian kita telah dibebani tugas oleh guru untuk mengasuh padepokan itu"
Keduanyapun mengangguk-angguk kecil. Sementara itu,
mereka bertiga yang sudah sampai di regol haUutfan berpagar bambu itu segera meloncat turun. Merekapunfncnuntun kuda mereka memasuki halaman yang nampakrersih dan terpelihara rapi.
Ketiganya terkejut ketika mereka tiba-tiba saja mendengar suara "Agaknya karena kedatangan kalian inilah, maka burung prenjak berkicau sepanjang hari. Sejak fajar hingga sekarang"
Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika mereka mengedarkan pandangan mereka, maka
mereka melihat Ki Margawasana berjalan dari antara
segerumbul tanaman di sebelah rumah bambu itu.
"Guru" desis ketiga orang itu hampir berbareng.
"Selamat datang di pondokku. Bagaimana keadaan kalian dan seisi padepokan?"
"Semuanya baik-baik saja guru" jawab Ki Udyana
"bagaimana dengan guru?"
"Aku baik-baik saja sebagaimana kalian lihat" jawab Ki Margawasana. Dipersilahkannya ketiga orang muridnya itu pun kemudian masuk ke dalam pondok bambunya.
Sejenak kemudian, ketiganya sudah duduk di ruang tengah di temuj oleh Ki Margawasana.
"Guru sendiri saja disini?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Aku sendiri saja"
"Tidak ada orang yang melayani guru. Maksudku yang
merebus air, menanak nasi, mencuci pakaian dan sebagainya"
Ki Margawasana itupun tersenyum. Katanya "Aku harus
dapat melakukannya sendiri. Dan aku memang melakukannya.
Jika ada orang lain yang melakukannya begitu, lalu apa yang harus aku kerjakan disini" Tidur, makan dan minum minuman hangat?"
Ketiga orang muridnya itupun mengangguk-angguk, sementara Ki Margawasana sambil tersenyum berkata "Kerja itu sangat menarik bagiku. Selain aku mempunyai kesibukan, kerja itupun memberi kesempatan tubuhku bergerak.
Menimba air, membelah kayu bakar, menyapu halaman dan mencuci pakaian"
"Ya, guru" Ki Udyanapun mengangguk-angguk.
"Nah, sekarang silahkan duduk. Aku akan merebus air bagi kalian"
"Tidak guru. Jangan. Biarlah aku saja yang pergi ke dapur"
"Kau belum pernah melihat dapur rumahku ini. Kaupun
tidak tahu dimana aku meletakkan bahan-bahan mentahku.
Kau tidak tahu dimana aku menyimpan gula kelapa dan lain-lain"
"Aku akan mencari, guru. Bukankah semuanya ada di
dapur?" "Baiklah. Kau tentu akan dapat menemukannya" Nyi
Udyanapun kemudian segera pergi ke dapur. Sementara itu Ki Udyana dan Ki Parama masih duduk di ruang dalam bersama Ki Margawasana.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Margawasana sempat menceriterakan lingkungan bukit kecilnya. Tentang sendang yang mata airnya terhitung deras.
Kemudian dibuatnya belumbang untuk memelihara berbagai jenis ikan. Kemudian dibuatnya parit untuk mengalirkan air sendangnya yang melimpah ke tanah persawahan.
"Para petani tentu sangat berterima kasih kepada guru"
"Ya. Mereka memang berterima kasih kepadaku. Tetapi
bukankah mata air yang timbul dari dalam tanah itu bukan karena kuasaku. Aku minta kepada mereka agar mereka
pertama-tama berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah" Ki Udyana dan Ki Paramapun mengangguk-angguk.
Ki Margawasana juga bercerita tentang padang rumput di kaki bukit kecil itu.
"Aku membuat kandang ternak di padang rumput itu. Aku tidak perlu membawa ternakku digembalakan kemana-mana.
Aku biarkan saja ternak itu berkeliaran di padang rumput. Di malam hari serta jika hari hujan, maka ternak-ternak itu akan berteduh di kandang"
"Apakah ternak-ternak itu tidak pergi jauh, guru?" bertanya Ki Parama.
"Aku membuat pagar bambu disekeliling padang rumput
itu" "Jadi guru memagari padang rumput?"
"Ya. Aku menghabiskan beberapa rumpun bambu" jawab Ki Margawasana sambil tertawa.
Pembicaraan itupun terhenti. Nyi Udyana telah masuk ke ruang dalam sambil membawa beberapa mangkuk minuman
hangat. Wedang sere dengan gula kelapa.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau jangan pergi lagi. Nyi" berkata Ki Margawasana.
"Tidak guru. Aku akan ikut minum minuman hangat. Tentu segar sekali"
Ki Margawasana tertawa. Katanya "Kau sendirilah yang membuat hidangan bagi dirimu sendiri" Yang lainpun tertawa pula.
"Justru akulah yang sekarang menjadi tamu" berkata Ki Margawasana pula.
"Ya guru. Tetapi maaf, bahwa aku telah lancang pada saat aku berada di dapur"
"Kenapa?" "Aku telah menanak nasi, guru"
"He?" "Kami memang mulai merasa lapar. Karena itu, ketika aku menemukan sebakul beras, maka akupun segera menanak
nasi seberuk peres" "Ah, kau Nyi" desis Ki Udyana.
"Tidak apa-apa. Aku memang belum menanak nasi. Tadi
pagi aku makan ketela bakar" sahut Ki Margawasana.
Tetapi Ki Margawasana itupun kemudian berkata "Tetapi biarkan saja Nyi. Nanti akan masak sendiri. Sekarang, kau duduk saja disini. Aku ingin tahu, apakah kalian mempunyai keperluan
yang penting, atau kalian sekedar ingin mengunjungi rumahku ini"
"Guru" Ki Udyanalah yang menjawab "Kami menghadap
guru untuk mengetahui tempat tinggal guru sekarang. Namun disamping itu, kamipun ingin menyampaikan laporan kepada gguru tentang peristiwa terakhir yang terjadi di padepokan"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Peristiwa apa?"
Ki Udyanapun kemudian telah melaporkan apa yang telah terjadi di padepokan. Kedatangan Ki Wigati yang kemudian telah menimbulkan benturan kekerasan diantara keluarga yang memiliki ilmu dari aliran yang sama. Dahi Ki Margawasanapun berkerut dalam. Ia mendengarkan laporan Ki Udyana dengan sungguh-sungguh. Kalimat, demi kalimat. Kata demi kata"
"Dalam benturan kekerasan itu telah jatuh korban pula, guru. Korban di kedua belah pihak"
"Sungguh satu peristiwa di luar dugaan. Kenapa tiba-tiba Wigati menjadi seperti orang kesurupan"
"Ia memang kesurupan, guru. Seorang yang berambut
putih. Ia mengaku bernama Ki Winenang yang bergelar Alap-alap Perak"
"Alap-alap Perak?"
"Ya, guru" "Jadi Alap-alap Perak ada di belakang peristiwa ini" Ki Margawasana menarik nafas panjang.
Sementara itu, Ki Udyanapun berkata "Kami mohon maaf guru, bahwa kami akan menyampaikan pertanyaan yang
dikatakan oleh Alap-alap Perak itu kepada Wikan tentang guru serta tentang padepokan kita"
"Apa katanya?" "Guru. Menurut Alap-alap Perak, di bawah padepokan kita itu terdapat kandungan yang sangat mahal harganya. Paman juga mengatakan hal itu. Tetapi paman tidak mau berterus-terang, apakah yang dimaksud dengan kandungan yang tidak ternilai harganya itu. Sedangkan menurut Alap-alap Perak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dikatakan kepada Wikan, dibawah padepokan itu telah guru.scmbuyikan harta karun yang tidak ternilai harganya"
Ki Margawasana menarik nafas dalam-dalam. Sementara itu Ki Udyana berkata selanjutnya "Alap-alap Perak mengaku, bahwa sekitar lima belas tahun yang lalu, guru telah datang ke sarangnya untuk mengambil harta karun yang telah
dikumpulkannya. Bahkan menurut Alap-alap Perak, guru telah berusaha menguasai harta karun yang guru ambil bersama beberapa orang itu dengan melenyapkan kawan-kawan guru dalam perampokan itu"
"Itukah yang dikatakannya?"
"Ya guru. Tetapi tentu kami tidak dapat mempercayainya.
Itulah sebabnya kami menghadap guru untuk mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi lima-belas tahun yang lalu, serta apa yang sebenarnya tersembunyi di padepokan kita. Tentu bukan harga karun yang sebenarnya sebagaimana dikatakan oleh Alap-alap Perak itu"
Ki Margawasanapun kemudian mengangguk-angguk. Iapun
kemudian mengusap keringatnya yang membasahi keningnya.
"Udyana suami isteri dan kau Parama. Ternyata Alap-alap Perak itu masih tetap mendendamku. Memang sekitar lima belas tahun yang lalu, aku bersama beberapa orang saudara seperguruanku mendapat tugas dari guruku untuk mengambil kembali, lambang pewarisan kedudukan pemimpin padepokan kami yang telah dicuri oleh Alap-alap Perak. Lambang pewarisan kedudukan itu berbentuk lingkaran yang berjumlah lima buah. Disamping yang lima buah itu terdapat sebuah lingkaran yang lebih besar. Dengan alat itu pula, aku telah melakukan upacara menyerahkan kedudukanku kepadamu,
Pendekar Satu Jurus 7 Panji Tengkorak Darah Ko Lo Hiat Ki Karya S D Liong Perjodohan Busur Kumala 21
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama